Anda di halaman 1dari 71

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

BUDIDAYA CACING TANAH (Lumbricus rubellus)


PADA MAGENTA FARM DI DESA NANGGUNG BOGOR

Oleh
SHANDRA UMAYA A.Y.
H24087060

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
RINGKASAN

SHANDRA UMAYA A.Y. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Cacing Tanah


(Lumbricus rubellus) pada Magenta Farm di Desa Nanggung Bogor. Dibawah
bimbingan WITA JUWITA ERMAWATI.

Sektor pertanian merupakan salah satu potensi yang dimiliki oleh


Indonesia sebagai negara agraris dimana penduduknya sebagian besar bergantung
pada sektor tersebut yang sangat prospektif untuk dikembangkan. Sumberdaya
alam serta sumberdaya manusia yang dimiliki oleh Indonesia cukup melimpah,
didukung dengan ketersediaan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan usaha di sektor pertanian. Keberadaan penduduk yang memadati
Indonesia juga menjadi potensi sebagai pasar yang siap menampung hasil
produksi dari kegiatan agribisnis yang dijalankan. Sektor pertanian memegang
peranan penting dalam menghadapi krisis ekonomi yang dihadapi Indonesia
beberapa tahun belakangan ini dan mampu menyerap tenaga kerja yang juga tidak
sedikit. Bidang yang telah banyak digeluti oleh para pengusaha di bidang
pertanian, baik dalam skala usaha kecil maupun besar, meliputi bidang usaha yang
berkaitan dengan tanaman dan hewan, baik untuk kepentingan pangan maupun
nonpangan. Salah satu bidang usaha tani yang dapat digeluti adalah budidaya
cacing tanah (Lumbricus rubellus), dimana komoditas ini dianggap memiliki
potensi dan prospek pasar yang cukup potensial serta prospektif untuk dilakukan.
Cacing tanah memiliki potensi yang besar untuk dibudidayakan secara
komersial yang berorientasi agribisnis. Agribisnis cacing tanah ini dapat
bermanfaat untuk diaplikasikan untuk kepentingan persediaan industri pakan
ternak dan ikan nasional, memasok kebutuhan industri farmasi dan obat-obatan,
mengubah limbah organik menjadi media tanam yang baik dan murah dalam
mendukung usaha pertanian, serta menumbuhkan ekonomi kerakyatan.
Melihat peluang ini, tentu akan menjadi lahan bisnis yang cukup
menjanjikan bagi para pengusaha cacing tanah. Salah satu pelaku usaha tani yang
melihat dan memutuskan untuk memanfaatkan peluang tersebut dengan berencana
bergerak di bidang budidaya cacing tanah adalah Magenta Farm. Ditinjau dari
aspek-aspek kelayakan usaha, Magenta Farm dapat dikatakan layak untuk
menjalankan bisnis budidaya cacing tanah. Aspek yang dimaksud adalah aspek
teknis, aspek pasar, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, dan aspek
finansial. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat membudidayakan
cacing tanah, yaitu penyiapan wadah, pembuatan medium/media, penyiapan bibit,
penebaran, dan pemeliharaan. Setelah kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan, maka
dapat dilakukan kegiatan panen, kemudian pascapanen, dan akhirnya dipasarkan.
Analisis kelayakan investasi Magenta Farm menunjukan nilai R/C Ratio
1,263; BEP unit 519,599 kg; BEP harga Rp 24.121,167 per kg; NPV Rp.
4.047.441; IRR 53 persen; Net B/C 1,530; PBP 1,26 tahun. Dengan demikian
Magenta Farm ini dapat dinyatakan layak untuk melaksanakan usaha budidaya
cacing tanah. Analisis switching value dengan asumsi apabila terjadi penurunan
harga jual produk cacing tanah sebesar 4,13 persen menghasilkan nilai Net B/C
sebesar 1,004; IRR 0 persen; PP 14,3 tahun; dan NPV mendekati nol, yaitu
sebesar Rp 34.731.
ANALISIS KELAYAKAN USAHA
BUDIDAYA CACING TANAH (Lumbricus rubellus)
PADA MAGENTA FARM DI DESA NANGGUNG BOGOR

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Oleh :
SHANDRA UMAYA A.Y.
H24087060

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Cacing Tanah (Lumbricus
rubellus) pada Magenta Farm di Desa Nanggung Bogor
Nama : Shandra Umaya A.Y.
NIM : H24087060

Menyetujui
Dosen Pembimbing,

(Wita Juwita Ermawati, STP, MM)


NIP. 19750907 200501 2 001

Mengetahui
Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc)


NIP. 19610123 198601 1 002

Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 14 Oktober 1987 dari


pasangan Bapak Muhammad Yasin dan Ibu Umamah, dengan nama Shandra
Umaya Adri Yasin. Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara yang
terdiri dari tiga orang perempuan dan satu orang laki-laki
Latar belakang pendidikan penulis yaitu lulus dari SD Negeri Sukarasa III
Bandung pada tahun 1999, lulus dari SMP Negeri 1 Bogor pada tahun 2002, lulus
dari SMA Negeri 5 Bogor pada tahun 2005, dan lulus dari Program Diploma III
Program Keahlian Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor pada tahun
2008. Penulis berstatus sebagai mahasiswa Program Sarjana Alih Jenis
Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor mulai Tahun Akademik 2008/2009.

v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur kepada Allah SWT Sang Maha Pencipta yang
selalu mencurahkan rahmat dan hidayahNya kepada alam semesta beserta isinya.
Dengan ridhoNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini pada waktu yang
diharapkan dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Cacing Tanah
(Lumbricus rubellus) pada Magenta Farm di Desa Nanggung Bogor”.
Karya ilmiah ini adalah hasil dari kegiatan penelitian yang bertempat di
Magenta Farm, Desa Nanggung Bogor yang dilakukan selama tiga bulan,
terhitung sejak bulan Juni sampai bulan Agustus 2010. Skripsi ini merupakan
salah satu syarat kelulusan sebagai mahasiswa tingkat akhir dan untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen,
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Harapan penulis atas terwujudnya karya ilmiah ini adalah agar dapat
bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan atas tema yang diangkat,
khususnya bagi Magenta Farm yang menjadi objek yang dikaji dalam penelitian
ini. Penulis tak luput dari segala keterbatasan dan kesalahan, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa
yang akan datang.

Bogor, Oktober 2010

Penulis

vi
UCAPAN TERIMA KASIH

Rasa syukur dan pujian tak henti kepada Allah SWT Penguasa Semesta
Alam, yang selalu merahmati alam semesta dan segala isinya ini dengan segala
manfaat, dan shalawat bagi junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan para sahabatnya. Berbagai bentuk dukungan dan bantuan selama
penyusunan skripsi ini hingga selesai telah dicurahkan oleh berbagai pihak kepada
penulis, oleh karena itu melalui keterbatasan kata penulis mengucapkan terima
kasih kepada :

1. H. M. Yasin SH, SIP, M.Sc dan Hj. Umamah kedua orang tuaku, kakak-
kakak, dan para keponakanku yang selalu memberi dukungan, kasih
sayang, dan semangat kepada penulis,
2. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Program
Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor,
3. Wita Juwita Ermawati, STP, MM selaku Dosen Pembimbing kegiatan
penelitian, yang telah membantu, membimbing dan mengarahkan penulis
dalam penyusunan skripsi ini,
4. Ir. Mimin Aminah, MM dan Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen
penguji pada ujian sidang skripsi ini yang telah memberi banyak kritik dan
masukan yang bersifat membangun untuk perbaikan skripsi ini,
5. Segenap pihak Magenta Farm yang memberi kesempatan bagi penulis
mengadakan penelitian untuk mewujudkan skripsi ini,
6. Seluruh pihak yang telah turut mendukung penulis dalam kegiatan
penelitian dan penulisan skripsi yang tak cukup untuk disebutkan satu per
satu.

Bogor, Oktober 2010

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
UCAPAN TERIMA KASIH........................................................................vii
DAFTAR TABEL......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................xii

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah........................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................. 7

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Cacing Tanah ................................................................................... 8
2.2 Studi Kelayakan Bisnis .................................................................... 9
2.3 Teori Biaya dan Manfaat .................................................................12
2.4 Analisis Kelayakan Investasi ...........................................................13
2.5 Analisis Finansial .............................................................................14
2.5.1 Net Present Value (NPV) ........................................................14
2.5.2 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio)..................................15
2.5.3 Internal Rate Return (IRR) .....................................................15
2.5.4 Payback Periode (PP) .............................................................15
2.6 Analisis Switching Value..................................................................16
2.7 Penelitian Terdahulu yang Relevan .................................................16

III. METODE PENELITIAN


3.1. Kerangka Pemikiran.........................................................................18
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................20
3.3. Metode Penelitian.............................................................................20
3.3.1 Jenis dan Sumber Data ............................................................20
3.3.2 Pengolahan dan Analisis Data.................................................20

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum Usaha ..................................................................24
4.2 Analisis Kelayakan Usaha................................................................26
4.2.1 Aspek Teknis ..........................................................................26
4.2.2 Aspek Manajemen ..................................................................37
4.2.3 Aspek Pasar ............................................................................39

viii
4.2.4 Aspek Sosial dan Lingkungan ................................................45
4.2.5 Aspek Finansial.......................................................................45

KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan ......................................................................................51
2. Saran ................................................................................................51

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................52


LAMPIRAN ..................................................................................................54

ix
DAFTAR TABEL

No. Halaman
1 Permintaan pakan ternak sebagai subtitusi cacing tanah dari
27 orang peternak ayam dan ikan di Leuwiliang Bogor ....................... 4
2 Penawaran pakan ternak sebagai subtitusi cacing tanah terhadap
27 orang peternak ayam dan ikan di Leuwiliang Bogor ....................... 5
3 Sembilan spesies cacing tanah yang banyak diminati .......................... 8
4 Permintaan cacing tanah di Jawa Barat ................................................41

x
DAFTAR GAMBAR

No. Halaman
1 Kerangka Pemikiran Penelitian.............................................................19
2 Proses Produksi Budidaya Cacing Tanah .............................................27

xi
DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman
1 Tabel biaya peralatan dan bahan...........................................................47
2 Tabel biaya pra-investasi dan investasi.................................................48
3 Tabel biaya produksi 1 periode produksi (4 bulan) ..............................49
4 Tabel pendapatan tahun ke-1 dan ke-2 Magenta Farm ........................49
5 Tabel laporan laba/rugi Magenta Farm penjualan 100% .....................50
6 Cash Flow Magenta Farm ....................................................................51
7 Cash Flow Magenta Farm setelah terjadi oenurunan harga jual
sebesar 4,13% .......................................................................................52

xii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor pertanian merupakan salah satu potensi yang dimiliki oleh
Indonesia sebagai negara agraris dimana penduduknya sebagian besar
bergantung pada sektor tersebut yang sangat prospektif untuk
dikembangkan. Sumberdaya alam serta sumberdaya manusia yang
dimiliki oleh Indonesia cukup melimpah, didukung dengan ketersediaan
teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha di sektor
pertanian. Keberadaan penduduk yang memadati Indonesia juga menjadi
potensi sebagai pasar yang siap menampung hasil produksi dari kegiatan
agribisnis yang dijalankan. Sektor pertanian memegang peranan penting
dalam menghadapi krisis ekonomi yang dihadapi Indonesia beberapa
tahun belakangan ini dan mampu menyerap tenaga kerja yang juga tidak
sedikit. Bidang yang telah banyak digeluti oleh para pengusaha di bidang
pertanian, baik dalam skala usaha kecil maupun besar, meliputi bidang
usaha yang berkaitan dengan tanaman dan hewan, baik untuk kepentingan
pangan maupun nonpangan. Salah satu bidang usaha tani yang dapat
digeluti adalah budidaya cacing tanah (Lumbricus rubellus), dimana
komoditas ini dianggap memiliki potensi dan prospek pasar yang cukup
potensial serta prospektif untuk dilakukan.
Cacing tanah sering dianggap sebagai makhluk tidak berguna dan
menjijikkan. Namun, cacing tanah ternyata memiliki potensi yang besar
untuk dibudidayakan secara komersial yang berorientasi agribisnis
(Rukmana, 2000). Agribisnis cacing tanah ini dapat bermanfaat untuk
diaplikasikan untuk kepentingan persediaan industri pakan ternak dan ikan
nasional, memasok kebutuhan industri farmasi dan obat-obatan, mengubah
limbah organik menjadi media tanam yang baik dan murah dalam
mendukung usaha pertanian, serta menumbuhkan ekonomi kerakyatan.
Terdapat beberapa jenis cacing tanah di Indonesia yang potensial
untuk dibudidayakan, baik jenis cacing tanah asal luar negeri (introduksi),
maupun jenis cacing tanah lokal. Hal yang membedakan antara jenis-jenis
2

cacing tanah yaitu didasarkan pada kriteria letak klitelum pada segmen,
jumlah segmen pada tubuh, jumlah seta pada setiap segmen, serta tampilan
bentuk, ukuran dan warna tubuh cacing tanah.
Produk yang dihasilkan dari wirausaha cacing tanah adalah biomas
atau cacing itu sendiri dan kotoran cacing yang biasa disebut Kascing
(bekas cacing). Biomas cacing merupakan sumber protein hewani (72% -
84,5%). Protein cacing tanah mengandung 20 asam amino, yang terdiri
atas lisin, triptopan, histidin, fenilalanin, isoleusin, leusin, theorin,
methionin, arginine, glisin, alanin, sistin, tirosin, asam aspartik, asam
glutamat, prolin, hidroksiprolin, serin, dan sitruline (Rukmana, 2000).
Cacing tanah termasuk salah satu makhluk hidup penghuni tanah yang
dapat memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia.
Multimanfaat cacing tanah antara lain adalah dapat menyuburkan lahan
pertanian, meningkatkan daya serap air oleh permukaan tanah, umpan
memancing ikan, dan lain-lain.
Kualitas protein cacing tanah lebih tinggi jika dibandingkan
dengan protein daging dan ikan, sehingga sangat potensial untuk
dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak, ikan, dan makanan manusia.
Di berbagai negara, cacing tanah telah dimanfaatkan dan diolah menjadi
makanan manusia serta sebagai ramuan obat dan kosmetika. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Fakultas MIPA UNPAD Bandung pada
tahun 1996, diketahui bahwa ekstrak cacing tanah mampu menghambat
pertumbuhan bakteri patogen penyakit typus dan diare.
Cacing tanah amat potensial menghancurkan bahan organik,
termasuk sampah-sampah, sehingga selain berguna untuk menyuburkan
tanah, cacing tanah juga menghasilkan Kascing yang dapat digunakan
sebagai pupuk organik. Pupuk Kascing dapat dimanfaatkan untuk aneka
usaha pertanian, misalnya usaha tani sayuran, buah-buahan, dan tanaman
hias. Sifat kimia dan kandungan hara Kascing yang bahan dasarnya
berasal dari sampah rumah tangga dan sampah pasar, setara dengan
kompos.
3

Di Indonesia, usaha memasyarakatkan budidaya cacing tanah


secara komersial sebagai peluang wirausaha yang menguntungkan
semakin banyak disosialisasikan, baik pada skala rumah tangga maupun
skala besar. Kelayakan wirausaha cacing tanah dapat dianalisis dari
berbagai aspek yang mendukung, yaitu aspek pemasaran, aspek biaya
(finansial), aspek teknik budidaya, serta aspek organisasi dan manajemen.
Peluang yang dapat dimanfaatkan dari wirausaha cacing tanah ini
yaitu salah satunya dengan memperhatikan kebutuhan pakan ternak dalam
negeri yang sebagian besar masih mengimpor dari berbagai negara.
Umumnya tepung ikan digunakan sebagai pakan ternak, tetapi menurut
data yang berlaku, tepung cacing tanah lebih unggul daripada tepung ikan
karena kadar proteinnya yang sebesar 72% jauh lebih tinggi daripada
kadar protein tepung ikan yang hanya sebesar 22,65%. Di samping itu,
tepung cacing tidak berlemak, mudah dicerna, dan mengandung beberapa
asam amino (arginin, sistin, dan metionin) yang lebih tinggi daripada
tepung ikan. Permintaan impor terhadap tepung ikan ini pada tahun 1997
mencapai 120.570.359 Kg, pada tahun 1999 meningkat menjadi 140.000
ton, hanya dari negara Chilli belum dari negara lain, dan terus meningkat
dari tahun ke tahun sampai sekarang (Rukmana, 2000).
Terdapat pula peluang dari luar negeri, salah satunya Korea yang
memiliki sejarah pada tahun 1999 mengadakan permintaan terhadap
cacing tanah sebanyak 35.000 ton per bulan dan terus meningkat pada
tahun-tahun berikutnya, termasuk sampai sekarang. Pada aspek
pemasaran, produk cacing tanah dapat diserap oleh berbagai industri atau
pasar, di antaranya adalah pasar industri pakan ternak dan ikan, industri
pembibitan cacing tanah, industri farmasi dan obat-obatan. Di samping
itu, cacing tanah banyak dibutuhkan untuk bahan (material) pengomposan
sampah dan dapat dijadikan sebagai komoditas ekspor serta pengganti
(subtitusi) impor tepung ikan yang merupakan bahan baku pakan ikan dan
ternak (Rukmana, 2000).
Permintaan pasar terhadap produk cacing tanah ini berasal dari
berbagai pihak, umumnya yaitu dari Pusat Inkubator Bisnis IKOPIN
4

(PIBI), Asosiasi Kultur Vermi Indonesia (AKVI), pedagang pengumpul


daerah, koperasi cacing, industri farmasi, industri pakan ikan dan ternak,
serta petani peminat Budidaya Cacing Tanah. Permintaan yang menjadi
fokus Magenta Farm adalah permintaan yang berasal dari para peternak
ayam dan ikan di sekitar daerah lokasi produksi, yaitu daerah Nanggung,
Cigudeg, Desa Kalong, Cirangsad, Pabuaran, Wates, Bunar, dan
Leuwisadeng. Jumlah permintaan dari para peternak ayam dan ikan pada
daerah-daerah tersebut diketahui sekitar sebesar 9 ton pada tahun 2005
(Rukmana, 2000).
Permintaan terhadap cacing tanah di pasar Jawa Barat selalu
meningkat setiap tahunnya. Selama 6 tahun sejak 1999 hingga 2005,
setiap tahun terjadi peningkatan sejumlah 28.750 ton per tahun dari jumlah
17 ribu ton pada 1999 menjadi 189.500 ton pada tahun 2005 (Rukmana,
2000). Peningkatan permintaan dari tahun ke tahun terjadi akibat semakin
beragamnya produk olahan cacing tanah disertai peningkatan preferensi
konsumen untuk mulai mengkonsumsi produk yang berbahan dasar cacing
tanah. Jumlah peningkatan permintaan pakan ternak berupa tepung ikan
sebagai barang subtitusi cacing tanah dari 27 orang peternak ayam dan
ikan di daerah Leuwiliang Bogor dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Permintaan pakan ternak sebagai subtitusi cacing tanah


dari 27 orang peternak ayam dan ikan di Leuwiliang, Bogor
No. Tahun Permintaan Pakan Ternak Subtitusi
1. Akhir 2009 3,70 ton
2. Awal 2010 4,26 ton
Sumber: Wawancara peternak setempat

Saat ini produksi cacing tanah dalam negeri masih sangat rendah.
Misalnya, provinsi Jawa Barat pada tahun 1999 memproyeksikan produksi
cacing tanah sebanyak 12.787,04 ton yang diproduksi oleh sekitar 400
pembudidaya cacing tanah di 15 kabupaten (Rukmana, 2000). Usaha
cacing tanah di Indonesia ini masih terjadi over demand. Dengan
demikian, jika dilihat dari segi penawaran yang dilakukan oleh para
peternak cacing tanah, hal ini tidak menjadi kendala yang tidak begitu
5

berarti asal mampu bersaing dalam hal kuantitas atau jumlah produk yang
dihasilkan.
Menurut Rukmana (2000), jumlah penawaran terhadap cacing
tanah di daerah Jawa Barat yang berasal dari para peternak cacing tanah di
daerah tersebut pada tahun 2005 mencapai 164.222,24 ton. Selama 6 tahun
sejak 1999 sampai 2005, terjadi peningkatan penawaran dari 12.787,04 ton
menjadi 164.222,24 ton atau sejumlah 151.435,2 ton selama 6 tahun,
dengan rata-rata peningkatan adalah sebesar 25.239,2 ton per tahun.
Angka tersebut masih belum memenuhi jumlah permintaan yang ada di
pasar. Jumlah penawaran cacing tanah yang belum mampu memenuhi
permintaan pasar ini adalah akibat adanya permintaan yang terus
meningkat, tetapi tidak diiringi dengan peningkatan jumlah produksi oleh
para produsen cacing tanah serta minimnya pengusaha baru yang
menggeluti usaha cacing tanah ini. Berikut ini adalah angka penawaran
pakan ternak sebagai subtitusi cacing tanah yang diterima oleh 27 peternak
di daerah Leuwiliang Bogor:

Tabel 2. Penawaran pakan ternak sebagai subtitusi cacing tanah


terhadap 27 orang peternak ayam dan ikan di Leuwiliang,
Bogor
No. Tahun Penawaran Pakan Ternak Subtitusi
1. Akhir 2009 2,56 ton
2. Awal 2010 3,82 ton
Sumber: Wawancara peternak setempat

Penawaran produk cacing tanah yang terjadi di pasar ini bersifat


variatif. Produk utama dari cacing tanah adalah cacing tanah itu sendiri
dan kotoran cacing atau yang biasa disebut Kascing (bekas cacing).
Sedangkan variasi produk cacing tanah yang beredar di pasar selain
Leuwiliang Bogor antara lain dalam bentuk produk pakan ikan dan ternak,
produk nutrisi tanaman, produk farmasi, dan produk kosmetik.
Adanya kekurangan penawaran barang subtitusi cacing tanah
berupa pakan ternak seperti tepung ikan menjadi salah satu peluang untuk
usaha cacing tanah ini. Selain itu, apabila produk cacing tanah dapat
diproduksi dalam skala besar maka akan sanggup menggeser produk
6

pakan ternak yang lain. Hal ini dikarenakan cacing tanah memiliki
keunggulan kandungan nutrisi berupa protein yg jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan produk pakan ternak yang lain, yaitu sebesar 72
persen.
Melihat peluang ini, tentu akan menjadi lahan bisnis yang cukup
menjanjikan bagi para pengusaha cacing tanah, termasuk yang baru akan
terjun ke dalam bidang ini. Salah satu pelaku usaha tani yang melihat dan
memutuskan untuk memanfaatkan peluang tersebut dengan berencana
bergerak di bidang budidaya cacing tanah adalah Magenta Farm.
Magenta Farm yang terletak di desa Nanggung, Leuwiliang, Bogor
ini bergerak sebagai salah satu pelaku usaha tani yang baru berdiri dan
berencana melakukan usaha budidaya cacing tanah sebagai kegiatan bisnis
utamanya. Budidaya cacing tanah ini dilakukan atas dasar ketersediaan
peluang pasar yang berada di sekitar Magenta Farm yaitu daerah
Nanggung itu sendiri, Cigudeg, Desa Kalong, Cirangsad, Pabuaran, Wates,
Bunar, dan Leuwisadeng yang merupakan daerah dimana banyak terdapat
peternakan ayam dan ikan.

1.2 Perumusan Masalah


Magenta Farm merupakan bentuk usaha tani berskala kecil yang
bergerak pada bidang budidaya cacing tanah jenis Lumbricus rubellus.
Pada penelitian ini akan dibahas mengenai kelayakan usaha yang akan
dijalankan, yaitu budidaya cacing tanah. Kelayakan usaha yang dimaksud
adalah kelayakan yang dilihat dari beberapa aspek. Tinjauan yang perlu
dilakukan untuk melaksanakan sebuah usaha atau kegiatan bisnis yang
utama dalam hal ini adalah kelayakan usaha itu sendiri. Dalam hal ini
dikaji mengenai layak atau tidaknya sebuah usaha dilaksanakan, ditinjau
dari berbagai aspek. Hal krusial yang menjadi sorotan perusahaan adalah
dari aspek finansial. Untuk melihat bagaimana gambaran mengenai
investasi yang ditanamkan terhadap biaya yang dikeluarkan, maka
dilakukanlah analisa kriteria investasi.
Biaya yang dikeluarkan diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada perusahaan, tidak hanya manfaat finansial tetapi manfaat-manfaat
7

lainnya. Aspek-aspek yang dinilai dalam studi kelayakan bisnis meliputi


aspek hukum, aspek pasar dan pemasaran, aspek keuangan, aspek
teknis/operasional, aspek manajemen dan organisasi, aspek ekonomi dan
sosial, serta aspek dampak lingkungan (Kasmir, 2003). Aspek-aspek
tersebut dipaparkan secara deskriptif untuk mendukung kelayakan sebuah
usaha atau kegiatan bisnis.
Pada penelitian ini akan dibahas mengenai beberapa aspek studi
kelayakan bisnis yang meliputi lima aspek, yaitu aspek teknis/operasional,
aspek manajemen dan organisasi, aspek pasar dan pemasaran, aspek
dampak lingkungan, dan aspek keuangan. Adapun rumusan permasalahan
yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana rangkaian teknis kegiatan operasional budidaya cacing
tanah pada Magenta Farm?
2. Bagaimana analisis kelayakan usaha budidaya cacing tanah oleh
Magenta Farm?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dilaksanakannya penelitian pada Magenta Farm ini adalah
sebagai berikut:
1. Menguraikan rangkaian teknis kegiatan operasional budidaya cacing
tanah pada Magenta Farm.
2. Mengalisis kelayakan usaha kegiatan usaha tani budidaya cacing tanah
oleh Magenta Farm.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan
informasi yang diharapkan berguna bagi :
1. Perusahaan diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian sebagai
bahan informasi dan pertimbangan bagi Magenta Farm dalam
pelaksanaan rencana usaha tani budidaya cacing tanah.
2. Pembaca diharapkan dapat menggunakan hasil penelitian sebagai
sumber informasi dan bahan acuan untuk menambah pengetahuan
khususnya mengenai teknis dan pemanfaatan budidaya cacing tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cacing Tanah


Dunia hewan berdasarkan tingkat kompleksitas dan urutan
evolusinya terbagi atas 15 phyla. Cacing tanah termasuk ke dalam phylum
Annelida atau binatang yang bersegmen-segmen, beruas-ruas, atau
bergelang-gelang. Phylum Annelida dibagi ke dalam tiga kelas, yaitu
Polychaeta, Oligochaeta, dan Huridinea. Ciri-ciri phylum Annelida
adalah sebagai berikut (Rukmana, 2000):
1. Tubuhnya simetris bilateral, silindris, dan bersegmen-segmen serta
pada permukaan tubuh terdapat sederetan dinding tipis atau sekat.
2. Saluran pencernaan makanan dan mulut terletak pada bagian depan
(muka), sedangkan anus di bagian belakang.
3. Mempunyai rongga tubuh (coelom) yang berkembang dengan baik.
4. Bernapas dengan kulit atau insang.
5. Mempunyai peredaran darah tertutup dan darahnya mengandung
hemoglobin.
Terdapat sembilan spesies cacing tanah yang meliputi empat famili
(suku) yang banyak diminati untuk dibudidayakan, seperti disajikan pada
tabel berikut ini:
Tabel 3. Sembilan spesies cacing tanah yang banyak diminati
No. Famili Spesies Cacing Tanah
1. Lumbricidae a. Lumbricus rubellus
b. L. terrestris
c. Eisenia foetida
d. Allolobophora caliginosa
e. A. Chlorotica
2. Megascolecidae f. Pheretima asiatica
g. Perionyx exavatus
3. Acanthrodrilidae h. Diplocordia verrucosa
4. Octochaetidae i. Eudrilus eugeuniae
Sumber: Rukmana (2000)
9

2.2 Studi Kelayakan Bisnis


Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah (1999)
proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-
sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit); atau suatu aktivitas
yang mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil
(returns) di waktu yang akan datang, dapat direncanakan, dibiayai dan
dilaksanakan sebagai satu unit. Gittinger (1986) mendefinisikan proyek
sebagai suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial
menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan atau
manfaat setelah beberapa periode waktu. Pengertian lainnya diungkapkan
oleh Umar (1999), proyek adalah suatu usaha yang direncanakan
sebelumnya dan memerlukan sejumlah pembiayaan serta penggunaan
masukan lain yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu dan
dilaksanakan dalam suatu bauran produk yang sudah ada dengan
menginvestasikan sumber daya yang dapat dinilai secara independen.
Analisis kelayakan dilakukan untuk melihat apakah suatu proyek
dapat memberikan manfaat atas investasi yang ditanamkan. Studi
kelayakan proyek menurut Umar (1999) ialah suatu penelitian tentang
layak atau tidaknya suatu proyek investasi dilaksanakan. Hasil kelayakan
merupakan perkiraan kemampuan suatu proyek menghasilkan keuntungan
yang layak bila telah dioperasionalkan. Husnan dan Suwarsono (2000)
menyatakan studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat atau
tidaknya suatu proyek dilaksanakan dengan berhasil. Analisis kelayakan
penting dilakukan sebagai evaluasi proyek yang dijalankan pihak yang
membutuhkan studi kelayakan antara lain :
1. Investor
Investor merupakan pihak yang menanamkan dana atau
modal dalam suatu proyek akan lebih memperhatikan prospek
usaha tersebut (tingkat keuntungan proyek yang diharapkan).
10

2. Kreditur (Bank)
Kreditur merupakan pihak yang membutuhkan studi
kelayakan untuk memperhatikan segi keamanan dana yang
dipinjamkan untuk kegiatan proyek.
3. Pemerintah
Pemerintah lebih berkepentingan dengan manfaat proyek
bagi perekonomian nasional dan pendapatan pemerintah atas pajak
yang diberikan proyek tersebut.

Terdapat enam aspek yang dibahas dalam studi kelayakan, antara


lain aspek teknis, aspek manajerial dan administratif, aspek organisasi,
aspek komersial, aspek finansial, dan aspek ekonomis (Kadariah, 1999).
Analisis kelayakan dapat pula dibagi menjadi menjadi aspek teknis, aspek
pasar, aspek yuridis, aspek manajemen, aspek lingkungan dan aspek
finansial (Umar, 1999). Lainnya menyebutkan bahwa aspek-aspek analisis
kelayakan ke dalam aspek pasar, aspek keuangan, aspek manajemen,
aspek hukum, aspek ekonomi dan sosial (Husnan dan Suwarsono, 2000).
Semua aspek tersebut perlu dipertimbangakan bersama-sama untuk
menentukan manfaat yang diperlukan dalam suatu investasi.
Gittinger (1986) menyatakan bahwa pada proyek pertanian ada
enam aspek yang harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan
yaitu:
1. Aspek Pasar
Untuk memperoleh hasil pemasaran yang diinginkan,
perusahaan harus menggunakan alat-alat pemasaran yang
membentuk suatu bauran pemasaran. Yang dimaksud dengan
bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang
digunakan perusahaan terus menerus mencapai tujuan
pemasarannya di pasar sasaran (Kotler, 2002). Analisis aspek pasar
pada studi kelayakan mencakup permintaan, penawaran, harga,
program pemasaran yang akan dilaksanakan, serta perkiraan
penjualan.
11

2. Aspek Teknis
Aspek teknis menyangkut masalah penyediaan sumber-
sumber dan pemasaran hasil-hasil produksi. Aspek teknis terdiri
dari lokasi proyek, besaran skala oprasional untuk mencapai kondisi
yang ekonomis, kriteria pemilihan mesin dan equipment, proses
produksi serta ketepatan penggunaan teknologi.
3. Aspek Manajemen
Analisis aspek manajemen memfokuskan pada kondisi
internal perusahaan. Aspek-aspek manajemen yang dilihat pada
studi kelayakan terdiri dari manajemen pada masa pembangunan
yaitu pelaksana proyek, jadwal penyelesaian proyek, dan pelaksana
studi masing-masing aspek, dan manajemen pada saat operasi yaitu
bentuk organisasi, struktur organisasi, deskripsi jabatan, personil
kunci dan jumlah tenaga kerja yang digunakan (Handoko, 2001).
4. Aspek Hukum
Terdiri dari bentuk badan usaha yang akan digunakan,
jaminan-jaminan yang dapat diberikan apabila hendak meminjam
dana, serta akta, sertifikat, dan izin yang diperlukan dalam
menjalankan usaha.
5. Aspek Sosial Lingkungan
Terdiri dari pengaruh proyek terhadap penghasilan negara,
pengaruhnya terhadap devisa negara, peluang kerja dan
pengembangan wilayah dimana proyek dilaksanakan.
6. Aspek Finansial
Penelitian dalam aspek ini dilakukan untuk menilai biaya-
biaya apa saja yang akan dikeluarkan dan seberapa besar biaya-
biaya tersebut. Kemudian seberapa besar pendapatan yang akan
diterima jika proyek jadi dijalankan.
12

Terdapat lima tujuan mengapa sebelum suatu usaha atau proyek


dijalankan perlu dilakukan studi kelayakan (Kasmir, 2003), yaitu:
1. Menghindari resiko kerugian,
2. Memudahkan perencanaan,
3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan,
4. Memudahkan pengawasan, dan
5. Memudahkan pengendalian.

2.3 Teori Biaya dan Manfaat


Tujuan analisa dalam analisa proyek harus disertai dengan definisi
biaya-biaya dan manfaat-manfaat. Biaya dapat diartikan sebagai segala
sesuatu yang mengurangi suatu tujuan, dan suatu manfaat adalah segala
sesuatu yang membantu tujuan (Gittinger, 1986). Biaya dapat juga
didefinisikan sebagai pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan
pengurangan terhadap manfaat yang diterima. Biaya yang diperlukan suatu
proyek dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaanya
bersifat jangka panjang, seperti tanah, bangunan, pabrik dan mesin.
2. Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang
diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja.
3. Biaya lainnya, seperti pajak, bunga dan pinjaman.
Manfaat juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat
menimbulkan kontribusi terhadap suatu proyek. Manfaat proyek dapat
dibedakan menjadi:
1. Manfaat langsung, yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur
dan dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti: peningkatan
pendapatan dan kesempatan kerja.
2. Manfaat tidak langsung, yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh
dengan tidak langsung dari proyek dan bukan merupakan tujuan utama
proyek, seperti rekreasi.
Kriteria yang bisa digunakan sebagai dasar persetujuan atau
penolakan suatu proyek yang dilaksanakan adalah kriteria investasi. Dasar
13

penilaian investasi adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima


sebagai manfaat dari investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam
situasi tanpa proyek. Nilai perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat
bersih yang akan muncul dari investasi dengan adanya proyek (Kasmir,
2003).

2.4 Analisis Kelayakan Investasi


Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang
diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Dalam mengukur
kemanfaatan proyek dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan
perhitungan berdiskonto dan tidak berdiskonto. Perbedaannya terletak
pada konsep Time Value of Money yang diterapkan pada perhitungan
berdiskonto. Perhitungan diskonto merupakan suatu teknik yang dapat
“menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datang dan
arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang”. Sedangkan
perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum, yaitu ukuran-
ukuran tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai
lamanya arus manfaat yang diterima (Gittinger, 1986).
Konsep time value of money (nilai waktu uang) menyatakan bahwa
present value (nilai sekarang) adalah lebih baik daripada yang sama pada
future value (nilai pada masa yang akan datang). Ada dua sebab yang
menyebabkan hal ini terjadi yaitu: time preference (sejumlah sumber yang
tersedia untuk dinikmati pada saat ini lebih disenangi daripada jumlah
yang sama namun tersedia di masa yang akan datang) dan produktivitas
atau efisiensi modal (modal yang dimiliki saat sekarang memiliki peluang
untuk mendapatkan keuntungan di masa datang melalui kegiatan yang
produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi masyarakat
secara keseluruhan (Kadariah, 1999).
Kedua unsur tersebut berhubungan timbal balik di dalam pasar
modal untuk menentukan tingkat harga modal yaitu tingkat suku bunga,
sehingga dengan tingkat suku bunga dapat dimungkinkan untuk
membandingkan arus biaya dan manfaat yang penyebarannya dalam waktu
yang tidak merata (Kadariah, 1999).
14

2.5 Analisis Finansial


Kriteria-kriteria yang menentukan kelayakan investasi diantaranya
adalah NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C
(Net Benefit Cost Ratio), PBP (Pay Back Period) dan analisa kepekaan
(Switching Value). Analisis kelayakan pada aspek ini sangat penting
dilakukan. Tujuan dilakukannya analisis proyek adalah 1) untuk
mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu
proyek, 2) menghindari pemborosan sumber-sumber, yaitu dengan
menghindari pelaksanaan proyek yang tidak menguntungkan, 3)
mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga kita
dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan, dan 4)
menentukan prioritas investasi (Gray, 1992).

2.5.1 Net Present Value (NPV)


Net Present Value (NPV) suatu proyek atau usaha adalah
selisih antara nilai sekarang (present value) manfaat dengan arus
biaya. NPV juga dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus
kas yang ditimbulkan oleh investasi. Net Present Value diartikan
sebagai nilai bersih sekarang arus kas tahunan setelah pajak
dikurangi dengan pengeluaran awal (Keown, 2001). Dalam
menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang
relevan. Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu:
 NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan
persis sebesar modal sosial Opportunity Cost faktor produksi
normal. Dengan kata lain, proyek tersebut tidak untung dan
tidak rugi.
 NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan
menguntungkan dan dapat dilaksanakan.
 NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai
biaya yang dipergunakan. Dengan kata lain, proyek tersebut
merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan.
15

2.5.2 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio)


Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) merupakan
angka perbandingan antara present value dari net benefit yang
positif dengan present value dari net benefit yang negatif (Keown,
2001). Kriteria investasi berdasarkan Net B/C Rasio adalah:
 Net B/C = 1, maka NPV = 0, proyek tidak untung dan tidak
rugi
 Net B/C > 0, maka NPV > 0, proyek menguntungkan
 Net B/C < 0, maka NPV < 0, proyek merugikan

2.5.3. Internal Rate Return (IRR)


Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang
menyamakan present value kas keluar yang diharapkan dengan
present value aliran kas masuk yang diharapkan, atau didefinisikan
juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan Net Present Value
(NPV) sama dengan nol.
IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan interen tahunan
bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam
satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga
maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang
digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih
besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (Kasmir, 2000).

2.5.4. Payback Periode (PBP)


Payback periode atau tingkat pengembalian investasi
adalah salah satu metode dalam menilai kelayakan suatu usaha
yang digunakan untuk mengukur periode jangka waktu
pengembalian modal. Semakin cepat modal itu dapat kembali,
semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang
kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lain (Husnan dan
Suwarsono, 2000).
16

2.6 Analisis Sensitivitas dan Switching Value


Analisis sensivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi
dengan hasil analisa proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan-
perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan manfaat (Kadariah,
1999). Pada umumnya proyek-proyek yang dilaksanakan sensitif berubah-
ubah akibat empat masalah yaitu harga, kenaikan biaya, keterlambatan
pelaksanaan dan hasil (Gittinger, 1986).
Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah nilai pengganti
(switching value). Pengujian ini dilakukan sampai dicapai tingkat
minimum dimana proyek dapat dilaksanakan dengan menentukan berapa
besarnyaa proporsi manfaat yang akan turun akibat manfaat bersih
sekarang menjadi nol bunga (NPV = 0). NPV sama dengan nol akan
membuat IRR sama dengan tingkat suku bunga dan Net B/C sama dengan
satu (Kasmir, 2003). Analisis dilakukan pada perubahan harga input dan
output yang terdiri dari empat perubahan harga, yaitu :
1. Penurunan harga output
2. Kenaikan biaya total
3. Kenaikan biaya investasi
4. Kenaikan biaya operasional.

2.7 Penelitian Terdahulu yang Relevan


Penelitian Hanindita (2006) yang berjudul Analisis Kelayakan
Finansial Budidaya Jamur Merang (Volvariella volvaceae) (Studi Kasus
Usaha Agribisnis Putra Hasan Mushroom di Kecamatan Karang Bahagia,
Bekasi, Jawa Barat). Berdasarkan analisis aspek-aspek penunjang
kelayakan proyek yaitu aspek teknis, aspek pasar, aspek institusional-
organisasi-manajerial, aspek sosial dan aspek finansial menunjukkan
bahwa budidaya jamur merang layak untuk dilaksanakan. Dengan rincian
analisis finansial berupa NPV sebesar Rp 47.304.408 pada tingkat DF
16%, IRR sebesar 66% dan B/C senilai 2,22 dengan PBP selama 1,6
tahun.
Penelitian Sembiring (2007) yang berjudul Analisis Finansial dan
Ekonomi Usaha Pembuatan Kompos dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
17

(Studi Kasus PT. XYZ). Hasil dari analisis kelayakan investasi terhadap
arus manfaat-biaya finansial menunjukkan nilai diatas kriteria kelayakan.
Nilai NPV yang diperoleh untuk analisis ini sebesar Rp. 43.593.614.577.
Tingkat pengembalian internal (IRR) yang diperoleh sebesar 51,83 persen.
Nilai Net B/C yang dihasilkan 7,273. Proyek secara finansial akan
memperoleh pengembalian terhadap modal yang ditanamkan setelah satu
tahun 5,35 bulan.
Penelitian Siregar (2009) yang berjudul Kajian Kelayakan Biogas
Dari Limbah Ternak (Studi Kasus: PT. Darul Fallah dan Fakultas
Peternakan, IPB). Berdasarkan analisis aspek-aspek penunjang kelayakan
proyek yaitu aspek teknis, aspek pasar, aspek institusional-organisasi-
manajerial, aspek sosial dan aspek finansial menunjukkan bahwa proyek
biogas dari limbah ternak layak untuk dilaksanakan.
Penelitian Musiroh (2003) yang berjudul Pemanfaatan Pasta
Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) sebagai Bahan Pupuk Organik Cair
dengan Pengomposan Stardec dan Effluent Cair Gas-Bio. Program Studi
Teknologi Hasil Ternak. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Institut Pertanian
Bogor. Hasil penelitian yang dibahas menunjukkan bahwa cacing tanah
yang diolah menjadi pasta cacing tanah memiliki kandungan yang layak
digunakan sebagai bahan pupuk organik cair melalui berbagai percobaan
pengaplikasian bahan pupuk organik cair pasta cacing tanah.
III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran


Saat ini produksi cacing tanah dalam negeri masih sangat rendah.
Misalnya, provinsi Jawa Barat pada tahun 1999 memproyeksikan produksi
cacing tanah sebanyak 12.787,04 ton yang diproduksi oleh sekitar 400
pembudidaya cacing tanah di 15 kabupaten (Rukmana, 2000). Setiap
tahunnya tidak banyak pengusaha yang terjun untuk menggeluti usaha
cacing tanah ini, karena mayoritas para pengusaha atau calon pengusaha
lebih tertarik pada bisnis sayuran dengan alasan kecenderungan perilaku
konsumsi sayur pada masyarakat yang terus meningkat. Padahal usaha
cacing tanah ini sangat menjanjikan jika dilihat dari tingkat keuntungan
yang diperoleh, dan proses produksi yang mudah serta biaya produksi
yang relatif jauh lebih murah jika dibandingkan dengan produksi dan biaya
yang harus ditanggung pada usaha sayuran.
Pada usaha budidaya cacing tanah ini juga tentunya mengandung
resiko seperti pada bentuk usaha lainnya. Resiko yang sangat mungkin
dialami pada usaha budidaya cacing tanah ini adalah preferensi produk
dari konsumen dimana terdapat produk subtitusi pakan ternak lain yang
dapat menggantikan cacing tanah. Hal ini akan sangat berpengaruh dari
harga yang bersaing dan manfaat yang diperoleh dari pemberian pakan
ternak berupa cacing tanah ini. Hal ini juga mengingat bahwa budidaya
cacing tanah ini baru dilaksanakan oleh Magenta Farm sehingga informasi
mengenai keberadaan produknya pun belum cukup meluas.
Magenta Farm merupakan unit usaha tani baru yang optimis pada
bisnis produk cacing tanah dengan melihat jumlah permintaan pasar yang
belum dapat dipenuhi oleh para peternak cacing tanah, khususnya pada
pasar lokal. Fokus orientasi dari produksi cacing tanah ini adalah untuk
dijual dan dimanfaatkan sebagai pakan ternak, khususnya ternak unggas
dan ikan yang berada di kawasan Leuwiliang Bogor.
Analisis kriteria investasi penting untuk melihat kelayakan
pelaksanaan proyek budidaya cacing tanah oleh Magenta Farm. Aspek-
19

aspek kelayakan dipaparkan secara deskriptif untuk mendukung kelayakan


proyek. Analisis kelayakan dilakukan dengan menganalisis aspek-aspek
kelayakan investasi seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen,
aspek sosial dan lingkungan, dan aspek finansial. Analisis finansial
mengkaji NPV, IRR, Net B/C Rasio, Payback Period, dan sensitivitas.
Bagan kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

- Banyaknya permintaan cacing tanah dari pasar.


- Terbatasnya penawaran cacing tanah dari
produsen

Peluang bisnis Permintaan dari


budidaya cacing tanah peternak dan budidaya
ikan

Resiko dan Perencanaan Magenta Farm


ketidakpastian

Kegiatan budidaya cacing tanah

Aspek non finansial Aspek finansial


• Aspek Pasar • NPV
• Aspek Teknis • IRR
• Aspek Manajemen • Net B/C
• Aspek Sosial dan • Payback Period
Lingkungan

Analisis Kelayakan Usaha

Layak Tidak layak

Dapat Diusahakan Berhenti (tidak


dan dikembangkan layak dilaksanakan)

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian


20

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan pada Magenta Farm yang berlokasi di Desa
Nanggung, Leuwiliang, Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
(purposive) dan dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu pada bulan Juni –
Agustus 2010. Magenta Farm merupakan unit usaha tani baru yang
bergerak di bidang budidaya cacing tanah.

3.3. Metode Penelitian


3.3.1. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.
Data yang digunakan bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer
diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak perusahaan.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai referensi berupa
literatur, dokumen perusahaan, instansi terkait serta penelitian-
penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan
mengenai biaya investasi dan data operasional.

3.3.2. Pengolahan dan Analisis Data


Data dan informasi yang dikumpulkan, diolah dengan
bantuan komputer. Data dan informasi dikelompokkan terlebih
dahulu ke dalam komponen arus biaya dan manfaat, dan disajikan
dalam bentuk tabulasi yang digunakan untuk mengklasifikasi data
yang ada serta untuk mempermudah analisis data.
Analisis data dalam penelitian dilakukan secara kualitatif
dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui
gambaran mengenai pelaksanaan kegiatan budidaya cacing tanah.
Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis kelayakan
finansial dari pelaksanaan kegiatan budidaya cacing tanah oleh
Magenta Farm. Data yang diperoleh diolah secara manual dengan
menggunakan program komputer Ms. Excel.
21

1. Analisis Aspek Teknis


Aspek teknis dianalisis secara deskriptif untuk
mendapatkan gambaran mengenai lokasi, teknis, dan proses
operasional kegiatan distribusi.
2. Aspek Manajemen
Aspek ini dapat dilihat berdasarkan struktur pengelola
proyek, spesifikasi keahlian dan tanggung jawab pihak yang
terlibat dalam proyek dan pelaksanaan distribusi di lapangan.
3. Analisis Aspek Pasar
Analisis aspek pasar dapat dilihat dari sisi produk yang
dihasilkan dimana adanya permintaan yang terjadi akan
berpotensi untuk menghasilkan penerimaan yang diharapkan
menguntungkan dari kegiatan pemasaran.
4. Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan
Aspek sosial dianalisis dengan melihat dampak yang
ditimbulkan dari kegiatan usaha budidaya cacing tanah
terhadap lingkungan sekitar yang mungkin terpengaruh oleh
aktivitas perusahaan, maupun manfaat bagi perusahaan sendiri.
5. Analisis Aspek Finansial
Penerapan kelayakan investasi dilakukan dengan
membandingkan antara besarnya biaya yang dikeluarkan
dengan manfaat yang diterima dalam suatu proyek investasi
untuk jangka waktu tertentu. Analisis investasi dilakukan
dengan terlebih dahulu menyusun aliran tunai. Dalam analisis
finansial diperlukan kriteria investasi yang digunakan untuk
melihat kelayakan suatu usaha. Sebagai kriteris investasi
digunakan beberapa indikator kelayakan investasi Net Present
Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost
Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP).
22

a. Net Present Value (NPV)


Rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah
sebagai berikut:
n
Bt − Ct
NPV = = ∑ ……………………………………………. (1)
t=1
(1+ i) i
Keterangan:
Bt = Penerimaan (Benefit) pada tahun ke-t

Ct = Biaya (Cost) pada tahun ke-t
i = Discount rate (%)
n = umur proyek
Dalam metode NPV terdapat tiga kriteria kelayakan
investasi, yaitu:
1. Jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima
2. Jika NPV < 0, maka usulan proyek ditolak
3. Jika NPV = 0, nilai perusahaan tetap walaupun proyek
diterima ataupun ditolak.

b. Internal Rate Return (IRR)


Rumus yang digunakan dalam menghitung IRR adalah
sebagai berikut :
NPV1
IRR = i1 + x(i2 − i1 ) ………………..…. (2)
NPV1 − NPV2
Keterangan :
NPV1 = NPV yang bernilai positif

NPV2 = NPV yang bernilai negatif
i1 = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif
i2 = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif

c. Net Benefit Cost Ratio (NBCR)


Kriteria Net B/C ratio yaitu nilainya harus >1 untuk
menunjukan suatu proyek layak dilaksanakan atau tidak.
Rumus yang digunakan sebagai berikut :
23

n
Bt
∑ (1+ i) i
Net B/C = t=1
n ……………………………….. (3)
Ct
∑ (1+ i)i
t=1

Keterangan :

Bt = Penerimaan pada tahun ke-t
Ct = Biaya pada tahun ke-t
n = umur proyek (tahun)
i = Discount rate

d. Payback Period (PBP)


Secara sistematis Payback Period dapat dirumuskan
sebagai berikut :
V
PBP = …………………………………..…………(4)
I
Keterangan :
V = Nilai biaya investasi

I = Benefit bersih per periode

e. Analisis Swicthing Value (Nilai Pengganti)


Analisis switching value digunakan untuk mengetahui
seberapa besar perubahan pada nilai penjualan dan biaya
variabel yang akan menghasilkan keuntungan normal yaitu
NPV sama dengan nol atau mendekati, IRR sama dengan
tingkat suku bunga berlaku, dan Net B/C sama dengan satu.
Variabel yang akan dianalisis dengan switching value
merupakan variabel yang dianggap signifikan dalam proyek.
Adapun variabel-variabel yang dimaksud antara lain nilai input
dan biaya variabel, sehingga dengan analisis ini akan dicari
tingkat harga penjualan minimum dan peningkatan biaya
maksimum agar proyek masih dapat dikatakan layak.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Usaha


Unit usaha tani dengan nama Magenta Farm ini merupakan usaha
tani yang baru dibentuk pada pertengahan tahun 2010. Usaha ini dibentuk
oleh Shandi Gozali, SE yang kemudian merekrut beberapa anggota dari
masyarakat sekitar lokasi usaha untuk menjadi tenaga kerja tetap di
Magenta Farm. Jumlah tenaga kerja pada Magenta Farm ini yaitu
sebanyak 5 (lima) orang yang terdiri dari 1 orang pemilik, 1 orang pada
bagian Keuangan dan Administrasi, 1 orang pada bagian Pemasaran, dan 2
orang bagian Pemeliharaan.
Usaha tani ini merupakan unit usaha baru yang sangat optimis pada
bisnis produk cacing tanah dengan melihat jumlah permintaan pasar yang
belum dapat dipenuhi oleh para peternak cacing tanah, khususnya pada
pasar lokal. Magenta Farm bergerak pada bidang produksi sekaligus
pemasaran produk cacing tanah jenis Lumbricus rubellus yang sebenarnya
sudah umum dipasarkan, khususnya di Indonesia. Fokus orientasi dari
produksi cacing tanah ini adalah untuk dijual dan dimanfaatkan sebagai
pakan ternak, khususnya ternak unggas yang berada di kawasan Bogor.
Sebagai target pasar pada usia usaha yang masih muda, perusahaan
memilih kawasan yang terletak tidak terlalu jauh dari lokasi usaha.
Lokasi Magenta Farm ini terletak di daerah Leuwiliang Bogor,
tepatnya di desa Nanggung. Lokasi ini digunakan atas dasar beberapa
alasan, yaitu lokasi milik pribadi untuk meminimalkan biaya investasi,
kondisi lingkungan yang sangat mendukung pertumbuhan cacing tanah,
dan lokasi usaha tidak terlalu jauh dari lokasi pasar yaitu daerah Nanggung
itu sendiri, Cigudeg, Desa Kalong, Cirangsad, Pabuaran, Wates, Bunar,
dan Leuwisadeng yang merupakan daerah dimana banyak terdapat
peternakan ayam dan ikan.

a. Bidang Produksi
Cacing tanah sering dianggap sebagai makhluk tidak berguna
dan menjijikkan. Namun, cacing tanah ternyata memiliki potensi
  25

yang besar untuk dibudidayakan secara komersial yang berorientasi


agribisnis. Agribisnis cacing tanah ini dapat bermanfaat untuk
diaplikasikan untuk kepentingan persediaan industri pakan ternak dan
ikan nasional, memasok kebutuhan industri farmasi dan obat-obatan,
mengubah limbah organik menjadi media tanam yang baik dan murah
dalam mendukung usaha pertanian, serta menumbuhkan ekonomi
kerakyatan. Cacing tanah sendiri dapat menghasilkan 2 (dua) jenis
produk, yaitu cacing tanah segar untuk konsumsi langsung atau untuk
keperluan agroindustri, dan dalam bentuk kascing yang merupakan
kotoran cacing tanah dan dapat digunakan sebagai pupuk untuk
keperluan perkebunan.
Bidang produksi yang digeluti oleh Magenta Farm ini adalah
bidang produksi cacing tanah yang meliputi beberapa kegiatan, mulai
dari penyiapan wadah, pembuatan medium (tempat hidup cacing
tanah), penyiapan bibit, penebaran, pemeliharaan, pengendalian hama,
penggantian medium, panen, dan pascapanen yang kemudian akan
dipasarkan ke para peternak ayam dan ikan di daerah-daerah yang
menjadi target pemasaran produk cacing tanah.
Magenta Farm tidak hanya beraktivitas atas dasar tujuan
keuntungan (profit oriented) semata, tetapi juga atas dasar tujuan
sosial (social oriented) dimana perusahaan memiliki tujuan untuk
membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya
masyarakat di sekitar lokasi usaha yang umumnya masih hidup
dengan tingkat kesejahteraan yang minimal. Kegiatan yang dilakukan
perusahaan untuk membantu masyarakat sekitar yang banyak
menggantungkan hidupnya dengan cara berkebun yaitu dengan
memberikan kascing yang dihasilkan oleh perusahaan kepada
masyarakat sekitar tanpa harus membayar kascing tersebut dengan
uang. Pemberian kascing difokuskan kepada masyarakat yang ikut
memberikan kontribusi kepada perusahaan, yaitu dengan memberikan
rumput atau batang pisang yang dapat diperoleh dengan sangat mudah
di sekitar rumahnya. Rumput dan batang pisang ini akan digunakan
  26

oleh perusahaan sebagai campuran bagi medium untuk tempat hidup


cacing tanah yang diternakkan.

b. Visi dan Misi Perusahaan


Visi dan misi perusahaan merupakan salah satu pedoman bagi
perusahaan untuk tetap fokus pada tujuan didirikannya perusahaan dan
berbagai aktivitas perusahaan untuk mencapai tujuan tersebut.
1) Visi Perusahaan
Memenuhi kebutuhan pasar lokal, khususnya daerah
Bogor akan produk cacing tanah dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, khususnya di sekitar lokasi usaha Magenta Farm.
2) Misi Perusahaan
Magenta Farm akan berusaha mencapai visi dengan cara :
a. Melakukan kegiatan produksi cacing tanah dengan volume
yang memadai jumlah permintaan di pasar, khususnya daerah
Bogor.
b. Melakukan kegiatan pemasaran cacing tanah, khususnya di
daerah Bogor.
c. Menciptakan lapangan pekerjaan, khususnya bagi masyarakat
di sekitar lokasi usaha.
d. Memberikan bantuan berupa kascing kepada masyarakat di
sekitar lokasi usaha yang membutuhkannya untuk melakukan
usaha.

4.2 Analisis Kelayakan Usaha


4.2.1 Aspek Teknis
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat
membudidayakan cacing tanah, yaitu penyiapan wadah, pembuatan
medium/media, penyiapan bibit, penebaran, dan pemeliharaan.
Setelah kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan, maka dapat
dilakukan kegiatan panen, kemudian pascapanen, dan akhirnya
dipasarkan. Secara umum, proses produksi dapat dilihat pada
bagan berikut ini :
  27

Penyiapan wadah 

Pembuatan medium 

Penyiapan bibit 

Penebaran 

Pemeliharaan 

Panen 

Pascapanen 

Pemasaran 

Gambar 2. Proses Produksi Budidaya Cacing Tanah

1) Penyiapan wadah
Wadah harus disiapkan terlebih dahulu karena merupakan suatu
tempat sebagai penunjang produksi yang akan berfungsi sebagai media
tumbuh dan pakan bagi kelangsungan hidup cacing tanah yang akan
dibudidayakan. Wadah dapat berupa bak-bak yang terbuat dari
tumpukan bata atau ditembok, kotak kayu, kotak plastik, jerigen
industri yang dibelah dua, atau wadah yang terbuat dari anyaman
bambu (besek).
Pemilihan model wadah budidaya cacing tanah dapat dipilih
satu model atau beberapa model sekaligus. Barang-barang bekas,
misalnya ember plastik dan peti kayu dapat digunakan sebagai wadah
budidaya cacing tanah. Hal penting yang harus diperhatikan dalam
pemilihan wadah adalah bahan baku yang diutamakan adalah terbuat
dari plastik atau kayu, karena wadah yang terbuat dari seng atau kaleng
akan cenderung lebih mudah berkarat.
  28

Dalam perencanaan bisnis kali ini, wadah yang akan digunakan


sebagai penunjang produksi adalah wadah yang terbuat dari anyaman
bambu (besek). Alasan dipilihnya model wadah ini adalah karena
besek cocok ditempatkan pada unit-unit rak secara berjajar untuk
mengefisiensikan penggunanaan ruang. Selain itu, besek juga
membutuhkan biaya yang relatif murah jika dibandingkan dengan kotak
plastik.
Besek berbentuk segi empat dengan ukuran panjang 43 cm,
lebar 35 cm, dan tinggi 16 cm. Sebelum digunakan sebagai wadah,
besek harus dialasi dulu dengan plastik yang dapat dikuatkan dengan
staples atau sejenisnya. Besek-besek yang akan digunakan sebagai
wadah pembudidayaan cacing tanah disusun pada rak-rak bertingkat
yang terbuat dari kayu. Ukuran rak kayu yang digunakan yaitu dengan
panjang 200 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 150 cm, dengan 4 tingkat rak
yang masing-masing tingkat tingginya berjarak 40 cm.

2) Pembuatan medium (tempat hidup cacing)


Hampir semua cacing tanah menyenangi bahan organik yang
mudah membusuk. Bahan organik yang baik digunakan sebagai bahan
pembuatan medium (tempat tumbuh) cacing tanah di antaranya yaitu
batang pisang, jerami padi, eceng gondok, serbuk gergaji, rumput,
sekam padi, sampah pasar, sampah rumah tangga, kotoran ternak,
kompos, bahkan daging dan lemak hewan yang sedang membusuk.
Semua kotoran ternak terutama yang sudah dingin, dapat digunakan
untuk medium yang langsung dapat berfungsi sebagai pakan cacing
tanah.
Bahan organik yang digunakan sebagai bahan pembuatan
medium cacing tanah harus memenuhi persyaratan berikut (Rukmana,
2000) :
1. Mempunyai daya serap yang tinggi untuk menahan air,
2. Bersifat gembur dan tidak mudah menjadi padat,
3. Mudah terurai atau terdekomposisi,
4. Tidak mengandung tanah permukaan,
  29

5. Berfungsi sebagai pakan cacing tanah,


6. Tidak mengandung tanin (alkaloid),
7. Tidak mengandung minyak atsiri yang berbau tajam.
Wirausaha cacing tanah yang sudah melangsungkan usahanya
secara kontinyu dapat menggunakan kascing dari wadah yang lama
sebagai medium cacing tanah berikutnya yang akan dibudidayakan.
Medium cacing tanah dapat dibuat dari bahan baku yang bervariasi,
disesuaikan dengan tersedianya bahan organik seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, dan kondisi lingkungan setempat. Tata cara
membuat medium (sarang) cacing tanah dapat dilakukan sebagai
berikut:
1. Siapkan bahan organik yang mudah didapat di lingkungan sekitar,
potong-potong menjadi 2 cm – 3 cm, masukkan ke dalam wadah
yang berukuran cukup besar, dalam hal ini digunakan drum
berkapasitas 120 liter.
2. Campur semua bahan tadi sambil diaduk dan ditambahkan air, lalu
biarkan berfermentasi selama satu bulan. Pada minggu pertama
dan kedua dilakukan pengadukan dua kali seminggu. Sedangkan
pada minggu ketiga dan keempat hanya dilakukan pengadukan
seminggu sekali.
3. Campurkan bahan organik yang telah terfermentasi dengan kotoran
ternak, dengan perbandingan 70 : 30. Campuran tersebut diaduk
rata, kemudian ditutup plastik selama 24 jam dan dijaga agar tidak
menjadi kering.
4. Lakukan pengecekan medium tadi dengan alat bantu termometer
dan pH meter untuk mengetahui kelayakan medium yang akan
digunakan. Cara lain yaitu dengan memasukkan cacing ke dalam
medium tersebut selama dua hari, jika cacing tetap sehat dan lincah
maka medium tadi telah layak digunakan.
Setelah medium siap, maka medium diisikan pada wadah yang
akan digunakan sebagai tempat tumbuh cacing tanah, dalam hal ini
  30

yaitu besek. Setiap besek diisi medium setebal 15 cm – 20 cm, dengan


komposisi satu kilogram medium untuk satu kilogram cacing tanah.

3) Penyiapan bibit
Jenis cacing yang akan dibudidayakan yaitu jenis Lumbricus
rubellus. Bibit cacing tanah ini dapat diperoleh dari petani
pembudidaya cacing tanah atau dari Asosiasi Kultur Vermi Indonesia
(AKVI) dan Pusat Inkubator Bisnis Ikopin (PIBI).
Bibit cacing tanah yang baik adalah cacing tanah stadium
dewasa, yaitu berumur 2,5 – 3 bulan dan memiliki klitelium
(gelang/cincin) sebagai tanda siap melakukan perkawinan (kopulasi).
Bibit cacing tanah dewasa atau disebut cacing induk akan cepat
berproduksi atau bertelur dan menghasilkan anak dalam waktu satu
bulan atau lebih.

4) Penebaran
Bibit atau calon induk cacing tanah dapat segera disebar dalam
wadah pemeliharaan yang telah diisi medium. Perbandingan jumlah
cacing dengan volume medium yaitu 1 kg : 1 kg. Ketebalan medium
dipertahankan setebal 15 cm – 20 cm, agar penanganannya relatif
mudah. Tata cara penebaran bibit atau induk cacing tanah adalah
sebagai berikut :
1. Letakkan beberapa bibit cacing tanah pada medium dalam wadah,
amati perilakunya. Jika cacing tanah tersebut masuk ke dalam
medium, maka segera sebarkan bibit cacing tanah yang lain.
2. Amati perilaku cacing tanah tersebut setiap 3 jam sekali selama 12
jam, jika tidak ada cacing yang keluar dari medium atau kabur,
maka medium tersebut telah cocok sebagai tempat hidupnya.
3. Simpan wadah tadi pada unit-unit rak, dan tutup wadah dengan
kertas atau karung goni atau bahan lainnya.
Perilaku cacing tanah yang berkeliaran di atas medium atau
kabur, menunjukkan ketidakcocokan antara cacing tanah dengan
medium tersebut. perbaikannya adalah dengan menyiramkan air
  31

secukupnya pada medium tersebut, lalu diperas sampai air


perasannya tampak bening. Medium yang telah diperbaiki dapat
kembali digunakan untuk budidaya. Medium yang baru juga dapat
digunakan untuk mengganti medium yang tidak cocok tadi.

5) Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan pada produksi cacing tanah yang
dilakukan Magenta Farm yaitu mencakup kegiatan perawatan
medium, pemberian pakan, pengendalian hama, dan penggantian
medium (tempat hidup cacing tanah). Berikut ini adalah kegiatan-
kegiatan yang merupakan rangkaian kegiatan pemeliharaan pada
budidaya cacing tanah:
a. Perawatan medium
Perawatan medium penting dilakukan untuk menjaga
kondisi medium agar selalu cocok untuk cacing tanah tumbuh dan
berkembang. Perawatan dilakukan dengan cara mengaduk medium
secara rutin pada waktu tertentu, khususnya pada saat medium
tampak kering atau terlalu basah. Pengadukan bertujuan untuk
menjaga sirkulasi udara dalam medium agar tetap terjaga. Medium
yang kering harus segera dibasahkan dengan cara disemprot,
sedangkan medium yang terlalu basah harus disegera ditambah
medium baru yang kering.

b. Pemberian pakan
Selama 24 jam, kebutuhan pakan cacing tanah sama dengan
bobot tubuhnya. Pemberian pakan sangat penting untuk laju
reproduksi dan ukuran tubuh cacing tanah. Pada perencanaan
bisnis ini, pakan yang digunakan adalah 100% kotoran hewan.
Metode pemberian pakan dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Pakan ditebarkan tipis pada permukaan medium, kemudian
diaduk sampai merata, dan tebarkan tipis merata kembali tanpa
diaduk. Jumlah pakan pada hari pertama dan kedua yaitu
sebanyak 2 kg untuk 1 kg cacing tanah.
  32

2. Hari ketiga dapat digunakan pakan tambahan yang kaya


protein, seperti dedak, namun hindari pemberian kompos
sayuran atau kotoran hewan.
3. Hari-hari berikutnya dilakukan penggantian pakan setiap dua
hari sekali sampai hari ke 14. Pada hari ke 15, ulangi
pemberian pakan seperti hari pertama.
Metode pemberian pakan seperti ini harus dipertahankan
dengan tujuan agar pergantian medium dapat berjalan secara
teratur selang 15 hari, agar aerasinya baik.

c. Pengendalian hama
Hama yang umumnya menyerang cacing tanah merupakan
hama pemangsa dan pesaing dalam konsumsi pakan. Hama yang
sering menyerang antara lain tikus, kaki seribu, orong-orong, katak
darat, kelabang, kecoa, semut, itik, ayam, burung, ular, dan kadal.
Cara untuk menanganinya yaitu dengan menangkap dan
membunuh hama, atau dengan membuat dan menjaga kondisi
lingkungan pemeliharaan yang rapi dan melakukan kontrol secara
kontinyu agar unit perkandangan tidak menjadi sarang hama.

d. Pergantian medium
Medium cacing tanah sudah harus diganti apabila semua
medium sudah menjadi tanah atau kascing, atau terdapat banyak
telur atau kokon pada medium. Pergantian medium dapat
dilakukan setiap 15 hari sekali atau 1 bulan sekali. Mula-mula
medium diangkat dari wadah pemeliharaan, kemudian diganti
dengan medium yang baru. Sesudah pergantian medium, wadah
dapat segera disebari bibit cacing tanah kembali.

6) Panen
Panen cacing tanah dewasa dapat dilakukan setelah berumur 2 –
3 bulan, baik sebagai produk cacing tanah bahan olahan industri pakan
maupun calon induk (bibit). Panen cacing tanah berikutnya dapat
dilakukan secara periodik 1 – 2 minggu sekali, tergantung permintaan
  33

atau pesanan pasar dan ketersediaan berbagai stadium cacing tanah.


Ciri-ciri cacing tanah yang sudah saatnya untuk dipanen adalah sebagai
berikut :
a. Cacing telah berumur 2,5 – 3 bulan atau lebih, tergantung pada
tujuan penggunaannya. Misalnya, untuk memproduksi biomas
cacing dapat dipanen pada umur 2,5 – 3 bulan. Sedangkan untuk
bakal bibit atau calon induk dapat dipanen setelah berumur 4 bulan.
b. Cacing telah memiliki klitelum atau gelang atau cincin yang
terletak di antara anterior dan posterior.
Panen cacing tanah dapat dilakukan 2 – 3 bulan setelah
pembibitan berlangsung, baik dipanen untuk keperluan agroindustri
maupun untuk calon induk. Panen cacing tanah berikutnya dapat
dilakukan secara periodik setiap 1 – 2 minggu sekali. Sedangkan
panen kascing dapat dilakukan setiap 1 – 2 hari sekali bersamaan
dengan pemberian pakan. Usaha budidaya cacing tanah ini
menghasilkan dua macam produk, yaitu cacing tanah itu sendiri dan
kascing. Kedua macam produk tersebut harus dikemas dalam wadah
sendiri-sendiri. Tata cara panen cacing tanah cukup sederhana, yaitu
meliputi beberapa tahap berikut ini :
a. Ambil wadah (besek) pemeliharaan cacing tanah dari unit-unit.
b. Siapkan lembaran plastik atau karung goni.
c. Ambil kascing dari wadah pemeliharaan sedikit demi sedikit mulai
dari permukaan atas menuju ke bagian bawah, lalu tebarkan atau
tampung dalam karung.
d. Aduk-aduk kascing atau medium yang ada dalam wadah
pemeliharaan, kemudian dibiarkan beberapa menit atau gunakan
alat penerang (lampu) agar cacing tanah segera masuk ke dalam
medium (kascing) dan berkumpul di bawah.
e. Ambil lagi kascing atau medium dalam wadah pemeliharaan
hingga tersisa sedikit bersama cacing tanah.
f. Pisahkan kumpulan cacing tanah dari kascing yang tersisa, lalu
tampung dalam wadah penampungan hasil panen.
  34

7) Pascapanen
Cacing tanah yang dipasarkan dalam bentuk segar cukup
ditampung sebaiknya dalam wadah yang ringan dan kuat, seperti
karung terigu yang sudah dibasahi agar tetap lembab. Kemudian cacing
ditimbang sesuai pesanan, kemudian masukkan sedikit kascing atau
medium. Karung diikat erat dan dapat langsung diangkut, keadaan
karung harus tetap lembab selama pendistribusian.

Penjadwalan produksi perdana yang direncanakan dalam


perencanaan bisnis budidaya cacing tanah ini yaitu dalam jangka waktu 1
tahun dengan kapasitas bibit awal cacing tanah sebanyak 14 kg, yang
setiap kilogramnya mampu menghasilkan cacing tanah sebanyak 10 kg
cacing tanah per bulan. Sehingga setiap satu kali proses produksi yaitu
selama 4 bulan, cacing tanah yang dihasilkan adalah sebanyak 560 kg.
Beberapa tahun ke depan, direncanakan produksi akan terus ditingkatkan
setiap tahunnya sebanyak 30 persen untuk memenuhi permintaan terhadap
cacing tanah yang terus meningkat.
Usaha budidaya cacing tanah merupakan kegiatan yang cukup
membutuhkan peralatan dan perlengkapan yang relatif murah dan mudah
diperoleh. Baik diperoleh dari lingkungan sekitar, toko pertanian, atau
bahkan pasar tradisional. Alat dan bahan produksi yang dibutuhkan untuk
melakukan perencanaan bisnis budidaya cacing tanah ini antara lain
adalah:

1) Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dalam usaha budidaya cacing tanah ini
merupakan peralatan yang tergolong sederhana, mudah diperoleh,
dan harganya sangat terjangkau. Peralatan yang dibutuhkan yaitu
meliputi besek, ayakan, timbangan, terpal, ember, sendok semen,
drum plastik, karung goni, dan karung terigu.
a. Besek
Besek berfungsi sebagai wadah yang akan digunakan untuk
menampung medium tumbuh dan pakan bagi kelangsungan hidup
  35

cacing tanah yang dibudidayakan. Besek yang digunakan yaitu


sebanyak 780 unit, dengan harga satuan Rp 3.000,-.
b. Ayakan
Ayakan berfungsi untuk memisahkan antara medium
tumbuh dengan kascing yang akan dipanen. Ayakan yang
digunakan yaitu sebanyak 4 buah, dengan harga satuan Rp 6.000,-.
c. Timbangan
Timbangan berfungsi untuk menghitung berat hasil panen
cacing tanah dan kascing, serta untuk menimbang hasil panen yang
akan dikemas dengan berat sejumlah pesanan. Timbangan yang
digunakan yaitu sejenis timbangan untuk membuat kue, sebanyak 2
buah dengan harga satuan Rp 53.000,-.
d. Terpal
Terpal berfungsi pada saat panen, yaitu sebagai alas pada
saat memisahkan cacing tanah dari medium hidupnya. Terpal yang
digunakan yaitu sebanyak 2 lembar dengan ukuran 2 x 2 m, dengan
harga Rp 40.000,-
e. Ember dan Sendok semen
Ember dan sendok semen berfungsi dalam pemberian
pakan bagi cacing tanah. Ember untuk menanmpung pakan,
sedangkan sendok semen untuk meletakkan dan meratakan pakan
di atas medium hidup cacing tanah. Ember yang digunakan
sebanyak 4 buah dengan harga satuan Rp 15.000,- dan sendok
semen yang digunakan sebanyak 3 buah dengan harga satuan Rp
8.000,-.
f. Drum plastik
Drum plastik berfungsi dalam pembuatan dan atau
penyimpanan bakal medium hidup cacing tanah atau pakan cacing
tanah. Drum plastik yang digunakan yaitu sebanyak 3 buah
dengan ukuran 120 liter, dengan harga Rp 50.000,-.
  36

g. Karung goni
Karung goni berfungsi pada saat penebaran cacing tanah,
yaitu untuk menutupi wadah medium hidup cacing tanah. Karung
goni sebanyak 100 buah dengan harga Rp 2.500,- per karung.
h. Karung terigu
Karung terigu berfungsi dalam pengemasan hasil panen
cacing tanah maupun kascing yang akan diantar ke tempat
pemesan. Karung terigu ini sebanyak 100 kg seharga Rp 4.500,-
per kg.

2) Bahan
Bahan-bahan yang dibutuhkan yaitu hal-hal yang terhitung
habis setelah penggunaan pertama. Bahan yang dibutuhkan untuk
usaha budidaya cacing tanah ini adalah bibit cacing tanah, plastik,
staples, medium (tempat hidup cacing tanah), dan pakan cacing tanah
(kotoran sapi).
a. Bibit cacing
Bibit cacing yang digunakan yaitu diperoleh dari Asosiasi
Kultur Vermi Indonesia (AKVI), Bandung. Bibit yang digunakan
yaitu dengan harga Rp 100.000,- per kg.
b. Plastik dan staples
Plastik digunakan untuk mengalasi besek yang menampung
medium hidup cacing, dan staples berfungsi untuk melekatkan
plastik pada besek. Plastik 40 kg seharga Rp 4.500,- per kg dan
staples 16 boks seharga Rp 5.000,- per box.
c. Medium
Medium berfungsi sebagai tempat hidup dan
berkembangbiak cacing tanah. Medium ini sendiri dapat terbuat
dari sampah rumah tangga atau sampah organik lainnya yang
mudah mengurai yang dapat diperoleh dari lingkungan sekitar.
Medium dapat diperoleh dari lingkungan sekitar lokasi produksi.
Dibutuhkan sebanyak 11.130 kg dengan biaya sebesar Rp 500,- per
kg.
  37

d. Pakan (kotoran sapi)


Pakan yang diberikan kepada cacing tanah yaitu berupa
kotoran sapi yang diberikan dengan jangka waktu 1 – 2 hari sekali.
Pakan (kotoran sapi) ini dibutuhkan sebanyak 1.512 kg seharga Rp
1.000,- per kg.

4.2.2 Aspek Manajemen


a. Tipe Organisasi Bisnis
Bentuk unit usaha tani Magenta Farm ini belum
memiliki badan hukum dan termasuk pada bentuk organisasi
kecil yang terdiri dari 5 (lima) orang sebagai pelaku usahanya.
b. Struktur Organisasi dan Manajemen
Tenaga kerja yang terdapat pada Magenta Farm ini
yaitu sebanyak 5 orang yang menjabat sebagai pemilik, bagian
Keuangan dan Administrasi, bagian Pemasaran, dan 2 orang
anggota bagian Pemeliharaan. Masing-masing bagian
khususnya untuk bagian Keuangan dan Administrasi serta
bagian Pemasaran harus memiliki keahlian di bidangnya.
Kualifikasi pun dibutuhkan untuk masing-masing kedudukan
dengan tujuan pengefektifan dan efisiensi serta kinerja yang
optimum. Bagi masing-masing posisi, kualifikasi yang
dibutuhkan adalah sebagai berikut :
1) Pemilik
a. Tingkat pendidikan S1.
b. Memiliki pengetahuan yang baik tentang bisnis,
khususnya bisnis cacing tanah.
c. Mampu melakukan perencanaan bisnis, mengelola, dan
mengawasi bisnis dengan baik.
d. Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.
2) Bagian Keuangan dan Administrasi
a. Tingkat pendidikan minimal D3.
b. Memiliki keahlian dalam hal finansial dan administrasi
usaha, termasuk pembukuan dan laporan keuangan.
  38

c. Mampu mengelola keuangan bisnis dengan baik.


d. Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.
3) Bagian Pemasaran
a. Tingkat Pendidikan minimal D3.
b. Memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
c. Memiliki keahlian dalam hal pemasaran dan
pendistribusian.
d. Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.
4) Bagian Pemeliharaan
a. Tingkat pendidikan minimal SD.
b. Memiliki kemauan kerja yang tinggi dan ulet.
c. Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.

Masing-masing bagian memiliki tugas, wewenang, dan


tanggung jawab terhadap keseluruhan kegiatan produksi yang
dilakukan oleh perusahaan. Hal ini dituangkan dalam job
description, yang disusun dengan tujuan untuk merinci daftar
pekerjaan yang harus dilakukan oleh tiap-tiap bagian dan untuk
menghindari tumpah tindih pekerjaan. Job description untuk
masing-masing bagian adalah sebagai berikut :
1) Pemilik
a. Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan perusahaan.
b. Mengelola perusahaan dengan baik pada setiap
kegiatannya.
c. Merencanakan pengembangan bisnis perusahaan.
d. Menjalin hubungan baik dengan konsumen.
e. Menerima laporan dari tiap-tiap bagian dan melakukan
evaluasi.
2) Bagian Keuangan dan Administrasi
a. Menyusun laporan keuangan atas produksi perusahaan.
b. Mencatat administrasi pada perusahaan.
c. Membuat perencanaan biaya untuk operasional unit
usaha per periode.
  39

d. Membuat laporan mengenai keadaan keuangan


perusahaan.
3) Bagian Pemasaran
a. Melakukan kegiatan promosi dan distribusi produk.
b. Membuat perencanaan perbaikan pemasaran dan
distribusi.
c. Membuat laporan mengenai pemasaran dan distribusi
yang telah dilaksanakan.
4) Bagian Pemeliharaan
a. Melakukan kegiatan produksi yang meliputi penyiapan
wadah, pembuatan medium/media, penyiapan bibit,
penebaran, dan pemeliharaan.
b. Menjaga kebersihan lokasi produksi.
c. Melakukan pengawasan pada periode pemeliharaan.

Masing-masing anggota dengan kedudukan yang berbeda


juga memiliki tingkat gaji yang berbeda-beda pula sesuai posisi
yang dijabat. Gaji per bulan yang diberikan pada tenaga kerja
perusahaan Magenta Farm secara rinci adalah sebagai berikut :
1) Pemilik sebesar Rp 1.000.000,- ;
2) Bagian Keuangan dan Administrasi sebesar Rp 500.000,- ;
3) Bagian Pemasaran sebesar Rp 500.000,- ;
4) Bagian pemeliharaan sebesar Rp 300.000,-.

4.2.3 Aspek Pasar


a. Deskripsi Produk di Pasar
Pada aspek pemasaran, produk cacing tanah dapat
diserap oleh berbagai industri atau pasar, di antaranya adalah
pasar industri pakan ternak dan ikan, industri pembibitan
cacing tanah, industri farmasi dan obat-obatan. Di samping
itu, cacing tanah banyak dibutuhkan untuk bahan (material)
pengomposan sampah dan dapat dijadikan sebagai komoditas
  40

ekspor serta pengganti (subtitusi) impor tepung ikan yang


merupakan bahan baku pakan ikan dan ternak.
Bentuk produk cacing tanah yang beredar di pasar
cukup beragam sesuai dengan fungsinya yang juga sangat
beragam untuk berbagai kebutuhan. Cacing tanah dapat
dipasarkan dalam bentuk segar maupun olahan. Produk olahan
cacing tanah yang dibuat menjadi bentuk lain yang lebih
menarik dan praktis, bertujuan untuk memudahkan masyarakat
dalam mengkonsumsi cacing tanah dan menghilangkan sugesti
konsumen terhadap cacing tanah yang memiliki image
menjijikan dan menggelikan bagi masyarakat umum. Produk
cacing tanah yang beredar di pasar, umumnya dalam bentuk :
1. Cacing tanah segar,
2. Tepung cacing (pakan ikan dan ternak),
3. Makanan olahan (konsumsi manusia),
4. Obat-obatan, dan Kosmetik.

b. Analisis Permintaan
Permintaan pasar terhadap produk cacing tanah ini
berasal dari berbagai pihak, umumnya yaitu dari Pusat
Inkubator Bisnis IKOPIN (PIBI), Asosiasi Kultur Vermi
Indonesia (AKVI), pedagang pengumpul daerah, koperasi
cacing, industri farmasi, industri pakan ikan dan ternak, serta
petani peminat Budidaya Cacing Tanah. Permintaan yang
menjadi fokus Magenta Farm adalah permintaan yang berasal
dari para peternak ayam dan ikan di sekitar daerah lokasi
produksi, yaitu daerah Nanggung, Cigudeg, Desa Kalong,
Cirangsad, Pabuaran, Wates, Bunar, dan Leuwisadeng.
Permintaan terhadap cacing tanah di pasar Jawa Barat
selalu meningkat setiap tahunnya. Selama 6 tahun sejak 1999
hingga 2005, setiap tahun terjadi peningkatan rata-rata
sejumlah 28.750 ton per tahun dari jumlah 17 ribu ton pada
1999 menjadi 189.500 ton pada tahun 2005 (Rukmana, 2000).
  41

Peningkatan permintaan dari tahun ke tahun terjadi akibat


semakin beragamnya produk olahan cacing tanah disertai
peningkatan preferensi konsumen untuk mulai mengkonsumsi
produk yang berbahan dasar cacing tanah. Mengacu pada data
peningkatan permintaan cacing tanah dengan rata-rata 28.750
ton per tahun dan angka permintaan cacing tanah yang
mencapai 189.500 ton di Jawa Barat, berikut adalah data
peningkatan permintaan cacing tanah di Jawa Barat selama
tahun 2002 – 2008:

Tabel 4. Permintaan cacing tanah di Jawa Barat


No. Tahun Permintaan Cacing Tanah
1. 2002 3,70 ton
2. 2003 4,26 ton
3. 2004 4,90 ton
4. 2005 5,64 ton
5. 2006 6,49 ton
6. 2007 7,46 ton
7. 2008 8,58 ton
Sumber: Rukmana, 2000 (diolah kembali)

c. Analisis Penawaran
Saat ini produksi cacing tanah dalam negeri masih
sangat rendah dalam hal kuantitas untuk memenuhi permintaan
pasar. Misalnya, provinsi Jawa Barat pada tahun 1999
memproyeksikan produksi cacing tanah sebanyak 12.787,04
ton yang diproduksi oleh sekitar 400 pembudidaya cacing
tanah di 15 kabupaten (Rukmana, 2000). Usaha cacing tanah
di Indonesia ini masih terjadi over demand. Dengan demikian,
jika dilihat dari segi penawaran yang dilakukan oleh para
peternak cacing tanah, hal ini tidak menjadi kendala yang tidak
begitu berarti asal mampu bersaing dalam hal kuantitas atau
jumlah produk yang dihasilkan.
  42

Jumlah penawaran terhadap cacing tanah di daerah


Jawa Barat yang berasal dari para peternak cacing tanah di
daerah tersebut pada tahun 2005 mencapai 164.222,24 ton.
Angka tersebut masih belum memenuhi jumlah permintaan
yang ada di pasar. Jumlah penawaran cacing tanah yang
belum mampu memenuhi permintaan pasar ini adalah akibat
adanya permintaan yang terus meningkat, tetapi tidak diiringi
dengan peningkatan jumlah produksi oleh para produsen
cacing tanah serta minimnya pengusaha baru yang menggeluti
usaha cacing tanah ini. Selama 6 tahun sejak 1999 sampai
2005, terjadi peningkatan penawaran dari 12.787,04 ton
menjadi 164.222,24 ton atau sejumlah 151.435,2 ton selama 6
tahun, dengan rata-rata peningkatan adalah sebesar 25.239,2
ton per tahun (Rukmana, 2000).

d. Strategi Pemasaran (4P)


Strategi pasar dapat diaplikasikan khususnya kepada
empat hal pada produk, yaitu pada produk itu sendiri, harga
produk, promosi produk kepada pasar, dan distribusi produk
untuk dapat sampai di tangan konsumen. Strategi pemasaran
penting untuk direncanakan dan dipertimbangkan agar
kegiatan bisnis yang dilakukan oleh perusahaan tidak kalah
bersaing dengan pengusaha produk sejenis, khususnya pada
hal product, price, promotion, dan place (4P).
1) Produk (Product)
Produk yang difokuskan untuk dipasarkan oleh
Magenta Farm adalah cacing tanah jenis Lumbricus
rubellus yang dijual segar per kilogram beratnya. Strategi
produk yang diterapkan oleh Magenta Farm yaitu
keseragaman ukuran cacing melalui pengaturan pemberian
pakan dan kebersihan cacing yang siap dipasarkan. Produk
cacing tanah ini merupakan salah satu produk agribisnis
yang memiliki multimanfaat. Baik untuk kepentingan
  43

persediaan industri pakan ternak dan ikan nasional,


memasok kebutuhan industri farmasi dan obat-obatan,
mengubah limbah organik menjadi media tanam yang baik
dan murah dalam mendukung usaha pertanian, serta
menumbuhkan ekonomi kerakyatan. Cacing tanah yang
telah dibudidayakan untuk kepentingan komersial ini
berasal dari jenis Lumbricus rubellus, Eisenia foetida,
Pheretima asiatica, dan Eudrilus eugeuniae. Pada Magenta
Farm ini produk kascing tidak dijual melainkan untuk
diberikan secara cuma-cuma kepada masyarakat yg
memberikan kontribusi bagi usaha ini.
Kualitas protein cacing tanah lebih tinggi jika
dibandingkan dengan protein daging dan ikan, sehingga
sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan
ternak, ikan, dan makanan manusia. Produk utama yang
dihasilkan cacing tanah yaitu cacing tanah itu sendiri, dan
produk sampingannya yaitu kotoran cacing yang biasa
disebut kascing. Cacing tanah sebagai pakan ternak lebih
unggul karena kandungan proteinnya yg jauh lebih tinggi
yaitu sebesar 72 persen dibandingkan dengan tepung ikan
yang kandungan proteinnya 58 – 67 persen
(poultryindonesia.com, 2010).

2) Harga (Price)
Harga yang ditetapkan untuk cacing dihitung per
kilogram (kg), dimana di pasar untuk satu kilogram cacing
tanah dijual dengan harga kisaran antara Rp 30.000 – Rp
60.000. Harga ini umumnya berlaku bagi jenis cacing
secara umum dari peternak cacing tanah. Magenta Farm
menetapkan harga cacing tanah dengan harga rata-rata
pasar, yaitu Rp 45.500,- per kg. Lebih murah jika
dibandingkan harga yang berlaku di Bogor, yaitu Rp
50.000,- per kg. Tentu saja bagi konsumen yang sudah
  44

menjadi pelanggan tidak tertutup kemungkinan untuk


melakukan negosiasi harga, terutama untuk pemesanan
dalam skala besar.

3) Promosi (Promotion)
Magenta Farm merupakan perusahaan yang masih
sangat baru dalam usaha cacing tanah ini, sehingga
publikasi keberadaan perusahaan kepada para konsumen
sangat penting untuk dilakukan agar para konsumen
setidaknya mengetahui adanya perusahaan di wilayah
mereka yang memproduksi cacing tanah. Sejak awal
produksi, kegiatan promosi yang dilakukan oleh Magenta
Farm ini belum dituangkan dalam bentuk promosi khusus,
tetapi baru secara mulut ke mulut dengan memanfaatkan
hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar lokasi
produksi yang umumnya banyak terhubung dengan
peternak ayam dan ikan di daerah Leuwiliang Bogor
sebagai target pasar perusahaan. Meskipun sangat
sederhana, tetapi sistem tersebut cukup efektif untuk
menarik konsumen untuk membeli cacing tanah pada
perusahaan.

4) Distribusi (Place)
Salah satu alasan dipilihnya lokasi yaitu juga untuk
menunjang distribusi produk. Lokasi yang menjadi fokus
pemasaran produk cacing tanah oleh perusahaan masih
dalam lingkup satu kawasan, yaitu Leuwiliang Bogor.
Terjangkaunya lokasi oleh sarana transportasi, akan
memudahkan penyaluran produk kepada konsumen. Sistem
distribusi yang akan diterapkan pada usaha budidaya cacing
tanah ini yaitu pengantaran langsung ke tempat konsumen
dengan maksud memudahkan dan ‘memanjakan’ konsumen
agar tertarik untuk memesan produk. Tentu saja dengan
  45

memperhatikan lokasi konsumen, jasa pengantaran ini


dikenakan tarif sebagai biaya transport. Semakin jauh
lokasi konsumen dari lokasi peternakan cacing tanah, maka
akan semakin besar pula biaya yang harus ditanggung
konsumen.

4.2.4 Aspek Sosial dan Lingkungan


Secara umum apabila ditinjau dari aspek sosial dan
lingkungan, Magenta Farm ini berjalan pada usaha yang dapat
dikatakan memiliki kendala yang amat minim terhadap dampak
yang dapat ditimbulkan secara sosial dan lingkungan. Sebaliknya,
usaha yang dilaksanakan ini lebih dapat memberikan manfaat
kepada lingkungan sosial dan lingkungan khususnya di sekitar
lokasi usaha. Manfaat yang diberikan antara lain adalah sebagai
berikut:
1) Menyediakan kebutuhan pakan bagi para peternak dan
pembudidaya ikan dengan akses yang lebih dekat.
2) Membuka lapangan pekerjaan bagi penduduk setempat.
3) Pemanfaatan sampah organik yang terdapat di sekitar lokasi
usaha untuk medium hidup cacing tanah.
4) Social oriented Magenta Farm dengan memberikan kascing
untuk penduduk setempat yang berkontribusi.
5) Produk cacing tanah yang sangat bermanfaat bagi lahan sekitar
untuk kepentingan keseimbangan lingkungan hidup.

4.2.5 Aspek Finansial


Aspek finansial ditinjau dari jumlah manfaat yang
diperoleh dan jumlah biaya yang harus dikeluarkan. Sumber
modal yang digunakan Magenta Farm yaitu modal sendiri yang
berasal dana pribadi pemilik usaha budidaya cacing tanah ini, tanpa
mengadakan pinjaman dana ke lembaga keuangan tertentu.
  46

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini


adalah:
1. Harga cacing tanah Magenta Farm Rp 45.500 per kg diambil
dari harga rata-rata pasar di Jawa Barat yang berkisar antara
Rp 30.000 – Rp 60.000. Serta lebih murah dari harga yang
berlaku di pasar wilayah Bogor yaitu Rp 50.000.
2. Produk kascing tidak dijual, melainkan diberikan secara cuma-
cuma bagi masyarakat sekitar yang memberikan kontribusi
kepada Magenta Farm.
3. Produksi cacing tanah Magenta Farm diawali dengan bibit
cacing tanah sebanyak 14 kg, dimana per kg bibit cacing tanah
mampu menghasilkan 10 kg cacing tanah per bulan. Sehingga
dihasilkan 560 kg cacing tanah per periode produksi (4 bulan)
atau sebanyak 1.680 kg cacing tanah per tahun.
4. Survival Rate (SR) atau tingkat bertahan hidup cacing yang
dibudidayakan diasumsikan sebesar 90 persen hidup dan layak
panen.
5. Harga-harga peralatan dan bahan operasional Magenta Farm
diambil dari harga yang berlaku di pasar wilayah Bogor.
6. Tingkat suku bunga untuk perhitungan Net Present Value
digunakan tingkat suku bunga kredit Bank Rakyat Indonesia
(BRI) yang berlaku saat ini, yaitu 13,5 persen.
7. Periode proyek diasumsikan selama 2 (dua) tahun, mengacu
pada umur teknis maksimal dari asset yang digunakan.
8. Pada analisis Switching Value diasumsikan terjadi penurunan
harga jual produk sebesar 4,13 persen. Penurunan harga ini
diasumsikan akibat dari semakin bertambahnya produk pakan
ternak sebagai subtitusi cacing tanah yang terdapat di pasar,
sehingga harga produk dituntut untuk bersaing lebih rendah.

1) Biaya Pra-Investasi dan Investasi


Biaya yang harus dikeluarkan untuk pra-investasi dan
investasi bagi usaha cacing tanah oleh Magenta Farm adalah
  47

sebesar Rp 22.522.000,- dengan rincian yang dapat dilihat


pada Lampiran 2. Biaya yang dikeluarkan yaitu untuk
kebutuhan survey pasar, transportasi saat survey, dan untuk
berbagai aset yang dibutuhkan untuk melaksanakan usaha
budidaya cacing tanah.
2) Biaya Operasional
Kebutuhan operasional terdiri dari dua jenis biaya,
yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Total biaya operasional
yang dibutuhkan untuk satu periode produksi (4 bulan) adalah
sebesar Rp 21.057.000,- dengan rincian yang dapat dilihat
pada Lampiran 3. Biaya variabel yaitu biaya yang dapat
berubah apabila terjadi perubahan volume produksi, pada
usaha ini meliputi biaya untuk peralatan dan bahan.
Sedangkan biaya tetap merupakan biaya nominalnya yang
tidak terpengaruh oleh jumlah produksi, pada usaha ini
meliputi biaya tenaga kerja dan administrasi.
3) Laporan Laba/Rugi
Laporan keuangan berupa income statement atau
laporan laba/rugi Magenta Farm dengan kapasitas produksi
1,68 ton per tahun. Harga jual cacing tanah Rp 45.500,- per
kilogram menghasilkan keuntungan sebesar Rp 9.235.260,-
untuk tahun pertama dan Rp 15.426.900,- untuk tahun kedua
dengan rinciannya dapat dilihat pada Lampiran 5. Keuntungan
ini diperoleh dari selisih antara pendapatan dari penjualan
produk dengan biaya operasional serta pajak yang harus
dikeluarkan.
4) Analisis Finansial
a. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)
Suatu usaha dikatakan layak jika R/C Ratio lebih
besar dari satu (R/C > 1). Hal ini menggambarkan semakin
tinggi nilai R/C maka tingkat keuntungan suatu usaha
  48

semakin tinggi. Perhitungan untuk Magenta Farm adalah


sebagai berikut :
R
R/C Ratio =
TFC + TVC
61.916.400
=
30.960.000 + 18.057.000

= 1,263
Artinya, setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan akan

menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,263 atau sama
dengan memperoleh keuntungan sebesar Rp 0.263.

b. Break Even Point (BEP)


BEP dapat dinyatakan dalam BEP harga dan BEP
produksi. Usaha akan dikatakan layak jika nilai BEP
produksi lebih besar dari jumlah unit yang sedang
diproduksi saat ini atau nilai BEP harga lebih rendah dari
harga yang berlaku saat ini.

TVC
a) BEP (unit) =
P −VCU
18.057.000
=
18.057.000 
45.500 −  
€  1.680 
18.057.000
=
45.500 −10.748,214

18.057.000
=
34.751,786

= 519,599 kg
Artinya, usaha tidak akan mengalami kerugian

maupun perolehan keuntungan saat produksi cacing tanah
mencapai 519,599 kg.
  49

TFC
b) BEP (harga) =
VCU
1−
P
30.960.000
=
10.748,214 
1−  
€  45.500 
30.960.000
=
1− 0,236

30.960.000
=
0,764

= Rp 40.523.560,21 per 1.680 kg
= Rp 24.121,167 per kg

Artinya, usaha tidak akan mengalami kerugian
maupun perolehan keuntungan saat menjual hasil produksi
dengan harga Rp 40.523.560,21 per 1680 kg cacing tanah;
atau sama dengan Rp 24.121,167 per kg.

c. Net Present Value (NPV)


Berdasarkan perhitungan cash flow pada Lampiran 6,
nilai NPV Magenta Farm adalah Rp. 4.047.441,-. Artinya pada
masa mendatang yaitu saat waktu akhir proyek, nilai
keuntungan Magenta Farm yang dikonversikan pada nilai saat
ini adalah sebesar Rp. 4.047.441,-.

d. Internal Rate Return (IRR)


Berdasarkan perhitungan cash flow pada Lampiran 6,
nilai IRR Magenta Farm adalah 53 persen. Artinya tingkat
nilai pengembalian investasi usaha Magenta Farm ini adalah
sebesar 53 persen.

e. Net Benefit Cost Ratio (NBCR)


Kriteria Net B/C ratio yaitu nilainya harus >1 untuk
menunjukan suatu proyek layak dilaksanakan atau tidak.
Berdasarkan perhitungan cash flow pada Lampiran 6, nilai Net
B/C Magenta Farm adalah 1,530. Artinya untuk setiap nilai
  50

sekarang dari pengelaran sebesar Rp 1 akan memberikan


manfaat sebesar Rp 1,530.

e. Payback Period (PBP)


Berdasarkan perhitungan cash flow pada Lampiran 6,
nilai PBP Magenta Farm adalah 1,26 tahun. Artinya modal
investasi yang dimiliki dapat dikembalikan dalam jangka
waktu 1,26 tahun atau sekitar 15 bulan. Angka ini
menunjukkan Magenta Farm layak melaksanakan proyek
karena angka PBP lebih kecil dari angka 2 tahun umur proyek.

f. Analisis Switching Value (Nilai Pengganti)


Analisis kepekaan dalam penelitian ini diasumsikan
apabila terjadi penurunan harga jual produk cacing tanah
sebesar 4,13 persen. Angka 4,13 persen ini diperoleh dari
perkiraan perhitungan kemungkinan terjadinya penurunan
harga yang dapat menyebabkan angka NPV mendekati nol.
Berdasarkan perhitungan dengan penurunan harga jual
produk sebesar 4,13 persen, diperoleh nilai Net B/C sebesar
1,004; IRR 0 persen; PBP 14,3 tahun; dan NPV mendekati nol,
yaitu sebesar Rp 34.731,-. Ditinjau dari angka-angka tersebut
maka dapat disimpulkan saat terjadi penurunan harga jual
produk cacing tanah mencapai 4,13 persen maka sebaiknya
usaha ini dihentikan karena tidak layak jika dilihat dari
berbagai kriteria aspek finansial.
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat membudidayakan
cacing tanah, yaitu penyiapan wadah, pembuatan medium/media,
penyiapan bibit, penebaran, dan pemeliharaan. Satu periode kegiatan
budidaya cacing tanah adalah selama 4 (empat) bulan, setelah berbagai
kegiatan pemeliharaan dilakukan, maka dapat dilakukan kegiatan panen
kemudian pascapanen, dan akhirnya dipasarkan. Ditinjau dari aspek
kelayakan bisnis yang meliputi aspek teknis, aspek pasar, aspek
manajemen, aspek dampak lingkungan, dan aspek finansial maka Magenta
Farm dapat dinyatakan layak untuk melaksanakan usaha budidaya cacing
tanah.
Analisis kelayakan investasi Magenta Farm menunjukan nilai R/C
Ratio 1,263; BEP unit 519,599 kg; BEP harga Rp 24.121,167 per kg; NPV
Rp. 4.047.441; IRR 53 persen; Net B/C 1,530; PBP 1,26 tahun. Dengan
demikian Magenta Farm ini dapat dinyatakan layak untuk melaksanakan
usaha budidaya cacing tanah. Analisis switching value dengan asumsi
apabila terjadi penurunan harga jual produk cacing tanah sebesar 4,13
persen menghasilkan nilai Net B/C sebesar 1,004; IRR 0 persen; PP 14,3
tahun; dan NPV mendekati nol, yaitu sebesar Rp 34.731. Dari hasil
analisis switching value dapat dibuat pernyataan bahwa saat terjadi
penurunan harga jual produk cacing tanah mencapai 4,13 persen maka
sebaiknya usaha ini dihentikan karena tidak layak jika dilihat dari berbagai
kriteria aspek finansial.

2. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini kepada
Magenta Farm adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan kuantitas produksi cacing tanah untuk memenuhi
permintaan pasar.
2) Menambah strategi produk yang mampu membuat produk cacing
tanah Magenta Farm lebih unggul daripada produk pesaing.
DAFTAR PUSTAKA

Gittinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Edisi Kedua.


Terjemahan. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Gray, C. 1992. Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi Kedua. Terjemahan. Penerbit
PT. Gramedia Pustaka, Jakarta

Handoko, T.H. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi 2.
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Hanindita, N. 2006. Analisis Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Merang
(Volvariella volvaceae) (Studi Kasus Usaha Agribisnis Putra Hasan
Mushroom di Kecamatan Karang Bahagia, Bekasi, Jawa Barat). Skripsi.
Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Husnan, S. dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Unit Penerbit dan
Pencetak AMP YKPN, Yogyakarta.
Kadariah. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. LPEM-Fakultas Ekonomi. Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta.

Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. Edisi Pertama. Penerbit PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Keown, J. A. 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Ketujuh.
Terjemahan. Salemba Empat, Jakarta.
Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Kesepuluh, Jilid Satu. Terjemahan.
Prenhallindo, Jakarta.

Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Kesepuluh, Jilid Dua. Terjemahan.


Prenhallindo, Jakarta.
Musiroh, S. 2003. Pemanfaatan Pasta Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) sebagai
BahanPupuk Organik Cair dengan Pengomposan Stardec dan Effluent Cair
Gas-Bio. Program Studi Teknologi Hasil Ternak. Jurusan Ilmu Produksi
Ternak. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rukmana, Ir. H. R. 2000. Budi Daya Cacing Tanah. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.

Sembiring, A. 2007. Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Usaha


Pembuatan Kompos Dari Tandan Kosong kelapa Sawit (Studi Kasus PT.
XYZ). Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas
Pertanian. Intitut Pertanian Bogor, Bogor.
  53 

Siregar, Y. K.S. 2009. Kajian Kelayakan Biogas dari Limbah Ternak. Skripsi
pada Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Sugiono, A. 2009. Manajemen Keuangan untuk Praktisi Keuangan. Penerbit PT.


Grasindo, Jakarta.
Umar, H. 1999. Studi Kelayakan Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

www.poultryindonesia.com. 2009. Diakses pada tanggal 12 November 2010.


  55

Lampiran 1. Tabel biaya peralatan dan bahan

Harga
No. Uraian Satuan Jumlah Satuan (Rp) Total (Rp)
Peralatan:
1. Besek Unit 780 3.000 2.340.000
2. Ayakan Unit 4 6.000 24.000
3. Timbangan Unit 2 53.000 106.000
4. Terpal Lembar 2 40.000 80.000
5. Ember Unit 4 15.000 60.000
6. Sendok semen Unit 3 8.000 24.000
7. Drum plastik Unit 3 50.000 150.000
8. Karung goni Karung 100 2.500 250.000
9. Karung terigu Kg 100 4.500 450.000
Total biaya peralatan 3.484.000

Bahan:
1. Bibit cacing tanah Kg 14 100.000 1.400.000
2. Plastik Kg 40 4.500 180.000
3. Staples Boks 16 5.000 80.000
4. Medium hidup cacing Kg 11.130 500 5.565.000
5. Pakan cacing Kg 1.512 1.000 1.512.000
Total biaya bahan 8.737.000

Total Biaya Peralatan


dan Bahan 12.221.000

Catatan:
Peralatan dan bahan untuk kapasitas 14 kg cacing tanah yang akan menghasilkan
1.680 kg cacing tanah dalam satu tahun.
  56

Lampiran 2. Tabel biaya pra-investasi dan investasi

Umur Nilai Nilai


Jumlah Harga Total
No. Uraian Teknis Sisa Penyusutan
(unit) (Rp/unit) (Rp)
(tahun) (Rp) (Rp/tahun)
I. Biaya Pra-
investasi:
1. Survey pasar - 300.000 300.000 - - -
2. Transportasi - 300.000 300.000 - - -
Total I - 600.000 - - -

II. Biaya Investasi


Lahan dan
Bangunan:
15.000.00
1. Lahan 200 75.000 0
2. Saung* 1 3.438.000 3.438.000 5 343.800 618.840
Peralatan:
1. Besek 780 3.000 2.340.000 1 0 2.340.000
2. Ayakan 4 6.000 24.000 1 0 24.000
3. Timbangan 2 53.000 106.000 2 10.600 47.700
4. Terpal 2 40.000 80.000 2 0 40.000
5. Ember 4 15.000 60.000 2 0 30.000
6. Sendok semen 3 8.000 24.000 2 0 12.000
7. Drum plastik 3 50.000 150.000 2 15.000 67.500
8. Karung goni 100 2.500 250.000 1 0 250.000
9. Karung terigu 100 4.500 450.000 1 0 450.000
21.922.00
Total II 0 369.400 3.880.040

22.522.00
Total I + II 0 369.400 3.880.040

* Pada akhir tahun ke-2, saung masih memiliki nilai sisa:


Rp 3.438.000 - (2 tahun x Rp 618.840) = Rp2.200.320
Sehingga pada akhir tahun ke-2, total nilai sisa peralatan investasi
adalah:
Rp 2.200.320 + Rp 369.400 = Rp2.569.720
  57

Lampiran 3. Tabel biaya produksi cacing tanah 1 periode produksi

Harga
No. Uraian Satuan Jumlah Satuan (Rp) Total (Rp)
Biaya Tetap:
1. Tenaga kerja Bulan 4 2.300.000 9.200.000
2. Listrik Bulan 4 80.000 320.000
3. Telepon Bulan 4 50.000 200.000
4. Pemasaran Bulan 4 100.000 400.000
5. Administrasi Bulan 4 50.000 200.000
6. Penyusutan Bulan 4 219.875 879.500
Total Biaya Tetap 11.199.500

Biaya Variabel:
1. Transportasi Bulan 4 500.000 2.000.000
2. Bibit cacing tanah Kg 14 100.000 1.400.000
3. Pakan cacing Kg 11.130 500 5.565.000
4. Medium hidup Kg 1.512 1.000 1.512.000
5. Plastik Kg 40 4.500 180.000
6. Staples Boks 16 5.000 80.000
Total Biaya Variabel 10.737.000

Total Biaya Tetap


dan Biaya Variabel 21.936.500

Lampiran 4. Tabel pendapatan tahun ke-1 dan ke -2 Magenta Farm

No. Tahun Pendapatan


1. 2010 1680 x SR 90% x 90% x Rp 45.500 = 61.916.400
2. 2011 1680 x SR 90% x 100% x Rp 45.500 = 68.796.000

Catatan:
- Perhitungan biaya produksi (Lampiran 3) untuk 1 periode produksi, yaitu
4 bulan.
- SR = Survival Rate (tingkat bertahan hidup) cacing tanah per panen
- Kascing tidak dijual, melainkan diberikan kepada masyarakat yang
memberikan kontribusi kepada Magenta Farm (social oriented).
  58

Lampiran 5. Tabel Laporan Laba/Rugi Magenta Farm Tahun 2010 & 2011

Total (Rp)
No. Uraian Satuan Jumlah
2.010 2.011
1. Penjualan:
1.680 kg; Rp 45.500; SR
90% Tahun 1 61.916.400 68.796.000
Biaya Tetap dan
2. Variabel:
Biaya tetap Tahun 1 30.960.000 30.960.000
Biaya variabel Tahun 1 18.057.000 18.057.000
Total Biaya Produksi 49.017.000 49.017.000
3. Biaya Penyusutan:
Saung Tahun 5 981.000 981.000
Besek Tahun 1 1.170.000 1.170.000
Ayakan Tahun 1 24.000 24.000
Timbangan Tahun 2 108.000 108.000
Terpal Tahun 2 94.500 94.500
Ember Tahun 2 40.000 40.000
Sendok semen Tahun 2 18.000 18.000
Drum plastik Tahun 2 90.000 90.000
Karung goni Tahun 1 22.500 22.500
Karung terigu Tahun 1 90.000 90.000
Total Biaya
Penyusutan 2.638.000 2.638.000
4. Total (2) + (3) 51.655.000 51.655.000
Keuntungan Kotor (1 -
5. 4) 10.261.400 17.141.000
6. Pajak 10% 1.026.140 1.714.100
Keuntungan Bersih (5 -
7. 6) 9.235.260 15.426.900

Catatan:
- Laporan Laba/Rugi untuk periode 1 tahun.
- Perhitungan biaya penyusutan dapat dilihat di Lampiran 2.
  59 
Lampiran 6. Cash Flow Magenta Farm

Keterangan Tahun
1 2
INFLOW
1.Penjualan
Penjualan cacing tanah 61.916.400 68.796.000
Total Penjualan 61.916.400 68.796.000
2. Nilai Sisa
Bangunan dan peralatan 2.569.720
Total Nilai Sisa 2.569.720
TOTAL INFLOW 61.916.400 71.365.720
II. OUTFLOW
1. Biaya Pra-Investasi
Survey pasar 300.000
Transportasi 300.000
2. Biaya Investasi
Lahan dan Bangunan:
Lahan 15.000.000
Saung + rak 3.438.000
Peralatan:
Besek 2.340.000 2.340.000
Ayakan 24.000 24.000
Timbangan 106.000
Terpal 80.000
Ember 60.000
Sendok semen 24.000
Drum plastik 150.000
Karung goni 250.000 250.000
Karung terigu 450.000 450.000
Total Biaya Investasi 22.522.000 3.064.000
2. Biaya Operasional
Biaya Variabel
Transportasi bahan baku 6.000.000 6.000.000
Bibit cacing tanah 4.200.000 4.200.000
Pakan cacing 5.565.000 5.565.000
Medium hidup 1.512.000 1.512.000
Plastik 540.000 540.000
Staples 240.000 240.000
Total Biaya Variabel 18.057.000 18.057.000
Biaya Tetap
Tenaga kerja 27.600.000 27.600.000
Listrik 960.000 960.000
Telepon 600.000 600.000
Pemasaran 1.200.000 1.200.000
Administrasi 600.000 600.000
Total Biaya Tetap 30.960.000 30.960.000
Total Biaya Operasional 49.017.000 49.017.000
TOTAL OUTFLOW 71.539.000 52.081.000
Net Benefit -9.622.600 16.715.000
Pajak 10% -962.260 1.671.500
Net Benefit Setelah Pajak -8.660.340 15.043.500
Discount Factor 13.5 % 0,881 0,776
PV -7.630.256 11.677.696
PV (+) 11.677.696
PV (-) -7.630.256
Net B/C 1,530
NPV 4.047.441
IRR 53%
PBP 1,26
 
 
  60 
Lampiran 7. Cash Flow Magenta Farm Setelah Terjadi Penurunan Harga Jual Sebesar 4,13%

Keterangan Tahun
1 2
INFLOW
1.Penjualan
Penjualan cacing tanah 59.359.253 65.954.725
Total Penjualan 59.359.253 65.954.725
2. Nilai Sisa
Bangunan dan peralatan 2.569.720
Total Nilai Sisa 2.569.720
TOTAL INFLOW 59.359.253 68.524.445
II. OUTFLOW
1. Biaya Pra-Investasi
Survey pasar 300.000
Transportasi 300.000
2. Biaya Investasi
Lahan dan Bangunan:
Lahan 15.000.000
Saung + rak 3.438.000
Peralatan:
Besek 2.340.000 2.340.000
Ayakan 24.000 24.000
Timbangan 106.000
Terpal 80.000
Ember 60.000
Sendok semen 24.000
Drum plastik 150.000
Karung goni 250.000 250.000
Karung terigu 450.000 450.000
Total Biaya Investasi 22.522.000 3.064.000
2. Biaya Operasional
Biaya Variabel
Transportasi bahan baku 6.000.000 6.000.000
Bibit cacing tanah 4.200.000 4.200.000
Pakan cacing 5.565.000 5.565.000
Medium hidup 1.512.000 1.512.000
Plastik 540.000 540.000
Staples 240.000 240.000
Total Biaya Variabel 18.057.000 18.057.000
Biaya Tetap
Tenaga kerja 27.600.000 27.600.000
Listrik 960.000 960.000
Telepon 600.000 600.000
Pemasaran 1.200.000 1.200.000
Administrasi 600.000 600.000
Total Biaya Tetap 30.960.000 30.960.000
Total Biaya Operasional 49.017.000 49.017.000
TOTAL OUTFLOW 71.539.000 52.081.000
Net Benefit -12.179.747 13.873.725
Pajak 10% -1.217.975 1.387.373
Net Benefit Setelah Pajak -10.961.773 12.486.353
Discount Factor 13.5 % 0,881 0,776
PV -9.657.949 9.692.680
PV (+) 9.692.680
PV (-) -9.657.949
Net B/C 1,004
NPV 34.731
IRR 0%
PBP 14,3

Anda mungkin juga menyukai