Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
(CARA MENCEGAH STUNTING UNTUK IBU HAMIL DAN ANAK
DIKABUPATEN JEMBER)

Disusun Oleh :
1. Ananda Vika Amelia (23104005)
2. Dyah Verawati (23104014)
3. Elok Wardatul Jannah (23104017)
4. Oriza Zhaira Aprella (23104044)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
2023/2024
DAFTAR ISI
COVER

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2. Tujuan Riset
1.3. Manfaat Riset
1.4. Urgensi Riset
1.5. Temuan Yang Ditargetkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Stunting

2.2. Faktor Penyebab Stunting

2.3. Langkah Mahasiswa Untuk Menangani Stunting

BAB 3 METODE RISET

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

3.2. Alat dan Bahan

3.3. Variabel Riset

3.4. Tahapan Riset

3.5. Prosedur Riset

3.6. Luaran dan Indicator capaian

3.7. Analisis Data

BAB 4 JADWAL KEGIATAN

4.1. Jadwal Kegiatan


4.2. Anggaran biaya

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Stunting atau terhambatnya pertumbuhan tubuh merupakan salah satu
bentuk kekurangan gizi yang ditandai dengan tinggi badan menurut usia
dibawah standar deviasi (<-2 SD) dengan referensi World Health Organization
(WHO) 2005. Stunting merupakan refleksi jangka panjang dari kualitas dan
kuantitas makanan yang tidak memadai dan sering menderita infeksi selama
masa kanak-kanak. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko stunting
akibat lingkungan rumah adalah kondisi tempat tinggal, pasokan air bersih
yang kurang dan kebersihan lingkungan yang tidak memadai.Kejadian infeksi
dapat menjadi penyebab kritis terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan.
Penyediaan toilet, perbaikan dalam praktek cuci tangan dan perbaikan kualitas
air dapat mengurangi risiko hambatan pertumbuhan tinggi badan anak. Pada
usia anak dibawah 2 tahun diperkirakan 25% dari kejadian stunting terkait
dengan kejadian diare ≥5 kali yang dialami oleh anak stunting tersebut.
Menurut Millenium Challenge Account Indonesia (2015) prevalensi
stunting di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain di
Asia Tenggara, seperti Myanmar (35%), Vietnam (23%), dan Thailand (16%).
Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak usia di bawah 5 tahun mengalami
stunting, data ini berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF dan
Indonesia masuk dalam 5 besar negara dengan jumlah anak usia di bawah 5
tahun mengalami stunting yang tinggi. Prevalensi stunting dan severe stunting
lebih tinggi pada anak usia 24-59 bulan, yaitu sebesar 50% dan 24%,
dibandingkan anak-anak berusia 0 – 23 bulan. Tingginya prevalensi stunting
pada anak usia 24-59 bulan menunjukkan bahwa stunting adalah proses yang
irreversible4. Tahun 2018, Riskesdas menunjukan prevalensi stunting pada
anak usia di bawah dua tahun sebesar 29,9 %.
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia
telah merilis 100 kabupaten/kota untuk anak stunting. Sepuluh kabupaten/kota
tersebut terdapat di Propinsi Jawa Timur, antara lain Kabupaten Lamongan,
Nganjuk, Bondowoso, Sumenep, Probolinggo, Pamekasan, Jember,
Bangkalan, Sampang, dan Lumajang.Data dari Dinas Kesehatan bidang
kesehatan keluarga dan gizi menunjukkan bahwa angka stunting di Kabupaten
Jember yaitu sebesar 17,73%, dimana 3 kecamatan dengan angka stunting
tertinggi yaitu Kecamatan Jelbuk 39,3%, Arjasa 38,8% dan Sumberjambe
38,14%7.
Penelitian ini bertujuan menggambarkan perspektif petugas kesehatan di
Puskesmas tentang sanitasi lingkungan dan status gizi pada keluarga dengan
balita stunting di Kabupaten Jember. Hasil pengumpulan data sekunder dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Jember menunjukkan bahwa masalah rawan
pangan dan gizi masih menjadi salah satu masalah besar bangsa ini. Masalah
gizi berawal dari ketidakmampuan rumah tangga mengakses pangan, baik
karena masalah ketersediaan di tingkat lokal, kemiskinan, pendidikan dan
pengetahuan akan pangan dan gizi, serta perilaku masyarakat. Dengan
demikian masalah pangan dan gizi merupakan permasalahan berbagai sektor
dan menjadi tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat. Salah satu
akibat kemiskinan adalah ketidakmampuan rumah tangga untuk memenuhi
kebutuhan pangan dalam jumlah dan kualitas yang baik. Hal ini berakibat
pada kekurangan gizi, baik zat gizi makro maupun mikro, yang dapat
diindikasikan dari status gizi anak balita salah satunya adalah stunting.
Dengan memperhatikan kondisi tersebut, penanganan stunting sangat
bergantung pada peran petugas kesehatan khususnya di Puskesmas, maka
perlu dilakukan penelitian bagaimanakah peran petugas kesehatan Puskesmas
dalam program penanganan stunting, tentang sanitasi lingkungan dan status
gizi pada keluarga dengan balita stunting di Kabupaten Jember.

1.2 TUJUAN RISET


Tujuan Umum:
Dengan adanya pengetahuan mengenai stunting serta terpenuhinya
operasional yang menunjang kegiatan para kader maka dapat sedini mungkin
mencegah terjadinya stunting di Tengah-tengah masyarakat kota Jember.
Tujuan Khusus:
1. Memberikan pengetahuan tentang stunting dan gejala gejalanya serta
bagaimana cara pencegahannya.
2. Memberikan Pengetahuan tentang Gizi Seimbang pada Masyarakat yang
belum dansudah memiliki anak balita serta anak usia sekolah.
3. Dapat merubah pola makan anak balita dan anak usia sekolah tersebut
menjadi lebih baik dan lebih bergizi.

1.3 MANFAAT RISET


1. Menambah wawasan tentang stunting di Jember.
2. Menambah pengetahuan pada ibu dan anak betapa bahayanya
stunting untuk pertumbuhan.

1.4 URGENSI RISET


Penanggulangan stunting dilakukan melalui upaya pencegahan dan
penanganan. Pencegahan dilakukan dengan memastikan Kesehatan baik dan
gizi yang cukup pada masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK).
Disertai upaya pencegahan penyakit melalui imunisasi dan pola hidup bersih.
Sedangkan penanganan pada anak stunting dilakukan dengan stimulasi
pengasuhan dan Pendidikan berkelanjutan.
Pesan utama dalam penanggulangan stunting. Direktur Jendral Kesehatan
Masyarakat. dr. Kirana Pritasari, MQIH mengatakan Langkah utama
perubahan perilaku adalah mengedukasi perbaikan pola pemberian makan.
Dimulai dari sebelum menjadi ibu (Remaja). Kemudian saat hamil.
Memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan, dan pemberian makanan
bergizi seimbang terutama untuk anak usia 2 tahun
Perlu kita resapi Bersama. Bahwa bayi dilahirkan agar tercukupi
kebutuhan gizinya ditentukan sejak mendapatkan asupan makanan dari ibunya
selama dalam kandungan. Tantangan selanjutnya sesaat setelah bayi
dilahirkan, ia perlu mendapatkan clostrum dari air susu ibu (ASI Eksklusif)
selama enam bulan pertama kehidupannya. Setelah itu, saat bayi berusia 6
bulan jangan sampai terlambat karena bayi perlu diberi makanan pendamping
ASI yang bergizi dan seimbang.

1.5 TEMUAN YANG DITARGETKAN


1. Apa pengertian stunting?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi stunting?
3. Dari latar belakang yang sudah dijabarkan diatas bagaimanakah Langkah
kita sebagai mahasiswa menangani masalah stunting ini.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Pengertian Stunting


Stunting merupakan suatu terminologi untuk tinggi badan yang berada di
bawah persentil -3 atau -2 SD pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada
populasi tersebut (Prawirohartono et al., 2009). Stunting atau tubuh yang
pendek, merupakan suatu retardasi pertumbuhan linear yang telah digunakan
sebagai indikator secara luas untuk mengukur status gizi masyarakat. Stunting
tidak hanya sekedar pendek saja, tetapi terkandung adanya proses perubahan
patologis, jadi tidak semata-mata pendek saja. Stunting merupakan gambaran
keadaan masa lalu, karena hambatan atau gangguan pertumbuhan tinggi badan
atau pertumbuhan linear yang memerlukan waktu lama, dalam hitungan bulan
atau bahkan tahun (Sudirman, 2008).
1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Stunting
Stunting dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor langsung dan faktor tidak
langsung. Faktor langsung yang mempengaruhi stunting meliputi riwayat
penyakit dan asupan makanan, sedangkan faktor tidak langsung meliputi
ketahanan pangan, pola asuh perawatan, sanitasi lingkungan dan pemanfaatan
pelayanan kesehatan. Kedua faktor tersebut dipengaruhi juga dengan
karakteristik dari individu maupun keluarga.
a) Faktor langsung (pola asupan makanan) yang mempengaruhi
stunting
Pola asupan makanan dalam hal ini adalah zat gizi yang masuk ke
dalam tubuh. Tubuh memerlukan zat gizi yang merupakan ikatan kimia
untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan
memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Status gizi
yang baik atau status gizi yang optimal terjadi apabila tubuh memperoleh
zat gizi yang cukup yang digunakan secara efisien, sehingga
memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja
dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier,
2010). Status gizi yang buruk merupakan hasil dari asupan makanan yang
tidak adekuat, kualitas makanan yang rendah, peningkatan kesakitan, atau
kombinasi dari faktor-faktor tersebut yang terjadi pada periode waktu yang
lama (Gibson, 2005). Adapun zat gizi terbagi atas zat gizi makro dan
mikro.

Anda mungkin juga menyukai