DISUSUN OLEH :
NIM : 2015031
Mahasiswa
(Urwatun Wuskia)
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah
mengistimewakan manusia atas seluruh makhluk-Nya dan mengangkatnya
sebagai khalifah dimuka bumi. Allah menganugrahkan akal kepadanya untuk
membedakan mana yang buruk dan yang baik, maupun melihat nikmatnya lantas
bersyukur kepada Rabb-Nya dan memuliakan-Nya.
Penyusun
(Nova Ariska)
ii
DAFTAR ISI
LEMBARAN PENGESAHAN..............................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................3
C. Tujuan..........................................................................................................3
D. Manfaat........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
A. Teori Dasar...................................................................................................4
1. Kanker Ovarium......................................................................................4
a. Anatomi dan Fisiologis Ovarium.....................................................4
b. Pengertian kanker Ovarium..............................................................5
c. Etiologi kanker ovarium...................................................................5
d. Tanda dan gejala kanker ovarium....................................................6
e. Komplikasi kanker ovarium.............................................................7
f. Klasifikasi kanker ovarium..............................................................7
g. Klasifikasi stadium kanker ovarium.................................................8
h. Patofisiologi kanker ovarium...........................................................9
BAB III TINJAUAN KASUS..............................................................................11
BAB IV PENUTUP..............................................................................................13
A. Kesimpulan................................................................................................13
B. Saran...........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Lilitan tali pusat adalah tali pusat yang dapat membentuk lilitan
sekitar badan ,bahu, tungkai atas/ bawah dan leher pada bayi. Keadaan ini
dijumpai pada ait ketuban yang berlebihan, tali pusat yang panjang, dan
bayinya yang kecil. Tali pusat atau Umbilical cord adalah saluran
kehidupan bagi janin selama dalam kandungan, dikatakan saluran
kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat
– zat gizi dan oksigen janinAdanya lilitan tali pusat di leher dalam
kehamilan, pada umumnya tidak menimbulkan masalah. Namun dalam
proses persalinan dimana mulai timbul kontraksi rahim dan kepala janin
mulai turun dan memasuki rongga panggul, maka lilitan tali pusat menjadi
semakin erat dan menyebabkan penekanan atau kompresi pada pembuluh-
pembuluh darah tali pusat.
1
atas panggul ibu hamil. Pada saat itu ukuran bayi relative masih kecil dan
jumlah air ketuban banyak sehingga memungkinkan bayi terlilit tali pusat.
Pada kehamilan kembar dan air ketuban berlebihan atau polihidramnion,
kemungkinan bayi terlilit tali pusat akan meningkat.Tali pusat yang panjang
juga dapat menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat bayi rata-rata
adalah 50 sampai 60 cm. Namun, tiap bayi mempunyai panjang tali pusat
berbeda-beda. Dikatakan panjang tali pusat jika melebihi 100 cm dan
dikatakan pendek jika panjangnya kurang dari 30 cm. (Sarwono, 2008).
Lilitan tali pusat ini sendiri dapat mengakibatkan suatu kejadian fatal yaitu
kematian bayi. Karena puntiran tali pusat yang berulang-ulang ke satu arah
tersebut mengakibatkan atus darah dari ibu ke janin tersumbat total. Lilitan
tali pusat pada bayi yang terlalu erat sampai dua atau tiga kali bisa
menyebabkan kompresi tali pusat sehingga janin mengalami kekurangan
oksigen.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka Rumusan Masalahnya
adalah: “Bagaimana Penerapan Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal
dengan Lilitan Tali Pusat pada Ny. M umur 21 tahun G1P0A0 Usia
Kehamilan 39 minggu di BPM Ny. Dwi Lestari Desa Botorejo Kecamatan
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana asuhan kebidanan yang dapat
dilakukan pada Ibu Bersalin Normal dengan Lilitan Tali Pusat di PMB
Jawiriyah.
b. Tujuan Khusus
1) Mampu melakukan pengkajian pada ibu bersalin normal pada Ny. M
dengan lilitan tali pusat di BPM Ny.Dwi Lestari, Desa
Botorejo, Wonosalam, Kab. Demak.
2
2) Mampu menginterpretasi data untuk menentukan diagnosa kebidanan
dan diagnosa masalah pada ibu bersalin normal pada Ny.M dengan
lilitan tali pusat di BPM Ny.Dwi Lestari, Wonosalam, Kab. Demak.
D. Manfaat
a. Teoritis
Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat di
terapkan dalam pelayanan asuhan kebidanan kepada ibu bersalin
dengan lilitan tali pusar
b. Aplikatif
1. Bagi Institusi pendidikan
Bagi pendidikan khususnya bagi institusi Prodi DIII
Kebidanan poltekkes tanjung karang dapat digunakan sebagai
masukan terutama yang berkaitan dengan lilitan tali pusat, serta
dapat digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan profesionalisme
kebidananan
2. Bagi Tempat Penelitian
3
Sebagai bahan informasi dan tempat penerapan ilmu secara
nyata dan langsung kepada masyarakat mengenai asuhan kebidanan
persalinan dengan lilitan tali pusat. Dengan demikian, dapat
meminimalisir angka kejadian lilitan tali pusat terutama di wilayah
PMB Masnon, SST, M.Kes Lampung Selatan
3. Bagi PenulisLain
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi guna
mengembangkan penelitian lebih lanjut mengenai asuhan kebidanan
persalinan dengan lilitan tali pusat. Sehingga dapat berkembang
lebih baik dikemudian hari dan terus menginspirasi setiap pembaca.
E. Ruang Lingkup
Studi kasus pada ibu bersalin terhadap Ny.F umur 23 tahun G1P0A0
dengan persalinan lilitan tali pusar yang akan diberikan asuhan kebidanan di
PMB Masnon,S.ST,M.Kes Lampung Selatan, dimulai dari waktu pasien
datang pada tanggal 20 Maret 2019 pukul 14:00 WIB sampai ibu bersalin,
dengan menggunakan metode penelitian studi kasus 7 langkah Varney dan
pendokumentasian dalam bentuk SOAP
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Dasar
1. Lilitan Tali Pusat
Lilitan tali pusat adalah tali pusat yang dapat membentuk lilitan
sekitar badan ,bahu, tungkai atas/ bawah dan leher pada bayi. Keadaan ini
dijumpai pada ait ketuban yang berlebihan, tali pusat yang panjang, dan
bayinya yang kecil. Tali pusat atau Umbilical cord adalah saluran
kehidupan bagi janin selama dalam kandungan, dikatakan saluran
kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai
zat – zat gizi dan oksigen janin. Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah
tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit.
(Sarwono, 2008). Janin bebas bergerak dalam cairan amnion, sehingga
pertumbuhan dan perkembangannya berjalan dengan baik. Gerakan janin
dalam rahim yang aktif pada tali pusat yang panjang besar kemungkinan
dapat terjadi lilitan tali pusat.
Tali pusat dapat membentuk lilitan sekitar badan, bahu, tungkai
atas/ bawah, leher. Keadaan ini dijumpai pada air ketuban yang berlebihan,
tali pusat yang panjang, dan bayinya yang kecil.Sebenarnya lilitan tali
pusat tidaklah terlalu membahayakan namun, menjadi bahaya ketika
memasuki proses persalinan dan terjadi kontraksi rahim (mules) dan
kepala janin turun memasuki saluran persalinan. Lilitan tali pusat bisa
menjadi semakin erat dan menyebabkan penurunan utero-placenter, juga
menyebabkan penekanan/ kompresi pada pembuluh-pembuluh darah tali
pusat. Akibatnya suplai darah yang mengandung oksigen dan zat makanan
ke bayi menjadi hipoksia.
2. Etiologi
a. Polihidramnion
5
sebelum 8 bulan umumnya kepala janin belum memasuki bagian atas
panggul. Pada saat itu ukuran bayi relative kecil dan jumlah air ketuban
berlebihan, kemungkinan bayi terlilit tali pusat.
1) Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun bagian
terendah janin (kepala atau bokong) belum memasuki pintu atas
panggul perlu dicurigai adanya lilitan tali pusat.
2) Pada janin letak sungsang atau lintang yang menetap meskipun telah
dilakukan usaha untuk memutar janin (Versi luar/knee chest position)
perlu dicurigai pula adanya lilitan tali pusat.
3) Dalam kehamilan dengan pemeriksaan USG khususnya color doppler
dan USG 3 dimensi dapat dipastikan adanya lilitan tali pusat.
4) Dalam proses persalinan pada bayi dengan lilitan tali pusat yang erat,
umumnya dapat dijumpai dengan tanda penurunan detak jantung janin
di bawah normal, terutama pada saat kontraksi rahim.
5) Infeksi Tali Pusat ( Tetanus Neonatorum )
6
5. Tanda- Tanda Bayi Terlilit Tali Pusat
1) Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun bagian
terendah janin (kepala / bokong) belum memasuki bagian atas rongga
panggul.
7
7. Bayi meninggal akibat lilitan tali pusat
Pada umumnya, lilitan tali pusar selagi masih dalam kandungan
mungkin tidak begitu berbahaya. Dalam kandungan, tali pusar terus
mengapung dalam cairan ketuban. Karena terus bergerak, tali pusar yang
mengelilingi janin dapat melonggar sehingga mudah terlepas sebelum bayi
dilahirkan atau saat persalinan. Selain itu, tali pusar juga dilindungi oleh
selaput lendir yang disebut jelly Wharton. Selaput lendir ini mencegah tali
pusar terlalu menekan pembuluh darah bayi saat ia aktif bergerak.
Adanya masalah pada tali pusar saat kehamilan bisa mengganggu
asupan nutrisi dan oksigen yang diterima bayi jika lilitannya terlalu
kencang. Ketika bayi tidak bisa mendapatkan cukup nutrisi, proses tumbuh
kembangnya bisa terganggu. Kondisi ini juga bisa menyebabkan
komplikasi seperti penurunan denyut jantung, prolaps tali pusar (tali pusar
lebih dulu keluar dari vagina sebelum bayi terlihat), dan gangguan fisik
bayi seperti kulit keriput dan lecet, atau warna kulitnya berubah merah
keunguan.
8. Patofisiologi
6) Tarikan tali pusat pendek karena lilitan tali pusat pada leher dapat
menimbulkan gangguan aliran nutrisi dengan akibat fetal distress.
8
8) Saat inpartu, tali pusat pendek dapat menimbulkan komplikasi.
9) Bagian terendah tidak dapat/sulit masuk pintu atas panggul, jalan lahir
sehingga tetap di atas simfisis.
10) Tarikan tali pusat pendek dapat menimbulkan inversion uteri dengan
segala komplikasinya.
a. Tali pusat panjang.
b. Karena tali pusat terlalu panjang dapat terjadi lilitan beberapa kali
di leher.
c. Aktivitas janin yang banyak dapat menimbulkan simpul tali pusat
sehingga apabila terjadi tarikan, maka simpul dapat menyebabkan
aliran nutrisi dan O2 berkurang dan mengakibatkan fetal distress
sampai janin meninggal intrauteri.
d. Pada janin hamil ganda monoatomik, tali pusatnya saling berlilitan
sehingga menimbulkan fetal distress dan kematian intrauteri.
e. Tali pusat satu janin dapat saja melilit pada janin lainnya dengan
akibat yang sama (Manuaba, 2007; h.506-507).
Dalam pimpinan persalinan terutama kala dua observasi, DJJ
sangatlah penting segera setelah his dan refeleks mengejan. Kejadia
distres janin merupan indikasi untuk menyelesaikan persalinan sehingga
bayi dapat di selamatka. Jika tali pusat melilit longgar di leher bayi,
lepaskan melewati kepala bayi namun jika ali pusat melilit erat dileher,
lakukan penjepitan tali pusat dengan klem di dua tempat, kemudian
potong diantaraya, kemudia lahirkan bayi dengan segera.
9. Penatalaksanaan Sesuai Dengan Standar Operasiona Prosedur Lilitan
Tali Pusat
1) Pemeriksaan Terhadap Pasien
2) Bicaralah dengan orang tua sebelum kelahiran tentang kemungkinan
4) Jika ada lilitan tali pusat dan in menyebabkan bahu dan badan bayi
susah atau kesulitan turun dan lahir setelah kepala lahir (sangat
9
jarang) menggunakan ‘teknik Koprol’ (Schorn & Blanco 1991) ,
berakhir dengan kaki bayi terhadap lutut ibu dan kepala masih di
perineum.
talipusatnya.
keluar.
Mercer et al.
10
e. Setelah tubuh bayi lahir seluruhnya, membuka lilitan (keluarga
f. Jika kondisi bayi kurang bagus (pucat) saat lahir, dorong orang tua
resusitasi)
11
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tempat : PMB
Hari/Tanggal : Kamis, 09 Januari 2023
KALA I (14:00-18:30)
A. SUBJEKTIF
1. Identitas : Istri Suami
Nama : Ny. F Tn. I
Umur : 23 tahun 28 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMU SMU
Pekerjaan : IRT Karyawan Swasta
Alamat : Jl. Ratu Dibalau, Gg.Kenanga 7, No.15 Kel.Way
Kandis, Kec.
Tanjung Senang, Bandar Lampung
No. HP 082281804070
12
10.30 WIB, dan telah keluar lendir campur darah sejak
pukul 10.30 WIB.
5. Riwayat Kehamilan : Ibu mengatakan ini adalah kehamilan
yang pertama, PP test dilakukan pada bulan Agustus 2018,
usia kehamilan saat ini adalah 39 minggu 6 hari, dan gerkan
janin mulai dirasakan sejak umur kehamilan 18 minggu.
6. Pola nutrisi : ibu mengatakan pada tanggal 20 maret 2019
sudah makan 3 x sehari, dan minum 7-8 gelas sehari
7. Pola eliminasi : ibu mengataan pada tanggal 20 maret 2019
BAK terakhir pukul 17:00 wib, dan BAB pada pukul 09:00
wib
8. Pengambilan keputusan dalam keluarga : ibu mengatakan
bahwa pemgambilan keputusan dalam keluarga adalah suami
9. Hamil direncanakan : ya, ibu mengatakan bahwa kehamilan ini di
rencanakan
B. OBYEKTIF (O)
13
b) Leopold IV : Divergen (2/5)
TFU: 30 cm, TBJ: (30-11)x 155 = 2.945gr, Auskultasi DJJ:
terdengar 3 jari di bawah umbilikus bagian kanan, frekuensi
144 kali/menit, HIS: ada, frekuensi 3 kali dalam 10 menit
selam kurang lebih 30 detik
3. Genetalia : pengeluaran vagina tidak ada, odema tidak ada,
varises tidak ada, pembekakan kelenjar bartolini tidak ada ,
anus tidak ada hemoroid.
Pemeriksaan dalam:
Pukul 14:00 wib
Hasil: vagina normal tidak ada sistokel dan rektokel, portio
searah jalan lahir (tipis), konsistensi lunak, pembukaan 6
cm, ketuban utuh,persentasi kepala , penurunan 2/5, hodge
III, tidak ada molase
4. Pemeriksaan penunjang: Hb 16,2gr/Dl, protein urine (-),
glukosa urine (-), golongan darah B
D. PENATALAKSANAAN (P)
14
6 cm, ketuban utuh.
2. Melakukan informed consent pada pihak keluarga agar
terdapat bukti persetujuan tindakan medis dari pihak
keluarga.
3. Memberikan motivasi/semangat pada ibu agar dapat
mengurangi kecemasan ibu dengan cara meyakinkan ibu
bahwa persalinan akan berjalan dengan lancar dan ibu
akan segera bertemu dengan bayi ibu.
4. Memberikan dukungan emosional serta menghadirkan
orang terdekat untuk mendampingi ibu saat persalinan.
5. Mengajarkan ibu teknik relaksasi pernapasan dengan
menarik napas panjang dari hidung keluarkan melalui
mulu dan menganjurkan ibu untuk miring kiri.
6. Menganjurkan keluarga inti memasase punggung ibu
untuk mengurangi rasa sakit yang ibu rasakan.
7. Memberi asupan nutrisi seperti minum teh manis.
8. Memantau DJJ, kontraksi, nadi tiap 30 menit sekali,
memantau TD setiap 4 jam dan suhu tiap 2 jam sekali
untuk mengetahui perkembangan kesehatan ibu dan
janin.
9. Menyiapkan alat-alat pertolongan persalinan yaitu APD
(kaca mata, celemek, masker, handscoon steril, topi, dan
sepatu boot), kateter, ½ kocher, gunting episiotomi, klem,
gunting tali pusat, benang tali pusat, betadine, kassa
steril, bengkok, kom kecil, bak instrumen.
10. Menyiapkan alatheating set meliputi bak instrumen steril
yang berisi catgut, pinset, gunting, nalpuder dan lidocain.
11. Menyiapkan baju bayi.
12. Memantau kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf.
CATATAN PERKEMBANGAN
15
A. SUBYEKTIF (S)
Pada pukul 18:15 wib, ibu mengatakan perutnya terasa mulas
dan rasa sakitnya semakin sering serta merasakan keluar air-air
dari jalan lahir
B. OBYEKTIF (O)
Pemeriksaan umum : keadaan umum baik, kesadaran compos
mentis, keadaan emosional stabil, TD: 110/70mmHg, P:
20x/menit, N: 78x/menit, S: 36,6°C
HIS (+) frekuensi 4x/10 menit lamanya 40
detik, Djj 146x/menit Periksa dalam pukul
18:15 wib
Hasil : portio searah jalan lahir, konsistensi lunak, pembukaan 8
cm, ketuban (-) pecah spontan pukul 18:15 wib warna jernih,
presentasi kepala, penurunan hodge III.
16
tidak boleh menahan napas melalui leher saat mengedan
dan beristirahat diantara kontraksi.
5. Memantau kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf
- Persalinan berjalan dengan baik
- Pukul 18.30 WIB pembukaan lengkap
A. SUBYEKTIF (S)
B. OBYEKTIF (O)
D. PENATALAKSANAAN (P)
1. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap.
2. Mendekatkan alat pertolongan persalinan (partus set),
17
meletakkan kain bersih dan handuk di atas perut ibu
3. Memeriksa kembali DJJ: 147x/menit,
4. Memberikan dukungan moral pada ibu dengan
menghadirkan orang terdekat dan ibu ditemani oleh
ibunya.
5. Memberikan kesempatan pada ibu untuk memilih posisi
yang aman dan nyaman selama persalinan, ibu memilih
posisi litotomi.
6. Memberi Ibu minum saat tidak ada his agar tidak
dehidrasi, ibu minum air putih atau teh.
7. Mengajarkan pada ibu cara mengedan yang baik dan
benar sewaktu ada his,yaitu mengait kaki dengan kedua
siku,dekatkan paha ke perut,mata membuka dan melihat
ke arah perut,dagu menyentuh dada,mulut dikatupkan
serta mengedan dengan tidak bersuara. Anjurkan ibu
untuk beristirahat saat tidak ada kontraksi.
8. Melakukan pertolongan persalinan sesuai dengan standar
Asuhan Persalinan Normal (APN) yaitu:
- Setelah kepala bayi tampak 5-6 cm di depam vulva,
lakukan stenen dengan tangan kanan menahan bagian
perineum dan tangan kiri menahan kepala bayi agar
tidak terjadi defleksi maksimal
- Setelah kepala bayi lahir memeriksa apakah ada
lilitan tali pusat,dan terdapat 2 lilitan tali pusat,
Kemudian longgarkan tali pusat perlahan
menggunanakan 1 jari, lalu mengelap wajah bayi
menggunakan kasa serta menunggu kepala
melakukan putaran paksi luar.
- Meletakkan tangan secara biparietal, mengarahkan
kepala ke bawah untuk melahirkan bahu anterior dan
mengarahkan keatas untuk melahirkan bahu
posterior.
18
- Setelah bahu lahir, lakukan sanggah susur sampai bayi lahir
seluruhnya.
- Menjepit tali pusat dengan klem pertama berjarak 3
cm dari umbilikus dan klem kedua berjarak 2 cm dari
klem pertama, kemudian memotong tali pusat dengan
gunting tali pusat lalu mengikat tali pusat dengan
benang tali pusat.
- Bayi lahir pukul 18.55. Dilakukan menghangatkan
bayi, mengeringkan, isap lendir, dan rangsangan
taktil. Bayi menagis kuat, jenis kelamin perempuan,
berat badan 3000 gram, dan panjang badan 47 cm,
lingkar dada 32 cm, lingkarkepala 34 cm, anus (+),
cacat (-).
- Meletakkan bayi di atas dada ibu untuk melakukan
IMD dengan tetap menjaga kehangatan bayi.
A. SUBYETIF (S)
Ibu mengatakan merasa lemas dan masih sedikit mulas
B. OBYEKTIF (O)
Pemeriksaan umum : keadaan umum baik, kesadaran compos
mentis, keadaan emosional stabil, TD: 100/70 mmHg, P:
20x/menit, N: 80x/menit, S: 36,8°C, TFU sepusat, kontraksi
baik, plasenta belum lahir kandung kemih kosong, pendarahan
kala II kurang lebih 100 cc
19
ada
D. PENATALAKSANAAN (P)
B. OBYEKTIF (O)
Pemeriksaan umum : keadaan umum baik, kesadaran compos
20
mentis,keadaan emosional stabil, TD: 110/70mmHg, P:
20x/menit, N: 75x/menit,S: 36,8°C
TFU 2jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik bulat dan
keras, kandung kemih kosong, perineum tidak ada laserasi,
pendarahan kala III kurang lebih 100cc Plasenta lahir lengkap
pukul 19:00, berat plasenta 500gr, diameter plasenta 18cm,tebal
plasenta 2cm,insersi tali pusat sentralis, panjang tali pusat 70cm
D. PENATALAKSANAAN (P)
1. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu
dalam keadaan baik yaitu TD: 110/70 mmHg, N:
75x/menit, P: 20x/menit, S: 36,80C, kontraksi baik, dan
TFU 2 jari dibawah pusat.
2. Membersihkan tubuh ibu dari lendir bercampur darah
dengan air DTT dan air bersih, serta membantu
mengganti pakaian ibu.
3. Membereskan dan merendam alat persalinan yang
dipakai dengan air klorin 0,5% selama 10 menit,
selanjutnya dicuci dengan air sabun kemudian di bilas
dengan air bersih
4. Melakukan pemeriksaan TTV, TFU, kontraksi, kandung
kemih dan perdarahan ibu setiap 15 menit sekali pada 1
jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
5. Menjelaskan kepada ibu dan kondisinya dan rasa mulas
yang dialami ibu adalah normal rasa mulas timbul
dikarenakan pergerakan otot-otot uterus atau kontraksi
yang mencegah terjadinya perdarahan.
6. Memastikan uterus berkontraksi dengan baikdan
21
menganjurkan ibu untuk tetap melakukan massase uterus.
7. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum
8. Memberikan obat antibiotik amoxicilin 500 mg dengan
dosis 3x1, paracetamol 500 mg dengan dosis 3x1 dan Fe
60 mg dengan dosis 1 x 1.
9. Melakukan pendokumentasian.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang
paling sering ditemukan pada wanita berusia 50-70 tahun. Kanker ovarium
bisa menyebar ke bagian lain seperti, panggul dan perut melalui sistem getah
bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru.
B. Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
Brunner. (2015). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart Edisi 12.
Jakarta: EGC.
Dewi, R.S. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Kanker Ovarium. Karya Tulis
Ilmiah. Studi D-III Keperawatan Padang. Diunduh pada tanggal 11 Februari
2023.
Marischa. (2017). Nutrition in patient ovarian cancer. Vol 7, No 04, Diunduh pada
tanggal 10 Februari 2023.
Oemiati, R.E. Rahajeng. (2015). Pravelansi Tumor dan Beberapa Faktor yang
Mempengaruhinya Di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Jakarta: Nuha Medika
Manuaba. (2013). llmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC
Gilly. A. (2012). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta: EGC.
23
Wiknjosastro. (2010). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, Edisi 1, Cetakan 12. Jakarta: Bina Pustaka.
24