Ukuran Buku :
21,0 cm x 29,7 cm
Penanggung Jawab:
Dr. Ir. Ketut Kariyasa, M.Si
Redaktur :
Dr. M. Luthful Hakim
Penyunting/Editor:
Agus Sumantri, S.Sos
Penulis Artikel :
Ir. Sabarella, M.Si (Beras)
Ir. Wieta B. Komalasari, M.Si (Jagung dan Cabai)
Sri Wahyuningsih, S.Si (Kedelai)
Megawati Manurung, SP (Bawang Merah)
Sehusman, SP (Daging Sapi)
Rinawati, SE (Daging Ayam)
Yani Supriyati, SE (Gula)
Desain grafis:
Rinawati, SE
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karuniaNya
sehingga publikasi Buletin Konsumsi Pangan komoditas pertanian tahun 2018 dapat
diterbitkan. Buletin Konsumsi Pangan komoditas pertanian yang terbit setiap semester
merupakan salah satu upaya Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian dalam
meningkatkan pelayanan data dan informasi pertanian. Buletin Konsumsi Pangan Volume 9
Nomor 1 Tahun 2018 menyajikan perkembangan konsumsi dan neraca penyediaan dan
penggunaan komoditas beras, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, daging sapi, daging
ayam dan gula. Data yang disajikan dalam buletin ini diolah oleh Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian, Kementerian Pertanian bersumber dari publikasi hasil Survei Sosial
Ekonomi Nasional (SUSENAS) BPS, website FAO (Food Agriculture Organization) dan
website USDA (United States Departement of Agriculture) dan sumber lainnya.
Besar harapan kami bahwa buletin ini dapat bermanfaat bagi para pengguna baik di
lingkup Kementerian Pertanian maupun para pengguna lainnya. Kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan guna penyempurnaan di masa mendatang.
iii
Buletin Konsumsi Pangan
iv
Buletin Konsumsi Pangan
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
XII. PENUTUP............................................................................................................... 86
v
Buletin Konsumsi Pangan
vi
Buletin Konsumsi Pangan
BAB I. PENDAHULUAN
P
angan merupakan salah satu maka kebutuhan terhadap jenis dan
kebutuhan dasar manusia, karena kualitas produk makanan juga semakin
itu pemenuhan atas pangan yang meningkat dan beragam. Oleh karena itu
cukup, bergizi dan aman menjadi hak asasi salah satu target Kementerian Pertanian
setiap rakyat Indonesia untuk mewujudkan adalah peningkatan diversifikasi pangan,
sumberdaya manusia yang berkualitas terutama untuk mengurangi konsumsi beras
untuk melaksanakan pembangunan dan terigu, yang diimbangi dengan
nasional. peningkatan konsumsi umbi-umbian,
Kebutuhan pangan merupakan pangan hewani, buah-buahan dan sayuran.
penjumlahan dari kebutuhan pangan untuk Selain itu juga diupayakan tercapainya pola
konsumsi langsung, kebutuhan industri dan konsumsi pangan beragam, bergizi,
permintaan lainnya. Konsumsi langsung seimbang dan aman yang tercermin oleh
adalah jumlah pangan yang dikonsumsi meningkatnya skor Pola Pangan Harapan
langsung oleh masyarakat. (PPH) dari 84,1 pada tahun 2015 menjadi
Seiring dengan peningkatan jumlah 92,5 pada tahun 2019 (Tabel 1.1).
penduduk dan kesejahteraan masyarakat,
Tabel 1.1. Sasaran Konsumsi Energi, Protein dan Skor Pola Pangan Harapan (PPH),
2015 – 2019
Tahun
No Kelompok Pangan
2015 2016 2017 2018 2019
Konsumsi energi per kelompok pangan (kkal/kapita/hari)
1 Padi-padian 1,165 1,161 1,156 1,152 1,147
2 Umbi-umbian 53 69 84 100 115
3 Pangan Hewani 191 200 208 217 225
4 Minyak dan Lemak 238 232 227 221 215
5 Buah/biji berminyak 43 49 54 60 65
6 Kacang-kacangan 65 72 80 87 95
7 Gula 94 98 101 104 108
8 Sayur dan Buah 111 112 113 114 115
9 Lain-lain 42 48 53 59 65
Total Energi 2,004 2,040 2,077 2,113 2,150
Konsumsi protein (gram/kapita/hari)
1 Protein 56.1 56.4 56.6 56.8 57
Skor PPH 84.1 86.2 88.4 90.5 92.5
Sumber: Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian
1
Buletin Konsumsi Pangan
2
Buletin Konsumsi Pangan
rupiahnya, kecuali listrik, gas, air dan BBM makanan dihitung berdasarkan data
dengan kuantitasnya). Data konsumsi konsumsi (RT dan di luar RT) dikalikan
SUSENAS (BPS) disajikan per kapita per konsumsi rumah tangga menggunakan
publikasi ini dikonversi menjadi per kapita di luar RT menggunakan data hasil survei
per tahun dengan dikalikan dengan 365/7. Industri Mikro Kecil (IMK) dan Industri
Besar Sedang (IBS) – BPS atau
3
Buletin Konsumsi Pangan
menggunakan proporsi dari Tabel I/O – dari BPS-Bappenas seperti tersaji pada
2005. Besarnya penggunaan untuk benih Tabel 1.2.
diperoleh dari perhitungan data luas Neraca bahan pangan memberikan
tanam dikalikan dengan kebutuhan benih informasi tentang situasi pengadaan/
per hektar. Data penggunaan untuk penyediaan pangan, baik yang berasal
pakan dan tercecer menggunakan dari produksi dalam negeri, impor-ekspor
besaran konversi terhadap penyediaan dan stok serta data penggunaan pangan
dalam negeri, seperti yang digunakan untuk kebutuhan pakan, bibit,
pada perhitungan Neraca Bahan Makanan penggunaan untuk industri, serta
(NBM) Nasional. Jumlah penduduk yang informasi ketersediaan pangan untuk
digunakan untuk menghitung total konsumsi penduduk suatu negara/wilayah
konsumsi menggunakan data proyeksi dalam kurun waktu tertentu.
Jumlah Jumlah
Tahun Penduduk Tahun Penduduk
(000 jiwa) (000 jiwa)
2012 245,425.2 2016 258,705.0
2013 248,818.1 2017 261,890.9
2014 252,164.8 2018 265,015.3
2015 255,461.7 2019 268,074.6
Sumber: BPS-Bappenas
4
Buletin Konsumsi Pangan
H
makanan sedikit lebih tinggi dibandingkan
ukum ekonomi menurut Ernst pengeluaran untuk makanan.
Engel (1857), menyatakan Persentase pengeluaran per bulan
bahwa bila selera tidak berbeda pada tahun 2008 untuk makanan sebesar
maka persentase pengeluaran untuk 50,17% dan non makanan sebesar 49,83%,
makanan menurun dengan semakin tahun 2011 persentase non makanan
meningkatnya pendapatan. Hal ini dapat menjadi sedikit lebih tinggi dibandingkan
digunakan untuk menggambarkan pengeluaran untuk makanan. Tahun 2015
kesejahteraan masyarakat. persentase ini menjadi sebesar 47,47%
Berdasarkan data SUSENAS, untuk pengeluaran makanan dan 52,53%
pengeluaran penduduk Indonesia per bulan untuk non makanan, seperti tersaji pada
untuk makanan dan non makanan selama Gambar 3.1. Besarnya rata-rata
tahun 2008 - 2017 menunjukkan adanya pengeluaran per kapita per bulan tahun
fluktuasi pergeseran. Pada awalnya 2017 untuk bahan makanan sebesar Rp.
persentase pengeluaran untuk makanan 527.956,- dan non makanan sebesar Rp.
lebih besar dibandingkan pengeluaran 508.541,-.
(%)
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
-
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
5
Buletin Konsumsi Pangan
6
Buletin Konsumsi Pangan
daging meningkat cukup besar setiap Pertumbuhan pengeluaran untuk rokok ini
tahunnya pada tahun 2015 – 2017. bahkan lebih tinggi dibandingkan
Hal yang dapat dicermati juga pertumbuhan pengeluaran untuk buah-
adalah peningkatan pengeluaran untuk buahan, telur dan susu dan padi-padian.
rokok. Selama tahun 2015 – 2017, Secara rinci perkembangan pengeluaran
besarnya pertumbuhan pengeluaran untuk nominal dan riil menurut kelompok
rokok ini setara dengan pertumbuhan komoditas dapat dilihat pada Tabel 3.1.
pengeluaran untuk umbi-umbian dan ikan.
Tabel 3.1. Perkembangan Pengeluaran Nominal dan Riil Kelompok Bahan Makanan, Tahun
2015 – 2017
(Rp/Kapita/Bulan)
Pertumbuhan
2015 2016 2017
2015-2017 (%)
No. Kelompok Barang
Nominal IHK Riil Nominal IHK Riil Nominal IHK Riil Nominal Riil
1 Padi-padian 66,929 123.04 54,396 64,566 127.50 50,640 61,455 128.49 47,829 -4.17 -6.23
2 Umbi-Umbian 4,470 123.04 3,633 5,057 127.50 3,966 5,764 128.49 4,486 13.56 11.14
3 Ikan 32,041 131.04 24,451 33,620 135.72 24,772 40,478 141.99 28,507 12.66 8.19
4 Daging 18,048 124.99 14,439 20,526 132.35 15,509 24,987 134.09 18,635 17.73 13.78
5 Telur dan susu 26,616 123.60 21,534 28,025 126.79 22,103 29,357 128.10 22,918 5.02 3.17
6 Sayur-sayuran 27,365 139.10 19,673 34,505 156.48 22,051 42,397 163.61 25,914 24.48 14.80
7 Kacang-kacangan 10,003 127.78 7,829 10,349 130.55 7,927 11,252 131.60 8,550 6.09 4.56
8 Buah-buahan 20,174 137.81 14,639 19,268 148.29 12,993 22,850 150.51 15,182 7.05 2.80
9 Minyak dan Kelapa 13,154 108.78 12,092 12,705 113.50 11,194 13,588 120.29 11,296 1.77 -3.26
10 Bahan minuman 14,729 115.15 12,792 16,019 122.44 13,083 17,078 125.29 13,631 7.68 3.23
11 Bumbu-bumbuan 8,349 145.72 5,729 9,166 187.08 4,900 9,656 184.16 5,243 7.57 -3.73
12 Konsumsi lainnya 9,009 120.27 7,490 9,443 127.15 7,427 10,909 132.30 8,246 10.17 5.09
13 Makanan & minuman jadi 109,968 124.36 88,429 133,834 130.02 102,933 172,600 135.16 127,700 25.33 20.23
14 Rokok dan Tembakau 51,608 126.89 40,672 63,555 139.10 45,690 65,586 150.42 43,601 13.17 3.88
Bahan Makanan 412,462 128.01 322,211 460,638 137.28 335,546 527,956 140.20 376,578 13.15 8.18
Sumber: Badan Pusat Statistik
Keterangan: IHK 2014 - 2016 tahun dasar 2012 = 100
7
Buletin Konsumsi Pangan
3.2. Perkembangan Konsumsi Kalori tahun 2017 sebesar 2.152,64 kkal atau
& Protein Masyarakat Indonesia
naik sebesar 159,95 kkal dibandingkan
tahun 2015. Sementara konsumsi protein
Konsumsi kalori dan protein
meningkat 7,09 gram. Kenaikan konsumsi
penduduk Indonesia berdasarkan data
kalori terjadi pada hampir semua kelompok
SUSENAS menunjukkan kenaikan pada
barang, dimana tertinggi terjadi pada
periode 3 (tiga) tahun terakhir. Rata-rata
kelompok makanan dan minuman jadi
konsumsi kalori penduduk Indonesia pada
8
Buletin Konsumsi Pangan
sebesar 101,53 kkal serta daging sebesar Konsumsi protein dari ikan juga mengalami
15,33 kkal. Konsumsi kalori dari padi- kenaikan lebih tinggi dibandingkan sumber
padian mengalami penurunan sebesar protein lainnya kecuali dari makanan dan
24,09 kkal selama 3 (tiga) tahun terakhir. minuman jadi. (Tabel 3.2).
Tabel. 3.2. Rata-rata Konsumsi Kalori (kkal) dan Protein (gram) per Kapita Sehari Menurut
Kelompok Makanan, Maret 2015 dan Maret 2017
Kalori (kkal/kapita/hari) Protein (gram/kapita/hari)
No. Kelompok Barang
2015 2017 Perubahan 2015 2017 Perubahan
1 Padi-padian 875.53 851.44 -24.09 20.59 20.02 -0.57
2 Umbi-Umbian 35.43 47.69 12.26 0.34 0.42 0.08
3 Ikan 42.52 49.17 6.65 7.14 8.23 1.09
4 Daging 52.37 67.70 15.33 3.13 4.20 1.07
5 Telur dan susu 58.31 60.47 2.16 3.23 3.35 0.12
6 Sayur-sayuran 29.68 38.90 9.22 1.97 2.44 0.47
7 Kacang-kacangan 47.18 59.23 12.05 4.72 5.63 0.91
8 Buah-buahan 38.54 52.69 14.15 0.43 0.53 0.10
9 Minyak dan Kelapa 255.49 252.43 -3.06 0.25 0.21 -0.04
10 Bahan minuman 95.62 98.10 2.48 0.84 0.81 -0.03
11 Bumbu-bumbuan 9.37 12.33 2.96 0.43 0.53 0.10
12 Konsumsi lainnya 55.90 64.17 8.27 1.18 1.26 0.08
13 Makanan dan minuman jadi 396.77 498.30 101.53 10.86 14.56 3.70
Jumlah 1,992.69 2,152.64 159.95 55.11 62.20 7.09
Sumber: SUSENAS, BPS
11.73% 3.15%
12.82% 2.13%
2.63% 2.81%
2.81% 2.93%
1.49% 2.98% 1.81%
2.75%
1.93% 2.37% 0.57% 2.45%
0.47% 4.80% 4.56%
Padi-padian Umbi-Umbian Ikan Padi-padian Umbi-Umbian Ikan
Daging Telur dan susu Sayur-sayuran Daging Telur dan susu Sayur-sayuran
Kacang-kacangan Buah-buahan Minyak dan Kelapa Kacang-kacangan Buah-buahan Minyak dan Kelapa
Bahan minuman Bumbu-bumbuan Konsumsi lainnya Bahan minuman Bumbu-bumbuan Konsumsi lainnya
Makanan dan minuman jadi Makanan dan minuman jadi
9
Buletin Konsumsi Pangan
0.62%
13.23%
23.41%
19.71% 12.96%
6.75%
5.68% 5.39%
8.56% 5.86% 9.05%
2.14%
2.03%
0.78% 3.57%
1.52% 0.85% 3.92%
0.45% 0.78% 1.30% 0.34% 0.85%
Padi-padian Umbi-Umbian Ikan Padi-padian Umbi-Umbian Ikan
Daging Telur dan susu Sayur-sayuran Daging Telur dan susu Sayur-sayuran
Kacang-kacangan Buah-buahan Minyak dan Kelapa Kacang-kacangan Buah-buahan Minyak dan Kelapa
Bahan minuman Bumbu-bumbuan Konsumsi lainnya Bahan minuman Bumbu-bumbuan Konsumsi lainnya
Makanan dan minuman jadi Makanan dan minuman jadi
10
Buletin Konsumsi Pangan
B
eras merupakan bahan pangan mendorong para petani untuk
pokok lebih dari setengah meningkatkan produksi dengan mendorong
penduduk dunia, dan konsumsi inovasi teknologi dan menyediakan pupuk
beras menyumbang asupan bersubsidi, dan di sisi lain, berusaha
lebih dari 20% kalori. Lebih dari 90% beras mengurangi konsumsi beras masyarakat
dunia diproduksi dan dikonsumsi oleh 6 melalui kampanye seperti "satu hari tanpa
negara Asia (China, India, Indonesia, beras" (setiap minggunya), sementara
Bangladesh, Vietnam and Jepang). Pada mempromosikan konsumsi makanan-
saat ini, di negara-negara Asia makanan pokok lainnya. Strategi ini belum
menunjukkan kecenderungan adanya bisa dikatakan berhasil karena jumlah
peningkatan produksi dan ekspor beras produksi beras hanya sedikit meningkat
sedangkan angka konsumsi justru dan kebanyakan orang Indonesia enggan
cenderung menurun. Dengan untuk mengganti beras dengan bahan-
meningkatnya kesejahteraan masyarakat bahan makanan lain.
dan urbanisasi, konsumsi per kapita beras Beras juga merupakan kebutuhan
mempunyai kecenderungan menurun di pangan pokok bagi lebih dari 90%
negara-negara Asia Tengah dan penduduk Indonesia. Berdasarkan data
berpenghasilan tinggi seperti Jepang, hasil SUSENAS - BPS, konsumsi beras per
Taiwan dan Republik Korea. Tetapi, hampir kapita cenderung menurun yakni dari
seperempat populasi di Negara Asia masih 107,71 kg/kapita/tahun pada tahun 2002
tergolong miskin dan belum memiliki akses menjadi 97,45 kg/kapita/tahun pada tahun
yang cukup terhadap beras seperti 2017 (Susenas – BPS, 2002 dan 2017).
