Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA

I. SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA


Indonesia adalah negara yang memiliki letak geografis yang sangat strategis, karena
berada di antara dua benua (Asia dan Eropa) serta dua samudra (Pasifik dan Hindia), sebuah
posisi yang strategis dalam jalur pelayaran perdagangan antar benua.Perdagangan saat itu
mengenal sebutan jalur sutra laut, yaitu jarur dari Tiongkok dan Indonesia yang melalui Selat
Malaka menuju ke India.Perdagangan laut antara India, Tiongkok, dan Indonesia dimulai
pada abad pertama sesudah masehi, demikian juga hubungan Indonesia dengan daerah-daerah
di Barat (Kekaisaran Romawi).Perdagangan di masa kerajaan-kerajaan tradisional disebut
oleh Van Leur mempunyai sifat kapitalisme politik, dimana pengaruh raja-raja dalam
perdagangan itu sangat besar.Misalnya di masa Sriwijaya, saat perdagangan internasional dari
Asia Timur ke Asia Barat dan Eropa, mencapai zaman keemasannya.Raja-raja dan para
bangsawan mendapatkan kekayaannya dari berbagai upeti dan pajak.Tak ada proteksi
terhadap jenis produk tertentu, karena mereka justru diuntungkan oleh banyaknya kapal yang
lewat di daerah mereka.
Sejarah Perekonomian Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 4 masa, yaitu:
1. Masa Sebelum Kemerdekaan
Daya tarik Indonesia akan sumber daya alam dan rempah-rempah membuat bangsa-
bangsa Eropa berbondong-bondong datang untuk menguasai Indonesia. Sebelum merdeka
setidaknya ada 4 negara yang pernah menjajah Indonesia, diantaranya adalah Portugis,
Belanda, Inggris, dan Jepang.

Pada masa penjajahan Portugis, perekonomian Indonesia tidak banyak mengalami


perubahan dikarenakan waktu Portugis menjajah tidaklah lama disebabkan kekalahannya
oleh Belanda untuk menguasai Indonesia, sehingga belum banyak yang dapat diberlakukan
kebijakan.
Dalam masa penjajahan Belanda selama 350 tahun Belanda melakukan berbagai
perubahan kebijakan dalam hal ekonomi, salah satunya dengan dibentuknya Vereenigde
Oost-Indische Compagnie (VOC). Belanda memberikan wewenang untuk mengatur Hindia
Belanda dengan tujuan menghindari persaingan antar sesama pedagang Belanda, sekaligus
untuk menyaingi perusahaan imperialis lain seperti EIC milik Inggris.
Untuk mempermudah aksinya di Hindia Belanda, VOC diberi hak Octrooi, yang antara lain
meliputi :
1. Hak mencetak uang

2. Hak mengangkat dan memberhentikan pegawai


3. Hak menyatakan perang dan damai
4. Hak untuk membuat angkatan bersenjata sendiri
5. Hak untuk membuat perjanjian dengan raja-raja
Hak-hak itu seakan melegalkan keberadaan VOC sebagai “penguasa” Hindia Belanda.
Namun walau demikian, tidak berarti bahwa seluruh ekonomi Nusantara telah dikuasai VOC.
Kenyataannya, sejak tahun 1620, VOC hanya menguasai komoditi-komoditi ekspor sesuai
permintaan pasar di Eropa, yaitu rempah-rempah.
Namun pada tahun 1795, VOC dibubarkan karena dianggap gagal dalam mengeksplorasi
kekayaan Hindia Belanda. Kegagalan itu nampak pada defisitnya kas VOC, yang antara lain
disebabkan oleh :
1. Peperangan yang terus-menerus dilakukan oleh VOC dan memakan biaya besar
2. Penggunaan tentara sewaan membutuhkan biaya besar
3. Korupsi yang dilakukan pegawai VOC sendiri
4. Pembagian dividen kepada para pemegang saham, walaupun kas deficit
Cultuurstelstel (sistem tanam paksa) mulai diberlakukan pada tahun 1836 atas inisiatif Van
Den Bosch dengan tujuan memproduksi berbagai komoditi yang diminta di pasar dunia.
Sistem tersebut sangat menguntungkan Belanda namun semakin menyiksa pribumi.Sistem ini
merupakan pengganti sistem landrent dalam rangka memperkenalkan penggunaan uang pada
masyarakat pribumi.Masyarakat diwajibkan menanam tanaman komoditas ekspor dan
menjual hasilnya ke gudang-gudang pemerintah untuk kemudian dibayar dengan harga yang
sudah ditentukan oleh pemerintah. Cultuurstelstel melibatkan para bangsawan dalam
pengumpulannya, antara lain dengan memanfaatkan tatanan politik Mataram–yaitu kewajiban
rakyat untuk melakukan berbagai tugas dengan tidak mendapat imbalan–dan memotivasi para
pejabat Belanda dengan cultuurprocenten (imbalan yang akan diterima sesuai dengan hasil
produksi yang masuk gudang).
Bagi masyarakat pribumi, sudah tentu cultuurstelstel amat memeras keringat dan
darah mereka, apalagi aturan kerja rodi juga masih diberlakukan. Namun segi positifnya
adalah, mereka mulai mengenal tata cara menanam tanaman komoditas ekspor yang pada
umumnya bukan tanaman asli Indonesia, dan masuknya ekonomi uang di pedesaan yang
memicu meningkatnya taraf hidup.
Sistem Ekonomi Pintu Terbuka (Liberal) terjadi karena adanya desakkan kaum
Humanis Belanda yang menginginkan perubahan nasib warga pribumi kearah yang lebih baik
dengan mendorong pemerintah Belanda mengubah kebijakkan ekonominya. Dibuatlah
peraturan-peraturan agrarian yang baru, yang antara lain mengatur tentang penyewaan tanah
pada pihak swasta untuk jangka 75 tahun dan aturan tentang tanah yang boleh disewakan dan
yang tidak boleh. Pada akhirnya, sistem ini bukannya meningkatkan kesejahteraan pribumi,
tapi malah menambah penderitaan, terutama bagi para kuli kontrak yang tidak diperlakukan
layak.
Inggris berusaha merubah pola pajak hasil bumi yang telah hampir dua abad
diterapkan oleh Belanda, dengan menerapkan Landrent (pajak tanah). Selain itu, dengan
landrent, maka penduduk pribumi akan memiliki uang untuk membeli barang produk Inggris
atau yang diimpor dari India. Inilah imperialisme modern yang menjadikan tanah jajahan
tidak sekedar untuk dieksplorasi kekayaan alamnya, tapi juga menjadi daerah pemasaran
produk dari negara penjajah.
Pemerintah militer Jepang menerapkan kebijakan pengerahan sumber daya ekonomi
untuk mendukung gerak maju Jepang dalam Perang Pasifik.Akibatknya terjadi perombakan
besar-besaran dalam struktur ekonomi masyarakat.Kesejahteraan merosot tajam dan terjadi
bencana kekurangan pangan, karena produksi bahan makanan untuk memasok pasukan
militer dan produksi minyak jarak untuk pelumas pesawat tempur menempati prioritas utama.
2. Masa Orde Lama
Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)
Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk karena inflasi
yang disebabkan oleh beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali.Pada
Oktober 1946 pemerintah RI mengeluarkan ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai
pengganti uang Jepang.Namun adanya blokade ekonomi oleh Belanda dengan menutup pintu
perdagangan luar negeri mengakibatkan kekosongan kas negara.
Dalam menghadapi krisis ekonomi-keuangan, pemerintah menempuh berbagai kegiatan,
diantaranya :
 Pinjaman Nasional, menteri keuangan Ir. Soerachman dengan persetujuan Badan Pekerja
Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP) mengadakan pinjaman nasional yang akan
dikembalikan dalam jangka waktu 40 tahun.
 Hubungan dengan Amerika, Banking and Trade Coorporation (BTC) berhasil
mendatangkan Kapal Martin Behrman di pelabuhan Ciberon yang mengangkut kebutuhan
rakyat, namun semua muatan dirampas oleh angkatan laut Belanda.
 Konferensi Ekonomi, Konferensi yang membahas mengenai peningkatan hasil produksi
pangan, distribusi bahan makanan, sandang, serta status dan administrasi perkebunan
asing.
 Rencana Lima Tahunan (Kasimo Plan), memberikan anjuran memperbanyak kebun bibit
dan padi ungul, mencegah penyembelihan hewan-hewan yang membantu dalam pertanian,
menanami tanah terlantar di Sumatra, dan mengadakan transmigrasi.
 Keikutsertaan Swasta dalam Pengembangan Ekonomi Nasional, mengaktifkan dan
mengajak partisipasi swasta dalam upaya menegakkan ekonomi pada awal kemerdekaan.
 Nasionalisasi de Javasche Bank menjadi Bank Negara Indonesia,
 Sistem Ekonomi Gerakan Benteng (Benteng Group)
 Sistem Ekonomi Ali-Baba
Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
Perekonomian diserahkan sepenuhnya pada pasar, padahal pengusaha pribumi masih
belum mampu bersaing dengan pengusaha non-pribumi.Pada akhirnya hanya memperburuk
kondisi perekonomian Indonesia.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasinya antara lain:
 Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang untuk mengurangi jumlah uang yang
beredar agar tingkat harga turun
 Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu menumbuhkan wiraswasta pribumi agar bisa
berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional
 Pembatalan sepihak atas hasil-hasil KMB, termasuk pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)
Sebagai akibat Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem
demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme
(segalanya diatur pemerintah).Namun lagi-lagi sistem ini belum mampu memperbaiki
keadaan ekonomi Indonesia. Akibatnya adalah :
 Devaluasi menurunkan nilai uang dan semua simpanan di bank diatas 25.000 dibekukan
 Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis
Indonesia dengan cara terpimpin
 Kegagalan dalam berbagai tindakan moneter
3. Masa Orde Baru

Pada awal orde baru, stabilitas ekonomi dan politik menjadi prioritas utama.Program
pemerintah berorintasi pada pengendalian inflasi, penyelamatan keuangan negara dan
pengamanan kebutuhan pokok rakyat.Setelah melihat pengalaman masa lalu, dimana dalam
sistem ekonomi liberal ternyata pengusaha pribumi kalah bersaing dengan pengusaha
nonpribumi dan sistem etatisme tidak memperbaiki keadaan, maka dipilihlah sistem ekonomi
campuran dalam kerangka sistem ekonomi demokrasi pancasila.Ini merupakan praktek dari
salah satu teori Keynes tentang campur tangan pemerintah dalam perekonomian secara
terbatas.
Kebijakan ekonominya diarahkan pada pembangunan di segala bidang, tercermin
dalam 8 jalur pemerataan : kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan, pembagian
pendapatan, kesempatan kerja, kesempatan berusaha, partisipasi wanita dan generasi muda,
penyebaran pembangunan, dan peradilan. Semua itu dilakukan dengan pelaksanaan pola
umum pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) secara periodik lima tahunan yang disebut
Pelita.
Hasilnya, pada tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras, penurunan angka
kemiskinan, perbaikan indikator kesejahteraan rakyat seperti angka partisipasi pendidikan
dan penurunan angka kematian bayi, dan industrialisasi yang meningkat pesat. Pemerintah
juga berhasil menggalakkan preventive checks untuk menekan jumlah kelahiran lewat KB.
Namun dampak negatifnya adalah kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan
sumber-sumber daya alam, perbedaan ekonomi antar daerah, antar golongan pekerjaan dan
antar kelompok dalam masyarakat terasa semakin tajam, serta penumpukan utang luar
negeri.Disamping itu, pembangunan menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang sarat
korupsi, kolusi dan nepotisme.Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi
tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang adil.
Sehingga meskipun berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tapi secara fundamental
pembangunan nasional sangat rapuh.Akibatnya, ketika terjadi krisis yang merupakan imbas
dari ekonomi global, Indonesia merasakan dampak yang paling buruk.Harga-harga
meningkat secara drastis, nilai tukar rupiah melemah dengan cepat, dan menimbulkan
berbagai kekacauan di segala bidang, terutama ekonomi.
4. Masa Orde Reformasi
Orde reformasi dimulai saat kepemimpinan presiden BJ.Habibie, namun belum terjadi
peningkatan ekonomi yang cukup signifikan dikarenakan masih adanya persoalan-persoalan
fundamental yang ditinggalkan pada masa orde baru. Kebijakan yang menjadi perhatian
adalah cara mengendalikan stabilitas politik. Sampai pada masa kepemimipinan presiden
Abdurrahman Wahit, Megawati Soekarnoputri, hingga sekarang masa kepemimpinan
presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun masalah-masalah yang diwariskan dari masa orde
baru masih belum dapat diselesaikan secara sepenuhnya.Bisa dilihat dengan masih adanya
KKN, inflasi, pemulihan ekonomi, kinerja BUMN, dan melemahnya nilai tukar rupiah yang
menjadi masalah polemik bagi perekonomian Indonesia.
Masa Kepemimpinan Megawati Soekarnoputri
Masalah yang mendesak untuk dipecahkan adalalah pemulihan ekonomi dan
penegakan hukum. Kebijakan yang dilakukan untuk mengatasi persoalan ekonomi antara
lain:
Meminta penundaan utang sebesar US$ 5,8 Milyar pada pertemuan paris Club ke-3 dan
mengalokasikan pemabayaran utang luar negri sebesar 116,3 Trilliun. Kebijakan privatisasi
BUMN.Privatisasi yaitu menjual perusahaan negara di dalam periode krisis dengan tujuan
melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi
beban negara. Penjaualan tersebut berhasil menaikan partumbuhan ekonomi Indonesia
menajadi 4,1%. Namun kebijakan ini menibulkan kontroversi yaitu BUMN yang di
privatisasikan dijual pada perusahaan asing.
Masa kepemimpinan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono
Kebijakan kontroversial pertama Presiden Yudhoyono adalah mengurangi subsidi
BBM, yang dilatarbelakangi oleh naiknya harga minyak dunia.Anggaran subsidi BBM
dialihkan ke subsidi sektor pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung
peningkatan kesejahteraan masyrakat.Kemudian muncul pula kebijakan kontroversial yang
kedua yakni BLT bantuan langsung tunai bagi masyarakat miskin.Namun kebanyakan
BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan pembagaiannya juga banyak menimbulkan
masalah sosial.Kebijkan yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan perkapita adalah
mengandalkan pembangunan infrastruktur summit pada bulan 2006 lalu, yang
mempertemukan para investor dengan kepala-kepala daerah. Dengan semakin banyak
investasi asing di Indonesia, diharapakan jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah.
Pada pertengahan bulan oktober 2006 Indonesia melunasi seluruh sisa hutang pada IMF
sebesar 3,2 Miliar dolar AS. Harapan kedepannya adalah Indonesia tidak lagi mengikuti
agenda-agenda IMF dalam menentukan kebijakan dalam negeri.
Sistem Perekonomian Indonesia Saat Ini
Sebagian orang berpendapat bahawa sistem yang digunakan sekarang lebih condong
ke barat atau disebut sistem ekonomi liberal/kapitalis, sistem yang membebaskan segala
macam bentuk kegiatan ekonomi.Pemerintah tak ada urusan dengan ekonomi yang dilakukan
oleh rakyat. Mereka semua mendapat hak yang sama untuk berkreatifitas tak ada larangan.
sistem perekonomian Indonesia diarahkan untuk mengikuti mekanisme pasar disamping
dominasi kekuatan korporasi swasta yang semakin menguat. Contohnya saja masuknya
Sistem tersebut dapat kita lihat dari beberapa Indikator yaitu :
1. Dihapusnya berbagai subsidi untuk masyarakat secara bertahap, sehingga harga
barang barang strategis ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar.
2. Nilai Kurs rupiah tidak boleh dipatok dengan kurs tetap, sehingga besar kecilnya kurs
rupiah akan ditentukan oleh mekanisme pasar.
3. Perusahaan BUMN mulai beralih ke pihak swasta, sehingga peran pemerintah
semakin berkurang.
4. Keikutsertaan bangsa Indonesai dalam kancah WTO dan perjanjian GATT yang
semakin menunjukan komitmen bangsa Indonesia dalam tata liberalisme dunia.
Dampak positif yang di timbulkan dari sistem kapitalis ini yaitu dari aspek permodalan, kita
dapat dengan mudah mendapatkan modal dengan cepat dari investor asing sedangkan
dampak negatif dari sistem ini banyak terjadi masalah-masalah seperti pengangguran,
kemiskinan, krisis ekonomi dan hutang luar negeri yang tinggi.
Namun meskipun demikian, bagi saya pribadi perekonomian Indonesia bisa dikatakan
cukup memperlihakan peningkatan yang bisa dibanggakan.Terlihat pada saat terjadi krisis
global, dimana banyak negara di dunia mengalami krisis namun tidaklah demikian di
Indonesia.Indonesia masih bisa bertahan dari krisis ekonomi.

II. PARADIGMA PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA


Paradigma pembangunan perekonomian adalah kerangka keyakinan yang digunakan
sebagai pedoman untuk melihat suatu persoalan dan bagaimana melaksanakan pembangunan
perekonomian.
Di awali pada 1997, terjadi peristiwa reformasi yang menyebabkan perekonomian
luluh lantak hingga mencapai titik terendah dalam sejarah perekonomian bangsa.Luluh
lantaknya perekonomian pada masa ini, hampir menyebabkan terpecah Indonesia menjadi
negara Balkan.
Sejalan dengan reformasi Indonesia, perekonomian Indonesia pun bereformasi dari sistem
perekonomian otoriter menjadi demokrasi, dari perekonomian sentralisasi menjadi
desentralisasi. Sampai 2004, walaupun belum menunjukkan kepulihan total, perekonomian
Indonesia mulai merangkak perlahan menuju kondisi yang lebih baik.Hampir seluruh
pendapatan negara pada waktu itu digunakan untuk membayar hutang.Tingkat kemiskinan
dan penganguran meningkat tajam. Visi 2025 sebagai paradigma baru perekonomian
Indonesia, akan lebih berkonsentrasi pada perekonomian yang berbasis nasional dan sumber
daya alam.

Masalah Pokok dalam Pembangunan Perekonomian Indonesia :


A. Pengangguran
Pengertian Pengangguran
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari
kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya.
Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya
pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat
menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah
pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan
pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang
menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan.Pengangguran yang
berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur
dan keluarganya.
Jenis & Macam Pengangguran
a. Berdasarkan Jam Kerja
Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam:
 Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak
bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
 Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja
secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah
menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama
seminggu.
 Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh
tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum
mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
b. Berdasarkan Penyebab Terjadinya
Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 7 macam:
 Pengangguran Friksional (frictional unemployment)
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang
disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja
dengan pembuka lamaran pekerna penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak
mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja.
 Pengangguran Konjungtural (cycle unemployment)
Pengangguran konjungtoral adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan
gelombang (naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
 Pengangguran Struktural (structural unemployment)
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan
struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Pengangguran struktural bisa
diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti:
 Akibat permintaan berkurang
 Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi
 Akibat kebijakan pemerintah
 Pengangguran Musiman (seasonal Unemployment)
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan
ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur.Contohnya
seperti petani yang menanti musim tanam, pedagang durian yang menanti musim durian.
 Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik
turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran
kerja.
 Pengangguran Teknologi
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau
penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.
 Pengangguran Siklus
Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya
kegiatan perekonomian karena terjadi resesi.Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya
permintaan masyarakat (aggrerate demand).
c. Kebijakan Pemerintah Mengatasi Pengangguran
 Mengatasi masalah kependudukan dengan mengendalikan pertumbuhan penduduk,
 Mendukung terciptanya peningkatan kegiatan ekonomi yang diharapkan membuka
peluang dan kesempatan kerja lebih banyak,
 Memperbanyak pusat pelatihan kerja dan memberi kemudahan pengelolahan sekolah
kejuruan,
 Membuka kesempatan dan lapangan kerja di daerah yang kurang berkembang kegiatan
ekonominya,
 Menggalakkan ekspor jasa berupa tenaga kerja ke luar negeri.
B. Inflasi
Pengertian Inflasi
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat,
berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai
termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Inflasi adalah proses dari
suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap
tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat
perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus
dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan
peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
Inflasi terjadi apabila :
 Diwarnai kenaikan harga-harga komoditi secara umum.
 Dapat diketahui dan dihitung jika telah berjalan dalam kurun waktu tertentu dan dalam
wilayah tertentu.
Inflasi dapat dibagi dalam :
- Inflasi ringan jika nilainya berkisar 0% s/d 10%
- Inflasi sedang jika nilainya berkisar 10% s/d 30%
- Inflasi berat jika nilainya berkisar 30% s/d 100%
- Hyperinflasi jika nilainya > 100%
Jika dilihat dari sebab-sebab kemuculannya dibagi dalam :
 Inflasi karena naiknya permintaan
 Inflasi karena naiknya permintaan adalah inflasi yang terjadi karena adanya gejala
naiknnya permintaan secara umum.
 Inflasi yang terjadi karena naiknnya biaya produksi
 Inflasi ini terjadi jika kecenderungan naiknya harga lebih diakibatkan karena naiknya
biaya produksi.
 Inflasi yang berasal dari dalam negeri
 Inflasi yang berasal dari dalam negeri adalah inflasi yang terjadi dikarenakan peristiwa-
peristiwa yang terjadi didalam negeri.
 Inflasi yang berasal dari luar negeri
Proses terjadinya diawali dengan masuknya komoditi impor yang telah terkena inflasi
(harga naik) dinegara asalnya.
Inflasi memang akan membawa dampak yang kurang baik bagi beberapa aspek
kegiatan ekonomi masyarakat, diantaranya :
Pertama, inflasi akan menjadikan turunnya pendapatan riil masyarakat yang memiliki
penghasilan tetap.
Kedua, inflasi menyebabkan turunnya nilai riil kekayaan masyarakat yang berbentuk kas.
Ketiga, inflasi akan menyebabkan nilai tabungan masyarakat menjadi turun.
Keempat, inflasi akan menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi
terhambat.
Beberapa sisi positif dari adanya inflasi :
a) Inflasi yang terkendali menggambarkan adanya aktivitas ekonomi dalam suatu negara.
b) Inflasi terkendali merangsang masyarakat untuk terus berusaha bekerja keras untuk
meningkatkan kesejahteraannya.
Kebijakan Pemerintah Mengatasi Inflasi
1. Kebijakan Moneter, yaitu kebijakan yang berasal dari bank sentral dalam mengatur
jumlah uang beredar melalui instrument-instrumen moneter yang dimiliki.
Tiga kebijakan moneter yang bisa ditempuh bank sentral:
 Kebijakan Diskonto (discount policy), yaitu kebijakan untuk mempengaruhi peredaran
uang dengan jalan menaikkan atau menurunkan tingkat bunga.
 Operasi Pasar Terbuka (open market operation), yaitu membeli dan menjual surat-surat
berharga.
 Kebijakan Persediaan Kas (cash ratio policy), yaitu menaikkan dan menurunkan
persentase persediaan kas dari bank.
2. Kebijakan Fiskal, yaitu melalui perubahan pengeluaran dan penerimaan pemerintah.
Dua jenis kebijakan fiscal yaitu:
 Pengaturan Pengeluaran Pemerintah, yaitu pemerintah harus menjaga penggunaan
anggaran negara agar sesuai dengan perencanaan agar tidak terjadi pertambahan uang
beredar.
 Peningkatan Tarif Pajak, yaitu dengan dinaikkannya tarif pajak maka penghasilan rumah
tangga akan diberikan kepada pemerintah sehingga daya beli masyarakat atas barang dan
jasa akan berkurang.
Kebijakan lainnya yaitu:
 Peningkatan Produksi, yaitu bila produksi meningkat walaupun jumlah uang bertambah,
inflasi tidak terjadi.
 Kebijakan Upah, yaitu menurunkan pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable
income) masyarakat. Penurunan disposable income dilakukan dengan menaikkan pajak
penghasilan.
 Pengawasan Harga, yaitu dengan menetapkan harga maksimal oleh pemerintah untuk
menghindari kecenderungan dinaikkannya harga oleh pengusaha.

III. SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN INDONESIA YANG MENUJU


INDONESIA EMAS
Negara yang maju adalah negara yang mempunyai sistem ekonomi yang kuat serta
memiliki perencanaan pembangunan ekonomi yang terstruktur agar mencapai pembangunan
yang merata. Pengertian pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan
total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan
disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan
pendapatan bagi penduduk suatu negara. Berikut saya coba menjelaskan strategi-strategi
pembangunan ekonomi.
Macam-macam Strategi Pembangunan Ekonomi
Strategi pembangunan ekonomi diberi batasan sebagai suatu tindakan pemilihan atas
faktor – faktor (variabel) yang akan dijadikan faktor / variabel utama yang menjadi penentu
jalannya proses pertumbuhan (Surono, 1993). Babarapa strategi pembangunan ekonomi yang
dapat disampaikan adalah :
a. Strategi Pertumbuhan
Strategi pembangunan ekonomi suatu negara akan terpusat pada upaya pembentukan
modal, serta bagaimana menanamkannya secara seimbang, menyebar, terarah dan memusat,
sehingga dapat menimbulkan efek pertumbuhan ekonomi.
b. Strategi Pembangunan dengan Pemerataan
Inti dari konsep strategi ini adalah dengan ditekankannya peningkatan pembangunan
melalui teknik sosial engineering, seperti halnya melalui penyusunan perencanaan induk, dan
paket program terpadu.
c. Strategi Ketergantungan
Tidak sempurnanya konsep strategi pertama dan kedua mendorong para ahli ekonomi
mencari alternatif lain sehingga pada tahun 1965 muncul strategi pembangunan dengan nama
strategi ketergantungan. Inti dari konsep strategi tergantungan adalah :
- Kemiskinan di Negara-negara berkembang lebih disebabkan karena adanya
ketergantungan negara tersebut dari pihak / negara lainnya.
- Teori ketergantungan ini kemudian dikritik oleh Kothari dengan mengatakan “Teori
ketergantungan tersebut memang cukup relevan namun sayangnya telah menjadi semacam
dalih terhadap kenyataan dari kurangnya usaha untuk membangun masyarakat sendiri
(Self Development).
d. Strategi yang Berwawasan Ruang
Strategi ini dikemukakan oleh Myrdall dan Hirschman, yang mengemukakan sebab-
sebab kurang mampunya daerah miskin berkembang secepat daerah yang lebih kaya/maju.
Menurut mereka kurang mampunya daerah miskin berkembang secepat daerah maju
dikarenakan kemampuan/pengaruh menyetor dari kaya ke miskin (Spread Effects) lebih kecil
daripada terjadnya aliran sumber daya dari daerah miskin ke daerah kaya (Back-wash-
effects). Perbedaan pandangan kedua tokoh tersebut adalah, bahwa Myrdall tidak percaya
bahwa keseimbangan daerah kaya dan miskin akan tercapai, sedangkan Hirschman percaya,
sekalipun baru akan tercapai dalam jangka panjang.
e. Strategi Pendekatan Kebutuhan Pokok
Sasarana dari strategi ini adalah menanggulangi kemiskinan secara masal.Strategi ini
selanjutnya dikembangkan oleh Organisasi Perburuhan Sedunia (ILO) pada tahun 1975,
dengan menekankan bahwa kebutuhan pokok manusia tidak mungkin dapat dipenuhi jika
pendapatan masih rendah akibat kemiskinan yang bersumber pada pengangguran.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Strategi Pembangunan Ekonomi
Pada prinsipnya, pemilihan strategi apa yang digunakan dalam proses pembangunan
sangat dipengaruhi oleh pertanyaan ‘Apa tujuan yang hendak dicapai?’
Jika tujuan yang hendak dicapai adalah menciptakan masyarakat yang mandiri, maka strategi
ketergantungan yang mungkin akan dipakai. Jika tujuan yang ingin dicapai adalah
pemerataan pembanguanan, maka strategi yang berwawasan ruang-lah yang akan
dipergunakan.
Strategi Pembangunan Indonesia
Sebelum Orde Baru strategi pembangunan di Indonesia secara teori telah diarahkan
pada usaha pencapaian laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Strategi-strategi tersebut
kemudian dipertegas dengan ditetapkan sasaran-sasaran dan titik berat setiap Repelita, yakni:
REPELITA I : Meletakkan titik berat pada sektor pertanian dan industri yang mendukung
sektor pertanian meletakkan landasan yang kuat bagi tahap selanjutnya.
Kebijaksanaan pada periode Pelita I:
 Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 1970, mengenai penyempurnaan tata niaga bidang
eksport dan inport
 Peraturan Agustus 1971, mengenai devaluasi mata uang Rupiah terhadap Dolar dengan
sasaran pokok kestabilan harga bahan pokok, peningkatan nilai ekspor, kelancaran impor,
serta penyebaran barang di dalam negeri.
REPELITA II : Meletakkan titik berat pada sektor pertanian dengan meningkatkan industri
yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku meletakkan landasan yang kuat bagi tahap
selanjutnya.
Periode ini diisi dengan kebijaksanaan mengenai pengkreditan untuk mendorong para
eksportir kecil dan menengah, disamping mendorong kemajuan pengusaha kecil/ekonomi
lemah dengan produk Kredit Investasi Kecil (KIK).
Kebijakan Fiskal
Kebijakan Moneter untuk menaikkan hasil produksi nasional dan menaikkan daya saing
komoditi ekspor.
REPELITA III : Meletakkan titik berat pada sektor pertanian menuju swasembada pangan
dan meningkatkan industri yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi meletakkan
landasan yang kuat bagi tahap selanjutnya.
Kebijaksanaan pada periode Pelita III :
 Tata cara pelaksanaan impor dan lalu lintas devisa
 Paket kebijaksanaan imbal beli (counter purchase)
 Kebijaksanaan devaluasi dengan menurunkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar
REPELITA IV : Meletakkan titik berat pada sektor pertanian untuk melanjutkan usaha-usaha
menuju swasembada pangan dengan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-
mesin industri sendiri, baik industri ringan yang akan terus dikembangkan dalam Repelita-
repelita selanjutnya meletakkan landasan yang kuat bagi tahap selanjutnya.
Kebijaksanaan pada periode Pelita IV :
 Kebijaksanaan untuk meningkatkan ekspor non-migas (INPRES No.4 Tahun 1985)
 6 Mei 1986 (PAKEM) mendorong sector swasta di bidang ekspor maupun penanaman
modal
 Devaluasi 1986
 25 Oktober 1986 deregulasi di bidang perdagangan, moneter, dan penanaman modal
 15 Januari 1987 peningkatan efisiensi, inovasi, dan produktivitas sektor industry dalam
rangka meningkatkan ekspor non migas
 24 Desember 1987 (PAKDES) restrukturisasi bidang ekonomi, terutama memperlancar
perijinan (deregulasi)
 27 Oktober 1988 deregulasi untuk menggairahkan passer modal dan menghimpun dana
masyarakat guna biaya pembangunan
 21 November 1988 (PAKNOV) deregulasi dan debirokratisasi di bidang perdagangan dan
hubungan laut
 20 Desember 1988 (PAKDES) memberikan keleluasaan bagi pasar modal dan
perangkatnya untuk melakukan aktivitas yang lebih produktif
REPELITA V : Kebijaksanaan pemerintah diarahkan kepada pengawasan, pengendalian, dan
upaya kondusif guna mempersiapkan proses tinggal landas menuju rencana Pembangunan
 Jangka Panjang Tahap Kedua.
 Perencanaan Pembangunan
Adapun definisi perencanaan pembangunan, menurut Bintoro Tjokromidjojo, manfaat
perencanaan adalah :
 Dengan adanya perencanaan diharapkan terdapatnya suatu persyaratan kegiatan, adanya
pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan
pembangunan.
 Dengan perencanaan maka dapat dilakukan suatu perkiraan terhadap hal-hal dalam masa
pelaksanaa yang akan dilalui.
 Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara yang
terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang terbaik.
 Dengan perencanaan dapat dilakukan penyusunan skala prioritas.
 Dengan adanya rencana maka akan ada suatu alat pengukur untuk mengadakan suatu
pengawasan dan evaluasi.
 Penggunaan dan alokasi sumber-sumber pembangunan yang terbatas adanya secara lebih
efisien dan efektif.
 Dengan perencanaan, perkembangan ekonomi yang mantap atau pertumbuhan ekonomi
yang terus menerus dapat ditingkatkan.
 Dengan perencanaan dapat dicapai stabilitas ekonomi, menghadapi siklis konjungtur.
Dalam sejarah perkembangannya, perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia dibagi
dalam beberapa periode, yakni :
Periode Orde Baru, dibagi dalam :
 Periode 1945 – 1950
 Periode 1951 – 1955
 Periode 1956 – 1960
 Periode 1961 – 1966
Periode Setelah Orde Baru dibagi dalam :
 Periode 1966 s/d periode stabilisasi dan rehabilitasi
 Periode Repelita I : 1969/70 – 1973/74
 Periode Repelita II : 1974/75 – 1978/79
 Periode Repelita III : 1979/80 – 1983/84
 Periode Repelita IV : 1984/85 – 1988/89
 Periode Repelita V : 1989/90 – 1993/94

Anda mungkin juga menyukai