Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS JURNAL

PRAKONSEPSI DAN ASUHAN MENOPAUSE

DOSEN PENGAJAR
Etik Khusniyati,SST.,S.Psi.,M.Keb
DISUSUN OLEH
Milda Fanlay (201905012)

PROGAM STUDI S1 KEBIDANAN


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2020/2021
PENGARUH KONSELING GIZI PRAKONSEPSI TERHADAP
PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA PRANIKAH DI KECAMATAN
BATANG KUIS

Background : Nutritional status during the preconception period is one of the determinants
of fluency from the process of pregnancy to later delivery. The premarital period can be related
to the preconception period, because after marriage women will be immediately undergo the
process of conception. The preconception period is a period before pregnancy. The
preconception period is a span of three months to one year before conception and ideally should
include the time when the ovum and sperm mature, which is about 100 days before conception.
This study aims to determine the effect of preconception nutrition counseling to the knowledge
and attides of premarital woman at Batang Kuis District. This study used a quasi experimental
design with one group prepost test. The number of samples in this study were 30 people. Data
collection was done using counseling methods and giving questionnaires. Data analysis used
Wilcoxon test and T-dependent test. The result showed that there was a significant effect to
knowledge (p=0.001) and attitude (p=0.001) before and after the intervention.

Keywords : Maternal Knowledge, Nutritional Status

PENDAHULUAN

Salah satu penentu kualita sumber daya manusia adalah terpenuhinya kecukupan gizi
individu. Seseorang yang mengalami kekurangan gizi maka akan berdampak pada gangguan
pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya daya tahan tubuh yang akan
berakibat meningkatnya angka kesakitan dan kematian. Kecukupan gizi sangat diperlukan oleh
setiap individu sejak masih di dalam kandungan, bayi, anakanak, masa remaja, dewasa sampai
usia lanjut (Supriyono dalam Rahim dkk. 2013).
Kementerian Kesehatan RI (2010) mendefinisikan bahwa Wanita Usia Subur (WUS) adalah
wanita yang berada dalam periode umur antara 15-49 tahun. Wanita pranikah merupakan bagian
dari kelompok WUS perlu mempersiapkan kecukupan gizi tubuhnya, karena sebagai calon ibu,
gizi yang optimal pada wanita pranikah akan mempengaruhi tumbuh kembang janin, kondisi
kesehatan bayi yang dilahirkan dan keselamatan selama proses melahirkan (Paratmanitya dkk.
2012).
Masa pranikah dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena setelah menikah
wanita akan segera menjalani proses konsepsi. Masa prakonsepsi merupakan masa
sebelum kehamilan. Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan
hingga satu tahun sebelum konsepsi dan idealnya harus mencakup waktu saat
ovum dan sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Status gizi WUS
atau wanita pranikah selama tiga sampai enam bulan pada masa prakonsepsi akan
menentukan kondisi bayi yang dilahirkan. Prasayarat gizi sempurna pada masa
prakonsepsi merupakan kunci kelahiran bayi normal dan sehat

Dampak dari wanita pranikah yang menderita KEK antara lain dapat mengakibatkan
terjadinya anemia, kematian pada ibu pada saat melahirkan, kematian janin, bayi berat lahir
rendah (BBLR), kelahiran prematur, lahir cacat hingga kematian pada bayi (Stephanie dkk.
2016). Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) masih tergolong besar yaitu 228 ibu per
100.000 kelahiran demikian juga dengan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 34 bayi per
1.000 kelahiran (Bappenas, 2010). Menurut World Health Organization (WHO) mendefinisikan
bahwa bayi yang dikatakan BBLR adalah bayi yang terlahir dengan berat kurang dari 2500
gram (WHO, 2014). Di
Indonesia sendiri prevalensi BBLR pada tahun 2013 mencapai 10,2% (Riskesdas, 2013).
Bayi yang mengalami gangguan pertumbuhan selama masa janin, berwujud kecil untuk
masa kehamilan
(small for gestational age), beresiko tinggi untuk mengalami gagal tumbuh dalam 2 tahun
pertama kehidupan. Diestimasi sekitar 20% yang mengalami stunting ditandai oleh gangguan
pertumbuhan selama masa janin. Gangguan pertumbuhan janin dan pertumbuhan yang buruk di
masa bayi saat ini diakui sebagai determinan penting dari kematian neonatal dan bayi, stunting,
berat badan lebih dan obesitas pada masa kanakkanak dan usia dewasa. Oleh karena itu,
intervensi gizi harus ditekankan pada masa sebelum hamil dan selama hamil (Black, et al dalam
Patimah 2017).
Berbagai faktor dapat mempengaruhi status gizi wanita pranikah sebelum kehamilan. Faktor-
faktor yang mempengaruh adalah umur, pendidikan, dan status gizi. Sedangkan selama
kehamilan beberapa faktor yang mempengaruhi adalah frekuensi kehamilan, derajat aktivitas
fisik, komplikasi penyakit saat hamil, kondisi psikologis dan asupan pangan (Badriah dalam
Fauziyah
Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data Primer
a.
Dikumpulkan melalui wawancara dengan mengisi formulir, meliputi : identitas sampel,
dan status gizi dengan mengukur lingkar lengan atas (LILA), pengetahuan dan sikap sebelum
dan setelah konseling.

