Anda di halaman 1dari 94

Katalog : 1101002.

34

Statistik Daerah
Daerah Istimewa Yogyakarta
2017

id
o.
.g
ps
.b
rta
aka
gy
yo
://
tp
ht

BADAN PUSAT STATISTIK


PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
ht
tp
://
yo
gy
aka
rta
.b
ps
.g
o.
id
STATISTIK DAERAH
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
2017

ISSN : 2460-3198
No. Publikasi : 34550.17.05
Katalog : 1101002.34

id
Ukuran Buku : 17,6 cm X 25 cm

o.
Jumlah Halaman : viii + 82 halaman

.g
ps
.b
ta
Naskah :
r
ka

Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik


a

Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta


gy
yo
://

Gambar kulit :
tp

Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik


ht

Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Diterbitkan oleh :
(c) Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Dicetak oleh :
CV Magna Raharja Tana (MAHATA)

Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau


menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa
izin tertulis dari Badan Pusat Statistik.
STATISTIK DAERAH
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
2017

id
o.
TIM PENYUSUN

.g
ps
Penanggung Jawab .b
: Johanes De Britto Priyono
ta
Editor : Mainil Asni
r
ka

Mutijo
a
gy

Naskah : Waluyo
yo
://

Pengolah Data : Waluyo


tp
ht

Layout : Waluyo
ht
tp
://
yo
gy
aka
rta
.b
ps
.g
o.
id
Kata Pengantar

id
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas diterbitkannya

o.
buku Statistik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 oleh

.g
Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Publikasi ini memuat berbagai informasi dan indikator terpilih

ps
seputar Daerah Istimewa Yogyakarta yang dianalisis secara
.b
sederhana untuk membantu pengguna data dalam memahami
perkembangan pembangunan serta potensi yang ada di wilayah
ta
Daerah Istimewa Yogyakarta.
r
ka

Buku Statistik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta 2016


a

diterbitkan secara rutin untuk melengkapi publikasi-publikasi


gy

statistik yang sudah terbit sebelumnya. Publikasi ini lebih


menekankan pada aspek analisis secara sederhana dalam
yo

membaca dan memahami data BPS. Materi yang disajikan dalam


://

buku ini berupa indikator statistik resmi terpilih terkait dengan


pembangunan di berbagai sektor. Data tersebut diharapkan dapat
tp

menjadi informasi rujukan dan bahan kajian dalam perencanaan


ht

maupun evaluasi kegiatan pembangunan.

Kritik dan saran konstruktif berbagai pihak kami harapkan


untuk penyempurnaan penerbitan di masa mendatang.
Semoga publikasi ini mampu memenuhi tuntutan kebutuhan
data statistik, baik oleh institusi pemerintah, swasta, akademisi,
maupun masyarakat luas.

Yogyakarta, September 2017

Badan Pusat Statistik


Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Kepala

Johanes De Britto Priyono

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 v


ht
tp
://
yo
gy
aka
rta
.b
ps
.g
o.
id
Daftar Isi
Kata Pengantar v
Daftar Isi vii
1. Geografi dan Iklim 1

id
2. Pemerintahan 3

o.
.g
3. Penduduk 7

ps
4. Ketenagakerjaan 11
5. Pendidikan .b 18
ta
6. Kesehatan 22
r
ka

7. Pembangunan Manusia 26
a

8. Kemiskinan dan Ketimpangan 28


gy

9. Pertanian 34
yo

10. Pertambangan dan Energi 40


://
tp

11 . Industri Pengolahan 42
ht

12. Konstruksi 46
13 Hotel dan Pariwisata 48
14. Transportasi dan Komunikasi 52
15. Perbankan dan Investasi 54
16. Harga-harga 58
17. Konsumsi Rumah Tangga 62
18. Perdagangan Luar Negeri 66
19 Produk Domestik Regional Bruto 68
20. Perbandingan Regional 62
Lampiran 76

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 vii


ht
tp
://
yo
gy
aka
rta
.b
ps
.g
o.
id
GEOGRAFI DAN IKLIM 1

DIY menjadi provinsi dengan luas wilayah administrasi terkecil kedua di Indonesia, setelah
DKI Jakarta. Luas wilayah DIY mencapai 3.185,80 km2 atau 0,17 persen dari seluruh wilayah
daratan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Kondisi Geografis ketinggian 80-2.911 meter di atas permukaan


Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta laut (mdpl). Wilayah ini terbentang dari
(DIY) secara astronomis terletak pada posisi kerucut gunung api sampai dataran fluvial
gunung api dan bentang lahan vulkanik di

id
7o.33’- 80.12’ Lintang Selatan dan 110o.00’-
110o.50’ Bujur Timur. Posisi geografis DIY wilayah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta

o.
berada di bagian tengah Pulau Jawa, tepatnya dan sebagian Kabupaten Bantul. Wilayah ini

.g
di sisi bagian selatan. Seluruh wilayah sangat subur dan potensial untuk budidaya

ps
administrasi DIY dikelilingi oleh wilayah pertanian, khususnya tanaman semusim.
administrasi Provinsi Jawa Tengah. Wilayah .b Kedua, satuan fisiografi Pegunungan
ta
bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Selatan dengan ketinggian 150-700 mdpl.
r
Purworejo, bagian utara berbatasan dengan Wilayah ini menjadi bagian dari jalur
ka

Kabupaten Magelang dan Boyolali, bagian Pegunungan Seribu yang terletak di wilayah
a

timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten Kabupaten Gunungkidul dan bagian timur
gy

dan Wonogiri. Sementara, wilayah bagian Kabupaten Bantul. Kawasan ini didominasi
selatan berbatasan dengan Samudera oleh perbukitan batu kapur dan karst yang
yo

Indonesia. tandus dan kurang air permukaan, sehingga


://

Bentang alam wilayah DIY merupakan kurang potensial untuk budidaya pertanian
tp

kombinasi antara daerah pesisir, dataran tanaman semusim.


ht

rendah, dan perbukitan/pegunungan. Ketiga, satuan fisiografi Pegunungan


Bentang wilayah ini dikelompokkan menjadi Kulon Progo yang terletak di wilayah utara
empat satuan fisiografi. Pertama, satuan Kabupaten Kulon Progo. Kawasan ini berupa
fisiografi Gunung Merapi yang berada di perbukitan dan cukup potensial untuk

Gambar 1.1. Gambar 1.2.


Peta Wilayah Administrasi DIY Bentang Alam Wilayah Utara DIY

Sumber: Bakosurtanal, elantowow.wordpress.com

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 1


1 GEOGRAFI DAN IKLIM

pengembangan komoditas perkebunan. dan terjadi di bulan Januari. Sementara, rata-


Keempat, satuan fisiografi dataran rendah rata suhu terendah mencapai 230C dan terjadi
dengan ketinggian 0-80 mdpl yang di bulan Agustus.
terbentang mulai dari pesisir Kulon Progo Intensitas hujan selama tahun 2016
sampai wilayah Bantul. Kawasan ini sangat tercatat lebih meningkat dibandingkan
subur dan potensial untuk kegiatan budi daya dengan tahun-tahun sebelumnya. Hujan
pertanian semusim. terjadi sepanjang tahun dengan rata-rata
jumlah hari hujan sebanyak 20 hari per
Gambar 1.2.
sebulan. Sementara, rata-rata curah hujan
Bentang Alam Wilayah Selatan DIY
tercatat sebesar 255 mm3 per bulan. Curah
hujan per bulan tertinggi terjadi pada bulan
Maret dan November, masing-masing

id
mencapai 425 mm3 dan 508 mm3 dengan

o.
jumlah hari hujan masing-masing sebanyak

.g
24 dan 25 hari.

ps
Rata-rata kelembaban udara tercatat
.b
mencapai 87 persen dan cenderung
ta
meningkat dibandingkan dengan tahun-
tahun sebelumnya. Kelembaban udara
r
ka

Kondisi Cuaca dan Iklim minimum tercatat sebesar 43 persen yang


a

Posisi wilayah DIY berada di sekitar terjadi pada bulan September. Sementara,
gy

garis khatulistiwa, sehingga beriklim tropis kelembaban maksimum mencapai 100 persen
dan memiliki dua musim yaitu penghujan dan terjadi di bulan Maret. Tekanan udara
yo

dan kemarau. Karakteristik cuaca wilayah rata-rata tercatat sebesar 1.1014 milibars.
://

DIY secara umum bertemperatur tinggi atau Pada bulan Maret-September angin lebih
tp

memiliki suhu udara panas serta memiliki banyak bergerak dari arah selatan, sementara
ht

kelembaban udara dan curah hujan yang pada bulan Oktober-Februari arah angin
cukup tinggi. Rata-rata suhu udara di wilayah bergerak dari barat daya. Rata-rata kecepatan
DIY selama tahun 2016 pada pada kisaran angin selama tahun 2016 berkisar antara 6-17
270C. Rata-rata suhu tertinggi mencapai 330C knots.

Tabel 1.1.
Ringkasan Kondisi Cuaca di DIY, Tahun 2010-2016 Tahukah Anda ?
Kondisi Cuaca Satuan 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)


0
Gunung Merapi merupakan gunung
Suhu Udara Terendah C 22 18 17 18 21 20 23
Suhu Udara Tertinggi 0
C 35 40 35 36 33 33 33
berapi yang berstatus aktif dan
Rata-rata Suhu Udara 0
C 27 26 27 26 26 26 27 terakhir kali mengalami erupsi
Kelembaban Udara Min. % 41 42 47 44 42 48 43 besar pada tahun 2010.
Kelembaban Udara Mak. % 97 96 100 98 100 97 100
Rata-rata Kelembaban Udara % 74 78 80 86 84 83 87 Wilayah DIY dilalui oleh beberapa
Tekanan Udara Min. mb 1 005 990 1 006 1 010 1 010 992 1 012 alur sungai yang bermuara di
Tekanan Udara Mak. mb 1 015 1 000 1 021 1 019 1 020 1 019 1 015 Samudera Hindia, seperti Progo,
Rata-rata Tekanan Udara mb 1 010 995 1 014 1 015 1 016 998 1 014
Opak, Code, Gajahwong, Winongo,
Curah Hujan Maksimum mm3 512 405 409 442 503 503 508
Rata-rata Curah Hujan/Bulan mm3 254 173 122 230 169 160 255
dan Serang.
Rata-rata Hari Hujan/Bulan hari 17 14 9 15 13 10 20

Sumber: Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun


Geofisika Kelas I Yogyakarta, diolah

2 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


PEMERINTAHAN 2

DIY memiliki keistimewaan khusus dalam penyelenggaraan pemerintahan yang tertuang


dalam UU No 13 Tahun 2012. Kewenangan dalam urusan keistimewaan meliputi tata cara
pengisian jabatan, kedudukan, tugas, dan wewenang Gurbernur dan Wakil Gubernur;
kelembagaan; kebudayaan; pertanahan; dan tata ruang.

Wilayah administrasi DIY terbagi menjadi yang dipilih melalui proses penetapan Sultan
lima kabupaten/kota, yakni Kulonprogo, Yogyakarta yang bertahta sebagai Gubernur
Bantul, Gunungkidul, Sleman, dan kota dan Adipati Paku Alam sebagai Wakil Gubernur

id
Yogyakarta. Pusat pemerintahan berada di sebagai implementasi UU Keistimewaan

o.
Kota Yogyakarta. Jumlah kecamatan pada DIY. Dalam penyelenggaraan pemerintahan

.g
tahun 2016 sebanyak 78 kecamatan dan gubernur dibantu oleh perangkat daerah

ps
terbagi menjadi 438 desa/kelurahan. Jumlah yang terdiri dari Sekretaris Daerah (Sekda) dan
tersebut tidak mengalami perubahan dalam Lembaga Teknis Daerah.
dua dekade terakhir. Daerah dengan wilayah .b
ta
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
terluas adalah Gunungkidul sebesar 1.485,4
r

km2 atau 46,6 persen luas DIY. Sementara, Jumlah anggota DPRD DIY periode 2014-
ka

Kota Yogyakarta memiliki wilayah terkecil 2019 hasil Pemilu Legislatif 2014 sebanyak 55
a

sebesar 32,5 km2 atau 1,02 persen dari luas orang. Komposisinya terdiri dari 48 laki laki
gy

wilayah DIY. (87,3 persen) dan 7 perempuan (12,7 persen).


yo

Keterwakilan perempuan dalam parlemen


Penyelenggaraan Pemerintahan sedikit menurun dibandingkan dengan hasil
://

Penyelenggara pemerintahan di DIY pemilu 2009.


tp

terdiri dari pemerintah daerah selaku eksekutif Komposisi anggota DPRD periode 2014-
ht

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) 2019 menurut parpol pengusung didominasi
selaku legislatif. Pemerintah daerah dipimpin oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
oleh seorang Gubernur dan Wakil Gubernur (PDIP) sebanyak 14 orang (25 persen).

Tabel 2.1. Gambar 2.1.


Luas Wilayah, Jumlah Kecamatan dan Desa/Kelura- Komposisi Anggota DPRD DIY Periode 2014-
han di DIY menurut Kabupaten/Kota, 2014 2019 menurut Partai Politik
Luas Jumlah Status Desa/Kel PKB, 5, 9.1%
Kabupaten/ Jumlah
Wilayah Desa/ PKS, 6,
Kota 2 Kec 10.9%
(km ) Kel Perkotaan Perdesaan Golkar, 8,
14.5% Gerindra, 7,
(1) (2) (3) (4) (5) (6) 12.7%
Kulonprogo 586.27 12 88 13 75
PAN, 8, 14.5%
Bantul 506.85 17 75 47 28

Gunungkidul 1 485.36 18 144 5 139


PPP, 2, 3.6%
Sleman 574.82 17 86 59 27 PDIP, 14,
Demokrat, 2, 25.5%
Yogyakarta 32.50 14 45 45 - Nasdem, 3,
3.6%
5.5%
DIY 3 185.80 78 438 169 269
Sumber : BPS DIY Sumber : Sekretariat DPRD DIY

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 3


2 PEMERINTAHAN

Berikutnya adalah Partai Amanat Nasional jumlah pegawai daerah berkurang sebanyak
(PAN) dan Partai Golkar masing-masing 3,3 persen akibat proses pensiun. Trend
sebanyak 8 wakil, diikuti oleh Partai Gerindra penurunan jumlah pegawai daerah di DIY
dan Partai keadilan Sejahtera (PKS) dengan ini sudah terjadi dalam beberapa tahun
wakil masing-masing 7 dan 6 orang. Partai terakhir. Berdasarkan daerah penempatan,
Demokrat mengalami punurunan kursi dari proporsi pegawai terbanyak ditempatkan di
10 di periode 2009-2014 menjadi 2 kursi di Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman dan
periode 2014-2019. Bantul masing-masing sebesar 20,9 persen
dan 19,9 persen.
Tahukah Anda ? Berdasarkan golongan kepangkatan,
mayoritas PNS daerah merupakan pegawai
Keterwakilan perempuan di parlemen
golongan III (47,6%). Berikutnya adalah

id
kabupaten/kota/provinsi DIY masih rendah.
Proporsi tertinggi tercatat di Kota Yogyakarta pegawai golongan IV dan II dengan proporsi

o.
sebesar 25 persen (10 anggota perempuan masing-masing sebesar 36,6 persen dan

.g
dari total 40 anggota) dan terendah di Bantul 14,2 persen. Proporsi pegawai golongan I

ps
sebesar 6,7 persen.
tercatat sebanyak 1,6 persen dan mengalami
penurunan terbesar dari tahun ke tahun.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) Daerah .b
ta
Dari sisi pendidikan, struktur PNS
Komposisi PNS daerah di seluruh wilayah daerah DIY didominasi oleh pegawai yang
r
ka

DIY terdiri dari pegawai daerah dan pegawai berpendidikan tertinggi Sarjana/S1 dengan
pusat. Pegawai daerah mencakup semua
a

proporsi 45,2 persen. Komposisi terbesar


gy

PNS yang sistem penggajiannya dicakup oleh berikutnya adalah pegawai berpendidikan
APBD. Sementara, PNS pusat mencakup semua SLTA sederajat dan Diploma I/II/III/IV dengan
yo

pegawai yang bekerja di institusi perwakilan


://

pemerintah pusat dan sistem penggajiannya


Tahukah Anda ?
tp

dicakup dalam APBN.


ht

Jumlah PNS daerah pada akhir tahun 6,7 persen pegawai di DIY menempati
2016 tercatat sebanyak 53.550 pegawai. jabatan struktural dan 54,8 persen berstatus
Komposisinya pegawai perempuan lebih fungsional. Dalam beberapa tahun terakhir
dominan dengan jumlah 27.682 pegawai jumlah pegawai di DIY berkurang 3 persen per
tahun.
(51,1%). Dibandingkan dengan tahun 2015,

Tabel 2.2. Tabel 2.3.


Jumlah dan Komposisi PNS Daerah menurut Komposisi PNS Daerah menurut Jenis Kelamin
Golongan Kepangkatan di DIY, 2014-2016 dan Wilayah Penempatan, 2016
2014 2015 2016 Laki-laki Perempuan L+P
Golongan Golongan
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Kulonprogo 3 420 48.27 3 665 51.73 7 085 100
I 1 546 2.70 1 148 2.07 872 1.63 Bantul 4 036 43.90 5 157 56.10 9 193 100

II 8 706 15.20 8 340 15.05 7 597 14.19 Gunungkidul 5 755 58.25 4 125 41.75 9 880 100
Sleman 4 181 41.14 5 983 58.86 10 164 100
III 25 815 45.06 26 290 47.44 25 493 47.61
Yogyakarta 2 710 44.57 3 370 55.43 6 080 100
IV 21 225 37.05 19 634 35.43 19 588 36.58
DIY 6 386 54.27 5 382 45.73 11 768 100
Jumlah 57 292 100 55 412 100 53 550 100 Jumlah 26 488 48.90 27 682 51.10 54 170 100

Sumber : BKN Regional I Jawa Tengah dan DIY Sumber : BKN Regional I Jawa Tengah dan DIY

4 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


PEMERINTAHAN 2
porsi masing-masing sebesar 23,4 persen selama tahun 2016 mencapai Rp3,8 triliun,
dan 23,3 persen. Sementara, jumlah pegawai sehingga terjadi surplus sebesar Rp61,2 milyar.
yang berpendidikan SLTP ke bawah memiliki Komposisi pendapatan mengalami
proporsi sebesar 3,5 persen. Pegawai yang perubahan cukup nyata pasca penetapan
berpendidikan pasca sarjana tercatat sebesar UU Keistimewaan DIY. Sampai dengan tahun
4,6 persen dan semakin meningkat dalam 2010, komponen PAD masih mendominasi
beberapa tahun. dengan proporsi 53,9 persen. Sementara,
Keuangan Daerah pendapatan transfer mencapai 45,6 persen
dan pendapatan lain yang sah sebesar 0,5
Pendapatan daerah untuk membiayai
persen. Mulai tahun 2012 sampai 2016,
kegiatan pembangunan berasal dari beberapa
pendapatan transfer dari pemerintah pusat
sumber, yakni Pendapatan Asli Daerah (PAD);
terlihat semakin mendominasi.

id
transfer dana perimbangan dan transfer
lainnya (dana otonomi khusus dan dana Komponen PAD yang memiliki andil

o.
penyesuaian); serta penerimaan lain yang terbesar terhadap pendapatan daerah adalah

.g
sah. Perkembangan realisasi pendapatan pajak daerah terutama dari pajak kendaraan

ps
dan belanja pemerintah DIY dalam enam bermotor dan bea balik nama kendaraan
.b
tahun terakhir terlihat semakin meningkat. bermotor. Komponen pajak daerah memberi
Pendapatan daerah meningkat dari Rp1,4 andil 37,7 persen terhadap total pendapatan
ta
triliun di tahun 2010 menjadi Rp3,9 triliun daerah 2016. Sementara, retribusi daerah,
r
ka

di tahun 2016 atau secara nominal tumbuh hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
19 persen per tahun. Nilai belanja daerah dipisahkan dan PAD lain kontribusinya relatif
a
gy

juga meningkat searah dengan pendapatan. kecil. Komponen pendapatan transfer yang
Nilai belanja dan transfer pemerintah daerah cukup dominan adalah dana perimbangan
yo
://

Realisasi pendapatan dan belanja pemerintah


tp

DIY meningkat nyata pasca implementasi


ht

Undang-undang Keistimewaan DIY pada


tahun 2012.

Tabel 2.4.
Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah
Gambar 2.2. DIY, 2010-2016 (miliar Rp)
Komposisi PNS Daerah Berdasarkan Pendidikan
Tertinggi, 2013 - 2016 (Persen) Realisasi SiLPA
Pem-
Tahun Pen- Tahun
2013 2014 2015 2016 Belanja Selisih biayaan
dapatan Berjalan
3.13 3.45 4.15 4.56
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
41.36 43.09 45.63 45.24 2010 1 374.21 1 354.59 19.61 212.47 232.08
2011 1 604.91 1 562.27 42.64 226.89 269.53
25.68 24.47 22.86 23.32
2012 2 171.73 2 053.83 117.90 261.33 379.24
2013 2 583.06 2 509.64 73.41 308.61 382.02
25.33 24.65 24.29 23.38
3.04 2.92
2014 3 139.87 2 981.07 158.80 339.53 498.33
2.66 2.36
1.46 1.41 1.25 1.14 2015 3 400.01 3 496.43 - 96.41 461.09 364.68
SD SLTP SLTA D1/D2/D3/D4 Sarjana Pasca Sarjana 2016 3 895.90 3 834.68 61.22 176.44 237.66
Sumber : BKN Regional I Jawa Tengah dan DIY Sumber : DPPKA DIY

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 5


2 PEMERINTAHAN

(43,6%) dengan sumber utama berasal dari dan belanja tidak langsung dengan proporsi
DAU (24,2%), diikuti bagi hasil pajak dan dana 51,8 persen dari total belanja dan transfer
alokasi khusus (16,6%). Transfer pemerintah daerah. Komponen belanja langsung yang
berupa dana otonomi khusus dan dana paling besar adalah belanja barang dan jasa
penyesuaian memberi sumbangan 13,3 serta belanja modal dengan proporsi masing-
persen terhadap pendapatan daerah 2016. masing mencapai 22,9 persen dan 21,8 persen
Realisasi belanja pemerintah daerah DIY dari total belanja pemerintah DIY. Sementara,
tahun 2016 mencapai Rp3,8 triliun. Struktur komponen belanja tidak langsung yang
pengeluaran terdiri dari dua komponen, yakni terbesar adalah belanja hibah (19%), belanja
belanja langsung dengan proporsi 48,2 persen bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota
dan pemerintah desa (15,6%) , serta belanja
Tabel 2.5. pegawai (14,8%). Belanja pegawai, belanja

id
Distribusi Pendapatan dan Pemerintah DIY hibah dan bantuan keuangan secara proporsi

o.
menurut Sumber, 2010 dan 2016 (miliar Rp) semakin menurun. Sementara, belanja barang

.g
2010 2015 2016
dan belanja modal proporsinya semakin

ps
Rincian Pendapatan
Nilai % Nilai % Nilai %
meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Pendapatan Asli Daerah 740.20 (53.86) 1,593.11 (46.86) 1,667.73 (42.81)


.b
Jenis belanja modal yang dominan adalah
belanja pengadaan tanah, konstruksi jalan,
ta
Pajak daerah 634.71 (46.19) 1,397.77 (41.11) 1,468.24 (37.69)

Retribusi daerah 32.84 (2.39) 45.81 (1.35) 36.16 (0.93)


dan konstruksi bangunan.
r
ka

Hasil pengelolaan kekayaan 26.33 (1.92) 52.50 (1.54) 57.78 (1.48)

Lain-lain PAD yang sah 46.32 (3.37) 97.02 (2.85) 105.55 (2.71) Berdasarkan fungsinya, belanja
a

Dana Perimbangan 626.68 (45.60) 1,021.89 (30.06) 1,700.29 (43.64)


pemerintah daerah DIY tahun 2016 terbesar
gy

Dana Bagi Hasil Pajak 82.39 (6.00) 52.87 (1.56) 114.86 (2.95)

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 5.44 (0.40) 9.38 (0.28) 0.00 (0.00)
digunakan untuk kegiatan pelayanan umum
(53,4%). Berikutnya secara berturut-turut
yo

Dana alokasi umum 527.47 (38.38) 920.54 (27.07) 940.84 (24.15)

Dana alokasi khusus 11.38 (0.83) 39.08 (1.15) 644.59 (16.55) adalah pengeluaran bidang ekonomi (9,9%),
://

Lain-lain Pendapatan yang sah 7.33 (0.53) 785.02 (23.09) 527.88 (13.55)
bidang lingkungan hidup sebesar (9,3%), dan
tp

Dana Otonomi Khusus 0.00 (0.00) 400.25 (11.77) 518.21 (13.30)

Dana Penyesuaian 2.09 (0.15) 373.03 (10.97) 0.00 (0.00) bidang perumahan dan fasilitas umum (8,4%).
ht

Pendapatan Hibah 5.23 (0.38) 11.74 (0.35) 9.67 (0.25) Sementara, pengeluaran untuk fungsi yang
PENDAPATAN 1,374.21 (100) 3,400.01 (100) 3,895.90 (100)
lainnya memiliki proporsi di bawah 7 persen.
Sumber : DPPKA DIY

Gambar 2.3. Gambar 2.4.


Distribusi Belanja Pemerintah DIY Distribusi Belanja Pemerintah DIY menurut
menurut Jenis, 2016 (Persen) Fungsi, 2016 (Persen)
Bantuan kepada Ketertiban dan Ekonomi
Provinsi/Kab/Kota Keamanan 9.94 Lingkungan Hidup
dan Pemdes 0.68 9.32
2.26
Belanja Modal Bagi Hasil kepada Perumahan dan
21.81 Provinsi/Kab/Kota Fasilitas Umum
dan Pemdes 8.39
15.65
Belanja Bansos
Kesehatan
Belanja Tidak 0.05
Belanja Langsung 5.37
langsung Belanja Hibah Pelayanan Umum
48.24% 53.42
51.76% 18.96 Pariwisata dan
Belanja Barang dan
Jasa Budaya
22.86 4.76
Pendidikan
6.54
Belanja Pegawai
14.84 Perlindungan
Belanja Pegawai Sosial
3.57 1.57

Sumber : DPPKA DIY, 2016 Sumber : DPPKA DIY, 2016

6 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


PENDUDUK 3

Populasi penduduk DIY menyumbang 1,4 persen populasi nasional dengan laju pertumbuhan
1,2 persen per tahun selama periode 2010-2015

Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk pelaksanaan program Keluarga Berencana


Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, maupun peningkatan taraf kesehatan
populasi penduduk DIY tercatat mencapai penduduk. Hal ini ditandai oleh membaiknya
3.457.491 jiwa. Komposisinya adalah 49,4 kualitas kesehatan ibu dan balita, sehingga

id
persen laki-laki dan 50,6 persen perempuan terjadi penurunan angka kematian bayi

o.
atau perempuan lebih dominan. Populasi yang signifikan dan diikuti oleh penurunan

.g
penduduk DIY semakin bertambah setiap fertilitas. Namun, pada periode 2000-2010

ps
tahun dengan laju pertumbuhan berfluktuasi. pertumbuhan penduduk kembali meningkat
Hasil Sensus Penduduk tahun 1971 mencatat menjadi 1,04 persen per tahun.
jumlah penduduk DIY sebanyak 2,5 juta jiwa .bLaju pertumbuhan penduduk tercepat
ta
dan meningkat menjadi 3,5 juta jiwa di tahun selama empat dekade terjadi di Kabupaten
r
ka

2010. Jumlah penduduk ini diproyeksikan Sleman dan Bantul. Pada periode 2000-
akan bertambah menjadi 3,9 juta di tahun 2010, kedua daerah tersebut memiliki
a

2020 berdasarkan hasil proyeksi penduduk laju pertumbuhan penduduk mencapai


gy

2010-2020.
yo

Laju pertumbuhan penduduk selama


Tahukah Anda ?
://

periode 1971-1980 tercatat sebesar 1,10


tp

persen per tahun. Laju ini melambat menjadi Jumlah penduduk DIY pada tahun 2017
0,58 persen per tahun di periode 1980- diproyeksikan mencapai 3,76 juta jiwa dengan
ht

komposisi laki-laki 1,86 juta dan perempuan


1990 dan 0,72 persen per tahun di periode
1,88 juta jiwa.
1990-2000 sebagai dampak keberhasilan

Tabel 3.1.
Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan menurut Kabupaten/Kota di DIY, Hasil SP 1971-2010 (Jiwa)
Jumlah Penduduk (jiwa) Laju Pertumbuhan per Tahun (%)
Kabupaten/
Kota 1971- 1980- 1990- 2000-
1971 1980 1990 2000 2010
1980 1990 2000 2010
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Kulon Progo 370 629 380 685 372 309 370 944 388 869 0.29 -0.22 -0.04 0.48
Bantul 568 618 634 442 696 905 781 013 911 503 1.21 0.94 1.19 1.57
Gunungkidul 620 085 659 486 651 004 670 433 675 382 0.68 -0.13 0.30 0.07
Sleman 588 304 677 323 780 334 901 377 1 093 110 1.56 1.43 1.50 1.96
Yogyakarta 340 908 398 192 412 059 396 711 388 627 1.72 0.34 -0.39 -0.21
DIY 2 488 544 2 750 128 2 912 611 3 120 478 3 457 491 1.10 0.58 0.72 1.04
Sumber : Data Sensus Penduduk 1971-2010, BPS DIY

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 7


3 PENDUDUK

1,9 persen dan 1,6 persen per tahun. artinya setiap 1 km2 wilayah dihuni oleh
Sementara, Kota Yogyakarta justru mengalami 1.085 penduduk. Kepadatan penduduk ini
pertumbuhan negatif sebesar 0,2 persen per menempati urutan ketiga secara nasional
tahun. Sebagai pusat perekonomian dan setelah DKI Jakarta (14.469 jiwa/km2) dan Jawa
pemerintahan, wilayah Kota Yogyakarta yang Barat (1.217 jiwa/km2). Dibandingkan dengan
terbatas sudah tidak mampu menampung tahun 2000, kepadatan penduduk tahun 2010
kelebihan penduduk akibat meningkatnya meningkat sebesar 106 jiwa/km2.
aktivitas perekonomian. Dampaknya, terjadi Kepadatan penduduk tertinggi tercatat
perkembangan kawasan pemukiman di Kota Yogyakarta. Setiap 1 km2 wilayah
yang cukup masif di wilayah yang menjadi Kota Yogyakarta dihuni oleh 11.958 jiwa
penyangga Kota Yogyakarta, terutama di penduduk pada tahun 2010. Tingginya
Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. kepadatan penduduk di Kota Yogyakarta

id
berkaitan dengan luas wilayah administrasi
Persebaran dan Kepadatan Penduduk

o.
yang terbatas (1,0% wilayah DIY) dan

.g
Persebaran penduduk DIY sampai saat posisinya sebagai pusat perekonomian dan
ini masih terpusat di Kabupaten Sleman dan pemerintahan. Kabupaten Sleman dan Bantul

ps
Bantul. Kedua kabupaten memiliki distribusi menjadi daerah yang memiliki peningkatan
penduduk terbesar dan cenderung meningkat. .b
ta
Secara proporsi, sebaran penduduk di Tabel 3.2.
r
Kabupaten Gunungkidul dan Kulonprogo Luas Wilayah (km2) dan Kepadatan Penduduk
ka

DIY (jiwa/km2) Hasil SP 1971-2010


semakin menurun, meskipun dari sisi populasi
a

semakin bertambah. Ini terjadi karena laju


2
Luas Wilayah Kepadatan Penduduk (Jiwa per Km )
gy

Kab/Kota
pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan
2
Km % 1971 1980 1990 2000 2010
yo

dengan Sleman dan Bantul. Sementara, Kota (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Kulon Progo 586 18.40 632 649 635 633 663


Yogyakarta menjadi wilayah dengan populasi
://

Bantul 507 15.91 1 122 1 252 1 375 1 541 1 798


sudah jenuh, bahkan cenderung berkurang
tp

Gunungkidul 1 486 46.63 418 444 438 451 455


akibat wilayah administasi yang terbatas Sleman
ht

575 18.04 1 024 1 178 1 358 1 568 1 902


untuk pemukiman. Yogyakarta 32 1.02 10 490 12 252 12 679 12 206 11 958

Kepadatan penduduk DIY pada tahun DIY 3 186 100 781 863 914 979 1 085

2010 tercatat sebesar 1.085 jiwa/km2, Sumber : Profil Kependudukan Hasil SP 2010, BPS DIY

Gambar 3.1. Gambar 3.2.


Laju Pertumbuhan Penduduk DIY 2000-2010 Kepadatan Penduduk DIY menurut Kecamatan
menurut Kecamatan (Persen) Hasil SP 2010 (jiwa/km2)

Sumber : Profil Kependudukan Hasil SP 2010, BPS DIY Sumber : Profil Kependudukan DIY Hasil SP 2010, BPS DIY

8 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


PENDUDUK 3
kepadatan penduduk tertinggi. Pada tahun akibat tingginya angka kelahiran selama
2010, kepadatan penduduk di kedua daerah periode 1960-1970, sementara angka harapan
mencapai 1.902 jiwa/km2 dan 1.798 jiwa/ hidup penduduk juga masih relatif rendah.
km2. Gunungkidul menjadi daerah dengan Komposisi penduduk hasil SP1980 dan SP2000
kepadatan penduduk terendah (445 jiwa/ semakin bergerak ke atas. Kelompok usia
km2). Kepadatan penduduk Gunungkidul yang cukup dominan dalam dalam piramida
yang rendah terkait dengan wilayah yang luas 2000 adalah 15-24 tahun. Namun demikian,
dengan karakteristik berupa pegunungan populasi pada kelompok usia di atasnya juga
dan infrastruktur perekonomian yang kurang terlihat semakin membesar dibandingkan
mendukung, sehingga kurang menarik untuk dengan piramida periode sebelumnya.
dijadikan sebagai tempat tinggal. Bahkan, Komposisi penduduk dalam piramida
ada kecenderungan kaum terdidik dari hasil SP 2010 terlihat semakin merata

id
Gunungkidul justru bermigrasi keluar dengan dibandingkan dengan tiga dekade

o.
motif ekonomi untuk mencari penghidupan sebelumnya. Sebaran populasi mulai

.g
yang lebih baik. kelompok usia <4 tahun sampai usia 40-44

ps
Komposisi Penduduk menurut Usia dan tahun menjadi lebih merata. Populasi pada
kelompok tua juga terlihat semakin membesar.
Jenis Kelamin .b
Secara umum, fenomena ini menggambarkan
ta
Perkembangan komposisi penduduk
perkembangan populasi kelompok usia
r
DIY menurut kelompok usia menunjukkan
ka

muda yang cukup progresif dan mendorong


pergeseran yang cukup nyata. Komposisi
peningkatan jumlah angkatan kerja. Hal ini bisa
a

penduduk hasil SP 1971 didominasi oleh


menjadi potensi ketika penduduk yang masuk
gy

kelompok penduduk berusia muda (<20


pasar kerja memiliki keahlian yang mumpuni
yo

tahun), sementara kelompok yang berusia


dan didukung oleh tersedianya kesempatan
tua jumlahnya tidak dominan. Hal ini terjadi
://

kerja yang memadai. Jika kesempatan kerja


Gambar 3.3. yang tersedia terbatas peningkatan penduduk
tp

Piramida Penduduk DIY Hasil SP 1971, 1980, usia produktif perlu diantisipasi agar tidak
ht

2000 dan 2010 (Ribu Jiwa)


berdampak pada peningkatan pengangguran.
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
75+
70-74
Komposisi penduduk DIY hasil SP 2010
65-69
60-64 lebih didimonasi oleh penduduk perempuan
55-59
50-54
45-49
dengan rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar
40-44
35-39

Tabel 3.3.
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
Sex Ratio Penduduk DIY menurut Kabupaten/
05-09
00-04
Kota, Hasil Sensus Penduduk 1971- 2010
1971 1980 Rasio Jenis Kelamin
75+
Kab/Kota
70-74 1971 1980 1990 2000 2010
65-69
60-64 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
55-59
50-54 Kulon Progo 94.3 94.8 96.0 97.0 96.2
45-49
40-44 Bantul 90.9 94.9 96.8 99.0 99.4
35-39
30-34
25-29
Gunungkidul 96.6 95.8 94.5 95.1 93.7
20-24
15-19 Sleman 92.6 96.3 99.0 101.8 100.5
10-14
05-09 Yogyakarta 98.9 100.7 96.2 95.8 94.8
00-04

2000 2010 DIY 94.3 96.2 96.7 98.3 97.7


Sumber : Profil Kependudukan DIY Hasil SP 2010, BPS DIY Sumber : Profil Kependudukan DIY Hasil SP 2010, BPS DIY

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 9


3 PENDUDUK

97,7. Artinya, terdapat 98 penduduk laki- Rasio beban ketergantungan


laki untuk setiap 100 penduduk perempuan. (Dependency Ratio) dihitung dari
Rasio jenis kelamian mengalami penurunan perbandingan antara penduduk yang
dibandingkan dengan hasil SP2000 (98,3). belum/tidak produktif secara ekonomi (usia
Rasio jenis kelamin di semua kabupaten/ <15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan
kota memiliki nilai kurang dari 100, kecuali penduduk yang berusia produktif (usia 15-
Kabupaten Sleman. Artinya jumlah penduduk 64 tahun). Rasio ketergantungan penduduk
perempuan lebih dominan dari laki-laki, DIY hasil beberapa sensus memiliki pola
kecuali di Sleman. yang semakin menurun. Pada tahun 2010
Rasio Jenis kelamin menurut kelompok rasio beban ketergantungan tercatat sebesar
umur hasil SP 2010 memiliki pola semakin 45,9 persen, sehingga setiap 100 penduduk
menurun seiring dengan meningkatnya produktif menanggung 46 orang yang belum

id
kelompok umur. Nilai rasio jenis kelamin produktif dan sudah tidak produktif. Angka

o.
pada saat lahir sampai usia 29 tahun berada tersebut lebih tinggi dari tahun 2000 (44,7 %).

.g
di atas 100, artinya jumlah penduduk laki-laki

ps
lebih dominan dari perempuan. Mulai usia 30
Tahukah Anda ?
tahun ke atas, jumlah penduduk perempuan
cenderung lebih dominan dari laki-laki.
.b
Sex ratio penduduk DIY kurang dari 100,
ta
Bahkan, pada kelompok usia di atas 70 tahun artinya jumlah perempuan lebih dominan dari
r

laki-laki. Dependency ratio DIY pada kisaran


ka

jumlah penduduk perempuan terlihat jauh


46%, artinya 100 penduduk berusia produktif
lebih dominan dengan rasio jenis kelamin di
a

menanggung 46 penduduk yang belum


gy

bawah 80. produktif dan sudah tidak produktif.


yo

Gambar 3.4. Tabel 3.6.


://

Sex Ratio Penduduk DIY menurut Kelompok Dependency Ratio Penduduk DIY
Umur Hasil SP 2010 Hasil SP 1971-2010 (Persen)
tp
ht

Rasio Beban Ketergantungan


Kab/Kota
1971 1980 1990 2000 2010
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Kulon Progo 85 72 58 52 54
Bantul 83 69 57 47 47
Gunungkidul 89 77 62 53 55
Sleman 86 70 50 39 42
Yogyakarta 63 49 39 34 36
DIY 82 69 55 45 46

Sumber : Profil Kependudukan DIY Hasil SP 2010, BPS DIY Sumber : Profil Kependudukan DIY Hasil SP 2010, BPS DIY

10 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


KETENAGAKERJAAN 4

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di DIY selama sepuluh tahun terakhir berfluktuasi
pada kisaran 68-73 persen, sementara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) berfluktuasi pada
kisaran 2-6 persen

Tenaga kerja menjadi faktor produksi terjadinya pengangguran dan persoalan


yang memiliki peran sentral dalam ketenagakerjaan lainnya. Beberapa aspek
menggerakkan aktivitas perekonomian. ketenagakerjaan yang dikaji dalam bagian
Konsep ketenagakerjaan yang digunakan BPS ini mencakup partisipasi angkatan kerja,

id
merujuk pada rekomendasi dari International pengangguran, dan karakteristik penduduk

o.
Labor Organization (ILO). Penduduk berusia bekerja.

.g
produktif (15 tahun ke atas) berdasarkan Komposisi penduduk berusia kerja di
aktivitasnya dibagi menjadi dua kelompok,

ps
DIY berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja
yakni angkatan kerja dan bukan angkatan Nasional (Sakernas) dalam beberapa tahun
kerja. Angkatan kerja terbagi menjadi dua .b
terakhir disajikan dalam Tabel 4.1. Jumlah
ta
bagian yakni bekerja dan penganggur. penduduk berusia kerja meningkat dari 2,7
r

Sementara, bukan angkatan kerja mencakup juta jiwa di bulan Agustus 2010 menjadi 2,9
ka

penduduk yang statusnya bersekolah, juta jiwa di bulan Februari 2017. Komposisi
a

mengurus rumah tangga, dan lainnya. angkatan kerja terhadap penduduk berusia
gy

Pertumbuhan angkatan kerja sejalan kerja (TPAK) berfluktuasi antara 68-73 persen.
yo

dengan pertumbuhan penduduk, namun Sementara, komposisi bukan angkatan kerja


pertumbuhan penciptaan kesempatan berfluktuasi antara 27-32 persen.
://

kerja baru berjalan lebih lambat. Akibatnya,


tp

tidak semua angkatan kerja mampu Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
ht

terserap oleh pasar tenaga kerja dan terjadi Jumlah angkatan kerja di DIY pada
ketidakseimbangan antara permintaan kondisi Februari 2017 tercatat sebanyak 2,1
dan penawaran tenaga kerja yang memicu juta jiwa, sehingga TPAK-nya sebesar 72,0

Gambar 4.1.
Bagan Pembagian Penduduk Berdasarkan Aktivitas Ketenakagerjaan

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 11


4 KETENAGAKERJAAN

persen. Angka ini menggambarkan proporsi tenaga kerja. Sebaliknya, sebagian besar
atau bagian dari penduduk berusia kerja yang aktivitas mengurus rumah tangga di DIY masih
terlibat aktif dalam kegiatan perekonomian. dilakukan oleh penduduk perempuan.
Secara umum, terdapat pola TPAK bulan Perkembangan TPAK menurut wilayah
Februari yang cenderung lebih tinggi dari TPAK menunjukkan TPAK perdesaan selalu lebih
bulan Agustus. Fenomena ini terkait dengan tinggi dari perkotaan. TPAK perdesaan
siklus perekonomian terutama masa puncak berfluktuasi antara 73-82 persen dan TPAK
panen tanaman pangan yang terjadi selama perkotaan berfluktuasi antara 62-72 persen.
kuartal pertama setiap tahun. Masa puncak Fenomena ini terkait dengan kecenderungan
panen mendorong peningkatan TPAK di penduduk perkotaan yang lebih memilih
daerah perdesaan, karena pada masa tersebut menyelesaikan masa belajar sampai tuntas
permintaan pekerja pertanian meningkat. sebelum masuk pasar tenaga kerja dan

id
Perkembangan TPAK menurut jenis lebih selektif dalam memilih jenis pekerjaan.

o.
kelamin menunjukkan TPAK laki-laki selalu Sementara, penduduk perdesaan memiliki

.g
lebih tinggi dari perempuan. TPAK laki-laki masa bersekolah yang lebih singkat kemudian

ps
berfluktuasi pada kisaran 77-83 persen, masuk pasar tenaga kerja dengan motif
sementara TPAK perempuan berfluktuasi membantu ekonomi keluarga, meskipun
pada kisaran 57-67 persen. Fenomena ini
.b
berstatus pekerja keluarga dan bekerja di
ta
mengindikasikan keterlibatan penduduk sektor informal.
r
ka

laki-laki dalam aktivitas perekonomian


lebih dominan. Penyebab utamanya adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
a

TPT menggambarkan bagian dari


gy

pandangan bahwa mencari nafkah menjadi


tanggung jawab laki-laki, sehingga lebih angkatan kerja yang tidak terserap oleh pasar
yo

sedikit perempuan yang masuk dalam pasar tenaga kerja. Perkembangan TPT DIY selama
://

Tahukah Anda?
tp

TPAK laki-laki selalu lebih tinggi dari perempuan dan TPAK perdesaan selalu
ht

lebih tinggi dari perkotaan. Sementara, TPAK menurut kelompok umur


memiliki pola menyerupai huruf “U Terbalik”.

Tabel 4.1.
Penduduk Berusia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama di DIY, 2010-2017 (Ribu Jiwa)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Kegiatan
Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
Angkatan Kerja 1 882 1 991 1 934 1 970 1 989 1 958 1 949 2 033 2 023 2 098 1 971 2 097 2 099 2 116
Bekerja 1 775 1 881 1 850 1 892 1 912 1 885 1 886 1 989 1 956 2 013 1 891 2 038 2 042 2 056
Pengangguran 107 110 83 78 77 73 63 44 67 85 80 59 57 60
Bukan Angkatan Kerja 816 739 814 793 792 839 864 797 824 772 912 807 818 823
Sekolah 279 263 269 325 280 306 202 350 271 249 298 265 273 261
Mengurus Rumah
438 366 434 360 405 467 479 352 440 422 475 400 431 457
Tangga
Lainnya 99 111 111 109 107 66 183 95 114 100 138 142 114 105
Jumlah 2 698 2 730 2 747 2 764 2 780 2 797 2 813 2 830 2 848 2 870 2 883 2 904 2 918 2 939
TPAK (%) 69.76 72.93 70.39 71.29 71.52 70.01 69.29 71.84 71.05 73.10 68.38 72.20 71.96 72.00
TPT (%) 5.69 5.53 4.32 3.95 3.86 3.73 3.24 2.16 3.33 4.07 4.07 2.81 2.72 2.84

Sumber: BRS Angkatan Kerja Agustus 2010-Februari 2017, BPS DIY

12 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


KETENAGAKERJAAN 4
Februari 2005-2017 memiliki pola yang perdesaan sebesar 1,2 persen.
berfluktuasi pada kisaran 2,2-7,6 persen dan Perkembangan TPT menurut jenis
memiliki kecenderungan semakin menurun. kelamin tampak lebih dinamis dan lebih
TPT Februari 2005 tercatat sebesar 5 persen berfluktuasi dengan kecenderungan semakin
dan meningkat tajam menjadi 7,9 persen menurun. Selama Februari 2005- Agustus
pada November 2005 sebagai dampak dari 2008, TPT perempuan tercatat lebih tinggi.
kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM. Namun, mulai periode Februari 2009-Februari
Pada periode berikutnya, secara bertahap TPT 2017 TPT laki-laki tercatat lebih tinggi. TPT
DIY semakin menurun hingga mencapai level laki-laki pada Februari 2017 tercatat sebesar
2,8 persen di bulan Februari 2017. 2,9 persen dan perempuan sebesar 2,8 persen.
Perkembangan TPT menurut wilayah
menunjukkan pola yang hampir sama dan ada

id
kecenderungan TPT perkotaan selalu lebih Tahukah Anda?

o.
tinggi dari daerah perdesaan. Fenomena ini

.g
menggambarkan angkatan kerja di perdesaan Pola TPT semakin menurun seiring dengan

ps
lebih mudah terserap pasar kerja. Alasannya, peningkatan kelompok usia, sementara
pada umumnya mereka akan menerima level TPT yang tertinggi terdapat pada
jenis pekerjaan apa saja termasuk pekerjaan
.b
kelompok terdidik (berpendidikan SLTA
ta
di sektor informal dan berstatus sebagai dan sarjana)
r
ka

pekerja keluarga. Sebaliknya, angkatan kerja


perkotaan lebih selektif dalam memilih jenis Penduduk Bekerja menurut Pendidikan
a

Komposisi angkatan kerja DIY yang


gy

pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan


dan upah yang diharapkan. Lamanya waktu berpendidikan rendah (SLTP ke bawah)
yo

mencocokkan jenis pekerjaan mendorong dan tinggi (SLTA ke atas) hampir seimbang.
://

TPT daerah perkotaan lebih tinggi dari TPT Pada kondisi Agustus 2016, angkatan kerja
yang berpendidikan SLTP ke bawah tercatat
tp

Perdesaan. TPT perkotaan pada Februari 2017


tercatat sebesar 3,6 persen, sementara TPT sebesar 48 persen. Sementara, angkatan kerja
ht

Gambar 4.2.
Perkembangan TPT menurut Wilayah di DIY, 2005-2017 (%)

Perkotaan (K) Perdesaan (D) K+D


10

8 7.6

6
6.3 6.3
6.1 6.1 6.0 6.0 6.0 6.0
5.7 5.5
5.4
5.1
4 4.3
4.0 4.1 4.1
3.9 3.7
3.2 3.3
2.8 2.8
2 2.7
2.2

0
Ags'06

Ags'09
Ags'07

Ags'08

Ags'10

Ags'11

Ags'12

Feb'13

Ags'13

Ags'14

Ags'15

Feb'16

Ags'16
Feb'05

Feb'06

Feb'07

Feb'08

Feb'09

Feb'10

Feb'11

Feb'12

Feb'14

Feb'15

Feb'17
Nov'05

Sumber: BPS DIY (beberapa terbitan)

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 13


4 KETENAGAKERJAAN

yang berpendidikan SLTA ke atas mencapai semakin meningkat. Pada kondisi Agustus
52 persen. Perkembangan angkatan kerja 2016, proporsi keduanya mencapai 35 persen
menurut pendidikan dalam beberapa tahun dan 18 persen.
terakhir cukup dinamis. Komposisi angkatan Komposisi Penduduk Bekerja menurut
kerja berpendidikan SD ke bawah cenderung Lapangan Usaha
menurun dan yang berpendidikan SLTP
asar tenaga kerja di DIY masih
P
relatif stabil. Sebaliknya, angkatan kerja yang
didominasi oleh empat lapangan usaha,
berpendidikan SLTA ke atas komposisinya
yakni pertanian; perdagangan, hotel dan
semakin meningkat. Hal ini menggambarkan
restoran; jasa-jasa; dan industri pengolahan.
adanya perbaikan kualitas pendidikan
Lapangan usaha pertanian yang sangat
angkatan kerja.
dominan menyerap angkatan kerja pada
Komposisi penduduk bekerja masa awal pembangunan, secara berangsur-

id
menurut pendidikan hampir sama dengan angsur peranannya mulai tergantikan oleh

o.
komposisi angkatan kerja. Penduduk lapangan usaha perdagangan, hotel dan

.g
bekerja berpendidikan SD ke bawah masih restoran. Pada bulan Agustus 2016, lapangan

ps
cukup besar (13%) dan mayoritas terdapat usaha perdagangan, hotel dan restoran
di kawasan perdesaan. Komposisi pekerja
berpendidikan SLTA dan diploma/universitas
.b
menyerap 28,9 persen angkatan kerja.
Sementara, lapangan usaha pertanian masih
ta
mampu menyerap 23,3 persen angkatan
r
ka

kerja. Lapangan usaha jasa-jasa dan industri


Tahukah Anda? pengolahan masing-masing menyerap 20,8
a
gy

persen dan 12,8 persen. Lapangan usaha


Persoalan ketenagakerjaan di DIY yang
lainnya menyerap angkatan kerja dengan
yo

cukup serius adalah meningkatnya


jumlah penganggur terdidik. Pada bulan proporsi yang bervariasi di bawah 10 persen.
://

Agustus 2016, proporsi penganggur Struktur penduduk bekerja menurut


tp

terdidik mencapai 68 persen dari seluruh status dalam pekerjaan utama didominasi
penganggur.
ht

oleh mereka yang berstatus sebagai buruh/

Gambar 4.3. Gambar 4.4.


Komposisi Penduduk Bekerja di DIY menurut Komposisi Penduduk Bekerja di DIY menurut
Pendidikan, Agustus 2016 (%) Lapangan Usaha, Agustus 2016 (%)

Pertambangan
SLTA 1.04
Sederajat Pertanian
35.18 23.27

Akademi Manufaktur LGA


dan 12.83 0.21
Universitas Jasa-jasa
16.00 20.75
Konstruksi
SLTP
6.55
Sederajat
16.94 Tidak/Belum
Pernah Perdagangan,
Sekolah Keuangan, Hotel
SD Sederajat 3.57 Real Estat 28.89
18.70 2.78
Tidak/Belum
Tamat SD Transportasi
9.60 3.68
Sumber: diolah dari Sakernas Agustus 2016, BPS DIY Sumber: diolah dari Sakernas Agustus 2016, BPS DIY

14 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


KETENAGAKERJAAN 4
karyawan/pegawai. Pada bulan Agustus Proporsi tersebut mencakup tingkat setengah
2016, Proporsinya mencapai 41,6 persen dan pengangguran (masih mau bekerja jika ada
cenderung meningkat dalam beberapa tahun tawaran pekerjaan lain) dan pekerja paruh
terakhir. Proporsi penduduk yang statusnya waktu (tidak mencari pekerjaan lain). Pada
berusaha mencapai 37,7 persen, terdiri dari kondisi bulan Februari 2017, proporsi pekerja
berusaha sendiri (15,4 %), berusaha dibantu tak penuh tercatat sebesar 29 persen dengan
buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar (18,8 rincian 10,2 persen bekerja dengan jam kerja
%) dan berusaha dibantu buruh tetap (3,5 %). 1-14 jam dan 18,8 persen dengan jam kerja 15-
Proporsi penduduk yang berusaha dibantu 34 jam. Dari 29 persen tersebut juga bisa rinci
buruh tidak tetap/tidak dibayar cenderung menjadi 5,5 persen setengah pengangguran
menurun, sementara yang berusaha sendiri dan 23,4 persen pekerja paruh waktu.
semakin meningkat. Proporsi pekerja bebas/

id
lepas di sektor pertanian dan non pertanian

o.
tercatat sebesar 2,6 dan 5,6 persen, sementara Tahukah Anda?

.g
pekerja tak dibayar sebesar 12,5 persen.
Profil pekerja tak penuh pada umumnya

ps
Struktur penduduk bekerja menurut bekerja sektor pertanian, berada di kawasan
jumlah jam kerja selama minggu terlihat
cukup dinamis. Proporsi pekerja yang bekerja
.b
perdesaan, berstatus pekerja tak dibayar
atau pekerja keluarga, dan berpendidikan
ta
di atas jam kerja normal (35 jam seminggu) SD dan SLTA
r
ka

dalam beberapa tahun terakhir berada di atas


70 persen, meskipun terlihat sedikit menurun Upah Minimum Provinsi (UMP)
a
gy

pada bulan Agustus 2016. Pada bulan Februari UMP merupakan standar upah minimal
2017 proporsinya mencapai 71,1 persen. yang harus dibayarkan oleh pengusaha/
yo

Proporsi pekerja tak penuh atau perusahaan kepada karyawan/buruh/pegawai


://

bekerja di bawah jam kerja normal (35 jam yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan
tp

seminggu) berfluktuasi antara 24-34 persen. hidup minimum yang layak (KHL) yang berlaku
ht

Gambar 4.5. Gambar 4.6.


Komposisi Penduduk Bekerja menurut Komposisi Penduduk Bekerja menurut
Status Pekerjaan Utama, Agustus 2016 (%) Jumlah Jam Kerja Seminggu, 2011-2017 (%)
Pekerja
Bebas 1-14 Jam 15-34 Jam 0 dan 35+ Jam
Pertanian
2.55 Pekerja Feb'17 10.2 18.8 71.1
Bebas non
Ags'16 10.0 22.8 67.1
Pertanian
5.64 Feb'16 7.1 17.8 75.1
Buruh/
Karyawan/ Ags'15 6.0 16.8 77.2
Pegawai Feb'15 5.8 17.6 76.7
41.58
Pekerja Tak Ags'14 7.5 18.0 74.6
Dibayar
12.53 Feb'14 7.4 21.5 71.1
Ags'13 13.3 26.5 60.2
Berusaha Berusaha Feb'13 6.6 17.7 75.7
Dibantu Sendiri Ags'12 6.7 21.6 71.7
Berusaha Buruh Tidak 15.35
Dibantu Tetap/Tidak Feb'12 7.8 18.8 73.4
Buruh Dibayar
Tetap/ Ags'11 7.7 26.1 66.3
18.83
Dibayar Feb'11 5.9 18.1 76.1
3.51

Sumber: diolah dari Sakernas Agustus 2016, BPS DIY Sumber: Sakernas 2011-2017, BPS DIY

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 15


4 KETENAGAKERJAAN

di provinsi yang bersangkutan. Tujuan utama Perkembangan UMP DIY selama periode
penetapan upah minimum adalah untuk 2007-2017 terlihat semakin meningkat seiring
menjaga daya beli penduduk atau pekerja dengan perkembangan harga barang dan jasa
akibat adanya kenaikan harga barang atau kebutuhan rumah tangga. Pada tahun 2017,
inflasi yang terjadi secara gradual. Penentuan UMP DIY secara nominal ditetapkan sebesar
UMP dilakukan oleh Dewan Pengupahan Rp1,44 juta per bulan. UMP ini mengacu pada
Daerah yang terdiri dari perwakilan birokrat, upah minimum Kabupaten Gunungkidul.
akademisi, dan serikat pekerja. UMP Sementara, upah minimum yang tertinggi
didasarkan pada hasil survei kebutuhan hidup ditetapkan di Kabupaten Sleman sebesar
minimum yang dilakukan setiap tahun. Nilai Rp1,57 juta sebulan. Dibandingkan dengan
UMP DIY diambil dari nilai Upah Minimum tahun 2016, upah minimum di semua
Kabupaten (UMK) yang terendah di wilayah kabupaten/kota di DIY tahun 2017 secara

id
DIY yakni UMK Kabupaten Gunungkidul. nominal meningkat sebesar 8,2 persen.

o.
UMP menjadi isu yang sensitif karena Peningkatan ini berlaku sama di semua

.g
dalam realita tidak semua perusahaan/ kabupaten/kota, meskipun dari sisi KHL

ps
pengusaha memiliki kemampuan melakukan peningkatannya cenderung bervariasi antar
daerah dan sangat tergantung pada tingkat
pembayaran upah sesuai dengan ketentuan. .b
perubahan harga komoditas yang berlaku di
ta
Sementara, nilai UMP yang ditetapkan dari
sisi pekerja dinilai masih jauh dari kebutuhan masing-masing daerah.
r
ka

hidup minimum yang layak.


a
gy

Tabel 4.2. Gambar 4.7.


Upah Minimum Kabupaten/Kota di DIY, Perkembangan Upah Minimum Provinsi (UMP)
yo

2014-2017 (Rupiah) DIY, 2007-2017 (000 Rp)


://

Kabupaten/ Kota 2014 2015 2016 2017 1600


tp

1400 1,338
ht

(1) (2) (3) (4) (5) 1,238


1200 1,108
Kulon Progo 1 069 000 1 138 000 1 268 870 1 373 600 947
989
1000 893
808
Bantul 1 125 000 1 163 800 1 297 700 1 404 760 800 746
700
586
Gunungkidul 988 500 1 108 249 1 235 700 1 337 650 600 500

Sleman 1 127 000 1 200 000 1 338 000 1 448 385 400

200
Yogyakarta 1 173 300 1 302 500 1 452 400 1 572 200
0
UMP DIY 988 500 1 108 249 1 235 700 1 337 650 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: Disnakertrans DIY Sumber: Disnakertrans DIY

16 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


ht
tp
://
yo
gy
aka
rta
.b
ps
.g
o.
id
5 PENDIDIKAN

Salah satu tujuan negara yang diamanahkan dalam Pembukaan UUD 1945 adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa. Langkah yang ditempuh pemerintah untuk
mewujudkannya adalah dengan meningkatkan kualitas manusia melalui jalur
pendidikan formal maupun non formal.

Sub-bab ini menyajikan perkembangan murid-sekolah TK<SD<SMP<SMA<SMK.


beberapa indikator pendidikan seperti Rasio murid-sekolah tertinggi di semua

id
rasio murid-sekolah, rasio murid-guru, rasio jenjang pada tahun ajaran 2015/2016 tercatat
murid-kelas, angka partisipasi sekolah, angka

o.
di Kota Yogyakarta. Hal ini disebabkan oleh
melek huruf, dan rata-rata lama bersekolah kapasitas atau daya tampung sekolah di

.g
penduduk. Kota Yogyakarta yang relatif lebih besar dan

ps
jumlah kelas paralel lebih banyak.
Rasio Murid-Sekolah, Murid-Kelas, dan
Murid-Guru
.b
Rasio murid-kelas menggambarkan
ta
kapasitas kelas dalam menampung siswa.
Infrastruktur pendidikan pada berbagai
r

Pada jenjang TK, rasio murid-kelas dalam


ka

jenjang di DIY secara umum sudah berkualitas


beberapa tahun terakhir berada pada kisaran
baik, meski secara sebaran belum merata
a

20 atau setiap kelas menampung 20 siswa.


gy

antarwilayah. Berdasarkan data dari Dinas


Sementara, pada jenjang SD berada pada
Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DIY,
yo

kisaran 21 murid per kelas, SMP 28 murid, SMA


rasio murid-sekolah pada berbagai jenjang
26 murid, dan SMK 28 murid. Secara umum,
://

terlihat semakin meningkat dalam beberapa


rasio murid-kelas di semua jenjang masih
tp

tahun terakhir. Secara umum, rasio murid-


berada pada taraf ideal untuk kelangsungan
ht

sekolah semakin meningkat seiring dengan


proses belajar mengajar.
peningkatan jenjang sekolah atau rasio

Tabel 5.1.
Rasio Murid-Sekolah, Murid-Kelas, dan Murid-Guru menurut Kabupaten/Kota di DIY
Kabupaten/ Rasio Murid-Sekolah Rasio Murid-Kelas Rasio Murid-Guru
Kota TK SD SMP SMA SMK TK SD SMP SMA SMK TK SD SMP SMA SMK
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
Kulonprogo 29 99 228 151 313 20 16 25 23 28 12 11 11 9 9
Bantul 51 202 347 362 324 16 23 28 26 29 15 16 13 10 8
Gunungkidul 28 103 216 200 376 17 17 26 23 35 11 12 11 7 10
Sleman 55 177 336 355 370 20 24 29 24 28 13 15 13 9 10
Yogyakarta 54 262 386 539 517 15 26 30 28 34 13 17 14 11 10
DIY 2015/2016 43 154 296 325 373 17 21 28 25 30 13 14 13 10 9
2014/2015 43 152 298 309 366 19 21 29 29 26 13 14 12 9 9
2013/2014 42 151 290 302 368 20 21 27 26 26 12 13 12 9 9
2012/2013 40 153 283 300 378 19 21 29 26 27 12 13 12 9 10
2011/2012 39 153 284 299 388 20 18 28 27 29 11 13 11 9 10
2010/2011 38 153 294 479 395 20 21 29 45 30 11 13 11 14 10
2009/2010 38 153 296 288 387 21 22 30 28 30 11 13 11 8 9
Sumber: diolah dari data Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga DIY

18 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


PENDIDIKAN 5
Rasio murid-guru memiliki pola semakin mendapat kesempatan bersekolah.
menurun seiring dengan meningkatnya APS penduduk DIY pada kelompok
jenjang pendidikan. Artinya, rasio murid- usia 7-12 tahun dan 13-15 tahun selama
guru pada tingkat SD>SMP>SMA/SMK. Pada periode 2002-2017 sudah mendekati 100
tahun ajaran 2015/2016, seorang guru SD persen. Artinya, hampir semua penduduk
rata-rata memiliki beban untuk mengajar 14 berusia 7-15 tahun sudah mendapatkan
murid. Sementara, pada tingkat SMP, SMA, kesempatan bersekolah pada berbagai
dan SMK masing-masing memiliki beban jenjang. Implementasi Program Wajib Belajar
mengajar 13, 10, dan 9 murid. Perkembangan Sembilan Tahun sudah cukup berhasil di
rasio murid-guru di semua jenjang selama DIY. APS penduduk berusia 16-18 tahun
beberapa tahun masih berada dalam menunjukkan peningkatan yang cukup tajam
kondisi ideal. Ini menjadi indikasi yang baik, dan berada pada level 87,2 persen pada tahun

id
karena ketersediaan tenaga pendidik masih 2016. APS penduduk berusia 19-24 tahun

o.
tercukupi. juga semakin meningkat secara bertahap dan

.g
Angka Partisipasi Sekolah (APS) tercatat pada level 50 persen.Hal ini berarti

ps
masih terdapat13 persen penduduk berusia
APS merupakan ukuran daya serap
16-18 tahun dan 50 persen penduduk berusia
sistem pendidikan terhadap penduduk .b
19-24 tahun yang tidak/belum pernah
ta
usia sekolah. Indikator ini berguna untuk
bersekolah atau sudah tidak sekolah lagi.
r

mengetahui seberapa besar akses penduduk


ka

Berbagai permasalahan terutama dorongan


usia sekolah terhadap institusi pendidikan
ekonomi untuk bekerja, biaya pendidikan
a

yang tersedia. APS dihitung dari rasio


gy

yang tidak terjangkau, akses ke sekolah yang


antara jumlah penduduk pada kelompok
sulit, atau tidak mau bersekolah karena alasan
yo

usia sekolah yang bersekolah pada berbagai


tidak mampu mengikuti menjadi penyebab
tingkatan dengan jumlah penduduk pada
://

mereka secara sukarela dan terpaksa tidak


kelompok usia yang sesuai. Semakin tinggi
tp

berpartisipasi sekolah.
APS mencerminkan semakin besar peluang
ht

Gambar 5.1.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Kelompok Usia Sekolah di DIY, 2003-2016 (Persen)

Usia 7-12 Usia 13-15 Usia 16-18 Usia 19-24

98.7 98.8 99.1 99.4 99.3 99.6 99.7 99.7 99.5 99.8 99.9 99.9 99.9 99.8
100

97.6 98.3 99.5 99.7 99.6


95.1 95.0 95.2 96.7
92.6 92.9 93.4 94.0
90.6
80 86.4 86.8 87.2
80.2 81.5
76.0 74.9 75.9
73.6 71.8 72.5 72.3 73.1
71.2
60

49.1 49.2 50.0


40 47.0 46.7
42.3 43.4 43.5 43.3 44.0 44.3
41.2 39.7 41.7

20
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber : Statistik Kesejahteraan Rakyat DIY (Beberapa Terbitan), BPS DIY

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 19


5 PENDIDIKAN

tahun yang sedang bersekolah di tingkat SD


mencapai 99,2 persen. Sisanya sebanyak 0,8
Tahukah Anda?
persen kemungkinan belum bersekolah pada
APS penduduk laki-laki dan perempuan tingkat SD karena terlambat masuk sekolah
pada semua kelompok usia sudah setara, atau sudah bersekolah di tingkat SLTP karena
artinya tidak ada kesenjangan gender terlalu cepat bersekolah.
dalam mengakses sekolah.
APM pada jenjang SLTP dan SLTA juga
APS penduduk perdesaan lebih rendah dari terlihat semakin meningkat. Level masing-
perkotaan, karena infrastruktur pendidikan
menengah ke atas masih terpusat di masing tercatat sebesar 83,1 persen dan 69,9
perkotaan. persen pada tahun 2016. Artinya, masih ada
16,9 persen penduduk berusia 13-15 tahun
Angka Partisipasi Sekolah Murni (APM) dan 30,1 persen penduduk berusia 16-18

id
tahun yang sedang tidak bersekolah pada
Partisipasi sekolah penduduk juga bisa

o.
jenjang SLTP dan SLTA. Penyebabnya adalah
dikaji menggunakan APM. APM dihitung dari

.g
terlambat/terlalu cepat masuk sekolah, kasus
jumlah penduduk yang sedang bersekolah

ps
tinggal kelas/mengikuti program akselerasi,
pada jenjang sekolah yang sesuai dengan
atau kemungkinan sudah putus sekolah
usianya dibagi dengan jumlah penduduk .b
karena berbagai alasan baik ekonomi (bekerja
ta
pada kelompok usia yang sama. Indikator ini
atau biaya tidak terjangkau) maupun alasan
r
berguna untuk melihat proporsi penduduk
ka

non ekonomi. APM menurut jenis kelamin


sekolah yang tepat waktu.
pada semua jenjang tidak menunjukkan
a

APM semakin menurun seiring dengan


gy

perbedaan yang nyata.


meningkatnya jenjang pendidikan atau APM
yo

SD>SLTP>SLTA. Perkembangan APM jenjang


SD di DIY secara bertahap semakin meningkat APM pada berbagai jenjang pendidikan di
://

DIY berada di atas rata-rata nasional dan


dan tercatat pada level 99,2 persen pada termasuk dalam kelompok tertinggi.
tp

tahun 2016. Artinya, penduduk berusia 7-12


ht

Gambar 5.2.
Angka Partisipasi Sekolah Murni (APM) menurut Jenjang di DIY, 2003-2016 (Persen)

Sumber : Statistik Kesejahteraan Rakyat DIY (Beberapa Terbitan), BPS DIY

20 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


PENDIDIKAN 5
Angka Melek Huruf (AMH)
AMH menjadi salah satu tolok ukur Tahukah Anda?
capaian pembangunan pendidikan di masa Profil penduduk buta huruf di DIY sebagian
lampau sekaligus mencerminkan kualitas stok besar sudah berusia lanjut dan tinggal di
modal manusia di suatu wilayah. Indikator kawasan perdesaan yang secara alamiah
ini menggambarkan kemampuan dasar jumlahnya semakin berkurang.
penduduk dalam berkomunikasi secara lisan
(verbal) dan tertulis maupun kemampuan Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
untuk menyerap informasi dari berbagai Kualitas modal manusia juga bisa dilihat
media. AMH diukur dari proporsi penduduk dari indikator RLS yang merepresentasikan
15 tahun ke atas yang mampu membaca rata-rata lama sekolah yang ditempuh oleh
dan menulis baik dalam huruf latin maupun penduduk berusia produktif. Sampai tahun

id
lainnya. 2009, RLS dihitung menggunakan kelompok

o.
erkembangan AMH penduduk DIY
P penduduk berusia15 tahun ke atas dan

.g
selama periode 2010-2016 menunjukkan mulai tahun 2010 dihitung menggunakan

ps
kecenderungan yang semakin meningkat. kelompok penduduk berusia 25 tahun ke atas.
Pendekatan baru menghasilkan RLS yang
Pada tahun 2010, AMH DIY mencapai 90,8 .b
lebih rendah, tetapi lebih menggambarkan
ta
persen dan meningkat secara bertahap
menjadi 94,6 persen di tahun 2016. Artinya, kondisi yang sebenarnya.
r
ka

masih ada 5,4 persen penduduk yang berstatus Perkembangan RLS DIY tahun 2010-
2016 terlihat semakin meningkat. RLS DIY
a

buta huruf (tidak memiliki kemampuan baca


gy

tulis). Dibandingkan dengan angka nasional, tahun 2016 mencapai 9,1 tahun, artinya rata-
AMH penduduk DIY tercatat lebih rendah lebih rata lama masa sekolah yang dijalani oleh
yo

rendah. Berdasarkan kelompok usia, terlihat penduduk berusia 25 tahun ke atas hingga
://

cukup jelas penyebab tingginya AMH di DIY jenjang tertinggi setara dengan kelas 9 SLTP.
tp

adalah andil AMH pada kelompok penduduk RLS DIY secara umum lebih tinggi dari level
nasional. Fenomena ini menggambarkan
ht

berusia tua (>45 tahun). Sementara, AMH


penduduk usia 15-44 tahun di DIY sudah lebih kualitas modal manusia DIY yang lebih baik
tinggi dari level nasional. dibandingkan dengan rata-rata nasional.

Tabel 5.2. Gambar 5.3.


Angka Melek Huruf DIY dan Nasional menurut Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 25
Kelompok Usia, 2010-2016 (Persen) Tahun ke Atas di DIY dan Nasional, 2004-2016
Kelompok Umur/ 10
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 DIY Nasional
Wilayah
9.12
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 9.00
9 8.84
8.63 8.72
8.51 8.53
DIY 90.84 91.04 92.00 92.82 94.44 94.50 94.59
15+
7.95
Indonesia 92.91 92.44 92.97 93.92 95.12 95.22 95.38 8 7.84
7.73
7.52 7.59 7.61
7.46
DIY 99.38 99.37 99.66 99.80 99.91 99.81 99.87
15-44
Indonesia 98.29 97.69 97.97 98.39 98.76 98.90 99.00 7

DIY 78.05 78.94 80.83 82.47 86.29 87.20 87.37


45+ 6
Indonesia 81.75 81.85 82.83 84.85 87.75 88.11 88.53 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Sumber : Susenas bulan Maret, BPS Sumber : Susenas bulan Maret, BPS

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 21


6 KESEHATAN

Misi pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang


berkualitas, merata, dan terjangkau dengan sasaran terwujudnya masyarakat yang hidup
dalam lingkungan sehat dan berperilaku hidup sehat serta meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas secara adil dan merata
di seluruh wilayah Republik Indonesia.

Kualitas kesehatan penduduk dapat sebelumnya, jumlah rumah sakit dan kapasitas
dikaji menggunakan beberapa indikator. tempat tidur bertambah secara nyata.

id
Beberapa diantaranya adalah ketersediaan Rasio rumah sakit per 100.000 penduduk
infrastruktur dan tenaga kesehatan,

o.
mencapai 2 unit. Artinya, terdapat 2 unit
kemudahan mengakses sarana yang tersedia,

.g
rumah sakit untuk setiap 100.000 penduduk
angka kematian bayi, angka harapan hidup, atau satu rumah sakit rata-rata menanggung

ps
dan angka kesakitan. pelayanan sekitar 50 ribu jiwa penduduk.
Infrastruktur Kesehatan
.b
Persebaran fasilitas kesehatan rumah sakit
ta
terlihat belum merata dan masih terpusat di
Infrastruktur kesehatan yang tersedia
r

Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman.


ka

di DIY terdiri dari rumah sakit, rumah


Tidak semua orang sakit mampu
a

bersalin, puskesmas/puskesmas pembantu/


dilayani oleh rumah sakit yang jumlahnya
gy

puskesmas keliling, balai pengobatan, klinik,


terbatas. Solusinya, pemerintah menyediakan
dan apotek. Tenaga kesehatan yang tersedia
yo

fasilitas pelayanan kesehatan dasar di Pusat


terdiri dari tenaga medis (dokter), bidan,
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), puskestu,
://

perawat, mantra, tabib, dan lainnya. Jumlah


dan puskesling. Pada tahun 2016, terdapat
tp

rumah sakit di DIY pada tahun 2016 tercatat


561 unit puskesmas/puskestu/puskesling
ht

sebanyak 73 unit terdiri dari 14 rumah sakit


dengan rincian puskesmas 121 unit, puskestu
pemerintah dan 59 swasta. Total kapasitas
319 unit, dan puskesling sebanyak 121 unit.
tempat tidur yang tersedia sebanyak 6.249
Distribusi tenaga kesehatan baik dokter,
unit. Dibandingkan dengan beberapa tahun

Tabel 6.1.
Jumlah Sarana dan Tenaga Penolong Kesehatan menurut Wilayah di DIY, 2016
Rumah Tenaga Medis (Dokter)
Kabupaten/ Rumah Puskes Puskes Puskes Jum Tenaga Tenaga Tenaga Tenaga
Sakit Klinik Spe
Kota Sakit mas tu ling Umum Gigi lah Perawat Bidan Farmasi Lainnya
Bersalin sialis
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)

Kulon Progo 8 15 21 63 21 n.a 61 94 28 183 247 530 258 86

Bantul 14 14 27 67 27 57 64 85 37 186 488 884 351 140

Gunungkidul 5 0 30 110 30 24 59 88 34 181 131 440 138 50

Sleman 27 3 25 70 25 46 633 303 70 1 006 1 139 1 740 585 302

Yogyakarta 19 11 18 9 18 23 421 277 114 812 747 1 138 1 115 268

DIY 73 43 121 319 121 150 1 238 847 283 2 368 2 752 4 732 2 447 846

Sumber : Dinas Kesehatan DIY, 2015

22 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


KESEHATAN 6
bidan, perawat, tenaga farmasi, maupun yang 16 kasus kematian bayi dari setiap 1000
lainnya menurut wilayah juga menunjukkan kelahiran hidup. Angka tersebut lebih rendah
sebagian besar terdapat di Kota Yogyakarta dibandingkan hasil Survei Demografi dan
dan Sleman. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yang
sebanyak 19 per 1000 kelahiran hidup
Tahukah Anda? maupun hasil SP 2000 yang sebanyak 24
per kelahiran hidup. Sebagian besar kasus
Setiap kecamatan di DIY rata-tata terdapat
1-2 puskesmas dan 4 puskesmas pembantu. kematian bayi tersebut terjadi pada bulan
Satu puskesmas/puskestu rata-rata memiliki pertama setelah bayi tersebut lahir (kematian
beban melayani 15 ribu penduduk. neonatal) dengan jumlah mencapai 79 persen
(SDKI 2007). Hal ini membawa implikasi
Angka Kematian Bayi (AKB) pentingnya penanganan persalinan oleh

id
Indikator lain yang biasa digunakan tenaga penolong persalinan yang terdidik

o.
untuk mengkaji derajat kesehatan masyarakat serta peningkatan pengetahuan ibu tentang

.g
adalah Angka Kematian Bayi. Namun, tata cara perawatan bayi pasca kelahiran dan

ps
indikator ini belum tersedia secara berkala di masa kehamilan.
setiap tahun. Perkembangan angka kematian
bayi DIY dalam beberapa dekade terakhir .b
Tenaga Penolong Persalinan
ta
menunjukkan kecenderungan yang menurun, Berdasarkan hasil Susenas, mayoritas
r

persalinan di DIY ditangani oleh tenaga


ka

meskipun terlihat sedikit meningkat di tahun


2012. Secara tidak langsung, fenomena medis, seperti dokter, bidan, dan tenaga
a

ini menggambarkan derajat kesehatan medis lainnya. Sampai tahun 2015, proses
gy

masyarakat terutama ibu dan bayi yang persalinan pertama dan terakhir telah
yo

semakin membaik. Penurunan angka mendekati seratus persen ditangani oleh


tenaga medis. Sementara, proses persalinan
://

kematian bayi sangat erat kaitannya dengan


meningkatnya pengetahuan ibu tentang yang ditangani oleh tenaga non medis
tp

kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan. atau tenaga tradisional jumlahnya semakin
ht

menurun. Tempat melakukan persalinan


Hasil SP 2010 mencatat angka kematian
sebagian besar dilakukan di rumah sakit
bayi di DIY sebesar 16, artinya terdapat

Gambar 6.1. Gambar 6.2.


Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup Distribusi Persalinan Terakhir menurut
di DIY, 2000-2010 (Jiwa) Penolong Persalinan di DIY, 2016 (Persen)
30 Perawat
0.67
25
24 Dukun
25
1.57
20
19 Bidan
20
44.78
16
15

10
Dokter Kandungan
51.9
5
Dokter Umum
0 1.07
SP 2000 SDKI 2002 SDKI 2007 SP 2010 SDKI 2012

Sumber : SP, SDKI, BPS Sumber : Susenas Maret 2016, BPS

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 23


6 KESEHATAN

bersalin/rumah sakit dan praktek bidan/klinik Pemberian Air Susu Ibu


dengan persentase 96,5 persen. Perubahan Peran ibu dalam menunjang kesehatan
preferensi masyarakat dalam memilih tenaga bayi dan balita juga dapat dikaji dengan
penolong dan tempat melakukan persalinan indikator lamanya menyusui balita. Air Susu
mengindikasikan adanya kemajuan dalam Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi
berfikir sekaligus menjadi variabel antara pertumbuhan dan kesehatan bayi karena
penurunan kematian bayi. mengandung gizi dan zat pembentuk
kekebalan tubuh. Sebagian besar balita berusia
Usia Perkawinan Pertama Wanita
2-4 tahun di DIY telah mendapat asupan ASI
Usia perkawinan pertama, terutama lebih dari 24 bulan (2 tahun) dan proporsinya
bagi wanita juga menjadi salah satu variabel juga semakin meningkat. Hal ini menjadi
antara bagi kematian bayi. Usia perkawinan gambaran yang baik yang mencerminkan

id
ideal secara biologis dan psikologis bagi peningkatan pengetahuan ibu terkait dengan

o.
wanita adalah 21-25 tahun, namun Undang- manfaat ASI bagi bayi mereka. Hal yang harus

.g
undang Perkawinan memperbolehkan usia menjadi perhatian adalah masih ada balita
pernikahan bagi wanita minimal adalah 16

ps
berusia 2-4 tahun yang mendapat asupan ASI
tahun dan Undang-undang Perlindungan kurang dari 5 bulan, proporsinya sebesar 6
Anak minimal 18 tahun. .b
persen di tahun 2014.
ta
Berdasarkan data Susenas, mayoritas Rata-rata lama periode menyusui balita
r

wanita pernah kawin berusia 10 tahun ke


ka

berusia 2-4 tahun tercatat mendekati 18 bulan.


atas melakukan perkawinan pertama pada Secara umum, lama periode menyusui balita
a

usia 19-24 tahun. Proporsinya mencapai 54,2


gy

dapat dibagi menjadi dua yakni pemberian ASI


persen dan diikuti kelompok usia 25 tahun ke tanpa makanan tambahan (ASI eksklusif ) dan
yo

atas sebesar 24,2 persen. Namun demikian, pemberian ASI ditambah dengan makanan
proposi wanita yang kawin pada usia 16 tahun
://

tambahan. Periode pemberian ASI eksklusif


ke bawah tercatat masih cukup besar, yakni
tp

bagi balita berusia 2-4 tahun selama beberapa


7,3 persen. Sebagian besar di antara mereka tahun terakhir memiliki rata-rata di atas empat
ht

terdapat di Gunungkidul dengan proporsi bulan, artinya sudah melebihi ketentuan dari
13,6 persen dan Kulon Progo 8,3 persen. Kementerian Kesehatan.

Gambar 6.3. Gambar 6.4.


Distribusi Wanita Pernah Kawin Berusia 10 Tahun Distribusi Anak Berusia 2 Tahun ke Bawah
ke Atas menurut Usia Perkawinan Pertama di DIY, menurut Lamanya Disusui di DIY, 2016
2016 (Persen) (Persen)
<=16 17-18 19-24 25+ <=12 12-16 16-19 19-23
1.75
10.54 7.73 10.18
16.79 14.46 13.38
13.01 16.1
24.4 22.72 24.23 15.69 17.47
30.64 34.91 10.54
26.43 20.6
16.77
19.79 23.72 17.82
53.84
12.82
52.7 56.4 54.16
53.97 51.17
59.4 64.27
52.88 50.06 54.54
19.58 46.28
14.59 14.3 14.28
13.57 11.59 9.59
8.32 6.58 3.79 4.33 7.34

Kulon Progo Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakarta DIY Kulon Progo Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakarta DIY

Sumber : Diolah dari Data Susenas Maret 2016, BPS Sumber : Diolah dari Data Susenas Maret 2016, BPS

24 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


KESEHATAN 6
Angka Kesakitan Penduduk kesehatan mengaku gangguan yang dialami
Derajat kesehatan penduduk juga cukup parah. Namun , hanya 55,4 persen saja
bisa diukur menggunakan indikator yang berobat jalan. Fasilitas yang digunakan
angka kesakitan (morbiditas). Indikator ini untuk berobat jalan terutama adalah dokter/
menggambarkan proporsi penduduk yang bidan praktek dan puskesmas/puskestu.
mengalami keluhan kesehatan pada periode
Usia Harapan Hidup
tertentu.
Meningkatnya derajat kesehatan
Berdasarkan data Susenas Maret 2016,
penduduk akan ditandai oleh usia harapan
tercatat sebanyak 36 persen penduduk
hidup penduduk yang semakin panjang. Pada
mengalami keluhan kesehatan selama 1
tahun 2010, angka harapan hidup penduduk
bulan terakhir masa referensi pencacahan.
DIY pada 74,2 tahun. Hal ini berarti perkiraan
Dari penduduk yang mengalami keluhan

id
rata-rata yang usia akan dijalani oleh seorang
kesehatan, sebanyak 47,8 persen

o.
bayi yang dilahirkan hidup pada tahun
mengakibatkan terganggunya aktivitas

.g
2010 hingga akhir hayatnya adalah 74,2
sehari-hari dengan rata-rata lama terganggu
tahun. Secara bertahap, usia harapan hidup

ps
sebanyak 5,4 hari. Sebanyak 22,4 persen
penduduk DIY terus meningkat hingga 74,7
penduduk yang mengalami keluhan
.b
tahun di tahun 2016.
ta
Tabel 6.2. Dibandingkan dengan provinsi lain
r

atau rata-rata nasional, maka angka harapan


ka

Proporsi Penduduk yang Mengalami Keluhan


Kesehatan, Rata-rata Hari Terganggu, dan hidup penduduk DIY cenderung lebih tinggi.
a

Berobat Jalan di DIY, 2016 Angka Harapan hidup level nasional di tahun
gy

Mengalami Meng Rata-rata Jenis 2016 tercatat sebesar 70,9 tahun. Semua
yo

Kabupaten/ Berobat
Kota
Keluhan ganggu Lama Gangguan
Jalan kabupaten/kota di DIY tercatat memiliki
Kesehatan Aktivitas Terganggu Parah
angka harapan hidup lebih tinggi dari level
://

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


nasional. Tingginya angka harapan hidup
tp

Kulonprogo 42.09 43.45 5.28 15.63 59.00


penduduk DIY dipengaruhi oleh faktor gaya
ht

Bantul 34.99 45.07 5.20 29.57 54.37


Gunungkidul 35.38 57.39 5.31 18.15 65.17 hidup yang dikenal low profile disamping
Sleman 35.55 47.73 5.69 21.24 47.29 faktor perbaikan kualitas kesehatan dan gizi
Yogyakarta 34.45 42.53 5.78 26.91 50.51 masyarakat yang mendorong penurunan
DIY 35.98 47.77 5.44 22.43 54.40
angka kematian bayi dan balita.
Sumber : Diolah dari Susenas Maret 2016, BPS

Gambar 6.5. Gambar 6.6.


Distribusi Penduduk DIY yang Berobat Jalan Angka Harapan Hidup Penduduk Saat lahir (e0)
menurut Fasilitas Kesehatan, 2016 (Persen) di DIY dan Nasional, 2010-2016 (Tahun)
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Klinik (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)


10.69
Puskesmas Kulon Progo 74.84 74.86 74.87 74.89 74.90 75.00 75.03
Dokter/Bidan 28.91
36.09 Bantul 73.14 73.17 73.19 73.22 73.24 73.44 73.50

Gunung Kidul 73.35 73.36 73.37 73.38 73.39 73.69 73.76


RS Swasta RS Pem
8.59 Sleman 74.43 74.44 74.46 74.47 74.47 74.57 74.60
13.50 UKBM
0.47
Kota Yogyakarta 74.00 74.02 74.04 74.05 74.05 74.25 74.30
Tradisional
1.13
DIY 74.17 74.26 74.36 74.45 74.50 74.68 74.71
Lainnya
0.64 Nasional 69.81 70.01 70.20 70.40 70.59 70.78 70.90

Sumber : Susenas Maret 2016, BPS Sumber : IPM 2010-2016, BPS

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 25


7 PEMBANGUNAN MANUSIA

Pembangunan manusia dimaknai sebagai perluasan pilihan bagi penduduk yang dapat
dilihat sebagai proses upaya ke arah “perluasan pilihan” atau sekaligus sebagai taraf yang
dicapai dari upaya tersebut (UNDP, 1991). Konsep ini mengkaji manusia dari dua sisi yang
berbeda, yakni meningkatkan kapabilitas fisik atau kemampuan berfungsi dan bagaimana
memanfaatkan kapabilitas yang dimiliki untuk aktivitas yang sifatnya produktif.

Pembangunan manusia memiliki (longevity), pengetahuan (knowledge), dan

id
persinggungan dengan tujuan pembangunan standar kehidupan yang layak (standard of

o.
milenium (MDG’s) maupun tujuan living). Indeks ini dirilis pertama kali oleh

.g
pembangunan berkelanjutan (SDG’s). UNDP pada tahun 1990 dan sudah dihitung

ps
Keduanya menempatkan manusia sebagai secara berkala sampai level kabupaten/kota di
titik sentral dalam proses pembangunan Indonesia oleh BPS.
dan hampir semua dimensi pembangunan .b
Metode penghitungan dan
ta
manusia yang paling mendasar tertuang ke indikator penyusun IPM telah mengalami
r
ka

dalam butir-butir MDG’s maupun SDG’s. penyempurnaan beberapa kali sejak dirilis
Capaian pembangunan manusia dan penyempurnaan terakhir dilakukan
a
gy

di suatu wilayah beserta perbandingan pada tahun 2014. Hal ini dilakukan dengan
antarwilayah maupun antarwaktu dapat dikaji pertimbangan beberapa indikator sudah tidak
yo

menggunakan Indeks Pembangunan Manusia tepat untuk digunakan, seperti Angka Melek
://

(IPM). IPM merupakan indeks komposit yang Huruf (AMH) sudah tidak relevan dan indikator
tp

merangkum dimensi pembangunan manusia PDB/PDRB per kapita juga belum bisa
yang paling mendasar. Ketiga dimensi tersebut
ht

menggambarkan pendapatan masyarakat


adalah dimensi kesehatan atau peluang hidup secara utuh.
Gambar 7.1.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s)
Tahukah Anda?

Capaian IPM DIY tahun 2016 sebesar


78,38 dan termasuk dalam kategori IPM
tinggi. Level IPM DIY berada di peringkat
kedua tertinggi secara nasional setelah
DKI Jakarta.

Tingginya IPM DIY didorong oleh capaian


harapan hidup dan harapan lama sekolah
yang tinggi.

Sumber : United Nations

26 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


PEMBANGUNAN MANUSIA 7
Perkembangan IPM dan Komponennya memberi sumbangan terbesar terhadap
Capaian IPM DIY sampai tahun 2016 capaian IPM DIY. Capaian kedua indikator
menunjukkan perkembangan yang semakin berada di peringkat tertinggi secara nasional.
meningkat atau membaik. IPM DIY pada tahun Harapan hidup penduduk pada saat lahir
1996 tercatat sebesar 71,8 dan menempati mencapai 74,7 tahun dan harapan lama
di peringkat kedua nasional setelah DKI sekolah mencapai 15,2 tahun. Sementara,
Jakarta. Namun, IPM DIY pada tahun 1999 indikator rata-rata lama sekolah memiliki andil
mengalami penurunan tajam hingga level 68,7 paling rendah terhadap IPM DIY.
akibat pengaruh krisis ekonomi 1997/1998
IPM Kabupaten/Kota di DIY
yang berimbas pada penurunan daya beli
penduduk. Pasca krisis, kondisi perekonomian Berdasarkan wilayah, kualitas
semakin membaik dan secara bertahap IPM pembangunan manusia yang tertinggi dicapai

id
DIY juga semakin meningkat sampai level Kota Yogyakarta dan diikuti oleh Sleman

o.
78,38 di tahun 2016. Berdasarkan kriteria dan Bantul. Ketiga daerah memiliki capaian

.g
UNDP, nilai IPM DIY selama beberapa tahun IPM di atas level DIY. IPM Kota Yogyakarta

ps
terakhir sudah berada dalam kategori tinggi dan Kabupaten Sleman tahun 2016 berada
(IPM antara 70-80). pada kategori sangat tinggi (IPM>80). IPM
.b
Kabupaten Bantul dan Kulonprogo berada
ta
Perkembangan IPM DIY memiliki pola
pada kategori tinggi (IPM antara 70-80).
yang searah dengan IPM nasional. Secara
r

Sementara, capaian pembangunan manusia


ka

level, IPM DIY selalu berada di atas IPM


di Kabupaten Gunungkidul tercatat paling
a

nasional. Hal ini mengisyaratkan capaian


rendah. Sampai tahun 2016, IPM Kabupaten
gy

kualitas pembangunan manusia di DIY yang


Gunungkidul masih berada dalam kategori
relatif lebih baik dibandingkan dengan rata-
yo

sedang (IPM antara 60-70) dan secara level


rata pencapaian secara nasional.
masih berada di bawah rata-rata IPM nasional.
://

T ingginya capaian IPM DIY didorong


tp

oleh peningkatan capaian semua komponen


ht

penyusunnya. Semua indikator penyusun IPM Tahukah Anda?


DIY beserta nilai indeksnya tercatat semakin
meningkat dari waktu ke waktu. Indeks Capaian IPM Gunungkidul berada pada
level yang terendah, tetapi pertumbuhan
harapan hidup dan harapan lama sekolah
IPM per tahun selama periode 2010-2016
tercatat paling cepat.
Tabel 7.1.
IPM DIY dan Komponen Pensusun, 2000-2016
Tabel 7.2.
Indikator/Indeks 2012 2013 2014 2015 2016
IPM Kabupaten/Kota di DIY, 2010-2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
85.32
Indikator AHH (Tahun) 74.36 74.45 74.50 74.68 74.71 82.15
78.42 78.38
HLS (Tahun) 14.64 14.67 14.85 15.03 15.23
72.38
RLS (Tahun) 8.63 8.72 8.84 9.00 9.12 70.18
82.72 67.82
PPP (000 Rp) 12,137 12,261 12,294 12,684 13,229 79.69
75.31 75.37
Indeks Harapan Hidup 0.84 0.84 0.84 0.84 0.84
68.83
HLS 0.81 0.81 0.82 0.84 0.85 66.53
64.20
RLS 0.58 0.58 0.59 0.60 0.61
Pendidikan 0.69 0.70 0.71 0.72 0.73
Daya Beli 0.76 0.76 0.76 0.77 0.79
IPM 76.15 76.44 76.81 77.59 78.38

Sumber : IPM 2012-2016, BPS DIY Sumber : IPM 2010-2016, BPS DIY

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 27


8 KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN

Tujuan utama pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk.


Kesejahteraan tidak semata-mata diukur dari tinggi atau rendahnya pendapatan
perkapita dan pertumbuhannya, tetapi menyangkut aspek penurunan kemiskinan dan
pemerataan pendapatan antarpenduduk.

Pengukuran dan Perkembangan Garis per hari ditambah dengan kebutuhan non
Kemiskinan makanan (pakaian, perumahan, pendidikan,

id
Dimensi kemiskinan tidak semata kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya).

o.
menyangkut aspek ekonomi, tetapi juga Kebutuhan dasar minimum ini disebut garis

.g
menyangkut aspek sosial dan kultural. kemiskinan. Seseorang dikatakan miskin

ps
Namun, metode pengukuran kemiskinan apabila memiliki pengeluaran per bulan di
bawah garis kemiskinan.
yang digunakan di banyak negara termasuk
Indonesia masih bertumpu pada pendekatan
.b
Garis kemiskinan DIY selama periode
ta
ekonomi atau moneter. Konsep kemiskinan 2002-2017 menunjukkan perkembangan
r
ka

di Indonesia diukur dengan pendekatan yang semakin meningkat seiring dengan


pengeluaran atau kebutuhan dasar minimum peningkatan harga barang dan jasa kebutuhan
a
gy

(basic needs approach). Kebutuhan dasar rumah tangga (inflasi). Pada kondisi Maret
minimum diterjemahkan sebagai ukuran 2002, nilai nominal garis kemiskinan DIY
yo

finansial dalam bentuk nominal uang yang tercatat sebesar Rp113,- ribu perkapita
://

mencakup kebutuhan makanan yang sebulan. Angka ini meningkat secara bertahap
tp

disetarakan dengan 2100 kalori per kapita menjadi Rp374,- ribu di bulan Maret 2017.
ht

Gambar 8.1.
Perkembangan Garis Kemiskinan menurut Wilayah di DIY, 2002-2017(000 Rp)
400
Perkotaan (K) Perdesaan (D) K+D
350

300

250

200

150

100

50
Mar Mar Mar Mar Mar Mar Mar Mar Mar Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2011 2012 2012 2013 2013 2014 2014 2015 2015 2016 2016 2017
K 124 137 148 161 196 201 209 228 240 266 274 275 285 297 318 327 334 348 359 365 371 385
D 103 107 115 131 149 156 170 183 195 218 227 232 242 257 276 286 296 312 324 331 337 348
K+D 113 127 134 148 171 185 195 212 224 250 258 260 270 283 304 313 321 336 348 354 360 374

Sumber : BPS (beberapa terbitan)

28 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN 8
Ukuran kemiskinan sangat sensitif 1997/1998 yang belum sepenuhnya pulih.
terhadap level garis kemiskinan yang Secara bertahap, jumlah penduduk miskin
digunakan. Berdasarkan wilayah, level garis maupun persentasenya semakin menurun
kemiskinan perkotaan DIY tercatat selalu lebih hingga mencapai 488,5 ribu jiwa atau 13,0
tinggi dari perdesaan. Namun, keduanya persen di bulan Maret 2017.
menunjukkan perkembangan yang searah Berdasarkan data series, jumlah
dan semakin meningkat. penduduk miskin tercatat meningkat
beberapa kali, yakni di tahun 2003, 2005-2006,
Tahukah Anda? 2011-2012, 2014 dan 2015. Hal ini terjadi akibat
pengaruh kenaikan harga (inflasi) yang cukup
Garis kemiskinan dihitung dalam bentuk tinggi terutama pada kelompok komoditas
absolut berdasarkan Susenas modul
pangan dan energi (bahan bakar minyak,

id
konsumsi. Ukuran kemiskinan diestimasi
berdasarkan data Susenas kor secara berkala listrik, dan gas). Kenaikan harga komoditas ini

o.
pada bulan Maret dan September. mendorong kenaikan harga barang dan jasa

.g
yang lainnya, sehingga garis kemiskinan naik

ps
Perkembangan Penduduk Miskin DIY dan berpengaruh pada peningkatan jumlah
maupun persentase penduduk miskin.
Perkembangan jumlah penduduk .b
ta
miskin (Head Count-HC) DIY selama periode Lebih dari satu dekade terakhir, tingkat
2000-2017 menunjukkan pola yang semakin kemiskinan di daerah perdesaan selalu lebih
r
ka

menurun, meskipun cukup berfluktuasi. Pada dominan dibandingkan dengan daerah


a

tahun 2000, jumlah penduduk miskin tercatat perkotaan. Hal ini terlihat dari persentase
gy

sebanyak 1.035,8 ribu jiwa dengan persentase penduduk miskin perdesaaan yang selalu
(Head Count Index-HCI) sebesar 33,39 persen. lebih tinggi dari perkotaan, meskipun dari
yo

Tingginya level kemiskinan pada saat itu masih sisi jumlah penduduk miskin (head count) di
://

dipengaruhi oleh dampak krisis ekonomi daerah perkotaan sudah melampaui daerah
tp
ht

Tabel 8.1.
Perkembangan Jumlah (Head Count-HC) dan Persentase (Head Count Index-HCI) Penduduk
Miskin menurut Wilayah di DIY, 2000-2017
Perkotaan (K) Perdesaan (D) Kota + Desa (K+D) Perkotaan (K) Perdesaan (D) Kota + Desa (K+D)
Tahun Tahun
HC (000) HCI (%) HC (000) HCI (%) HC (000) HCI (%) HC (000) HCI (%) HC (000) HCI (%) HC (000) HCI (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Mar 2000 436.6 24.58 599.2 45.17 1,035.8 33.39 Sep 2011 298.9 12.88 265.3 22.57 564.2 16.14
Mar 2001 266.8 14.56 500.8 38.65 767.6 24.53 Mar 2012 305.9 13.13 259.4 21.76 565.3 16.05
Mar 2002 303.8 16.17 331.9 25.96 635.7 20.14 Sep 2012 306.5 13.10 255.6 21.29 562.1 15.88
Mar 2003 303.3 16.44 333.5 24.48 636.8 19.86 Mar 2013 315.5 13.43 234.7 19.29 550.2 15.43
Mar 2004 301.4 15.96 314.8 23.65 616.2 19.14 Sep 2013 325.5 13.73 209.7 17.62 535.2 15.03
Mar 2005 340.3 16.02 285.5 24.23 625.8 18.95 Mar 2014 333.0 13.81 211.8 17.36 544.9 15.00
Mar 2006 346.0 17.85 302.7 27.64 648.7 19.15 Sep 2014 324.4 13.36 208.2 16.88 532.6 14.55
Mar 2007 335.3 15.63 298.2 25.03 633.5 18.99 Mar 2015 329.7 13.43 220.6 17.85 550.2 14.91
Mar 2008 324.2 14.99 292.1 24.32 616.3 18.32 Sep 2015 292.6 11.93 192.9 15.62 485.6 13.16
Mar 2009 311.5 14.25 274.3 22.60 585.8 17.23 Mar 2016 297.7 11.79 197.2 16.63 494.9 13.34
Mar 2010 308.4 13.98 268.9 21.95 577.3 16.83 Sep 2016 301.3 11.68 187.6 16.27 488.8 13.10
Mar 2011 304.3 13.16 256.6 21.82 560.9 16.08 Mar 2017 309.0 11.72 179.5 16.11 488.5 13.02

Sumber : BPS (beberapa terbitan)

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 29


8 KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN

perdesaan sejak tahun 2005. Pada Kondisi menggambarkan sejauh mana pendapatan
Maret 2017, kemiskinan daerah perdesaan kelompok penduduk miskin menyimpang
tercatat mencapai 16,1 persen atau turun dari garis kemiskinan. Sementara, indeks
0,16 poin dari kondisi September 2016. keparahan kemiskinan (P2) menyatakan
Sementara, kemiskinan di daerah perkotaan ketimpangan pendapatan di antara penduduk
tercatat sebesar 11,7 persen atau naik 0,04 miskin. Semakin tinggi nilai indeks kedalaman
poin dibandingkan kondisi September 2016. dan keparahan menunjukkan persoalan
kemiskinan yang semakin kronis.
Perkembangan indeks kedalaman dan
Tahukah Anda? keparahan kemiskinan di DIY selama periode
2007-2017 menunjukkan kecenderungan
Gap kemiskinan perkotaan dan perdesaan DIY
yang semakin menurun secara berfluktuasi.

id
dalam dua dekade terakhir semakin mengecil.
Penurunan ini menjadi sinyal yang cukup

o.
Level kemiskinan DIY masih berada di atas
rata-rata nasional. Lambatnya penurunan mengembirakan bagi pengentasan

.g
kemiskinan disebabkan oleh pertumbuhan
kemiskinan. Kedua indeks terlihat beberapa

ps
pendapatan yang tidak dikompensasi oleh
perbaikan distribusi pendapatan. kali meningkat di bulan Maret 2009 dan Maret
.b
2012 dan Maret 2015. Penyebab kenaikan
ta
Perkembangan Indeks Kedalaman dan kedua indeks adalah pertumbuhan garis
Keparahan Kemiskinan DIY kemiskinan yang melebihi pertumbuhan
r
ka

Persoalan kemiskinan tidak hanya pengeluaran kelompok penduduk miskin.


a

mencakup jumlah dan persentase penduduk Garis kemiskinan meningkat akibat pengaruh
gy

miskin, tapi juga menyangkut aspek inflasi yang cukup tinggi selama periode-
periode tersebut.
yo

kedalaman (poverty gap index) dan keparahan


(poverty severity index) dari kemiskinan. Secara Perkembangan indeks kedalaman
://

sederhana, indeks kedalaman kemiskinan (P1) maupun keparahan kemiskinan di daerah


tp
ht

Gambar 8.2.
Perkembangan Indeks Kedalaman dan Indeks Keparahan Kemiskinan DIY, 2007-2017

5.00
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
4.50

4.00 3.80
3.52 3.47
3.35
3.50
2.85 2.89 2.93
3.00
2.51 2.48 2.40 2.35 2.32 2.30
2.50 2.13 2.19 2.19

2.00 1.75

1.50 1.12 1.14


1.04
0.92 0.83
1.00 0.73 0.65 0.75
0.59 0.55 0.61 0.63 0.59 0.55
0.46 0.48
0.36
0.50

0.00
Mar Mar Mar Mar Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar
2007 2008 2009 2010 2011 2011 2012 2012 2013 2013 2014 2014 2015 2015 2016 2016 2017

Sumber : BPS, Beberapa Terbitan

30 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN 8

perdesaan dan perkotaan memiliki pola Sebaran Penduduk Miskin menurut


semakin menurun. Secara umum, nilai kedua Kabupaten/Kota di DIY
indeks di daerah perdesaan tercatat selalu lebih Distribusi penduduk miskin menurut
tinggi dari indeks di perkotaan. Fenomena ini kabupaten/kota di DIY menunjukkan pola
menggambarkan persoalan kemiskinan di yang tidak merata. Ketidakmerataan ini
daerah perdesaan yang jauh lebih kompleks ditunjukkan oleh jumlah penduduk miskin
dibandingkan dengan kemiskinan perkotaan. (HC) maupun persentasenya (HCI) yang sangat
Nilai indeks kedalaman kemiskinan dan bervariasi antarwilayah. Populasi penduduk
keparahan kemiskinan di DIY pada bulan miskin terbesar pada tahun 2016 terdapat
Maret 2017 masing-masing tercatat sebesar di Kabupaten Gunungkidul dan Bantul.
2,2 dan 0,6. Nilai kedua indeks tersebut Jumlah penduduk miskin di kedua kabupaten
sedikit menurun dibandingkan dengan tercatat sebanyak 142,8 ribu dan 139,2

id
bulan yang sama di tahun 2016, tetapi sedikit ribu jiwa. Sementara, populasi penduduk

o.
meningkat jika dibandingkan dengan periode miskin terendah terdapat di Kota Yogyakarta

.g
September 2016. Penurunan kedua indeks sebanyak 32,1 ribu jiwa.

ps
menggambarkan secara rata-rata pengeluaran Berdasarkan persentase, Kabupaten
penduduk miskin semakin mendekati garis .b
Kulon Progo dan Gunungkidul menjadi
ta
kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran di daerah dengan tingkat kemiskinan tertinggi.
antara penduduk miskin semakin menyempit.
r
Persentase penduduk miskin di kedua daerah
ka

masing-masing tercatat sebesar 20,3 persen


a

dan 19,3 persen. Persoalan kemiskinan di


gy

Tahukah Anda? kedua kabupaten juga ditunjukkan oleh nilai


yo

indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan


Tingginya tingkat kemiskinan, indeks
kedalaman, dan keparahan kemiskinan yang tercatat paling tinggi. Sementara, Kota
://

di daerah perdesaan dipengaruhi oleh Yogyakarta dan Sleman tercatat memiliki


tp

pendapatan penduduk perdesaan yang tingkat kemiskinan terendah dengan


ht

levelnya lebih rendah dari penduduk persentase masing-masing sebesar 7,7 persen
perkotaan
dan 8,2 persen di bulan Maret 2016.

Tabel 8.2.
Perkembangan Indikator Kemiskinan menurut Kabupaten/Kota di DIY, 2014-2015
2014 2015 2016
Kabupaten/
Kota GK HC (000 GK HC (000 GK HC (000
P0 P1 P2 P0 P1 P2 P0 P1 P2
(Rp 000) Jiwa) (Rp 000) Jiwa) (Rp 000) Jiwa)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)

Kulon Progo 265 575 84.67 20.64 3.22 0.69 273 436 88.13 21.40 4.16 1.24 297 353 84.34 20.30 3.55 1.00

Bantul 301 986 153.49 15.89 2.44 0.59 312 514 160.15 16.33 3.16 0.89 332 057 142.76 14.55 2.02 0.41

Gunungkidul 243 847 148.39 20.83 3.74 1.03 250 630 155.00 21.73 4.55 1.33 264 637 139.15 19.34 4.16 1.30

Sleman 306 961 110.44 9.50 1.15 0.22 318 312 110.96 9.46 1.46 0.37 334 406 96.63 8.21 1.36 0.34

Yogyakarta 366 520 35.60 8.67 1.14 0.26 383 966 35.98 8.75 1.06 0.23 401 193 32.06 7.70 1.05 0.19

DIY 321 056 532.59 14.55 2.35 0.61 335 886 550.23 14.91 2.93 0.83 354 084 494.94 13.34 2.30 0.59

Sumber : Kemiskinan bulan Maret 2014-2016, BPS

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 31


8 KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN

Secara umum, perbedaan level merata, sehingga pendapatan yang diperoleh


kemiskinan antarwilayah merepresentasikan juga sangat bervariasi. Indikator yang sering
kesejahteraan penduduk yang cukup digunakan untuk mengukur ketimpangan
bervariasi. Perbedaan kondisi geografis, dalam distribusi pendapatan antarpenduduk
kualitas layanan pendidikan dan kesehatan, (distribusi ukuran) adalah ukuran Bank Dunia
kualitas infrastruktur perekonomian, dan Gini Rasio.
ketimpangan pendapatan regional, maupun
faktor budaya menjadi penjelas perbedaan Tahukah Anda?
kualitas kesejahteraan penduduk antarwilayah
yang cukup mencolok. Ukuran Bank Dunia dan Gini Rasio dihitung
menggunakan pendekatan data pengeluaran/
Perkembangan kemiskinan kabupaten/ konsumsi perkapita hasil Susenas yang
kota di DIY dalam tiga tahun terakhir dilaksanakan berkala pada bulan Maret dan

id
menunjukkan pola yang bervariasi. Secara September.

o.
umum, semua indikator kemiskinan tahun

.g
2016 di semua kabupaten/kota di DIY tercatat Distribusi pendapatan penduduk DIY

ps
mengalami penurunan dibandingkan dengan selama periode 2005-2017 menunjukkan pola
tahun 2015. Artinya, Kondisi kemiskinan yang semakin tidak merata. Hal ini terlihat
kabupaten/kota tahun 2016 relatif lebih baik
.b
dari pengeluaran penduduk pada kelompok
ta
dibandingkan dengan tahun sebelumnya 40 persen berpendapatan terendah yang
r

andilnya semakin menurun. Pada kondisi


ka

yang tercatat mengalami peningkatan.


Maret 2017, kelompok ini hanya memiliki
a

Ketimpangan Pendapatan andil sebesar 15 persen. Sebaliknya, andil


gy

Kebijakan untuk mengejar akselerasi pengeluaran pada kelompok 20 persen


yo

pertumbuhan ekonomi di satu sisi berdampak penduduk yang berpendapatan tertinggi


terlihat semakin meningkat hingga mencapai
://

baik bagi peningkatan kesejahteraan


penduduk. Namun, di sisi yang lain juga 50,1 persen pada bulan Maret 2017. Jika
tp

membawa persoalan berupa peningkatan dihitung menggunakan rasio Kuznets, maka


ht

ketidakmerataan dalam distribusi andil pendapatan kelompok 20 persen


pendapatan. Hal ini terjadi karena distribusi penduduk berpendapatan tertinggi besarnya
aset maupun skill tidak tersebar secara lebih dari 3 kali lipat pendapatan kelompok 40

Gambar 8.3. Gambar 8.4.


Distribusi Pendapatan Berdasarkan Golongan Perkembangan Indeks Gini menurut Wilayah di
Pendapatan Penduduk DIY, 2005-2017 (Persen) DIY, 2007-2017
0.500
40% Terendah 40% Sedang 20% Tertinggi Perkotaan Perdesaan K+D

0.450
0.423
0.407 0.434 0.439 0.435
0.432
47.8 43.7 46.2 44.7 46.0 48.0 47.8 0.416 0.419 0.425
49.6 50.6 50.9 50.0 50.3 50.1 0.400 0.420
0.378 0.376

0.350

37.2 0.316 0.340


34.8 35.7 36.5 35.2
34.3 35.0 33.9 33.2 34.1 37.1 34.9
33.8
0.300

16.1 17.4 19.1 18.1 18.8 18.8 17.1 15.5 15.3 16.8 15.7 15.1 15.0
0.250
Mar Mar Mar Mar Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
2007 2008 2009 2010 2011 2011 2012 2012 2013 2013 2014 2014 2015 2015 2016 2016 2017

Sumber : diolah dari Susenas bulan Maret, BPS Sumber : diolah dari Susenas Maret dan September, BPS

32 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN 8
persen penduduk berpendapatan terendah. regional adalah terpusatnya aktivitas
Fenomena ini menggambarkan adanya perekonomian di daerah perkotaan terutama
ketimpangan yang cukup lebar. di Kota Yogyakarta dan Sleman. Sementara,
Fenomena ketimpangan juga diperjelas perkembangan kawasan perdesaan di
oleh nilai indeks Gini DIY pada bulan Maret Kabupaten Gunungkidul dan Kulonprogo
2017 yang mencapai 0,432. Perkembangan jauh lebih lambat. Persoalan infrastruktur dan
indeks Gini selama periode 2007-2017 kualitas modal manusia antar wilayah yang
terlihat berfluktuasi dan ada kecenderungan tidak merata juga menjadi penyebab lain dari
semakin meningkat. Peningkatan indeks tingginya ketimpangan regional di DIY.
ini menggambarkan distribusi pendapatan Nilai Indeks meningkat sampai level
antarpenduduk yang semakin tidak merata. tertinggi sebesar 0,476 di tahun 2011. Artinya,
Dibandingkan dengan level nasional, nilai ketimpangan pendapatan regional semakin

id
indeks Gini DIY terlihat lebih tinggi atau meningkat hingga tahun 2011. Namun,

o.
distribusi pendapatannya lebih timpang. mulai tahun 2012 hingga 2016 nilai indeks

.g
Williamson tercatat mulai menurun hingga

ps
ke level 0,466. Peningkatan pertumbuhan
Tahukah Anda? ekonomi di Kulonprogo dan Gunungkidul
.b
yang lebih cepat akibat maraknya kegiatan
ta
Distribusi pendapatan di daerah perdesaan investasi mendorong turunnya level indeks
r

DIY lebih merata dari daerah perkotaan.


ka

Williamson di DIY.
Indeks Gini perdesaan pada bulan Maret 2017
a

sebesar 0,34, sementara indeks Gini perkotaan Gambar 8.5.


gy

sebesar 0,44.
Perkembangan Indeks Ketimpangan Regional
(Indeks Williamson) DIY, 2010-2016 (Persen)
yo

Selain isu ketimpangan pendapatan


://

antarpenduduk, ketimpangan pendapatan 0.474 0.476 0.474


0.472 0.473
0.469
tp

antarwilayah (ketimpangan regional) juga 0.466

menjadi persoalan yang cukup krusial di


ht

DIY. Salah satu pendekatan metode untuk


mengukur ketimpangan regional adalah
indeks Williamson.
Perkembangan indeks Williamson di
DIY selama periode 2010-2016 menunjukkan
pola yang berfluktuasi di atas 0,46. Salah satu 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

pemicu tingginya ketimpangan pendapatan Sumber : diolah dari data PDRB Kabupaten/Kota DIY, BPS

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 33


9 PERTANIAN

Lapangan usaha pertanian masih menjadi andalan DIY dalam menghasilkan nilai tambah
maupun menyerap angkatan kerja. Kelangsungan usaha pertanian sangat ditentukan oleh
keberadaan lahan. Mayoritas usaha pertanian di DIY adalah pertanian berbasis lahan, baik
lahan sawah maupun lahan bukan sawah.

Penggunaan Lahan kota terkonsentrasi di Kabupaten Sleman


Penggunaan lahan di wilayah DIY dan Bantul dengan proporsi masing-masing
sebagian besar dimanfaatkan untuk kegiatan sebesar 39,5 persen dan 27,4 persen. Lahan

id
pertanian. Luas area pertanian DIY pada tahun bukan sawah didominasi oleh lahan tegal/

o.
2016 mencapai 241,1 ribu hektare atau 75,7 kebun dengan proporsi 56 persen. Sisanya,
persen dari luas wilayah DIY. Lahan pertanian merupakan lahan hutan rakyat, tambak,

.g
terdiri dari lahan sawah seluas 55,3 ribu hektare kolam, empang, dan lainnya. Berdasarkan

ps
dan lahan bukan sawah seluas 185,6 ribu wilayah, lahan bukan sawah sebagian besar
hektare. Sementara, lahan bukan pertanian .b
terdapat di Kabupaten Gunungkidul dengan
ta
yang mencakup lahan untuk pemukiman, proporsi mencapai 63,1 persen.
r
perkantoran/pertokoan, pabrik, dan lainnya. Perkembangan luas area pertanian
ka

Luasnya mencapai 77,5 ribu hektare atau 24,3 cenderung berkurang dari tahun ke tahun dan
a

persen dari luas wilayah DIY. beralih fungsi menjadi kawasan pemukiman,
gy

Lahan sawah di DIY didominasi oleh lahan pertokoan, pabrik, dan lainnya. Hal yang
yo

berpengairan atau beririgasi dengan proporsi perlu mendapat perhatian lebih serius adalah
mencapai 83 persen. Sisanya, sebesar 17 laju alih fungsi pada lahan pertanian produktif
://

persen merupakan lahan sawah tadah hujan. terutama lahan sawah berpengairan yang
tp

Distribusi lahan sawah menurut kabupaten/ terjadi semakin masif. Selama periode 2005-
ht

Tabel 9.1. Gambar 9.1.


Distribusi Luas Lahan menurut Penggunaan Distribusi Lahan Pertanian menurut
di DIY, 2014-2016 (Hektare) Kabupaten/Kota di DIY, 2016 (%)
2014 2015 2016 0.1% 0.0% Yogyakarta
Jenis Lahan
Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % 11.1% Sleman
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Lahan Pertanian 242 939 (76.26) 242 246 (76.04) 241 113 (75.68) 39.5%

Lahan Sawah 55 650 (17.47) 55 425 (17.40) 55 292 (17.36)


Berpengairan 46 300 (14.53) 45 976 (14.43) 45 880 (14.40)
63.1% Gunungkidul
Tadah Hujan 9 350 (2.93) 9 449 (2.97) 9 412 (2.95) 14.2%

Lahan Bukan Sawah 187 289 (58.79) 186 821 (58.64) 185 821 (58.33)
Tegal/Kebun 104 555 (32.82) 103 786 (32.58) 103 697 (32.55)
27.4%
Sementara Tidak
921 (0.29) 888 (0.28) 885 (0.28) 7.0% Bantul
Diusahakan
Hutan Rakyat, Huma,
81 813 (25.68) 82 147 (25.79) 81 239 (25.50) 18.7% 18.8% Kulon Progo
Tambak, Kolam, dll)
Lahan Bukan Pertanian 75 641 (23.74) 76 334 (23.96) 77 467 (24.32)
Lahan Sawah Lahan Bukan
Jumlah 318 580 (100) 318 580 (100) 318 580 (100) Sawah

Sumber: Laporan Statistik Tanaman Pangan dan Penggunaan Lahan, BPS DIY Sumber: Laporan Statistik Penggunaan Lahan

34 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


PERTANIAN 9
2016, luas lahan sawah di DIY berkurang lebih di tahun 2015. Peningkatan ini didorong oleh
dari 2.470 hektare atau setiap tahun berkurang bertambahnya luas panen dan meningkatnya
sebesar 224 hektare. Jika laju alih fungsi produktivitas. Namun demikian, produksi
ini terus berlangsung secara masif, maka tahun 2016 mengalami penurunan akibat
akan menganggu produksi tanaman bahan turunnya produktivitas padi sawah maupun
makanan dan stabilitas ketahanan pangan di padi ladang. Sementara, luas tanam dan
masa mendatang. luas panen cenderung meningkat karena
supplai air yang melimpah sepanjang tahun.
Tahukah Anda? Produktivitas padi sawah tercatat sebesar
Laju alih fungsi lahan sawah yang paling 61,3 kw/ha dengan luas panen 116 ribu ha,
masif terjadi di Kabupaten Sleman dan sementara produktivitas padi ladang sebesar
Bantul, terutama di wilayah penyangga Kota 40,6 kw/ha dengan luas panen 41,9 ribu ha.

id
Yogyakarta.
Produksi padi sangt ditentukan oleh

o.
faktor musim dan cuaca, terutama curah
Produksi Padi

.g
hujan. Masa penanaman padi secara masif
Beras menjadi komoditas pangan yang

ps
dilaksanakan pada bulan Oktober sampai
bernilai strategis, karena menjadi bahan dengan Desember atau pada saat memasuki
makanan pokok sebagian besar penduduk. .b
musim penghujan. Panen raya akan terjadi
ta
Jaminan ketersediaan pasokan beras dan pada bulan Januari-April (subround I) setiap
r
stabilitas harganya menjadi bidang intervensi tahun. Rata-rata luas panen padi di bulan
ka

pemerintah baik dalam proses produksi, Januari-April tercatat dua kali lipat luas panen
a

distribusi, maupun konsumsi. bulan Mei-Agustus, sementara luas panen


gy

Produksi padi DIY dalam satuan pada bulan Mei-Agustus rata-rata dua kali lipat
yo

gabah kering panen selama dua dekade luas panen bulan September-Desember.
terakhir menunjukkan perkembangan yang
://

meningkat. Produksi padi sampai tahun 2007


tp

berfluktuasi di bawah 700 ribu ton dan secara Tahukah Anda?


ht

bertahap meningkat sampai level 975 ribu ton Produksi padi sawah DIY disumbang oleh luas
panen di Sleman (44,9%) dan Bantul ( 25,8%)
Tabel 9.2. sementara produksi padi ladang disumbang
oleh luas panen di Gunungkidul (98,6%)
Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi
di DIY, 1993-2016
Gambar 9.2.
Luas Produk Luas Produk
Produksi Produksi
Tahun Panen tivitas
(Ton)
Tahun Panen tivitas
(Ton)
Luas Panen Tanaman Padi di DIY
(Ha) (Ku/Ha) (Ha) (Ku/Ha)
menurut Subround, 2007-2014 (Hektare)
(1) (2) (3) (4) (1) (2) (3) (4)
1993 136 534 47.21 644 642 2005 130 973 51.21 670 703 140

1994 135 838 47.36 643 266 2006 132 374 53.50 708 163 133.9
120
1995 135 346 47.44 642 120 2007 133 369 53.18 709 294
100
1996 137 402 48.12 661 179 2008 140 167 56.95 798 232
92.8
80 88.6 88.3
1997 134 204 48.22 647 198 2009 145 424 57.62 837 930
1998 137 771 45.12 621 605 2010 147 058 56.02 823 887 60

1999 134 570 45.51 612 393 2011 150 827 55.89 842 934 40 48.5 46.0 47.9 48.2
2000 137 849 47.46 654 289 2012 152 912 61.88 946 224
20
22.2 20.1 19.6 22.4
2001 137 259 48.22 661 802 2013 159 266 57.88 921 824
0
2002 134 848 48.47 653 577 2014 158 903 57.87 919 573
Jan-Apr

Jan-Apr

Jan-Apr
Mei-Ags
Mei-Ags

Jan-Apr

Mei-Ags

Mei-Ags
Sep-Des

Sep-Des

Sep-Des

Sep-Des

2003 130 681 49.91 652 280 2015 155 838 62.57 975 136
2004 132 869 53.05 692 998 2016 158 132 55.82 882 702 2013 2014 2015 2016

Sumber: Laporan Statistik Tanaman Pangan, BPS DIY Sumber: Laporan Statistik Tanaman Pangan, BPS DIY

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 35


9 PERTANIAN

Produksi Palawija Perkembangan luas panen dan produksi


Komoditas palawija yang cukup potensial kacang tanah terlihat cukup berfluktuasi.
dibudidayakan di DIY adalah jagung, ubi kayu, Produksi kacang tanah pada tahun 2016
kacang tanah, dan kedelai. Hal ini terlihat dari tercatat sebesar 78,8 ribu ton. Produksi ini
luas panen keempat komoditas yang terlihat turun 8,9 persen dibandingkan dengan
mendominasi dalam satu dekade terakhir. tahun sebelumnya. Penurunan produksi
Perkembangan luas panen dan produksi ini dipengaruhi oleh penurunan luas panen
tanaman palawija di DIY selama periode 2006- maupun produktivitas.
2016 terlihat cukup berfluktuasi. Produksi tanaman ubi kayu meningkat
Luas panen tanaman jagung mencapai secara nyata di tahun 2016, meskipun dari sisi
puncak pada tahun 2010 seluas 86,8 ribu luas panen terjadi penurunan. Peningkatan
hektare dengan total produksi mencapai produksi didorong oleh peningkatan

id
345,6 ribu ton. Namun, produksi jagung produktivitas akibat pengaruh intensitas hujan

o.
dalam enam tahun terakhir terlihat menurun yang tinggi sepanjang tahun 2016. Sementara,

.g
hingga mencapai 310,3 ribu ton di tahun 2016. produksi ubi jalar tercatat menurun hingga 46

ps
Penurunan produksi jagung lebih disebabkan persen di tahun 2016 akibat penurunan luas
oleh penurunan luas panen, karena dari sisi panen dan produktivitas. Sementara, produksi
produktivitas cenderung meningkat. .b
tanaman kacang hijau tercatat meningkat
ta
akibat bertambahnya luas panen.
Produksi kedelai juga menunjukkan pola
r
ka

yang semakin menurun dari 39,5 ribu ton di


tahun 2006 menjadi 16,8 ribu ton di tahun Tahukah Anda?
a
gy

2016. Penyebabnya adalah berkurangnya


Lebih dari 84 persen luas tanaman palawija
luas panen. Sementara, produktivitasnya
yo

di DIY dibudidayakan di lahan pertanian


relatif berfluktuasi. Fenomena penurunan Gunungkidul dengan sistem penanaman
://

ini menggambarkan minat petani untuk secara tumpangsari dan campuran.


tp

menanam kedelai semakin menurun dan lebih


ht

memilih sayuran sebagai penggantinya.


Tabel 9.3.
Luas Panen (Hektare) dan Produksi (Ton) Tanaman Palawija di DIY, 2006-2016
Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar
Tahun Luas Luas Luas Luas Luas Luas
Prod Prod Prod Prod Prod Prod
Panen Panen Panen Panen Panen Panen
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
2006 70 270 223 620 33 419 39 545 68 031 66 359 967 563 60 926 1 016 270 611 6 236
2007 70 216 258 187 27 628 29 692 66 527 56 667 874 571 61 237 976 610 515 5 496
2008 71 164 285 372 32 514 34 998 64 087 63 240 769 514 62 543 892 907 610 7 656
2009 74 563 314 937 31 666 40 278 62 539 65 893 745 473 63 275 1 047 684 574 6 687
2010 86 837 345 576 33 572 38 244 58 780 58 918 1 024 610 62 563 1 114 665 599 6 484
2011 69 768 291 596 28 988 32 795 59 533 64 084 614 371 62 414 867 596 413 4 584
2012 73 766 336 608 28 554 36 033 60 725 62 901 501 300 61 815 866 357 440 5 047
2013 70 772 289 580 23 290 31 677 65 680 70 834 552 318 58 777 1 013 565 419 4 951
2014 67 657 312 236 16 337 19 579 67 532 71 582 439 261 56 120 884 931 409 5 237
2015 65 485 299 084 13 886 18 822 70 888 83 300 394 230 55 626 873 362 407 6 070
2016 65 632 310 257 12 990 16 763 68 945 75 816 461 289 52 850 1 125 375 244 3 256
Sumber: Laporan Statistik Tanaman Pangan, BPS DIY

36 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


PERTANIAN 9
Produksi Tanaman Sayur-sayuran Tanaman sayuran lainnya yang
Komoditas sayuran semusim yang paling mengalami peningkatan produksi adalah
potensial dibudidayakan di DIY adalah cabai bayam. Sementara, produksi kacang
dan bawang merah. Kedua komoditas banyak panjang, sawi, terung, dan kangkung tercatat
dibudidayakan di sepanjang Pesisir Selatan mengalami penurunan produksi akibat
mulai Kabupaten Kupon Progo sampai Bantul. berkurangnya luas panen.
Produksi bawang merah pada tahun 2016 Komoditas tanaman buah-buahan
tercatat mencapai 12,2 ribu ton dengan luas tahunan yang unggul dari sisi produksi
panen 1.305 hektare. Produksi ini meningkat adalah salak dan pisang, sementara tanaman
79 persen dibandingkan dengan tahun unggulan buah-buahan semusim adalah
2015. Peningkatan produksi didorong oleh melon dan semangka. Produksi salak tahun
bertambahnya luas panen dan peningkatan 2016 mencapai 77,8 ribu ton dan meningkat

id
produktivitas akibat pengaruh cuaca yang 6,2 persen dari tahun 2015. Sebagian besar

o.
mendukung untuk budidaya. produksi salak dihasilkan di Kabupaten

.g
Produksi cabai DIY dalam lima tahun Sleman. Produksi pisang tercatat sebesar

ps
terakhir terlihat semakin meningkat. Produksi 53,8 ribu ton dan sebagian besar dihasilkan
di Kabupaten Gunungkidul dan Kulon Progo.
cabai besar pada tahun 2016 tercatat .b
Sementara, produksi melon dan semangka
ta
mencapai 24,5 ribu ton atau meningkat
4,7 persen dibandingkan dengan tahun disumbang oleh pertanian di Kulon Progo.
r
ka

2015. Peningkatan produksi didorong oleh Produksi semangka tercatat meningkat,


sementara produksi melon sedikit menurun.
a

peningkatan luas panen yang mencapai 3.376


gy

hektare. Produksi cabe rawit juga tercatat


Produksi Tanaman Perkebunan
meningkat 18,9 persen akibat peningkatan
yo

luas panen dan produktivitas. Tanaman perkebunan yang cukup


://

banyak dibudidayakan di DIY adalah kelapa,


jambu mete, kakao, tembakau rakyat dan tebu
tp

Tahukah Anda?
rakyat. Kelapa menjadi komoditas yang paling
ht

65 persen produksi bawang merah DIY dominan dengan luas tanaman mencapai 42,6
disumbang oleh Kabupaten Bantul, sementara ribu hektare. Luas tanaman kelapa sebagian
81 persen produksi cabai dihasilkan oleh
Kabupaten Kulon Progo.
besar terdapat di wilayah Kulon Progo,
terutama di daerah pesisir. Produksi kelapa
Tabel 9.4. Tabel 9.5.
Produksi Sayuran Unggulan di DIY, 2012-2016 Produksi Buah-buahan Unggulan di DIY,
(Ton) 2012-2016 (000 ton)
Komoditas 2012 2013 2014 2015 2016 Komoditas 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Bawang Merah 11 855 9 641 12 360 8 799 12 241 Salak 25.81 40.26 106.14 75.75 73.28 77.81

Cabai Besar 16 457 17 134 17 759 23 388 24 482 Pisang 38.98 61.15 56.85 56.06 51.22 53.82

Cabai Rawit 2 319 3 229 3 168 3 276 3 897 Mangga 31.01 41.69 36.89 49.67 36.74 19.61

Kacang Panjang 1 862 2 431 2 939 2 783 2 331 Pepaya 7.26 11.41 12.66 13.61 12.54 14.75

Sawi 6 603 6 447 5 605 6 452 3 911 Nangka 15.87 21.80 26.71 26.87 28.38 26.41

Terung 1 105 3 651 2 299 1 943 1 871 Rambutan 19.78 19.47 10.52 23.07 24.54 22.73

Kangkung 2 121 3 130 2 467 2 845 2 547 Melon 23.37 27.82 30.78 33.06 26.79 21.60

Bayam 1 257 1 552 1 322 1 544 1 839 Semangka 7.61 5.08 10.15 11.74 9.14 9.64
Sumber: Laporan Statistik Tanaman Pangan, BPS DIY Sumber: Laporan Statistik Tanaman Pangan, BPS DIY

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 37


9 PERTANIAN

selama 2016 mencapai 54,6 ribu ton atau naik Produksi Ternak dan Unggas
8,4 persen dibandingkan dengan tahun 2015. Ternak besar yang banyak dibudidayakan
Tanaman jambu mete dan kakao di wilayah DIY adalah sapi potong. Populasi
menjadi komoditas perkebunan unggulan. sapi potong sebagian besar diusahakan oleh
Jambu mete banyak dibudidayakan di rumah tangga peternakan di Gunungkidul.
wilayah Gunungkidul, sementara kakao Populasi sapi di DIY selama tiga tahun
banyak diusahakan di Gunungkidul dan terakhir tercatat semakin meningkat setelah
Kulon Progo. Produksi kedua jenis komoditas mengalami penurunan tajam di tahun 2012.
selama tahun 2016 mengalami penurunan Jumlah sapi pada akhir tahun 2016 tercatat
akibat berkurangnya luas tanaman dan faktor sebanyak 309 ribu ekor.
cuaca yang kurang mendukung. Komoditas Populasi sapi perah tidak sebanyak sapi
tembakau rakyat sebagian besar diusahakan potong. Budidaya sapi perah terpusat di

id
di wilayah Sleman, Bantul, dan Gunungkidul. kawasan utara Kabupaten Sleman, terutama

o.
Produksi tembakau dalam beberapa Kecamatan Cangkringan dengan andil

.g
tahun terakhir tercatat semakin menurun populasi di atas 90 persen. Budidaya sapi

ps
akibat berkurangnya luas tanaman maupun perah pernah mengalami kendala akibat
pengaruh cuaca yang kurang sesuai. aktivitas erupsi Gunung Merapi di tahun 2010,
Sementara, komoditas tebu rakyat yang .b
namun secara bertahap mulai menunjukkan
ta
banyak diusahakan di wilayah Sleman dan peningkatan. Pada tahun 2016, jumlah
r
ka

Bantul produksinya cukup berfluktuasi. populasi sapi perah di DIY mencapai 4.059
Produksi tebu rakyat tercatat meningkat di ekor dan cenderung meningkat dalam tiga
a
gy

tahun 2015, namun kembali menurun di tahun terakhir. Populasi ternak besar lainnya,
tahun 2016. yakni kerbau dan kuda juga tercatat semakin
yo

bertambah.
://

Tahukah Anda? Populasi kambing dan domba pada


tp

tahun 2016 tercatat sebanyak 403 ribu dan 177


57 persen hutan rakyat dan 82 persen
ht

ribu ekor. Populasi kambing meningkat 0,7


hutan negara di DIY terdapat di wilayah
Gunungkidul
persen dibandingkan tahun 2015. Sementara,
populasi domba turun 0,2 persen. Populasi

Tabel 9.6. Tabel 9.7.


Luas Tanaman (Ha) dan Produksi (Ton) Tana- Populasi Ternak Besar, Ternak Kecil, dan Unggas di
man Perkebunan di DIY, 2014-2016 DIY, 2012-2016 (Ekor)
2014 2015 2016 Jenis Ternak 2012 2013 2014 2015 2016
Komoditas Luas Produk Luas Produk Luas Produk (1) (2) (3) (4) (5) (6)
(ha) si (ton) (ha) si (ton) (ha) si (ton) Kuda 1 626 1 776 1 971 2 165 2 182
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sapi 358 387 272 794 302 011 306 691 309 018
Kelapa 43 453 53 465 43 016 50 383 42 660 54 607 Sapi Perah 3 934 4 326 3 990 4 044 4 069
Jambu Mete 15 871 452 12 460 447 10 497 273 Kerbau 1 143 980 1 044 1 101 1 124
Kakao 5 117 1 379 5 156 1 632 5 161 1 609 Kambing 352 223 369 730 385 477 400 001 402 976
Tebu Rakyat 3 401 9 888 3 319 12 705 3 262 10 206 Domba 151 772 156 860 166 567 177 578 177 212
Cengkeh 3 213 686 3 163 453 3 058 439 Babi 12 782 13 579 13 021 13 083 13 735
Jarak Pagar 1 156 376 1 024 71 651 21 Ayam Buras 4 060 722 3 274 886 4 242 966 4 396 884 4 455 732
Tembakau 2 031 1 544 1 978 1 453 1 037 330 Ayam Ras 9 161 499 9 320 591 10 235 123 10 718 940 10 796 801
Kopi 1 747 467 1 774 402 1 652 465 Itik 542 209 524 887 524 358 568 716 532 636

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY Sumber : Dinas Pertanian DIY

38 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


PERTANIAN 9
babi tidak sedominan kambing. Populasi babi beberapa jalur sungai, sehingga memiliki
tahun 2016 tercatat sebanyak 13,7 ribu ekor potensi budidaya perikanan laut maupun
dan sedikit meningkat dibanding tahun 2015. darat. Namun, potensi ini belum dikelola secara
Jenis unggas yang banyak dibudidayakan optimal sehingga produktivitas perikanan laut
di DIY adalah ayam ras (pedaging dan petelur) dan darat masih jauh dari harapan.
dengan populasi mencapai 10,7 juta ekor. Produksi perikanan darat selama periode
Berikutnya adalah ayam kampung dan itik 2010-2016 semakin meningkat. Produksi pada
dengan populasi 4,4 juta ekor dan 568,7 tahun 2016 tercatat mencapai 76,9 ribu ton.
ribu ekor. Populasi ketiga jenis unggas ini Hampir 96 persen produksi perikanan darat
mengalami peningkatan yang cukup nyata merupakan hasil budidaya kolam dan sisanya
dibandingkan dengan tahun 2015. merupakan hasil budidaya tambak. Budidaya
Produksi daging ternak dan unggas ikan darat terpusat di Kabupaten Sleman

id
selama satu dekade terakhir cenderung dengan pangsa produksi 56 persen.

o.
meningkat secara berfluktuasi. Produksi Produksi perikanan laut belum terlihat

.g
daging sapi mencapai puncaknya pada tahun dominan, karena hanya dihasilkan dari hasil

ps
2012 sebesar 8.9 ribu ton, selama tahun 2013- penangkapan. Selama periode 2010-2015,
2015 terlihat mengalami penurunan. Pola produksi perikanan laut lebih berfluktuasi
yang lebih berfluktuasi terlihat pada produksi dan dipengaruhi oleh faktor cuaca dan iklim.
.b
ta
daging kambing dan domba. Jumlah produksi Produksi perikanan laut tahun 2015 tercatat
r
ka

daging kambing dan domba meningkat nyata sebesar 3,9 ribu ton. Kondisi cuaca yang
di tahun 2011-2015. Produksi daging kambing buruk menyebabkan gelombang Laut Selatan
a
gy

dan domba tahun 2015 masing-masing tinggi, sehingga banyak nelayan yang tidak
tercatat sebesar 2,2 ribu ton dan 2,9 ribu ton. melaut. Rendahnya produksi juga disebabkan
yo

Produksi daging unggas mencapai puncak kurangnya sumber daya manusia yang
://

pada tahun 2014 dengan jumlah produksi mumpuni serta keterbatasan alat tangkap.
tp

mencapai dan 47,0 ribu ton, namun sedikit


menurun di 2015.
ht

Tahukah Anda?
Produksi Perikanan Gunungkidul menjadi penyumbang terbesar
IY memiliki wilayah yang berbatasan
D produksi perikanan laut dengan pangsa
64 persen dan diikuti Bantul (20%) dan
langsung dengan laut dan dilalui oleh
Kulonprogo (16%)

Gambar 9.3. Gambar 9.4.


Produksi Daging Sapi, Kambing, Domba, dan Produksi Perikanan Darat dan Laut di DIY, 2004-
Unggas di DIY, 2005-2015 (000 Ton) 2016 (Ton)
Unggas Kambing dan Domba Sapi Perikanan Darat Perikanan Laut
50 47.0 90 000
45.8
45 42.8 42.7 80 000 76 876
40.6
69 174
40 36.3 70 000 64 964
33.9 59 503
35
30.9 60 000
28.8 50 247
30
24.8 50 000 44 542
23.9
25 39 033
40 000
20
30 000
15

10 7.7
8.9 8.6 8.6 7.7 20 000
6.1 6.0 5.4 5.7 5.1
4.9 4.6
3.4 3.4 3.7 3.8 10 000
5 2.9 3.0 2.3 2.4 2.7 2.2 3 953 2 568 2 723 3 352 3 918
2 525
0 0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Sumber : Dinas Pertanian DIY Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan DIY

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 39


10 PERTAMBANGAN DAN ENERGI

DIY tidak memiliki pertambangan migas, namun memiliki potensi pertambangan pasir besi
di Pantai Selatan Kulon Progo dan penggalian Golongan C (pasir, batu, tanah, dan sirtu) yang
mayoritas terdapat di sepanjang aliran sungai yang berhulu di Gunung Merapi

Penggalian pasir dan sirtu menjadi daya listrik yang terpasang dan terjual tercatat
tumpuan hidup sebagian penduduk yang sebesar 1.577 juta Kwh dan 2.698 juta Kwh.
tinggal di lereng Merapi dan sepanjang Dibandingkan tahun 2015, daya listrik yang
daerah aliran sungai yang berhulu di Gunung terjual meningkat sebesar 8,6 persen.

id
Merapi. Hal ini terkait dengan kualitas galian Komposisi pengguna layanan listrik

o.
yang dikenal baik untuk mendukung kegiatan dikategorikan rumah tangga, usaha, industri

.g
konstruksi dan industri pendukung konstruksi dan umum (pemerintah, kegiatan sosial,

ps
seperti ubin, bus beton, dan lainnya. rumah sakit, lembaga pendidikan, tempat
ibadah dan lainnya). Pada tahun 2016,
Listrik .b
pelanggan listrik terbesar di DIY adalah
ta
Listrik yang didistribusikan oleh PT PLN kelompok rumah tangga sebesar 91 persen.
r

Divisi Regional DIY tidak diproduksi di wilayah


ka

Meski dominan dari sisi jumlah pelanggan,


DIY. Daya listrik yang didistribusikan semakin pangsa daya listrik yang dikonsumsi oleh
a

meningkat seiring dengan pertumbuhan


gy

rumah tangga hanya 55,3 persen daya listrik


penduduk dan kegiatan ekonomi. Pada tahun yang terjual. Konsumen terbesar berikutnya
yo

2016, jumlah pelanggan listrik di DIY tercatat adalah kegiatan usaha yang mencakup
sebanyak 1.083 ribu dan meningkat 4,8
://

perdagangan, hotel, restoran, perkantoran


persen dari tahun sebelumnya. Sementara, dan lainnya dengan proporsi sebesar 5,3
tp

Tabel 10.1. persen. Total daya listrik yang dikonsumsi


ht

Jumlah Pelanggan (000 unit), Daya Listrik Terpa- Gambar 10.1.


sang dan Terjual (Juta Kwh) di DIY, 2000-2016
Distribusi Jumlah Pelanggan dan Daya Ter-
Pelanggan Daya Terpasang Daya Terjual
jual di DIY menurut Kelompok, 2016 (%)
Tahun Pertum Pertum Pertum
Jml KWH KWH
buhan buhan buhan 3.35
(000) (Juta) (Juta)
(%) (%) (%) 0.06 Umum
12.41
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 5.27
Industri 8.88
2005 691 3.53 745 6.72 1,343 7.95
2006 674 -2.38 765 2.74 1,356 0.91
Usaha 24.40
2007 746 10.59 837 9.46 1,482 9.29
2008 770 3.32 882 5.38 1,578 6.54
2009 793 2.89 925 4.80 1,706 8.08
91.33
2010 820 3.44 979 5.84 1,809 6.04
2011 852 3.87 1,051 7.37 1,870 3.36
2012 892 4.73 1,131 7.61 2,044 9.31 Rumah Tangga 54.31

2013 936 4.93 1,235 9.19 2,046 0.12


2014 972 3.90 1,320 6.93 2,370 15.80
2015 1,034 6.34 1,449 9.72 2,484 4.83
2016 1,083 4.75 1,577 8.87 2,698 8.62 Pelanggan Listrik Terjual
Sumber : PLN Yogyakarta Sumber : PLN Yogyakarta

40 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


PERTAMBANGAN DAN ENERGI 10

oleh kelompok ini mencapai 24,4 persen dan Sumber air bersih yang diolah berasal
semakin meningkat dalam beberapa tahun dari sungai, waduk, mata air, serta air tanah
terakhir. Proporsi pelanggan dari kelompok dan lainnya (air hujan). Dari keempat sumber
umum mencapai 3,4 persen dengan total tersebut, sebanyak 64,3 persen atau 29.722
konsumsi mencapai 12,4 persen. Sementara, ribu m3 berasal dari air tanah dan lainnya.
pelanggan dari kelompok industri hanya 0,06 Sumber dari mata air dan sungai masing-
persen, dengan total konsumsi daya sebesar masing mencapai 10.392 ribu m3 (22,5 %) dan
8,9 persen dari total daya listrik yang terjual. 5.171 ribu m3 (11,2 %). Sementara, air dari
sumber waduk mencapai 950 ribu m3 atau
Air Bersih sebesar 2,0 persen.
Air bersih digunakan penduduk sebagai Volume air bersih yang terbesar
sumber air minum, MCK, dan lainnya. Tidak disalurkan ke konsumen rumah tangga

id
semua penduduk mampu menyediakan dengan jumlah mencapai 24.151 m3 atau 88,0

o.
dan memenuhi kebutuhan air bersih secara persen dari total volume air yang disalurkan.
mandiri dengan berbagai pertimbangan.

.g
Instansi pemerintah mengkonsumsi air bersih
Hal ini membutuhkan peran pemerintah

ps
dengan volume mencapai 1.031 ribu m3 atau
dan swasta untuk memproduksi dan 3,8 persen. Kelompok niaga dan industri
mendistribusikannya. Terdapat enam unit .b
serta institusi sosial mengkonsumsi air
ta
perusahaan air bersih yang beroperasi di bersih dengan porsi masing-masing sebesar
r
DIY dan lima diantaranya berstatus Badan
ka

3,0 persen dan 3,3 persen. Dibandingkan


Usaha Milik Daerah (BUMD). Hanya satu yang dengan tahun-tahun sebelumnya, konsumsi
a

berstatus perusahaan swasta. kelompok niaga dan jasa cenderung menurun,


gy

Potensi kapasitas produksi air bersih di tetapi kelompok institusi pemerintah dan
yo

DIY pada tahun 2015 tercatat sebesar 2.071 sosial justru meningkat. Volume air yang
liter/detik. Namun, penggunaan efektif baru
://

susut akibat kualitas jaringan distribusi


sebesar 1.814 liter/detik atau 87,6 persen. yang memburuk karena faktor usia maupun
tp

Dibandingkan tahun 2014, kapasitas produksi pemakaian illegal juga masih cukup besar.
ht

potensial maupun kapasitas produksi efektif Volume susut pada tahun 2015 tercatat
mengalami peningkatan. sebesar 0,6 persen.

Gambar 10.2. Gambar 10.3.


Distribusi Air Bersih yang Diolah Perusahaan di Distribusi Air Bersih menurut Jenis Konsumen
DIY Berdasarkan Sumbernya, 2015 (%) di DIY, 2015 (%)

Rumah
Air Tanah/ Tangga, 88.04
Lainnya; 64,28

Sungai, 11.18
Instansi
lainnya, 1.83 Pemerintah,
Mata Air, Waduk, 2.05 Niaga dan
Sosial, 3.32 3.76
22.48 Industri, 3.05

Sumber : BPS DIY Sumber : BPS DIY

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 41


11 INDUSTRI PENGOLAHAN

Lapangan usaha industri pengolahan memiliki andil cukup besar dalam perekonomian DIY, baik
dalam menghasilkan nilai tambah maupun menyerap tenaga kerja. Struktur lapangan usaha
industri pengolahan berdasarkan hasil SE2016 didominasi oleh usaha berskala mikro kecil (UMK),
sementara usaha yang berskala menengah besar (UMB) jumlahnya sangat kecil.

Populasi Usaha Industri Besar dan Sedang Jumlah perusahaan IBS yang respon
Data perusahaan Industri Besar dan berdasarkan Survei IBS tahun 2015 sebanyak
Sedang (IBS) diperoleh melalui Survei IBS 351 perusahaan. Populasi perusahaan industri

id
yang dilakukan secara berkala terhadap terbesar berdasarkan golongan usaha adalah

o.
semua unit perusahaan (populasi) IBS. industri furnitur sebanyak 54 perusahaan

.g
BPS menggolongkan skala usaha industri atau 15,4 persen dari seluruh perusahaan IBS.

ps
menggunakan pendekatan jumlah tenaga Populasi terbesar berikutnya, secara berturut-
kerja. Industri mikro/rumah tangga adalah turut adalah industri industri pakaian jadi
usaha industri yang memiliki jumlah tenaga
.b
(12,5%), industri makanan dan minuman
ta
kerja <4 orang; industri kecil memiliki tenaga (12,2%), industri barang galian (11,4%), dan
r

industri tekstil (10,5%). Populasi golongan


ka

kerja 5-19 orang; Industri sedang memiliki


tenaga kerja 20-99 orang; dan industri besar industri yang lainnya bervariasi dengan
a

proporsi kurang dari 10 persen.


gy

memiliki tenaga kerja >99 orang.


yo

Tahukah Anda? Tenaga Kerja, Upah, dan Produktivitas IBS


Tenaga kerja menjadi faktor produksi
://

Jumlah UMK di DIY hasil SE2016 mencapai terpenting, selain modal dan bahan baku.
tp

145.765 usaha (99.5%) dan menyerap 292


Jumlah tenaga kerja pada perusahaan IBS DIY
ribu tenaga kerja. Sementara, jumlah UMB
ht

sebanyak 671 usaha (0.5%) dan menyerap


83,4 ribu tenaga kerja. Tabel 11.1.
Jumlah Tenaga Kerja, Upah, dan Upah/TK Perusa-
haan IBS menurut Golongan Industri di DIY, 2015
Gambar 11.1. KBLI Jumlah Tenaga Kerja Total Upah/
Golongan Industri Upah (Rp Pekerja
Distribusi Perusahaan IBS menurut Golongan 2 Digit
L P L+P Milyar) (Rp juta)
Industri di DIY, 2015 (Persen) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Percetakan Batu Bara Karet 10/11 Makanan dan Minuman 5 000 2 152 7 152 202.21 28.27
5.98 3.42 3.42 Barang Galian 12 Tembakau 289 3 404 3 693 76.59 20.74
Kayu 11.40
13 Tekstil 5 204 4 807 10 011 208.93 20.87
9.97 Barang Logam
14 Pakaian Jadi 2 027 9 916 11 943 326.82 27.37
2.56
Kulit 15 Kulit dan Barang dari Kulit 654 333 987 18.30 18.54
Mesin
3.99
1.71 16 Kayu dan barang dari Kayu 671 550 1 221 23.16 18.97
17/18 Percetakan 1 470 521 1 991 53.33 26.79
19/20/21 Batu Bara, Kimia, Obat 717 330 1 047 47.65 45.51

Furniture 22 Karet dan Barang dari Karet 1 727 1 189 2 916 70.13 24.05
Pakaian 15.38 23 Barang Galian non Logam 1 827 470 2 297 51.67 22.49
12.54 25 Barang Logam 506 65 571 9.66 16.92
27/28/29/30 Mesin, Listrik, Kendaraan 3 962 432 4 394 82.58 18.79
Tekstil Lainnya 31 Furniture 3 874 1 002 4 876 108.36 22.22
10.54 4.84
32/33 Pengolahan Lainnya 1 625 5 115 6 740 150.37 22.31
Tembakau Makanan
1.99 12.25 Jumlah 29 553 30 286 59 839 1 429.78 23.89

Sumber : Survei IBS 2015, BPS DIY Sumber : Survei IBS 2015, BPS DIY

42 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


INDUSTRI PENGOLAHAN 11

tahun 2015 tercatat sebanyak 59.839 orang. rata upah ini dipengaruhi oleh kebijakan upah
Komposisinya terdiri dari 50,6 persen tenaga minimum dan produktivitas pekerja yang
kerja perempuan dan 49,4 persen laki-laki. meningkat. Nilai nominal upah pekerja yang
58.676. Jumlah tenaga kerja yang terserap tertinggi tercatat pada pada golongan industri
perusahaan IBS tahun 2015 meningkat 2 pakaian jadi sebesar Rp326,8 miliar. Artinya,
persen dibandingkan dengan tahun 2014. secara rata-rata satu orang pekerja industri
Peningkatan tenaga kerja terbesar terjadi pakaian jadi menerima upah sebesar Rp27,4
pada golongan industri barang dari logam dan juta setahun. Nilai upah per pekerja yang
industri makanan dan minuman. tertinggi terdapat pada golongan industri
Struktur tenaga kerja berdasarkan batubara, kimia dan obat sebesar Rp45,5 juta
golongan usaha didominasi oleh industri setahun.
pakaian jadi. Jumlah pekerja industri pakaian Produktivitas pekerja yang diukur

id
jadi sebanyak 11.943 orang atau memiliki andil dari rasio output per pekerja menunjukkan

o.
20 persen. Berikutnya adalah industri tekstil kecenderungan yang semakin meningkat.

.g
dan industri makanan dengan andil tenaga Pada tahun 2015, produktivitas pekerja tercatat

ps
kerja masing-masing sebesar 17 persen dan sebesar Rp264,2 juta per pekerja. Produktivitas
.b
12 persen. Golongan industri yang lainnya pekerja yang tertinggi tercatat pada golongan
memiliki andil dalam menyerap tenaga kerja industri karet dan produk dari karet serta
ta
dengan jumlah bervariasi di bawah 10 persen. industri makanan dan minuman. Sementara,
r
ka

Total balas jasa yang dibayarkan produktivitas pekerja terendah terdapat pada
perusahaan IBS pada tahun 2015 mencapai industri kayu dan barang dari kayu.
a
gy

Rp1,4 triliun. Nilai nominal total upah ini


meningkat 22 persen dibandingkan dengan Struktur Input dan Output IBS
yo

tahun 2014. Rata-rata upah per tenaga kerja Input produksi perusahaan IBS mencakup
://

selama tahun 2015 sebesar Rp23,9 juta dan biaya bahan baku dan bahan penolong;
tp

meningkat 19 persen dibandingkan dengan biaya listrik, bahan bakar dan pelumas; biaya
ht

rata-rata upah tahun 2017. Peningkatan rata- sewa gedung, mesin, dan alat-alat; dan biaya

Gambar 11.2.
Perkembangan Rata-rata Pekerja, Upah Pekerja , dan Produktivitas
Pekerja Perusahaan IBS di DIY, 2006-2015
Rata-rata Jumlah Pekerja (Orang) Rata-rata Upah Pekerja (Juta Rp)
Produk tivitas Pekerja (Juta Rp)
300
298.3
250 264.2
219.3 216

200 185.4
173 170

145 186.9
150 128 127 132 135
120
108

100 120.7
60.1 109.7
87.3
50 29.3 26.1 28.8 23.9
18.8 20.0
9.3 10.5 11.6 12.1 12.3

0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Sumber : Survei IBS, BPS DIY

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 43


11 INDUSTRI PENGOLAHAN

lainnya. Nilai output mencakup nilai barang Andil input maupun NTB menurut golongan
yang dihasilkan, tenaga listrik yang dijual, industri sebanding dengan nilai outputnya.
pendapatan dari jasa, selisih nilai stok barang Golongan industri makanan dan minuman
setengah jadi, dan penerimaan lain. memiliki andil NTB terbesar. Berikutnya secara
Nilai output yang dihasilkan perusahaan berturut-turut adalah industri tembakau,
IBS di DIY selama tahun 2015 mencapai tekstil, dan pakaian jadi.
Rp15,8 triliun. Penyumbang output terbesar Rasio input-output atau rasio biaya antara
adalah industri makanan dan minuman menunjukkan seberapa besar kebutuhan
dengan andil 27,6 persen. Andil terbesar input antara dalam suatu proses produksi
berikutnya disumbang oleh industri tekstil, untuk menghasilkan satu unit output. Nilai
pakaian jadi, dan karet dengan andil masing- rasio input-output perusahaan IBS pada tahun
masing sebesar 13,5 persen, 13,2 persen, dan 2015 tercatat sebesar 0,49. Rasio ini sedikit

id
11,8 persen. Golongan industri yang lainnya meningkat dibandingkan dengan tahun 2014

o.
memberi sumbangan bervariasi kurang dari 8 yang sebesar 0,44. Peningkatan rasio input-

.g
persen terhadap total nilai output IBS. output ini menggambarkan tingkat efisiensi

ps
Total nilai input produksi atau biaya dalam proses produksi yang sedikit menurun.
antara yang digunakan dalam proses produksi Nilai rasio input-output yang tertinggi
IBS selama tahun 2015 mencapai Rp7,8 dihasilkan oleh golongan industri kulit dan
.b
ta
triliun. Artinya, selama tahun 2015 seluruh barang dari kulit dan yang terendah dihasilkan
r
ka

perusahaan IBS di DIY mampu menghasilkan industri makanan dan minuman. rtinya,
Nilai Tambah Bruto (NTB) sebesar Rp8,0 triliun. golongan industri makanan dan minuman
a
gy

tercatat paling efisien dan industri kulit dan


barang dari kulit paling tidak efisien dalam
yo

Gambar 11.3.
pemanfaatan input.
Distribusi Output dan NTB Perusahaan
://

IBS menurut Golongan di DIY, 2016 (%)


Tabel 11.2.
tp

Output Tembakau
Nilai Output, Input, dan Nilai Tambah Bruto Perusahaan IBS di DIY
ht

6.59
Furniture
Karet Mesin
4.54
menurut Golongan, 2015
11.82 7.40
Lainnya
4.23 Nilai Nilai Nilai Rasio Rasio
Pakaian
Golongan Industri Input Output Tambah Input NTB
13.16 Percetakan
3.29 (Milyar) (Milyar) (Milyar) Output Output
Batu Bara
Tekstil 3.16 (1) (2) (3) (4) (5) (6)
13.54 Barang Galian
1.82 10/11 Makanan dan Minuman 1 819 4 369 2 550 0.42 0.58
Kulit
Makanan 12 Tembakau 446 1 041 596 0.43 0.57
Kayu 1.50
27.64
0.70 13 Tekstil 1 263 2 140 877 0.59 0.41
Barang Logam
0.63 14 Pakaian Jadi 1 222 2 080 857 0.59 0.41
NTB Tembakau 15 Kulit dan Barang dari Kulit 173 237 64 0.73 0.27
7.82 16 Kayu dan barang dari Kayu 60 110 50 0.55 0.45
Karet Mesin Furniture
7.99 8.81 4.40
17/18 Percetakan 304 520 216 0.58 0.42
Pakaian Lainnya 19/20/21 Batu Bara, Kimia, Obat 266 499 233 0.53 0.47
11.25 4.81
22 Karet dan Barang dari Karet 1 259 1 869 609 0.67 0.33
Tekstil Percetakan
2.84 23 Barang Galian non Logam 137 288 151 0.48 0.52
11.51 Batu Bara
3.06 25 Barang Logam 55 99 43 0.56 0.44
Barang Galian
1.98 27/28/29/30 Mesin, Listrik, Kendaraan 499 1 170 671 0.43 0.57
Makanan Kulit 31 Furniture 382 718 336 0.53 0.47
Kayu 0.84
33.46
0.66 32/33 Pengolahan Lainnya 302 669 367 0.45 0.55
Barang Logam
0.57 Jumlah 7 788 15 809 8 021 0.49 0.51

Sumber : Survei IBS 2015, BPS DIY Sumber : Survei IBS 2015, BPS DIY

44 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


INDUSTRI PENGOLAHAN 11

Status Permodalan Perusahaan IBS triwulanan dan pertumbuhan produksinya.


