Anda di halaman 1dari 9

TIDAK NAIK BERAT BADAN PADA BAYI,BALITA, DAN ANAK PRA

SEKOLAH

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita wajib dilakukan.

Pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran sel, jumlah sel, dan jaringan

intraseluler. Pertumbuhan terkait dengan perubahan fisik dan struktur tubuh.

Perkembangan merupakan bertambahnya fungsi struktur dan fungsi tubuh.

Pertumbuhan dan perkembangan memiliki keterkaitan, sehingga penting untuk

dipantau. Pentingnya pemantauan tumbuh kembang balita ini, maka peneliti ingin

mengetahui korelasi dari kedua variabel tersebut. Jurnal Ilmiah Kesehatan

Keperawatan 16 (2), 52-60, 2020. Stunting masih menjadi permasalahan

kehidupan balita saat ini, stunting yang dialami oleh balita dapat berdampak buruk

saat balita besar dan dewasa kelak. Dampak balita stunting dapat menurunkan

kecerdasan sehingga dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia di masa

depan. BBLR diduga sebagai faktor resiko terjadinya stunting pada balita.

BAKTIMU: 1

Permasalahan gizi di Indonesia yang masih sangat tinggi salah satunya

adalah stunting. Prevalensi kejadian stunting di DIY sebesar 10, 69% dan

Kapenawon Gamping menjadi prioritas lokus stunting pada tahun 2021 dan 2022.

Pelayanan kesehatan bulanan balita di Posyandu diantaranya adalah pelaksanaan

pemeriksaan kesehatan balita, penimbangan berat badan, pemantauan gizi,

pemberian vitamin A, dan konsultasi kesehatan serta imunisasi. Di Puskesmas PIR


II Bajubang wilayah Desa Sungai Bertam, terdapat Posyandu Melati dengan

cakupan kunjungan balitanya yang sangat rendah. Setiap bulan hanya 50% dari

jumlah sasaran 70 balita (D/S) yang datang berkunjungan. 2

Pijat merupakan salah satu metode pengobatan tertua di dunia. Pijat

meliputi seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang mampu melemaskan

sendi yang terlalu kaku dan menyatukan organ tubuh dengan gosokan yang kuat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pijat bayi terhadap berat

badan bayi pada umur 2-6 bulan pada kelompok perlakuan dan kontrol. Metode

penelitian ini adalah quasi experiment dengan non equivalen kontrol design yang

terdiri dari 30 bayi yang berumur 2-6 bulan yang terdiri dari 15 sebagai kelompok

intervensi dan 15 sebagai kelompok kontrol. Teknik pengambilan sempel

menggunakan teknik purposive sampling. Data dianalisa menggunakan paired t-

test dan Independen t-test. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada efek pijat bayi

dengan peningkatan berat badan bayi. diperoleh p value (0,029)< 0, 05. Dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh berat badan bayi setelah dilakukan pemijatan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatan pengetahuan pada ibu tentang

pentingnya pijat bayi untuk meningkatkan berat badan bayi. Periode penting

tumbuh kembang anak adalah masa balita karena dimasa inilah periode tumbuh

kembang anak yang paling optimal baik untuk intelegensinya maupun

fisiknya.Pada usia ini biasanya anak mengalami keadaan sulit makan. Keadaan

seperti ini yang apabila terus dibiarkan mengakibatkan terjadinya penurunan berat

badan dan dapat membuat anak menjadi kurang gizi. Berdasarkan data profil

kesehatan Indonesia tahun 2018 status gizi berdasarkan indeks BB/U di Provinsi

Lampung, cakupan gizi buruk (3,1%) gizi baik (12,8%) gizi kurang (12,8%).

Berdasarkan hasil penelitian ahli gizi dan pangan, madu mengadung karbohidrat
yang paling tinggi yaitu sekitar 82,3% lebih tinggi diantara produk ternak lainnya

seperti susu, telur, daging, keju dan mentega. Tujuan dari penelitian ini adalah

mengetahui pengaruh pemberian madu terhadap kenaikan berat badan anak balita

usia 3-5 tahun di PAUD Kemuning Jaya Tahun 2020. Jenis penelitian yang

digunakan adalah Quasy Experiment yaitu kelompok eksperimental diberi

perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak. Pada kedua kelompok perlakuan

diawali dengan pre test dan setelah pemberian perlakuan akan diadakan

pengukuran kembali (post test). Populasi penelitian ini adalah semua anak balita

di PAUD Kemuning Jaya, sedangkan sampel dari penelitian ini adalah anak balita

usia 3-5 tahun di PAUD Kemuning Jaya. Berdasarkan hasil uji statistik Paired t-

test antara pengaruh pemberian madu terhadap kenaikan berat badan anak balita

usia 3-5 tahun didapatkan nilai α = 0,000 sehingga α < 0,05. Hasil uji statistik ini

membuktikan bahwa ada pengaruh pemberian madu terhadap kenaikan berat

badan anak balita usia 3-5 tahun di PAUD Kemuning Jaya Tahun 2020.

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pemberian madu terbukti efektif dalam

peningkatan berat badan anak balita usia 3-5 tahun. 3


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi
Underweight adalah kegagalan bayi untuk mencapai berat badan ideal,

yang kemudian juga bisa mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, sesuai

usianya, dalam jangka waktu tertentu. Gangguan ini bisa disebabkan karena bayi

kekurangan energi dan zat-zat gizi yang dibutuhkan sesuai usianya.

Bayi usia 1-3 bulan di wilayah Sendang Mulyo memiliki permasalahan

yaitu berat badan bayi sulit naik dan rewel sebelum tidur sehingga mengurangi

kualitas tidur dan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan, pemijatan

pada bayi dapat menjadi alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut. Tujuan

mengetahui pengaruh pijat bayi terhadap peningkatan berat badan dan lama tidur

bayi usia 1-3 bulan. Metode Quasi Experiment dengan Pre danPost test with

control group design, analisa data menggunakan Dependent dan Independent T

test. Hasil Peningkatan berat badan dan lama tidur pada kelompok eksperimen

lebih baik. Ada pengaruh pijat bayi terhadap peningkatan berat badan dengan P

Value 0,002, dan lama tidur bayi dengan P Value 0,007. Simpulan ada perbedaan

berat badan serta lama tidur pada kedua kelompok, dan ada pengaruh pijat bayi

terhadap peningkatan berat badan serta lama tidur pada bayi usia 1-3 bulan.4

Cakupan pelayanan kesehatan bayi dan anak balita salah satunya Stimulasi

Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) tingkat Provinsi Riau masih

rendah yaitu 87.8% berada dibawah target yang ditetapkan yaitu 90%, sedangkan

untuk Kabupaten Kampar berada jauh dibawah yaitu 77% termasuk Desa Bukit
Kratai Wilayah Kerja UPT. BLUD Puskesmas Rumbio. SDIDTK yang dilakukan

di Posyandu hanya melakukan penimbangan, pengukuran tinggi badan, dan

lingkar badan saja. Kader posyandu belum mampu melakukan deteksi dini dan

intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita secara komprehensif. Kader

kesehatan posyandu juga belum pernah ada mengikuti pelatihan SDIDTK.

Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini bertujuan untuk

memberdayakan kader posyandu di Desa Bukit Kratai. Oleh karena itu,

peningkatan pendidikan untuk kader terkait SDIDTK diperlukan untuk

meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan di posyandu ini. Tugas kader

posyandu menjadi sangat penting dan komplek dimana seharusnya kegiatan

posyandu bukan hanya pemantauan pertumbuhan saja tetapi juga pemantauan

perkembangan sehingga dapat dideteksi adanya penyimpangan tumbuh kembang

secara dini. Dengan demikian maka pemantauan tumbuh kembang anak melalui

deteksi dini tumbuh kembang merupakan bagian dari tugas kader posyandu untuk

mengetahui sejak dini keterlambatan tumbuh kembang pada anak. 6

B. Penyebab Berat Badan Kurang Pada Anak

Sebagian besar anak mengalami stunting (52, 4%). Sebanyak 20, 6 persen

anak memiliki riwayat berat badan lahir rendah (BBLR) dan 23, 8 persen

memiliki riwayat panjang badan lahir pendek. Sebagian besar ibu (57, 1%) tidak

memberikan ASI eksklusif. Sebanyak 6, 3 persen ibu memiliki tinggi badan

berisiko, 22, 2 persen ibu kategori KEK, dan 33, 3 persen mengalami anemia saat

hamil. Dominasi kejadian stunting terjadi pada anak perempuan. Riwayat BBLR

(p= 0,047), panjang badan lahir (p= 0,000), dan status anemia ibu (p= 0,032)

