Anda di halaman 1dari 116

PELAKSANAAN QUALITY CONTROL YANG

EFEKTIF UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS


PRODUK PADA PABRIK ROTI CITRA CARINA
PALANGKA RAYA

Oleh
Aldi Purnama
BBA 117025

SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
Bidang Konsentrasi Manajemen Operasional

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
TAHUN 2021
PELAKSANAAN QUALITY CONTROL YANG EFEKTIF UNTUK
MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK PADA PABRIK ROTI
CITRA CARINA PALANGKA RAYA

Penyusun : Aldi Purnama Dosen Pembimbing :


Nim : BBA 117 025 Drs. Noorjaya Nahan, M.Si
E-mail : aldipurnama058@gmail.com Drs. Harjoni, M.Si

Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Palangka Raya

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memahami pelaksanaan quality control untuk
meningkatkan kualitas produk pada Pabrik roti citra carina Palangka Raya Alat analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Statistical Quality Control (SQC),
pengumpulan data dilakukan melalui obsevasi, wawancara, dan dokumentasi.Data
dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder dan diperoleh dari hasil
observasi selama 1 Bulan. Data yang terkumpul dianalisa menggunakan program Microsoft
Office 2013 dan Microsoft Excel 2013.
Adapun hasil analisis menyimpulkan bahwa, bahwa rata-rata masalah keenceran
atau kekentalan 191 unit (12,93 %), kurang matang atau gosong 213 unit (14,47 %), dan
masalah bahan perasa sebanyak 287 unit (19,37 %), ada beberapa yang melebihi batas
toleransi (5 %) dan ada pula yang masih dibawah batas toleransi. Namun rata-rata
adalah 4,10 %. Ini disebabkan adanya kecerobohan pekerja, tidak adanya standar yang
dapat dijadikan pedoman hanya hati nurani (kata hati) yang dijadikan ukuran, tidak
mengecek kembali sehingga salah perhitungan, kurangnya koordinasi kepada orang
yang lebih berpengalaman (pimpinan misalnya), ruang kerja terasa pengap (panas)
meskipun dipasang kipas angin, mesin oven tidak beraturan panasnya beserta ruangan agak
panas, dan mesin oven tidak bersih.
Berdasarkan analisis, pabrik dapat melakukan perbaikan kualitas dengan
memfokuskan perbaikan pada jenis kerusakan yang memiliki jumlah besar atau
dominan dalam produksi.

Kata Kunci : Quality Control, SQC, Kerusakan Produk

vi
IMPLEMENTATION OF EFFECTIVE QUALITY CONTROL TO IMPROVE
PRODUCT QUALITY IN CITRA CARINA BAKERY,
PALANGKARAYA CITY

Composer : Aldi Purnama Supervisor :


Nim : BBA 117 025 Drs. Noorjaya Nahan, M.Si
E-mail : aldipurnama058@gmail.com Drs. Harjoni, M.Si

Department of Management, Faculty of Economics and Business, University of


Palangka Raya

ABSTRACT

This study aims to understand the implementation of quality control to improve


product quality at the Citra Carina bakery, Palangka Raya. The analytical tool used in this
study is Statistical Quality Control (SQC), data collection is carried out through
observation, interviews, and documentation. The data in this study are primary data and
secondary data and obtained from observations for 1 month. The data collected were
analyzed using Microsoft Office 2013 and Microsoft Excel 2013.
The results of the analysis concluded that the average thinness or viscosity problem
was 191 units (12.93%), undercooked or burnt 213 units (14.47%), and the problem of
flavoring ingredients as many as 287 units (19.37%), some of which exceed the tolerance
limit (5%) and some are still below the tolerance limit. But the average is 4.10%. This is
due to the carelessness of workers, there are no standards that can be used as
guidelines, only conscience (conscience) is used as a measure, not checking again so
that it is miscalculated, lack of coordination with more experienced people (leaders for
example), the workspace feels stuffy (hot). even though a fan is installed, the oven
machine is not hot and the room is a bit hot, and the oven is not clean.
Based on the analysis, the factory can make quality improvements by focusing
repairs on the types of damage that have a large number or are dominant in production.

Keywords: Quality Control, SQC, Product Damage

vii
RIWAYAT HIDUP

Skripsi ini ditulis oleh seorang Putra Dayak dari Kota Palangka

Raya. Anak kedua dari dua bersaudara pasangan bapak Nuris

dan ibu Marni, S.Pd. Kakak bernama Tirayani, A.Md Keb,dan

Adik bernama Melani.

Penulis lahir pada tanggal 28 bulan Februari tahun 2000. Mengawali

pendidikan di bangku Sekolah Dasar Negeri 13 Palangka Raya, lulus tahun 2011.

Kemudian melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Palangka Raya,

lulus tahun 2014. Selanjutnya menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas

Negeri 4 Palangka Raya, lulus tahun 2017. Pada tahun 2017, penulis diterima di

Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Palangka raya.

Selama di perguruan tinggi, penulis pernah mengikuti PKL di PT. Bisma

Dharma Kencana terletak di kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah Pada

semester 5 , Kemudian penulis menjalani Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di

Desa Tewang Pajangan, Kecamatan Kurun, Kabupaten Gunung Mas pada tahun

2020.

Pada tanggal 7 Juli 2021, penulis dinyatakan LULUS melalui sidang

tertutup Program Jurusan Manajemen dan berhak menyandang gelar Sarjana

Pendidikan (S.E) dengan predikat kelulusan “Dengan Pujian”.

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya lah Skripsi ini dapat diselesaikan dengan waktu yang dikehendaki.
Skripsi ini diberi judul Pelaksanaan Quality Control Yang Efektif Untuk Meningkatkan
Kualitas Produk Pada Pabrik Roti Citra Carina Palangka Raya.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana (S-1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Palangka
Raya.
Penulisan menyadari Skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi
maupun sistematika penulisan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengharapkan
adanya koreksi dan saran yang sifatnya memperbaiki dari semua pihak guna
menyempurnakan tulisan ini.
Penulis menyadari tanpa bantuan semua pihak maka Skripsi ini tidak akan
selesai dengan waktu yang diharapkan. Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan
banyak terima kasih, terutama kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Danes Jaya Negara, SE, M.Si, C.EIA Selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Palangka Raya
2. Ibu Dr. Meitiana, MM Selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Palangka Raya.
3. Bapak Dr. Bambang Mantikei, M.Si Selaku Pembimbing Akademik yang membimbing
saya dari awal perkuliahan hingga sekarang.
4. Bapak Drs. Noorjaya, M.Si dan Bapak Drs. Harjoni, M.Si selaku dosen pembimbing I
dan II yang telah banyak membimbing dan mengarahkan dalam menyelesaikan skripsi
ini.
5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan Staf Karyawan Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Palangka Raya beserta jajaranya yang telah memberi
ilmu serta bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

ix
6. Pimpinan pabrik roti Citra Carina Palangka Raya, yang telah memberikan fasilitas
selama pengumpulan data dilapangan dalam penyelesaian skripsi ini
7. Orang tua dan saudari tercinta serta orang spesial yang tidak pernah henti-hentinya
memberikan semangat, dukungan , motivasi , serta doa kepada saya.
8. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan sumbangan pemikiran dan
motivasi untuk menyelesaikan Skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu, Penulis
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis
berharap skripsi ini dapat memberi manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama
dibidang Manajemen Operasional, baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan dating
Akhir kata, semoga Skripsi ini dapat berguna bagi kita semua dalam menimba ilmu
pengetahuan dan menerapkan pada dunia nyata.

Palangka Raya, Juli 2021.

Penulis

x
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR SAMPUL LUAR ............................................................................ i
LEMBAR SAMPUL DALAM……………………………………………………... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………… iv
LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………………… v
ABSTRAK..................................................................................................... vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………………. viii
KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH...................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ xv
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................. 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
2.1. Penelitian Terdahulu .............................................................. 7
2.2. Pengertian Manajemen .......................................................... 11
2.2.1. Mutu Produk (Kualitas Produk) ................................ 12
2.2.2. Faktor-faktor dan Klasifikasi Kualitas Produk .......... 20
2.2.3. Dimensi Kualitas Produk ........................................... 22
2.2.4. Dimensi Kualitas ....................................................... 26
2.2.5. Rancangan Produk dan Klasifikasi Produk ............... 28
2.2.6. Alat Bantu Statistik Pengendalian Kualitas ............... 30
2.2.6.1. Lembar Pemeriksaan (Check Sheet ) .......... 32
2.2.6.2. Diagram Sebar (Scatter Diagram) .............. 32
2.2.6.3. Diagram Sebab-akibat (Cause and Effect
Diagram) .................................................... 35
2.2.6.4. Diagram Pareto (Pareto Analysis) .............. 37
2.2.6.5. Diagram Alir/Diagram Proses (Process
Flow Chart) ................................................. 41
2.2.6.6. Histogram ................................................... 42

xi
2.2.6.7. Peta Kendali (Control Chart)……………… 44
2.3. Kerangka Konseptual…………………………………………. 51
2.4 Hipotesis………………………………………………………. 53
BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 54
3.1. Jenis Penelitian ...................................................................... 54
3.2. Sumber informasi .................................................................. 54
3.3. Instrumen penelitian ............................................................. 55
3.4. Teknik atau Metode Pengumpulan Data ............................... 55
3.5. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ............................. 56
3.6. Prosedur Pengumpulan Data ................................................. 56
3.7. Metode Analisis Data ........................................................... 57
3.7.1. Metode Deskripsi ....................................................... 57
3.7.2. Metode Tabulasi ........................................................ 57
3.7.3. Pengendalian Kualitas Dengan Statistik .................... 57
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 60
4.1. Hasil Penelitian ...................................................................... 60
4.1.1. Sejarah Singkat Berdirinya ........................................ 60
4.1.2. Struktur Organisasi dan Personalia ............................ 61
4.1.3. Sarana dan Fasilitas Kegiatan Produksi ..................... 63
4.1.4. Bahan Baku dan Bahan Penolong ............................. 64
4.1.5. Produk Yang Dihasilkan ............................................ 65
4.1.6. Proses Produksi .......................................................... 66
4.1.7. Kebijakan Penetapan Harga Jual ............................... 68
4.1.8. Kebijakan Pemasaran ................................................ 69
4.1.9. Volume Produksi dan Kerusakan .............................. 70
4.2. Pembahasan ........................................................................... 71
4.2.1. Faktor-faktor Dipertimbangkan dalam Melaksanakan
Pengendalian ............................................................. 71
4.2.2. Jenis-jenis Kerusakan ................................................. 75
4.2.3. Analisis dan Pembahasan Pengendalian Kualitas
Statistik ...................................................................... 76
4.2.4. Pengumpulan Data ..................................................... 76
4.3. Pembahasan .......................................................................... 91
4.4. Implikasi Hasil Penelitian ..................................................... 95
4.5. Keterbatasan Penelitian ......................................................... 96

xii
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………….... 98
5.1. Kesimpulan…………………………………………………… 98
5.2S Saran………………………………………………………….. 99
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….. 101

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel. 1.1. Volume Produksi dan Kerusakan ................................................ 4
Tabel. 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu .......................................................... 7
Tabel. 2.2. Perbandingan Apilikasi Konsep Kualitas Berdasarkan
Pandangan Tradisional dan Modern ............................................ 28
Tabel. 3.1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian .................................... 56
Tabel. 4.1. Alat Perlengkapan Kegiatan Produksi Pada Perusahaan Roti
Citra Carina Palangka Raya ......................................................... 64
Tabel 4.2. Bahan Baku dan Bahan Penolong Produk Roti Pada Perusahaan
Roti Citra Carina Palangka Raya ................................................. 65
Tabel. 4.3. Volume Produksi dan Kerusakan ................................................ 70
Tabel. 4.4. Laporan Produksi (Check Sheet) Pabrik Roti Citra Carina
Palangka Raya Periode Bulan Januari 2020 - Mei 2021 .............. 77
Tabel. 4.5. Perhitungan Batas Kendali Periode Bulan Januari 2020 - Mei
2021 (dalam satuan Unit) ............................................................ 83
Tabel. 4.6. Jumlah Jenis Produk Roti Periode Bulan Januari 2020 - Mei
2021 .............................................................................................. 85
Tabel. 4.7. Jumlah Frekuensi Produk Roti (berdasarkan urutan jumlahnya)
Periode Bulan Januari 2020 - Mei 2021 .................................... 85

xiv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar. 1.1. Grafik Trend ......................................................................... 5
Gambar. 2.1. Kegiatan Manajemen ............................................................. 12
Gambar. 2.2. Alat Analisis Statistik ............................................................ 31
Gambar. 2.3. Check Sheet ............................................................................ 32
Gambar. 2.4. Diagram Sebar ....................................................................... 34
Gambar. 2.5. Struktur Diagram Sebab-Akibat ............................................ 37
Gambar. 2.6. Diagram Pareto (Pareto Diagram) ........................................ 41
Gambar. 2.7. Diagram Alir .......................................................................... 42
Gambar. 2.8. Histogram .............................................................................. 44
Gambar. 2.9. Control Chart ........................................................................ 46
Gambar. 2.10. Bentuk-bentuk penyimpangan ............................................... 48
Gambar. 2.11. Kerangka Konseptual ............................................................ 52
Gambar. 4.1. Struktur Organisasi Perusahaan Roti Citra Carina Palangka
Raya ........................................................................................ 61
Gambar. 4.2. Proses Produksi Perusahaan Roti Citra Carina Palangka
Raya ....................................................................................... 67
Gambar. 4.3. Tingkat Harga Ditingkat Pasar ............................................... 69
Gambar. 4.4. Histogram Jenis Produk Roti Pabrik Roti Citra Carina
Palangka Raya Bulan Januari 2020 - Mei 2021 ..................... 78
Gambar. 4.5. Diagram Scatter Bulan Januari 2020 - Mei 2021 ................... 79
Gambar. 4.6. Peta Kendali Proporsi Produk Roti Bulan Januari 2020 - Mei
2021 ........................................................................................ 84
Gambar. 4.7. Diagram Pareto Bulan Januari 2020 - Mei 2021 .................... 86
Gambar. 4.8. Diagram Sebab Akibat Untuk Jenis Produk Roti Kurang
Matang/Gosong ..................................................................... 88
Gambar. 4.9. Diagram Sebab Akibat Untuk Jenis Produk Roti
Keenceran/Kekentalan ........................................................... 89
Gambar. 4.10. Diagram Sebab Akibat Untuk Jenis Produk Roti Bahan
Penolong Rasa ....................................................................... 90
Gambar. 4.11. Diagram Alir .......................................................................... 91

xv
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masyarakat sebagai konsumen sudah mengerti hak-haknya dalam transaksi

pembelian, salah satunya adalah menginginkan kualitas produk yang baik. Untuk itu

konsumen selalu membandingkan produk yang satu dengan yang lainnya dari masing-

masing merek perusahaan. Oleh karena itu, bagi produsen selalu berupaya menawarkan

produk dengan kualitas yang prima. Dengan kualitas prima tersebut perusahaan telah

memberikan kepuasan pada konsumen.

Dalam usaha untuk mempertahankan kualitas produk, perusahaan perlu

mengadakan pengawasan/pengendalian terhadap kualitas produk yang merupakan salah

satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pengawasan produksi. Dalam hal ini

perusahaan akan terus menyempurnakan dengan proses monitoring. Pengendalian

kualitas yang dimaksudkan adalah suatu proses untuk mengukur output secara relatif

terhadap suatu standar, dan melakukan tindakan koreksi (Assauri, 2013).

hasil produksi (output) yang tidak memenuhi standar, maka harus dilakukan suatu

tindakan perbaikan (koreksi), agar perusahaan telah berupaya menawarkan produk yang

berkualitas yang baik, sehingga perusahaan telah memberikan jaminan kualitas atas

hasil produksi (output) yang dihasilkan. Proses pengendalian kualitas (quality control)

tidak hanya terjadi pada hasil akhir, melainkan juga dimulai pada saat bahan baku

masuk gudang, proses produksi, sampai proses akhir produk tersebut.

Untuk itu pihak perusahaan perlu mengadakan pengawasan atau pengendalian

terhadap kualitas produk yang merupakan bagian dari pengawasan produksi. Oleh

1
2

karena itu pengawasan bertujuan memberikan jaminan terhadap pelaksanaan suatu

rencana atau suatu tujuan yang telah ditentukan, maka pengawasan didalamnya

mempunyai unsur bimbingan atau petunjuk atau instruksi serta rencana atau tujuan yang

telah ditentukan sebelumnya (Ronohadiwidjojo dan Reksohadiprodjo, 2012). Menurut

Assauri (2013), perusahaan akan terus menyempurnakan dengan proses monitoring.

Pengendalian kualitas yang dimaksudkan adalah suatu proses untuk mengukur output

secara relatif terhadap suatu standar, dan melakukan tindakan koreksi. Oleh karena itu,

jika output tidak memenuhi standar maka harus dilakukan suatu tindakan koreksi.

Selanjutnya menurut Ronohadiwidjojo dan Reksohadiprodjo (2012), pengawasan

tidak dapat dipisahkan dari rencana atau tujuan tertentu. Oleh karenanya maka

pengawasan perlu diketahui :

a. Tujuan yang telah ditentukan

b. Cara menilai atau mengukur aktivitas yang dijalankan

c. Cara membandingkan aktivitas dengan pedoman yang telah ditentukan

d. Cara untuk mengadakan perbaikan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang

terjadi agar tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai.

Semua tindakan ini dilakukan untuk memberikan jaminan kualitas terhadap output

yang dihasilkan dari proses. Proses pengendalian kualitas (quality control) tidak hanya

berlangsung pada hasil akhir (produk jadi) melainkan juga dimulai pada saat bahan baku

masuk gudang, proses produksi sampai proses akhir produk tersebut. Proses produksi

terjadi karena adanya interaksi antara berbagai faktor produksi seperti input (bahan

baku, tenaga kerja, mesin) bersatu padu untuk menciptakan barang yang mempunyai

nilai tambah dan nilai guna yang lebih tinggi yang diperlukan konsumen.
3

Hal ini karena konsumen sekarang dalam kehidupan yang lebih baik, sehingga

mereka akan lebih memilih barang dengan kualitas tinggi. Untuk menghasilkan produk

yang berkualitas baik, maka diperlukan proses produksi yang mendukung sehingga

dapat menjamin tingkat kualitas dari produk yang dihasilkan lebih baik, untuk itu

diperlukan atau dibutuhkan kegiatan manajemen dan pengendalian kualitas yang efektif.

Pada dasarnya pengendalian kualitas adalah membangun strategi diferensiasi

(pembedaan), strategi biaya murah dan strategi cepat tanggap terhadap keinginan

konsumen. Dengan peningkatan kualitas maka akan membantu perusahaan untuk

meningkatkan penjualan dan mengurangi biaya, sehingga dapat meningkatkan laba

(profitabilitas). Sering terjadi bila perusahaan melakukan peningkatan penjualan dengan

mempercepat untuk memberi tanggapan, meningkatkan atau menurunkan harga jual,

dan meningkatkan reputasi perusahaan untuk kualitas produknya.

Dengan semakin majunya dunia industri maka konsumen akan lebih sensitif atau

peka terhadap kualitas suatu barang. Kualitas barang yang dihasilkan merupakan faktor

yang sangat penting, karena ditentukan berdasarkan pada pengukuran atau penilaian

karakteristik tertentu. Pabrik Roti Citra Carina Palangka Raya adalah pabrik yang

bergerak dibidang pengolahan roti yang berada dikompleks perumahan Marina

Palangka Raya. Baik sebagai pengusaha atau konsumen, sama-sama berkepentingan

terhadap kualitas produk, bagi perusahaan adalah dalam rangka mempertahankan atau

meningkatkan reputasi perusahaan dimata konsumen, sedangkan bagi konsumen adalah

hasrat atau naluri kepuasan hidup.

Adapun fenomena yang dihadapi perusahaan ini, menurut pihak pimpinan bahwa

ada kecenderungan memburuknya kualitas produk baik dalam adonan maupun hasil
4

pembakaran yang kadangkala hangus (gosong) atau kelihatannya masih mentah.

Mungkin ini disebabkan bahan baku yang kurang baik, faktor pekerja dengan

kelalaianya atau faktor lainnya. Ini adalah faktor manusia sebagai pekerja, misalnya

penyebab hangus (gosong) disebabkan kelalaian atau faktor pembakaran (api) atau

masih mentah, bahkan kurangnya kekentalan adonan bahan baku dengan air.

Tabel. 1.1.
Volume Produksi dan Kerusakan
Rusak Per Bulan
Bulan 2020/2021 Produksi Per Hari
Biji %
1 2 3 4 5 6
Jan,20 1 15.344 511 386 0,025 2,52
Feb,20 2 15.212 507 323 0,021 2,12
Mar,20 3 15.213 507 363 0,024 2,39
Apr,20 4 15.366 512 834 0,054 5,43
Mei,20 5 16.843 561 427 0,025 2,54
Jun,20 6 16.234 541 678 0,042 4,18
Jul,20 7 16.842 561 941 0,056 5,59
Agus,20 8 16.324 544 432 0,026 2,65
Sep,20 9 17.857 595 434 0,024 2,43
Okt,20 10 17.334 578 1.034 0,060 5,97
Nop,20 11 17.552 585 1.002 0,057 5,71
Des,20 12 17.952 598 983 0,055 5,48
Jan,21 13 17.543 585 992 0,057 5,65
Feb,21 14 17.359 579 1.040 0,060 5,99
Mar,21 15 18.934 631 365 0,019 1,93
Apr,21 16 18.445 615 1.102 0,060 5,97
Mei21 17 18.652 622 431 0,023 2,31
Total 289.006 9.634 11.767 0,688 68,84
Rata-2 17000 567 692 0.040 4.05
Sumber : Pabrik Roti Citra Carina Palangka Raya.
5

Gambar. 1.1.
Grafik Trend

Grafik Trend
1200
1000
Produk rusak

800
600 Series1
400 Linear (Series1)
200
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Tabel dan Grafik diatas menjelaskan bahwa dengan menganggap rata-rata

perbulan adalah 30 hari, maka volume produksi per hari dapat dilihat kolom 4, dan

kerusakan perbulan (kolom 6) yang tertinggi 5,99 % (bulan Februari tahun 2021) dan

terendah 1,93 % (Maret tahun 2021). Memang kerusakan yang dihasilkan berfluktuasi

(tidak menentu), tetapi tingkat kerusakan sudah ada yang melebihi batas toleransi yang

ditetapkan oleh Pabrik yaitu 5 %. Oleh karena itu judul penelitian ini adalah

“Pelaksanaan Quality Control Yang Efektif Untuk Meningkatkan Kualitas Produk Pada

Pabrik Roti Citra Carina Palangka Raya”.

1.2. Perumusan Masalah

Memahami uraian diatas didalam latar belakang masalah diatas, maka perumusan

masalah tentang kurang efektifnya pelaksanaan pengendalian kualitas (quality control)

pada pabrik Roti Citra Carina Palangka Raya.

Adapun perumusan masalah yang ditetapkan peneliti adalah apakah pengendalian

kualitas (quality control) pada pabrik Roti Citra Carina Palangka Raya berada dalam

batas kendali ?
6

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pengendalian kualitas

(quality control) pada pabrik Roti Citra Carina Palangka Raya berada dalam batas

kendali?

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat dipetik dalam penelitian ini adalah untuk pihak manajemen

pabrik Roti Citra Carina Palangka Raya dan pihak lainnya.

a. Bagi pihak manajemen pabrik

Manfaat hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak manajemen

pabrik dalam rangka meningkatkan kualitas produk roti agar mampu meningkatkan

citra pabrik dimata konsumen.

b. Bagi peneliti

Manfaat hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti dalam

menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan kualitas

produk dan kendalanya.

c. Bagi peneliti lainnya

Manfaat hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti lainnya

dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan

kualitas produk beserta kendalanya.


7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kajian teoritis dibawah ini adalah kajian yang berhubungan dengan penelitian ini

yaitu analisis penjualan dan produksi, dan didukung teori pendukung yang berhubungan

dengan penelitian ini.

2.1. Penelitian Terdahulu

Dibawah ini merupakan hasil penelitian terdahulu yang mengungkapkan

variabel dan alat analisis.

Tabel. 2.1.
Hasil Penelitian Terdahulu
Nama
Judul Variabel Alat
No Peneliti dan Hasil Penelitian
Penelitian Yang Diteliti Analisis
Tahun
1. Faiz Al Analisis Faktor Statistical Hasil analisis peta
Fakhri Pengendalian manusia, Quality kendala p
(2010) Kualitas mesin dan Control menunjukkan bahwa
Produksi metode kerja proses berada dalam
Di PT. keadaan tidak
Masscom terkendali atau masih
Grahpy Dalam mengalami
Upaya penyimpangan. Hal ini
Mengendalikan dapat dilihat pada
Tingkat grafik kendali dimana
Kerusakan titik berfluktuasi
Produk sangat tinggi dan tidak
Menggunakan beraturan, serta
Alat Bantu banyak yang keluar
Statistik dari batas kendali.
Berdasarkan diagram
pareto, prioritas
perbaikan yang perlu
dilakukan adalah
untuk jenis kerusakan
yang dominan yaitu
warna kabur (28,31%),

7
8

Nama
Judul Variabel Alat
No Peneliti dan Hasil Penelitian
Penelitian Yang Diteliti Analisis
Tahun
tidak register
(19,79%) dan
terpotong (19,50 %).
Dari analisis diagram
sebab akibat dapat
diketahui faktor
penyebab misdruk
berasal dari faktor
manusia/pekerja,
mesin produksi,
metode kerja,
material/ bahan baku
dan lingkungan kerja,
sehingga perusahaan
dapat mengambil
tindakan pencegahan
serta perbaikan untuk
menekan tingkat
misdruk dan
meningkatkan kualitas
produk.
2. Sandra Analisis Patah dan Statistical Hasil analisis dari
Aprilia Pengendalian remuk, tidak Quality sampel yang diambil
Harahap Kualitas renyah dan Control selama 20 hari masa
(2016) Produk Keripik gosong. produksi ditahun 2015
Pisang pada bulan November
Puri Jaya Pada dan Desember
Pd. Puri Jaya menunjukan bahwa
Di Bandar proses produksi masih
Lampung dalam batas toleransi.
Dari produksi
1.000.000 gram
dengan rata-rata
produksi 50.000 gram,
yang rusak 63.823
gram dengan rata-rata
kerusakan sebesar
3.191,15 gram atau
sebesar 6.38%.
Diperoleh rata-rata
proporsi kerusakannya
adalah
0.063823, UCL
9

Nama
Judul Variabel Alat
No Peneliti dan Hasil Penelitian
Penelitian Yang Diteliti Analisis
Tahun
sebesar 0.067102, dan
LCL sebesar
0.060544.
Berdasarkan
histogram dapat dilihat
jenis kerusakannya
yaitu, rusak karena
patah remuk dengan
jumlah kerusakan
sebanyak 37.650 gr
(59%), rusak karena
keripik tidak renyah
sebanyak 12.925 gr
(20,3%). Kerusakan
karena getir dan
gosong adalah 5.110
gr (8%) dan 8.138 gr
(12,8%). Dari
persentase kerusakan
yang dialami dalam
proses produksi masih
memiliki tingkat
kerusakan yang cukup
tinggi.
3. Ayu Tiara Analisis Faktor Statistical Diperoleh hasil bahwa
Meriza Pengendalian manusia, Quality tingkat kerusakan
(2017) Kualitas Pada mesin dan Control. masih berada dalam
Dunkin’ metode kerja batas toleransi
Donuts dengan standar
Di Bandar kerusakan sebesar 4-
Lampung 5%. Faktor utama
kerusakan paling
dominan
dilihat dari diagram
sebab akibat yakni
dari manusia, mesin
dan metode kerja.
Kerusakan produk
paling dominan yaitu
gosong, ukuran tidak
sesuai dan topping
rusak dengan
demikian diharapkan
10

Nama
Judul Variabel Alat
No Peneliti dan Hasil Penelitian
Penelitian Yang Diteliti Analisis
Tahun
agar pengendalian
kualitas ditingkatkan
lagi dan melakukan
perawatan mesin
secara rutin ini untuk
menjaga kualitas
produk agar tetap baik.
4. Afri Peran Quality Penerapan Kualitatif Hasil penelitian
Maialim Control Dalam quality melalui menunjukkan PT
Bakti Meningkatkan control dalam proses Majapura menerapkan
(2019) Kualitas meningkatkan wawancara, quality control pada
Produk kualitas observasi tiga tahap. Pertama
Perusahaan produk dan quality control pada
Lunch Box perusahaan dokumenta bahan baku. Kedua
(Studi Kasus si. quality control pada
PT Majapura proses produksi dan
Bobotsari ketiga yaitu quality
Purbalingga control pada tahap pra
Jawa Tengah) ekspor.

5. Adita Analisis 1) Deskriftif Hasil dari penelitian


Nurkholiq1, Pengendalian Pelaksanaan kualitatif dan perolehan data
Oyon Kualitas Pengendalian dengan menunjukan bahwa
Saryono2, (Quality Kualitas menggunak pelaksanaan
Iwan Control) (Quality an teknik pengendalian kualitas
Setiawan3 Dalam Control) pada observasi, (quality control)
(2019) Meningkatkan Produk wawancara, dalam meningkatkan
Kualitas Santan Klatu dokumenta kualitas produk pada
Produk PT 2) Kualitas si dan produk santan klatu
Pacific Eastern Produk triangulasi. dari mulai bahan baku,
Coconut Santan Klatu. proses produksi, dan
Utama. 3) produk jadi telah
Pengendalian sesuai dengan standar
Kualitas operasional
(Quality perusahaan dan
Control) spesifikasi PT Pacific
dalam Eastern Coconut
Meningkatkan Utama.Diharapkan PT
Kualitas Pacific Eastern
Produk Coconut Utama dapat
Santan Klatu meningkatkan
pengendalian kualitas
dimulai dari
11

Nama
Judul Variabel Alat
No Peneliti dan Hasil Penelitian
Penelitian Yang Diteliti Analisis
Tahun
kedatangan bahan
baku, proses
produksi/pengolahan
dan proses produk
jadi. Dan dapat
mengurangi nilai
kerusakan/cacat pada
produk dan
mempertahankan
kualitas produk yang
dihasilkan telah sesuai
dengan spesifikasi dan
Standar Operasional
Perusahaan. Dan
kandungan cita rasa
yang gurih sehingga
menghasilkan rasa
yang lebih lezat.
keinginan konsumen
agar para konsumen
puas dengan produk
yang perusahaan
ciptakan dan dapat
meningkatkan daya
beli serta kesetiaan
pada produk tersebut.

2.2. Pengertian Manajemen

Menurut Griffin (2013), manajemen ialah suatu rangkaian aktivitas termasuk

perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan

pengendalian yang diarahkan pada sumber daya organisasi (manusia, financial, fisik,

dan informasi) dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan

efisien. Manajemen ialah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan


12

pengendalian pekerjaan anggota atau proses pengordinasian dan pengintegrasian

kegiatan agar dapat terselesaikan secara efektif dan efisien.

Dari kedua literature diatas penulis menyimpulkan bahwa manajemen ialah proses

penyatuan segala sumber organisasi yang ada dengan melaksanakan fungsi-fungsi

organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Gambar. 2.1.
Kegiatan Manajemen
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
Anggota
3. Penyusunan Per- Tujuan
Manajemen Organisasi
sonalia Organisasi
4. Pengarahan (Bawahan)
5. Pengawasan

Sumber : Martoyo (2012).

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan Manajemen adalah

kegiatan merencanakan tenaga kerja (karyawan), mengorganisasikannya kedalam

kegiatan-kegiatan pada bidang masing-masing tugas, mengarahkan atau menggerakkan

melalui perintah, dan mengawasinya agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan

efisien dan efektif.

2.2.1. Mutu Produk (Kualitas Produk)

Mutu merupakan suatu faktor yang sangat menentukan keberhasilan suatu produk

menembus pasarnya, disamping faktor utama yang lain seperti harga dan pelayanan.

Produk yang bermutu akan memiliki daya saing yang besar dan tingkat keberterimaan

yang tinggi. Mutu menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan suatu perusahaan. Mutu
13

bukan semata-mata menjadi tanggung jawab bagian produksi namun menjadi perhatian

semua pihak dalam perusahaan.

Menurut Kotler (2010), kualitas produk adalah kemampuan suatu barang untuk

memberikan hasil atau kinerja yang sesuai atau melebihi dari apa yang diinginkan

pelanggan. Sedangkan menurut Lupiyoadi (2011), yang menyatakan kualitas produk

adalah konsumen merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk

yang mereka gunakan berkualitas.

Untuk menguasai pasar suatu produk harus memaksimalkan kualitas produk

melalui proses pelaksanaan pengawasan kualitas (Quality Control) disamping itu

pemasaran juga menjadi sarana yang tidak kalah pentingnya dari proses pelaksanaan

pengawasan kualitas (Quality Control). Kegiatan Pemasaran tidak hanya menyangkut

masalah-masalah penjualan dan distribusi, namun mengandung pengertian yang sangat

luas.

Quality Control atau Pengendalian Kualitas adalah aktifitas pengendalian proses

untuk mengukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkan dengan spesifikasi atau

persyaratan, dan mengambil tindakan penyehatan yang sesuai apabila ada perbedaan

antara penampilan yang sebenarnya dan yang standar. Tujuan dari pengendalian kualitas

adalah mengendalikan kualitas produk atau jasa yang dapat memuaskan konsumen.

Pengendalian kualitas statistic merupakan suatu alat tangguh yang dapat digunakan

mengurangi biaya, menurunkan cacat dan meningkatkan kualitas pada proses

manufacturing. Quality Control memerlukan pengertian dan perlu dilaksanakan oleh

perancang bagian inspeksi, bagian produksi sampai pendistribusian produk ke

konsumen. Quality Control adalah suatu kegiatan untuk memastikan apakah kebijakan
14

dalam hal mutu atau ukuran seberapa dekat sebuah barang atau jasa memiliki

kesesuaian dengan standar-standar yang dicantumkan yang dapat tercermin dalam hasil

akhir atau pengendalian kualitas dapat dikatakan juga sebagai usaha untuk

mempertahankan mutu dan kualitas dari barang yang dihasilkan agar sesuai dengan

spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijakan-kebijakan perusahaan.

Aktivitas pengendalian kualitas meliputi kegiatan-kegiatan seperti berikut ini :

a. Pengamatan terhadap performansi produk atau proses.

b. Membandingkan performansi yang ditampilkan dengan standar yang berlaku.

c. Mengambil tindakan bila terdapat penyimpangan yang cukup signifikan, dan jika

perlu dibuat tindakan-tindakan untuk mengoreksinya.

Alasan-alasan mendasar pentingnya kualitas sebagai strategi bisnis adalah sebagai

berikut :

a. Meningkatkan kesadaran konsumen akan kualitas dan orientasi konsumen yang

kuat akan penampilan kualitas.

b. Kemampuan produk

c. Peningkatan tekanan biaya pada tenaga kerja, energy dan bahan baku.

d. Persaingan yang semakin intensif.

e. Kemajuan yang luar biasa dalam produktivitas melalui program keteknikan kualitas

yang efektif.

Pengendalian kualitas memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuan dari Pengendalian

Kualitas adalah sebagai berikut :

a. Pengendalian Kualitas terhadap suatu bahan atau produk tersedia memenuhi

spesifikasi.
15

b. Agar dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.

c. Mengetahui apakah segala sesuatu berjalan dengan rencana melalui instruksi-

instruksi serta prinsip yang telah ditetapkan.

d. Mengetahui apakah kelemahan dan kesulitan serta menjaga jangan sampai terjadi

kesalahan lagi.

e. Mengetahui apakah segala sesuatunya berjalan dengan efisien dan apakah mungkin

dapat diadakan perbaikan.

Adapun tugas dan tanggung jawab dari quality control antara lain :

a. Memantau perkembangan semua produk yang diproduksi oleh perusahaan.

b. Bertanggung jawab untuk memperoleh kualitas dalam produk dan jasa

perusahaannya.

c. Memastikan kualitas barang yang dibeli serta barang jadi.

d. Merekomendasikan pengolahan ulang produk-produk berkualitas rendah.

e. Bertanggung jawab untuk dokumentasi inspeksi dan tes yang dilakukan pada

produk dari sebuah perusahaan.

Fungsi dan peranan quality control adalah suatu fungsi yang membebankan biaya,

baik itu biaya operasional dari gaji karyawan maupun hambatan dari proses operasional

itu sendiri. Lalu bagaimana cara yang paling tepat dalam memastikan proses dan fungsi

quality control dijalankan sesuai dengan standar persyaratan yang telah ditetapkan.

a. Pengembangan fungsi quality control dalam mekanisme bisnis.

Dalam penetapan bisnis, fungsi masuk kedalam bagian quality cost artinya biaya

yang dikeluarkan untuk memastikan proses pemeliharaan terhadap mutu produk

dapat dijalankan sesuai dengan standar persyaratan yang ada. Fungsi Quality
16

Control memegang strategi yang berperan penting dalam melakukan proses

pengambilan posisi pelanggan, yang mana tahapan ini merupakan suatu aplikasi

yang strategis dalam menjamin konsistensi kesepakatan dengan pelanggan.

b. Peranan Quality Control dalam posisi langkah perbaikan dalam bisnis

Fungsi Quality Control itu sendiri merupakan suatu bentuk langkah strategis yang

penting dan kuat untuk memastikan bahwa ketidaksesuaian terdeteksi untuk

kemudian ditetapkan sebagai bentuk penetapan langkah tindak lanjut dalam

antisipasi proses pengembangan bisnis khususnya perbaikan produksi.

c. Penjamin konsistensi operasional

Peranan Quality Control yang memaksa produksi untuk konsisten dapat membantu

perusahaan dalam mengembangkan setting terhadap aspek budget operasional

sesuai standar persyaratan yang telah ditetapkan. Kualitas barang atau jasa dapat

berkenaan dengan keandalan, ketahanan, waktu yang tepat, penampilannya

,integritasnya, kemurniannya, individualitasnya, atau kombinasi dari berbagai

faktor tersebut. Uraian diatas menunjukkan bahwa pengertian kualitas dapat

berbeda-beda pada setiap orang pada waktu khusus dimana kemampuannya

(availability), kinerja (performance), keandalan (reliability), kemudahan

pemeliharaan (maintainability) dan karakteristiknya dapat diukur. Ditinjau dari

sudut pandang produsen, kualitas dapat diartikan sebagai kesesuaian dengan

spesifikasinya (Krajewski dan Ritzman, 1987). Suatu produk akan dinyatakan

berkualitas oleh produsen, apabila produk tersebut telah sesuai dengan

spesifikasinya.
17

Adapun pengertian kualitas menurut American Society for Quality dari buku

Render (2010), “Kualitas adalah keseluruhan fitur dan karakteristik produk atau jasa

yang mampu memuaskan kebutuhan yang terlihat atau yang tersamar”. Menurut

Prawirosentono (2010), pengertian kualitas suatu produk adalah “Keadaan fisik, fungsi,

dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan

konsumen dengan memuaskan sesuai dengan nilai uang yang telah dikeluarkan.”

Kualitas tidak bisa dipandang sebagai suatu ukuran yang sempit, yaitu kualitas produk

semata-mata. Hal itu bisa dilihat dari beberapa pengertian tersebut diatas, dimana

kualitas tidak hanya kualitas produk saja akan tetapi sangat kompleks karena melibatkan

seluruh aspek dalam organisasi serta diluar organisasi. Meskipun tidak ada definisi

mengenai kualitas yang diterima secara universal, namun dari beberapa definisi kualitas

menurut para ahli diatas terdapat beberapa persamaan, yaitu dalam elemen-elemen

sebagai berikut (Nasution,2011):

a. Kualitas mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

b. Kualitas mencakup produk, tenaga kerja, proses, dan lingkungan.

c. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap

merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa

mendatang.

Menurut Assuari (2007:211), mengidentifikasi kualitas produk sebagai tingkat

kemampuan dari suatu merk atau produk tertentu dalam melaksanakan fungsi yang

diharapkan. Sedangkan menurut Tjiptono (2017), bahwa kualitas produk yang dirasakan

pelanggan akan menentukan persepsi pelanggan terhadap kinerja yang pada gilirannya

akan berdampak terhadap kepuasan pelanggan. Pengendalian kualitas merupakan salah


18

satu teknik yang perlu dilakukan mulai dari sebelum proses produksi berjalan, pada saat

proses produksi, hingga proses produksi berakhir dengan menghasilkan produk akhir.

Pengendalian kualitas dilakukan agar dapat menghasilkan produk berupa barang

atau jasa yang sesuai dengan standar yang diinginkan dan direncanakan, serta

memperbaiki kualitas produk yang belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan

dan sebisa mungkin mempertahankan kualitas yang sesuai.

Menurut Assauri (2013), pengendalian dan pengawasan adalah : Kegiatan yang

dilakukan untuk menjamin agar kepastian produksi dan operasi yang dilaksanakan

sesuai dengan apa yang direncanakan dan apabila terjadi penyimpangan, maka

penyimpangan tersebut dapat dikoreksi sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai”.

Sedangkan menurut Gasperz (2011), pengendalian adalah “Kegiatan yang

dilakukan untuk memantau aktivitas dan memastikan kinerja sebenarnya yang

dilakukan telah sesuai dengan yang direncanakan”. Selanjutnya, pengertian

pengendalian kualitas dalam arti menyeluruh adalah sebagai berikut: Pengertian

pengendalian kualitas. Menurut Assauri (2013) adalah “Pengawasan mutu merupakan

usaha untuk mempertahankan mutu/kualitas barang yang dihasilkan, agar sesuai dengan

spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan

perusahaan”.

Adapun tujuan dari pengendalian kualitas menurut Assauri (2013) adalah:

a. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar kualitas yang telah ditetapkan.

b. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.

c. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan menggunakan

kualitas produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.


19

d. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.

Tujuan utama pengendalian kualitas adalah untuk mendapatkan jaminan bahwa

kualitas produk atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas yang telah

ditetapkan dengan mengeluarkan biaya yang ekonomis atau serendah mungkin.

Berdasarkan beberapa literature lain menyebutkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pengendalian kualitas yang dilakukan perusahaan adalah:

a. Kemampuan Proses, batas-batas yang ingin dicapai haruslah disesuaikan dengan

kemampuan proyek yang ada. Tidak ada gunanya mengendalikan suatu proses

dalam batas-batas yang melebihi kemampuan atau kesanggupan proses yang ada.

b. Spesifikasi yang berlaku, spesifikasi hasil produksi yang ingin dicapai harus dapat

berlaku, bila ditinjau dari segi kemampuan proses dan keinginan atau kebutuhan

konsumen yang ingin dicapai dari hasil produksi tersebut. Dalam hal ini haruslah

dapat dipastikan dahulu apakah spesifikasi tersebut dapat berlaku dari kedua segi

yang telah disebutkan diatas sebelum pengendalian kualitas pada poses dapat

dimulai.

c. Tindak ketidaksesuaian yang dapat diterima, tujuan dilakukannya pengendalian

suatu proses adalah dapat mengurangi produk yang berada dibawah standar

seminimal mungkin tingkat pengendalian yang diberlakukan tergantung pada

banyaknya produk yang berada dibawah standar yang dapat diterima.

d. Biaya kualitas, biaya kualitas sangat mempengaruhi tingkat pengendalian kualitas

dalam menghasilkan produk dimana biaya kualitas mempengaruhi hubungan yang

positif terciptanya produk yang berkualitas.


20

Berdasarkan perspektif kualitas menurut David Gardin yang dikutip oleh Yamit

(2010), mengembangkan dimensi kualitas kedalam delapan dimensi yang dapat

digunakan sebagai dasar perencanaan strategi terutama bagi perusahaan atau

manufaktur yang menghasilkan barang. Kedelapan dimensi tersebut adalah sebagai

berikut :

a. Performance (kinerja) yaitu karakteristik pokok dari produk inti.

b. Features yaitu karakteristik pelengkap atau tambahan.

c. Reability (kehandalan) yaitu kemungkinan tingkat kegagalan pemakaian.

d. Conformance (kesesuaian) yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi

memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

e. Durability (daya tahan) yaitu berapa lama produk dapat terus digunakan.

f. Serviceability yaitu meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, kemudahan

dalam pemeliharaan dan penggunaan keluhan yang memuaskan.

g. Estetika yaitu menyangkut corak, rasa, dan daya tarik produk.

h. Perceived yaitu menyangkut citra dan reputasi produk serta tanggung jawab

perusahaan terhadapnya.

2.2.2. Faktor-faktor dan Klasifikasi Kualitas Produk

Menurut Assauri (2013), ada empat faktor kualitas pada suatu produk, yaitu:

a. Fungsi suatu

Fungsi suatu barang yang dihasilkan harus memperhatikan fungsi tujuannya yaitu

untuk apa barang tersebut digunakan.

b. Wujud
21

Para konsumen selalu memperhatikan pertama kalinya ialah kualitas pada produk

tersebut yaitu wujud luar dari produk tersebut. Wujud luar suatu produk tersebut

tidak hanya dilihat dari bentuk tetapi juga warna, pembungkusan, dll.

c. Biaya barang

Biaya atau harga dari suatu produk akan dapat menentukan kualitas dari barang

tersebut. Hal ini terlihat bahwa barang-barang yang mempunyai barang mahal dapat

menunjukkan bahwa kualitas barang tersebut lebih baik (Assauri, 2013).

Kotler (2010), menjelaskan bahwa klasifikasi produk dapat dibagi menjadi

beberapa kelompok, yaitu:

a. Pada wujudnya

Produk pada wujudnya dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok utama, yaitu :

1) Barang, barang adalah produk yang berbentuk fisik, sehingga dapat disentuh,

dipegang, dilihat, dirasa, diraba, dipindahkan.

2) Jasa, jasa adalah aktivitas. Manfaat yang diperoleh dan penawaran penjualan

yang bertujuan untuk memenuhi kepuasan para konsumennya.

b. Berdasarkan daya tahan

Produk berdasarkan daya tahan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1) Barang tidak tahan lama. Barang tidak tahan lama adalah barang yang

wujudnya akan habis jika dikonsumsi beberapa kali pemakaian dalam kondisi

kurang dari satu tahun.

2) Barang tahan lama. Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang

biasanya bisa bertahan lama dengan banyak pemakaian (umur ekonomisnya

untuk pemakaian normal adalah satu tahun lebih), Kotler, 2010.


22

2.2.3. Dimensi Kualitas Produk

Jika sebuah perusahaan ingin mempertahankan keunggulan kompetisinya dalam

pasar, dimensi kualitas yang sering digunakan oleh pembeli umtuk membedakan produk

yang dijual oleh perusahaan tersebut dengan perusahaan lain harus dimengerti oleh

sebuah perusahaan untuk meningkatkan penjualan produknya. Dimensi kualitas produk

yaitu :

a. Kinerja, karakteristik utama yang dipertimbangkan oleh pembeli dalam membeli

barang tersebut.

b. Daya tahan, artinya ukuran ketahanan usia pada produk sebelum produk diganti

dengan produk baru.

c. Kesesuaian dan spesifikasi, ialah tingkatan dasar pada suatu produk dalam

pemenuhan spesifikasi tersebut dari pembeli atau tidak ditemukannya kecacatan

pada produk tersebut.

d. Fitur, yaitu suatu produk yang dibuat sesempurna mungkin guna meyempurnakan

fungsi produk dan untuk penambahan kepuasan pembeli pada produk tersebut.

e. Reliabilitas, penciptaan produk yang bertujuan untuk memuaskan pembeli pada

waktu tertentu. Semakin sedikit kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan

kerusakan pada suatu produk maka produk tersebut sangat dapat diandalkan untuk

dipasarkan.

f. Estetika, wujud pada produk yang dapat dilihat dari bau, rasa, tampak dan wujud

pada produk tersebut.


23

g. Kesan pada kualitas, adalah hasil pada pengukuran yang dilakukan secara tidak

langsung dikarenakan terdapat kemungkinan-kemungkinan pembeli belum paham

atau kurang mengerti informasi pada produk tersebut (Walker, dkk., 2015).

Dari penjelasan diatas tentang kualitas produk, kualitas produk terdiri dari dua

kalimat yaitu “kualitas” dan “produk”, yaitu dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Kualitas

1). Pengertian Kualitas

Kata “kualitas” memiliki arti yang berbeda dalam situasi yang berbeda.

Pengertian kualitas yaitu karakteristik jasa ataupun produk yang meliputi

teknik, pemasaran, pembuatan dan pemeliharaan, dimana jasa ataupun produk

tersebut jika dipakai akan sesuai dengan harapan dan kebutuhan dari

pelanggan. Begitu pula Kotler (2010) menerangkan bahwa kualitas adalah

suatu yang unik untuk orang yang berbeda tergantung pada tempat dan waktu

tertentu. Namun pada ISO 8402 dan SNI (Standar Nasional Indoneisa),

pengertian kualitas juga dapat didefinisikan sebagai keseluruhan ciri dan

karakteristik produk atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan

kebutuhan, baik yang dinyatakan secara tegas maupun tersamar (Ariani, 2014).

2). Perspektif Pada Kualitas

Penjeasan Garvin (dalam Tjiptono dan Diana, 2013) mengenai lima alternative

perspektif kualitas yang biasanya dipakai, ialah :

a) Transcendental Approach

Pada penjelasan ini bahwa perusahaan memasarkan produk-prduknya

dengan menjelaskan secara lebih detail mengenai tempat berbelanja yang


24

menyenangkan lainnya. Dengan demikian produksi dan pelayanan suatu

perusahaan sulit sekali menggunakan definisi seperti ini sebagai dasar

manajemen kualitas.

b) User-based Approach

Pendekatan ini menjelaskan bahwa kualitas tergantung pada orang yang

memandangnya, dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang

merupakan produk yang berkualitas paling tinggi.

c) Manufacturing-based Approach

Perspektif ini memperhatikan praktik-praktik perekayasaan dan

pemanufakturan, serta mendefinisikan kualitas sebagai sama dengan

persyaratannya dan pendekatan ini juga berfokus pada spesifikasi yang

dikembangkan secara internal, yang seringkali didorong oleh tujuan

peningkatan produktivitas dan penekanan biaya.

d) Value-based Approach

Pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Maka produk

yang memiliki kualitas baik belum tentu produk tersebut adalah produk

yang paling bernilai namun produk yang memiliki nilai yaitu produk yang

tepat dibeli.

Adapun pandangan yang berbeda tentang kualitas seperti dijelaskan diatas

terdapat manfaat dan menyelesaikan konfil-konflik yang mungkin muncul pada

manajer dalam departemen fungsional.

b. Produk

1). Pengertian Produk


25

Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan

perhatian, dibeli, dipergunakan dan yang dapat memuaskan keinginan atau

kebutuhan konsumen. Menurut Swastha dan Irawan (2013), produk adalah

suatu sifat komples, baik dapat diraba maupun tidak diraba, termasuk bungkus,

warna, harga, prestise perusahaan, pelayanan pengusaha dan pengecer, yang

diterima pembeli untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan. Sedangkan

menurut Tjiptono (2017), produk adalah sesuatu yang ditawarkan produsen

untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar

sebagai pemenuh kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan.

2). Karakteristik Produk

Menurut Kotler dan Armstrong (2011), ada beberapa aspek yang melengkapi

dan menyertai produk (karakteristik atribut produk) adalah :

a) Merek (Brand)

Merek (Brand) adalah istilah untuk mengidentifikasi produk dari suatu

kelompok penjual dan membedakannya dari produk pruasahaan lainnya.

Pemberian merek pada sebuah produk merupakan masalah pokok dalam

strategi produk. Memberikan nama pada merek itu mahal dan memakan

waktu dan dapat membuat produk tersebut berhasil atau tidak. Maka dari

itu merek yang baik akan menambah ketertarikan konsumen dan

mendapatkan keberhasilan yang memuaskan pada suatu penjualan produk.

b) Pengemasan (Packing)

Pengemasan (packing) adalah suatu proses perancangan dan proses

pembungkusan untuk mengemas produk.


26

c) Kualitas Produk (Product Quality)

Kualitas produk (Product Quality) adalah keungguan suatu produk untuk

menjalankan fungsinya seperti kehandalan, daya tahan, ketepatan,

kemudahan operasi dan perbaikan.

Peningkatan kualitas produk peusahaan dapat menerapkan program “Total

Quality Management (TQM)”, program ini selain membantu untuk

mengurangi tingkat kerusakan pada produk juga cara untuk meningkatkan

nilai pelanggan (Kotler, dan Armstrong (2011).

2.2.4. Dimensi Kualitas

Garvin (dalam Tjiotono, 2017) menjelaskan bahwa terdapat delapan dimensi

kualitas yang dikembangkan untuk kerangka analisis dan perencanaan strategis,

terutama perubahan pada produk. Dimensi-dimensi tersebut ialah:

a. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan, yaitu karakteristik pelengkap.

b. Kinerja, yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti.

c. Kesesuaian spesifikasi adalah sejauh mana operasi dan pola desain mengenai

pemenuhan standar yang ditetapkan sebelumnya.

d. Kehandalan, yaitu kecil kemungkinannya jika ada kerusakan produk.

e. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi.

f. Daya tahan, berapa lama produk tersebut dapat digunakan.

g. Kualitas yang dipersepsikan, adalah tanggung jawab perusahaan mengenai reputasi

produk-produknya.

h. Estetika, keunggulan produk terhadap panca indera manusia.


27

Menurut Parasuraman, Berry dan Zeithaml (dalam kotler, 2010) identifikasi

karakteristik yang digunakan oleh para pembeli dalam mengevaluasi kualitas ada lima,

yaitu:

a. Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas perlengkapan, fisik , sarana

komunikasi dan pegawai.

b. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para karyawan untuk membantu

pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap dan tepat.

c. Kehandalan (reliability), yaitu kemampuan dalam pemberian layanan yang

dijanjikan pada konsumen dengan memuaskan dan sesegera mungkin.

d. Jaminan (assurance), mencakup kesopanan, kemampuan dan sifat dapat dipercaya

yang dimiliki para karyawan.

e. Empati, meliputi menjalin komunikasi yang baik dan mampu memahami kebutuhan

para pelanggan.
28

Tabel. 2.2.
Perbandingan Aplikasi Konsep Kualitas Berdasarkan
Pandangan Tradisional dan Modern
Pandangan Tradisional Pandangan Modern
Memandang kualitas sebagai isu teknis Memandang kualitas sebagai isu bisnis
Usaha perbaikan kualitas dikoordinasikan Usaha perbaikan kualitas diarahkan oleh
oleh manajer kualitas manajemen puncak
Produktivitas dan kualitas pada fungsi atau Produktivitas dan kualitas merupakan
departemen produksi sasaran yang bersesuaian, karena hasil-
hasil produktivitas dicapai melalui
peningkatan atau perbaikan kualitas
Kualitas didefinisikan sebagai non Kualitas secara tepat didefinisikan
formansi (nonformance) terhadap sebagai pernyataan untuk memuaskan
pesifikasi atau standar. Membandingkan kebutuhan pengguna produk atau
produk dengan spesifikasi pelanggan. Membandingkan produk
terhadap kompetisi dan terhadap produk
terbaik di pasar
Kualitas diukur melalui derajat non Kualitas diukur melalui perbaikan
konformasi (nonconformance), proses/produk dan kepuasan pengguna
menggunakan ukuran-ukuran kualitas produk atau pelanggan secara terus
internal menerus, dengan menggunakan ukuran-
ukuran kualitas berdasarkan pelanggan
Kualitas dicapai melalui inspeksi secara Kualitas ditentukan melalui desain
intensif terhadap produk produk dan dicapai melalui teknik
pengendalin yang efektif
Sumber : Wahyuni, dkk., 2015.

2.2.5. Rancangan Produk dan Klasifikasi Produk

Perancangan pada suatu produk adalah kunci keberhasilan suatu perusahaan,

dapat diketahui mengubah rancangan diakibatkan peningkatan pada sisi penjualan dan

seberapa banyak biaya perubahan rancangan produk. Oleh karenanya perancangan

produk mempengaruhi pada penjualan yang bergantung pada lima hal :

a. Preferensi. Pada proses pemasaran, tidak boleh adanya pengacuhan mengenai

adanya prefensi yang ada di seluruh dunia.

b. Biaya. Pada saat perancangan produk tentu saja akan ada pertimbangan tentang

faktor biaya yang akan dikeluarkan.


29

c. Hukum dan Peraturan. Hukum dan peraturan sangat penting diperhatikan karena

sangat mempengaruhi rancangan produk dalam pemasaran internasional.

d. Hambatan nontarif, adanya peraturan yang memang berguna untuk membatasi

menghapus persaingan luar negeri.

e. Kesesuaian. Produk tersebut harus ada pada lingkungan yang tepat (Tjiptono,

2017).

Produk adalah sebuah penciptaan yang dihasilkan oleh perusahaan, mulai dari

mendesain, operasi dan mengadakan sistem produksi, sistem distribusi, menciptakan

program pemasaran, iklan, mengarahkan tenaga penjual untuk menjual produk tersebut.

Kotler dan Armstrong (2011), berpendapat bahwa perencanaan penawaran suatu produk

serang pemasar harus mengetahui tentang lima tingkat produk, yaitu :

a. Produk Utama, suatu produk yang memiliki manfaat pada saat dan akan dikonsunsi

oleh para pembeli.

b. Produk Generik, produk yang mampu memenuhi fungsi pokok yang paling dasar.

c. Produk Harapan, produk yang memiliki kelebihan dan keunggulan yang menarik

dan dilengkapi dengan atribut yang baik pula sehingga produk tersebut sangat

diharapkan untuk dimiliki oleh pembeli tersebut.

d. Produk Pelengkap, produk yang memang diberikan keunggulan-keunggulan

tertentu sehingga memberikan manfaat dan layanan yang baik kepada pembeli,

sehingga keunggulan pada produk tersebut akan sangat memuaskan jika dimiliki.

e. Produk Potensial, produk yang memang diberi kelengkapan tambahan atau akan

dirubah dengan tujuan pengembangan produk pada masa yang akan datang.
30

2.2.6. Alat Bantu Statistik Pengendalian Kualitas

Pengendalian kualitas secara statistik dapat dilakukan dengan menggunakan

diantaranya :

a. SQC (Statistical Quality Control).