Data Skunder
b.
Dikumpulkan berdasarkan informasi dari pengurus KUA seperti gambaran umum lokasi
penelitian, jumlah wanita pranikah, alamat rumah, dan nomor telepon

Pengolahan dan Analisis Data


a. Data identitas sampel (umur, pekerjaan, pendidikan terakhir) yang sudah dikumpulkan
diolah menggunakan program komputer
(SPSS) 1.

Data Pengetahuan
b.
Data pengetahuan dikumpulkan dengan menggunakan 20 pertanyaan. Setiap pertanyaan
diberikan skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban yang salah. Nilai pengetahuan
kemudian diklasifikasikan menjadi nilai pengetahuan kategorikal dimana menurut Arikunto
(2006) yaitu :

• Baik : hasil persentase 76 – 100%


• Cukup : hasil persentase 56 – 75%
• Kurang : hasil persentase < 56%
c. Data Sikap
Data sikap dikumpulkan dengan menggunakan 10 pertanyaan, yang terbagi menjadi 6
pertanyaan positif (favorable), yaitu pertanyaan pada nomor 1, 2, 5, 6, 8, 9 dan 4
pertanyaan negatif (unfavorable), yakni pada nomor 3, 4, 7 dan 10. Pada pertanyaan
positif, diberikan skor 3 untuk jawaban setuju dan skor 1 untuk setiap jawaban tidak
setuju. Sedangkan pada pertanyaan negatif, diberikan skor 3 untuk jawaban tidak setuju
dan skor 1 untuk jawaban setuju. Dan untuk jawaban ragu-ragu diberikan skor 2 pada
setiap jenis pertanyaan. Nilai sikap kemudian diklasifikasikan (Arikunto, 2006) :

• Baik : hasil persentase 76 – 100%


• Cukup : hasil persentase 56 – 75%
• Kurang : hasil persentase < 56%
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa secara univariat (deskriptif masing-
masing variabel, yaitu: nama sampel, umur, pendidikan, yang disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi dan dianalisis dalam bentuk persentase). dan Bivariat (menilai pengaruh konseling
Gizi Prakonsepsi terhadap pengetahuan dan sikap wanita pranikah di Kecamatan Batang
Kuis). Jika nilai p ≤ 0,05 maka Ho ditolak berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel
independent dan dependent, dan jika diperoleh p > 0,05, maka tidak ada hubungan yang
signifikan antara variabel independent dengan variabel dependent.

HASIL PENELITIAN

Karakteristik Sampel
Sampel pada penelitian ini merupakan wanita pranikah yang sudah terdaftar di KUA
Kecamatan Batang Kuis. Karakteristik sampel meliputi usia, tingkat pendidikan, dan status
Lingkar Lengan Atas (LILA), disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 1. Gambaran Karakterisktik Sampel

No Variabel Jumlah

N %
1 Kategori Usia
Sampel

≤ 20 3 10

21-35 25 83.3

> 35 2 6.7

2
Pendidikan
1 3,3
Sampel

SD

SMP 5 16,7

SMA 20 66,7

DIII 3 10,0

S1 1 3,3

3 Status LILA

KEK 11 36,7

Non KEK 19 63,3

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik sampel didapatkan bahwa masih ditemukan


wanita yang menikah diusia ≤20 (10%) tahun dan diatas >35 tahun (6,7%). Rata-rata tingkat
pendidikan wanita pranikah di Kecamatan Batang Kuis adalah Sekolah Menengah Atas
(SMA). Terdapat 11 wanita pranikah yang mengalami KEK dari total 30 sampel wanita
pranikah.
2. Selisih peningkatan pengetahuan sampel sebesar 3,37 sehingga ratarata skor pengetahuan
sampel sebelum dan sesudah pemberian intervensi berupa konseling gizi prakonsepsi
meningkat dari 12,60 menjadi 15,97.
3. Selisih peningkatan sikap sampel sebesar 3,30 sehingga rata-rata skor sikap sampel sebelum
dan sesudah pemberian intervensi berupa konseling gizi prakonsepsi meningkat dari 23,70
menjadi 27,00.
4. Konseling yang dilakukan dengan tiga kali pengulangan dalam waktu satu minggu
memberikan pengaruh yang signifikan (p=0,001) terhadap peningkatan pengetahuan dan
sikap wanita pranikah tentang gizi prakonsepsi di Kecamatan Batang
Kuis.

Saran

1. Diharapkan Dinas Kesehatan bekerjasama dengan Departemen Agama agar setiap wanita
pranikah yang mendaftarkan diri agar mendapatkan konseling tentang gizi prakonsepsi.
2. Agar pihak KUA membuat unit konseling mengenai gizi prakonsepsi di setiap konseling
pranikah.
DAFTAR PUSTAKA

Azzahra Margareta Fatimah dan Lailatul Muniroh. 2015. Pengaruh Konseling Terhadap
Pengetahuan Dan Sikap Pemberian Mp-Asi. Surabaya:
Universitas Airlangga.

Azwar, Saifuddin. 2002. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baker, PN.;S.J. Wheeler; Sanders, TA.; Thomas, JE.; Hutchinson, Cj,;


Clarke, K.; et al. 2009. A Prospective Study of Micronutrient Status in Adolescent
Pregnancy. American
Journal of Clinical Nutrition, Vol. 89 (4); 1114-1124.

Cornelia, Edith Sumedi dan Irfanny Anwar. 2013. Konseling Gizi. Jakarta: Penerbit Plus.

Dinkes Deli Serdang. (2016). Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016. Deli
Serdang : Tidak dipublikasikan.

Fauziyah, Anny. 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang


Nutrisi Prakonsepsi Terhadap Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Praktik Konsumsi Makanan
Sehat Wanita Pranikah di Kota Tegal. Tesis.
Jakarta: Universitas Indonesia.

Fikawati, Sandra, Ahmad Syafiq dan Khaula Karima. 2015. Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada

Hestuningtyas, Tiara Rosania dan Etika Ratna Noer. 2014. Pengaruh Konseling Gizi Terhadap
Pengetahuan, Sikap, Praktik Ibu Dalam Pemberian Makan Anak, Dan Asupan Zat Gizi
Anak Stunting Usia 1-2 Tahun Di Kecamatan Semarang Timur. Journal of Nutrition
College, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 17 – 25.

Indriani Yaktiworo, Reni Zuraida dan Rabiatul Adawiyah. 2013. Pola Makan Dan Tingkat
Kecukupan Gizi Wanita Usia Subur Pada Rumah Tangga Miskin. Seminar Nasional Sains
& Teknologi V Lembaga Penelitian. Universitas Lampung.

Irawati, Anies. 2009. Faktor Determinan Resiko Kurang Energi Kronis (Kek) Pada Ibu
Menyusui dl Indonesia. Puslitbang Gizi dan Makanan, Badan Litbang Kesehatan, Depkes
RI.

Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013.


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Jakarta: 2013.
Ni’mah Cholifatum dan Lailatul Muniroh. 2015. Hubungan Tingkat Pendidikan, Tingkat
Pengetahuan Dan Pola Asuh Ibu Dengan Wasting Dan Stunting Pada Balita Keluarga
Miskin. Media Gizi Indonesia, Vol. 10, No. 1 Januari–Juni 2015: hlm. 84–90.

Patimah, Sitti. 2017. Gizi Remaja Putri Plus 1000 Hari Pertama Kehidupan. Bandung: PT
Refika Aditama

Permatasari, Novelinda. 2017. Hubungan Usia Ibu Saat Melahirkan Dengan Kejadian Berat
Badan Bayi Lahir Rendah Di Rsud Tidar Magelang. Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.

Rahayu YP, M. Basit dan Mega Silvia. 2015. HubungAn Usia Ibu Dengan Bayi Berat Badan
Lahir Renda (BBLR) di RSUD DR. H. MOCH. Ansari Saleh Banjar Masin Tahun 2013-
2014. Dinamika Kesehatan,
Vol.5 No.2 Desember 2015
Rahim Rahmiyati, A.Razak Thaha dan Citrakesumasari. 2013. Pengetahuan dan sikap wanita
prakonsepsi tentang gizi dan kesehatan reproduksi sebelum dan setelah suscatin di
kecamatan ujung tanah. Makassar: Universitas Hasanudin.

