Anda di halaman 1dari 63

Penanganan Stunting

di Indonesia Bagian
Tengah
Pembimbing: dr. Louisa Langi, M.Si, MA

(1965050136) Elisabeth Douw (2265050071) Sanidya Fasya Hardiansyah


(2165050027) Dyah Sari Kusumawati (2265050075) Joyna Getruida S.
(2165050037) Aliyya Rachmania Putri Antono (2265050097) Yonashan Tanak
(2165050058) Erina Octavio (2265050100) Gabriella Hikmah Pasalli
(2265050010) Robby Syabastian Rajagukguk (2265050138) Yesica Debora

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
PERIODE 13 MARET - 27 MEI 2023 | JAKARTA
Table of contents
Penanganan
01 Stunting di Indonesia
Asupan Gizi Pangan di
Indonesia Bagian
04 Tengah
Masalah Gizi di
Indonesia Bagian
02 Tengah
Program Stunting di
Penanganan Stunting 05 Puskesmas Indonesia
di Indonesia Bagian
03 Tengah
Bagian Tengah
01
Penanganan
Stunting di
Indonesia
Pendahuluan

Stunting (tubuh pendek) pada balita merupakan manifestasi


dari kekurangan zat gizi kronis, baik saat pre- maupun post-
natal. Stunting merupakan hambatan pertumbuhan yang
diakibatkan oleh, selain kekurangan asupan zat gizi, juga
adanya masalah kesehatan. Keadaan stunting dipresentasikan
dengan nilai z-score panjang badan atau tinggi badan menurut
umur <-2 SD.
Pendahuluan
Prioritas
Penentuan target program
intervensi dan lokasi
Gizi spesifik Gizi Sensitif

● Ibu hamil ● Peningkatan kesadaran


● Ibu menyusui dan anak 0- 23 komitmen, gizi ibu dan anak
● Posyandu
bulan
● Sanitasi dan air bersih
● Anak 24-59 bulan
● Remaja puteri dan wanita usia
subur
Intervensi gizi spesifik
Intervensi gizi spesifik
02
Masalah Gizi di Indonesia
Bagian Tengah
Masalah Gizi di Indonesia Bagian Tengah
Masalah Gizi di Indonesia Bagian Tengah
Masalah Gizi di Indonesia Bagian Tengah
Masalah Gizi di Indonesia Bagian Tengah
Masalah Gizi di Indonesia Bagian Tengah
Masalah Gizi di Indonesia Bagian Tengah
Masalah Gizi di Indonesia Bagian Tengah
Masalah Gizi di Indonesia Bagian Tengah
Masalah Gizi di Indonesia Bagian Tengah
Masalah Gizi di Indonesia Bagian Tengah
Triple Burden Malnutrition
Kelebihan Berat badan atau Obesitas, Kekurangan Gizi dan
Defisiensi Mikronutrien
Gizi Lebih (Overweight atau
Obesitas)
Gizi lebih atau kelebihan berat badan yaitu dimana berat badan seseorang
melebihi berat badan normal akibat adanya ketidakseimbangan antara asupan dan
pengeluaran energi sehingga mengalami kelebihan asupan energi yang disimpan
dalam bentuk cadangan yang berupa lemak.

Prevalensi status gizi lebih meningkat khususnya pada remaja karena terjadi
perubahan pola makan di mana remaja lebih suka makan makanan berlemak,
manis, dan cepat saji dibandingkan sayuran dan buah.

Pola aktivitas remaja seperti jalan kaki, bersepeda, dan berolahraga sangat minim
karena kebanyakan remaja lebih suka menonton televisi dan bermain gadget.
Gizi Kurang
Gizi kurang adalah kekurangan bahan-bahan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak,
dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh.

Faktor risiko yang berpengaruh terhadap gizi kurang yaitu:


● Perilaku ibu terhadap makanan, kebudayaan masyarakat, kepercayaan pemilihan
makanan
● Sanitasi Lingkungan
● Status Sosial-Ekonomi
● BBLR
● Pemberian ASI eksklusif yang tidak sesuai
Defisiensi Mikronutrien
Defisiensi mikronutrien adalah kondisi saat zat gizi mikro berupa vitamin dan mineral
tidak dikonsumsi dalam jumlah yang memadai sehingga menimbulkan berbagai gejala
yang tidak diinginkan, bahkan menimbulkan penyakit akibat kekurangan mikronutrien
yang dapat mempengaruhi mental dan IQ.

Contoh: Anemia, Kekurangan vitamin A


03
Penanganan Stunting di
Indonesia Bagian Tengah
Pendahuluan
Stunting (tubuh pendek) pada balita merupakan manifestasi dari kekurangan
zat gizi kronis, baik saat pre- maupun post- natal. Stunting merupakan
hambatan pertumbuhan yang diakibatkan oleh, selain kekurangan asupan zat
gizi, juga adanya masalah kesehatan. Keadaan stunting dipresentasikan
dengan nilai z-score panjang badan atau tinggi badan menurut umur <-2 SD.
Latar Belakang
● Stunting NTT pada tahun 2018 sebesar 30,1%. Lalu di
tahun 2019 menurun menjadi 27,9%, semenatara hingga
periode Agustus 2020 sebesar 27,5%
Penentuan target program intervensi dan
lokasi
Gizi spesifik Gizi Sensitif

● Ibu hamil ● Peningkatan kesadaran


● Ibu menyusui dan anak 0- 23 komitmen, gizi ibu dan anak
bulan ● Posyandu
● Anak 24-59 bulan ● Sanitasi dan air bersih
● Remaja puteri dan wanita usia
subur
Tahapan persiapan
Kegiatan verifikasi lapangan Kegiatan baseline survey
Diperoleh deskripsi aktivitas program Mengetahui kondisi terkini dari rumah tangga
penanggulangan Stunting di lapangan, 1000 HPK di desa wilayah kemitraan dan
melalui kegiatan verifikasi bertingkat ketersedian sarana/prasarana dan akses di
mulai dari Kabupaten, Kecamatan, Desa , desa/kelurahan wilayah kemitraan.
hingga masyarakat penerima manfaat
program.
Monitoring posyandu

Jenis Intervensi Program


● Membantu kader dalan tindak lanjut status
● Perbaikan pengukuran berat dan tinggi badan
gizi anak abnormal sesuai tatalaksana yang
● Perapihan pencatatan hasil pengukuran berlaku
● Penguatan edukasi hasil pengukuran/KMS
● Pengadaan antropometri yang telah rusak
Kegiatan PMT ibu hamil dan baduta
Jenis intervensi program

● Edukasi pemanfaatan bahan


pangan lokal yang bernilai gizi
baik
● Demo masak dan aneka menu
saji oleh kader posyandu
rekomendasi ahli gizi
● Makan bersama penerima
manfaat
Pemantauan home visit ( kunjungan rumah )
Jenis intervensi program

● Melakukan promosi pertumbuhan bagi


peserta posyandu yang tidak hadir
● Melakukan kunjungan ibu hamil dan
baduta dengan status masalah gizi
● Kegiatan kunjungan dilakukan bersama
kader posyandu
● Membantu kader dalam
mengkomunikasikan tindakan penanganan
status gizi yang ditemukan sesuai dengan
tata laksana yang standar
Edukasi Masyarakat
Pembangunan toilet bersih
Pembangunan, renovasi pengadaan alat anthopometri
Tantangan program
04
Asupan Gizi Pangan di
Indonesia Bagian Tengah
Pendahuluan
Masalah gizi merupakan gangguan kesehatan dan kesejahteraan seseorang,
kelompok orang atau masyarakat akibat adanya ketidakseimbangan antara
asupan dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan pegaruh interaksi
penyakit infeksi. Ketidakseimbangan asupan gizi dapat mengakibatkan gizi
kurang maupun gizi lebih. Status gizi yang baik diperlukan untuk mengethaui
ada atau tidaknya malnutrisi pada individu atau masyarakat
Pendahuluan
Melalui hasil pemantauan status gizi yang ada diseluruh Indonesia
tahun 2015 terdapat prevalensi status gizi balita menurut indeks (BB/U)
79.7% gizi baik, 14,9% gizi kurang, 3,8%, gizi buruk dan 1,5 gizi lebih
Menurut data yang ada dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Utara pada tahun 2015, dengan menggunakan metode pengukuran
antropometri dengan indeks berat badan menurut umur (BB/U) balita
yang mengalami gizi buruk sebesar 0,52 %, balita gizi kurang 11,62 %,
dan balita yang mengalami gizi lebih 1,67 %
Hasil
Dari hasil uji ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara
praktik merawat anak dengan status gizi menurut BB/U di Kecamatan
Touluaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian kuhu (2016)
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan praktik perawatan dengan
status gizi
Dari hasil uji ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
praktik memberi makan anak dengan status gizi menurut TB/U di
Kecamatan Touluaan
Dari hasil uji ini menunjukkan terdapat hubungan antara praktik
memberi makan anak dengan status gizi menurut BB/TB di Kecamatan
Touluaan
Menu Makanan Khas Manado
05
Program Stunting di Puskesmas
Indonesia Bagian Tengah
Pendahuluan
● Pada tahun 2020 di Kota Samarinda kasus stunting yang dialami oleh balita sebanyak
1.402 balita yang terdiri dari balita dengan kategori sangat pendek sebanyak 403 balita
dan kategori pendek sebanyak 999 balita (Dinas Kesehatan Kota Samarinda, 2021).

● Permasalahan stunting tidak hanya berdampak pada kesehatan seorang anak tetapi
berdampak pada perkembangan trend produktivitas sumber daya manusia (SDM) pada
sebuah daerah termasuk di Kota Samarinda.

● Seorang anak yang sehat, cerdas dan produktif merupakan aset penting karena merupakan
generasi penerus dalam mendukung keberhasilan pembangunan di Kota Samarinda.
Namun apabila anak-anak di Kota Samarinda lahir dan berkembang dalam kondisi
kekurangan gizi akut, maka akan menyebabkan generasi penerus tersebut akan menjadi
stunting.
Pendahuluan
● Beberapa hal yang menjadi pemicu stunting secara langsung :
○ Asupan yang diterima oleh ibu hamil sampai dengan setelah proses persalinan sangat
sedikit
○ Minimnya jangkauan ke fasilitas kesehatan
○ Minimnya jangkauan air bersih serta sanitasi

● Beberapa hal yang menjadi pemicu stunting secara tidak langsung :


○ Penghasilan dan ketimpangan ekonomi
○ Pergerakan komunitas dari pedesaan menuju perkotaan
○ Globalisasi
○ Metode ketahanan pangan
○ Sistem kesehatan, dan lain-lain (Dirjen Bangda Kemendagri, 2020)
Pendahuluan
Pendahuluan
Pendahuluan
● Untuk mengatasi problematika kasus stunting di Indonesia, Presiden Republik Indonesia
menetapkan Program Percepatan Penurunan Stunting dengan sasaran penurunan angka
stunting Indonesia harus mampu turun 14% sampai dengan tahun 2024.

● Pemerintah Indonesia telah membuat desain intervensi penanganan stunting yang dibagi
menjadi 2 (dua) bagian adalah : Intervensi Gizi Spesifik dan Intervensi Gizi Sensitif.

● Aksi pencegahan kasus stunting membutuhkan kolaborasi multi sektor serta mengikut
sertakan berbagai elemen yaitu: Pemerintah Kota Samarinda, masyarakat dan lain-lain.
Pendahuluan
Pemerintah Kota Samarinda memiliki beberapa program unggulan kepala daerah yang merupakan tindak
lanjut atas visi misi Kepala Daerah Kota Samarinda, salah satu program unggulan tersebut adalah
“Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat (PRO-BEBAYA).”

Program yang substansinya adalah dinamika gotong royong masyarakat sehingga dapat membawa dan
menanggulangi setiap permasalahan dan guna mendukung akselerasi kegiatan pembangunan serta
pengembangan tingkat derajat kesejahteraan masyarakat berdasarkan kewilayahan atau RT di Kota Samarinda
(MAF, 2021).

Tujuan : mendukung proses pembentukan wirausaha baru paling sedikit berjumlah 2 sampai dengan 3 orang
tiap lingkungan RT

Target : warga yang kurang mampu, aktivitas kebersihan lingkungan, dan lain-lain dalam bidang ekonomi,
agama, sosial budaya, serta lingkungan hidup
Tinjauan Pustaka
● Stunting merupakan kondisi gizi yang berbasis pada indikator PB/U atau TB/U dengan
menggunakan standar antropometri evaluasi kondisi gizi anak, perolehan pengukuran
tersebut berkedudukan pada internal nilai yang dapat diterima (Z-Score) <-2 SD sampai
batas -3 SD (pendek/stunted) dan <-3 SD (sangat pendek/severely stunted)

● Indikator antropometri : berat badan berdasarkan usia bayi (BB/U), tinggi badan
berdasarkan usia (TB/U), berat badan berdasarkan tinggi badan (BB/TB) yang ditetapkan
menggunakan standar deviasi unit z (Z-score)

● Intervensi preventif kasus stunting sangat ditentukan pada rentang waktu 1.000 HPK
(durasi bagi seorang anak = 9 (sembilan) bulan selama dalam kandungan seorang ibu hamil
dan 24 (dua puluh empat) bulan dari waktu kelahiran anak sampai dengan umur 2 tahun
(BKKBN, 2018).
Tinjauan Pustaka
Intervensi Gizi Spesifik
1. Kuantitas asupan makanan dan gizi yang baik
2. Pemberian makanan, perawatan dan pola asuh
3. Pengobatan infeksi/penyakit

Intervensi Gizi Sensitif


4. Pengembangan akses pangan bergizi
5. Eskalasi tingkat kesadaran, komitmen dan praktik pengasuhan gizi ibu dan anak
6. Pengembangan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan
7. Peningkatan penyediaan air bersih dan sarana sanitasi
Metode Penelitian
● Jenis data
Data sekunder yang bersumber dari Dinas Kesehatan Kota Samarinda (data stunting di
Kota Samarinda di tahun 2020)

● Waktu pengambilan data


Juli 2021

● Metode analisis data


Teknik analisa data kuantitatif dengan Systematic literature review menggunakan CASP
(Critical Appraisal Skill Programme) Checklist case study → membandingkan data dari
Dinas Kesehatan Kota Samarinda dengan dokumen strategi nasional pencegahan stunting
untuk menganalisa strategi yang tepat dalam rangka aksi pencegahan stunting di Kota
Samarinda.
Hasil dan Pembahasan
Strategi Intervensi Gizi Spesifik
● Salah satu target dari Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat (PRO-
BEBAYA) adalah membentuk wirausaha baru di setiap lingkungan RT di Kota Samarinda.
● Salah satu target warga yang akan dijadikan calon wirausaha tersebut adalah warga dengan
status tidak mampu dan memiliki anak berumur dengan interval 0 sampai dengan 23 bulan.
● Calon wirausaha yang telah berhasil dalam karyanya melalui PRO-BEBAYA diwajibkan
mengajak beberapa warga lainnya yang tidak mampu serta memiliki anak berusia dengan
interval 0-23 bulan disekitarnya untuk menjadi bagian dari kegiatan usahanya dengan
tujuan untuk mendorong pertumbuhan derajat kesejahteraan masyarakat → mampu
memberikan konsumsi gizi yang ideal bagi balitanya.
Hasil dan Pembahasan
Strategi Intervensi Gizi Sensitif
● Sasaran dari PRO-BEBAYA yaitu pada aktivitas kebersihan lingkungan, agama, dan sosial
budaya di Kota Samarinda, misalnya lingkungan kesehatan dan permukiman yang
merupakan aktivitas kebersihan lingkungan hidup di dalam PRO-BEBAYA untuk mengatasi
salah satu penyebab stunting.

● Pelaksana kegiatan PRO-BEBAYA bekerjasama dengan beberapa elemen yaitu posyandu


yang berada disekitar lingkungan RT, puskesmas dan Dinas Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana Kota Samarinda untuk melakukan kegiatan edukasi tentang pola asuh
yang baik kepada ibu hamil, ibu menyusui yang memiliki anak dengan rentang umur 0
sampai 6 bulan, dan warga yang memiliki anak dengan umur 7 sampai dengan 23 bulan.
Kesimpulan
1. Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat (PRO-BEBAYA) mampu
menjadi sebuah inovasi baru dan pendukung implementasi intervensi gizi spesifik
dan sensitif dalam penanganan stunting di Kota Samarinda.

2. PRO-BEBAYA bisa menjadi pemicu munculnya gerakan secara terstruktur, sistematis


dan masif dalam mereduksi prevalensi stunting di Kota Samarinda.
Thanks
!
Do you have any questions?

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
PERIODE 13 MARET - 27 MEI 2023 | JAKARTA
CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, including icons by Flaticon and
infographics & images by Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai