SEKOLAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dipantau. Pentingnya pemantauan tumbuh kembang balita ini, maka peneliti ingin
kehidupan balita saat ini, stunting yang dialami oleh balita dapat berdampak buruk
saat balita besar dan dewasa kelak. Dampak balita stunting dapat menurunkan
depan. BBLR diduga sebagai faktor resiko terjadinya stunting pada balita.
BAKTIMU: 1
adalah stunting. Prevalensi kejadian stunting di DIY sebesar 10, 69% dan
Kapenawon Gamping menjadi prioritas lokus stunting pada tahun 2021 dan 2022.
cakupan kunjungan balitanya yang sangat rendah. Setiap bulan hanya 50% dari
sendi yang terlalu kaku dan menyatukan organ tubuh dengan gosokan yang kuat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pijat bayi terhadap berat
badan bayi pada umur 2-6 bulan pada kelompok perlakuan dan kontrol. Metode
penelitian ini adalah quasi experiment dengan non equivalen kontrol design yang
terdiri dari 30 bayi yang berumur 2-6 bulan yang terdiri dari 15 sebagai kelompok
test dan Independen t-test. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada efek pijat bayi
dengan peningkatan berat badan bayi. diperoleh p value (0,029)< 0, 05. Dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh berat badan bayi setelah dilakukan pemijatan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatan pengetahuan pada ibu tentang
pentingnya pijat bayi untuk meningkatkan berat badan bayi. Periode penting
tumbuh kembang anak adalah masa balita karena dimasa inilah periode tumbuh
fisiknya.Pada usia ini biasanya anak mengalami keadaan sulit makan. Keadaan
seperti ini yang apabila terus dibiarkan mengakibatkan terjadinya penurunan berat
badan dan dapat membuat anak menjadi kurang gizi. Berdasarkan data profil
kesehatan Indonesia tahun 2018 status gizi berdasarkan indeks BB/U di Provinsi
Lampung, cakupan gizi buruk (3,1%) gizi baik (12,8%) gizi kurang (12,8%).
Berdasarkan hasil penelitian ahli gizi dan pangan, madu mengadung karbohidrat
yang paling tinggi yaitu sekitar 82,3% lebih tinggi diantara produk ternak lainnya
seperti susu, telur, daging, keju dan mentega. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui pengaruh pemberian madu terhadap kenaikan berat badan anak balita
usia 3-5 tahun di PAUD Kemuning Jaya Tahun 2020. Jenis penelitian yang
diawali dengan pre test dan setelah pemberian perlakuan akan diadakan
pengukuran kembali (post test). Populasi penelitian ini adalah semua anak balita
di PAUD Kemuning Jaya, sedangkan sampel dari penelitian ini adalah anak balita
usia 3-5 tahun di PAUD Kemuning Jaya. Berdasarkan hasil uji statistik Paired t-
test antara pengaruh pemberian madu terhadap kenaikan berat badan anak balita
usia 3-5 tahun didapatkan nilai α = 0,000 sehingga α < 0,05. Hasil uji statistik ini
badan anak balita usia 3-5 tahun di PAUD Kemuning Jaya Tahun 2020.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pemberian madu terbukti efektif dalam
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Underweight adalah kegagalan bayi untuk mencapai berat badan ideal,
usianya, dalam jangka waktu tertentu. Gangguan ini bisa disebabkan karena bayi
yaitu berat badan bayi sulit naik dan rewel sebelum tidur sehingga mengurangi
pada bayi dapat menjadi alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut. Tujuan
mengetahui pengaruh pijat bayi terhadap peningkatan berat badan dan lama tidur
bayi usia 1-3 bulan. Metode Quasi Experiment dengan Pre danPost test with
test. Hasil Peningkatan berat badan dan lama tidur pada kelompok eksperimen
lebih baik. Ada pengaruh pijat bayi terhadap peningkatan berat badan dengan P
Value 0,002, dan lama tidur bayi dengan P Value 0,007. Simpulan ada perbedaan
berat badan serta lama tidur pada kedua kelompok, dan ada pengaruh pijat bayi
terhadap peningkatan berat badan serta lama tidur pada bayi usia 1-3 bulan.4
Cakupan pelayanan kesehatan bayi dan anak balita salah satunya Stimulasi
Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) tingkat Provinsi Riau masih
rendah yaitu 87.8% berada dibawah target yang ditetapkan yaitu 90%, sedangkan
untuk Kabupaten Kampar berada jauh dibawah yaitu 77% termasuk Desa Bukit
Kratai Wilayah Kerja UPT. BLUD Puskesmas Rumbio. SDIDTK yang dilakukan
lingkar badan saja. Kader posyandu belum mampu melakukan deteksi dini dan
secara dini. Dengan demikian maka pemantauan tumbuh kembang anak melalui
deteksi dini tumbuh kembang merupakan bagian dari tugas kader posyandu untuk
Sebagian besar anak mengalami stunting (52, 4%). Sebanyak 20, 6 persen
anak memiliki riwayat berat badan lahir rendah (BBLR) dan 23, 8 persen
memiliki riwayat panjang badan lahir pendek. Sebagian besar ibu (57, 1%) tidak
berisiko, 22, 2 persen ibu kategori KEK, dan 33, 3 persen mengalami anemia saat
hamil. Dominasi kejadian stunting terjadi pada anak perempuan. Riwayat BBLR
(p= 0,047), panjang badan lahir (p= 0,000), dan status anemia ibu (p= 0,032)
berhubungan signifikan dengan kejadian stunting. Riwayat BBLR (p= 0,004) dan
status anemia ibu saat hamil (p= 0,001) paling berisiko menjadi stunting.
Stunting atau pendek merupakan masalah kurang gizi kronis yang
menganalisis hubungan faktor berat badan lahir, status ekonomi keluarga, tinggi
badan ibu, dan pola asuh makan terhadap kejadian stunting pada anak usia 1-5
tahun. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan Cross Sectional.
192 responden. Analisa data: Chi Square dan Spearman Rank. Hasil analisa data
dengan uji Spearman Rank menunjukkan ada hubungan berat badan lahir dengan
kejadian stunting (ρ= 0,000), tidak ada hubungan pola asuh makan dengan
kejadian stunting (ρ= 0,386). Analisa data dengan Chi Square menunjukkan tidak
ada hubungan status ekonomi keluarga (ρ= 0,996), tinggi badan ibu (ρ= 0,723)
C. Faktor Resiko
Salah satu masalah gizi di Indonesia yang menjadi perhatian utama saat ini adalah
masalah gizi kurang pada anak balita yang merupakan dalam periode emas 1000
Hari Pertama Kehidupan (HPK). Angka stunting masih relatif tinggi di Indonesia.
Adapun faktor resiko penyebab Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Orang Tua
Dalam Pemberian Makanan Pada Balita Dan Anak (PMBA), yang berdampak
kognitif. Hal tersebut justru membuat anak tidak mendapatkan asupan nutrisi
sebagai mana mestinya. Keberhasilan 1000 HPK dapat terlihat dari kecukupan
status gizi pada anak, di tandai dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan
E. Pencegahan
Periode kritis bagi pertumbuhan dan perkembangan anak yang disebut dengan
1000 Hari Pertama Kehidupan dipengaruhi oleh status gizi ibu pada saat pra-
hamil, kehamilan dan saat menyusui. Masalah gizi yang dapat terjadi pada masa
ini adalah stunting (pendek). Salah satu program yang terdapat dalam Gerakan
1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dalam upaya mencegah stunting adalah
intervensi gizi spesifik. Bahkan bisa dengan cara pijat pada bayi agar tidak
terjadinya penurunan berat badan pada bayi, balita dan anak prasekolah, inti dari
agar naiknya berat badan yaitu perbaiki dari status gizinya terlebih dahulu.9
F. Penatalaksanaan
G. Komplikasi
Masalah yang terjadi akibat stunting bukan hanya sekedar perawakan yang
risiko penyakit
DAFTAR PUSTAKA
1. https://repository.poltekkes-tjk.ac.id/
2. http://journal.umpr.ac.id/
3. http://repositori.stikes-ppni.ac.id/
4. http://akper-sandikarsa.e-journal.id/
5. http://journals.stikim.ac.id/
6. http://journals.stikim.ac.id/