Ramlan, Ani Margawati dan Martha I. Kartasurya. 2015. Pengaruh


Konseling Gizi Dan Laktasi Intensif Dan Dukungan Suami Terhadap Pemberian Air Susu
Ibu (Asi) Eksklusif Sampai Umur 1 Bulan. Jurnal Gizi Indonesia (ISSN : 18584942) Vol. 3,
No. 2, Juni 2015: 101107.

Shulhaeni, Husnul Fatah Noor. 2016. Hubungan Antara Pendidikan Orang Tua Dan Status Gizi
Balita Di Desa Ngargosari Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sholiha Hidayatush dan Sri Sumarmi.


2015. Analisis Risiko Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (Bblr) Pada Primigravida. Media
Gizi Indonesia, Vol. 10, No. 1 Januari–Juni 2015: hlm. 57–63.

Sineke Jufri, Yohanis Tomastola dan Kristina Nanangkong. 2013.


Pengaruh penyuluhan gizi terhadap pengetahuan dan praktek gizi ibu nifas di wilayah
Puskesmas Likupang
Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara. Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Manado.
Vol. 5 No. 1.

Stephanie Patricia, Sari Komang dan Ayu Kartika. 2016. Gambaran kejadian kurang energi
kronik dan pola makan wanita usia subur di desa pesinggahan kecamatan dawan klungkung
bali 2014. E-jurnal medika, vol. 5 no.6.

Susilowati. Kuspriyanto. 2016. Gizi dalam Daur Kehidupan, Bandung: PT Refika Aditama.

Supariasa, I Dewa Nyoman. 2014. Pendidikan dan Konsultasi Gizi.


HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL SUAMI DENGAN TINGKAT
KECEMASAN WANITA MENOPAUSE KOTA TASIKMALAYA
TAHUN 2015

Menopause adalah saat terjadinya haid terakhir. Saat menopause, terjadi penurunan
hormon estrogen yang menimbulkan perubahan-perubahan fisik yang diikuti perubahan
psikologis pada wanita. Kehilangan daya tarik, kurang bersemangat, kesulitan dalam
berkonsentrasi dan mengingat sesuatu, perasaan tertekan atau kecemasan merupakan masalah
yang timbul pada kondisi menopause. Kondisi tersebut mendorong wanita untuk memecahkan
masalah melalui cara mencari bantuan dan dukungan dari keluarga dan teman-temannya dalam
bentuk dukungan sosial. Adanya bantuan tersebut akan membuat wanita merasa lebih tentram
dan lega sehingga akan menurunkan kecemasannya. Tujuan penelitian untuk mengetahui
hubungan antara dukungan sosial terhadap tingkat kecemasan pada ibu menopause. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan crosssectional. Lokasi penelitian
dilaksanakan di Kelurahan Cikalang Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya Tahun 2015.
Populasinya adalah seluruh ibu yang sudah mengalami menopause yang berjumlah 104 orang.
Teknik pengambilan sampel adalah stratified proportional random sampling sebanyak 83
responden. Hasil penelitian didapat mayoritas wanita menopause atau sebanyak 56 orang
(67,5%) mendapat dukungan sosial suami cukup dan sebagian besar wanita menopause
mempunyai tingkat kecemasan ringan yaitu sebanyak 65 orang (78,3%). Mayoritas wanita
menopause yang mendapat dukungan sosial cukup dari suaminya cenderung memiliki tingkat
kecemasan yang lebih ringan daripada wanita menopause yang mendapat dukungan sosial
kurang dari suami. Simpulan yang diperoleh adalah terdapat hubungan antara dukungan sosial
suami dengan tingkat kecemasan wanita menopause di Kelurahan Cikalang Kecamatan Tawang.
Perlunya penyuluhan menopause bukan hanya pada wanita, tetapi melibatkan peran serta suami
dalam menghadapi masa menopause.

Kata kunci : Dukungan sosial suami, kecemasan, menopause


PENDAHULUAN
Menopause adalah haid terakhir atau saat terjadinya haid terakhir. Kebanyakan wanita
mengalami menopause pada usia 56 sampai 60 tahun dengan rata-rata mengalami menopause di
usia 51 tahun. Menopause bukanlah peristiwa yang terjadi secara mendadak. Menopause
merupakan proses yang berlangsung lama. Artinya, meskipun seorang wanita mengalami henti
haid untuk selamanya pada usia 50 tahun, ia mungkin sudah merasa bahwa siklus haidnya mulai
berubah sejak ia berusia 40 tahun.
Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) memperkirakan Usia
Harapan Hidup (UHH) orang Indonesia adalah 75 tahun pada tahun 2025. Hal ini mengartikan
bahwa wanita memiliki kesempatan untuk hidup rata-rata 25 tahun lagi sejak awal menopause.
Oleh karena itu berbagai upaya perlu dilakukan agar waktu yang cukup lama itu dijalani dengan
berkualitas.
Menopause dianggap sebagian masyarakat sebagai awal dari kemunduran fungsi
kewanitaan secara keseluruhan. Seorang psikolog mengatakan, ketika haid pertama kali serta saat
berhentinya haid untuk selamanya merupakan peristiwa penting dalam kehidupan wanita,
sehingga seringkali menimbulkan kegelisahan. Banyak wanita menopause merasa tua,
kehilangan daya tarik dan kehilangan hasrat seksual.
Penurunan hormon steroid, terutama hormon estrogen saat menopause menimbulkan
perubahan-perubahan fisik yang diikuti perubahan psikologis pada wanita. Perubahan fisik
menurut hasil penelitian Departemen Obstetri dan Ginekologi di Sumatera, yaitu keluhan nyeri
senggama (93,33%), perdarahan pasca senggama (84,44%), vagina kering (93,33%), keputihan
(75,55%), gatal pada vagina (88,88%), perasaan panas pada vagina (84,44%), nyeri berkemih
(77,77%), inkontinensia urin (68,88%), (Hadrians, dkk, 2005), juga penyusutan pada payudara
dan berat badan cenderung naik.
Perubahan psikologis saat menopause diantaranya perasaan murung, cemas, emosi yang
labil, merasa tidak berdaya, gangguan daya ingat, konsentrasi berkurang, sulit mengambil
keputusan dan merasa tidak berharga. Sindroma menopause ini dialami oleh banyak wanita
hampir diseluruh dunia, sekitar 70-80% wanita Eropa, 60% di Amerika, 57% di Malaysia, 18%
di Cina dan 10% di Jepang dan Indonesia.
Perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang terjadi pada wanita menopause dapat
mengganggu kinerja dan kehidupan sosialnya. Kecemasan yang timbul harus segera diatasi
karena menimbulkan hambatan bagi wanita dalam menjalani aktifitas sehariharinya. Di Amerika
Serikat gangguan kecemasan menjadi masalah psikiatri yang paling sering terjadi. Kira-kira satu
dari empat individu di Amerika Serikat terkena penyakit yang melemahkan ini setiap tahunnya.
Perasaan tertekan atau kecemasan yang dialami individu, termasuk kondisi menopause
yang dialami wanita, mendorong wanita untuk memecahkan masalah melalui cara mencari
bantuan dan dukungan dari keluarga dan teman-temannya. Adanya bantuan tersebut akan
membuat wanita merasa lebih tentram dan lega sehingga akan menurunkan kecemasannya.
Rook dalam Sarafino mendefinisikan dukungan sosial sebagai salah satu fungsi pertalian
sosial yang menggambarkan tingkat dan kualitas umum dari hubungan interpersonal yang akan
melindungi individu dari konsekuensi cemas bahkan stress. Dukungan sosial yang diterima dapat
membuat individu merasa tenang, diperhatikan, timbul rasa percaya diri dan kompeten.
Tersedianya dukungan sosial akan membuat individu merasa dicintai, dihargai dan menjadi
bagian dari kelompok. Dukungan sosial mengacu pada suatu hal yang memberikan kenyamanan
pada orang lain, merawatnya dan menghargainya.
Dukungan sosial meliputi banyak hal, bisa berupa pemberian infomasi, bantuan tingkah
laku, ataupun materi yang didapat dari hubungan sosial yang akrab sehingga membuat individu
merasa diperhatikan, bernilai, dan dicintai. Dukungan sosial yang dimaksud dalam hal ini adalah
bantuan atau tindakan nyata berupa dukungan emosional, penghargaan, instrumental dan
informatif yang akan memberikan manfaat emosional atau efek perilaku bagi wanita dalam masa
menopause sehingga kecemasan yang sebenarnya bisa dihindari menjadi tidak terasa sama
sekali.13 Dukungan sosial suami merupakan faktor eksternal yang paling baik dalam membantu
istri untuk melalui masa menopause. Hasil penelitian Fusilier (1998) menemukan bahwa
dukungan sosial terutama dari suami berpengaruh terhadap stress kerja individu. Individu yang
memiliki dukungan sosial yang baik cenderung terhindar dari gejala-gejala kecemasan.
Pernyataan ini dipertegas dengan penelitian Kavanaugh yang menemukan bahwa dukungan
sosial dari keluarga khususnya suami memberikan pengaruh yang besar terhadap kesehatan para
istri yang mengalami keguguran. Para istri yang mendapatkan dukungan sosial dari suami
memiliki kondisi kesehatan yang lebih baik daripada istri yang merasa kurang mendapatkan
dukungan sosial dari suami.
Departemen Kesehatan bekerjasama dengan Perkumpulan Menopause Indonesia (PERMI)
telah menerbitkan Buku Pedoman Penatalaksanaan Masalah Menopause bagi petugas di Tingkat
Pelayanan Kesehatan Dasar dengan tujuan sebagai bekal bagi petugas dalam memberikan
penyuluhan dan pelayanan kesehatan reproduksi pada pra usia lanjut dan usia lanjut.
Diharapakan upaya kesehatan reproduksi usia lanjut dapat dilaksanakan di pelayanan kesehatan
dasar serta rujukannya di rumah sakit.
Kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan tidak banyak pelayananpelayanan
kesehatan yang menyediakan pelayanan yang berfokus pada masalah menopause. Seperti di
Kota Banda Aceh, dari 14 rumah sakit yang ada hanya Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel
Abidin Banda Aceh Provinsi Aceh satu-satunya rumah sakit yang sudah mempunyai poli
Geriatri yang menangani wanita menopause dan poli PKMRS (Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat Rumah Sakit). Di RSUD Tasikmalaya sendiri belum menyediakan poli yang
khusus untuk menangani masalah menopause, wanita menopause masih dilayani di poli
kebidanan. Di pelayanan kesehatan dasar seperti Puskesmas pun seorang wanita masih sulit
untuk mendapat pelayanan atau informasi mengenai menopause.
Dari data Puskesmas Kahuripan Kota Tasikmalaya pada bulan September 2015 di
Kelurahan Cikalang terdapat 702 jiwa yang terdiri dari 341 pria dan 361 wanita yang berada
pada rentang usia 45-59 tahun atau usia pralansia. Kebanyakan wanita mengalami menopause
pada usia pralansia ini.
Hasil studi pendahuluan pada Agustus tahun 2015 di Kelurahan Cikalang Kecamatan
Tawang Kota Tasikmalaya dari 8 orang yang sudah menopause, 62,5% darinya atau sebanyak 5
orang merasa cemas pada perubahan- perubahan yang terjadi dalam dirinya dan merasa tidak
diperhatikan lagi oleh orang terdekat terutama suami. Mereka merasa kehilangan daya tarik,
kurang bersemangat dalam menjalani aktifitas sehari-hari serta mengalami kesulitan dalam
berkonsentrasi dan sulit mengingat sesuatu. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik
untuk meneliti hubungan antara dukungan sosial suami dengan tingkat kecemasan wanita
menopause di Kelurahan Cikalang Kecamatan Tawang
Kota Tasikmalaya tahun 2015

BAHAN DAN METODE

Jenis penelitian merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode


penelitian analitik dan pendekatan crossectional yang merupakan penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktorfaktor risiko dengan efek, dengan cara pedekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Pengambilan sampel dalam
penelitian dengan stratified proportional random sampling yaitu pengambilan sampel dari setiap
strata atau wilayah sesuai dengan proporsi populasi di wilayah tersebut.

HASIL PENELITIAN
Tabel 1: Distribusi Frekuensi Wanita
Menopause Berdasarkan Dukungan
Sosial Suami Di Kelurahan Cikalang
Kecamatan Tawang Kota
Tasikmalaya
Kategori Persentase
Dukungan Sosial (%)
Frekuensi Suami
Kurang 27 32,5%
Cukup 56 67,5%
Lebih 0 0%
Jumlah 83 100%
Sumber: Hasil Penelitian

Tabel 2: Distribusi Frekuensi Bentuk Dukungan Sosial Suami Di


Kelurahan Cikalang Kecamatan
Tawang Kota Tasikmalaya
Juml
Bentuk Dukungan a Persenta
Sosial h se (%)
skor
Dukungan emosional 2893 25 %
Dukungan 2970 27 %
penghargaan
Dukungan instrumental 2899 26 %
Dukungan informative 2848 22%
Sumber : hasil penelitian

Tabel 3: Distribusi Frekuensi Suami Yang Tinggal Serumah Dengan Wanita


Menopause Di Kelurahan Cikalang
Kecamatan Tawang Kota
Tasikmalaya
Keberadaan Persentase
Frekuensi
Suami %
Tinggal serumah 80 96,4%
Tidak tinggal 3 3,6%
serumah
Jumlah 83 100%
Sumber : hasil penelitian

Tabel 4: Distribusi Frekuensi Wanita


Menopause Berdasarkan Tingkat
Kecemasan Di Kelurahan Cikalang
Kecamatan Tawang Kota
Tasikmalaya
Kategori Frekuensi Persentase
Tingkat
%
Kecemasan
Ringan 65 78,3%
Sedang 11 13,3%
Berat 7 8,4%
Panik 0 0%
Jumlah 83 100%
Sumber : hasil penelitian

Tabel 5: Hubungan Antara Dukungan Sosial Suami Dengan Tingkat Kecemasan


Wanita Menopause Di Kelurahan
Cikalang Kecamatan Tawang Kota
Tasikmalaya

Sumber: hasil penelitian

PEMBAHASAN
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Rank Spearman menunjukkan nilai P 0,007
lebih kecil dari nilai level of significance .\DLWX sehingga hipotesa alternatif diterima atau
dapat diartikan terdapat hubungan antara dukungan sosial suami dengan tingkat kecemasan
wanita menopause. Menurut Baziad (2003) kurang lebih 70% wanita masa menopause
mengalami keluhan vasomotorik, depresif, dan keluhan psikis dan somatik lainnya.
Perubahanperubahan fisik dan psikologis yang terjadi pada wanita menopause dapat
mengganggu kinerja dan kehidupan sosialnya.
Pernyataan Baziad (2003) diperkuat Nushrotul (2009) yang mengatakan bagi sebagian
wanita krisis kepercayaan diri terkadang timbul pada dirinya apalagi jika telah mengalami
menopause karena pengaruh dari perubahan fisik serta psikis pada setiap individu. Perasaan
tertekan atau kecemasan yang dialami individu, termasuk kondisi menopause, mendorong wanita
untuk memecahkan masalah melalui cara mencari bantuan dan dukungan dari keluarga dan
teman-temannya. Adanya bantuan tersebut akan membuat wanita merasa lebih tentram dan lega
sehingga akan menurunkan kecemasannya. Suami yang tidak menuntut wanita untuk tampil
dengan kesempurnaan fisik dan meyakinkan pasangannya mengenai datangnya menopause baik
dalam perkataan maupun tindakan, akan sangat membantu wanita untuk meyakini bahwa tidak
ada yang perlu dicemaskan ketika hal tersebut tiba.
Wanita menopause yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada
dirinya mulai menarik diri dari lingkungan, sehingga terkadang muncul rasa tidak percaya diri
dan merasa sudah tidak berguna lagi karena merasa dirinya tua. Individu yang demikian
menjadikan kualitas hidupnya negatif dan diliputi banyak kecemasan. Ada pula yang
menganggap bahwa menopause merupakan hal yang wajar sehingga mereka ini merupakan
wanita yang memiliki kualitas hidup yang positif. Kualitas hidup yang positif akan terbebas dari
kecemasan.
Pada penelitian ini mayoritas wanita menopause yang mendapat dukungan sosial cukup
dari suaminya cenderung memiliki tingkat kecemasan yang lebih ringan daripada wanita
menopause yang mendapat dukungan sosial kurang dari suami. Sesuai dengan pendapat yang
telah dikemukakan Kasdu (2004) bahwa kecemasan dapat timbul ketika seseorang merasa
sendirian dalam menghadapi suatu masalah dan tidak ada dukungan sosial dari orang
terdekatnya. Lieberman (1992) dalam Kartika (2011) mengemukakan bahwa secara teoritis
dukungan sosial dapat menurunkan munculnya kecemasan karena dukungan sosial dapat
mengubah hubungan antara respon individu pada kejadian yang dapat menimbulkan kecemasan.
Dalam penelitian ini, hampir semua ibu tinggal bersama dengan suami dan anaknya. Hal ini
merupakan dukungan moril dari aspek lingkungan sosial dalam menghadapi berbagai masalah
termasuk menghadapi menopause. Dukungan dari lingkungan sosial ini akan menumbuhkan
ketenangan dan rasa nyaman. Perubahan fisiologis ibu saat menghadapi menopause harus dapat
dikenal, diketahui, dan dipahami dengan baik dan benar oleh semua anggota keluarga terutama
suami.
Kurangnya kerjasama antara suami atau keluarga dengan pasangannya menjadi faktor
tidak langsung yang menimbulkan kecemasan wanita menopause dalam penelitian ini, karena
menurut Larasati (2010) wanita yang mengalami menopause akan membutuhkan keluarga dan
teman-teman terdekat sebagai dukungan agar tidak minder dalam beradaptasi dengan
lingkungan.
Secara umum dikatakan bahwa perempuan Timur menganggap menopause sebagai suatu
peristiwa alamiah biasa, yang harus dijalani oleh semua perempuan. Proses penuaan, tidak
dianggap sebagai hilangnya kecantikan, tetapi sebagai proses pematangan untuk menjadi
manusia bijaksana. Masih banyak daerah di Indonesia, yang menganggap bahwa status
perempuan lansia mempunyai kedudukan yang terhormat di masyarakat. Mereka banyak diminta
pendapat atau nasihatnya dalam berbagai masalah, bahkan kadang-kadang sangat menentukan.
Bila dilihat dari segi spiritual, menopause harus dianggap sebagai sesuatu yang
patut disyukuri, karena tidak semua orang diberi umur panjang dan diberi kesempatan untuk
lebih banyak bertaubat, beribadah dan beramal soleh. Oleh karena itu wajar bila perempuan-
perempuan yang mempunyai pandangan demikian, dalam proses menjelang menopause dan
seterusnya, tidak disertai dengan gejolak yang mengkhawatirkan, baik klinis, psikis maupun
sosial.

