1 Kriteria Inklusi
Tabel . Uji tabulasi silang peningkatan pengetahuan ibu balita dengan kenaikan berat badan
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa balita yang mengalami kenaikan berat
badan dari ibu balita yang memiliki kenaikan pada nilai pretes dan posttest sebanyak 8
balita (72.7%). Sedangkan balita yang mengalami penurunan berat badan dari ibu balita
yang memiliki peningkatan pada nilai pretes dan posttest sebanyak 2 balita (18.1%).
Setelah dilakukan pengujian data statistik menggunakan SPSS dengan uji Chi Square
didapatkan nilai expected count <5 maka syarat uji Chi Square tidak terpenuhi, ini
menunjukan bahwa perlu menggunakan uji alternatif fisher exact dan didapatkan nilai
p = 0.05 yang berarti bahwa (p ≤ 0,05), sehingga bisa dikatakan menolak Ho (tidak
terdapat hubungan antara peningkatan pengetahuan ibu balita tentang status gizi dan
kenaikan berat badan balita) menerima H1 (terdapat hubungan antara peningkatan
pengetahuan ibu balita tentang status gizi dan kenaikan berat badan balita). Hal ini
menunjukan bahwa dapat menerima hipotesis yang artinya terdapat hubungan
bermakna antara peningkatan pengetahuan ibu balita tentang status gizi dan kenaikan
berat badan balita.
1) Laki-Laki 4 36.4
2) Perempuan 7 63.6
Jumlah 11 100
Menurut Kemenkes (2012) Gizi seimbang merupakan makanan yang dikonsumsi dalam satu
hari beragam dan mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur sesuai dengan
kebutuhan tubuhnya. Keadaan ini tercermin dari derajat kesehatan dan tumbuh kembang
balita yang optimal.
sesuai kebutuhan
1.
sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan yang baik
agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat
(Notoatmodjo, 2003).
a)
Partisipasi tenaga kerja wanita berhubungan langsung dengan reduksi waktu yang
disediakan untuk menyusui anak dan merawat anak sehingga mempunyai konsekwensi negatif
terhadap gizi anak. Di satu sisi hal ini berdampak positif bagi pertambahan pendapatan, namun
di sisi lain berdampak negatif terhadap pembinaan dan pemeliharaan anak terutama dalam
menjaga asupan gizi balita (Nerlov, 2007 dalam Asima, 2011)
Memiliki anak terlalu banyak menyebabkan kasih sayang orang tua pada anak terbagi.
Jumlah perhatian yang diterima per anak menjadi berkurang. Kondisi ini akan memburuk jika
status ekonomi keluarga tergolong rendah. Sumber daya yang terbatas, termasuk bahan
makanan harus dibagi rata kepada semua anak dan terjadi persaingan sarana-prasarana,
perbedaan makanan, dan waktu perawatan anak berkurang (Prasetyo, 2008 dalam Nunung
2013). Dengan jumlah anak yang banyak diikuti dengan distribusi makanan yang tidak merata
akan menyebabkan anak balita dalam keluarga tersebut menderita kurang gizi.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Supadmi (2008) yang
menunjukkan bahwa pemberian makanan tambahan berupa campuran tepung beras, tepung
tempe dan tepung lele yang diberikan selama 90 hari dapat meningkatkan berat badan dan
tinggi badan anak balita KEP, sedangkan pada penelitian ini pemberian PMT pemulihan sudah
dapat meningkatkan berat badan balita karena kandungannya berupa karbohidrat, lemak dan
protein sudah memenuhi kebutuhan balita setiap harinya (7). Menurut Departemen Kesehatan
RI seperti yang dikutip oleh, bahwa prasyarat pemberian makanan tambahan pada anak usia
pra sekolah adalah nilai gizi harus berkisar 200 – 300 kalori dan protein 5 –8 gram, PMT berupa
makanan selingan atau makanan lengkap (porsi) kecil, mempergunakan bahan makanan
setempat dan diperkaya protein nabati/hewani, dan mengandung 4 sehat 5 sempurna,
mempergunakan resep daerah atau dimodifikasi, serta dipersiapkan, dimasak aman memenuhi
syarat kebersihan serta kesehatan (8). Pemberian makanan tambahan (PMT) diberikan dari
Kelurahan dengan frekuensi minimal 3 kali seminggu selama 100 –160 hari. PMT merupakan
bagian penatalaksanaan balita gizi kurang, PMT ini disebut PMT pemulihan (PMTP). PMT-P
dilaksanakan oleh Pusat Pemulihan Gizi (PPG) di posyandu dan secara terus menerus di rumah
tangga. Keseluruhannya berjumlah 90 hari. Efektivitas PMT-P terhadap Kenaikan Berat badan
balita gizi kurang 8 Lamanya pemberian PMTP diberikan setiap hari kepada anak selama 3
bulan (90 hari) (8)
Beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab balita belum mengkonsumsi PMT-P sesuai
standar adalah nafsu makan anak yang tidak baik sehingga anak tidak mau menghabiskan
pmt, kebiasaan jajan yang membuat balita kenyang dan tidak mau menghabiskan makanan.
sensitifitas BB/U relatif tinggi terhadap perubahanperubahan kecil yang mendadak dan
mempengaruhi hasil pengukuran berat badan (Fitriyanti F. Pengaruh Pemberian Makanan
Tambahan Pemulihan (PMT-P) terhadap Status Gizi Balita Gizi Buruk di Dinas Kesehatan Kota
Semarang Tahun 2012. Skripsi. Semarang : Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro ;
2012
1. Rerata berat badan balita sebelum peningkatan pengetahuan ibu balita tentang status
gizi dan pemberian makanan tambahan sebesar 11.24±2.18 kilogram.
2. Rerata berat badan bayi sesudah peningkatan pengetahuan ibu balita tentang status
gizi dan pemberian makanan tambahan sebesar 11.64±2.42 kilogram.
3. Tidak terdapat perbedaan berat badan balita signifikan antara sebelum dan sesudah
dilakukan peningkatan pengetahuan ibu balita mengenai status gizi dan pemberian
makanan tambahan (p=0.147).
Terdapat hubungan signifikan antara peningkatan pengetahuan ibu balita tentang status gizi
terhadap kenaikan berat badan (p=0.05).
Buruh 1 9.1
SD 8 72.7
SMP 3 27.3
Tempat Tinggal
<1.000.000 4 36.4
1.000.000-2.000.000 6 54.5
>2.000.000 1 9.1
Jumlah Keluarga
3 3 27.3
4 4 36.4
5 2 18.2
6 1 9.1
11 1 9.1
Kurang (0-4) 0 0
Cukup (5-7) 0 0
Kurang (0-4) 0 0
Usia Balita
≤2 4 36.4
>2 7 63.6
Naik 8 72.7
Turun 3 27.3
Indeks BB/U
Indeks BB/TB
BGM
Ya 4 36.4
Tidak 7 63.6
2T
Ya 2 18.2
Tidak 9 81.8