Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN

KOTA DEPOK
TAHUN 2022

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT


DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PETERNAKAN
Jl. Kawaluyaan Indah Raya No. 6 Soekarno-Hatta : 022-87327711 Faksimili : 022-87354100 
Website : www.dkpp.jabarprov.go.id, e-mail : dkpp@jabarprov.go.id
Bandung 40286
1. Latar Belakang

Pangan adalah kebutuhan pokok manusia yang hakiki untuk bertahan hidup,
karenanya harus tersedia di setiap tempat dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak,
aman dikonsumsi, serta harga yang terjangkau. Aspek konsumsi pangan erat kaitannya
dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Kuantitas dan kualitas pangan yang
dikonsumsi akan menentukan asupan gizi tubuh yang pada akhirnya mempengaruhi
kesehatan individu dan masyarakat. Gizi optimal diperlukan untuk pertumbuhan normal,
perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta seluruh kelompok umur. Gizi
yang tidak optimal berdampak pada kesehatan yang buruk dan meningkatkan risiko
penyakit infeksi dan penyakit tidak menular sepertI penyakit kardiovaskular, diabetes, serta
kanker.

Pemenuhan kebutuhan pangan untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif tidak
hanya semata-mata diukur dari aspek kuantitas atau berapa banyak pangan yang
dikonsumsi, tetapi juga dari aspek kualitas pangan yang dikonsumsi. Aspek kualitas yang
dimaksud adalah dalam hal keberagaman pangan yang dikonsumsi. Pangan yang
dikonsumsi harus beragam karena belum ada satu jenis pangan yang dapat memenuhi
semua kebutuhan zat gizi tetapi harus saling melengkapi. Selain itu, proporsi antar zat gizi
yang dikonsumsi dalam pangan harus seimbang, agar tidak terjadi gizi lebih maupun gizi
kurang. Berdasarkan kebutuhannya, zat gizi terdiri dari dua jenis yaitu zat gizi makro dan
zat gizi mikro. Zat gizi makro dibutuhkan dalam jumlah yang besar oleh tubuh karena
sumber zat gizi ini berperan dalam menghasilkan energi secara langsung untuk digunakan
oleh tubuh dalam aktivitas sehari-hari. Zat gizi makro terdiri atas karbohidrat, lemak, dan
protein. Zat gizi mikro adalah komponen yang diperlukan agar zat gizi makro dapat
berfungsi dengan baik. Zat gizi mikro dibutuhkan dalam jumlah kecil atau sedikit, tetapi ada
di dalam makanan. Zat gizi mikro terdiri atas mineral dan vitamin. Konsumsi pangan yang
sesuai dengan kebutuhan adalah upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kesehatan dan kualitas SDM.

Keragaman dan keseimbangan konsumsi pangan pada tingkat keluarga akan


menentukan kualitas konsumsi pada tingkat wilayah, baik kabupaten/kota, provinsi, dan
nasional. Pada tingkat keluarga dan individu, konsumsi pangan dilakukan dengan
menerapkan prinsip gizi seimbang dengan pendekatan perhitungan porsi, pola hidup bersih
dan sehat, aktivitas fisik, dan mengontrol berat badan ideal melalui pola konsumsi pangan
Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA). Sementara itu, di tingkat wilayah (makro),
kualitas konsumsi pangan masyarakat tercermin melalui skor Pola Pangan Harapan (PPH).
wilayah (makro) ini dicerminkan dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH). Pola Pangan
Harapan (PPH) yaitu komposisi kelompok pangan utama yang sesuai dengan daya terima
yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya. Melalui
pendekatan PPH ini, kualitas konsumsi pangan penduduk dapat dicerminkan dari besaran
skor PPH, dengan skor ideal sebesar 100.

Skor PPH telah menjadi indikator yang cukup strategis dan merupakan indikator
kinerja bidang ketahanan pangan yang tercantum dalam RPJMN 2009 - 2014, RPJMN 2015 –
2019, dan RPJMN 2020 - 2024. Pentingnya pencapaian skor PPH tersebut juga diamanatkan
oleh Undang - Undang (UU) Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan dan Peraturan
Pemerintah Nomor 17 tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi.

Hal ini kemudian didukung oleh kebijakan pemerintah yang tertuang dalam
Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Di dalamnya disebutkan
bahwa penganekaragaman konsumsi pangan merupakan upaya untuk memantapkan atau
membudayakan pola konsumsi pangan yang beraneka ragam dan seimbang serta aman
dalam jumlah dan komposisi yang cukup guna memenuhi kebutuhan gizi untuk mendukung
hidup sehat, aktif dan produktif. Indikator untuk mengukur tingkat keanekaragaman dan
keseimbangan konsumsi pangan masyarakat adalah dengan skor Pola Pangan Harapan
(PPH). Di tingkat Provinsi, skor PPH juga dimasukkan ke dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat sebagai indikator kinerja dengan
target yang harus dicapai setiap tahunnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator skor Pola Pangan
Harapan (PPH) dapat menggambarkan situasi konsumsi pangan di masyarakat sehingga
dapat dijadikan acuan pemerintah dalam merumuskan kebijakan dan intervensi yang terkait
dengan konsumsi pangan.

2. Dasar Pelaksanaan

Adapun dasar pelaksanaan dari Skor Pola Pangan Harapan adalah sebagai berikut:

1. Undang - Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan;


2. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi;
3. Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal;
4. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 60 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal;
5. Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor 501/51/Prodi tanggal 27 Desember 2017
tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal
dan Pencapaian Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi.

3. Maksud dan Tujuan


Tujuan dari Pola Pangan Harapan (PPH) adalah untuk menghasilkan suatu komposisi
norma (standar) pangan guna memenuhi kebutuhan gizi penduduk, yang
mempertimbangkan keseimbangan gizi ( nutritional balance) berdasarkan: cita rasa
(palatability), daya cerna (digestability), daya terima masyarakat ( acceptability), kuantitas
dan kemampuan daya beli (affortability).

4. Kegunaan
Adapun kegunaan dari Pola Pangan Harapan (PPH) adalah sebagai berikut:

a. Untuk menilai situasi konsumsi atau ketersediaan pangan, baik jumlah dan
komposisi/keragaman pangan.
b. Untuk perencanaan konsumsi atau ketersediaan pangan
5. Skor PPH Kota Depok

Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)


Berat Pangan
No Kelompok Pangan % Skor Skor Skor Skor
Gram/Kapita/Hari Kkal/Kapita % Bobot
AKE*) Aktual AKE Maks PPH
                     
1 Padi-padian 294,6 1.186 56,6 56,5 0,5 28,3 28,2 25,0 25,0
2 Umbi-umbian 46,8 50 2,4 2,4 0,5 1,2 1,2 2,5 1,2
3 Pangan Hewani 140,9 303 14,5 14,5 2,0 29,0 28,9 24,0 24,0
4 Minyak dan Lemak 31,5 282 13,4 13,4 0,5 6,7 6,7 5,0 5,0
5 Buah/Biji Berminyak 1,9 11 0,5 0,5 0,5 0,3 0,3 1,0 0,3
6 Kacang-kacangan 32,0 63 3,0 3,0 2,0 6,0 6,0 10,0 6,0
7 Gula 11,8 47 2,3 2,2 0,5 1,1 1,1 2,5 1,1
8 Sayur dan Buah 227,1 97 4,6 4,6 5,0 23,2 23,2 30,0 23,2
9 Lain-lain 87,4 57 2,7 2,7 - - - - -
   
  Total 2.096 100,0 99,8 95,7 95,6 100,0 85,7
Sumber:
Susenas 2021 diolah dengan Aplikasi Harmonisasi Skor PPH oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan SUSENAS Tahun 2021 yang telah diolah dengan Aplikasi Harmonisasi Skor PPH, skor Pola Pangan Harapan Kota Depok
adalah sebesar 85,7. Skor ini meningkat dibanding tahun lalu yakni 84,2.

Anda mungkin juga menyukai