Status permodalan perusahaan industri Perkembangan indeks produksi triwulanan
bisa berasal dari penanaman modal dalam (2010=100) DIY terlihat cukup berfluktuasi dan
negeri (PMDN), penanaman modal asing (PMA), memiliki kecenderungan semakin meningkat.
dan non fasilitas. Berdasarkan hasil Survei IBS, Posisi indeks pada triwulan II 2017 tercatat
mayoritas perusahaan IBS selama tujuh tahun pada level 149. Secara umum, nilai indeks
terakhir memiliki status modal non fasilitas produksi UMK DIY berada di bawah level
dengan jumlah 78,9 persen pada tahun 2014. nasional, meskipun selama triwulan I-II 2017
Proporsi perusahan yang berstatus modal level DIY sudah lebih tinggi dari nasional.
PMDN dan PMA masing-masing sebanyak 12,7 Nilai rata-rata indeks produksi tahunan
persen dan 8,4 persen. 2011-2016 juga semakin meningkat. Nilai
indeks tumbuh negatif sebesar 5,4 persen

id
Industri Kecil dan Mikro (UMK) di tahun tahun 2012, namun kembali dalam

o.
Dari sisi jumlah, lapangan usaha empat tahun terakhir tercatat selalu tumbuh

.g
industri pengolahan di DIY didominasi oleh positif. Posisi nilai rata-rata indeks produksi

ps
industri yang berskala kecil dan mikro (usaha tahun 2016 berada pada level 130,2 dan
rumah tangga). Hasil Sensus Ekonomi 2016 tumbuh 6,4 persen dari tahun 2015. Angka
menunjukkan populasi industri kecil dan .b
sebesar 130,2 ini mengandung arti selama
ta
mikro DIY mencapai 99,5 persen. Kelompok periode 2010-2016 terjadi kenaikan produksi
r
ka

industri mikro kecil ini terbukti memiliki daya industri kecil dan mikro sebesar 30,2 persen
tahan yang kuat terhadap guncangan krisis atau tumbuh 4,5 persen per tahun.
a

ekonomi yang melanda Indonesia. Namun,


gy

perkembangannya sering terkendala oleh


yo

keterbatasan modal dan strategi pemasaran. Tahukah Anda?


://

Berdasarkan hasil pendataan Survei Potensi UMK industri di DIY merupakan


industri pendukung pariwisata seperti
tp

Industri Mikro Kecil (IMK) yang dilaksanakan


makanan dan minuman, kerajinan/kriya, dan
secara periodik setiap triwulan dapat
ht

lainnya.
disajikan perkembangan indeks produksi
Gambar 11.2.
Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan IMK DIY dan Nasional, 2011-2016 (2010=100)
160
DIY Nasional 144
150
141 142
138 138
140 149
132 130 132 133
139
130 126 125 126
122 134
121 131 130
118 119 127 126
120 116 126 126
114 123
110 109 110 112
107
110 106 105 105 115 115 117 116 116
114 113

100 106 107 106 106


101 103 102
99
90 96

80
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber : BPS DIY

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 45


12 KONSTRUKSI

Lapangan usaha konstruksi mencakup kegiatan pekerjaan pembangunan, perbaikan, penambahan,


dan perubahan. Kegiatan konstruksi mencakup konstruksi bangunan gedung (tempat tinggal,
perkantoran, pertokoan), bangunan sipil (jalan raya, jembatan, rel, pelabuhan, dan lainnya),
dan konstruksi khusus (penyiapan lahan, instalasi gedung, dan lainnya).

Perkembangan Kegiatan Konstruksi wilayah DIY atau sebaliknya.


Kegiatan konstruksi senantiasa tumbuh Jumlah tenaga kerja tetap yang bekerja
searah dengan perkembangan kegiatan di perusahaan konstruksi pada tahun 2015
investasi fisik. Lapangan usaha konstruksi tercatat sebanyak 22.579 pekerja atau
mampu memberikan andil yang cukup nyata meningkat 0,43 persen dari tahun 2014.

id
sebesar 9,4 persen terhadap perekonomian Sementara, jumlah hari orang pekerja harian
DIY tahun 2016. Kegiatan konstruksi selama tahun 2015 mencapai 22,0 juta atau

o.
bisa dilakukan sendiri oleh individu atau meningkat 6,7 persen dibandingkan dengan

.g
perorangan atau perusahaan atas dasar 2014. Nilai total balas jasa pekerja selama tahun

ps
kontrak. 2015 juga meningkat 7,3 persen dari tahun
Jumlah perusahaan konstruksi yang .b
2014. Beberapa indikator kegiatan konstruksi
ta
beroperasi di DIY dan melakukan kegiatan tersebut menggambarkan kegiatan konstruksi
r
konstruksi pada tahun 2015 tercatat yang dilakukan perusahaan meningkat
ka

sebanyak 1.006 unit perusahaan. Rinciannya meskipun dari sisi jumlah perusahaan turun.
a

adalah 871 perusahaan berskala kecil, 133 Hal ini juga diperjelas oleh nilai pekerjaan
gy

berskala menengah, dan 2 berskala besar. konstruksi yang diselesaikan oleh perusahaan
selama tahun 2015 yang mencapai Rp6,7
yo

Dibandingkan dengan tahun 2014, jumlah


perusahaan yang beroperasi sedikit menurun. triliun atau naik 8,4 persen dari tahun 2014.
://

Penurunan jumlah perusahaan konstruksi Jenis konstruksi yang paling dominan dari sisi
tp

tidak selalu berkorelasi dengan penurunan nilai adalah konstruksi bangunan sipil dengan
ht

kegiatan konstruksi. Tidak adanya ketentuan proporsi mendekati 60 persen, diikuti oleh
yang mengatur kegiatan konstruksi di konstruksi bangunan gedung, dan konstruksi
suatu wilayah tertentu harus dilakukan oleh khusus dengan proporsi masing-masing di
perusahaan konstruksi di daerah yang sama. atas 20 persen.
Sering terjadi perusahaan konstruksi yang Kegiatan konstruksi perorangan selama
berdomisili di DIY mengerjakan proyek di luar tahun 2016 menunjukkan perkembangan

Gambar 12.1. Tabel 12.1.


Indikator Perusahaan Konstruksi di DIY, 2014-2015 Indikator Perusahaan Perorangan di DIY, 2016
Jenis Konstruksi
2014 2015 Indikator
2016 2015
25 000 Konstruksi Perorangan
22 483 22 579 Gedung Sipil Khusus
22 033
20 647
20 000 (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Rata-rata Pekerja Tetap (orang) 1 1 1 1 1


15 000
Median Pekerja Harian (orang) 4 2 2 3 2
10 000
6 656
Pekerja Harian (Hari Orang) 348 62 61 150 178
6 139
5 000 Upah Pekerja Tetap (000 Rp/bulan) 1 725 1 500 973 1 375 1 333
1 862 1 999
0 Median Upah Pekerja Harian (000 Rp) 61 75 66 65 62
Pekerja Tetap Hari Orang Pekerja Balas Jasa Nilai Konstruksi
(orang) Harian (000) (miliar Rp) (miliar Rp) Total Upah Pekerja Setahun (000 Rp) 26 973 12 130 8 750 15 763 15 280

Sumber : Survei Perusahaan Konstruksi, BPS Sumber : Survei Konstruksi Perorangan, BPS

46 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


KONSTRUKSI 12

yang cukup baik. Rata-rata jumlah pekerja tercatat mencapai 77,4 persen. Berikutnya
tetap tercatat sebanyak 1 orang dengan rata- diikuti oleh rumah tangga yang menempati
rata pekerja harian 3 orang. Rata-rata upah tempat secara kontrak/sewa, dengan proporsi
pekerja tetap per bulan tercatat sebesar Rp1,4 mencapai 14,1 persen. Rumah tangga yang
juta dan sedikit meningkat dibandingkan menempati tempat tinggal milik orang tua,
dengan tahun 2015. Demikian pula dengan bebas sewa, rumah dinas, dan lainnya memiliki
rata-rata upah pekerja harian maupun total porsi 8,5 persen.
upah pekerja selama setahun juga tercatat Meskipun sama-sama didominasi oleh
meningkat. Jenis kegiatan konstruksi yang rumah tangga yang menempati rumah milik
paling banyak dilakukan oleh usaha konstruksi sendiri, persentase rumah tangga yang tinggal
perorangan adalah konstruksi gedung, diikuti di perdesaan jauh lebih besar dibandingkan
oleh konstruksi sipil dan khusus. dengan perkotaan. Di daerah perdesaan

id
rumah tangga yang menempati rumah sendiri

o.
Tahukah Anda? proporsinya di atas 95 persen, sementara di

.g
daerah perkotaan sekitar 65 persen. Status

ps
Jenis kegiatan konstruksi oleh perusahaan penggunaan tempat tinggal di perkotaan
yang paling dominan adalah konstruksi cenderung lebih bervariasi baik sewa per
bangunan sipil seperti jalan raya dan .b
bulan maupun secara kontrak selama jangka
ta
jembatan serta konstruksi bangunan gedung
tempat tinggal, pertokoan, dan perkantoran. waktu tertentu. Status penguasaan tempat
r
ka

tinggal di wilayah-wilayah yang menjadi pusat


pendidikan pada umumnya didominasi oleh
a

Penguasaan Tempat Tinggal


gy

pelajar/mahasiswa atau kaum urban yang


Kontribusi rumah tangga dalam kegiatan tinggal secara kontrak atau sewa. Gambar
yo

konstruksi terutama bangunan tempat 12.2 mengilustrasikan distribusi penguasaan


://

tinggal masih sangat vital. Hal ini ditandai tempat tinggal oleh rumah tangga menurut
oleh sebagian besar bangunan tempat tinggal
tp

kabupaten/kota. Mayoritas rumah tangga di


yang berstatus milik sendiri. Berdasarkan semua kabupaten/kota menempati tempat
ht

data Susenas tahun 2016, rumah tangga tinggal milik sendiri, meskipun proporsinya
yang menempati tempat tinggal milik sendiri bervariasi.

Tabel 12.2. Gambar 12.2.


Distribusi Penguasaan Tempat Tinggal oleh Rumah Distribusi Penguasaan Tempat Tinggal menurut
Tangga di DIY, 2008-2016 (Persen) Kabupaten/Kota di DIY, 2016 (Persen)
Penguasaan Milik Sendiri Kontrak/Sewa Bebas Sewa Dinas Lainnya
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 0.22 0.23 0.16 0.39 0.16
Tempat Tinggal 100% 0.37 0.07 0.31 0.07 2.44 0.45
8.48 7.05 2.02 7.85 7.92
90% 0.93 7.63
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (7) 17.33
80% 14.07
20.67
Milik Sendiri 74.5 76.51 76.62 76.45 74.97 76.99 77.40 70%

Kontrak 7.99 7.36 7.07 7.61 7.22 13,58 1) 14.07 1) 60%


50%
Sewa 8.96 6.62 6.94 6.60 8.26 38.95
40%
Milik Orang Tua 5.79 7.14 7.88 7.60 8.05 9,43 2) 8.53 2) 30%
20%
Lainnya 2.76 2.37 1.49 1.74 1.50
10%
90.22 97.44 40.89 77.40
Jumlah 100 100 100 100 100 100 101 0%
85.02 71.24

Kulon Progo Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakarta DIY


Sumber : Susenas, BPS
Catatan: 1) merupakan gabungan antara kontrak dan sewa Sumber : Susenas, BPS
2)
merupakan gabungan antara milik orang tua, bebas sewa
dan lainnya

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 47


13 HOTEL DAN PARIWISATA

Visi pembangunan pariwisata DIY adalah mewujudkan Yogyakarta sebagai destinasi wisata berkelas
dunia, memiliki keunggulan saing dan banding, berwawasan budaya, berkelanjutan, mampu
mendorong pembangunan daerah, dan berbasis kerakyatan sebagai pilar utama perekonomian

Pariwisata merupakan industri yang masing-masing 1 hotel, 32 hotel di Kabupaten


digerakkan oleh permintaan atau dihidupi Sleman, dan 55 hotel di Kota Yogyakarta.
oleh wisatawan dan suplainya disediakan oleh Perkembangan jumlah hotel bintang di DIY
kegiatan sektoral terutama hotel, akomodasi, mulai marak sejak tahun 2011, sebagai respon

id
restoran, transportasi, komunikasi, dan jasa- meningkatnya permintaan pariwisata. Jumlah

o.
jasa. Perkembangan kegiatan wisata dapat kamar hotel bintang pada tahun 2016 tercatat

.g
diukur dari indikator akomodasi, jumlah sebanyak 9.256 kamar dengan kapasitas

ps
kunjungan wisata, tingkat penghunian kamar tempat tidur sebanyak 14.432 tepat tidur.
hotel dan rata-rata lama menginap tamu. Jumlah kamar dan tempat tidur meningkat
.b
searah dengan peningkatan jumlah hotel.
ta
Hotel dan Akomodasi Lainnya
Jumlah akomodasi hotel non bintang
r
ka

Jenis akomodasi dikategorikan di akhir tahun 2016 tercatat sebanyak 1.076


menjadi hotel bintang dan non bintang, vila, hotel. Penyebarannya adalah Kulon Progo 26
a

penginapan, hostel, dan akomodasi lainnya.


gy

unit, Bantul 265 unit, Gunungkidul 69 unit,


Jumlah hotel bintang di DIY pada akhir Sleman 354 unit, dan Kota Yogyakarta 362 unit.
yo

tahun 2016 tercatat sebanyak 89 unit dengan Jumlah kamar tidur yang tersedia tercatat
://

rincian di Kabupaten Bantul dan Gunungkidul


tp

Tabel 13.1. Gambar 13.1.


ht

Jumlah Hotel, Kamar, dan Tempat Tidur di DIY Jumlah Wisatawan Domestik dan Asing yang
menurut Jenis Hotel, 2004-2016 (Unit) Menginap di DIY, 2005-2016 (000 Jiwa)
Hotel Bintang Hotel Non Bintang Asing Domestik
Tahun Tempat Tempat
Hotel Kamar Hotel Kamar 215
2016
Tidur Tidur 4 192
218
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 2015
3 839
2004 36 3 416 5 555 1 092 11 278 17 307 2014
203
3 676
2005 36 3 415 5 573 1 089 11 221 17 228 207
2013
3 603
2006 37 3 458 5 640 1 046 11 307 17 459
148
2012
2007 38 3 458 5 640 1 039 11 307 17 459 3 398
149
2011
2008 34 3 297 5 439 1 095 12 158 18 270 3 058
141
2009 34 3 373 5 633 1 092 12 091 17 735 2010
2 851
2010 36 3 631 5 807 1 098 12 519 18 293 123
2009
2 982
2011 41 3 953 6 389 1 063 12 407 18 586 2008
111
2 516
2012 54 5 150 8 171 1 100 13 309 21 720 76
2007
2 128
2013 61 5 801 9 280 1 109 13 547 21 549
69
2006
2014 71 6 864 10 725 1 067 13 624 19 860 2 071
79
2015 85 8 763 13 709 1 081 13 831 19 896 2005
2 264

2016 89 9 256 14 432 1 076 14 136 20 027 0 1 000 2 000 3 000 4 000 5 000

Sumber : BPS DIY Sumber : BPS DIY

48 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


HOTEL DAN PARIWISATA 13

sebanyak 14.136 unit dengan kapasitas tempat berfluktuasi. Kunjungan wisata tercatat
tidur 20.027 unit. Jumlah hotel non bintang mengalami penurunan pada tahun 2006
cenderung berkurang dalam beberapa tahun dan 2010 sebagai dampak dari gempa bumi
terakhir, namun jumlah kamar dan tempat 2006 dan erupsi Merapi tahun 2010. Namun,
tidur cenderung meningkat. dalam enam tahun terakhir jumlahnya terus
meningkat secara nyata. Pada tahun 2016,
Jumlah Kunjungan Wisatawan jumlah wisatawan yang menginap di DIY
Indikator yang dapat menggambarkan mencapai 4,4 juta. Rinciannya adalah 4,2 juta
aktivitas pariwisata adalah jumlah kunjungan wisatawan domestik dan 215 ribu wisatawan
wisatawan. DIY dikenal sebagai salah satu asing. Kunjungan wisatawan domestik
destinasi wisata di Indonesia selain Bali, DKI selama 2005-2015 tumbuh 5,8 persen per
Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Khasanah tahun. Kunjungan wisatawan asing tumbuh

id
kekayaan wisata DIY sangat beragam, baik 9,5 persen per tahun, meskipun di tahun 2016

o.
wisata alam maupun wisata budaya, wisata sedikit menurun. Wisatawan domestik lebih

.g
yang sifatnya masal maupun minat khusus. mendominasi dengan pangsa 95 persen.

ps
Jumlah kunjungan wisatawan domestik Berdasarkan negara asal, wisatawan
dan mancanegara dapat diukur dengan asing yang berkunjung ke DIY pada tahun
pendekatan jumlah tamu yang menginap .b
2015 didominasi oleh wisatawan dari Belanda.
ta
di hotel atau menurut catatan pengunjung Proporsinya mencapai 10,8 persen. Berikutnya
r
ka

di setiap kawasan wisata. Kelemahan secara berturut-turut adalah wisatawan dari


pengukuran dengan pendekatan jumlah tamu Jepang (9,6 %), dan Malaysia (9,1 %). Peta
a

yang menginap di hotel adalah tidak mampu


gy

negara asal wisatawan dalam beberapa tahun


mencatat wisatawan yang tidak menginap. tidak berubah, tapi dari sisi proporsi menjadi
yo

Jumlah kunjungan wisata ke DIY semakin homogen. Wisatawan dari Belanda


://

selama periode 2005-2016 menunjukkan dan Jepang terlihat dominan karena adanya
tp

kecenderungan meningkat, meskipun cukup ikatan historis antara kedua negara dengan
Indonesia khususnya Yogyakarta.
ht

Gambar 13.2.
Tahukah Anda?
Pangsa Wisatawan Asing yang Berkunjung ke DIY
47 persen pangsa kunjungan wisatawan asing menurut Negara Asal, 2015 (Persen)
berasal dari negara-negara di kawasan Asia Singapura,
Perancis, 6.22
khususnya ASEAN dan 38 persen berasal dari 5.99
Australia, 5.37
Amerika
kawasan Eropa. Serikat, 5.32

Proporsi wisatawan yang menginap di hotel


bintang mencapai 47 persen, sementara di Malaysia, 9.10

hotel non bintang sebesar 53 persen. Jerman, 4.46

Jepang, 9.58 Korea Selatan,


2.99

Belanda, 10.76
Tiongkok, 2.50
Lainnya, 37.72

Sumber : BPS DIY

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 49


13 HOTEL DAN PARIWISATA

Rata-rata Lama Menginap Secara umum, rata-rata lama menginap


Kinerja pariwisata juga bisa diukur tamu hotel menurut bulan menunjukkan
menggunakan indikator rata-rata lama adanya pola musiman. Namun demikian, tidak
menginap tamu di hotel (Length of Stay - LOS). ada hubungan yang sistematis antara jumlah
Semakin tinggi nilai LOS menggambarkan kunjungan dan rata-rata lama menginap.
lama wisatawan tinggal di wilayah DIY Rata-rata lama menginap yang tertinggi
semakin panjang. Artinya, pengeluaran biasa terjadi bersamaan dengan momentum
atau konsumsinya akan semakin besar. liburan sekolah, perayaan hari raya, dan
Semakin besar konsumsi wisatawan akan pergantian tahun.
menggerakkan perekonomian di sisi supplai
terutama yang terkait dengan lapangan usaha Tahukah Anda?
hotel, restoran, industri kreatif, transportasi

id
dan komunikasi, serta jasa lainnya. Jumlah tamu tertinggi selama 2016 tercatat

o.
pada bulan Juli dan Desember. Sementara, LOS
Kendati volume wisatawan asing

.g
tamu domestik dan mancanegara tertinggi
tidak sedominan wisatawan domestik, rata- tercatat di bulan Juni dan Januari yang

ps
rata lama menginap di hotel tercatat lebih bersamaan waktunya dengan momentum
panjang. Rata-rata lama menginap di hotel .b
liburan sekolah dan pergantian tahun.
ta
seorang wisatawan asing pada tahun 2016
mencapai 2 malam. Sementara, rata-rata Tingkat Penghunian Kamar (TPK)
r
ka

lama menginap wisatawan domestik di hotel Indikator kinerja pariwisata yang lain
adalah TPK hotel. TPK hotel mencerminkan
a

hanya 1,4 malam. Perkembangan rata-rata


gy

lama menginap wisatawan asing selama produktivitas hotel, semakin tinggi nilainya
periode 2002-2016 memiliki kecenderungan maka semakin produktif. TPK dihitung dalam
yo

semakin menurun. Sementara, rata-rata lama persen dengan cara membagi jumlah kamar
://

menginap wisatawan domestik domestik yang terjual dengan jumlah kamar yang
tp

relatif stabil. tersedia.


ht

Gambar 13.3.
Rata-rata Lama Menginap Wisatawan Domestik dan Asing di Hotel DIY, 2002-2016 (malam)
4.50
Asing Domestik
4.00 3.81
3.49
3.50

3.00 2.89 2.62 2.67


2.31 2.24 2.23 2.27
2.50 2.17 2.13
1.97 2.00 1.99
2.00
2.00
1.50 1.75 1.79
1.59 1.61 1.58
1.44 1.45 1.43 1.40 1.38 1.41 1.37
1.00 1.35 1.35
1.25

0.50

0.00
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Sumber : BPS DIY

50 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


HOTEL DAN PARIWISATA 13
hotel bintang dan non bintang mencapai
Perkembangan TPK hotel DIY
puncak tertinggi pada bulan Desember
selama periode 1999-2016 menunjukkan
bersamaan dengan momentum liburan akhir
kecenderungan semakin meningkat,
tahun. Sementara, TPK terendah tercatat pada
meskipun ada pola yang berfluktuasi. TPK
bulan Juni bersamaan dengan momentum
hotel mengalami penurunan tajam di tahun
puasa Ramadhan.
2005-2006 akibat kondisi perekonomian yang
lesu dan dampak bencana gempa bumi. Pada
tahun 2016, TPK tercatat sebesar 37,7 persen Tahukah Anda?
dan sedikit meningkat dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. LOS dan TPK hotel bintang cenderung lebih
tinggi dari hotel non bintang, karena aktivitas
Berdasarkan kelas hotel, TPK hotel MICE (Meeting, Incentives, Conferences, adn
bintang tercatat selalu lebih tinggi dari hotel Exhibitions) di hotel bintang lebih marak

id
non bintang. Pada tahun 2016, TPK hotel

o.
bintang mencapai 56,2 persen dan lebih

.g
rendah 0,8 poin persen dari tahun 2015. TPK

ps
hotel non bintang tercatat sebesar 29,2 persen
dan naik 2,8 poin persen dari tahun 2015. TPK
hotel bintang cenderung meningkat dalam
.b
ta
enam tahun terakhir, sementara TPK hotel
r
ka

non bintang cenderung turun. Fenomena ini


menggambarkan kecenderungan wisatawan
a
gy

untuk menginap di hotel bintang lebih tinggi.


dibanding hotel non bintang
yo

Perkembangan TPK bulanan selama


://

tahun 2016 terlihat cukup berfluktuasi. TPK


tp
ht

Gambar 13.4.
Tingkat Penghunian Kamar menurut Jenis Hotel di DIY, 1998-2016 (Persen)

62
57.2 57.1
58 Hotel Bintang Hotel non Bintang Jumlah 55.2
56.2 56.2

54 50.7
49.3 49.4 48.8
50 46.5 45.9
44.8
46 42.6
40.7 41.4 41.0 40.7
42
37.9 37.8 37.7
36.4 36.9
38 35.7 35.5 35.3 34.9
33.6 37.6 39.4 38.6
37.5
34 36.6
33.8 29.3 34.6
30 32.6
31.0 31.6
30.0 29.2
26 28.9 28.6 26.1 23.1 29.2 29.0
26.4
22 24.2
22.3 22.7
18 21.5
19.5
14
10
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber : BPS DIY

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 51


14 TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI

Visi pembangunan bidang perhubungan, transportasi, dan informatika DIY adalah terwujudnya
transportasi berkelanjutan dan terintegrasi yang mendukung pariwisata, pendidikan dan budaya,
serta terwujudnya Jogja Cyber Province dan masyarakat informasi menuju peradaban baru yang
mendukung keistimewaan DIY

Panjang Jalan Angkutan Darat


Indikator yang menggambarkan kualitas Berdasarkan data Ditlantas Polda DIY,
infrastruktur transportasi darat adalah jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar di
panjang jalan beserta kualitasnya. Jalan wilayah DIY pada akhir tahun 2015 mencapai

id
menjadi infrastruktur strategis yang akan 2,2 juta unit. Mobil penumpang tercatat

o.
menentukan kelancaran jalur distribusi bahan sebanyak 206,7 ribu unit dan tumbuh 10,7

.g
baku maupun output hasil produksi. Jalan persen per tahun selama periode 2010-2015.

ps
yang berada di wilayah DIY terdiri dari tiga Angkutan bus dan mobil beban (truk) masing-
jenis, yakni: jalan negara, jalan provinsi, dan masing tercatat sebanyak 11.558 unit dan
jalan kabupaten/kota. .b
61.143 unit atau tumbuh 1,1 persen dan
ta
Panjang jalan negara di wilayah DIY 7,5 persen per tahun. Jumlah sepeda motor
r

pada akhir tahun 2015 tercatat sepanjang cukup dominan sebanyak 1,9 juta unit dan
ka

247,9 km yang tersebar di empat kabupaten. tumbuh 7,9 persen per tahun.
a

Berdasarkan kualitasnya, 89,0 persen jalan


gy

negara berada dalam kondisi baik dan sisanya Tahukah Anda?


yo

dalam kondisi sedang. Panjang jalan provinsi


Sebaran kendaraan bermotor menurut
tercatat sepanjang 619,3 km dan 37,4 persen
://

wilayah terpusat di Sleman dan Bantul dengan


di antaranya berada dalam kondisi baik. proporsi masing-masing sebesar 35,6 persen
tp

Sedangkan sisanya, sebanyak 36,6 persen dan 24,6 persen.


ht

berada dalam kondisi sedang dan 22,9 persen


rusak. Panjang jalan kabupaten/kota tercatat Kereta api menjadi alternatif transportasi
sepanjang 2.890,3 km dan 64,1 persennya di darat untuk penumpang dan barang. Jumlah
antaranya berada dalam kondisi baik. penumpang yang menggunakan jasa kereta

Tabel 14.1. Tabel 14.2.


Panjang Jalan Negara, Provinsi, dan Kabupaten Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor
serta Kondisi Jalan Berkualitas Baik di DIY menurut yang Terdaftar di DIY menurut Jenis Kendaraan,
Kabupaten/Kota, 2015 2007-2015 (Unit)
Jenis Kendaraan
Jalan Negara Jalan Provinsi Jalan Kabupaten
Kabupaten/ Tahun Mobil Mobil Sepeda Jumlah
Bus Khusus
Kota Panjang Kondisi Panjang Kondisi Panjang Kondisi Penumpang Beban Motor
(Km) Baik (%) (Km) Baik (%) (Km) Baik (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 2007 89 598 21 232 38 537 n.a. 916 204 1 065 571
2008 108 387 10 876 39 654 478 1 116 914 1 276 309
Kulon Progo 28.32 (96.93) 145.54 (33.53) 647.80 (80.00)
2009 115 244 10 909 41 186 n.a. 1 206 863 1 374 202
Bantul 78.37 (93.66) 122.98 (49.28) 609.44 (54.27) 2010 124 177 10 965 42 650 n.a. 1 310 241 1 488 033
Gunungkidul 61.08 (92.57) 212.39 (26.12) 686.00 (69.85) 2011 138 537 10 987 45 290 496 1 423 147 1 618 457
Sleman 80.15 (79.01) 138.43 (48.11) 699.50 (54.26) 2012 152 178 11 019 48 508 499 1 537 534 1 749 738
2013 169 962 11 168 52 511 514 1 673 903 1 908 058
Yogyakarta - - - - 248.09 (58.54)
2014 194 249 11 438 57 775 561 1 831 982 2 096 005
DIY 247.92 (89.03) 619.34 (37.37) 2,890.83 (64.10) 2015 206 658 11 558 61 143 595 1 916 666 2 196 620

Sumber: Dinas PU, Perumahan ,dan ESDM DIY Sumber: Ditlantas Polda DIY,

52 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI 14

api pada tahun 2016 tercatat sebanyak 4,07 juta DIY akibat terbatasnya kawasan dan fungsi
orang dan meningkat 15 persen dibandingkan utama bandara untuk kepentingan militer.
tahun 2015. Peningkatan ini dipengaruhi oleh Sebagai alternatif, sedang dibangun bandar
kenaikan jumlah penumpang kelas ekonomi udara baru di wilayah Kulon Progo.
yang tumbuh 22,1 persen dan memiliki andil Pada tahun 2015, jumlah penerbangan
57,2 persen terhadap total penumpang. yang datang ke Bandara Adisutjipto tercatat
Sementara, angkutan kereta api barang sebanyak 23.171 kali dan meningkat 6,6
selama tahun 2016 meningkat 10,9 persen dan persen dari tahun sebelumnya. Sementara,
didominasi oleh angkutan BBM dengan porsi jumlah penerbangan yang berangkat tercatat
96,1 persen. sebanyak 22.976 kali dan meningkat 5,7
persen. Jumlah penumpang yang datang
Tahukah Anda? tercatat sebanyak 3,0 juta atau tumbuh 2,2

id
persen. Sementara, penumpang berangkat
Ada dua stasiun kereta api di Kota Yogyakarta,

o.
yakni Stasiun Tugu yang melayani kelas bisnis
tercatat 2,97 juta atau tumbuh 1,7 persen dan
yang transit turun 37 persen. Jumlah barang

.g
dan eksekutif dan Stasiun Lempuyangan yang
melayani kelas ekonomi. yang dibongkar dari bagasi maupun kargo

ps
tercatat meningkat 8,5 persen dari tahun
.b
sebelumnya. Sementara, barang yang dimuat
ta
meningkat 6,1 persen.
r
ka

Media Komunikasi
Informasi bisa diakses penduduk melalui
a
gy

berbagai media seperti: surat kabar, radio,


televisi, dan internet. Jumlah media cetak di
yo

wilayah DIY tercatat sebanyak 11 unit, stasiun


://

radio termasuk radio komunitas sebanyak


65 unit, stasiun televisi sebanyak 4 unit, dan
tp

stasiun televisi berjejaring 12 unit. Proporsi


ht

Angkutan Udara penduduk DIY berusia 15 tahun ke atas


Angkutan udara memiliki peran yang yang mengakses internet dalam tiga bulan
sangat strategis. Namun, kapasitas Bandara terakhir dari Maret 2015 mencapai 35 persen.
Adisutjipto sudah tidak mampu menampung Media yang paling banyak digunakan untuk
lalu lintas udara komersial keluar dan menuju mengakses internet adalah HP dan laptop.

Tabel 14.3. Tabel 14.4.


Jumlah Penumpang dan Barang dengan Kereta Arus Lalu Lintas Udara Dalam Negeri Melalui
Api dari Stasiun di DIY, 2010-2016 Bandara Adisutjipto Yogyakarta, 2007-2015
Penerbangan Kargo dan Paket
Penumpang (000 Orang) Barang (000 Ton) Penumpang (000 Orang) Bagasi (000 Ton)
(Pesawat) Pos (000 Ton)
Tahun Tahun
Eksekutif Bisnis Ekonomi Jumlah BBM Barang Jumlah Datang
Berang
Datang
Berang
Transit Bongkar Muat Bongkar Muat
kat kat
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

2010 708.5 781.1 1 829.6 3 319.2 326.2 2.2 328.5 2007 11,260 11,249 1,280 1,269 49.27 10.60 11.94 4.45 6.76
2008 11,608 11,603 1,340 1,321 40.67 14.80 13.27 4.40 7.99
2011 676.8 718.2 1 656.4 3 051.4 159.2 7.2 166.4
2009 18,080 18,070 1,581 1,556 42.66 11.84 14.97 4.38 7.36
2012 697.3 612.8 1 338.7 2 648.7 166.2 11.2 177.3
2010 22,379 22,385 1,724 1,710 55.21 12.26 14.38 4.88 7.47
2013 775.1 590.8 1 263.6 2 629.5 214.5 12.5 226.9 2011 15,138 15,102 2,026 2,011 55.18 13.39 15.48 4.99 7.75
2014 801.7 590.7 1 347.8 2 740.1 195.9 13.0 209.0 2012 17,585 17,578 2,378 2,357 52.58 15.60 18.10 5.08 9.23

2015 981.0 654.1 1 908.0 3 543.1 190.6 8.9 199.6 2013 31,221 31,100 2,739 2,965 18.51 17.69 20.52 5.23 8.88
2014 21,728 21,739 2,953 2,917 8.79 18.78 21.47 5.75 10.50
2016 1 080.4 662.7 2 330.0 4 073.0 212.6 8.7 221.3
2015 23,171 22,976 3,019 2,967 5.57 20.01 22.75 6.62 11.17
Sumber: PT Kereta Api (Persero) DAOP VI D.I. Yogyakarta
Sumber: Bandara Adisutjipto Yogyakarta

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 53


15 PERBANKAN DAN INVESTASI

Perkembangan aktivitas perbankan dapat dilihat dari kelembagaan, nilai aset, pinjaman pihak
ketiga, dan kredit yang disalurkan. Sementara, aktivitas investasi dapat diketahui dari realisasi
penanaman modal dalam negeri dan luar negeri.

Kelembagaan dari total aset perbankan merupakan aset


Jumlah bank yang beroperasi di bank umum baik pemerintah maupun swasta.
wilayah DIY pada akhir tahun 2015 tercatat Sisanya merupakan aset Bank Perkreditan
sebanyak 105 unit. Rinciannya terdiri dari 4 Rakyat. Sementara, dari sisi jenis usaha bank
bank pemerintah, 34 bank swasta nasional, nilai aset didominasi oleh bank konvensional

id
2 bank pembangunan daerah, dan 65 bank (92%) dan 8 persen sisanya merupakan aset

o.
perkreditan rakyat. Sementara, jumlah kantor bank syariah.

.g
pelayanan bank tercatat sebanyak 744 unit, Peningkatan aset dari sisi pasiva didorong

ps
terdiri dari 150 unit kantor bank pemerintah, oleh peningkatan simpanan/dana pihak ketiga
203 unit kantor bank swasta nasional, 143 unit yang tumbuh sebesar 10 persen. Nominal
kantor bank pembangunan daerah, dan 248
.b
dana pihak ketiga yang mampu dihimpun
ta
unit kantor BPR. Jumlah kantor pelayanan dari masyarakat sampai akhir tahun 2016
r
ka

bank yang meningkat pesat dalam beberapa mencapai Rp54,4 triliun. Meskipun tingkat
tahun terakhir adalah BPR. suku bunga mengalami penurunan sejalan
a
gy

dengan penurunan BI rate, minat masyarakat


Perkembangan Kegiatan Perbankan untuk menyimpan dana di tabungan masih
yo

Aktivitas perbankan di DIY selama periode tinggi yang terlihat dari besarnya share dana
://

2008-2016 menunjukkan perkembangan yang milik perorangan yang lebih dari 75 persen.
meningkat. Nilai aset perbankan pada akhir
tp

Dari sisi aktiva, peningkatan aset didorong


tahun 2016 tercatat sebesar Rp66,0 triliun oleh kenaikan jumlah kredit yang disalurkan
ht

dan secara nominal tumbuh 11,3 persen yang mampu tumbuh 10 persen. Jumlah
dibandingkan tahun 2015. Sekitar 90 persen nominal kredit yang tersalurkan mencapai
Tabel 15.1. Tabel 15.2.
Jumlah Aset, Dana Pihak Ketiga, dan Kredit Perkembangan Jumlah Kredit menurut Jenis
Perbankan di DIY, 2008-2016 (miliar Rp) Penggunaan di DIY, 2007-2014 (miliar Rp)
Aset Dana Pihak Ketiga Kredit Jenis Penggunaan
Tahun
(miliar Rp) (miliar Rp) (miliar Rp) Tahun Jumlah
Modal Kerja Investasi Konsumsi
(1) (2) (3) (4)
(1) (2) (3) (4) (5)
2008 20 919 (10.34) 18 017 (9.53) 10 475 (15.64)
2009 24 572 (17.46) 21 034 (16.75) 11 723 (11.91) 2009 4 642 (39.60) 1 486 (12.68) 5 595 (47.73) 11 723 (100)

2010 29 212 (18.88) 24 524 (16.59) 14 581 (24.38) 2010 5 488 (38.95) 1 809 (12.84) 6 793 (48.21) 14 090 (100)

2011 33 923 (16.13) 28 775 (17.33) 17 939 (23.03) 2011 7 277 (40.57) 2 386 (13.30) 8 276 (46.13) 17 939 (100)

2012 40 749 (20.12) 34 882 (21.23) 21 840 (21.75) 2012 8 996 (41.19) 3 193 (14.62) 9 651 (44.19) 21 840 (100)

2013 47 222 (15.88) 39 816 (13.33) 25 571 (17.08) 2013 10 010 (39.14) 4 910 (19.20) 10 652 (41.66) 25 572 (100)

2014 53 675 (13.67) 44 652 (12.15) 29 746 (16.33) 2014 11 560 (38.86) 6 534 (21.96) 11 653 (39.17) 29 746 (100)

2015 59 330 (10.54) 49 505 (10.87) 31 435 (5.68) 2015 12 372 (39.36) 6 403 (20.37) 12 660 (40.27) 31 435 (100)

2016 66 009 (11.26) 54 435 (9.96) 34 575 (9.99) 2016 13 390 (38.73) 7 543 (21.82) 13 642 (39.46) 34 575 (100)

Sumber : KEER DIY, Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY Cat: angka dalam kurung menunjukkan % andil
Cat: angka dalam kurung menunjukkan % pertumbuhan

54 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


PERBANKAN DAN INVESTASI 15

Rp34,6 triliun. Penggunaan kredit sebagian persen. Belum optimalnya LDR salah satunya
besar untuk kegiatan konsumsi dengan disebabkan oleh persoalan rendahnya
pangsa 39,5 persen. Persentase pemanfaatan penyaluran kredit terutama dari bank umum
kredit untuk modal kerja dan investasi masing- yang dihimpun di Kabupaten Sleman dan Kota
masing sebesar sebesar 38,7 persen dan 21,8 Yogyakarta. Share dana pihak ketiga di kedua
persen. wilayah sangat dominan, namun pangsa kredit
Secara sektoral, pemanfaatan kredit yang tersalurkan di kedua wilayah lebih rendah.
perbankan tahun 2016 yang terbesar Akibatnya, LDR di Sleman dan Kota Yogyakarta
disalurkan ke sektor bukan lapangan usaha pada akhir tahun 2016 tercatat paling rendah.
(lainnya), terutama kredit konsumsi dengan LDR yang tertinggi terjadi di Gunungkidul
porsi 40 persen. Proporsi terbesar berikutnya sebesar 126,3 persen, artinya dana pihak
adalah kredit sektor perdagangan sebesar ketiga yang dihimpun oleh bank umum belum

id
35 persen dan sektor jasa sebesar 12 persen. mampu untuk mencukupi permintaan kredit

o.
Proporsi kredit untuk lapangan usaha yang oleh masyarakat dan pelaku usaha sehingga

.g
lainnya berada di bawah tujuh persen. harus dicukupi dari daerah lainnya.

ps
Kinerja perbankan juga dapat diukur dari Non Performing Loans (NPLs) merupakan
indikator yang menunjukkan tingkat
nilai Loan to Deposit Ratio (LDR) yang dihitung
dari rasio antara jumlah kredit yang disalurkan
.b
resiko kredit perbankan. Nilai NPLs tahun
ta
dengan jumlah dana yang dihimpun dari 2007-2016 menunjukkan pola semakin
r
ka

masyarakat. LDR di DIY pada akhir tahun menurun. Penurunan ini menunjukkan resiko
2016 mencapai 63,5 persen dan relatif sama perbankan dalam menyalurkan kredit menjadi
a
gy

dibanding tahun 2015. Semakin rendah semakin rendah atau tingkat pembayaran/
nilai LDR menggambarkan peran dan fungsi pengembalian cicilan menjadi lebih lancar.
yo

perbankan sebagai lembaga intermediasi NPLs mencapai level terendah tahun 2013
://

keuangan berjalan kurang optimal, terlebih sebesar 1,97 persen dan terlihat meningkat
kembali pada tahun 2016 menjadi 2,6 persen.
tp

jika kredit yang disalurkan digunakan untuk


Resiko kredit perbankan di DIY selama delapan
ht

kegiatan yang sifatnya tidak produktif. Nilai


LDR selama 2007-2016 masih berada di bawah tahun terakhir berada di bawah kategori aman
ketentuan minimum LDR yang sebesar 78 karena nilai NPLs-nya di bawah 5 persen.

Gambar 15.1. Gambar 15.2.


Distribusi Pemanfaatan Kredit menurut Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan non
Lapangan Usaha, 2016 (Persen) Performing Loans (NPL) DIY, 2007-2016 (Persen)
LDR NPL
80 6

70 5.05 66.62
62.34 62.61 64.22 63.5 63.52 5
Lainnya 58.14
Pertanian 60 55.73 57.45
40% 55.07
2% 4
50
Jasa
Pertambangan 40 3
12% 3.20 3.19
0%
Industri 30 2.61
2.54 2.41 2
2.35
6% 2.11 2.18
Angkutan 20 1.97
2% Perdagangan LGA 1
35% 0% 10

0 0
Konstruksi
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
3%
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY
Sumber : KEER DIY, Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 55


15 PERBANKAN DAN INVESTASI

Nilai Tukar Valuta Asing Investasi PMA dan PMDN


Nilai tukar mata uang rupiah terhadap Data investasi yang tersedia merupakan
mata uang asing menjadi salah satu variabel data rencana dan realisasi penanaman modal
ekonomi yang sangat perlu dipantau dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal
perkembangannya. Perkembangan rata- asing (PMA) yang dilaporkan oleh Badan
rata nilai tukar rupiah setahun terhadap Koordinasi Penanaman Modal Daerah DIY.
beberapa valuta asing yang disajikan dengan Realisasi penanaman modal secara kumulatif
pendekatan data yang bersumber dari tahun 2016 mencapai Rp12,1 triliun, dengan
beberapa sampel perusahaan valas di wilayah rincian PMDN Rp4,5 triliun dan PMA Rp
DIY. 7,6triliun. Kontribusi PMDN terhadap realisasi
Secara umum, nilai jual beberapa investasi yang tercatat sampai Desember 2016
sebesar 37,5 persen, sementara kontribusi

id
mata uang asing yang diperdagangkan
oleh perusahaan valas selalu lebih tinggi PMA sebesar 62,5 persen. Realisasi PMDN

o.
dibandingkan dengan nilai mata uang yang mencapai 59,7 persen dari yang direncanakan

.g
dibeli. Nilai tukar beberapa mata uang asing atau masih jauh di bawah target. Sementara,

ps
terhadap rupiah memiliki pola yang sama realisasi PMA mencapai 114,1 persen dari yang
dengan nilai tukar Dolar Amerika (USD), karena .b
direncanakan atau melebihi target.
ta
sampai saat ini USD menjadi mata uang rujukan Berdasarkan sektor, investasi PMDN
dalam transaksi perdagangan internasional. maupun PMA dominan pada sektor tersier
r
ka

Rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap USD dengan proporsi masing-masing sebesar 58,3
a

selama tahun 2016 tercatat sedikit menguat persen dan 71,5 persen. Namun demikian,
gy

dibandingkan tahun sebelumnya. Namun realisasi investasi di sektor tersier masih jauh
demikian, secara level nilai tukar 1 USD masih lebih rendah dari yang ditergetkan. Andil
yo

berada di atas Rp13 ribu. Rata-rata nilai tukar terbesar berikutnya adalah sektor sekunder
://

Rupiah terhadap semua mata uang asing dengan proporsi 41,1 persen untuk PMDN dan
tp

selama tahun 2016 juga terlihat menguat 20,3 persen untuk PMA. Investasi di sektor
ht

senada dengan penguatan Rupiah terhadap primer memiliki andil paling rendah atau
USD. kurang menarik akibat ketidakpastian musim

Tabel 15.3.
Rata-rata Nilai Tukar Jual dan Beli Valuta Asing menurut Jenis Valuta Asing di DIY, 2007-2015
Dolar Amerika Dolar Australia Dolar Poundsterling Yen Jepang Ringgit Dolar Singapura
EURO
Bulan (USD) (AUD) Hongkong Inggris (GBP) (Y) Malaysia (SGD)
Jual Beli Jual Beli Jual Beli Jual Beli Jual Beli Jual Beli Jual Beli Jual Beli

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)

2007 9 226 9 110 6 938 6 815 1 232 1 147 16 912 16 655 109 107 3 379 3 253 8 462 8 369 13 918 13 830
2008 9 193 9 081 7 704 7 586 1 220 1 144 18 346 18 108 119 117 3 088 2 986 7 587 7 480 12 132 12 006
2009 9 760 9 582 8 271 7 926 1 298 1 203 17 875 17 302 111 109 2 908 2 809 7 048 6 938 12 265 12 130
2010 10 515 10 336 8 236 8 047 1 417 1 301 16 333 15 726 105 102 2 860 2 746 6 732 6 611 12 111 11 940
2011 8 847 8 734 9 107 8 980 1 184 1 105 14 223 13 955 131 109 3 105 2 945 7 243 7 076 14 530 14 256
2012 9 469 9 367 9 788 9 664 1 595 1 518 15 037 14 775 96 92 2 945 2 802 6 895 6 729 14 220 13 967
2013 10 576 10 434 10 224 10 069 1 410 1 324 16 630 16 299 79 77 2 697 2 592 6 120 6 010 12 559 12 432
2014 11 945 11 812 10 783 10 623 1 585 1 497 20 504 19 424 114 111 3 676 3 551 9 444 9 312 15 861 15 674
2015 13 470 13 301 10 133 9 971 1 775 1 686 20 641 20 252 111 109 3 507 3 372 9 800 9 655 14 932 14 738
2016 13 385 13 196 9 969 9 818 1 765 1 680 18 297 17 930 124 121 3 290 3 154 9 704 9 568 14 804 14 632

Sumber: BPS DIY

56 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


PERBANKAN DAN INVESTASI 15

maupun rendahnya tingkat pengembalian. pariwisata.


Namun, dari sisi realisasi sudah jauh lebih Berdasarkan lokasi, realisasi PMDN
tinggi dari terger yang direncanakan. dan PMA masih terpusat di Kota Yogyakarta
Jumlah perusahaan yang melakukan dengan pangsa di atas 43 persen. Berikutnya
investasi PMDN sampai tahun 2016 tercatat adalah Kabupaten Sleman dengan pangsa
sebanyak 150 perusahaan dengan jumlah mendekati 40 pesen. Sementara, peningkatan
pekerja domestik sebanyak 26.121 orang dan investasi yang cukup masif selama setahun
pekerja asing sebanyak 18 orang. Sementara, terakhir terjadi di Kabupaten Kulon Progo
jumlah perusahaan yang melakukan investasi terkait dengan kegiatan pembangunan
PMA tercatat sebanyak 169 perusahaan bandar udara baru.
dengan jumlah pekerja domestik sebanyak
Tabel 15.7.
20.096 orang dan pekerja asing sebanyak 182

id
Realisasi Komulatif PMDM, PMA (Milyar) di DIY
orang. menurut Sektor, 2016

o.
Berdasarkan sektor, realisasi PMDN

.g
PMDN (miliarRp) PMA (miliarRp)
Sektor

terbesar dilakukan sektor tersier, terutama


Rencana Realisasi % Rencana Realisasi %

ps
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

untuk sektor hotel dan restoran dengan Primer 62.17 28.37 45.63 136.65 622.17 455.31
Tanaman Pangan 2.70 - - 9.90 37.51 378.84
proporsi 38,4 persen. Berikutnya adalah
sektor sekunder terutama pada industri
.b
Perkebunan
Peternakan
6.83
50.39
1.93
25.29
28.24
50.18
1.80
88.03 17.28
-
19.63
-
ta
Perikanan 1.50 0.40 26.67 12.87 11.72 91.03

tekstil dengan proporsi 19 persen. Realisasi Kehutanan - - - - - -


r
ka

Pertambangan 0.75 0.75 100.00 24.05 555.67 2 310.49

pada kelompok primer (pertanian dan Sekunder 2 565.92 1 858.63 72.44 680.41 1 530.65 224.96
Industri Makanan 212.68 220.69 103.77 91.68 847.71 924.62
pertambangan) proporsinya hanya 0,7 persen.
a

Industri Tekstil 463.71 857.97 185.02 96.77 185.94 192.14


gy

Industri Kulit dan Alas Kaki 8.45 6.69 79.20 115.53 260.48 225.47
Realisasi investasi PMA yang terbesar Industri Kayu 21.88 5.21 23.79 139.04 72.30 52.00
Industri Kertas dan Percetakan 69.00 123.17 178.52 27.00 6.85 25.38
yo

juga terjadi pada sektor tersier, terutama Industri Kimia dan Farmasi 48.87 21.40 43.79 61.69 68.25 110.64

untuk kegiatan perdagangan dan reparasi Industri Karet dan Plastik 108.69 95.34 87.72 42.14 28.34 67.25
://

Industri Mineral Non Logam 204.79 9.90 4.83 4.53 21.46 473.68

(23,4%), perhotelan dan restoran (18,4%), dan Industri Logam, Mesin, dan Elektronika 1 347.09 484.12 35.94 102.02 20.51 20.11
tp

Industri Instrumen Kedokteran 66.00 - - - - -


transportasi komunikasi (18,5%). Sementara, Industri Transportasi - - - - - -
ht

Industri Lainnya 14.77 34.14 231.19 - 18.80 -


porsi kelompok sektor primer dan sekunder Tersier 4 945.22 2 635.82 53.30 5 803.47 5 402.01 93.08

didominasi untuk kegiatan pertambangan Konstruksi


Perhotelan dan Restoran
13.00
1 289.47 1 735.83
-
134.62
- 49.05
1 147.85
36.00
1 393.20
73.39
121.37

(7,4%) dan industri makanan (11,2%). Secara Perdagangan dan Reparasi 115.80 41.72 36.03 855.01 1 769.34 206.94
Perumahan, Kawasan Industri, &Kantor 2 626.76 365.36 13.91 1 623.04 10.00 0.62
umum, investasi PMDN dan PMA di DIY lebih Transportasi, Gudang dan Komunikasi 42.53 109.19 256.75 663.58 1 400.24 211.01
Jasa Lainnya 844.59 378.90 44.86 568.87 511.36 89.89
diarahkan pada sektor-sektor yang berbasis Listrik, Gas dan Air 13.08 4.82 36.89 896.06 281.88 31.46
Jumlah 7 573.31 4 522.82 59.72 6 620.52 7 554.82 114.11

Tabel 15.4. Sumber : BKPM DIY

Realisasi Komulatif PMA dan PMDM menurut Sek-


tor di DIY, 2016 (Milyar)
PMDN % PMA %
Sektor
Rencana Realisasi Realisasi Rencana Realisasi Realisasi

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


62 28 (45.63) 137 622 (455.31)
Primer
(0.82) (0.63) (2.06) (8.24)
2,566 1,859 (72.44) 680 1,531 (224.96)
Sekunder
(33.88) (41.09) (10.28) (20.26)
4,945 2,636 (53.30) 5,803 5,402 (93.08)
Tersier
(65.30) (58.28) (87.66) (71.50)
7,573 4,523 (59.72) 6,621 7,555 (114.11)
Jumlah
(100) (100) (100) (100)

Sumber : BKPM DIY

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 57


16 HARGA-HARGA

Indikator untuk mengukur stabilitas perekonomian adalah tingkat harga dan perubahannya
(inflasi/deflasi). Harga merupakan interaksi antara permintaan dan penawaran barang
dan jasa dalam pasar barang. Tingkat harga komoditas beserta perubahannya bisa diukur
pada tingkat konsumen maupun produsen.

Indeks Harga Konsumen (IHK) merepresentasikan kegiatan ekonomi di


IHK merupakan perbandingan antara wilayah yang bersangkutan.

id
harga suatu paket komoditas barang dan jasa Kota IHK di DIY adalah Kota Yogyakarta.

o.
pada suatu periode waktu terhadap harga Nilai IHK Kota Yogyakarta pada akhir tahun

.g
komoditas yang sama pada periode tertentu 2013 (2007=100) tercatat sebesar 145,6.
(tahun dasar). Persentase perubahan IHK antar Angka ini berarti harga-harga komoditas

ps
waktu menunjukkan besarnya Inflasi/deflasi kebutuhan rumah tangga sampai akhir tahun
yang mencerminkan daya beli dari uang yang 2013 mengalami kenaikan dengan rata-rata .b
ta
dibelanjakan oleh penduduk. IHK dihitung 45,6 persen dibandingkan dengan harga
r

pada tingkat konsumen, yaitu harga transaksi tahun 2007. Sementara, IHK pada akhir tahun
ka

antara pedagang eceran dan konsumen dalam 2016 (2012=100) berada pada posisi 123,1.
a

satuan terkecil secara tunai. Eceran yang Artinya, selama periode 2012-2015 tingkat
gy

dimaksud adalah membeli barang atau jasa harga konsumen secara agregat meningkat
yo

dalam satuan terkecil untuk dikonsumsi. 23 persen. Level IHK tertinggi tercatat pada
IHK bulan Juni 2008-Desember 2013 kelompok bahan makanan sebesar 139,2
://

dihitung berdasarkan pola konsumsi hasil persen. Level IHK yang terendah tercatat pada
tp

Survei Biaya Hidup (SBH) 2007 (2007=100) kelompok pendidikan sebesar 109,7 persen.
ht

di 66 kota. Mulai Januari 2014 sampai Semua kelompok pengeluaran mengalami


saat ini IHK dihitung berdasarkan hasil SBH peningkatan IHK selama tahun 2016, kecuali
tahun 2012 (2012=100) di 82 kota, yakni kelompok transportasi dan komunikasi justru
ibukota provinsi dan kota besar lainnya yang mengalami penurunan IHK.

Tabel 16.1.
IHK dan Inflasi Tahun Kalender Kota Yogyakarta menurut Kelompok Pengeluaran, 2009-2016 (Persen)
Kelompok IHK Inflasi
Pengeluaran
2009a) 2010a) 2011a) 2012a) 2013a) 2014b) 2015b) 2016b) 2010a) 2011a) 2012a) 2013a) 2014b) 2015b) 2016b)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
Bahan Makanan 127.24 151.24 154.00 166.48 186.98 126.93 132.82 139.15 18.86 1.82 8.10 12.31 7.70 4.64 4.77
Makanan Jadi 120.37 126.96 135.94 145.32 157.17 114.82 120.61 125.24 5.47 7.07 6.90 8.15 2.95 5.04 3.84
Perumahan 118.34 124.84 128.60 132.44 139.30 116.48 121.62 123.61 5.49 3.01 2.99 5.18 8.92 4.41 1.64
Sandang 119.19 125.64 137.45 142.34 142.34 106.84 113.11 116.55 5.41 9.40 3.56 0.00 3.61 5.87 3.04
Kesehatan 112.27 114.48 120.94 123.28 127.08 110.12 114.76 119.55 1.97 5.64 1.93 3.08 5.49 4.21 4.17
Pendidikan 114.49 119.36 121.42 123.16 127.07 105.64 107.08 109.65 4.25 1.73 1.43 3.17 2.37 1.36 2.40
Transkom 102.03 107.71 110.29 111.72 123.40 121.49 118.44 116.00 5.57 2.40 1.30 10.45 9.36 -2.51 -2.06
Umum 116.64 125.25 130.11 135.72 145.65 116.84 120.45 123.21 7.38 3.88 4.31 7.32 6.59 3.09 2.29

Sumber : BPS DIY Cat. a) Tahun dasar 2007=100 b)


Tahun dasar 2012=100

58 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


HARGA-HARGA 16
Perkembangan Inflasi Kota Yogyakarta level 10 persen di tahun 2001-2002 dan 2005
Perkembangan inflasi tahun kalender akibat kebijakan pemerintah menaikkan harga
Kota Yogyakarta menunjukkan pola yang BBM dengan besaran di atas 100 persen.
berfluktuasi. Pada tahun 2016, inflasi umum Selama beberapa tahun terakhir level inflasi
tercatat sebesar 2,3 persen. Artinya, tingkat tercatat semakin menurun, bahkan dalam dua
harga secara umum di tahun 2016 meningkat tahun berturut-turut level inflasi berada di
2,3 persen dibandingkan dengan harga bawah empat persen. Artinya, kondisi harga
komoditas pada tahun 2015. Inflasi atau komoditas kebutuhan rumah tangga relatif
kenaikan harga yang tertinggi terjadi pada stabil atau naik dengan level yang rendah.
kelompok bahan makanan sebesar 4,8 persen. Perkembangan inflasi bulanan Kota
Sementara, kelompok transportasi dan Yogyakarta selama tahun 2016 terlihat cukup
komunikasi tercatat mengalami deflasi atau berfluktuasi. Secara umum, terdapat pola

id
penurunan harga sebesar 2,1 persen. musiman yang cukup kuat. Di samping itu,

o.
Perkembangan inflasi Kota Yogyakarta juga terdapat pengaruh kebijakan pemerintah

.g
tahun kalender 1979-2016 terlihat sangat ketika melakukan penyesuaian baik menaikkan

ps
berfluktuasi. Secara umum, inflasi Kota atau menurunkan harga komoditas energi
Yogyakarta memiliki pola yang hampir sama (BBM, listrik, dan elpiji). Hal ini terlihat
dengan nasional. Inflasi mencapai puncak dari inflasi yang mencapai level tertinggi
.b
ta
tertinggi pada level 77,5 persen pada tahun pada saat perayaan hari raya keagamaan,
r
ka

1998 sebagai akibat dampak krisis ekonomi liburan sekolah, dan liburan akhir tahun atau
yang melanda Indonesia di tahun 1997/1998. menjelang/sesudah pengumuman kenaikan
a
gy

Selama masa krisis, daya beli penduduk harga komoditas energi seperti listrik, BBM,
menurun secara drastis dan berpengaruh dan elpiji. Selama tahun 2016, level inflasi
yo

terhadap penurunan konsumsi penduduk tertinggi terjadi pada bulan Januari, Juli, dan
://

dan kenaikan jumlah penduduk miskin. Pasca Desember. Sementara, pada bulan Februari,
krisis, inflasi tercatat berfluktuasi dibawah April, Agustus, dan September 2016 terjadi
tp

15 persen. Level inflasi tercatat melampaui deflasi atau penurunan harga.


ht

Gambar 16.1.
Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Kota Yogyakarta dan Nasional, 1979-2016 (Persen)
DIY Nasional
80
77.5
70

60

50

40

30 23.4

20 15.0
12.7 12.7 12.6
10.4 10.7 10.0 9.9
7.3
10 3.1 2.3
2.5
0
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016

Sumber : BPS DIY

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 59


16 HARGA-HARGA

Perkembangan inflasi bulanan Kota Nilai Tukar Petani (NTP)


Yogyakarta menurut kelompok pengeluaran NTP merupakan indikator yang berguna
terlihat lebih dinamis. Hanya dua kelompok untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani
pengeluaran yang tercatat selalu mengalami secara kasar. NTP mengukur kemampuan
inflasi atau kenaikan harga setiap bulan, yakni tukar produk (komoditas) yang dihasilkan
kelompok makanan, minuman jadi, rokok, dan dan dijual petani dibandingkan dengan
tembakau dan kelompok kesehatan. Kelompok produk yang dibutuhkan oleh petani baik
yang lainnya tercatat mengalami inflasi dan untuk proses produksi (usaha) maupun untuk
deflasi. Pergerakan harga komoditas pada konsumsi rumah tangga petani. NTP dihitung
kelompok bahan makanan dan kelompok dari rasio antara indeks yang diterima (It) dan
transportasi komunikasi terlihat paling dinamis indeks yang dibayar oleh petani (Ib). Dengan
atau mengalami perubahan paling besar rasio tersebut dapat diketahui apakah

id
sepanjang waktu. Sementara, pergerakan

o.
Tabel 16.2.
harga pada kelompok pengeluaran yang

.g
Rata-rata Tahunan Indeks yang Diterima dan
lainnya tercatat lebih rendah atau relatif stabil.
Dibayar Petani serta NTP DIY, 2008-2016 (%)

ps
Beberapa jenis komoditas yang mengalami
Indeks yang Indeks yang Nilai Tukar
deflasi selama tahun 2016 adalah bensin, tarif Tahun

angkutan udara, dan beras.


.b Diterima (It) Dibayar (Ib) Petani (NTP)
ta
(1) (2) (3) (4)
2008 116.74 110.80 105.28
r
ka

2009 125.58 116.43 107.84

Tahukah Anda? 2010 137.40 121.96 112.64


a
gy

2011 146.00 126.83 115.11


Kelompok bahan makanan memiliki andil 2012 153.06 131.43 116.45
yo

terbesar terhadap inflasi Kota Yogyakarta 2013 163.16 139.59 116.89


tahun 2016. Komoditas yang memberi andil 2014 114.39 111.88 102.26
://

terbesar adalah bawang merah, bawang putih, 2015 119.51 118.15 101.13
kelapa, tukang, dan kontrak rumah.
tp

2016 128.07 123.04 104.09


ht

Sumber : BPS DIY


Cat. mulai 2014 menggunakan tahun dasar 2012

Gambar 16.2.
Perkembangan Inflasi Bulanan Kota Yogyakarta menurut Kelompok Pengeluaran, 2016 (%)
Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang
4

-1

-2
Mei

Nov
Des

Nov
Des

Nov
Des

Nov
Des
Jun
Jul

Mei
Jun
Jul

Mei
Jun
Jul

Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt

Ags
Sep
Okt

Ags
Sep
Okt

Ags
Sep
Okt
Jan
Feb
Mar
Apr

Jan
Feb
Mar
Apr

Jan
Feb
Mar
Apr

Jan
Feb
Mar
Apr

Kesehatan Pendidikan Transkom Umum


4

-1

-2
Nov
Des

Nov
Des

Nov
Des

Nov
Des
Mei
Jun
Jul

Mei
Jun

Jun
Okt

Jul

Mei
Okt

Jul

Mei
Jun
Jul
Sep
Okt
Jan
Feb
Mar
Apr

Ags
Sep

Jan
Feb
Mar
Apr

Ags
Sep

Jan
Feb
Mar
Apr

Ags

Jan
Feb
Mar
Apr

Ags
Sep
Okt

Sumber : BPS DIY

60 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


HARGA-HARGA 16

kenaikan harga jual produksi pertanian akan banyak dibudidayakan oleh petani di DIY.
menambah pendapatan petani dan mampu Sementara, peningkatan nilai Ib lebih didorong
mengkompensasi kebutuhan petani akibat oleh kenaikan indeks konsumsi.
kenaikan harga yang harus dibayarkan. Pola perkembangan NTP secara bulanan
Semakin tinggi nilai NTP menggambarkan 2010-2013 terlihat lebih dinamis dengan
semakin kuat pula daya beli petani dan secara level di atas 100 dan ada kecenderungan
kasar mengindikasikan kesejahteraan semakin yang semakin meningkat. Pola patahan pada
membaik. bulan Desember 2013 menunjukkan adanya
Perkembangan nilai rata-rata tahunan pergantian tahun dasar dari 2007=100 menjadi
indeks yang diterima dan dibayar petani di 2012=100. Dalam empat tahun terakhir pasca
DIY selama tahun 2008-2016 menunjukkan pergantian tahun dasar, perkembangan NTP
pola yang semakin meningkat. Secara umum, terlihat lebih datar. Bahkan, di beberapa

id
nilai It tercatat selalu lebih tinggi dari Ib. titik (Desember 2014 dan Maret-Mei 2015)

o.
Perkembangan rata-rata It juga lebih cepat terlihat nilai Ib lebih tinggi dari It. Akibatnya,

.g
dari Ib, sehingga nilai NTP selalu berada di atas NTP pada bulan-bulan tersebut tercatat

ps
100. Nilai NTP tahun 2008 (2007=100) berada kurang dari 100. NTP di bawah 100 secara
pada level 105,3 dan meningkat menjadi 116,9 kasar menggambarkan kesejahteraan petani
di tahun 2013. Mulai tahun 2014 digunakan
.b
yang sedikit menurun. Periode Januari
ta
tahun dasar baru dalam penghitungan NTP. 2016-Agustus nilai NTP kembali menguat di
r
ka

Selain itu, juga dilakukan penyempurnaan atas level 100.


diagram timbang. Hal ini terlihat dari level
a
gy

It dan Ib yang menurun. Rata-rata NTP pada Tahukah Anda?


tahun 2014-2016 (2012=100) juga tercatat
yo

melambat akibat pergantian tahun dasar. NTP sebesar 104,1 di tahun 2016 didorong
oleh NTP subsektor perkebunan (124,1),
://

NTP di atas 100 secara kasar menggambarkan sementara NTP subsektor peternakan tercatat
tp

kesejahteraan petani yang membaik, dengan di bawah level 100


asumsi komoditas yang harganya meningkat
ht

Gambar 16.3.
Perkembangan Indeks Diterima, Indeks Dibayar dan NTP Bulanan di DIY, 2010-2017 (Persen)

It Ib NTP
170

160

150

140

130

120

110

100

90
Apr
Apr

Apr

Apr

Apr
Apr

Apr

Apr
Juli

Juli
Juli

Juli

Juli

Juli

Juli

Juli
Jan
Jan

Jan

Jan

Jan

Jan

Jan

Jan
Okt

Okt

Okt

Okt

Okt

Okt

Okt

2010 2011 2012 2013 2014*) 2015 2016 2017

Sumber : BPS DIY Cat. mulai Desember 2013 menggunakan tahun dasar 2012

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 61


17 KONSUMSI RUMAH TANGGA

Konsumsi/pengeluaran penduduk menjadi salah satu komponen permintaan akhir yang


menentukan aktivitas perekonomian suatu wilayah. Rata-rata pengeluaran perkapita,
komposisi, dan pertumbuhannya juga menjadi indikator kesejahteraan penduduk secara
agregat.

PENGELUARAN RUMAH TANGGA pola pengeluaran juga dipengaruhi oleh


Komposisi pengeluaran penduduk perubahan harga komoditas barang dan jasa

id
dibagi menjadi dua kelompok, yakni makanan yang dikonsumsi rumah tangga.

o.
dan non makanan. Pola pengeluaran menurut Nilai pengeluaran perkapita penduduk
kelompok dan pergeserannya terjadi seiring DIY pada tahun 2016 tercatat sebesar

.g
dengan peningkatan pendapatan rumah Rp1,1 juta. Rinciannya adalah pengeluaran

ps
tangga. Ketika pendapatan yang diterima kelompok makanan sebesar Rp434 ribu dan
meningkat maka pengeluaran juga akan .b
kelompok non makanan sebesar Rp 637ribu.
ta
meningkat dan porsi pengeluaran untuk Dibandingkan dengan tahun 2015, nilai
kelompok makanan akan semakin menurun. nominal pengeluaran perkapita tahun 2016
r
ka

Sebaliknya, porsi pengeluaran non makanan meningkat secara nyata. Namun, peningkatan
akan meningkat. Selain itu, perubahan ini belum sepenuhnya menggambarkan
a
gy

peningkatan kuantitas barang yang


Tabel 17.1. dikonsumsi karena masih bersifat nominal
yo

Rata-rata Pengeluaran Perkapita Sebulan di


Gambar 17.1.
://

DIY menurut Wilayah, 2010-2016 (Rupiah)


Perkembangan Pangsa Pengeluaran Perkapita
tp

Pengeluaran (Rp)
Tahun Daerah menurut Kelompok Pengeluaran, 2010-2016 (%)
ht

Makanan Non Makanan Jumlah


(1) (2) (3) (4) (5) Makanan Non Makanan
Perkotaan (K) 270 886 385 305 656 191
2010 Perdesaan (D) 195 603 174 305 369 908 K+D 40.5 59.5
2016

K+D 244 003 309 963 553 966 Perdesaan (D) 50.1 49.9
Perkotaan (K) 302 958 399 829 702 787 Perkotaan (K) 37.9 62.1
2011 Perdesaan (D) 223 946 248 219 472 165 K+D 39.3 60.7
2015

Perdesaan (D) 52.2 47.8


K+D 276 322 348 722 625 044
Perkotaan (K) 35.6 64.4
Perkotaan (K) 361 214 440 296 801 510
K+D 47.5 52.5
2012 Perdesaan (D) 260 840 241 638 502 478
2014

Perdesaan (D) 56.7 43.3


K+D 327 242 373 055 700 297 Perkotaan (K) 44.2 55.8
Perkotaan (K) 383 303 496 532 879 835 K+D 47.0 53.0
2013

2013 Perdesaan (D) 313 167 230 101 543 268 Perdesaan (D) 57.6 42.4
K+D 359 522 406 192 765 714 Perkotaan (K) 43.6 56.4
Perkotaan (K) 368 752 465 447 834 199 K+D 46.7 53.3
2012

2014 Perdesaan (D) 329 872 252 242 582 114 Perdesaan (D) 51.9 48.1
K+D 355 504 392 800 748 304 Perkotaan (K) 45.1 54.9
K+D 44.2 55.8
Perkotaan (K) 385 061 697 510 1 082 571
2011

Perdesaan (D) 47.4 52.6


2015 Perdesaan (D) 325 187 297 594 622 781
Perkotaan (K) 43.1 56.9
K+D 365 011 563 590 928 601
K+D 44.0 56.0
Perkotaan (K) 466 842 765 698 1 232 540
2010

Perdesaan (D) 52.9 47.1


2016 Perdesaan (D) 364 117 362 964 727 081 Perkotaan (K) 41.3 58.7
K+D 434 004 636 958 1 070 962

Sumber : BPS DIY Sumber : BPS DIY

62 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


KONSUMSI RUMAH TANGGA 17

atau masih ada pengaruh perubahan harga. lebih dominan dari pengeluaran makanan.
Peningkatan pengeluaran terjadi pada Distribusi pengeluaran penduduk
kelompok makanan dan non makanan. tahun 2016 menurut kelompok pengeluaran
Secara umum, pengeluaran perkapita didominasi oleh pengeluaran kelompok
penduduk daerah perkotaan lebih tinggi perumahan, bahan bakar, dan penerangan
dibandingkan dengan daerah perdesaan. dengan pangsa mencapai 27,2 persen.
Hal ini memberi gambaran bahwa tingkat Berikutnya adalah pengeluaran kelompok
kesejahteraan penduduk perkotaan secara aneka barang dan jasa (pendidikan,
rata-rata lebih baik dibandingkan dengan kesehatan, rekreasi, transportasi, komunikasi
penduduk perdesaan. dan keuangan) dengan pangsa 17,4 persen
Sampai dengan tahun 2016, proporsi serta kelompok makanan dan minuman jadi
pengeluaran perkapita non makanan sudah sebesar 15,3 persen.

id
lebih besar dari pengeluaran perkapita Komposisi pengeluaran di daerah

o.
makanan seiring dengan peningkatan perdesaan dan perkotaan memiliki pola

.g
pendapatan penduduk. Proporsi pengeluaran yang hampir sama, yakni didomonasi oleh

ps
makanan mencapai 40,5 persen dan non pengeluaran kelompok perumahan, aneka
makanan mencapai 59,5 persen dari total barang dan jasa, serta makanan dan minuman
konsumsi perkapita penduduk. Pola .b
jadi. Perbedaan yang cukup mencolok
ta
konsumsi di daerah perdesaan berbeda terdapat pada pengeluaran kelompok padi-
r

dengan perkotaan. Pengeluaran perkapita padian dan rokok. Pengeluaran kedua


ka

kelompok makanan di perdesaan masih lebih kelompok di daerah perdesaan tercatat


a

dominan dari non makanan. Sementara, di cukup besar dan lebih dominan dari daerah
gy

daerah perkotaan pengeluaran non makanan perkotaan.


yo

Tabel 17.2. Konsumsi Kalori


://

Distribusi Pengeluaran Perkapita Sebulan menu- Tingkat kecukupan gizi yang diukur
rut Kelompok Pengeluaran dan Wilayah, 2016
tp

dari konsumsi kalori dan protein menjadi


Wilayah
salah satu indikator kesejahteraan penduduk.
ht

Kelompok Pengeluaran K+D


Perkotaan (K) Perdesaan (D)
(1) (2) (3) (4) Jumlah konsumsi kalori dan protein dihitung
Makanan 466 842 (37.88) 364 117 (50.08) 434 004 (40.52)
berdasarkan jumlah hasil kali antara
Padi-Padian 44 051 (3.57) 54 618 (7.51) 47 429 (4.43)
Umbi-Umbian 3 632 (0.29) 3 164 (0.44) 3 482 (0.33) kuantitas makanan yang dikonsumsi dengan
Ikan 17 770 (1.44) 14 519 (2.00) 16 731 (1.56) kandungan kalori dan protein dalam setiap
Daging 23 257 (1.89) 18 121 (2.49) 21 616 (2.02)
Telur dan Susu 37 765 (3.06) 24 712 (3.40) 33 593 (3.14)
makanan. Angka kecukupan konsumsi energi
Sayur-Sayuran 26 727 (2.17) 31 339 (4.31) 28 201 (2.63) dan protein mengacu pada Widyakarya
Kacang-Kacangan 12 151 (0.99) 13 763 (1.89) 12 667 (1.18)
Pangan dan Gizi ke-8 tahun 2004 masing-
Buah-Buahan 24 704 (2.00) 15 025 (2.07) 21 610 (2.02)
Minyak dan Kelapa 9 690 (0.79) 14 347 (1.97) 11 179 (1.04) masing ditetapkan sebesar 2.000 kkal dan 50
Bahan Minuman 16 287 (1.32) 18 850 (2.59) 17 106 (1.60) gram protein per kapita per hari.
Bumbu-Bumbuan 6 492 (0.53) 6 709 (0.92) 6 561 (0.61)
Konsumsi Lainnya 7 998 (0.65) 8 462 (1.16) 8 146 (0.76)
Makanan Jadi 194 494 (15.78) 98 922 (13.61) 163 943 (15.31)
Rokok 41 823 (3.39) 41 567 (5.72) 41 741 (3.90) Tahukah Anda?
Non Makanan 765 698 (62.12) 362 964 (49.92) 636 958 (59.48)
Perumahan 345 334 (28.02) 175 165 (24.09) 290 937 (27.17)
Aneka Barang Jasa 230 676 (18.72) 93 230 (12.82) 186 740 (17.44)
Konsumsi kalori dan protein perkapita
Pakaian 36 890 (2.99) 18 104 (2.49) 30 884 (2.88) penduduk DIY pada tahun 2016 sudah
Barang Tahan lama 81 008 (6.57) 46 097 (6.34) 69 848 (6.52) melebihi standar kebutuhan minimum yang
Pajak dan Asuransi 40 457 (3.28) 17 055 (2.35) 32 976 (3.08) ditentukan, yakni 2.000 kkal kalori dan 50
Keperluan Pesta 31 334 (2.54) 13 312 (1.83) 25 573 (2.39)
gram protein sehari.
Jumlah 1 232 540 (100) 727 081 (100) 1 070 962 (100)

Sumber : BPS DIY

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 63


17 KONSUMSI RUMAH TANGGA

Rata-rata kalori perkapita yang berikutnya berasal dari kelompok makanan


dikonsumsi oleh penduduk DIY selama dan minuman jadi dengan andil sebesar
periode 2008-2016 berfluktuasi antara 27,5 persen serta kelompok minyak dan
1.766 kkal sampai 2.063 kkal sehari dan kelapa dengan andil 11,1 persen. Kelompok
menunjukkan kecenderungan yang semakin bahan makanan lainnya memberi andil
meningkat. Jika mengacu pada standar kalori kurang dari 7 persen. Konsumsi kalori
kecukupan kebutuhan minimum energi, maka pada semua kelompok makanan mengalami
rata-rata konsumsi kalori ini sudah berada kenaikan dibandingkan dengan tahun 2015,
di atas standar yang ditentukan. Angka kecuali kelompok buah-buahan yang sedikit
konsumsi kalori ini lebih baik dibandingkan menurun.
dengan konsumsi tahun 2015 yang masih
berada di bawah standar kecukupan.
Tahukah Anda?

id
Dalam beberapa tahun terakhir

o.
konsumsi kalori perkapita penduduk Jenis komoditas yang memberi andil terbesar
perdesaan secara umum tercatat lebih

.g
terhadap kalori yang dikonsumsi penduduk
rendah dari penduduk perkotaan. Konsumsi DIY adalah beras, minyak goreng, nasi rames,

ps
kalori perkapita penduduk perkotaan makanan gorengan, dan gula pasir.
tercatat sebesar 2.070 kkal sehari, sementara .b
ta
konsumsi penduduk perdesaan sebesar 2.050 Konsumsi Protein
kkal sehari. Perbedaan ini dipengaruhi oleh
r
Konsumsi protein penduduk DIY selama
ka

kuantitas konsumsi penduduk perkotaan periode 2008-2016 juga terlihat berfluktuasi


yang lebih tinggi. Selain itu, jenis komoditas
a

dan memiliki kecenderungan yang semakin


gy

makanan yang dikonsumsi penduduk meningkat. Selama periode tersebut,


perkotaan juga lebih bervariasi dibandingkan konsumsi proteini perkapita penduduk sudah
yo

dengan penduduk perdesaan. melebihi standar minimum yang ditentukan


://

Sumber utama kalori yang dikonsumsi yakni 50 gram sehari. Bahkan, pada tahun
tp

penduduk DIY berasal dari kelompok padi- 2013-2016 sudah mendekati atas level 62 gram
sehari, meskipun terlihat sedikit menurun di
ht

padian sebesar 740 kkal. Konsumsi kalori


kelompok padi-padian memberi andil
Tabel 17.3.
sebesar 35,9 persen terhadap total konsumsi
kalori dan paling besar disumbang oleh Rata-rata Konsumsi Kalori Perkapita Sehari
(kkal)menurut Jenis Pengeluaran, 2014-2016
komodits beras. Sumber kalori terbesar
Kalori Perkapita Sehari (kkal)
Kelompok Makanan
2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4)
Gambar 17.2.
Padi-Padian 730 (36.21) 677 (34.92) 740 (35.86)
Perkembangan Konsumsi Kalori Perkapita Se- Umbi-Umbian 39 (1.95) 26 (1.36) 37 (1.78)
hari di DIY menurut Wilayah, 2008-2016 (kkal) Ikan 21 (1.04) 19 (0.98) 22 (1.04)

Perkotaan Perdesaan K+D Daging 52 (2.56) 54 (2.76) 59 (2.86)


2 100
2 063 Telur dan Susu 68 (3.39) 71 (3.65) 78 (3.79)
2 050 2 015
2 000
1 996 Sayur-Sayuran 46 (2.30) 33 (1.73) 39 (1.87)
1 950 1 940 Kacang-Kacangan 71 (3.53) 59 (3.02) 65 (3.13)
1 900 Buah-Buahan 54 (2.68) 46 (2.35) 41 (1.98)
1 852
1 850 1 832
1 803 1 794 Minyak dan Kelapa 215 (10.66) 227 (11.72) 229 (11.12)
1 800 1 766
1 750
Bahan Minuman 114 (5.63) 119 (6.15) 125 (6.05)
1 700 Bumbu-Bumbuan 11 (0.53) 7 (0.37) 10 (0.49)
1 650 Konsumsi Lainnya 56 (2.77) 53 (2.72) 53 (2.56)
1 600
Makanan Jadi 539 (26.75) 549 (28.29) 567 (27.47)
1 550
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Jumlah 2 015 (100) 1 940 (100) 2 063 (100)

Sumber : BPS DIY Sumber : BPS DIY

64 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


KONSUMSI RUMAH TANGGA 17

tahun 2015. Sumber utama protein yang dikonsumsi


Berdasarkan wilayah, konsumsi protein penduduk DIY berasal dari kelompok makanan
penduduk perkotaan selama sembilan tahun jadi dan kelompok padi-padian. Andil kedua
terakhir masih lebih tinggi dibandingkan kelompok ini masing masing sebesar 20,6
dengan penduduk perdesaan. Hal ini terjadi gram atau 33,4 persen dan 17,4 gram atau
karena konsumsi kelompok makanan yang 28,2 persen. Sumber berikutnya berasal dari
menjadi sumber protein penduduk perkotaan kelompok kacang-kacangan dengan andil
sudah lebih bervariasi dibandingkan dengan 17,4 gram atau 10,2 persen dan kelompok
kelompok makanan yang dikonsumsi telur dan susu sebesar 4,19 gram atau 6,8
penduduk perdesaan. Konsumsi protein persen. Andil konsumsi protein perkapita dari
perkapita penduduk perkotaan pada tahun kelompok makanan yang lainnya bervariasi di
2016 mencapai 64,5 gram sehari, sementara bawah 6 persen. Selama tahun 2016, konsumsi

id
konsumsi penduduk perdesaan mencapai 56,7 perkapita hampir semua kelompok makanan

o.
gram sehari. Angka ini memberi gambaran mengalami kenaikan dibandingkan dengan
tahun 2015. Kenaikan konsumsi protein

.g
bahwa konsumsi protein baik di perkotaan
tertinggi terjadi pada kelompok umbi-umbian

ps
maupun perdesaan sudah melebihi angka
kecukupan minimum protein yang ditentukan. dan bumbu-bumbuan. Sementara, konsumsi
.b
protein dari kelompok buah-buahan, minyak
ta
dan kelapa, dan bahan minuman tercatat
mengalami penurunan dibandingkan tahun
r

Tahukah Anda?
ka

2015.
a

Jenis komoditas yang memberi andil terbesar


gy

terhadap protein yang dikonsumsi penduduk


Tabel 17.4.
DIY adalah beras, nasi rames, ikan, tempe,
yo

daging ayam ras, tahu dan telur. Rata-rata Konsumsi Protein Perkapita Sehari
menurut Kelompok Pengeluaran, 2014-2016
://

Protein (Gram)
Kelompok Makanan
tp

2014 2015 2016


Gambar 17.3.
(1) (2) (3) (4)
ht

Perkembangan Konsumsi Protein Perkapita Se- Padi-Padian 17.13 (27.66) 15.94 (27.73) 17.43 (28.25)
hari menurut Wilayah di DIY, 2008-2016 (gram) Umbi-Umbian 0.30 (0.48) 0.25 (0.43) 0.34 (0.55)

Perkotaan Perdesaan K+D


Ikan 3.11 (5.02) 3.10 (5.39) 3.52 (5.70)
70
Daging 3.41 (5.51) 3.23 (5.62) 3.57 (5.78)
62 62 62
60 57 Telur dan Susu 3.79 (6.12) 3.91 (6.80) 4.19 (6.79)
53 54 52
50 51 Sayur-Sayuran 3.01 (4.86) 2.23 (3.88) 2.61 (4.23)
50
Kacang-Kacangan 6.52 (10.53) 5.74 (9.99) 6.32 (10.24)
40 Buah-Buahan 0.54 (0.87) 0.50 (0.87) 0.41 (0.66)

30 Minyak dan Kelapa 0.39 (0.63) 0.37 (0.64) 0.32 (0.53)


Bahan Minuman 1.03 (1.66) 0.90 (1.57) 0.89 (1.44)
20
Bumbu-Bumbuan 0.42 (0.68) 0.31 (0.54) 0.41 (0.67)
10 Konsumsi Lainnya 1.09 (1.76) 1.10 (1.91) 1.10 (1.78)
Makanan Jadi 21.20 (34.23) 19.90 (34.62) 20.60 (33.38)
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Jumlah 61.94 (100) 57.48 (100) 61.71 (100)

Sumber : BPS DIY Sumber : BPS DIY

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 65


18 PERDAGANGAN LUAR NEGERI

Tidak semua barang yang dibutuhkan untuk konsumsi akhir maupun konsumsi antara dapat
dipenuhi dari produksi sendiri dan tidak semua barang yang diproduksi akan dikonsumsi
sendiri. Kegiatan perdagangan komoditas baik dalam negeri maupun luar negeri menjadi
jembatan untuk menjamin ketersediaan dan distribusi barang dan jasa.

Kinerja ekspor komoditas asal DIY ke luar berlaku sehingga masih mengandung unsur
negeri selama periode 2007-2016 mengalami perubahan harga.

id
kecenderungan semakin membaik. Hal ini Berdasarkan volume dan nilai, komoditas
tampak dari volume maupun nilai barang

o.
asal DIY selama periode 2010-2016 sebagian
yang diekspor yang meningkat secara

.g
besar diekspor ke negara-negara Uni
nyata. Peningkatan volume terutama terjadi Eropa. Proporsi volume ekspor ke Uni Eropa

ps
pada tahun 2012-2016, setelah sebelumnya cenderung menurun, sementara proporsi
mengalami kelesuan di periode 2007-2011
akibat krisis finansial yang terjadi di beberapa
.b
nilainya terlihat semakin meningkat. Negara-
ta
negara Uni Eropa yang menjadi tujuan utama
negara tujuan utama ekspor terutama Amerika
r
ekspor komoditas dari DIY adalah Jerman,
ka

Serikat dan Uni Eropa. Pada tahun 2016, Belanda, Perancis dan Belgia. Porsi volume
volume ekspor tercatat sebesar 57,0 ribu ton
a

dan nilai ekspor terbesar berikutnya adalah


gy

atau meningkat 0,2 persen dari tahun 2015. kawasan Asia. Pangsa volume maupun nilai
Nilai ekspor luar negeri yang terlihat ekspor ke negara-negara di kawasan Asia
yo

mengalami penurunan tajam di tahun tercatat semakin meningkat selama periode


://

2007 secara bertahap kembali meningkat 2010-2016. Negara-negara di kawasan Asia


tp

hingga mencapai US$252,2 juta di tahun yang menjadi tujuan utama ekspor komoditas
2016. Peningkatan nilai ini disebabkan oleh dari DIY adalah Jepang, Korea Selatan, Uni
ht

faktor kenaikan harga jual, perubahan nilai Emirat Arab, dam China/Tiongkok. Dalam
tukar serta kenaikan volume penjualan. Nilai beberapa tahun terakhir volume dan nilai
ekspor masih dicatat dalam bentuk nominal ekspor DIY ke kawasan Asia Timur dan Asia
dan dihitung atas dasar harga pasar yang Tenggara terlihat semakin meningkat. Hal
Gambar 18.1. Gambar 18.2.
Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Asal DIY, Pangsa Volume dan Nilai Ekspor DIY menurut
2007-2016 Kawasan Tujuan, 2010-2016 (Persen)
Volume (Ribu Ton) Nilai (Juta US$) Pangsa Volume (%) Pangsa Nilai (%)
300
7.66 8.97 11.61
13.58 13.28 14.37 1.80
252.17 2.91
236.22 242.47 3.90
250 4.69
10.16 8.63
211.76 23.10
23.48
AS dan Kanada
200
24.27 29.71
177.07 22.91
30.80 Uni Eropa

140.23 144.41 Asia


150 125.56 130.25 32.24
108.7 Australia 39.86
100 45.24 Lainnya 39.58
42.71
55.69 56.91 57.01 33.64
36.62 40.58 34.53
50 30.7 33.54 34.04
26.67 35.20
24.79
12.22 10.93 12.55 15.19
0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
2010 2013 2016 2010 2013 2016

Sumber : Dinas Perindusterian dan Perdagangan DIY Sumber : Dinas Perindusterian dan Perdagangan DIY

66 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


PERDAGANGAN LUAR NEGERI 18

ini mengindikasikan potensi kedua kawasan perusahaan melaporkan kegiatan impornya.


ini sebagai pasar alternatif bagi pemasaran Jenis komoditas yang diimpor dari luar negeri
komoditas ekspor asal DIY. Sementara, pangsa ke DIY hampir semuanya merupakan bahan
ekspor ke beberapa negara seperti Amerika baku industri dan bukan barang konsumtif.
Serikat, Kanada, dan Australia yang awalnya Barang-barang tersebut diantaranya adalah
cukup dominan cenderung menurun dalam sparepart mesin pertanian, tekstil, bahan baku
beberapa tahun terakhir. susu, kulit disamak, dan asesoris garmen.
Komoditas ekspor unggulan dari DIY Realisasi impor luar negeri yang tercatat
berdasarkan volume dan nilai ekspornya masuk ke DIY selama tahun 2016 mencapai 1,9
adalah tekstil dan produk tekstil seperti juta ton dengan nilai mencapai US$27,7 juta.
pakaian jadi, sarung tangan kulit dan sintetis, Dibandingkan dengan tahun 2015, volume
mebel kayu dan kerajinan kayu, dan atsiri impor meningkat 2,6 persen. Sementara,

id
daun cengkih. Komoditas ekspor yang nilainya meningkat 295 persen karena dicatat

o.
lainnya memiliki pangsa nilai kurang dari 5 dalam bentuk nominal dan dipengaruhi oleh

.g
persen. Berdasarkan pelabuhan muat, ekspor nilai tukar mata uang. Selama tahun 2016,
komoditas asal DIY sebagian besar dimuat di volume impor didominasi oleh komoditas

ps
Bandara Adisutjipto, Pelabuhan Tanjung Mas tekstil dan sparepart mesin pertanian.
Semarang, dan Tanjung Priok Jakarta. .b
Berdasarkan negara asal, pangsa volume impor
ta
Perkembangan kegiatan impor ke DIY didominasi komoditas asal Singapura (35,5%),
r
sulit dicatat sesuai dengan kondisi yang China (22,6%), dan Korea Selatan (29,0%).
ka

sebenarnya, karena lokasi pelabuhan bongkar Sementara, dari sisi nilai impor komposisi
a

dan pelaku impor umumnya berada di yang tertinggi berasal dari Jepang (71,9%) dan
gy

luar DIY. Di samping itu, dan belum semua Singapura (6,2%).


yo

Tabel 18.1.
://

Volume dan Nilai Ekspor DIY menurut Negara


tp

Tujuan, 2015-2016
2015 2016
ht

Negara Volume Nilai Volume Nilai


(Juta ton) (US$ Juta) (Juta ton) (US$ Juta)
(1) (2) (3) (4) (5)
Amerika Serikat 0.62 (1.09) 34.46 (14.21) 6.16 (10.81) 33.78 (13.40)
Jerman 4.70 (8.26) 34.70 (14.31) 4.73 (8.30) 44.71 (17.73) Tabel 18.2.
Korea Selatan 0.91 (1.60) 14.16 (5.84) 0.92 (1.61) 16.33 (6.48)
Jepang 3.79 (6.66) 30.90 (12.74) 2.66 (4.67) 25.95 (10.29)
Volume dan Nilai Impor ke DIY Menurut Negara
India 0.56 (0.98) 3.79 (1.56) 0.59 (1.03) 4.22 (1.67) Asal, 2015-2016
Perancis 2.24 (3.94) 10.27 (4.24) 2.31 (4.05) 11.67 (4.63) 2015 2016
Inggris 1.19 (2.09) 6.43 (2.65) 1.66 (2.91) 7.22 (2.86) Negara Volume Nilai Volume Nilai
Turki 0.97 (1.70) 3.36 (1.39) 0.50 (0.88) 1.78 (0.71) (Juta ton) (US$ Juta) (Juta ton) (US$ Juta)
China 6.51 (11.44) 9.82 (4.05) 9.68 (16.98) 10.59 (4.20) (1) (2) (3) (4) (5)
Belanda 5.17 (9.09) 13.58 (5.60) 4.31 (7.56) 13.36 (5.30) China 0.77 (42.47) 1.13 (12.02) 0.42 (22.58) 1.49 (5.38)
Belgia 2.93 (5.15) 6.35 (2.62) 3.00 (5.26) 5.75 (2.28) Korea Selatan 0.35 (19.31) 1.28 (13.61) 0.54 (29.03) 1.16 (4.19)
Australia 6.06 (10.65) 10.81 (4.46) 4.92 (8.63) 9.84 (3.90)
Selandia baru 0.30 (16.55) 0.98 (10.42) 0.00 (0.00) 1.19 (4.29)
Spanyol 1.90 (3.34) 5.01 (2.07) 1.78 (3.12) 4.77 (1.89)
Hongkong 0.02 (1.10) 1.43 (15.21) 0.01 (0.48) 0.42 (1.52)
Italia 1.08 (1.90) 12.96 (5.34) 0.85 (1.49) 10.45 (4.14)
Taiwan 0.13 (7.17) 1.41 (15.00) 0.01 (0.54) 0.21 (0.76)
Kanada 0.79 (1.39) 5.31 (2.19) 0.99 (1.74) 4.52 (1.79)
Amerika Serikat 0.04 (2.21) 0.70 (7.45) 0.00 (0.05) 0.07 (0.25)
Thailand 0.19 (0.33) 1.69 (0.70) 0.17 (0.30) 1.31 (0.52)
Jepang 0.02 (1.10) 0.85 (9.04) 0.10 (5.38) 19.92 (71.89)
UEA 0.89 (1.56) 2.65 (1.09) 2.03 (3.56) 12.69 (5.03)
Malaysia 1.88 (3.30) 5.76 (2.38) 1.47 (2.58) 3.76 (1.49) Malaysia 0.00 (0.00) 0.00 (0.00) 0.00 (0.00) 0.00 (0.00)

Iran 0.10 (0.18) 0.12 (0.05) 0.03 (0.05) 0.08 (0.03) Singapura 0.00 (0.00) 0.11 (1.17) 0.66 (35.48) 1.71 (6.17)
Portugal 0.06 (0.11) 0.09 (0.04) 0.03 (0.05) 0.10 (0.04) Vietnam 0.00 (0.00) 0.00 (0.00) 0.00 (0.00) 0.00 (0.00)
Lainnya 14.36 (25.24) 30.27 (12.48) 8.19 (14.37) 29.27 (11.61) Lainnya 0.18 (10.09) 1.51 (16.08) 0.12 (6.45) 1.54 (5.56)
Jumlah 56.91 (100) 242.47 (100) 57.01 (100) 252.17 (100) Jumlah 1.81 (100) 9.40 (100) 1.86 (100) 27.71 (100)

Sumber : Dinas Perindusterian dan Perdagangan DIY Sumber : Dinas Perindusterian dan Perdagangan DIY

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 67


19 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan penjumlahan nilai tambah bruto (selisih
antara nilai output dengan biaya antara) yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas perekonomian
dalam suatu wilayah tertentu tanpa memperhatikan dari mana faktor produksi yang digunakan
berasal

PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi (ADHK) tahun 2010, nilai PDRB meningkat dari
Produk Domestik Regional (PDB/PDRB) Rp64,7 triliun di tahun 2010 menjadi Rp87,7

id
beserta ukuran turunannya merupakan triliun di tahun 2015.

o.
indikator menggambarkan kemajuan Kinerja perekonomian DIY yang semakin

.g
kegiatan perekonomian suatu wilayah atau membaik juga ditandai oleh pertumbuhan
negara. Penghitungan PDRB dapat dilakukan ekonomi yang selalu memiliki arah positif.

ps
menggunakan tiga pendekatan, yakni Laju pertumbuhan ekonomi DIY periode
produksi, pendapatan, dan pengeluaran. 2000-2016 berfluktuasi di bawah level 5,5 .b
ta
Sampai saat ini, pendekatan yang lazim persen, setelah sebelumnya mengalami
r

digunakan di Indonesia adalah pendekatan kontraksi yang cukup dalam di tahun 1998-
ka

produksi (PDRB lapangan usaha) dan 1999 akibat krisis ekonomi. Secara bertahap
a

pendekatan pengeluaran. perekonomian mulai pulih yang ditandai oleh


gy

Kinerja perekonomian makro DIY dalam laju pertumbuhan ekonomi hingga level 5,12
yo

beberapa tahun terakhir menunjukkan persen di tahun 2004. Kebijakan menaikkan


perkembangan yang semakin membaik. harga BBM tahun 2005 dan bencana gempa
://

Hal ini ditunjukkan oleh nilai PDRB periode bumi pada bulan Mei 2006 berdampak
tp

2010-2016 yang semakin meningkat. Secara terhadap melambatnya kinerja perekonomian


ht

nominal atau atas dasar harga berlaku (ADHB), hingga level 3,7 persen di tahun 2006.
PDRB meningkat dari Rp64,7 triliun di tahun Selama 2009-2010, perekonomian juga
2010 menjadi Rp110,1 triliun di tahun 2016. tumbuh melambat hingga level 4,4 persen
Secara riil atau atas dasar harga konstan akibat dampak krisis finansial yang melanda

Gambar 19.1. Gambar 19.2.


PDRB DIY Series 2010 Atas Dasar harga Berlaku Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi DIY,
dan Konstan, 2010-2016 (Rp Triliun) 2000-2016 (Persen)
ADHB ADHK 2010 7.0
120
110.10
6.0
101.45 5.37 5.47
100 92.84 5.12 5.03 5.21 5.17 5.05
87.69 4.73 4.64
84.92 83.47
5.0 4.50 4.58
4.26 4.31
77.25 79.54 4.95
80 75.63 3.95
71.37 71.70 4.54
68.05 4.0
64.68

60 3.70
3.0

40 2.0

20 1.0

0.0
0
1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Sumber : BPS DIY Sumber : BPS DIY

68 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 19

beberapa negara tujuan ekspor terutama peningkatan semua komponen permintaan


Amerika Serikat dan Uni Eropa. Krisis ini akhir, kecuali konsumsi lembaga non profit, net
memukul sektor industri pengolahan yang ekspor luar negeri dan antar wilayah. Konsumsi
berbasis ekspor. Selama periode 2010-2013 rumah tangga mampu tumbuh sebesar 4,9
perekonomian secara perlahan membaik yang persen dan memberi andil sebesar 3,0 poin
ditandai oleh laju pertumbuhan ekonomi persen terhadap pertumbuhan ekonomi
hingga 5,5 persen. Level pertumbuhan ini 2016. Konsumsi kelompok non makanan
tercatat paling tertinggi selama lebih dari masih memiliki proporsi yang dominan dalam
satu dasawarsa. Dalam tiga tahun terakhir, mendorong pertumbuhan konsumsi rumah
perekonomian tumbuh melambat hingga tangga di DIY. Pembentukan Modal Tetap
level 5,0 persen di tahun 2016. Bruto (PMTB) sebagai representasi kegiatan
Dari sisi penawaran, pertumbuhan investasi tumbuh 6 persen dan memberi

id
sebesar 4,9 persen di tahun 2016 didorong andil 1,4 poin persen terhadap pertumbuhan.

o.
oleh pertumbuhan positif semua lapangan Sementara, konsumsi pemerintah tumbuh

.g
usaha. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh 2,1 persen dan memberi andil sebesar

ps
lapangan usaha kategori pengadaan listrik 0,7 poin persen terhadap pertumbuhan.
dan gas sebesar 14,3 persen dan diikuti oleh Ketergantungan terhadap barang dan jasa
kategori informasi dan komunikasi sebesar .b
dari luar daerah dan luar negeri masih cukup
ta
8,32 persen. Terdapat beberapa lapangan tinggi. Hal ini diindikasikan oleh nilai net
r
ka

usaha tumbuh di bawah 4 persen, yakni ekspor yang bertanda negatif. Kinerja ekspor
pertanian; penggalian; pengadaan listrik, luar negeri mengalami penurunan, sementara
a

impor luar negeri tercatat meningkat cukup


gy

jasa perusahaan, dan jasa pendidikan. Andil


terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi tinggi dan menyebabkan net ekspor luar
yo

2016 DIY dihasilkan oleh lapangan usaha pada negeri mengalami kontraksi.
://

kategori industri pengolahan dan kategori


informasi dan komunikasi. Tahukah Anda?
tp
ht

Dari sisi permintaan, pertumbuhan


Andil lapangan usaha kategori industri
ekonomi sebesar 5,05 persen didorong oleh pengolahan dan kategori informasi dan
komunikasi masing-masing sebesar 0,65 poin
Tabel 19.1. dan 0,55 poin persen.
PDRB ADHB dan ADHK DIY menurut Lapangan
Usaha, 2014-2016 (miliar Rp)
PDRB Pertum Andil
Tabel 19.2.
Kat. Uraian ADHB
2015 2016
ADHK
2015 2016
buhan
(%)
Pertum
buhan (%) PDRB DIY ADHB dan ADHK menurut Komponen
A Pertanian 10 794 11 456 7 668 7 780 1.46 0.45 Pengeluaran, 2015-2016 (miliar Rp)
B Pertambangan 573 593 471 473 0.42 0.03
PDRB
C Industri Pengolahan 13 303 14 548 10 693 11 235 5.07 0.65 Pertum Andil
D Pengadaan Listrik, Gas 118 142 128 146 14.26 0.01 Uraian ADHB ADHK buhan Pertum
(%) buhan (%)
E Pengadaan Air 110 115 85 87 2.36 0.01 2015 2016 2015 2016
F Konstruksi 9 500 10 287 7 827 8 251 5.42 0.47 Konsumsi Rumah Tangga 68 731 74 430 50 193 52 614 4.82 3.03
G Perdagangan Besar dan Eceran 8 343 9 332 6 945 7 368 6.09 0.42
Konsumsi LNPRT 3 171 3 220 2 384 2 357 -1.13 0.14
H Transportasi dan Pergudangan 5 765 6 253 4 541 4 751 4.61 0.27
Konsumsi Pemerintah 17 214 18 442 12 719 12 988 2.11 0.75
I Akomodasi dan Makan Minum 10 383 11 255 7 842 8 275 5.51 0.48
J Informasi dan Komunikasi 8 244 8 957 8 891 9 631 8.32 0.55 PMTB 30 799 33 429 22 287 23 617 5.97 1.36

K Jasa Keuangan dan Asuransi 4 028 4 342 3 061 3 213 4.98 0.18 Perubahan Inventori 1 152 1 296 975 1 045 7.24 0.06
L Real Estate 7 117 7 808 6 082 6 395 5.14 0.37 Net Ekspor 1 200 573 688 - 92 -113.3 -0.01
M,N Jasa Perusahaan 1 048 1 115 992 1 026 3.43 0.06
Ekspor Luar Negeri 6 266 6 495 4 416 4 401 -0.35 0.25
O Administrasi Pemerintahan 8 379 9 217 6 305 6 656 5.57 0.38
Impor Luar Negeri 5 066 5 923 3 729 4 493 20.48 0.26
P Jasa Pendidikan 8 599 9 088 7 444 7 673 3.07 0.44
Net Ekspor Antar Daerah -20 819 -21 291 -5 771 -4 842 -16.10 -0.28
Q Jasa Kesehatan 2 554 2 764 2 210 2 310 4.52 0.13
R,S,T,U Jasa lainnya 2 589 2 825 2 289 2 420 5.70 0.14 PDRB 101 448 110 098 83 474 87 688 5.05 5.05
PDRB
Sumber : BPS DIY 101 448 110 098 83 474 87 688 5.05 5.05
Sumber : BPS DIY

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 69


19 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Struktur Perekonomian DIY manufaktur (sektor tersier).


Struktur perekonomian suatu wilayah Struktur PDRB ADHB DIY tahun 2016 dari
bisa dikaji berdasarkan nilai kontribusi sisi pengeluaran didominasi oleh komponen
atau andil setiap lapangan usaha dalam pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar
perekonomian. Struktur perekonomian DIY 67,6 persen. Berikutnya adalah komponen
pasca implementasi SNA 2008 dan perubahan PMTB sebesar 30,4 persen dan konsumsi
tahun dasar 2010 terlihat lebih homogen. pemerintah sebesar 16,8 persen. Komponen
Tidak ada lapangan usaha yang mendominasi net ekspor yang dihitung dari selisih antara
perekonomian secara mencolok. Lapangan ekspor luar negeri dan ekspor antar daerah
usaha yang memiliki andil terbesar dalam dikurangi dengan impor luar negeri dan
perekonomian DIY 2016 adalah kategori impor antar daerah memiliki arah negatif.
industri pengolahan sebesar 13,2 persen. Artinya, tidak semua barang dan jasa yang

id
Berikutnya secara berturut-turut diikuti dikonsumsi dihasilkan oleh kegiatan ekonomi

o.
oleh kategori pertanian sebesar 10,4 persen di wilayah DIY, sehingga harus diimpor dari

.g
dan akomodasi makan minum sebesar 10,2 wilayah lain dan jumlah barang dan jasa yang

ps
persen. Kategori lapangan usaha yang diimpor lebih besar daripada yang diekspor.
lainnya memiliki andil beragam kurang dari Andil konsumsi LNPRT dalam perekonomian
10 persen. Bahkan, kategori pertambangan
.b
tercatat sebesar 2,9 persen.
ta
dan penggalian, pengadaan listrik dan gas,
r
ka

serta pengadaan air bersih dan pengelolaan PDRB menurut Kabupaten/Kota di DIY
sampah memiliki andil kurang dari satu Kontribusi kabupaten/kota dalam
a
gy

persen. menyumbang nilai tambah perekonomian


Dalam beberapa dekade terakhir, terjadi terlihat cukup bervariasi. Kabupaten Sleman
yo

pergeseran dalam struktur perekonomian DIY. tercatat memiliki sumbangan terbesar dan
://

Lapangan usaha pertanian (sektor primer) diikuti oleh Kota Yogyakarta dan Kabupaten
tp

yang cukup dominan dalam menyumbang Bantul. Andil Kabupaten Sleman dalam PDRB
ADHB DIY tahun 2016 tercatat sebesar 33,6
ht

nilai tambah pada masa awal pembangunan.


Secara bertahap, peranannya mulai tergeser persen. Sementara, andil Kota Yogyakarta dan
oleh lapangan usaha berbasis jasa (sektor Kabupaten Bantul masing-masing sebesar
tersier) dan lapangan usaha berbasis 26,3 persen dan 19 persen. Andil terendah

Gambar 19.3. Gambar 19.4.


Distribusi Persentase PDRB ADHB DIY menurut Distribusi Persentase PDRB ADHB DIY menurut
Lapangan Usaha, 2016 (Persen) Pengeluaran, 2016 (Persen)
Pertanian Industri
Akomodasi dan 10.41 Pengolahan Pengadaan Air
Makan Minum 13.21 Net Ekspor -18.82
0.10
10.22 Listrik, Gas
0.13
Pertambangan Perubahan Inventori 1.18
Konstruksi 0.54
9.34 Jasa Perusahaan
1.01 PMTB 30.36
Jasa Kesehatan
2.51
Jasa lainnya Konsumsi Pemerintah 16.75
2.57
Perdagangan Jasa Keuangan
8.48 3.94 Konsumsi LNPRT 2.92
Transportasi
5.68
Real Estate Konsumsi Rumah Tangga 67.60
Administrasi
Informasi dan 7.09
Pemerintahan
Jasa Pendidikan Komunikasi
8.37 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 70
8.25 8.14

Sumber : BPS DIY Sumber : BPS DIY

70 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 19

disumbang oleh Kabupaten Kulon Progo Dalam enam tahun terakhir, PDRB perkapita
sebesar 7,6 persen. DIY mampu tumbuh 4 persen per tahun.
Secara kasar, fenomena ini menggambarkan
PDRB Perkapita terjadinya perbaikan kesejahteraan penduduk
PDRB perkapita dihitung dari hasil dengan asumsi semua penduduk menerima
bagi antara PDRB dengan jumlah penduduk manfaat yang sama dari pertumbuhan yang
pertengahan tahun. Ukuran ini menjadi salah dihasilkan.
satu indikator kesejahteraan penduduk suatu PDRB perkapita menurut kabupaten/
wilayah, namun masih bersifat kasar. Semakin kota menunjukkan pola yang bervariasi. Kota
tinggi PDRB perkapita mencerminkan Yogyakarta dalam beberapa dekade terakhir
kesejahteraan penduduk yang membaik. tercatat selalu memiliki level PDRB parkapita
Perkembangan PDRB perkapita tertinggi di DIY. Posisi berikutnya adalah

id
DIY tahun 2010-2016 menunjukkan pola Kabupaten Sleman.

o.
meningkat. Level PDRB perkapita DIY ADHB

.g
tahun 2010 tercatat sebesar Rp18,6 juta

ps
setahun. Level PDRB perkapita ini meningkat Tahukah Anda?
secara bertahap menjadi Rp29,6 juta di
tahun 2016. Angka ini masih mengandung .b
Pertumbuhan PDRB perkapita riil memiliki pola
ta
yang searah dengan pertumbuhan ekonomi.
unsur perubahan harga, sehingga belum Pertumbuhan terlihat melambat di tahun
r
ka

mencerminkan nilai riil. Secara riil atau ADHK 2014-2015 akibat melambatnya pertumbuhan
tahun 2010, PDRB perkapita meningkat ekonomi, sementara pertumbuhan penduduk
a

hingga level Rp23,6 juta di tahun 2016. relatif stabil


gy
yo

Tabel 19.3. Gambar 19.5.


PDRB DIY ADHB menurut Kabupaten/Kota di DIY, Perkembangan PDRB Perkapita DIY dan Pertum-
://

2013-2016 (miliar Rp) buhannya, 2010-2016 (juta Rp)


tp
ht

ADHB ADHK 2010


Kabupaten/Kota 2013 2014 2015 2016 35 4.5

3.87 4.0
(1) (2) (3) (4) (5) 30 3.75
3.95 29.59 3.5
27.57
Kulon Progo 6 490 7 057 7 672 8 312 25
4.11
4.23
25.53 3.0
3.94 23.62 23.57
3.41 22.69
Bantul 16 139 17 683 19 325 20 925 20
20.33
21.74
20.18
21.04
21.87 2.5
18.65 19.39
15 2.0
Gunungkidul 11 530 12 557 13 799 14 982
1.5
10
Sleman 28 295 30 912 33 827 36 991 1.0
5
Kota Yogyakarta 22 538 24 664 26 793 28 916 0.5

0 0.0
Jumlah 84 992 92 873 101 415 110 127 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Sumber : BPS DIY Sumber : BPS DIY

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 71


20 PERBANDINGAN REGIONAL

Bagian ini menyajikan perbandingan regional pencapaian beberapa indikator makro menurut
provinsi di Indonesia. Indikator yang diperbandingkan mencakup level PDRB, pertumbuhan
ekonomi, andil PDRB, PDRB perkapita, dan IPM.

PDRB Tabel 20.1.


Level PDRB DIY atas dasar harga berlaku PDRB Seri 2010, Pertumbuhan dan Andil
menurut Provinsi, 2016 (Rp Triliun)

id
tahun 2016 berada di peringkat ke-23 Pertum
PDRB (triliun Rp) Pering
secara nasional diantara Provinsi Kalimantan

o.
Prov buhan Andil (%)
ADHB ADHK kat
(%)
Tengah dan Sulawesi Utara. Peringkat ini

.g
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
sedikit melorot dibandingkan dengan

ps
NAD 137.28 116.39 19 3.31 1.08
tahun 2015 yang berada di peringkat ke-22. Sumut 628.39 463.78 6 5.18 4.96

Dibandingkan dengan lima provinsi lainnya di


Sumbar
Riau .b 195.68
682.35
148.11
459.00
13
5
5.26
2.23
1.55
5.39
ta
Pulau Jawa, nilai PDRB DIY berada pada level Jambi 171.71 130.50 16 4.37 1.36
Sumsel 355.42 266.82 10 5.03 2.81
r
yang terendah. Kontribusi PDRB DIY terhadap
ka

Bengkulu 55.40 40.08 30 5.30 0.44


total PDB nasional 2016 tercatat sebesar 0,87 Lampung 281.11 209.81 11 5.15 2.22
a

persen. Besarnya andil ini sedikit menurun Babel 65.13 47.85 29 4.11 0.51
gy

Kepri 216.58 162.92 12 5.03 1.71


dibandingkan dengan tahun 2010 yang Sumatera 2 789.06 2 045.25 4.29 22.03
mencapai 0,94 persen.
yo

DKI Jakarta 2 177.12 1 539.38 1 5.85 17.20


Jabar 1 652.59 1 275.55 3 5.67 13.06
Andil PDRB yang terbesar disumbang
://

Jawa Tengah 1 092.03 849.38 4 5.28 8.63


oleh Provinsi DKI Jakarta dan diikuti oleh DIY 110.10 87.69 23 5.05 0.87
tp

Jawa Timur 1 855.04 1 405.24 2 5.55 14.65


Jawa Timr dan Jawa Barat. Sementara, andil
ht

Banten 516.33 387.60 7 5.26 4.08


terendah disumbang oleh Provinsi Gorontalo Jawa 7 403.21 5 544.83 5.59 58.49
dan Maluku Utara. Kontribusi PDRB seluruh Bali 195.38 137.19 14 6.24 1.54
NTB 116.25 94.55 21 5.82 0.92
provinsi di Pulau Jawa terhadap total PDB NTT 84.17 59.78 26 5.18 0.66
nasional tercatat mencapai 58,5 persen. Bali & Nusra 395.80 291.52 5.89 3.13
Kalbar 161.49 118.18 17 5.22 1.28
Angka ini sedikit meningkat dibandingkan Kalteng 112.44 83.91 22 6.36 0.89
dengan tahun sebelumnya. Sementara, andil Kalsel 146.33 115.73 18 4.38 1.16
PDRB seluruh provinsi di Sumatera mencapai Kaltim 507.07 438.98 8 -0.38 4.01
Kaltara 66.78 51.16 27 3.75 0.53
22,0 persen dan berada di urutan kedua. Kalimantan 994.11 807.96 2.01 7.85
Fenomena ini menggambarkan konsentrasi Sulut 100.54 74.77 24 6.17 0.79
Sulteng 120.23 91.07 20 9.98 0.95
kegiatan perekonomian nasional yang masih Sulsel 379.21 269.34 9 7.41 3.00
terpusat di Pulau Jawa dan Sumatera atau Sultra 96.98 77.74 25 6.51 0.77
Kawasan Barat Indonesia dengan kontribusi Gorontalo 31.82 23.51 33 6.52 0.25
Sulbar 35.97 27.55 32 6.03 0.28
di atas 80 persen. Sementara, Kawasan Timur Sulawesi 764.76 563.98 7.42 6.04
Indonesia hanya menyumbang kurang dari 20 Maluku 37.06 26.29 31 5.76 0.29
Maluku Utara 29.17 21.56 34 5.77 0.23
persen kue perekonomian nasional. Meskipun Papua Barat 66.64 54.71 28 4.52 0.53
demikian, dalam beberapa dekade terakhir Papua 178.37 142.48 15 9.21 1.41
kontribusi Kawasan Indonesia Timur semakin Maluku & Papua 311.23 245.04 7.45 2.46
Indonesia 12 658.17 9 498.57 5.16 100
meningkat. Sumber : BPS

72 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


PERBANDINGAN REGIONAL 20
Kontribusi PDRB DIY terhadap total Gambar 20.1 mengilustrasikan level PDRB
PDB nasional yang relatif rendah juga perkapita nominal Provinsi DKI Jakarta pada
searah dengan level pertumbuhan DIY yang tahun 2016 sudah berada pada level Rp211,8
termasuk dalam kelompok bawah. Secara juta. Angka ini tercatat 13 kali PDRB perkapita
rata-rata, pertumbuhan ekonomi nasional nominal Provinsi yang terendah yakni NTT.
tahun 2016 tercatat sebesar 5,16 persen. Demikian pula secara riil (ADHK 2010), nilai
Rata-rata pertumbuhan ekonomi provinsi- PDRB perkapita DKI tercatat 13 kali PDRB
provinsi di Pulau Jawa mencapai 5,6 persen. perkapita NTT. Fenomena ini menggambarkan
Sementara, pertumbuhan Kawasan Barat kesenjangan pendapatan regional yang sangat
Indonesia mencapai 5,2 persen dan Kawasan tinggi. Provinsi DKI Jakarta menjadi prototype
Timur Indonesia mencapai 4,7 persen. Relatif daerah maju sebagai representasi pusat
rendahnya pertumbuhan Kawasan Timur pemerintahan maupun pusat perekonomian.

id
Indonesia dipengaruhi oleh rendahnya Sementara, NTT merepresentasikan daerah

o.
pertumbuhan di Pulau Kalimantan, meskipun yang pembangunan ekonominya masih jauh
pertumbuhan di Pulau Sulawesi dan Pulau tertinggal.

.g
Maluku dan Papua tercatat lebih dari 7 persen. Secara nasional, level PDRB perkapita

ps
nominal tahun 2016 tercatat sebesar Rp48,9
PDRB Perkapita .b
juta dan setara dengan Rp36,7 juta atas
ta
Perbandingan nilai PDRB per kapita tahun dasar harga konstan 2010. Berdasarkan
r

2016 ADHB maupun ADHK 2010 menurut level tersebut, tercatat 8 dari 34 provinsi di
ka

provinsi di Indonesia menunjukkan adanya Indonesia yang memiliki nilai PDRB perkapita
a

gap atau kesenjangan yang cukup lebar. nominal dan riil di atas level nasional.
gy
yo

Gambar 20.1.
PDRB Perkapita ADHB dan ADHK 2010 menurut Provinsi di Indonesia, 2016 (Juta Rp)
://
tp

PDRB Perkapita ADHB 211.8


200
ht

160

120

80
48.9
40 16.2 29.6

0
149.8
150
PDRB Perkapita ADHK 2010

120

90

60
36.7
30 11.5 23.6

0
Banten
Sultra
NTT

Jabar

Kaltara
NTB
Maluku Utara

Gorontalo

Lampung

Bali
Jawa Timur

Riau
Kepri
DIY

Sumbar

Papua Barat

DKI Jakarta
Bengkulu

Kalsel

Kalteng
Sumut
Babel
NAD

Sulut

Sumsel
Sulsel

Jambi
Papua

Kaltim
Jawa Tengah
Sulbar

Kalbar

Sulteng
Maluku

Sumber : BPS

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 73


20 PERBANDINGAN REGIONAL

Kedelapan provinsi tersebut secara berurutan Papua (58,05), Papua Barat (62,61), NTT
adalah DKI Jakarta, Kalimantan Timur, (63,13), Sulawesi Barat (63,60), dan NTB (65,81)
Kepulauan Riau, Riau, Kalimantan Utara, merupakan lima provinsi yang memiliki level
Papua Barat, Papua, dan Jambi. Sementara, IPM terendah di Indonesia. Kelima provinsi
26 provinsi yang lainnya memiliki nilai PDRB ini terdapat di Kawasan Timur Indonesia.
perkapita nominal dan riil di bawah level Fenomena tersebut menggambarkan IPM di
nasional, termasuk DIY. Beberapa provinsi Kawasan Barat Indonesia cenderung lebih
yang memiliki nilai PDRB perkapita tinggi tinggi dibandingkan dengan Kawasan Timur
seperti Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan Indonesia. Artinya, masih adanya kesenjangan
Utara, Kepulauan Riau dan Papua tercatat atau gap kualitas pembangunan manusia
memiliki potensi pertambangan minyak dan yang cukup lebar antarkawasan di Indonesia.
gas maupun pertambangan bahan mineral Besarnya gap antara level IPM tertinggi

id
lainnya, sehingga mendorong tingginya nilai dan terendah pada tahun 2016 tercatat

o.
PDRB perkapita wilayah yang bersangkutan. sebesar 21,6 poin. Gap tersebut mengalami

.g
penurunan jika dibandingkan dengan kondisi
Indeks Pembangunan Manusia

ps
tahun 2010 yang mencapai 21,9 poin. Hal
Perbandingan capaian IPM di 34 provinsi ini menuntut prioritas untuk mempercepat
di Indonesia diringkas dalam Gambar 20.2. .b
pembangunan manusia terutama di Kawasan
ta
Lima provinsi yang memiliki level capaian IPM Timur Indonesia.
r

tertinggi terdiri dari DKI Jakarta (79,60), DIY


ka

Level IPM 34 provinsi yang ada di


(78,38), Kalimantan Timur (74,59), Kepulauan Indonesia pada tahun 2016 tidak ada satupun
a

Riau (73,99), dan Bali (73,65). Sebagian besar


gy

provinsi yang termasuk dalam kategori IPM


provinsi dengan level IPM tertinggi terdapat di “sangat tinggi” (skala IPM ≥ 80). Sebagian
yo

Kawasan Barat Indonesia. Sementara, Provinsi besar IPM provinsi berada pada kategori IPM
://

Gambar 20.2.
tp

IPM Metode Baru Tahun 2016 dan Pertumbuhan per Tahun menurut Provinsi di Indonesia
ht

1.5

1.2
Rata-rata Pertumbuhan IPM per
Tahun Nasional
0.9

0.6

0.3

0.0

100
79.60
78.38
80 IPM Nasional 70.18
58.05
60

40

20

0
Jawa Tengah
Sumut

Sulsel

Sultra

Sulteng

NTB

NTT
Maluku
DIY

Jawa Timur

Kalbar
Banten

Aceh

Papua Barat
Sulbar
Kep. Riau

Sulut

Sumbar
Jawa Barat

Kep. Babel

Kaltara
Kalteng
Kalsel

Lampung
Sumsel

Maluku Utara
Kaltim

Jambi

Gorontalo

Papua
Riau
DKI Jakarta

Bali

Bengkulu

Sumber : BPS

74 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


PERBANDINGAN REGIONAL 20

sedang (60 ≤ Nilai IPM < 70) dengan jumlah 21 per tahun yang memiliki arah positif dengan
provinsi dan kategori IPM tinggi (70 ≤ Nilai IPM besaran yang cukup bervariasi. Pertumbuhan
< 80) dengan jumlah 12 provinsi. Sementara, IPM nasional periode 2010-2016 tercatat
terdapat satu provinsi yang termasuk dalam sebesar 0,89 persen per tahun. Pertumbuhan
kategori IPM rendah (IPM < 60) yakni Papua. IPM tertinggi dicapai oleh Provinsi Nusa
S elama periode 2010-2016, semua Tenggara Barat sebesar 1,23 persen per tahun,
provinsi memiliki perkembangan IPM ke diikuti oleh Jawa Timur (1,09 persen) dan Nusa
arah yang semakin membaik. Hal ini bisa Tenggara Timur (1,07 persen). Sementara,
dilihat dari besarnya nilai pertumbuhan IPM pertumbuhan IPM terendah dicapai oleh
Provinsi Kalimantan Utara sebesar 0,59 persen
Tabel 20.2. per tahun, diikuti oleh Provinsi Riau (0,61
IPM dan Komponen Penyusun menurut persen), DIY (0,65 persen), Kepulauan Riau

id
Provinsi, 2016 (0,66 persen), dan DKI Jakarta (0,71 persen).

o.
Provinsi
AHH EYS MYS PPP (ribu
IPM Secara umum, daerah yang memiliki

.g
(Tahun) (Tahun) (Tahun) Rp)
pertumbuhan IPM rendah justru tercatat

ps
(1) (2) (3) (4) (5) (6) memiliki level IPM relatif tinggi. Sebaliknya,
NAD 69.51 13.89 8.86 8,768 70.00
daerah yang memiliki pertumbuhan IPM
Sumut 68.33 13.00 9.12 9,744 70.00
.b
tinggi tercatat memiliki level IPM yang relatif
ta
Sumbar 68.73 13.79 8.59 10,126 70.73
Riau 70.97 12.86 8.59 10,465 71.20 rendah. Artinya, terdapat hubungan negatif
r
ka

Jambi 70.71 12.72 8.07 9,795 69.62


antara level IPM dengan pertumbuhan IPM.
Sumsel 69.16 12.23 7.83 9,935 68.24
Hal ini dapat dijadikan menjadi penyemangat
a

Bengkulu 68.56 13.38 8.37 9,492 69.33


bagi para daerah-daerah yang memiliki level
gy

Lampung 69.94 12.35 7.63 9,156 67.65


Babel 69.92 11.71 7.62 11,960 69.55 IPM rendah untuk mengejar ketertinggalan
yo

Kepri 69.45 12.66 9.67 13,359 73.99


pencapaian pembangunan manusia.
DKI Jakarta 72.49 12.73 10.88 17,468 79.60
://

Jabar 72.44 12.30 7.95 10,035 70.05 Posisi IPM DIY tahun 2016 berada
tp

Jawa Tengah 74.02 12.45 7.15 10,153 69.98 pada level 78,4 dan berada di peringkat
DIY 74.71 15.23 9.12 13,229 78.38
kedua tertinggi dan tidak mengalami
ht

Jawa Timur 70.74 12.98 7.23 10,715 69.74


Banten 69.46 12.70 8.37 11,469 70.96
perubahan dalam beberapa tahun.
Bali 71.41 13.04 8.36 13,279 73.65 Keunggulan IPM DIY terletak pada tingginya
NTB 65.48 13.16 6.79 9,575 65.81 rata-rata usia harapan hidup penduduk
NTT 66.04 12.97 7.02 7,122 63.13
pada saat lahir (AHH) dan angka harapan
Kalbar 69.90 12.37 6.98 8,348 65.88
Kalteng 69.57 12.33 8.13 10,155 69.13
lama sekolah penduduk (HLS). AHH yang
Kalsel 67.92 12.29 7.89 11,307 69.05 merepresentasikan dimensi kesehatan
Kaltim 73.68 13.35 9.24 11,355 74.59 penduduk secara agregat tercatat mencapai
Kaltara 72.43 12.59 8.49 8,434 69.20
74,7 tahun dan menjadi harapan hidup yang
Sulut 71.02 12.55 8.96 10,148 71.05
Sulteng 67.31 12.92 8.12 9,034 67.47
tertinggi secara nasional. HLS penduduk
Sulsel 69.82 13.16 7.75 10,281 69.76 DIY diperkirakan mencapai 15,2 tahun dan
Sultra 70.46 13.24 8.32 8,871 69.31 menjadi level tertinggi secara nasional.
Gorontalo 67.13 12.88 7.12 9,175 66.29
Tingginya HLS berkaitan dengan status
Sulbar 64.31 12.34 7.14 8,450 63.60
Maluku 65.35 13.73 9.27 8,215 67.60
Yogyakarta sebagai Kota Pelajar.
Maluku Utara 67.51 13.45 8.52 7,545 66.63
Papua Barat 65.30 12.26 7.06 7,175 62.21
Papua 65.12 10.23 6.15 6,637 58.05
Indonesia 70.90 12.72 7.95 10,420 70.18
Sumber : BPS

Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 75


ht
tp
://
yo
gy
a ka
r ta
.b

LAMPIRAN
ps
.g
o.
id
Tabel 1.
Jumlah Penduduk Usia Kerja (15 Tahun +) menurut Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu
(Orang), TPAK dan TPT di DIY, 2010-2017
2010 2011 2012 2013
Kegiatan
Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Angkatan Kerja 1,882,296 1,991,350 1,933,917 1,970,200 1,988,539 1,958,084 1,949,243


Bekerja 1,775,148 1,881,310 1,850,436 1,892,303 1,911,720 1,885,040 1,886,071
Penga nggura n 107,148 110,040 83,481 77,897 76,819 73,044 63,172
Bukan Angkatan Kerja 815,838 739,052 813,549 793,422 791,920 838,726 863,845
Sekol a h 279,420 262,569 269,226 324,537 280,427 306,151 201,760
Mengurus Ruma h Ta ngga 437,630 365,924 433,602 360,161 404,800 466,843 479,109
La i nnya 98,788 110,559 110,721 108,724 106,693 65,732 182,976
Penduduk Berusia 15 Tahun ke Atas 2,698,134 2,730,402 2,747,466 2,763,622 2,780,459 2,796,810 2,813,088

id
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 69.76 72.93 70.39 71.29 71.52 70.01 69.29

o.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 5.69 5.53 4.32 3.95 3.86 3.73 3.24

.g
Lanjutan

ps
2014 2015 2016 2017
Kegiatan
Februari Agustus
.bFebruari Agustus Februari Agustus Februari
ta
(1) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
r
Angkatan Kerja 2,032,896 2,023,461 2,098,080 1,971,463 2,096,865 2,099,436 2,115,969
ka

Bekerja 1,988,912 1,956,043 2,012,626 1,891,218 2,037,864 2,042,400 2,055,892


Penga nggura n 43,984 67,418 85,454 80,245 59,001 57,036 60,077
a
gy

Bukan Angkatan Kerja 796,887 824,293 771,935 911,517 807,436 818,216 823,034
Sekol a h 349,639 270,545 249,336 297,972 264,858 273,286 261,082
yo

Mengurus Ruma h Ta ngga 352,183 439,522 422,297 475,397 400,382 430,895 456,920
La i nnya 95,065 114,226 100,302 138,148 142,196 114,035 105,032
://

Penduduk Berusia 15 Tahun ke Atas 2,829,783 2,847,754 2,870,015 2,882,980 2,904,301 2,917,652 2,939,003
tp

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 71.84 71.05 73.10 68.38 72.20 71.96 72.00
ht

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 2.16 3.33 4.07 4.07 2.81 2.72 2.84
Sumber : Sakernas, BPS DIY

77
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 77
Tabel 2.
Jumlah Sekolah, Kelas, Murid, Guru, Rata-rata Murid dan Guru per Sekolah, dan Rasio Murid Guru,
dan Murid Kelas menurut Tingkatan Pendidikan di DIY, 2007-2016

Rata-rata per Rasio Rasio


Jumlah
Jenjang Tahun Ajaran Sekolah Murid Murid
Sekolah Kelas Murid Guru Murid Guru Guru Kelas

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
2015/2016 2009 14.541 309.924 21.803 154 11 14 21
2014/2015 2.018 14.708 306.509 22.076 152 11 14 21
2013/2014 2.010 14.576 304.384 22.548 151 11 13 21
SD/MI 2012/2013 2.004 14.684 307.439 23.222 153 12 13 21
(Negeri + 2011/2012 2.017 17.329 309.433 23.719 153 12 13 18
Swa s ta ) 2010/2011 2.009 14.680 307.542 23.820 153 12 13 21

id
2009/2010 2.009 14.153 306.944 23.755 153 12 13 22

o.
2008/2009 2.025 14.414 307.317 23.545 152 12 13 21

.g
2007/2008 2.025 14.184 307.475 23.149 152 11 13 22

ps
2015/2016 530 5.663 156.871 12.507 296 24 13 28
2014/2015 534 5.560 159.010 13.010 298 24 12 29
2013/2014 526 5.720 152.784
.b
12.834 290 24 12 27
ta
SLTP/MTS 2012/2013 517 5.035 146.454 12.634 283 24 12 29
r
ka

(Negeri + 2011/2012 507 5.135 143.904 12.684 284 25 11 28


Swa s ta ) 2010/2011 507 5.117 148.961 13.063 294 26 11 29
a
gy

2009/2010 507 5.019 150.038 13.131 296 26 11 30


2008/2009 506 4.555 149.375 13.110 295 26 11 33
yo

2007/2008 506 4.442 147.569 12.988 292 26 11 33


://

2015/2016 204 2.639 66.234 6.767 325 33 10 25


tp

2014/2015 207 2.233 63.980 6.820 309 33 9 29


2013/2014 203 2.334 61.278 6.641 302 33 9 26
ht

SLTA/MA 2012/2013 203 2.304 60.818 6.576 300 32 9 26


(Negeri + 2011/2012 203 2.239 60.735 6.889 299 34 9 27
Swa s ta ) 2010/2011 204 2.154 60.685 7.045 297 35 9 28
2009/2010 203 2.074 58.549 6.991 288 34 8 28
2008/2009 208 2.067 60.771 7.217 292 35 8 29
2007/2008 207 2.073 62.100 7.175 300 35 9 30
2015/2016 220 2.696 82.076 8.679 373 39 9 30
2014/2015 221 3.127 80.859 8.772 366 40 9 26
2013/2014 219 3.058 80.600 8.590 368 39 9 26
SMK 2012/2013 208 2.892 78.712 8.172 378 39 10 27
(Negeri + 2011/2012 203 2.684 78.712 8.175 388 40 10 29
Swa s ta ) 2010/2011 195 2.612 77.077 8.067 395 41 10 30
2009/2010 192 2.444 74.347 7.931 387 41 9 30
2008/2009 194 2.206 67.281 7.283 347 38 9 30
2007/2008 194 2.041 63.359 6.849 327 35 9 31
Sumber : diolah dari data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan DIY

78 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


Tabel 3.
Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK), dan Angka Partisipasi Murni
(APM) menurut Kelompok Usia/Tingkatan Pendidikan di DIY, 2007-2016 (Persen)
Partisipasi Kelompok Tahun
Sekolah Usia 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
( 1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) ( 10 ) ( 11) ( 12 )

7-12 99.29 99.62 99.65 99.69 99.46 99.77 99.96 99.94 99.89 99.84
Angka
Pa rti s i pa s i 13-15 92.62 92.91 93.42 94.02 97.59 98.32 96.71 99.48 99.68 99.62
Sekol a h 16-18 71.82 72.46 72.26 73.06 75.85 80.22 81.50 86.44 86.78 87.20
(APS)
19-24 43.38 43.47 43.30 44.03 41.73 44.32 46.73 49.08 49.17 49.95

Angka SD 112.20 115.03 111.10 108.16 104.52 107.13 108.31 109.11 106.69 106.75
Pa rti s i pa s i SLTP 102.35 104.81 92.47 93.47 89.40 88.99 83.54 90.66 97.88 93.15
Ka s a r (APK) SLTA 75.87 79.04 78.33 79.29 86.50 83.09 89.74 94.62 82.64 91.87

id
SD 93.53 94.32 94.38 94.76 91.98 96.03 98.72 98.98 99.23 99.21

o.
Angka
Pa rti s i pa s i SLTP 74.94 75.31 75.34 75.55 69.15 72.64 75.82 82.20 82.86 83.05

.g
Murni (APM) SLTA 57.88 58.96 58.69 59.35 59.68 64.02 64.92 68.46 68.60 68.96

ps
Sumber : BPS DIY

Tabel 4. .b
ta
Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 25 Tahun ke Atas di DIY, 2010-2016 (Tahun)
r
ka

Rata-rata Lama Sekolah Indeks Rata-rata Lama Sekolah


Kabupaten/Kota
a

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
gy

( 1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) ( 10 ) ( 11) ( 12 ) ( 13 ) ( 14 ) ( 15 )


yo

D.I. Yogyakarta 8.51 8.53 8.63 8.72 8.84 9.00 9.12 0.57 0.57 0.58 0.58 0.59 0.60 0.61
Kul onprogo 7.85 7.88 7.93 8.02 8.20 8.40 8.50 0.52 0.53 0.53 0.53 0.55 0.56 0.57
://

Ba ntul 8.34 8.35 8.44 8.72 8.74 9.08 9.09 0.56 0.56 0.56 0.58 0.58 0.61 0.61
tp

Gunungki dul 5.59 5.74 6.08 6.22 6.45 6.46 6.62 0.37 0.38 0.41 0.41 0.43 0.43 0.44
ht

Sl ema n 9.79 10.03 10.03 10.03 10.28 10.30 10.64 0.65 0.67 0.67 0.67 0.69 0.69 0.71
Kota Yogya ka rta 10.88 11.01 11.22 11.36 11.39 11.41 11.42 0.73 0.73 0.75 0.76 0.76 0.76 0.76
Sumber : BPS

Tabel 5.
Harapan Lama Sekolah Penduduk di DIY, 2010-2016 (Tahun)

Harapan Lama Sekolah Indeks Harapan Lama Sekolah


Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
( 1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) ( 10 ) ( 11) ( 12 ) ( 13 ) ( 14 ) ( 15 )

D.I. Yogyakarta 14.15 14.61 14.64 14.67 14.85 15.03 15.23 0.79 0.81 0.81 0.81 0.82 0.84 0.85
Kul onprogo 12.20 12.75 12.87 13.00 13.27 13.55 13.97 0.68 0.71 0.72 0.72 0.74 0.75 0.78
Ba ntul 13.55 13.95 14.15 14.35 14.62 14.72 14.73 0.75 0.77 0.79 0.80 0.81 0.82 0.82
Gunungki dul 11.52 11.83 12.14 12.49 12.82 12.92 12.93 0.64 0.66 0.67 0.69 0.71 0.72 0.72
Sl ema n 15.42 15.45 15.48 15.52 15.64 15.77 16.08 0.86 0.86 0.86 0.86 0.87 0.88 0.89
Kota Yogya ka rta 15.68 15.75 15.82 15.89 15.97 16.32 16.81 0.87 0.88 0.88 0.88 0.89 0.91 0.93
Sumber : BPS

79
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 79
Tabel 6.
Angka Harapan Hidup Penduduk Saat Lahir menurut Kabupaten/Kota DIY, 2010-2016 (Th)
Harapan Lama Sekolah Indeks Harapan Lama Sekolah
Kabupaten/Kota
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
( 1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) ( 10 ) ( 11) ( 12 ) ( 13 ) ( 14 ) ( 15 )

D.I. Yogyakarta 74.17 74.26 74.36 74.45 74.50 74.68 74.71 0.83 0.83 0.84 0.84 0.84 0.84 0.84
Kul onprogo 74.84 74.86 74.87 74.89 74.90 75.00 75.03 0.84 0.84 0.84 0.84 0.84 0.85 0.85
Ba ntul 73.14 73.17 73.19 73.22 73.24 73.44 73.50 0.82 0.82 0.82 0.82 0.82 0.82 0.82
Gunungki dul 73.35 73.36 73.37 73.38 73.39 73.69 73.76 0.82 0.82 0.82 0.82 0.82 0.83 0.83
Sl ema n 74.43 74.44 74.46 74.47 74.47 74.57 74.60 0.84 0.84 0.84 0.84 0.84 0.84 0.84
Kota Yogya ka rta 74.00 74.02 74.04 74.05 74.05 74.25 74.30 0.83 0.83 0.83 0.83 0.83 0.83 0.84
Sumber : BPS

id
o.
Tabel 7.

.g
Pengeluaran Perkapita Riil per Bulan Disesuaikan (PPP) menurut Kabupaten/Kota di DIY,

ps
2010-2016 (000 Rp)

Kabupaten/Kota
Pengeluaran Perkapita Disesuaikan (PPP)
.b Indeks PPP
ta
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
r
( 1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) ( 10 ) ( 11) ( 12 ) ( 13 ) ( 14 ) ( 15 )
ka

D.I. Yogyakarta 12 080 12 115 12 137 12 261 12 294 12 684 13 229 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.77 0.79
a

Kul onprogo 8 274 8 330 8 342 8 468 8 480 8 688 8 938 0.64 0.65 0.65 0.65 0.65 0.66 0.67
gy

Ba ntul 13 725 13 778 13 798 13 902 13 921 14 320 14 880 0.80 0.80 0.80 0.80 0.80 0.81 0.82
yo

Gunungki dul 8 093 8 138 8 170 8 202 8 235 8 336 8 467 0.64 0.64 0.64 0.64 0.64 0.65 0.65
://

Sl ema n 13 848 13 882 13 916 14 085 14 170 14 562 14 921 0.80 0.80 0.80 0.81 0.81 0.82 0.82
tp

Kota Yogya ka rta 16 462 16 497 16 498 16 645 16 755 17 317 17 770 0.85 0.85 0.85 0.86 0.86 0.87 0.88
ht

Sumber : BPS

Tabel 8.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menurut Kabupaten/Kota di DIY, 2004-2016
1)
Indeks Pembangunan Manusia
Kabupaten/Kota
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)

D.I. Yogyakarta 72.91 73.50 73.70 74.15 74.88 75.23 75.37 75.93 76.15 76.44 76.81 77.59 78.38
Kul onprogo 70.92 71.50 72.01 72.76 73.26 73.77 68.83 69.53 69.74 70.14 70.68 71.51 72.38
Ba ntul 71.50 71.95 71.96 72.78 73.38 73.75 75.31 75.79 76.13 76.78 77.11 78.00 78.42
Gunungki dul 68.86 69.27 69.44 69.68 70.00 70.17 64.20 64.83 65.69 66.31 67.03 67.41 67.82
Sl ema n 75.10 75.57 76.22 76.70 77.24 77.70 79.69 80.04 80.10 80.26 80.73 81.20 82.15
Kota Yogya ka rta 77.42 77.70 77.81 78.14 78.95 79.28 82.72 82.98 83.29 83.61 83.78 84.57 85.32
Sumber : BPS Catatan 1) mulai tahun 2010 ihitung dengan metode barui

80 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


Tabel 9.
Laju Inflasi Tahun Kalender Kota Yogyakarta menurut Kelompok Komoditas, 2006-2016 (%)

Kelompok Komoditas 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Bahan Makanan 15.62 13.30 14.92 3.91 18.86 1.82 8.10 12.31 7.70 4.64 4.77
Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau 13.85 7.33 9.01 7.50 5.47 7.07 6.90 8.15 2.95 5.04 3.84
Perumahan, Air, Listrik, Bahan Bakar 6.68 6.17 13.78 1.40 5.49 3.01 2.99 5.18 8.92 4.41 1.64
Sandang 8.04 9.34 9.90 5.81 5.41 9.40 3.56 0.00 3.61 5.87 3.04
Kesehatan 16.09 4.37 8.19 1.86 1.97 5.64 1.93 3.08 5.49 4.21 4.17
Pendidikan, Rekreasi, Olahraga 15.36 12.57 5.62 2.26 4.25 1.73 1.43 3.17 2.37 1.36 2.40
Transportasi, Komunikasi, Keuangan 1.50 2.97 6.12 -1.23 5.57 2.40 1.30 10.45 9.36 -2.51 -2.06
Umum 10.40 7.98 10.80 2.93 7.38 3.88 4.31 7.32 6.59 3.09 2.29

id
Sumber : BPS

o.
Tabel 10

.g
Perkembangan Laju Inflasi Bulanan Kota Yogyakarta, 1990-2017 (Persen)

ps
Bulan
Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan-Des
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) .b
(8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
ta
1990 0.44 0.96 0.13 1.56 0.31 1.2 1.01 1.32 0.83 2.29 0.44 0.24 10.73
r
1991 0.74 0.29 0.2 1.66 0.34 -0.08 1.33 1.23 0.53 1.27 0.62 0.23 8.38
ka

1992 1.19 0.61 0.67 0.17 -0.34 0.62 -0.02 -0.53 0.35 0.02 0.7 1.34 4.78
a

1993 2.94 2.05 1.1 -0.17 0.32 0.41 0.62 -0.06 0.17 0.48 1.21 0.94 10.01
gy

1994 0.47 1.56 1.29 -0.72 0.53 -0.31 1.46 1.29 0.49 0.87 1.38 0.24 8.55
1995 1.32 1.36 1.59 1.64 0.08 -0.41 1.21 0.73 0.64 0.34 0.3 0.84 9.64
yo

1996 1.23 1.1 -0.37 -1.05 -0.07 0.1 0.6 -0.66 0.15 0.66 1.03 0.33 3.05
://

1997 0.17 0.88 0.53 0.01 -0.4 -0.11 0.95 1.24 1.76 1.67 2.81 3.21 12.72
1998 6.23 14.58 5.38 4.11 3.57 4.75 8.6 7.53 4.43 -0.14 -0.24 0.83 77.46
tp

1999 2.46 0.31 0.28 -0.51 -0.14 -0.46 -0.61 -0.1 -0.39 -0.05 0.47 2.51 2.51
ht

2000 0.78 -0.34 0.09 0.3 0.37 0.65 1.3 0.36 0.3 0.72 1.2 1.37 7.32
2001 -0.08 1.31 1.26 0.48 0.9 1.16 1.75 0.32 1.08 0.67 1.49 1.57 12.56
2002 1.44 0.75 0.33 -0.25 1.53 0.4 1.38 0.82 1.56 0.51 1.68 1.27 12.01
2003 0.88 0.1 -0.02 0.22 0.11 0.67 1.06 0.06 0.53 0.75 0.67 0.57 5.73
2004 0.6 -0.2 0.44 0.75 0.86 0.31 0.55 0.54 0.26 0.5 1.08 1.05 6.95
2005 1.2 0.14 0.95 0.3 0.47 0.66 1.09 0.87 1.06 6.53 1.4 -0.45 14.98
2006 2.5 0.21 -0.17 0.64 1.05 0.83 0.6 0.84 1.07 0.79 0.43 1.17 10.4
2007 0.89 0.54 0.42 0.02 0.07 0.08 0.77 1.4 0.96 1.09 1.01 0.47 7.99
2008 1.25 1.01 0.56 0.21 1.08 2.51 1.31 0.67 1.15 0.62 0.07 -0.11 9.88
2009 0.09 0.32 0.18 -0.34 0.27 0.18 0.32 0.77 0.8 -0.03 0.09 0.24 3.6
2010 0.57 0.31 0.13 0.25 0.14 1.26 1.4 0.43 1.06 0.28 0.62 0.72 7.38
2011 0.84 0.1 0.21 -0.28 0.13 0.26 0.9 0.63 0.19 0.04 0.33 0.48 3.88
2012 0.25 0.1 0.36 0.11 0.05 0.75 0.76 0.42 0.19 0.38 0.2 0.66 4.31
2013 0.96 0.93 0.79 -0.3 -0.29 0.84 2.58 0.87 -0.24 0.61 0.2 0.17 7.32
2014 1.05 0.07 0.14 0.07 0.05 0.43 0.85 0.09 0.49 0.28 1.13 1.76 6.59
2015 0.13 -0.40 0.15 0.38 0.36 0.35 0.63 0.33 0.04 0.01 0.13 0.96 3.09
2016 0.53 -0.09 0.02 -0.16 0.08 0.43 0.94 -0.04 -0.16 0.05 0.32 0.35 2.29
2017 1.24 0.36 -0.06 0.28 0.33 0.61 0.43 -0.45
Sumber : BPS

81
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 81
Tabel 11
Perkembangan Indikator Kemiskinan menurut Kabupaten/Kota di DIY, 2009-2016

2009 2010 2011


Garis Jumlah Garis Jumlah Garis Jumlah
Kab/Kota Persentase Persentase Persentase
Kemiskinan Penduduk Kemiskinan Penduduk Kemiskinan Penduduk
Penduduk Penduduk Penduduk
(Rp/Kapita/ Miskin (Rp/Kapita/ Miskin (Rp/Kapita/ Miskin
Miskin Miskin Miskin
Bulan) (000 Jiwa) Bulan) (000 Jiwa) Bulan) (000 Jiwa)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Kulonprogo 205.585 89,9 24,65 225.059 90,0 23,15 240.301 92,8 23,62
Bantul 224.373 158,5 17,64 245.626 146,9 16,09 264.546 159,4 17,28
Gunungkidul 186.232 163,7 24,44 203.873 148,7 22,05 220.479 157,1 23,03
Sleman 226.256 117,5 11,45 247.688 117,0 10,7 267.107 117,3 10,61
Yogyakarta 265.168 45,3 10,05 290.286 37,8 9,75 314.311 37,7 9,62

id
DIY 220.830 574,9 16,86 234.282 540,4 15,63 257.909 564,3 16,14

o.
.g
Lanjutan

ps
2012 2013 2014
Garis Jumlah Garis Jumlah Garis Jumlah
Kab/Kota Kemiskinan Penduduk
Persentase
Penduduk
Kemiskinan Penduduk .b
Persentase
Penduduk
Kemiskinan Penduduk
Persentase
Penduduk
ta
(Rp/Kapita/ Miskin (Rp/Kapita/ Miskin (Rp/Kapita/ Miskin
Miskin Miskin Miskin
Bulan) (000 Jiwa) Bulan) (000 Jiwa) Bulan) (000 Jiwa)
r
ka

(1) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)

Kulon Progo 256.575 92,4 23,3 259.945 86,5 21,39 265.575 84,67 20,64
a
gy

Bantul 284.923 158,8 17,0 292.639 156,6 16,48 301.986 153,49 15,89
Gunungkidul 238.438 156,5 22,7 238.056 152,4 21,7 243.847 148,39 20,83
yo

Sleman 288.048 116,8 10,4 297.170 110,8 9,68 306.961 110,44 9,50
://

Yogyakarta 340.324 37,6 9,4 353.602 35,6 8,82 366.520 35,60 8,67
tp

DIY 270.110 562,1 15,88 303.843 541,9 15,03 321.056 532,59 14,55
ht

Lanjutan
2015 2016
Garis Jumlah Garis Jumlah
Kab/Kota Persentase Persentase
Kemiskinan Penduduk Kemiskinan Penduduk
Penduduk Penduduk
(Rp/Kapita/ Miskin (000 (Rp/Kapita/B Miskin (000
Miskin Miskin
Bulan) Jiwa) ulan) Jiwa)
(1) (17) (18) (19) (20) (21) (21)

Kulon Progo 273 436 88.13 21.40 297 353 84.34 20.30
Bantul 312 514 160.15 16.33 332 057 142.76 14.55
Gunungkidul 250 630 155.00 21.73 264 637 139.15 19.34
Sleman 318 312 110.96 9.46 334 406 96.63 8.21
Yogyakarta 383 966 35.98 8.75 401 193 32.06 7.70

DIY 335 886 550.23 14.91 354 084 494.94 13.34

Sumber : BPS

82 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


Tabel 12.
Perkembangan Indikator Kemiskinan DIY menurut Wilayah, 2002-2017
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

Bulan/ GK Pnd GK Pnd GK Pnd


Tahun Kapita/ Miskin Kapita/ Miskin Kapita/ Miskin
P0 P1 P2 P0 P1 P2 P0 P1 P2
Bln (000 Bln (000 Bln (000
(000Rp) Jiwa) (000Rp) Jiwa) (000Rp) Jiwa)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
Mar 2002 123.90 303.8 16.17 - - 103.01 331.9 25.96 - - 113.00 635.7 20.14 - -
Mar 2003 137.13 303.3 16.44 - - 106.80 333.5 24.48 - - 127.09 636.8 19.86 - -
Mar 2004 148.25 301.4 15.96 - - 114.67 314.8 23.65 - - 134.37 616.2 19.14 - -
Mar 2005 160.69 340.3 16.02 - - 130.81 285.5 24.23 - - 148.48 625.8 18.95 - -
Mar 2006 196.41 346.0 17.85 - - 148.52 302.7 27.64 - - 170.72 648.7 19.15 - -
Mar 2007 200.86 335.3 15.63 3.08 0.88 156.35 298.2 25.03 5.08 1.55 184.97 633.5 18.99 3.80 1.12

id
Mar 2008 208.66 324.2 14.99 2.72 0.71 169.93 292.1 24.32 4.49 1.29 194.83 616.3 18.32 3.35 0.92

o.
Mar 2009 228.24 311.5 14.25 2.84 0.81 182.71 274.3 22.60 4.74 1.46 211.98 585.8 17.23 3.52 1.04

.g
Mar 2010 240.28 308.4 13.98 2.27 0.56 195.41 268.9 21.95 3.89 1.02 224.26 577.3 16.83 2.85 0.73

ps
Mar 2011 265.75 304.3 13.16 1.93 0.50 217.92 256.6 21.82 3.67 0.93 249.63 560.9 16.08 2.51 0.65
Sep 2011 273.68 298.9 12.88 1.93 0.48 226.77
.b
265.3 22.57 3.54 0.81 257.91 564.2 16.14 2.48 0.59
ta
Mar 2012 274.66 305.9 13.13 3.56 1.32 231.86 259.4 21.76 3.29 0.79 260.17 565.3 16.05 3.47 1.14
r
Sep 2012 284.55 306.5 13.10 2.29 0.58 241.98 255.6 21.29 4.07 1.09 270.11 562.1 15.88 2.89 0.75
ka

Mar 2013 297.39 315.5 13.43 2.08 0.50 256.56 234.7 19.29 3.02 0.63 283.45 550.2 15.43 2.40 0.55
a

Sep 2013 317.93 325.5 13.73 2.18 0.52 275.79 209.7 17.62 2.03 0.34 303.84 535.2 15.03 2.13 0.46
gy

Mar 2014 327.27 333.0 13.81 2.22 0.53 286.14 211.8 17.36 2.11 0.40 313.45 544.9 15.00 2.19 0.48
yo

Sep 2014 333.56 324.4 13.36 2.03 0.52 296.43 208.2 16.88 2.98 0.79 321.06 532.6 14.55 2.35 0.61
Mar 2015 347.79 329.7 13.43 2.55 0.71 312.25 220.6 17.85 3.70 1.09 335.89 550.2 14.91 2.93 0.83
://

Sep 2015 359.47 292.6 11.93 2.19 0.60 324.39 192.9 15.62 2.57 0.68 347.72 485.6 13.16 2.32 0.63
tp

Mar 2016 364.79 297.7 11.79 1.78 0.38 331.31 197.2 16.63 3.41 1.05 354.08 494.9 13.34 2.30 0.59
ht

Sep 2016 370.51 301.3 11.68 1.26 0.22 337.23 187.6 16.27 2.83 0.67 360.17 488.8 13.10 1.75 0.36
Mar 2017 385.31 309.0 11.72 2.15 0.58 348.06 179.5 16.11 2.29 0.47 374.01 488.5 13.02 2.19 0.55

Sumber : BPS

83
Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017 83
Tabel 13.
PDRB DIY Seri 2010 Atas Dasar Harga Berlaku, 2010-2016 (miliar Rp)
Kat. Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 *) 2016 **)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

A Perta ni a n, Kehuta na n, da n Peri ka na n 7 252.60 7 805.13 8 640.41 9 449.02 9 769.11 10 793.84 11 456.17
B Perta mba nga n da n Pengga l i a n 406.71 455.99 467.15 495.04 537.60 573.13 593.16
C Indus tri Pengol a ha n 9 215.50 10 280.01 10 242.47 11 563.73 12 614.92 13 303.47 14 547.75
D Penga da a n Li s tri k da n Ga s 94.73 91.00 90.99 86.39 101.94 118.01 141.79
E Penga da a n Ai r, Pengel ol a a n Sa mpa h 76.11 79.89 83.13 89.65 102.67 109.70 114.76
F Kons truks i 6 183.44 6 786.01 7 350.63 8 060.75 8 722.68 9 499.92 10 286.73
G Perda ga nga n Bes a r da n Ecera n 5 146.47 5 812.82 6 413.32 6 938.42 7 681.03 8 342.65 9 332.04
H Tra ns porta s i da n Perguda nga n 3 651.71 3 922.58 4 256.79 4 783.13 5 313.23 5 765.07 6 253.14
I Akomoda s i da n Ma ka n Mi num 5 740.11 6 457.19 7 203.28 8 284.06 9 324.12 10 383.39 11 255.10
J Informa s i da n Komuni ka s i 6 184.51 6 700.37 7 331.84 7 572.22 7 897.51 8 244.24 8 957.49

id
K Ja s a Keua nga n da n As ura ns i 2 037.37 2 412.03 2 696.11 3 170.93 3 602.56 4 028.36 4 342.15
L Rea l Es ta te 4 498.31 4 891.40 5 429.46 5 815.25 6 497.27 7 116.82 7 808.29

o.
M,N Ja s a Perus a ha a n 722.49 783.19 836.06 855.44 956.39 1 048.36 1 115.19

.g
O Admi ni s tra s i Pemeri nta ha n 4 777.67 5 223.33 5 931.30 6 702.82 7 492.25 8 379.23 9 217.11

ps
P Ja s a Pendi di ka n 5 428.05 6 050.41 6 364.49 6 816.00 7 600.85 8 598.74 9 088.42
Q Ja s a Kes eha ta n da n Kegi a ta n Sos i a l 1 540.11 1 749.19 1 928.47 2 094.67 2 276.36 2 553.55 2 764.05
R,S,T,U Ja s a l a i nnya
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
1 723.09 1 869.40
.b
1 981.96 2 147.02 2 351.98 2 589.17 2 824.99
ta
64 678.97 71 369.96 77 247.86 84 924.54 92 842.48 101 447.65 110 098.34
r
ka

Tabel 14.
a

Produk Domestik Regional Bruto DIY Seri 2010 Atas Dasar Konstan, 2010-2016 (miliar Rp)
gy

Kat. Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015 *) 2016 **)
yo

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)


://

A Perta ni a n, Kehuta na n, da n Peri ka na n 7 252.60 7 134.68 7 500.73 7 670.03 7 508.98 7 667.60 7 779.80
tp

B Perta mba nga n da n Pengga l i a n 406.71 436.33 443.63 461.01 470.73 471.32 473.30
C Indus tri Pengol a ha n 9 215.50 9 711.79 9 435.89 10 084.21 10 469.75 10 693.04 11 234.80
ht

D Penga da a n Li s tri k da n Ga s 94.73 100.06 110.27 116.97 124.96 127.70 145.91


E Penga da a n Ai r, Pengel ol a a n Sa mpa h 76.11 76.35 78.99 79.74 82.86 85.26 87.27
F Kons truks i 6 183.44 6 483.27 6 772.48 7 106.85 7 508.54 7 826.70 8 250.61
G Perda ga nga n Bes a r da n Ecera n 5 146.47 5 410.10 5 878.43 6 187.86 6 540.11 6 944.90 7 367.62
H Tra ns porta s i da n Perguda nga n 3 651.71 3 795.54 3 975.07 4 217.51 4 377.85 4 541.31 4 750.56
I Akomoda s i da n Ma ka n Mi num 5 740.11 6 066.53 6 480.40 6 942.54 7 414.02 7 842.13 8 274.50
J Informa s i da n Komuni ka s i 6 184.51 6 775.39 7 503.16 7 969.97 8 458.71 8 891.14 9 630.64
K Ja s a Keua nga n da n As ura ns i 2 037.37 2 268.27 2 341.60 2 610.92 2 826.93 3 060.73 3 213.22
L Rea l Es ta te 4 498.31 4 699.36 5 116.89 5 322.00 5 735.46 6 082.49 6 395.21
M,N Ja s a Perus a ha a n 722.49 769.96 831.52 858.73 924.04 991.56 1 025.56
O Admi ni s tra s i Pemeri nta ha n 4 777.67 4 999.23 5 373.90 5 639.41 5 971.99 6 304.91 6 656.18
P Ja s a Pendi di ka n 5 428.05 5 841.70 6 148.74 6 430.39 6 938.85 7 444.28 7 672.85
Q Ja s a Kes eha ta n da n Kegi a ta n Sos i a l 1 540.11 1 640.48 1 791.08 1 916.37 2 062.98 2 210.41 2 310.36
R,S,T,U Ja s a l a i nnya 1 723.09 1 840.82 1 919.69 2 012.93 2 119.33 2 288.95 2 419.53
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 64 678.97 68 049.87 71 702.45 75 627.45 79 536.08 83 474.44 87 687.93

84 Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta 2017


id
o.
.g
DATA .b
ps
r ta
ka

MENCERDASKAN BANGSA
a
gy
yo
://
tp
ht

BADAN PUSAT STATISTIK


Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul
Telp. (0274) 4342234 (Hunting) Fax. (0274) 4342230
Homepage: http://yogyakarta.bps.go.id E-mail: bps3400@bps.go.id

Anda mungkin juga menyukai