KESIMPULAN
Terdapat hubungan antara dukungan sosial suami dengan tingkat kecemasan wanita
menopause di Kelurahan Cikalang Kecamatan
Tawang Kota Tasikmalaya

DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro, Hanifa. (2008). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.

Manuaba, I.G.B. (2009). Memahami


Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:Arcan.
Junianto,(2012). Perbedaan kecemasan pada wanita menopause, tersedia dalam
http://berbagi-
.blogspot.com/2012/11/perbedaan-kecemasanpada-wanita.html, diakses tanggal 3 oktober
2015

Siagian. (2007). Saatnya Memperhatikan Kesehatan Wanita Usia Menopause dengan


Serius tersedia dalam http://www.kesrepro.info/?q=node/34 diakses tanggal 1oktober 2015.

Stefanus, (2012). Menstruasi Peristiwa Penting Dalam Kehidupan Wanita, Menopause


Rasanya Bagai Tersengat Listrik tersedia dalam http://kesehatan.kompasiana.com/seksologi/20
12/02/04/menstruasi-peristiwa-penting-dalamkehidupan-wanita-menopause-rasanya-
bagaitersengat-listrik-432622.html diakses tanggal 3 oktober 2015

Baziad, Ali. (2003). Menopause dan Andropause. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.

Hadrians Dkk. (2005). Kondisi Fisik


Menopause, tersedia dalam http://www.kondisifisik.com, diakses tanggal 3 Oktober 2015.

Kozier, B, Erb & Oliver, R. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
danPraktik. Jakarta : EGC.

Glasier, A&Gebbie, A. (2005). Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta :


EGC.
Liza. (2009).Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Menopause tersedia dalam
http://wordpress.com diakses tanggal 3 Oktober 2015.

Martaadisoebrata, D, dkk. (2005). Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial.


Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Martono N, (2010). Statistik Sosial: Teori dan Aplikasi Program SPSS. Yogyakarta: Gava
Medika Yogyakarta.

Sarafino, E.P. (2006). Psikologi Kesehatan: Interaksi Biopsikososial Edisi Ke Lima. USA:
John Wiley & Sons.

Kartika S. (2011). Konsep Dukungan Sosial, tersedia dalam


http://artidukungansosial.blogspot.com/2011_ 02_01_archive.html, diakses tanggal 17 oktober
2015.

Depkes, RI. (2005). Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia.
Jakarta

Nushrotul. (2009) . Menopause, tersedia dalam http://c3nung.wordpress.com/ 2009 /07/08/


menopause/ diakses tanggal 6 Oktober 2015.

Anda mungkin juga menyukai