Anda di halaman 1dari 12

susu

A. ASAL USUL HARI BAWA BEKAL NASIONAL

Hari Bawa Bekal Nasional diperingati setiap tanggal 12 April. Peringatan ini dimulai pada 12 April 2013
atas gagasan salah satu perusahaan peralatan rumah tangga multinasional yang sudah disetujui oleh
Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM).

Data BPOM tahun 2006-2010 menunjukkan 48% jajanan anak sekolah mengandung bahan kimia yang
berbahaya. Hasil pengujian 10.429 sampel pangan jajanan anak sekolah (PJAS) dari seluruh Indonesia
yang dilakukan BPOM pada tahun 2014, masih ada 23,82% sampel yang tidak memenuhi syarat.
Penyebab PJAS tidak memenuhi syarat pada tahun 2014 adalah 74,9% disebabkan pencemaran
mikroba, 15,7% menggunakan Bahan Tambahan Pangan (BTP) berlebihan, dan 9% menggunakan
bahan berbahaya.

Atas dasar situasi tersebut, gerakan membawa bekal nasional dilaksanakan setiap tahunnya pada
tanggal 12 April. Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008
tentang Pembinaan Kesiswaan pasal 3 ayat 2 bahwa materi pembinaan diantaranya kualitas jasmani,
kesehatan, dan gizi berbasis sumber gizi yang terdiversifikasi yaitu salah satunya melaksanakan
pengamanan jajan anak sekolah. Makanan bekal yang bergizi dapat disusun dengan mengacu kepada
pedoman gizi seimbang yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun 2014
tentang Pedoman Gizi Seimbang.

B. KONDISI KECUKUPAN ENERGI


DI INDONESIA
Berdasarkan Studi Diet Total yang diselenggarakan oleh Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan Tahun 2014,
tingkat kecukupan energi penduduk Indonesia masih kurang yaitu hanya 76,6%. Kelompok umur dengan tingkat
kecukupan energi tertinggi adalah usia balita (0-59 bulan) sebesar 101%, sedangkan kelompok umur dengan tingkat
kecukupan energi terendah adalah usia 13-18 tahun sebesar 72,3%.

Gambar 1.
Rerata Tingkat Kecukupan Energi Penduduk Indonesia berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2014

0-59 bulan
101

5-12 tahun
86,5

13-18 tahun 19-55 tahun >55 tahun Penduduk Indonesia


73,8 78 76,6
72,3

Sumber: Studi Diet Total, 2014

1
Tingkat kecukupan energi minimal atau sangat kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) (<70% AKE) artinya
mengonsumsi energi kurang dari 70% Angka Kecukupan Energi (AKE).
Tingkat kecukupan energi kurang dari AKG (70 - <100% AKE) artinya mengonsumsi energi antara 70% sampai
kurang dari 100% AKE.
Tingkat kecukupan energi sesuai AKG (100 - <130% AKE) artinya mengonsumsi energi antara 100% sampai
kurang dari 130% AKE.
Tingkat kecukupan energi lebih besar dari AKG (>130% AKE) artinya mengonsumsi energi sama atau lebih besar
dari 130% AKE.

Hasil Studi Diet Total Tahun 2014 menunjukkan bahwa persentase tertinggi pada tingkat kecukupan energi sangat
kurang (<70% AKE) adalah usia 13-18 tahun (52,5%). Persentase tertinggi pada tingkat kecukupan energi sesuai
(100-<130% AKE) adalah usia balita 0-59 bulan (27,1%).

Gambar 2.
Proporsi Penduduk Menurut Klasifikasi Tingkat Kecukupan Energi dan Kelompok Umur
di Indonesia Tahun 2014

52,5
50
48,9
44,6
40,1

32,5 33,5
29,7 30,3
27,1

19,9
17,1
15,5
12,2 12,9
10,2
6,8 5 4,6 6,3

<70% AKE 70-<100% AKE 100-<130% AKE 70-<100% AKE

0-59 bulan 5-12 tahun 13-18 tahun 19-55 tahun >55 tahun

Sumber: Studi Diet Total, 2014

Kelompok usia sekolah masih dalam masa pertumbuhan yang pastinya membutuhkan energi yang cukup untuk
tumbuh dan beraktivitas. Melihat kondisi kurangnya tingkat kecukupan energi pada anak sekolah seperti yang
disajikan pada Gambar 2, dibutuhkan dukungan dari orangtua untuk memastikan kecukupan energi anak setiap
harinya, salah satunya dengan membawa bekal ke sekolah.

C. PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT


INDONESIA
Menurut buku Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia dan Provinsi tahun 2019, dalam sehari, urutan
tertinggi proporsi konsumsi kalori penduduk Indonesia adalah padi-padian, makanan dan minuman jadi, dan minyak
dan kelapa baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Proporsi kalori dari kelompok daging, telur, dan susu
hanya sekitar 2% di daerah perdesaan dan sekitar 3% di daerah perkotaan. Proporsi kalori dari ikan dan produk laut
lainnya hanya sekitar 2% dan lebih banyak dikonsumsi di perdesaan. Kelompok buah dan sayur masih sedikit
dikonsumsi oleh penduduk Indonesia. Buah-buahan lebih banyak dikonsumsi di daerah perkotaan, sedangkan

2
sayur-sayuran lebih banyak dikonsumsi di perdesaan.
Gambar 3.
Proporsi Konsumsi Kalori per Kapita Sehari Menurut Kelompok Komoditas Makanan Daerah
Tempat Tinggal, Maret 2019

Padi-padian 42,86
34,91
Makanan 21,02
dan Minuman Jadi 28,6
12,43
Minyak & Kelapa 12,08

Bahan Minuman 4,96


4,2
2,32
Daging 3,42
2,21
Telur & Susu 3,34
Bahan Makanan 2,43
Lainnya 2,8
2,27
Kacang-kacangan 2,63
Ikan/Udang/Cumi/ 2,47
Kerang 2,32
2,17
Buah-buahan 2,25
2,04
Sayur-sayuran 1,68
Umbi-umbian 2,31
1,28
Bumbu-bumbuan 0,52 Perkotaan Perdesaan
0,48

Sumber: Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia dan Provinsi, 2019

Konsumsi buah dan sayur penduduk Indonesia pada umumnya dan anak usia sekolah pada khususnya masih
rendah. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, persentase kurangnya konsumsi buah
dan sayur di Indonesia adalah 95,5%. Sedangkan pada kelompok anak usia sekolah persentasenya lebih tinggi yaitu
sekitar 96%. Konsumsi buah dan sayur dikategorikan cukup jika mengonsumsi sayur dan/atau buah (kombinasi
sayur dan buah) minimal 5 porsi per hari selama 7 hari dalam seminggu.

Gambar 4.
Persentase Kurangnya Konsumsi Buah dan Sayur pada Penduduk Usia Sekolah Tahun 2018

5-9 tahun
96,9
15-19 tahun
72,3
10-14 tahun
96,8

Penduduk Indonesia
95,5

Sumber: Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia dan Provinsi, 2019

3
Perilaku konsumsi penduduk Indonesia lainnya adalah kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman berisiko
seperti makanan dan minuman manis, makanan asin, makanan berlemak/kolesterol/gorengan, makanan yang
dibakar, makanan daging/ayam/ikan olahan dengan pengawet, bumbu penyedap, minuman berkarbonasi,
minuman berenergi, dan mi instan/makanan instan lainnya. Makanan dan minuman ini dianggap berisiko terhadap
kesehatan jika dikonsumsi 1-6 kali per minggu dan lebih dari satu kali dalam sehari.
Persentase tertinggi makanan dan minuman berisiko yang dikonsumsi penduduk Indonesia pada tahun 2018 adalah
minuman manis (91,49%), sedangkan persentase terendah adalah minuman berenergi (7,8%).

Gambar 5.
Persentase Kebiasaan Mengonsumsi Makanan dan Minuman Beresiko
pada Penduduk Umur 3 Tahun ke Atas Tahun 2018

Minuman Manis Makanan Manis


91,49% 87,9%

Minuman Berkarbonasi
(Soft Drink)
13,2%
Mie Instan/ Makanan Instan
Lainnya
Minuman Berenergi
87,9%
7,8%
Makanan yang Mengandung
Makanan yang Dibakar Bumbu Penyedap
39% 88,4%

Makanan Daging/Ayam/ Makanan Berlemak/Berkolestrol/


Ikan Olahan dengan Gorengan
Pengawet Makanan Asin 86,7%
27,9% 72,7%

Sumber: Riskesdas, 2018

Pada anak usia sekolah, tiga teratas makanan dan minuman berisiko yang paling banyak dikonsumsi adalah
minuman manis, makanan manis, dan makanan yang mengandung bumbu penyedap. Ketiga kelompok makanan
dan minuman ini dapat dengan mudah dijumpai pada jajanan anak sekolah.

Gambar 6.
Persentase Kebiasaan Mengonsumsi Makanan dan Minuman Beresiko pada Penduduk Usia Sekolah
Tahun 2018

Makanan Asin Minuman Manis


73,9 95,8
74,5 95,36
74,3 93,43
Makanan yang Dibakar Makanan Manis
45,2 95,7
45,5 94,4
43,8 91,6
Makanan
Daging/Ayam/Ikan olahan dengan Pengawet Makanan yang Mengandung Bumbu Penyedap
43,9 88,4
41,4 89,5
35,5 89,4
Minuman Berkarbonasi (Soft Drink) Makanan Berlemak/Berkorestol/Gorengan
12,4 87
17,9
89,3
23,8
89,5

Minuman Berenergi Mie Instan/ Makanan Instan Lainnya


4 75,8
6,4
79,9
12,2

4
78,8

Sumber: Riskesdas, 2018


Kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman berisiko ini dapat diminimalisasi dengan pembiasaan makan
makanan yang baik seperti buah dan sayur dan mengurangi kebiasaan jajan dengan membawa bekal dari rumah.

D. MANFAAT MEMBAWA BEKAL

Lebih Higienis Nutrisi yang lengkap


Bekal dari rumah lebih higienis Orangtua dapat menyediakan
karena mulai dari persiapan bekal makanan untuk anak dan
bahan mentah, proses memasak, memastikan kecukupan gizinya
dan penyajian dikelola sendiri dari berdasarkan pedoman gizi
rumah sehingga kebersihannya seimbang.
pasti terjamin.

Lebih Aman
Makanan bekal lebih aman dari Lebih Hemat
bahan kimia pengawet dan Bekal dari rumah biasanya
pewarna serta aman dari cukup mengenyangkan
kontaminasi mikroorganisme sehingga mengurangi keinginan
yang biasa ditemui di jajanan jajan. Estimasi biaya yang
anak sekolah. dikeluarkan juga lebih murah
karena biasanya bekal makanan
dibuat bersama dengan
makanan yang dikonsumsi
keluarga dalam sehari.

E. KONSEP GIZI SEIMBANG DAN “ISI PIRINGKU”

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang menyebutkan bahwa
pedoman gizi seimbang bertujuan untuk memberikan panduan konsumsi makanan sehari-hari dan berperilaku sehat
berdasarkan prinsip konsumsi aneka ragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik, dan memantau berat
badan normal.

Pedoman gizi seimbang ini dikemas dalam kampanye “Isi Piringku” yang menggambarkan porsi makan yang
dikonsumsi dalam satu piring yaitu:

50% 50%
karbohidrat dan buah dan sayur
protein

Selain pola makan dengan gizi seimbang, kampanye “Isi Piringku” juga menekankan kepada pembatasan konsumsi
gula, garam, dan lemak (GGL), cuci tangan pakai sabun, minum air 8 gelas per hari, dan aktivitas fisik selama 30
menit per hari.

5
Porsi bahan makanan dalam ‘’Isi Piringku’’ adalah sebagai berikut:

a. Makanan pokok (sumber karbohidrat) sebanyak 2/3 dari ½ piring


Contoh bahan makanan pokok adalah beras, jagung, singkong, ubi, talas, sagu, dan produk olahannya (roti,
pasta, mie, dan lainnya).
Berdasarkan Studi Diet Total tahun 2014, mayoritas penduduk Indonesia mengonsumsi beras sebagai makanan
pokok yaitu sebesar 97,7%. Sedangkan dari kelompok umbi, persentase yang paling banyak dikonsumsi adalah
singkong dan olahannya (19,6%).

Gambar 7.
Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Serealia dan Olahannya di Indonesia
Tahun 2014

Lainnya
Terigu 2,6%
30,2%
Jagung & Olahannya
Beras 9,1%
97,7%
Mie
Olahan Terigu 23,4%
19,5%
Olahan Beras
12,2%
Sumber: Studi Diet Total, 2014

Gambar 8.
Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Umbi dan Olahannya di Indonesia Tahun 2014

Sagu dan Olahannya


1,8%

Umbi Lainnya Singkong dan Olahannya


0,8% 19,6%

Ubi Jalar
Kentang dan Olahannya
10,2% 2,5%

Sumber: Studi Diet Total, 2014

Salah satu pesan dalam pedoman gizi seimbang adalah biasakan mengonsumsi aneka ragam makanan pokok. Hal
ini dapat diwujudkan dengan mengonsumsi lebih dari satu jenis makanan pokok dalam sehari atau sekali makan.
Umbi-umbian yang merupakan pangan lokal Indonesia dapat menjadi salah satu alternatif makanan pokok sehingga
dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap beras.

6
Salah satu pesan dalam pedoman gizi seimbang adalah biasakan mengonsumsi aneka ragam makanan pokok. Hal
Salah satu cara mengangkat pangan lokal adalah dengan mengembangkan produk boga yang beragam misalnya
roti atau mie campuran tepung singkong dan terigu, pembuatan roti gulung pisang, singkong goreng keju, dan
lainnya.

b. Lauk pauk (sumber protein) sebanyak 1/3 dari 1/2 piring.


Lauk pauk terdiri dari lauk pauk hewani dan nabati. Lauk pauk hewani contohnya seperti daging, unggas, ikan
termasuk hasil laut, telur, susu dan hasil olahannya. Sedangkan lauk pauk nabati seperti tahu, tempe,
kacang-kacangan.

Hasil Studi Diet Total, pada tahun 2014 kelompok daging dan olahannya yang paling banyak dikonsumsi
penduduk Indonesia adalah daging unggas (21,5%). Konsumsi kelompok ikan dan olahannya sebagai sumber
protein juga sudah cukup baik yaitu persentase tertinggi adalah konsumsi ikan laut (25,5%).

Gambar 9.
Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Daging dan Olahannya di Indonesia Tahun 2014

Daging Sapi, Kerbau


4,6%

Daging Babi dan Olahannya


0,7%
Olahan Daging Unggas
Daging Domba, Kambing
1,9%
0,7%
Daging Unggas Olahan Daging Sapi,
21,5% Kerbau
8,1%

Daging Lainnya
0,2%

Sumber: Studi Diet Total, 2014

Gambar 10.
Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Ikan dan Olahannya di Indonesia Tahun 2014

Ikan Laut
Olahan Ikan 25,5%
16,6%

Udang, Kepiting, dan Olahannya Ikan Air Tawar


3,9% 11%

Hewan Air Lainnya Cumi, Kerang, Keong,


0% dan Olahannya
1,1%

7
Sumber: Studi Diet Total, 2014
Selain daging dan ikan, telur juga banyak dikonsumsi penduduk Indonesia dengan persentase tertinggi adalah telur
unggas (35,5%). Sedangkan sumber protein nabati yang paling banyak dikonsumsi adalah kacang kedelai dan
olahannya yaitu sebesar 47,4%.

Gambar 11.
Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Telur dan Olahannya di indonesia Tahun 2014

Olahan Telur
0,3%

Telur Lainnya
0,7%
Telur Bebek
0,6%

Telur Ayam
35,5%

Sumber: Studi Diet Total, 2014

Pesan gizi seimbang dalam mengkonsusmsi lauk pauk adalah biasakan mengonsumsi lauk pauk berprotein tinggi.
Dalam mewujudkan gizi seimbang, kelompok protein hewani dan nabati perlu dikonsumsi bersama. Pangan protein
hewani memiliki kandungan protein lebih tinggi dan lebih mudah diserap oleh tubuh, namun mengandung kolesterol
dan lemak yang tinggi. Sedangkan pangan protein nabati memang memiliki kandungan protein yang lebih sedikit
dari hewani tetapi telah terbukti dapat menurukan kolesterol dan meningkatkan sensitifitas dan produksi insulin.

Gambar 12.
Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Kacang-kacangan dan Olahannya di Indonesia
Tahun 2014

Biji-bijian dan Olahannya


2,5%

Kacang Lainnya dan Olahannya


3,8% Kacang Tanah dan
Olahannya
11,2%

Kacang Kedelai dan Olahannya


47,4%

8
Sumber: Studi Diet Total, 2014
Susu sebagai sumber protein yang disajikan dalam bentuk minuman dianjurkan bagi ibu hamil, ibu menyusui, serta
anak-anak setelah usia satu tahun. Pada Studi Diet Total tahun 2014, jenis susu yang paling banyak dikonsumsi di
Indonesia adalah susu formula balita (24,1%).

Gambar 13.
Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Susu dan Olahannya di Indonesia Tahun 2014

Daging Sapi, Kerbau


4,6%

Daging Babi dan Olahannya


0,7%
Olahan Daging Unggas
Daging Domba, Kambing
1,9%
0,7%
Daging Unggas Olahan Daging Sapi,
21,5% Kerbau
8,1%

Daging Lainnya
0,2%

Sumber: Studi Diet Total, 2014

c. Sayur-sayuran (sumber vitamin dan mineral) sebanyak 2/3 dari ½ piring


Contoh sayur-sayuran adalah wortel, bayam, kangkong, selada air, tomat, kol, brokoli, labu siam, rebung, terong,
pare, daun singkong, dan lainnya.

Sayuran yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Indonesia menurut Studi Diet Total tahun 2014 adalah
sayuran daun dengan persentaser 79,1%.

Gambar 14.
Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Sayur dan Olahannya di Indonesia Tahun 2014

Daging Sapi, Kerbau


4,6%

Daging Babi dan Olahannya


0,7%
Olahan Daging Unggas
Daging Domba, Kambing
1,9%
0,7%
Daging Unggas Olahan Daging Sapi,
21,5% Kerbau
8,1%

Daging Lainnya
0,2%

Sumber: Studi Diet Total, 2014

9
d. Buah-buahan (sumber vitamin dan mineral) sebanyak 1/3 dari ½ piring
Contoh buah-buahan adalah pisang, papaya, semangka, melon, manga, jeruk, apel, belimbing, salak, jambu air,
duku, rambutan, dan lainnya.

Hasil Studi Diet Total menunjukkan pada tahun 2014, buah yang paling banyak dikonsumsi penduduk Indonesia
adalah pisang dengan persentase 15,1%.

Gambar 15.
Proporsi Penduduk yang Mengonsumsi Kelompok Buah dan Olahannya di Indonesia Tahun 2014

Daging Sapi, Kerbau


4,6%

Daging Babi dan Olahannya


0,7%
Olahan Daging Unggas
Daging Domba, Kambing
1,9%
0,7%
Daging Unggas Olahan Daging Sapi,
21,5% Kerbau
8,1%

Daging Lainnya
0,2%

Sumber: Studi Diet Total, 2014

Pedoman gizi seimbang menganjurkan untuk banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan. Konsumsi sayuran
dan buah-buahan yang cukup dapat menjaga kenormalan tekanan darah, kadar gula, dan kolesterol dalam darah.
Selain itu sayur dan buah dapat menurunkan risiko kesulitan buang air besar dan kegemukan.

F. PESAN GIZI SEIMBANG UNTUK ANAK SEKOLAH

Biasakan makan 3 kali sehari (pagi, Batasi mengonsumsi makanan


siang, dan malam) bersama cepat saji, jajanan, dan makanan
keluarga selingan yang manis, asin, dan
Biasakan mengonsumsi ikan dan berlemak
sumber protein lainnya Biasakan menyikat gigi
sekurang-kurangnya dua kali
Perbanyak mengonsumsi sayuran sehari setelah makan pagi dan
dan cukup buah-buahan sebelum tidur

Biasakan membawa bekal Hindari merokok


makanan dan air putih dari rumah

10
REFERENSI
Badan Pusat Statistik. 2019. Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia dan Provinsi. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
Ditjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI. 2018. ‘’Isi Piringku”.
http://kesmas.kemkes.go.id/portal/konten/~rilis-berita/062511-isi-piringku (akses 16 april 2020)
Ditjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI. Media KIE Isi Piringku.
http://kesmas.kemkes.go.id/portal/download/detail/430 (akses 27 Maret 2020)
Fikri, Muammar. 2016. ‘’Hari Bawa Bekal Nasional, tentang Tren dan Asal Usulnya”.
https://beritagar.id/artikel/berita/hari-bawa-bekal-nasional-tentang-tren-dan-asal-usulnya (akses 26 Maret
2020)
Isa, Muhammad. 2015. “Hari Bawa Bekal Nasional 3: Kesehatan Berasal dari Pemahaman dan Keluarga”.
https://www.kompasiana.com/muhammadisad/5535aeb26ea8341620da42ec/hari-bawa-bekal-nasional-3-keseh
atan-berasal-dari-pemahaman-dan-keluarga (akses 26 Maret 2020).
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi
Seimbang. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Situasi Pangan Jajanan Anak Sekolah. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2019. Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta: Lembaga Penerbitan Badan
Litbangkes.
Kementerian Pendidikan Nasional RI. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008
tentang Pembinaan Kesiswaan. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional RI.
Manalu, HSP, Su’udi, Amir. 2016. Kajian Implementasi Pembinaan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) untuk
Meningkatkan Keamanan Pangan: Peran Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Kota. Jakarta: Media
Litbangkes Vol 26.
Siswanto, dkk. 2014. Buku Survei Konsumsi Makanan Individu dalam Studi Diet Total 2014. Jakarta: Lembaga
Penerbitan Badan Litbangkes.
Trans7. 2019. “Hari Bawa Bekal Nasional’’. https://www.trans7.co.id/seven-updates/hari-bawa-bekal-nasional
(akses 26 Maret 2020)

Penanggung Jawab: Didik Budijanto


Redaktur: Boga Hardhana
Penyunting: Winne Widiantini
Penulis: Eka Satriani Sakti
Desain Grafis/Layouter: Rizqitha Maula

susu

Anda mungkin juga menyukai