PENDAHULUAN
ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama
6 bulan tanpa menambahkan atau mengganti makanan dan minuman lain
kecuali obat, dan vitamin. ASI (Air Susu Ibu) adalah sumber asupan nutrisi bagi
bayi baru lahir, yang mana ASI ini bersifat eksklusif sebab pemberiannya
berlaku pada bayi berusia 0-6 bulan. Dalam fase ini harus diperhatikan dengan
benar mengenai pemberian dan kualitas ASI, supaya tidak mengganggu tahap
perkembangan bayi (Kemenkes Republik Indonesia, 2021).
Menurut World Health Organization (WHO) Pemberian makan bayi dan anak
kecil merupakan bidang utama untuk meningkatkan kelangsungan hidup anak
dan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. 2 tahun
pertama kehidupan seorang anak sangat penting, karena nutrisi yang optimal
selama periode ini menurunkan morbiditas dan mortalitas, mengurangi risiko
penyakit kronis, dan mendorong perkembangan yang lebih baik secara
keseluruhan, Pemberian ASI yang optimal sangat penting sehingga dapat
menyelamatkan nyawa lebih dari 820.000 anak di bawah usia 5 tahun setiap
tahun. Namun, banyak bayi dan anak-anak yang tidak mendapatkan makanan
yang optimal. Misalnya, hanya sekitar 44% bayi berusia 0–6 bulan di seluruh
dunia yang disusui secara eksklusif selama periode 2015-2020 (World Health
Organization, 2021).
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, cakupan bayi mendapat
ASI eksklusif tahun 2021 yaitu sebesar 56,9%. Angka tersebut sudah
melampaui target program tahun 2021 yaitu 40%. Persentase tertinggi cakupan
angka ASI eksklusif terdapat pada Provinsi Nusa Tenggara Barat (82,4%),
sedangkan persentase terendah terdapat di Provinsi Maluku (13,0%). Terdapat
lima Provinsi yang belum mencapai target program tahun 2021, yaitu Maluku,
Papua, Gorontalo, Papua Barat, dan Sulawesi Utara (Kemenkes Republik
Indonesia, 2021).
Menurut Profil Kesehatan Provinsi Banten, cakupan persentase bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Provinsi Banten pada
tahun 2020 yaitu 4.16%, Kabupaten/Kota dengan persentase pemberian ASI
eksklusif tertinggi Tahun 2020 adalah Kabupaten Lebak dengan nilai 69,97%,
persentase tersebut menurun dibandingkan tahun 2019 dimana Kabupaten
Tangerang memiliki persentase 100% dalam pemberian ASI eksklusif. Kota
Serang sementara itu wilayah di Provinsi Banten dengan persentase bayi usia
kurang dari 6 bulan diberikan ASI eksklusif terendah, hanya 41,13% (Profil
Kesehatan Provinsi Banten 2021).
Menurut peneliti Lia Artika Sari,dkk (2021) dengan judul Pemberian MP-ASI
Pada Bayi 0-6 Bulan dan Faktor- Faktor Yang Berhubungan Hubungan
dukungan keluarga dengan pemberian MP-ASI Berdasarkan hasil penelitian
dapat dilihat bahwa dari 96 responden sebagian besar responden mendapatkan
dukungan keluarga sebesar 57 (59,3%) responden, dan yang tidak mendapatkan
dukungan keluarga sebesar 39 (40,7%) responden. Dukungan keluarga yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan memberikan MP-ASI pada bayi
0-6 bulan. Karena orang terdekat ibu seperti orang tua atau pun mertua
beranggapan bahwa usia 3 bulan bayi sdah dapat diberikan makanan tambahan.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai p-value (0.015) ini menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian MP-
ASI. Penelitian tersebut sejalan dengan Aldriana tahun 2013 tentang faktor-
faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini di desa 2 dayo
wilayah kerja puskesmas Tandun II Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2013,
mengatakan bahwa dukungan keluarga mempunyai hubungan dalam pemberian
MP-ASI secara dini. Penelitan ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
(Afriyani, Halisa and Rolina, 2016) mengatakan bahwa dukungan keluarga
mempunyai hubungan secara signifikan terhadap pemberian MP-ASI secara
dini.
Menurut peneliti Rafika Oktova (2017) dengan judul Determinan Yang
Berhubungan Dengan Pemberian MP-ASI Dini Pada Bayi Usia 0-6 Bulan
Pengetahuan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 92 responden
di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbai Pesisir Pekanbaru tentang determinan
yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi usia 0-6 bulan
diperoleh hasil yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan
responden dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi usia 0-6 bulan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ginting. D, Sekarwana. N,
Sukandar. H (2012) tentang Pengaruh Karakteristik Faktor Internal Dan
Eksternal Ibu Terhadap Pemberian Mp-Asi Dini Pada Bayi Usia <6 Bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Barusjahe Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara
diperoleh nilai p<0,001 artinya ada hubungan pengetahuan ibu dengan
pemberian MP-ASI dini pada bayi usia <6 bulan.