berhubungan signifikan dengan kejadian stunting. Riwayat BBLR (p= 0,004) dan

status anemia ibu saat hamil (p= 0,001) paling berisiko menjadi stunting.
Stunting atau pendek merupakan masalah kurang gizi kronis yang

mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak. Tujuan penelitian ini untuk

menganalisis hubungan faktor berat badan lahir, status ekonomi keluarga, tinggi

badan ibu, dan pola asuh makan terhadap kejadian stunting pada anak usia 1-5

tahun. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan Cross Sectional.

Cara pengambilan sampel dengan Proportionate Stratified Random Sampling pada

192 responden. Analisa data: Chi Square dan Spearman Rank. Hasil analisa data

dengan uji Spearman Rank menunjukkan ada hubungan berat badan lahir dengan

kejadian stunting (ρ= 0,000), tidak ada hubungan pola asuh makan dengan

kejadian stunting (ρ= 0,386). Analisa data dengan Chi Square menunjukkan tidak

ada hubungan status ekonomi keluarga (ρ= 0,996), tinggi badan ibu (ρ= 0,723)

dengan kejadian stunting. Tenaga Kesehatan diharapkan untuk mengoptimalkan

pendampingan kepada anak yang lahir dengan berat lahir rendah.7

C. Faktor Resiko

Salah satu masalah gizi di Indonesia yang menjadi perhatian utama saat ini adalah

masalah gizi kurang pada anak balita yang merupakan dalam periode emas 1000

Hari Pertama Kehidupan (HPK). Angka stunting masih relatif tinggi di Indonesia.

Adapun faktor resiko penyebab Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Orang Tua

Dalam Pemberian Makanan Pada Balita Dan Anak (PMBA), yang berdampak

terganggunya pertumbuhan fisik dan perkembangan mental serta kecerdasan dan

kognitif. Hal tersebut justru membuat anak tidak mendapatkan asupan nutrisi

sebagai mana mestinya. Keberhasilan 1000 HPK dapat terlihat dari kecukupan

status gizi pada anak, di tandai dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan

kognitif sesuai dengan usia. 8


D. Tanda dan Gejala

Tanda gejala anak CP adalah keterlambatan dalam perkembangan seperti

tengkurap duduk dan berjalan yang tidak sesuai tahapan perkembangan.

E. Pencegahan

Periode kritis bagi pertumbuhan dan perkembangan anak yang disebut dengan

1000 Hari Pertama Kehidupan dipengaruhi oleh status gizi ibu pada saat pra-

hamil, kehamilan dan saat menyusui. Masalah gizi yang dapat terjadi pada masa

ini adalah stunting (pendek). Salah satu program yang terdapat dalam Gerakan

1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dalam upaya mencegah stunting adalah

intervensi gizi spesifik. Bahkan bisa dengan cara pijat pada bayi agar tidak

terjadinya penurunan berat badan pada bayi, balita dan anak prasekolah, inti dari

agar naiknya berat badan yaitu perbaiki dari status gizinya terlebih dahulu.9

F. Penatalaksanaan

Pada penatalaksanaan kasus Bidan melakukan pemeriksaan hasil berat badan,

tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar dada.

G. Komplikasi

Masalah yang terjadi akibat stunting bukan hanya sekedar perawakan yang

pendek. Dari segi kesehatan, stunting menimbulkan komplikasi jangka pendek

dan jangka panjang, di antaranya adalah perkembangan fisik anak, gangguan

kognitif, gangguan mental-tingkah laku, kualitas kesehatan yang rendah, dan

risiko penyakit
DAFTAR PUSTAKA

1. https://repository.poltekkes-tjk.ac.id/

2. http://journal.umpr.ac.id/

3. http://repositori.stikes-ppni.ac.id/

4. http://akper-sandikarsa.e-journal.id/

5. http://journals.stikim.ac.id/

6. http://journals.stikim.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai