Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM KOMPUTASI GIZI

NERACA BAHAN MAKANAN DI PROVINSI JAWA BARAT


PADA TAHUN 2012

Oleh :

Atin Nurmayasanti

NIM. 101611223011

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, mengartikan ketahanan
pangan sebagai “Kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin
dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan
terjangkau”. Pengertian mengenai ketahanan pangan tersebut mencakup aspek makro,
yaitu tersedianya pangan yang cukup dan sekaligus aspek mikro, yaitu terpenuhinya
kebutuhan pangan setiap rumah tangga untuk menjalani hidup yang sehat dan aktif.
(Nainggolan, 2008)
Ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas
yang cukup, terdistribusi dengan harga terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap
warga untuk menopang aktivitasnya sehari-hari sepanjang waktu (Saliem et al., 2002).
Salah satu aspek pembahasan yang menonjol dalam Widyakarya Nasional Pangan
dan Gizi VIII adalah adanya kesenjangan antara ketersediaan pangan dan akses terhadap
pangan. Data yang tersedia menunjukkan, ketersediaan pangan utama secara nasional
cenderung meningkat meskipun pada bebeberapa komoditas masih tinggi
ketergantungannya pada impor. (http://perpustakaan.bappenas.go.id/)
Di sisi lain Dewan Ketahanan Pangan menunjukkan, terdapat 81 juta orang yang
mengalami defisit energi protein, sementara 8 juta orang lainnya berada dalam kondisi
rawan pangan. Begitu pun status lain, akses pangan di rumah tangga terhadap masih
memprihatinkan. Di rumah tangga, konsumsi rata-rata pangan mencapai standar
kecukupan. Data anak, angka kematian bayi, dan gangguan pertumbuhan anak
menunjukkan indikasi belum tercukupinya kebutuhan gizi di tingkat individu secara
merata. (http://perpustakaan.bappenas.go.id/)

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan menganalisis neraca bahan makanan di wilayah provinsi Jaw
Barat pada tahun 2012.
BAB II
METODOLOGI

Data jumlah penduduk Tahun 2012 diperoleh dari data Badan Pusat Statistik (BPS)
Provinsi Jawa Barat. Diakses dari http://jabar.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/15 .
Sedangkan laju pertumbuhan penduduk diakses dari
http://jabar.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/81.
Data kelompok bahan makanan yang digunakan pada Neraca Bahan Makanan Provinsi
Jawa Barat berasal dari data Badan Ketahanan Pangan Daerah Jawa Barat yang diakses dari
http://bkpd.jabarprov.go.id/wp-content/uploads/2014/09/NBM-2012.pdf .
Neraca bahan makanan terdiri dari 19 kolom yang dibagi dalam 3 kelompok penyajian,
yaitu pengadaan, konsumsi/penggunaan dan ketersediaan per kapita. Jumlah pengadaan sama
dengan jumlah penggunaan.
BAB III
ANALISIS

A. Analisa
1. Ketersediaan Pangan Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Neraca Bahan Makanan
Tahun 2012
Tingkat Ketersediaan Tingkat Ketersediaan
Kelompok Gram/
No Energi Protein
Pangan Kap/Hari
Kkal/Kap/Hari % AKE*) Gram/Kap/Hari % AKP**)

1 Padi-padian 484,7 1728 78,5 42,9 75,0


2 Umbi-umbian 154,2 188 8,6 1,5 2,7
3 Pangan Hewani 103,4 137 6,2 14,1 24,7
Minyak dan
4 Lemak 1,7 15 0,7 0,0 0,0
Buah/Biji
5 Berminyak 0,0 0 0,0 0,0 0,0
Kacang-
6 kacangan 33,8 128 5,8 12,3 21,5
7 Gula 11,3 41 1,9 0,0 0,0
8 Sayur dan Buah 437,3 165 7,5 3,5 6,2
9 Lain-lain 0,0 0 0,0 0,0 0,0