Afghanistan, Korea Utara, Nepal dan Produksi beras dalam negeri dari tahun ke
Vietnam. tahun terus meningkat, walaupun
Mengingat sebagian besar mempunyai kecenderungan laju
penduduk Indonesia mengkonsumsi beras pertumbuhannya melandai. Di sisi lain,
sebagai bahan pangan pokok, maka pertumbuhan penduduk Indonesia melaju
Pemerintah Indonesia berupaya mencapai dengan cepat, yakni 1,19% per tahun pada
mencapai swasembada beras melalui dua periode tahun 2016-2020 (Proyeksi
cara. Pada satu sisi, pemerintah Penduduk Indonesia-BPS, 2014). Dengan
11
Buletin Konsumsi Pangan
Tabel 4.1. Besaran Konversi Makanan Jadi Berbahan Dasar Beras ke Bentuk Asal Beras
12
Buletin Konsumsi Pangan
Tabel 4.2. Perkembangan Konsumsi Beras Dalam Rumah Tangga di Indonesia, 2002-2017
serta Prediksi 2018-2020
13
Buletin Konsumsi Pangan
(Kg/kapita)
110
108
106
104
102
100
98
96
94
92
90
2018 *)
2019 *)
2020 *)
2002
2003
2004
2005
2008
2009
2010
2011
2012
2015
2006
2007
2013
2014
2016
2017
Gambar 4.1. Perkembangan Konsumsi Beras dalam Rumah Tangga di Indonesia, 2002-
2017 serta Prediksi 2018-2020
Tabel 4.3. Perkembangan Pengeluaran untuk Konsumsi Makan Berbahan Baku Beras Nominal
dan Rill dalam Rumah Tangga di Indonesia, 2013 – 2017
14
Buletin Konsumsi Pangan
Rp/Kapita
1,500,000
1,400,000
1,300,000
1,200,000
1,100,000
1,000,000
900,000
2013 2014 2015 2016 2017
Nominal Riil
Gambar 4.2. Perkembangan Pengeluaran untuk Konsumsi Makanan Berbahan Baku Beras
Nominal dan Rill dalam Rumah Tangga di Indonesia, 2013 – 2017
15
Buletin Konsumsi Pangan
dikalikan dengan luas tanam pada tahun Total penyediaan beras Indonesia
yang bersangkutan. Penggunaan gabah adalah berasal dari gabah yang siap
untuk pakan, bahan baku industri bukan digiling menjadi beras ditambah impor
makanan dan tercecer menggunakan beras, dikurangi ekspor dan ditambah stok
faktor konversi yang digunakan pada beras awal tahun. Data stok yang tersedia
perhitungan NBM Nasional masing-masing hanya stok beras pemerintah yang
sebesar 0,44%, 0,56% dan 5,4% terhadap bersumber dari BULOG, sedangkan data
total penyediaan. stok di masyarakat tidak tersedia.
16
Buletin Konsumsi Pangan
17
Buletin Konsumsi Pangan
besarnya konsumsi langsung per kapita beras ini diasumsikan merupakan beras
pada tahun tersebut. Total konsumsi yang disimpan di masyarakat, yakni di
diperoleh dari angka konsumsi per rumah tangga, penggilingan, pedagang
kapita dikalikan dengan jumlah beras, hotel, restoran, catering dan lain-
penduduk, dimana dari tahun 2013 – lain (Tabel 4.4).
2016 mengalami peningkatan, namun
tahun 2017 mengalami penurunan
dengan rata-rata penurunan 0,40%, 4.3. Konsumsi Domestik Beras di
sehingga total konsumsi beras dari Dunia
31,07 juta ton 2013 menjadi 30,37 juta
ton tahun 2018. Penggunaan beras Menurut data dari USDA,
faktor konversi sebesar 0,17% dan Asia dengan jumlah penduduk yang
2,5% terhadap total penyediaan, serta relatif besar dimana bahan pangan
sebagai stok akhir. Stok akhir data pokok penduduknya adalah beras. Cina
Indonesia mencapai 34,65 juta ton pada Cina mencapai 142,06 juta ton per
tahun 2013 dan terus mengalami tahun atau 29,82% dari total konsumsi
peningkatan menjadi 35,28 juta ton domestik beras dunia. Disusul India
pada tahun 2017 dan 2018 masing- sebesar 96,59 juta ton atau 20,27% dari
masing menjadi 32,25 juta ton dan total konsumsi domestik di dunia.
beras adalah selisih antara total mengingat lebih dari 90% penduduk
Selama periode tahun 2013 hingga 2018 bahan pangan pokoknya yakni mencapai
terjadi surplus beras yang mencapai 38,03 juta ton atau 7,98% dari total
9,00 juta ton pada tahun 2013 hingga konsumsi domestik beras dunia.
17,39 juta ton pada tahun 2018. Surplus Bangladesh dan Vietnam berada di
18
Buletin Konsumsi Pangan
Tabel 4.5. Negara dengan Konsumsi Domestik Beras Terbesar di Dunia, 2014 – 2018
China
29.82% India
20.27%
Indonesia
7.98%
Lainnya Bangladesh
Vietnam 7.39%
19.36%
4.65%
Japan
1.79% Philippines
Brazil 2.75%
1.68%
Burma
Thailand 2.19%
2.13%
Gambar 4.3. Negara dengan Konsumsi Domestik Beras Terbesar di Dunia, 2014-2018
19
Buletin Konsumsi Pangan
J
agung - sweet corn (Zea mays L.) Kalori: 320 Kalori, Protein: 8,28 gr,
merupakan salah satu komoditas Lemak: 3,90 gr, Karbohidrat: 73,7 gr,
pangan yang penting, selain Kalsium : 10 mg, Fosfor : 256 mg, Ferrum
gandum dan padi. Sebagai sumber : 2,4 mg, Vitamin A: 510 SI, Vitamin B1:
karbohidrat utama di Amerika Tengah dan 0,38 mg, Air: 12 gr (Neraca Bahan
Selatan, jagung juga menjadi alternatif Makanan BKP, 2018).
sumber pangan di Amerika Serikat. Selain sebagai sumber karbohidrat,
Dalam nomenklatur ekonomi jagung juga merupakan sumber protein
tanaman pangan Indonesia, jagung yang penting dalam menu masyarakat
merupakan komoditas penting kedua Indonesia. Kandungan gizi utama jagung
setelah padi/beras. Akan tetapi, dengan adalah pati (72-73%), dengan nisbah
berkembang pesatnya industri amilosa dan amilopektin 25-30%: 70-
peternakan, jagung merupakan komponen 75%, namun pada jagung pulut (waxy
utama (60%) dalam ransum pakan. maize) 0-7%: 93-100%. Kadar gula
Diperkirakan lebih dari 55% kebutuhan sederhana jagung (glukosa, fruktosa, dan
jagung dalam negeri digunakan untuk sukrosa) berkisar antara 1-3%. Protein
pakan, sedangkan untuk konsumsi pangan jagung (8-11%) terdiri atas lima fraksi,
hanya sekitar 30%, dan selebihnya untuk yaitu: albumin, globulin, prolamin,
kebutuhan industri lainnya dan bibit. glutelin, dan nitrogen nonprotein (Suarni
Dengan demikian, peran jagung dan Widowati, 2007).
sebetulnya sudah berubah lebih sebagai Jagung banyak dimanfaatkan
bahan baku industri dibanding sebagai sebagai pakan ternak (hijauan maupun
bahan pangan (Kasryno et all, 2007). tongkolnya). Selain itu juga diambil
Jagung merupakan makanan yang minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari
sudah tidak asing lagi bagi masyarakat bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung
Indonesia. Di Indonesia sendiri, jagung atau maizena), dan bahan baku industri
merupakan makanan pokok yang lainnya (dari tepung bulir dan tepung
dikonsumsi oleh masyarakat Madura dan tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan
Nusa Tenggara Timur (NTT). Kandungan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku
gizi Jagung per 100 gram bahan adalah pembuatan furfural.
20
Buletin Konsumsi Pangan
Amerika sebagai salah satu negara pada buletin tahun 2018 ini jagung hanya
utama penghasil jagung, pernah akan dibedakan dalam wujud jagung
mengembangkan pembuatan bioethanol basah dengan kulit dan jagung pipilan
untuk biofuel dengan bahan baku jagung. saja. Jagung total disini tidak lagi
Bioetanol merupakan etanol yang berasal merupakan penjumlahan dari wujud
dari sumber hayati, misalnya tebu, nira jagung pocelan, tepung jagung dan
sorgum, ubi kayu, jagung, garut, ubi jalar, minyak jagung seperti halnya sebelum
jagung, jerami, dan kayu. Penggunan tahun 2015.
jagung sebagai bahan baku bioethanol di
Amerika berkurang dan digantikan oleh 5.1. Perkembangan dan Prediksi
switchgrass setelah harga jagung kembali Konsumsi Jagung Basah dengan
Kulit di Indonesia
naik. Di beberapa negara, penggunaan
jagung sebagai bahan baku bioethanol
secara besar-besaran dapat mengganggu Berdasarkan keragaan data hasil
kebutuhan pangan karena bahan yang SUSENAS BPS, konsumsi jagung basah
mengandung karbohidrat, glukosa, dan selama periode tahun 2002 – 2017 sangat
SUSENAS yang diterbitkan oleh BPS konsumsi jagung basah cukup signifikan
sampai dengan tahun 2014 dibedakan terjadi pada tahun 2007 dibanding tahun
muda, jagung pocelan, tepung jagung pada tahun 2006 meningkat menjadi
pada kelompok padi-padian dan minyak 2,399 kg/kapita pada tahun 2007 atau
jagung pada kelompok minyak dan lemak. naik sebesar 206,67%. Berikutnya di
Data SUSENAS tahun 2015-2016 hanya tahun 2015 kembali terjadi peningkatan
membedakan jagung menjadi jagung sebesar 127,22% dari tahun 2014 sebesar
basah dengan kulit dan jagung 0.666 kg/kapita menjadi 1,512 kg/kapita.
2017 data tepung jagung kembali muncul. sekitar 1,335 kg/kapita atau menurun
Terkait dengan perubahan data ini maka 26,82% dari tahun 2016.
21
Buletin Konsumsi Pangan
Tabel 5.1. Perkembangan Konsumsi Jagung Basah Dalam Rumah Tangga di Indonesia,
2002 – 2017 serta Prediksi 2018 – 2020
Konsumsi Pertumbuhan
Tahun
(kg/kapita/minggu) (kg/kapita/tahun) (%)
2002 0.023 1.199
2003 0.020 1.043 -13.04
2004 0.026 1.356 30.00
2005 0.033 1.721 26.92
2006 0.015 0.782 -54.55
2007 0.046 2.399 206.67
2008 0.024 1.251 -47.83
2009 0.012 0.626 -50.00
2010 0.018 0.939 50.00
2011 0.012 0.626 -33.33
2012 0.011 0.574 -8.33
2013 0.011 0.574 0.00
2014 0.013 0.666 16.03
2015 0.029 1.512 127.22
2016 0.035 1.825 20.69
22
Buletin Konsumsi Pangan
Gambar 5.1. Perkembangan Konsumsi Jagung Basah Dalam Rumah Tangga di Indonesia,
2002 – 2017 serta Prediksi 2018 – 2020
Apabila ditinjau dari besaran konsumsi jagung basah secara riil hanya
pengeluaran untuk konsumsi jagung mengalami peningkatan sebesar 25,04%.
basah bagi penduduk Indonesia tahun Secara kuantitas, konsumsi per kapita
2013 – 2017 secara nominal menunjukkan jagung basah cenderung mengalami
peningkatan sebesar 33,30%, yakni dari kenaikan. Perkembangan pengeluaran
Rp. 3.076,43/kapita pada tahun 2013 untuk konsumsi jagung basah secara
menjadi Rp. 7.449,72/kapita pada tahun nominal dan rill dalam rumah tangga di
2017. Namun demikian setelah dikoreksi Indonesia tahun 2013 – 2017 secara rinci
dengan faktor inflasi, pengeluaran untuk tersaji pada Tabel 5.2 dan Gambar 5.2.
Tabel 5.2. Perkembangan Pengeluaran untuk Konsumsi Jagung Basah Secara Nominal dan
Rill Dalam Rumah Tangga di Indonesia, 2013 – 2017
Rata2
Kelompok Barang
2013 2014 2015 2016 2017 pertumb. (%)
Nominal 3,076.43 3,550.29 7,725.52 9,229.29 7,449.72 33.30
IHK *) 104.43 110.89 123.04 127.50 128.49 5.39
Riil 2,946.05 3,201.63 6,278.87 7,238.66 5,797.90 25.04
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
Keterangan : *) IHK Kelompok padi-padian
23
Buletin Konsumsi Pangan
Gambar 5.2. Perkembangan Pengeluaran untuk Konsumsi Jagung Basah secara Nominal
dan Rill Dalam Rumah Tangga di Indonesia, 2013 – 2017
24
Buletin Konsumsi Pangan
Tabel 5.3. Perkembangan Konsumsi Jagung Pipilan Dalam Rumah Tangga di Indonesia,
2002 – 2017 serta Prediksi 2018 – 2020
Konsumsi Pertumbuhan
Tahun
(kg/kapita/minggu) (kg/kapita/tahun) (%)
2002 0.054 2.816
2003 0.044 2.294 -18.52
2004 0.048 2.503 9.09
2005 0.042 2.190 -12.50
2006 0.050 2.607 19.05
2007 0.060 3.129 20.00
2008 0.044 2.294 -26.67
2009 0.035 1.825 -20.45
2010 0.030 1.564 -14.29
2011 0.023 1.199 -23.33
2012 0.029 1.512 26.09
2013 0.025 1.304 -13.79
2014 0.023 1.199 -8.00
2015 0.023 1.199 0.00
2016 0.021 1.095 -8.70
2017 0.019 0.976 -10.82
Rata-rata 0.036 1.857 -5.52
2018*) 0.021 1.088 11.42
2019*) 0.019 1.012 -6.97
2020*) 0.018 0.942 -6.97
Sumber : SUSENAS, BPS
Keterangan: *) hasil prediksi Pusdatin
25
Buletin Konsumsi Pangan
Tabel 5.4. Perkembangan Pengeluaran untuk Konsumsi Jagung secara Nominal dan Rill
Dalam Rumah Tangga di Indonesia, 2013 – 2017
Tahun Rata-rata
Kelompok Barang pertumbuhan
2013 2014 2015 2016 2017 (%)
Nominal 5,475.00 5,274.79 5,846.13 5,787.86 4,980.07 -1.94
IHK *) 104.43 110.89 123.04 127.50 128.49 5.39
Riil 5,242.97 4,756.78 4,751.41 4,539.50 3,875.84 -7.12
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
Keterangan : *) IHK Kelompok padi-padian
Gambar 5.3. Perkembangan Pengeluaran untuk Konsumsi Jagung Total secara Nominal dan
Rill Dalam Rumah Tangga di Indonesia, 2013 – 2017
26
Buletin Konsumsi Pangan
27
Buletin Konsumsi Pangan
Tabel 5.6. Hasil survei Tim Terpadu Ditjen Tanaman Pangan, tahun 2013
Kadar Air (%)
No Provinsi
Musim Hujan Musim Kemarau
1 Jawa Timur 28-30 25-28
2 Jawa Tengah 28-30 25-28
3 Sulawesi Selatan 25-28
4 Lampung 27-32
5 Sumatera utara 28-32 25-28
Data pendukung lain yang perlu setelah tercecer dikurangi impor ditambah
dicermati terkait angka produksi ini adalah ekspor, maka pada tahun 2018 besarnya
kadar air jagung di tingkat petani. Selama penyediaan jagung adalah 28,62 juta ton
ini asumsi produksi jagung berada pada (Tabel 5.5).
