Anda di halaman 1dari 20

0

PANDUAN
EXIT STRATEGY
PROGRAM
INOVASI DESA
KEMENTERIAN DESA PDTT
DAFTAR ISI
PANDUAN EXIT STRATEGY
PROGRAM INOVASI DESA
KEMENTERIAN DESA PDTT
TAHUN 2019

I PENDAHULUAN--------------------------------------------- :3
II PENGERTIAN--------------------------------------------- :5
III MAKSUD DAN TUJUAN :5
---------------------------------------------
IV DASAR HUKUM--------------------------------------------- :5
V PRINSIP--------------------------------------------- :6
VI KEGIATAN :6
POKOK---------------------------------------------
VII KETENTUAN :7
DASAR---------------------------------------------
VII RUANG :7
I LINGKUP---------------------------------------------
IX KOMPONEN :7
UTAMA---------------------------------------------
PELESTARIAN
- Keberlanjutan :7
BID-------------------
- Keberlanjutan TIK dan :8
TPID-------
- :9
P2KTD-------------------------------
---
- Keberlanjutan PIID-PEL :9
------------
- Keberlanjutan Program :9
PSDM----
X PROSES PELAKSANAAN : 10
--------------------------------------------
EXIT STRATEGY
- Tingkat : 10
Kecamatan------------------
- Tingkat : 11
Kabupaten------------------
- Tingkat : 12
Provinsi----------------------
- Tingkat : 13
Pusat-------------------------
XI HASIL YANG--------------------------------------------- : 14
DIHARAPKAN
XII BATAS WAKTU--------------------------------------------- : 14
I
PELAKSANAAN
XI Lampiran- : 15
V Lampiran--------------------------------------------- -19

2
PANDUAN EXIT STRATEGY
PROGRAM INOVASI DESA
KEMENTERIAN DESA PDTT
TAHUN 2019

I. PENDAHULUAN
Undang-Undang No. 6/2014 tentang Desa memberikan kewenangan
kepada Desa, dalam bentuk kewenangan berdasarkan hak asal usul
dan kewenangan lokal berskala Desa. Dalam undang-undang
tersebut mengamanatkan agar Pemerintah meningkatkan kapasitas
Keuangan Desa melalui transfer Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana
Desa (ADD). Dengan demikian Desa diharapkan meningkat
kemampuannya untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat secara efektif, guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Desa. Namun disadari bahwa kapasitas Desa dalam
melaksanakan kewenangan tersebut masih terdapat keterbatasan.
Keterbatasan itu termasuk dalam hal kapasitas, kualitas tata kelola,
maupun sistem pendukung yang mewujud melalui regulasi dan
kebijakan Pemerintah Desa. Demikian juga dalam hal kualitas
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemanfaatan
kegiatan pembangunan Desa. Hal ini berakibat dampak terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa belum maksimal.

Pemerintah melalui Kementerian Desa PDTT, menyediakan tenaga


pendamping profesional, yaitu: Pendamping Lokal Desa (PLD),
Pendamping Desa (PD), Tenaga Ahli (TA) di tingkat Kabupaten,
Provinsi dan Pusat, untuk memfasilitasi Pemerintah Desa
melaksanakan UU Desa secara konsisten. Pendampingan dan
pengelolaan tenaga pendamping profesional dengan demikian
menjadi isu penting dalam pelaksanaan UU desa. Penguatan
kapasitas dan sistem Pendamping Profesional menjadi agenda
strategis Pendampingan Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa (P3MD). Aspek lain dalam pengelolaan
pembangunan Desa yang juga penting adalah ketersediaan data
yang memadai, menyakinkan, dan up to date, mengenai kondisi
objektif maupun perkembangan yang menunjukkan pencapaian
pembangunan Desa.

Di sisi lain, Menteri Desa telah menetapkan 4 program unggulan yakni


Embung Desa, Bumdes dan Bumdes Bersama, Prudes dan Prukades
serta Sarana Olah Raga Desa yang juga perlu memperoleh dukungan
yang lebih nyata agar mencapai keberhasilan. Perkembangan
pelaksanaan 4 program unggulan ini sudah mulai terlihat, ada cukup
banyak contoh kegiatan dari 4 program unggulan tersebut yang

3
berhasil di-capture dan ditampilkan oleh Desa. Langkah-langkah
perbaikan terkait isu-isu di atas telah dilakukan Kementerian Desa,
salah satunya dengan meluncurkan Program Inovasi desa (PID) pada
Tahun 2017 (bulan September). PID diselenggarakan oleh Kementerian
Desa dengan dukungan pendanaan dan perancangan program
bersama dengan Bank Dunia, melalui restrukturisasi program yang
sebelumnya difokuskan pada Pendampingan Desa dalam pelaksanaan
Undang-Undang Desa. Salah satu strategi yang dikembangkan PID
adalah Pengelolaan Pengetahuan dan Inovasi Desa sebagai bentuk
dukungan kepada Desa agar lebih efektif dalam menggunakan Dana
Desa (DD) sebagai investasi yang mendorong peningkatan produktifitas
dan kesejahteraan masyarakat. Melalui kegiatan ini disediakan bantuan
pemerintah dalam bentuk Dana Operasional Kegiatan (DOK) untuk
pelaksanaan kegiatan. PID juga dirancang untuk mendorong dan
memfasilitasi penguatan kapasitas Desa yang diorientasikan untuk
mewujudkan pencapaian visi Undang-Undang Desa, memenuhi
pencapaian target RPJM dan
memaksimalkan pelaksanaan program prioritas/unggulan
Kementerian Desa, melalui:

Pengembangan ekonomi lokal dan kewirausahaan, baik pada
ranah pengembangan usaha masyarakat, maupun usaha yang
diprakarsai Desa melalui Bumdes dan Bumdes Bersama serta
produk unggulan Desa dan produk unggulan kawasan perdesaan
guna menggerakkan dan mengembangkan perekonomian;

Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kaitan antara
produktivitas perdesaan dengan kualitas SDM ini, diharapkan
terjadi dalam jangka pendek maupun jangka panjang melalui
investasi di bidang pendidikan dan kesehatan dasar. Produktivitas
perdesaan, dengan demikian, tidak hanya dilihat dari
aspek/strategi peningkatan pendapatan saja, tetapi juga
pengurangan beban biaya. Disamping itu, penekanan isu
pelayanan sosial dasar juga untuk merangsang kepekaan Desa
terhadap permasalahan krusial terkait pendidikan dan kesehatan
dasar dalam penyelenggaraan pembangunan Desa;

Pemenuhan dan peningkatan infrastruktur perdesaan, khususnya
yang secara langsung berpengaruh terhadap perkembangan
perekonomian Desa, dan memiliki dampak menguat-rekatkan
kohesi sosial masyarakat perdesaan. Dampak perekonomian ini
terkait dengan peningkatan nilai tambah dan multiplier effect dari
suatu kegiatan prasarana yang dibangun di Desa.

Selain itu, PID juga memberi dukungan penguatan manajemen
Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
(P3MD) dan pengembangan sistem informasi pembangunan desa.

Hal mendasar dalam rancang bangun PID adalah: a) inovasi/kebaruan


dalam praktik pembangunan dan pertukaran pengetahuan. Inovasi ini
dipetik dari realitas/hasil kerja Desa dalam melaksanakan kegiatan
pembangunan yang didayagunakan sebagai pengetahuan untuk
ditularkan secara meluas; dan b) dukungan teknis dari penyedia
peningkatan kapasitas teknis desa. Dua unsur itu

4
diyakini akan memberikan kontribusi signifikan terhadap pemenuhan
kebutuhan masyarakat melalui pembangunan yang didanai dari
APBDes, khususnya DD. Dengan demikian, PID diharapkan dapat
menjawab kebutuhan Desa terhadap layanan teknis yang
berkualitas, merangsang munculnya inovasi dalam praktik
pembangunan, dan solusi inovatif untuk menggunakan DD secara
tepat dan seefektif mungkin.

Strategi pengakhiran (exit strategy) PID adalah rencana pengakhiran


program yang diharapkan tidak merusak atau mengganggu tujuan-
tujuan yang telah dirumuskan. Dengan kata lain, tujuan strategi
pengakhiran PID adalah untuk memastikan keberlanjutan dampak
dan kegiatan setelah program berakhir.

II. PENGERTIAN
Tahapan exit strategy PID dapat dipahami sebagai suatu fase untuk
mengkaji dan memperkuat pendampingan dalam rangka lebih
menjamin agar hasil-hasil PID dapat berkelanjutan. Fase atau
tahapan penyiapan exit strategy PID dilakukan kurang lebih 3 (tiga)
bulan menjelang berakhirnya masa proyek PID.

III. MAKSUD DAN TUJUAN


Petunjuk tentang Exit Strategy Program Inovasi Desa dimaksudkan
sebagai panduan dalam memfasilitasi dan mendampingi pelaksanaan
exit strategy Program Inovasi Desa bagi semua pemangku kepentingan
yang terlibat agar dapat menjalankan tugas dan tanggungjawabnya.
Secara khusus Panduan ini bertujuan untuk:
a. Menyediakan kerangka acuan kerja dalam memfasilitasi
pelaksanaan exit strategy Program Inovasi Desa;
b. Memberikan kejelasan komponen kegiatan dalam rangka
pelaksanaan exit strategy Program Inovasi Desa;
c. Memberikan kejelasan strategi kegiatan dalam rangka
pelaksanaan exit strategy Program Inovasi Desa;
d. Memberikan kejelasan tugas dan tanggung jawab masing-mising
pihak yang terlibat dalam memfasilitasi pelaksanaan exit strategy
Program Inovasi Desa mulai tahap perencanaan, pelaksanaan
dan pengendalian;
e. Memberikan kejelasan waktu dikaitkan target pelaksanaan exit
strategy Program Inovasi Desa mulai tahap perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian.

IV. DASAR HUKUM


a. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495). (4) Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244);
b. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 213,

5
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5717);
c. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2014
Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun
2010 tentang Komite Inovasi Nasional(Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 97);
d. Peraturan Bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik
Indonesia Dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor:
03 Tahun 2012, Nomor: 36 Tahun 2012 Tentang Penguatan
Sistem Inovasi Daerah(Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 484);
e. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang
Pendampingan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 160).

V. PRINSIP-PRINSIP
Exit strategi PID dilaksanakan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Partisipatif; Dalam proses pelaksanaannya harus melibatkan
peran aktif masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan, terutama
dalam pengambilan keputusan dan pengawasan, termasuk
kelompok masyarakat miskin, terpinggirkan dan disabilitas;
2. Transparansi dan Akuntabilitas; Masyarakat memiliki akses
terhadap segala informasi kegiatan dan pendanaan, pelaksanaan
kegiatan dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral, teknis,
legal, maupun administratif;
3. Kolaboratif; Semua pihak yang berkepentingan dalam kegiatan
pembangunan di Desa didorong untuk bekerjasama dan
bersinergi dalam menjalankan kegiatan yang telah disepakati;
4. Keberlanjutan; kegiatan yang dilakukan memiliki potensi untuk
dilanjutkan secara mandiri, serta mendorong kegiatan
pembangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan;
5. Keadilan dan Kesetaraan Gender; Masyarakat, baik laki-laki
maupun perempuan memiliki kesetaraan dalam perannya di
setiap tahapan dan dalam pengelolaan program, serta dalam
menikmati manfaat kegiatan pembangunan;
6. Profesional; masyarakat dan desa memperoleh peningkatan
kapasitas teknis secara profesional ksesuai standar safeguard
dan peraturan yang berlaku.

VI. KEGIATAN POKOK


Kegiatan pokok tahapan exit strategy PID yang perlu mendapatkan
perhatian dari KN PID, KPW dan TAPM dalam rentang waktu 3
bulan menjelang berakhirnya PID adalah:

6
a. Memastikan bahwa praktik-praktik baik PID terus
berkelanjutan/terus dijalankan dalam rangka mencapai tujuan
program yang telah dirumuskan.
b. Menyiapkan TIK dan TPID yang ada di wilayah kerja agar dapat
memahami, mau berpartisipasi, dan mampu melestarikan hasil-
hasil program.
c. Memastikan terjadinya transformasi pendampingan dan fasilitasi
program PID selama ini kepada TIK dan TPID.

VII. KETENTUAN DASAR INOVASI


Kriteria dan batasan kegiatan inovatif dalam PID adalah:
7.1. Kategori kegiatan pembangunan di bidang infrastruktur,
kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal serta
sumber daya manusia yang merupakan cara atau metode yang
berbeda untuk menjawab permasalahan yang dihadapi desa di
bidang-bidang prioritas tersebut dan telah terbukti berhasil
memberi manfaat secara luas bagi masyarakat dan diketahui
oleh masyarakat;
7.2. Kegiatan atau cara-cara yang berbeda yang berhasil
mendorong terwujudnya kegiatan pembangunan berkualitas,
serta mendorong partisipasi dan gotong-royong masyarakat
dalam pembangunan;
7.3. Kegiatan atau cara-cara yang berbeda dalam pengembangan
sistem yang berdampak terhadap peningkatan ekonomi dan
sosial budaya;
7.4. Kegiatan pembangunan yang memiliki nilai keunikan karena
mengadopsi unsur budaya/potensi dan kearifan lokal dengan
pemanfaatan yang lebih luas serta memiliki nilai keberlanjutan; 7.5.
Kegiatan yang mempunyai sifat kebaruan atau penggabungan unsur
baru dengan yang sudah ada dan memberikan perubahan yang
signifikan dari cara-cara sebelumnya dan memiliki nilai
keberlanjutan.

VIII. RUANG LINGKUP


Ruang lingkup dari Exit Strategy Program Inovasi Desa mencakup:
8.1. Pelestarian hasil-hasil Program Inovasi Desa
8.2. Pelestarian hasil-hasil PIID-PEL
8.3. Pelestarian hasil-hasil Program PSDM

IX. KOMPONEN UTAMA PELESTARIAN PROGRAM PID


9.1. KEBERLANJUTAN BURSA INOVASI DESA
Mencakup langkah-langkah fasilitasi dan advokasi kebijakan
dan regulasi agar BID menjadi bagian dari proses perencanaan
reguler. Sebagai instrumen utama program inovasi desa, bursa
inovasi desa diharapkan terus menggairahkan semangat
berinovasi di desa. Desa-desa terpacu berlomba menampilkan
ragam inovasi desa dan terpacu bertukar inovasi antar desa,
sehingga semangat kerjasama antar desa dan kompetitif
berjalan beriringan. Strategi pelembagaan sistem bursa inovasi

7
desa dapat dilakukan melalui advokasi kebijakan dan regulasi
lokal untuk memastikan pelaksanaan bursa tersebut menjadi
bagian dari komponen pendukung perencanaan reguler. Hal ini
dilakukan salah satunya untuk menjamin replikasi komitmen
inovasi tetap berjalan.

9.2. KEBERLANJUTAN TIK DAN TPID


Mencakup langkah-langkah fasilitasi dan advokasi kebijakan
dan regulasi agar keberlanjutan TIK dan TPID dapat dipastikan.
Memuat ketentuan opsi opsi model yang memungkinkan
keberlanjutan TIK dan TPID serta memfasilitasi implementasi
pilihan tersebut dalam bentuk regulasi daerah. TIK menjadi opsi
bagi tersedianya ruang fasilitasi inovasi desa yang
menghimpun berbagai unsur OPD dan unsur lain di kabupaten.
TPID menjadi opsi bagi tersedianya fasilitasi inovasi desa yang
menghimpun berbagai sumberdaya tenaga lokal (para inovator
lokal) untuk menggerakan inovasi desa dari waktu ke waktu.

Dalam tahapan exit strategy, TIK diharapkan dapat difasilitasi


sebagai gugus tugas inovasi desa di tingkat kabupaten/kota. TIK
terdiri dari perwakilan OPD, akademisi, serta perwakilan Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) pemerhati kegiatan pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat desa yang dinilai inovatif,
terutama dalam penggunaan dana desa. Anggota TIK
dipilih/diusulkan oleh instansi terkait dengan
mempertimbangkan kualitas dan kemampuan individu,
ketertarikan dalam mengelola pengetahuan atau inovasi,
terutama merekam (mendokumentasikan), menyimpan, serta
menyebarkannya kepada berbagai pihak, baik di lingkungan
kabupaten, antar-kabupaten bahkan lintas provinsi.

Dalam tahapan exit strategy, TIK dapat difasilitasi sebagai


gugus tugas yang melaksanakan: melakukan sosialisasi hasil-
hasil PID di lingkungan kerjanya; mendorong kebijakan inovasi
desa; melakukan koordinasi dan sinkronisasi kerja inovasi
desa; mendorong TPID dan P2KTD bekerja dengan baik dalam
mencapai indikator keberhasilan; memfasilitasi penyelesaian
penanganan pengaduan dan masalah program.

Sedangkan TPID dalam tahapan exit strategi, dapat difasilitasi


sebagai kelompok masyarakat peduli inovasi desa yang
berkedudukan di kecamatan yang mampu bertugas: mengelola
dana dan mempertanggungjawabkan penggunaan dana,
mengkampanyekan issue inovasi desa kepada masyarakat;
melaksanakan BID mandiri, memfasilitasi pelaksanaan
replikasi komitmen inovasi hasil BID, memfasilitasi kegiatan
P2KTD dapat terlaksana, mendukung kegiatan KPM, menjadi
bagian dari inkubasi kemitraan yang dikembangkan PIID-PEL.

8
9.3. PENYEDIA PENINGKATAN KAPASITAS TEKNIS DESA
(P2KTD)

Mencakup proses untuk memastikan pemanfaatan lembaga


penyedia jasa yang telah masuk dalam direkori layanan.
Termasuk kegiatan untuk meningkatkan jumlah, kualitas dan
profile layanan teknis desa. P2KTD merupakan upaya untuk
mendorong peran dan kerjasama para pihak (Dunia Usaha,
Civil Society, Kelompok Profesi, Perguruan Tinggi), melalui
fasilitasi kegiatan dukungan peningkatan kapasitas kepadai
desa. Pelayanan jasa teknis di desa oleh lembaga
memperhatikan bahwa jasa teknis tersebut memprioritaskan
kegiatan dukungan terhadap desa-desa yang telah mengambil
komitmen inovasi BID dan memang belum mampu disediakan
oleh tenaga pendamping profesional. Menggali berbagai model
dari yang sudah dipraktikkan dan merekomendasikan agenda
keberlanjutan ke depan. Ia menjadi model prioritas pada
kebutuhan peningkatan peran kerjasama berbagai unsur
pemangku kepentingan yang didesain memberikan layanan
teknis yg bersifat khusus kepada desa-desa.

9.4. KEBERLANJUTAN PIID-PEL


Mencakup proses untuk memastikan fungsi dan manfaat hasil-
hasil program. PIID-PEL mencakup penyediaan dukungan
kegiatan prasarana ekonomi, fasilitasi inkubasi untuk kemitraan
dan operasional. Hal ini termasuk juga menjadi bagian dari
peningkatan peran dan kerjasama dengan para pihak (Dunia
Usaha, Civil Society, Kelompok Profesi, Perguruan Tinggi),
melalui fasilitasi yang terencana memperkuat kemitraan. PIID-
PEL menggali berbagai model dari yang sudah dipraktikkan
dan merekomendasikan agenda keberlanjutan ke depan. Ia
menjadi model prioritas pada kebutuhan pemanfaatan
penyediaan dukungan kegiatan prasarana ekonomi dan
fasilitasi inkubasi untuk kemitraan.

9.5. KEBERLANJUTAN PROGRAM PSDM


Mencakup proses untuk mendorong keberlanjutan kerja Kader
Pembangunan Manusia (KPM). Program PSDM mencakup
penyediaan dukungan kegiatan pembentukan Kader
Pembangunan Manusia (KPM), pelatihan KPM dan
pendampingan oleh KPM. KPM merupakan kader yang
ditempatkan khusus di desa-desa yang menjadi lokasi prioritas
PSDM. KPM memiliki peran memastikan tersedianya kegiatan
pelayanan sosial dasar bidang kesehatan dan pendidikan di
desa, serta memastikan masyarakat terutama Ibu hamil dan
bayi di bawah dua tahun memperoleh layanan tersebut secara
konvergen. KPM juga bertugas: Meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap stunting melalui pengukuran tinggi badan
baduta untuk mendeteksi dini stunting dengan tingkat
pertumbuhan; Mengidentifikasi sasaran 1000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) melalui peta sosial desa dan Pengkajian

9
Kondisi Desa (PKD); Memfasilitasi desa untuk mengoptimalkan
penggunaan Dana Desa dalam RKPDesa dan APBDesa untuk
intervensi stunting; Mendukung desa dan masyarakat untuk
memantau dan memastikan konvergensi lima paket layanan
pada rumahtangga 1000 HPK menerima dan melaporkan
hasilnya; Bekerjasama dengan PLD, PD dan TPID dalam
mengidentifikasi kegiatan-kegiatan inovatif di bidang PSD dan
upaya penanggulangan stunting; Melengkapi data-data yang
dibutuhkan dalam rangka capturing awal. Program PSDM
menggali berbagai model dari yang sudah dipraktikkan dan
merekomendasikan agenda keberlanjutan ke depan.

X. PROSES PELAKSANAAN EXIT PROGRAM PID


10.1. Tingkat Kecamatan, PD dan PLD melakukan fasilitasi tahapan
exit strategy dan penggalangan dukungan terhadap issue
inovasi desa melalui:
a. Pengumpulan seluruh data dan dokumen hasil-hasil
program PID mencakup data tentang: rencana dan realisasi
kegiatan program (RKTL dan realisasi kegiatan), dokumen
pertanggungjawaban dana, dokumen capturing, dokumen
hasil BID, dokumen P2KTD, dokumen kegiatan TPID.
b. Penggalangan issue pelestarian hasil-hasil PID (BID, TIK,
TPID) kepada para pihak yang berkepentingan (Kecamatan,
Kepala Desa dan Perangkat, BPD, LKD, Tokoh Masyarakat)
dengan tujuan menumbuhkan kesadaran tentang pelestarian
hasil-hasil PID.
c. Merancang bersama kerja-kerja pelestarian hasil-hasil PID
(BID, TIK, TPID) dengan para pihak yang berkepentingan
(Kecamatan, Kepala Desa dan Perangkat, BPD, LKD, Tokoh
Masyarakat) dengan tujuan untuk menjamin pelestarian
hasil-hasil PID.
d. Penggalangan sumberdaya manusia dengan cara
menggalang kelompok peduli inovasi desa (LSM, organisasi
sosial, masyarakat peduli) yang dapat menyumbangkan
waktu, pemikiran, dan tenaga untuk kegiatan
konsultasi/bantuan teknis berdasarkan kompetensi keahlian
masing-masing. Hubungan kerja bersifat volunteer atau
kerelawanan.
e. Penggalangan sumberdaya kapital (modal) dapat dilakukan
melalui keterlibatan dunia usaha dalam bentuk tangggung
jawab sosial perusahaan (CSR) yang disalurkan untuk
dukungan kegiatan inovasi desa (Bursa Inovasi Desa,
capturing, operasional TPID).
f. Mempromosikan issue inovasi desa kepada program dan
atau pihak lain terkait untuk dukungan dalam bentuk
kerjasama, sinergi, integrasi, adopsi.

10
10.2. Tingkat Kecamatan, PD dan PLD memfasilitasi
terselenggaranya MAD Evaluasi Pelaksanaan PID di Tingkat
Kecamatan dengan agenda dan hasil:
a. Verifikasi dan pengesahan hasil pengumpulan seluruh data
dan dokumen program PID mencakup data tentang: rencana
dan realisasi kegiatan program (RKTL dan realisasi
kegiatan), dokumen pertanggungjawaban dana, dokumen
capturing, dokumen hasil BID, dokumen P2KTD, dokumen
kegiatan TPID.
b. Penetapan hasil penilaian kinerja TPID oleh TIK sesuai form
isian evaluasi kinerja TPID (lampiran 1).
a. Penetapan hasil pemeriksaan keuangan TPID oleh TIK
sesuai form isian pemeriksaan keuangan TPID (lampiran 2). b.
Review dan eksposed hasil-hasil PID di tingkat kecamatan dan
desa oleh TPID dan peserta Musdes sesuai form isian
review program PID (lampiran 3).
c. Menyusun dan menetapkan rencana strategis bagi
pelestarian hasil-hasil program, sesuai form isian renstra
pelestarian (lampiran 4), mencakup: Keberlanjutan TPID,
keberlanjutan BID, keberlanjutan kegiatan capturing inovasi
desa, pengelolaan dokumen inovasi desa, keberlanjutan
PIID-PEL, keberlanjutan KPM.
d. Melakukan mobilisasi dukungan mentransformasikan PID
sebagai gerakan inovasi desa dalam bentuk kesertaan,
gagasan, prakarsa dari kelompok peduli inovasi desa form
isian mobilisasi dukungan (lampiran 5).

10.3. Tingkat Kabupaten, TAPM Kab melakukan fasilitasi


penggalangan dukungan terhadap issue gerakan inovasi desa
melalui:

a. Penggalangan issue pelestarian hasil-hasil PID (BID, TIK,


TPID) kepada para pihak yang berkepentingan (DPMD,
OPD lain terkait, LSM, Perguruan Tinggi, Bupati/Walikota)
dengan tujuan tumbuh kebutuhan untuk terbitnya payung
hukum daerah tentang pelestarian hasil-hasil PID.
b. Merancang bersama payung hukum daerah tentang
pelestarian hasil-hasil PID (BID, TIK, TPID) dengan para
pihak yang berkepentingan (DPMD, OPD lain terkait, LSM,
Perguruan Tinggi, Bupati/Walikota) dengan tujuan untuk
menjamin pelestarian hasil-hasil PID.
c. Penggalangan sumberdaya manusia dengan cara
menggalang kelompok peduli inovasi desa (LSM, organisasi
sosial, masyarakat peduli) yang dapat menyumbangkan
waktu, pemikiran, dan tenaga untuk kegiatan
konsultasi/bantuan teknis berdasarkan kompetensi keahlian
masing-masing. Hubungan kerja bersifat volunteer atau
kerelawanan.

11
d. Penggalangan sumberdaya kapital (modal) dapat dilakukan
melalui keterlibatan dunia usaha dalam bentuk tangggung
jawab sosial perusahaan (CSR) yang disalurkan untuk
dukungan kegiatan inovasi desa (Bursa Inovasi Desa,
capturing, operasional TPID).
e. Mempromosikan issue inovasi desa kepada program dan
atau pihak lain terkait untuk dukungan dalam bentuk
kerjasama, sinergi, integrasi, adopsi.

10.4. Tingkat Kabupaten, TAPM Kab memfasilitasi forum


musyawarah kabupaten yang dihadiri oleh TIK, TPID, PD dan
PLD dengan agenda:
a. Pembahasan dan finalisasi rancangan Peraturan Bupati
tentang Pelestarian Hasil-Hasil Program PID (mencakup
sekurang-kurangnya pelestarian BID, TIK dan TPID).
b. Menyusun dan menetapkan rencana strategis bagi
peningkatan kapasitas TPID.
c. Menyusun dan menetapkan rencana strategis bagi
perluasan keterlibatan stake holder pada issue gerakan
inovasi desa.

10.5. Tingkat Provinsi, KPW melakukan pengelolaan tahapan exit


strategy PID melalui kegiatan:
a. Mengkonsolidasikan hasil-hasil fasilitasi tahapan exit
strategy dari kabupaten/kota menyangkut data hasil-hasil
PID, dokumen hasil MAD dan musyawarah Kabupaten,
peraturan bupati dan peraturan lain terkait pelestarian hasil-
hasil program PID, data dan dokumen hasil penggalangan
dukungan.
b. Penggalangan issue pelestarian hasil-hasil PID (BID, TIK,
TPID) kepada para pihak yang berkepentingan (DPMD,
OPD lain terkait, LSM, Perguruan Tinggi, Gubernur) dengan
tujuan tumbuh kebutuhan untuk terbitnya payung hukum
daerah tentang pelestarian hasil-hasil PID.
c. Merancang bersama payung hukum daerah (Pergub)
tentang pelestarian hasil-hasil PID (BID, TIK, TPID) dengan
para pihak yang berkepentingan (DPMD, OPD lain terkait,
LSM, Perguruan Tinggi, Gubernur) dengan tujuan untuk
menjamin pelestarian hasil-hasil PID.
d. Penggalangan sumberdaya manusia dengan cara
menggalang kelompok peduli inovasi desa (LSM, organisasi
sosial, masyarakat peduli) yang dapat menyumbangkan
waktu, pemikiran, dan tenaga untuk kegiatan
konsultasi/bantuan teknis berdasarkan kompetensi keahlian
masing-masing. Hubungan kerja bersifat volunteer atau
kerelawanan.

12
e. Penggalangan sumberdaya kapital (modal) dapat dilakukan
melalui keterlibatan dunia usaha dalam bentuk tangggung
jawab sosial perusahaan (CSR) yang disalurkan untuk
dukungan kegiatan inovasi desa (Bursa Inovasi Desa,
capturing, operasional TPID).
f. Mempromosikan issue inovasi desa kepada program dan
atau pihak lain terkait untuk dukungan dalam bentuk
kerjasama, sinergi, integrasi, adopsi.

10.6. Tingkat Pusat, KN PID melakukan pengelolaan tahapan exit


strategy melalui kegiatan:
a. Mengkonsolidasikan hasil-hasil fasilitasi tahapan exit strategy
dari provinsi menyangkut data hasil-hasil PID, dokumen hasil
MAD dan musyawarah Kabupaten, peraturan bupati dan
peraturan lain terkait pelestarian hasil-hasil program PID, data
dan dokumen hasil penggalangan dukungan.
b. Membangun rancangan sistem pengelolaan pengetahuan
(knowledge management system) dan atau komponen
inovasi desa dalam sistem aplikasi Go___Desa. Diharapkan
pertukaran pengetahuan antar desa _____ dapat terbangun
dalam kerangka sistem nasional berbasis sistem aplikasi
yang praktis, cepat, mudah dan informatif. Selain itu terdapat
kebutuhan menyangkut pengelolaan dokumen pembelajaran
inovatif yang mudah diakses oleh para pihak, oleh karena itu
sistem pengelolaan pengetahuan (knowledge management
system) dalam sistem aplikasi Go___Desa diharapkan dapat
mengakomodasi kebutuhan ini.
c. Menyediakan modul tematik berbasis dokumen
pembelajaran, panduan pelatihan mandiri berbasis
supervisi, kerangka digital training/distance learning. Modul
yang disusun menggunakan pendekatan induktif, bersumber
dari praktik inovasi yang telah masuk dalam dokumen
pembelajaran inovasi. Termasuk dalam hal ini adalah
mengembangkan pendekatan baru dalam rangka
peningkatan kapasitas pendampingan yakni pelatihan
mandiri berbasis supervisi dan penyusunan kerangka digital
training/distance learning.
d. Mengidentifikasi kepengurusan lokal yang inovatif terkait
organisasi kerja Bumdes, Bumdes Bersama, Sarana
Prasarana Olah Raga Desa, Embung Desa, PAUD,
Posyandu, Unit Usaha Prudes dan Prukades. Hal ini juga
menjadi bagian dari peningkatan kapasitas kelembagaan
sekaligus pemodelan inovatif.
e. Mendorong komunitas riset desa terapan inovatif. Program
inovasi desa mendorong literasi dan narasi desa tetap
berjalan, yakni kemampuan untuk mengenali, mempelajari,
memproduksi inovasi desa yang disampaikan secara oral,
tulisan maupun visual. Dipandang penting untuk tetap

13
merawat interaksi literal naratif dalam bentuk identifikasi
model komunitas semacam ini.

XI. HASIL YANG DIHARAPKAN DARI EXIT STRATEGI PID


Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan exit strategy PID adalah: a.
Data-data fasilitasi pengakhiran PID, dokumen hasil MAD dan
musyawarah Kabupaten, peraturan bupati dan peraturan lain
terkait pelestarian hasil-hasil program PID.
b. Keberlanjutan sistem dan kelembagaan program dalam bentuk
terbitnya peraturan bupati tentang pelestarian hasil-hasil program; c.
Tersedianya output hasil-hasil program inovasi desa berupa:
dokumen pembelajaran inovatif; modul tematik inovasi desa;
profiling kepengurusan lokal yang inovatif, profiling lembaga
technical service provider.
d. Dikembangkannya beberapa panduan inovatif tentang: panduan
riset desa terapan inovatif; knowledge management system;
capacity building berbasis supervisi.
e. Sudah mulai dikembangkan beberapa kerangka inovatif terkait:
digital training/distance learning; pendampingan berbasis digital,
knowledge management system.

XII. BATAS WAKTU PELAKSANAAN


Keseluruhan tahapan fasilitasi exit strategy ini minimal 3 bulan.
Setelah panduan ini ditetapkan segera dilakukan fasilitasi
pelaksanaan di lapangan untuk mencapai hasil semaksimal
mungkin.

14
Lampiran 1
Form isian evaluasi kinerja TPID
Kecamatan/Kabupaten/Provinsi:______________
No HP TPID (Salah satu yang aktif):

No Kekuatan atau aspek Aspek kinerja TPID Usulan dan


kinerja yang yang masih kurang rekomendasi
menonjol dari TPID dan butuh perbaikan

Disetujui oleh: Diverifikasi Oleh Dibuat Oleh

TAPM Kab PD PLD

15
Lampiran 2
Form isian pemeriksaan keuangan TPID
Kecamatan/Kabupaten/Provinsi:______________
No HP dan nama TPID (Salah satu yang aktif):

Form 2.a
Tahun Jumlah DOK Jumlah Didukung Bukti transaksi
(Rp) penggunaan Bukti Sebagian Sebagian
(Rp) transaksi besar besar
lengkap didukung tidak ada
bukti bukti
transaksi transaksi
Tahun 2017
Tahun 2018
Tahun 2019

Form 2.b
Tahun Jumlah DOK Jumlah Laporan Penggunaan
(Rp) penggunaan Sudah Sudah Belum
(Rp) dibuat dibuat tapi dibuat
lengkap tidak
lengkap
Tahun 2017
Tahun 2018
Tahun 2019

Disetujui oleh: Diverifikasi Oleh Dibuat Oleh

TAPM Kab PD PLD

16
Lampiran 3
Form isian review program PID
Kecamatan/Kabupaten/Provinsi:______________
No HP dan nama TPID (Salah satu yang aktif):

No Hasil-Hasil PID di Jumlah Kualitas Hasil Hasil Program


Kecamatan dan Desa SB B CB KB SK
1 Dokumen pembelajaran
inovatif karya setempat
(tulisan) Tahun 2017
2 Dokumen pembelajaran
inovatif karya setempat
(tulisan) Tahun 2018
3 Dokumen pembelajaran
inovatif karya setempat
(tulisan) Tahun 2019
4 Dokumen pembelajaran
inovatif karya setempat
(video)
5 Komitmen Inovasi hasil BID
2017
6 Komitmen Inovasi hasil BID
2018
7 Komitmen Inovasi hasil BID
2019
8 Ide Inovasi hasil BID 2017
9 Ide Inovasi hasil BID 2018
10 Ide Inovasi hasil BID 2019
11 Lembaga P2KTDyang
masuk direktori
12 Lembaga P2KTD yang telah
memberikan jasa layanan
teknis ke desa
SB : Sangat baik

B : Baik
CB : Cukup baik
KB : Kurang baik
SKB : Sangat kurang baik
Disetujui oleh: Diverifikasi Oleh Dibuat Oleh

TAPM PD/PLD TPID

17
Lampiran 4
Form isian renstra pelestarian
Kecamatan/Kabupaten/Provinsi:______________
No HP dan nama TPID (Salah satu yang aktif):

No Komponen Seberapa penting Usulan dan


rekomendasi
Sangat Cukup Kurang
penting penting penting
1 Keberlanjutan
TPID
2 Keberlanjutan BID
3 Keberlanjutan
kegiatan capturing
inovasi desa
4 Pengelolaan
dokumen inovasi
desa,
5 Keberlanjutan
P2KTD
6 Keberlanjutan
PIID-PEL
7 Keberlanjutan
KPM.

Disetujui oleh: Diverifikasi Oleh Dibuat Oleh

KPW TAPM Kab Pendamping Desa

18
Lampiran 5
Form isian mobilisasi dukungan
Kecamatan/Kabupaten/Provinsi:______________
No HP dan nama TPID (Salah satu yang aktif):

No Komunitas Jumlah Isu Usulan dan Rekomendasi


Inovasi Desa Strategis
1 Terbentuk
komunitas inovasi
desa berbasis
ekonomi
2 Terbentuk
komunitas inovasi
desa berbasis
PSDM
3 Terbentuk
komunitas inovasi
desa berbasis
infrastruktur

Disetujui oleh: Diverifikasi Oleh Dibuat Oleh

TAPM PD PLD

19

Anda mungkin juga menyukai