Total 2.404 109,3 74,4 130,0

Keterangan =
*) Angka Kecekupan
Energi (AKE) 2.200 Kkal/Kap/Hari
**) Angka Kecekupan
Gram/Kap/Har
Protein (AKP)
57 i

Standar minimal ketersediaan energi 2.200 kkal/kapita/hari, protein 57


gr/kapita/hari. Ketersediaan Energi dan Protein untuk Provinsi Jawa Barat telah
memenuhi bahkan melebihi standar minimal WNPG VIII sebesar untuk energi 2.200
kkal/kapita/hari dan protein 57 gram/kapita/hari, dimana ketersediaan energi telah
mencapai 2.404 kkal atau 109,3% dan protein 74 gram/kapita/hari atau 130%.
Jika ketersediaan energi dan protein dibandingkan dengan standar kecukupan,
maka bisa disimpulkan bahwa di Provinsi Jawa Barat standar kecukupan Energi dan
kecukupan Protein sudah melebihi dari standar yang dianjurkan.

Kelompok pangan yang berkontribusi dalam pemenuhan kecukupan energi


terbesar adalah dari kelompok padi-padian yang menyumbang 1728 kkal/Kap/Hari atau
78,5%. Sedangkan kelompok pangan lainnya seperti umbi-umbian, pangan hewani,
minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah
berkontribusi antara 0-8% terhadap total energi. Penyumbang Kecukupan Protein terbesar
juga dari kelompok padi-padian yaitu 42,9 Gram/Kap/Hari atau 75%, diikuti oleh pangan
hewani sebesar 42,9 gram/kap/hari atau 24,7% kemudian kacang-kacangan 12,3
gram/kap/hari atau 21,5%. Kelompok pangan lainnya yaitu umbi-umbian, minyak dan
lemak, buah/biji berminyak, gula, sayur dan buah hanya menyumbang 0-6% dari total
kecukupan protein.

2. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Neraca Bahan
Makanan Tahun 2012
Menurut FAO-RAPA (1989) PPH sangat berguna untuk merumuskan kebijakan
pangan dan perencanaan pertanian disuatu wilayah. PPH dalam perencanaan pertanian
dan pangan akan mengetahui berapa kecukupan gizi penduduk. PPH juga memberikan
patokan bagi perencanaan dibidang pangan dan pertanian untuk mengetahui kelompok
pangan yang harus ditingkatkan produksinya atau keragaman pangan sesuai keadaan
ekologi dan ekonomi suatu wilayah.
Penyempurnaan PPH dan skor PPH dengan mempertimbangkan: (1) AKG energi
berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) 2004 sebesar 2,200
kkal/kap/hari; (2) persentase energi (pola konsumsi energi) untuk PPH dihitung terhadap
AKG energi (2,200 kkal sebagai penyebut); (3) Rating/bobot disempurnakan sesuai teori
rating; (4) Skor maksimum PPH adalah 100 bukan 93; (5) Peran pangan hewani, gula
serta sayur dan buah disesuaikan dengan PUGS; (6) Peran umbi-umbian ditingkatkan
sejalan dengan kebijakan diversifikasi pangan pokok dan pengembangan pangan lokal;
(7) Peran makanan lainnya terutama bumbu dan minuman lainnya tidak nihil (Hardinsyah
et al., 2004)

Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)


Kelompok Gram/
No % Skor Skor Skor Skor
Pangan Kap/Hari Kalori % Bobot
AKE*) Aktual AKE Maks PPH

1 Padi-padian 484,7 1728 71,9 78,5 0,5 35,9 39,3 25,0 25,0
2 Umbi-umbian 154,2 188 7,8 8,6 0,5 3,9 4,3 2,5 2,5
3 Pangan Hewani 103,4 137 5,7 6,2 2,0 11,4 12,5 24,0 12,5
Minyak dan
4 Lemak 1,7 15 0,6 0,7 0,5 0,3 0,3 5,0 0,3
Buah/Biji
5 Berminyak 0,0 0 0,0 0,0 0,5 0,0 0,0 1,0 0,0
6 Kacang-kacangan 33,8 128 5,3 5,8 2,0 10,7 11,7 10,0 10,0
7 Gula 11,3 41 1,7 1,9 0,5 0,9 0,9 2,5 0,9
8 Sayur dan Buah 437,3 165 6,9 7,5 5,0 34,4 37,6 30,0 30,0
9 Lain-lain 0,0 0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