kadar air sekitar 15% dimana pada level Bagian lain dari neraca ini adalah
kadar air inilah kualitas jagung yang penggunaan jagung, dimana komponen
diperlukan oleh industri baik industri penyusunnya diantaranya adalah
pakan maupun industri lainnya. konsumsi langsung, kebutuhan untuk
Berdasarkan data pada Tabel 5.6 hasil pakan, industri lainnya non pakan,
survei Tim Terpadu Ditjen Tanaman penggunaan untuk benih serta
Pangan, kadar air jagung produksi petani penggunaan lainnya. Jagung yang
secara rata-rata pada batas bawah adalah dikonsumsi langsung dihitung berdasarkan
sekitar 25%. angka konsumsi SUSENAS. Berdasarkan
Selisih kadar air sekitar 10% ini asumsi yang digunakan dalam
berdampak pada berat produksi. Apabila perhitungan prognosa BKP, tingkat
berat jenis jagung diperhitungkan yaitu konsumsi per kapitan tahun 2016
sekitar 700 g/lt maka berat produksi menggunakan angka Susenas tahun 2015.
jagung 2018 sebesar 30 juta ton (kadar Tingkat konsumsi jagung ini
air sekitar 25%) menjadi sekitar 26,1 juta merupakan penjumlahan antara jagung
ton dengan kadar air 15%. pipilan dengan jagung basah berkulit yang
Impor jagung pipilan kering tahun dikonversi ke wujud pipilan dengan angka
2017 sampai dengan triwulan I adalah konversi 39% (NBM). Berdasarkan angka
sekitar 162,03 ribu ton. Sementara Susenas tahun 2017, tingkat konsumsi
ekspor 45,62 ribu ton. Jika total total jagung per kapita adalah sebesar
penyediaan jagung adalah produksi 1,64 kg. Jika diasumsikan jagung
28
Buletin Konsumsi Pangan
dikonsumsi oleh seluruh penduduk tahun dari 18 minggu adalah sekitar 79%.
2018 (265,02 juta orang) maka konsumsi Demikian juga untuk ayam buras,
langsung ini adalah sebesar 434,63 ribu diasumsikan populasi yang diberi jagung
ton. adalah ayam buras dewasa sekitar 32%
Konsumsi jagung untuk pakan dari total populasi. Populasi itik yang
dibedakan menjadi 2 yaitu kebutuhan diberi jagung adalah sekitar 30% dari
untuk bahan baku industri pakan serta total populasi itik.
jagung yang digunakan sebagai campuran Asumsi yang kedua adalah
pakan oleh para peternak lokal yang besarnya kebutuhan jagung per
mencampur sendiri pakan untuk gram/ekor/tahun yang juga digunakan
ternaknya (self-mixing). Besarnya jagung oleh Dr. Budi Tangendjaya – FAO dalam
yang diserap oleh pabrik pakan untuk perhitungan “Calculator Feed Demand
setiap tahunnya dilaporkan oleh GPMT Indonesia”. Kebutuhan jagung per ekor
melalui persetujuan Direktorat Pakan, perhari untuk ayam ras petelur adalah
Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan 55,33 gram, untuk ayam buras 38,4 gram
(PKH). Untuk tahun 2018 data diperoleh dan untuk itik 17,3 gram. Berdasarkan
dari Ditjen Industri Agro Kementerian data populasi unggas yang dipublikasi
Perindustrian tahun 2017. Tahun 2018 oleh Ditjen PKH dan asumsi kebutuhan
kebutuhan jagung untuk pabrik pakan jagung per ekor, maka dapat dihitung
sekitar 8,3 juta ton, volume ini menurun banyaknya populasi unggas yang diberi
dari tahun 2017 yaitu 9,35 juta ton. jagung serta total kebutuhan jagung
Tahun 2013-2017 kebutuhan dalam setahun.
jagung untuk peternak mandiri dihitung Data kebutuhan pakan untuk
dengan menggunakan asumsi yang tahun 2018 tidak lagi menggunakan
pertama yaitu populasi ternak yang diberi perhitungan seperti sebelumnya, tetapi
jagung dimana pakannya dibuat sendiri menggunakan data laporan dari Ditjen
oleh peternak. Berdasarkan asumsi yang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Tahun
digunakan oleh Dr. Budi Tangendjaya – 2018 sebanyak 2,52 juta ton jagung
FAO, ayam petelur yang diberi jagung dibutuhkan untuk pakan yang dibuat oleh
adalah populasi layer yaitu ayam petelur peternak mandiri. Penggunaan jagung
yang berumur di atas 18 minggu. Jika lainnya diantaranya adalah untuk benih
umur ayam petelur saat diafkir sekitar 85 dan industri. Penggunaan jagung untuk
minggu, maka persentase populasi layer benih dihitung berdasarkan asumsi bahwa
atau ayam petelur yang berumur lebih untuk setiap hektarnya dibutuhkan
29
Buletin Konsumsi Pangan
30
Buletin Konsumsi Pangan
Amerika Serikat
30.24%
China
22.14%
Negara lainnya
22.73%
Uni Eropa
7.46%
Indonesia Brazil
1.20% Kanada Mesir Jepang India Mexico 5.87%
1.30% 1.46% 1.48% 2.35% 3.76%
Gambar 5.4. Negara dengan Penyediaan Jagung Terbesar di Dunia, (rata-rata 2013 - 2018)
Tabel 5.7. Sepuluh Negara dengan Penyediaan Jagung untuk Konsumsi Terbesar di Dunia,
2013 – 2018
31
Buletin Konsumsi Pangan
K
edelai adalah salah satu membantu menurunkan kolesterol.
komoditas pertanian yang Kedelai adalah sumber kalsium yang baik
menjadi bahan dasar makanan dibandingkan dengan sumber kacang-
seperti kecap, tauco, oncom, tahu, tempe kacangan lain sehingga mampu utuk
dan susu. Kedelai merupakan sumber menguatkan tulang dan mencegah
utama protein nabati dan minyak nabati osteoporosis. Ketiga, konsumsi kedelai
dan dikenal murah dan terjangkau oleh akan menyehatkan pencernaan, karena
masyarakat. Kedelai saat ini tidak hanya kandungan serat larut yang ada dalam
diposisikan sebagai bahan baku industri kedelai. Keempat pencegah kanker,
pangan, namun juga sebagai bahan baku karena kacang kedelai memiliki
industri non-pangan, seperti kertas, cat kandungan antioksidan sehingga baik
cair, tinta cetak dan tekstil. Di Indonesia, untuk mengurangi risiko berbagai macam
lebih dari 89 persen kedelai digunakan kanker. Manfaat kedelai lainnya, bahwa
untuk konsumsi bahan pangan. kacang kedelai mengandung magnesium
Kebutuhan kedelai dalam negeri yang berfungsi mengatur tekanan darah.
meningkat setiap tahunnya dikarenakan Kandungan fosfornya juga berfungsi untuk
oleh konsumsi yang terus meningkat menjaga kekuatan tulang dan gigi.
mengikuti pertambahan jumlah penduduk. Kedelai untuk penggunaan dalam
Peningkatan kebutuhan akan kedelai negeri, sebagian besar merupakan kedelai
dapat dikaitkan dengan meningkatnya impor yang berasal dari Amerika Serikat.
konsumsi masyarakat terhadap tahu dan Produksi kedelai di Indonesia tahun 2017
tempe, serta untuk pasokan industri (ASEM) sebesar 538,71 ribu ton,
kecap. sementara konsumsi langsung sekitar 1,98
Mengkonsumsi kedelai memiliki juta ton, sehingga produksi kedelai di
banyak manfaat, pertama kedelai dalam negeri belum mampu memenuhi
mempunyai kandungan protein yang kebutuhan yang ada. Selain itu Kedelai
tinggi dan membantu dalam membangun impor lebih banyak digunakan oleh
sel-sel dalam tubuh. Kedua, kandungan industri tempe karena dianggap
lemak tak jenuh pada kedelai membantu kualitasnya lebih baik dari kedelai lokal.
untuk menjaga kesehatan jantung dan
32
Buletin Konsumsi Pangan
33
Buletin Konsumsi Pangan
Tabel 6.1. Perkembangan Konsumsi Tahu, Tempe dan Kecap Dalam Rumah Tangga
di Indonesia, 2002-2017 Serta Prediksi Tahun 2018 - 2020
Konsumsi (kg/kapita/tahun)
Tahun
Tahu Tempe Kecap
Tabel 6.2 Faktor Konversi Konsumsi Bahan Makanan yang Mengandung Kedelai
Konversi Konversi ke
No Janis Pangan Satuan
(Gram) bentuk asal
34
Buletin Konsumsi Pangan
Dari hasil konversi tahu, tempe tahun 2008 dimana konsumsi dalam
dan kecap ke wujud ekuivalen kedelai, rumah tangga turun sebesar 11,37%
akan diperoleh konsumsi kedelai total di dibandingkan tahun sebelumnya yang
Indonesia. Pada tahun 2002 – 2017, disebabkan konsumsi tahu turun cukup
konsumsi total kedelai relatif berfluktuasi tinggi. Sementara peningkatan konsumsi
namun cenderung meningkat sebesar total kedelai terbesar terjadi pada tahun
0,30%. Pada tahun 2002, konsumsi total 2006 sebesar 10,50%. Pada tahun 2018,
kedelai mencapai 7,45 kg/kapita dan konsumsi total kedelai diprediksikan akan
menjadi 7,59 kg/kapita pada tahun 2017. mengalami sedikit peningkatan 1,04%
Konsumsi total kedelai terendah menjadi sebesar 7,67 kg/kapita dan terus
terjadi pada tahun 2014 sebesar 6,43 meningkat pada tahun 2019 dan 2020
kg/kapita/tahun. Penurunan terbesar menjadi sebesar 7,84 kg/kapita dan 8,01
untuk total konsumsi kedelai terjadi di kg/kapita.
Tabel 6.3. Perkembangan Konsumsi Kedelai yang Terdapat Pada Tahu, Tempe dan Kecap
Dalam Rumah Tangga di Indonesia, 2002-2017 serta prediksi tahun 2018 – 2020
Konsumsi setara kedelai (kg/kapita/tahun) Jumlah
Tahun Pertumb.
Tahu Tempe Kecap (kg/kap/th)
(%)
2002 2,701 4,145 0,606 7,45
2003 2,610 4,119 0,569 7,30 -2,06
2004 2,354 3,650 0,569 6,57 -9,93
2005 2,409 3,780 0,664 6,85 4,26
2006 2,519 4,354 0,701 7,57 10,50
2007 2,975 3,989 0,679 7,64 0,92
2008 2,500 3,624 0,650 6,77 -11,37
2009 2,464 3,520 0,621 6,60 -2,51
2010 2,446 3,468 0,664 6,58 -0,40
2011 2,592 3,650 0,672 6,91 5,11
2012 2,446 3,546 0,569 6,56 -5,10
2013 2,464 3,546 0,443 6,45 -1,65
2014 2,474 3,476 0,482 6,43 -0,31
2015 2,622 3,491 0,850 6,96 8,24
2016 2,756 3,676 0,933 7,37 5,78
2017 2,857 3,841 0,895 7,59 3,09
Rata-rata 2,574 3,742 0,661 6,98 0,30
2018*) 2,913 3,776 0,983 7,67 1,04
2019*) 2,966 3,805 1,070 7,84 2,21
2020*) 3,018 3,835 1,157 8,01 2,16
Sumber : SUSENAS, BPS
*) hasil prediksi Pusdatin
35
Buletin Konsumsi Pangan
(Kg/kapita/th)
9,00
8,00
7,00
6,00
5,00
4,00
3,00
2,00
1,00
0,00
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018*) 2019*) 2020*)
Tahun
Gambar 6.1. Perkembangan Konsumsi Total Kedelai per Kapita per Tahun di Indonesia,
2002 – 2017 dan Prediksi 2018 - 2020
Tabel 6.4. Perkembangan Pengeluaran Nominal dan Riil Rumah Tangga Untuk Konsumsi
Kedelai (Total), 2013 – 2017
Tahun Pertumbuhan
No. Kelompok Barang
2013 2014 2015 2016 2017 (%)
36
Buletin Konsumsi Pangan
(Rp/kapita)
150,000
145,000
140,000
135,000
130,000
125,000
120,000
115,000
110,000
105,000
100,000
2013 2014 2015 2016 2017
Gambar 5.2. Perkembangan Pengeluaran Nominal dan Riil Rumah Tangga untuk Konsumsi
Kedelai, 2013 – 2017
6.2. Konsumsi Kedelai Per Provinsi Untuk Konsumsi kedelai total pada
periode tahun 2013 – 2017, Provinsi
Konsumsi kedelai dalam bentuk
tertinggi adalah Jawa Timur, dengan rata-
makanan jadi yaitu tahu, tempe dan kecap
rata sebesar 11,12 kg/kap/th. Ini
di Provinsi Indonesia dapat dilihat pada
dikarenakan konsumsi kedelai yang ada
tabel 5.5. Untuk komsumsi kedelai yang
pada tahu dan tempe cukup tinggi di
ada di tahu dan tempe pada tahun 2017
provinsi tersebut. Sedangkan untuk rata-
terlihat yang paling tinggi terdapat di
rata pertumbuhan tertinggi dari konsumsi
Provinsi Jawa Timur, masing-masing
kedelai terjadi di Provinsi Maluku Utara,
sebesar 4,98 kg/kap/th dan 5,77
yaitu sebesar 23,3% dikarenakan
kg/kap/th. Sedangkan konsumsi terendah
konsumsi kecap di provinsi tersebut
untuk tahu dan tempe terdapat di Provinsi
meningkat cukup tinggi. Sementara di DKI
Maluku Utara, masing masing sebesar
Jakarta, konsumsi kedelai yang terdapat
0,88 kg/kap/th dan 0,51 kg/kap/th.
pada makanan jadi cukup stabil dari tahun
Sementara Provinsi tertinggi untuk
ke tahun denngan rata-rata pertumbuhan
konsumsi kedelai yang terdapat di kecap
hanya 0,4%.
adalah Provinsi Kalimantan Selatan dan
terendah di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
37
Buletin Konsumsi Pangan
Tabel 6.5. Konsumsi Kedelai yang Terdapat pada Tahu, Tempe dan Kecap per Provinsi, 2017
38
Buletin Konsumsi Pangan
Tabel 6.6. Konsumsi Total Setara Kedelai (Tahu, Tempe dan Kecap) per Provinsi, 2013 -
2017
39
Buletin Konsumsi Pangan
kedelai saat ini untuk produksi adalah sementara volume ekspor hanya 425 ton.
hingga tahun 2017 (ASEM), kemudian Pada tahun 2018, total penyediaan kedelai
untuk tahun 2018 merupakan angka diprediksi sebesar 3,31 juta ton.
sasaran Ditjen Tanaman Pangan dan Penggunaan kedelai di Indonesia
untuk data tercecer merupakan 5% dari terutama untuk bahan makanan atau
produksi kedelai. konsumsi langsung, benih/bibit, pakan dan
Produksi kedelai tahun 2017 (ASEM) industri. Penggunaan kedelai untuk
sebesar 538.710 ton dan angka sasaran konsumsi langsung dihitung dengan
tahun 2018, produksi kedelai diperkirakan mengalikan tingkat konsumsi kedelai
meningkat signifikan sebesar 2,9 juta ton. perkapita dengan jumlah penduduk pada
Untuk data kedelai yang tercecer pada tahun yang bersangkutan. Data konsumsi
tahun 2017 sebesar 26,94 ribu ton dan kedelai yang digunakan pada tahun 2013
meningkat menjadi 145 ribu ton pada sampai dengan 2017 adalah data SUSENAS
tahun 2018. Data ekspor dan impor – BPS yang diolah Pusdatin menggunakan
tersedia hingga tahun 2017, untuk tahun faktor konversi konsumsi bahan makanan
2018 data ekspor impor menggunakan yang mengandung kedelai. Penggunaan
realisasi hingga bulan Maret. Cakupan kedelai untuk benih menggunakan angka
kode HS yang digunakan untuk data rata-rata yang dikeluarkan oleh Ditjen
ekspor impor kedelai adalah 1201001000 Tanaman Pangan sebesar 50 kg/ha dari
(kacang kedelai benih), 1201009000 (lain- luas tanam. Sementara Penggunaan kedelai
lain/kacang kedelai selain untuk benih) untuk pakan diasumsikan sebesar 0,34%
dan 1208100000 (tepung halus dan kasar dari produksi dan kebutuhan industri
dari kacang kedelai). merupakan industri yang diolah bukan
Perkembangan volume ekspor dan makanan bersumber dari NBM-BKP.
impor kedelai di Indonesia periode 2012 - Tingkat konsumsi kedelai per
2017 berfluktuatif namun cenderung kapita menggunakan data dari hasil
meningkat. Ekspor kedelai sangat kecil perhitungan Susenas Triwulan I (Tabel
dibandingkan impornya. Pada tahun 2017 6.5). Jika diasumsikan pada tahun 2017
rata-rata 80% total penyediaan kedelai kedelai dikonsumsi oleh seluruh penduduk
berasal dari impor, namun di tahun 2018 sejumlah 261,89 juta orang maka
diperkirakan hanya sekitar 21% total konsumsi langsung adalah sebesar 1,99
penyediaan kedelai yang berasal dari juta ton. Konsumsi langsung tahun 2018
impor. Besarnya volume impor tahun 2018 lebih besar sedikit dibandingkan tahun
diperkirakan sebesar 555 ribu ton 2017 sebesar 2,03 juta ton. Penggunaan
40
Buletin Konsumsi Pangan
kedelai untuk benih pada tahun 2018 Neraca kedelai Indonesia selama
diperkirakan sekitar 75 ribu ton untuk periode 2013 – 2017 menunjukkan adanya
ditanam di lahan seluas 1,5 juta hektar. surplus pasokan kedelai yang cukup tinggi.
Kebutuhan kedelai untuk pakan dari Surplus tersebut disebabkan tingginya
tahun ke tahun dalam kuantitas yang produksi dan volume impor yang masih
relatif kecil berkisar antara 1,8 – 9,9 ribu tinggi. Surplus kedelai ini diasumsikan
ton. Tahun 2018 kebutuhan kedelai untuk diserap oleh importir, pedagang dan untuk
pakan sebesar 9,9 ribu ton. Sementara keperluan industri selain tahu, tempe dan
penggunaan kedelai untuk industri non kecap, seperti industri susu kedelai dan
makanan pada tahun 2018 sebesar 155 peyek. Pada tahun 2017, surplus dari
ribu ton sekitar 7% dari penggunaan pasokan kedelai mencapai 950,82 ribu ton
kedelai total. Secara rinci penyediaan dan dan diperkirakan meningkat pada tahun
penggunaan kedelai tahun 2013 – 2017 2018 menjadi sebesar 1,04 juta ton.
dapat dilihat pada Tabel 6.7.
41
Buletin Konsumsi Pangan
Tabel 6.8. Negara dengan Konsumsi Domestik Kedelai Terbesar di Dunia, 2013 – 2018
Ketersediaan (000 Ton) Rata-rata Share
No Negara
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2013 - 2018 (%)
17.21%
30.94%
14.25%
13.75%
17.92%
5.00%
0.94%
42
Buletin Konsumsi Pangan
C
abai (Capsicum annuum L.) Di Indonesia, cabai digunakan untuk
adalah salah satu komoditas bumbu masakan yang dibedakan menjadi
sayuran yang banyak cabai merah, cabai hijau dan cabai rawit.
dibudidayakan oleh petani di Indonesia Cabai merah besar merupakan salah satu
karena memiliki harga jual yang tinggi dan jenis sayuran yang memiliki nilai ekonomi
memiliki beberapa manfaat kesehatan yang yang tinggi. Konsumsi cabai orang
salah satunya adalah zat capsaicin yang Indonesia relatif tinggi dan akan semakin
berfungsi dalam mengendalikan penyakit meningkat saat hari raya Idul Fitri.
kanker. Selain itu kandungan vitamin C Seiring dengan meningkatnya jumlah
yang cukup tinggi pada cabai dapat penduduk maka permintaan akan konsumsi
memenuhi kebutuhan harian setiap orang, cabai berpotensi meningkat. Di Indonesia,
namun harus dikonsumsi secukupnya lebih dari 45 persen cabe digunakan untuk
untuk menghindari nyeri lambung konsumsi langsung rumah tangga, 50
(http://id.wikipedia.org/wiki/cabai). persen untuk bahan baku industri olahan, 5
Cabai kaya jenis antioksidan lain, persen tercecer dan sisanya digunakan
seperti vitamin A, zat antioksidan pada untuk benih dengan persentase yang
cabai membantu melindungi tubuh dari sangat kecil.
efek radikal bebas yang merugikan, yang Permasalahan cabai di Indonesia saat
dapat dihasilkan karena stres, dan kondisi ini yaitu masalah penyakit pada tanaman
penyakit lain. Cabai juga mengandung cabai yang dapat merugikan hasil produksi.
banyak mineral, seperti kalium, mangan, Ada banyak penyakit yang menggangu
zat besi, dan magnesium. Kalium tanaman cabai, beberapa diantaranya
merupakan komponen penting dari sel dan adalah penyakit kuning dan antraknosa.
cairan tubuh yang membantu mengontrol Penyakit ini mampu menghancurkan hasil
detak jantung dan tekanan darah. Cabai panen produksi 20 - 90% dan berkembang
juga termasuk dalam kelompokpenghasil pada musim hujan. Produksi cabai di
vitamin B-kompleks, seperti niacin, Indonesia tahun 2017 sebesar 2,27 juta
pyridoxine (vitamin B-6), riboflavin dan ton.
thiamin (vitamin B-1).
43
Buletin Konsumsi Pangan
44
Buletin Konsumsi Pangan
begitu juga pada tahun 2020 naik menjadi tahun 2017 – 2019 disajikan pada Tabel
4.168 kg/kapita atau naik 3,15%. 7.1 dan Gambar 7.1.
Perkembangan konsumsi cabai per
kapita tahun 2002-2016 serta prediksinya
Tabel 7.1. Perkembangan Konsumsi Dalam Rumah Tangga di Indonesia, 2002 - 2017 serta
Prediksi Tahun 2018 - 2020
45
Buletin Konsumsi Pangan
(Kg/kapita)
6.0
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018 *)
2019 *)
2020 *)
Gambar 7.1. Perkembangan Konsumsi Total Cabai Per Kapita Pertahun di Indonesia,
2002 – 2017 dan Prediksi 2018 - 2020
Tabel 7.2. Perkembangan Pengeluaran Nominal dan Riil Rumah Tangga untuk Konsumsi
Cabai, 2012 - 2017
Tahun Pertumbuhan
No. Cabai Merah + Cabe Rawit
2012 2013 2014 2015 2016 2017 (%)
1 Pengeluaran Nominal (Rp/kapita) 62,363 71,957 79,423 76,029 112,733 81,359 12.28
2 IHK *) 100 148 134 146 187 184 7.57
3 Pengeluaran Riil (Rp/kapita) 62,363 48,457 59,279 52,174 60,259 44,178 3.75
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
Keterangan : *) IHK Kelompok bumbu-bumbuan (Cabe Merah& rawit)
46
Buletin Konsumsi Pangan
(Rp/kapita)
145,000
135,000
125,000
115,000
105,000
95,000
85,000
75,000
65,000
55,000
45,000
35,000
25,000
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Pengeluaran Nominal (Cabe Merah dan Rawit) Pengeluaran Riil (Cabe Merah dan Rawit)
Gambar 7.2. Perkembangan Pengeluaran Rumah Tangga Nominal dan Riil untuk Konsumsi
Cabai, 2012 – 2017
47
Buletin Konsumsi Pangan
48
Buletin Konsumsi Pangan
Tabel 7.4. Penyediaan dan Penggunaan Cabai Merah Besar, 2013 – 2018
Produksi cabai rawit pada tahun 2017 penggunaan cabai untuk industri sebesar
mencapai 986 ribu ton dan mengalami 78,22 ribu ton dan diprediksikan terus
peningkatan menjadi sebesar 1006,34 ribu meningkat pada tahun 2018 menjadi
ton pada tahun 2018. Pada tahun 2017, sebesar 80,51 ribu ton. Industri makanan
konsumsi langsung penggunaan cabai yang biasa menggunakan bahan baku
rawit sebesar 390 ribu ton dan cabai adalah industri saus dan mie instan
diprediksikan meningkat pada tahun 2018 yaitu digunakan sebagai bubuk cabai.
menjadi 501,94 ribu ton. Penggunaan Cabai rawit yang tercecer pada tahun 2012
cabai rawit sebagai benih tahun 2017 sebesar 37 ribu ton dan meningkat menjadi
adalah 2,76 ribu ton dan diprediksikan 50 ribu ton pada tahun 2017.
meningkat pada tahun 2018 menjadi 2,82 Pada tahun 2018, cabai rawit yang
ton. tercecer diprediksikan meningkat kembali
Penggunaan cabai rawit sebagai menjadi 52 ribu ton. Secara rinci neraca
bahan baku untuk industri pada periode penyediaan dan penggunaan cabai rawit
2013 – 2017 terus meningkat. Rata-rata tahun 2012 – 2018 dapat dilihat pada
50% total penggunaan cabai digunakan Tabel 7.5.
untuk industri makanan. Pada tahun 2017
49
Buletin Konsumsi Pangan
B PENGGUNAAN CABAI RAWIT (Ton) 611,540 649,120 687,870 703,320 629,344 647,767
1 Konsumsi Langsung (penduduk x tkt konsumsi) 315,999 317,728 321,882 325,968 390,216 501,939
2 Penggunaan lainnya
- Benih (30 kg/ha luas tanam) 3,941 4,249 4,248 5,341 2,760 2,818
- Horeka & warung 227,269 254,971 281,935 289,940 107,270 110.697
- Industri 26,729 29,987 33,159 34,100 78,220 80,507
- Tercecer (6,20% dari produksi kotor) 37,602 42,185 46,646 47,970 50,878 62,393
Neraca (A-B) 101,962 151,353 197,256 206,936 356,656 358,569
Keterangan
- Jumlah Penduduk (000 jiwa) 248,818 252,165 255,462 258,705 261,890 265,015
- Tingkat konsumsi Kg/kapita/tahun 1.27 1.26 1.26 1.26 1.49 1.89
Sumber : BPS
Keterangan: Produksi Cabe tahun 2018 merupakan angka prognosa Ditjen Hortikultura
a. Stok awal tahun 2018 komoditas cabai rawit tidak tersedia data (Asumsi tidak ada stok karena cabai mudah rusak/busuk).
b. Produksi kotor cabai rawit tahun 2017 sebesar 0,986 juta ton (Ditjen Hortikultura).
c. Kehilangan/tercecer sebesar 5,160% dari produksi kotor (Ditjen Hortikultura).
d. Kebutuhan cabai rawit terdiri dari: (1) Konsumsi langsung rumah tangga 1,49 kg/kap/th ( SUSENAS Tri I 2017 ), (2) Kebutuhan Horeka dan Warung/PKL
sebesar ±11% dari jumlah produksi (Ditjen Hortikultura, 2017), (3) Kebutuhan Benih sebesar 0,28% dari produksi (Ditjen Hortikultura, 2017), serta (4) Kebutuhan Industri
terdiri dari industri besar ±3% dari produksi dan industri kecil/menengah ±5 % dari produksi (Ditjen Hortikultura, 2017);
e. Peningkatan kebutuhan periode HBKN : Puasa dan Idhul Fitri 10% (Mei 23 hari, Juni 19 hari), Idhul Adha 5% (Agustus 7 hari), Natal dan Tahun Baru 5%
(Desember 10 hari dan Januari 5 hari).
f. Jumlah penduduk tahun 2018 sebanyak 265.015,3 ribu jiwa (Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, Bappenas-BPS)
g. Neraca Kumulatif adalah neraca domestik ditambah stok awal (carry over) bulan sebelumnya.
50
Buletin Konsumsi Pangan
B
awang Merah ( Alium cape L ) Bawang merah juga banyak
merupakan komoditi digunakan oleh industri baik sebagai bahan
hortikultura yang seringkali baku maupun sebagai bahan tambahan.
digolongkan ke dalam kelompok Industri yang menggunakan bawang
bumbu-bumbuan. Hal ini karena merah ini adalah seperti pada industri
bawang merah termasuk ke dalam kornet, sarden, sambal dan bumbu botol,
kelompok rempah tidak bersubstitusi yang mie instan dan lain-lain.
berfungsi sebagai bumbu penyedap
makanan/masakan. Bawang merah juga 8.1. Perkembangan serta Prediksi
Konsumsi Bawang Merah dalam
merupakan bahan obat tradisional karena
Rumah Tangga di Indonesia
banyak mengandung zat antibiotika.
Budidaya bawang merah membuka Konsumsi bawang merah dalam
peluang sebagai sumber pendapatan dan rumah tangga selama periode tahun 2002 -
sayuran semusim dengan bagian yang pada tahun 2007 yang mencapai 3,014
Komposisi zat gizi yang terkandung dalam kedua tahun 2014 mencapai 2,487
per 100 gram bawang merah adalah kalori kg/kapita/tahun sebesar 20,44% urutan
39 kkal, protein 2,50 g dan lemak 0,30 g. ketiga mencapai 2,764 kg/kapita/tahun
Penggunaan atau konsumsi bawang merah sebesar 17,00% pada tahun 2012,
hari raya besar keagamaan. Disamping itu Tahun 2016 konsumsi bawang merah
bersamaan dengan nasi goreng, sate, naik 4,18% hingga tahun 2017 sebesar
tongseng dan masakan jadi lainnya yang 2.570 kg/kapita/tahun atau turun sebesar
51
Buletin Konsumsi Pangan
Prediksi bawang merah tahun 2018 – tahun 2018, dan pada tahun 2020
2020 akan mengalami peningkatan, tahun konsumsi akan naik menjadi 2,864
2018 konsumsi bawang merah sedikit kg/kapita/tahun atau naik 1,46% dari
peningkatan menjadi 2,781 tahun sebelumnya. Perkembangan
kg/kapita/tahun atau naik 8,21% konsumsi bawang merah dari tahun 2002 –
dibandingkan tahun 2017. Tahun 2019 2017 serta prediksinya tahun 2018 – 2020
konsumsi bawang merah sekitar 2,822 disajikan pada Tabel 8.1 dan Gambar 8.1.
kg/kapita/tahun atau naik 1,48% dari
Seminggu Setahun
Tahun Pertumbuhan (%)
(Kg/Kap/Mgg) (Kg/Kap/Tahun)
2002 0.423 2.206
2003 0.427 2.227 0.95
2004 0.421 2.195 -1.41
2005 0.454 2.367 7.84
2006 0.400 2.086 -11.89
2007 0.578 3.014 44.50
2008 0.526 2.743 -9.00
2009 0.484 2.524 -7.98
2010 0.485 2.529 0.21
2011 0.453 2.362 -6.60
2012 0.530 2.764 17.00
2013 0.396 2.065 -25.28
2014 0.477 2.487 20.44
2015 0.520 2.713 9.07
2016 0.542 2.826 4.18
2017 0.493 2.570 -9.05
Rata-rata 0.476 2.480 2.198
2018 *) 0.533 2.781 8.21
2019 *) 0.541 2.822 1.48
2020 *) 0.549 2.864 1.46
Sumber : Susenas bulan Maret, BPS
Keterangan : *) Hasil prediksi Pusdatin
52
Buletin Konsumsi Pangan
(Kg/Kap/Thn)
3.50
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
53
Buletin Konsumsi Pangan
Tabel 7.2. Perkembangan pengeluaran nominal dan riil rumah tangga untuk konsumsi bawang
merah, 2013- 2017
Pengeluaran (Rupiah/Kapita) Pertumbuhan
Uraian
2013 2014 2015 2016 2017 (%)
Nominal 70,027.86 50,719.21 51,978.76 74,877.14 76,233.62 0.51
IHK 148.50 130.56 137.81 148.29 150.51 0.38
Riil 47,157.79 38,847.44 37,717.70 50,493.72 50,650.20 0.13
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
Keterangan : *) IHK Kelompok bumbu-bumbuan
(Rupiah/kg)
75,500
68,000
60,500
53,000
45,500
38,000
30,500
2013 2014 2015 2016 2017
Nominal Riil
7.2. Konsumsi Bawang Merah Per dengan rata-rata sebesar 41,91 kg/kap/th
Provinsi
dan 44,20 kg/kap/th. Ini di karenakan
konsumsi bawang merah yang ada cukup
Konsumsi bawang merah pada
tinggi di provinsi tersebut. Sedangkan
periode tahun 2013 – 2017 terlihat pada
konsumsi terendah untuk bawang merah
table 7.3. Untuk komsumsi bawang merah
terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur,
terlihat yang paling tinggi pada tahun 2015
masing-masing sebesar 16,12 kg/kap/th
dan 2016 masing-masing sebesar 27,13
dan 15,86 kg/kap/th.
kg/kap/th dan 28,25 kg/kap/th. Konsumsi
Sedangkan untuk rata-rata
bawang merah di provinsi yang paling
pertumbuhan tertinggi dari konsumsi
tinggi terdapat di Provinsi Sumatera Barat,
54
Buletin Konsumsi Pangan
bawang merah terjadi di Provinsi DKI Kepulauan Bangka Belitung, secara umum
Jakarta, yaitu sebesar 13,03% konsumsi bawang merah dari tahun ke
dikarenakan konsumsi bawang merah di tahun mengalami peningkatan, dengan
provinsi tersebut meningkat cukup tinggi. rata-rata pertumbuhan sebesar 6,14%
Sementara yang menduduki urutan ke dua (Tabel. 7.3).
dan ketiga adalah provinsi Jawa Barat di
55
Buletin Konsumsi Pangan
56
Buletin Konsumsi Pangan
adalah angka koreksi berdasarkan data 2012 dianggap sama dengan tahun 2013
ketersediaan yang dipublikasikan melalui yaitu sebesar 2,06 kg/kapita/tahun
NBM. Angka konsumsi per kapita tahun
Tabel 7.4. Neraca Penyediaan dan Penggunaan Bawang Merah Tahun 2013 – 2018
Angka
No. Uraian 2013 2014 2015 2016 2017*) 2018**)
konversi
I Penyediaan 925,712 1,089,315 1,023,899 1,195,098 1,202,749 1,306,644
1. - Produksi ( Ton) 1,010,773 1,233,984 1,229,184 1,446,860 1,465,865 1,411,883
- Luas Tanam
- Tercecer 8.26% 83,490 101,927 101,531 119,511 121,080 116,622
- Benih/Bibit 10.00% 101,077 123,398 122,918 144,686 146,586 141,188
. Produksi bersih (Rogol) 90.00% 834,555 1,018,851 1,014,888 1,194,615 1,210,306 1,306,923
3. Impor (ton) 96,139 74,903 17,429 1,219 194 50
4. Ekspor (ton) 4,982 4,439 8,418 736 7,750 329
II Penggunaan (1+2) 755,021 921,648 986,350 1,052,456 1,079,500 1,089,552
1. Konsumsi Langsung (ton) (susenas x Jml Penduduk) 513,774 627,125 692,973 707,125 729,632 752,569
2. Penggunaan lainnya 241,248 294,523 293,377 345,331 349,867 336,983
- Bahan baku industri 72,593 88,624 88,280 103,913 105,278 101,401
- Horeka dan warung 168,654 205,898 205,097 241,418 244,589 235,582
III Neraca (I - II) 170,691 167,668 37,548 142,642 123,249 217,092
Keterangan
- Jumlah Penduduk (000 jiwa) 248,818 252,165 255,462 258,705 261,891 265,015
- Tingkat konsumsi Kg/kapita/tahun 2.06 2.49 2.71 2.73 2.79 2.84
Keterangan :
Angka konversi mengacu pada angka konversi yang digunakan dalam perhitungan NBM
Angka tingkat konsumsi kg/kapita/tahun menggunakan angka SUSENAS BPS
Sumber data ekspor - Impor adalah BPS
*) Produksi merupakan Angka sementara, Ditjen Hortikultura
**) Produksi merupakan Angka prognosa, Ditjen Hortikultura
57
Buletin Konsumsi Pangan
T
ingkat konsumsi daging sapi dan tidak mencukupi; dan 5) menjaga
olahannya masyarakat Indonesia keseimbangan asam basa darah.
tahun 2002 sebesar 1,035 Anak-anak yang sering memakan
kg/kapita/tahun dan tahun 2017 menjadi bahan pangan yang mengandung protein
sebesar 2,51 kg/kapita/tahun. hewani akan terlihat tumbuh cepat,
Meningkatnya jumlah penduduk dan mempunyai daya tahan tubuh kuat, dan
adanya pola konsumsi serta selera cerdas dibanding dengan anak yang jarang
masyarakat telah menyebabkan konsumsi makan makanan berprotein tinggi. Tumbuh
daging secara nasional cenderung cepat ditandai dengan badannya berisi,
meningkat. Meningkatnya konsumsi daging segar dan lebih gemuk serta tinggi.
sapi mengakibatkan adanya peningkatan Sedangkan mempunyai daya tahan tubuh
Produk Domestik Bruto (PDB). Selama ini kuat biasanya ditandai dengan jarang
kebutuhan daging sapi di Indonesia sakit-sakitan dan aktif atau banyak
dipenuhi dari tiga sumber yaitu: sapi lokal, beraktifitas/lincah. Kemudian cerdas
sapi impor, dan daging impor (Hadi dan ditandai dengan pandai di sekolah dan
Ilham, 2000). cepat tanggap terhadap pertanyaan.
Manfaat daging sapi bagi tubuh Selain protein tersebut, lemak juga
manusia setiap 100 gram daging sapi bermanfaat bagi tubuh manusia, yaitu
mengandung protein 18,8 gram. Pada sebagai simpanan energi/tenaga. Lemak
tubuh makluk hidup seperti manusia, yang terdapat dalam daging sapi berfungsi
protein merupakan penyusun bagian besar sebagai sumber energi yang padat bagi
organ tubuh, seperti: otot, kulit, rambut, tubuh manusia, setiap gram lemak
jantung, paru-paru, otak, dan lain-lain. menghasilkan energi sebanyak 9 kkal.
Adapun fungsi protein yang penting bagi Selain itu lemak juga berfungsi bagi tubuh
tubuh manusia, antara lain untuk: 1) manusia untuk menghemat protein dan
pertumbuhan; 2) memperbaiki sel-sel yang thiamin, serta membuat rasa kenyang yang
rusak, 3) sebagai bahan pembentuk lebih lama. Konsumsi daging sapi langsung
plasma kelenjar, hormon dan enzim; 4) dapat dihitung dengan mengalikan
sebagian sebagai cadangan energi, jika konsumsi daging sapi per kapita dengan
karbohidrat sebagai sumber energi utama jumlah penduduk, dimana untuk data
58
Buletin Konsumsi Pangan
konsumsi per kapita menggunakan data kan bahwa yang dimaksud dengan daging
Susenas BPS. Daging sapi juga merupakan adalah bagian dari otot skeletal karkas
salah satu komoditas yang menjadi yang lazim, aman, dan layak dikonsumsi
andalan sub sektor Peternakan. oleh manusia, terdiri atas potongan daging
Salah satu program yang bertulang, daging tanpa tulang, dan daging
dicanangkan Kementerian Pertanian untuk variasi, berupa daging segar, daging beku,
mengakselerasi percepatan target atau daging olahan. Dengan demikian
pemenuhan populasi sapi potong dalam dapat dikategorikan menjadi tiga kategori
negeri yaitu UPSUS SIWAB. Program yaitu (a) daging sapi segar; (b) daging sapi
tersebut dituangkan dalam peraturan awetan dan (c) daging sapi dari makanan
Menteri Pertanian No. 48/Permentan/ jadi. Daging sapi segar terdiri dari daging
PK.210/10/2016 tentang Upaya Khusus sapi tanpa tulang, tetelan dan tulang,
Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan sementara daging sapi awetan terdiri dari
Kerbau Bunting yang ditanda tangani dendeng, abon, daging dalam kaleng, dan
Menteri Pertanian tanggal 3 Oktober 2016. lainnya (daging awetan). Daging sapi dari
Program ini bertujuan mewujudkan makanan jadi seperti soto/gule/sop/rawon,
komitmen pemerintah dalam mengejar sate, daging bakar dan lain-lain. Perlu
swasembada daging sapi yang ditargetkan dijelaskan khusus untuk konsumsi hati dan
tercapai pada 2026 dan mewujudkan jeroan dalam analisis ini tidak dihitung
Indonesia yang mandiri dalam pemenuhan sebagai konsumsi daging sapi karena
pangan asal hewan, dan sekaligus wujudnya sudah bukan daging sapi tapi
meningkatkan kesejahteraan peternak sudah masuk edibel oval. Dengan
rakyat. demikian konsumsi daging sapi dapat
Pendekatan pada kajian konsumsi diakumulasikan antara konsumsi daging
daging sapi ini adalah dengan pendekatan sapi segar ditambah konsumsi daging sapi
pengeluaran konsumsi di perkotaan dan awetan dan daging sapi dari makanan jadi.
perdesaan serta konsumsi perkapita di Dari Tabel 7.1 terlihat angka konversi
perdesaan dan perkotaan untuk terbesar adalah dendeng yaitu mencapai
menggambarkan konsumsi daging sapi di 2,5%, tetapi data untuk konsumsi dendeng
Indonesia. Selain konsumsi dalam wujud tahun-tahun sebelumnya tidak tersedia
daging sapi segar, data Susenas juga dalam Susenas, baru tahun 2017 data
mencakup konsumsi daging sapi dalam tersedia. Selain dendeng ada juga
bentuk yang diawetkan dan makanan jadi. konsumsi olahan daging sapi yang memiliki
Menurut konsep definisi Permentan konversi lebih besar 2% yaitu abon. Untuk
No.50/Permentan/OT.140/9/2011 dijelas- Data Susenas tahun 2015 dan 2016 ada 5
59
Buletin Konsumsi Pangan
(lima) olahan yang tidak tercakup dalam (5) Sate/Tongseng. Konversi daging sapi
susenas diantaranya (1) Dendeng (2) Abon lainnya secara rinci dapat dilihat pada
(3) Daging dalam kaleng (4) Tulang dan Tabel 9.1.
Tabel 9.1. Besaran Konversi Wujud Daging Sapi Segar, Awetan dan Makanan Jadi
Konversi Konversi ke Bentuk
No Janis Pangan Satuan (Gram) Bentuk asal Konversi
60
Buletin Konsumsi Pangan
daging sapi banyak perlukan untuk sate/tongseng dan daging/ayam
memenuhi kebutuhan makanan seperti (bakar/goreng, dll).
Tabel 9.2. Perkembangan Total Konsumsi Daging Sapi**) Dalam Rumah Tangga di
Indonesia, 2002–2017 serta Prediksi 2018 – 2020
Konsumsi Konsumsi
T ahun Pertumb. (%)
Kg/Kap/Minggu Kg/Kap/T hn
2002 0.107 1.035
2003 0.097 1.024 -1.02
2004 0.109 1.137 11.05
2005 0.112 0.961 -15.51
2006 0.110 0.841 -12.49
2007 0.146 1.196 42.20
2008 0.158 1.187 -0.80
2009 0.151 1.118 -5.81
2010 0.159 1.214 8.62
2011 0.276 1.810 49.12
2012 0.187 1.752 -3.21
2013 0.162 1.156 -34.03
2014 0.174 1.221 5.65
2015 0.238 1.777 45.54
2016 0.253 1.884 6.01
2017 0.281 2.511 33.31
Rata-rata 0.170 1.364 8.58
2018*) 0.276 2.505 (0.24)
2019*) 0.288 2.623 4.71
2020*) 0.300 2.748 4.77
Sumber : Susenas, BPS
Keterangan: *) Angka Prediksi Pusdatin
**) Total konsumsi: penjumlahan konsumsi daging sapi segar, olahan dan awetan
a) Data tidak tersedia di SUSENAS 2015 dan 2016 (Dendeng, Abon, Daging dalam
kaleng, Tulang dan Sate/Tongseng)
3.000
2.748
2.511 2.623
2.505
2.500
1.752 1.777
1.500 1.221
1.196 1.214
1.035 1.137 1.187 1.156
1.118
1.024
0.961
1.000 0.841
0.500
0.000
Gambar 9.1. Perkembangan Konsumsi Daging Sapi**) Dalam Rumah Tangga di Indonesia,
2002 - 2020
61
Buletin Konsumsi Pangan
Tabel 9.3. Perkembangan Pengeluaran Untuk Konsumsi Daging Sapi Murni dengan Harga
Nominal dan Riil Dalam Rumah Tangga di Indonesia, 2013-2017
Pengeluaran (Rupiah/kapita/tahun) Pertumbuhan
No Uraian
2013 2014 2015 2016 2017 (%)
(Rupiah/kapita)
50,000.00
45,000.00
40,000.00
35,000.00
30,000.00
25,000.00
20,000.00
15,000.00
2013 2014 2015 2016 2017
Nominal Riil
Gambar 9.2. Pengeluaran untuk Konsumsi Daging Sapi Murni dengan Harga
Nominal dan Riil Dalam Rumah Tangga di Indonesia, 2013 - 2017
62
Buletin Konsumsi Pangan
Jika dilihat dari rata-rata konsumsi bahwa kota Jakarta masih menjadi
daging sapi murni per kapita per provinsi barometer untuk menentukan tingkat
pada periode tahun 2013-2017, rata-rata konsumsi tertinggi daging sapi murni.
nasional konsumsi daging sapi hanya Kemudian Provinsi Kepulauan Riau
sebesar 0,362 kg/kapita/tahun. Dari 34 menempati urutan ke 2 dengan konsumsi
provinsi di Indonesia hanya 10 provinsi daging sapi sebesar 0,729 kg/kapita/tahun.
yang tingkat konsumsi daging sapinya Urutan ketiga Provinsi Nusa Tenggara
diatas rata-rata nasional. Provinsi DKI Barat dengan konsumsi daging sapi
Jakarta merupakan provinsi tertinggi sebesar 0,615 kg/kapita/tahun, secara rinci
konsumsi daging sapi mencapai 1,06 dapat dilihat pada Tabel 8.3 dan Gambar
kg/kapita/tahun, dari sini dapat dilihat 8.3.
Tabel 9.3. Perkembangan konsumsi daging sapi murni dalam rumah tangga per provinsi di
Indonesia, 2013 – 2017
Konsumsi kg/kapita/minggu Konsumsi kg/kapita/tahun Rata-rata
No. Provinsi
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013-2017
1 ACEH 0.0044 0.0044 0.0039 0.0045 0.0039 0.2297 0.2274 0.2014 0.2346 0.2038 0.2194
2 SUMATERA UTARA 0.0024 0.0026 0.0039 0.0030 0.0029 0.1243 0.1376 0.2020 0.1539 0.1512 0.1538
3 SUMATERA BARAT 0.0100 0.0090 0.0106 0.0095 0.0112 0.5240 0.4671 0.5503 0.4973 0.5844 0.5246
4 RIAU 0.0062 0.0044 0.0062 0.0054 0.0052 0.3251 0.2312 0.3226 0.2808 0.2699 0.2859
5 JAMBI 0.0022 0.0026 0.0049 0.0056 0.0055 0.1122 0.1375 0.2534 0.2898 0.2853 0.2156
6 SUMATERA SELATAN 0.0046 0.0068 0.0058 0.0067 0.0054 0.2421 0.3547 0.3007 0.3472 0.2828 0.3055
7 BENGKULU 0.0081 0.0055 0.0067 0.0053 0.0057 0.4229 0.2866 0.3502 0.2772 0.2980 0.3270
8 LAMPUNG 0.0016 0.0028 0.0033 0.0030 0.0045 0.0815 0.1448 0.1743 0.1573 0.2349 0.1585
9 KEPULAUAN BABEL 0.0067 0.0051 0.0090 0.0066 0.0079 0.3505 0.2664 0.4708 0.3425 0.4141 0.3688
10 KEPULAUAN RIAU 0.0219 0.0071 0.0159 0.0117 0.0133 1.1427 0.3704 0.8277 0.6089 0.6959 0.7291
11 DKI JAKARTA 0.0122 0.0167 0.0229 0.0214 0.0285 0.6374 0.8720 1.1924 1.1154 1.4865 1.0607
12 JAWA BARAT 0.0041 0.0056 0.0096 0.0117 0.0115 0.2155 0.2936 0.4984 0.6082 0.5982 0.4428
13 JAWA TENGAH 0.0022 0.0022 0.0043 0.0039 0.0038 0.1151 0.1159 0.2231 0.2058 0.1966 0.1713
14 DI YOGYAKARTA 0.0034 0.0033 0.0062 0.0064 0.0051 0.1792 0.1715 0.3221 0.3332 0.2657 0.2543
15 JAWA TIMUR 0.0092 0.0073 0.0103 0.0122 0.0132 0.4784 0.3806 0.5353 0.6356 0.6887 0.5437
16 BANTEN 0.0053 0.0057 0.0124 0.0105 0.0099 0.2780 0.2989 0.6475 0.5468 0.5157 0.4574
17 BALI 0.0033 0.0024 0.0029 0.0027 0.0035 0.1709 0.1235 0.1532 0.1423 0.1824 0.1544
18 NUSA TENGGARA BARAT 0.0132 0.0111 0.0113 0.0116 0.0119 0.6871 0.5772 0.5889 0.6051 0.6192 0.6155
19 NUSA TENGGARA TIMUR 0.0073 0.0053 0.0069 0.0073 0.0088 0.3789 0.2783 0.3619 0.3795 0.4588 0.3715
20 KALIMANTAN BARAT 0.0048 0.0023 0.0044 0.0051 0.0031 0.2489 0.1183 0.2270 0.2664 0.1594 0.2040
21 KALIMANTAN TENGAH 0.0027 0.0016 0.0045 0.0056 0.0036 0.1425 0.0852 0.2345 0.2915 0.1869 0.1881
22 KALIMANTAN SELATAN 0.0019 0.0021 0.0076 0.0038 0.0033 0.0982 0.1118 0.3937 0.1984 0.1707 0.1946
23 KALIMANTAN TIMUR 0.0043 0.0055 0.0077 0.0092 0.0087 0.2254 0.2877 0.4038 0.4801 0.4526 0.3699
24 KALIMANTAN UTARA - - 0.0022 0.0030 0.0059 - - 0.1170 0.1569 0.3071 0.1936
25 SULAWESI UTARA 0.0020 0.0020 0.0024 0.0028 0.0030 0.1044 0.1062 0.1230 0.1457 0.1578 0.1274
26 SULAWESI TENGAH 0.0039 0.0026 0.0037 0.0029 0.0038 0.2012 0.1366 0.1922 0.1501 0.1998 0.1760
27 SULAWESI SELATAN 0.0017 0.0011 0.0031 0.0032 0.0037 0.0911 0.0598 0.1628 0.1653 0.1936 0.1345
28 SULAWESI TENGGARA 0.0017 0.0021 0.0027 0.0036 0.0032 0.0878 0.1096 0.1428 0.1881 0.1659 0.1388
29 GORONTALO 0.0029 0.0035 0.0057 0.0070 0.0052 0.1536 0.1824 0.2978 0.3639 0.2703 0.2536
30 SULAWESI BARAT 0.0009 0.0008 0.0008 0.0008 0.0009 0.0445 0.0420 0.0428 0.0435 0.0494 0.0444
31 MALUKU 0.0016 0.0009 0.0012 0.0016 0.0029 0.0810 0.0491 0.0640 0.0857 0.1490 0.0858
32 MALUKU UTARA 0.0005 0.0005 0.0013 0.0015 0.0022 0.0240 0.0237 0.0702 0.0766 0.1159 0.0621
33 PAPUA BARAT 0.0028 0.0042 0.0076 0.0040 0.0032 0.1454 0.2183 0.3986 0.2080 0.1652 0.2271
34 PAPUA 0.0033 0.0019 0.0042 0.0038 0.0057 0.1714 0.0997 0.2176 0.1995 0.2968 0.1970
INDONESIA 0.0052 0.0051 0.0078 0.0081 0.0085 0.2706 0.2663 0.4042 0.4237 0.4448 0.3619
Sumber : Susenas, BPS
Keterangan : '-' = tidak tersedia data
63
Buletin Konsumsi Pangan
(Kg/Kap/Th)
1.200
1.061
1.000
0.800
0.729
Axis Title
0.615
0.600 0.544
0.525
0.443 0.457
0.000
INDONESIA
RIAU
NTB
KATIM
NTT
SULTENG
GORONTALO
ACEH
SUMSEL
KALUT
SULSEL
LAMPUNG
JAKARTA
JABAR
JATENG
YOGYAKARTA
BANTEN
BALI
SUMUT
BENGKULU
KALBAR
SULUT
PAPUA BARAT
JAMBI
KEP. RIAU
JATIM
SULTRA
MALUKU
MALUKU UTARA
SUMBAR
KALTENG
KEP. BABEL
KALSEL
SULBAR
PAPUA
Gambar 9.3. Perkembangan Konsumsi Daging Sapi Murni Dalam Rumah Tangga Per Provinsi
di Indonesia, Rata-rata 2013 – 2017
64
Buletin Konsumsi Pangan
419,412 atau menurun sebesar 19,26%. 98,00%. Pada tahun 2013 volume ekspor
Data ekspor dan impor tahun 2018 hanya sebesar 2 ton menjadi sebesar 29
menggunakan realisasi hingga bulan Maret ton pada tahun 2017. Komponen
2018. Cakupan kode HS yang digunakan penggunaan daging sapi di Indonesia
untuk data ekspor impor daging sapi hanya terdiri dari penggunaan sebagai
adalah : bahan makanan atau konsumsi langsung.
Kode HS Deskripsi Penggunaan daging sapi untuk konsumsi
'02011000 Karkas dan setengah karkas dari lembu segar
atau dingin langsung dihitung dengan mengalikan
'02012000 Potongan daging lainnya, bertulang dari lembu
tingkat konsumsi perkapita dengan jumlah
'02013000 Daging tanpa tulang dari lembu
'02021000 Karkas dan setengah karkas dari lembu, beku penduduk pada tahun yang bersangkutan.
'02022000 Potongan daging lainnya, bertulang
Pada tahun 2013-2017, penggunaan
'02023000 Daging tanpa tulang
'02102000 Daging binatang jenis lembu diasinkan dlm air daging sapi untuk konsumsi langsung
garam, dikeringkan atau diasapi
'16025000 Daging, sisa daging atau darah lainnya yang mengalami peningkatan, dengan rata-rata
diolah atau diawetkan dari binatang jenis
lembu pertumbuhan sebesar 24,21% per tahun.
2017 mengalami kenaikan yaitu dari 45,51 penduduk Indonesia. Untuk Tahun 2018
ribu ton (2013) menjadi 118,64 ribu ton diprediksi akan mengalami kenaikan dari
(2017) atau rata-rata meningkat sebesar 657,72 ribu ton tahun 2017 menjadi
42,02% per tahun. Kenaikan volume impor 662,54 ribu ton tahun 2018. Secara rinci
tertinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu penyediaan dan penggunaan daging sapi
sebesar 116,76 ribu ton dari 50,31 ribu ton tahun 2013 – 2018 dapat dilihat pada
132, 09%. Pada periode tersebut, impor Neraca daging sapi Indonesia
terbesar terjadi pada tahun 2017, yaitu selama periode 2013-2016 menunjukkan
volume ekspor daging sapi Indonesia meningkatnya produksi daging sapi dalam
masih sangat kecil, pada periode tahun negeri dan ditambah impor, sementara
2013-2017 rata-rata volume ekspor hanya pada tahun 2017 mengalami defisit. Pada
sebesar 11 ton per tahun dengan rata-raa tahun 2018 diprediksi mengalami defisit.
65
Buletin Konsumsi Pangan
66
Buletin Konsumsi Pangan
Tabel 9.5. Negara dengan Penyediaan Daging Sapi Terbesar di Dunia, 2013 – 2018
Total Ketersediaan (000 Ton) Share Kumulatif
No. Negara Rata-rata
2013 2014 2015 2016 2017 2018 (%) (%)
1 Amerika Serikat 11,608 11,241 11,276 11,678 12,046 12,592 11,740 19.86 19.86
2 Brazil 7,885 7,896 7,781 7,652 7,750 7,935 7,817 13.22 33.09
3 China 7,112 7,277 7,339 7,759 8,227 8,530 7,707 13.04 46.13
4 Argentina 2,664 2,503 2,534 2,434 2,537 2,565 2,540 4.30 50.43
5 India 1,919 2,018 2,294 2,436 2,401 2,400 2,245 3.80 54.22
6 Rusia 2,398 2,297 1,966 1,847 1,812 1,685 2,001 3.39 57.61
7 Meksiko 1,873 1,839 1,797 1,809 1,841 1,860 1,837 3.11 60.72
8 Pakistan 1,576 1,627 1,636 1,685 1,721 1,736 1,664 2.81 63.53
9 Turki 1,222 1,250 1,457 1,496 1,408 1,500 1,389 2.35 65.88
10 Jepang 1,232 1,225 1,186 1,215 1,277 1,314 1,242 2.10 67.98
Indonesia 550 575 557 635 650 445 569 0.96 68.94
Negara Lainnya 18,724 19,017 17,994 18,123 17,930 18,348 18,356 31.06 100.00
Total Dunia 58,763 58,765 57,817 58,769 59,600 60,910 59,104 100.00
Sumber: USDA diolah Pusdatin
Amerika Serikat
19.86%
Negara Lainnya
31.06%
Brazil
13.22%
Indonesia
0.96% China
13.04%
Jepang
2.10% Turki
2.35%
Pakistan Argentina
Meksiko India
2.81% Rusia 4.30%
3.11% 3.80%
3.39%
67
Buletin Konsumsi Pangan
D
aging ayam merupakan salah ayam lebih digemari masyarakat daripada
satu sumber bahan pangan daging-dagingan lainnya, karena harga
hewani, yang mengandung gizi yang relatif terjangkau dan mudah
yang cukup tinggi berupa protein dan diperoleh serta mudah diolah menjadi
energi. Daging ayam mengandung protein berbagai macam masakan.
18,2 gram, energi sebesar 302 kilokalori, Produksi daging ayam di Indonesia
karbohidrat 0 gram, lemak 25 gram, yang bersumber dari Direktorat Jenderal
kalsium 14 miligram, fosfor 200 miligram, Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun
dan zat besi 2 miligram. Selain itu di 2017 (angka sementara) sebesar 2,92 juta
dalam daging ayam juga terkandung ton, dengan produksi sebesar 2,81 juta ton
vitamin A sebanyak 810 IU, vitamin B1 daging ayam ras dan 119,50 ribu ton
0,08 miligram dan vitamin C 0 miligram. daging ayam bukan ras/kampung.
Hasil tersebut diperoleh dari penelitian Sementara itu konsumsi daging ayam
terhadap 100 gram daging ayam, dengan dalam rumah tangga pada tahun 2016
jumlah yang dapat dimakan sebanyak 58% mencapai 1,45 juta ton.
(sumber : www.organisasi.org).
10.1. Perkembangan dan Prediksi
Setiap 100 gram daging ayam
Konsumsi Daging Ayam dalam
mengandung 74 persen air, 22 persen Rumah Tangga di Indonesia
protein, 13 miligram zat kalzium, 190
miligram zat fosfor dan 1,5 miligram zat Konsumsi perkapita daging ayam
besi. Daging ayam kaya akan vitamin A, menurut SUSENAS, dirinci menjadi daging
terutama ayam kecil. Selain itu, daging ayam ras pedaging dan ayam bukan ras
ayam juga mengandung vitamin C dan E. (ayam buras). Perkembangan konsumsi
Kadar lemak dalam daging ayam daging ayam ras di tingkat rumah tangga
tergolong rendah dan termasuk asam di Indonesia selama tahun 2002-2020 pada
lemak tidak jenuh, sehingga sangat ideal umumnya mengalami fluktuasi namun
bagi anak kecil, orang setengah baya dan cenderung meningkat dengan peningkatan
orang lanjut usia, penderita penyakit 6,31% per tahun, begitu juga untuk
pembuluh darah jantung dan orang yang konsumsi daging ayam buras pada periode
lemah pasca sakit. tersebut mengalami peningkatan rata-rata
Daging ayam lebih unggul daripada 2,01% per tahun. Peningkatan terbesar
daging sapi, kambing dan babi. Daging untuk daging ayam ras dan buras terjadi di
68
Buletin Konsumsi Pangan
tahun 2007 dimana konsumsi dalam rumah kg/kap/tahun. Penurunan konsumsi daging
tangga naik masing-masing sebesar 37,5% ayam buras rumah tangga terjadi di tahun
dan 30% dibandingkan tahun sebelumnya. 2005, 2006, 2008, 2009, 2012 dan 2013
Penurunan konsumsi daging ayam ras dengan penurunan konsumsi terbesar
rumah tangga terjadi di tahun 2004, 2006, terjadi pada tahun 2006 yaitu 33,33%.