Statistical Quality Control merupakan sebuah teknik statistik yang digunakan

secara luas untuk memastikan bahwa proses memenuhi standard, yang merupakan

sebuah proses yang digunakan untuk mengawasi standar, membuat pengukuran dan

mengambil tindakan perbaikan selagi sebuah produk atau jasa sedang diproduksi.

Analisis mempunyai 7 (tujuh) alat statistik utama yang dapat digunakan sebagai

alat bantu untuk mengendalikan kualitas sebagaimana disebutkan juga oleh Heizer dan

Render (2006:263-268), seperti :

a. Diagram Alir (Flow Chart)

b. Lembar Pengecekan (Check Sheet)

c. Peta Kendali P (Control chart),

d. Diagram sebab akibat,

e. Diagram Pareto,

f. Histogram

g. Diagram Sebar (Scatter Diagram).

Adapun maksud dan tujuan penggunaan seven tools adalah sebagai berikut :

a. Mengetahui masalah.

b. Mempersempit ruang lingkup masalah.

c. Mencari faktor yang diperkirakan merupakan penyebab.

d. Memastikan faktor yang diperkirakan menjadi penyebab.


31

e. Mencegah kesalahan akibat kurang hati-hati.

f. Melihat akibat perbaikan.

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa penggunaan seven tools dapat membuat proses

penyelesaian masalah menjadi lebih cepat.

Gambar. 2.2.
Alat Analisis Statistik
32

2.2.6.1. Lembar Pemeriksaan (Check Sheet)

Check Sheet atau lembar pemeriksaan merupakan alat pengumpul dan

penganalisis data yang disajikan dalam bentuk tabel yang berisi data jumlah barang

yang diproduksi dan jenis ketidaksesuaian beserta dengan jumlah yang dihasilkannya.

Tujuannya mempermudah proses pengumpulan data dan analisis, serta untuk

mengetahui area permasalahan berdasarkan frekuensi dari jenis atau penyebab dan

mengambil keputusan untuk melakukan perbaikan atau tidak.

Pelaksanaannya dilakukan dengan cara mencatat frekuensi munculnya

karakteristik suatu produk yang berkenaan dengan kualitasnya. Data tersebut digunakan

sebagai dasar untuk mengadakan analisis masalah kualitas. Check Sheet adalah suatu

formulir dimana item-item yang akan diperiksa telah dicetak dalam formulir dengan

maksud agar data dapat dikumpulkan secara mudah dan ringkas (Montgomery,

2009:199). Tujuan pembuatan untuk dianalisa secara cepat dan mudah.

Gambar 2.3.
Check Sheet

Sumber : Besterfield (2009).

2.2.6.2. Diagram Sebar (Scatter Diagram)

Scatter diagram disebut juga peta korelasi adalah grafik yang menampilkan

hubungan antara dua variabel apakah hubungan tersebut kuat atau tidak yaitu antara
33

faktor proses yang mempengaruhi proses dengan kualitas produk. Pada dasarnya adalah

suatu alat interpretasi data yang digunakan untuk menguji bagaimana kuatnya hubungan

antara dua variabel, apakah positif, negatif, atau tidak ada hubungan. Dua variabel yang

ditunjukkan dalam diagram sebar dapat berupa karakteristik kuat dan faktor yang

mempengaruhinya.

Langkah-langkahnya, data dikumpulkan dalam bentuk pasangan titik (x,y). Dari

titik tersebut dapat diketahui antara variabel x dan variabel y, apakah terjadi hubungan

positif atau negatif (Besterfield, 2009:88).

Pada dasarnya diagram sebar (Scatter Diagram) merupakan suatu alat interpretasi data

yang digunakan untuk:

a. Menguji bagaimana kuatnya hubungan antara dua variabel.

b. Menentukan jenis penjualan dari dua variabel itu, apakah positif, negatif, atau tidak

ada hubungan.( http://ihsanismailtea.wordpress.com/artikel)

Langkah-langkah dalam pembuatan diagram sebar antara lain, yaitu

(Wignjosoebroto, 2006:276):

a. Kumpulkan 20 sampai 100 pasang sampel data yang hubungannya akan kita teliti

dan masukkan dalam tabel.

b. Gambarkan dua buah sumbu secara vertikal (sumbu y) dan horizontal (sumbu x)

beserta skala dan keterangan. Sumbu y dan sumbu x sebaiknya sama panjangnya

agar diagram mudah dibaca.

c. Gambarkan titik koordinat data tersebut.

Dari penyebaran titik-titik (scatter) dapat dianalisis apakah ada hubungan dari kedua

variabel.
34

Cara membaca atau menganalisa diagram tebar akan cenderung mengikuti 5

model dibawah ini:

a. Korelasi positif

Nilai y akan naik apabila nilai x juga naik. Apabila nilai x terkendali maka nilai y

juga akan terkendali.

b. Adanya gejala korelasi positif

Bila x naik maka y cenderung naik, tetapi dapat pula disebabkan oleh faktor selain

x.

c. Tidak terlihat adanya korelasi

d. Ada gejala korelasi negatif

Naiknya x akan menyebabkan kecenderungan turunnya y.

5. Korelasi negatif

Naiknya x akan menyebabkan menurunnya y, sehingga apabila x dapat dikontrol,

maka y juga akan terkontrol.

Gambar 2.4.
Diagram Sebar

Sumber : Besterfield (2009).


35

2.2.6.3. Diagram Sebab-akibat (Cause and Effect Diagram)

Diagram ini disebut juga diagram tulang ikan (fishbone chart) dan berguna

untuk memperlihatkan faktor-faktor utama yang berpengaruh pada kualitas dan

mempunyai akibat pada masalah yang kita pelajari. Selain itu kita juga dapat melihat

faktor-faktor yang lebih terperinci yang berpengaruh dan mempunyai akibat pada faktor

utama tersebut yang dapat kita lihat dari panah-panah yang berbentuk tulang ikan pada

diagram fishbone tersebut.

Diagram sebab-akibat adalah suatu diagram yang menggambarkan garis dan

simbol-simbol yang menunjukan hubungan antara penyebab dan akibat suatu masalah,

untuk selanjutnya diambil tindakan perbaikan atas masalah tersebut (Besterfield,

2009:81). Diagram sebab akibat ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1950 oleh

seorang pakar kualitas dari Jepang yaitu Dr. Kaoru Ishikawa yang menggunakan uraian

grafis dari unsur-unsur proses untuk menganalisa sumber-sumber potensial dari

penyimpangan proses. Berkaitan dengan pengendalian proses statistikal, diagram sebab-

akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan

karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu.

Diagram sebab akibat akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu

efek atau masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui sesi brainstorming.

Masalah akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup manusia,

material, mesin, prosedur, kebijakan, dan sebagainya. Setiap kategori mempunyai

sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming.


36

Langkah menerapkan diagram cause and effect (Montgomery, 2009:203) :

a. Menyiapkan sesi sebab-akibat.

b. Mengidentifikasi akibat.

c. Mengidentifikasi berbagai kategori.

d. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran.

e. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama.

f. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin.

Langkah-langkah dalam membuat diagram sebab akibat adalah sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi masalah utama.

b. Menempatkan masalah utama tersebut disebelah kanan diagram.

c. Mengidentifikasi penyebab minor dan meletakannya pada diagram utama.

d. Mengidentifikasi penyebab minor dan meletakannya pada penyebab mayor.

e. Diagram telah selesai, kemudian dilakukan evaluasi untuk menentukan penyebab

sesungguhnya.

Langkah-langkah dalam membuat diagram sebab-akibat (Montgomery, 2009:203):

a. Definisikan masalah yang terjadi pada perusahaan.

b. Gambarlah sebuah garis horizontal dengan suatu tanda panah pada ujung sebelah

kanan dan kotak di depannya. Akibat atau masalah yang ingin dianalisis

ditempatkan dalam kotak.

c. Tulislah penyebab utama (manusia, bahan baku, mesin, lingkungan kerja dan

metode) dalam kotak yang ditempatkan sejajar dan agak jauh dari garis panah

utama. Hubungan kotak tersebut dengan garis panah yang miring ke arah garis
37

panah utama. Kadang mungkin diperlukan untuk menambahkan lebih dari empat

macam penyebab utama.

d. Tulislah penyebab kecil pada diagram tersebut di sekitar penyebab utama, yang

penyebab kecil tersebut mempunyai pengaruh terhadap penyebab utama. Hubungan

penyebab kecil tersebut dengan sebuah garis panah dari penyebab utama yang

bersangkutan.

Gambar 2.5.
Struktur Diagram Sebab-Akibat

Sumber: Besterfield(2009)

Gambar di atas menunjukkan bahwa dengan menggunakan diagram sebab akibat

maka dapat diketahui penyebab penyebab terjadinya kecacatan atau kerusakan pada

produk secara lebih jelas, jadi suatu perusahaan mikro ataupun makro bisa menganalisa

lebih dalam mengenai kecacatan yang terjadi serta memperbaiki faktor-faktor yang

menyebabkan kecacatan tersebut.

2.2.6.4. Diagram Pareto (Pareto Analysis)

Diagram pareto pertama kali diperkenalkan oleh Alfredo Pareto dan digunakan

pertama kali oleh Joseph Juran. Diagram pareto adalah grafik balok dan grafik baris

yang menggambarkan perbandingan masing-masing jenis data terhadap keseluruhan.


38

Dengan memakai diagram Pareto, dapat terlihat masalah mana yang dominan sehingga

dapat mengetahui prioritas penyelesaian masalah. Fungsi diagram pareto adalah untuk

mengidentifikasi atau menyeleksi masalah utama untuk peningkatan kualitas dari yang

paling besar ke yang paling kecil.

Diagram pareto adalah grafik yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan

banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak terjadi ditunjukkan oleh grafik batang

pertama yang tertinggi serta ditempatkan pada sisi paling kiri dan seterusnya sampai

masalah yang paling sedikit terjadi ditunjukan oleh grafik batang terakhir yang terendah

serta ditempatkan pada sisi paling kanan.

Diagram pareto ini merupakan suatu gambaran yang mengurutkan klasifikasi

data dari kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. Ini dapat

membantu menemukan permasalah yang paling penting untuk segera diselesaikan

(ranking tertinggi) sampai dengan masalah yang tidak harus segera diselesaikan

(ranking terendah), diagram pareto juga dapat mengidentifikasikan masalah yang paling

penting yang mempengaruhi usaha perbaikan kualitas (Besterfield, 2009:78).

Kegunaan diagram pareto adalah :

a. Menunjukkan masalah utama.

b. Menyatakan perbandingan masing-masing persoalan terhadap keseluruhan.

c. Menunjukkan tingkat perbaikan setelah tindakan perbaikan pada daerah yang

terbatas.

d. Menunjukkan perbandingan masing-masing persoalan sebelum dan setelah

perbaikan.
39

Diagram Pareto digunakan untuk mengidentifikasikan beberapa permasalahan

yang penting, untuk mencari cacat yang terbesar dan yang paling berpengaruh,

kemudian dapat digunakan untuk membuat diagram sebab akibat.

Diagram pareto adalah kombinasi dua macam bentuk grafik yaitu grafik kolom

dan grafik garis, berguna untuk:

a. Menunjukkan pokok masalah.

b. Menyatakan perbandingan masing-masing masalah terhadap keseluruhan.

c. Menunjukkan perbandingan masalah sebelum dan sesudah perbaikan.

Untuk membuat diagram pareto, langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai

berikut (Besterfield, 2009:80):

a. Pengklasifikasian data menurut pelaksanaan pekerjaan.

b. Tentukan periode waktu yang diperlukan untuk mempelajari dan buat lembar isian

(Check Sheet) yang mencakup periode waktu dari semua klasifikasi data yang

mungkin, kemudian kumpulkan datanya.

c. Untuk tiap kelompok hitunglah data untuk seluruh periode waktu dan catatlah

jumlah totalnya.

d. Gambarlah sumbu horizontal dan vertikal pada kertas grafik. Bagilah sumbu

horizontal ke dalam bagian yang sama, satu bagian untuk tiap kelompok. Skala

sumbu vertikal dibuat sedemikian rupa sehingga titik puncak sumbu vertikal

tersebut menggambarkan suatu jumlah yang sama dengan jumlah total dari semua

kelompok.

e. Gambar data ke dalam bentuk kolom. Mulailah dari sisi sebelah kiri dari grafik

tersebut dengan kelompok yang semakin kecil. Bilamana ada kelompok yang
40

disebut “lain-lain” gambarkanlah kelompok itu pada bagian yang paling akhir

setelah kelompok yang paling kecil.

f. Gambarlah garis kumulatif. Mulailah dengan menggambar garis diagonal

memotong kolom yang pertama, dengan dimulai dari dasar pada sudut kiri (titik

nol). Dari bagian atas sudut kanan pada kolom pertama, lanjutkan garis ini ke arah

yang baru dengan menggerakkannya ke arah kanan yang jaraknya sama tinggi

kolom kedua, dari titik tersebut tariklah garis lurus untuk ruas berikutnya, teruskan

ke arah kanan dengan jarak yang sama dengan lebar kolom dan menuju ke atas

dengan jarak yang sama dengan tingginya kolom ketiga. Ulangi terus sampai ujung

sudut kanan paling atas dari grafik tercapai. Tingginya garis kumulatif pada titik ini

menggambarkan jumlah data yang telah dikumpulkan.

g. Buat sumbu vertikal yang lain disebelah kanan grafik dan buat skala dari 0 sampai

100%. Akhir dari garis kumulatif adalah pada titik yang bertuliskan 100%.

h. Tambahkan keterangan pada diagram pareto tersebut. Jelaskan siapa yang telah

mengumpulkan data tersebut, kapan dan di mana, serta tambahan informasi apa

saja yang penting untuk mengidentifikasi data.

Diagram pareto dibuat untuk menemukan penyebab atau masalah yang

merupakan kunci dalam penyesuaian masalah dan perbandingan terhadap keseluruhan.

Langkah-langkah menyusun diagram pareto :

a. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya berdasarkan

masalah, penyebab jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya

b. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik-

karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit, dan sebagainya


41

c. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.

d. Merangkum data dan membuat ranking kategori data tersebut dari yang terbesar

hingga yang terkecil.

e. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang digunakan.

f. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif masing-

masing masalah. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk mendapat

perhatian.

Gambar 2.6.
Diagram Pareto (Pareto Diagram)
20 120.00%

1.00 100.00%
15
82.35% 80.00%

10 60.78% 60.00% Series1

40.00% Series2
5 35.29%
20.00%

0 0.00%
Sampul Lem Potong li[atan

Sumber : Heizer And Render (2009)

2.2.6.5. Diagram Alir/Diagram Proses (Process Flow Chart )

Diagram Alir secara grafis menyajikan sebuah proses atau sistem dengan

menggunakan kotak dan garis yang saling berhubungan. Diagram ini cukup sederhana,

tetapi merupakan alat yang sangat baik untuk mencoba memahami sebuah proses atau

menjelaskan langkah-langkah sebuah proses. Diagram alir dilakukan untuk

mengidentifikasi urutan aktivitas atau aliran berbagai bahan baku dan informasi didalam

suatu proses. Diagram alir dapat membantu orang-orang yang terlibat dalam proses
42

tersebut untuk memahaminya secara lebih baik dan lebih objektif dengan cara

memberikan gambaran mengenai langkah-langkah yang dibutuhkan untuk

mengindikasikan bahwa perusahaan dapat menunjukkan kinerja yang baik dari proses

yang dilakukan (Evans & Lindsay, 2007:179).

Diagram Alir dipergunakan sebagai alat analisis untuk:

a. Mengumpulkan data mengimplementasikan data juga merupakan ringkasan visual

dari data itu sehingga memudahkan dalam pemahaman.

b. Menunjukkan output dari suatu proses.

c. Menunjukkan apa yang sedang terjadi dalam situasi tertentu sepanjang waktu.

d. Menunjukkan kecenderungan dari data sepanjang waktu.e

5. Membandingkan dari data periode yang satu dengan periode lain, juga memeriksa

perubahan-perubahan yang terjadi.

Gambar. 2.7.
Diagram Alir

Sumber : Heizer And Render (2009)

2.2.6.6. Histogram

Histogram adalah suatu alat yang membantu untuk menentukan variasi dalam

proses. Berbentuk diagram batang yang menunjukkan tabulasi dari data yang diatur

berdasarkan ukurannya. Tabulasi data ini umumnya dikenal sebagai distribusi frekuensi.

Histogram menunjukkan karakteristik-karakteristik dari data yang dibagi-bagi menjadi


43

kelas-kelas. Histogram dapat berbentuk “normal” atau berbentuk seperti lonceng yang

menunjukkan bahwa banyak data yang terdapat pada nilai rata-ratanya. Bentuk

histogram yang miring atau tidak simetris menunjukkan bahwa banyak data yang tidak

berada pada nilai rata-ratanya tetap kebanyakan datanya berada pada batas atas atau

bawah.

Histogram merupakan salah satu alat yang membantu untuk menemukan variasi.

Histogram menunjukkan cakupan nilai sebuah perhitungan dan frekuensi dari setiap

nilai yang muncul. Histogram dapat dipergunakan sebagai suatu alat untuk

mengkomunikasikan informasi tentang variasi dalam proses dan membantu manajemen

dalam membuat keputusan-keputusan yang berfokus pada usaha perbaikan yang

dilakukan secara kontinu atau terus-menerus (Heizer dan Render, 2009:322).

Histogram adalah alat seperti diagram batang (bars graph) yang digunakan

untuk menunjukkan distribusi frekuensi. Sebuah distribusi frekuensi menunjukkan

seberapa sering setiap nilai yang berbeda dalam satu set data terjadi. Data dalam

histogram dibagi-bagi ke dalam kelas - kelas, nilai pengamatan dari tiap kelas

ditunjukkan pada sumbu X.

Langkah menyusun histogram (Besterfield, 2009) :

a. Menentukan batas-batas observasi, misalnya perbedaan antara nilai terbesar dan

terkecil.

b. Memilih kelas-kelas atau sel-sel. biasanya, dalam menentukan banyaknya kelas,

apabila n menunjukkan banyaknya data, maka banyaknya kelas ditunjukkan dengan

√n.
44

c. Menentukan lebar kelas-kelas tersebut. Biasanya, semua kelas mempunyai lebar

yang sama. Lebar kelas ditentukan dengan membagi range dengan banyaknya

kelas.

d. Menentukan batas-batas kelas. Tentukan banyaknya observasi pada masing-masing

kelas dan yakinkan bahwa kelas-kelas tersebut tidak saling tumpang tindih.

e. Menggambar frekuensi histogram dan menyusun diagram batangnya.

Untuk memudahkan analisis, kelompokan terlebih dahulu data yang sekelas,

biasanya dilihat secara kelompok dan kelompok-kelompok dari data tersebut akan

bertebaran mulai dari kelas rendah sampai yang tinggi, namun apabila data yang ada

bersifat kualitatif, pengelompokannya dapat dilakukan secara bebas seperti terlihat pada

contoh histogram sederhana di bawah ini (Besterfield, 2009:89).

Gambar 2.8.
Histogram
50
40
30
20 Series1
10
0
1 2 3 4 5

Sumber : Besterfield (2009).

2.2.6.7. Peta Kendali (Control Chart )

Peta kendali adalah suatu alat yang secara grafis digunakan untuk memonitor

dan mengevaluasi apakah suatu aktivitas/proses berada dalam pengendalian kualitas

secara statistika atau tidak sehingga dapat memecahkan masalah dan menghasilkan
45

perbaikan kualitas. Peta kendali menunjukkan adanya perubahan data dari waktu ke

waktu, tetapi tidak menunjukkan penyebab penyimpangan meskipun penyimpangan itu

akan terlihat pada peta kendali.

Peta kendali merupakan sebuah alat grafik yang digunakan untuk melakukan

pengawasan dari sebuah proses yang sedang berjalan. Nilai dari karakteristik kualitas

diplot sepanjang garis vertikal, dan garis horizontal mewakili sampel atau subgrup

(berdasarkan waktu) dimana karakteristik dari kualitas ditemukan (Besterfield,

2009:89).

Control chart atau peta kendali adalah peta yang digunakan untuk mempelajari

bagaimana proses perubahan dari waktu ke waktu (Besterfield, 2009:89). Data di-plot

dalam urutan waktu. Control chart selalu terdiri dari tiga garis horizontal. Peta kendali

digunakan untuk membantu mendeteksi adanya penyimpangan dengan cara menetapkan

batas-batas kendali:

a. Upper control limit atau batas kendali atas (UCL)

Merupakan garis batas atas untuk suatu penyimpangan yang masih diijinkan. Upper

control limit (UCL), garis di atas garis pusat yang menunjukkan batas kendali atas.

b. Central line atau garis pusat atau tengah (CL)

Merupakan garis yang melambangkan tidak adanya penyimpangan dari

karakteristik sampel. Garis pusat (center line), garis yang menunjukkan nilai tengah

(mean) atau nilai rata-rata dari karakteristik kualitas yang di-plot-kan pada peta

kendali.

c. Lower control limit atau batas kendali bawah (LCL)


46

Merupakan garis batas bawah untuk suatu penyimpangan dari karakteristik sampel.

Lower control limit (LCL), garis di bawah garis pusat yang menunjukkan batas

kendali bawah.

Garis-garis tersebut ditentukan dari data historis, terkadang besarnya UCL dan

LCL ditentukan oleh confidence interval dari kurva normal. Menggunakan control

chart, kita dapat menarik kesimpulan tentang apakah variasi proses konsisten (dalam

batas kendali) atau tidak dapat diprediksi (di luar batas kendali karena dipengaruhi oleh

special cause of variation).

Gambar 2.9.
Control Chart

UCL
CL

LCL

Sumber : Besterfield (2009).

Suatu proses dapat dikatakan terkendali (process control) apabila pola-pola

alami dari nilai-nilai variasi yang diplot pada peta kendali memiliki pola:

a. Terdapat 2 atau 3 titik yang dekat dengan garis pusat.

b. Sedikit titik-titik yang dekat dengan batas kendali.

c. Titik-titik terletak bolak-balik di antara garis pusat.

d. Jumlah titik-titik pada kedua sisi dari garis pusat seimbang.

e. Tidak ada yang melewati batas-batas kendali.


47

Beberapa titik pada peta kendali yang membentuk grafik, memiliki berbagai

macam bentuk yang dapat memberitahukan kapan proses dalam keadaan tidak

terkendali dan perlu dilakukan perbaikan. Perlu diperhatikan, bahwa adanya

kemungkinan titik-titik tersebut dapat menjadi penyebab terjadinya penyimpangan pada

proses berikutnya.

a. Deret. Apabila terdapat 7 titik berturut-turut pada peta kendali yang selalu berada di

atas atau di bawah garis tengah secara berurutan.

b. Kecenderungan. Bila dari 7 titik berturut-turut cenderung menuju ke atas atau ke

bawah garis tengah atau membentuk sekumpulan titik yang membentuk garis yang

naik atau turun.

c. Perulangan. Dari sekumpulan titik terdapat titik yang menunjukkan pola yang

hampir sama dalam selang waktu yang sama.

d. Terjepit dalam batas kendali. Apabila dari sekelompok titik terdapat beberapa titik

pada peta kendali cenderung selalu jatuh dekat garis tengah atau batas kendali atas

maupun bawah (CL/Central Line, UCL/Upper Control Limit, LCL/Lower Control

Limit).

e. Pelompatan. Apabila beberapa titik yang jatuh dekat batas kendali tertentu secara

tiba-tiba titik selanjutnya jatuh di dekat batas kendali yang lain.


48

Gambar 2.10.
Bentuk-bentuk penyimpangan

Sumber : Heizer and Render, 2006.

Salah satu pola teknik untuk mengetahui pola yang tidak umum adalah dengan

membagi peta kendali ke dalam enam bagian yang sama dengan garis khayalan. Tiga

bagian di antara garis tengah dan batas kendali atas sedangkan tiga bagian lagi di antara

garis tengah dengan batas kendali bawah.

Pola normal dari variasi tersebut akan terjadi apabila:

a. Kira-kira 34% dari titik-titik jatuh berada di antara kedua garis khayalan yang

pertama, yang dihitung mulai dari garis tengah sampai dengan batas garis khayalan

kedua.

b. Kira-kira 13,5% dari titik-titik jatuh berada di antara kedua garis khayalan kedua.

c. Kira-kira 2,5% dari titik-titik jatuh di antara kedua garis khayalan ketiga.

Untuk pengendalikan kualitas produk selama proses produksi, maka digunakan

peta kendali yang secara garis besar di bagi menjadi 2 jenis:


49

a. Peta Kendali Variabel

Peta kendali variabel digunakan untuk mengendalikan kualitas produk selama

proses produksi yang bersifat variabel dan dapat diukur. Seperti: berat, ketebalan,

panjang volume, diameter. Peta kendali variabel biasanya digunakan untuk

pengendalian proses yang didominasi oleh mesin.

Peta kendali variabel dibagi menjadi 2 :

b. Peta Kendali Atribut

Peta kendali atribut digunakan untuk mengendalikan kualitas produk selama proses

produksi yang tidak dapat diukur tetapi dapat dihitung sehingga kualitas produk

dapat dibedakan dalam karakteristik baik atau buruk, berhasil atau gagal.

Peta kendali atribut dibagi menjadi 4 :

 Peta kendali kerusakan (p chart)

Digunakan untuk menganalisis banyaknya barang yang ditolak yang ditemukan

dalam pemeriksaan atau sederetan pemeriksaan terhadap total barang yang

diperiksa.

 Peta kendali kerusakan per unit (np chart)

Digunakan untuk menganalisis banyaknya butir yang ditolak per unit.

 Peta kendali ketidaksesuaian (c chart)

Digunakan untuk menganalisis dengan cara menghitung jumlah produk yang

mengalami ketidaksesuaian dengan cara spesifikasi.

 Peta kendali ketidaksesuaian per unit (u chart)

Digunakan untuk menganalisa dengan cara menghitung jumlah produk yang

mengalami ketidaksesuaian per unit.


50

Peta kendali untuk jenis atribut ini memilik perbedaan dalam penggunaannya.

Perbedaan tersebut adalah peta kendali p dan np digunakan untuk menganalisis

produk yang mengalami kerusakan dan tidak dapat diperbaiki lagi, sedangkan peta

kendali c dan u digunakan untuk menganalisis produk yang mengalami cacat atau

ketidaksesuaian dan masih dapat diperbaiki.

a. Menghitung persentase kerusakan

𝑛𝑝
𝑃=
𝑛
Sumber :Besterfield(2009)

Keterangan :
np : Jumlah gagal dalam sub grup
n : jumlah yang diperiksa dalam sub grup

b. Menghitung garis pusat atau Central Line (CL)


_
Garis pusat ini merupakan rata-rata kerusakan produk ( p )

𝛴𝑛𝑝
𝐶𝐿 = ṕ =
𝛴𝑝
Sumber : Besterfield (2009)

Keterangan :
Σnp = Jumlah total yang rusak
Σp = jumlah total yang diperiksa

c. Menghitung batas kendali atas atau Upper Control Limit (UCL)

Untuk menghitung batas kendali atas (Upper Control Limit atau UCL)

dilakukan dengan rumus :

ṕ (1 − ṕ)
𝑈𝐶𝐿 = ṕ + 3 √
𝑛
Sumber : Besterfield (2009)
51

Keterangan :
ṕ = rata-rata kerusakan produk
n = total grup / sampel

d. Menghitung batas kendali bawah atau Lower Control Limit (LCL)

Untuk menghitung batas kendali bawah atau LCL dilakukan dengan rumus :

ṗ (1 − ṗ)
𝑈𝐶𝐿 = ṗ − 3 √
𝑛
Sumber : Besterfield (2009)

Keterangan :
ṕ = rata-rata kerusakan produk
n = jumlah produksi

Apabila data yang diperoleh tidak seluruhnya berada dalam batas kendali yang

ditetapkan. Hal tersebut menyatakan bahwa pengendalian kualitas yang dilakukan masih

perlu perbaikan. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik p chart, apabila ada titik yang

berfluktuasi secara tidak beraturan yang menunjukkan bahwa proses produksi masih

mengalami penyimpangan. Peta kendali tersebut dapat diidentifikasi jenis-jenis

kerusakan dari produk yang dihasilkan.

2.3. Kerangka Konseptual

Dengan kemajuan zaman, masyarakat sebagai konsumen sudah mengerti hak-

haknya dalam transaksi pembelian, salah satunya adalah menginginkan kualitas produk

yang baik. Untuk itu konsumen selalu membandingkan produk yang satu dengan yang

lainnya dari masing-masing merek perusahaan. Bagi produsen selalu berupaya

menawarkan produk dengan kualitas yang prima, maka perusahaan telah memberikan

kepuasan pada konsumen. Dalam usaha untuk mempertahankan kualitas produk,


52

perusahaan perlu mengadakan pengawasan/ pengendalian terhadap kualitas produk yang

merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pengawasan produksi.

Oleh karena, perusahaan akan terus menyempurnakan dengan proses monitoring,

yaitu suatu proses untuk mengukur output secara relatif terhadap suatu standar, dan

melakukan tindakan koreksi. Proses pengendalian kualitas (quality control) tidak hanya

terjadi pada hasil akhir, melainkan juga dimulai pada saat bahan baku masuk gudang,

proses produksi, sampai proses akhir produk tersebut.

Pada dasarnya pengendalian kualitas adalah membangun strategi diferensiasi

(pembedaan), strategi biaya murah dan strategi cepat tanggap terhadap keinginan

konsumen. Dengan peningkatan kualitas maka akan membantu perusahaan untuk

meningkatkan penjualan dan mengurangi biaya, sehingga dapat meningkatkan laba

(profitabilitas).

Gambar. 2.11.
Kerangka Konseptual

Pengendalian Kualitas

Biaya Lebih
Efesiensi dan Efektivitas Kualitas baik

Biaya Produksi Rendah Penjualan Meningkat

Laba Meningkat
53

2.4. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “diduga, pengendalian

kualitas (quality control) pada pabrik Roti Citra Carina Palangka Raya berada dalam

batas kendali”.
54

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif

yaitu pendekatan angka-angka untuk dapat mengambil kesimpulan. pendekatan itu

tercakup dalam metode deskriptif, yaitu menguraikan, menjelaskan dan menganalisis

data-data. Menurut Surakhmad (2015), adalah suatu penelitian yang tertuju pada

pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Dengan ciri-ciri :

a. Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang pada

masalah-masalah aktual.

b. Data yang dikumpulan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa

(karena itu metode ini sering pula disebut metode analitik).

Menurut Malo, dkk., (2015) adalah suatu penelitian yang bermaksud memberikan

gambaran suatu gejala sosial tertentu; sudah ada informasi mengenai gejala sosial

seperti yang dimaksud dalam permasalahan penelitian, namun dirasa belum memadai.

Penelitian yang demikian disebut penelitian deskriptif.

3.2. Sumber informasi

Sumber informasi dalam penelitian ini adalah pihak manajemen perusahaan Roti

Citra Carina Palangka Raya.

54
8
55

3.3. Instrumen penelitian

Penelitian ini didukung instrumen penelitian berupa pertanyaan yang berkisar

antara proses produksi dari bahan baku sampai produk jadi yang siap dikirim pada

pengecer atau toko-toko atau kios-kios.

3.4. Teknik atau Metode Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik atau metode pengumpulan data, antara lain :

a. Wawancara

Teknik ini adalah tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang

berkompeten serta mempunyai kaitan erat dengan penelitian guna memperoleh

informasi yang akurat dan lengkap.

b. Observasi

Teknik ini adalah teknik pengamatan langsung terhadap perusahaan mengenai

kondisi perusahaan dan sistem kerja atau operasional, kondisi sarana dan fasilitas

yang digunakan serta kondisi lingkungan.


56

3.5. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Dalam penelitisn ini ada beberapa variabel yang diungkapkan berdasarkan definisi

operasional variabel, diantaranya :

Tabel. 3.1.
Defenisi Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Definisi
1. Bahan baku Tepung terigu, bahan yang diolah dalam bentuk adonan
2. Bahan perasa Bahan campuran perasa seperti durian, kelapa parut, keju, dsb.
3. Pembakaran Diopen dalam panas
4. Penyeleksian Penalaahan produk yang memenuhi kriteria baik/Standar
5. Pembungkusan Pengepakan
6. Produk siap Didistribusikan ke pengecer.
dipasarkan
Sumber : Kajian teoritis.

3.6. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Data primer, adalah data yang dicari dan diolah sendiri oleh peneliti tentang proses

produksi. Disamping itu dilakukan wawancara kepada pihak pimpinan, dan

observasi langsung terhadap proses produksi dengan sarana dan fasilitas yang

digunakan.

b. Data sekunder, adalah data yang sudah berbentuk publikasi, yaitu data yang sudah

dibuat orang lain misalnya perusahaan (dokumentasi) atau instansi lain.


57

3.7. Metode Analisis Data

3.7.1. Metode Deskripsi

Metode diskripsi adalah menguraikan dan menjelaskan gambaran fenomena yang

ada baik dalam gamran atau tabel. Menurut Manasse Malo, dkk. (2015), suatu penelitian

yang bermaksud memberikan gambaran suatu gejala sosial tertentu; sudah ada informasi

mengenai gejala sosial seperti yang dimaksud dalam permasalahan penelitian, namun

dirasa belum memadai. Penelitian yang demikian disebut penelitian deskriptif.

3.7.2. Metode Tabulasi

Teknik analisis dalam penelitian ini adalah teknik tabulasi. Menurut Nazir (2013),

adalah termasuk dalam kerja memproses data; memasukan data kedalam tabel-tabel,

dan mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai

kategori.

Adapun langkah-langkah tabulasi :

a. Membuat tabel-tabel dengan kolom-kolomnya.

b. Menjumlahkan frekuensi

c. Menghitung rasio (persentase), kemudian

d. Menginterpretasikan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi.

3.7.3. Pengendalian Kualitas Dengan Statistik

Pengawasan kualitas statistikal menggunakan Statistical Quality Control (SQC)

dengan menerapkan 7 (tujuh) alat statistik utama yang dapat digunakan sebagai alat

bantu untuk mengendalikan kualitas, yaitu :


58

a. Diagram alir (Flow Chart),

b. Lembar Pengecekan (Check Sheet)

c. Peta Kendali p (Control chart),

d. Diagram sebab akibat,

e. Diagram Pareto,

f. Histogram

g. Diagam Sebar.

Adapun langkah-langkah selanjutnya adalah memperhitungkan :

a. Menghitung persentase kerusakan

𝑛𝑝
𝑃=
𝑛
Sumber :Besterfield(2009)

Keterangan :
np : Jumlah gagal dalam sub grup
n : jumlah yang diperiksa dalam sub grup

b. Menghitung garis pusat atau Central Line (CL)


_
Garis pusat ini merupakan rata-rata kerusakan produk ( p )

𝛴𝑛𝑝
𝐶𝐿 = ṕ =
𝛴𝑝
Sumber : Besterfield (2009)

Keterangan :
Σnp = Jumlah total yang rusak
Σp = jumlah total yang diperiksa

c. Menghitung batas kendali atas atau Upper Control Limit (UCL)

Untuk menghitung batas kendali atas (Upper Control Limit atau UCL) dilakukan

dengan rumus :
59

ṕ (1 − ṕ)
𝑈𝐶𝐿 = ṕ + 2 √
𝑛
Sumber : Besterfield (2009)

Keterangan :
ṕ = rata-rata kerusakan produk
n = total grup / sampel

d. Menghitung batas kendali bawah atau Lower Control Limit (LCL)

Untuk menghitung batas kendali bawah atau LCL dilakukan dengan rumus :

ṗ (1 − ṗ)
𝑈𝐶𝐿 = ṗ − 2 √
𝑛
Sumber : Besterfield (2009)

Keterangan :
ṕ = rata-rata kerusakan produk
n = jumlah produksi

________
60

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat Berdirinya

Perusahaan Roti Citra Carina Palangka Raya berdiri di Palangka Raya pada awal

tahun 2005 tepat pada bulan Januari tahun 2005, alamat pabrik komplek Marina No.13

Palangka Raya. Selain seorang pendiri Bapak Rama Effendi juga sekaligus sebagai

pemilik perusahaan dan bertindak sebagai pimpinan. Pada mulanya usaha ini hanya

merupakan usaha kreatifitas keluarga yang produksinya hanya untuk konsumsi sendiri,

namun setelah dicobakan kepada beberapa tetangga yang kesemuanya mengakui adanya

rasa enak, ditambah lagi ada yang mulai memesan untuk berbagai keperluan keluarga

maka usaha ini dikembangkan sebagaimana mestinya usaha tetapi masih dalam skala

kecil, yaitu yang ditawarkan kepada beberapa pertokoan disekitar kompleks perumahan

Marina Palangka Raya.

Dengan berlalunya waktu, dan adanya kemajuan yang dirasakan yang dilihat

dari meningkatnya permintaan langganan (tetangga dan toko tempat penitipan), maka

usaha ini mulai dibenahi dan ditingkatkan kapasitas produksi serta diberi merek atau

label, serta ijin kesehatan dan Balai POM. Adapun modal yang didapat adalah modal

pinjaman dari Kantor Pos Indonesia sebagai program kemitraan usaha binaan.

Kemajuan yang dirasakan saat ini, terutama dapat dilihat luasnya pasar dan

sistem pemasaran yang dilaksanakan. Artinya dalam sistem pemasaran tidak saja

dijajakan oleh beberapa orang penjaja roti keliling melainkan juga dititipkan pada

60
61

beberapa pertokoan besar untuk melayani penjualan eceran seperti dipasar besar Baru

Palangka Raya. Para langganan tidak perlu lagi datang ke perusahaan bisa membeli

dibeberapa toko yang tersebar dikota Palangka Raya dengan harga sama pada

perusahaan. Disamping itu luas pasar yang dijangkau meliputi Kabupaten Katingan

misalnya Kasongan, Kereng Pangi dan Pundu, Kabupaten Pulang Pisau meliputi

Jabiren, Pilang dan Pulang Pisau.

4.1.2. Struktur Organisasi dan Personalia

Struktur organisasi pada hakekatnya adalah pembagian kerja, yaitu tentang tugas

dan tanggung jawab. Bagi perusahaan kecil, maka sudah tentu pembagian tugas dan

tanggung jawab bagi setiap bagian dengan karyawannya tidak terlalu rumit, yang pada

umumnya menggunakan struktur garis. Namun struktur organisasi yang baik bukan saja

masalah kerumitannya melainkan dibuat sederhana mungkin agar semua anggota dapat

memahami antara tanggung jawab dan pelaporan hasil pekerjaan mereka.

Gambar. 4.1.
Struktur Organisasi
Perusahaan Roti Citra Carina Palangka Raya.

PIMPINAN

Bagian Bagian
Produksi Pemasaran

Bagian Bagian Bagian Bagian


Pengolahan Pembungkusan Pendistribusian Pengangkutan
Sumber : Perusahaan Roti Citra Carina Palangka Raya
62

Keterangan :

1. Pimpinan

a. Tanggung jawab keluar perusahaan (eksternal), yaitu bertanggung jawab

kepada pihak pemerintah terhadap keberadaan perusahaan dengan segala

kewajiban perusahaan seperti perijinan, lingkungan terhadap pencemaran,

kepada konsumen terhadap kenyamanan dan kesehatan produk roti, serta

kepada penyalur sebagai partner bisnis terhadap ketersediaan produk roti

dipasaran.

b. Tanggung jawab kedalam perusahaan (internal), yaitu bertanggung jawab

kepada karyawan atas keselamatan kerja dan balas jasa yang diberikan.

c. Tugasnya adalah merumuskan kebijakan perusahaan baik jangka panjang

maupun jangka pendek, dan menyusun dan melaksanakan strategi pemasaran

dalam mengatasi persaingan.

d. Pimpinan dijabat oleh Bapak Rama Effendi

2. Bagian Produksi

a. Tanggung jawabnya adalah menjamin kelancaran kegiatan produksi kepada

pimpinan perusahaan.

b. Tugasnya melaksanakan perintah pimpinan dalam kegiatan produksi, kapan

dimulai dan berapa banyaknya, dijabat ibu Ny. Neti Effendi.

c. Bagian ini membawahi :

- Bagian pengolahan, yang tugasnya adalah mengolah atau memproduksi

roti dari bahan baku sampai menjadi produk jadi roti siap dipasarkan.
63

- Bagian kemasan, yang tugasnya mengemas atau membungkus dan

memberi merek atau label roti.

3. Bagian Pemasaran

a. Tanggung jawabnya adalah menjamin ketersediaan produk roti dipasaran dan

kelancaran pendistribusinnya kepada pimpinan perusahaan.

b. Tugasnya adalah melaksanakan kegiatan pembelian bahan-bahan yang

dibutuhkan perusahaan, melakukan pengangkutan dalam pendistribusian,

mencari pengecer baru atau pedagang baru sampai pada konsumen baru.

c. Bagian pemasaran dijabat oleh Irvan S. (anak kandung pimpinan

perusahaan).

4.1.3. Sarana dan Fasilitas Kegiatan Produksi

Dalam kegiatan produksi bagi suatu perusahaan tentunya didukung atau

dilengkapi dengan berbagai jenis sarana dan fasilitas produksi. Banyak dan jenisnya

sarana dan fasilitas produksi tersebut sangat tergantung banyaknya volume produksi

dan jenis produk yang dihasilkan. Bagi perusahaan Roti Citra Carina Palangka Raya,

alat-alat perlengkapan dalam kegiatan produksinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
64

Tabel. 4.1.
Alat Perlengkapan Kegiatan Produksi
Pada Perusahaan Roti Citra Carina Palangka Raya
No. Jenis Jumlah Fungsinya
1. Mesin Mixer 3 buah - Pengaduk adonan tepung dan bahan
penolong
2. Oven bakar 3 buah - Alat untuk membakar roti
3. Meja 3 buah - Tempat mencetak roti dan membungkus
roti
4. Lemari 2 buah - Tempat menampung roti masak dan
bahan-bahan
5. Lemari Box 1 buah - Tempat menampung roti masak siap
dipasarkan
6. Baskom 5 buah - Tempat adonan
7. Ember 4 buah - Tempat air
8. Dapur/Tungku 2 buah - Membakar roti
9. Plastik pembungkus - - Membungkus roti
Sumber : Perusahaan Roti Citra Carina Palangka Raya, Maret 2021.

4.1.4. Bahan Baku dan Bahan Penolong

Output yang dihasilkan dalam kegiatan proses produksi merupakan hasil

kombinasi dari berbagai input. Baik itu bahan baku, bahan penolong, maupun faktor

produksi lainnya. Bahan baku dan bahan penolong produk roti pada perusahaan Roti

Citra Carina Palangka Raya, seperti pada tabel dibawah ini.


65

Tabel 4.2.
Bahan Baku dan Bahan Penolong Produk Roti
Pada Perusahaan Roti Citra Carina Palangka Raya
No Jenis Fungsi
1. Bahan baku
- Tepung terigu - Bahan baku adonan tepung
- Air - Bahan pencair adonan
2. Bahan penolong
- Gula pasir - Bahan perasa manis
- Mentega - Bahan pelemak rasa enak
- Telur - Bahan perasa enak dan gurih
- Obat his - Bahan perasa harum manis
- Garam - Bahan perasa asam/asin
- Sari rasa - Bahan perasa buah/gurih
- Vanili - Bahan perasa harum/gurih
- Kacang hijau - Bahan inti rasa roti
- Kelapa parut - Bahan inti rasa roti
- Coklat - Bahan inti rasa roti
- Strawberry - Bahan inti rasa roti
- Nanas - Bahan inti rasa roti
- Plastik pembungkus - Bahan pembngkus
- Label/merek - Merek atau label produksi
3. Bahan Lainnya
- Minyak tanah - Bahan bakar
- Arang/Kayu bakar - Bahan bakar
- Kompur gas - Alat memasak
Sumber : Perusahaan Roti Citra Carina Palangka Raya.

4.1.5. Produk Yang Dihasilkan

Roti yang dihasilkan oleh perusahaan ini bersifat standard, yaitu semua produk

roti yang dihasilkan mempunyai ukuran besar yang sama. Kebijaksanaan ini diambil

adalah untuk mempermudah perhitungan harga pokok produksi per unit, yang dasarnya

adalah banyaknya persediaan bahan baku dan bahan penolong yang terpakai pada

periode produksi. Dengan demikian, harga per unit dapat ditetapkan berdasarkan mark-
66

up (persentase tingkat keuntungan) yang diinginkan. Sebab ukuran roti standard

tersebut, dimana penggunaan bahan baku dan bahan penolong kuantitasnya sama untuk

setiap produk roti. Yang membedakan hanya, bentuk dan rasa. Bentuk roti yang

diproduksi antara lain ;

- Bulat,

- Lonjong, dan

- Melempeng.

Untuk rasa antara lain ;

- Kelapa parut,

- Kacang hijau,

- Kacang tanah, dan

- Coklat.

- Nenas

- Strawberry

Rasa khusus :

- Hambar, dan Manis.

4.1.6. Proses Produksi

Setiap proses produksi, sudah pasti akan melalui beberapa tahapan, karena setiap

tahapan mempunyai spesifikasi pekerjaan dan membentuk produk tertentu, misalnya

adonan, produk setengah jadi, dan produk jadi. Pada perusahaan Roti Citra Carina

Palangka Raya, proses produksinya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
67

Gambar. 4.2.
Proses Produksi Perusahaan Roti Citra Carina Palangka Raya

Adonan

Kacang hijau
Manis

Coklat
Hambar
Kelapa
Strawberry
Nenas
Oven

Bulat Lonjong Lempeng

Pembakaran

Pembungkusan

Pemberian merek

Penortiran

Roti Siap Dipasarkan

Sumber : Perusahaan Roti Citra Carina Palangka Raya.

Keterangan :

a. Pengadonan, yaitu pencampuran antara bahan baku tepung dengan air sesuai

takaran.

b. Adonan tadi, kemudian dicampur dengan rasa gula (manis dan hambar) dan bahan

campuran seperti kelapa, kacang hijau, coklat, nanas atau strawberry.


68

c. Adonan setelah dicampur sesuai dengan spesifik atau jenis roti tadi, kemudian

dimasukan kedalam tuangan pencetak (bulat, lonjong dan melempeng) dan ditunggu

beberapa saat sampai adonan mengembang.

d. Adonan yang sudah dimasukan kedalam oven, kemudian dibakar dengan derajat

kepanasan tertentu.

e. Roti yang dianggap masak laku dibungkus dan diberi merek atau label perusahaan.

f. Kemudian disortir (dipisahkan) sesuai dengan rasa inti didalamnya.

g. Hasilnya adalah roti yang siap dipasarkan.

4.1.7. Kebijakan Penetapan Harga Jual

Harga yang ditetapkan oleh pabrik roti Citra Carina Palangka Raya adalah harga

ditingkat pedagang besar, pengecer dan konsumen akhir. Pihak manajemen pabrik Roti

Citra Carina Palangka Raya memperkirakan harga terakhir yang diterima konsumen

adalah sebesar Rp. 2.000,-. Berdasarkan pengalaman pihak manajemen bahwa harga

pokok produksi roti berkisar antara Rp. 1.450,00 sampai Rp. 1.500,00. Sehingga jika

dijual kepada pengecer sebesar Rp. 1.700,00 maka keuntungan antara Rp. 300,- bagi

pedagang. Jadi konsumen akhir penikmat Roti Citra Carina Palangka Raya membeli

dengan harga Rp. 2.000,- per unit roti.


69

Gambar. 4.3.
Tingkat Harga Ditingkat Pasar

Produsen
Perusahaan Roti Citra Carina Palangka Raya

Rp. 1.500,-

Pedagang Eceran
(Rp. 1.700,-)

Konsumen Akhir
(Rp. 2.000,-)

Sumber : Perusahaan Roti Citra Carina Palangka Raya.

4.1.8. Kebijakan Pemasaran

Dalam rangka memasarkan produk rotinya, perusahaan roti Citra Carina

Palangka Raya telah mengambil kebijakan diantaranya :

a. Memperluas Wilayah Pemasaran

Wilayah pemasaran roti hasil produksi perusahaan Roti Citra Carina Palangka

Raya, meliputi Kota Palangka Raya dan sekitarnya yang disebar ke toko-toko

besar, kemudian kewilayah Kabupaten Katingan, misalnya Kasongan, Kereng

Pangi, Pelantaran, dan Pundu. Kabupaten Pulang Pisau, misalnya Jeberan, Pilang

dan Pulang Pisau.

b. Memperbanyak Saluran Distribusi (Perantara)


70

Saluran distribusi yang digunakan antara pedagang besar dan pengecer, yaitu

pedagang yang melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pengecer, dan

pengecer melayani pembeli akhir rumah tangga.

4.1.9. Volume Produksi dan Kerusakan

Volume produksi dan kerusakan produk roti pada Pabrik Roti Citra Carina

Palangka Raya dari bulan Januari tahun 2020 sampai bulan Mei tahun 2021, dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel. 4.3.
Volume Produksi dan Kerusakan
Rusak Per Bulan
Bulan 2020/2021 Produksi Per Hari
Biji %
1 2 3 4 5 6
Jan,20 1 15.344 511 386 0,025 2,52
Feb,20 2 15.212 507 323 0,021 2,12
Mar,20 3 15.213 507 363 0,024 2,39
Apr,20 4 15.366 512 834 0,054 5,43
Mei,20 5 16.843 561 427 0,025 2,54
Jun,20 6 16.234 541 678 0,042 4,18
Jul,20 7 16.842 561 941 0,056 5,59
Agus,20 8 16.324 544 432 0,026 2,65
Sep,20 9 17.857 595 434 0,024 2,43
Okt,20 10 17.334 578 1.034 0,060 5,97
Nop,20 11 17.552 585 1.002 0,057 5,71
Des,20 12 17.952 598 983 0,055 5,48
Jan,21 13 17.543 585 992 0,057 5,65
Feb,21 14 17.359 579 1.040 0,060 5,99
Mar,21 15 18.934 631 365 0,019 1,93
Apr,21 16 18.445 615 1.102 0,060 5,97
Mei21 17 18.652 622 431 0,023 2,31
Total 289.006 9.634 11.767 0,688 68,84
Rata-2 17000 567 692 0.040 4.05
Sumber : Pabrik Roti Citra Carina Palangka Raya.
71

4.2. Pembahasan

4.2.1. Faktor-faktor Dipertimbangkan dalam Melaksanakan Pengendalian

Dalam melakukan proses produksinya dan menghasilkan produk yang

berkualitas (roti), pabrik telah membuat standar spesifikasi dan batas-batas

penyimpangan produk yang masih dapat diterima, untuk menentukan apakah suatu

produk dinyatakan baik atau tidak. Namun begitu, dalam usaha mencapai dan

mempertahankan kualitas produk yang dihasilkannya, pabrik selalu dihadapkan pada

permasalahan. Permasalahan yang dihadapi pabrik adalah berkaitan dengan produk-

produk yang dihasilkan, yang pada kenyataannya selalu saja ada perbedaan dengan

standar spesifikasi yang telah ditetapkan terutama terjadi produk roti yang cenderung

tinggi bahkan melebihi batas toleransi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, untuk

mengatasi hal tersebut maka ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan pabrik agar

produk yang dihasilkan konsisten dan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan

oleh pabrik. Faktor-faktor tersebut antara lain :

a. Tenaga kerja

Berbeda dengan faktor teknis, unsur manusia sebagai tenaga kerja mempunyai sifat

yang kompleks. Faktor fisik dan psikis dalam setiap individu akan mempengaruhi

kemampuan atau kapasitas dan prestasi kerjanya. Faktor fisik adalah keadaan fisik

tenaga kerja yang bersangkutan, seperti jenis kelamin, umur dan kesehatannya yang

berhubungan kekuatan. Sedangkan faktor psikis adalah keadaan jiwa tenaga kerja

yang bersangkutan, motivasi, gairah kerja dan keadaan hidup pekerja sehari-hari.

Selain itu, pendidikan dan pengalaman kerja juga sangat mempengaruhi prestasi

kerja. Dengan demikian dalam hubungannya dengan kualitas hasil produksi, maka
72

tenaga kerja harus memiliki kesadaran untuk mempertahankan dan meningkatkan

kualitas produk yang dihasilkan, sehingga produk tersebut berkualitas baik dan

pada akhirnya akan memberikan keuntungan pada para pekerja.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka Pabrik Roti Citra Carina Palangka Raya telah

memberikan beberapa jaminan sosial dan kesejahteraan bagi karyawan berupa

fasilitas-fasilitas yang meliputi: menyediakan alat kesehatan dan pengobatan,

memberikan tunjangan hari raya (THR) dan pemberian bonus sesuai dengan

prestasi kerja karyawan bersangkutan.

b. Bahan baku yang digunakan

Bahan baku yang digunakan oleh pabrik sangat mempengaruhi kualitas produk

yang dihasilkan dan kelancaran proses produksi, baik mengenai kuantitas maupun

kualitasnya. Adapun bahan baku utama yang digunakan oleh pabrik adalah tepung

terigu dan bahan perasa seperti gula pasir, mentega atau margarine, telur, obat his,

garam, sari rasa, vanili, dan bahan perasa kelapa parut, keju, kacang hijau dan

sebagainya. Semakin baik kualitas bahan baku dan bahan penolong rasa yang

digunakan, maka akan semakin baik pula kualitas roti yang dihasilkan. Demikian

pula sebaliknya, apabila bahan baku dan penolong rasa yang digunakan kurang

baik, maka kualitas produk roti yang dihasilkan juga kurang baik.

c. Mesin dan peralatan

Adapun pabrik ini menggunakan 2 (dua) jenis yaitu oven dengan api

pembakarannya yang berfungsi sebagai pembakaran atau memasak roti yang

digunakan untuk proses roti dan mesin mixer sebagai alat untuk mengaduk bahan

baku tepung terigu dengan air. Agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar,
73

maka pabrik melakukan perawatan mesin (oven dan api pembakaran), baik yang

dilakukan setiap dilakukannya secara periodik. Perawatan yang dilakukan adalah

pembersihan dari kotoran yang ada baik dengan cara mencuci dan memberikan

pelumas (minyak).

d. Metode kerja

Metode kerja yang digunakan pabrik sangat berpengaruh besar terhadap kelancaran

proses produksi. Berfungsinya metode kerja yang diterapkan dalam pabrik untuk

mengatur semua bagian yang terlibat dalam proses produksi akan mengurangi

jumlah produk rusak yang terjadi. Demikian juga sebaliknya apabila metode yang

dijalankan tidak dijalankan dengan baik, maka kemungkinan terjadinya produk

rusak semakin besar. Metode untuk mengendalikan kualitas produk yang dilakukan

oleh pabrik Roti Citra Carina Palangka Raya ini adalah dengan mengumpulkan

laporan-laporan yang berkaitan dengan kegiatan produksi di lapangan. Pengecekan

itu sendiri dilakukan pada setiap tahapan proses produksi oleh bagian quality

control (yang dilakukan oleh pimpinan sebagai pelaksana pengawasan kualitas).

Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi akan dicatat di kartu laporan hasil

produksi sehingga penyimpangan tersebut dapat segera langsung diatasi.

e. Keadaan lingkungan dan kondisi kerja

Keadaan lingkungan dan suasana kerja yang baik akan mempengaruhi prestasi

kerja karyawan. Penerangan yang cukup, sirkulasi udara yang baik, tempat kerja

yang bersih, suhu udara, keamanan dan keselamatan kerja yang terjamin serta tata

letak (layout) yang baik akan membuat para pekerja merasa nyaman dan aman
74

dalam melakukan pekerjaan yang dapat mengakibatkan prestasi kerja karyawan

meningkat.

Kondisi dan lingkungan kerja di Pabrik Roti Citra Carina Palangka Raya dirasakan

sudah cukup baik walaupun suhu di dalam ruang produksi ini cukup tinggi.

Kenaikan suhu ini selain disebabkan oleh cuaca kota Palangka Raya yang memang

panas, juga disebabkan oleh suhu yang berasal dari mesin-mesin (oven) produksi

yang digunakan pabrik. Meskipun agak mengganggu, namun hal tersebut

tampaknya tidak terlalu mempengaruhi tingkat kelembaban di dalam pabrik karena

sirkulasi udara dapat bekerja dengan baik melalui ventilasi-ventilasi udara yang

terdapat di dalam ruang produksi juga kipas angin yang dipasang di dalam ruang

produksi.

Kondisi pencahayaan di ruang produksi juga dirasakan sudah mencukupi, karena

pada beberapa tempat cahaya matahari dapat masuk ke dalam pabrik. Selain itu

juga cahaya dari lampu-lampu yang dipasang disetiap tempat sudah memenuhi

kebutuhan. Tata letak (layout) mesin-mesin (oven) produksi yang diterapkan di

Pabrik Roti Citra Carina Palangka Raya adalah Process Layout yang tersusun

sesuai urutan kegiatan.

Dengan tata letak tersebut diharapkan proses produksi dapat berjalan lancar dan

teratur karena lebih memudahkan untuk melakukan pengecekan terhadap kualitas

produk sesuai dengan tahapan yang berlangsung. Dengan demikian dapat tercipta

kondisi lingkungan kerja yang baik serta proses produksi dapat berjalan dengan

lancar.
75

Selain itu hal yang perlu diperhatikan adalah perlakuan dan penilaian hasil kerja

yang diterima karyawan, misalnya dalam hal pemberian penghargaan dan upah

yang adil serta sesuai dengan prestasi kerja yang dicapai karyawan. Dengan

demikian, maka pekerja akan merasa lebih dihargai dan termotivasi untuk bekerja

lebih giat, bergairah dan menyenangi pekerjaannya.

4.2.2. Jenis-jenis Kerusakan

Dalam melakukan aktivitas pengendalian proses produksi, ternyata masih terjadi

kerusakan pada roti hasil produksi pabrik yang cukup tinggi bahkan melebihi batas

toleransi kerusakan produk yang ditetapkan oleh pabrik. Kerusakan tersebut dapat

bersifat kompleks atau bersifat sederhana. Pihak pabrik harus berusaha untuk dapat

menyelesaikan masalah yang timbul dengan segera. Jenis-jenis kerusakan yang terjadi

pada roti antara lain:

a. Kurang Matang/Gosong

Roti yang dihasilkan kurang matang tetapi sudah diangkat dari oven, dan kalau

sudah diangkat maka sulih dikembalikan keoven apalagi sudah dingin, dan

kadangkala gosong karena terlalu masak, dapat terlihat dari kulit roti misalnya

muda atau hitam. Ini berkaitan dengan perilaku pekerja.

b. Keenceran/Kekentalan

Roti yang dihasilkan bisa jelek karena keenceran antara campuran bahan baku

tepung terigu dengan air dan bahan perasa, atau kekentalan yaitu kelebihan tepung

terigu dari pada air. Ini berkaitan dengan konsentrasi pekerja, sehingga pekerja

tidak konsisten.
76

c. Bahan Penolong Rasa

Roti yang dihasilkan juga bisa berlebihan atau kekurangan atas campuran rasa,

seperti gula pasir, mentega atau margarine, telur, obat his, garam, sari rasa, vanili

perasa seperti kacang hijau, kelapa parut, coklat, strawberry, dan nenas. Ini

berkaitan dengan konsentrasi pekerja, sehingga pekerja tidak konsisten.

4.2.3. Analisis dan Pembahasan Pengendalian Kualitas Statistik

Pada Pabrik Roti Citra Carina Palangka Raya mempunyai bagian Quaility

Control yang bertugas melakukan pengecekan terhadap hasil produksi. Dalam

menyelesaikan permasalahan pengendalian kualitas, akan dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Mengumpulkan data menggunakan check sheet

b. Membuat histogram

c. Membuat diagram scatter

d. Membuat peta kendali p

e. Menentukan prioritas perbaikan (menggunakan diagram pareto)

f. Mencari faktor penyebab yang dominan (dengan diagram sebab akibat)

g. Membuat rekomendasi/ usulan perbaikan kualitas.

4.2.4. Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengendalian kualitas secara statistik, langkah pertama yang

akan dilakukan adalah membuat check sheet. Check sheet berguna untuk mempermudah

proses pengumpulan data serta analisis. Selain itu pula berguna untuk mengetahui area
77

permasalahan berdasarkan frekuensi dari jenis atau penyebab dan mengambil keputusan

untuk melakukan perbaikan atau tidak.

Sebagai catatan bahwa pada satu periode hasil produksi, bisa saja terdapat tidak

hanya satu jenis kerusakan (roti), akan tetapi bisa lebih dari satu macam. Oleh karena

itu, jenis kerusakan yang dicatat oleh bagian produksi adalah jenis kerusakan yang

paling dominan.

a. Check sheet

Adapun hasil pengumpulan data melalui check sheet yang telah dilakukan dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 4.4.
Laporan Produksi (Check sheet) Pabrik Roti Citra Carina Palangka Raya
Periode Bulan Januari 2020 - Mei 2021
2020/ Rusak Jumlah
Bulan Produksi Kurang Keenceran/ Bahan %
2021 Rusak
Matang/Gosong Kekentalan Perasa
Jan,20 1 15344 118 126 142 386 2,52
Feb,20 2 15212 98 111 114 323 2,12
Mar,20 3 15213 102 125 136 363 2,39
Apr,20 4 15366 278 287 269 834 5,43
Mei,20 5 16843 186 107 134 427 2,54
Jun,20 6 16234 254 193 231 678 4,18
Jul,20 7 16842 414 298 229 941 5,59
Agus,20 8 16324 147 139 146 432 2,65
Sep,20 9 17857 157 142 135 434 2,43
Okt,20 10 17334 90 155 789 1034 5,97
Nop,20 11 17552 176 155 671 1002 5,71
Des,20 12 17952 419 314 250 983 5,48
Jan,21 13 17543 421 320 251 992 5,65
Feb,21 14 17359 361 390 289 1040 5,99
Mar,21 15 18934 109 103 153 365 1,93
Apr,21 16 18445 164 156 782 1102 5,97
Mei21 17 18652 147 132 152 431 2,31
Total 289006 3641 3253 4873 11767 68,84
Rata-2 17000 214 191 287 692 4,05
Sumber : Pabrik Roti Citra Carina Palangka Raya.
78

Data tersebut menjelaskan bahwa rata-rata kurang matang atau gosong 213

unit, keenceran atau kekentalan 191 unit dan masalah bahan perasa sebanyak 287

unit. Persentase jumlah kerusakan nampaknya berfluktuasi (turun-naik) yang

terendah adalan 1,93 % pada bulan Maret 2021 dan yang tertinggi pada bulan

Februari 2021 sebanyak 5,99 %, dengan rata-rata 4,05 %. Memang masih dibawah

toleransi 5,00 % tetapi perlu diatasi secepatnya jangan sampai naik terus.

b. Histogram (Grafik Balok)

Untuk memudahkan dalam melihat lebih jelas produk roti yang terjadi sesuai

dengan tabel diatas, maka langkah selanjutnya adalah membuat histogram. Data

produk roti tersebut disajikan dalam bentuk grafik balok yang dibagi berdasarkan

jenis produk roti masing-masing.

Gambar 4.4.
Histogram Jenis Produk Roti Pabrik Roti Citra Carina Palangka Raya
Bulan Januari 2020 - Mei 2021

350
300 287

250 214
191
200
150
100
50 Series1

Sumber : Hasil analisis


79

Dari histogram yang telah ditunjukkan pada gambar diatas dapat dilihat jenis

produk roti yang sering terjadi adalah faktor campuran bahan perasa, kemudian

kurang matang atau gosong, berikutnya keenceran atau kekentalan antara bahan

baku tepung dengan air.

c. Diagram Scatter

Scatter diagram disebut juga peta korelasi adalah grafik yang menampilkan

hubungan antara dua variabel apakah hubungan tersebut kuat atau tidak yaitu antara

faktor proses yang mempengaruhi proses dengan kualitas produk. Pada dasarnya

adalah suatu alat interpretasi data yang digunakan untuk menguji bagaimana

kuatnya hubungan antara dua variabel, apakah positif, negatif, atau tidak ada

hubungan. Dua variabel yang ditunjukkan dalam diagram sebar dapat berupa

karakteristik kuat dan faktor yang mempengaruhinya.

Gambar. 4.5.
Diagram Scatter Bulan Januari 2020 - Mei 2021

Sumber : Hasil analisis


80

Sebaran data tersebut, dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara kurang

matang atau gosong dengan keenceran atau kekentalan, karena arahnya searah.

Sedangkan kurang matang atau gosong dengan bahan perasa tidak ada

hubungannya, begitu juga antara keenceran atau kekentalan dengan bahan perasa.

d. Peta Kendali p

Setelah melihat data pada tabel dan gambar diatas maka dapat dilihat jumlah

produk roti yang melebihi batas toleransi yang ditetapkan pabrik sebesar 5,00 %

dari total produksi. Oleh karena itu, akan dianalisis kembali untuk mengetahui

sejauhmana produk roti yang terjadi masih dalam batas kendala statistik melalui

grafik kendali. Peta kendali p mempunyai manfaat untuk membantu pengendalian

kualitas produksi serta dapat memberikan informasi mengenai kapan dan dimana

pabrik harus melakukan perbaikan kualitas.

Adapun langkah-langkah untuk membuat peta kendali p tersebut adalah :

1). Menghitung persentase kerusakan

𝑛𝑝
𝑃=
𝑛

Keterangan :
np : Jumlah gagal dalam sub grup
n : jumlah yang diperiksa dalam sub grup

Dimana :
386
P = ------- = 0.025 (2,50 %)
15344

323
P = ------- = 0.021 (2,10 %)
15212

363
P = ------- = 0.024 (2,40 %)
15213
81

Dan seterusnya dapat dilihat pada tabel ……..memang agak berbeda hasilnya

namun itulah gambaran umumnya.

2). Menghitung garis pusat atau Central Line (CL)


_
Garis pusat ini merupakan rata-rata kerusakan produk ( p )

𝛴𝑛𝑝
𝐶𝐿 = ṕ =
𝛴𝑝

Keterangan :
Σnp = Jumlah total yang rusak
Σp = jumlah total yang diperiksa

Dimana :

11767
CL = ṕ = -------- = 0.041 (4,10 %)
289006

3). Menghitung batas kendali atas atau Upper Control Limit (UCL)

Untuk menghitung batas kendali atas (Upper Control Limit atau UCL)

dilakukan dengan rumus :

ṕ (1 − ṕ)
𝑈𝐶𝐿 = ṕ + 3 √
𝑛

Keterangan :
ṕ = rata-rata kerusakan produk
n = total grup / sampel

Dimana :
0,041 (1 – 0,041)
UCL = 0,041 + 3 √---------------------- = 0.041
15344

0,041 (1 – 0,041)
UCL = 0,041 + 3 √---------------------- = 0.041
15212

Dan seterusnya……
82

4). Menghitung batas kendali bawah atau Lower Control Limit (LCL)

Untuk menghitung batas kendali bawah atau LCL dilakukan dengan rumus :

ṗ (1 − ṗ)
𝐿𝐶𝐿 = ṗ − 3 √
𝑛

Keterangan :
ṕ = rata-rata kerusakan produk
n = jumlah produksi

0,041 (1 – 0,041)
LCL = 0,041 – 3 √ ---------------------- = -0.041
15344

0,041 (1 – 0,041)
LCL = 0,041 – 3 √ ---------------------- = -0.041
15212

Untuk hasil perhitungan peta kendali p yang selengkapnya dapat dilihat pada tabel

berikut:
83

Tabel 4.5.
Perhitungan Batas Kendali
Periode Bulan Januari 2020 - Mei 2021
(dalam satuan Unit)

Bulan 2020/2021 Produksi Rusak Proporsi CL UCL LCL

Jan,20 1 15344 386 2,52 0,041 0,041 0,00


Feb,20 2 15212 323 2,12 0,041 0,041 0,00
Mar,20 3 15213 363 2,39 0,041 0,041 0,00
Apr,20 4 15366 834 5,43 0,041 0,041 0,00
Mei,20 5 16843 427 2,54 0,041 0,041 0,00
Jun,20 6 16234 678 4,18 0,041 0,041 0,00
Jul,20 7 16842 941 5,59 0,041 0,041 0,00
Agus,20 8 16324 432 2,65 0,041 0,041 0,00
Sep,20 9 17857 434 2,43 0,041 0,041 0,00
Okt,20 10 17334 1034 5,97 0,041 0,041 0,00
Nop,20 11 17552 1002 5,71 0,041 0,041 0,00
Des,20 12 17952 983 5,48 0,041 0,041 0,00
Jan,21 13 17543 992 5,65 0,041 0,041 0,00
Feb,21 14 17359 1040 5,99 0,041 0,041 0,00
Mar,21 15 18934 365 1,93 0,041 0,041 0,00
Apr,21 16 18445 1102 5,97 0,041 0,041 0,00
Mei21 17 18652 431 2,31 0,041 0,041 0,00
Total 289006 11767 68,84 0,697 0,697 0,00
Rata-2 17000 692 4,05 0,041 0,041 0,00
Sumber : Hasil analisis.

Dari hasil perhitungan di atas, maka selanjutnya dapat dibuat peta kendali p

yang dapat dilihat pada gambar berikut ini:


84

Gambar 4.6.
Peta Kendali Proporsi Produk Roti
Bulan Januari 2020 - Mei 2021
7
6
5
4
3 Proporsi
2 CL
1
0

Sumber : Hasil analisis.

Berdasarkan gambar peta kendali p diatas dapat dilihat bahwa data yang

diperoleh tidak seluruhnya berada dalam batas kendali yang telah ditetapkan

bahkan banyak yang keluar dari batas kendali, hanya 8 (delapan) titik yang berada

didalam batas bawah kendali, sehingga bisa dikatakan bahwa proses tidak

terkendali. Hal ini menunjukkan terjadi penyimpangan, hal tersebut menyatakan

bahwa pengendalian kualitas di Pabrik Roti Citra Carina Palangka Raya

memerlukan adanya perbaikan. Karena adanya titik berfluktuasi sangat tinggi dan

tidak beraturan yang menunjukkan bahwa proses produksi masih mengalami

penyimpangan.

e. Diagram Pareto

Diagram pareto adalah diagram yang digunakan untuk mengidentifikasi,

mengurutkan dan bekerja untuk menyisihkan kerusakan produk (roti) secara


85

permanen. Dengan diagram ini, maka dapat diketahui jenis roti yang paling

dominan pada hasil produksi selama bulan Mei 2021.

Pada tabel 4.5 dapat dilihat jenis-jenis produk roti yang sering terjadi pada produk

roti. Jenis-jenis produk roti tersebut terjadi pada saat proses produksi sedang

berlangsung dan langsung terdeteksi, sehingga bisa direject atau dipisahkan dari

produk yang baik agar tidak sampai ke tangan konsumen. Berikut ini merupakan

tabel dari jumlah produk roti selama periode Mei 2021 :

Tabel 4.6.
Jumlah Jenis Produk Roti
Periode Bulan Januari 2020 - Mei 2021
No. Jenis Kerusakan Produk Roti Total Jumlah Rata-rata
1. Bahan Penolong Rasa 4873 287
2. Kurang Matang/Gosong 3641 214
3. Keenceran/Kekentalan 3253 191
11767 692
Sumber : Pabrik Roti Citra Carina Palangka Raya.

Langkah selanjutnya yaitu data pada tabel 4.x harus diurutkan berdasarkan

jumlah kerusakan, mulai dari yang terbesar hingga yang terkecil dan dibuat

persentase kumulatifnya. Persentase kumulatif berguna untuk menyatakan berapa

perbedaan yang ada dalam frekuensi atau jumlah kejadian diantara beberapa

permasalahan yang dominan.

Tabel 4.7.
Jumlah Frekuensi Produk Roti
(berdasarkan urutan jumlahnya)
Periode Bulan Januari 2020 - Mei 2021
Jenis Kerusakan Jumlah Kumulatif % % Kumulatif
Bahan Penolong Rasa 4,873 4,873 19.37 19.37
Kurang Matang/Gosong 3,641 8,514 14.47 33.84
Keenceran/Kekentalan 3,253 11,767 12.93 46.78
11,767 25,154 100.0
Sumber : Pabrik Roti Citra Carina Palangka Raya.
86

Berdasarkan data diatas maka dapat disusun sebuah diagram pareto seperti

terlihat pada gambar berikut :

Gambar 4.7.
Diagram Pareto
Bulan Januari 2020 - Mei 2021
50 6,000
45 4,873 46.78
40 5,000
35 3,64133.84 4,000
30 3,253
25 3,000
20 19.37
15 2,000
10 Jumlah
1,000
5 % Kumulatif
0 0

Sumber : Hasil analisis.

Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa hampir 50 % kerusakan (roti)

yang terjadi bulan Mei 2021 didominasi oleh 3 jenis kerusakan yaitu karena

keenceran/kekentalan persentase 12,93 % kemudian kurang matang/gosong dengan

persentase 14,47 % dan faktor bahan penolong rasa sebesar 19,37 %

f. Diagram Sebab Akibat (Fishbone Chart )

Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan yang

dihadapi dengan kemungkinan penyebabnya serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dan menjadi

penyebab kerusakan produk secara umum dapat digolongkan sebagai berikut:


87

1). Man (manusia)

Para pekerja yang melakukan pekerjaan yang terlibat dalam proses produksi,

pada umumnya faktor kelelahan fisik sehingga kurang konsentrasi.

2). Material (bahan baku)

Segala sesuatu yang dipergunakan oleh pabrik sebagai komponen produk yang

akan diproduksi tersebut, terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku

pembantu, sering tidak konsisten dalam pencampurannya dengan segala

kekurangan atau kelebihannya.

3). Machine (mesin)

Mesin-mesin dan berbagai peralatan yang digunakan dalam proses produksi,

karena faktor kelelahan fisik sehingga kurang konsentrasi maka mesin-mesin

kurang bersih.

4). Methode (metode)

Instruksi kerja atau perintah kerja yang harus diikuti dalam proses produksi,

kurang diperhatikan oleh pekerja, ini karena kurangnya konsentrasi.

f). Environment (lingkungan)

Keadaan sekitar pabrik yang secara langsung atau tidak langsung

mempengaruhi pabrik secara umum dan mempengaruhi proses produksi secara

khusus, misalnya pertukaran udara dan penerangan.

Setelah diketahui jenis-jenis kerusakan yang terjadi, maka Pabrik Roti Citra

Carina Palangka Raya perlu mengambil langkah-langkah perbaikan untuk

mencegah timbulnya kerusakan yang serupa. Hal penting yang harus

dilakukan dan ditelusuri adalah mencari penyebab timbulnya kerusakan


88

tersebut. Sebagai alat bantu untuk mencari penyebab terjadinya kerusakan

tersebut, digunakan diagram sebab akibat atau yang disebut fishbone chart.

Adapun penggunaan diagram sebab akibat untuk menelusuri jenis

masing-masing kerusakan yang terjadi adalah sebagai berikut :

1). Kurang Matang/Gosong

Gambar 4.8.
Diagram Sebab Akibat
Untuk Jenis Produk Roti Kurang Matang/Gosong

Manusia Metode

Tidak mengecek
kembali Kurang Koordinasi

Ceroboh

Salah perhitungan
Kurang
Matang/Gosong
Panas tidak
Udara panas beraturan
Tidak bersih

Lingkungan Mesin

Sumber : Hasil analisis.

Terjadinya kegosongan atau kurang matang ini adanya kecerobohan

pekerja, tidak mengecek kembali sehingga salah perhitungan, ini disebabkan

kurangnya koordinasi kepada orang yang lebih berpengalaman (pimpinan

misalnya), ruang kerja terasa panas, mesin oven tidak beraturan panasnya, dan

mesin oven tidak bersih.


89

2). Kenceran/Kekentalan

Gambar 4.9.
Diagram Sebab Akibat
Untuk Jenis Produk Roti Keenceran/Kekentalan

Manusia Metode

Tidak mengecak
kembali Kurang Koordinasi

Ceroboh

Salah perhitungan

Keeneceran/
Kekantalan
Tidak pakai
Udara panas pedoman
Coroboh

Lingkungan Mesin

Sumber : Hasil analisis.

Adanya keenceran atau kekentelan antara bahan baku dan air

disebabkan tidak adanya pedoman yang dijadikan standar, ini hanya karena

adanya perasaan (kata hati) inilah penyebabnya kecerobohan dari pekerja,

tidak mengecek kembali sehingga salah perhitungan, disamping itu kurangnya

koordinasi sesama pekerja atau kepada pimpinan yang lebih berpengalaman.

Disamping itu, adanya rasa pengab karena udara cukup panas meskipun

dipasang kipas angin, ini mungkin adanya faktor kelelahan fisik pekerja

sehingga mesin-mesin (oven) pun kurang diperhatikan.


90

3). Bahan Penolong Rasa

Gambar 4.10.
Diagram Sebab Akibat
Untuk Jenis Produk Roti Bahan Penolong Rasa

Manusia Metode

Tidak mengecak
kembali Kurang Koordinasi

Ceroboh

Salah perhitungan

Bahan penolong
rasa
Tidak pakai
Udara panas pedoman

Coroboh
Asal-asalan

Lingkungan Mesin

Sumber : Hasil analisis.

Dalam pencampuran bahan-bahan penolong seperti seperti gula pasir,

mentega atau margarine, telur, obat his, garam, sari rasa, vanili perasa seperti

kacang hijau, kelapa parut, coklat, strawberry, dan nenas. Ini karena tidak ada

takaran yang konsisten, sehingga sepenuhnya hanya menggunakan perasaan

(kata hati) atau pedoman sehingga menyebabkan kecerobohan dalam

pencampurannya, dan lebih lagi tidak mengecak kembali yang menyebabkan

salah perhitungan, dan kurangnya koordinasi kepada pekerja lain, terutama

pimpinan yang lebih berpengalaman, udara terasa panas serta penggunaan

mesin (oven) juga ceroboh terutama kurang memahami kebersihan mesin

(oven).
91

g. Diagram Alir

Roti adalah makanan ringan baik untuk anak-anak maupun orang dewasa baik

untuk cemilan maupun pada saat lapar. Tahapan pembuatan roti, pertama-tama

adalah adonan tepung terigu dengan air matang , kemudian diaduk merata dengan

keketalan tertentu. Kedua, kemudian dicapur dengan perasa seperti gula pasir,

mentega atau margarine, telur, obat his, garam, sari rasa dan vanili, hasilnya

adalah adonan siap dicampur dengan perasa seperti kacang hijau, kelapa parut,

coklat, strawberry, dan nenas. Ketiga, campuran tersebut siap dimasak (dimasukan

pangangan atau oven). Keempat, Keempat, roti yang sudah masuk diangkat dari

oven, kemudian diperiksa (kontrol) kerusakannya yaitu masalah kegosongan atau

kurang matang, keenceran atau kekentalan dan campuran perasa.

Gambar. 4.11.
Diagram Alir

Bahan baku Pencampuran Produk rusak

Adonan siap Roti masak Pengontrolan


dimasak diangkat

4.3. Pembahasan

Sebagai pabrik manufaktur yang bergerak di bidang pengolahan Roti Citra

Carina Palangka Raya maka dituntut untuk selalu menghasilkan produk yang

berkualitas. Pabrik diharuskan dapat menyelesaikan seluruh produk yang telah

diditargetkan. Oleh karena itu pabrik harus menerapkan sistem produksi yang tepat dan
92

sistematis yaitu dengan menerapkan program pengendalian kualitas terhadap produk

yang dihasilkan oleh pabrik.

Dalam upaya menerapkan pengendalian kualitas untuk menekan tingkat

kerusakan produk, pabrik menetapkan standar kualitas produksi untuk target kumulatif

ditentukan sebesar 5 % dari jumlah yang diproduksi. Pengendalian kualitas dilakukan

terhadap bahan baku, proses produksi dan produk jadi yang dilakukan oleh pimpinan

sebagai pelaksana Quality Control. Dari pengamatan dan pengumpulan data yang

dilakukan, diketahui bahwasannya kerusakan yang terjadi cukup tinggi dan bahkan

diantaranya ada yang melebihi batas toleransi yang ditetapkan oleh pabrik.

Tingginya angka kerusakan produk tentunya menjadi sebuah kerugian bagi pabrik

karena akan menciptakan pemborosan. Pabrik membutuhkan suatu tindakan yang dapat

mengatasi permasalahan tersebut. Statistik proses kontrol merupakan alat statistik yang

bisa digunakan untuk melakukan pengendalian kualitas sekaligus dapat mengetahui

prioritas kerusakan yang paling besar, mencari penyebab kerusakan dan menentukan

batas kendala.

Dalam melakukan pengendalian kualitas secara statistik, langkah pertama yang

akan dilakukan adalah membuat check sheet. Check sheet berguna untuk mempermudah

proses pengumpulan data serta analisis. Selain itu pula berguna untuk mengetahui area

permasalahan berdasarkan frekuensi dari jenis atau penyebab dan mengambil keputusan

untuk melakukan perbaikan atau tidak.

Sebagai catatan bahwa pada satu periode hasil produksi, bisa saja terdapat tidak

hanya satu jenis kerusakan (roti), akan tetapi bisa lebih dari satu macam. Oleh karena
93

itu, jenis kerusakan yang dicatat oleh bagian produksi adalah jenis kerusakan yang

paling dominan.

a. Check sheet

Adapun hasil pengumpulan data melalui check sheet yang telah dilakukan

menjelaskan bahwa rata-rata kurang matang atau gosong 213 unit, keenceran atau

kekentalan 191 unit dan masalah bahan perasa sebanyak 287 unit. Persentase

jumlah kerusakan nampaknya berfluktuasi (turun-naik) yang terendah adalan 1,93

% dan yang tertinggi sebanyak 5,99 %, dengan rata-rata 4,05 %. Memang masih

dibawah toleransi 5,00 % tetapi perlu diatasi secepatnya jangan sampai naik terus.

b. Grafik Balok (Histogram)

Data produk roti tersebut disajikan dalam bentuk grafik balok yang dibagi

berdasarkan jenis produk roti masing-masing, dimana adalah faktor campuran

bahan perasa, kemudian kurang matang atau gosong, berikutnya keenceran atau

kekentalan antara bahan baku tepung dengan air.

c. Diagram Scatter (sebaran Data)

Sebaran data tersebut, dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara kurang

matang atau gosong dengan keenceran atau kekentalan, karena arahnya searah.

Sedangkan kurang matang atau gosong dengan bahan perasa tidak ada

hubungannya, begitu juga antara keenceran atau kekentalan dengan bahan perasa.

d. Peta Kendali p

Dilihat jumlah produk roti yang dihasilkan, ada beberapa yang melebihi batas

toleransi yang ditetapkan pabrik sebesar 5,00 %, ada pula yang masih dibawah

batas toleransi. Dengan rata-rata (garis pusat atau Central Line =CL) 4,10 %,
94

dengan batas kendali atas (Upper Control Limit atau UCL) dan batas kendali

bawah atau Lower Control Limit (LCL) yang juga 4,10 %.

Dalam gambar peta kendali p diatas hanya 8 (delapan) titik yang berada didalam

batas bawah kendala dan sisanya diatas batas kendali, ini menunjukkan terjadi

penyimpangan. Hal tersebut menyatakan bahwa pengendalian kualitas di Pabrik

Roti Citra Carina Palangka Raya memerlukan adanya perbaikan. Karena adanya

titik berfluktuasi sangat tinggi dan tidak beraturan yang menunjukkan bahwa proses

produksi masih mengalami penyimpangan.

e. Diagram Pareto

Berdasarkan jumlah kerusakan, mulai dari yang terbesar hingga yang terkecil dan

dibuat persentase kumulatifnya. Persentase kumulatif berguna untuk menyatakan

berapa perbedaan yang ada dalam frekuensi atau jumlah kejadian diantara beberapa

permasalahan yang dominan. Dimana hampir 50 % kerusakan (roti) yang terjadi

bulan Mei 2021 didominasi oleh 3 jenis kerusakan yaitu karena

keenceran/kekentalan persentase 12,93 % kemudian kurang matang/gosong dengan

persentase 14,47 % dan faktor bahan penolong rasa sebesar 19,37 %

f. Diagram Sebab Akibat (Fishbone Chart )

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dan menjadi penyebab kerusakan

produk secara umum sebagai berikut:

Terjadinya kegosongan atau kurang matang ini adanya kecerobohan pekerja, tidak

mengecek kembali sehingga salah perhitungan, kurangnya koordinasi kepada orang

yang lebih berpengalaman (pimpinan misalnya), ruang kerja terasa pengap (panas),

mesin oven tidak beraturan panasnya berserta panas, dan mesin oven tidak bersih.
95

Adanya keenceran atau kekentalan antara bahan baku dan air disebabkan tidak

adanya pedoman yang dijadikan standar, ini hanya karena adanya perasaan (kata

hati) inilah penyebabnya kecerobohan dari pekerja, tidak mengecek kembali

sehingga salah perhitungan, disamping itu kurangnya koordinasi sesama pekerja

atau kepada pimpinan yang lebih berpengalaman. Disamping itu, adanya rasa

pengab (panas) meskipun dipasang kipas angin, ini mungkin adanya faktor

kelelahan fisik pekerja sehingga mesin-mesin (oven) pun kurang diperhatikan.

Adanya pencampuran bahan-bahan penolong yang tidak sempurna, hanya atas

dasar kata hati saja seperti gula pasir, mentega atau margarine, telur, obat his,

garam, sari rasa, vanili perasa seperti kacang hijau, kelapa parut, coklat,

strawberry, dan nenas. Hal ini karena tidak ada takaran (ukuran) yang konsisten,

sehingga sepenuhnya hanya menggunakan perasaan (kata hati) atau pedoman

sehingga menyebabkan kecerohon dalam pencampurannya, dan lebih lagi tidak

mengecak kembali yang menyebabkan salah perhitungan, dan kurangnya

koordinasi kepada pekerja lain, terutama pimpinan yang lebih berpengalaman.

Disamping itu udara terasa panas serta kurang bersih memahami kebersihan mesin

(oven).

g. Diagram Alir

Berdasarkan diagram alir menunjukan tahapan-tahapan yang dilalui dalam proses

produksi sehingga ditemukan kerusakan-kerusakan produk roti.

4.4. Implikasi Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini dapat diimplikasikan kedalam teoritis, empiris dan

manajerial, sebagai berikut :


96

a. Implikasi teori

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada tingkat kerusakan hasil produksi pada

Pabrik Roti Citra Carina Palangka Raya, terutama ada 3 jenis kerusakan yaitu

adanya kegosongan atau kurang matang, keenceran atau kekentalan, dan bahan

perasa. Oleh karena itu, pabrik roti ini perlu ditingkatkan lagi dalam masalah

pengontrolan atau pengawasan agar produk roti dapat ditingkatkan kualitasnya.

b. Implikasi Empiris

Masalah yang terjadi pada pabrik roti Citra Carina Palangka Raya ini disebabkan

adanya faktor tenaga kerja, bisa karena kurangnya pengalaman kerja atau karena

kelelahan fisik para pekerja sehingga mereka bekerja kurang konsisten (tidak

fukos) dan konsekuen (tanggung jawab). Faktor penyebabnya adalah mereka

bekerja dengan waktu yang full (penuh) dan kurangnya sirkulasi udara yang

menyegarkan meskipun ada kipas angin.

c. Implikasi Manajerial

Hasil penelitian ini memberikan sumbangan terhadap pihak manajemen dalam

keputusannya, Oleh karena itu, perlu diterapkan manajemen pengawasan dalam

pelaksanaan dalam upaya meningkatkan kualitas produk, karena ini berdampak

terhadap kelangsungan hidup perusahaan.

4.5. Keterbatasan Penelitian

Masalah kualitas produk hanyalah sebagian masalah yang dihadapi perusahaan,

tetapi yang penting bagi perusahaan adalah memperhatikan kesanggupan para pekerja
97

dalam bekerja, terutama jumlah pekerja ada dan waktu jam kerja jangan sampai

melelahkan. Oleh karena itu perlunya diterapkan jam kerja yang cukup longgar.
98

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Proses pengendalian kualitas (quality control) pada Pabrik Roti Citra Carina

Palangka Raya tidak hanya berlangsung pada hasil akhir (produk jadi) melainkan juga

dimulai pada saat bahan baku masuk gudang, proses produksi sampai proses akhir

produk tersebut. Proses produksi terjadi karena adanya interaksi antara berbagai faktor

produksi seperti input (bahan baku, tenaga kerja, mesin) bersatu padu untuk

menciptakan barang yang mempunyai nilai tambah dan nilai guna (kualitas) yang lebih

tinggi yang diperlukan konsumen. Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah :

a. Check sheet, bahwa rata-rata masalah keenceran atau kekentalan 191 unit (12,93

%), kurang matang atau gosong 213 unit (14,47 %), dan masalah bahan perasa

sebanyak 287 unit (19,37 %).

b. Grafik balok (histogram), bahwa faktor yang terbesar sampai yang terkecil adalah

campuran bahan perasa, kurang matang atau gosong, berikutnya keenceran atau

kekentalan antara bahan baku tepung dengan air.

c. Diagram scatter (sebaran data), bahwa ada hubungan antara kurang matang atau

gosong dengan keenceran atau kekentalan, karena arahnya searah. Sedangkan

kurang matang atau gosong dengan bahan perasa tidak ada hubungannya, begitu

juga antara keenceran atau kekentalan dengan bahan perasa.

d. Peta Kendali p, bahwa ada beberapa yang melebihi batas toleransi (5 %), ada pula

yang masih dibawah batas toleransi. Namun demikian rata-rata (garis pusat atau

Central Line =CL), batas kendali atas (Upper Control Limit atau UCL) dan batas

kendali bawah atau Lower Control Limit (LCL) adalah 4,10 %.

98
99

e. Diagram Pareto, bahwa berdasarkan kumulatif menunjukan hampir 50 %

didominasi oleh 3 jenis kerusakan yaitu karena keenceran/kekentalan persentase

12,93 % kemudian kurang matang/gosong dengan persentase 14,47 % dan faktor

bahan penolong rasa sebesar 19,37 %.

f. Diagram sebab akibat (fishbone chart ), bahwa terjadinya kegosongan atau kurang

matang, keenceran atau kekentalan antara bahan baku dan air dan pencampuran

bahan-bahan penolong yang tidak sempurna, disebabkan adanya kecerobohan

pekerja, tidak adanya standar yang dapat dijadikan pedoman hanya hati nurani

(kata hati) yang dijadikan ukuran, tidak mengecek kembali sehingga salah

perhitungan, kurangnya koordinasi kepada orang yang lebih berpengalaman

(pimpinan misalnya), ruang kerja terasa pengap (panas) meskipun dipasang kipas

angin, mesin oven tidak beraturan panasnya berserta ruangan agak panas, dan

mesin oven tidak bersih.

g. Diagram alir, bahwa berdasarkan diagram alir menunjukan tahapan-tahapan yang

dilalui dalam proses produksi sehingga ditemukan kerusakan-kerusakan produk

roti.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil analisi tersebut maka dapat diberikan saran-saran kepada

pihak manajemen pabrik roti Citra Carina Palangka Raya, antara lain :

a. Perlunya penggunaan metode statistik untuk dapat mengetahui jenis kerusakan

yang sering terjadi dan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya, agar dapat segera

melakukan tindakan pencegahan untuk mengurangi terjadinya kerusakan produk.


100

b. Berdasarkan analisis pabrik dapat melakukan perbaikan kualitas dengan

memfokuskan perbaikan pada jenis kerusakan yang memiliki jumlah besar atau

dominan dalam produksi.

c. Secara umum penyebab utama terjadinya kerusakan berasal dari faktor manusia

dan mesin. Hal tersebut berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap

kerusakan, terutama pada manusia melalui :

1). Melakukan pengawasan atas para pekerja dengan lebih ketat.

2). Memberikan pelatihan dan pedoman kerja terutama standar pengukuran

sebagai pedoman kepada para pekerja.

3). Memotivasi para pekerja agar kegairahan kerja selalu meningkat. Dengan

motivasi kerja yang tinggi maka diharapkan mereka akan selalu melakukan

perawatan mesin-mesin dan selalu membersihkan mesin-mesin (oven).

______
101

DAFTAR PUSTAKA

Adita Nurkholiq, Oyon Saryono, dan Iwan Setiawan, 2019. Analisis Pengendalian
Kualitas (Quality Control) Dalam Meningkatkan Kualitas Produk ,
Volume 6 Nomor 2 Oktober 2019 JEIM 393 P-ISSN : 2355-6099e-ISSN
: 2620-6188, Alumni Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Galuh
Ariani, Dorothea Wahu, 2014. Pengendalian Kualitas Statistik (Pendekatan
Kuantitatif dalam Manajemen Kualitas), CV. Andi Offset, Yogyakarta.
Assauri, Sofjan, 2013. Manajemen Operasi Produksi: Pencapaian Sasaran
Organisasi Berkesinambungan, Rajawali Press, Jakarta.
Bakti, Afri Maialim, 2019. Peran Quality Control Dalam Meningkatkan Kualitas
Produk Perusahaan Lunch Box (Studi Kasus PT Majapura Bobotsari
Purbalingga Jawa Tengah), Skripsi, Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (Iain)
Purwokerto.
Besterfield, D. H. 2009. Quality Control (8thedition). New Jersey: Pearson
PrenticeHall.
Fakhri, Faiz Al, 2010. Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Di PT. Masscom
Grahpy Dalam Upaya Mengendalikan Tingkat Kerusakan Produk
Menggunakan Alat Bantu Statistik, Skripsi, Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro Semarang.
Gaspersz, Vincent, 2011. Total Quality Management, PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Griffin, Jill, 2013. Customer Loyalty, Menumbuhkan dan mempertahankan
Kesetiaan Pelanggan, Erlangga, Jarakta.
Harahap, Sandra Aprilia, 2016. Analisis Pengendalian Kualitas Produk Keripik
Pisang Puri Jaya Pada Pd. Puri Jaya Di Bandar Lampung, Skripsi,
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Heizer, Jay and Barry Render, 2006. Operations Management (Manajemen
Operasi), Salemba Empat, Jakarta.
Kotler, P., dan Armstrong G., 2011. Prinsip-prinsip Pemasaran, Terjemahan
A.Sindro, PT. Prenhallindo, Jakarta.
Kotler, Philip (2010) Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan,
Implementasi dan Kontrol, Edisi Bahasa Indonesia, Simon & Schuster
(Asia) Pte.Ltd., Jakarta.
Krajewski, Lee J. and Larry P. Ritzman. 1987. Operations Management : Strategy
and Analysis. Terjemahan, Addison-Wesley P:ublishing Company. Inc.
Lupiyoadi, Rambat, 2011. Pemasaran Jasa, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
102

Malo, Manasse, dkk., 2015. Metode Penelitian Sosial, Penerbit Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Martoyo, Sosilo, 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, BPFE-
Yogyakarta.
Meriza, Ayu Tiara, 2017. Analisis Pengendalian Kualitas Pada ‘Dunkin’ Donuts
Di Bandar Lampung, Skripsi, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Lampung Bandar Lampung.
Montgomery, Douglas C., 2001. Introduction to Statistical Quality Control. 4th
Edition. John Wiley & Sons, Inc. New York.
Nasution, M. Nur (2001) Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management),
Ghalia Indonesia, Jakarta.
Nazir, Moh., 2013. Metode Penelitian, Edisi Revisi, Penerbit Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Prawirosentono, Suyadi, 2010. Manajemen Mutu Terpadu: Total Quality
Management Abad 21 Studi Kasus Dan Analisis. PT Bumi Aksara.
Jakarta.
Render, B., Heizer, 2010. Manajemen Operasi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Ronohadiwidjojo dan Reksohadiprodjo, 2012. Perencanaan dan Pengawasan
Produksi, BPFE-Yogyakarta.
Surakhmad, Winarno, 2015. Pengantar Penelitian Ilmiah, Penerbit Tarsito,
Bandung.
Swastha, Basu DH., dan Irawan, 2013. Manajemen Pemasaran Modern,
Liberty Yogyakarta.
Tjiptono, Fandy dan Anastasia, Diana, 2013. Total Quality Management, CV.
Andi Offset, Yogyakarta.
Tjiptono, Fandy, 2017. Strategi Bisnis Pemasaran, CV. Andi Offset,
Yogyakarta.
Wahyuni, Hana Catur, dkk, 2015. Pengendalian Kualitas, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Walker, Orville C., dkk., 2015. Manajemen Pemasaran Suatu Pendekatan
Strategis dengan Orientasi Global, Erlangga, Jakarta.
Yamit, Zalian, 2010. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Penerbit Ekonisia,
Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta.

________

Anda mungkin juga menyukai