Total 2.404 100,0 109,3 97,5 106,6 100,0 81,2

Keterangan =
*) Angka Kecekupan
Energi (AKE) = 2.200 Kkal/Kap/Hari

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa rata-rata ketersediaan pangan


khususnya padi-padian secara aktual (35,9) kurang memenuhi angka kecukupan
energi (39,3) namun jika dilihat dari angka maksimal (25) sudah melebihi standar.
Sedangkan pada kelompok pangan yang lainnya untuk skor kecukupan energi masih
sama-sama kurang memenuhi kecukupan energi. Namun skor aktual untuk beberapa
kelompok pangan yaitu kacang-kacangan (10,7) sayur dan buah (34,4) melebihi skor
maksimum. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas ketersediaan pangan masyarakat
masih belum memenuhi keragaman pangan ideal dari setiap kelompok pangan.
Konsumsi karbohidrat pada masyarakat perdesaan masih cukup tinggi dibandingkan
kelompok pangan lainnya.
Skor PPH 81,2 menunjukkan bahwa keragaman produksi bahan makanan di
Provinsi Jawa Barat masih belum cukup memenuhi keragaman pangan di masyarakat
Jawa Barat. Kriteria skor PPH antara 78-88 termasuk kedalam kategori segitiga perak
(Rustanti, 2015). Semakin tinggi skor PPH , konsumsi pangan semakin beragam dan
bergizi seimbang.

3. Proyeksi ketersediaan pangan Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Neraca Bahan


Makanan Tahun 2012
Kelompok pangan yang berkontribusi dalam ketersediaan pangan di Provinsi
Jawa Barat tahun 2012 adalah kelompok padi-padian yaitu beras 82,5%, pada umbi-
umbian adalah ubi jalar 74,9%. Komoditas pangan hewani yang paling berkontribusi
adalah ikan yaitu 48,4%. Kelompok minyak dan lemak yaitu minyak sawit 75,9%.
Kelompok kacang-kacangan yaitu kacang kedelai 76,4%. Kelompok gula yang yaitu
gula pasir 92,8%. Kelompok sayur dan buah yang berkontribusi lebih adalah jenis
pangan sayur 72% sedangkan buah hanya 28%.
Dari hasil ketersediaan pangan aktual tahun 2012 tersebut dapat diketahui
bahwa untuk meningkatkan asupan protein, maka penduduk di Provinsi Jawa Barat
perlu meningkatkan konsumsi pangan jenis ikan. Hal ini didasarkan pada kontribusi
dari ketersediaan ikan yang cukup besar yaitu 48%.
Proyeksi ketersediaan pangan pada tahun 2020, ketersediaan kelompok
pangan padi-padian mengalami penurunan dari 484,7 gram/kapita/hari menjadi 302,5
gram/kapita/hari. Pada kelompok pangan umbi-umbian juga mengalami penurunan
dari 154,2 gram/kapita/hari menjadi 99 gram/kapita/hari. Tetapi pada kelompok
pangan hewani, mengalami peningkatan dari 103,4 gram/kapita/hari menjadi 154,0
gram/kapita/hari. Dari data tersebut dapat diproyeksikan bahwa asupan makanan
sumber protein pada penduduk akan meningkat pada tahun 2020 mendatang.