Menurut Peniliti Rahmalia Afriyani,dkk (2016) dengan judul Faktor - Faktor
Yang Berhubungan Dengan Pemberian MP-ASI Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di
BPM Nurtila Palembang Pendapatan keluarga hasil penelitian menunjukan
bahwa nilai p-value=0,003<α (0,05), hal ini menunjukkan ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan di
BPM Nurtila Palembang tahun 2016. Nilai OR=3,500, hal ini menunjukkan
bahwa ibu yang tidak mendapat dukungan keluarga dalam pemberian ASI
memiliki kecenderungan sebanyak 42% kali lebih besar memberikan MP- ASI
pada bayi usia 0-6 bulan dibandingkan dengan ibu yang mendapat dukungan
keluarga dalam pemberian ASI.
TINJAUAN TEORITIS
2.2.5 Resiko bila MPASI di berikan pada saat bayi berusia < 6 bulan
1) Mudah Sakit
Daya imunisasi bayi belum sempurna saat usianya belum mencapai 6 bulan. Hal ini
mengundang kuman-kuman untuk masuk kedalam tubuhnya. Selain itu, sistem
pencernaan pun belum bekerja dengan sempurna sehingga makanan tidak bisa
terolah dengan baik. Akibatnya bayi bisa lebih rentan mengalami gangguan
pencernaan, seperti konstipasi atau timbulnya gas (Rahayu, 2018).
2) Alergi Makanan
Makanan yang mereka konsumsi dapat menimbulkan reaksi imun karena saluran
pencernaan yang belum siap sehingga bisa menimbulkan alergi (Rahayu, 2018).
3) Obesitas
Pada saat bayi belum berusia 6 bulan, tubuh mereka belummelakukan pemecahan
sari-sari makanan dengan sempurna. Hal ini bisa memicu terjadinya obesitas pada
anak (Rahayu, 2018).
MPASI Harus diberikan tepat waktu, yaitu saat ASI ekslusif sudah tidak
dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, baik zat gizi makro maupun zat gizi
mikro. Pada umumnya sejak bayi berusia 6 bulan ASI saja sudah tidak
mencukupi kebutuhan zat gizi makro dan zat gizi makro bayi.
Pada umumnya kebutuhan energi bayi di usia 0-6 bulan bisa 100%
terpenuhi oleh ASI saja. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa pemberian ASI
eksklusif selama enam bulan mendorong pertumbuhan anak yang optimal,
memengaruhi perkembangan kognitif, dan mencegah berbagai penyakit
kronis. Organisasi kesehatan anak di Eropa-ESPGHAN (European Society of
Pediatric Gastroenterology, Hepatology and Nutrition) merekomendasikan
pemberian MPASI setelah bayi berusia 17 minggu dan selambat- lambatnya
26 minggu. Organisasi kesehatan anak di Amerika, American Academy of
Pediatrics (AAP), merekomendasikan pemberian MPASI pada usia enam
bulan untuk bayi yang mendapat ASI eksklusif (Hanindita, 2019).
2.2.7 Tanda-Tanda bayi siap menerima MPASI
3. Bayi yang bisa tidur sepanjang malam, kini bangun lagi saat tengah
Tanda bayi siap makan adalah adanya kontrol kepala sehingga kepala bayi
tetap tegak dan stabil saat duduk, refleks menjulurkan lidah, dan refleks
muntah sudah melemah, serta bayi menunjukan ketertarikan terhadap
makanan dan tetap lapar walau sudah diberi ASI. Walaupun pemberian
MPASI yang tepat disesuaikan dengan kemampuan pencernaan dan
penyerapan serta kemampuan oromotorik bayi yang berhubungan dengan
kemampuan mengunyah atau menelan (Hanindita, 2019).
1. Pada tahap awal, berikan jus atau pure buah tunggal dengan rasa yang
terbatas pada rasa manis seperti pisang, avokad dan melon.
Perhatikan respons dari bayi itu sendiri, apakah bayi menerima makanan yang
diberikan atau tidak, Jika bayi menolak jangan dipaksakan. Biasanya bayi
lebih menyukai makanan yang rasanya manis oleh karena itu. berikan
makanan bayi seperti buah-buahan pada ujung lidah dan sayuran pada bagian
tengah Utamakan pemberian sayuran dibanding buah-buahan karena cita rasa
sayuran cenderung langu dan kurang dinikmati bayi. Apabila bayi terus-
menerus dikenalkan dengan rasa manis, ditakutkan bayi tidak akan menyukai
sayuran (Sudaryanto. 2017)
2.3.3 Pekerjaan
Pertama, arti kerja secara umum. Dalam pengertian ini kerja dikait-
kan dengan kemampuan fisik baik yang bersifat sementara maupun tetap
dengan tujuan memperoleh penghasilan. Kedua, kerja dalam arti tertentu,
Di sini pekerjaan menekankan kemampuan fisik atau intelektual baik
sementara maupun tetap dengan tujuan pengabdian,Ketiga, arti pekerjaan
secara khusus, yaitu pekerjaan yang dilakukan dalam bidang tertentu
dengan mengutamakan kemampuan fisik dan intelektual, yang tujuannya
untuk memperoleh penghasilan atau pendapatan (Sihotang, 2019).
Klasifiksi dalam penelitian ini yaitu:
1. Tidak Bekerja
2. Bekerja