Anda di halaman 1dari 26

KEGIATAN KEBIDANAN KOMUNITAS

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DI DESA SIMPANG PETAI


KECAMATAN RUMBIO JAYA WILAYAH KERJA PUSKESMAS
RUMBIO JAYA

Oleh :
Mahasiswi Profesi Bidan
Tahun 2023

Pembimbing 1 : Elvira Harmia , M.Keb


Pembimbing 2 : Erlinawati , SST, M.Keb

PROGRAM STUDI KEBIDANAN


PROGRAM PROFESI BIDAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
TAHUN 2023
PENDAHULUAN
Kebidanan Komunitas termasuk cabang ilmu kebidanan komunitas dengan
sifat mata ajar adalah kuliah keahlian. Praktik Kebidanan Komunitas merupakan salah
satu rangkaian kegiatan pelaksanaan praktik yang harus ditempuh oleh mahasiswa
Profesi Bidan dengan dukungan peran serta aktif masyarakat dan mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan
pelayanan kuratif dan rehabilitative secara menyeluruh dan terpadu ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan yang utuh, melalui proses
kebidanan komunitas untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal,
sehingga mandiri dalam upaya kesehatan.

Fokus praktik kebidanan komunitas adalah memberi pelayanan dan asuhan


kebidanan komunitas dalam pencegahan primer, skunder dan tersier terhadap komunitas
dengan masalah kesehatan yang bersifat aktual, resiko dan potensial
PERIZINAN KEGIATAN DAN PENEMPATAN LOKASI BIDAN KOMUNITAS

 Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar dalam hal ini sebagai pelindung kegiatan kebidanan
komunitas mahasiswa profesi kebidanan.
 UPTT menetapkan wilayah kerja mahasiswa adalah di Desa Simpang Petai Kecamatan
Kampar. Penetapan wilayah praktik oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar adalah
berdasarkan laporan/survey dan petunjuk yang diterima sebelumnya dari pihak-pihak
yang terkait dalam kegiatan praktik kebidanan komunitas.
 Kegiatan kebidanan komunitas FIK – UPTT berlangsung dari tanggal 24 Juli s/d 19
Agustus 2023 yang dilaksanakan di Desa Simpang Petai Kecamatan Rumbio merupakan
salah satu bentuk kegiatan pengaplikasian ilmu kebidanan komunitas yang diarahkan
kepada peningkatan kesehatan komunitas, dimana kegiatan kebidanan komunitas ini
meliputi survey wilayah, pengumpulan data dengan observasi, penyebaran angket,
wawancara untuk mengidentifikasi masalah, kebidanan komunitas di Desa Simpang Petai
Kecamatan Kampar.
Rumusan Masalah ???

Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat diuraikan


rumusan permasalahan yaitu “ Bagaimana Penatalaksanaan
pada Ibu Hamil dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK), Ibu
Hamil dengan Risiko Tinggi, Balita dengan Stunting dan Gizi
Kurang di Desa Simpang Petai Kecamatan Rumbio Jaya?”
BAB ii
Tinjauan Teori
Konsep Dasar Kekurangan Energi Kronis (KEK)

Kekurangan energi kronis yang memiliki dampak buruk terhadap kesehatan ibu dan
pertumbuhan perkembangan janin. Ibu hamil dikategorikan KEK jika Lingkar Lengan
Atas (LiLA) < 23,5 cm. Masalah gizi pada ibu hamil masih sebagai fokus masalah
antara lain Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kurang Energy Kronik (KEK). Kekurangan
Energi Kronis (KEK) merupakan suatu keadaan dimana status gizi seseorang buruk
disebabkan karena kurangnya konsumsi pangan sumber energi yang mengandung
zat gizi makro yang berlangsung lama atau menahun ( Rahmaniaret al , 2016).
Tanda dan Gejala

Menurut Supariasa (2014), tanda-tanda klinis KEK meliputi :


 Berat badan <40 kg atau tampak kurus dan LILA kurang dari 23,5 cm.
 Tinggi badan <145 cm.
 Ibu menderita anemia dengan Hb <11 gr%.
 Lelah, letih, lesu, lemah, lunglai.

Faktor Penyebab Kekurangan Energi Kronis

 Jumlah asupan makanan


 Usia ibu hamil terlalu muda atau tua
 Pekerjaan
 Penyakit/infeksi
 Keadaan Sosial Ekonomi
 Paritas
 Tingkat Pendidikan
 Status Gizi Ibu Hamil
Pencegahan

 Meningkatkan konsumsi makanan bergizi yaitu :


Makan-makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein termasuki makan
makanan pokok seperti nasi, ubi, dan kentang setiap hari dan makanan yang mengandung
protein seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau susu sekurang-kurangnya sehari
sekali.

 Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging,
ikan, ayam, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-
kacangan, tempe).

Komplikasi
 Terhadap Ibu : anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan
terkena penyakit infeksi.
 Terhadap persalinan : persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature),
pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.
 Terhadap janin : mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan menimbulkan keguguran,
abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra
partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Konsep Dasar Kehamian Risiko Tinggi
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya bahaya atau
komplikasi baik terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan
ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan nifas normal akibat adanya
gangguan/komplikasi kehamilan.

Kategori Kehamilan Berisiko


Menurut Poedji Rochyati, dkk kriteria kehamilan risiko tinggi adalah:
 Primipara muda umur kurang dari 16 tahun
 Primipara tua umur diatas 35 tahun
 Primipara sekunder dengan umur anak terkecil di atas 5 tahun
 Tinggi badan kurang dari 145 cm
 Riwayat kehamilan yang buruk:
 Pernah keguguran
 Pernah persalinan prematur, lahir mati.
 Riwayat persalinan dengan tindakan (ekstraksi vacum, ekstraksi forceps, operasi seksio sesarea).
 Pre-eklampsia dan eklampsia
 Gravida serotinus
 Kehamilan perdarahan antepartum
 Kehamilan dengan kelainan letak
Dampak kehamilan Risiko Tinggi
1. Dampak Kehamilan Berisiko bagi Ibu
 Keguguran (abortus)
 Partus macet
 Perdarahan ante partum dan post partum
 IUFD, (Intra Uterine Fetal Death) merupakan kematian janin dalam rahim sebelum terjadi
proses persalinan, usia kehamilan 28 minggu keatas atau berat janin 1000 gram dapat
juga mengakibatkan kelahiran mati.
 Keracunan dalam kehamilan (Pre eklamsia) & kejang (Eklamsia)
2. Dampak Kehamilan Berisiko bagi Janin
 Bayi lahir belum cukup bulan
 Bayi lahir dengan BBLR, bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa gestasi.
Konsep Dasar Stunting

Negara-negara berkembang dan salah satunya Indonesia memiliki beberapa masalah gizi pada balita, di
antaranya wasting, anemia, berat badan lahir rendah, dan stunting. Stunting merupakan kondisi kronis
yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut
WHO Child Growth Standard didasarkan pada indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi
badan menurut umur (TB/U) dengan batas (z-score) <-2 SD (WHO, 2010).

a.Klasifikasi Stunting
Menilai status gizi anak dapat menggunakan tinggi badan dan umur yang dikonversikan ke dalam Z-
Score. Berdasarkan nilai Z-Score masing-masing indikator tersebut ditentukan status gizi balita
sebagai berikut :
Tabel 2. Pengelompokkan Status Gizi Berdasarkan Z-Score

Indeks Status Gizi Z-Score


Sangat Pendek < -3,0
TB/U Pendek >=-3,0 s/d <-2,0
Normal >=-2,0
Sumber : WHO (2005)
Faktor Risiko Stunting
 Asupan makanan
 Penyakit Infeksi
 Kesehatan Lingkungan

Dampak Stunting bagi Perkembangan


anak tidak mampu mencapai tugas perkembangan pada waktu diperkirakan. Gangguan dapat
terjadi pada banyak area perkembangan, misalnya pada motorik, bahasa, sosial, berpikir karena
pada anak stunting terjadi keterlambatan kematangan sel-sel saraf terutama di bagian cerebellum
yang merupakan pusat koordinasi gerak motorik . Grantham Mc Gregor menyimpulkan bahwa
perkembangan motorik dan kognitif berhubungan erat dengan status gizi yang dinilai berdasarkan
Tinggi Badan/Umur
Konsep Dasar Gizi Kurang
Gizi kurang merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama
(Sodikin, 2013).
Balita dikategorikan mengalami gizi kurang apabila berat badannya berada pada rentang Zscore
≥-2.0 s/d Zscore ≤-3.0

Etiologi
Secara umum, status gizi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor langsung dan tidak langsung.
1. Faktor langsung
 Asupan nutrisi
 Infeksi
2. Faktor tidak langsung
 Tingkat pengetahuan
 Pendapatan keluarga
 Sanitasi lingkungan
BAB III
PERMASALAHAN
KOMUNITAS
1.Pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. L umur 25 tahun G2P1A0H1 usia kehamilan 4
minggu 1 hari dengan kehamilan risiko tinggi dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2023 pada
pengkajian penulis telah memperoleh data subjektif dan objektif. Data subjektif diperoleh dari
hasil wawancara dengan pasien, sedangkan untuk data objektif diperoleh data subjektif dan
objektif. Data subjektif diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien, sedangkan untuk data
objektif diperoleh dari hasil pemeriksaan secara menyeluruh. Berdasarkan data subjektif yang
diperoleh Ny. L yaitu ibu mengeluh cemas sejak mulai kehamilannya. Berdasarkan data objektif
yang diperolah dari hasil pemeriksaan, di dapatkan TD : 120/80 Mmhg (dilakukan tanggal 28 juli
2023).

2.Pelaksanaan asuhan kebidanan pada An. Y umur 2 tahun dengan gizi kurang dilaksanakan
pada tanggal 27 Juli 2023 pada pengkajian penulis telah memperoleh data subjektif dan
objektif. Data subjektif diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien, sedangkan untuk data
objektif diperoleh data subjektif dan objektif. Data subjektif diperoleh dari hasil wawancara
dengan pasien, sedangkan untuk data objektif diperoleh dari hasil pemeriksaan secara
menyeluruh. Berdasarkan data subjektif yang diperoleh An. Y yaitu dengan keluhan kurang
nafsu makan dan makanan yang di makan kurang ber gizi Berdasarkan data objektif yang
diperolah dari hasil pemeriksaan, di dapatkan BB : 9,7 kg (dilakukan tanggal 28 juli 2023).
3.Pelaksanaan asuhan kebidanan pada An. R umur 2 tahun 1 bulan dengan gizi kurang
dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2023 pada pengkajian penulis telah memperoleh data
subjektif dan objektif. Data subjektif diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien,
sedangkan untuk data objektif diperoleh data subjektif dan objektif. Data subjektif diperoleh
dari hasil wawancara dengan pasien, sedangkan untuk data objektif diperoleh dari hasil
pemeriksaan secara menyeluruh. Berdasarkan data subjektif yang diperoleh An. R yaitu
dengan keluhan kurang nafsu makan dan makanan yang di makan kurang ber gizi
Berdasarkan data objektif yang diperolah dari hasil pemeriksaan, di dapatkan BB : 9,7 kg
(dilakukan tanggal 28 juli 2023).
BAB Vi
Solusi permasalahan
Penanganan Pada Ibu Hamil Dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK)
 Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi seimbang
 Menyusun menu seimbang bagi ibu hamil
 Memberikan ibu makanan tambahan (PMT bagi ibu hamil)
 Peningkatan suplementasi tablet Fe
 Rutin memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali
 Pemantauan berat badan dan pengukuran LILA

Penanganan Pada Ibu Hamil Dengan Resiko Tinggi


 Deteksi Dini Kehamilan Risiko Tinggi
 Pengawasan Antenatal
 Pendidikan Kesehatan
 Penyuluhan KB

Penanganan Pada Balita Dengan Stunting Dan Gizi Kurang


 Edukasi pertumbuhan/perkembangan
 Memberikan Nutrisi sehat untuk balita
 Pembuatan snack sehat agar-agar ubi ungu dan bubur kacang hijau
 Pijat Komplementer
ANGGARAN DANA
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai