Anda di halaman 1dari 20

Hubungan antara Faktor

Risiko dengan Kejadian


Stunting pada Balita
I Gde Agung Ramadana 102011364
Fardiansyah 102013199
Jessica de queljoe 102013200
Kartika chandra wijaya 102013371
Tiffany carolina 102014003
Un Gerry Namyu 102014032
Shita Apilla Elya 102014083
Yoan Carolin Saron Kapressy 102014132
Suatu hasil penelitian yang menganalisis faktor risiko stunting
pada anak Balita usia 24-59 bulan di Sumatera. Desain penelitian
yang digunakan adalah cross sectional yang melibatkan sebanyak
1.239 anak Balita di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera
Selatan, dan Lampung. Pengumpulan data Riskesdas 2010
menggunakan kuesioner dan pengukuran antropometri. Analisis
Chi square dan regresi logistik digunakan untuk mengetahui
hubungan antara faktor resiko dengan kejadian stunting pada
Balita. Hasil penelitian menunjukan prevalensi anak Balita
stunting 44,1%. Faktor resiko stunting adalah tinggi badan ibu
(OR=1.36), tingkat asupan lemak (OR=1.30), jumlah anggota
rumah tangga (OR=1.38) dan sumber air minum (OR=1.36).
Faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting
pada Balita adalah jumlah anggota rumah tangga. Keluarga
disarankan agar dapat membatasi jumlah anak sesuai dengan
program Keluarga Berencana.

Skenario 6
Stunting didefinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama
dengan atau kurang dari minus dua standar deviasi (-2 SD)
dibawah rata-rata standar atau keadaan dimana tubuh anak lebih
pendek dibandingkan dengan anak anak lain seusianya (MCN,
2009) (WHO, 2006)

Stunting adalah indikator kesehatan anak yang kekurangan gizi


kronis yang memberikan gambaran gizi pada masa lalu dan yang
dipengaruhi lingkungan dan keadaan sosial ekonomi.
Penelitian Epidemiologis

Merupakan ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan-


determinan penyakit dan kesehatan pada populasi manusia.

Tujuan penelitian epidemiologis:


1. Mendeskripsikan distribusi frekuensi penyakit berdasar orang,
waktu, dan tempat.

2. Memperoleh penjelasan tentang berbagai faktor penyebab


penyakit dan menilai keberhasilan intervensi yang dilakukan
terhadap berbagai permasalahan kesehatan yang ada di
masyarakat.
Odds Ratio (OR) adalah ukuran asosiasi paparan (faktor risiko)
dengan kejadian penyakit, dihitung daru angka kejadian penyakit
pada kelompok berisiko (terpapar faktor risiko) dibanding angka
kejadian penyakit pada kelompok yang tidak berisiko (tidak
terpapar faktor risiko).

Pada skenario, Odds Ratio yang dimaksud adalah Seberapa besar


pengaruh jumlah anggota rumah tangga terhadap kejadian
stunting.
1. Penelitian Observasional.
Studi observasional dapat dilakukan dengan pendekatan
deskriptif maupun analitik. Penelitian deskriptif berupa
laporan kasus (case report), studi kasus serial (case series),
dan studi cross-sectional.

2. Penelitian Eksperimental.
Ada 3 macam studi eksperimental yaitu randomized
controlled trial yang menggunakan pasien sebagai subyek
penelitian, dan penelitian uji lapangan dan intervensi
komunitas yang menggunakan orang sehat dan komunitas
sebagai subyek penelitian.

TIPE-TIPE PENELITIAN EPIDEMIOLOGI


Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang
melibatkan sebanyak 1.239 anak Balita di Provinsi Aceh,
Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Lampung.

Pengumpulan data Riskesdas 2010 menggunakan kuesioner dan


pengukuran antropometri.

Analisis Chi square dan regresi logistik digunakan untuk


mengetahui hubungan antara faktor resiko dengan kejadian
stunting pada Balita.
Tinggi badan ibu
Tingkat asupan lemak
Jumlah anggota rumah tangga
Sumber air minum
kekurangan energi dan protein,
sering mengalami penyakit kronis,
praktek pemberian makan yang tidak sesuai
faktor kemiskinan
Prevalensi stunted meningkat dengan bertambahnya usia,
roses pertumbuhan anak masa lalu mencerminkan standar
gizi dan kesehatan

Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan


Stunting Pada Balita
1. Berat badan menurut Panjang badan (untuk anak usia 0-
24 bulan)
2. Berat badan menurut Tinggi badan (anak usia 2-5 tahun)
3. Berat badan menurut Umur (anak usia 0-5 tahun)
4. Tinggi badan menurut umur (anak umur 0 5 tahun )
5. Berat badan berbanding tinggi badan (24bulan 50
bulan )

Penilaian Stunting secara


Antropometri
Z-score adalah unit standar deviasi untuk mengetahui perbedaan
antara nilai individu dan nilai tengah (median) populasi referent
untuk usia/tinggi yang sama, dibagi dengan standar deviasi dari
nilai populasi rujukan.

Keuntungan penggunaan Z-score :


1. Untuk mengidentifikasi nilai yang tepat dalam distribusi
perbedaan indeks dan perbedaan usia
2. Memberikan manfaat untuk menarik kesimpulan secara statistik
dari pengukuran antropometri.

Z-Score
Secara umum, rumus perhitungan Z-score adalah :

Z-score =
Ambang Batas Status Gizi Berdasarkan BB/U

Simpang Baku

Umur
+1
-3 SD -2 SD -1 SD Median +2 SD +3 SD
SD

11 Bulan 6,8 7,6 8,4 9,4 10,5 11,7 13

26 Bulan 8,9 10,0 11,2 12,5 14,1 15,8 17,8


Contoh Soal

Seorang anak laki-laki dengan umur 11


bulan dengan panjang badan 68 cm serta
berat badan 5 kg.
Jawab

Dit. Status Gizi..?


Ans :
Distribusi Simpang Baku
1. BB/U
Kasus bayi 11 bulan, berat badannya (5 kg)
lebih kecil daripada nilai median (9,4), maka
dari itu nilai simpang baku rujukannya
menjadi 9,4-8,4
Sehingga perhitungan z score : = 4,4
Karena nilai z score sudah mencapai 4,4
berarti memiliki SD <-3 SD.
Z-Score <-3 SD Maka termasuk ke
dalam status gizi buruk.
Mencegah faktor resiko gizi kurang baik pada remaja putri,
wanita usia subur (WUS), ibu hamil maupun pada balita.
Menangani balita dengan tinggi dan berat badan rendah yang
beresiko terjadi stunting.
Menangani balita yang telah stunting agar tidak semakin berat.
Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil.
Bayi baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai umur 6 bulan
(eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping
ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya.
Memantau pertumbuhan balita di posyandu untuk mendeteksi
dini.
Meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan
Penyediaan sarana prasarana terhadap sumber air terlindung

Pencegahan Stunting pada Balita


Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari
Stunting (Pendek):

a. Kalsium
b. Yodium
c. Zink
d. Zat Besi
e. Asam Folat
Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil
Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter Bayi sampai
dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI
Eksklusif).
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diupayakan
oleh setiap rumah tangga.
Pencegahan stunting pada pertumbuhan bayi
Kebutuhan gizi masa hamil
Kebutuhan Gizi Ibu saat Menyusui
Kebutuhan Gizi Bayi 0 12 bulan
Kebutuhan Gizi Anak 1 2 tahun

Penanggulangan stunting pada pertumbuhan


bayi:
Untuk menentukan stunted pada anak dilakukan dengan cara
pengukuran. Pengukuran tinggi badan menurut umur dilakukan
pada anak usia di atas 2 tahun. Anak yang menderita stunting
berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi
juga pada kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak
setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban negara. Kejadian
balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam
kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat
gizi bagi ibu hamil.

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai