OUTLOOK
DAGING AYAM RAS PEDAGING
ISSN : 1907-1507
Penyunting :
Dr. Anna Astrid Susanti, MSi.
Drh. Akbar, MPd
Naskah :
Ir. Roch Widaningsih, Msi
Design Sampul :
Suyati
Diterbitkan oleh :
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian
Tahun 2019
KATA PENGANTAR
Untuk mengemban visi dan misinya, Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian mempublikasikan data sektor pertanian serta hasil analisis datanya.
Salah satu hasil analisis yang telah dipublikasikan secara reguler adalah Outlook
Komoditas Peternakan.
Publikasi Outlook Daging Ayam Ras Tahun 2019 merupakan salah satu
bagian dari Outlook Komoditas Peternakan, yang menyajikan keragaan data series
komoditi daging ayam broiler secara nasional dan internasional selama 5-38 tahun
terakhir serta dilengkapi dengan hasil analisis proyeksi produksi dan konsumsi
domestik dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2023.
Publikasi ini disajikan dalam bentuk buku dan dalam bentuk online yang
dapat diakses melalui website Kementerian Pertanian yaitu
http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/.
Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat
memperoleh gambaran tentang perkembangan produksi, harga, ekspor, impor,
konsumsi dan analisis neraca komoditas daging ayam ras serta proyeksinya secara
lebih lengkap dan menyeluruh.
Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini,
kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan
saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar
penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................. vii
DAFTAR TABEL .............................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xiii
RINGKASAN EKSEKUTIF ....................................................................xv
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG .............................................................. 1
1.2. TUJUAN ......................................................................... 2
1.3. RUANG LINGKUP ............................................................... 2
BAB II. METODOLOGI ........................................................................ 3
2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI ............................................. 3
2.2. METODE ANALISIS............................................................. 3
BAB III. ANALISIS DESKRIPTIF AYAM RAS PEDAGING ......................11
3.1. Perkembangan Populasi Dan Produksi Daging Ayam Ras Pedaging Di
Indonesia .....................................................................11
3.1.1. Populasi Ayam Ras Pedaging .....................................11
3.1.2. Produksi Daging Ayam Ras Pedaging di Indonesia ............13
3.2. Sentra Populasi Ayam Ras Pedaging ......................................15
3.4. Sentra Produksi ..............................................................16
3.5. Konsumsi Daging Ayam Ras Di Indonesia ................................17
3.6. Harga Daging Ayam Ras Di Indonesia ....................................18
3.7. Perkembangan Ekspor Impor Daging Ayam Di Indonesia ..............19
BAB IV.ANALISIS DESKRIPTIFDAGING AYAM DUNIA .................................. 22
4.1. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAGING AYAM DUNIA ......................22
4.2. PERKEMBANGAN KONSUMSI DAGING AYAM DUNIA ......................24
4.3. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR DAGING AYAM DUNIA ..........26
4.4. NEGARA EKSPORTIR DAN IMPORTIR DAGING AYAM DUNIA ............28
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data ................................ 3
Tabel 3.1. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Populasi dan Produksi
Ayam Ras Pedaging di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia, Tahun
1984–2018 .................................................................... 13
Tabel 3.2. Daftar Kode HS untuk Ekspor dan Impor Daging Ayam ................ 19
Tabel 4.1. Perkembangan Produksi Daging Ayam Dunia, Tahun 2013 – 2017 ... 23
Tabel 4.2. Perkembangan Konsumsi Daging Ayam Dunia di Sepuluh Negara
Sentra Produksi, Tahun 2013–2017 ....................................... 24
Tabel 4.3. Neraca Produksi dan Konsumsi Daging Ayam di Sepuluh Negara
Terbesar Dunia, Tahun 2016 .............................................. 26
Tabel 4.4. Perkembangan Ekspor dan Impor Daging Ayam Dunia,
Tahun 2012 – 2016 .......................................................... 27
Tabel 4.5. Sepuluh Negara Eksportir Daging Ayam Terbesar di Dunia,
Tahun 2016 ................................................................... 29
Tabel 4.6. Sepuluh Negara Importir Daging Ayam di Dunia, Tahun 2016 ........ 31
Tabel 5.1. Hasil Analisis Fungsi Respon Populasi Ayam Ras Pedaging ............ 35
Tabel 5.2. Hasil Proyeksi Produksi Daging Ayam Ras Pedaging Indonesia,
2019-2023 .................................................................... 36
Tabel 5.3. Proyeksi Populasi Riil Ayam Ras Pedaging Indonesia, 2018-2022 .... 37
Tabel 5.4. Proyeksi Produksi Daging Ayam Ras Pedaging Indonesia, Tahun
2019 -2023.................................................................... 39
Tabel 5.5. Hasil Analisis Fungsi Respon Konsumsi Rumah Tangga Daging
Ayam Ras Pedaging Indonesia ............................................. 41
Tabel 5.6. Hasil Proyeksi Konsumsi Daging Ayam Ras Indonesia, Tahun
2019-2023 .................................................................... 43
Tabel 5.7. Hasil Proyeksi Produksi dan Konsumsi Daging Ayam Ras
Indonesia, Tahun 2019-2023 ............................................... 45
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. UJi Hetereskedastisitas Residual Minitab .............................. 8
Gambar 3.1. Perkembangan Populasi Ayam Ras Pedaging di Jawa, Luar
Jawadan Indonesia, Tahun 2009 -2018 ................................ 12
Gambar3.2. Perkembangan Produksi Daging Ayam Ras Pedaging di Jawa,
Luar Jawadan Indonesia, Tahun 2009 -2018 .......................... 14
Gambar 3.3. Sentra Populasi Ayam Ras Pedaging di Indonesia,
Tahun 2014 – 2018 ........................................................ 15
Gambar 3.4. Sentra Produksi Daging Ayam Ras Pedaging di Indonesia,
Tahun 2014 – 2018 ........................................................ 16
Gambar 3.5. Perkembangan Konsumsi Daging Ayam Ras di Indonesia,
Tahun 2009-2018 .......................................................... 17
Gambar 3.6. Perkembangan Harga Daging Ayam Ras Tingkat Konsumen di
Indonesia, Tahun 2008-2018 ............................................ 18
Gambar 3.7. Perkembangan Volume Ekspor dan Volume Impor Daging
Ayam Ras di Indonesia, Tahun 2014 – 2018 ........................... 20
Gambar 3.8. Perkembangan Nilai Ekspor dan Nilai Impor Daging Ayam Ras
di Indonesia, Tahun 2014 – 2018........................................ 20
Gambar 4.1. Sentra Produksi Daging Ayam Ras Pedaging Dunia,
Tahun 2013– 2017 .................................................21
Gambar 4.2. Sentra Konsumsi Daging Ayam Ras Pedaging Dunia,
Tahun 2012 – 2016 ........................................................ 23
Gambar 4.3. Negara Sentra Produksi dan Konsumsi Daging Ayam Dunia......... 25
Gambar 4.4. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Daging Ayam Dunia
2012- 2016 ................................................................. 27
Gambar 4.5. Negara Eksportir Daging Ayam Terbesar Dunia 2012- 2016 ........ 31
Gambar 4.6. Sepuluh Negara Importir Daging Ayam Terbesar Dunia 2012-
2016 ......................................................................... 31
Gambar 5.1. Plot Nilai Sisaan Terhadap Nilai Dugaan Model Populasi Ayam
Ras Pedaging ...............................................................36
Gambar 5.2. Plot Nilai Sisaan Terhadap Nilai Dugaan Model Konsumsi
Daging Ayam Ras Pedaging ..............................................42
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Perkembangan Populasi Ayam Ras Pedaging di Jawa, Luar
Jawa dan Indonesia, Tahun 1984 – 2018. ........................... 53
Lampiran 2. Perkembangan Produksi Ayam Ras Pedaging di Jawa, Luar
Jawa dan Indonesia, Tahun 1984 – 2017 ............................ 54
Lampiran 3. Sentra Populasi Ayam Ras Pedaging di Indonesia, Tahun
2014– 2018 ............................................................... 55
Lampiran 4. Sentra Produksi Daging Ayam Ras Pedaging di Indonesia,
Tahun 2014– 2018....................................................... 55
Lampiran 5. Perkembangan Konsumsi Daging Ayam Ras di Indonesia,
Tahun 1981-2017 ....................................................... 56
Lampiran 6. Perkembangan Harga Konsumen Daging Ayam Ras di
Indonesia, Tahun 1983 - 2018 ........................................ 57
Lampiran 7. Neraca Ekspor Impor Daging Ayam di Indonesia, Tahun
1996-2017 ................................................................ 58
Lampiran 8. Senra Produksi Ayam Ras Pedaging Duna, Tahun 2013-2017 .... 59
Lampiran 9. Sentra Konsumsi Ayam Ras Pedaging Dunia,
Tahun 2012-2016....................................................... 59
Lampiran 10. Eksportir Ayam Ras Pedaging Duna, Tahun 2012-2016 ........... 60
Lampiran 11. Importir Ayam Ras Pedaging Duna, Tahun 2012-2016 ............ 61
RINGKASAN EKSEKUTIF
Salah satu sumber hewani dengan harga yang relatif terjangkau dan
mudah diperoleh adalah daging ayam ras pedaging atau yang sering disebut
sebagai daging ayam broiler. Untuk mencermati perkembangan populasi,
produksi, konsumsi, harga, dan ekspor impor ayam ras pedaging dibahas
perkembangannya selama sepuluh tahun terakhir. Disamping itu untuk
melihat ke depan perlu dilakukan pemodelan untuk populasi, produksi,
konsumsi, dan neraca daging ayam selama tahun 2019 – 2023.
Pemodelan regresi berganda untuk meramalkan populasi lima tahun ke
depan, telah menghasilkan model tentatif terbaik dengan nilai R2 sebesar
98,1% dan R2 Adjusted 97,9%. Model populasi cukup layak digunakan karena
berdasrkan uji kelayakan model telah terpenuhi seperti uji
multikolinieritas, uji keheteroskedatisitas, dan uji autokorelasi. Begitu juga
model konsumsi menghasilkan model yang layak dengan nilai R2 sebesar
92,6% dan R2 adjusted 92,1%. Produksi daging diperoleh dari estimasi
populasi dikalikan angka deplesi (6%) dikalikan rata-rata berat hidup ayam
ras pedaging dikalikan faktor konversi karkas.
Hasil estimasi populasi ayam ras pedaging dengan model terbaik yang
dibangun, menunjukkan bahwa populasi ayam ras pedaging tahun 2018–2023
diestimasi mengalami pertumbuhan 3,56% per tahun. Tahun 2018 populasi
ayam ras pedaging mencapai 3,14 Milyar ekor, maka pada tahun 2022 dan
2023 diperkirakan mencapai 4,00 Milyar ekor dan 3,96 Milyar ekor. Dari
populasi tersebut pada tahun 2022 produksi daging ayam ras diperkirakan
mencapai 4,34 juta ton, dan tahun 2023 mencapai 4,30 juta ton.
Berdasarkan hasil proyeksi produksi dan konsumsi daging ayam rasdi
Indonesia tahun 2018-2022 terjadi surplus. Pada tahun 2018 produksi daging
ayam ras diperkirakan surplus sebesar 218 ribu ton. Pada tahun 2022 dengan
produksi daging mencapai 4,34 juta ton, sementara konsumsi nasional
mencapai 3,62 juta ton, setelah dikurangi tercecer 5%, masih ada surplus
sebesar 503 ribu ton. Pada tahun 2023 produksi daging ayam diestimasi
sebesar 4,23 juta ton, dikurangi konsumsi nasional 3,76 juta ton, tercecer
215 ribu ton, maka masih ada surplus 322 ribu ton. Estimasi konsumsi daging
ayam ras pedaging tahun 2019 sebesar 11,96 kg/kapita/tahun, tahun 2020
konsumsi diestimasi sebesar 12,38 kg/kapita/tahun, dan 2021 diperkirakan
mencapai 12,78 kg/kapita/tahun.
BAB I. PENDAHULUAN
Salah satu sumber pangan hewani dengan harga yang relatif terjangkau dan
mudah diperoleh adalah daging ayam ras pedaging atau yang sering disebut
sebagai daging ayam broiler. Selain harganya yang relatif lebih terjangkau,
daging ayam broiler mudah diolah menjadi berbagai macam masakan sehingga
banyak digunakan dalam rumah tangga maupun rumah makan karena dagingnya
yang empuk dan tebal (Setiawan et al. 2006).
Ayam Ras merupakan ayam hasil budidaya teknologi. Ayam ini mengalami
pertumbuhan yang cepat, dagingnya lebih banyak, pakan irit dan usia
panenpendek. Ayam Ras pedaging disebut juga ayam broiler, yang merupakan
jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya
produktivitas tinggi, terutamadalam memproduksi daging ayam.Pada dasarnya,
ayam ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu ayam ras pedaging dan ayam ras petelur.
Kebutuhan daging ayam ras di tahun 2018diperkirakan mencapai 11,5
kg/kapita/tahun. Pada musim hajatan atau hari besar keagamaan, kebutuhan
daging ayam biasanya meningkat sekitar 10% -20% dari kebutuhan normal. Apabila
pasokan daging ayam kurang atau lebih rendah dari konsumsi maka akan terjadi
kenaikan harga. Sebaliknya apabila pasokan daging ayam melebihi kebutuhan
maka harga akan turun.
Realisasi produksi ayam umur sehari/Day Old Chicken Final Stock (DOC FS)
broiler bulan Januari hingga Juni 2018, dan potensi produksi Juli hingga Desember
2018 (dari stok GPS broiler yang masuk ke Indonesia tahun 2016, 2017 dan 2018)
adalah sebanyak 3.156.732.462 ekor dengan rataan per bulan sebanyak
263.061.042 ekor. Sementara itu, potensi produksi karkas tahun 2018
berdasarkan realisasi produksi DOC periode Januari hingga Juni 2018, dan potensi
Juli hingga Desember 2018 sebanyak 3.382.311 ton dengan rataan perbulan
sebanyak 27.586 ton. Sementara itu, proyeksi kebutuhan karkas tahun 2018
sebanyak 3.051.276 ton, dengan rataan kebutuhan per bulan sebanyak 254.273
ton (Detikfinance, 31 Agustus 2018).
Untuk mengetahui sejauh mana prospek komoditi daging ayam ras dalam
mendukung sektor pertanian di Indonesia, berikut ini akan disajikan
perkembangan komoditi daging ayam rasserta proyeksi produksi dan
konsumsidaging ayam rasuntuk beberapa tahun ke depan.
1.2. TUJUAN
Melakukan Penyusunan Buku Outlook Komoditi Daging Ayam Ras yang berisi
keragaan data series nasional dan dunia yang dilengkapi dengan hasil proyeksi
produksi dan konsumsi nasional.
Outlook Komoditi Daging Ayam Ras tahun 2018 disusun berdasarkan data
sekunder dari instansi terkait lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar
Kementerian Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS),FAO (Food
Agricultural Organization)dan United States Departement of Agriculture
(USDA).Jenis variabel, periode dan sumber data disajikan pada Tabel 2.1.
a) MAPE
Model time series masih tetap digunakan untk melakukan peramalan
terhadap variabel-variabel bebas yang terdapat dalam model rgresi
berganda. Untuk model time series baik analisis trend maupun pemulusan
eksponensial berganda (double exponential smoothing), ukuran kelayakan
model berdasarkan nilai kesalahan dengan menggunakan statistik MAPE
b) R squared (R2)
R squared merupakan angka yang berkisar antara 0 sampai 1 yang
mengindikasikan besarnya kombinasi variabel independen secara bersama –
sama mempengaruhi nilai variabel dependen. Semakin mendekati angka
satu, model yang dikeluarkan oleh regresi tersebut akan semakin baik.
Secara manual, R2 merupakan rumus pembagian antara Sum Squared
Regression dengan Sum Squared Total.
c). R2 Adjusted
Guna melengkapi kelemahan R2 tersebut, kita bisa menggunakan R2
adjusted. Pada R2 adjusted ini sudah mempertimbangkan jumlah sampel
data dan jumlah variabel yang digunakan.
Keterangan:
n : jumlah observasi
k : jumlah variabel
d). R2 PREDICTED
Andaikan kita memiliki tiga buah variabel bebas: X1, X2, dan X3 dan ketiganya
mau diregresikan dengan sebuah variabel tak bebas Y. Nilai VIF kita hitung
untuk masing-masing X.
Perhatikan bahwa R2 dalam hitungan di atas adalah ukuran keeratan antar X. Jika
R2 = 0, maka VIF = 1. Kondisi ini adalah kondisi ideal. Jadi idealnya, nilai VIF =
1.
Semakin besar R2, maka VIF semakin tinggi (semakin kuat adanya
collinearity). Misal R2 = 0.8 akan menghasilkan VIF = 5.
Tidak ada batasan baku berapa nilai VIF dikatakan tinggi, nilai VIF di atas 5 sudah
membuat kita harus hati-hati.
Nilai du dan dl dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson yang
bergantung banyaknya observasi dan banyaknya variabel yang menjelaskan.
(Juta Ekor)
3.500
3.000
2.500
2.000
1.500
1.000
500
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
76,54 juta ekor.Peningkatan tajam yang terjadi di tahun 2018, karena sejak tahun
2018 Ditjen. PKH. Telah sepakat untuk menggunakan angka audit Bitproyang lebih
riil. Pada tahun 2018 populasi ayam ras pedaging di Indonesia sebanyak
3,14milyar ekor. Perkembangan populasi ayam ras pedaging di Indonesia selama
periode 2009-2018 meningkat rata-rata 14.69%. Secara rinci dapat dilihat pada
Lampiran 1 dan Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Populasi dan Produksi Ayam
Ras Pedaging di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia, Tahun 1984–2018
pada 2017 sebesar 3,18 juta ton sementara hasil verval 2,05 juta ton. Tahun
2018, produksi daging 3,36 juta ton, sementara hasil verval 2,34 juta ton. Namun
sejak tahun 2018 telah disepakati angka hasil audit GPS yang akan digunakan
sebagai data statistik Ditjen. PKH.
Audit tim independen data produksi tersebut diperkuat dengan hasil audit
terhadap GPS ayam ras broiler oleh Tim Audit Populasi Ayam Ras yang
dilaksanakan pada 18 Mei-20 Juli 2018. Hasil verifikasi terhadap SAR (Self
Assesment Report) ke lokasi telah diperoleh data populasi di 14 perusahaan
pembibitan disimpulkan bahwa GPS D–Line sebanyak 799.158. Hasil audit ini
dilaksanakan oleh tim independen yang beranggotakan dari akademisi dan
praktisi. Audit dilaksanakan pada seluruh perusahaan pembibitan GPS ayam ras
broiler. (Kompas, 2 September 2018).
(000 Ton)
4.000
3.500
3.000
2.500
2.000
1.500
1.000
500
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Daging Ayam Ras Pedaging di Jawa, Luar
Jawadan Indonesia, Tahun 2009–2018
Kalimantan Selatan
3,87%
Jawa Barat
34,73%
Sumatera Utara
3,98% Jawa Tengah
11,43%
Jawa Timur
12,95%
Banten
7,02%
Sentra produksi daging ayam ras pedaging lima tahun terakhir (2014–
2018), berdasarkan rata-rata produksinya, terdapat di 10 (sepuluh) provinsi
dengan total kontribusi sebesar 82,55% dari produksi nasional 2,11 juta ton.
Dominasi Pulau Jawa sangat terasa setelah melihat rataan produksi daging,
karena 5 (lima) provinsi produsen terbesar berada di Pulau Jawa dengan total
kontribusi sebesar 67,09%. Kelima provinsi tersebut adalah Jawa Barat (32,68%),
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15
2019 OUTLOOK DAGING AYAM RAS PEDAGING
Jawa Timur (13,03%), Jawa Tengah (11,63%), Banten (6,18%), dan DKI Jakarta
(3,58%). Hal ini membuktikan bahwa Pulau Jawa merupakan sentra konsumsi
daging ayam ras pedaging dibandingkan Luar Jawa. Provinsi Jawa Barat memiliki
kontribusi terbesar dalam produksi daging ayam ras pedaging, karena Jawa Barat
memproduksi selain untuk kebutuhannya sendiri juga sebagai penyangga
ketersediaan daging ayam ras ibu kota DKI Jakarta. Data ini menunjukkan pula
bahwa DKI Jakarta merupakan wilayah sentra konsumsi yang menerima pasokan
komoditas ayam ras pedaging dari wilayah penyangga Bogor, Depok, Tangerang
dan Bekasi (Bodetabek) serta Banten karena terkait dengan Peraturan Daerah
(PERDA) No. 4 Tahun 2007, tentang Pengendalian, Pemeliharaan dan Peredaran
Unggas, sehingga Pemerintah Provinsi DKI melarang budidaya unggas pangan.
Provinsi sentra lainnya adalah Provinsi Sumatera Utara (3,40%), Kalimantan
Selatan (3,30%), Sumatera Selatan (3,03%), Sulawesi Selatan (3,00%), dan
Kalimantan Timur (2,74%). (Gambar 3.4 dan Lampiran 4).
Sulawesi Selatan
3,00% Lainnya
Kalimantan Timur
2,74% 17,45%
Sumatera Selatan
3,03%
Kalimantan Selatan
3,30%
Jawa Barat
32,68%
Sumatera Utara
3,40%
DKI Jakarta
3,58% Jawa Tengah Jawa Timur
11,63% 13,03%
Banten
6,18%
(Kg/Kap/Thn)
6,00 5,67 5,55
5,10
4,88
5,00
3,95
4,00 3,54 3,64 3,48 3,64
3,13
3,00
2,00
1,00
0,00
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
3.5. HARGA
Perkembangan harga daging ayam ras di tingkat eceran sejak tahun 2010
hingga tahun 2019 cenderung terus meningkat, dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 3,93% per tahun atau harga rata-rata Rp29.265,-. Periode 2010-2019
peningkatan harga yang cukup signifikan (diatas 10%)terjadi pada tahun 2013
yaitu sebesar 11,15% dan 2018 meningkat sebesar 14,17%. Berdasarkan data tahun
2017 harga rata-rata daging ayam ras sebesar Rp. 30.741 per kg, turun 2,69% dari
tahun 2016 Rp. 31.592,- per kg, sedangkan tahun 2019 (rata-rata harga sampai
Oktober), harga mengalami penurunan lagi sebesar 3,79%, dabanding tahun
2018.( Gambar 3.6 dan Lampiran 8).
Hingga saat ini, pola pemasaran yang diterapkan, hampir sebagian besar
masih mengandalkan pasar tradisional. Pola pemasaran ini melibatkan banyak
titik mata rantai distribusi sebelum daging ayam sampai ke tangan konsumen.
Mulai dari peternak, penampung, pemotong, pedagang besar/tengkulak, agen,
pedagang ayam di pasar induk/pasar becek/bakul, pedagang eceran/gerobak
barulah sampai ke konsumen. Hal inilah yang menyebabkan seringkali harga ayam
di tingkat peternak masih sangat rendah, bahkan di bawah harga pokok produksi
(HPP) namun, di tingkat konsumen harga tetap bertahan tinggi.
(Rp/Kg)
40.000
35.096
35.000
31.592 30.741
30.087
30.000 28.143 28.976
24.760 25.320
25.000 23.333 24.166
20.000
15.000
10.000
5.000
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Harga Eceran
Data ekspor dan impor berdasarkan ketersediaan data dari Badan Pusat
Statistik yang diperoleh melalui sistem pencatatan statistik yang berasal dari
kepabeaan ekspor dan impor bea cukai serta sumber instansi lain seperti PT Pos
dan survei ekspor perbatasan laut. Data ekspor dan impor daging ayam beserta
nilainya selama periode 2014-2019*) menunjukkan volume impor dan ekspor
relatifrendah, sehingga neraca perdagangan daging ayam khususnya selama
periode tersebuttidak ada perbedaan yang signifikan(Gambar 3.7 dan 3.8). Data
volume ekspor 2014-2019*) adalah data daging ayamGallus domesticus.
Tabel 3.2. Daftar Kode HS untuk Ekspor dan Impor Daging Ayam
Daging Ayam Gallus Domesticus
Kode HS Deskripsi
'0207110000 Tidak dipotong menjadi bagian-bagian,
segar atau dingin
Ekspor dan impor daging ayam relatif kecil, dibandingkan dengan angka
produksi daging ayam ras nasional. Namun demikian dari dari lampiran 7 maupun
gambar 3.7 dan 3.8 terlihat bahwa volume impor jauh lebih tinggi dibanding
ekspornya baik nilai maupun volumenya. Pada tahun 2014 terjadi impor daging
ayam ras pedaging tertinggi sejak tahun 1996, sedang impornya relatif rendah.
Namun sejak tiga tahun terakhir impor daging ayam ras telah diimbangi
ekspor.(Gambar 3.7 dan Gambar 3.8).
1.200.000
1.000.000
800.000
600.000
400.000
200.000
0
2014 2015 2016 2018 2019*)
Volume Ekspor 160 420 1797 377224,08 325887,44
Volume Impor 1123797 368851 563851 272433 311615
Gambar 3.7. Perkembangan Volume Ekspor dan Volume Impor Daging Ayam Ras
di Indonesia, Tahun 2014 – 2019*)
3000000
2500000
2000000
(US $)
1500000
1000000
500000
0
2014 2015 2016 2017 2018
Nilai Ekspor 754 1333 5136 796422,45 923762,59
Nilai Impor 2517852 1054564 1218859 569476 1200154
Gambar 3.8. Perkembangan Nilai Ekspor dan Nilai Impor Daging Ayam Ras di
Indonesia, Tahun 2014 – 2018
20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK DAGING AYAM RAS PEDAGING 2019
USA
17,63%
Lainnya
39,42%
China
12,66%
Brazil
12,44%
Argentina
1,95%
Rusia
Indonesia 3,84%
Iran 2,00%
2,00% India
Japan Mexico 3,10%
2,07% 2,88%
produksi daging dunia. Urutan kedua China, volume produksi sebesar 13,13 juta
ton atau berkontribusi 12,66% dari produksi dunia. Brazil berada diurutan ketiga
dengan produksi sebesar 12,89 juta ton atau berkontribusi sebesar 12,44%. Total
kontribusi ketiga negara produsen terbesar dunia tersebut mencapai 42,73% atau
setara dengan 44,29 juta ton. Produksi ayam pedaging Indonesia menduduki
nomor 8 dunia, berkontribusi sebesar 2,00%,dengan volume produksi 2,07 juta
ton terhadap produksi dunia sebesar 103,65 juta ton. Sedangkan enam negara
sentra produksi lain memberikan kontribusi pada kisaran 3,84% atau setara 3,98
juta ton (Rusia Fed.), India 3,10% (3,22 juta ton), Mexiko 2,88% (2,99 juta ton),
Jepang 2,07% (2,15 juta ton), Iran 2,00% (2,07 juta ton), dan Argentina 1,95%
(2,02 juta ton. (Tabel 4.1 dan Gambar 4.1).
1 Amerika Serikat 17.397 17.729 18.403 18.708 19.141 18.276 17,63 17,63
sebagai upaya memenuhi kebutuhan daging ayam dalam negeri untuk mengurangi
ketergantungan terhadap produk daging ayam impor.
Keragaan negara sentra konsumsi daging ayam dunia selama lima tahun
terakhir (2012–2016), menunjukkan bahwa Amerika Serikat merupakan konsumen
daging ayam terbesar di dunia dengan rata–rata konsumsi sebesar 14,66 juta ton
per tahun. Negara konsumen terbesar kedua dan ketiga adalah China dan Brazil,
masing–masing dengan rata-rata konsumsi lima tahun terakhir sebesar 12,97 juta
ton per tahun dan 9,22 juta ton per tahun (Tabel 4.2). Pada periode yang sama
Indonesia sebagai negara sentra konsumsi kesepuluh, dengan rata-rata konsumsi
sebesar 1,60 juta ton per tahun.
USA
Lainnya
20%
Indonesia 26%
2%
Afrika China
Selatan 17%
2%
Argentina Brazil
3% 12%
Mexico
5%
Jepang
3%
Russia
India
5%
5%
Sumber : USDA
Keragaan neraca produksi dan konsumsi daging ayam dunia pada tahun
2016, menunjukkan mayoritas negara sentra produksi mengalami surplus ( enam
negara), empat negara mengalami defisit (kekurangan pasokan).Tahun 2016
Indonesia surplus yaitu 676 ribu ton. Surplus terbesar terjadi di Brazil sebesar
3,88 juta ton, dengan produksi sebesar 13,24 juta ton dan konsumsi 9,35 juta
ton. Amerika Serikat mencapai surplus sebesar 3,73 juta ton, berada diurutan
kedua dengan produksi sebesar 18,71 juta ton dan konsumsi 14,97 juta ton.
Surplus atau kelebihan produksi di negara sentra tersebut sebagian ada yang
digunakan sebagai komoditas ekspor. Salah satu negara sentra produksi daging
ayam yaitu Indonesia merupakan negara dengan produksi daging ayam sebesar
2,30 juta ton dan dikonsumsi sebesar 1,63 juta ton untuk konsumsi domestik.
Mexico dan India, merupakan negara sentra produksi yang mengalami defisit
dengan besaran masing-masing 688 ribu ton dan 274 ribu ton (Tabel 4.3 dan
Gambar 4.2).
Tabel 4.3. Neraca Produksi dan Konsumsi Daging Ayam di Sepuluh Negara
Terbesar Dunia, Tahun 2016
(000 Ton)
20.000
18.000
16.000
14.000
12.000
10.000
8.000
6.000
4.000
2.000
-
Produksi Konsumsi
Gambar 4.3. Negara Sentra Produksi dan Konsumsi Daging Ayam Dunia,
Tahun 2016.
(000 Ton)
30.000
25.000
20.000
15.000
10.000
5.000
-
2012 2013 2014 2015 2016
Ekspor Impor
Keragaan data volume ekspor daging ayam dunia pada tahun 2016 sumber
FAO, capaian sebesar rata-rata13,03 juta ton per tahun (Tabel 4.5). Pangsa
ekspor daging ayam dunia seperti tahun-tahun sebelumnya masih dikuasai oleh
dua negara, yaitu Brazil dan Amerika Serikat dengan capaian ekspor rata-rata
sebesar 3,72 juta ton dan 3,36 juta ton. Kontribusi keduanya terhadap total
ekspor dunia mencapai 54,30% atau 7,08 juta ton dari total ekspor dunia. Brazil
menjadi negara pengekspor daging ayam terbesar di dunia yang memberikan
kontribusi 28,55% terhadap pangsa ekspor dunia, meskipun dari sisi produksi
berada diurutan ketiga terbesar setelah Amerika Serikat dan China. Neraca
daging ayam Brazil surplus 3,88 juta ton sehingga devisa negara tersebut salah
satunya berasal dari ekspor ayam ke manca negara.Tahun yang sama Amerika
Serikat sebagai negara eksportir terbesar kedua, dengan volume ekspor sebesar
3,36 juta ton (kontribusi 25,75% terhadap volume ekspor dunia), dengan volume
produksi mencapai rata-rata 18,28 juta ton. Selain kedua negara tersebut, negara
pengekspor lain volume ekspornya di bawah satu juta ton dengan besaran
kontribusi di bawah 10%. Negara-negara tersebut beserta volume ekspornya
meliputi : Nederland (938,57ribu ton atau berkontribusi 7,20%), China (725,12
ribu ton atau berkontribusi 5,56%), Polandia (464,42 ribu ton atau sharenya
3,56%), Bergia (436,69 ribu ton atau atau kontribusi 3,35%), Perancis (357,91 ribu
ton), Turki (340,96 ribu ton), Jerman (322,61 ribu ton), dan Argentina(280,17 ribu
ton). Total kontribusi 10 negara pengekspor mencapai 83,96% dan sisanya 16,04%
merupakan kontribusi dari negara lainnya (Tabel 4.5 dan Gambar 4.4).
Sumber : FAO
mencapai rata-rata 1,41 juta ton daging ayam broiler atau berkontibusi
11,66%.Saudi Arabia dan Mexico diurutan berikutnya, masing-masing sebesar
804,29 ribu ton dan 707,04ribu ton. Negara importir besar lainnya beserta volume
impor masing-masing adalah Jepang, Vietnam, Emirat Arab, Jerman, Rusia
Fed.,Irak, Afrika Selatan, Angola, United Kingdom, Perancis, Netherland, dan
Kuba (Tabel 4.6). Tingginya kebutuhan daging ayam bagi Negara Saudi Arabia
disamping untuk kebutuhan domestik penduduknya, pada bulan tertentu juga
untuk memenuhi suplai daging pada pelaksanaan ibadah haji karena jumlah
penduduknya juga relatif sedikit (sekitar 2,5 juta orang).
Rata-rata
Kumulatif
No. Negara Volume Impor Share (%)
Share (%)
(Ton)
1 China 1.410.582 11,66 11,66
2 Saudi Arabia 804.291 6,65 18,31
3 Mexico 707.040 5,85 24,16
4 Japan 479.155 3,96 28,12
5 Vietnam 455.300 3,76 31,88
6 United Arab Emirates 426.150 3,52 35,41
7 Germany 381.154 3,15 38,56
8 Russianan Federation 378.458 3,13 41,69
9 Iraq 370.800 3,07 44,75
10 Afrika Selatan 357.845 2,96 47,71
11 Angola 357.622 2,96 50,67
12 Unitedd Kingdom 356.934 2,95 53,62
13 Perancis 330.659 2,73 56,35
14 Netherland 303.511 2,51 58,86
15 Kuba 199.830 1,65 60,51
196 Indonesia 9 0,00 60,51
Lainnya 4.775.922 39,49 100,00
Dunia 12.095.261 100,00
Sumber : FAO
Saudi Arabia
Mexico
7%
6%
China
Lainnya 12%
39% Japan
4%
Vietnam
4%
Emirat Arab
4%
Kuba
2% Germany
3%
Netherland
3% Angola Afrika Selatan Iraq
Perancis Inggris Rusia
3% 3% 3%
3% 3% 3%
Gambar 4.5. Negara Importir Daging Ayam Terbesar di Dunia, Tahun 2016
Hasil model regresi populasi ayam ras pedaging menggunakan Regresi Linier
Berganda dan diperoleh model sebagai berikut:
Populasi = -423 + 1,01 Pop(t-1) + 4,37 HRRas+ 4,12 HRBuras
dimana: Populasi = Populasiayam ras pedaging tahun (t)
Pop(t-1) = Populasi ayam ras pedagingtahun (t-1)
HRRas= Harga riil daging ayam ras tahun (t)
HRBuras= Harga riil daging ayam buras tahun (t)
Gambar 5.1 adalah plot nilai dugaan terhadap sisaan untuk menguji
heteroskedastisitas. Apabila plot menyebar merata di atas dan di bawah sumbu
0 tanpa membentuk sebuah pola tertentu, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. Dari Gambar 5.1 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
gejala heteroskedastisitas.
Koefisien variabel bebas populasi ayam ras tahun sebelumnya(Pop(t-1))
bertanda positif artinya jika populasi ayam ras pedaging tahun sebelumnya
meningkat, maka pada tahun berikutnya juga meningkat, atau ada
kecenderungan terjadi peningkatan populasi ayam ras dari tahun ke tahun. Hasil
uji t untuk koefisien populasi ayam ras pedaging tahun sebelumnya, memiliki p
< 0,05 artinya cukup signifikan, dan nilainya tidak sama dengan nol. Koefisien
variabel bebas berikutnya adalah harga riil daging ayam ras (HRRas) bertanda
positif artinya jika harga riil daging ayam ras meningkat maka peternak akan
semakin tertarik meningkatkan populasi ayam sehingga populasi ayam ras akan
semakin meningkat. Hasil Uji t, koefisien harga riil ayam ras signifikan pada
taraf nyata 5%. Koefisien variabel bebas harga riil ayam buras (HRBuras)
bertanda positif artinya jika harga daging ayam buras meningkat maka akan ikut
mendongkrak harga daging ayam ras pedaging, sehingga kedepan akan
meningkatkan populasinya. Hasil Uji t, koefisien harga riil ayam buras signifikan
pada taraf nyata 5%. Hasil uji Anova dan uji t terlihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Hasil Analisis Fungsi Respon Populasi Ayam Ras Pedaging Indonesia
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 3 7759881 2586627 522,47 0,00
Residual Error 30 148523 4951
Total 33 7908403
Source DF Seq SS
Pop(t-1) 1 7602556
HR Ras 1 28825
HR Buras 1 128499
Tabel 5.2. Hasil Proyeksi Produksi Daging Ayam Ras Pedaging Indonesia Tahun
2019 – 2023.
2018*) 2.015.695.366
2019 1.995.801.765 (0,99)
2020 2.163.103.891 8,38
2021 2.141.857.353 (0,98)
2022 2.309.500.663 7,83
2023 2.286.888.944 (0,98)
Rata-rata Pertumbuhan 3,56
Keterangan : *) Angka tetap Ditjen PKH yang belum Publikasi
Angka populasi ayam ras tersebut di atas, diperoleh dari hasil verifikasi dan
validasi Setditjen PKH dan seluruh petugas pengelola data di provinsi. Angka
populasi ayam ras pedaging, diperkirakan masih lebih rendah dari populasi yang
sebenarnya. Petugas pengelola data di provinsi memperoleh data dari petugas
pengelola data di tingkat kabupaten/kota. Angka populasi ayam diperoleh dari
jumlah ayam yang dipelihara di kandang yang menjadi wilayahnya dikalikan
dengan jumlah siklus dalam setahun. Angka tersebut masih mengandung
kelemahan, karena tidak semua kandang dapat diamati dan diakses, sehingga
populasi ayam masih dianggap under estimate.
Untuk meningkatkan akurasi populasi ayam ras pedaging, Direktorat
Perbibitan dan Produksi – Ditjen PKH, telah melakukan audit populasi ayam ras
pedaging ini. Metode estimasinya berdasarkan jumlah GPS (Grand Parent Stock)
yang diimpor oleh perusahaan besar. Setiap ekor GPS akan menghasilkan 40 ekor
PS (Parent Stock). Setiap ekor PS akan menghasilkan 140 ekor FS (Final Stock).
Berdasrkan perbandingan tersebut diperkirakan besaran populasi untuk ayam ras
pedaging.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 37
2019 OUTLOOK DAGING AYAM RAS PEDAGING
Tabel 5.3. Proyeksi Populasi Riil Ayam Ras Pedaging Tahun 2019 - 2023
ekor.Demikian juga dengan populasi tahun 2019 diestimasi sebesar 1,99 milyar
ekor dan populasi riil diperkirakan mencapai 3,45 milyar ekor.
Oleh karena perbedaan data tersebut maka hasil proyeksi tahun 2019 – 2023
juga harus dikoreksi. Koreksi dilakukan dengan mencari hubungan antara populasi
hasil verval petugas daerah dengan populasi berdasarkan realisasi impor GPS. Dari
lima titik pengamatan yaitu tahun 2014 sampai 2018, hubungan sederhana antara
populasi ayam ras berdasarkan GPS dan berdasarkan verval adalah :
Populasi GPS = 1,73 * Pop laporan
Berdasarkan model tersebut hasil proyeksi populasi tahun 2019 sebanyak
1,99 milyar ekor, setelah dikoreksi berdasarkan model, diperkirakan populasi riil
berdasrkan impor GPS, menjadi sebanyak 3,45 milyar ekor. Dengan cara yang
sama, pada tahun 2020 diproyeksikan populasi ayam ras pedaging mencapai 3,74
milyar ekor, tahun 2021 turun menjadi 3,71 milyar ekor, tahun 2022 naik
menjadi3,99 milyar ekor, tahun 2023 sedikit menurun 3,96 milyar.
diperkirakan naik turun (namun secara rata-rata naik). Tahun 2020 produksi
diperkirakan mencapai 4,07 juta ton, tahun 2021 mencapai 4,03 juta ton, tahun
2022 diperkirakan mencapai 4,34 juta ton, dan tahun 2023 menjadi 4,30 juta ton.
(Tabel 5.4).
Tabel 5.4. Proyeksi Produksi Ayam Ras Pedaging Tahun 2018 - 2023
Produksi (Ton)
Populasi Hasil Populasi (Deplesi Berat Hidup (Kg)
Tahun Konversi Karkas
Pemodelan (Ekor) 6%) (1.7 kg/ekor)
68%
2018 3.156.732.462 2.967.328.514 5.044.458.474 3.430.232
Keterangan :
Tahun 2018 angka Ditjen PKH.
Tahun 2019 – 2022 proyeksi Pusdatin berdasarkan model.
Tabel 5.5. Hasil Analisis Fungsi Respon Konsumsi Rumah Tangga Ayam Ras
Pedaging Indonesia
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 2 66,332 33,166 193,3 0
Residual Error 31 5,319 0,172
Total 33 71,651
Source DF Seq SS
konpita(t-1) 1 64,141
Hargsapi 1 2,191
Unusual Observations
Gambar 5.2. Plot nilai sisaan terhadap nilai dugaan model konsumsi rumah
tangga daging ayam ras pedaging.
ras relatif murah dibandingkan dibanding harga daging ayam buras atau daging
sapi, sehingga menjadi pilihan yang utama. Disamping itu diperkirakan pendapat
penduduk akan semakin baik, sehingga konsumsi meningkat. (Tabel 5.6).
Tabel 5.6. Hasil Proyeksi Konsumsi Daging Ayam Ras Indonesia, 2019-2023
2018 5,55
2019 5,80 4,52
2020 6,03 3,81
2021 6,22 3,30
2022 6,41 2,89
2023 6,57 2,55
Rata-rata 6,10 3,63
Keterangan :
2018 : Angka SUSENAS, BPS
2019-2023 : Proyeksi Pusdatin.
di warung makan, restoran, hotel, makanan jadi yang berbahan baku daging ayam
seperti baso daging ayam, nugget, dan lain-lain.
Pada Tabel 5.7, disajikan neraca proyeksi produksi dan konsumsi nasional.
Pada tahun 2019, konsumsi per kapita daging ayam total sebesar 11,96
kg/kapita/tahun, dikalikan jumlah penduduk 266,912 juta orang, maka
kebutuhan nasional sekitar 3,19 juta ton. Hasil proyeksi produksi tahun 2019
sebesar 3,75 juta ton, setelah dikurangi daging yang tercecer sebesar 5%, maka
tahun 2019 masih ada surplus sebesar 373,25 ribu ton. Dengan cara yang sama
pada tahun 2020, diperkirakan proyeksi konsumsi nasional sebesar 3,34 juta ton,
produksi nasional sebesar 4,07 juta ton, setelah dikurangi tercecer sebesar 5%,
maka masih ada surplus sebesar 526,14 ribu ton. Kondisi surplus ini diperkirakan
akan terus terjadi, meskipun besarannya naik turun, dan pada tahun 2021 surplus
daging ayam sebesar 344,97 ribu ton, tahun 2022 surplus 502,72 ribu ton, dan
tahun 2023 surplus 321,83 ribu ton. (Tabel 5.7).
Besaran konversi daging ayam yang tercecer sebesar 5% terhadap
penyediaan menggunakan faktor konversi yang digunakan pada perhitungan
Neraca Bahan Makanan Nasional. Surplus daging ayam ini diperkirakan untuk stok
dalam bentuk beku, industri makanan olahan misalnya nugget, sosis, bakso dan
lain-lain. Stok dalam bentuk beku dari hasil FGD ”Menata Industri Perunggasan”
tahun 2015, dari ayam potong yang diproduksi hanya 20% berupa ayam beku,
sedangkan sisanya 80%-nya merupakan ayam dalam bentuk basah yang
dipergunakan untuk diperdagangkan di pasar tradisional, bahan baku makanan
olahan.
Tabel 5.7. Hasil Proyeksi Produksi dan Konsumsi Daging Ayam Ras
Tahun 2019 – 2023
Tahun
Uraian
2018 2019 2020 2021 2022 2023
Jumlah Penduduk (Ribu Jiwa) 264.162 266.912 269.603 272.249 274.859 277.432
Konsumsi Perkapita (Kg/kapita/tahun) 11,51 11,96 12,38 12,78 13,18 13,56
Konsumsi Rumah Tangga (Kg/Kapita/Tahun) 5,55 5,80 6,03 6,22 6,41 6,57
Non Rumah Tangga (Asumsi Pertumbuhan 3,26%) 5,96 6,15 6,35 6,56 6,77 6,99
Kebutuhan Nasional ( Ton) 3.040.500 3.191.038 3.336.932 3.480.160 3.621.799 3.762.311
Produksi (Ton) 3.430.232 3.751.882 4.066.391 4.026.450 4.341.601 4.299.093
Tercecer 5% dari penyediaan (Ton) 171.512 187.594 203.320 201.323 217.080 214.955
Neraca (Surplus/Defisit) (Ton) 218.220 373.250 526.139 344.967 502.722 321.828
Populasi ayam ras pedaging (broiler) dalam kurun waktu beberapa tahun
belakangan ini sangat tinggi, meskipun naik turun. Menurut data hasil audit GPS,
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2018, populasi ayam
ras pedaging di Indonesia saat itu mencapai 3,156 milyar ekor, turun sedikit yaitu
sekitar 0,32% dari populasi tahun 2017 sebanyak 3,166 milyar ekor, sedangkan
tahun 2019 diperkirakan akan mencapai 3,452 milyar ekor meningkat atau 9,38%.
Peningkatan ini seiring dengan perkembangan teknologi terutama di sektor
budidaya (on farm) yang semakin modern, sehingga proses produksi menjadi lebih
cepat dan efisien.
Rata-rata konsumsi per kapita daging ayam ras untuk rumah tangga tahun
2018-2023 sebesar 6,10 kg/kapita/tahun. Proyeksi konsumsi daging ayam ras
rumah tangga tahun 2019 sebesar 5,80 kg/kapita, tahun 2020 sebesar 6,03
kg/kapita, tahun 2021 mencapai 6,22 kg/kapita dan tahun 2023 mencapai 6,57
kg/kapita. Konsumsi tersebut hanya merupakan konsumsi rumah tangga, jika
ditambah konsumsi di non rumah tangga maka konsumsi total tahun 2019
diperkirakan mencapai 11,96 kg/kapita/tahun.
Keseimbangan produksi dan konsumsi daging ayam ras di Indonesia
mengalami peningkatan surplus pada tahun 2018 hingga tahun 2023. Berdasarkan
hasil analisis pemodelan angka konsumsi dan produksi, diperkirakan pertumbuhan
angka konsumsi sedikit lebih rendah dari pertumbuhan produksi daging ayam.
Pada tahun 2019 diperkirakan akan surplus daging ayam sebesar 373 ribu ton,
tahun 2020 surplus meningkat menjadi 526 ribu ton, dan tahun 2023 suplus
diperkirakan mencapai 322 ribu ton. Usaha pengolahan daging ayam perlu terus
dikembangkan, agar surplus yang daging ayam mempunyai nilai tambah yang
lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Hairil Adzulyatno, 2011. Analisis Permintaan dan Prediksi Konsumsi serta Produksi
Daging Broiler di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.Buletin
Peternakan Vol. 35(3):202-207, Oktober 2011
Gunaryo, 2012. Imbas Dari Musim Kekeringan Amerika, Kenaikan Harga Pakan Picu
Meroketnya Harga Daging Ayam.
http://www.lensaindonesia.com/2012/07/25/kenaikan-harga-pakan-
picu-meroketnya-harga-daging-ayam.html
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perkembangan Populasi Ayam Ras Pedaging di Jawa, Luar Jawa dan
Indonesia, Tahun 1984– 2018
Lampiran 3. Sentra Populasi Ayam Ras Pedaging di Indonesia, Tahun 2014 – 2018
1 Jawa Barat 643.322 631.155 649.830 647.771 758.674 666.150 34,73 34,73
2 Jawa Timur 179.831 194.065 200.896 224.816 442.013 248.324 12,95 47,67
3 Jawa Tengah 108.196 126.103 180.484 180.634 500.400 219.163 11,43 59,10
5 Sumatera Utara 47.180 49.798 54.398 56.352 174.180 76.382 3,98 70,11
6 Kalimantan Selatan 57.728 64.658 80.482 85.140 83.359 74.273 3,87 73,98
7 Sulawesi Selatan 50.144 52.942 48.204 51.116 101.991 60.879 3,17 77,15
8 Kalimantan Timur 46.553 55.783 60.747 66.268 66.734 59.217 3,09 80,24
10 Kalimantan Barat 33.543 46.012 53.310 55.042 57.169 49.015 2,56 85,47
Tahun (Ton)
Kum. Share
No Provinsi Rata-rata Share (%)
(%)
2014 2015 2016 2017 2018
1 Jawa Barat 543.765 530.423 719.820 823.863 824.405 688.456 32,68 32,68
2 Jawa Timur 198.016 203.139 219.833 270.882 480.309 274.436 13,03 45,70
3 Jawa Tengah 130.357 158.673 187.965 204.432 543.754 245.036 11,63 57,33
6 Sumatera Utara 38.752 40.902 42.815 46.286 189.271 71.605 3,40 70,49
7 Kalimantan Selatan 46.511 60.952 72.553 76.534 90.581 69.426 3,30 73,78
8 Sumatera Selatan 30.447 29.997 33.318 36.357 189.271 63.878 3,03 76,82
9 Sulawesi Selatan 50.829 53.664 48.862 51.813 110.827 63.199 3,00 79,82
10 Kalimantan Timur 43.641 53.860 56.532 61.669 72.516 57.644 2,74 82,55
1983 2.041
1 Amerika Serikat 17.397 17.729 18.403 18.708 19.141 18.276 17,63 17,63
Sumber : USDA
2 Saudi Arabia 743.338 830.559 721.120 843.509 882.927 804.291 6,65 18,31
6 United Arab Emirates 355.847 355.880 390.712 526.492 501.820 426.150 3,52 35,41
8 Russianan Federation 497.750 502.920 435.058 242.342 214.218 378.458 3,13 41,69
10 Afrika Selatan 339.145 319.687 334.718 317.585 478.091 357.845 2,96 47,71
12 Unitedd Kingdom 355.693 350.658 339.982 360.051 378.285 356.934 2,95 53,62