2008, 2009 dan 2012 dengan penurunan Prediksi yang dilakukan untuk tahun 2017
konsumsi terbesar terjadi pada tahun hingga 2020 memperlihatkan bahwa
2006 yaitu 17,24%. Konsumsi daging ayam konsumsi daging ayam buras perkapita
ras tahun 2017 hingga 2020 diprediksikan mengalami sedikit peningkatan, dengan
akan mengalami penurunan hingga peningkatan terbesar terjadi tahun 2017
menjadi sebesar 4,56 kg/kapita pada tahun dibandingkan tahun 2015. Konsumsi
tahun 2020. daging ayam buras hingga tahun 2020
Rata-rata konsumsi daging ayam buras diprediksikan akan mengalami peningkatan
periode 2002–2017 sebesar 0,64244 8,15 kg/kapita/tahun
Tabel 10.1. Perkembangan Konsumsi Daging Ayam Dalam Rumah Tangga di Indonesia, 2002
– 2017 Serta Prediksi 2018 – 2020
(Kg/Kapita)
Konsumsi seminggu Konsumsi setahun
Tahun Daging ayam Daging ayam Daging ayam Pertumbuhan Daging ayam Pertumbuhan
ras buras ras (%) buras (%)
2002 0,0490 0,0140 2,5550 0,7300
2003 0,0590 0,0160 3,0764 20,41 0,8343 14,29
2004 0,0530 0,0170 2,7636 -10,17 0,8864 6,25
2005 0,0580 0,0150 3,0243 9,43 0,7821 -11,76
2006 0,0480 0,0100 2,5029 -17,24 0,5214 -33,33
2007 0,0660 0,0130 3,4414 37,50 0,6779 30,00
2008 0,0620 0,0110 3,2329 -6,06 0,5736 -15,38
2009 0,0590 0,0100 3,0764 -4,84 0,5214 -9,09
2010 0,0680 0,0120 3,5457 15,25 0,6257 20,00
2011 0,0700 0,0120 3,6500 2,94 0,6257 0,00
2012 0,0670 0,0100 3,4936 -4,29 0,5214 -16,67
2013 0,0700 0,0090 3,6500 4,48 0,4693 -10,00
2014 0,0765 0,0096 3,9880 9,26 0,4992 6,37
2015 0,0915 0,0116 4,7728 19,68 0,6027 20,73
2016 0,0980 0,0120 5,1100 7,07 0,6257 3,82
2017 0,1090 0,0150 5,6836 11,22 0,7821 25,00
Rata-rata 0,06900 0,01232 3,59791 6,31 0,64244 2,01
2018*) 0,0981 0,01404 5,1163 42,20 0,7321 13,96
2019*) 0,1026 0,01513 5,3495 4,56 0,7887 7,73
2020*) 0,1073 0,01636 5,5934 4,56 0,8530 8,15
Sumber: Susenas, BPS
Keterangan : *) Hasil prediksi Pusdatin
69
Buletin Konsumsi Pangan
11.22 42.20
6.00
Daging Ayam Ras
5.11
5.00 4.77
4.56 4.56
3.99
4.00 3.65
3.55 3.65
kg/kapita
3.44 3.49
3.23
3.08 3.02 3.08
3.00 2.76
2.56
2.50
2.00
1.00
0.00
Gambar 10.1. Perkembangan Konsumsi Daging Ayam Ras Dalam Rumah Tangga di
Indonesia, 2002 – 2017 dan prediksi tahun 2018 - 2020
2.00
Daging Ayam Buras
kg/kapita
1.00
0.89 0.85
0.83
0.78 0.78 0.79
0.73 0.73
0.68 0.63 0.63
0.63
0.57 0.60
0.52 0.52 0.52 0.50
0.47
0.00
Gambar 10.2. Perkembangan Konsumsi Daging Ayam Buras Dalam Rumah Tangga di
Indonesia, 2002 – 2017 dan prediksi tahun 2019 - 2020
70
Buletin Konsumsi Pangan
Sementara pengeluaran nominal khususnya dari daging ayam ras per kapita
penduduk Indonesia untuk konsumsi masyarakat Indonesia cenderung terus
daging ayam buras pada periode yang meningkat sebesar 11,60% per tahun
sama meningkat 20,04%, yakni dari Rp. Peningkatan konsumsi daging ayam
15.695 ribu/kapita pada tahun 2013 nasional didukung pertumbuhan jumlah
menjadi Rp. 32,448 ribu/kapita pada tahun penduduk dan peningkatan pengetahuan
2017. Berdasarkan data Survei Sosial gizi oleh masyarakat akan manfaat
Ekonomi Nasional (SUSENAS) mengkonsumsi protein hewani.
perkembangan konsumsi protein hewani
Tabel 10.2. Perkembangan Pengeluaran Nominal dan Riil Untuk Konsumsi Daging Ayam Ras
dan Buras Dalam Rumah Tangga di Indonesia, 2013 - 2017
Rata-rata
Pengeluaran (Rupiah/kapita)
No. Uraian Pertumb.
2013 2014 2015 2016 2017 (%)
Daging ayam ras
160,000
150,000
140,000
130,000
(Rupiah/Tahun)
120,000
110,000
100,000
90,000
80,000
70,000
60,000
2013 2014 2015 2016 2017
Gambar 10.2. Perkembangan Pengeluaran Nominal Dan Riil Untuk Konsumsi Daging Ayam
Ras Dalam Rumah Tangga di Indonesia, 2013-2017
71
Buletin Konsumsi Pangan
35,000
30,000
(Rupiah/Tahun)
25,000
20,000
15,000
10,000
2013 2014 2015 2016 2017
Gambar 10.3. Perkembangan Pengeluaran Nominal dan Riil Untuk Konsumsi Daging Ayam
Buras Dalam Rumah Tangga di Indonesia, 2013-2017
72
Buletin Konsumsi Pangan
Tabel 10.3. Neraca Penyediaan dan Penggunaan Daging Ayam Ras di Indonesia, 2013 – 2018
Tahun
No. Uraian Satuan
2013 2014 2015 2016 2017*) 2018**)
I PENYEDIAAN 1,575,472 1,642,697 1,731,524 2,016,226 3,286,132 3,565,505
1 Produksi daging ayam ras (pedaging + petelur) Ton 1,575,009 1,641,574 1,731,111 2,015,779 3,286,190 3,565,495
2 Impor Ton 463 1,123 417 456 254 312
3 Ekspor Ton 1 0 4 8 312 302
II PENGGUNAAN 1,024,953 1,131,516 1,219,257 1,321,983 3,229,115 3,267,639
1 Konsumsi Langsung (penduduk x tkt konsumsi) Ton 1,024,953 1,131,516 1,219,257 1,321,983 1,453,494 1,372,779
2 Konsumsi Luar Rumah Tangga 0 0 0 0 1,775,620 1,894,859
3 Penggunaan lainnya 0 0 0 0 0
III NERACA (I-II) 550,519 511,182 512,266 694,244 57,017 297,866
Keterangan
- Jumlah Penduduk Jiwa 248,818,100 252,164,800 255,461,700 258,705,000 261,890,900 265,015,300
- Tingkat konsumsi daging ayam ras kg/kapita 3.65 3.99 4.77 5.11 5.55 5.18
- Tingkat Konsumsi Daging Luar Rumah Tangga 0.00 0.00 0.00 0.00 6.78 7.15
Sumber : Data produksi dari Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan
Data ekspor, impor dan konsumsi langsung dari BPS
Keterangan : *) Angka sementara
73
Buletin Konsumsi Pangan
Tabel 10.4. Neraca Penyediaan dan Penggunaan Daging Ayam Buras di Indonesia,
2013 – 2018
Tahun
No. Uraian Satuan
2013 2014 2015 2016 2017 2018*)
I PENYEDIAAN 319,601 297,653 299,773 315,538 296,189 301,990
1 Produksi daging ayam buras Ton 319,601 297,653 299,773 315,538 296,189 301,990
2 Impor Ton 0 0 0 0 0 0
3 Ekspor Ton 0 0 0 0 0 0
II PENGGUNAAN 116,767 125,872 153,958 161,875 162,578 140,000
1 Konsumsi Langsung (penduduk x tkt konsumsi) Ton 116,767 125,872 153,958 161,875 162,578 140,000
Konsumsi Luar Rumah Tangga 0 0 0 0 0 0
2 Penggunaan lainnya
III NERACA (I-II) 202,834 171,781 145,815 153,663 133,611 161,990
- Jumlah Penduduk Jiwa 248,818,100 252,164,800 255,461,700 258,705,000 261,890,900 265,015,300
- Kenaikan jumlah penduduk % 1.38 1.35 1.31 1.27 1.23
- Tingkat konsumsi daging ayam buras kg/kapita 0.47 0.50 0.60 0.63 0.62 0.53
Sumber : Data produksi dari Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan
Data ekspor, impor dan konsumsi langsung dari BPS
Keterangan : *) Produksi 2018 merupakan Angka sementara, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan
10.3. Penyediaan Daging Ayam 843 ribu ton per tahun atau 14,48% dari
Broiler di Beberapa Negara
total penyedian daging ayam broiler dunia.
Dunia
Korea menempati urutan ke-2
Menurut data USDA, rata-rata total dengan rata-rata total penyediaan sebesar
penyediaan konsumsi daging daging ayam 765 ribu ton dengan kontribusi terhadap
broiler dunia periode tahun 2011 – 2015 total penyediaan dunia sebesar 13,14%.
mencapai 83,41 juta ton. Pada periode ini Negara berikutnya adalah Chile yang
total penyediaan daging ayam broiler dunia memiliki kontribusi terhadap total
mengalami peningkatan dari tahun ke penyediaan dunia sekitar 10,91%. Negara
tahun. berikutnya adalah Guatemala dan Belarus
Lima negara dengan total penyediaan yang memiliki rata-rata total penyediaan
daging ayam broiler terbesar di dunia masing-masing sebesar 636 ribu ton dan
secara rinci tersaji pada Tabel 9.4. Lima 344 ribu ton. Pada periode yang sama,
negara tersebut adalah Iraq, Korea, Chile, penyediaan daging ayam broiler di
Guatemala dan Belarus. Rata-rata total Indonesia hanya 1,58 juta ton menempati
penyediaan daging ayam broiler di Iraq urutan ke-11 dengan kontribusi terhadap
pada periode tahun 2014 - 2018 mencapai total penyediaan dunia sebesar 1,88%.
74
Buletin Konsumsi Pangan
Tabel 10.3. Negara dengan penyediaan daging ayam broiler terbesar di dunia, 2014 – 2018
Share
No Negara 2014 2015 2016 2017 2018 Rata2 Share (%) kumulatif
(%)
1 Irak 837 793 846 851 890 843 14.48 14.48
2 Korea Selatan 895 963 991 976 1.02 765 13.14 27.61
3 Cili 567 606 646 670 690 636 10.91 38.53
4 Guatemala 295 333 351 363 378 344 5.90 44.43
5 Belarus 339 335 337 334 335 336 5.77 50.20
6 Kazakhstan 293 306 343 345 354 328 5.63 55.83
7 Hong Kong 309 320 352 298 357 327 5.62 61.45
8 Angola 400 261 244 304 340 310 5.32 66.77
9 Yordania 319 314 293 300 310 307 5.27 72.04
10 Iran 834.00 0.00 0.00 0.00 0.00 167 2.86 74.90
11 Kuba 219 258 264 309 381 286 4.91 79.82
12 Ghana 140 154 127 182 209 162 2.79 82.60
Lainnya 3,260 2,952 2,957 2,973 3,004 1,013 17.40 100.00
Total dunia 8,707 7,595 7,751 7,905 7,249 5,826 100.00
Sumber: USDA diolah Pusdatin
Ketera nga n : 2018 a ngka s ementara
Lainnya Irak
Ghana 14.48%
17.40%
2.79%
Kuba
4.91% Korea Selatan
13.14%
Iran
2.86%
Yordania
Cili
5.27%
10.91%
Belarus
5.77%
Angola
5.32%
Hong Kong Guatemala
5.62% Kazakhstan 5.90%
5.63%
75
Buletin Konsumsi Pangan
76
Buletin Konsumsi Pangan
2016 yaitu 9,72% dengan konsumsi gula kebutuhan Konsumsi gula pasir sebesar
pasir sebesar 7,47 kg/kapita/tahun. 6,74 kg/kapita/tahun. Tahun 2019 dan
Sedangkan untuk konsumsi gula pasir 020 diprediksi relatif turun sebesar 1,34%
dalam rumah tangga tahun 2017 yaitu dan 1,36%, ini memperlihatkan bahwa
sebesar 6,95 kg/kapita/tahun. Prediksi konsumsi gula pasir perkapita belum ada
tahun 2018 untuk gula pasir mengalami peningkatan dan cenderung mengalami
penurunan sebesar 9,76% dengan penurunan semenjak tahun 2017.
Tabel 11.1. Perkembangan Konsumsi Gula Pasir Dalam Rumah Tangga di Indonesia,
2002 -2017 Serta Prediksi 2018- 2020
Konsumsi Pertumbuhan
Tahun
(%)
(ons/kapita/minggu) (kg/kapita/tahun)
2002 1.765 9.203
2003 1.739 9.068 -1.47
2004 1.712 8.927 -1.55
2005 1.704 8.885 -0.47
2006 1.541 8.035 -9.57
2007 1.654 8.624 7.33
2008 1.617 8.432 -2.24
2009 1.516 7.905 -6.25
2010 1.475 7.691 -2.70
2011 1.416 7.383 -4.00
2012 1.242 6.476 -12.29
2013 1.275 6.648 2.66
2014 1.229 6.409 -3.60
2015 1.305 6.805 6.18
2016 1.432 7.467 9.72
2017 1.333 6.949 -6.94
rata-rata 1.497 7.807 -1.679
2018*) 1.325 6.738 -9.76
2019*) 1.307 6.648 -1.34
2020*) 1.289 6.558 -1.36
Sumber: SUSENAS, BPS
Keterangan : *) Angka prediksi Pusdatin, Kementan
77
Buletin Konsumsi Pangan
Gambar 11.1. Perkembangan Konsumsi Gula Pasir Dalam Rumah Tangga di Indonesia,
2002 – 2020
Tabel 11.2. Perkembangan Pengeluaran Nominal dan Riil Rumah Tangga untuk Konsumsi
Gula Pasir, 2013 – 2017
Pengeluaran (Rupiah/kapita) Rata-rata
No. Uraian
2013 2014 2015 2016 2017 Pertumb.
1 Nominal 86,140.00 83,154.52 81,453.45 89,372.86 92,698.35 1.98
2 IHK 104.28 108.39 115.15 122.44 125.29 4.71
3 Riil 82,604.82 76,717.89 70,738.36 72,991.70 73,987.52 -2.59
Sumber : BPS diolah Pusdatin-Kementan
Keterangan : IHK Kelompok Minuman yang tidak beralkohol
78
Buletin Konsumsi Pangan
100,000
95,000
90,000
(Rupiah/Tahun)
85,000
80,000
75,000
70,000
65,000
2013 2014 2015 2016 2017
Gambar 11.2. Perkembangan Pengeluaran Nominal dan Riil Dalam Rumah Tangga Untuk
Konsumsi Gula Pasir di Indonesia, 2013 – 2017
79
Buletin Konsumsi Pangan
Tabel 11.3. Perkembangan Konsumsi Gula Pasir Dalam Rumah Tangga Per Provinsi,
2013-2017
Konsumsi
Pertumbuhan (%)
No Provinsi (ons/kapita/minggu) (kg/kapita/tahun)
2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
1 ACEH 1.692 1.545 1.597 1.793 1.697 8.823 8.058 8.329 9.347 8.851 -3.21 -8.67 3.36 12.23 -5.31
2 SUMATERA UTARA 1.557 1.550 1.550 1.732 1.705 8.116 8.080 8.082 9.029 8.890 -1.53 -0.45 0.02 11.73 -1.54
3 SUMATERA BARAT 1.360 1.297 1.356 1.492 1.374 7.092 6.765 7.069 7.778 7.166 1.56 -4.62 4.50 10.03 -7.88
4 RIAU 1.850 1.665 1.925 1.778 1.698 9.647 8.681 10.037 9.271 8.854 6.89 -10.01 15.62 -7.63 -4.50
5 JAMBI 1.769 1.575 1.560 1.753 1.722 9.226 8.211 8.136 9.141 8.981 2.97 -11.01 -0.91 12.36 -1.75
6 SUMATERA SELATAN 1.987 1.862 1.830 1.866 1.849 10.362 9.708 9.541 9.731 9.643 -0.06 -6.32 -1.72 2.00 -0.91
7 BENGKULU 1.419 1.452 1.334 1.580 1.498 7.400 7.570 6.958 8.238 7.813 0.53 2.30 -8.08 18.41 -5.16
8 LAMPUNG 1.478 1.323 1.359 1.480 1.478 7.706 6.898 7.086 7.718 7.707 1.94 -10.49 2.73 8.92 -0.14
9 KEP. BANGKA 1.828 1.754 1.670 1.859 1.808 9.533 9.148 8.709 9.691 9.426 8.10 -4.04 -4.80 11.28 -2.73
10 BELITUNG
KEPULAUAN RIAU 1.826 1.747 1.940 1.918 1.678 9.521 9.110 10.116 9.999 8.752 17.65 -4.31 11.04 -1.17 -12.47
11 DKI JAKARTA 0.844 0.821 0.876 1.061 0.958 4.401 4.282 4.565 5.533 4.995 36.19 -2.72 6.63 21.18 -9.72
12 JAWA BARAT 0.617 0.527 0.608 0.764 0.656 3.215 2.748 3.172 3.985 3.419 7.19 -14.52 15.42 25.64 -14.20
13 JAWA TENGAH 1.212 1.231 1.328 1.492 1.354 6.318 6.420 6.926 7.779 7.058 5.69 1.62 7.87 12.32 -9.27
14 D I YOGYAKARTA 1.334 1.285 1.450 1.553 1.474 6.958 6.700 7.562 8.100 7.688 1.77 -3.71 12.86 7.13 -5.09
15 JAWA TIMUR 1.469 1.551 1.567 1.767 1.607 7.659 8.086 8.171 9.213 8.379 -0.64 5.58 1.05 12.75 -9.05
16 BANTEN 0.904 0.714 0.934 0.987 0.862 4.713 3.722 4.869 5.144 4.495 10.40 -21.03 30.80 5.66 -12.62
17 BALI 0.846 0.885 0.939 0.995 0.960 4.409 4.616 4.898 5.189 5.005 -2.69 4.68 6.11 5.95 -3.54
18 NUSA TENGGARA 1.007 0.924 1.155 1.129 1.104 5.253 4.818 6.022 5.887 5.756 0.41 -8.27 24.99 -2.25 -2.22
19 BARAT
NUSA TENGGARA 1.214 1.108 1.285 1.451 1.301 6.329 5.778 6.700 7.567 6.782 -2.29 -8.71 15.96 12.94 -10.38
20 TIMUR
KALIMANTAN BARAT 2.194 1.911 2.113 2.097 1.902 11.440 9.965 11.016 10.934 9.917 4.62 -12.90 10.55 -0.75 -9.30
21 KALIMANTAN TENGAH 2.048 2.115 2.010 2.178 1.952 10.679 11.027 10.479 11.359 10.179 4.36 3.26 -4.97 8.40 -10.39
22 KALIMANTAN SELATAN 2.070 2.007 2.240 2.177 2.047 10.793 10.463 11.679 11.350 10.672 -7.91 -3.06 11.62 -2.81 -5.97
23 KALIMANTAN TIMUR 1.708 1.557 1.417 1.592 1.666 8.907 8.117 7.387 8.301 8.685 1.01 -8.88 -8.99 12.37 4.62
24 KALIMANTAN UTARA - - 1.896 1.952 1.812 - - 9.884 10.176 9.448 - - 0.00 2.95 -7.16
25 SULAWESI UTARA 1.705 1.706 1.627 1.814 1.788 8.889 8.897 8.484 9.457 9.321 -0.33 0.09 -4.64 11.46 -1.44
26 SULAWESI TENGAH 1.695 1.576 1.631 1.738 1.663 8.841 8.220 8.506 9.060 8.671 -2.58 -7.02 3.48 6.51 -4.30
27 SULAWESI SELATAN 1.442 1.438 1.489 1.629 1.546 7.518 7.497 7.764 8.492 8.063 2.65 -0.28 3.56 9.37 -5.05
28 SULAWESI TENGGARA 1.378 1.357 1.409 1.402 1.341 7.186 7.073 7.349 7.310 6.991 -1.52 -1.57 3.89 -0.52 -4.36
29 GORONTALO 1.502 1.612 1.710 1.734 1.571 7.833 8.405 8.916 9.040 8.190 -8.22 7.30 6.08 1.39 -9.40
30 SULAWESI BARAT 1.462 1.548 1.566 1.633 1.515 7.622 8.073 8.163 8.514 7.898 -3.35 5.92 1.12 4.29 -7.24
31 MALUKU 1.456 1.553 1.548 1.610 1.550 7.593 8.100 8.070 8.395 8.084 -7.30 6.68 -0.36 4.02 -3.71
32 MALUKU UTARA 1.811 1.807 1.822 1.700 1.628 9.445 9.421 9.499 8.866 8.490 8.20 -0.26 0.83 -6.67 -4.24
33 PAPUA BARAT 1.575 1.506 1.555 1.591 1.751 8.210 7.853 8.109 8.293 9.130 2.54 -4.35 3.26 2.27 10.09
34 PAPUA 1.128 0.909 1.315 1.139 1.383 5.880 4.739 6.858 5.942 7.212 4.46 -19.41 44.73 -13.36 21.39
Indonesia 1.275 1.229 1.305 1.432 1.333 6.649 6.409 6.805 7.466 6.949 2.64 -3.61 6.17 9.71 -6.93
Sumber: SUSENAS, BPS
(Kg/Kapita/Tahun)
15.000
14.000
13.000
12.000
4.000
3.000
2.000
1.000
NUSA TENGGARA TIMUR
KALIMANTAN TENGAH
JAWA TIMUR
BALI
PAPUA BARAT
ACEH
RIAU
BENGKULU
DKI JAKARTA
BANTEN
KALIMANTAN TIMUR
MALUKU
PAPUA
SUMATERA BARAT
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
JAMBI
D I YOGYAKARTA
KALIMANTAN UTARA
SULAWESI TENGAH
SULAWESI BARAT
SULAWESI TENGGARA
MALUKU UTARA
SUMATERA UTARA
LAMPUNG
KALIMANTAN SELATAN
SULAWESI UTARA
GORONTALO
KEP. BANGKA BELITUNG
KEPULAUAN RIAU
SULAWESI SELATAN
SUMATERA SELATAN
KALIMANTAN BARAT
NUSA TENGGARA BARAT
Gambar. 11.3. Perkembangan Rata-Rata Konsumsi Gula Pasir Dalam Rumah Tangga,
2013-2017
80
Buletin Konsumsi Pangan
Gula tebu atau gula bit dan sukrosa murni kimiawi, dalam Cane or beet sugar and chemically pure sucrose, in solid form.
17.01
bentuk padat.
- Gula kasar tidak mengandung tambahan bahan perasa atau
- Raw sugar not containing added flavouring or colouring matter:
pewarna:
1701.13.00.00 - - Gula tebu yang dirinci pada Catatan subpos 2 pada Bab ini - - Cane sugar specified in Subheading Note 2 to this Chapter
1701.14.00.00 - - Gula tebu lainnya - - Other cane sugar
- Lain-lain: - Other:
1701.91.00.00 - - Mengandung tambahan bahan perasa atau pewarna - - Containing added flavouring or colouring matter
1701.99 - - Lain-lain: - - Other:
- - - Gula murni: - - - Refined sugar:
1701.99.11.00 - - - - Putih - - - - White
1701.99.19.00 - - - - Lain-lain - - - - Other
1701.99.90.00 - - - Lain-lain - - - Other
81
Buletin Konsumsi Pangan
82
Buletin Konsumsi Pangan
Tabel 11.5. Neraca Gula Pasir tahun 2014 – 2018
No. Uraian 2013 2014 2015 2016 2017*) 2018**)
A. PENYEDIAAN GULA 4,257,651 4,204,767 4,555,174 5,575,925 5,715,147 1,977,745
Produksi (Ton) 3,011,868 2,794,637 2,561,829 2,204,619 2,121,295 2,200,000
- Eks. Tebu 2,551,026 2,579,173 2,497,997 2,204,619 2,121,295 2,200,000
- Eks. Raw Sugar 460,842 215,464 63,832 - - -
Stok Awal Tahun 914,060 1,240,157 1,182,400 816,592 1,245,000 1,248,197
Impor Gula (Ton) 3,344,304 2,965,801 3,375,010 4,761,885 4,472,179 731,369
Ekspor (Ton) 713 1,191 2,237 2,552 2,032 1,821
Dari data penyediaan dan ton pada tahun 2016 di sebabkan karena
penggunaan gula pasir tersebut diatas penurunan produksi gula di dalam negeri,
maka neraca gula pasir mengalami sementara angka perkiraan pada tahun
surplus, dimana pada tahun 2013 surplus 2017 surplus gula pasir hanya sebesar 734
gula pasir sebesar 1,72 juta ton, menurun ribu ton. Surplus gula pasir ini
menjadi sebesar 1,47 juta ton pada tahun diperkirakan untuk kebutuhan industri
2014, sementara tahun 2015 mengalami lainnya. Secara rinci neraca gula pasir
penurunan menjadi sebesar 914 ribu ton, tahun 2013 – 2017 dapat di lihat pada
kemudian turun menjadi sebesar 278 ribu Tabel 11.5.
83
Buletin Konsumsi Pangan
11.4 Penyediaan gula pasir di atau 15,44% dari total penyedian gula
beberapa negara di Dunia
dunia.Dua negara berikutnya adalah Uni
Rata-rata penyediaan gula dunia Eropa dan Cina masing-masing sebesar
berdasarkan sumber USDA, periode tahun 18,74 juta ton dan 15,68 juta ton dengan
2014 – 2018 sebesar 172,022 juta ton. kontribusi terhadap total penyediaan
Pada periode ini total penyediaan gula dunia masing-masing sebesar 10,89% dan
dunia terlihat meningkat dari tahun ke 9,12%. Negara terbesar keempat dan
tahun. Kumulatif penyediaan gula ke-10 kelima adalah Amerika Serikat dan Brazil
negara terbesar mencapai 62,56% dari dengan kontribusi masing-masing sebesar
total penyediaan gula dunia. India 6,40% dan 6,25%. Negara lainnya
merupakan negara terbesar dalam memiliki kontribusi terhadap total
penyediaan gula pada periode tersebut. penyediaan dunia dibawah 4%.
Lima negara dengan total penyediaan Sementara Indonesia menempati urutan
terbesar di dunia secara rinci dapat dilihat ke-6 dengan rata-rata total penyediaan
pada Tabel 11.5. Ada 5 (Lima) negara gula sebagai bahan makanan sebesar 6,11
terbesar yang rata-rata ketersediaannya di juta ton per tahun atau 3,55% dari total
atas 5% yaitu India, Uni Eropa, Cina, penyediaan gula dunia. Persentase
Amerika Serikat, Brazil dengan rata-rata kontribusi total penyediaan gula tebu di
ketersediaan Rata-rata total penyediaan 10 negara terbesar di dunia dapat dilihat
gula di India pada periode tahun 2014 - pada Tabel 11.6. dan Gambar 11.5.
2018 mencapai 26,56 juta ton per tahun
84
Buletin Konsumsi Pangan
Tabel 11.6. Negara dengan Total Penyediaan Gula Pasir Terbesar di Dunia, 2013 – 2017
Ketersediaan (000 Ton) Share Kumulatif
No Negara Rata2
2013 2014 2015 2016 2017 2018 (%) (%)
1 India 26,023 26,500 26,800 25,500 26,500 27,500 26,560 15.44 15.44
2 Uni Eropa 18,500 18,700 18,700 18,700 18,800 18,800 18,740 10.89 26.33
3 Cina 15,300 15,600 15,800 15,600 15,700 15,700 15,680 9.12 35.45
4 Amerika Serikat 11,260 10,785 10,779 10,979 11,181 11,340 11,013 6.40 41.85
5 Brazil 10,722 11,400 10,500 10,550 10,600 10,670 10,744 6.25 48.10
6 Indonesia 5,400 5,400 5,600 6,323 6,500 6,700 6,105 3.55 51.65
7 Rusia 5,450 5,700 5,880 6,000 6,165 6,050 5,959 3.46 55.11
8 Pakistan 4,500 4,600 4,800 5,100 5,400 5,700 5,120 2.98 58.09
9 Meksiko 4,184 4,638 4,703 4,769 4,597 4,835 4,708 2.74 60.82
10 Mesir 2,495 2,900 2,930 2,950 3,050 3,100 2,986 1.74 62.56
Negara lain 55,761 61,839 63,066 64,302 65,632 67,198 64,407 37.44 100.00
Total Dunia 159,595 168,062 169,558 170,773 174,125 177,593 172,022 100.00
Sumber : USDA diolah Pusdatin
85
Buletin Konsumsi Pangan
86
Buletin Konsumsi Pangan
tiga bulan ke depan serta stok di tahun 2018 yang merupakan stok
industri lainnya. jangka pendek di pedagang di awal
5. Konsumsi setara kedelai biji kering tahun.
dihitung dari penjumlahan konsumsi 7. Konsumsi per kapita tahun 2017 untuk
tahu, tempe dan kecap yang telah daging sapi dan daging ayam adalah
dikonversi. Tahun 2017 besarnya 2,51 kg (setara daging sapi untuk
adalah 7,59 kg/kapita dengan makanan olahan) dan 5,68 kg (daging
pengeluaran nominal Rp. 146.149,01. ayam ras). Sementara besarnya
Penyediaan kedelai masih didominasi pengeluaran nominal per kapita adalah
oleh kedelai impor. Tahun 2018 Rp.47.030,73 (setara daging sapi
diperkirakan ada surplus sekitar 1,04 murni) dan Rp.157.636,86 (daging
juta ton yang diperkirakan merupakan ayam ras). Daging sapi merupakan
stok pedagang dan industri. salah satu komoditas pertanian yang
6. Konsumsi per kapita cabai tahun 2017 diperkirakan masih defisit di taahun
adalah sebesar 1,77 kg (cabai merah) 2018.
dan 1,49 kg (cabai rawit) dengan total 8. Konsumsi gula pasir dalam rumah
pengeluaran nominal per kapita tangga per kapita tahun 2017 adalah
sebesar Rp.81.359,-. Sementara 6,95 kg dengan nominal pengeluaran
konsumsi bawang merah sekitar 0,49 Rp.92.698,35. Pemenuhan kebutuhan
kg dengan pengeluaran Rp.76.233,62. gula masih didominasi oleh gula
Berdasarkan neraca penyediaan dan impor, dan penggunaannya sebagian
penggunaannya akan ada surplus di besar untuk industri besar dan sedang.
87
Buletin Konsumsi Pangan
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2013. Analisis Permintaan Daging Ayam pada Tingkat Rumah Tangga.
https://jurnalee.files.wordpress.com/2013/08/analisis-permintaan-daging-
ayam-pada-tingkat-rumahtangga-di-kecamatan-tobelo-kabupaten-halmahera-
utara.pdf. [terhubung berkala].
Anonimous, 2015. Bensin dari Jagung Sebagai Alternatif Sumber Energi Masa Depan.
https://www.kompasiana.com/omgitsamri/bensin-dari-jagung-sebagai-
alternatif-sumber-energi-masa-depan_552909eb6ea834b31f8b4586
[terhubung berkala].
Badan Pusat Statistik. Survei Sosial Ekonomi Nasional, Konsumsi Kalori dan Protein
Penduduk Indonesia tahun 2017. Jakarta.
Kasryno, et al. 2007. Gambaran Umum Ekonomi Jagung Indonesia. Puslitbang TP.
Jakarta.
Suarni dan Widowati, S. 2007. Struktur, Komposisi, dan Nutrisi Jagung. Balai
Penelitian Tanaman Serealia. Maros
88