KOTA DEPOK
TAHUN 2022
Pangan adalah kebutuhan pokok manusia yang hakiki untuk bertahan hidup,
karenanya harus tersedia di setiap tempat dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak,
aman dikonsumsi, serta harga yang terjangkau. Aspek konsumsi pangan erat kaitannya
dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Kuantitas dan kualitas pangan yang
dikonsumsi akan menentukan asupan gizi tubuh yang pada akhirnya mempengaruhi
kesehatan individu dan masyarakat. Gizi optimal diperlukan untuk pertumbuhan normal,
perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta seluruh kelompok umur. Gizi
yang tidak optimal berdampak pada kesehatan yang buruk dan meningkatkan risiko
penyakit infeksi dan penyakit tidak menular sepertI penyakit kardiovaskular, diabetes, serta
kanker.
Pemenuhan kebutuhan pangan untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif tidak
hanya semata-mata diukur dari aspek kuantitas atau berapa banyak pangan yang
dikonsumsi, tetapi juga dari aspek kualitas pangan yang dikonsumsi. Aspek kualitas yang
dimaksud adalah dalam hal keberagaman pangan yang dikonsumsi. Pangan yang
dikonsumsi harus beragam karena belum ada satu jenis pangan yang dapat memenuhi
semua kebutuhan zat gizi tetapi harus saling melengkapi. Selain itu, proporsi antar zat gizi
yang dikonsumsi dalam pangan harus seimbang, agar tidak terjadi gizi lebih maupun gizi
kurang. Berdasarkan kebutuhannya, zat gizi terdiri dari dua jenis yaitu zat gizi makro dan
zat gizi mikro. Zat gizi makro dibutuhkan dalam jumlah yang besar oleh tubuh karena
sumber zat gizi ini berperan dalam menghasilkan energi secara langsung untuk digunakan
oleh tubuh dalam aktivitas sehari-hari. Zat gizi makro terdiri atas karbohidrat, lemak, dan
protein. Zat gizi mikro adalah komponen yang diperlukan agar zat gizi makro dapat
berfungsi dengan baik. Zat gizi mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil atau sedikit, tetapi ada
di dalam makanan. Zat gizi mikro terdiri atas mineral dan vitamin. Konsumsi pangan yang
sesuai dengan kebutuhan adalah upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kesehatan dan kualitas SDM.
Skor PPH telah menjadi indikator yang cukup strategis dan merupakan indikator
kinerja bidang ketahanan pangan yang tercantum dalam RPJMN 2009 - 2014, RPJMN 2015 –
2019, dan RPJMN 2020 - 2024. Pentingnya pencapaian skor PPH tersebut juga diamanatkan
oleh Undang - Undang (UU) Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan dan Peraturan
Pemerintah Nomor 17 tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi.
Hal ini kemudian didukung oleh kebijakan pemerintah yang tertuang dalam
Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Di dalamnya disebutkan
bahwa penganekaragaman konsumsi pangan merupakan upaya untuk memantapkan atau
membudayakan pola konsumsi pangan yang beraneka ragam dan seimbang serta aman
dalam jumlah dan komposisi yang cukup guna memenuhi kebutuhan gizi untuk mendukung
hidup sehat, aktif dan produktif. Indikator untuk mengukur tingkat keanekaragaman dan
keseimbangan konsumsi pangan masyarakat adalah dengan skor Pola Pangan Harapan
(PPH). Di tingkat Provinsi, skor PPH juga dimasukkan ke dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat sebagai indikator kinerja dengan
target yang harus dicapai setiap tahunnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator skor Pola Pangan
Harapan (PPH) dapat menggambarkan situasi konsumsi pangan di masyarakat sehingga
dapat dijadikan acuan pemerintah dalam merumuskan kebijakan dan intervensi yang terkait
dengan konsumsi pangan.
2. Dasar Pelaksanaan
Adapun dasar pelaksanaan dari Skor Pola Pangan Harapan adalah sebagai berikut:
4. Kegunaan
Adapun kegunaan dari Pola Pangan Harapan (PPH) adalah sebagai berikut:
a. Untuk menilai situasi konsumsi atau ketersediaan pangan, baik jumlah dan
komposisi/keragaman pangan.
b. Untuk perencanaan konsumsi atau ketersediaan pangan
5. Skor PPH Kota Depok
Berdasarkan SUSENAS Tahun 2021 yang telah diolah dengan Aplikasi Harmonisasi Skor PPH, skor Pola Pangan Harapan Kota Depok
adalah sebesar 85,7. Skor ini meningkat dibanding tahun lalu yakni 84,2.