B. Rekomendasi
1. Ketersediaan energi dari pangan hewani perlu ditingkatkan. Kontribusi energi dari
pangan hewani menurut FAO RAPA (1989) sebaiknya sekitar 15% dari total energi.
2. Untuk meningkatkan skor PPH pada tahun mendatang di Provinsi Jawa Barat tahun
2012 perlu upaya meningkatkan keberagaman produksi bahan makanan terutama dari
kelompok bahan makanan pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak,
gula, sayur dan buah.
3. Karena ketersediaan ikan cukup melimpah (48,4% dari total pangan hewani), maka
asupan protein dapat ditingkatkan dengan konsumsi ikan.
4. Dari data proyeksi ketersediaan pangan pada tahun 2020, ketersediaan kelompok
pangan padi-padian mengalami penurunan dari 484,7 gram/kapita/hari menjadi 302,5
gram/kapita/hari. Perlu menjadi perhatian yang serius untuk mewaspadai penurunan
tersebut.
5. Pemerintah perlu membuat program yang dapat meningkatkan ketahanan pangan
untuk mencegah penurunan produksi bahan makanan pada tahun-tahun berikutnya
serta meningkatkan ketersediaan bahan makanan yang masih kurang sehingga skor
PPH dapat maksimal pada tahun mendatang.
BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
1. Hasil analisa neraca bahan makanan Provinsi Jawa Barat tahun 2012 terlihat bahwa
ketersediaan energi 2404 kkal/kapita/hari (109,3% dari angka kecukupan energi) dan
protein 74,4 gram/kapita/hari (130% dari angka kecukupan protein).
2. Angka kecukupan energi (AKE) di Provinsi Jawa Barat sebesar 109,3% termasuk
kedalam kategori tahan pangan. Skor PPH 81,2 menunjukkan bahwa keragaman
produksi bahan makanan di Provinsi Jawa Barat masih belum cukup memenuhi
keragaman pangan di masyarakat Jawa Barat.
3. Kelompok pangan yang berkontribusi besar dalam ketersediaan protein di Provinsi
Jawa Barat pada tahun 2012 adalah jenis padi-padian (75%).
4. Skor PPH aktual yang lebih besar dari skor maksimal dari kelompok pangan padi-
padian, umbi-umbian an kacang-kacangan. Sedangkan skor PPH aktual yang belum
mencapai skor maksimal dari kelompok pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji
berminyak, gula, sayur dan buah.

B. Saran
Konsumsi jenis pangan hewani disarankan untuk ditingkatkan pada penduduk
Provinsi Jawa Barat. Konsumsi jenis ikan dapat menjadi alternatif karena ketersediaan
ikan cukup melimpah.
DAFTAR PUSTAKA

FAO-RAPA. 1989. Desirable Dietary Pattern. Di dalam Setiawan Budi. 1990. Penyusunan
Model Sistem Perencanaan Penyediaan Pangan Berdasarkan Pola Konsumsi. Pasca
Sarjana IPB. Bogor.
bkpd.jabarprov.go.id/wp-content/uploads/2014/09/NBM-2012.pdf
Hardinsyah dan Martianto. 2001. Ketahanan Pangan yang Tangguh. Di dalam Kastaman R.,
Dea P.H., Baliwati YF., et al. 2009. Konsep Pembangunan Pertanian Kota Bandung.
http://www.ar.itb.ac.id.
Hasrawati. 2011. Analisis Perencanaan Penyediaan Pangan Berdasarkan Pola Pangan Harapan
(PPH) di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB
http://repository.ipb.ac.id/
http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/blob/F10049/Widyakarya%20Nasion
al%20Pangan%20dan%20Gizi%20VIII.htm
http://jabar.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/81

Nainggolan, Kaman. 2008. Ketahanan Dan Stabilitas Pasokan, Permintaan dan Harga
Komoditas Pangan. Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 6 No. 2, Juni 2008 : 114 -
139
Rustanti, Ninik. 2015. buku ajar ekonomi pangan dan gizi. Yogyakarta : Deepublish
Saliem, H.P.,M. Ariani, Y. Marisa dan T.B.Purwantini. 2002. Analisis kerawanan pangan
wilayah dalam perspektif desentralisasi pembangunan. Laporan Hasil Penelitian.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai