Anda di halaman 1dari 807

i

DAFTAR ISI

PKM-T Kelompok 1

Kode Judul Nama_Ketua PT


PKMT-1-1 PC Cloning Sebagai Upaya
Penghematan Biaya Penambahan Universitas
Asrul Ramadhan
Komputer pada Usaha Kecil Negeri Medan
Rental Komputer
PKMT-1-2 Disain Alat Pengesut Daun Nenas
Alfatah Dwi Universitas
dengan Sistem Mekanis Untuk
Putra Sriwijaya
Menghasilkan Serat
PKMT-1-3 Perancangan Pengusir Nyamuk
Sopan Universitas
Elektronik Sebagai Alternatif
Indragandi Bengkulu
Pencegahan Demam Berdarah
PKMT-1-4 Perancangan Sistem Pengolahan
Air Hujan Dengan Menggunakan
Christina Institut
Teknologi Membran dan Lampu
Martha Mariana Pertanian Bogor
Ultra Violet Serta Penerapannya
dalam Kehidupan Sehari-hari.
PKMT-1-5 Perancangan, Pembuatan
Institut
Prototipe dan Pengujian Kursi Abdul Luky
Teknologi
Roda Mekanik Mandiri Shofi'ul Azmi S
Bandung
(Kromman)
PKMT-1-6 Rancang Bangun Terminal Paralel Universitas
pada PC Untuk Akuisisi Data Ade Rusmana Pendidikan
Eksperimen Indonesia
PKMT-1-7 Robot Satpam Plus Pelayan
(Robot S+P) Sebuah Sistem
Universitas
Pengaman dan Pelayanan dengan
Rohmadi Negeri
Program yang Mampu
Semarang
Membandingkan Kapasitas
Gambar Pemotretan Digital
PKMT-1-8 Teknologi Inovasi Pembuatan
Vaksin dalam Sediaan Gel Guna Agung Universitas
Mencegak Koksidiosis pada Wahyono Gadjah Mada
Peternakan Ayam Rakyat
PKMT-1-9 Pembuatan Elektrokardiograf Institut
I Gusti Putu
untuk Identifikasi Kelainan Teknologi 10
Arnama
Jantung dengan Metode Jaringan Nopember
Sudarma
Saraf Tiruan Surabaya
PKMT-1-10 Pembuatan Software Tata Cara
Harnan Malik Universitas
Pembagian Harta Waris dalam
Abdullah Brawijaya
Islam (Ilmu Faraid)
PKMT-1-11 Alat Pembatas Laju Sepeda Motor Dwi Hendro Universitas
Kusumo Negeri Surabaya
PKMT-1-12 Rancang Bangun Mesin Pengupas
Kulit Luar Kacang Bogor (Kacang Universitas
Aan Kurniawan
Kapri) Guna Peningkatan Hasil Negeri Malang
Produksi Pasca Panen

i
PKMT-1-13 Rancang Bangun Mesin Oven
Putar untuk Meningkatkan
Cahya Rasul Universitas
Kualitas Produksi Kacang Garing
Ario Asviando Jember
Asin dalam Skala Industri Rumah
Tangga
PKMT-1-14 Pemanfaatan Gonad Bulu Babi
William Geif Universitas
sebagai Pangan Alternatif
Iwanggin Negeri Papua
Pengganti Ikan
PKMT-1-15 Komunikasi Data Via Jala-Jala Rama Kurnia Politeknik
Listrik Pasifik Negeri Jakarta
PKMT-1-16 Pemanfaatan Sensor Cahaya
Politeknik
sebagai Alat untuk Mengukur Akhmad Zainuri
Negeri Malang
Kadar Hemoglobin dalam Darah
PKMT-1-17 Rancang Bangun Otomatisasi
Politeknik
Proses Gynogenesis Pada Akhmad Zainuri
Negeri Malang
Pembibitan Ikan Mas Punten
PKMT-1-18 Solder Pen Politeknik
Rangga Tresna
Manufaktur
Heryudi
Bandung
PKMT-1-19 Pembangunan Pengontrol Sekolah Tinggi
Perangkat Elektronik dengan Teknologi
Puji Subakti
Bluetooth Menggunakan J2ME Telkom
Melalui PLC Bandung
PKMT-1-20 Otomatisasi Mesin Pengering Universitas
Mustari Efendi
Kain Batik Berbasis Ahmad Dahlan
Soplestury
Mikrokontroler 68HC11 Yogyakarta
PKMT-1-21 Dispenser Multifungsi Universitas
Arif Darmawan Muhammadiyah
Surakarta
PKMT-1-22 Mobil Hemat Energi dan Bebas Universitas
Mawan
Polusi dengan Menggunakan Kristen Petra
Hendrawan
Tenaga Surya Surabaya
PKMT-1-23 Alat Pemantau Area Parkir Mobil Universitas
Niken Puji
( TPSDP ) dengan Sensor Ultrasonik Negeri
Hastuti
Berbasis Mikrokontroler Yogyakarta

PKM-T Kelompok 2

Kode Judul Nama_Ketua PT


PKMT-2-1 Rancang Ulang Wheel Barrow Universitas
Mirta Widia
yang Ergonomis dan Ekonomis Andalas
PKMT-2-2 Pembuatan Alat Pengaman Sepeda
Haryanto Universitas
Motor dengan Memanfaatkan
Amanu Bengkulu
Gelombang Elektromagnetik
PKMT-2-3 Studi Pembuatan Prototipe Pompa
Kapiler Mekanik (PKM) Tenaga
Nanang Okta Universitas
Angin Jenis Savonius Untuk
Viyanto Lampung
Persawahan Lahan Kering di
Propinsi Lampung

ii
PKMT-2-4 Pemanfaatan Sistem Double Filter
Terhadap Kelangsungan Hidup Indra Ambalika Institut
Anemon (Heractis Magnifica) Sari Pertanian Bogor
Dalam Akuarium Air Laut
PKMT-2-5 Pembuatan Serbuk Gel Lidah
Lesly Institut
Buaya (Aloe Vera) Terstandar
Septikasari Teknologi
dengan Metode Pengeringan
Rustandi Bandung
Aliran Udara Kering
PKMT-2-6 Prototype Sistem Pengaman
Kendaraan Dengan Menggunakan
Universitas
ID Card dan system TBC (Traper
Towip Pendidikan
and Breach-Block Combination)
Indonesia
Berbasis Mikrokontroler
AT89C52.
PKMT-2-7 Model Pondasi dengan Metode Universitas
Agung Handaka
Paku Bumi Ulir Untuk Pekerjaan Negeri
K.
Bangunan Satu Lantai Semarang
PKMT-2-8 Kunci Pintu Digital Dengan Sistem Lingga Universitas
Keamanan Berbasis SMS Wardhana Gadjah Mada
PKMT-2-9 Rancang Bangun Rol Cat Tembok Universitas
Sistem Kerja Kontinyu Rahmadi Negeri
Yogyakarta
PKMT-2-10 Pemanfatan Grafit Pensil Sebagai
Elektroda Selektif Ion Rachmat Universitas
Bermembran AgCl/ag2S untuk Badawi Airlangga
Analisa Ion Korida
PKMT-2-11 Perancangan Alat Pengulen Deeri Rahmat Universitas
Adonan Roti Setyawan Brawijaya
PKMT-2-12 Perbaikan Lahan Bekas Tambang
Batubara dengan Teknologi Universitas
Putri Kartika
Probiotik (Genus Aspergillus) di Lambung
Sari
Kecamatan Cempaka, Kodya Mangkurat
Banjarbaru
PKMT-2-13 Pemodelan Arima dalam
Peramalan Penumpang Kereta Api
Universitas
pada Daerah Operasi (DAOP) IX Umi Rosyiidah
Jember
Jember

PKMT-2-14 Pemanfatan Limbah Cair Industri


Pengolahan Tahu Untuk
Memproduksi Spora bacillus Deny Silvina Universitas
Thuringiensis Serovar Israelensis Pandy Udayana
dan Aplikasinya Sebagai
Biokontrol Larva Nyamuk
PKMT-2-15 Pelestarian Budaya Tradisional
Ikip Negeri
Pembuatan Klatkat Berbasis I Made Januarta
Singaraja
Multimedia
PKMT-2-16 Rancang Bangun Turbin Pelton
untuk Sistem Pembangkit Listrik Politeknik
Pamungkas
Tenaga Mikro-Hidro dengan Negeri
Irwan Nugroho
Variasi Bentuk Sudu Semarang

iii
PKMT-2-17 Low Temperatur Pressure Cooker
Universitas
(LTPC) Alat Pengolah Bandeng Mukholid
Negeri
Presto yang Murah Tanpa Merusak Anshori
Semarang
Rasa Asli dan Kandungan Protein
PKMT-2-18 Aplikasi Desktop untuk Pendataan Universitas
Harisman Indra
Pasien pada Klinik Homeopathy Trisakti Jakarta
PKMT-2-19 Desain dan Realisasi Alat
Elektrokardiograf Berbasis
Sekolah Tinggi
Mikroprosesor 8-Bit Beserta
Teknologi
Sistem Database dan Ahmad Sutanto
Telkom
Monitoringnya yang berbasis
Bandung
Online untuk Membantu Pasien
Jantung
PKMT-2-20 Pengaruh Pemberian Jerami
Akademi
Fermentasi Sebagai Pengganti
Peternakan
Rumput Hijauan pada Domba Santoso
Karanganyar
Terhadap Pertambahan Bobot
Surakarta
Badan
PKMT-2-21 Rancang Bangun Alat Proteksi
Peralatan Komputer Terhadap
Universitas
Kasus Pencurian Pada Gedung- Amaludin
Muria Kudus
Gedung Sekolah Menengah Umum
di Kabupaten Kudus
PKMT-2-22 Penerapan Teknologi
Penyambungan " Three in One"
pada Tanaman Hias Euphorbia Prakarsa Upn - Veteran
milii di Beberapa Florist Anggota Herananta Jawa Timur
Perkumpulan Pencinta (PPT)
Cabang Surabaya
PKMT-2-23 Perencanaan dan Pembuatan Institut
( TPSDP ) Hydrofoil pada Hydrofoil Sport Muhammad Teknologi 10
Bike Suhariyanto Nopember
Surabaya

PKM-T Kelompok 3

Kode Judul Nama_Ketua PT


PKMT-3-1 Desain Spoiler Truk untuk
Pengurangan Seretan Udara
(DRAG) Berdasarkan Uji Universitas
Marzuqi
Terowongan Angin dan Uji Jalan Andalas
untuk Penghematan Bahan Bakar
Minyak
PKMT-3-2 Rancangan Rangkaian Elektronik
Pengusir Hama Tikus dan Universitas
Febi Rahmita
Serangga pada Tanaman Kelapa Bengkulu
Sawit
PKMT-3-3 Pengembangan Situs Obat Universitas
Tedi Kurniadi
Tradisional Indonesia

iv
PKMT-3-4 Pembuatan Prototipe Alat
Pengering Rumput Laut Berbasis Muhammad Institut
Tenaga Surya Hybrid Sistem Iqbal Hanafri Pertanian Bogor
Portable
PKMT-3-5 Optimalisasi Media Pembelajaran
Kimia Organik SMU Melalui
Rekayasa Algoritmis dan Universitas
Rian Arief
Pedagogis Modern yang Pendidikan
Rafianto
Diterapkan Dalam Software Indonesia
Multimeida "Komputasi Kimia".

PKMT-3-6 Perancangan Otomatisasi Basis


Data Absensi Perkuliahan
Syarif Universitas
Menggunakan Sensor Inframerah
Hidayatullah Diponegoro
Melalui Intervace Serial
Mikrokontroller MCS-51
PKMT-3-7 Smart Muffler (Knalpot Multi
Suara) Sebuah Knalpot Inovatif Universitas
Ikta Wahyu
Yang Mampu Menaikkan Negeri
Widodo
Performa Kendaraan Bermotor Semarang

PKMT-3-8 Pembuatan Sepeda Listrik


Denish Zuli Universitas
Bertenaga Surya Sebagai Alat
Anugra Gadjah Mada
Transportasi Alternatif Masyarakat
PKMT-3-9 Alat Pendingin Medis Hemat Universitas
Energi dengan Zeolit sebagai Marsono Negeri
Absorben Yogyakarta
PKMT-3-10 Rancang Bangun Alat Ukur Kadar
Ion Kadmium Dalam Air dengan Universitas
Masruhin Afif
Spektrofotometri Serat Optik Airlangga
Secara Digital
PKMT-3-11 Sistem Penyiram Tanaman
Universitas
Berbasis PC Menggunakan Media Kiagus Firdaus
Brawijaya
SMS Umpan Balik
PKMT-3-12 Pengembangan Media Yohana Putra
Universitas
Pembelajaran Matematika Surya Rahmat
Jember
Berbantuan Komputer Hidayat
PKMT-3-13 Pemanfaatan Kincir Rakit Arus Universitas
Datar sebagai Penggerak Pompa Ori Minarto Lambung
Air Sederhana Mangkurat
PKMT-3-14 Penerapan Teknologi Alat Sumur Universitas
Bor Sistem Putar pada Persawahan Hamid Idris Negeri
Tadah Hujan Makassar
PKMT-3-15 Mesin Pengurai Serat Abaka Politeknik
Suheri
Negeri Medan
PKMT-3-16 Pengaman Mobil Merangkap Politeknik
Pelumpuh Pencuri Mobil Heri Pujianto Negeri
Semarang
PKMT-3-17 Cara Pembuatan Alat Pengering
Benih Cabe (Capsicum spp) dalam Eko Khot Politeknik
Upaya Pengurangan Kadar Air Priyantono L. Negeri Jember
Sebelum Penyimpanan

v
PKMT-3-18 Sistem Informasi Cerdas Pemadam Sekolah Tinggi
Kebakaran Berbasis Geographical Teknologi
Anie Kurniawati
Information System Telkom
Bandung
PKMT-3-19 Sistem Pendukung Keputusan Institut Sains
Untuk Investasi Pemilihan Alat Dan Teknologi
Habibillah
Produksi Akprind
Yogyakarta
PKMT-3-20 Daur Ulang Industri Tekstil Akademi
Marina Kristina
Dengan Cara Yang Sederhana dan Teknologi
Wardani
Biaya Yang Murah Warga Surakarta
PKMT-3-21 Rancang Bangun Jaringan
Komputer Menggunakan Media
Institut
Soundcard Modem dan Danang Heri
Teknologi Adhi
Transceiver FM yang diterapkan Kusnanto
Tama Surabaya
pada Sistem Informasi Jual Beli
pada Daerah Terpencil
PKMT-3-22 Implementasi Jaringan tanpa Sekolah Tinggi
Hardisk dengan Menggunakan Manajemen
Citrix Meta Frame XP Berbasis Muhammad Informatika Dan
Windows 2000 Server Risal Komputer
Handayani
Makassar
PKMT-3-23 Modifikasi Kapal Ikan Tradisional Institut
( TPSDP ) di Daerah Prigi untuk Anggara Havid Teknologi 10
Meningkatkan Produktifitas Saputra Nopember
Surabaya

PKM-T Kelompok 4

Kode Judul Nama_Ketua PT


PKMT-4-1 Perancangan dan Pembuatan
Kendaraan Listrik Tenaga Surya
dan Bateri dengan Pengecasan Universitas
Zulbasrizal
Sendiri (Alternator) untuk Andalas
Meningkatkan Efisiensi
Menggunakan Efek Giroskop
PKMT-4-2 Penerapan Media Teknologi
Infromasi dan Komunikasi
Menggunakan Microsoft Excel Universitas
Syalendra Putra
Dalam Pembelajaran Matematika Bengkulu
Sekolah Sub Pokok Persamaan
Kuadrat Untuk Tingkat SMU
PKMT-4-3 Rancang Bangun Intrumen
Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Akbar
Sebagai Sumber Energi Alternatif Institut Pertanian
Novianto
Ramah Lingkungan Dalam Bogor
Hadaning Putra
Operasi Penangkapan Ikan

vi
PKMT-4-4 Pengaruh Penambahan Dekstrin
Sartika Universitas
dalam Proses Pembuatan Yoghurt
Wahyuni Padjadjaran
Bubuk
PKMT-4-5 Desain dan Aplikasi Alat
Pasteurisasi Susu Skala Rumah Ali Misbahul Universitas
Tangga Sebagai Salah Satu Upaya Munir Diponegoro
Peningkatan Pendapatan Peternak
PKMT-4-6 Mesin Pendingin Ikan Hibrida
Taufiq Adi Universitas
(Tenaga Angin dan Minyak Tanah)
Leksono Negeri Semarang
pada Kapal Nelayan
PKMT-4-7 Penyiram Tanaman Otomatik
Mohammad Universitas
Sebagai Pengatur Kelembaban
Syahirul Alam Negeri Semarang
Tanah Pada Rumah Kaca
PKMT-4-8 Pengembangan Prototipe Kit
Penny
Diagnosik Waktu Ovulasi Sapi Universitas
Humaidah
Untuk Menjamin Ketetapan Waktu Gadjah Mada
Hamid
Inseminasi Buatan
PKMT-4-9 Kendali Penumbuhan Jamur Universitas
Bambang
Merang Berbasis Mikrokontroller Negeri
Setiawan
AT89C51 Yogyakarta
PKMT-4-10 Desain Sarana Pengangkut dan Institut
Perontok Duri pada Buah Salak Ari Dwi Teknologi 10
Krisbianto Nopember
Surabaya
PKMT-4-11 Implementasi Mikrokontroller
ATMEGA8535 untuk Mengatur Hermawan Universitas
Suhu dan Kelembapan pada Rahman Sholeh Brawijaya
Kandang Bekicot
PKMT-4-12 Instrumentasi Pendeteksi Kadar
STPP Berbasis MK AT89C51 Uli Johar Universitas
Dalam Limbah Industri Miasih Negeri Malang
Pengepakan Udang
PKMT-4-13 Penggunaan Sistem Fotokimia
Sebagai Upaya Alternatif Universitas
Pemecahan Masalah Pengolahan Sri Herlina Lambung
Limbah Cair di Rumah Sakit Ratu Mangkurat
Zalecha Martapura
PKMT-4-14 Rancang Bangun Mesin Parut Universitas
Muh. Iqbal
Kelapa Yang Praktis dan Efisien Negeri Makassar
PKMT-4-15 Mesin Penepung Beras Syahrul Politeknik Negeri
Sinulingga Medan
PKMT-4-16 Rancang Bangun Mesin Mixer M. Eko Politeknik Negeri
Serbaguna Tanpa Pengaduk Hardiviyono Semarang
PKMT-4-17 Rancang Bangun Mesin Tempa
Politeknik Negeri
Gambir Secara Otomatis dan Arnes Saputra
Padang
Efesien
PKMT-4-18 Penerapan Geografi Information
System (GIS) Berbasis WEB
Sekolah Tinggi
Untuk Memantau Penyebaran Dwidy Putut
Teknologi
Penyakit di Kota Bandung, Jawa W.
Telkom Bandung
Barat

vii
PKMT-4-19 Penginderaan Kebocoran Arus Institut Sains
Bolak-Balik (AC) pada Instalasi Anggoro Danu Dan Teknologi
Listrik Rumah Tinggal Subroto Akprind
Yogyakarta
PKMT-4-20 Pembuatan Software Pengenalan
dan Situs Wayang Purwa Jawa Universitas
Sebagai Sarana Pelestarian dan Agung Santoso Katholik
Penyebarluasan Kesenian Pranoto Soegijapranata
Tradisional Jawa Tengah Semarang

PKMT-4-21 Teknologi Pemanfaatan Limbah


Nanas (Ananas Comosus L. Merr)
Universitas
Sebagai Agensia yang
Fery Dwiyanti Muhammadiyah
Meningkatkan Kualitas Tempe pad
Malang
Home Industry Tempe Sanan di
Kota Malang
PKMT-4-22 Mobil Robot Pel Lantai Berbasis Politeknik
Muhammad
( TPSDP ) Mikrokontroler AT89S51 Manufaktur
Iqbal Nugraha
Timah
PKMT-4-23 Perancangan dan Pembuatan Universitas
( TPSDP ) Mesin Penepung Ikan Hadi Waluyo Muhammadiyah
Yogyakarta

PKM-T Kelompok 5

Kode Judul Nama_Ketua PT


PKMT-5-1 Aplikasi Mesin Gravitasi Sebagai Muhammad
Universitas
Sumber Energi Tak Terbatas untuk Adek
Andalas
Kebutuhan Listrik Rumah Tangga Mursyawal
PKMT-5-2 Pembuatan Media Compact Dish
Universitas
dalam Pengajaran Bina Diri bagi Handayana
Negeri Padang
Anak Tunagrahita
PKMT-5-3 Roti Kaya Serat dan Protein
sebagai Penganan Fungsional Syahnada Jaya Institut Pertanian
Berbahan Baku Tepung Ampas Sy. Bogor
Tahu
PKMT-5-4 Penerapan Limbah Plastik (Poli
Universitas
Propilena) sebagai Matriks dalam Akhmad Fajar
Padjadjaran
Pembuatan Papan Komposit
PKMT-5-5 Perancangan dan Pengembangan
Institut
Produk Lampu Bergaya Klasik
Mufti Alem Teknologi
Sebagai Alat Pembangun Suasana
Bandung
Rileks Bagi Usia Setengah Baya
PKMT-5-6 Deferensial Dinamometer Chasis
Alternatif " Sebuah Alat Pengukur
Universitas
Daya Kendaraan Bermotor Yang Ihsan Hakim
Negeri Semarang
Murah dan Cocok Untuk Industri,
Bengkel dan Dunia Pendidikan.
PKMT-5-7 Micro Car "Mobil Mini 100cc
Muhammad Universitas
Serbaguna, Hemat Energi, Murah
Rhuli Negeri Semarang
dan Lincah"

viii
PKMT-5-8 Keran Air Hemat dan Higienis Universitas
Eko Arianto Negeri
Yogyakarta
PKMT-5-9 Daya Tahan Plasmid pUC18 pada
Penyimpanan di Kertas Saring Rahmad Universitas
untuk Pengiriman Plasmid melalui Krismantoro Airlangga
Surat
PKMT-5-10 Sistem Anti Pencurian Mobil: Alat Institut
Pelacak Posisi dan Penonaktifan Teknologi 10
Eka Prasetyono
Mesin dengan Kendali Hand Nopember
Phone dan GPS Surabaya
PKMT-5-11 Rancang Bangun Piranti Pengukur
Kadar Alkohol Pada Minuman
Yusron Universitas
dengan Menggunakan Sensor SB
Sugiarto Brawijaya
32

PKMT-5-12 Rancang Bangun Alat Pengukur


Kadar Air dalam Gabah Melalui
Metode Kapasitansi dengan Inda Shofiah Universitas
Aplikasi Mikrokontroller Rahmatunnisa Negeri Malang
AT89C51

PKMT-5-13 Upaya Mengenalkan Model


Rumah Lanting yang Ramah Universitas
Akhmad
Lingkungan untuk Mengurangi Lambung
Riandie
Laju Abrasi Sungai Martapura Mangkurat
dalam Wilayah Kota Banjarmasin
PKMT-5-14 Pengemukan Kepiting Bakau
(scylla tranguebarica) dengan La Ode Ali Universitas
Keramba Sistem Baterai pada Rahmat Haluoleo
Tambak yang Tidak Produktif
PKMT-5-15 Penerapan Teknologi Cetakan
Politeknik Negeri
Logam pada Proses Pengecoran Eko Noviarman
Sriwijaya
Paduan Alumunium pada Industri R.
Palembang
Kecil Pengecoran di Palembang
PKMT-5-16 Rancang Bangun Mesin Penyuling
Minyak Astiri dengan Sistem Uap
Langsung dan Pendingin Politeknik Negeri
Bramantio
Bertingkat Dikendalikan dengan Semarang
Mikrokontroler dalam Upaya
Peningkatan Mutu Produk
PKMT-5-17 Meningkatkan Efisiensi Nelayan
dengan Pemasangan Mesin Politeknik Negeri
Joni Fitrah
Pedingin Ikan Sebagai Pengganti Padang
Es Balok
PKMT-5-18 Penghematan Energi Listrik pada
Sekolah Tinggi
Lampu Penerangan Jalan Melalui
Nadif Adroni Teknologi
Aplikasi Sensor Suara, Cahaya dan
Telkom Bandung
Inframerah
PKMT-5-19 Efektifitas Modifikasi Alat Universitas
Eva
Ekstraksi Ahmad Dahlan
Rachmawati S.
Yogyakarta

ix
PKMT-5-20 Rancang Bangun Freezer Ikan Universitas
Yonatan Adi Katholik
Gunawan Soegijapranata
Semarang
PKMT-5-21 Rancang Bangun Mesin Cetak Fery Universitas
Huruf Braille Menggunakan Kurniawan Kristen Petra
Mikrokontroller MCS-51 Djunaidy Surabaya
PKMT-5-22 Peta Digital Kota Makassar Politeknik Negeri
Silmy Rusli
( TPSDP ) Berbasis J2ME Ujung Pandang
PKMT-5-23 Pembuatan Sistem Penjejak Maria Orbita
Institut
Matahari Dengan Sel Surya
Teknologi 10
Berbasis Logika Fuzzy Sebagai
Nopember
Penghasil Sumber Energi Listrik
Surabaya
Alternatif

x
PKMT-1-1-1

PC CLONING SEBAGAI UPAYA PENGHEMATAN


BIAYA PENAMBAHAN KOMPUTER PADA USAHA KECIL
RENTAL KOMPUTER

Asrul Ramadhan, Sry Rahayu, Wanda Prandani


Pendidikan Teknik Elektro, Teknik, Universitas Negeri Medan, Medan

ABSTRAK
Program Kreativitas Mahasiswa bidang penerapan teknologi (PKMT) yang kami
ajukan dilatarbelakangi oleh kesulitan yang dihadapi oleh pengusaha rental
komputer untuk melakukan penambahan perangkat komputer dalam upaya
menambah hasil pendapatan dari usaha tersebut. Hal ini disebabkan oleh
tingginya harga perangkat komputer, baik perangkat keras maupun perangkat
lunaknya. Secara khusus program ini bertujuan untuk: 1). Mengatasi
permasalahan tingginya harga perangkat keras dan perangkat lunak komputer
dalam upaya penambahan jumlah komputer bagi para pengusaha kecil rental
komputer. 2). Mendorong masyarakat pemilik usaha rental komputer untuk lebih
bergairah dengan adanya dukungan fasilitas yang baik. 3). Meningkatkan
efektivitas, efesiensi dari segi produksi, waktu dan energi yang digunakan. 4).
Merangsang masyarakat yang lain untuk menerapkan teknologi tepat guna
dengan menerapkan teknologi yang up to date dalam memenuhi kebutuhan
penambahan komputer. Metoda pendekatan yang dilakukan adalah dalam
pemilihan mitra pemilik usaha rental dengan pendekatan secara langsung yang
sebelumnya mensurvei ke lokasi tersebut. Kemudian mengajak para pemilik usaha
rental untuk berdialog dan meyakinkan bahwa masalah yang dialami dapat
dipecahkan dan dapat dibuat konfigurasi yang dapat membantu memecahkan
permasalahan tersebut. Dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang timbul
tersebut dengan menggunakan metode yang bersifat problem solving, yaitu
mendapatkan langsung pemecahan masalah dari beberapa solusi yang timbul.
Selanjutnya Pembuatan dan perakitan PC Cloning dilakukan di tempat usaha
rental. Pada perusahaan mitra Rental Komputer Yamakasi penerapan PC
Cloning dilakukan pada satu unit komputer (PC) Pentium 4. Setelah dirakit, ditest
dan diuji coba CPU Pentium 4 tersebut dapat dipakai untuk melayani 3 user
secara bersamaan dan dapat diterapkan untuk usaha rental komputer.

Kata kunci : PC Cloning, Rental Komputer, Penghematan

PENDAHULUAN
Kemajuan dunia komputer telah membawa kemudahan-kemudahan dalam
banyak sisi kehidupan manusia. Hal ini ditandai dengan banyaknya masyarakat
yang membuka usaha dibidang komputer untuk mendapatkan penghasilan. Salah
satu usaha bidang komputer yang banyak berkembang adalah usaha rental
komputer. Keberadaan usaha rental komputer ini dilingkungan kampus telah
banyak membantu para mahasiswa yang tidak memiliki komputer untuk tetap
dapat menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan bantuan komputer.
Tetapi dalam kenyataannya banyak usaha kecil rental komputer yang
menghadapi masalah diakibatkan tingginya harga hardware dan software
komputer. Tingginya harga ini, menjadikan para pengusaha kecil rental komputer
PKMT-1-1-2

sangat sulit untuk melakukan penambahan unit komputer demi meningkatkan


hasil pendapatan, karena dengan penambahan komputer akan memerlukan biaya
untuk pembelian hardware dan pembelian softwarenya. Apalagi dengan
disyahkannya undang-undang hak atas kekayaan intelektual maka penggunaan
software bajakan juga telah dilarang.
Oleh karena itu diperlukan solusi yang dapat menekan tingginya biaya
untuk pengadaan komputer. Sebenarnya ada beberapa solusi yang sudah
dikembangkan untuk dapat menghemat biaya penambahan komputer yaitu dengan
menggunakan jaringan diskless system. Pembuatan Jaringan diskless system bisa
menghemat biaya karena komputer Client tidak perlu menggunakan hardisk.
Akan tetapi karena cara ini hanya bisa dijalankan pada sistem operasi Linux,
dimana sistem operasi ini masih kurang familiar dikalangan umum maka solusi ini
masih kurang efektif.
Membagi pakai komputer oleh banyak pemakai secara bersamaan untuk
dapat menghemat biaya penambahan komputer Solusi yang bisa dikembangkan
adalah dengan menggunakan metoda PC Cloning (kloning PC) dimana dengan
metode kita dapat membagi pakai satu buah CPU oleh banyak user sehingga dapat
digunakan secara bersama-sama dan dalam waktu yang sama pula. Pembuatan PC
Cloning ini memungkinkan penghematan biaya bagi pengusaha rental komputer
untuk penambahan perangkat keras komputer (hardisk, RAM, Mother Board,
Procesor, power supplay) dan juga dapat meningkatkan efesiensi legalisasi dari
pemakaian sistem operasi dan perangkat lunak lainnya. Seandainya saja
pengusaha rental ingin menambah satu unit komputer pentium III, tentunya untuk
sekarang ini dana yang dikeluarkan sekitar Rp. 2.700.000,00, kalau dilakukan
metoda kloning PC maka hanya membutuhkan dana untuk pembelian Monitor,
Keyboard, Mouse dan sebuah VGA Card PCI yang mana harga totalnya hanya
sekitar Rp. 750.000,00. Selain itu penggunaan sistem PC Cloning juga akan
menghemat pemakaian energi listrik karena hanya menggunakan satu buah CPU
saja.
Oleh sebab itu termotivasi hati kami untuk turut memikirkan bagaimana
jalan keluar dari permasalahan masyarakat diatas dengan cara memberikan
penerapan teknologi yang Up to date dan dengan biaya murah melalui program
kreativitas mahasiswa.
Program ini pada dasarnya adalah menerapkan metoda PC Cloning
sebagai upaya penghematan biaya pengadaan komputer pada usaha kecil rental
komputer, Namun secara khusus program ini bertujuan untuk:
1). Mengatasi permasalahan tingginya harga perangkat keras dan perangkat lunak
komputer dalam upaya penambahan jumlah komputer bagi para pengusaha kecil
rental komputer di Medan. 2). Mendorong masyarakat pemilik usaha rental
komputer untuk lebih bergairah dalam melaksanakan pekerjaanya karena adanya
dukungan fasilitas yang baik. 3). Meningkatkan efektivitas, efesiensi dari segi
produksi, waktu dan energi yang digunakan. 4). Merangsang masyarakat yang lain
untuk menerapkan teknologi tepat guna dengan menerapkan teknologi yang sama
dalam memenuhi kebutuhan penambahan komputer.
Manfaat yang diharapkan dari program kreativitas mahasiswa ini melalui
penerapan teknologi ini adalah: 1). Dengan memperoleh pengetahuan tentang PC
Cloning diharapkan masyarakat dapat menerapkannya langsung sehingga
pelayanan menjadi efektif dan efesien. 2). Dengan memperoleh pengetahuan
PKMT-1-1-3

tentang PC Cloning diharapkan masyarakat dapat meningkatkan usaha. 3).


Dengan mengetahui manfaat dari PC Cloning diharapkan masyarakat dapat
membuat sendiri alat tersebut setelah disosialisikan. 4). Memberikan kemudahan
kepada masyarakat pengusaha rental dalam meningkatkan jasa pelayanannya. 5).
Diterapkembangkannya IPTEK dari hasil program kreativitas mahasiswa
mengenai penerapan PC Cloning sehingga ilmu tersebut akan berkembang di
masyarakat pada umumnya dan pengusaha rental komputer khususnya.

METODE PENDEKATAN
Dalam pelaksanaan program ini dilakukan beberapa metoda pendekatan
untuk mencapi tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pemilihan mitra pemilik
usaha rental, tim melakukan pendekatan secara langsung yang sebelumnya
mensurvei ke lokasi tempat usaha rental. Dengan mengajak para pemilik usaha
rental untuk berdialog dan meyakinkan bahwa masalah yang dialami dapat
dipecahkan dan dapat dibuat perangkat yang dapat membantu memecahkan
permasalahan tersebut. Dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang timbul
tersebut dengan menggunakan metode yang bersifat problem solving, yaitu
mendapatkan langsung pemecahan masalah dari beberapa solusi yang timbul.
Berdasarkan metode diatas, ditawarkan pemecahan masalah dengan
membuat PC Cloning dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1). Memberikan
penjelasan tentang kegunaan dari PC Cloning sebagai upaya penambahan jumlah
komputer. 2). Merencanakan biaya pembuatan PC Cloning beserta pengadaan
bahan baku, perakitan alat, sampai ke produk jadi. 3). Merancang PC Cloning
sebagai teknologi tepat guna untuk penyediaan perangkat komputer dengan biaya
murah. 4) Mengadakan uji coba PC Cloning dengan mengevaluasi hasil
pembuatan perangkat serta melakukan perbaikan-perbaikan terhadap perangkat
yang dikembangkan. 5). Menyerahkan PC Cloning ke pemilik usaha kecil rental
komputer di Jl Pancing Medan sebagai mitra kerja dalam kegiatan ini untuk
dipergunakan dalam pemenuhan pengadaan komputer dengan biaya murah. 6).
Melakukan pemantauan dan pendampingan kepada para pemilik usaha rental
komputer untuk melihat efesiensi dan efektifitas PC Cloning ketika dioperasikan
dalam kegiatan usaha tersebut.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam merancang PC Cloning
adalah:
- Pemasangan kartu grafis tambahan, dengan fungsi Multiple Display Monitor
diaktifkan sesuai petunjuk pabrik pembuatnya. Kemudian dilakukan
penginstalan driver yang dibutuhkan. Saat melakukan pemasangan kartu grafis
perlu melakukan pengesetan di BIOS komputer sehingga sistem komputer
dapat mendeteksi adanya penambahan kartu grafis baru.
- Penyambungan mouse dan keyboard USB sesuai petunjuk pabrik pembuatnya.
Untuk instalasi drivernya, windows biasanya telah menyediakan secara default
driver kompatibel, jika tidak pada perangkat Mouse dan keyboard USB
tersebut biasanya telah disediakan CD Drivernya.
- Melakukan tes untuk memastikan hardware bekerja dengan benar pada
Windows.
- Penginstalan software BeTwin 98/ME/2000/XP.
- Penambahan User
PKMT-1-1-4

Untuk melakukan penambahan user dilakukan dengan mengklik ganda pada


icon BeTwin untuk membuka Control Center kemudian mengklik Station
Configuration. Dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Tampilan awal Be Twin

- Pemilihan Hardware yang digunakan pada station


Setiap station harus memiliki kartu grafis, mouse dan keyboard. Dapat juga
dilakukan penambahan peralatan audio, joystick dan hardware lainnya.
Beberapa komputer yang dilengkapi dengan chipset Intel 810/815 memiliki
display adapter yang terpasang pada motherboard tidak mempunyai pilihan
untuk memaksa adapter tersebut sebagai primary display pada BIOS-nya dan
akan mengakibatkan Intel 810/815 display adapter sebagai station dan dapat
digunakan PCI adapter tambahan sebagai host display.
Untuk menambahkan hardware lainnya ke station, dapat dilakukan dengan cara
mendouble klik user (station) yang telah dibuat kemudian pilihlah item
hardware (seperti terlihat pada gambar 2) dengan mengklik hardware yang
berada dalam kolom Free Hardware, lalu kliklah pada tombol >>.
Kemudian akan dilihat hardware tersebut nampak di dalam kolom Station
Hardware.
Untuk menghapus hardware tertentu dan station, dapat dilakukan dengan cara
mengklik pada item hardware tersebut yang berada dalam kolom Station
Hardware. Klik pada tombol <<, dan hardware tersebut akan pindah
dariStation Hardware ke kolom Free Hardware.
Setelah hardware pada station dikonfigurasi dengan benar, klik pada OK.
Ini akan mengembalikan tampilan ke Station Configuration. Lalu dilakukan
dengan mengklik OK lagi.
Sesaat akan diminta untuk melakukan restart Windows, Setelah komputer di-
boot, dilanjutkan dengan mengklik ganda pada icon BETWIN untuk membuka
Control Center. Kemudian mengklik ON pada station BETWIN. Station
BeTwin dapat dimulai dan siap digunakan. Jika Kita menginginkan station start
secara otomatis, dapat dilihat kotak Autostart station di bawah Station
Configuration
PKMT-1-1-5

Gambar 2. Tampilan layar konfigurasi hardware

Menggunakan Tombol Locator


Tombol ini digunakan jika terdapat lebih dari satu station BeTwin yang
berfungsi untuk menentukan mouse, keyboard atau speaker yang digunakan
untuk setiap station. Penggunaan locator buttons dapat membantu
rnempermudah masalah ini. (Seperti pada gambar 2).
Untuk menempatkan peripheral khusus, dilakukan dengan mengklik tombol
locator keyboard/mouse dan tekan pula salah satu dan tombol pada keyboard
USB atau tombol dan mouse. Tampilan dalam layar konfigurasi hardware akan
tampak jika keyboard atau mouse diaktifkan untuk mempermudah pengaturan
dapat menggunakan nama yang berbeda.

Sebagai upaya kelanjutan kegiatan ini, dilakukan pemantauan secara


berkala khususnya bila ditemui kesulitan dalam pengoperasian PC Cloning. Hal
ini diperlukan untuk mengevaluasi penerapan PC Cloning memang benar-benar
dapat membantu masyarakat usaha kecil rental komputer dalam hal menekan
biaya pada penambahan perangkat komputer baru.

HASIL PROGRAM DAN PEMBAHASAN


Kegiatan ini dilakukan di tempat usaha mitra, untuk saat ini tempat usaha
mitra yang dipilih berdasarkan hasil observasi adalah usaha rental komputer
Yamakasi yang berada di Jl. Perjuangan no 165 Medan.
Pada usaha mitra telah tersedia 1 unit PC P4, dan Pak Liyo sebagai
pemilik usaha tersebut ingin menambah 2 unit lagi komputer tersebut untuk
kelancaran usahanya. Setelah meyakinkan Pemilik usaha Tim pelaksana PKM
melakukan perakitan dan konfigurasi PC Cloning. Sehingga sekarang komputer
tersebut dapat dipakai oleh 3 user dalam waktu yang bersamaan dan dengan
program yang berbeda pula.
Berdasarkan analisis yang dilakukan Tim Pelaksana PKM dan Pihak usaha
mitra beberapa keuntungan dari penerapan PC Cloning sebagai upaya
penambahan perangkat komputer adalah sebagai berikut:

1. Biaya penambahan komputer


Kalau penambahan perangkat komputer dilakukan Tanpa PC Cloning maka.
Berdasarkan harga sekarang setidaknya harga 2 unit PC P4 akan dibutuhkan
dana 2 x @ Rp. 3.000.000 ,- = Rp. 6.000.000,- . Biaya pembelian software
PKMT-1-1-6

diperkirakan 2.000.000,- , jadi total biaya yang harus dikeluarkan adalah Rp.
6.000.000 + Rp. 2.000.000 = Rp. 8.000.000,-.
Sedangkan jika dilakukan metoda PC Cloning maka dana yang
dibutuhkan untuk penambahan perangkat tambahan adalah:

- Monitor CRT 15 2 x @ Rp. 750.000,- = Rp. 1.500.000,-


- Kartu grafik 2 x @ Rp. 250.000,- = Rp. 500.000,-
- Keyboard USB 2 x @ Rp. 65.000,- = Rp. 130.000,-
- Mouse USB 2 x @ Rp. 65.000,- = Rp. 130.000,-
- RAM 128 2 x @ Rp. 150.000,- = Rp. 300.000,-
- Biaya pembelian software 1 x @ Rp. 200.000,- = Rp. 200.000,-
Total = Rp. 2.760.000,-
Jika harga ini dibandingkan dengan harga pembelian perangkat tanpa PC
Cloning maka penghematan yang diperoleh adalah:
8.000.000 2.760.000 5.240.000
x100% = x100% = 65,5%
8.000.000 8.000.000

2. Biaya pemakaian Listrik.


Jika ditinjau dari penghematan pemakaian energi listrik maka pemakaian
energi listrik yang tanpa Metoda PC Cloning adalah sebagai berikut:
- Daya listrik untuk pemakaian CPU = 3 x @ 450 Watt = 1.350
Watt
- Daya listrik untuk pemakaian MNTR = 3 x @ 100 Watt = 300
Watt
Total daya listrik yang dibutuhkan adalah 1350 + 300 = 1650 Watt.
Sedangkan jika dilakukan metoda PC Cloning maka daya listrik yang
dibutuhkan adalah:
- Daya listrik untuk pemakaian CPU = 1 x @ 450 Watt = 450
Watt
- Daya listrik untuk pemakaian MNTR = 3 x @ 100 Watt = 300
Watt
Total daya listrik yang dibutuhkan adalah = 750 Watt.
Jika nilai ini dibandingkan dengan nilai pemakaian listrik tanpa PC Cloning
maka penghematan energi listrik yang diperoleh adalah:
1650 750 900
x100% = x100% = 54,5%
1650 1650

Selanjutnya keuntungan dengan pemakaian metoda PC Cloning adalah


kemudahan perawatan. Dengan hanya satu unit CPU saja tentunya perawatannya
akan lebih mudah ketimbang perawatan 3 buah CPU.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa bidang
penerapan teknologi yang berjudul PC Cloning Sebagai Upaya Penghematan
PKMT-1-1-7

Biaya Penambahan Komputer Pada Usaha Kecil Rental Komputer dapat


disimpulkan:
1. Dapat Mengatasi permasalahan tingginya harga perangkat keras dan perangkat
lunak komputer dalam upaya penambahan jumlah komputer bagi para
pengusaha kecil rental komputer di Medan terutama di daerah Pancing.
2. Dapat Mendorong masyarakat pemilik usaha rental komputer untuk lebih
bergairah dalam melaksanakan pekerjaanya karena adanya dukungan fasilitas
yang baik.
3. Dapat Meningkatkan efektivitas, efesiensi dari segi produksi, waktu dan
energi yang digunakan.

Saran-saran
Berdasarkan hasil pelaksanaan program kreativitas mahasiswa bidang
penerapan teknologi ini dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Kegiatan ini perlu untuk diteruskan dan disebarluaskan, mengingat efesiensi
dan efektivitas yang diperoleh dari pemakaian PC Cloning bagi masyarakat
khususnya masyarakat yang bergerak dibidang jasa pemakaian komputer
seperti rental komputer.
2. Sehubungan dengan perlunya metoda PC Cloning ini disebarluaskan, maka
sangat diharapkan adanya bantuan dari berbagai pihak terkait seperti
pengusaha-pengusaha yang bergerak dibidang komputer agar
menyebarluaskan tentang metoda PC Cloning ini.

DAFTAR PUSTAKA
(1) Handoyo, Inu. PC Cloning Solusi Efektif untuk Penggunaan Komputer
Bersama. Jakarta: Elex Media Komputindo; 2002.
(2) Shulton, M. Tweaking: Menguak Rahasia dan Meningkatkan Kinerja
Windows XP Anda. Bandung: Yrama Widya;2006.
(3) Purbo, Onno W. PC Cloning Windows Pakai Linux LTSP. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta; 2006.
(4) Ummah, Izzatul, dkk. Menjelajah Linux Mandrake 10.0. Jakarta : Elex Media
Komputindo; 2004.
PKMT-1-2-1

DISAIN ALAT PENGESUT DAUN NENAS DENGAN SISTEM MEKANIS


UNTUK MENGHASILKAN SERAT

Alfatah Dwi Putra, Sumarlin, dan Marissa


PS Teknik Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Indralaya

ABSTRAK
Di Sumatera Selatan daun nenas selama ini masih merupakan limbah yang belum
dimanfaatkan sama sekali. Walupun sudah yang memanfaatkan serat nenasnya
menjadi benang jahit, untuk itu dibuat disain alat pengesut daun nenas dengan
sistem mekanis untuk menghasilkan serta. Sehingga lebih meningkatkan
produktivitas serta kualitas yang lebih baik dari pada secara manual. Hasil
kegiatan luaran yang diharapkan. Akan dapat diciptakan alat pengesut serat
nenas untuk meningkatkan produksi dan kualitas serat nenas. Dapat digunakan
oleh mahasiswa sebagai tugas akhir dalam penyelesaian studi. Sebagai bahan
praktikum mata kuliah alat dan mesin, Instrumentasi, ergonomika, elektronika,
elektrifikasi dan energi maupun mata kuliah yang berhubungan dengan teknologi
pasca panen. Terciptanya peluang untuk dapat bekerjasama dengan industri
pembuat alat dan mesin pertanian, eksportir, dan konsumen serat-seratan.
Melatih mahasiswa untuk berwiraswasta, sehingga setelah selesai dari perguruan
tinggi diharapkan akan termotivasi untuk mengembangkan kreativitasnya untuk
mendesain model pengesut daun untuk menghasilkan serat nenas. Setelah
dilakukan pengujian, alat ini mampu memproduksi 0,691 g/dt dengan berat daun
nenas mula-mula 58,347 setelah pengujian selama 89,744 dt. Sehingga alat ini
dapat menggantikan kegiatan yang secara manual menjadi mekanis.

Kata kunci:

PENDAHULUAN
Perkembangan luas panen dan produksi tanaman nenas secara nasional
mencapai 381.964 ton pada tahun 1996 dan selalu meningkat mencapai 429.207
ton pada tahun 2000 dengan volume ekspor bentuk olahan 103.418 dan bentuk
segar 40.894.891 pada tahun 1996 sedangkan meningkat menjadi bentuk olahan
38.532.073 bentuk segar 80.965.006 pada tahun 2000. Sehingga nilai ekspor pada
tahun 1996 dalam bentuk olahan 50.133.536 US$, dan pada tahun 2000, nilai
ekspor dalam bentuk olahan 29.639.191 US$. Daerah Sumatera Selatan adalah
penghasil nenas nomr 2 secara nasional setelah Jatim yaitu mencapai 33.468 ton
pada tahun 1996 dan menghasilkan 56.620 ton pada tahun 2000 (Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2001). Di Sumatera Selatan sendiri
yang menjadi sentra produksi buah nenas adalah kabupaten Muara Enim, Ogan
Ilir dan Prabumulih (Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Tk I, 2000).
Propinsi Sumatera Selatan sudah sejak lama dikenal sebagai daerah
penghasil nenas dengan kondisi alam yang mendukung, tanaman nenqas dapat
tumbuh dengan baik, sehingga banyak diusahakan oleh petani. Di Sumatera
Selatan sudah banyak yang melakukan pengolahan buah nenas yang dijadikan
keripik, sele dan sari nenas dalam bentuk usaha rumah tangga. Namun daun nenas
masih belum dimanfaatkan secra maksimal bahkan sering menjadi limbah yang
PKMT-1-2-2

tidak dapat dimanfaatkan. Bahkan ternakpun tidak dapat memaknnya dikarenakan


daunnya berduri. Akhir-akhir ini daun nenas sudah dapat dimanfaatkan, bahkan
sudah ada yang dijadikan bahan tekstil seperti baju serat nenas. Berdasarkan
pemikiran di atas maka perlu dilakukan proses pemanfaatan daun nenas untuk
meningkatkan nilai ekonomi.
Hanya saja kendala yang sering dihadapi oleh pengrajin serat nenas adalah
pengambilan serat nenasnya masih dilakukan secara manual yaitu terbatasnya
teknologi tepat guna untuk pengambilan serat nenas tersebut, bahkan kadang-
kadang serat yang diambil sering putus-putus karena alat pengesutnya tidak stabil,
sehingga kapasitas pembuatan bahan kain tenun masih rendah. Salah satu metode
yang digunakan untuk pengolahan serat Nenas yang berskala prototype.

METODE PENDEKATAN
Proses pengolahan daun nenas menjadi serat daun nenas dengan
menggunakan alat pengesut daun nenas tipe silinder secara mekanis mempunyai
beberapa tahap seperti berikut: Faktor teknis yang akan dibahas untuk
mementukan kelayakan alat pengesut daun nenas adalah kapasitas produksi yaitu
kapasitas kerja efektif dan kapasitas kerja efektif dan kapasitas kerja teoritis,
kebutuhan putaran silinder , analisis gaya, analisis sudut kontak sabuk terhadap
puli, analisis kecepatan keliling puli, analisis kebutuhan daya.

METODELOGI PELAKSANAAN PROGRAM


1. Tempat dan Waktu
Kegiatan ini dilakukan di Laboratorium Biosistem dan Alat dan Mesin Pertanian
Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya dan di
Balai Latihan Kerja, dilaksanakan dari bulan Januari 2006 sampai Juni 2006.
2. Metode
Metode yang digunakan adalah terbagi dalam beberapa tahap, dimulai dari
tahap pendekatan rancangan dan analisis teknis, kemudian tahap pembuatan alat
dan selanjutnya tahap pengujian alat. Hal ini meliputi:
a. Proses Penelurusan Rancangan
b. Kriteria Rancangan
c. Desain Fungsional
d. Rancangan Struktural
e. Cara Kerja Alat Sortasi

Tahap persiapan dalam kegiatan program ini meliputi :


1. Observasi
Pada tahap ini kami melakukan observasi ke kecamatan Tanjung Batu desa
Sunuro Kabupaten Ogan Komering Ilir dan didaerah tersebut kami menemukan
bahwa banyak terdapat limbah Nenas khususnya daun nenas yang dapat kami
manfaatkan untuk diambil seratnya. kami juga menemukan masyarakat yang
sedang memanfaatkan limbah daun nenas untuk diambil seratnya yang masih
dilakukan secara tradisional
2. Studi Pustaka
Pada tahap ini kami mencari informasi mengenai pemanfaatan limbah nenas.
Adapun sumber-sumber informasi yang kami dapatkan melalui penggunaan
PKMT-1-2-3

internet serta buku-buku yang ada di perpustakaan dan jurnaljurnal ilmiah yamg
berkaitan dengan pemanfaatan limbah nenas khususnya daun nenas.
3. Proposal
Pada tahap ini kami membuat gambaran tentang alat yang akan kami ajukan ke
Program Kreativitas Mahasiswa. Adapun format proposal yang kami buat
mengikuti ketentuan yang berlaku secara nasional.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Proses pengolahan daun nenas menjadi serat daun nenas dengan
menggunakan alat pengesut daun nenas tipe silinder secara mekanis mempunyai
beberapa tahap seperti berikut: Faktor teknis yang akan dibahas untuk
mementukan kelayakan alat pengesut daun nenas adalah kapasitas produksi yaitu
kapasitas kerja efektif dan kapasitas kerja efektif dan kapasitas kerja teoritis,
kebutuhan putaran silinder , analisis gaya, analisis sudut kontak sabuk terhadap
puli, analisis kecepatan keliling puli, analisis kebutuhan daya.

1. Daya Pemilihan Penyaluran Tenaga


Menurut Daryanto (1988), perpindahan putaran adalah memindahkan daya dari
sumbu yang berputar kepada sumbu lain, baik secara tegak lurus, bersilang
maupun perubahan jumlah kecepatan yang berputar.
Jarak yang jauh antara dua buah poros sering tidak memungkinkan terjadinya
transmisi daya secara langsung. Oleh sebab itu untuk mentransmisikan daya dari
satu poros ke poros yang lain dapat digunakan sabuk dan rantai yang dibelitkan di
sekeliling puli pada poros (Sularso dan Suga, 1987).
Sistem penyaluran tenaga dengan menggunakan puli dan sabuk dapat
memilih menggunakan sabuk rata, sabuk v atau sabuk gigi (Stolk dan Kros,
1986).
Keuntungan penggunaan sistem penyaluran tenaga dengan menggunakan
puli dan sabuk adalah mudah penanganannya, sederhana konstruksinya, mudah
untuk mendapatkan perbandingan putaran yang diingini, bekerjanya lebih halus
dan harganya relatif murah (Sularso dan Suga, 1987).
Sabuk v terutama diguanakan agar dalam keadaan yang paling tidak
menguntungkan, seperti jarak sumbu kecil , perbandingan transmisi besar ,
prategangan kecil namun masih memberikan penyelesaian (Stolk dan Kros, 1986).
Untuk penampang jenis v standar, kecepatan sabuk v harus kurang dari
30 m/ detik dan untuk jenis penampang sabuk v harus kurang ari 35 m/ detik.
Sedangkan daya maksimum yang dapat ditranmisikan sekitar 500 kW (Sularso
dan Suga. (1987).

2. Macam-macam Penyaluran Tenaga


Menurut Daywin et al., (1984), suatu mesin atau alat terdiri dari beberapa bagian
yang digunakan untuk menyalurkan tenaga. Penyaluran tenaga umumnya
dilakukan oleh sabuk, rantai, roda gigi, puli dan poros. Terdapat tujuh macam type
sabuk yang digunakan saat ini yaitu : 1) round belt, 2) flat belt, 3) v-belt, 4)
banded V-belt, 5) linked V-belt, 6) timing belt dan 7) v-ribbed belts (Deere. J,
1980).
PKMT-1-2-4

3. Tata Cara Merencanakan Penyalur Tenaga


Untuk merencanakan rangkaian sistem transmisi sabuk-v yang menentukan jenis
penampang sabuk-v yang akan digunakan, haruslah diketahui dulu daya dan
kecepatan putaran poros yang akan ditransmisikan serta perbandingan
transmisinya. Daya yang akan ditransmisikan dikalikan dengan factor koreksi (fc)
tertera pada Lampiran 3, akan menghasilkan daya rencana (Pd).
Menurut Creamer (1984) pengurangan rpm dapat dilakukan dengan merubah
diameter puli yang digunakan. Semakin besar diameter puli maka akan semakin
kecil rpm yang dihasilkan. Pengurangan rpm dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
D1 n2
=
D2 n1
Keterangan : n : putaran permenit (rpm)
D : diameter puli (m)
Menurut Sularso dan Suga (1987), perhitungan dilanjutkan dengan menentukan
momen puntir rencana (T) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
Pd
T = 9,74 x 105 ( )
n
Keterangan : T : momen puntir rencana (kg.mm)
Pd : daya rencana (kW)
n : putaran permenit poros (rpm)
Berdasarkan bahan poros yang digunakan dapat diketahui kekuatan tariknya
(Tb), dan kemudian besarnya tegangan geser yang diijinkan (Ta) dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan:
Tb
Ta =
( Sf 1 x Sf 2 )
Keterangan : Ta : tegangan geser yang diijinkan (kg/mm2)
Tb : kekuatan tarik poros (kg/mm2)
Sf1 : faktor keamanan poros terhadap kelelahan beban
puntir yang nilainya antara 5,6 sampai 6,0.
Sf2 : faktor keamanan poros terhadap pemberian alur
pasak, poros bertangga dan kekasaran permukaan
yang nilainya antara 1,3 sampai 3,0.
Sedangakan untuk mennentukan diameter poros (ds) dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :
5,1
ds = ( x Kt x Cb x T ) 1/3
Ta
Keterangan : ds : diameter poros (mm)
Ta : tegangan geser yang diijinkan (kg/mm2)
Kt : faktor keamanan poros terhadap momen puntir
yang nilainya 1,0 sampai 1,5 untuk sedikit
kejutan atau tumbukan dan 1,5 sampai 3,0 untuk
kejutan atau tumbukan besar.
Cb : faktor keamanan poros terhadap beban lentur
yang nilainya 1,2 sampai 2,3 jika diperkirakan
akan terjadi beban lentur dan 1,0 jika
diperkirakan tidak terjadi beban lentur.
PKMT-1-2-5

T : momen puntir rencana (kg.mm)

Untuk menentukan jarak sumbu poros (C), umumnya jarak sumbu poros
harus sebesar 1,5 kali sampai 2 kali diameter puli besar. Berdasarkan hal tersebut
dan untuk menghindari pemotongan dan penyambungan kembali sabuk v,
sebaiknya sebelum menentukan jarak sumbu poros (C) panjang keliling sabuk-v
(L) yang tersedia di pasaran diamati dulu.
Setelah panjang keliling sabuk-v (L) diketahui, jarak sumbu poros (C) dapat
dihitung dengan persamaan:
b 2 8 (Dp dp) 2
b+
C =
8
Keterangan : b : 2 L - 3,14 (Dp + dp)
C : jarak sumbu poros (mm)
Dp : diameter puli penggerak (mm)
dp : diameter puli motor listrik (mm)
L : panjang keliling sabuk-v (mm)

4. Kebutuhan Putaran Silinder


Menurut Mitchell et al. (1984), untuk menghitung kecepatan silinder dapat
diperoleh dengan menggunakan rumus:
n = 60 (10)3 H / d Wt
Keterangan: n = putaran per menit (rpm)
H = Daya (watt)
d = Diameter puli (mm)
Wt = Beban yang dipindahkan (J)

5. Analisis Gaya
Mesin pengesut daun nenas digunakan untuk tujuan industri menengah, untuk
menggerakkan alat ini diguanakan transmisi daya yaitu : puli, belt, dan poros. Belt
menghubungkan puli yang satu dengan puli yang lain, dengan melilitkan belt
disekeliling puli. Menurut Sears dan Zemansky, (1991) gaya yang bekerja pada
puli yang digerakkan digunakan rumus :
F = m at
F = gaya untuk memutar benda (kg m/s3 )
m = beban elemen yang diputar (kg)
at = percepatan puli yang digerakkan (m/s2)
Sedangkan untuk menghitung percepatan benda putar digunakan rumus :
at = x r
= percepatan sudut puli yang digerakkan (rad/s2)
r = jari-jari puli yang digerakkan (m)
Untuk menghitung percepatan sudut puli yang digerakkan digunakan rumus :

=
t
= kecepatan sudut puli yang digerakkan (rad/det2)
t = waktu (s)
PKMT-1-2-6

6. Analisis Sudut Kontak Sabuk Terhadap Puli


Menurut Khurmi dan Gupta (1982), sudut kontak puli terhadap sabuk dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :
r r2
Sin = 1
d
Keterangan : r1 : jari-jari puli besar (m)
r2 : jari-jari puli kecil (m)
d : jarak kedua puli (m)
: sudut kontak puli terhadap sabuk (radian)

7. Analisis Kecepatan Keliling Sabuk (belt)


Menurut Suryanto (1995), untuk menghitung kecepatan keliling sabuk dapat
digunakan rumus :
x dp x n
V =
60
Keterangan : V : kecepatan keliling sabuk (m/s)
dp : diameter puli (m)
n : putaran permenit puli (rpm)

8. Analisis Kebutuhan Daya


Menurut sunaryo, (1995) kebutuhan daya pada benda putar menggunakan rumus
sebagai berikut :
Kerja ( Joule) F 2 r n
P = =
Waktu ( Detik ) 60

P = daya yang dibutuhkan untuk memutar puli yang


digerakkan (watt).
F = gaya pada puli yang digerakkan (N)
r = jari-jari puli digerakkan (m)
n = putaran silinder per menit (rpm)

9. Kapasitas dan Efisiensi Kerja


Menurut Irwanto (1983), kapasitas kerja suatu mesin atau alat adalah
kemampuan kerja mesin atau alat tersebut untuk memberikan hasil (hektar,
kilogram, liter) persatuan waktu.
Menurut Lubis et al. (1987), kapasitas kerja suatu mesin atau alat terdiri dari
kapasitas kerja teoritis dan kapasitas kerja efektif. Kapasitas teoritis adalah
kemampuan maksimum suatu alat atau mesin untuk menyelesaikan pekerjaannya
dengan menggunakan factor-faktor maksimum yang berpengaruh terhadap
pekerjaannya. Sedangkan kapasitas kerja efektif adalah kemampuan kerja yang
sebenarnya suatu mesin atau alat untuk menyelesaikan pekerjaannya. Untuk
menghitung kapasitas efektif alat penyerut dapat menggunakan persamaan 9 :

jumlah bahan (g)


Kapasitas efektif alat =
jumlah waktu (s)
PKMT-1-2-7

Menurut Muin (1986), secara teoritis dapat diperoleh persamaan matematik untuk
menentukan kapasitas teoritis alat dengan menggunakan persamaan:
Axs x N x
Kapasitas teoritis alat (G) =
td x pd

Keterangan :G = Kapasitas serutan (gr/s)


A = luas bidang mata pisau (cm2)
s = jarak antar mata pisau (cm)
N = kecepatan putaran permenit (cm/rpm)
= massa jenis daun nenas (gr/cm3)
td = tebal daun nenas (cm)
pd = panjang daun nenas (cm)

Menurut Daywin et al (1983) efisiensi kerja alat ditentukan dengan


membandingkan antara kapasitas kerja efektif terhadap kapasitas kerja teoritis
yang dinyatakan dalam persen (%). Efisiensi alat penyerut daun nenas ini adalah :

Kapasitas kerja efektif alat


Efisiensi = x 100 %
Kapasitas kerja teoritis alat

Hasil pengujian kapasitas efektif kerja alat pada alat penyerut daun nenas yang
dirancang dengan menggunakan tenaga penggerak listrik dan tenaga penggerak
manusia disajikan dalam Tabel 1 dan Tabel 2.

Gambar 1. Alat Pengesut Daun Nenas


PKMT-1-2-8

Tabel 1. Kapasitas efektif alat penyerut daun nenas dengan menggunakan


tenaga penggerak listrik

Berat serat
Berat
Berat daun daun
serutan Waktu Kapasitas
nenas mula- nenas
Ulangan yang penyerutan efektif
mula setelah
terbuang (dt) (g/dt)
(g) diserut
(g)
(g)
1 56,52 25,14 31,38 73,38 0,77
2 52,23 20,34 31,99 126,65 0,41
3 56,76 15,30 41,46 63,18 0,89
4 59,86 18,64 41,22 96,64 0,62
5 66,41 24,81 41,60 132,31 0,5
6 55,78 18,27 37,51 85,11 0,65
7 64,22 22,50 41,72 65,54 0,98
8 62,32 25,27 37,05 107,47 0,58
9 56,53 19,85 36,68 67,49 0,84
10 52,74 19,98 32,76 78,67 0,67
Rata-rata 58,347 23,56 34,061 89,744 0,691

Tabel 2. Kapasitas efektif alat penyerut daun nenas dengan menggunakan tenaga
Manusia.

Berat serat Berat


Berat daun
daun nenas serutan Waktu Kapasitas
nenas
Ulangan setelah yang penyerutan efektif
mula-mula
diserut terbuang (dt) (g/dt)
(g)
(g) (g)
1 11,37 3,53 7,84 74,85 0,15
2 17,56 5,04 12,52 81,78 0,21
3 12,4 4,28 8,12 67,50 0,18
4 15,02 4,91 10,11 51,81 0,29
5 18,54 6,08 12,6 90,22 0,2
6 12,9 4,76 8,14 60,35 0,21
7 11,59 3,91 7,68 85,66 0,13
8 18,37 5,54 12,83 80,69 0,1
9 18,31 5,49 12,82 82,50 0,22
10 11,1 3,12 7,98 70,12 0,16
Rata-rata 14,716 4,666 10,05 74,548 0,185

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kapasitas efektif rata-rata kerja alat


penyerut daun nenas yang dirancang sebesar 0,691 g/dt atau 2,49 kg/jam (Tabel 1)
dan dengan menggunakan tangan, kapasitas efektif rata-rata sebesar 0,185 g/dt
atau 0,666 kg/jam (Tabel 2).
PKMT-1-2-9

Hal ini disebabkan karena terdapat perbedaan kecepatan putaran pisau


penyerut. Jika menggunakan tenaga listrik lebih cepat dan waktu yang dibutuhkan
dalam penyerutan lebih singkat jika dibandingkan dengan penyerutan daun nenas
dengan menggunakan tenaga manusia membutuhkan waktu yang cukup lama.
Gambar serat daun nenas setelah mengalami penyerutan sebanyak tiga kali :

Gambar 2. Serat Daun Nenas Hasil Serutan

Tabel 3. Efisiensi tenaga penggerak penyerutan daun nenas

Tenaga Penggerak Manusia Listrik


Kapasitas Teoritis 6,15 kg/jam
2,3 kg/jam
(kg/jam)
Kapasitas Efektif 2,49 kg/jam
0,666 kg/jam
(kg/jam)
Efisiensi kerja alat 40,48 %
28,96 %
(%)

Berdasarkan perhitungan, diperoleh kapasitas teoritis kerja (K.T), yaitu


sebesar 6,15 kg/jam untuk tenaga penggerak listrik dan 2,3 kg/jam untuk tenaga
manusia maka diperoleh nilai efisiensi kerja alat yaitu sebesar 40,48 % untuk
tenaga penggerak listrik dan 28,96 % untuk tenaga manusia.
Hasil pengujian efisiensi kerja penyerutan daun nenas yang dirancang
dengan menggunakan tenaga listrik dan tenaga manusia disajikan dalam Tabel 3.
dan hasil pengujian efisiensi penyerutan menggunakan tenaga penggerak listrik
dan tenaga manusia disajikan dalam Tabel 4 dan Tabel 5.
Nilai efisensi penyerutan diperoleh dari hasil perbandingan antara berat
daun nenas sebelum diserut dengan berat serat daun nenas setelah diserut.
Berdasarkan hal tersebut ternyata nilai efisensi penyerutan alat dengan
menggunakan tenaga penggerak listrik sebesar 36,011 % (Tabel 4) dan
menggunakan tenaga penggerak manusia sebesar 31,862 % (Tabel 5)
Tabel 4. Efisiensi penyerutan alat penyerutan daun nenas menggunakan tenaga
penggerak listrik.

Berat serat Berat


Berat daun
daun nenas serutan Waktu Efisiensi
nenas mula-
Ulangan setelah yang penyerutan penyerutan
mula
diserut terbuang (dt) (%)
(g)
(g) (g)
1 56,52 25,14 31,38 73,38 44,48
2 52,23 20,34 31,99 126,65 38,87
3 56,76 15,30 41,46 63,18 26,95
4 59,86 18,64 41,22 96,64 31,14
5 66,41 24,81 41,60 132,31 37,36
6 55,78 18,27 37,51 85,11 32,75
7 64,22 22,50 41,72 65,54 35,0
8 62,32 25,27 37,05 107,47 40,55
9 56,53 19,85 36,68 67,49 35,11
10 52,74 19,98 32,76 78,67 37,9
Rata-rata 58,347 23,56 34,061 89,744 36,011

Tabel 5. Efisiensi penyerutan alat penyerutan daun nenas menggunakan tenaga


manusia
Berat Berat serat Berat
daun nenas serutan Waktu Efisiensi
Ulangan nenas setelah yang penyerutan penyerutan
mula-mula diserut terbuang (dt) (%)
(g) (g) (g)
1 11,37 3,53 7,84 74,85 31,05
2 17,56 5,04 12,52 81,78 28,70
3 12,4 4,28 8,12 67,50 34,51
4 15,02 4,91 10,11 51,81 32,69
5 18,54 6,08 12,6 90,22 32,79
6 12,9 4,76 8,14 60,35 36,9
7 11,59 3,91 7,68 85,66 33,74
8 18,37 5,54 12,83 80,69 30,16
9 18,31 5,49 12,82 82,50 29,98
10 11,1 3,12 7,98 70,12 28,10
Rata-rata 14,716 4,666 10,05 74,548 31,862

KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah :
1. Nenas merupakan salah satu jenis buah yang memiliki limbah, yang sampai
saat ini belum ada pemanfaatan limbahnya.
2. Proses pengolahan daun nenas menjadi serat daun nenas dengan menggunakan
alat pengesut daun nenas tipe silinder secara mekanis mempunyai beberapa tahap.
3. Kapasitas kerja suatu mesin atau alat adalah kemampuan kerja mesin atau alat
untuk memberikan hasil persatuan waktu.
4. Kapasitas efektif kerja alat menggunakan tenaga penggerak listrik lebih besar
daripada jika menggunakan tenaga manusia.
5. Efisiensi kerja alat ditentukan dengan membandingkan antara kapisitas efektif
kerja alat terhadap kapasitas teoritis kerja alat yang dinyatakan dalam persen (%).
6. Nilai efisiensi penyerutan diperoleh dari hasil perbandingan antara berat daun
nenas sebelum diserut dengan berat serat daun nenas setelah diserut.

DAFTAR PUSTAKA
Direktoret Jendral Pertanian Tanaman Pangan. 1983. Pengembangan Prodeksi
Hortikultura. Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan. Departemen
Pertanian RI. Jakarta.
Kantor Wilayah Departemen Perdagangan Propinsi Sumatera Selatan. 1990.
Produksi Nenas di Sumatera Selatan. Kantor Wilayah Departemen Propinsi
Sumatera Selatan. Palembang
Lisdiana dan Soemadi, W. N. 1997. Budidaya Nenas. C. V. Aneka. Solo.
Muljohadjo, M. 1984. Nenas dan Teknologi Pengolahannya. Liberty. Yogyakarta.
Pracaya. 1982. Nenas, Budidaya, Guna Budidaya dan Hasil Olahannya. Penerbit
C. V. Guna Yasa. Jakarta.
Sunaryono. 1989. Budidaya Buah-buahan. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Suganda, H. 1983. Dinamika Mesin-mesin. Erlangga. Jakarta.
PKMT-1-3-1

PERANCANGAN PENGUSIR NYAMUK ELEKTRONIK SEBAGAI


ALTERNATIF PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH

Sopan Indragandi, Ahmad Muqorobin, Aprillia Kasih Ugiyatri, Irianto Iska


Jurusan Fisika, Universitas Bengkulu, Bengkulu

ABSTRAK
Demam Berdarah (DB) telah menjadi penyakit yang mematikan, selama 40 tahun
terakhir ini. Di Indonesia, Hingga awal Oktober 2005, kasus DBD di 33 provinsi
mencapai 50.196 kasus, dengan 701 di antaranya meninggal. Berbagai upaya
untuk mengatasi penularan penyakit ini telah banyak dilakukan oleh pemerintah,
namun hal itu belum cukup untuk mengatasinya.
Salah satu alternative yang dapat dijadikan sebagai pencegahan penularan
penyakit ini adalah dengan alat pengusir nyamuk yang memanfaatkan gelombang
suara. Alat ini menghasilkan suara dengan frekuensi sekitar 100 Hz dengan
intensitas 40 dB yang dapat mengusir nyamuk.
Ujicoba alat ini dilakukan di dua tempat, yaitu di laboratorium dan di rumah-
rumah penduduk. Pada ujicoba di laboratorium, mula-mula nyamuk di biakkan
dengan cara pemeliharaan jentik-jentik nyamuk yang didapat di sekitar
perumahan penduduk. Jentik-jentik nyamuk ini dipelihara dalam kotak kaca yang
dikondisikan sesuai dengan kondisi yang mendukung perkembangbiakan nyamuk
Aedes aegypti. Kemudian nyamuk-nyamuk ini digunakan sebagai objek dalam
pengujian alat.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di dua tempat terpisah, yaitu di
laboratorium dan di rumah penduduk, diketahui bahwa nyamuk-nyamuk yang ada
pada kedua tempat tersebut cenderung menjauh. Alat ini diharapkan dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif pencegahan penularan penyakit demam
berdarah.

Kata Kunci: nyamuk Aedes aegypti, frekuensi, intensitas, demam berdarah

PENDAHULUAN
Demam Berdarah (DB) telah menjadi penyakit yang mematikan, selama 40
tahun terakhir ini. DB telah dikenal di lebih dari 100 negara dan 2,5 milyar orang
tinggal di daerah tersebut. Daerah tersebut antara lain Amerika, Asia Tenggara,
Pasifik Barat, Afrika dan Laut Tengah bagian timur. Di Indonesia, penyakit
demam berdarah merupakan penyakit yang paling diwaspadai. Penyakit demam
berdarah dengue (DBD) menjadi momok tiap tahun. Sampai Mei 2005 di seluruh
Indonesia tercatat 28.224 kasus; dengan jumlah kematian 348 orang. Hingga awal
Oktober 2005, kasus DBD di 33 provinsi mencapai 50.196 kasus, dengan 701 di
antaranya meninggal (case fatality rate 1,4 persen). Daerah terpaan DBD terbesar:
DKI Jakarta (14.200 kasus). Kasus kematian tertinggi: Jawa Barat (147 orang).
Data itu menunjukkan peningkatan hampir dua kali lipat dari Mei hingga awal
Oktober. Banyaknya kasus DBD ini seiring dengan datangnya musim hujan yang
menyebabkan banyaknya genangan air. (Tempo. Februari 2006).
PKMT-1-3-2

Virus dongue ini ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Dari 2960 jenis
nyamuk yang ada diseluruh dunia, 457 jenis diantaranya berada di Indonesia,
yaitu 80 spesies Anopheles, 82 spesies Culex, 125 spesies Aedes aegypti, dan 8
spesies Mansonia, sisanya sebagai anggota dari genera yang tidak penting dalam
penularan penyakit. Spesies Aedes aegypti merupakan spisies yang paling
berperan dalam penularan penyakit demam berdarah. (Upik Kesuma Hadi,
2000).
Spesies Aedes aegypti merupakan spesies nyamuk yang paling diwaspadai
di seluruh dunia. Nyamuk jenis mempunyai fase perkembang biakan yang sangat
singkat, yaitu hanya memerlukan waktu kurang lebih dua minggu untuk satu kali
daur hidupnya. Jenis nyamuk ini biasanya berkembang biak di tempat-tempat
besar yang berisi air, genangan-genangan air yang bersih, di celah-celah dan
lubang-lubang, pada kondisi udara yang baik. Nyamuk jenis ini telah diketahui
merupakan vector utama penularan penyakit demam berdarah.
DBD, atau dengue hemorhagic fever (DHF), ditularkan nyamuk Aedes
Aegypti yang telah terjangkit virus DBD. DBD disebabkan oleh salah satu dari 4
serotipe virus yang berbeda antigen. Virus ini adalah kelompok Flavivirus dan
serotipenya adalah DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi oleh salah satu jenis
serotipe ini akan memberikan kekebalan seumur hidup tetapi tidak menimbulkan
kekebalan terhadap serotipe yang lain. Sehingga orang yang hidup di daerah
endemis DHF dapat mengalami infeksi 4 kali seumur hidupnya.
Berbagai usaha pencegahan terhadap penyebaran penyakit yang disebabkan
oleh nyamuk ini telah banyak dilakukan. Salah satunya yaitu dengan menekan
perkembangbiakan nyamuk tersebut, yaitu dengan membersihkan lingkungan
yang dapat dijadikan tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti. Selain
itu, langkah pencegahan terhadap gigitan nyamuk ini yaitu dengan memanfaatkan
berbagai teknologi yang dapat mengusir nyamuk ini, misalnya dengan racun
nyamuk bakar, racun nyamuk spray atau dengan cara melindungi diri dengan
lotion pengaman dan kelambu. Alternative pencegahan terbaru dilakukan dengan
cara biologis yaitu dengan cara menebar jentik nyamuk 'toxorhyntes', karena
jentik nyamuk ini bisa menghambat perkembangbiakan nyamuk penyebab
penyakit DB tersebut
Berbagai cara pencegahan tersebut tentu saja memiliki dampak negatif baik
dari segi kesehatan,. Misalnya penggunaan anti nyamuk bakar. Penggunaan anti
nyamuk menyebabkan gangguan kesehatan berupa sesak napas akibat asap yang
terisap oleh kita. Contoh lain adalah penggunaan anti nyamuk semprot, anti
nyamuk ini mengandung racun yang dapat langsung terisap oleh manusia,
sehingga penggunaanya dalam waktu lama akan mengganggu kesehatan. serta jika
dilihat dari segi ekonomi tidak ekonomis karena alat atau bahan yang digunakan
sifatnya harus diganti ganti (ditukar) belum lagi sifat nyamuk yang mungkin
sudah kebal terhadap pengaruh zat tersebut Alat lain yang lebih aman adalah
menggunakan alat pengusir nyamuk elektrik berupa mat. Alat ini dirasakan
kurang ekonomis karena setiap hari kita harus mengganti mat. Untuk itu
diperlukan suatu alat pengusir nyamuk yang dapat digunakan dengan aman tanpa
mengganggu kesehatan dan secara ekonomi harganya relatif murah.
Menurut Dedi Rusmadi (2001), Nyamuk akan merasa terusik
(takut/menjauh) jika mendengar bunyi dengan frekuensi 100 Hz dengan intensitas
40 dB. Hal ini merupakan sifat alamiah nyamuk. Alat yang dirancang ini
PKMT-1-3-3

dirangkai sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan frekuensi tersebut.


Sehingga alat ini dapat secara efektif dimanfaatkan sebagai alat pengusir nyamuk.
Alat ini memiliki kelebihan antara lain:
1. Baik bagi kesehatan manusia karena tidak menggunakan zat-zat kimia dan
zat aditif
2. Tidak menggangu manusia karena frekuensi dan intensitasnya di bawah
ambang pendengaran manusia.
3. Ekonomis karena alat-alat penyusun mudah didapat di toko-toko elektronik
dengan harga terjangkau dan tahan lama (bisa digunakan berulang-ulang)
dan bisa untuk semua lapisan masyarakat.
Alat yang telah dibuat ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
luas dalam rangka menghindarkan diri dari gigitan nyamuk Aedes aegypti. Selain
itu juga alat ini dapat dijadikan sebagai informasi awal untuk pembuatan alat
pengusir nyamuk yang lebih canggih dimasa yang akan datang.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:

Tahap 1. Perancangan alat


Alat dan Bahan yang digunakan dalam perancangan alat ini meliputi:
resistor (100, 680 , 10 k), trimpot 15 K, kondensator 0,5 F, transistor
BC548, speaker 2, dioda, dan trafo. Komponen-komponen tersebut disusun
seperti gambar 1. komponen-komponen ini dipilih sedemikian sehingga dapat
menghasilkan nilai frekuensi yang diinginkan.

Gambar 1. Skema rangkaian alat


PKMT-1-3-4

Tahap 2. Kalibrasi Alat.


Pada tahap ini rangkaian alat pengusir nyamuk dihubungkan dengan sumber
arus dc. Pada speaker dipasang osiloskop untuk mengukur frekuensi keluarannya.
Frekuensi keluaran ini dapat disesuaikan dengan cara mengubah nilai hambatan
pada trimpot. Setelah mendapatkan nilai frekuensi yang diinginkan, resistor
variable ini diganti dengan resistor tetap yang nilainya sama dengan nilai
resistansi resistor variabel tersebut.

Tahap 3. Pengembang biakan nyamuk


Pada tahap ini jentik-jentik nyamuk yang diperoleh dari berbagai tempat
ditetaskan dalam akuarium. Jentik-jentik nyamuk tersebut ditetaskan dan
dipelihara hinggaa menjadi nyamuk dewasa. Tahap ini memakan waktu sekitar
dua minggu. Setelah nyamuk dewasa, nyamuk-nyamuk ini tetap ditampung dalam
akuarium tersebut, sampai ujicoba alat dilaksanakan.

Tahap 4. Ujicoba alat


Ujicoba alat ini dilakukan di dua tempat, yaitu di laboratorium dan di rumah
penduduk.
- Di laboratorium
Di laboratorium, alat ini diletakkan di dalam kotak kaca yang sebelumnya
telah dijadikan sebagai tempat penetasan dan pembiakan nyamuk Aedes
aegypti. Kotak kaca ini diletakkan di dalam ruangan 1x1 meter, sehingga
nyamuk-nyamuk tidak dapat keluar. Pertama-tama alat ini tidak
dihidupkan, kemudian diamati bagaimana perilaku nyamuk-nyamuk
tersebut. Setelah dilakukan pengamatan dan diambil gambarnya, alat
dihidupkan dan diamati pula prilaku nyamuk-nyamuk tersebut. Perlakuan
ini dilakukan 2 kali sehari, yaitu pada pagi hari dan sore hari selama 5 hari
berturut-turut.
- Di rumah penduduk
Setelah diujicoba di laboratorium, kemudian alat ini diujicoba di rumah-
rumah penduduk. Dalam hal ini diambil sampel sebanyak 10 buah rumah
di sekitar Kawasan RT 18 Kelurahan Kandang Limun Kota Bengkulu.
Untuk masing-masing rumah dilakukan pengamatan selama dua hari
berturut-turut dengan membandingkan antara kondisi sebelum di pasang
alat ini dan sesudah dipasang alat ini. Alat ini dipasang selama 6 jam, yaitu
3 jam pada pagi hari (06:00 09:00) dan 3 jam pada sore hari (16:00
19:00).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Telah dilakukan percobaan alat yang dirangkai dan dilakukan pengamatan
tentang reaksi yang dilakukan nyamuk terhadap suara yang dihasilkan oleh
rangkaian.

a. Percobaan di Laboratorium
Percobaan di laboratorium diawali dengan penetasan telur nyamuk di
aquarium yang diletakan pada ruangan yang berukuran 1m x 1m dimana ruangan
dalam keadaan tertutup sehingga nyamuk yang akan terbentuk tidak bisa keluar.
PKMT-1-3-5

Telur diletakkan dalam air bersih dalam aquarium tersebut sampai menetas.
Larva mengalami empat kali pergantian kulit (instar) dan segera menjadi pupa.
Bentuk pupa yaitu fase tanpa makan dan sangat sensitif terhadap pergerakan air.
Keadaan ini hanya berlangsung 2-4 hari. Selanjutnya kulit pu4pa tersobek oleh
gelembung udara dan oleh bentuk dewasa yang melepaskan diri, setelah itu
dilakukan pengetesan reaksinya terhadap rangkaian. Hasil pengamatan jarak
terdekat rata-rata nyamuk terhadap alat sebelum alat dihidupkan dan setelah alat
dihidupkan ditampilkan dalam tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Jarak terdekat rata-rata sebelum alat dihidupkan

Jarak Terdekat Nyamuk


Waktu
Terhadap Alat (cm)
0 5
10 10
20 3
30 7
20 14
50 12
60 6
Rata-rata 8,142

Tabel 2. Jarak terdekat rata-rata setelah alat dihidupkan

Jarak Terdekat Nyamuk


Waktu
Terhadap Alat (cm)
0 45
10 21
20 24
30 13
20 20
50 30
60 21
Rata-rata 24,857

Dengan membandingkan kedua tabel tersebut dapat kita ketahui bahwa jarak
nyamuk ke alat cenderung menjauh setelah alat dihidupkan, yaitu sebelum alat
dihidupkan jarak terdekat rata-ratanya adalah 8,142 cm dan setelah alat
dihidupkan jarak terdekat rata-ratanya adalah 24,857 cm.
Dari pengamatan yang telah dilakukan, pada nyamuk Aedes aegypti terdapat
perbedaan setelah rangkaian dinyalakan dan disaat rangkaian dimatikan. Saat
rangkaian dinyalakan nyamuk tampak kacau dan cenderung berkumpul pada salah
satu pojok ruangan yang jauh dari rangkaian dan ketika rangkaian dimatikan maka
nyamuk nampak lebih tenang dan tidak terjadi pengelompokan pada pojok pojok
tertentu.

b. Percobaan di rumah penduduk yang banyak terdapat Aedes aegypti


Pada tempat yang kedua ini percobaan alat dilakukan pada jam-jam tertentu.
Yaitu pada:
1. Pada pagi hari
PKMT-1-3-6

Dilakukan sekitar pukul 06:00 sampai dengan pukul 09:00 WIB, hal ini
dilakukan karena pada jam-jam ini nyamuk mulai aktif keluar untuk
mencari makanan. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan cara rangkaian
dinyalakan pada ruangan yang bebas (tanpa pembatas tertentu), dan
dilakukan pengamatan terhadap jumlah gigitan nyamuk terhadap manusia
pada pagi hari dan dibandingkan dengan jumlah gigitan pada hari-hari
biasa tanpa menggunakan alat. Hasil pengamatan selengkapnya
ditampilkan pada tabel 3 dan 4.

2. Pada sore hari


Percobaan untuk sore hari ini dilakukan pukul 16:00 sampai 19:00. pada
jam-jam ini nyamuk kembali aktif karena suhu udara pada sore hari mulai
menurun yang mana suhu saat terbut sangat cocok/sesuai untuk nyamuk.

Tabel 3. Jumlah gigitan nyamuk saat rangkaian tidak dinyalakan

Jumlah Gigitan
Rumah
Pagi hari Sore hari
1 4 3
2 3 2
3 2 3
4 3 2
5 3 2
6 2 1
7 4 2
8 3 1
9 4 1
10 5 3

Tabel 4. Jumlah gigitan nyamuk saat Rangkaian Dinyalakan

Jumlah Gigitan
Rumah
Pagi hari Sore hari
1 1 1
2 0 2
3 0 1
4 1 0
5 1 0
6 0 1
7 2 1
8 0 1
9 0 0
10 0 2

Dari kedua tabel tersebut dapat kita lihat bahwa untuk rumah 1, jumlah
gigitan nyamuk sebelum alat dinyalakan selama 3 jam pada pagi hari adalah 4
gigitan. Pada hari berikutnya yaitu saat alat dihidupkan jumlah gigitannya
berkurang menjadi 1 gigitan. Pada sore harinya sebelum alat dihidupkan, jumlah
gigitannya adalah 3 kali. Setelah dipasang alat jumlah gigitannya adalah 1 kali.
Di rumah 2, pada pagi hari sebelum dipasang alat, jumlah gigitan adalah 3
gigitan. Setelah alat dipasang jumlah gigitannya berkurang menjadi 0 atau tidak
terdapat gigitan nyamuk. Untuk sore harinya jumlah gigitan nyamuk sebelum alat
PKMT-1-3-7

dinyalakan adalah sebanyak 2, setelah alat dipasang jumlah gigitan tetap. Hal ini
terjadi karena ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, seperti suhu atau
kelembapan udara baik di dalam rumah ataupun di sekitar alat, karena
diperkirakan intensitas getaran pada alat akan berkurang bila suhu atau
kelembapan yang ada di sekitarnya meningkat.
Demikian juga dengan rumah-rumah yang lain, telah terjadi pengurangan
jumlah gigitan ataupun tidak terjadi pengurangan (tetap). Dari 10 rumah yang
telah diuji ternyata rumah ke-9 yang benar-benar tidak terdapat gigitan setelah alat
dinyalakan baik di pagi hari ataupun sore hari, dimana sebelum alat dinyalakan
gigitan yang terjadi adalah 4 pada pagi hari dan 1 pada sore hari.
Selain itu dapat juga dibandingkan, dari 10 rumah ternyata 3 rumah yang
tidak mengalami perubahan gigitan nyamuk dan hal ini terjadi hanya pada sore
hari. Sedangkan pada pagi harinya jumlah gigitan nyamuk mengalami penurunan
atau pengurangan. Ini berarti suhu atau kelembapan udara di sore hari pada ke tiga
rumah tersebut hampir sama atau bisa juga dikatakan sama. Sedangkan untuk
kelembapan atau suhu pada tujuh rumah lainnya berbeda. Sehingga dapat
diketahui bahwa dari 100% sampel rumah ternyata 70% yang tingkat gigitan
nyamuknya dapat dikurangi dengan menggunakan alat ini. Sedangkan 30% dari
sampel jumlah gigitan nyamuk dapat dikurangi pada pagi hari saja.

KESIMPULAN
Dari kegiatan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. dari berbagai pngujian alat, dapat dilihat bahwa alat ini secara efektif dapat
mengusir nyamuk.
2. Pada saat alat dihidupkan pada kotak seluas 1 x 1 m yang telah terisi
nyamuk, tampak bahwa nyamuk Aedes aegypti cenderung menjauhi
rangkaian dan terlihat kacau.
3. Rata-rata jarak terdekat nyamuk dengan alat pada pengujian di laboratorium
sebelum alat dihidupkan adalah 8,142 cm dan setelah alat dihidupkan rata-
rata jarak terdekatnya adalah 24,857 cm .
4. pada pengujian alat di rumah-rumah penduduk, menunjukkan bahwa jumlah
gigitan nyamuk setelah alat dinyalakan berkurang.
Penelitian ini dilakukan dengan peralatan yang sangat sederhana, sehingga
hasil pengamatan yang didapat tidak terlalu akurat. Untuk itu diperlukan suatu
penelitian lanjutan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Ackeman. Eiguene, 1979. Ilmu Biofisika Universitas Airlangga, Surabaya.
Hadi. U.K 2000. Ektoparasit ; Pengenalan Diagnosis, dan Pengendaliannya,
Laboratorium Entomologi Bagian Parasitologi Dan Patologi, IPB, Bogor.
Imam. Purnomo, 1996. Konsep-konsep Fisika, PT. Intan Pariwara. Klaten.
Lilies. Kristian, 1999. Kunci-kunci Determinasi Serangga, Kanisius. Bogor .
Rusmadi. Dedy, 2001. Elektronika 2, Pioner Jaya. Bandung.
Sutrisno, 1984. Fisika Dasar Seri Gelombang dan Optik, Institut Teknologi
Bandung. Bandung.
Harian Tempo terbitan 12 Februari 2006
PKMT-1-4-1

PERANCANGAN SISTEM PENGOLAHAN AIR HUJAN DENGAN


MENGGUNAKAN TEKNOLOGI MEMBRAN DAN
LAMPU ULTRAVIOLET SERTA PENERAPANNYA DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Christina M Mariana, H Hardienata, H Mayditia, Hudarsono, M Azis, ItaYulianita


Departemen Fisika, Institut Pertanian Bogor

ABSTRAK
Pesatnya pertumbuhan industri dan pertambahan penduduk, menyebabkan
peningkatan kebutuhan air bersih. Salah satu sumber penyedia air yang potensial
tapi belum dimanfaatkan secara optimal adalah air hujan. Penelitian ini
dilaksanakan untuk membuat rancangan sistem pengolahan air hujan sehingga
menghasilkan air yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam keperluan
industri dan rumah tangga. Sistem pengolahan air hujan yang telah dibuat
merupakan sistem pengolahan lengkap yang terdiri atas sistem pengolahan awal,
membran Thin Film Composite, dan instalasi lampu ultraviolet. Berdasarkan
hasil karakterisasi air hujan sesudah melewati proses pengolahan, memiliki
kualitas lebih baik dibanding sebelum proses pengolahan. Terjadi peningkatan
nilai pH dan konduktivitas listrik. Sedangkan turbiditas dan kontaminan/zat
pencemar dalam air hujan, dapat dikurangi. Keistimewaan sistem pengolahan
air hujan yang telah dibuat yaitu sistem dapat berlaku general untuk berbagai
karakteristik air hujan sehingga dapat digunakan untuk inustri dan krbutuhan
rumah tangga. Sistem ini juga mampu digunakan pada jenis air lain dengan
kadar pencemaran lebih rendah atau sama dengan air hujan, sehingga
pengoperasian sistem pengolahan air hujan tidak harus menunggu hujan turun.

Kata kunci: air hujan, membran, lampu ultraviolet, pengolahan awal,


karakterisasi

PENDAHULUAN
Salah satu sasaran pembangunan adalah menyediakan air bersih yang
sehat, kuantitas dan kualitasnya memadai serta terjangkau oleh masyarakat dari
segala lapisan. Air bersih yang sehat adalah air bersih yang memenuhi syarat
syarat kesehatan baik kuantitatif maupun kualitatif sesuai dengan persyaratan
kesehatan yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kesehatan No.
416/MENKES/PER/IX/1990 sehingga aman untuk dikonsum-si masyarakat.
Untuk memperoleh air bersih ini secara mutlak diperlukan pengolahan dengan
baik yang disesuaikan dengan keadaan sumber air baku yang digunakan. Semakin
rendah kualitas dan kuantitas air baku maka semakin sulit pengolahan yang
dilakukan, semakin banyak teknikteknik yang dilakukan untuk memperoleh air
bersih yang sehat.
Pada masa mendatang kebutuhan air akan meningkat bukan saja karena
pertumbuhan penduduk, tetapi juga karena kebutuhan per kapita meningkat,
sesuai dengan kehidupan kultural manusia. Pengelolaan sumberdaya air dan
perlakuan pengolahan air secara tepat merupakan tantangan yang harus dihadapi.
Salah satu sumber penyedia air yang potensial tapi belum dimanfaatkan secara
PKMT-1-4-2

optimal adalah air hujan. Beratnya tekanan kualitas dan kuantitas bahan kimia
yang terkandung dalam air hujan menyebabkan semakin kecilnya kemungkinan
penggunaan sumber air hujan secara langsung untuk keperluan industri dan rumah
tangga.
Untuk mengatasi persoalan diatas, diperlukan sistem pengolahan air yang
dapat mencukupi kebutuhankebutuhan tersebut. Rancangan sistem pengolahan
air hujan merupakan salah satu inovasi dalam rangka pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi multiguna yang efisien. Oleh karena itu, perlu adanya
pengembangan teknologi pemanfaatan air hujan lebih lanjut. Ilmu fisika sebagai
dasar pengembangan sains dan teknologi, memberikan peranan penting dalam
teknologi pemanfaatan air hujan, terutama sebagai analisis proses dan mekanisme
perancangan sistem serta metode pengolahan air hujan.
Pesatnya pertumbuhan industri dan pertambahan penduduk, menyebabkan
peningkatan kebutuhan air bersih. Air hujan merupakan salah satu sumber
penyedia air yang potensial tapi belum dimanfaatkan secara optimal karena
tekanan kualitas dan kuantitas bahan kimia yang terkandung dalam air hujan.
Rancangan sistem pengolahan air hujan, mampu mengolah air hujan sehingga
dapat dimanfaatkan secara langsung untuk keperluan industri dan rumah tangga.

METODE PENDEKATAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dan perancangan sistem pengolahan air hujan dilaksanakan di
Bengkel Fisika, Laboratorium Biofisika dan Laboratorium Mikrobiologi Institut
Pertanian Bogor serta Balai Industri di Bogor. Waktu yang diperlukan untuk
melakukan penelitian ini adalah 8 bulan, meliputi persiapan, perancangan sistem
pengolahan, dan karakterisasi materi/uji kelayakan sistem, serta penyusunan
laporan.

Bahan dan Alat


Bahan dan alat yang digunakan untuk merancang sistem pengolahan air
hujan dalam penelitian ini adalah membran sintetik, lampu ultraviolet, tabung,
pompa listrik, pipa, dan pengatur aliran air. Sedangkan penunjangnya meliputi air
hujan dan bahan/alat yang berkaitan dengan proses karakterisasi/uji kelayakan
sistem seperti kalium klorida untuk pengujian parameter kimia, agar-agar sebagai
media dalam uji mikrobiologi serta piknometer, pH-meter, turbiditimeter, dan
spektroskopi serapan atom.

Metode Pelaksanaan
Tahapan yang dilakukan dalam pembuatan sistem pengolahan air hujan
meliputi:
Persiapan. Tahap persiapan dalam penelitian ini yaitu menyiapkan bahan
dan alat untuk merancang sistem pengolahan air hujan. Peralatan penelitian dan
perancangan sistem pengolahan air hujan diperoleh dari perusahaan instrumentasi
dan lembaga penelitian seperti Balai Industri dan Laboratorium Biofisika.
Sedangkan bahan penunjang yang akan digunakan diperoleh dari kampus IPB
Baranangsiang dan lembaga penelitian.
Perancangan Sistem. Perancangan sistem pengolahan air hujan
menggunakan prinsip dari teknologi membran dan gelombang elektromagnetik.
PKMT-1-4-3

Tabung untuk membran sintetik terbuat dari bahan plastik yang tahan lama, kuat
dan tidak menguning dengan ukuran diameter 20 cm dan tinggi 33 cm.
Sedangkan tabung untuk lampu ultraviolet terbuat dari bahan yang sama,
berdiameter 10 cm dan tinggi 20 cm. Bobot tabung yang berisi air diperkirakan
sekitar 6,5 kg. Input listrik sebesar 220 V dengan frekuensi 50 Hz dan output 27
V dengan arus 600 mA. Tekanan pompa listrik yang dialirkan melalui pipa
standar berkisar.
Pengamatan. Pengamatan dilakukan untuk menguji kelayakan
sistem pengolahan air hujan. Kelayakan sistem pengolahan didasarkan
pada perbandingan karakterisasi air hujan sebelum dan sesudah diolah
menggunakan sistem pemurnian air dengan reverse osmosis dan
sterilisasi lampu ultraviolet. Uji kelayakan air hujan meliputi
kerapatan, turbiditas, pH, konduktivitas listrik, uji mineral (merkuri,
timbal, kalsium, dan magnesium), dan uji mikrobiologi (coliform serta
Escherichia coli).
Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk mengetahui kelayakan sistem pengolahan
air hujan yang telah dirancang yaitu dengan menguji air hujan yang telah
melewati sistem hasil perancangan, kemudian air tersebut disimpan selama 30 hari
dan dikarakterisasi pada hari penyimpanan ke 1, 15, dan 30.

Secara ringkas metode pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

Metode Pelaksanaan

Perancangan Pengamatan Analisis


Persiapan Sistem Data
(Studi literatur, Pengolahan
Karakterisasi Sampel) Air Hujan

Gambar 1. Bagan metode pelaksanaan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sistem Pengolahan Air Hujan
Perancangan sistem pengolahan air hujan, menggunakan teknologi
membran dan lampu ultraviolet. Dalam tahap perencanaan sistem, dilaksanakan
beberapa langkah yaitu pemeriksaan air baku (dapat dilihat pada hasil pengujian
yaitu tabel 2), parameter yang akan diperbaiki, pertimbangan ekonomis, target
yang hendak dicapai, kemudahan pengoperasian, aspek pemeliharaan instalasi,
dan efisiensi pengolahan untuk mendapatkan standar effluent.
Berdasarkan hasil pengujian, air hujan berada tingkat keasaman yang tinggi.
Hal tersebut berarti bahwa air hujan memiliki kandungan zat pencemar yang
PKMT-1-4-4

tinggi dan kandungan mineralnya rendah, sehingga diperlukan sistem pengolahan


yang mampu meningkatkan kualitas air hujan.

Tabel 1. Data Hasil Pengujian Air Baku


Parameter Hasil Unit Teknik Analisis
pH 4.3 - Electrometry
Turbiditas 0.48 NTU Turbidimetry
Mercury, Hg <0.0002 mg/l AAS
Lead, Pb <0.01 mg/l AAS
Calcium, Ca 0.84 mg/l AAS
Magnesium, Mg 0.04 mg/l AAS

Metode pengolahan untuk meningkatkan kualitas air hujan disesuaikan


dengan parameter-parameter yang akan diperbaiki dan target yang hendak dicapai.
Pada aspek pemeliharaan instalasi dan efisiensi pengolahan untuk mendapatkan
standar effluent, dilakukan dengan menambahkan sistem pengolahan awal.

Sistem pengolahan air hujan yang dirancang, menghasilkan block diagram


sebagai berikut:

Gambar 2. Block Diagram Sistem Pengolahan Air Hujan


Keterangan:
HPS : High Pressure Sensor ( sensor tekanan tinggi )
LPS : Low Pressure Sensor ( sensor tekanan rendah )
Prefilter : Sistem pengolahan awal

Prinsip Kerja
Mekanisme kerja dari sistem pengolahan air hujan ini dimulai dari
pemompaan air hujan yang telah ditampung, menuju ke sistem pengolahan awal
(prefilter). Karena tekanan yang dihasilkan oleh pompa eksternal cukup kuat,
maka akan mengaktifkan sensor tekanan tinggi (HPS) dan sensor tekanan rendah
(LPS) tidak aktif. Pada saat sensor tekanan tinggi aktif, secara otomatis pompa
internal akan diaktifkan dan mulai memompa air dari prefilter menuju ke
membran. Air akan mengalami penyaringan di membran. Sebanyak 60% air akan
dikeluarkan sebagai air tercemar (waste) dan 40% merupakan air bersih (pure)
PKMT-1-4-5

akan menuju ke instalasi lampu ultraviolet. Air keluaran dari sistem adalah air
murni.
Sistem pengolahan air hujan yang telah dibuat memiliki beberapa komponen
yaitu katup pengatur, penyangga, membran thin film composite, instalasi lampu
ultraviolet, adaptor, kabel, sensor tekanan rendah, sensor tekanan tinggi,
penyaring dari karbon, dan selang. Tingkat arus air keluaran dapat berubah
tergantung tekanan pompa internal, kualitas air baku, dan umur pemakaian filter.
Tekanan pompa internal saat proses berkisar 85-100 psi (1 atm = 14,7 psi = 1,013
bar = 1,013. 105 Pa). Listrik catu yang digunakan 220 V, 50 Hz dan keluaran dari
adaptor adalah 27 V, 600 mA.

Produk Keluaran Sistem Pengolahan Air Hujan


Sistem pengolahan air hujan yang telah dibuat merupakan sistem pengolahan
lengkap yang terdiri atas sistem pengolahan awal, membran Thin Film Composite,
dan instalasi lampu ultraviolet. Dalam sistem pengolahan lengkap ini, sistem
pengolahan air hujan dapat berlaku untuk berbagai karakteristik air hujan. Dan
dengan 3 instalasi yang mendukung, sistem pengolahan air hujan yang telah
dibuat mampu menghasilkan air murni (pure) hingga ultrapure water yang dapat
dimanfaatkan untuk kebutuhan industri dan rumah tangga.
Mekanisme pengolahan air hujan melalui 3 instalasi sistem, dapat dilihat
pada skema berikut:

Sistem pengolahan Membran Thin Film Lampu Ultraviolet


Composite
l

Gambar 3. Skema Pengolahan Air Hujan

Produk keluaran dari sistem pengolahan air hujan yang telah dibuat, yaitu air
tercemar dan air murni (Gambar 4). Pada saat air melewati pengolahan instalasi
kedua, membran memisahkan air tercemar dan air murni. Air tercemar akan
dibuang sebagai produk keluaran yang tidak terpakai. Sedangkan air murni akan
mengalir ke instalasi ultraviolet untuk proses pengolahan ketiga sehingga sistem
mampu menghasilkan produk keluaran berupa ultrapure water.

Gambar 4. Produk Keluaran; air murni (kiri) dan air tercemar (kanan)
PKMT-1-4-6

Karakterisasi Air Hujan


Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Zulkarnain (1999) terhadap
parameter fisik, kimia, dan logam berat air hujan di Kotif Dumai dari bulan April
sampai Juni 1998 karakteristik air hujan meliputi: Konduktivitas listrik berkisar
dari 6-11 siemens/cm, derajat keasaman, (pH) antara 5-7, sedangkan konsentrasi
sulfat, nitrat, nitrit , magnesium, amonia, klorida, kalsium, tembaga, timbal, dan
flourida yang rendah.
Karakterisasi air hujan dilakukan sebanyak 2 (dua) kali, masing-masing
yaitu karakterisasi awal dan karakterisasi akhir. Karakterisasi awal (Tabel 2)
dilakukan pada air hujan sebelum mengalami proses pengolahan dan waktu
pengambilan sampel, 14 hari setelah proses manufacturing sistem. Karakterisasi
akhir (Tabel 3) dilakukan pada air hujan yang telah melewati sistem pengolahan
lengkap dan waktu pengambilan sampel, 14 hari setelah proses manufacturing
sistem.
Hasil karekterisasi awal dan akhir menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
nilai pH dari 4,58 menjadi 6,9 dan turbiditas menurun dari 0,64 menjadi 0,42
NTU. Ini berarti bahwa pH air keluaran lebih netral (mendekati 7) daripada pH
awal sehingga cocok digunakan sebagai air mentah karena memenuhi standar
WHO. Penurunan turbiditas menunjukkan bahwa tingkat kekeruhan keluaran
lebih jernih dari masukkan awalnya. Ini menunjukkan bahwa tingkat penyaringan
membran sudah cukup baik.
Tidak terjadi perubahan yang berarti pada kandungan logam berat antara
keluaran awal dan akhir karena kandungan logam berat air hujan sudah sangat
rendah. Kandungan kalsium dan magnesium keluaran awal dan akhir jauh
dibawah standar WHO sehingga tidak cocok digunakan untuk air minum secara
permanen. Kandungan coliform pada air keluaran adalah 0 MPN/ml (kandungan

Tabel 2. Data Hasil Karakterisasi Awal


Parameter Hasil Unit Teknik Analisis
3
Kerapatan 1,002 g/cm Piknometry
Turbiditas 0,64 NTU Turbidimetry
PH 4,3 - Electrometry
Konduktivitas Listrik 8,34 .siemens/cm Conductometry
Calcium, Ca 4,58 ppm AAS
Magnesium, Mg 0,16 ppm AAS
Lead, Pb <0,01 ppm AAS
Mercury, Hg <0,0002 ppm AAS
Copper, Cu <0,01 ppm AAS
Sulphate, SO4 1,59 ppm Turbidimetry
Spectrometry
Nitrite, NO2 0,01 ppm (Sulfanilat)
Spectrometry (Brusin
Nitrate, NO3 0,23 ppm sulfat)
Coliform 5 MPN/ml Total Plate Count
PKMT-1-4-7

Tabel 3. Data Hasil Karakterisasi Akhir


Parameter Hasil Unit Teknik Analisis
Kerapatan 0,998 g/cm3 Piknometry
Turbiditas 0,42 NTU Turbidimetry
pH 6,9 - Electrometry
Konduktivitas Listrik 40 .siemens/cm Conductometry
Calcium, Ca 4,32 ppm AAS
Magnesium, Mg 0,57 ppm AAS
Lead, Pb <0,01 ppm AAS
Mercury, Hg <0,0002 ppm AAS
Copper, Cu <0,01 ppm AAS
Sulphate, SO4 1,30 ppm Turbidimetry
Nitrite, NO2 0,01 ppm Spectrometry (Sulfanilat)
Spectrometry
Nitrate, NO3 0,58 ppm (Brusin sulfat)
Coliform - MPN/ml Total Plate Count

coliform di awal adalah 5 MPN/ml).Sinar ultraviolet yang diserap dapat membuat


bakteri kehilangan kemampuan untuk ber-reproduksi. Hal ini berarti bahwa
bakteri dan virus tersebut menjadi tidak aktif sehingga tidak membahayakan.
Sinar ultraviolet yang dikeluarkan lampu untuk waktu tertentu akan menjadi dosis
yang mematikan bagi bakteri (Martha, 2004) sehingga dapat disimpulkan bahwa
sinar ultraviolet bekerja dengan baik.

Penerapan dan Keistimewaan Sistem Pengolahan Air Hujan


Sistem pengolahan air hujan yang telah dibuat, merupakan sistem
pengolahan lengkap dengan 3 instalasi utama mampu menghasilkan air murni
hingga ultra murni (ultrapure water). Dewasa ini, air murni sangat dibutuhkan
seiring dengan perkembangan industri dan kehidupan kultural manusia. Air murni
dan ultra murni (ultrapure water) berperan penting sebagai bahan baku pada
beberapa industri, misalnya industri farmasi, elektronika, semikonduktor,
kosmetik, dan minuman ringan (soft drink). Kebutuhan air murni dan ultra murni
(ultrapure water) pada industri-industri di Indonesia, masih mengimpor sehingga
biaya produksi meningkat. Dengan semakin tinggi biaya produksi, harga produk
industri akan lebih tinggi ketika sampai ke konsumen.
Melihat potensi air hujan di Indonesia, keberadaan sistem pengolahan air
hujan akan mampu mencukupi kebutuhan industri sekaligus mengurangi
ketergantungan pada bahan impor dan menekan biaya produksi. Disamping
penerapan bidang industri, sistem pengolahan air hujan yang telah dibuat juga
dapat diterapkan untuk mencukupi kebutuhan air bersih pada skala rumah tangga.
Tetapi produk keluaran dari sistem ini, tidak dapat dikonsumsi sebagai air minum
karena kandungan mineral pada air yang dihasilkan sangat rendah.
PKMT-1-4-8

KESIMPULAN
Keistimewaan sistem pengolahan air hujan yang telah dibuat dengan sistem
pengolahan awal, membran dan lampu UV dapat digunakan untuk berbagai
karakteristik air hujan. Dan pada penerapannya, sistem ini juga mampu digunakan
pada jenis air lain dengan kadar pencemaran lebih rendah atau sama dengan air
hujan, sehingga pengoperasian sistem pengolahan air hujan tidak harus menunggu
hujan turun. Sistem pengolahan air hujan yang telah dibuat, mampu menghasilkan
air murni hingga ultra murni (ultrapure water) yang dapat dimanfaatkan untuk
kebutuhan industri dan rumah tangga.

DAFTAR PUSTAKA
Martha, Christina. 2004. Karakterisasi Air Minum yang Dihasilkan dari Sistem
Kombinasi Filter Karbon dan Lampu Ultraviolet Dibandingkan dengan
Beberapa Jenis Air Minum Lain. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Zulkarnain. 1999. Karakteristik Air Hujan untuk Keperluan Air Minum dan
Keterkaitannya dengan Aspek Sosial Ekonomi [Tesis]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
PKMT-1-5-1

PERANCANGAN, PEMBUATAN PROTOTIPE DAN PENGUJIAN


KURSI RODA MEKANIK MANDIRI (KROMMAN)

Abdul Luky Shofiul Azmi S, Makhfud Saptadi, Danang Prakosa Pujianto


Program Studi Teknik Mesin, Institut Teknologi Bandung, Bandung

ABSTRAK
Salah satu kenikmatan yang dapat kita rasakan adalah kenikmatan berjalan.
Hampir semua kegiatan kita bergantung dengan kemampuan kita berjalan.
Namun, bagaimana dengan saudara-saudara kita yang tidak mampu berjalan,
baik itu karena sakit sementara, maupun sakit permanen seperti lumpuh ataupun
tidak memiliki kaki. Mereka membutuhkan alat bantu untuk berjalan seperti kursi
roda. Dari waktu ke waktu terus dilakukan usaha untuk membantu para pengguna
kursi roda baik dengan penyempurnaan kursi roda, maupun dengan perancangan
kursi roda baru. Baik yang berbasis mekanik maupun elektrik. Kursi roda elektrik
yang sangat nyaman memiliki harga yang sangat mahal dan kekuatan yang relatif
rentan. Sedangkan kursi roda mekanik yang ada di pasaran belum yang dapat
mengakomodir kenyamanan dan kemudahan pemakaian untuk dalam maupun
luar ruangan. Kegiatan ini dilaksanakan guna menghasilkan kursi roda yang
dapat dioperasikan sendiri dengan mudah dan nyaman serta harganya terjangkau
oleh masyarakat luas. Hal ini dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
Brainstorming, Pengumpulan data perancangan, Pemilihan alternatif, Pemodelan
dengan menggunakan bantuan perangkat lunak (CAD), Pembuatan prototipe, dan
diakhiri dengan Pengujian prototipe. Kursi roda yang dihasilkan memiliki bentuk
yang tidak jauh berbeda dengan kursi roda konvensional, namun memiliki cara
penggerakan yang berbeda yakni dengan menggerakkan penyangga lengan. Naik
turun untuk kemudi memajumundurkan Kromman, sedangkan untuk beloknya
dengan cara memajumundurkan penyangga lengan tersebut.
Pembuatan Kromman tidak hanya menghasilkan kursi roda alternatif yang
efisien, namun juga membuka menemukan hal baru dalam hal transmisi, dan juga
memanfaatkan barang-barang yang banyak tersedia di pasaran. Meskipun
demikian, prototipe pertama Kromman masih memiliki beberapa kekurangan
yang memerlukan penelitian lanjut

Kata Kunci: Kursi Roda, Kromman, Nyaman, Mudah, Dalam dan Luar Ruangan

PENDAHULUAN
Ketidakmampuan seseorang untuk berjalan dapat disebabkan oleh banyak
hal. Misalkan saja cacat, lumpuh dan sebagainya. Alat bantu yang bisa digunakan
salah satunya adalah kursi roda.
Peran kursi roda sangat besar, terutama terhadap orang yang tidak dapat
berjalan dalam waktu lama atau lumpuh permanen. Walaupun mereka tidak bisa
berjalan, namun mereka bisa berpindah tempat dengan bantuan kursi roda
tersebut. Tidak hanya itu, mereka juga terbantu untuk mengerjakan berbagai
macam pekerjaan.
Perkembangan kursi roda pada saat ini sudah mencapai kemajuan yang
cukup berarti. Dahulu kala, bentuk kursi roda cukup besar dan berat. Namun
sekarang, kursi roda cukup ringan dan mudah dibawa kemana-mana karena bisa
PKMT-1-5-2

dilipat. Pada zaman elektronik ini, berkembang juga kursi roda elektrik yang
menggunakan motor listrik sebagai penggeraknya. Untuk mencapai tempat yang
diinginkan, sang penderita tinggal mengemudikan kursi rodanya dengan tongkat
pengendali yang terdapat pada penyangga lengan.
Walaupun keberadaan kursi roda elektrik sangat membantu penderita cacat
tetapi harganya sangat mahal. Padahal tidak semua penderita cacat berasal dari
kalangan berada. Banyak penderita cacat yang berasal dari kalangan ekonomi
menengah ke bawah. Dengan kata lain, kemampuan ekonomi mereka sulit untuk
menjangkau kursi roda elektrik.
Sementara itu, kursi roda mekanik memiliki kelemahan yakni adanya
kesulitan untuk menjalankannya. Karena kesulitan inilah pemakai kursi roda
mekanik seringkali memerlukan orang lain untuk mendorong kursi rodanya.
Dengan demikian, masyarakat membutuhkan kursi roda mekanik yang dapat
bergerak tanpa bantuan orang lain yang mendorongnya dan kursi roda tersebut
harus efektif cara menggerakkannya.
Masalah yang ada:
Kursi roda sangat dibutuhkan oleh masyarakat sebagai alat bantu gerak
Model kursi roda-kursi roda yang ada di pasaran masih memiliki banyak
kekurangan terutama pada keefektifan gerak dan kenyamanan
penggerakannya.
Kursi roda elektrik yang tingkat kenyamanan pemakaiannya cukup tinggi
memiliki harga yang cukup tinggi.
Banyak para penderita cacat yang barasal dari kalangan menengah ke bawah
dan tidak mampu membeli kursi roda elektrik.
Oleh karena itu dibutuhkan suatu model kursi roda yang mudah dan nyaman
pengoperasiannya serta memiliki harga yang terjangkau. Dalam hal ini kami
mengasumsikan bahwa model yang kami buat adalah model mekanik, dengan
asumsi bahwa alat elektrik selain harganya yang mahal, juga daya tahannya lemah
dan suku cadanganya mahal.
Tujuan dari kegiatan perancangan, pembuatan dan pengujian kursi roda
Kromman ini antara lain:
o Merancang kursi roda yang dapat dioperasikan sendiri dengan mudah dan
nyaman serta harganya terjangkau oleh masyarakat luas.
o Pembuatan prototipe
o Pengujian prototipe hasil perancangan

METODE PENELITIAN
Dari website www.spinlife.com (2004) dapat kita lihat berbagai macam
bentuk kursi roda yang ada dipasaran beserta spesifikasi dan harganya. Dari
website-website lain di internet juga bisa kita dapatkan berbagai bentuk kursi roda
lengkap dengan spesifikasinya. Dari jenis-jenis kursi roda yang ada, dilihat dari
cara kerjanya, dapat kita kelompokkan menjadi 3 kelompok model.
PKMT-1-5-3

Kemudi laju dan belok


Kemudi belok Kemudi laju rantai

Gambar 1. Kursi roda mekanik model 1, 2, dan 3.

Model 1. Cara menggerakkan yaitu dengan memutar besi melingkar yang


terdapat di samping roda. Kelemahan kursi roda jenis ini adalah bahwa kursi roda
jenis ini tidak nyaman untuk digunakan di luar ruangan. Karena besi kemudinya
ikut berputar ke bawah dengan roda, sehingga kemungkinan kotor sangatlah
besar. Selain itu, cara pengoperasian jenis ini cukup berat sehingga pengguna
cepat lelah.
Model 2. Kursi roda model ini biasa digunakan untuk balap. Cara
menggerakkan maju mundurnya adalah dengan cara yang biasa dipakai pada kursi
roda biasa yakni dengan memutar besi yang melingkar disamping velg roda
belakang. Sedangkan cara membelokkannya adalah dengan membelokkan stang
kemudi roda depan sepeti yang digunakan pada sepeda. Kelemahan kursi roda
jenis ini adalah bahwa kursi roda ini sulit untuk mengemudikannya karena letak
pengontrol laju dan beloknya berada pada tempat yang berjauhan. Selain itu letak
stang kemudi merepotkan pengguna ketika naik maupun turun dari kursi roda.
Model 3. Kelompok Kursi roda model ini biasa digunakan di luar ruangan.
Cara menggerakkan maju mundurnya adalah dengan memutar pedal tangan yang
berada di bagian depan. Pedal tersebut juga berfungsi sebagai kemudi belok, yakni
dengan membelokkannya sebagaimana membelokkan stang kemudi pada sepeda.
Kelemahan modifikasi ini adalah letak pedal pengontrol kemudi sangat
merepotkan pengguna ketika naik ataupun turun dari kursi roda. Selain itu, rantai
dan gir bersifat kotor dan membahayakan pemakai.
Setelah diadakan survey ke toko-toko alat kesehatan yang menjual kursi
roda, kursi roda yang tersedia di pasaran Indonesia adalah kursi roda mekanik
jenis 1 yang harganya berkisar antara satu hingga lima juta rupiah, dan kursi roda
elektrik dengan harga antara 17 hingga 19 juta rupiah.
Dalam perancangan dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut (Norton et
al. 2000 dalam Puja 2003):
1. Brainstorming
Pada tahap ini semua ide yang muncul baik mengenai mekanisme gerak
kursi roda, aktuator yang diperlukan dan struktur rangka yang akan
digunakan didaftar.
2. Pengumpulan data perancangan
Data-data perancangan yang dibutuhkan dicari melalui studi literatur,
mencari ide menggunakan internet, survey ke toko peralatan kesehatan,
pasar loak, dan survey ke toko-toko yang menyediakan alat-alat mekanik.
PKMT-1-5-4

3. Pemilihan alternatif
Pada tahap ini alternatif-alternatif yang telah ditentukan diamati kekurangan
dan kelebihannya untuk dipilih sebagai desain yang akan dianalisis (Popov
1978)
4. Pemodelan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak (CAD)
Setelah dipilih alternatif yang akan digunakan maka tahap selanjutnya
adalah melakukan pemodelan solid. Pemodelan solid ini dilakukan dengan
menggunakan bantuan perangkat lunak AutoCAD 2004 dan 3ds max 5.
Dengan melakukan pemodelan ini didapatkan konfigurasi desain yang dapat
terus menerus dievaluasi sehingga mendapatkan konfigurasi desain yang
paling efektif.
5. Pembuatan prototipe
Setelah didapatkan konfigurasi desain yang paling efektif maka langkah
selanjutnya adalah membuat prototipenya.
6. Pengujian prototipe
Setelah prototipe selesai dikerjakan maka prototipe tersebut akan diuji
dengan parameter-parameter pengujian sebagai berikut (Bentley 1998):
o Faktor ergonomis dan kemudahan pengoperasian
o Kestabilan dan kekuatan struktur
o Keamanan dan keselamatan pengguna

Waktu pelaksanaan dimulai bulan Agustus hingga November 2005

bulan ke-
Kegiatan 1 2 3 4

Brainstorming

Pengumpulan data perancangan


Pemilihan alternatif
Pemodelan dengan menggunakan
bantuan perangkat lunak (CAD)
Pembuatan prototipe kromman
Pengujian
Pembuatan laporan

Kegiatan ini dilaksanakan di Laboratorium Engine Design Centre ITB


dalam perancangan, Workshop Laboratorium Dinamika Teknik Mesin ITB dan
Bengkel Las Khusus Aluminium, Jl.Pasirkoja Bandung untuk pembuatan dan
Laboratorium Perancangan Sistem Kerja Ergonomi ITB untuk pengujiannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sistem utama KROMMAN
Salah satu pokok ide dasarnya adalah menyatukan kemudi maju mundur dan
juga belok. Model yang dihasilkan memiliki bentuk hampir sama dengan kursi
roda biasa yang ada di pasaran. Memiliki 4 roda, dua roda terletak di bagian depan
dan dua lagi di bagian belakang. Roda belakang besar dan roda depan kecil. Roda
PKMT-1-5-5

belakang digunakan sebagai penggerak maju mundurnya Kromman. Posisi naik


turunnya ujung penyangga lengan akan memutarkan batang yang berada di bawah
dan kemudian memutarkan rantai yang dihubungkan dengan roda belakang.
Sedangkan roda depan berfungsi sebagai kontrol belok Kromman. Gerakan maju
mundurnya penyangga lengan akan menggerakkan batang yang letaknya di bagian
bawah sejajar dengan penyangga lengan yang kemudian gerakan tersebut dapat
membelokkan roda depan.
Kelebihan dari model ini adalah bahwa pengemudiannya lebih mudah
karena posisi pengemudiannya tidak jauh berbeda dengan posisi gerak yang
dilakukan ketika manusia berjalan. Gerak maju mundurnya dengan
menaikturunkan ujung depan penyangga lengan secara bergantian, yakni ketika
posisi penyangga lengan kana di atas, maka posisi penyangga lengan kiri berada
di bawah, dan demikian sebaliknya. Sementara itu, untuk kemudi beloknya, yakni
dengan memaju mundurkan penyangga lengan. Misalkan untuk membelokkan
Kromman ke kanan, maka tinggal memajukan penyangga lengan kiri dan
memundurkan penyangga lengan kanan, demikian sebaliknya. Gerakan belok dan
maju/mundur dapat dilakukan sekaligus. Dengan kata lain, penyangga kursi roda
dapat dinaik turunkan dan dimaju mundurkan dalam waktu yang bersamaan.
Gerakan-gerakan ini tidak jauh berbeda dengan gerakan lengan manusia ketika
berjalan.

Pengontrol rem

pengontrol pemindah

gigi

Gambar 2. Sketsa Kromman

Mekanisme gigi dan rantai


Kelebihan lain model Kromman ini terletak pada penggunaan rantai sebagai
penerus gaya. Sistem penggunaan rantai ini dapat dengan mudah digunakan untuk
memanipulasi energi yang disalurkan.
Sistem gigi yang digunakan sama dengan yang digunakan pada sepeda-
sepeda gunung. Ada beberapa ukuran gigi yang terletak pada poros roda belakang.
Kelebihan dari sistem ini adalah bahwa tenaga yang diperlukan untuk permulaan
gerak akan dapat lebih sedikit, namun ketika membutuhkan kecepatan yang lebih,
PKMT-1-5-6

hal tersebut dapat dilakukan dengan memindahkan rantai ke gigi yang lebih kecil
diameternya.
Sistem pada roda ini menggunakan sistem perputaran satu arah. Ketika
pedal berputar ke depan, maka roda akan berputar, namun perputaran pedal ke
belakang tidak mempengaruhi gerak roda. Hal ini bermanfaat untuk memudahkan
para pengguna ketika menjalankannya.
Kelemahan sistem ini adalah bahwa sistem ini tidak dapat digunakan untuk
tujuan mundur. Karena penghubung antar gigi pengatur rantai adalah pegas maka
gigi pengatur akan tertarik ke belakang dan rantai akan lepas ketika pedal putar
mundur, padahal Kromman harus dapat digerakkan mundur.
Pengembangan yang dilakukan adalah bahwa salah satu dari gigi tersebut
memiliki arah putar ke belakang. Jadi untuk kebutuhan mundur, sang pengguna
tinggal memindahkan rantai ke gigi mundur. Modifikasi ini dilakukan dengan cara
menggeser tiap gigi selangkah ke arah yang berdiameter besar, sedangkan gigi
yang berukuran paling besar disambungkan ke brayer sepeda biasa, kemudian
dipasangkan secara terbalik ke susunan gigi berjenjang. Hasil yang didapatkan
adalah susunan gigi yang bentuknya tidak jauh berbeda dengan yang digunakan
pada sepeda gunung, namun putaran gigi berdiameter terbesarnya berlawanan
arah dengan yang lainnya. Gigi inilah yang berfungsi untuk gerak mundur. Gigi
diameter terbesar terpilih untuk gerak mundur karena gigi inilah yang
menyebabkan gerakan paling lambat dan ringan, hal ini cocok dengan
karakteristik gerak mundur yang dibutuhkan yakni pelan dan tidak berat
pengendaliannya.
Sedangkan masalah yang muncul pada brayer (pemindah gigi) yakni brayer
akan tertarik ke belakang ketika digunakan untuk putaran mundur dapat diatasi
dengan mengunci pemindah gigi ketika gigi berada pada posisi gigi mundur.

Gigi Differensial dan Sistem Pengereman


Pada poros belakang Kromman ditambahkan gigi differensial guna
meringankan beban kendali ketika belok dan juga guna dihasilkannya sudut belok
yang relatif lebih kecil, sehingga efektifitas belok akan lebih besar. Gigi
differensial yang digunakan adalah bekas mobil-mobil kecil sejenis Suzuki Carry
namun dengan peminimalan rumah giginya guna peminimalan berat keseluruhan
kursi roda. Gigi differensial cukup menggunakan gigi bekas yang sudah tidak
dapat dipakai pada mobil dan sistem pelumasan yang digunakan juga tidak
menggunakan pelumasan tenggelam seperti yang diterapkan pada mobil karena
berat keseluruhan kursi roda jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan mobil.
Sistem pengereman pada Kromman menggunakan rem cakram seperti yang
digunakan pada beberapa sepeda gunung akhir-akhir ini. Perlengkapan rem juga
menggunakan perlengkapan rem sepeda.
PKMT-1-5-7

Rem cakram

Gigi differensial

Gambar 3. Detail bagian poros belakang.

Gambar 4. Foto Prototipe Pertama Kromman.

Kelebihan kursi roda Kromman


Mudah dan nyaman pengoperasiannya karena ketika mengoperasikan, posisi
badan tidak jauh berbeda dengan posisi bada ketika berjalan. Selain itu letak
tuas rem dan pemindah gigi cukup strategis dengan ditambahkannya
pegangan tangan pada ujung masing-masing penyangga lengan.
Efektif dan ringan pengoperasiannya karena dibantu dengan berbagai ukuran
gigi.
Letak tuas pengontrol strategis
Mudah pembuatannya dan suku cadangnya mudah didapatkan karena
hampir semua bahan yang dibutuhkan telah tersedia dipasaran.
Mempunyai berat total yang cukup ringan
PKMT-1-5-8

Memiliki ukuran standar kursi roda pada umumnya yang telah disesuaikan
dengan ukuran benda-benda lain misalkan ukuran pintu standar.
Konstruksinya kuat
Mempunyai sistem pengereman yang bagus dan mudah penggunaannya

KESIMPULAN
Perancangan Kromman tidak hanya menghasilkan kursi roda yang dapat
dioperasikan sendiri dengan mudah dan nyaman serta harganya terjangkau oleh
masyarakat luas, namun juga menemukan sistem transmisi baru yang dapat
diaplikasikan untuk berbagai jenis kendaraan yang memiliki roda belakang
berjumlah dua.
Pembuatan prototipe Kromman selain berhasil membuat prototipe model
yang diharapkan, namun juga menemukan pemanfaatan baru dari barang bekas
yang banyak sekali tersedia di pasaran, namun pemanfaatannya masih sangat
kurang, seperti gigi differensial bekas. Semua suku cadang yang digunakan
merupakan benda yang banyak tersedia di pasaran, seperti penggunaan rantai dan
rem cakram sepeda.
Hasil pengujian prototipe menyatakan bahwa desain pertama Kromman
telah memenuhi kriteria HCD (Human Centered Design) atau dengan kata lain
Kromman nyaman digunakan. Hal yang masih perlu dikaji ulang adalah
memperkecil gaya yang diperlukan untuk menggerakkan Kromman

DAFTAR PUSTAKA
Bentley JP.1998. An Introduction to Reliability and Quality. New York: Wiley.
hlm 207-229.
Norton RL. 2000. Machine Design. New York: McGraw-Hill.
Popov EP. 1978. Mechanic of Materials. New York: Prentice-Hall. hlm 178
Puja IW. 2003. Diktat Kuliah Elemen Mesin. Bandung: Penerbit ITB. hlm 1.5-
1.10
www.spinlife.com
PKMT-1-6-1

RANCANG BANGUN TERMINAL PARALEL PADA PC UNTUK


AKUISISI DATA EKSPERIMEN :
ADC (Analog to Digital Converter) melalui Terminal Paralel
(Port Paralel) dengan Menggunakan Penguji Bit Terprogram

Ade Rusmana, Dzulfikar, Yancee Sudarsono


Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

ABSTRAK
Komputer sebagai salah satu perangkat yang memanfaatkan teknologi digital,
dapat digunakan sebagai alat ukur yang memiliki kemampuan lebih baik
dibandingkan dengan alat ukur sebelumnya, karena dengan komputer kita bisa
menyimpan data yang diperoleh secara otomatis, dan mempermudah melakukan
pengolahan data, sehingga variabel-variabel yang sifatnya kontinu dapat diolah
menjadi sinyal-sinyal diskrit yang bermanfaat. Metode eksperimen alat dengan
menggunakan ADC (dari DAC 0808), dan penguji bit terprogram, kemudian
digunakan untuk mengukur sampel berupa suhu, diperoleh data yang signifikan
antara pengukuran manual (termometer) dan yang terukur oleh komputer.
Setelah di ujicobakan ternyata alat ini bisa digunakan untuk mengukur semua
sinyal analog asalkan dalam bentuk tegangan tetapi masih dalam rentang 0V-5V
DC..

Kata Kunci : variabel kontinu, sinyal diskrit, ADC, Penguji bit terprogram

PENDAHULUAN
Fenomena yang ada di alam selalu menyajikan misteri yang mengundang
banyak pertanyaan untuk dijawab. Untuk mengungkap misteri itu manusia harus
berusaha sedekat mungkin dengan alam yang memberi peluang untuk dipelajari
dan dimengerti, tentu saja dibutuhkan sarana/alat yang dapat menterjemahkan
keinginan kita untuk menyeimbangkan logika manusia dengan keseluruhan gejala
fisis yang akan diselidiki. Hal ini yang mendorong manusia dengan segala
keterbatasannya untuk menciptakan alat ukur sehingga dapat dengan mudah
berkomunikasi dan memahami hukum-hukum yang ada di alam ini. Dengan alat
ukur ini kita dapat mengetahui perilaku suatu besaran jika diberi perlakuan
tertentu dan kebergantungannya terhadap besaran alam yang lain.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
mendorong manusia untuk menciptakan alat ukur yang efesien dan seefektif
mungkin dapat memberikan tingkat ketelitian yang semakin baik. Teknologi yang
tepat dalam hal ini adalah teknologi digital dimana variabel-variabel alam yang
bersifat kontinu dikonversi menjadi sinyal-sinyal digital diskrit untuk kemudian
diolah menjadi keluaran (output) yang bermanfaat.
Komputer sebagai salah satu perangkat yang memanfaatkan teknologi
digital, pada saat ini banyak digunakan untuk alat ukur yang memiliki
kemampuan lebih baik dibandingkan dengan alat ukur sebelumnya, karena dengan
komputer kita bisa menyimpan data yang diperoleh secara otomatis sehingga
PKMT-1-6-2

mempermudah manusia dalam melakukan pengolahan data, disamping kecepatan


pemerosesannya yang sangat jauh dari jangkauan indera manusia.
Pada makalah ini kami akan mencoba membuat perangkat alat ukur dengan
memanfaatkan teknologi mikroprosesor tapi tidak menggunakan terminal yang
biasa dipakai dalam arti terminal atau slot perluasan seperti slot ISA atau PCI tapi
menggunakan terminal yang digunakan untuk printer (printer port).
Gambaran secara umum untuk instrumentasinya terlihat pada bagan di bawah ini :

Detektor Memori

Layar
Converter A/D Driver Monitor

Printer Port Aplikasi

Secara garis besar penelitian ini bertujuan untuk : membuat alat ADC
dengan DAC 0808, membuat program penguji bit (biner digit/bilangan biner)
ADC dengan metode pendekatan berturut-turut dan menggunakan ADC yang
telah dibuat untuk membaca input dari sensor suhu. Untuk jangka panjang, selain
suhu besaran-besaran fisis lainnya pun bisa diukur dengan syarat besaran tersebut
mengeluarkan sinyal analog seperti yang tercantum pada tabel 4.

Terminal Printer sebagai Terminal Paralel


Terminal paralel banyak digunakan dalam berbagai macam aplikasi antar
muka. Terminal ini membolehkan kita memilki masukan hingga 8 bit atau
keluaran hingga 12 bit pada saat yang bersamaan, dengan hanya membutuhkan
rangkaian eksternal sederhana untuk melakukan tugas tertentu. Terminal paralel
ini terdiri dari 4 jalur kontrol, 5 jalur status dan 8 jalur data. Biasanya dapat
dijumpai di terminal printer dalam bentuk konektor DB-25 female.
Terminal paralel yang baru distandarisasi dengan IEEE 1284 yang dikeluarkan
pada tahun 1984, standar ini menetapkan 3 macam jenis konektor yang berbeda,
yaitu :
1. 1284 tipe A adalah konektor DB-25 (jumlah kaki 25 buah) yang banyak
dijumpai pada komputer-komputer saat ini.
2. 1284 tipe B adalah konektor centronik 34 pin yang banyak dijumpai pada
pencetak.
3. 1284 tipe C adalah konektor 36 pin yang mirip dengan centronik, namun
lebih kecil.
PKMT-1-6-3

Tabel 1. Spesifikasi dari jenis-jenis konektor

Pin
Pin centronik SPP signal Arah In/out Register
Db-25

1 1 Strobe In/out PCO

2 2 Data 0 Out Data

3 3 Data 1 Out Data

4 4 Data 2 Out Data

5 5 Data 3 Out Data

6 6 Data 4 Out Data

7 7 Data 5 Out Data

8 8 Data 6 Out Data

9 9 Data 7 Out Data

10 10 ACK In PS 7

11 11 Busy In PS 5

12 12 Paperout/paperin In PS 4

13 13 Select In PS 3

14 14 Autofeed In/out PCI

15 32 Error In PS 2

16 31 Initialize In/out PC

17 36 Select-in In/out -

18-25 19-30 Ground GNd


Keterangan : PS = Printer Status ; PC = Printer Control

Terjadinya transisi dari logika 1 ke 0 pada ACK akan membangkitkan


interupsi perangkat keras IRQ 7 pada jalur Busy (dan yang sejenis, dengan tanda
negasi), jika sinyal logika 1 diterapkan pada pin ini kemudian register status
dibaca, maka akan terbaca (pada bit-7) sebagai 0 bukan 1.
Pada proses pengiriman data, data pertama kali dikirim pada jalur data,
kemudian komputer akan memeriksa apakah pencetak dalam kondisi sibuk (busy)
atau tidak, dalam hal ini sedang dalam kondisi rendah. Program kemudian
mengaktifkan strobe, tunggu selama minimal 1 d kemudian dimatikan kembali.
Data kemudian dibaca oleh pencetak (atau alat lain) saat transisi naik dari sinyal
strobe. Pencetak akan memberikan indikasi sibuk karena sedang memperoses data
melalui jalur bus data. Sekali pencetak menerima data, maka dia akan mengirim
sinyal ACK (acknomledge) sebagai pulsa rendah selama 5 d.
PKMT-1-6-4

Setiap terminal printer di komputer memiliki alamat tertentu yang sudah


diset oleh BIOS. Adapun alamat yang biasa dipasang pada komputer adalah
sebagai berikut :

Tabel 2. Alamat sinyal pada BIOS

Alamat (Hex) Keterangan


3 BC-3DF Digunakan untuk port parallel yang
terpadu dengan Video Card.
378-27F Biasa digunakan untuk LPT1
278-27F Biasa digunakan untuk LPT2

Agar data yang masuk atau keluar dapat dilakukan, maka pertama-tama salah satu
dari alamat di atas yang merupakan alamat terminal printer kita harus diakses
terlebih dahulu.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Mempelajari karakteristik dari terminal paralel dalam hal ini menggunakan
terminal printer.
2. Melihat spesifikasi terminal printer dan alamatnya dalam memori.
3. Menentukan gejala fisis yang akan diukur dan memilih transducer/detektor
yang akan dipakai sebagai masukan.
4. Membuat sistem ADC dari DAC 0808.
5. Melakukan troubleshooting rangkaian dengan alat yang sudah ada
(multimeter/osiloskop).
6. Menguji out put yang dihasilkan DAC (Vin=Vout).
Misalnya tegangan masukkan 5V maka tegangan keluaran harus 5V juga.
7. Jika pengujian telah selesai pengerjaan alat dapat dilanjutkan.
8. Menguji output dari sensor suhu (dikalibrasi) dengan menggunakan misalnya
multimeter digital atau alat pengukur suhu yang relevan (termometer).
9. Jika output poin (4) dan (5) setelah dibandingkan oleh komparator sesuai
pengerjaan alat dilanjutkan, jika tidak pengujian dilakukan dengan komparator
lain yang berbeda/yang baru.
10. Membuat software untuk aplikasi (application) agar data yang sudah diperoleh
bisa dimanipulasi menjadi besaran yang sesuai dengan keinginan dan
ditampilkan pada bagian keluaran (layar monitor).
11. Membuat sampel aplikasi dengan menggunakan sensor suhu.
12. Melakukan kalibrasi alat.

Cara Kerja ADC (Analog to Digital Converter)


ADC adalah alat yang dapat mengkonversi sinyal analog menjadi sinyal
digital. Perlu dicatat bahwa data-data digital yang dihasilkan ADC hanyalah
merupakan pendekatan proporsional terhadap masukkan analog. Hal ini karena
tidak mungkin melakukan konversi secara sempurna berkaitan dengan kenyataan
bahwa informasi digital berubah dalam step-step, sedangkan analog berubah
secara kontinu. Jenis ADC yang akan dijelaskan di sini adalah jenis ADC
PKMT-1-6-5

menggunakan pendekatan berturut-turut karena jenis ini yang banyak digunakan


dalam sistem akusisi data. Untuk Dua komponen yang penting dari sebuah ADC
terdiri dari sebuah DAC (Digital Analog Converter) kebalikan dari ADC yang
keluarannya dihubungkan dengan sebuah komparator sebagaimana terlihat pada
gambar di bawah ini :
Tegangan analog yang akan
dikonversi

kom
Masukan penguji
digital

Gambar 1. IC DAC 0808 dan Komparator Keluaran

Untuk lebih memahami ADC maka kita ambil contoh ADC dengan resolusi
8 bit (satu nilai analog direpresentasikan dengan delapan buah angka biner 1 atau
0). Resolusi 8 bit ini akan menghasilkan bilangan desimal dari 0 sampai 255 (256
bilangan/255 step), dengan demikian tidak mungkin menyajikan semua
kemungkinan nilai-nilai analog. Jika resolusinya kita perbesar menjadi 20 bit
maka akan terdapat 1.048.575 step. Semakin besar resolusi yang dibuat maka
kemungkinan pendekatan nilai analog akan semakin besar pula.
Pertama kali DAC (Digital to Analog Converter) diinisialisasi dengan cara
mengaktifkan bit 7 (high order bit) saja terlebih dahulu (jika DAC-nya 8 bit). Jika
keluaran komparator (hasil pembandingan dengan tegangan referensi) adalah
LOW, maka tegangan yang dihasilkan oleh DAC masih di bawah dari tegangan
yang akan dikonversi, maka bit 7 tersebut tetap dijaga dalam kondisi HIGH (ON).
Namun jika keluaran komparatornya adalah HIGH, artinya tegangan dari DAC
terlalu tinggi, sehingga bit 7 di-LOW-kan saja. Data ini disimpan dalam
penyangga bit 7, kemudian proses di atas diulang untuk bit 6 saja dan hasilnya
disimpan pada bit 7 penyangga setelah sebelumnya bit 7 penyangga digeser satu
langkah.
Demikian seterusnya sampai bit yang diuji adalah bit nol. Di bawah ini
diperlihatkan diagram alur (flow chart) untuk ADC 8 bit dengan menggunakan
pendekatan berturut-turut :

Hidupkan bit 7

Apakah ya Matikan bit


DAC=High

Tahan kondisi bit 7

Apakah bit Selesai konversi


terakhir
ya

Apakah bit rendah


berikutnya
PKMT-1-6-6

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dengan menggunakan sampel suhu dilakukan pengkonversian tegangan
3,21 volt. Diasumsikan bahwa ADC menyediakan suatu tegangan 5 volt sebagai
tegangan referensi (Vref) dan komparator akan membandingkan tegangan. Untuk
mendapatkan tegangan keluaran digunakan persamaan :
5xdesimal
Vout = .............(1)
256

Tabel 3. Proses Konversi Data


Bit Nilai Biner Hasil
Desimal Vout
Penguji DA Perbandingan
10000000 10000000 128 2,5 Bit ditahan
01000000 11000000 192 3,75 Bit didrop
00100000 10100000 160 3,125 Bit ditahan
00010000 10110000 176 3,4375 Bit didrop
00001000 10101000 168 3,28125 Bit didrop
00000100 10100100 164 3,203125 Bit ditahan
00000010 10100110 166 3,214218 Bit didrop
00000001 10100101 165 3,222656 Bit didrop

Akhirnya tiga bit dipertahankan, menghasilkan 10100100 (=16410) untuk


menyajikan tegangan 3,21 volt. Untuk mendapatkan tegangan hasil pengukuran
maka digunakan persamaan (1) dengan desimal 164 yang menghasilkan nilai
3,203125.

Spesifikasi IC ADC dan DAC 0808


Kita mengenal banyak ragam konverter D/A yang tersedia secara
komersial.konverter dengan harga terendah memiliki resolusi 8 sampai 12 bit.
Sedangkan konverter termahal memiliki resolusi 16 sampai 18 bit. Hampir
semuanya bersifat monotonik dengan kesalahan kurang dari LSB pada setiap
tingkat keluaran.
DAC 0808 merupakan contoh konverter tersebut. Piranti yang tidak mahal
dan digunakan secara luas ini merupakan konverter D/A tangga R-2R 8-bit yang
dilengkapi dengan sumber arus acuan dan delapan buah transistor saklar untuk
mengarahkan arus biner seperti telah dibahas di atas. Suatu tegangan dan
hambatan eksternal dipergunakan untuk mengatur arus acuan pada nilai yang
lazim berlaku yaitu 2mA. DAC 0808 mempunyai waktu pemantapan 150 ns dan
ketelitian relatif LSB.
16

15

14

13

12

11

10
9
1

7
8

Gambar komponen IC DAC 0808


PKMT-1-6-7

Konfigurasi kaki/pin
Gambar di atas memperlihatkan konfigurasi kaki/pin. Sebagaimana
lazimnya, kaki-kaki tersebut mempunyai fungsi sebagai berikut: kaki 1 tidak
dipakai (NC singkatan dari no connection, artinya tidak ada sambungan). Kaki 2
adalah penghubung yang dibumikan. Kaki 3 (VEE) harus dipasang pada -15 V.
Kaki 4 adalah saluran balik dari tanah (ground return) bagi arus yang keluar dari
rangkaian tangga, kaki ini biasa dihubungkan dengan sebuah op-amp. Kaki 5-12
merupakan saluran bagi 8 bit data masukkan. Kaki 13 (VEE) harus dipasang pada
catu tegangan +5 V. Kaki 14 dihubungkan dengan catu tegangan positif melalui
sebuah hambatan R14, dan kaki 15 ditanahkan melalui sebuah hambatan R15.
Akhirnya, sebuah kapasitor antara kaki 16 dan kaki 13 berfungsi untuk memberi
kompensasi frekuensi bagi piranti ini.

Gambar Alat dan Proses Uji Coba

Gambar 3 Gambar 4
ADC dan Port Printer Rangkaian Uji Coba Alat

Rangkaian ADC dengan DAC 0808


PKMT-1-6-8

Gejala Fisis yang akan diukur


Sebagaimana kita ketahui bahwa kebanyakan gejala fisis yang ada bukanlah
berbentuk sinyal-sinyal listrik. Oleh karena itu agar gejala fisis yang ingin kita
periksa dapat dibaca dengan alat yang telah dibuat maka kita memerlukan
transducer yang mengkonversi sinyal luar menjadi sinyal-sinyal yang sebanding.
Pada saat ini telah banyak beredar berbagai macam transducer sesuai dengan
keperluan yang dapat kita jumpai.
Pada tabel di bawah ini ditunjukkan berbagai macam transducer beserta
fungsinya:

Tabel 4. Macam-macam tranducerdan fungsinya

Parameter listrik dan


Prinsip kerja dan sifat alat Pemakaian Alat
kelas transducer
Transducer Pasif (Daya dari luar)
Tahanan
Alat Potensiometrik Pengaturan posisi kontak geser oleh Tekanan, Pergeseran
sebuah gaya luar yang mengubah
tahanan di dalam sebuah potensiometer
atau rangkaian jembatan
Strain-gage tahanan Tahanan sebuah kawat atau Gaya, Torsi, dan
semikonduktor diubah oleh Pergeseran
perpanjangan atau tekanan karena
tekanan geser yang diberikan dari luar.
Transformator Selisih Tegangan selisih 2 kumparan primer Tekanan,
sebuah trafo diubah dengan pengaturan gaya,
posisi inti magnet oleh sebuah gaya dan Pergeseran
yang diberikan dari luar
Gage arus pusar (eddy Induktansi sebuah kumparan diubah Pergeseran, Ketebalan
current gage) menurut dekatnya sebuah plat arus
pusar.
Gage kerutan magnetik Sifat-sifat magnet diubah oleh tekanan Gaya, Tekanan, dan
(magnetostriction gage) geser (stress) Bunyi
Transducer Pembangkit Sendiri (tanpa Daya Luar)
Tegangan dan Arus
Pengukuran Effek Hall Beda Potensial dibangkitkan pada Fluksmagnetik, Arus
sebuah plat semikonduktor
(Germanium) bila fluks magnet
berinteraksi dengan arus yang
dimasukkan
Kamar Ionisasi Aliran elektron diindusir oleh ionisasi Pencacah partikel,
gas akibat radiasi radioaktif Radiasi
Tabung Pemfotodarap Emisi elektron sekunder akibat radiasi Cahaya dan Radiasi,
(Photomultiplier) yang masuk kekatoda sensitif cahaya. Riley sensitif cahaya.
Piezoeletrik Pembangkit GGL bila bahan-bahan Suara, Getaran,
berkristal tertentu seperti kuartz diberi Percepatan, Perubahan
gaya luar
Termometer tahanan Tahanan kawat logam murni dengan Temperatur, Panas
koefesien tahanan temperatur positif
yang besar nya berubah terhadap
temperatur negatif
Induktansi
Transducer rangkaian Induktansi diri atau induktansi bersama Tekanan, pergeseran
magnetik dari kumparan yang dieksitasi oeh ac
diubah dengan perubahan-perubahan di
PKMT-1-6-9

dalam rangkaian magnetik


Pengukuran resistansi Reluktansi rangkaian magnetik diubah Tekanan, Pergeseran,
dengan mengubah posisi inti besi Getaran, Posisi
sebuah kumparan

Tidak semua transducer di atas dapat bekerja dengan baik pada rangkaian
ADC yang telah dibuat, hanya beberapa transducer saja yang dapat digunakan.
Adapun transducer yang akan digunakan pada saat ini adalah transducer pembaca
suhu dan pembaca intensitas cahaya. Kedua transducer ini sering digunakan pada
berbagai praktikum, disamping tidak sulit menyesuaikan dengan rangkaian ADC
yang telah dibuat.
Kedua transducer ini tidak dapat langsung dihubungkan dengan saluran
masukkan ADC karena sinyal yang dikeluarkan relatif kecil sehingga perlu
dilakukan penguatan sinyal terlebih dahulu baru kemudian dimasukkan ke dalam
saluran masukan ADC. Sebenarnya transducer yang akan digunakan tidak perlu
diperkuat jika rangkaiannya bersatu dengan rangkaian ADC tapi karena rangkaian
transducer tidak bersatu dengan ADC tapi melewati kabel yang cukup panjang
maka kemungkinan akan terjadi pelemahan sinyal yang akan mengakibatkan
kesalahan dalam pembacaan. Proses ini disebut signal conditionning atau
pengkondisian sinyal.

Menghubungkan detector/transducer dengan ADC


Karena ADC dan transducer merupakan rangkaian yang berbeda maka agar
kita dapat melakukan pengambilan data kita harus menghubungkan transducer
dengan ADC melalui salah satu saluran masukan ADC dari 8 saluran masukan
yang disediakan. Tersedianya saluran masukan yang cukup banyak ini
memungkinkan kita untuk mengamati berbagai fenomena yang berbeda dalam
waktu yang hampir bersamaan, atau dengan kata lain kita dapat mengamati dua
buah variabel atau lebih dalam waktu yang hampir bersamaan.

Troubleshooting
Sebelum rangkaian yang sudah jadi kita hubungkan dengan komputer,
terlebih dahulu harus dilakukan troubleshooting (pengecekan
kesalahan/kerusakan). Troubleshooting ini dilakukan dengan cara memberikan
sinyal HIGH (5V)atau sinyal LOW (0V) pada bagian komponen masukan dan
memeriksa bagaimana keluaran yang dihasilkan. Jika keluaran yang dihasilkan
sesuai dengan yang diinginkan maka dikatakan alat bekerja dengan baik. Tetapi
jika keluaran yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang kita inginkan, maka
terdapat beberapa kemungkinan kesalahan :
- ada sambungan yang tidak benar karena kesalahan pada tahap penyambungan
atau penyolderan.
- Terdapat kesalahan dalam pemasangan komponen baik karena terbalik
memasang atau salah memasang komponen.
- Ada komponen yang rusak/aus.
- Kemungkinan lain yang tidak terprediksi.
Untuk mengetahui kesalahan mana yang dialami maka perlu dilakukan
penelusuran tegangan pada komponen-komponen yang memiliki kemungkinan
terbesar mengalami kerusakan. Setelah kesalahan ditemukan maka harus
PKMT-1-6-10

dilakukan perbaikan dan kemudian troubleshooting dilakukan kembali sampai


tidak ada kesalahan satupun sehingga alat dapat dikatakan bekerja dengan baik.

Software driver dan Aplikasi


Untuk mendukung kerja akusisi data dengan komputer digunakan perangkat
lunak pendukung yang harus disediakan, yaitu perangkat lunak aplikasi yang
dibuat dengan DELPHI 5.0. Perangkat lunak ini berfungsi untuk mengakses
alamat port dari terminal printer, mengendalikan input dan output dari komputer
ke perangkat luar, dalam hal ini ADC dan menyimpan data yang diperoleh dalam
memori komputer.
Secara garis besar perangkat lunak ini melakukan kerja sebagaimana gambar di
bawah ini :
Port Data DAC

Port Status komparator Sinyal

Gambar 6. Siatem Kerja Perangkat Lunak Komputer.

Algoritma :
- kirim bit penguji DAC melalui port data (378 h);
- bandingkan data penguji dengan sinyal masukan;
- jika bit penguji > sinyal masukan, maka tahan bit penguji;
- sebaliknya jika bit penguji < sinyal masukan, nol-kan bit penguji;
- ulangi proses di atas sampai bit terakhir (bit 0) untuk diuji.
Dan perangkat lunak aplikasi juga berfungsi untuk melakukan manipulasi
terhadap data yang diperoleh dan memanipulasi tampilan data yang kita peroleh
ke dalam layar monitor.
Listing program lengkap dari program aplikasi dan pengendali dapat dilihat
pada bagian. Sebagai tambahan, software ini dibuat dengan bahasa pemrograman
Delphi versi 5 sedangkan driver-nya dibuat dalam fail yang berekstensi dll
(dynamic link library) dengan tujuan agar bahasa pemrograman yang lain selain
Delphi dapat menggunakan fungsi-fungsi dan prosedur yang ada di dalamnya.

Kalibrasi
Karena data yang diperoleh dari driver berupa angka biner sebesar satu byte
untuk satu data maka harus dilakukan konversi menjadi tegangan terlebih dahulu
kemudian dikonversi lagi menjadi besaran yang sesuai dengan besaran yang kita
ukur.
Agar data yang kita peroleh benar dalam arti sesuai dengan data yang
sebenarnya maka sebelum dilakukan pengukuran terlebih dahulu harus dilakukan
kalibrasi. Kalibrasi ini dilakukan secara hardware dan software.
Yang dimaksud dengan kalibrasi secara hardware adalah menentukan berapa
tegangan referensi yang diberikan kepada IC DAC 0808 kemudian dilakukan
kalibrasi secara software yaitu dengan melakukan perhitungan berapa tegangan
yang dihasilkan dengan rumus :
PKMT-1-6-11

Vreff xbyte _ hasil


Vout =
256

Keterangan :
Vout adalah tegangan yang dihasilkan;
Vreff adalah tegangan referensi yang diberikan pada IC DAC 0808;
Byte_hasil adalah data byte yang dihasilkan.
Selanjutnya adalah mengkonversi besaran tengangan menjadi besaran yang ingin
diukur misalnya suhu, intensitas dan lain-lain. Untuk langkah terakhir ini
kalibrasinya bergantung pada besaran yang akan diukur.

KESIMPULAN
1. Rangkaian DAC untuk ADC dengan menggunakan terminal printer ini dapat
digunakan untuk membaca sinyal analog apa saja asalkan dalam bentuk
tegangan.
2. Alat ini hanya bisa digunakan dalam rentang tegangan 0V 5V DC.

Saran
Jika hendak digunakan untuk membaca sinyal yang berubah-ubah dengan
cepat/fluktuatif, sebaiknya sebelum masuk ke sistem ADC dipasang rangkaian
sample and hold.

DAFTAR PUSTAKA
Cooper, William. 1991. Instrumentasi Elektronika dan Teknik Pengukuran, Edisi
kedua hal. 429-431. Jakarta : Erlangga.
Eka Putro, Afgianto. 2002. Teknik Antarmuka Komputer : Konsep dan Aplikasi,
hal. 113-154. Jakarta : Graha Ilmu.
Martina, Inge. 2001. 36 Jam Belajar Komputer : Delphi 5.0. Jakarta : Elex Media
Komputindo.
Paul Malvino, Albert. 1991. Elektronika Komputer Digital, Edisi Kedua, hal. 334-
353. Jakarta : Erlangga.
Rizkiawan, Rizal. 1996. Tutorial Perancangan Hardware 1 dan 2. Jakarta : Elex
Media Komputindo.
Simanjuntak, Hendri. 2001. Dasar-Dasar Mikroprosesor. Yogyakarta : Kanisius.
Sutrisno. 1986. Elektronika II: Teori dan Penerapannya. Bandung : ITB.
Wisman R, Forinesh. 1989. Discount Interfacing with the IBM Paralel Printer
Port, vol. 57, hal. 561-562. American Journals of Physics.
Wisman R, Forinesh. 1992. Experimental Data Frequency Measurement with a
PC, vol. 60, hal. 570-573. American Journals of Physics.
PKMT-1-7-1

ROBOT SATPAM PLUS PELAYAN (ROBOT S+P)


SEBUAH SISTEM PENGAMAN DAN PELAYANAN DENGAN
PROGRAM YANG MAMPU MEMBANDINGKAN KAPASISTAS
GAMBAR PEMOTRETAN DIGITAL

Rohmadi, Lasimin, Ihsan Hakim


Jurusan Teknik Elektro, Universitas Negeri Semarang, Semarang

ABSTRAK
Sistem keamanan ruangan dengan tingkat keamanan tinggi memerlukan
keandalan dan ketelitian tinggi. Sistem keamanan yang sudah ada masih memiliki
kelemahan yang masih memberi peluang bahaya. Gambaran di atas memun-
culkan kebutuhan sebuah sistem pengawasan sepanjang waktu (real time) yang
dapat mendeteksi keadaan bahaya dari obyek yang diawasi dan mampu
melakukan tindakan penga-manan secara otomatis dengan menyalakan alarm,
memanggil pihak berwenang dan merekam gambar penjahat ketika kejahatan
berlang-sung sebagai barang bukti.
Konsep pendeteksian obyek menggunakan metode pengurangan antara latar
belakang (background) dan latar depan (foreground). Komponen citra yang
dibandingkan adalah intensitas piksel pada titik-titik yang sama dari dua buah
citra yang diambil pada waktu yang berbeda. Hasil perbandingan akan
dibandingkan dengan nilai ambang untuk menentukan apakah dua buah citra
berbeda atau tidak. Jika berbeda maka dapat diasumsikan obyeknya juga berbeda
(berubah). Perbedaan yang diketahui akan dijadikan tolok ukur untuk melakukan
pengamanan berupa pengaktifan alarm, pengiriman laporan singkat lewas SMS,
pemanggilan nomer HP, dan perekaman gambar obyek selama terjadi
perubahan. Sistem akan mengaktifkan pelayanan berupa pemutaran musik,
menghidupkan lampu ketika mengenali nomer HP yang masuk ke sistem.
Dari hasil data yang diperoleh setelah dianalisis secara deskriptif, sistem
menggunakan webcam Logitec QuickCam Messenger 320 x 240 piksel mampu
mendeteksi perubahan pada jarak jangkauan 4,2 meter dengan sudut 450.
Sistem dapat digunakan untuk mengawasi dan mengamankan obyek secara waktu
nyata (real time). Sistem dapat melakukan tindakan pengawasan dan
pengamanan sesuai yang dirancang sebelumnya. Sistem mampu merekam obyek
yang bergerak pada area pengawasan.

Kata Kunci: Citra digital, piksel, handphone dan sistem pengaman.

PENDAHULUAN
Rumah atau ruangan yang ditinggal pemiliknya ketika malam tiba
membutuhkan pengawas yang dapat mengawasi keadaan setiap saat dan dapat
melakukan tindakan pengamanan ketika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan
(bahaya). Sejauh ini manusia yang dilengkapi sistem pengawas dengan sejumlah
CCTV (Closed Circuit Television) dan sistem pendeteksi gerakan Pasive Infra
Red (PIR) menjadi teknologi yang diunggulkan. Sistem demikian sejauh ini masih
PKMT-1-7-2

memiliki kelemahan yang dapat memungkinkan sistem menjadi sebuah sistem tak
berguna ketika terjadi suatu bahaya.
Gambaran di atas memunculkan kebutuhan sebuah sistem pengawasan
sepanjang waktu (real time) yang dapat mendeteksi keadaan bahaya dari obyek
yang diawasi dan mampu melakukan tindakan pengamanan secara otomatis
dengan menyalakan alarm, memanggil pihak berwenang dan merekam gambar
penjahat ketika kejahatan berlangsung sebagai barang bukti.
Penelitian ini diharapkan dapat mewujudkan sebuah sistem pengaman yang
mampu mengawasi sepanjang waktu dan secara otomatis mampu menganalisis
keadaan termasuk bahaya atau tidak dan mampu melakukan tindakan pengamanan
sesuai dengan pengaturan yang ditentukan sebelumnya. Manfaat lain adalah dapat
menjadi salah satu referensi dari disiplin ilmu pengolahan citra.

METODE PENELITIAN
Citra Digital
Sebuah citra digital A(m,n) dideskripsikan dalam sebuah bidang 2D analog
yang diperoleh dari sebuah citra analog A(x,y) pada sebuah bidang 2D kontinyu
dari proses pencuplikan setiap periode yang telah didigitalisasi. Citra kontinyu 2D
A(x,y) dibagi menjadi N baris dan M kolom, dimana pada titik potong keduanya
disebut sebagai piksel.

Kolom
Baris

Nilai =
A(x,y)

Gambar 1. Komponen citra digital.

Pengolahan Citra dan Operasi Pengolahan Citra


Karena berbentuk data numeris, maka citra digital dapat diolah dengan
komputer. Suatu citra digital melalui pengolahan citra digital (digital image
processing) menghasilkan citra digital yang baru, termasuk di dalamnya adalah
perbaikan citra (image restoration) dan peningkatan kualitas citra (image
enhancement). Sedangkan analisis citra digital (digital image analysis)
menghasilkan suatu keputusan atau suatu data (2).
Citra digital direpresentasi-kan dalam sebuah matrik. Operasi pada citra
digital pada dasarnya adalah memanipulasi elemen-elemen matriks. Elemen
matriks yang dimanipulasi dapat berupa elemen tunggal (sebuah piksel),
sekumpulan elemen yang berdekatan, atau keseluruhan elemen matrik. Dari uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa citra digital merupakan data numeris yang dapat
diolah oleh sebuah komputer untuk mendapatkan informasi yang ada padanya.
PKMT-1-7-3

Nilai intensitas u suatu piksel diubah dengan transformasi h menjadi nilai


intensitas baru v:
v = h(u ) u , v [0, L ] ......................................................................... (1)
Contoh operasi titik berdasarkan intensitas adalah operasi pengambangan
(thresholding). Pada operasi pengambangan, nilai intensitas piksel dipetakan ke
salah satu dari dua nilai, a1 atau a2, berdasarkan nilai ambang (threshold) T:
a , f ( x, y ) < T
f ( x, y ) = 1
'
.................................................................. (2)
a 2 , f ( x, y ) T
Jika a1 = 0 dan a2 = 1, maka operasi pengambangan mentransfor-masikan citra
hitam-putih ke citra biner.

Video Digital
Video digital pada dasarnya tersusun atas serangkaian frame. Rangkaian
frame tersebut ditampilkan pada layar dengan kecepatan tertentu, bergantung pada
laju frame yang diberikan. Jika laju frame cukup tinggi, mata manusia tidak dapat
menangkap gambar per frame, melainkan menangkapnya sebagai rangkaian yang
kontinyu.

Gambar 2. Rangkaian frame

Masing-masing frame merupakan image digital. Suatu image digital


direpresentasikan dengan sebuah matriks yang masing-masing elemennya
merepresentasikan nilai intensitas. Karakteristik suatu video digital ditentukan
oleh resolusi (resolution) atau dimensi frame (frame dimention), kedalaman piksel
(pixeldepth), dan laju frame (frame rate).

Representasi Citra
Pada video digital, umumnya data video dipisahkan menjadi kom-ponen-
komponen, baik komponen warna maupun komponen kecerahan. Penyajian
semacam ini disebut komponen video. Pada komponen video, tiap komponen
dipisahkan dengan cara tertentu. Beberapa cara pemisahan komponen tersebut
adalah RGB, YUV dan YIQ (14).

RGB
Data video dapat dipisahkan menjadi komponen-komponen untuk masing-
masing warna, yaitu merah (red), hijau (green) dan biru (blue). Warna tiap piksel
ditentukan oleh kombinasi intensitas dari masing-masing komponen warna.
Sebagai contoh, pada RGB 24 bit, masing-masing komponen warna dinyatakan
PKMT-1-7-4

dalam 8 bit atau 256 level. Warna biru langit, direpresentasikan dengan R=181,
G=189, B=249.

YUV
Pemisahan komponen tidak hanya dilakukan dengan pemisahan warna
namun dapat juga dilakukan dengan memisahkan menurut kom-ponen kecerahan
(illuminate) dan komponen warna (crominance). Pada format PAL, sinyal
kecerahan dinya-takan dengan Y, sedangkan dua sinyal warna dinyatakan dengan
U dan V. Masing-masing komponen tersebut diperoleh dengan mentrans-
formasikan RGB dengan rumus:
Y = 0,299 R + 0,587 G + 0,114 B
U = (B Y) x 0,493
V = (R Y) x 0,877 ................................................................................ (3)

YIQ
Pemisahan sinyal video menjadi komponen kecerahan dan komponen warna
dapat dilakukan juga sesuai dengan format NTSC, komponen kecerahan
dinyatakan dengan Y, dan dua komponen warna dinyatakan dengan I dan Q.
Masing-masing komponen tersebut diperoleh dengan mentransformasikan RGB
dengan rumus:
Y = 0,299R+0,587G+0,114B
I = 0,596R0,275G0,321B
Q = 0,212R0,523G0,311B ................................................................... (4)

Metode Penelitian
Metode penulisan yang digu-nakan metode kepustakaan dan percobaan
laboratorium. Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari materi yang
mendukung dan sesuai dengan yang dibahas, disamping sebagai bahan
perbandingan landasan teori dari software yang dibuat, se-dangkan percobaan
dilaboratorium dilakukan untuk menguji cara kerja sebenarnya dari sistem dan
kemungkinan perbaikan dan perubahan materi.

Desain Eksperimen
Dalam metode eksperimen, pola yang digunakan merupakan pola atau
desain eksperimen the one shot case study (10). Eksperimen the one shot case
study merupakan penelitian model sekali tembak, yaitu perlakuan yang dilakukan
pada suatu kelompok unit percobaan tertentu, dan kemu-dian diadakan analisis.
Desain the one shot case study memiliki pola XO, dengan X adalah perlakuan
atau treatment dan O adalah post test.

Tabel 1. Desain eksperimen the one shot case study

X O
Unit eksperimen yang diubah-ubah lingkungan Pengujian hasil berdasarkan perencanaan
objeknya dan pembuatan alat.

Teknik Pengumpulan Data


Pada penelitian ini untuk mendapatkan data dengan cara mengukur jarak
dan sudut jangkauan yang masih dapat dideteksi oleh sistem. Percobaan dilakukan
PKMT-1-7-5

dengan berbagai cara memasuki daerah pengawasan dan berbagai posisi objek,
sehingga didapatkan tingkat kepekaan sistem untuk merespon objek asing yang
memasuki daerah pengawasan.

Analisis Data
Data yang didapat akan dibandingkan dengan pengawasan visual yang
menggunakan metode pendeteksian gerak dengan pengawasan yang dilakukan
secara manual, perlu dilakukan analisis data. Pada penelitian ini untuk mengetahui
keandalan dari sistem pengawasan apakah mampu bekerja baik, maka digunakan
analisis data deskritif yaitu dengan melakukan interpretasi dari hasil data yang
didapatkan dengan perencanaan awal. Apabila terjadi penyimpangan maka
dilakukan identifikasi dari penyimpangan tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Spesifikasi Hardware
Karena sistem beroperasi dengan operasi-operasi citra yang membutuhkan
kemampuan komputer yang lebih, agar program dapat berjalan dengan lancar,
dibutuhkan spesifikasi peralatan standar yang harus digunakan. Adapun
spesifikasi peralatan minimal yang dibutuhkan untuk menjalankan program ini
adalah:
a. Spesifikasi hardware minimum yang direkomendasikan:
1). CPU Pentium IV 1,8 MHz
2). Monitor SVGA dengan memori
3). Memori SDRAM 256 Mbyte
4). Hardisk 10 Gbyte
5). Kamera, dapat berupa:
(a). Kamera digital (dapat berupa webcam)
(b). Kamera CCTV dan video card capture dan kabel koaksial
6). Port paralel
7). Port serial
b. Spesifikasi software yang diperlukan:
1). Sistem Operasi Win9x
2). Driver kamera yang digunakan
3). Program pengawas dan pendeteksi gerakan
PKMT-1-7-6

Data Perubahan Piksel dan Tanggapan Sistem


Perubahan Piksel
Rekaman Perubahan Piksel dan Status Keadaan
Nilai Ambang

5,00 Keadaan 1
0,9
4,00 0,8
% perubahan pikse

0,7

Nilai Ambang
3,00 0,6
0,5
2,00 0,4
0,3
1,00 0,2
0,1
0,00 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

Waktu (t)

Gambar 3. Grafik hasil rekaman perubahan piksel.

Grafik di atas adalah hasil rekaman perubahan ketika sistem diuji coba mengawasi
sebuah ruangan dengan luas 5 x 7 meter. Kamera yang digunakan adalah Logitech
QuickCam Messenger 320 x 240 piksel.

Hasil Perekaman Gambar


Berikut adalah hasil perekaman gambar yang diambil ketika sistem diuji coba
menggunakan tiga macam kamera.

Menggunakan Kamera Handycam

Gambar 3. Hasil rekaman menggunakan handycam

Menggunakan Kamera CCTV

Gambar 4. Hasil rekaman menggunakan CCT


PKMT-1-7-7

Menggunakan Kamera Webcam

Gambar 5. Hasil rekaman menggunakan webcam.

Gambar-gambar tersebut di atas adalah hasil rekaman ketika sistem diuji coba
untuk mengawasi dan mengamankan sebuah area. Rekaman gambar tersebut
diambil ketika terjadi gerakan.

Jangkauan Webcam

Gambar 6. Daerah yang dapat dijangkau Webcam Logitech QuickCam Messenger

Tampilan Porgram (Software) Sistem

(a) (b) (c)

Gambar 7. Gambar tampilan pada software aplikasi sistem, (a)form utama


program, (b)form pengatura kamera, dan (c)form pengaturan relay output.
PKMT-1-7-8

Pembahasan
Rekaman gambar yang terdapat pada gambar 5 adalah hasil pengambilan
menggunakan kamera webcam Logitech QuickCam Messenger 320 x 240 piksel.
Gambar diambil pada jarak 7,5 meter dapat memantau pada jarak terjauh daerah
selebar 4,2 meter.
Kecepatan pengambilan gambar dan analisis keadaan yang dapat dilakukan
oleh sistem untuk menentukan keadaan dan mengamankan obyek dapat dihitung
sebagai berikut:
Kecepatan pengambilan gambar: 30 frame/detik
1
Analisis per frame = detik/frame
30
= 33,33 milidetik/frame
kecepatan pengiriman laporan pesan singkat Nokia 5110 = 3 7 detik
pengaktifan alarm dan peralatan lain < 1detik
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa untuk mengambil gambar,
menganalisis keadaan dan melaporkan keadaan ketika terjadi bahaya dapat
dilakukan oleh sistem paling cepat:
Waktu = (pengambilan frame + analisis) + pengiriman laporan + pengaktifan
alarm
= 33,33 milidetik + 3 detik + 1 detik
= 4 detik 33,33 milidetik
Dari hasil rekaman ketika pengujian sistem diketahui bahwa dalam satu
detik sistem mampu merekam gambar sebanyak 13 frame/detik.
Hasil sampling tiap detik rekaman perubahan piksel dan prosentase
perubahan piksel yang memperlihatkan terjadinya bahaya dapat dilihat gambar 3.
Data menunjukkan sistem akan menghitung secara periodik perubahan piksel dari
citra yang diambil kamera. Hasil perhitungan perubahan piksel akan dibandingkan
dengan nilai ambang yang telah ditetapkan sebelumnya. Ketika presentase
perubahan piksel melebihi nilai ambang, sistem akan mengkategorikan keadaan
bahaya. Sebaliknya jika presentase perubahan piksel kurang dari atau sama
dengan nilai ambang, maka keadaan dikategorikan aman. Lebih jelas dapat dilihat
pada contoh perhitungan dibawah ini:

Pada detik ke-1:


Jumlah perubahan piksel= 27 titik
Total sampling piksel= 3072 titik
640
Didapat dari: citra disampling ke arah kolom = = 64
10
480
Citra disampling ke arah baris = = 48
10
Sehingga total sampling = 64 x 48 = 3072 titik
27 titik
%= x100 = 0,88%
3072 titik
Nilai ambang (Threshold) ditentukan = 0,03 (berarti 0,03 x 3072 titik = 92 titik)
PKMT-1-7-9

Keadaan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu: keadaan bahaya jika


perubahan piksel > Nilai ambang, dan keadaan aman jika perubahan piksel
Nilai ambang.
Pada gambar 3 data 1: (1) Perubahan piksel = 27 titik, (2) Nilai ambang = 90
titik. Sehingga keadaan aman, data 34: (1) Perubahan piksel =139 titik (2) Nilai
ambang = 90 titik, sehingga keadaan bahaya.

KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan, maka penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa: (1)Metode perbandingan dua buah citra dengan
membandingkan antara prosentase perbedaan piksel di antara keduanya dapat
digunakan untuk membedakan keadaan dan menentukan suatu obyek berbeda dari
sebelumnya. (2) Metode di atas dapat dimanfaatkan untuk menentukan suatu
ruangan berbeda dari sebelumnya atau tidak, sehingga dapat menentukan keadaan
bahaya atau tidak. Saran dari penelitian ini adalah: (1) Sistem mampu merespon
keadaan bahaya dengan menyalakan alarm, merekam gambar, dan mengirim
laporan pesan singkat dan menghubungi nomer pemilik ketika terjadi bahaya pada
area penga-wasan. (2) Sistem yang telah dibuat dapat dijadikan sebagai alternatif
pengawas dan pengaman ruangan otomatis menggantikan peran manusia.

DAFTAR PUSTAKA
Arief Ramadhan. 2004. Seri Penuntun Praktis Microsoft Visual Basic 6.0. Jakarta:
Elex Media Komputindo.
Balza Achmad dan Kartika Firdausy. 2005. Teknik Pengolahan Citra Digital
Menggunakan Delphi. Yogyakarta: Ardhi Publishing.
Digital Image Definitions. Sumber: http://www.ph.tn.tudelft.nl/Courses/
FIP/frames/fip--2.html. tanggal download:12 Oktober 2005. jam: 9:19:54
WIB.
Dwi Budicahyanto. 2004. Membangun Aplikasi Handphone dengan MobileFBUS
dan Visual Basic. Yogyakarta:Andi.
Dwi Sutadi. 2003. I/O Bus dan Motherboard. Yogyakarta: Andi.
Interfacing to the IBM-PC Parallel Printer Port. Sumber:
http://www.doc.ic.ac.uk/~ih/doc/par/. Tanggal download: 01 September
2005, 10:56:44 WIB.
Parallel port Interfacing Tutorial. Sumber: http://www.logix4u.net/
parallelport1.htm. Tanggal download: 01 September 2005, 10:30:04 WIB.
Retna Prasetia dan Catur Edi Widodo. 2004. Teori dan Praktik Interfacing Port
Paralel dan Port Serial Komputer dengan Visual Basic 6.0. Yogyakarta:
Andi.
Ridwan Sanjaya. 2005. Membuat Menu Cantik untuk Aplikasi Visual Basic 6.0.
Yogyakarta: Andi.
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sumber: http://www.arcelect.com/rs232.htm. Tanggal: Kamis 31 Maret 2005. Jam
17:09:43 WIB.
PKMT-1-7-10

Sumber: www_elektronika_lt-_sys-storage-2004-05-06-nokia5110_gif.htm.
tanggal download: 16 Agustus 2005 Jam 15:23:00 WIB
Widodo Budiharto. 2004. Interfacing Komputer dan Mikrokontroler. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Yosi Yonata. 2002. Kompresi Video: Pemampatan Data Video untuk Aplikasi
Videophone dan Multimedia Over IP. Jakarta: Elex Media Komputindo.
PKMT-1-8-1

TEKNOLOGI INOVASI PEMBUATAN VAKSIN DALAM SEDIAAN GEL


GUNA MENCEGAK KOKSIDIOSIS PADA PETERNAKAN
AYAM RAKYAT

Agung Wahyono, Ali Maftuh, Rambat Santoso, Riana Eriska H, Galuh Ratnawati
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ABSTRAK

Kata kunci:
PKMT-1-9-1

PEMBUATAN ELEKTROKARDIOGRAF UNTUK IDENTIFIKASI


KELAINAN JANTUNG DENGAN METODE JARINGAN SARAF TIRUAN

I Gusti Putu Arnama Sudarma, Agus Prianto, Bambang Maliawan


Institut Teknologi 10 Nopember, Surabaya

ABSTRAK

Kata kunci:
PKMT-1-10-1

PEMBUATAN SOFTWARE TATA CARA PEMBAGIAN


HARTA WARIS DALAM ISLAM (ILMU FARAID)
Harnan Malik Abdullah, Khoirun Sabiq, Handri Dwi Cahyo Pambudi
Jurusan Teknik Elektro, Universitas Brawijaya, Malang

ABSTRAK
Perhitungan harta waris saat ini dilakukan dengan manual dan hanya orang-
orang tertentu saja yaitu orang-orang yang benar-benar menguasai ilmu faraid
saja yang bisa melakukan perhitungannya. Dalam penerapan teknologi kali ini
ditawarkan sebuah perangkat lunak yang dapat mempermudah orang dalam
penghitungan harta waris, dalam software ini dilengkapi juga teori dari
pembagian harta waris menurut ajaran islam sehingga mempercepat orang
dalam menguasai ilmu faraid. Pembuatan software perhitungan harta waris ini
dengan macromedia flashmx 2004 . Software perhitungan harta waris ini dikemas
dalam bentuk CD dilengkapi dengan petunjuk penggunaannya sehingga
mempermudah bagi pengguna.

Kata Kunci: Harta Waris , Ilmu Faraidl, Software

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Faraidh adalah jamak faridlah yang diartikan oleh Ulama Faradliun
semakna dengan mafrudlah, yakni bagian yang telah dipastikan kadarnya.
Faraid dalam istilah mawarris dikhususkan untuk suatu bagian ahli waris yang
telah ditentukan besar kecilnya oleh syara.
Bagi setiap pribadi muslim adalah merupakan sebuah kewajiban baginya
untuk melaksanakan kaidah-kaidah hukum Islam yang telah mempunyai dalil
yang jelas (sharih). Begitupun tentang masalah Faraid, Al-Quran dan Al-Hadist
telah menerangkan dengan jelas mengenai kewajiban untuk melaksanakannya.
Adapun dasar-dasar hukum yang dapat ditemukan dalam Al-Quran Surat
AnNisa Ayat 13 14 yang artinya : Barangsiapa taat kepada Allah dan
Rasulnya, niscaya Allah akan memasukkan ke dalam surga yang mengalir di
dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah
kemenangan yang besar.Dan barangsiapa mrndurhakai Allah dan Rasulnya dan
melanggar ketentuannya, niscaya Allah memasukannya ke dalam neraka, sedang
ia kekal di dalamnya danbaginya siksa yang mengerikan
Masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur'an yang berkenaan dengan masalah
faraidl baik yang secara langsung membahas atau tidak. Seperti menyangkut
tanggung jawab orang tua dan anak ditemui dalam surat 2 ayat 233, menyangkut
harta pusaka dan pewarisnya dalam surat 4 ayat 33, surat 8 ayat 75, surat 33 ayat
6, menyangkut aturan pembagian harta warus surat 4 ayat 7 14, 34, dan ayat
176.
PKMT-1-10-2

Sedangkan dalam Al-Hadist kita dapat menemukan yang diriwayatkan oleh


Muslim dan Abu Dawud: Bagilah harta pusaka antara ahli-ahli waris menurut
Kitabullah. Dalam riwayat lain yaitu Ahmad, NasaI dan Dar Qathny :
Pelajarilah Al-Quran dan ajarkan kepada orang-orang dan pelajarilah Faraidh
dan ajarkan kepad orang lain. Sesungguhnya aku adalah orang yang bakal
dicabut nyawanya, sesungguhnya ilmu itupun akan tercabut pula. Hampir saja
dua orang bertengkar karena pembagian harta warisan. Kemudian keduanya
tidak menndapatkan orang yang akan memberi keputusan kepada mereka.
Dari nash-nash tersebut maka jelaslah bahwasanya kewajiban setiap pribadi
muslim adalah mempelajari sekaligus melaksanakan ajaran-ajaran agama, dalam
hal ini adalah belajar mengenai ilmu waris.
Akan tetapi muncul beberapa masalah, dikarenakan banyak orang
menganggap ilmu waris tersebut sulit dan membutuhkan proses yang lama.
Sedangkan untuk mencari yang ahli dalam bidang waris inipun tidak setiap orang
bisa menguasainya. Oleh karena itu muncul sebuah pemikiran untuk
mempermudah orang dalam menggunakan / menerapkan kaidah ilmu waris ini
dalam sebuah bentuk pemograman komputer. Dengan harapan masalah-masalah
yang muncul karena ketidaktahuan / ketidakbisaan dalam mempelajari ilmu
faraidh dapat diselesaikan. Selain itu dengan adanya sebuah program komputer
tentang ilmu waris diharapkan proses pembagian harta waris ini dapat
diselesaikan dengan tepat dan cepat.
Pemograman ilmu Faraid yang kita gunakan dalam hal ini adalah
menggunakan pemograman Macromedia Flash MX. Macromedia Flash MX
adalah program aplikasi untuk membuat animasi dan interaksi. Output dari
program ini ada beberapa macam yang salah satunya dapat dieksekusi secara
langsung.
Salah satu fasilitas yang ditawarkan program Macromedia Flash MX adalah
ActionScript, yaitu skript untuk memerintahkan movie menjalankan aktivitas
tertentu. Hanya dengan menuliskan kode-kode, kita dapat menggerakkan objek-
objek di dalam movie, melakukan penghitungan matematika, membuat interaksi,
dan yang lainnya.
Dari latar belakang tersebut diatas dapat diperoleh suatu rumusan
permasalahan yaitu bagaimana membuat software tentang teori dan pembagian
harta waris yang menarik, mudah dipelajari dan mudah dioperasikan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat software (perangkat lunak)
tentang tata cara pembagian dan perhitungan praktis harta waris dalam Islam
(Ilmu Faraid)
Program untuk menghitung faraid ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Memudahkan untuk menghitung faraid bagi instansi-instansi yang
berhubungan dengan hukum keluarga.
2. Memasyarakatkan faraid , artinya dengan adanya program ini memungkinkan
setiap orang untuk bisa menggunakan dengan cepat.

METODE PENELITIAN
1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian dilakukan mulai April 2005 April 2006, studi literature
dilakukan di Perpustakaan Universitas Brawijaya dan Lembaga Tinggi Pesantren
PKMT-1-10-3

Luhur Malang Jl Sumbersari 88 Malang. Sedangkan perancangan program


dilakukan di Laboratorium Elektronika Teknik Elektro Universitas Brawijaya

2 Tahapan Pelaksanaan
Tahap-tahap penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Studi literatur,
Dari studi literatur ini diperoleh dasar-dasar hukum dan penjelasan
mengenai Pembagian Harta Waris (Ilmu Faraid). Kemudian dibuat materi
praktis Ilmu Faraid. Materi tersebut dijadikan sebagai acuan untuk
pembuatan Program.
2. Perancangan Desain Program
Pembuatan desain program dilakukan dengan menggunakan Flash MX
mengacu pada tahapan pembagian harta waris.
Langkah-langkah dalam perancangan desain program yaitu:
a. Pembuatan desain awal beserta penentuan menu-menu yang akan
ditampilkan.
b. Pembuatan tampilan pengetahuan praktis tentang tata cara pembagian
harta waris dalam Islam
c. Pembuatan menu bantuan untuk memberikan petunjuk penggunaan
program.
3. Penulisan Action Script untuk Program Perhitungan Pembagian Harta Waris
Penulisan program dilakukan dengan menggunakan Flash MX mengacu
pada tahapan pembagian harta waris. Garis besar isi program adalah
pengetahuan tentang ilmu Faraid secara praktis serta menu khusus dimana
pengguna dapat melakukan perhitungan pembagian harta waris dengan
hanya memasukkan data jumlah peninggalan harta waris serta ahli waris
yang ada.
4. Sinkronisasi dengan Materi Ilmu Faraid
Sinkronisasi dilakukan dengan pemeriksaan kembali materi Ilmu faraid
yang telah dibuat serta pemeriksaan Action Script untuk menu perhitungan
yang disesuaikan dengan literatur Ilmu Faraidl. Kemudian dilanjutkan
dengan pengambilan studi kasus dari literatur yang sudah ada kemudian
diujikan pada program yang telah dibuat.
5. Mengkopi Program Jadi kedalam CD
Hasil akhir dari program ini selanjutnya dikopi kedalam bentuk CD agar
praktis.

3 Instrumen Pelaksanaan
Instrumen yang digunakan dalam penetian ini antara lain satu unit komputer
dengan didukung software macromedia flash mx 2004 sebagai software utama
dan software pembantu seperti Photoshop, flash disk untuk menyimpan data serta
CD untuk hasil akhir dari program Ilmu Faraid

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Materi Praktis Ilmu Faraid
Waris menurut bahasa berarti berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada
orang lain atau dari sekelompok orang kepada orang lain. Sedangkan pengertian
PKMT-1-10-4

waris menurut istilah fiqih adalah berpindahnya hak milik dari orang yang
meninggal kepada ahli waris yang masih hidup. Sedangkan harta waris adalah
sesuatu yang ditinggalkan oleh seseorang yang meninggal berupa harta benda
hak-haknya atau yang bukan bersifat kebendaan. Menurut istilah sebagain besar
ulama harta warisan disebut tirkah.
Sebelum harta warisan itu dibagikan kepada ahli warisnya ada beberapa hal
yang harus diselesaikan berkenaan dengan pewaris, yakni meliputi :
1. biaya perawatan jenazah
2. hutang pewaris
3. wasiat pewaris
4. hibah pewaris
Biaya perawatan jenazah, membayar hutang dan wasiat harus dipenuhi
terlabih dahulu. Kemudian harta pusaka dibagikan kepada ahli waris yang berhak.
Ahli waris yang memungkinkan untuk mendapatkan harta pusaka ada 25
orang, lima belas orang dari pihak laki-laki dan sepuluh orang dari pihak
perempuan.
a. Pihak laki-laki
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki pancar laki-laki
3. Ayah
4. Kakek
5. Saudara kandung
6. Saudara seayah
7. Saudara seibu
8. Anak laki-laki dari saudara kandung
9. Anak laki-laki dari saudara seayah
10. Saudara ayah (paman) kandung
11. Paman seayah
12. Anak laki-laki paman kandung
13. Anak laki-laki paman seayah
14. Suami
15. laki-laki yang memerdekakan mayat
b. Pihak perempuan
1. Anak perempuan
2. Cucu perempuan pancar laki-laki
3. Ibu
4. Ibu dari Ibu
5. Ibu dari Ayah
6. Saudari sekandung
7. Saudari seayah
8. Saudari seibu
9. isteri
10. Perempuan yang memerdekakan mayat
Setiap ahli waris akan menerima bagian masing-masing sesuai dengan
ketentuan. Beberapa ahli waris menerima bagian pokok, yaitu bagian-bagian yang
telah ditentukan (furudlul muqaddarah) dan beberapa menerima sisa pembagian
setelah ahli waris yang menerima bagian poko memperoleh bagiannya. Bagian-
bagian yang telah ditentukam tersebut adalah 2/3 , 1/3 ,1/6 ,1/2 ,1/4 ,dan 1/8.
PKMT-1-10-5

Pembagian harta pusaka untuk masing-masing ahli waris dan hijab serta
mahjubnya adalah sebagai berikut :
1. Suami
a. Memperoleh bagian dari tirkah, jika isteri tidak meninggalkan anak /
cucu.
b. Mendapat bagian dari tirkah, jika suami meninggalkan anak / cucu.
c. Isteri tidak menghijab ataupun terhijab semua ahli waris.
2. Isteri
a. Mendapat bagian dari tirkah, jika suami tidak meninggalkan anak /
cucu.
b. Mendapat 1/8 bagian dari tirkah, jika suami meninggalkan anak / cucu.
c. Isteri tidak menghijab atau terhijab ahli waris manapun
3. Anak perempuan.
a. Jika tidak ada anak laki-laki,
1. mendapat bagian dari tirkah, jika sendiri,
2. mendapat 2/3 bagian dari tirkah, jika lebih dari dua
b. Jika ada anak laki-laki, maka seorang anak perempuan memperoleh
setengah bagian dari bagian seorang anak laki-laki.
c. Anak perempuan tidak terhijab oleh ahli waris manapun
d. Anak perempuan menghijab nuqsan ibu, suami dan isteri dan menghijab
hirman saudara dan saudari seibu dan cucu perempuan pancar laki-laki
(kecuali jika ada muaashibnya (cucu laki-laki pancar laki-laki) sebagai
ahli waris yang menjadikannya ashabah bil ghair)
4. Anak laki-laki
a. Jika sendiri dan tidak ada ahli waris lain maka mewarisi senua harta
pusaka.
b. Jika ada ahli waris lain, maka memperoleh sisa (menjadi ashabah).
c. Jika ada perempuan dan ahli waris lain, maka anak laki-laki dan anak
perempuan memperoleh sisa dengan ketentuan bagian seorang anak laki-
laki dua kali bagian seorang anak perempuan.
d. Anak laki-laki tidak terhijab oleh siapapun.
e. Anak laki-laki menghijab hirman semua ahli waris selain anak
perempuan, ibu,ayah, suami dan isteri yang terhijab nuqsan
5. Cucu perempuan pancar laki-laki
a. Jika tidak ada cucu laki-laki,
1. jika tidak ada anak perempuan,
i) memperoleh bagian dari tirkah, jika sendiri,
ii) memperoleh 2/3 bagian dari tirkah, jika lebih dari dua.
2. jika ada seorang anak perempuan, maka memperoleh 1/6 bagian dari
tirkah.
b. Jika bersama dengan cucu laki-laki, maka menjadi ashabah dengan
ketentuan bagian seorang cucu perempuan setengah dari bagian seorang
cucu laki-laki .
c. Cucu perempuan terhijab oleh :
1. dua orang cucu perempuan selama tidak bersama muashibnya,
2. dua orang cucu perempuan yang lebih tinggi derajatnya,
3. faru waris laki-laki yang lebih tinggi derajatnya.
d. Cucu perempuan dapat menghijab saudara dan saudari seibu si mati.
PKMT-1-10-6

6. Cucu laki-laki pancar laki-laki


a. Jika tidak ada anak dan ahli waris lain, maka mewarisi seluruh harta dan
jika ada ashabul furudl, maka menerima sisa pembagian.
b. Jika mewarisi bersama cucu perempuan, maka harta warisan ataupun sisa
pembagian dibagi dengan cucu perempuan dengan ketentuan bagian
seorang cucu laki-laki dua kali bagian seorang cucu perempuan
c. Cucu laki-laki terhijab oleh setiap faru waris laki-laki yang lebih tinggi
derajatnya.
d. Cucu laki-laki menghijab hirman semua ahli waris selain anak laki-laki
dan anak perempuan serta ibu, ayah , suami yang terhijab nuqsan.
7. Ibu
a. Memperoleh 1/6 bagian dari tirkah,jika ada faru waris dan saudara-
saudara
b. Memperoleh 1/3 bagian dari tirkah, jika tidak ada faru waris maupun
saudara-saudara
c. Memperoleh 1/3 dari sisa, jika ahli waris terdiri dari suami/isteri, ayah dan
ibu
d. Ibu tidak terhijab hirman, tetapi dapat tehijab nuqsan oleh faru wartis dan
saudara-saudara.
e. Ibu menghijab nenek.
8. Nenek shahihah
a. Memperoleh 1/6 bagian dari tirkah, jika tidak ada ibu.
b. Nenek terhijab hirman oleh :
1. ibu, baik nenek dari jurusan ibu ataupun dari jurusan ayah
2. ayah, menghijab hirman nenek dari jurusan ayah,
3. kakek shahih yang lebih dekat dapat menghijab hirman nenek dari
ayah,
4. nenek yang lebih dekat.
c. Nenek tidak menghijab siapapun.
9. Ayah
a. Memperoleh 1/6 bagian dari tirkah, jika ada faru waris laki-laki.
b. Memperoleh 1/6 bagian dari tirkah dan sisa pembagian, jika ada faru
waris perempuan
c. menjadi ushubah, jika tidak ada faru waris.
d. ayah tidak terhijab oleh siapapun.
e. ayah menghijab semua ahli waris kecuali anak, cucu, ibu, suami, isteri dan
nenek dari jurusan ibu.
10. kakek shahih
a. Jika tidak ada ayah dan tidak ada saudara-saudara, maka menggantikan
tempat ayah
b. Jika ada saudara-saudara
1. jika tidak ada dzawil furudl, maka kakek memilih diantara dua bagian
yang lebih besar, yaitu muqassamah atau memperoleh sepertiga dari
tirkah
2. jika ada dzawil furudl, maka kakek memilih diantara tiga bagian, yaitu
muqassamah, memperoleh 1/6 dari sisa pembagian atau memperoleh
1
/6 dari tirkah.
c. kakek terhijab oleh ayah dan kakek yang lebih dekat.
PKMT-1-10-7

d. Kakek menghijab saudara dan saudari seibu dan semua ashabah selain
anak laki-laki, cucu laki-laki, ayah dan saudara-saudara baik kandung
maupun seayah.
11. Saudari sekandung
a. Jika tidak ada saudara kandung
1.jika tidak ada anak perempuan atau cucu perempuan
i) memperoleh bagian dari tirkah, jika tunggal,
ii) memperoleh 2/3 bagian, jika lebih dari dua,
2.jika ada anak perempuan atau cucu perempuan, maka menjadi ashabah
maal ghair.
b. Jika ada saudara kandung, maka menjadi ashabah bil ghair.
c. saudari perempuan terhijab oleh anak laki-laki, cucu laki-laki dan ayah
d. Saudari kandung dapat menghijab,
1. jika lebih dari dua dapat menghijab saudari seayah selama tidak ada
saudara seayah yang menjadi muashibnya
2. anak laki-laki saudara kandung
3. anak laki-laki saudara seayah
4. paman kandung
5. paman seayah
6. anak paman kandung
7. anak paman seayah
12. saudari seayah
a. jika tidak ada saudara seayah
1.jika tidak ada saudari sekandung
i) memperoleh dari bagian tirkah, jika sendiri
ii) memperoleh 2/3 bagian dari tirkah, jika lebih dari dua
2.jika ada seorang saudari kandung, maka memperoleh 1/6 bagian dari
tirkah
3.jika ada anak perempuan atau cucu perempuan, maka menjadi ashabah
maal ghair.
b. Jika ada saudara seayah, maka bersama saudara seayah menjadi ashsbah.
c. Saudari seayah terhijab oleh :
1. anak laki-laki
2. cucu laki-laki
3. ayah
4. saudara kandung
5. saudari kandung, yang menjadi ashabah maal ghair
6. dua saudari kandung, selama tidak bersama saudari seayah yang
menjadi muashibnya
d. Saudari seayah dapat menghijah,
1. anak laki-laki saudara kandung
2. anak laki-laki saudara seayah
3. paman kandung
4. paman seayah
5. anak paman kandung
6. anak paman seayah
13. saudara dan saudari seibu
PKMT-1-10-8

a. Memperoleh 1/6 bagian dari tirkah jika tunggal, baik laki-laki maupun
perempuan dan 1/3 jika lebih dari dua (jika tidak terkalalah / tidak ada
anak maupun leluhur).
b. Jika ada saudara kandung dan bagian telah habis, maka bagian saudara
dan saudari seibu dibagi dengan saudara kandung.
c. Saudara dan saudari seibu terhijab oleh anak, cucu, ayah dan kakek.
d. Saudara dan saudari seibu tidak menghijab ahli waris manapun
14. Saudara kandung
a. Jika ada kakek, maka bagian seperti yang ada pada bagian kakek
b. jika tidak ada ahli waris lain, maka menjadi ashabah.
c. ika ada saudari kandung, maka bersama saudari kandung menjadi
ashabah,
d. ika ada saudara dan saudari seibu dan tidak ada sisa, maka
menggabungkan diri dengan saudara/saudari seibu untuk memperoleh 1/3
bagian.
e. Saudara kandung terhijab oleh, anak laki-laki, cucu laki-laki dan ayah.
f. Saudara Kandung menghijab,
1. saudara dan saudari seayah
2. anak laki-laki saudara kandung
3. anak laki-laki saudara seayah
4. paman kandung
5. paman seayah
6. anak paman kandung
7. anak paman seayah
15. Saudara seayah
a. Cara pusaka saudara seayah ialah dengan ushubah, sebagaimana cara
pusaka saudara kandung. Tetapi jika tidak ada sisa pembagian harta
pusaka, saudara seayah tidak dapat menggabungkan diri kepada saudara
seibu dalam mendapatkan 1/3 bagian, karena tidak mempunyai garis yang
sama dalam mempertemukan nashabnya kepada ibu.
b. Saudara seayah terhijab oleh, anak laki-laki, cucu laki-laki dan ayah serta
saudara kandung.
c. Saudara seayah menghijab,
1. anak laki-laki saudara kandung
2. anak laki-laki saudara seayah
3. paman kandung
4. paman seayah
5. anak paman kandung
6. anak paman seayah
16. Anak laki-laki saudara kandung atau seayah, paman-paman dan anak-anak
laki-laki paman
Mereka tergolong ahli waris ashabah yang utama setelah anak laki-laki,
cucu laki-laki pancar laki-laki betapa jauh menurunnya, ayah, kakek betapa tinggi
mendakinya, saudara-saudara kandung maupun seayah. Bila mereka berkumpul
dalam jihat yang sama, maka yang harus didahulukan ialah mereka yang
hubungan kekerabatannya lebih dekat dengan simati.
Bagian-bagian tersebut diatas merupakan ketentuan al-Quran, Hadits dan
Qiyas serta Ijma. Terdapat beberapa perbedaan pendapat diantara ulama
PKMT-1-10-9

mengenai bagian-bagian beberapa ahli waris, diantaranya bagian ibu, kakek dan
saudara-saudara. Tetapi pada bahasan ini hanya satu pendapat yang dipakai,
misalnya pada perbedaan mengenai bagian ibu, jika ahli waris terdiri dari ayah,
ibu dan suami atau isteri, maka pendapat mengenai bagian ibu yang dipakai
adalah ibu memperoleh 1/3 sisa pembagian

Pembahasan Software
Pada software Ilmu faraid ini, ada beberapa program pendukung yang
digunakan dalam proses pembuatannya. Program pendukung tersebut digunakan
untuk membuat tampilan dari program ini lebih menarik. Program-program
pendukung yang digunakan antara lain : Adobe Photoshop, 7.0 Corel Draw 11,
Microsoft Paint.
Software ilmu faraid ini terdiri dari beberapa file, yaitu :
1. Software Faraid.exe file ini merupakan file utama yang berfungsi file-
file yang lain.
2. ahli_waris.swf file ini berisi tentang ahli waris yang berhak mendapat
warisan.
3. ashabul-furud. swf file ini berisi tentang aturan dalam pembagian harta
waris.
4. Ashobah.swf file ini berisi penjelasan tentang Ashobah.
5. Dalil.swf file ini berisi tentang dalil-dalil yang menjadi landasan
pembagian harta waris.
6. Diagram.swf file ini berisi diagram praktis ahli waris.
7. Hijab.swf file ini berisi tentang materi hijab
8. Bantuan.swf file ini berisi menu petunjuk pengoperasian program.

Cara Kerja Program Ilmu Faraidl


Program ini dapat digunakan pada personal komputer yang telah diinstal
Microsoft Windows semua versi. Untuk menjalankan program ini cukup klik dua
kali pada file Software Faraidl.exe dan program langsung dapat digunakan.
Penjelasan menu-menu yang ada dalam tampilan program.
1. Tentang Faraidl
Dengan meng-klik tombol ini kita bisa masuk pada tampilan penjelasan
umum tentang ilmu faraidl.
2. Dalil dalil
Berisi tentang dalil-dalil yang menjadi landasan ilmu faraidl.
3. Ahli Waris
Pada menu ini berisi tentang 15 ahli waris dari pihak laki-laki dan 10 ahli
waris dari pihak perempuan.
4. Hijab
Berisi tentang pengertian hijab, macam-macam hijab, penjelasan hijab
serta ahli waris yang menghijab atau terhijab.
5. Ashobah
Berisi tentang pengertian Asobah, penjelasan ashobah serta ahli waris
yang berhak mendapatkan ashobah.
6. Diagram Waris
Berisi tentang diagram praktis ahli waris.
7. Perhitungan
PKMT-1-10-10

Berisi tentang tata cara perhitungan ahli waris. Dalam menu ini kita harus
melengkapi data-data yang dibutuhkan dalam proses perhitungan yaitu : Nama
almarhum, No KTP, jenis kelamin, jumlah harta, jumlah wasiat, jumlah hutang,
serta para ahli waris baik pihak laki-laki maupun pihak perempuan.

8. Bantuan
Dalam menu ini berisi tentang petunjuk penggunaan software ilmu faraidl.

KESIMPULAN
Dari perencanaan, pembuatan, dan hasil pengujian software tata cara
pembagian harta waris ini dapat disimpulkan :
1. Dengan menggunakan program Ilmu Faraid ini perhitungan pembagian harta
waris dapat dilakukan dengan cepat dan mudah.
2. Software ini dapat digunakan untuk belajar ilmu faraid dengan praktis

DAFTAR PUSTAKA
Chandra. 2004. 7 Jam Belajar Flash Mx 2004 untuk Orang Awam. Palembang:
Maxikom.
Hamzah, Amir; Rachmad Budiono dan Sri Indah Sruhartati.1996. Hukum
Kewarisan Dalam Kompilasi Hukum Islam. Malang: Penerbit IKIP Malang
Jhonsen.2004. Buku Latihan Membuat Berbagai Efek dengan Flash MX . Jakarta:
Elex Media Komputindo.
Muhammad Ali As-Shabuni.1988. Hukum Waris dalam Syariat Islam. Bandung:
Diponegoro.
Suhrawardi K.Lubis dan Komis Simanjuntak.2001. Hukum Waris Islam. Jakarta:
Sinar Grafika.
Syarif, Arif Maulana.2003.Bedah Action Script : Menguasai Penulisan Skrip
Macromedia Flash MX. Jakarta : Elex Media Komputindo.
PKMT-1-11-1

ALAT PEMBATAS LAJU SEPEDA MOTOR

Dwi Hendro Kusumo, Jenny Ermanto, Sunah Mufida


Jurusan Fisika, Universitas Surabaya, Surabaya

ABSTRAK
Tingkat kecelakaan lalu lintas yang terjadi saat ini sangat tinggi terutama di
kota-kota besar. Hal ini disebabkan semakin meningkatnya jumlah pengguna
jalan, terutama pengendara sepeda motor. Kebut-kebutan, selain memperbesar
resiko kecelakaan juga mempercepat kerusakan mesin sepeda motor. Pembatas
Laju Sepeda Motor berfungsi untuk mengendalikan laju kendaraan agar tidak
pernah melebihi batas yang telah ditentukan. Alat ini bertumpu pada sensor
kecepatan yang diletakkan di dekat gear bagian depan. Relay pada rangkaian
utama berfungsi mematikan sistem pengapian di bawah kendali SCR dan sensor
kecepatan. Dalam pengujian, mesin mati selama + 2 detik saat melaju melebihi
40 km/jam, dan hidup kembali bila melaju dibawah 40 km/jam, tanpa harus
distart ulang. Pada alat ini ditambahkan juga rangkaian yang berfungsi sebagai
kunci rahasia. Sebelum menekan tombol rahasia, sistem pengapian tidak akan
berfungsi. Meski demikian alat ini tidak merusak sistem kelistrikan sepeda motor
dan dapat di-off-kan (dinon-aktifkan) sehingga sepeda motor dapat berfungsi
seperti sedia kala.
Kata Kunci: Relay, SCR, sensor kecepatan

PENDAHULUAN
Saat ini tingkat kecelakaan lalu lintas sangat tinggi, yang disebabkan
semakin meningkatnya jumlah pengguna jalan, terutama sepeda motor. Perilaku
pengguna jalan yang kurang tertib pun semakin menambah banyak jumlah
kecelakaan. Salah satu dari perilaku tersebut adalah aksi kebut-kebutan yang dapat
memperbesar resiko kecelakaan dan mempercepat kerusakan kendaraan. Ini
sering dilakukan oleh remaja. Oleh karena itu alangkah baiknya jika pada sepeda
motor ditambahkan alat yang mampu membatasi laju kendaraan untuk
memperkecil resiko tersebut di atas.
Dengan latar belakang tersebut, diperlukan pembuatan seperangkat alat yang
mampu mendeteksi kecepatan kendaraan dan menurunkan laju sepeda motor pada
saat kecepatan yang terdeteksi telah mencapai batas maksimal tertentu yang telah
ditentukan.
Perangkat yang dibuat harus mampu menghentikan kinerja mesin sepeda
motor saat kecepatannya mencapai batas maksimal yang ditentukan, dan
menghidupkannya kembali tanpa harus men-start ulang saat kecepatan sepeda
motor di bawah batas. Penambahan rangkaian yang berfungsi sebagai kunci
rahasia juga perlu ditambahkan, untuk mengantisipasi tindak pencurian kendaraan
bermotor yang kerap kali terjadi. Meski demikian, diharapkan alat ini memiliki
nilai jual dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat.
Karena alat ini berfungsi membatasi laju sepeda motor, maka diharapkan
ada beberapa manfaat yang diberikan dari penggunaan alat tersebut antara lain:
1. mengurangi tingkat kecelakaan di jalan raya akibat mengebut.
PKMT-1-11-2

2. mencegah kerusakan mesin sepeda motor akibat melaju dengan kecepatan


yang melebihi kapasitas sepeda motor tersebut.
3. menghambat atau menggagalkan aksi pencurian kendaraan bermotor
4. penambahan kunci rahasia pada rangkaian akan mempersulit tindakan
pencurian sepeda motor.
5. mengurangi resiko ditilang karena melaju melebihi batas kecepatan yang
ditetapkan polisi.

METODE PENELITIAN
A. Tinjauan Pustaka
Mesin sepeda motor dapat bekerja dengan baik bila sistem bahan bakar dan
pengapiannya bekerja dengan baik. Secara normal fungsi mesin dapat dimatikan
dengan mematikan sistem pengapiannya.
Kumparan dapat berfungsi sebagai sumber tegangan bila terjadi perubahan
medan magnet di dalamnya. Besarnya potensial listrik yang dihasilkan bergantung
pada jumlah lilitan, kuat medan magnet, dan kecepatan perubahan medan magnet.
= N.B.l.v
di mana:
= tegangan
N = jumlah lilitan
B = kuat medan magnet
L = panjang kumparan
V = kecepatan magnet terhadap kumparan

Dengan adanya variabel kecepatan dalam perumusan di atas, maka secara teori
kumparan yang dikombinasikan dengan magnet dapat berfungsi sebagai detektor
kecepatan.
SCR merupakan piranti semikonduktor yang berfungsi sebagai penyearah
arus (dari anoda ke katoda) hanya bila ada arus yang melalui gate menuju katoda.
Sifat inilah yang memungkinkan penggunaan piranti ini untuk mengendalikan
relay sehingga dapat berfungsi sebagai saklar otomatis.

anoda

gate
katoda

Gambar 1. Simbol SCR.

B. Komponen dan Alat Yang Digunakan


Komponen utama:
Kapasitor : Menyimpan muatan listrik, untuk mempertahankan kondisi
relay
Sensor : Mendeteksi kecepatan sepeda motor
Relay : mengaktifkan dan atau mematikan sistem pengapian dan
switch double starter
SCR : untuk mengendalikan relay
PKMT-1-11-3

Sensor kecepatan, terbuat dari kumparan yang berinti besi yang dilekatkan
pada magnet permanen, kemudian dibalut dengan plastik sebagai kemasan dan
untuk melindunginya dari kotoran

Alat dan Bahan Pendukung:


1. Solder 8. Amplas
2. Timah 9. Obeng
3. Konektor 10. Pcb
4. Gergaji 11. Scr
5. Spidol 12. Multi meter
6. Adaptor 1 A 13. Fericlorit
7. Kunci shock 14. Trimpot

C. Gambar Rangkaian

Catu daya
Sistem
DC 12 V
pengapian

Relay

Switch double
starter
sensor

Relay

Gambar 2. Rangkaian Pembatas Laju Sepeda Motor ditambah dengan kunci


rahasia.

Gambar 3. Layout PCB Pembatas Laju Sepeda Motor.


PKMT-1-11-4

D. Cara Kerja:
1. Sensor:
Sensor diletakkan pada penutup gear depan, ketika sepeda berjalan
gigi akan berputar sehingga menimbulkan perubahan medan magnet, dan
sensor menghasilkan tegangan. Makin cepat perputaran gir tegangan yang
dihasilkan makin besar. Tegangan ini akan memicu rangkaian utama
untuk berkerja.
2. Rangkaian Utama
Terdiri dari dua bagian yang memiliki fungsi berbeda. Bagian
pertama berfungsi untuk menjaga sistem pengapian sepeda motor tetap
mati meskipun kontak telah dinyalakan (kondisi sepeda semula mati).
Pada keadaan ini semua sistem kelistrikan sepeda motor bekerja normal
kecuali pengapian dan double starter. Seluruh sistem akan bekerja normal
ketika switch ditekan untuk beberapa saat. Sensitifitas switch dapat diatur
sesuai keinginan.
Rangkaian yang ke dua berfungsi mematikan sistem pengapian
sepeda motor (mengakibatkan mesin mati) saat kecepatannya mencapai
batas tertentu, sebab rangkaian ini dikendalikan oleh sensor. Sistem
pengapian akan bekerja kembali ketika kecepatan sepeda di bawah batas
maksimal yang dapat disesuaikan. Mesin kendaraan akan hidup dengan
sendirinya tanpa harus distart ulang. Rangkaian ini akan tidak bekerja bila
saklar untuk sensor di off kan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengujian alat memberikan hasil bahwa saklar pada relay menutup, mesin
mati (selama + 2 detik), saat sepeda melaju 40 km/jam, kemudian mesin bekerja
lagi. Hidupnya mesin diakibatkan oleh sisa laju sepeda motor yang memang
masih cukup kuat untuk menghidupkan mesin tanpa men-start ulang. Lama relay
menutup dipengaruhi oleh besarnya kapasitas kapasitor.
Sedangkan untuk men-start sepeda motor saat keadaan awal berhenti
diperlukan penekanan micro switch selama + 1 detik.
Gambar Alat dan Pemasangannya pada Sepeda Motor

Gambar 4. Tampak atas alat pembatas laju sepeda motor.


PKMT-1-11-5

Gambar 5. Pemasangan kabel catu daya.

Gambar 6. Pemasangan kabel untuk switch double starter.

Gambar 7. Pemasangan kabel CDI yang berfungsi untuk mematikan sistem


pengapian.
PKMT-1-11-6

Gambar 8. Letak sensor pada sepeda motor.

Gambar 9. Letak alat pembatas laju sepeda motor.

Gambar 10. Pemasangan micro switch yang berfungsi sebagai kunci rahasia.
PKMT-1-11-7

KESIMPULAN
Dalam uji coba, alat ini tidak mempengaruhi sistem sistem kelistrikan
sepeda motor. Tenaga mesin tidak berkurang selama laju sepeda motor di bawah
batas maksimal. Kunci rahasia, sangat berguna untuk mencegah pencurian. Lama
penekanan microswitch dapat diatur. Microswitch juga dapat digantikan dengan
saklar sentuh yang hanya berupa plat logam yang tipis.
Diperlukan penggunaan magnet yang berukuran kecil namun memiliki
medan yang kuat, serta kumparan yang sekecil mungkin, namun mampu
menghasilkan tegangan yang cukup besar, mengingat kedua komponen tersebut
merupakan penyusun sensor kecepatan yang diletakkan di ruang yang luasnya
terbatas (bergantung jenis sepeda motor).
Rangkaian elektronik yang digunakan sepenuhnya analog, sehingga untuk
mengeset batas kecepatan harus dilakukan secara manual (memutar trimpot).
Pengembangan lebih lanjut, masih memungkinkan agar alat dapat bekerja secara
digital, sehingga lebih menarik dan mudah dioperasikan, namun dengan
konsekwensi harga komponen yang lebih mahal.
Bentuk kemasan kurang menarik sebab peralatan pembuatan alat yang
digunakan terbatas.

DAFTAR PUSTAKA
Sutrisno. 1987. Elektronika 1 Teori dan Penerapannya. Bandung: ITB
Foster, Bob. 1997. Fisika SMU kelas 3. Jakarta: Erlangga
http//www. Motorplus-online.com
http//www.Platina, members. Fortunecity.com
http//www.SCRAmericanmicrosemi.com
http//www.SCR.tpub.com.
PKMT-1-12-1

RANCANG BANGUN MESIN PENGUPAS KULIT LUAR KACANG


BOGOR (KACANG KAPRI) GUNA PENINGKATAN HASILPRODUKSI
PASCA PANEN

Aan Kurniawan, A Minarto, A Rahman, Chandra Mahardhika, P Rokhani


PS Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang, Malang

ABSTRAK
Kacang Bogor (kacang kapri) merupakan salah satu komoditi utama petani di
daerah kabupaten Gresik Jawa Timur. Permasalahan yang melatarbelakangi
pembuatan mesin pengupas kacang bogor ini adalah melimpahnya hasil panen
kacang bogor di beberapa daerah seperti Kabupaten Gresik, tetapi proses
pengolahannya masih menggunakan proses manual pada proses pengupasannya.
Sulitnya proses pengupasan ini menyebabkan banyak petani yang kurang
diuntungkan karena harga jual kacang bogor mentah yang sangat murah. Kacang
bogor siap konsumsi dalam bentuk kemasan sudah menjadi produk komersial
yang dijual di tokotoko makanan. Berdasarkan hasil observasi, pada umumnya
petani kacang bogor langsung menjual hasil panennya dalam bentuk mentah ke
para tengkulak, karena proses pengupasannya yang cukup sulit dan memerlukan
waktu yang cukup lama (manual). Tujuan utama pembuatan mesin pengupas
kacang bogor (kacang kapri) ini adalah untuk memberikan solusi tentang
permasalahan yang timbul dalam proses penanganan kacang bogor selama ini
dan untuk meningkatkan hasil produksi pasca panen. Pengupasan manual yang
biasa dilakukan oleh petani kacang bogor adalah 0,5 kg/jam tiap orang dengan
biaya pegupasan sebesar Rp. 750,00/kg. Sebelum membuat alat yang pertama
dilakukan adalah mengadakan observasi lapangan selanjutnya yaitu studi
literatur agar pembuatan mesin pengupas kacang benarbenar tepat guna.
Langkah selanjutnnya adalah desain konstruksi, persiapan bahan dan pembuatan
alat. Setelah perakitan selesai maka diadakan uji coba alat analisa dan
penyempurnaan. Adanya mesin pengupas ini maka dapat diperoleh kapasitas
pengupasan sebesar 7 kg/jam. Mesin pengupas ini dapat meningkatkan hasil
produksi hingga lebih dari 5 kali lipat. Mesin pengupas kulit luar kacang bogor
ini merupakan alat pertama yang dibuat untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Mesin pengupas ini dapat meningkatkan hasil produksi pasca penen kacang
bogor, meningkatkan kesejahteraan petani dan dapat menghidupkan home
industry yang berkaitan dengan kacang bogor serta membantu pemerintah dalam
mengurangi tingkat pengangguran dengan adanya usahausaha tersebut

Kata kunci: mesin pengupas, kacang bogor, kacang kapri

PENDAHULUAN
Indonesia sebagainegara agraris yang beriklim tropis mempunyaihasil
pertanianyang sangat melimpah, misalnya padi, kedelai, jagung, kopi,
sayursayuran, buahbuahan dan lainlain. Dengan danya dua musimyang saling
bergantian,yaitumusimhujan dan musim kemarausangatlah memungkinkan bagi
para petani untuk menanamberbagaijenis tanaman sesuai denganmusim yang
sedang terjadi. Tanaman kacangkacanganmempunyai perananyang sangat penting
PKMT-1-12-2

dalam program diversifikasi pangan, konservasi tanah,penyediaan bahan baku


industri, dan penyediaan pakan ternak.
Salah satu jenis kacangkacanan adalah kacang bogor (kacang kapri). Pada
awalnya kacang bogor belumlah sepopuler kedelai dan kacang tanah. Namun saat
inikacangbogor mulai dilirikpetanisebagai bahan pangan yangberpotensibesar
untuk dibididayakan. Halini terbukti denganmelimpahnya hasil panen kacang
bogor diberbagai daerah, misalnya di daerah kabupaten Gresik tepatnya di Desa
Gedangan, Sukorejo dan Lasem (Kecamatan Sidayu); Desa Bolo (Kecamatan
Ujung Pangkah); Desa Wonokerto, Lowayu, Petiyin, Tebuwulung, Mentaras dan
Mojopetung (Kecamatan Dukun); Desa Petung, Desa Wotan dan Desa Doudo
(Kecamatan Panceng).
Daerahdaerah tersebut sangatlah cocok dan strategis untuk menanam
kacang bogor, karena tergolong beriklim tropis dan tanahnya gembur khususnya
di daerah peladangan. Keadaan tersebut sesuai karateristik tanaman kacang bogor
yang mempunyai daya penyesuaian (adaptasi) yang luas terhadap lingkungan
tumbuh, cocok dibudidayakan di daerahdaerah dengan ketinggian 200m500m dari
0 0
permukaanlaut. Mempunyai suhu (temperatur) antara 19 C27 C, kelembaman
50%80%, dengan curah hujan 500 mm3500 mm/tahun, dan cukup mendapat sinar
matahari, serta toleran terhadap iklim kering sehingga cocok ditanam pada
awalmusim kemarau atau akhir musimhujan (Rukmana 2000).
Pada umumnya, kacang bogor dimanfaatkan sebagai campuran sayur atau
dikonsumsisebagai kacang rebus atau kacang goreng. Kurangnya pengetahuan dan
sulitnyaataupenanganan hasilpanen kacangbogor,menyebabkan banyak
petaniyang menjualhasil panennya dalambentuk mentah walaupun dengan harga
yang sangat murah. Para petani kacang bogor di daerah Gresik Jawa Timur
biasanyamenjualhasil panennya kepada tengkulak seharga Rp. 4.000,00. Jika
dikalkulasikan, sebenarnya harga tersebut tidaklahsebanding dengan biaya
penanaman dan perawatannya. Sedangkan para tengkulak menjualnya kepada para
produsen kacang bogor goreng yang ada di Gresik (Desa Raci, Desa Gedangan,
Desa Petung), Tuban dan sekitarnya untuk kemudian diolahmenjadi kacang bogor
goreng. Denganharga kacang bogor goreng ratarata Rp 40.000,00/kg, apabila
dibandingkan dengan kacang bogor mentahmaka sangatlahjauh. Halini
disebabkan oleh sulitnya proses pengolahan (pengupasan kulitnya).
Di Desa Nagara Kembang dan Desa Rawa (Cikijing, Majalengka),
pengupasan kulit kacang bogor masih menggunakanjasa mulutmanusia (Rukmana
2000). Padahal kacang bogor sudahmenjadi produksi komersial yang dijualdi
tokotokomakanan dengan rasanyayanggurih dan khas.
Pentingnyaprogramini dilaksanakan karenasulitnyapengolahan hasil panen
kacang bogor. Banyak petaniyang menjualhasil panennya dalambentuk mentah
walaupun harga jualnya tidak sebanding denganbiaya penanaman dan
perawatannya. Padahalakanlebih baik jika petanidapat mengolah sendirihasil
panennya, kerena harga jual kacang bogor yang sudah diolah (digoreng) sangatlah
tinggi. Sehingga para petani secara perlahanlahan akan dapatmeningkatkan
pendapatannya dan dapatmenghidupka Home Industry yang berkaitan dengan
kacang bogor, serta dapat membantu pemerintah dalammengurangi tingkat
pengangguran dengan adanya usahausaha tersebut. Bertolak darilatar belakang
tersebut, maka perlu diadakan programRancang Bangun Mesin Pengupas Kulit
PKMT-1-12-3

Luar Kacang Bogor (kacang Kapri) Guna Peningkatan Hasil Produksi Pasca
Panensebagaijudul dari ProgramKreatifitas Mahasiswa.
Berdasarkanlatar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan
sebagaiberikut : (a) Bagaimanakah penanganan kacang bogor pasca panen selama
ini? (b) Masalah apakah yang timbul pada waktu proses penanganan kacang bogor
selamaini? (c) Bagaimanakah konstruksimesin pengupas kulitluar kacang bogor
guna peningkatan hasil produksi pasca panen?
Berdasarkan rumusanmasalah di atas, tujuan programini adalah:
(a)Mengetahuipenanganan kacangbogorpascapanen selamaini;
(b)Mengetahui masalahyang timbul pada waktu proses penanganan kacang
bogor selama ini;
(c) Membuat rancang bangunmesin pengupas kulit luar kacang bogor guna
peningkatan produksi pasca panen.
Berdasarkanlatar belakang di atas danmasalahyang berkembang pada
petani khususnya petani kacang bogor, maka dapat didesain suatu alat yang
berbasis teknologi sebagaimesin pengupas kulitluar kacang bogor guna
peningkatan produksi pasca panen. Alatyang direncanakan ini sangat dibutuhkan
dalammemproses kacang bogor pasca panen sehingga lebih cepat dan efisien.
Dengan adanya alatini diprediksikan dapat meningkatkan hasil produksi
(produktifitas) sampailima kalilipat (Haryanto 2000).
Programini diharapkanberguna untuk: (a) Industri terkait, sebagai masukan
dalam pengembangan teknologi tepat guna/teknologi pertanian; (b) Pelaksanaan
kegiatan, sebagai aplikasi disiplin ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah dan
sebagai wujud nyata dari pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu
pengabdian kepada masyarakat; (c) Petani kacang bogor, sebagai alat bantu untuk
meningkatkan hasil produksi pasca panen; (d) Para penelitilain,
sebagaibahanmasukan untuk penelitianyang sejenis.
Pembuatan alat inimembutuhkan perencanaan sebelum diadakan
perakitan.Langkahlangkah yangditempuh antaralain perhitungan,perencanaan
bahan dan sket gambar (Shigley 1982). Adapun perhitungan ditekankan pada
poros, pisau pengupas, puli, dan sabuk yang berhubungan denganmotor.
Dalam penggunaanmesin perlu adanya perawatanyang baik dan berkala,
agar mesinmenjadi tahanlama (Sumantri 1989). Perawatanmesin ini dibuat
denganmudah sehingga siapapun penggunanya dapat merawat dengan baik.
Perawataninimeliputi pelumasan secara teratur, pembersihan setelah pemakaian
maksimal 100 kg kacang pada ruang pengupas. Penggantian sabuk juga perlu
dilakukan apabila dirasa sabuk sudah kendor dan aus.

METODE PENDEKATAN
Waktu pelaksanaan observasi dan pembuatan alat dari program ini adalah
antara bulan Februari sampai dengan Mei 2006. Tempat pelaksanaan studi
literatur, pembuatan desain dan konstruksimesin diLaboratorium Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang. Observasi dan studilapangan di
Kecamatan Panceng, Gresik.
Bahan dan alat yang digunakan dalam observasi ini adalah mengambil
dokumenberupa fotofoto dan mengambil kacang bogor untuk disimpan sebagai uji
coba alat. Tahapan pelaksanaan program seperti pada Tabel 1.
Metode pendekatan yang digunakan dalam programini adalah :
PKMT-1-12-4

(1) Observasi, dilaksanakan di daerah penghasil kacang bogor tepatnya di


usaha pembuatan kacang bogor goreng milik Bapak Rondiyanto di Desa Petung,
Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik; (2) Desain komunikasi, meliputi
rancangan mesin digambar denganmenggunakan program Mechanical Desktop
dan desain dibuat sesederhana mungkin; (3) Analisa alat kerja, meliputi alat
diusahakan tidak mengalami kendala dalam kurun waktu tertentu, alat dapat
dioperasikan oleh siapa saja tanpa ada kesulitanyang berarti, alat dapat memenuhi
standar keselamatan kerja, perawatan dan perbaikan ringan dapat dilakukan oleh
pemilik.
Dalam pembuatanmesin pengupas kulitluar kacang bogor ini, dimulai
dengan pembuatan konstruksimesinyang kemudian diuji coba pengoperasiannya
danmelakukan analisa proses kerja mesin tersebut. Apabila masih terdapat
kekurangan akan direvisi seperlunya sesuai dengan permintaan petani kacang
bogor.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kacang Bogor (kacang kapri) merupakan salah satu komoditi utama petani
di daerah Kabupaten Gresik Jawa Timur. Melimpahnya hasil panen kacang bogor
di beberapa daerah diKabupaten Gresik ini, seperti di Desa Gedangan, Sukorejo
dan Lasem (Kecamatan Sidayu); Desa Bolo, Kecamatan Ujung Pangkah; Desa
Wonokerto, Lowayu, Petiyin, Tebuwulung, Mentaras dan Mojopetung
(Kecamatan Dukun); Desa Petung, Desa Wotan dan Desa Doudo (Kecamatan
Panceng) belummendapatkan penangananyang maksimal. Yaitu proses
pengolahannya masihmenggunakan prosesmanual khususnya pada proses
pengupasannya. Sulitnya proses pengupasaninimenyebabkan banyak petaniyang
kurang diuntungkan karena harga jual kacang bogor mentahyang sangatmurah
(Rp. 4.000,00/kg) padahalharga jual kacang bogor siap konsumsi (dalam
kemasan) cukup mahal (Rp. 35.000,00 Rp. 45.000,00/kg ).
Berdasarkan hasil observasi, pada umumnya petani kacang bogor langsung
menjualhasil panennya dalambentuk mentah ke para tengkulak, karena proses
pengupasannyayang cukup sulit danmemerlukanwaktu yang cukup lama
(manual), walaupun harga jualnya sebenarnya tidak sebanding denganbiaya
penanaman dan perawatanyang telah dikeluarkan. Bahkan, di desa Nagara
Kembang dan desa Rawa (Cikijing, Majalengka), yang merupakan daerah industri
makanan kacang bogor, pengupasan kulitnya masih menggunakan jasa mulut
manusia (Rukmana 2000). Padahal kacang bogor sudahmenjadi produksi
komersial yang dijual di tokotoko makanan dengan rasanya yang gurih dan khas.
Akanlebihbaik jika petani kacang bogor dapat mengolah sendirihasil panennya
(hingga siap konsumsi), mengingat harga kacang bogor yang siap konsumsi
sangatlah tinggi. Dengan demikian, secara perlahan akan dapat meningkatkan
kesejahteraan petani dan dapat menghidupkan home industry yang berkaitan
dengan kacang bogor, serta dapat membantu pemerintah dalammengurangi tingkat
pengangguran dengan adanya usahausaha tersebut.
Pembuatan mesin pengupas kulit luar kacang bogor (kacang kapri) ini
adalah untuk memberikan solusi tentang permasalahan yang timbul dalam proses
penanganan kacang bogor selama ini dan untuk meningkatkan hasil produksi
pasca panen. Pengupasan manualyang biasa dilakukan oleh petani kacang bogor
adalah 0,5 kg/jam tiap orang dengan biaya pegupasan sebesar Rp. 750,00/kg.
PKMT-1-12-5

Dengan adanya mesin pengupas ini dapat diperoleh kapasitas pengupasan sebesar
7 kg/jam. Dengan demikian, mesin pengupas ini dapat meningkatkan hasil
produksi hingga lebih dari 5 kalilipat.
Bentuk dari Mesin Pengupas Kacang Bogor seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Desain
Mesin Pengupas Kulit Luar
Kacang Bogor (kacang
Kapri)

Cara kerja darimesin pengupas kulitluar kacang bogor iniadalah sebagai


berikut : (a) Kacang yang siap untuk dikupas dimasukkan ke dalamcorong
penampungan (hoper); (b) Dari corong penampungan sedikit demi sedikit kacang
akanjatuhmunuju pisau pengupas, di sinilah proses utama dari proses pengupasan
kulitluar kacang bogor; (c) Terkupasnya kulitluar kacang terjadi karena
memanfaatkan gesekan antara kulitluar kacang dengan kedua pisau pengupas
yang berada di atas dan dibawah kacang; (d) Setelahmelewati pisau pengupas
(dengan asumsi kulitluar kacang telah terkelupas), kacang beserta kulit akan
keluar melaluilubang keluaran; (e) Darilubang keluaran kacang akan ditampung
dalambak penampungan; (f) Untuk dapat memisahkan antara kulit luar kacang
dengan kacang yang telah terkelupas, perlu dilakukan perendaman dengan air
yang selanjutnya kacang dapat digunakan untuk proses selanjutnya.
Sedangkanbagianbagian Mesin Pengupas Kulit Luar Kacang Bogor seperti
pada Gambar 2.
PKMT-1-12-6

Gambar 2.
BagianBagian Mesin
Pengupas Kulit Luar
Kacang Bogor

KETERANGAN
1. Hooper 11. Puli Poros
2. Pisau Atas 12. Sabuk
3. Pisau Bawah 13. Puli Motor
4. Tutup Pisau Atas 14. Rangka
5. Poros 15. Ring Bawah
6. Ring Atas 16. Bantalan Bawah
7. Bantalan Atas 17. Mur Atas
8. Rumah Bantalan Atas 18. Mur Bawah
9. Rumah Silinder / Tutup Samping 19. Dudukan Motor
10. Saluran Hasil Pengupasan 20. Motor
Beberapa permasalahan yangtimbulselama proses pembuatan mesin
pengupas kulitluar kacang bogor dan upaya pemecahannya disajikan dalam Tabel
2.
Tabel 2. Permasalahan yang Dihadapi dan Upaya Pemecahannya
N
Permasalahan yang Dihadapi Upaya Pemecahannya
o
Sulitnya bahan baku kacang bogor Membeli kacang bogor dalam
karena merupakan jenis tanaman jumlah besar dan menyimpannya.
1.
musiman dan hanya terdapat di Membeli bibit kacang bogor dan
daerahdaerah tertentu. menanamnya.
Studi literatur, mempelajari dan
Sulitnya menentukan cara
2. mencari bahan serta menggambar
pengupasan yang efektif dan efisien
mesin pengupas
Dengan melakukan percobaan
Sulitnya menentukan putaran mesin
3. pengupasan dengan menggunakan
yang ideal
tangan dan media pengupas
4. Sulitnya menentukan bahan untuk Dengan melakukan percobaan
PKMT-1-12-7

pisau pengupas pengupasan dengan menggunakan


tangan dan media pengupas
Melakukan pendekatan dengan
alat yang sepadan dan konsultasi di
5. Menentukan konstruksi mesin
bengkelbengkel rekayasa teknologi
tepat guna
Mengkondisikan kacang supaya Dengan melakukan percobaan
6.
mudah terkelupas perendaman kacang pada air panas
Kondisi cuaca yang kurang
mendukung yaitu musim penghujan, Kegiatan dilaksanakan pada waktu
7.
sehingga kesulitan dalam cuaca mendukung dan kondisional
pengecatan

Mesin pengupas kulitluar kacang bogor inimerupakan alat pertama yang


dibuat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dengan demikian, alat ini
mempunyaibeberapa keterbatasan, diantaranya mesinhanya dapat digunakan
untuk pengupasan kulitluar kacang bogor dan kacang bogor yang telah terkelupas
masihbercampur dengan kulitluarnya sehingga perlu pemisahan secara manual.
Mesin pengupas kulitluar kacang bogor ini perlu dikembangkanlebihlanjut
khususnya tentang pengupasan kulit dalamnya.

KESIMPULAN
Adapun kesimpulanyang di dapat dari pembahasan di atas adalah :
1. Penanganan kacang bogor pasca panen selama ini adalahlangsung dijual
kepada para tengkulak dikarenakan proses pengupasannya yang cukup
sulit;
2. Proses pengupasan kacang bogor selama inimasihmenggunakan proses
manual dengan kapasitas 0,5 kg/ jam tiap orang dengan ongkos
pengupasan sebesar Rp. 750,00/kg ; (c) Dengan adanya mesinpengupas
kulitluar kacang bogor ini, hasil produksi dapat ditingkatkan hingga lebih
dari 5 kalilipat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Haryanton, Iwan. 200. Biaya Operasi dan Produksi. Bandung: Polman
Shigley, dkk. 1982. Perencanaan Teknik Mesin. Jakarta: Erlangga
Sumantri. 1989. Perawatan Mesin. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
2. Kebudayaan. Rukmana, R. 2000. Kacang Bogor. Yogyakarta:Kanisius
PKMT-1-13-1

RANCANG BANGUN MESIN OVEN PUTAR UNTUK MENINGKATKAN


KUALITAS PRODUKSI KACANG GARING ASIN DALAM SKALA
INDUSTRI RUMAH TANGGA

Cahya Rasul Ario Asviando, Achmad Ansori, Fahmi Alfa Muslimu


Jurusan Teknik Mesin, Universitas Jember, Jember

ABSTRAK
Di dalam proses pengovenan kacang, kacang harus dibolak-balik dengan
mengunakan tangan pada saat-saat tertentu, supaya panas dari kompor merata
dan kacang menjadi matang seluruhnya. Peningkatan produksi kacang garing
asin dapat dilakukan dengan cara mengubah proses yang dilakukan secara
manual menjadi dilakukan secara mekanik. Untuk mengatasi masalah ini
diperlukan sebuah oven yang besar dan digerakkan dengan cara mekanis.
Sehingga proses pembolak-balikan kacang akan berjalan dengan baik. Mesin
oven juga harus baik dalam hal pengapiannya (pembakarannya), karena kalau
oven tersebut tidak baik pengapiannya (pembakarannya). Kegiatan ini bertujuan
a). membuat mesin oven putar yang akan meningkatkan produksi kacang garing
asin milik industri mitra dengan kualitas yang jauh lebih baik, terutama dalam
hal kematangan, kebersihan dan penampilan b). membantu meningkatkan kualitas
dan kuantitas produksi dari industri kecil c). memperkuat sektor-sektor yang
menjadi andalan daerah dalam rangka memperkuat otonomi daerah. Pengujian
menunjukkan bahwa mesin oven putar berfungsi dengan baik dengan kapasitas
maksimum 50 kg sekali pengovenan, Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk
mengoven 1 kg kacang adalah 1,375 menit, jumlah kacang yang gosong dalam
satu kali pengovenan kurang lebih 3 %, jumlah konsumsi bahan bakar LPJ untuk
mengoven kacang per satu kg kacang adalah 0,0092 kg bahan bakar LPJ/ kg
kacang atau setara dengan Rp. 172,5 /kg kacang. Sedangkan oven sebelumnya
menunjukkan pemakian bahan bakar sebanyak 0,18 liter minyak tanah/ kg kacang
atau Rp. 216 /kg kacang.

Kata Kunci: Kacang, Oven, Kualitas

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Industri kecil kacang garing asin milik Pak Hariwiyoto telah berdiri sejak
tahun 1990-an. Pada saat ini perusaan ini dikelola oleh empat orang yang
semuanya merupakan anggota keluarga dari Pak Hariwiyoto, sehingga manajemen
yang digunakan pada industri kecil ini merupakan manajemen keluarga. Dengan
modal yang mengalir tiap bulannya mencapai Rp. 1.500.000,-
Jumlah produksi kacang garing asin milik Pak Hariwiyoto setiap bulannya
mencapai rata-rata 200 kg. Semuanya dipasarkan di daerah kabupaten Jember.
Pada saat ini pembutan kacang garing asin masih menggunakan cara manual.
PKMT-1-13-2

Semua proses dari pemilihan kacang, pembersihan, pemasakan , pengovenan dan


pengepakan dilakukan dengan cara manual. Penampilan kacang sangat ditentukan
pada saat pada proses pengovenan karena jika kacang hangus atau tidak matang
akan tidak laku dijual. Pada proses pengovenan kacang, oven yang digunakan
pada saat inii berkapasitasnya kecil (sekitar 5 kg) dan menggunakan kompor
dengan bahan bakar minyak tanah. Di dalam proses ini, kacang harus dibolak-
balik dengan mengunakan tangan pada saat-saat tertentu, supaya panas dari
kompor merata dan kacang menjadi matang seluruhnya. Tapi jika kita terlambat
membolak-balik kacang, maka kacang menjadi tidak rata matangnya, malah
kadang-kadang ada yang hangus, sehingga penampilannya tidak bagus dan akhir
tidak laku dijual.
Keberadaan industri kecil mitra sangat menguntungkan bagi petani di daerah
sekitarnya, karena industri kecil ini menyerap produksi kacang yang dihasilkan
oleh para petani tersebut. Sebagai contoh industri milik Pak Hariwiyoto ini
menyerap hasil produksi petani kacang di daerah-daerah Kec. Kencong, Kec.
Ambulu, Kec. Balung, Kec. Tanggul, Kec. Jenggawah dan daerah lain di Kab.
Jember. Produksi kacang di daerah Jember sendiri mencapai sekitar 5.253 ton
(BPS 2002) .

Identifikasi Masalah
Permasalahan yang banyak dihadapi disini adalah:
1. Ketidakmerataan matangnya kacang selagi di sangar yang mana hal tersebut
dapat menimbulkan kerugian yang signifikan.
2. Proses dari pembuatan kacang dengan cara disangar ini membutuhkan waktu
yang cukup lama dan banyak menghabiskan bahan bakar minyak.
3. Ketidakefisienan dari proses tersebut.

Perumusan Masalah
Peningkatan produksi kacang garing asin dapat dilakukan dengan cara
mengubah proses yang dilakukan secara manual menjadi dilakukan secara
mekanik. Tetapi saat ini yang penting dilakukan adalah memperbesar kapasitas
pengovenan. Hal ini dapat dilakukan jika tersedia sebuah oven yang besar.
Namun jika oven itu masih belum digerakan secara mekanik, tetap akan
menimbulkan kesulitan dalam proses membolak-balikkan kacang. Sehingga untuk
mengatasi masalah ini diperlukan sebuah oven yang besar dan digerakkan dengan
cara mekanis. Sehingga proses pembolak-balikan kacang akan berjalan dengan
baik. Mesin oven juga harus baik dalam hal pengapiannya (pembakarannya),
karena kalau oven tersebut tidak baik pengapiannya (pembakarannya), maka
pematangan kacang menjadi tidak merata.
Jadi permasalahan yang ada pada kasus ini adalah bagaimana membuat oven
yang baik, dimana terdapat proses pembolak-balikan kacang secara mekanis. Di
samping itu perlu diperhatikan harganya terjangkau, efisiensi penggunaan bahan
bakarnya, sempurna pengapiannya (pembakarannya), mudah dan sederhana
perawatannya.
PKMT-1-13-3

Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini bertujuan untuk membentuk suatu kerja sama antara Program
Studi Teknik Universitas Jember dengan industri-industri kecil di sekitarnya,
khususnya antara jurusan Teknik Mesin dengan industri-industri tersebut. Tujuan
pokok lainnya adalah sebagai berikut :
1. Membuat mesin oven putar denga spesifikasi sebagai berikut:
a. Bahan bakar yang digunakan dari LPJ
b. Pengapian/pembakaran dirancang sedemikian rupa sehingga apinya
merata
c. Sistem oven yang dibuat berbentuk silinder (bahan dari tabung/tangki)
d. Menggunakan motor untuk membolak balikkan kacang yang dioven
di dalamnya.
2. Membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi dari industri kecil
3. Memperkuat sektor-sektor yang menjadi andalan daerah dalam rangka
memperkuat otonomi daerah.

Manfaat atau Kegunaan


Mesin oven putar ini meningkatkan jumlah kapasitas produksi yang sangat
nyata bagi industri kecil mitra yaitu dari semula berkapasitas 200 kg per bulannya
menjadi kurang lebih 625 kg kacang garing asin tiap bulannya, karena kapasitas
mesin oven ini adalah 25 kg per pengovenan. Sehingga jika rata rata tiap harinya
dilakukan satu kali pengovenan, maka tiap bulannya aka dapat menghasilkan
kurang lebih 625 kg kacang garing asin. Disamping itu kacang akan mempunyai
tingkat kematangan yang merata sehingga jumlah kacang yang hangus dapat
dikurangi.
Mesin oven putar yang dihasilkan jauh efisien dibandingkan dengan oven
yang digunakan oleh industri mitra. Disamping kapasitasnya yang besar, mesin ini
mampu menghasilkan kacang garing yang lebih baik kualitasnya, terutama dalam
hal kematangan, kebersihan dan penampilan. Di samping itu harganya terjangkau,
efisien penggunaan bahan bakarnya, sempurna pengapiannya (pembakarannya),
mudah dan sederhana perawatannya.
Bila ditinjau dari dampak secara regional, keberadaan industri kecil-industri
kecil seperti milik Pak Hariwiyoto ini sangat menguntungkan bagi petani kacang
di daerah jember dan sekitarnya. Dengan terserapnnya produksi kacang, tentu
akan sangat membahagiakan para petani kacang. Disamping itu tenaga kerja yang
akan diserap pada sektor ini akan menjadi banyak Sebagai gambaran jika produksi
kacang garing milik industri kecil mitra bertambah banyak tentu akan
membutuhkan pasokan kacang yang sangat banyak juga. Produksi yang banyak
tentu akan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak untuk memperlancar
proses industrinya.
PKMT-1-13-4

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan kegiatan dan pembuatan mesin oven ini dikerjakan
selama 8 Bulan dimulai bulan Februari 2005 sampai berakhir pada bulan
September 2005 dengan jadwal kegiatan seperti tercantum dibawah ini:

Jadwal Kegiatan
Bulan ke-
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
Penentuan spesifikasi xx
Desain gambar detail xx xxxx
Pembelian bahan xx xx
Pemotongan dan pene-kukan xx xx
plat dan pembubutan
Perakitan dan Pengelasan xxxx xxxx
Pengecetan xx x
Pengujian xxx
Pelatihan xxxx xx
Monitoring dan Evaluasi xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xx
Pembuatan laporan xxxx xxxx
Seminar xx
Analisis kegiatan xxxx xxxx

Sedangkan Tempat Pelaksanaan Kegiatan ini dilakukan di Kota jember


dengan spesifikasi tempat sebagai berikut:
1. Laboratorium Pengelasan Program studi Teknik Universitas Jember.
2. Laboratorium Teknik Kerja Bangku dan Pelat Program Studi teknik
Universitas Jember.
3. Laboratorium Konversi Energi Program Studi Teknik Universitas Jember.

Tahapan Pelaksanaan
1. 24 Februari 2005. Pertemuan dengan mitra
2. 28 Februari 2005. Mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh
usaha mitra
3. 28 Februari 15 Maret 2005. Studi pustaka
4. 21 Maret 9 April 2005. Penentuan spesifikasi
5. 11 April 7 Mei 2005. Pembuatan desain gambar secara detail
6. 9 Mei 31 Mei 2005. Pembelian bahan baku dan suku cadang
7. 30 Mei 18 Juni 2005. Pemotongan dan penekukan plat dan
pembubutan
8. 20 Juni 27 Juli 2005. Perakitan dan Pengelasan
9. 29 Juli 13 Agustus 2005. Pengecetan mesin oven putar
10. 22 Agustus 3 September 2005. Pengujian mesin oven putar

Instrumen Pelaksanaan
1. Studi Pustaka
PKMT-1-13-5

Dalam merancang mesin oven putar untuk mengeringkan kacang ini


diperlukan studi puataka meliputi :
a. Merancang bagian poros yang akan digunakan untuk tempat oven putar
b. Merancang kekuatan dari konstruksi yang akan digunakan
c. Merancang bantalan yang akan digunakan
d. Merancang pasak
e. Merancang daya yang dibutuhkan untuk menggerakkan mesin oven
putar
f. Merancang bagian trasmisi yang akan digunakan
g. Merancang pulley
h. Merancang sistem pengapian/pembakaran atau kompor yang akan
digunakan.
2. Studi Lapangan
Studi lapangan yang dilakukan adalah untuk :
a. Mempelajari mekanisme proses pembuatan kacang garing asin.
b. Mengevaluasi kemampuan sumber daya manusia untuk menerima
perubahan cara kerjanya.
c. Mengevaluasi sumber daya finansial prasarana untuk penggunaan
mesin yang dirancang.
3. Pembuatan Mesin
Dalam Pelaksanaan pembuatan mesin ini tidak lepas dari peralatan yang
mendukung penyelesaian pembuatan mesin oven putar, instrumen yang dipakai
antara lain:
a. Mesin Las SMAW
b. Mesin Bubut
c. Mesin frais
d. Mesin Sekrap
e. Mesin Bor Portable
f. Perkakas Tangan
g. Gerinda
h. Alat Ukur (Jangka Sorong, Mistar Baja, Mikrometer dll)
4. Monitoring dan Evaluasi
Mesin oven putar yang telah dirancang dan dibuat selanjutnya dilakukan uji
coba di laboratorium dan sejanjutnya digunakan pada industri mitra untuk
memproduksi kacang garing asin milik mereka. Proses monitoring dan evaluasi
kegiatan telah dilakukan sejak kegiaatan dimulai, hal ini dilakukan agar
kesalahan yang terjadi cepat diperbaiki dan kegiatan berjalan sesuai dengan jadual
yang direncanakan. Tetapi pada saat penyerahan, saat alat digunakan oleh industri
mitra, dilakukan pelatihan terlebih dahulu dan dilakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaannya secara lebih intensifBeberapa kegiatan telah dilakukan dalam
rangka untuk membuat mesin oven putar sehingga mampu meningkatkan
produksi kacang garing asin milik industri mitra dengan kualitas yang jauh lebih
baik, terutama dalam hal kematangan, kebersihan dan penampilan.
Tahapan-tahapan yang dilakukan pada kegiatan ini adalah pertemuan dengan
industri mitra guna mencari masukan permasalahan yang ada di industri mitra.
Kemudian dilakukan studi pustaka untuk mejawab permasalahan tersebut.
PKMT-1-13-6

Pertemuan selanjutnya adalah mendiskusikan bagaimana mencari pemecahannya


dan juga diskusi tentang spesifikasi rancangan mesin. Kemudian dilakukan
pembuatan desain, gambar detail dan pembuatan alat meliputi : penekukan dan
pengelasan plat, perakitan, dan pengecatan alat. Kemudian dilakukan uji coba.
Perancangan mesin oven putar secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tahap Perancangan
1. Pengapian/ pembakaran
Bahan bakar yang dirancang menggunakan LPJ, karena pembakarannya
bagus dan mudah dikontrol nyala apinya. Dari tabung, LPJ disalurkan ke kompor
menggunakan regulator. Sebelum sampai ke kompor regulator ini dilengkapi
dengan katup sehingga aliran gas dapat dikontrol. Kompor yang dirancang terbuat
dari pipa yang dilubangi sebagi tempat keluarnya gas LPJ. Dari lubang-lubang itu
api menyala memanasi oven di atasnya. Kompor ini dirancang sedemikian rupa
agar apinya merata, sehingga suhu di dalam oven juga sama.
2. Kontruksi Mesin Oven Putar
Rangka mesin oven putar terbuat dari besi siku tebal 5 mm, sehingga
mampu menopang oven yang berbentuk silinder seberat 60 kg. Kerangka ini
pada prinsipnya berbentuk persegi empat panjang dengan kedua sisinya diberi
laker untuk menahan oven silinder, laker juga berfungsi agar oven silinder dapat
berputar dengan bebas. Kerangka ini kemudian ditutup dengan plat lembaran 3
mm, yang menutupi seluruh permukaan rangka itu (sebagai isolasi terhadap
lingkungan). Namun terdapat lubang untuk supply oksigen pada saat pembakaran
dan pintu oven.
3. Kontruksi Oven Putar.
Kontruksi oven putar berbentuk silinder (seperti tangki) dengan dindingnya
berlubang- lubang (yang besarnya lebih kecil dari diameter kacang) sehingga
panas dapat masuk kedalamnya. Kapasitas oven putar yang dirancang akan
mampu menampung kacang sebanyak 50 kg. Di dalam oven diberi mekisme
untuk mengaduk, sehingga seluruh kacang dapat menerima panas dalam jumlah
yang sama. Hal ini penting agar tidak terdapat kacang yang hangus. Pada oven
putar ini terdapat pintu slot untuk memasukkan dan mengeluarkan kacang. Oven
putar ini di beri poros dari besi baja dengan diameter 25 mm, pada ujung salah
satu poros ini diberi pulley sehingga dapat digerakkan dengan mesin.
4. Kontruksi Mesin
Mesin yang digunakan bertenaga 1 HP. Mesin ini diberi pulley, kemudian
dihubungkan dengan pulley yang terdapat pada poros oven dengan menggunakan
belt.

Fabrikasi dan Perakitan


Fabrikasi adalah pembuatan masing-masing bagian, sedangkan perakitan
adalah menggabungkan bagian/komponen hasil fabrikasi menjadi satu kesatuan.
Kegiatan ini dilakukan oleh tim pelaksana kegiatan program voucer.
PKMT-1-13-7

Pengujian
Pengujian dilakukan untuk mengetahui unjuk kerja mesin oven putar secara
keseluruhan, yang meliputi :
1. Keandalan mekanisme masing-masing bagian:
a. Keandalan pengapian/.pembakaran, merata tidaknya nyala api
b. Keandalan oven putar, bagus tidaknya putarnya
c. Keandalan konstruksi, bergetar tidaknya rangka kontruksi mesin oven
putar.
2. Uji efisiensi bahan bakar
Dilakukan dengan sistem yang sudah ada dengan jumlah berat kacang yang
sama.dibandingkan jumlah konsumsi bahan bakarnya.
3. Uji mutu kacang garing yang dihasilkan
Dihitung berapa persen kacang yang hangus, dibandingkan dengan sistem
yang sudah ada.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penguijian Terhadap Hasil Rancangan
1. Prosedur Pengujian
a. Kacang.
Kacang yang digunakan dalam pengujian adalah kacang yang biasa
digunakan pada industri mitra baik mutu maupun besar kecilnya. Dalam hal ini
kacang yang digunakan di beli dari pasar induk yang ada di Kabupaten Jember.
Sedang kan berat yang menjadi acauan adalah 4 kategori yaitu dengan 15 kg
per oven, 25 kg per pengovenan, 35 kg /pengovenen, 45 kg / pengovenen.
b. Kualitas Kematangan Hasil Kacang
Dalam hal ini kualitas kematang ditentukan oleh pemilik industri mitra
yaitu kering, warna putih agak kekningan, dan bila ditekan/dipejet keras jika
pecah kulitnya lansung hancur berkeping, tidak lembek. Kualitas hasil ini
memang tidak sama dengan kualitas hasil untuk kacang garing lainnya, atau
dengan kata lain tiap perusahaan mempunyai resep tersendiri.
c. Waktu yang diperlukan
Waktu yang digunakan acuan untuk mengoven kacang yang adalah waktu
yang digunakan pada saat mengoven dengan cara membolak-balik dengan
tangan, atau secara manual. Tetapi waktu itu harus dikonversikan dengan
kapasitas oven manual dan kapasitas oven menggunakan mesin ini (mesin oven
yang dirancang).
d. Bahan bakar yang digunakan
Bahan bakar yang digunakan untuk mesin oven puter ini dibandingkan
dengan bahan bakar yang digunakan oevn manual. Data yang dibuat
perbandingan adalah berapa banyak bahan bakar yang diperlukan untuk
mengoven 10 kg kacang yang dikonversikan ke dalam biaya yang dibutuhkan.
e. Prosedur pengopenan kacang
PKMT-1-13-8

Jika persiapan kacang yang akan diopen sudah selesai yaitu sudah
dimasak dengan kematangan 80 % dan sudah di tiriskan airnya maka proses
pengopenan dilakukan sebagai berikut :
1) Setting bahan bakar LPJ, pasang regulator dengan benar
2) Buka kran pada selang LPJ yang berhubungan dengan mesin oven.
3) Buka tempat pengapian pada mesin oven, nyalakan apinya
4) Atur nyala api dengan mengatur kren pada selang antara LPJ dengan
mesin oven.
5) Tutup tempat pengapian pada mesin oven dan biarkan selama 10 menit
agar panas didalam oven merata.
6) Buka mesin oven, buka oven putarnya, masukkan kacang sesuai yang
dikehendaki, tapi jangan sampai melebihi kapasitas mesin oven yaitu 50
kg.
7) Hidupkan motor, sehingga memutar mesin oven.
8) Tunggu sampai warna dari kulit sudah sesuai yang ditentukan (matang).
9) Matikan motor
10) Buka mesin oven, buka oven putarnya, ambil kacang garing yang sudah
matang.
11) Masukan kedalam kantong dan ditimbang lalu dikemas.

2. Hasil Pengujian
Uji coba alat adalah untuk menguji mesin oven putar tdengan parameter : a).
waktu yang dibutuhkan; b). jumlah kacang yang gosong dalam satu kali
pengovenan; c). bahan bakar yang digunakan; d). kestabilan alat / bergetar
tidaknya alat.
Hasil uji coba untuk mengukur waktu yang di butuhkan untuk satu kali
pengovenan adalah untuk mengoven kacang dengan berat 15 kg per oven, 25 kg
per pengopenan, 35 kg /pengopenen, 45 kg / pengopenen dan dibandingkan
dengan hasil oven manual dengan kapasitas 2 kg /pengopenan dengan waktru
yang dibutuihkan sebesar 30 menit.
Untuk mengetahui berapa banyak kacang garing yang gosong digunakan
metode setiap kali selesai pengovenan, kacang diambil dengan satu gelas ukur.
Selanjutnya dihitung berapa banyak kacang yang gosong dan berapa banyak
kacang yang ada di dalam gelas itu seluruhnya. Kemudian dihitung berapa persen
yang gosong itu.
Hasil uji coba alat untuk menguji waktu yang dibutuhkan untuk setiap kali
pengovenan, uji coba kestabilan/bergetar tidaknya alat dan uji coba berapa banyak
jumlah kacang yang gosong dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Hasil uji coba pengovenan kacang


No Uji Berat Kacang Waktu matang Kestabilan alat / Jumlah kacang yang
(kg) (menit) bergetar tidaknya gosong
1 15 15 Agak bergetar 3%
2 25 20 Tidak bergetar 3%
3 35 45 Tidak bergetar 3%
4 45 50 Tidak bergetar 4%
PKMT-1-13-9

Pengujian berikutnya adalah pengujian tentang bahan bakar yang dibutuhkan


untuk pengoperasian mesin oven putar ini. Pada pengujian ini digunakan
timbangan untuk menimbang berat tabung LPJ beserta isinya. Dari hasil yang di
dapat diperoleh hasil sebagai berikut:
Berat tabung LPJ dan isinya sebelum digunakan : 17,9 kg
Berat tabung LPJ dan isinya setelah digunakan : 16,8 kg
Bahan bakar yang digunakan : 1,1 kg
Bahan bakar LPJ sebanyak 1,1 kg digunakan untuk mengoven kacang
seberat : 15 kg + 25 kg + 35 kg + 45 kh = 120 kg. Berarti tiap kg kacang
memerlukan bahan bakar LPJ sebesar : 1,1 / 120 kg = 0,0092 kg bahan bakar LPJ/
kg kacang
Bahan bakar yang digunakan untuk mengoven kacang seberat 10 kg dengan
cara manual diukur dengan cara berapa liter bahan bakar yang di masukkan ke
dalam kompor dan berapa liter yang masih tersisa setelah pengovenan selesai.
Dan diperoleh hasil sebagi berikut :
volume minyak sebelum digunakan mengoven : 5 liter
volume minyak setelah digunakan mengoven : 3,2 liter
volume minyak yang digunakan : 1,8 liter
Bahan bakar minyak sebanyak 1,8 liter digunakan untuk mengoven kacang
sebesar : 10 kg. Berarti tiap kg kacang memerlukan bahan bakar minya sebanyak :
1,8/10 = 0,18 liter minyak / kg kacang.

Pembahasan
1. Pengujian untuk mencari berapa waktu yang dibutuhkan untuk mengoven
kacang diperoleh bahwa wktu rata-rata yang dibutuhkan seperti tercantum
pada tabel 2 berikut :

Tabel 2. waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk pengovenan 1 kg kacang


No Uji Berat Kacang Waktu matang Waktu pengovenan 1 kg
(kg) (menit) kacang
1 15 15 15/ 15 = 1
2 25 30 30/25 = 1,2
3 35 55 55 /35 = 1,6
4 45 75 75/45 = 1,7

Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk mengoven 1kg kacang adalah :


(1 + 1,2 + 1,6 + 1,7 ) / 4 = 1,375 menit. Sedangkan waktu yang digunakan
oven sebelumnya untuk mengoven 1 kg kacang dibutuhkan waktu 30
menit/10 kg = 3 menit. Sehingga mesin oven ini lebih baik 1,6 menit
untuk mengoven 1 kg kacang.
2. Pengujian untuk memeriksa kestabilan rangka yaitu menguji bergetar
tidaknya mesin oven putar ini menunjukkan bahwa pada setiap percobaan
yang dilakukan baik dengan beban kacang sebesar 25 kg, 35 kg dan 45 kg
mesin oven putar ini tidak mengalami getran yang berarti. Namun
demikian pada waktu percobaan dengan beban kacang yang diputar
seberat 15 kg mesin oven putar ini mengalami sedikit getaran, hal ini
PKMT-1-13-10

dikarenakan beban yang ringan dan daya mesin yang besar menyebabkan
putarannya sagak lebih tinggi sehingga mengakibatkan timbul getaran
pada mesin.
3. Pengujian untuk mengetahui seberapa banyak kacang yang gosong dalam
satu kali pengovenan menunjukkan bahwa pada pengovenan dengan beban
kacang 15 kg, 25 kg dan 35 kg jumlah yang gosong 3 %. Sedang untuk
beban kacang seberat 45 kg sebanyak 4 %. Hal ini terjadi karena pada saat
pengujian dilakukan operator mesin masih belum terbiasa dengan alat ini,
jika sudah terbiasa dengan alat ini maka diharapkan jumlah yang kacang
yang gosong sebesar 3 % atau kurang dari itu. Sedangkan alat oven
manual menunjukan bahwa setiap pengovenan dengan daya tampung
sebesar 5 kg per pengovenan, jumlah kacang yang gosong sebesar 5 %.
Sehingga bila dibandingkan dengan mesin oven putar hasil mesin oven
putar jauh diatas mesin oven manual.
4. Pengujian untuk menghitung berapa jumlah konsumsi bahan bakar LPJ
ayang digunakan per satu kg kacng pada saat pengovenan menunjukkan
bahwa mesin oven putar ini menghabiskan sebanyak 0,0092 kg bahan
bakar LPJ/ kg kacang. Sedang kang oven sebelumnya menunjukkan
pemakian bahan bakar sebanyak 0,18 liter minyak tanah / kg kacang. Jika
angka-angka ini dihitung berdasarkan harga tiap kg bahan bakar masing-
masing maka akan didapat angka sebgai berikut :
a. Harga bahan bakar LPJ per 2 kg = Rp. 37.500,-. Atau Rp. 18.750.-/kg
LPJ
Jika digunakan 0,0092 kg maka : 0,0092 x Rp 18.750,- = Rp. 172,5 /kg
kacang.
b. Harga bahan bakar minyak 1 liter = Rp. 1.200,-
Jika digunakan 0,18 liter maka : 0,18 x Rp. 1200 = Rp. 216 /kg
kacang. Sehingga dari perhitungan yang ada maka penggunaan mesin
oven putar ini lebih ekonomis. Disamping dengan menggunakan bahan
bakar LPJ maka akan lebih menjamin keberlangsungan proses
produksi mengingat bahan bakar minyak tanah kadang-kadang susah
dicari di pasaran dengan harga yang tak menentu.
5. Pengujian terhadap nilai kebersihan dan kesehatan menunjukkan bahwa
dengan menggunakan mesin oven putar ini maka kebersihan dan kesehatan
produk dan lingkungan semakin terjaga. Hal ini ditunjukkan dengan
semakin bersihnya tempat pembuatan kacang garing di perusahaan
tersebut.
6. Penggunaan listrik untuk menggerakkan motor pada mesin oven putar ini
juga tidak terlalu besar, mengingat motor yang digunakan hanya sebesar 1
HP yang membutuhkan listrik sebesar 850 watt atau setara dengan 850 x
60 menit = 51 KWH (kilo watt jam) . Jika 1 KWH listrik berharga RP.
350 maka untuk menjalankan motor listriknya dibutuhkan ongkos sebesar
51 x Rp. 350 = Rp. 17.850,-
PKMT-1-13-11

KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan program voucer yang telah dilakukan maka dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Mesin oven putar untuk mengoven kacang telah berfungsi dengan baik
dengan kapasitas maksimum 50 kg tiap pengovenan
2. Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk mengoven 1 kg kacang adalah
1,375 menit. Sedangkan waktu yang digunakan oven sebelumnya 3 menit.
Sehingga mesin oven ini lebih baik 1,6 menit untuk mengoven 1 kg
kacang.
3. Pengujian untuk memeriksa kestabilan rangka yaitu menguji bergetar
tidaknya mesin oven putar ini menunjukkan bahwa pada setiap percobaan
yang dilakukan oven putar ini tidak mengalami getaran yang berarti.
4. Pengujian untuk mengetahui seberapa banyak kacang yang gosong dalam
satu kali pengovenan menunjukkan bahwa jumlah yang gosong 3 %.
Sedangkan alat oven manual menunjukan bahwa setiap pengovenan
dengan daya tampung sebesar 5 kg per pengovenan, jumlah kacang yang
gosong sebesar 5 %. Sehingga bila dibandingkan dengan mesin oven
putar hasil mesin oven putar jauh diatas mesin oven manual.
5. Pengujian untuk menghitung berapa jumlah konsumsi bahan bakar LPJ
ayang digunakan per satu kg kacang pada saat pengovenan menunjukkan
bahwa mesin oven putar ini menghabiskan sebanyak 0,0092 kg bahan
bakar LPJ/ kg kacang atau Rp. 172,5 /kg kacang. Sedangkan oven
sebelumnya menunjukkan pemakian bahan bakar sebanyak 0,18 liter
minyak tanah / kg kacang atau Rp. 216 /kg kacang.
6. Pengujian terhadap nilai kebersihan dan kesehatan menunjukkan bahwa
dengan menggunakan mesin oven putar iuni maka kebersiham dan
kesehatan produk dan lingkungan semakin terjaga. Hal ini ditunjukkan
dengan semakin bersihnya tempat pembuatan kacang garing di perusahaan
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
__________. 2002. Jawa Timur Dalam Angka 2001, BPS dan BAPPEDA Jawa
Timur, Surabaya.
__________. 2002. Jember Dalam Angka 2001, BPS dan BAPPEDA Kab.
Jember, Jember.
Eko P.W. 2001. TTG: Membuat Kacng Oven. Trubus, Jakarta.
Holman J.P. 1988. Perpindahan Panas (Terjemahan). PT. Erlangga, Jakarta
Suharto. 1991. Teknologi Pengawetan Pangan. Rineka Cipta, Jakarta
Sularso. 1991. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. PT. Pradya
Paramita, Jakarta
Tiar Achdian. 2002. Perancangan dan Pembuatan Alat Pengupas Biji Kacang.
Tugas Akhir Diploma III Teknik Universitas Jember
PKMT-1-14-1

PEMANFAATAN GONAD BULU BABI SEBAGAI PANGAN


ALTERNATIF PENGGANTI IKAN

William Geif Iwanggin dan Theo Usior


Universitas Negeri Papu, Manokwari

ABSTRAK

Kata kunci:
PKMT-1-15-1

KOMUNIKASI DATA VIA JALA JALA LISTRIK

Rama Kurnia Pasifik, Bayu Al Fajri, Angga Setya Perdana


Program Studi Teknik Elekomunikasi Politeknik Negeri Jakarta, Depok

ABSTRAK
Dengan kemajuan dalam bidang telekomunikasi proses pertukaran informasi
dapat terjadi dengan cepat dan akurat, sehingga halangan berupa jarak dapat
diatasi. Untuk merealisasikan sistem komunikasi tersebut diperlukan beberapa
sumber daya diantaranya bandwidth, yakni pita frekuensi yang dimiliki oleh
media transmisi , agar informasi tersebut dapat dikirimkan ke tempat yang jauh
diperlukan modulasi untuk menempatkan informasi di dalam bandwidth tersebut.
Dimana frekuensi pembawanya disesuaikan dengan media transmisi yang akan
digunakan. Salah satu media transmisi yang memungkinkan untuk digunakan saat
ini adalah jala jala listrik, karena jala-jala listrik tersebut telah terpasang dan
hanya digunakan untuk mendistribusikan daya listrik. Berdasarkan penelitian
terdahulu ( Asep Sujana, 2001 ) didapat bahwa media jala jala listrik dapat
membawa informasi dengan laju data 368 kbps. Sistem telekomunikasi dengan
jala jala listrik sebagai medianya menggunakan frekuensi yang relatif rendah
(368 Khz) dan hanya dapat mencakup komunikasi dalam satu fasa yang sama.
Tetapi pada dasarnya sistem telekomunikasi yang berbasis dengan jala jala
listrik menawarkan tingkat efisiensi dan ekonomis yang tinggi, dimana tidak lagi
perlu menyewa jalur sewa dengan cara merubahnya menjadi sinyal sinus
termodulasi FSK dengan frekuensi 2200 Hz. Selain itu dalam merealisasikan
sistem komunikasi data dengan memanfaatkan jala-jala listrik sebagai media
transmisinya, hal terpenting lainnya adalah bagaimana membuat rangkaian
interface antara sistem komputer dengan jala- jala listrik, dimana kedua sistem
ini memiliki perbedaan karakteristik yang sangat signifikan Pada penelitian ini
rangkaian interface dirancang dengan menggunakan transformator dan
rangkaian high pass filter. Keunggulan penggunaan jala-jala listrik yang
diperoleh adalah dalam hal ketersediaan infrastruktur serta instalasinya yang
rapih merupakan suatu hal yang dapat diangkat sebagai keunggulan yang
dimiliki jala jala listrik sebagai media transmisi dibandingkan dengan media
transmisi komunikasi data lainnya. Sehingga dengan memanfaatkan media ini
berarti biaya pengadaan media transmisi komunikasi data dapat dihemat serta
pengembangan jaringan komunikasi data dalam cakupan yang luas dapat
dilakukan dengan lebih mudah mengingat jaringan jala jala listri sudah terinstal
dimana mana. Dengan kata lain teknologi ini menawarkan efisiensi yang tinggi
baik bagi penyelenggara maupun pelanggan.
Kata Kunci : Komunikasi, Komputer, Jala-Jala Listrik, Efisiensi

PENDAHULUAN
Teknologi komputer saat ini memegang peranan penting dalam segala
bidang, baik itu teknik, kedokteran, ekonomi pemerintahan dan lain lain.
Kemajuan komputer yang begitu cepat menghasilkan komputer komputer yang
memiliki kemampuan yang sangat canggih dilengkapi dengan fitur fitur yang
lebih baik yang disediakan untuk membantu dan mempermudah manusia yang
PKMT-1-15-2

mempergunakannya khususnya keinginan manusia untuk saling berkomunikasi


satu sama lainnya.
Kemampuan komputer tesebut tidak akan banyak bermanfaat bagi manusia
tanpa adanya sarana komunikasi yang memadai baik antara komputer dengan
manusia yang menggunakan hasilnya maupun komputer satu dengan yang lainnya
untuk saling mempertukarkan data dalam rangka menyelesaikan suatu proses
pertukaran data antara pengontrol ( komputer ) dengan alat lain atau sistem yang
dikontrolnya berjauhan. Untuk memungkinkan komunikasi antar komputer pada
jarak yang cukup jauh biasanya menggunakan jaringan PSTN dimana biaya untuk
sewa jalur ( leased line ) menjadi permasalahan penggunannya.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu kiranya dibuat alat
yang dapat mengkomunikasikan dua buah komputer pada jarak yang cukup jauh
dengan menggunakan jaringan jala jala listrik sebagai media transmisinya.
Dimana dengan menggunakan jala jala listrik tidak perlu lagi membayar biaya
sewa jaringan sehingga dari segi ekonomi jauh lebih hemat dan terjanggkau.
Alasan lainnya adalah bahwa jaringan jala jala listrik terdistribusi secara luas
sehinga tidak perlu lagi menyediakan jaringan baru. Dari segi keindahan
penggunaan jaringan listrik terlihat lebih rapih dan indah, karena tidak lagi
memasang instalasi kabel yang berantakan dan tidak enak dipandang.
Tujuan dari pembuatan alat ini adalah memanfaatkan jala jala listrik
sebagai media transmisi komunikasi data antar komputer sehingga dapat
menekan sewa jalur komunikasi dan efisiensi dapat ditingkatkan. Selain itu
diharapkan dapat dijadikan sebagai media transmisi alternatif bagi komunikasi
data dewasa ini. Agar media ini layak untuk dipergunakan dalam jaringan yang
lebih luas diharapkan penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut karena
media transmisi jala jala listrik ini memiliki beberapa keunggulan sebagai media
transmisi komunikasi data yang tidak dimiliki oleh media transmisi lainnya.

METODE PENELITIAN
Dalam melakukan pendekatan untuk mewujudkan sistem ini, dilakukan
kegiatan observasi secara kontinyu yang meliputi pengamatan dan sekaligus
melakukan penelitian, percobaan serta pengimplementasian sistem yang dibuat.
Adapun perincian observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Waktu
Observasi dilakukan pada tanggal 16 November 2005 30 Desember 2005.
Lama
Adapun observasi dilakukan kurang lebih 2 bulan.
Tempat
Observasi dilakukan di Laboratorium Politeknik Negeri Jakarta yang
meliputi Laboratorium Komunikasi Data, Laboratorium Transmisi, Bengkel
elketronika, laboratorium interface dan laboratorium Komunikasi Radio,
Selain itu observasi mengenai ketersedian komponen di pasar dilakukan di
pertokoan glodok Jakarta.
Bahan dan Alat yang Digunakan
Personal Komputer, Komponen elektronika (Capasitor, Induktor, Resistor),
PCB, Solder, Timah. Software. Alat ukur.
Tahap pelaksanaan :
PKMT-1-15-3

9 Mempelajari karakteristik kabel jala jala listrik, meliputi


o Level Tegangan
Pada tahap ini multimeter dihubungkan pada tegangan jala jala
melalui soket yang ada di dinding.
o Frekuensi Tegangan Listrik
Dengan cara yang sama seperti pegukuran tegangan jala jala
frekuensi dengan memutar range pengukuran ke pengukuran
frekuensi pada multimeter.
o Attenuasi
Mengukur tegangan pada dua titik tertentu dengan jarak kurang
lebih 15 meter dan dihitung besar nilai dB nya dengan
persamaan V ( dB ) = 20 log V , pada tiap titiknya. Kemudian
menghitung selisih V ( dB ) nya, besar nilai Minus yan didapat
merupakan nilai attenuasi kabel jala jala listrik sepanjang 15
meter.
o Bandwidth
Mengirimkan tegangan AC pada titik pengirim dengan level
tegangan dan frekuensi tertentu kemudian melihat respon level
tegangan dan frekuensinya pada titik penerima. Kemudian
respon pada titik penerima dibandingkan dengan level tegangan
dan frekuensi pada titik pengirim. Selanjutnya level tegangan
dan frekuensi pada titik pengirim dinaikkan sampai respon level
tegangan dan frekuensi pada titik penerima mulai menunjukkan
perbedaan yang signifikan.
9 Rancang bangun rangkaian pengkopel
o Menetapkan spesifikasi rangkaian penkopel yang akan dibuat.
o Merancang rangkaian pengkopel berdasarkan spesifikasi yang
telah ditetapkan.
o Melengkapi komponen yang diperlukan.
o Membuat layout pada PCB.
o Merakit komponen pada PCB
9 Rancang bangun rangkaian modulator dan demodulator ( modem )
AM.
o Menetapkan frekuensi kerja modem AM.
o Memilih komponen yang digunakan.
o Membuat layout pada PCB.
o Merakit komponen pada PCB.
9 Rancang bangun rangkaian modulator dan demodulator FSK.
o Menetapkan frekuensi kerja modem FSK.
o Memilih komponen yang digunakan.
o Membuat layout pada PCB.
o Merakit komponen pada PCB
9 Mengkonfigurasi jaringan komputer point to point via jala jala.
o Menghubungkan komputer A dengan Modem FSK dan Modem
AM dengan menggunakan RS 232.
o Menghubungkan rangkaian Modem ke jala jala listrik melalui
rangkaian pengkopel.
o Mengulangi kedua langkah di atas untuk komputer B.
PKMT-1-15-4

9 Mengetes kinerja sistem secara keseluruhan.


o Menghidupkan kedua komputer.
o Menjalankan program komunikasi data.
o Mengaktifkan status pengirim untuk komputer pengirim dan
sebaliknya.
o Mengirimkan data ke komputer penerima.
o Melihat hasilnya pada komputer penerima.
9 Meng-tuner frekuensi kerja alat sesuai dengan frekuensi efektifnya.
o Menyesuaikan frekuensi Modem pada komputer penerima
dengan frekuensi pada komputer pengirim dengan cara memutar
osilator.
9 Merekonfigurasi sistem jika diperlukan.
o Pada tahap ini dilakukan agar performansi yang diharapkan
tercapai dengan cara mengatur kembali frekuensi kerja modem
baik modem FSK maupun modem AM.

HASIL DAN PEMBAHASAN

INPUT

INTERFACE FSK PEMANCAR


PENGIRIM MODULATOR AM

PENGKOPEL

PENGKOPEL
OUTPUT

INTERFACE FSK PENERIMA


PENERIMA DEMODULATOR AM

Karakteristik saluran transmisi jala jala listrik didapatkan data sebagai


berikut :
o Tegangan yang didapatkan sebesar kurang lebih 210,5 V.
o Frekuensi pada tegangan jala jala sebesar kurang lebih 49,89 Hz.
o Laju data 368 kbps
Blok interface pengirim
PKMT-1-15-5

Merupakan blok yang mengubah level logika output komputer RS 232


menjadi level logika TTL modulator FSK. Pada blok ini digunakan ICL RS
232 receiver / driver sebagai komponen utamanya. Level logika 1 dengan
tegangan antara -5 V dan -12 V pada input ICL RS 232 (interface) akan
menghasilkan output berlogika 0 dengan level logika 0 V sampai dengan 0,2
V. Dan logika 0 dengan level tegangan antara +5 V dan +12 V pada input
ICL RS 232 akan menghasilkan output dangan level logika 1 dimana
teganganya sebesar 4,7 V.
Blok modulator FSK
Merupakan blok yang mengubah sinyal TTL digital menjadi sinyal analog
FSK. Frekuensi osilasi yang digunakan untuk Mark (logika 1) adalah sebesar
1200 Hz dan frekuensi osilasi untuk space (logika 0) adalah 2200 Hz. Hal ini
berdasarkan catatan aplikasi XR-2206 yang menyatakan bahwa nilai
frekuensi bawah sekurang kurangnya 55 % dari frekuensi atasnya.

Blok pengirim AM
Merupakan blok yang memodulasi sinyal FSK yang dimodulasi dengan
pembawa AM. Input pada blok pengirim AM berupa sinyal FSK yang
berasal dari IC XR-2206 dengan frekuensi tengah 1700 Hz atau microfon
yang mempunyai rentang frekuensi 300 Hz 3400 Hz. Frekuensi carrier
pada pengirim dihasilkan dari osilator local yang dibangun oleh gerbang
logika Not sebesar 180 Khz. Selanjutnya kedua sinyal dicampur melalui
modulator AM yang kemudian akan menghasilkan sinyal termodulasi AM
yang memiliki frekuensi Center 360.300 Hz sampai 363.400 Hz. Sebelum
ditransmisikan, Sinyal tersebut dikuatkan oleh RF amplifier dengan Po max
= 9,665. 10 -4 watt.
Blok pengkopel
Setelah dikuatkan sinyal AM dilewatkan ke blok pengkopel yang berfungsi
untuk mentransmisikan sinyal AM pada jala jala listrik dan memblok
tegangan AC 220 dari jala jala listrik. Komponen yang digunakan
Capasitor 22nF/400V. Dengan mengunakan persamaan Xc = 1/(2fC)
untuk frekuensi yang diketahui sebesar 368 Khz maka akan didapat Xc =
19,685 . Untuk sinyal 220V/50Hz akan didapat Xc = 144,759 K. Dengan
demikian dapat disimpulkan sinyal AM reaktansi kapasitifnya kecil sehingga
carrier AM dapat dilewatkan pada jala jala listrik. Sedangkan pada sinyal
220V/50Hz reaktansi Capasitif yang dihasilkan besar, sehingga sinyal
tersebut di blok agar tidak masuk kedalam rangkaian.
Blok penerima AM
Merupakan blok yang menerima sinyal pembawa dari jala jala listrik yang
selanjutnya mendemodulasi sinyal FSK yang berasal dari blok pengkopel
penerima. Pada blok ini terdapat rangkaian demodulator AM yang akan
mendemodulasi sinyal pembawa yang termodulasi AM agar menjadi sinyal
FSK yang selanjutnya diteruskan ke blok FSK demodulator. Besar frekuensi
output dari demodulator yang didapat adalah antara 180.300 Hz sampai
183.400 Hz.
Blok FSK demodulator
PKMT-1-15-6

Merupakan blok yang merubah sinyal analog FSK menjadi sinyal logika
digital. Rangkaian ini dibangun oleh IC XR-2211 dengan frekuensi center
1700 Hz
Blok interface penerima
Merupakan blok yang merubah level logika rangkaian demodulator FSK
menjadi level logika RS 232. Sinyal output digital dari rangkaian
demodulator FSK dengan level tegangan 0 V - 1,2 V ( logika 0 ) akan diubah
oleh blok interface penerima ke dalam bentuk level logika RS 232 dengan
level tegangan sebesar 12 V. Sedangkan level tegangan 2 V 5 V ( logika
1 ) akan diubah dalam bentuk level logika dengan tegangan sebesar 12 V.
Software aplikasi yang digunakan adalah hyperterminal yang sudah tersedia
pada sistem operasi windows, Software ini bisa dijalankan pada sistem yang
terkonfigurasi.

KESIMPULAN
1. Blok interface pengirim dan penerima mengubah level logika RS 232 dari
input tegangan 12,3 V menjadi level logika TTL sebesar 0,2 V dan
mengubah level RS 232 -12,3 V menjadi level logika TTL sebesar 4,7 V.
2. Blok rangkaian FSK modulator mengubah sinyal digital menjadi sinyal
analog termodulasi FSK. Logika satu pada input modulator FSK akan diubah
menjadi sinyal sinus termodulasi FSK dengan frekuensi 1200 Hz. Dan logika
nol pada input modulator FSK akan menghasilkan sinyal sinus termodulasi
FSK dengan frekuensi 2200 Hz.
3. Sinyal keluaran dari modulator FSK yang termodulasi FSK dengan frekuensi
pusat sebesar 1700 Hz akan dimodulasi amplitudo oleh blok modulator AM
dengan frekuensi pembawa sebesar 368 Khz.
4. Sinyal gelombang pembawa sebesar 368 Khz yang dipancarkan pembawa
akan didemodulasi oleh blok demodulator AM penerima dan hasil
demodulasi ini menghasilkan sinyal yang berfrekuensi 184 Khz.
5. Blok demodulator FSK akan mengubah kembali sinyal analog yang
termodulasi FSK yang didapat dari keluaran. Pemancar AM jala jala
menjadi sinyal digital dengan level logika TTL berkisar antara 0 V 5 V.
6. Kabel jala jala listrik dapat digunakan sebagai media transmisi suara dan
data. Pemilihan kabel jala jala listrik dimaksudkan agar sistem tidak
memerlukan kabel baru sebagai media transmisi data.
7. Pada jarak 15 m alat ini dapat melayani komunikasi yang cukup baik dan
untuk jarak yang lebih jauh lagi dapat dilakukan dengan memperbesar daya
pancar.
8. Penggunaan port serial pada alamat 2F8 H dan 3F8 H agar tidak memerlukan
card tambahan address decoder pada sistem komputer yang dipergunakan
sebagai sistem stasiun pengirim dan penerima data.
9. Kecepatan data sistem komunikasi data antar komputer dengan
menggunakan jala jala listrik ini adalah 300 Baudrate.
10. Komunikasi yang dapat dilakukan adalah apabila pengirim dan penerima
berada pada satu fasa dan pada satu gardu yang sama.
11. Bagian yang paling penting dari perangkat pengirim dan penerima adalah
blok pengkopel yang terdiri dari kapasitor seri C22 dan C23 yang terhubung
langsung dengan saluran jala - jala listrik dimana kapasitor ini berfunggsi
PKMT-1-15-7

untuk memblok tegangan AC 220 V/50 Hz dan melewatkan sinyal pembawa


gelombang informasi.
12. Sistem ini masih sangat peka terhadap kejutan kejutan listrik sesaat (respon
impulse) yang diakibatkan tidak stabilnya daya listrik.
13. Jarak yang dipakai pada uji coba sistem ini masih terbatas lebih kurang 15 m.

DAFTAR PUSTAKA
Tomasi, wayne. 1987. Electronik Communication System. Philippine
Part, glenn. 1999. Domestic Power Line Carrier. University of Newcastle
Australia
Mallack, Engstrom. 1976. RF Impedance of United States and European Power
Lines, IEEE Transection ofn Electromagnetic Copatibility.
Roody, Dennis, John coolen. 1993. Komunikasi Elektronika Jilid I. Jakarta :
Erlangga
Application Notes XR 2206. 1997. XR 2206 Monolithic Function Generator.
EXAR Coorporation
Application Notes XR 2211. 1997. XR 2211 FSK Demodulator Tone Decoder.
EXAR Coorporation.
PKMT-1-16-1

PEMANFAATAN SENSOR CAHAYA SEBAGAI ALAT UNTUK


MENGUKUR KADAR HEMOGLOBIN DALAM DARAH

Supriatna Adhisuwignjo, Akhmad Zainuri, Sandi S Pramono, Lutfi Ariful Chakim


Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Malang, Malang

ABSTRAK
Darah merupakan dalam tubuh manusia yang sangat penting dimana, darah
berfungsi sebagai alat transportasi, salah satunya menyangkut oksigen keseluruh
tubuh. Darah itu sendiri terdiri dari beberapa komponen diantaranya elitrosit
yang memberikan warna merah pada darah dan didalam elitrosit itu terdapat
hemoglobin yang mempengaruhi warna merah darah. Warna merah itu sangat
dipengaruhi oleh hemoglobin saat mengikat oksigen dan disebut sebagai
oksihemoglobin (HbO2). Berdasarkan perbedaan kepekatan warna darah, kita
dapat mengukur kadar hemoglobin dalam darah manusia. Metode yang dipakai
untuk menganalisis kadar hemoglobin dalam darah adalah dengan menggunakan
parameter kepekatan warna darah. Alat ini merupakan suatu system yang dapat
mengukur kadar hemoglobin darah manusia berdasarkan intensitas cahaya yang
diterima oleh sensor. Nilai yang ditampilkan melalui LCD disesuaikan
berdasarkan HB Sahli yaitu gr%.

Kata Kunci: Hemoglobin, darah, mikro kontroler, ADC 0804.

PENDAHULUAN
Darah merupakan unsur dalam tubuh manusia yang sangat penting dimana,
darah berfungsi sebagai alat transportasi, salah satunya mengangkut oksigen ke
seluruh tubuh. Oksigen tersebut diikat oleh komponen darah untuk didistribusikan
ke seluruh tubuh melalui jantung yang berfungsi sebagai pemompa darah.(2,3)
Darah itu sendiri terdiri dari beberapa komponen diantaranya eritrosit yang
memberikan warna merah pada darah, dan didalam eritrosit itu terdapat
hemoglobin yang mempengaruhi warna merah darah. Warna merah itu sangat
dipengaruhi oleh hemoglobin saat mengikat oksigen dan disebut sebagai
oksihemoglobin (HbO2). (1,3)
Dari uraian di atas, berdasarkan perbedaan kepekatan warna darah, kita
dapat mengukur kadar hemoglobin dalam darah manusia. Dengan mengacu pada
kepekatan warna darah maka dapat dirancang sebuah alat untuk mengukur kadar
hemoglobin dengan menggunakan sensor cahaya. Dan diolah secara digital oleh
mikrokontroller (7,8).
Dalam pengukuran hemoglobin darah dengan menggunakan Hb Sahli,
seringkali membutuhkan waktu yang lama sehingga kondisi darah telah
membeku. Apalagi jika darah pasien diambil sebanyak 20L dengan
menyedotnya, pasien akan merasa kesakitan. Sehingga dengan alat yang kami
buat, pasien tidak perlu mengeluarkan darah yang terlalu banyak cukup satu tetes
hasil dari hemoglobin dapat langsung dilihat.

Tujuan Kegiatan
Merancang suatu prototipe alat pengukur kadar hemoglobin dalam darah.

1
PKMT-1-16-2

Membantu manusia untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam darah


yang dapat dijadikan sebagai salah satu referensi kesehatan seseorang.

Kegunaan
Alat ini dapat dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat umum secara
optimal serta dengan biaya yang lebih terjangkau bagi setiap lapisan masyarakat.
Disamping itu alat ini juga bisa dibawa dengan mudah karena bentuknya yang
berukuran kecil.

METODE PENELITIAN
Metode yang dipakai untuk menganalisis kadar hemoglobin dalam darah
adalah dengan menggunakan parameter kepekatan warna darah, semakin tinggi
kadar hemoglobin dalam darah maka warnanya akan semakin pekat. Pada awal
percobaan mengambil sampel darah dan kemudian diukur dengan menggunakan
alat yang disebut HB Sahli (seperti yang ditunjukkan pada gambar 1). Setelah
diketahui nilai secara analog dan dicatat, lalu sampel tersebut diukur dengan
sensor cahaya dengan satu sisi gelas ukur yang lain dikenai sumber cahaya. Lalu
nilai resistansi dari sensor cahaya diukur dengan menggunakan AVOmeter. Hasil
percobaan pertama ini lalu dimasukkan ke dalam table. Untuk membuat referensi
awal, percobaan diatas diulang sampai beberapa kali dan hasilnya di masukkan ke
tabel. Nilai yang terukur kemudian dibuat acuan sementara sebagai nilai penentu
dalam pembuatan alat.

Gambar 1. pengukuran kadar Hb dengan menggunakan Hb Sahli.

Setelah nilai secara elektronis didapat lalu dirancang suatu system alat
pengukur kadar Hb dengan menggunakan beberapa komponen elektronik dengan
memanfaatkan mikrokontroller AT89S51 sebagai controller dan pengolah data
dan ditampilkan dengan LCD M1632. Adapun secara blok diagram ditunjukkan
sebagai berikut :

Obyek Sensor Operational ADC Mikrokontroller


Darah Amplifier
(LDR) AT89S51

LCD

2
PKMT-1-16-3

1. Mikrokontroler Atmel AT89S51


Digunakan sebagai pengubah nilai bit dari ADC kemudian diteruskan ke
dalam LCD yang dapat dilihat dalam bentuk karakter. Adapun karakteristiknya
sebagai berikut. Mikrokontroler AT89S51 adalah mikrokontroler CMOS 8 bit
dengan 4KB Flash Programmable and Erasable Read Only Memory (PEROM).
Mikrokontroler berteknologi memori non-volatile berkecepatan tinggi dari Atmel
ini kompatibel dengan mikrokontroler MCS-51 (seperti mikrokontroler 8031 yang
terkenal dan banyak digunakan beberapa waktu lalu) yang telah menjadi standart
industri, baik dalam jumlah pin IC maupun set instruksinya.
AT89S51 mempunyai memori yang terdiri dari RAM internal dan Special
Function Register (SFR). RAM internal berukuran 128 byte dan beralamatkan
00H-7FH serta dapat diakses menggunakan RAM address register.

2. Konfigurasi Pin-pin MCU AT8951


Konfigurasi pin-pin MCU AT89S51 digolongkan manjadi sumber
tegangan, pin isolator, pin kontrol, pin I/O dan pin untuk interupsi luar. Gambar
berikut ini adalah konfigurasi dari pin-pin T89C51.

Tabel 1. Denah Register Fungsi Khusus*)


*) Atmel, 2001, Data Sheet, Halaman 6.

Fungsi-fungsi pin AT89S51:


1. Vcc, pin positif sumber tegangan 5 Volt DC
2. GND, pin grounding sumber tegangan
3. Port 0, merupakan port input/output 8 bit full duplex (dua arah). Port ini
dapat digunakan sebagai multiplex bus ke alamat rendah dan bus data
selama adanya akses memori program atau data luar. Port 0 dapat dibebani 8
input TTL. Saat port 0 ditulis, pin-pinnya dapat digunakan sebagai
impedansi tinggi. Port 0 juga menerima kode 8 bit selama program
pengisian dan pull-ups eksternal dibutuhkan selama pencocokan program.

3
PKMT-1-16-4

4. Port 1, mempunyai fungsi sama dengan port 0 dengan internal pull up.
Buffer dari output 1 dapat dibebani 8 pin input TTL. Masing-masing pin
tidak tergantung pada pin lainnya.
5. Port 2, mempunyai fungsi yang sama dengan port 0 dan port 1 yaitu 8 bit
bidirectional I/O dengan internal pull-ups. Buffer dari port 2 dapat menyerap
atau sumber empat input TTL.
6. Port 3 juga sama dengan port 2 tetapi port ini mempunyai keistimewaan
antara lain:
3. P3.0 (RXD) masukan penerima data serial (asynchronous), atau sebagai
masukan / keluaran data (synchronous).
4. P3.1 (TXD) keluaran pengirim data serial (asynchonous), atau sebagai
keluaran clock (synchronous).
5. P3.2 (INT0) interupsi 0 eksternal (masukan interupsi).
6. P3.3 (INT1) interupsi 1 eksternal (masukan interupsi).
7. P3.4 (T0) masukan eksternal waktu / pencacah 0.
8. P3.5 (T1) masukan eksternal waktu / pencacah 1.
9. P3.6 (WR) sebagai penulisan data memori data eksternal.
10. P3.7 (RD) sebagai pembacaan data memori data eksternal.
11. RST, pin ini berfungsi untuk me-reset sistem mikrokontroler AT89S51.
perubahan taraf tegangan data rendah ke tinggi akan me-reset mikrokontroler.
12. 7.ALE / PROG (Address Latch Enable) / (Pulsa Program)
13. Pin ini berfungsi untuk mengunci alamat rendah pada saat akses memori
program luar. Pin ini merupakan pembeda antara data dan program pada lower
byte. Pada operasi normal, pin ini mengeluarkan pulsa sebesar 1/6 dari osilator
frekuensi secara terus menerus.
7. PSEN (Program Store Enable) adalah pin yang berfungsi menghubungkan
memori program eksternal dengan bus selama proses akses.
8. EA / Vpp, pin pengontrol pokok pada mikrokontroler. Untuk akses
internal program EA diharuskan terhubung ke Vcc, sebaliknya untuk akses
eksternal EA harus dihubungkan ke ground.
14. 10.XTAL1 [Andrie Kristiyono & Rizal Wahyu, 2004]*), pin ini
merupakan masukan ke penguat osilator yang berpenguat tinggi. Pin ini
dihubungkan dengan kristal atau software osilator dari luar.
15. [Andrie Kristiyono & Rizal Wahyu, 2004]*)
16. 11.XTAL2, pin ini merupakan keluaran dari penguat osilator. Pin ini
dihubungkan dengan kristal atau ground jika menggunakan sumber kristal
internal.

3. ADC 0804 (Analog to Digital Converter)


Komponen ini berfungsi sebagai pengubah besaran analog menjadi besaran
digital yang nantinya akan diolah oleh mikrokontroller. Besaran analog berasal
dari pembacaan sensor cahaya. ADC 0804 ini sesuai dengan petunjuk pada
datasheet ADC 0804 dalam typical application.
Untuk nilai jangkauan pengukuran ADC ditetapkan dari 0 5 Volt, sehingga pada
pin V ref/2 diberikan tegangan 2,5 Volt. ADC 0804 mempunyai 8 output digital
yaitu D0 D7 pada pin 11 -18, output digital yang dihasilkan berada pada range
2n atau pada range 0 sampai 255. Input analog yang berupa tegangan antara 0 5

4
PKMT-1-16-5

Volt akan dikonversikan menjadi digital dengan range 0 255 yang berarti
5
setiap 1 data ADC diwakili oleh = 0,0196volt .
256

Gambar 2. Rangkaian ADC

PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan dilakukan di PMI cabang Malang (percobaan
pengukuran hemoglobin darah).
Waktu pelaksanaan pukul 08.00 10.00 (diambil di waktu senggang
kuliah).
Untuk pembuatan board alat dan box dilakukan di bengkel elektronika
Politeknik Negeri Malang.

No. Lokasi Alamat Pemilik


1 Bengkel Elektronika Jl. Veteran PO. BOX. 04 Politeknik Negeri
Malang Malang
2 PMI Jl. Buring No. 4 Malang PMI
3 RSUD Saiful Anwar Jl. Jaksa Agung Suprapto RSUD
No.2 Malang

2. Tahapan Pelaksanaan
Pengambilan sampel pendonor darah kemudian di ukur nilai
hemoglobin dengan menggunakan HB sahli. (seperti yang ditunjukkan pada
gambar 1).
Beberapa alat dan bahan yang dibutuhkan diantaranya ialah:
1. Hb sahli yang digunakan sebagai referensi kalibrasi dari sistem ini.
2 PCB sebagai tempat meletakkan komponen.
3. Object glass sebagai tempat untuk darah yang diteteskan.
Darah yang akan digunakan ialah darah yang terdapat pada kantong darah dan
sudah tercampur dengan anti koagulan sehingga darah tidak mudah membeku.
Mempersiapkan referensi buku yang dibutuhkan.
Nilai yang terukur kemudian dibuat acuan sementara sebagai nilai
penentu dalam pembuatan alat.

5
PKMT-1-16-6

Pemilihan sensor yang peka terhadap perubahan intensitas cahaya,


akhirnya terpilih LDR sebagai sensor pengukur intensitas cahaya.

3. Instrumen Pelaksanaan
Pembuatan board PCB
Perencanaan komponen yang dibutuhkan.
Beberapa komponen yang digunkan diantaranya ialah :
1. Mikrokontroller (MCU) AT89S51 digunakan sebagai pusat kontrol dari
sistem ini.
2. ADC 0804 yang digunakan untuk mengubah data analaog ke data digital.
3. IC 7805 dapat menghasilkan tegangan keluaran yang dibutuhkan MCU
yaitu 5 Vdc.
4. LCD digunakan untuk menampilkan informasi tertentu.
Adapun gambar board tata letak komponennya adalah sebagai berikut :

Gambar 3. Rangkaian elektronik

Pembuatan program mikrokontroller


Pembuatan model box instrumen, sehingga sesuai dengan karakter yang
dibutuhkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Setelah alat selesai dibuat lalu diadakan pengkalibrasian dan percobaan
untuk menguji kepresisisan alat. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka
diperoleh hasil seperti berikut :

Hemoglobin Measure
Sampel Darah Hb Sahli (gr %)
(gr percent)
1 11,7 11,8
2 10,6 10,8
3 12,4 12,0
4 13,6 13,0
5 12,2 11,8
6 10,4 10,2

6
PKMT-1-16-7

Menurut data yang diperoleh diatas maka :

Nilai yang tertera di Hb sahli dengan alat ada perbedaan, hal ini
dikarenakan percobaan pada Hb sahli kurang sempurna.
Sensor yang ada kurang begitu sensitif terhadap intensitas cahaya sehingga
terjadi perbedaan.
Karakter darah yang mudah kering, sehingga pembacaan pada alat
berubah-ubah meskipun tidak terlalu mencolok.

KESIMPULAN
Dari seluruh rangkaian percobaan dalam pembuatan alat pengukur
hemoglobin ini, maka penulis mendapat kesimpulan sebagai berikut :
1.Alat ini merupakan suatu sistem yang dapat mengukur kadar hemoglobin darah
manusia berdasarkan intensitas cahaya yang diterima oleh sensor.
2.Nilai yang ditampilkan oleh LCD disesuaikan berdasarkan HB Sahli yaitu gr%.
3.Tingkat perbedaan antara nilai yang terukur di Hb Sahli dengan alat tidak begitu
jauh.

Saran
1. Sebaiknya menggunakan sensor yang lebih peka dengan warna (RGB).
2. Dalam melakukan percobaan, sebaiknya secara langsung begitu darah
diteteskan agar kondisi darah tidak mengering.
3. Untuk pengembangan lebih lanjut dapat dicoba penggunaan jalur data 16 bit
tentunya komponen dan programnya ikut menyesuaikan, dengan harapan bahwa
resolusi dan kepresisian dapat ditingkatkan.

Hambatan yang ditemukan dan penanggulangannya:


a. Sulitnya mencari jenis darah yang mempuyai kadar Hb rendah dan tinggi
dan diharapkan dengan bekerjasama RSUD dapat mempermudah masalah
penyedian sampel darah yang dibutuhkan.
b. Sulitnya pemilihan sensor cahaya yang tepat yang memiliki karakteristik
linear dan peka terhadap perubahan cahaya. Sehingga penulis mengubah
fototransistor menjadi LDR dengan pertimbangan bahwa LDR lebih linear.
c. Mengganti komponen mikrokontroller AT89C2051 menjadi AT89S51
karena kurangnya fasilitas pin pada AT89C2051.

DAFTAR PUSTAKA
De Robertis EDP, De Robertis EMF, Jr. Cell and Moleculer Biology,eigth
editon,Philadelphia: Lea & Febiger;2004.
Kurikulum. 2004. Standar Kompetensi. Mata Pelajaran Biologi Sekolah
Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional; 2004.
Retno Widjajanti, Wicahyaning Putri. 2004. Biologi Sekolah Menengah Atas,
Jakarta: Erlangga.
Andi Nalwan P. 2003. Teknik Antarmuka dan Pemrograman mikrokontroler
AT89C51, Jakarta: Eleks Media Computindo.

7
PKMT-1-16-8

D.Cooper Wiliam. Instrumentasi Elektronik dan Teknik Pengukuran. Jakarta:


Erlangga; 1994.
Malvino A. P, Prinsip-Prinsip Elektronika,Edisi Kedua, diterjemahkan oleh
Hanapi Gunawan, Jakarta: Erlangga;1996.
Robert F Coughlin, Fredrrick F Driscoll, Penguat Operational dan Rangkaian
Terpadu Linier, Jakarta: Erlangga; 1992.
ATMEL. AT89C51 Datasheet Book, 8 bit microcontoller with 4 Kbytes Flash,
California;2001.

8
PKMT-1-17-1

RANCANG BANGUN OTOMATISASI PROSES GYNOGENESIS PADA


PEMBIBITAN IKAN MAS PUNTEN

Akhmad Zainuri, Hadi Yuliyono, Nashrudin Satrio Wibowo


Politeknik Negeri Malang, Malang

ABSTRAK

Kata kunci:
PKMT-1-18-1

SOLDER PEN

Rangga Tresna Heryudi, Andri Agustria, Arief Aditya RanggaEdison Marulitua


Politeknik Manufaktur Bandung, Bandung

ABSTRAK
Program Kegiatan Mahasiswa ini membahas tentang pembuatan sebuah
prototype dari sebuah produk baru, Solder Pen. Solder Pen merupakan produk
inovasi yang menggabungkan dua buah faktor utama dalam proses penyolderan,
yaitu mata solder ( pemanas ) dan timah. Hal ini dilakukan dengan tujuan
memudahkan para pengguna solder untuk melakukan penyolderan karena cukup
menggunakan satu tangan.

Kata kunci : prototype,Solder Pen, inovasi

PENDAHULUAN
Di kalangan mahasiswa, terutama yang bergerak dibidang teknik
elektronika, pasti sudah tidak asing lagi dengan penggunaan solder sebagai alat
praktek. Dan dari pengamatan yang dilakukan oleh penulis, solder yang ada di
pasaran saat ini sangat tidak efisien, karena pengguna harus menggunakan 2
tangannya saat menyolder, satu tangan untuk memegang solder dan satu tangan
yang lain untuk memegang timah.
Berdasarkan pengamatan tersebut penulis merasa perlu diciptakannya
solder yang compact dimana pengguna dapat menyolder hanya dengan
menggunakan 1 tangan, sehingga lebih efisien & aman. Maka diajukanlah
Proposal Solder Pen untuk mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa yang
diadakan oleh DirJen DIKTI.
Tujuan dari Program Solder Pen ini adalah agar dapat tercipta sebuah
produk baru berupa solder yang compact, dapat digunakan dengan menggunakan
sebelah tangan tanpa mengurangi fungsinya. Selain itu, luaran dari Program
Solder Pen ini diharapkan dapat dijadikan paten oleh Lembaga Paten Indonesia.

METODE PENDEKATAN
Observasi pada Program Solder Pen dilakukan untuk mendapatkan
mekanisme kerja dari produk tersebut. Ada beberapa tahap dari proses observasi
mekanisme kerja, yaitu :
1. Desain
Tahap desain awal merupakan tahap penggambaran ide yang
dituangkan dalam bentuk rancangan gambar teknik.
2. Realisasi desain
Tahap ini merupakan tahap yang banyak memerlukan waktu dan
biaya karena pada tahap ini rancangan yang telah dibuat
direalisasikan menjadi mekanisme nyata.
3. Evaluasi luaran
Pada tahap ini dilakukan uji coba terhadap luaran yang dihasilkan
dari tahap Realisasi Desain. Selain itu, dilakukan evaluasi
evaluasi yang dilakukan untuk mencari keunggulan dan kelemahan
PKMT-1-18-2

suatu desain. Jika dirasa banyak kekurangan, maka proses


observasi diulangi kembali dari tahap Desain.

Berikut ini adalah flowchart kegiatan observasi :

Beberapa barang jadi yang menjadi bahan modifikasi antara lain :

9 Glue gun
9 Solder
PKMT-1-18-3

9 Roda gigi plastic


9 Belt karet

Proses observasi menggunakan konsep modifikasi barang barang jadi


yang sudah ada dipasaran. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan dana. Adapun
alat alat yang digunakan untuk proses observasi antara lain :
9 Gergaji besi
9 Mesin bor
9 Ragum
9 Tang penjepit
9 Heater

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari rangkaian observasi mekanisme yang telah dilakukan, telah
didapatkan gambar teknik dari produk Solder Pen. Berikut ini adalah gambar
teknik dari Solder Pen :

Gambar 1 Gambar Produk


PKMT-1-18-4

Gambar 2 Tanpa Cassing

Gambar 3 Tanpa Bagian Pemanas


PKMT-1-18-5

Gambar 4 Tanpa Roller

Gambar 5 Roller
PKMT-1-18-6

Gambar 6 Heater

Solder Pen memiliki heater atau pemanas di bagian ujung terdepan. Dari
bagian belakang hingga ke bagian depan, terdapat silinder yang merupakan
saluran masuk timah. Untuk mendorong timah ke depan, digunakan roller. Roller
ini menekan timah yang ada di saluran. Jika roller ini diputar, maka batang timah
akan terdorong kedepan dan menyentuh heater kemudian meleleh.

KESIMPULAN
z Produk Solder pen ini merupakan produk inovatif yang memiliki peluang
besar untuk bersaing di pasar karena belum adanya kompetitor

z Perlu penanganan yang lebih serius dari segi marketing & ekonomi,
berhubung semua anggota tim berasal dari kompetensi teknik

z Perlu segera dilakukan branding & profiling sesuai dengan market demand
untuk kemudian diproduksi. Sebelum kekosongan pasar terisi oleh produk
sejenis
PKMT-1-19-1

PEMBANGUNAN PENGONTROL PERANGKAT ELEKTRONIK


DENGAN BLUETOOTH MENGGUNAKAN J2ME MELALUI PLC

Puji Subakti 1, Eny Widaryanti 2, M Sagita 3, Gesit H Hutami 4, M Ghofur 5


1,2,3
Jurusan Teknik Informatika, 4 Jurusan Teknik Industri, 5 Jurusan Teknik
Elektro, Sekolah Tinggi Teknologi Telkom, Bandung

ABSTRAK
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat melakukan rutinitas yang sama seperti
mematikan dan menyalakan lampu dan televisi. Kadang kala kita merasa malas
untuk berpindah tempat karena lupa mematikan atau menyalakan lampu maupun
televisi. Untuk itu, kami membangun suatu perangkat elektronik yang dapat
mengontrol perangkat elektronik yang kita miliki. Perangkat elektronik ini
dibangun dengan bluetooth yang mempunyai jangkauan kontrol lebih jauh
dibanding infra red pada remote control biasa dan menggunakan J2ME sebagai
tampilan interface yang user friendly dan dihubungkan melalui PLC. Melalui
perangkat ini kita akan dapat mengontrol perangkat elektronik kita dengan
menggunakan mobile phone atau handheld computer / pocket PC misalnya
laptop. Pada handheld computer, kita membuat tampilan yang user friendly
sehingga memudahkan masyarakat pengguna perangkat ini dalam mengontrol
perangkat elektroniknya. Handheld computer memberikan instruksi secara
wireless dengan bluetooth yang kemudian diterima oleh PLC. PLC mengkonvert
instruksi tersebut dengan mengaplikasikannya pada perangkat elektronik sesuai
perintah user. Dengan perangkat ini user hanya tinggal mengatur perangkat
elektroniknya melalui handheld computer. Dengan demikian user akan merasa
lebih nyaman dan mudah dalam mengontrol perangkat elektroniknya.

Kata kunci : Bluetooth, PLC, kontrol, handheld computer.

PENDAHULUAN
Perkembangan berbagai perangkat elektronik disekitar kita sudah
memiliki kemampuan komputasi dan komunikasi wireless, contohnya; TV, VCD,
air conditioner. Tetapi ada juga perangkat elektronik yang masih manual
contohnya lampu (alat penerangan). Untuk menerangi sejumlah ruangan dan
halaman rumah sudah barang tentu kita membutuhkan banyak lampu sehingga
dengan sendirinya pasti memiliki banyak stop kontak (sebagai alat control) yang
letaknya berbeda. Maka dari itu demi kenyamanan user perangkat yang akan kami
buat ini harus dapat berinteraksi dengan user tanpa konfigurasi yang rumit.
Contoh komunikasi wireless pada perangkat-perangkat elektronik yang
paling umum adalah penggunaan remote control sebagai alat control perangkat
elektronik. Remote control standar menggunakan Infra Red (IR), sedangkan
teknologi baru menggunakan gelombang radio, salah satu contohnya adalah
Bluetooth. Teknologi memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan IR.
Kelebihan utama bluetooth dibandingkan IR adalah perangkat-perangkat
Bluetooth dapat saling berinteraksi walaupun ada penghalang. Selain itu IR
menyediakan komunikasi satu arah sedang radio dua arah. Bluetooth juga
memiliki radius jarak yang relatif lebih jauh jika dibandingkan dengan IR. Untuk
PKMT-1-19-2

itu, di sini kami lebih memilih Bluetooth pada penerapan teknologi yang akan
kami bangun.
Meningkatnya perangkat yang dapat dikontrol secara wireless juga
menambah jumlah remote control yang dibutuhkan. Akan menyenangkan jika
semua perangkat elektronik dapat dikontrol dengan sebuah remote control. Salah
satu jalan keluarnya adalah menggunakan perangkat bergerak yang sudah umum
seperti mobile phone atau handheld computer. Beberapa keuntungan yang dapat
dinikmati user dengan menggunakan perangkat bergerak sebagai alat kontrol
perangakat elektronik selain menurunkan jumlah remote control yang dibutuhkan
adalah mobile phone dan handheld computer dapat menyajikan informasi yang
dinamis. Dari sini kita dapat melakukan segala sesuatu terutama dalam
mengontrol perangkat rumah tangga dengan lebih praktis dan efisien. Selain itu
komunikasi dua arah memungkinkan informasi dari perangkat yang dicontrol
dapat dikirim ke remote control. Agar dapat memberikan tingkat fleksibilitas yang
baik maka tingkat kerumitan kofigurasi user pada mobile phone atau handheld
computer untuk dapat digunakan sebagai remote control harus seminimal
mungkin. Konfigurasi hanya dilakukan pada level umum, tidak secara spesifik
pada perangkat yang berbeda.

METODE PENDEKATAN
Identifikasi Masalah
Mengidentifikasi semua permasalahan yang diperkirakan akan muncul
dalam pembangunan pengontrool perangkat elektronik.
Permasalahan yang muncul diantaranya adalah :
Bagaimana membangun koneksi antara pocket PC dengan perangkat
elektronik
Bagaimana keterhubungan antara bluetooth dengan PLC
Bagaimana kita menggabungkan J2ME ke dalam pocket PC
Study Literatur
Pencarian informasi dengan study pustaka dan referensi dari berbagai
sumber seperti text book, jurnal, artikel yang diperoleh dari intenet.
Pada study literatur ini kami lebih banyak menggunakan media internet
dibandingkan media yang lain dengan alasan media internet bagi kami
dapat memberikan informasi yang lebih lengkap dan akurat.
Pendefinisian masalah dan study kelayakan
Mempelajari masalah-masalah yang berada di ruang lingkup program
yang sedang dikerjakan dengan mengetahui batasan-batasan
masalahnya.
Masalah-masalah yang muncul dari identifikasi masalah ternyata belum
mencakup semua permasalahan yang kita hadapi karena masih ada
masalah lain lagi yang muncul. Diantaranya :
Bagaimana menggunakan PLC seri TWIDO [TWDL CAE 40 DRF]
dimana PLC ini adalah device baru yang belum familiar
penggunaannya
Bagaimana menggunakan TWIDO untuk membangun koneksi jaringan
melalui Bluetooth
Bagaimana mengubah penggunaan J2ME yang awalnya digunakan
pada OS telepon seluler biasa seperti Symbian menjadi digunakan
PKMT-1-19-3

pada OS berbasis windows mobile seperti halnya pada PDA atau


windows pada laptop
Untuk study kelayakan menurut aspek TELOS (Technical Economic Law
Operational and Schedule) ternyata sistem ini sudah memenuhi syarat,
sehingga kami memutuskan untuk melanjutkan penelitian pada sistem ini.
Perancangan konsep
Merancang sistem yang akan dibuat sesuai dengan tujuan, perumusan
masalah yang telah didefinisikan. Adapun rancangan konsep alur jalannya
program yang kami buat yaitu :
a) PDA / Laptop
Dalam perancangan ini PDA / Laptop berfungsi untuk mengontrol
peralatan elektronik apa saja yang sedang aktif atau tidak aktif.
Adapun funsi lain yaitu mengirimkan sinyal analog melalui
Bluetooth.
Penambahan fitur/program berupa perintah yang dapat dijalankan
di PDA / Laptop ini menggunakan bahasa pemrograman J2ME.
Dengan melihat keadaan awal ini, kita bisa mengambil keputusan
untuk mengontrol (meng-on-kan atau meng-off-kan) peralatan
elektronik.
b) Penerima Bluetooth
Menerima dan mengirim sinyal analog
c) PLC
Merupakan terminal untuk mengontrol peralatan elektronik yang
dihubungkan secara langsung ke semua peralatan yang akan di
kontrol. PLC ini dapat mengontrol peralatan elektronik sampai 24
unit.

Implementasi konsep
Setelah kita merancang konsep yang dibutuhkan, maka konsep tersebut segera
diimplementasikan, guna membangun pengontrol perangkat elektronik yang
flexibilitas user interface remote control dan usability remote control.

Evaluasi hasil implementasi


a) Komponen-komponen yang digunakan dalam program yang dibuat;
b) Unjuk kerja user interface remote control pada perangkat kontrol
yang berbeda;
c) Usability remote control

BLUETOOTH
Bluetooth adalah salah satu teknologi pengganti kabel ynag menggunakan
frekwensi radio sebagai media transmisi. Bluetooth menggunakan frekwensi
licensefree 2.4 GHz yang merupakan pita frekwensi Industrial Scientific
Medical (ISM). Jangkauan transmisi Bluetooth standar dari 10 meter sampai
100 meter, dengan kecepatan sekitar 1 Mbit/detik. Bluetooth di desain untuk
menghubungkan perangkat-perangkat wireless dengan daya yang kecil, seperti
telepon seluler dan PDA.
Fitur-fitur Bluetooth sebagai berikut :
PKMT-1-19-4

i. Wireless dan otomatis, istilah otomatis disini untuk menghubungkan


perangkat Bluetooth tidak dibutuhkan konfigurasi yang rumit dan
perangkat-perangkat Bluetooth secara otomatis menemukan satu
sama lain.
ii. Bluetooth menangani komunikasi data dan suara.
iii. Sinyal Bluetooth bersifat Omni-direksional (ke segala arah).

Interaksi antara device yang menggunakan komunikasi bluetooth terjadi secara


ad-hoc yang lebih dikenal dengan piconet. Sebuah piconet terdiri dari sebuah
master dan slave sebanyak maksimal tujuh buah yang saling berbagi bandwidth
secara time-division.

Walaupun secara spesifikasi teknis bluetooh dapat terkoneksi dengan tujuh buah
slaves, hanya hardware jenis terbaru yang bisa melakukan point ke multipoint.
Dengan kenyataan tersebut maka secara umum piconet dibatasi hanya boleh
memiliki dua macam anggota yaitu sebuah master dan sebuah slave.

J2ME
J2ME adalah Java Runtime Environment (JRE) yang diperuntukan bagi perangkat
dengan resource yang terbatas. J2ME terdiri dari dua komponen yaitu
configuration dan profile.
Configuration adalah sebuah set low-level API dan Virtual machine yang
diperuntukan bagi perangkat-perangakat dengan resource tertentu. Pada
komponen configuration kami menggunakan CLDC sebab penggunaan
aplikasi Java-nya pada perangkat dengan 32-bit processor dan memeori
160-512 KB. perangkat yang digunakan adalah PDA (Personal Digital
Assistant), tetapi bisa juga menggunakan mobile PC karena memiliki
memory dan processor yang lebih besar.
Sedangakan profile adalah spesifikasi API yang dibangun diatas
configuration dan memanfaatkan fungsi yang dimiliki configuration. Kami
juga menggunakan MIDP (Moble Information Device Profile) sebab
MIDP ini menyediakan librari-librari Java untuk implementasi dasar
antarmuka (GUI), implementasi jaringan (networking), database, dan
timer.
Karena Aplikasi ini berjalan diatas perangkat yang mendukung MIDP maka
aplikasi ini disebut MIDlet. Pengaplikasian API (Application Programming
Interfaces) ditentukan oleh interaksi antara aplikasi dan MIDlet.
Penggunaan J2ME ini dimaksudkan sebagai interface dalam mengontrol
perangkat elektronik yang terhubung ke PLC. Adapun bahan dan alat yang
digunakan sebagai media untuk melakukan penelitian J2ME ini menggunakan
emulator JABWTK.

PLC
PLC (Programmable Logic Controller)
Menurut IEC 1131 part 1, pengertian PLC adalah PLC merupakan sistem
elektronik yang beroperasi secara digital, menggunakan proggrammable
memory untuk internal storage yang berorientasi kepada user untuk
PKMT-1-19-5

dikendalikan melalui input, baik analaog maupun digital; berbagai mesin


ataupun proses.
Dalam penelitian kami, PLC yang digunakan sebagai alat kontrol terkadang
menemui beberapa kendala untuk mencapai tujuan kami. Diantaranya
menyusun rangkaian pada PLC, karena PLC yang kami gunakan merupakan
seri TWIDO [TWDL CAE 40 DRF] dimana PLC ini adalah device baru yang
belum familiar penggunaannya, sehingga untuk merangkai input dan output
kami menggunakan referensi yang diberikan oleh pihak vendor, dalam hal ini
TWIDO.

Pemrograman PLC dengan Ladder Logic [Ladder Diagram]


Bahasa pemograman yang digunakan untuk mengontrol PLC adalah Ladder
Logic, karena aplikasi Twido Soft itu sendiri menggunakan Ladder Logic dan
hanya bisa dijalankan dengan OS (Operating System) Windows.
Kesulitan yang dihadapi pertamakali yaitu syntax untuk Twido Soft sedikit
berbeda dengan aplikasi Ladder Logic yang biasa digunakan [CX-
Programmer], namun adanya referensi dari aplikasi Twido Soft sendiri
membantu kami dalam melakukan pemrograman dengan Twido Soft ini.
Selain itu konsep awal kami mengenai mobile PC yang digunakan untuk
mengontrol perangkat elektronik menggunakan handphone, namun karena OS
dari handphone yang akan digunakan adalah symbian, maka kami mengganti
mobile PC yang digunakan menjadi laptop.

4. . . . . . . . gambar perangkat sistem


PKMT-1-19-6

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel hasil analisa pengujian sistem tahap demi tahap :

No Jenis Pengujian Banyak Berhasil Gagal


1. Uji arus dan tegangan PLC 11 7 4
2. Uji koneksi Bluetooth 13 5 8
3. Uji koneksi bluetooth dengan PLC 15 7 8
4. Uji koneksi thd perangkat(lampu) 21 5 16

Analisa terhadap tabel hasil pengujian :

1. Uji arus dan tegangan PLC


Pengujian dilakukan sebanyak 11 kali dengan hasil 7 kali berhasil dan 4 kali
gagal. Jumlah pengujian yang berhasil lebih banyak karena selama penerapan
alat sudah sesuai konsep, pengujian berhasil. Terjadinya kegagalan karena
kesalahan konsep dan pemasangan alat pada saat pengujian.

2. Uji koneksi Bluetooth


Pengujian dilakukan sebanyak 13 kali dengan hasil 5 kali berhasil dan 8 kali
gagal. Jumlah pengujian yang gagal lebih banyak karena keterbatasan alat dan
penyesuaian terhadap konsep sistem. Tingkat kesulitan dalam pengujian
koneksi bluetooth ini cukup tinggi.

3. Uji koneksi bluetooth dengan PLC


Pengujian dilakukan sebanyak 15 kali dengan hasil 7 kali berhasil dan 8 kali
gagal. Jumlah pengujian yang gagal lebih banyak karena terdapat kesalahan-
kesalahan kecil saat pengujian. Kegagalan banyak karena kurangnya
ketelitian.

4. Uji koneksi thd perangkat(lampu)


Pengujian dilakukan sebanyak 21 kali dengan hasil 5 kali berhasil dan 16 kali
gagal. Jumlah pengujian yang gagal lebih banyak karena kekeliruan instalasi
perancangan alat dan kurangnya ketelitian dan kejelian saat pengujian.
Tingkat kesulitan dalam pengujian koneksi terhadap perangkat(lampu) sangat
tinggi.

Berdasarkan masalah yang muncul diantaranya :


Bagaimana membangun koneksi antara pocket PC dengan perangkat
elektronik
Bagaimana keterhubungan antara bluetooth dengan PLC
Bagaimana kita menggabungkan J2ME ke dalam pocket PC
Bagaimana menggunakan PLC seri TWIDO [TWDL CAE 40 DRF]
dimana PLC ini adalah device baru yang belum familiar
penggunaannya
Bagaimana menggunakan TWIDO untuk membangun koneksi jaringan
melalui Bluetooth
PKMT-1-19-7

Bagaimana mengubah penggunaan J2ME yang awalnya digunakan


pada OS telepon seluler biasa seperti Symbian menjadi digunakan
pada OS berbasis windows mobile seperti halnya pada PDA atau
windows pada laptop

1.2 gambar nyala lampu saat pengujian

Cara mengatasi masalah-masalah yang muncul di atas :

Koneksi antara pocket PC dengan perangkat elektronik menggunakan


PLC seri TWIDO [TWDL CAE 40 DRF]. Sebab dengan PLC seri ini
sudah dilengkapi dengan bluetooth. Sehingga kita tidak perlu
melakukan konversi sinyal analog.
PLC dengan bluetooth terhubung melalui PLC seri TWIDO [TWDL
CAE 40 DRF] yang sudah mendukung fasilitas bluetooth.
Pada dasarnya PLC seri TWIDO [TWDL CAE 40 DRF] sama dengan
PLC versi biasa hanya saja terdapat fitur-fitur tambahan yang masih
perlu dipelajari. Sehingga kami menggunakan referensi yang diberikan
oleh pihak vendor.
Membangun koneksi jaringan melalui Bluetooth menggunakan
TWIDO yaitu dengan TWIDO soft yang merupakan paket software
dari TWIDO.
PKMT-1-19-8

Bluetooth
Dalam implementasi di lapangan, konfigurasi bluetooth sering mengalami
ganguan terutama dalam kompatibilitas dengan hardware pendukung PLC
yang bersangkutan.
J2ME
J2ME merupakan bahasa yang digunakan untuk tampilan aplikasi sistem
kami pada mobile PC. Kami gunakan J2ME agar dapat juga digunakan
pada mobile phone, sehingga sistem ini juga dapat dijalankan bukan hanya
pada laptop namun bisa juga pada PDA.
PLC
PLC merupakan sistem elektronik yang beroperasi secara digital,
menggunakan proggrammable memory untuk internal storage yang
berorientasi kepada user untuk dikendalikan melalui input, baik analaog
maupun digital; berbagai mesin ataupun proses. PLC disini berfungsi
sebagai pengatur dan pengelola perangkat elektronik yang tersambung
dengan sistem yang kami buat dengan menerima sinyal perintah dari
mobile PC melalui bluetooth.

KESIMPULAN
Sistem ini bekerja menggunakan PLC dengan seri TWIDO [TWDL CAE
40 DRF] dan terhubung melalui media bluetooth menggunakan TWIDO
soft untuk dapat membangun jaringan.
Untuk memperhalus tampilan kita menggunakan J2ME.
Dalam pengontrolan PLC kita menggunakan bahasa Ladder.
Dengan menggunakan PLC sebagai terminal yang terhubung langsung
dengan perangkat elektronik maka berbagai macam perangkat elektronik
dapat kita kontrol namun sebatas menyalakan dan mematikan.
J2ME ini bisa diterapkan di PDA atau smart phone yang menggunakan OS
windows karena TWIDO soft hanya berjalan di atas device yang memiliki
OS windows.
Pada kesempatan ini kami menggunakan laptop sebagai pocket PC yang
akan langsung berhubungan dengan user.

DAFTAR PUSTAKA
1. Eklund, Torbjorn; Svensson, David. Mui: Controling Equipment Via
Migrating User Interface, Departement of Computer science, Lund Institute
of Technology, Juli 2005.
2. Java TM APIs for Buetooth TM Wireless Technology (JSR-82),
Specification Version 1.0a, JavaTM 2 Platform, Micro Edition,
www.java.sun.com.
3. BLUETOOTH SPECIFICATION Version 1.1, www.Buetooth.com.
4. Java API for Buetooth Wireless Technology mailinglist,
www.JABWT.yahoogroups.com.
5. Programmable Logic Controllers (PLCs), www.its-ltd.co.uk.
6. Programmable logic controllers elevators flow char, www.entertron.com.
PKMT-1-20-1

OTOMATISASI MESIN PENGERING KAIN BATIK BERBASIS


MIKROKONTROLER 68HC11

Mustari Efendi Soplestury dan Ahmad Lutfi Faozi,


Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

ABSTRAK

Kata kunci:
PKMT-1-21-1

DISPENSER MULTIFUNGSI

Syani Himawan, Arif Darmawan, Irwan Fathoni


Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta

ABSTRAK
Pada program kreativitas mahasiswa untuk penerapan teknologi ini objek yang
dijadikan perancangan adalah dispenser dengan fasilitas untuk air panas, air
dingin, dan fasilitas kulkas dibawahnya. Penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap
yang meliputi : Menentukan spesifikasi dispenser yang diinginkan konsumen,
menentukan tingkat kenyamanan pengguna dispenser, implimentasi perancangan
dispenser. Tahap pertama adalah mencari kebutuhan konsumen pengguna
dispenser melalui kuesioner. Tahap Kedua yaitu Untuk mendapatkan kenyamanan
konsumen. sehingga pengguna bisa merasa nyaman. Sehingga diperoleh ukuran-
ukuran kenyamanan dispenser tersebut. Tahap Ketiga yaitu implikasi
perancangan dispenser. Dispenser yang dikembangkan ini secara umum
menyediakan minuman panas dan dingin yang berupa air putih biasa, minuman
sirup dan minuman dari bahan serbuk yang kesemuanya bekerja dengan
pencampuran otomatis. Dari sistem kerja yang telah dikembangkan tersebut,
telah melahirkan sebuah inovasi baru untuk sebuah dispenser yang telah sesuai
dengan permintaan pasar serta telah memperhatikan spesifikasi ukuran yang
ergonomis untuk memberikan kenyamanan pengguna.

Kata Kunci : Dispenser, Kenyamanan, Pengembangan, Perancangan Ulang,


Sistem Kerja.

PENDAHULUAN
Pada era global sekarang, yang ditandai oleh revolusi teknologi dan
informasi, terjadi perubahan pola pikir dan pola hidup di masyarakat. Kemudahan
yang diperoleh teknologi dan informasi telah menyebabkan kompetisi produk
yang ketat. Pelanggan (customer) memiliki banyak pilihan dan menjadi sulit
untuk dipuaskan, karena telah terjadi pergeseran yang semula hanya untuk
memenuhi kebutuhan, meningkat menjadi harapan (expectation) untuk memenuhi
kepuasan. (Yamit, 2001 : 74) Untuk memenangkan persaingan, diperlukan strategi
yang tepat, dengan memperhatikan perubahan kebutuhan pelanggan,
kenyamanan, dan teknologinya
Keinginan dan tuntutan pelanggan yang selalu berkembang mengakibatkan
semakin pendeknya usia suatu produk. Untuk mewujudkan keinginan pelanggan
tersebut diperlukan imajinasi dan inovasi dalam mengidentifikasi sekaligus
memanfaatkan peluang yang ada agar dapat memenuhi keinginan pelanggan.
(Yamit, 2001 : 100)
Dispenser merupakan salah satu produk industri yang digunakan sebagai
perlengkapan kehidupan sehari-hari oleh masyarakat luas sekarang yang telah
mengalami banyak perubahan. Namun dengan semakin besarnya permintaan pasar
maka banyak bermunculan perusahaan-perusahaan baru dan sejenis yang
memproduksi dispenser dengan menggunakan strategi bisnis (low cost) harga
yang lebih murah ( Yamit, 2001 : 100), tetapi lupa menginterpretasikan kualitas
serta fungsi fasilitas yang ada. Banyak produk dispenser yang berdatangan dari
PKMT-1-21-2

luar negeri masuk ke pasaran yang justru malah merusak pangsa pasar dispenser.
Hal ini dikarenakan produk yang dikeluarkan memiliki kualitas yang buruk dan
mudah rusak. Keadaan ini menyebabkan pengguna dispenser merasa tidak puas
dengan kegunaan dispenser yang ada sekarang, karena dispenser yang ada
sekarang belum bisa memenuhi keinginan penggunanya.
Suatu perancangan atau disain suatu produk harus dapat memberikan
kenyamanan dan kemudahan bagi penggunanya. Dengan demikian produk yang
dibuat harus melibatkan masalah ergonomi. Hal tersebut dapat dicapai dengan
memberikan desain produk dan fasilitas yang lebih baik terhadap produk tersebut,
sehingga dapat memudahkan pengguna mendapatkan apa yang diinginkannya.
Dalam memenuhi tujuan perancangan atau desain produk baru yang sesuai dengan
kebutuhan manusia, digunakan dimensi manusia dan keinginanan pengguna
terhadap kenyamanan produk tersebut.
Seperti yang telah diungkapkan oleh Iftikar Z Sutalaksana bahwa perancang
untuk meramu masing-masing informasi yang didapat dari disiplin ilmu yang
kemudian menggunakannya untuk merancang fasilitas sedemikian hingga
mencapai kegunaan optimal. Untuk itu pada penelitian ini penulis membuat desain
ulang (redesign) pada produk dispenser berdasarkan kenyamanan dan data
antropometri, selain itu juga disertai dengan gambaran arsitektur produk.
Mengingat produk dispenser yang sekarang ada dipasaran masih kurang
memperhatikan dimensi ukurannya seperti pada tinggi kran air minum,
penempatan sistem kontrol, bentuk sistem kontrol. Juga dispenser yang ada
dipasaran sekarang ini belum memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi
penggunanya, seperti fasilitas yang diberikan oleh dispenser tersebut.
Keadaan ini menyebabkan pengguna dispenser merasa tidak puas dengan
kegunaan dispenser yang ada sekarang, karena dispenser yang ada sekarang belum
bisa memenuhi keinginan penggunanya. Pengguna dispenser menginginkan
produk dispenser dengan kualitas yang baik dan bernilai ekonomis. Maka untuk
mengatasi semakin menurunnya kepuasan dan kepercayaan pengguna dispenser,
diperlukan adanya pengembangan dari dispenser yang ada sekarang. Penelitian ini
akan membahas dengan jelas dan lengkap tentang keinginan spesifikasi seperti
apakah yang benar-benar dibutuhkan konsumen. Penelitian ini juga
menginterpretasikan fasilitas dan rancangan seperti apakah yang dapat
memberikan kenyaman bagi pengguna dispenser.

METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Untuk dapat menjelaskan waktu kegiatan program penelitian maka dibentuk
jadwal kegiatan sebagai berikut:

Tabel .1 Waktu Pelaksanaan

WAKTU PELAKSANAAN (DALAM BULAN)


Periode Agus Septe Oktob
Maret April Mei Juni Juli
tus mber er
Observasi dan Survey
Tinjauan Pustaka
Perancangan disain
PKMT-1-21-3

Estimasi biaya
Penyusunan proposal
Presentasi proposal
Pembuatan produk
Penyusunan laporan
Pengumpulan Laporan

Alat dan Bahan


a. Bor
b. Las
c. Tang
d. Palu
e. Obeng automatik
f. Kunci pas

Tabel 2. Bahan-Bahan

Ukuran /
Sub Sistem Komponen banyak
Pendingin Compressor 1/6 pk
Condensor 12 U
Evaporator (Kulkas) 1 buah
Evaporator tabung air 1 roll (15 m)
Tabung air 3 buah
Sterofom Plat 1 lembar
Freon R 12 Ref 2 kg
Filter 1 buah
Kapiler 0,26 1 buah
Thermostat 1 buah
Plat emboss 1 lembar
Panas Tabung Hot 3 buah
Pencampuran Motor + Kipas 2 buah
Switch 1 knop 2 kabel 2 buah
Pengapung 2 buah
Tabung Pencampuran 2 buah
Instalasi Listrik Kabel 5m
Skun kabel 20 buah
Plastik Skun 20 buah
Switch power + L B 1 buah
Switch power + L + kecil 2 buah
Steker 1 buah
Komponen Pendukung kran air 2 buah
Selang air dispenser 13 buah
Tabung input 1 buah
Tabung Sirup 1 buah
PKMT-1-21-4

Rak 4 buah
kaki kulkas 4 buah
alumunium voil 1 roll
glas bull 4 lembar
Insulok 30 buah
Casshing Plat Samping 1 batang
Casshing depan 1 lembar

B. Metode pengumpulan data


1. Tahap Pengembangan Produk
Proses pengembangan adalah urutan langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan
dimana suatu perusahaan berusaha untuk menyusun, merancang, dan
mengkomersilkan suatu produk. Proses pengembangan konsep mencakup
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

Menetapkan Mendesain
Pernyataan Identifikasi spesifikasi konsep
keb.pelanggan & target produk

Menciptaka Menguji
n spesifikasi konsep
akhir produk

Gambar 1. Skema pengembangan.

1. Pernyataan Misi
Pernyataan misi menjelaskan kemana arah yang akan dituju, tetapi tidak
menjelaskan tempat tujuan dan cara untuk mencapainya. Pernyataan misi
merupakan hasil dari kreativitas perencanaan produk yang diuraikan.
2. Identifikasi Kebutuhan Pelanggan
Identifikasi kebutuhan pelanggan sendiri adalah sebuah proses yang dibagi
menjadi lima tahap. ( Ulrich dan Eppinger, 2001 ).
a. Mengumpulkan data mentah dari pelanggan.
b. Menginterpretasikan data mentah menjadi kebutuhan pelanggan
c. Mengorganisasikan kebutuhan pelanggan
d. Menetapkan derajat kepentingan relatif setiap kebutuhan
e. Menganalisa hasil dan proses
3. Spesifikasi Produk
Spesifikasi produk adalah menjelaskan tentang hal-hal yang harus dilakukan
oleh sebuah produk pada kondisi ideal proses pengembangan produk
terlebih dahulu membuat spesifikasi produk, lalu mendesain, dan membuat.
Oleh sebab itu target spesifikasi harus diperbaharui setelah konsep terpilih.
Target spesifikasi mula-mula dipersiapkan diawal dan merupakan harapan
dari tim pengembangan. Output dari langkah ini adalah suatu daftar
PKMT-1-21-5

spesifikasi target. Setiap spesifikasi terdiri dari suatu metrik (besaran), serta
nilai-nilai batas dan ideal untuk besaran tersebut.
4. Mendisain konsep baru
Dengan melihat kekuarangan/keterbatasan yang ada pada produk sekarang,
baik dari fungsi, fasilitas, dan dimensi produk.
Dilakukan perbaikan dengan mengacu pada metode pengembangan sistem
dan ergonomi.
5. Menguji konsep produk
Dengan melakukan pengujian secara manual, dengan pendekatan sistem
yang sesuai dengan konsep.
6. Menciptakan spesifikasi akhir
Merealisasikan hasil pengembangan konsep menjadi sebuah produk yang
sesuai dengan konsep.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 3. Hasil Penelitian

Keterangan Dispenser Baru

1. Ukuran
- Panjang 45 cm
- Lebar 45 cm
- Tinggi 113 cm
- Tinggi Kran 80 cm
2. Keluaran - Air tawar panas dan
dingin
- Minuman aneka rasa
panas dan dingin
- Kulkas
- freezer

3. Sistem kontrol - Kontrol saklar/ power


- Kontrol panas air
tawar dan minuman aneka rasa
- Kontrol freezer
- Kontrol keluaran
minuman aneka rasa
4. Fasilitas tambahan - Minuman aneka rasa
- Loker minuman
serbuk
- Tempat gelas
- Tempat sendok
- Handle kulkas
- Roda
- Saluran pengosongan
PKMT-1-21-6

KESIMPULAN
1. Perubahan ketinggian dispenser antara kondisi awal yaitu 100 cm menjadi
113 cm, hal ini disesuaikan dengan sikap pengguna saat mengangkat galon
ke atas dispenser. Sehingga saat mengangkat galon, lengan kita mempunyai
gaya angkat yang kuat.
2. Perubahan ketinggian kran dari kondisi awal adalah 75 sampai 80 cm
menjadi 85 cm, hal ini disesuaikan dengan tinggi siku berdiri, sehingga
pengguna saat mengambil air tidak perlu membungkuk, karena jika
membungkuk akan mengakibatkan perubahan sikap. Sehingga dengan
perbaikan tinggi kran ini diharapkan pengguna tidak perlu membungkuk
lagi, dengan begitu akan memberikan kenyamanan tersendiri bagi pengguna.
3. Sistem kontrol ditempatkan didepan yang mana pada kondisi sebelumnya
ditempatkan dibelakang/ disamping, hal ini dilakukan agar mudah dijangkau
dan pengguna mempunyai pandangan yang penuh terhadap sistem kontrol.
4. Perancangan sistem kontrol untuk kekentalan minuman aneka rasa dan
kontrol freezer, dikarenakan adanya penambahan fasilitas pada dispenser.
5. Kran yang digunakan sebanyak 4 buah dengan sistem dorong. Sistem
dorong Ini bertujuan untuk agar aktifitas yang dikerjakan lebih efektif dan
efisien, selain itu juga agar orang yang mempinyai cacat salah satu
tangannya bisa juga menggunakan.
PKMT-1-21-7

6. Perubahan sistem pengosongan, yang sebelumnya dengan sistem drat,


setelah dilakukan perbaiakan menjadi sistem kran. Dengan begitu
pengosongan dapat dilakukan dengan praktis. Peletakan kran pengosongan
di samping agar pengguna tidak perlu memindah dispenser.
7. Memakai roda agar saat akan memindahkan dispenser pengguna akan
merasa mudah.
8. Menambahkan tempat gelas, agar pengguna merasa mudah dan nyaman saat
mengambil gelas atau mengembalikan gelas.
9. Loker minuman serbuk sebanyak 4 buah, yang digunakan untuk
menampung minuman dalam bentuk serbuk, sehingga itu akan memberikan
nilai lebih terhadap kegunaan dispenser ini, menjadi lebih lengkap dan
praktis.
10. Tempat sendok, yang mana ini berkaitan dengan penambahan loker untuk
minuman serbuk, sehingga setelah mengaduk sendok bisa diletakkan pada
tempat yang tersedia.
11. Sistem kerja dispenser menggunakan 4 buah tabung, yaitu 2 tabung untuk
minuman dingin dan 2 tabung untuk minuman panas. Selain itu juga
terdapat sistem pencampuran minuman sirup, serta terdapat fasilitas berupa
freezer.
12. Untuk menikmati minuman aneka rasa, pengguna dispenser tidak direpotkan
lagi harus mengaduk. Karena dispenser ini telah dilengkapi sistem
pencampuran otomatis, jadi pengguna tinggal meletakkan bahan minuman
pada tempatnya dan tinggal menikmati.
13. Pengguna dispenser akan lebih dimanjakan lagi dengan adanya berbagai
fasilitas-fasilitas tambahan seperti; tempat gelas, tempat sendok, maupun
berbagai rak yang dapat digunakan sebagai tempat menyimpan bahan
minuman serbuk. Jadi penguna tidak bersusah payah harus mencari ke
tempat lain.
14. Fungsi dispenser lebih lengkap dengan penambahan beberapa fasilitas.
15. Dapat memberi alternatif pilihan pada konsumen akan produk yang
multifungsi dan ergonomis.
16. Dapat memberikan alternatif pilihan pada konsumen, yaitu suatu produk
yang ergonomis dan multifungsi.
17. Dapat memberi masukan baru dalam bidang IPTEK, yaitu penambahan kran
sirup panas-dingin.
18. Dapat membuka peluang pasar.

DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofyan. 1993. Manajemen Produksi Dan Operasi. Jakarta : Lembaga
Penerbitan FE UI.
Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka
Cipta.
Cohen, Lou, 1995, How to Make QFD Work For You, Addison Wesley, USA.
DeGarmo, E. Paul dkk. 2001. Ekonomi Teknik Jilid 2. Jakarta : SMTG Desa
Putera.
Feigenbaum. Arman. V, 1986. Total Quality Control, Mc Graw-Hill, International
Edition, Industrial Enginer Series. New York.
PKMT-1-21-8

Hadi, Cendhono, R, 2004. Perancangan Ulang perontok Jagung Yang Ergonomis


Untuk Meningkatkan
Handoko, Hani. 1984. Dasar-Dasar Manajemen Produksi Dan Operas. BPFE.
Yogyakarta.
Heru. S, 2004, Perancangan dan Pengembangan Produk kursi santai ergonomis.
Tugas Akhir S1. Jurusan Teknik Industri. UMS.
Haryanto. Dedy, 2005. Analisa Ergonomi Sistem Manusia Mesin Pada Bagian
Produksi Untuk Kenyamanan Karyawan dalam Bekerja, Teknik Industri
UMS, Surakarta.
Gasperz, Vincent, 1996, Manajemen Kualitas dalam Industri Jasa, Jakarta
Gramedia Pustaka Utama.
Mashudi, Arip, 2005, Penerapan Metode Quality Function Deployment Dalam
Upaya Peningkatan Kinerja Lembaga pendidikan primagama.Tugas Akhir
S1. Jurusan Teknik Industri. UMS.
Macleod. Dan. MA. MPH, 1999. The Ergonomics Kit For General Industry.
Lewis Publishers. New York.
Madyana, A.M, 1996. Analisa Perancangan Kerja dan Ergonomi. Universitas
Atmajaya Yogyakarta. Yogyakarta.
Meredith, Dale, 1992, Perancangan dan Pengembangan Sistem Rekayasa. UGM.
Yogyakarta.
M.E Disk. 1991. Pengetahuan Praktis Teknik Pendingin dan Reparasinya. Bumi
Perkasa.
Narbuko, cholid dan Achadi. Abu, 1997. Metodologi Penelitian, Bumi Aksara,
Jakarta.
Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi Konsep dan Aplikasinya. Surabaya : Guna
Widya.
Panero. Julius. AIA, Zelnik Martin, 1979. Dimensi Manusia dan Ruang interior,
Erlangga, Jakarta.
PT. Perwirabhakti Sentra Sejahtera. 2002. Knowledge Water Heater Specification.
http: //www.daalderop.web.id/knowledge_04.html. Akses 27 April 2005.
Sutalaksana, Anggawisatra, Tjakraadmadja, 1979. Teknik Tata Cara Kerja,
Depatemen Teknik Industri, ITB, Bandung
Simatupang, Togar M. 1995. Teori Sistem Suatu Perspektif Teknik Industri.
Yogyakarta : Andi Offset.
Stoecker, W.F dan Jones, J.W. 1996. Refrigerasi Dan Pengkondisian Udara.
Jakarta : Erlangga.
Sugito, Bibit. 1997. Proses Produksi. Surakarta : Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Muhammadiyah Surakata.
Sumanto. 1996. Dasar-Dasar Mesin Pendingin. Yogyakarta : Andi Offet.
Tilley. Alvin R, Dreyfuss. Henry, 1993. The Measure of Man and Women, The
Whitney Library Of Design. New York.
Ulrich, Karl T dan Eppinger, Steven D. 2004. Product Design and Development.
Amerikan, New York : The McGraw-Hill Companies.
Wignjosoebroto, Tri, 1995. Ergonomi Study Gerak dan Waktu, Teknik Analisa
Untuk Peningkatan Produktivitas Kerja, PT. Guna Widya, Jakarta.
Yamit, Zulian, 1996, Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi pertama. Ekonosia.
Yogyakarta.
Yamit, Zulian, 2001, Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Ekonesia, Yogyakarta
PKMT-1-22-1

MOBIL HEMAT ENERGI DAN BEBAS POLUSI DENGAN


MENGGUNAKAN TENAGA SURYA

Mawan Hendrawan, Lifiester Hosana, Stefanus Rocky Fabrianto


Universitas Kristen Petra, Surabaya

ABSTRAK

Kata kunci:
PKMT-1-23-1

ALAT PEMANTAU AREA PARKIR MOBIL DENGAN SENSOR


ULTRASONIK BERBASIS MIKROKONTROLER

Niken Puji Hastuti dan Isni Amalia


Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta

ABSTRAK

Kata kunci:
PKMT-2-1-1

RANCANG ULANG
WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS

Mirta Widia, Mia Monasari, Vera Methalina Afma, Taufik Azali


Jurusan Teknik Industri, Universitas Andalas, Padang

ABSTRAK
Perancangan wheelbarrow dilakukan mengingat kegunaannya yang sangat
dibutuhkan untuk menunjang aktivitas pembangunan sarana fisik. Selain itu, pada
penggunaan wheelbarrow ditemui adanya keluhan pada para pengguna,
diantaranya handlenya yang keras yang dapat menimbulkan cedera pada bagian
telapak tangan, saat unloading pengguna harus terlebih dahulu mengangkat
wheelbarrow dengan kemiringan tertentu sehingga pengguna butuh energi yang
cukup besar, pengguna harus membungkuk atau jongkok terlebih dahulu pada
saat akan menggunakan wheelbarrow. Masalah lain yang ditemui pada
wheelbarrow saat ini adalah masalah harga jual wheelbarrow yang cukup tinggi.
Oleh karena itu dilakukanlah perancangan ulang untuk mendapatkan
wheelbarrow yang lebih ergonomis dan ekonomis dan dapat dibuat prototipenya.
Proses perancangan ulang dilakukan dalam enam fase yaitu, fase pemunculan
ide, fase kajian ergonomis, fase kajian teknis dan ekonomis, fase desain, fase
proses produksi rancangan dan fase perbandingan. Perubahan yang dilakukan
pada wheelbarrow rancangan adalah perubahan sistem penyangga, penggunaan
rem, penggunaan handle yang lebih panjang dengan bahan busa dan perubahan
bentuk bak. Kelebihan yang dimiliki oleh wheelbarrow rancangan dibandingkan
dengan wheelbarrow saat ini adalah dapat mengurangi resiko cedera, dapat
mempermudah penggunaan wheelbarrow, dapat mengurangi konsumsi energi dan
dapat diproduksi oleh IKM (Industri Kecil Menengah). Dengan adanya
wheelbarrow yang ergonomis, maka diharapkan operator dapat bekerja dengan
ENASE, sehingga kesulitan dan keluhan yang dirasakan dapat diminimasi

Kata Kunci: wheelbarrow, alat angkut manual, ergonomi, rancang ulang.

PENDAHULUAN
Pengembangan produk pada suatu industri muncul karena adanya berbagai
persoalan dan keinginan yang timbul dari lingkungan penggunanya. Selain itu
juga disebabkan industri harus menghasilkan produk yang berkualitas tinggi
dengan biaya yang minimum.
Salah satu produk yang penting untuk dirancang ulang adalah wheelbarrow,
yang lebih dikenal dengan nama gerobak sorong. Jika ditinjau dari segi struktur,
maka dapat diketahui bahwa wheelbarrow saat ini, seperti terlihat pada gambar 1,
masih belum memenuhi kaidah ergonomi. Ketidakergonomisan wheelbarrow
dapat dilihat pada handlenya yang keras yang dapat menimbulkan cedera pada
bagian telapak tangan. Selain itu, ketidakergonomisan juga terlihat dari proses
pembongkaran material (unloading). Untuk unloading material dari wheelbarrow,
pengguna harus terlebih dahulu mengangkat wheelbarrow dengan kemiringan
tertentu. Hal ini dapat menyebabkan pengguna harus mengeluarkan energi yang
cukup besar.
PKMT-2-1-2

Panjang wheelbarrow

Lebar
handle

Tinggi
Wheelbarrow
Tinggi handle
wheelbarrow

Gambar 1. Wheelbarrow Sekarang.

Penggunaan wheelbarrow ini juga memperhatikan kapasitas angkut.


Kapasitas angkut wheelbarrow ini tergantung pada volume bak dan kekuatan
bahan wheelbarrow itu sendiri. Semakin besar volume bak wheelbarrow maka
semakin banyak material yang bisa diangkut. Namun, meningkatnya jumlah beban
yang diangkat mengakibatkan pengguna lebih mudah merasa nyeri dan hal ini
tentunya akan berdampak pada penurunan produktivitas kerja pengguna (Sumanth
1984). Jika dibiarkan dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan kondisi
kronis pada bagian-bagian tubuh pengguna, misalnya tulang punggung dan
pangkal lengan (Nurmianto 1996).
Masalah lain yang ditemui pada wheelbarrow saat ini adalah masalah harga
jual wheelbarrow yang cukup tinggi. Berdasarkan data yang didapatkan dari
wawancara dengan pedagang, diketahui bahwa harga rata-rata 1 unit wheelbarrow
yang paling banyak terjual di pasaran yaitu Rp 175.000,00. Hal ini menunjukkan
tingginya harga pokok produksi wheelbarrow, yang secara langsung dipengaruhi
oleh metode produksi, material dan lain-lain.
Berdasarkan informasi kelemahan wheelbarrow yang didapatkan dari hasil
wawancara singkat dengan pengguna dan juga adanya data-data pendukung maka
perlu dilakukan rancang ulang wheelbarrow sebagai produk yang ergonomis dan
ekonomis.
Tujuan dari pelaksanaan program ini adalah menghasilkan rancangan
wheelbarrow yang ergonomis dan ekonomis dan membuat prototipe wheelbarrow
rancangan. Manfaat yang diharapkan dengan penyelesaian program ini adalah
dihasilkannya wheelbarrow rancangan baru yang dapat dipatenkan dan
dihasilkannya produk yang dapat diproduksi oleh Industri Kecil dan Menengah.

METODE PENELITIAN
Program ini dilakukan di Kampus Fakultas Teknik Universitas Andalas Air
Tawar. Program ini dimulai pada bulan Februari 2005 dan selesai pada Januari
2006. Lamanya waktu penyelesaian program sangat dipengaruhi oleh waktu yang
dibutuhkan untuk pembuatan prototipe wheelbarrow.
Pelaksanaan program ini dilakukan dalam 6 fase, yaitu:
1. Fase pemunculan ide
Data-data awal yang dikumpulkan dalam tahapan ini meliputi :
PKMT-2-1-3

a. Data umum operator wheelbarrow


Operator yang diwawancarai pada survei awal adalah lima orang
operator saat menggunakan wheelbarrow pada aktivitas membangun
rumah. Data umum tentang operator yang diperlukan adalah jenis
kelamin, usia rata-rata, dan keadaan fisik operator.
b. Fungsi produk
Analisis fungsi dilakukan untuk mengetahui kegunaan dari produk
yang akan dirancang. Fungsi dari wheelbarrow yang akan dirancang
adalah sebagai alat yang digunakan untuk mengangkut dan
memindahkan barang dari satu tempat ke tempat yang lain.
c. Data tentang lingkungan kerja
Perancangan wheelbarrow mempertimbangkan kondisi jalan pada saat
menggunakannya. Wheelbarrow digunakan di jalan yang
kemiringannya datar dan tidak datar dan permukaan jalan kasar dan
halus baik itu di alam terbuka maupun di tempat terlindung untuk
pekerjaan mengangkut dan memindahkan bahan bangunan, pertanian
dan bahan perkebunan.
d. Data keinginan operator
Data pilihan dan keinginan operator diperoleh berdasarkan hasil
wawancara langsung dengan para pengguna. Dari hasil wawancara
langsung dengan pengguna wheelbarrow, dapat disimpulkan bahwa
wheelbarrow saat ini sebaiknya dirancang sesuai dengan antropometri
tubuh manusia, sesuai dengan kondisi fisik lingkungan kerja pada saat
menggunakan wheelbarrow dan mempunyai kemungkinan adanya
penambahan bagian tertentu untuk mempermudah pada saat
menggunakan wheelbarrow.
e. Tujuan sistem, bentuk sistem dan batasan desain
Tujuan dari wheelbarrow adalah dapat mengangkut bahan bangunan
dari satu tempat ke tempat lain dengan efektif dan efisien. Adapun
bentuk wheelbarrow yang diinginkan adalah sesuai dengan
antropometri dan kondisi kerja operator yang akan menggunakannya.
Sedangkan yang menjadi batasan desain adalah kapasitas
wheelbarrow tidak boleh lebih dari beban maksimum wheelbarrow
senilai 120 kilogram, karena jika melebihi kapasitas angkut tersebut,
wheelbarrow bisa rusak.
f. Data wheelbarrow saat ini
Untuk memudahkan dalam perancangan wheelbarrow diperlukan data
awal mengenai ukuran wheelbarrow yang ada saat ini. Wheelbarrow
yang menjadi acuan program adalah yang paling banyak dijual di
pasaran. Dengan asumsi, wheelbarrow yang paling banyak terjual
merupakan wheelbarrow yang paling baik dan dapat dijadikan standar.
Adapun gambar wheelbarrow dapat dilihat dari gambar 2 berikut ini.
PKMT-2-1-4

Gambar 2. Wheelbarrow Sekarang.

g. Data kesulitan dan keluhan operator wheelbarrow


Data mengenai kesulitan dan keluhan operator wheelbarrow diperoleh
melalui proses wawancara langsung dengan para operator
wheelbarrow. Dari proses wawancara yang dilakukan, dapat diketahui
bagian wheelbarrow yang sering mengalami kerusakan, dan kesulitan
serta keluhan yang sering dialami oleh operator wheelbarrow pada
saat menggunakan wheelbarrow. Untuk bagian wheelbarrow yang
paling sering mengalami kerusakan adalah roda.
Pada umumnya setiap operator mengalami keluhan pada hampir
seluruh bagian tubuh, namun yang terutama adalah pada bagian-
bagian tertentu, yaitu telapak tangan, lengan bawah, lengan atas,
punggung, leher, betis dan telapak kaki (Monasari 2006).
h. Data antropometri
Dalam proses perancangan wheelbarrow ini, data antropometri yang
diambil adalah data antropometri mahasiswa dari Laboratorium
Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi. Data antropometri yang
diolah adalah pengurangan data antropometri tinggi siku berdiri
dengan panjang lengan bawah, panjang jari tengah dan pangkal ke
tangan. Data antropometri ini digunakan untuk mengetahui ketinggian
whelbarrow dari permukaan tanah.
i. Posisi kerja
Posisi kerja yang dievaluasi adalah posisi saat pengangkatan awal
wheelbarrow, posisi saat mendorong wheelbarrow dan posisi saat
unloading material. Dari ketiga posisi saat menggunakan
wheelbarrow, dilakukan analisa gaya pada setiap bagian tubuh yang
terlibat pada saat menggunakan wheelbarrow dengan menerapkan
prinsip biomekanika statis melalui pendekatan hukum Newton .
Dari hasil evaluasi posisi pengangkatan awal dapat disimpulkan
bahwa segmen punggung dan paha mengeluarkan gaya yang paling
besar dibandingkan dengan segmen lain. Sedangkan yang memiliki
momen terbesar terjadi pada bagian betis dan telapak kaki. Jadi, ketiga
segmen inilah yang terasa sakit dan lelah pada pengangkatan awal
wheelbarrow, karena adanya pengeluaran gaya yang besar
dibandingkan dengan segmen lainnya.
PKMT-2-1-5

Dari evaluasi posisi saat mendorong wheelbarrow dapat disimpulkan


bahwa segmen telapak tangan dan lengan bawah mengeluarkan gaya
dan momen yang paling besar dibandingkan dengan segmen lain,
sehingga kedua segmen terasa sakit dan lelah pada saat mengangkat
dan mendorong wheelbarrow.
Evaluasi posisi saat unloading wheelbarrow dapat disimpulkan bahwa
segmen telapak tangan dan lengan bawah mengeluarkan gaya yang
paling besar dibandingkan dengan segmen lain. Momen terbesar juga
terjadi pada bagian telapak tangan dan lengan bawah. Jadi, dapat
diketahui bahwa kedua segmen inilah yang terasa sakit dan lelah pada
saat melakukan aktivitas saat unloading material dari wheelbarrow,
karena adanya pengeluaran gaya dan momen yang besar dibandingkan
dengan segmen lainnya.
Hasil perhitungan gaya setiap segmen tubuh (Meriam 1991) yang
terlibat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk merancang
ulang wheelbarrow yang ada saat ini. Di bawah ini adalah gambar-
gambar dari posisi kerja yang dievaluasi.

Posisi pengangkatan Posisi mendorong Posisi saat unloading


awal material

Gambar 3. Posisi-posisi kerja menggunakan wheelbarrow.

2. Fase prioritas perbaikan


Setelah dilakukan tahap pengumpulan data, selanjutnya adalah menentukan
bagian-bagian yang akan diperbaiki terhadap wheelbarrow saat ini. Pada
tahap ini dilakukan dengan menggunakan matrik Manufacturing System
Design Decompotition (MSDD). Hasil yang ada dari matrik MSDD
diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan para pengguna
wheelbarrow. Berikut ini adalah bentuk dari matrik MSDD tersebut. Hasil
matrik MSDD diterjemahkan ke dalam bentuk desain konseptual
wheelbarrow rancangan.

3. Fase kajian ergonomis


Dalam fase ini, ditentukan data antropometri yang digunakan untuk
menentukan ketinggian tangkai wheelbarrow dari permukaan tanah agar
pada saat mengangkat wheelbarrow, operator tidak perlu membungkuk
terlebih dahulu. Adapun data antropometri statis yang dikumpulkan yaitu :
a. tinggi siku berdiri, diukur dengan cara subjek berdiri tegak dengan
kedua tangan tergantung secara wajar. Ukur jarak vertikal dari lantai
ke titik pertemuan antara lengan atas dan lengan bawah.
PKMT-2-1-6

b. panjang lengan bawah dengan cara subjek berdiri tegak, tangan di


samping, ukur jarak dari siku sampai pergelangan tangan
c. panjang jari tengah dengan cara posisi jari tengah subjek merentang
lurus dan sejajar. Ukur jarak dari pangkal ruas jari sampai ujung jari
tengah.
d. pangkal ke tangan dengan cara posisi lengan bawah sampai telapak
tangan subjek lurus. Kemudian ukur jarak dari pergelangan tangan
sampai pangkal ruas jari.
Data-data antropometri di atas diambil dari data praktikum di
Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Jurusan
Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Andalas.

4. Fase kajian teknis dan ekonomis


Pada fase ini, data yang dikumpulkan adalah data harga penjualan dari
wheelbarrow yang ada di pasaran, untuk pengumpulan data ini dilakukan
dengan survey ke beberapa toko yang menjual wheelbarrow. Data lainnya
yaitu data ketersediaan material yang dibutuhkan untuk produksi
wheelbarrow.
5. Fase desain dan proses produksi rancangan
Dari data yang terkumpul dari fase-fase di atas, maka dibuat suatu
rancangan wheelbarrow yang telah memenuhi kaidah ergonomis dan
ekonomis. Setelah diperoleh desain produk, maka desain tersebut
diwujudkan dalam bentuk nyata berupa sebuah wheelbarrow yang
ergonomis dan ekonomis. Perbaikan yang dilakukan pada wheelbarrow
sekarang adalah :
a. Perubahan ketinggian tangkai dari lantai
Perubahan ketinggian tangkai ini dilakukan untuk meminimasi
aktivitas operator yang membungkuk atau jongkok saat akan
mengangkat wheelbarrow. Di sisi lain, efek akibat perubahan
ketinggian tangkai dari lantai, pada saat operator mengangkat dan
mendorong wheelbarrow, operator dapat bekerja nyaman karena
posisi kerja yang disarankan yaitu tubuh bagian atas berada dalam
keadaan yang relax, posisi leher lurus, posisi batang tubuh lurus dan
posisi kaki lurus dengan postur tubuh yang seimbang dapat
diakomodir (Sari 2004). Ketinggian tangkai dari lantai pada saat
wheelbarrow saat ini adalah 58 cm, sedangkan pada wheelbarrow
rancangan ketinggian tangkai menjadi 67,5 cm dengan
mempertimbangkan data antropometri pengguna wheelbarrow
menggunakan persentil 50 (rata-rata).
b. Perubahan desain dan ukuran bak
Perubahan desain dan ukuran bak ini bertujuan agar pada saat
mengangkat dan mendorong wheelbarrow, beban dapat tersebar
merata di seluruh bagian wheelbarrow. Hal lain yang diharapkan
adalah agar beban dapat bertumpu di roda pada saat mengangkat dan
mendorong wheelbarrow, sehingga gaya dan energi yang dikeluarkan
oleh operator lebih sedikit.
Untuk bak yang berubah adalah ketinggian bak bagian belakang (dekat
dengan penyangga), ukuran bak dan titik berat bak.
PKMT-2-1-7

c. Penambahan rem pada handle kanan wheelbarrow


Penambahan rem ini membantu saat mengangkat wheelbarrow pada
kondisi jalan menurun. Hal ini bertujuan agar ketika menggunakan
wheelbarrow di jalan menurun, wheelbarrow mudah dikontrol
sehingga wheelbarrow tidak akan meluncur.
d. Perubahan bentuk dan ukuran penyangga 1
Perubahan bentuk dan ukuran penyangga 1 wheelbarrow ini bertujuan
agar pada saat wheelbarrow diletakkan, posisinya datar sehingga pada
saat akan mengangkat wheelbarrow, aktivitas membungkuk atau
jongkok dapat diminimasi, sehingga energi yang dikeluarkan operator
akan menjadi lebih sedikit dibandingkan pada saat penggunaan
wheelbarrow yang ada saat ini.
Bentuk dan ukuran penyangga 1 ini didesain dengan ukuran panjang
yang berbeda-beda satu sama lain, sehingga dapat mengakomodir
berbagai posisi pengangkatan. Penyangga 1 ini dilengkapi dengan
pegas dan poros sehingga ketinggian dari penyangga 1 ini dapat
berubah-ubah sesuai dengan masing-masing posisi pengangkatan.
Penyangga 1 wheelbarrow ini didesain agar bisa fleksibel. Penyangga
1 ini terdiri dari dua buah kaki, yaitu kaki atas yang bersifat kaku dan
kaki bawah yang bersifat fleksibel. Tujuan kaki bawah didesain
fleksibel adalah pada saat wheelbarrow diletakkan di atas tanah, kaki
bawah dapat menopang kaki atas, dan pada saat wheelbarrow diangkat
dan didorong, kaki bawah bisa memendek dan tidak menyentuh tanah.
Bentuk posisi penyangga 1 ini jika tidak menyentuh tanah dapat
dilihat pada tabel 1.
e. Memperpanjang handle pada tangkai wheelbarrow
Memperpanjang handle pada tangkai wheelbarrow artinya adalah
memberikan busa tambahan yang lebih lembut pada tangkai
wheelbarrow, yang dapat memudahkan pengguna menegendalikan
wheelbarrow di jalan mendaki.
Hasil rancangan wheelbarrow dan bagian-bagiannya dapat dilihat pada
gambar 3.

Gambar 3. Wheelbarrow Hasil Rancangan


PKMT-2-1-8

Fase perbandingan
Fase ini merupakan tahap perbandingan untuk membandingkan produk yang
ada dengan produk hasil rancangan. Fase ini dilakukan dengan
membandingkan struktur wheelbarrow sekarang dan wheelbarrow
rancangan gaya angkat manusia, gaya pada roda dan gaya pada kaki
penyangga terhadap wheelbarrow sekarang dan wheelbarrow rancangan,
proses produksi antara wheelbarrow sekarang dan wheelbarrow rancangan
dan biaya produksi antara antara wheelbarrow sekarang dan wheelbarrow
rancangan. Untuk lebih jelasnya, hasil perbandingan kedua wheelbarrow
dapat dilihat berikut ini.
a. Perbandingan perubahan struktur fisik Wheelbarrow
Setelah dilakukan perbaikan maka tampak perbedaan antara
wheelbarrow sekarang dengan rancangan. Secara lebih jelas,
perbandingan dapat dilihat pada gambar 4.
Sekarang Rancangan

Gambar 4. Perbandingan Wheelbarrow Sekarang dengan Rancangan.

Perbandingan komponen-komponen yang berubah dari wheelbarrow sekarang


dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan per Komponen Wheelbarrow Sekarang dengan Rancangan

Komponen
Sekarang Rancangan
Pembanding
Ketinggian tangkai

58 cm 67.5
cm
Penyangga 1

Bak

Penambahan rem
Tidak ada

Handle
Wheelbarrow
PKMT-2-1-9

b. Perbandingan Gaya Angkat


Aspek ergonomis rancangan juga dapat dilihat dari perbandingan
gaya angkat manusia, gaya pada roda dan gaya pada kaki penyangga.
Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan gaya ini dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan Gaya Wheelbarrow


Kondisi Kondisi
Diam Diangkat
Jenis
Gaya
Wheelbarrow Gaya Gaya Gaya
Penyangga
Roda (N) Roda (N) Angkat (N)
1 (N)
Wheelbarrow
411,72 989,28 681,62 899,23
Sekarang
Wheelbarrow
831,75 589,06 1148,35 272,46
Rancangan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa gaya yang dihasilkan pada saat
mengangkat wheelbarrow rancangan lebih sedikit jika dibandingkan
dengan gaya saat mengangkat wheelbarrow saat ini. Hal ini disebabkan
karena adanya perubahan ukuran pada wheelbarrow rancangan.
Sedangkan pada roda, gaya yang dihasilkan saat diangkat bernilai lebih
besar, karena beban bertumpu pada roda saat diangkat dengan
wheelbarrow rancangan.
c. Perbandingan Proses Produksi
Dari proses produksi, ada beberapa perbedaaan antara wheelbarrow
sekarang dengan wheelbarrow hasil rancangan. Namun, pada dasarnya
mesin-mesin yang digunakan pada pembuatan wheelbarrow saat ini juga
digunakan dalam pembuatan wheelbarrow rancangan.Perbedaan jumlah
total proses produksi ini terlihat dari adanya penambahan beberapa bagian
pada wheelbarrow rancangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 3.
Tabel 3. Rekapitulasi Proses Produksi Wheelbarrow
Jenis Proses Proses Jumlah Total
Wheelbarrow Produksi Assembly Operasi
Wheelbarrow
33 7 40
Sekarang
Wheelbarrow
36 8 46
Rancangan

Keuntungan dari wheelbarrow hasil rancangan ini adalah tidak perlu


menambah banyak investasi untuk membeli mesin baru karena semua
prosesnya masih bisa menggunakan mesin yang sudah ada. Investasi yang
dibutuhkan hanya berupa investasi untuk pembuatan cetakan bak. Selain
itu tidak perlu penambahan investasi tenaga kerja karena tidak
membutuhkan keterampilan khusus untuk memproduksi wheelbarrow
rancangan. Namun, yang menjadi kelemahannya adalah adanya
PKMT-2-1-10

penambahan sedikit biaya produksi karena terdapat penambahan


komponen pada wheelbarrow rancangan.

d. Perbandingan Aspek Ekonomis


Dari aspek ekonomis, wheelbarrow rancangan memiliki material
yang mudah diperoleh, teknologi yang digunakan dalam memproduksi
wheelbarrow rancangan sederhana dan mesin yang digunakan sama seperti
memproduksi wheelbarrow saat ini sehingga tidak perlu penambahan
investasi yang besar, begitupun dengan tenaga kerja yang terlibat sehingga
dapat diproduksi oleh Industri Kecil dan Menengah.

HASIL PROGRAM DAN PEMBAHASAN


Program ini mengahasilkan suatu rancangan dan prototipe wheelbarrow.
Tabel 4. menunjukkan ukuran wheelbarrow dirancang. Ukuran inilah yang
nantinya digunakan saat pembuatan prototipe.

Tabel 4. Dimensi Bagian Wheelbarrow Rancangan


Rancangan
No Bagian
p (cm) l (cm) t (cm) dia (cm)
Bak 91 67,5
1 - Bagian depan (dekat roda) 28,5
- Bagian belakang 19
2 Tangkai 43,3 3,2
3 Roda 36
4 Penyangga 1
- Kaki atas 24 3
- Kaki bawah 18 3
5 Penyangga 2 2,5 26
6 Penghubung penyangga 1 33 2,5
7 Handle 35 3,8
8 Penahan bak 72,7 3,2
Penghubung roda dan
9 3,5 5 6
penahan bak
Penghubung poros
10 33 2,5
penyangga 1
11 Pegas
12 Rem
13 Pulley

Untuk masing-masing bentuk wheelbarrow rancangan dan prototipe dapat


dilihat pada gambar 5 dan gambar 6.
PKMT-2-1-11

Gambar 5. Wheelbarrow Rancangan Gambar 6. Prototipe

Dari hasil yang didapatkan diketahui bahwa terdapat beberapa perbedaan


antara rancangan dengan prototipe yang dihasilkan. Secara lebih rinci, perbedaan
tersebut dapat dilihat pada tabel 5 berikut.
Tabel 5. Perbandingan per Komponen Wheelbarrow Rancangan dengan Prototipe

Komponen Rancangan Prototype


Pembanding
Penyangga 1

Bak

Rem

Pegas

Pulley

Dari gambar dan tabel dapat dilihat adanya perbedaan antara wheelbarrow
rancangan dengan prototipe yang dihasilkan. Perbedaan-perbedaan itu terdapat
pada :
1. Bentuk bak
Bak prototipe memiliki ujung siku sedangkan di rancangan bak mempunyai
ujung landai. Hal ini terjadi karena tidak tersedianya cetakan seperti
rancangan. Dari data bengkel diketahui bahwa cetakan bisa disediakan dengan
dana lebih kurang Rp. 5.000.000,00. Dan karena dana yang diperoleh tidak
mencukupi maka pembuatan prototipe tidak menggunakan cetakan.
2. Sistem pulley
Di lapangan, sistem pulley diganti dengan sistem pegas karena proses
pembuatannya lebih mudah dan sederhana dan hasil yang didapatkan
dianggap sama.
PKMT-2-1-12

KESIMPULAN
1. Wheelbarrow rancangan lebih ergonomis karena ada beberapa perubahan
diantaranya :
a. Perubahan ketinggian tangkai dari tanah untuk meminimasi membungkuk
pada saat akan mengangkat wheelbarrow
b. Perubahan bentuk dan ukuran penyangga untuk mengakomodasi berbagai
posisi pengangkatan.
c. Perubahan bentuk dan ukuran bak agar pada saat mengangkat dan
mendorong wheelbarrow, beban lebih bertumpu ke bagian depan
sehingga energi yang dikeluarkan pengguna dapat diminimasi.
d. Penambahan rem untuk memudahkan pengguna mengontrol arah gerakan
wheelbarrow di jalan menurun.
e. Perubahan handle untuk memudahkan pengguna membawa wheelbarrow
di jalan mendaki.
2. Prototipe yang dihasilkan berbeda dengan rancangan karena terdapatnya
keterbatasan dana. Namun fungsi yang didapatkan dari prototipe tidak
berbeda dengan rancangan.

DAFTAR PUSTAKA
Meriam, J.L. 1991. Mekanika Teknik : Statika. Jilid I Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga
Monasari, Mia. 2006. Analisis Karakteristik Wheelbarrow Berdasarkan Kriteria
Konsumsi Energi dan Resiko Cedera. Tugas Akhir. Jurusan Teknik
Industri Fakultas Teknik Universitas Andalas
Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi : Konsep dasar dan Aplikasinya. Edisi Pertama.
Jakarta : PT. Guna Widya
Sari, Emelia. 2004. Analisis dan Perancangan Ulang Leaf Trolys yang Memenuhi
Kaidah-Kaidah Ergonomi di PTP. Nusantara VI Pabrik Teh danau
Kembar, Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Andalas
Sumanth, David; J. Phd. 1984. Productivity Engineering and Management. Mc.
Graw-Hill Book Company
PKMT-2-2-1

PEMBUATAN ALAT PENGAMAN SEPEDA MOTOR


DENGAN MEMANFAATKAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

Haryanto Amanu, Bayu Suhartanto, Benni Indra, Adhadi Cahyono


Jurusan Fisika, Universitas Bengkulu, Bengkulu

ABSTRAK
Pencurian sepeda motor merupakan suatu hal yang sering terjadi di sekitar kita.
Untuk mengurangi tingkat pencurian tersebut, diperlukan suatu alat pengaman
yang lebih canggih, salah satunya dengan memanfaatkan gelombang
elektromagnet. Pada penelitian ini dilakukan suatu pengukuran dan analisis
terhadap rangkaian pengirim dan rangkaian penerima. Dengan demikian akan
dimodifikasi rangkaian tersebut menjadi suatu alat yang dapat digunakan sebagai
pengaman sepeda motor. Dari penelitian tersebut diketahui besarnya frekuensi
yang dihasilkan, yaitu sebesar 61253,49 Hz atau 61,25 MHz dan memiliki
jangkauan pemancaran mencapai radius 100 meter.

Kata Kunci : Alat Pengaman, Sepeda Motor, Gelombang Elektromagnetik

PENDAHULUAN
Krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia dari tahun 1997 yang
hingga saat ini belum mereda menyebabkan turunnya taraf hidup masyarakat. Hal
ini terbukti dengan meningkatnya pengangguran dari tahun ke tahun dan semakin
banyaknya perbuatan-perbuatan atau tindakan kriminalitas. Tuntutan ekonomi dan
keinginan sekelompok masyarakat untuk mendapatkan uang secara cepat dan
mudah semakin marak dilakukan. Salah satunya adalah pencurian sepeda motor
yang hingga saat ini masih menimbulkan rasa khawatir di kalangan masyarakat.
Sepeda motor merupakan salah satu kendaraan yang memiliki nilai ekonomi
yang tinggi baik di desa maupun di kota. Kejadian pencurian sepeda motor
semakin tahun semakin meningkat. Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin
maraknya pencurian sepeda motor, seperti di kampus, pusat pertokoan dan
berbagai tempat keramaian lainnya.
Sejauh ini, alat pengaman sepeda motor kebanyakan masih bersifat
pengamanan secara fisik, misalnya dengan menambah kunci pengaman di cakram,
di rantai dan lain sebagainya. Seiring dengan perkembangan zaman, maka perlu
dikembangkan sebuah alat pengaman sepeda motor yang memanfaatkan
gelombang elektromagnatik. Shen dan Kong (2001) mengemukakan bahwa
gelombang elektromagnet dapat merambat pada medium tak terbatas dan dalam
ruang hampa gelombang ini merambat dengan kecepatan yang sama, yaitu 3 x 108
m/s. Dengan demikian gelombang elektromagnetik dapat dimanfaatkan sebagai
alat pengaman sepeda motor.
Dalam penelitian ini akan dipelajari bagaimana membuat suatu alat
pengaman sepeda motor dengan memodifikasi rangkaian elektronik yang ada di
pasaran. Modifikasi ini dilakukan pada pesawat pemancar dan pesawat penerima,
terutama pada rangkaian osilator yang menghasilkan gelombang elektromagnetik.
Wasito (2004) menerangkan bahwa rangkaian osilator merupakan pembangkit
gelombang sinusoida. Gelombang yang dihasilkan berasal dari gerak random
elektron-elektron di dalam resistor yang kemudian diumpan balik dan diperkuat
PKMT-2-2-2

sehingga menghasilkan gelombang elektromagnetik. Selain itu, dalam penelitian


ini juga akan dipelajari bagaimana hubungan antara besarnya nilai kapasitor
dengan kuat sinyal yang dapat ditangkap oleh receiver.
Penelitian ini akan menghasilkan suatu alarm yang dapat menghasilkan
bunyi pada pesawat penerima, sedangkan pesawat pemancar hanya menghasilkan
sinyal dan tidak menghasilkan bunyi. Sinyal yang ditangkap oleh pesawat
penerima akan memulai kerja rangkaian ini sehingga menghasilkan bunyi. Wasito
(1991) mengemukakan bahwa generator nada yang dibangun oleh IC (Integrated
Circuit) merupakan sebuah multivibrator tidak stabil. Sinyal yang keluar dapat
dihasilkan melalui resistor dan beberapa kondensator yang kemudian diinjeksikan
ke multivibrator (kaki IC). Dengan demikian, multivibrator dimasuki tegangan
akan menghasilkan sinyal yang diteruskan ke penguat daya dan speaker sehingga
menghasilkan suara yang dapat terdengar oleh telinga.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu alat pengaman sepeda
motor. Dengan alat ini, pemilik sepeda motor tidak merasa was-was ketika
memarkirkan kendaraannya di tempat-tempat umum dan alat ini juga dapat
mengurangi rasa khawatir yang dimiliki oleh masyarakat, terutama pemilik sepeda
motor terhadap meningkatnya kasus curanmor. Selain itu, penelitian ini juga
bertujuan sebagai informasi awal dalam pembuatan alat pengaman kendaraan,
baik kendaraan roda dua atau kendaraan jenis lainnya. Untuk dimasa yang akan
datang, alat ini dapat dikembangkan dengan kualitas yang lebih baik dan lebih
canggih.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Oktober Tahun
2005 dengan lokasi penelitian di laboratorium Fisika Fakultas MIPA UNIB serta
lingkungan sekitar Laboratorium.
Metode yang digunakan dalam teknologi ini adalah analisis dan pengujian
terhadap alat elektronik yang berupa pesawat pemancar dan pesawat penerima.
Berdasarkan analisis terhadap alat-alat elektronik di atas, maka kedua rangkaian
tersebut dapat dimodifikasi menjadi alat pengaman sepeda motor yang sangat
berkualitas.
Prinsip dasar yang digunakan pada alat ini adalah dengan meletakkan
pesawat pengirim pada sepeda motor, dalam hal ini rangkaian tersebut dapat
menghasilkan gelombang elektromagnetik yang dapat menembus zat padat
sehingga alat tersebut dapat diletakkan pada tempat yang tersembunyi (pada
kendaraan). Sinyal yang dihasilkan pada pesawat pemancar akan ditangkap oleh
pesawat penerima yang dimiliki oleh pemilik sepeda motor. Pesawat pemancar
akan menghasilkan gelombang elektromagnetik dan tidak menghasilkan bunyi,
sedangkan pesawat penerima akan menangkap sinyal tersebut dan menghasilkan
bunyi.
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah Osiloskop, alat ini
digunakan untuk melihat sinyal keluaran dan frekuensi yang yang dihasilkan oleh
setiap rangkaian. Multitester, alat ini digunakan sebagai pengukur komponen pasif
serta mengukur besarnya arus dan tegangan pada rangkaian. Solder dan desolder,
alat ini digunakan sebagai pematri timah untuk melekatkan kaki komponen pada
papan PCB. Pistol tembak dan Lem tembak digunakan sebagai penguat komponen
agar terhindar dari goncangan, kelembaban dan hubungan singkat. Tool Set, alat
PKMT-2-2-3

ini digunakan sebagai peralatan penunjang atau pelengkap pada setiap aktivitas
penelitian, seperti pemasangan rangkaian pada sepeda motor. Sepeda motor
digunakan untuk bahan eksperimen dalam peletakan rangkaian. Buku Kerja, buku
ini digunakan untuk mencatat setiap data yang diperoleh dan mencatat seluruh
proses kegiatan, termasuk dalam perancangan alat.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini berupa beberapa jenis resistor,
kapasitor, dioda, transistor, IC 31127187, IC 291N0338, timah, kabel, speaker,
larutan Ferrit Clorit dan bahan-bahan penunjang lainnya.
Penelitian ini melalui beberapa tahap. Tahap pertama merupakan tahap
pembuatan atau perancangan pesawat pemancar dan pesawat penerima.
Perancangan alat ini dilakukan dengan memodifikasi rangkaian-rangkaian
elektronik yang ada di pasaran dengan membagi rangkaian tersebut menjadi blok-
blok sesuai dengan prinsip kerjanya.
Blok diagram tersebut digambar di kertas kerja dan disederhanakan,
sehingga diketahui secara detil fungsi dari masing-masing blok diagram tersebut.
Setelah gambar cukup baik, maka pekerjaan dilanjutkan dengan pengerjaan PCB
(Print Circuit Board). Desain gambar tersebut disalin pada PCB dengan
menggunakan spidol. Setelah PCB selesai dikerjakan, dilakukan pelarutan
terhadap PCB tersebut sehingga menghasilkan jalur-jalur rangkaian. Setelah
terdapat jalur rangkaian di PCB, maka pekerjaan dapat dilanjutkan dengan
menentukan setiap komponen yang akan dipasang pada PCB tersebut dengan
berpatokan pada pesawat pemancar dan pesawat penerima yang telah ada. Tahap
ini dilakukan di Laboratorium Elektronika Fisika FMIPA Universitas Bengkulu.
Tahap kedua merupakan penyiapan terhadap beberapa komponen yang akan
dipasang beserta penyiapan beberapa variasi besarnya komponen yang akan
dipasang pada jalur rangkaian tersebut. Selain pembelian dan penyiapan
komponen, pada tahap ini juga dilakukan pengetesan beberapa alat yang akan
dipakai, seperti osiloskop, multimeter, solder, desolder dan beberapa alat
penunjang lainnya. Setelah semua komponen dan peralatan siap, maka tahap
selanjutnya adalah perakitan dan pemasangan komponen pada PCB.
Tahap ketiga merupakan tahap perakitan dan pemasangan komponen pada
PCB. Pada tahap ini, hal pertama yang harus dilakukan adalah proses pengeboran
PCB. Proses ini dilakukan untuk meletakkan kaki komponen agar menempel pada
jalur yang telah ditetapkan. Setelah PCB dibor sesuai dengan kaki komponen yang
akan dipasang, maka kegiatan selanjutnya adalah pemasangan komponen pada
PCB. Pemasangan atau peletakkan komponen pada PCB dilakukan dengan
menggunakan timah yang dipanaskan oleh solder. Pemasangan ini harus
dilakukan dengan secara teliti dan hati-hati. Hal ini dimaksudkan supaya tidak
terjadi kesalahan pada pemasangan komponen dan tidak terjadi hubungan singkat
antara setiap komponen. Timah tersebut dipanaskan dan diberikan secara sedikit
demi sedikit agar timah tersebut tidak meluas dan tidak terhubung dengan jalur-
jalur yang lain.
Setelah pemasangan dan peletakkan komponen selesai dilakukan, maka
kegiatan selanjutnya adalah perapian rangkaian. Perapian rangkaian ini dilakukan
dengan memotong kaki komponen yang berlebihan dan pembersihan sisa timah
yang tidak bermanfaat. Hal ini dilakukan agar rangkaian dapat bekerja dengan
baik dan tidak terganggu oleh timah dan kaki komponen yang berlebihan. Setelah
PKMT-2-2-4

rangkaian bersih dan rapi, maka tahap selanjutnya adalah pengetesan rangkaian
pada beberapa peralatan yang telah disiapkan.
Tahap keempat merupakan tahap pengecekan dan pengetesan masing-
masing rangkaian. Untuk mengetahui hasil kerja dari rangkaian tersebut maka
dilakukan pengetesan pesawat pemancar dan pesawat penerima dengan mengukur
tegangan dan arus listrik di setiap titik dengan menggunakan multimeter, setelah
dilakukan pengukuran tegangan dan arus listrik, maka pengukuran selanjutnya
adalah pengukuran frekuensi pada output osilator dan output antena dengan
menggunakan osiloskop. Pada pengukuran ini dilakukan perubahan beberapa
komponen seperti kapasitor agar mendapatkan gambaran grafik yang sempurna
pada layar osiloskop. Grafik yang sempurna dapat ditunjukkan dengan bentuk
grafik yang tidak cacat pada layar osiloskop. Setelah mendapat gambaran grafik
yang baik, maka proses selanjutnya mengukur daya pancaran pada masing-masing
antena dengan menggunakan SWR meter.
Pengetesan rangkaian pemancar diawali dengan memberikan sumber
tegangan pada rangkaian tersebut. Hal-hal yang diukur antara lain melakukan
perubahan nilai kapasitor (C) pada osilator, sehingga menghasilkan nilai frekuensi
yang berbeda-beda pada outputnya. Setelah itu dilakukan pengetesan rangkaian
penerima yang diawali dengan memberikan sumbar tegangan pada rangkaian
tersebut. Hal-hal yang diukur antara lain melakukan pengukuran pada input RF,
output osilator dan melakukan perubahan nilai kapasitor (C) pada osilator,
sehingga menghasilkan nilai frekuensi yang berbeda-beda.
Selain pengukuran tegangan dan arus listrik pada setiap titik, pengukuran
frekuensi juga dilakukan pada pesawat pemancar dan pesawat penerima serta
pengukuran juga dilakukan pada output generator nada dan pengukuran daya pada
antena. Setelah terjadi sinkronisasi antara frekuensi pesawat pemancar dan
pesawat penerima, maka tahap selanjutnya adalah melakukan penguatan pada
masing-masing rangkaian dengan menganti transistor pada bagian penguatan
daya. Thoyib dan Soegianto (1979) mengemukakan bahwa dasar dari tujuan
penguat daya adalah untuk meningkatkan besarnya tegangan dan arus antara daya
input sinyal, dimana yang termasuk jenis ini adalah jenis penguat tegangan dan
penguat daya. Suatu penguat daya adalah khusus untuk menghasilkan suatu harga
yang lebih besar dari inputnya. Selain itu penguatan daya juga dimaksudkan untuk
memperoleh jangkauan pancaran yang luas dan kinerja pesawat lebih maksimal.
Tahap kelima merupakan tahap pemasangan alat pengaman pada sepeda
motor. Menurut Shen dan Kong (2001) rangkaian pemancar dapat bekerja dan
memancarkan gelombang elektromagnetik pada medium tak terbatas, dengan
demikian alat ini dapat di letakkan di tempat yang tersembunyi, misalnya di
bawah jok motor atau di samping tempat aki. Setelah terpasang kemudian
dilakukan pengujian mengenai kerja alat dan jangkauan pancaran yang dihasilkan.
Thoyib dan Soegianto (1979) mengemukakan bahwa untuk meningkatkan
jangkauan pemancaran, maka diperlukan sebuah penguat daya yang prinsip
kerjanya meningkatkan besarnya tegangan dan arus pada keluarannya. Impedansi
pada suatu penguat daya dipilih sedemikian rupa, sehingga dapat memberikan
daya yang tinggi dengan distorsi atau noise yang kecil, sehingga diperoleh
efisiensi yang maksimum.
Pada tahap kelima ini juga dilakukan perapian pada rangkaian penerima.
Rangkaian penerima diisolasi menggunakan lem tembak untuk menghindari
PKMT-2-2-5

hubungan singkat dan kelembaban. Setelah itu dilakukan perapian (finishing)


menggunakan kemasan yang berupa kotak yang menarik dan disesuaikan dengan
kondisi sepeda motor, sehingga mudah disimpan dan tidak mengganggu sistem
komponen yang lain.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada penelitian, dilakukan perubahan nilai-nilai kapasitor pada osilator. Dari
perubahan nilai kapasitor ini diukur nilai frekuensi dan tegangan puncak (Vp)
yang dihasilkan. Hasil pengukuran tersebut ditampilkan pada tabel 1.
Tabel 1. Perubahan Nilai frekuensi dan tegangan puncak terhadap perubahan nilai
kapasitor.
No Nilai kapasitor (nF) Frekuensi (Hz) Vp
1 10 69811.93 2.22
2 20 65223.86 6.14
3 30 61253.49 6.70
4 40 57690.25 2.36
5 50 54563.11 3.69
6 60 51718.61 6.60
7 70 49190.81 5.45
8 80 46866.94 0.80
9 90 44781.60 0.48
10 100 41873.90 1.32
11 200 41098.14 6.63
12 300 39485.43 4.20
13 400 32965.00 4.49
14 500 28308.72 2.73
15 600 24792.86 2.72

Nilai frekuensi yang dihasilkan diukur dengan menggunakan osiloskop.


Dengan mengatur skala time/div dan volt/div pada osiloskop, maka dapat
diperoleh besarnya periode (T). Besarnya frekuensi dapat dihitung dengan
1
persamaan f = . Dari hasil pengukuran yang didapat, bahwa semakin besar
T
nilai kapasitor maka frekuensi yang dihasilkan semakin rendah.
Dari data di atas, dapat diketahui bahwa nilai Vp tidak memiliki keteraturan
nilai terhadap perubahan nilai kapasitor. Misalnya saat nilai kapasitor 600 nF,
maka nilai Vp-nya adalah 2,72 Volt, saat nilai kapasitornya 300nF, nilai Vp-nya
adalah 4,20 Volt, sedangkan saat nilai kapasitor 200nF, nilai Vp-nya adalah 6,63
Volt. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa tidak semua kapasitor
dapat digunakan pada osilator. Pemilihan nilai kapasitor terbaik yaitu pada saat
amplitudo keluaran bernilai maksimum dan tidak cacat. Untuk melihat hubungan
frehuensi vs kapasitas kapasitor ditunjukkan pada gambar 1.
Dari gambar 1. Grafik hubungan antara frekuansi dengan kapasitas kapasitor
terlihat bahwa nilai ferkuensi akan mengecil jika nilai kapasitor semakin besar.
Nilai kapasitor yang semakin besar akan menyebabkan nilai reaktansi kapasitif
semakin kecil. Hal ini sesuai dengan persamaan

1
f res =
2 R C
PKMT-2-2-6

80000
70000
60000
Frekuensi (Hz) 50000 Kapasitas Kapsitor
(nF)
40000
Frekuensi (Hz)
30000
20000
10000
0

0
10

30

50

70

90

20

40

60
Kapasitas Kapasitor (nF)

Gambar 1. Grafik hubungan antara frekuensi dengan kapasitas kapasitor.

Untuk memperoleh hasil yang terbaik, maka harus dilakukan penyesuaian


frekuensi antara osilator pemancar dan penerima. Alat yang telah dihasilkan
memiliki spesifikasi sebagai berikut:
1. Frekuensi yang digunakan adalah 61253,49 Hz.
2. Kapasitor yang digunakan dalam osilator adalah 30 nF.
3. Jangkauan pemancaran : 100 m.
4. Menggunakan sumber tegangan 3 untuk penerima dan 12 Volt untuk
pesawat pemancar.
5. Pesawat pemancar menggunakan IC 31127287.
6. Pesawat penerima menggunakan IC 291N0338.
Setelah dilakukan beberapa tahapan, maka dihasilkan seperangkat alat
pengaman sepeda motor yang menggunakan gelombang elektromagnetik. Pada
tahap penguatan yang pertama ini, baru dihasilkan alat pengaman dengan radius
pancaran sejauh 20 meter. Hal ini dapat dilihat dengan hilangnya sinyal yang
ditangkap oleh rangkaian penerima setelah berjalan 20 meter dari rangkaian
pemancar.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka dilakukan penguatan dengan mengganti
transistor dan beberapa komponen lainnya pada bagian penguatan daya, setelah
hal tersebut dilakukan maka hasil yang didapatkan dari penggantian alat tersebut
adalah jangkauan pemancaran 100 meter. Alat ini bekerja pada tegangan 8-10
volt dan memanfaatkan sumber tegangan berupa aki 12 volt. Untuk mengatasi
kelebihan tegangan pada alat pemancar maka dibuat sistem pembagi tegangan.
Paul (1990) mengemukakan bahwa sumber tegangan yang stabil dapat mensuplai
kebutuhan daya yang stabil pula. Rangkaian penstabil tegangan dapat
memanfaatkan dioda zener dengan beberapa buah kapasitor yang dipasang secara
paralel. Dengan demikian akan dimanfaatkan resistor yang dipasang secara
parallel untuk membagi tegangan, sehingga besarnya tegangan yang berasal dari
aki tidak melebihi batas kemampuan alat. Gambar 2 dan 3 merupakan gambar
blok diagram sistem alat pengaman sepeda motor.
PKMT-2-2-7

Penguat Antena
Osilator pemancar
Osilator

Gambar 2. Blok Diagram Pesawat Pemancar

Osilator

Antena Penguat
penerima Mixer tegangan

Generator Nada &


Speaker

Gambar 3. Blok Diagram Pesawat Penerima.

Saat diberi catu daya seluruh sistem akan bekerja, dimana rangkaian
osilator menghasilkan sinyal dengan frekuensi tertentu. Dennis (1992)
mengemukakan bahwa sinyal yang dihasilkan oleh osilator masih sangat rendah,
maka diperlukan penguat yang disebut penguat RF (Radio Frequency). Rangkaian
penguat RF diteruskan ke rangkaian buffer. Rangkaian Buffer selain dapat
memperkuat daya, juga mampu mengemudi untuk dapat disesuaikan ke rangkaian
berikutnya. Dengan demikian, rangkaian osilator selanjutnya diperkuat oleh
penguat osilator yang menggunakan transistor yang bekerja pada penguat kelas C.
hasil penguatan ini selanjutnya diteruskan ke antena untuk dipancarkan ke
rangkaian penerima.
Antena penerima akan menangkap sinyal yang lemah dan dikuatkan oleh
penguat RF, osilator lokal akan berosilasi dan akan mengakibatkan teresonansinya
sinyal dari pemancar. Hasil dari resonansi tersebut akan diperkuat oleh penguat
tegangan yang selanjutnya menyulut generator sinyal agar menghasilkan suara.
Sehingga apabila ada gangguan pada stop kontak sepeda motor, maka pesawat
pemancar akan bekerja dan pesawat penerima (alarm) yang ada pada pemiliknya
akan berbunyi.
Kelebihan pada penggunaan olsilator lokal adalah apabila rangkaian atau
pesawat penngirim tidak menirimkan sinyal, maka rangkaian penerima atau
PKMT-2-2-8

pesawat penerima tidak akan tersulut dan tidak akan memberikan sinyal masukan.
Sehingga pesawat penerima tidak akan menghasilkan noise atau suara berdesis
jika diaktifkan. Dan pesawat penerima ini akan mennghasilakan nada atau bunyi
jika rangkaian pengirim bekerja.
Untuk menghindari adanya kesamaan frekuensi pada masing-masing alat,
maka divariasikan nilai kapasitor pada rangkaian osilator. Hal ini dimaksudkan
agar frekuensi yang dihasilkan pada masing-masing alat berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Penggunaan nilai kapasitor pada satu set alat harus sesuai
antara rangkaian pemancar dan rangkaian penerima. Dengan demikian akan
terjadi resonansi sehingga sinyal dapat diterima oleh rangkaian penerima.
Alat ini menggunakan frekuensi rendah atau lebih dikenal dengan Very Low
Frequency (VLF), karena pada rentang frekuensi ini jarang digunakan di daratan
dan tidak mengganggu lalu lintas frekuensi yang lain. Setelah dilakukan
perhitungan dan pengukuran menggunakan osiloskop, alat ini menggunakan
frekuensi 61253,49 Hz atau 61,25 MHz dan frekuensi ini termasuk dalam rentang
VLF.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa besarnya jangkauan
pemancaran yang dihasilkan sangat tergantung pada sistem penguatan rangkaian
pemancar. Radius pemancaran yang dihasilkan mencapai jarak 100 meter
dengan nilai frekuensi yang dihasilkan sebesar 61253,49 Hz atau 61,25 MHz.

DAFTAR PUSTAKA
Paul B.Z., 1990. Basic Electronics. Singapore; McGraw-Hill Publishing Company
Roddy, Dennis. 1992. Komunikasi Elektronika.Jakarta; Erlangga
Shen, Liang Chi dan Jin Au Kong. 2001. Aplikasi Elektromagnetik. Jakarta;
Erlangga
Thoyib dan Soegianto. 1979. Teknik Elektronika komunikasi. Jakarta; Depdikbud.
Wasito S. 1991. Berbagai Proyek Untuk Servis dan Hobi. Jakarta; Karya Utama
Wasito S. 2004. Vademekum Elektronika. Jakrta; PT. Gramedia Pustaka Utama
PKMT-2-3-1

STUDI PEMBUATAN PROTOTIPE POMPA KAPILER MEKANIK


TENAGA ANGIN JENIS SAVONIUS UNTUK PERSAWAHAN LAHAN
KERING DI PROPINSI LAMPUNG

Nanang Okta Viyanto, Faruk Ulum, Safii


Jurusan Teknik Mesin, Universitas Lampung, Bandar Lampung

ABSTRAK
Sebagai persiapannya menghadapi krisis energi global 2020, PBB dalam Kyoto
Protocol mengatur beberapa hal guna (i) mengurangi emisi karbon, (ii) mencari
sumber energi alternatif, (iii) sumber energi yang cocok untuk wilayah pedesaan
dan pinggiran kota, (iv) menurunkan tingkat ketergantungan terhadap energi
karbon dan (v) meningkatkan tingkat perkenomonian negara tertinggal/miskin
dan berkembang. Para ahli menyebutkan, Indonesia akan menjadi pengimpor
bahan bakar minyak dan gas pada 10 tahun mendatang. Sebagai solusi,
Pemerintah menaikkan harga BBM secara berkala yang akan berimbas pada
kehidupan masyarakat menengah ke bawah. Provinsi Lampung memiliki potensi
wilayah pertanian dan perkebunan yang sangat luas. Masalah pengairan selalu
menjadi salah satu faktor utama. Kondisi kecepatan angin di daerah Lampung
berkisar antara 3-10 m/detik cocok untuk dikembangkannya Pompa Kapiler
Mekanik Tenaga Angin (PKMTA) guna mengatasi hal ini. Riset yang dilakukan
masih dalam skala laboratorium, sehingga fluktuasi angin yang berubah cepat
serta faktor-faktor penghambat yang sering muncul di lapangan tidak
diperhitungkan (diabaikan). Faktor keberhasilan riset prototipe ini adalah : (1)
tingkat pengetahuan konsumen (petani) tentang suku cadang PKMTA sebesar 85
%; (2) sebaran suku cadang di pasar tingkat kabupaten dan kota mencapai 90 %;
dan (4) kinerja prototipe pada 7 hari amatan (24 jam) mengindikasikan
perpindahan air dapat dilakukan terus menerus walaupun tidak konstan
(berfluktuasi terhadap angin). Hasil simulasi untuk prototipe jenis savonius ini
menunjukkan hasil yang sangat memuaskan, yaitu 201,35 ml/s. Hasil tersebut
memperlihatkan bahwa turbin tipe savonius sangat cocok dikembangkan di
daerah dengan kapasitas angin rendah, misalnya di Propinsi Lampung.

Kata Kunci : krisis energi, potensi wilayah, PKMTA, prototipe, savonius

PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Sebagai persiapan menghadapi krisis energi global 2020, PBB dalam Kyoto
Protocol (Kyoto Protocol - UNFCCC, 1997) dalam makalah Bohringer C
(2002) dan Pan Horan (2005) menyebutkan bahwa bahwa tujuan utama KP
adalah (i) mengurangi emisi karbon, (ii) mencari sumber energi alternatif, (iii)
sumber energi yang cocok untuk wilayah pedesaan dan pinggiran kota, (iv)
menurunkan tingkat ketergantungan terhadap energi karbon dan (v) meningkatkan
tingkat perkenomonian negara tertinggal/miskin dan berkembang.
PKMT-2-3-2

Dudung Natanegara (2001) menyebutkan bahwa kenaikan angka statistik


dalam pemodelan konsumsi energi (energi alam : bahan bakar minyak dan gas)
dengan nilai kebutuhan 6-10 % pada rentang waktu 10 tahun mendatang akan
menyebabkan Indonesia menjadi pengimpor bahan bakar minyak dan gas. Di
samping itu pula, Purnomo Yusgiantoro (2001) menitikberatkan pada RUU
Migas yang harus dibenahi dan diterapkan untuk mengatasi krisis energi global.
Langkah yag diambil pemerintah saat ini adalah menaikkan harga BBM secara
berkala dan berkelanjutan. Senada dengan kondisi ini, Baihaki Hakim (2001)
menyatakan kenaikan harga BBM secara berkala merupakan satu-satunya solusi
bagi pemerintah dan Pertamina untuk meningkatkan nilai produksi serta
meringankan subsidi pemerintah dalam eksplorasi dan eksploitasi energi Migas.
Bachrawi Sanusi (2001) dalam makalah seminarnya menyatakan bahwa
kenaikan secara berkala harga BBM merupakan langkah mundur dalam upaya
meningkatkan ekonomi rakyat.
Provinsi Lampung memiliki potensi wilayah pertanian dan perkebunan
yang sangat luas. Berdasarkan data dari BPS Propinsi Lampung, tercatat luas
daerah perkebunan dan persawahan sebesar 827.988 ha dan hutan seluas 943.452
ha. Dinas Pertanian Propinsi Lampung menyebutkan sebesar 60 % lahan pertanian
Propinsi Lampung termasuk lahan kering dan gambut, hanya 40 % yang benar-
benar produktif dan dapat menghasilkan setiap tahunnya. Masalah pengairan
selalu menjadi salah satu faktor utama. Kondisi kecepatan angin di daerah
Lampung berkisar antara 3-10 m/detik cocok untuk dikembangkannya Pompa
Kapiler Mekanik Tenaga Angin (PKMTA) guna mengatasi hal ini.
Studi SET, khususnya pompa air tenaga angin (pompa kapiler mekanik
tenaga angin - PKMTA) telah dikembangkan untuk akomodasi kebutuhan air pada
sawah lahan kering (Taufik A dan Yudiantoro B, 2004). Studi tersebut
memberikan banyak dampak positif bagi masyarakat pengguna yang umumnya
petani tidak mampu. Hal tersebut disebabkan karena PKMTA dirancang untuk
memberdayakan seluruh potensi lokal sebagai bahan baku komponen.

b. Identifikasi Masalah
Pengembangan Riset Berkelanjutan untuk Implementasi Produk Pompa Air
Tenaga Angin
Labib A.W. (2000) menyatakan bahwa suatu produk dapat bersaing secara
kompetitif apabila dapat memenuhi beberapa kriteria konsumen di era modern,
yaitu (1) estetika, (2) kualitas, (3) bahan/material, (4) harga bersaing dan (5)
faktor lingkungan. Untuk merumuskan kelima faktor tersebut ke dalam
serangkaian proses manufaktur sangat diperlukan suatu studi mengani kinerja
model atau pompa kapiler mekanik produk yang akan dipasarkan. Salah satu
luaran yang akan dicapai dari riset pompa kapiler mekanik ini adalah tersedianya
pompa air tenaga angin yang dapat dijangkau oleh masyarakat, khususnya petani
tradisional.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu dilakukan suatu studi
komprehensif lanjutan guna memperdalam kajian performan produk melalui
pompa kapiler mekaniknya sebelum diproduksi atau dikenalkan ke masyarakat
tersebut. Di samping itu juga, Hannam R (1999) dalam bukunya menyatakan
bahwa aktualitas informasi dan kelengkapan informasi merupakan sumber utama
PKMT-2-3-3

bagi suatu upaya pengembangan produk. Dalam kaitan dengan pernyataan


tersebut, sangat diharapkan bahwa riset usul dapat memberikan suatu informasi
pembanding bagi program implementasi pompa air tenaga angin, yaitu dengan
menyajikan kinerja jenis pompa kapiler mekanik yang lain.
Selanjutnya, Stowe (2004) menyatakan bahwa keterlibatan konsumen pada
perancangan dan pengembangan produk sangat memegang peranan penting.
Untuk maksud tersebut, penelitian usul dirancang untuk dapat mengakomodasi
kriteria konsumen dalam hal ini petani tradisional terhadap kedua jenis pompa
kapiler mekanik tersebut. Langkah berikutnya adalah merumuskan kriteria
konsumen tersebut ke dalam kriteria teknik yang merujuk pada kriteria lahan
aplikasi.

Karakteristik Lahan Aplikasi Pompa Air Tenaga Angin


Taufik A (2003) menyatakan bahwa kinerja pompa air tenaga angin juga
sangat bergantung pada karakteristik lahan aplikasi. Khusus untuk lahan aplikasi
persawahan, hubungan antara intensitas energi angin, torsi, debit dan laju resapan
lahan terhadap kinerja pompa aplikasi secara langsung belum dibahas secara
detail. Untuk maksud tersebut, penelitian usul akan mengamati hubungan antara
variabel-variabel tersebut dalam skala pompa kapiler mekanik, khususnya dengan
menggunakan dua jenis pompa kapiler mekanik.

Performan Double Acting Savonius Wind Pump


Implementasi model pompa air tenaga angin jenis savonius dengan jumlah
tingkatkan sudu sebanyak 2 tingkat sudah dilakukan di Venezuela (Geoff Egel,
2002). Implementasi tersebut memberikan indikasi bahwa debit output air yang
dihasilkan cocok untuk lahan perkebunan gandum. Lebih jauh, model yang
dipakai menggunakan sudu dengan beban berat (kurang lebih 65 kg / sudu),
sehingga hanya angin yang bekecepatan di atas rata-rata 15 m/detik yang mampu
menggerakan turbin tersebut. Gambar 1 memberikan contoh aplikasi tersebut.
Merujuk kecepatan angin rata-rata di Provinsi Lampung sebesar 7-10
m/detik (BPS Provinsi Lampung, 2000), maka implementasi model savonius
dengan sistem kerja double acting sangat sulit diadopsi. Untuk mengatasi
kesulitan tersebut, terutama disebabkan kurangnya intensitas energi angin, maka
diperlukan suatu perubahan pada struktur, berat dan geometri.

(a) (b)

Gambar 1. Foto dokumentasi double acting Savonius Wind Pump: (a) Foto
konstruksi secara keseluruhan, (b) foto pompa tangan (Geoff Egel,
Venezuela 2002).
PKMT-2-3-4

c. Perumusan Masalah
Labib A.W. (2000) menyatakan bahwa suatu produk dapat bersaing secara
kompetitif apabila dapat memenuhi beberapa kriteria konsumen di era modern,
yaitu (1) estetika, (2) kualitas, (3) bahan/material, (4) harga bersaing dan (5)
faktor lingkungan. Untuk merumuskan kelima faktor tersebut ke dalam
serangkaian proses manufaktur sangat diperlukan suatu studi mengenai kinerja
model atau prototipe produk yang akan dipasarkan. Salah satu luaran yang akan
dicapai dan riset prototipe ini adalah tersedianya pompa air tenaga angin yang
dapat dijangkau oleh masyarakat, khususnya petani tradisional. Untuk mencapai
tujuan tersebut maka perlu dilakukan suatu studi komprehensif lanjutan guna
memperdalam kajian performan produk melalui prototipenya sebelum diproduksi
atau dikenalkan ke masyarakat tersebut. Di samping itu juga, Hannam R (1999)
dalam bukunya menyatakan bahwa aktualitas informasi dan kelengkapan
informasi merupakan sumber utama bagi suatu upaya pengembangan produk.
Dalam kaitan dengan pernyataan tersebut, sangat diharapkan bahwa riset usul
dapat memberikan suatu informasi pembanding bagi program implementasi
pompa air tenaga angin, yaitu dengan menyajikan kinerja jenis prototipe yang
lain. Sebelumnya telah dilaksanakan penelitian prototipe pompa kapiler mekanik
tenaga angin tipe fan dan sedang dalam arah kegiatan aplikasi, dan pembuatan
prototipe pompa kapiler mekanik tenaga angin jenis savonius ini selain sebagai
pembanding juga sebagai kegiatan awal sebelum aplikasinya di seluruh wilayah
lahan kering di Lampung dan seluruh tanah air.

d. Tujuan Program
Secara umum, tujuan studi komprehensif prototipe adalah untuk menentukan
jenis pompa air tenaga angin yang sesuai dengan kondisi lahan aplikasi, yaitu
persawahan lahan kering di wilayah Propinsi Lampung. Di samping itu juga,
dengan adanya pengembangan prototipe model savonius, maka media untuk
mengevaluasi kinerja program studi eksplorasi sumber energi terbarukan di
lingkungan Fakultas Teknik Unila akan semakin baik.

e. Manfaat Program
1. Hasil studi komprehensif dapat memberikan perbandingan mengenai
keunggulan dan kekurangan kedua jenis prototipe terhadap lahan aplikasi
tertentu.
2. Dengan tersedianya dua jenis prototipe pompa air tenaga angin, maka
program pengembangan riset pemberdayaan sumber energi secara terpadu
dapat dilakukan dengan bertahap dan potensi pemilihan lahan aplikasi di
Propinsi Lampung lebih bervariasi.
3. Pembuatan alat ukur laju resapan diharapkan dapat memodelkan bentuk,
jenis karakteristik lahan persawahan. Dengan adanya data pemodelan
tersebut, maka keandalan prototipe dapat diprediksikan.
4. Media penelitian yang menghantarkan program aplikasi pompa kapiler
mekanik tenaga angin untuk diaplikasikan di Propinsi Lampung.
PKMT-2-3-5

METODE PENELITIAN
a. Rancangan Konstruksi dan Sistem Kerja Alat Uji
Konstruksi alat uji terdiri dari lima bagian utama, yaitu : (1) sumber
pembangkit energi angin; (2) lorong angin; (3) sudu turbin angin; (4) sumber
angin; (5) alat pengukur laju resapan air dan (6) kamera pengamat. Gambar 2
memberikan ilustrasi mengenai komponen alat uji.

Gambar 2. Ilustrasi komponen alat uji.

Sistem Kerja Alat Uji


Sistem kerja yang diadopsi pada studi ini adalah pengembangan sistem uji
pada penelitian sebelumnya (Taufik, A. et al. 2004). Pengembangan yang
dilakukan adalah dengan menambahkan alat pengamat berupa handy camera,
lorong angin berbentuk bujur sangkar dan alat pengukur laju resapan. Alat uji
akan berfungsi apabila diawali oleh pengoperasian sumber angin. Selanjutnya,
angin tersebut dilewatkan pada lorong angin. Setelah lewat dari lorong angin,
daya dorong angin menggerakkan sudu turbin angin jenis savonius. Putaran
turbin ditransfer ke sistem transmisi pompa torak untuk menghisap air. Air yang
tersedot ke atas disalurkan ke alat pengukur laju resapan yang terdiri dari tiga
jenis karakter lahan. Laju resapan air diukur dengan geometri bak pengukur dan
kepadatan jenis tanah yang digunakan. Pengukuran dilakukan dengan mengamati
resapan air pada permukaan atas dan bawah. Waktu yang dibutuhkan air untuk
mencapai ujung bak merupakan waktu laju resapan per satuan kepadatan tanah.
Pengukuran ini dilakukan secara berulang untuk mendapatkan data rata-rata laju
resapan.
b. Prosedur Pengambilan Data
Prosedur pengambilan data dilakukan dengan menggunakan formulir
pendataan seperti yang tertera pada Tabel 1. Pengamatan dilakukan selama 24
jam pada masing-masing variabel kecepatan (V1....Vn). Waktu baku yang
ditetapkan untuk interval waktu amatan adalah dalam satuan menit (min1-n =
minute).
PKMT-2-3-6

Tabel 1. Ilustrasi formulir pendataan volume debit output

No. Variabel Min-1 ........ ........ ........ ........ Min-n


1. V-1 ........ ........ ........ ........ ........ ........
....... ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........
....... ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........
....... ........ ........ ........ ........ ........ ........ ........
A V-n ........ ........ ........ ........ ........ ........

c. Waktu Pelaksanaan
Penelitian dilakukan selama tujuh bulan, yaitu pada Juli 2005 Oktober
2005.
d. Tempat Pelaksanaan :
a. Survey Data dan Informasi : Warung Internet di Bandar Lampung
b. Perancangan : Laboratorium Metrologi dan Teknologi
Manufaktur Fak. Teknik UNILA
c. Asembling dan Simulasi : Yayasan Pijar Cendikiawan

e. Instrumen Pelaksanaan
Alat pembuatan
(1) tang, (2) alat suntik polimer, (3) cutter, (4) kuas cat, (5) gelas ukur, (6)
kikir besi, (7) mistar ukur, (8) plat dudukan poros untuk mengukur kedataran, (9)
obeng kembang dan biasa, (10) gergaji besi, (11) palu besi, (12) kunci L, (13)
gunting dan (14) pena.

Instrumen Pengambilan dan Pengolahan Data


Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan seperangkat lorong angin
(wind tunnel), dan pembangkit intensitas angin (kipas angin). Sedangkan
pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer Pentium IV 2.4 giga
Hertz dengan kapasitas memori RAM 256 Mb.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kualitas dan jaminan merupakan karakteristik yang harus diberikan oleh
produsen atau perusahaan manufaktur pembuat pompa. Kualitas dan jaminan juga
merupakan indikator kinerja pompa yang diharapkan dapat bekerja penuh dengan
intensitas angin yang rendah. Taufik A (2004) menyatakan bahwa intensitas
angin pada model simulasi adalah sebesar 1-10 m/detik dengan rentang
kontinuitas 1 menit. Dengan demikian, kinerja pompa harus dapat beroperasi
penuh dengan interval stopping operation time (SOT) selama satu detik untuk
setiap satu menit intensitas energi angin. Total waktu SOT selama 1 tahun adalah
146 jam. SOT ini berfungsi untuk menentukan jadwal pemeliharaan dan inspeksi
rutin saat pompa sedang beroperasi (running condition).
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, diketahui bahwa keterlibatan petani
dalam menentukan material PKMTA sebesar 85 %, dan ketersediaan komponen
(spare part) PKMTA di pasar tingkat kabupaten/kota sebesar 90 %
(BenyYudiantoro et al, 2004). Oleh karena itu, sebagai pertimbangan dalam
pembuatan prototipe PKMTA jenis Savonius ini harus mengacu pada semua
PKMT-2-3-7

kriteria pokok tersebut agar dapat diterima dan dikembangkan oleh masyarakat
petani.

Sudu Turbin Angin


Perbandingan antara berat baling-baling model yang terbuat dari bahan
komposit fiber dengan prototipe diusahakan berbanding 12:1. Perbandingan
antara diameter model dengan diameter prototipe ditentukan sebesar 12:1. Sudu
prototipe yang dikembangkan berjumlah 2, sedangkan jumlah sudu model yang
akan dikembangkan berjumlah 3 bilah. Berat masing-masing keping sudu berkisar
0.1 kg, sehingga berat maksimum sudu (jumlah sudu + penahan + poros) adalah
berkisar 2 kg. Torsi yang dihasilkan sudu sangat bergantung dengan variasi
kecepatan angin yang dilewatkan melalui lorong angin (wind tunnel).

Pompa Torak
Pompa torak yang digunakan merupakan pompa torak yang telah
dikembangkan pada penelitian sebelumnya, yaitu terbuat dari bahan epoxy resin
dan bahan pengeras, dengan perbandingan volume 300:1 (300 ml epoxy resin dan
1 ml harderner). Untuk meningkatkan berat, maka pada konstruksi torak
disisipkan pipa aluminium yang dililit kawat tembaga. Produk torak yang dibuat
memiliki fungsi yang sama dengan torak pada pompa yang dibuat oleh
manufaktur internasional.

Sistem Transmisi Prototipe


Sistem transmisi horizontal model PKM menggunakan poros yang terbuat
dari pipa pejal dengan ukuran diameter sebesar 1,5-2,25 inci. Untuk prototipe,
poros yang digunakan adalah besi baja karbon sedang dengan diameter 12 mm.
Sistem transmisi vertikal model menggunakan poros pejal stainless steel.
Sedangkan prototipe menggunakan bor tangan yang memiliki sistem roda gigi
layaknya rancangan yang dibuat dengan rasio gigi 4 : 1. Hal ini dimaksudkan
agar torsi yang terjadi pada poros penggerak pompa besar sehingga dapat dengan
mudah menggerakkan pompa.

Analisa Kinerja PKMTA


Pada pengujian aktual dan simulasi dikondisikan kecepatan angin yang
terjadi berkisar pada 3-10 m/s. Pengukuran kinerja pompa dilakukan selama 7 hari
(24 jam amatan).
Pemodelan angin dengan menggunakan random number dilakukan dengan
variasi waktu tiap 10 menit selama kurun waktu 7 hari amatan. Hasil dari
pemodelan besaran volume yang diperoleh berdasarkan pemodelan kecepatan
angin dapat dilihat pada Gambar 3.
PKMT-2-3-8

Fluktuasi Volume Air Selama


2 Jam Pengamatan
450
400
350

Volume Air (ml)


300

250
200
150
100
50
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Waktu Amatan (menit)
Day-1 Day-2 Day-3 Day-4 Day-5 Day-6 Day-7

Gambar 3. Hasil simulasi volume angkat selama 7 hari amatan (@ 2 jam).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya (Beny Yudiantoro et al, 2004),


dapat diketahui bahwa debit air rata-rata hasil simulasi (selama 5 hari pengujian
@24 jam) sebesar 97,92 ml/s. Sedangkan hasil simulasi untuk prototipe jenis
savonius ini menunjukkan hasil yang sangat memuaskan, yaitu 201,35 ml/s. Hasil
tersebut memperlihatkan bahwa turbin tipe savonius sangat cocok dikembangkan
di daerah dengan kapasitas angin rendah, misalnya di Propinsi Lampung. Turbin
ini memiliki torsi yang sangat tinggi sehingga jika digunakan untuk pompa
(windpump) atau penggilingan (windmill) akan menghasilkan kinerja yang
optimal dari pada jika digunakan untuk generator listrik (Jenkins. N & Walker. JF,
1997).
Pengujian yang dilakukan ini belum memberikan indikasi keberhasilan
PKMTA sepenuhnya. Karena selama pengamatan belum terjadi kerusakan
komponen. Hal ini disebabkan oleh pengujian yang dilakukan hanya pada kondisi
konstan. Kondisi pengujian yang berfluktuasi sangat perlu dilakukan guna
mengetahui keandalan (reliability) dan umur (life time) PKMTA ini terhadap
beban kejut yang diterima. Hasil pengujian yang diperoleh tidak jauh berbeda
dengan hasil pemodelan. Hal ini terjadi karena asumsi awal untuk kondisi
operasional yang dipakai adalah sama-sama konstan. Faktor penyebab lainnya
diprekdisikan sebagai faktor pengaruh getaran sistem transmisi, baik sistem
transmisi horizontal maupun sistem transmisi vertikal. Tinggi permukaan air yang
relatif pendek juga diprediksikan sebagai faktor penyebab fenomena fluaktuasi
volume output terhadap variasi kecepatan angin 9-10 m/detik.
Pengujian di lapangan masih sangat diperlukan untuk mengetahui
karakteristik Pompa Kapiler Mekanik Tipe Savonius ini terhadap berbagai kondisi
alam setempat. Pengujian yang dilakukan hanya sebatas simulasi dan pemodelan.
Pengujian model di lapangan sangat perlu dilakukan mengingat kondisi alam yang
berubah-ubah, sehingga dapat diketahui daya tahan (endurance) dan keandalan
(reliability) produk ini. Serta akan diketahui cara penanganannya (perawatan)
terhadap berbagai kerusakan atau kegagalan yang akan timbul.
PKMT-2-3-9

KESIMPULAN
Kesimpulan
Secara umum, hasil studi kelayakan memberikan indikasi bahwa
implementasi pompa air tenaga angin dapat dilakukan di Provinsi Lampung
sebagai upaya untuk memberdayakan sumber energi terbarukan SET dan
sebagai alat untuk mengantisipasi bencana krisis energi di masa mendatang.
Prototipe PKMTA tipe savonius sangat cocok dan sesuai jika diterapkan di lahan
pertanian yang berada di Propinsi Lampung. Karena Propinsi ini memiliki range
kecepatan angin 3-10 m/s, dimana kondisi ini mampu untuk menggerakkan
(prototipe) PKMTA tipe savonius.
Hasil studi inii mengidentifikasikan adanya kegagalan dan keberhasilan
prototipe ini. Adapun kedua jenis indikator tersebut adalah sebagai berikut:
Indikator Keberhasilan
Terjadi peningkatan debit air yang sangat signifikan, yaitu dari 97,92 ml/s
menjadi 201,35 ml/s.
Seperti pada hasil penelitian sebelumnya, keterlibatan petani dalam
menentukan karakteristik PKMTA senilai 85 %, tingkat pengetahuan
konsumen cukup baik, dan sebaran komponen di pasar tingkat
kabupaten/kota sebesar 90 %.
Terjadi peningkatan volume output secara signifikan dari PKMTA tipe
savonius terhadap PKMTA tipe fan.
Kinerja prototipe memberikan indikasi bahwa volume air yang dipindahkan
cukup memadai apabila model atau produk pompa ditempatkan pada lahan
persawahan.
Indikator Kegagalan
Reliability prototipe belum dapat ditentukan melalui studi kelayakan yang
telah dilakukan. Selama masa percobaan dan pengambilan data, kondisi
yang dilakukan adalah kondisi konstan dalam rentang waktu yang singkat (7
hari amatan). Sedangkan pada kondisi aktual, kecepatan angin sangat
berfluktuasi yang akan menyebabkan beban kejut pada elemen dan
komponen pompa sangat tinggi. Hal tersebut dapat memicu kegagalan
operasional dalam waktu yang relatif singkat.
Bahan baling-baling yang digunakan sangat getas sehingga menyebabkan
sudu mudah rusak (retak). Bahan baling-baling yang digunakan adalah fiber
yang ada dipasaran, dengan ketebalan 1 mm.

Saran
Karena torsi yang dihasilkan cukup besar, maka kekuatan dari poros dan
baling-baling juga harus diperhitungkan lebih lanjut.
Volume perpindahan air pada prototipe belum memadai dan belum mewakili
volume perpindahan air pada model.
Keandalan prototipe pompa terhadap perubahan tinggi permukaan air belum
dapat ditentukan. Hal tersebut disebabkan karena pada pengujian prototipe,
tinggi permukaan air relatif pendek. Untuk mengatasinya, perlu dilakukan
penelitian lanjutan mengenai kemampuan pompa terhadap tinggi permukaan
air yang sangat bervariasi.
PKMT-2-3-10

DAFTAR PUSTAKA
Anon, (2002), Wind Pump Design & Aplication, World Bank Project of
Venezuela.
BPS Propinsi Lampung, (2000), Data Statistik Propinsi Lampung, BPS Propinsi
Lampung.
Bohringer, C., (2002). Climate politics from Kyoto to Bonn: from little to
nothing?. The Energy Journal, vol. 23 (2), pp. 5171.Elsevier, USA.
Dinas Pertanian Propinsi Lampung, (2000), Data Pertanian Propinsi Lampung,
Dinas Propinsi Lampung.
Geoff Egel (2002), Rural Technology Development of Venezuela Wind Pump,
http://www.ruraltechnolgy.com
Hakim B, Makalah Seminar FORKEI, Pidato Pembukaan Seminar FORKEI,
Implikasi Implementasi RUU Migas dalam Mengantisipasi Krisis Energi
Global, FORKEI, Jakarta.
Hannam. R., (1999), Computer Integrated Manufacturing : From Concept to
Realisation, Addison-Weasley.
Jenkins. N & Walker. JF, (1997), Wind Technology, John Willey & Sons, UK.
Kyoto protocol UNFCCC (1997), Third session of the conference of the parties
to the UNFCCC in Kyoto, Japan.
Labib A.W., (2000), Custumer Design, MSc Module of ASTM, Manufacturing
Division, Mech. Eng. Dept.., UMIST, UK.
Natanegara D, (2001), Makalah Seminar FORKEI, Pidato Pembukaan Seminar
FORKEI, Implikasi Implementasi RUU Migas dalam Mengantisipasi Krisis
Energi Global, FORKEI, Jakarta.
Pan Horan, (2005), The cost efficiency of Kyoto flexible mechanisms: a top-down
study with the GEM-E3 world model, International Journal of
Environmental Modelling & Software, vol. 20, pp. 14011411.
Sanusi B, (2001), Makalah Seminar FORKEI, Pidato Pembukaan Seminar
FORKEI, Implikasi Implementasi RUU Migas dalam Mengantisipasi Krisis
Energi Global, FORKEI, Jakarta.
Stowe (2004), Quality Function Deployment, Stowe Consulting Company of
QFD, Vermont 05672, USA, htp://www.stoweconsultingcompany.com
Sularso & Suga. K, (1987), Dasar-dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen
Mesin, Pradnya Paramitha, Jakarta.
Taufik. A et al, (2004), Teknologi Pemanfaatan Energi Angin Dengan Pompa
Kapiler Mekanik, Makalah Lomba TTG, Balitbangda, Propinsi Lampung.
Taufik. A., (2004), Studi Simulasi Pompa Kapiler Mekanik Tenaga Angin :
Implementasi Pseudo Customers Voices Pada Proses Penentuan
Karakteristik Dominan Pompa, Laporan Hasil Penelitian, Pijar Cendikiawan
Bandar Lampung.
Taufik A (2003), A Module of Maintenance Procedures for Wind Pump, Online
Teaching Material of SEA MOLEC Training, July, Lampung University.
Taufik A & Yudiantoro B, (2004), Pompa Air Tenaga Angin: Hasil Survei dan
Pemodelan, penerbit Yayasan Pijar Cendikiawan, Bandar Lampung.
Yudiantoro. B et al, (2004), Laporan Hasil Penelitian : Pembuatan Prototipe
Pompa Kapiler Mekanik Tenaga Angin (PKMTA) untuk Persawahan
Masyarakat Pedesaan Pada Lahan Kering di Provinsi Lampung, Universitas
Lampung, Bandar Lampung.
PKMT-2-4-1

PEMANFAATAN SISTEM DOUBLE FILTER TERHADAP


KELANGSUNGAN HIDUP ANEMON DALAM
AKUARIUM AIR LAUT

Indra AS, Adam LN, Miswanto, Shofyan A, Ferry F, La Ode Rizal A


Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor

ABSTRAK
Meningkatnya peminat akuarium air laut menyebabkan semakin maraknya
kegiatan penambangan karang. Hal ini berimplikasi terhadap meluasnya daerah
karang yang rusak. Jika kegiatan ini secara terus menerus dilakukan akan
mengakibatkan rusaknya ekosistem yang ada. Disamping itu, perawatan karang
dalam akuarium yang kurang intensif dengan sistem filter dan Running Water
System yang ada, menyebabkan Anemon (Heractis magnifica) harus diganti tiap 6
bulan sekali sehingga memicu kegiatan penambangan karang. Salah satu jenis
karang yang populer di lingkungan penggemar akuarium air laur adalah jenis
karang lunak (soft coral). Selama ini khususnya di daerah Bogor, para
penggemar dan pedagang akuarium air laut masih menggunakan sistem filter
dengan biaya pembuatan dan perawatan yang cukup mahal dan rumit. Meskipun
demikian, sistem filter tersebut hanya mampu mempertahankan hidup anemon di
dalam akuarium air laut selama 6 bulan saja. Setelah lewat dari selang waktu
tersebut, warna anemon akan memudar dan harus diganti dengan yang baru agar
ekosistem di dalamnya tidak terganggu. Metode yang digunakan pada penelitian
ini meliputi modifikasi pada sistem Double Filter baik secara biologis maupun
fisika. Kondisi lingkungan dalam akuarium air laut dibuat sama ataupun serupa
dengan kondisi lingkungan aslinya, maka dari itu diperlukan teknik perancangan
khusus pada desain Running Water System dengan harga yang murah dan
berkualitas baik. Sistem filter ini dibuat agar efektif dalam menyaring partikel-
partikel terlarut dal air baik yang beracun maupun yang tidak beracun. Selain itu
dapat pula mempertahankan kelangsungan hidup anemon di dalam akuarium air
laut lebih dari 6 bulan.

Kata kunci: filter ganda, anemon, Heractis magnifica, akuarium,

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara yang memilki garis pantai terpanjang kedua
setelah Kanada, dengan luas total terumbu karang Indonesia yang mencapai
85.200 km2. Hal ini meletakkan Indonesia pada posisi kedua di dunia setelah
Great Barrier Reef. Tercatat 40 persen diantaranya berada dalam kondisi rusak,
akibat dari penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, sedimentasi, polusi
dari daratan dan penambangan karang untuk hiasan akuarium laut.
Meningkatnya peminat akuarium air laut menyebabkan semakin maraknya
kegiatan penambangan karang. Hal ini berimplikasi terhadap meluasnya daerah
karang yang rusak. Jika kegiatan ini secara terus menerus dilakukan akan
mengakibatkan rusaknya ekosistem yang ada. Disamping itu, perawatan karang
dalam akuarium yang kurang intensif dengan sistem filter dan Running Water
System yang ada, menyebabkan Anemon harus diganti tiap 6 bulan sekali
sehingga memicu kegiatan penambangan karang.
PKMT-2-4-2

Salah satu jenis karang yang populer di lingkungan penggemar akuarium air
laur adalah jenis karang lunak (soft coral). Selama ini khususnya di daerah Bogor,
para penggemar dan pedagang akuarium air laut masih menggunakan sistem filter
dengan biaya pembuatan dan perawatan yang cukup mahal dan rumit. Meskipun
demikian, sistem filter tersebut hanya mampu mempertahankan hidup anemon di
dalam akuarium air laut selama 6 bulan saja. Setelah lewat dari selang waktu
tersebut, warna anemon akan memudar dan harus diganti dengan yang baru agar
ekosistem di dalamnya tidak terganggu.
Dalam pemeliharaan akuarium air laut sebagai suatu miniatur ekosistem
yang sebenarnya, aliran materi dan energi harus selalu dijaga dan dipertahankan
agar stabilitas sistem dapat terawat secara baik, seperti sisa kelebihan materi yang
harus dikeluarkan dari sistem dan kekurangannya harus ditambahkan. Proses
tersebut sepintas terlihatlah rumit, namun sebenarnya hal tersebut dapat dilakukan.
Suatu ekosistem buatan harus didesain sedemikian rupa sehingga penikmat
akuarium dapat duduk dengan tenang dan menikmati keindahan akuarium air laut
tanpa harus selalu melakukan penyesuaian dan perawatan.
Kondisi lingkungan dalam akuarium air laut dibuat sama ataupun serupa
dengan kondisi lingkungan aslinya, maka dari itu diperlukan teknik perancangan
khusus pada desain Running Water System dengan harga yang murah dan
berkualitas baik. Oleh karena itu, pemanfaatan sistem Double filter menjadi salah
satu alternatif bagi para penggemar akuarium air laut.
Sistem Double filter merupakan salah satu jenis filter yang memadukan
antar filter biologi dan filter fisika. Sistem filter ini selain murah, aman juga
efektif dalam menyaring partikel-partikel terlarut dal air baik yang beracun
maupun yang tidak beracun. Selain itu dapat pula mempertahankan kelangsungan
hidup anemon di dalam akuarium air laut lebih dari 6 bulan.

METODE PENDEKATAN
Pada tahap awal kegiatan ini, Tim PKM kami melakukan survei rancangan
akuarium air laut pada pameran flora dan fauna yang diselenggarakan di lapangan
banteng, Jakarta Pusat, tanggal 27 Agustus 2005. Tim PKM kami melakukan
pengamatan dan konsultasi mengenai hal hal yang terkait dengan rancangan
akuarium air laut yang dipamerkan oleh stand Taman Nasional Kepulauan Seribu
(TNKS). Pada survei tahap kedua, kami mengunjungi beberapa toko akuarium
yang terletak di kawasan Barito, Jakarta Selatan. Survei ketiga dilakukan di toko
akuarium air laut di daerah Batu Tulis, Sukasari, Bogor. Hasil dari survei lapang,
konsultasi dan studi literatur yang telah kami lakukan menjadi pertimbangan
dalam membuat rancangan akuarium air laut ini.

Pengadaan Alat dan Bahan


Alat-alat yang kami gunakan dalam rancangan akuarium laut ini dapat
dilihat dari daftar berikut ini

Tabel 1. Daftar alat yang diperlukan


No. Nama alat Satuan Jumlah (unit)
1 Akuarium ukuran 90x40x50 cm3 buah 2
2 Pompa air buah 3
3 Aerator buah 2
4 Pipa meter 5
PKMT-2-4-3

5 Peralatan under gravel filter paket 2


6 pH tester (kertas lakmus) pak 1
7 Rak akuarium buah 1
8 Pemanas air (Tetra Lee HT) buah 1
9 Protein skimmer Buah 1
10 Lampu fluorescent Buah 2

Tabel 2. Daftar bahan yang diperlukan


No. Nama Bahan Satuan Jumlah (unit)
1 Anemon (Heteractis magnifica) ekor 3
2 Ikan badut (Ampiphrion ocellaris) ekor 6
3 Ikan jenis lain ekor 8
4 Hard coral Kg 10
5 Pecahan karang Kg 10
6 Pasir bali Kg 15
7 Ijuk Paket 3
8 Batu aktif (live rock) Kg 5
9 Pasir aktif (live sand) Kg 5
10 Air laut Liter 840
11 Karbon aktif Kg 1
12 Zeolit Kg 5
13 Wadah air laut sementara 100 liter 9

Ekosistem Terumbu Karang Pompa Air

Sisa Metabolisme Ikan


dan Racun dari Anemon

Filter Biologi (Lamun) Filter Fisika

Gambar. Bagan Alir Running Water System pada All in One Aquarium

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sistem double filter pada akuarium air laut ternyata belum dapat berfungsi
secara efektif karena kualitas air yang telah melaluinya tidak mencapai hasil
optimal seperti yang diharapkan. Tingkat kekeruhan pada air hasil saringan masih
cukup tinggi. Hal ini disebabkan kesalahan pada pencucian bahan-bahan
penyaring sebelum digunakan. Tingginya tingkat kekeeruhan menyebabkan
terjadinya stress pada anemon, yang kemudian akan memicu terjadinya stress
pada ikan badut yang bersimbiosis dengannya.
PKMT-2-4-4

Kesalahan juga terjadi ketika melakukan instalasi lampu fluorescent.


Sambungan kabel lampu yang berdekatan dengan permukaan air akuarium
terkena percikan air dari upper filter, sehingga dalam beberapa waktu biota yang
dipelihara dalam akuarium mengalami stress yang cukup tinggi.

Gambar Rancangan Akuarium Air Laut

Keterangan :
I. Akuarium I
II. Akuarium II
1. Lampu Fluorescent
2. Pipa PVC 2 inci
3. Protein Skimmer
4. Pompa
5. Anemon (Heteractis magnifica)
6. Pipa udara under gravel
7. Upper filter
8. Air hasil filter
9. Ikan Badut (Amphiprion ocellaris)
10. Pecahan Karang (Rubble)
11. Gravel
12. Kapas Ultra
13. Water Pump
14. Zeolit
15. Kapas ultra
16. Bio ball
17. Pecahan karang ( Rubble)
18. Arang aktif
19. Ijuk
PKMT-2-4-5

KESIMPULAN
Kelangsungan hidup anemon yang dipelihara dalam akuarium air laut
belum berhasil mencapai tujuan yang diharapkan. Anemon yang diperlihara tidak
mampu bertahan hidup lebih 6 bulan. Untuk mencapai hasil yang diinginkan perlu
dilakukan evaluasi lebih lanjut dalam pemilihan bahan filter dan langkah-langkah
dalam instalasi peralatan perlu diperhatikan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA
Aden W, Hackney J. 1989. Hervest Production of Coral Reef Algae Turfs in the
Biology, Ecology and Mariculture of Mithrax Spinosissimus Based on
Cultured Algae Turfs. W. Aden (Ed). Washington DC: Mariculture
Institut.
Bengen DG. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut.
Bogor: PKSPL IPB.
Kuncoro EB. 2004. Akuarium Laut. Yogyakarta: Kanisius.
Mann KH. 2000. Ecology of Coastal Water: With Implication for Management.
Sciencess, Inc. Massachussetts: Blackwell.
Martin EJ, Edward TM. 1990. Technologies for Small Water and Wastewater
System: Environmental Enginering Series. New York: Van Nostrand
Reinhold.
PKMP-2-5-1

PEMBUATAN DAN KOMERSIALISASI KIT EKSPERIMEN


MIKROKONTROLER MCS-51

Lesly Septikasari Rustandi, Dwi Setio Purnomo, Lella Rita Indriani


Institut Teknologi Bandung, Bandung

ABSTRAK

Kata kunci:
PKMT-2-6-1

PROTOTYPE SISTEM PENGAMAN KENDARAAN


DENGAN MENGGUNAKAN ID CARD DAN SYSTEM TBC
(TRAPPER AND BREACH-BLOCK COMBINATION) BERBASIS
MIKROKONTROLER AT89C52.

Towip, Ade Anwar Mutakin, Erik Radiana


Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

ABSTRAK
Sistem pengamanan yang baik sangat dibutuhkan pada kendaraan bermotor.
Semakin baik sistem pengamanan yang digunakan, maka semakin nyaman dan
tenang pemilik kendaraan terhadap kendaraan pribadinya. Penomena yang
terjadi sekarang, yaitu banyaknya terjadi pencurian pada kendaraan bermotor,
merupakan bukti bahwa sistem pengaman yang telah ada tingkat keamanannya
masih kurang. Oleh karena itu, pada Program Kreatifitas Mahasiswa Penerapan
Teknologi (PKMT) ini Penulis memberi judul : Prototype Sistem pengaman
kendaraan dengan menggunakan ID Card dan sistem TBC (Trapper and
Breach-block Combination) berbasis Mikrokontroller AT89C52. Cara kerja dari
sistem pengaman kendaraan dengan menggunakan ID Card dan sistem TBC
(Trapper and Breach-block Combination) berbasis Mikrokontroller AT89C52
yaitu ketika input (ID Card dan Password) yang digunakan benar, maka tegangan
dari baterai akan terhubung ke sistem pengapian, sehingga kendaraan siap
digunakan. Akan tetapi, apabila input yang digunakan salah, maka tegangan juga
akan terhubung ke sistem pengapian, tetapi ini bersifat sementara dengan tujuan
untuk menjebak (Trapper System ), dalam tempo waktu yang telah ditentukan,
maka suplai tegangan ke sistem pengapian terputus (engine cutting) dan secara
otomatis tegangan terhubung ke alarm, central lock, lampu, horn dan Hand
Phone (HP) pemilik kendaraan. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan
menunjukkan adanya kesesuaian antara seluruh rangkaian sistem pengaman
dengan Car Electrical System. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
sistem pengaman yang Kami buat secara keseluruhan berjalan dengan baik dan
diharapkan dapat menjadi alternatif terhadap kebutuhan akan sistem pengaman
yang lebih baik. Sistem pengaman berfungsi dengan baik.

Kata kunci:

PENDAHULUAN
Angka kejahatan semakin meningkat, khususnya kejahatan pencurian
kendaraan bermotor (curanmor) di Indonesia. Curanmor tergolong kasus
Gangguan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas). Sebagai contoh
kasus, Polres Bandung Tengah pada tahun 2003 telah mencatat bahwa kasus
curanmor roda empat mengalami peningkatan hingga 65 persen, selain itu di Kota
Metropolitan Jakarta Pada tahun 2003 kasus curanmor roda empat tercatat 43
kasus, sedangkan di tahun 2004 sudah tercatat 71 kasus (Pikiran Rakyat, 2004).
Berdasarkan fakta tersebut di atas, maka sebagai rumusan masalah dalam Program
Kreatifitas Mahasiswa yang direncanakan adalah sebagai berikut: Sistem
PKMT-2-6-2

pengaman yang bagaimana, yang dapat mengatasi pencurian kendaraan


bermotor?
Tujuan yang ingin dicapai pada Program Kreatifitas Mahasiswa Penerapan
Teknologi (PKMT) ini adalah :
a. Menciptakan suatu sistem pengaman kendaraan yang lebih baik
dibandingkan dengan sistem pengaman kendaraan yang telah ada.
b. Membantu masyarakat / konsumen pemilik kendaraan bermotor dalam
upaya pengamanan terhadap kendaraan pribadinya.
c. Sebagai wahana untuk mengaplikasikan keilmuan yang telah diperoleh di
bangku perkuliahan dan sebagai sarana untuk mengembangkan
kegemaran (hobi) mahasiswa dalam bidang otomotif.
Luaran yang diharapkan dari penelitian Kami melalui Program Kreatifitas
Mahasiswa ini antara lain terciptanya suatu sistem pengaman kendaraan, dengan
spesifikasi sebagai berikut :
a. Sistem pengaman kendaraan dengan menggunakan sensor pembaca kartu,
(ID Card) yang khusus sehingga hanya pemilik kendaraan yang memiliki
kartu tersebut, dan pemilik kendaraan harus juga mengetikan password
sebelum menjalankan mesin.
b. Sistem ini diharapkan dapat memberitahu langsung pemilik kendaraan
pada saat terjadinya pencurian lewat Handphone.
c. Sistem ini memungkinkan dapat menangkap basah orang yang mencuri
kendaraan karena dilengkapi dan dihubungkan langsung dengan pengunci
pintu otomatis (Central Lock).
d. Sistem ini menggunakan sistem penjebak (Trapper System), sehinggga
pencuri tidak curiga pada saat beraksi.
e. Sistem ini hanya terdeteksi tiga kali, sehingga pada saat program salah
maka akan langsung terdeteksi yang diindikasikan dengan lampu dan
alarm.
Kegunaan penulisan dan pembuatan PKMT yaitu:
a. Sistem yang dibuat dapat menjadi alternatif pengaman kendaraan bermotor
khususnya mobil.
b. Sistem yang dibuat dapat menjadi alternatif dan diharapkan lebih
ekonomis sehingga dapat menjangkau semua lapisan masyarakat pengguna
kendaraan bermotor.

METODE PENDEKATAN
Untuk mencapai luaran yang diharapkan sesuai dengan perumusan masalah,
maka dalam pelaksanaan program ini Kami menggunakan pendekatan metode
ilmiah. Langkah-langkah yang ditempuh antara lain dengan pengenalan
kebutuhan, perencanaan program, pembuatan, pengujian, dan penyajian dalam
bentuk laporan.
Untuk mengetahui kebutuhan terhadap sistem pengaman kendaraan, maka
pengenalan kebutuhan dilakukan melalui pencarian data di kepolisian tentang
kasus pencurian kendaraan bermotor. Observasi Kami lakukan ke kepolisian
Bandung Barat dan kepolisian Bandung Tengah. Hasil yang didapat seperti telah
dijelaskan pada latar belakang masalah. Tujuan dari pencarian data tentang kasus
pencurian ini adalah untuk mengetahui berapa banyak terjadinya pencurian dalam
PKMT-2-6-3

suatu daerah, sehingga dapat diprediksi berapa banyak kebutuhan pasar/konsumen


terhadap sistem pengaman kendaraan.
Observasi juga Kami lakukan ke dunia industri. Observasi ke Industri di
lakukan untuk mengetahui sistem pengaman yang telah ada di pasaran dan juga
untuk mengetahui seberapa besar permintaan konsumen terhadap sistem
keamanan kendaraan. Realita di lapangan ternyata kebutuhan terhadap sistem
kendaraan yang baik ternyata sangat besar terutama pemilik kendaraan pribadi.
Observasi Kami lakukan ke PT. Toyota Astra dan AUTO 2000 cabang Bandung
di jl. Dr Djunjunan No. 192, ternyata kebanyakan kendaraan pribadi sangat
memerlukan suatu sistem pengaman yang sangat baik untuk mencegah terjadinya
pencurian.
Langkah kedua adalah perencanaan program. Perencanaan program
meliputi perencanaan diagram alur proses sistem pengaman kendaraan dengan ID
card dan sistem TBC (Trapper and Breach-block Combination) berbasis
microkontroller AT89C52. Perencanaan dimulai dari penumpahan ide/gagasan
sampai dilakukannya pengujian. Perencanaan diagram alur dilakukan terutama
untuk membuat perangkat lunak (software). Adapun jadwal proses perancangan
dan pembuatan adalah sebagai berikut :

Tabel.1 Jadwal kegiatan PKMT


Bln I Bln II Bln III Bln IV Bln V Bln VI
No. Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1 Studi literatur
2 Studi Lapangan
3 Analisis Data
Perencanaan
4
Alat
5 Survey Bahan
6 Pembuatan Alat
Eksperimen (
7
Uji Coba )
8 Optimalisasi
Uji kecocokan
rangkaian dan
9
pengujian pada
kendaraan
Evaluasi dan
10
Kesimpulan
Pembuatan
11
Laporan
Pengiriman
12
Laporan
13

Langkah ketiga adalah langkah pembuatan. Pembuatan dilakukan di work


shop Otomotif dan Produksi Jurusan Pendidikan Teknik Mesin UPI. Kegiatan
dimulai dari perencanaan pembuatan software, hardware, papan simulator sampai
pengujian. Lamanya waktu pembuatan adalah 6 bulan dengan jadwal seperti
tertera pada bab pelaksanaan program. Arahan dari dosen pembimbing sampai
kerjasama dari pihak pengelola workshop sangat membantu terlaksananya
penyelesaian program ini.
Langkah keempat adalah langkah pengujian dan evaluasi. Pengujian dan
evaluasi dilakukan dalam bentuk uji Kecocokan rangkaian prototype sistem
PKMT-2-6-4

pengaman, dengan menggunakan simulator dan uji langssung pada kendaraan.


Untuk mengetahui keberhasilan sistem pengaman dan supaya dapat dinilai apakah
cocok antara rangkaian sistem pengaman dengan car electricity system, maka
pengujian pun dilaksanakan pada kendaraan. Selain untuk mengetahui kecocokan
rangkaian, pengujian ini pula dimaksudkan agar penguji dapat mengetahui
langsung pada posisi sebenarnya dimana rangkaian itu diterapkan pada kendaraan.
Langkah kelima adalah langkah penyajian dalam bentuk laporan. Tahap
pengujian yang telah selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah
menyajikan dalam bentuk laporan. Peran pembimbing cukup vital dalam
mengarahkan ke arah yang lebih baik. Tidak kalah penting juga dalam penulisan
laporan adalah pemilihan kajian pustaka yang sesuai dengan topik pembahasan,
juga pencantuman sumber referensi yang digunakan. Laporan diharapkan dapat
mewakili seluruh kegiatan dari awal sampai akhir kegiatan, sehingga pembaca
seolah-olah mengetahui seluruh proses pembuatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


- Hasil.
Produk yang dihasilkan dari program ini adalah Sistem Pengaman
Kendaraan dengan menggunakan ID Card dan sistem TBC (Trapper and Breach-
block Combination) berbasis Microcontroller AT89C52. Hasil yang dibuat
supaya mudah untuk didemonstrasikan maka dibuat dalam bentuk prototype.
Untuk mengetahui apakah hasil yang diperoleh sesuai dengan perancangan maka
dilakukan pengukuran. Pengukuran prototipe sistem pengaman kendaraan
diarahkan pada pengukuran karakteristik sistem yang telah ditentukan dalam
spesifikasi. Pengukuran tersebut dilakukan untuk melihat apakah setiap blok
rangkaian dalam sistem yang diukur sesuai dengan spesifikasi perencanaan atau
belum, sehingga dapat dijadikan acuan dalam perbaikan blok rangkaian tersebut.
Langkah pengukuran yang pertama adalah Pengukuran Output Power Suplly.
Besarnya tegangan yang digunakan pada sistem pengaman kendaraan yaitu 5 volt
DC, dan ini digunakan sebagai sumber tegangan pada modul mikrokontroller
AT98C52, LCD, dan penggerak relay. Pengukuran bagian regulator dilakukan
pada komponen IC LM 7805 pada input dan outputnya.

Gambar 1 Pengukuran Output Power Suplly


Tabel 1 Hasil Pengukuran Output Power Suplly
Komponen Hasil Pengukuran Spesifikasi
Input Output Output
LM7805 15,80 V 5,00 V 5,00 V

Besarnya output pada LM 7805 harus 5 volt sebagai sumber tegangan pada
mikrokontroller. Hasil pengukuran sama dengan spesifikasi = 5 volt, hal ini sama
dengan teori dimana Vout LM 7805 harus = 5 volt.
PKMT-2-6-5

Langkah pengukuran yang kedua adalah pengukuran penggerak relay.


Pengukuran pada bagian penggerak relay dilakukan ketika relay dalam keadaan
ON, yakni penggerak relay mendapatkan trigger (pulsa 1) dari IC mikrokontroller
AT89C52 dan OFF pada saat tidak mendapatkan trigger (pulsa0) yang berasal dari
IC mikrokontroller AT89C52. Pengukuran bagian penggerak relay dilakukan
untuk melihat tegangan dan arus pada transistor yang berfungsi sebagai sakelar
elektronik.

Gambar 4.2 Rangkaian Penggerak Relay

Gambar 2 Rangkaian Penggerak Relay

Tabel 2 Hasil pengukuran penggerak relay

Menurut data teknik transistor BC559 diperoleh VBE = 0,7 Volt, sedangkan
dari hasil pengukuran diperoleh 0,93 Volt pada tabel, untuk tegangan VCE pada
saat OFF yaitu 13,8 Volt yang sangat mendekati tegangan catu yaitu 13 Volt. Hal
ini hampir sesuai menurut teori dimana VCE (Cut off) sama dengan Vcatu daya.
Langkah pengukuran yang ketiga adalah pengukuran Mikrokontroller
AT89C52. Pengukuran pada bagian modul mikrokontroller dilakukan untuk
mengetahui besarnya tegangan yang dicatukan pada mikrokontroller tersebut yaitu
TITIK KONDISI ON KONDISI OFF
PENGUKURAN 1 2 3 1 2 3
VCoil 5,65 V 5,66 V 5,66 V 0,08 V 0,07 V 0,06 V
VCE 8,14 V 8,16 V 8,15 V 13,8 V 13,78 V 13,79 V
VBE 0,93 V 0,92 V 0,91 V 0,00 V 0,01 V 0,00 V
input VCC. Selanjutnya pengukuran juga dilakukan untuk melihat besarnya
tegangan pada kaki-kaki mikrokontroller yang dihubungkan dengan input
beberapa relay yaitu relay 1 sebagai pengontrol sistem pengapian, relay 2 (dua)
sebagai Alarm, relay 3 (tiga) sebagai pengontrol lampu dan klakson.
Pengukuran dilakukan pada saat bekerja (ON) dan pada saat tidak bekerja
(OFF). Relay 1 bekerja pada saat password yang dimasukan benar sedangkan
relay 2 dan relay 3 bekerja apabila password yang dimasukan salah. Adapun
pengukuran tegangan dilakukan pada kaki-kaki tertentu yang digunakan pada IC
mikrokontroller AT 89C52, yaitu VCC yang terletak pada pin 40, relay 1 pada pin
12, relay 2 pada pin 13,dan relay 3 pada pin 14.
Tabel 3 Hasil pengukuran mikrokontroller AT89C52
Kondisi ON Kondisi OFF
Titik Ukur Keterangan
(Volt) (Volt)
Pin 40 4,97 0,00 VCC
PKMT-2-6-6

Pin 12 4,93 0,01 Relay 1


Pin 13 4,93 0,01 Relay 2
Pin 14 4,93 0,01 Relay 3

Langkah pengukuran yang keempat adalah pengukuran sensor ID Card.


Pengukuran Sensor ID Card dilakukan pada output Infra Red. Pengukuran
dilakukan terhadap 3 (tiga) pasang Infra Red. Pengukuran dilakukan terhadap
output penerima ( IR receiver).
Tabel 4 Hasil pengukuran Sensor ID Card.
TITIK KONDISI ON KONDISI OFF
PENGUKURAN 1 2 3 1 2 3
Output IR 0,08 V 0,09 V 0,08 V 3,95 V 3,96 V 3,96 V
Receiver

Pada kondisi OFF = 3,96 volt, hasilnya mendekati output dari mikrokontroller
yaitu 5 volt.
Pengujian yang selanjutnya adalah pengujian sistem. Pengujian dilakukan
terhadap perangkat lunak dan perangkat keras. Pengujian yang pertama adalah
pengujian perangkat lunak (Software). Pengujian perangkat lunak (software)
pertama kali dilakukan untuk mengetahui apakah listing program yang telah
dibuat dalam Notepad, masih terdapat kesalahan atau tidak. Selanjutnya pengujian
yang dilakukan terhadap perangkat lunak yaitu menguji apakah perangkat lunak
tersebut sesuai dengan kinerja hardware yang diinginkan atau tidak. Oleh karena
itu, langkah selengkapnya pengujian perangkat lunak dapat diuraikan sebagai
berikut:
- Membuka MS-DOS prompt dengan bantuan program ASM51,dari langkah ini
dapat diketahui apakah listing program yang dibuat itu benar atau salah yaitu
dengan cara memanggil file program yang dibuat (catatan: file yang dibuat
harus satu folder dengan file ASM51 dan tipe file yang digunakan adalah
ASM). Langkah ini juga merupakan langkah untuk meng-konversi file ASM
kedalam bentuk file HEX.
- Jika terjadi kesalahan pada listing program yang dibuat maka akan tampil pada
layar, seperti gambar berikut ini :

Gambar 3 Informasi error pada program ASM51


- Jika terdapat kesalahan seperti gambar di atas maka selanjutnya membuka file
dengan ekstensi LST. Hal ini dilakukan untuk mengetahui letak kesalahan
listing program yang dibuat.
- Setelah letak kesalahan diketahui, maka selanjutnya yang harus dilakukan
adalah memperbaiki kesalahan tersebut dengan cara mengedit file tersebut
dengan cara membuka kembali nama file dengan ekstensi ASM pada program
notepad.
PKMT-2-6-7

- Setelah kesalahan diperbaiki seluruhnya, kemudian lihat kembali apakah hasil


perbaikan masih terdapat kesalahan. Hal ini dilakukan dengan cara membuka
MS-DOS prompt dengan bantuan program ASM51 seperti pada langkah nomor
1. Hal ini terus menerus dilakukan sampai program ASM 51 menampilkan
pesan tidak terdapat kesalahan (error).
- Setelah program yang dibuat tersebut tidak ada kesalahan lagi, maka selanjutnya
dilakukan proses pengisian IC mikrokontroller AT89C52 dengan program yang
telah dibuat tersebut. Proses pengisian program ke dalam mikrokontroller,
membutuhkan perangkat keras dan perangkat lunak yang berfungsi sebagai
downloader. Sebagai perangkat keras digunakan downloader yang terhubung
dengan serial port pada PC. Sementara itu, perangkat lunak yang mendukung
programer atau downloader yaitu EZ Uploader V3.0.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk mengisikan program ke
dalam IC mikrokontroller yaitu sebagai berikut :
a. Membuka program EZ Uploader V3.0
b. Pilih ada di Com berapa Programmer yang dipasang.
c. Jika telah dipilih maka pada aplikasi ini akan tampil pesan Connecting
yang dilanjutkan dengan pencaraian IC mikrokontroller yang terhubung
dengan downloader.
d. Tunggu sampai aplikasi ini menampilkan pesan ditemukannya IC
mikrokontroller yang akan diisi program.

Gambar 4 Program EZ Uploader


e. Panggil file HEX yang telah dibuat tersebut dengan cara pada aplikasi EZ
Uploader V3.0 ini klik send Hex File.
f. Tunggu sampai pada aplikasi ini mengeluarkan pesan Complete.

Gambar 5 Pesan Complete pada EZ 3.0


g. Jika telah selesai maka berarti IC mikrokontroller telah terisi oleh program
yang telah dibuat tadi dan siap untuk diaplikaskan dengan rangkaian
sebenarnya.
h. Masukkan IC yang sudah terprogram pada rangkain minimum system modul
yang telah di rancang.
i. Operasikan sistem tersebut sesuai dengan rancangan.
PKMT-2-6-8

j. Bila sistem tidak jalan, cek kembali apakah ada kesalahan di program atau
perangkat keras, hingga sistem dapat bekerja sesuai dengan yang telah di
rancang.
Pengujian yang kedua adalah pengujian terhadap pengujian perangkat keras
(Hardware). Setelah dilakukan pengujian terhadap perangkat lunak (program)
yang dibuat, maka selanjutnya di menguji program tersebut dengan cara
merelisasikan program dan memasang IC mikrokontroller pada rangkaian
sebenarnya, namun sebelumnya pengujian terlebih dulu dilakukan pada masing-
masing modul secara terpisah, untuk lebih jelasnya cara pengujian sistem dapat
diuraikan sebagai berikut :
- Pengujian bagian keypad dilakukan dengan menghubungkan bagian kolom
dan baris dengan ohm meter, ketika nomor-nomor keypad ditekan maka
jarum ohm meter akan bergerak apabila tombol yang ditekan sesuai dengan
kolom dan baris yang dihubungkan dengan ohm meter.
- Pengujian bagian penggerak relay yaitu dengan memberikan catu daya pada
penggerak relay tersebut lalu menghubungkan input penggerak relay relay
dengan ground, penggerak relay yang bagus lampu indikatornya akan
menyala, dan untuk lebih meyakinkan di bisa mengukur bagian output dari
relay dan akan menunjukkan bahwa output tersebut terhubung untuk
kondisi Normaly Open (NO) dan terputus pada kondisi Normaly Close
(NC).
- Pengujian motor stepper dilakukan cukup dengan memberikan catu daya
pada motor stepper dari kunci mekanaik tersebut, bila kunci mekanik
bekerja dengan baik maka motor akan berputar dan selanjutnya akan
menggerakkan kunci mekanik.
- Pengujian modul LCD dilakukan dengan memberikan input dari
mikrokontroller yang sudah diisi program pengetes LCD, yaitu program
untuk menampilkan karakter pada layar LCD. Tentunya program yang
digunakan sudah teruji dengan baik, bila LCD dalam kondisi baik maka
layar LCD akan menampilkan karakter yang sesuai dengan program.
- Setelah pengujian setiap modul menunjukkan hasil yang baik, maka
pengujian dilanjutkan dengan menggabungkan setiap modul tersebut
sebagia sebuah sistem. Pengujian ini dilakukan dengan memadukan
perangkat keras dan perangkat lunak, dimana perangkat lunak yang sudah
dimasukan dalam mikrokontroller diujicobakan terhadap modul-modul
yang sudah digabungkan sebagai suatu sistem. Jika kinerja sistem
menunjukkan hasil yang sesuai dengan perancangan maka berarti
pembuatan sistem sudah selesai, namun jika belum, berarti harus dikaji
ulang untuk menentukan letak kesalahan yang dilanjutkan dengan
memperbaiki kesalahan tersebut.

- Pembahasan
Sistem pengaman yang dibuat merupakan penyempurnaan dari sistem
pengaman yang telah ada. Cara kerja yang dibuat pun merupakan kombinasi dan
penyempurnaan dari sistem yang telah ada disertai dengan adanya inovasi.
Diharapkan dengan adanya sistem pengaman yang Kami buat lebih membuat
pemilik mobil merasa aman disaat menggunakan kendaraan pribadinya. Sistem
PKMT-2-6-9

yang umum biasanya pemilik kendaraan tidak mengetahui jika kendaraan


pribadinya sedang dicuri, maka sistem pengaman yang Kami buat Driver dapat
mengetahui pada saat pencuri beraksi yaitu melalui Hand Phone (HP). Cara
kerja yang akan dijelaskan berikut ini merupakan cara kerja pada aplikasi yang
sebenarnya dalam mobil (bukan prototipe). Berikut adalah cara kerja sistem
pengaman mobil tersebut.
- Masukkan kunci kontak mobil dan gerakan satu kali, maka dilayar akan
tampil menu utama dan menunggu pemasukan kartu, di LCD akan muncul
Comand Masukan ID Card Anda. Kunci kontak merupakan tahap
pengaman yang pertama, dan kebanyakan kendaraan menggunakan jenis ini.
Akan tetapi kemungkinan untuk diakali lebih mudah, karena bisa secara
mekanik. Karena kemungkinan dicuri dan diakali oleh pencuri lebih besar,
maka sistem pengaman yang Kami buat tidak hanya menggunakan kunci
kontak saja.
- Langkah kedua adalah dengan cara memasukkan kartu yang benar. Ini
merupakan pengaman lapis kedua. Jikalau kartu yang dimasukkan benar,
maka Anda akan memasuki pengaman lapis ketiga yaitu password, secara
otomatis di layer akan muncul command Masukkan Password Anda.
Akan tetapi jikalau kartu yang dimasukkan salah, maka Anda mempunyai
kesempatan untuk 3 kali memasukkan kartu, dengan asumsi jikalau terjadi
kesalahan memasukkan kartu dari pemilik kendaraan. Jikalau setelah tiga
kali masih tetap salah, maka akan secara otomatis rangkaian terhubung ke
alarm, HP, lampu dan Central Lock, maka secara serta merta pencuri akan
diketahui.
- Setelah muncul menu untuk memasukkan password, lalu masukkan
password.
- Bila password yang dimasukkan tersebut sesuai dengan password yang
telah dimasukkan pada mikrokontroller melalui program sebelumnya, maka
batere (accumulator) akan terhubung dengan sistem kelistrikan pada
pengapian dan selanjutnya mobil siap untuk di-starter.
- Apabila password yang dimasukkan salah, rangkaian akan terhubung ke
sistem pengapian selama beberapa menit (dapat ditentukan) dengan tujuan
untuk menjebak pencuri (trapper sistem). Juga Program Mikrokontroller
akan mengirim sinyal ke HP pemilik kendaraan sehingga memungkinkan
pemilik kendaraan akan mengetahui bahwa mobilnya sedang dicuri. Setelah
selang beberapa menit yang telah ditentukan, maka pintu akan langsung
terkunci, dan alarm akan berbunyi serta lampu akan menyala.
- Untuk mematikan lampu dan alarm (apabila terjadi kesalahan dalam
memasukkan password) dilakukan dengan pemutusan hubungan sistem
kelistrikan dengan batere yang dilakukan oleh kunci kontak mobil.
- Namun perlakuan di atas, tidak bisa membuka pintu yang terkunci, dan
untuk membuka kunci tersebut dilakukan dengan memasukkan password
yang betul kembali.
- Bila mobil selesai digunakan maka dengan membuka kunci kontak, sistem
pengaman mobil tersebut akan mati dan siap digunakan kembali bila kunci
kontak dalam posisi ON atau digerakkan satu kali.
Sistem yang dibuat dalam program Kreatifitas Mahasiswa Penerapan
Teknologi ini merupakan sebuah prototipe dari sistem pengaman mobil. Adapun
PKMT-2-6-10

dalam pembuatan konstruksi prototype ini dibuat dengan konstruksi panjang x


lebar x tinggi = 235 mm x 170 mm x 170 mm. Konstruksi realnya dalam
kendaraan maka disamakan dengan konstruksi tape recorder yang bisa dicabut
ulang (recondition). Supaya dengan adanya sistem ini, selain membuat keamanan
bagi pengemudi juga lebih sederhana (simple) dalam segi konstruksi.

Gambar 6 Konstruksi sebenarnya


Dengan kontruksi yang sederhana, memungkinkan sistem pengaman yang
dibuat dapat dengan mudah digunakan dan juga dimungkinkan dapat digunakan
oleh seluruh jenis kendaraan. Konstruksi seperti ini juga lebih memudahkan
pengemudi untuk menggunakannya sehingga selain simple juga dari mudah
untuk digunakan.
Sistem yang Kami buat kalau dilihat dari segi ekonomis, maka sangat
ekonomis. Jikalau dibuat massal (lebih dari 100 buah) maka harga @ Rp.
500.000,00 dan kalau hanya satu buah maka harga @ Rp.1000.000,00.
Diharapkan selain sebagai solusi atas maraknya pencurian yang terjadi, dilihat
dari daya beli masyarakat juga dapat terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
pengguna kendaraan bermotor.
Adapun rincian pembuatan sistem pengaman jika diproduksi secara masal
adalah sebagai berikut :
Harga
Jenis Bahan Jumlah
(Rupiah)
Kabel data C35 2 buah 60.000
Transformator AC 1 buah 15.000
Elco 1 buah 1000
Dioda 1 buah 1000
Komponen Simulator 1 buah 100.000
Infra Red 3 pasang 25.000
Photo Dioda 3 buah 25.000
ULN 2003 1 buah 5000
R-1/4W 8 buah 5000
AT89C58 2 buah 20.000
Socket 40F 4 buah 5000
Kabel Pelangi 200 1 meter 10000
Motor Stepler 1 buah 25000
Trafo 1 A 2 buah 25.000
Kabel 4 c 1 buah 1000
Header 2P 10 buah 1000
Bc 559 3 buah 1000
Led 3mm 3 buah 1000
Relay 508p 3 buah 1000
IN 4002 3 buah 5000
Relay 1/4W 6 buah 1000
Keypad 1 buah 10000
PKMT-2-6-11

Led 16 x 2 1 buah 1000


Kabel Serabut 12 meter 5000
Relay 5 V 1 buah 10000
IN 4148 1 buah 5000
EP C35 1 buah 1000
Single NH 16 x 10 1 buah 1000
Flat Aluminium 1 m2 100.000
Mur dan baut 50 pasang 10000
LCD 1 buah 25000
Jumlah 500.000
Apabila dibandingkan dengan keamanan yang akan didapatkan oleh
pengemudi, maka harga di atas sangat ekonomis dan bisa dicapai oleh berbagai
kalangan pengguna kendaraan bermotor.

KESIMPULAN
Pengujian yang telah Kami lakukan, didasarkan pada spesifikasi sistem dan
pengujian pada kendaraan sebenarnya, telah membuktikan bahwa sistem
pengaman yang Kami buat bekerja sesuai fungsinya masing-masing. Tujuan
utama dari pembuatan prototype sistem pengaman kendaraan dengan
menggunakan ID Card dan sistem TBC (Trapper and Breach-block
Combination) berbasis Mikrokontroller AT89C52 yaitu untuk memperoleh
implementasi sistem pengaman berbasis Microkontroller. Adapun kelebihannya
antara lain:
a. Penggunaan teknologi Microkontroller pada sistem yang dibuat dapat
menyederhanakan penggunaan perangkat keras sehingga biaya pembuatan
lebih murah.
b. Keuntungan lain dari penggunaan teknologi microkontroller yaitu semakin
mempermudah dalam pengukuran dan penentuan kesalahan sehingga
komponen yang rusak pun semakin mudah terdeteksi.
c. Komponen-komponen yang digunakan merupakan komponen yang umum
dan mudah diperoleh di pasaran.
d. Penambahan password pada sistem ini tidak mengakibatkan perlunya
tambahan hardware, dan untuk kepentingan tersebut cukup dilakukan
dengan penambahan list program.
e. Keuntungan sistem ini adalah pemilik kendaraan akan mengetahui bahwa
mobil miliknya sedang ada yang mencuri, sehingga kemungkinan
tertangkapnya pencuri dan terselamatkannya kendaraan pribadi akan lebih
besar.
f. Keuntungan lainnya adalah pemilik kendaraan dapat mengubah password,
sehingga kerahasiaan dapat terjaga.

DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 2002, Memahami dan Merawat Sistem Kelistrikan Mobil. Bandung:
Yrama Widya.
Eko Putra, A. 2002, Belajar Mikrokontroller AT89C51/52/55 Teori dan Aplikasi,
Yogyakarta: Gava Media.
Ibrahim, KF. 1996, Teknik Digital. Yogyakarta: Andi Offset.
PKMT-2-6-12

Malvino, A.P. 1981, Prinsip-Prinsip Elektronik, Terjemahan Hanafi Gunawan,


Jakarta : Erlangga.
Moh,. Ibnu Malik. 2003, Belajar Mikrokontroller AT89S8252.Yogyakarta: Gava
Media.
Nalwan, A. 2003, Panduan Praktis Teknik Antarmuka dan Pemrograman
Mikrokontroller AT89C51. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,
Gramedia.
Sumadi. 1979, Sistem Kelistrikan dan Bahan Bakar Otomotif. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sutanto, B. 2002, Sistem Pengaman Kendaraan.(Tersedia) http://alds.stts.edu. [30
Maret 2006]
Budiman, D. 2004, Pencurian Kendaraan bermotor semakin marak. Pikiran
Rakyat [Online], halaman 8. Tersedia:http://www.[pikiran-rakyat.com.[9
Maret 2004].
.. 1995. Data Praktis Elektronika. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia.
.. 1981. Pedoman Reparasi MESIN Seri K. Jakarta : PT. TOYOTA
ASTRA MOTOR.
PKMT-2-7-1

MODEL PONDASI PAKU BUMI ULIR UNTUK PEKERJAAN


BANGUNAN SATU LANTAI

Agung Handaka Kurniawan, Masud Azizi, Yunianto Swastika


Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Semarang

ABSTRAK
Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, maka hal ini akan diikuti pula
dengan jumlah rumah tinggal. Pondasi merupakan salah satu bagian dasar dari
sebuah rumah. Tanpa adanya pondasi, mustahil sebuah bangunan akan berdiri.
Dalam dunia bangunan, pondasi yang biasa digunakan untuk membangun sebuah
rumah tinggal satu lantai adalah pondasi batu kali. Namun dengan adanya
penemuan baru pondasi ulir, keberadaan pondasi batu kali dapat digantikan
karena selain hemat material, pekerjaan pondasipun akan menghemat waktu.
Tujuan dari dibuatnya pondasi paku bumi ulir ini adalah untuk menggantikan
keberadaan pondasi yang selama ini digunakan yaitu pondasi batu kali. Pondasi
paku ulir bumi ini dapat menghemat pekerjaan pondasi karena tidak banyak
memakan waktu dalam proses penancapannya. Selain itu, dibandingkan dengan
pondasi biasa, pondasi paku ulir bumi dapat menghemat pengeluaran karena
lebih murah dan hemat material. Metode yang digunakan dalam pembuatan paku
bumi ulir ini meliputi beberapa tahap yaitu : perancangan, desain model,
pembuatan tulangan dan pengecoran. Setelah paku bumi ulir terbentuk maka
tahap selanjutnya dilakukan pengujian untuk mementukan daya dukung tanah
terhadap pondasi. Pengujian dilakukan terhadap tanah lempung lanau yang
berada di Gedung TJP UNNES dengan menancapkan paku bumi ulir.
Penancapan dilakukan dengan alat penancap yang dirancang sedemikian rupa
sehingga dapat memutar ulir berlawanan arah jarum jam serta memberikan gaya
tekan kebawah yang sangat besarsss. Pengukuran penurunan dilakukan dengan
alat dial gage.
Kata Kunci : Pembuatan, Pondasi, Paku Bumi Ulir.

PENDAHULUAN
Kebutuhan akan rumah tinggal saat ini merupakan kebutuhan yang mutlak
dan wajib dipenuhi. Dengan meningkatnya jumlah penduduk maka secara
langsung kebutuhan akan rumah tinggal akan meningkat pula. Dalam masyarakat
kita, rata-rata mereka membangun rumah tinggal sederhana dengan menggunakan
pondasi batu kali dan ada pula yang menggunakan pondasi foot plat, hal ini
memang sudah turun temurun dari nenek moyang kita, bahkan sampai saat ini
pemakaian pondasi batu kali seolaholah merupakan hal yang mutlak untuk
berdirinya sebuah bangunan. Tiang pancang merupakan salah satu jenis pondasi
yang digunakan dalam pembangunan gedung bertingkat. Tiang pancang juga
dapat digunakan sebagai pondasi untuk bangunan satu lantai. Akan tetapi
pemahaman masyarakat luas mengenai tiang pancang adalah sebuah pondasi yang
digunakan untuk pembangunan gedung-gedung bertingkat. Padahal untuk
pembangunan rumah sederhana bisa juga mereka menggunakan tiang pancang ulir
sederhana untuk pondasi rumah mereka. Setelah kami cermati dan kami teliti
pemancangan dengan pancang ulir sederhana bisa lebih efektif dan kekuatannya
PKMT-2-7-2

tidak kalah dengan pondasi batu kali ataupun pondasi foot plat, bahkan pondasi
ini bisa lebih murah.
Melihat betapa vitalnya pondasi pada sebuah rumah maka jenis pondasi
yang kami buat dengan menggunakan beton bermutu dan kami rancang dengan
ahli-ahli struktur Teknik Sipil. Penelitian ini berdasarkan atas keprihatinan kami
selaku mahasiswa yang peduli dengan tidak diperhatikannya teknologi untuk
kalangan menengah kebawah, kami melihat bahwa masyarakat dalam membangun
tempat tinggalnya harus membayar mahal dan menggunakan waktu yang lama.
Sebagai contoh dalam membuat pondasi untuk rumah tipe 72 m2 saja, rata-rata
membutuhkan waktu satu minggu. Apabila dibandingkan dengan pemasangan
pondasi paku bumi ulir maka selisih waktunya cukup signifikan, perbandingannya
bisa mencapai dari pemasangan pondasi batu kali. Pemasangan pondasi paku
bumi ulir hanya membutuhkan biaya dari pondasi batu kali.
Dilihat dari pemasangannya, pondasi paku bumi ulir (tiang pancang) ini
sangat mudah dipasang, tanpa membutuhkan bowplank dan penggalian tanah
seperti pada pemasangan pondasi batu kali. Pemasangan tiang pancang dengan
model ulir hanya membutuhkan biaya yang relafif sedikit bila dibandingkan
dengan menggunakan pondasi batu kali baik dari segi material maupun segi
tenaga. Hal ini disebabkan pemasangannya hanya cukup memberikan sedikit
tekanan dan putaran sehingga tiang ulir tersebut secara otomatis masuk dalam
tanah, dan terikat oleh tanah yang masuk kedalam ulir tersebut.
Tujuan dari pembuatan pondasi paku bumi ulir ini adalah memberikan
alternatif kepada masyarakat dalam membangun rumah tinggal agar bisa
menghemat pengeluaran. Karena kalau kita cermati bahwa masyarakat saat ini
tidak banyak mempunyai uang untuk membangun rumah tinggal mereka. Selain
itu mempermudah pembuatan pondasi pada rumah tinggal sehingga waktu dan
biaya dapat dihemat.
Melihat pentingnya hasil penemuan dan besarnya manfaat yang
ditimbulkan, pada akhirnya masyarakat akan memilih model pondasi paku bumi
ulir sebagai pondasi untuk membangun rumah mereka. Untuk prospek kedepan,
hal ini tentunya akan menjadi masa depan yang cerah bagi para developer atau
pengembang di seluruh Indonesia untuk membuat perumahan penduduk karena
model pondasi paku bumi ulir ini lebih murah dan menghemat waktu pekerjaan
pondasi. Selain itu, dengan populernya pondasi ini tentunya akan menciptakan
lapangan kerja baru sehingga dapat mengurangi angka pengangguran.

METODE PENDEKATAN
Observasi dilakukan melalui beberapa tahap yang akan dijelaskan sebagai
berikut. Tahap Persiapan
Sebelum kita memulai perakitan paku bumi ulir, tahap persiapan yang
perlu dilakukan adalah :
a. menyiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan
b. memilih dan memeriksa bahan/material yang akan digunakan
c. mendesain bentuk dan ukuran serta kerangka tiang pancang ulir
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat pondasi paku bumi
ulir ini adalah :
a. molen
PKMT-2-7-3

b. ember
c. tongkat kayu
d. cangkul
e. sekop
f. cetok
g. gergaji kayu
h. tang
i. cetakan paku bumi ulir
j. plat besi
k. semen
l. besi tulangan
m. batu split
n. pasir
o. air
p. kayu
q. paku
r. palu
s. kawat bendrat
t. Perakitan
u. Perakitan tulangan
v. Memotong besi ukuran 175 cm
w. Membuatan begel 10 cm
x. Perakitan tulangan dimulai
y. pengecoran
z. pemasangan begesting (peletakan kerangka tulangan pada cetakan )
aa. pembuatan pasta campuran pc 1:2:3
bb. pengecoran pada cetakan
cc. menunggu hasil pengecoran sampai benar benar kering 100 % ( mencapai
titik maksimal kekuatan beton )

Uji Coba
Untuk menguji model yang sudah siap dan benar benar sempurna,
dengan beberapa tahap :
a. Mengukur kuat tekan dan tarik beton
b. Mengukur seberapa kuat pondasi ulir mampu menahan beban arah
vertical.dan horizontal.
Untuk memenuhi standarisasi pondasi menurut PMII, maka penulis
telah menghitung daya dukung pondasi dimana standar PMII adalah nilai
Q harus lebih besar daripada nilai P. Adapun nilai adalah nilai daya
dukung tanah dan P adalah beban diatas pondasi.
PKMT-2-7-4

Untuk perhitunganya adalah sebagai berikut :


P

fs Df

Q
D

Q =qu . Ap + . D.fs.Df
qu = 1,3 NC + Po . Nq + 0,3 N
Po = Df .
= 1,5 . 1,8 = 2,7 t/m 4
Ap = D2
= . 3,14 . 0,402
= . 3,14 . 0,16
= 0,126 m2
qu = 1,3 NC + Po . Nq + 0,3 N
= 1,3.9,6+2,7.2,4+0,3.1,8.0,4.1,2
= 19,22
Q = qu . Ap + . D.fs.Df
= 19,22 . 0,126 + 3,14 . 0,4 . 2,5 . 1,5
= 7,132 t/m2
Jadi Q mempunyai nilai 7,132 t/m2

Mencari Nilai P
P = Berat Beton = 2,4 t/m2
Berat Batu Bata = 0,25 t/m2
Berat Spesi = 0,021 t/m2
Berat plafon = 0,018 t/m2
Berat Atap = 0,4 t/m2
Berat Genteng = 0,05 t/m2
Jumlah Total P = 3,139 t/m2

Setelah kita melakukan perhitungan seperti diatas maka kita dapatkan nilai
Q lebih besar dibanding nilai P.Dengan demikian Pondasi Paku Bumi Ulir bisa
diterapkan pada pembangunan rumah-rumah sederhana dengan lebih menghemat
waktu, biaya dan tenaga. Observasi memakan waktu kurang lebih dua bulan
dimulai dari tanggal 2 April sampai 7 Juni 2006. Lokasi observasi dilakukan
disamping gedung TJP (Teknologi Jasa Produksi) Fakultas Teknik UNNES yang
mempunyai jenis tanah lempung lanau. Langkah pertama observasi adalah
mencari data sondir di lokasi tersebut. Setelah data sondir didapat, maka
selanjutnya dihitung pembebanan secara teoritis. Langkah berikutnya adalah
menancapkan paku bumi ulir tersebut kedalam tanah dengan menggunakan alat
PKMT-2-7-5

penancap yang telah dibuat sebelumnya. Proses penancapan adalah menggali


lubang sedalam 20 cm dengan diameter 50 cm. Selanjutnya paku bumi ulir
dimasukkan kedalam tanah dengan bantuan tracker karena bobot paku bumi ulir
sangat berat dan tidak mungkin untuk diangkat oleh tenaga manusia. Tujuan dari
pembuatan lubang tersebut adalah sebagai jalan utama untuk berdirinya paku
bumi ulir.

Gambar 1. Lubang sedalam 20 cm

Setelah pakubumi ulir masuk dalam tanah, diteruskan dengan menggunakan


alat penancap yang didesain sedemikian rupa sehingga dapat menekan dan
memutar berlawanan arah jarum jam hingga mencapai kedalaman 130 cm. Setelah
paku bumi ulir menancap sempurna kedalam tanah, kemudian sebuah plat
diletakkan seimbang diatas paku bumi ulir sebagai meja beban. Pembebanan
dilakukan dengan menambah beban 50 kg sampai dengan 1450 kg. Penurunan
beban diukur dengan menggunakan alat dial gage yang memiliki ketelitian 0.01
mm. Setiap penurunan dicatat berdasarkan beban yang diterima oleh pakubumi
ulir. Dari hasil pengamatan didapat hasil penurunan sebanyak 2,4 cm pada beban
1450 kg. Menurut PMI 1970 menyatakan bahwa batas maksimal penurunan
pondasi sampai dengan 5 cm. Jadi secara teoritis pakubumi ulir tersebut layak
untuk digunakan. Hasil dari penurunan dan pembebanan di buat dalam bentuk
grafik sehingga didapatkan hasil perbandingan antara beban dan penurunan yaitu
setiap beban 100 kg, terjadi penurunan sebesar antara 0.6mm 0.8mm. Semakin
beban ditingkatkan >1400 kg penurunan menjadi semakin kecil yaitu berkisar
antara 0.2mm 0.4mm.

Gambar 2. Alat Penancap


PKMT-2-7-6

HASIL DAN PEMBAHASAN


Observasi dilakukan di tanah berjenis lempung lanau dimana tanah
tersebut memiliki banyak kandungan air. Mengapa pengujian dilakukan pada
tanah jenis lempung lanau, karena tanah jenis lempung lanau merupakan tanah
yang lunak dan hal ini cocok untuk pengujian daya dukung tanah dimana
diharapkan jika diberi beban akan menghasilkan penurunan. Lain halnya jika
diterapkan pada tanah cadas, tidak mungkin terjadi penurunn jika diberi beban.
Hal ini tidak cocok untuk memberlakukan pengujian daya dukung tanah dan daya
dukung ulir terhadap tanah. Kedalaman pondasi pakubumi ulir yang akan dites
mencapai 1,3 meter. Penancapan dilakukan dengan menggunakan alat penancap
yang telah dibuat sedemikiakn rupa sehingga dapat memutar sekaligus
memberikan tekanan kebawah pondasi pakubumi ulir. Prinsip kerja alat penancap
ini adalah menggunakan prinsip hidrolik yang menggunakan dongkrak. Gaya
tekan kebawah diperoleh dari tekanan dongkrak. Sembari dongkrak memberikan
tekanan kebawah, ujung dongkrak yang telah dimodifikasi dilewatkan pada rel
yang terbuat dari potongan setengah lingkaran pipa berketebalan 3mm sehingga
tercipta arah putaran yang berlawanan arah jarum jam yang sesuai dengan alur
ulir. Setelah pondasi tertancap, maka tahap selanjutnya akan dilakukan pengujian
daya dukung tanah. Bagian atas pondasi ditumpangi plat baja berukuran 200 x
100 x 0,5cm yang digunakan sebagai alas untuk beban pengujian. Beban pertama
diberikan sebesar 100 kg dan pada pembacaan dial gage terjadi penurunan sebesar
0,5 mm. Selanjutnya beban ditambah 100 kg dan terjadi penurunan sebesar 0,75
mm, begitu seterusnya beban ditambah dengan kelipatan 100 kg hingga mencapai
1500 kg dan terjadi penurunan total sebesar 24 mm. Pencatatan dilakukan dengan
membaca dial gage kemudian data diolah dan dipaparkan seperti pada grafik
dibawah, data pada grafik dibawah adalah korelasi antara beban dan penurunan
maka diperoleh garis seperti pada grafik yang terbaca semakin besar beban selisih
penurunan menjadi semakin kecil. Untuk lebih jelasnya lagi
dapat dilihat seperti pada grafik dibawah.
Dari grafik diatas dapat terbaca bahwa uji beban pada satu titik pondasi
paku bumi ulir dengan diamer 50 cm dapat dilihat seperti pada grafik diatas.
Pembebanan pertama dengan beban 100 kg, terjadi penurunan 0.45 mm.
Kemudian penambahan 100 kg lagi terjadi penurunan sebesar 0.64 kg. Dan
seterusnya ditambah beban kelipatan 100 kg sampai dengan 1500 terjadi
penurunan rata - rata 0.6 mm.
Dari hasil grafik dapat disimpulkan bahwa beban berbanding lurus
terhadap penurunan dimana semakin ditambah beban maka akan diikuti
penurunan pula. Akan tetapi selisih penurunan akan semakin kecil ketika beban
makin besar, hal ini disebabkan gaya fricktion yang diterima pakubumi ulir
semakin besar, ini membuktikan bahwa frticktion pada pondasi pakubumi ulir
semakin besar jika dibandingkan tanpa ulir.
PKMT-2-7-7

Penurunan (mm)

24

23

22

21

20

1.9
1.8
1.7

1.6
1.5
1.4
1.3
12
11
1.0
0.9
0.8
0.7
0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500

Beban (kg)

Gambar 3. Grafik Penurunan dan Pembebanan


PKMT-2-7-8

KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian yang dilakukan adalah
penggunaan pondasi pakubumi ulir saat ini sudah seharusnya direalisasikan
karena paku bumi ulir lebih efektif dan efisien serta secara teoritis layak
digunakan karena telah lolos tes uji. Penggunaan paku bumi ulir ini akan sangat
efektif digunakan oleh pengembang pengembang perumahan karena mereka
memakai dalam jumlah yang cukup banyak. Dengan pemakaian pondasi paku
bumi ulir yang banyak maka para pengembang perumahan khususnya akan
mendapatkan keuntungan finansial yang lebih banyak dan bangunannyapun juga
lebih kuat, sehingga dapat memberikan rasa nyaman, rasa aman dan secara tidak
langsung akan meningkatkan penjualan rumah dan masyarakatpun dapat membeli
rumah dengan harga yang lebih ringan.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum. 1980.Peraturan Muatan Indonesia 1970 NI-18.
Bandung : Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan
Ir. Gideon H. Kusuma, M.Eng.1994.Desain Struktur Rangka beton Bertulang di
Daerah Rawan Gempa.Jakarta : Erlangga
Heinz Frick.1999. Ilmu Konstruksi Bangunan I. Yogyakarta : Kanisius
PKMP-2-8-1

KUNCI PINTU DIGITAL DENGAN SISTEM KEAMANAN


BERBASIS SMS

Lella Rita Indriani, Nanang Hidayanto, Mushlih Yunianto


Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ABSTRAK

Kata kunci:
PKMT-2-9-1

RANCANG BANGUN ROL CAT TEMBOK SISTEM KERJA KONTINU

Rahmadi, Marsono, Pantes Wiyono, Idris Kurniawan, Yusuf Rosyidi


PS Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta

ABSTRAK
Pelaksanaan program ini dilatarbelakangi adanya proses pengecatan yang
dilakukan oleh para tukang cat atau masyarakat. Proses pengecatan ini masih
bersifat konvensional. Alat yang ada kurang memberikan wacana perkembangan
teknologi sehingga efektivitas, efisiensi dan keergonomisan belum terpenuhi.
Tujuan dari pelaksanaan program ini ialah merancang, membuat dan melakukan
uji kinerja rol cat tembok sistem kerja kontinu. Metode yang digunakan ialah
metode rancang bangun. Bahan yang digunakan ialah plat eyser, plat siku, plat
strip, plat seng(Zn), plastik, busa dan lain-lain. Proses pembuatan alat ini
meliputi pengerolan, pengguntingan, penekukan, pengelasan, pengeboran dan
penggerindaan. Alat dan mesin yang digunakan ialah ragum, penggores,
penggaris, mesin tekuk, bor, pengerol, gunting plat, las, dan lain-lain. Tempat
pembuatan alat ini di bengkel fitting dan fabrikasi Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta. Hasil pelaksanaan program ini ialah prototype rol cat tembok
sistem kerja kontinu. Perancangan dan pembuatan alat ini ialah konsep
pembuatan, desain dan alternatif, kelompok kerja, klasifikasi, rencana proses,
model proses, model ekonomis, suku cadang. Alat ini mampu mengecat tembok
ketinggian empat meter dengan daya 60 Watt dan voltase 220 V.

Kata Kunci : rol cat tembok, sistem kontinu

PENDAHULUAN
Latar belakang masalah
Perkembangan teknologi telah banyak merubah kondisi masyarakat. Dengan
teknologi masyarakat semakin mudah untuk melakukan segala aktivitasnya.
Semakin tinggi teknologi yang dimiliki oleh suatu bangsa maka akan semakin
tinggi pula tingkat kemajuan masyarakatnya. Banyak hal yang akan dilakukan
oleh masyarakat dengan bantuan perkembangan teknologi. Teknologi yang ada
harus dapat dimanfaatkan baik oleh masyarakat. Dalam penggunaannya
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Penerapan teknologi yang terlalu tinggi pada masyarakat yang memiliki
tingkat pengetahuan tentang teknologi yang masih rendah. Kondisi ini
menyebabkan teknologi tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Bahkan
teknologi tidak dapat dimanfaatkan karena tidak adanya sumber daya manusia
yang mampu mengoperasikannya. Demikian pula sebaliknya, pada masyarakat
yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan meninggalkan teknologi yang
sudah tidak up to date.
Mereka beralih pada teknologi yang lebih baik dan lebih canggih. Dengan
demikian teknologi harus dapat dipakai dan dipahami. Pemahaman ini baik oleh
penggunanya maupun pembuatnya. Teknologi itu dapat dikatakan sebagai
teknologi tepat guna. Dengan teknologi tepat guna maka suatu kegiatan atau

1
PKMT-2-9-2

pekerjaan akan dapat terlaksana dengan baik. Tidak menghabiskan tenaga dan
biaya yang banyak.
Pada masyarakat yang semakin banyak dan terus berkembang kegiatan
pembangunan sarana dan prasarana masyarakat. Masyarakat akan terus
melakukan dalam rangka pemenuhan salah satu kebutuhan primer. Kebutuhan
primer manusia tersebut yaitu kebutuhan papan. Masyarakat akan membangun
dan memperbaiki rumah-rumah dengan pengecatan.
Pengecatan pada gedung-gedung, sekolah, kantor dan lain sebagainya
sebagai tempat mereka melakukan aktifitas hidupnya. Untuk memperindah dan
menambah daya tahan tempat-tempat tersebut maka tempat tersebut harus dicat.
Pekerjaan pengecatan rumah dan gedung banyak sekali alat bantu yang telah
dibuat. Alat tersebut untuk mempermudah pekerjaan pengecatan. Sistem
pengecatan dilakukan mulai penggunaan dari kuas cat, rol pengecat sampai
dengan spray pengecat. Pada proses manual kurang memberikan hasil pengecatan
yang maksimal (1).
Pekerjaan pengecatan dinding biasanya dilakukan dengan menggunakan rol
pengecat. Apabila dinding yang dicat tidak terlalu tinggi maka rol dapat
dioperasikan langsung tanpa perlu adanya batang penyambung. Pekerja dapat
mengambil cat dengan mudah apabila cat pada rol telah mengering. Apabila
dinding yang akan dicat lebih tinggi dari dua meter maka pekerja memerlukan
batang penyambung atau naik tangga. Hal ini dilakukan untuk mengecat dinding
pada tempat yang tinggi. Aktivitas tersebut akan merepotkan pekerja. Pekerja
mengambil cat kembali setelah rol mengering karena harus menurunkan batang
dan menaikkan batang pada saat mengecat. Dengan demikian pekerjaan
pengecatan menjadi kurang efektif dan efisien.
Dengan kondisi-kondisi yang disebutkan di atas maka diperlukan suatu
rekayasa. Rekayasa dilakukan terhadap cara dan alat pengecatan sehingga
pekerjaan pengecatan dapat menjadi lebih efektif dan efisien. Untuk itu, kami
merencanakan suatu model alat rol pengecat yang lebih baik. Alat tersebut dapat
mengatasi semua masalah-masalah yang telah disebutkan diatas.
Alat tersebut kami beri nama rol cat tembok sistem kerja kontinu. Pada
alat ini akan terdapat wadah cat yang cukup besar. Dengan alat ini operator tidak
perlu beberapa kali mencampur cat selama proses pengecatan. Alat ini dilengkapi
dengan pengaduk. Pengaduk cat agar pigmen dalam cat dapat tercampur dengan
baik. Rol cat dan pompa penekan cat mengalirkan cat dari tabung cat ke rol cat.
Pekerja tidak perlu menaikkan dan menurunkan rol cat untuk membasahi rol
dengan cat yang baru. Dengan alat ini mampu pengaplikasian cat pada dinding
akan menjadi lebih rata. Alat ini dirancang agar cat membasahi rol secara merata
secara terus-menerus (kontinu).

Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah sebagaimana yang telah dipaparkan diatas maka
beberapa masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana merancang dan membuat alat pengecat tembok sistem kontinu ?
2. Bagaimana Prinsip Kerja alat yang telah dibuat ?

Tujuan Kegiatan
Pelaksanaan program ini bertujuan untuk :
PKMT-2-9-3

1. Merancang dan membuat Alat pengecat tembok sistem kontinu ?


2. Mengetahui kinerja alat pengecat tembok sistem kontinu ?

Manfaat
Adapun berbagai manfaat yang didapat dari pembuatan rol cat tembok
sistem kerja kontinu sebagai berikut :
1. Manfaat Bagi Mahasiswa
a. Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah kedalam
bentuk aplikasi nyata.
b. Dapat menuangkan gagasan kreatif sebagai pemecahan dalam
mengatasi masalah teknologi yang ada dimasyarakat.
c. Sebagai upaya pengabdian pada masyarakat tentang dampak
perkembangan teknologi
2. Manfaat Bagi Pengecat (tukang cat tembok)
a. Dapat meningkatkan kapasitas pengecatan, sehingga mampu
meningkatkan nilai produktivitas kerja.
b. Membantu dalam meningkatkan efektifitas, efisiensi dan ergonomis
pada proses pengecatan tembok.
c. Dapat mempercepat proses pengecatan pada tembok.
3. Manfaat bagi dunia pendidikan
a. Sebagai wacana dalam pengembangan teknologi yang lebih maju dan
berdaya guna bagi dunia pendidikan.
b. Memberikan kontribusi yang positif terhadap pengembangan dan
pemberdayaan teknologi bagi dunia pendidikan.

Konsep umum pembuatan rol cat tembok sistem kerja kontinu


Proses pembuatan rol cat tembok sistem kerja kontinu sebagian besar
komponen yang digunakan terbuat dari logam, baik ferro maupun nonferro.
Proses pembuatan suatu alat dengan logam ini, sangat berpengaruh penting dalam
perkembangan teknologi mekanik karena logam memiliki sifat yang fleksibel
dalam proses pembentukan (2). mulai dari bahan sampai menjadi suatu alat atau
mesin seperti : batangan, lembaran atau plat, tabung atau pipa dan lain sebagainya.
Pada proses pembuatan secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua cara
yaitu :
1. Proses deformasi plastik, pada proses pembentukan ini volume dan massa
logam tetap serta logam dapat bergerak dari tempat yang satu ke tempat
yang lain untuk mencapai bentuk yang diinginkan.
2. Proses pemesinan, pada proses pembentukan sistem ini untuk mencapai
bentuk yang sesuai dengan rencana kita dapat dilakukan dengan
menghilangkan bagian-bagian tertentu pada logam.
Beberapa proses pembentukan secara deformasi plastik telah banyak
dikembangkan. Namun, beberapa proses pembentukan tersebut masih
dikelompokkan menjadi 5 (lima) kelompok yaitu proses pembentukan tipe-
penekanan langsung, proses pembentukan tipe-penekanan tak langsung, proses
pembentukan tipe-tarik, penekukan dan pengguntingan (3).
Proses penekanan langsung merupakan proses penekanan, dimana gaya yang
bekerja secara langsung dikenakan pada permukaan benda kerja dan logam yang
bergerak tegak langsung dengan arah tekanan. Sedangkan pada proses penekanan
PKMT-2-9-4

langsung tak langsung, gaya tekan tak langsung timbul akibat reaksi antara benda
kerja dengan cetakan yang mencapai nilai tinggi. Pada proses penekanan
langsung tak langsung ini biasanya terjadi gaya tarik pada saat pembentukan,
dimana logam mengalir akibat keadaan tegangan kombinasi yang melibatkan gaya
tarik yang tinggi. Proses penekukan terjadi adanya momen lembaran atau plat
selama proses pembentukan berlangsung. Sedangkan proses pengguntingan terjadi
karena adanya gaya geser (gaya gunting) yang cukup besar untuk memotong
logam pada bidang geser.
Proses pemesinan merupakan proses pembentukan suatu benda dengan jalan
menghilangkan bagian-bagian tertentu pada suatu logam. Dengan proses ini
bentuk yang dihasilkan, biasanya lebih rumit dengan memperhatikan tingkat
kekasaran (kehalusan), toleransi dimensi yang tinggi, ketelitian dimensi dan
geometri yang dihasilkan. Beberapa indikasi tersebut tergantung dari keserasian
antara permukaan benda kerja dengan gerakan pisau pemotong. Suatu alat
perkakas mampu menghasilkan permukaan dengan 2 (dua) cara yaitu :
1. Menggunakan perkakas pembentuk yang sesuai dengan bentuk benda yang
akan diproduksi.
2. Menggerakkan perkakas potong ke atau dari benda kerja.
Dengan demikian proses pembentukan dengan deformasi plastik dan
pemesinan logam sangat berperan pada konsep pembuatan alat atau mesin. Secara
umum konsep pembuatan rol cat tembok dapat dilihat pada gambar 1 pada
halaman berikutnya.
Diagram alir tersebut tentang konsep pembuatan rol cat tembok sistem kerja
kontinu mulai dari konsep awal pembuatan, desain dan alternatif perbagian, model
ekonomis. Konsep pembuatan meliputi : kekuatan bahan dan alat, sifat kelelahan
bahan (fatik), berat bahan dan lain-lain. Desain dan alternatif perbagian meliputi :
bahan, ukuran, bentuk dan lain sebagainya. Sedangkan model ekonomis meliputi :
fungsi waktu, fungsi beaya, perkakas dan lain-lain (7).
Secara keseluruhan konsep pembuatan rol cat tembok sistem kerja kontinu
sangat berpengaruh pada struktur dan sistematika kerja pembuatan rol cat tembok.
Struktur dan sistematika kerja ini diperlukan karena sebagai acuan atau referensi
pembuatan rol cat tembok(2,3,11,13).

METODE PENELITIAN
Pelaksanaan program ini dilaksanakan di bengkel Fitting dan Fabrikasi Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Waktu pelaksanaan mulai bulan April
sampai dengan Oktober 2005.

Tabel 1. Tabel spesifikasi bahan pada proses pembuatan rol cat tembok(12,13)

NO NAMA BAHAN UKURAN JUMLAH


1 Rol cat Plastik, Busa Diameter 50 mm 1 buah
2 Pipa stainless stainless Diameter 8 mm 1 buah
Panjang 1000 mm
3 Motor Motor mesin cuci Motor daya 60 W 1 buah
4 Selang Fiber dan paduan Diameter 8mm 1 gulung
Panjang 6000mm
5 Pipa bertingkat Plat Panjang 4000mm 1 set
6 Saklar Plastik Lebar 40 mm 1 buah
PKMT-2-9-5

Tinggi 55 mm
7 Kabel Karet dan tembaga Panjang 180 mm 2 buah
Panjang 2000 mm
8 Plat siku Baja lunak Panjang 6000 mm 1 lonjor
Lebar 25 mm
Tinggi 25 mm
9 Plat strip Baja lunak Panjang 6000 mm 1 lonjor
Lebar 25 mm
Tinggi 3 mm
10 Peredam karet Diameter 55 mm 1 buah
Tinggi 55 mm
11 Tutup rol Alumunium standar 2 buah
12 Tabung cat Plat seng (Zn) Diameter 260 mm 1 buah
Tinggi 415 mm
13 Roda penggerak Baja, plat, karet standar 4 buah
14 Handel pegangan Pipa AL Diameter 25 mm 1 buah
Panjang 260 mm
15 Pompa AL dan paduan standar 1 buah

Tabel alat perkakas pada proses pembuatan rol cat tembok

NO NAMA ALAT JUMLAH KETERANGAN


1 Penyiku 1 buah Standar
2 Jangka sorong 1 buah Standar
3 Sikat 1 buah Standar
4 Mistar 1 buah Standar
5 Penggores 1 buah Standar
6 Kikir kasar 2 buah Kikir segi empat dan
lingkaran
7 Palu 2 buah standar
8 Jangka kaki 1 buah standar
9 Penitik 1 buah standar
10 Meja datar 1 buah standar
11 Gergaji 1 buah Standar
12 Tang 2 buah Tang besar
Tang kecil
13 Kunci 1 set Lengkap
14 Klem 2 buah Standar
15 Blok ganjal 5 buah Standar
16 Ragum 1 buah Standar
17 Bor spiral 5 buah Diameter 3, 9, 13, 12, 7
18 Sarung tangan 1pasang Standar
19 Pakaian kerja 1 buah Standar
20 kacamata 1 buah Standar
21 Alat keselamatan las 1 set Lengkap
22 Kikir halus 1 buah Kikir segi empat
PKMT-2-9-6

Tabel nama mesin dan spesifikasinya (13)

NO NAMA MESIN SPESIFIKASI MESIN JUMLAH


1 Bor (Drilling) Merk MEDDING 1 buah
Produsen England
No. Inven. FM4 0102
2 Bor tangan Merk Makita 1 buah
putaran 1800/ min
frekuensi 50 60 Hz
Daya 360 W ( I = 220 V)
No. 976175
3 Rol Model BSR / 2 / 40 1 buah
Produsen England
Kapasitas 16 C
No. seri G 025 / 15
4 Las Merk KRJ-180 1 buah
Produsen OSAKA TRANSFORMER
.CO.LTD. JAPAN
Berat 85 Kg
Tegangan 180 A(I = 380 V, F=50 Hz)
No. seri P 4972 V
5 Mesin tekuk Merk Edwards Truefold 1 buah
Model 3 FT 16 G u/c
Kapasitas 1015 x 1.5 mm
40 x 16 BG inc
No.seri 59079060 B
6 Gergaji Merk Great Captain 1 buah
Produsen Murahashi MFG.Co.Ltd.
Japan.
No. paten 493431
7 Gerinda potong Merk Makita
Produsen Makita Corporation
Putaran 3800/min
Frekuensi 50 60 Hz
Daya 2000 W ( I = 220 V )
No.seri 62750 E
8 Gunting Merk GABRO 1 buah
Produsen Gale Bros Ltd. England
No. bagian 904 492
Kapasitas MS = 10 swg 3 3 mm
ST = 12 swg 2 6 mm
No.seri 1414
PKMT-2-9-7

Konsep pembuatan rol cat tembok sistem kerja kontinu.

Kekuatan
Konsep Pembuatan Sifat Fisik
Berat, dll.

Desain dan Alternatif


perbagian
* Bahan
* Ukuran
* Bentuk, dll.

Kelompok Sistem Perancangan


Kerja Proses

Klasifikasi dan Kode


perbagian

Rencana Proses

Bahan / Model
Proses

Bahan Konfigurasi
Proses

Fungsi Waktu
Model Ekonomis Fungsi Beaya
Perkakas, dll.

Suku Cadang
PKMT-2-9-8

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil dari pelaksanaan program ini ialah prototype rol cat tembok. Adapun secara
ilustrasi dapat dilihat di bawah ini :

Pembahasan :
1. Proses perancangan dan pembuatan rol cat tembok sistem kerja kontinu.
Perancangan alat ini didasarkan pada spesifikasi teknik desain (11). Sedangkan
konsep pembuatan alat ini seperti diagram alir di halaman berikutnya. Proses
pembuatan ini meliputi pengerolan, pengguntingan, penekukan, pengelasan,
pengeboran dan penggerindaan.
Proses pengerolan, proses ini dilakukan dengan cara melewatkan pada logam
melalui celah antara rol yang bekerja. Proses ini memanfaatkan gaya tekan antar
rol, komponen yang ada pada sistem ini ialah rol dengan berbagai ukuran,
bantalan rol, dan rumah untuk semua komponen tersebut (2). Proses pengerolan
ini digunakan untuk membuat setengah lingkaran dan tutup tabung pada
konstruksi alat.
Proses pengguntingan ialah suatu proses pemisahan logam dengan dua buah pisau
pemisah yang bergerak secara berkebalikan. Pada proses pembentukan ini, logam
yang bersentuhan dengan pisau mengalami deformasi plastik sehingga terjadi
keretakan awal. Jarak antar pisau merupakan variabel yang sangat penting pada
proses pengguntingan, variabel ini mampu menghasilkan bekas guntingan yang
beragam. Celah yang tepat akan menghasilkan patahan yang halus, celah yang
sempit akan menghasilkan patahan yang kasar sedangkan untuk celah yang besar
atau dengan kata lain longgar menghasilkan patahan yang bergerigi. Gaya yang
bekerja pada proses pengguntingan adalah gaya geser. Adanya gaya geser ini
mampu memisahkan dua logam tipis (plat) dengan memanfaatkan persinggungan
celah sempit antar pisau pemotong. Dengan mengabaikan gaya gesek yang ada,
kita dapat menghitung besarnya gaya potong maksimum.
Pada proses penekukan berfungsi untuk menghasilkan lengkungan. Benda yang
semula lurus diubah menjadi lengkung. Penekukan ini sering dilakukan pada
pembentukan profil siku. Profil siku digunakan pada klem atau penahan. Variabel
yang sangat berpengaruh pada proses ini ialah jari-jari lengkukangan cekung atau
permukaan pada penekukan. Pada penekukan elastik dibawah batas elastik,
regangan melalui pertengahan tebal pada smbu natural. Penekukan plastik diats
PKMT-2-9-9

batas elastik, sumbu netral bergeser lebih dekat kepermukaan dalam lengkungan
pada saat proses penekukan dilakukan.
Proses penekukan harus memperhatikan dimensi atau ukuran yang ada.
Pemotongan bahan sangat berperan pada hasil penekukan. Besarnya ukuran perlu
adanya perhitungan awal sebelum melakukan pemotongan bahan. Gejala yang
muncul pada proses penekukan yaitu adanya gaya balikan pegas (springback).
Gaya ini memepengaruhi besarnya ukuran pada hasil penekukan. Proses
penekukan sebaiknya kita melebihkan sudut. Misalnya, besarnya sudut yang
dikehendaki 80 derajat maka kita menekuk + 85 derajat. 5 derajat digunakan
untuk mengatasi adanya gaya balikan pegas (2).
Definisi dari las ialah suatu metode yang digunakan untuk menyambung dua
benda padat atau lebih dengan jalan mencairkan melalui pemanasan (3,4). Salah
satu jenis pengelasan cair adalah pengelasan dengan busur nyala listrik terlindung
(shielded metal arc welding-SMAW). Pengelasan jenis ini terjadi proses
penyambungan logam karena adanya dua metal yang bersifat konduktif yang
cukup padat. Tegangan yang cukup rendah akan menghasilkan loncatan elektron.
Loncatan elektron menimbulkan panas yang sangat tinggi sampai diatas 9.000
derajat fareinheit (50.000derajat celcius). Panas yang tinggi tersebut dengan
mudah mencairkan kedua logam yang akan di sambung. Besarnya tegangan listrik
yang digunakan berkisar 10 500 A dan arus yang di gunakan berkisar 17 45 V
(3,4).
Sebagian besar komponen suatu alat atau mesin memerlukan proses pengeboran.
Proses pengeboran merupakan suatu proses pembuatan lubang dengan
menggunakan mesin bor (Drill machine).
Penggerindaan merupakan proses pemisahan atau pengurangan suatu benda kerja,
biasanya berupa plat tebal berupa strip maupun siku dengan ukuran yang relatif
panjang agar menjadi pendek. Dalam hal ini pemisahan atau pemotongan dengan
menggunakan gerinda potong yang mempunyai mata gerinda khusus untuk
memotong. Proses ini hampir sama dengan proses pada sistem gunting yang
memanfaatkan gaya geser. Namun, untuk material yang keras dan besar lebih
cocok menggunakan gerinda potong (6).

2. kinerja rol cat tembok sistem kerja kontinu.


Berdasarkan hasil pengujian di bengkel Fabrikasi FT-UNY, alat ini mampu
mengecat tembok dengan jangkauan maksimal 4 meter. Campuran cairan cat yag
digunakan sesuai dengan standar industri. Daya yang digunakan 60 Watt dan
voltase 220 V.

KESIMPULAN
1. Perancangan disesuaikan dengan standar perancangan teknik. Pembuatan
alat ini meliputi proses pengerolan, pengguntingan, penekukan, pengelasan,
pengeboran dan penggerindaan.
2. alat ini mampu mengecat dinding ketinggian 4 meter sesuai standar yang
diharapkan. Daya yang digunakan 60 Watt dan voltase 220 V.
PKMT-2-9-10

DAFTAR PUSTAKA
(http: //www.tabloidnova.com/articles.asp?id=2393) (diakses tanggal 5 maret
2006).
Sriati DJaprie. Metallurgi Mekanik. Jakarta: Erlangga; 1988.
Harsono Wiryo Sumarto dan Toshie Okumura. Teknologi Pengelasan Logam.
Jakarta: Pradnya Paramita; 1994.
Sriwidharto. Petunjuk Kerja Las. Jakarta: Pradnya paramita; 1987.
Suyatno Sastro Winoto. Meningkatkan Produktivitas dengan Ergonomi. Jakarta:
Pustaka Binawan Pressindo; 1985.
Van Terheijden dan Heru. Alat-alat perkakas 3. Bandung: Bina Cipta; 1981.
Tata Surdia dan Shinroku Saito. Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta: Pradnya
Paramita; 1999.
Tata Surdia dan kenji Chijiwa. Teknik Pengecoran Logam. Jakarta: Pradnya
Paramita; 1976.
Geoffrey Boothroyd. Fundamentals of Metal Machining and Machine Tools.
Singapura: Me Grow Bill Book Co; 1981.
Krar, Oswald; St. Amand. Machine Tool Operations. International Student
Edition; 1986.
Khurmi R.S. dan J.K. Gupta. A Text Book of Machine Design. New Delhi:
Eorasia Publishing House LTD; 1980.
Daryanto. Alat Perkakas Bengkel. Jakarta: Bina Aksara; 1988.
Syamsir A. Muin. Dasar-dasar Perancangan Perkakas dan Mesin-mesin
Perkakas. Jakarta: Rajawali; 1989.
Chapman, W. A. J. (Eng), FI Mech E, Hon FI Prode. Workshop technology Part
II. London: Edward Arnold; 1984.
PKMT-2-10-1

PEMANFAATAN GRAFIT PENSIL SEBAGAI ELEKTRODE


SELEKTIF ION BERMEMBRAN AgCl/Ag2S UNTUK ANALISA ION
KLORIDA

Rachmat Badawi, Ismulawardi, Agoes Noegraha, Subroto


Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya

ABSTRAK
A potentiometric all-solid-state type ion-selective elctrode (ISE) for chloride ion
was constructed and characterized. It is based on a mixture of argentum chloride
(AgCl) and argentum sulfide (Ag2S). The E (mV) vs. log (Cl-) electrode response
was linier from 100 10-4 mol/L, with a slope of -45.03 mV/dekade. The
detection limit was 10-4 mol/L, the measurement time was 9,6 secon. The %
recovery for accuracy was 101,9 % and CV (coefficient variation) was 4,93 %

Key words : ion-selective elctrode (ISE), chloride, solid-state

PENDAHULUAN
Klorida adalah salah satu ion yang penting bagi tubuh karena merupakan
anion yang paling berperan dalam mempertahankan keseimbangan elektrolit.
Kehilangan klorida berlebihan dapat disertai dengan kehilangan natrium. Keadaan
hipokloremik dapat menyebabkan alkalosis metabolik yang ditandai dengan
kebingungan, pernapasan lambat, paralisis, dan kejang otot
(www.healthatoz.com). Alkalosis metabolik hipokloremik dapat terjadi setelah
muntah yang lama atau penggunaan diuretik berlebihan (Ganiswarna, 1995).
Sedangkan pada keadaan hiperkloremik dapat menyebabkan asidosis metabolik
dengan gejala badan lemah, sakit kepala, mual, dan serangan jantung. Ion klorida
bersama dengan natrium dan kalium adalah elektrolit yang banyak terdapat dalam
tubuh manusia maupun hewan, didapatkan dalam bentuk ion terdisosiasi penuh.
Konsentrasi ion klorida dalam plasma adalah 100 107 mmol/L (Linder, 1992).
Klorida banyak ditemukan sehari-hari dalam berbagai bahan, seperti pada garam
dapur, roti, mentega, keju, susu, telur, daging sapi, ikan, tembakau, anggur,
kacang-kacangan, sayuran, pakan ternak, pupuk, larutan pemutih, tanah, dan air
(Helrich, 1990 dan www.nico2000.net). Klorida juga banyak terdapat pada
sediaan farmasi, misalkan infus NaCl 0,9 %, minuman isotonis pengganti ion,
tablet effervescent, bedak pemutih, deodoran, larutan pencuci mulut, dan
desinfektan (Gennaro, 1995 dan Lund, 1994).
Mengingat pentingnya ion klorida, diperlukan suatu metode analisis yang
dapat digunakan untuk menentukan kadar klorida dalam sampel yang
mengandung klorida. Metode analisis yang umumnya digunakan adalah
gravimetri, titrasi argentometri, spektrofotometri UV/Vis, dan spektrofotometri
absorbsi atom.
Pada metode gravimetri, pengukuran klorida berdasarkan penimbangan dalam
bentuk garam perak klorida. Kelemahan metode ini yaitu kelarutan endapan perak
klorida dalam air akan meningkat dengan adanya garam amonium, logam alkali,
dan asam konsentrasi besar. Perak klorida peka terhadap cahaya, terurai menjadi
perak dan klor. Endapan perak klorida yang diperoleh kemurniannya tidak selalu
sempurna, mungkin mengandung berbagai jumlah zat pengotor.
PKMT-2-10-2

Titrasi argentometri didasarkan pada reaksi :


AgNO3 + Cl- AgCl(s) + NO3-
Metode ini membutuhkan larutan titran yang cukup banyak dan keakuratannya
sangat bergantung pada kecermatan personal yang melakukan dalam menentukan
titik akhir titrasi serta waktu titrasi yang cukup lama. Dalam praktek, biasanya
terjadi perbedaan antara titk ekivalen dan titik akhir titrasi sehingga menyebabkan
hasil yang sedikit bias.
Penentuan klorida secara spektrofotometri UV/Vis yaitu mereaksikan
larutan sampel dalam air dengan merkuri tiosianat dan larutan ion ferri
menghasilkan kompleks penta-aquot-tiosianatbesi(III) klorida, [Fe(OH2)5SCN]Cl2
kemudian diukur absorbannya. Teknik ini sangat sensitif terhadap gangguan pada
pH rendah. Kelemahan lainnya yaitu larutan sampel yang akan diukur
absorbannya tidak boleh keruh serta harga sebuah instrumen spektrofotometer
UV/Vis cukup mahal.
Prosedur analisis secara Spkektrofotometri Absorbsi Atom (SAA) yaitu
ion klorida dalam sampel diendapkan dengan penambahan ion perak berlebih
yang diketahui jumlahnya. Kemudian, jumlah dari ion perak yang tidak bereaksi
atau perak yang mengendap ditentukan dengan spektrofotometer absorbsi atom.
Metode ini membutuhkan matriks dari larutan standar yang cocok dengan larutan
sampel untuk mengeliminasi pengaruh matriks. Pengukuran secara
spektrofotometri diganggu oleh adanya ion-ion asing dalam larutan sampel dan
harga instrumen spektrofotometer absorbsi atom yang mahal
Berdasarkan realita di atas, maka diperlukan metode alternatif dengan
instrumen yang sederhana, murah, prosedur analisis yang tidak rumit, waktu
analisis yang singkat, serta mudah dalam hal pengoperasian, pemeliharaan, dan
perawatannya. Potensiometer dengan menggunakan Elektrode Selektif Ion klorida
(ESI klorida) dapat digunakan sebagai instrumen alternatif untuk analisis ion
klorida yang hanya selektif terhadap ion klorida.
Selama ini ESI klorida dapat diperoleh di pasaran, misalnya produksi
Orion, Metrohm, dan Elit. Karena masih diproduksi di luar negeri dan harus
diimpor sehingga ESI ini diperoleh dengan harga yang mahal. Ketergantungan
terhadap ESI klorida produk luar negeri dapat dikurangi dengan mengembangkan
suatu ESI klorida sederhana dengan harga yang lebih murah.
Penelitian tentang pensil sebagai alternatif elektrode selektif ion telah
dilakukan oleh Wenck dan Honer (1989) untuk menganalisis ion kadmium, perak,
sulfida, Santosa (2001) untuk menganalisis ion kadmium dan Widratiara (2002)
untuk menganalisis ion iodida. Mengacu pada hasil penelitian di atas tentang
grafit pensil sebagai alternatif elektrode selektif ion, dalam penelitian ini akan
dibuat ESI klorida dengan menggunakan grafit pensil yang dilekatkan pada
membran kristal AgCl/Ag2S.
Selanjutnya ESI klorida yang dibuat dikarakterisasi untuk mengetahui
validitasnya. Karakterisasi maksudya adalah mengukur besaran-besaran yang
menjadi parameter penentuan kualitas ESI klorida yang dibuat. Besaran- besaran
yang diukur antara lain faktor Nernst dan trayek pengukuran, sensitivitas
elektrode, waktu jawab, koefisien selektivitas, akurasi dan presisi.
PKMT-2-10-3

METODE PENDEKATAN
Alat Penelitian
1. Ion Analyzer merck Jen Way
2. Elektrode Ag/AgCl (elektrode pembanding)
3. Seperangkat corong Buchner
4. Bor mesin
5. Seperangkat pembuat pellet KBr dengan pompa hidrolik

Bahan Penelitian
1. AgNO3 p.a.
2. NaCl p.a.
3. Na2S p.a.
4. NaBr p.a.
5. NaI p.a.
7. Teflon
8. Pensil HB
9. Kabel koaksial tipe RG 58
10. PVC

Tahapan Penelitian (Muliani, 2002)


Pembuatan Elektrode Selektif Ion Klorida
Langkah-langkah pembuatan ESI klorida meliputi pembuatan bahan
membran elektroaktif, pengempaan membran, pembuatan badan elektrode, dan
penyusunan konstruksi ESI klorida. Waktu yang diperlukan untuk persiapan dan
pembuatan ESI klorida selama 2 bulan.

Pembuatan Bahan Membran Elektroaktif


Sebagai bahan membran elektroaktif digunakan kristal AgCl/Ag2S.
Prosedur pembuatan membran kristal AgCl/Ag2S adalah sebagai berikut :
(1) Penyiapan larutan AgNO3 yang mengandung 0,3 mol AgNO3
Ditimbang teliti 5,09 g AgNO3 dan dilarutkan dalam aqua bidestilata sampai
volume 100mL.
(2) Penyiapan larutan NaCl yang mengandung 0,1 mol NaCl
Ditimbang teliti 0,58 g NaCl dan dilarutkan dalam aqua bidestilata sampai
volume 50 mL.
(3) Penyiapan larutan Na2S yang mengandung 0,1 mol Na2S.xH2O
Ditimbang teliti 2,50 g Na2S.xH2O dan dilarutkan dalam aqua bidestilata
sampai volume 50 mL
Dicampur larutan NaCl dan Na2S dalam gelas piala. Larutan AgNO3
ditambahkan sedikit demi sedikit dengan kecepatan tetap pada campuran
larutan NaCl dan Na2S. Endapan dan larutan yang terjadi dipanaskan kurang
lebih pada suhu 50 C dan dipertahankan selama 1 jam. Selanjutnya,
didinginkan pada suhu kamar sambil diaduk selama satu setengah jam.
Endapan disaring dengan corong Buchner, kemudian dicuci berturut-turut
dengan aquadest dan aseton. Endapan yang diperoleh dikeringkan selama satu
jam pada suhu 50 C dalam oven.
PKMT-2-10-4

Pengempaan Membran
Untuk mengempa membran yang telah dibuat, diperlukan perangkat
pembuat pellet KBr dengan pompa hidrolik. Prosedurnya sebagai berikut :
Endapan digerus terlebih dahulu dalam mortir sampai homogen. Dipilih berat
minimum bahan elektroaktif yang dapat diproses untuk keperluan ESI, yaitu
seberat 0,3 gram. Bahan membran ditekan/dikempa dengan penekanan 7000
kg/cm2. Membran yang diperoleh berupa pellet kemudian dicuci dengan
aquadest.

Pembuatan Badan Elektrode


Badan elektrode dibuat dari kayu pensil sepanjang 10 cm, sedangkan arang
(grafit) yang terdapat di dalamnya tidak dibuang, karena dimanfaatkan sebagai
konduktor. Caranya sebagai berikut :
Pensil dipotong kurang lebih sepanjang 10 cm. Pada bagian atas dan bawah pensil
dihilangkan bagian kayunya kurang lebih 1 cm, di mana ujung bagian atas akan
dihubungkan dengan kabel koaksial. Sedangkan pada ujung bagian bawah
dilekatkan pada membran. Setelah itu, digunakan bahan teflon, fungsinya untuk
melindungi membran dari pengaruh udara dan untuk menghindari kontak
langsung kayu pensil dengan larutan yang akan diukur. Teflon dengan panjang
lebih kurang 10 cm dan diameter 15 mm, pada bagian tengahnya dibuat lubang
dengan diameter 10 mm, lalu pensil dimasukkan ke dalam lubang tersebut, dan
kemudian bagian bawah teflon diberi sebuah tutup dari bahan PVC.

Penyusunan Konstruksi ESI


Langkah selanjutnya adalah merangkaikan komponen ESI dari hasil
pembuatan pada poin-poin di atas. Caranya sebagai berikut :
Membran yang telah jadi dimasukkan pada tutup PVC dan direkatkan di dasar
tutup. Batang pensil dimasukkan ke dalam lubang teflon sedemikian sehingga
grafit bagian bawah tampak dari luar. Tutup PVC dipasangkan pada teflon bagian
bawah sehingga grafit pensil menyentuh membran secara optimal. Kemudian
grafit pensil bagian atas dihubungkan dengan kabel koaksial ke potensiometer /ion
analyzer.

Penentuan Faktor Nernst dan Trayek Pengukuran


Penentuan harga faktor Nernst diperoleh dari hasil pengukuran yang dibuat grafik
hubungan E (mV) terhadap log Cl-. Grafik yang diperoleh berupa garis lurus pada
selang konsentrasi tertentu dengan kemiringan sebesar -2,302 RT/nF yang
merupakan harga faktor Nernst. Harga faktor Nernst untuk klorida adalah -59,16
mV/decade. Ekstrapolasi dengan sumbu E (mV) merupakan harga E. Sedang
grafik yang berupa garis lurus menunjukkan daerah trayek pengukuran dari ESI
klorida.

Penentuan Sensitivitas Elektroda


Sensitivitas elektroda yang dinyatakan dengan limit deteksi diperoleh dengan
membuat garis singgung pada fungsi garis lurus dan garis melengkung kurva
antara E (mV) terhadap log Cl- yang keduanya saling memotong. Kemudian jika
titik potong kedua garis singgung tadi diekstrapolasikan ke absis, akan diperoleh
konsentrasi limit deteksi dari ESI klorida.
PKMT-2-10-5

Penentuan Waktu Jawab


Potensial dari masing-masing larutan diukur sampai diperoleh harga yang tetap.
Waktu saat ESI klorida memberikan respon potensial yang tetap inilah yang
menunjukkan waktu jawab.

Penentuan Koefisien Selektivitas


Koefisien selektivitas ditentukan dengan mengukur potensial larutan yang
mengandung ion utama dengan konsentrasi tetap dan ion asing dengan konsentrasi
bervariasi. Sebagai ion asing ditambahkan ion iodida dan bromida dengan
konsentrasi bervariasi. Penentuan koefisien selektivitas dilakukan dengan metoda
larutan tercampur. Sederet ion asing I- dan Br- dengan konsentrasi 10-1 10-4 M
ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung ion utama Cl- dengan
konsentrasi tetap. Konsentrasi ion utama Cl- yang diuji yaitu antara 10-1 10-4 M.
Larutan-larutan ini diukur potensialnya menggunakan ESI klorida yang
dihubungkan ke potensiometer serta menggunakan elektroda pembanding
Ag/AgCl.
Untuk menghitung besarnya koefisien selektivitas dapat digunakan persamaan
Nicolsky. Dari hasil penurunan rumus, harga koefisien selektivitas (Kij) dapat
langsung dihitung berdasarkan rumus :
Kij = [(10(E1-E2)/S x ai) ai]
Kij = koefisien selektivitas
E2 = potensial setelah ditambah ion asing
E1 = potensial sebelum ditambah ion asing
S = faktor Nernst
ai = aktivitas ion utama
aj = aktivitas ion asing
z = valensi ion asing
Jika harga Kij antara 0 sampai kurang dari 1, maka adanya ion asing tidak
mempengaruhi kerja ESI. Sedangkan bila harga Kij lebih dari 1, maka adanya ion
asing tersebut mengganggu.

Penentuan Akurasi dan Presisi


Akurasi dapat diketahui dengan membandingkan antara konsentrasi yang terukur
menggunakan ESI klorida dengan konsentrasi sesungguhnya setelah didapat
trayek pengukuran yang linier. Akurasi ditentukan dengan menghitung %
recovery sampel yang ditentukan dengan cara berikut :
Setelah trayek pengukuran linier diketahui , dilakukan pengukuran potensial
larutan yang telah diketahui konsentrasi/kadarnya, lalu dimasukkan pada
persamaan Nernst sehingga diperoleh kadar dan dibandingkan dengan kadar
sesungguhnya.
C2
% recovery = x 100 %
C1
C2 = kadar hasil pengukuran
C1 = kadar sesungguhnya (diketahui)
Sedangkan presisi dapat diketahui dengan menentukan % koefisien variasi dengan
rumus sebagai berikut :
PKMT-2-10-6

S
% KV = x 100 %
X
KV = koefisien variasi
S = standar deviasi
X = rata-rata harga E (mV)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari hasil penelitian, Elektrode Selektif Ion (ESI) klorida dapat dibuat
secara sederhana dari arang (grafit) pensil dengan menggunakan bahan membran
AgCl/Ag2S. Tahapan pembuatan ESI klorida sebagai berikut :
Pembuatan bahan membran
Bahan membran AgCl/Ag2S dibuat dengan mereaksikan larutan AgNO3 dan
campuran larutan NaCl-Na2S.

Tabel 1. Berat AgNO3, NaCl, dan Na2S yang dibutuhkan serta berat AgCl/Ag2S
yang diperoleh untuk pembuatan membran

Berat AgNO3 Berat NaCl Berat Na2S Berat AgCl/Ag2S


5,9729 g 0,5106 g 2,5007 g 6,8466 g

Pembuatan membran
Setelah bahan membran diperoleh, kemudian dilakukan pembuatan membran
dengan pengempaan bahan membran seberat 0,3 g pada tekanan 7000 kg/cm2.

Tabel 2. Berat dan diameter membran AgCl/Ag2S yang dihasilkan setelah


dikempa dengan tekanan 7000 kg/cm2
Berat membran (gram) Diameter (mm)
0,3008 14

Membran yang telah dibuat kemudian dipasangkan pada ujung badan elektrode
yang terbuat dari teflon dan pensil. ESI klorida yang telah jadi lalu dirangkaikan
dengan alat Ion Analyzer dengan merck Jen Way dan sebuah elektrode
pembanding yaitu elektrode Ag/AgCl.

Hasil karakterisasi ESI klorida yang telah dibuat meliputi :

Penentuan faktor Nernst dan trayek pengukuran


Untuk menentukan faktor Nernst dan trayek pengukuran, sederet larutan
NaCl dengan konsentrasi antara 100 10-6 M diukur potensialnya dengan ESI
klorida. Selanjutnya dibuat persamaan regresi antara log C dan E (mv) pada batas
konsentrasi dimana kurva masih berupa garis linier. Faktor Nernst dinyatakan oleh
slope dari kurva dan trayek pengukuran dinyatakan oleh rentang konsentrasi yang
masih bisa diukur oleh ESI klorida dan memberikan kurva yang linier.
Rata-rata potensial yang dihasilkan pada larutan NaCl dengan konsentrasi
bervariasi yang diukur dengan ESI klorida dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Data potensial hasil karakterisasi ESI klorida
PKMT-2-10-7

[Cl-] (M) Log [Cl-] E1 (mV) E2 (mV) E3 (mV) E rata-rata


(mV)
9,9967x10-1 -0,0001 11,0 11,3 11,7 11,3
9,9967x10-2 -1,0001 59,0 59,7 61,3 60,0
9,9967x10-3 -2,0001 109,0 109,2 110,1 109,4
9,9967x10-4 -3,0001 156,4 156,3 156,2 156,3
9,9967x10-5 -4,0001 187,3 187,8 189,7 188,3
9,9967x10-6 -5,0001 191,1 190,8 189,9 190,6
9,9967x10-7 -6,0001 144,4 149,4 151,2 148,3

Kemudian dibuat persamaan regresi antara log C dan E (mv) yang masih
memberikan kurva yang linier, dan ditentukan slope grafik sebagai faktor Nernst
dan trayek pengukurannya. Persamaan Nernst, faktor Nernst (slope grafik), serta
trayek pengukuran dari ESI klorida yang telah dikarakterisasi dapat dilihat pada
tabel 4.

Tabel 4. Persamaan Nernst, faktor Nernst (slope grafik), dan trayek pengukuran
dari ESI klorida

Persamaan Nernst Faktor Nernst (slope) Trayek Pengukuran


E = -45,03 log C + 14,99 -45,03 100 10-4 M
r = -0,9971

Penentuan sensitivitas
Sensitivitas elektrode dinyatakan oleh batas konsentrasi terkecil yang
masih bisa diukur oleh ESI klorida. Dari kurva dapat dilihat bahwa ESI klorida
pada konsentrasi NaCl < 10-4 M kurva alur antara log C (M) dan E (mV)
menunjukkan garis yang tidak linier. Konsentrasi terendah dimana kurva masih
menunjukan hubungan linier antara log C (M) dan E (mV) dapat dianggap sebagai
limit deteksi dari elektrode, yang menunjukkan sensitivitasnya. Dalam hal ini
sensitivitas ESI klorida = 10-4 M.

Penentuan waktu jawab


Waktu yang diperlukan oleh ESI klorida
sehingga diperoleh harga potensial yang konstan terhadap waktu,
dinyatakan dalam tabel berikut :
Tabel 5. Waktu jawab ESI klorida
Pengukuran Waktu (detik)
I 9
II 12
III 7
IV 9
V 11
Waktu jawab rata rata = 9 + 12 + 7 + 9 + 11 = 9,6 detik
PKMT-2-10-8

Penentuan koefisien selektivitas


Penentuan koefisien selektivitas dilakukan dengan metode larutan
tercampur. Sederet ion asing I- dan Br- ditambahkan ke dalam larutan yang
mengandung ion utama Cl-. Pada penentuan selektivitas yang awalnya
menggunakan larutan NaI dan NaBr sebagai larutan penguji untuk sumber ion I-
dan Br-, namun karena ketidak tersediaan NaI maka kami menggunakan KI
sebagai sumber ion I-. Ketika dilakukan pengujian, saat ESI klorida dicelupkan ke
dalam larutan campuran NaCl dan KI, ternyata pada membran timbul endapan
tipis berwarna muda kehijauan, sehingga potensial yang terbaca menjadi kacau.
Kemungkinan terjadi reaksi antara membran dengan larutan KI.
Penentuan akurasi dan presisi
Untuk penentuan akurasi dan presisi dilakukan pengukuran potensial
larutan NaCl 0,1 M. Harga potensial yang diperoleh kemudian dimasukkan dalam
persamaan Nernst hasil karakterisasi sehingga diperoleh harga konsentrasi yang
terukur. Data hasil pengukuran potensial untuk memnentukan % recovery dan %
KV disajikan dalam tabel berikut.

Konsentrasi NaCl E (mV) Konsentrasi NaCl % recovery


awal (M) yang diperoleh
(M)
10-1 58,5 0,1065 106,5
10-1 59,6 0,1022 102,2
10-1 59,0 0,1054 105,4
10-1 59,7 0,1017 101,7
10-1 61,3 0,0937 93,7

Rata rata % recovery = 101,9 %


% KV = 4,93 %

KESIMPULAN
Elektrode Selektif Ion (ESI) klorida dapat dibuat secara sederhana dari
arang (grafit) pensil dengan menggunakan membran AgCl/Ag2S.
ESI klorida yang telah dibuat memiliki karakter sebagai berikut :
Besarnya harga faktor Nernst = - 45,03 mV/dekade
Trayek pengukuran = 100 10-4 mol/L
Sensitivitas elektrode = 10-4 mol/L
Waktu jawab rata-rata = 9,6 detik
% recovery = 101,9 %
% KV = 4,93 %

DAFTAR PUSTAKA
1. Atikah, 1994. Pembuatan dan Karakterisasi Elektroda Selektif Nitrat
Tipe Kawat Terlapis, Tesis, Bandung : Program Magister Kimia
Program Pascasarjana Institut Teknologi Bandung.
2. Basset, J., Denny, R. C., Jeffrey, G. H., Mendham, J., 1994. Buku Ajar
Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Alih bahasa : A.
Hadyana P. dan L. Setiono, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
PKMT-2-10-9

3. Budavari, S., 2001. The Merck Index 13th edition, New York : Merck &
Co., Inc.
4. Camman, K., 1979. Working With Ion Selective Elektrodes, New York
: Spring Verlag.
5. Cosofret, Vasile, V., 1982. Membrane Electrodes in Drug-Substances
Analysis, Oxford : Pergamon Press.
6. Fischer, Robert, B., 1974. Ion-Selective Electrodes, Journal of Chemical
Education Volume 51, Number 6, page 387-390.
7. Ganiswara, S. G. (ed.), 1995. Farmakologi dan Terapi, Edisi Keempat,
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta:
Indonesia University Press.
8. Gennaro, A. R., 1995. Remington : The Science and Practice of
Pharmacy 19th edition, Pennsylvania : Mack Publishing Company.
9. Harvey, D., 2000. Modern Analytical Chemistry, Singapore : Mc Graw-
Hill Companies, Inc.
10. Helrich, K., 1990. Official Methods of Analysis 15th edition, Virginia :
Association of Official Analytical Chemists Inc.
11. http://www.nico2000.net/Book/guide3.html. Diakses pada 19 Januari
2006.
12. http://en.wikipedia.org/wiki/Chloride. Diakses pada 22 Februari 2006.
13. Indrayanto, G., 1994. Metode Validasi pada Analisis Kimia. Prosiding
Pendidikan Berkelanjutan Apoteker No. 7. Surabaya : Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga.
14. Kesting, R. E., California, I., 1986. Synthetic Polymer Membranes : A
Structural Perspective 2nd edition, New York : John Willey & Sons.
15. Laksminaranayanaiah, 1976. Membrane Electrodes, London : Academic
Press.
16. Linder, Maria C., 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme, Penerjemah,
Aminuddin Parakkasi, Jakarta : Universitas Indonesia Press.
17. Lund, W., 1994. The Pharmaceutical Codex 12th edition, Principles
and Practice of Pharmaceutics, London : The Pharmaceutical Press.
18. Muliani, W., 2002. Perbandingan Karakter Membran Homogen AgI
dan Membran Heterogen AgI/Ag2S pada Elektroda Selektif Ion
Iodida yang Dibuat dari Arang (Grafit) Pensil, Skripsi, Surabaya :
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
19. Orlova, N. V., Westall, J. C., Rehani, M., Koretsky, M. D., 1999. The
Study of Chloride Ion Migration in Reinforced Concrete under
Cathodic Protection, Oregon Department of Transportation.
20. Santosa, 2001. Pengaruh Ketebalan dan Komposisi Endapan dari
Membran Padat terhadap Kinerja Elektrode Selektif Ion (ESI)
Kadmium(II) Tipe Grafit, Penelitian Eksperimental Laboratoris, Tesis,
Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya.
21. Skoog, Holler, Nicman, 1998. Principles of Instrumental Analysis 5th
edition, Orlando : Harcourt Brace & Company.
22. Skoog, Douglas, A., 1985. Principle of Instrumental Analysis 3rd
edition, Tokyo : Saunders College Publishing.
23. Skoog, Douglas, A., Donald, M., West, 1980. Principle of Instrumental
Analysis 2nd edition, Philadelphia : Saunders College Publishing.
PKMT-2-10-10

24. Vesely, Yosef, 1978. Analysis with Ion Selective Electrodes, New York :
Ellis Howard, Ltd.
25. Wang, J., 1994. Analytical Electrochemistry, New York : VCH
Publishers, Inc.
26. Watson, D. G., 1999. Pharmaceutical Analysis, London : Harcourt
Publisher Limited
27. Wenck, Helmut, Honer, K., 1989. Das Experiment : Ionenselektive
Elektroden, Cheie in Unserer Ziet/23.Jahrg.1989/Nr6, page 207-209
PKMT-2-11-1

PERANCANGAN ALAT PENGULEN ADONAN ROTI SEMIOTOMATIS

D Rahmat S, D Febriatmoko, N Muhammad DP, M Niamussuadi, E Cassanova.


Jurusan Teknik Elektro, Universitas Brawijaya, Malang

ABSTRAK
Roti merupakan variasi makanan sumber karbohidrat selain nasi yang siap
santap, memiliki citarasa tinggi, harga murah, aman dikonsumsi, dan tentunya
mengandung unsur karbohidrat tinggi. Daerah Malang di kawasan kabupaten
merupakan daerah industri (terutama rokok) dan di kawasan kotamadya
merupakan daerah lembaga akademik (kampus, sekolah, dan perkantoran) serta
daerah industri.
Jumlah pekerja dan pelajar di kotamadya dan kabupaten Malang terbilang
banyak meskipun kotanya kecil. Rutinitas harian membuat mereka membutuhkan
makanan berkarbohidrat yang siap santap dan cepat saji. Hal ini dilakukan demi
efisiensi waktu. Berdasarkan alasan tersebut, banyak UKM-UKM pembuatan roti
yang tumbuh di kotamadya dan kabupaten Malang. Akan tetapi, UKM-UKM
tersebut sering kalah bersaing dengan pengusaha bermodal besar. Pengusaha
bermodal besar seringkali bisa menguasai pasar karena peralatan mereka lebih
canggih daripada UKM-UKM. Pada kebanyakan UKM proses pembuatan masih
bersifat manual, yaitu mengandalkan tenaga manusia daripada mesin.
Dalam proses pembuatan roti, menguleni adonan hingga kalis merupakan proses
untuk menghasilkan roti berkualitas baik. Akan tetapi, proses pengulenan yang
dikerjakan secara manual akan membutuhkan waktu lama dan tenaga yang besar.
Maka, dalam Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Penerapan Teknologi ini
kami menyajikan Perancangan Alat Adonan Roti Semiotomatis
Alat ini dirancang supaya dapat mempersingkat waktu dalam proses pembuatan
roti serta dikuranginya tenaga manusia yang harus dikeluarkan pada saat
mengulani adonan. Di samping itu, alat ini tentunya dapat dimanfaatkan oleh
UKM dengan harga yang terjangkau
Keberadaan alat ini diharapkan dapat membantu UKM dalam proses produksi
yaitu menambah kuantitas adonan, menjaga kualitas adonan, serta
mempersingkat waktu produksi.Dengan tercapainya hal tersebut, diharapkan
UKM bisa memenuhi permintaan pasar dan keuntungan yang lebih bisa
terealisasikan.
Kata Kunci : Pengulen, Adonan, Roti, Semiotomatis, UKM

PENDAHULUAN
Makanan bergizi sangat dibutuhkan oleh semua orang. Unsur gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh kita meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan
mineral. Salah satu unsur gizi yang sangat penting bagi tubuh yaitu karbohidrat.
Karbohidrat berfungsi sebagai sumber tenaga.
Jaman terus berganti, perubahan gaya hidup pun tak terelakkan yang
berimbas kepada perubahan pola konsumsi. Dengan semakin bertambahnya
waktu bekerja, semakin hari masyarakat semakin menuntut adanya variasi
makanan sumber karbohidrat selain nasi yang telah menjadi makanan pokok
masyarakat indonesia. Variasi makanan sumber karbohidrat selain nasi ini
haruslah siap santap, memiliki citarasa tinggi, harga murah, aman dikonsumsi, dan
PKMT-2-11-2

tentunya mengandung unsur karbohidrat yang tinggi. Salah satu produk alternatif
yang telah dikenal oleh masyarakat adalah roti. Akibatnya, usaha pembuatan roti
memberikan prospek cerah dan usaha semacam ini terbuka untuk skala besar
maupun kecil.
Usaha pembuatan roti tersebut disambut dengan antusias oleh para pelaku
Usaha Kecil Menengah (UKM). Di daerah Malang baik kota maupun kabupaten,
merupakan daerah industri (terutama rokok) dan daerah lembaga akademik seperti
kampus dan sekolah. Sehingga jumlah pekerja dan pelajar di Malang juga
terbilang banyak meskipun wilayahnya kecil. Rutinitas harian membuat mereka
membutuhkan makanan yang siap santap dan cepat saji dengan tujuan efisiensi
waktu. Berdasarkan alasan di atas, banyak UKM-UKM pembuatan roti yang
tumbuh di kota atau kabupaten Malang. Namun, UKM-UKM tersebut sering
kalah bersaing dalam proses pembuatan roti. Salah satu hal penyebabnya
dikarenakan masih bersifat tradisionalnya dalam proses pembuatan roti, yaitu
mengandalkan tenaga manusia daripada mesin. Peralatan modern ini sulit
dijangkau oleh UKM-UKM pembuat roti. Selain itu, SDM-nya (pemilik maupun
pekerjanya) kurang inovatif.
Dalam proses pembuatan roti, menuleni adonan hingga kalis merupakan
proses penting untuk menghasilkan roti yang baik. Akan tetapi, proses ini
membutuhkan waktu lama dan tenaga yang besar (Eddy et al.1994). Maka, dalam
program kreativitas mahasiswa bidang penerapan teknologi ini kami membuat alat
Pengulen Adonan Roti Semiotomatis.
Berdasarkan analisis dan temu wicara yang kami adakan, permasalahan
utama UKM yang bergerak dalam bidang pembuatan roti dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Bagaimana UKM dapat memiliki peralatan berteknologi dengan modal
yang
tidak terlalu besar.
2. Bagaimana cara meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi roti.
3.Bagaimana cara memperkenalkan suatu teknologi modern kepada UKM
pembuatan roti.

Dalam penelitian ini kami akan memberikan batasan sebagai berikut :


1. Perancangan dan pembuatan alat ditujukan untuk mempercepat waktu
dalam proses pengulenan adonan dan memperkecil tenaga yang
dibutuhkan.
2.Adonan di sini merupakan adonan yang menggumpal, bukan adonan cair
seperti pada roti cake.
3. Tidak membahas sistem mekanik secara mendetail.
4. Penelitian ini hanya dititikberatkan pada proses pengulenan adonan,
tentang proses pencampuran bahan, pengemasan roti, serta penyimpanan
roti tidak dibahas.

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan alat pengulen adonan roti ini
adalah merancang dan membuat alat pengulen adonan roti yang ekonomis dan
terjangkau oleh UKM; Mempercepat kerja dan memperkecil tenaga manusia
dalam proses pembuatan roti.
PKMT-2-11-3

Adapun kegiatan yang telah dilakukan diharapkan dapat memberikan


manfaat untuk berbagai pihak. Bagi mahasiswa, diharapkan mampu menerapakan
ilmu yang diperoleh dari bangku kuliah dalam memecahkan masalah sehari-hari
dan membantu masyarakat. Bagi perguruan tinggi Menambah dan
mengembangkan obyek di bidang penelitian dan pendidikan serta mewujudkan
Tri Darma Perguruan Tinggi. Alat pengulen adonan roti semiotomatis ini akan
membantu dalam proses produksi roti. Penggunaan alat ini dapat meningkatkan
kualitas dan kuantitas roti sehingga akan meningkatkan jumlah penghasilan
pengusaha kecil yang memanfaatkan alat ini. Dari segi ilmu pengetahuan dan
teknologi, alat pengulen adonan roti ini sederhana dan mudah dalam
penggunaannya, sehingga dapat dipergunakan oleh sumber daya manusia yang
ada. Diharapkan alat ini dapat dioperasikan secara maksimal dengan biaya
perbaikan dan perawatan yang murah, sehingga usia pakai alat ini akan
meningkat. Keberadaan alat ini diharapkan dapat merangsang untuk mengubah
pola kerja tradisional menjadi pola kerja modern agar tidak tertinggal oleh
kemajuan teknologi. Tujuan akhir dapat meningkatkan penghasilan UKM yang
bergelut di bidang pembuatan roti.

METODE PENELITIAN
Kegiatan ini dilakukan mulai bulan Juni 2005 sampai dengan bulan Maret
2006. Pada proses pelaksanaannya, kegiatan ini dibagi menjadi beberapa tahap
antara lain :
1. Peninjauan lapangan dan pengambilan data
Peninjauan lapangan kami laksanakan dengan mengunjungi UKM
pembuatan roti goreng di Desa Sitirejo Kecamatan Wagir Kabupaten
Malang. Pengambilan data dilaksanakan dengan wawancara langsung
dengan pemilik UKM yang bernama ibu Baita. Pengambilkan data yang
dilakukan berupa bagaimana proses pengulenan adonan yang baik, waktu
yang dibutuhkan untuk proses pengulenan adonan bila dilaksanakan secara
manual serta kendala-kendala apa yang dihadapi UKM dalam
pengembangan usaha.
2. Pembuatan bagian mekanik
Proses pembuatan bagian mekanik dilakukan di Bengkel Listrik
Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Pembuatan bagian
mekanik dibagi menjadi bebarapa tahap yaitu :
a. Pembuatan wadah adonan dan garpu pengaduk
Pada bagian wadah pengaduk dipergunakan panci besar, sedangkan
sebagai bahan pengaduk dari bahan stainlesstell atau besi anti
karat.
b. Pembuatan alas motor serta pembuatan kaki penyangga.
Pada pembuatan bagian ini dimaksudkan agar alat pengulen dapt
dipindah-pindahkan dengan mudah dan juga ketinggiannya sesuai
dengan rata-rata ketinggian orang dewasa.
PKMT-2-11-4

Adapun rancangan alat yang kami buat adalah sebagai berikut

Gambar 1. Alat pengulen adaonan roti

Peralatan untuk pembuatan bagian mekanik terdiri dari peralatan


mekanik seperti gergaji, tang, obeng, meteran, bor, kunci pas, dan perlatan
bengkel seperti las, gerinda.
3. Pembuatan bagian elektronik
Proses pembuatan bagian elektronik dilakukan di Workshop-HME
Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Peralatan untuk
pembuatan bagian elektronik terdiri atas peralatan dan instrument
elektronik seperti solder, multimeter, timah, logic probe, komputer,
peralatan pembuat pcb.
Bagian elektronik berfungsi sebagai timer untuk mengatur waktu
proses pengulenan sehingga adonan menjadi kalis. Bila adonan yang telah
kalis terus diuleni, maka akan terjadi over mix atau adonan tidak dapat
mengembang. Oleh Karena itu, dibutuhkan timer untuk mengatur waktu
proses pengulenan adonan. Dalam hal ini, waktu pengulenan di-set oleh
operator.
Bagian elektronik terdiri dari keypad, tombol push button, kapasitor,
resistor, mikrokontroller, regulator, gerbang-gerbang logika, saklar, PCB,
adaptor, dioda, rellay, jumper, led seven segment, dan kebel.
Adapun rancangan bagian elektronik yang kami buat dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
PKMT-2-11-5

Gambar 2. Sistem elektronik alat

4. Pengujian sistem perbagian dan keseluruhan


Proses Pengujian dilaksanakan di Workshop Jurusan Elektro
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Untuk bahan pengujian
menggunakan timbangan, baskom, gelas ukur, nampan dan bahan adonan
roti seperti terigu, mentega, telur, air, susu, fermipan atau pengembang.
Pengujian yang dilakukan meliputi :
a. Pengujian wadah adonan dan garpu pengaduk
Pada tahap ini, pengujian dilakukan untuk menguji kekuatan garpu
pengaduk, konstruksi garpu untuk mengkaliskan adonan, dan
ketahanan wadah terhadap tekanan dari dalam yang disebabkan
proses pengulenan adaonan oleh garpu pengaduk.
b. Pengujian proses pengulenan adonan hingga kalis.
Pada proses pengujian ini alat dicoba untuk menguleni adonan.
Adonan
yang kami pakai yaitu adonan untuk membuat donat berdasarkan
resep-resep yang ada.
c. Pengujian bagian elektronik

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam bab ini dijelaskan tentang hasil dan analisis pengujian yang telah
dilakukan. Pengujian yang dilakukan antara lain :
1. Pengujian sistem mekanik
Pengujian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kestabilan
sistem mekanik dari alat pengulen adonan roti secara kesluruhan.
PKMT-2-11-6

Pengujian mekanik yang dilakukan meliputi bagian wadah adonan untuk


menguleni, garpu pengaduk atau pengulen, motor penggerak dan belt.

Tabel 1. Hasil Pengujian Sistem Mekanik


No Pengujian Hasil
1. Pengujian wadah adonan Wadah tahan terhadap goncangan dari dalam
dan tahan terhadap proses pengulenan
2. Pengujian garpu pengaduk atau Konstruksi garpu pengaduk telah mampu
pengulen menghasilkan adonan dengan kualitas baik
3. Pengujian motor dan belt Motor tetap dapat bekerja dengan baik selama
proses pengulenan dan motor tidak menjadi
panas saat dioperasikan menguleni adonan
(motor dibebani)

2. Pengujian sistem elektronik


Pengujian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui ketepatan
sistem elektronik alat pengulen ini. Pengujian ini ditujukan untuk
membandingkan antara penentuan waktu pada mikrokontroler dengan
lama waktu yang sebenarnya.Dari pengujian itu didapatkan data sebagai
berikut:

No Lama waktu
Pada mikrokontroler (menit) Sebenarnya (menit)
1 5 5
2 10 10
3 15 15
4 20 20,1
5 25 20,1
Dari hasil pengujian tersebut didapatkan bahwa sistem elektronik telah
mampu bekerja dengan baik. Terjadinya perbedaaan selisih waktu terjadi
pada pengujian yang ke-4 dan ke-5. Selisih tersebut sebesar 1 detik.
Karena selisih yang sangat kecil, maka pengujian peralatan elektronik bisa
dikatakan berhasil.
s2. Pengujian proses pengulenan adonan dengan alat pengulen adonan roti
Pengujian ini dilaksanakan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan
dan daya yang diserap oleh alat pengulen adonan pada saat dioperasikan
dengan berbagai kondisi pembebanan.
Pada pengujian yang dilakukan, komposisi bahan yang digunakan
merupakan resep untuk membuat roti goreng atau donat. Dari pengujian
dengan menggunakan resep roti goreng atau donat sebagai bahan
didapatkan data uji sebagai berikut :

Tabel 3. Hasil Pengulenan Adonan

No Banyak Adonan Waktu Daya yang Diperlukan Daya Total (Wh)


1. 1 kg 9 menit 350 watt 46.67
2. 2 kg 17 menit 380 watt 95
3. 3 kg 24 menit 400 watt 146.67
PKMT-2-11-7

Gambar 3. Grafik banyak adonan donat terhadap waktu

Gambar 4. Grafik banyak adonan donat terhadap daya yang dibutuhkan

Dari hasil pengujian tersebut didapat bahwa adonan donat rata-rata


menjadi kalis dalam waktu 8-9 menit/Kg dan daya total rata-rata yang
dibutuhkan 48.05/Kg.

KESIMPULAN
Alat pengulen adonan roti ini telah dapat membantu proses pembuatan roti
menjadi lebih cepat. Dengan alat ini proses pengulenan adonan roti yang biasanya
membutuhkan waktu lama bila dilaksanakan secara manual dapat direduksi atau
dikurangi secara signifikan. Selain itu, tenaga manusia yang dikeluarkan pada saat
menguleni adonan roti secara manual cukup besar dapat diminimalisir dengan
memanfaatkan alat pengulen adonan roti ini.
Semakin singkatnya waktu dan semakin kecilnya tenaga manusia yang
dibutuhkan pada proses pembuatan roti bila menggunakan alat pengulen adonan
roti yang telah kami realisasikan, diharapkan dapat dimanfaatkan oleh produsen
roti dalam hal ini adalah UKM pembuat roti, sehingga dapat meningkatkan hasil
produksi dan mampu menambah penghasilan.
PKMT-2-11-8

DAFTAR PUSTAKA
Malik Ibnu, Anistardi.1997. Bereksperiment dengan mikrokontroller 8031.
Jakarta: PT Media Komputindo.
Mudjajanto Setyo Eddy, Yulianti Noor Lilik.1994. Membuat Aneka Roti. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Sumanto.1993. Motor Lisrik Arus Bolak-Balik: Motor Sinkron, Motor Induksi.
Yogyakarta: Andi Offset
Zuhal. 1992. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Jakarta:
Gramedia
http://alldatasheet.com (diakses Juni 2005)
http://google.com (diakses juni 2005)
PKMT-2-12-1

PERBAIKAN LAHAN BEKAS TAMBANG BATUBARA DENGAN


TEKNOLOGI PROBIOTIK (GENUS ASPERGILLUS) DI KECAMATAN
CEMPAKA, KODYA BANJARBARU

Putri Kartika Sari, Denny Harmanto, Wahdaniah, Herlina, Byna Susanto


Fakultas MIPA, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru

ABSTRAK
Perbaikan lahan bekas tambang batubara dengan menggunakan teknologi
aplikasi genus Aspergillus merupakan teknologi alternatif dalam upaya
percepatan reklamasi lahan pasca tambang batubara. Program penerapan
teknologi ini bertujuan transfer teknologi probiotik (genus Aspergillus) bagi
masyarakat di kawasan tambang dan kontribusi positif bagi para pengusaha /
investor tambang untuk dapat menggunakan serta mengembangkan teknologi
aplikasi sebagai teknologi potensial dalam perbaikan lahan. Metode pendekatan
yang digunakan adalah metode kaji terapan, untuk melihat efek dari aplikasi
genus Aspergillus dan sosialisasi dalam bentuk ekspos / penyuluhan hasil
kegiatan. Hasil aplikasi teknologi ini memberikan efek nyata terhadap parameter
kimia tanah, meliputi peningkatan kandungan C-organik dan N-total sampel.
Sedangkan pH tanah tidak menunjukkan peningkatan nyata. Akan tetapi,
parameter biologi (total viabilitas fungi) dan pertumbuhan tanaman (tinggi dan
jumlah daun) tidak berbeda nyata. Dari kegiatan ini pula adanya partisifasi aktif
serta antusiasme warga masyarakat dan instansi pemerintah terkait untuk
mengetahui cara penerapan teknologi aplikasi genus Aspergillus.

Kata Kunci : Lahan tambang, teknologi, Aspergillus

PENDAHULUAN
Kalimantan Selatan merupakan salah satu kawasan yang kaya akan lahan
tambang. Berbagai jenis lahan tambang potensial terdapat di daerah ini, salah satu
komoditi lahan tambang yang dimilikinya adalah tambang batubara. Produksinya
mencapai 10 % dari produksi total batubara nasional (Kurdi,.2000). Batubara
merupakan sumber energi alternatif yang dapat diandalkan. Oleh karena itu,
produksi batu bara yang relatif besar ( 36 miliyar ton), biaya produksi relatif
rendah, dan mutu yang baik. Penggunaan batubara secara langsung dapat
dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga uap, industri semen, ketel uap dan
juga sebagai briket dalam rumah tangga (Mangkusubroto, 1996 ).
Besarnya potensi ekonomi yang diperoleh dari batubara tersebut, membuat
pengusaha/investor melakukan eksploitasi terhadap kawasan potensial untuk
dijadikan daerah pertambangan batubara. Kecamatan Cempaka merupakan
daerah penambangan batubara yang berada dalam wilayah Kodya Banjarbaru.
Berdasarkan survei yang dilakukan, diperoleh gambaran bahwa daerah ini telah
mengalami degradasi. Upaya perbaikan (reklamasi) sangat minimum dilakukan
dan sering mengalami kendala. Hal ini membuat kekhawatiran serta kecemasan
berarti bagi masyarakat yang berada pada daerah sekitar lokasi ini. Pada
umumnya setelah daerah ditambang, upaya perbaikan lahan tidak maksimal
PKMT-2-12-2

dilakukan. Hidayati dkk. (1995) melaporkan bahwa untuk membantu


keberhasilan reklamasi, disamping pemilihan tanaman yang sesuai, aplikasi
mikroba tanah juga perlu diterapkan. Fungi tanah merupakan jenis
mikroorganisme yang berperan dalam menguraikan bahan organik, pembentukan
agregat, dan proses mineralisasi, sehingga mineral yang dilepaskan oleh-fungi
tanah dapat diserap oleh tanaman.
Kegiatan reklamasi pada masa sekarang masih bersifat konvensional , yaitu
mengandalkan tanaman yang tahan pada kondisi ekstrim untuk memperbaiki
kesuburan tanah. Namun, untuk melakukan perbaikan kesuburan tanah tidak
hanya tergantung dengan komposisi kimia, melainkan juga pada ciri-ciri alami
mikroorganisme tanah. Fungi tanah dominan pada tanah asam (contoh lahan
bekas tambang ) karena lingkungan disana tidak baik untuk bakteri sehingga fungi
dapat memonopoli substrat alami dalam tanah. Oleh karena itu teknologi probiotik
(genus Aspergillus) dalam memperbaiki lahan bekas tambang sangat tepat untuk
dilakukan kajian riset dan sosialisasi aplikasi teknologinya pada masyarakat dan
kalangan penambangan batubara merupakan kegiatan bersinergis positif.
Berdasarkan permasalahan yang ada tersebut, maka diharapkan hasil
penelitian ini dapat menjawab hal-hal sebagai berikut :
1. bagaimana efek aplikasi genus Aspergillus terhadap contoh tanah pasca
tambang yang meliputi parameter kimia dan biologi tanah.
2. berdasarkan teknologi aplikasi akan dapat diketahui apakah pemberian
inokulan Aspergillus akan memberikan dampak yang lebih baik terhadap
pertumbuhan tanaman akasia pada contoh tanah tersebut.
Dengan kemampuan menjawab segala masalah tersebut, maka diharapkan
akan tercapai tujuan dari program penerapan teknologi ini di antaranya
masyarakat di kawasan lahan bekas tambang dapat menstransfer teknologi
probiotik (genus Aspergillus) dalam perbaikan lahan pasca tambang dan sebagai
kontribusi positif bagi para pengusaha tambang/investor dan instansi pemerintah
terkait untuk memberikan bantuan atau menggunakan teknologi ini, serta dapat
mengembangkannya sebagai teknologi potensial untuk perbaikan pada lahan
pasca tambang. Selain itu, diharapkan program penerapan teknologi dapat
memberikan manfaat yang sangat besar bagi masyarakat yang berada di kawasan
lahan pasca tambang sehingga dapat memanfaatkan kembali lahan tersebut
sebagai lahan pertanian, setelah dilakukan penerapan teknologi probiotik ini,
pengusaha tambang atau investor akan menggunakan teknologi probiotik ini pada
lahan yang telah ditambang untuk upaya reklamasi lahan dan merupakan sebagai
informasi awal dalam upaya pengembangan dan pemanfaaatan peran genus
Aspergillus sebagai agent dalam reklamasi lahan.

METODE PENELITIAN
Pelaksanaan kegiatan dilaksananakan dalam dua bentuk kegiatan, yaitu (1)
aplikasi teknologi genus Aspergillus (eksprimental) dari bulan Mei Agustus 2005
di laboratorium dasar FMIPA Unlam Banjarbaru, (2) yaitu sosialisasi kegiatan,
dilakukan dalam bentuk ekspos dan penyuluhan terhadap masyarakat disekitar
lahan pasca tambang yang berlangsung pada bulan September 2005, bertempat di
Kelurahan Sei Tiung Kecamatan Cempaka, Kodya Banjarbaru.
Peralatan yang digunakan dalam kegiatan eksprimental meliputi rol meter,
parang, cangkul, kontainer, plastik, auger (bor tanah) otoklaf, gembor, ember,
PKMT-2-12-3

laminair flow cabinet, inkubator, refrigrator, vortex mixer, shaker, pH tanah dan
peralatan analisa tanah. Bahan yang digunakan adalah tanah bekas tambang
sebagai sampel/contoh, isolat Aspergillus niger, media potato dextrose agar,
media potato dextrose broth, polybag, bibit tanaman akasia serta bahan yang
digunakan dalam analisa tanah.
Adapun tahap pelaksanaannya meliputi :

Perbanyakkan Isolat Aspergillus sp


Isolat Aspergillus sp merupakan hasil isolasi yang telah diamati sifat
morfologi berdasarkan buku identifikasi fungi, menunjukkan kemiripan dengan
spesies Aspergillus niger. Dari masing-masing isolat tersebut dilakukan tahapan
pemurnian dengan menumbuhkannya pada media potato dextrose agar miring
dengan teknik goresan.

Pembuatan Suspensi Aspergillus sp


Isolat Aspergillus sp yang berumur 48 jam pada media PDA miring
disuspensikan dengan menggunakan aquades steril. Selanjutnya dilakukan
penggojokan dengan vortex mixer selama 1-2 menit. Kepadatan spora suspensi
fungi dihitung dengan menggunakan haemocytometer Neubaeur (scientific hauser
merck) (Cappuccino and Sherman, 2001). Suspensi Aspergillus diinokulasikan
dalam erlenmenyer 250 ml yang berisi medium potato dextrose broth sebagai
medium perbanyakan, dengan tingkat kepadatan 104 spora/ml, 105 spora/ml, 106
spora/ml dan kontrol sebagai perlakuan.

Inokulasi Aspergillus sp terhadap Parameter Biologi, Kimia dan Performasi


Tanaman Akasia
Tanah dari lahan bekas tambang diambil dari lahan pasca tambang batubara
yang berada di Kelurahan Sei Tiung Kecamatan Cempaka, Kodya Banjarbaru.
Tanah merupakan sampel komposit dari area yang ditentukan secara acak. Tanah
kemudian dibebaskan dari potongan-potongan kayu atau akar dengan menyaring
melalui ayakan berlobang 2,0 cm. Sebanyak 500 gr tanah dipisahkan untuk
keperluan analisa tahap awal. Contoh tanah selanjutnya di otoklaf pada
temperatur 1210 C pada tekanan 1-2 atmosfer selama 15 menit.
Kantong polybag diisi dengan tanah bekas tambang, sambil digoncang-
goncangkan sehingga cukup padat sampai sekitar 3,0 cm dari mulutnya.
Disiapkan sebanyak 30 polybag. Selanjutnya ditempatkan dikebun percobaan
(rumah kaca) Fakultas MIPA Unlam. Penyiraman dilakukan setiap hari selama 10
hari sebelum pemberian perlakuan dan pemindahan bibit akasia. Dibuat lubang
tanam dengan diameter 10 cm ditengah-tengah polybag. Pada lubang tanaman di
inokulasikan spora Aspergillus sp dengan kepadatan spora masing-masing 104
spora/ml, 105 spora/ml, dan 106 spora/ml sebagai perlakuan, serta kontrol
perlakuan.
Sebagai rancangan percobaan digunakan rancangan acak lengkap (RAL)
dengan 6 ulangan. Pengaruh dari perlakuan ditentukan dengan jalan
membandingkan Fhitung dengan Ftabel atau nilai signifikansi pada tarap nyata 5%.
Apabila pengaruh perlakuan ini nyata atau sangat nyata maka selanjutnya dapat
dilakukan analisa lanjutan untuk tiap perlakuan terhadap tanpa perlakuan
PKMT-2-12-4

inokulasi probiotik (genus Aspergillus sp). Data hasil dianalisa dengan


menggunakan aplikasi SPSS 10.05 (FMIPA Unlam, 2005; Steel and Torrie,
1993).

Variabel yang Diamati


Parameter yang diamati selama perlakuan meliputi sifat biologi (produksi
total fungi), sifat kimia tanah (kandungan C-organik, N- total dan pH). Sedangkan
terhadap performasi tanaman dilakukan pengamatan terhadap (tinggi tanaman dan
jumlah daun). Pengamatan dilakukan sebelum perlakuan dan 1(satu) bulan,
setelah perlakuan.
Populasi Total Fungi. Dilakukan dengan mengambil contoh tanah dari
masing-masing perlakuan inokulasi Aspergillus sp. Dari masing contoh tersebut
dilakukan serangkaian pengenceran (Anas, 1989). Dari pengenceran tertentu
dilakukan metode tuang (pour plate method) pada media potato dextrose agar
untuk menentukan total koloni fungi masing-masing perlakuan. Inkubasi
dilakukan pada temperatur 28oC selama 2-5 hari ((Page et.al, 1982, Sutedjo dkk,
1996)).
Kandungan C-organik, N-total, dan pH. Analisa terhadap perbaikkan sifat
kimia tanah dilakukan untuk melihat efek perlakuan. Penetapan C-organik
menggunakan (metode Wolkey and Black), penetapan N-total (metode mikro
Kjeldahl),serta pH contoh tanah dengan (metode Electrometri). Kesemuannya
mengacu pada prosedur analisis kimia tanah (Arifin, 1997).
Parameter Tanaman. Tinggi tanaman diukur mulai pangkal batang di
permukaan tanah hingga bagian tanaman yang paling tinggi. Pengukuran
dilakukan pada awal, dan 1(satu) bulan setelah perlakuan.
Jumlah daun. Dihitung pada semua daun yang masih berwarna hijau.
Pengukuran dilakukan bersamaan dengan pengukuran tinggi tanaman sampel
(Fitter dan Hay, 1994).
Pendekatan analisis yang dilakukan dalam kegiatan aplikasi teknologi genus
Aspergillus dalam upaya perbaikan lahan pasca tambang batu bara, meliputi dua
metode yaitu metode kaji terapan, dilakuan untuk melihat efek dari aplikasi genus
Aspergillus pada contoh tanah bekas tambang batubara yang diberi perlakuan
dibandingkan dengan kontrol. Pada akhir aplikasi, dilakuan terhadap variabel
pengamatan yang meliputi parameter kimia, biologi, dan pertumbuhan tanaman
akasia.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil yang diperoleh berdasarkan aplikasi genus Aspergillus terhadap
parameter :
Kimia tanah
1. Prosentase C-Organik
Aplikasi Aspergillus pada contoh tanah sebagai media kajian penerapan
teknologi menunjukkan hasil sebagaimana disajikana pada (tabel 1).
PKMT-2-12-5

Tabel 1. Hasil pengukuran C-organik (%) setelah satu bulan aplikasi G.


Aspergillus

Perlakuan
(Spora/ml) 100 104 105 106
Ulangan
1 1,0452 0,7410 1,3650 0,7070
2 0,8443 1,8330 1,0530 2,3790
3 0,4543 0,7020 0,9750 1,3650
4 0,9087 2,3595 0,8970 0,5460
5 0,3627 0,8970 0,8190 0,7800
6 0,0897 1,3618 1,0270 1,0790
Rerata 0,6175 1,3618 1.0270 1.0790

Genus Aspergillus yang diaplikasikan sebagai perlakuan terhadap contoh


tanah yang berasal dari lahan pasca tambang batubara menunjukkan rerata sebesar
0,6175% terhadap kontrol. Akan tetapi, setelah aplikasi selama satu bulan
memperlihatkan adanya peningkatan prosentase C-organik yaitu 1,3618% (104
spora/ml), 1,0270% (105 spora/ml), dan 1,0790% (106 spora/ml). Hal ini dapat
dilihat dari uji lanjut ANOVA dan Post Hoc Test (lampiran, 3 dan 4. Dari hasil
ANOVA menunjukkan bahwa probabilitas/nilai signifikansi < 0,05 yang
menyatakan bahwa masing-masing perlakuan memiliki mean atau rerata berbeda.
Sedangkan untuk mengetahui adanya perbedaan diantara perlakuan dapat dilihat
dari hasil Post Hoc Test yang menggunakan uji LSD dan Dunnet menyatakan
bahwa perlakuan genus Aspergillus berpengaruh terhadap peningkatan C-organik.
Perlakuan dengan kepadatan 105 spora/ml memperlihatkan hasil beda nyata
dengan perlakuan 104, 106, dan kontrol.
Berdasarkan analisa statistika tersebut diperoleh gambaran bahwa pemberian
perlakuan genus Aspergillus dengan kepadatan spora yang berbeda, dapat
meningkatkan kandungan C-organik. Dari data analisa, kepadatan spora 105
memberikan hasil nyata dibandingkan perlakuan lainnya. Peningkatan C-organik
pada contoh tanah setelah aplikasi diduga sebagai hasil aktivitas dari genus
Aspergillus dalam dekomposisi. Secara biologis organisme tanah baik mikro
maupun makro dapat mengubah sisa tumbuhan atau hewan yang mati dari
senyawa organik sederhana. Hal ini bisa terjadi secara fermentasi atau biomekanis
dalam kondisi aerob atau anaerobik. Selanjutnya mengalami mineralisasi
sehingga menjadi unsur hara yang siap diserap oleh tanaman. Latifah (2000)
menyatakan bahwa kandungan C-organik merupakan salah satu unsur utama
dalam bahan organik. Bahan organik mempunyai peranan penting terhadap
kesuburan tanah. Ketersediaan C-organik dalam jumlah besar dapat membantu
mikroba tanah sebagai agent perombak bahan organik menjadi unsur hara dalam
tanah.
Menurut Subroto dan Yusrani (2005) kesuburan tanah juga dipengaruhi oleh
kondisi proses dekomposisi, jenis vegetasi, dan organisme tanah yang melakukan
dekomposisi baik jenis dan jumlahnya. Organisme tanah ini dapat dikelompokkan
dapat dikelompokkan menjadi mikroorganisme (bakteri, jamur, dan protozoa).
Makroorganisme meliputi kelompok rayap, semut, cacing, serta hewan tingkat
tinggi lainnya. Selain melakukan proses dekomposisi dan mineralisasi, organisme
tanah berperan dalam mencampur antara tanah mineral dengan bahan organik.
Disamping itu, keberadan C-organik digunakan oleh fungi tanah dalam memenuhi
PKMT-2-12-6

kebutuhan energi. Fungi tanah merupakan mikroba yang paling dapat


menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan yang mengalami perubahan,
seperti pada lahan tambang yang mengalami degradasi dibandingkan mikroba
tanah dari golongan lain (Hendriyani, 2001)

2. Prosentase N-Total
Kandungan N-total dari contoh tanah selama aplikasi genus Aspergillus
dapat dilihat pada (tabel 2).

Tabel 2. Hasil pengukuran N-total (%) setelah satu bulan aplikasi G Aspergillus

Perlakuan
(Spora/ml) 100 104 105 106
Ulangan
1 0,0126 0,0330 0,0476 0,0442
2 0,0256 0,0375 0,0319 0,1024
3 0,0308 0,0241 0,0398 0,0398
4 0,1381 0,0162 0,0263 0,0353
5 0,0215 0,0476 0,0342 0,0400
6 0,0112 0,0451 0,0297 0,0300
Rerata 0,0399 0,0339 0,0349 0,0486

Pemberian perlakuan genus Aspergillus pada contoh tanah memperlihatkan


bahwa aplikasi perlakuan dengan kepadatan spora 106 memberikan peningkatan
% N-total sebesar 0,0486% jika dibandingkan terhadap kontrol 0,0399%, 0,0339
(104 spora/ml), 0,0349% untuk perlakuan 105 spora/ml. Hasil analisa statistika
pada taraf nyata 5% ANOVA memberikan interpretasi bahwa masing-masing
perlakuan memiliki nilai rerata/mean berbeda (lampiran 5). Hal ini dapat dilihat
dari nilai signifikansi < 0,05 sehingga H0 ditolak, artinya rata-rata kepadatan spora
masing-masing perlakuan tidak sama. Perbedaan antar perlakuan digambarkan
pada hasil uji lanjut Post Hoc Test dengan uji LSD dan Dunnet (lampiran 6). Dari
kedua uji tersebut terlihat bahwa perlakuan 106 berbeda nyata dengan 105,
demikian pula halnya 105 beda nyata terhadap kontrol, perlakuan 104 dan 106.
Berdasarkan analisa statistika ini diperoleh interpretasi bahwa aplikasi perlakuan
dapat meningkatkan kandungan N-total.
Peningkatan nilai N-total disebabkan adanya peran dari Aspergillus dan
tanaman akasia dalam pertumbuhannya. Unsur N merupakan unsur yang
diperlukan oleh tanaman. Hasil penelitian Latifah (2000) melaporkan bahwa
kandungan N berkorelasi positif dengan peninggian Acacia mangium Wild
sebesar 0,331 m dengan besarnya nilai rerata N-0.16%. Hal ini berarti
meningkatnya kadar N akan meningkatkan pertumbuhan A. Mangium Wild, ini
juga terjadi pula pada aplikasi Aspergillus yang menunjukkan bahwa perlakuan
106 memberikan hasil 50% tanaman akasia tetap tumbuh. Akan tetapi pada
perlakuan lain tanaman akasia mengalami banyak kematian, diduga sebagai akibat
rendahnya kandungan N-total yang berakibat pada defesiensi N. Gejala
kekurangan N pada tanaman dicirikan dengan perubahan warna daun dari hijau
pucat ke warna kekuningan. Pada tanaman buahan akan ditandai adanya warna
daun kuning mengkerut, tunas mati, buah berkurang serta warna tidak normal.
Demikian sebaliknya pada tanaman yang terlalu banyak mendapatkan N biasanya
PKMT-2-12-7

mempunyai daun berwarna hijau tua dan lebat dengan sistem perakaran kerdil
sehingga nisbah tajuk akar tinggi (Salisbury and Ross, 1995: Hakim et.al, 1986).
Sebagian besar N tanah berasal dari udara bebas dan sebagian kecil berasal
dari bahan organik. Nitrogen diserap dari tanah dalam bentuk nitrat (NO3-) dan
amonium (NH4-). Dimana mineralisasi dan imobilisasi terjadi selama
dekomposisi residu tanaman yang tergantung pada rasio C/N material yang
didekomposisi organisme heterotrop. Fungi tanah mempunyai kisaran rasio C/N
yang luas dari 4,5 : 1 sampai dengan 15 : 1, karena beberapa fungi khususnya
Phycomycetes dalam sel mengandung sellulosa dalam dinding selnya. Sehingga
dengan aplikasi genus Aspergillus dapat mempercepat mineralisasi dan
imobilisasi pada tanah yang terdegradasi. Proses ini terjadi ketika substansi yang
masuk dalam tanah memiliki rasio C/N tinggi, maka immobilisasi terjadi karena
jumlah N tersedia tidak cukup dalam substansi untuk mengubah C dalam
biomassa. Untuk membuat defisit mikroorganisme dalam lingkungan secepatnya
mengasimilasi hampir semua N-organik tersedia yang membuat N-tidak tersedia
bagi tanaman (Coyne, 19993).

3. pH Tanah
Derajat keasaman tanah yang diukur pada contoh tanah selama aplikasi perlakuan
dinyatakan pada (tabel 3)

Tabel 3. Hasil pengukuran pH tanah setelah satu bulan aplikasi G. Aspergillus

Perlakuan
(Spora/ml) 100 104 105 106
Ulangan
1 3,08 2,97 2,98 3,26
2 3,00 3,00 2,71 2,86
3 2,88 3,26 3,08 3,13
4 3,40 2,91 2,66 3,31
5 2,76 3,28 2,95 3,13
6 3,49 3,16 3,11 3,39
Rerata 3,10 3,09 2,91 3,17

pH contoh tanah berdasarkan pengukuran memperlihatkan bahwa nilai


masing-masing perlakuan relatif sama. Hal ini dapat juga dilihat dari analisa
statistika pada uji Homogenity of Variance (lampiran, 7 dan 8) dengan nilai
signifikansi > 0,05 yang menyatakan penerimaan H0, artinya masing-masing
perlakuan mempunyai varian sama. Demikian pula pada uji ANOVA nilai
signifikansi > 0,05, berarti perlakuan dan kontrol memiliki rata-rata/mean sama
sehingga menyatakan penerimaan H0. Dengan demikian aplikasi Aspergillus
tidak berpengaruh terhap upaya peningkatan nilai pH contoh tanah.
Pada kedua contoh tanah yang diberi perlakuan dengan kontrol tergolong
sangat rendah berkisar antara 2,91-3,17. Hasil pengukuran ini termasuk dalam
kriteria tanah sangat masam dengan nilai pH < 4,5 (Puslit Tan, 1994). Fenomena
ini merupakan suatu hal wajar mengingat lahan pasca tambang merupakan
lingkungan dengan keasaman tinggi. Dari hasil ini perlu adanya kombinasi
perlakuan Aspergillus dengan faktor-faktor yang dapat menaikkan pH tanah.
Kustiawan (2001) melaporkan bahwa pada plot 1(lahan pasca 4 tahun
penambangan) melaporkan bahwa nilai pH cenderung meningkat dan kembali
PKMT-2-12-8

menurun pada lapisan tanah yang lebih dalam. Adapun nilai pH pada plot
penelitian tersebut mempunyai kisaran nilai dari 4,80-4,94. Keberadaan ion H+
atau H3O+ dalam tanah menentukan tingkat kemasaman dan sifat reaksi tanah
yang dinyatakan dalam pH. Berdasarkan jumlah konsentrasi ion H+ tersebut
dalam tanah, maka tanah dapat dibedakan menjadi tanah masam, netral, dan alkali
(Subroto dan Yusrani, 2005).

Parameter Biologi
1. Total koloni G. Aspergillus (spora/ml)
Fungi Aspergillus yang diinokulasikan pada perlakuan contoh tanah
memperlihatkan bahwa masing-masing perlakuan kepadatan spora menunjukkan
kemampuan viabilitas yang sama (tabel 4).

Tabel 4. Hasil perhitungan total koloni setelah satu bulan aplikasi G. Aspergillus

Perlakuan
(Spora/ml) 100 104 105 106
Ulangan
1 Nil 2,8 x 106 6,0 x 104 4,0 x 105
2 Nil 8,0 x 105 2,7 x 106 2,4 x 105
3 Nil 2,0 x 104 2,5 x 106 8,0 x 104
4 Nil 6,0 x 104 Nil 1,5 x 105
5 Nil 3,0 x 107 1,7 x 105 3,6 x 106
6 Nil 7,6 x 106 7,0 x 104 3,2 x 107
Rerata Nil 6,8 x 106 9,17 x 105 6.09 x 106

Hasil perhitungan terhadap total koloni menggambarkan bahwa genus


Aspergillus yang diinokulasikan pada masing-masing perlakuan dapat tumbuh
dengan baik dan tidak menunjukkan hasil beda nyata. Hal ini dapat dilihat pada
analisa statistika (lampiran 9), dimana nilai signifikansi > 0,05 (H0 diterima ) atau
perbedaan kepadatan spora dari masing-masing perlakuan menunjukkan hasil
yang sama. Adanya kemampuan genus Aspergillus untuk tumbuh pada contoh
tanah mengindikasikan bahwa pada tanah tersebut adanya perbaikan. Hal ini
dapat juga dilihat dari nilai rasio C/N pada rerata contoh tanah yang diberi
perlakuan dibandingkan kontrol. Rasio C/N pada contoh 15,476 (kontrol),
sedangkan pada tanah perlakuan mempunyai kisaran rasio C/N antara 22,202-
29,426. Nilai ini merupakan petunjuk penting adanya proses dekomposisi bahan
organik. Bahan organik dengan nilai C/N lebih dari 30 akan terjadi immobilisasi
N tanah, khususnya pada saat awal terjadinya dekomposisi. Nilai C/N yang
berkisar antara 20-30 dapat terjadi immobilisasi atau mineralisasi, sedangkan nilai
C/N kurang dari 20 akan melepaskan N dari bahan organik akibat dekomposisi ke
dalam tanah (Latifah, 2000).

Gambar 1. Morfologi dan Koloni Aspergillus yang dibiakkan.


PKMT-2-12-9

Adanya dekomposisi pada contoh tanah sangat mendukung untuk


pertumbuhan mikrobia tanah. Hasil perhitungan terhadap rasio C/N
mengindikasikan bahwa pada contoh tanah yang diberi perlakuan telah terjadi
immobilisasi atau mineralisasi yang dapat menyebabkan berkurangnya akumulasi
bahan toksik. Proses ini dapat mempercepat proses perbaikan lahan pasca
tambang. Disamping itu untuk pertumbuhannya fungi membutuhkan karbon dan
nitrogen. Mikroorganisme heterotrof, seperti halnya fungi mensyaratkan senyawa
organik sebagai sumber karbon. Untuk mikroorganisme bentuk nitrogen yang
digunakan beragam tipe. Beberapa mikroorganisme menggunakan nitrogen
atmosferik dan yang lain membutuhkan nitrogen dalam bentuk senyawa nitrogen
organik (Pelczar, 1986).
2. Performansi tanaman akasia (tinggi tanaman dan jumlah daun)
Performansi tanaman yang meliputi paramter tinggi tanaman dan jumlah
daun selama satu bulan pengamatan tidak menunjukkan perbedaan nyata (
lampiran 10 dan 11). Berdasarkan hasil analisa non parametrik terhadap tinggi
tanaman memiliki nilai signifikansi > 0,05 artinya H0 diterima /tidak berpengaruh
antar perlakuan. Demikian pula halnya terhadap jumlah daun dengan nilai
signifikansi 0,317 > 0,05 menyatakan penerimaan H0.
Hasil analisa statistika ini diperoleh gambaran bahwa genus Aspergillus tidak
berperan dalam pertumbuhan tanaman akasia. Akan tetapi, fungi berperan
sebagai agent penguraian bahan organik, degradasi molekul komplek,
pembentukan agregat tanah, melindungi tanaman dari fatogen, dan menjadikan
nutrisi tersedia dari dekomposisi bahan organik (Coyne, 1999). Kendatipun
demikian, diduga bahwa Aspergillus yang diaplikasikan dapat berperan dalam
proses dekomposisi bahan organik. Kenyataan ini dapat dilihat dari nilai rasio
C/N pada contoh tanah yang mendapat perlakuan dibandingkan dengan kontrol,
tetapi bahan organik yang ada diduga tidak cukup tersedia untuk pertumbuhan
tanaman akasia. Badri (2004) melaporkan bahwa perlakuan media tanam dan
inokulan mikoriza tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Peninggian
tanaman dipengaruhi sangat nyata oleh jenis tanaman. Adapun urutan tinggi
tanaman dari ke-empat jenis tanaman yang digunakan dari tertinggi sampai
terendah adalah L. leucocephala (lamtoro) > P. falcataria (sengon) > G. maculata
> A. auriculiformis (akasia). Dari hasil ini terlihat bahwa tanaman akasia
mempunyai rerata terendah.

Gambar 2. Kondisi tanaman setelah perlakuan 1 bulan.


PKMT-2-12-10

Badri (2004) melaporkan juga bahwa pemberian inokulan mikoriza pada


tanaman inang membantu percepatan tumbuh tanaman dengan urutan jumlah daun
tertinggi sampai terendah adalah L. leucocephala > P. falcataria >
A.auriculiformis > G. maculata. Hal ini dimungkin karena mikoriza dapat juga
membantu perluasan bidang penyerapan tanaman. Sedangkan pada perlakuan
genus Aspergillus tidak menunjukkan pengaruh terhadap parameter tanaman, ini
dikarenakan fungi Aspergillus tidak berperan dalam membantu perluasan bidang
penyerap tanaman dan tidak berperan sebagai fungi asosiatik (mikoriza).

Capaian Hasil Kegiatan


Berdasarkan hasil yang didapat pada proses penerapan teknologi genus
Aspergillus pada lahan eks tambang batubara, maka hasil tersebut telah dapat
dikemas dalam suatu produk berupa pupuk organik ( inokulan jamur Aspergillus )
yang bisa digunakan. Kemasan produk terlihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 3. Produk PKMT yang telah dikemas dalam botol kemasan.

Produk PKMT ini telah disosialisasikan kepada masyarakat / penduduk desa


Kampung Baru, Kecamatan Sungai Tiung, Cempaka Kodya Banjarbaru. Bukti
sosialisasi terlihat pada gambar berikut :

Gambar 4. Sosialisasi hasil PKMT pada penduduk sekitar Desa Kampung Baru,
Kecamatan Cempaka Kodya Banjarbaru.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Aplikasi genus Aspergillus selama perlakuan memberikan efek nyata
terhadap parameter kimia yang meliputi peningkatan kandungan C-organik
dan N-total, sedangkan terhadap nilai derajat keasaman (pH) tanah tidak
menunjukkan peningkatan nyata.
PKMT-2-12-11

2. Pemberian perlakuan Aspergillus tidak menunjukkan beda nyata terhadap


parameter biologi (total viabilitas fungi) dan demikian juga terhadap
parameter pertumbuhan tanaman (tinggi dan jumlah daun ).

DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 1997. Analisa Kimia Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Unlam,
Banjarbaru.
Anas I. 1989. Petunjuk Laboratorium: Biologi Tanah dalam Praktik. PAU IPB,
Bogor
Badri LN. 2004. Karakteristik Tanah, Vegetasi dan Air Kolong Pasca Tambang
Timah Tehnik Rehabilitasi Lahan untuk Keperluan Revegatasi (Studi Kasus
Lahan Pasca Tambang Timah Dabo Singkep). Tesis Pasca Sarjana IPB,
Bogor.
Coyne. 1999. Soil Microbiology : An Exploratory Approach. Delmar Publishers,
New York.
Cappuccino JG. and Natalie Sherman. 2001. Microbiology a Laboratury
Manual. Benyamin Cumming Publisher, New York.
Fakultas MIPA Unlam. 2005. Modul : Pelatihan Aplikasi SPSS pada Teori
Statistika dalam Riset. PS Matematika Unlam, Banjarbaru
Fitter, A. H. dan R. K. M Hay. 1994. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah
Mada .
Hidayati, N., B. P. Naiola, F. Syarif, Suciatini, Suliasih. 1995. Model Reklamasi
Lahan Terdegradasi Bekas Penambangan Emas di Jampang, Sukabumi.
Laporan Teknik Proyek Pengembangan dan Pendayagunaan Potensi
Wilayah. P3B LIPI. Bogor
Hendriyani. 2001. Aktivitas Mikroorganisme dengan Penambahan Amelioran,
Diuron, dan Karbofuran pada Tanah Ultisol Taman Bogo Lampung Timur.
Skripsi Unila, Bandar Lampung.
Hakim N, M Nyakpa, AM Lubis, SG Nugroho, MR Saul, GB Hong dan HH
Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Unila-Press, Bandar Lampung.
Kurdi, A. 2000. Diktat Kuliah Batu Bara. Jurusan Teknik Pertambangan
(ATPN). Banjarbaru.
Kustiawan W. 2001. Perkembangan Vegetasi dan Kondisi Tanah serta Revegetasi
pada Lahan Bekas Galian Tambang Batubara di Kalimantan Timur. J.
Ilmiah Kehutanan Rimba Kalimantan Fak Kehutanan Ummul 6(2),
Samarinda.
Latifah S . 2000. Kergaan Pertumbuhan Acacia mangium Wild. Pada Lahan
Bekas Timah (Studi Kasus di Areal Kerja PT Timah Tbk). Tesis Pasca
Sarjana IPB, Bogor.
Mangkusubroto. 1996. Prospek Pengusahaan Sumber Daya Batu Bara Di
Indonesia. Majalah Pertambangan dan Energi No. I/XX/1996. Jakarta, hal
1-4.
Pelczar MJ. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI-Press, Jakarta.
Puslitan dan Agroklimat. 1994. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pertanian dan
Tanaman Kehutanan. Laporan teknis No. 7, Bogor.
Page, A. L., R. H. Miller, D. R. Keeney. 1982. Methods of Soil Analysis, Part 2.
Chimical and Microbiological Properties. Second Edition. American
Society of Agronomi, Inc, Madison, Wisconsin U. S. A.
PKMT-2-12-12

Stiel and Trrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik suatu Pendekatan
Biometrik. Edisi ke dua. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sutedjo, MM, AG. Kartasapoetra, RD. S. Sastroadmodjo. 1996. Mikrobiologi
Tanah. Penerbit Rinekha Cipta, Jakarta.
Subroto dan A Yusrani. 2005. Kesuburan dan Pemanfaatan Tanah. Bayumedia,
Malang.
Salisbury FB dan CW Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. ITB-Press,
Bandung.
PKMT-2-13-1

PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA


API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER

Umi Rosyiidah, Diah Taukhida K, Dwi Sitharini


Jurusan Matematika, Universitas Jember, Jember

ABSTRAK
Kereta api merupakan sub sektor perhubungan darat yang dianggap cukup
penting didalam usaha melayani jasa perhubungan masyarakat. Terutama
menjelang lebaran arus mudik pemakai jasa kereta api biasanya meningkat
drastis. Sehingga perusahaan kereta api harus menambah armada kereta api atau
menambah gerbong kereta api untuk mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui aplikasi model ARIMA pada data penumpang kereta
api dari bulan Januari 1997 sampai dengan bulan Pebruari 2005 sehingga
dengan model yang diperoleh dapat dibuat peramalan (forecast) penumpang
kereta api pada Daerah Operasi (DAOP) IX Jember untuk beberapa waktu
kedepan. Metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) merupakan
salah satu metode peramalan pada analisis deret waktu. Metode ARIMA
mendasarkan ramalannya pada proses Autoregressive (AR) dan Moving Average
(MA). Alat-alat yang digunakan dalam membangun model adalah ACF
(Autocorrelation Function) da PACF (Partial Autocorrelation Function).Dari
penelitian ini diperoleh bahwa model ARIMA untuk data penumpang kereta api
pada Daerah Operasi (DAOP) IX Jember untuk 60 bulan mendatang berkisar
dari 4948 sampai dengan 176834, dan mengalami kenaikan yang cukup drastis
pada bulan Juli dan Nopember pada setiap tahunnya.

Kata Kunci : Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA),


Autoregressive (AR), Moving Average (MA), Autocorrelation
Function (ACF), Partial Autocorrelation Function (PACF).

PENDAHULUAN
Hampir setiap dunia usaha selalu melakukan suatu perencanaan. Untuk
merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada masa-masa
mendatang sering menggunakan data pada masa lampau. Berdasarkan data masa
lampau yang dianalisis secara ilmiah, khususnya menggunakan metode statistika,
bisa dibuat peramalan keadaan tahun-tahun yang akan datang. Biasanya data
tersebut dianalisis dengan asumsi independen. Data masa lampau dikumpulkan,
dipelajari dan dianalisis. Tetapi banyak data yang tidak dapat dianalisis dengan
asumsi independen, misalnya data tentang indeks harga konsumen (IHK),
penggunaan air PDAM, banyaknya penumpang kereta api, hasil produksi
pertanian, dan curah hujan. Data tersebut merupakan data dependen artinya suatu
data yang bergantung pada berbagai faktor misalnya manusia, selera konsumen,
keadaan musim, kebiasaan dan masih banyak faktor lain. Sehingga untuk
menganalisis data dependen tersebut digunakan analisis time series.
PKMT-2-13-2

Analisis time series merupakan suatu metode analisis data yang ditujukan
untuk melakukan suatu estimasi maupun peramalan pada masa yang akan datang.
Dalam analisis time series akan diketahui bagaimana proses suatu estimasi dan
hasil peramalan dapat diperoleh dengan baik. Untuk itu dalam analisis ini
dibutuhkan berbagai macam informasi atau data yang cukup banyak dan diamati
dalam periode waktu yang relatif cukup panjang. Dari hasil analisis tersebut dapat
diketahui perubahan fluktuasi yang terjadi. Dalam hal ini akan dihadapkan pada
ketidakpastian sehingga akan ada faktor akurasi yang harus diperhitungkan. Jadi
dalam analisis ini yang paling menentukan adalah kualitas (keakuratan) data yang
diperoleh dan waktu data tersebut dikumpulkan. Semakin banyak data yang
terkumpul, maka semakin baik pula estimasi yang diperoleh dan sebaliknya
semakin sedikit data yang diperoleh maka semakin kurang baik pula estimasinya.
Kereta api merupakan sub sektor perhubungan darat yang dianggap cukup
penting didalam usaha melayani jasa perhubungan masyarakat. Kereta api banyak
diminati oleh masyarakat Indonesia, karena selain lebih murah kereta api juga
relatif tepat waktu. Apalagi menjelang lebaran arus mudik pemakai jasa kereta api
biasanya meningkat drastis. Sehingga perusahaan kereta api harus menambah
armada kereta api atau menambah gerbong kereta api untuk mengatasi masalah
tersebut. Tentu untuk penambahan armada tersebut memerlukan anggaran dana
yang tidak sedikit. Untuk itu diperlukan suatu perencanaan operasi dalam
perusahaan kereta api untuk mencapai optimasi operasi agar susunan dan jumlah
gerbong dalam suatu rangkaian kereta api sesuai dengan kapasitas lokomotif yang
akan menariknya. Sehingga biaya operasi bisa dihemat pada hari-hari biasa untuk
anggaran dana penambahan gerbong atau armada kereta api pada hari-hari dimana
penumpang kereta api meningkat.
Analisis time series model ARIMA dapat digunakan untuk melakukan
estimasi maupun peramalan pada masa yang akan datang. Data pengamatan
banyaknya penumpang kereta api dapat dipandang sebagai data time series. Data
banyaknya penumpang tersebut dapat disajikan dalam model ARIMA (p,d,q)
melalui proses-proses Autoregressive dan Moving Average (model rata- rata
bergerak terpadu Autoregressive) yang dapat dipakai sebagai dasar untuk
melakukan perencanaan atau melakukan prediksi (peramalan) terhadap banyaknya
penumpang kereta api pada beberapa periode waktu mendatang. Daerah Operasi
(DAOP) IX Jember, sebagai pusat perkeretaapian yang besar di wilayah Jawa
Timur sebelah timur, dengan semakin meningkatnya konsumen (pemakai) jasa
kereta api dan adanya sistem perencanaan operasi yang baik, maka kereta api
sebagai angkutan yang bersifat sosial didalam melayani masyarakat diharapkan
pada tahun-tahun mendatang lebih ditingkatkan peranannya.
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana penerapan analisis
time series model ARIMA terhadap banyaknya penumpang kereta api pada
DAOP IX Jember. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan model
time series yakni model ARIMA dari banyaknya penumpang kereta api pada
DAOP IX Jember serta berdasarkan model yang diperoleh, dilakukan peramalan
(forecasting) banyaknya penumpang kereta api pada DAOP IX Jember untuk
periode waktu lima tahun kedepan. Manfaat dari penelitian ini bagi mahasiswa
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan serta mampu
mengaplikasikan ilmu yang didapat dari perguruan tinggi untuk kegiatan
penerapan teknologi dalam kehidupan sehari - hari. Sedangkan bagi PT. Kereta
PKMT-2-13-3

Api Indonesia (Persero) diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran


khususnya pada Daerah Operasi (DAOP) IX Jember dengan memberikan
estimasi banyaknya penumpang kereta api untuk periode waktu lima tahun yang
akan datang. Dengan demikian PT. Kereta Api Indonesia bisa menentukan jumlah
kereta/gerbong yang diperlukan sesuai daya muatnya sehingga biaya operasi bisa
ditekan serendah mungkin .

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan mulai bulan April 2005
sampai bulan Juli 2005. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data
sekunder yang diperoleh dari PT. Kereta Api Indonesia (persero) DAOP IX
Jember, yang berupa data banyaknya penumpang kereta api pada DAOP IX
Jember bulan Januari 1997 sampai Pebruari 2005. Populasi dari penelitian ini
adalah banyaknya penjualan tiket penumpang kereta api. Sedangkan sampel yang
digunakan adalah banyaknya penjualan tiket penumpang kereta api. Metode
pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan software MINITAB yang
terdiri dari tiga tahap yaitu, tahap pertama identifikasi awal yang meliputi
pemasukan data deret waktu pada lembar kerja MINITAB, plot data deret waktu,
pengidentifikasian nilai ACF dan PACF (jika nilai ACF dan PACF menunjukkan
bahwa data belum stasioner dalam mean, maka dilakukan differencing non-
musiman, sedangkan jika nilai ACF dan PACF menunjukkan bahwa data belum
stasioner dalam mean, maka dilakukan differencing musiman), plot data deret
waktu hasil diferensiasi, pengidentifikasian nilai ACF dan PACF hasil
differencing; tahap kedua penaksiran parameter (estimasi) dan diagnostic
checking dengan melihat hasil estimasi parameter dan diagnostic checking, maka
dapat ditentukan apakah dugaan model sementara tersebut sudah sesuai atau tidak;
jika model sudah sesuai, maka model dapat digunakan untuk peramalan,
sedangkan jika model tidak sesuai maka kembali dilakukan pengidentifikasian
nilai ACF dan PACF hasil differencing; tahap ketiga peramalan (forecasting)
dengan nilai-nilai ramalan untuk beberapa bulan ke depan dapat dilihat pada
output tahap estimasi dan diagnostic checking, karena hasil ramalan sekaligus
dapat dikeluarkan pada program tersebut. Output MINITAB yang dihasilkan
berupa: pemodelan ARIMA untuk data banyaknya penumpang kereta api pada
DAOP IX Jember dan peramalan penumpang kereta api pada DAOP IX Jember
untuk lima tahun mendatang.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Data banyaknya penumpang kereta api pada DAOP IX Jember pada bulan
Januari 1997 sampai dengan bulan Pebruari 2005 diberikan pada Tabel 1.
PKMT-2-13-4

Tabel 1. Banyaknya Penumpang Kereta Api Pada DAOP IX Jember Selama 98


Bulan

Tahun
Bulan 1997 1998 1999 2000 2001
Januari 127015 315756 341890 368023 300728
Pebruari 305771 206161 207942 209723 193741
Maret 151436 226049 246563 267076 250341
April 144649 214402 224500 234598 205886
Mei 123054 228786 225407 222029 206655
Juni 166647 195573 218011 240449 218149
Juli 179082 249376 281776 314176 272595
Agustus 147837 257333 255808 254283 227295
September 144254 248397 248588 248779 241434
Oktober 167813 281866 272574 263283 260546
November 150948 237712 227456 217200 204222
Desember 146704 215046 232752 250458 322071

Tahun
Bulan 2002 2003 2004 2005

Januari 212422 178084 145239 141182


Pebruari 156363 139607 142066 109979
Maret 185906 138891 107639
April 151397 134270 111382
Mei 173985 131808 109481
Juni 184335 144529 110401
Juli 201826 166094 143250
Agustus 172227 139935 119118
September 171465 130223 124875
Oktober 176711 135460 112111
November 145695 167723 197372
Desember 260315 184531 125948
Sumber : PT.KAI DAOP IX Jember

Data pada Tabel 1, selanjutnya diolah dengan menggunakan software


statistik untuk time series yaitu MINITAB. Data diolah untuk menentukan model
ARIMA dalam peramalan banyaknya penumpang kereta api pada DAOP IX
Jember dengan langkah-langkah :
A. Tahap Identifikasi Awal
Dalam membangun model ARIMA, tahap pertama adalah tahap identifikasi.
Pada tahap identifikasi ini dilihat plot data dan plot Autocorrelation Function
(ACF) dan Partial Autocorrelation Function (PACF) secara grafis untuk
mengetahui data sudah stasioner atau belum.
1. Plot data deret waktu, nilai ACF dan PACF
Data banyaknya penumpang kereta api selama 98 bulan yang lalu
dimasukkan pada lembar kerja MINITAB, kemudian plot data. Output
yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 1.
PKMT-2-13-5

Gambar 1. Series Plot Untuk Data Banyaknya Penumpang Kereta Api Selama
98 Bulan.

Kestasioneran data dapat dilihat juga pada pengidentifikasi nilai ACF dan
PACF data banyaknya penumpang kereta api yang dapat dilihat pada Gambar 2
dan Gambar 3.

Gambar 2. Grafik ACF Untuk Data Banyaknya Penumpang Kereta Api Selama
98 Bulan.

Gambar 3. Grafik PACF Untuk Data Banyaknya Penumpang Kereta Api Selama
98 Bulan.
PKMT-2-13-6

2. Plot Deret Waktu, ACF, PACF dan hasil Differencing


Ketidakstasioneran plot series dapat dihilangkan melalui proses
differencing (d=1). Hasil differencing satu kali terhadap data banyaknya
penumpang kereta api menghasilkan plot series yang dituangkan dalam
Gambar 4, Gambar 5 dan Gambar 6.

Gambar 4. Series Plot Setelah Dilakukan Differencing Pertama Non-Musiman.

Gambar 5. Grafik ACF Setelah Dilakukan Differencing Pertama Non Musiman.

Gambar 6. Grafik PACF Setelah Dilakukan Differencing Pertama Non-


Musiman.

3. Identifikasi Nilai ACF dan PACF dari Hasil Differencing Non-Musiman


(d=1) dan Differencing Musiman
PKMT-2-13-7

Setelah dilakukan differencing non-musiman, data hasil differencing


tersebut didifferensiasi lagi yaitu differencing musiman. Hasil dari proses
differencing non-musiman dan differencing musiman dapat dilihat pada
Gambar 7 dan Gambar 8.

Gambar 7. Grafik ACF Setelah Differencing Pertama Non Musiman dan


musiman.

Gambar 8. Grafik PACF Setelah Differencing Pertama Non Musiman dan


Musiman.

Hasil identifikasi dari Gambar 7 dan Gambar 8 menghasilkan model sementara :


ARIMA( p, d , q )( P, D, Q) 5 = ARIMA(0,1,1)(0,1,0)12

B. Tahap Estimasi Parameter Dan Diagnostic Checking


Setelah diperoleh dugaan sementara, selanjutnya dilakukan estimasi
parameter dari model sementara tersebut dan dilakukan diagnostic checking
untuk menguji kesesuaian model tersebut. Hasil dari estimasi parameter dapat
dilihat pada Tabel 2.
PKMT-2-13-8

Tabel 2. Hasil Estimasi Parameter dan Pemeriksaan Diagnostik Model ARIMA

ARIMA model for PENUMPANG


Estimates at each iteration
Iteration SSE Parameters
0 201607169421 0.100
1 175724285728 0.250
2 155004712908 0.400
3 138908934222 0.550
4 127869152545 0.700
5 125707367975 0.836
6 124924250238 0.798
7 124924147778 0.797
Relative change in each estimate less than 0.0010
Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P


MA 1 0.7973 0.0612 13.03 0.000

Differencing: 1 regular, 1 seasonal of order 12


Number of observations: Original series 98, after
differencing 85
Residuals:SS = 10335290019 (backforecasts excluded)
MS = 1313515357 DF = 84
Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square statistic
Lag 12 24 36 48
Chi-Square 6.4 16.5 36.8 59.0
DF 11 23 35 47
P-Value 0.848 0.835 0.387 0.113

C. Tahap Peramalan (Forecasting)


Nilai-nilai ramalan banyaknya penumpang kereta api pada DAOP IX
Jember untuk 60 bulan kedepan dapat dilihat pada Tabel 3, sedangkan secara
grafik hasil ramalan dan data sebenarnya disajikan pada Gambar 9.

Tabel 3. Peramalan Model ARIMA(0,1,1) (0,1,0)12 Untuk Periode Waktu 5 Tahun


Mendatang

95 Percent Limits
Period Forecast Lower Upper Actual
99 87101 16051 158150
100 90844 18349 163339
101 88943 15031 162855
102 89863 14560 165166
103 122712 46044 199380
104 98580 20570 176589
105 104337 25009 183665
106 91573 10947 172198
107 176834 94932 258736
108 105410 22251 188569
109 120644 36246 205041
PKMT-2-13-9

Lanjutan Tabel 3

110 89441 3823 175059


111 66563 -54404 187529
112 70306 -54044 194655
113 68405 -59238 196048
114 69325 -61529 200178
115 102174 -31814 236161
116 78042 -59008 215091
117 83799 -56246 223843
118 71035 -71943 214012
119 156296 10445 302147
120 84872 -63797 233541
121 100106 -51329 251540
122 68903 -85248 223053
123 46024 -137644 229693
124 49767 -138916 238451
125 47866 -145702 241435
126 48786 -149547 247120
127 81635 -121352 284622
128 57503 -150032 265039
129 63260 -148727 275248
130 50496 -165850 266843
131 135757 -84863 356378
132 64333 -160479 289146
133 79567 -149361 308496
134 48364 -184607 281336
135 25486 -233997 284970
136 29229 -236574 295033
137 27328 -244648 299305
138 28248 -249765 306261
139 61097 -222823 345018
140 36965 -252743 326673
141 42722 -252660 338104
142 29958 -270991 330908
143 115219 -191196 421634
144 43795 -267990 355581
145 59029 -258035 376094
146 27826 -294431 350084
147 4948 -342046 351942
148 8691 -345699 363081
149 6790 -354845 368425
150 7710 -361027 376447
151 40559 -335146 416264
152 16427 -366119 398973
153 22184 -367083 411451
154 9420 -386453 405294
155 94681 -307691 497053
156 23257 -385510 432024
157 38491 -376572 453554
158 7288 -413978 428554
PKMT-2-13-10

Gambar 9. Series Plot Untuk Peramalan Banyaknya Penumpang Kereta Api


Periode Waktu 5 Tahun Mendatang.

Pembahasan
Dari Gambar 1 tampak bahwa perilaku plot series mengalami pengulangan
pola setiap periode 12 bulanan, kenaikan jumlah penumpang kereta api terjadi
pada bulan Januari disetiap tahunnya karena pada bulan Januari bertepatan dengan
liburan Hari Raya. Hal ini mengindikasikan adanya musiman 12 bulanan. Gambar
2 menunjukkan perilaku ACF dari lag 1 dan lag 2 turun secara lambat mendekati
nol. Sedangkan Gambar 3 perilaku PACF cut off setelah lag ketiga. Sehingga dari
Gambar 1, Gambar 2 dan Gambar 3 tampak bahwa plot series tidak stasioner
terhadap mean karena fluktuasi data tidak berkisar disekitar mean.
Ketidakstasioneran plot series dapat dihilangkan dengan melakukan proses
pembedaan (differencing) sebelum ditentukan adanya faktor musiman (program
MINITAB diberikan pada lampiran 2). Dengan melakukan differencing satu kali
terhadap data banyaknya penumpang kereta api menghasilkan plot series yang
dituangkan dalam Gambar 4, yang menunjukkan bahwa differencing pertama
telah mengubah plot series awal yang tidak stasioner menjadi stasioner dan
mengindikasikan adanya musiman. Hal ini bisa juga dilihat dalam grafik ACF dan
grafik PACF setelah dilakukan differencing pertama yang dituangkan berturut-
turut dalam Gambar 5 dan Gambar 6. Gambar 5 menunjukkan nilai ACF
terpotong setelah lag ke-1. Sedangkan dari Gambar 6 menunjukkan nilai PACF
turun secara eksponensial menuju ke nol. Pada grafik ACF dan PACF setelah
dilakukan differencing pertama menunjukkan adanya faktor musiman dengan
periode 12 atau dengan kata lain pola yang terbentuk berulang-ulang dalam selang
waktu 12 bulan. Karena adanya faktor musiman maka perlu dilakukan
differencing pertama untuk pola musiman dengan time lag 12, yang hasilnya
dituangkan dalam Gambar 7 dan Gambar 8. Dari grafik ACF pada Gambar 7
terlihat bahwa nilai ACF signifikan pada lag 1, lag12, .,dan seterusnya.
Sedangkan pada Gambar 8 nilai PACF turun secara eksponensial menuju ke nol.
Selanjutnya untuk menentukan model, dapat diamati dari grafik ACF dan PACF.
Grafik ACF dan PACF setelah differencing pertama non-musiman menghasilkan
dugaan model ARIMA (0,1,1). Sedangkan grafik ACF dan PACF setelah
differencing pertama musiman menghasilkan dugaan model ARIMA (0,1,0)12 .
Sehingga dugaan model ARIMA musiman yang sesuai untuk series ini adalah
ARIMA ( p, d , q)( P, D, Q) s = ARIMA (0,1,1)(0,1,0)12 .
PKMT-2-13-11

Untuk melihat kebenaran model dugaan ini perlu dilakukan pemeriksaan


diagnostik (diagnostic checking) yang hasilnya diberikan pada Tabel 2. Dari hasil
Tabel 2 tampak bahwa parameter MA (1) sudah sesuai karena p-value kurang dari
tingkat signifikansi ( = 0,05). Dan dari hasil statistik Ljung-Box
menunjukkan bahwa modal sudah memenuhi white noise, karena nilai-nilai p-
value pada semua lag musimannya (lag 12, lag 24, lag 36, lag 48,.) lebih besar
dari tingkat signifikansi ( = 0,05). Dengan demikian model ARIMA
(0,1,1)(0,1,0)12 sudah sesuai. Selanjutnya dilakukan peramalan (forecasting)
banyaknya penumpang kereta api untuk periode 5 tahun atau 60 bulan mendatang
dengan menggunakan model ARIMA (0,1,1)(0,1,0)12 dan hasilnya diberikan pada
Tabel 3. Dari hasil peramalan banyaknya penumpang kereta api DAOP IX Jember
selama periode waktu 5 tahun yakni mulai bulan Maret 2005 sampai Pebruari
2010 menunjukkan bahwa jumlah penumpang kereta api mengalami kenaikan
yang cukup drastis pada bulan Juli dan Nopember untuk setiap tahunnya. Tabel 3
juga menunjukkan bahwa banyaknya penumpang kereta api DAOP IX Jember
untuk 5 tahun ke depan berkisar dari 4948 (dicapai pada bulan Maret 2009)
samapi dengan 176834 (dicapai pada bulan Nopember 2005). Sedangkan pada
bulan-bulan lainnya jumlah penumpang kereta api relatif stabil. Hal ini
dimungkinkan bertepatan dengan adanya liburan sekolah atau liburan Hari Raya.
Hasil peramalan model ARIMA untuk periode 5 tahun disajikan dalam bentuk
time series plot yang dapat dilihat dalam Gambar 9. Dari Gambar 9 tampak bahwa
adanya indikasi musiman 12 bulanan.

KESIMPULAN
Model ARIMA yang sesuai untuk data banyaknya penumpang kereta api
pada DAOP IX Jember dari bulan Januari sampai dengan bulan Pebruari 2005
adalah ARIMA (0,1,1)(0,1,0)12. Hasil peramalan (forecasting) banyaknya
penumpang kereta api di Jember selama periode waktu 5 tahun atau 60 bulan
mendatang, yakni hingga Pebruari 2010 menunjukkan bahwa jumlah penumpang
kereta api mengalami kenaikan yang cukup drastis pada bulan Juli dan Nopember
untuk setiap tahunnya. Sedangkan pada bulan-bulan lainnya jumlah penumpang
kereta api relatif stabil.

DAFTAR PUSTAKA
Box, G., G. Jenkins, and G. Reinsel. 1994. Time series Analysis Forecasting and
Control. Third Edition. Holden-Day. San Fransisco. Hlm 7-33.
Makridarkis, S., S. C. Wheelwright, and V. E. Mc Gee. 1999. Metode dan
Aplikasi Peramalan. Jilid I. Edisi ke-2. Erlangga. Jakarta. Diterjemahkan
oleh Untung Sus Andriyanto dan Abdul Basith. Hlm 391-491.
Nasution, M. N. 2002. Manajemen Transportasi. Edisi ke-2. Ghalia Indonesia.
Jakarta. Hlm 70-72.
Subagyo, P. 2003. Statistik Deskriptif. BPFE. Yogyakarta. Hlm 97-114.
Suhartono, dan Lestari, B. 2003. Analisis Time Series Model ARIMA. Program
Studi Statistik Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Surabaya. Hlm 33-56.
PKMT-2-14-1

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU


UNTUK MEMPRODUKSI SPORA BACILLUS THURINGIENSIS
SEROVAR ISRAELENSIS DAN APLIKASINYA SEBAGAI
BIOKONTROL LARVA NYAMUK

Deny Silvina Pandy, Sang Gede Purnama, I Gede Sudiana


PS. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Udayana, Denpasar

ABSTRAK
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia, merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang belum dapat ditangani dengan baik sampai saat ini.
Hal tersebut tebukti dengan selalu ditemukannya kasus DBD dengan jumlah yang
terus meningkat setiap tahun dan tidak jarang menyebabkan kematian.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan bakteri
Bacillus thuringiensis serovar israeliensis (B.t.i) sebagai bioinsektisida yang
terbukti lebih aman, efektif dan selektif dalam membunuh jentik nyamuk Ae.
aegypti. Kendala dari penggunaan bioinsektisida ini adalah harganya yang
mahal, sebab diproduksi dengan media sintesis. Oleh sebab itu peneliti tertarik
untuk dapat meproduksi B.t.i dengan media limbah cair tahu yang selama ini
sering menyebabkan pencemaran air. Hal ini diharapkan dapat menghasilkan
B.t.i dengan harga yang relatif lebih murah dengan hasil yang mendekati B.t.i
yang diproduksi dengan media sintesis. Untuk dapat membuktikan limbah cair
tahu dapat digunakan sebagai media pertumbuhan B.t.i maka peneliti melakukan
uji coba dengan menginokulasi B.t.i 4Q1 dalam limbah cair tahu dan Nutrient
Broth (media sintesis), lalu membandingkan jumlah spora yang dihasilkan dari
kedua media tersebut. Penelitan ini dilakukan di laboratorium Biosains dan
Bioteknologi Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, selama 2 bulan dari
Bulan April-Mei tahun 2006. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa limbah
cair tahu terbukti dapat memproduksi spora dalam jumlah yang lebih banyak
dibandingkan NB. Selain itu dari uji patogenitas yang dilakukan diperoleh hasil
bahwa B.t.i yang diproduksi dengan limbah cair tahu memiliki daya bunuh yang
lebih tinggi dibandingkan NB. Adapun keuntungan dari penelitian ini antara
lain:bahan media yang murah, mengurangi pencemaran perairan, dan mudah
untuk mendapatkannya.

Kata kunci: Limbah Cair Tahu, B.t.i, Larva Ae. aegypti

PENDAHULUAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Demam Hemorrhagic
Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan
melalui nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Kristina, dkk, 2004; Ester,
1998). Penyakit DBD di Indonesia semakin meningkat dari tahun 1999-2004,
dengan angka kejadian sebagai berikut : tahun 1999 jumlah kasus 21.134 orang,
tahun 2000 sebanyak 33.443 orang, tahun 2001 sebanyak 45.904 orang, tahun
2002 berjumlah 40.377 orang, tahun 2003 sebesar 50.131 orang dan pada tahun
2004 sampai 5 Maret 2004 jumlah kasus sudah mencapai 26.015 orang, dengan
PKMT-2-14-2

jumlah kematian 389 orang (Kristina, dkk; 2004). Hal tersebut menunjukkan
bahwa DBD masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia hingga saat ini.
Upaya pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada vektor
penularannya, yaitu nyamuk Ae. aegypti. Pengendalian vektor nyamuk Ae. aegypti
yang telah dilakukan adalah dengan cara penyemprotan dengan menggunakan
insektisida, namun cara tersebut belum juga berhasil memberantas kasus DBD.
Penggunaan insektisida kimia secara berulang-ulang dapat menimbulkan
resistensi vektor, matinya hewan lain yang bukan sasaran dan pencemaran
lingkungan. Karena itu perlu dicari cara alternatif lain yang lebih efektif untuk
menanggulangi vektor DBD. Salah satu cara yang mulai banyak diteliti dan
potensial serta dipandang mempunyai prospek yang baik, karena memiliki banyak
kelebihan adalah menggunakan bakteri Bacillus thuringiensis serovar israeliensis
(B.t.i) yang patogen bagi jentik nyamuk. Adapun kelebihannya adalah bersifat
aman, efektif dan selektif dalam membunuh jentik nyamuk khususnya jentik
nyamuk Ae. aegypti (WHO, 1995).
Bacillus thuringiensis serovar israeliensis memproduksi delta endotoksin
yang bersifat patogen terhadap serangga dan sudah dikembangkan menjadi salah
satu bioinsektisida untuk membunuh jentik nyamuk dan lalat hitam (WHO, 1979).
Efek letal B.t.i terhadap jentik nyamuk disebabakan oleh aktifitas delta endotoksin
yang terkandung dalam kristal protein toksin (Mardihusodo, 1991). Oleh karena
itu untuk dapat menggunakan B.t.i sebagai bioinsektisida maka perlu diproduksi
spora B.t.i dalam jumlah yang memadai. Untuk memproduksi spora B.t.i
diperlukan medium pertumbuhan yang sampai saat ini masih menggunakan
medium sintetis yang harganya relatif mahal. Oleh sebab itu perlu dicari suatu
alternatif lain yang dapat dijadikan sebagai medium pertumbuhan B.t.i dengan
harga yang lebih murah, dengan produksi spora B.t.i yang tinggi.
Seiring perkembangan teknologi, limbah pertanian dapat dimanfaatkan
sebagai subtrat untuk menumbuhkan mikroba untuk memproduksi berbagai jenis
bahan yang bermanfaat bagi industri, seperti enzim dan zat antibiotika. Salah satu
limbah pertanian yang cukup berlimpah adalah limbah cair tahu yang dihasilkan
oleh pabrik-pabrik tahu. Limbah cair tahu ini penggunaannya masih sangat
terbatas dan umumnya dibuang ke sungai, yang dapat mengakibatkan pencemaran
sungai.
Limbah cair tahu mengandung protein, glukosa dan komponen lainnya
dengan kadar yang relatif tinggi. Dengan kandungan nutrisi tersebut maka limbah
cair tahu mempunyai potensi sebagai medium untuk memproduksi spora B.t.i.
Mengingat bahwa limbah cair tahu umumnya dibuang ke sungai, maka penelitian
ini sekaligus akan memberikan manfaat dalam mengurangi pencemaran
lingkungan.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik menggunakan limbah cair
tahu sebagai medium alternatif bagi pertumbuhan B.t.i dalam memproduksi spora,
dan sekaligus kemungkinan alternatif penggunaan B.t.i sebagai biokontrol larva
nyamuk.
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dibuat suatu rususan masalah
Apakah limbah cair industri pengolahan tahu dapat digunakan sebagai medium
untuk memproduksi spora Bacillus thuringiensis serovar israeliensis untuk
mengontrol larva nyamuk?
PKMT-2-14-3

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini antara lain:
1. Mengetahui potensi limbah cair industri pengolahan tahu sebagai medium
untuk memproduksi spora Bacillus thuringiensis serovar israeliensis dan
mencoba pemanfaatan B.t.i sebagai biokontrol terhadap larva nyamuk.
2. Mengetahui bagaimana patogenesis Bacillus thuringiensis serovar israeliensis
pada larva Ae. aegypti.

Keluaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah produk yang berupa
spora bubuk kering dan atau cairan suspensi Bacillus thuringiensis serovar
israeliensis yang diproduksi menggunakan media limbah cair tahu sebagai
medium pertumbuhan sebagai biokontrol larva nyamuk.
Kegunaan dari penelitian ini antara lain :
1. Dapat digunakan sebagai penanggulangan penyakit DBD dengan memotong
siklus hidup nyamuk Ae. aegypti dengan membunuh larva melalui penerapan
teknologi yang sederhana.
2. Dari segi ekonomi penggunaan limbah cair industri tahu sebagai medium
pertumbuhan B.t.i merupakan penerapan IPTEK yang sangat murah, sebab
menggunakan bahan yang sudah tidak dipakai menjadi suatu medium untuk
pertumbuhan B.t.i dalam menghasilkan spora.
3. Penerapan IPTEK ini juga sangat bermanfaat bagi lingkungan khususnya
lingkungan perairan, sebab dengan menggunakan limbah cair tahu sebagai
medium pertumbuhan B.t.i maka pencemaran air oleh limbah tersebut juga
dapat dikurangi.

METODE PELAKSANAAN PROGRAM


Variabel Penelitian
Variabel yang diamati pada penelitian ini ada dua yaitu: efektifitas
pembentukan spora dan uji patogenisitas

Tempat dan waktu


Penelitian ini dilakukan secara eksperimental di laboratorium Biosains dan
Bioteknologi Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, selama 2 bulan dari
Bulan April-Mei tahun 2006.

Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
pola sederhana, dengan 3 kali ulangan. Adapun perlakuan yang dipakai adalah
Limbah Cair Tahu (LT) dan medium sintetis Nutrient Broth (NB).

Bahan Dan Alat Penelitian


Bahan-bahan yang dipergunakan pada penelitian ini antara lain : biakan
murni Bacillus thuringiensis serovar israelensis 4Q1 (B.t.i 4Q1) yang diperoleh
dari Bacillus Genetic Stock Center, Ohio State University, USA, limbah cair tahu
yang diperoleh dari UD. Masmo, telur nyamuk Ae. aegypti diperoleh dari
Department of National Education, Tropical Disease Centre, Airlangga
University, larutan NaOH 10%, agar powder, NaCl0,85%, HCl, pewarna Gram
set, metanol, tissue, kapas, etanol 70%, dan media Nutrient Broth (NB, Oxoid).
PKMT-2-14-4

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : tabung Eppendorf 0,5
ml, pipet tips, kain kasa, baskom, jerigen, Erlenmeyer 500 ml, tabung reaksi, gelas
piala, autoclave, shaker (Eyela, Multi Shaker MMS), pH meter (TOA Ionmeter
1M-4OS), stirrer, mikroskop, timbangan analitik, inkubator (Memmert),
aluminium foil, jarum ose, cleanbench, sentrifuse, oven/pengering, ember/kaleng,
dan kain kristik.

Cara Kerja
Adapun perincian kerja dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Persiapan kultur Bacillus thuringiensis serovar israelensis 4Q1
Stock Bacillus thuringiensis serovar israelensis dalam agar miring disegarkan
dengan cara memindahkan satu mata loop biakan B.t.i 4Q1 ke dalam 5 ml
media Nutrient Broth steril kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu
300C.
2. Persiapan medium untuk produksi spora.
Membuat media NB sebanyak 600 ml dan 200 ml masing-masing dimasukkan
ke dalam 500 ml. Limbah cair tahu disaring sebanyak 600 ml, lalu pH nya
diatur dengan cara menambahkan larutan NaOH 10% sampai pHnya 6,5-7,0.
Kemudian sebanyak 200 ml ditempatkan pada 3 Erlenmeyer 500 ml.
Selanjutnya NB dan limbah cair tahu tadi, disterilisasi dengan menggunakan
autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit. Pada tahap berikutnya, NB dan
limbah cair tahu didinginkan sampai mencapai suhu 300C dengan cara
direndam dalam air dingin. Setelah dingin, baik NB maupun limbah cair tahu
diinokulasi dengan 2 ml kultur B.t.i 4Q1 secara aseptis didalam cleanbench.
Lalu keduanya dinkubasi pada suhu kamar (sekitar 300C) sambil digoyang
(shake) dengan kecepatan 175 rpm selama 4 hari.
3. Persiapan bubuk spora kering
Kultur cair diambil sebanyak 1 ml kemudian dipanaskan 800C dalam air panas
selama 15 menit untuk membunuh sel vegetatif, lalu disentrifuse (pusing) pada
kecepatan 5000 rpm selama 15 menit. Endapan massa sel dan spora yang
terbentuk, kemudian dikeringkan dalam oven/pengering pada suhu 600C
sampai kering.

Teknik Pengumpulan Data


Data pada penelitian ini dikumpulkan dengan cara menghitung jumlah sel
hidup dan spora B.t.i yang dibiakan pada medium limbah cair tahu yang dilakukan
pengenceran :
1. Perhitungan jumlah sel hidup
Perhitungan jumlah sel hidup dilakukan dengan cara mengambil sebanyak 1 ml
biakan B.t.i pada medium limbah cair tahu dan ditambahkan 9 ml akuades pada
tabung reaksi, kemudian dikocok sampai homogen. Sesudah itu dibuat
pengenceran seri 10-1-10-10 dalam larutan NaCl 0,85% steril. Dari masing-masing
pengenceran diambil 0,1 ml dan diinokulasi pada 20 ml medium Nutrient Agar
dalam cawan petri. Selanjutnya diinkubasi selama 48 jam pada suhu 300C dan
dilakukan penghitungan jumlah koloni yang tumbuh pada cawan petri. Dari
formulasi bubuk B.t.i 4Q1 yang diperoleh diambil sebanyak 1 gr dan ditambahkan
99 ml akuades steril dalam labu Erlenmenyer bervolume 250 ml dan dikocok
sampai homogen. Sesudah itu dibuat pengenceran seri 10-2-10-10. Selanjutnya
PKMT-2-14-5

adalah sama seperti perhitungan jumlah sel hidup formulasi cair B.t.i 4Q1 di atas
(Soesanto, 1992).
2. Perhitungan jumlah spora
Untuk menghitung jumlah spora, maka kultur bakteri formulasi cair dan bubuk
B.t.i 4Q1 yang berada pada masing-masing pengenceran 10-1-10-10 dipanaskan
pada suhu 600C selama 30 menit. Pemanasan dilakukan untuk mematikan kuman
bentuk vegetatif. Langkah selanjutnya adalah dari masing-masing pengenceran
formulasi cair dan bubuk B.t.i 4Q1 diambil 0,1 ml dan diinokulasi pada 20 ml
medium Nutrient Agar dalam cawan petri, lalu diinkubasi selama 48 jam pada
suhu 300C. Sesudah itu dihitung jumlah spora B.t.i yang tumbuh pada cawan petri
yang berisi agar nutrient (Soesanto, 1992).
3. Uji patogenisitas suspensi Bacillus thuringiensis 4Q1
Uji patogenisitas dari suspensi B.t.i 4Q1 dilakukan dengan cara mensuspensikan
0,1 ml biakan B.t.i 4Q1 dalam limbah cair tahu dengan akuades sebanyak 99,9 ml,
kemudian dikocok sampai homogen. Selanjutnya dari larutan tersebut diambil
berturut-turut sebanyak 1 ml, 3 ml, 5 ml, 7 ml, 10 ml, 30 ml dan 50 ml
menggunakan pipet lalu dimasukan ke dalam gelas plastik yang berisi 20 ekor
larva nyamuk Ae. aegypti dan berturut-turut ditambahkan dengan akuades
sebanyak 99 ml, 97 ml, 95 ml, 93 ml, 90 ml, 70 ml, 50 ml dan 50 ml untuk
memperoleh konsentrasi akhir yang dibutuhkan yaitu 0,0001 ml/l, 0,0003 ml/l,
0,0005 ml/l, 0,0007 ml/l, 0,001 ml/l, 0,003 ml/l dan 0,005 ml/l. Sebagai kontrol
gelas plastik hanya diisi 100 ml akuades dan 20 ekor jentik Ae. aegypti, kemudian
didiamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam dilakukan pengamatan untuk
menghitung berapa jumlah larva nyamuk yang telah mati dan setelah 48 jam akan
diamati kembali untuk mengetahui hasil uji patogenesitas dari B.t.i 4Q1.
4. Uji patogenisitas fomulasi bubuk Bacillus thuringiensis 4Q1
a. Uji patogenisitas formulasi bubuk B.t.i 4Q1 secara in vitro
Uji patogenisitas formulasi bubuk B.t.i 4Q1 secara in vitro, dilakukan dengan cara
membubuhkan formulasi bubuk B.t.i 4Q1 secara berturut-turut sebanyak 0,01 gr,
0,03 gr, 0,05 gr, 0,07 gr, 0,1 gr, 0,3 gr, dan 0,5 gr ke dalam gelas plastik .
Selanjutnya masing-masing gelas plastik ditambahkan 100 ml akuades dan 20
ekor jentik nyamuk Ae. aegypti. Sebagai kontrol gelas plastik diisi 20 ekor jentik
nyamuk Ae. aegypti lalu ditambahkan 100 ml akuades. Kemudian didiamkan
selama 24 jam. Setelah 24 jam dilakukan pengamatan untuk menghitung berapa
jumlah larva nyamuk yang telah mati dan setelah 48 jam akan diamati kembali
untuk mengetahui hasil uji patogenesitas dari formulasi bubuk B.t.i 4Q1.
b. Uji patogenisitas formulasi bubuk B.t.i 4Q1 dibandingkan dengan abate secara
semi in vitro.
Dalam uji patogenisitas ini, dilakukan dengan cara membuat tiga kelompok
percobaan untuk membandingkan daya bunuh antara B.t.i yang diproduksi dengan
limbah cair tahu dan Nutrient Broth (NB) dengan abate pada konsentrasi sama.
Kelompok percobaan satu diberi bubuk abate dan kelompok percobaan dua diberi
fomulasi bubuk B.t.i 4Q1 yang dihasilkan dari limbah cair tahu. Sedangkan
kelompok percobaan tiga diberi bubuk B.t.i 4Q1 yang dihasilkan dari NB. Ketiga
kelompok percobaan tersebut diberi perlakuan yang sama dengan penambahan
kansentrasi berturut-turut antara lain: 0,01 gr/l, 0,03 gr/l, 0,05 gr/l, 0,07 gr/l.
Setelah ditambahkan jentik nyamuk Ae. aegypti sebanyak 25 ekor. Langkah
PKMT-2-14-6

selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap kematian jentik setelah 24 jam dan 48


jam.

Teknik Analisis Data


Data yang telah dimasukan kedalam tabel akan dianalisis dengan
menggunakan uji statistik menggunakan program SPSS 12. Uji t digunakan untuk
menguji apakah rata-rata jumlah sel dan spora pada limbah cair tahu berbeda
dengan menggunakan media NB.

Cara Penafsiran dan Penyimpulan Hasil Penelitian


Hasil penelitian ini disimpulkan sesuai dengan hasil uji statistik antar dua
perlakuan limbah cair tahu dan Nutrien Broth diatas. Perlakuan yang memberikan
patogenisitas yang lebih menunjukkan bahwa semakin banyak spora B.t.i 4Q1
yang terbentuk. Jadi perlakuan tersebut lebih efektif dipergunakan untuk
memproduksi spora B.t.i 4Q1. Untuk kemungkinan pemanfaatan B.t.i dalam
mengontrol larva nyamuk dilakukan dengan membandingkan patogenisitas antara
formulasi bubuk B.t.i 4Q1 dengan abate.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Setelah melakukan penelitian selama kurang lebih 2 bulan, data hasil
perhitungan jumlah sel dan spora formulasi cair B. thuringiensis 4Q1 pada media
limbah cair tahu dan Nutrient Broth (NB) selama tiga kali percobaan yang
disajikan dalam bentuk Gambar 5 sebagai berikut:
10
Jumlah sel B.t.i x 109 (cfu/ml)

6 NB
5 Limbah Tahu
4

1
1

Media

Gambar 1. Perbandingan Jumlah Sel B. thuringiensis pada Nutrient Broth dan


Limbah Cair Tahu

Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah sel pada


media NB sebesar 8,43 x 109 cfu/ml. Sedangkan jumlah sel pada media limbah
cair tahu sebesar 8,96 x 109 cfu/ml. Analisa statistik sel hidup menunjukan hasil
yang tidak berbeda nyata (t > 0,05) antara media limbah cair tahu dan NB.
Pertumbuhan sel B.t.i pada media limbah cair tahu dan NB terbukti sama. Hal ini
dapat disebabkan oleh karena media limbah tahu dan NB sama-sama baik dalam
memicu pertumbuhan sel.
PKMT-2-14-7

9
8,5
8
7,5
Jumlah Spora x10 (cfu/ml) 7
6,5
6
9

5,5
5 NB
4,5
4 Limbah Tahu
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
1
Media

Gambar 2. Perbandingan Jumlah Spora B. thuringiensis pada Nutrient Broth dan


Limbah Cair Tahu

Gambar 2 diatas menunjukan bahwa jumlah spora untuk NB sebanyak


4,43 x 109 spora/ml dan jumlah spora pada media limbah cair tahu sebanyak 7,93
x 109 spora/ml. Dari hasil perhitungan statistik didapatkan hasil jumlah spora pada
kedua media tersebut berbeda nyata (t < 0,05), dimana jumlah spora pada media
limbah cair tahu lebih banyak dibandingkan dengan NB. Faktor yang
menyebabkan banyaknya jumlah spora B.t.i pada limbah cair tahu diduga
disebabkan oleh adanya asam amino tertentu yang menstimulasi pertumbuhan
spora.
Banyaknya jumlah spora yang diproduksi sangat penting dibandingkan
dengan jumlah sel vegetatif. Hal tersebut dikarenakan dinding luar spora yang
mengandung prototoksin jika dimakan oleh larva nyamuk maka dapat merusak
usus larva dan meyebabkan kematian larva.

Tabel 1. Patogenitas Formulasi Cair B. thuringiensis 4Q1yang diproduksi


dengan Media Limbah cair tahu dan Nutrient Broth (NB)*

Konsentrasi (ml/l)
Media
0,025 0,05 0,075 0,1
NB 13,3 71,7 96,7 100
LT 76,7 98,3 100 100
Keterangan: *) Patogenitas persentase kematian jentik dari 20 ekor jentik Ae. Aegypti yang
digunakan selama 24 jam pengamatan; NB: Nutrient Broth; LT: limbah cair tahu

Pada Tabel 1 diatas, hasil uji patogenitas B. thuringiensis pada media


limbah cair tahu dan NB menujukan hasil bahwa media limbah cair tahu
mampunyai daya bunuh yang lebih baik dari NB. Untuk membunuh 100% jentik
pada media limbah cair tahu hanya diperlukan dosis 0,075 ml/l. Sedangkan pada
media NB dibutuhkan lebih banyak yaitu 0,1 ml/l.
PKMT-2-14-8

Perbedaan daya bunuh ini disebabkan karena pada media limbah cair tahu
memiliki jumlah spora yang lebih banyak dibandingkan media NB yang
bermanfaat sebagai larvasida pada jentik.

Tabel 2. Patogenitas Bubuk B. thuringiensis yang Diproduksi dengan Media


Limbah Cair Tahu dan Nutrient Broth Dibandingkan dengan Abate

Konsentrasi (gr/l)
Media
0,01 0,03 0,05
LT 55 85 100
NB 30 80 100
A 85 90 100
Keterangan: *) Patogenitas persentase kematian jentik dari 20 ekor jentik Ae. Aegypti yang
digunakan selama 24 jam pengamatan; NB: Nutrient Broth; LT: limbah cair
tahu; A: abate

Uji patogenitas antara bubuk B.t.i yang diproduksi pada limbah cair tahu
dan NB dibandingkan dengan abate diperoleh hasil bahwa pada konsentrasi 0,05
gr/l memiliki daya bunuh yang sama yaitu 100%. Sedangkan pada konsentrasi
terendah yaitu 0,01 gr/l diketahui bahwa abate memiliki daya bunuh yang lebih
tinggi dibandingkan dengan bubuk B.t.i pada limbah cair tahu maupun NB. Hal
ini dapat disebabkan karena abate merupakan larvasida yang mengandung bahan
kimia sehingga memiliki daya bunuh yang lebih baik dibandingkan dengan B.t.i
yang merupakan bioinsektisida alamiah.
Pada konsentrasi 0,01 gr/l diperoleh hasil bahwa B.t.i yang diproduksi
dengan limbah cair tahu memiliki daya bunuh yang lebih tinggi dibandingkan
dengan NB, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti: kebiasaan
jentik, tersedianya toksin di daerah makan jentik, tingkat kerentanan jentik
terhadap toksin yang dihasilkan dan kemampuan cairan usus untuk melarutkan
kristal toksin.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Patogenitas Jentik


Ada beberapa faktor yang turut serta mempengaruhi kemampuan formulasi
Bacillus thuringiensis dalam membunuh jentik. Adapun faktor-faktor tersebut
adalah:
1. Kebiasan makan dari jentik
Jentik Aedes aegypti mempunyai kebiasaan mengambil makanan di dasar dan
dinding tempat penampungan air (bottom feeders). Hal ini dapat mempengaruhi
daya bunuh spora B.t.i dimana kebiasaan makan jentik tersebut dengan
keberadaan endapan dari spora bacillus.
2. Tersedianya toksin di daerah makan jentik (larval feeding zone)
Keberadaan toksin dari B.t.i pada daerah makan jentik tersebut sangat
mempengaruhi daya bunuhnya. Jentik yang mengambil makan pada dasar
penampungan akan lebih cepat mati dibandingkan yang makan di daerah
permukaan saja. Blondine, dkk (1999) melaporkan bahwa jumlah spora bakteri
B.t.i adalah sama banyak dipermukaan dan dasar air pada hari ke 3 dan ke 7
sesudah aplikasi. Kemungkinan bahwa sebelum hari ke tujuh jumlah spora bakteri
PKMT-2-14-9

formulasi bubuk B.t.i sudah mulai mengendap di dasar perairan yang sepenuhnya
mencapai sasaran makan jentik Aedes aegypti.
3. Tingkat kerentanan jentik terhadap toksin yang dihasilkan
Masing-masing jentik memiliki kerentanan yang berbeda-beda terhadap
konsentrasi toksin dari B.t.i Tingkat instar jentik dari I, II, II dan IV memiliki
daya tahan terhadap toksin juga berbeda. Hal ini juga menyebabkan perbedaan
konsentrasi toksin yang harus diberikan terhadap jentik tersebut. Jaquet dkk.
(1987) melaporkan bahwa besar kecilnya konsentrasi B.t.i dalam mematikan
jentik, tergantung pula pada tingkat kerentanan jentik sasaran terhadap toksin
yang dihasilkan.
4. Kemampuan cairan usus untuk melarutkan kristal toksin
Kemampuan cairan usus dari jentik dalam melarutkan kristal toksin yang dimakan
cukup berpengaruh terhadap daya bunuhya. Toksin yang dihasilkan oleh bakteri
B.t.i akan dimakan oleh larva Ae. aegypti, dimana dalam saluran pencernaan
prototoksin tersebut akan dihidrolisis oleh enzim protease. Setelah dihidrolisis
prototoksin tersebut akan berubah menjadi toksin aktif dengan berat molekul 60
kD, yang disebut delta endotoksin. Delta endotoksin ini akan diikat oleh sel
epitelium kemudian menempel dan menyebabkan lubang pada saluran pencernaan
larva. Keadaan ini mengakibatkan terhidrolisisnya sel epitelium sehingga
menyebabkan penurunan pH pada saluran pencernaan larva yang mempermudah
spora untuk berkembang, masuk kedalam sel dan menyerang larva sampai mati
Daya tahan usus perut jentik dalam melarutkan kristal protein toksin dapat
mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk membunuh jentik tersebut. Semakin
kuat kondisi usus perut larva terhadap toksin yang dihasilkan bakteri B.t.i semakin
lemah juga daya bunuhnya.

Keuntungan Penggunaan Media Limbah Cair Tahu


Biokontrol B.t.i merupakan biokontrol yang efektif untuk membunuh jentik
nyamuk tetapi harganya cukup mahal untuk negara-negara berkembang seperti
Indonesia. Substansi aktif dari B.t.i adalah spora yang dibentuk oleh B.t.i dibuat
dengan menggunkan media yang relatif mahal oleh karena itu penelitian ini
digunakan untuk mencari media yang relatif murah, salah satunya dengan
menggunakan media limbah cair tahu. Adapun keuntungan dari penggunaan
media limbah cair tahu yakni :
1. Bahan Media yang Murah
Saat ini biokontrol B.t.i dibuat dengan menumbuhkan strain B.t.i pada media
sintetis yang biayanya relatif mahal, sehingga untuk 10 tablet dijual seharga 20
dollar. Sedangkan jika produksi B.t.i dengan menggunakan media Nutrient Broth
(NB), yang dalam satu liternya mengandung 3 gr beef extract dan 5 gr tryptone
maka perincian biaya yang dihabiskan sebesar Rp. 25.000 per liter. Sedangkan
untuk membuat media NB sebanyak 100 liter maka biaya yang dibutuhkan
sebesar Rp. 2.500.000.
Penggunaan media limbah cair tahu adalah salah satu alternatif untuk memacu
pertumbuhan toksin B.t.i yang lebih murah. Dengan menggunakan media limbah
cair tahu ini biaya pembuatan toksin menjadi jauh lebih murah sebab tidak
memerlukan media sintetis lagi. Sehingga dapat terjangkau oleh masyarakat.
PKMT-2-14-10

2. Mengurangi Pencemaran Lingkungan Perairan


Pemerintah akhir-akhir ini sangat menekankan era "sadar lingkungan" dan
mengharuskan semua industri membuat analisis masalah dampak lingkungan
(AMDAL) sesuai dengan SK Menteri KLH No.52 Tahun 1986 dan SK Menteri
KLH No.29 Tahun 1986 serta SK Menteri KLH No.03 Tahun 1991 Tentang
Peraturan Pembuangan Limbah. Bagi industri yang sudah beroperasi dan yang
akan dibangun serta yang air limbahnya dibuang ke perairan harus memenuhi
standar baku mutu limbah yang telah ditentukan.
Berdasarkan data dari statistik yang ada industri pengolahan tahu di Indonesia
sebanyak 4.000 unit yang tersebar di Jawa Barat dan berbagai daerah lainnya. Jika
ditinjau dari komposisi kimianya, ternyata air limbah cair tahu
mengandung nutrien-nutrien (protein, karbihidrat, dan bahan-bahan lainnya)
yang jika dibiarkan dibuang begitu saja ke sungai justru dapat menimbulkan
pencemaran perairan. Selama ini limbah industri tahu dibuang begitu saja tanpa
ada pengolahan lebih lanjut. Limbah cair tahu ternyata bisa digunakan sebagai
media pertumbuhan B.t.i yang bermanfaat sebagai bioinsektisida larva nyamuk.
Dengan ditemukannya manfaat limbah cair tahu tersebut maka diharapkan
nantinya limbah tersebut dapat digunakan dan tidak lagi mencemari lingkungan
sekitar.
3. Mudah untuk Mendapatkannya
Pertumbuhan industri tahu sebagai industri rumah tangga cukup banyak.
Banyaknya industri pengolahan tahu tersebut menjadi cukup mudah untuk
mendapatkan limbah buanganya. Sehingga dalam proses produksinya tidak terlalu
mengalami kesulitan dalam mencari bahan sebagai media pertumbuhan B.t.i.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Berdasarkan perhitungan sel diketahui perbedaan jumlah sel antara media
limbah cair tahu dan NB tidak signifikan namun pada perhitungan spora
perbedaannya signifikan. Hal ini disebabkan media tumbuh pada limbah cair
tahu cukup baik untuk memacu pertumbuhan spora B.t.i
2. Uji patogenitas cair B.t.i didapatkan hasil dimana berdasarkan dosis media
limbah cair tahu memiliki daya bunuh yang cukup baik dibandingkan media
NB. Membunuh 100% jentik pada media limbah cair tahu hanya dibutuhkan
dosis 0,025 ml/l sedangkan pada media NB dibutuhkan lebih banyak yakni
0,075 ml/l.
3. Hasil uji patogenitas bubuk B.t.i membandingkan antara abate, penggunaan
media NB dan Limbah cair tahu pada dosis 0,05 gr/l mempunyai daya bunuh
100%. Sedangkan pada dosis lebih rendah yakni 0,01 gr/l abate memiliki daya
bunuh 85%, media NB mempunyai daya bunuh 30% dan media limbah cair
tahu 55%.
4. Adapun keuntungan yang didapat dengan menggunakan media limbah cair
tahu sebagai media pertumbuhan spora B.t.i yakni bahan media yang murah,
mengurangi pencemaran perairan, mudah untuk mendapatkannya.
PKMT-2-14-11

Saran
Dari hasil pembahasan serta penelitian yang dilakukan, maka dapat diberikan
beberapa rekomendasi untuk dikaji dan ditindaklanjuti yakni sebagai berikut:
1. Mengingat pemanfaatan media limbah cair tahu cukup baik sebagai media
pertumbuhan Bacillus thuringiensis serovar israeliensis, pihak-pihak yang
terkait diharapkan untuk dapat mengembangkan potensi limbah cair tahu.
2. Para akademisi diharapkan dapat mengembangkan penelitian-penelitian
mengenai manfaat limbah cair tahu selain sebagai biokontrol larva nyamuk.

DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, (1988), Daftar Komposisi Bahan Makanan, Diektorat gizi Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Penerbit Bharata, Jakarta.
Becker, N., (1999), The use of Bacillus thuringiensis israeliensis in Germany,
Proceeding of the 3rd Pacific Rim Conference on Biotechnology of
Bacillus thuringiensis, held at Huazhong Agricultural University, Wuhan,
China, 5-9 October, 1999.
Blondine, C. (2004), Formulasi Bacillus thuringiensis H-14 galur lokal dalam
media infus kedelai dan uji patogenitasnya terhadap jentik nyamuk vektor,
Jurnal Kedokteran Yarsi, Vol. 12, no. 1, Januari-April, hal. 22-28.
Deacon, J. 2005. (2005, February 8-last update), The Microbial World: Bacillus
thuringiensis, (Institute of Cell and Molecular Biology, The University of
Edinburgh), http://helios.bto.ed.ac.uk/bto/microbes/bt.htm (akses: 27
Februari 2005).
Dep. Kes. RI, (1992), Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular Demam
Berdarah Dengue, Ditjen PPM dan PL, Jakarta.
Dep. Kes. RI, (1995), Pokok-Pokok Kegiatan dan Pengelolaan Gerakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue, Ditjen PPM
dan PL, Jakarta.
Ester, M. (1998), Demam Berdarah Dengue : Diagnosis, Pengobatan,
Pencegahan dan Pengendalian, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Gorich, (2004 last update), By-001-Aqua Resigen,
http://www.ghgroup.com.hk/gorich/english/product.asp (akses: 20 April
2005).
Gorich, (2004 last update), TF 35-TF35 Thermal Fogger, IGEBA,
http://www.ghgroup.com.hk/gorich/english/product.asp (akses: 20 April
2005).
Herman, (1985), Pengolahan Kedelai Menjadi Berbagai Bahan Makanan, di
dalam Somaatadja, S. Kedelai, Pusat penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan, Bogor.
Imalusita, (1981), Studi pembuatan Kecap Ampas Tahu, Di DaLam Laporan
Seminar Akademik Pemanfaatan Limbah Industri Hasil Pertanian, Ikatan
Mahasiswa THP, Fakultas Teknologi Hasil Pertanian, IPB, Bogor.
Iskandar, (1985), Pemberantasan Serangga dan Binatang Pengganggu,
Pusdiknaskes, Jakarta.
J. Li., Carroll, J., and Enlar, D. (1991), Image of the Toxin Strukture, (Nature),
Vol. 353, hal. 815-821.
PKMT-2-14-12

Kristina, Isminah, dan Leny Wulandari, (2004-last update), Kajian Masalah


Kesehatan, (Demam Berdarah Dengue), Available:
http://www.litbangkes.depkes.go.id/meskes/5052004/demam
berdarah1.htm (akses : 20 April 2005).
Kuswardani, T., (1985), Mempelajari Kemungkinan Pemanfaatan Limbah Cair
Tahu Sebagai Media Untuk Memproduksi Enzim Amiloglukosidase Dari
Kapang Yang Diisolasi Dari Singkong (Manihot sp), Tesis Sarjana Jurusan
TPG, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.
Mardihusodo, SJ., (1991), Sensitivitas Larva Nyamuk Aedes aegypti L. Terhadap
Bacillus thuringiensis H-14 dan Bacillus sphaericus 1953, Fakultas
Kedokteran, UGM, Yogyakarta.
Mosquito control, (2004-last update),
http://www.comosquitocontrol.com/Bti_Bs_MOA.htm (akses: 27 Februari 2005).
Soesanto, (1992), Initial Study of Production of Bacillus thuringiensis israelensis
Using Locally Obtained Substrates, Berkala ilmu Kedokteran, 24(3), 3
tahun.
Thomas, W.E and Ellar, DJ., (1983), Mechanism of action of Bacillus
thuringiensis var.israeliensis insecticidal d-endotoksin, FEBS lett 154,
362-368.
WHO, (1979), Data sheet on the biological control agent, Bacillus thuringiensis
serotype H-14, WHO/VBC/79.750.1-13.
WHO, (1995), Guidelines for dengue surveillance and mosquito control, Western
Pacific Education in Action series No. 8.
PKMP-2-15-1

PELESTARIAN BUDAYA TRADISIONAL PEMBUATAN KLATKAT


BERBASIS MULTIMEDIA

I Made Januarta, I Gede Made Rupayana, Kadek Donny Semara Bhuwana


Ikip Negeri Singaraja, Singaraja

ABSTRAK

Kata kunci:
PKMT-2-16-1

RANCANG BANGUN TURBIN PELTON UNTUK SISTEM


PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO-HIDRO DENGAN
VARIASI BENTUK SUDU

Pamungkas Irwan N, Franciscus Asisi Injil P, Karwanto, Samodra Wasesa


Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Semarang, Semarang

ABSTRAK
Pada umumnya Turbin Pelton mempunyai bentuk Sudu Mangkok sedemikian
rupa. Maka pada kesempatasn ini dibuatlah bentuk sudu yang berbeda, yaitu
bentuk Sudu Silinder Tertutup Dibelah Dua. Pembuatan Turbin Pelton untuk
sistem Pembangkit Listrik Tenaga Mikro-Hidro (PLTMH) dengan bentuk Sudu
Silinder Tertutup Dibelah Dua mempunyai tujuan apakah efisiensi dan daya yang
dihasilkan turbin serta generator dimungkinkan dapat meningkat. Selain itu
memberikan pemahaman yang jelas tentang pembangkit listrik tenaga mikrohidro
dari energi potensial fluida menjadi energi listrik. Metode yang digunakan oleh
penulis dalam penelitian ini adalah metode studi lapangan, metode perancangan,
metode pembuatan, serta metode pengujian. Dalam pengujian ini dilakukan
perbandingan antara sudu mangkok dan Sudu Silinder Tertutup Dibelah Dua.
Pada putaran yang sama 1500 Rpm dimana tegangan dipertahankan 220 Volt,
maka Sudu Mangkok menghasilkan Daya Hidrolik; Ph = 685,33 Watt, Daya
kinetik; Pk = 627,69 Watt, Daya Turbin; Pt = 612,49 Watt dan Daya Generator;
Pg = 189,17 Watt. Sedangkan untuk Sudu Silinder Dibelah Dua daya maksimal
yang dihasilkan ; Ph = 742,40 Watt, Pk = 627,52 Watt, Pt = 612,97 Watt, dan Pg
= 206,77 Watt. Untuk efisiensi, nilai tertinggi pada Sudu Silinder Dibelah Dua,
yaitu 97,67 % selisih 0,1 % lebih besar untuk Efisiensi Turbin dan 27,85 % selisih
0,83 % lebih besar untuk Efisiensi Sistem. Dengan demikian sudu dengan bentuk
Sudu Silinder Dibelah Dua lebih efisien digunakan untuk PLMH.

Kata Kunci : Sisitem Pembagkit Tenaga, Turbin Pelton, Efisiensi, Sudu


Mangkok, Sudu Silinder Dibelah Dua.

PENDAHULUAN
Salah satu pembangkit listrik tenaga air yang digunakan untuk
memanfaatkan tenaga air dan yang bisa dibuat adalah turbin air. Salah satu
peralatan pokok dalam suatu pembangkitan listrik tenaga air ialah turbin air Pelton
yang berfungsi mengubah Energi Potensial berupa energi kecepatan oleh Nozel
menjadi Energi Mekanik berupa putaran pada poros turbin, untuk mendapatkan
Energi Listrik maka poros turbin dikopel dengan generator. Dengan melihat latar
belakang tersebut kami membuat simulasi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro-
Hidro (PLTMH) dengan bentuk sudu yang berbeda yaitu Sudu Silinder Tertutup
Dibelah Dua. Didasari dengan alasan diatas pembuatan simulasi PLTMH
mempunyai tujuan utama, yaitu membandingkan karakteristik daya dan efisiensi
kedua sudu tersebut pada turbin serta dari generator. Diharapkan dengan
penelitian ini masyarakat pada umumnya bisa menggunakan jenis sudu ini karena
dilihat dari kontruksinya lebih mudah pengerjaannya.
PKMT-2-16-2

METODE PENELITIAN
Waktu pembuatan simulasi sampai dengan penelitian adalah 6 bulan (Maret-
Agustus 2005). Sedang tempat pengujian berada di Laboratorium Teknik
Konversi Energi Politeknik Negeri Semarang. Metode yang digunakan dalam
pembuatan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Metode Studi Lapangan
Melaksakan pengujian dan observasi secara langsung dari pompa untuk
mengetahui head dan debit, serta merancang dan membuat instalasi dari
PLTMH. Selain itu dilakukan peninjauan bentuk sudu dimana perhitungan
sudu digunakan sebagai dasar untuk menghitung kekuatan pemilihan bahan
melalui leteratur yang berhubungan dengan PLTMH.
2. Metode Perancangan
Dengan cara merencanakan segala sesuatu yang terkait dalam pembuatan
Turbin Pelton ini misalnya perhitungan dimensi, kekuatan bahan dan jenis
bahan yang digunakan.
3. Metode Pembuatan
Pelaksaan pembuatan simulasi ini melibatkan proses-proses pengerjaan
pengecoran, pemotongan, pengeboran, penyambungan, dan lainnya dengan
menggunakan kikir, gerinda, mesin-mesin perkakas, dan alat-alat penunjang
lainnya hingga sampai proses finising.
4. Metode Pengujian
Metode pengujian meliputi pelaksanan pengambilan data, pengolahan data,
dan analisa hasil data pengujian dari hasil pembuatan PLTMH.
Dasar perhitungan pembuatan sudu :
1. Kecepatan nominal Runner ; v (m/det)
( )
v = 0,44 2.g .H ........................................................ (Modi & Seith, 1979 ; 975)
Dimana H = Head total pompa (m)

2. Diameter nominal turbin; Dt (m)


60.v
Dt = ........................................................... (Sunarto & Einsering, 1994 ; 09)
.n
Dimana n = Kecepatan putran turbin (Rpm)

3. Jumlah sudu ; Z
Dt
Z = 5,4 ................................................................. (Modi & Seith, 1979 ; 976)
dn
Dimana dn = Diameter pancaran Nozel (m)

4. Lebar sudu ; Bs (mm)


Bs =( 4 5 ) x dn ..........................................................................................(Modi & Seith, 1979 ; 976)

5. Kedalaman mangkok ; Cs (mm)


Cs = ( 0,81 1,05 ) x dn ........................................................................(Modi & Seith, 1979 ; 976)

6. Lebar bukaan mangkok ; M (mm)


M = ( 1,1 1,25 ) x dn .............................................................................(Modi & Seith, 1979 ; 976)
PKMT-2-16-3

7. Panjang sudu ; Ls (mm)


Ls = ( 2,4 3,2 ) x dn ................................................................................(Modi & Seith, 1979 ; 976)

8. Jarak pusat pancaran jet ke ujung sudu ; l (mm)


l = ( 1,2 1,9 ) x dn ...................................................................................(Modi & Seith, 1979 ; 976)

Gambar 1. Desain Dimensi Sudu.

Data yang diperlukan dalam pengujian ini adalah :


1. Beda tekanan pada orifismeter.
2. Tekanan discharge pompa.
3. Tekanan input Nozel.
4. Besarnya arus yang mengalir saat pembebanan pada generator.
5. Besarnya nilai putaran generator.
6. Besarnya nilai tegangan generator.
7. Suhu air pada saat pengujian.

Peralatan yang digunakan untuk pengujian simulasi PLTMH dengan Turbin


Pelton Silinder Dibelah Dua yaitu :
1. Simulasi turbin dan perlengkapannya.
2. Beban berupa lampu pijar Secukupnya
3. Voltmeter 1 buah
4. Amperemeter 1 buah
5. Tachometer 1 buah
6. Termometer 1 buah
7. Manometer pipa U 1 buah
8. Kabel Banana Secukupnya
9. Kabel Spadle Secukupnya
PKMT-2-16-4

Langkah-langkah pengujian :
1. Persiapkan Simulasi PLTMH dengan Turbin Silinder Tertutup Dibelah Dua
dan perlengkapannya.
2. Lakukan pengecekan alat-alat yang akan digunakan dalam pengambilan data.
3. Buat tabel untuk mencatat hasil pengujian.
4. Ukur temperatur air.
5. Persiapkan Pompa dan perlengkapannya.
6. Hidupkan pompa dengan meng-On-kan saklar kemudian tarik handle pada
motor bensin sampai pompa hidup.
7. Buka katup-katup Manometer Pipa U manometer input Nozel.
8. Buka katup buangan / bypass agar tekanan pada pipa tidak terlalu tinggi akibat
tekanan output air pada pompa.
9. Buka katup masukan Nozel, sehingga air akan menumbuk sudu dan
mengakibatkan runner berputar.
10. Sambil mengatur bukaan katup, tambah gas untuk pompa dengan cara
menggeser tuas gas searah jarum jam sampai gas setengah penuh, apabila
putaran masih belum 1500 Rpm maka gas ditambah hingga putaran mencapai
1500 Rpm dan pada generator menunjukkan tegangan sampai 220 Volt.
11. Catat nilai penunjukkan Tachometer, Amperemeter, Voltmeter, Manometer
input Nosel, dan Manometer Pipa U (x).
12. Berikan variasi beban dengan menggunakan lampu pijar pada generator maka
putarannya akan turun, atur bukaan katup sehingga penunjukkan voltmeter
kostan pada nilai 220 Volt catat nilai parameter seperti nomor 11.
13. Setelah data didapat, turunkan beban lampu pijar secara satu persatu, diiringi
dengan penutupan katup sampai turbin berhenti dan kurangi gas pada motor
bensin bersamaan penutupan katup.
14. Setelah itu katup tutup penuh dan matikan pompa dengan penggerak motor
bensin dengan meng-Off-kan saklar pada motor bensin.
15. Lepas peralatan dan kembalikan peralatan ke tempat semula.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pengujian
Tabel 1. Pengujian Sudu Mangkok
No Lampu n Tegangan Arus P x Torsi
(W) (Rpm) (V) (A) ( Kgf/cm2 ) (cm) (Nm)
1 0 1500 220 0 1,1 17 0,78
2 25 1500 220 0,1 1,1 17,5 0,86
3 50 1500 220 0,21 1,2 18 1,06
4 75 1500 220 0,32 1,2 18,5 1,24
5 100 1500 220 0,42 1,2 19 1,41
6 125 1500 220 0,52 1,3 20 1,58
7 150 1500 220 0,64 1,4 21 1,77
8 175 1500 220 0,75 1,4 22 1,99
9 200 1500 220 0,86 1,4 22,5 2,2
PKMT-2-16-5

Tabel 2. Pengujian Sudu Silinder Dibelah Dua


No Lampu n Tegangan Arus P x Torsi
(W) (Rpm) (V) (A) (Kgf/cm2) (cm) (Nm)
1 0 1500 220 0 1,05 16 0,35
2 25 1500 220 0,11 1,1 17 0,94
3 50 1500 220 0,21 1,2 17,5 1,1
4 75 1500 220 0,32 1,2 18,5 1,29
5 100 1500 220 0,43 1,3 19,5 1,48
6 125 1500 220 0,54 1,3 20 1,65
7 150 1500 220 0,65 1,4 21 1,85
8 175 1500 220 0,75 1,45 22,5 2,04
9 200 1500 220 0,86 1,5 23 2,21

Pengujian yang diperoleh seperti pada tabel hasil pengujian selanjutnya diolah
melalui perhitungan untuk memperoleh besarnya Daya Hidrolik, Daya Kinetik,
Daya Turbin, Daya Generator, Efisiensi Turbin dan Efisiensi Sistem. Contoh
perhitungan yang dilakukan dengan mengambil data pengujian Sudu Silinder
Dibelah Dua pada beban kosong (nomor 1) diketahui :
Dimeter dalam pipa ; A1 = 1,256.10-3 m2
Diameter Oriffice ; A2 = 8,038.10-4 m2
Percepatan Gravitasi ; g = 9.81 m/det2
Massa jenis air ; = 996,74 kg/m3
Berat jenis air raksa ; SHg = 13,61
Berat jenis air ; Sair = 1
Head Tabung Bourdon ; H = 1,1 kgf/cm2 = 11 m
Beda ketinggin Manometer U ; x = 17 cm = 0,17 m
Kecepatan putaran Turbin ; n = 1500 Rpm
Arus output Generator ; I = 0 Amper
Tegangan output Generator ; V = 220 Volt

Sehingga perhitungan didapat :


Besarnya debit yang mengalir ; Q ( m3/det ) dihitung :
A1 . A2 s
Q = cd 2.g.x HG 1 ................................ (Streeter, 199 ;336)
2
A1 A2
2 s air

1,256 x10 3 (m) . 8,038 x10 4 (m) 13,6


Q = 0,64 2.9,81(m / det) . 0,17(m) 1
(1,256 x10 3 (m)) 2 (8,038 x10 4 (m)) 2 1

Q = 4,2 x 10--3 m3/det

Kecepatan pancaran jet keluar nosel ; V ( m/det) dihitung :


Q
V =
An
PKMT-2-16-6

4,2 x10 3 (m 3 / det )


V=

. ( 0,02 (m)) 2
4
= 13,37 m/det

Kecepatan keliling nominal turbin ; v ( m/det ) dihitung :


.D.n
v=
60
. 0,11 (m.).1500 (rpm)
v=
60
= 8,635 m/det

Perhitunga Daya :
a. Daya Hidrolis ; Ph (Watt) yang masuk ke nosel, dimana besarnya head diukur
sebelum masuk Nozel yaitu :
H = 11 m
Ph = .g.Q.H
= 996,74 (kg/m3) . 9,81 (m/det2) . 4,2 x 10-3 (m3/det) .11 (m)
= 432,7 Watt
b. Daya Kinetik jet air ; Pk (Watt) dihitung :
1
Pk = . A V 3
2
1
= . 996,74 (kg/m3) . ( 0,02 m )2 . 13,37 (m/det ) 3
2 4
= 374,84 Watt
c. Daya Turbin ; Pt (Watt) dihitung :
= 15 o
Pt = . A.V.( V v ).( 1 + cos ).v
= 996,74 (kg/m3) . 3,14x10-4(m) . 13,37(m/det) . (13,37 (m/det) - 8,635
(m/det)) . (1 + cos15 o) . 8,635 (m/det)
= 335,31 Watt
d. Daya Listrik (Daya Generator) ; Pg (Watt) dihitung :
Cos = 1
V = 220 volt
I = 0 amper
Pg = V. I . Cos
= 220(Volt) . 0(Amper) . Cos 1
= 0 Watt

Perhitungan Efisiensi :
a. Efisiensi SuduTurbin ; t
P
st = t . 100%
Pk
335,31 (Watt)
st = . 100%
374,84 (Watt)
PKMT-2-16-7

= 89,45 %
b. Efisiensi Sistem ; s
Pg
s = . 100%
Ph
0 (Watt)
s = . 100%, s = 0 %
432,7 (Watt)

Hasil perhitungan pengujian sudu pada tegangan konstan


Tabel 3. Hasil Perhitungan Sudu Mangkok
Ph (Watt) Pk (Watt) Pt (Watt) Pg (Watt) t (%) s (%)
468,06 709,47 368,58 0 90,01 0
474,89 430,21 399,38 21,99 92,83 4,63
525,41 447,96 416,99 46,19 93,08 8,79
532,66 478,93 452,94 70,38 94,57 13,21
539,81 484,89 460,64 92,38 94,99 17,11
599,98 523,80 487,57 116,38 93,08 19,11
662,09 565,84 550,49 140,77 97,28 21,26
667,67 605,44 589,32 164,97 97,33 24,34
685,33 627,69 612,49 189,17 97,57 27,02

Tabel 4. Hasil perhitungan Sudu Silinder Dibelah Dua


Ph (Watt) Pk (Watt) Pt (Watt) Pg (Watt) t (%) s (%)
432,70 374,84 335,31 0 80,94 0
467,20 409,47 367,90 24,20 90,33 5,20
517,18 456,64 427,05 46,20 93,52 8,90
531,75 463,39 431,15 70,39 93,04 13,20
591,42 505,25 479,32 94,59 94,86 15,90
598,96 521,84 497,41 118,78 95,31 19,80
660,90 562,6 541,47 142,98 96,23 21,60
708,60 624,23 607,26 164,97 97,28 23,30
742,40 627,52 612,97 206,77 97,67 27,85

KESIMPULAN
Dari perhitungan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Besarnya daya yang dihasilkan oleh sistem dipengaruhi oleh head (H), debit (Q),
percepatan grafitasi (g) dan pembebana generator pada tegangan yang konstan.
Karena itu pada tiap pengujian akan didapat daya semakin besar dengan kenaikan
debit dan head dan beban generator.
Pada pemberian tegangan konstan 220 Volt dan putaran 1500 Rpm, Daya Kinetik
pada Sudu Mangkok lebih tinggi dari Sudu Silinder Tertutup Dibelah Dua dengan
selisih 0,17 Watt, tetapi Daya Hidrolik, Daya Turbin, dan Daya Generator terlihat
lebih tinggi pada Sudu Silinder Dibelah Dua, selisih dayanya sebesar 57,07 Watt,
0,48 Watt, dan 17,60 Watt. Sedang untuk efisiensi, value tertinggi pada Sudu
PKMT-2-16-8

Silinder Dibelah Dua, dengan selisih 0,1 % untuk Efisiensi Turbin dan 0,83 %
untuk Efisiensi Sistem.
Daya dan efisiensi yang dihasilkan Turbin dipengaruhi oleh faktor-faktor
tertentu, seperti peralatan pendukung, sifat fluida, kekasaran permukaan sudu,
kontruksi instalasi, human error dan faktor lain yang tidak bisa diprediksi.
Secara umum terlihat bahwa Sudu Silinder tertutup Dibelah Dua lebih unggul dari
pada Sudu Mangkok.

DAFTAR PUSTAKA
Dietzel F. 1993. Turbin Pompa Dan Kompresor, Jakarta: Erlangga.
M. Edy Sunarto, Markus Eisenring. 1994. Turbin Pelton Mikro, Yogyakarta:
MHPG ANDI OFFSET.
Niemann G. 1986. Elemen mesin Jilid 1,Jakarta: Erlangga.
Sularso. 1993. Dasar Pemilihan dan Perencanaan Elemen Mesin. Jakarta:
Pradnya Paramita.
Sasongko, Gjoko. 1996. Teknik Sumber Daya Air. Jakarta: Erlangga.
Sato GT. 1993. Menggambar Mesin Menurut Standar I.S.O. Jakarta: Pradnya
Paramita.
Streerter, Viktor L. 1988. Mekanika Fluid. Jakarta: Erlangga.
PKMT-2-17-1

LOW TEMPERATUR PRESSURE COOKER (LTPC)


ALAT PENGOLAH BANDENG PRESTO YANG MURAH TANPA
MERUSAK RASA ASLI DAN KANDUNGAN PROTEIN

M. anshori, Beny Ferryanto, Krisna K dan Ruli Silo P


Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Semarang

ABSTRAK
Indonesia merupakan wilayah perairan dan kaya akan sumber daya perikanan.
Teknologi saat ini belum mampu mengolah hasil-hasil perikanan tersebut menjadi
komoditas yang bernilai tinggi. Masyarakat indonesia telah mengenal berbagai
macam pengolahan salah satunya yaitu Bandeng Presto. Bandeng Presto
merupakan masakan ikan, dimana duri dari ikan tersebut telah lunak, karena
diolah dengan tekanan tinggi. Bandeng presto yang ada di pasaran saat
merupakan hasil pengolahan industri-industri Bandeng Presto, yang
menggunakan sistem pengolahan dengan sumber tekanan dari pemanasan air
dalam waktu lama. Menurut penelusuran (Lee. 1958) pengukusan dalam air
panas dapat mengakibatkan susut zat gizi. Sehingga sistem pengolahan ini
menyebabkan rusaknya tekstur bandeng, sehingga menurunkan nilai kandungan
protein dan cita rasa yang ada pada hasilnya. Untuk memperbaiki sistem
pengolahan tersebut diperlukan suatu alat yang mempunyai efisiensi waktu yang
singkat dan mampu menghasilkan tekanan yang tinggi sehingga dapat
melunakkan duri ikan Bandeng. Low Temperatur Pressure Cooker (LTPC)
merupakan alat pemasak yang terdiri dari Panci bertekanan, Kompresor,
Kompor pemanas, Filter udara, Selang penghubung dan Rangka penyangga. Alat
ini memiliki teknologi tambahan, berdasar pada asas pengembangan dan tekanan
gas akibat perlakuan panas, maka sistem kerja alat tersebut dengan mengasilkan
tekanan dari uap panas air yang dipanaskan dan tekanan injeksi udara dari
kompresor yang telah diseterilkan. Dengan adanya penambahan tekanan udara
dari kompresor tersebut, pengolahan ikan bandeng menjadi lebih singkat. Hasil
yang diperoleh memiliki citarasa yang enak dan kandungan protein yang tetap
terjaga.
Kata Kunci : Presto injeksi hemat bahan BBM

PENDAHULUAN
Wilayah perairan Indonesia merupakan penghasil sumber daya
perikanan yang sangat melimpah. Namun hasil-hasil sumber daya tersebut belum
sepenuhnya dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat Indonesia. Hal
ini disebabkan karena terbatasnya teknologi dan kemampuan sumber daya
manusia.
Salah satu hasil perikanan yang familiar di Indonesia adalah Bandeng
Presto. Bandeng Presto adalah masakan dengan bahan dasar ikan bandeng yang
dimasak dengan suhu bertekanan tinggi. Dari survei yang telah dilakukan pada
industri pengolahan Bandeng Presto ditemukan bahwa sistem pemasakan bandeng
presto saat ini membutuhkan waktu yang sangat lama, kurang lebih 2 jam dan
membutuhkan suhu yang sangat tinggi untuk mencapai tekanan yang mampu
melunakkan duri ikan Bandeng.
PKMT-2-17-2

Tekanan yang dipakai dalam proses pemasakan bandeng presto


merupakan tekanan yang berasal dari akumulasi uap panas yang dipanaskan
dengan waktu yang lama, dan bekerja pada sistem tertutup, sehingga tekanan
tersebut mampu melunakkan duri ikan bandeng. Adanya waktu yang lama dalam
proses pemanasan menyebabkan rusaknya citarasa, menurunnya kandungan
protein dan kurangnya efisiensi waktu pengolahan, sehingga produsen bandeng
presto harus mengeluarkan biaya pengolahan yang relatif tinggi, dikarenakan
kebutuhan minyak yang banyak. Akibatnya harga jual bandeng presto relatif
mahal, dan kurang diminati oleh golongan ekonomi menengah ke bawah.
Dengan adanya alat ini diharapkan mampu meningkatkan mutu hasil
pengolahan perikanan, sehingga dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat
dalam negeri maupun masyarakat dunia internasional tanpa berkurangnya citarasa,
gizi, dan protein yang terkandungnya.

METODE PENDEKATAN
Metode Observasi dan Interview
LTPC merupakan sebuah karya dari hasil pemikiran untuk membuat alat
yang lebih inovatif, awal mula munculnyaide ini dengan adanya bacaan
(Muchtadi.1989) bahwa Otot ikan memiliki mempunyai banyak persamaan
dengan otot skeletal mamalia dilihat dari ultra struktur serta fungsinya. Tetapi
protein ikan tidak sesetabil protein otot mamalia, misalnya mudah rusak selama
pengolahan. Meskipun penyebab utama ketidaksetabilan protein ikan adalah
miosinnya. Literatur yang ada dapat membuka gambaran untuk membuat sketsa
LTPC.
Observasi dan interview pertama kali dilakukan didaerah Kel. Ngemplak
simongan Semarang dimana terdapat wirausahawan yang telah membuat bandeng
presto selama 20 tahun. Bapak Tamadi mengatakan bahwa untuk membuat
bandeng presto membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam untuk menghasilkan ikan
bandeng dengan duri lunak, dengan kapasitas panci 6 kg dan untuk mendapatkan
citarasa bandeng yang lezat diperlukan timing atau waktu untuk mengetahui
bandeng tersebut sudah matang atau belum .Dimana disana kami mendapatkan
wahana baru untuk merubah desain kami menjadai lebih baik. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui proses cara kerja pressure cooker dan cara pembuatan alat
pressure cooker.
Observasi yang selanjutnya dilakukan untuk mengamati tekstur ikan yang
ada di pasar lokal dan toko. Observasi tersebut menghasilkan bahwa tekstur ikan
yang tekstur kulit dan daging yang tidak rusak dimiliki oleh penjual di toko
bandeng Juwana,selain itu dalam hal kelunakan duri ikan hampir sama.
Proses pembuatan LTPC dilakukan setelah observasi bahan dan alat yang
diprioritaskan yang mudah didapatkan dan steril, apabila barang tidak ada
dipasaran maka kita buat sendiri. Pembuatan alat ini dilakukan pada malam hari di
Gedung E9 lantai 1 Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Semarang selama
1,5 bulan.

Metode Eksperimen
Proses awal uji coba alat dengan menggunakan panci standart dimana
panci ini tidak dibuat sendiri akan tetapi panci yang dijual dipasaran. Sebelum
PKMT-2-17-3

dilakukan ujicoba awal panci tersebut harus dipasangi peralatan pendukung yaitu
termometer dan manometer/pressure gauge. Ujicoba yang pertama dapat
diketahui data tentang tekanan, suhu dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan lele presto yang lunak dengan uji coba ikan sebanyak 1 kg.
Ujicoba selanjutnya selanjutnya dengan eksperimen alat yang ada dan
langsung diaplikasikan kedalam panci yang ada. Eksperimen ini menghasilkan
menghasilkan dibeberapa komponen tertentu masih terjadi kebocoran terhadap
tekanan di panci presto sehingga tekanan tidak maksimal. Kerusakan yang terjadi
dapat direngineering atau perbaikan lagi, setelah itu dilakukan percobaan lagi
dengan menggunakan ikan yang berbeda. Hasil ujicoba dengan LTPC dapat
diketahui setelah beberapa kali percobaan.

Bahan dan Alat yang digunakan


Bahan :
Ikan Bandeng mentah
Alat :
Tungku tekanan tinggi
Kompresor
Kompor gas
Air Filter
Selang penghubung
Presssure gauge

Metode Pengumpulan Data


Pada metode ini untuk mendapatkan data dilakukan dengan mengukur
waktu yang digunakan untuk mencapai panas pada suhu tertentu, kemudian
mengukur tekanan yang dihasilkan antara yang dibantu dengan injeksi udara dari
kompressor dan tanpa bantuan injeksi udara dari kompressor.
Hasil yang didapat dari percobaan ini kemudian digunakan untuk
memilih suhu dan waktu yang tepat untuk mengolah bandeng, dan juga dapat
digunakan sebagai perbandingan antara metode yang biasa digunakan dengan
metode yang kami gunakan.
Setelah didapatkan lamanya waktu dan besarnya tekanan yang pas
digunakan untuk mengolah bandeng, kemudian dicoba dengan memasukan
bandeng mentah untuk diolah dengan kedua metode tadi. Kemudian akan
didapatkan hasil berupa bandeng presto yang menggunakan metode biasa dengan
bandeng presto yang menggunakan metode baru,sehingga akan terlihat
keunggulan masing-masing metode.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Spesifikasi LTPC
LTPC merupakan sebuah alat pressure cooker dengan inovasi yaitu, penambahan
piranti atau alat injektor udara tambahan yang dimasukkan kedalam panci presto.
LTPC tidak hanya membutuhkan panci sebagai alat utama akan tetapi
membutuhkan peralatan lain, dengan spesifikasi adalah :
1. Komponen Utama :
a.) Frame/Rangka
PKMT-2-17-4

Rangka terbuat dari bahan besi siku dengan ukuran 40 X 40 mm dan


plat strip dengan ukuran 4 X 30 mm, yang semuanya dibuat untuk dibuat
dudukan peralatan lain dan sistem pengaman.
b.) Panci LTPC
Panci LTPC terbuat dari bahan campuran antara baham alumunium
dan stainless steel, dimana panci standart yang ada si pasaran dimodifikasi
untuk ditingkatkan tekanan yang dimiliki panci tersebut.
c.) Tabung Filter Udara
Tabung filter yang digunakan LTPC berjumlah 3 tabung dengan
ukuran diameter 160 X 450 mm. Tabung ini berisikan air jernih, bilamana
udara dari kompresor mengalir melalui air dalam tabung ini maka kotoran
akan tersaring.
d.) Kompresor
Kompresor digunakan untuk menyuplay udara. Kompresor ini
menggunakan listrik sebagai tenaga penggeraknya.
e.) Alat Pemanas
Alat pemanas LTPC menggunakan kompor dan sebuah tabung
minyak tanah. Alat pembakar kompor in menggunakan burner dengan
diameter 80 mm.
2. Alat Pengaman
a.) Katup By Pass
Katup ini berada di bagian tutup panci LTPC dengan kekuatan maks
2 kg/cm2.
b.) Katup Stop and Go
Katup ini digunakan untuk mengatur udara yang masuk kedalam
tabung filter udara dan panci LTPC.
3. Alat Pengukur
a.) Termometer.
Termometer menggunakan dengan ukuran suhu sampai 3500C.
b.) Manometer/Pressure Gauge.
Manometer menggunakan hingga tekanan maks. 10 kg/cm2.

Tabung Fileter Udara

Panci LTPC

Kompresor
Frame
Alat Pemanas

Gambar 01. Sistem Low Temperature Preesure Cooker.


PKMT-2-17-5

Pembahasan
Prinsip Kerja LTPC
Panci LTPC tidak ada bedanya dengan panci presto biasanya akan tetapi
yang membedakan adalah panci LTPC dilengkapi dengan katup injeki udara.
Udara yang dihasilkan dari kompresor dengan memanfaatkan tenaga lisatrik
sebagai penggerak kompresor. Udara dialirkan kedalam tabung filter udara agar
udara yang masuk kedalam panci bersih, karena udara dari kompresor masih
bercampur kotoran atau terak. Hal ini diakibatkan kompresor yang digunakan
tidak menggunakan kompresor stainless steel.
Sebelum udara masuk kedalam panci, udara melewati katup IN panci
dimana katup ini akan menutup bila tekanan dalam panci melebihi tekanan yang
dialirkan kompresor kedalam panci. Udara diinjeksikan bersamaan saat kompor
pemanas dinyalakan. Tanda-tanda kematangan ikan ditandai dengan terbukanya
katup by pass pada tutup panci. Penginjeksian udara diharapkan dapat
mendinginkan suhu didalam panci.

Kompresor Filter Udara Panci LTPC

= Aliran Udara

Perlakuan Panas

Gambar 02. Alur prinsip kerja LTPC

Tabel data hasil pengujian LTPC

Pengujian Petama
Perc. Bahan Uji Waktu Temperatur Hasil
Keterangan
(1 Kg) (Menit) (0C) (Lunak/tidak lunak)
I Ikan Lele + 30 3500C Lunak Panci Standar
Panci telah
mengalami
tekanan
II Ikan Lele 10 1000C Tidak Lunak
0,5 1 Kg
Kebocoran
1.5 kg/cm2
Terjadi
kebocoran
III Bandeng 30 1900C Kurang lunak
pada tekanan
1.6 Kg/cm2
PKMT-2-17-6

Data percobaan diatas menggunakan bahan uji yang berbeda yaitu ikan
bandeng dengan tempurung yang keras dan ikan bandeng dengan duri yang
berbentuk serabut.
Pada awal pengujian pertama prototype LTPC telah diambil data bahwa
tekanan yang dimiliki oleh panci pada awalnya adalah 0.5 Kg. hasil presto yang
didapatkan dengan bahan uji 1 Kg ikan lele, ikan lele dapat lunak kurang lebih
dalam waktu 1 jam dengan temperature lebih dari 3000C. Hal ini dilakukan
dengan panci standar tanpa dilakukan penginjeksian udara atau penambahan udara
tekan untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki oleh panci presto tersebut.
Pada pengujian kedua panci presto telah dimodifikasi dan dilakukan
penginjeksian udara dingin dari kompesor, panci telah mengalami modifikasi dan
peningkatan tekanan dari 0,5 Kg/cm2 sampai 1,5 Kg/cm2. Hasil presto yang
didapat adalah ikan belum lunak secara sempurna sampai bagian duri ikan. Tahap
ini alat belum sempurna diakibatkan masih terjadinya kebocoran pada seal perapat
presto. Tekanan pada panci konstan pada 1,5 Kg/cm2 setelah terjas kebocoran.
Pengujian ketiga, kendala yang dihadapi masih sama walaupun telah
diadakan perbaikan dengan penambahan bahan seal yaitu masih terjadi kebocoran
pada saat melewati angka 1,6 Kg/cm2 dan tekanan kembali konstan pada tekanan
1,5 Kg/cm2 .
Kebocoran terjadi akibat lemahnya daya tekan tuas penutup panci, karena
tuas ini hanya bertumpukan hanya pada satu titik (bagian tengah tutup panci).
Sehingga udara bertekanan dapat keluar melalui sela-sela seal panci yang
penekanannya tidak merata.

Tuas Penutup

Gambar 02. Konstruksi tutup panci LTPC.

Tuas panci akan lebih kuat dan menekan lebih merata apabila tuas tersebut
memiliki 4 kaki untuk menekan keempat sisi dari tutup panci LTPC.

KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan, maka penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa: (1). Pressure Cooker (PC) biasa jika dibandingkan dengan
LTPC memiiki kekurangan dan kelebihan, kekurangannya PC membutuhkan
waktu yang lebih lama dibandingkan LTPC sehingga efisiensi bahan bakar
minyak menurun. Kelebihan PC adalah harga yang relatif murah jika
dibandingkan dengan LTPC dan LTPC jika dilihat dari kuantitas peralatan yang
dimiliki hanya cocok untuk pengolahan dalam skala besar. (2) Inovasi LTPC
adalah penambahan sistem injeksi udara dingin kedalam PC. Penginjeksian
PKMT-2-17-7

tersebut diharapkan dapat mempercepat peningkatan tekanan didalam panci tanpa


membutuhkan energi panas yang berlebihan. Energi panas yang berlebihan dapat
menyebabkan kandungan protein didalam ikan dapat berkurang.

DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1996, Daftar Komposisi Bahan
Makanan, Jakarta, Bhatara.
Johannes Supranto, 1988, Riset Operasi, Jakarta, Universitas Indonesia.
Harris s, Robert,Karmas, endel, 1989. Evaluasi Pengolahan bahan
pangan :Bogor,ITB Bandung
M. Chaiduri, 2002, Ekonomi, Yogyakarta, Intan Pariwara.
Muchtadi, Dedy,1989.Evaluasi Nilai Gizi Pangan:Bogor,ITB Bandung
Muchtadi, Tien R,1997.Teknologi Proses Pengolahan Pangan:Bogor, ITB
Bandung
William M. Luther, Ignatius Hadisoeprobo, 1996, Rencana Pemasaran, Jakarta,
Erlangga.
http://WWW.iptek.net.id/ind/warintek/pengolahan_pangan_idx.php?doc=6c17
http://WWW.glorianet.org/keluarga/kesehatan/kesepenu.htmlhp?]
PKMT-2-18-1

APLIKASI DESKTOP UNTUK PENDATAAN PASIEN PADA


KLINIK HOMEOPATHY

Harisman Indra, Hezi Satria Hastasani, Ferdinandus


PS Teknik Informatika, Universitas Trisakti, Jakarta

ABSTRAK
Dengan semakin dibutuhkannya kemudahan dalam memasukkan, mencari dan
mengedit, dan mencetak puluhan atau bahkan ratusan data pasien dan data
medical record pada sebuah klinik maka dibuatlah sebuah aplikasi pada klinik
yang bersifat desktop aplikasi yang bertujuan untuk memudahkan kebutuhan
yang tersebut diatas. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah aplikasi penunjang
yang dapat menjamin bahwa kebutuhan akan informasi yang cepat dan
memadai seperti yang tersebut diatas dapat terpenuhi. Aplikasi yang memiliki
tampilan antarmuka yang baik dan mudah dalam pengoperasiannya akan
memberi nilai tambah bagi pengguna aplikasi dalam menjalankan aplikasi. Hal
ini disebkan pada saat aplikasi pertama kali dijalankan, pengguna aplikasi akan
dihadapkan terlebih dahulu kepada antarmuka aplikasi yang ia jalankan.
Antarmuka yang memberikan kesan pertama yang baik adalah antarmuka yang
diinginkan setiap pengguna aplikasi. Ditambah dengan tercipta suatu database
yang terstruktur dengan baik sehingga kebutuhan informasi terpenuhi dengan
baik dan memuaskan.

Kata Kunci : Data Pasien, Aplikasi, Klinik

PENDAHULUAN
Pemilik Klinik Homeopathy yang beralamatkan di Sektor 1.1 Blk I5/no.
15 Jln Hanjuang 1 BSD, Tangerang mengharapkan agar dengan adanya aplikasi
ini memudahkan user (terutama untuk orang-orang administrasi) dalam
memasukkan dan mengkomputerisasikan semua data pasien yang telah tedaftar
sebelumnya kedalam sebuah database, mengetahui jumlah pasien terdaftar aktif
dan terdaftar tidak aktif , serta mendokumentasikannya (mencetak laporan
berkala).
Adapun permasalahan yang didapatkan dari hasil analisa dan penelitian
terhadap aplikasi sistem ini adalah :
1. Belum adanya sistem yang dapat mengkoleksi semua dokumentasi transaksi
pada klinik homeopathy.
2. Belum adanya suatu sistem terkomputerisasai dalam mencari berkas-berkas
data medical record pasien yang pernah berobat pada klinik homeopathy.
3. Belum adnya sebuah sistem yang dapat menetukan jumlah pasien yang
terdaftar dalam klinik, baik secara keseluruhan, maupun pasien yang berobat
perhari dan jumlah obat yang dikeluarkan perhari sehingga menyulitkan dalam
metode pembagian hasil untuk dokter dan staf umum klinik.

TUJUAN PROGRAM adalah untuk mengembangkan suatu aplikasi yang dapat


memudahkan pengguna dalam mencari, mengubah, dan menambahkan serta
mencetak data pasien dalam bentuk yang sudah terkomputerisasi
Luaran yang diharapkan dari sistem yang dibuat adalah :
PKMT-2-18-2

Mendapatkan sebuah sistem aplikasi yang dapat memudahkan anggota staf


klinik dalam mencari dan mendokumentasikan koleksi data yang mereka miliki
yang masih berupa lembaran-lembaran kertas yang belum terkomputerisasi.
Memudahkan dan meningkatkan kualitas pelayanan terhadap para pasien
yang berkunjung untuk berobat pada klinik homeopathy.

KEGUNAAN PROGRAM :
Bagi Team Riset
1 Menambah pengalaman dan pengetahuan dalam mempraktekan ilmu dan
kemampuan yang telah didapat.
2 Menambah kemampuan bekerjasama dalam team kerja dengan adanya
pembagian tugas dan kerjasama.
3 Sarana mengasah kemampuan dan kreativitas dari ilmu yang didapat.

Bagi Mahasiswa
1 Menambah contoh dan koleksi studi kasus dalam memahami dan mempelajari
sistem aplikasi basis data.
2 Mendorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut.
3 Sebagai salah satu alat untuk mengembangkan bakat dan kreativitas
kewirausahaan.

Bagi Klinik
1. Meningkatkan pelayanan mutu dalam bidang pelayanan pendaftaran dan
pendataan pasien pada klinik.
2. Memudahkan pencarian medical record pasien yang nantinya
memudahkan dokter untuk memberikan diagnosa dengan didasarkan history dari
medical record yang telah ada.
3. Mempercepat pendataan dan pelayanan informasi pasien sehingga
mempermudah dan menghemat waktu karena aktifitas dasar dan rutinitas telah
dilakukan secara terkomputerisasi.
4. Memudahkan pencarian laporan, baik laporan jumlah pasien, jumlah obat,
maupun untuk pendapatan dan pengeluaran klinik.

METODE PENDEKATAN
Waktu pelaksanaan dimulai dari tanggal 5 Januari 2006 dan berakhir pada
tanggal 10 Maret 2006, dengan tempat pelaksanaan sebagian besar pekerjaan
dilakukan di rumah tim pelaksana kegiatan dengan cara pembagian modul yang
ditangani sesuai dengan bentuk model tampilan yang disepakati bersama dengan
pihak klinik Homeopathy bersangkutan, dan sebagian kecil pelaksanaan dilakukan
di Klinik dikarenakan tidak tersedianya tempat yang cukup memadai untuk
pelaksanaan pembuatan aplikasi pada klinik tersebut.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan program kreatifitas mahasiswa:
1. Studi literatur dan analisa kebutuhan sistem informasi yang dibutuhkan pada
Klinik Homeopathy.
2. Perencanaan dan pembuatan sistem,
a. Persiapan data,
Pengumpulan data-data tentang pasien dan medical history pasien dari Klinik
Homeopathy, untuk itu dibutuhkan ijin dan persetujuan pihak yang bersangkutan
PKMT-2-18-3

b. Pendefinisian pembelajaran,
Pembelajaran dan survey terhadap proses aliran informasi yang dibutuhkan dan
kebutuhan antarmuka yang diinginkan yang dapat memudahkan pengguna.
c. Perancangan sistem,
d. Pembuatan sistem.
Mengembangkan Aplikasi pendataan dengan menggunakan Microsoft Visual
Basic 6, Microsoft Access, dan software pembuat animasi dn gambar, seperti:
Adobe Photoshop, Macromedia Flash, Fireworks, Corel Draw, dll.
3. Pengujian,
4. Evaluasi sistem,
5. Pengambilan kesimpulan dari hasil penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Aplikasi yang memiliki tampilan antarmuka yang baik dan mudah dalam
pengoperasiannya akan memberi nilai tambah bagi pengguna aplikasi dalam
menjalankan aplikasi. Hal ini disebkan pada saat aplikasi pertama kali dijalankan,
pengguna aplikasi akan dihadapkan terlebih dahulu kepada antarmuka aplikasi
yang ia jalankan. Antarmuka yang memberikan kesan pertama yang baik adalah
antarmuka yang diinginkan setiap pengguna aplikasi. Aplikasi pendataan pasien
ini memiliki 7 antarmuka yang saling berhubungan dan menunjang, adapun
antarmuka-antarmuka tersebut terdiri atas :
1. Tampilan Antarmuka Login
Gambar 5.1 berikut adalah tampilan antarmuka paling awal yang muncul otomatis
setelah fungsi dijalankan yang berfungsi untuk Login pada Aplikasi Sistem
Informasi Klinik Homeopathy:

Gambar 5.1, Antarmuka Login (Login Interface)

2. Tampilan Antarmuka Utama


Antarmuka Utama memiliki 2 buah bagian Utama, seperti terlihat pada gambar
5.2. Kedua bagian tersebut memiliki fungsi masing-masing dan saling
berhubungan satu sama lainnya. Berikut penjelasan bagian-bagian tersebut :
PKMT-2-18-4

Bagian Menu Utama, berisi kontrol navigasi untuk melakukan semua kegiatan
transaksi seperti penambahan data pasien baru, penambahan data history, dan
pengeditan.
Bagian Workspace, merupakan bagian kontrol kerja atau ruang kerja yang
merupakan sebuah window yang mampu menampung window-window child
untuk bekerja (Window Pasien Baru, Penjadwalan, Update, CariHistory,
Profile(UserProperty).

3. Tampilan Antarmuka Pasien Baru.


Antarmuka PasienBaru memiliki 2 buah bagian Utama, seperti terlihat pada
gambar 5.3. berikut penjelasan ketiga bagian tersebut :
Bagian data umum, disini adalah bagian tampilan untuk semua input informasi
umum pasien, seperti tgl kunjung, nama, pekerjaan umur alamat jenis kelamin,
dan status berkunjung.
List Data Keseluruhan Pasien.

Gambar 5.2, Tampilan Antarmuka Utama (Mainfrm Interface)

Gambar 5.3 Tampilan Antarmuka Pasien baru


PKMT-2-18-5

4. Tampilan Antarmuka Edit Pasien.


Antarmuka EditPasien memiliki 2 buah Bagian, seperti terlihat pada gambar 5.4.
dan gambar 5.5.
Tampilan Gambar 5.4 adalah tampilan bagian form edit master yang
digunakan untuk mengedit data -data umum pasien yang berfungsi merubah data
nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan informasi umum lainnya.
Tampilan Gambar 5.5 adalah tampilan bagian form edit tambahan yang
berfungsi untuk mengupdate dan menambah history berobat pasien yang pernah
berkunjung pada klinik homeopathy.

Gambar 5.43 Tampilan Antarmuka edit(DataUmum) Gambar5.5 Tambah


History
5. Tampilan Antarmuka Cari dan Cetak History Pasien.
AntarMuka Cari dan Cetak History ini terbagi menjadi 3 bagian sepertiterlihat
pada gambar 5.5, yaitu:
1. Bagian Searching, merupakan tampilan untuk input pencarian data pasien
yang ingin diedit datanya atau ingin ditampilkan dan dicetak untuk laporan,
Searching dapat dilakukan melalui pencarian dengan penggunaan query IDpasien,
Query menggunakan informasi input sebagian atau seluruh nama, alamat, no_telp,
umur secara langsung, jenis kelamin, status, pencarian melalui tanggal kunjungan,
dan pencarian melalui obat yang dipakai, hasil diagnosa, ataupun keluhan.
2. Bagian kedua berisi list dari Hasil dari Query yang berisi idpasien dan nama
pasien .
3. Bagian Ini merupakan bagian utama dari form ini, karena bagian ini
mengandung/berisi semua detail tentang pasien mulai dari data yang bersifat
umum (seperti IDpasien, Nama, Alamat, No_telp, Umur, JenisKelamin,
Pekerjaan) dan Juga detail HistoryBerobat (seperti
BagianDiagnosa,HasilDiagnosa, dan Remedy).
PKMT-2-18-6

Gambar 5.6, Tampilan Antarmuka History

6. Tampilan Antarmuka Penjadwalan.


Antarmuka User Penjadwalan memiliki 2 buah bagian Utama, seperti terlihat pada
gambar 5.7. berikut penjelasan ketiga bagian tersebut :
Bagian Kontrol Jadwal, disini adalah bagian bagi user untuk memutuskan
apakah ia hanya akan melihat dan mencetak jadwal atau untuk menginput pasien
kedalam jadwal pada tanggal tertentu.
Bagian Tambah data Pasien, merupakan bagian yang berisi list yang berisi
jadwal para pasien pada tanggal terpilih ataupun untuk mengedit jadwal secara
langsung kedalam list (Apabila control yang dipilih adalah control untuk
menginput data)
PKMT-2-18-7

Gambar 5.7, Tampilan Antarmuka Penjadwalan

7. Tampilan Antarmuka AdminProfile dan Summary.

Gambar 5.7, Tampilan Antarmuka AdminProfile dan Summary


PKMT-2-18-8

KESIMPULAN
Aplikasi yang dibuat telah dites dan di uji coba dan dapat berjalan, serta form-
form yang ada telah saling menunjang dan saling mendukung meskipun masih
ada sedikit kelemahan pada pencetakan laporan (rekap).
Analisa dan perancangan yang menggunakan metode terstruktur sering kali
berbeda pendapat di antara analis yang ingin membangun sistem.
Dalam perancangan sebuah aplikasi yang terstruktur ( menggunakan koneksi
ke database) maka harap dipastikan bahwa database yang dirancang telah benar
dan memenuhi syarat-syarat normalisasi dan syarat lain yang dibutuhkan,
sehingga jika database dan ERD telah selesai dirancang dan proses kesalahan pada
perancangan ini hilang maka tidak akan terjadi pengulangan proses pembuatan
dari awal yang dikarenakan system selalu mengikuti struktur database baru
kemudian dilanjutkan dengan proses pembuatan data flow diagram.
Untuk pemrograman menggunakan bahasa visual basic masih banyak
kekurangan dalam keflexibilitasan memanipulasi data tidak seperti yang terdapat
pada java yang lebih ter- Object Oriented.
PKMT-2-19-1

DESAIN DAN REALISASI ALAT ELEKTROKARDIOGRAF BERBASIS


MIKROPROSESSOR 8-BIT BESERTA SISTEM DATABASE DAN
MONITORINGNYA YANG BERBASIS ONLINE UNTUK MEMBANTU
PASIEN JANTUNG

Ahmad Sutanto1, R Saputra2, AN Jati3, Irfan P Nugroho4, Muhamad K Basya5


1,2,4,5
Jurusan Teknik Elektro, 3 Jurusan Teknik Informatika
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom, Bandung

ABSTRAK
Elektrokardiogram (EKG) merupakan sinyal fisiologis yang dihasilkan oleh
aktifitas kelistrikan jantung. Sinyal ini direkam menggunakan perangkat
elektrokardiograf. Perangkat ini bemacam-macam bentuknya sesuai dengan
kepentingan perekaman sinyal EKG yang dilakukan. Misalnya untuk standard
clinical EKG, menggunakan 12 elektroda, dan peraga bisanya berupa kertas
rekam ECG, sedangkan untuk monitoring EKG, digunakan 1 atau 2 elektroda
dengan peraga berupa sinyal yang ditampilkan pada CRT. Perangkat ini relatif
mahal karena produksi yang terbatas, penggunaan yang cukup spesifik dan hanya
terdapat pada rumah sakit - rumah sakit besar. Untuk itu perlu direalisasikan
sistem elektrokardiograf yang lebih murah berbasis online sebagai media
penghubung antara pasien dan dokter. Yaitu dengan mendisain sistem ECG
monitoring yang berbasis online, sistem ini mempunyai kemampuan untuk
mendeteksi kondisi kesehatan jantung pasien secara jarak jauh. Alat ini
mempunyai kelebihan untuk memasukkan data medis tersebut kedalam suatu
database secara online sehingga dokter ataupun pasien tidak perlu lagi bertemu
langsung sehingga pemantauan kondisi jantung pasien bisa dilakukan dimanapun
juga.

Kata kunci : Elektrokardiograf, jantung, online

PENDAHULUAN
Penyakit jantung saat ini telah menjadi suatu penyakit yang paling
mematikan di dunia. Meskipun angka kejadian Penyakit Jantung dan Pembuluh
Darah (PJPD) di Indonesia belum ada data yang akurat namun bila kita tinjau data
di Amerika Serikat, pada tahun 1996 dilaporkan hampir terdapat 60 juta penderita
atau menjapai 1 dari 5 penduduk Amerika Serikat menderita penyakit jantung.
Kematian akibat PJPD di seluruh Amerika Serikat pada tahun 1996 mencapai
959.227 penderita, yakni 41,4% dari seluruh kematian. Setiap hari 2600 penduduk
meninggal akibat penyakit ini. Meskipun berbagai pertolongan mutakhir telah
diupayakan, namun setiap 33 detik tetap saja seorang warga Amerika meninggal
akibat penyakit ini.
Prof Shahryar Sheikh, Direktur Asia Pacific Society of Cardiology 2003,
mengungkapkan penyakit kardiovaskular (cardiovascular disease/CVD) saat ini
mengalami kenaikan yang cukup cepat, dan menjadi penyakit pembunuh
peringkat atas di kawasan Asia Pasifik. "Pertumbuhan penyakit cardiovascular ini
merupakan problema di Asia Pasifik. Terlebih di negara-negara yang sedang
berkembang. Penyakit jantung merupakan tantangan yang besar dan sangat
kompleks karena menyangkut masalah pembangunan sosial dan ekonomi."
PKMT-2-19-2

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk pencegahan penyakit jantung
adalah dengan pemantauan kondisi kesehatan jantung secara rutin dengan
menggunakan alat yang disebut electrocardiograph. Electrocardiograph (ECG)
adalah suatu gambaran dari arus elektrik yang dihasilkan oleh otot jantung selama
satu denyut jantung. Electrocardiograph menyediakan informasi kondisi jantung
itu. Electrocardiograph dibuat dengan menerapkan electroda pada komponen
badan untuk mengambil sinyal kecil dari tubuh kepada monitoring instrumen.
Standard electrocardiograph memungkinkan untuk pembandingan sinyal seperti
diambil dari tiap orang dengan kondisi normal dan kondisi kelainan pada
jantungnya.
Namun saat ini electrocardiograph hanya terdapat di beberapa rumah sakit
besar dengan jumlah yang terbatas. Sehingga pasien sulit untuk melakukan
pengecekan kondisi jantungnya. Selain itu pasien juga harus menghabiskan waktu
dan tenaga untuk dapat melakukan pengecekan kondisi jantungnya karena harus
datang ke rumah sakit dan harus antri dengan pasien yang lain.
Oleh karena itu diperlukan adanya pembangunan perangkat yang dapat
digunakan pasien secara individu namun tetap dapat dilakukan pemantauan oleh
ahli jantung. Perangkat ini digunakan oleh pasien untuk mendapatkan sinyal
kondisi kesehatan jantungnya.
Electrocardiograph Monitoring System diharapkan dapat berfungsi
sebagai alat yang dapat mengambil data kondisi jantung pasien dimana data
tersebut kemudian secara otomatis dikirimkan ke database yang berfungsi sebagai
tempat pencatat dan penampung data-data kesehatan jantung pasien. Dengan
masuknya data tersebut ke database, sistem akan memberikan sinyal ke PC yang
ada disisi ahli jantung dengan menggunakan jaringan internet bahwa ada pasien
yang telah melakukan pemantauan kesehatan jantung. Oleh system ahli jantung
tersebut akan diberikan keluaran berupa grafik tentang kondisi jantung pasien
sehingga ahli jantung dapat memanfaatkan data tersebut untuk memberikan
diagnosis dari monitoring kesehatan jantung pasien kepada pasien yang
bersangkutan dan juga dapat memberikan saran kepada pasien.
Luaran berupa alat pemantau kesehatan jantung pasien mudah diterapkan
dan digunakan sehingga pasien dapat melakukan cek kesehatan jantungnya dari
rumah atau dari tempat dimana pasien sedang melakukan aktivitas. Sehingga
pasien tersebut tidak perlu datang ke pusat kesehatan. Pasien tersebut hanya
memerlukan sebuah monitoring cardiogram dan sebuah PC atau notebook atau
handphone yang dapat terkoneksi dengan jaringan internet. Sehingga secara
otomatis data kesehatan jantung yang diperolehnya dapat dikirimkan ke database
yang akan digunakan oleh ahli jantung untuk memberikan diagnosis kondisi
kesehatan jantung pasien.

METODE PENDEKATAN
Perancangan EKG (Elektrokardiogram) dimulai dengan melakukan
penaksiran kebutuhan EKG dilanjutkan dengan bagaimana EKG dapat
menjalankan tugasnya. Dengan demikian maka semua kebutuhan dideskripsikan
pertama kali dilanjutkan dengan inventarisasi sumber daya yang tersedia,
perancangan awal dan yang terakhir adalah menetukan perangkat keras
(hardware) dan perangkat lunak (software).
PKMT-2-19-3

Pada tahap pengujian, diuji kelayakan sistem untuk kemudian dilakukan


pengamatan kembali untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan saat
pengujian. Pengujian sistem digunakan untuk mengetahui tingkah laku sistem atau
perangkat yang akan dibangun. Pada proses pengujian elemen-elemen yang dapat
dilakukan pengujian adalah software, hardware, user, input dan output sistem.

Secara garis besar tahap penyelesaian masalah digambarkan dalam


diagram dibawa ini :
PKMT-2-19-4

Identifikasi Masalah

Menentukan Tujuan Penelitian

Studi Pustaka

Penelitian Pendahuluan

Pengamatan metode dan cara pengukuran detak


jantung dengan Elektrokardiograf

Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data teknik (rangkaian) Data signal


Elektrokardiograf (EKG) Elektrokardiograf (EKG)

Perancangan

Evaluasi cara kerja perangkat Elektrokardiograf

Pembuatan rangkaian Elektrokardiograf

Pemmbuatan software monitoring

Pengujian rangkaian dan software monitoring Elektrokardiograf

Implementasi Program kegiatan

Pasien-pasien penyakit jantung

Evaluasi dan Perbaikan

Kesimpulan dan Saran


PKMT-2-19-5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan perancangan hardware

Gambar1.1 schematic dari blok power supply

Gambar 1.2 PCB dari blok power supply

Rangkaian ini berfungsi untuk menghasilkan catuan sebesar +9 volt dc, -9 volt dc,
dan +5 volt dc. Catuan ini selanjutnya akan digunakan untuk menjalankan blok
analog dan digital dari system EKG yang kami buat.
PKMT-2-19-6

Gambar 1.3 Schematic dari blok analog dari sistem EKG

Gambar 1.4 PCB dari blok analog dari sistem EKG

Pada blok analog ini, sinyal dari hasil pengukuran pada pasien di tangkap dan
dikuatkan sebesar 1000x karena sinyal asli jantungnya sangatlah kecil yaitu
sebesar 5mV, sehingga setelah dikuatkan sinyal menjadi 5V, sinyal ini kemudian
diproses oleh blok digital.
PKMT-2-19-7

Gambar 1.5 Schematic dari blok digital pada EKG

Gambar 1.6 PCB dari blok digital pada EKG

Pada blok ini, sinyal yang didapat dari blok analog kemudian disampling dan
diproses untuk menghasilkan sinyal Elektrokardiogram, kemudain sinyal ini di
transmisikan ke CPU, blok ini juga dilengkapi dengan interface ke CPU.interface
ini menggunakan system komunikasi serial dengan menggunakan standar RS 232
PKMT-2-19-8

Hasil dan pembahasan perancangan software

Gambar 1.7 Tampilan Awal EKG Monitoring

Pada saat pertama kali program di jalankan maka kita harus mengisi
terlebih dahulu data pasien yang akan diperiksa menggunakan alat EKG
monitoring ini. Selain itu kita juga harus memasukkan pilihan lead yang
digunakan. Setelah data yang dibutuhkan selesai kita masukkan, maka kita akan
melakukan pengukuran kepada pasien.

Gambar 1.8 Grafik EKG

Setelah pemasangan alat selesai di lakukan pada pasien maka kita mulai akan
mengamati perubahan denyut jantung melalui electron tubuh pasien.
PKMT-2-19-9

Gambar 1.9 Analisis

Pada saat melakukan pengamatan data pasien, kita dapat melakukan


analisis pada data yang telah di dapatkan dengan meng-capture hasil sementara
data pasien. Kita dapat juga menuliskan hasil analisis kita pada bagian yang telah
di sediakan.
Setelah data di peroleh, maka dapat kita lakukan penghitungan detak
jantung pasien yang bersangkutan. Dari data ini, kita dapat melihat apakah
seseorang dapat dikatakan sehat atau tidak berdasarkan nilai detak jantung.
Fasilitas simulator ini di gunakan untuk memberikan referensi kepada
pengamat tentang data yang di dapatkan pada proses pengamatan dengan realita di
dunia kedokteran.
PKMT-2-19-10

Gambar 1.10 Pengukuran Hasil Pengamatan

Gambar 1.11 Simulator EKG

KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan alat elektrokardiograf berbasis
online adalah :
a. Sistem ini memberikan solusi alternatif yang relatif mudah, murah dan
konsumsi daya rendah terhadap pengukuran EKG secara konvensional.
b. Sistem ini dapat membaca Sinyal EKG dengan tiga titik lead/acuan
elektroda menurut Einthoven Triangle Formation untuk keperluan
monitoring EKG.
PKMT-2-19-11

c. EKG (Elektrokardiogram) adalah sinyal yang merepresentasikan kondisi


jantung manusia berdasarkan bentuk sinyal dengan parameter amplituda,
durasi sinyal dan heart rate.
d. Untuk menampilkan sinyal pada PC perlu mengubah sinyal EKG analog
menjadi sinyal EKG digital.
e. Software EKG Monitoring System ini dapat membaca dan menampilkan
rekaman medis EKG dari pasien dengan format data yang ditentukan oleh
software ini.
f. Sistem EKG Monitoring System ini juga bisa digunakan untuk mrnyimpan
rekap medis pasien sehingga pasien dan dimonitoring kondisi kesehatan
jantungnya
g. Sistem Telemetri dan Monitoring EKG ini dapat dipergunakan untuk
pendidikan atau pelatihan tetapi belum dapat digunakan dalam lingkungan
medis karena permasalahan pengujian.

DAFTAR PUSTAKA
1. Barmawi, Malvino. Prinsip prinsip elektronika jilid 2, ITB, Bandung.
2. Hariyanto, Bambang, Ir.,MT., 2005. Esensi-esensi Bahasa Pemrograman
Java, Informatika, Bandung.
3. Kadir, Abdul. 2003. Pemrograman C++, Yogyakarta.
4. Richard F. Tinder. 1991.Digital Engineering Design, Prentice Hall
international Inc.
5. Smith Jack. 1985. Modern Communication Circuits, McGraw-Hill.
Singapore
6. Sugiharto, Agus., 2002. Penerapan Dasar Transduser dan Sensor, Kanisius.
Yogyakarta.
7. Wardana Eka, Khusni. 2005. Desain Dan Realisasi Receiver Sistem
Telemetri Dan Pemantauan Elektrokardiogram Wireless Dengan Modulasi
Ask, STT TELKOM. Bandung.
PKMT-2-20-1

PENGARUH PEMBERIAN JERAMI FERMENTASI SEBAGAI


PENGGANTI RUMPUT HIJAUAN PADA DOMBA
TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN

Santoso, Kiswandi, Amir Zuhri


Jurusan Produksi Ternak, Akademi Peternakan Karanganyar, Karanganyar

ABSTRAK
Materi yang digunakan adalah domba lokal jantan sebanyak empat ekor dengan
bobot rata-rata 15 kg yang diberikan dalam bentuk pakan yang terdiri atas dua
perlakuan. Perlakuan pertama, domba diberi pakan berupa konsentrat dan
rumput raja selama 21 hari, kemudian diganti dengan pakan konsentrat dan
jerami fermentasi selama 21 hari. Perlakuan kedua, domba diberi pakan berupa
konsentrat dan jerami fermentasi selama 21 hari, kemudian diganti dengan pakan
konsentrat dan rumput raja selama 21 har.i Konsumsi bahan kering (BK) dan
pertambahan bobot badan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa konsumsi bahan kering domba yang diberi pakan rumput
raja (560.47 g/ekor/hari) lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi jerami
fermentasi (921.19 g/ekor/hari). Pertambahan bobot badan harian domba yang
diberi pakan rumput (53.57 g/ekor/hari) sama dengan pertambahan bobot badan
harian domba yang diberi jerami fermentasi (53.87 g/ekor/hari). Dengan
demikian, jerami fermentasi dapat menggantikan rumput raja sebagai pakan
domba.
Kata Kunci : jerami fermentasi, domba, rumput raja, analisis deskripsi

PENDAHULUAN
Populasi ternak domba di Indonesia tahun 1997 adalah sebesar
7.69 juta ekor (Anonim 1998). Dari populasi tersebut sebagian besar
terkonsentrasi di pulau jawa, sehingga dapat dikatakan bahwa tanah-tanah di Jawa
menjadi sangat terbatas untuk pemgembangan peternakan. Keadaan daerah seperti
ini, lebih dimungkinkan memelihara ternak ruminansia kecil seperti halnya
domba.
Menurut Sabrani et al. (1982), potensi daerah sangat bervariasi dari suatu
daerah ke daerah lainnya, dan ini memperlihatkan adanya interaksi dengan faktor-
faktor pendukungnya yang berupa pakan, iklim, tanah dan manusia (peternaknya).
Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh
petani ternak di pedesaan, pada umumnya masih usaha sambilan di samping
usaha taninya. Sistem pemeliharaan yang masih tradisional dengan sifat usaha
yang hanya merupakan usaha sambilan, menyebabkan produktivitas ternak
domba rendah (Soedjana 1983).
Faktor utama yang mempengaruhi produktivitas domba adalah pemberian
pakan dan gizinya (Devendra 1993). Lebih lanjut dinyatakan bahwa pemberian
pakan dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang baik paling besar pengaruhnya
dibanding faktor-faktor lain, dan ini merupakan cara yang sangat tepat untuk
meningkatkan produktivitasnya. Penelitian lain oleh Soetama el al. (1993),
menyatakan bahwa pemberian pakan yang baik (cukup kualitas dan kuantitasnya)
akan dapat meningkatkan bobot lahir anak domba, dan bobot lahir anak
berhubungan erat dengan daya hidupnya.
PKMT-2-20-2

Pakan merupakan faktor yang sangat penting dalam usaha pengembangan


peternakan. Di daerah tropis seperti Indonesia ini, tampaknya sulit bagi domba
untuk dapat berproduksi optimal jika hanya mengandalkan hijauan yang berupa
rumput-rumputan di daerah tropis umumnya memiliki nilai nutrisi yang
rendah.(Handayanta 2003).
Persediaan rumput yang merupakan sumber pakan hijauan di Indonesia
sangat dipengaruhi oleh musim. Saat musim hujan, tanaman pakan ternak dapat
tumbuh baik, sehingga kebutuhan pakan hijauan dapat tercukupi. Sebaliknya pada
musim kemarau, tanaman hijauan yang dihasilkan akan sangat berkuarang dalam
jumlah dan kualitasnya. Untuk mengatasi hal ini umumnya peternak
menggunakan limbah pertanian yang tersedia di sekitarnya untuk pakan ternaknya
(Astuti & Sukaryani 2004).
Limbah pertanian adalah sisa tanaman pertanian pasca panen setelah
diambil hasil utamanya. Limbah pertanian ini merupakan bahan lignoselulosa
yang banyak dihasilkan tapi belum digunakan secara efisien. Salah satu jenis
limbah pertanian yang potensial sebagai pakan ternak adalah jerami padi (Astuti
& Sukarni 2004).
Menurut Rukmana (2001) data yang diperoleh dari dinas peternakan,
potensi limbah pertanian khususnya jerami padi di jawa Tengah produksinya
mencapai 2 535 438.97 ton/ tahun dari luas tanam 1 093 495.54 Ha. Sedangkan
untuk wilayah jawa dan bali dari total produksi limbah pertanian rata-rata 28 juta
ton/ tahun dan 70%-nya berupa jerami padi. Hal ini sesuai dengan program
pengembangan peternakan adalah pemanfaatan limbah pertanian menjadi pakan
yang bernilai tinggi. Tujuannya adalah sebagai alternatif penyediaan pakan dan
sekaligus bermanfaat dalam mengurangi pencemaran lingkungan.
Penelitian yang dilakukan oleh Kijlstra (1985), amoniasi jerami padi dengan
urea dapat meningkatkan kecernaan lebih kurang 11 atau 45% menjadi 56%,
sedangkan menurut Ibrahim (1986) kecernaan bahan kering jerami padi amoniasi
dengan 4% urea meningkat dari 41.2% menjadi 46.9%. Sementara itu hasil
penelitian Chuzaemi dan Soejono (1987), juga menunjukkan bahwa amoniasi
jerami padi dengan 4% urea menaikkan kecernaan bahan kering dari 40.65%
menjadi 50.09%, menaikkan kecernaan bahan organik dari 50.57% menjadi
60.51% dari menurunkan kadar dinding sebesar 6.14 dari 79.80% menjadi
75.09%.
Berdasarkan uraian di atas maka didapatkan dua kesimpulan, yaitu:
1. Dalam pemeliharaan domba sangat dipengaruhi oleh pakan hijauan,
padahal ketersediaan pakan hijauan di Indonesia terbatas, terutama pada
musim kemarau.
2. Jerami merupakan limbah pertanian yang jumlahnya sangat besar dan
melimpah terutama pada musim penghujan.
Salah satu dari solusi untuk mengatasi kekuarangan bahan pakan hijauan
untuk ternak domba pada musim kemarau adalah dengan mengganti pakan
hijauan atau rumput dengan jerami yang melimpah. Dengan metode fermentasi
maka jerami padi bisa dimanfaatkan untuk pakan domba. Jerami yang
difermentasi akan mengalami pemecahan ikatan-ikatan lignin sehingga serat
kasarnya rendah, selain itu proteinnya meningkat. Dengan demikian diharapkan
rumput hijauan yang biasa diberikan pada domba bisa diganti dengan jerami
fermentasi.
PKMT-2-20-3

Tujuan dari program ini adalah untuk membuktikan sampai seberapa jauh
tingkat adaptasi domba terhadap pemberian jerami fermentasi yang akhirnya akan
mempengaruhi berat badannya diharapkan jerami fermentasi dapat menggantikan
rumput hijauan.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Unit Praktek Ternak (UPT) Akademi Peternakan
Karanganyar pada bulan Agustus sampai dengan November 2005.
Bahan dan materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah domba lokal
sebanyak 4 ekor berat rata-rata 15 kg, jerami fermentasi, konsentrat, rumput raja.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : kandang individu dengan
peralatan lengkap (tempat pakan, tempat minum, alat pembersih), peralatan untuk
fermentasi lengkap ( plastik, sabit, ember)
1. Pembuatan fermentasi jerami
a. Langkah pertama: dipersiapkan peralatan dan bahan, peralatan
meliputi sabit, plastik dan ember. Sedangkan bahan meliputi jerami
padi, starbio, urea, dan air.
b. Langkah kedua : Jerami padi dipotong dengan panjang + 5 cm, urea
dan starbio ditimbang 5% dari bobot jerami padi, setelah itu
dilarutkan dengan air pada ember. Air yang digunakan berdasarkan
bahan kering (1:1)
c. Langkah ketiga : pencampuran jerami padi dengan larutan starbio
dan urea lalu dimasukkan ke dalam plastik dan ditutup rapat.
Pemeraman dalam pembuatan fermentasi ini adalah 3 minggu.
2. Percobaan pada domba
Percobaan pada domba dilakukan secara bertahap dengan tahapan sebagai
berikut:
Perlakuan Minggu Ke-
Ulangan
1
2
3
4

Keterangan: Minggu ke 0: Tahapan persiapan domba semuanya diberi


rumput raja.
Minggu ke 1: Tahapan adaptasi, 4 domba perlakuan diberi
rumput raja dan konsentrat. Domba 1 dan 2
sedikit demi sedikit diganti jerami fermentasi
Minggu ke 2: Tahapan perlakuan, domba 1 dan 2 diberi
jerami fermentasi dan konsentrat sedang
domba 3 dan 4 diberi rumput raja dan
konsentrat.
Minggu ke 3: Tahapan perlakuan, domba 1 dan 2 diberi
jerami fermentasi dan konsentrat sedang
domba 3 dan 4 diberi rumput raja dan
konsentrat.
PKMT-2-20-4

Minggu ke 4: Tahapan perlakuan, domba 1 dan 2 diberi


jerami fermentasi dan konsentrat sedang
domba 3 dan 4 diberi rumput raja dan
konsentrat.
Minggu ke 5: Tahapan adaptasi, pada adaptasi yang kedua
ini dilakukan pergantian pakan. Domba 1 dan
2 sedikit demi sedikit diganti rumput raja
sedang domba 3 dan 4 sebaliknya, diganti
jerami fermentasi.
Minggu ke 6: Tahapan perlakuan domba 1 dan 2 diberi
rumput raja dan konsentrat sedangkan domba
3 dan 4 diberi jerami fermentasi dan
konsentrat.
Minggu ke 7: Tahapan perlakuan domba 1 dan 2 diberi
rumput raja dan konsentrat sedangkan domba
3 dan 4 diberi jerami fermentasi dan
konsentrat.
Minggu ke 8: Tahapan perlakuan domba 1 dan 2 diberi
rumput raja dan konsentrat sedangkan domba
3 dan 4 diberi jerami fermentasi dan
konsentrat.
3. Variabel yang diamati
1) Konsumsi bahan kering (g/ekor/hari)
Konsumsi bahan kering dihitung berdasarkan konsumsi segar dikalikan
dengan kandungan BK pakan.
2) Pertambahan Berat Badan (g/ekor/hari)
Pertambahan bobot badan dihitung berdasarkan berat badan akhir
dikurangi berat badan awal dibagi lama penelitian.
4. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini diolah dan dianalisis secara
deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Konsumsi Bahan Kering
Konsumsi bahan kering yang diberi rumput raja dan jerami fermetnasi
terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. Konsumsi bahan kering domba selama penelitian (g/ekor/hari)


PKMT-2-20-5

No. Rumput Raja (T1) Jerami Fermentasi (T2)


1 558.089 871.42
2 562.85 902.86
3 553.33 938.57
4 567.61 971.90
x 560.47 921.19

Dari tabel 1 di atas diketahui bahwa konsumsi BK Jerami fermentasi


(921.19 g/ekor/hari) lebih tinggi dibanding konsumsi BK rumput raja (560.47
g/ekor/hari). Konsumsi BK dipengaruhi oleh faktor keragaman ternak, kondisi
saluran pencernaan, sifat fisik dan kimia pakan, palatabilitas serta faktor
lingkungan (Parakkasi & Zakaria 1984).
Konsumsi BK yang lebih tinggi pada jerami fermentasi dimungkinkan
karena perlakuan fermentasi dapat menyebabkan jerami mudah dicerna. Pakan
yang mudah dicerna, lama tinggal di perut tidak lama, sehingga perut cepat
kosong, dengan demikian domba akan makan lebih banyak. Menurut Ranjhan
(1981) domba yang digemukkan membutuhkan bahan kering 4.5-5 persen dari
bobot hidupnya. Domba dengan bobot badan 15 kg akan mengkonsumsi BK
sebanyak 750 gram. Dengan demikian konsumsi BK jerami fermentasi lebih
tinggi dari kebutuhan, sedangkan konsumsi BK rumput raja lebih rendah dari
kebutuhan.

Pertambahan Bobot Badan


Pertambahan bobot badan domba yang diberi jerami fermentasi dan rumput
raja tertera pada tabel 2.

Tabel 2. Pertambahan bobot badan domba (g/ekor/hari)


PKMT-2-20-6

No. Rumput Raja (T1) Jerami Fermentasi (T2)


1 38.09 42.85
2 42.85 52.38
3 61.90 59.52
4 71.42 60.71
x 53.57 53.87

Rerata pertambahan bobot badan pada perlakuan rumput raja sama dengan
perlakuan jerami fermentasi. Berarti pada pemberian jerami fermentasi dengan
konsumsi BK yang lebih tinggi memiliki tingkat produk yang relatif sama dengan
pemberian rumput raja. Arora (1989) dan Parakkasi (1995) menyatakan bahwa
tingkat konsumsi pakan dapat dijadikan indikator tingkat produksi yang mampu
dicapai oleh seekor ternak. Pada konsumsi jerami fermentasi yang lebih tinggi
kemungkinan disebabkan kondisi TDN (24,06) yang lebih rendah dari rumput
raja (56.63). Sedangkan kondisi PKnya hampir sama (6.24 VS 6.7). Ternak
mengkonsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Apabila TDNnya
rendah maka konsumsinya menjadi lebih tinggi, tetapi kondisi PK nya sama maka
kebutuhannya juga sama.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) Konsumsi BK


domba yang diberi jerami fermentasi lebih tinggi dibanding konsumsi BK rumput
raja. 2) Pertambahan bobot badan harian domba yang diberi jerami fermentasi
sama dengan yang diberi rumput raja.

DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 1998. Indonesian Livestock Statistik Indonesia in Amin Science
Research and Development Foundation. Bogor.
Arora SP. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Yogyakarta: Gadjah
Mada Univ. Pr.
AAK.1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Yogyakarta:
Kanisius.
Astuti P, Sukarni S. 2004. Kinerja Domba Lokal yang Mendapatkan Limbah
Padat (Blotong ) Industri Pabrik Gula. Karanganyar: APEKA.
Chuzaemi S, Soejono M. 1987. Pengaruh Urea Amoniasi terhadap Komposisi
Kimia dan Nilai Gizi Jerami Padi untuk Sapi Peranakan Ongole. Di dalam:
Proceedings Bio Conversion Project Second Workshop pn Crop Residues
for Feed and other Purposes. Grati, 16-17 Nov 1987. hlm 68-73.
Devendra C. 1981. Rhoges Resources For Feeding Ruminants In The ASEAN
Region Invented Paper Work Shop On Technology Of Animal Feed
Production Utilising Food Waste Materials. Bandung.
Devendra C. 1993. Goats and Sheep in Asia Di dalam: Small Ruminant
Production in the Humid Tropics. Surakarta: Sebelas Maret Univ. Pr.
Handayanta E. 2003. Potensi Limbah Industri Pengolahan Kedelai sebagai Bahan
Suplementasi dalam Ransum Ternak Domba. Karanganayar: APEKA.
PKMT-2-20-7

Ibrahim MN, M, Efficiency of Urea Ammonia Treatmen. In Rice Straw and


Related Feed in Ruminants (Eds. M.N.M Ibrahim and J.B. Sciere) (Proc, Int
Workshop, Kandy, Srilanka).
Kearl LC. 1982. Nutrient Requirement in Developing Countries. International
Feedstuffs Institute Utah Agricultural Experiemnts Station Utah
University.
Kijstra. 1985. The Utilition of Straw as Ccattle Feed Buletin No. 60 An Assesment
of Its Practical and Economis Feasibility Agricultural University (LH).
Wageningen: Departemen of Tropical Animal Husbandry.
Parakkasi A. 1995. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Jakarta: UI Pr.
Riyanto. 2005. Pengaruh Pemberian Jerami Padi Amoniasi Blotong terhadap
Konsumsi TDN dan Pertambahan Berat Domba Jantan Lokal.
Karanganayar: APEKA.
Rukamana R. 2001. Silase dan Permen Ternak Ruminansia. Yogyakarta:
Kanisius.
Sabrani M et al. 1982. Laporan Baseline Ternak Domba dan Kambing. Bogor:
Balitnak.
Santoso. 2005. Pengaruh Aras UREA dan Lama Pemeraman Terhadap Nilai Gizi
Jerami Padi yang Diamoniasi. Karanganyar: APEKA.
Siregar ME. 1988. King Grass Sebagai Hijauan Makanan Ternak. Bogor: Warta
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Soejono M. 1983. Penanganan Limbah Pertanian Sebagai Pakan Ternak Laproan
Pelaksanaan Latihan Hijauan Makanan Ternak Fooder Seed and Forage
Development. Yogyakarta: Fakultas Peternakan UGM.
Soeama LK, Putu IG, Wadzreka MTZ. 1993. Improvement in Small Ruminant
Produktivity Through more Efficient Reproduction in : Small Ruminant
Production in the Humild Tropics. Surakarta: Sebelas Maret Univ. Pr.
Soeyono MR, Utomo, Widyantoro. 1987. Peningkatan Nilai Nutrisi Jerami Padi
dengan Berbagai Perlakuan. Grati, 16-17 Nov 1987.
Tilman AD et al. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta: Gama Pr.
Fakultas Peternakan UGM.
PKMP-2-21-1

RANCANG BANGUN ALAT PROTEKSI PERALATAN KOMPUTER


TERHADAP KASUS PENCURIAN PADA GEDUNG-GEDUNG SEKOLAH
MENENGAH UMUM DI KABUPATEN KUDUS

Amaludin, Edy Setyorini, Nur Fitria R, Masruthan


Universitas Muria, Kudus

ABSTRAK

Kata kunci:
PKMP-2-22-1

PENERAPAN TEKNOLOGI PENYAMBUNGAN " THREE IN ONE"


PADA TANAMAN HIAS EUPHORBIA MILII DI BEBERAPA FLORIST
ANGGOTA PERKUMPULAN PENCINTA (PPT) CABANG SURABAYA

Prakarsa Herananta, Esti YN, Imam Effendy, Irma Yuliana, D Nudia, Risman S
UPN - Veteran Jawa Timur, Surabaya

ABSTRAK

Kata kunci:
PKMP-2-23-1

PERENCANAAN DAN PEMBUATAN HYDROFOIL PADA


HYDROFOIL SPORT BIKE

Muhammad Suhariyanto dan Mohammad Asyari


Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya, Surabaya

ABSTRAK

Kata kunci:
PKMT-3-1-1

DESAIN SPOILER TRUK UNTUK PENGURANGAN SERETAN UDARA


(DRAG) BERDASARKAN UJI TEROWONGAN ANGIN DAN UJI JALAN
UNTUK PENGHEMATAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM)

Marzuqi, Noviandy, Nanang.S, Yenita dan Nadya Komala Sari


PS Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang

ABSTRAK
Data statistik menunjukkan jumlah truk pada tahun 2003 mencapai angka yang
cukup besar yakni 3.058.218 unit dengan pertumbuhan rata-rata 18.54 % per
tahun (Dijen HUBDAT Dit LLAJ). Hal ini akan berimbas pada penggunaan
bahan bakar yang besar. Apalagi didorong dengan minyak mentah mencapai
harga US$ 68 per barel per 26 Agustus 2005. Untuk itu, segala upaya
penghematan bahan bakar kendaraan perlu digalakkan untuk memungkinkan
pengurangan biaya operasi atau meningkatkan jarak tempuh sehingga biaya per
satuan jarak menjadi lebih murah. Besarnya kebutuhan penggunaan bahan bakar
ditentukan oleh beberapa faktor salah satunya keaerodinamisan truk. Hal ini
dipengaruhi oleh geometri dan luas penampang truk dimana semakin
aerodinamis truk tersebut, maka seretan (drag) yang dihasilkan semakin kecil dan
penggunaan bahan bakar dapat diminimalisir. Pada truk, spoiler digunakan
untuk mengurangi drag tersebut. Dimana untuk mendapatkan spoiler dengan
fungsi optimal diperlukan pengujian terowongan angin untuk mengetahui jenis
spoiler yang memiliki drag terendah. Desain spoiler yang dijadikan model yaitu
tipe MCX 1 Sp dan MCX 2 Sp dengan penurunan nilai koefisien seret pada
kecepatan tinggi (15.6 m/s) mencapai 52,3 % untuk model MCX 2 Sp dan 43,7 %
untuk model MCX 1 Sp. Selanjutnya dilakukan pengujian jalan dengan membuat
prototipe spoiler yang memiliki nilai drag terendah sebagai indikator penurunan
penggunaan bahan bakar terbesar. Data-data seperti penggunaan minyak, waktu
dan jarak tempuh uji jalan ini diolah untuk mendapatkan pengaruh kecepatan
kendaraan terhadap besarnya pemakaian minyak baik tanpa maupun dengan
menggunakan spoiler. Pemakaian bahan bakar pada umumnya bertambah seiring
dengan pertambahan kecepatan kendaraan. Namun juga terjadi peningkatan
efisiensi pemakaian bahan bakar akibat penggunaan spoiler MCX 2 Sp dari 9.7,
11.3 dan 27,31 % pada kecepatan berturut-turut yaitu 53.7, 57.6 dan 82.5
km/jam.

Kata kunci : Drag, Spoiler dan Penghematan Bahan Bakar

PENDAHULUAN
Perkembangan transportasi di Indonesia yang cukup pesat, salah satunya
ditandai dengan jumlah kendaraan yang cukup besar. Di antara alat transportasi
yang umum adalah truk. Jenis kendaraan ini digunakan sebagai pembawa barang.
Karena fungsinya yang sangat vital, keberadaan jumlah truk termasuk besar
dibandingkan dengan kendaraan umum lainnya. Data statistik jumlah armada
angkutan jalan dari tahun 1999-2003 menunjukkan jumlah truk pada tahun 2003
berjumlah 3.058.218 unit degan pertumbuhan rata-rata 18.54 % per tahun. (Dijen
HUBDAT Dit LLAJ, 2002).
PKMT-3-1-2

Dengan meningkatnya kebutuhan angkutan barang maka kebutuhan alat


transportasi meningkat pula. Hal ini akan berimbas pada penggunaan bahan bakar
yang besar. Selain itu diperkirakan mulai tahun 2002 hingga 2020 konsumsi di
bahan bakar di Amerika meningkat hingga 14 juta barrel per hari. (US.
Department of Transportation, 2002)
Kebutuhan bahan bakar kendaraan darat, laut dan udara selalu bertambah
seiring dengan meningkatnya mobilitas manusia di masa modern ini. Minyak
mentah untuk bahan bakar minyak pada tangal 26 Agustus 2005 yang lalu telah
mencapai harga tertinggi US$ 68 per barel. Oleh sebab itu, segala upaya
penghematan bahan bakar kendaraan perlu digalakkan untuk memungkinkan
pengurangan biaya operasi atau meningkatkan jarak tempuh sehingga biaya per
satuan jarak menjadi lebih murah. Keuntungan penghematan yang lain adalah
penurunan emisi gas buang, pengurangan kebisingan (noise) dan/atau pengecilan
ukuran kendaraan.
Besarnya kebutuhan penggunaan bahan bakar ditentukan oleh beberapa
faktor salah satunya keaerodinamisan truk. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
geometri dan besar penampang truk. Sehingga semakin aerodinamis truk tersebut,
maka seretan yang dihasilkan semakin kecil dan penggunaan bahan bakar dapat
diminimalisir.
Untuk meminimalisir penggunaan bahan bakar tersebut pada truk maka
digunakan bagian tambahan pada atap kabin truk yang disebut deflektor, spoiler
atau pembelok aliran. Alat ini berfungsi untuk mengurangi seretan aliran udara
(drag) yang berkaitan erat dengan penghematan bahan bakar.
Spoiler atau deflektor sangat berkaitan dengan koefisien seret (drag
coeficient) yang dapat diterjemahkan kedalam gaya seret (drag force) pada
kendaraan. Topik ini banyak diteliti sejak disadari bahwa gaya ini berhubungan
dengan pemakaian bahan bakar. Dari hasil penelitian sebelumnya menyimpulkan
sekitar 75% daya yang dipakai untuk menggerakkan roda mobil digunakan untuk
mengatasi tahanan atau gaya seret udara ketika mobil tersebut bergerak dengan
kelajuan sekitar 145 km/jam [Crouse et al., 1985]. Bahkan nilai ini masih
signifikan meskipun pada kelajuan mobil yang lebih rendah. Akibatnya mobil
menjadi lebih boros dalam menggunakan bahan bakar sehingga jarak tempuh
mobil akan lebih pendek untuk setiap liter bahan bakar yang dihabiskan.
Pengurangan kosumsi bahan bakar untuk jenis kendaraan berat dapat
dicapai dengan mengubah atau mendesain ulang geometrinya yang berarti
menurunkan tahanan aerodinamik (drag). Desain yang dimaksud adalah
rancangan spoiler yang memiliki efek seret udara relatif kecil (aerodinamis).
Untuk dapat membuat desain tersebut, maka persyaratan yang mesti dipenuhi
ialah tersedianya informasi yang cukup mengenai gaya dan karakteristik seret
termasuk harga dari koefisien seret udara pada objek ini.
Konstruksi aerodinamik dari truk berat didasarkan pada penilaian dan
prestasi (performance) yang didapat dari pengujian terowongan angin. Yang telah
dicapai sampai saat ini adalah koefisien seret dapat dikurangi sampai sekitar 50%
dimana digambarkan penghematan bahan bakar sekitar 3 milyaran galon solar per
tahun yang dari 10 milyar galon sekarang yang di konsumsi oleh truk jalan raya
yang berkecepatan 60 mph [Crouse et al., 1985].
Keunggulan penggunaan spoiler di atas ternyata mengalami pergeseran
fungsi terhadap pemakaian. Pergeseran fungsi spoiler pengemudi dan pemilik truk
PKMT-3-1-3

sangat penting untuk dibahas dan diperbaiki secara jelas dan konkrit dalam bentuk
modifikasi dan eksperimen untuk mengetahui dan sebagai peningkatan nilai
fungsi serta nilai jual spoiler tersebut. Sehingga anggapan spoiler hanya sebagai
aksesoris yang merupakan fungsi turunan dapat diperbaiki. Dari hasil survey yag
dilkuakan diperoleh hanya 2.22% pengemudi yang berpendapat bahwa alat ini
berfungsi sebagai penghemat bahan bakar, selain itu 66.66% berpendapat berguna
sebagai aksesoris. Oleh sebab itu dibutuhkan informasi faktual bagi masyarakat
bahwa spoiler sangat berguna untuk mengurangi kebutuhan bahan bakar
kendaraan.
Program ini bertujuan untuk mendesain spoiler sebagai alat penghemat
bahan bakar sekaligus sebagai aksesoris, pelindung radiasi matahari, dan tempat
penyimpan ekstra. Selain itu, penurunan seretan (drag) model truk dengan dan
tanpa spoiler sebenarnya pada terowongan angin. Serta mengetahui pengurangan
pemakaian bahan bakar pada truk dengan penggunaan spoiler.

METODE PENDEKATAN
Dalam melaksanakan program ini dilakukan pendekatan secara literatur
dengan cara mencari teori yang berhubungan dengan keaerodinamisan.
Pelaksanaan ini dilakuakan dengan cara melakukan pencarian kepustakaan dan
sumber yang berhubungan di internet. Dalam realisasi program ini dilakukan
beberapa tahap yang berkaitan dengan pendekatan secara literatur, yaitu:
1) Studi Literatur
2) Pemilihan Model Rancangan / Desain Spoiler
3) Pemilihan dan Analisa Bahan.
Dalam realisasi program ini dilakukan pengujian terdapat 2 tujuan:
1. Melakukan proses pemilihan model agar model yang dapat dijadikan acuan
pada proses pembuatan protipe. Pemilihan model dilakukan dengan
melakukan pengujian terowongan dan mengambil nilai Koefisien seret Cd,
Daya seret D yang rendah pada masing-masing model uji. Model yang diuji
dipasangkan pada truk mini di daerah sesi uji Terowongan Angin.
2. Pengujian jalan dilakukan untuk melihat apakah prototipe dapat bekerja
sebagai penghemat bahan bakar dan berjalan sesuai fungsi yang dirancang.
(Purna Irawan A., 2004)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Hasil dari pelaksanaan program ini terdiri dari 4 produk, yaitu:
1. Model Spoiler
Dalam pembuatan spoier kita melakukan perancangan dari segi rancang
bangun, ergonomis dan geometri kearodinamisan. Sehingga dari hasil
pendesainan tersebut dihasilkan model spiler yaitu:
PKMT-3-1-4

(a) MCX 1 Sp (b)MCX 2 Sp

Gambar.1 Model Spoiler untuk Uji Terowongan Angin

2. Prototipe Spoiler
Prototipe spoiler yang dibuat merupakan perbesaran dari modelspoiler tie
MCX 2 Sp. Prototype ini terdiri dari baja plat dan baja batang hollow sebagai
material utama pembangun. Selain tiu dlengkapai dengan lampu kabut dan
penampilan spoiler yang dapat dijadikan sebagai aksesoris.

Gambar. 3 Prototipe Spoiler MCX


2S
3. Analisa Bahan
Pemilihan bahan sangat berkaitan dengan kondisi penggunaan dan biaya
produksi sesuai dengan keterangan pada poin I.a maka material yang
digunakan harus kuat dan tangguh serta tidak getas sehingga umur
penggunaan akan lebih panjang. Untuk itu kita mengambil 3 jenis bahan yaitu
baja, alumunium dan resin. Dalam proses pemilihan bahan kita gunakan
metode matrik keputusan. Adapun matriks sebagai berikut:
PKMT-3-1-5

Tabel. 4 Pemilihan bahan spoiler

CAST HEAT
BAHAN ABILIITY FORMABILITY THOUGHNESS RESISTANCE CORROSION COST TOTAL

1 2 2 1 2 2 10

BAJA 6 6 8 16 8 16 8 8 6 12 8 16 80
RESIN 8 8 6 12 6 12 6 6 8 16 6 12 66
ALUMUNIUM 7 7 8 16 7 14 7 7 7 14 7 14 72

Dari tabel diatas baja memenuhi kebutuhan tehadap bahan yang digunakan
pada prototipe. Hal ini dapat dilihat pada kemampuan bentuk pada baja dan
alumunium sama ,akan tetapi dari segi ketangguhan baja lebih baik dari pada
resin dan alumunium yang cenderung getas dan tidak tangguh.

a.

b.

Gambar. 8 a. Statis (bagian yang tetap pada kabin truk) b. Rangka


Dinamik (bagian yang bergerak dan menempel pada rangka statis)

4. Dokumentasi pelaksanaan program


Selain dari desain, rancangan dan produk program ini juga menghasilkan
dokumentasi dari kegiatan yang merupakan salah satu bentuk metoda
pelaksanaan. Dalam pelaksanaan ini dilakukan dokumentasi pelaksanaan
secara berurutan dan sesuai tahap pelaksanaan, sehingga sustainability dari
program ini dapat dilanjutkan. Adapun dokumentasi tersebut dilengkapi
dengan diagram alir pelaksanaan program agar mudah dipahami.
5. Rancang Bangun
PKMT-3-1-6

Secara garis besar kontruksi rangka kedua model terdiri 2 rangka yaitu Statis
(bagian yang tetap pada kabin truk) dan Dinamik (bagian yang bergerak dan
menempel pada rangka statis). Adapun rancangan model tersebut dibuat dalam
bentuk gambar teknik (terlampir).
6. Data
Dari hasil pengujian Teroewongan angin diperoleh Grafik U Vs D dan Grafik
Re Vs Cd disimpulkan bahwa model spoiler tipe MCX 2 Sp. Memiliki seretan
udara yag kecil dibandingkan tanpa spoiler dan dan spoiler tipe MCX 1 Sp.
Adapun sajian data tersebut sebagai berikut:

Grafik U Vs D

1,4
1,2
1
Tanpa spoiler
0,8
D (N)

Model 1
0,6
Model 2
0,4
0,2
Grafik.1 Grafik U Vs D pada pengujian tanpa spoiler ,model 1 dan model 2.
0
0 5 10 15
U (m/s)

Grafik Re Vs Cd

0,6

0,5

0,4 Tanpa
Spoiler
Cd

0,3 Model 1
0,2 Model 2
0,1
Grafik.2 Grafik Re Vs Cd pada pengujian tanpa spoiler, model 1 dan model 2.
0
0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000
Re

Untuk melihat prototipe spoiler bekerja sesuai rancangan dan disain dilakukan
pengujian jalan yang bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh
keaerodinamisan terhadap seretan udara dan penghematan bahan bakar adapun
hasil pengujian tersebut diplotkan dalam bentuk grafik. 3 berikut:
PKMT-3-1-7

Grafik Penggunaan Bahan Bakar dengan Tanpa Spoiler


dan Spoiler Tipe MCX 2 Sp pada Truk

0,3
0,25
0,2 Tanpa spoiler
(ltr/km)

0,15 Spoiler Tipe MCX 2


Sp
0,1
0,05
Grafik. 3 Pengujian Jalan pada Truk Dyna Toyota
0
0 20 40 60 80 100
V (m/s)

Pembahasan
1. Prototipe Spoiler Tipe MCX 2 Sp
Prototype spoiler tipe MCX 2 Sp terbuat dari baja dengan dimensi plat 1 mm dan
slinder hollow 1,8 inchi. Kerangka spoiler dibuat berdasarkan acuan model yaitu
tipe MCX 2 Sp yang kemudian dibuat maket dengan skala 1:1. Pembuatan rangka
cenderung menggunakan proses pembentukkan yaitu dengan membengkokkan
dan pemotongan. Proses penyambungan dilakukan dengan pengelasan listrik,
sehingga kerangka tahan terhadap getaran pada saat truk berjalan. Kerangka
spoiler terdiri dari 2 bagian yaitu Statis; bagian spoiler yang menempel pada atap
kabin dan tidak bergerak dan Dinamis; bagian spoiler yang bergerak dengan
bantuan motor. Bagian dinamis ini bertujuan untuk menyamakan tinggi spoiler
dengan tinggi bak yang bervariasi.
Setelah proses pembuatan rangka maka dilakukan platting atau pemasangan plat
pada rangka spoiler untuk menutupi permukaan spoiler. Proses platting
memanfaatkan las listrik untuk mengikat plat pada kerangka. Penyelesaian proses
pembuatan rangka dilakukan dengan finishing dengan membersihkan bagian yang
tidak berguna atau sisa pengelasan. Selain itu juga dilakukan pengecatan dan
pendempulan sebagai tahap penyelesaian.

2. Pemilihan Tipe MCX 2 Sp sebagai Model Prototipe Spoiler


Pemilihan spoiler yang akan dijadikan acuan dilakukan dengan pengujian
Terowongan Angin dijurusan Teknik Mesin pada tanggal 28 s/d 29 Maret dan 4
April 2006. Pengujian dilakukan dalam selang kecepatan udara yang relatif sama
dengan sebelumnya yaitu 7-14 m/s dengan kondisi lingkungan 27 oC . Luas
frontal model yang memakai spoiler dianggap sama dengan tanpa spoiler
mengingat tinggi spoiler tidak melebihi tinggi dari bak belakang. Data
karakteristik seret hasil pengujian tersebut diplotkan dalam beberapa grafik
bersama dengan kurva karakteristik seretnya, seperti dijelaskan pada grafik. 1.
PKMT-3-1-8

Grafik D Vs U memperlihatkan pemasangan spoiler terjadi penurunan kurva


gaya seret pada model. Walaupun pada kecepatan udara sekitar 11 m/s gaya seret
pada pemakaian spoiler maupun tidak memakai spoiler menunjukkan hasil yang
sama, pada kecepatan selanjutnya terjadi penurunan gaya seret pada pemakaian
spoiler secara terus menerus seiring dengan peningkatan kecepatan udara. Bila
dibandingkan antara kedua jenis spoiler, spoiler model MCX 2 Sp lebih baik pada
kecepatan tinggi yaitu 14 m/s. Ini dibuktikan dengan penurunan nilai gaya seret
sebesar 53,1 % dari 1,203 N menjadi 0,565 N.
Kurva koefisien seret yang dialami oleh model pada grafik diatas relatif sama
pada saat mengalami penurunan sampai Re = 210000. Namun kurva koefisien
seret model MCX 1 Sp mengalami kenaikan yang lebih dulu dibandingkan
dengan kurva model yang lainnya. Kemudian ketiganya naik secara tidak teratur
seiring penambahan kecepatan udara. Terjadinya penurunan yang tidak menentu
ini terutama pada Re = 210000 ini disebabkan oleh kenaikan kecepatan udara
(m/s) yang lebih cepat daripada kenaikan gaya persatuan luas frontal (N/m2).
Persentase penurunan nilai koefisien seret akibat pengaruh spoiler pada kecepatan
tinggi mencapai 52,3 % untuk model MCX 2 Sp dan 43,7 % untuk model MCX 1
Sp.
3. Spoiler sebagai Nilai Ergonomis
Untuk meningkatkan fungsi dan nilai jual, pada spoiler ditambahkan beberapa
fungsi tambahan yaitu
Otomatisasi; bertujuan untuk memudahkan sopir dalam mengatur ketinggian
spoiler dengan bak spoiler sehingga dapat mengefisiensikan penggunaan dan
muatan pada truk. Tinggi maksimal pengaturan tinggi spoiler 1,8 meter dengan
sudut 60o. Penerang jalan; pada spoiler dipasang lampu kuning jarak jauh dengan
daya 100 watt. Lampu ini bermanfaat bagi sopir pada saat mengemudi truk pada
kondisi cuaca berkabut dan malam hari. Selain itu dipasang lampu sein dan
kolong untuk memberikan kesan aksesoris pada spoiler. Untuk memudahkan
dalam pengontrolan maka dirancang kontrol yang dapat dikendalikan dari dalam
kabin.
Warna cat Brush; agar memberikan nilai seni dan tampilan menarik
permukaan spolier dicat dengan gaya brush dengan motif halilintar dan
penggunaan warna kuning dan biru dengan degradasi diantaranya. Tampilan ini
menyesuaikan dengan ketertarikan pengguna spoiler yang menganggap sebagai
aksesoris truk.
4. Efisiensi Penggunaan Bahan Bakar pada Spoiler Disaat Kecepatan Tinggi
Prototipe spoiler yang telah melalui proses finishing dan perangkaian motor
beserta rangkaian listrik lampu, maka dilakukan pengujian untuk melihat sejauh
mana kinerja dalam menghemat bahan bakar prototipe tersebut dipasang pada truk
dengan tipe light truck. Truk yang digunakan adalah truk Dyna Toyota dengan
bahan bakar solar dan berbasis mesin diesel.
Pengujian dilakukan pada lokasi yang memungkinkan pada kecepatan tinggi,
adapun lokasi pengujian adalah jalan Bypass Duku Limau Manih. Jarak tempuh
pengujian sepanjang 20 km. Pengujian dimulai dari kecepatan menengah pada
keepatan 40 km/jam. Kemudian divariasikan pada dengan kecepatan 55, 60, 70,
80, dan 90 km/jam. Variasi kecepatan tersebut berdasarkan nilai yang yang
ditampilkan pada speedometer. Sedangkan untuk mendapat kecepatan aktualnya
PKMT-3-1-9

dilakukan pengukuran jarak tempuh pada kilometer dibagi dengan penghitungan


waktu tempuh.
Untuk melihat jumlah penggunaan bahan bakar dilakukan pengosongan
tanki bahan bakar dan diisi solar sebanyak 10 liter kemudian dipacu pada
kecepatan yang bervariasi. Kemudian diukur jumlah penggunaan bahan bakar.
Dari hasil pengujian yang dilakukan maka diperoleh grafik. 3.
Hasil pengujian dilakukan dengan mengeluarkan minyak tersisa setelah
melakukan uji jalan sekitar 20 km dengan kecepatan tertentu. Pengukuran minyak
sisa ini dilakukan dengan menggunakan gelas ukur dengan kecermatan 0,01 ltr.
Nilai pengukuran minyak tersisa ini kemudian dikurangi dengan jumlah minyak
masukan awal yang juga telah diukur sebelumnya. Sehingga didapat jumlah
minyak pemakaian selama uji jalan tersebut. Data-data seperti miyak pemakaian,
waktu dan jarak tempuh uji jalan ini kemudian diolah untuk mendapatkan
pengaruh kecepatan kendaraan terhadap besarnya pemakaian minyak baik tanpa
maupun dengan menggunakan spoiler. Untuk memudahkan pemabahasan
tersebut, data hasil diplotkan kedalam bentuk grafik.
Pemakaian bahan bakar pada umumnya bertambah seiring dengan
pertambahan kecepatan kendaraan dari 36 88 km/jam seperti diperlihatkan
grafik 3. Namun terjadi penurunan pada range kecepatan 45 - 55 km/jam. Hal ini
bisa disebabkan oleh dua faktor yaitu pertama, karena terjadinya kenaikan
kecepatan kendaraan (km/jam) yang lebih cepat daripada kenaikan gaya persatuan
luas (N/m2) seperti yang terjadi pada grafik Re Vs Cd pada uji terowongan angin.
Kedua, karena pemindahan gear/persnelling kendaraan jarang dilakukan pada
kecepatan ini sehingga efeknya pada pemakaian bahan bakar menjadi lebih besar.
Pada kecepatan ini persnelling yang digunakan rendah sehingga putaran mesin
tinggi.
Bila dilihat dari segi efisiensi bahan bakar dengan menggunakan spoiler
justru efisiensi tertinggi didapat pada kecepatan yang rendah yakni 51,16 %. Hal
ini berbeda dengan hasil uji terowongan angin dimana pengurangan drag terbesar
seharusnya berada pada kecepatan tinggi. Efisiensi yang besar pada kecepatan
rendah ini disebabkan oleh pemakaian bahan bakar yang besar pada pengujian
tanpa spoiler. Pemakaian bahan bakar pada pengujian tanpa spoiler yang begitu
besar ini bisa disebabkan oleh kondisi lingkungan yang saat itu memang baru saja
hujan. Kondisi seperti ini tentunya akan menambah drag kendaraan sehingga
pemakaian bahan bakar jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pengujian dengan
spoiler pada hari berikutnya yang lebih cerah. Selanjutnya pada kecepatan yang
lebih tinggi yaitu 53,7 82,5 km/jam, efisiensinya tampak lebih sesuai dengan
teori yang didapat pada terowongan angin, dimana efisiensinya terus meningkat
dari 9,7 %sampai 27,31 % .

KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas maka diambil kesimpulan yaitu:
1. rancang bangun prototipe spoiler terbuat dari baja dengan dimensi palt dan
slinder hollow. prototipe tersebut dilengkapi fungsi tambahan yaitu
otomatisasi dengnan motor, lampu kuning 100 watt untuk kondisi berkabut
dan malam. Penambahan motif brush pada spoiler untuk meningkatkan nilai
jual dan daya tarik konsumen sbagai barang komersil.
PKMT-3-1-10

2. Desain spoiler yang dijadikan model yaitu tipe MCX 1 Sp dan MCX 2 Sp
dengan penurunan Persentase penurunan nilai koefisien seret akibat pengaruh
spoiler pada kecepatan tinggi mencapai 52,3 % untuk model MCX 2 Sp dan
43,7 % untuk model MCX 1 Sp. Model yang diambil menjadoi acuan
prototipe spoiler.
3. Hasil pengujian jalan spoiler dengan menggunakan truk tipe light truck
dengan mesin diesel pada keepatan bervariasi dengan jarak tempuh 20 km
memperlihat efisiensi penggunaan bahan bakar pada spoiler tipe MCX 2 Sp
dari pada tanpa spoiler.

DAFTAR PUSTAKA
1. Crouse, W. H., Anglin, D. L., Automotive Mechanics, McGraw-Hill Book
Company, New York, 1985
2. Daugherty, R.L, franzini, J. B., Finnemore, E.J. Fluid mechanic With
engineering applications, Mcgraw-Hill Book Company, Singapore, 1989
3. Dijen HUBDAT Dit LLAJ. Statistik Perhubungan; Jumlah Armada
Angkutan Jalan, Jakarta, 2004
4. Purna Irawan, A., 2004, Memprediksi Harga Koefisien Hambatan
Aerodinamis Pada Mobil dengan Metode Uji Jalan, Jurnal Teknik Mesin,
Universitas Tarumanegara, Vol. 7 No. 1 Januari 2004
5. U.S. Department of Transportation, Bureau of Transportation Statistics,
Transportation Statistics Annual Report 2000, BTS 01-02.
http://www.bts.gov/ , Dec. 2002.
PKMT-3-2-1

RANCANGAN RANGKAIAN ELEKTRONIK PENGUSIR HAMA


TIKUS DAN SERANGGA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

Febi Rahmita, Haryanto Amanu, Dwi Arie Sandi, Awan Sastra


PS Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Bengkulu, Bengkulu

ABSTRAK
Salah satu hama terbesar yang menyerang tanaman sawit adalah tikus dan
serangga yang menyebabkan kerugian yang tidak sedikit pada perkebunan kelapa
sawit. Dalam rangka pencegahan hama tikus dan serangga pada tanaman kelapa
sawit telah dilakukan beberapa pencegahan melalui beberapa cara yaitu dengan
pengendalian kultur teknis, pengendalian dengan sanitasi, pengendalian fisik dan
mekanis, pengendalian biologis, serta pengendalian kimia. Cara pemberantasan
hama di atas relatif cepat dan praktis, tetapi sering kali menimbulkan efek
samping sebab jika penggunaannya tidak hati-hati dapat membahayakan
kesehatan manusia atau organisme lain, juga dapat mengganggu keseimbangan
alam. Untuk itu dirancang teknologi baru dengan menggunakan gelombang
elektromagnetik yang dapat menghasilkan suara ultrasonik. Bedasarkan hasil uji
coba alat, rangkaian ini dapat digunakan untuk mengusir hama tikus sawit pada
frekuensi 40 KHz, namun dalam penelitian ini belum didapatkan secara pasti
mengenai tingkat frekuensi yang dapat digunakan untuk mengusir hama
serangga.

Kata kunci : Hama, Gelombang Elektromagnetik, Suara Ultrasonik.

PENDAHULUAN
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia pada tahun 1848 yang diyakini
berasal dari Afrika Barat dan mulai dibudidayakan secara komersial dalam
bentuk perusahaan perkebunan pada tahun 1911. Perkebunan kelapa sawit adalah
perkebunan yang relatif mudah dan dalam perkembanganya melalui salah satu
produknya yaitu minyak kelapa sawit, kelapa sawit mampu mengangkat namanya
melalui salah satu komunitas perkebunan yang handal dan mampu menggantikan
peran kelapa ( cocosnuci fera ) sebagai sumber bahan baku atau bahan mentah
bagi industri pangan maupun non pangan di dalam negeri dan ditetapkan sebagai
salah satu primadona ekspor non migas Indonesia yang sangat dinanti- nantikan
sumbangsihnya dalam pemasukan devisa negara. Selain itu pasaran ekspornya
pun senantiasa terbuka, ini dapat dibuktikan oleh besarnya konsumsi minyak
kelapa sawit didunia yang jika dibandingkan dengan komoditas perkebunan
lainnya, kelapa sawit mempunyai prospek yang lebih cerah karena penggunaan
kelapa sawit sebagai bahan industri pangan dan non pangan lebih beragam.
Kelapa sawit tergolong tanaman yang kuat, walaupun begitu tanaman ini
juga tidak luput dari serangan hama dan penyakit, baik yang kurang
membahayakan maupun yang membahayakan. Salah satu hama terbesar yang
menyerang kelapa sawit adalah tikus dan serangga atau insekta yang bisa
menyebabkan kerugian yang tidak sedikit pada perkebunan kelapa sawit
(Setyamidjaja. Djoehana dalam Widiastuti, 1991 ) .
PKMT-3-2-2

Adapun hama terbesar yang menyerang kelapa sawit diantaranya :


1. Serangga (kumbang Rhynchoporus)
Gejala pada tanaman kelapa sawit akibat serangan yang dilakukan
kumbang Rhynchoporus yaitu pucuk daun kelapa sawit tampak mati atau
membusuk, biasanya akan patah atau terkulai (sehubungan dengan beratnya daun-
daun sawit pada pucuk), tanaman yang menjadi tujuan serangan kumbang ini
yaitu pada tanaman yang masih tergolong muda yaitu antara 5 10 tahun.
Kumbang Rhynchoporus melakukan kegiatan-kegiatannya pada siang hari,
dimana kumbang ini memiliki kemampuan terang sejauh 900 m. Kemampun ini
sangat membantu kumbang betina untuk menyebarkan telur-telur yang
diproduksinya pada lahan tanaman yang satu ke yang lainnya, sehingga
penyerangan hama dapat berlangsung dengan cepat dan meluas. Produksi telur
kumbang betina dapat mencapai 400 butir (produksi maksimumnya sampai 530
butir). Butir-butir telur tersebut diletakkannya pada lubang-lubang kecil pangkal
pelepah yang dibuat dengan moncongnya sedalam lebih kurang 3 mm. Larva yang
baru keluar dari telur-telur yng menetas, langsung merusak dan melahap bagian-
bagin pucuk yang ada di dekatnya. Perioda telur menurut DARMMERMAN
(1929) berlangsung selama 3 hari, stadium larva antara 2-4 bulan. Sedangkan
menurut pengamatan laboratorium, larva (tidak berkaki) mempunyai siklus hidup
di daerah Padang berlangsung selama 3,5 6 bulan (dalam kondisi cukup
makanan). Di Bogor siklus hidupnya 4,5-7 bulanan. Stadium pupanya
berlangsung selama 11-18 hari. ( Mul Mulyani Soetedjo, 1989)
2. Tikus
Pada perkebunan kelapa sawit , jenis tikus yang ditemukan menyerang
adalah Rattus Tiomanicus, Rattus Argentifenter, R. rattus Diardi, dan R. Exulans.
Berdasarkan hasil analisis terhadap isi lambung tikus di perkebunan kelapa sawit,
didapat hasil bahwa 80% dari pakan yang dikonsumsi oleh tikus adalah buah
kelapa sawit, 15% pakan adalah serangga sedangkan sisanya 5% adalah pakan
yang lain. Kemampuan seekor tikus dalam mengkonsumsi buah kelapa sawit
adalah 6-14 gr/ hari, atau setara dengan kehilangan 328-962 Kg minyak sawit
perhektar pertahun, dengan tingkat populasi tikus perhektar berkisar antara 183-
537 ekor.
Tikus dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar pada tanaman kelapa
sawit, baik yang baru ditanam, tanaman yang belum menghasilkan, maupun
tanaman yang sudah menghasilkan. Pada tanaman kelapa sawit yang baru ditanam
serta tanaman yang belum menghasilkan, tikus mengerat serta memakan bagian
pangkal pelapah daun, sehingga menakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat
atau bahkan tanaman akan mati jika keratan tikus mengenai titik tumbuhnya.pada
tumbuhan kelapa sawit yang sudah menghasilkan, tikus memakan buah, baik yang
masih muda maupun yang sudah tua. Pada buah yang masih muda keseluruhan
bagian (inti dan daging muda dapat dimakan oleh tikus. Pada buah yang sudah
tua, hanya daging buahnya saja yng dimakan dengan meninggalkan serat-
seratnya.(Swastiko, 1995)
Oleh karena itu, proses penanaman kelapa sawit perlu diawasi dengan
pencegahan hama perusak pada kelapa sawit. Kerusakan ini dapat mengurangi
hasil produksi kelapa sawit serta mengakibatkan kehilangan hasil produksi untuk
dua tahun berikutnya.
PKMT-3-2-3

Gambar 1. Keadaan buah sawit yang masih muda akibat hama tikus

Gambar 2. Keadaan buah sawit yang sudah tua akibat hama tikus

Untuk mengatasi kerusakan akibat hama dan penyakit pada kelapa sawit
telah dilakukan tindakan pemberatasan dan pencegahan hama kelapa sawit dengan
beberapa cara yaitu :
1). Secara fisik / mekanis
Beberapa usaha yang dapat dilakukan antara lain pengambilan atau pengumpulan
hama dan penyakit secara fisik atau mekanis, pembongkaran dan pembakaran
tanaman yang terserang, pembersihan kebun, gropyokan, dan lain-lain.
2). Secara Biologis
Dengan menggunakan binatang atau organisme lain sebagai musuhnya yaitu :
Parasit : makhluk hidup / organisme yang hidupnya tergantung pada
makhluk hidup lain / organisme pemakan hama, serangga, binatang,
perusak dan lain-lain.
Predator makkluk hidup / organisme pemakan hama atau binatang lainya
yang merugikan.
Walaupun terbukti permanen dan ramah lingkungan, pengendalian hama
kelapa sawit secara biologis di Indonesia masih kurang diminati. Hanya 40%
perkebunan kelapa sawit yang mengandalkan pengendalian hama secara biologi,
terutama perkebunan swasta. (Kompas, Oktober 2001)
3). Secara Kemis
Usaha pemberatasan ini dengan menggunakan bahan kimia yang berupa
pestisida antara lain fungisida, bakterisida, insektisida, nematisida akarisida, dan
lain - lain.
PKMT-3-2-4

Menurut Sudharto 30 % perkebunan negara dan 30 % perkebunan rakyat


tetap mengandalkan bahan-bahan kimia seperti pestisida. Cara manual atau
memakai pestisida untuk membasmi hama kelapa sawit ini cukup mahal dan tidak
selalu efektif. pestisida dapat memberi dampak negatif terhadap lingkungan
karena akan membunuh predator yang sebenarnya menguntungkan petani. Belum
lagi bahaya terhirup pestisida saat menyemprot dan pencemaran lingkungan yang
diakibatkannya (Kompas 20 Oktober 2001).
Cara pemberantasan hama di atas relatif cepat dan praktis, tetapi sering
kali menimbulkan efek samping. Jika penggunaannya tidak hati-hati, dapat
membahayakan kesehatan manusia atau organisme lain, dan mengganggu
keseimbangan alam. Bagaimanapun usaha pencegahan selalu lebih baik daripada
pemberantasan.
Berdasarkan hal-hal tersebut, kami mencoba membuat atau menciptakan
alat yang menghasilkan frekuensi atau intensitas yang dapat mengusir atau
mengusik hama kelapa sawit terutama hama serangga dan hama tikus. Selain itu
alat ini mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya :
1). Baik bagi kesehatan manusia karena tidak mengandung zat-zat kimia dan zat-
zat aditif.
2). Tidak mengganggu manusia karena frekuensi dan intensitasnya di bawah
ambang pendengaran manusia.
3). Ekonomis karena alat-alat penyusun mudah didapat di toko-toko elektronik
dengan harga terjangkau dan tahan lama ( bisa digunakan berulang-ulang ).
Alat ini baik digunakan untuk mencegah kerusakan kelapa sawit muda
oleh hama terbesar tanaman sawit yaitu serangga dan tikus sehingga dapat
meningkatkan hasil produksi kelapa sawit yang juga dapat memajukan ekonomi
para petani juga pembangunan ekonomi dalam dan luar negeri.

METODE PENDEKATAN
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, yang di laksanakan di
laboratorium elektronika (Basic Science) Universitas Bengkulu. Adapun alat dan
bahan yang digunakan meliputi: solder,pencabut timah solder, osiloskop,
multimeter, catu daya, gunting, adaptor, timah, Sakelar, PCB, IC , Soket,
Transistor, BC 107, BC 182, Dioda 1 N 4148, Resistor (1K, 10K, 100K),
Kondensator 100 NF/16 Volt dan 0,01 NF, Kawat montage, twiter, potensio.
Komponen-komponen rangkaian tersebut di rangkai pada papan rangkaian
(PCB), seperti gambar berikut:

Gambar 2. Rancangan rangkaian pengusir hama


tikus dan serangga pada tanaman sawit
PKMT-3-2-5

Pada rangkaian elektronik tersebut salah satu resistor diganti dengan


potensio yang bertujuan agar frekuensi yang dihasilkan dapat diubah.
Penentuan frekuensi pada rangkaian dilakukan dengan menggunakan
osiloskop. Pengujian rangkaian pada hama tikus dan serangga dilakukan pada
tingkat frekuensi yang berbeda-beda, dengan maksud untuk mendapatkan nilai
frekuensi yang dapat digunakan untuk mengusir hama tikus dan serangga pada
sawit. Pengujian pada tikus dan serangga ini dilakukan pada tempat uji yang telah
dibuat sebelumnya. Adapun bentuk tempat uji yang digunakan adalah:

Gambar 2. Bentuk tempat uji yang digunakan

Tempat uji ini terbuat dari kayu, triplek dan kawat jaring. Pengujian untuk
hama tikus dilaksanakan di ruangan yang agak gelap, agar hama tikus yang diuji
tidak terganggu oleh cahaya matahari.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Setelah melakukan perancangan rangkaian, diperoleh rangkaian elektronik
yang dapat menghasilkan suara dengan frekuensi 100 Hz sampai dengan 70 KHz.
Untuk mendapatkan alat yang mengeluarkan frekuensi yang benar-benar
mengeluarkan suara yang dapat mengusir hama sawit (tikus dan serangga) maka
dilakukan pengujian alat tersebut terhadap hama.
Pengujian alat pada hama tikus dilakukan pada tingkatan frekuensi yang
berbeda-beda, Untuk mengetahui tingkatan frekuensi ini digunakan osilstor.

Gambar. 4 Pengujian frekuensi alat pada osiloskop


PKMT-3-2-6

Setelah dilakukan pengujian alat untuk menentukan frekuensi yang dapat


mengganggu salah satu hama sawit yaitu tikus, ternyata frekuensi alat yang
didapat yaitu sebesar 40 KHz pada hama tikus. frekuensi yang telah didapatkan
untuk membuat hama tikus terganggu ini berbeda dengan literatur yang ada,
menurut Swastiko Priyambodo (1995), frekuensi ultrasonik yang dapat digunakan
untuk mengganggu tikus yaitu pada frekuensi 20 KHz, menurut laporan yang
disampaikan oleh harian Republika (2005) suara ultrasonik yang digunakan untuk
mengganggu tikus yaitu pada frekuensi 80 KHz , sedangkan menurut Sudarminto
(1993) yaitu pada frekuensi 40 KHz. Adanya tingkatan frekuensi yang berbeda
beda ini dapat dikarenakan akibat beragamnya gangguan fisiologi pada hewan itu
sendiri, yang mengakibatkan bentuk gangguan tersebut pada hewan uji di tempat
yang lain dapat berbeda-beda sehingga sulit untuk diketahui dengan pasti.
Berikut ini merupakan tanggapan tikus terhadap frekuensi alat yang
digunakan berdasarkan hasil penelitian (tabel di bawah ini mewakili sejumlah
penelitian):

Untuk frekuensi 30 KHz:


pengulangan Frekuensi Prilaku Tikus
(KHz)
1 30 Tidak terpengaruh
2 30 Tidak terpengaruh
3 30 Tidak terpengaruh

Untuk frekuensi 35 KHz:


pengulangan Frekuensi Prilaku Tikus
(KHz)
1 35 Tidak terpengaruh
2 35 Agak menjauh
3 35 Agak menjauh

Untuk frekuensi 40 KHz


pengulangan Frekuensi Prilaku Tikus
(KHz)
1 40 Sangat terganggu, bingung
2 40 Menjauh
3 40 Ketakutan, menjauh

Untuk frekuensi 45 KHz:


pengulangan Frekuensi Prilaku Tikus
(KHz)
1 45 Agak menjauh
2 45 Agak menjauh
3 45 menjauh
PKMT-3-2-7

Untuk frekuensi 50 KHz:


pengulangan Frekuensi Prilaku Tikus
(KHz)
1 50 Tidak terpengaruh
2 50 Agak menjauh
3 50 Tidak terpengaruh

Untuk frekuensi 55 KHz:


pengulangan Frekuensi Prilaku Tikus
(KHz)
1 55 Tidak terpengaruh
2 55 Tidak terpengaruh
3 55 Tidak terpengaruh

Untuk frekuensi 60 KHz:


pengulangan Frekuensi Prilaku Tikus
(KHz)
1 60 Tidak terpengaruh
2 60 Tidak terpengaruh
3 60 Tidak terpengaruh

Untuk frekuensi 65 KHz:


pengulangan Frekuensi Prilaku Tikus
(KHz)
1 65 Sangat tidak terpengaruh
2 65 Sangat tidak terpengaruh
3 65 Sangat tidak terpengaruh

Hama tikus yang digunakan pada pengujian yaitu pada jenis Rattus Diardi
dan Ratus Exulans. Pengujian alat pada hama ini dilakukan pada tempat uji yang
telah dibuat dan dilakukan pada tempat yang agak gelap.

Untuk penelitian pada hama serangga pada saat ini belum dapat dilakukan
pengujian hama secara langsung, sehingga belum mendapatkan frekuensi yang
sesuai yang dapat digunakan untuk mengusik hama serangga pada sawit.
Pengujian ini belum dapat dilaksanakan secara langsung pada hama serangga pada
sawit karena belum didapatkan hama serangga pada tanaman sawit. Selain itu juga
belum di dapatkan referensi mengenai tingkat frekuensi yang dapat mengganggu
serangga tersebut. Namun secara teori frekuensi pendengaran serangga
Rhynchoporus yaitu pada rentang 100 Hz sampai 50 KHz. Dengan demikian
rangkaian yang telah dihasilkan dapat digunakn untuk mengusir serangga, namun
belum diketahui secara pasti mengenai tingkat frekuensi yang dapat digunakan.
Dan perlu diketahui bahwa rancangan rangkaian ini belum diuji pada
perkebunan sawit secara langsung, baru sampai pada pengujian terhadap hama
sawit dalam skala laboratorium. Hal ini dikarenakan untuk pengujian langsung ke
perkebunan sawit diperlukan waktu yang relatif lama. Sebenarnya tingkat
PKMT-3-2-8

keberhasilan rangkaian ini dapat dilihat melalui pengujian secara langsung ke


lapangan, yaitu dengan membandingkan hasil produksi yang didapatkan dari
lahan sawit yang menggunakan alat pengusir hama dengan lahan sawit yang tidak
menggunakan alat pengusir hama. Dengan catatan penelitian terhadap kedua lahan
sawit tersebut dilakukan pada lahan sawit yang masih muda dan belum banyak
terserang hama.
Alat yang menghasilkan frekuensi yang dapat mengusir hama tikus dan
serangga ini merupakan alat yang penghasil gelombang ultrasonik. Gelombang
ultrasonik merupakan gelombang mekanik longitudinal dengan frekuensi di atas
20 kHz. Gelombang ini dapat merambat dalam medium padat, cair dan gas, hal
disebabkan karena gelombang ultrasonik merupakan rambatan energi dan
momentum mekanik sehingga merambat sebagai interaksi dengan molekul dan
sifat inersia medium yang dilaluinya. Karakteristik gelombang ultrasonik yang
melalui medium mengakibatkan getaran partikel dengan medium amplitudo
sejajar dengan arah rambat secara longitudinal sehingga menyebabkan partikel
medium membentuk rapatan (Strain) dan tegangan (Stress). Proses kontinu yang
menyebabkan terjadinya rapatan dan regangan di dalam medium disebabkan oleh
getaran partikel secara periodik selama gelombang ultrasonik melaluinya. Alat
penghasil gelombang ultrasonik ini tidak mengganggu manusia. Karena frekuensi
yang dihasilkan diatas ambang pedengaran manusia, yaitu diatas 20 KHz.
Walaupun suara ultrasonik dapat digunakan untuk mengganggu serta
mengusir hama tikus pada tanaman sawit, namun masih perlu dipertanyakan
apakah suara yang dihasilkan oleh alat tersebut benar-benar berpengaruh buruk
bagi prilaku tikus atau tidak. Hal ini mengingat tikus sendiri mengeluarkan suara
ultrasonik sebagai alat komunikasi diantara sesamanya. Kondisi-kondisi tertentu
yang mencerminkan hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. laju populasi ( tindakan untuk melakukan perkawinan) tikus betina akan
meningkat setelah tikus jantan mengeluarkan suara ultrasonik
2. tikus betina akan membangun sarang yang lebih tebal atau tertutup jika
anak-anaknya mengeluarkan suara ultrasonik sebagai tanda kedinginan.
3. anak-anak tikus akan mengeluarkan suara ultrasonik pada saat mereka
tersesat, agar mudah dicari oleh induknya.

KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat dihasilakan sebuah rancangan rangkaian elektronik
pengusir hama tikus dengan frekuensi 40 Khz . Namun dalam penelitian ini belum
sampai dengan pengujian alat pada hama serangga.

DAFTAR PUSTAKA
Ackerman Erguene. 1979. Ilmu Bofisika. Surabaya: Universitas Airlangga.
Anonim. 2001. Jakarta: Kompas.
Priyambodo Swastiko. 1995. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Jakarta;
Penebar Swadaya.
Rusmaidi. Dedi. 2001. Elektronika 2, Bandung: Bandung. Pioner Jaya.
Setyamidjaja. Djoehana. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Yogyakarta: Kanisius.
PKMT-3-2-9

Sipayung. A. 1990. Racun Tikus Suatu Alternatif Pengendalian Tikus Di


Perkebunan Kelapa Sawit. Pematang Siantar: Seri Pengendalian Kimiawi:
Pusat penelitian Marihat.
Soetedjo. Mul Mulyani. 1989. Hama Tanaman Keras dan Alat Pemberantasnya.
Jakarta: Bina Aksara.
Sudarminto.1993. Rangkaian Popular Elektronika. Jakarta : Carya Remadja.
Sutrisno. 1984. Fisika Dasar Seri Gelombang Dan Optik. Bandung: Institut
Teknologi Bandung
Zemansky. Sears. 1991. Fisika Untuk Universitas 1 mekanika, Panas,
Bunyi.Jakarta: Bina Cipta.
PKMT-3-3-1

PENGEMBANGAN SITUS OBAT TRADISIONAL

Tedi Kurniadi, Nasikhin, Muhammad Fahrian, Nova Eka Diana, Yudi Ariawan
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia, Jakarta

ABSTRAK
Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan alam melimpah. Salah
satu kekayaan yang dimilikinya adalah kekayaan flora (tumbuh-tumbuhan).
Selain sebagai sumber bahan makanan, tumbuh tumbuhan merupakan sumber
utama yang telah lama dimanfaatkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia untuk
membuat obat obatan tradisional. Walaupun obat obatan tradisional belum
banyak yang dibuktikan secara ilmiah, namun khasiat obat obatan tradisional
telah digunakan secara turun temurun untuk mengobati berbagai macam
penyakit. Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin maju, banyak
perusahaan menawarkan obat obatan modern yang harganya tidak murah dan
memiliki banyak efek samping dalam penggunaannya. Namun, masyarakat saat
ini justru lebih memilih obat obatan modern dibandingkan dengan
menggunakan obat obatan tradisional. Padahal, obat obatan tradisional bisa
memberikan solusi yang murah terhadap penyembuhan suatu penyakit dengan
efek samping minimal. Salah satu hal yang mungkin menyebabkan semakin
berkurangnya penggunaan obat-obatan tradisional tersebut adalah tidak adanya
pengetahuan yang diberikan oleh orang tua terhadap anak-anaknya secara
berkesinambungan. Hal ini menyebabkan pengetahuan mengenai obat-obatan
tersebut semakin lama semakin berkurang dan bisa saja akhirnya hilang sama
sekali seiring dengan perkembangan jaman. Sebuah ironi yang sangat tragis bagi
bangsa Indonesia dengan segala kekayaan alamnya. Untuk menjaga agar
kekayaan bangsa Indonesia tidak hilang oleh kemajuan jaman yang semakin
cepat berkembang, maka diperlukan suatu upaya pelestarian yang bertujuan agar
pengetahuan tentang obat obatan tradisional dapat dimiliki oleh setiap generasi
bangsa. Salah satu wujud upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
membangun sebuah situs sebagai pusat informasi obat obatan tradisional.
Dengan menggunakan teknologi internet, situs tersebut dapat memfasilitasi
masyarakat untuk memperoleh maupun bertukar informasi mengenai obat
obatan tradisional dengan mudah dan cepat. Kemudahan yang bisa didapatkan
dari situs tersebut diharapkan dapat menarik kembali minat masyarakat terhadap
obat obatan tradisional, sehingga kita tidak akan kehilangan salah satu
kekayaan besar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Kata Kunci: obat obatan tradisional, obat obatan modern, efek samping,
pelestarian, situs

PENDAHULUAN
Kekayaan alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sangat melimpah,
khususnya kekayaan flora atau tumbuh tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan
merupakan salah satu elemen penting dalam kehidupan karena berbagai manfaat
yang diberikannya, baik sebagai sumber makanan maupun obat-obatan. Sebagai
sumber makanan, tidak bisa dipungkiri bahwa tumbuh-tumbuhan merupakan
bahan pokok yang wajib ada dan menjadi sumber makanan utama bagi bangsa
PKMT-3-3-2

Indonesia. Sedangkan sebagai sumber obat-obatan, kekayaan flora di Indonesia


sebenarnya sudah cukup banyak dimanfaatkan oleh nenek moyang bangsa kita
untuk mengobati berbagai macam penyakit. Meskipun belum banyak yang
dibuktikan secara ilmiah khasiat sesungguhnya dari tanaman-tanaman tersebut,
akan tetapi sebagai salah satu alternatif penyembuhan penyakit tertentu, tanaman-
tanaman tersebut sudah dipergunakan secara turun-temurun dan memberikan hasil
yang diharapkan dalam proses penyembuhan.
Sayangnya, seiring dengan perkembangan jaman yang semakin maju,
semakin banyak perusahaan menawarkan obat-obatan modern yang berharga
mahal dan seringkali memberikan efek samping yang tidak sedikit. Pemberian
dalam dosis yang berlebihan justru dapat menimbulkan kerusakan yang fatal bagi
organ tubuh seperti kerusakan hati dan ginjal dan juga menimbulkan
ketergantungan. Tanaman-tanaman obat tradisional, yang sangat kecil efek
sampingnya, semakin lama semakin tidak mendapat tempat di masyarakat umum.
Mereka lebih percaya terhadap obat-obatan modern dengan segala macam efek
sampingnya. Padahal, tanaman obat tradisional tersebut bisa memberikan solusi
awal yang murah terhadap proses penyembuhan dan pencegahan terhadap
penyakit. Salah satu faktor yang menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat
terhadap khasiat obat obatan tradisional adalah terputusnya pengetahuan
tentang obat obatan tradisional yang dimiliki oleh nenek moyang bangsa
Indonesia. Hal ini menyebabkan pengetahuan mengenai obat-obatan tersebut
semakin lama semakin berkurang dan bisa saja akhirnya hilang sama sekali
seiring dengan perkembangan jaman.
Dengan usaha tertentu, kita sebenarnya memiliki kesempatan untuk
mengembangkan obat-obatan tradisional tersebut yang pada akhirnya diharapkan
bisa menjadi salah satu ciri khas bangsa yang membedakan bangsa ini dengan
bangsa lainnya. Di samping itu, dengan penelitian yang lebih intensif, mungkin
saja ditemukan khasiat dan manfaat lainnya yang sebelumnya tidak diketahui,
yang pada akhirnya memberikan kontribusi bangsa Indonesia terhadap kesehatan
dunia.
Kurangnya wahana pembelajaran bagi masyarakat untuk mengenal obat-
obatan tradisional merupakan masalah utama yang harus dicari solusinya. Hal ini
disebabkan pengetahuan mengenai obat-obatan tersebut sifatnya hanya lisan saja,
yang menyebabkan informasi tersebut mudah hilang. Untuk itu diperlukan suatu
media yang mampu mengorganisasikan pengetahuan mengenai obat-obatan
tradisional tersebut sehingga bisa dimanfaatkan seluas-luasnya oleh masyarakat
dan menjaga kesinambungan pengetahuan mengenai obat-obatan tradisional dari
generasi ke generasi. Namun, kehidupan masyarakat yang makin modern
menyebabkan masyarakat menginginkan segala sesuatunya serba cepat, praktis
dan mudah. Hal ini terkait dengan permasalahan sebelumnya, bahwa dalam
pengelolaan pengetahuan tersebut, tentunya media yang diharapkan adalah media
yang praktis, mudah dan bisa mengotimalkan segala sumber daya yang ada.
Tujuan yang ingin kami capai dengan dilakukannya pencarian solusi dari
masalah masalah yang timbul adalah sebagai berikut :
1. Melestarikan salah satu kekayaan bangsa (pengetahuan tentang obat-
obatan tradisional) yang mempunyai potensi besar dalam memberikan
kontribusi terhadap dunia kesehatan. Hal ini tentu saja bisa
meningkatkan daya saing bangsa di dunia internasional.
PKMT-3-3-3

2. Menarik minat masyarakat untuk lebih mengenal tanaman obat


tradisional, sehingga bisa meningkatkan penelitian-penelitian yang
berkaitan dengan obat tradisional ini.
3. Meningkatkan daya tarik bagi masyarakat untuk kembali lagi ke obat
obatan tradisional yang merupakan warisan dari nenek moyang kita.
4. Membentuk sebuah situs yang bisa dijadikan sebagai pusat informasi
obat tradisional. Pembuatan situs ini tentunya memanfaatkan teknologi
komputer dan internet, serta bisa juga dengan menambahkan
kemampuan teknologi mobile untuk memberikan kemudahan akses
bagi masyarakat. Dengan pembuatan situs ini, ada banyak hal yang
bisa dicapai, yaitu:
a. Memfasilitasi masyarakat agar mereka dapat dengan mudah
mencari informasi yang berhubungan dengan obat-obatan
tradisional, seperti kegunaannya, bahannya, dan cara pembuatan
dari obat tersebut.
b. Menyebarluaskan pengetahuan kepada masyarakat tentang
khasiat dari tanaman-tanaman obat tradisional sehingga
masyarakat bisa memanfaatkan obat-obatan tradisional tersebut
secara lebih optimal.
c. Menjadi sarana untuk berdiskusi dan bertukar informasi tentang
obat-obatan tradisional melalui artikel-artikel yang disediakan.
Situs tersebut diharapkan dapat menjadi sebuah solusi yang sesuai dengan
perkembangan jaman saat ini, yaitu majunya teknologi informasi. Di masa yang
akan datang, kekayaan alam bangsa Indonesia, khususnya tumbuh tumbuhan
dan pengetahuan tentang obat obatan tradisional akan tetap lestari karena
munculnya teknologi modern tidak akan menghilangkan kekayaan tersebut, tetapi
justru kita memanfaatkan teknologi modern untuk melestarikannya.

METODE PENELITIAN
Pengembangan ini dilakukan di Laboratorium Komputer Fasilkom UI
selama kurang lebih 7 bulan, yaitu dari bulan April 2005 hingga November 2005.
Metode utama yang kami gunakan untuk mendapatkan informasi adalah melalui
sumber sumber di internet (http://www.roemahherba.net). Kemudahan dan
kecepatan serta keakuratan data yang bisa didapatkan melalui internet membuat
observasi lebih mudah dilakukan. Selain itu, kami juga menggunakan metode
tinjauan buku pustaka, Hembing(1992), yang berkaitan dengan tumbuh
tumbuhan, seperti nama tumbuhan baik nama Latin, Indonesia maupun nama
daerah, uraian atau penjelasan mengenai tumbuhan tersebut, kemudian kegunaan
atau khasiat dari tumbuhan, serta ramuan obat tradisional yang bisa dibuat dari
tumbuhan tersebut.
Adapun tahapan-tahapan pengolahan data dan analisis yang dilakukan
berdasarkan sumber yang kami gunakan, Whitten (2004), adalah sebagai berikut:
1. Investigasi awal: pada tahap ini ditentukan ruang lingkup dari proyek,
batasan-batasan, partisipan, biaya dan jadwal. Tahap ini bertujuan untuk
menilai kelayakan dari proyek tersebut.
2. Analisa: pada tahap ini dilakukan analisa permasalahan baik dari segi
bisnis dan teknologi, yaitu dengan mengidentifikasi permasalahan dan
sebab-akibatnya. Dari tahap analisa ini akan diperoleh peluang-peluang
PKMT-3-3-4

yang mungkin dan juga arahan. Beberapa hal yang dilakukan dalam
tahap ini antara lain: studi ruang lingkup permasalahan, analisa masalah
dan peluang, analisa proses bisnis, serta penyajian temuan-temuan dan
rekomendasi.
3. Analisa kebutuhan: Pada tahap ini dilakukan analisa kebutuhan dari
sistem yang akan dibuat, yang meliputi tujuan pengembangan sistem dan
prioritas-prioritas requirements sehingga menghasilkan suatu pernyataan
business requirements system.
4. Analisa keputusan: pada tahap ini dilakukan analisa mengenai solusi
teknis yang diperkirakan bisa mengatasi permasalahan sekaligus
memenuhi business requirements. Hal tersebut akan digunakan untuk
merancang dan mengimplementasikan sistem yang memenuhi segala
requirements tersebut.
5. Perancangan: pada tahap ini dilakukan perancangan sistem dari segi
teknologi. Hasil tahap ini adalah berupa model data, model proses, dan
model antar muka.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan analisa terhadap permasalahan dan kebutuhan yang harus ditangani
oleh sistem, beberapa masalah utama yang harus ditangani oleh sistem adalah :
kebutuhan akan suatu basis data tentang tumbuh-tumbuhan tradisional yang
berkhasiat sebagai obat
kebutuhan akan kemudahan bagi masyarakat dalam pencarian informasi
tentang obat-obatan tradisional
Dari permasalahan tersebut, dilakukan analisa lebih lanjut mengenai fitur-fitur
yang harus ada dalam sistem. Beberapa fitur yang harus diimplementasikan adalah
:
Fitur untuk memasukkan data mengenai obat-obatan tradisional dan juga
manfaatnya.
Fitur untuk memasukkan dan mengelola artikel yang berkaitan dengan obat-
obatan tradisional tersebut.
Fitur untuk berdiskusi dan berkomunikasi yang berkaitan dengan segala hal
tentang obat-obatan tradisional.
Fitur pencarian untuk mencari obat-obatan tradisional yang sesuai untuk
penyakit tertentu dan juga fitur untuk mencari informasi lainnya yang
dibutuhkan.
Fitur untuk melihat situs dalam dua bahasa, bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris sehingga bisa dimanfaatkan oleh seluruh bangsa di dunia.
Setelah dilakukan analisa kebutuhan terhadap sistem, kemudian dilakukan analisa
keputusan mengenai solusi teknis yang ditawarkan untuk menangani
permasalahan. Dari analisa keputusan tersebut, diputuskan bahwa teknologi yang
akan digunakan dalam membangun sistem adalah :
PHP 4.x 5.x
Smarty-2.6.10
DBMS PostgreSQL 8.0
Editor : Editplus, Scite, PHP Designer 2005
Apache HTTP Server v2.x
PKMT-3-3-5

Selanjutnya, pada tahap perancangan dihasilkan Entity Relationship


Diagram (ERD) yang menggambarkan mengenai logical representation dari
sistem yang akan dibuat. Setelah dilakukan pemodelan dari sistem yang akan
dibuat, maka dilakukan implementasi untuk membangun sistem. Dari beberapa
fitur yang disebutkan di atas, fitur-fitur yang berhasil diimplementasikan adalah :
Fitur pemasukan data mengenai obat tradisional sudah diimplementasikan.
Fitur ini memfasilitasi admin untuk menambahkan data mengenai tanaman
yang berkhasiat untuk mengobati penyakit.
Fitur tentang artikel, menyediakan artikel-artikel yang berhubungan dengan
kesehatan. Penambahan dan penghapusan artikel hanya dapat dilakukan
oleh admin.
Fitur galeri tanaman, menyediakan informasi tentang tanaman yang
berkhasiat untuk mengobati penyakit beserta cara pembuatannya.
Pencarian tanaman dapat dilakukan berdasarkan beberapa kategori yaitu:
nama lokal, nama latin, dan penyakit.
Fitur berita, menyediakan informasi terbaru yang berkaitan dengan
kesehatan. Penambahan berita hanya dapat dilakukan oleh admin.
Fitur tips, menyediakan kiat-kiat yang berkaitan dengan perawatan
kesehatan. Penambahan tips hanya dapat dilakukan oleh admin.
Fitur links, menyediakan informasi tentang situs-situs yang berhubungan
dengan pengetahuan. Member dapat menambahkan links dengan approval
dari admin.
Fitur edit profile memfasilitasi member untuk melakukan perubahan
terhadap profile yang dimilikinya.
Sedangkan fitur yang belum diimplementasikan adalah:
Fitur diskusi dan komunikasi mengenai obat-obat tradisional.
Fitur dua bahasa, yang berhasil diimplementasikan hanya dalam Bahasa
Indonesia.

Berikut ini adalah beberapa gambar dari antar muka/tampilan Sistem Situs Obat
Tradisional yang telah dibangun :
PKMT-3-3-6

Gambar 1. Halaman muka situs obat tradisional.

Gambar 2. Halaman untuk daftar sebagai member.


PKMT-3-3-7

Gambar 3. Halaman galeri tanaman beserta pencariannya.

Gambar 4. Halaman untuk modul berita.

KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan tujuan yang dijelaskan dalam pendahuluan, maka dibuat situs
obat tradisional. Dengan situs ini, masyarakat dapat mengakses informasi
mengenai obat-obat tradisional yang berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit.
Dengan situs ini, masyarakat dapat saling bertukar informasi dan
pengetahuan mengenai obat-obat tradisional melalui artikel maupun forum diskusi
PKMT-3-3-8

yang tersedia. Akibatnya, tujuan untuk melestarikan kekayaan bangsa dan


mengajak kembali masyarakat untuk menggunakan obat tradisional dapat tercapai.
Selain itu, juga dapat meningkatkan minat riset masyarakat dalam meneliti
tanaman yang ada dan hasilnya dapat disebarkan melalui situs ini.
Melalui situs ini pula masyarakat dapat memperoleh tips-tips serta informasi
yang berkaitan dengan kesehatan. Selain itu, kegunaan paling utama dari situs ini
adalah sebagai basis data nasional yang menyimpan informasi mengenai tumbuh-
tumbuhan (flora) tradisional yang berkhasiat sebagai obat. Dan pada akhirnya,
situs ini dapat menjadi rujukan dalam mencari informasi mengenai obat
tradisional atas suatu penyakit maupun sebagai rujukan dalam penelitian atau riset
yang berkaitan dengan pemanfaatan flora di Indonesia.

Saran
Situs ini baru terdiri dari beberapa modul dan akan semakin bermanfaat bagi
masyarakat bila dilengkapi dengan fitur-fitur lain yang mendukung. Sehingga
diharapkan, agar situs ini terus dikembangkan sesuai dengan permintaan dan
perubahan yang ada di masyarakat.
Untuk itu, diharapkan agar disediakan alokasi tenaga, pengetahuan maupun
biaya guna pengembangan situs ini lebih lanjut. Situs ini tidak akan memberikan
manfaat yang optimal dan lama jika tidak didukung dengan perawatan yang baik.
Selain itu, juga diperlukan dukungan dari para ilmuwan yang bergerak
dibidangnya guna memperkaya informasi yang ada di situs ini.

DAFTAR PUSTAKA
Hembing, Wijayakusuma HM. 1992. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia jilid
1. Pustaka Kartini. Jakarta.
Whitten et al. Systems Analysis & Design Methods 6th ed, McGraw-Hill, 2004.
http://www.roemahherba.net
PKMT-3-4-1

PEMBUATAN PROTOTIPE ALAT SOLAR DRYER BERBASIS TENAGA


SURYA HYBRID SISTEM PORTABLE

M Iqbal Hanafri, Aditya Herry Emawan, Eni Kustanti, Evi L Rahayu.


PS Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor, Bogor

ABSTRAK.
Indonesia memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang sangat besar. Selain
ikan yang melimpah, ada satu biota potensial yang banyak ditemukan di seluruh
perairan. Biota itu ialah rumput laut. Pembuatan sebuah alat yang dapat
meningkatkan kualitas produksi rumput laut sekarang ini sangat diperlukan,
terutama terkait dengan higiene, kadar air,lama pengeringan serta kondisi iklim
dan cuaca yang tidak menentu, mengingat permintaan yang besar di dalam
maupun luar negeri. Melalui perancangan knock-down (portable) solar dryer
berbasis tenaga surya dan energi mekanik (kipas dan kompor) ini rumput laut
dapat dikeringkan dengan baik. Alat pengering ini terbuat dari bahan-bahan
yang bersifat konduktor serta mempunyai kolektor panas khusus. Selain itu pada
alat ini terdapat saluran sirkulasi dan dengan model alat yang tertutup. Pada
prinsipnya aplikasi alat ini persis dengan sistem rumah kaca. Uji coba yang
dilakukan menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan antara pengeringan
alami/terbuka dengan pengeringan solar dryer. Nilai kadar air akhir rumput laut
setelah dikeringkan dengan pengeringan solar dryer lebih rendah daripada
pengeringan alami. Lalu suhu pengeringan di dalam solar dryer lebih tinggi
daripada suhu pengeringan alami. Kelembaban udara relatif lebih rendah pada
pengeringan solar dryer daripada pengeringan alami. Ini menunjukkan tngkat
efektifitas yang cukup tinggi ketika menggunakan solar dryer daripada
menggunakan pengering alami.

Kata Kunci : pengeringan, solar dryer, rumput laut, temperatur, efektif

PENDAHULUAN
Salah satu sumber daya perairan Indonesia yang sangat potensial adalah
rumput laut. Sudah lama sekali rumput laut menjadi komoditas yang semakin
digemari masyarakat. Oleh karena itu permintaan pasar terhadap rumput laut
semakin meningkat. Hal ini disebabkan rumput laut mempunyai kegunaan yang
sangat potensial misalnya saja agar-agar rumput laut dapat digunakan sebagai
media pertumbuhan mikroba, industri makanan, industri farmasi, industri kulit
dan industri tekstil (Tim Penulis Penebar Swadaya 2005).
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas produksi rumput laut ialah
dengan mengurangi kadar air yaitu dengan pengeringan. Pada proses pengeringan
harus mampu menurunkan kadar air minimal sampai batas maksimal kadar air
yang memenuhi standar mutu. Hal ini tentunya akan berpengaruh langsung
terhadap kualitas, mutu serta daya jual dari rumput laut itu sendiri.
Proses pengeringan alami biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama
karena suhu dan energinya tergantung pada sinar matahari. Selain itu, pengaruh
cuaca, musim, serta pergantian siang dan malam membuat proses ini semakin
terbatas. Apabila kondisi cuaca tidak mendukung maka kadar air semakin
PKMT-3-4-2

bertambah tinggi sehingga dapat menjadi media pertumbuhan kapang dan jamur.
Terlebih lagi jika penjemuran dilakukan di tempat terbuka. Hal ini akan memicu
hadirnya kontaminan-kontaminan yang menurunkan kualitas produk rumput laut,
seperti debu, kotoran maupun benda-benda asing yang tak diinginkan (Anhalt
2003).
Berdasarkan permasalahan tersebut maka diperlukan adanya suatu upaya
pengembangan teknologi yang efisien, efektif serta tepat guna dalam pengeringan
rumput laut. Upaya ini diharapkan mampu menurunkan kadar air sesuai
standarnya, dengan proses pengeringan yang lebih cepat, tidak tergantung hanya
pada energi sinar matahari, cuaca serta iklim daerah setempat. Oleh karena itu
diperlukan adanya suatu kombinasi energi dalam proses pengeringan rumput laut
dan pengurangan kontaminasi dari benda-benda asing sehingga akan diperoleh
rumput laut kering yang mempunyai added value tinggi.

Tabel 1. Standar mutu rumput laut kering untuk Eucheuma, Gelidium, Gracilaria
dan Hypnea (Sofyan 2001).

Syarat
Karakteristik
Euchema Gelidium Gracilaria Hypnea

Kadar air maks (%) 32 15 25 30

Benda asing maks (%) 5x 5xx 5xx 5xx


Spesifik Spesifik Spesifik Spesifik
Bau rumput
rumput laut rumput laut rumput laut
l
METODE PENDEKATAN
Waktu dan tempat
Eksekusi program ini berlangsung sejak bulan Februari hingga Mei 2006.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB menjadi tempat yang cukup baik untuk
pelaksanaan program ini karena hampir semua alat yang dibutuhkan tersedia
dengan kondisi baik.

Bahan dan alat


Bahan contoh (sampel) yang dipakai dan diuji adalah rumput laut jenis
Euchema cottonii, diambil dari Pulau Panggang Kepulauan Seribu DKI Jakarta.
Untuk alat pengering (solar dryer), bahan yang digunakan berupa logam
konduktor Alumunium, Acrylic transparan, seng, besi, karet dan baut.
Alat yang dipakai selama masa pengujian antara lain penunjuk waktu,
neraca massa digital, termometer bola kering, dan termometer bola basah. Untuk
analisis data digunakan Psychrometric chart (Fellows 1990) dan software
Microsoft Excel.

Metode pembuatan alat


Pada tahap awal dilakukan perancangan alat yang dimodifikasi dari Sofyan
(2001) dan Taib et al. (1987) berserta bahan-bahan yang diperlukan. Setelah itu
PKMT-3-4-3

pembuatan alat diserahkan kepada ahli alat. Satu set solar dryer terdiri dari tiga
buah alat yaitu solar dryer, kolektor panas dan tungku berkipas.

Metode pengeringan secara alami


Untuk pengujian pengeringan alami, mulamula tiga sampel bahan
ditimbang dan dicatat beratnya, kemudian dikeringkan diatas alas pada udara
terbuka. Setelah itu diukur suhu bola basah dan bola kering pada lingkungan
tempat pengeringan. Setiap 15 menit dilihat perubahan suhu yang terjadi serta
diukur perubahan beratnya (Wiranatakusumah et al. 1992). Yang dimaksud
dengan suhu bola kering adalah suhu udara yang tertera pada termometer
pengujian, sedangkan suhu bola basah merupakan suhu udara basah yang diukur
dengan termometer yang diberi kapas basah.
Data yang diperoleh dari bola kering digunakan untuk menentukan
hubungan antara waktu pengeringan dengan suhu. Data perubahan berat
digunakan untuk menentukan hubungan antara waktu dengan perubahan berat.
Sedangkan data bola basah dan bola kering digunakan untuk menentukan
besarnya kelembaban relatif yaitu dengan dilihat pada diagram psikhrometrik.
Nilai kelembaban di sini menunjukkan besarnya uap air hasil pengeringan yang
terdapat pada udara. Sehingga setelah didapatkan nilai RH (kelembaban relatif)
akan didapatkan hubungan antara waktu pengeringan dengan kelembaban yang
terjadi.

Metode pengeringan dengan Solar dryer


Ketika alat yang dirancang sebelumnya telah selesai dibuat siap
digunakan, pengeringan dapat dilakukan. Metode pengujian pengeringan dengan
Solar dryer ini hampir sama dengan pengeringan alami. Hanya saja pada
pengeringan ini sampel bahan ditenpatkan di dalam alat.
Pengujian pada Solar dryer terderivasi menjadi dua jenis yaitu Solar dryer
modifikasi kipas dan modifikasi energi alternatif. Metode pengeringan dengan
Solar dryer modifikasi kipas dicirikan dengan adanya penambahan energi dari
kipas yang dimasukkan melalui lubang kolektor panas. Tujuannya untuk
mendorong udara panas agar cepat masuk ke dalam alat serta mempercepat
sirkulaisi udara sehingga dapat mempercepat proses pengeringan. Sedangkan pada
Solar Dryer modifikasi energi alternatif, untuk menggantikan energi sinar
matahari digunakan energi berupa panas dari kompor.

Uji kadar air


Uji kadar air ini bertujuan untuk mengetahui kandungan air yang terdapat
pada bahan. Pengujian ini dilakukan terhadap bahan sebelum dikeringkan dan
sesudah dikeringkan, sehingga akan diketahui perbedaan kadar air antara sebelum
pengerinagan dan sesudah pengeringan.
Prosedur uji kadar air
Bahan yang akan duji ditimbang dan diletakkan didalam cawan
Bahan yang sudah ditimbang dimasukkan ke dalam oven selama 1x24 jam
pada suhu 105 oC
Selesai dioven, bahan ditimbang kembali sehingga akan didapatkan berat
bahan setelah pengeringan.
PKMT-3-4-4

Penentuan nilai kadar air dicari dengan rumus :


berat cawan + sampel (sebelum di oven) berat cawan + sampel (setelah di oven)
Nilai kadar air = x 100%
berat sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN


Alat pengering (solar dryer)
Prototipe alat Solar dryer ini berdimensi 40x40x150 cm. Bahanbahan
yang digunakan dalam pembuatan prototipe Solar dryer ini mempunyai beberapa
karakteristik khusus. Pertama, dipilih bahan yang harganya terjangkau dengan
harapan dalam aplikasinya nanti nelayan mampu menghemat dari sisi harga.
Kedua, bahan yang ringan memudahkan dalam pengoperasian alat itu sendiri,
misalnya jika ingin dipindah-pindah atau dibawa ke tempat lain. Ketiga, Bahan
yang dipilih memiliki sifat kolektor panas. Dengan sifat ini maka panas akan
terakumulasi di dalam alat sehingga dapat mempercepat proses pengeringan.
Terakhir, prototipe alat ini juga dibuat dari bahan yang tidak mudah pecah, patah
atau keropos sehingga dapat mengurangi resiko kerusakan dan kerugian.
Aluminium yang digunakan sebagai rangka merupakan bahan konduktor
panas yang baik, ringan dan terjangkau. Acrylic transparan yang berfungsi sebagai
sisi digunakan dengan tujuan optimalisasi penyerapan sinar matahari sebagai
sumber energi utama.
Untuk kolektor panas digunakan bahan dari seng yang dicat dengan warna
hitam. Seng hitam ini merupakan konduktor (penghantar) panas yang baik.
Terakhir, untuk tungku berkipas dibuat dari besi yang dilas kemudian di
ujung salah satu mulutnya dipasang dua buah kipas ukuran menengah. Tungku
berkipas inilah yang berperan besar dalam mempercepat pengeringan. Disinilah
tempat energi tambahan, baik mekanik (kipas) maupun alternatif (kompor).

Bentuk alat
Prototipe dari alat pengering ini didibuat dalam bentuk rak-rak dengan
tujuan agar memiliki daya tampung pengeringan yang banyak. Atapnya dibuat
miring agar apabila hujan, airnya dapat menetes kebawah dengan mudah sehingga
tidak akan membasahi bahan yang dikeringkan. Selain itu, dengan kemiringan
atap ini uap air yang menempel pada atap yang dihasilkan pada saat pengeringan
diharapkan dapat dengan mudah mengalir keluar melalui atap dan dinding
sehingga bahan yang dikeringkan akan terhindar dari tetesan uap air yang
mengembun. Pada bagian atap terdapat lubang sebagai tempat pengeluaran uap
air, tujuannnya yaitu agar uap air yang terbentuk saat proses pengeringan dapat
segera keluar dari alat.
Solar dryer ini berbentuk seperti sebuah ruangan tertutup dengan dinding
transparan. Dengan tertutupnya alat ini maka dapat menghindari adanya
kontaminasi yang berasal dari lingkungan di sekitarnya. Pada bagian bawah alat
akan ditempatkan sebuah kolektor panas berbentuk persegi panjang yang dicat
dengan warna hitam.
Pada Solar dryer dengan modifikasi kipas, penggunaan kipas
dimaksudkan untuk mendorong panas yang terakumulasi pada kolektor panas agar
cepat masuk ke dalam alat pengering. Selain itu juga kipas ini dapat mempercepat
sirkulasi udara sehingga diharapkan mampu mempercepat aliran udara panas.
PKMT-3-4-5

Gambar 1. Solar dryer

Gambar 2. Solar dryer dengan modifikasi kipas

Gambar 3. Solar dryer dengan modifikasi tungku dan kompor


PKMT-3-4-6

Untuk penggunaan energi alternatif digunakanlah tungku sebagai tempat


pembakaran. Jadi dalam energi alternatif ini digunakan panas dari api sebagai
pengganti dari energi sinar matahari.
Untuk mempercepat pengaliran panas dari tungku ke rak digunakanlah alat
pemindah panas (perantara panas). Alat pemindah panas ini juga merupakan
konduktor panas sehingga dapat mempercepat perambatan panas. Pada alat ini
terdapat kipas dengan menggunakan energi listrik. Kipas ini berfungsi sebagai
tenaga pendorong panas sehingga perambatan panas ke bahan akan lebih cepat.

Uji Alat Solar Dryer


Uji Kadar air
Pada prinsipnya uji kadar ini bertujuan untuk mengetahui besarnya
kandungan air yang terdapat pada bahan. Prinsip pengujiannnya sendiri dilakukan
dengan menghilangkan air dan zat-zat yang menguap dengan pemanasan pada
suhu 95-100oC dalm keadaan vakum parsial. Dari pengujian kadar air diperoleh
hasil sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil pengujian kadar air pada kondisi sampel yang berbeda dengan lama
pengeringan yang berbeda

Kadar Lama
Jenis Sampel
Air pengeringan (jam)
94.31
Rumput laut basah 0
%
Rumput laut pengeringan
25% 4,5
Solar dryer
Rumput laut pengeringan
51,20% 3,5
alami

Berdasarkan data hasil uji kadar air ini dapat diketahui perbandingan kadar
air antara rumput laut yang belum dan yang sudah dikeringkan. Standar kadar air
maksimal untuk rumput laut jenis Euchema sebesar 32 % (Sofyan 2001), sehingga
dapat dikatakan bahwa pengeringan dengan Solar dryer dalam waktu satu hari
saja sudah memenuhi kriteria kadar air pada rumput laut kering.
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa rumput laut yang
dikeringkan dengan Solar dryer memiliki kadar air lebih rendah dibandingkan
dengan pengeringan rumput laut secara alami.

Uji Temperatur
Pengujian waktu dan suhu pengeringan ini bertujuan untuk mengetahui
peningkatan suhu yang dihasilkan alat sesuai dengan perubahan waktu. Dalam
pengujian ini dilakukan perbandingan antara bahan yang dikeringkan secara alami
dengan bahan yang dikeringkan menggunakan Solar dryer. Kecepatan
pengeringan akan lebih tinggi pada suhu udara yang lebih tinggi karena pada
kadar air yang rendah pengaruh penguapan terhadap pendinginan udara dapat
diabaikan dan suhu bahan mendekati suhu udara (Wiranatakusumah et. al., 1992)
PKMT-3-4-7

45

40

35
Suhu ( C)
o

30

25

20 suhu solar dryer


suhu luar alat

15
10.15 10.30 10.45 11.00 11.15 11.30 11.45 12.00 12.15 12.30 12.45 13.00 13.15 13.30
Waktu

(a)

80

70
Suhu (o C)

60

50

40

30
14.10 14.25 14.40 14.55 15.10 15.25 15.40
Waktu pengeringan

(b)
Gambar 4 (a) Grafik hubungan waktu dan suhu pada Solar Dryer; (b) Grafik
hubungan waktu dan suhu pada Solar dryer berbasis energi mekanik
(kompor).

Dari data yang diperoleh, suhu pengeringan mengalami fluktuasi. Hal ini
dipengaruhi oleh cuaca dan waktu pengeringan. Saat cuaca cerah sinar matahari
akan terserap dengan optimal karena tidak terhalang awan. Selain itu pengeringan
akan efektif dan optimal jika dilakukan pada siang hari, terutama pada pukul
10.00 sampai 14.00 WIB. Pada saat itu intensitas cahaya yang dipancarkan cukup
kuat.
Alat ini meminjam konsep green house yang bertujuan untuk
memerangkap panas. Kalor dari cahaya matahari terserap oleh alat namun tidak
langsung dipantulkan keluar alat, namun dipantulkan kembali oleh dinding alat
PKMT-3-4-8

berulang kali baru selanjutnya dipantulkan keluar. Ini adalah konsep pemanfaatan
energi kalor matahari dengan optimal. Hasilnya, Solar dryer memerangkap kalor
dari sinar matahari sehingga menyebabkan suhu dalam alat lebih besar dari yang
di luar alat (pengeringan alami).
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui perbandingan
peningkatan suhu antara pengeringan dengan Solar dryer dengan kipas,
pengeringan secara alami serta dengan Solar dryer menggunakan energi mekanik
(kompor). Pengeringan dengan Solar dryer dengan kipas mampu mengahasilkan
suhu yang lebih tinggi daripada pengeringan alami. Namun ternyata pengeringan
dengan Solar dryer berbasis energi mekanik (kompor) memiliki peningkatan suhu
yang paling tinggi. Dengan adanya suhu didalam alat yang tinggi ini tentu akan
mendukung percepatan proses pengeringan.

Uji Kelembaban
120

100

80
RH (%)

RH Solar Dryer
60
RH alami

40

20

0
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00
Waktu

Gambar 5. Grafik Hubungan waktu dan kelembaban

Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diketahui adanya fluktuasi nilai


kelembaban udara dengan semakin lamanya waktu pengeringan. Hal ini
dipengaruhi secara langsung oleh perubahan suhu yang juga fluktuatif. Apabila
dibuat perbandingan, ternyata udara di dalam alat memiliki kelembaban relatif
yang lebih rendah daripada diluar. Jika RH tinggi maka kondisi ruangan semakin
jenuh sehingga air yang menguap akan kembali ke tempat semula, sesuai dengan
kondisi keseimbangan dinamik (Fellows 1990). Hal ini menyebabkan pengeringan
berjalan lambat. Kelembaban relatif udara yang rendah merupakan syarat
berhasilnya suatu pengeringan (Fellows 1990). Hal ini mempengaruhi tingkat
kecepatan pengeringan yang semakin tinggi.
PKMT-3-4-9

Uji Penurunan Berat

6.00

5.00

4.00
Berat (g)

Solar Dryer
3.00
Alami

2.00

1.00

0.00
10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 16.0
0 0 0 0 0 0 0
Jam

Gambar 6. Grafik hubungan waktu dan penurunan berat


pada pengeringan alami dan Solar dryer

Penurunan berat rumput laut disini memiliki arti berpindahnya kandungan


zat yang terdapat dalam bahan keluar bahan yang menyebabkan turunnya massa
bahan. Zat yang dimaksud ialah air. Ketika air keluar dari sel-sel maupun rongga-
rongga pada rumput laut, maka sel atau jaringan akan mengalami pengerutan dan
massa air didalamnya menjadi hilang. Perhitungan penurunan berat pada bahan
yang dikeringkan bertujuan untuk mengetahui keefektifan dari proses
pengeringan yang dilakukan. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diketahui
bahwa penurunan berat pada bahan rumput laut yang dikeringkan dengan Solar
dryer lebih tajam daripada pengeringan secara alami. Sehingga dapat dikatakan
proses penurunan beratnya lebih cepat dibandingkan pengeringan alami. Dengan
cepatnya penurunan berat ini maka dapat dikatakan pengeringan dengan Solar
dryer lebih cepat dan efisien.
PKMT-3-4-10

12

10.47
10

8
7.31
6
5.33

4
3.03 2.74
2.42 2.17
2

0
14.10 14.25 14.40 14.55 15.10 15.25 15.40

Gambar 7. Grafik hubungan waktu dan penurunan berat pada pengeringan


dengan Solar dryer.

Pengeringan dengan menggunakan Solar dryer berbasis energi mekanik


(kompor) juga berjalan dengan efektif. Ini terlihat dari tajamnya penurunan berat
rumput laut yang di ujicobakan.

Portable
Portable yang dimaksud ialah sifat alat yang mudah dibongkar-pasang,
atau lebih dikenal dengan knock-down. Alat ini disebut portable karena memang
tersusun oleh alumunium yang tersegmen dan acrylic yang mudah dilepas
kemudian disusun kembali. Pada sisi aluminium tertentu dipasang sekrup yang
sangat mudah untuk dilepas atau disambung kembali sehingga prototipe ini sangat
mungkin untuk dibawa kemana saja dan berpeluang besar untuk dikembangkan
dalam skala yang lebih besar.

KESIMPULAN
Dari hasil pelaksanaan program ini didapatkan hasil bahwa nilai kadar air
akhir rumput laut setelah dikeringkan dengan pengeringan Solar dryer nilainya
lebih rendah daripada pengeringan alami. Kemudian besarnya suhu pengeringan
Solar dryer dengan kompor lebih tinggi daripada pengeringan Solar dryer dengan
kipas. Sedangkan suhu pengeringan Solar dryer dengan kipas lebih tinggi
daripada suhu pengeringan alami. Nilai kelembaban udara antara pengeringan
alami dengan pengeringan Solar dryer nilainya lebih rendah pada pengeringan
Solar dryer. Penurunan berat rumput laut pada pengeringan dengan Solar dryer
lebih tajam daripada pengeringan alami, terlebih pada pengeringan Solar dryer
dengan kompor.
Hasil akhirnya, pengeringan dengan Solar dryer (terutama dengan energi
mekanik berupa kompor) dapat mempercepat laju pengeringan. Selain itu, terbukti
PKMT-3-4-11

pengeringan dengan Solar dryer dapat mencegah terjadinya kontaminasi kotoran


karena alat ini tertutup. Alat ini juga memiliki sifat knock-down (portable)
sehingga mampu dibawa kemana saja dan dikembangkan untuk skala yang lebih
besar. Ini berarti pengeringan sengan Solar dryer dinilai lebih efektif daripada
pengeringan alami.

DAFTAR PUSTAKA
Anhalt, Jrg-Dieter. 2003. The Use Of Renewable Energy In The Production Of
Goods: Seaweed. Brazil : Instituto de Desenvolvimento Sustentvel de
Energias Renovveis, Cear.
Fellows, Peter. 1990. Food Processing Technology. London : Ellis Horwood Ltd.
Sofyan, I. 2001. Rancangan Awal Alat Pengering Energi Matahari (Solar Dryer)
untuk Pegering Rumput Laut. [skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Taib, et al.. 1987. Operasi Pengeringan pada Pengolahan Hasil Pertanian.
Mediatama Sarana Perkasa : Bogor.
Tim Penulis Penebar Swadaya. 2005. Rumput Laut. Penebar Swadaya : Bogor.
Wiranatakusumah, Aman, et al.. 1992. Peralatan dan Unit Proses Industri
Pangan. Bogor : PAU IPB.
PKMT-3-5-1

OPTIMALISASI MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA ORGANIK SMU


MELALUI REKAYASA ALGORITMIS DAN PEDAGOGIS MODERN
YANG DITERAPKAN DALAM SOFTWARE MULTIMEDIA
KOMPUTASI KIMIA

Rian Arief Grafianto, Indra Lesmana, Rifki Rachmansyah, Cucu Suhendar


PS Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

ABSTRAK
Di Indonesia, kegiatan instruksional yang melibatkan komputer tampaknya belum
berkembang sama sekali. Hal ini terlepas dari berbagai kendala yang dihadapi,
baik dari segi psikologi, pendidikan, sosial, ekonomi, dan hukum, maupun dari
segi sarana dan prasarananya. Belum tersedianya paket aplikasi yang sesuai,
baik dari segi sistem komputer yang digunakan, maupun dari segi strategi
insrtruksional yang diterapkan, merupakan kendala yang perlu ditangani.
Walaupun berbagai program aplikasi pengajaran telah banyak diperdagangkan
terutama yang diproduksi di negara maju namun dalam beberapa hal, program
tersebut belum tentu sesuai dengan kondisi dan tujuan pendidikan di Indonesia.
Untuk mengatasi kendala tersebut, perlu dilakukan penelitian dan pengembangan
mengenai strategi rekayasa algoritmis dan rekayasa pedagogis baru dalam
penyusunan software supaya diperoleh software yang lebih sesuai dengan tujuan-
tujuan pembelajaran. Metoda yang digunakan untuk merancang aplikasi ini
menggunakan pendekatan rekayasa algoritmis dan pedagogis. Berdasarkan
analisis dan metoda tersebut akan dibuat suatu media pembelajaran kimia
organik yang sesuai dengan kemampuan siswa dan kurikulum SMU di Indonesia.
Analisis hasil questioner sementara dari 30 koresponden menunjukkan bahwa
83% software yang dibuat telah memenuhi syarat.

Kata Kunci : kegiatan instruksional, rekayasa algoritmis dan pedagogis,


Analisis hasil questioner,

PENDAHULUAN
Pengembangan teknologi pendidikan merupakan hal penting yang harus
dilakukan agar tercapai sistem pendidikan yang mampu menghasilkan sumber
daya manusia yang benar-benar berkualitas. Pengembangan teknologi ini dapat
meningkatkan minat, aktivitas dan kreatifitas para pelajar dalam memahami
konsep-konsep materi pelajaran yang wajib dipahami.
Sistem dan model pendidikan yang kurang optimal dapat menyebabkan
pelajar sulit memahami konsep-konsep pelajaran yang wajib dipahami. Agar tidak
terjadi hal yang demikian, maka perlu dikembangkan suatu model pendidikan
yang secara optimal dapat meningkatkan minat, aktivitas dan kreativitas pelajar.
Sekarang ini model pendidikan yang paling baik adalah model pendidikan yang
berorientasi pada teknologi informasi, terutama pengembangan software
komputer.
Di indonesia, kegiatan instruksional yang melibatkan komputer tampaknya
belum berkembang sama sekali. Hal ini terlepas dari berbagai kendala yang
dihadapi, baik dari segi psikologi, pendidikan, sosial, ekonomi, dan hukum (masih
berlangsungnya pembajakan software dan belum berjalannya perlindungan hak
PKMT-3-5-2

cipta), maupun dari segi sarana dan prasarananya. Namun masalah utama yang
menyebabkan belum berkembangnya komputer intruksional di Indonesia (Akhril
Agus, 1995) adalah
; Masih sangat terbatasnya sumber daya manusia dalam bidang
pengembangan komputer pendidikan.
; Budaya penggunaan komputer di kalangan kependidikan di Indonesia
khususnya di persekolahan masih berada pada taraf komputer untuk
mengetik atau administratif.
; Belum berkembangnya wawasan komputer pendidikan di kalangan petinggi
kependidikan di Indonesia, sehingga pemikiran-pemikiran pentingnya
pengembangan komputer pendidikan belum mendapat respon yang
memadai.
; Belum tersedianya software pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru
untuk membangun wawasan komputer pendidikan merupakan masalah lain
yang dihadapi, hal ini bukan hanya di Indonesia melainkan juga di berbagai
negara maju.

Belum tersedianya paket aplikasi yang sesuai, baik dari segi sistem
komputer yang digunakan, maupun dari segi strategi insrtruksional yang
diterapkan, merupakan kendala yang perlu ditangani. Walaupun berbagai program
aplikasi pengajaran telah banyak diperdagangkan terutama yang diproduksi di
negara maju (Inggris dan Amerika), namun dalam beberapa hal, program tersebut
belum tentu sesuai dengan kondisi dan tujuan pendidikan di Indonesia.
Untuk mengatasi kendala tersebut, perlu dilakukan penelitian dan
pengembangan mengenai strategi rekayasa algoritmis dan rekayasa pedagogis
baru dalam penyusunan software supaya diperoleh software yang lebih sesuai
dengan tujuan-tujuan pembelajaran.
Sebuah hasil penelitian mengenai hal tersebut (Yayan Sunarya, Drs. M.Si,
2003) menyimpulkan bahwa
1. pembuatan software multimedia interaktif pembelajaran kimia diawali oleh
tahap perekayasaan pedagogis konten-materi dan skenario tampilan
(presentasi) software.
2. perekayasaan pedagogis meliputi pengembangan pekerjaan berikut, yaitu :
dari ....(1) penurunan struktur mikro.. (2) pengidentifikasian keterampilan
intelektual...(3) pengembangan teks keluaran (dari struktur mikro)...(4)
pengidentifikasian bentuk presentasi.. (5) pengembangan konten materi dan
wacana presentasi.. dan (6) penurunan evaluasi mandiri.
3. perbedaan sebuah software pembelajaran multimedia interaktif dengan
software lainnya terletak pada pengembangan pendekatan yang dilakukan
pada masing-masing poin pekerjaan perekayasaan pedagogisnya.

Atas dasar hasil penelitian tersebut akan dilakukan perancangan sebuah


software yang dapat menghasilkan media pembelajaran kimia SMU yang optimal.
Materi kimia yang dikembangkan pada program ini dikhususkan ke dalam materi
kimia organik SMU.
Kemampuan dasar untuk merancang dan membuat software ini telah
diberikan kepada mahasiswa melalui matakuliah pengantar komputer dan
PKMT-3-5-3

komputasi kimia. Diharapkan pelaksanaan program ini akan lebih meningkatkan


kemampuan mahasiswa dalam bidang kimia dan teknologi.
Masalah-masalah yang telah diidentifikasi diatas dapat dirumuskan ke
dalam masalah penelitian ini, yaitu :
Software multimedia yang bagaimanakah perlu dirancang dan dikembangkan
agar memenuhi persyaratan tinjauan pedagogi pelajaran, tinjauan rekayasa
perangkat lunak dan tinjauan user (pembelajar dan guru) ?
Program PKM ini bertujuan untuk :
1. Menyediakan software multimedia pembelajaran kimia SMU berdasarkan
beberapa pola yang interaktif sebagai produk yang siap pakai di lapangan.

METODE PENDEKATAN
Beberapa tinjauan yang dapat menjadi kerangka dasar dalam
pengembangan perekayasaan algoritmis dan pedagogis untuk perancangan sebuah
software pembelajaran yang baik adalah sebagai berikut.
1. Tinjauan Pedagogi Dalam Pengembangan Program/Software Pengajaran
Sebagian besar software yang tersedia secara pedagogi tidak lebih dari tradisi
: drill and practice (yang peling banyak), tutorial, dan demonstrasi. Masih
banyaknya kelemahan-kelemahan pedagogis yang masih terdapat dalam
kebanyakan software menuntut perkembangan terus menerus pemrograman
sotware pembelajaran, khususnya oleh kalangan kependidikan sendiri.
Tinjauan terhadap isi program meliputi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan :
apakah isi materi sesuai dengan kondisi siswa dan dengan tujuan pengajaran ?
Dan apakah isi materi yang disajikan cukup akurat ?
Aspek pedagogi secara sederhana dirumuskan melalui jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan berikut : Bagaimana feedback diberika program kepada
siswa ? apa asumsi mengenai siswa belajar yang dituangkan ke dalam
software ? apakah software memberi peluang untuk dimodifikasi disesuaikan
dengan kebutuhan siswa ? Apakah software menganut sistem belajar sendiri
(soft contained) ? dapatkah program digunakan untuk berbagai susunan kelas
(individu, kelompok, klasikal) ? Dan, apakah program melibatkan beragam
model instruksional (visual, aural, numerik, verbal) ?
2. Tinjauan Rekayasa Perangkat Lunak
Diantara bidang-bidang di atas, yang sangat erat kaitannya dengan kualitas
program dari keilmuan informatika adalah bidang pengoperasian program,
karena baerkaitan dengan penerapan prinsip-prinsip rekayasa perangkat lunak.
Sampai dimana prinsip-prinsip rekayasa perangkat lunak ini diterapkan
dengan benar untuk menghasilkan program yang berkualitas, dapat dievaluasi
dari pengajuan pertanyaan berikut :
a. Bagaimana struktur algoritma program ?
b. Apakah program terstruktur dengan baik dan benar ?
c. Apakah program bebas bugs dan breaks ?
d. Bagaimana program mengatasi kesalahan user ?
e. Seberapa besar peluang user untuk mengontrol program ?
f. Apakah petunjuk yang diberikan program secara langsung cukup jelas dan
mudah difahami ?
g. Apakah tersedia dokumen bagi guru ?
PKMT-3-5-4

h. Apakah tersedia dokumen bagi siswa ?


i. Seberapa baik program memanfaatkan fasilitas grafik, suara dan warna ?
j. Apakah tampilan pada layar monitor cukup efektif ?
3. Pandangan Pembelajar
Pandangan siswa terhadap program digali melalui jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan berikut : apakah program cukup mudah untuk digunakan siswa ?
apakah program cukup menarik bagi siswa ? apakah siswa senang
menggunakan program ? seberapa baik siswa belajar yang diharapkan
program ? apa hasil belajar tambahan yang diraih dari penggunaan program ?
Keefektifan software pengajaran di dalam pengajaran, bergantung pada tiga
hal (Faryniarz & Lockwood,1992), yaitu kemampuan pemogram
(proggramer), penelitian kuantitatif dalam menguji/evaluasi software dan
kesediaan pengajar untuk memanfaatkannya dalam pengajaran.
Kemampuan programer sendiri juga bergantung pada algoritma penyiapan
materi yang diturunkan secara makro dan mikro dari tinjauan pedagogi materi
subyak olah educationist yang merancang software.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Setelah enam bulan melaksanakan program PKMT diperoleh beberapa
hasil sebagai berikut.
1. Perancangan program
Semua program yang diusulkan pada proposal awal telah berhasil diciptakan
dengan baik dan sesuai harapan. Program-program tersebut dirancang dengan
menggunakan software Borland Delphi. Program-program tersebut juga
dirancang sebaik-baiknya sehingga tidak memberatkan memori komputer.
Adapun keterangan hasil perancangan tiap program yang dibuat akan
diuraikan sebagai berikut.
a. Program Media Pembelajaran Kimia Organik Interaktif
Pada program ini, materi kimia organik untuk SMU dijelaskan melalui
susunan pedagogi yang terstruktur yang dikemas dalam bentuk teks dan
gambar/grafik yang menarik. Selain itu, rangkaian kata-kata materi
disusun sedemikian rupa hingga mudah dipahami oleh pemula. Bila ada
satu istilah yang tidak dimengerti, pengguna program dapat
menanyakannya pada asisten yang ada pada sudut kiri bawah layar.
Materi yang dibahas dalam program ini dibagi kedalam sembilan bab.
Sembilan bab tersebut telah mewakili materi kimia organik SMU mulai
dari kelas satu hingga kelas tiga.
Selain materi, disajikan pula beberapa menu tambahan. Diantaranya
adalah permainan kata yang menarik yaitu, Chem On Word. Melalui
permainan ini siswa diajak untuk mengasah otak sekaligus menghilangkan
stress.
PKMT-3-5-5

Salahsatu Halaman Media Pembelajaran Organik Interaktif

Halaman Permainan Chem On Word

b. Program Kamus Kimia


Kamus ini cukup interaktif dan fleksibel.
Dalam kamus ini dilengkapi fasilitas searching yang akurat dan
otomatis. Jadi tidak mungkin ada kata yang terlewat ketika proses
pencarian berlangsung.
Apabila kata yang dicari ternyata tidak ada dalam kamus, maka
program secara otomatis memberikan pilihan untuk mencari kata
tersebut di sebuah situs internet.
PKMT-3-5-6

Pengguna juga dapat memasukkan kata yang belum ada secara manual.
Dan bila kata tersebut sudah terdapat dalam kamus, maka program
akan memberikan pilihan pada pengguna apakan akan menimpa kata
yang sudah ada atau membatalkannya.
Kamus ini juga diberikan fasilitas untuk menghapus kata yang sudah
ada di dalam kamus sebelumnya.
Bila pengguna merasa bingung untuk memulai, program ini disediakan
petunjuk yang mudah dipahami.
Sampai saat ini database kamus telah mencapai sekitar 650 istilah.

Halaman Kamus Kimia Organik

c. Program LabKimia
Program labkimia ini memperkenalkan peralatan kimia dan fungsinya, zat-
zat kimia dan sifatnya, dan teknik-teknik dasar dalam menggunakan alat-
alat kimia. Materi dari labkimia ini disajikan dalam bentuk foto dan video
yang dilengkapi suara dan dan text.

Halaman Foto Labkimia


PKMT-3-5-7

d. Program Komputes
Loading program yang cepat dan tidak memberatkan memori
komputer maupun kapasitas hardisk.
Penyajian lembar soal dan lembar jawaban yang praktis sebanyak 60
soal pilihan berganda.
Penyajian soal yang sangat fleksibel dilengkapi dengan gambar,
wacana, suara, atau video.
Sebuah pencatat waktu atau timer yang dapat di set sesuai keinginan.
Dua buah sistem penilaian ujian, sistem plus-minus dan normal.
Tanggal ujian otomatis.
Pemeriksaan jawaban otomatis setelah waktu ujian selesai.
Kunci jawaban yang bisa langsung dilihat pada layar.
Pembahasan soal yang dapat diprint-out.
Komentar hasil ujian siswa yang mendorong siswa secara psikologis.
Enam puluh macam kata-kata bijak yang mengajak siswa disiplin.
Sistem masukan soal, kunci jawaban dan pembahasan yang fleksibel
dan mudah.
Petunjuk program yang interaktif dan jelas.

Halaman Ujian Interaktif Komputes.

e. Program Kalkulator kimia


Terdapat enam macam perhitungan kimia yang dapat dengan mudah
diselesaikan melalui program kalkulator kimia ini. Keenam perhitungan
tersebut yaitu, penentuan massa molar, penentuan molaritas larutan,
pengenceran larutan, penentuan keadaan gas ideal, konversi keadaan gas
ideal, dan stoikiometri. Untuk menjalankan setiap perhitungan kimia,
pengguna diajak untuk mengisi data yang dibutuhkan secara bertahap
PKMT-3-5-8

dengan benar sehingga tidak mungkin ditemukan hasil yang salah atau
program error.

Halaman Penentuan Massa Molar Program Kalkulator Kimia

2. Pengujian program
Pengujian program dilakukan dengan metoda questioner acak. Questioner
tersebut berisi sembilan pertanyaan yang menyangkut permasalahan yang
telah disebutkan dalam metoda pendekatan.
Jumlah koresponden sementara hanya berjumlah 30 sampel yaitu terdiri dari
dua orang dosen kimia, 11 orang mahasiswa pendidikan kimia FPMIPA UPI,
dua orang guru SMU, dan dan 5 orang siswa SMU kelas 1, 5 orang siswa
SMU kelas 1, 5 orang siswa SMU kelas 3. Jumlah koresponden yang diambil
hanya sedikit disebabkan jangka waktu yang kurang dan pengajuan questioner
yang bertepatan dengan waktu ujian siswa SMU.
Melalui data hasil questioner sementara tersebut dapat disimpulkan bahwa
83% sampel mengatakan program sudah cukup baik, mudah dipahami,
interaktif dan sudah mampu diterapkan sebagai media pembelajaran kimia
organik di SMU, baik kelas satu dua maupun kelas tiga. Hasil ini memang
belum memenuhi persyaratan kuantitatif karena sampel yang diambil kurang
banyak. Hasil ini akan berubah kembali dan menjadi kuantitatif bila jumlah
koresponden diperbesar.
PKMT-3-5-9

QUESTIONER
Pengujian Program PKMT Dikti 2006

Tanggal :
Status : Dosen/Guru/Mahasiswa/Siswa(1)/Siswa(2)/Siswa(3)

Apakah program cukup mudah untuk digunakan ?


A. Ya B. tidak

Apakah program cukup menarik untuk digunakan ?


A. Ya B. tidak

Apakah anda senang menggunakan program ini ?


A. Ya B. tidak

Apakah anda lebih mudah memahami materi yang ditampilkan program ?


A. Ya B. tidak

Apakah menurut anda materi dan feature program sudah memadai ?


A. Ya B. tidak

Apakah petunjuk penggunaan program sudah jelas dan mudah difahami ?

A. Ya B. tidak

Apakah program ini sudah cukup flexibel ?


A. Ya B. tidak

Apakah program ini lebih mudah anda fahami daripada program serupa
lainnya
A. Ya B. tidak

Menurut anda setelah melihat dan mencoba program ini, apakah program ini
layak diterapkan untuk pendidikan kimia di SMA
A. Ya B. tidak

Saran dan komentar anda


Lembar Questioner Pengujian Program Organik Interktif

KESIMPULAN
Program Media Pembelajaran Kimia Organik Interaktif, Program Kamus Kimia,
Program LabKimia, Program Komputes ujian interaktif dan Program Kalkulator
kimia telah diciptakan sesuai dengan target yang diusulkan pada proposal
sebelumnya. Pengujian program dilakukan melalui analisis questioner dengan
koresponden sebanyak 30 sampel. Melalui data hasil questioner sementara dapat
disimpulkan bahwa 83% koresponden mengatakan program sudah cukup baik,
mudah dipahami, interaktif dan sudah mampu diterapkan sebagai media
pembelajaran kimia organik di SMU, baik kelas satu dua maupun kelas tiga.
PKMT-3-5-10

DAFTAR PUSTAKA
Akhril Agus, 1998, Efektivitas Software Lembar Kerja Mahasiswa Dalam
Perkuliahan Kimia Dasar Di FPMIPA IKIP Bandung, FPMIPA IKIP
Bandung.
Siregar, dkk, 1994, Buku Panduan Analisis dan Penulisan Buku Teks MIPA untuk
pengembangan Keterampilan Intelektual Mahasiswa, FPMIPA IKIP
Bandung.
Yayan Sunarya, 2003, Pengembangan Perekayasaan Pedagogis Beberapa Pola
Software Multimedia Interaktif Pembelajaran Kimia SMU, FPMIPA UPI
Bandung.
M. Nurulhana, dkk. 2003, Pemrograman Software Multimedia Pembelajaran
Dengan Bahasa Delphi. JURDIK KIMIA UPI Bandung.
PKMT-3-6-1

PERANCANGAN OTOMATISASI BASIS DATA ABSENSI


PERKULIAHAN MENGGUNAKAN SENSOR INFRAMERAH MELALUI
INTERVACE SERIAL MIKROKONTROLLER MCS-51

Syarif Hidayatullah, Kurnia Widi Haryono, Agus Riyanti, Margi Puji Rahayu
Universitas Diponegoro, Semarang

ABSTRAK

Kata kunci:
PKMT-3-7-1

SMART MUFFLER (KNALPOT MULTI SUARA)


SEBUAH KNALPOT INOVATIF YANG MAMPU MENAIKKAN
PERFORMA KENDARAAN BERMOTOR

Ikta Wahyu Widodo, Agung Nogroho, Tahan Prahara, dan Ali Mansur
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Semarang

ABSTRAK
Perkembangan dunia otomotif saat ini telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat sekali, dimana produk, desain atau ide-ide baru selalu muncul
sebagai kecintaan para bikers (pecinta kendaraan bermotor). Hal baru selalu
dicari dan dikembangkan baik dengan modifikasi barang yang sudah ada ataupun
inovasi baru. Performa kendaran merupakan salah satu faktor pemicu
pemunculan setiap inovasi yang ada di kalangan pecinta dunia otomotif, dengan
ditunjang perkembangan teknologi yang telah ada maka semua itu akan menjadi
sesuatu yang menyenangkan. Sebagai contoh, adalah performa dari kendaraan
bermotor. Berhubungan dengan knalpot semua orang pasti sudah banyak tahu,
perkembangan knalpot di Indonesia merupakan suatu hal yang sangat luar biasa
sekali. Berbagai model dan knalpot dicipta, misal knalpot samping, kolong,
udang, dan terakhir kala jengking. Semua knalpot ini diklaim mampu
mendongkrak tenaga pada kendaran bermotor tersebut. Knalpot alias pipa gas
buang itu bukan semata berfungsi sebagai penyalur sisa pembakaran, knalpot
masih satu kesatuan dari proses langkah buang. Pada bagian knalpot inilah, efek
turbulensi terus-menerus terjaga, dengan adanya knalpot maka aliran turbulensi
gas buang diubah jadi gaya pendorong piston ke TMB. Berdasarkan kenyataan di
atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Smart
Muffler (Knalpot Multi Suara) , dimana kanalpot ini merupakan penggabungan
dari dua jenis knalpot yaitu knalpot jenis chamber dan free flow yang
menghasilkan satu knalpot dengan variasi suara yang banyak. Untuk
mendapatkan variasi suara tersebut bisa kita dapatkan dengan jalan mengatur
posisi tuas pengatur katub, bisa suara keras, sedang atau standar. Kelebihan dari
knalpot inovatif ini adalah kemampuannya dalam menaikkan performa kendaraan
bermotor itu sendiri dan sebagai penghemat bahan bakar. Modifikasi dan inovasi
baru telah dikembangkan dengan munculnya jenis knalpot baru yang mampu
meningkatkan performa kendaraan dan hemat bahan bakar, sehingga alternatif
pilihan baru dalam kaitannya dengan kendaraan bermotor bisa dijadikan sebagai
pilihan yang memiliki nilai efesiensi dan ekonomis yang tinggi dalam dunia
otomotif.
Kata kunci: knalpot, performa, otomotif

PENDAHULUAN
Perkembangan kendaran bermotor pada saat ini telah mengalami
perkembangan yang cukup pesat, banyak hal telah muncul dengan berbagai
penampilan dan performa yang berbeda dan penuh dengan spesifikasi sebagai
bentuk kecintaan para bikers. Pemunculan ide-ide baru dalam menunjang
performa kendaran bermotor terus ditingkatkan guna semakin menarik minat para
pecinta dan pengendara sepeda motor, dari kecepatan, kendaraan yang irit
PKMT-3-7-2

terhadap bahan bakar, bahkan sampai performa luar dari kendaraan bermotor itu
sendiri.
Modifikasi dan inovasi baru dalam dunia otomotif masih terus
dikembangkan, sebagai contoh adalah performa dari kendaraan bermotor itu
sendiri dimana minat seseorang terhadap sesuatu hal adalah dari pandangan mata
atau dari apa yang dilihat pertama kali dan disini adalah bentuk fisik, kemudian
teknologi yang ada pada kendaraan bermotor seperti stater otomatis dan bahkan
pengoperasian kendaraan bermotor itu sendiri yang semuanya dijalankan secara
otomatis karena ditunjang dengan perkembangan dunia teknologi yang semakin
canggih. Tapi semua perkembangan dan desain yang telah ada belumlah cukup
begitu saja bagi dalam dunia otomotif.
Kemajuan teknologi bidang otomotif diantaranya adalah timbulnya
inovasi-inovasi baru dalam dunia otomotif. Sebagai contoh yaitu berkembangnya
disain knalpot untuk kendaraan bermotor, knalpot yang dihasilkan diantaranya
knalpot standard atau knalpot dengan suara yang halus, dan knalpot dengan suara
yang keras, biasa orang menyebutnya knalpot racing. Bagaimana menciptakan
suatu knalpot yang sport tapi dapat dikendalikan. Knalpot yang ada saat ini hanya
satu macam knalpot saja, dalam artian satu knalpot satu suara
Berdasarkan kenyataan di atas maka peneliti tertarik untuk menciptakan dan
merancang suatu karya teknologi dengan judul Smart Muffler (Knalpot Multi
Suara) dengan harapan dapat memunculkan inovasi baru pada pembuatan dan
perancangan knalpot yang merupakan gabungan antara knalpot chamber dan free
flow yang berperforma tinggi (bertenaga) sekaligus hemat bahan bakar.sebagai
teknologi alternatif di dunia otomotif.

METODE PENDEKATAN
Knalpot
Knalpot alias gas buang itu bukan semata fungsinya menyalurkan sisa
pembakaran. Knalpot masih satu kesatuan dari proses langkah buang. Pada
knalpot inilah, efek turbulensi terus menerus terjaga. Dengan knalpot, aliran
turbulensi gas buang diubah jadi gaya pendorong piston ke TMB.
Kemungkinan mesin dapat hidup tanpa knalpot ada, akan tetapi risikonya
besar dan turbulensi kecil. Setelah bahan bakar meledak, waktu mengembangnya
terlalu singkat. Efek pusaran turbulensi buyar, karena cepat dimuntahkan lewat
lubang buang dan hilang ditelan udara bebas.
Fungsi lain knalpot sebagai peredam getaran. Getaran akibat naik turun
piston dari kepala silinder diteruskan ke bodi knalpot, rangka dan sasis, sehingga
getaran mesin tidak keterlaluan.
Jenis Knalpot ada dua, anatara lain (1) knalpot chamber, konstruksi knalpot
chamber seperti pada knalpot standart, dan knalpot ini baik bekerja pada putaran
bawah.(2)knalpot free flow, konstruksi dari knalpot free flow baik bekerja pada
mesin dengan putaran tinggi. Knalpot dimana sistim pelepasan gas buang lebih
ringkas dan singakat turbelensinya, sehingga dikenal dengan sistem pembuangan
los (free flow) dan karena ini bermunculan knalpot racing. Knalpot racing pasti
tanpa sekat kamarnya. Ini semata mempercepat turbulensi. Sepenuhnya pengolah
turbulensi terakhir diserahkan ke peredam suara atau silinder. Hanya saja
membuat knalpot mesti ada hitungan sesuai volume arus masuk.
PKMT-3-7-3

Mikrokontroller
Mikrokontroler adalah salah satu dari bagian dasar dari suatu sistem
komputer. Meskipun mempunyai bentuk yang jauh lebih kecil dari suatu
komputer pribadi dan komputer mainframe, mikrokontroler dibangun dari
elemen-elemen dasar yang sama. Secara sederhana, komputer akan menghasilkan
output spesifik berdasarkan inputan yang diterima dan program yang dikerjakan.
Seperti umumnya komputer, mikrokontroler adalah alat yang mengerjakan
instruksi-instruksi yang diberikan kepadanya. Artinya, bagian terpenting dan
utama dari suatu sistem terkomputerisasi adalah program itu sendiri yang dibuat
oleh seorang programmer. Program ini menginstruksikan kompuetr untuk
melakukan jalinan yang panjang dari aksi-aksi sederhana untuk melakukan tugas
yang lebih kompleks yang diinginkan oleh programmer.
Setting Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium jurusan Teknik Mesin FT UNNES dan
PT. Khatulitiwa Suryanusa. Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan April 2006
sampai dengan Mei 2006.
Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti adalah : (1) Penggabungan antara knalpot chamber
dan free flow dalam menghasilkan performa yang baik pada saat mesin bekerja
pada putaran bawah dan tinggi, (2) suara hasil penggabungan dua tipe knalpot
pada kendaraan bermotor.
Rencana Penelitian
Langkah sebelum penelitian dilakukan ialah mempersiapkan alat
penelitian, antara lain palu, tang, betel, kompresor, gergaji besi, mesin las, baut +
mur, saklar, pipa, cat, elektrode, plat galvanis, dan alumunium.
Desain Eksperimen
Dalam metode eksperimen, pola yang digunakan merupakan pola atau
desain eksperimen the one shot case study (10). Eksperimen the one shot case
study merupakan penelitian model sekali tembak, yaitu perlakuan yang dilakukan
pada suatu kelompok unit percobaan tertentu, dan kemu-dian diadakan analisis.
Analisis Data
Data yang didapat merupakan perbandingan kanalpot standar dengan
knalpot smart muffler. Pada penelitian ini untuk mengetahui seberapa jauh
kemampuan knalpot smart muffler dalam meningkatkan performa kendaraan,
maka digunakan analisis data deskriftif yaitu dengan melakukan interpretasi dari
hasil data yang didapatkan dengan perencanaan awal.
PKMT-3-7-4

Disain Penelitian

Studi Pustaka
&
Browsing Internet dan diskusi

Desain
(Perancangan Alat)
Smart Muffler

Survei:
- komponen mekanik/elektrik
- alat kerja

Redesign Persiapan Pembuatan


(Penyempurnaan design) - laboratorium
- alat kerja, - belanja komponen

Pembuatan alat

Perancangan

konstruksi bahan bakar suara knalpot performa


kendaraan kendaraan

Analisis hasil

Kesimpulan
penyusunan pendaftaran
laporan paten
PKMT-3-7-5

HASIL DAN PEMBAHASAN


Knalpot alias gas buang bukan semata fungsinya menyalurkan sisa
pembakaran. Knalpot masih satu kesatuan dari proses langkah buang. Pada
knalpot inilah, efek turbulensi terus menerus terjaga.Adanya knalpot, aliran
turbulensi gas buang diubah jadi gaya pendorong piston ke TMB.
Knalpot inovatif (multi sound). Dimana smart muffler ini merupakan hasil
gabungan dari knalpot chamber dan free flow, dimana keduanya memiliki
keunggulan yang berbeda. Konstruksi knalpot chamber seperti pada knalpot
standart, dan knalpot ini baik bekerja pada putaran bawah. Konstruksi dari knalpot
free flow baik bekerja pada mesin dengan putaran tinggi. Knalpot dimana sistem
pelepasan gas buang lebih ringkas dan singkat turbelensinya, sehingga dikenal
dengan sistem pembuangan los (free flow) dan karena ini bermunculan knalpot
racing. Knalpot racing pasti tanpa sekat kamarnya. Ini semata mempercepat
turbulensi.
Penggabungan antara knalpot chamber dan free flow menghasilkan performa
yang baik pada saat mesin bekerja pada putaran bawah dan tinggi. Secara umum
smart muffler memiliki 3 farian produk yaitu SM Manual, SM Electric Manual,
dan SM Otomatis. Knalpot (smart muffler) ini dapat digunakan dengan berbagai
macam suara, suara keras, sedang dan suara standard. Dalam pemilihan suara
yang diinginkan kita memanfaatkan buka dan tutup katup yang berada dalam
knalpot, dimana dalam buka dan tutup katup diatur secara manual dan otomatis.
Jika menggunakan manual kita tinggal menggerakkan tuas yang ada, ke atas dan
kebawah sesuai suara yang dikehendaki. Jika kita menggunakan yang memakai
kontrol elektrik manual maka kita hanya menekan tombol pengatur yang telah
disediakan yang akan memutar motor untuk mengerakkan katup. Pada smart
muffler yang otomatis pengaturannya disesuaikan dengan putaran mesin. Hal ini
akan menjadi suatu terobosan baru dalam menciptakan lapangan usaha khususnya
dibidang otomotif.
Peningkatan performa kendaraan bermotor terjadi karena adanya pelepasan
gas buang yang lebih ringkas dan singkat terjadinya, karena adanya sistem
pembuangan los. Daya yang dihasilkan karena penggunaan smart muffler ini
melebihi hasil daripada pengunaan knalpot jenis standar dan hasil pengetesan
menunjukkan bahwa daya yang dihasilkan ketika pemasangan dengan smart
muffler sebesar 7,4 HP bila dibandingkan dengan pemasangan knalpot jenis
standar yang memiliki pengaruh terhadap daya kendaraan sebesar 6,6 HP.
Performa kendaraan yang meningkat akan tetapi dibarengi dengan konsumsi
bahan bakar yang sedikit atau sama ketika kita menggunakan jenis knalpot yang
berbeda merupakan suatu kelebihan yang dimiliki oleh smart muffler sebagai
knalpot inovasi yang mampu menaikkan performa kendaraan sekaligus hemat
bahan bakar, karena memiliki nilai yang relatif tetap akan konsumsi bahan bakar
terhadap peningkatan daya kendaraan.Berikut hasil pengetesan pengaruh Smart
Muffler terhadap performa kendaraan bermotor dan hasil pembuatan knalpot:
PKMT-3-7-6

Data Pengujian Knalpot Standar dan Knalpot Smart Muffler

Gambar 1. Grafik hasil pengujian knalpot Smart Muffler pada Dynotest

Gambar 2. Smart Muffler dengan sistem kerja chamber

Lubang Chamber
Lubang Free Flow

Katup Penutup

Tuas Pengatur

Gambar 3. Smart Muffler dengan sistem kerja free flow


PKMT-3-7-7

MICROCONTROLER

TOMBOL FREE FLOW

TOMBOL
CHAMBER
KABEL

MOTOR POWER WINDOW SEBAGAI


PENGGERAK KATUP

Gambar 4. Smart Muffler pada mobil

Gambar 5. Komponen Pembentuk Smart Muffler

KESIMPULAN
Modifikasi dan inovasi baru telah dikembangkan dengan munculnya jenis
knalpot baru yaitu Smart Muffler yang mampu meningkatkan performa
kendaraan dan hemat bahan bakar, sehingga alternatif pilihan baru dalam
kaitannya dengan kendaraan bermotor bisa dijadikan sebagai pilihan yang
memiliki nilai efesiensi dan ekonomis yang tinggi dalam dunia otomotif.
PKMT-3-7-8

DAFTAR PUSTAKA
Widodo Budiharto. 2004. Interfacing Komputer dan Mikrokontroler. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
http://www.dephub.go.id/ tanggal download 15 Agustus 2005/jam : 16.14
WIB/Ali Mansur/tanggal upload, 20 April 2005 jam : 15.20.
http://pikiran-rakyat.com/cetak/0804/31/lapsus02.htm./tanggal download 23
agustus 2005/jam : 15.48 WIB/Ali Mansur/tanggal upload, 31 Agustus
2004.
http://www.lpem.org/news.php?id=53/tanggal download 15 agustus 2005/ jam :
15.15/Ali Mansur/tanggal upload, 10 Maret 2005.
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0205/11/otokir/utama1.htm/ tanggal
download 15 agustus 2005/jam : 20.39/Ali Mansur/ tanggal upload 11
February 2005.
PKMT-3-8-1

PEMBUATAN SEPEDA LISTRIK BERTENAGA SURYA SEBAGAI


ALAT TRANSPORTASI ALTERNATIF MASYARAKAT

D.Z. Anugra, M.H. Yanuar, S. Widodo, S.R. Wibowo, R. Kusuma


Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ABSTRAK
Permasalahan global yang saat ini dihadapi oleh dunia yakni kelangkaan
bahan bakar fosil. Tidak mustahil bahwa suatu saat nanti ketersediaan dari
bahan bakar fosil tersebut akan menipis seiring dengan perkembangan teknologi
modern. Dengan kata lain bahan bakar fosil akan tergantikan dengan sendirinya
oleh sumber daya alam lain yang lebih potensial seperti cahaya matahari, angin,
air dan biomassa melalui penelitian-penelitian yang terus berkembang. Yang
kesemuanya itu masih kurang tersentuh oleh kita karena ketergantungan yang
lebih terhadap bahan bakar fosil. Seperti kita ketahui, di Indonesia bahan bakar
minyak sudah menjadi salah satu kebutuhan primer bagi masyarakat, dengan
tingginya harga minyak dunia yang saat ini mencapai US$ 67 per barel, sangat
potensial mengakibatkan gejolak sosial dan ekonomi yang cukup signifikan.
Adapun penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menjawab
permasalahan mengenai eksistensi kendaraan yang kurang ramah lingkungan
dan masih bergantung pada bahan bakar fosil. Kendaraan ini didesain dengan
baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan kendaraan yang ramah
lingkungan dan hemat bahan bakar dengan kecepatan maksimal yang ditempuh
sekitar 20 km/jam selama kurang lebih satu jam dengan sekali pengisian baterai.
Metode penelitian yang digunakan adalah melalui berbagai percobaan
yang terstruktur untuk memperoleh data yang akurat. Data yang diperoleh
digunakan untuk merancang desain yang sesuai permintaan pasar dengan
efisiensi maksimal melalui perhitungan error yang terjadi. Error yang ada dibuat
sekecil mungkin, sehingga tidak mengurangi efisiensi kerja motor listrik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penggunaan tenaga surya sebagai
tenaga penggerak motor pada sepeda, dapat ditempatkan pada urutan teratas
tenaga alternatif dalam menggantikan bahan bakar fosil.

Kata kunci : kelangkaan, ramah lingkungan, efisien, alternatif

PENDAHULUAN
Keterbatasan cadangan bahan bakar fosil merupakan salah satu
permasalahan global yang menimpa banyak negara di dunia saat ini. Bukan hal
yang dipungkiri bahwa di Indonesia, bahan bakar minyak sudah menjadi salah
satu kebutuhan primer bagi masyarakat, dengan tingginya harga minyak dunia
yang saat ini mencapai US$ 67 per barel, sangat potensial mengakibatkan gejolak
sosial dan ekonomi yang cukup signifikan.
Untuk mengatasi krisis energi, pemerintah telah mengambil sejumlah
langkah-langkah, diantaranya adalah mengefisienkan pemakaian energi baik
untuk kebutuhan gedung-gedung maupun untuk alat transportasi. Salah satu
bagian penggunaan terbesar dari bahan bakar minyak adalah untuk sektor
PKMT-3-8-2

transportasi. Kendaraan angkutan darat menyumbang beban paling besar terhadap


kebutuhan bahan bakar minyak dalam bentuk bensin dan solar, hal ini
dikarenakan jumlah kendaraan angkutan darat lebih banyak dibandingkan
kendaraan angkutan udara dan laut.
Salah satu kebiasaan di masyarakat adalah keengganan untuk
meninggalkan penggunaan kendaraan berbahan bakar minyak untuk kebutuhan
transportasi antar titik berjarak 5 km. Di lain pihak, penggunaan kendaraan
bertenaga manusia dinilai mengakibatkan kelelahan, kecepatan lebih rendah, tidak
cocok digunakan di jalan raya, sehingga kendaraan jenis ini hanya dipakai untuk
transportasi jarak sangat pendek atau kegiatan rekreasi dan olahraga.
Untuk menghindari pemakaian bahan bakar minyak, dikembangkan
kendaraan hybrid yang menggunakan tenaga manusia dan motor listrik. Sistem
yang disebut sebagai PAS (Power Assist System) ini memiliki sejumlah kelebihan,
antara lain lebih sedikit mengkonsumsi tenaga dan lebih cepat dibanding
kendaraan bertenaga manusia, tidak menimbulkan polusi, tidak mengkonsumsi
bahan bakar fosil, tidak berisik, lebih aman, dan biaya pemeliharaan yang lebih
rendah. Kendaraan ini juga tidak memerlukan izin khusus untuk mengendarainya,
asalkan kecepatannya tidak melebihi batas kecepatan yang ditetapkan untuk
kendaraan tak bermotor. PAS tidak berarti menggantikan tenaga manusia
seluruhnya, porsi tenaga manusia yang dibutuhkan sepenuhnya tergantung pada
pilihan pengendara.
Salah satu contoh kendaraan PAS adalah sepeda listrik. Sepeda ini cukup
ringan sehingga dapat dipakai seperti sepeda biasa dengan penggunaan pedal,
namun tenaga yang dikeluarkan oleh pengendara tidak sebesar sepeda biasa
karena dibantu oleh motor listrik. Hal ini memungkinkan pengendara mencapai
jarak yang lebih jauh dengan pengeluaran tenaga yang sama.
Pada sepeda listrik digunakan baterai/aki sebagai sumber energi untuk
menggerakkan motor listrik. Sumber energi listrik yang digunakan untuk mengisi
ulang baterai pada umumnya berasal dari sambungan listrik rumah (PLN), karena
pada saat ini pembangkit listrik masih menggunakan bahan bakar fosil sebagai
bahan bakar utama, maka diperlukan sumber energi alternatif untuk menghindari
penggunaan bahan bakar fosil tersebut, salah satunya adalah dengan
menggunakan fotovoltaik, yaitu suatu piranti yang dibuat dari bahan
semikonduktor yang mampu mengubah energi elektromagnetik matahari menjadi
energi listrik. Dengan teknologi fotovoltaik ini, energi listrik yang dihasilkan
dapat digunakan untuk mengisi ulang baterai.
Di luar negeri, contohnya di Inggris dan Amerika Serikat, penggunaan
kendaraan PAS untuk kebutuhan pribadi telah mulai dikenal masyarakat,
sedangkan di Indonesia kendaraan jenis ini belum begitu dikenal. Pandangan
bahwa kendaraan yang menggunakan mesin pembakaran internal (ICE Internal
Combustion Engines) lebih mudah dalam pengisian sumber tenaga dan lebih baik
dalam rasio jarak tempuh per liter bahan bakar juga telah mengambil bagian
dalam kurang dikenalnya kendaraan bertenaga listrik. Untuk masa depan, mesin
ICE akan dapat berperan dalam sistem transportasi bersih ramah lingkungan,
apabila telah digunakan bahan bakar bersih dan dilakukan modifikasi pada sistem
penyimpanan bahan bakar dan cara kerja mesin ICE, tetapi sampai masa itu,
kendaraan bertenaga listrik dapat menjadi alternatif yang cukup baik untuk
kebutuhan transportasi jarak pendek. Karena itu, pembuatan sepeda bertenaga
PKMT-3-8-3

surya ini juga diharapkan mampu menangkap minat masyarakat terhadap


kendaraan yang ramah lingkungan, dan mampu memenuhi kebutuhan transportasi
jarak pendek dalam kota.

Gambar Sepeda Listrik

Gambar Sepeda Tenaga Surya

Tujuan penelitian ini adalah membuat sepeda listrik bertenaga surya yang
hemat dan ramah lingkungan dan diharapkan sepeda yang dibuat memiliki
karakteristik sebagai berikut: berkecepatan maksimal 20 km/jam, lama baterai
beroperasi dari kondisi 100% - 20% SOC adalah 1 jam. Hasil yang diharapkan
dari kegiatan ini adalah terciptanya purwarupa sepeda listrik bertenaga surya.
Manfaat yang dapat diharapkan dalam kegiatan ini adalah
memperkenalkan alat transportasi yang ramah lingkungan dan mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat untuk transportasi jarak pendek, mengurangi tingkat
pencemaran udara akibat emisi gas buang, mengurangi ketergantungan terhadap
bahan bakar minyak, dan merangsang pengembangan kendaraan sejenis di masa
depan.
PKMT-3-8-4

METODE PENDEKATAN
Bahan yang digunakan adalah sepeda (2 buah), motor listik DC magnet
permanen 12 V (2 buah), solar cell 12 V 50 watt, baterai 12 V 10 Ah (2 buah),
roda gigi, kabel-kabel, chain drive, mur dan baut, bahan kimia untuk pelarut PCB,
PCB, mikrokontroler, dan komponen elektronika. Sedangkan alat yang
dipergunakan adalah multitester, Toolkit box dan bor.
Tata laksana yang dilakukan adalah studi pustaka tentang solar cell,
sepeda, dan kendaraan sejenis; survey dan penyediaan alat dan bahan;
perancangan sepeda bertenaga surya; pembuatan purwarupa; pengujian
purwarupa; perbaikan rancangan awal; finalisasi purwarupa dan pengujian ulang;
dan pembuatan laporan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Untuk melakukan analisis penelitian, diperlukan perbandingan data dari
hasil penelitian dengan metode yang berbeda. Penelitian ini membandingkan data
hasil perhitungan dengan teori rumus dan perhitungan hasil pengujian atau
pengukuran secara langsung, sehingga dapat diketahui seberapa keberhasilan
pelaksanaan penelitian tersebut.
Dengan data spesifikasi alat dan bahan yang diketahui, secara skematik
susunan rangkaian elemen sistem transmisi gigi sepeda elektrik bertenaga surya
dapat digambarkan seperti gambar rangkaian elemen sistem transmisi.

Gambar Rangkaian elemen sistem transmisi


PKMT-3-8-5

Perhitungan dengan Teori Rumus


Daya yang diberikan oleh motor listrik tidak seluruhnya ditransmisikan
atau dipindahkan ke putaran roda, karena selama melalui rangkaian sistem
transmisi ada sebagian daya yang diubah ke bentuk lain seperti gesekan maupun
berubah menjadi kalor, yang besarnya tergantung dari nilai efisiensi setiap elemen
transmisi. Jika data spesifikasi alat dan bahan yang digunakan sebagai komponen
sistem transmisi diketahui, perhitungan efisiensi sistem transmisi dengan teori
rumus dapat dikerjakan.

Efisiensi Elemen Transmisi Roda Gigi


Roda gigi yang digunakan pada sistem transmisi dikerjakan secara biasa,
maka efisiensinya diambil 95 %. Nilai efisiensi ini adalah nilai pertingkat sabuk
rantai, karena ada dua tingkat maka efisiensi total roda gigi adalah:
Gigi Tot = 0,95 x 0,95 = 0,9025

Efisiensi Elemen Rantai Rol (pin- connected chains)


Efisiensi mesin elemen mesin (Baumeister dan Avallone, 1978) bahwa
efisiensi pin-connected chains (bicycle) adalah 95%-97%. Pada sistem transmisi
ini efisiensi rantai-rolnya diasumsikan 96%, maka efisiensi total untuk dua tingkat
adalah:
Rantai Tot = 0,96 x 0,96 = 0,9216

Efisiensi Bantalan (ball bearings)


Efisiensi mesin elemen mesin (Baumeister dan Avallone, 1978) bahwa
efisiensi ball bearings adalah 99 %. Sistem transmisi ini bantalan menggunakan
dua buah bantalan yang terletak pada satu tempat yaitu pada rangkaian dua roda
gigi yang satu sumbu atau poros. Jadi efisiensi total bantalan :
Bantalan Tot = 0,99 x 0,99 = 0,9801
Nilai efisiensi total sistem transmisi adalah total dari perkalian efisiensi setiap
elemennya (Kolstee, 1982). Jadi efisiensi total sistem transmisi adalah:
Tranmisi Tot = ( Gigi Tot) x ( Rantai Tot) x ( Bantalan Tot)
= 0,9025 x 0,9216 x 0,9801
= 0,8151922944
= 81,52 %

Pengambilan Data Hasil Pengujian dan Pengukuran


Pengambilan data hasil pengukuran didapatkan dari berbagai pengujian,
hasil pengukuran tersebut digunakan sebagai data perhitungan dalam penelitian.

Uji Karakteristik Motor Listrik


Pada pengujian karakteristik motor listrik, motor diberi beban (gaya) yang
difungsikan sebagai variabel torsi dan motor dalam kondisi tidak dirangkai
dengan sistem transmisi. Besar torsi motor adalah perkalian antara gaya (berat
beban) dan radius poros motor yang dikenai beban. Dalam penelitian ini berat
bebannya sudah divariasikan dengan asumsi percepatan grafitasi bumi 9,8 m/s2
dan hasil pengukuran radius poros motornya adalah 1 cm (r = 0,01m).

1. Mengukur daya masukan ke motor.


PKMT-3-8-6

Hasil pengukuran tegangan dan arus yang mengalir ke motor adalah :

Tabel 1. Hasil pengukuran daya masukan ke motor.

Tegangan Arus Daya Masukan P inp


(V) (A) (W)
26 18 468,0
26 24 624,0
25,9 26 673,4
25,8 28 711,4
25,8 31 799,8
25,8 33 851,4
25,2 34 856,8

2. Mengukur kecepatan putar motor dan menghitung daya keluarannya.


Dengan memberi beban yang bervariasi pada motor, kecepatan putaran
motor akan berubah-ubah. Perubahan nilai kedua variabel tersebut
berpengaruh terhadap daya keluaran motor.

Tabel 2. Kecepatan motor dan daya keluaran motor.

Beban Torsi Kecepatan Motor Daya Keluaran Pout


(N) (Nm) (rpm) (rad/s) (W)
39,2 0,39 3270 342,57 134,29
147 1,47 2750 288,10 423,50
196 1,96 2340 245,14 480,48
294 2,94 1760 184,38 542,08
397 4,41 1270 133,05 586,74
513 4,90 1160 121,52 595,47
695 6,37 880 92,19 587,25

3. Menghitung efisiensi motor


Perbandingan hasil pengukuran daya keluaran motor dan pengukuran
daya masukannya.

Tabel 3. Efisiensi motor listrik.

Daya Masukan P inp Daya Keluaran Pout Efisiensi Motor


(W) (W) (%)
468,0 134,29 28,69
624,0 423,50 67,87
673,4 480,48 71,35
711,4 542,08 75,04
799,8 586,74 73,36
851,4 595,47 69,94
856,8 587,25 68,54
PKMT-3-8-7

Uji Sistem Transmisi


Seperti pada pengukuran karakteristik motor, tetapi pada uji sistem
transmisi ini yang diberi beban adalah elemen akhirnya tepatnya di bus atau naf
roda sepeda. Dari hasil pengukuran yang diperoleh, radius naf roda sepeda adalah
1,75 cm (r =0,0175 m).

1. Mengukur kecepatan putaran roda dan menghitung daya keluaran


sistem transmisi
Speedometer digital yang digunakan untuk mengukur kecepatan putaran
roda harus dikalibrasi terlebih dahulu dengan diameter roda sepeda yaitu
26 inch atau sekitar 66 cm (r=0,33 m). Nilai kecepatan yang terbaca pada
speedometer masih dalam bentuk kecepatan linear, adanya hubungan
antara jari-jari roda dengan kecepatan linearnya sehingga kecepatan sudut
roda (rad/s) dapat dihitung. Daya keluaran sistem transmisi bisa dihitung.

Tabel 4. Daya keluaran sistem transmisi.

Beban Torsi Kecepatan Roda Pout Transmisi


(N) (Nm) (km/jam) (rad/s) (rpm) (W)
39,2 0,69 119 100,17 956,15 68,72
147 2,57 104 87,54 835,63 225,20
196 3,43 100 84,18 803,49 288,72
294 5,15 87 73,23 699,04 376,78
441 7,72 69 58,08 554,41 448,24
490 8,58 58 48,82 466,02 418,64
637 11,15 41,5 34,93 333,45 389,41

2. Mengukur kecepatan putaran poros motor saat itu dan menghitung


nilai daya keluarannya dengan persamaan garis regresi grafik output
motor vs kecepatan motor.

Tabel 5. Regresi grafik output motor terhadap kecepatan motor.

Kecepatan motor Daya Keluaran Motor


(rpm) (W)
3250 361,47
2840 480,45
2730 506,65
2375 574,71
1885 627,24
1585 635,70
1135 614,64

3. Menghitung efisiensi sistem transmisi


Membandingkan daya keluaran sistem transmisi terhadap daya keluaran
motor (difungsikan sebagai input sistem transmisi).
PKMT-3-8-8

Tabel 6. Efisiensi sistem transmisi.

Keluaran Transmisi Keluaran Motor Efisiensi Transmisi


(W) (W) (%)
68,72 361,47 19,01
225,20 480,45 46,87
288,72 506,65 56,99
376,78 574,71 65,56
448,24 627,24 71,46
418,64 635,70 65,86
389,41 614,64 63,36

4. Menghitung efisiensi total sistem, yaitu mulai efisiensi motor sampai


dengan efisiensi transmisi.

Tabel 7. Efisiensi total sistem transmisi.

Efisiensi (%)
Kecepatan motor
(rpm) Motor Transmisi Total
3250 30,04 19,01 5,71
2840 52,02 46,87 24,38
2730 56,77 56,99 32,35
2375 68,80 65,56 45,11
1885 77,13 71,46 55,12
1585 77,49 65,86 51,03
1135 71,28 63,36 45,16

KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari
pengujian karakteristik motor diperoleh daya keluaran motor rata-rata selama
pengujian adalah 478,54 W. Efisiensi motor rata-rata selama pengujian (motor
tidak terangkai dengan sistem transmisi) sebesar 64,97 %. Dari tabel karakteristik
sistem transmisi hasil pengujian, efisiensi motor rata-rata saat terangkai dengan
sistem transmisi adalah 61,93 % dan efisiensi sistem transmisi rata-ratanya 55,59
%. Efisiensi total sistem merupakan perkalian antara efisiensi motor dan efisiensi
transmisi. Rata-rata efisiensi total sistem transmisi adalah 36,98 %. Dari
perhitungan teori rumus diperoleh nilai efisiensi sistem transmisi 81,52 %.
Perhitungan dari data selama pengujian, efisiensi maksimum sistem transmisi
yang dicapai adalah 71,46 % dan efisiensi rata-ratanya 55,59 %, lebih rendah
sekitar 25 % dari efisiensi yang diperoleh dengan perhitungan teori rumus.
PKMT-3-8-9

DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, G., 1996, Renewable Energy, Power for a Sustainable Future,
Oxford University Press.
Chapman, S. J., 1991, Electric Machinery Fundamentals, 2nd Edition,
McGraw-Hill International.
Putra, A. E., 2004, Belajar Mikrokontroler AT89C51: Teori dan Aplikasi,
Penerbit Gava Media.
PKMT-3-9-1

ALAT PENDINGIN MEDIS HEMAT ENERGI


DENGAN ZEOLIT SEBAGAI ABSORBEN

Marsono, Asim Septyansyah, Fitria Meilina KS, Sigit Nugroho


Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta

ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan akan sebuah inovasi
terhadap mesin pendingin medis yang hemat energi sehingga bisa digunakan di
daerah terpencil yang belum terjangkau oleh listrik. Tujuan dari pelaksanaan
kegiatan ini ialah untuk membuat alat pendingin medis dengan Zeolit sebagai
absorben (Water Refrigerator Unit), yang terdiri dari empat komponen utama
yaitu zeolit canister, evaporating unit, cooling box dan rangka alat. Dan untuk
menguji kinerjanya dalam mendinginkan ruangan pendingin.
Metode pelaksanaan kegiatan ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu observasi
awal, perancangan alat, proses pembuatan alat, pengujian alat, evaluasi dan
penyempurnaan. Proses pembuatan alat pendingin terdiri atas tahap pembuatan
zeolit canister, evaporating unit, cooling box dan rangka alat. Pengujian terdiri
atas uji kebocoran, perhitungan kekuatan bahan dan uji kinerja dalam
mendinginkan ruangan pendingin. Pengujian kebocoran dilakukan dengan
menggunakan pompa kompresor dan pompa vakum. Kekuatan bahan diperoleh
dengan menghitung tegangan maksimum yang terjadi pada tabung kemudian
membandingkannya dengan tegangan ijin bahan. Uji kinerja alat pendingin
diukur dengan menggunakan thermometer. Sebelum Zeolit digunakan untuk
penyerapan dalam sistem maka zeolit perlu diaktifasi terlebih dahulu yaitu
dengan dipanaskan pada suhu 4000C selama 4 jam. Zeolit yang digunakan dalam
zeolit canister sebanyak 5 kilogram.
Hasil dari pelaksanaan kegiatan ini adalah sebuah prototipe alat pendingin yang
terdiri dari empat komponen utama yaitu zeolit canister, evaporating unit, cooling
box dan rangka alat. Pengujian kinerja alat menunjukkan bahwa pendinginan
maksimum yang terjadi pada ruangan pendingin sebesar 22,250C dari suhu awal
270C setelah bekerja 180 menit. Tidak maksimalnya pendinginan pada ruangan
pendingin ini disebabkan daya serap zeolit mulai berkurang sehingga mengalami
kejenuhan karena banyaknya uap air yang diserap.

Kata Kunci: Alat pendingin, Zeolit

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan yang sangat luas yang terdiri atas
daratan dan lautan dimana masih cukup banyak daerah-daerah yang sulit
dijangkau oleh jaringan listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik pada
umumnya.
Listrik saat ini merupakan suatu energi yang berperanan sangat penting bagi
kehidupan manusia. Listrik digunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-
PKMT-3-9-2

hari, industri, komunikasi sampai militer. Listrik sebenarnya gejala alam yaitu
loncatan proton yang bermuatan positif dan elektron yang bermuatan negatif
sehingga menghasilkan suatu energi tinggi.Dalam dunia kesehatan, listrik
digunakan sebagai sumber energi untuk menjalankan alat-alat pendingin. Salah
satu alat bantu yang digunakan adalah lemari pendingin (kulkas). Lemari
pendingin digunakan oleh para ahli medis sebagai alat tempat menyimpan obat-
obat khusus, bakteri, virus dan lain-lain dimana suhu bahan-bahan tersebut harus
terjaga dengan baik agar kualitas dari bahan-bahan tersebut tidak menurun
ataupun rusak. Bahan-bahan yang harus terjaga pada suhu rendah tidak dapat
dipindah atau dibawa ke daerah yang terpencil dan jauh dari sumber listrik, karena
lemari pendingin tempat menyimpan bahan-bahan tersebut harus mendapat arus
listrik ataupun apabila dijalankan dengan menggunakan baterai, maka baterai
tersebut memiliki keterbatasan kapasitas dan harus diisi kembali dengan
menggunakan listrik dari pembangkit listrik yang ada, padahal untuk
mendapatkan sumber listrik yang berasal dari pembangkit listrik pada umunya
adalah sangat tidak mungkin pada daerah terpencil.
Kondisi seperti disebutkan di atas tentunya akan sangat menyulitkan ketika
bahan-bahan medis tersebut harus dibawa ke daerah terpencil, sulit dijangkau dan
jauh dari jaringan listrik. Dengan kondisi geografis seperti yang disebutkan di atas
dan kondisi masyarakat Indonesia yang bersuku-suku serta hidup berkelompok-
kelompok sampai daerah terpencil yang juga harus mendapat perhatian yang sama
dengan mereka yang hidup di kota dan sudah mendapat kemudahan dengan
adanya jaringan listrik. Selain itu juga adanya instruksi dari pemerintah untuk
mengadakan penghematan energi khususnya energi listrik yang makin gencar
diinformasikan di masyarakat, untuk itu maka diharapkan adanya pengembangan
alat pendingin yang dapat digunakan untuk keperluan medis pada daerah-daerah
terpencil yang sulit dijangkau oleh jaringan listrik dan hemat energi.
Disamping itu, alat pendingin yang ada di masyarakat saat ini masih banyak
yang menggunakan freon sebagai refrigerannya tanpa mengetahui tentang betapa
bahayanya freon tersebut terhadap masa depan bumi kita, padahal seperti yang
diketahui bahwasanya penggunaan freon saat ini sudah dilarang karena dampak
terhadap perusakan ozon sangat besar.
Dengan beberapa alasan yang sudah disebutkan di atas, untuk itu perlu
dikembangkan alat pendingin yang digunakan untuk keperluan medis pada daerah
terpencil dan belum dijangkau oleh jaringan listrik yang berasal dari pembangkit
listrik, serta hemat energi dan untuk menggantikan alat pendingin yang ramah
lingkungan karena akan menggantikan penggunaan freon.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dari pelaksanaan
kegiatan ini adalah:
1. Bagaimana proses pembuatan Water Refrigerator Unit untuk alat pendingin ?
2. Bagaimana unjuk kerja Water Refrigerator Unit yang dibuat ?

Tujuan Kegiatan
Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah:
1. Membuat prototipe Water Refrigerator Unit untuk alat pendingin.
2. Mengetahui unjuk kerja dari Water Refrigerator Unit yang dibuat.
PKMT-3-9-3

Manfaat
Secara praktis, manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah menemukan
konsep baru cara menjalankan sistem pendinginan menggunakan air dan dengan
zeolit sebagai absorbennya. Selain itu juga terciptanya prototipe Water
Refrigerator Unit yang dapat digunakan dan dikembangkan dalam proses
penguapan air pada suhu rendah guna proses pendinginan pada alat pendingin.
Secara teoritis, manfaat yang akan diperoleh adalah memberikan kontribusi bagi
kajian bidang teknik pendinginan dan referensi bagi penelitian tentang
pendinginan dengan refrigeran air pada tahap lanjut.

METODE PENELITIAN
Waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan kegiatan pembuatan alat pendingin medis hemat energi ini
dilakukan dalam jangka waktu antara bulan Mei 2005 sampai dengan bulan
Oktober 2005. Sedangkan tempat yang digunakan terdiri dari dua tempat, yang
pertama di laboraturium kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Yogyakarta (FMIPA UNY) untuk penelitian sistem
penyerapan zeolit, tempat yang kedua ialah Lab Fabrikasi dan Fitting Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (FT UNY) untuk pembuatan alat
pendingin medisnya.

Bahan dan alat yang digunakan


Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan
pembuatan Water Refrigerator Unit (Alat pendingin medis dengan zeolit sebagai
absorben) diantaranya adalah :

Tabel 1. Daftar Bahan Yang Digunakan

No. Nama Bahan Keterangan Jumlah


1. Tabung Elpiji diameter 250 mm, 1 buah
tebal dinding tabung 5
mm
2. Tabung Minyak 120 mm / 60 mm 1 buah
3. Cooling Box Tebal 3 mm 2 buah
4. Evaporator Almunium beli 1 buah
5. Pipa Gas Kuningan beli
6. Napel Kuningan beli 2 buah
7. Pipa Mild steel Diameter 1 inch
8. Mur baut Mild steel / 10 mm 8 buah
9. Plat L Mild steel Panjang 200 cm 1 buah
10. Roda Karet Diameter 5 cm 2 pasang
11. Adaptor pipa dan Diameter 4 inch
tutup drum
12. Kran gas inch 4 buah
13. Kawat strimin 1x1 m 1 buah
14. Zeolit 5 Kg
PKMT-3-9-4

Tabel 2. Daftar peralatan yang digunakan

No. Nama
1. Gergaji mesin
2. Perlengkapan las Listrik
3. Perlengkapan las gas
4. Perlengkapan mesin bor
5. Mesin gerinda
6. Kompresor
7. Pompa vakum
8. Gergaji tangan
9. Gerinda
10. Elektroda
11. Stopwatch
12. Thermometer

Metode pelaksanaan kegiatan


Metode pelaksanaan kegiatan yang digunakan terdiri dari beberapa tahapan
yaitu: observasi awal (observasi kebutuhan bahan yang akan digunakan),
perancangan alat (perancangan beberapa komponen alat yang akan dibuat), proses
pembuatan alat, pengujian alat, evaluasi, dan penyempurnaan alat.

Observasi

Perancangan (Design)

Pengumpulan bahan

Proses Pengerjaan

ERROR
Uji Coba

O.K

Evaluasi
PKMT-3-9-5

Penyempurnaan

Penggunaan/ aplikasi

Gambar 1. Chart pelaksanaan pembuatan Water Refrigerator Unit.

Evaporating unit Cooling unit Zeolit canister

Gambar 2. Prinsip kerja Water Refrigerator Unit.

Proses pembuatan alat pendingin terdiri dari empat proses pembuatan, yaitu:
pembuatan zeolit canister, evaporating unit, cooling box dan rangka alat.
Pengujian terdiri atas uji kebocoran dan uji kinerja dalam mendinginkan ruangan
pendingin. Pengujian kebocoran dilakukan dengan menggunakan pompa
kompresor dan pompa vakum. Uji kinerja alat pendingin diukur dengan
menggunakan thermometer. Zeolit yang digunakan adalah jenis klinoptilotit
(Na4K4)(Al8Si40O96).24H2O yang diaktivasi pada suhu 4000C selama 4 jam. Zeolit
yang digunakan dalam zeolit canister sebanyak 5 kilogram. Setelah diadakan
evaluasi dari alat yang sudah dibuat kemudian diadakan penyempurnaan alat
untuk memaksimalkan hasil yang ingin dicapai.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Setelah semua komponen telah selesai dibuat, langkah selanjutnya yaitu
menjalankan sistem yang telah direncanakan, diawali dengan memvakumkan
sistem sampai dengan vakum maksimal, setelah sampai vakum maksimal kran
yang menghubungkan antara evaporating unit dengan zeolit canister dibuka
sedikit, sehingga uap air akan diserap oleh zeolit yang berada dalam zeolit
canister. Uap air tersebut akan melewati evaporator di dalam cooling box,
sehingga dari sistem yang dijalankan tadi kita bisa memperhatikan perubahan
PKMT-3-9-6

suhu yang terjadi dalam cooling unit sebelum sistem berjalan, saat sistem bekerja
dan saat vakum dalam sistem sudah hampir habis.
Dari pengujian yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 3. Tekanan tabung zeolit (dengan kompresor)

NO WAKTU (MENIT) TEKANAN


(KG/CM2)
1 10 9
2 20 9
3 30 8,5
4 40 8,5
5 50 8,5
6 60 7

Tabel 4. Kevakuman tabung zeolit (dengan pompa vakum)

NO WAKTU (MENIT) PENUNJUKAN KEVAKUMAN


SKALA (CMHG)
MANOMETER
1 10 -50 26
2 20 -50 26
3 30 -50 26
4 40 -40 36
5 50 -40 36
6 60 -40 36

Tabel 5. Hasil pengukuran suhu pada ruangan pendingin

NO WAKTU (MENIT) SUHU (0C) KEVAKUMAN


(CMHG)
1 2 3 4 R Rata-rata
1 Sebelum perlakuan 27 27 27 27 27 26
2 30 27 27 27 27 27 26
3 60 27 27 27 27 27 26
4 90 26 27 26 27 26,50 36
5 120 25 25 26 25 25,25 36
6 150 23 24 23 24 23,50 46
7 180 21 22 23 23 22,25 46
8 210 21 23 22 23 22,25 46
9 240 24 25 24 24 24,25 76
10 270 26 26 26 27 26,25 76

Pembahasan
Suhu awal ruangan pendingin sebelum sistem pendingin bekerja sebesar 27
0
C dan kevakuman dalam sistem sebesar 26 cmHg. Setelah kran pada evaporating
unit dibuka untuk mengalirkan uap air sistem pendinginan belum bekerja, hal ini
disebabkan penguapan uap air dalam evaporating unit memerlukan waktu dan
begitu pula dengan penyerapan zeolit.
Setelah satu setengah jam maka sistem pendingin baru dapat menurunkan
ruangan pendingin pada cooling box. Suhu dalam ruangan pendingin turun
menjadi 26,500C, akan tetapi kevakuman dalam sistem pendingin juga mengalami
penurunan sedikit demi sedikit. Pendinginan maksimum yang terjadi pada
PKMT-3-9-7

ruangan pendingin sebesar 22,250C setelah sistem bekerja selama 180 menit.
Penyerapan zeolit telah bekerja maksimal untuk mengalirkan uap air dalam
selang-selang penghubung dan evaporator dalam ruangan pendingin. Pendinginan
maksimum ini tidak berlangsung lama karena kevakuman dalam sistem pendingin
sudah berkurang sehingga uap air yang dialirkan juga semakin berkurang. Selain
itu juga dimungkinkan zeolit sudah mulai jenuh sehingga daya serapnya mulai
berkurang. Setelah kevakuman dalam sistem pendingin habis maka suhu dalam
ruangan pendingin berangsur-angsur naik mendekati suhu semula.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang telah dicapai dari proses perancangan, pembuatan
dan pengujian alat pendingin dengan zeolti sebagai absorber (Water Refrigerator
Unit) dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Water Refrigerator Unit terdiri dari beberapa komponen utama untuk bisa
menjalankan sistem pendinginan yaitu zeolit canister (penyimpan zeolit
untuk menyerap uap air), evaporating unit (penyimpan air), cooling box
(box pendingin) dan rangka alat. Adapun tahap-tahap dalam pelaksanaan
kegiatan ini ialah mulai dari observasi awal kebutuhan bahan dan alat yang
akan digunakan, perancangan komponen-komponen alat pendingin, proses
pembuatan alat, pengujian alat, evaluasi dan penyempurnaan.
2. Sistem pendinginan yang bekerja pada alat pendingin ini mampu mencapai
26 cmHg, sehingga air dapat menguap dalam evaporating unit, kemudian
terserap oleh zeolit pada zeolit canister yang melalui evaporator dalam
cooling box, sehingga suhu ruangan dalam box mengalami perubahan.
Pendinginan maksimum yang dapat dicapai pada ruangan pendingin cooling
box sebesar 22,250C dari suhu awal 270C. Dengan demikian zeolit canister
dapat bekerja dalam menyerap uap air yang digunakan untuk mendinginkan
ruangan pendingin.

DAFTAR PUSTAKA
Achiruddin. 2005. Penggunaan Zat Absorben Silica Gell pada Mesin Pendingin.
http://www.library.usu.ac.id. (diakses 19 Oktober 2005)
Didi Supriadi. 2002. Aktivasi Zeolit Alam sebagai Absorben Zat Warna pada
Proses Pemurnian Minyak Kelapa. Skripsi. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Harjono. 2004. Zeolit dan Prospek Pemanfaatannya.http://www.Kedaulatan_
RakyatOnline. (Diakses 3 Oktober 2005)
Khurmi, R.S., dan Gupta, J.K. 1982 A Text Book of machine Design. New Delhi:
Eurasia Publishing House.
Mursi Sutarti dan Minta Rachmawati. 1994. Zeolit Tinjauan Literatur. Jakarta:
Pusat dokumentasi dan informasi lmiah.
Reinhard Frank-Stephen Zech. 2003. Refrigerating with the Sun. http://www.zeo-
tech.de/e.index.html. (diakses 23 September 2003)
Sharma, P.C., dan Aggarwal. D.K. 1997. A Text Book of Machine Design.
Chandigarh: SSMB Publishing.
Thamzil Laz. 2005. Penggunaan Zeolit dalam Iptek. http://www.P2PLR_
Batan.html. (diakses 3 Oktober 2005)
http://hyperphysics.phy-astr.gsu.edu/hbase/kinetic/watvap.html
PKMT-3-10-1

RANCANG BANGUN ALAT UKUR KADAR ION KADMIUM DALAM


AIR DENGAN SPEKTROFOTOMETRI SERAT OPTIK SECARA
DIGITAL

Masruhin Afif, Albert Purwanto, Driyakara Shindunata


Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Airlangga Surabaya

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan bahwa instrumen
spektrofotometri serat optuk secara digital dapat dibuat dan digunakan untuk
mengukur kadar kadmium dalam air, untuk menunjukkan linieritas hasil
pengukuran kadar kadmium dalam air terhadap konsentrasi kadmium dalam air,
dan mengungkapkan sensitivitas alat ukur kadar kadmium dalam air yang telah
dikembangkan. Prinsip dari spektrofotometri adalah bila ada suatu radiasi
mengenai suatu benda, maka radiasi tersebut akan ditransmisikan, dihamburkan,
dipantulkan, dan mengeksitasi fluoresensi. Spektrofotometri ini mwnggunakan
sumber radiasi LED hijau dengan panjang gelombang 530 nm ( max dari
kadmium + reagen Dithizon). Hasil dari penelitian ini adalah alat ukur kadar
kadmium dapat dibuat, linieritas antara tegangan keluaran alat ukur kadar
kadmium terhadap konsentrasi kadmium adalah R 2 = 0.9926 , dan sensitivitas
dari alat ukur kadar kadmium dalam air adalah 0,648 Volt untuk setiap
perubahan konsentrasi kadmium sebesar 1x 10 5 M .

Kata kunci : Ion kadmium, spektrofotometri serat optik, LED hijau.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beberapa tahun ini bangsa Indonesia mengalami krisis moneter, hal ini
membuat harga harga kebutuhan pokok melambung tinggi termasuk juga air
minum. Pemerintah dalam hal ini PDAM yang diharapkan mampu menyediakan
air bersih yang dapat digunakan untuk kebutuhan minum sehari-hari tidak mampu
merealisasikannya, bahkan seringkali air hasil produksi dari PDAM kondisinya
sangat memprihatinkan (kotor) sehingga tidak layak untuk digunakan sebagai air
mandi sekalipun. Oleh karena untuk memenuhi kebutuhanya untuk air minum,
masyrakat memanfaatkan air mineral (air minum dalam kemasan). Namun, seiring
dengan melambungnya harga air mineral, membuat masyarakat mencari alternatif
lain yang harganya lebih terjangkau. Masyarakat kebanyakan memilih air minum
isi ulang yang harganya lebih murah. Namun, seiring dengan banyaknya depo air
minum isi ulang, kualitas air minum yang dihasilkan tidak terkontrol.
Hasil pengujian laboratorium yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat
dan Makanan (POM) yang diungkapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan dalam jumpa pers, Kamis (22 Mei 2003) menyatakan bahwa kualitas air
minum isi ulang menunjukkan cemaran mikroba dan logam berat pada sejumlah
contoh. Dari 95 depo air minum isi ulang di lima kota besar di Indonesia
diperoleh hasil, 76 depo memenuhi syarat mutu, sedang 19 depo tercemar oleh
mikroba, bahkan 9 diantaranya tercemar logam berat (kadmium) melebihi batas
PKMT-3-10-2

yang diperbolehkan. Cemaran mikroba yang ditemukan antara lain mikroba


caliform, Eschericia Coli, dan Salmonella (Kompas , 23 Mei 2003).
Mengenai kadmium, batas maksimum dalam air minum adalah 0,003
mg/liter. Kadmium yang ada dalam tubuh dalam jangka waktu panjang dapat
menyebabkan kerusakan fungsi ginjal, paru, tulang, hati, dapat meracuni, dan
mengurangi indera penciuman. Berbagai metode penelitian telah dilakukan untuk
memantau kadmium dalam air. Namun penelitian yang ada masih memerlukan
biaya yang mahal, untuk itu diperlukan metode baru yang memiliki kualitas sama
dan biaya yang diperlukan lebih murah.
Dalam penelitian ini akan dicoba dikembangkan instrumen berupa alat
ukur kadar ion kadmium dalam air secara kuantitatif, berketelitian tinggi,
peralatan tidak rumit, dan dapat digunakan oleh masyarakat luas. Di sini akan
dicoba penggunaan LED hijau dan serat optik untuk pengembangan instrumen
berup alat ukur kadar aluminium dalam air secara spektrofotometri serat optik
digital.

Rumusan Masalah
Dengan mengacu pada latar belakang permasalahan, maka masalah
penelitian yang dilakukan dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Apakah dapat dilakukan penunjukan secara langsung dalam
mengindikasikan konsentrasi ion kadmium dalam air menggunakan metode
Spektrofotometri-Serat optik ?
2. Bagaimanakah linieritas hasil pengukuran kadar kadmium dalam air
terhadap konsentrasi kadmium?
3. Berapakah tingkat ketelitian alat ukur kadar kadmium dalam air yang telah
dikembangkan?

Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini mempunyai tujuan sebagai berikut.
1. Mengungkapkan bahwa instrumental Spektrofometri-Serat optis dapat
digunakan untuk mengukur kadar kadmium dalam air.
2. Mengungkapkan linieritas hasil pengukuran kadar kadmium dalam air
terhadap konsentrasi kadmium.
3. Mengungkapkan tingkat ketelitian alat ukur kadar kadmium dalam air
yang telah dikembangkan.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan ini memiliki kontribusi yang sangat besar
dalam bidang terapan. Penelitian ini diharapkan mampu untuk memperbaiki
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga diperoleh hasil pembacaan
secara langsung. Oleh karena itu dapat diterapkan untuk pengukuran kadar
kadmium di dalam air dalam rangka usaha-usaha memantau kualitas pasokan air
minum yang diproduksi perusahaan air minum (PAM) dan industri pemroduksi air
mineral.
PKMT-3-10-3

Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan selama 6 bulan yaitu pada bulan Januari sampai
bulan April 2006 di Laboratorium Optik dan Kimia Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Airlangga Surabaya.

Bahan dan Alat


Bahan-bahan dan peralatan yang diperlukan dalam penelitian skripsi ini
adalah sebagai berikut:
1. Sumber cahaya LED hijau (530 nm)
2. Serat Optik
3. Sampel ion kadmium dalam air
4. Kuvet (Polysterene)
5. Detektor optik fotodioda
6. Ampliflier
7. penguat Op-Amp non Inverting
8. penguat instrumentasi
9. Penguat Logaritmik

Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.

Perwujudan Alat
Berdasarkan pembahasan pada bab II maka rancangan alat ukur
kadar ion kadmium dalam air secara spektrofotometri-serat optik yang
pembacaanya secara digital dapat digambarkan secara diagram blok sebagai
berikut.

LED Serat Sampel Serat detekto


Optik Optik roptik
Rangkaian
Penguat
LED Serat detekto
Optik roptik

Multi meter
digital

Gambar 1. Diagram blok rancangan alat ukur kadar ion kadmium dalam air
PKMT-3-10-4

Penguat Penguat Penguat


Op Amp Logaritmik Op Amp

Penguat Penguat Penguat


Op Amp Instrumentasi Op Amp

Gambar 2. Diagram blok rangkaian penguat

Alat ukur kadar ion kadmium dalam air dibuat sesuai dengan diagram
blok rancangan percobaan.

Penyiapan Sampel
I.Pembuatan Larutan Induk Cd ( II )103 M
0,0154 g Cd ( NO3 ) 2 4 H 2O dilarutkan dengan aquades dalam labu ukur 50 mL
II.Pembuatan Larutan Induk Cd ( II )104 M
5,0 mL Cd ( II )103 M dilarutkan dengan aquades dalam labu ukur 50 mL
III.Pembuatan Larutan Dithizon 103 M
0,0064 g dithizon dilarutkan dalam 10mL kloroform, dipindah dalam labu ukur
25 mL dan ditambahkan kloroform sampai tanda batas.
IV.Pembuatan Larutan Dithizon 104 M
10 mL larutan dithizon 10 4 M dilarutkan dengan kloroform dalam labu ukur
100 mL
V. Pembuatan Larutan Na OH 1 M
4,006 g NaOH dilarutkan dalam 25 mL aquades, dipindahkan dalam labu ukur
100 mL dan ditambahkan aquades sampai tanda batas.
VI. Pembuatan Larutan Natrium Dihidrogen Fosfat 1M
12 g Natrium Dihidrogen Fosfat dilarutkan dalam 25 mL aquades,
dipindahkan dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan sampai tanda batas.
VII Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 7-8
25,0 mL Larutan Natrium Dihidrogen Fosfat 1Mdan 14,80 mL larutan NaOH
1M, campuran dimasukkan dalam labu ukur 100mL diencerkan dengan
aquades sampai tanda batas.
VIII. Pembuatan Sampel
Dibuat Larutan Cd ( II )4 x105 M , Cd ( II )4,5 x105 M , Cd ( II )5 x105 M ,
Cd ( II )5,5 x105 M , Cd ( II )6 x105 M , dan Cd ( II )6,5 x10 5 M . Dengan cara
mengambil 10 mL, 11,25mL, 12,5mL, 13,75ml, 15mL, dan 16,25 mL larutan
Cd ( II )104 M , kemudian ditambahkan 1mL larutan Buffer Fosfat pH 7-8
dimasukkan dalam labu ukur 25 mL diencerkan dengan aquades sampai tanda
batas.
10mL masing masing larutan Cd (II ) tersebut dimasukkan dalam corong
PKMT-3-10-5

pisah, ditambahkan larutan dithizon 104 M ditambahkan kloroform 10mL,


dikocok 10 menit kemudian diamkan. Fase Organik yang terbentuk dibagian
bawah kemudian dipisahkan dan di tampung.

Uji Coba Alat


Uji coba alat dilakukan dengan pengujian per blok dan dilanjutkan
dengan pengujian seluruh peralatan.
1. Pengujian blok peralatan optik dilakukan untuk mendapatkan hubungan
yang linier antara beda intensitas sumber cahaya dengan tegangan terukur.
2. pengujian blok rangkaian penguat Op Amp non Inverting dilakukan untuk
mendapatkan penguatan antara tegangan masukan (Vi) dan tegangan
keluaran (Vo) dengan hubungan Vo = a Vin + b.
3. Pengujian blok rangkaian logaritmik dilakukan untuk mendapatkan
hubungan logaritmik antara masukan (Vi) dan keluaran (Vo) dengan
hubungan Vo = c log Vi. + d
4. Pengujian blok rangkaian penguat instrumentasi dilakukan agar diperoleh
hubungan antara konsentrasi kadmium (C) dengan tegangan keluaran Vo
berbanding lurus.
5. Proses pengambilan data dilakukan dengan memakai alat yang telah dibuat
dan dikalibrasi.

Pengambilan Data
Proses pengambilan data dilakukan dengan memakai alat yang telah dibuat
dan dikalibrasi. Data diambil sebanyak 5 kali dengan konsentrasi berbeda yang
sudah diketahui konsentrasinya. Data yang diambil berupa tegangan keluaran
digital yang menunjukkan konsentrasi dari sampel. Data pengukuran tersebut
dimasukkan dalam tabel ompong .

Tabel 1. Tabel ompong data pengukuran kadar ion kadmium dalam air
No Konsentrasi Ion Pembacaan Tegangan Keluaran
Kadmium Multimeter (mV)
5
( 10 M )
I II III Rata-rata
1
2
3
4
5

Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi ion kadmium dalam
air dan variabel terikatnya adalah beda intensitas antara Io dan I. Sebagai
variabel terukur adalah tegangan keluaran.

Metode Analisis Data.


Dari tabel diperoleh suatu hubungan antara konsentrasi Ion Kadmium
dengan tegangan keluaran. Data-data yang diperoleh dari hasil pengukuran dalam
PKMT-3-10-6

tabel tersebut dinyatakan dalam grafik tegangan keluaran terhadap konsentrasi ion
kadmium. Tegangan keluaran menyatakan besarnya konsentrasi Ion kadmium
dalam air. Semakin besar konsentrasi Ion kadmium semakin besar pula tegangan
keluaran.
Grafik tegangan keluaran terhadap konsentrasi ion kadmium tersebut
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan regresi linier, kemudian dihitung
koefisien korelasi grafik tersebut. Dari sini terlihat adanya hubungan intensitas
dengan konsentrasi ion kadmium dalam air yang diberi reagen dithizon. Selain itu
juga dilakukan analisis seberapa tingkat sensitivitas alat ukur kadar Ion kadmium
dalam air yang telah dibuat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data Hasil Percobaan Tegangan Keluaran Detektor
Dari penelitian pengukuran konsentrasi kadmium terhadap tegangan
keluaran detektor diperoleh data hasil percobaan yang nilainya terdapat pada .

Tabel 2 Data Keluaran Detektor Optik Fotodioda

Konsentrasi C Tegangan Keluaran Detektor


( 105 M ) (mV)
5 15.7
5,5 11.7
6 7.7
6,5 5.5

Berdasarkan data pada tabel 2, untuk mengetahui persamaannya dibuat


grafiknya dengan bantuan program Microsoft Excel. Grafiknya dapat dilihat pada
gambar 4.1 berikut ini
Grafik Tegangan keluaran Detektor Terhadap Konsentrasi
Kadmium (C)
18
Tegangan keluaran Detektor

12
(Vo)

6
y = 566.61e -0.713x
R 2 = 0.996
0
4 4.5 5 5.5 6 6.5 7
Kons e ntras i (C)

Gambargambar
Berdasarkan 3. Data3Tegangan keluaran
didapatkan Detektor
persamaan Fotodioda
grafik VOut = 566.61e-0,713V in
dan R 2 = 0,996 hal ini menunjukkan bahwa tegangan keluaran Detektor ( VOut )
berbanding tebalik dengan eksponensial dari konsentrasi kadmium dalam air (C).
PKMT-3-10-7

Data Hasil Percobaan Tegangan Keluaran Multimeter Digital terhadap


Konsentrasi Kadmium
Data hasil pengujian sensitivitas instrument spektrofotometri serat optik
pada pengukuran kadar aluminium dalam air berupa data sinyal tegangan keluaran
multimeter digital (Vo) sebagai fungsi kadar kadmium dalam air (C). Data hasil
pengukuran berdasarkan metode penelitian diperoleh sebagai berikut :

Tabel 3. Data tegangan keluaran multimeter digital (Vo) terhadap kadar


kadmium dalam air (C).

Konsentrasi C Tegangan Keluaran


( 105 M ) Multimeter Vo(Volt)
5 5.27
5,5 5.67
6 5.97
6,5 6.25

Berdasarkan pada data tabel 3. dapat dibuat kurva grafik regresi linier
sebagaimana gambar 4.
Grafik Tegangn Yang Terbaca Pada Multimeter Terhadap
Konsentrasi

6.5
V Out Multimeter (Vo)

5.5
y = 0.648x + 2.064
R2 = 0.9926
5
4 4.5 5 5.5 6 6.5 7

Konse ntrasi (C)

Gambar 4. Grafik hubungan antara tegangan keluaran pada multimeter digital


(V Out)terhadap kadar kadmium dalam air (C)
Data pada tabel 3. dilakukan regresi linier. Dari data pada gambar 4
diperoleh nilai R2 sebesar 0.9926 dengan persamaan regresi
VOut = 0,648C + 2,064 .

Pembahasan
Data data yang diperoleh dari hasil pengukuran dianalisa dengan program
SPSS (Statistical Product and Service Solutions) untuk memperoleh grafik linier
antara kadar aluminium dalam air dengan tegangan keluaran yang terbaca pada
multimeter digital dari tabel 4.5. Dari grafik tersebut diharapkan dapat diketahui
hubungan secara empiris antara kadar kadmium dalam air dengan tegangan
keluaran yang terbaca pada multimeter digital.
PKMT-3-10-8

Analisa regresi linier pada data eksperimen dengan menggunakan program


SPSS diperoleh persamaan fungsi grafik sehingga dapat dibuat gambar grafiknya.
Persamaan regresi yang didapat adalah Vout = aC + b dengan V out : tegangan
keluaran yang terbaca pada multimeter digital, C : kadar kadmium dalam air, a :
koefisien regresi, dan b : konstanta.
Persamaan regresi liniernya adalah VOut = 0,648C + 2,064 Volt. Untuk
kemiringan grafik VOut terhadap C adalah 0,648. Karena satuan VOut adalah Volt
dan satuan konsentrasi kadmium adalah 105 M , maka dapat dikatakan bahwa
setiap perubahan konsentrasi sebesar 1x 105 M menghasilkan perubahan sebesar
0,648 Volt. Hal ini berarti bahwa sistem spektrofotometri serat optik secara digital
ini memiliki sansitivitas yang tinggi untuk mengukur kadar ion kadmium dalam
air .
Persamaan regresi dikatakan baik jika nilai uji kecocokan model ( R 2 )
mendekati 1. Nilai R 2 dari uji regresi ini adalah 0.9926, yang berarti semakin
kuat hubunga antara dua variabel. Hubungan VOut dengan C dikatakan
mempumyai hubungan yang sangat erat jika koefisien korelasi (R) mendekati 1.
Nilai R pada uji ini adalah 0.993. P(R=0,996 , N=4 ) = 0,004 < 0.005 berarti
bahwa variabel VOut dan C terhubung linier. Dari uji tersebut terlihat bahwa
persamaan liniernya baik.
Jadi terdapat hubungan antara tegangan keluaran yang terbaca pada
multimeterdigital VOut dengan kadar kadmium dalam air. Hal ini ditunjukkan
dengan semakin besar kadar kadmium dalam air maka semakin besar nilai
tegangan keluaran yang terbaca pada multimeter digital VOut .
Alat ukur kadar aluminium dalam air ini memiliki sensitivitas yang sangat
tinggi, sensitivitas dari alat ukur ini adalah 0,648. Hal ini dapat dikatakan bahwa
setiap perubahan konsentrasi sebesar 1x105 M menghasilkan perubahan sebesar
0,648 Volt

KESIMPULAN
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Alat ukur kadar aluminium dalam air dengan metode spektrofotometri serat
optik secara digital dapat dibuat.
2. Koefisien korelasi linier dari hasil pengukuran kadar aluminium dalam air
terhadap tegangan keluaran alat ukur kadar aluminium dalam air dengan
metode spektrofotometri serat optik secara digital adalah R 2 = 0.9926 , dan
persamaan yang dihasilkan adalah VOut = 0,648C + 2,064 Volt.
3. Sensitivitas alat ukur kadar aluminium dalam air dengan metode
spektrofotometri serat optik secara digital ini adalah 0,648 Volt untuk setiap
perubahan konsentrasi aluminium dalam air sebesar 1x105 M .
PKMT-3-10-9

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous, 1979, Photomultiplier Tubes, Hamamatsu TV Co. Ltd.,
Tokyo.
2. Basset, J., 1994, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Buku Ajar Vogel,
Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
3. Cook, R.O., and Hamm, C.W., 1979, Fiber Optics Lever Displacement
Tranducer, Applied Oprics, Vol. 18, No. 19.
4. Hecth, E., 1987, Optics, Second Edition, Addison-Wesley Publishing
Company, Mussachusetts.
5. Hundsperger, R.G., 1985, Integrated Optics: Theory and Technology,
Springer Verlag, New York.
6. Lancaster, D., 1976, CMOS Cookbook, H.W. Sams and Co. Inc., The
Bobbs-Merril Co. Inc., Indianapolis-Kansas City, New York.
7. Milmann, J., Halkias, C.C., 1984, Elektronika Terpadu:Sistem Analog dan
Digital, Mc-Graw-Hill Kopgakusha Ltd., International Student Edition,
Tokyo.
8. Rukmono, T, 2005, Optimalisasi Instrumen Pelacak Ion Alumnium Dalam
Air Dengan Metode Spektrofotometri Serat Optis,skripsi jurusan Fisika
Unair.
9. Shobirin, M, 2004, Pelacak Ion Alumunium Dalam Air Dengan Metode
Spektrofotometri Fotoakustik, skripsi jurusan Fisika Unair.
10. Siswanto, A., 1991, Toksikologi Industri, Balai Hiperkes dan Keselamatan
Kerja, Departemen Tenaga Kerja, Jatim.
11. Sukiman , 2003, Rancang bangun Alat Ukur Kadar Ion Fosfat Dalam air
Dengan Metode Spektrofotometri Serat Optis Secara Digital, skripsi
jurusan Fisika Unair.
12. Syah, J., 1996, Pengembangan Metode Identifikasi Deterjen Berdasarkan
Pola Interferensi Gelombang Deterjen Dengan Cahaya, Lemlit Unair,
Surabaya.
13. Takeo, T. and Hattori, H., 1982, Optical Fiber Sensor For Measuring
Refractive Index, Japanesse Journal Of Applied Physics, Vol. 21, No. 19,
October.
PKMT-3-11-1

SISTEM PENYIRAM TANAMAN BERBASIS PC MENGGUNAKAN


MEDIA SMS UMPAN BALIK

Kiagus Firdaus, Andra Dwi Julianto, Ferry Cahyono


Program Studi Teknik Komputer, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya, Malang

ABSTRAK
Kemajuan zaman menuntut manusia untuk dapat mengerjakan segala aktivitas
sehari-hari yang tidak terbatas pada ruang dan waktu. Kesibukan manusia
menyebabkan sebagian aktivitas rutinnya menjadi terlupakan, misalnya dalam
menyiram tanaman yang merupakan kegemaran sebagian besar masyarakat.
Untuk mengatasi hal ini maka dibuatlah sistem yang merupakan perpaduan
teknologi dibidang komputer dan telekomunikasi dengan memanfaatkan fasilitas
SMS sebagai pengendali jarak jauh dan keluaran port dari PC untuk
mengendalikan alat penyiram tanaman. Dengan menggunakan prinsip
komunikasi antar handphone maka komputer dapat mengenali informasi dari
data yang diolah dengan bantuan software. Disamping itu, umpan balik sebagai
fasilitas tambahan yang diperlukan untuk menyampaikan informasi tentang
berhasil atau tidaknya tindakan pengguna, setelah memberikan perintah
pengendalian alat dari jarak jauh melalui SMS yang dikirimkan melalui
handphone.

Kata kunci : Sistem Penyiram Tanaman, SMS, Handphone, Komputer

PENDAHULUAN
Dunia teknologi saat ini menunjukkan perkembangan yang cukup berarti
dari waktu ke waktu. Kemajuan teknologi ini makin mempermudah manusia
dalam mengerjakan segala aktifitas sehari-hari yang tidak terbatas pada ruang dan
waktu. Salah satu kemajuan teknologi yang paling menonjol adalah di bidang
teknologi komputer dan telekomunikasi dengan memanfaatkan fasilitas SMS
sebagai pengendali jarak jauh dan keluaran port dari PC untuk mengendalikan
suatu alat.
Komputer merupakan peralatan elektronika yang dapat diprogram,
menerima data, memproses data, menyimpan data, mengambil data dan
menghasilkan data keluaran. Dengan instruksi-instruksi yang diberikan
sebelumnya, komputer dapat melaksanakan suatu tugas tertentu. Instruksi-
instruksi tersebut disebut dengan perangkat lunak atau software (Santoso, 1999).
Komunikasi data merupakan gabungan dari dua teknik yaitu pengolahan
data (data processing) dan telekomunikasi (telecomunication). Pengolahan data
termasuk dalam pengolahan data dengan bantuan program yang dieksekusi sistem
komputer. Program dan data dimasukkan ke dalam sistem komputer lewat unit
masukan. Sedangkan telekomunikasi adalah komunikasi jarak jauh, informasinya
ditransportasikan dengan bantuan peralatan elektro-magnetik seperti radio,
konduktor listrik dan lain sebagainya. Secara umum dapat dikatakan bahwa
komunikasi data memberikan fasilitas komunikasi jarak jauh dengan sistem
komputer. Komunikasi data saat ini sangat diperlukan, karena untuk menghemat
waktu dalam pengiriman informasi dari pemakai ke sistem komputer ataupun
sebaliknya (Heijer, 1991).
PKMT-3-11-2

SMS merupakan salah satu dari komunikasi data yang melakukan proses
pengiriman pesan singkat melalui jaringan bergerak (mobile networks). Pesan
yang dikirim oleh sebuah pesawat telepon seluler, ditampung di sentral SMS yang
disebut dengan SMSC (Short Message Service Centre). Oleh SMSC pesan ini
kemudian ditransfer ke telepon seluler yang dituju (Wibisono, 2001).
Dari uraian di atas, diketahui bahwa tujuan penulisan makalah ini adalah
membuat suatu sistem yang dapat mengendalikan peralatan tertentu (menyalakan
ataupun mematikan) tanpa harus menyentuh objek secara langsung. Sistem
penyiram tanaman berbasis PC menggunakan media SMS umpan balik
merupakan perpaduan teknologi dibidang komputer dan telekomunikasi dengan
memanfaatkan fasilitas SMS sebagai pengendali jarak jauh dan keluaran port dari
PC untuk mengendalikan alat penyiram tanaman. Dengan menggunakan prinsip
komunikasi antar handphone maka komputer dapat mengenali informasi dari data
yang diolah dengan bantuan software.
Disamping itu, umpan balik sebagai fasilitas tambahan yang diperlukan
untuk menyampaikan informasi tentang berhasil atau tidaknya tindakan pengguna,
setelah memberikan perintah pengendalian alat dari jarak jauh melalui SMS yang
dikirimkan melalui handphone.

METODE PENDEKATAN
Kegiatan perancangan dan pembuatan alat dilakukan di asrama kopma
Universitas Brawijaya yang merupakan tempat tinggal kita. Kegiatan
dilaksanakan mulai bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2006. Program ini
dilaksanakan melalui beberapa tahapan sebagai berikut :

Perancangan Hardware
Dalam perancangan sistem penyiraman tanaman jarak jauh, diperlukan alat
dan bahan seperti HP (Hand Phone), PPI 8255, Driver, Pompa air aquarium dan
PC (Personal Computer). Pada saat ingin menghidupkan sistem, HP mengirimkan
data berupa SMS ke HP Penerima yang telah dihubungkan dengan kabel data ke
PC yang telah dihubungkan dengan sistem tersebut. Adapun mekanisme sistem
tersebut dapat digambarkan pada diagram blok seperti Gambar 1.
HP Pengirim HP Penerima

Kabel Data

PC Driver

Card PPI

Program Delphi Sistem

Gambar 1. Diagram Blok Perancangan Alat


PKMT-3-11-3

Preparasi Alat dan Bahan Penelitian


RS 232
RS-232 berfungsi menghubungkan antara HP dan PC. Sinyal sinyal yang
dimiliki mempunyai fungsi yang saling mendukung. Dalam hal ini RD (Receive
Data) berfungsi menerima langsung data dari HP yang selanjutnya RS-232 akan
mengirimkan data yang telah diterima ke PC dengan menggunakan sinyal TD (
Transmit Data ).

PPI 8255
Konfigurasi fungsi setiap port diprogram oleh sistem perangkat lunak
dengan memberikan sebuah control word ke PPI 8255 melalui data bus. Control
word ini mengandung informasi seperti mode, bit set dan bit reset yang
menginisialisasi fungsi PPI 8255.
Karena meggunakan port A sebagai ouput maka pada bit4 diberi inisilasisi
0, sedangkan untuk bit yang lain diberi inisialisasi 0, kecuali bit ke7 diberi
inisisalisasi 1 untuk mengaktifkan mode set flag. Perencanaan PPI card sebagai
rangkaian interfacing karena selain mudah dalam perancangan hardware dan
software juga banyak tersedia di pasaran dan harganya terjangkau. IC ini terdiri
dari 24 pin I/O dimana terbagi menjadi tiga group masing-masing 8 buah yaitu
port A, port B, port C.
Pada PPI 8255 ini terdapat chip select ( CS ) yang aktif low 0, yang
berfungsi untuk mengaktifkan PPI jika pada pin tersebut diberikan pulsa rendah
0. Karena alamat port pada peralatan I/O tidak semuanya digunakan dalam
desain suatu komputer, tetapi hanya 10 bit terendah yang digunakan (A0 A9 )
maka diperlukan pemilihan alamat tertentu, sehingga pemakaian alamat I/O port
untuk peralatan yang direncanakan tidak terjadi pada alamat yang sama dengan
alamat I/O port yang lain. Apabila terjadi timpang tindih, akan berakibat fatal bagi
sistem board maupun pada interface-interface yang besangkutan untuk itu dipilih
alamat dari prototype card (300 H 31F H) sebagai daerah kerja PPI.
Pada PPI 8255 ini terdapat rangkaian pendukung yang diperlukan yaitu
rangkaian decoder yang digunakan untuk memberikan sinyal pada chip select dari
PPI untuk mengaktifkan PPI pada alamat tertentu juga terdapat dip switch yang
berfungsi mengatur alamat dari PPI. Apabila data dari alamat yang berasal dari
address bus tidak sesuai dengan kombinasi dari dip switch maka PPI tidak akan
aktif dan demikian pula sebaliknya PPI akan aktif apabila data dari addres bus
sesuai dengan kombinasi dan dip switch. Address bus yang digunakan untuk
decoder dimulai dari A2 A9 sehingga PPI dapat aktif pada semua alamat dengan
syarat alamat tersebut tidak melebihi kombinasi maksimal dari dip switch (dalam
bentuk biner) dan alamat yang diberikan adalah alamat yang disediakan oleh
komputer untuk peralatan input output. Sedangkan A0 dan A1 berfungsi untuk
memilih port dari PPI dengan perincian seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Pemilihan Port PPI
A0 A1 Port Yang Digunakan
0 0 Port A
0 1 Port B
1 0 Port C
1 1 Port Control Word
PKMT-3-11-4

Untuk menentukan mode kerja dari PPI 8255 kita harus memberi tanda
aktifnya PPI dan mendefinisikan input / output pada masing-masing port PPI
8255. Pin Read / Write dan CS harus disiapkan yang digunakan pada
hardwarenya. Register control PPI 8255 yang terdiri dari 8 bit biner harus
diberikan pada port data alamat register control. Alamat-alamat yang digunakan
untuk port I/O dan juga Control Word PPI 8255 harus sesuai dengan definisi
alamat pada perangkat lunak, yaitu pada prototype card. Dengan pemberian
control word dan data register control akan dapat ditentukan fungsi dari setiap
port 8255. Karena sebuah PPI 8255 hanya memerlukan empat alamat maka daerah
kerja dari prototype card dapat dipilih, mengingat urutan 2 bit terakhir (A0 A1),
misalnya 300h3003H; 304307H ; 3080BH;; 31C31F H. Jadi ada 8
kemungkinan alamat yang dapat dipilih untuk PPI card.
Handphone
Pada HP jenis Siemens C35 terdapat 3 pinout yang dihubungkan dengan
PC melalui RS 232 dengan menggunakan kabel data, yaitu ground (pin1) yang
dihubungkan dengan ground RS232, Data Out (pin 5) yang dihubungkan dengan
pin 2 (RXD) dan Data In (pin 6) yang dihubungkan dengan pin 3 (TXD) pada
RS232.
Driver
Pada rangkaian ini dibutuhkan komponen relay, yang dipergunakan untuk
mengaktifkan sinyal logika 0 untuk mewakili off dan logika 1 untuk mewakili on
untuk menyalakan pompa air aquarium, berupa saklar elektronik yang dikontrol
oleh mikroprosesor, dalam hal ini PPI 8255. Driver dipergunakan untuk
memperkuat arus yang keluar dari PPI 8255 untuk menggerakkan relay. Berikut
gambar Rangkaian Driver Motor DC
VCC

VCC12v
r1
1k Q1
BD139
Port

VCC A

VCC2V
r2
1k Q2'
BD139
Port

Gambar 2. Rangkaian Driver Motor DC


PKMT-3-11-5

Perancangan Software
Untuk melakukan pengontrolan kerja motor yang dihubungkan oleh PPI
8255, maka diperlukan adanya suatu sistem perangakat lunak (software) yang
digunakan untuk menginstruksikan sistem perangkat keras (hardware) supaya
bekerja sesuai dengan yang diinginkan.
Ada bermacam-macam bahasa pemrograman yang dapat digunakan untuk
menginstruksikan perangkat keras, misalnya bahasa mesin (Assembly), Pascal,
Basic, dan lain-lain. Akan tetapi, pada alat ini dipilih bahasa pemrograman Delphi
sebagai software pada alat penyiraman yang telah dirancang. Sebab bahasa
pemrograman Delphi mempunyai kemampuan dan tampilan yang cukup baik
dalam pengolahan program. Disamping itu, bahasa pemrograman Delphi
merupakan bahasa pemrograman terstruktur, sehingga program yang ditulis dalam
bahasa pemrograman tersebut sangat efisien, di samping kemudahan untuk dibaca
dan dimengerti.

Tahap Pengujian Alat Dan Evaluasi


Tahap terakhir adalah pengujian dan analisa yaitu dengan menguji tiap
blok peralatan dan dibandingkan dengan teori yang ada sehingga didapatkan suatu
kesimpulan tentang peralatan yang dibuat, selanjutnya dilakukan pengujian
keseluruhan sistem. Pengujian alat diawali dengan pengujian masing-masing blok
rangkaian. Jika masing-msing blok sudah bekerja dengan baik maka dilakukan
penggabungan masing-masing blok menjadi suatu sistem yang terintegrasi.
Dari sisi perangkat lunak pengujian dilakukan dengan membandingkan
keluaran yang dihasilkan oleh software dengan desain yang telah dirancang
sebelumnya. Jika hasil pengujian telah menunjukkan hasil yang sesuai, kemudian
dilanjutkan dengan menguji dalam sebuah aplikasi untuk membaca SMS dan
interfase.
Dalam pengujian kali ini sudah menggunakan peralatan yang lengkap
sesuai dengan desain dari sistem yang dirancang. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui keberhasilan dari sistem yang akan dibuat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sistem penyiram tanaman berbasis PC menggunakan media SMS umpan
balik dapat dijelaskan melalui Gambar 3.
Pertama-tama inbox pada HP penerima harus dikosongkan terlebih dahulu
kemudian software membaca inbox pada HP penerima, dimana jika terdapat pesan
pada HP penerima maka HP penerima akan menghapus semua pesan sampai
pesan di inbox HP penerima kosong. Kalau tidak ada pesan di HP penerima maka
tunggu pesan SMS masuk dan software akan membaca inbox HP penerima
sampai ada pesan masuk. Bila ada SMS masuk maka software akan mendeteksi
ada SMS masuk maka isi pesan akan dibaca. Tampilan pembacaan inbox
ditunjukkan pada Gambar 4.
Isi SMS akan dibaca oleh software untuk kemudian diterjemahkan Isi
SMS, nomor pengirim, SMS Center, waktu dan tanggal pengiriman ke dalam
bentuk teks. Tampilan penterjemahan kode ke teks ditunjukkan pada Gambar 5.
Apabila isi pesan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, maka
software akan memerintahkan PPI 8255 untuk menjalankan driver yang
selanjutnya driver akan aktif sehingga menggerakkan motor dan HP penerima
PKMT-3-11-6

akan memberikan umpan balik berupa SMS jawaban / SMS balik kepada HP
pengirim bahwa proses sedang berjalan dan apabila isi pesan tidak sesuai, motor
tidak akan bekerja. Walaupun begitu akan ada umpan balik berupa SMS yang
isinya bahwa anda salah dalam menulis pesan untuk menghidupkan motor,
kemudian dalam pesan tersebut diberitahu prosedur untuk penulisan pesan yang
benar. Setelah itu pesan akan disimpan dan software akan menghapus inbox pada
HP penerima.

Proses

SMS 1 0

HP Pengirim HP Penerima+PC+PPI8255 Driver

On/off

SMS Umpan balik

Motor

Gambar 3. Sistem penyiram tanaman

Gambar 4. Tampilan Pembacaan inbox HP


PKMT-3-11-7

Pengujian tiap komponen menunjukkan fungsi masing-masing komponen.


Dari masing-masing komponen pada saat dilakukan pengujian semua komponen
berjalan dengan baik. Penggabungan dari semua komponen membentuk suatu
sistem penyiram tanaman berbasis PC menggunakan media SMS umpan balik.

Gambar 5. Tampilan Penterjemahan kode ke teks

SMS yang dikirim dari HP pengirim akan diterima oleh HP penerima, jika
SMS sesuai dengan prosedur maka alat akan bekerja semua dan hasilnya sprinkler
berputar mengeluarkan air yang siap untuk menyiram dan HP pengirim akan
mendapatkan SMS dari status alat tersebut. Apabila SMS tidak sesuai dengan
prosedur maka HP penerima akan mengirimkan SMS balik kepada HP pengirim
bahwa perintah yang anda tuliskan salah dan memberikan contoh penulisan yang
benar.

Gambar 6. Sprinkler berputar

KESIMPULAN
Dari hasil perancangan, pembuatan, dan pengujian alat didapatkan sebuah
sistem yang dapat dijalankan sesuai dengan tujuan:
1. Pengaktifan motor dengan HP diperantarai software pada PC dalam waktu
yang relatif cepat.
PKMT-3-11-8

2. Pada PC dilengkapi dengan Software yang dibuat dengan bahasa


pemrograman Delphi.
3. Perealisasian sistem penyiram tanaman berbasis PC menggunakan media
SMS umpan balik adalah SMS yang dikirim dari HP pengirim akan
diterima oleh HP penerima, jika SMS sesuai dengan prosedur maka alat
akan bekerja semua dan hasilnya sprinkler berputar mengeluarkan air yang
siap untuk menyiram dan HP pengirim akan mendapatkan SMS dari status
alat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Green, D.C. (1998). Komunikasi Data, Cetakan Ke 2, Penerbit ANDI,
Yogyakarta.
Hakim, R. (1995). Belajar Sendiri Mengenal Sistem Komputer, PT. Elex
Media Komputindo, Jakarta.
Heijer. P.C.R. (1991). Komunikasi Data, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Khang, B. (2002). Trik Pemrograman Aplikasi Berbasis SMS, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Wibisono (2001). Interface Untuk Berbagai TipeHandphone,
http://alds.stts.edu/ANALOG/HPConnection.htm

LAMPIRAN

PPI 8255 pada slot ISA Sprinkler

Driver Kabel Data HP Siemens C35 pada Port Serial


PKMT-3-11-9

Port Pararel pada PPI 8255 Rangkaian Driver, Sprinkler dan Motor

Bagian lengkap port-port pada PC yang telah terhubung rangkaian


PKMT-3-12-1

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA


BERBANTUAN KOMPUTER

Yohana PSR Hidayat, M Makhsuli, AJ Purwanto, YW Paskalis, Erfan Yudianto


PS Pendidikan Matematika FKIP, Universitas Jember, Jember

ABSTRAK
Geometri adalah salah satu cabang matematika yang memiliki peran yang
penting dalam kehidupan. Penguasaan siswa dalam materi ini masih rendah.
Penyebabnya antara lain kesulitan siswa memahami materi terutama dimensi
tiga. Pembelajaran geometri menggunakan komputer dapat mempermudah siswa,
karena dapat menyajikan visualisasi dimensi tiga dengan animasi grafis yang
mudah dipahami dan menarik. Pembelajaran dengan bantuan komputer dikenal
dengan Pembelajaran Berbantuan Komputer (PBK). Untuk itu diperlukan alat
peraga (media) untuk melakukan PBK.

Kata kunci: pengembangan, media, PBK, dimensi tiga

PENDAHULUAN
Salah satu sub pokok bahasan Geometri dan Pengukuran yang diberikan di
kelas VII SMP adalah bangun ruang. Pembelajaran bangun ruang diarahkan untuk
mengembangkan kemampuan spasial siswa (Budiarto, 2000:439 dan Soedjadi,
2000:50). Geometri dan kemampuan spasial memiliki keterkaitan yang sangat
kuat (Clements dan Battista, 1992:420). Kemampuan spasial merupakan
komponen penting, kendati bukan yang utama, dalam kemampuan matematika
(Smith dalam Orton, 1992:120-121), salah satu komponen kemampuan
matematika yang dibutuhkan dalam berbagai cabang matematika (Krutetski dalam
Orton, 1992:114), sangat penting untuk pemikiran ilmiah yang dapat digunakan
untuk pemecahan masalah (Gardner dalam Budiarto, 2000:439), dan sangat
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari serta dalam profesionalisme seseorang
(Budiarto, 2000:439).
Namun beberapa peneliti melaporkan bahwa pembelajaran geometri masih
jauh dari harapan yang ditandai oleh rendahnya pemahaman siswa (Clements dan
Battista, 1992:421), hasil tes geometri siswa masih kurang memuaskan jika
dibandingkan dengan hasil tes materi matematika yang lain (Madja, 1992:3),
prestasi siswa dalam geometri termasuk materi bangun ruang masih rendah
(Purnomo, 1999:6), dan perlu ditingkatkan (Bobango, 1993:11).
Hal ini disebabkan siswa mengalami kesulitan memahami konsep geometri
terutama konsep bangun ruang (Purnomo, 1999:5), kemampuan mahasiswa dalam
melihat ruang dimensi tiga masih rendah (Madja, 1992:6), bahkan terdapat
mahasiswa yang menganggap gambar bangun ruang sebagai bangun datar
(Budiarto, 2000:440).
Secara teoritis, menurut teori perkembangan kognitif Piaget, siswa SMP
berada pada tahap operasi formal. Namun karena matematika berkaitan dengan
konsep-konsep abstrak (Hudojo, 1979:96 dan Soedjadi, 2000:13), ternyata masih
terdapat siswa yang mengalami kesulitan memahami konsep abstrak (Widayati,
1997:11). Sebagai alternatif solusi, Soedjadi menyarankan untuk
meng'konkret'kan konsep matematika yang abstrak (2000:11).
PKMT-3-12-2

Komputer dapat membuat konsep matematika yang abstrak dan sulit


menjadi lebih konkret dan mudah (Clements, 1989:12). Komputer sebagai media
pembelajaran dapat meningkatkan motivasi, perhatian dan konsentrasi siswa,
menyesuaikan dengan kemampuan siswa, dan mereduksi waktu penyampaian
materi (Cole dan Chan, 1990:356-357).
Pengembangan PBK ini dimaksudkan untuk menghasilkan produk berupa
media PBK yang dapat dimanfaatkan siswa untuk belajar secara mandiri materi
bangun ruang.

METODE PENDEKATAN
1. Model Pengembangan
Pengembangan media PBK ini berdasarkan pada model prosedural Alessi
dan Trollip, model konseptual kejadian instruksi Gagne, dan model teoritik.
a. Model Pengembangan Konseptual
Konsep pengembangan mengacu pada delapan kejadian belajar Gagne,
yaitu: (1) mengaktifkan motivasi, (2) memberi tahu tujuan-tujuan belajar, (3)
mengarahkan perhatian, (4) merangsang ingatan, (5) menyediakan bimbingan
belajar, (6) meningkatkan retensi, (7) melancarkan transfer belajar, dan (8)
mengeluarkan penampilan; memberikan umpan balik (Dahar, 1996:143-144).
Berdasarkan pada kejadian belajar Gagne, maka dikembangkan komponen
yang bersesuaian, yaitu: (1) ilustrasi grafis, (2) tujuan pembelajaran, (3) pengarah
perhatian, (4) kilas balik (materi prasyarat), (5) materi utama dan soal contoh, (6)
soal latihan dan rangkuman, (7) soal tes, dan (8) umpan balik.
b. Model Pengembangan Teoritik
Model teoritik pengembangan adalah: (1) memasuki halaman awal, (2)
memilih materi prasyarat, (3) memilih materi utama, (4) mempelajari materi
utama, (5) mempelajari contoh-contoh, (6) mengerjakan latihan, dan (7)
mempelajari rangkuman.
c. Model Pengembangan Prosedural
Prosedur pengembangan mengacu pada model Alessi dan Trollip (1991),
yang terdiri dari sepuluh tahapan sebagaimana dipaparkan pada prosedur
pengembangan.
2. Prosedur Pengembangan
a. Menentukan Tujuan dan Kebutuhan
Pada tahap ini ditentukan materi pembelajaran, tujuan pembelajaran,
metodologi pembelajaran. Materi pembelajaran membahas Geometri dan
Pengukuran. Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai setelah pembelajaran,
siswa dapat: (1) menjelaskan bagian-bagian kubus dan balok, (2) menghitung
besaran-besaran pada bangun ruang. Adapun metodologi pembelajaran berupa
pembelajaran tutorial bercabang.
b. Mengumpulkan Bahan Acuan
Referensi yang diperlukan antara lain: buku teks, artikel, dan file atau
dokumen elektronik mengenai materi pembelajaran, panduan prosedur
pengembangan, perangkat lunak pengembangan berikut panduan penggunaannya.
Referensi materi pembelajaran antara lain: Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) yang membahas matematika, GBPP matematika, buku
pelajaran matematika SMP yang membahas materi geometri dan pengukuran, dan
PKMT-3-12-3

bahan lain yang terkait dengan materi pembelajaran termasuk pengalaman guru
matematika.
Referensi mengenai prosedur pengembangan antara lain: panduan berupa
buku teks atau artikel mengenai pengembangan media PBK, panduan mengenai
perangkat lunak pengembangan secara umum dan khususnya Macromedia Flash
MX 2004 Professional. Panduan mendesain media PBK, lembar storyboarding,
materi seni grafik, dan pengalaman pengembang media PBK lain yang diperoleh
melalui kegiatan diskusi dan konsultasi secara lisan atau tertulis.
c. Mempelajari Materi
Kegiatan utama adalah mempelajari bahan referensi yang telah
dikumpulkan pada tahap sebelumnya. Diperlukan suatu kearifan untuk
mempelajari seluruh materi yang diperlukan. Tim Pengembang bertindak sebagai
pelajar untuk menyerap pengetahuan dan pengalaman dari pakar-pakar
dibidangnya baik tertulis dalam bentuk artikel, buku teks, atau panduan, maupun
secara lisan melalui diskusi dan konsultasi.
d. Mengembangkan Ide (Brainstorming)
Pengembangan ide dilakukan melalui kegiatan "curah pendapat"
(brainstroming) untuk menghasilkan gagasan kreatif. Brainstorming dilakukan
dengan teman sejawat yang memiliki pengetahuan di bidang bahasa
pemrograman, memiliki pengalaman dalam pengembangan media pembelajaran,
memiliki pengetahuan di bidang desain dan pembuatan media PBK.
e. Mendesain Pembelajaran
Pada tahap ini dilakukan kegiatan menganalisis materi pembelajaran,
tujuan pembelajaran, dan metodologi pembelajaran. Hal ini dilaksanakan dengan
menganalisis tugas dan konsep pada materi itu. Dengan mengabaikan sifat alami
materi, analisis seperti itu memusatkan pada prinsip belajar untuk menciptakan
rencana suatu pembelajaran yang efektif. Dalam hal ini termasuk aneka pilihan
persiapan tentang faktor dan metodologi pembelajaran.

Gambar 1 Desain Pembelajaran

Pada suatu PBK, terdapat lima tipe metodologi pembelajaran (instructional


methodogies) yaitu: tutorial, latihan (drills), simulasi, permainan (games), dan tes
(Alessi dan Trollip, 1991:10). Pada pengembangan ini dipilih metodologi
pembelajaran tutorial.

1) Metode Pembelajaran Tutorial


Tutorial adalah program yang secara umum melibatkan dua fase pertama
pembelajaran, yaitu memaparkan informasi (presenting information) dan
membimbing siswa (guiding the student) (Alessi dan Trollip, 1991:10). Gambar 2
menunjukkan struktur dan aliran tutorial yang merupakan adaptasi dengan
beberapa penyesuaian dari Alessi & Trollip (1991:18).
PKMT-3-12-4

Dimulai dari bagian pengenalan yang menginformasikan pada siswa tujuan


pembelajaran. Kemudian siklus dimulai. Informasi dipaparkan dan ditekuni. Soal
ditanyakan dan siswa menjawab. Program menilai tanggapan dan memberikan
umpan balik pada siswa untuk meningkatkan pengertian dan pencapaian di masa
depan. Pada akhir iterasi, program membuat keputusan untuk menentukan apakah
yang seharusnya dilakukan pada iterasi berikutnya.
Siklus berlanjut hingga pelajaran dihentikan oleh siswa atau oleh program.
Penghentian ini, yang disebut penutup, menampilkan rangkuman atau keterangan
penutup. (Alessi dan Trollip, 1991:17).

Gambar 2 Aliran dan Struktur Umum Tutorial

Pada pengenalan suatu pembelajaran tutorial terdapat beberapa faktor yang


relevan yaitu: halaman judul, pemaparan tujuan pembelajaran, petunjuk, stimulasi
pengetahuan sebelumnya, dan pretes (Alessi & Trollip, 1991:18).
f. Membuat Bagan Alir Materi
Bagan alir (flow chart) adalah suatu rangkaian diagram yang
menggambarkan operasi pelaksanaan oleh komputer. Bagan alir meliputi
informasi tentang kapan komputer menganimasi gambar, urutan penyajian materi
pembelajaran, dengan mempertimbangkan semua kemungkinan yang akan
dilakukan siswa dan kapan pembelajaran berakhir.
g. Membuat Storyboard Tampilan pada Kertas
Pembuatan storyboard adalah proses menyiapkan pajangan teks dan
gambar sehingga materi pembelajaran sesuai dalam keterbatasan pajangan suatu
komputer. Jika bagan alir melukiskan urutan dan keputusan dari suatu
pembelajaran, storyboard melukiskan materi dan presentasinya. Tahap ini
meliputi merencanakan pesan pembelajaran yang akan dilihat para siswa, seperti
presentasi informasi, petunjuk pengoperasian, pertanyaan, umpan balik, prompt,
gambar, dan animasi.
h. Memprogram Materi
Tahapan ini merupakan proses penterjemahan apa yang sudah ditulis ke
dalam satu rangkaian pembelajaran yang dapat dimengerti ke komputer.
Pengertian pemrograman pada pengembangan media PBK ini adalah apapun juga
dalam memproduksi suatu pembelajaran pada komputer, bagaimana melakukan
pemrograman, bagaimana menghindari kesalahan, memeriksa program dari
kesalahan, dan membuat perubahan hingga menjadi media PBK sesuai kriteria
yang telah ditetapkan.
i. Membuat Materi Pendukung
PKMT-3-12-5

Materi pendukung terdiri dari petunjuk pengoperasian, jawaban atas


pertanyaan yang sering diajukan (Frequently Asked Question), dan keterangan
tentang program. Ketiga materi pendukung terintegrasi dalam media PBK.
j. Melakukan Evaluasi dan Revisi
Pada tahap ini, "prototipe" media PBK dievaluasi oleh tim pengembang.
Perbaikan dilakukan jika dinilai perlu. Prototipe media PBK yang telah direvisi
merupakan draf 1 media PBK.
3. Uji Coba Produk
a. Desain Uji Coba
Desain uji coba menggunakan desain uji coba deskriptif untuk memperoleh
data kualitatif sebagai masukan dalam penyempurnaan produk pengembangan. Uji
coba produk dilakukan melalui tahap konsultasi, tahap tanggapan dan penilaian,
tahap uji coba perorangan.

Gambar 3 Bagan Alir Uji Coba Produk

1) Tahap Konsultasi
Draf 1 media PBK dikonsultasikan pada Pakar Materi Pembelajaran,
Teknologi Pembelajaran dan Bahasa Pemrograman. Berdasarkan saran dan
masukan "Dewan Pakar" dilakukan perbaikan menjadi draf 2 media PBK.
PKMT-3-12-6

2) Tahap Tanggapan dan Penilaian


Draf 2 media PBK diajukan untuk mendapatkan tanggapan dan penilaian
dari dua Guru Matematika. Perbaikan menjadi draf 3 media PBK dilakukan
berdasarkan saran dan masukan dari kedua Guru Matematika.

3) Tahap Uji Coba Perorangan


Uji coba perorangan dilakukan dua kali. Pada tahap pertama diuji cobakan
pada tiga siswa, kemudian tahap kedua diuji cobakan terhadap enam siswa.

a). Uji Coba Perorangan Tahap 1


Ketiga subjek uji coba mempelajari draft 3 media PBK. Tim Pengembang
dibantu Pengamat melakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran. Tim
Pengembang menangani kendala teknis yang terkait dengan pengoperasian media
PBK. Pengamat mencatat semua hal yang terkait dengan proses uji coba produk
termasuk interaksi Tim Pengembang dengan subjek uji coba.
Pada akhir pembelajaran dilakukan wawancara dengan subjek uji coba.
Data observasi dari Pengamat dan hasil wawancara dianalisis sebagai dasar
perbaikan menjadi draf 4 media PBK.

b). Uji Coba Perorangan Tahap 2


Enam subjek uji coba mempelajari draf 4 media PBK. Kegiatan
pembelajaran dipantau oleh Tim Pengembang dan Pengamat. Setelah kegiatan
pembelajaran dilakukan wawancara dengan keenam subjek uji coba.
Perbaikan terhadap draft 4 dilakukan berdasarkan pada data observasi dan
hasil wawancara. Perbaikan dilakukan untuk menghasilkan produk akhir media
PBK.
b. Subjek Uji Coba
Subyek uji coba terdiri dari 3 Pakar, 2 Guru Matematika, dan 9 siswa kelas
VII SMP. Ketiga pakar adalah para pakar di bidang masing-masing, yaitu Pakar
Materi Pembelajaran, Teknologi Pembelajaran, dan Bahasa Pemrograman.
Penentuan Pakar yang terlibat berdasarkan pertimbangan: (1) memiliki
kompetensi sesuai dengan bidang penunjukannya, (2) bersedia menjadi Dewan
Pakar yang diberi kewenangan mengkaji dan menilai draf media PBK, dan (3)
bersedia memberi masukan dan saran perbaikan kepada Tim Pengembang, baik
secara lisan pada saat sesi diskusi dan konsultasi maupun secara tertulis.
Tabel 1 Daftar Dewan Pakar
Pakar Nama Status
Pakar Materi Drs. Sunardi, M.Pd. Dosen Pembina MK Telaah Kurikulum
Pembelajaran Matematika SLTP
Pakar Teknologi Drs. Slamin, Dosen Pembina MK PBK, Sekretaris UPT
Pembelajaran M.Comp.Sc., Ph.D. TI Universitas Jember
Pakar Bahasa Edy Wihardjo, S.Pd., Dosen Pembina MK PBK
Pemrograman M.Pd.

1) Pakar Materi Pembelajaran


Kewenangan Pakar Materi Pembelajaran adalah mengkaji terutama muatan
materi pembelajaran dalam media PBK, keselarasan materi dengan teori yang
melandasinya.
PKMT-3-12-7

2) Pakar Teknologi Pembelajaran


Pakar Teknologi Pembelajaran diberi kewenangan mengkaji Draf media
PBK dari perspektif aplikasi teknologi pembelajaran, kelayakan berdasarkan
kaidah etis dan estetis.

3) Pakar Bahasa Pemrograman


Pakar Bahasa Pemrograman memberi masukan terutama dalam hal logika
pemrograman, mendeteksi kesalahan pemrograman yang disebabkan oleh faktor
perangkat otak, perangkat lunak dan perangkat keras.

4) Guru Matematika
Kajian terhadap Tujuan Pembelajaran, kesesuaian dengan GBPP dan
Kurikulum, Rencana Pembelajaran, penyajian materi pembelajaran, tingkat
kesulitan item soal, dilakukan oleh Guru Matematika.
Tabel 2 Daftar Dewan Guru
Nama Status
Drs. Sutrisno Hadi Guru SMPN 1 Jember
Dra. Insri Windarti Guru SMPN 5 Jember

5) Siswa Kelas VII SMP


Penentuan 9 siswa sebagai subjek uji coba berdasarkan masukan dari Guru
Matematika, dengan ketentuan: (1) bersedia menjadi subjek uji coba, (2) mudah
dalam berkomunikasi, (3) berimbang antara siswa laki-laki dan siswa perempuan,
(4) mewakili kelompok rendah, sedang, dan tinggi. Pengelompokan siswa ke
dalam kelompok rendah, sedang, dan tinggi berdasarkan pada hasil nilai ulangan
harian matematika.
c. Jenis Data
Data yang diharapkan berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data
kuantitatif diperoleh dari hasil angket penilaian dan hasil tes siswa pada ujicoba
perorangan. Data kualitatif diperoleh dari hasil konsultasi dan angket tanggapan.
d. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen Pengumpulan Data meliputi angket tanggapan, angket penilaian,
pedoman observasi, pedoman wawancara dan tes hasil belajar. Angket tanggapan
dan angket penilaian diberikan kepada Dewan Pakar untuk memberikan
tanggapan dan penilaian sesuai dengan kepakarannya. Angket penilaian berupa
pernyataan dengan empat opsi, yaitu: sangat baik (skor 5), baik (skor 4), kurang
(skor 2) dan sangat kurang (skor 1). Pilihan sedang (skor 3) ditiadakan untuk
menghindari kemungkinan penilaian sedang (tengah).
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menggunakan analisis isi terhadap data kualitatif hasil
wawancara dan analisis statistik deskriptif untuk menganalisis data hasil angket
penilaian. Analisis statistik deskriptif menggunakan analisis prosentase untuk
menentukan kualifikasi komponen media PBK dengan kualifikasi sbb:
PKMT-3-12-8

Tabel 3 Analisis Prosentase


Prosentase Kualifikasi
90% Sangat baik
80% dan < 90% Baik
65% dan < 80% Cukup
55% dan < 65% Kurang

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam proses pengembangan, media PBK dikemas dalam bentuk CD
pembelajaran. Adapun gambaran awal prototipe (draft 1) media PBK ini adalah
sebagai berikut:
- Software yang digunakan adalah Macromedia (Adobe) Flash MX 2004,
dengan software pendukung Adobe Photoshop CS 2, CorelDRAW 12, dan
SwishMAX.
- Media dijadikan dalam 1 file dengan bagan alir sebagai berikut:

Halaman PEMBUKA

Halaman LOGIN

MENU UTAMA

PROFIL (6 hlm) MATERI (11 hlm) CONTOH (2 hlm) SOAL (10 soal)

HIBURAN (4 pilihan) PENUTUP

Dalam konsultasi pertama dengan dewan pakar terdapat beberapa temuan yaitu:
- Untuk menjalankan (memulai) penggunaan media PBK diperlukan
konfigurasi hardware yang kuat, karena relatif berat saat membuka file
media PBK yang cukup besar
- Setelah masuk ke media PBK relatif lebih cepat dan lancar
- Materi dan soal masih sederhana (minim animasi)
PKMT-3-12-9

Oleh karena itu dewan pakar memberikan usulan perubahan atau


penambahan yang diperlukan untuk pengembangan Media PBK, yaitu:
1. Pakar Bahasa Pemrograman:
a. File dipecah menjadi lebih dari beberapa file yang relatif lebih kecil
b. Perubahan pada beberapa script
c. Penambahan panduan dalam bentuk Portable Document Format (*.pdf)
d. Perubahan pada halaman login
e. Penambahan pada tombol keluar berupa konfirmasi
2. Pakar Teknologi Pembelajaran:
a. Memberikan keterangan pada tombol meskipun pointer tidak
diletakkan pada tombol
3. Pakar Materi Pembelajaran:
a. Penyempurnaan materi dan soal
b. Perubahan pada menu Hiburan

Setelah dilakukan revisi, dihasilkan draft 2 dengan perubahan-perubahan


sebagai berikut:
- Software yang digunakan adalah Macromedia (Adobe) Flash MX 2004,
dengan software pendukung Adobe Photoshop CS 2, CorelDRAW 12,
Macromedia (Adobe) Dreamweaver MX dan SwishMAX.
- Media dibagi menjadi beberapa file yaitu:
open.swf contoh.swf
menu.swf soal.swf
profil.swf hiburan.swf
materi.swf penutup.swf
- Penyempurnaan pada materi dan soal

Setelah itu pada konsultasi dengan dewan guru, diberikan beberapa usulan
yang merupakan penyempurnaan dari materi serta soal (terutama animasi
pendukung). Disamping itu beberapa menu juga perlu disempurnakan. Temuan
pada proses kali ini antara lain:
- Penggunaan media PBK lebih cepat
- Tidak semua komputer memiliki fasilitas Flash Player, sehingga tidak
dapat menjalankan aplikasi media PBK
- Pada hiburan music tidak jalan

Proses selanjutnya adalah uji coba, yang didahului dengan revisi produk
menjadi draft 3:
- Software yang digunakan tetap.
- Media dibagi menjadi beberapa file yaitu:
open.swf soal.swf
menu.swf hiburan.swf
profil.swf FlashAmp.swf
materi.swf picture.swf
contoh.swf penutup.swf
- Disertakan file untuk Windows Projector (*.exe) agar dapat dijalankan
pada semua komputer (dengan OS Windows)
10

Draft 3 ini kemudian diuji coba oleh 3 orang siswa kelas VII SMPN 5
Jember. Kesan dari ketiga siswa itu terhadap media PBK ini cukup senang dan
tertarik pada alternatif pembelajaran matematika ini. Namun mereka juga
memberikan beberapa masukan melalui proses wawancara setelah menggunakan
media PBK, yaitu:
- Meletakkan petunjuk penggunaan secara langsung pada media PBK
sehingga tidak perlu membuka petunjuk penggunaan
- Menambahkan games (baik game pembelajaran maupun game lain)
- Musik pengiring dibuat terus sehingga tidak berhenti
Tabel 4. Hasil pengerjaan soal pada media PBK ujicoba 1
Nama Siswa Nilai
Widya Wijayanti 90
Halimatus Sadiyah 90
Luqman Setiono 70

Pelaksana sendiri menemukan beberapa hal yang perlu diperbaiki dari


pengamatan selama proses uji coba, yaitu:
- File masih cukup berat jika menggunakan komputer dengan kecepatan
rendah
- File *.exe hanya bisa digunakan pada awal saja (file pertama yang dibuka)
sehingga tidak bisa digunakan pada semua komputer

Setelah dilakukan penyempurnaan media PBK menjadi sebagai berikut:


- Software yang digunakan tetap.
- Media dibagi menjadi beberapa file yaitu:
open.swf soal.swf
menu.swf hiburan.swf
profil.swf FlashAmp.swf
materi.swf picture.swf
contoh.swf penutup.swf
- Menyertakan installer untuk Flash Player 8 (freeware) sehingga sebelum
menggunakan media dapat menginstall Flash Player terlebih dahulu.

Uji coba terakhir menggunakan 6 siswa kelas VII SMPN 5 Jember, dengan
hasil wawancara sebagai berikut:
- Perubahan pada pewarnaan sehingga tidak terlalu mengganggu mata
- Membuat media pembelajaran matematika dalam bentuk game
- Penyempurnaan pada animasi

Tabel 5. Hasil pengerjaan soal pada media PBK ujicoba 2


Nama Siswa Nilai
Praditya Dyah Prameswari 70
Dwi Puji Sulistyowati 90
M. Bastian Alifi 80
Feni Wulansari 80
Junaedi Efendi 70
Fais Firmansyah 70
11

Dari komentar yang disampaikan oleh para siswa pada uji coba dilakukan
penyempurnaan akhir dari media PBK dengan hasil akhir sebagai berikut:
- Software yang digunakan tetap.
- Media dibagi menjadi beberapa file yaitu:
open.swf hiburan.swf
menu.swf FlashAmp.swf
profil.swf tokoh.swf
materi.swf picture.swf
contoh.swf penutup.swf
soal.swf
- Menyertakan semua file *.exe
- Menyertakan installer untuk Flash Player 8 (freeware) sehingga sebelum
menggunakan media dapat menginstall Flash Player terlebih dahulu.
- Dibuat dalam bentuk Flash Project (media_PBK.flp)

Kesimpulan
Dari hasil yang dicapai siswa dalam uji coba dan komentar yang
disampaikan siswa maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Siswa dapat menggunakan media PBK sendiri dan mengatur pembelajaran
sesuai dengan keinginan mereka
2. Media PBK dapat digunakan sebagai alternatif media pembelajaran
matematika yang relatif mudah dalam penggunaan dan menarik
3. Spesifikasi produk :
a. Menggunakan OS dengan OS Windows
b. Bersifat tutorial bercabang
c. Dilengkapi animasi grafis
4. Hanya dapat digunakan oleh siswa yang telah memiliki kemampuan dasar
pengoperasian komputer dan memahami istilah dalam pengoperasian media
produk

DAFTAR PUSTAKA
Alessi, S.M. dan Trollip, S.R. 1991. Compter Based Instruction: Methods and
Development. New Jersey: Prentice Hall.
Bobango, J.C. 1993. Geometry for All Student: Phase-Based Instruction dalam
Cuevas (Eds). Reaching All Students With Mathematics. Virginia: The
National Council of Teachers of Mathematics, Inc.
Budiarto, M.T. 2000. Pembelajaran Geometrid an Berpikir Geometri dalam
Prosiding Seminar Nasional Matematika Peran Matematika Memasuki
Milenium III. Jurusan Matematika FMIPA ITS Surabaya. Surabaya, 2
Novermber.
Clements, D.H. 1989. Computer in Elementary Mathematics Education. New
Jersey: Prentice Hall, Inc.
Clements, D.H. dan Battista, M.T. 1990. The Effect of LOGO on Childrens
Conceptualizations of Angle and Polygons. Journal for Research in
Mathematics Education. 22 (5):356-371.
Clements, D.H. dan Battista, M.T. 1992. Geometry and Spatial Reasoning. Dalam
Grouws, D.A. (ed). Handbook of Research on Mathematics Teaching and
Learning. New York: MacMillan Publishing Company.
12

Cole, P dan Chan, L. 1990.Methods and Strategies for Special Education.


Australia: Prentice Hall.
Dahar, R.W. 1996. Teori-teori Belajar. Jekarta: Penerbit Erlangga.
Hudojo, h. 1979. Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di
Depan Kelas. Surabaya: Usaha Nasional.
Husnaeni. 2001. MembangunKonsep Segitiga melalui Penerapan van Hiele pada
Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS UM.
Madja, M.S. 1992. Perancangan dan Implementasi Perangkat Ajar Geometri
SMTA. Tesis tidak diterbitkan. Jakarta: PPS UI
Orton, A. 1992. Learning Mathematics: Issues, Theory, and Classroom Practise,
2nd Edition. London: Cassell.
Purnomo, A. 1999. Penguasaan Konsep Geometri dalam Hubungannya dengan
Teori Perkembangan Bepikir van Hiele pada Siswa Kelas II SLTP 6
Kodya Malang. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana
IKIP Malang.
Susiswo. 1989. Efektifitas Pengajaran Geomerti Model van Hiele di SMP Swasta
Kotamadya Malang Kelas II. Skripsi tidak ditertibkan. Malang: FPMIPA
IKIP Malang.
Taylor, R. 1980. The Computer in the School: Tutor, Tool, Tutee. New York:
Teachers Cllege Perss.
Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstatasi Keadaan
Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Van de Walle, J.A. 1994. Elementary School Mathematics. New York: Longman
Widayati. 1997. Pengajaran Trigonometri tentang Rumus-rumus Segitiga untuk
Siswa SMU Kelas I Cawu II dengan Berbantuan Komputer. Skripsi tidak
ditertibkan. Malang: FPMIPA IKIP Malang.
PKMT-3-13-1

PEMANFAATAN KINCIR RAKIT ARUS DATAR SEBAGAI


PENGGERAK POMPA AIR SEDERHANA

Pardiono, Ori Minarto, Nadiati Aina , Seri Astuti, Reno Saputra S


Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru

ABSTRAK
Pompa air sederhana dengan lilitan selang plastik menggunakan tenaga air
merupakan pompa yang dibuat dari lilitan selang plastik yang dihubungkan
dengan baling-baling, dan memanfaatkan aliran air untuk memutarnya.
Penelitian ini dimaksudkan untuk membuat pompa air sederhana menggunakan
tenaga air. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen atau
mencoba pompa pada beberapa tempat disungai yang kecepatan aliran airnya
berbeda-beda dengan memvariasikan luas kipas baling-baling, panjang lilitan
selang, dan tinggi selang tempat keluarnya air. Adapun analisa data yang
dilakukan adalah dengan uji statistic yaitu uji Pearson Product Momen. Hasil
dari penelitian menunjukan ada hubungan yang kuat antara kecepatan aliran air
dengan debit air yang dihasilkan, ada hubungan antara panjang lilitan selang
dengan debit air yang dihasilkan, tapi sangat rendah, ada hubungan yang cukup
kuat antara luas kipas baling-baling dengan debit air yang dihasilkan, dan ada
hubungan antara tinggi selang tempat keluar air dengan debit air yang dihasilkan
tapi rendah.

Kata Kunci : kecepatan arus air (V), luas kipas baling-baling (A), panjang
lilitan selang (l), tinggi selang keluaran (h), debit air (Q).

PENDAHULUAN
Air sekarang ini merupakan salah satu yang mempunyai nilai ekonomis
karena untuk mendapatkan air yang bersih tidak mudah dan tidak murah. Bagi
orang yang tinggal di daerah dataran rendah mungkin banyak air, tetapi sulit
mendapatkan air yang kualitasnya baik. Bagi orang yang tinggal didaerah dataran
tinggi, walaupun biasanya di daerah ini kualitasnya cukup baik, tetapi untuk
mendapatkannya juga sulit karena kalau menggali sumur sangat sukar sebab
tanahnya yang berbatu dan menggalinya harus dalam, kalau mengambil di sungai
meskipun arusnya tenang tetapi tebingnya curam dan landai sehingga menyulitkan
masyarakat dalam pengambilan air. Edwards (1996) mengatakan walaupun
sekarang ada pompa air yang menggunakan listrik, tetapi juga memerlukan biaya
yang tidak sedikit.
Maka Kusnaidi dan Suharsono, (1999) mengatakan untuk mempermudah
mengangkat air dari sungai dan hemat dalam hal biaya perlu adanya pompa yang
dapat mengangkat/memompa air dari sungai yang tanpa menggunakan tenaga
listrik. Sularso dan H. Tahara, (2000) mengatakan untuk mengangkat/mengalirkan
dari suatu tempat yang rendah seperti sungai ketempat yang lebih tinggi melalui
saluran tertentu berupa selang atau pipa maka harus dapat membuat air yang
berada pada selang yang berada pada air bergerak dengan kecepatan tertentu
sehingga air tersebut dapat mengalir dalam selang menuju keatas/ daerah yang
PKMT-3-13-2

lebih tinggi. Mengingat gerak bersifat nisbi atau relatif, berarti dengan
menggerakkan selang dengan kecepatan tertentu diair berarti bisa dianggap air
yang bergerak diselang tersebut.
Desa Haratai Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan
merupakan daerah pengunungan dengan ketinggian di atas 1000 m diatas
permukaan laut, kondisi masyarakat yang sederhana, yang mayoritasnya petani
membuat mereka terpola untuk menggunakan air sungai yang mengalir ke daerah
tersebut untuk kebutuhan sehari-hari seperti memasak, mencuci dan lainnya
(MCK). Sungai Haratai yang ada didaerah ini memiliki tingkat kecuraman diatas
450 sehingga sangat menyulitkan bagi penduduk setempat untuk mengambil air
yang ada disungai tersebut.
Sungai Haratai mempunyai karakter sebagai sungai yang lurus, tidak
berkelok-kelok dan arusnya lancar dan lokasi pemukiman penduduk berada
disekitar bantaran sungai. Sungai Haratai memiliki debit air yang cukup besar
yaitu > 10 cm3/detik, dan air sungainya mengalir cukup deras yaitu > 10
cm3/detik. Sewaktu kemarau kedalaman air masih cukup dalam yaitu sekitar
1meter. Lebar sungai sekitar 7 meter sehingga mudah untuk dapat dipasang patok.
Karena daerah Desa Haratai ini terletak pada daerah yang pedesaan maka sampah
disungai masih dapat ditanggulangi. Tetapi sungai ini sedikit berbatu tetapi tidak
cukup menggangu kinerja peralatan tersebut.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk Pemanfaatan Kincir Rakit Arus Datar
Sebagai Penggerak Pompa Air Sederhana Untuk Daerah yang mengalami
kesulitan air.
Manfaat yang akan diperoleh dari kegiatan ini adalah:
1. Bagi khalayak sasaran
- Memudahkan mengambil atau mengangkat air dari sungai yang bertebing
curam dan terjal.
- Tanpa menggunakan listrik sehingga hemat biaya
2. Bagi pelaksana kegiatan
Dapat melaksanakan penerapan teknologi yang bermanfaat bagi khalayak
sasaran, sehingga dapat meningkatkan kepedulian masyarakat kampus terhadap
masalah-masalah yang berkembang di masyarakat. Tujuan dari kegiatan ini adalah
untuk Pemanfaatan Kincir Rakit Arus Datar Sebagai Penggerak Pompa Air
Sederhana Untuk Daerah yang mengalami kesulitan air.

METODE PENELITIAN
Selama ini masyarakat desar Haratai Kecamatan Loksado Hulu Sungai
Selatan mengambil air dan memanfaatkan air sungai sebagai sumber kehidupan,
untuk memudahkan mengambil atau mengangkat air dari sungai yang bertebing
curam dan terjal, Tanpa menggunakan listrik sehingga hemat biaya maka
dibuatlah alat Pompa Air Sederhana Dengan Lilitan Selang Plastik Menggunakan
Tenaga Air.
Peralatan Pompa Air Sederhana Dengan Lilitan Selang Plastik
Menggunakan Tenaga Air ini cukup mudah diaplikasikan didaerah pedalaman
karena bahan dasarnya banyak tersedia di pasaran, seperti kayu, Bambu, selang
plastik dan besi serta peralatan lainnya cara pembuatan kincir airnya adalah
sebagai berikut melobangi pipa utama 6,5 cm dari ujung kiri, dengan diameter
lobang inchi., Mengelas pipa besi Inchi panjang 15 cm (pipa masukan) pada
PKMT-3-13-3

lobang tersebut. Memasang kelahar pada pipa utama. Mengelas kawat 5 mm


panjang 30 cm tegak lurus mengelilingi pipa utama dengan jarak 6 cm, 36 cm, 44
cm dan 94 cm.
Mengelas enam kawat 5 mm panjang 30 cm pada kedua ujung kawat yang
telah dilas pada pipa utama bagian kanan. Mengelas 6 lembar plat besi ukuran 30
cm x 30 cm pada kawat yang dilas pada pipa utama bagian kanan, sehingga
berbetuk kipas baling-baling. Mengelas enam kawat 5 mm panjang 50 cm pada
kawat yang dilas pada pipa utama bagian kiri, dengan jarak masing-masing 112,5
cm dari pipa utama. Memasang dua kelahar di kedua ujung pipa utama. Menutup
ujung kanan pipa utama dengan plat besi berbentuk lingkaran diameter 1 inci
dengan cara dilas. Memasang dua buah sel pada ujung kiri pipa utama. Memotong
besi inci panjang 32 cm (pipa Keluaran) ditengah-tengah, dengan potongan
meruncing dengan sudut 450. Melas kedua potongan pipa tersebut sehingga
membentuk huruf L. Kemudian menyambungkannya dengan pipa utama pada
ujung yang ada diselnya, ini adalah teknis pembauatn kincir air. Cara kerja
Peralatan ini yaitu ketika pompa diletakkan diair (setengah bagian terendam
dalam air) maka aliran air akan memutar kincir, ini juga akan mengakibatkan
lilitan selang plastik akan berputar. Dengan berputarnya lilitan selang plastik
tersebut maka air akan masuk kedalam selang melalui ujung selang yang terbuka
karena putaran selang ini terjadi terus menerus maka air akan mengisi selang
terus, lalu pipa utama kemudian masuk kepipa pengeluaran.

Prosedur Pembuatan Pompa


a. prosedur pembuatan rakit
1. Membuat konstruksi mirip kerangka kotak tanpa dasar seperti pada
gambar 1. dilampiran 3, dengan menggunakan bahan dari kaso sebanyak 9
buah. Masing-masing kaso disatukan dengan menggunakan baut yang
sesuai pada bagian sambungan agar konstruksinya kuat.
2. Membuat cekungan tempat dudukan poros pada bagian tengah kedua sisi
kaso.
3. Membuat penjepit pros (as) dari kayu yang ukurannya sama. Penjepit ini
dipasang terakhir setelah perakitan dilakukan.
4. Mengambil 2 buah kaso yang berukuran 3x5x200 cm, kedua kaso ini
dipasang ditengah konstruksi yang sudah dibuat. Jarak pemasangan kaso
ini dari pinggir kotak masing-masing 50 cm, sehingga jarak antara kedua
kaso yang dipasang ini 30 cm. Kedua ujungnya kemudian dihubungkan
lagi dengan menggunakan kaso berukuran 3x5x30 cm.
5. Mengambil 2 batang kaso yang berukuran 3x5x112 cm. Memasang
keduanya dengan posisi menyudut antara ujung kaso melintang dan yang
membujur. Dengan demikian bentuk rakit ini menjadi tirus, maksudnya
agar menghindari sampah-sampah yang hanyut disungai.
6. Memasang lantai sekaligus sebagai pengapung agar rakit tetap berada
diatas permukaan air dengan sempurna. Bahan yang digunakan sebagai
lantainya adalah bambu yang sudah cukup tua sehingga dapat diperkirakan
awet. Bambu ini dipasang diseparuh bagian bawah kaso yang melintang.
PKMT-3-13-4

b. Pembuatan Pipa Utama dan Kincir


1. Melobangi pipa utama 6,5 cm dari ujung kiri, dengan diameter lobang
inchi.
2. Mengelas pipa besi Inchi panjang 15 cm (pipa masukan) pada lobang
tersebut.
3. Memasang kelahar pada pipa utama.
4. Mengelas kawat 5 mm panjang 30 cm tegak lurus mengelilingi pipa utama
dengan jarak 6 cm, 36 cm, 44 cm dan 94 cm.
5. Mengelas enam kawat 5 mm panjang 30 cm pada kedua ujung kawat yang
telah dilas pada pipa utama bagian kanan.
6. Mengelas 6 lembar plat besi ukuran 30 cm x 30 cm pada kawat yang dilas
pada pipa utama bagian kanan, sehingga berbetuk kipas baling-baling.
7. Mengelas enam kawat 5 mm panjang 50 cm pada kawat yang dilas pada
pipa utama bagian kiri, dengan jarak masing-masing 112,5 cm dari pipa
utama.
8. Memasang dua kelahar di kedua ujung pipa utama.
9. Menutup ujung kanan pipa utama dengan plat besi berbentuk lingkaran
diameter 1 inci dengan cara dilas.
10. Memasang dua buah sel pada ujung kiri pipa utama.
11. Memotong besi inci panjang 32 cm (pipa Keluaran) ditengah-tengah,
dengan potongan meruncing dengan sudut 450.
12. Melas kedua potongan pipa tersebut sehingga membentuk huruf L.
13. Kemudian menyambungkannya dengan pipa utama pada ujung yang ada
diselnya.

c. Pemasangan Pompa dan Baling-balingnya pada Bingkainya.


a. Menempatkan pompa pada baling-balingnya membujur bingkai pompa
tepat ditengah-tengah.
b. Memasang kelima klem/penjepit pipa.
c. Memasang mor dan bautnya pada masing-masing klem sekuatnya.
d. Menyambungkan ujung selang plastik 1 inci dengan pipa masukan pada
pompa.
e. Melilitkan selang plastik tersebut secara rapi ujungnya yang terakhir
dibiarkan terbuka.
f. Mengikat ujung selang plastik dengan lilitan selang yang lebih dalam
dengan menggunakan kawat kecil.
g. Pompa siap digunakan.

Uji Coba Pompa


i. Prinsip kerja pompa
Ketika pompa diletakkan diair (setengah bagian terendam dalam air) maka
aliran air akan memutar kincir, ini juga akan mengakibatkan lilitan selang plastik
akan berputar
Tripler, (1998) mengatakan dengan berputarnya lilitan selang plastik
tersebut maka ia kan masuk kedalam selang melalui ujung selang yang terbuka
karena putaran selang ini terjadi terus menerus maka air akan mengisi selang
terus, lalu pipa utama kemudian masuk kepipa pengeluaran.
PKMT-3-13-5

ii. Lokasi dan Waktu Uji Coba


Uji coba dilakukan di desa Haratai Kecamatan loksado Kabupaten Hulun
Sungai Selatan Kalimantan selatan. Uji coba akan dilakukan pada bulan juni juli
2005.

iii. Prosedur Uji Coba


Langkah pertama yang dilakukan dalam uji coba pompa ini adalah
mengukur kecepatan aliran air. Pengukuran dilakukan dengan cara sederhana
yaitu dengan menghanyutkan benda terapung disungai tersebut dengan jarak
tertentu dan menghitung waktunya sehingga dengan membagi jarak dengannya
maka akan didapat kecepatan aliran air sungai tersebut.
Selanjutnya meletakkan kincir rakit beserta pompa airnya pada air sungai
dengan posisi setengah dari pompa berada dalam air dengan posisi ujung selang
yang terbuka menghadap ke arah hulu.
Dalam uji coba ini ada variabel yang dicoba yaitu:
1. Kecepatan aliran air sungai
2. Panjang lilitan selang
Pompa diuji coba dengan menggunakan panjang lilitan selang yaitu 25, 50
dan 75 meter yang terdiri dari empat buah lilitan.
3. Tinggi selang tempat keluar air
Pompa diuji coba dengan membedakan tinggi selang tempat keluar yaitu
tinggi 3 m, 4 m dan 5 m. Dari hasil uji coba tersebut maka akan diperoleh
hasil berupa data yang dapat diterjemahkan dalam tabel, yaitu:

No Kecepatan arus Air V Panjang Lilitan Tinggi selang Debit air


(m/s) Selang l (m) keluaran h (m) r (m3/s)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Uji Coba Pompa
Dari uji coba pompa dilakukan di aliran tersier bendungan karang intan
kabupaten banjar, diperoleh data seperti pada tabel 5.1. Variabel yang diuji berupa
kecepatan arus air (V), luas kipas baling-baling (A), panjang lilitan selang (l), dan
tinggi selang keluaran (h).

Tabel 1. Data Hasil Uji Coba Pompa


Tinggi
Kecepatan Panjang
Selang Debit Air
No. Aliran air Lilitan Selang
Keluaran
V (m/s) l (m) H (m) Q (m3/s)
1. 0.67 25 3 34.17.10-6
2. 0.67 25 4 30.00.10-6
3. 0.67 25 5 21.66.10-6
4. 0.67 50 3 39.17.10-6
5. 0.67 50 4 36.67.10-6
6. 0.67 50 5 30.00.10-6
PKMT-3-13-6

7. 0.67 75 3 30.00.10-6
8. 0.67 75 4 24.17.10-6
9. 0.67 75 5 18.33.10-6
10. 0.67 25 3 39.17.10-6
11. 0.67 25 4 35.00.10-6
12. 0.67 25 5 28.33.10-6
13. 0.67 50 3 45.83.10-6
14. 0.67 50 4 43.33.10-6
15. 0.67 50 5 38.33.10-6
16. 0.67 75 3 36.67.10-6
17. 0.67 75 4 31.67.10-6
18. 0.67 75 5 25.00.10-6
19. 0.67 25 3 41.67.10-6
20. 0.67 25 4 39.17.10-6
21. 0.67 25 5 33.33.10-6
22. 0.67 50 3 47.50.10-6
23. 0.67 50 4 45.00.10-6
24. 0.67 50 5 40.00.10-6
25. 0.67 75 3 38.33.10-6
26. 0.67 75 4 33,33.10-6
27. 0.67 75 5 27,50.10-6
28. 0,83 25 3 42,50.10-6
29. 0,83 25 4 37,50.10-6
30. 0,83 25 5 26,67.10-6
31 0,83 50 3 47,50.10-6
32. 0,83 50 4 45,00.10-6
33. 0,83 50 5 36,67.10-6
34. 0,83 75 3 37,50.10-6
35. 0,83 75 4 29,17.10-6
36. 0,83 75 5 22,50.10-6
37. 0,83 25 3 50,83.10-6
38. 0,83 25 4 45,00.10-6
39. 0,83 25 5 36.67.10-6
40. 0,83 50 3 59,17.10-6
41. 0,83 50 4 55,00.10-6
42. 0,83 50 5 49,17.10-6
43. 0,83 75 3 46,67.10-6
44. 0,83 75 4 40,00.10-6
45. 0,83 75 5 31,67.10-6
46. 0,83 25 3 56,67.10-6
47. 0,83 25 4 51,67.10-6
48. 0,83 25 5 44,58.10-6
49. 0,83 50 3 63,33.10-6
50. 0,83 50 4 60,00.10-6
51. 0,83 50 5 52,50.10-6
52. 0,83 75 3 50,83.10-6
53. 0,83 75 4 44,58.10-6
54. 0,83 75 5 35,83.10-6
55. 1,11 25 3 57,50.10-6
56. 1,11 25 4 50,83.10-6
57. 1,11 25 5 35.83.10-6
58. 1,11 50 3 63,33.10-6
59. 1,11 50 4 60,00.10-6
60. 1,11 50 5 47,08.10-6
61. 1,11 75 3 49,17.10-6
62. 1,11 75 4 38,33..10-6
63. 1,11 75 5 29,58.10-6
65. 1,11 25 4 62,50.10-6
PKMT-3-13-7

66. 1,11 25 5 50,83.10-6


67. 1,11 50 3 81,67.10-6
68. 1,11 50 4 75,83.10-6
69. 1,11 50 5 66,67.10-6
70. 1,11 75 3 63,75.10-6
71. 1,11 75 4 54,17.10-6
72. 1,11 75 5 43,33.10-6
73. 1,11 25 3 82,17.10-6
74. 1,11 25 4 75,00..10-6
75. 1,11 25 5 64,17.10-6
76. 1,11 50 3 91,25.10-6
77. 1,11 50 4 85,83.10-6
78. 1,11 50 5 75,00.10-6
79. 1,11 75 3 72,50..10-6
80. 1,11 75 4 63,33.10-6
81. 1,11 75 5 50,42.10-6

Hasil Rancangan Pompa

Gambar 1. Peralatan dan Uji Coba.

Gambar 2. Peralatan dan Uji Coba.


PKMT-3-13-8

Pembahasan
Dari data yang diperoleh berdasarkan hasil uji coba pompa dianalisa untuk
mengetahui hubungan antara variabel-variabel yang diteliti terhadap debit air yang
dihasilkan.

Hubungan Kecepatan Aliran Air (V) dengan Debit Air (Q) yang dihasilkan
Untuk mengetahui hubungan kecepatan aliran air (V) dengan debit air (Q)
diperlukan ringkasan statistic : V terhadap Q.

n .( vQ ) ( v )( Q )
r =
{n . V 2
( V ) 2
}{
. n . Q 2
( Q ) 2
}
Jadi hubungan kecepatan aliran air (V) dengan debit air yang dihasilkan ( r= 0,696
) tergolong kuat dengan sifat positif.

Hubungan Luas Kipas Baling-Baling (A) Dengan Debit Air (Q)Yang


Dihasilkan
Untuk mengetahui hubungan luas kipas baling-baling (A) dengan debit air
(Q) yang dihasilkan diperlukan ringkasan statistic : A dengan Q

n .( AQ ) ( A )( Q )
r =
{n . A 2
( A ) 2
}{
. n . Q 2
( Q ) 2
}
Jadi hubungan luas kipas baling-baling dengan debit air yang dihasilkan (r =
0,428) tergolong cukup dengan sifat positif.

Hubungan Panjang Lilitan Selang (l) Dengan Debit Air (Q) Yang Dihasilkan
Untuk Mengetahui Hubungan Panjang Lilitan Selang (l) dengan debit air
(Q) yang dihasilkan, diperlukan ringkasan statistic : l terhadap Q

n .( Q ) ( )( Q )
r =
{n . 2
}{
( ) 2 . n . Q 2
( Q )2 }
Jadi hubungan panjang lilitan selang dengan debit air yang dihasilkan (r = -0,166)
tergolong sangat rendah dengan sifat negatif.

Hubungan Tinggi Selang Keluaran (h) Dengan Debit Air (Q) Yang
Dihasilkan
Untuk Mengetahui Hubungan tinggi selang keluaran (h) dengan debit air (Q)
yang dihasilkan, diperlukan ringkasan statistik : h terhadap Q
PKMT-3-13-9

n .( hQ ) ( h )( Q )
r =
{n . h 2
}{
( h ) 2 . n . Q 2
( Q )2 }
Jadi hubungan tinggi selang keluaran dengan debit air yang dihasilkan (r = -0,357)
tergolong rendah dengan sifat negatif.
Dari semua hubungan tersebut maka pembahasan yang layak untuk
Pemanfaatan kincir rakit arus datar sebagai penggerak pompa air sederhana,
adalah pompa tersebut layak dipakai dengan syarat jumlah dan debit air tidak
begitu besar sehingga aliran dapat terkendalikan. Dengan jumlah debit yang besar
maka akan merusak konstruksi kincir. Sehingga sampai dengan uji coba maka
kincir tersebut layak digunakan, karena pada bulan juni juli air tidak begitu
tinggi dan debit air cukup untuk menggeraknya.

KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada hubungan yang kuat antara kecepatan aliran air dengan debit air yang
dihasilkan dan bersifat positif, yaitu semakin bese kecepatan air, maka
semakin besar debit air yang dihasilkan.
2. Ada Hubungan yang cukup kuat antara luas kipas baling-baling dengan
debit air yang dihasilkan dan bersifat positif, yaitu semakin besar luas kipas
baling-baling, maka semakin besar debit air yang dihasilkan.
3. Ada hubungan yang sangat rendah antara panjang lilitan selang dengan debit
air yang dihasilkan dan bersifat negative, yaitu semakin panjang lilitan
selang, maka semakin kecil debit air yang dihasilkan.
4. Ada hubungan yang rendah antara tinggi selang keluaran dengan debit air
yang dihasilkan dan bersifat negative, yaitu semakin tinggi selang keluaran,
maka semakin kecil debit air yang dihasilkan.
5. Dari hasil Pembuatan Kincir Rakit arus Datar maka dapat dimanfaatkan
didaerah yang sulit Air yaitu Desa Haratai Loksado.

DAFTAR PUSTAKA
Edwards, H., (1996), Teknologi Pemakaian pompa, PT Gelora Aksara Pratama,
Jakarta.
Kusnaidi dan Suharsono, 1999, Kincir air Pembangkit Listrik, Penebar Swadaya
3, 13 19, jakarta.
Sularso dan H. Tahara, (2000), Pompa dan Kompresor, PT Pradnya Paramita,
Jakarta.
Sutrisno, 1997, Seri fisika Dasar mekanika, ITB, Bandung.
Tripler, P. A., 1998, Fisika untuk sains dan teknik, Erlangga Jakarta.
PKMT-3-14-1

PENERAPAN TEKNOLOGI ALAT SUMUR BOR SISTEM PUTAR


PADA PERSAWAHAN TADAH HUJAN

Hamid Idris, Hamid Idris, Rahmansah, Munawir Halim, Khairil Anwar


PS Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik
Universitas Negeri Makassar, Makassar

ABSTRAK
Tujuan Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKMT) ini
adalah: (1) Terciptanya mahasiswa dan masyarakat petani tadah hujan yang
kreatif dan inovatif dalam mendesain dan membuat alat bor artetis dan teknik
pengeboran sistim putar pada kondisi tanah liat yang sifatnya praktis dan efisien,
(2) Terciptanya mahasiswa dan masyarakat petani tadah hujan yang mempunyai
pengetahuan, dan terampil membuat alat bor artetis dan teknik pengeboran sistim
putar pada kondisi tanah liat yang sifatnya praktis dan efisien.
Khalayak sasaran dalam program ini adalah masyarakat petani tadah hujan di
Desa Donri-donri Kecamatan Donri-donri Kabupaten Soppeng. Metode yang
digunakan dalam penyampaian materi penyuluhan adalah metode ceramah,
diskusi dan tanya jawab, untuk pelatihan digunakan metode demonstrasi.
Hasil yang dicapai adalah: (1) Mahasiswa dan masyarakat petani tadah hujan
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam hal pembuatan alat bor artetis
sistim putar pada kondisi tanah liat yang sifatnya praktis dan efisien, (2)
Mahasiswa dan masyarakat petani tadah hujan memiliki keterampilan dalam hal
mengoperasikan alat bor artetis sistim putar pada kondisi tanah liat.

Kata Kunci: alat bor, putar, sumur, artetis, tanah liat.

PENDAHULUAN
Kecamatan Donri-donri Kabupaten Soppeng adalah salah satu daerah di
Sulawesi Selatan merupakan wilayah dataran rendah, dan kondisi tanahnya adalah
tanah liat. Persawahan yang ada pada beberapa Desa di Kecamatan tersebut
adalah tadah hujan, pada saat musim kemarau masyarakat membuat sumur galian
pada sawahnya masing-masing dan menyiram tanaman pada persawahan dengan
cara menimbah dan menyiram tanaman pada persawahan satu persatu. Pekerjaan
ini cukup melelahkan masyarakat dan tidak efisien. Sumur galian tersebut
dipasangi dinding dengan menggunakan belahan bambu dan dinding bambu
tersebut cepat lapuk (Survey, bulan Agustus, 2004, di Kecamatan Donri-donri
Kabupaten Soppeng).
Kondisi fisik tanah di Kecamatan Donri-donri Kabupaten Soppeng
umumnya tanah liat (Kantor Pertanahan Kabupaten Soppeng, 2004). Kondisi ini
sangat memungkinkan masyarakat membuat sumur bor artetis untuk memperoleh
air untuk kebutuhan persawahan tadah hujan. Survey bulan Agustus, 2004 pada
dua Desa di Kecamatan Donri-donri yaitu Desa Donri-donri dan Desa Turung
LappaE menemukan bahwa:(1). Masyarakat petani tadah hujan tidak memiliki
sumur bor hanya mengandalkan sumur galian yang airnya cepat kering karena
kedalamnnya paling dalam 5 meter, (2). Sumur galian yang ada dipersawahan
PKMT-3-14-2

cepat runtuh karena dinding sumur menggunakan belahan bambu cepat lapuk, (3).
Sumur galian yang ada pada persawahan tidak bisa mengairi tanaman padi,
masyarakat petani hanya mampu menyiran tanaman sayur-sayuran itupun tidak
merata karena hanya menimbah air kemudian menyiram satu persatu, (4).
Persawahan yang ada hanya mengandalkan air hujan (sawah tadah hujan), (5).
Salah seorang tokoh masyarakat yang bernama Laruda mengatakan seandainya
ada yang dapat membimbing masyarakat membuat alat pengeboran dan teknik
pengeboran sumur artetis untuk tanah liat yang biayanya murah, hemat energi
untuk kebutuhan persawahan tadah hujan.
Kenyataan yang ditemukan di lokasi adalah masyarakat yang mengolah
persawahan tadah hujan. Untuk menyiram tanaman hanya dengan membuatkan
sumur galian yang sifatnya sementara, karena diding sumur galiannya
menggunakan anyaman bambu untuk menahan tanah. Disekitar sumur disiapkan
drum untuk penampungan, kemudian mengambil air dengan menimbah masuk
kedalam drum, lalu air dari drum diambil untuk menyiran tanaman satu parsatu
pada persawahan.
Walaupun kenyataanya pada dua desa tersebut di atas dapat dibuat sumur
bor untuk kebutuhan persawahan tadah hujan, namun yang menjadi kendala
adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat petani membuat alat
bor dan proses/ teknik pengeboran sumur artetis yang praktis dan efisien. Olehnya
itu masyarakat petani pada wilayah tersebut perlu dibina dalam hal membuat alat
bor dan proses/ teknik pengeboran sumur artetis sistim putar untuk tanah liat yang
praktis dan efisien yang dapat dijangkau oleh masyarakat petani tadah hujan di
pedesaan.
Sebagai Mahasiswa Teknik Sipil dan Perencanaan yang telah melakukan
praktek mata kuliah mekanika tanah dengan melakukan pengeboran sistem sondir
dan mendapatkan mata kuliah pemipaan dan plumbing, mengenal alat-alat
plumbing seperti: alat drat pipa, gergaji pipa dan jenis-jenis sambungan pipa,
klem, dan sebagainya, sehingga terpikirkan oleh kami untuk mendesain dan
membuat alat bor sumur artetis sistem putar dengan kondisi tanah liat pada
persawahan tadah hujan.
Berdasarkan permintaan masyarakat petani tadah hujan dan kenyataan di
lokasi maka dapat disimpulkan bahwa tepat sekali untuk melakuklan pelatihan
membuat alat bor dan teknik pengeboran sumur artetis sistem putar pada kondisi
tanah liat pada persawahan tadah hujan yang sifatnya praktis, murah dan efisien,
sehingga memungkinkan masyarakat petani tadah hujan yang tidak memiliki
sumber air untuk kebutuhan tanaman persawahan yakni dilatihkan membuat alat
bor sumur artetis sistem putar dengan kondisi tanah liat pada persawahan tadah
hujan.dengan demikian Program Kreatifitas Mahasiswa Penerapan Teknologi
(PKMT) ini juga meningkatkan taraf hidup masyarakat di pedesaan khususnya
masyarakat petani tadah hujan.
Oleh karena itu masalah Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan
Teknologi (PKMT) ini adalah sebagai berikut: (1) Mahasiswa yang kreatif dan
inovatif dalam merancang alat bor artetis dan teknik pengeboran sistim putar pada
kondisi tanah liat yang sifatnya praktis dan efisien dan melatihkan kepada
masyarakat petani tadah hujan sehingga dapat mengairi persawahan tadah hujan di
lokasi PKMT, (2) Masyarakat petani tadah hujan kurang memiliki pengetahuan
membuat alat bor dan proses pengeboran sumur artetis sistem putar dengan
PKMT-3-14-3

kondisi tanah liat yang praktis dan efisien, (3) Masyarakat petani tadah hujan
kurang terampil mendesain alat bor sumur artetis sistem putar dengan kondisi
tanah liat yang praktis dan efisien, (4) Masyarakat petani tadah hujan kurang
terampil membuat rangka alat bor sumur artetis sistem putar dengan kondisi tanah
liat yang praktis dan efisien, (5) Masyarakat petani tadah hujan kurang terampil
merakit rangka alat bor sumur artetis sistem putar dengan kondisi tanah liat yang
praktis dan efisien, (6) Masyarakat petani tadah hujan kurang terampil
mengoreasikan alat bor sumur artetis sistem putar dengan kondisi tanah liat yang
praktis dan efisien, (7) Masyarakat petani tadah hujan kurang terampil merakit
instalasi sumur bor artetis sistem putar dengan kondisi tanah liat untuk kebutuhan
rumah tangga dan mengairi persawahan tadah hujan.
Tujuan Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKMT) ini
adalah sebagai berikut: (1) Mahasiswa menerapkan rancangan alat bor artetis dan
teknik pengeboran sistim putar pada kondisi tanah liat yang sifatnya praktis dan
efisien pada masyarakat petani tadah hujan sehingga sawah tadah hujan di loksai
PKMT dapat berproduksii, (2) Masyarakat petani tadah hujan memiliki
pengetahuan membuat alat bor dan proses pengeboran sumur artetis sistem putar
dengan kondisi tanah liat yang praktis dan efisien, (3) Masyarakat petani tadah
hujan terampil mendesain alat bor sumur artetis sistem putar dengan kondisi tanah
liat yang praktis dan efisien, (4) Masyarakat petani tadah hujan terampil membuat
rangka alat bor sumur artetis sistem putar dengan kondisi tanah liat yang praktis
dan efisien, (5) Masyarakat petani tadah hujan terampil merakit rangka alat bor
sumur artetis sistem putar dengan kondisi tanah liat yang praktis dan efisien, (6)
Masyarakat petani tadah hujan terampil mengoreasikan alat bor sumur artetis
sistem putar dengan kondisi tanah liat yang praktis dan efisien, (7) Masyarakat
petani tadah hujan terampil merakit instalasi sumur bor artetis sistem putar dengan
kondisi tanah liat untuk kebutuhan rumah tangga dan mengairi persawahan tadah
hujan, (8) Mahasiswa dan masyarakat petani tadah hujan yang kreatif dan inovatif
dalam membuat alat bor sumur artetis dan teknik pengeboran sistim putar pada
kondisi tanah liat yang sifatnya praktis dan efisien yang dapat digunakan untuk
mengairi persawahan tadah hujan di Kecamatan Donri-donri Kabupaten Soppeng
khususnya, dan pada daerah persawahan tadah hujan yang kondisinya tanah liat
yang lainnya di Sulawesi Selatan, serta Indonesia pada umumnya.

TINJAUAN PUSTAKA
1. Air Artetis
Air artetis adalah air dalam tanah yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-
hari. Air dalam tanah atau air artetis dapat diambil melalui pompa, dan disalurkan
dengan melalui pipa (Salintung Mary, 1978). Air tanah yang dalam, dapat juga
diambil melalui atau dengan cara melakukan pengeboran (Ardi Muhammad,
1981)
2. Pengeboran Air Artetis
Salah satu cara untuk mengambil air tanah (air artetis) adalah dengan cara
mengebor. Berbagai jenis atau teknis melakukan pengeboran untuk memperoleh
air tanah (air artesis) tersebut adalah sebagai berikut: (a) menggunakan aliran
listrik, (b) menggunakan tenaga manusia. Untuk mengebor dengan tebaga
manusia, biasanya dilakukan pada lahan yang tanahnya lembek atau berpasir.
PKMT-3-14-4

Sedangkan tanah yang berbatu atau batu massif dilakukan dengan bor mesin
(Salintung Mary, 1978)
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa lokasi yang berpasir
memungkinkan untuk dilakukan pengeboran air tanah yang menggunakan pipa
galvanix sistim putar dan dikerjakan dengan tenaga manusia.

3. Alat Bor dengan Tenaga Manusia


Alat-alat bor dengan tenaga manusia biasanya digunakan pipa galvanix,
mata bor dari plat baja, pemutarnya dari besi model klem, serta pompa dragon
untuk mempermudah pengeboran atau dengan membasahi tanah (Ardi
Muhammad, 1981). Pengeboran dengan tenaga manusia ini dilakukan 2 3 orang.
Setelah tercapai kedalaman air tanah yang dikehendaki, maka pengeborannya
dihentikan dan memasukan pipa paralon sebagai pipa suplay air. Setelah
mendapatkan air bersih maka dipasanglah pompa dragon atau mesin pompa,
dengan menyambungkan pada ujung pipa yang muncul pada permukaan tanah.
Pompa dragon yang digerakan dengan tenaga manusia berfungsi mengangkat air
tanah kepermukaan untuk dimanfaatkan sesuai kebutuhan.
Berdasarkan uraian di atas maka alat bor sistim putar yang konstruksinya
seperti yang disebutkan di atas cocok diterapkan pada daerah-daerah yang tanah
liat (lembek), untuk memperoleh air artetis kebutuhan rumah tangga persawahan
tadah hujan.

METODE PENELITIAN
Khalayak sasaran antara yang strategis dalam Program Kreativitas
Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKMT) ini adalah sebagai berikut: masyarakat,
dan petani tadah hujan di Desa Donri-donri Kecamatan Donri-donri Kabupaten
Soppeng
Metode utama yang ditempuh dalam kegiatan ini adalah: (1) Pada saat
pemberian materi penyuluhan tentang pembuatan alat bor sumur artetis dan teknik
pengeboran sistim putar pada kondisi tanah liat yang sifatnya praktis dan efisien
serta pembuatan desainnya metode yang digunakan yaitu: ceramah diskusi, tanya
jawab, dan simulasi, (2) Pada saat membuat alat bor sumur artetis dan teknik
pengeboran sistim putar pada kondisi tanah liat yang sifatnya praktis dan efisien,
metode yang digunakan adalah demonstrasi, dan tanya jawab.
Metode demonstrasi digunakan untuk mendemonstrasikan membuat alat bor
sumur artetis dan teknik pengeboran sistim putar pada kondisi tanah liat yang
sifatnya praktis dan efisien, diterangkan dahulu langkah kerja, dimensi, bahan dan
alat yang digunakan, teknik menggunakan alat. Dan mempraktekkan teknik
pengeborannya Disini khlayak sasaran ikut langsung melakukan, mengerjakan
setiap jenis pekerjaan bersama dengan mahasiswa. Pada saat itu juga terjadi
diskusi, terutama sekali yang menyangkut sistimatika pekerjaan tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Bahan dan Peralatan yang Digunakan
Bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan alat bor sumur artetis dan
teknik pengeboran sistim putar pada kondisi tanah liat yang sifatnya praktis dan
efisien adalah sebagai berikut:
PKMT-3-14-5

1) Bahan yaitu: pipa galvanix inci, pipa paralon 1 inci panjang 4 m, pipa
paralon 2 inci panjang 4 m, plat baja untuk pisau penggali, plat per mobil
untuk kunci penahan pipa dan kunci pemutar pipa.
2) Peralatan yaitu: mesin las (sewa), gergaji besi, bor listrik, skop, linggis, kunci
pas, kunci inggeris, kunci ring, palu-palu, pompa air dragon, mesin pompa air,
dan peralatan lain.

B. Hasil dan Pembahasan


Hasil yang dicapai adalah: (1) Masyarakat dan mahasiswa memiliki
pengetahuan dalam hal pembuatan alat bor sumur artetis dan teknik pengeboran
sistim putar pada kondisi tanah liat yang sifatnya praktis dan efisien, yaitu: (a)
Memiliki pengetahuan pembuatan alat bor sumur artetis dan teknik pengeboran
sistim putar pada kondisi tanah liat yang sifatnya praktis dan efisien, (b) Memiliki
pengetahuan tentang teknik mengoperasikan alat bor sumur artetis dan teknik
pengeboran sistim putar pada kondisi tanah liat yang sifatnya praktis dan efisien,
(2) Masyarakat dan mahasiswa memiliki keterampilan membuat alat bor sumur
artetis dan teknik pengeboran sistim putar pada kondisi tanah liat yang sifatnya
praktis dan efisien, yaitu: (a) Terampil membuat alat bor sumur artetis dan teknik
pengeboran sistim putar pada kondisi tanah liat yang sifatnya praktis dan efisien
yaitu: yaitu: membuat pisau penggali dari plat baja, pengelas pipa galvanix
inci panjang 1 m pada pisau penggali, memberikan drat (ulir) pada masing-masing
ujung pipa galvanix inci, memasang sambungan pipa lurus pada drat (ulir)
salah satu ujung pipa galvanix inci, memasang slang inci pada
sambungan pipa L, (b) Memiliki keterampilan tentang teknik mengoperasikan alat
sistim katub pada tanah berpasir yaitu: yaitu: membuat pisau penggali dari plat
baja, pengelas pipa galvanix inci panjang 1 m pada pisau penggali,
memberikan drat (ulir) pada masing-masing ujung pipa galvanix inci,
memasang sambungan pipa lurus pada drat (ulir) salah satu ujung pipa galvanix
inci, memasang slang inci pada sambungan pipa L, (b) Memiliki
pengetahuan tentang teknik mengoperasikan alat sistim katub pada tanah berpasir
yaitu: menentukan lokasi yang akan ditempatkan sumur bor, menggali lubang
diameter 50 meter dan kedalaman 50 meter, memasang pisau bor pada pipa
galvanix inc, memasang sambungan L pada ujung pipa galvanix inc
yang sudah terpasang selang air dari plastik inc, memasang kunci pemutar
pipa pada pipa galvanix inc, memasang kunci penahan pipa pada bagian
bawah kunci pemutar pipa pada pipa galvanix inc, memasang ujung selang
plastik inc pada pompa dragon atau mesin pompa air, mengisi air pada
lubang pengisapan yang dibuat berdekatan lubang pengeboran, mengisap air
menggunakan pompa dragon atau mesin pompa air melalui selang masuk pada
pipa galvanix inc dan keluar pada lubang pisau yang tetanam untuk
membasahi stanah yang akan dibor, memutar-mutar kunci pemutar pipa yang
terpasang pada pipa galvanix inc, selanjutnya air bercampur tanah liat keluar
diselah-selah lubang yang telah dibor, setelah masuk 1 batang pipa galvanix
inc (6 m) kemudian disambunglah dengan sambungan lurus, pipa galvanix
inc diputar sampai mendapatkan air artetis, setelah mendapatkan air artetis, maka
pipa pengeboran dicabut dan kunci penahan pipa yang menahan sehingg tidak
jatuh pipa yang dikeluarkan dari sambungan, sumur yang sudah digali sistim putar
siap dipasang pipa paralon (pipa tanam), memasukkan pipa paralon 2 inc
PKMT-3-14-6

sebagai dinding, menyambungkan pipa paralon 2 inc sambungan lurus


menggunakan lem pipa, memasukkan pipa paralon 1 inc yang sudah dilubang-
lubang dan dipasang klep dan penutup pada ujung pipa, menyambung pipa
sambungan lurus menggunakan lem pipa, pada ujung pipa paralon 1 inc
disambungkan pada pompa dragon atau mesin pompa air menuju ke rumah tangga
dan persawahan tadah hujan. Selain itu motivasi khalayak sasaran bersama
anggota tim PKMT cukup tinggi mengikuti penyuluhan dan pelatihan dari awal
sampai selesai.
Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKMT) ini dianggap
juga berhasil karena: (1) Khalayak sasaran tidak menemukan kesulitan dalam
memahami materi penyuluhan dan pelatihan yang diberikan, (2) Khalayak sasaran
berkeinginan menerapkan membuat alat bor sumur artetis dan teknik
mengoperasikan pengeboran sistim putar pada kondisi tanah liat yang sifatnya
praktis dan efisien ini pada rumahnya dan kelompok taninya masing-masing, (3)
Khalayak sasaran berkeinginan untuk menyampaikan penerapan pembuatan alat
bor sumur artetis dan teknik mengoperasikan pengeboran sistim putar pada
kondisi tanah liat yang sifatnya praktis dan efisien kepada khalayak sasaran yang
lain (yang tidak sempat ikut penyuluhan dan pelatihan).

KESIMPULAN
Berdasarkan penyuluhan dan pelatihan dilapangan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut: (1) Mahasiswa memiliki pengetahuan dan keterampilan membuat
alat bor sumur artetis sistim putar pada kondisi tanah liat yang sifatnya praktis dan
efisien, (2) Mahasiswa memiliki pengetahuan dan keterampilan teknik
mengoperasikan pengeboran alat bor sumur artetis sistim putar pada kondisi tanah
liat yang sifatnya praktis dan efisien, (3) Masyarakat petani tadah hujan memiliki
pengetahuan dan keterampilan membuat alat bor sumur artetis dan teknik
pengeboran sistim putar pada kondisi tanah liat yang sifatnya praktis dan efisien,
(4) Masyarakat petani tadah hujan memiliki pengetahuan dan keterampilan teknik
mengoperasikan pengeboran alat bor sumur artetis sistim putar pada kondisi tanah
liat yang sifatnya praktis dan efisien. Hal ini didukung oleh adanya masukan-
masukan dan diskusi dari mahasiswa, masyarakat, dan dosen pendamping.
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka disarankan sebagai berikut: (1) Program
Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKMT) seperti ini hendaknya
dilanjutkan sehingga menciptakan: (1) Masyarakat dan mahasiswa memiliki
pengetahuan inovatif dan kreativitas dalam membuat alat bor sumur artetis dan
teknik mengoperasikan pengeboran sistim putar pada kondisi tanah liat yang
sifatnya praktis dan efisien untuk kebutuhan rumah tangga dan persawahan tadah
hujan., (2) Mahasiswa calon sarjana memiliki pengetahuan dan keterampilan
membuat alat bor sumur artetis dan teknik pengeboran sistim putar pada kondisi
tanah liat yang sifatnya praktis dan efisien untuk kebutuhan rumah tangga dan
persawahan tadah hujan, (3) Masyarakat dan mahasiswa memiliki pengetahuan
dan keterampilan membuat dan mengoperasikan pengeboran alat bor sumur artetis
sistim putar pada kondisi tanah liat yang sifatnya praktis dan efisien untuk
kebutuhan rumah tangga dan persawahan tadah hujan.
PKMT-3-14-7

DAFTAR PUSTAKA
Ardi Muhammad, (1981). Studi Tentang Proses Pengolahan Air Minum di Kota
Watan Soppeng, Ujung Pandang, FKT IKIP Ujung Pandang.
Azwar, A. (1993). Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Pt. Mutiara
Sumber Widya
Depatremen of Employment And Industrial Relations, (l978). Basic Trade
Manual Sanitasy Plumbing 3. Camberra : Australian Government
Publishing Service.
Estimate of Population, (1974). Penyediaan Air Minum, Jakarta.
Hodges. L. (1977). Environmental Pollution (2nd Ed). New York: Holt,
Rinehart, and Winston.
Menteri Negara KLH. (1992). Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia. Jakarta:
Menteri Negara KLH.
Nawy dan Edward, G. (1990). Beton Bertulang, Bandung: PT. Eresco.
Salintung Mary, (1978). Penyediaan Air Minum, Ujung Pandang, Universitas
Hasanuddin.
Soerjani dkk (1987). Lingkungan, Sumber daya alam dan Kependudukan dalam
Pembangunan. Jakarta: Universitas Indonesia.
Supribadi. I.K. 1986. Ilmu Bangunan Gedung. Bandung. Armico.
PKMT-3-15-1

MESIN PENGURAI SERAT ABAKA

Faisal Akbar, M.Habibi Srg, Suheri, Agus Pelani, M.Rizal


Program Studi Teknik Mesin, Politeknik Negeri Medan, Medan

ABSTRAK
Serat Abaka di peroleh dari pelepah batang pisang Abaka dengan cara
penyeratan manual ataupun mekanik. Penyeratan secara manual mempunyai
banyak kelemahan yaitu waktu yang diperlukan cukup lama, membutuhkan
banyak tenaga dan biaya produksi besar. Untuk mengatasi kelemahan yang ada
di buat mesin penyerat yang bekerja secara semi otomatis. Mesin ini di buat di
bengkel mesin Politeknik Negeri Medan dengan tiga tahapan yaitu Perancangan,
Pembuatan dan Pengujian Mesin. Pengujian dilakukan dengan cara
mengumpankan pelepah batang pisang yang ukurannya sudah disesuaikan
dengan ukuran pintu pemasukkan mesin. Ukuran pelepah di buat lebar 12 (cm),
panjang 1 (m). Dari tahapan pengujian di peroleh hasil kecepatan penyeratan
21,74 cm pelepah/detik. Kapasitas penyeratan 430 kg pelepah/jam dan serat
masih mengandung sedikit daging pelepah. Kesimpulan dari hasil pengujian
adalah mesin dapat bekerja dengan baik tetapi butuh perbaikan dan serat harus
di cuci untuk menghilangkan daging pelepah.
Kata Kunci : mesin, serat, abaka.

PENDAHULUAN
Abaka merupakan salah satu jenis pisang yang dikenal dengan nama pisang
manila (Manila Hamp). Walaupun termasuk rumpun pisang, tetapi buahnya tidak
dapat dikonsumsi, dan sampai saat ini buah Abaka belum dimanfaatkan. Satu-
satuanya bagian dari tanaman Abaka yang dapat dimanfaatkan adalah batangnya.
Yang mana batang ini merupakan batang semu yang terdiri dari kumpulan pelepah
daun yang mengandung serat.
Hilman (2001) menyebutkan bahwa serat Abaka memiliki keunggulan
dibandingkan serat yang lain, yaitu dalam hal kekuatanya (tidak sisertai data).
Keunggulan lainnya adalah dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan yaitu
untuk bahan baku tali kapal, tekstil, pembungkus teh celup, jok (kursi), dan yang
paling dominan adalah untuk bahan baku kertas berharga yang mencapai 80 %
dari produk serat tersebut.
Selain mempunyai sifat fisik yang bagus dan kegunaan yang variatif, secara
ekonomis serat abaka memiliki prospek ekspor yang cukup besar dengan harga
pasar internasional yaitu $ 2.500 /ton serat (www. Manilatimes.net.- diakses 30
juli 2004) atau sekitar $ 2,5 /kg serat, dengan negara konsumen Amerika Serikat,
Kanada, Jepang dan Negara-negara Eropa (Perancis, Belanda, Jerman). Yang total
permintaannya mencapai 400.000 (ton/tahun). Sedangkan produk dunia hanya
100.000 (ton/tahun), yang dihasilkan oleh dua negara yaitu Filipina dan Ekuador.
Filipina menjadi penghasil serat abaka terbesar, mereka menghasilkan 84,5 %
produk Abaka dunia (www.manilatimes.net-diakses 30 juli 2004).
Sebagai gambaran, dinegara asal Abaka yaitu Filipina, serat Abaka
merupakan komoditas ekspor negara tersebut dan menyumbang sekitar 71 juta U$
dollar pada tahun 2001 (www.manilatimes.net-diakses 30 juli 2004). Indonesia
PKMT-3-15-2

mempunyai prospek yang sangat bagus bagi pengembangan Abaka mengingat


Agroklimat Indonesia sesuai dengan yang ada di Filipina dan memiliki lahan yang
relative luas.
Di awal abab ke 19 di Jawa dan Sumatera telah dimulai diusahakan
penanaman Abaka skala perkebunan, tetapi tidak berkembang bagus. Saat ini
perkebunan Abaka yang masih diusahakan berada di Banyuwangi, Jawa timur
yang mengelolah 400 (Ha) lahan (Hilman dan Mathius, 2001).
Jika Serat Abaka ini bisa diproduksi oleh Indonesia, maka Indonesia bisa
memasok kekurangan produksi serat Abaka dunia dan dampaknya bisa menambah
devisa Negara dari sector non migas. Akan tetapi saat ini produksi Abaka
Indonesia sedang menghadapai masalah yaitu tiadanya pembudidayaan pohon
pisang Abaka yang merupakan sumber serat Abaka. Beberapa kemunkinan
penyebab tiadanya budidaya tanaman pisang Abaka adalah:
1. Kurangnya informasi konprehensif tentang keunggulan serat Abaka
kepada masyarakat luas.
2. Belum adanya mesin penyerat Abaka yang dapat menghasilkan serat
dalam jumlah besar.
3. Untuk memproduksi serat membutuhkan banyak tenaga, waktu dan biaya.
Masalah-masalah diatas mengakibatkan budidaya tanaman pisang Abaka
menjadi lesu dan yang sudah ada menjadi tidak tertangani.
Untuk membantu menggairahkan masyarakat membudidayakan Abaka
sehingga pada masa mendatang dapat menambah devisa negara dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, ditawarkan mesin Pengurai secara semi otomatis
dengan kapasitas yang lebih besar dibandingkan secara manual. Dengan adanya
mesin ini masyrakat akan merasa bahwa hambatan pengolahan pasca panen akan
teratasi dan ini akan menimbulkan gairah pembudidayaan Abaka. Adanya mesin
ini diharapkan memiliki kontribusi terhadap masyarakat atau pengusaha berupa:
a. Pengadopsian mesin oleh masyarakat maupun pengusaha guna
membangkitkan minat pembudidayaan Abaka
b. Mengurangi biaya produksi, mengurangi waktu proses penyeratan bagi
masyarakat yang memiliki kebun pisang Abaka skala kecil.
c. Meningkatkan jumlah produksi serat.

METODE PENELITIAN
1. Waktu dan Tempat pelaksanaan
Program ini dilaksanakan dalam waktu 8 bulan. Khusus pembuatan mesin
membutuhkan waktu 6 bulan, dilaksanakan di Politeknik Negeri Medan,
khususnya di bengkel mesin politeknik.
2. Pelaksanaan program
Pelaksanaan program di bagi dalam 4 tahap yaitu:
a. Tahap persiapan, yaitu meliputi:
- Survey kelokasi kebun pisang Abaka di kab. Langkat Sumatera Utara
berjarak 90 (km) sebelah utara kota medan.
- Mengumpulkan bahan bacaan yang berkaitan dengan pisang Abaka dan
masalah perancangan
- Survey bahan-bahan teknik di pasaran untuk memudahkan memilih
bahan pembuatan mesin.
- Membuat Sketsa rancangan mesin.
PKMT-3-15-3

b. Tahap Kerja Rancang Bangun, meliputi:


- Membuat Sketsa kerangka dan bagian-bagian utama mesin.
- Menghitung kekuatan bagian utama mesin guna menentukan dimensi
bagian utama tersebut.
- Membeli bahan teknik
- Membangun mesin.
Pada tahapan membangun mesin ini terlebih dahulu dibuat bagian-
bagian utama mesin yaitu.
- Roll Penarik Pelepah
Terdiri dari 2 buah Roll yang berpsangan, posisi atas dan bawah dengan
celah (spasi) 3 mm. Permukaan roll di kartel agar menjadi kasar untuk
memudahkan menarik pelepah, di tunjukan pada gambar1.

3 (mm)

Gambar1. Roll Penarik Pelepah

- Pisau Penyayat
Berfungsi untuk menyayat daging pelepah yang telah ditipiskan oleh roll
penarik I. Tujuan dari penyayatan ini adalah agar pelepah mudah di urai
seratnya oleh gergaji penyerat. Pisau penyeratan berjumlah 6 buah yang
di pasang pada rumahnya yang berbentuk tabung, lihat gambar 2

Gambar2. Pisau Penyayat

- Gergaji Penyerat.
Gergaji penyerat ini dibuat dari gergaji kayu yang dipotong dan dibentuk
sedemikian rupa hingga mudah dipasang pada rumahnya.

Gambar 3. Gergaji Penyerat.


PKMT-3-15-4

- Kerangka Mesin.
Kerangka mesin dibuat dari baja profil L dengan ukuran 40 x 40 x 4
yang berfungsi sebagai penyangga konstruksi mesin secara kokoh. Baja
profil L dirangkai dengan menggunakan sistim dan sambuangn las.
Setelah bagian-bagian utama mesin selesai dibuat dan komponen
pendukung telah tersedia lalu dirakit sampai menjadi unit mesin dengan
ukuran sbb:
a. Tinggi total mesin, dibuat setinggi 100 (cm) yang disesuaikan
dengan tinggi operator yaitu 160 (cm).
b. Panjang mesin 98 (cm), ukuran ini diperuntukan komponen lain yang
tersusun didalamnya.
c. Lebar mesin dari depan, berdasarkan sumbu Z, dirancang dan dibuat
38 (cm). Ukuran ini sisesuaikan dangan panjang roll penjepit dan
pisau. Kontruksi mesin di tunjukan pada gambar 3.
12 22

20
11
21

13
19

23 6
8

14

26
2 9 25 1

9d 9c 1 9b 9a

Gambar 3. Kontruksi Mesin Penyerat Pisang Abaka.


Keterangan gambar:
1. Penggiling atas 7b. Pelat penyangga pisau 13. Penampung sampah
2. Roller penarik atas 7c. Gergaji penyerat 14. Saluran masuk
3. Roller penarik bawah 7d. Pelat penyangga pisau 15. Saluran keluar
4. Poros perantara 8. Sproket kecil 16. Pelat pengarah
5. Puli kecil 9. Sproket besar 17. Bantalan
6. Puli besar 10. Rantai 18. Sabuk
7. Poros penyerat 11. Gigi perantara 19. Motor listrik
7a. Pisau penyayat 12. Rangka mesin 20. Reduser
PKMT-3-15-5

Cara Kerja Mesin.


Cara (prinsip) kerja mesin pengurai serat Abaka, terbagi menjadi dua yaitu
penyayatan dan penyeratan. Setiap pelepah akan mengalami dua kali proses
penarikan, satu kali penyayatan dan satu kali penyeratan kemudian yang terakhir
adalah penarikan oleh roll untuk keluar dari mesin. Secara rinci prinsipnya
diuraikan sebagai berikut: Pelepah Abaka dipotong sepanjang 1 (m) dengan lebar
12 (cm) lalu dimasukan kedalam mesin yang sudah dihidupkan melalui roll
penarik I.
Pada roll penarik I ini pelepah ditipiskan hingga menjadi 3 (mm). Tujuan
pengurangan ketebalan ini agar pelepah mudah disayat dan diserat.
Setelah melalui roll penarik pertama, pelepah masuk ke bagian penyayatan, di sini
pelepah bagian bawah yang di sayat.
Sehingga dagingnya menjadi lebih tipis dan bagian serat menjadi terbuka. Proses
selanjutnya pelepah terus menuju kebagian penarik II untuk diteruskan kebagian
pelepah penyerat. Pada bagian ini pelepah yang sudah tipis diserat oleh keping
gergaji yang terpasang pada rumahnya. Setelah keluar dari bagian penyerat, serat
dengan sedikit bagian daging pelepah yang belum terlepas akan terus bergerak
maju dalam kondisi yang tidak rigit atau lembek, tetapi karena ada pelat penahan
di bagian bawah maka serat akan terus memasuki celah roll penarik ketiga yang
ada di ujung mesin dan terus tertarik hingga keluar dari mesin.
c. Tahap pengujian mesin
Setelah mesin terbentuk, mesin diuji tanpa beban, artinya mesin
dihidupkan tanpa beban pengujian (pelepah). Untuk mengetahui ada
tidaknya gangguan pada bagian-bagian yang berputar, maka setelah
mendapat kepastian bahwa mesin layak beroperasi, maka mesin dicoba
dengan mengumpankan pelepah kedalam mesin. Pada tahap ini disebut
juga sebagai tahap pengumpulan data. Semua kejadian dengan pelepah
yang keluar dari mesin dicatat sebagai bahan analisis terhadap keandalan
mesin. Cara pengujian atau pengumpulan data telah dirincikan sebagai
berikut:
Siapkan ember untuk menampung cairan limbah pelepah pisang.
Siapkan pelepah batang pisang abaka dengan ukuran panjang 100 cm
dan lebar 12 cm.
Hidupkan mesin.
Letakkan ember dibawah pintu keluaran limbah pelepah pisang.
Masukkan keping pelepah kedalam mesin secara satu per satu.
Serat yang keluar dikumpulkan dan dicuci.
d. Tahap analisis
Catatan tentang kondisi pelepah yang keluar dari mesin menjadi bahan
analisis, apakah mesin sudah berfungsi secara maksimal atau belum.
Apabila terjadi kesalahan atau ketidak sempurnaan hasil (serat) yang
diperoleh maka akan dilakukan evaluasi pada bagian (komponen) yang
mungkin menjdi penyebabnya.
3. Alat Pelaksanaan Program
a. Alat perancangan, adalah alat-alat yang digunakan untuk mendukung
proses pembuatan sketsa gambar mesin atau perhitungan kekuatan
komponen mesin yaitu:
PKMT-3-15-6

o Kertas gambar
o pensil
o Rapido
o Penggaris
o Meja gambar
o kalkulator.
b. Alat produksi, adalah peralatan yang digunakan untuk membuata
komponen mesin, yaitu:
o Mesin gergaji
o Mesin bor
o Mesin gerinda
o Mesin bubut
o Mesin las
o Mesin potong pelat
o Alat-alat bantu lainnya.
c. Alat pengujian mesin, yaitu alat yang digunakan pada saat pengujian
mesin dan pada saat menganalisa data, yaitu:
o Stopwatch
o Timbangan massa
o Ember
o Komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Hasil
Program yang dilaksanakan ini menghasilkan dua hal yaitu:
1. Mesin pengurai serat abaka seperti ditunjukkan pada gambar 3
2. Serat yang data-datanya ditunjukkan pada tabel 1 dibawah

Tabel 1. Hasil Penyeratan.

No. Massa pelepah Kondisi Massa serat Waktu proses


(gram) (gram) (detik)
1. 0,5 Kotor 50 4
2. 0,6 Kotor 60 5
3. 0,5 Kotor 55 4
4. 0,5 Kotor 45 4
5. 0,6 Kotor 50 5
6. 0,6 Kotor 50 5
7. 0,5 Kotor 50 4
8. 0,6 Kotor 60 5
9. 0,6 Kotor 65 5
10. 0,5 Kotor 55 5

Catatan: Yang dimaksud kondisi kotor adalah serat yang keluar dari mesin masih
mengandung daging pelepah.
b. Pembahasan
Pembahasan hasil, baik tentang mesin maupun serat dilakukan secara
bersamaan dan menyeluruh, sebab apa yang terjadi pada serat merupakan
akibat dari kondisi yang terjadi pada mesin.
PKMT-3-15-7

Seperti yang tertera pada tabel 1. bahwa serat yang dihasilkan dalam kondisi
kotor atau masih mengandung daging pelepah. Hal ini disebabkan dalam
proses penyeratan, elemen penyeratnya kurang bekerja secara maksimal. Dari
pengamatan terhadap elemen penyeratnya, mata gergaji yang digunakan untuk
mengurai serat kurang panjang atau dengan kata lain mata gergaji lebih
pendek dari tebal pelepah, sehingga mata gergaji tersebut tidak bisa
menembus ketebalan pelepah.
Selanjutnya untuk massa serat yang dihasilkan selama 10 kali mempunyai
nilai berbeda-beda, menunjukkan bahwa pelepah yang diuji atau di urai
seratnya berasal dari batang yang berbeda-beda dengan posisi lapisan yang
berbeda pula. Untuk lapisan pelepah terluar dengan ukuran panjang dan tebal
yang sama memiliki ketebalan yang berbeda dengan pelepah lapisan dalam.
Dengan demikian jumlah serat yang dikandungnya juga berbeda. Untuk massa
pelepah yang lebih besar cenderung menghasilkan serat lebih banyak, hal ini
terlihat pada pengujian (percobaan). 2, 6, 8, dan 9.
Disamping itu ketebalan pelepah juga mempengaruhi waktu proses. Bagi
pelepah yang lebih tebal dalam proses penarikan pada roll penarik mempunyai
daya lawan terhadap jepitan roll yang lebih tebal. Perlawanan ini
menyebabkan terjadinya gesekan antara poros roll dengan bantalannya,
sehingga menghambat gerak putar poros, yang mengakibatkan gerakan roll
menjadi lambat. Dalam hal ini ditunjukkan oleh lamanya waktu proses
penyeratan. Seperti ditunjukkan pada percobaan nomor 2, 5, 6, 8, dan 9.
Bahwa ketebalan pelepah mempengaruhi lama proses penyeratan. Dalam 10
kali percobaan yang dilakukan waktu rata-rata yang diperlukan adalah 4,6
detik untuk massa pelepah 0,55 kg. Dengan demikian secara teori mesin akan
dapat menyerat pelepah sebanyak 435 kg tiap jamnya tanpa berhenti.

KESIMPULAN
Kesimpulan diberikan pada dua bagian yaitu:
a. Mesin
- Mesin dapat bekerja dengan baik.
- Kecepatan proses penyeratan 21, 74 (cm/det).
- Kapasitas penyeratan 430 kg pelepah perjam.
- Diperlukan perbaikan pada sistem penyeratnya.
b. Serat
- Serat yang dihasilkan kotor.
- Serat tidak terpotong-potong.
- Diperlukan pencucian serat dengan detergent.

DAFTAR PUSTAKA
Hilman I, Mathius NT. 2001. Budidaya Dan Prospek Pengembangan Abaka.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Nieman G. 1994. Elemen Mesin. Surabaya: Erlangga.
Henderson S, Perry RL. 1996. Agricultural Process Engineering. Second Edition.
New York: John Willey and Son, inc.
PKMT-3-16-1

PENGAMAN MOBIL MERANGKAP PELUMPUH PENCURI MOBIL

Heri Pujianto, Agus Setiawan, Sujono, Budi Nugroho, Endang Puji Astuti
Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Semarang

ABSTRAK
Pengendalian alarm mobil dengan hand phone merupakan sistem kontrol jarak
jauh yang dapat digunakan untuk mengatasi keterbatasan jarak yang ada pada
sistem konvensional. Sistem ini pada dasarnya menggunakan rangkaian driver
sederhana dengan relai sebagai komponen dasar saklar otomatis. Seluruh sistem
dikendalikan oleh mikrokontroler AT89S51 yang telah mendapat instruksi-
instruksi secara software. Prinsip kontrol dalam sistem ini memanfaatkan sinyal
yang diperoleh dari rangkaian pengkondisian sinyal yang mendapat input dari
output hand phone dalam sistem. Hand phone dalam sistem berfungsi sebagai
penerima sinyal yang dikirim oleh pengguna, selain itu sistem ini dapat mengirim
informasi bila alarm berbunyi atau terdeteksi pencuri. Pengguna juga bisa
mematikan atau menghidupkan sistem pengaman dari jarak-jauh dengan
menekan keypad pada hand phoneyang di operasikan oleh pengguna. Kelebihan
utama dari alat ini adalah salah satu fungsinya yaitu pelumpuh pencuri mobil
setelah berhasil masuk kedalam mobil, dengan menggunakan gas pelumpuh,
sirine yang sangat keras dan central lock. Dengan demikian pencuri tidak akan
berdaya karena terkena gas pelumpuh dan juga sirena sangat keras.

Kata Kunci:

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pengaman kendaraan merupakan suatu hal yang wajib bagi setiap pemilik
kendaraan bermotor, terutama mobil karena mobil merupakan salah satu barang
yang rawan terhadap pencurian. Banyak cara telah dilakukan untuk
mengantisipasi hal ini mulai dari yang konvensional, maupun yang elekrtik yang
disediakan oleh perusahaan mobil sebagai salah satu pengaman. Namun semua itu
hanya mampu mengatasi sementara karena sebagai standart pengaman yang
dibuat perusahaan mudah dibobol oleh kalangan penjahat, karena mudah
dipelajari system pengaman yang ada. Kelemahan dari pengaman yang telah ada
yaitu keterbatasan jarak antara remote pengendali alarm mobil pada umumnya
pendek dan biasanya hanya membuka dan menutup pintu dengan menggunakan
central lock dan digunakan untuk menghidupkan dan mematikan saja.. Hal ini
menyebabkan pemilik mobil tidak mengetahui saat pencuri mobil terdeteksi dan
pencuri mobil dengan mudah lolos.
Pengaman Mobil Merangkap Pelumpuh Pencuri Mobil merupakan solusi
yang tepat untuk mengatasi keterbatasan jarak tersebut. Pengaman ini
menggunakan dua hand phone sebagai pemancar dan penerima. Prinsip dasar dari
sistem ini adalah handphone yang berada dalam mobil dapat memberi tahu hand
phone yang dibawa pemilik mobil saat terdeteksi pencuri mobil. Sehingga
pengaman ini mempunyai kelebihan bahwa pemilik mobil akan mengetahui status
PKMT-3-16-2

kendaraannya dan bisa melumpuhkan pencuri saat pencuri berhasil masuk


kedalam mobil.

Identifikasi Masalah
Kebutuhan pengaman mobil dari tahun ketahu meningkat seiring dengan
naiknya tingkat kriminalitas dewasa ini. Pengaman mobil konvensional
mempunyai banyak kelamahan, antara lain:
1. Jarak pengendalian yang relative pendek..
2. Pencuri sudah semakin pintar untuk bisa melumpuhkan sistem pengaman
konvensional.
3. Pemilik mobil tidak mengetahui mobilnya kalau akan dicuri.
Kelebihan dari pengaman mobil ini adalah :
1. Dapat dikendalikan dari jarak jauh.
2. Dapat melumpuhkan pencuri mobil saat berhasil masuk kedalam mobil.
3. Dapat memberi tahu pemilik mobil ketika terdeteksi pencuri mobil.

Perumusan Masalah
Dalam laporan akhir ini hanya akan membahas rangkaian kontrol
pengkendali mobil dengan mikrokontroler AT89S51 yang disertai dengan
rangkaian pengkondisian sinyal untuk sensor dar rangakaian driver untuk relai.
Kendali yang dilakukan dengan Hand phone hanya dilakukan dengan cara
menyamakan gelombang yang dipakai antara hand phone yang dibawa pemilik
mobil dengan hand phone yang berada dalam mobil.

Tujuan Program
1. Tujuan Umum
Dapat menciptakan pengaman mobil yang lebih baik dari sistem
pengaman mobil konvensional.
2. Tujuan Khusus
Dapat menciptakan pengaman mobil dapat dikendalikan dari jarak jauh,
bisa memberitahu pemilik mobil saat pencuri mobil terdeteksi dan bisa
melumpuhkan pencuri mobil saat pencuri masih nekat masuk kedalam
mobil, sehingga pencuri bisa ditangkap dengan mudah.

Kegunaan Program
Dengan aplikasi mikrokontroler AT89S1 yang diterapkan pada sistem
pengaman mobil. Kelebihan lain dari sistem pengaman ini antara lain adalah:
1. Fitur sistem dari sistem pengaman dapat dengan mudah dikembangkan
atau ditambah dengan mengubah program assembler yang diisikan ke
mikrokontroller.
2. Dapat melumpuhkan pencuri, sehingga akan memudahkan penangkapan.
3. Dapat dikendalikan dari jarak jauh, dan dapat memberitahu pemilik mobil
jika mobilnya dalam bahaya pencurian.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan : April s.d. Desember 2005
Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Elektro Politeknik Negeri Semarang
PKMT-3-16-3

Bahan dan Alat


1 Catu Daya
Catu daya diperlukan oleh setiap rangkaian elektronika untuk memenuhi
kebutuhan arus dan tegangan sehingga rangkaian dapat bekerja.
Bagian-bagian catu daya adalah regulator dan akki
2 Kristal
Kristal adalah komponen yang berfungsi untuk membangkitkan frekwensi osilasi.
Kristal sebagai pembangkit osilasi memiliki stabilitas yang sangat tinggi.
Rangkaian osilator yang menggunakan kristal sebagai pembangkit frekwensinya
akan memiliki karakteristik stabilitas frekwensi yang baik.
3 Transistor
Transistor adalah suatu komponen yang dibentuk dari bahan semikoduktor yang
dibentuk dari dua hubungn PN. Emitor dibuat dari bahan semikonduktor yang
diberikan doping paling banyak.
4 Relai
Prinsip kerja dari kumparan dapat diterapkan penggunaannya sebagai saklar yang
dapat bekerja secara otomatis dengan menggunakan aliran listrik. Saklar yang
dimaksud adalah relai.
5 Mikrofon dan Speaker
Mikrofon adalah tranduser yang mengubah getaran suara menjadi sinyal listrik,
speaker adalah tranduser yang mengubah sinyal listrik menjadi getaran suara.
6 Op-Amp
Op-amp adalah sebuah IC penguat terpadu yang sangat praktis dalam
penggunaannya. Karskteristik op-amp antara lain :
Impedansi input sangat tinggi
Impedansi output sangat rendah
Penguatan tegangannya tinggi

7 Mikrokontroler AT89S51
Mikrokontroler AT89S51 yaitu mikrokontroller dengan arsitektur MCS51
produksi Atmel yang mempunyai sistem memori, timer, port serial dan 32 bit I/O
di dalamnya sehingga memungkinkan untuk membentuk suatu sistem yang hanya
terdiri dari single chip ( keping tunggal ) saja. Produk Atmel ini mempunyai
keunggulan dibandingkan mikrokontroller lainnya karena lebih mudah dalam
memprogram atau menghapusnya juga karena harganya yang relatif lebih murah.
Berbeda dengan pendahulunya AT89C51, AT89S51 mempunyai fitur in system
programming artinya untuk mendownload progam kedalam mikrokontroler dapat
dilakukan dalam sistem yang terpasang secara keseluruhan, jadi tidak perlu
memindahkan IC kedalam rangkaian downloader khusus.
Struktur AT89S51
AT89S51 adalah mikrokontroler keluarga MCS-51 yang termasuk keluaran
Perusahaan Atmel dengan mempunyai flash PEROM ( Programmable and
Erasable Read Only Memory ). AT89S51 merupakan memori dengan teknologi
nonvolatile memory, isi memory tersebut dapat diisi ulang ataupun dihapus
berkali kali. Memori ini biasa digunakan untuk menyimpan instruksi ( perintah )
berstandar MCS-51 code sehingga memungkinkan mikrokontroler ini untuk
bekerja dalam mode single chip operation ( mode operasi keping tunggal ) yang
PKMT-3-16-4

tidak memerlukan external memory ( memori luar ) untuk menyimpan source


kode tersebut.
Struktur Memori AT89S51.
FF 7FF
SPECIAL
FUNCTION
REGISTER
80 FLASH
RAM 7F PEROM PROGRAM
ADDRESS RAM ADDRESS
REGISTER INTERNAL REGISTER
00

Struktur Memori AT89S51. 000


AT89S51 mempunyai struktur memori yang terdiri atas :
1. RAM Internal
RAM Internal pada AT89S51 mempunyai memori sebesar 128 byte yang
biasanya digunakan untuk menyimpan variabel atau data yang bersifat
sementara.
2. Register Fungsi Khusus.
AT89S51 mempunyai 21 Special Function Registers yang terletak pada antara
alamat 80H hingga FFH. Beberapa dari register-register ini juga mampu dialamati
dengan pengalamatan bit sehingga dapat dioperasikan seperti yang ada pada RAM
yang lokasinya dapat dialamati dengan pengalamatan bit.
3. Flash PEROM.
AT89S51 mempunyai 4Kb Flash PEROM ( Programmable and Erasable Read
Only Memory ), yaitu ROM yang dapat ditulis ulang atau dihapus menggunakan
sebuah perangkat programmer.
Sistem Pengalamatan
Dalam pembuatan program pada mikrokontroler, terdapat beberapa jenis sistem
pengalamatan antara lain yaitu :
Mode pengalamatan segera ( Immediate addressing mode ).
Cara ini menggunkan konstanta, misalnya : MOV A,#20h. Data konstan
merupakan data yang menyatu dengan instruksi, contoh instruksi tersebut diatas
mempunyai arti bahwa data konstantanya, yaitu 20h, ( sebagai data konstan harus
diawali dengan # ) disalin ke Akumulator A.
Mode pengalamatan langsung ( direct addressing mode ).
Cara ini dipakai untuk menunjuk data yang berada di suatu lokasi memori dengan
cara meneyebut lokasi alamat memori tempat data tersebut berada, misalnya :
MOV A,30h. Instruksi ini berarti bahwa data yang berada di dalam memori
dengan lokasi 30h disalin ke Akumulator.
Mode pengalamatan tidak langsung ( indirect addressing mode )
Cara ini dipakai untuk data yang berada di dalam memori,tetapi lokasi memori
tidak disebut secara langsung tapi di-titip-kan ke register lain, misalnya MOV
A,@R0.
Mode pengalamatan register ( register addressing mode ).
Misalnya : MOV A,R5, instruksi ini mempunyai arti bahwa data dalam register
serba guna R5 disalin ke Akumulator A.
Mode pengalamatan kode tidak langsung (code indirect addresing
mode).
PKMT-3-16-5

Untuk keperluan ini, MCS 51 mempunyai cara penyebutan data dalam memori
program yang dilakukan secara tak langsung, misalnya : MOVC A,@A+DPTR.

Struktur Hardware.
Mikrokontroler AT89S51 pada prinsipnya mempunyai hardware sama yang
membedakan terletak pada memori program, memori data serta timernya.

8 Motor Arus Searah (Motor DC)


Motor arus searah adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah tenaga listrik arus
searah (listrik DC) menjadi tenaga gerak atau tenaga mekanik, dimana tenaga
gerak tersebut berupa putaran daripada rotor.

Pembuatan Benda Kerja


Proses pembuatan benda kerja yang telah selesai kami laksanakan adalah
pembuatan rangkaian elektronikanya, adapun pembuatan software yang telah
belum sepenuhnya selesai, untuk perangkat mekaniknya kami menyelesaikan
konstruksi casing untuk tempat dari rangkaian elektronikanya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Diagram Blok Cara Kerja Rangkaian

H
P

H
P

Digram blok sistem pengaman mobil.

Cara Kerja Blok Secara Keseluruhan


Cara kerja rangkaian pengaman mobil merangakap pelumpuh pencuri ini
bertujuan untuk mencegah tindak pencurian dan melumpuhkan pencuri nekat yang
sudah terperangkap didalam mobil.
PKMT-3-16-6

Hand phone pada mobil berfungsi untuk melakukan komunikasi antara


sistem pengaman dalam mobil dengan hand phione yang dibawa oleh pemilik
mobil. Untuk mengaktifkan dan menonaktifkan sistem pengaman dapat dilakukan
dengan cara menekan tombol page pada hand phone yang dibawa pemilik mobil.
Sirine kecil akan berbunyi 2 kali sebagai tanda saat sistem diaktifkan, dan akan
berbunyi 4 kali saat sistem dimatikan.
Saat sistem pengaman dalam keaadaan aktif pengapian pada mesin akan
terputus, jika terdekteksi subject yang terdeteksi sebagai pencuri mobil dengan
mendeteksi getaran yang ditimbulakan oleh subject tersebut maka sirine tanda
bahaya akan berbunyi selama 30 detik. Bunyi sirine akan bertambah lama jika
setelah 30 detik lagi jika setelah waktu itu masih terdeteksi getaran, dan
seterusnya. Pendeteksi getaran diluar dilakukan oleh sensor 2, 3, 4 dan 5. Salah
satu saja dari sensor diatas mendeteksi getaran maka sudah dianggap mewakili
ketiga sensor yang lain.Jika pencuri masih nekat masuk kedalam mobil maka
sirine kecil akan mati dan menunggu sampai limit switch 2 on dan sensor 1
mendeteksi getaran dalam mobil. Selanjutnya sentral lock akan mengunci pintu
mobil, gas pelumpuh akan keluar dan sirine besar yang bisa mengeluarkan suara
yang keras akan hidup.

Langkah-Langkah pengujian
1. Hidupkan dua buah saklar utama pada sistem pengaman
2. Setting gelombang yang akan digunakan pada hand phone yang terpasang
pada mobil.
3. Setting pula gelombang pada hand phone kendali yang akan dibawa
pemilik mobil dengan gelombang yang sama.
4. Tekan tombol page pada hand phone pengendali, akan terdengar bunyi
sirine
5. Bunyi sirine 2 kali menunjukkan sistem pengaman aktif, berbunyi 4 kali
menunjukkan sistem nonaktif.

Hasil Pengujian
Hasil pengujian untuk mengaktifkan dan menonaktifkan pengaman berhasil
dengan baik. Untuk pengujian secara menyeluruh belum kami lakukan karena
program untuk mendeteksi getaran belum selesai.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari Program Kreativitas Mahasiswa ini, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Diperlukan pengetahuan yang lebih dalam teknik pengkondisian sinyal.
2. Diperlukan teknik uji coba dan penelitian sensor yang lebih efektif, agar
tidak terlalu menghabiskan banyak dana.
3. Kemampuan menganalisa dan membuat program assembly perlu lebih
diperhatikan
4. Hasil pembuatan tahap paling akhir cukup sesuai harapan
Saran
1. Diperlukan penyempurnaan sistem agar kinerja alat lebih baik.
PKMT-3-16-7

2. Karena dana yang kurang mencukupi sistem sebaiknya tidak terlalu


membutuhkan pembuatan simulasi secara nyata karena akan
menghabiskan lebih banyak dana.
3. Kekompakan tim perlu banyak ditingkatkan.
4. Sistem kendali dapat diganti dengan menggunakan Hand Phone jika
konsumen lebih memilih menggunakan Hp.

DAFTAR PUSTAKA
Budiharto, Widodo. 2004. Interfacing Komputer dan Mikrokontroller. Jakarta:
Elek Media Komputindo.
Eko Putra, Agfianto. 2002. Belajar Mikrokontroler AT89C51 / 52 / 55 (Teori dan
Aplikasi). Yogyakarta : Gava Media.
Fraden, Jacob. 1996. Hand Book of Modern Sensor (Phisics, Designs, and
Aplications). Baltimore : United Book Press.
Frederick, Robert F. Coughlin dan F. Driscoll. 1992. Terj. : Herman Widodo
Soemitro. Penguat Operasional dan Rangkaian Terpadu Linear. Jakarta :
Erlangga.
Kristanto, Andri. 2003. Bahasa Assembler. Yogyakarta : Gava Media.
Malvino, Albert Paul. 1985. Prinsip-Prinsip Elektronika. Jakarta : Erlangga.
Paulus W. 1997. Buku-buku data IC Op-amp dan Rangkaian-rangkaian Op-amp.
Jakarta : Elek Media Komputindo.
PKMT-3-17-1

CARA PEMBUATAN ALAT PENGERING BENIH CABE (Capsicum spp)


DALAM UPAYA PENGURANGAN KADAR AIR
SEBELUM PENYIMPANAN

Eko Khot Priyantono Lantani, Fadlan Al Mabrur, Indro Santosa, Januar Bahrul Huda
Program Studi Produksi Tanaman Hortikultura, Politeknik Negeri Jember, Jember

ABSTRAK
Benih cabe merupakan salah satu komoditi sektor pertanian di subsektor benih
hortikultura yang banyak ditanam oleh petani di Indonesia erutama di daerah
dataran rendah. Bila benih yang ditanam petani benih yang unggul maka
produksi cabe yang akan dihasilkan meningkat dibandingkan dengan benih yang
biasa. Studi ini dilaksanakan dengan tujuan menghasilkan benih cabe yang
unggul agar produksi yang diperoleh meningkat dibandingkan dengan benih yang
biasa yang ditanam, untuk menghindari petani mengalami kerugian yang besar
akibat menanam benih yang biasa. Untuk mendapatkan benih cabe yang unggul
terutama untuk pembuatan benih sendiridiperlukan adanya alat pengering benih
cabe dalam upaya pengurangan kadar air sebelum penyimpanan, agar benih
yang disimpan tidak busuk dan merupakan daya simpan yang lama. Berdasarkan
uji coba diperoleh hasil yang menunjukkan bahwasanya adanya korelasi antara
hasil pembuatan alat pengering terhadap hasil pengurangan kadar air. Selain itu
respon dari alat untuk mengurangi kadar cabe mrnjadi 11%, adalah dengan
pemanasan dan blower yang dihidupkan bersama-sama selama 3 jam dengan
metode yang ditentukan dengan volume 1 3 kg benih. Untuk alat tersebut,
dirangkai sedemikian rupa untuk menghasilkan suhu ruangan di dalam alat 40
50 0C. Da temperatur di dalam ruangan menggunakan pendeteksi yang nantinya
suhu akan turun sendiri ketika mencapai 70 0C. Dari studi ini dapat disimpulkan
bahwa respon benih cabe yang diperlakukan dengan alat pengering tersebut
memberikan penurunan hasil kada air yang significan. Untuk pengeringan dalam
kapasitas besar dengan alat tersebut tidak dianjurkan.

Kata kunci : pengeringan, kadar air, penyimpanan

PENDAHULUAN
Pengeringan cabai dilakukan sebagai alternative untuk menanggulangi
produksi cabai yang berlebihan, terutama pada saat panen raya. Dengan
pengeringan cabai dapat disimpan lebih lama sehingga penjualan dapat
disesuaikan dengan kebutuhan pasar.

A. Pengeringan Cabai di Indonesia


Dalam dunia perdagangan dikenal tiga jenis cabai kering, yaitu cabai
rawit, cabai besar, cabai paprika. Untuk mendapatjkan kualitas cabai kering yang
baik, perlu diperhatikan faktor pemanenan dan penanganan sebelum
pengeringann. Alur tanaman cabai juga perlui diperhatikan karena hal ini
mmpengaruhi kualitas warna dan keadaanya dan kepedasan cabai kering.
Prinsip pengeringan bai adalah upaya menguapkan air karena ada
perbedaan kandungan uap air antara udara dan bahan yang dikeringkan . udara
mempunyai kandungan uap air lebih kecil dari pada bahan atau lembab nisbi
udara cukup rendah sehingga dapat nmengisap uap air dari bahan yang
PKMT-3-17-2

dikeringkan. Salah satu faktor yang dapat mempercepat pengeringan adalah


angina atau udara yang mengalir. Dengan adanya aliran udara maka aliran yang
sudah penuh dapat diganti oleh udara kering sehingga proses penguapkan
berjalan terus. Kadar air yang ditentukan oleh standar perdagangan Indonesia
adalah sebesar 11%.
Pengeringan cabai yang dilakuakan petani pada saat ini hanya merupakan
upaya penyelamatan produksi. Masih jarang petani yang mengkususkan diri
sebagai produsen cabai kering.
Demikianlah gambaran umum yang ada di Indonesia bahwa pengeringa
cabai masih dilakukan sebagai tindakan penyelamatan produk saja. Artinya bila
cabai habis terjual dalam kondisi segar maka petani tidak akan melakukan
pengeringan.
Pengeringan cabai secara tradisional tentu tidak dapat diandalkan kualitas
dan kwantitasnya. Namun keadaan tersebut dapat diperbaiki dengan melakukan
beberapa perlakuan untuk pra pengeringan berupa sortasi, pembersihan dan
pembelahan.

B. Manfaat Pengeringan
Cabai merupakan salah satu produk pertanian yang sangat penting dalam
sayuran buah. Setelah dipanen cabai mudah mengalami kerusakan-kerusakan
tersebut disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
1. pembusukan oleh bakteri atau jamur
2. perubahan-perubahan enzim didalam cabai itu sendiri yang menyebabkan
cabai susut atau keriput
3. penyimpanan, pengepakan,pengangkuan cabai yang kurang sempurna
Waktu simpan cabai cukup pendek seiring hal ini maka perlu cara
pengawetan yang dapat membuat cabai tahan lama sehingga dapat menambah
nilai jual cabai,salah satu cara yaitu melalui proses pengeringan.
Cabai kering sangat ringkas dan tahan lama hal ini menghemat ruang
kemas sehingga memudahkan dalam pengepakan dan pengangkutan. Dengan
pengeringan hasil produksi cabai yang melimpah dapat diamankan serta harga
cabai tetap stabil.

Dengan demikian manfaat pengeringan cabai yaitu:


1. Membatu mengamankan hasil lepas panen cabai
2. Menjamin kontiunitas dan kestabilan harga cabai
3. Menjamin kontiunitas suplai cabai sehingga dapat menambah pasar
Internasional
4. Menambah devisa dan penghasilan petani, serta
5. Mengembangkan industri hasil pengeringan cabai.

Bahan dan Metode


Bahan dan Alat yang digunakan
Percobaan dalam study ini dilaksanakan dalam laboratorium Tanaman,
Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember, Jember. Peralatan yang
PKMT-3-17-3

digunakan : Gergaji, martil, meteran , pensil, termometer, moisture tester dan


timbangan analitik. Sedangkan untuk bahannnya menggunakan benih cabai.
Metode Percobaan
Alat pengering ini bekerja seperti alat pemanas (oven). Bahan yang
digunakan berupa kerangka, dinding, screen, bingkai screen dari kayu. Sedangkan
untuk alasnya dari plastik screen. Sebagai sumber panas dari peralatan ini
digunakan kompor listrik. Ukuran yang dipakai adalah tinggi 70 cm (termasuk
tinggi kaki 30 cm) dan lebar 40 cm. Jarak antar screen dibuat 10 cm, screen ini
sendiri dibuat berukuran 125 x 30 cm dan bingkainya dibuat selebar 2 3 cm.
Alas bingkai dibuat dari kayu, ruang pemanas dan blower berukuran 75 x 40 cm.
Sedangkan untuk sirkulasi udara 15 cm. Kemudian setiap dindingnya dilapisi seng
ukuran 1 lapis. Kemudian untuk kontrol suhu dipasang pada dinding pintu
terdapat kaca dibagian dalam sebuah termometer yang bisa dilihat dari luar.

Metode Menggunakan Alat.


Terlebih dahulu membersihkan screen. Sesudah cukup bersih, cabai yang
sebelumnya sudah dibersihkan dari kotoran kotoran lain baik itu kulit yang
kering maupun benih lain yang termuat dalam benih cabai, diletakkan di atas
screen secara teratur. Hamparan benih cabai pada screen itu, dibuat setebal kira
kira 1 1,5 cm. Setelah semua screen terisi benih cabai screen dikembalikan ke
tempat semula, setelah itu pintu ditutup rapat berikut ventilasinya. Selesai
ditutup, sumber panas dihidupkan beserta blowernya untuk mrnghasilkan udara
panas di dalam ruangan yang shunya terkendali. Seterusnya mengamati
termoneter yang dipajang di dalam pintu alat pengering. Kalau suhu sudah
menunjukkan antara 50 60 0C, maka suhu tersebut merupakan suhu yang
diinginkan. Ketika awal pengeringan, tentu kadar air cabai masih cukup tinggi
yaitu antara 20 25 %. Untuk mengurangi kadar ini lebih cepat, suhu pada
ruangan dibolehkan mencapai lebih dari 50 60 oC tetapi di bawah 70 oC. Jika
alat tersebut sampai pada suhu sekitar 70 oC maka otomatis sumber panas akan
mati. Selama proses pengeringan itu, agar cabai bisa merata keringnya screen
harus dipindah tukarkan setiap 1 jam sekali. Cara memindah tukarkan ini tidak
susah. Kalau dalam alat pengering itu ada 4 screen sebaiknya ditandai saja, screen
paling atas nomer satu, screen di bawahnya nomer dua, dan screen paling bawah
nomer empat.
Kalau secara disiplin pemindahan itu dilakukan, maka hanya cukup
memerlukan waktu empat sampai lima jam pengeringan dan cabe sudah cukup
kering. Kadar air cabe sudah sekitar 10 %, warna cabe berubah merah mengkilat,
mulus, dan seperti berminyak. Cabai kering seperti inilah yang diterima di
pasaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam uji alat untuk mengukur kadar air benih cabai pada uji pertama
yang dilakukan selama jam diperoleh kadar air benih sebesar 14,5 % untuk iji
yang kedua dilakukan selama jam diperoleh kadar air sebesar 12 % dan untuk
uji yang ketiga juga dilakukan selama jam dan diperoleh kadar air sebesar 11%.
Dalam uji kadar air ini setiap setelah dilakukan pemanasan selama jam
perlu dilakukan pendinginan atau dianginkan selama kurang lebih jam,karena
benih tersebut tidak bisa diuji secara langsung setelah pemanasan sehingga perlu
PKMT-3-17-4

dilakukan pendinginan dahulu supaya suhu pada benih menurun dan dapat
dilakukan pengujian yang sesuai dengan yang diinginkan.

KESIMPULAN
Dari pengujian alat ini dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan
hasil yang kita inginkan perlu dilakukan tiga hasil uji. Setelah tiga kali uji maka
benih itu layak disimpan dan digunakan kembali dengan demikian peralatan ini
layak digunakan sebagai peralatan standart dalam hal pengeringan benih.

DAFTAR PUSTAKA
1. Hartono, 2002. Budidaya Tanaman Cabe. SMK Pertanian Negeri Jember
2. Kuswanto, Hendarto. 1997. Analisis Benih. Edisi Pertama. ANDI OFFSET
Yogyakarta
3. Setiadi1 1987. Bertanam Cabe. Penebar Swadaya. Jakarta
4. Sudaro, Y. 1997. Pengeringan Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta
PKMT-3-18-1

SISTEM INFORMASI CERDAS PEMADAM KEBAKARAN BERBASIS


GEOGRAPHYCAL INFORMATION SYSTEM

Anie Kurniawati, Fitria Yuni P, Dianing Larasati, Rangga K. Negara


Jurusan Teknik Elektro & Teknik Industri
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom, Bandung

ABSTRAK
Dinas pemadam kebakaran merupakan salah satu unit pelayanan umum yang
sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Pelayanan yang cepat dan tepat
diperlukan dalam penanganan kebakaran yang terjadi pada suatu daerah. Pada
saat ini, sistem penanganan kebakaran di wilayah kota Bandung masih belum
maksimal. Hal ini bisa dilihat dari sisi operasional penanganan kebakaran oleh
dinas pemadam kebakaran yang belum efisien khususnya waktu tanggap atau
respon time. Oleh karena itu diperlukan sebuah sistem yang dapat mengeliminir
kekurangan yang ada dan sekaligus mengoptimalkan efisiensi dalam proses
penanganan bencana kebakaran. Sistem baru yang dibut berbasiskan pada Sistem
Informasi Geografis (GIS).
Sistem Informasi Pemadam Kebakaran ini dirancang dengan tujuan untuk
membantu petugas pemadam kebakaran yang terjadi di suatu daerah. Teknologi
yang digunakan berbasis Geographycal Information System (GIS), karena
teknologi ini mampu memvisualkan informasi yang berguna dalam penanganan
kebakaran. Informasi mengenai jarak terdekat dari lokasi kebakaran dan tempat
unit pemadam kebakaran dapat diketahui. Selain itu tersedianya akses database
untuk lokasi sumber air serta informasi tentang karakteristik daerah kebakaran
membantu petugas pemadam dalam menentukan strategi penanganan kebakaran
yang tepat.

Kata Kunci : Kebakaran, Unit Pemadam Kebakaran, Lalu lintas, lokasi, dan
jarak terdekat

PENDAHULUAN
Dalam kehidupan manusia membutuhkan keteraturan yang akan
mempermudah dalam pelaksanaan kegiatannya. Dengan adanya suatu keteraturan
atau sistem maka permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan cara yang
lebih praktis, dengan waktu yang tepat, biaya yang rendah, dan tenaga yang kecil.
Tentunya keteraturan itu harus memiliki informasi yang dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan untuk menentukan alur atau cara kerja daripada sistem
tersebut. Unit pemadam kebakaran merupakan salah satu aspek terpenting dalam
kehidupan masyarakat. Apabila ada suatu kebakaran yang terjadi pada suatu
daerah maka pemadam kebakaran harus mampu untuk memberikan pelayanan
yang sangat cepat dan tepat, karena masalah kebakaran suatu daerah ini akan
menimbulkan kerugian yang besar apabila tidak ditangani dengan cepat.
Informasi-informasi tentang jarak dan daerah sumber air yang ada pada lokasi
kebakaran sangat dibutuhkan untuk mendapatkan cara penanganan yang cepat.
Oleh karena itulah teknologi yang kami pilih ini berbasis Geogrphycal
Information System ( GIS), karena teknologi ini mampu untuk memberikan
informasi yang penting untuk pemadam kebakaran. Dalam hal ini sistem
PKMT-3-18-2

informasi ini harus mampu memberikan informasi tentang jarak terdekat dari
lokasi kebakaran dengan tempat unit pemadam kebakaran, memudahkan
pemadam kebakaran untuk memadamkan api, memberikan informasi tentang
daerah rawan terjadi kebakaran sehingga dapat diwaspadai serta informasi
bagaimana kondisi atau keadaan lokasi kebakaran.

METODE PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian ini, metode pendekatan yang kami lakukan ,
yaitu melalui metode observasi secara langsung ke Unit Pemadam Kebakaran.
Dari pendekatan tersebut diperoleh :
Waktu : Bulan Februari Mei 2005
Lama : 4 bulan
Tempat : Unit Pemadam Kebakaran Bandung
Kegiatan :
a. Mengetahui secara lebih detail kinerja Unit Pemadam
kebakaran saat ini.
b. Mencari data- data yang berhubungan dengan penanganan
suatu kebakaran.
c. Mengetahui lokasi-lokasi yang hidran di seluruh kota Bandung.
d. Mengetahui lokasi-lokasi rawan kebakaran di suatu daerah

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari hasil Sistem Informasi Pemadam Kebakaran yang telah kami buat,
didapatkan hasil sebagai berikut :
Kinerja Unit Pemadam Kebakaran saat ini, dirasa kurang cepat dalam menangani
proses pemadaman kebakaran. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
kondisi hidran yang berfungsi atau rusak tidak terkontrol dengan baik. Masalah
yang paling krusial adalah kemacetan di wilayah kota Bandung sendiri.
Sistem Informasi yang telah dibuat menggunakan fungsi standar Map info yang
dipanggil melalui Map Basic. Pemanggilan informasi ini dilakukan melalui kode-
kode tertentu yang telah didefinisikan pada modul Map Basic. Pengujian nanti
akan dilakukan terhadap cara kerja sistem yang telah dibuat. Kinerja sistem yang
telah kami buat memiliki beberapa kelebihan dan keterbatasan.

Kelebihan Sistem Informasi Pemadam Kebakaran ini adalah :


1. Penyajian data posisi dalam visualisasi geographycal ( SIG ).
2. Informasi jarak terdekat antara lokasi kebakaran dengan pemadam
kebakaran akan terlihat semakin jelas dengan adanya SIG.
3. Record mengenai informasi tentang suatu daerah yang berguna dalam
penanganan kebakaran akan disimpan dalam database system sehingga
lebih mudah diakses dan di update.
Keterbatasan Sistem Informasi ini :
1. Sistem masih bersifat simulasi, konsep antarmuka manusia mesin tidak
dihubungkan secara langsung dengan peralatan yang terlibat.
2. Sistem ini hanya bisa diimplementasikan untuk wilayah kota Bandung
karena sistem ini menggunakan peta digital kota Bandung.
PKMT-3-18-3

Dengan dibuatnya Sistem Informasi ini, maka jika di suatu wilayah terjadi
kebakaran, misal daerah A terjadi kebakaran, akan diketahui dengan cepat
melalui informasi ini :
kondisi hidran terdekat dengan lokasi
jarak terdekat dari lokasi kebakaran dengan pemadam kebakaran
data posisi dalam visualisai geographycal ( SIG ) tenteng lokasi kebakaran
Sistem informasi yang kami buat ini, telah dicoba untuk diaplikasikan pada
simulasi kebakaran. Dan diperoleh hasil seperti yang telah diharapkan di atas.

KESIMPULAN
Dari pembahasan implementasi dan analisa di atas, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Sistem Informasi Pemadam Kebakaran dapat memvisualkan wilayah kota
Bandung beserta informasi yang ada di dalamnya seperti : nama kecamatan,
nama Kelurahan, nama dan panjang jalan, jenis bangunan, lokasi hidran, dan
daerah rawan kebakaran.
2. Melalui sistem informasi ini, pengambilan keputusan tidak memerlukan
waktu lama. Hal ini dikarenakan, Sistem Informasi Pemadam Kebakaran ini
dapat menampilkan posisi lokasi kebakaran dalam peta digital, sekaligus
mengetahui jarak terdekat dari posko DPK ke tempat kebakaran.
3. Sistem ini bersifat flexibel, karena data yang terdapat pada sistem ini dapat
di update sesuai kebutuhan, dan peta digital ini juga dapat diganti dan
diperbaharui.

DAFTAR PUSTAKA
Access Net Laboratory STT Telkom. 2002. Modul Pelatihan GIS. Laboratorium
Access Network Jurusan Teknik Elektro, STT Telkom, Bandung, Indonesia.
Charter, Denny, Irma Agtrisari. 2003. Desain dan Aplikasi Geographics
Information System. PT.Alex Media Komputindo, Jakarta, Indonesia.
Larry Daniel, Paula Loree, Angela Whitener. 1996. Inside MapInfo Profesional,
First Edition. Onwor Press, Santa Fe, USA.
Prahasta, Eddy. 2002. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis.
Informatika, Bandung, Indonesia.
PKMT-3-19-1

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN


UNTUK INVESTASI PEMILIHAN ALAT PRODUKSI

Habibillah, Benyamin Fuad Yassin, Rahmat Riyadhi Lubis


PS Ilmu Komputer, Institut Sains dan Teknologi Akprind, Yogyakarta

ABSTRAK
Kebijakan untuk menerima usulan infestasi atau menolaknya membutuhkan waktu
yang cukup lama. Selain kurang efisien dalam pemanfaatan waktu dimungkinkan
menimbulkan kerugian-kerugian yang lain seperti keterlambatan produksi dan
lainnya. Agar tidak terjadi hal tersebut maka Sistem Pendukung Keputusan ini
dibuat untuk menentukan suatu investasi dengan cepat menggunakan metode Net
Present Value.
Dalam metode NPV untuk menentukan investasi didasarkan pada nilai waktu
uang dan arus kas yang terjadi dan keakuratan hasil dari sistem ini lebih
bergantung pada penggunaan sistem dalam memperkirakan arus kas yang terjadi
selama masa investasi.
Dengan menggunakan aplikasi Sistem Pendukung Keputusan ini maka
diharapkan dapat membantu perusahaan untuk menentukan keputusan investasi
dengan cepat dan akurat.

Kata Kunci : Sistem Pendukung Keputusan, Net Present Value, Nilai Waktu Uang

PENDAHULUAN
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan usaha
adalah pengadaan atau penambahan mesin produksi. Selain penambahan peralatan
produksi, permasalah lain yang timbul pada perusahaan adalah ketika masa
depresiasi mesin-mesin produksi telah habis. Masalah ini harus dipecahkan
secepat mungkin, mengingat kelancaran produksi akan terganggu bila keputusan
untuk menyelesaikan masalah terlambat. Oleh karena itu untuk membantu
pengambilan keputusan tersebut perlu adanya suatu sistem pendukung keputusan
(Decision Support System).
Sistem pendukung keputusan adalah sistem yang berbasis/ berbantuan
komputer yang ditujukan untuk membantu pengambilan keputusan dalam
memanfaatkan data dan model tertentu untuk memecahkan berbagai persoalan
yang tidak terstruktur (Daihani 2001).
Pembuatan sistem ini mampu mengefisienkan pengeluaran perusahaan
karena perusahaan dapat mengetahui nilai kembalian suatu investasi dengan
jumlah investasi yang dikeluarkan. Kecepatan dan ketepatan keputusan, efisiensi
modal, dan perkembangan perusahaan memberikan nilai tambah bagi perusahaan
tersebut dimata para investor, baik itu investor asing maupun investor lokal.
Sistem pendukung keputusan ini sangat penting untuk dikembangkan
mengingat begitu kompleknya permasalahan yang ada pada tingkat top
manajement maupun middle manajement, selain itu perkembangan teknologi
informasi yang begitu cepat memberikan motivasi tersendiri untuk terus
berkompetisi dan berprestasi.
PKMT-3-19-2

Pengembangan sistem pendukung keputusan ini akan memacu terbentuknya


perkantoran maya (Virtual Office)(Santoso 1996) terbentuknya kantor-kantor
maya ini akan mempermudah kerja manusia sesuai dengan tujuan
dikembangkannya teknologi.

METODE PENELITIAN
Pembuatan sistem pendukung keputusan untuk investasi pemilihan alat
produksi ini menggunakan metode nilai bersih sekarang (Net Present Value/NPV)
yang dapat digunakan untuk dua jenis keputusan di atas yaitu keputusan
pemilihan dan keputusan penyaringan (Krismiaji 2002).
Pedoman penentuan keputusan dengan metode Net Present Value untuk
investasi tunggal dapat disajikan seperti terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. Pedoman penentuan keputusan dengan metode NPV untuk investasi


tunggal

Jika Nilai Tunai Bersih Maka Usulan Investasi Akan


Diterima, karena investasi tersebut
Positif menjanjikan kembalian lebih besar
dibanding tingkat kembalian yang
diharapkan

Diterima, karena investasi tersebut


Nol menjanjikan kembalian yang sama
dengan kembalian yang sama
dengan yang di harapkan.
ditolak, karena investasi tersebut
menjanjikan kembalian yang lebih
Negatif kecil dibanding dengan kembalian
yang diharapkan

Metode nilai bersih sekarang adalah suatu metode yang membandingkan


seluruh arus kas masuk yang dijanjikan setelah didiskonkan dengan seluruh arus
kas keluar yang didiskonkan pula. Yang dimaksud dengan arus kas yang
didiskonkan adalah arus kas yang dinilai kembali berdasarkan kesetaraan waktu
(Purnomo 2001), Hasil dari perbandingan tersebut disebut dengan nilai bersih
sekarang (Net Present Value). Metode ini sangat relavan untuk digunakan karena
metode ini adalah salah satu metode yang mengacu pada nilai waktu uang (time
value of money).
Adapun jenis-jenis arus kas yang biasa terjadi pada proyek investasi yang
dilakukan oleh perusahaan seperti terlihat pada tabel 2.
PKMT-3-19-3

Tabel 2. Jenis-jenis arus kas

Arus Kas Keluar Arus Kas Masuk

Investasi awal (termasuk biaya instalasi) Kenaikan pendapatan


Kenaikan modal kerja Penurunan biaya
Reparasi dan pemeliharaan Nilsi sisa/residu
Kenaikan biaya operasi Pembebasan modal kerja

Nilai waktu uang di sini adalah kenyataan bahwa dengan nilai nominal yang
sama, uang yang beredar pada saat ini memiliki harga yang berbeda dengan uang
yang beredar pada waktu yang lain. Rp. 100,- rupiah pada saat ini berbeda dengan
Rp. 100,- pada tahun 80-an.
Untuk pengambil keputusan, bila nilai NPV lebih besar atau sama dengan
nol maka usulan investasi layak untuk dilakukan karena invesatsi tersebut sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Penentuan arus kas yang baik sangat mempengaruhi keputusan investasi.
Dalam penentuan investasi kenapa harus arus kas dan bukan terhadap laba bersih
alasan utamanya adalah bahwa laba bersih dihitung berdasarkan konsep accrual
yang mengabaikan timing arus masuk dan arus keluar kas (Jatwoko 2000). Dari
sisi pandang investasi modal timing arus kas sangat penting, karena satu rupiah
yang diterima saat ini lebih bernilai dibanding satu rupiah yang diterima di masa
yang akan datang.
Dalam analisis usulan proyek investasi dengan metode Net Present Value,
dalam operasi perhitungannya menggunakan faktor pengali dalam persen (%).
Faktor ini merupakan tingkat kembalian investasi minimum yang diharapkan
dalam setiap tahunnya berdasarkan nilai waktu uang.
Nilai waktu uang dalam jangka waktu tertentu dirumuskan dalam persamaan
1.
1
1
(1 + i ) n ...........................(1)
PV =
i
Sedangkan nilai waktu uang pada tahun tertentu dirumuskan dalam
persamaan 2.
1
PV = ............................(2)
(1 + i ) n

Keterangan :
PV : Nilai sekarang (Present value)
i : Tingkat kembalian investasi minimum yang diharapkan
(dalam persen)
n : tahun ke- n

Tingkat kembalian yang digunakan dalam perhitungan merupakan tingkat


bunga umum yang berlaku di pasar yang mengacu pada tingkat bunga pada bank
central. Umumnya pemilihan dilakukan dengan mengacu pada biaya modal (cost
of capital) perusahaan. Biaya modal adalah rata-rata tingkat kembalian yang harus
PKMT-3-19-4

diberikan oleh perusahaan kepada kreditur jangka panjang dan para pemegang
saham untuk penggunaan modal mereka.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perancangan sistem pendukung keputusan untuk pemilihan alat produksi
dibagi menjadi tiga yaitu perancangan proses menggunakan data flow diagram
(DFD), perancangan basis data dengan methode entity relationship diagram
(ERD), dan Perancangan antar muka pengguna (interface)(Mcleod 2001).
Perancangan proses mendefinisikan bagaimana data yang dimasukkan
kedalam sebuah sistem di proses sehingga menghasilkan keluaran yang
diharapkan. Dalam proses ini aruskas yang yang telah diestimasi kemudian di-
input-kan kedalam sistem kemudian sistem tersebut akan menghitung seberapa
besar nilai NPV-nya sehingga usulan investasi tersebut bisa diputuskan.
Berikut adalah rancangan proses yang terjadi pada sistem pendukung
keputusan seperti terlihat pada gambar 1, 2, 3 dan 4.
Data Login
Data Login
Data Investasi

Data Kas Keluar Pertahun


Data Investasi
Data Kas Keluar Tahunan

SISTEM
PENDUKUNG
Data Kas Masuk Pertahun KEPUTUSAN
ADMIN UNTUK
USER BIASA
INVESTASI
Data Kas Masuk Tahunan
PEMILIHAN
Informasi Investasi
ALAT
PRODUKSI
Informasi Kas Masuk Tahunan
Informasi Kas Masuk Tahunan
Informasi Kas Masuk Pertahun
Informasi Kas Keluar Tahunan Informasi Kas Masuk Pertahun

Informasi Kas Keluar Pertahun Informasi Kas Keluar Tahunan


Informasi Investasi Informasi Kas Keluar Pertahun

Konfirmasi Login Konfirmasi Login


Informasi Investasi Terbaik Informasi Investasi Terbaik

Gambar 1. DFD Level 0.


PKMT-3-19-5

Gambar 2. DFD Level 1.

Data Login 1.1


Login
Konfirmasi Login 9 Data User
Konfirmasi Login
data Investasi
Data Investasi

Data Investasi informasi Investasi 1 Data Investasi


Data Kas keluar
1.2
Informasi Investasi Data investasi
Investasi Data investasi
Data investasi

Data kas keluar Pertahun 6 Data Kas Keluar


Informasi kas keluar Pertahun 5 Data Kas keluar Pertahun
1.8
Informasi kas Keluar
Data Kas Keluar Pertahun 1.3 Kas Keluar
Kas Keluar
ADMIN
Pertahun
Data Investasi total nilai Tunai Kas Keluar Pertahun 8 Data NPV
total nilai Tunai kas keluar
Data kas Keluar Tahunan
Informasi Kas Keluar Pertahun
1.4 3 Data kas keluar Tahunan
Data Kas keluar tahunan Kas Keluar
1.10
Informasi Kas Keluar Tahunan Tahunun
NPV data NPV
Informasi Kas Keluar Tahunan
Total nilai tunai Kas keluar Tahunan Informasi NPV
Data Kas masuk Pertahun Data Kas masuk pertahun
Data investasi Data Kas Masuk
Informasi Kas Masuk Pertahun 4 Data Kas Masuk Pertahun
informasi Kas masuk Pertahun 1.5 7 Data Kas Masuk
Kas Masuk
1.9
Pertahun Total Nilai Tunai kas masuk Pertahun
data investasi kas Masuk
Data Investasi Total Nilai Tunai kas masuk Tahunan Total Nilai Tunai Kas Masuk
Data kas masuk Tahunan Informasi Kas Masuk
1.6 Informasi kas keluar
Informasi Kas Masuk tahunan Kas Masuk
Tahunan
Informasi kas Masuk Tahunan

Informasi Kas Masuk


1.7
Informasi Investasi Terbaik Informasi NPV
Analisis
2 Data Kas masuk tahunan
Data Kas Masuk tahunan

Gambar 3. DFD Level 2 proses 1.


PKMT-3-19-6

2.1
Data Login
login
Konfirmasi login 9 Data User
Konfirmasi login

Data Investasi
Data Investasi

Informasi Investasi 1 Data Investasi


Informasi Investasi
Data Investasi
2.2
investasi
Data Investasi
USER
Informasi Kas keluar Pertahun
BIASA
Data Investasi
Data Kas Keluar Pertahun 5 Data Kas Keluar Perahun
8 Data NPV
2.3 Data Investasi
Infornasi NPV
Informasi Kas keluar Pertahun Kas Keluar
Pertahun
2.8
NPV

Data Investasi
2.4 3 Data Kas Keluar Tahunan
Kas Keluar
Informasi Kas Keluar tahunan Tahunan

Informasi Kas Keluar Tahunan

Informasi Kas Pertahun 2.5 Informasi Kas Masuk Pertahun 4 Data Kas Masuk Pertahun
Data Investasi Kas MAsuk
Pertahun

2.6
Informasi Kas Masuk Tahunan Kas Masuk Informasi Kas Masuk Tahunan
Tahunan

2.7
Informasi Investasi Terbaik
Analisis
2 Data Kas Masuk Tahunan
Informasi NPV

Gambar 4. DFD level 2 proses 2.

Desain basis data digunakan untuk melakukan penyimpanan data secara


efektif dan efisien. Selain itu desain pada basis data diperlukan agar data yang ada
mudah untuk diakses kembali diperbaharui, ataupun dihapus apabila data tersebut
sudah tidak dibutuhkan lagi. Hubungan antar tabel dijelaskan pada gambar 5.
Tbl_km_thn
N Tbl_kk_thn
Kode_km_thn * N
N Kode_kk_thn *
Kode_invest ** N
Kode_invest **
Nama_rekening
Nama_rekening
Besar_rekening
Besar_rekening
Faktor_diskon
Faktor_diskon
Nilai_tunai
Tbl_invest Nilai_tunai
1 1
1 1
Kode_invest *
1 1
1 Nama
Tkkembali_invest
Umur

Tbl_km Tbl_kk
N N
Kode_km * Kode_kk *
N
Kode_invest ** Kode_invest **
1 N 1
Kode_km_thn ** Kode_kk_thn **
1
Kode_km_perthn ** Kode_kk_perthn **
1 Total_nilai_tunai_km Total_nilai_tunai_kk

Tbl_NPV
Kode_NPV *
1
Kode_invest **
Tbl_kk_perthn
1 Kode_km ** N
1 Kode_kk_perthn *
Kode_kk ** N
Tbl_km_perthn Kode_invest **
N Nilai_NPV
Kode_km_perthn * Nama_rekening
N Indeks NPV
Kode_invest ** Kk_thn_ke
Nama_rekening Besar_rekening
Km_thn_ke Faktor_diskon
Besar_rekening Nilai_tunai
Faktor_diskon Tbl_user
Nilai_tunai User_login*
Password

Gambar 5. Hubungan Antar Tabel.


PKMT-3-19-7

Desain sistem yang ketiga adalah desain antar muka pengguna seperti
terlihat pada gambar 6, 7, 8, dan 9. Desain pada bagian ini menjadi penting
mengingat pada saat ini sisi ergonomis sangat diperhitungkan. Kenyamanan para
pengguna sistem merupakan hal lain yang begitu mempengaruhi suatu
perkembangan system tersebut.

Gambar 6. Form Otentikasi User.

Gambar 7. Form Halaman Utama.

Gambar 8. Form Input Data.


PKMT-3-19-8

Gambar 9. Form Laporan Hasil Perhitungan.

Setelah membuat perancangan untuk sistem pendukung keputusan, maka


tahap terakhir adalah implementasi dimana dalam tahap ini dilakukan pengujian
dan evaluasi terhadap sistem yang telah dibuat. Adapun contoh-contoh
implementasi sebagai berikut :
1. Kasus pada investasi tunggal pertama
Sebuah perusahaan mempertimbangkan untuk membeli sebuah mesin
seharga Rp. 31.700.000,- mesin ini dapat digunakan dapat digunakan selama
empat tahun tanpa nilai residu. Arus kas bersih yang dihasilkan setiap
tahunnya sebesar Rp. 10.000.000,- dan tingkat bunga yang berlaku sebesar
10%.

Penyelesaian
Diketahui:
Investasi awal
= Rp. 31.700.000,00
Umur ekonomis proyek
= 4 tahun
Nilai residu
= Rp. 0,00
Arus kas masuk tiap tahun
= Rp. 10.000.000,00
Tingkat kembalian investasi = 10%
Berdasarkan antarmuka pengguna pada sistem maka data yang ada dibagi
menjadi:
1. informasi umum tentang investasi
9 nama investasi
9 tingkat kembalian investasi
9 umur ekonomis investasi
2. arus kas keluar pada tahun tertentu
9 investasi awal pada tahun pertama
3. arus kas masuk setiap tahun
9 kas masuk bersih yang dihasilkan mesin tersebut

Setelah data-data tersebut di-input-kan, maka hasilnya langsung bisa


dilihat pada gambar 10.
PKMT-3-19-9

Kode Nama Investasi Tingkat Kembalian Umur Investasi Nilai NPV


001 Pembelian Alat 10 4 0

Gambar 10. Kasus Pada Investasi Tunggal Pertama

Nilai NPV yang dihasilkan dari contoh kasus diatas adalah Rp.0,-.
artinya investasi tersebut layak untuk dijalankan karena memberikan
kembalian yang diharapkan.
2 Kasus pada investasi tunggal kedua
Sebuah perusahaan merencanakan untuk membeli sebuah mesin untuk
mengganti tenaga manual yang selama ini mendukung usaha perusahaan
tersebut. Harga beli mesin Rp. 50.000.000,- dan mesin diperkirakan
memiliki umur ekonomis selama lima tahun tanpa nilai residu. Perusahaan
menginginkan tingkat kembalian minimal sebesar 20% selama umur
investasi.
Penyelesaian
Diketahui:
9 Investasi awal Rp. 50.000.000,0
9 Umur proyek 5 Tahun
9 Nilai residu Rp. 0,00
9 Penghematan biaya tahunan Rp. 18.000.000,00
9 Tingkat kembalian investasi 20%

Setelah data-data tersebut di-input-kan, maka dihasilkan NPV sebesar


Rp. 3.838.000,- sehingga investasi layak dilaksanakan.seperti terlihat pada
gambar 11.

Kode Nama Investasi Tingkat Kembalian Umur Investasi Nilai NPV


002 Pembelian Mesin Produksi 20 5 3.838.000,00

Gambar 11. Kasus Pada Investasi Tunggal kedua.


PKMT-3-19-10

3 Kasus Untuk pemilihan beberapa investasi


Perusahaan penyedia layanan penyebrangan. Saat ini perusahaan
memiliki sebuah kapal ferry yang tidak layak untuk dioperasikan. Ada dua
alternatif yang dihadapi perusahaan, yaitu merenovasi ferry tersebut atau
membeli ferry baru. Data selengkapnya sebagai berikut:
Alternatif I (merenovasi kapal ferry lama)
Biaya renovasi sebesar Rp. 40.000.000,- dan lima tahun yang akan
datang diperlukan biaya pemeliharaan mesin dengan biaya sebesar
Rp.16.000.000,00. setelah direnovasi, ferry ini dapat digunakan selam
10 tahun. Pada tahun ke-10 ferry akan memiliki nilai jual sebesar
Rp. 10.000.000,- nilai jual ferry tersebut saat ini adalah
Rp. 14.000.000,- biaya operasional ferry tiap tahun sebesar
Rp. 32.000.000,- dan menghasilkan pendapatan pertahun
Rp. 50.000.000,-.
Alternatif II (membeli kapal ferry baru)
Harga ferry baru Rp. 72.000.000,- dengan umur ekonomis 10 tahun,
dan diperkirakan pada tahun ke-5 memerlukan biaya-biaya perbaikan
sebesar Rp. 5.000.000,- pada akhir tahun ke-10 ferry memiliki nilai
residu Rp. 10.000.000,- biaya operasional pertahun Rp.24.000.000,-
dan menghasilkan pendapatan pertahun sebesar Rp. 50.000.000,-

Perusahaan menghendaki tingkat kembalian minimum sebesar


18% untuk seluruh jenis investasi.

Penyelasian
Data untuk alternatif I
1. informasi umum
jenis investasi perbaikan kapal ferry
tingkat kembalian 18%
umur ekonomis 10 Tahun
2. kas keluar pada tahun-tahun tertentu
biaya renovasi Rp. 40.000.000,00
biaya perbaikan tahun ke-5 Rp. 16.000.000,00
3. kas masuk pada tahun-tahun tertentu
nilai residu tahun ke-10 Rp. 10.000.000,00
4. Kas masuk setiap tahun
Selisih antara pendapatan pertahun dengan biaya operasional
sebesar Rp. 18.000.000,00
Data untuk alternatif II
1. informasi umum
nama investasi Pembelian kapal Ferry
umur ekonomis 10 Tahun
tingkat kembalian 18%
2. kas keluar pada tahun-tahun tertentu
harga beli ferry baru Rp. 72.000.000,00
service mesin pada tahun ke-5 Rp. 5.000.000,00
3. kas masuk pada tahun-tahun tertentu
PKMT-3-19-11

nilai residu pada tahun ke-10 Rp. 10.000.000,00


penjualan ferry lama tahun ke-0 Rp. 14.000.000,00
4. kas masuk setiap tahun
Selisih antara pendapatan pertahun dengan biaya
operasional sebesar Rp. 26.000.000,00

Setelah data-data tersebut di-input-kan, maka investasi yang


direkomendasikan adalah membeli kapal Ferry baru karena memiliki nilai NPV
yang lebih besar, seperti telihat pada gambar 12.

Kode Nama Investasi Tingkat Kembalian Umur Investasi Nilai NPV


003 Pembelian Ferry 18 10 58.569.000
004 Perbaikan Ferry 18 10 35.810.000

Gambar 12. Kasus Untuk pemilihan beberapa investasi.

KESIMPULAN
Sistem Pendukung Keputusan Untuk Investasi Pemilihan Alat Produksi
dapat membantu perusahaan untuk menentukan keputusan investasi dengan cepat.
Namun akurasi dari hasil keputusan yang diberikan sebenarnya masih tergantung
pada estimasi arus kas selama umur ekonomis investasi. Kejelian untuk
mengestimasi arus kas sangat penting karena sistem pendukung keputusan ini
hanya membantu melakukan perhitungan dari estimasi arus kas yang ada. Bila
estimasi arus kas yang diinputkan kurang baik maka hasil yang diberikan pun
tidak akan memuaskan.
Pada Sistem Pendukung Keputusan Untuk Investasi Pemilihan Alat
Produksi ini tidak ada proses pembelajaran maupun evaluasi dari investasi
sebelumnya yang telah dijalankan sehingga keakuratan yang diberikan murni
berdasarkan hasil estimasi arus kas yang diinputkan.

DAFTAR PUSTAKA
Daihani DU. 2001. Komputerisasi Pengambilan Keputusan. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.
Jatwoko. 2000. Program Aplikasi Untuk Analisa Biaya Pengeluaran Dan Umur
Ekonomis Kendaraan Pada CV. Pandhawa Transport Yogyakarta (Skripsi)
Yogyakarta: Jurusan Informatika IST AKPRIND.
Krismiaji. 2002. Dasar-Dasar Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: UUP AMP
YKPN.
PKMT-3-19-12

Mcleod RJ. 2001. System Informasi Manajemen Jilid 2 Edisi Ketujuh Versi
Bahasa Indonesia. Jakarta: Prenhallindo.
Purnomo D. 2000. Peramala Kapasitas Industri. Yogyakarta: Laporan Kerja
Praktek Jurusan Teknik Industri IST AKPRIND.
Ramdhani MA. 2001. Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Keriteria
Majemuk Pada Pengambilan Keputusan Kelompok (Disertai) Untuk
Memperoleh Gelar Doktor Dalam Bidang Teknik Institut Teknologi
Bandung.
Santoso LE. 1996. System Pendukung Keputusan Untuk Masalah Optimasi
Multikriteria. Yogyakarta: Tugas Akhir Fakultas Teknik Jurusan
Informatika. Universitas Kristen Duta Wacana.
PKMT-3-20-1

DAUR ULANG INDUSTRI TEKSTIL DENGAN CARA YANG


SEDERHANA DAN BIAYA YANG MURAH

Marina Kristina Wardani, Ary K Pritiwi, Krisnadi Danisworo, Mardi Suparman


Akademi Teknologi Warga Surakarta, Surakarta

ABSTRAK

Kata kunci:
PKMT-3-21-1

RANCANG BANGUN JARINGAN KOMPUTER


MENGGUNAKAN MEDIA SOUNDCARD MODEM DAN
TRANSCEIVER FM YANG DITERAPKAN PADA SISTEM INFORMASI
JUAL BELI PADA DAERAH TERPENCIL

Danang Heri Kusnanto, M. Arwin Adityawarman, Muhammad Triyanto


Teknik Informatika, Institut Teknologi Adhi Tama, Surabaya

ABSTRAK
Berbagai media yang dapat digunakan sebagai media komunikasi data seolah-
olah tidak mengalami kendala serius bila diterapkan di perkotaan. Tetapi
berbeda bila sebuah jaringan dibangun didaerah terpencil yang tidak memiliki
sarana komunikasi data/informasi serta keadaan geografis dari daerah tersebut
yang tidak memungkinkan bila menggunakan kabel sebagai media utama dalam
pengiriman data. Sebagai penyelesaiannya maka digunakan komunikasi data
menggunakan media gelombang radio FM. Karena selain murah, komunikasi
menggunakan gelombang radio tidak terpengaruh pada keadaan geografis
daerah. Dalam penerapannya, teknologi komunikasi data dengan gelombang
radio, menggunakan souncard pada komputer disambungkan pada antena agar
dapat menghasilkan sinyal yang lebih kuat, soundcard yang umumnya digunakan
sebagai pengolah suara dimodifikasi agar dapat menerima dan mengirimkan data
digital yang diolah oleh komputer menjadi data analog berupa sinyal FM,
sebagai contoh sederhana komunikasi data ini adalah diterapkan pada sistem
informasi toko. Dalam penerapannya, diperlukan suatu perangkat Transceiver
FM dengan kekuatan 25 watt agar dapat menjangkau daerah dengan radius 8-15
Km, serta diperlukannya suatu sistem informasi yang digunakan untuk
menginformasikan data stok barang. Komunikasi data yang dibuat bertujuan
untuk menginformasikan data permintaan suatu barang yang tidak dapat
dipenuhi oleh suatu toko, sehingga dapat diteruskan kepada toko yang lain
sehingga permintaan dapat selalu terpenuhi. Komunikasi data menggunakan
soundcard modem, diharapkan dapat dijadikan alternatif media komunikasi data,
karena selain murah (bila dibandingkan media komunikasi lain) komunikasi data
mengunakan soundcard modem telah dapat menepiskan kendala-kendala yang
menjadi peghalang komunikasi data di daerah terpencil.

Kata kunci : komunikasi alternatif, soundcard modem, sistem informasi toko

PENDAHULUAN
Didaerah pedesaan yang belum memiliki sarana komunikasi data/informasi
sangat berbeda dengan daerah perkotaan yang telah memiliki berbagai macam
fasilitas komunikasi informasi/data yang memadai. Faktor lain yang menjadi
kendala adalah keadaan geografis yang tidak memungkinkan bila menggunakan
kabel sebagai media utama dalam pengiriman data. Kondisi geografis disini dapat
berupa daerah yang berbukit, adanya penghalang antara dua tempat yang
berjauhan berupa hutan, jurang ataupun kodisi geografis lain yang menjadikan
kendala dalam penyampaian informasi/data dari satu tempat ketempat lain. Resiko
lain adalah faktor keamanan yang buruk (misalnya pencurian ataupun
kemungkinan kabel putus yang ditimbulkan oleh bencana alam atau karena faktor
PKMT-3-21-2

kesengajaan) yang harus ditanggung bila media kabel dipakai sebagai alternatif
pengiriman data. Permasalahan-permasalahan diatas menyebabkan terhambatnya
komunikasi data pada sistem informasi yang dibangun di daerah terpencil.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan betapa komunikasi yang
dikembangkan didaerah terpencil sangatkah berbeda bila dibandingkan
pengembangan komunikasi data di daerah perkotaan yang cukup hanya
menggunakan kabel ataupun saluran sewa sebagai media komunikasi.
Sehingga mulai dipikirkan alternatif-alternatif lain komunikasi data dapun
tujuan program yang pertama adalah merancang dan membuat sistem jaringan
yang memanfaatkan beberapa sumber daya yang ada yaitu transceiver FM dan PC
dengan soundcard sebagai modem, sebagai alternatif media komunikasi data.
Kedua membangun sistem informasi sebagai implementasi pemakaian sistem
jaringan diatas, sistem informasi yang dimaksud disini misalnya sistem informasi
jual beli antara dua toko bangunan di daerah terpencil yang letaknya berjauhan.
Diharapkan dengan adanya sistem jaringan dan sistem informasi jual beli
untuk dua toko yang tempatnya berjauhan akan mempercepat proses transaksi di
dua toko, selain itu laporan yang dikeluarkan oleh toko dapat mudah dibuat
dengan akurat, tidak memerlukan tenaga/karyawan yang selalu mengecek kondisi
barang ataupun sebagai perantara dalam melakukan transaksi di toko yang
berjauhan. Kegunaan yang lain adalah dapat menekan pengeluaran karena tidak
dikenakan biaya koneksi bahkan gratis (hanya mengeluarkan biaya awal
pembuatan Transceiver FM dan pembelian PC yang murah).

METODE PENELITIAN
1 Survey
Dalam hal ini daerah yang di survey daerah di desa Ganggang tingan, Kec.
Ngimbang, Kab. Lamongan ( 25 Km ke arah selatan kota Lamongan). Daerah
tersebut dipilih, karena daerah tersebut benar-benar memiliki kondisi yang sesuai
dengan kriteria-kriteria yang dibutuhkan untuk dapat membangun suatu sistem
komunikasi data menggunakan soundcard modem.
Pada pelaksanaannya kegiatan survey dilakukan sebanyak 4 kali secara
bertahap pada tahap awal digunakan untuk studi komunikasi data, selanjutnya
digunakan untuk studi sistem informasi toko.
2 Wawancara
Melakukan pendekatan-pendekatan pada individu ataupun kelompok yang
membantu dalam pengembangan komunikasi data ataupun dalam pengembangan
sistem informasi toko, dalam hal komunikasi data menggunakan transceiver FM
yang kami jadikan rujukan adalah para pengguna radio amatir yang mengudara
didaerah tersebut.
Pertanyaan mengenai sistem informasi yang diajukan dititik beratkan
kepada kegiatan-kegiatan transaksi yang berjalan sehari-hari, baik berupa data
stok barang, data transaksi pembelian, data transaksi penjualan, data pemesanan
barang, laporan harian, laporan bulanan dan lain-lain. Data yang diterima, diolah
untuk dijadikan dasar pembuatan sistem informasi yang didalamnya telah
terintegrasi sistem komunikasi data radio paket.
3 Analisis
Dari hasil surver dan wawancara yang dilakukan, didapatkan data-data
sebagai berikut:
PKMT-3-21-3

- Data komunikasi data yang nantinya berjalan harus dapat menempuh jarak
dalam radius 3 Km.
- Komunikasi data yang nantinya berjalan adalah metode pengiriman data
teks, karena sistm ini dianggap lebih ringan dibandingkan menggunakan
metode transfer file.
- Sistem informasi yang dibangun nantinya dibuat semudah mungkin untuk
digunakan, karena nantinya, pengguna aplikasi sistem informasi toko ini
adalah orang-orang yang sangat awam dengan komputer.
- Tidak diperlukan adanya transponder (relay pemancar) karena kondisi
geografis antara 2 lokasi yang digunakan sebagai sarana percobaan tidak
terdapat media yang dapat menghalangi rambatan gelombang radio.
4 Bahan Dan Alat
a Soundcard PCI / ISA
Dalam penggunaannya dipilih soundcard soundcard yang
kompatibel dengan soundblaster dan tahun pembuatan maksimal tahun
2002, karena dalam pengujian kami hanya produk-produk terebut yang
mendukung untuk dikonfigurasi menjadi soundmodem dengan driver
flexnet.

Gambar 1. Sound card jenis PCI-ESS

Beberapa model soundcard yang sudah dicoba dan dapat


digunakan sebagai soundmodem(2) antara lain:
ESS 1868, ESS 868, Genius Soundmaker, Soundblaster Pro, Vibra
16, Soundblaster 16, Soundblaster 16 PnP, AWE 32, AWE 64, Sound
Commander, Soundblaster LIVE.
b Kabel Audio
Kabel yang digunakan adalah kabel stereo yang banyak dijual
dipasaran.
c 2 Unit Transceiver FM + Antena Pengarah.
Kami mengunakan 2 pemancar sinyal FM dengan sistem
komunikasi duplex yaitu sistem yang bekerja pada pemancar dan
penerima berada pada frekuensi yang berbeda, sistem pertama
menggunakan sinyal pada 77.5 KiloHertz dan pada sistem kedua
menggunakan sinyal pada frekuensi 87.5 KiloHertz. Hal ini kami
PKMT-3-21-4

maksudkan untuk meminimalisasi kemungkinan adanya interferensi


pada salah satu frekuensi.

Gambar 2. Transceiver fm.

d Antena Pengarah
Antena yang digunakan mempunyai 3 larik, dimana larik pertama
berfungsi sebagai cermin yang berfungsi menyearahkan sinyak yang
dihasilkan oleh pemancar, pada larik kedua digunakan sebagai
pemancar, sedangkan pada larik akhir, digunakan sebagai media yang
menentukan lebar sinyal yang dihasilkan.
e 2 Unit Komputer
Komputer yang digunakan adalah komputer komputer umum
dengan spesifikasi kecepatan minimal 100 Mhz, dan untuk sistem
operasi kami mengandalkan Windows XP karena menurut kami
windows XP merupakan sistem operasi yang sangat mudah dioperasikan
dan aplikasi flexnet telah mendukung sistem operasi ini.
f Speaker Aktif +Mikrophone
Speaker aktif yang digunakan adalah speaker aktif yang umum ada
dipasaran, media ini nantinya digunakan untuk mendengarkan sinyal
yang dikirim ataupun yang diterima oleh sound modem.
g Instrumen Penunjang
Avometer, Solder, Selotip, Cutter, Tang, Obeng.
5 Percobaan
Mengadakan pembuktian-pembuktian terhadap apakah data yang diterima
oleh transceiver FM dapat dibaca oleh komputer, yang didapatkan dari beberapa
sumber (misalnya literatur, internet) yang berhubungan dengan komunikasi data
menggunakan radio paket. Selama proses percobaan berlangsung dikumpulkan
pula beberapa referensi lain yang sekiranya dapat menunjang terbentuknya
komunikasi data.
Pada proses ini digunakan prinsip trial and error, yaitu percobaan yang
dilakukan terus menerus hingga ditemukannya suatu kesalahan, dan kemudian
berusaha memperbaikinya, tetapi pada beberapa kasus, kesalahan yang terjadi
benar-benar tidak dapat diperbaiki hingga mengharuskan untuk menggunakan
alternatif lain sebagai jalan keluar, contoh kasus percobaannya adalah penggunaan
PKMT-3-21-5

modulasi FSK sebagai metode pengiriman data. Pada modulasi ini terlalu banyak
noise sehingga data yag dikirimkan tidak dapat diterima dengan baik.
6 Implementasi
Setelah semua percobaan dilakukan hingga menghasilkan suatu sistem
dengan kesalahan yang minim, kemudian sistem komunikasi data menggunakan
radio paket mulai diterapkan, pada awal penerapan komunikasikasi data, hanya
digunakan simulasi-simulasi sederhana yang dapat mewaliki kondisi sebenarnya,
misalnya penggunaan media kabel sebagai media penghubung antar komputer
sebelum mengunakan transceiver fm. Setelah komunikasi yang terbentuk telah
semakin berkembang, proses penerapan mulai diarahkan pada komunikasi data
menggunakan soundcardmodem yaitu mulai digunakannya transceiver fm.
Pada tahap selanjutnya digunakan suatu program sederhana pengirim dan
penerima teks, data teks yang dikirim menggunakan dua metode koneksi jaringan,
pertama digunakan metode komunikasi soket dan metode kedua digunakan
metode pengiriman pesan singkat pada sistem informasi windows, yaitu net send.
7 Sinkronisasi
Pada tahap ini, komunikasi data yang terbentuk diharapkan dapat digunakan
untuk mengirim data teks sebesar 1 Mb, karena data yang diolah oleh database
nantinya akan diinformasikan menggunakan komunikasi data dengan sound dalam
beberapa tahap pengiriman.
Komunikasi data diujicobakan pada koneksi database MySQL, dan
dihasilkan suatu komunikasi data yang sangat diluar dugaan, pada kondisi cuaca
yang baik koneksi database menggunakan jaringan soundcard modem berhasil
dilakukan, demikian pula transfer file pada jaringan normal menggunakan media
soundcard modem telah berhasil dilakukan, tetapi disini file yang ditransferkan
adalah file dengan kapasitas kecil karena kecilnya jumlah bit yang dikirim
perdetik.
8 Optimasi
Setelah semua tahap berjalan dengan baik, selanjutnya dilakukan beberapa
perbaikan pada sistem, yaitu perbaikan pada transciever fm. Transceiver fm
dikonfigurasikan agar sinyal yang dihasilkan tidak mengganggu peralatan-
peralatan elektronik lain sewaktu digunakan contoh peralatan elektronik yang
dapat terganggu misalnya saja radio.
Mengadakan perbaikan pada sistem informasi agar benar-benar user friendly
/ mudah digunakan, misalnya saja pengunaan bahasa indonesia pada sistem
informasi, memperbaiki tampilan sehingga nyaman untuk dilihat serta
memperbaiki sistem informasi hingga dapat terbebas dari kesalahan-kesalahan
pada saat penanganan program.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Di dalam pelaksanaannya digunakan Transceiver FM yang ada di pasaran,
yang dikonfigurasi seperti gambar dibawah ini:
PKMT-3-21-6

Gambar 3. Skema rangkaian soundcard modem.

Peragkat Input dan output pada Transceiver FM diteruskan ke soundcard


yang telah dikonfigurasikan sebagai modem. Input transceiver dihubugkan pada
line speaker pada soundcard, sedangkan Output transceiver dihubungkan dengan
Line-in atau mic pada soundcard.
Setelah konfigurasi pada perangkat keras komunikasi data mengunakan
media soundcardmodem selesai dilakukan, dan sistem informasi telah selesai
dibuat. Kemudian dilakukan konfigurasi konfigurasi pada aplikasi sistem
informasi yang digunakan untuk mengkoneksikan antara perangkat keras dan
perangkat lunak sehingga dapat bersinkronisasi.
Setelah konfigurasi IP, nama host komputer serta port yang digunakan telah
sesuai dengan jaringan yang ada maka, selanjutnya kita harus mendaftarkan
nama-nama komputer serta data-data lain tentang sistem informasi lain yang juga
saling berkoordinasi menggunakan aplikasi komunikasi data menggunakan
soundcard modem seperti terlihat pada gambar 3.35.
Untuk pengubahan soundcard menjadi modem digunakan PC/Flexnet
PC/Flexnet adalah AX.25 stack untuk PC yang berbasis DOS dan Windows95,
windows98 dan pada versi terbarunya sudah ada yang mendukung untuk sistem
operasi windows XP. AX.25 stack maksudnya adalah PC/Flexnet menyediakan
fasilitas jaringan komputer dengan protokol AX.25. Protokol jaringan lainnya
seperti TCP/IP dapat ditumpangkan di atas stack AX.25 ini. Jika TCP/IP
digunakan maka kita dapat menggunakan jaringan radio paket untuk aplikasi
Internet. Untuk mengetahui PC/Flexnet secara detil silahkan kunjungi situs
resminya di http://www.afthd.tu-darmstadt.de/~flexnet/index.html.
Secara umum konfigurasi yang dapat mempengaruhi kelancaran komunikasi
radiopaket antara lain:
1 Konfigurasi modulasi dari data soundmodem.
Informasi yang akan disampaikan kepada satu stasiun radio paket
kepada stasiun lainnya berbentuk sinyal digital, yaitu pulsa yang
menyatakan nilai 1 dan 0. Sinyal digital ini tidak dapat ditransmisikan begitu
saja menggunakan radio, karena bandwidth (lebar pita) yang dipakai oleh
sinyal digital terlalu lebar. Sinyal ini harus dimodifikasi agar ia dapat
ditransmisikan via gelombang radio, Modifikasi terhadap sinyal ini
dinamakan modulasi.
Modulasi ada dua macam, yaitu modulasi sinyal analog dan modulasi
sinyal digital. Contoh modulasi sinyal analog yang sering kita jumpai adalah
Frequency Modulation (FM) dan Amplitude Modulation (AM), sementara
modulasi sinyal digital yang akan di bahas adalah Amplitude Shift Keying
PKMT-3-21-7

(ASK), Phase Shift Keying (PSK), Frequency Shift Keying (FSK) dan
Audio Frequency Shift Keying (AFSK).
Amplitude Shift Keying (ASK) adalah modulasi yang menyatakan
sinyal digital 1 sebagai suatu nilai tegangan tertentu (misalnya 1 Volt)
dan sinyal digital 0 sebagai sinyal digital dengan tegangan 0 Volt.
Sinyal ini yang kemudian digunakan untuk menyala-mati-kan
pemancar, kira-kira mirip sinyal morse.
Phase Shift Keying (PSK) adalah modulasi yang menyatakan sinyal
digital 1 sebagai suatu nilai tegangan tertentu dengan beda fasa tertentu
pula (misalnya tegangan 1 Volt dengan beda fasa 0 derajat), dan sinyal
digital 0 sebagai suatu nilai tegangan tertentu (yang sama dengan nilai
tegangan sinyal PSK bernilai 1, misalnya 1 Volt) dengan beda fasa
yang berbeda (misalnya beda fasa 180 derajat). Tentunya pada teknik-
teknik yang lebih rumit, kita bisa melakukan modulasi dengan
perbedaan fasa yang lebih banyak lagi.
Audio Frequency Shift Keying (AFSK) adalah modulasi yang
menyatakan sinyal digital 1 sebagai suatu nilai tegangan dengan
frekuensi tertentu (misalnya f1 = 1200 Hz), sementara sinyal digital 0
dinyatakan sebagai suatu nilai tegangan dengan frekuensi tertentu yang
berbeda (misalnya f2 = 2200 Hz). Sama seperti modulasi fasa, pada
modulasi frekuensi yang lebih rumit dapat dilakukan pada beberapa
frekuensi sekaligus dengan cara ini pengiriman data menjadi lebih
effisien.
Untuk menentukan konfigurasi modulasi yang paling pas, harus
diketahui terlebih dahulu data konfigurasi transceiver fm yang digunakan
melakukan serangkaian ujicoba terhadap beberapa kemungkinan modulasi.
2 TX Delay pada soundmodem.
Menentukan konfigurasi nilai dari tx delay, semakin besar nilai dari tx
delay maka data yang diproses pada setiap paket akan menjadi cepat tetapi
terdapat kemungkinan data tidak terkirim sempurna, sedangkan semakin
kecil nilai tx delay, maka data yang dikirimkan akan menjadi kecil, tetapi
data dapat terkirim dengan baik. Data TX Delay sebesar 80 yang telah
didapatkan merupakan suatu hasil dari serangkaian percobaan yang telah
dilakukan.
3 Konfigurasi Volume Soundcard.
Hal ini dianggap perlu karena semakin besar data yang diinputkan
pada soundcard, maka akan semakin banyak noise (gangguan suara) pula
yang akan dihasilkan.
Pengujian data dengan menggunakan aplikasi-aplikasi soket menggunakan
komunikasi standar yang mendukung protokol AX.25.
1 Pengujian komunikasi data menggunakan perintah ping.
Perintah yang digunakan untuk mencheck hubungan TCP/IP adalah
PING pada DOS prompt. PING pada prinsipnya mengirimkan sejumlah byte
data ke stasiun tujuan dan menguji apakah stasiun tujuan mengirimkan
kembali byte data yang kita kirimkan tersebut dan mencatat berapa lama
waktu yang dibutuhkan untuk pengiriman data tersebut. Perintah ping pada
konsol windows, pada pegujian ini digunakan tipe pengiriman data terus
menerus dengan ukuran 10 bit, dan lama time out 3000, time out adalah
PKMT-3-21-8

waktu toleransi yang diberikan untuk membaca renspon balik dari berita
yang dikirim, perintah time out disini diberi nilai 3000 karena standar time
out pada perintah ping adalah 1000 dan mengingat komunikasi data yang
dibangun menggunakan gelombang radio maka toleransinya diturunkan
menjadi 3000.
Dari gambar berikut dilihat, dari beberapa paket data yang dikirim
hanya beberapa paket data yang dapat diterima dengan baik.

Gambar 4. Uji koneksi jaringan dengan perintah ping.

2 Pengujian komunikasi data menggunakan aplikasi soket


Setelah perkembangan komunikasi data dirasa cukup, pengembangan
komunikasi selanjutnya diarahkan pada komunikasi data yang sederhana
yait teks. Data yang dikirim berupa tulisan-tulisan yang disimulasikan
menggunakan suatu program pengirim teks yang sering dijumpai, salah satu
contohnya adalah program chatting.
Pada aplikasi chatting ini, terdapat dua buah komunikasi data yang dapat
dibangun menggunakan aplikasi, yang pertama komputer tersebut dapat menjadi
klien pada komunikasi data yang ada, dan yang kedua komputer dapat menjadi
server dari komunikasi data yang dibangun, serta program ini memungkinkan
terjadinya dua komunikasi sekaligus, maksudnya komputer yang bersangkutan
menjadi server ataupun klien sekaligus dengan syarat nilai dari port komunikasi
harus berbeda.

Gambar 5. Contoh aplikasi chatting.


Dari dibawah ini dapat dilihat bahwa data yang dikirimkan menggunakan
media soundmodem dirubah menjadi beberapa bagian yang dikenal dengan paket
data. Selain menggunakan aplikasi flexnet32, kita juga dapat menggunakan
aplikasi soundmodemconfig unruk melihat aktivitas dari soundcard.
PKMT-3-21-9

Gambar 6. Data Informasi yang diterima dan dikirim oleh soundmodem pada
komputer melalui trace pada Flexnet.

Dengan kecepatan pengiriman data 1200 bit per detik (AFSK) maka
kebutuhan pengiriman data yang diterapkan pada sistem informasi jual beli ini
telah dapat dilakukan (dengan pengaturan penjadwalan pegiriman data).
Selanjutnya dilakukan sinkronisasi antara sistem informasi dengan komunikasi
data soundcardmodem.

Tabel 1. Perbandingan Antara Net Send Dengan Aplikasi Socket.

PLAI KRI NET SO TYPE


N TEXT TERIA SEND CKET DATA
10 COU 9 (763 15 (266
HURUF NT TX Char) Char) TEXT
COU 11 17 (376
NT RX (1047 Char) Char) TEXT

TOT 1810
AL Char 642 Char

Dalam tahap ini dibangun suatu sistem informasi sederhana yang dianalisa
dari kegiatan-kegiatan operasional di UD. Sumber Bahagia yang berkaitan dengan
penyediaan informasi yang mudah dan akurat. Kegiatan operasional tersebut
diantaranya adalah kegiatan pesanan permintaan barang, kegiatan penjualan,
kegiatan retur penjualan, kegiatan order pembelian, kegiatan penerimaan barang,
kegiatan retur pembelian, dan kegiatan administrasi dan keuangan, bila telah
selesai maka dilakukan sinkronisasi antara sistem informasi dengan soundmodem
soundcard.
PKMT-3-21-10

Gambar 7. Daftar IP route radio paket.

Mendaftar komputer lain yang berhubungan dengan sistem Informasi toko


telah selesai dibuat, pada proses ini di catat IP dari soundmodem tiap komputer
yang terhubung (gambar 8), kemudian dilakukan pengujian pada proses order
pembelian mengunakan radio paket yang umumnya digunakan untuk
menginformasikan data-data barang yang dibutuhkan oleh suatu toko, seperti
terlihat pada gambar 9.

Gambar 8. Order pembelian barang Via Radio Paket.

Sehingga bila terdapat toko yang tidak dapat memenuhi permintaan akan
suatu barang, maka toko tersebut dapat memberikan penawaran kepada toko
lainnya untuk memenuhi permintaan tersebut, sehingga pelayanan akan suatu
permintaan barang menjadi maksimal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi apabiladiterapkannya sistem ini adalah:
1 Kontur Permukaan tanah.
Pada umumnya contour tanah didaerah pelosok /pegunungan tidak
datar, biasanya berada dikaki bukit atau di lembah-lembah banyaknya
contour tanah tersebut sangat menghalangi lalulintas gelombang radio.
PKMT-3-21-11

Gambar 9. Posisi pemasangan antena transponder(relay).

Bila kondisi permukaan tanah dari lokasi yang akan digunakan


sebagai terhalang oleh gunung atau bukit maka diperlukan adanya antena
tambahan yang digunakan sebagai relay.
2 Sumber tegangan
Pada daerah terpencil umumnya memiliki sumber tegangan yang
sangat terbatas, atau bahkan mungkin masih ada daerah yang belum
terjangkau listrik, sedangkan media komputer memerlukan tegangan yang
tidak sedikit, sebagai solusinya dapat digunakan tambahan sumber tegangan
yang berasal dari:
a. Generator Set.
b. Accu
3 Sumber Daya Manusia
Didaerah terpencil sangat jarang sekali masyarakat yang tingkat
pendidikan serta pengetahuannya memenuhi tuntutan IPTEK, dan jarang
sekali masyarakat daerah terpencil yang mengerti tentang komputer, oleh
karena itu diperlukan suatu pembelajaran / pembekalan terhadap orang-
orang yang nantinya berinteraksi dengan sistem.
Pembelajaran tersebut meluputi:
a. Pengoperasian komputer
b. Pengetahuan tetang software
c. Sedikit troubleshooting

KESIMPULAN
Komunikasi data menggunakan radio paket dan soundcard modem
merupakan suatu alternatif komunikasi data yang dapat diterapkan pada daerah
terpencil.
Karena menggunakan gelombang radio, kecepatan transfer data terasa agak
lamban yaitu hanya 1200 bps s/d 9600 bps, sementara koneksi dial up via telepon
memiliki kecepatan 28800 bps.
Agar daerah-daerah terpencil dapat menikmati kemajuan teknologi
informasi disarankan:
a Peningkatan kualitas SDM
b Listrik masuk desa
c Pemberian bantuan penyuluhan tentang IPTEK
PKMT-3-21-12

d Subsidi pemerintah kepada UKM lemah agar mampumengikuti


perkembangan IPTEK.
Demikian ringkasan laporan tentang rancang bangun jaringan komputer
menggunakan media soundcard modem dan transceiver fm yang diterapkan pada
sistem informasi jual beli pada daerah terpencil dibuat, dengan harapan

DAFTAR PUSTAKA
Allocca. Dr. John A. Amateur Radio Emergency Communications Guidebook,
http://www.allocca.com/ham/emergency_com_course_2.pdf
Basalamah, Affan. Radio paket dan soundcard modem.
http://ai3.itb.ac.id/~affan/writing/pcplus/PCPlus.htm.
Brabham, Charles. Flex32 / Soundcard Packet for Windows.
http://www.uspacket.net.
Fedoron, Alex and natalia Elmanova. Advanced Delphi Developers Guide to
ADO. Wordware Publishing, Inc. 2000.
Husni. Pemrograman database dengan Delphi. Graha Ilmu. Yogyakarta, 2002.
Kurpiers, Alexander. FlexNet Documentation FlexNet for windows95 Add On
Package. http://www.afthd.tu-darmstadt.de/~flexnet/index.html.
PKMT-3-22-1

IMPLEMENTASI JARINGAN TANPA HARDDISK


DENGAN MENGGUNAKAN
CITRIX META FRAME XP BERBASIS WINDOWS 2000 SERVER
PADA LABORATORIUM KOMPUTER II STMIK HANDAYANI

Muhammad Risal, Nur Ichsan, Syahreni, Agustini, Asyrullah


Teknik Komputer, STMIK Handayani, Makassar

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan mengimplementasikan suatu
jaringan komputer tanpa harddisk dengan metode diskless Citrix Meta Frame XP
pada Laboratorium Komputer II STMIK Handayani Makassar. Penelitian
dilakukan pada bulan Pebruari sampai bulan Juni 2006 dengan lokasi penelitian
Laboratorium Komputer II STMIK Handayani Makassar, dengan
mengimplementasikan suatu jaringan komputer tanpa harddisk menggunakan
metode diskless Citrix Meta Frame XP, maka laboratorium Komputer II STMIK
Handayani Makassar dalam pemakaiannya tidak hanya terbatas pada
penggunaan program aplikasi under DOS tetapi dapat juga difungsikan untuk
sistem operasi windows 2000 server. Sehingga dengan adanya sistem diskless
Citrix Meta Frame XP ini maka komputer yang terdapat pada Laboratorium
Komputer II STMIK Handayani Makassar yang pada umumnya memiliki
spesifikasi Hardware yang rendah dapat beroperasi layaknya komputer yang
mempunyai spesifikasi yang maksimum dan memungkinkan digunakan untuk mata
kuliah praktikum komputer baik mode teks maupun grafik. Hasil menunjukkan
bahwa sistem jaringan yang dibangun pada Laboratorium Komputer II STMIK
Handayani Makassar dengan menggunakan metode diskless Citrix Meta Frame
XP mampu memberikan solusi tertentu dimana mahasiswa yang semula
mempunyai jadwal mata kuliah yang berbasis program aplikasi under windows
yang pelaksanaanya hanya dilakukan pada Laboratorium Komputer I saja,
sekarang sudah dapat dilakukan pada Laboratorium Komputer II STMIK
Handayani Makassar.

Kata kunci: Jaringan komputer tanpa harddisk

PENDAHULUAN
Teknologi jaringan komputer hadir dan memberikan kontribusi yang
sangat besar dalam memenuhi kebutuhan manusia dalam bidang teknologi
komunikasi dan informasi. Salah satu bentuk pemanfaatan teknologi jaringan
komputer adalah teknologi cloning, yakni suatu teknologi yang memungkinkan
pemanfaatan komponen-komponen lama dengan spesifikasi rendah bekerja
sebagaimana komputer yang memiliki spesifikasi tinggi.
Berdasarkan fenomena tersebut serta mengingat kondisi komputer pada
Laboratorium Komputer II STMIK Handayani yang seluruhnya adalah komputer
dengan spesifikasi rendah yang selama ini penggunaannya hanya terbatas untuk
pelaksanaan pratikum uder DOS, maka kami mencoba menawarkan konsep sistem
diskless menggunakan Citrix Meta Frame XP dengan sistem operasi Windows
2000 Server.
PKMT-3-22-2

Sistem diskless memungkinkan sebuah server untuk melakukan sharing


resource yang dimiliki untuk digunakan bersama-sama dengan workstation yang
terkoneksi ke server, sehingga komputer pada workstation yang tidak dilengkapi
dengan media penyimpan, seperti harddisk, disket, CD-ROM dan sebagainya
dapat mengaktifkan sistem operasi yang ada pada server.
Mengkloning komputer dengan sistem disklees bukan berarti
menduplikasi sebuah komputer menjadi dua buah atau lebih. Seperti halnya
seorang ilmuwan yang telah berhasil mengkloning seekor domba menjadi dua
ekor yang sama persis. Akan tetapi istilah Cloning disini digunakan untuk
menyebut proses transfer kemampuan hardware dari server ke kliennya jadi yang
diduplikasi bukanlah komputer secara fisik, tetapi kemampuan dari hardware
server di duplikasi kesemua klien yang terkoneksi.
Berdasarkan kondisi dan hal tersebut diatas, maka dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana mengoptimalkan fungsi Laboratorium Komputer II STMIK
Handayani Makassar.
2. Bagaimana mengimplementasikan Citrix Meta Frame XP menggunakan
metode diskless sesuai dengan kondisi Laboratorium Komputer II STMIK
Handayani.
Adapun tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah bagaimana merancang
dan mengimplementasikan suatu jaringan komputer dengan menggunakan metode
diskless pada Laboratorium Komputer II STMIK Handayani sehingga dapat
mengoptimalkan fungsi Laboratorium Komputetr II STMIK Handayani, tidak
hanya terbatas pada pemrograman under DOS tetapi dapat difungsikan untuk
sistem operasi Windows 2000 Server dengan menggunakan system diskless.
Diharapkan dengan adanya kegiatan ini system jaringan tanpa hardisk
menggunakan Citrix Meta Frame XP berbasis Windows 200 Server dapat
terwujud, sehingga dapat mengoptimalkan penggunaan laboratorium komputer II
STMIK Handayani Makassar, yang semula hanya digunakan untuk praktikum
under DOS dan nantinya dapat digunakan untuk praktikum under Windows.
Hasil penelitian ini juga dapat menjadi salah satu karya ilmiah yang dapat
dijadikan referensi bagi Mahasiswa yang ingin mendalami system jaringan dengan
mengunakan metode cloning PC.

METODE PENDEKATAN
Adapun metode pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1) Observasi.
Observasi yang dilakukan dalam hal ini adalah mengumpulkan data-data
komputer pada Laboratorium Komputer II STMIK Handayani dan perangkat
jaringan lainnya yang nantinya dapat mendukung dan digunakan dalam
penelitian ini.
2) Interview.
Interview dilakukan dengan mengadakan wawancara dengan Unit
Pelaksana Teknis Laboratorium STMIK Handayani dan Mahasiswa STMIK
Handayani.
3) Kepustakaan
PKMT-3-22-3

Kepustakaan yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan data-data


dari buku-buku bacaan serta informasi internet yang berkaitan dengan objek
yang diteliti.
Pelaksanaan kegiatan dilakukan di STMIK Handayani Makassar,
berlangsung dari bulan pebruari 2006 hingga bulan Juni 2006.

Tahapan Pelaksanaan
Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan yang telah dilakukan dapat dilihat
pada Tabel berikut :

Tabel 1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Penelitian


Bulan
Kegiatan
Pebruari Maret April Mei Juni
a Persiapan
b Pengumpulan Data
c Analisis Sistem
d Perancangan/Desain Sistem
e Implementasi Sistem

Instrumen pelaksanaan :
a. Persiapan
Persiapan dilakukan dengan mengundang tim dalam suatu rapat
persiapan, membicarakan teknis pelaksanaan kegiatan dan tahap-tahap apa
yang akan dilalui nantinya. Selain itu pengadaan alat yang akan digunakan
untuk pengumpulan data.
b. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimulai dengan interview, baik yang dilakukan
terhadap Pengelolah STMIK Handayani maupun terhadap Mahasiswa STMIK
Handayani. Penelitian kemudian dilanjutkan dengan menginventarisir
komputer pada Laboratorium Komputer II STMIK Handayani dan alat lainnya
yang nantinya dapat membantu penelitian ini. Sejalan dengan hal tersebut juga
dilakukan pengumpulan data dan informasi dari buku-buku maupun dari
internet berkenaan dengan kegiatan penelitian ini.
c. Analisis Sistem
Sistem yang sedang berjalan menunjukkan bahwa fungsi dari
Laboratorium Komputer II STMIK Handayani hanya digunakan untuk
praktikum komputer menggunakan aplikasi Under DOS. Dengan melihat
kondisi tersebut dan setelah menginventarisir komputer maka Laboratorium
Komputer II STMIK Handayani memungkinkan untuk dapat diterapkannya
jaringan tanpa harddisk dengan menggunakan Citrix Meta Frame XP berbasis
Windows 2000 Server. Tentunya dengan penambahan beberapa perangkat
jaringan.
d. Perancangan/Desain Sistem
Setelah melihat kondisi pada Laboratorium Komputer II STMIK
Handayani, memungkinkan dibentuknya sistem jaringan komputer tanpa
harddisk menggunakan Citrix Meta Frame XP berbasis Windows 2000 Server,
maka dirancang sistem pada Laboratorium Komputer II STMIK Handayani
sebagai berikut :
PKMT-3-22-4

Gambar 1. Rancangan System Jaringan Tanpa Harddisk Pada Laboratorium


Komputer II STMIK Handayani Makassar

Jumlah komputer yang ada sebanyak 30 buah komputer dengan rata-


rata spesifikasi processor Pentium 120 Mhz dan Pentium 133 Mhz. Sehingga
kami merekomendasikan penggunaan 2 buah server, karena server yang yang
dimaksud hanyalah PC biasa yang dirancang sebagai server bukan komputer
khusus server yang harganya relatif mahal.
e. Implementasi Sistem Diskless Citrix Metaframe
Komponen Jaringan yang dibutuhkan :
1. Arsitektur Jaringan
Protokol ethernet paling banyak digunakan dalam teknologi
jaringan komputer. Hal tersebut dikarenakan penggunaan protokol relatif
sederhana dan murah seperti Network nterface Card (NIC), Hub dan switc,
tidak memerlukan instalasi yang rumit dan kecepatan transfer data
menggunakan arsitektur ethernet cukup tinggi. Hingga saat ini, arsitektur
ini sudah memiliki kecepatan transfer data sampai 100 Mbps, dengan
delay rendah (puluhan microsecond) dan mempunyai faktor kesalahan yag
kecil. Jaringan Ethernet dapat menggunakan kabel UTP kategori-5 yang
relatif murah dan mudah didapatkan.
2. Perangkat Keras
Adapun kebutuhan jaringan berupa perangkat keras yang
digunakan dalam penelitian jaringan sistem diskless ini yaitu antara lain:
a. Komputer yang bertindak sebagai komputer server.
b. Komputer yang bertindak sebagai workstation (workstation diskless).
c. NIC sebanyak jumlah komputer yang akan digunakan
d. Kabel UTP.
e. Hub dengan jumlah port yang disesuaikan dengan jumlah komputer
yang terhubung.
f. Crimping tools dan tester cable sebagai alat bantu.
Tabel 2. Perangkat Jaringan yang digunakan
No Nama Perlatan Jenis/Merk Jumlah
1. HUB D-Link 2 Buah
2. Kabel UTP LG 1 Rol
3. Connector Jack RJ-45 2 Box
4. NIC D-Link 530 TX 30 Buah
PKMT-3-22-5

5. Crimping Tools - 3 Buah


6 Tester cable - 2 buah
7. Komputer Server I P4 2.4 GHz 1 Unit
8. Komputer Server II LGA 775 2.8 Ghz 1 Unit
9. Komputer Client P 120 Mhz 233 Mhz 30 Unit

3. Perangkat Lunak (Software)


Sesuai dengan spesifikasi perangkat keras yang akan digunakan
maka dalam memilih perangkat lunak (software) harus yang kompatibel.
Adapun perangkat lunak dalam perancangan sistem diskless ini dapat
dikelompokkan menjadi beberapa bagian antara lain:
a. Sistem Operasi : dalam penyusunan Laporan ini digunakan sistem
operasi Wndows 2000 Server
b. Paket Aplikasi : paket aplikasi yang akan digunakan sesuai dengan
kebutuhan server maupun workstation (Citrix Meta Frame XP. dll).
c. Protokol : dalam pelaksanaan kerja dilakukan oleh aplikasi Server
DHCP. Untuk berbgai sumber daya server yaitu dengan Network File
System (NFS) dan protokol dasar yaitu TCP/IP.
f. Kendala Yang Dihadapi dan Pemecahannya
Adapun beberapa kendala yang dihadapi pada saat penelitian ini
dilaksanakan adalah :
a. Kondisi Laboratorium yang dijadikan objek penelitian masih digunakan
untuk perkuliahan.
b. Kondisi fisik laboratorium mengalami perubahan struktur. Berbeda pada
saat pengambilan data dan kondisi sekarang.
c. Kebutuhan akan alat dan perlengkapan instalasi jaringan.
d. Penggunaan PC sebagai server, bukan komputer yang dikhususkan sebagai
server.
Kendala tersebut dapat diatasi dengan berbagai tindakan sebagai
berikut :
a. Penelitian dilakukan pada hari libur, malam hari dan saat laboratorium
Komputer II STMIK Handayani tidak digunakan yang dikoodinasikan
dengan Petugas Laboratorium.
b. Merubah dan menyesuaikan rancangan fisik system yang telah dibuat.
c. Dukungan Pengelolah STMIK Handayani, dalam hal ini penyediaan
komputer dan alat jaringan lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian kami di Laboratorium Komputer II STMIK
Handayani Makassar, menunjukkan bahwa pengimplementasian Citrix Meta
Frame XP berbasis Windows 2000 telah berhasil dilakukan, oleh sebab itu pada
laboratorium komputer II yang sebelumnya menggunakan sistem operasi under
DOS, saat ini dapat difungsikan untuk aplikasi-aplikasi under Windows berbasis
Windows 2000 Server.
Dengan adanya Citrix MetaFrame XP ini, maka komputer yang
mempunyai spesifikasi hardware rendah dan tidak lengkap (tanpa harddisk) pada
Laboratorium Komputer II STMIK Handayani Makassar dapat beroperasi
PKMT-3-22-6

layaknya komputer yang mempunyai spesifikasi maksimum (Spesifikasi


Komputer Server) dan memungkinkan digunakan untuk mata kuliah baik mode
teks maupun mode grafik.

Pembahasan
Proses pengimplementasian sistem yang telah diteliti dalam menjalankan
dan menguji sistem ada beberapa proses yang dilalui antara lain :
a. Kelayakan Ekonomi
Setelah peneliti menganalisis manfaat, penggunaan dan potensi
pengembalian secara ekonomis dari sistem jaringan Citrix MetaFrame XP
untuk mendukung sistem jaringan komputer serta memantau sejauh mana
penghematan dapat dilakukan, maka pada kenyataannya sistem jaringan
dengan menggunakan Citrix MetaFrame XP memberikan manfaat bagi pihak
Lembaga STMIK Handayani Makassar dengan biaya yang minimal dan
dimanfaatkan dengan optimal untuk perkuliahan dalam hal ini dapat dilihat
dari hasil pengimplementasian Citrix MetaFrame XP pada Laboratorium
Komputer II STMIK Handayani Makassar.
b. Mengecek Koneksi
Pertama kita melihat apakah workstation secara fisik terkoneksi
dengan server dalam jaringan yang sama. Jika ya, maka lampu indikator yang
menunjukkan sambungan (link) pada setiap host yang terhubung menyala.
NIC yang terinstal di server harus mempunyai kecepatan 100 MB atau lebih,
jika NIC yang terinstal di server mempunyai kecepatan yang rendah maka
download file dari server ke klien menjadi lambat.
c. Instalasi Sistem Operasi Windows 2000 Server
Proses instalasi sistem operasi windows 2000 server secara umum
sama seperti proses penginstalan sistem operasi windows yang lainnya, hanya
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Pada License Mode pilih Per Server dengan jumlah koneksi sesuai jumlah
user.
2. Pada pilihan windows 2000 component, komponen yang sudah dipilih
biarkan saja dan tambahakan komponen sebagai berikut :
- Management and monitoring tools
- Networking services
- Other network file and print services
- Remote installation service
- Remote storage
- Terminal service
- Terminal services licensing
3. Select the mode you want to use , pilih aplication server mode.
4. Permission for aplication compability, pilih permission compatible with
windows 2000 users.
5. Jika network card terdeteksi, tambahkan pilihan protocol IPX/SPX, jika
tidak anda dapat menambahkannya setelah proses instalasi selesai.
6. Setting IP Address dan NetMask nya.
d. Instalasi Citrix Meta Frame XP
Untuk instalasi Citrix Meta Frame XP ada dua hal yang perlu
diinstalasi yaitu:
PKMT-3-22-7

1. Meta Frame XP
2. Citrix Management Console
e. Instalasi Disket Boot
Disket boot diperlukan untuk koneksi client keserver. Ada beberapa
hal yang perlu dilakuan yaitu ;
1. Format disket dengan memberi system.
2. Copy folder disk-boot-dos pada CD Citrix kedalam komputer.
3. Kompres File yang ada pada folder tersebut.
4. Copy file driver DOS Card pada CD Driver card jaringan anda ke dalam
komputer pada folder yang telah disiapkan
5. Copy semua file tersebut kedalam disket yang telah disediakan.
6. Buat disket tersebut dapat menjalankan eksekusi secara boot table dengan
mengkonfigurasi Autoexec.bat dan Config.Sys.
f. Proses Kerja Sistem Diskless
Setelah instalasi Sisyem Operasi Windows 2000 Server pada komputer
server maka hal yang selanjutnya dilakukan adalah:
1. Log On Server
Untuk masuk ke server pertama kali, pada komputer server hanya bisa
melalui user yang bernama Administrator dengan password yang telah
diberikan ketika instalasi sistem operasi Windows 2000 Server.
2. Membuat Account User
Jika ingin menggunakan Citrix MetaFrame XP pada Windows 2000
Server, nama dan password sebagai pemakai untuk masuk ke jaringan
serta izin untuk akses ke sumber yang ada pada server harus dibuatkan. Ini
disebut sebagai account user. Account user dikelola oleh Administrator
jaringan. Untuk membuat account user sebagai berikut:
a) Klik tombol Start > Program > Administrator Tools > Computer
Management, tampil kotak jendela Computer Management.
b) Pada Console tree klik tanda + pada icon system > local user an groups
sehingga tampil folder Users and Groups.
c) Klik kanan folder users, klik New User.
d) Tampil kotak dialog New User, isi nama user yang hendak diberikan,
huruf besar dan huruf kecil dibedakan. Ulangi pengetikan dengan
password yang sama pada kotak isian confirm password.
e) Pada kotak cek terdapat :
1) User must change password at next log on : ini merupakan default
yang diberikan untuk setiap user baru, yang menyatakan pertama
kali log on dan diminta supaya user segera mengganti
passwordnya.
2) User cannot cange password : menyatakan user tersebut tidak bisa
mengubah password yang telah diberikan oleh Admiistrator.
3) Password never expires : menyatakan masa berlakunya password
tidak terbatas.
4) Account is disabled : jika diset menyatakan user tidak isa log on ke
jaringan.
5) Setelah memilih kotak cek, kemudian pilih Create.
f) Setelah klik Create maka kotak isian pada kotak dialog New User akan
dikosongkan, dan memberi kesempatan untuk membuat user baru yang
PKMT-3-22-8

lain. Jika selesai dalam pembuatan user maka selanjutnya klik tombol
Close.
3. Inisialisasi Disket
Setelah sistem siap selanjutnya kita akan memasukkan disket boot
(etherboot) ke komputer workstation maka tahap-tahap yang terjadi pada
komputer workstation sebagai berikut:
a. Ketika WorKstation diaktifkan maka akan terjadi proses Power On
Self Test (POST).
b. Pada saat proses tersebut terjadi, BIOS akan mencari ROM yang
terpasang pada Card LAN. ROM yang dicari tersebut harus sudah
terisi kode therboot. Jika ROM tidak terpasang atau tidak ada kode
etherbootnya, maka BIOS akan mencari ke device yang lain yaitu,
disket yang berisi kode etherboot.
c. Setelah proses POST selesai maka file config.sys dan autoexec.bat
yang terdapat pada disket dieksekusi dilanjutkan dengan pembacaan
kode ehtherboot yang terdapat pada disket dan langsung dieksekusi.
d. Kode ehterboot tersebut kemudian akan mencari card LAN yang
terpasang. Jika berhasil menemukanya maka card LAN tersbut akan
diinisialisasi.
e. Kode etherboot kemudian akan mengirimkan sinyal ke jaringan,
berupa permintaan DHCP (DHCP Request). Permintaan DHCP
tersebut akan disertai dengan MAC Addres dari Card LAN yang
digunakan.
f. DHCP daemon yang aktif di server kemudian akan memperoleh sinyal
permintaan tersebut dan akan mencari data pada file konfigurasi yang
ada.
g. Kode etherboot kemudian akan menerima balasan dari server, dan
kemudian melakukan konfigurasi TCP/IP pada card LAN dengan
parameter yang diterima.
h. Dengan menggunakan TFTP (Trivial File Transfer Protokol), kode
etherboot kemudian akan berusaha untuk melakukan download dari
server.
i. Setelah file berhasil didownoad sepenuhnya di Workstation, kode
ehterboot akan meletakkan file tersebut ke lokasi memory yang tepat.
j. Kontrol kemudian akan diambil oleh kernel. Kernel ini kemudian akan
melakukan inisialisasi seluruh sistem dan peralatan terpasang yang
dikenali dan selanjutnya menampilkan mode koneksi server.
k. Selanjutnya akan tampil kotak dialog konfirmasi. Tekan Ctrl+Alt+Del,
sehingga tampil kotak dialog Log On to Windows dengan
memasukkan user yang telah dimuat di Administrator.
l. Ketik passwordnya dan klik OK maka akan muncul tampilan pada
desktop awal.

KESIMPULAN DAN SARAN


a. Kesimpulan
1. Thin Client Server merupakan suatu konsep jaringan komputer yang
menekankan pada proses komputasi di sisi server dengan sisi Client yang
bekerja seminimal mungkin.
PKMT-3-22-9

2. Pengimplementasian Citrix MetaFrame XP pada Laboratorium Komputer


II yang sebelumnya menggunakan aplikasi under DOS, saat ini dapat
difungsikan untuk aplikasi-aplikasi under Windows berbasis Windows
2000 Server.
3. Pada sistem diskless semua proses terjadi di server sehingga jika terjadi
penambahan komputer workstation maka semakin besar resource server
yang harus tersedia.
b. Saran-Saran
1. Untuk PC server sebaiknya menggunakan RAM dan Harddisk yang cukup
besar serta NIC yang mempunyai kecepatan minimal 100 Mbps agar
kinerja server dan workstation stabil, sedangkan pada workstation
sebaiknya menggunakan RAM diberikan minimal 16 MB untuk
menjalankan mode grafis.
2. Agar aplikasi ini dapat digunakan secara umum di masa yang akan datang
sebaiknya server tidak hanya berbasis Windows tetapi digandengkan
dengan server sistem operasi yang lain misalnya LTSP berbasis Linux.
3. Untuk STMIK Handayani apabila ingin mengoptimalkan Laboratorium
Komputer II dengan menggunakan sistem Diskless Citrix MetaFrame XP,
kami sarankan untuk meningkatkan spesifikasi server serta NIC yang
dipakai disetiap client jenisnya sama sehingga dapat menggunakan satu
disket boot untuk booting keseluruhan client.

DAFTAR PUSTAKA
1. Mueller, S. (2003). Upgrading and Repairing PCs, Edisi 3, Penerbit ANDI,
Yogyakarta.
2. Purbo, Onno. W. (1998). TCP/IP, Penerbit ANDI, Yogyakarta.
3. Rafiuddin, Rahmat. (2003). Jaringan Komputer, Penerbit PT. Gramedia,
Jakarta.
4. Setiawan, S. (1992). Mengenal Network, Edisi Pertama, Penerbit ANDI,
Yogyakarta
5. Sulhan, M. S.Kom. (2003). Membangun Jaringan Komputer Murah
Menggunakan Citrix MetaFrame XP, Penerbit ANDI, Yogyakarta.
6. Sulung, (2003). Alasan Perusahaan Beralih ke Thin Client Server
Computing, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
7. Wirija, S, Ir. (2002). Microsoft Windows 2000 Server, Jakarta.
PKMT-3-23-1

MODIFIKASI KAPAL IKAN TRADISIONAL DI DAERAH PRIGI


UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS

Anggara Havid Saputra dan Meytika Ervinta


Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya, Surabaya

ABSTRAK

Kata kunci:
PKMT-4-1-1

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KENDARAAN LISTRIK TENAGA


SURYA DAN BATERAI DENGAN PENGECASAN SENDIRI
(ALTERNATOR) UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI
MENGGUNAKAN EFEK GIROSKOP

Zulbasrizal, Taufiq Sabirin, Hotto Juriko Ks, Dwi Hasfi F, Ahmad Lutfi
PS Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang

ABSTRAK:
Sumber energi yang sering digunakan pada kendaraan listrik berasal dari surya
dan baterai. Namun, energi surya hanya dapat digunakan pada siang hari dan
pada keadaan radiasi yang cukup. Selain itu, pada malam hari, sumber energi ini
tidak ada sehingga kurang dapat diandalkan sebagai sumber utama pada
kendaraan listrik. Untuk mengatasi masalah ini, perancang menggunakan baterai
sebagai sumber cadangan energi. Akan tetapi, penggunaan baterai juga terbatas
karena energi baterai dapat habis bila terus digunakan tanpa pengisian ulang.
Penelitian ini menawarkan suatu metode baru yang dapat digunakan pada
kendaraan listrik untuk pengecasan sendiri: (1) menggunakan alternator saat
jalan normal (memanfaatkan efek giroskop); (2) memanfaatkan energi kinetik
motor saat jalan menurun dan energi kinetik saat pengereman oleh alternator
menjadi energi listrik (regenerasi). Efisiensi energi pada kendaraan listrik dapat
ditingkatkan menjadi lebih baik dengan metode yang diusulkan. Hasil penelitian
(melalui pengukuran durasi baterai menyuplai motor) menunjukkan bahwa
pemasangan alternator yang memanfaatkan efek giroskop dan regenerasi terbukti
memberikan perbaikan pada efisiensi kendaraan listrik dan meningkatkan
kapasitas (daya tempuh) kendaraan listrik.

Kata kunci: alternator, baterai, efisiensi, giroskop, regenerasi.

PENDAHULUAN
Energi surya dan listrik adalah salah satu alternatif energi terbaharui.
Keduanya memiliki potensi yang menarik sebagai alternatif dari energi fosil (tak
terbaharui) yang biasa digunakan. Sekarang timbul masalah yang berkaitan
dengan energi fosil tersebut yaitu langkanya dan semakin tingginya harga energi
fosil dunia. Disamping itu, potensi kedua energi terbaharui ini (surya dan listrik)
cukup menjanjikan untuk wilayah tropis khususnya daerah Sumatera Barat. Oleh
karena itu, kami tergerak untuk merintis penggunaan energi alternatif tersebut
dengan harapan untuk masa kedepannya kita tidak lagi bergantung pada energi tak
terbaharui.
Sumber energi yang sering digunakan pada kendaraan listrik berasal dari
surya dan baterai. Sumber energi surya dapat digunakan pada siang hari dan pada
keadaan radiasi yang cukup. Salah satu kelemahan dari energi surya adalah tidak
dapat diperoleh secara optimal pada saat radiasi matahari berkurang misalnya
pada saat cuaca mendung atau ketika musim hujan. Selain itu, pada malam hari,
sumber ini tidak dapat digunakan sehingga energi surya kurang dapat diandalkan
sebagai sumber utama pada kendaraan listrik. Untuk mengatasi masalah ini,
biasanya digunakan baterai sebagai sumber cadangan. Baterai dapat digunakan
untuk menyimpan energi listrik yang selanjutnya dapat dipakai pada saat
PKMT-4-1-2

dibutuhkan. Penggunaan baterai juga terbatas karena energi baterai dapat habis
bila terus digunakan tanpa pengisian ulang. Pengecasan baterai konvensional
dilakukan dengan mengambil sumber dari PLN dan mengisi ulang cairan (untuk
baterai basah). Pengisian ulang baterai pada penelitian ini dilakukan dengan cara
mengambil sumber dari motor pada saat kendaraan melewati jalan menurun,
dalam hal ini motor berubah fungsi menjadi generator. Metode lain yang dapat
digunakan pada kendaraan listrik adalah menggunakan pengecasan sendiri yaitu
dari alternator. Sehingga kendaraan yang kami rancang merupakan gabungan dari
motor, alternator, sel surya, dan baterai.
Alternator adalah mesin listrik yang mengubah energi mekanik menjadi
energi listrik(2). Penggerak utama alternator dapat diambil dari kendaraan yaitu
putaran mesin. Suatu hal yang perlu diperhatikan bila menggunakan alternator
adalah bagaimana agar alternator tersebut tidak menjadi beban yang dapat
mengurangi kemampuan kendaraan. Secara teori, alternator bermanfaat jika ia
digerakkan dengan torka yang cukup besar yaitu pada saat mobil melintasi jalan
menurun. Dengan adanya alternator, kita dapat meningkatkan daya kendaraan
sehingga menjaga kontinuitas daya dari kendaraan itu sendiri. Disamping
keuntungan dari pemakaian alternator ada beberapa hal yang menjadi
permasalahan baru pada kendaraan yang akan dirancang yaitu: Apakah alternator
yang ditambah tersebut dapat bekerja efisien saat torka kendaraan kecil khususnya
(pada jalan datar/mendaki) atau justru mengurangi efisiensi? Adakah cara lain
untuk mengatasinya dan bagaimana? Untuk itu perlu diadakan penelitian guna
menemukan metoda yang memungkinkan penggunaan alternator secara efisien.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang dan membuat
kendaraan listrik tenaga surya (sel surya), gravitasi (motor) dan mekanik
(alternator) serta sistem isi-ulang (baterai) yang efisien.
Kami berharap penelitian ini dapat bermanfaat untuk masa yang akan
datang sebagai model percontohan yang akan membantu pemecahan masalah
krisis energi di negara kita.

METODE PENDEKATAN
Penelitian ini dilakukan berdasarkan bagan alir pada Gambar 1 dan 2.
Gambar 1 menjelaskan tahap awal dari perancangan kendaraan listrik (disingkat:
ML [motor listrik]). Gambar 2 menjelaskan proses pembuatan kendaraan listrik
dan pengujian hasil rancangan.
PKMT-4-1-3

Gambar 1. Bagan alir program kerja kegiatan PKMT bagian pertama

Gambar 2. Bagan alir proses kegiatan PKMT bagian dua


PKMT-4-1-4

Ada beberapa pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini diantaranya adalah:
1. pengujian motor dc,
2. pengujian alternator dc,
3. pengujian kondisi 1 (ML-alternator-panel surya),
4. pengujian kondisi 2 (ML-alternator-panel surya) saat jalan menurun,
5. pengujian kondisi 3 (ML+alternator1-panel surya),
6. pengujian kondisi 4 (ML+alternator1-panel surya),
7. pengujian kondisi 5 (ML+alternator1+alternator2-panel surya), dan
8. pengujian kondisi 6 (ML+alternator1&2+panel surya).

Pengujian motor dc1


Pengujian dilakukan melalui uji coba beban penuh , beban penuh, dan
beban penuh di Labor Konversi Energi Elektrik (untuk selanjutnya disingkat
dengan: LKEE). Pengujian beban penuh dilakukan dengan memberikan tegangan
dan arus nominal pada terminal stator motor dc sehingga motor berputar pada
kecepatan nominalnya. Untuk pengujian dan beban penuh, terminal stator
diberi tegangan bernilai dan dari nilai nominalnya. Dari pengujian, diukur
arus dan tegangan motor dc yang nantinya akan digunakan untuk menghitung
kecepatan dan torka keluaran motor untuk dikurvakan dan dilihat (berdasarkan
kurva torka vs. kecepatan) apakah motor layak dioperasikan pada beban penuh,
beban penuh, atau beban penuh dengan pertimbangan efisiensi, dan kapasitas
suplai baterai. Pengujian ini dilakukan sebanyak 10 kali untuk masing-masing
variasi beban motor yang memakan waktu sekitar 30 menit lamanya.

Bahan dan peralatan yang digunakan


Motor dc 2 kW 1 buah
Voltmeter 1 buah
Ampermeter 1 buah
Suplai dc/baterai 12 V 60 AH 1 buah
Kabel dan probe alat ukur secukupnya
Beban motor 1 buah

Metode untuk mendapatkan nilai arus dan tegangan dari motor dc


mengikuti standard pengukuran tegangan dan arus internasional menggunakan
voltmeter dan ampermeter.
Nilai tegangan dan arus terukur akan digunakan untuk menghitung torka
dan kecepatan keluaran motor berdasarkan rumus torka-kecepatan (1). Dari hasil
perhitungan akan digambarkan kurva hubungan torka terhadap kecepatan dari
motor dc. Dari kurva akan dilihat batas minimal dan maksimal pengoperasian
motor dc terhadap beban yang diberikan(2).

Pengujian alternator dc2

1
Motor dc yang digunakan untuk ringkasan ini adalah motor dc jenis starter dengan rating 2 kW
12 V. Karena LKEE tidak memiliki ampermeter dengan rating > 10 A, pengujian terpaksa ditunda
hingga ampermeter dengan kapasitas lebih tinggi ada (sedang dipesan).
2
Sama halnya dengan pengujian motor dc.
PKMT-4-1-5

Pengujian dilakukan melalui uji coba beban penuh, beban penuh,


beban penuh dan pemberian putaran rendah di LKEE. Pengujian dilakukan
dengan memberikan putaran yang sesuai dengan variasi beban dimana alternator
akan diberikan putaran (penuh, , dan putaran rendah) sehingga alternator
akan menghasilkan tegangan pada terminal keluarannya (stator). Dari pengujian
diukur nilai tegangan dan arus yang dihasilkan alternator berdasarkan variasi
penggerak utamanya dengan beban baterai 12 V 60 AH yang digunakan untuk
melihat berapa kapasitas penyuplaian energi dari alternator ke baterai saat beban
penuh, beban penuh, beban penuh dan pemberian putaran rendah.

Bahan dan peralatan yang digunakan


Alternator dc 1 buah
Voltmeter 1 buah
Ampermeter 1 buah
Kabel dan probe alat ukur secukupnya
Penggerak utama (motor dc) 1 buah
Beban/baterai 12 V 60 AH

Metode untuk mengukur arus dan tegangan keluaran alternator mengikuti


standard internasional dengan menggunakan voltmeter dan ampermeter.
Nilai tegangan dan arus terukur akan digunakan untuk menghitung daya
listrik keluaran alternator berdasarkan rumus daya (1). Dari hasil perhitungan akan
digambarkan kurva hubungan daya keluaran terhadap kecepatan dari alternator dc.
Dari kurva akan dilihat batas minimal dan maksimal penyuplaian energi listrik
alternator dc ke baterai.

Pengujian kendaraan kondisi 1 tanpa alternator dan panel surya3


Pengujian ini hanya menggunakan baterai sebagai suplai daya kendaraan
yang dilakukan di lingkungan kampus UNAND. Lama pengujian adalah sampai
suplai dari baterai habis dengan kendaraan dipacu pada kecepatan nominalnya.
Dari pengujian ini diukur waktu discharge baterai dan daya tempuh kendaraan.

Bahan dan peralatan yang digunakan


Kendaraan listrik dengan motor dc+baterai
Stop watch 2 buah

Stop watch digunakan untuk mengukur waktu discharge baterai dan waktu
tempuh kendaraan mulai dari waktu starting kendaraan sampai muatan baterai
habis. Pengukuran kapasitas muatan baterai tidak bisa dilakukan secara kontinu
dikarenakan keterbatasan dari motor dc (2 kW 12 V) yang digunakan dalam
percobaan (motor dc yang seharusnya dipakai [500 W 12 V] belum sampai
pengirimannya) yang tidak bisa dijalankan untuk waktu lebih dari 5 menit
(masalah overheating). Sehingga untuk mendapatkan lamanya baterai bisa
menyuplai motor dilakukan dengan melakukan suatu langkah pendekatan.
Pendekatan dilakukan dengan menjalankan mobil untuk waktu kurang dari 5

3
Mobil dijalankan hanya pada transmisi tingkat 1 (karena keterbatasan motor).
PKMT-4-1-6

menit (dengan jarak yang ditempuh 6,5 meter) berulang-ulang (diselingi dengan
pengistirahatan motor jika motor sudah terasa panas).
Data waktu discharge baterai dan waktu tempuh kendaraan akan
digunakan sebagai perbandingan dengan pengujian sebelum dan berikutnya. Dari
waktu tempuh kendaraan, kecepatan rata-rata kendaraan dapat dicari melalui
perhitungan (lihat hasil dan pembahasan).

Pengujian kendaraan kondisi 2 tanpa alternator dan panel surya saat jalan
menurun*
Sama dengan pengujian sebelumnya, tapi disini akan dilihat unjuk kerja
motor menjadi generator saat jalan menurun. Dari pengujian ini diukur arus dan
tegangan dari motor ke baterai (regenerasi) saat mobil melintasi jalan menurun.

Bahan dan peralatan yang digunakan


Kendaraan listrik dengan motor dc+baterai
Voltmeter 1 buah
Ampermeter 1 buah

Arus dan tegangan saat dari motor (yang berubah fungsi menjadi
generator) ke baterai diukur berdasarkan standard internasional.
Dari nilai arus dan tegangan terukur, daya suplai saat regenerasi dapat
dicari berdasarkan hubungan arus dan tegangan. Data daya ini akan digunakan
sebagai perbandingan dengan percobaan sebelum dan berikutnya.

Pengujian kendaraan kondisi 3 dengan alternator tanpa panel surya*


Pengujian ini dilakukan dengan menambahkan sebuah alternator dc
seporos dengan motor dc yang dipasang horizontal di lingkungan kampus
UNAND. Dari pengujian dilihat pengaruh alternator dc terhadap kendaraan yang
parameternya adalah pengisian daya baterai dan kecepatan kendaraan.

Bahan dan peralatan yang digunakan


Kendaraan listrik dengan motor dc+baterai+alternator dc
Stop watch 2 buah

Stop watch digunakan untuk mengukur waktu discharge baterai dan waktu
tempuh kendaraan mulai dari waktu starting kendaraan sampai muatan baterai
habis.
Data waktu discharge baterai dan waktu tempuh kendaraan akan
digunakan sebagai perbandingan dengan pengujian sebelum dan berikutnya. Dari
waktu tempuh kendaraan, kecepatan rata-rata kendaraan dapat dicari melalui
perhitungan standard.

Pengujian kendaraan kondisi 4 dengan alternator tanpa sel surya*


Sama dengan pengujian sebelumnya, tapi alternator dc dipasang vertikal
seporos dengan sebuah magnet permanen dan motor dc yang ditopang oleh rangka
penahan di lingkungan kampus UNAND. Dari pengujian dilihat pengaruh
alternator dc terhadap kendaraan yang parameternya adalah pengisian daya baterai
dan kecepatan kendaraan.
PKMT-4-1-7

Bahan dan peralatan yang digunakan


Kendaraan listrik dengan motor dc+baterai+alternator dc
Stop watch 2 buah
Stop watch digunakan untuk mengukur waktu discharge baterai dan waktu
tempuh kendaraan mulai dari waktu starting kendaraan sampai muatan baterai
habis.
Data waktu discharge baterai dan waktu tempuh kendaraan akan
digunakan sebagai perbandingan dengan pengujian sebelum dan berikutnya. Dari
waktu tempuh kendaraan, kecepatan rata-rata kendaraan dapat dicari melalui
perhitungan standard.

Pengujian kendaraan kondisi 5 dengan 2 alternator tanpa panel surya*


Sama dengan pengujian sebelumnya (setelah pertimbangan pemilihan
konfigurasi pemasangan alternator), sebuah alternator dc tambahan dikoplingkan
dengan poros roda melalui mekanisme cakram. Dari pengujian dilihat pengaruh
alternator dc terhadap kendaraan yang parameternya adalah pengisian daya baterai
(saat pengereman) dan kecepatan kendaraan.

Bahan dan peralatan yang digunakan


Kendaraan listrik dengan motor dc+baterai+2 alternator dc
Stop watch 2 buah

Stop watch digunakan untuk mengukur waktu discharge baterai dan waktu
tempuh kendaraan mulai dari waktu starting kendaraan sampai muatan baterai
habis.
Data waktu discharge baterai dan waktu tempuh kendaraan akan
digunakan sebagai perbandingan dengan pengujian sebelum dan berikutnya. Dari
waktu tempuh kendaraan, kecepatan rata-rata kendaraan dapat dicari melalui
perhitungan

Pengujian kendaraan kondisi 6 semua komponen dipasang*


Pengujian terakhir ini dilakukan dengan memasang semua komponen
rancangan kendaraan listrik (1 motor dc, 1 baterai, 2 alternator). Dari pengujian
dilihat waktu tempuh dan waktu discharge baterai.

Bahan dan peralatan yang digunakan


Kendaraan listrik lengkap
Stop watch 2 buah
Ampermeter 1 buah
Voltmeter 1 buah

Stop watch digunakan untuk mengukur waktu discharge baterai dan waktu
tempuh kendaraan mulai dari waktu starting kendaraan sampai muatan baterai
habis.
Data waktu discharge baterai dan waktu tempuh kendaraan akan
digunakan sebagai perbandingan dengan pengujian sebelumnya. Dari waktu
PKMT-4-1-8


tempuh kendaraan, kecepatan rata-rata kendaraan dapat dicari melalui perhitungan
standard. Ampermeter dan voltmeter digunakan untuk mengukur arus dan
tegangan keluaran panel surya ke baterai.

*) Pengujian-pengujian ini (4, 5, 6, 7, 8) tidak bisa dilakukan karena alternator dan


motor serta panel surya pesanan datangnya tidak pada minggu pertama bulan Juni
sehingga kami tidak dapat memberikan data pengujian untuk kondisi 2, 3, 4, 5 dan
6 dalam ringkasan kali ini.
Berikut dokumentasi pengujian (3) dan rencana pengujian (yang tertunda:
1, 2, 4, 5, 6, 7, 8):

Gambar 3 Pengujian kondisi 1 tanpa alternator dan panel surya

Gambar 4 Pengujian kondisi 4 alternator menggunakan efek giroskop (belum


dibuatkan konstruksi permanennya karena alternator yang akan digunakan belum
datang)

Gambar 5 Pengujian kondisi 2 tanpa panel surya (konstruksi permanen belum


dibuatkan karena alternator yang akan digunakan belum datang)
PKMT-4-1-9

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari pengujian ketiga, mobil tanpa alternator dan panel surya, didapatkan
nilai tegangan baterai untuk 50 kali pengulangan yang diberikan oleh Tabel 1.
Jarak tempuh mobil untuk pengujian adalah 6,5 meter. Tegangan awal baterai
sebelum pengujian dilakukan adalah 12,6 volt.

Tabel 1 Pengujian mobil listrik tanpa alternator dan panel surya (hanya
pada transmisi 1)
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Time (sec) 4,53 4,72 4,97 4,37 4,31 4,83 4,29 4,26 4,55 4,56
Vbatt (volt) 12,6 12,6 12,6 12,6 12,6 12,6 12,6 12,6 12,6 12,58
No. 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Vbatt (volt) 12,58 12,58 12,58 12,58 12,58 12,58 12,58 12,58 12,58 12,54
No. 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Vbatt (volt) 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54
No. 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Vbatt (volt) 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54
No. 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Vbatt (volt) 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,45

Kolom time (sec) pada tabel 1 menunjukkan waktu tempuh mobil untuk
jarak tempuh 6,5 meter. Pencatatan waktu tempuh ini hanya dilakukan sebanyak
10 kali. Pembatasan ini dilakukan berdasarkan kemiripan data waktu terukur
untuk 10 kali pengukuran. Lewat perhitungan waktu rata-rata yang dibutuhkan
mobil untuk bergerak sejauh 6,5 meter adalah 4,539 detik.
Dari data di Tabel 1, laju mobil bisa ditentukan. Laju mobil adalah
perpindahan mobil dari titik awal ke akhir dibagi dengan waktu mobil untuk
bergerak dari titik awal ke akhir. Tabel 2 menunjukkan hasil perhitungan laju
mobil setiap percobaan dan laju rata-rata dari mobil untuk 10 kali pengujian. Dari
Tabel 2 dapat dilihat bahwa mobil memiliki laju sebesar 1,43561 m/s untuk
menempuh jarak 6,5 meter dalam waktu 4,539 detik. Nilai laju ini adalah nilai
operasi transmisi tingkat 1 dari mobil rancangan. Dalam satuan kilometer/jam laju
tingkat 1 ini bernilai sebesar 5,168202 km/jam. Jika penurunan tegangan dianggap
tidak linier dengan jarak, torka yang diberikan motor berkurang seiring dengan
pengurangan tegangan, waktu untuk menempuh jarak yang sama akan berbeda
jauh. Hal ini akan mengakibatkan laju mobil untuk tingkat 1 akan kurang dari 5
km/jam.
Nilai tegangan baterai diukur setiap mobil selesai menempuh jarak
uji. Dari 50 kali pengukuran didapatkan penurunan nilai tegangan mulai dari
tegangan 12,6 volt menjadi 12,45 volt. Hubungan penurunan tegangan dan jarak
dapat dirumuskan sebagai suatu fungsi yang bisa digunakan untuk mencari jarak
tempuh mobil (dengan asumsi daya pasokan ke motor konstan dan hubungan
penurunan tegangan dengan jarak adalah linier serta motor dianggap tetap
beroperasi pada kondisi terbaiknya).
PKMT-4-1-10

Tabel 2 Laju mobil


x time
laju (m/s)
(m) (s)
6,5 4,53 1,43488
6,5 4,72 1,37712
6,5 4,97 1,30785
6,5 4,37 1,48741
6,5 4,31 1,50812
6,5 4,83 1,34576
6,5 4,29 1,51515
6,5 4,26 1,52582
6,5 4,55 1,42857
6,5 4,56 1,42544
Laju rata-rata 1,43561

Jarak total yang ditempuh mobil untuk melintasi 6,5 meter sebanyak 50
kali adalah 325 meter.

V = V1 V50 = (12, 60 12, 45) = 0,15 volt/325 meter

Dari nilai jatuh tegangan ini dapat diasumsikan bahwa setiap 325 meter
baterai akan mengalami drop sebesar 0,15 volt (dengan asumsi hubungan
penurunan tegangan dengan jarak adalah linier). Sehingga jarak maksimal yang
bisa ditempuh oleh mobil listrik dengan baterai 12 V dan transmisi tingkat 1 dapat
dicari berdasarkan hubungan jatuh tegangan dan tegangan baterai dikalikan
dengan jarak yang menyebabkan penurunan sebesar 0,15 volt. Secara rumusannya

Vbatt 12 volt
xtotal = xv = 325 meter
V 0,15 volt
= 2600 meter = 26 km

Secara idealnya, mobil listrik rancangan dapat menempuh jarak sejauh 26


kilometer dengan sumber baterai 12 V dan transmisi tingkat 1. Namun, pada
realnya penurunan tegangan tidaklah linier dengan jarak sehingga ada
kemungkinan jarak tempuh sebenarnya akan lebih kecil dari idealnya. Jika
ketidaklinieran jatuh tegangan-jarak, penurunan torka motor akibat penurunan
tegangan, penurunan kinerja motor karena tidak lagi beroperasi pada kondisi
terbaiknya (panas) dipertimbangkan maka jarak maksimal yang bisa ditempuh
mobil adalah sekitar kurang dari 20 km. Penggunaan motor yang tidak sesuai juga
ikut berpengaruh terhadap jarak tempuh mobil. Motor yang digunakan pada
pengujian ini tidak bisa dioperasikan pada nominalnya dikarenakan dayanya yang
lebih tinggi dari baterai (2 kW : 700 W) sehingga memberikan pengaruh pada
kinerja mobil. Penggunaan motor yang kurang tepat ini adalah karena motor
pesanan untuk rancangan ini baru akan sampai pada akhir minggu dari bulan Juni.
PKMT-4-1-11

KESIMPULAN
Dari pengujian dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Laju mobil untuk transmisi tingkat 1 adalah 5 km/jam,
2. Untuk menempuh jarak 325 meter, baterai mengalami drop sebesar 0,15
volt. Mobil mampu untuk beroperasi hingga 20 km dengan kecepatan 5
km/jam.

DAFTAR PUSTAKA
(1) Sen, PC . Electric Machinery Fundamentals And Power Electronics. New
York :McGraw-Hill;1999.
(2) Chapman, Stephen J. Electric Machinery Fundamentals. New York:
McGraw-Hill;1999.
PKMT-4-2-1

PENERAPAN MEDIA TEKNOLOGI INFORMASI DAN


KOMUNIKASI MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH
SUB POKOK PERSAMAAN KUADRAT UNTUK TINGKAT SMU

Syalendra Putra, Fardiani, Eka Agustina


Jurusan PMIPA FKIP Universitas Bengkulu, Bengkulu

ABSTRAK
Pada era Teknologi Informasi dan Komunikasi ( Information and Communication
Technologi/ICT ), banyak hal yang dapat dijadikan sebagai salah satu media
pembelajaran matematika sekolah. Saat ini banyak sekolah yang memiliki
fasilitas komputer yang memadai dan sumber daya manusia yang berkualitas
namun belum mengoptimalkan penggunaan komputer tersebut. Padahal banyak
sekali software yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika sekolah.
Salah satunya Microsoft Excel yang memiliki fasilitas menggambar grafik,
pengolahan data, aneka propertis hingga dapat dimanfaatkan sebagai program
dalam aplikasi aljabar, seperti pada persamaan kuadrat dn fungsi kuadrat.
Program yang dibuat oleh tim PKMT diberi nama Program Persamaan dan
Fungsi Kuadrat. Pelaksanaan kegiatan PKMT ini terdiri dari penyesuaian
program dengan kurikulum, perencanaan program dan LKS, pembuatan program
dan LKS, sosialisasi program terhadap guru, persiapan lokasi uji coba serta
pelaksanaannya. Dalam melaksanakan program tim PKMT bekerjasama dengan
SMU N 8 Kota Bengkulu yang melibatkan siswa kelas XI, pembuatan program
dan modul serta uji coba dilaksanakan di Lab ICT Jurusan PMIPA FKIP Unib.
Program meliputi subprogram persamaan kuadrat, fungsi kuadrat dan latihan
soal yang dibuata menggunakan Visual Basic for Application (VBA) Excel dengan
tampilan program yang userfriendly sehingga memudahkan siswa mengikuti
langkah demi langkah instruksi program. Program dirancang sesederhana
mungkin agar siswa cukup melakukan aksi click dan memasukkan nilai sesuai
petunjuk program. Hasil program ini membrikan alternatif media pembelajaran
yang inovatif dan dinamis bagi guru dan siswa dalam proses pembelajaran
matematika sekolah dan membantu siswa dalam pembelajaran yang
menyenangkan.

Kata kunci : ICT, Microsoft Excel, persamaan kuadrat, pembelajaran


matematika, Visual Basic for Application

PENDAHULUAN
Matematika secara umum didefenisikan sebagai bidang ilmu yang
mempelajari pola dan struktur, perubahan, dan ruang. Dalam pandangan formalis,
matematika adalah penelaahan struktur abstrak yang didefenisikan secara aksioma
dengan menggunakan logika simbolik dan notasi matematika.
Sebagai suatu kumpulan sistem matematika terdiri dari lima bidang
bagian, yaitu: Aritmatika, Geometri, Aljabar, Analisis dan Dasar-Dasar
PKMT-4-2-2

Matematika, masing-masing mempunyai sub bidang bagian yang disebut cabang


matematika.Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran
suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran
sebelumya sehingga kaitan antara konsep dalam matematika bersifat konsisten.
Objek matematika adalah hal yang abstrak.
Namun demikian pembelajaran dan pemahaman konsep dapat juga diawali
dengan beberapa contoh atau fakta yang teramati, membuat daftar sifat yang
muncul, memperkirakan hasil baru yang diharapkan yang kemudian dibuktikan
secara deduktif, dan ini adalah salah satu pola belajar induktif-deduktif.
Pembelajaran matematika diarahkan untuk pembentukan kepribadian dan
pembentukan kemampuan berpikir yang bersandar pada hakikat matematika, ini
berarti hakikat matematika merupakan unsur utama dalam pembelajaran
matematika. Pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang
dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang
memungkinkan siswa belajar matematika sekolah. Unsur-unsur pembelajaran
matematika antara lain guru, proses pembelajaran, siswa dan matematika sekolah
( Ismail 2003).
Sistem pendidikan nasional saat ini adalah sistem pendidikan nasional
berbasis kompetensi, yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), yang
menuntut siswa memiliki suatu kompetensi dasar yang berguna untuk pencapaian
suatu kecakapan hidup. Dalam pembelajaran metematika berbasis kompetensi ini
terdapat beberapa tujuan diantaranya:
1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan
kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa
ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4. Mengembangkan kemampuan memecahkan informasi untuk
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,
catatan, grafik, peta, diagram, dan menjelaskan gagasan

Umumnya siswa merasa enggan untuk belajar matematika, karena mereka


beranggapan bahwa matematika merupakan suatu mata pelajaran yang sulit dan
abstrak. Untuk itu seorang guru matematika harus menyadari hal ini dengan
berupaya untuk menciptakan proses pembelajaran yang aktif dan inovatif
sehingga siswa tertarik dan tidak takut terhadap mata pelajaran matematika. Salah
satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui penggunaan alat peraga atau media
yang menarik sehingga dapat membantu siswa dalam proses pemahaman konsep
yang abstrak.

Menurut Hamidjojo ( dalam Ismail 2003 ) bila ditinjau dari peranannya,


media atau alat peraga pengajaran matematika itu dapat dikategorikan ke dalam
tiga hal utama yaitu :
1. Untuk membantu proses pemahaman konsep
2. Untuk membantu menguatkan daya ingat siswa tentang konsep yang
dipelajari.
PKMT-4-2-3

3. Untuk meningkatkan minat serta apresiasi siswa terhadap konsep yang


dipelajari khusnya serta terhadap matematika pada umumnya.

Menurut Rusefendi (dalam Ismail 2003) alat peraga atau media yang
digunakan harus memiliki sifat sebagai berikut :
1. Tahan lama (dibuat dari bahan yang cukup kuat)
2. Bentuk dan warnanya menarik.
3. Sederhana dan mudah dikelola (tidak rumit ).
4. Ukurannya sesuai dan setimbang dengan ukuran fisik anak.
5. Dapat menyajikan konsep matematika, baik dalam bentuk real, gambar, atau
diagram.
6. Sesuai dengan konsep dalam matematika.
7. Dapat memperjelas konsep matematika dan bukan sebaliknya (mempersulit
pemahaman konsep matematika).
8. penggunaanya supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir abstrak
bagi siswa.
9. Bila kita mengharapkan agar siswa belajar aktif alat peraga itu supaya dapat
dimanipulasikan, yaitu : dapat diraba, dipegang, dipindahkan, dipasangkan,
dicopot, dan lainnya.

Pada era teknologi informasi dan komunikasi, banyak hal yang dapat
ditemukan dan dijadikan sebagai salah satu media pengajaran dan pembelajaran
khususnya untuk matematika sekolah. Salah satu media ini yaitu komputer yang
hampir semua orang memilikinya dan juga telah tersedia di beberapa sekolah.
Dalam hal ini kita dapat mengoptimalkan penggunaan media komputer sebagai
media Teknologi Informasi dan Komunikasi (Informatioan and Communication
Tecnology / ICT) dalam proses belajar dan pembelajaran matematika. Peranan
ICT dalam proses belajar dan pembelajaran tidak hanya digunakan sebagai papan
tulis elektronik untuk membantu pemaparan guru, ataupun digunakan untuk
menuliskan tugas pada anak, tetapi yang lebih penting dari itu adalah
aplikasinya (Adrian dan Ron 2002)
Selama ini komputer tersebut mungkin hanya digunakan untuk media
pembelajaran untuk mata pelajaran Teknologi Informasi Komunikasi (TIK),
pengetikan dan untuk kepentingan para dewan guru dan staf tata usaha. Jarang
sekali digunakan dalam pembelajaran matematika. Padahal banyak sekali software
yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika, misalnya microsoft excel.
Penggunaan program ini merupakan salah satu alternatif media yang
menarik dalam pembelajaran matematika sekolah. Karena Ms.excel memiliki
fasilitas menggambar grafik, pengolahan data dan juga aneka properties lainnya
seperti warna dan gambar-gambar yang menarik. Hampir seluruh bidang dalam
matematika dapat memanfaatkan komputer sebagai salah satu media
pengajarannya, seperti: aljabar, kalkulus, geometri dan statistika. Pada materi
Aljabar standar kompetensi yang hendak dicapai adalah melakukan operasi hitung
dan manipulasi Aljabar pada persamaan, pertidaksamaan, dan fungsi, yang
meliputi: bentuk linear, kuadrat, dan suku banyak, eksponen dan logaritma,
barisan dan deret, matriks, dan vektor, dalam pemecahan masalah (Departemen
Pendidikan Nasional, 2004).
PKMT-4-2-4

Microsoft excel dapat dimanfaatkan dalam aplikasi dari materi pokok


aljabar, seperti pada persamaan dan fungsi kuadrat untuk menggambar suatu
grafik pemetaan dari suatu fungsi. Oleh karena itu penerapan penggunaan media
Teknologi Informasi dan Komunikasi (Information and Communication
Tecnology / ICT) dalam pembelajaran matematika sekolah dapat membantu
kesulitan para guru dan siswa dalam memahami konsep aljabar khususnya pada
materi persamaan dan fungsi kuadrat.
Saat ini banyak sekolah yang memiliki fasilitas komputer yang memadai
dan sumber daya manusia yang berkualitas belum mengoptimalkan penggunaan
fasilitas tersebut. Padahal Kurikulum Berbasis Kompetensi menuntut agar siswa
memiliki suatu kompetensi dasar yang dapat ditunjang dengan penguasaan
Teknologi Informasi dan Komunikasi oleh guru dan siswa. Maka solusi yang
ditawarkan, yaitu berupa penerapan penggunaan Teknologi Informasi dan
Komunikasi dengan menggunakan software Microsoft Excel dalam pembelajaran
matematika sekolah khususnya pada materi persamaan kuadrat.
Adapun tujuan dari pembuatan program yang menggunakan Microsoft Excel
dalam pembelajaran matematika sekolah untuk materi persamaan kuadrat adalah :
1. Memberikan kemudahan bagi guru dalam melaksanakan proses belajar
mengajar matematika sekolah yang menggunakan Kurikulum Berbasis
Kompetensi.
2. Membantu siswa agar lebih memahami konsep persamaan kuadrat.
3. Membantu guru dan siswa dalam membuat gambar grafik fungsi yang sedikit
rumit dan memerlukan waktu dan pemikiran ekstra apabila dikerjakan secara
manual sehingga dapat memahami sifat-sifat fungsi kuadrat lebih mendetail.
Keberhasilan pembuatan program ini diharapkan dapat :
1. Membantu guru dalam penyampaian kompetensi dasar dengan tuntas
khususnya materi persamaan kuadrat.
2. Memberikan alternatif media pembelajaran yang inovatif dan dinamis bagi
guru dan siswa dalam proses belajar mengajar matematika sekolah
3. Membantu siswa dalam pembelajaran matematika secara nyata dan
menyenangkan
Kegunaan program ini Bagi Mahasiswa yaitu sebagai sarana
mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan kreatifitas dalam upaya
mengoptimalkan penggunaan fasilitas teknologi yang ada dan bagi para guru
matematika dan siswa dapat membantu guru dan siswa dalam pelaksanaan proses
pembelajaransesuai kurikulum berbasis kompetensi dalam pembelajaran tuntas,
menambah pengetahuan bagi para guru dan siswa mengenai penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran matematika serta
memberikan variasi baru dalam metode pengajaran matematika dan membantu
siswa dalam memahami konsep matematika yang abstrak.
Dengan adanya program ini diharapkan masyarakat luas dan masyarakat
Bengkulu khususnya tidak lagi menganggap bahwa matematika adalah suatu
pelajaran yang membosankan dan mengerikan.

METODE PENDEKATAN
Mitra kerja dalam pelaksanaan program ini adalah salah satu sekolah yang
memiliki fasilitas komputer yang memadai dan juga sumber daya manusia yang
berkualitas namun belum mengoptimalkan penggunan fasilitas tersebut sebagai
PKMT-4-2-5

media dalam pengajaran matematika sekolah yaitu SMA Negeri 8 Bengkulu.


Sekolah SMA Negeri 8 ini dijadikan sebagai sekolah untuk melakukan uji coba
penerapan program, dengan melibatkan siswa kelas dua.
Mekanisme dalam program ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu: persiapan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Setiap bagian terdiri dari beberapa tahap yaitu:
1. Persiapan
Tahap 1
Dalam tahap pertama dilakukan penyesuaian kurikulum dan program yang
dirancang, metode yang dilakuak berupa survey awal ke SMA Negeri 8.
Berdasarkan survei tersebut dirancang materi pelajaran matematika sebagai
bahan pembuatan program sesuai dengan KBK.
Tahap II
Di tahap kedua ini adalah pembuatan program, berdasarkan rancangan pad
tahap I. Pembuatan program ini juga dilakukan di laboratorium ICT Jurusan
PMIPA FKIP UNIB dengan bimbingan dosen pembimbing.
Tahap III
Tahap ketiga meliputi pembuatan modul yang terdiri atas panduan
penggunaan program dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi latihan soal.
Diharapkan siswa tidak hanya menggunakan komputer saja namun juga
bekerja secara tertulis untuk menjawab setiap pertanyaan yang terarah
sehingga dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Selain itu juga dibuat
angket respon untuk siswa dan guru dan soal pretest/postest.
2. Pelaksanaan
Tahap I
Tahap pertama ini yaitu uji coba ke SMA Negeri 8 Bengkulu. Guru
matematika dilibatkan sebagai tim peninjau program ini. Uji coba ini
dilakukan selama sehari dengan menggunakan fasilitas komputer di Lab ICT
Jurusan PMIPA FKIP UNIB. Dalam uji coba ini setiap peserta diberikan satu
modul yang berisi panduan dan lembar kerja siswa. Peserta yang diambil pada
uji coba ini nantinya adalah siswa-siswi pilihan dari kelas XI dengan sebanyak
10 orang dari tiap kelas yang sedikit banyak telah mengetahui mengenai
komputer, dan mengetahui materi mengenai persamaan kuadrat.
Tahap II
Dalam pelaksanan uji coba tentunya ada beberapa kekurangan dan tambahan
yang dirasa perlu. Untuk itu setelah pelaksanaan uji coba maka program
tersebut direvisi kembali.
Tahap III
Tahap ketiga ini uji coba kembali/ujicoba setelah revisi. Mekanisme
pelaksanaan program sama seperti uji coba pertama.
3. Evaluasi
Bagian ketiga merupakan bagian evaluasi, evaluasi yang dilaksanakan
berpatokan pada angket yang disebarkan pada guru dan siswa dalam
pelaksanaan uji coba dan juga berdasarkan hasil pretest dan posttest peserta uji
coba baik pada uji coba I maupun uji coba II.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Program yang dibuat oleh tim PKMT diberi nama Program Persamaan
dan Fungsi Kuadrat. Program Persamaan dan Fungsi Kuadrat dirancang untuk
PKMT-4-2-6

memenuhi kompetensi dasar yang harus dicapai siswa sesuai Kurikulum 2004
pada materi pokok Persamaan dan Fungsi Kuadrat. Program ini dibuat
menggunakan Visual Basic for Application (VBA) Excel. Dengan software ini
dapat dibuat tampilan program yang userfriendly sehingga memudahkan siswa
mengikuti langkah demi langkah instruksi program. Program dirancang
sesederhana mungkin agar siswa cukup melakukan aksi click dan memasukkan
nilai-nilai sesuai petunjuk yang ditampilkan program. Program meliputi tiga
subprogram yaitu persamaan kuadrat, fungsi kuadrat dan latihan soal.
Program persamaan kuadrat terdiri dari : (a) Persamaan umum persamaan
kuadrat ; (b) Menentukan akar persamaan kuadrat (pemfaktoran dan rumus abc) ;
(c) Diskriminan dan sifat-sifat akar ; dan (d) Menentukan jumlah dan hasil kali
akar. Sedangkan Program Fungsi Kuadrat, terdiri dari : (a) Grafik fungsi dan sifat-
sifatnya ; (b) Sumbu simetri dan (c) Koordinat titik balik. Program Latihan Soal
terdiri atas soal-soal sesuai dengan indikator pencapaian pada silabus materi
pokok persamaan dan fungsi kuadrat kelas X dan XI. Garis besar program
diantaranya sebagai berikut :
Tampilan program persamaan kuadrat

Gambar 1. Tampilan awal program Gambar 2. Tampilan program Jika


persamaan kuadrat tombol Masukan Nilai Akar diclick

Gambar 3. Tampilan program jika Gambar 4. Tampilan program jika


akar-akar yang dimasukkan salah pada jawaban benar atau salah tiga kali
ujicoba 1
PKMT-4-2-7

Gambar 5. Tampilan program jika Gambar 6. Jika tombol latihan soal


tombol selesai di click dan tombol selanjutnya di click
latihan berikutnya di click maka akan
tampil:

Tampilan program fungsi kuadrat

Gambar 7. Tampilan awal program Gambar 8. Tampilan program jika


fungsi kuadrat : timbol mulai diclick maka akan
tampil

Gambar 9. Tampilan program dimana siswa diminta memasukkan


nilai diskriminan, dan nilai yang dimasukkan salah
PKMT-4-2-8

Gambar 10. Tampilan program jika jawaban siswa benar.

Gambar 11. Tampilan program jika Gambar 12. Tampilan program jika
tombol materi berikutnya di click latihan soal di click

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi selama pelaksanaan PKMT ini antara lain


1. Tidak semua simbol matematika dapat ditampilkan dalam VBA Excel.
Contohnya, untuk membentuk persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0, pada Excel
hanya dapat ditulis ax^2 + bx + c = 0. Solusi yang dilakukan berupa meng-
copy ax2 + bx + c = 0 dari Microsoft Word ke Excel. Rumus-rumus yang
harus ditampilkan, disimpan dalam bentuk file jpeg atau gif sehingga dapat
dipanggil oleh VBA sebagai image. Sedangkan pada tampilan persamaan
kuadrat ax2 + bx + c = 0 untuk nilai koefisien a dan b adalah 1, maka tertulis:
1x2 + 1x + c = 0, untuk a dan b bernilai 0 maka tertulis: 0x2 + 0x + c = 0.
Solusi yang dilakukan berupa manipulasi kode program pada Macro VBA
2. Sulitnya penyesuaian waktu dan tempat dengan SMU N 8 Kota Bengkulu,
dikarenakan bertepatan dengan persiapan UN pada sekolah yang
bersangkutan. Solusi yang dilakukan berupa ujicoba dilakukan di
Laboratorium ICT setelah ujian praktek di sekolah selesai.
PKMT-4-2-9

3. Sikronisasi isi program dengan isi yang harus ditampilkan di LKS harus
memenuhi aspek pedagogis . Program harus dapat menampilkan hubungan
antar konsep dan LKS merekam aktifitas siswa (langkah-langkah penyelesaian
soal ditulis di LKS) agar siswa dapat membuat kesimpulan dari aktifitas
mereka. Solusi yang dilakukan berupa diskusi secara insentif dengan dosen
pembimbing dan dosen pendidikan matematika yang lain, untuk mendapatkan
masukan tentang pembuatan program dan LKS yang baik.
Berdasarkan sosialisasi dengan para guru diperoleh informasi bahwa program dan
LKS yang dibuat telah cukup baik dalam hal :
(1) Bentuk tampilan dan struktur program menarik, sederhana dan mudah
digunakan.
(2) LKS memuat cukup banyak soal yang bervariasi namun belum mengacu pada
kisi-kisi soal UN
(3) Program dapat menyajikan konsep matematika, baik berupa rumus dan uraian
penyelesaian soal
(4) Program dapat membantu siswa belajar dengan metode balikan, maksudnya
siswa dapat melakukan kegiatan tersebut berulang kali sehingga siswa
memahami konsep
(5) Siswa dapat mengecek konsep mana yang belum dipahami dari jawaban pada
LKS dan membantu pemahaman konsep materi fungsi kuadrat melalui grafik.

Berdasarkan hasil pretest dan postest yang dilaksanakan, hasil posttest


lebih baik dibanding dengan hasil pretest. Ini menunjukkan indikator bahwa
program ini dapat membantu siswa dalam memahami konsep persamaan dan
fungsi kuadrat. Begitu juga dengan hasil analisa angket, lebih dari separuh peserta
uji coba merasakan manfaat adanya program ini karena mereka bisa belajar secara
mandiri dan lebih cepat dan mudah dalam mengingat dan memahami materi
mengenai persamaan dan fungsi kuadrat pada pelajaran matematika sekolah.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kegiatan PKMT yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa selain memberi kemudahan bagi guru dalam melaksanakan
proses belajar mengajar, ternyata kegiatan ini juga membantu siswa lebih
memahami konsep persamaan kuadrat dan fungsi kuadrat serta membantu guru
maupun siswa dalam membuat gambar grafik fungsi yang rumit dan memerlukan
waktu dan pemikiran ekstra apabila dikerjakan secara manual.
Dengan demikian peranan media pembelajaran melalui program ini telah
tercapai yaitu membantu proses pemahaman konsep, membantu menguatkan daya
ingat siswa tentang konsep yang dipelajari, meningkatkan minat serta apresiasi
siswa terhadap konsep yang dipelajari khususnya serta terhadap matematika pada
umunya
PKMT-4-2-10

DAFTAR PUSTAKA

Departeman Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004, Standar Kompetensi


mata Pelajaran Matematika Sekolah menengah Atas dan Madrasah
Aliyah. Jakarta: Depdiknas.
Ismail, dkk. 2003. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Oldknow Adrian, Taylor Ron. 2000. Integreting information and Communication
Technology in Education; Teaching Mathematics with ICT. Continuum:
London.
Sucipto Endar, Noormadiri DK. 2004. Matematika SMA untuk kelas X. Jakarta:
Erlangga
PKMT-4-3-1

RANCANG BANGUN INSTRUMEN PEMBANGKIT LISTRIK


TENAGA ANGIN SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF
RAMAH LINGKUNGAN DALAM OPERASI PENANGKAPAN IKAN

Akbar NH Putra, A Triwahyuni, Alimuddin, M Desistiano, Yudhi D Prasetyo


PS Ilmu dan Teknolologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor, Bogor

ABSTRAK
Disaat harga bahan bakar minyak dunia melambung serta diimbangi dengan
kelangkaan, pemerintah menyarankan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk
menghemat penggunaannya. Untuk mendukung kebijaksanaan pemerintah
tersebut, perlu dilakukan langkah-langkah pencarian sumber-sumber energi
alternatif yang ramah lingkungan serta terbarukan. Berdasarkan tempatnya, ada
dua sumber energi alternatif, yakni sumber energi alternatif yang berasal dari
daratan dan sumber energi yang berasal dari laut. Salah satu sumber energi
alternatif yang dapat dilakukan di darat maupun di laut adalah tenaga angin.
Rumusan masalah dari permasalahan di atas adalah sebagai berikut. : semakin
melonjaknya harga bahan bakar minyak, sehingga juga berpengaruh di segala
bidang termasuk usaha penangkapan ikan di perairan, tersedianya sumber energi
alternatif yang dapat dioptimalkan dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan
dan kelautan, pembangkit listrik selama ini masih menggunakan bahan bakar
minyak, sehingga dibutuhkan sumber energi alternatif yang lain untuk mendukung
operasi penangkapan ikan yang efektif dan efisien. Tujuan dari program ini
adalah sebagai berikut, mengoptimalkan tenaga angin sebagai sumber energi
alternatif untuk pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan, membuat
rancang bangun pembangkit listrik dengan menggunakan tenaga angin sebagai
sumber energi alternatif dalam operasi penangkapan ikan di perairan, membuat
desain rangkaian pembangkit listrik yang efektif dan efisien sebagai pengganti
bahan bakar minyak dalam operasi penangkapan ikan tanpa merusak lingkungan,
dan mengaplikasikan desain rangkaian pembangkit listrik yang telah dibuat untuk
menghidupkan lampu untuk menangkap ikan yang peka terhadap cahaya
Sedangkan luaran yang diharapkan dari program ini adalah sebagai berikut,
prototipe sistem pembangkit listrik tenaga angin yang bersifat portable untuk
mendukung operasi penangkapan ikan dan menghemat penggunaan bahan bakar
minyak, dapat mengoptimalkan tenaga angin sebagai sumber energi alternatif
yang dapat dimanfaatkan oleh nelayan dalam operasi penangkapan ikan, dan
rancang bangun instrumen yang dibuat dapat dimanfaatkan oleh nelayan untuk
menghemat penggunaan bahan bakar minyak untuk melancarkan kegiatan
operasionalnya.

Kata Kunci : Instrument Pembangkit Listrik Tenaga Angin

PENDAHULUAN
Sebagai negara kepulauan dan maritim yang besar, laut Indonesia
menyediakan sumber energi alternatif yang melimpah. Sumber energi itu meliputi
sumber energi yang terbarukan dan tak terbarukan. Pada era industrialisasi saat ini
PKMT-4-3-2

kebutuhan akan bahan bakar minyak semakin meningkat. Sebagian besar energi
yang digunakan rakyat Indonesia berasal dari bahan bakar fosil, yaitu bahan bakar
minyak, gas, dan batu bara. Kerugian penggunaan bahan bakar fosil ini selain
merusak lingkungan, juga tidak terbarukan (non renewable) dan tidak
berkelanjutan (unsustainable).
Disaat harga bahan bakar minyak dunia melambung serta diimbangi
dengan kelangkaan, pemerintah menyarankan kepada seluruh lapisan masyarakat
untuk menghemat penggunaannya. Untuk mendukung kebijaksanaan pemerintah
tersebut, perlu dilakukan langkah-langkah pencarian sumber-sumber energi
alternatif yang ramah lingkungan serta terbarukan. Berdasarkan tempatnya, ada
dua sumber energi alternatif, yakni sumber energi alternatif yang berasal dari
daratan dan sumber energi yang berasal dari laut. Salah satu sumber energi
alternatif yang dapat dilakukan di darat maupun di laut adalah tenaga angin.
Dalam operasi penangkapan ikan, bahan bakar minyak mempunyai peran
sangat dominan dan vital. Sebagai contoh, penggunaan lampu dan motor listrik
untuk menangkap ikan di tengah laut masih menggunakan bahan bakar minyak.
Untuk ikan yang memiliki sifat fototaksis positif seperti ikan tuna, bandeng,
layang dan cumi cumi pola pergerakannya yang mendekati cahaya disebabkan
oleh penglihatan makanan disekitar sumber cahaya dan jenis biota tersebut adalah
jenis biota biolumenense (Burhanuddin et al., 1984). Sumber cahaya yang
digunakan selama ini masih menggunakan bahan bakar minyak, dan berpotensi
mengakibatkan pencemaran di perairan.
Indonesia yang terletak di wilayah tropis memiliki karakteristik
pergerakan angin yang lebih stabil bila dibandingkan dengan wilayah lain. Hal ini
yang dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk mendesain rangkaian pembangkit
listrik dalam operasi penangkapan ikan.
Kelebihan tenaga angin bila dibandingkan dengan energi alternatif lainnya
seperti energi arus laut adalah output-nya tidak mengikuti grafik sinusoidal sesuai
dengan respons pasang surut akibat gerakan interaksi Bumi-Bulan-Matahari.
Kelebihan lainnya adalah biaya instalasi dan pemeliharaannya yang cukup murah.
Sedangkan kekurangannya adalah energi ini juga mempunyai intensitas
energi kinetik yang kecil bila dibandingkan dengan energi arus laut. Hal ini
disebabkan densitas air laut 830 kali lipat densitas udara sehingga dengan
kapasitas yang sama, turbin arus angin akan jauh lebih besar dibandingkan dengan
turbin arus laut. Kekurangan lainnya adalah perlu perancangan struktur yang
kekuatannya dirancang dengan memperhitungkan adanya angin topan karena
berpengaruh pada ketahanan turbin angin (Erwandi, 2005).
Penulis memilih mengaplikasikan rancang bangun instrumen pembangkit
listrik untuk mendukung kegiatan penangkapan ikan di perairan dengan
mengganti sumber energi bahan bakar minyak dengan sumber energi angin.
Dimana energi angin dimanfaatkan oleh turbin untuk diubah menjadi energi listrik
yang digunakan untuk menghidupkan lampu dengan sebelumnya melalui sistem
yang kompleks.

METODE PENDEKATAN
Secara umum pelaksanaan kegiatan penelitian akan dilakukan dalam
beberapa bentuk kegiatan. Penjelasan rinci masing masing kegiatan adalah
sebagai berikut :
PKMT-4-3-3

1. Pra Kegiatan dan Penarikan Hipotesis


Pra Kegiatan meliputi studi pustaka tentang perancangan rangkaian
pembangkit listrik dengan menggunakan energi angin, mempelajari tentang
tingkah laku ikan yang fototaksis positif terhadap cahaya, dan merencanakan
waktu serta tempat penelitian. Dari studi pustaka tersebut dapat diambil hipotesis
sementara hasil penelitian yang akan didapat. Untuk ikan yang memiliki sifat
fototaksis positif seperti ikan tuna, bandeng, layang dan cumi cumi pola
pergerakannya yang mendekati cahaya disebabkan pula oleh penglihatan makanan
disekitar sumber cahaya. Sumber cahaya ini yang akan dibangkitkan oleh
pembangkit listrik dengan tenaga angin.

2. Persiapan Fasilitas
Setelah mendapat gambaran tentang rancangan rancang bangun instrumen
pembangkit listrik yang akan dibuat, selanjutnya dilakukan persiapan fasilitas
untuk penelitian pembuatan instrumen. Dengan pencarian literatur, pembelian alat
alat dan bahan penelitian. Selanjutnya dilakukan survei untuk mengetahui situasi
dan kondisi lokasi penelitian.

3. Perancangan Alat dan Validasi Data


Perancangan alat dilakukan berdasarkan hipotesis dan pengujiannya.
Angin akan menggerakkan turbin angin sehingga dapat menggerakkan listrik yang
sebelumnya diubah dari energi kinetik menjadi energi kimia lalu diubah menjadi
energi listrik oleh accu. Setelah itu energi listrik ditingkatkan tegangannya agar
dapat menghidupkan lampu atau motor listrik oleh DC to AC Inverter. Tegangan
masukan yang digunakan adalah 12 Volt DC, sedangkan tegangan keluaran yang
akan dihasilkan adalah 220 Volt AC. Dengan tegangan 220 Volt, diharapkan
dapat membangkitkan listrik untuk menghidupkan lampu. Sedangkan untuk
validasi data adalah mempelajari tentang data dan sifat sifat angin di tempat
penelitian dilakukan sehingga dapat membantu proses observasi.

4. Uji Coba Skala Laboratorium


Rancang bangun instrumen yang telah dirancang akan duji cobakan pada
skala laboratorium, yaitu dengan merangkai turbin angin, accu, DC to AC
Inverter. Untuk uji coba awal akan digunakan untuk menghidupkan lampu baik
dengan seri maupun secara paralel. Instrumen yang dirangkai dapat menghasilkan
tegangan 220 volt sehingga selanjutnya tidak hanya bisa menghidupkan lampu
listrik tetapui juga bisa digunakan untuk menghidupkan motor listrik.(Gambar 1)

5. Uji Coba Di lapangan


Pengujian skala lapangan dilakukan apabila uji coba skala laboratorium
telah berhasil dilakukan. Pengujian lapangan dilakukan di Pelabuhan Ratu,
Sukabumi, Jawa Barat. Dalam perangkaian pembangkit listrik tenaga angin kita
harus dapat memperhitungkan berapa daya maksimum yang dapat digunakan
sehingga kita dapat memperhitungkan kuat arus generator yang dapat dihasilkan.
Dalam pelaksanaan kegiatan kita juga dapat memperhitungkan berapa daya listrik
yang kita butuhkan untuk menarik perhatian ikan yang fototaksis positif cahaya
berdasarkan literatur.
PKMT-4-3-4

Tenaga Angin

Motor Listrik
Turbin Angin

Alternator Mobil Accu

Lampu

Gambar 1 Diagram Skematik Rancang bangun Instrumen Pembangkit Listrik


Tenaga Angin

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Program
V 3 4 5 4 5 3 6,5
1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
D 2 2 2 1 2 1 2
P 50,914 120,686 235,714 30,171 235,714 12,729 517,864
30 30 30 30 30 30 30
Po 15,27 36,21 70,71 9,05 70,71 3,82 155,36
0,015 0,036 0,071 0,009 0,071 0,004 0,155

Dimana dengan menggunakan Persamaan didapatkan :


V= kecepatan angin (m/s)
D=Diameter Kincir (m)
P= Daya yang Maksimum Dihasilkan (Watt)
Efisiensi = 30
P=Daya Yang Dihasilkan (Watt)

B. Pembahasan
Angin adalah gerak atmosfer atau udara nisbi terhadap permukaan bumi.
Gerak ini mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi horizontal dan dimensi vertikal.
Pada umumnya gerak atmosfer adalah horisontal, karena daerah yang diliputinya
jauh lebih luas dan kecepatan horizontalnya jauh lebih besar daripada kecepatan
vertikalnya.
Dari data yang kami dapatkan, kecepatan angin sangat berpengaruh
terhadap daya yang dapat dihasilkan. Semakin besar kecepatan angin maka
semakin besar pula daya listrik yang dihasilkan, sedangkan semakin kecil
kecepatan angin maka semakin kecil pula daya listrik yang dihasilkan.
PKMT-4-3-5

Selain itu, ukuran kincir angin juga sangat mempengaruhi daya listrik
yang dihasilkan. Semakin daun kincir maka semakin besar daya listrik yang
dihasilkan, sedangkan semakin kecil ukuran daun kincir maka semakin kecil daya
listrik yang dihasilkan.

Gambar. Sirkulasi Tenaga Angin Dalam menghasilkan Tenaga

1m

Gear

Sirip
Pulley pengendali
aluminium
arah angin
8 inci

Gambar. Skema alat Tampak Atas


PKMT-4-3-6

1m Sirip
pengendali
Pulley arah angin
aluminium 8
inci

Alternator mobil
12 VDC

gear M1 =M2
M1 = l1 .G1 M2
M1 M2 = l2 .G2

Rangka
menara

Gambar. Skema alat Tampak Samping

Baterai atau accu yang dapat menghasilkan listrik 12 Volt akan dikuatkan
tegangannya menjadi 220 Volt dengan rangkaian DC to AC inverter di dalam
Alternator. Tegangan sebesar 220 Volt akan memungkinkan membangkitkan
listrik dalam skala besar termasuk menghidupkan lampu dengan rangkaian seri
ataupun paralel serta menghidupkan motor listrik. Tegangan keluaran dari
inverter ditentukan dalam transformer, sedangkan tegangan keluaran jatuh ketika
menggunakan tegangan tinggi. Tegangan masukan dan tegangan keluaran tidak
terbatas karena tergantung pada perubah untuk penggunaannya.

Gambar . Skema Rancangan DC to AC Inverter dalam Alternator

Laju perpindahan energi listrik, yang kemudian disebut sebagai Daya


listrik, dinyatakan secara matematis sebagai :

P = dU / dt = i . V
Dimana : P = Daya listrik ( Watt )
i = Kuat Arus ( Ampere )
V = Tegangan ( Volt )
PKMT-4-3-7

Satuan Daya biasanya dinyatakan dalam Watt (disingkat W) atau sering


juga digunakan house power (disingkat hp), dimana 1 hp setara dengan 746 W.
Setiap komponen memiliki rating daya maksimum yang tidak boleh dilampaui,
karena dapat menyebabkan kerusakan (terbakar atau meleleh) .
Pada prosesnya penggunaan dinamo alternator mobil dapat mewakili
keseluruhan terori tersebut.

Tingkah Laku Ikan Yang Fototaksis Positif Terhadap Cahaya

Ada beberapa faktor yang menyebabkan ikan tertarik oleh cahaya,


diantaranya adalah adaptasi mata ikan terhadap intensitas cahaya, banyaknya
makanan yang tersedia disekitar sumber cahaya. Terjadinya adaptasi mata ikan
atau respon terhadap adanya cahaya dapat ditandai dengan naiknya kon (cone)
yang terdapat pada retina mata ikan. Sedangkan ikan yang datang dengan makan
dapat dilihat isi perutnya atau stomac index.
Namun demikian bila dihubungkan dengan pengangkatan jaring pada
bagan penyinaran cahaya yang terlalu singkat lalu dilakukan pengangkatan jaring
dapat menyebabkan kurang efektifitasnya keberhasilan penangkapan karena ikan
belum tentram di atas jaring, atau terlalu lama penyinaran lampu menyebabkan
ikan-ikan akan jenuh dibawah cahaya karena adanya maksimum respon ikan
terhadap rangsangan intensitas cahaya yang diberikan, dimana berlaku Hukum
Weber, Hukum Steven dan Fachner-Weber.

KESIMPULAN
Dari hasil yang didapatkan kesimpulan bahwa tenaga angin dapat
digunakan dalam operasi penangkapan ikan. Hal ini dibuktikan dengan percobaan
peralatan yang kami rangkai. Dengan peralatan yang relatif sederhana, tenaga
angin dapat dioptimalkan untuk menghasilkan listrik yang selanjutnya digunakan
para nelayan untuk operasi penangkapan ikan. Namun, hal ini tergantung pada
kecepatan angin, jumlah lilitan pada dinamo Altenator dan diameter dari kincir
angin yang digunakan. Semakin besar kecepatan angin, jumlah lilitan pada
dinamo serta diameter kincir angin yang digunakan, semakin besar pula daya
listrik yang dihasilkan.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dengan kecepatan angin
maksimum sebesar 6.5 m/s dan diameter kincir angin 2 m dapat dihasilkan daya
sebesar 155.36 Watt. Daya sebesar ini kemudian akan disimpan di dalam accu dan
selanjutnya energi yang dihasilkan dapat menghidupkan lampu yang akan
digunakan dalam operasi penangkapan ikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
alat ini relevan digunakan nelayan untuk membantu dalam operasi penangkapan
ikan.
PKMT-4-3-8

DAFTAR PUSTAKA
Arimoto, T., 1997. Fish Behaviour Approach for Improving Trawl Gear
Selectivity Proceeding of the Regional Workshop on Responsible Fishing.
South Asian Fisheries Development Center, Samut Prakarn, p.251-265.
Ayodhyoa, Burhanuddin. Teknik Penangkapan Ikan. Bogor: Institut Pertanian,
1976.
Ben-Yami, M. 1976. Fishing With Light. Published by Arrangement With The
Agriculture Organisation of The United Nation by Fishing News Books
Ltd. Farnham, Surrey, England. p.121.
Birowo, S. 1983 - Hydro-oceanographic condition of the Sunda Strait : A review
Kertas Kerja untuk Symposium 100 th Krakatau 1883 1983, Jakarta, 23
27 Agustus 1983 : 8 hal.
Erwandi.2003. Alternatif Pengganti BBM, Ramah Lingkungan, dan Terbarukan.
www.litbang.esdm. go.id/ produk.p3tek.php - 80k
Nikonorov, I.V., 1975. Interaction of Fishing Gear With Fish Aggregations. Keter
Publishing House Jerusalem Ltd. Israel. 216p.
Safwan,H. 2001. Tinjauan Oeanografi Dalam Pembuangan Tailing di Dasar
Laut. Pusat Penelitian Kelautan ITB
Subani,W., dan H.R. Barus, 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut.
Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 50 tahun 1988 (Edisi Khusus).
Jakarta. 248 hal.
Subani, W., 1983. Penggunaan lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan.
Laporan penelitian perikanan laut (Marine fisheries report) .No 27. Balai
penelitian perikanan laut (Research institut for marine fisheries ). Badan
Penelitian dan Pengembangan PertanianDeptan Jakarta. hal 45-68.
http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi/artikel&1093850391
PKMT-4-4-1

PENGARUH PENAMBAHAN DEKSTRIN


DALAM PROSES PEMBUATAN YOGHURT BUBUK

Sartika Wahyuni, Selvi Utami, Dylia Ratih Pramesti, Ricky Ramdani


Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung

ABSTRAK
Penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan teknologi pengolahan yoghurt bubuk yang
mengandung bakteri asam laktat dan berserat dilakukan melalui dua tahapan. Tahap pertama
merupakan penelitian pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui pembuatan yoghurt serta
proses pengeringan vacuum yoghurt cair menjadi yoghurt bubuk yang berpengaruh terhadap
viabilitas bakteri asam laktat dalam yoghurt bubuk. Penelitian tahap kedua merupakan penelitian
utama yang terdiri dari dua percobaan dengan 3 kali ulangan. Percobaan 1 bertujuan untuk
memperoleh kombinasi perlakuan pembuatan yoghurt cair dari susu segar dan starter yoghurt
dengan suhu inkubasi 42 oC selama 6 jam. Percobaan tahap 2 bertujuan untuk mendapatkan
kombinasi perlakuan antara kultur starter (yoghurt komersial dan kultur murni) dengan
konsentrasi dekstrin (5, 10 dan 15%) terhadap sifat fisik, kimia, mikrobiologi dan organoleptik
yoghurt segar dan bubuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan dekstrin 15 %
dapat memperthankan viabilitas bakteri asam laktat yoghurt bubuk. Yoghurt bubuk yang
berkualitas bagus, bakteri asam laktat 9.2 (log cfu/g), pH 3.57-4.15, kadar protein 13.1-
19.7%, lemak 3.31%, kadar air 7.5-9.6%, warna/tingkat kecerahan dan mutu organoleptik
yang lebih baik.

Kata kunci : Yoghurt, Dekstrin, Pengeringan Vacum

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Yoghurt merupakan salah satu produk makanan yang popular di Indonesia.
Yoghurt merupakan susu yang difermentasikan. Proses fermentasinya merupakan
proses perombakan laktosa pada susu menjadi asam laktat yang dibantu oleh
bakteri S.thermopillus dan L.bulgaricus. Pada proses fermentasi tersebut, suhu
inkubasi yang digunakan adalah 42C karena suhu tersebut merupakan suhu ideal
untuk pertumbuhan dan aktivitas bakteri starter S.themopilus dan L.bulgaricus.
Yoghurt memiliki cari khas dalam cita rasa yaitu rasa masam yang ditimbulkan
oleh asam laktat sebagai hasil fermentasinya. Pemanfaatan bakteri Streptococcus
termophilus dan Lactobacilus bulgaricus untuk pembuatan Yoghurt telah
dilakukan dan menghasilkan produk-produk komersial. Produk-produk
Yoghurt yang berada dipasaran umumnya berwujud cairan yang siap
dikonsumsi. Wujud seperti ini memiliki beberapa kekurangan diantaranya daya
tahan simpan relatif singkat karena bila disimpan pada suhu ruangan yoghurt
akan rusak.Untuk mengatasi permasalahan ini, hasil pengolahan yoghurt dapat
dibuat dalam wujud bubuk.
Proses pengolahan yoghurt dalam wujud bubuk adalah menjadikan
yoghurt cair menjadi bubuk melalui proses pengeringan agar daya tahan simpan
meningkat serta dilakukan penambahan dekstrin untuk meningkatkan volume
yoghurt berwujud cair. Proses pengeringan dilakukan pada suhu 50C selama 6
PKMT-4-4-2

jam. Pengeringan dilakukan agar air yang masih terperangkap didalam yoghurt
dapat menguap.
Dekstrin merupakan sejenis karbohidrat yang berfungsi menambah volume
yoghurt sekaligus dapat mengurangi kadar air dalam yoghurt. Yoghurt yang tidak
ditambah dekstrin mempunyai kadar air yang paling tinggi 91,5 % dan menurun
dengan penambahan dekstrin. Hal ini diduga karena dekstrin mampu menyerap
kadar air yang tersimpan dalam sistem yoghurt (lemak dan protein) yang
mempunyai kestabilan yang cukup tinggi.
Yoghurt bubuk diperoleh dari yoghurt cair yang kemudian ditambahkan
dekstrin dan dipanaskan. Konsentrasi dekstrin yang ditambahkan pada yoghurt
berkisar antara 5-15%. Penambahan dekstrin bertujuan untuk meningkatkan
jumlah total padatan. Dengan jumlah total padatan yang tinggi dapat
meningkatkan kekerasan, elastisitas gel susu asam (yoghurt) atau dengan kata lain
mengurangi kadar air dalam yoghurt (Schimidt, Sistrunk, Richter, dan
Cornell,1980). Dengan penambahan dekstrin kadar air pada yoghurt berkurang
dari 89.82% menjadi 10.86% (Eddy dan Nuraida, 1999). Penelitian ini
menggunakan bahan pengisi dekstrin dan bukan bahan pengisi lainnya karena
memberikan nilai tambah baik secara internal ataupun eksternal dan tidak
mengurangi kandungan total bakteri pada yoghurt, kadar protein, serat kasar,
keasaman dan pH pada yoghurt.
Proses pengeringan dilakukan menggunakan vacum drying pada suhu
50C selama 6 jam. Proses pengeringan dilakukan menggunakan vacum drying
dikarenakan untuk menjaga kadar protein yang terkandung dalam yoghurt tidak
rusak dan menjaga warna dekstrin tetap bersih (tidak menjadi kuning/warna
gelap) dan tidak boleh dilakukan pada suhu lebih dari 50 C karena dapat merusak
bakteri. Sedangkan pada suhu 50C masih memungkinkan bakteri untuk
beraktivitas memproduksi asam. Proses pengeringan bertujuan mengurangi kadar
air yang masih terkandung dalam yoghurt setelah ditambahkan dekstrin.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mempelajari penambahan
dekstrin pada konsentrasi yang berbeda-beda terutama terhadap karakteristik
yoghurt bubuk, sehingga hoghurt bubuk ini memiliki kualitas yang lebih baik
dibandingkan dengan yoghurt cair terutama dalam hal daya simpan.

METODE PENDEKATAN
Penelitian ini dilaksanakan pada :
Waktu : April Juni 2006
Tempat : a. Laboratorium Kimia Pangan
b. Laboratorium Keteknikan Produksi Pangan
c. Laboratorium Indera
Bahan Baku yang digunakan :
Susu murni
Starter yoghurt
Dekstrin
Alat-alat yang diperlukan :
Vacuum Dryer
Loyang
Panci
Beaker Glass
PKMT-4-4-3

Timbangan Analitik
Nampan
Pengaduk
pH meter
Counting Chamber

Kriteria Pengamatan
Yoghurt cair
Yoghurt bubuk
Masing-masing variabel yang diamati adalah kadar air, pH, kadar protein,
warna/tingkat kecerahan, dan total bakteri.

Metode Pencarian Data dan Informasi :


1. Mengamati karakteristik yoghurt cair dan yoghurt bubuk.
Karakteristik yang diamati antara lain kadar air, pH, kadar protein,
keasaman, warna/tingkat kecerahan, kadar lemak, serta total bakteri.
2. Mengamati keuntungan dari yoghurt cair dengan yoghurt bubuk
Pengamatan ini dititik beratkan pada daya simpan yoghurt cair dengan
yoghurt bubuk
3. Mencari dan mengumpulkan data melalui studi literatur di internet
maupun perpustakaan
Untuk memperoleh data yang lebih lengkap dan akurat mengenai variabel-
variabel yang akan diamati pada saat penelitian.
4. Mengumpulkan informasi melalui pengamatan dan wawancara
Memperoleh informasi yang aktual di lapangan, sehingga dapat
dibandingkan dengan data dan informasi dari literatur yang telah diperoleh
baik dari perpustakaan maupun internet.

Metode Pengolahan Data dan Analisis :


1. Menganalisis data dan informasi yang telah diperoleh
Data dan informasi yang telah terkumpul kemudian dianalisis sesuai
dengan kebutuhan penelitian
2. Mengklasifikasi data
Klasifikasi data dan informasi objek yang diteliti yaitu yoghurt bubuk
yang kemudian dibandingkan dengan yoghurt cair. Klasifikasi ini
dititikbertakan pada karakteristik bahan yang diuji.
3. Mengklarifikasi data
Klarifikasi data dan informasi dilakukan dengan membandingkan data
yang sama dari sumber yang berbeda kemudian menentukan data yang
dipakai berdasarkan informasi yang akurat
4. Mengolah data dan informasi
Menginterpretasikan data berdasarkan hubungan data yang satu dengan
data yang lain

Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental. Penelitian


mengenai pengaruh penambahan dekstrin terhadap proses pembuatan yoghurt
bubuk ini dilakukan melalui dua tahap penelitian, yaitu : penelitian pendahuluan
dan penelitian lanjutan.
PKMT-4-4-4

1. Penelitian Pendahuluan
Dari kegiatan penelitian pendahuluan, diketahui bagaimana proses
pembuatan yoghurt cair dan kondisi pengeringan dengan menggunakan pengering
vacuum. Pengeringan dilakukan pada suhu 50oC selama 6 jam menghasilkan
produk yoghurt bubuk dengan penambahan konsentrasi dekstrin yang berbeda-
beda, antara lain : 5 %, 10 %, dan 15 %. Secara fisik dapat dilihat warna yoghurt
bubuk yang menggunakan dekstrin 15 % lebih bersih atau lebih cerah
dibandingkan dengan konsentrasi 5 % dan 10 %. Namun secara kimia ataupun
kandungan bakteri didalamnya belum diketahui. Maka berkaitan dengan hal
tersebut, akan dilakukan analisa/penelitian lanjutan yang akan dilakukan pada
kegiatan selanjutnya, yaitu :
a. Melakukan analisa produk yoghurt bubuk dari masing-masing
penambahan dekstrin dengan konsentrasi yang berbeda-beda, meliputi :
Kadar air
Kandungan bakteri
Kandungan protein
Kandungan lemak
Besarnya pH
Tingkat kecerahan warna
Mutu organoleptik
b. Membandingkan daya simpan yoghurt cair dengan yoghurt bubuk.

2. Penelitian Lanjutan

Penelitian lanjutan dilakukan dengan tujuan untuk menganalisa


karakteristik produk yoghurt bubuk dengan penambahan dekstrin pada konsentrasi
yang berbeda-beda (5 %, 10 %, dan 15 %). Karakteristik produk yang diamati
antara lain :
Kandungan air
Kandungan bakteri
Kandungan protein
Kandungan lemak
Besarnya pH
Tingkat kecerahan warna
Setelah diperoleh produk yang diinginkan yaitu yoghurt bubuk, maka dilakukan
pengamatan daya simpan terhadap yoghurt bubuk tersebut
PKMT-4-4-5

Metode Pelaksanaan Penelitian Lanjutan


Pengaruh Penambahan Dekstrin Pada Proses Pembuatan Yoghurt Bubuk

Susu Segar

Pemanasan pada suhu 800


(30 menit)

Pendinginan suhu
37 - 40 o C

Diinokulasi dengan
starter yoghurt

Diinkubasi pada suhu 42C

Ditambah dekstrim (15 %)

Pengeringan pada suhu 50oC


(6 Jam)

Yoghurt Bubuk

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kandungan air
Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar air pada yoghurt bubuk berkisar
antara 7,5 9,6 %. Kadar air yoghurt bubuk hasil penelitian berada pada kisaran
kadar air yoghurt yang dibuat dengan bahan pengisi dekstrin dan pati yaitu
10.86% dan 8.96% (Eddy dan Nuraida,1999). Nilai ini lebih rendah dari kadar air
yoghurt segar, karena sebagian air yang terkandung menguap oleh panas saat
pengeringan (Winarno, 1993). Penambahan konsentrasi dekstrin memberikan
pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar air yoghurt. Yoghurt yang tidak
ditambah dekstrin mempunyai kadar air yang paling tinggi (91.5%) dan menurun
PKMT-4-4-6

dengan penambahan konsentrasi dekstrin. Hal ini diduga karena sistem yang
terbentuk dalam yoghurt (lemak dan protein) mempunyai kestabilan yang cukup
tinggi, sehingga masih banyak air yang terperangkap di dalam yoghurt dan air
lebih sulit menguap.
Kandungan bakteri
Yoghurt bubuk hasil penelitian mengandung total bakteri asam laktat 5.6-
9.2 (log cfu/g). Nilai ini lebih besar dari standard jumlah bakteri asam laktat pada
yoghurt (5.0 log cfu/g) menurut Nakazawa dan Hosono (1992). Jumlah bakteri
asam laktat pada yoghurt bubuk (6.9 log cfu/g) yang menggunakan starter dari
yoghurt komersial lebih sedikit dibanding dengan starter dari kultur murni (8.5
log cfu/g). Hal ini diduga kultur starter dari yoghurt komersial mempunyai daya
tahan hidup lebih rendah dari starter kultur murni karena telah melalui beberapa
tahap proses sebelum digunakan sebagai kultur starter. Semakin tinggi dekstrin
yang ditambahkan, jumlah bakteri asam laktat yang hidup bertambah. Hal ini
sesuai dengan pendapat Gardiner, et al. (2000) bahwa penambahan protektan
seperti dekstrin dapat meningkatkan jumlah kultur bakteri yang hidup pada
yoghurt bubuk.
Kandungan protein
Kadandungan protein hasil penelitian adalah berkisar 13,119,7%.
Yoghurt tanpa penambahan dekstrin (0 %) mempunyai kadar protein tertinggi
(19.70%) dan terendah pada dekstrin 15%, hal ini diduga karena protein, lemak
dan karbohidrat yang terdapat dalam yoghurt membentuk koloid yang cukup
stabil. Koloid terbentuk karena adanya tarik-menarik antara rantai protein dan air
melalui ikatan hidrogen dengan ikatan peptida, gugus amino dan karboksil
(Gaman dan Sherrington, 1990). Kadar protein yoghurt bubuk cenderung menurun
dengan penambahan dekstrin, kecenderungan ini sama dengan kadar protein
yoghurt segar. Hal ini diduga karena ikatan yang terbentuk antara protein dan
dekstrin lemah (Alistair, 1995) dan terjadi pemisahan dalam sistem koloid
yoghurt.
Kandungan Lemak
Kadar lemak yoghurt hasil penelitian berkisar antara 1.7-3.3%. Hasil
analisis ragam menunjukkan bahwa perbandingan ekstrak tempe dan susu segar
tidak menunjukkan interaksi yang nyata dengan suhu inkubasi terhadap kadar
lemak, demikian juga perlakuan individual. Kadar lemak yang dihasilkan yaitu
tidak lebih 3.5% (Anonim, 1983). Kisaran kadar lemak yang dihasilkan telah
memenuhi standard yoghurt, yaitu tidak melebihi 3.8% (Anonim, 1983).
Perbedaan kadar lemak yoghurt diduga karena di dalam gumpalan susu (curd)
yang terbentuk ikut terperangkap lemak dan asam laktat hasil kerja starter yang
berbeda. Pada yoghurt yang ditambah dekstrin 5-15% mempunyai kadar lemak
yang lebih rendah dan viskositasnya meningkat.
Penambahan konsentrasi dekstrin cenderung menurunkan kadar lemak
yoghurt, kecenderungan ini sama dengan pengaruh dekstrin terhadap kadar
protein. Lemak dalam susu berada dalam bentuk globula-globula yang dilapisi
oleh lipoprotein. Apabila protein terdenaturasi karena asam, panas atau perlakuan
mekanik (homogenisasi dengan menggunakan mixer) maka lapisan tersebut akan
rusak dan terjadi pemisahan antara lemak, protein dan karbohidrat (dekstrin).
Besarnya pH
PKMT-4-4-7

Nilai pH yoghurt bubuk hasil penelitian berkisar antara 3.57-4.15. Nilai


pH ini termasuk pada kisaran pH yoghurt komersial yaitu 3.27-4.53 (Salji dan
Ismail, 1985 dalam Fardiaz, Nuraeni dan Kusumaningrum, 1999). Penggunaan
starter dari yoghurt komersial menghasilkan pH ratarata 3.74 %, sedangkan
starter kultur murni menghasilkan pH 4.06 %. Apabila dibandingkan dengan
yoghurt segar, pH yoghurt bubuk lebih rendah, berati yoghurt lebih asam. Hal ini
menunjukkan bahwa produksi asam pada yoghurt bubuk meningkat. Peningkatan
produksi asam diduga terjadi selama proses pengeringan yoghurt. Pengeringan
yoghurt dilakukan pada suhu 50o C, sehingga masih memberikan kesempatan bagi
kultur bakteri untuk beraktivitas (memproduksi asam). Keasaman yoghurt bubuk
yang dihasilkan berkisar antara 0.73-1.04%. Berdasarkan analisis ragam pengaruh
individual penggunaan starter dan konsentrasi dekstrin serta kombinasi kedua
perlakuan memberi perbedaan yang nyata terhadap keasaman yoghurt bubuk.
Starter dari yoghurt komersial dengan konsentrasi dekstrin 0% menghasilkan
keasaman yoghurt bubuk paling tinggi (1.04%), sedangkan nilai keasaman
terendah (0.73%) pada penggunaan starter kultur murni dengan konsentrasi
dekstrin 15%. Kondisi ini menunjukkan jumlah asam laktat yang terbentuk
sebagai hasil perombakan laktosa oleh starter bakteri pada yoghurt bubuk tanpa
penambahan dekstrin lebih besar dibandingkan dengan yoghurt dengan
penambahan dekstrin. Keasaman dapat juga terjadi karena perombakan laktosa
menjadi asam laktat dapat menghidrolisis dekstrin menjadi maltosa dan glukosa
yang selanjutnya dirubah menjadi asam laktat dan asam asetat sehingga kondisi
produk (yoghurt) menjadi asam (Gaman dan Sherrington,1990).
Tingkat Kecerahan Warna
Yoghurt bubuk yang dihasilkan mempunyai tingkat kecerahan warna yang
lebih cerah dibandingkan dengan yoghurt cair. Penambahan konsentrasi dekstrin
dapat meningkatkan kecerahan yoghurt bubuk disebabkan karena warna putih
dekstrin lebih dominan/kuat mempengaruhi warna yoghurt.
Secara visual dapat diamati, yoghurt yang tidak ditambah dekstrin (0%)
memberikan warna kuning, sedangkan yoghurt dengan penambahan konsentrasi
dekstrin cenderung berwarna keputihan. Dekstrin yang ditambahkan pada yoghurt
mempunyai warna putih dan terdispersi merata oleh air dalam yoghurt, karena
dekstrin terdiri dari unit-unit glukosa dan memiliki gugus hidroksil yang dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air. Dengan koloid yang terbentuk
mempunyai warna relatif putih.
Mutu Organoleptik
Kesukaan yoghurt bubuk dari uji panelis adalah dari agak suka sampai
suka, rerata nilai rasa adalah agak asam sampai asam, rerata nilai warna adalah
dari agak putih sampai agak coklat dan rerata nilai adalah agak enak sampai enak.
Hasil uji statistk ini menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan starter dan
konsentrasi dekstrin berpengaruh sangat nyata terhadap kesukaan, rasa, warna dan
aroma yoghurt bubuk yang dihasilkan.
Kelebihan penambahan dekstrin berpengaruh terhadap karakteristik
yoghurt, yaitu:
1) Penambahan dekstrin menyebabkan kadar air menurun
2) Viskositas yoghurt semakin meningkat dengan penambahan dekstrin
3) Menurunkan kadar lemak
4) Menjadikan warna yoghurt cenderung lebih putih
PKMT-4-4-8

KESIMPULAN
Penambahan dekstrin pada konsentrasi yang berbeda-beda (5%,10%, dan
15%) pada proses pembuatan yoghurt bubuk yang dikeringkan pada suhu 50oC
selama 6 jam dapat meningkatkan daya simpan lebih lama dibandingkan dengan
yoghurt cair. Selain itu, penambahan konsentrasi dekstrin dapat meningkatkan
kecerahan yoghurt bubuk karena warna dekstrin lebih dominan yang
mempengaruhi warna yoghurt. Penambahan dekstrin 15% menghasilkan yoghurt
bubuk yang mempunyai sifat fisik, kimia, mikrobiologi dan organoleptik yang
baik.

DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz, S. Nuraeni, E.D dan Kusumaningsuh, H. (1996). Pemanfaatan Air Kelapa
Untuk Produk Minuman Sehat Anti Diare Melalui Proses Fermentasi
Laktat. Bul, Tek dan Industri Pangan Vol VII No. 2 : 47-54.
Gaman, P.M dan Sherrington, K.B (1990).Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan,Nutrisi dan Mikrobiologi. (Terjemahan Gardjito, M. Naruki,
S. Murdiati, A dan Sardjano) Edisi kedua. Gajah Mada UnversityPress.
Yogyakarta.
Gardiner, G.E. OSulivan. Kelly, J. Auty, A.E. Fitgerald, G.F. Collin, J.K. Ross.
R.P dan Stanton, C. (2000). Comparative Survival Rates of Human-
Derived Probiotic Lactobacillus paracasei and L.salivasrius. American
Sociaety for Microbiology : 2605-2612.
Granata, L.A. an Morr. C.V. )1996). Improved Acid, Volatil
Comvound Production in a High Protein and Fiber Soymilk yoghurt like
product. J. Sci (61):331-336
Kim, S.S dan Bowmik, S.R. (1990) Studies on the Effect of Protectants
on Lactobacillus acidhopilus. Strain Dehydrated under Contrroled Low-
Temperature Vacuum Dehydration and Freeze-Drying by using Respone
Surface Methodology.J. Sci Food Agric, 68:191-196
Nakasawa, H dan Adiono, (1992). Function of Fermented Milk Chalenges for
The Healt Science. Elsevier Afllied Science. London and New York.
Buckle,K.A.Edward,R.A.and Fleet G.H.and Wooton.(1987). Ilmu Pangan.
(Terjemahan Purnomo,H dan Adiono). M UI-Press, Jakarta.
Rachmawan, O. Sudarmadji, S. Wibowo, D. (1987), Isolat Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus thermophilus dari Susu Sapi Daerah
Istimewa Yogyakarta serta Kemampuannya Memproduksi Yoghurt.
Biopress dalam Industri Pangan. Lanjutan Simposium Biopress. PAU
Pangan dan Gizi. Liberty. Yogyakarta.
Salaminen, S. Robertfroid, M. Ramos, P and Fonden, R, (1998). Prebiotic
Substrates and Lactic Acid Bacteria dalam Salminen, S dan Wright, A.V.
Microbiology and Functional Aspect. Marceel Dekker. New York.
PKMT-4-5-1

DESAIN DAN APLIKASI ALAT PASTEURISASI SUSU SKALA RUMAH


TANGGA SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENINGKATAN
PENDAPATAN PETERNAK

Ali Misbahul Munir, Andri Prastyowati, Lailatul Fitriyah


Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang

ABSTRAK
Industri Pengolah Susu (IPS) dari tahun ke tahun terus meningkatkan standar
kualitas terutama kandungan nutrisi pada susu segar yang akan dibeli dari para
peternak. Untuk itu dilakukan upaya diversifikasi pengolahan susu segar menjadi
produk olahan susu antara lain susu pasteurisasi dengan menggunakan alat
pasteurisasi susu secara sederhana yang sesuai dan bisa diterapkan oleh para
peternak didaerah setempat namun tetap memenuhi standar kualitas susu
pasteurisasi. Tahapan pelaksanaan dari pembuatan alat pasteurisasi skala rumah
tangga ini terdiri dari pemesanan alat, perakitan alat dan pelaksanaan uji coba
meliputi uji kualitas susu pasteurisasi dan uji total mikroba pada hasil susu yang
telah dipasteurisasi. Hasil yang diperoleh dari beberapa uji coba menunjukkan
alat yang dibuat dapat bekerja sesuai dengan harapan, yaitu dapat menghasilkan
panas yang cukup untuk melakukan pasteurisasi, termoregulator dapat berfungsi
baik, kipas pengaduk dapat berfungsi dengan baik dan gelembung gas dapat
menghasilkan gelembung yang dapat meratakan panas dan mengalir ke seluruh
bagian. Uji kadar lemak susu pasteurisasi pada tahap I dihasilkan 2,6% dan
tahap II 3%. Uji reduktase dihasilkan negatif baik pada tahap I maupun tahap II.
Uji total mikroba yang dihasilkan pada tahap I adalah 2 x 102 CFU/ml dan 2,2 x
102 CFU/ml pada tahap II. Uji bakteri E. Coli yang dihasilkan pada susu
pasteurisasi tahap I dan II adalah negatif. Sosialisasi hasil kegiatan dan
penyerahan alat pasteurisasi susu secara sederhana dilakukan di KUD
kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah
pembuatan alat pasteurisasi susu secara sederhana dengan skala rumah tangga
dapat diterapkan oleh peternak dan dapat membantu meningkatkan pendapatan
peternak serta memudahkan para peternak untuk mengolah susu yang ditolak
oleh IPS. Alat pasteurisasi susu secara sederhana dapat bekerja secara efektif
dalam membunuh mikroba patogen dan dapat memperpanjang daya simpan susu
sehingga layak untuk dikonsumsi.

Kata kunci: susu, alat pasteurisasi.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Koperasi Unit Desa (KUD) merupakan salah satu tempat penampunga
susu yang berasal dari peternakan rakyat, telah mengembangkan beberapa sektor
usaha untuk membantu pendistribusian susu kepada masyarakat. Beberapa sektor
usaha telah dikembangkan untuk meningkatkan penjualan susu sehingga dengan
sendirinya akan meningkatkan pendapatan peternak. Salah satu sektor usaha yang
mulai banyak dikembangkan oleh Koperasi Unit Desa (KUD) adalah sektor usaha
pengolahan susu pasteurisasi.
PKMT-4-5-2

Pengolahan susu pasteurisasi yang dilakukan oleh Koperasi Unit Desa


(KUD) selama ini masih menghadapi berbagai hambatan, terutama masalah
keterbatasan penyediaan alat pasteurisasi. Alat pasteurisasi yang sudah digunakan
selama ini masih terbatas pada alat pasteurisasi berskala besar dengan harga yang
relatif mahal.
Program Kreatifitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKMT) merupakan
salah satu sarana untuk menciptakan suatu alat pasteurisasi ideal dan terjangkau.
Alat pasteurisasi tersebut diharapkan dapat diterapkan pada sektor usaha Koperasi
Unit Desa (KUD) yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan peternak.

Perumusan Masalah

Belum ada produk susu cair


Naiknya produksi susu
meningkatnya susu tertolak

Alat pasteurisasi susu sederhana :


- portable
- pengoperasionalan mudah
- sesuai dengan kondisi setempat
- standart kualitas produk tetap terjamin

SUSU PASTEURISASI
- KUALITAS TERJAMIN
- BERAGAM CITA RASA
- PENAMPILAN KEMASAN MENARIK
- LEBIH HIGIENIS

Susu tertolak dapat segera ditangani dan diolah

Naiknya tingkat pendapatan

Animo masyarakat untuk beternak sapi tetap

Ketergantungan terhadap IPS bisa dikurangi

Naiknya asupan protein hewani masyarakat sekitar

Rintisan usaha produk susu cair

Kerangka perumusan masalah


PKMT-4-5-3

Untuk memecahkan masalah rendahnya tingkat pendapatan para peternak


sapi perah sebagai akibat banyaknya susu yang ditolak KUD, perlu dilakukan
upaya diversifikasi pengolahan susu segar menjadi produk olahan susu antara lain
susu pasteurisasi dengan mengunakan peralatan pasteurisasi susu secara sederhana
yang sesuai dan bisa diterapkan oleh para peternak di daerah setempat namun
tetap memenuhi standar kualitas susu pasteurisasi.
Penggunaan alat pasteurisasi sederhana akan sangat membantu upaya
peningkatkan pendapatan peternak. Melalui alat pasteurisasi sederhana ini, maka
peternak tidak lagi terlalu bergantung pada IPS dan dapat meningkatkan jiwa
wirausaha bagi peternak itu sendiri.

Tujuan Program
Tujuan yang ingin dicapai melalui Program Kreatifitas Mahasiswa
Penerapan Teknologi (PKMT) ini adalah menciptakan alat pasteurisasi skala
rumah tangga yang praktis dan ekonomis untuk membantu meningkatkan
pendapatan peternak.

Manfaat sosial dan ekonomi yang akan diperoleh dari alat pasteurisasi ini
adalah :
1. Meningkatkan pendapatan melalui pembuatan susu pasteurisasi.
2. Ketergantungan terhadap Industri Pengolahan Susu (IPS) bisa lebih
dikurangi sehingga peternak sapi tetap mempunyai nilai tawar yang tinggi
dimata IPS.
3. Dengan diproduksinya susu pasteurisasi, diharapkan asupan protein hewani
masyarakat dapat meningkat.

Pengertian Susu
Susu dapat didefinisikan sebagai sekresi normal kelenjar mamari atau
ambing mamalia, atau cairan yang diperoleh dari pemerahan ambing sapi sehat,
tanpa dikurangi atau ditambah sesuatu (Soeparno, 1992).
Air susu merupakan bahan pangan yang tersusun oleh zat-zat makanan
dengan proporsi yang seimbang. Dari sudut lain air susu juga dapat dipandang
sebagai bahan mentah, yang mengandung sumber zat-zat makanan yang penting
(Adnan, 1984).
Susu didefinisikan sebagai sekresi dari kelenjar susu binatang yang
menyusui anaknya. Susu adalah suatu sekresi yang komposisinya sangat berbeda
dari komposisi darah yang merupakan asal susu (Buckle et. al., 1987).

Susu Pasteurisasi
Susu pasteurisasi adalah susu segar (cairan yang diperoleh dengan
memerah sapi sehat dengan cara yang benar, sehat dan bersih, tanpa mengurangi
atau menambah sesuatu komponennya), susu rekonstitusi (susu yang diperoleh
dari penyatuan kembali bagian-bagian daripada susu yang sudah dipisahkan), susu
rekombinasi (susu yang diperoleh dari kombinasi bahan baku susu segar dengan
susu rekonstitusi) yang telah mengalami proses pemanasan pada temperatur
630-660C selama minimum 30 menit atau pada pemanasan 720C selama minimum
15 detik, kemudian segera didinginkan sampai 100C, selanjutnya diperlakukan
secara aseptis dan disimpan pada suhu maksimum 4,40C (SNI 01-3951-1995).
PKMT-4-5-4

Pasteurisasi adalah proses pemanasan suatu bahan makanan, biasanya


cairan, selama waktu tertentu pada suatu temperatur tertentu dan kemudian
didinginkan secepatnya (Soeparno, 1992).

Metode Pasteurisasi
Proses Batch-Holding
Pasteurisasi batch-holding biasanya dilakukan pada temperatur
62,8 -65,60C (145-1500F) selama 30 menit. Makin tinggi temperatur yang
0

digunakan, makin singkat periode pasteurisasi. Periode penahanan (holding)


selama 20 menit kadang-kadang sudah cukup bila temperatur yang digunakan
adalah 68,60C (1550F). Temperatur di atas 65,60C (1500F) dapat merubah flavor
susu atau mengurangi volume lapisan krim yang disebut jalur (lapis) krim pada
susu yang tidak dihomogenisasi. Volume krim tidak akan relatif tidak menurun
pada temperatur 72,20C (1620F) bila waktu yang digunakan 15 detik, tetapi pada
74,40C (1750F) susu berflavor masak dan kemampuan kriming praktis rusak. Pada
sistem batch-holding, operasi pemanasan, penahanan (holding) dan pendinginan
dapat dilakukan dalam unit yang sama (Soeparno, 1992).
Pemanasan untuk pasteurisasi batch-holding dilaksanakan dalam tangki
berdinding rangkap dengan air panas. Air panas yang dialirkan ke dalam dinding
rangkap tersebut dapat berupa lapisan tipis (spray sistem) dengan kecepatan tinggi
atau dengan memenuhinya sama sekali dengan medium pemanas tersebut (flooded
sistem). Selama pemanasan air susu di dalam tangki harus diaduk secara kontinu
untuk menghindari terjadinya pemanasan setempat untuk menjamin semua
pertikel air susu mendapatkan pemanasan yang cukup. Setelah pemanasan, air
susu didinginkan pada tangki yang sama dengan mengganti air panas dengan air
dingin yang dialirkan melalui pipa yang sama (Adnan, 1984).

METODE PENDEKATAN
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pembuatan dan uji coba alat pasteurisasi skala rumah tangga dilaksanakan
mulai tanggal 1 Maret sampai dengan 27 Mei 2006 di Laboratorium Teknologi
Hasil Ternak dan Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan
Universitas Diponegoro, Semarang.

Tahapan Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan dari pembuatan alat pasteurisasi skala rumah tangga
ini terdiri dari pemesanan alat, perakitan alat dan pelaksanaan uji coba.
Pelakasanan uji coba meliputi uji kualitas susu pasteurisasi dan uji total mikroba
pada hasil susu yang telah dipasteurisasi.

Pemesanan Alat
Pemesanan alat yang dilakukan adalah pemesanan dua tabung, yaitu
tabung dalam dan tabung luar. Pemesanan dilakukan pada tanggal 1 Maret 2006
yang berlokasi di daerah Bugangan, Semarang. Tabung dalam dan luar selesai
pengerjaannya dan diambil dari tempat pemesanan tanggal 14 Maret 2006.
PKMT-4-5-5

Perakitan Alat
Perakitan yang dimaksud adalah meliputi kegiatan merangkai dan
menyusun bagian dan komponen-komponen yang diperlukan sedemikian rupa
sehingga dapat terbentuk alat pasteurisasi skala rumah tangga yang diharapkan.
Perakitan alat pasteurisasi skala rumah tangga ini memerlukan waktu yang cukup
lama yaitu mulai tanggal 20 Maret sampai tanggal 18 April 2006. Dalam perakitan
alat ini kami bekerja sama dengan bengkel perakitan yang terdapat di Fakultas
Mesin Universitas Diponegoro, Semarang.

Pelaksanaan Uji Coba Alat


Setelah terbentuk alat pasteurisasi skala rumah tangga sesuai dengan disain
yang diharapkan, maka dilakukan uji coba untuk memastikan apakah alat yang
dihasilkan dapat bekerja dengan baik. Uji coba tahap I meliputi uji coba pemanas,
termoregulator, kipas pengaduk susu dan penghasil gas gelembung. Uji coba ini
dilakukan pada tanggal 22 April 2006. Hasil dari uji coba tahap I dapat diketahui
bahwa pemanas, termoregulator, kipas pengaduk susu dan penghasil gas
gelembung dapat bekerja dengan baik. Uji coba alat tahap II dilaksanakan pada
tanggal 23 April 2006. Uji coba kinerja alat dilakukan secara keseluruhan dengan
mencoba melakukan pasteurisasi pada susu. Dari uji coba tahap II diketahui
bahwa terdapat ketidaksempurnaan alat yaitu pada pipa pengeluaran air yang
masih menyulitkan dalam proses penggantian air pada saat pendinginan.
Ketidaksempurnaan yang lain terletak pada termometer suhu yang kurang panjang
sehingga belum menyentuh susu yang dipasteurisasi. Termometer harus
menyentuh susu yang dipasteurisasi agar bisa diketahui suhu sebenarnya pada
susu dan waktu untuk pasteurisasi bisa mulai dihitung.
Uji coba tahap III merupakan uji keseluruhan dari alat dengan
menggunakan susu. Uji coba tahap III dilakukan setelah perbaikan alat yaitu pada
tanggal 24-26 April 2006. Uji coba tahap III meliputi uji alat dan uji kualitas susu
pasteurisasi yang telah dibuat. Dari hasil uji coba tahap III diketahui bahwa alat
sudah dapat bekerja dengan baik hanya terdapat sedikit kebocoran pada tabung
sehingga harus diperbaiki. Uji coba tahap IV dilakukan setelah perbaikan alat
yaitu pada tanggal 28-30 April 2006. Uji ini merupakan uji keseluruhan yang
meliputi uji alat dan uji kualitas susu pasteurisasi. Dari uji coba tahap IV diketahui
bahwa alat dapat bekerja dengan baik dan cukup efektif dalam melakukan proses
pasteurisasi pada susu.

Uji Kualitas Susu Pasteurisasi


Uji kualitas susu pasteurisasi dilakukaan pada saat uji coba alat tahap III
dan IV. Uji kualitas susu pasteurisasi dilakukan tanggal 24-26 April dan 28-30
April 2006. Uji kualitas susu pasteurisasi meliputi uji kadar lemak, uji reduktase,
uji total mikroba dan uji bakteri E. coli. Uji kualitas susu pasteurisasi dilakukan di
Laboratorium Teknologi Hasil Ternak dan Laboratorium Fisiologi dan Biokimia
Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

Uji Kadar Lemak


Uji kadar lemak dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak
Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Uji kadar lemak susu
segar dan susu pasteurisasi dilakukan dengan metode Gerber. Prosedur pengujian
PKMT-4-5-6

dimulai dengan mengaduk susu hingga bercampur sempurna kemudian


menuangkannya ke dalam gelas beker. Memasukkan 10 ml H2SO4 91-92% ke
dalam butyrometer, menambahkan 11 ml susu dan 1 ml amyl alkohol dan
menyumbat butyrometer sedalam-dalamnya. Mengocok butyrometer yang telah
terisi sampet tersebut sehingga tidak terdapat bagian-bagian yang padat dan
warnanya menjadi keunguan. Memasukkan butyrometer ke dalam waterbath
selama 5 menit dengan suhu 650C dengan bagian skala selalu di atas. Mengatur
sumbatan sehingga seluruh lemak berada dalam skala. Memasukkan butyrometer
ke dalam sentrifuge dan memusingkannya selama 3 menit dengan kecepatan 1200
rpm. Mengatur penyumbat sedemikian rupa sehingga lemak berada di bagian yang
berskala. Memasukkan ke dalam waterbath lagi selama 5 menit pada suhu 650C
kemudian mengelap butyrometer dan membaca skalanya.

Uji Reduktase
Uji reduktase dilakukan pada susu segar maupun pada susu yang sudah
mengalami proses pasteurisasi. Prosedur pengujian dilakukan dengan
memasukkan 10 ml susu ke dalam tabung reaksi, kemudian menambahkan
0,25 ml MB (Methilen Blue) kedalam susu tersebut dan mengocoknya sampai
homogen. Langkah selanjutnya adalah menutup campuran air susu dan MB dalam
tabung reaksi tersebut dengan parafin cair. Selanjutnya melakukan inkubasi pada
suhu 370 C, setiap 30 menit diamati perubahan warna yang terjadi.

Uji Total Mikroba


Pengujian total mikroba dilakukan dengan salah satu metode Hitungan
Cawan, yaitu metode Tuang (Pour Plate). Langkah I dalam pengujian total
mikroba dimulai dengan melakukan sterilisasi alat maupun medium yang akan
digunakan. Sterilisasi alat dilakukan dengan oven pada suhu 1700C selama 1 jam
sedangkan sterilisasi medium dilakukan dengan autoklaf pada suhu 121oC selama
15 menit pada tekanan 2 atm. Langkah II adalah pembuatan medium Plate Count
Agar (PCA) yang kemudian dilakukan steriisasi medium. Langkah berikutnya
adalah melakukan pengenceran sampel yang akan diuji secara desimal. Dari
pengenceran yang dikehendaki sebanyak 1 ml larutan sampel dipipet ke dalam
cawan petri, kemudian ke dalam cawan dimasukkan medium PCA yang telah
didinginkan sampai suhu 47-50oC sebanyak 10-15 ml. Setelah penuangan sampel
dan medium cawan digerakkan di atas meja secara hati-hati untuk menyebarkan
mikroba secara merata, yaitu dengan gerakan angka 8. Setelah memadat cawan-
cawan tersebut diinkubasi dalam inkubator dengan posisi terbalik. Inkubasi
dilakukan pada suhu 37oC selama 24-48 jam. Setelah akhir masa inkubasi koloni
yang terbentuk dihitung kemudian dilakukan pemilihan data untuk menghitung
jumlah koloni dalam 1 sampel dengan standart yang disebut Standart Plate
Count (SPC).
Jumlah koloni per ml dapat dihitung dengan rumus:
1
Koloni per ml = jumlah koloni x
faktorpengenceran

Uji Bakteri E. coli


Pengujian bakteri E. Coli menggunakan metode MPN (Most Probable
Number). Pada metode MPN biasa digunakan medium cair di dalam tabung
PKMT-4-5-7

reaksi, dimana perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif


yaitu yang ditumbuhi oleh mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu.
Pengamatan tabung yang positif ditandai dengan timbulnya kekeruhan atau
terbentuk gas dalam tabung Durham untuk mikroba pembentuk gas. Langkah I
dalam pengujian bakteri E. Coli dimulai dengan melakukan sterilisasi alat maupun
medium yang akan digunakan. Sterilisasi alat dilakukan dengan oven pada suhu
1700C selama 1 jam sedangkan sterilisasi medium dilakukan dengan autoklaf pada
suhu 121oC selama 15 menit pada tekanan 2 atm. Langkah II adalah pembuatan
medium Briliant Green Lactose Billbroth (BGLB) yang kemudian dilakukan
steriisasi medium. Langkah berikutnya adalah melakukan pengenceran sampel
yang akan diuji secara desimal. Setiap pengenceran menggunakan 3 seri tabung,
kemudian dari masing-masing pengenceran dimasukkan 0,5 ml ke dalam tabung
yang berisi 5 ml BGLB. Selanjutnya dilakukan inkubasi pada suhu 43oC selama
24-48 jam. Selanjutnya dilakukan pengamatan terbentuknya gas, tabung positif
bila terdapat gas di dalam tabung Durham. Hasil dari pengamatan dicocokkan
dengan Tabel MPN 3 Seri dan selanjtunya dihitung dengan rumus MPN.
1
Rumus MPN = Nilai MPN x
PengenceranTabungyangditengah

Instrumen Pelaksanaan
Instrumen yang digunakan dalam pembuatan alat pasteurisasi skala rumah
tangga meliputi alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan alat pasteurisasi
skala rumah tangga.

Alat
Alat yang digunakan terdiri dari tabung reaksi, tabung Durham, cawan
petri, butyrometer, rak tabung, colony caunter, erlenmeyer, gelas ukur, oven,
autoklaf, inkubator, stopwatch, sentrifuge, waterbath, stearer magnetik, pipet ukur,
penghisap pipet, gelas beker.

Bahan
Bahan yang digunakan meliputi plat stainles steel 2x3 m, plat aluminium
2x2 m, plat besi 4x20 mm sepanjang 10 m, thermoregulator, sensor suhu, stop
kontak 2 buah, kawat heater 1 m, kabel 20 m, pipa pralon kecil, motor penggerak
pengaduk susu, selang plastik kecil, susu sapi segar, air dingin, air panas 650C,
Plate Count Agar (PCA), Brilliant Green Lactosa Billbroth (BGLB), kapas,
alumunium foil, alkohol 70%, MB (Methylen Blue), parafin cair, H2SO4 91-92%,
amyl alkohol.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kinerja Alat
Hasil yang diperoleh dari beberapa uji coba menunjukkan alat yang dibuat
dapat bekerja sesuai dengan harapan, yaitu dapat menghasilkan panas yang cukup
untuk melakukan pasteurisasi, termoregulator dapat berfungsi baik, kipas
pengaduk dapat berfungsi dengan baik dan gelembung gas dapat menghasilkan
gelembung yang dapat meratakan panas dapat mengalir ke seluruh bagian.
PKMT-4-5-8

Skema alat pasteurisasi skala rumah tangga dapat dilihat pada Gambar 1
sebagai berikut:
Keterangan :
1. Tutup tabung sebelah dalam
2. Motor penggerak penggaduk susu
3. Kabel penghubung motor ke stop kontak
4. Thermoregulator dan stop kontak otomatis
5. Kabel thermoregulator ke stop kontak
6. Kran untuk pengisi air pendingi
7. Handle untuk tabung sebelah dalam
8. Kran untuk jalan keluar air pendingin
9. Tabung sebelah dalam (wadah susu)
10. Tabung wadah air pemanas
11. Pengaduk susu
12. Thermometer
13. Heater
14. Kran untuk mengeluarkan susu yang sudah
dipasteurisasi
15. Kabel penghubung heater ke stop kontak
otomatis
16. Penyangga pasteurizer
17. Penutup antara kedua tabung
18. Handle tabung

Sedangkan gambar alat pasteurisasi skala rumah tangga yang sudah jadi
dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini :

Gambar 2. Alat Pasteurisasi Skala Rumah Tangga

Uji Laboratorium
Uji laboratorium untuk kualitas susu segar dan susu pasteurisasi hasil alat
pasteurisasi skala rumah tangga yang dilakukan adalah uji kadar lemak, uji
reduktase, uji total mikroba dan uji bakteri E. coli.

Uji Kadar Lemak


Hasil pengujian kadar lemak pada susu yang telah dipasteurisasi dapat
dilihat pada Tabel 1.
PKMT-4-5-9

Tabel 1. Hasil pengujian kadar lemak susu


Tahap Uji Coba Susu Segar Susu Pasteurisasi
Tahap I 2,6% 2,6%
2,6% 2,6%
Tahap II 3% 3%
3% 3%
Sumber: Data Hasil Uji Coba, 2006.
Hasil uji coba tersebut menunjukkan bahwa kandungan lemak yang ada
susu tidak mengalami perubahan. Dengan demikian, alat yang dihasilkan dapat
dikatakan bekerja dengan baik dan dapat digunakan oleh peternak.

Uji Reduktase
Hasil pengujian uji reduktase pada susu yang telah dipasteurisasi dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil pengujian uji reduktase susu
Tahap Uji Coba Susu Segar Susu Pasteurisasi
Tahap I Negatif Negatif
Negatif Negatif
Tahap II Negatif Negatif
Negatif Negatif
Sumber: Data Hasil Uji Coba, 2006.
Hasil negatif pada uji reduktase menunjukkan bahwa susu pasteurisasi
yang dihasilkan mempunyai kandungan mikroba yang terdapat dalam susu
pasteurisasi adalah 0. Hasil yang diperoleh sesuai dengan Standart Mutu Susu
pasteurisasi yang telah ditetapkan oleh SNI (Standart Nasional Indonesia) yaitu
SNI 01-3951-95. Pada standart tersebut ditetapkan bahwa kandungan mikroba
pada susu pasteurisasi adalah 0.

Uji Total Mikroba


Hasil pengujian total mikroba pada susu yang telah dipasteurisasi dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil pengujian total mikroba
Tahap Uji Coba Susu Segar Susu Pasteurisasi
6
Tahap I 5 x 10 CFU/ml 2 x 102 CFU/ml
Tahap II 1,0 x 108 CFU/ml 2,2 x 102 CFU/ml
Sumber: Data Hasil Uji Coba, 2006.
Dari hasil pengujian dapat diketahui bahwa alat pasteurisasi mampu
bekerja secara efektif mengurangi total mikroba yang ada dalam susu, sehingga
susu mempunyai daya simpan lebih lama dan aman untuk dikonsumsi sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan oleh SNI 013951-1995.

Uji Bakteri E. coli


Hasil pengujian bakteri E. Coli pada susu yang telah dipasteurisasi dapat
dilihat pada Tabel 4.
PKMT-4-5-10

Tabel 4. Hasil pengujian E. Coli


Tahap Uji Coba Susu Segar Susu Pasteurisasi
Tahap I Negatif Negatif
Tahap II 4,3 x 104 Negatif
Sumber: Data Hasil Uji Coba, 2006.

Dari hasil pengujian dapat diketahui bahwa alat pasteurisasi mampu


bekerja secara efektif membunuh bakteri E. Coli yang ada dalam susu, sehingga
susu mempunyai daya simpan lebih lama dan aman untuk dikonsumsi sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan oleh SNI 013951-1995.

Sosialisasi Hasil Kegiatan


Sosialisasi hasil kegiatan dalam Program Kreativitas Mahasiswa
Penerapam Teknologi (PKMT) dengan judul Desain dan Aplikasi Alat
Pasteurisasi Susu Skala Rumah Tangga sebagai Salah Satu Upaya Peningkatan
Pendapatan Peternak dilakukan pada tanggal 17 Mei 2006 di kecamatan Musuk
kabupaten Boyolali. Sosialisasi hasil kegiatan ini dilakukan dengan cara
memberikan penyuluhan kepada masyarakat melalui metode ceramah. Hasil yang
diperoleh dari kegiatan ini adalah masyarakat sangat antusias. Selain penyuluhan,
dilakukan juga serah terima alat pasteurisasi susu secara sederhana kepada
pengurus KUD kecamatan Musuk kabupaten Boyolali yang dapat dilihat pada
Gambar 3.

Gambar 3. Serah Terima Alat Pasteurisasi Skala Rumah Tangga

KESIMPULAN
Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKMT) dengan
judul Disain dan Aplikasi Alat Pasteurisasi Susu Skala Rumah Tangga dalam
Upaya Peningkatan Pendapatan Peternak mencipatakan alat pasteurisasi susu
secara sederhana dengan skala rumah tangga dapat diterapkan oleh peternak dan
dapat membantu meningkatkan pendapatan peternak serta memudahkan para
peternak untuk mengolah susu yang ditolak oleh IPS. Alat pasteurisasi susu secara
sederhana dapat bekerja secara efektif dalam membunuh mikroba patogen dan
dapat memperpanjang daya simpan susu sehingga layak untuk dikonsumsi.
PKMT-4-5-11

DAFTAR PUSTAKA
Adnan, M. 1984. Kimia dan Teknologi Susu. Yogyakarta: Andi Offset.
Buckle, K. L., R. Edward, G. H. Fleet., W. R. Day dan M. Wootton. 1987. Ilmu
Pangan. Jakarta: Indonesia University Press. (Diterjemahkan oleh H.
Purnomo dan Adiono).
Soeparno. 1992. Prinsip Kimia Dan Teknologi Susu. Yogyakarta: Pusat Antar
Universitas Pangan Dan Gizi Universitas Gadjah Mada.
SNI 01-3951-1995. Susu Pasteurisasi. Standar Nasional Indonesia. Dewan
Standardisasi Nasional.
PKMT-4-6-1

FISH COLD STORAGE HIBRIDA


MESIN PENDINGIN IKAN HIBRIDA (TENAGA ANGIN DAN MOTOR
BAKAR) PADA KAPAL NELAYAN

Taufiq Adi L, Ali Mansur dan Mukhammad Cholil


Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Semarang

ABSTRAK
Indonesia selain negara agraris juga negara bahari. Ini terbukti dengan
dipisahkannya pulau-pulau yang ada di Indonesia dengan selat dan laut. Hal
ini menunjukkan bahwa sebagian besar mendorong masyarakat untuk bermata
pencaharian sebagai nelayan. Media pendingin pada dewasa ini semakin banyak
dimanfaatkan seirama Penggunaan mesin pendingin akan lebih meluas karena
negara kita beriklim tropis. Alat ini bertujuan agar masyarakat dapat
menerapkan teknologi dari penelitian yang dilakukan mahasiswa, agar daerah
tangkapan nelayan menjadi lebih luas, hasil yang didapat cukup banyak dan
tahan lama. Alat ini bekerja double function, pertama untuk meningkatkan hasil
tangkapan nelayan, dan yang kedua agar hasil tangkapan lebih tahan lama.
Motor bensin dan tenaga angin dimanfaatkan untuk sirkulasi sitem pendingin.
System pendingin yang digunakan menggunakan prinsip AC mobil. Dimana
terdapat kompresor sebagai pemompa refrigerant, kondensor sebagai kondensasi
refrigerant dan evaporator sebagai alat evaporasi. Selain ketiga alat diatas,
terdapat drier, sebagai penyaring refrigeran yang berbentuk cair tekanan tinggi
yang berasal dari kondensor sebelum masuk ke dalam katub expansi dilanjutkan
ke evaporator. Diharapkan dengan adanya penemuan alat ini, nelayan tidak
susah lagi memikirkan mahalnya bahan bakar yang selama ini terjadi. Walaupun
disini mesin bensin digunakan, namun kapasitanya hanya setengah samapai satu
jam saja, mengingat pergantian angin darat dan angin laut memerlukan waktu
tersebut, dan kondisi angin tidak begitu cepat, dikhawatirkan angin tidak dapat
mengggerakakan kompresor. Oleh karena itu alternative yang digunakan alat
dengan mesin bensin.
Kata kunci : Angin, Hibrida, Air Conditioner

PENDAHULUAN
Indonesia selain negara agraris juga negara bahari. Cukup besar nelayan
yang ada di Indonesia. Dalam bidang perikanan, Indonesia masih tertinggal jauh
dengan negara lain. Prosentase tingkat ekonomi nelayan kelas menengah bawah
jauh dibawah standar dari negara berkembang yang lainnya. Media pendingin
pada dewasa ini semakin banyak dimanfaatkan seirama dengan kemajuan
teknologi dengan meningkatkan taraf hidup. Penggunaan yang umum adalah
untuk mengawetkan ikan. Pada suhu biasa (suhu kamar) maka cepat menjadi
busuk. Sedangkan pada suhu 4,40C atau 400 F (suhu yang biasa untuk pendingin
makanan), bakteri berkembang sangat lambat sehingga makanan akan lebih tahan
lama. Penggunaan mesin pendingin akan lebih meluas karena negara kita beriklim
tropis. Tidak mampunya nelayan tradisional melaut dalam waktu lebih dari satu
hari (12 jam) karena tidak tersedianya cold storage yang murah dan mudah
PKMT-4-6-2

perawatan untuk kapal nelayan, berakibat pula rendahnya daya jelajah dalam
penagkapan ikan.
Cold strorage yang dimiliki nelayan (kapal menengah tradisional) saat ini
adalah box kayu yang diisi dengan balok es tanpa sistem pemertahan suhu,
sehingga biaya operasional (pembelian balok es) sangat tinggi. Konsep penggerak
hibrida saat ini sangat populer dan banyak dikembangkan dinegara maju dengan
tujuan mengatasi krisis energi khususnya krisis bahan bakar minyak. konsep
hibrida adalah menggabungkan dua sumber energi menjadi satu output secara
simultan

METODE PENDEKATAN
Kincir Angin
Beberapa masyarakat kecil dan bahkan beberapa rumah sekarang memiliki
turbin-turbin kecil untuk memanfaatkan tenaga angin tersebut. Walaupun tenaga
angin berubah-ubah dan kelebihan angin sukar disimpan tetapi pengguanaanya
tetap bermanfaat, karena setiap kali kita menggunakan tenaga angin kita
menghemat bahan bakar. Lagi pula turbin angin bisa dikatakan sebagai bebas
polusi. Turbin turbin angin tidak mengakibatkan asap atau hujan asam.
Ada beberapa turbin angin yang sangat besar. Sudu-sudu turbin ini
berbentuk ramping dan dikontrol oleh sebuah komputer. Ujung sudu dapat
berputar dan berfungsi sebagai semacam rem kalu angin berhembus terlalu
kencang. Bagian atas turbin memuat segala alat pengontrol dan dapt berputar
untuk menghadapi angin. Tenaga angin ditingkatkan oleh penggunaan roda gigi.
Metoda Untuk Hasil
Dalam angin terdapat daya sebesar :
Pw = v3A
Disini A adalah luas rotor dalam m2 = (1/4 D2)
Kincir angin dibagi menjadi dua jenis :
a. Kincir angin poros vertikal
b. Kincir angin poros horisontal
Kincir dengan poros yang horisontal dapat dibagi dalam tipe yang berputar
perlahan dan berputar cepat
Tipe yang berputar perlahan banayk dipakai untuk penggabuangn dengan
pompa, tetapi untuk pembangkit listrik tidak cocok. Sedangkan tipe yang berputar
cepat cocok digunakan untuk pembangkit tenaga listrik.
Sayap (Plat yang rata)
Energi kinetik dari m3 udara yang bergerak ditentukan dengan rumus :
E = v2
Bila sejumlah udara dengan kecepatan v bergerak malalui bidang seluas
R2 (luas sayap), maka rumus untuk daya yang terdapat dalam angin :
P = v3 R2
Perhitungan ranagcangan pembuatan sudu yang baik :
1. Kita harus bertolak dari penyambungan sebuah generator arus putar untuk
50 Hz yang berkutub tunggal.(jumlah putarannya adalah 50 det-1 3000
men-1.
2. Kecepatan angin yang paling banyak terdapat didaerah sekitar adalah 10
m/det. Maka sudutnya harus 40.
PKMT-4-6-3

3. Secara konstruksi adalah paling sederhana untuk bertolak dari 3 daun


dengan panjang 2 m, terpasang kokoh.
4. Rendemen maksimalnya diperoleh = 2
r
=
v
2
= 2 = 10
10
5. untuk generator harus 2 f = 2 x 3,14 x 50 = 314. Jadi harus dipasang
sebuah kotak roda gigi atau perpindahan lainnya dengan perbandingan 1 :
31,4
6. Maka daya yang dimanfaatkan dari angin adalah :
x 1,14 x 103 x x 22 = 7159 w ( v3 R2)
Alsan mengapa sayap berbentuk sekerup atau memuntir karena sayap itu
secara aerodinamis adalah optimal, maka sudutnya tidak berubah linier dengan r
(bagianh dari panjang sayap). Biasanya sayap itu dibuat sedemikian rupa sehingga
jalannya itu linier (sejenis rata-rata), sehingga konstruksinya menjadi lebih
sederhana. Selain itu dengan pengaturan (penyetelan daunnya, dapat juga
diperoleh jumlah putaran yang malar (konstan) dari generatornya. Untuk
pekerjaan pararel yang stabil dan penyambungan pararel dengan mesin sinkron
dimana jumlah putaran yang diisyaratkan pengaturannya sangat sukar diperoleh
secra tepat.
Alasan mengenai jumlah sayap selalu diperhitungkan. Hal ini tidak dapat
diambil dari grafik. Lebih dari 3 sayap biasanya memberikan tambahan rendemen
minimum. Kincir bersayap tiga menghasilkan pembagia gaya dan keseimbangan
yang lebih baik. Sayap-sayap lebih banyak menghasilkan kopel yang lebih besar.

Motor Bakar
Motor ini digunakan untuk mengerakkan kompresor ketika angin yang
berada di permukaan laut kurang dapat menggerakkan kompresor atau angin
dalam keadaan sepoi-sepoi sehinngga kompresor kurang menghasilkan tenaga.
Bahan bakar yang digunakan adalah bensin. Mengapa? Karena selain
harganya murah juga bahan bakar ini tidak kalag fungsinya dengan bahan bakar
solar amaupun bensin. Kelangkaan yang terjadi pada solar dan bensin membuat
nelayan mengalami kesulitan dalam operasionalanya. Bahakan tidak jarang kita
melihat nelayan yang mengalami paceklik, dalam artian pengeluaran yang
digunakan untuk melaut lebih besar dari pendapatan yang diterima dari hasil
melaut.

Hibrida
Hibrida adalah sistem yang menggabungkan dua buah input menjadi satu
keluaran output. Disini kita menggunakan dua sumber energi untuk
menggerakkan system AC (Air Conditioner) sebagai alat pemertahan suhu cold
storage agar keadaan ikan dapat terjaga dan tidak mengalami pembusukan. Dua
buah input tersebut diantaranya adalah motor bakar (bahan bakar bensin) dan
kincir angin. Peranan kincir angin sangat berpengaruh. Penggunaan motor bakar
hanya pada awal proses pendinginan berlangsung. Motor bakar yang kita gunakan
adalah KATO dengan kapasitas 5,5 PK dengan merk. Setelah kapal berlayar ke
PKMT-4-6-4

tengah laut, peranan kincir angin difungsikan. Kincir angin ditransmisikan dengan
menggunakan roda gigi dan v-belt.

Gambar 1. Motor Bakar KATO 5,5 PK

Air Conditioner (Ac)


Perangkat air conditioner terdiri dari :
1. Kompresor
Kompresor bertugas untuk mengedarkan (menghisap dan menekan)
refrigran yang harus beredar / mengalir di dalam unit refrigerator / freezer.

Gambar 2. Kompresor Unit

2. Kondensor
Kondenser dan evaporator adalah alat penukar kalor. Kondenser
gunanya untuk membuang dan mengubah wujud bahan pendingin (refrigeran)
dari gas menjadi cair. Kondenser ditempatkan diantara kompresor dan alat
pengatur bahan pendingin (pipa kapiler). Kondenser ditempatkan diluar
ruangan yang sedang didinginkan, agar dapat membuang panasnya keluar
kepada medium zat yang mendinginkannya (udara, air, fan).

Gambar 3. Kondensor
3. Evaporator
Evaporator tempatnya di antara pipa kapiler dan kompresor motor, jadi
pada sistem tekanan rendah dari sistem refrigerasi. Evaporator adalah bagian
dari sistem pendingin (refrigerasi) yang berhubungan langsung dengan bahan
pendingin yang akan didinginkan.
PKMT-4-6-5

Gambar 4. evaporator

4. Filter dryer
Alat ini digunakan untuk menyaring refrigeranyang sudah mengalami proses
kondnesasi dari kondensor sebelum menuju ke katub evaporator.

Gambar 6. filter dryer

5. Katub Ekspansi
Pipa kapiler dibuat dari pipa tembaga dengan lubang dalam yang sangat
kecil dengan diameter pipa 0,5 mm samapi 2 mm dengan panjang 1 sampai 6
meter. Panjang dan diameter lubang pipa kapiler dapat mengontrol jumlah
bahan pendingin (refrigeran) yang mengalir ke evaporator. Pipa kapiler ini
gunanya untuk :
1. Menurunkan tekanan bahan pendingin cair (liquid) yang
mengalir didalamnya.
2. Mengatur jumlah bahan pendingin cair yang melaluinya.
3. Membangkitkan tekanan bahan pendingin di bagian kondensor.

Gambar 7. pipa kapiler


6. Selang penghubung
Selang ini digunakan untuk menghubungkanaliran refirgeran dari komponen
AC satu ke komponen yang lain.

Gambar 8. Selang penghubung


PKMT-4-6-6

Metode Penelitian
Metode penulisan yang digunakan metode kepustakaan dan percobaan
laboratorium. Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari materi yang
mendukung dan sesuai dengan yang dibahas, disamping sebagai bahan
perbandingan landasan teori dari alat yang dibuat, sedangkan percobaan
dilaboratorium dilakukan untuk menguji cara kerja sebenarnya dari sistem dan
kemungkinan perbaikan dan perubahan materi.

Desain Eksperimen
Dalam metode eksperimen, pola yang digunakan merupakan pola atau
desain eksperimen the one shot case study (10). Eksperimen the one shot case
study merupakan penelitian model sekali tembak, yaitu perlakuan yang dilakukan
pada suatu kelompok unit percobaan tertentu, dan kemu-dian diadakan analisis.
Desain the one shot case study memiliki pola XO, dengan X adalah perlakuan
atau treatment dan O adalah post test.

Tabel 1. Desain eksperimen the one shot case study


X O
Unit eksperimen yang diubah-ubah Pengujian hasil berdasarkan
lingkungan objeknya perencanaan dan pembuatan alat.

Teknik Pengumpulan Data


Pada penelitian ini untuk mendapatkan data dengan cara mengukur
kecepatan angin terlebih dahulu dengan menggunakan anemometer. Dilanjutkan
dengan pengukuran daya dari masing-masing input tenaga pada kompresor. Yang
meliputi tenaga angin, motor bakar, dan gabun gan antara keduanya.

Analisis Data
Data yang didapat akan dibandingkan antara tenaga angin, tenaga motor
dan penggabungan antara kedua tenaga itu dengan konsep hibrida. Pada penelitian
ini untuk mengetahui kemampuan pemertahan suhu cold storage dalam
menanggulangi pembusukan ikan hasil tangkapan nelayan yang membutuhkan
waktu relatif lama.
PKMT-4-6-7

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Tower Fish Cold Stotage

15 mm

50 mm

750 mm

750 mm

750 mm

750 mm

Gambar 9. Kerangka Tower Fish Cold Storage


Panjang : 1500 mm ; Lebar : 750 mm ; Tinggi : 2150 mm

1500 mm

Gambar 10. Skema Kincir Angin


Baling-baling = Diameter 1500 mm ; v = 90 km/jam ; 400 rpm

Transmisi = atas laker duduk diemeter 30


mm; puli 7 25 mm
Bawah laker duduk diameter 30 mm

Gambar 11. Transmisi Penyearah


PKMT-4-6-8

Gambar 12. Deferensial

ST 40
As = ST 40 diameter 28 mm & 25,4 mm

Gambar 13. Poros / As

KIRAPAC F 70
V = 55 liter

Gambar 14. Cold Box

2. Perangkaian Alat dan Pengisian refrigerant


Motor Bensin = KATO X 160 ;
Kompresor = Sanden; Type SD 508; 5, 5 HP; R 12
Kondensor = SEAGUL, ukuran 14 x 23 x 19/22 mm
Eavporator = Evaporator mobil Toyota Kijang LGX 2005
Ukuran pipa = Bridgestone AC hose high 10; Tukuden R- 12, 8 mm;
Tukuden R 12, 12 low
Deferensial = 3 puli 5 25 mm ; 7 19 mm
Cold Box = 55 liter KIRAPAC F 70
Roda =2
Drier = KASUYA RECEIVER DRIER (R 12/R 134a) 3/8 Flare
3. Keunggulan Fish Cold Storage
Membantu nelayan dalam pengawetan ikan sehingga nelayan dapat
berlayar lebih jauh tanpa memandang hasil tangkapan menjadi busuk.
Membantu nelayan dalam menghemat bahan bakar, karena hibrida,
dapatmenggunakan motor bensin dan motor diesel.
Dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan yang ada di Indonesia.

Pembahasan
Desain pendingin ini seperti system AC mobil tetapi dengan sedikit
perubahan. Desain ini menggunakan kincir yang digerakkan oleh tenaga angin.
Gerakan putaran kincir ini akan digunakan untuk menggerakkan kompresor dan
pompa. Untuk mengubah kecepatan putaran maka digunakan gear box.
PKMT-4-6-9

Selanjutnya kompresor memompa refrigerant dalam keadaan uap. Refrigerant


tersebut masuk kedalam kondensor. Di dalam kondensor, refrigerant yang
berwujud uap bertekanan tinggi ini akan dikondensasikan / dibuang energi
kalornya (Q) dengan menggunakan media air tawar. Kondensor ini dicelupkan
pada air tawar dan disirkulasikan melalui pipa yang dicelupkan ke air laut dengan
menggunakan pompa yang digerakkan kincir. Refrigerant cair yang keluar dari
kondensor akan masuk ke dalam evaporator.
Di dalam evaporator ini refrigerant cair akan menyerap kalor sehingga
akan berubah wujud menjadi uap bertekanan rendah. Evaporator ini dimasukkan
pada lapisan luar ruang pendingin yang berisi air tawar. Desain ruang pendingin
adalah bak dengan dua lapisan. Lapisan dalam merupakan tempat penyimpan ikan
yang dicampur air laut. Lapisan luar diberi air tawar yang telah didinginkan
dengan evaporator. Kalor berpindah dari air laut dan ikan ke air tawar dan
selanjutnya dipindahkan lagi ke evaporator. Uap refrigerant bertekanan rendah
yang keluar dari evaporator tadi masuk ke kompresor lagi dan akan menjadi uap
bertekanan tinggi.
Fungsi kompresor selain untuk mensirkulasikan refrigerant juga untuk
menaikkan tekanan uap refrigerant. Uap refrigerant pada tekanan tinggi akan
mudah berubah menjadi cair.
Cadangan yang dugunakan untuk menggerakkan kompresor ketika angin
yang berada di permukaan air laut dalam keadaan sepoi-sepoi adalah motor
minyak tanah. Hal ini dikarenakan kekahawatiran kompresor yang yang kurang
mampu mensirkulasi refrigeran karena tekanan yang diperoleh sedikit. Secara
otomatis ruang pendingin tidak dapat dingin seperti dingin yang kita inginkan dan
hal itu berakibat ikan membusuk dengan cepat.

KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan, maka penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa: (1)Dengan terciptanya alat pendingin ikan ini, pembusukan
ikan dapat dicegah sehingga nelayan dapat menangkap ikan dengan waktu yang
relatif lama. (2) Mengurangi biaya operasional penangkapan ikan, hal ini
dikarenakan intensitas penangkapan kecil tetapi dengan menghasilkan tangkapan
ikan yang lebih banyak. Saran dari penelitian ini adalah: (1) Sistem mampu
mempertahankan suhu, sehingga es dalam cold storage tidak mencair dan mampu
menyimpan ikan dengan lebih baik. (2) Alat yang telah dibuat dapat dijadikan
sebagai alternatif penyimpan hasil tangkapan ikan.

DAFTAR PUSTAKA
Grandis Vitex. 1997. Merawat dan Memperbaiki Kulkas. Jakarta : Puspa Swara,
Jones.W. Jerold. 1992. Refrigerasi Dan Pengkondisian Udara. Jakarta : Penerbit
Erlangga
Karyanto. E, Paringga Emon. 2003. Teknik Mesin Pendingin. Jakarta : CV. Restu
Agung
Sumanto. 2000. Dasar-dasar Mesin Pendingin, Yogyakarta : Andi
PKMT-4-7-1

PENYIRAM TANAMAN OTOMATIK


SEBAGAI PENGATUR KELEMBABAN TANAH PADA RUMAH KACA

Mohammad Syahirul Alam, Setyardi, Sulistyawan, Setiyo Prajoko


PS Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Semarang

ABSTRAK
Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis dengan luas wilayah
5.193.250 km2 dan 2/3 daripadanya terdiri atas perairan. Dengan keragaman
sumber daya alam yang berlimpah ditambah lagi dengan budaya bertani yang
telah mengakar di masyarakat, membuat sektor pertanian pernah menjadi
andalan dalam perekonomian nasional di era tahun 80-an. Dalam situasi krisis
ekonomi sektor pertanian masih sanggup bertahan dan mampu untuk
dikembangkan, Turunnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika membuat
produk sektor pertanian mempunyai daya saing sebagai komoditas eksport. Di
balik keunggulan sektor pertanian tersebut, juga diperlukan cara untuk
menanggulangi segala permasalahan yang berkaitan dengan menurunnya tingkat
produktifitas hasil pertanian. Salah satu penyebab menurunnya produktifitas
adalah faktor alam seperti iklim, cuaca, dan kekeringan. Rumah kaca adalah
salah satu jalan pemecahan terhadap permasalahan tersebut. Pertanian rumah
kaca didesain untuk meningkatkan produksi dengan mengendalikan cuaca, salah
satu pengendalian yang bisa dilakukan adalah pada kelembaban tanah dan
pengaturan suhu ruang. Dengan pengkombinasian rumah kaca sebagai media
tanam dan alat penyiram otomatis sebagai pengatur kelembaban tanah,
diharapkan mampu meningkatkan produktifitas hasil pertanian secara optimal
Media penanaman rumah kaca ini biasa digunakan dalam pembibitan tanaman.
Perancangan plant sistem pengendalian menggunakan kontrol otomatik
mikrokontrollel ATMEL AT89S51. Sistem pengindraan dilengkapi dengan
detektor kelembaban dan detektor pengatur suhu ruangan. Sebagai sensor
pendeteksi kelembaban digunakan elektroda yang ditancapkan di tanah, keluaran
dari detektor kelembaban diolah oleh pengendali mikro dan selanjutnya
digunakan untuk mengontrol kerja pompa penyiram tanaman. Sedangkan untuk
mengendalikan suhu ruangan digunakan rangkaian detektor suhu dengan output
yang dihubungkan pada kipas sirkulasi udara.
Kata kunci : Rumah Kaca, Penyiram Tanaman Otomatik, Kelembaban Tanah

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis. Sebagai negara
tropis dengan luas wilayah 5.193.250 km2 dan 2/3 daripadanya terdiri atas
perairan, Indonesia memiliki keragaman sumber daya alam yang berlimpah yang
tidak ada duanya di dunia, ditambah lagi dengan budaya bertani yang telah
mengakar di masyarakat, membuat sektor pertanian pernah menjadi andalan
(leading sector) dalam perekonomian nasional di era tahun 80-an.
Dalam situasi krisis ekonomi saat ini, sektor pertanian masih sanggup
bertahan untuk dikembangkan. Turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar
Amerika membuat produk sektor pertanian mempunyai daya saing sebagai
komoditas eksport. Disamping harga produk pertanian yang mengalami kenaikan
PKMT-4-7-2

dalam nilai rupiah, juga membuat sektor ini lebih mempunyai prospek
dibandingkan dengan produk dari sektor lainnya.
Di balik keunggulan sektor pertanian tersebut, kita perlu menanggulangi
segala permasalahan berkaitan dengan menurunnya tingkat produktifitas dari para
petani. Hal ini dikarenakan adanya beberapa kendala dalam mengelola proses
produksi pertanian baik sebelum maupun pasca panen. Penyebab menurunnya
produktifitas pertanian diantaranya adalah pada ketersediaan lahan, faktor alam
seperti iklim dan cuaca, kekeringan, serangan hama penyakit dan sebagainya.
Rumah kaca merupakan salah satu jalan pemecahan terhadap permasalah
diatas. Rumah kaca (atau rumah hijau) adalah sebuah bangunan di mana tanaman
dibudidayakan dengan kondisi lingkungan yang dapat diatur (1). Kondisi
lingkungan yang dimaksud adalah faktor-faktor utama yang dibutuhkan oleh
tanaman seperti cahaya, kelembaban udara, suhu udara ataupun aliran udara.
Kondisi tersebut diatur supaya tanaman dapat tumbuh secara optimum (2).
Sebuah rumah kaca terbuat dari gelas atau plastik. Rumah kaca akan
menjadi panas karena radiasi elektromagnetik matahari. Kaca yang digunakan
bekerja sebagai medium transmisi yang dapat memilih frekuensi spektral yang
berbeda-beda, dan efeknya adalah untuk menangkap energi di dalam rumah kaca,
yang memanaskan tumbuhan dan tanah di dalamnya yang juga memanaskan udara
dekat tanah dan udara ini dicegah naik ke atas dan mengalir keluar. Oleh karena
itu rumah kaca bekerja dengan menangkap radiasi elektromagnetik dan mencegah
konveksi (1).
Pada umumnya rumah kaca digunakan untuk konservasi jenis tanaman
tertentu dari penyakit, pemeliharaan tanaman muda, tanaman yang baru
diremajakan atau dipindahkan (repotting), dan tanaman jenis tertentu seperti
anggrek phalaenopsis (jenis anggrek bulan). Fungsi dasar dari sebuah rumah kaca
disesuaikan dengan jenis tanaman yang dibudidayakan didalamnya (2).
Untuk membudidayakan tanaman diluar habitat aslinya, perlu
memanipulasi keadaan lingkungan agar menyerupai kondisi habitat alaminya.
Untuk mengurangi intensitas sinar matahari yang berlebihan dalam rumah kaca
digunakan paranet (2). Paranet adalah sejenis kain nilon tipis dengan struktur
seperti jaring yang dipasang pada bagian atap rumah kaca. Persentase ketebalan
paranet tergantung dengan jenis tanaman yang dibudidayakan.
Pertanian rumah kaca didesain untuk meningkatkan produksi dengan
mengendalikan cuaca, salah satu pengendalian yang bisa dilakukan adalah pada
kelembaban tanah dan pengaturan suhu ruang (1). Kelembaban dan suhu
berhubungan dengan kapasitas air dalam media tanam ataupun kondisi udara
dalam rumah kaca.
Selain medium tanah, dapat digunakan medium lain dalam budidaya
tanaman dalam rumah kaca, termasuk didalamnya budidaya media hidroponik.
Medium lain selain tanah yang biasa digunakan diantaranya adalah pakis kering,
serabut kelapa, serutan kayu ataupun arang aktif (3). Media tersebut umum
digunakan pada tanaman jenis paku-pakuan dan anggrek.
Kelembaban tanah dapat diketahui dengan cara sederhana, seperti
memasukkan jari ke tanah atau dengan cara yang lebih modern dengan alat ukur
kelembaban tanah. Dengan memasukkan elektroda probe (berupa logam
konduktor kuat) dalam sampel tanah yang akan berfungsi sebagai alat ukur
PKMT-4-7-3

konduktansi (kemampuan alir) arus listrik akibat adanya keberadaan air dengan
kadar tertentu yang menyebabkan media tanam menjadi lembab dan basah (3).
Dengan pengkombinasian rumah kaca sebagai tempat tumbuh tanaman
yang disesuaikan dengan habitat alaminya, dan alat penyiram otomatis sebagai
pengatur kelembaban media tanam, diharapkan mampu meningkatkan
produktifitas hasil pertanian secara optimal. Media penanaman rumah kaca ini
selain untuk pengembangan tanaman bunga jenis tertentu yang memerlukan
perlakukan khusus dalam perawatan, juga dapat digunakan dalam pembibitan
tanaman perkebunan dan industri, penanaman tanaman yang mempunyai siklus
hidup pendek seperti ; melon, semangka, dan sayuran, ataupun tanaman tembakau
(2). Jenis-jenis tanaman yang sangat umum dibudidayakan oleh masyarakat petani
Indonesia tersebut akan lebih kompetitif dan bernilai jual tinggi di pasaran jika
ditangani dengan intensif. Dengan menggunakan manajemen budidaya yang baik,
metode ini mampu meningkatkan hasil produksi antara 5 sampai 15 kali lebih baik
dibandingkan dengan cara konvensional (1).
Dari dasar konsep dasar pemikiran tersebut, kami mencoba untuk
merancang sebuah plant pengendali penyiraman otomatik tanaman untuk rumah
kaca yang canggih, berdaya guna tinggi dan mudah dioperasikan. Untuk
membantu keterlibatan manusia dalam pengontrolan secara intensif, penyiraman
tanaman akan dikendalikan secara otomatik dengan input dari rangkaian kendali
berbasis mikrokontrollel yang dapat ditentukan masukan nilai sensitifitas
sensornya secara manual oleh pengguna disesuaikan dengan kebutuhan alami
tanaman. Sistem pengindraan dilengkapi dengan detektor kelembaban dan
detektor pengatur suhu ruangan. Sebagai sensor untuk mendeteksi kelembaban
tanah dipakai elektroda yang ditancapkan di tanah, keluaran dari detektor
kelembaban akan diolah oleh pengendali mikro dan selanjutnya digunakan untuk
mengkontrol kerja pompa penyiram tanaman. Sistem kerja rangkaian detektor
kelembaban tergantung pada nilai kelembaban tanah yang merupakan suatu
resistansi elektronis. Sedangkan untuk mengendalikan suhu ruangan digunakan
rangkaian detektor suhu dengan output yang dihubungkan pada kipas sirkulasi
udara.

METODE PENDEKATAN
Observasi dilakukan dengan mengunjungi Balai Benih Tanaman Pangan
dan Hortikultura Wilayah Surakarta Kebun Benih Hortikultura Salaman Dinas
Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah. Balai Benih tersebut terletak di jalan raya
Magelang Purworejo Km. 16 No. 46 Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang
Jawa Tengah. Observasi dilakukan pada hari senin dan selasa, tanggal 29 dan 30
Mei 2006. Pengamatan dilakukan pada waktu yang tidak ditentukan diluar
ataupun selama jam kerja.
Observasi dilakukan dalam rumah kaca dengan penanaman menggunakan
dua media tanam dan jenis tanaman yang berbeda, bibit anggrek dengan media
tanam cincangan pakis yang dikeringkan, dan bibit jeruk keprok dengan media
tanam tanah.
Dalam perolehan data digunakan metode interview, observasi lapangan
dan metode telaah pustaka. Interview dilakukan melalui wawancara dengan
petugas lapangan Balai Kebun Benih Hortikutura Salaman. Pertanyaan
pertanyaan yang di ajukan berkenaan dengan proses pembibitan, media yang
PKMT-4-7-4

digunakan pada beberapa jenis tanaman yang berbeda, budidaya tanaman dalam
rumah kaca dan pertanyaan yang berhubungan dengan teknis pembuatan ataupun
fungsi komponen yang digunakan dalam rumah kaca. Sedangkan metode
observasi difokuskan pada penggunaan media tanam tanah pada bibit unggul jeruk
keprok yang telah dimuliakan dan cincangan pakis kering sebagai media tanam
pada beberapa jenis bibit anggrek phalaenopsis (anggrek bulan), dua medium
tersebut di teliti untuk mendapatkan perbandingan tingkat pengindraan
kelembaban pada sensor, sehingga selain menggunakan media tanah, alat
penyiram diharapkan juga dapat digunakan untuk media tanam lain selain tanah,
mengingat beberapa media tanam juga mempunyai karakteristik yang hampir
sama dengan karakteristik tanah pada umumnya. Kondisi suhu udara dalam rumah
kaca juga diamati untuk mendapatkan suhu yang benar-benar sesuai dengan
kebutuhan tanaman, input pengindraan suhu nantinya akan digunakan untuk
mengontrol kestabilan suhu ruangan rumah kaca dengan bantuan kipas sirkulasi
udara. Sedangkan untuk telaah pustaka, digunakan beberapa sumber buku,
majalah pertanian dan beberapa jurnal hasil penelitian yang terdapat di
perpustakaan balai.
Data hasil pengamatan difokuskan pada penggunaan dua media tanam
yang berbeda dan pengamatan suhu ruang dalam rumah kaca, data diolah dan
dianalisis dengan mempertimbangkan pada kemungkinan penggunaan alat
penyiram otomatik untuk kedua jenis medium tersebut. Dikarenakan dua media
tanam tersebut mempunyai karakteristik berbeda sesuai dengan jenis tanaman
yang akan ditanam didalamnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia.
Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang
mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali. Manfaat tanaman
jeruk sebagai makanan buah segar atau makanan olahan, dimana kandungan
vitamin C yang tinggi (4). Selain itu, di beberapa negara telah diproduksi minyak
dari kulit dan biji jeruk, gula tetes, alkohol dan pektin dari buah jeruk yang
terbuang, minyak kulit jeruk dipakai untuk membuat minyak wangi, sabun wangi,
esens minuman dan untuk campuran kue (4,5).
Jeruk Keprok (Citrus reticulata/nobilis L.) adalah varietas jeruk lokal yang
banyak dibudidayakan oleh petani Indonesia. Tanah yang baik untuk budidaya
jeruk adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi liat 7-27%, debu
25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik. Untuk tumbuh
normal, jeruk keprok memerlukan temperatur 20oC. Semua jenis jeruk tidak
menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari, kelembaban optimum untuk
pertumbuhan sekitar 70 80 %. Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di
daerah yang memiliki kemiringan sekitar 300, jenis keprok batu 55 dan keprok
garut tumbuh pada ketinggian 700 1.200 m dpl (5).
Media tumbuh yang umum digunakan tanaman jeruk adalah media tanah.
Jeruk tidak membutuhkan perlakuan yang khusus dalam hal penyiraman ataupun
suhu udara yang sesuai dengan lingkungannya.
Penanaman dalam rumah kaca salah satunya dimaksudkan untuk
konservasi dan pemeliharaan tanaman jeruk varietas unggul yang sudah
dimuliakan dan terbebas dari penyakit tertentu, ujung tunas tanaman unggul
PKMT-4-7-5

tersebut digunakan sebagai bahan okulasi pada bibit jeruk yang masih muda,
sehingga setelah jeruk dewasa akan mewakili sifat unggul inangnya. Jenis
penyakit yang paling sering terjangkit pada tanaman jeruk adalah CVPD (Citrus
Vein Phloem Degeneration), penyebab utamanya adalah virus dengan vektor
pembawa kutu loncat Diaphorina citri. Bagian yang diserang adalah silinder pusat
(phloem) batang, gejala yang muncul adalah daun sempit, kecil, lancip, buah
kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye. Jenis penyakit ini sangat umum
menyerang sebagian besar varietas tanaman jeruk di indonesia, tingkat
penyebarannya cukup cepat karena adanya vektor kutu loncat yang mudah
berpindah dari satu tanaman ke tanaman lain. Pengendalian yang bisa dilakukan
adalah menggunakan bibit tanaman yang sehat dan bebas CVPD, selain itu
penempatan lokasi kebun dibuat minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang
CVPD, penggunaan insektisida untuk vektor, dan perhatikan sanitasi kebun yang
baik (4,5). Oleh karena itu, bibit jeruk yang akan dibudidayakan diharapkan
adalah bibit yang terbebas dari penyakit tersebut sehingga kemungkinan gagal
panen kecil dan produktifitas hasil menjadi lebih optimal.
Selain untuk pemeliharaan tanaman indung, peran rumah kaca juga
digunakan dalam pembibitan tanaman hasil okulasi tersebut. Bibit jeruk yang
masih muda memerlukan intensitas penyiraman dan perlindungan yang lebih baik,
karena karakteristiknya fisiknya yang masih lemah dan butuh perlindungan.
Sebagai contoh, untuk melindungi batang okulasi yang masih muda, menurunkan
suhu tanah di siang hari, memelihara kelembaban tanah, mengurangi derasnya
curahan air hujan, menghemat penyiraman air, menghindarkan bibit dari sengatan
matahari langsung yang dapat membakar daun, ataupun faktor alam lainnya yang
dapat merusak fisik dari bibit tanaman. Karakteristik dan kebutuhan hidup bibit
jeruk tidak akan jauh berbeda dengan bibit anggrek, oleh karena itu perlakuan
dalam rumah kaca akan sama.
Anggrek merupakan tanaman bunga hias berupa benalu yang bunganya
indah. Anggrek sudah dikenal sejak 200 tahun lalu, dan sejak 50 tahun terakhir
mulai dibudidayakan secara luas di Indonesia sebagai tanaman hias atau sebagai
anggrek potong, ataupun sebagai campuran ramuan obat-obatan dan sebagai
bahan minyak wangi (6).
Phalaenopsis adalah jenis anggrek bulan yang tumbuh di dataran dengan
ketinggian antara 50 1.000 m dpl. Suhu udara yang diperlukan berkisar antara
15 35oC, namun suhu optimal bagi pertumbuhannnya adalah 21oC (7). Pada
umumnya anggrek bulan memerlukan lingkungan hidup yang lembab,
kelembaban udara yang diperlukan antara 65 70% pada siang hari. Sedangkan
intensitas penyinaran matahari yang tepat adalah semi-teduh (semi-naungan),
berkisar antara 15% - 30%. Jenis anggrek ini biasa dikembangkan dalam media
rumah kaca karena lingkungan hidup yang butuh perlakuan lebih dari jenis
anggrek yang lain (8).
Faktor alam yang harus diperhatikan dalam memanipulasi lingkungan
tumbuh anggrek adalah kelembaban udara. Meskipun sebagian besar memerlukan
naungan, anggrek tidak menyenangi kondisi udara yang terlalu lembab (basah).
Udara yang terlalu lembab sering membuat tanaman anggrek terserang busuk
daun dan busuk tunas. Namun, anggrek juga tidak menyenangi udara yang terlalu
kering. Jika kelembapan udara sangat tinggi, penguapan yang terjadi sangat
sedikit. Ketika itu anggrek tidak perlu disiram. Jika kelembapan udara sangat
PKMT-4-7-6

rendah, banyak sekali terjadi penguapan. Saat itu, penyiramam sebaiknya lebih
sering dilakukan. Anggrek tidak memerlukan banyak penyiraman asal udara di
sekelilingnya cukup lembab (6).
Ketika suhu udara sedang tinggi, akan mempengaruhi kelembaban
udara dalam rumah kaca dan memacu sensor suhu untuk mengaktifkan kipas
sirkulasi. Disamping itu, suhu yang tinggi sedikit banyak akan berpengaruh pada
kadar air dalam media tanam, sensor kelembaban akan mengirim sinyal kondisi
kering ke rangkaian kendali dan menghidupkan pompa penyiram. Penyiraman
juga bisa diatur secara manual, dalam kondisi ini input dari detektor kelembaban
diabaikan. Penyiraman air bisa dicampur dengan pupuk cair atau pupuk padat
yang dicairkan dengan kadar tertentu.
Medium tanam yang baik digunakan dalam budidaya anggrek bulan
harus disesuaikan dengan cara (metode) penanamannya (6). Kemampuan media
tanam untuk menyerap air berbeda-beda. Hal ini seharusnya dipertimbangkan saat
melakukan penyiraman anggrek. Media tanam yang daya serap airnya rendah
seharusnya mendapatkan suplay air yang lebih banyak. Sementara itu, media
tanam yang daya serap airnya tinggi, sebaiknya suplay airnya tidak terlalu banyak
(7). Kondisi basah dan keringnya media tanam dapat disesuaikan dan dideteksi
dideteksi alat menggunakan sensor kelembaban, yang akan mengirim sinyal
kondisi kering untuk menghidupkan pompa penyiram.
Pakis adalah salah satu medium yang umum digunakan dalam
pengembangan budidaya anggrek, pakis dalam bentuk lempeng biasa digunakan
untuk penanaman luar ruangan, sedangkan untuk budidaya dalam pot digunakan
remukan remukan halus. Pakis yang berwarna hitam memiliki tekstur lebih
keras dan daya serap airnya lebih rendah dibandingkan dengan yang berwarna
cokelat (7). Bahan medium tumbuh ini mampu menyediakan unsur-unsur hara
yang diperlukan tanaman anggrek bulan. Pakis mengandung sellulosa,
hemisellulosa, lignin, fraksi air yang larut (gula, asam amino, asam alifatik,
konstituen eter), dan alkohol terlarut yang terdiri atas lemak, minyak, lilin, resin,
dan sejumlah pigmen serta protein. Bahan medium tumbuh tersebut melapuk
secara perlahan-lahan, sehingga unsur hara dapat sedikit demi sedikit diserap
dengan baik oleh tanaman anggrek bulan (9).
Media tanam ini yang akan diujicobakan dalam observasi. Pakis
mempunyai kontur yang tidak jauh beda dengan medium tanah. Bentuk fisik yang
keras dengan pori-pori yang besar memberikan kesan sulit untuk akan
mempermudah pendeteksian kadar air. Sehingga perlakuan pendeteksian
kelembaban yang diberikan pada medium ini tidak akan jauh berbeda dengan
tanah.
Kontrol utama pengendalian alat menggunakan mikrokontrollel ATMEL
AT89S51 sebagai pusat kendali. Sedangkan untuk supply kelistrikan rangkaian
menggunakan catu daya 5 12V. Sebagai pengkonversi sinyal analog dari
rangkaian sensor ke digital mikrokontrollel menggunakan rangkaian ADC 0804
yang kemudian dioleh pengendali utama mikrokontrollel. Keypad digunakan
untuk memasukkan input suhu diinginkan. Kemudian suhu aktual rumah kaca,
suhu yang di set, dan indikator pengaturan manual-otomatik penyiram tanaman
ditampilkan pada matriks LCD 2 x 16 karakter.
Sehingga rangkaian kendali secara kompleks terdiri dari SysMin
mikrokontrollel ATMEL AT89S51 sebagai unit kendali utama. Driver ADC 0804
PKMT-4-7-7

sebagai pengkonversi sinyal analog tangkapan sensor, menjadi bentuk digital yang
digunakan sebagai input pada pengolah mikrokontrollel. Sensor kelembaban
dengan menggunakan dua buah probe sebagai pendeteksi konduktifitas arus yang
ditanamkan pada medium tumbuh dan sensor suhu IC LM35, sebagai unit
tranduser. Driver kipas sirkulasi udara dan pompa penyiram, sebagai unit output
yang akan mengendalikan suhu dan kebasahan tanah. Keypad digunakan sebagai
unit input data, sedangkan matriks LCD 2 x 16 sebagai penampil suhu aktual
terbaca dan suhu pengesetan, juga indikator pengaturan manual-otomatik
penyiram tanaman. Untuk pengaturan kelembaban atau kebasahan tanah, pada
rangkaian driver kelembaban diatur dengan tegangan yang disesuaikan dengan
kebutuhan. Tegangan listrik pada media tanam diukur, dan diatur nilainya lebih
kecil dari nilai tegangan pada rangkaian driver. Pengukuran tegangan
menggunakan multimeter digital, mengingat nilai besaran tegangan sangat kecil.

KESIMPULAN
Fungsi budidaya tanaman dalam rumah kaca akan berbeda-beda
tergantung pada jenis tanaman yang ditumbuhkan didalamnya. Fungsi rumah kaca
dalam pembibitan anggrek akan berbeda dengan fungsi yang diperlukan untuk
perlindungan tanaman inang jeruk dengan sifat unggul sebagai bahan okulasi.
Perbandingan secara fisik antara penggunaan media tumbuh tanah dengan media
pakis dalam penanaman tanaman dalam rumah kaca, tidak memberikan perbedaan
yang berarti pada pembacaan sensor kebasahan. Media tanah umum digunakan
pada budidaya tanaman hortikultura, juga tanaman bunga selain tanaman anggrek
dan paku-pakuan. Medium lain selain tanah yang biasa digunakan diantaranya
adalah pakis kering, serabut kelapa, serutan kayu ataupun arang aktif.
Penggunaan media tumbuh tanaman akan berbeda tergantung tanaman
yang tumbuh diatasnya. media pakis adalah media alternatif selain tanah yang
biasa digunakan untuk budidaya tanaman anggrek dalam pot ataupun diluar
ruangan.
Selain medium tanah, dapat digunakan medium lain dalam budidaya
tanaman dalam rumah kaca, termasuk juga budidaya media hidroponik. Dalam
pengamatan di lapangan, media tanah dan media pakis kering dapat di kontrol
kelembabannya dengan baik sesuai kebutuhan alami tanaman dengan sistem
penyiraman otomatik.
Pengontrolan kelembaban tanah dan suhu ruangan rumah kaca akan
membantu proses pertumbuhan tanaman sesuai dengan kebutuhan alaminya.
Dengan pengkombinasian plant sistem pengendalian otomatik antara rumah kaca
sebagai media tanam, dengan penyiram tanaman otomatik sebagai pengontrol
tingkat kebasahan tanah dan suhu ruangan rumah kaca diharapkan akan
meningkatkan produktifitas hasil secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA
(1) Agus Sugiyono. Kendali Sistem Energi Untuk Rumah Kaca. BPPT. Diambil
dari : URL:http://www. Geocities.com/Athens/Academy/1943. diakses 18
Maret, 2005.
(2) Anonim. Produksi Benih Holtikultura Kebun Benih Hortikultura Salaman
Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah. Teknologi Produksi dan
Sertifikasi Benih. Perkecambahan Benih. 2001.
PKMT-4-7-8

(3) Frank D. Petruzella. Elektronik Industri. Yogyakarta. Andi yogyakarta,


1996.
(4) Syukur, Cheppy. Pembibitan Tanaman Obat. Mengulas 40 Jenis Tanaman
Obat Komersial. Jakarta: Penebar Swadaya, 2005. hlm 9-14.
(5) Reginawaty.Jeruk. Diambil dari :
URL:http://www.kpel.or.id/TTGP/komoditi/JERUK1.htm. diakses 25 Mei,
2006.
(6) Detty.Anggrek. Diambil dari :
URL:http://www.kpel.or.id/TTGP/komoditi/ANGGREK1.htm. diakses 25
Mei, 2006.
(7) Anonim. Balai Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Wilayah Surakarta
Kebun Benih Hortikultura Salaman Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa
Tengah. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis. Menghasilkan Anggrek
Potong Kualitas Prima. 2004.
(8) Anonim. Budidaya Tanaman Anggrek Kebun Benih Hortikultura Salaman
Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah. Kiat Mengatasi
Permasalahan Praktis. Membuat Anggrek Rajin Berbunga. 2006.
(9) Anonim. Penebar Swadaya. Balai Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Wilayah Surakarta Kebun Benih Hortikultura Salaman Dinas Pertanian
dan Perkebunan Jawa Tengah. Usaha Pembesaran Anggrek. 1996.
PKMT-4-8-1

PENGEMBANGAN PROTOTIPE KIT DIAGNOSTIK WAKTU OVULASI


SAPI UNTUK MENJAMIN KETEPATAN WAKTU INSEMINASI
BUATAN

Penny Humaidah , HT Setiawan, H. Wihadmadyatami, GS Nugraha, R Febriyanti


Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan prototype kit diagnostic
untuk mendeteksi adanya waktu ovulasi sapi dengan cara yang mudah dan tepat
dengan menggunakan antibody poliklonal.
Stimulasi estrus sapi dengan menggunakan sinkronisasi estrus
menggunakan hormone PGF2 alfa, isolasi protein urin, darah dan lendir estrus
menggunakan larutan ammonium sulfat jenuh. Identifikasi protein dilakukan
dengan menggunakan elektroforesis gel SDS-PAGE. Protein spesifik
diimunisasikan dengan menggunakan mencit galur Balb/c, dan antibody yang
terbentuk dianalisis dengan menggunakan ELISA. Antibodi yang terbentuk
dikembangkan menjadi prototype diagnostic dengan menggunakan uji aglutinasi
dan immunoblotting dengan metode dot blot.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan konsentrasi protein
spesifik dalam urin, darah dan lendir sapi yang estrus yaitu protein dengan BM
sekitar 65.000 Da.
Kata kunci : protein spesifik ovulasi, antibody poliklonal, prototype kit diagnostic

PENDAHULUAN
Waktu Inseminasi Buatan sangat mempengaruhi keberhasilan inseminasi
buatan yang dilakukan untuk perbaikan mutu reproduksi dan produktivitas ternak,
karena umur ovum pendek dan spermatozoa yang berada di dalam alat kelamin
betina perlu mengalami perubahan - perubahan agar dapat membuahi ovum
(Djanuar, 1985). Waktu yang tepat untuk menginseminasi buatan tidaklah
mungkin dapat dilakukan bila orang tidak cermat dalam mengamati penampakan
birahi sapi, sehingga bagi peternak perlu sekali untuk menguasai tanda - tanda
estrus bagi sapi (Djanuar, 1985). Baberapa peternak tidak sanggup untuk
mengamati sapi-sapinya secara cermat ketika sapi estrus atau tidak estrus,
sedangkan program Inseminasi Buatan (IB) tidak mungkin dilakukan tanpa
deteksi estrus. Birahi tenang (silent heat)/ birahi yang tidak menunjukkan gejala
estrus yang jelas dimana deteksi estrus dalam hal ini menjadi sulit. Sistem
pencatatan dari IB terdahulu dapat dikacaukan dengan sapi - sapi yang tidak
mengikuti pola siklus estrus/ birahinya. Biasanya hal ini terjadi pada sapi yang
baru melahirkan atau sapi yang tua (Mozes, 1981).Periode hidup sapi
direkomendasikan hanya sampai delapan tahun atau setara jumlah beranak sapi
betina. Maka, memelihara sapi betina secara ekonomis jelas menguntungkan,
asalkan dapat menghasilkan keturunan (bunting).
Sejak inseminasi buatan (IB) pertama kali diperkenalkan ke peternak di
tanah air 28 tahun silam, terjadi perubahan pola pemeliharaan ternak sapi dari
jenis lokal ke crossing (silang). Kini IB makin diterima peternak, sehingga dalam
mengawinkan sapinya mulai ada ketergantungan terhadap teknologi tersebut, akan
PKMT-4-8-2

tetapi masih sering ditemui kegagalan dalam penerapan IB. Kegagalan ini ditandai
dengan adanya gagal bunting. Berdasarkan survei yang dilakukan Badan
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), 70% penyebab kegagalan sapi bunting
akibat deteksi birahi yang dilakukan peternak tidak tepat. Umumnya akibat
pengetahuan peternak masih kurang, sedangkan faktor kegagalan lainnya antara
lain dari usia sapi awal kawin (sapi dara), kecukupan gizi sapi betina, kemampuan
petugas IB atau inseminator dan kualitas bibit jantan.Melihat kasus tersebut,
pengamatan atau deteksi birahi perlu dikuasai peternak agar IB berhasil. Birahi
pada sapi dapat ditandai dengan ciri-ciri antara lain sapi gelisah, warna kemerahan
dan terjadi penebalan pada vagina, nafsu makan turun bahkan hilang sama sekali.
Serta timbul perilaku menaiki sapi lain dan keluarnya lendir dari alat kelamin
(vulva).
Dari tanda-tanda birahi tersebut, pedoman yang paling tepat bagi peternak
untuk melaporkan kepada petugas IB bila sapi sudah mengeluarkan lendir yang
cukup banyak dari alat kelaminnya. Banyak terjadi kasus, tanpa memperhatikan
leleran cairan dari vulva, tapi peternak sudah memanggil inseminator. Bahkan ada
yang melapor karena sapinya sudah teriak-teriak. Padahal tidak semua sapi
betina memperlihatkan tanda itu, banyak juga yang diam saja (silent haid), dalam
teknologi IB, yang paling valid dipakai sebagai dasar laporan ke inseminator
adalah keluarnya cairan kental, setelah tanda-tanda lainnya semacam vulva
menebal, dan tampak kemerahan. Sedangkan tanda-tanda lainnya hanya sebagai
awal birahi. Keluarnya cairan kental dari vulva sering disebut peternak sebagai
pela-pelu (standing haid).
Stadium standing haid dipakai inseminator sebagai pedoman untuk
menandai dan menghitung kapan sel telur turun dari indung telur. Fase ini
menjadi dasar hitungan turunnya telur, atau terjadi sekira 10 jam kemudian dari
stadium ini. Maka, inseminator selalu bertanya kepada pemilik sapi, kapan pela-
pelu keluar, setelah memperoleh inseminasi, peternak masih harus tetap
melakukan pengamatan pada sapi betina, pengamatan ini untuk mengetahui
apakah sapi mengalami pela pelu kembali pela-pelu yang umumnya hanya
keluar selama satu hari, tapi karena kesuburannya bisa lebih dari satu hari. Dalam
kasus ini, peternak harus melapor kembali ke inseminator agar melakukan IB
ulang. Pedoman yang dipakai untuk mengawinkan sapi ada pada pela-pelu yang
terlihat pada hari terakhir. Jika masih terlihat pela-pelu di hari kedua, sebaiknya
dilakukan IB ulang. Tanpa mengulang IB, kemungkinan bunting kecil sekali. Hal
ini perlu dipaparkan agar tidak ada lagi anggapan setelah disuntik pasti bunting,
sehingga mengabaikan pengamatan kemungkinan masih adanya tanda birahi hari
berikutnya. Teknologi inseminasi buatan (IB) atau artificial insemination (AI)
semakin dikenal peternak di tanah air. Sejak dikenalkan pertama kali pada tahun
1976, IB yang sering juga disebut kawin suntik juga telah menghasilkan ternak
unggul hasil persilangan dengan ternak lokal. Salah satu keuntungan IB,
khususnya pada sapi, dapat mencegah penularan penyakit kelamin. Misalnya
brucellosis yang dapat menyebabkan sapi betina mandul dan bersifat zoonosis.
Penyakit semacam itu dapat dihindari karena sperma yang disuntikkan dengan
insemining gun (pistol inseminasi) benar-benar berasal dari pejantan unggul
sebagai contoh di BPMBPT (Balai Pengembangan Mutu Bibit dan Pakan Ternak)
di Yogyakarta sapi yang disadap spermanya selalu dicek kondisi kesehatannya.
Hal ini dimaksudkan untuk memelihara kualitas sperma, selain itu IB juga
PKMT-4-8-3

mengatasi kelemahan kawin alamiah. IB dapat dilakukan kapan pun, asalkan


kondisi sapi betina sedang subur. Teknologi ini juga sangat efisien dan hemat
transportasi, karena tidak perlu membawa pejantan ke suatu tempat. Jadi cukup
membawa spermanya yang disimpan di dalam straw ke peternakan.
Standar sperma sapi yang layak digunakan untuk keperluan IB sebelum
disimpan di dalam straw, harus memiliki konsentrasi 700 juta spermatozoa. Jika
konsentrasi berada di bawah angka tersebut biasanya dibuang, karena diyakini
secara ilmiah tidak dapat membuahi, setelah sperma sapi dimasukkan ke dalam
straw, konsentrasinya menjadi 25 juta spermatozoa (1 straw berisi 0,25 ml).
Standar warna straw setiap jenis sapi sudah ditentukan secara internasional. Putih
untuk sapi simmental dan merah untuk sapi limousin. Selanjutnya sperma dalam
straw dibekukan di tabung N2 (nitrogen) cair bersuhu minus 196 derajat Celsius.
Selama berada di dalamnya, sperma tersebut akan awet selama bertahun-tahun,
hingga 10 tahun. Frekuensi beranak selama sapi hidup dapat mempengaruhi
produksi selama sapi hidup. Jadi supaya frekuensi beranak optimal dapat tercapai,
peternak harus mengetahui pengaruh internal kelahiran terhadap produksinya
sehingga dapat mengatur interval perkawinan sapi dan periode masa keringnya.
Ketepatan proses ini menentukan lama periode laktasi dan menjamin
keberlangsungan produksi ternak (Djanuar, 1985). Alat deteksi yang ada
sekarang adalah Chain-Ball Mating Device ataupun Heat Detector yaitu alat
buatan Kamar inc, Colorado USA yang ditempatkan di atas sacrum betina. Jika
betina berahi dinaiki oleh teman lainnya atau jamtan pengusik maka zat merah
yang terpencet mengeluarkan zat merah. Tapi jika alat tersebut tersenggol/ pecah
karena ranting pohon akan memberikan efek negatif palsu (Mozes,
1981).Feromon menjadi fenomena yang mencuat dengan adanya identifikasi
feromon pada tikus, mencit dan hamster yang memungkinkan komunikasi dan
koneksi antarspesies tersebut. Feromon merupakan alat yang disekresikan
bersama urine ataupun sekresi glandular saat menjelang estrus ( Novotny, 2001).
Feromon adalah suatu substansi yang dikeluarkan kedaerah exterior dari seekor
hewan yang berguna untuk merangsang respon dari lawan jenisnya. Hormon ini
ada 2 macam : Signaller (releaser) untuk menimbulkan daya tarik pada lawan
jenisnya dan primer yang mengubah hormon dan susunan sistem reproduksi
(Gustari, 2003).
Feromon mamalia menyebabkan perubahan hormonal yang mempengaruhi
kesuksesan kehamilan, waktu pubertas, mengatur siklus kesuburan wanita/ betina,
mengatur perilaku reproduksi dan agresifitas (Tristram, 2003). Feromon
diekskresikan dalam keadaan terikatnya pada protein dan ikut tersaring keluar
bersama dengan urin dan sekresi glandula, sehingga keberadaanya dapat dideteksi
saat menjelang estrus. Konsentrasi feromon dapat mempengaruhi penerimaan dari
lawan jenis untuk mendekat dan melakukan aktivitas reproduksi dengan hewan
betina (Tristram, 2003).
Tujuan dari program ini adalah mendeteksi waktu ovulasi sapi dengan
tepat sehingga program inseminasi buatan yang dilakukan dapat dilaksanakan
dengan tingkat angka kebuntingan tinggi dengan menggunakan protein spesifik
(feromon) sebagai penanda waktu estrus sapi serta menciptakan alat yang dapat
digunakan dengan mudah . Luaran yang diharapkan adalah dapat mengetahui
waktu ovulasi sapi secara cepat dan tepat dengan mengetahui kadar feromon
dalam urin sapi.
PKMT-4-8-4

Komponen inovatif program ini adalah penggunaan antibody poliklonal


untuk mendeteksi waktu estrus dan ovulasi pada sapi, sedangkan komponen
produktifnya adalah partisipasi sebagai mahasiswa Kedokteran Hewan dalam
salah satu usaha masyarakat untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas ternak
secara umum di masyarakat luas.

METODE PENDEKATAN
Dilakukan persiapan sample dengan menampung urin, DARAH DAN
LENDIR sapi yang sedang estrus dengan ditambahkan pangawet urin yaitu
thymol, selanjutnya dilakukan isolasi protein dengan menambahkan amonium
sulfat (NH2SO4) jenuh perbandingan 1:1 dan dibiarkan selama 12 jam pada suhu
4c. Sentrifuge 3000 rpm dengan menggunakan eppendorf selama 15 menit. Pelet
diambil dan dilarutkan dengan PBS sebanyak 0,2 0,5 ml. Penghitungan
konsentrasi protein dengan menggunakan metode Bradford (Bio-rad assay).
Pengukuran dengan metode Bradford ini dilakukan dengan mencampurkan 2 l
dan 4l dari suspensi protein dengan 8l dan 796 l H2O dan kemudian ditambah
200l Bradford assay. Selanjutnya dilakukan pembacaan OD 595 untuk kontrol
dan sampel.
Purifikasi protein pengikat feromon dilakukan dengan cara dialisis yaitu
protein ditambah dengan PBS dan didiamkan selama 24 jam overnight pada suhu
4C, kemudian dilakukan freeze dryer dan diakhiri dengan gel filtrasi
menggunakan sephadex G.50-100.
Protein dipisahkan dengan 10 20 % sodium dodecyl sulphat-
polyacrylamide gel electrophoresis (SDS-PAGE) menurut metode Laemli (1970)
dengan alat elektroforesis. Gel pemisah (bagian bawah,15 %) dituang pada plat
dan diratakan permukaannya dengan butanol. Setelah gel polimerasi, butanol
dibuang dan gel dicuci dengan aquadest. Stacking gel atau gel pengumpul (bagian
atas, 3 %) dituang di atas gel pemisah, selanjutnya sisir dipasang untuk membuat
sumuran. Setelah stacking gel mengalami polimerisasi plat dirangkai dengan
apparatus elektroforesis. Bufer elektroda dituang ke dalam tangki dan sisir
diangkat . Kemudian ditambahkan sampel bufer dengan perbandingan 4:1, direbus
dalam air mendidih (100C) selama 2 menit. Kemudian sampel protein dan
protein standar (marker) dimasukkan ke dalam sumuran stacking gel. Apparatus
elektroforesis dihubungkan dengan power supply 150 V selama 3 jam untuk
dirunning. Setelah sampel mencapai front, gel diambil dan diwarnai dengan
coomasie brilliant blue 0,1% selama semalam pada temperatur kamar sambil
digoyang. Kemudian gel diberi larutan destaining sampai gel menjadi transparan.
Gel disimpan dalam asam asetat 10%.
Protein spesifik pada gel elektroforesa dengan berat molekul tertentu
dipotong, kemudian gel dimasukkan dalam kantong dialysis dan ditambahkan
500l buffer elektroda SDS glisin. Kedua ujung kantong dialysis dijepit dengan
penjepit. Aparatus dihubungkan dengan power supply (150V) untuk dielusi.
Setelah protein lepas dari dalam gel (larutan menjadi biru dan gel menjadi
transparan) larutan diambil dan kemudian disimpan pada -20C.
Larutan antigen yang telah disiapkan disuntikkan pada mencit, sejumlah
dosis penyuntikan protein toksin ular diemulsikan dengan Freunds complete
adjuvant (perbandingan 1:1) hingga homogen, kemudian disuntikkan ke mencit
Balb/c secara intramuscular. Imunisasi diulang 14 hari kemudian dengan
PKMT-4-8-5

menggunakan Freunds incomplete adjuvant. Penyuntikan selanjutnya dilakukan


dengan interval 4 kali selama 14 hari. Setelah penyuntikan terakhir, 1 minggu
kemudian diambil serum darahnya untuk dilihat titer antibodinya. Jika titer
antibodi masih rendah, dilakukan booster antibodi selama tiga hari berturut
turut. Penentuan titer antibodi serum mencit yang telah diimunisasi dilakukan
dengan metode ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay). Setiap sumuran
plat mikro dilapis (dicoating) dengan antigen dalam bufer karbonat dan diinkubasi
pada suhu 37C. Plat mikro dicuci dengan larutan pencuci 3 kali, dan ditambah
BSA (bovine serum albumin) dalam PBS, kemudian diinkubasi selama 1 jam pada
suhu 37C dan dicuci dengan larutan pencuci 3 kali. Setiap sumuran ditambah
dengan 100l serum (antibody) mencit dengan tingkat pengenceran tertentu dan
diinkubasikan selama1 jam pada suhu 37C. Tahap selanjutnya plat mikro dicuci
dengan larutan pencuci 3 kali dan ditambah dengan konjugat (anti mouse Ig G
alkaline phosphatase), dan diinkubasikan selama 1 jam pada suhu 37C. Setelah
dicuci dengan larutan pencuci sebanyak tiga kali kemudian ditambahkan ke
masing masing sumuran substrat 4 nitrophenyl phospat dan diinkubasi pada
suhu 37C. Titer antibodi setelah diinkubasi 15 menit dan kemudian 30 menit,
dibaca nilai serapannya pada ELISA reader pada panjang gelombang 405 nm.
Kontrol negatif diberi buffer inkubasi sebagai pengganti antibodi. Mencit yang
titer antibodinya tinggi dipanen.
Apabila titer antibodi sudah tinggi, darah mencit diambil melalui plexus
orbitalis untuk mendapatkan serumnya. Darah ditampung dengan tabung steril,
dimasukkan inkubator (37C) lebih kurang 30 menit, selanjutnya dimasukkan ke
dalam pendingin (4C) selama 10 menit, kemudian disentrifuge 5 menit pada
10.000 rpm, sehingga akan terlihat cairan bening terpisah dari gumpalan darah.
Cairan ini diambil, selanjutnya dimasukkan dalam tabung steril dan disimpan
dalam -20C.
Antigen dicampur dengan serum di atas gelas objek masing-masing satu
tetes, jika terjadi gumpalan berarti antigen tersebut mengandung protein pengikat
feromon, Kriteria aglutinasi ditentukan dengan pembentukan gumpalan apakah
reaksi kuat dan pembentukan feromon terjadi paling banyak saat waktu ovulasi
terjadi. Reagen berisi antibodi terhadap protein pengikat feromon yang dapat
digunakan jika ada sapi yang estrus dan urinasi, reagen tersebut direaksikan
dengan urin sapi sehingga diharapkan terjadi gumpalan protein-antigen. Analisis
data dilakukan secara deskriptif dengan membandingkan hasil elektroforesa
dengan darah atau urin atau lendir sapi yang normal (tidak estrus), dan hasil
presipitasi antigen antibodi yang terbentuk.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada penelitian ini dilakukan isolasi protein dengan menggunakan tiga
macam sampel yaitu serum darah, urin sapi, dan leleran vagina baik yang
diperoleh dari sapi yang estrus dan tidak estrus atau tidak sedang birahi.
Pengambilan sample dengan menggunakan tiga jenis objek bertujuan untuk
mempermudah dalam identifikasi pita (band) protein yang dihasilkan dan
meminimalakan kegagalan dari proses elektroforesis. Kegagalan proses
elektroforesis dapat diminimalkan dengan menggunakan serum darah sebagai
control, karena serum darah adalah substansi yang mudah untuk dielektrofiresis.
PKMT-4-8-6

Permulaan dari penelitian dilakukakan sinkronisasi estrus (penyerempakan


birahi) sapi yang akan diambil darah, urin, dan leleran vaginanya sebagai sample.
Tujuan dari penyerempakan birahi ini adalah memacu perkembangan folikel
ovarium untuk meyakinkan bahwa sapi yang dipergunakan benar benar dalam
keadaan estrus atau birahi, sehingga dapat diperoleh sample dengan keadaan
hormone yang benar benar menunjukkan keadaan hormone pada saat estrus.
Keadaan estrus sapi tidak dapat diyakinkan dengan hanya mengandalkan pada
gejala alam yang nampak dan recording dari sapi tersebut, karena apabila terjadi
keterlambatan pengambilan sample maka dapat mengubah profil hormone dari
sample yang digunakan.
Prinsip dari sinkronisasi estrus yang dilakukan adalah dengan melisiskan
korpus luteum yaitu dengan menggunakan sediaan prostaglandin F2 yang dapat
menurunkan progesterone secara tiba tiba, menghilangkan hambatan dari
hipotalamus, GnRH terbebas, diikuti dengan pelepasan FSH dan LH, sehingga
hewan akan birahi dan ovulasi. Prostaglandin F2 diberikan dengan cara
penyuntikan intramuskuler. Preparat prostaglandin yang digunakan adalah
dinoprost tromethamine (Lutalyse, Upjohn, Kalamazoo, USA) dosis 25 mg.
Teknik sinkronisasi yang digunakan adalah dengan dosis ganda. Satu
dosis luteolitik prostaglandin F2 diberikan, kemudian diulang satu dosis lagi
dengan selang pemberian 11 hari, pemberian dosis ganda ini disebabkan karena
tidak terjadi estrus atau birahi pada sapi.
Pengambilan sampel darah melalui vena jugularis sapi kemudian darah
disentrifugasi dengan suhu 40C selama 30 menit kemudian diambil cairan yang
berwarna kuning pada permukaan untuk dilakukan elektroforesis protein. Proses
sentrifugasi yang dilakukan pada suhu 40C bertujuan untuk mencegah denaturasi
protein.
Pengambilan sampel urin sapi dilakukan dengan mengkoleksi secara
langsung ketika hewan melakukan urinasi. Sampel diusahakan dalam keadaan
dingin untuk menghindari degradasi protein, kemudian sampel urin dicampur
dengan NH4SO4 jenuh dengan perbandingan 1 : 1 untuk mempresipitasikan
protein yang terkandung di dalam urin, kemudian dilakukan resuspensi selama 24
jam untuk mempermudah proses presipitasi dari protein kemudian pelet diambil
dan dilarutkan dengan PBS sebanyak 0,2 0,5 ml. Pelet ini yang kemudian akan
digunakan dalam elektroforesis.
Pengambilan sample leleran vagina dilakukan dengan koleksi langsung
pada vagina, kemudian dilakukan dialisis selama semalam pada suhu 40C tujuan
dari dialisi ini adalah untuk memurnikan protein yang ada pada leleran vagina.
Hasil dari dialisis ini digunakan untuk elektroforesis protein.
Protein dipisahkan secara kualitatif dengan teknik elektroforesis sodium
dodecyl sulphate (SDS), polyacrilamide gel eleltrophoresis (PAGE) 10 %. Pola
protein yang terbentuk kemudian diidentifikasi fraksi fraksi pita berdasarkan
berat molekulnya. Teknik elektroforesis ini dapat untuk memisahkan protein
spesifik yang akan digunakan untuk imunisasi sehingga dapat menghasilkan
respon antibodi yang sangat kuat untuk mempertahankan afinitas yang tinggi
terhadap protein natif
Perkiraan berat molekul protein spesifik yang akan disuntikkan ke tubuh
mencit adalah sekitar 65.000 dalton, dan sebelum penyuntikkan akan dilakukan
elektroelusi protein feromon. Hasil elektroelusi diukur konsentrasinya dengan
PKMT-4-8-7

menggunakan uji Biorad. Protein ini selanjutnya digunakan sebagai antigen untuk
imunisasi mencit. Antigen ini diharapkan mampu menimbulkan respon imun pada
mencit sehingga dihasilkan antibodi yang mempunyai afinitas spesifik yang
sangat tinggi terhadap antigen tersebut (Tizard, 1987). Antibodi spesifik yang
timbul pada mencit dievaluasi titernya dengan menggunakan ELISA (Enzyme
Lingked Immunosorbent Assay), secara tidak langsung metode ini juga bermanfaat
untuk mengetahui terbentuk tidaknya ikatan antigen antibodi spesifik dalam
tubuh mencit (Burgess, 1995). Reaksi antigen antibodi selanjutnya dilakukan uji
immunobloting.
Pada penelitian ini telah diperoleh hasil elekroforesis profil protein dari
sapi yang mengalami estrus, sehingga setelah dilakukan penentuan berat molekul
dengan marker dapat diperoleh protein spesifik yang disuntikkan ke mencit.
Penyuntikan protein selanjutnya ke mencit dan titer yang diperoleh cukup tinggi.
Kandungan antibody yang terbentuk dapat digunakan untuk prototip kit diagnostic
dengan menggunakan metode dot blot

KESIMPULAN
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan adanya peningkatan protein
spesifik pada sapi yang estrus sekitar 65.000 Da. Dengan menggunakan protein
spesifik ini kemudian dilakukan produksi antibody dengan menggunakan mencit
Balb/C dimana antibody yang terbentuk spesifik terhadap protein yang
disuntikkan

DAFTAR PUSTAKA
Betteridge, K.J., 1986. Increasing productivity in farm animal. In: Manipulating
Reproduction, book 5, 2nd ed, austin D.R and R.V Short ed., Cambridge
University Melbourne, Sydney Australia. Pp : 25-27.
Djanuar, R. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Frandson, R.D., 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak, edisi keempat. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Gustari, 2003. Hormon Reproduksi. Bagian Reproduksi Fakultas Kedokteran
Hewan UGM
Hadley, M.E., 1992. Endocrinology, Third edition. Prentice Hall. Engle Wood
Ellifs. New Jersey.
Hafez, E.S.E., 1993, Hormones, Growth Factors, Reproduction and Artificial
Insemination in Reproduction in Farm Animals. 6th Ed. Lea & Febiger.
Philadelphia pp: 59-93; 424-436.
Hafez, E.S.E., 1987. Reproductive Cycles In :Reproduction in Farm Animal.5
thed.E.S.E. Hafez ed.Lea &Febiger. Philadelphia.
Hunter, R.H.F., 1982.Reproduction in Farm Animal 1 st. English Language Book
Socirty, Logman Group Limited. England.
Jaenudeen, M.R. dan Hafez, E.S.E., 1993. Reproductive Failure in Females,
dalam Reproduction in Animal, 6th edition, LEA Febiger. Philadelphia.
Pp: 261-297
Kaltenbach, C.C., & Dunn, T.G., 1980. Endocrinology Of Reproduction. In :
Reproduction in Animal. Hafez, E.S.E., ed Lea & Febiger Co.
Philadelphia.
PKMT-4-8-8

Kindahl, H., Basu, G., Fredriksson, A., Krit, K.V., Edqvist, L.E., 1984. Level of
Prostaglandin F2a Metabolite in Blood and Urine During Early
Pregnancy. Anim. Rep. Sci. 7: 133-148.
Macmillan, K.L., Henderson, H.V. dan Washburn, S.P., 1999. Initial Statistical
Analysis of CIDRB Dose Response Trial. In CIDR Report No.13.
Mawhinney, I., Biggade, H. dan Drew, B., 1999. Field Trial of a Planned
Breeding Regimen for Dairy Cows, Using Gonadotrophin Releasing
Hormone and Prostaglandin F2a. Vet. Rec., 145: 551-554
McDonald, L.E., 1975. Reproductive Paterns of Cattle and Female Reproductive.
Veterinary Endocrinology and Reproduction. 2th Ed. Lea & Febiger.
Philadelphia. Pp: 271-273; 287-289;351-360.
Novotny, 2001. Pheromons Binding Proteins and Receptor Response in Rodents.
Biochem. Sic. Trans. (2001) 31. (117-122). Great Britain
Partodiharjo, S., 1982. Ilmu Reproduksi Hewan . Penenerbit Mutiara. Edisi
Ketiga.
Putro, P.P., 1987. Kasus Kemajiran Pada Sapi Perah di Jawa Tengah , Jawa
Timur dan DIY.
Putro, P.P., 2000. Gangguan fungsi reproduksi Sapi Betina. Bagian Reproduksi
FKH UGM. Yogyakarta.
Reeves, J.J., 1987. Endocrinology Of Reproduction, In : Reproduction Animals,
Hafez, E.S.E., ed. Lea & Febiger. Phliadelphia: 85 108.
Robert, S.J. , 1986. Infertility in The Cows. In : Veterinary Obstetric and Genital
Disease ( Theriogenology ). Ithaca. New York: 434 475.
Roche, J. F., ; Bolland, M.P., ; M.C. Geady T.A. & Ireland, J.J.,
1981.Reproduction Wastage Following Artificial Insemination of
Heofers.Vet.Rec. 109 : 401.
Salisburry, G. W. , & Vandemark, N.L., 1984. Phisiology of Reproduction and
Artificial Insemination of Cattle. ( Diterjemahkan Djanuar ). Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Stevenson, J.S., Hoffman, D.P., Nicholas, D.A., McKee, R.M. dan Krehbiel, C.L.,
1997. Fertility in Estrus Cycling and Non Cycling Virgin Heifers and
Sucled Beef Cows after Induced Ovulation. J. Anim. Sci. 75: 1343-1350.
PKMT-4-9-1

KENDALI PENUMBUHAN JAMUR MERANG BERBASIS


MIKROKONTROLLER AT89C51

Bambang Setiawan, Mia Tri Utami Dewantari, Syaiful Rakhman


PS D3 Jurusan Teknik Elektronika, Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta

ABSTRAK
Jamur merupakan bahan makanan yang mempunyai nilai gizi serta nilai jual
yang tinggi, namun masyarakat belum membudidayakannya secara maksimal.
Selain itu proses pertumbuhan jamur hanya terjadi pada musim tertentu saja.
Berdasarkan penelitian dan percobaan Dr. Ir. Meity Suradji Sinaga, M.Sc yang
merupakan dosen sekaligus peneliti di Fakulats Pertanian IPB disebutkan bahwa
diperlukan perhatian ekstra dalam pengembangbiakan jamur merang. Hal ini
dikarenakan kondisi media tempt penumbuhan jamur yang memerlukan
pengontrolan secara berkesinambungan. Alat kendali penumbuhan jamur merang
berbasis Mikrokontroller AT89C51 memadukan dua teknologi yang berbeda,
yaitu teknologi elektronika dan pertanian yang merupakan alat Bantu guna
mengontrol keadaan tempat penumbuhan jamur merang secara otomatis.
Pembuatan alat ini menerapkan metodologi rancang bangun yang dilakukan di
Laboratorium Elektronika Dasar, Jurusan Teknik Elektronika, Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta guna maengembangkan alat kendali penumbuhan
jamur merang yang bisa diterapkan di berbagai daerah dengan iklim yamg
berbeda. Dua variabel yang sangat berpengaruh pada proses pengembangbiakan
jamur merang adalah suhu dan kelembaban.untuk itu alat ini secara otomatis
akan memantau dan megontrol suhu dan kelembaban kumbung (rumah jamur)
pada nilai-nilai tertentu. Pengotrolan ini dilakukan sejak proses pasteurisasi,
penanaman bibit sampai pada jamur siap untuk dipanen. Hari pertama saat
pasteurisasi, diperlukan suhu sebesar 60C-70C dipertahankan selama 4 jam.
Pada hari berikutnya kumbung dibuka secara manual dengan suhu yang dijaga
sebesar 32C-38C. Kemudian baru diadakan penanaman bibit secara manual.
Setelah itu air kaporit akan disemprotkan ke media dan kemudian. Selama 10 hari
berikutnya suhu tetap dijaga sebesar 32C-38C pada kelembaban 80%-90%.
Pada hari ke-10 atau ke-11 maka jamur siap untuk dipanen. Dengan
direalisasikan alat ini maka pengontrolan kumbung (rumah jamur) yang
sebelumnya dilakukan secara manual oleh manusia, dapat dilakukan secara
otomatis sesuai dengan kondisi suhu dan kelembaban yang diharapkan, guna
menghasilkan jamur yang berkualitas. Kemudian bagi para petani yang
membudidayakan jamur merang untuk kepentingn ekonomi, maka alat ini akan
bisa membuat penghasilan mereka lebih dari sebelum mereka mengguakan alat
ini. Hal ini disebabkan karena proses penumbuhan jamur tidak akan tergantung
pada iklim di suatu wilayah tertentu lagi, namun pertumbuhan jamur akan
dikontrol secara otomatis, sehingga pengembangbiakan jamur dapat dilakukan
kapan saja dan dimana saja.
Kata kunci : Jamur, Mikrokontroller AT89C51, Pasteurisasi.
PKMT-4-9-2

PENDAHULUAN
Teknologi elektronika, dapat diterapkan di berbagai bidang kehidupan,
diantaranya adalah bidang pertanian. Penerapan elektronika dalam bidang
pertanian khususnya di negaranegara maju, dimaksudkan untuk meningkatkan
hasil pertanian yang bermutu tinggi. Lebih jauh lagi, diharapkan agar lebih dapat
menurunkan biaya produksi dengan hasil yang tetap memuaskan atau bahkan
lebih baik.
Sebagai contoh, dalam pembudayaan jamur merang, yang masih menjadi
favorit masyarakat khususnya Indonesia, maka diperlukan para pekerja yang
benar benar telaten serta mengetahui dengan benar tata cara pembudidayaanya.
Hal ini dikarenakan jamur merang memiliki kepekaan yang tinggi terhadap
perubahan suhu dan kelembaban, disamping cahaya yang diterimanya. Untuk itu
diperlukan pengontrol suhu dan kelembaban ruang atau media penumbuhan jamur
merang, agar dapat menjaga kondisinya selalu dalam keadaan yang
memungkinkan jamur merang bisa tumbuh dengan baik.
Dengan memanfaatkan bidang elektronika, direncanakan suatu alat berbasis
mikrokontroller, guna mengendalikan kelembaban dan temperatur ruang/media
pembibitan dalam harga tertentu hingga memungkinkan berkembangnya jamur
merang dengan baik. Hal ini ditunjukkan agar jamur merang dibudidayakan
diberbagai daerah tanpa dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban dimana ia
berada. Karena suhu dan kelembaban pada media penumbuhan jamur merang
akan dikontrol secara otomatis, sesuai dengan nilai suhu dan kelembaban yang
diperlukan oleh jamur merang agar dapat tumbuh dengan baik.
Berdasarkan beberapa hal yang telah dikemukakan di atas maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana merancang pengendali temperatur dan kelembaban tempat
penumbuhan jamur merang dengan menggunakan mikrokontroller
AT89C51?
2. Bagaimana cara yang paling sederhana agar alat pengendali jamur merang
dapat digunakan diberbagai tempat dengan temperatur dan kelembaban
lingkungan yang berbeda?
Dalam program kretivitas mahasiswa ini mempunyai tujuan sebagi berikut :
1. Untuk merancang pengendali temperatur dan kelembaban tempat
penumbuhan jamur merang yang bekerja secara otomatis sesuai dengan
kebutuhan pemakai dengan menggunakan mikrokontroller AT89C51.
2. Untuk mengetahui cara yang paling sederhana agar alat pengendali jamur
merang dapat digunakan diberbagai tempat dengan temperatur dan
kelembaban lingkungan yang berbeda.
Program kreativitas mahasiswa ini mempunyai kegunaan sebagai berikut :
1. Memberikan kemudahan bagi petani jamur merang untuk
membudidayakannya diberbagai daerah, tanpa mengkhawatirkan masalah
temperatu dan kelembaban daerah tersebut.
2. Memberikan kemudahan bagi mahasiswa yang memiliki keinginan untuk
meneliti pertumbuhan jamur merang, namun seringkali dibenturkan pada
keterbatasan waktu saat harus memeriksa temperatur dan kelembaban
setiap saat terutama pada saat pasteurisasi.
3. Memberikan peluang kepada para peneliti untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan yang ada di Indonesia.
PKMT-4-9-3

METODE PENDEKATAN
Dalam pelaksanaan penelitian ini mengunakan metode rancang bangun.
Langkah-langkah pada metode rancang bangun adalah sebagai berikut : observasi
kebutuhan, gambaran masalah, syaratsyarat perancangan, informasi pemenuhan
kebutuhan perancangan, perancangan alat, pembahasan perbagian, pembuatan
alat, pengujian alat, evaluasi, prinsip kerja alat.
Persyaratan yang dibutuhkan dalam pembuatan alat berdasarkan observasi
kebutuhan yang dilakukan sebelumnya adalah sebagai berikut :
1. Alat tersebut dapat digunakan sebagai kendali penumbuhan jamur merang
yang sesuai dengan kondisi iklim di Indonesia yang bervariasi. Dengan
adanya alat ini diharapkan bisa menyesuaikannya sehingga jamur dapat
tubuh dengan baik.
2. Suhu dan kelembaban media pertumbuhan jamur dapat dengan mudah
dikendaklikan sesuai dengan keadaan optimum yang dibutuhkan oleh
jamur.
3. Proses pengoperasian pengontrol jamur dapat menghasilkan pertumbuhan
jamur sesuai yang diharapkan.
4. Biaya produksi dan alatnya tidak mahal.
5. Pengoperasian alat secara otomatis.
Syarat perancangan alat penumbuhan jamur merang berbasis
Mikrokontroller AT89C51 adalah sebagai berikut :
1. Konstruksi alat dapat dirancang dengan sederhana
2. Bahan dan komponen dari alat tersebut mudah didapatkan di tokotoko
elektronik.
Faktor-faktor yang perlu diketahui sebelum melakukan rencana
perancangan dalam membuat alat kendali penumbuhan jamur merang berbasis
Mikrokontroller AT89C51 adalah :
1. Nilai suhu dan kelembaban media dan lingkungan yang diperlukan.
2. Penggunaan Mikrokontroller AT89C51.
3. Bahan dan media penumbuhan jamur.
4. Masa pertumbuhan sampai siap panen.
Langkah langkah perancangan alat kendali penumbuhan jamur merang
berbasis Mikrokontroller AT89C51 adalah sebagai berikut :
1. Suhu dan kelembaban bekerjanya alat penumbuh jamur.
2. Konstruksi alat kendali penumbuhan jamur merang berbasis
Mikrokontroller AT89C51.
3. bahan dan media yang digunakan.
Pada langkah pembahasan perbagian ini satu persatu bagian Penyusun alat
kendali penumbuhan jamur merang berbasis Mikrokontroller AT89C51, meliputi :
1. Bahan yang digunakan.
2. Mikrokontroller AT89C51.
3. Media yang dipakai.
4. Suhu dan kelembaban yang dikendalikan.
5. Waktu yang dibutuhkan sampai masa panen.
6. Bentuk dan ukuran alat.
7. seleksi bahan dan ukuran.
PKMT-4-9-4

Langkah pembuatan alat secara runtut adalah sebagai berikut :


1. Mengumpulkan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan alat.
2. Mempersiapkan alat dan peralatan yang dibutuhkan.
3. Membentuk dan menyusun bahan sesuai rancangan.
4. Merakit komponen elektronika sesuai dengan pemanfaatan
Mikrokontroller AT89C51.
5. Membuat media penumbuhan jamur.
6. Merakit alat penumbuhan jamur.
7. Menguji kinerja alat yang telah dibuat.
8. Meanganalisis hasil pengujian.
9. Melakukan revisi alat yang dirasakan kurang menunjukkan kinerja yang
diharapkan.
10. Menganalisis hasil pengujian.
11. Selesai.

Dalam pengujian alat untuk memperoleh data penelitian dari alat tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Uji fungsional.
2. Uji unjuk kerja.
3. Uji layanan.

Dalam tahap evaluasi alat, analisis yang digunakan adalah analisis statistik
deskriptif yang meliputi : analisis unjuk kerja untuk mengetahui kinerja alat,
analisis tekhnik untuk pembahasan perbagian, dan analisis ekonomi untuk
mengetahui biaya produksi dan harga produk alat ini.
Waktu pelaksanaan program kreativitas mahasiswa ini selama 3 bulan,
terhitung mulai dari bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2006. Sedangkan
tempat pelaksanaan program kretivitas mahasiswa dilakukan di laboratorium
elektronika dasar, Jurusan Teknik Elektronika, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Yogyakarta.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil dari Program Kreativitas Mahasiswa yang berjudul Kendali
Penumbuhan Jamur Merang Berbasis Mikrokontroller AT89C51 adalah berupa
suatu produk alat. Alat ini akan berfungsi sebagai pengendalian suhu dan
kelembaban pada media penumbuhan jamur merang selama proses penanaman
sampai masa panen. Sehingga dengan adanya alat ini maka diharapkan akan
meringankan kerja dari para petani jamur merang. Karena dengan alat ini para
petani jamur merang tidak perlu melakukan pengontrolan suhu dan kelembaban
secara manual pada media penumbuhan jamur merang. Sehingga para petani
jamur merang dapat menanam jamur merang kapan saja dan dimana saja tanpa
menghawatirkan musim, suhu dan kelembaban lingkungan.
Mengenai unjuk kerja dari alat kendali penumbuhan jamur merang dari
muali persiapan penanaman hingga masa panen adalah sebagai berikut :
1. Persiapan penanaman dimulai dari mempersiapkan jerami yang sudah
dibasahi terlebih dahulu dan kemudian ditata diatas masing-masing rak
dalam kumbung.
PKMT-4-9-5

2. Setelah jerami tertata rapi diatas rak, selanjutnya alat kendali penumbuhan
jamur merang mulai dinyalakan dengan cara menghubungkannya pada
sumber PLN.
3. Proses berikutnya terjadi secara otomatis yang keseluruhannya
dikendalikan oleh mikrokontroller AT89C51
a. Pasteurisasi, pemanas bekerja selama 4 jam dengan suhu antara 60 -
70C, proses ini melibatkan sensor suhu untuk memantau suhu dalam
kumbung dan heater berdaya rendah sebagai outputnya. Prosesnya
sebagai berikut: jika suhu kurang dari 60 maka pemanas dinyalakan
dan jika suhu lebih dari 70C maka pemanas dimatikan.
b. Setelah proses pasteurisasi selesai berikutnya adalah membiarkan
media selama kira-kira 1 hari (20 jam dari pasteurisasi), agar suhu
dalam kumbung kembali pada suhu kamar.
c. Lampu indikator penanaman menyala, mengidikasikan bahwa media
siap untuk ditanami, serta jendela terbuka untuk membuang gas
amoniak.
d. Langkah selanjutnya kita membuka pintu kumbung dan pada
permukaan jerami diberi bekatul secukupnya secara merata kemudian
barulah bibit jamur merang ditebarkan diatasnya. Selanjutnya untuk
mrmberikan kelembaban pada permukaan media tanam kita
semprotkan air yang sebelumnya diberi kaporit sampai seluruh
permukaan sedikit basah. Setelah proses tersebut dilakukan maka pintu
kumbung ditutup dan kemudian tombol start ditekan untuk
melanjutkan proses selanjutnya. Proses d dilakukan secara menual
e. Selanjutnya media akan kembali dikendalikan oleh mikrokontroller
AT89C51, kali ini media akan dikontrol suhu dan kelembabannya
selama 10 hari (kita-kira sampai panan). Suhu diatur antara 32 - 38C
dan kelembaban antara 60 - 70C. Proses untuk pengendalian suhu
yaitu jika suhu kurang dari 32 maka pemanas dinyalakan dan jika
suhu lebih dari 38C maka pemanas dimatikan. Sedangkan untuk
mengendalikan kelembaban yaitu tampungan air didalam kumbung
dikipasi untuk menghasilkan uap air, jika kelembaban kurang dari 80%
maka jendela ditutup dan jika kelembaban lebih dari 90% maka
jendela dibuka.
f. Setelah 10 hari maka lampu indikator panen menyala.
4. Matikan power supply (cabut sumber PLN) buka kumbung dan kemudian
panen.

Berikut adalah gambar blok diagram dari alat Kendali Penumbuhan Jamur
Merang Berbasis Mikrokontroller AT89C51 :
PKMT-4-9-6

Gambar 1. Blok diagram kerja Pengendali Penumbuhan Jamur Merang Berbasis


Mikrokontroller AT89C51

Mikrokontroller
Pada alat pengendali penumbuhan jamur merang ini menggunakan
mikrokontroller AT89C51. Mikrokontroller merupakan sebuah IC programable
yang dapat digunakan sebagai pengontrol, IC ini hanya dapat digunakan dengan
memprogramnya terlebih dahulu. Pada mikrokontroller sudah terdapat memori,
baik RAM maupun ROM, dan perangkat I/O. Selain itu ada beberapa fasilitas
yang disediakan oleh mikrokontroller seperti timer, counter, dan interupsi. Pada
alat pengendali penumbuhan jamur merang ini, menggunakan mikrokontroller
yang input mikrokontroller ini diambil dari ADC dan sebuah tombol. Kemudian
input ini akan diproses oleh mikrokontroller, dengan program yang telah
dimasukkan kedalam mikrokontroller input ini akan digunakan untuk
menggerakkan output berupa pemanas, pendingin tampilan dan indikator lainnya.
Sensor Suhu
Alat pengendali penumbuhan jamur merang ini menggunakan sensor suhu
yaitu LM35. LM35 ini adalah sensor suhu dimana tegangan outputnya adalah
sebanding (linier) dengan suhu yang diterimanya, kelinieran dari LM35 adalah
10m V/0C. Sedangkan karakteristik range suhu dari LM35 adalah dari -550C
sampai 1500C, output dari LM35 ini bisa langsung dihubungkan pada ADC0809
seperti pada gambar dibawah:

Gambar 2. Rangkaian sensor suhu LM35


PKMT-4-9-7

Sensor Kelembaban
Alat pengendali penumbuhan jamur merang ini menggunakan sensor
kelembaban yaitu HS15P. Spesifikasi dari sensor kelembaban HS15P adalah dia
bekerja pada range kelembaban 20% - 90%. Akan tetapi dalam penggunaan
sensor ini masih memerlukan rangkaian-rangkaian tambahan. Rangkaian-
rangkaian tambahan tersebut adalah :
1. Rangkaian Generator Sinus
Rangkaian generator sinus osilator Wien difungsikan untuk menghasilkan
sinyal sinusodial 1KHz dengan amplitudo 1Vpp. Output dari rangkaian ini
akan diumpankan pada rangkaian jembatan dan diferensial amplifier.

Gambar 3. Rangkaian Generator Sinus Wien

2. Rangkaian Jembatan Dan Diferential Amplifier


Pada rangkaian ini sensor kelembaban dipasang yaitu pada rangkaian
jembatan, karena sensor kelembaban HS15P berfungsi sebagai salah satu
pengganti resistansi (R) pada rangkaian jembatan. Sinyal sinus yang
dihasilkan oleh rangkaian generator sinus diumpankan pada rangkaian
jembatan dan outputnya dimasukkan pada rangkaian diferensial amplifier
dengan penguatan 10 kali.

Gambar 4. Rangkaian Jembatan Dan Diferential Amplifier

3. Rangkaian AC To DC Converter
Sinyal output dari rangkaian jembatan dan diferential amplifier akan
menjadi input pada rangkaian AC To DC Converter. Kemudian sinyal ini
PKMT-4-9-8

akan diubah menjadi tegangan DC rata-rata. Setelah menjadi tegangan DC,


maka tegangan ini akan masuk ke ADC (Analog To Digital Converter).

Gambar 5. Rangkaian AC To DC Converter


Signal Conditioner
Signal conditioner disini menggunakan ADC (Analog To Digital
Converter), ADC yang digunakan pada rangkaian ini adalah ADC 0809. ADC
0809 memiliki 8 bit output dan memiliki 8 alamat input yang dapat dipilih dengan
memberikan logika 0/1 pada ADDR_A ADDR_B dan ADDR_C.
ADC ini berfungsi sebagai pengubah besaran analog menjadi digital.
Besaran yang diubah adalah tegangan yang berasal dari sensor suhu (In0) dan
sensor kelembaban (In1). Kemudian output dari ADC ini akan menjadi input
untuk mikrokontroller.
Pemanas
Pada alat pengendalian penumbuh jamur merang ini menggunakan heater
sebagai pemanasnya. Fungsi dari pemanas adalah untuk menghasilkan uap air
panas yang akan digunakan untuk memanaskan media penumbuh jamur merang.
Pemanas ini dikendalikan oleh sebuah relay dengan menggunakan driver
rangkaian darlington.
Pendingin
Pada alat pengendali penumbuh jamur merang ini menggunakan kipas
(fan) komputer. Fungsi dari pendingin adalah untuk membuang gas-gas seperti
omoniak sisa hasil pengkomposan media penumbuh jamur pada masa pasteurisasi
dan juga menstabilkan suhu agar suhu dalam media (kubung) tidak lebih dari yang
seharusnya. Sama seperti pemanas diatas, pada pendingin juga menggunakan
driver dan relay untuk menyambung dam memutus kerja dari pendingin.
Penyiram Air
Alat pengendali penumbuhan jamur merang ini menggunakan shower
sebagai penyiram air, juga dilengkapi dengan valve yang fungsinya sama dengan
kran air, hanya saja pengoperasian valve tidak menggunakan tenaga mekanik
untuk menutup/membukanya seperti pada kran air, untuk membuka/menutupnya
valve cukup diberi tegangan 12 V.
Monitor
Untuk memonitor kondisi suhu dan kelembaban didalam kubung,
digunakan tampilan berupa 4 buah 7-segment. 2 buah digunakan untuk
menampilkan 2 digit suhu dan yang lainnya untuk menampilkan kelembaban.
Secara struktur penyusunan LED-nya, seven segment dibagi menjadi dua jenis
PKMT-4-9-9

yaitu jenis Common Catoda (aktif High) dan jenis Common Anoda (aktif Low).
Dalam desain proyek akhir ini penulis menggunakan seven segment jenis
common anoda karena lebih mudah mengkonfigurasi pada rangkaian. Adapun
konfigurasi dari seven segment jenis common anoda dapat dilihat pada gambar
berikut :

Gambar 6. Seven segment Common Anoda

Sebagai penggerak seven segment menggunakan Decoder BCD ke seven


segmen yang digunakan disini adalah IC 7447. ecoder ini menerjemahkan kode
BCD (Binary Coded Desimal) ke suatu penampil seven segmen, sehingga segmen
yang tepat menyala pada penampil. Penayangan akan menampilkan bilangan
decimal 0-9. Tujuh keluaran IC 7447 ini semuanya merupakan aktif rendah.
Sehingga penampil yang digunakan adalah penampil common-anoda. Kemudian
sebagai perluasan pin I/O pada mikrokontroller disini menggunakan PPI 8255.

Gambar 7. Blok diagram monitor

KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan laporan diatas dapat dibuat kesimpuan yaitu:
1. Alat ini berfungsi untuk mengendalikan suhu dan kelembaban pada media
tempat penumbuhan jamur merang.
2. Semua proses kerja dari alat kendali penumbuhan jamur merang ini
dikendalikan oleh mikrokontroller AT89C51.
3. Alat Kendali Penumbuhan Jamur Merang Berbasis Mikrokontroller
AT89C51 dapat digunakan diberbagai tempat tanpa harus menghawatirkan
masalah musim, suhu dan kelembaban. Sehingga para petani jamur dapat
bertani jamur kapan saja dan dimana saja, sehingga produksi jamur akan
lebih maksimal.
PKMT-4-9-10

DAFTAR PUSTAKA
J.P. Holman, E.Janif, Ir,M.Sc. 1985. Metode Pengukuran Teknik. Jakarta :
Erlangga.
John a.Alloca, Allert Stuart. 1984. Transducer Theory and Applications.
Putra, Agfianto E. 2000. Belajar Mikrokontrller AT89C51/52/55 ( Teori dan
aplikasi).Yogyakarta : Gava Media.
Sinaga, Meiti Suradji, Dr,Ir,M.Sc. 2004. Jamur merang dan budidayanya. Jakarta
: Penebar Swadaya.
Suhartini,Ir,Msi. 1998. Petunjuk Praktis Budidaya Jamur Merang ( Volvariella
Volvaceae ). Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY.
www.Atmel.com. Atmel 89C51Microcontroller
PKMT-4-10-1

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


SURABAYA

Dwi Martin Anggoro, Satrya Mahardika, AD Krisbianto, Wahyu Kusuma Danny


PS Desain Produk Industri / FTSP
Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya, Surabaya
PKMT-4-11-1

IMPLEMENTASI MIKROKONTROLER ATMEGA8535 UNTUK


MENGATUR SUHU DAN KELEMBABAN PADA KANDANG BEKICOT

Hermawan Rahman Soleh, Hendy Eka Hardana, Rina Arisona


Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Malang

ABSTRAK
Bekicot yang biasanya dikenal dengan sebutan keong racun di kalangan
masyarakat, ternyata mempunyai potensi ekonomi yang cukup tinggi. Daging
bekicot mengandung protein hewani yang cukup tinggi, setara dengan kandungan
protein dalam daging hewan lainnya. Disamping itu bekicot juga kerap dipakai
dalam pengobatan tradisional, karena ekstrak daging bekicot, lendir, dan
kulitnya sangat bermanfaat untuk mengobati berbagai macam penyakit.
Sekarang bekicot sudah mulai dibudidayakan orang untuk konsumsi dalam negeri
maupun luar negeri. Dengan permintaan yang semakin meningkat, maka jumlah
hasil ternak bekicot juga perlu ditingkatkan. Jika jumlah kandang banyak, maka
peternak akan mengalami kesulitan dalam menjaga suhu dan kelembaban
kandang. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dalam penelitian ini akan
dibuat alat pengontrol suhu dan kelembaban kandang secara otomatis
menggunakan mikrokontroler ATMEGA8535 sebagai pengendalinya. Rangkaian
kegiatan pembuatan alat pengatur suhu dan kelembaban pada kandang bekicot
berlangsung mulai akhir bulan Februari 2006 sampai April 2006. Metode yang
digunakan yaitu studi literatur, perencanaan blok diagram, perencanaan skema
rangkaian, dan simulasi rangkaian. Sedangkan pembuatan alat terdiri dari
mekanik, elektrik, dan software. Bagian mekanik yang sudah dilakukan yaitu
pembuatan kandang, pemasangan selang, pemanas dan juga blower. Sedangkan
bagian elekrik yaitu pembuatan rangkaian sensor suhu, sensor kelembaban,
rangkaian minimum sistem ATMEGA 8535, rangkaian driver, rangkaian catu
daya.

Kata kunci: Bekicot, suhu, kelembapan, mikrokontroler

PENDAHULUAN
Bekicot (Achatina fulica Bowd) merupakan hewan yang bertubuh lunak,
tidak beruas, mempunyai pelindung tubuh berupa cangkang yang berbentuk
kerucut, suka mengeluarkan lendir, dan aktif di malam hari. Meskipun bekicot
termasuk hewan liar dan kadang-kadang disebut hama pertanian yang dimusuhi
petani, namun ternyata mempunyai potensi ekonomi yang cukup tinggi. Daging
bekicot mengandung protein hewani yang cukup tinggi, setara dengan kandungan
protein dalam daging hewan lainnya. Disamping itu bekicot juga kerap dipakai
dalam pengobatan tradisional, karena ekstrak daging bekicot dan lendirnya sangat
bermanfaat untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti abortus, sakit
waktu menstruasi, radang selaput mata, sakit gigi, gatal-gatal, jantung dan lain-
lain. Sedangkan kulit bekicot sangat mujarab untuk penyakit tumor. Sejenis obat
yang dikenal berasal dari kulit bekicot, dinamakan Maulie, yang dapat
menyembuhkan berbagai penyakit seperti kekejangan, jantung suka berdebar,
tidak bisa tidur/insomania, leher membengkak dan penyakit kaum wanita
termasuk keputihan. Sekarang bekicot sudah mulai dibudidayakan orang untuk
PKMT-4-11-2

konsumsi dalam negeri maupun luar negeri. Di dalam negeri umumnya bekicot
masih dimanfaatkan untuk makanan ternak. Sedangkan diluar negeri seperti
Perancis, Jerman, dan Jepang, banyak yang memanfaatkan bekicot sebagai
makanan. Keadaan seperti ini merupakan angin segar bagi para peternak di
Indonesia untuk membudidayakan bekicot secara intensif yang nantinya dapat
diekspor. Dengan permintaan yang semakin meningkat, maka jumlah hasil ternak
bekicot juga perlu ditingkatkan. Jika jumlah kandang banyak, maka peternak akan
mengalami kesulitan dalam menjaga suhu dan kelembaban kandang. Untuk
mengatasi masalah tersebut, maka dalam penelitian ini akan dibuat alat pengontrol
suhu dan kelembaban kandang secara otomatis menggunakan mikrokontroler
ATMEGA8535 sebagai pengendalinya. Manfaat yang dapat diperoleh dari
kegiatan ini diantaranya yaitu sebagai sarana belajar untuk menumbuhkan
kreatifitas mahasiswa dan juga dapat meningkatkan keuntungan peternak karena
biayanya relatif murah dan tidak perlu menambah jumlah pekerja, selain itu juga
dapat memberikan kemudahan dalam menjaga suhu dan kelembaban kandang
bekicot.

METODE PENDEKATAN
Kegiatan PKM ini merupakan implementasi dari suatu hasil teknologi yang
sudah ada. Hasil Teknologi tersebut adalah Sensor Suhu LM35, Sensor
Kelembaban RHK1AN, dan Mikrokontroler ATMEGA 8535. Ketiga hasil
teknologi tersebut diaplikasikan untuk mengatur suhu dan kelembaban ada
kandang bekicot.
Langkah pertama yang dilakukan adalah studi literatur. Tujuan studi
literatur adalah untuk mempelajari teori-teori yag mendukung dalam perencanaan
dan pembuatan alat. Beberapa teori yang perlu dipelajari meliputi karakteristik
bekicot, tatacara budidaya bekicot, sensor suhu, sensor kelembaban, dan
mikrokontroler ATMEGA8535.
Langkah kedua adalah perencanaan blok diagram alat yang bertujuan untuk
menentukan bagian-bagian sistem agar alat dapat bekerja sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan serta mempermudah dalam merancang skema
rangkaian. Blok diagram yang dirancang ditunjukkan pada gambar 3.

Gambar 1. Rangkaian sensor suhu


PKMT-4-11-3

Langkah ketiga adalah perencanaan skema rangkaian yang bertujuan untuk


merancang bentuk rangkaian elektrik dan menentukan nilai masing-masing
komponen agar menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diinginkan. Bentuk
skema yang dirancang ditunjukkan dalam gambar 1, 2, 4, 5

Gambar 2. Rangkaian penguat diferensial yang digunakan untuk sensor suhu

Gambar 3. Blok diagram rangkaian elektrik


PKMT-4-11-4

Gambar 4. Rangkaian Generator Sinus Untuk Sensor Kelembaban

Gambar 5. Rangkaian Jembatan dan Differensial Amplifier Untuk Sensor


Kelembaban
PKMT-4-11-5

Gambar 6. Rangkaian AC to DC Converter Untuk Sensor Kelembaban

Masukan dari
Mikrokontroler

Gambar 7. Driver

Langkah ketiga adalah simulasi rangkaian menggunakan software Multisim


8 dan Project Board, Multimeter dan Oscilloscope. Simulasi bertujuan untuk
menguji hasil rancangan rangkaian, apakah sudah sesuai dengan spesifikasi yeng
diinginkan atau belum.
Langkah keempat adalah perencanaan mekanik, yang bertujuan untuk
merancang bentuk penyemprot dan tata letak sensor, pemanas, kipas hisap dan
blower agar dapat mengatur suhu dan kelembaban kandang.
Langkah kelima adalah Perencanaan algoritma dan software bertujuan untuk
merencanakan algoritma program ATMEGA 8535 agar dapat mengontrol sistem
secara keseluruhan.
Langkah keenam adalah pembuatan alat, meliputi pembuatan bagian
mekanik, pembuatan bagian elektrik dan pembuatan software Mikrokontroler
ATMEGA8535. Pembuatan bagian mekanik meliputi penggergajian dan perakitan
kandang, pemasangan penyemprot, pemasangan pemanas, dan pemasangan kipas.
Pembuatan elektrik meliputi perencanaan tata letak komponen, pembuatan papan
cetak, penyolderan dan perakitan menjadi satu rangkaian. Pembuatan software
yaitu membuat program di komputer kemudian program tersebut dimasukkan ke
mikrokontroler.
PKMT-4-11-6

Langkah terakhir adalah pengujian yang bertujuan untuk menguji


keberhasilan sistem perbagian dan juga secara keseluruhan. Pengujian dibagi
menjadi 3 yaitu pengujian bagian mekanik, pengujian bagian elektrik, dan
pengujuan bagian software. Pengujian bagian mekanik dilakukan dengan
mengamati kerja pemanas, kipas hisap, blower, dan penyemprot. Pengujian bagian
elektrik dilakukan dengan mengukur tegangan keluaran dari rangkaian saat diberi
beberapa masukan berupa suhu dan kelembaban menggunakan Multimeter dan
Oscilloscope. Pengujian bagian Software dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
mensimulasikan program di AVR Studio 4 dan dengan menerapkannya langsung
pada rangkaian.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil dari kegiatan PKM ini adalah terciptanya alat pengatur suhu dan
kelembaban untuk kandang bekicot. Alat tersebut tediri dari kandang, pemanas,
blower, kipas hisap, penyemprot, rangkaian sensor suhu, rangkaian sensor
kelembaban, minimum system ATMEGA8535, rangkaian driver, dan program
mikorokontroler ATMEGA8535. Hasil kegiatan PKM ini ditunjukkan dalam
gambar berikut.

Gambar 8. Rangka kandang Gambar 9. Bilik kandang

Gambar 10. Pompa Air yang Digunakan


PKMT-4-11-7

Gambar 11. Sensor suhu Gambar 12. Sensor kelembaban

(a) (b)
Gambar 13. Rangkaian pengkondisi sinyal untuk sensor suhu (a) dan sensor
kelembaban (b)

Gambar 14. Rangkaian minimum sistem ATMEGA 8535

Gambar 15. Rangkaian Driver


PKMT-4-11-8

(a) (b)
Gambar 16. Rangkaian Penyearah : (a) Regulator Catu Daya, (b) Transformator

(a) (b)
Gambar 17. Rangkaian Keseluruhan (a) dan Rangkaian Keseluruhan Dalam
Kemasan (b).

Pembahasan dititikberatkan pada pengujian rangkaian elektrik dan software.


Pengujian dilakukan secara per bagian dan keseluruhan.
Pengujian rangkaian sensor suhu dilakukan dengan mengukur tegangan
keluaran pada rangkaian pengkondisi sinyal untuk sensor suhu menggunakan volt
meter, kemudian dibandingkan dengan hasil perhitungan secara teori. Pada
pengujian ini digunakan 6 buah sampel suhu. Sampel suhu diukur menggunakan
Thermometer. Hasil pengujian ditunjukkan dalam tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengujian Rangkaian Sensor Suhu
No Sampel Suhu Perhitungan Pengukuran
(C) Teori (V) (V)
1. 10 1.25 1.3
2. 15 1.875 1.92
3. 20 2.5 2.41
4. 25 3.125 3.01
5. 30 3.75 3.6
6. 35 4.375 4.22
PKMT-4-11-9

Tabel 1 menunjukkan bahwa alat sudah dapat berfungsi sesuai dengan


spesifikasi yang diinginkan.
Pengujian rangkaian sensor kelembaban dilakukan dengan mengukur
tegangan keluaran pada rangkaian pengkondisi sinyal untuk sensor kelembaban
menggunakan volt meter, kemudian dibandingkan dengan hasil perhitungan
secara teori. Pada pengujian ini digunakan 3 buah sampel kelembaban, yang
terdiri dari batas atas, batas bawah, dan kelembaban ideal dari tempat hidup
bekicot. Sampel suhu diukur menggunakan Humidity Meter. Hasil pengujian
ditunjukkan dalam tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pengujian Rangkaian Sensor Kelembaban


No Sampel Kelembaban Datasheet Pengukuran
(%) (V) (V)
1. 81 3,05 2,88
2. 85 3,10 2,95
3. 89 3,13 3,05

Tabel 2 menunjukkan bahwa alat sudah dapat berfungsi sesuai dengan


spesifikasi yang diinginkan.
Pengujian rangkaian driver dilakukan dengan memberikan logika 0 dan 1
pada pin masukan, kemudian diamati nyala lampu dan suara dari relay. Hasil
pengujian rangkaian ini ditunjukkan dalam tabel 3.

Tabel 3. Hasil Pengujian Rangkaian Driver


No Logika Logika Nyala Lampu Suara
Masukan Masukan
Sebelumnya Berikutnya
1. 0 0 Mati Tidak ada
2. 0 1 Nyala ada
3. 1 0 Mati ada

Tabel 3 menunjukkan bahwa alat sudah dapat berfungsi sesuai dengan


spesifikasi yang diinginkan.
Pengujian rangkaian catu daya dilakukan dengan mengukur tegangan
keluaran untuk catu daya 5 V, 12 V, dan -12 V. Pada hasil pengukuran telah
sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan.
Pengujian Bagian Software dilakukan dengan dua cara. Yang pertama
dilakukan menggunakan simulator yang ada pada AVR Studio 4. Yang kedua
dilakukan dengan mengaplikasikan langsung pada rangkaian elektrik dengan
diberi sampel masukan tertentu.
Kondisi yang dikenakan saat pengujian adalah sebagai berikut :
* Range suhu dan kelembapan:
- Suhu : 260 C-290 C
- Kelembapan : 80%-90%
* Range acuan dalam program:
- Suhu : min. 25,50 C
Ideal 270 C
max. 29,50 C
PKMT-4-11-10

- Kelembapan : min 80%


max. 90% Ideal 85%

Kondisi-kondisi yang terjadi pada program (atau subprogram) dalam 1 bilik


adalah sebagai berikut :
1. Suhu Kelembapan
Pemanas dan blower aktif hingga tercapai suhu 270 C.
Penyemprot aktif selama 16,5 detik kemudian akan tidak aktif selama 40
detik untuk kemudian dicek hasilnya. Apabila ternyata kelembapan belum
mencapai 85% maka penyemprot aktif kembali selama 16,5 detik.
Kemudian tidak aktif lalu dicek ulang kembali, begitu seterusnya.
2. Suhu Kelembapan
Pemanas dan blower aktif hingga tercapai suhu 270 C.
Penyedot aktif sampai tercapai kelembapan 85%.
3. Suhu Kelembapan
Penyedot aktif hingga tercapai suhu 270 C.
Penyemprot aktif selama 16,5 detik akan tidak aktif selama 40 detik untuk
kemudian dicek hasilnya. Apabila ternyata kelembapan belum mencapai
84% maka penyemprot aktif kembali selama 16,5 detik. Kemudian tidak
aktif lalu dicek ulang kembali, begitu seterusnya.
4. Suhu Kelembapan
Penyedot aktif hingga suhu dan kelembapan berturut-turut 270 C dan
85%.
5. Suhu pas Kelembapan
Penyemprot aktif
6. Suhu pas Kelembapan
Penyedot aktif
7. Suhu Kelembapan pas
Penyedot aktif (cukup pengecekan per siklus biasa).
Penyemprot aktif selama 16,5 detik akan tidak aktif selama 40 detik untuk
kemudian dicek hasilnya. Apabila ternyata kelembapan belum mencapai
85% maka penyemprot aktif kembali selama 16,5 detik. Kemudian tidak
aktif lalu dicek ulang kembali, begitu seterusnya.
8. Suhu Kelembapan pas
Pemanas dan blower aktif
9. Suhu dan Kelembapan pas (tidak sampai ke batas maks./min.)
Tidak melakukan aksi aktuator apapun.

Keterangan:
maksimal
minimal
PKMT-4-11-11

KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang kelompok
kami lakukan dapat disimpulkan :
1. Bekicot (Achatina fulica Bowd) yang biasanya dianggap sebagai hama oleh
petani ternyata mempunyai nilai ekonomis dan protein yang dikandungnya
nilainya setara dengan protein hewan ternak lainnya.
2. Manfaat yang dapat diperoleh dari program ini yaitu : menumbuhkan
kreatifitas mahasiswa dan sebagai sarana belajar, dapat meningkatkan
keuntungan peternak karena biayanya relatif murah dan perkembangbiakan
bekicot akan lebih baik sehingga hasil panen dapat ditingkatkan.
3. Pembuatan alat yang sudah dilakukan yaitu mekanik dan elektrik. Bagian
mekanik diantaranya yaitu pembuatan kandang, pemasangan selang, pemanas
dan blower. Sedangkan bagian elektrik yaitu pembuatan rangkaian sensor
suhu, sensor kelembaban, driver, catu daya, dan pembuatan sistem
mikrokontroler ATMEGA 8535. Bagian sofware yaitu : perancangan
algoritma dan penulisan kode program.
4. Dari hasil pengujian alat, maka alat yang telah dibuat dapat digunakan untuk
mengatur suhu dan kelembaban kandang bekicot.

DAFTAR PUSTAKA
Asa,Kusnin. 1999. Budidaya Bekicot. Jakarta: Bhratara
Malvino, Albert Paul. 2003. Prinsip-Prinsip Elektronika. Terjemahan Alb. Joko
Santoso. Jakarta: Salemba Teknika
Mismail. Budiono.1998. Dasar-Dasar Rangkaian Logika Digital. Bandung:
Penerbit ITB
Robert F. Coughlin dan Frederick F. Driscoll. 1992. Penguat Operasional dan
Rangkaian Terpadu Linier. Terjemahan Herman Widodo Soemitro. Jakarta:
Erlangga
Rukmana, Rahmat dan Yuyun Yuniarsih Oesman. 2001. Aneka Olahan Bekicot.
Yogyakarta: Kanisus
Sugiharto, Agus. 1999. Penerapan Transducer dan Sensor. Yogyakarta: Kanisius
Tim Penulis PS. 2002. Budidaya dan Prospek Bisnis Bekicot. Bogor: PT. Penebar
Swadaya
www.atmel.com
PKMT-4-12-1

INSTRUMENTASI PENDETEKSI KADAR STPP


(SODIUM TRIPOLYPHOSPHATE) BERBASIS MK AT89C51
DALAM LIMBAH INDUSTRI PENGEPAKAN UDANG

Uli Johar Miasih, Deny Siswohandoko, Rifki Septa Faridi


PS Teknik Elektro, Universitas Negeri Malang, Malang

ABSTRAK
Limbah STPP (Sodium Tripolyphosphate) merupakan limbah yang dihasilkan
oleh perusahaan yang bergerak dibidang pembekuan dan pengepakan udang.
Limbah STPP dalam dunia industri digunakan untuk pembekuan udang agar
daging udang kenyal dan mengkilap. STPP dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik. Penelitian yang telah dilakukan
pada limbah STPP menyebutkan bahwa STPP tidak berbahaya bagi manusia dan
aquatic ecosistem jika masih dalam dosis yang wajar. Tetapi ada juga penelitian
yang berhasil mengidentifikasi dampak negatif STPP pada mahluk hidup. Hasil
penelitian menyebutkan bahwa STPP dapat menyebabkan pertumbuhan yang
tidak normal. Tujuan dari perancangan ini adalah menemukan cara mendeteksi
kadar STPP dalam limbah industri pengepakan udang, serta menghasilkan suatu
alat pendeteksi yang terdiri dari sistem pendeteksi kadar STPP dan program yang
mengolah data dari sistem pendeteksi dan display kadar STPP. Metode
pendeteksi kadar STPP dalam limbah digunakan sistem fotometri yaitu dengan
cara menembakkan sinar UV ke sampel pada kuvet. Sinar yang dilewatkan oleh
STPP diterima oleh fotodioda dan diubah menjadi arus listrik. Arus listrik
tersebut digunakan untuk input Op-Amp yang berfungsi untuk menaikkan
tegangan tersebut. Output dari Op-Amp digunakan sebagai input ADC. ADC
akan mengubah data input menjadi data digital sesuai dengan port MK AT89C51.
Data yang sudah dimasukkan ke MK AT89C51 akan diolah dengan program MK
AT89C51 yang menggunakan bahasa assembler. Hasil pengolahan data program
MK ditampilkan ke display seven segment. Hasil pembuatan dan perancangan
instrumen pendeteksi kadar STPP adalah instrumen yang dapat mendeteksi kadar
STPP dalam limbah industri pengepakan udang dengan error alat rata-rata
antara 0,054-0,18 pada eksperiment pengukuran kadar STPP. Kesimpulan dari
perancangan ini adalah hasil perancangan instrumen pendeteksi kadar STPP
masih perlu disempurnakan agar dapat digunakan dalam dunia industri. Karena
alat ini masih tahap awal dalam pendeteksian kadar STPP.

Kata Kunci: Pendeteksi, Kadar STPP,MK AT89C51, Limbah Industri.

PENDAHULUAN
Limbah STPP (Sodium Tripolyphosphate) merupakan salah satu limbah yang
dihasilkan oleh perusahaan perikanan yang bergerak dibidang pembekuan dan
pengepakan udang dengan orientasi eksport. Limbah STPP dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik. STPP merupakan
senyawa aditif atau senyawa tambahan yang diberikan pada proses pembekuan
udang dengan tujuan untuk mengenyalkan daging udang dan mengkilatkan
permukaan udang. Selain itu STPP yang merupakan senyawa padat anorganik bisa
berfungsi untuk meningkatkan daya cuci pada industri sabun dan detergen. STPP
PKMT-4-12-2

juga dimanfaatkan sebagai bahan aditif pada makanan manusia, makanan hewan,
proses pembersihan pada industri dan pabrik keramik (Hera, 2003).
Hasil observasi dan penelitian yang telah dilakukan pada limbah STPP
menyebutkan bahwa STPP tidak berbahaya bagi manusia dan aquatic ecosistem
jika masih dalam dosis yang wajar. Tetapi ada juga penelitian yang berhasil
mengidentifikasi dampak negatif STPP pada mahluk hidup. Hasil penelitian
menyebutkan bahwa STPP dapat menyebabkan pertumbuhan yang tidak normal,
fertilitas yang kurang, penurunan eritrosit dalam darah, kerusakan ginjal dan
penurunan kalsium pada tulang. Penelitian tersebut dilakukan oleh Van Esch pada
tahun 1957 (Hera, 2003).
Effek Sodium Tripolyphosphate pada aquatic organism bisa berubah menjadi
racun bagi ikan, mollusca dan phytoplankton. STPP bisa menyebabkan kematian
pada ikan, pertumbuhan yang tidak sempurna dan kematian pada mollusca, serta
menghambat fertilitas yang menyebabkan penurunan populasi phytoplankton
(Database PAN Pestisida, 2003:1).
Berdasarkan data tersebut, maka diperlukan suatu alat yang mampu
mendeteksi berapa kadar STPP dalam limbah industri pengepakan udang,
sehingga tidak terjadi penumpukan STPP yang bisa menyebabkan pencemaran
lingkungan. Dengan alat ini penanganan limbah STPP dapat segera dilakukan.
Penanganan limbah STTP dapat dilakukan dengan cara mendegradasi bahan STPP
tersebut dengan menambahkan bakteri yang bernama Acinetobacter. Untuk
mengetahui berapa banyak mikroba yang digunakan, maka kadar STPP dalam
limbah tersebut harus diketahui terlebih dahulu.
Ohtake, dkk (1985) meneliti degradasi phosphate dengan bahan alami (pure
culture) dari bakteri Acinetobacter. Degradasi dengan bakteri Acinetobacter dapat
mengakumulasikan polyphosphate kira-kira 0,9-1,9 % dari berat kering selama
skala pertumbuhan bakteri tersebut. Penelitian degradasi polyphosphate dan STPP
menggunakan Acinetobacter juga dilakukan Johan W, dkk di Departemen
Mikrobiologi Wageningen Agricultural University Netherland. Pada penelitian
ditemukan bahwa daur ulang dari limbah phosphat dengan celtivated sludge atau
penanganan yang berbeda dan aktivitas Acinetobacter yang berbeda bisa
mendegradasi polyphospate dengan kadar dan waktu yang berbeda pula
(Anonymous, 2003).
Menurut Zidner Hertz dan Hosswald (1984), Sodium Tripolyphosphate dapat
terhidrolisis pada air steril dengan buffer Ph 3, 5, 6, atau 7 serta temperatur antara
400 dan 700 C. Pada kondisi ini STPP akan menjadi pyrophosphate dan kemudian
berubah menjadi orthophosphate yang dapat diasimilasikan oleh algae atau mikro
organism pada air yang steril. Hidrolisis Tripolyphosphate dengan Ph 7-8 dan
temperatur 200C memerlukan waktu dalam orde tahun. Untuk mempercepat
hidrolisis STTP diperlukan perlakuan yang tepat. Oleh karena itu dengan
mengetahui kadar STPP kita bisa menentukan jenis Acinetobacter dan akumulasi
waktu yang diperlukan untuk melakukan penanganan yang tepat pada limbah
STPP (Anonymous, 2003).
Alat pendeteksi kadar STPP dapat digunakan untuk mendeteksi kadar STPP
dalam air limbah industri pengepakan udang. Pendeteksian kadar STPP
menggunakan sinar ultraviolet (UV) dan device elektronika serta Mikrokontroller
(MK) AT89C51 sebagai main kontrol sistem. Perencanaan dan pembuatan alat
pendeteksi kadar STPP dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran serta
PKMT-4-12-3

pengembangan ilmu penggetahuan dan teknologi di Jurusan Teknik Elektro


Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.

METODE PENDEKATAN
Metode pendekatan adalah eksperimen perancangan alat dan metodologi
pengujian sampel.Adapun tahap-tahap dalam melakukan rancang bangun
instrumen penguji kadar STPP dalam limbah industri pengepakan udang, yang
pertama yaitu studi literatur dilakukan untuk mencari ide rancangan, mencari teori
dasar dan teori penunjang dari berbagai sumber pustaka untuk mendukung
perancangan alat pendeteksi kadar STTP ini. Penelitian dan observasi dilakukan
pada limbah industri pengepakan udang untuk membandingkan hasil ide
rancangan dengan hasil obervasi.
Eksperimen kedua dilakukan untuk memperoleh data-data yang diperlukan
untuk membuat desain rancangan yang sesuai dengan dasar teori. Percobaan atau
eksperimen dilakukan dengan menggabungkan komponen elektronik sehingga
diperoleh hasil pengujian serta pengukuran. Percobaan juga dilakukan untuk
mendapatkan data base yang akan digunakan untuk membuat software yang dapat
mengolah data hasil rancangan dan menampilkannya.
Eksperimen ketiga yaitu instrumen pendeteksi kadar STPP menggunakan
sistem spektofotometer absorbsi untuk mendeteksi kadar STPP dalam limbah
industri pengepakan udang. Spektofotometer absorbsi adalah sebuah instrumen
yang digunakan untuk mengukur penyerapan cahaya dengan energi atau panjang
gelombang tertentu oleh suatu atom atau molekul. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan di PERUM Jasa Tirta Malang, STPP dapat menyerap sebagian cahaya
UV dengan panjang gelombang antara 190-230 nm dengan absorbsi maksimum
pada panjang gelombang 216 nm. Secara teoritik untuk mendapatkan kadar STPP
diperlukan sumber cahaya dan filter yang dapat meloloskan cahaya UV dengan
panjang gelombang monokromatis 216 nm.
Pada perancangan digunakan lampu UV 9V 220/110V yang mempunyai
panjang gelombang 10-380 nm yang merupakan daerah cahaya UV sebagai
sumber cahaya. Karena filter yang di gunakan dalam perancangan instrumen
keberadaannya terbatas dan belum ada di Indonesia, maka dalam perancangan
tidak digunakan filter dengan asumsi bahan-bahan lain yang ada dalam limbah
industri pengepakan udang sebagai variabel tetap.
Eksperimen keempat yaitu rancangan instrumen pendeteksi kadar STPP dalam
limbah industri pengepakan udang secara umum sistem kerja instrumen
pendeteksi kadar STPP yaitu dengan menggunakan cahaya UV yang ditembakkan
ke sampel dalam kuvet. Sebagian cahaya UV akan diserap sesuai dengan jumlah
zat STPP dalam limbah. Cahaya yang ditembakkan akan ditangkap oleh fotodioda
yang berfungsi sebagai sensor/detektor cahaya, sensor yang digunakan ada dua
yaitu sensor sampel dan sensor referensi. Sensor sampel akan mendeteksi kadar
STPP dalam kuvet, sedangkan sensor referensi akan mendeteksi besar cahaya
yang masuk sebelum melewati kuvet dan hasilnya disebut tegangan referensi.
Sistem yang terdiri dari sinar UV, lensa bikonveks, kuvet, sensor sampel dan
sensor referensi disebut dengan sistem pendeteksi kadar STPP.
Tegangan referensi dan tegangan yang dihasilkan oleh sensor sampel akan
dikuatkan dan dibandingkan oleh rangkaian Op-Amp Inverting dan Op-Amp
Instrumentasi mode CMRR. Output yang dihasilkan oleh Op-Amp Instrumentasi
PKMT-4-12-4

digunakan sebagai input ADC. Rangkaian ADC berfungsi sebagai pengubah data
analog ke digital. Data dari ADC akan ditransfer ke MK AT89C51 dan diolah
oleh program di Mikrokontroller. Hasil pendeteksian kadar STPP ditampilkan
pada display seven segment. Blok diagram perancangan instrumen pendeteksi
kadar STPP dalam limbah industri pengepakan udang dapat dilihat pada Gambar 1

Sensor Sampel
Lampu Sinar Pengkondisi ADC MK Seven
UV UV Sinyal 0804 AT89C51 Segment
Sensor Referensi
Sistem Pendeteksi Kadar STPP

Gambar 1 Block Diagram Perancangan Instrumen Pendeteksi Kadar


STPP Dalam Limbah Industri Pengepakan Udang

Eksperimen kelima yaitu rancangan sistem pendeteksi kadar STPP


menggunakan lensa bikonveks, lampu uv dan fotodioda yang dapat dilihat pada
Gambar 2.

2
Sinar UV 1

Lampu UV Lensa Bikonveks Kuvet


Gambar 2 Rancangan Sistem Pendeteksi Kadar STPP Dan Sensor
Cahaya UV

Rangkaian sensor digunakan untuk mendeteksi cahaya UV sehingga sumber


cahaya yang digunakan adalah lampu UV AC Ballast dengan spesifikasi 9W,
220/110V dengan panjang gelombang 10-380 nm. Pada Gambar 3.2 Lensa
bikonveks berfungsi untuk mengumpulkan sinar UV sehingga cahaya yang
melewati kuvet dapat diterima fotodioda. Kuvet yang digunakan sebagai tempat
sampel yang akan diukur mempunyai ukuran 5 ml. Kuvet yang digunakan adalah
kuvet khusus untuk spektofotometri atau absorbsi cahaya.
Metodologi Pengujian Sampel dalam melakukan pengujian sampel limbah
STPP dalam industri pengepakan udang dengan instrumen penguji kadar STPP
dilakukan adalah dengan cara : Pembuatan sampel limbah yang sudah diketahui
kadarnya yang terdiri dari aquades (H2O) dan STPP (Na5P3O10) dengan volume
larutan 5 ml, Pengukuran sampel buatan dengan alat penguji kadar STPP,
Pengukuran sampel limbah industri dengan alat penguji kadar STPP, dan Analisa
data hasil pengukuran pada sampel buatan dan sampel limbah industri.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil dari perancangan alat ini adalah suatu instrumen yang mampu
mendeteksi kadar STPP dalam limbah industri pengepakan udang dengan asumsi
bahwa bahan tambahan yang terdapat dalam limbah dianggap sebagai variabel
tetap. Hal ini disebabkan karena kurangnya optimasi alat yang disebabkan tidak
ditemukannya filter monokromatis yang berfungsi untuk meloloskan panjang
gelombang yang sesuai dengan STPP.
PKMT-4-12-5

Hasil Pengujian rangkaian pendeteksi kadar STPP dengan menggunakan


Sampel dengan kadar STPP berbeda dapat dilihat pada Gambar 3.
Saat kadar STPP 0% Pengujian sistem pendeteksi kadar STPP menunjukkan
Vout terbesar yaitu 0,103V dan Vout terkecil saat kadar STPP 50% yaitu 0,056V.
Konsentrasi STPP 60% dan 70% STPP sudah jenuh sehingga Vout yang
dihasilkan turun secara drastis. Dari hasil pengujian dapat dibuat grafik hubungan
antara konsentrasi STPP dan Vout sensor sampel seperti Gambar 3.

Grafik Hubungan Konsentrasi STPP dan


Sensor Sampel

0.12

0.1
Voltage (V)

0.08

0.06 Series1

0.04

0.02

0
20

50
0

kadar STPP (%)

Gambar 3. Grafik Hubungan Konsentrasi STPP Dengan Vout Sensor Sampel.

Grafik Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin banyak kadar STPP maka


tegangan yang dihasilkan akan semakin berkurang. Dalam perancangan ini
diasumsikan bahwa garis tersebut adalah linear dengan setiap pertambahan kadar
STPP 1% maka tegangan akan turun sebesar 0,94mV.
Nilai pengujian Vout sensor sampel mempunyai selisih atau penyimpangan
dari Vout rancangan yang diekspresikan dengan error pendeteksi. Nilai error
sistem pendeteksi dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Vrancangan Vpengukuran
E= x100%
V
rancangan

Hasil perhitungan error pendeteksi dapat dilihat pada Tabel 1.

Vout sensor sampel dan referensi akan dicari selisih tegangannya dan
dikuatkan dengan Op-Amp Instrumentasi. Hasil Pengujian rangkaian sensor
sample ditunjukkan oleh grafik pada gambar 4.
PKMT-4-12-6

Tabel 1. Error Sistem Pendeteksi Kadar STPP

Kadar STPP Error pendeteksian


0% 0%
1% 17 %
2% 14 %
4% 14 %
6% 14 %
7% 14 %
8% 17 %
9% 15 %
10 % 17 %
20 % 17 %
30 % 15 %
40 % 13 %
50% E
60% E

Grafik Pengujian Rangkaian Detektor Sampel

0.12

0.1

0.08
Voltage (V)

0.06

0.04

0.02

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 20 30 40 50 60 70
kadar STPP (%)

Gambar 4. Grafik pengujian rangkaian detektor sampel

Hasil pengujian rangkaian Op-Amp Instrumentasi dapat dilihat pada Tabel 2


dibawah ini.
Pengujian menunjukkan hasil yang baik, karena semakin besar perbedaan
tegangan input (V1 dan V2) maka semakin besar output yang dihasilkan. Dari tabel
tersebut rata-rata penguatan adalah 83 kali, penambahan atau pengurangan pada
penguatan terjadi karena toleransi dari resistor.
Pengujian pada rangkaian ADC dilakukan untuk mengetahui output digital
yang dihasilkan oleh Op-Amp Instrumentasi. Pengujian dilakukan dengan
memberi tegangan masukan pada Vin(+) ADC dengan nilai yang berbeda. Vcc atau
Vreff = 5V serta Vreff/2 = 2,5V dengan resolusi ADC 0,02 V. Hasil pengujian
rangkaian ADC dapat dilihat pada Tabel 3.
PKMT-4-12-7

Tabel 2. Hasil pengujian rangkaian Op-Amp

Tahap Tegangan Input V Tegangan Output Penguatan


percobaan Vin (V) V2 (V) (V) Perencanaan Pengujian
(V) (V)
1 0,5 0,1 0,4 33,20 33,00 82,5
2 0,5 0,2 0,3 24,90 24,50 81,2
3 0,5 0,3 0,2 16,60 16,80 84,0
4 0,5 0,4 0,1 8,30 8,26 82,6
5 0,5 0,6 0,1 8,30 8,37 83,7
6 0.,5 0,8 0,2 16,60 16,30 81,5

Tabel 3. Hasil pengujian rangkaianADC

Vin(+) VOut hitungan desimal biner


0 0 0 0000 0000
1 51.2 51 0011 0011
1.5 76.8 77 0100 1101
2 102.4 102 0110 0110
2.5 128 128 1000 0000
3 153.6 154 1001 1010
3.5 179.2 179 1011 0011
4 204.8 205 1100 1101
4.5 230.4 230 1110 0110

Hasil pengujian menunjukkan bahwa tegangan pengujian mempunyai nilai


selisih dengan output digital. Hal ini karena resolusi ADC pada perancangan
adalah 0,02V. sehingga nilai yang kurang dari 0,02 V tidak bisa menjadi 1 bit.
Hasil pengujian Sevent Segment yang berfungsi sebagai display hasil
pengukuran kadar STTP dapat dilihat pada tabel 4.
Hasil pengujian menunjukkan ketika transistor SS9012 yang berfungsi sebagai
driver diberi logika 0 (rendah) maka transistor akan berfungsi sebagai saklar ON,
sehingga Ic mengalir dan dapat digunakan untuk menghidupkan seven segment.
Jika transistor diberi logika 1 (high) maka transistor akan berfungsi sebagai
saklar Off dan LED tidak menyala.
Data atau informasi tentang kadar STPP dalam limbah industri pengepakan
udang dari sensor sampel dan sensor referensi yang sudah ditransfer oleh ADC
dan diolah oleh MK AT89C51 akan ditampilkan pada display seven segment.
Dari hasil pengujian seven segment ketika saklar on (diberi logika 0 dari MK)
maka pin seven segment akan hidup. Dan jika saklar dalam kondisi off (diberi
logika 1) maka pin seven segment akan mati.
Hasil pengujian sampel STPP menunjukkan bahwa semakin kecil kadar STPP
yang dideteksi maka semakin besar error alat yang dihasilkan. Hal ini disebabkan
PKMT-4-12-8

karena tidak adanya filter monokromatis yang seharusnya digunakan untuk


meloloskan panjang gelombang STPP tidak diketemukan, error alat juga
disebabkan karena toleransi komponen yang dirancang pada perancangan alat.

Tabel 4. Hasil pengujian Seven Segment

Kondisi Saklar Kondisi pin-pin seven segment


a b c d e f g p a b c d e f g p
0 0 0 0 0 0 0 0 on on on on on on on on
0 0 0 0 0 0 1 0 on on on on on on off on
0 0 0 0 0 1 0 1 on on on on on off on off
0 0 0 0 0 1 1 1 on on on on on off off off
0 0 0 0 1 0 0 0 on on on on off on on on
0 0 0 0 1 0 1 0 on on on on off on off on
0 0 0 0 1 1 0 1 on on on on off off on off
0 0 0 0 1 1 1 1 on on on on off off off off
0 0 0 1 0 0 0 0 on on on off on on on on
0 0 0 1 0 0 1 0 on on on off on on off on
0 0 0 1 0 1 0 1 on on on off on off on off

KESIMPULAN
Dari perancangan dan pengujian instrumentasi pendeteksi kadar STPP
berbasis MK AT89C51 dalam limbah industri pengepakan udang dapat
disimpulkan yaitu sebagai alat pendeteksi kadar STPP berbasis MK AT89C51
dalam limbah pengepakan udang ini hanya dapat mendeteksi kadar STPP <50%
karena pada kadar STPP 50% larutan STPP sudah melewati titik jenuh sehingga
STPP tidak dapat larut dalam air dengan sempurna dan cenderung mengendap.
Alat ini hanya dapat mengukur limbah STPP yang dihasilkan oleh pabrik
udang yang belum tercampur oleh limbah lain, ada kemungkinan zat lain pada
limbah pengepakan ikut terdeteksi, karena kurang optimalnya sistem pendeteksian
yang disebabkan tidak adanya filter monokromatis pada perancangan sehingga
zat lain dianggap variabel tetap, semakin besar kadar STPP yang dideteksi maka
error alat menjadi semakin kecil, hal ini terjadi karena variabel lain dianggap
sebagai variabel tetap.
Alat ini menampilkan 7 digit/angka. 4 digit pertama menampilkan persentase
kadar STPP dan 3 digit terakhir untuk menampilkan error pendeteksian kadar
STPP, ketelitian alat ini hanya sampai dua angka dibelakang koma dengan setiap
perubahannya mengalami penambahan atau pengurangan desimal 0,25 dan Error
alat pendeteksi rata-rata pada percobaan instrumentasi pendeteksi yaitu 0,054 (
min) dan 0,18( max).
Implikasi dari perancangan alat ini pada pihak industri atau konsumen adalah
memberikan instrumentasi alat untuk mendeteksi kadar STTP (sodium
tripolyphosphate) agar dapat diketahui tingkat keamanan dalam mengkonsumsi
udang.
PKMT-4-12-9

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous. 2003. STPP (Sodium Tripolyphosphate), (Online),
(http://www.coasty.com.html, diakses 5 Maret 2006).
2. Budiasih, Endang. 1999. Analisis Instrumen bagian I, pokok bahasan
pengantar spektofotometri absorbsi, spektofotometri sinar tampak dan
ultraviolet, spektofotometri infra merah. Malang: Depdikbud UM.
3. HERA. 2003. HERA Targetted Risk Assisment Of Sodium
Tripolyphosphate (STPP), (Online),
(http://www.HERA.project.com/HERA.html, diakses 5 Maret 2006).
4. Fellow, IEE. 1993. Elektronika Daya. Terjemahan: Muhammad H Rashid.
1999. Jakarta: PT Prenhalindo.
5. Malvino, A. P. 1984. Prinsip-prinsip Elektronika Jilid II. Terjemahan: M.
Barmawi. 1987. Jakarta: Erlangga.
6. Millman, Jacob. 1979. Mikroelektronik sistem digital dan rangkaian
analog. Terjemahan: Ir. Susanto, M.Sc. 1986. Jakarta: Erlangga.
7. Petruzella, Frank D. 1996. Elektronika industri. Terjemahan: Drs.
sumanto. MA. 2001. Jakarta: Andi copyright.
8. Putra, Agfianto Eko. 2002. Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55.
Yogyakarta: Gava Media.
9. Roody, Dennis dan Coolen, John. 1996. Komunikasi Elektronika, Edisi III.
Terjemahan: Kamal Idris. Jakarta: Erlangga
10. Susanti, Nur. 2004. Laporan KKl Pengawetan Udang Putih (Penaeu
Vannamea) Sebagai Usaha Peningkatan Ekspor Di PT Istana Cipta
Sembada Banyuwangi Jawa Timur. Malang: FMIPA Unibraw
11. Tokheim, Roger L. 1995. Elektronika Digital. Jakarta: Erlangga
PKMT-4-13-1

PENGGUNAAN SISTEM FOTOKIMIA SEBAGAI UPAYA ALTERNATIF


PEMECAHAN MASALAH PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DI RUMAH
SAKIT RATU ZALECHA MARTAPURA

Sri Herlina, Laily Khairiyati, Norfitrianie, Listiani Rafika Hikmah


Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru

ABSTRAK
Limbah cair rumah sakit merupakan semua bahan buangan yang berbentuk cair
yang mengandung mikroorganisme patogen, bahan kimia beracun dan radioaktif,
sehingga dapat membahayaan kesehatan manusia dan menggangu lingkungan.
Untuk mengurangi dampak negatif dari bahan pencemar pada limbah tersebut
diperlukan penerapan sistem fotokimia sebagai alternatif pengolahan limbah cair
dengan memanfaatkan sinar ultraviolet (UV) sebagai sumber energi foton dalam
reaksi fotokimia. Proses berlangsungnya reaksi diperlukan suatu senyawa
semikonduktor TiO2 sebagai fotokatalis sekaligus fotosensitiser yang bertindak
sebagai pentransfer energi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji
perubahan kadar BOD, COD dan pH akibat reaksi fotokimia. Metode penelitian
ini bersifat eksperimental dengan analisis data menggunakan Uji-t beda rata-rata
( = 5%). Hasil penelitian mengunakan sistem fotokimia dengan TiO2.H2O dan
tanpa TiO2.H2O menunjukkan bahwa penurunan BOD tanpa penambahan
TiO2.H2O sebesar 93,51 %, dan setelah penambahan TiO2.H2O sebesar 59,34 %
Sedangkan penurunan COD tanpa penambahan TiO2.H2O sebesar 61,52 % dan
setelah penambahan TiO2.H2O sebesar 14,19 %. Hasil pengukuran pH tanpa
TiO2.H2O terjadi penurunan sebesar 3,98 % dan setelah penambahan TiO2.H2O
terjadi penurunan sebesar 30,32 %. Hal ini menunjukan terjadi perubahan yang
signifikan (p< 0,05) pada kadar BOD, COD dan pH pada limbah cair rumah
sakit yang diolah secara fotokimia.
Kata Kunci : Fotokimia, limbah cair rumah sakit, TiO2.H2O

PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan atau
fasilitas sosial yang dapat menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan di
bidang pelayanan medis, pencegahan dan pemulihan akibat penyakit, perawatan,
sistem rujukan dan berfungsi sebagai tempat pendidikan, pelatihan tenaga kerja
serta sebagai tempat penelitian (1).
Di setiap kegiatannya, rumah sakit berpotensi menghasilkan limbah.
Limbah yang di hasilkan sangat bervariatif, yaitu limbah yang infeksius maupun
non infeksius yang berasal dari kegiatan rumah sakit, baik dari kegiatan
laboratorium, operasi, ruang jenazah, ruang bedah, ruang gawat darurat atau hasil
buangan dari kamar mandi, WC, laundry, dapur ataupun kegiatan lainnya. Hal ini
akan berdampak terhadap lingkungan dan kesehatan disamping juga berdampak
terhadap estetika (2).
Limbah cair rumah sakit berdampak sangat besar pada kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu setiap rumah sakit di haruskan mengolah limbah
cairnya hingga memenuhi persyaratan standar yang berlaku sesuai dengan
PKMT-4-13-2

Keputusan Menteri Negara Lingkungan hidup No. 58 tahun 1995 tentang Baku
Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Rumah Sakit.
Berdasarkan SK Menkes RI No. 214/MENKES/II/1993 tanggal 26
Pebruari 1993, Rumah Sakit Umum Ratu Zalecha Martapura merupakan rumah
sakit milik pemerintah kabupaten Banjar dan ditetapkan sebagai rumah sakit
kelas C. Sejak tahun 1991 telah memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
dengan sistem anaerobik, yakni suatu proses pengolahan air limbah dengan
memanfaatkan mikroorganisme anaerobik untuk menguraikan unsur-unsur yang
terkandung dalam limbah cair. Semua sumber limbah kecuali limbah
laboratorium, rontgen, kamar operasi dan saluran air hujan dimasukan pada septic
tank untuk selanjutnya dialirkan dengan sistem gravitasi ke Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) (3).
Sejak tahun 2004, pengolahan ini tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Hal ini disebabkan oleh karena tidak berfungsinya salah satu sistem pengolahan
limbah cair yang ada di Rumah Sakit Ratu Zalecha Martapura terutama pada
bagian anaerobik, sehingga perlu adanya pemecahan terhadap permasalahan ini.
Hal ini didukung oleh penelitian Jalal (2004), yang menyimpulkan bahwa kadar
rata-rata BOD, COD dan pH masing-masing adalah 73 mg/L, 97,15 mg/L dan
6,5 (4).
Fotokimia adalah ilmu yang mempelajari aksi-reaksi kimia yang diinduksi
oleh sinar, baik secara langsung maupun tidak langsung. reaksi fotokimia
menerima energi pengaktifannya dari penyerapan foton cahaya oleh molekul-
molekul materi. Energi foton berasal dari sinar ultraviolet (UV) yang digunakan
dalam reaksi fotokimia. Untuk berlangsungnya suatu reaksi diperlukan suatu
senyawa semikonduktor TiO2 sebagai fotokatalis sekaligus fotosensitiser yang
bertindak sebagai pentransfer energi (5,6).
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengolahan limbah cair
terhadap, BOD, COD dan pH telah dilakukan. Beltran, et al (1999), menyatakan
pengolahan limbah cair dari industri pengolahan minyak zaitun hijau dengan
menggunakan ozon sebanyak 3-4 gram dan radiasi yang dikombinasikan dengan
radiasi sinar ultraviolet (UV) secara terus menerus melalui sebuah sistem, maka
dapat menurunkan BOD air limbah. Sedangkan kadar COD dapat direduksi
sebanyak 80-90%, dan dapat mengurangi pH limbah cair dari hasil industri
minyak zaitun dari 12 menjadi 7,5 (7).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Koh, et al (2004) yang
mengkombinasikan antara proses pengolahan secara biologi dan penyinaran UV
selama 8 jam dalam mengolah leachet, ternyata dapat menurunkan COD sebesar
40-65,8 % sedangkan Pada pH 7 reaksi dapat berlangsung secara efisien (8).
Hasil penelitian Cho (2004), menyatakan bahwa fotokatalis yang
digunakan dalam leachate treatment adalah TiO2 anatase 70 %. Debit yang
dipergunakan adalah 6,24 liter/menit dengan jumlah TiO2 sebanyak 3 gram/liter
limbah cair. Dengan kondisi tersebut, nilai COD dapat direduksi sebesar 52 %
selama 5 jam penyinaran UV, atau nilai COD dapat diturunkan dari 706 mg/L
menjadi 315 mg/L (9).
Perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah metode fotokimia
dapat dimanfaatkan untuk mengolah limbah cair rumah sakit dan mengkaji
perubahan kadar BOD, COD dan pH setelah dilakukan pengolahan limbah cair
dengan metode fotokimia ?
PKMT-4-13-3

Tujuan dari penelitian ini adalah pengenalan teknologi baru pengolahan


limbah cair rumah sakit dengan metode fotokimia dan mengkaji perubahan kadar
BOD, COD dan pH akibat reaksi fotokimia, serta untuk menerapkan teknologi
yang sederhana, murah dan efisien bagi rumah sakit dalam pengolahan limbah
cair yang aman bagi masyarakat dengan metode fotokimia.
Manfaat metode fotokimia di waktu yang akan datang, diharapkan dapat
mengurangi dampak pencemaran lingkungan bagi masyarakat sekitar rumah sakit,
khususnya akibat dari pembuangan limbah cair dan sebagai salah satu alternatif
pemecahan masalah dalam pengolahan limbah cair rumah sakit yang murah,
sederhana dan aman bagi masyarakat sekitar serta memberikan informasi kepada
pemerintah kota dan masyarakat tentang pengolahan limbah yang murah,
sederhana dan aman bagi lingkungan.

METODE PENDEKATAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian selama 4 bulan, dari Pebruari sampai dengan Mei
2006. Observasi dilakukan di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah
Sakit Umum Ratu Zalecha Martapura. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
Kimia Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair Rumah
Sakit Ratu Zalecha di bagian Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), TiO2.H2O,
Mangan Sulfat (MnSO4), H2SO4 pekat, Natrium Hidroksida (NaOH), Natrium
tiosulfat, Kalium Permanganat (KMnO4), Asam oksalat, Larutan Amilum dan
aquades.
Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Cashing reaktor
fotokimia, bak penampung, reaktor ukuran 30 x 25 x 25 cm, kran, perangkat
tabung reaksi, lampu UV 254 nm, buret, pemanas listrik, kertas saring, pipet,
gelas beker, statif, pH meter, kamerer water sampler, botol oksigen (winkler),
saringan limbah, pengaduk magnetik, labu erlenmeyer, aerator, coolbox, pompa
reaktor pipa (selang) dan corong.

Cara Kerja Metode Fotokimia


1. Pembuatan Model Pengolahan Limbah secara Fotokimia
Cashing reaktor dibuat sesuai dengan ukuran reaktor limbah. Lampu UV
dirangkai di dalam cashing dan disambungkan ke sumber listrik. Aerator
dimasukkan ke dalam reaktor untuk proses pertukaran oksigen (aerasi), kemudian
reaktor tersebut dimasukkan ke dalam cashing yang telah disediakan. Pada bagian
luar cashing reaktor disediakan bak penampung dari hasil pengolahan.

2. Mekanisme Kerja
Limbah cair dimasukkan kedalam bak limbah pengumpul (reaktor) dengan
kapasitas 7,5 liter. Kemudian dilakukan pengukuran awal kadar BOD, COD dan
pH. Selanjutnya limbah cair pada bak penampung dialirkan ke bak limbah
pengumpul yang sudah berisi TiO2.H2O, dengan menggunakan pompa dan sambil
diaduk. Pada saat yang sama, lampu UV juga dinyalakan selama 6 jam, limbah
PKMT-4-13-4

cair yang berada di bak limbah pengumpul yang sudah berisi TiO2.H2O diukur
kadar BOD, COD dan pH.

UV

TiO2.H2O

A : Sistem yang terletak


di bagian dalam cashing
Bak Limbah Pengumpul (Reaktor)

Pompa
B : Sistem yang terletak
di bagian luar cashing

Bak Limbah Penampung

Gambar 1. Rancangan dan Mekanisme Kerja Sistem Fotokimia

3. Prosedur Pengukuran BOD


Mempersiapkan Sampel
a. Memasukkan sampel ke dalam botol dengan jumlah 175 ml dan
menambahkan aquadest 525 ml
b. Memisahkan sampel menjadi 2 bagian yaitu untuk dianalisa dan
diinkubasi selama 3 hari.
Menganalisis Sampel
a. Menambahkan 2 ml mangan sulfat dan NaOH pekat (yang mengandung
15 gram KI)
b. Menggoyang secara perlahan lalu mendiamkan hingga terbentuk endapan
c. Menambahkan 2 ml asam sulfat pekat dan menggoyang hingga endapan
larut
d. Memindahkan larutan ke dalam erlenmayer 500 ml
e. Menambahkan 2 tetes larutan amylum dan terbentuk warna ungu tua
f. Menitrasi dengan tiosulfat sampai warna bening (jernih) dan titrasi
dihentikan
g. Mencatat jumlah tiosulfat yang diperlukan hingga warna menajdi bening
h. Mencatat nilainya sebagai DO awal, sedangkan yang diinkubasi sebagai
DO akhir

Perhitungan :
ml titer x N tiosulfat x 8000
DO =
V botol Winkler (300ml ) P
PKMT-4-13-5

DO awal DO akhir
BOD = x 1000 x P
300

Keterangan :
ml titer : Volume yang digunakan untuk hasil titrasi sampel
N tiosulfat : Normalitas jumlah 1 ml 0,025 N larutan Natrium tiosulfat
P : Pengenceran
DO Awal : DO sampel yang langsung dianalisa
DO akhir : DO sampel setelah inkubasi selama 3 hari
4. Prosedur Pengukuran COD
Untuk sampel
a. Memasukkan sampel ke dalam botol dengan jumlah minimum 100 ml,
kemudian menambahkan H2SO4 pekat sebanyak 1-5 tetes dan 10 ml
KMnO4.
b. Memasukkan botol tersebut dalam penangas hingga mendidih, dan
menambahkan 10 ml asam oksalat.
c. Menitrasi sampel dengan larutan KMnO4 0,01 N hingga berwarna merah
muda, kemudian titrasi dihentikan.
d. Mencatat jumlah KMnO4 0,01 N yang diperlukan sehingga menjadi
terbentuk warna merah muda tersebut.
Untuk blanko
a. Memasukkan aquadest ke dalam botol sebanyak 100 ml dan
menambahkan 10 ml asam oksalat.
b. Memasukkan botol tersebut dalam penangas hingga mendidih, setelah itu
mendinginkan selama 10 menit.
c. Menitrasi sampel dengan larutan KMnO4 0,01 N hingga berwarna merah
muda, kemudian titrasi dihentikan.
d. Mencatat jumlah KMnO4 0,01 N yang diperlukan sehingga menjadi
terbentuk warna merah muda tersebut.

Perhitungan :
10 ml x 0,01 N
N sta ndar Blanko =
volume titrasi (ml )
ml KMnO 4 x N sta ndar Blanko x 31607
TOM =
Sampel 100 ml
TOM
COD =
0,7

5. Prosedur pengukuran pH
Pengukuran pH meter
1. Menghubungkan atau memasangkan elektroda/prof pH meter
2. Melepaskan dengan hati-hati sarung dari elektroda/prof
3. Menekan tombol ON untuk mengaktifkan alat
4. Mengukur pH larutan sampel dengan cara memasukkan ujung prof
kedalam sampel
5. Menekan tombol pH untuk pengukuran pH
PKMT-4-13-6

6. Menekan tombol 0C untuk pengukuran suhu


7. Mencatat hasil pembacaan

Kalibrasi
1. Menghubungkan/memasang elektroda/prof pH meter
2. Melepaskan dengan hati-hati sarung dari elektroda/prof
3. Menekan tombol ON untuk mengaktifkan alat
4. Memasukkan ujung elektroda kedalam larutan standar pH 7,01,
menyesuaikan pembacaannya untuk pH 7,01
5. Menekan tombol 0C untuk penyesuaian suhu
6. Kemudian melihat dan menyesuaikan daftar pH dengan suhu standar
untuk pembacaan kalibrasi pH, contoh pada suhu 250 C pH harus
menunjukkan 7,01
7. Jika pembacaan tidak sesuai maka sesuaikan dengan memutar dengan
pelan-pelan dengan menggunakan alat/obeng
8. Memasukkan lagi ujung elektroda kedalam larutan standar pH 4,01,
menyesuaikan pembacaannya untuk pH 4,01
9. Menekan tombol 0C untuk penyesuaian suhu
10. Kemudian melihat dan menyesuaikan daftar pH dengan suhu standar
untuk pembacaan kalibrasi pH, contoh pada suhu 200 C pH harus
menunjukkan 4,00
11. Jika pembacaan tidak sesuai maka sesuaikan dengan memutar dengan
pelan-pelan dengan menggunakan alat/obeng
12. Setelah pembacaan sesuai maka kalibrasi telah selesai, kemudian pH meter
dapat digunakan pada sampel.

Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan one
group pre test - post test design (10). Peneliti ingin mengetahui kadar BOD, COD
dan pH limbah cair sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan secara fotokimia.
Populasi penelitian adalah limbah cair Rumah Sakit Umum Ratu Zalecha
Martapura di Instalasi Pengolahan Air Limbah. Sampel penelitian adalah limbah
cair influent yang di ambil dari sepuluh titik sampling berdasarkan pola diagonal
dengan menggunakan Junction technique yaitu memperhatikan kedalaman limbah
cair pada kolam pengumpul limbah (11).

Teknik Analisis Data dan Efektifitas


Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dibuat analisis statistik
menggunakan uji-t beda rata-rata ( = 5 %) dengan bantuan program SPSS for
Windows. Sedangkan Efektifitas penurunan kadar BOD, COD, dan pH dengan
metode fotokimia dihitung sebagai berikut :
kadar pengukuran awal kadar setelah perlakuan ( fotokimia )
Efektifita s = x100 %
kadar pengukuran awal

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian pengolahan limbah cair rumah sakit secara fotokimia
selama 6 jam penyinaran dengan perubahan kadar BOD, COD, pH disajikan pada
tabel berikut ini :
PKMT-4-13-7

Tabel 1. Kadar BOD setelah perlakuan menggunakan sistem fotokimia


selama 6 jam penyinaran
Sampel limbah cair BOD (mg/L) Rata-rata (mg/L)
Sebelum perlakuan
Pengukuran I 147, 0 123, 2
Pengukuran II 90, 13
Pengukuran III 132, 4

Fotokimia tanpa TiO2.H2O


Pengukuran I 8, 0 8, 0
Pengukuran II 8, 0
Pengukuran III 8, 0

Fotokimia dengan TiO2.H2O


Pengukuran I 54, 0 50, 09
Pengukuran II 49, 33
Pengukuran III 46, 93

Tabel 2. Kadar COD setelah perlakuan menggunakan sistem fotokimia


selama 6 jam penyinaran
Sampel limbah cair COD (mg/L) Rata-rata (mg/L)
Sebelum perlakuan
Pengukuran I 155, 78 155, 05
Pengukuran II 154, 22
Pengukuran III 155,15

Fotokimia tanpa TiO2.H2O


Pengukuran I 58, 64 59, 66
Pengukuran II 60, 09
Pengukuran III 60, 24

Fotokimia dengan TiO2.H2O


Pengukuran I 133, 97 133, 04
Pengukuran II 131, 48
Pengukuran III 133, 66

Tabel 3. Nilai pH setelah perlakuan menggunakan sistem fotokimia selama 6


jam penyinaran
Sampel limbah cair pH Rata-rata
Sebelum perlakuan
Pengukuran I 7, 30 7, 29
Pengukuran II 7, 26
Pengukuran III 7, 33
PKMT-4-13-8

Fotokimia tanpa TiO2.H2O


Pengukuran I 7, 0 7, 0
Pengukuran II 7, 0
Pengukuran III 7, 0

Fotokimia dengan TiO2.H2O


Pengukuran I 5, 08 5,08
Pengukuran II 5, 08
Pengukuran III 5, 08

Berdasarkan hasil penelitian, kadar BOD pada pengukuran awal sebelum


perlakuan dan setelah fotokimia dengan menggunakan sinar UV menunjukan
perubahan yang sangat berarti yaitu terjadi penurunan sebesar 93,51%. Sedangkan
kadar BOD pada pengukuran awal sebelum diberi perlakuan dan setelah proses
dengan menggunakan sinar UV dan penambahan TiO2.H2O selama 6 jam juga
terjadi penurunan sebesar 59,34 % dengan kadar BOD rata rata 50,09 mg/L. Hasil
statistik uji-t beda rata-rata menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan
antara pengukuran sebelum perlakuan dengan setelah perlakuan (p<0,05) sebesar
0,019 menjadi 0,002, Hal ini berarti bahwa pengolahan limbah cair rumah sakit
secara fotokimia mampu menurunkan kadar BOD pada limbah cair tersebut.
Kadar COD pada pengukuran awal sebelum perlakuan dan setelah
fotokimia dengan menggunakan sinar UV menunjukan perubahan yang sangat
berarti yaitu terjadi penurunan sebesar 61,52 % dengan kadar COD rata rata
sebesar 59,66 mg/L dan sesuai standar yang dipersyaratkan sebesar 80 mg/L.
Kadar COD pada pengukuran awal sebelum diberi perlakuan dan setelah proses
dengan menggunakan sinar UV dan penambahan TiO2.H2O setelah 6 jam juga
terjadi penurunan sebesar 14, 19 % dengan kadar COD sebesar 133,04 mg/L.
Hasil statistik uji-t beda rata-rata menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan (p<0,05) antara pengukuran sebelum perlakuan dengan setelah
perlakuan. Hal ini berarti bahwa pengolahan limbah cair rumah sakit secara
fotokimia mampu menurunkan kadar COD pada limbah cair tersebut.
Nilai pH pada pengukuran awal sebelum diberi perlakuan dan setelah
fotokimia menggunakan sinar UV menunjukan perubahan yang berarti yaitu
terjadi penurunan sebesar 3,98 %. Sedangkan nilai pH pada pengukuran awal
sebelum diberi perlakuan dan setelah fotokimia menggunakan sinar UV dengan
penambahan TiO2.H2O selama 6 jam juga terjadi penurunan sebesar 30,32 %
dengan pH rata- rata 5,08. Hasil statistik uji-t beda rata-rata menunjukkan bahwa
ada perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara pengukuran sebelum perlakuan
dengan setelah perlakuan. Hal ini berarti bahwa pengolahan limbah cair rumah
sakit secara fotokimia menghasilkan perubahan pH yang asam.
Hal ini menunjukan bahwa dengan menggunakan kedua perlakuan tersebut
terjadi perubahan yang berarti, yaitu setelah proses fotokimia tanpa TiO2.H2O dan
fotokimia dengan penambahan TiO2.H2O. Jika dilihat dari keefektifan, maka
perlakuan menggunakan proses fotokimia tanpa TiO2.H2O jauh lebih baik dalam
menurunkan kadar BOD, COD, dan pH. Diduga dalam proses fotokimia pada
penambahan TiO2.H2O sebanyak 0,7 gram/L, reaksi fotokimia kurang optimal
untuk menyerap sinar UV (energi foton) dalam mendegradasi bahan pencemar,
hal ini dimungkinkan karena adanya pengaruh dari bahan katalis TiOSO4.H2O
PKMT-4-13-9

yang belum murni menjadi TiO2, sehingga dalam mengolah limbah cair tidak
mampu sepenuhnya untuk menurunkan BOD, COD dan pH, akibatnya hasil yang
diharapkan belum maksimal. TiO2 yang diperlukan dalam proses fotokimia adalah
TiO2 anatase karena mempunyai area spesifik (luas permukaan) yang cukup besar,
maka cukup banyak dalam menyerap sinar yang dijatuhi, dan efektif dalam
menghasilkan pasangan elektron dan hole yang berguna untuk mendegradasi
bahan pencemar (reaksi penguraian menjadi lebih cepat) dengan bantuan
(O2+ katalis +penyinaran UV) dalam proses fotokimia (12,13). Hal ini didukung
hasil penelitian Cho (2004) bahwa dengan penambahan TiO2 anatase 70% sebagai
fotokatalis sebayak 3 gram/L dapat mereduksi COD leachet sebesar 52% setelah 5
jam penyinaran UV (9). Untuk TiO2 anatase, waktu efektif untuk analisanya
adalah selang waktu 30 menit (12).
Hasil pengukuran pH pada proses fotokimia menunjukan kondisi asam, hal
ini diduga pada proses pemurnian katalis dengan pemanasan 70oC selama 15
menit, SO3 masih belum menguap sepenuhnya, sehingga katalis masih bersifat
asam sehingga mempengaruhi suasana pH limbah cair tersebut.
Mengatasi permasalahan di atas maka diperlukan katalis berupa TiO2
murni untuk menyerap sinar UV yang berfungsi menginisiasi reaksi kimia
sehingga senyawa organik dalam limbah dapat dioksidasi menjadi karbon
dioksida dan air, dengan kata lain terjadi proses pembersihan air dari pencemar
organik dengan ditandai penurunan kadar BOD, COD dan pH pada limbah cair
tersebut (14).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan sistem fotokimia dengan
penyinaran selama 6 jam pada pengolahan limbah cair rumah sakit menunjukan
terjadinya penurunan kadar BOD, COD dan pH secara signifikan sehingga dapat
dijadikan alternatif dalam pengolahan limbah cair rumah sakit.
Pada penelitian selanjutnya diperlukan TiO2 murni dan variasi konsentrasi
TiO2 yang berbeda sehingga terjadi penyerapan yang sempurna terhadap sinar UV
untuk menginisasi reaksi kimia serta digunakan pengukuran perjam guna
mengetahui waktu penyinaran yang efektif agar kadar BOD dan COD dapat
diturunkan, sedangkan pH yang diharapkan optimal sesuai persyaratan baku mutu
yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA
(1) Said NI. Kesehatan Masyarakat dan Teknologi Peningkatan Kualitas Air.
Jakarta: Direktorat teknologi lingkungan. Deputi Bidang teknologi
informasi energi material dan lingkungan. Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi. 1999;251-257.
(2) Wisaksono S. Karakteristik Limbah Cair Rumah Sakit dan Pengaruhnya
Terhadap Kesehatan dan Lingkungan Cermin Dunia Kedokteran, 2001;130:
57 60.
(3) Rumah Sakit Ratu Zalecha Martapura. Laporan Kegiatan Tahunan RSUD
Ratu Zalecha Martapura. Martapura: Rumah Sakit Umum Daerah Ratu
Zalecha. 2005.
(4) Jalal. Pengelolaan Air Limbah Pada Rumah Sakit Umum Ratu Zalecha
Martapura Tahun 2004. Karya Tulis Ilmiah. Banjarbaru: Program Studi
PKMT-4-13-10

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung


Mangkurat; 2004. hlm 24-33.
(5) Alberty Robert A, F Daniels. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga; 1984.
(6) Rahman, Taufikur. Pengelolaan limbah Asam organik dan logam Berat
Anorganik. Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan. Pengembangan
Komunitas dan Pemberdayaan (KAL-SEL). Banjarmasin; 2004;1:28-31.
(7) Beltran, F.J, J.F Garcia-araya, J. Frades, P. Alvarez, O Gimeno. Effects of
single and combined ozonation with hydrogen peroxide or UV radiation on
the chemical degradation and biodegrability of debittering table olive
industrial wastewater. (online) Water res 1999; 33: 723-732. Available
from: http://www.elsevier.com/locate/ces Accessed January 09, 2006.
(8) Cho PS, Sung CH, Suk-In Hong. Study of the end point of photocatalitic
degradation of landfill leachete containing refractory matter. Korea
University. (online) Chemical Engineering Journal. 2004;245-253.
Available from: http://www.elsevier.com/locate/ces, Accessed January 17,
2006.
(9) Koh I-O, X. Chen-Hamacher, C. Hicke, and W. Thiemann. Leachete
Treatment by the Combination of Photochemical Oxidation with Biological
Process. (online) Journal of Photochemistry and Photobiology A:
Chemistry 2004; 162: 261-271. Available from:
http://www.sciencedirect.com, Accessed December 28, 2005.
(10) Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta; 2002.
(11) Rohman T. Modul Pelatihan Manajemen Limbah Yang Baik : Analisa DO,
BOD dan COD. Diajukan dalam Rangka Dies Natalis XV Fakultas
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, 25 September 2005,
Banjarbaru. Banjarbaru: Himpunan Mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat, 2005.
(12) Mutiara, E. Studi Kinetika Reduksi Fotokatalitik Ion-Ion Logam Dalam
Larutan. Surabaya: Laboratorium Penelitian Jurusan Kimia Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Surabaya;
1995.
(13) Gunlazuar, J. Fotokatalis Pada Permukaan TiO2, Aspek Fundamental dan
Aplikasinya. Jakarta: Jurusan Kimia, Fakultas MIPA UI Jakarta; 2001.
(14) Gunlazuar, J. Fotokatalisis pada permukaan TiO2, revolusi swabersih
berkat cahaya. (online) Available from: http://www.chem-is-
try.nelfirms.com, Diakses 25 Mei 2006.
PKMT-4-14-1

RANCANG BANGUN MESIN PARUT KELAPA


YANG PRAKTIS DAN EFISIEN

Muh. Iqbal, Harri Sandi, Rahmat Rizal, Rahmansah


Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar, Makassar

ABSTRAK
Tujuan Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKMT) ini
adalah: (1) Terciptanya petani kelapa mempunyai pengetahuan membuat
konstruksi mesin parut kelapa yang praktis dan efisien, (2) Terciptanya petani
kelapa mempunyai keterampilan membuat konstruksi mesin parut kelapa yang
praktis dan efisien
Khalayak sasaran dalam program ini adalah masyarakat petani kelapa di
Kecamatan Mattiro Bulu Kabupaten Pinrang. Metode yang digunakan dalam
penyampaian materi penyuluhan adalah metode ceramah, diskusi dan tanya
jawab, untuk pelatihan digunakan metode demonstrasi.
Hasil yang dicapai adalah: (1) Petani kelapa memiliki pengetahuan
membuat konstruksi mesin parut kelapa yang praktis dan efisien, (2) Petani
kelapa memiliki keterampilan membuat konstruksi mesin parut kelapa yang
praktis dan efisien

Kata Kunci: mesin, arut kelapa, praktis, efisien.

PENDAHULUAN
Salah satu Kecamatan di kabupaten Pinrang adalah Kecamatan Mattirobulu
yaitu kurang lebih 60 % petani lahan sawah didaerah ini juga mengusahakan
usaha kebun kelapa. Kurang lebih 40 % penduduk yang mengusahakan khusus
usaha kebun kelapa dan usaha tani tegalan, (Kabupaten Pinrang, 2003). Pada
umumnya buah kelapa masyarakat petani kelapa dijual dalam bentuk biji, dan
yang lainnya adalah diolah menjadi minyak goring kebutuhan rumah tangga
dipakai sendiri dan dijual di pasar, (Pengamatan di Lapangan dan Informasi
Tokoh Masyarakat Januari 2004).
Ibu rumah tangga petani kelapa dan ibu-ibu rumah tangga lainnya yang
mengupayakan industri rumah tangga minak kelapa di Kecamatan Mattiro Bulu
Kabupaten Pinrang ini merasa sulit dalam hal memarut kelapa. Parut yang
digunakan adalah parut yang sangat tradisional, dimana waktu memarut satu biji
kelapa bisa menggunakan waktu 25 sampai 35 menit, (survey, Januari 2004). Hal
ini sangat tidak efisien dalam hal wakty. Disamping itu juga parut yang digunakan
tidak aman dari segi jari tangan, sering jari tangan termakan parut bila kelapa sisa
sedikit. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa diperlukan parut kelapa lebih
modern yang dapat berfungsi ganda, yakni untuk kebutuhan konsumsi rumah
tangga sehari-hari.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dipahami bahwa perlu ada parut
kelapa yang produktif, aman, dan dapat dibuat atau dirakit sendiri oleh masyarakat
petani kelapa di wilayah tersebut.
Pada waktu kami survey, (Januari 2004) kami didatangi salah satu tokoh
masyarakat bernama Suriadi dan ibu rumah tangga bernama Rukmini di wilayah
tersebut menyatakan bahwa salah satu kesulitan ibu-ibu di dapur dalam
PKMT-4-14-2

mengerjakan memarut kelapa untuk kebutuhan konsumsi santan kelapa dan


membuat minyak kelapa adalah tidak adanya parut kelapa yang bisa memarut
lebih cepa. Akibatnya potensi buah kelapa tidak dapat dimaksimalkan oleh ibu-ibu
di dapur untuk konsumsi sehari-hari yang bernilai gizi tinggi.
Sebagai mahasiswa pada jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas
Teknik Universitas Negeri Makassar, merasa tertarik dan tertantang untuk
melakukan aplikasi langsung di tengah masyarakat setelah melihat kondisi di
lapangan, dan permintaan masyarakat dan ibu-ibu rumah tangga tersebut yakni
Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKMT) pada petani kelapa
yaitu: mesin parut kelapa yang praktis dan efisien.
Oleh karena itu tim pelaksana Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan
Teknologi (PKMT) akan membuat 2 buah unit mesin parut kelapa Gambar/Desain
di gambar di Studio gambar Teknik Arsitektur. Sedangkan bahan yaitu:
rangka/bodinya dari serpihan-serpihan kayu gergajian, parutnya menggunakan
pipa galvanix, dan motor penggeraknya modifikasi mesin pompa air (bekas)
kemudian dipasangi alat pengatur kecepatan dan alat mesin jahit. Mesin parut
kelapa ini rangkanya dirakit pada workshop kayu dan workshop kerja las teknik
Sipil dan Perencanaan dan parutnya, dan pemasangan mesin penggeraknya pada
pada worksop plumbing Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar. Rakitan
mesin parut kelapa tersebut telah diuji cobakan, dan hasilnya adalah: 1 biji kelapa
dapat diparut dalam waktu 1 sampai 2 menit saja.
Untuk itu mesin parut kelapa ini perlu dikembangkan dengan menerapkan
atau melakukan pelatihan bagi masyarakat petani kelapa yang potensil
menggunakan parut kelapa untuk berbagai tujuan. Dan berdasarkan survey dengan
melihat kenyataan dilapangan kami menyimpilkan bahwa: (1) Hampir semua
rumah tangga petani kelapa di Kecamatan Mattiro Bulu Kabupaten Pinrang telah
menggunakan sarana listrik, (2) Sebagian besar mengupayakan minyak kelapa
untuk dikonsumsi sendiri dan dijual dipasar dalam partai kecil, (3) Alat parut
kelapa yang digunakan umumnya masih tradisional dan waktu memarut kelapa
agak lama.
Jadi dengan uraian-uraian yang dikemukakan terdahulu maka Program
Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKMT) ini yakni: Rancang bangun
mesin parut kelapa yang praktis dan efisien menarik untuk dilakukan oleh karena
itu merupakan pentingnya PKMT ini.
Oleh karena itu masalah Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan
Teknologi (PKMT) ini adalah sebagai berikut: (1) Ibu-ibu rumah tangga memarut
kelapa untuk dibuat minyak kelapa untuk kebutuhan rumah tanga dan untuk dijual
dengan menggunakan parut tradisional, (2) Adanya permintaan masyarakat petani
kelapa untuk didesainkan dan dilatihkan cara membuat dan mengoperasikan
mesin parut kelapa yang praktis dan efisien pada masyarakat, (3) Petani kelapa
kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan mendesain mesin parut kelapa
yang praktis dan efisien, (4) Petani kelapa kurang terampil mendesain mesin parut
kelapa yang praktis dan efisien, (5) Petani kelapa kurang terampil membuat dan
merakit rangka mesin parut kelapa yang praktis dan efisien, (6) Petani kelapa
kurang terampil membuat konstruksi mesin parut kelapa yang praktis dan efisien,
(7) Petani kelapa kurang terampil mengoperasikan mesin parut kelapa yang
praktis dan efisien.
PKMT-4-14-3

Dengan demikian Rumusan Masalah utama Program Kreativitas Mahasiswa


Penerapan Teknologi (PKMT) ini adalah: Bagaimanakah desain dan rancangan
mesin parut kelapa yang praktis dan efisien oleh masyarakat pemakai ?
Tujuan Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKMT) ini
adalah sebagai berikut: (1) Menciptakan mesin parut kelapa yang praktis dan
efisien, (2) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani kelapa mendesain
mesin parut kelapa yang praktis dan efisien, (3) Meningkatkan keterampilan
petani kelapa mendesain mesin parut kelapa yang praktis dan efisien, (4)
Meningkatkan keterampilan petani kelapa membuat dan merakit rangka mesin
parut kelapa yang praktis dan efisien, (5) Meningkatkan keterampilan petani
kelapa membuat konstruksi mesin parut kelapa yang praktis dan efisien, (6)
Meningkatkan keterampilan petani kelapa mengoperasikan mesin parut kelapa
yang praktis dan efisien, (7) Meningkatkan kreativitas dan inovasi masayarakat
terutama petani kelapa dalam membuat mesin parut kelapa yang praktis dan
efisien.yang dapat dikonsumsi oleh runah tangga di Kecamatan Mattirobulu
Kabupaten Pinrang khususnya, dan rumah tangga lainnya di Sulawesi Selatan,
serta Indonesia pada umumnya.
Kesadaran untuk selalu ingin berkembang tersebut, mendorong manusia
melakukan usaha dan cara untuk mempermudah segala aktivitas dan kegiatan
yang dilakukan. Salah satu usaha yang dilakukan adalah menciptakan alat yang
sesuai dengan bidang dan fungsinya. Sejalan dengan teknologi yang semakin
berkembang, alat yang dulunya dioperasikan dengan sistim tradisional (manual),
sekarang sudah dapat dikerjakan dengan mesin. Dengan bantuan mesin,
penggunaan tenaga manusia dapat dikurangi bahkan biaya pengoperasian suatu
alat dapat ditekan serendah mungkin, (Daryanto, 1993).
Harahap (1990) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi
pertimbangan dalam membuat suatu alat yaitu : (1) Segi fungsi, alat berfungsi
untuk mempermudah cara kerja manusia, (2) Segi efisien, pekerjaan dapat
diselesaikan dengan cepat, penggunaan tenaga lebih sedikit sehingga efisien dari
segi waktu dan tenaga, (3) Segi ekonomi, dengan ditekannya waktu dan tenaga
yang digunakan akan mengurangi biaya operasional suatu pekerjaan, (4) Segi
keselamatan kerja, tidak membahayakan bagi pemakai alat, serta lingkungan dan
tempat kerja.
Berdasarkan pendapat seperti dikemukakan terdahulu dapat dipahami
bahwa sekarang ini manusia dituntut untuk menciptakan sesuatu : misalnya saja
mesin parut kelapa yang digerakkan oleh motor penggerak. Dalam menciptakan
suatu teknologi, yang paling penting adalah produktif dan efisien.
Mesin parut kelapa yang dirancang mendapatkan tenaga pemutar dari
motor (alat mesin pompa air) yang memakai aliran listrik yang hemat energi.
Menurut Sonny (1992) bahwa penggunaan alat mesin (teknologi sederhana)
bertujuan untuk membantu manusia untuk melaksanakan tugas-tugasnya dan
untuk menambah/ meningkatkan produksi. Selain dari pada itu, penggunaan
teknologi sederhana menyebabkan manusia dapat bekerja dengan mudah,
menimbulkan kenyamanan bekerja. Dengan demikian ikut meningkatkan harkat
dan martabat manusia.
Salah satu tujuan perancangan suatu teknologi tepat guna adalah untuk
kenyamanan dalam melakukan pekerjaan bagi manusia. Pulat (1992) menyatakan
bahwa cara dan tempat kerja dengan posisi tertentu (duduk) yang baik adalah
PKMT-4-14-4

memenuhi syarat sebagai berikut: (1) Semua alat dan bahan yang diperlukan
dalam bekerja mudah dijangkau sambil bekerja. Jarak maksimal 41 cm ke kiri
atau kanan, tempat bekerja tidak lebih tinggi dari 50 cm (duduk), (3) Tempat
bekerja sebaiknya disesuikan dengan alat yang dioperasikan.
Menurut Oborne (1992) bahwa postur tubuh duduk dalam mengoperasikan
alat (bekerja) tidak dapat menstabilkan sendi-sendi tubuh jika tangan atau lengan
mengoperasikan alat dengan kekuatan (fisik), jika berulang ulang akan
menimbulkan kelelahan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa alat dan bahan yang
diperlukan dalam mengoperasikan alat sebaiknya mudah dijangkau sambil
bekerja, jaraknya 41 cm ke kiri dan kanan, tempat bekerja tidak lebih tinggi 50
cm, dan mengutamakan kenyaman. Dengan demikian mesin parut (pakkeri)
kelapa yang dirancang dengan konstruksi sederhana yang digerakkan mesin
kapasitas kecil ini sesuai dengan apa yang dikemukakan tersebut diatas.

METODE PENDEKATAN
Khalayak sasaran dalam Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan
Teknologi (PKMT) ini adalah masyarakat petani kelapa di Kecamatan Mattiro
Bulu Kabupaten Pinrang.
Metode utama yang ditempuh dalam kegiatan ini adalah: (1) Pada saat
pemberian materi penyuluhan mendesain dan pembuatan rangka konstruksi mesin
parut kelapa yang praktis dan efisien, metode yang digunakan adalah; metode
ceramah, diskusi, tanya jawab, dan simulasi, (2) Pada saat pelatihan mendesain
dan pembuatan rangka konstruksi mesin parut kelapa yang praktis dan efisien,
metode yang digunakan adalah: metode demonstrasi, dan tanya jawab.
Metode demonstrasi digunakan untuk mendemonstrasikan membuat
rangka konstruksi mesin parut kelapa yang praktis dan efisien, diterangkan dahulu
cara memilik bahan, langkah kerja, dimensi, bahan dan alat yang digunakan.
Disini khalayak sasaran ikut langsung melakukan, mengerjakan setiap jenis
pekerjaan bersama dengan mahasiswa. Pada saat itu juga terjadi diskusi, terutama
sekali yang menyangkut sistimatika pekerjaan tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil yang dicapai adalah: (1) Petani kelapa memiliki pengetahuan membuat
konstruksi mesin parut kelapa yang praktis dan efisien, yaitu: (a) Memiliki
pengetahuan tentang pemilihan bahan untuk rangka konstruksi mesin parut kelapa
yang praktis dan efisien, (b) Memiliki pengetahuan tentang pembuatan rangka
konstruksi mesin parut kelapa yang praktis dan efisien yaitu: mendesain dan
gambar kerja, membuat dan merakit rangka parut kelapa, memasang mesin parut
kelapa yang praktis dan efisien, pekerjaan finishing, teknik mengoperasikan mesin
parut kelapa yang praktis dan efisien, (2) Petani kelapa memiliki keterampilan
membuat konstruksi mesin parut kelapa yang praktis dan efisien, yaitu: (a)
Memiliki keterampilan tentang pemilihan bahan untuk rangka konstruksi mesin
parut kelapa yang praktis dan efisien, (b) Memiliki keterampilan tentang
pembuatan rangka konstruksi mesin parut kelapa yang praktis dan efisien yaitu:
mendesain dan gambar kerja, membuat dan merakit rangka parut kelapa,
memasang mesin parut kelapa yang praktis dan efisien, pekerjaan finishing, teknik
mengoperasikan mesin parut kelapa yang praktis dan efisien. Selain itu motivasi
PKMT-4-14-5

khalayak sasaran bersama anggota tim PKMT cukup tinggi mengikuti penyuluhan
dan pelatihan dari awal sampai selesai.
Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKMT) ini
dianggap juga berhasil karena: (1) Khalayak sasaran tidak menemukan kesulitan
dalam memahami materi penyuluhan dan pelatihan yang diberikan, (2) Khalayak
sasaran berkeinginan menerapkan membuat rangka konstruksi mesin parut kelapa
yang praktis dan efisien pada rumahnya masing-masing, (3) Khalayak sasaran
berkeinginan untuk menyampaikan penerapan membuat rangka konstruksi mesin
parut kelapa yang praktis dan efisien kepada khalayak sasaran yang lain (yang
tidak sempat ikut penyuluhan dan pelatihan).

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan penyuluhan dan pelatihan dilapangan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut: (1) Petani kelapa memiliki pengetahuan membuat
konstruksi mesin parut kelapa yang praktis dan efisien, (2) Petani kelapa memiliki
keterampilan membuat konstruksi mesin parut kelapa yang praktis dan efisien.
Hal ini didukung oleh adanya masukan-masukan dan diskusi dari mahasiswa dan
dosen pendamping.
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka disarankan bahwa program PKMT
seperti ini hendaknya dilanjutkan sehingga menciptakan masyarakat petani kelapa
dapat: (1) Memiliki pengetahuan membuat konstruksi mesin parut kelapa yang
praktis dan efisien, (2) Memiliki keterampilan membuat konstruksi mesin parut
kelapa yang praktis dan efisien.

UCAPAN TERIMA KASIH


1. Rektor Universitas Negeri Makassar selaku Pembina
2. Direktur Pembinaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas, atas adanya dana yang disediakan
untuk Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKMM) ini
3. Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Makassar,
Dekan Fakultas Teknik, Ketua Jurusan, Kepala Worshop Kayu dan Plumbing
serta Kepala Studio Gambar Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik
Universitas Negeri Makassar, dan Pemerintah Kabupaten Pinrang, dan Camat
Mattirobulu, atas izin dan motivasi yang diberikan dalam pelaksanaan
Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKMT), dan
penyelesaian laporannya.
4. Semua pihak yang tidak dapat kami sebut namanya satu persatu.
Semoga bantuan, arahan, motivasi, dan budi baik Bapak,Ibu, dan Saudara
(i) mendapat rahmat disisi Allah, Amin.

DAFTAR PUSTAKA
________. 1978. Norma-norma Kerja Fisik. Hasil Lokakarya Penyusunan
Norma-norma Ergonomi di Tempat Kerja. Kerjasama Hiperkes. Jakarta
:UNDIP dan WHO.
Charles, K. 1990, Motor-motor Listrik. Alih Bahasa Djoko Achyanto. Jakarta
Erlangga.
Dalih SA, Sutina. 1978. Petunjuk Mengerjakan Kayu I. Jakarta. Proyek
Pengadaan Buku/Diktat Pendidikan Menengah Teknologi Depdikbud.
PKMT-4-14-6

Daryanto. 1993. Dasar-dasar Teknik Mesin. Jakarta. PT. Bhineka Cipta


Hatahap, G, Tl. 1993. Perencanaan Teknik Mesin, Jilid I Edidisi 4. Jakarta.
Erlangga
Janto J.B, 1979. Pengetahuan alat-alat Kayu, Yogyakarta. Yayasan Kanisius
Subarkah, I. (1988 ). Konstruksi Bangunan Gedung. Bandung : Idea Dharma
Bandung.
Pulat, B.M. 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomics. Prentice Hall.
Englewood Cliffs, New Jersey.
Sonny, TH. Mesin-mesin dan Alat Pertanian. Rutan. Ratna Diesel, Surabaya.
PKMT-4-15-1

PEMBUATAN MESIN PENEPUNG BERAS

Syahrul Sinulingga,Suyanto, Sori Tua M L Tobing dan Syawaludin Ginting


PS Teknik Mesin, Politeknik Negeri Medan, Medan

ABSTRAK
Beras yang disimpan terlalu lama akan mengalami kerusakan, secara fisik
terlihat hancur, secara kimia kehilangan protein dan vitamin. Untuk menghindari
kerusakan diusahakan mempersingkat waktu penyimpanan dengan cara segera
memanfaatkan beras dalam bentuk diversifikasi makanan dengan bahan dasar
tepung beras. Untuk maksud ini dibangunlah mesin penepung yang mudah dibuat.
Pembuatan mesin ini dilakukan di Politeknik Negeri Medan, khususnya di
Jurusan Teknik Mesin. Mesin ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam
membuat tepung beras yang selanjutnya dipakai untuk membuat berbagai jenis
makanan variatif lainnya. Metoda pengerjaan mesin ini adalah dengan perinsip
gaya tekan dan gaya gesek antara stator dan rotor dimana pada rotor terdapat
alur yang berguna untuk mengangkut kembali beras yang belum tergiling halus,
pada putaran rotor yang kencang akan terjadi kemungkinan besar gaya
sentripetal yang membawa beras dan membenturkannya pada dinding stator yang
dapat mengakibatkan beras akan menjadi remuk. Mesin ini diuji dengan cara
mengumpankan beras sebanyak 1 kg.Kapasitas mesin 11,9 kg/jam.

Kata kunci: Mesin, Tepung, Beras

PENDAHULUAN
Walaupun diakhir era tahun 1990-an telah banyak lahan pertanian yang
berubah fungsi menjadi daerah hunian dan industri namun predikat Indonesia
sebagai negara agraris belum hilang. Karena Indonesia belum benar-benar
menjadi negara industri. Hal ini dikuatkan dengan adanya pembukaan lahan
pertanian di Kalimantan dan sumatera, baik untuk makanan keras maupun pangan.
Dengan adanya pembukaan lahan pertanian baru khususnya yang
diperuntukkan bagi tanaman pangan, memungkinkan adanya peningkatan
produksi padi nasional yang selanjutnya akan menjadi surplus beras, bahkan
Indonesia akan bisa mengekspor beas sebagaimana terjadi pada tahun 1980-an,
walaupun diawal-awal tahun 2000 ini Indonesia masih mengimpor beras dari
negara-negara Asia. Prediksi surplus beras ini walaupun menggembirakan, akan
tetapi hal itu bukannya tanpa masalah. Penyimpanan yang terlalu lama tanpa
disertai treatment yang memadai akan menyebabkan beras rusak, hal ini biasa
terjadi digudang-gudang dolog maupun yang ada di masyarakat. Khususnya di
masyarakat, untuk menghindari rusaknya beras karena penyimpanan yang terlalu
lama, sebaiknya digalakkan (dikampanyekan) adanya diversifikasi pengolahan
makanan dengan bahan dasar beras, misalnya kue-kue, dan jenis makanan lainnya
yang terbuat dari tepung beras. Untuk itu masyarakat harus dikenalkan pada
teknologi pengolahan yang sederhana yang memungkinkan mereka dapat
mengadopsinya, sehingga mereka dapat meninggalkan cara-cara lama menumbuk
beras dalam lesung.
PKMT-4-15-2

Kegiatan rancang bangun ini dilatar belakangi oleh:


a. Masih banyak masyarakat yang kesulitan membuat tepung beras maupun
ketan tanpa menumbuk dalam lesung. Bila terpaka harus menumbuk dalam
lesung tentu memerlukan tenaga dan waktu yang cukup lama, ini akan
menyulitkan terutama bagi masyarakat pedesaan yang memerlukan bubur
beras halus bagi anak-anak balitanya.
b. Telah ada mesin pembuat tepung yang investasinya relatif mahal dan proses
pembuatannya sulit sehingga tidak memungkinkan untuk diadopsi masyarakat
yang tidak memiliki keterampilan teknik.

Beras yang terlalu lama tersimpan baik dirumah tangga maupun digudang-
gudang beras seperti dolog dipastikan akan mengalami kerusakan yang secara
fisik tampak hancur dan kusam sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Bila hal
ini terjadi tentu akan sangat merugikan secara ekonomis. Guna menanggulangi
masalah ini salah satunya adalah membuat mesin penepung beras, yang mana
hasilnya (tepung) dapat digunakan untuk membuat berbagai jenis makanan lain
yang lebih variatif termasuk bubur bayi pengganti bubur bayi buatan pabrik.
Kegiatan ini bertujuan untuk membuat mesin yang dapat menghasilkan
tepung beras atau ketan dan untuk mengetahui unjuk kerja mesin.
Hasil pembuatan mesin ini diharapkan dapat digunakan oleh:
- Masyarakat ekonomi lemah. Dalam membuat tepung beras (ketan) sebagai
ganti dari tepung bubur bayi lewat Koperasi Unit Desa yang memiliki mesin
tersebut.
- Departemen pertanian khususnya bagian alat an mesin pertanian atai
Departemen Perindustrian sebagai acuan dalam pengembangan produksi
mesin pengolah.
- Membuka peluang usaha baru penggilingan dan pembuatan kue yang
berbahan dasar tepung beras.

METODE PENDEKATAN
Secara tradisional orang yang membuat tepung beras dengan cara
menumbuk beras dalam lesung dengan antan atau alu (jawa). Proses terjadinya
tepung beras oleh tumbukan antan secara fisik bersifat tekan-geser. Butiran beras
terjepit dan tertekan diantara cekungan lesung dan antan sehingga terjadi gesekan
antara butiran beras dengan antan atau juga antara beras dengan beras secara
berulang-ulang. Proses penepungan secara tradisional tersebut digunakan sebagai
dasar dalam mengembangkan peralatan atau mesin yang lebih baik. Karena
terjadinya tepung beras melalui proses tekan-geser maka di dalam
mengenbangkan peralatan/mesin baru harus memprhitungkan faktor kekuatan
fisik beras agar diperoleh alat/mesin dengan fungsi yang baik.
Sitinjak (1995) menerbitkan hasil penelitiannya yang berhubungan dengan
sifat-sifat fisik beras, yaitu:
a. Ukuran panjang beras
- Sangat panjang 7 7,5 (mm)
- Panjang 6,6 7 (mm)
- Sedang 5,5 - 6,6 (mm)
- Pendek < 5,5 (mm)
PKMT-4-15-3

b. Bentuk beras
- Lonjong
- Gepeng
- Agak bulat
- Bulat
c. Kekerasan
- PB 34 : 6,3 kg/butir
- PB 5 : 6,1 kg/butir
- PB 32 : 5,9 kg/butir

Ukuran panjang dan bentuk beras adalah ukuran secara umum semua
varietas beras, sedangkan kekerasan beras varietas PB adalah yang paling keras
diantara semua varietas yang ada.
Dari data sifat fisik yang telah tertera tersebut dirancanglah sebuah mesin
yang elemen penepungnya bekerja dengan sistem tekan dan geser seperti gambar
di bawah ini.

Lubang masuk

Rotor

Stator

Lubang keluar

Gambar 1. Sistem Penepungan

Konstruksi Mesin
Konstruksi mesin yang dibangun ditunjukkan pada Gambar 2.

Faktor Penentu Penepungan


Faktor yang mempengaruhi terjadi tepung beras adalah:
1. Celah antara stator dan rotor
Jarak antara stator dan rotor (celah) diatur sedemikian rupa (tidak lebar dan
tidak terlalu sempit) dengan cara mengatur (memutar) baut pengatur celah.
Jika terlalu longgar kemungkinan tidak terjadi tepung yang lembut. Demikian
PKMT-4-15-4

juga bila terlalu sempit, rotor akan sulit berputar, akibatnya diperlukan banyak
tenaga motor atau mungkin motor off.

Gambar 2. konstruksi Mesin penepung

2. Kecepatan putar motor


Kecepatan putar rotor dalam hal ini dinyatakan dalam jumlah putaran per
menit sangat menentukan terjadinya proses penepungan. Bila putaran terlalu
rendah, beras tidak terlalu hancur karena daya putar rotor tidak kuat. Oleh
karena itu, putaran rotor ditentukan sebesar 1000 RPM. Putaran ini
diperkirakan cukup untuk membuat beras saling bergesekan dengan beras itu
sendiri atau dengan dinding dalam stator.
3. Kekasaran dinding dalam stator
Pada saat rotor berputar, rotor membawa butiran beras melalui alur pembawa
yang dibuat di sekeliling rotor, butiran beras ini akan bergesekan dengan
dinding bagian dalam stator. Beras akan cepat hancur bila dinding cukup
kasar, karena kekasaran dinding akan memprbesar gaya gesek yang
menghambat laju beras.

Cara Kerja Mesin


Untuk menambah pemahaman tentang proses terjadinya tepung beras,
perlu dijelaskan cara kerja mesin yang dibangun.
Sebelum dilakukan penepungan (penggilingan), beras yang akan ditepungkan
direndam dalam air selama 3 4 jam. Setelah itu beras rendaman dikeringkan.
Setelah beras kering, beras siap untuk digiling. Beras dimasukkan ke dalam mesin
melalui corong masukan baik saat mesin bekerja maupun saat mesin mati.
PKMT-4-15-5

Beras yang masuk kedalam mesin berada diantara stator dan rotor, karena pada
bahan rotor terdapat celah/alur dan rotor berputar maka beras akan masuk dalam
alur dan terbawa berputar. Karena celah antara stator dan rotor meneyempit secara
beraturan maka butiran beras akan terjepit dan hancur menjadi tepung dan keluar
dari ruang mesing melalui lubang keluaran yang ada di bagian stator bagian
bawah.

Bagian Utama Mesin


Bagian utama mesin adalah bagian yang sangat penting dalam mendukung
fungsi mesin, yang dirinci sebagai berikut:
1. Kerangka Mesin
Kerangka mesin terbuat dari baja profil L dengan ukuran 5 x 50 x 50,
berfungsi sebagai tempat dudukan bagian lain yang ada di atasnya.

Gambar 3. Kerangka mesin

2. Corong pemasukan
Corong pemasukan adalah tempat memasukkan beras kedalam mesin yang
mengarahkan beras agar tepat jatuh di atas rotor. Corong ini dibuat dari pelat
baja dengan ketebalan 1 (mm) yang berada di bagian puncak mesin.
3. Rotor (penggiling)
Merupakan bagian yang paling penting, berfungsi untuk membawa dan
menggesek butiran beras. Untuk membawa beras agar ikut arus putaran, pada
bagian rotor dibuat alur memanjang dengan ukuran 10 (mm) x 4 (mm) x 460
(mm).
PKMT-4-15-6

Gambar 4. Corong pemasukan

Gambar 5. Rotor

4. Stator (tabung gesek)


Tabung gesek terbuat dari silinder baja tebal 8 (mm) diameter luar. Tabung
gesek ini bagian dalam dibuat agak kasar dengan maksud agar terjadi gesekan
dengan butiran beras. Di samping sebagai media gesek beras, tabung ini juga
berfungsi sebagai rumah mesin yang dilengkapi dengan lubang pemasukan
PKMT-4-15-7

beras dan lubang keluaran tepung. Pada lubang keluaran dilengkapi dengan
saringan tepung agar tepung yang keluar benar-benar lembut.

Gambar 6. Stator

5. Elemen lain
Elemen lain seperti: belt, pulley, motor, mur dan bantalan tidak dimasukkan
dalam bagian utama, karena bagian lain yang tersebut diatas memang
seharusnya ada dalam konstruksi mesin processing. Namun demikian,
keberadaannya sangat penting dan menentukan.

Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Program


Program ini diselesaikan dalam waktu 3 bulan di Jurusan Teknik Mesin Politeknik
Negeri Medan dengan tahapan sebagai berikut:
Tahap I : Perancangan, dilakukan di ruang Studio Gambar Mesin. Tempat ini
dipilih karena mempunyai fasilitas pendukung yang memadai berupa
drafting mechine dan perlengkapannya.
Tahap II : Pembuatan mesin, dilakukan di Laboratorium Teknologi Mekanik
(Bengkel Mesin). Bengkel ini memiliki fasilitas guna mendukung
pembuatan mesin.
Tahap III : Pengujian mesin, dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin.

Bahan dan alat


Bahan dan alat yang diperlukan untuk pembuatan mesin ini adalah dirinci sebagai
berikut:
a. Bahan Teknik
- besi siku (profil L) - Pulley - elektroda las
- pelat baja - mur baut - cat, dempul
- baja bulat (dasar poros) -motor listrik 2 (HP) - amplas halus/kasr
- bantalan - kawat kasa/ayakan - tabung baja
PKMT-4-15-8

b. Alat yang digunakan


- mesin gergaji - mesin bor - mesin bubut
- mesin las - mesin frais - alat bantu lainnya
- mesin gerinda
c. Bahan uji
- beras
d. Alat uji
- alat pencatat
- neraca timbangan
Prosedur Percobaan
Untuk mendapatkan data tepung dilakukan langkah-langkah pengujian sebagai
berikut:
1. Disiapkan beras yang sudah direndam secukupnya (1kg)
2. Disediakan wadah (ember) untuk menampung tepung yang keluar.
3. Siapkan stop watch.
4. Hidupkan mesin
5. Tuangkan beras ke dalam corong pengumpan, sekaligus hidupkan stop watch.
6. Setelah beras dalam mesin habis, matikan stop watch.
7. Ambil ember tempat tepung.
8. Amati secara fisik untuk memastikan kondisi tepung.
9. lakukan pengayakan berapa masa beras yang tidak lolos ayakan dengan cara
menimbang.
10. lakukan perhitungan persentase kegagalan. Jika kegagalan > 5% persempit
jarak antara stator dengan rotor yaitu b dan ulangi pengerjaan dengan prosedur
yang sama sampai menghasilkan kegagalan < 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Setelah dilakukan pengujian mesin maka diperoleh kapasitas mesin adalah
11,9 kg/jam
Tabel 1. Hasil unjuk kerja penepungan
Pengujian Tepung halus Tepung kasar Jumlah Waktu kerja
Ke (kg) (kg) (kg) (menit)
1 0,30 0,15 0,95 4,5
2 0,82 0,15 0,97 4,5
3 0,82 0,16 0,98 5
4 0,83 0,15 0,98 5,5
5 0,84 0,15 0,99 5
6 0,87 0,13 1,00 5,5
7 0,87 0,13 1,00 5
8 0,86 0,13 0,99 5
9 0,87 0,13 1,00 5,5
10 0,87 0,13 1,00 5
Data yang tercantum dalam tabel diperoleh dari pengayakan tepung yang
keluar dari mesin dengan menggunakan ayakan yang biasa dipakai di rumah
tangga.
PKMT-4-15-9

PEMBAHASAN
Setelah kita lihat hasil percobaan yang disajikan dalam tabel, beras yang
dapat ditepungkan secara baik (halus) adalah 0,845 (kg) yang berarti 84,5% dan
tepung kasar sebanyak 0,141 (kg) atau 14,1%. Jumlah tepung keseluruhan yang
keluar dari ruang mesin adalah 9,86 (kg). Waktu rata-rata yang diperlukan untuk
menepungkan beras 1 (kg) adalah 5,05 (menit).
Penjelasan dari hasil di atas adalah:
1. Tepung halus 84,5% dan tepung kasar 14,1% mengindikasikan bahwa
saringan yang dipasang pada pintu keluaran masih terlalu kasar, agar hasil
tepung halus bisa mendekati 100% diperlukan saringan yang lebih halus.
2. Jumlah tepung yang keluar lebih besar dibandingkan dengan julah beras yang
masuk mesin, menunujukkan bahwa ada beras atau tepung yang terperangkap
didalam ruang penepungan, di dalam rotor.
Terperangkapnya tepung di dalam alur rotor ini disebabkan karena putaran
rotor terlalu tinggi yang menyebabkan tepung tidak keluar dari alur tersebut.
Untuk memperbaiki kondisi ini putaran rotor diperlambat.
3. Dari waktu yang digunakan untuk menepungkan 1 (kg) beras, rata-rata 5,05
(menit), menghasilkan kapasitas penepungan sebesar + 11,9 (kg/jam). Hasil
ini relatif bagus, akan tetapi apabila saringan yang terpasang diperhalus maka
kapasitas akan menurun, karena tepung kasar tidak akan bisa keluar,
selanjutnya akan ikut terbawa alur rotor berputar kembali untuk digilas
sehingga butuh waktu relatif lama.

KESIMPULAN
Dari hasil rancang bangun yang dilakukan dapat diperoleh simpulan sebagai
nerikut:
a. Secara kualitatif, performansi mesin penepung dapat bekerja dengan baik.
b. Diperlukan saringan lebih halus.
c. Putaran rotor diperlambat.
d. Kemampuan penepunganmesin 11,9 (kg/jam)
e. Lubang keluaran diperbesar

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 1993. Bulletin Pameran Teknologi Mekanisme Pertanian.
Yogyakarta:
2. Litbang Pertanian
3. Biro Pusat Statistik Medan. 2000. Sumatera Utara dalam Angka 2000.
Kantor Pusat Statistik Sumatera utara dan Badan Perencanaan
Pembangunan daerah Tingkat I. Smatera Utara.
4. Haryoto. 1995. Teknologi Tepat Guna. Yogyakarta: Kanisius.
5. Henderson, S.H. & Perry, R.L. 1996. Agricultural Process Engineering.
New York: Jhon Willey and son, Inc. Scond Edition.
6. Khurmi. 1980. A Text Book of Machine design. New Delhi: Eurasia
Publishing House, Ltd.
7. Niemann, G. 1994. Elemen Mesin. Surabaya: Penerbit Erlangga.
8. Sitinjak, K. 1995. Teknologi Pascapanen I (Padi, jagung, dan kedelai).
Medan: Fakultas Pertanian USU.
PKMT-4-16-1

RANCANG BANGUN
MESIN MIXER SEBAGUNA TANPA PENGADUK

M. Ekohardiviyono, Sarwo Edy Agung Mahardiko, Rizki Azhari,


Program Studi Teknik Mesin, Politeknik Negeri Semarang, Semarang

ABSTRAK
Mesin mixer serbaguna tanpa pengaduk berguna untuk mencampur bahan
adonan menjadi satu dengan mempergunakan pengaruh gaya sentrifugal akibat
putran silinder mixer. Tujuan pembuatan mesin mixer serbaguna tanpa pengaduk
adalah meminimalisir endapan bahan adonan yang menempel pada silinder
mesin mixer dan meningkatkan kapasitas produksi. Pembuatan mesin mixer
serbaguna tanpa pengaduk melalui beberapa tahap, antara lain : mendesain
mesin hingga menjadi gambar kerja mesin. Setelah desain terselesaikan, tahap
selanjutnya adalah pemilihan bahan dan pembuatan mesin sesuai hasil desain
yang telah dibuat. Mesin yang telah dibuat diuji kinerjanya guna memperoleh
data data untuk dianalisa. Hasil analisa dipergunakan untuk menyempurnakan
mesin, sehingga mesin berfungsi sesuai yang diinginkan. Mesin mixer serbaguna
tanpa pengaduk dapat meminimalisir endapan yang menempel pada silinder
mixer dan layak bagi industri kecil maupun industri rumah tangga.

Kata Kunci : mixer, serbaguna, tanpa pengaduk, sentrifugal

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mesin Mixer berfungsi sebagai mencampurkan beberapa bahan bahan
penyusun menjadi satu yang menghasilkan hasil campuran atau adonan yang rata.
Mesin mixer yang ada di berbagai industri kecil baik itu industri makanan, obat-
obatan, maupun dalam bidang konstruksi saat ini masih menggunakan pengaduk
yang berada didalam mesin mixer itu sendiri. Mesin mixer dengan pengaduk yang
ada sekarang ini dalam prinsip kinerjanya masih menggunakan poros yang
digerakkan oleh motor penggerak guna menggerakkan pengaduk. Pengaduk
berfungsi untuk membuat komposisi beberapa bahan menjadi satu, yang biasanya
mesin mixer dengan pengaduk dalam posisi vertikal maupun horizontal. Mesin
mixer yang ada dipasaran masih banyak komponen yang dipakai dan hanya bisa
digunakan untuk mencampur dan mengaduk untuk bahan dalam satu wujud/fasa
(cair,padat,gel,liat). Maka potensi yang perlu dikembangkan pada mesin mixer
yang ada adalah membuat mesin mixer tanpa pengaduk yang dapat diposisikan
dalam berbagai posisi. Selain itu mesin yang diharapkan bisa digunakan dalam
berbagai wujud/fasa bahan (cair, serbuk,liat).

Perumusan Masalah
Dari hasil pengamatan di lapangan mengenai mesin mixer, contohnya untuk
mencampur bahan bangunan adalah sebagai berikut :
1. Alat serupa yang ada dipasaran saat ini masih terlalu rumit karena masih
banyak menggunakan komponen.
2. Alat serupa yang ada dipasaran masih cukup mahal .
3. Dengan cara menggunakan pengaruh gaya sentrifugal akan dihasilkan hasil
PKMT-4-16-2

adukan yang lebih rata.

Tujuan Program
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan
yang akan dicapai melalui program ini adalah:
1. Peserta program kreativitas mahasiswa (PKM) mampu menyelesaikan
permasalahan perencanaan dan pembuatan alat tepat guna, sehingga Mesin
Mixer sebaguna tanpa pengaduk dapat terwujud sebagai prototipe alat
sesungguhnya.
2. Peserta program kreativitas mahasiswa (PKM) mampu menyerap teknik
pemasaran serta dapat mengakses kebutuhan pasar mengenai berbagai alat
tepat guna, baik dalam perencanaan baru, modifikasi atau perbaikan alat yang
sudah ada. Hal ini merupakan modal awal sebagai wirausahawan baru dan
mampu menyusun rencana usaha perbengkelan dalam alat tepat guna.
3. Alat ini mampu bekerja dengan baik, sangat bermanfaat, punya kemampuan
yang handal, dan dapat dipercaya atau diminati oleh konsumen yaitu
masyarakat atau kalangan industri penyulingan atau wirausahawan pada
ahkirnya.
4. Meminimalisir endapan bahan adonan yang menempel di silinder mixer.
5. Membantu mewujudkan alat yang murah dengan inovasi yang tinggi.

Kegunaan Program
Mesin mixer ini sangat berguna bagi masyarakat dan industri jamu, obat-
obatan, maupun industri makanan bila dapat direalisasikan, terutama dalam
mengatasi permasalahan yang mereka hadapi, yaitu :
1. Meningkatkan hasil adukkan yang lebih merata dengan menggunakan Mesin
mixer serbaguna tanpa pengaduk dengan pengaruh gaya sentrifugal
dibandingkan dengan mesin yang ada dipasaran.
2. Meminimalisir atau menekan komponen komponen mesin yang digunakan.
3. Menekan biaya produksi dan meningkatkan produktifitas. contohnya industri
makanan maupun obat-obatan yang digunakan sebagai pengaduk bahan dasar
di industri obat-obatan maupun makanan.

METODE PENDEKATAN
Metode yang digunakan dalam pembuatan mesin mixer serbaguna tanpa
pengaduk antara lain :
1. Perancangan Desain
Langkah awal pembuatan mesin adalah perancangan yang mencakup
rancangan awal berupa skets dan pemantapan desain sehingga menghasilkan
gambar kerja mesin untuk proses pembuatan mesin.
2. Pemilihan Bahan dan Komponen
Bahan dan komponen yang digunakan pada mesin mixer mixer serbaguna
tanpa pengaduk, meliputi :
a. Poros menggunakan bahan S 30 C, karena bahan S 30 C mampumenahan
beban lengkung atau bengkok akibat beban dari adonan dan silinder mixer
dan mampu menerima beban puntir akibat putaran motor penggerak.
Selain itu bahan S 30 C mudah didapatkan dipasaran.
PKMT-4-16-3

b. Silinder mixer menggunakan bahan stainless steel, karena stainless steel


tahan terhadap korosi sehingga bahan adonan yang membutuhkan
kehigienisan akan terjamin kehigienisannya,.
c. Pipa Pemutar menggunakan bahan pipa baja, karena pipa baja mampu
tahan terhadap beban tekuk akibat eban adonan dan rangka pemutar.
Untuk mencegah korosi maka pipa baja dicat.
3. Pembuatan Mesin
Mesin mixer serbaguna tanpa pengaduk dibuat pada :
Tanggal : 30 Maret 2 Mei 2006
Tempat : Bengkel Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang
4. Pengujian kinerja mesin
Pengujian kinerja mesin dilakukan guna mendapatkan data data yang
dibutuhkan guna kesempurnaan mesin. Data yang diambil adalah putaran
silinder mixer yang dihasilkan mesin guna memperoleh hasil adukan yang
maksimal. Data data tersebut dianalisa guna memperoleh konstruksi maupun
mekanisme mesin saat penyempurnaan mesin.
5. Penyempurnaan mesin
Mesin disempurnakan konstruksi maupun mekanismenya mengacu pada data
data yang diperoleh saat pengujian kinerja mesin. Sehingga mesin yang
dihasilkan sesuai yang dinginkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil yang diperoleh pada saat pengujian kinerja mesin antara lain :
1. Putaran silinder mixer yang dihasilkan
Putaran silinder mixer yang dihasilkan oleh mesin dibawah 5 rpm. Hal ini
tidak sesuai dengan putaran yang diinginkan yaitu 50 rpm. Putaran rendah
akibat kesalahan pemilihan sistem reduksi putaran, sistem reduksi yang
digunakan adalah putaran dari motor penggerak direduksi melalui puli dan
sabuk. Hasil perekdusian puli direduksi lagi oleh gearbox dengan
perbandingan 1 : 30. Putaran yang dihasilkan oleh gearbox direduksi oleh
perbandingan antara poos penggerak dan pipa pemutar silinder mixer.
Untuk lebih jelasnya, putaran yang dihasilkan reduksi puli sabuk dan gearbox
adalah sebagai berikut :
Diketahui :
Putaran motor penggerak 1400 rpm
Diameter puli pada motor pengerak 3 inchi
Diameter Puli pada gearbox 6 inchi
Putaran hasil reduksi puli dan sabuk :
n1 d 2
= Sularso (1997) : 166
n2 d1
Dimana :
n1 = Putaran motor penggerak (rpm)
n2 = Putaran yang diterima gearbox (rpm)
d1 = Diameter puli motor penggerak (inchi)
d2 = Diameter puli gearbox (inchi)
1400 6
=
n2 3
PKMT-4-16-4

n2 = 700 rpm
Karena gear box yang dipergunakan mempunyai perbandingan 1 : 30, maka
700
putaran yang dihailkan gearbox adalah (N) =
30
= 23, 333 rpm
Putaran silinder mixer
Perbandingan diameter poros penggerak dengan diameter pipa penggerak (x)
adalah = 30 mm : 800 mm
26,667 : 1
N
Jadi putaran silinder mixer =
x
23,33
=
26,667
= 0,8747 rpm
Karena putaran yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diinginkan, maka
mekanisme reduksi yang dipakai diganti dengn cara memasang motor
penggerak langung ke poros penggerak, sehingga dihasilkan putaran silinder
Putaran. poros. penggerak
mixer = , dimana putaran poros = putaran motor
x
1400
=
26,667
= 52,49 rpm
Jadi putaran yang dihasilkan mendekati dengan putaran yang diinginkan yaitu
50 rpm, sehingga mekanisme reduksi yang digunakan adalah memasang motor
penggerak ke poros penggerak.
2. Gaya gesek untuk menggerakkan pipa pemutar
Saat dilakukan pengujian kinerja mesin, persinggunggan antara poros
penggerak dengan pipa pembawa mengalami slip, hal ini dikarenakan
pengaruh koefisien gesek antara poros penggerak dengan pipa pemutar kecil
akibat bahan keduanya sama yaitu baja yang mempunyai koefisien gesek 0,4
Meriam J.L (2000) : 401.
Gaya gesek yang terjadi adalah :
f = .N
Keterangan :
f = gaya gesek (N)
= koefisien gesek
N = gaya normal = berat adonan ditambah beban rangka pemutar, seluruhnya
mempunyai berat 412,02 N
f = 0,4 . 412,02 N
= 164,808 N
Untuk mengatasi slip, maka bagian poros yang bersinggunggan dengan pipa
pemutar dilapisi dengan karet. Bahan pelapis yang digunakan karet karena
karet mempunyai koefisien gesek yang tinggi sebesar 0,8
Meriam J.L (2000) : 401
Maka gaya gesek yang terjadi adalah :
f = 1.N
PKMT-4-16-5

Keterangan :
f = gaya gesek (N)
1= koefisien gesek karet dengan baja
N = gaya normal = berat adonan ditambah beban rangka pemutar, seluruhnya
mempunyai berat 412,02 N
f = 0,8 . 412,02 N
= 329,616 N
3. Hasil
Pada saat pengujian kinerja mesin bahan adonan yang diuji adalah bahan yang
berwujud serbuk dan cair. Bahan yang berwujud serbuk, setelah dilakukan uji
kinerja didapatkan bahwa endapan bahan endapan yng menempel pada
silinder mixer sangat minim. Hal ini diperkirakan akibat pengaruh gaya
sentrifugal yang diakibatkan putaran silinder mixer yang agak tinggi yaitu 50
rpm dan pengaruh gaya gravitasi dari berat adonan tersebut. Hal ini berbeda
pada mesin mixer lainnya yang menggunakan pengaduk yang berupa sirip
ataupun baling-baling, pada saat pengamatan mesin mixer lainnya yaitu mesin
mixer makanan (blender) dan mesin mobil pengaduk bahan bangunan pada
(mobil molen,- orang jawa menyebut) bahwa bahan adonan yang dicampur
masih terdapat endapan banyak yang menempel pada bagian mixer maupun
pengaduknya.

4. Cara kerja Mesin


Pertama tama motor listrik dihidupkan untuk menggerakkan poros
penggerak,kemudian bagian poros penggerak akan bergesekan dengan roda
pengikat drum sehingga roda drum akan berputar. Gerakan drum akan
menyesuaikan dari posisi drum pada roda yang berputar akibat gesekan
dengan poros penggerak. Sedangkan untuk sistem pemasukkan bahan ke
dalam drum dengan cara sistem pengunci klem engsel.

Gambar 1 Mesin Mixer Serba Guna Tanpa Pengaduk


PKMT-4-16-6

KESIMPULAN
Setelah melakukan data data yang diperoleh dari pengujian kinerja
mesin, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Mesin mixer serbaguna tanpa pengaduk dapat meminimalisir endapan
yang menempel pada silinder mixer akibat pengaruh gaya sentrifugal dan
gravitasi.
2. Mekanisme reduksi putaran dengan cara memasang motor langsung pada
poros penggerak.
3. Mesin ini layak dipasarkan untuk industri kecil maupun industri rumah
tangga karena harga produksinya murah.

DAFTAR PUSTAKA
1. Meriam J.L, L.G Kraige.2000.Mekanika Teknik Volume I Statika Jilid 1.
Jakarta: Erlangga .Hlm 401
2. Sularso, Kiyokatsu Suga.1997.Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen
Mesin. Jakarta : Pradnya Paramita. Hlm 166
PKMT-4-17-1

RANCANG BANGUNAN MESIN KEMPA GAMBIR SECARA


OTOMATIS DAN EFISIEN

Arnes Saputra, Rika Rahmania, Yulfa Zaresta


PS Teknik Elektro, Politeknik Negeri Padang, Padang

ABSTRAK

Kata kunci:

PENDAHULUAN (Disarikan/dikonversi dari power point presentation)


Latar Belakang Masalah
Dalam tata kehidupan masyarakat Minangkabau gambir dulunya hanya
dikenal sebagai campuran makan sirih, karena belum mengetahui kegunaan
gambir. Setelah diteliti ternyata gambir juga dapat digunakan sebagai pewarna dan
obat-obatan, sehingga mempunyai nilai ekspor yang tinggi. Seiring dengan
peningkatan kebutuhan akan gambir, maka masyarakat Sumatera Barat melakukan
pembudidayaan gambir secara besar-besaran. Daerah penyebaran gambir di
Sumatera Barat meliputi kabupaten 50 Kota, Pesisir Selatan, Sawah Lunto, Tanah
Datar dan Pasaman. Kendatipun demikian gambir tetap merupakan komoditas
ekspor tradisional spesifik Sumatera Barat yang masih memperlihatkan
produktifitas yang rendah. Hal ini dikarenakan selain areal penanaman yang
sedikit, pengolahannya juga masih dilakukan secara tradisional.
Suatu industri selalu memperhatikan peningkatan kualitas dan kuantitas
hasil produksinya. Namun hal ini tidak akan tercapai bila pengolahan atau
penanganannya masih dilakukan secara tradisional. Salah satu usaha untuk
meningkatkan kualitas dan kuntitas adalah melakukan perubahan terhadap alat
yang digunakan ke arah yang lebih baik. Hasil survey memperlihatkan bahwa
kendala yang dialami oleh petani gambir dalam melakukan proses produksi
terletak pada proses pengempaan. Peralatan kempa yang digunakan berupa alat
kempa dengan bantuan dongkrak hidrolik.

Identifikasi Masalah
Suatu industri dapat terlaksana jika dilakukan dengan baik, memakai
sentuhan teknologi yang memadai untuk pelaksanaan proses produksi tersebut.
Masih minimnya produksi gambir disebabkan oleh belum adanya alat standar
yang mampu mendukung pelaksanaan kegiatan produksi. Oleh karena itu dengan
menciptakan suatu alat yang mampu mempercepat proses produksi diharapkan
hasil produksi gambir dapat ditingkatkan, sekaligus meningkatkan kesejahteraan
petani gambir.

Perumusan Masalah
Produksi gambir masih ditangani secara tradisional, sehingga hasil yang
diperoleh rendah, untuk itu perlu ditingkatkan dengan memberikan sentuhan
teknologi yang sesuai dengan kebutuhan
Meningkatkan efisiensi kerja sangat diperlukan sehingga waktu yang
dibutuhkan untuk suatu usaha produksi dpat ditingkatkan
Adanya minat dan keinginan dari petani gambir untuk meningkatkan hasil
PKMT-4-17-2

produksinya perlu ditanggapi secara serius


Apakah dengan membuat mesin kempa otomatis dapat meningkatkan hasil
produksi gambir.

Tujuan Kegiatan
Tujuan yang hendak dicapai adalah agar tercipta suatu alay yang mampu
menolong petani gambir dalam mengolah hasil pertaniannya, sehingga
produktifitas gambir dapat ditingkatkan. Serta pengolahan daun gambir dapat
dilakukan dalam kurun waktu yang relatif pendek, sehingga efisiensi kerja dapat
dipenuhi. Di samping itu juga dapat meningkatkan hubungan antara Politeknik
Unand Padang dengan masyarakat khususnya petani gambir.

Kegunaan
Potensi Ekonomi Produk
Dengan dibuatnya mesin kempa otomatis ini diharapkan petani gambir
pengolahan, tenaga yang dikeluarkan tidak terlalu banyak. Maka alat ini
dapat meningkatkan jumlah hasil produksi gambir.
Nilai Tambah Produk dari Segi IPTEK
setelah dibuatnya mesin kempa gambir otomatis ini diharapkan terjadi
peningkatan jumlah produksi gambir. Karena kecepatan alat ini dalam
mengempa sekitar 10 kg daun gambir dengan waktu relatif pendek 10
menit. Ini jauh lebih menguntungkan alat kempa tradisional yang hanya
mampu mengempa 40 kg daun gambir, tetapi dengan waktu dan tenaga
yang besar

TINJAUAN ALAT
CARA KERJA DAN UJI COBA
MESIN TEMPA GAMBIR

III. METODE PENGABDIAN

3.1 Khalayak Sasaran


Suatu industri selalu memperhatikan peningkatan kualitas dan kuantitas
hasil produksinya. Namun hal ini tidak akan tercapai bila pengolahan atau
penanganannya masih dilakukan secara tradisional. Salah satu usaha untuk
mencapai kualitas dan kuantitas yang baik adalah dengan cara melakukan
perubahan terhadap alat yang digunakan ke arah yang lebih baik.
Hasil survey menunjukkan bahwa kendala yang dialami oleh petani
gambir dalam memproduksi gambir terletak pada proses pengemparan. Peralatan
kempa yang masih digunakan berupa alat kempa dengan bantuan dongkrak
hidrolik. Sehingga membutuhkan tenaga yang cukup besar untuk proses tersebut.

3.2 Lokasi Pengabdian


Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada produksi gambir di Pasaman
pda tahun 2002 sekitar 12,6 ton. Dalam kurun waktu empat tahun terjadi
peningkatan dengan menghasilkan produksi sekitar 7,6 ton/tahun, bahwa terjadi
peningkatan 66,2% tiap tahunnya. Ini merupakan hasil penelitian pada salah satu
industri tradisional gambir di Pasaman.
PKMT-4-17-3

3.3 Langkah Pencapaian Tujuan


Melakukan survey lapangan ke pengusaha gambir yang ada di Pasaman
Mencari referensi yang cocok dengan kegiatan yang akan dilakukan
Metode diskusi dengan anggota satu tim untuk mencari jalan keluar yang
praktis dan efisien
Metode pendekatan antara teori dan praktek dengan melakukan percobaan yang
berhubungan dengan peralatan yang dirancang sehingga dapat memastikan
kerja dari masing-masing unit peralatan yang dibuat
Metode pengujian yaitu dengan menguji alat yang dibuat dan dibandingkan
dengan teori yang menunjang rancangan dan pembuatan alat.
Metode perbandingan antara hasil yang diperoleh sebelum dan sesudah alat ini
dibuat.

3.4 Metode Evaluasi


Proses pengempaan gambir secara tradisional menggunakan alat kempa
dengan bantuan dongkrak hidrolik. Caranya dengan memindahkan gambir yang
telah direbus ke dalam alat kempa. Dongkrak berguna untuk membantu proses
pengapitan. Alat kempa gambir terbaru telah direkayas oleh Politeknik
Pertanian Payakumbuh yang untuk sementara telah memenuhi kinerja yang
standar dan seragam. Pemakaian alat ini menghemat waktu sekitar 40 menit,
tetapi tenaga yang dibutuhkan hampir sama dengan alat kempa tradisional.
Mesin kempa gambir otomatis diharapkan penggunaannya dapat
menghemat waktu sekitar 2-3 jam dan efisien bila dibandingkan dengan alat
kempa memakai bantuan dongkrak hidrolik. Sehingga akan dihasilkan gambir
dalam jumlah yang banyak.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan
Mesin kempa gambir secara otomatis dan efisien ini mampu mengempa
dan gambir beserta air rebusannya 60 kg dengan kecepatan pengempaan
selama 10 menit. Jadi dalam satu jam mampu mengempa 60 kg daun gambir
beserta air rebusannya. Dari 60 kg rebusan daun gambir dihasilkan 24 kg
getah gambir hasil pengempaan. Kemudian getah tersebut akan dijemur dan
menghasilkan 8 kg gambir kering.
Dibandingkan dengan alat pengempa gambir tradisional, alat kempa
gambir ini mampu mengempa lebih cepat beberapa jam dan tenaga yang
dikeluarkan untuk pengempaan relatif kecil (efisien). Sedangkan maksud dari
otomatis pada alat ini pengempaan ini dilakukan dengan menggunakan motor
dan pengeluran ampas setelah dikempa dikontrol dari kotak panel saja.

4.2 Saran-saran
Alat kempa gambir secara otomatis dan efisien yang dibuat
sekarang inui masih jauh dari penerapan teknologi yang berkembang saat
sekarang ini. Dengan dimulainya babak baru dalam pengempaan daun gambir,
diharapkan untuk masa yang akan datang diciptakan suatu alat yang lebih
canggih lagi. Kalu perlu pengontrolannya dapat dilakukan dengan
menggunakan komputer.
PKMT-4-18-1

PENERAPAN GEOGRAPHICAL INFORMATION SYSTEM (GIS)


BERBASIS WEB UNTUK MEMANTAU PENYEBARAN PENYAKIT DI
KOTA BANDUNG JAWA BARAT

Dwidy Putut W, Arief Prayetna A, Afif Amrullah, Marlinda IS, A Ardiyanto P


Jurusan Teknik Elektro, Sekolah Tinggi Teknologi Telkom, Bandung

ABSTRAK
Penyakit merupakan sesuatu yang tidak dapat lepas dari kehidupan manusia.
Penyebarannya pun melalui banyak hal, bisa secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, diperlukan tindakan yang cepat dan tepat dalam
menanggulangi penyakit-penyakit yang bersifat mewabah. Adapun beberapa
penyakit yang penyebarannya mewabah antara lain adalah Demam Berdarah
(DB), diare, tuberkolusis (TBC), Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), dan
malaria. Teknologi yang ingin diimplementasikan adalah sebuah aplikasi
Geographic Information System (GIS) berbasis web yang digunakan untuk
memantau penyebaran wabah penyakit di suatu wilayah.
Dalam Proyek Akhir (PA) ini dilakukan perancangan sebuah Sistem Informasi
Geografis berbasis web untuk wilayah Kota Bandung. Web ini dapat
menampilkan data penderita penyakit untuk suatu wilayah. Web ini dapat diakses
melalui internet secara umum dan setiap puskesmas mempunyai user login yang
berbeda untuk memasukkan data atau berita baru. Untuk akses internet tersebut
dapat dilakukan kajian dari segi biaya dan pemodelan jaringan. Terdapat
beberapa alternatif untuk pengaksesan internet yaitu LAN, pemakaian jasa ISP,
menggunakan jaringan ADSL, dan sistem dial-up. Hasil pengkajian menunjukkan
bahwa yang paling memungkinkan untuk diimplementasikan adalah
menggunakan sistem dial-up.
Hasil rancangan dapat menampilkan informasi tentang data penderita penyakit
menular di suatu daerah. Sistem informasi yang dibuat juga dapat menampilkan
info mengenai pencegahan, pengidentifikasian, dan pengobatan penyakit-penyakit
menular.

Kata Kunci : Sistem Informasi Geografis, penyakit menular, on web.

PENDAHULUAN
Dalam berbagai segi kehidupan manusia tidak pernah lepas dari peran
penting informasi. Dunia informasi yang berkembang sangat pesat, memberikan
rangsangan untuk menciptakan sesuatu yang baru untuk dapat memaksimalkan
data yang ada menjadi sebuah informasi yang bermanfaat bagi kehidupan
masyarakat. Melihat besarnya peranan yang diberikannya, maka usaha yang dapat
dilakukan adalah untuk bekerja secara efisien dan seoptimal mungkin dalam
mengemas sebuah informasi menjadi lebih menarik dengan tanpa meninggalkan
unsur yang paling penting, yaitu manfaatnya untuk masyarakat..
Akhir-akhir ini, pada bulan Januari hingga April, cuaca berganti begitu cepat
dan suhu berubah dengan cepat. Tidak mengherankan bila hal ini menyebabkan
sebagian masyarakat rentan terjangkit suatu penyakit. Apalagi jika dilihat pada
penduduk yang daerahnya rentan akan bahaya banjir, tentu hal ini bukanlah hal
yang aneh. Sehingga mereka sangat rawan terhadap penyakit yang timbul dari
PKMT-4-18-2

tumpukan sampah maupun terhadap penyakit-penyakit yang penyebarannya


dibantu oleh nyamuk. Dimana nyamuk ini akan bisa berkembang dengan leluasa
di daerah yang terdapat air menggenang.
Bandung adalah sebuah kota yang rawan akan banjir, sehingga kemungkinan
suatu penyakit mewabah sangat besar. Hal ini didukung pula oleh curah hujan
yang tinggi. Oleh karena itu, diharapkan dapat dimunculkan sebuah alternatif
sistem informasi yang diharapkan dapat membantu pihak yang berkepentingan
dalam memberikan informasi seputar penyakit-penyakit yang mewabah. Dalam
PKM ini, akan dibuat sebuah sistem informasi geografis yang berbasis web untuk
dapat meringankan beban pemerintah dalam program sosialisasi penyakit yang
mewabah tersebut. Dalam PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) ini, akan dibuat
perancangan sebuah Sisem Informasi Geografis berbasis web untuk memantau
penyebaran penyakit-penyakit yang mewabah.
Adapun beberapa masalah dalam pelaksanaan PKM ini antara lain :
a. Bagaimana merancang GIS untuk memantau penyebaran penyakit
ditinjau dari aspek data yang diperlukan.
b. Bagaimana membuat sistem perancangan jaringan yang
memungkinkan update data secara on line yang dapat diakses dari
balai pengobatan/rumah sakit.
c. Bagaimana masyarakat dapat mengetahui lebih cepat tentang
penyebaran penyakit-penyakit yang sedang mewabah dan cara
pencegahannya.
d. Bagaimana mengetahui daerah-daerah yang berpotensi sebagai daerah
penyebaran penyakit.
e. Bagaimana mempermudah pelaporan penyakit yang sedang mewabah
dalam hal ini untuk Dinas Kesehatan.
f. Bagaimana mempermudah Dinas Kesehatan dalam menindaklanjuti
permasalahan penyakit yang sedang mewabah pada masyarakat.
Teknologi yang ingin diimplementasikan pada PKM ini adalah sebuah
aplikasi Geographic Information System (GIS) berbasis web yang digunakan
untuk :
a. Memantau penyebaran wabah penyakit di suatu wilayah.
b. Dapat melihat dan memantau daerah-daerah yang menjadi tempat
penyebaran beberapa penyakit.
c. Memberi informasi mengenai cara pencegahan penyakit kepada
masyarakat.
d. Memberi informasi mengenai cara pengobatan penyakit kepada
masyarakat.
e. Mempemudah Dinas Kesehatan mendistribusikan dokter-dokter ke
daerah epidemik penyakit.
Untuk dapat merealisasikan maksud tersebut di atas dan pembahasan tidak
terlalu meluas, maka ada beberapa batasan yang harus dipenuhi, antara lain :
a. Dalam perancangan ini, jenis penyakit yang dibahas 4 jenis penyakit,
yaitu : Demam Berdarah, TBC, diare, dan ISPA (Infeksi Saluran
Pernafasan Akut).
b. Wilayah yang dipantau adalah Kota Bandung.
c. Diasumsikan setiap yang sakit berobat.
PKMT-4-18-3

d. Dengan asumsi setiap Puskesmas mempunyai komputer dan LAN card


yang siap pakai.

METODE PENELITIAN
Perancangan GIS dimulai dengan melakukan penaksiran kebutuhan GIS
dilanjutkan dengan bagaimana GIS dapat menjalankan tugasnya. Dengan
demikian maka semua kebutuhan dideskripsikan pertama kali dilanjutkan dengan
inventarisasi sumber daya yang tersedia, perancangan awal dan yang terakhir
adalah menentukan perangkat keras dan perangkat lunak yang akan digunakan.

Gambar 1.1 Metode Penelitian.

Pada tahap pengujian, diuji kelayakan sistem untuk kemudian dilakukan


pengamatan kembali untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan saat
pengujian. Pengujian sistem digunakan untuk mengetahui tingkah laku sistem
yang akan dibangun. Pada proses pengujian elemen-elemen yang dapat dilakukan
pengujian adalah software, hardware, user, input dan output sistem.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Proses pelaporan data penderita penyakit di Kota Bandung masih manual,
sehingga efisiensi waktu untuk menyikapi suatu keadaan menjadi terhambat.
Apalagi bila hal ini menyangkut kepentingan orang banyak dan mengenai
keselamatan jiwa mereka, maka penyampaian informasi secara cepat, tepat, dan
akurat sangat dibutuhkan. Diharapkan dengan adanya Sistem Informasi Geografi
ini dapat membantu mengefisiensikan waktu dan membantu pengambilan strategi
dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penyebaran penyakit yang
sedang mewabah bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Selain itu dalam Sistem
Informasi Geografis ini melibatkan seluruh puskesmas yang ada dikota bandung
yang jumlanya mencapai 26 kecamatan.
Dalam proses penyelesaian masalah dibuat diagram alur penyelesaian
masalah sebagai berikut :
PKMT-4-18-4

Dari seluruh kecamatan yang ada di Bandung, diharapkan bisa berhubungan


satu sama lain, minimal bisa melakukan updating data untuk melaporkan kondisi
terakhir tiap daerah. Untuk itu diperlukan sebuah perencanaan yang matang untuk
menghubungkan semua Puskesmas yang ada di Kota Bandung dengan Dinas
Kesehatan Kota Bandung.
Ada beberapa alternative agar proses up dating dapat berlangsung
dimanapun dan kapanpun, hal ini dapat diatasi dengan adanya penanggungjawab
ditiap tiap puskesmas dan disediakan seorang super admin untuk melakukan
seluruh proses up dating. Untuk struktur jarigannya sendiri kita dapat
menggunakan alternative jaringan yang sedang berkembang saat ini yaitu system
ADSL atau yang lebih dikenal dengan system Speedy. Atau menghubungkan
seluruh puskesmas yang ada dikota bandung menjadi satu jaringan LAN
tersendiri. Tapi hal ini memerlukan biaya investasi yang mahal diawal
pembentukannya.
Dalam perancangan Sistem Informasi Geografi yang bisa digunakan untuk
pemantauan penyebaran wabah penyakit, diperlukan data-data pendukung.
Dimana data pendukung inilah yang akan ditampilkan pada Sistem Informasi
yang dirancang. Data pendukung tersebut meliputi Puskesmas dan data penderita
penyakit. Dengan adanya dua komponen tersebut dapat diketahui penyebaran
penyakit yang sedang mewabah. Puskesmas digunakan untuk mengidentifikasi
PKMT-4-18-5

daerah yang yang terjangkit, sedangkan data penderita digunakan untuk


menunjukkan penyebaran penderita pada wilayah-wilayah yang telah ditentukan.
Selain itu untuk mendukung sistemnya sendiri yang berbasis Geografi
Informasi System maka perlu adanya beberapa hal yang perlu dilakukan untuk
mendukung sistem tersebut seperti :
Digitasi peta : proses perubahan peta analog (peta kertas) menjadi
sebuah peta digital yang dapat kita tambahkan beberapa iformasi
didalamnya.
Penentuan letak puskesmas, setalah kita memrubah peta dari analog
menjadi peta digital, sekarang kita dapat menentukan letak-letak
puskesmas yang ada diseluruh kota bandung. Untuk lebih akuratnya
kita dapat memanfaatkan fasilitas GPS.
Perancangan Database
Dalam pembuatan website, dibuat dahulu desain awal yang akan menjadi
tampilan web yang akan dibuat. Adapun tampilan awal web adalah sebagai
berikut :

Gambar 4.1 Tampilan Awal Web

Karena desain awal inilah yang akan menjadi acuan halaman-halaman


berikutnya. Halaman ini merupakan halaman utama, yaitu halaman yang selalu
tampil pertama kali saat mengunjungi situs.
Pada saat desain awal sudah terbentuk, maka pembuatan halaman yang lain
mengikuti desain yang sudah dibuat dengan mengganti isi dari data/informasi
yang akan ditampilkan. Prosesnya sangat mudah, yaitu dengan cara
menggandakan halaman utama yang sudah dibuat. Halaman-halaman web yang
tidak mengalami perubahan mendasar adalah halaman DB, Tuberkolusis, Diare,
ISPA, pengantar, dan halaman Dinas Kesehatan
Perangkat lunak yang digunakan dalam aplikasi ini,memerlukan perangkat
lunak pendukung lainnya yang memungkinkan aplikasi ini dapat dijalankan.
Perangkat lunak pendukung yang diperlukan adalah sebagai berikut:
Sistem Operasi menggunakan Microsoft Windows 2000 NT atau
Windows XP
MapInfo Profesional versi 7.0, versi 7.5, versi 8.0, atau yang terbaru.
PKMT-4-18-6

MapExtremeNT atau MapExtreme 2004


MapX 4.0 dan MapX 4.5 up-grade
Dreamweaver MX atau Dreamweaver MX 2004
Adobe Photoshop cs
Sedangkan untuk Perangkat keras yang mendukung aplikasi ini adalah
sebagai berikut:
1. Personal Computer(PC) dengan spesifikasi sebagai berikut:
Processor Pentium III 1200 MHz atau yang lebih tinggi
RAM minimal 128 MB (untuk VS.Net membutuhkan minimal RAM
160 MB)
HardDisk minimal 20 GB
VGA Card minimal 32 MB
2. Monitor, keyboard, mouse, printer
Pengujian sistem dimaksudkan untuk mengetahui apakah sistem yang dibuat
sudah memenuhi spesifikasi kebutuhan sesuai dengan yang diharapkan, selain itu
pengujian juga ditujukan untuk mengetahui daya dukung perangkat lunak
terhadap aplikasi yang dibuat. Berikut ini dilakukan pengujian fungsi menu-menu
yang dibuat pada aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk pemetaan dan sistem
informasi yang digunakan untuk pemantauan penyebaran wabah penyakit di Kota
Bandung.
Dalam aplikasi ini terdapat dua interface form wilayah utama yaitu tentang
peta Bandung dan aplikasi tambahan pada web. Sehingga dalam pengujiannya
terbagi dalam dua bagian utama yaitu tentang peta Puskesmas dan layanan
tambahan (feature) web.
Adapun dalam pengujian peta ini adalah pengujian pada tool-tool yang
mendukung tampilan peta seperti:
Zoom In dan zoom Out, yang berfungsi untuk membesar/mengecilkan
tampilan peta.
Info Tool, yang digunakan untuk mengetahui informasi yang dibawa
oleh peta tersebut, sebagai contoh jumlah penduduk didaerah tersebut,
potensi daerah tersebut maupun informasi yang lain.
Ketepatan peta dengan kenyataan dapat dilihat dengan cara mengukur
ketepatan jarak pada peta dengan membandingkannya dengan jarak yang
sebenarnya. Misalkan diukur sebuah jarak antara titik A dan titik B dengan peta
hasil digitalisasi, kemudian dibandingkan dengan pengukuran sebenarnya pada
kenyataan. Dengan demikian didapatkan akurasi peta terhadap kenyataan. Pada
pengukuran dengan MapInfo menunjukkan nilai 1,026 mil = 1,6416 km (1 mil =
1,6 km). Sedangkan pada kenyataan menunjukkan + 1,600 km. Sehingga terjadi
simpangan sebesar 2,6 %.
Yang paling penting adalah pada forum saran, konsultasi, dan kolom berita.
Pada forum saran, terdapat sebuah formulir yang dapat diisi oleh pengguna
dengan syarat harus mencantumkan nama, alamat, email, dan saran. Karena
apabila ada kolom yang tidak terisi, maka tidak dapat dimasukkan ke dalam daftar
saran. Hasil memasukkan saran akan sukses apabila dapat ditampilkan pada
kolom daftar saran. Forum saran ini dapat langsung ditanggapi oleh administrator
melalui web. Demikian juga untuk forum konsultasi mempunyai sistem kerja yang
tidak jauh berbeda dengan forum saran.
PKMT-4-18-7

Pada kolom berita, pengujiannya dilakukan dengan cara memasukkan berita,


apabila bisa ditampilkan pada kolom berita maka web dalam keadaan normal.
Semua aplikasi ini dapat diatur oleh admin pada halaman admin yang telah
disediakan secara khusus.
Setelah dilakukan pengujian sistem maka dapat diuji dari tiga aspek pengujian,
yaitu dari segi keamanan data, penggunaan perangkat lunak, unjuk kerja menu-
menu yang dibuat. Pengujian sistem ini dilakukan untuk mengetahui kelebihan
dan kekurangan dari sistem aplikasi yang dibuat. Selain itu juga dengan
dilakukannya pengujian sistem ini akan dapat mengetahui apakah aplikasi yang
dibuat sesuai dengan spesifikasi yang ada pada tahap perancangan aplikasi sistem
informasi geografis ini.
Sebelum user dapat menggunakan aplikasi ini, pada saat ingin melakukan
perubahan data, terlebih dahulu user harus mengisikan kata sandi atau password
pada form login. Formlogin ini dimaksudkan agar tidak semua orang dapat
mengakses atau menjalankan aplikasi ini, hanya user yang berhak yang
mengetahui password yang dapat menjalankan aplikasi ini. Keamanan data dalam
hal ini, adalah hanya sekitar akses masuk aplikasi saja, tidak termasuk enkripsi
data. Data dari petugas Puskesmas harus disetujui oleh administrator yang
bertugas di Dinas Kesehatan.
Aspek penggunaan perangkat lunak ini dimaksudkan untuk mengetahui
hubungan antara software yang digunakan dalam pembuatan aplikasi ini. Dalam
integrated mapping , mapinfo 7.5 bertugas sebagai editor workspace peta digital,
sedangkan MapExtreme digunakan untuk pembuatan interface serta melakukan
fungsi sebagai penghubung (interface) antara web server dengan peta yang akan
ditampilkan. Sedangkan Dreamweaver MX digunakan untuk membuat tampilan
web, dan Photoshop adalah sebagai editor gambar.
Dengan demikian maka pemilihan perangkat lunak yang digunakan sudah
bisa mendukung untuk proses pembuatan aplikasi sistem informasi geografis ini.
Untuk tahap implementasi, dimulai dengan perencanaan yang sudah ditetapkan
pada tahap sebelumnya. Hal ini dimulai dengan analsis perencanaan jaringan yang
akan dibuat. Setidaknya ada empat pilihan, yaitu :
a. Jaringan Local Area Network (LAN)
b. Jaringan internet melalui jasa ISP (Internet Service Provider)
c. Jaringan komputer untuk internet dengan memakai jaringan Speedy (ADSL)
d. Jaringan komputer untuk internet dengan sistem dial-up (TelkomNet Instan
atau TelkomFlexi)
Untuk pilihan pertama, pembuatan jaringan komputer dengan konsep LAN.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapannya, antara lain
sebagai berikut:
a. Kota Bandung adalah wilayah yang cukup luas
b. Dalam satu area terdapat Puskesmas dalam jumlah kecil, lokasi Puskesmas
tidak terpusat.
c. Kemampuan kabel UTP, khususnya jarak jangkau maksimum dalam
mentransfer data.
d. Ketersediaan dana untuk penerapan jaringan yang akan dibuat.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka akan sangat berat untuk bisa
menerapkan alternatif pertama. Pembuatan jaringan LAN akan memerlukan
jumlah kabel UTP yang cukup banyak. Hal ini dipengaruhi juga oleh kemampuan
PKMT-4-18-8

kabel UTP dalam menyampaikan informasi. Kabel UTP versi 5 hanya mampu
mencapai tidak lebih dari 300 meter, sedangkan kabel UTP versi 6 yang
merupakan versi terbaru, hanya mampu mencapai jarak maksimum 1000 meter.
Maka apabila ingin tetap diterapkan alternatif pertama ini, diperlukan repeater
yang cukup banyak. Khususnya untuk daerah Bandung Utara dan Bandung
Selatan yang jauh dari posisi server yang rencananya akan diletakkan di Dinas
Kesehatan. Selain itu, diperlukan juga jaringan backbone bila ingin mendapatkan
sebuah jaringan yang bagus. Biasanya jaringan backbone ini berupa jaringan serat
optik. Dengan demikian, akan memerlukan biaya yang cukup banyak. Sehingga
alternatif pertama ini termasuk proyek yang unvisible bila ditinjau dari dukungan
dana yang ada.
Untuk alternatif ketiga, dengan adanya komputer pada tiap Puskesmas yang
terhubung dengan internet dengan sistem dial-up, misalnya dengan sistem dial-up
atau dengan jaringan yang sedang dikembangkan seperti ADSL atau yang populer
dengan sebutan speedy. Maka pengubahan data pada web server bisa dilakukan
hanya dengan mengakses website melalui komputer tersebut. Selain itu, data juga
dapat diubah dengan hanya beberapa menit menuju warnet seandainya petugas
Puskesmas tidak mempunyai komputer yang terhubung dengan internet.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan Website Sistem Informasi
Geografis untuk pemantauan penyebaran wabah penyakit di Kota Bandung ini
ialah :
Aplikasi yang telah dibuat mampu menyajikan informasi pemetaan penyakit
secara geografis.
Aplikasi yang telah dibuat dapat memberikan informasi pencegahan dan
pengobatan terhadap beberapa penyakit menular.
Website ini menyediakan sarana komunikasi dua arah, baik dari sisi
masyarakat (pengguna umum) maupun dari sisi Dinas Kesehatan..
Website yang telah dibuat dapat memberikan layanan konsultasi penyakit
langsung dengan pihak yang berkompeten.
Website ini dapat membahas penyakit yang menular maupun yang tidak
menular, hal ini didukung oleh forum konsultasi dan forum saran.
Website ini memungkinkan untuk mengadakan pengolahan data penderita
penyakit pada tiap-tiap Puskesmas.
Hasil pengkajian biaya akses internet menunjukkan bahwa akses internet
yang paling murah adalah menggunakan sistem dial- up.
Terdapat tiga level admin yang mempunyai hak yang berbeda-beda.

DAFTAR PUSTAKA
Wahana Komputer : Panduan Aplikatif Pengembangan Web Berbasis ASP,
penerbit ANDI.
Agung, Gregorius : 11 Script Spektakular Active Server Page, Elex Media
Komputindo
Nuarsa I Wayan : Mengolah Data Spasial Dengan MapInfo Profesional 7.0,
Penerbit ANDI
PKMT-4-18-9

Charter Denny, Agtrisari Irma : Desain dan Aplikasi GIS, Elex Media
Komputindo
Prahasta Eddy. 2001. Konsep-konsep Dasar System Informasi Geografis.
Bandung : Informatika Bandung
Prahasta Eddy : Belajar dan Memahami MapInfo, Informatika
MapInfo Profesional 7.0 User Guide, MapInfo Corporation, Troy, Network
PKMT-4-19-1

PENGINDERAAN KEBOCORAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) PADA


INSTALASI LISTRIK RUMAH TINGGAL

Anggoro Danu Subroto dan Nurhefzan,


Institut Sains Dan Teknologi Akprind, Yogyakarta

ABSTRAK

Kata kunci:
PKMT-4-20-1

PEMBUATAN SOFTWARE PENGENALAN DAN SITUS WAYANG


PURWA JAWA SEBAGAI SARANA PELESTARIAN DAN
PENYEBARLUASAN KESENIAN TRADISIONAL JAWA TENGAH

Agung Santoso Pranoto, Gendis Kartiyoso, Bayu Murti


Fakultas Teknologi Industri, Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang

ABSTRAK
Kebudayaan adalah cermin dari suatu bangsa, itulah petuah yang sering
terdengar. Namun pada kenyataannya, kebudayaan khususnya kebudayaan
bangsa Indonesia seiring waktu mulai terkikis oleh perkembangan jaman. Dalam
hal ini, kebudayaan yang dibicarakan adalah mengenai wayang purwa jawa.
Seiring perkembangan jaman, kebudayaan wayang purwa sudah dianggap kuno
atau ketinggalan jaman sehingga ditinggalkan dan dilupakan oleh generasi muda
Indonesia. Maka dari itu , muncul suatu ide untuk membuat bagaimana
mengemas budaya Indonesia dalam bentuk menarik dan dinamis.
Website wayang yang dibuat memang sengaja disajikan dalam bentuk yang
semenarik mungkin dengan bahasa yang mudah dipahami dan cenderung
digandrungi oleh kaum muda. Website yang dibuat dipenuhi dengan berbagai
animasi, musik latar belakang dan gambar-gambar serta desain yang semenarik
mungkin sehingga dapat membuat pengunjung merasa nyaman dan tertarik untuk
mengeksplorasi lebih jauh.
Pada halaman utama terdapat beberapa link seperti pendahuluan, yang terbaru,
dan software wayang. Pada bagian pendahuluan terdapat kata pengantar dari tim
pembuat website. Bagian yang terbaru berisi hal-hal yang terbaru dalam website
dan ditujukan bagi pengunjung yang sudah pernah mengunjungi website ini pada
beberapa waktu yang sudah lalu. Software wayang dapat didownload melalui
website ini beserta updaternya yang akan selalu diperbaharui. Ada pula menu
yang menyediakan link ke alamat lain yang cukup lengkap mengenai wayang
purwa jawa. Tim juga menyediakan newsletter yang dapat dibagikan kepada para
pengunjung. Cukup dengan menuliskan alamat e-mail dan menekan tombol
submit maka newsletter akan sampai ke alamat e-mail pengunjung tersebut.
Pada halaman ini diberikan uraian mengenai profil-profil tokoh wayang dalam
pandawa dan kurawa yang merupakan tokoh-tokoh dalam kisah Mahabarata.
Profil-profil berisi data-data mengenai kerajaan, senjata dan data-data lain yang
penting mengenai tokoh tersebut. Selain tokoh dari pandawa dan kurawa juga
diberikan profil dari tokoh-tokoh lain seperti dari cerita Ramayana dan kisah
lainnya. Pada bagian samping kanan berisi gambar-gambar dari tokoh wayang
yang memang sengaja disembunyikan agar pengunjung penasaran untuk
membuka tokoh siapa dibaliknya. Dengan demikian akan menambah wawasan
pengunjung mengenai tokoh wayang.
Halaman ini didesain untuk memberikan pengunjung pengetahuan dan sekaligus
dapat berpartisipasi aktif dalam koleksi cerita-cerita wayang. Dalam halaman ini
dimuat kisah Mahabarata dan Ramayana dengan beberapa tambahan cerita-
cerita lain diluar itu. Pengunjung yang memiliki cerita lain dapat pula
berpartisipasi aktif dengan menyumbangkan cerita-cerita yang ia miliki melalui
PKMT-4-20-2

e-mail. Dengan demikian semakin lama koleksi cerita yang dimiliki akan semakin
bertambah.
Halaman ini berisikan pertunjukan-pertunjukan wayang yang cukup besar yang
pernah diadakan. Untuk baris yang atas akan diisi dengan enam pertunjukkan
terakhir yang diadakan sedangkan untuk baris link yang bawah dengan judul
pertunjukan terbaru berisikan jadwal terbaru pertunjukkan wayang. Dengan
demikian pengunjung yang ingin mengetahui pertunjukkan wayang yang baru
saja lewat masih dapat mengetahui informasinya, sedangkan pengunjung yang
ingin mengetahui pertunjukkan yang masih berstatus akan diselenggarkan pun
dapat mengetahui jadwalnya. Bagian halaman inilah nantinya yang akan selalu
diupdate seiring dengan jadwal-jadwal baru yang akan terus berubah. Maka
setelah website ini selesai diupload ke webserver tentu saja masih membutuhkan
proses perawatan sehingga tak pelak harus dibuat website yang dinamis.
Halaman ini berisi tentang berbagai macam hal yang bersangkutan dengan tim
pembuat website wayang ini. Termasuk didalamnya adalah profil dari masing-
masing anggota kehidupan kampusnya dan PKMT sendiri yang menjadi motivasi
dasar penyusunan website ini. Pengunjung juga diberi kesempatan untuk
mengetahui lebih dalam mengenai proses pembuatan website ini yaitu dengan
melihat halaman seni web, desain web dan animasi. Sehingga selain berkenalan
dengan wayang pengunjung juga dapat belajar membuat desain web sendiri yang
bernilai seni.
Halaman hubungi kami bertujuan agar selain mengunjungi dan memperoleh
informasi dari website ini pengunjung juga dapat memberikan komentar-
komentarnya kepada tim pembuat website. Dengan demikian akan terjadi
interaksi yang aktif antara pengunjung dengan tim. Diharapkan dengan demikian
website akan semakin maju dari waktu ke waktu dan jumlah pengunjunngnya pun
akan meningkat diiikui dengan mulai digemarinya wayang oleh lebih banyak
orang. Software wayang merupakan bentuk offline dari website wayang. Software
wayang ini dapat didownload pada halama utama website wayang.

Kata kunci: Kebudayaan, Wayang Purwa Jawa, Website Wayang, Software


wayang

PENDAHULUAN
Pada era globalisasi sekarang ini kesenian daerah sudah mulai ditinggalkan
oleh masyarakat Indonesia. Hal ini terlihat dari jumlah pertunjukan dan penoton
kesenian daerah yang jumlahnya tinggal sedikit. Kondisi seperti ini tentunya
cukup memprihatinkan ditengah-tengah situasi Indonesia saat ini yang sedang
terpuruk. Kurangnya antusias masyarakat terhadap kesenian daerah ini disebabkan
karena generasi muda lebih banyak disuguhi film-film asing daripada pertunjukan
daerahnya sendiri. Kondisi tersebut membuat generasi muda yang tumbuh dewasa
secara perlahan-lahan meninggalkan kebudayaan daerahnya dan beralih ke
kebudayaan luar negri yang lebih modern dan canggih.
Melihat fenomena tersebut maka muncullah ide untuk membuat sebuah
software pengenalan wayang purwa Jawa dan situsnya guna mengangkat kembali
salah satu pertunjukan daerah bangsa Indonesia khususnya pertunjukan daerah
Jawa Tengah. Dengan dibuatnya software tersebut diharapkan generasi muda
PKMT-4-20-3

yang cenderung menyukai komputer mulai melirik pertunjukan wayang purwa


Jawa.
Software tersebut akan dibuat semenarik mungkin dan memuat cukup
banyak informasi-informasi mengenai wayang purwa Jawa. Informasi yang
dicakup meliputi struktur pertunjukan wayang purwa Jawa, perlengkapan, tokoh-
tokoh dalam dunia perwayangan, cerita-cerita perwayangan dan informasi-
informasi lainnya seputar wayang purwa Jawa.
Situs wayang purwa Jawa akan berisi mengenai pengenalan wayang purwa
Jawa dan struktur pertunjukannya, perlengkapan pertunjukan, tokoh-tokoh dalam
dunia perwayangan, cerita-cerita perwayangan dan informasi-informasi terbaru
mengenai wayang purwa Jawa. Diharapkan dengan demikian maka wayang purwa
jawa dapat menjadi salah satu obyek pariwisata yang dikenal dan bahkan diminati
oleh masyarakat dalam maupun luar negeri.
Tujuan program ini adalah menciptakan sebuah software dan situs internet
yang dapat digunakan untuk memperkenalkan wayang purwa jawa kepada
masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia. Diharapkan dengan adanya software
tersebut maka wayang purwa jawa menjadi lebih dikenal oleh masyarakat umum,
sehingga pertunjukan wayang purwa Jawa dapat lebih dikenal luas.
Dengan dibuatnya software tersebut diharapkan masyarakat nasional dan
internasional dapat tertarik dengan wayang purwa jawa dan ingin mengenalnya lebih
lanjut. Para pelajar yang membutuhkan informasi yang lengkap mengenai wayang
purwa Jawa juga dapat memanfaatkan software dan situs internet tersebut untuk
memenuhi kebutuhannya. Masyarakat umum yang belum mengenai wayang purwa
jawa juga dapat menggunakan software dan situs internet tersebut untuk memperoleh
pengetahuan mengenai wayang purwa jawa.
Masalah utama dalam Program Kreativitas Mahasiswa ini adalah bagaimana agar
pertunjukan wayang purwa Jawa dapat lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia dan
dunia. Dengan pelaksanaan Program Kreativitas Mahasiswa ini maka permasalahan
itu coba diatasi dengan membuat sebuah software dan situs internet yang berisi
informasi-informasi yang cukup lengkap mengenai wayang purwa Jawa dengan
tampilan / interface yang menarik.

METODE PENELITIAN
Pada awal pelaksanaan program akan dilakukan studi pustaka yang meliputi
pengumpulan sumber-sumber informasi dari buku-buku teks, maupun sumber-
sumber informasi dari majalah-majalah dan internet.
Setelah diperoleh informasi yang mencukupi, kemudian akan dilanjutkan
dengan pembagian tugas dalam pembuatan software. Sebagian anggota bertugas
membuat software informasi wayang purwa jawa, sedangakan sebagian anggota
yang lain bertugas membuat situs internet wayang purwa jawa. Pengecekan
kemudian dilakukan, jika ternyata program berhasil maka akan dianalisa
kinerjanya. Jika gagal maka ditelusuri kesalahannya kemudian diperbaiki.
Setelah software dan situs internet jadi maka dilanjutkan dengan
penggabungan kedua macam alat tersebut, dengan tujuan agar software yang telah
dibuat dapat selalu diupdate melalui situs internet.
Instrumen pelaksanaan yang digunakan antara lain adalah komputer berserta
perlengkapannya seperti scanner maupun modem sebagai alat bantu melakukan
hubungan dengan internet. Sedangkan software yang digunakan antara lain Adobe
PKMT-4-20-4

Photoshop Creative Suite 2 dengan berbagai plug-ins tambahan, Corel Draw


Graphic Suite 12 dan Macromedia Studio MX 2004. Sedangkan sebagai aplikasi
server digunakan Cold Fusion MX 7 dengan menggunakan built-in server sebagai
alat testing server sebelum website nantinya diupload ke web server yang tersedia
di jaringan internet yang sesungguhnya.
Sebagai sumber-sumber utama dalam pengembangan website maupun
software adalah buku-buku perwayangan dan sumber-sumber lain yang diperoleh
dari majalah-majalah, ensiklopedia maupun situs-situs internet yang berkaitan
dengan perwayangan.
Pada saat analisa akan diketahi apakah software dan situs internet sudah
benar-benar layak untuk dipakai. Jika ternyata belum layak maka akan dilakukan
pemeriksaan bagian-bagian program yang masih salah untuk kemudian diperbaiki.
Setelah software dan situs internet sudah benar dan layak untuk dipakai kemudian
dibuatlah kesimpulan dan saran yang merupakan akhir dari proses pembuatan.
Selanjutnya uraian diatas dapat dilihat pada bagan alir berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN


Website wayang yang dibuat memang sengaja disajikan dalam bentuk yang
semenarik mungkin dengan bahasa yang mudah dipahami dan cenderung
digandrungi oleh kaum muda. Adapun struktur utama dari website wayang terbagi
menjadi enam bagian. Halaman utama yang berisi hal-hal terbaru dan pengantar
disusul dengan halaman-halaman mengenai profil wayang, pertunjukan wayang
dan halaman tentang kami yang berisi segala sesuatu dari tim penulis yang perlu
diketahui oleh pengunjung serta halaman hubungi kami yang berisi alamat baik
rumah maupun e-mail dan nomor telepon yang dapat dihubungi.
Website yang dibuat dipenuhi dengan berbagai animasi, musik latar
belakang dan gambar-gambar serta desain yang semenarik mungkin sehingga
dapat membuat pengunjung merasa nyaman dan tertarik untuk mengeksplorasi
lebih jauh. Dengan demikian memang diharapkan generasi muda dapat tertarik
terhadap wayang purwa tersebut.
Berikut akan diuraikan satu persatu dari komponen dan fitur-fitur dari
website wayang. Berikut adalah halaman utama dari website wayang:

Gambar 1. Halaman utama dari website wayang


PKMT-4-20-5

Pada halaman utama terdapat beberapa link seperti pendahuluan, yang


terbaru, dan software wayang. Pada bagian pendahuluan terdapat kata pengantar
dari tim pembuat website. Bagian yang terbaru berisi hal-hal yang terbaru dalam
website dan ditujukan bagi pengunjung yang sudah pernah mengunjungi website
ini pada beberapa waktu yang sudah lalu. Software wayang dapat didownload
melalui website ini beserta updaternya yang akan selalu diperbaharui. Ada pula
menu yang menyediakan link ke alamat lain yang cukup lengkap mengenai
wayang purwa jawa. Tim juga menyediakan newsletter yang dapat dibagikan
kepada para pengunjung. Cukup dengan menuliskan alamat e-mail dan menekan
tombol submit maka newsletter akan sampai ke alamat e-mail pengunjung
tersebut.
Adapun beberapa action script yang digunakan pada halaman utama ini
adalah sebagai berikut yang digunakan untuk mengatur mati atau hidupnya musik
latar belakang pada halaman utama ini.
onClipEvent(load)
{
_root.soundstatus="on";
_root.mySound = new Sound(_root);
maxvolume=100;
minvolume=0;
}
onClipEvent(enterFrame)
{
if(_root.soundstatus=="on") {step=3}
if(_root.soundstatus=="off") {step=-3}
maxvolume+=step;
if (maxvolume>100) {maxvolume=100;}
if (maxvolume<0) {maxvolume=0;}
_root.mySound.setVolume(maxvolume);
}

Berikut ini action script yang digunakan pada scene 2 halaman


utama untuk menampilkan progress bar selama dimuatnya halaman utama ini
pada website. Diharapkan progress bar ini dapat memberikan informasi sehingga
pengunjung dapat mengetahui sejauh mana proses pemuatan terjadi.

onClipEvent (load) {
total = _root.getBytesTotal();
}
onClipEvent (enterFrame) {
loaded = _root.getBytesLoaded();
percent = int(loaded/total*100);
text = percent+"%";
gotoAndStop(percent);
if (loaded == total) {
_root.gotoAndPlay(2);
}
}
PKMT-4-20-6

Berikut ini adalah tampilan halaman profil wayang pada website wayang :

Gambar 2. Tampilan halaman profil wayang pada website wayang

Pada halaman ini diberikan uraian mengenai profil-profil tokoh wayang


dalam pandawa dan kurawa yang merupakan tokoh-tokoh dalam kisah
Mahabarata. Profil-profil berisi data-data mengenai kerajaan, senjata dan data-
data lain yang penting mengenai tokoh tersebut. Selain tokoh dari pandawa dan
kurawa juga diberikan profil dari tokoh-tokoh lain seperti dari cerita Ramayana
dan kisah lainnya. Pada bagian samping kanan berisi gambar-gambar dari tokoh
wayang yang memang sengaja disembunyikan agar pengunjung penasaran untuk
membuka tokoh siapa dibaliknya. Dengan demikian akan menambah wawasan
pengunjung mengenai tokoh wayang.
Berikutnya adalah halaman cerita wayang sebagai berikut:

Gambar 3. Halaman cerita wayang


PKMT-4-20-7

Halaman ini didesain untuk memberikan pengunjung pengetahuan dan


sekaligus dapat berpartisipasi aktif dalam koleksi cerita-cerita wayang. Dalam
halaman ini dimuat kisah Mahabarata dan Ramayana dengan beberapa tambahan
cerita-cerita lain diluar itu. Pengunjung yang memiliki cerita lain dapat pula
berpartisipasi aktif dengan menyumbangkan cerita-cerita yang ia miliki melalui e-
mail. Dengan demikian semakin lama koleksi cerita yang dimiliki akan semakin
bertambah.
Berikutnya akan dijelaskan mengenai halaman pertunjukan wayang:

Gambar 4. Halaman pertunjukan wayang

Halaman ini berisikan pertunjukan-pertunjukan wayang yang cukup besar


yang pernah diadakan. Untuk baris yang atas akan diisi dengan enam
pertunjukkan terakhir yang diadakan sedangkan untuk baris link yang bawah
dengan judul pertunjukan terbaru berisikan jadwal terbaru pertunjukkan wayang.
Dengan demikian pengunjung yang ingin mengetahui pertunjukkan wayang yang
baru saja lewat masih dapat mengetahui informasinya, sedangkan pengunjung
yang ingin mengetahui pertunjukkan yang masih berstatus akan diselenggarkan
pun dapat mengetahui jadwalnya. Bagian halaman inilah nantinya yang akan
selalu diupdate seiring dengan jadwal-jadwal baru yang akan terus berubah. Maka
setelah website ini selesai diupload ke webserver tentu saja masih membutuhkan
proses perawatan sehingga tak pelak harus dibuat website yang dinamis.
Berikutnya adalah halaman tentang kami, yang tampilannya sebagai berikut:
PKMT-4-20-8

Gambar 5. Halaman tentang kami

Halaman ini berisi tentang berbagai macam hal yang bersangkutan dengan
tim pembuat website wayang ini. Termasuk didalamnya adalah profil dari masing-
masing anggota kehidupan kampusnya dan PKMT sendiri yang menjadi motivasi
dasar penyusunan website ini. Pengunjung juga diberi kesempatan untuk
mengetahui lebih dalam mengenai proses pembuatan website ini yaitu dengan
melihat halaman seni web, desain web dan animasi. Sehingga selain berkenalan
dengan wayang pengunjung juga dapat belajar membuat desain web sendiri yang
bernilai seni.
Berikutnya adalah halaman terakhir yaitu hubungi kami, sebagai berikut:

Gambar 6. Halaman hubungi kami


PKMT-4-20-9

Halaman hubungi kami bertujuan agar selain mengunjungi dan memperoleh


informasi dari website ini pengunjung juga dapat memberikan komentar-
komentarnya kepada tim pembuat website. Dengan demikian akan terjadi
interaksi yang aktif antara pengunjung dengan tim. Diharapkan dengan demikian
website akan semakin maju dari waktu ke waktu dan jumlah pengunjunngnya pun
akan meningkat diiikui dengan mulai digemarinya wayang oleh lebih banyak
orang.
Berikut ini akan diberikan pula source code untuk halaman html nya:

<!DOCTYPE html PUBLIC "-//W3C//DTD XHTML 1.0


Transitional//EN" "http://www.w3.org/TR/xhtml1/DTD/xhtml1-transitional.dtd">
<html xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml" xml:lang="en" lang="en">
<head>
<meta http-equiv="Content-Type" content="text/html; charset=iso-8859-
1" />
<title>flash-monitor</title>
</head>
<body bgcolor="#ffffff">
<!--url's used in the movie-->
<!--text used in the movie-->
<object classid="clsid:d27cdb6e-ae6d-11cf-96b8-444553540000"
codebase="http://fpdownload.macromedia.com/pub/shockwave/cabs/flash/swflash
.cab#version=6,0,0,0" width="766" height="700" id="flash-monitor"
align="middle">
<param name="allowScriptAccess" value="sameDomain" />
<param name="movie" value="flash-monitor.swf" />
<param name="quality" value="high" />
<param name="bgcolor" value="#ffffff" />
<embed src="flash-monitor.swf" quality="high" bgcolor="#ffffff"
width="766" height="700" name="flash-monitor" align="middle"
allowScriptAccess="sameDomain" type="application/x-shockwave-flash"
pluginspage="http://www.macromedia.com/go/getflashplayer" />
</object>
</body>
</html>

Source code diatas menampilkan bahwa halaman html yang dihasilkan


merupakan hasil dari publikasi dari swf yang dibuat dengan macromedia flash
MX 2004.
Software wayang merupakan bentuk offline dari website wayang. Dimana
dalam bentu offline ini pengunjung diberi kebebasan untuk mengeksplorasi
website wayang secara offline tanpa harus terhubung ke internet. Dengan
demikian dapat lebih menghemat biaya yang dikeluarkan.
Software wayang ini dapat didownload pada halama utama website wayang.
Hasil dari download kemudian dapat dipakai selama beberapa bulan yang
kemudian harus dilakukan update kembali. Update ini diperlukan jika memang
pengguna ingin mendapatkan keluaran terbaru atau versi terbaru dari software
PKMT-4-20-10

tersebut yang tentunya lebih lengkap dan memuat lebih banyak hal dari versi
sebelumnya.
Jika pengunjung ingin menghemat biaya yang dikeluarkan maka dapat
dilakukan hal demikian ini. Pertama download software wayang dari website
wayang lalu setelah selesai didownload segera matikan koneksi internet sehingga
biaya yang dikeluarkan tidak terlalu banyak. Setelah itu pengunjung cukup
mengunjungi kembali website wayang setelah satu atau dua bulan kemudian
untuk mendapatkan upadater dari software tersebut. Dengan demikian
pengeluaran dapat ditekan seminimal mungkin. Cara ini hendaknya dipergunakan
untuk para pelajar yang memang merasa terlalu mahal jika harus menggunakan
koneksi internet yang terlalu lama.

KESIMPULAN
Dari berbagai survey yang telah dilakukan dan melihat trend akhir-akhir ini
memang tak dapat dipungkiri lagi bahwa memang media cyber sekarang lebih
disukai daripada media cetak ataupun tulis. Kebiasaan masyarakat modern yang
lebih menyukai tampilan website yang penuh dengan hyperlink memang terbukti
sangat memudahkan masyarakat dalam memperoleh informasi yang
diperlukannya. Dengan demikian berarti tepat bahwa diperlukan sebuah
perpaduan antara budaya daerah dan budaya modern yang memang sangat
dibutuhkan dalam memerangi derasnya arus kebudayaan asing yang menerpa
nusantara ini. Sehingga dengan dihasilkannya produk luaran ini maka generasi
muda akan tetap dapat mengenal budaya daerahnya sendiri dan kemudian
melestarikannya agar tetap hidup dikemudian hari.
Saran-saran yang dapat digunakan untuk perkembangan kedepan adalah agar
lebih diperbanyak perpaduan antara kebudayaan tradisional dan teknologi yang
paling akhir, agar dengan demikian maka budaya tradisional yang cenderung
konvensional dan tradisional tidak akan ketinggalan dengan laju perkembangan
teknologi yang demikian pesatnya. Hanya dengan cara demikianlah, disertai
dengan sosialisasi yang cukup gencar, terutama dengan menggunakan media
internet yang cakupanya global maka generasi penerus bangsa Indonesia tidak
akan kehilangan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Sedyawati, Edi. 2002. Indonesian Heritage: Sent Pertunjukan. Jakarta : Buku
Antarbangsa untuk Grolier International Inc.
Amundsen, Michael. 2001. Seri Belajar Sendih Dasar-Dasar Pemrograman Data
Base Dengan Visual Basic 5. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Amundsen, Michael. 2002. Seri Belajar Sendiri Pemrograman Data Base Tingkat
Menengah Dengan Visual Basic 5. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Amundsen, Michael. 2003. Seri Belajar Sendiri Pemrograman Data Base Tingkat
Lanjut Dengan Visual Basic 5. Yogyakarta: Penerbit
Andi. Pramono, Andi. 2004. Berkreasi Animasi dengan Macromedia Flash MX.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Sunarfihartono, Bimo. 2004. PHP dan My SQL untuk WEB. Yogyakarta:
PenerbitAndi.
PKMT-4-21-1

TEKNOLOGI PEMANFAATAN LIMBAH NANAS (Ananas comosus L.


Merr) SEBAGAI AGENSIA YANG MENINGKATKAN KUALITAS
TEMPE PADA HOME INDUSTRY TEMPE SANAN DI KOTA MALANG

Fery Dwiyanti, Mujiati, Ainaul Madriyah


Jurusan Pendidikan Biologi / Jurusan Akuntansi,
Universitas Muhammadiyah Malang, Malang

ABSTRAK
Wilayah Malang, dikenal sebagai salah satu kota penghasil tempe di Jawa Timur.
Salah satu hasil pengolahan yang banyak diproduksi dan banyak digemari adalah
jenis penganan kripik tempe. Sentra produksi tempe di Malang yang terkenal
adalah pengrajin tempe Sanan yang terletak di tengah pusat kota Malang.
Kendala yang masih dihadapi para pengrajin tempe adalah lamanya proses
pembuatan tempe yaitu berlangsung selama 72 jam. Kendala ini menyebabkan
produktivitas tempe yang dihasilkan rendah. Secara ekonomis, lambannya
produktivitas ini tentunya akan mengurangi penghasilan juga, sehingga untuk
meningkatkan produktifitas tersebut dipakai alternatif dengan menggunakan
limbah buah nanas. Selama ini pemanfaatan nanas terbatas pada daging buahnya
saja, sementara limbah nanas berupa kulit dan bonggolnya dibuang. Padahal,
kulit dan bonggol nanas tersebut masih memiliki manfaat. Salah satu manfaat
tersebut adalah kemampuannya untuk mempercepat proses fermentasi tempe.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk penanganan limbah kulit dan bonggol
nanas, pemanfaatan limbah nanas sebagai agensia yang mempercepat fermentasi
tempe, menghasilkan tempe dengan kualitas yang lebih baik, dan meningkatkan
produktifitas pengrajin tempe. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah
metode penyuluhan masyarakat dan demonstrasi dengan praktek langsung.
Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan diketahui hasil perbandingan
pembuatan tempe menggunakan perlakuan limbah nanas dengan pembuatan
tempe tradisional pada perbandingan 1:1 lama fermentasi 34,1 jam ;
perbandingan 1:2 lama fermentasi 36,77 jam ; perbandingan 1:3 lama fermentasi
40,18 jam dan tanpa penambahan limbah nanas (tempe tradisional) lama
fermentasinya 47,72 jam. Dari hasil percobaan diketahui perbandingan
pembuatan tempe dengan penambahan limbah nanas yang mempunyai waktu
fermentasi terpendek adalah 1:1 (air:limbah nanas).
Kata kunci: limbah nanas, fermentasi tempe, waktu fermentasi

PENDAHULUAN
Tempe adalah makanan asli Indonesia dihasilkan dari kedelai yang
difermentasikan. Tempe memiliki nilai mutu gizi yang lebih baik dari kedelai, hal
ini terjadi karena enzim yang dihasilkan mikro-organisme selama fermentasi
kedelai akan menimbulkan perubahan pemutusan rantai protein, lemak, dan
karbohidrat pada kedelai, sehingga dihasilkan zat baru yang tidak berbahaya bagi
kesehatan tubuh manusia. Kandungan gizi tempe mampu bersaing dengan sumber
protein yang berasal dari bahan makanan lain, seperti daging, telur dan ikan
(Anonymous, 2000).
PKMT-4-21-2

Kendala yang masih sering dihadapi para pengrajin tempe saat ini adalah
lamanya proses fermentasi, yaitu sekitar 72 jam. Fermentasi yang lama akan
menghambat produktivitas tempe. Secara ekonomis, lambannya produktivitas ini
tentunya akan mengurangi penghasilan juga, sehingga untuk meningkatkan
produktifitas tersebut dapakai alternatif dengan menggunakan bonggol buah
nanas. Selama ini pemanfaatan nanas terbatas pada daging buahnya saja,
sementara kulit dan bonggolnya dibuang. Padahal, kulit dan kulit dan bonggol
nanas tersebut masih memiliki manfaat. Salah satu manfaat tersebut adalah
kemampuannya untuk mempercepat proses fermentasi tempe (Andry. D, 2003).
Sementara ini penanganan yang dilakukan terhadap limbah hanyalah
dibuang tanpa penanganan atau perlakuan tertentu. Permasalahan yang kemudian
timbul adalah terjadinya pencemaran lingkungan terutama lingkungan rumah
tangga. Dampak pencemaran yang ditimbulkan dan berakibat pada masyarakat di
sekitarnya adalah mulai yang paling ringan yaitu bau yang menusuk hidung, gatal-
gatal pada kulit bila kontak langsung, iritasi pada kulit, kemudian bila limbah (cair
dan padat) menumpuk tanpa penanganan, akan merupakan sumber penyakit
karena pada limbah tersebut merupakan media untuk berkembang biaknya
bermacam-macam bibit penyakit.
Pemanfaatan kulit dan bonggol nanas dalam fermentasi tempe dapat
membantu untuk memecahkan masalah tersebut. Pemanfaatannya berprinsip pada
kemampuan kulit dan bonggol nanas untuk membuat suasana asam yang sesuai
bagi pertumbuhan jamur tempe. Suasana asam atau PH yang sesuai bagi
pertumbuhan jamur tempe sendiri berkisar antara 4 sampai 5 (Andry. D, 2003).
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium UMM (2004) bahwa
dengan memanfaatkan limbah kulit dan bonggol nanas dalam perendaman kedelai
dapat mempercepat proses fermentasi pada tempe. Umumnya fermentasi tempe
berlangsung selama 72 jam atau 3 hari, dengan menambahkan limbah kulit dan
bonggol nanas dalam perendaman dapat mempercepat proses fermentasi tempe
menjadi 24 jam atau 1 hari.
Masih dari hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorim UMM,
kelebihan lain dari penambahan limbah kulit dan bonggol nanas ini adalah
kandungan protein yang terkandung pada tempe menjadi lebih tinggi dari
sebelumnya karena mendapatkan tambahan nilai gizi dari limbah nanas yang
digunakan. Selain itu rasa yang dihasilkan lebih enak dan warnanya lebih
menarik. Hal ini dikarenakan pada fermentasi yang optimal, metabolisme jamur
tempe akan meningkat sehingga proses akan berlangsung lebih cepat dan kualitas
tempe yang dihasilkan juga lebih baik (www.iptek.com).
Berangkat dari permasalahan tersebut, kami berkeinginan agar Teknologi
Pemanfaatan Limbah Nanas (Ananas comosus L. Merr) Sebagai Agensia Yang
Meningkatkan Kualitas Tempe ini dapat dimanfaatkan secara luas oleh
masyarakat dan membantu meningkatkan produktifitas pembuatan tempe.
Oleh karena itu kegiatan penerapan IPTEK ini dengan tujuan dapat
meningkatkan kualitas tempe dengan penambahan limbah kulit dan bonggol nanas
sehingga mempunyai nilai tambah bagi masyarakat khususnya para pengusaha
tempe.
PKMT-4-21-3

Rumusan Masalah
Pada proses pengolahan tempe, fermentasi jamur pada tempe umumnya
berlangsung selama 72 jam. Setelah dilakukan penelitian ternyata dengan
memanfaatkan limbah kulit dan bonggol nanas dapat lebih mempercepat proses
fermentasi tempe menjadi 24 jam. Selama ini limbah kulit dan bonggol nanas
tidak digunakan lagi dan dibuang begitu saja dan justru menimbulkan
permasalahan baru yaitu pencemaran lingkungan.
Menurut Andry,D (2003), menyatakan bahwa kulit dan kulit dan bonggol
nanas tersebut masih memiliki manfaat. Salah satu manfaat tersebut adalah
kemampuannya untuk mempercepat proses fermentasi tempe. Pemanfaatannya
berprinsip pada kemampuan kulit dan bonggol nanas untuk membuat suasana
asam yang sesuai bagi pertumbuhan jamur tempe. Suasana asam atau pH yang
sesuai bagi pertumbuhan jamur tempe sendiri berkisar antar 4 sampai 5.
Dari asumsi-asumsi yang telah disebut di atas maka lingkup permasalahan
yang ingin dipecahkan adalah :
Bagaimanakah pemanfaatan Pemanfaatan Limbah Nanas (Ananas
comosus L. Merr) Sebagai Agensia Yang Meningkatkan Kualitas Tempe
pada Home Industry Tempe Sanan Di Kota Malang?

Tujuan Kegiatan

Penanganan limbah kulit dan kulit dan bonggol nanas.


Pemanfaatan limbah nanas sebagai agensia yang mempercepat fermentasi
tempe.
Menghasilkan tempe dengan kualitas yang lebih baik.
Meningkatkan produktifitas pengrajin tempe.

Manfaat Kegiatan

Aspek ekonomi :
Limbah padat yang berupa kulit dan bonggol nanas dapat dimanfaatkan
dalam perendaman kedelai dalam pembuatan tempe yang berfungsi
mempercepat proses fermentasi sehingga produktifitas pembuatan tempe
dapat lebih meningkat dan hal ini dapat menambah pendapatan
masyarakat.
Tempe yang dihasilkan mempunyai kualitas yang lebih baik dari segi
kandungan nilai gizinya serta mempunyai warna dan rasa yang lebih
menarik.

Aspek IPTEK
Inovasi penerapan teknologi tepat guna dengan menggunakan teknologi
pemanfaatan pengolahan limbah yang sederhana dengan biaya rendah, dan
hasil semaksimal mungkin.

METODE PENDEKATAN
Metode yang dipakai dalam pelaksanaan Program Kreativitas Mahasiswa
Penerapan Teknologi (PKMT) menggunakan metodologi penyuluhan kepada
masyarakat dan kemudian dilanjutkan dengan melakukan demonstrasi atau
PKMT-4-21-4

peragaan langsung kepada masyarakat. Metode penyuluhan masyarakat dan


demontrasi secara langsung ini dilakukan dengan diawali dengan melakukan
percobaan pendahuluan terhadap teknologi pemanfaatan limbah nanas (Ananas
Comosus L. Merr) sebagai agensia yang meningkatkan kualitas tempe. Percobaan
pendahuluan dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Muhammadiyah
Malang dengan tujuan agar ketika disosialisasikan kepada masyarakat, hasilnya
sesuai dengan prosedur dan metode yang telah ditentukan.
Program ini diorientasikan pada pemanfaatan limbah nanas (Ananas
Comosus L. Merr) sebagai agensia yang meningkatkan kualitas tempe, adapun
kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut antara lain memberikan
penjelasan tentang limbah, keberadaannya, bahayanya, dan nilai ekonomisnya bila
diolah atau dimanfaatkan, penjelasan tentang zat-zat yang masih terdapat pada
limbah kulit dan bonggol nanas, penjelasan tentang manfaat penambahan limbah
kulit dan bonggol nanas yang mempercepat fermentasi dalam pembuatan tempe,
penjelasan dari segi ekonomi, dari proses fermentasi yang lebih cepat
meningkatkan produktifitas pembuatan tempe, penjelasan cara-cara pengolahan
limbah kulit dan bonggol nanas, untuk dimanfaatkan dalam perendaman tempe
yang mempercepat proses fermentasi. Demonstrasi yang dilakukan meliputi cara
pembuatan ekstrak kulit dan ekstrak bonggol nanas (Ananas comosus L. Merr)
serta langkah kerja pembuatan tempe.
Sosialisasi teknologi pemanfaatan limbah nanas (Ananas comosus L.
Merr) sebagai agensia yang meningkatkan kualitas tempe pada home industry
tempe Sanan di Kota Malang dilakukan selama empat bulan terhitung mulai bulan
Maret sampai dengan Juni 2006.
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam teknologi pemanfaatan
limbah nanas (Ananas comosus L. Merr) sebagai agensia yang meningkatkan
kualitas tempe antara lain:
Alat:
Alat yang digunakan dalam teknologi pemanfaatan limbah nanas (Ananas
comosus L. Merr) sebagai agensia yang meningkatkan kualitas tempe adalah:
1. Tampah kecil
2. Ember kecil
3. Keranjang
4. Rak bambu
5. Cetakan
6. Pengaduk kayu
7. Dandang
8. Sewa kompor gas
9. Daun pisang atau plastik

Bahan:
Bahan yang digunakan dalam teknologi pemanfaatan limbah nanas (Ananas
comosus L. Merr) sebagai agensia yang meningkatkan kualitas tempe adalah:
1. Kedelai
2. Ragi tempe
3. Kulit dan bonggol nanas
PKMT-4-21-5

Metode pengolahan
Pelaksanaan program kreativitas mahasiswa penerapan teknologi, dalam
pembuatan tempe dengan menambahkan limbah nanas dilakukan percobaan
pendahuluan sebanyak tiga kali untuk mendapatkan perbandingan penambahan
antara air dengan limbah nanas sehingga dapat mempercepat proses fermentasi
pada tempe. Andry (2003), suasana asam atau pH yang sesuai bagi pertumbuhan
jamur tempe sendiri berkisar antara 4 sampai 5. Bila direndam dengan air biasa
seperti yang dilakukan banyak pengrajin tempe sekarang, pH hanya turun hingga
6,5. Karena keasaman tersebut tidak sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan jamur
tempe, maka fermentasi pun berlangsung lama. Adapun pengolahan teknologi
pemanfaatan limbah nanas (Ananas comosus L. Merr) sebagai agensia yang
meningkatkan kualitas tempe adalah sebagai berikut:
a. Memotong kecil-kecil limbah nanas berupa kulit dan bonggol nanas
b. Memblender limbah nanas dan air dengan perbandingan 1:1 hingga halus
c. Menyaring limbah nanas dan mengambil sarinya
d. Merebus sari limbah nanas sampai mendidih
e. Mengangkat sari limbah nanas yang sudah mendidih
f. Merendam kedelai dalam sari limbah nanas yang sudah mendidih tadi
selama 1x24 jam
g. Mencuci dan membersihkan kulit kedelai setelah direndam semalam tadi
sampai benar-benar bersih
h. Mengukus kedelai kupasan bersih selama 30 menit
i. Mendinginkan dan meniriskan kedelai
j. Memberi ragi pada kedelai dengan perbandingan 1 kg kedelai : 4 sdm
(sendok makan) ragi tempe
k. Meratakan ragi pada kedelai dengan diremas-remas
l. Mengemas kedelai dengan daun pisang atau plastik
m. Memeram tempe kedelai selama 1x24 jam
n. Tempe siap dikonsumsi

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pemanfaatan Limbah Nanas Dalam Membantu Mempercepat Proses
Fermentasi Tempe.
Bagian utama yang bernilai ekonomis penting dari tanaman nanas adalah
buahnya. Buah nanas selain dikonsumsi segar juga diolah menjadi berbagai
macam makanan dan minuman, seperti selai, buah dalam sirup dan lain-lain. Rasa
buah nanas manis sampai agak masam segar, sehingga disukai masyarakat luas.
Disamping itu, buah nanas mengandung gizi cukup tinggi dan lengkap. Buah
nanas mengandung enzim bromealin, (enzim protease yang dapat menghidrolisa
protein, protease atau peptida), sehingga dapat digunakan untuk melunakkan
daging. Enzim ini sering pula dimanfaatkan sebagai alat kontrasepsi keluarga
berencana (Warintek-Progessio). Selain itu enzim bromealin juga berfungsi untuk
melarutkan lendir yang sangat kental pada kedelai yang berasal dari kupasan kulit
kedelai.
Selama ini pemanfaatan nanas terbatas pada daging buahnya saja,
sementara limbah nanas yang meliputi kulit dan bonggolnya dibuang. Padahal
limbah nanas tersebut masih mempunyai manfaat. Salah satu manfaat tersebut
PKMT-4-21-6

adalah kemampuannya untuk mempercepat proses fermentasi tempe.


Pemanfaatannya berprinsip pada kemampuan limbah nanas untuk membuat
suasana asam yang sesuai bagi pertumbuhan jamur tempe. Suasana asam atau pH
yang sesuai bagi pertumbuhan jamur tempe sendiri berkisar antara 4 sampai 5.
Bila direndam dengan air biasa seperti yang dilakukan banyak pengrajin tempe
sekarang, pH hanya turun hingga 6,5. Karena keasaman tersebut tidak sesuai
dengan kondisi yang dibutuhkan jamur tempe, maka fermentasi pun berlangsung
lama (Andry, 2003).
Limbah nanas pemanfaatannya dalam mempercepat fermentasi tempe,
digunakan pada saat perendaman kedelai. Perendaman kedelai dalam pembuatan
tempe secara tradisional hanya menggunakan air biasa. Untuk membantu
mempercepat fermentasi tempe, air rendaman kedelai digantikan dengan
menggunakan air hasil sari limbah nanas. Adapun hasil perbandingan perlakuan
tempe dengan tambahan limbah nanas dan tempe tradisional adalah sebagai
berikut:

Perlakuan Perbandingan Waktu Fermentasi


Air : Limbah nanas 1:1 34,1 jam
Air : Limbah nanas 1:2 36,77 jam
Air : Limbah nanas 1:3 40,18 jam
Kontrol dengan air - 47,72 jam

Hasil blenderan kulit atau bonggol nanas tersebut masih perlu


ditambahkan air lagi agar tidak terlalu asam. Perbandingan air yang ditambahkan
dengan jumlah ekstrak kulit atau bonggol nanas berperan penting. Hal ini
disebabkan ekstrak tersebut akan menentukan tingkat keasaman air rendamannya.
Bila air terlalu banyak, pH justru akan mendekati netral. Sebaliknya, bila ekstrak
kulit atau bonggol terlalu banyak maka air rendaman akan sangat asam. Kondisi
yang terlalu asam atau mendekati netral ini justru akan menghambat aktivitas
jamur tempe (Andry, 2003).

Perbedaan Nilai Gizi Yang Terkandung Dalam Tempe Tradisional dan


Tempe Hasil Percepatan Fermentasi dengan Memanfaatkan Limbah Nanas.
Setelah dilakukan kegiatan penelitian mengenai penambahan limbah nanas
sebagai agensia yang dapat mempercepat fermentasi tempe dan dilakukan
pengujian terhadap kandungan protein yang terkandung di dalamnya, maka
didapatkan data sebagai berikut:

Perbandingan Kandungan Zat Gizi Tempe Kedelai Tradisional dengan Tempe


Kedelai Menggunakan Tambahan Limbah Nanas.

Tempe Kedelai Tempe Kedelai


No Zat Gizi
Tradisional Tambahan Limbah Nanas
1 Energi 149,0 kalori 149,0 kalori
2 Air 64,0 gram 64,0 gram
3 Protein 18,3 gram 20,69 gram
4 Lemak 4,0 gram 4,0 gram
5 Karbohidrat 12,7 gram 12,7 gram
PKMT-4-21-7

6 Serat - - - -
7 Abu 1,0 gram 1,0 gram
8 Kalsium 129,0 mg 129,0 mg
9 Besi 10,0 mg 10,0 mg
10 Vitamin B1 0,17 mg 0,17 mg
11 Vitamin B2 - - - -

Menurut Santoso (1993) tempe semakin digemari orang bukan hanya


rasanya yang gurih dan lezat, juga karena memang sarat gizi. Kadar protein dalam
tempe adalah 18,3 gram per 100 gram tempe merupakan alternatif sumber protein
nabati, yang kini semakin populer dalam gaya hidup manusia modern.
Sedangkan kadar protein yang dikandung dalam tempe hasil percepatan
fermentasi dengan limbah nanas adalah 20,69 gram dalam setiap 100 gram tempe.
Atau dapat dikatakan mengalami kenaikan kadar protein sebesar 2,39 gram dalam
setiap 100 gram tempe.
Penambahan limbah nanas pada saat perendaman kedelai tidak akan
menurunkan kandungan protein tempe karena pada pH 3-6 pada umumnya protein
nabati akan sukar larut. Sedangkan kandungan gizi bahan yang lain pada tempe
dengan penambahan limbah nanas tidak jauh berbeda dengan tempe yang dibuat
secara tradisional.

Keunggulan Tempe Dari Hasil Percepatan Fermentasi dengan


Memanfaatkan Limbah Nanas.
Tempe merupakan hasil proses fermentasi, dalam kegiatan itu selalu
terlibat tiga faktor pendukung yaitu bahan baku yang diurai (kedelai),
mikroorganisme yang berupa kapang Rhizopus. sp dan keadaan lingkungan
tumbuh yaitu suhu 30 0C, pH 4-5 dan kelembaban 70-80 % (Sarwono, 2004). Bila
direndam dengan air biasa, maka pH hanya turun 6,5. Karena keasaman tersebut
tidak sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan jamur tempe maka proses fermentasi
berlangsung lama. pH limbah nanas adalah 3,5, pH ini terlalu asam sehingga perlu
ditambahkan air dengan perbandingan 100 ml ekstrak dan 100 ml air (1:1) akan
menghasilkan pH 4,5. hal ini didukung oleh Andry (2003), yang menyatakan
bahwa kondisi yang terlalu asam atau mendekati netral bisa memperlambat
aktifitas jamur tempe, sedangkan kondisi yang sesuai bagi pertumbuhan jamur
tempe adalah 4-5. Limbah nanas yang mengandung enzim bromealin akan lebih
cepat melunakkan kedelai sehingga protein dapat terurai dengan mudah.
Penambahan limbah nanas pada perendaman kedelai terbukti lebih mempercepat
fermentasi tempe dibanding perlakuan biasa tanpa penambahan limbah nanas.
Penambahan limbah nanas pada saat perendaman kedelai tidak akan
menurunkan kandungan protein tempe karena pada pH 3-6 pada umumnya protein
nabati akan sukar larut. Selain itu selama proses proses fermentasi, jamur
Rhyzopus oligosporus mensintesi enzim pemecah protein yaitu protease lebih
banyak. Apabila kondisi pemeraman sesuai, maka miselium kapang akan tumbuh
dan mengeluarkan enzim protease, lipase, dan amylase kelingkungan sekitarnya.
Enzim-enzim tersebut akan menguraikan protein, lemak dan amylase karbohidrat
yang terdapat pada kepingan-kepingan biji kedelai menjadi senyawa yang lebih
sederhana. Enzim proteolitik akan menguraikan protein, aktivitas enzim ini bisa
meningkatkan protein yang larut dalam air akibat perendaman (Karmini, 2001).
PKMT-4-21-8

Secara organoleptik, tempe yang dihasilkan dengan penambahan limbah


nanas akan memiliki rasa, warna, aroma, dan kandungan protein tempe yang lebih
baik. Warna tempe akan lebih putih seperti kapas, warna ini terbentuk karena
adanya miselium dari kapang yang tumnbuh mengelilingi setiap kepingan biji
kedelai dan bisa membuat tempe menjadi satu kesatuan yang kompak. Dengan
adanya proses fermentasi kedelai yang dibuat tempe rasanya menjadi lebih enak
dan nutrisinya lebih mudah dicerna tubuh dibanding kedelai yang dimakan tanpa
mengalami fermentasi. Keuntungan lain dengan dibuat tempe adalah bau
langunya hilang, serta cita rasa dan aroma kedelai bertambah sedap, tempe segar
akan tampak padat, apabila dipegang terasa kenyal atau agak keras dan warnanya
putih bersih. Kepingan-kepingan kedelai rata, sama besar dan tampak rapat satu
dengan yang lainnya (Sarwono, 2004).

Mensosialisasikan teknologi pemanfaatan limbah nanas sebagai agensia


untuk mempercepat fermentasi tempe.
Berdasarkan kondisi pada tempat penelitian maka digunakan metode
penyuluhan kepada masyarakat dengan mengembangkan model kooperatif, yaitu
dengan kerjasama (kooperatif) dan melibatkan partisipasi dari instansi terkait
(pemerintah), perguruan tinggi, dan lembaga-lembaga lokal non pemerintah
sehingga diharapkan mampu menggerakkan masyarakat sebagai usaha untuk
menyebarkan informasi pemanfaatan limbah nanas sebagai agensia untuk
mempercepat fermentasi tempe sebagai upaya peningkatan produktifitas tempe
dan perekonomian masyarakat. Tujuan diarahkan pada pemberdayaan masyarakat
pada pemanfaatan limbah nanas sebagai agensia untuk mempercepat fermentasi,
serta penginformasian nilai gizi yang terkandung dalam tempe hasil percepatan
fermentasi dengan memanfaatkan limbah nanas.
Pengembangan model kooperatif parsitipatif digunakan sebagai strategi
melibatkan berbagai pihak yang terkait dalam upaya memberdayakan masyarakat
dalam pemanfaatan limbah nanas sebagai agensia untuk mempercepat fermentasi
tempe. Melihat kondisi di masyarakat yang masih memiliki keterbatasan dalam
teknologi, kemandirian, pengetahuan dan ketrampilan sehingga menyebabkan
terhambatnya kemajuan dalam teknologi. Teknologi sangat dibutuhkan dalam
upaya peningkatan produktivitas tempe, didukung pula oleh kemandirian serta
pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh pengrajin tempe. Sehingga dapat
memanfaatkan potensi sumber hayati untuk bahan pembuatan tempe yaitu kedelai,
memenuhi permintaan konsumen akan kebutuhan tempe, serta upaya penanganan
limbah dan juga dukungan dari pemerintah dan non pemerintah. Dukungan dari
pemerintah dan juga lembaga-lembaga non pemerintah tidak hanya terbatas pada
pemberian modal usaha tetapi juga solusi atas permasalahan ynag dihadapi para
pengrajin tempe. Lembaga-lembaga non pemerintah terutama dapat langsung
mensosialisasikan pemanfaatan limbah nanas untuk mempercepat fermentasi
tempe. Lembaga ini dapat mengadakan berbagai macam penyuluhan ataupun
tinjauan langsung ke lapang sehingga dapat mengetahui dan membantu
memecahkan kendala yang dihadapi para pengrajin tempe secara langsung.
Setelah pengrajin tempe telah mengetahui dan menguasai pemanfaatan
limbah nanas dapat mempercepat fermentasi tempe, diharapkan adanya
peningkatan produktivitas tempe sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen
akan tempe, peningkatan mutu gizi kandungan tempe yang lebih baik
PKMT-4-21-9

dibandingkan dengan tempe tradisional, memanfaatkan teknologi pemanfaatan


limbah nanas sehingga masih dapat bermanfaat di bidang lain dan juga
mempunyai nilai jual, dan juga peningkatan pendapatan masyarakat pengrajin
tempe.
Pengembangan model kooperatif parsitipatif berupaya memadukan
partisipasi berbagai instansi terkait dan potensi yang ada, bersama-sama
melakukan kerja dengan materi, metode, yang sesuai analisis kebutuhan (need
assesment). Dengan demikian diharapkan pengembangan model dan materi yang
diberikan dapat diterima, dipahami, diimplementasikan di masyarakat. Dengan
pendampingan, konsultasi dan pemantauan yang terus menerus, diharapkan secara
bertahap dan berkesinambungan akan dapat menuju pada tercapainya
pemberdayaan pada pemanfaatan limbah nanas sebagai agensia untuk
mempercepat fermentasi tempe.

KESIMPULAN
Tempe adalah makanan asli Indonesia dihasilkan dari kedelai yang
difermentasikan. Tempe memiliki nilai mutu gizi yang lebih baik dari kedelai, hal
ini terjadi karena enzim yang dihasilkan mikro-organisme selama fermentasi
kedelai akan menimbulkan perubahan pemutusan rantai protein, lemak, dan
karbohidrat pada kedelai, sehingga dihasilkan zat baru yang tidak berbahaya bagi
kesehatan tubuh manusia.
Kendala yang dihadapi para pengrajin tempe adalah lamanya waktu
fermentasi berkisar selama 3 hari atau 72 jam. Waktu fermentasi yang lama ini
dapat menghambat produktifitas pengrajin tempe. Jika waktu fermentasi dapat
dipercepat maka dapat mengatasi masalah ini. Dengan memanfaatkan limbah
nanas dalam pembuatan tempe maka waktu fermentasi dapat dipercepat menjadi
kurang lebih 34 jam.
Teknologi ini belum banyak diketahui oleh pengrajin tempe, sehingga perlu
adanya sosialisasi. Metode yang digunakan untuk mensosialisasikan teknologi
pemanfaatan limbah nanas sebagai agensia untuk mempercepat fermentasi tempe
adalah menggunakan penyuluhan masyarakat dan melakukan demonstrasi atau
praktek langsung mengenai pembuatan tempe dengan menambahkan limbah
nanas. Penyuluhan masyarakat dilakukan dengan dengan kerjasama (kooperatif)
dan melibatkan partisipasi dari instansi terkait (pemerintah), perguruan tinggi, dan
lembaga-lembaga lokal non pemerintah sehingga diharapkan mampu
menggerakkan masyarakat sebagai usaha untuk menyebarkan informasi teknologi
pemanfaatan limbah nanas sebagai agensia untuk mempercepat fermentasi tempe.

DAFTAR PUSTAKA
Afrianti. H, 2002. Keunggulan Makanan Fermentasi. Institut Teknologi Bandung.
Bandung.
Anonymous, 2000. Jangan Anggap Sepele Tempe. www.clickwok.com
Anonymous, 2003. Tempe Makanan Populer dan Bergizi Tinggi.
Warintek@progresio.or.id.
Anonymous, 2001. Kedelai. warintek@progessio.or.id
Anonymous, 2006. Tempe. http/id.wikipedia.org.
Andry. D, 2003. Manfaat Limbah Nanas dalam Pembuatan Tempe. UPM PASTI
Universitas Atmajaya. Bandung.
PKMT-4-21-10

Astawan. M, 2003. Tempe Anti Oksidan dan Antibiotika. www.pkpu.or.id


Bambang, 1989. Teknik Analisa Bahan Pangan. Univ. Pasundan. Bandung.
Buckle. A. dkk, 1987. Ilmu Pangan. UI Press. Jakarta.
Dwidjoseputro, 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.
Hermana, 1985. Bertanam Kedelai. Kanisius. Yogyakarta.
Kartika, 1987. Teknik Pengujian Bahan Pangan. Erlangga. Jakarta.
Lehninger, 1988. Dasar-dasar Biokimia I. Erlangga. Jakarta.
Marsetyo, 1991.Statistika. UI Press. Jakarta.
Pelezar dan Chan, 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi I. UI Press. Jakarta.
Poedjiadi. Anna, 1994. Dasar-dasar Biokimia. UI Press. Jakarta.
Rahman. A, 1992. Teknologi Fermentasi. Arcan. Jakarta.
Rofieq. A, 2001. Metodologi Penelitian. UMM Press. Malang.
Rukmana. dkk, 1996. Kedelai Budidaya Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta.
Karmini. M, 2001. Aktifitas Enzim Hidrolitik Kapang Rhizopus sp pada Proses
Fermentasi Tempe. Badan Litbang Kesehatan. Digilib.litbang.depkes.go.id
Mita dan Astawan, 1994. Pembuatan Tempe dan Tahu Kedelai. Kanisius.
Yogyakarta.
Santoso, 1998. Manisan Nanas. Kanisius. Yogyakarta.
Santoso. B, 1993. Pembuatan tempe dan tahu Kedelai. Kanisius. Yogyakarta.
Sudjana, 1997. Dasar-Dasar Statistika. Transito. Bandung.
PKMT-4-22-1

MOBIL ROBOT PEL LANTAI BERBASIS MIKROKONTROLER


AT89S51

Muhammad Iqbal Nugraha dan Zanu Saputra


Politeknik Manufaktur Timah,

ABSTRAK

Kata kunci:
PKMT-4-23-1

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PENEPUNG IKAN

Hadi Waluyo
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta

ABSTRAK

Kata kunci:
PKMT-5-1-1

APLIKASI MESIN GRAVITASI SEBAGAI SUMBER ENERGI


TAK TERBATAS UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK
RUMAH TANGGA

M Adek Nursyawal, Rino Antoni, A Kasmir, A Topan, LS Karlina


PS Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang

ABSTRAK:
Kebutuhan manusia terhadap energi meningkat, sedangkan ketersediaannya
semakin terbatas. Untuk mengatasi hal ini diperlukan pemanfaatan sumber energi
alternatif. Gravitasi bumi dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi yang
jumlahnya tak terbatas. Pemanfaatan ini memerlukan rekayasa teknologi yang
diwujudkan menjadi suatu mesin sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai
kebutuhan. Dengan merancang bangun dan pengujian dapat diperoleh mesin
gravitasi yang dapat mengkonversikan energi rotasi menjadi energi listrik.
Energi listrik yang dihasilkan memungkikan untuk disimpan sehigga dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi yang cukup membantu memenuhi kebutuhan
listrik rumah tangga.

Kata kunci: sumber energi, gaya gravitasi , energi gerak, energi listrik.

PENDAHULUAN
Dalam upaya pemanfaatan sumber terbaharui terdapat berbagai kendala
seperti ketersediaanya hanya di tempat tertentu, ketergantungan terhadap musim
dan cuaca, biaya investasi dan operasional yang mahal serta pengelolaan yang
membutuhkan teknologi tinggi dan lain-lain. Untuk itu dirasa perlu diadakan
upaya lain guna mendapatkan sumber energi terbaharui yang lebih praktis,
efisien, murah, tersedia setiap saat di semua tempat sehingga dapat dimanfaatkan
oleh siapa saja.
Gaya gravitasi dapat dimanfaatkan sebagai alternatif sumber energi yang
memenuhi kriteria diatas. Dengan rancangan teknologi, gaya ini dapat
dimanfaatkan menjadi energi untuk berbagai keperluan mengingat
ketersediaannya yang tak terbatas dan besarnya dapat diatur dengan sistem
rekayasa teknologi sehingga diperoleh sumber energi yang murah dan tak terbatas.
Mesin gravitasi merupakan salah satu alat yang dapat memanfaatkan gaya
gravitasi untuk dikonversi menjadi energi gerak.
Melalui kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa Teknologi (PKMT)
yang dilakukan ini diharapkan dapat tercipta suatu mesin yang mampu
menghasilkan energi tak terbatas dan dapat dikonversikan ke dalam bentuk energi
listrik Dengan perancangan dan pembuatan mesin gravitasi yang mampu
mengkonversi energi mekanik menjadi energi listrik, kebutuhan energi untuk
jangka waktu tertentu dapat terpenuhi (jika disimpan terlebih dahulu [cukup untuk
membantu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga]).
Gravitasi bumi merupakan suatu gaya tarik yang menyebabkan setiap
benda dengan masa tertentu jatuh ke bawah. Gaya gravitasi ini berlaku pada
seluruh permukaan bumi dan arahnya menuju pusat bumi. Akibat dari gravitasi
bumi menimbulkan percepatan pada setiap benda yang besarnya adalah 9,8 m/s2.
Besarnya percepatan ini berlaku pada setiap benda yang ada di permukaan bumi.
PKMT-5-1-2

Dari pengujian dalam ruang hampa batu dan kertas yang memiliki masa
berbeda jatuh ke bawah dengan waktu tempuh yang sama. Hal ini menunjukkan
bahwa percepatan gravitasi berlaku untuk setiap benda dan besarnya sama tidak
bergantung pada masa benda. Jadi tujuan dilakukan pengujian dalam ruang hampa
udara adalah untuk menghilangkan gaya hambat udara terhadap benda yang
memiliki permukaan besar (dalam hal ini adalah kertas). Setiap benda di
permukaan bumi memiliki berat yang besarnya dipengaruhi oleh massa benda dan
percepatan gravitasi. Secara matematis ditulis pada persamaan berikut:
w=m.g
Berat benda akibat pengaruh dari gravitasi bumi besarnya berbeda-beda
yaitu bergantung pada massa benda. Hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan
sehari-hari yaitu bila kita mengangkat batu membutuhkan tenaga yang lebih besar
daripada mengangkat sehelai kertas. Ini terjadi karena kedua benda tersebut
memiliki massa yang berbeda dan dipengaruhi percepatan gravitasi yang sama.
Setiap benda memiliki massa yang tetap yang berlaku di setiap tempat . Seperti
halnya batu dengan massa 1 kg dipermukaan bumi, massanya akan tetap 1 kg
dipermukan bulan. Tetapi berat batu tersebut di permukaan bumi akan berbeda
dengan beratnya di permukaan bulan karena percepatan gravitasi bumi dengan
bulan besarnya berbeda.
Pada dasarnya mesin gravitasi terdiri dari dua buah lengan dengan
pemberat yang diganggu keseimbangannya, sehingga akibat adanya gaya gravitasi
bumi lengan ini akan menghasilkan rotasi. Gaya gravitasi bumi arahnya selalu
menuju pusat bumi dan sifatnya mempengaruhi setiap benda di bumi. Percepatan
gravitasi besarnya adalah 9,8 m/s2. Besarnya gaya yang dialami oleh suatu benda
akibat pengaruh percepatan gravitasi bumi bergantung kepada massa benda
tersebut. Dengan menggunakan dasar diatas dan rekayasa teknologi dapat
dirancang suatu mesin gravitasi dengan daya yang dapat diatur sehingga dapat
dimanfaatkan sesuai keperluan, yaitu dengan terlebih dahulu mengubah energi
mekanik yang dihasilkan oleh lengan-lengan berbeban tersebut menjadi energi
listrik dengan menggunakan generator.
Dalam merancang dan membuat suatu mesin gravitasi diperlukan analisa
dan serangkaian percobaan dengan berbagai variasi parameter dan bentuk sistem
agar diperoleh hasil yang maksimal. Dengan kata lain diperlukan analisa bidang
ilmu yang berkaitan serta penggunaan bahan yang tepat guna menciptakan mesin
yang handal . Bidang ilmu yang berkaitan guna pengembangan ini seperti fisika
mekanik serta elektromekanikal sangat memegang peranan penting apabila
nantinya energi yang dihasilkan akan dikonversi menjadi energi listrik .
Manfaat dari kegiatan ini yaitu dengan perancangan dan pembuatan mesin
gravitasi, dapat tercipta prototype mesin yang efisien dan handal sehingga dapat
dikembangkan pada tahap selanjutnya dengan skala pemanfaatan energi dari
gravitasi bumi yang lebih besar. Melalui kegiatan ini pengembangan kreatifitas
mahasiswa dapat terarahkan terutama menyangkut disiplin ilmu yang berkaitan
PKMT-5-1-3

METODE PENDEKATAN
Kegiatan PKMT dilakukan berdasarkan diagram alir pada Gambar 1.

Mulai

Perumusan Masalah :
- Tujuan Kegiatan
- Ruang Lingkup Kegiatan
- Batasan Masalah Kegiatan

Identifikasi Malasah

Spesifikasi dari sistem untuk mencapai persyaratan Beban


fungsional yang ingin dicapai :
- Akses internet dan studi literatur
- Melakukan diskusi tim dan dengan teman mahasiswa Tambahan
lain dari ahli

Perancangan Model

Konsep
Perancangan Sistem
- Mekanis
- Elektris

Perumusan Model
Penetapan sistem yang akan dibuat dengan
mempertimbangkan segi tenis dan ekonomis serta
kemudahan.
- Pemilihan komponen yang akan digunakan
- Ukuran
- Verifikasi dan kapasitas

Validasi Model

Tidak
Model
Valid?

Ya

A
PKMT-5-1-4

Pembelian Bahan dan Peralatan

Pembuatan/modifikasi

Uji Kelayakan

Tidak
Layak?

Ya

Pengujian

Analisa Hasil Rancangan

Implementasi

Selesai

Gambar 1. Diagram alir perancangan mesin gravitasi

PKMT ini terinspirasi dari sebuah iklan di internet yang menyinggung


tentang mesin yang mampu menyediakan sumber energi tak terbatas. Rahasia dari
sumber energi tersebut ternyata adalah penggunaan dari gaya gravitasi yang
terungkap setelah melihat beberapa referensi.
Pada awalnya mesin gravitasi yang dibuat adalah tiruan dari model yang
ada di internet berupa iklan, dan referensi yang diperoleh hanya berupa model
alat. Kemudian model ini dikembangkan dengan merumuskan rancangan berupa
rancangan mekanis dan elektris. Rancangan mekanis berupa lenganlengan
berbeban, poros, roda gigi dan konstruksinya. Sedangkan rancangan elektris
berupa generator, penyearah, dan baterai.
Untuk membuat model/prototype mesin gravitasi dipilih komponen yang
mudah untuk dimodifikasi hingga diperoleh prototype yang sesuai dengan yang
diharapkan serta murah. Dalam hal ini prototype terbuat dari kayu dan bahan
PKMT-5-1-5

logam. Komponen yang terbuat dari kayu adalah lenganlengan, tiang penyangga,
dan poros. Sedangkan untuk beban dan roda gigi terbuat dari logam.

Dalam perancangan model ada tiga prototype yang dirancang dan diuji, yaitu :
Model I, berupa kincir dengan 4 lengan

Gambar 2. Model I, referensi internet

Model ini memiliki torka yang besar, tetapi ukurannya besar, gaduh,
dan efisiensi kecil.
Model II, berupa segi delapan yang diberi bola pada setiap sudutnya

Gambar 3. Model II

Model ini memiliki torka dan kecepatan kecil, sedangkan untuk


mendapatkan daya yang besar diperlukan ukuran yang lebih besar (kurang
efisien). Tetapi model ini, mempunyai kelebihan dapat berotasi penuh.

Model III, berupa gambar berikut :


PKMT-5-1-6

Gambar 4. Proptotype Mesin Gravitasi

Model ini dipilih dan kemudian dikembangkan dengan penggantian


konstruksi dari bahan logam (agar mesin lebih kokoh, permanen, dan mengurangi
losses) sehingga efisiensi mesin ini lebih maksimal.
Mesin gravitasi akan berputar sampai diperolehnya kesetimbangan
(berhenti). Agar mesin terus berputar maka perlu diberikan suatu gaya yang dapat
mengganggu perolehan kesetimbangan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan
merancang suatu sistem elektromekanik yang berfungsi sebagai penahan dan
pendorong.

(a) (b)
Gambar 5. (a) Koil induksi; (b) sistem penahan

Gambar 5a menunjukkan rangkaian pendorong yang digunakan untuk mesin


gravitasi. Prinsip rangkaian pendorong adalah dengan menggunakan suatu koil
yang diberi masukan tegangan dc dari baterai yang dapat menggerakkan tuas
pendorong lengan mesin gravitasi. Tegangan keluaran koil akan dikembalikan lagi
ke baterai melalui dioda dan kapasitor, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada
pemakaian energi disini. Gambar 5b menunjukkan sistem penahan pada mesin
gravitasi. Penahan ini bekerja untuk menahan salah satu beban lengan dalam
waktu sesaat sedemikian rupa sehingga lengan yang lain akan mendorong lengan
yang tertahan tersebut, maka ketidaksetimbangan terjadi.
Ada beberapa pengujian untuk melihat unjuk kerja dari produk rancangan.
Pengujian yang akan dilakukan mengacu pada proses-proses di bawah ini:
1. Pengukuran arus dan tegangan keluaran generator mesin gravitasi
Pada pengujian ini, lengan mesin gravitasi diberi pemberat sebesar 2 kg,
satu lengan terdiri dari dua pemberat, sehingga setiap lengan memiliki beban 4
kg. Kemudian lengan tersebut diberi ketidakseimbangan, sehingga dengan
pengaruh dari gravitasi bumi ditambah pengaruh massa dari pemberat pada
PKMT-5-1-7

lengan-lengan tersebut akan berputar hingga lengan tersebut mencapai titik


keseimbangannya kembali. Dari pengujian ini akan diperoleh sebarapa lama
lengan tersebut berotasi dan berapa putaran yang dihasilkannya. Dalam proses
lengan tersebut berputar, akan diukur tegangan dan arus yang dihasilkan dari
putaran tersebut, sebagai akibat konversi energi kinetik dari perputaran lengan
menjadi energi listrik dengan bantuan generator. Sehingga, dari pengukuran
ini kemudian akan diperoleh daya yang dihasilkannya melalui perhitungan
daya (3).

2. Pengujian koil induksi


Pengujian ini dilakukan untuk melihat kekuatan tarik koil induksi yang
dibuat sehingga dapat digunakan untuk menarik tuas pendorong mesin
gravitasi dan mengukur besarnya arus dan tegangan keluaran dari koil.
Komponen koil induksi terdiri dari dua buah belitan yang memiliki inti besi,
yang jika diberi arus, belitan ini akan menghasilkan arus induksi yang
berfungsi sebagai medan magnet. Arus yang dialiri pada koil induksi ini tidak
kontinu adanya, keberadaannya tergantung pada switch yang dipasang
sebelum belitan. Switch ini diatur dengan menggunakan kontak, yang
dipasang dekat flywheel pada mesin gravitasi, pada suatu kedudukan tertentu,
kontak ini akan menyebabkan medan magnet yang ditimbulkan koil hanya
pada posisi tertentu saja. Pengukuran tegangan koil dimaksudkan untuk
melihat tegangan keluaran koil yang nantinya dapat disalurkan kembali ke
baterai.

Gambar 6. Pengujian Koil Induksi

3. Pengukuran waktu putar mesin gravitasi


Pengukuran dilakukan dengan mengatur posisi ketidakseimbangan mesin
gravitasi sehingga ketika dilepas mesin dapat berputar sampai keseimbangan
terjadi. Tetapi pengukuran dilakukan hanya untuk satu putaran saja, karena
belum terpasangnya sistem penahan dan pendorong pada mesin tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pembuatan mesin gravitasi dimaksudkan agar terciptanya suatu alat yang
dapat mengkonversikan energi rotasi menjadi energi listrik dengan memanfaatkan
gaya gravitasi sehingga dapat membantu memenuhi kebutuhan listrik rumah
tangga melalui suatu rancang bangun dan pengujian.
PKMT-5-1-8

Gambar 7. Mesin Gravitasi

Hasil pengujian beberapa kali diperoleh hasil sebagai berikut :


1. Pengukuran tegangan dan arus
Tegangan yang diperoleh :
- Tegangan maksimum = 2.5 V
- Tegangan minimum = 1.5 V
Arus yang diperoleh :
- Arus maksimum = 0.21 A
- Arus minimum = 0.15 A
2. Pengujian koil Induksi
Tegangan koil berada pada level diatas 12 Volt.
3. Pengukuran waktu putaran
Waktu yang diperoleh untuk satu putaran adalah sebesar 2,83 detik.

Dari hasil pengujian diatas, secara umum belum diperoleh hasil yang
sesuai yang diinginkan. Hal ini dapat terlihat dari tegangan keluaran yang
diperoleh yaitu 1,5 V hingga 2,5 V. Tegangan ini belum dapat untuk mengisi
baterai karena untuk pengisian tersebut diperlukan tegangan sebesar 12 V atau
lebih.
Untuk pengujian koil induksi diperoleh bahwa medan magnet yang
dihasilkan cukup besar sehingga bisa dimanfaatkan untuk menggerakkan tuas
pendorong yang membantu proses putaran kontinu mesin gravitasi. Koil ini
menghasilkan tegangan yang lebih tinggi dari masukannnya sehingga dapat
dikembalikan lagi ke masukkannya tersebut (baterai) dan dapat dikatakan
berefisiensi tinggi.
Waktu untuk satu putaran mesin dari data diatas adalah sebesar 2.83 detik.
Dari nilai ini jumlah putaran per menitnya diperoleh sebesar 21 rpm. Dengan
menggunakan perbandingan roda gigi 6 : 1 putaran ini meningkat menjadi sekitar
120 rpm.
Mesin gravitasi yang telah dikembangkan oleh penemu lain pada
umumnya memiliki putaran dan daya yang rendah. Untuk meningkatkan
kemampuan mesin gravitasi, David Waggoner (salah satu penemu model mesin
gravitasi) memperpanjang lengan beban. Untuk meningkatkan torka mesin, ia
menambah berat beban. The longer the arms are built the more horsepower and
PKMT-5-1-9

torque you will get at the rotor shaft area as well as adding more weight to the end
of the arms to increase the torque leverage area(2).

KESIMPULAN
Dari pengujian dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Putaran mesin gravitasi dari model yang dikembangkan adalah sebesar 21
rpm yang dapat ditingkatkan dengan menggunakan rasio roda gigi 6:1
menjadi 120 rpm.
2. Dengan menggunakan putaran yang telah dirubah melalui rasio roda gigi
didapatkan tegangan keluaran dari mesin gravitasi sebesar 2,5 V.
3. Tegangan keluaran dari koil induksi dapat digunakan kembali untuk
mengisi baterai karena memiliki tegangan yang lebih besar dari baterai
akibat efisiensinya yang tinggi.
4. Penggunaan koil induksi tidak begitu menggunakan daya besar karena
hanya mengkonsumsi arus dalam satuan miliampere.
5. Hasil tegangan yang diperoleh belum maksimal dikarenakan model
rancangan mesin gravitasi yang dikembangkan belum sepenuhnya selesai.

DAFTAR PUSTAKA
(1) Sen, PC . Electric Machinery Fundamentals And Power Electronics.
New York :McGraw-Hill;1999.
(2) Waggoner, David. Fuelless Gravity Motor High Effficiency Free
Energy Alternative Energy. Available From: URL: http://www.
fuellesspower.com / gravity2.html. Accessed Saturday, October 01,
2005.
PKMT-5-2-1

PEMBUATAN MEDIA COMPACT DISH DALAM PENGAJARAN BINA


DIRI BAGI ANAK TUNAGRAHITA

Handayana, Hervina Wahyu, Misdayani


Universitas Negeri Padang, Padang

ABSTRAK

Kata kunci:
PKMT-5-3-1

ROTI KAYA SERAT DAN PROTEIN SEBAGAI PANGANAN


FUNGSIONAL BERBAHAN BAKU TEPUNG AMPAS TAHU

Syahnada Jaya Sy, Setyo Budi, M T Assyaukani, FR Kautsar, Galih Nugroho


PS Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor, Bogor

ABSTRAK.
Proses industri tahu mengahasilkan limbah yang berpotensi menjadi sumber
pencemaran lingkungan. Limbah padat tahu atau ampas tahu masih memiliki
nilai gizi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan tepung ampas
tahu yang dapat diolah menjadi roti kaya serat dan protein. Kegiatan ini
bertujuan untuk memanfaatkan limbah menjadi produk yang bernilai ekonomis
dan ekologis dengan mengaplikasikan teknologi yang sudah dikenal. Drum dryer
silinder ganda digunakan untuk mengelolah ampas tahu menjadi lembaran-
lembaran tipis. Lembaran ini selanjutnya dapat diolah menjadi tepung dengan
ukuran 60 mesh. Tepung tersebut dapat digunakan untuk mensubtitusi tepung
terigu sebesar 10%. Persentasi subtitusi penggunaan tepung ampas tahu tersebut
memberikan hasil yang dapat diterima selayaknya roti 100% tepung terigu yang
umumnya ada di pasaran. Selain itu dengan analisis finansial sederhana
diketahui bahwa keputusan mensubtitusi tepung terigu tersebut akan memberikan
keuntungan sebesar Rp. 54,38/kg produk roti. Jumlah ini akan cukup signifikan
pada skala industri yang memproduksi roti dalam jumlah besar. Kegiatan
pemanfaatan teknologi merupakan salah satu usaha transfer teknologi dari dunia
research kampus untuk menginisiasi diversifikasi pemanfaatan alat teknologi
yang pada dasarnya telah dimiliki oleh dunia industri.

Kata Kunci : Drum dryer, limbah, tepung ampas tahu, roti kaya serat dan protein

PENDAHULUAN
Sebuah proses industri baik itu industri manufaktur maupun rumah tangga
selalu menghasilkan zat buangan berupa sisa. Zat buangan yang selanjutnya
disebut limbah ini harus tertangani secara terpadu, terencana, dan tuntas agar tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan. Menurut data statistik yang diperoleh pada
tahun 1998, diketahui ampas tahu yang dihasilkan di Indonesia yaitu sebesar
13.988.864 kg (BPS,1998). Jika limbah tersebut dapat ditangani dengan baik,
akan menjadi sebuah keuntungan tersendiri bagi produsen, baik itu keuntungan
secara ekonomi, maupun keuntungan secara ekologi. Sebaliknya limbah hasil
produksi yang tidak tertangani dengan baik, akan menjadi salah satu sumber
pencemar yang nantinya berpotensi merusak lingkungan.
Perkembangan industri tahu ternyata membawa pengaruh yang cukup
serius terhadap kualitas lingkungan yaitu dengan meningkatnya jumlah limbah
yang dihasilkannya. Besarnya pengaruh limbah industri tahu tergantung pada
keadaan pabrik yang meliputi bangunan fisik pabrik, kapasitas produksi, cara
pengolahan, ada tidaknya pengolahan limbah, dan kondisi lingkungan di
sekitarnya. Limbah hasil pembuatan tahu ini terdiri dari limbah cair dan limah
padat (Sarwono, 2003). Limbah inilah yang harus ditangani secara terpadu,
terencana dan tuntas, baik dengan menggunakan metode fisika, kimia atau
PKMT-5-3-2

biologi. Ampas tahu masih mempunyai kandungan protein yang relatif tinggi
karena pada proses pembuatan tahu tidak semua bagian protein kedelai bisa
diekstrak, lebih-lebih bila digunakan proses penggilingan tradisional (Tim
Fatemeta IPB, 1981).
Sejauh ini limbah tahu dapat diolah dan dimanfaatkan menjadi bahan
bernilai ekonomi seperti serat, nata de soya, pakan ternak dan tauco. Limbah
padat tahu dapat dimanfaatkan pula sebagai salah satu bahan alternatif pangan
yang memiliki daya guna luas setelah dijadikan tepung (Sulistiani, 2004). Yang
perlu di tegaskan bahwa Sifat fungsional bahan pangan sangat ditentukan oleh
struktur molekul komponen bahan pangan, interaksi, dan proses-proses dinamik
yang berlaku dalam formulasi produk pangan tersebut (Fardiaz, Andarwulan,
Wijaya & Puspitasari, 1992).
Belum banyak data dan penelitian yang berkenaan dengan pemanfaatan
limbah tahu yang kaya protein dan serat. Keunggulan bila program ini dilakukan
ialah menyelesaikan masalah limbah yang merugikan, menyediakan diversifikasi
usaha sehingga memberikan nilai tambah ekonomi yang nyata, dan menyediakan
alternatif bahan pangan murah yang memiliki prospek pengembangan yang cerah.
Kebutuhan serat per orang per hari adalah 10-13 gram per 1000 kkal, jadi untuk
memenuhi rata-rata konsumsi energi yang dianjurkan untuk penduduk Indonesia
sebesar 2100 kkal per hari dibutuhkan serat sekitar 25 gram/orang/hari (Jahari &
Sumarno, 2002). Program kreativitas mahasiswa bidang penerapan teknologi ini
diharapkan menjadi langkah awal sosialisasi pemanfaatan tepung olahan limbah
padat tahu.
Melalui program ini dilakukan transfer teknologi sederhana yang ada pada
universitas sebagai bagian dari kegiatan akademik mahasiswa kepada masyarakat
luas. Masyarakat luas yang dimaksud adalah masyarakat industri atau masyarakat
umum. Untuk masyarakat industri transfer teknologi ini menjadi wacana baru
untuk lebih meningkatkan fungsi dan manfaat alat-alat industri yang telah mereka
miliki melalui konsep diversifikasi produk. Sedangkan bagi masyarakat umum
dapat dijadikan sebagai upaya pencerdasan guna mempersiapakan sumberdaya
manusia untuk menyongsong kemandirian pangan. Sehingga program yang
selama ini telah dijalankan dapat dilaksanakan dan dapat diterima dengan baik
oleh masyarakat.
Perlu adanya solusi terhadap laju kapasitas produksi tahu yang berbanding
lurus dengan pertambahan limbah. Ampas tahu berpotensi sebagai sumber serat
dan protein bagi tubuh yang dapat diolah dalam bentuk makanan olahan
fungional, tepung ampas tahu berpotensi sebagai salah satu bahan subtitusi
tepung-tepung lain yang sudah dikenal selama ini.
Tujuan dari dilaksanakannya program ini ialah agar limbah ampas tahu
dapat menjadi alternatif sumber gizi yang diterima masyarakat secara luas
sekaligus untuk mengurangi pencemaran lingkungan; menghasilkan dan
memperkenalkan makanan fungsional kaya serat dan protein yang berasal dari
limbah padat tahu; meningkatkan nilai ekonomis limbah padat tahu dalam bentuk
tepung ampas tahu sebagai bahan dasar olahan makanan fungsional kaya serat dan
protein melalui transfer teknologi.
Disamping itu, program ini diharapkan mampu memberikan kegunaan
sebagai manfaat bagi mahasiswa; menumbuhkan sikap peduli terhadap
lingkungan dengan pengolahan limbah menjadi sesuatu yang lebih berguna dan
PKMT-5-3-3

memiliki nilai ekonomis tinggi; menambah wawasan dan pengalaman dalam


melakukan seluruh proses penelitian; media pengembangan serta penerapan ilmu
dan teknologi dari berbagai disiplin ilmu, merangsang mahasiswa untuk berfikir
kreatif, inovatif, dan dinamis. Manfaat bagi perguruan tinggi antara lain;
perwujudan tridharma perguruan tinggi, menambah khasanah ilmu pengetahuan
dan teknologi yang dikembangkan oleh perguruan tinggi yang natinya dapat
diadopsi pihak industri, meningkatkan citra positif perguruan tinggi sebagai salah
satu pencetak generasi perubah yang positif bagi bangsa. Manfaat bagi lingkungan
dan masyarakat; menumbuhkan kesadaran dan partispasi masyarakat menangani
limbah untuk memelihara lingkungan yang bersih dan sehat; memberikan
alternatif cara memanfaatkan limbah padat ampas tahu sebagai sumber gizi baik
bagi calon konsumen maupun dunia industri; meningkatkan pendapatan bagi
produsen tahu dan sekaligus dapat mengurangi pencemaran lingkungan;
meningkatkan kualitas gizi masyarakat dengan makanan kaya serat dan protein
dengan harga yang terjangkau.

METODE PENDEKATAN
Kegiatan ini dilakukan mulai bulan Februari sampai Juni 2006. Bertempat
di laboratorium teknologi pangan PAU IPB Darmaga dan asrama TPB IPB
Darmaga. Kegiatan penerapan teknologi berupa pebuatan tepung ampas tahu
untuk bahan pembuatan roti kaya serat dan protein dilaksanakan menurut tahap-
tahap berikut.
Tahap Pelaksanaan
A. Persiapan Kegiatan
1. Konsilidasi tim kerja dan survei ke pabrik pembuatan tahu di desa
Ciampea Bogor.
Konsilidasi tim kerja dilakukan beberapa hari setelah keluarnya
pengumuman kelolosan tim sebagai salah satu tim yang dibiayai oleh Dikti.
Kegiatan ini perlu dilakukan mengingat anggota tim yang berasal dari berbagai
departemen dan angkatan yang berbeda, sehingga dibutuhkan sarana untuk
menyolidkan tim. Kegiatan ini juga berfungsi untuk meningkatkan kinerja dan
koordinasi dalam bentuk pembahasan rencana kerja. Tim PKMT melakukan
kunjungan lapang ke desa Ciampea untuk mengetahui keadan produksi tahu di
lapang sekaligus melihat langsung proses pembuangan limbah yang berdampak
buruk bagi lingkungan di sekitar pabrik. Desa ini dipilih karena memiliki lokasi
yang berdekatan dengan kampus dan termasuk kawasan produksi tahu yang relatif
produktif. Selain kunjungan lapang yang bertujuan untuk menambah wawasan
lingkungan hidup tim, juaga dilakukan pembelian sampel ampas tahu dari
beberapa pabrik tahu yang berbeda. Ampas tahu tersebut akan digunakan sebagai
bahan analisis yang berguna untuk pertimbangan pemilihan ampas yang tepat
sebagai bahan baku pembuatan tepung ampas tahu.

2. Pengadaan Alat dan Bahan


Pada tahap ini, tim PKMT melakukan inventarisasi alat-alat dan bahan
yang diperkirakan akan dibutuhkan dalam kegiatan PKMT. Selanjutnya tim
melakukan pengadaan alat baik itu melalui peminjaman maupun pembelian alat.
Adapun alat dan bahan yang butuhkan dalam kegiatan PKMT berikut status
pengadaannya adalah sebagai berikut:
PKMT-5-3-4

o Ampas tahu (dibeli dari pabrik tahu dalam keadaan segar).


o Bahan pembuatan roti yang meliputi tepung terigu, mentega, gula halus,
fermivan (ragi roti), telur, vanila, coklat dan keju batang.
o Drum dyer (dipinjam dari laboratorium TPG)
o Blender (pinjaman)
o Oven listrik (pinjaman)
o Ayakan
o Dan perangkat pembuatan roti

3. Kegiatan pelatihan pembuatan roti


Beberapa anggota tim PKMT mengikuti pelatihan pembuatan roti dari
seorang pembuat roti yang berdomisili di Jakarta. Kegiatan ini dilakukan untuk
menambah pengetahuan tim dalam proses pembuatan roti yang membutuhkan
ketrampilan khusus. Dalam kegiatan ini tim berhasil memformulasikan komposisi
subtitusi antara tepung ampas tahu dan tepung terigu.

B. Proses Produksi Tepung Ampas Tahu


Kegiatan produksi tepung dilakukan melalui beberapa tahap yaitu:
pengumpulan limbah segar tahu, pengolahan limbah, dan pemanfaatan hasil
olahan limbah ampas tahu berupa tepung ampas tahu. Proses pengumpulan limbah
dilakukan pada awal bulan Februari dengan mendatangi pabrik tahu di daerah
Ciampea, Bogor. Limbah ampas tahu yang dipilih adalah limbah yang berumur
tidak lebih dari 24 jam, agar didapatkan tepung yang berkualitas baik. Selain itu
limbah padat tahu ini masih memiliki kadar air yang tinggi sehingga perlu
dikeringkan dengan menggunakan drum dryer dua silinder. Hasil pengolahan
yang diperoleh berupa lembaran tipis. Lembaran-lembaran ini juga bercampur
dengan bentuk tepung yang berukuran lebih kecil maka untuk penyeragaman
dilakukan penghancuran yang menggunakan blender. Tepung kemudian diayak
dengan menggunakan ayakan otomatis dengan hasil akhir berupa tepung yang
siap dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan roti. Berikut ini bagan singkat
proses pembuatan ampas tahu yang telah dilakukan:
Tepung ampas tahu yang dihasilkan masih memiliki komposisi penting
sebagaimana hasil yang mengacu dari Sulistiani 2004. Adapun karekteristik kimia
ampas tahu adalah

Ampas tahu
Pengeringan dan pengepresan dengan kain kasa
Dikeringkan dengan drum dryer
Dihaluskan dengan Blender
Diayak
Tepung ampas tahu

Proses pengeringan dilakukan dengan drum dryer. Keuntungan alat


pengering ini adalah kecepatan pengeringan yang tinggi dan penggunaan panas
yang ekonomis, dapat memperbaiki daya cerna, memperbaiki sanitasi dan
mengawetkan (Widyastuti, 2000) Alat ini lebih ekonomis untuk mengeringkan
larutan dalam bentuk formula dari pada dalam bentuk larutan biasa (misalnya
campuran tepung dengan air) untuk menjadi produk tepung halus (Hubeis, 1984).
PKMT-5-3-5

Dalam proses pengeringan ini, pengering digunakan dalam tekanan tiga bar
dengan suhu yang berkisar 120C, sedang suhu pada bahannya hanya akan
berkisar 80C. Proses pengeringan ini menghasilkan tepung dalam bentuk
lembaran-lembaran tipis yang tidak homogen. Kemudian dalam tahap
penghalusan dan pengayakan tepung dihaluskan terlebih dahulu dengan blender.
Selanjutnya diayak dengan menggunakan alat pengayak hingga didapatkan tepung
berukuran 60 mesh.

Tabel 1. Perbandingan komposisi ampas tahu dengan tepung terigu


KOMPO AMPAS TEPUNG
SISI TAHU TERIGU
Energi 344,7 402
Protein 13,6 10,1
Lemak 10,7 1,2
Karbohidrat 48,5 87,7
Serat Kasar 16,4 0,2
Kadar Abu 3,5 0,7
Kadar Air 7,8 12

C. Proses Pembuatan Roti


Tepung ampas tahu yang diperoleh digunakan untuk pembuatan roti
pertama pada awal bulan April.. Jenis roti yang dibuat adalah roti isi keju dan
coklat. Warna dan penampilan yang menarik dan citarasa yang enak, bernilai gizi
tinggi dan memberikan pengaruh fisiologi yang menguntungkan bagi tubuh,
dijadikan sebagai tiga fungsi dasar pangan fungsional oleh ilmuwan Jepang. (ILSI
Japan, 2001). Berikut proses pembuatan roti yang dilakukan
Bahan Pembuatan adonan :
Tepung ampas tahu 50 gr
Tepung terigu 450 gr
Mentega 125 gr
Gula halus 250 gr
Kuning telur telur 1 butir
Garam 1/2 sendok teh
Permifan (ragi roti) 5,5 gram
Air 300 ml

Pengadukan dan pengulenan semua bahan adonan


Didiamkan dan ditutup kain basah selama 2 jam hingga
mengembang
Pencetakan roti dan pengisian sesuai selera
Dipanggang dalam oven selama 25 menit pada suhu 200C

HASIL DAN PEMBAHASAN


Roti isi coklat dan keju dibuat dengan bahan tepung ampas tahu dan
tepung terigu sebanyak masing-masing 50 gr dan 450 gr. Tepung ampas tahu
digunakan sebagai bahan baku subtitusi sebesar 10% dari total tepung terigu yang
PKMT-5-3-6

seharusnya digunakan. Penentuan perbandingan ini mengacu pada penelitian


yang dilakukan oleh Putri (2002) yang mensubstitusi parsial tepung terigu dengan
tepung kedelai sebesar 10%, 20%, 30% dan 40% pada pembuatan roti manis .
Penelitian ini juga menyertakan uji organoleptik yang menyimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan nyata terhadap rasa, penampakan, tekstur dan aroma pada
perlakuan substitusi 10% dengan roti manis yang dijadikan kontrol (100% tepung
terigu). Hal ini berarti roti manis dengan tingkat penambahan tepung kedelai
sampai 10% masih bisa diterima oleh panelis selayaknya roti 100% tepung terigu
yang umumnya ada di pasaran.
Berdasarkan analisis finansial sederhana yang dilakukan diketahui bahwa
keputusan mensubtitusi tepung terigu dengan 10% tepung ampas tahu dari total
adonan menunjukkan nilai keuntungan sebesar Rp. 54,38/kg produk roti. Jumlah
ini akan cukup signifikan pada skala industri yang memproduksi roti dalam
jumlah besar. Bagi dunia industri tepung bila rekomendasi diversifikasi produk
tepung ini diterima, maka tidak diperlukan investasi tinggi. Hal ini disebabkan
karena alat-alat teknologi yang digunakan pada proses pembuatan tepung ampas
tahu hampir serupa dengan teknologi untuk pembuatan tepung terigu yang biasa
diproduksi.
Penerapan teknologi ini akan memberikan dua keuntungan sekaligus yaitu
secara ekonomis dan ekologi. Secara ekologi penggunaan ampas tahu sebagai
bahan baku tepung akan mengurangi sumber limbah padat dari industri tahu yang
relatif besar setiap satuan waktunya. Secara ekonomis penggunaan teknologi ini
akan menaikkan nilai tambah dari sekedar limbah yang terbuang manjadi sesuatu
yang lebih berharga.
Dampak lebih jauh dari penerapan teknologi ini bagi konsumen adalah
meningkatnya nilai gizi khususnya protein dan serat produk roti yang dihasilkan
dibandingkan roti 100% tepung terigu. Sedangkan bagi produsen, selain dapat
menekan biaya produksi, juga meningkatkan nilai jual produk karena sesuai
dengan tren pangan fungsional kaya serat dalam bentuk makanan.

KESIMPULAN
Kegiatan PKMT telah berhasil mengolah limbah ampas tahu menjadi
tepung dengan menggunakan drum dryer jenis dua silinder. Kegiatan pemanfaatan
teknologi ini merupakan salah satu usaha transfer teknologi dari dunia research
kampus untuk menginisiasi diversifikasi pemanfaatan alat teknologi yang pada
dasarnya telah dimiliki oleh dunia industri. Tepung ini telah diolah menjadi roti
kaya serat dan protein dengan mensubtitusi tepung terigu sebesar 10 %. Kegiatan
PKMT ini juga berhasil mengembangkan jiwa organisasi dan kreativitas anggota
tim. Hal yang terpenting adalah bahwa kegiatan ini juga mampu menjadi wahana
kontribusi bagi mahasiswa dalam mensosialisasikan kehidupan peduli terhadap
permasalahan lingkungan hidup pada umumnya, dan dunia produksi tahu pada
khususnya.

DAFTAR PUSTAKA
BPS. 1998. Statistik Indonesia 1998. Jakarta: Badan Pusat Statistika.
Buckl K A. R A Edwards. G H Fleet & M. Wootton. 1987. Ilmu
Pangan.Terjemahanan Purnomo & Adiono. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
PKMT-5-3-7

Fardiaz D. N Andarwulan H W, N L Puspitasari.1992. Teknik Analisis Sifat


Kimia dan Fungsional Komponen Pangan. Bogor: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar
Universitas Pangan & Gizi, Institut Pertanian.
Handayani S. 2002. Menakar Kebutuhan Serat Tubuh. Majalah Wanita Ummi.
4(14): 34-35.
Hubeis M.1984. Pengantar Pengolahan Tepung Serealia dan Biji-Bijian. Diktat
Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
ILSI Japan.2001.Functional Food Science in Japan.Functional Food Research
Committee, Japan.
Jahari A B & I. Sumarno. 2002. Epidemologi Konsumsi Serat di Indonesia.
Makalah Seminar Keseimbangan Flora Usus Bagi Kesehatan dan
Kebugaran 15 Februari 2003. Bogor: Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi,
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Putri E R P. 2002. Suplementasi Tepung Kedelai lemak Penuh (Full Fat Soy
Flour) Hasil Pengeringan Silinder Pada Formula Roti Manis [Skripsi].
Bogor: Fakultas Teknologi pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Sarwono B & SaragihY P. 2003. Membuat Aneka Tahu.Jakarta: Penebar
Swadaya.
Sulistiani .2004. Pemanfaatan Ampas Tahu Dalam Pembuatan Tepung Tinggi
Serat dan Protein Sebagai Alternatif Bahan Baku Pangan Fungsional
[Skripsi]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga,
Fakultas Pertanian, IPB.
Tim Fatemeta IPB.1981. Pembuatan Kecap Ampas Tahu. Makalah yang
disampaikan pada Seminar Akademik Pemanfaatan Limbah Industri
Hasil Pertanian Bogor,17 Desember.
Widyastuti,A.2000. Mempelajari Proses Pembuatan Tepung Whey Tahu dengan
Pengering Drum dan Karakteristik Sifat Fisiko Kimia dan Fungsional
Tepung yang Dihasilkan [Skripsi]. Bogor: Jurusan Teknologi Pangan dan
Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
PKMT-5-4-1

PEMANFAATAN LIMBAH PLASTIK (POLI PROPILENA)


SEBAGAI MATRIKS DALAM PEMBUATAN PAPAN KAYU
KOMPOSIT
Akhmad Fajar, Yan Sofyan Budiman, Dessy Mellysa, Ade Ridwan
Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung

ABSTRAK
Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh sampah terutama plastik dan
limbah hasil industri merupakan hal yang tidak bisa dihindari karena adanya
kemajuan teknologi. Pencemaran oleh bahan yang tidak dapat terdegradasi oleh
alam dapat dicegah dengan cara mendaur ulang, menggunakan kembali, dan
mengurangi bahan tersebut. Plastik contohnya merupakan bahan elastomer yang
secara komersial digunakan oleh masyarakat dan industri untuk membuat
barang-barang, bungkus atau packing dari suatu komoditas, dan lain-lain. Selain
plastik limbah hasil industri dan proses pengolahan kayu begitu melimpah,
karena dari pohon utuh atau kayu gelondongan hanya 40%-nya saja yang dapat
digunakan selain itu limbah dari proses pemotongan kayu pun begitu melimpah.
Hal ini tentu saja tak boleh dibiarkan begitu saja. Pengolahan limbah secara
daur ulang merupakan cara yang sangat baik karena dapat menghasilkan output
atau produk baru yang memiliki nilai tambah yang tinggi. Limbah yang
dihasilkan seperti plastik dan serbuk kayu yang didapat dari hasil proses
pemotongan kayu atau yang didapat dari penghancuran hasil potongan dan
sebetan dapat dikombinasikan menjadi produk baru dengan proses tertentu.
Komposit kayu plastik merupakan hasil pengolahan daur ulang dari limbah
plastik dan industri kayu. Komposit kayu plastik merupakan campuran dua bahan
yang berlainan jenis dimana plastik merupakan bahan yang berfungsi sebagai
matriks dan serbuk kayu sebagai filler dari plastik tersebut. Penggabungan dari
dua limbah tersebut diperlukan suatu proses dan penambahan zat lain yang dapat
menambah sifat dari kayu komposit, dalam hal ini zat tersebut adalah aditif
plastik. Aditif berguna sebagai coupling agent dari kayu yang hidrofilik dan
plastik yang hidrofobik.

Kata kunci (limbah plastik, serbuk kayu, daur ulang, komposit)

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring dengan pertambahan penduduk, maka diperlukan suatu teknologi
tepat guna yang dapat menjawab berbagai tantangan yang diakibatkan
pertambahan penduduk tersebut. Salah satu tantangan yang paling menonjol
adalah bertambahnya permintaan untuk pemenuhan kebutuhan pokok. Kebutuhan
pokok tersebut, meliputi kebutuhan pangan, sandang dan papan. Kebutuhan
manusia akan kayu semakin bertambah seiring dengan meningkatnya
pertambahan penduduk.
PKMT-5-4-2

Priyono (2001) mengatakan bahwa kebutuhan kayu di Indonesia untuk


kepentingan industri dibutuhkan 70 juta m3 kayu per tahun dengan kenaikan rata-
rata sebesar 14,2 % per tahunnya. Akan tetapi hal ini tidak diimbangi dengan
produksi kayu bulat yang diperkirakan hanya 25 juta m3 per tahun, persoalan ini
menyebabkan defisit sebesar 45 juta m3. Dari sisi lain kegiatan industri
menghasilkan berbagai limbah yang setiap saatnya dibuang ke lingkungan.
Adapun limbah yang dihasilkan oleh industri kayu di Indonesia saat ini
diantaranya :
- Potongan bulat saat pemanenan (sebanyak 66,16 %)
- Serbuk, sebetan, dan potongan dari industri pemotongan (50,8 % dari total
bahan baku)
- Dan limbah dari industri kayu lapis yang berjumlah 61,0 % dari total
bahan baku
(Purwanto dkk 1994)

Pada kenyataan dilapangan bahwa setiap orang membutuhkan rumah dan


perabotannya untuk tempat tinggal mereka. Akan tetapi, cadangan kayu di
Indonesia relatif sedikit, dikarenakan tingginya penebangan liar dan eksploitasi
kayu besar-besaran pada orde baru yang tidak disertai dengan penanaman pohon.
Apabila kebutuhan kayu penduduk ditutup dengan kayu yang ada dihutan, maka
akan mengganggu ekosistem dan dapat menyebabkan rusaknya tanah dan air.
Sebagai contoh, timbulnya banjir dan erosi.
Di sisi lain, perkembangan teknologi dan pertambahan populasi penduduk
di dunia telah mendorong manusia untuk mengkonsumsi alat atau bahan yang
serba praktis. Bahan dan peralatan yang banyak digunakan oleh masyarakat
adalah yang berasal dari plastik. Plastik merupakan salah satu produk polimer
yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Pemakaian plastik secara besar-besaran
dimulai pada tahun 1960, pada saat itu kebutuhan plastik dunia mencapai
sembilan juta ton per tahun, pada tahun 2000 kebutuhan dunia akan plastik
mencapai 170 juta ton tidak termasuk "elastomer" dan "synthetic fiber"( Johan
Nasiri 2004).
Tanpa disadari, penggunaan plastik berlebihan dapat menyebabkan
kerusakan lingkungan. Hal ini dikarenakan plastik merupakan bahan yang sulit
diuraikan oleh mikroorganisme, sehingga akan merusak struktur tanah dan
berbagai akibat lainnya yang dapat mengganggu habitat sekitar.
Pemanfaatan limbah plastik adalah salah satu usaha untuk menekan polusi
alam terutama polusi tanah yang disebabkan oleh plastik karena sifat plastik yang
Non-Biodegradable dan pada batas tertentu pemanfaatan limbah dapat menghemat
sumber daya dan mengurangi ketergantungan bahan baku impor. Pemanfaatan
limbah plastik dapat dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse) maupun daur
ulang (recycle) (Dina Setyawati 2003).
Di Indonesia pengolahan limbah plastik masih terbatas. Pemanfaatan
hanya sebatas pemakaian kembali dan pendaurulangan menjadi barang yang
masih rendah baik mutu dan kualitasnya.
Pada masa modern seperti saat ini pembuatan papan kayu komposit merupakan
alternatif untuk meningkatkan penggunaan bahan berlignoselulosa non kayu, dan
merupakan salah satu usaha pengembangan produk-produk inovatif sebagai bahan
bangunan pengganti kayu (Dina Setyawati 2003).
PKMT-5-4-3

Papan kayu komposit merupakan istilah untuk produk yang terbuat dari
lembaran atau potonganpotongan kecil kayu yang direkat bersama-sama
(Maloney,1996). berdasar pada pengertian di atas, komposit dari serbuk kayu
dan plastik adalah komposit yang terbuat dari plastik sebagai matriks dan serbuk
kayu sebagai pengisi (filler), yang mempunyai sifat gabungan keduanya.
Penambahan filler ke dalam matriks berfungsi untiuk mengurangi densitas,
meningkatkan kekakuan, dan mengurangi biaya per unit volume. Dari segi kayu,
dengan adanya matrik polimer didalamnya maka kekuatan dan sifat fisiknya
juga akan meningkat (Febrianto, 1999).
Adapun perumusan masalah pada pelaksanaan program kreatifitas
mahasiswa ini adalah :
a. Apakah penggabungan dari kedua jenis bahan dapat menghasilkan bahan yang
lebih baik dari bahan bakunya baik dari sifat fisik maupun kimia?
a. Kemampuan apa yang dapat ditingkatkan baik dari sifat fisik maupun kimia
dari bahan bakunya dengan pembuatan papan kayu komposit ?
b. Apakah produk kayu plastik komposit dapat dijadikan peluang sebagai barang
industri yang bernilai jual tinggi ?
c. Apakah pembuatan kayu plastik komposit dapat menjawab pencemaran oleh
plastik dan penumpukan limbah kayu di Indonesia?
Program Kreatifitas Mahasiswa penerapan teknologi daur ulang ini dilaksanakan
dengan tujuan sebagai berikut:
a. Dengan aplikasi teknologi dapat mengurangi pencemaran oleh limbah dan
menghasilkan material baru untuk untuk meningkatkan penggunaan bahan
berlignoselulosa non kayu, dan merupakan salah satu usaha pengembangan
produk-produk inovatif sebagai bahan bangunan pengganti kayu.
b. Dengan dibuatnya papan kayu plastik komposit, adalah upaya untuk
menghasilkan suatu produk baru yang bernilai tinggi
c. Para pengusaha dapat membuat peluang baru dalam usaha industri pengolahan
limbah plastik.

Percobaan penerapan teknologi pengolahan komposit kayu plastik ini juga


diharapkan memberikan manfaat untuk waktu yang akan datang. Manfaat yang
ingin dicapai adalah:
a. Dengan aplikasi teknologi ini dapat meningkatkan nilai tambah suatu material
yang sudah tidak terpakai seperti limbah menjadi bahan baru yang mempunyai
kualitas lebih baik, aman, cepat, dan murah.
b. Dengan aplikasi teknologi ini, diharapkan akan dihasilkan suatu produk
olahan limbah dengan peluang pasar yang menjanjikan.
c. Dengan aplikasi teknologi ini, diharapkan akan mengurangi jumlah
pencemaran oleh limbah terutama plastik.

METODE PENDEKATAN
Metode yang digunakan untuk memperoleh data pada program kreatifitas
mahasiswa ini adalah dengan cara analisis hasil kegiatan, penelusuran dan
penelaah pustaka, pengumpulan data penunjang, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
PKMT-5-4-4

1. Mencari dan mengumpulkan data yang dilakukan melalui studi literatur di


perpustakaan maupun di internet.
2. Melakukan percobaan penerapan teknologi pembuatan komposit kayu plastik
serta mengamati proses pembuatan dan produk hasil dari proses tersebut.
3. Analisis informasi, melalui tiga tahapan yaitu:
a. Melakukan pengamatan terhadap output produk dari proses percobaan
penerapan teknologi pembuatan komposit kayu plastik
b. Klasifikasi data, yaitu pengelompokkan data berdasarkan permasalahan
yang dibahas.
c. Klarifikasi data, yaitu membandingkan data yang sama dari sumber yang
berbeda kemudian menentukan data yang dipakai berdasarkan informasi
yang akurat.

Waktu dan tempat pelaksanaan program kreatifitas mahasiswa ini adalah


sebagai berikut:
Waktu : 19 April-14 Juni 2006
Tempat :
- Bengkel teknik, Jurusan Teknik dan Manajemen Industri
Pertanian, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas
Padjadjaran Bandung
- Laboratorium Teknik Pasca Panen, Jurusan Teknik dan
Manajemen Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Industri
Pertanian, Universitas Padjadjaran Bandung
Lama kegiatan : 8 minggu

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada program kreatifitas mahasiswa ini
adalah sebagai berikut:
Bahan :
- Serbuk kayu hasil gergaji dan
- Limbah plastik daur ulang (berupa potongan kecil)
- Zat aditif plastik, yang terdiri dari :
o Initiator. Initiator BK (Formulasi dari oligemeric benzopinacol
silyether dengan kandungan triethyl phosphate 30% dan toluena 5%)
(Lanxess 2005)
o Coupling Agent. SMA resins (styrene:maleic anhydride) 3-5 % dari
total adonan (Lanxess 2005)
Alat :
- Sarung tangan tahan panas, untuk melindungi tangan dari panas alat-alat
lain.
- Masker, agar serbuk kayu tidak terhirup dan mereduksi gas yang
dihasilkan pada pengolahan plastik
- Oven, untuk mengeringkan kayu
- Ayakan 16,100,150 mesh, untuk memisahkan kayu berdasarkan ukuran
partikel sejenis.
- Kompor listrik, untuk meleburkan limbah plastik
- Termometer, untuk mengetahui suhu pemanasan selama peleburan plastik
- Mesin Pengadon (Kneader), untuk proses pengadonan
PKMT-5-4-5

- Screw Extruder sederhana, untuk mencetak adonan kayu plastik menjadi


komposit kayu plastik.
- Alat press, untuk melakukan proses pengepresan dingin.

Proses pembuatan komposit kayu plastik terdiri dari kegiatan berikut ini :
1. Menyiapkan bahan baku dan peralatan pembuatan komposit kayu plastik
2. Memberikan perlakuan pendahuluan pada bahan baku seperti pengayakan
pada serbuk kayu dan pengecilan ukuran pada limbah plastik.
3. Mencairkan limbah plastik, dengan suhu dipertahankan agar dibawah
2000C agar tidak terjadi degradasi oleh panas pada serbuk kayu ditahapan
selanjutnya
4. Melakukan Pengadonan, yaitu pencampuran serbuk kayu dan aditif plastik
kedalam plastik cair dengan menggunakan alat pengadon sampai partikel
serbuk kayu terdistribusi merata dengan plastik cair.
5. Melakukan proses pencetakan komposit kayu plastik dengan
menggunakan ekstruder sederhana
6. Melakukan pengepresan dingin (tidak diberikan pemanasan) terhadap
adonan yang telah dicetak
7. Pengkondisian komposit kayu plastik yang telah dipres pada suhu ruang

Aditif plastik
(coupling agent, inisiator)

Gambar 1. Diagram alir pembuatan kayu plastik komposit


PKMT-5-4-6

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Setelah dilakukan pembuatan komposit kayu plastik dengan metode yang
telah dituliskan diatas, maka didapat hasil yang berbeda untuk setiap
pencampuran bahan baku komposit kayu plastik. Pembuatan komposit kayu yang
pertama adalah dengan menggunakan bahan limbah plastik dan serbuk kayu halus
atau mempunyai ukuran partikel yang kecil. Sedangkan pembuatan kayu komposit
yang kedua adalah dengan menggunakan limbah plastik dan serbuk kayu kasar
atau mempunyai ukuran partikel yang besar. Akan tetapi kedua jenis kayu
komposit ini mempnya karakteristik yang sama yakni sebagai berikut:
- Tidak membutuhkan lapisan pelindung
- Kayu komposit ini dapat dicat atau divernish jika dibutuhkan untuk kebutuhan
estetika
- Lebih tahan terhadap lingkungan yang lembab
- Lebih tahan lama
- Ramah lingkungan
- Tahan terhadap rayap
- Tidak memerlukan perawatan yang banyak
- Dapat dibentuk dan diolah seperti kayu biasa

Sedangkan perbedaan dari kedua kayu komposit ini adalah:


- Kayu komposit dengan campuran limbah plastik dan serbuk kayu halus
memiliki kekuatan yang lebih baik dibandingkan dengan kayu komposit
dengan campuran limbah plastik dan serbuk kayu kasar
- Komposit kayu plastik campuran antara limbah plastik dan serbuk kayu kasar
memiliki estetika dari segi tampilan yang lebih baik dari komposit kayu
plastik campuran antara limbah plastik dan serbuk kayu halus sehingga dapat
digunakan untuk bahan baku pembuatan benda-benda seni.

Pembahasan
Pada hasil disebutkan bahwa komposit kayu plastik tidak membutuhkan
lapisan pelindung karena komposit ini memiliki sifat plastik yang tahan terhadap
keadaan lingkungan sekitar. Penggunaan zat aditif plastik seperti coupling agent
dan inisiator sangat penting dalam proses pembuatan komposit kayu plastik.
Aditif plastik berupa inisiator berfungsi untuk meningkatkan kekuatan dari
komposit kayu plastik sedangkan coupling agent berfungsi sebagai penstabil
campuran komposit kayu plastik karena perbedaan mendasar kedua bahan yaitu
kayu yang hidrofilik atau menyerap air dan plastik yang hidrofobik atau tidak
dapat menyerap air. Berbeda halnya dengan kayu biasa yang sensitif terhadap
keadaan lingkungan sekitar, karena kayu ini merupakan kayu organik murni
sehingga diperlukan perlakuan khusus. Hasil riset dari WRAP organisasi yang
bergerak dibidang marketing sumber daya baru yang ditulis oleh Optimat dan
Merl pada tahun 2003 yang dipublikasikan oleh www.wrap.org.uk menyatakan
bahwa komposit kayu plastik memiliki durabilitas atau ketahanan yang lebih lama
terhadap cuaca yang ekstrim dan udara yang lembab terutama udara di sekitar
pantai dan udara laut.
Komposit kayu plastik dapat dicat atau divernish agar memiliki tampilan
visual yang baik sesuai dengan kebutuhan, meskipun hal ini tidak diperlukan oleh
PKMT-5-4-7

komposit kayu plastik karena komposit kayu plastik memiliki daya tahan dan
keawetan yang baik. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya pemberian cat dan
vernish merupakan salah satu usaha untuk mengawetkan kayu konvensional selain
untuk menambah nilai dari segi estetika dari kayu konvensional,
Komposit kayu plastik merupakan bahan yang ramah lingkungan, hal ini
disebabkan karena campuran dari kedua bahan yang saling melengkapi plastik
yang tidak dapat didegradasi oleh alam (non-biodegradable) dapat menjadi lebih
ramah lingkungan karena dicampur dengan kayu yang merupakan bahan organik
dan dapat didegradasi oleh alam (biodegradable) sehingga penggunaan plastik
dengan bahan pengisi atau filler yang terdiri dari serbuk kayu membuat komposit
kayu plastik lebih ramah lingkungan karena menjadi bahan baru yang semi-
biodegradable tidak seperti bahan plastik lain yang menggunakan filer seperti
fiber glass , mika, dan resin. Selain ramah lingkungan komposit kayu plastik
tahan terhadap rayap karena komposit tidak disukai oleh rayap karena
mengandung plastik tidak seperti kayu konvensional yang berbahan dasar organik
sehingga disukai oleh rayap.
Dibandingkan dengan kayu konvensional komposit kayu plastik memiliki
perawatan yang lebih sedikit apabila dibandingkan dengan kayu konvensional.
Hal ini disebabkan karena komposit kayu plastik tidak membutuhkan pengawetan
seperti kayu konvensional dan perawatan berkala seperti pengecatan ulang atau
melakukan pemberian lapisan pelindung / coating seperti vernish atau wood-stain
yang harganya cukup mahal untuk kualitas pelapisan yang baik.
Pada pengaplikasian komposit kayu plastik, pengolahan seperti
pemotongan, penghalusan permukaan dengan amplas, dan perlakuan fisik lainnya
terhadap kayu yang biasa dilakukan pada kayu konvensional dapat juga dilakukan
terhadap komposit kayu plastik sesuai dengan kebutuhan atau keinginan si
pemakai.
Pada percobaan ini sengaja dilakukan dua kali percobaan untuk
mengetahui perbandingan antara komposit kayu plastik dengan bahan baku
campuran limbah plastik dengan serbuk kayu kasar, dan campuran limbah plastik
dengan serbuk kayu halus. Ternyata setelah keduanya selesai diujicoba, didapat
perbedaan yang cukup mendasar.
Perbedan yang pertama adalah dari segi kekuatan bahan. Kayu komposit
dengan campuran limbah plastik dan serbuk kayu halus memiliki kekuatan yang
lebih baik dibandingkan dengan kayu komposit dengan campuran limbah plastik
dan serbuk kayu kasar. Hal ini dikarenakan luas permukaan dari serbuk kayu
halus lebih besar dari komposit kayu plastik dengan bahan baku campuran limbah
plastik dengan serbuk kayu kasar sehingga luas penampang yang mengikat plastik
yang berperan sebagai matriknya menjadi lebih besar pula. Dengan luasnya
pengikatan plastik maka daya plastisitas dari kayu tersebut menjadi besar.
Sehingga dapat dikatakan kayu tersebut lebih kuat terhadap beban, tegangan, atau
bahkan lendutan selama pengaplikasian komposit kayu tersebut. Sehingga apabila
diinginkan pengaplikasian kayu untuk menopang beban berat maka lebih baik
untuk menggunakan kayu komposit dengan campuran limbah plastik dan serbuk
kayu halus.
Perbedaan yang kedua adalah dari segi estetika tampilan kedua jenis
komposit kayu plastik. Komposit kayu plastik campuran antara limbah plastik dan
serbuk kayu kasar memiliki estetika dari segi tampilan yang lebih baik dari
PKMT-5-4-8

komposit kayu plastik campuran antara limbah plastik dan serbuk kayu halus. Hal
ini dikarenakan tampilan tekstur kayu yang besar sehingga memberikan kesan
artistik itu sendiri. Sehingga apabila diinginkan pengaplikasian kayu untuk
pembuatan benda-benda seni akan lebih baik jika digunakan komposit kayu
plastik dengan campuran limbah plastik dan serbuk kayu kasar.

KESIMPULAN
Pembuatan komposit kayu plastik merupakan salah satu teknologi
alternatif pengolahan limbah plastik. Karena limbah plastik di Indonesia
merupakan permasalahan yang cukup rumit terutama di kota-kota besar seperti
Jakarta, Bandung, dan lain-lain serta masalah ini belum dapat diselesaikan dengan
baik oleh pemerintah. Selain itu pembuatan komposit kayu plastik dapat
meningkatkan efisiensi pengolahan kayu, mengingat pengolahan kayu di
Indonesia masih banyak kayu yang terbuang atau menjadi limbah. Dengan kata
lain pembuatan komposit kayu ini dapat menjadi inovasi baru dalam pengolahan
limbah kayu dan pereduksian limbah plastik baik yang dihasilkan oleh rumah
tangga, industri maupun khalayak umum.
Dengan pembuatan komposit kayu plastik ini juga dapat menjadi inovasi
baru untuk meningkatkan penggunaan bahan berlignoselulosa non kayu, dan
merupakan salah satu usaha pengembangan produk-produk baru sebagai bahan
bangunan pengganti kayu. Mengingat cadangan kayu yang semakin sedikit
sehingga penebangan hutan sebagai paru-paru dunia dapat dikurangi.
Diharapkan pengembangan produk dan teknologi komposit kayu plastik dapat
menghasilkan suatu produk yang memiliki nilai tambah yang lebih besar dari
bahan dasarnya yaitu limbah. Selain itu pembuatan komposit kayu plastik dapat
memberikan peluang usaha baru bagi para pengusaha dengan memproduksinya
secara komersial.

DAFTAR PUSTAKA
Febrianto F, Y.S. Hadi, dan M. Karina. 2001 a. Teknologi produksi recycle
komposit bemutu tinggi dari limbah kayu dan plastik : Sifat-sifat papan
partikel pada berbagai nisbah campuran serbuk dan plastik polipropilene
daur ulang dan ukuran serbuk. Laporan Akhir Hibah Bersaing IX/1.
direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
Maloney TM. 1993. Modern Particleboard and Dry-Process Fiberboard
Manufacturing. San Fransisco: Miller Freeman, Inc
Nasiri, Johan. 2004. Teknologi Polimer. (Sentra Teknologi Polimer- BPP
Teknologi) Avaible on-line at : http://mesin.brawijaya.ac.id
/artikel/index.php?look=index_artikel
Optimat Ltd, Merl Ltd. 2003 a. Wood Plastic Composite Study-Technologies and
UK Market Opportunities. The Waste and Resources Action Programme,
The Old Academy. Banbury. Oxon. Avaible on-line at : www.wrap.org.uk
Priyono SKS. 2001 b. Komitmen Berbagai Pihak dalam Menanggulangi Illegal
Logging. Konggres Kehutanan Indonesia III. Jakarta
Purwanto D, Samet, Mahfuz, dan Sakiman. 1994. Pemanfaatan Limbah Industri
Kayu lapis untuk Papan Partikel Buatan secara Laminasi. DIP Proyek
Penelitian dan Pengembangan Industri. Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri. Departemen Perindustrian. Banjar Baru
PKMT-5-4-9

Setyawati, Dina. 2003 b. KOMPOSIT SERBUK KAYU PLASTIK DAUR


ULANG : TEKNOLOGI ALTERNATIF PEMANFAATAN LIMBAH
KAYU DAN PLASTIK. Makalah Falsafah Sains (PPS 702) Program
Pasca Sarjana / S3Institut Pertanian Bogor
Lanxess, D-51369 Leverkusen. Functional Chemicals High Performance
Additives Plastic Additives Technical Information 2005-04-25
PKMT-5-5-1

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK LAMPU BERGAYA


KLASIK SEBAGAI ALAT PEMBANGUN SUASANA RILEKS
BAGI USIA SETENGAH BAYA

ArieMufti Alem, Raka Gemma Maulid, Felicia Irene Simon


Institut Teknologi Bandung, Bandung

ABSTRAK

Kata kunci:
PKMT-5-6-1

DEFFERENSIAL DINAMOMETER CHASIS ALTERNATIF


SEBUAH ALAT PENGUKUR DAYA KENDARAAN BERMOTOR YANG
MURAH DAN COCOK UNTUK INDUSTRI, BENGKEL DAN DUNIA
PENDIDIKAN.

Ihsan Hakim, Naela Fadlil, Bambang Apriandi


Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Semarang

ABSTRAK
Dynamometer chasis memiliki peranan yang sangat penting bagi industri otomotif
dan pendidikan. Industri otomotif maupun usaha perbengkelan seharusnya
mempunyai dinamometer chasis sebagai alat pengukur daya, namun kenyataan di
lapangan pengujian daya sepeda motor hanya dilakukan dengan pengujian pada
jalan (road test) dengan mengandalkan perkiraan. Hal ini tidak dapat dijadikan
acuan karena perkiraan orang lain-lain dan banyak faktor yang
mempengaruhinya. Senada dengan hal tersebut diatas ternyata dalam dunia
pendidikan juga mempunyai nasib yang sama baik di sekolah-sekolah kejuruan
kelompok teknologi maupun universitas. Siswa maupun mahasiswa kebanyakan
hanya mempelajari konsep daya secara teoritis karena tidak adanya dinamometer
chasis di tempat praktik mereka. Fenomena-fenomena ini terjadi bukan karena
tidak adanya dinamometer chasis namun lebih condong pada harganya yang
begitu mahal dan tidak terjangkau. Ini semua karena alat-alat tersebuat harus
didatangkan dari luar negeri dalam pengadaannya.Perlu adanya usaha untuk
membuat satu rancangan baru alat pengukur daya sepeda motor untuk memenuhi
kebutuhan alat pengukur daya baik pada industri ataupun dunia pendidikan.
Dengan studi yang dilakukan pada dynamometer yang sudah ada maka
didapatkan suatu rancangan baru alat pengukur daya sepeda motor yang
menggunakan prinsip kerja differential dengan pembebanan menggunakan
pemampatan fluida. Sistem ini memiliki komponen utama differential, gear pump,
roller, load cell dan proximity. Semua dikonfigurasikan menjadi suatu rangkaian
alat pengukur daya sepeda motor.Dari program ini didapatkan sebuah alat
pengukur daya sepeda motor yang murah dan benar-benar mampu menunjukkan
besar daya dari suatu sepeda motor. Pembacaan daya didapatkan dengan
pembacaan secara digital dari unit komputer, sehingga pembacaan ini dapat
dilakukan dengan mudah.
Kata Kunci: Alat Pengukur Daya

PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi bidang otomotif juga sama halnya dengan kemajuan
pada bidang-bidang yang lain menuntut diperlukannya berbagai macam alat ukur
sebagai sarana penunjang. Alat-alat ukur dalam bidang otomotif diantaranya, yaitu
pengukur putaran (tacho meter), pengukur tekanan (pressure gauge) bahkan
sampai alat pengukur daya (dinamometer chasis) dan lain sebagainya. Alat ukur
dalam dunia otomotif mempunyai fungsi sama pentingnya seperti multi tester
pada peralatan elektronik. Suatu analisis tentunya hanya dapat dilakukan dengan
melakukan diagnosa atau pemeriksaan menggunakan alat ukur yang relevan, oleh
karenanya keberadaan alat-alat ukur tersebut sangat di perlukan.
PKMT-5-6-2

Mesin otomotif telah dikenal berbagai macam jenisnya dan dalam


pembuatannya telah dirancang dengan daya tertentu sesuai dengan kapasitas
mesin itu sendiri. Daya adalah kemampuan, kekuatan atau upaya untuk
melakukan usaha (Koesnadi, 1979). Secara teoritis memang daya dapat dihitung
dengan mudah namun dalam pembuktiannya masih menjadi barang mahal karena
keterbatasan alat pendukungnya. Pada sepeda motor misalnya, alat pengukur daya
mesin (dinamometer chasis) masih sangat jarang dijumpai walaupun sudah ada di
pasaran. Dinamometer chasis adalah suatu alat uji otomotif yang digunakan untuk
mengukur daya sebenarnya yang diberikan motor kepada roda-roda penggerak.
Alat ini mampu meniru keadaan-keadaan beban yang dialami di jalan serta dapat
menunjukkan lebih tepat hasil-hasil penyetelan atau perbaikan-perbaikan yang
telah dilaksanakan.
Implementasi dinamometer chasis di lapangan memang memiliki peranan
yang sangat penting. Industri pada bidang otomotif maupun usaha perbengkelan
memang seharusnya mempunyai dinamometer chasis sebagai alat pengukur daya,
namun kenyataan di lapangan pengujian daya sepeda motor hanya dilakukan
dengan pengujian pada jalan (road test) dengan mengandalkan perkiraan
(feelling). Hal ini tidak dapat dijadikan acuan karena perkiraan orang berbeda-
beda dan banyak faktor yang mempengaruhinya. Disamping hal itu pengujian
dengan road test sarat dengan resiko karena dilakukan di jalanan umum.
Fenomena semacam ini tentunya tidak akan terjadi jika semua industri otomotif
dan perbengkelan memiliki dynamometer chasis. Senada dengan hal tersebut di
atas ternyata dalam dunia pendidikan juga mempunyai nasib yang sama baik di
sekolah-sekolah kejuruan kelompok teknologi maupun universitas. Siswa maupun
mahasiswa kebanyakan hanya mempelajari konsep daya secara teoritis karena
tidak adanya dinamometer chasis di tempat praktik mereka. Hal ini sangat ironis,
karena dalam melakukan analisis terhadap sebuah performa motor perlu dilakukan
pengujian daya. Sebagian besar siswa dan mahasiswa bahkan tidak paham tentang
konsep daya yang sesungguhnya, karena yang mereka peroleh hanyalah cerita
teoritis tentang hal tersebut, sehingga perlu adanya pembuktian secara praktis
sebagai langkah singkronisasi antara konsep teoritis dengan kenyataan (praktis).
Fenomena-fenomena ini terjadi bukan karena tidak adanya dinamometer chasis,
namun lebih condong pada harganya yang begitu mahal dan tidak terjangkau. Ini
semua karena alat-alat tersebuat harus didatangkan dari luar negeri dalam
pengadaannya.
Dalam kajian permasalahan yang ada sebenarnya hanya berfokus pada
mahalnya harga dynamometer dan bagaimana mewujudkan sebuah konsep baru
dari sebuah alat pengukur daya sepeda motor. Hal ini terjadi karena alat pengukur
daya yang ada di Indonesia adalah alat yang didatangkan dari luar negeri baik dari
Australia, Jepang ataupun dari negara-negara yang lain. Permasalahan ini juga
ditunjang juga dengan tidak adanya produk alat ukur daya sepeda motor yang
diproduksi di dalam negeri.
Program ini dirasakan akan mampu untuk menjawab dari permasalahan
yang ada. Sesuai dengan tujuan dari program, alat pengukur daya alternatif ini
akan dapat memenuhi kebutuhan akan alat pengukur daya sepeda motor dengan
harga yang relatif murah. Dengan konsep baru ini nantinya diharapkan akan
mampu memberikan kontribusi perkembangan teknologi di Indonesia, sebagai
salah satu bentuk hasil karya dari anak bangsa.
PKMT-5-6-3

METODE PENDEKATAN
Dalam pembuatan Differential Dynamometer Chasis Alternatif ini
tentunya membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak. Sebelum itu tentunya
dilakukan pembelajaran-pembelajaran tentang dynamometer yang ada terlebih
dahulu, untuk mendapatkan tinjauan-tinjauan khusus tentang apa saja yang
dibutuhkan dalam pembuatan sebuah alat pengukur daya sepeda motor.
Pembelajaran yang dilakukan ini berwujud observasi-observasi tentang
dynamometer yang telah ada.
Dalam pembuatan Differrential Dynamometer Chasis Alternatif kali ini
mendapatkan bantuan atau kerja sama dengan PT. Semesta Citra Motorindo
(Kanzen), yaitu pabrikan produk sepeda motor Kanzen. Kanzen sebagai salah satu
pabrik penghasil produk sepeda motor memiliki sebuah dynamometer chasis yang
didatangkan dari Jepang. Berdasarkan kerja sama inilah dilakukan observasi,
sehingga didapatkan data-data tentang kebutuhan yang nantinya diperlukan dalam
pembuatan sebuah alat ukur daya sepeda motor.

Gambar 1. Dynamometer PT. SCM Kanzen ONO SOKKI

Selain itu juga dilakukan observasi tentang dynamometer pabrikan


Australia yang telah dimiliki oleh PT. Khatulistiwa, dengan melakukan seubah
pengujian kendaraan bermotor di dynamometer yang dimiliki oleh PT.
Khatulistiwa. Sehingga dari pengujian yang dilakukan tersebut dapat dilihat dan
dianalisis bagaimanakah sebuah pengukuran daya sepeda motor. Kemudian juga
dilakukan observasi tentang sistem yang digunakan baik dari segi tansfer daya,
pembebanan ataupun pendinginan. Setelah didapatkan data dilakukan analisis
yang dipadukan dengan dynamometer milik PT. Surya Citra Motorindo (Kanzen),
kemudian dihasilkan suatu gambaran yang sangat jelas tentang alat pengukur daya
sepeda motor.
Pembuatan Differential Dynamometer Chasis Alternatif ini dilakukan
dengan beberapa tahap, yaitu tahap desain tentunya dengan basic drawing-nya.
Setelah itu dilakukan pembuatan prototype yang nantinya sebagai wujud awal dari
desain yang telah dibuat. Untuk tahapan yang selanjutnya dilakukan kalibrasi
pengukuran dan dilakukan uji coba dengan melakukan pengukuran daya dari
sebuah sepeda motor.
PKMT-5-6-4

Gambar 2. Dynamometer milik PT. Khatulistiwa (Dyno Dynamics)

Dari hasil uji coba yang telah dilakukan, dilakukan analisis data yang
diperoleh. Dari analisis ini nantinya dapat ditentukan alat ini benar-benar
berfungsi secara baik atau tidak. Hasil data yang ditunjukkan juga sebagai bahan
tinjauan awal kalibrasi yang kemudian dijadikan sebagai dasar pengembangan
untuk penyempurnaan Differntial Dynamometer Chasis Alternatif ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan konstruksi dan kemampuannya Differential Dynamometer
Chassis Alternatif mempunyai prinsip kerja sebagai berikut :
1) Daya sepeda motor yang digunakan untuk memutar roda akan diteruskan ke
roller Differential Dynamometer Chassis Alternatif sehingga akan diteruskan
untuk memutar unit differential. Putaran diteruskan ke poros kanan dan kiri
yang mana satu poros memutar pompa fluida dan satu poros lagi dihubungkan
dengan unit penekan pesawat hidrolis.
2) Pompa fluida akan terus memompa fluida cair dari reservoir bersirkulasi
melalui keran dan selang-selang tekanan tinggi. Keran utama ditutup rapat,
mengakibatkan aliran fluida hanya melewati saluran keran by pass. Pada saat
dilakukan pembebanan (penutupan keran by pass) maka putaran pompa fluida
menjadi berat/terhambat. Putaran pada pompa dapat diketahui melaui alat
pembaca putaran (tachometer) yang dipasang pada poros penggerak pompa. Hal
seperti tersebut mengakibatkan beban pada kedua poros tidak sama sementara
putaran dari roller terus terjadi, beban poros penggerak pompa ini akan diteruskan
ke poros unit load cell. Puli pada poros akan bergerak menarik tali dan besar gaya
yang diterima akan langsung dapat terbaca secara digital pada display load cell.
3) Data gaya yang diperoleh dari load cell kemudian digunakan sebagai dasar
dalam melakukan penghitungan torsi. Dengan penggunaan konversi secara
digital, digunakan program visual basic untuk dapat membuat program yang
digunakan untuk mengkonversikan data-data yang diperoleh.

Setelah torsi pengukuran dapat diketahui, maka data tersebut kita kalikan
dengan putaran pompa yang kita peroleh dari pembacaan pada tacho meter dan
konstanta sehingga daya pengukuran suatu motor dapat kita ketahui. Pengukuran
PKMT-5-6-5

ini dapat dilakukan pada berbagai tingkatan putaran (rpm) dengan variasi
pembebanan yang berbeda.

4
7
6
3

Gambar 3. Konfigurasi Dynamometer Chasis Alternatif

Keterangan gambar:
1. Differential unit
2. Puli pengukur torsi
3. Load cell
4. Roller
5. keran pembeban
6. Gear pump
7. Selang tekanan tinggi
8. Tabung reservoir

Differential Dynamometer Chasis Alternatif merupakan alat uji daya dan


torsi sepeda motor yang memanfaatkan konsep kesetimbangan gaya pada
differential dan konsep pembacaan gaya pada load cell sebagai media
pembacanya, yang mana pembebanan motor diatur melalui pembebanan pompa
dengan pemampatan fluida cair melalui keran-keran pengatur. Differential
Dynamometer Chassis Alternatif yang dimaksud dalam program ini adalah sebuah
alat uji daya baru yang digunakan untuk mengetahui unjuk kerja daya sebuah
sepeda motor. Salah satu bentuk grafik daya fungsi putaran dapat ditunjukkan
pada contoh grafik di bawah ini:
Hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan angka yang mampu
menunjukkan daya dari sepeda motor. Pengujian tersebut dilakukan pada sebuah
sepeda motor bebek 100 cc pabrikan jepang. Angka yang ditunjukan rata-rata
adalah 6,9 HP. Ini sudah mendekati nilai dari spesifikasi daya yang dikeluarkan
oleh pabrik yaitu sekitar 7,5 HP.
Pengujian tersebut juga mampu menunjukkan seberapa besarkah
pembebanan yang diperlukan untuk menunjukkan beban-beban yang dialami oleh
motor terhadap jalan raya. Besar kecilnya penutupan katup telah dapat ditentukan
untuk mendapatkan pembebanan yang tepat.
PKMT-5-6-6

6,47

6 5,98
5,76 5,76
5,39 5,41
5 4,96
4,89
DAYA (HP)

4 3,97
3,73
3,51
3,48

3 3,12
2,86
2,76
2,34
2

0 0
1 2 3 4 5
Percepatan 0 2,34 3,73 5,39 5,41
gigi 1
Percepatan 01000 2000
2,76 3000
3,48 4000
4,89 5000
5,76
gigi 2
Percepatan 0 2,86 3,51 4,96 5,98
gigi 3
Percepatan 0 3,12 3,97 5,76 6,47
gigi 4
PUTARAN ENGINE (rpm)

Percepatan gigi 1 Percepatan gigi 2


Percepatan gigi 3 Percepatan gigi 4

Gambar 4. Grafik Rata-rata Hasil Pengujian

Analisa pada Differential Dynamometer Chassis Alternatif bahwa


pengukuran torsi dilakukan dengan cara mengkonversikan pembebanan dinamis
yang terjadi pada gear pump menjadi gaya (torsi) pada load cell. Semakin besar
pemampatan aliran fluida pada katup pembeban akan meningkatkan torsi yang
diberikan. Selain itu semakin tinggi putaran yang terbaca pada gear pump juga
akan membuat torsi yang dibaca semakin besar pula.
Analisa kenaikan daya pada engine tentunya tidak lepas dari konsep daya
itu sendiri yang mana daya dengan kata lain adalah usaha per satuan waktu. Daya
pada engine secara garis besar mempunyai dua komponen pokok yaitu besarnya
torsi engine dengan putaran dari engine itu sendiri. Besarnya torsi pada motor dan
PKMT-5-6-7

faktor yang penyebabnya dapat dilihat pada pembahasan tentang torsi seperti yang
telah dibahas sebelumnya. Faktor putaran yang dihasilkan engine memegang
peranan penting sehingga daya maksimal pada engine akan tercapai pada putaran
engine yang lebih tinggi dibandingkan dengan tercapainya torsi maksimal.
Differential Dynamometer Chasis Alternatif telah dirancang dengan
berbagai kemudahan, diantaranya daya yang diperoleh dari pengujian sebuah
sepeda motor ditunjukkan secara digital dengan prinsip komputerisasi. Secara
spesifik, daya yang diperoleh merupakan hasil konversi antara data yang diterima
oleh proximity, yaitu berupa putaran pompa yang dihasilkan oleh roller yang
digerakkan oleh roda sepeda motor yang dihubungkan pada differential dengan
torsi yang diterima oleh load cell yang besarnya ditentukan oleh pembebanan
dinamis pada gear pump. Besarnya torsi yang diterima oleh load cell sebanding
dengan besar pemampatan aliran fluida dan jumlah putaran yang diterima oleh
tachometer. Kedua alat tersebut, yaitu tachometer dan load cell dihubungkan
langsung dengan CPU pada komputer. Sedangkan program yang digunakan untuk
mengkonversi data-data tersebut adalah program visual basic.
Dengan prinsip komputerisasi yang digunakan pada Differential
Dynamometer Chasis Alternatif ini disamping memudahkan dalam pembacaan
daya yang dihasilkan dari pengujian sepeda motor yang diuji, juga dapat
meminimalisir kesalahan pada saat pengkonversian kedua data yang dihasilkan
oleh proximity dan load cell yang digunakan untuk mengetahui besar daya
kendaraan bermotor, dalam hal ini sepeda motor yang diuji. Selain itu, data yang
ditunjukkan oleh komputer merupakan data yang konkrit, karena data tersebut
dihasilkan oleh putaran roda kendaraan bermotor yang dicatat oleh sensor, bukan
berdasarkan perkiraan (feelling) belaka.

KESIMPULAN
Kemajuan teknologi bidang otomotif juga sama halnya dengan kemajuan
pada bidang lainnya menuntut diperlukannya berbagai macam alat ukur sebagai
sarana penunjang. Differential Dynamometer Chasis Alternatif dapat memenuhi
kebutuhan tersebut, karena dapat dibuat di Indonesia dengan harga yang murah,
sehingga mampu dijangkau oleh industri otomotif, perbengkelan dan dunia
pendidikan yang ada di Indonesia.
Differential Dynamometer Chasis Alternatif merupakan alat uji daya dan
torsi sepeda motor yang memanfaatkan konsep kesetimbangan gaya pada
differential dan konsep pembacaan gaya pada load cell sebagai media
pembacanya, yang mana pembebanan motor diatur melalui pembebanan pompa
dengan pemampatan fluida cair melalui keran-keran pengatur. Dengan konsep
yang sederhana ini diharapkan Differential Dynamometer Chasis Alternatif dapat
memberikan kemudahan dalam pengukuran daya sepeda motor karena
pembacaaan hasil sudah dibuat secara digital dan terbaca secara jelas dengan
menggunakan komputerais.

DAFTAR PUSTAKA
Koesnadi, KoesworoW.E. 1979. Praktek Servis dan Pengujian Otomotif 1.
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan: Jakarta.
_______________. 2000. ONO SOKKI / Manufacturing Specification Sheet.
PKMT-5-7-1

MICRO CAR
MOBIL MINI 100 CC SERBA GUNA, HEMAT ENERGI,
MURAH DAN LINCAH

Muhammad Rhuli, Aris Dwi Susilo, Mulyono, Try Setyo Nugroho


Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Semarang

ABSTRAK
Perkembangan dunia industri dibidang science and technology dapat dirasakan
sekarang ini. Perkembangan yang terlihat adalah dibidang otomotif. Mobil-mobil
sekarang ini dengan desain yang relatif besar, sehingga sering menyebabkan
kemacetan dikota-kota besar. Ukuran cc yang relatif besar maka akan
menggunakan bahan bakar yang relatif besar juga. Berdasarkan Instruksi
Presiden (Inpres) RI No. 10 Tahun 2005 tentang penghematan energi maka
dibutuhkan desain mobil baru yang mampu mengatasi masalah penghematan
energi dan tentunya kemacetan lalu lintas. Micro car mobil mini masa depan
dirancang untuk memenuhi kebutuhan bagi para pengguna alat transportasi
khususnya mobil hemat bahan bakar, penuh kenyamanan dan keamanan. Micro
car diciptakan untuk mengatasi masalah kemacetan di kota-kota besar, untuk
menghemat bahan bakar dan harganya dapat dijangkau oleh masyarakat. Karena
konstruksi dari micro car yang sangat sederhana. Pembuatan micro car dimulai
dengan melakukan observasi, penelitian awal dan pengumpulan data dengan
menggunakan metode interview, documenter, literature. Dilanjutkan dengan
penelitian lanjutan dengan menggunakan metode perencanaan dan pembuatan
alat serta pengujian hasil eksperimen. Micro car diharapkan dapat menggantikan
mobil-mobil yang telah berkembang, dan dengan inovasi yang lebih baik lagi
diharapkan micro car dapat bersaing dengan produk-produk lain. Ke depannya
nanti diharapkan micro car mampu memberikan kemudahan dalam
mengendarainya, disamping harganya yang relatif lebih murah, dan dengan
efisiensi mesin yang tinggi mesin ini menjadi lebih irit bahan bakar, sehingga
penghematan bahan bakar dapat terwujud. Micro car dapat mengatasi masalah
yang ditimbulkan oleh desain mobil yang lama yaitu desain mobil yang besar
dengan cc yang besar sehingga mengakibatkan kemacetan dikota-kota besar
dan boros bahan bakar.
Kata kunci : Mobil mini hemat bahan bakar

PENDAHULUAN
Perkembangan dunia industri dibidang science and technology dapat
dirasakan pada saat-saat sekarang ini. Perkembangan yang sangat pesat terlihat di
dunia otomotif yang menampilkan banyak sekali jenis dan bentuk dari sebuah
mobil yang digunakan untuk membantu dalam menyelesaikan tugas para
penggunannya ( Lawrence Vlack). Bentuk dari desain mobil-mobil yang
berkembang saat ini dirancang dalam bentuk yang sangat besar sehingga sering
menyebabkan kemacetan dikota-kota besar. Selain itu mobil-mobil sekarang ini
relatif bersifat boros, dikarenakan besarnya ukuran cc dari mesin yang
digunakan. Ukuran mesin yang cukup besar pastilah akan membutuhkan
konsumsi bahan bakar yang relatif besar juga. Berdasarkan Instruksi Presiden
PKMT-5-7-2

(Inpres) RI No.10 Tahun 2005 tentang penghematan energi maka dibutuhkan


sebuah desain mobil baru yang mampu mengatasi masalah penghematan energi
dan tentunya kemacetan lalu lintas.
Kecenderungan dari mobil-mobil yang berkembang saat ini memiliki
kontruksi yang relatif lebih besar sehingga, apabila digunakan dalam jumlah yang
sangat banyak dapat mengakibatkan kemacetan yang cukup berarti di kota-kota
yang padat akan penduduknya.
Micro car mobil mini masa depan dirancang untuk memenuhi kebutuhan
bagi para pengguna alat transportasi khususnya mobil hemat bahan bakar, penuh
kenyamanan dan keamanan yang disajikan oleh micro car. Micro car memberikan
desain yang sangat nyaman dan aman serta kontruksinya yang sangat sederhana,
sehingga biaya pembuatan mikro car relatif lebih murah dibandingkan dengan
mobil-mobil pada umumnya. Dan karena kapasitas mesinnya lebih kecil
dibandingkan dengan mobil pada umumnya sehingga penggunaan bahan bakar
menjadi lebih irit. Kapasitas mesin mikro car adalah 100 cc dengan menggunakan
mesin sepeda motor.
Micro car karena mesinnya relatif lebih kecil maka tempat dudukan dari
mesin tersebut juga kecil sehingga ukurannya dari mikro car menjadi lebih kecil.
Karena ukuran dari mikro car yang relatif lebih kecil sehingga akan mengurangi
tingkat kemacetan apabila digunakan pada kota-kota yang penduduknya padat.
Dan akan mengurangi tingkat kecelakaan yang diakibatkan dari kemacetan
tersebut.
Dengan kapasitas mesin yang sangat besar pada mobil pada umumnya
sehingga membutuhkan konsumsi bahan bakar yang relatif lebih banyak sehingga
menjadi boros bahan baker (Koesnadi, KoesworoW.E). Dan dengan kontruksi dan
ukuran mesin yang lebih besar, sehingga membutuhkan tempat mesin yang relatif
besar pula, karena mesinnya besar bodi dan rangkanya juga menyesuaikan dengan
kontruksi mesinnya.
Dengan kontruksi mobil pada umumnya yang cukup besar itu
mengakibatkan ukuran mobil menjadi lebih besar pula sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya kemacetan yang ada di kota-kota besar dengan
penduduk yang sangat padat. Dengan banyaknya mobil besar yang berkembang
dikota-kota dengan penduduk yang cucup banyak dapat mengakibatkan
kecelakaan, baik kecelakaan yang diakibatkan karena bentuk dan kontruksi mobil
tetapi akibat dari tingkat kemacetan yang cukup besar.
Desain dari mobil sekarang ini sangat tidak memahami tentang terbatasnya
kandungan minyak bumi yang ada dialam ini. Dan juga kemacetan-kemacetan
yang terjadi dikota-kota besar. Karena desain mobil yang sekarang ini relative
besar dengan cc mesin yang besar juga. Dengan keadaan tersebut masih banyak
masyarakat yang belum menyadari bahwa perlunya menghemat bahan bakar dan
juga mengatasi kemacetan yang sering terjadi dikota-kota besar. Industri mobil
saat ini masih belum menyadari bahwa desain yang selama ini masih belum bias
mengatasi masalah penghematan bahan baker dan juga kemacetan-kemacetan
yang terjadi, karena desain yang digunakan masih relative besar dengan cc
mesin yang besar juga.
Masyarakat di Indonesia khususnya di kota-kota besar lebih
mementingkan kehidupan bisnis sehingga memerlukan suatu alat yang mampu
untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh masyarakat di kota tersebut.
PKMT-5-7-3

Maka diciptakan suatu alat yang menjadi terobosan terbaru dalam dunia otomotif
dan alat tersebut adalah micro car mobil mini masa depan. Micro car iciptakan
untuk menngatasi masalah penghematan bahan baker dan juga kemacetan yang
terjadi sekarang ini. Desain micro car yang sederhana,konstruksi yang sederhana
dan juga cc mesin yang relative kecil, diharapkan micro car mobil mini masa
depan mampu mengatasi masalah penghematan bahan baker, kemacetan-
kemacetan dikota-kota besar dan juga dapat dinikmati oleh masyarakat umum
karena harganya yang sangat terjangkau. Dengan diciptakannya mobil mini masa
depan akan mempunyai keuntungan yang sangat besar, yaitu : efisiensi tempat,
fungsional (sesuai dengan kondisi medan dan pemakai), tidak mudah rusak,
ekonomis, kestabilan yang maksimal, daya tarik yang mengesankan.
Tujuan dari kegiatan ini adalah mampu memberikan gambaran lain tentang
alat yang memiliki efisiensi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan alat yang
sudah ada, mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dari perkuliahan dengan dunia
nyata didunia otomotif yang berkembang pesat. Dengan pengembangan micro car
ini di harapkan Indonesia mengembangkan industri berbasis otomotif yang
mampu bersaing pada pasar bebas.

METODE PENDEKATAN
Pembuatan Micro Car dilakukan selama tiga bulan yang mayoritas
pengerjaannya pada malam hari dan dilakukan di Workshop Teknik Mesin
UNNES.
Sebelum melakukan pembuatan Micro Car, terlebih dahulu dilakukan
observasi dan pembelajaran di salah satu tempat produsen kendaraan. Satu bulan
sebelum mengerjakan Micro Car, dilakukan observasi dan pembelajaran di sebuah
perusahaan sepeda motor yang ada di Indonesia, yaitu PT. Semesta Citra
Motorindo (Kanzen) yang merupakan program kerjasama antara Jurusan Teknik
Mesin UNNES dengan perusahaan sepeda motor tersebut.
Pada perusahaan tersebut kami melakukan pembelajaran dan observasi
pada divisi Research and Development (R & D) yang merupakan salah satu divisi
yang membidangi masalah penelitian dan pengembangan produk yang dihasilkan
oleh perusahaan tersebut. Selama berada disana, kami melakukan pembelajaran
mengenai bagaimana tahapan menciptakan suatu produk kendaraan yang nantinya
dapat diproduksi secara masal.
Setelah melakukan observasi dan pembelajaran di PT. Semesta Citra
Motorindo (Kanzen), maka selanjutnya dilakukan perencanaan dan perancangan
desain menggunakan soft ware untuk membantu dalam proses pembuatan Micro
Car. Dengan terbentuknya desain Micro Car yang paling baik, kemudian
dilakukan survei dan pemilihan bahan-bahan yang paling sesuai untuk pembuatan
micro car tersebut, dan selanjutnya dilakukan proses pembelian bahan-bahan yang
diperlukan. Dalam hal ini, pembelian bahan hanya sebatas pembelian bahan untuk
rangka dan untuk sistem kemudinya saja, karena bahan yang lainnya di suplai oleh
PT. Semesta Citra Motorindo (Kanzen) melalui kerjasama tersebut. Pada sistem
rangkanya menggunakan besi kotak ukuran 4 cm X 8 cm, sistem kemudinya
menggunakan rack pinion modifikasi, mesinnya menggunakan pesona 100 cc dan
komponen-komponen lainnya mengadopsi dari motor scudeto.
Sebelum melakukan pengerjaan pada bahan-bahan yang telah di dapat
tersebut, terlebih dahulu mempersiapkan alat yang akan digunakan, antara lain :
PKMT-5-7-4

1. mesin las listrik


2. gerinda tangan dan potong
3. kunci set ring dan pas
4. palu, obeng
5. mesin bubut
6. bor tangan
7. kompresor
8. alat cat (brusher)
9. elektroda
10. mata gerinda potong dan kasar

Dalam pembuatan Micro Car diperlukan suatu metode penelitian yang


tepat, metode yang digunakan diantaranya literatur yaitu membaca serta
mempelajari buku-buku tentang cara pembutan desain suatu mobil dan juga data-
data maupun informasi yang diperlukan dalam pembuatan Micro Car. Selain
metode tersebut, juga digunakan metode interview (wawancara) yaitu melakukan
wawancara dengan produsen yang sudah professional dalam mendesain dan
menciptakan sebuah kendaraan. Data-data yang sudah diperoleh kemudian
diwujudkan dalam bentuk kajian teoritis mengenai mobil mini yang hemat dan
sesuia dengan segala kondisi yang sudah ada untuk dibandingkan dengan mobil
yang kami desain.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Micro car mobil mini masa depan merupakan karya yang kreatif dan
inovatif yang dirancang dengan memperhitungkan dan mempertimbangkan dari
kontruksi maupun desainnya. Desain dari mikro car merupakan terobosan terbaru
yang sangat memperhatikan tingkat aerodinamis sehingga micro car sangat
nyaman dan tangguh disegala medan.

Gambar 1. Micro Car Mobil mini 100 cc serba guna, ,murah dan lincah
PKMT-5-7-5

Micro Car adalah sebuah mobil mini 100 cc serba guna, hemat energi,
murah dan lincah yang mempunyai banyak keuntungan. Keuntungan yang bisa
didapatkan antara lain: Efisiensi tempat, fungsional (sesuai dengan kondisi medan
dan pemakai),tidak mudah rusak, ekonomis,kestabilan maksimal,dan daya tarik
yang mengesankan. Micro car diharapkan dapat menggantikan mobil-mobil yang
telah berkembang, dan dengan inovasi yang lebih baik lagi diharapkan Micro Car
dapat bersaing dengan produk-produk lain.
Micro Car diharapkan mampu memberikan kemudahan dalam
mengendarainya, disamping harganya yang relatif lebih murah, dan dengan
efisiensi mesin yang tinggi mesin ini menjadi lebih irit bahan bakar, sehingga
penghematan bahan bakar dapat terwujud.
Micro Car mobil mini masa depan dengan spesifikasi antara lain :
a. Rangka tengah dan depan yang terbuat dari besi kotak dengan ukuran 8 X
4 cm yang mempunyai tebal 2 mm, berbentuk persegi panjang yang
disambung atau disatukan dengan menggunakan las listrik,dimana bentuk
dan kontruksinya mengarah pada desain yang sederhana, ramping serta
kuat untuk menumpu beban.
b. Micro Car mempunyai panjang keseluruhan (wheel base) 180 cm dan
mempunyai lebar (jarak kedua roda belakang) 100 cm.
c. Rangka dari Micro Car ini dirancang sedemikian rupa, desain rangka
Micro Car sangat kokoh dan sangat tahan dengan beban yang sangat berat
sekalipun.
d. Rangka Micro Car bagian depan dibuat seperti lengan ayun yang di
topang oleh dua shock breaker dengan model teleskopok dari Pabrikan
Kanzen mengadopsi milik Scudeto 125cc matik.
e. Bagian-bagian dari rangka : rangka depan, rangka bagian belakang dan
ada dua shock breaker yang mengadopsi milik Suzuki Satria 125cc serta
poros penopang as rangka depan.
f. Rangka yang terdiri dari dua bagian yang dapat dilepas dan dimungkinkan
bisa diganti sesuai dengan kondisi penggunaan Micro Car, untuk
penumpang atau untuk barang.
g. Terdapat dua buah lengan ayun yang megadopsi dari Pesona 110 cc milik
Kanzen, untuk menumpu kedua roda belakang dengan sistem suspensi
secara independent sehingga lebih nyaman dalam berkendara.
h. Rangka depan sebagai kedudukan mesin didesain dengan ditopang dengan
sebuah poros dan poros tersebut diberi bantalan (bearing) agar perputaran
poros menjadi lebih ringan untuk memudahkan pengemudian.
i. Mesin Micro Car ditempatkan pada rangka depan dengan ditopang
dengan menggunakan poros yang cukup kuat untuk menahan beban dari
mesin itu sendiri
j. Sistem kemudi yang dirancang sedemikian rupa dan di atur sudut
kemiringannya, agar dalam mengendarai Micro Car tersebut nyaman dan
aman.
k. Sistem kemudi yang berfungsi untuk menggerakkan mesin depan pada
waktu berjalan, sistem kemudi digerakkan dengan menggunakan bantuan
rack and pinion gear dengan perbandingan 1: 9 yang sangat kuat, sehingga
mampu untuk menggerakkan mesin di depan dan berbalik arah
kebelakang.
PKMT-5-7-6

l. Sistem kemudi dapat memutarkan rangka tumpuan mesin sebesar 2250,


karena rangka tumpuan mesin ditopang oleh satu poros.

Gambar 2. Sistem kemudi Rack and Pinion Micro Car

m. Putaran mesin digunakan untuk menggerakkan micro car maju dan


mundur dengan mendistribusikan daya yang dibangkitkan oleh mesin
keroda depan dengan menggunakan bantuan chain (rantai).
n. Pada posisi micro car berjalan maju dengan kecepatan dan posisi gigi
tertentu (top gear 4), maka micro car juga dapat berjalan mundur dengan
kecepatan dan posisi yang sama dengan jalan memutar kemudi 1800.
o. Kecepatan yang telah dicoba saat melaju kedepan adalah 60 km/jam dan
diaharapkan nantinya akan mampu mencapai 80 km/jam dengan kapasitas
penumpang dua orang dan beban bagasi maksimal 50 kg.

Dalam perjalanan pembuatan dan mendesain micro car banyak hal yang
dapat diperoleh, baik kesulitan, kendala-kendala maupun beberapa hal yang dapat
membantu penyempurnaanya.
Beberapa kesulitan/Kendala yang dihadapi dan solusinya.
Kesulitan/Kendala yang dihadapi selama mendesain dan pembuatan micro
car adalah:
a. Sulitnya mendesain dan merencanakan konstruksi yang sesuai dengan
kebutuhan dan kekuatan serta ketersediaan bahan yang ada dipasaran.
b. Pada beberapa komponen sulit didapat dalam pasaran sehingga kami
harus berusaha untuk membuat sendiri atau dengan cara memesan pada
produsen sendiri.
c. Terbatasnya pengetahuan tentang tempat-tempat produsen barang-barang
yang dibutuhkan dalam pembuatan micro car, terutama dalam spesifikasi
engine.
d. Mahalnya komponen-komponen yang dibutuhkan dalam pembuatan,
sehingga kami harus berupaya membeli barang dengan harga seminimal
mungkin tetapi sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan.
e. Pembuatan Micro Car sedikit tersendat akibat team merupakan
fungsionaris HIMPRO Teknik Mesin dan terdapat banyak kegiatan di
jurusan pada bulan april minggu pertama dan pertengahan bulan april.
PKMT-5-7-7

Beberapa sulusi yang dapat kami lakukan diantaranya adalah:


a. Untuk mendesain dan merancang moicro car kami menggunakan berbagai
macam softwere yang membantu.
b. Desain pelk dan bosh roda depan kami membuat sendiri pada produsen
pembubutan dengan spesifikasi yang sama pada ketiga roda micro car,
beberapa komponen kami harus mengadopsi dari spesifikasi kendaraan
lain karena spesifikasi yang dibutuhkan sangat sulit.
c. Banyaknya aktifitas kegiatan ditingkat jurusan dan perkuliahan maka
waktu yang efektif dipakai lebih banyak pada malam hari, memang tidak
bisa 100% karena terhambat juga dengan kemampuan manusia yang
terbatas.

KESIMPULAN
Dari ringkasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Micro Car dapat
menghemat bahan baker sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) RI No. 10
Tahun 2005, karena micro car mempunyai kemampuan mesin yang relative kecil
yaitu 100 cc. Micro car diharapkan mampu menjadi mobil yang hemat energi,
murah dan lincah, karena melihat bahwa kandungan minyak bumi yang semakin
menipis dan juga kemacetan-kemacetan yang terjadi dikota-kota besar yang padat
akan penduduknya.
Konstruksi micro car sangat kuat apabila dibandingkan dengan beban dan
pemakainya,karena ditopang dengan rangka yang dapat disatukan dan dapat
diganti sesuia dengan kebutuhan pengendaraan dan sesuai fungsi kegunaan dari
micro car.
Micro Car sudah mampu berjalan dengan baik dengan kesesuian antara
system rangka , system rem, system kemudi , system roda-roda dan engine.
Penggerak roda (pemindah daya) menggunakan rantai (chain) dengan
perbandingan gigi yang cukup besar sesuai dengan beban yang sudah
diperhitungkan.
Terdapat beberapa kendala yang kami temui dalam pembuatanya
diantaranya kesesuaian desain dengan bahan yang ada di dalam pasaran.
Micro car ini dapat dijadikan mobil alternative dan disosialisasikan kepada para
wirausaha dan konsumen kendaraan bermotor untuk meningkatkan efektifitas.

DAFTAR PUSTAKA
Koesnadi, KoesworoW.E. 1979. Praktek Servis dan Pengujian Otomotif 1.
Jakarta : Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
Toyota Service Training, 2004. New Step 1 Training Manual. Jakarta : PT. Toyota
Astra Motor.
Vlack, Lawrence H. Van, 1985. Material for Engineering Concept and
Aplication. Wesley : Publishing Company Inc
PKMT-5-8-1

KERAN AIR HEMAT DAN HIGIENIS

Eko Arianto, M. Maulana Kadarusman, Ahmad Rifai


PS Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta

ABSTRAK
Gerakan hemat di berbagai bidang sekarang ini menjadi program pemerintah,
salah satunya adalah penghematan air. Sementara ini masyarakat menggunakan
keran air yang tanpa kita sadari dapat menyebabkan pemborosan. Salah satu
contohnya saat kita membasuh muka dengan cara menggunakan dua buah tangan
untuk mewadahi air di bawah keran air yang terbuka kemudian membasuhkan air
di tangan tersebut ke muka. Tanpa kita sadari keran tersebut terbuka meskipun
kita tidak membutuhkannya dan telah melakukan. Keran air konvensional yang
digunakan masyarakat berpotensi menyebarkan kuman karena saat membuka
maupun menutup keran kita memegang gagang keran. Jika saat membuka keran
tangan kita kotor, maka setelah mencucinya dengan air dari keran tangan
menjadi bersih tetapi kita memegang gagang keran lagi untuk menutup keran
tanpa kita sadari tangan kita telah kotor lagi karena kotoran masih tertinggal di
gagang keran saat tangan kita kotor. Untuk itulah diperlukan pembuatan keran
yang mampu secara otomatis membuka bila dibutuhkan air serta tidak
memerlukan memegang bagian keran bila ingin mengalirkan air maupun
menutupnya. Dengan latar belakang tersebut, maka dibuatlah Keran Air Hemat
dan Higienis. Susunan Keran Air Hemat dan Higienis ini mempunyai beberapa
bagian yaitu sensor jarak, rangkaian kontrol, rangkaian driver, pembuka dan
penutup keran serta rangkaian catu daya. Pendeteksian ada dan tidaknya
kebutuhan air dengan mengukur jarak benda dengan keran air menggunakan
metode pantulan gelombang ultrasonik. Jika ada benda dengan jarak kurang dari
atau sama dengan 10cm dengan keran maka akan mengalirkan air dengan kecil,
dan jika benda berjarak lebih dari 10cm keran akan mengalirkan air dengan
penuh. Hasil dari pembuatan alat ini didapatkan bahwa keran air hemat dan
higienis ini mampu membedakan pengeluaran air dengan jarak antara keran
sampai 10cm, lebih dari 10cm dan tanah sehingga dapat mengalirkan air sesuai
yang diperlukan tanpa menyentuh apapun bagian keran. Keran air hemat dan
higienis ini dapat menghemat pemborosan air sebesar 16% pada pengujiannya.

Kata kunci : Keran air, Hemat, Higienis, Kontrol

PENDAHULUAN
Sekarang ini pemerintah mencanangkan gerakan hemat di berbagai
bidang. Hemat dapat diartikan dengan menggunakan sesuatu dengan semestinya
dan tidak boros. Salah satu sumber daya alam yang dapat dilakukan penghematan
yaitu air. Kita sering tidak menyadari bahwa kita membuang-buang air. Sebagai
contoh saat menggosok gigi dengan bantuan air, ada orang yang membiarkan
keran air untuk terbuka. Meskipun sebentar, orang tersebut dapat dikatakan orang
yang membuang-buang air. Contoh lainnya yaitu saat kita mencuci muka, tentu
kita akan membiarkan keran air terbuka walaupun saat kita mengusap air ke muka
dan membiarkan keran menyala terus. Penggunaan air yang tidak sesuai dengan

1
PKMT-5-8-2

penggunaan dapat juga memperboros air, misalnya saat kita cuma ingin mengusap
rambut dengan sedikit air tetapi menyalakan air dengan penuh dan dapat
menciprat ke arah mana-mana. Contoh di atas merupakan sedikit kegiatan yang
kita lakukan saat menggunakan air, yang ternyata dapat memboroskan air. Bila air
pada daerah tersebut didapatkan dengan cara memompa air dari sumur
menggunakan listrik, maka akan terjadi juga pemborosan energi listrik.
Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan keran air yang akan membuka
otomatis saat diperlukan, sehingga pemborosan air dapat dihindarkan. Alat
tersebut harus dibuat sedemikian hingga saat ada benda di bawah keran, akan
otomatis menyala, dan jika tidak ada benda, maka akan tertutup sendiri. Selain
berguna untuk menghemat air, keran harus bersifat higienis. Arti higienis disini
adalah keran air tidak menyebarkan kuman. Sebagai contoh saat tangan kita kotor
dan ingin mencucinya, tentu saja pertama kali kita akan memegang keran air dan
membukanya untuk mengalirkan air sehingga kita dapat membersihkan tangan
menggunakan air tersebut. Pada keran air yang konvensional tersebut, kuman
akan berada pada gagang keran karena saat pertama kali yang dilakukan setiap
orang jika ingin membuka air adalah memutar gagang keran. Kuman yang
menempel pada gagang keran akan makin banyak jika gagang keran jarang
dibersihkan. Masalah tersebut dapat diatasi dengan merancang suatu keran yang
akan berkerja secara otomatis jika ada benda di bawah keran, maka keran tersebut
akan bekerja untuk mengalirkan air tanpa dengan memegang bagian keran untuk
mengalirkan air. Dengan alat ini diharapkan dapat mengurangi pemborosan air
dan tidak berkuman atau bisa juga disebut higienis. Perumusan masalahnya yaitu
bagaimana merancang keran air yang secara otomatis menutup sendiri jika tidak
digunakan dan bila dinyalakan tidak perlu menyentuh bagian apapun serta dapat
mengeluarkan air sesuai yang dibutuhkan.Tujuan dari pelaksanaan program ini
adalah membuat suatu keran yang dapat mengalirkan air secara otomatis bila
terdapat benda di bawah keran dan berhenti ketika tidak ada benda di bawah keran
karena keran air dapat mengeluarkan air di saat yang tepat serta memberdayakan
keran air konvensional dengan menambahkan alat kontrol untuk menggerakkan
kendali keran. Program ini diharapkan akan memberikan kegunaan sebagai
berikut :
1. Meningkatkan kepekaan dan kreativitas mahasiswa dalam
memberdayakan barang bekas dan mengatasi masalah yang berkembang di
masyarakat serta mencari solusi yang tepat.
2. Mengenalkan alat baru sebagai cara alternatif dalam rangka penghematan
air yang dapat berdampak pada penghematan listrik.
3. Meningkatnya mutu hidup masyarakat karena penyebaran kuman melalui
gagang keran terkurangi.

METODE PENDEKATAN
Dalam pelaksanaan penelitian ini mengunakan metode rancang bangun
dan dilakasanakan antara bulan Februari.sampai dengan Mei 2006. Langkah
pertama yang dilakukan yaitu mengidentifikasi kebutuhan dari pembuatan Alat,
kemudian merancang bagian alat menurut fungsinya dan menggabungkannya
untuk menyusun blok diagram alat. Setelah mengetahui fungsi tiap bagian alat,
dirancanglah rangkaian yang sesuai dengan fungsi masing-masing lalu dilakukan

2
PKMT-5-8-3

pemrograman perangkat lunak sehingga alat dapat bekerja sesuai dengan tujuan.
Adapun realisasi rancangan tersebut akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
A. Konsep Perancangan

Gambar 2.Diagram Blok Keran Air Hemat Dan Higienis

B. Perancangan
1. Perancangan perangkat keras:
a. Rangkaian Sensor Jarak
+5V
D1 R18
R3

U2 +9V
SPKR1 U1 D4
D2 555
R1 8 VDD GND 1
R2 7 DISCH TRIG 2

Q1
R4

C1 6 THRES OUT 3
U3 5 CONTRESET 4
K1
C2

R7
P3.7

P3.2
R11
R9

C8
R15

D6 R13
Q3
8

C6 3 - D3
U5 +5V
R17
7
R10

Q2 2 + LM311

R8
C9

1
5
6
R12

D5

R14

R6
R16

SPKR2
C7

Gambar 3. Sensor Jarak

b. Rangkaian Kontrol
Vcc
Penerima Ultrasonik
U1
10uF

AT89C2051
1 20
RST/VPP VCC
2 19
RXD/P3.0 P1.7
Driver 3 TXD/P3.1 P1.6 18
4 17
XTAL2 P1.5
5 16
10k

XTAL1 P1.4
6 15
/INT0/P3.2 P1.3
7 14
/INT1/P3.3 P1.2
30pF

12Mhz 8 13
30pF

T0/P3.4 P1.1/AIN1
9 12
T1/P3.5 P1.0/AIN0
10 11
GND P3.7
Pemancar Ultrasonik

Gambar 4. Rangkaian Kontrol

3
PKMT-5-8-4

c. Rangkaian Driver
+12V
+5V

Q1
K1 MOT1 M

R1

Q2
K2
R3

Gambar 5. Rangkaian Driver

d. Pembuka dan Penutup keran

Gambar 14. Ilustrasi Pengendalian Keran

e. Rangkaian Catu Daya


+9V
D1 D2 U2 U1

7809 7805 +5V


Bridge Dioda IN OUT IN OUT
Transf ormator D3 D4 GND GND
L1 12V +
+
C3

+ 1000uF/10V
C2

C1

1000uF/25V
2200uF/25V - - 1000uF/16V GND
AC 220V -
CT

12V
D5 D6

+ 12 V
Bridge Dioda
D7 D8
C4

GND

Gambar 6. Rangkaian Catu Daya

4
PKMT-5-8-5

f. Rangkaian Keseluruhan
+5V
DEV6
AT89C2051

C3
220
1N4148 820
+12V
1 RST/VPP VCC 20
9014 +9V +5V
2 RXD/P3.0 P1.7 19
SPKR1 1n4007 30pF 3 TXD/P3.1 P1.6 18
1N4148 555 4 17

R6
XTAL2 P1.5

12m
R1 8 VDD GND 1 5 16

9012
XTAL1 P1.4
R2 7 DISCH TRIG 2 30pF 6 15
/INT0/P3.2 P1.3

220

Q1
C1 6 THRES OUT 3 7 /INT1/P3.3 P1.2 14 680
9012 5 CONTRESET 4 8 13 relay
T0/P3.4 P1.1/AIN1 M MOT2
relay 9 T1/P3.5 P1.0/AIN0 12
10 11

C2
GND P3.7

680

9012
3.9K
R5 680
100NF relay

56K
1N4148 470
BC548

8
100N 3 - optocoupler
680
+5V
7
100

BC548 2 + LM311
1N4148

100N
100K

1
5
6
680

10K

250K

R7
ultrasonic recei
1UF

Penerima Gelombang Ultrasonic

+9V
D1 D9 DEV4 DEV2
7809 7805 +5V
Bridge Dioda IN OUT IN OUT
F1 Transformator D10 D11 GND GND
L2 12V +
+ 1000uF/10V

C7
+

C6

C5
1000uF/25V
2200uF/25V - - 1000uF/16V GND
AC 220V -
CT

12V
D12 D13

+ 12 V
Bridge Dioda
D14 D15
C8

GND

g. Perancangan PCB

Gambar 7. Layout PCB Rangkaian

h. Perancangan Box

Tombol
Power Fuse

Lubang
Kabel Jack
Power

Gambar 8. Box Rangkaian

5
PKMT-5-8-6

2. Perancangan Perangkat Lunak

Gambar 9. Diagram Alir Perangkat Lunak

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
1. Pengujian Rangkaian Pemancar dan Penerima Ultrasonik.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui rangkaian pemancar dan
penerima ultrasonik telah bekerja dengan baik atau belum. Percobaan tersebut
dilakukan dengan membelirkan logika 0 pada port 3.7 (ultra_out) dan
membaca output dari rangkaian penerima gelombang ultrasonik yang

6
PKMT-5-8-7

tersambung pada pin port P3..2. Berikut ini program data tegangan output dari
rangkaian penerima gelombang ultrasonik ketika tranduser tersebut menerima
dan tidak menerima gelombang ultrasonik.

Tabel 1. Hasil pengujian Tranduser pemancar dan penerima ultrasonik


No Keadaan Rangkaian Penerima Tegangan Output
1 Sebelum menerima gelombang 0.04 Volt
ultrasonik
2 Sesudah menerima gelombang 1.9 Volt
ultrasonik

2. Pengujian Rangkaian Driver


Dalam pengujiannya, rangkaian ini diperlakukan dengan memberikan
logika 1 dan 0 pada masing-masing masukan dan membaca tegangan keluaran
rangkaian dengan voltmeter. Hasil pengujiannya dapat dilihat pada tebel
berikut:
Tabel 2. Hasil Pengujian Rangkaian Driver
Masukan Tegangan keluarn
P3.0 P3.1
1 1 0v
1 0 +12.3v
0 1 -12.3v
0 0 0V

3. Pengujian Pembuka dan Penutup Keran


Pembuka keran yang berasal adri centrallock akan diuji dengan
memberikan tegangan ke centrallock tersebutlalu melihat kondisi piston dan
mengukur waktu membuka dan menutupnya.
Tabel 3. Hasil pengujian Pembuka dan Penutup Keran
Tegangan masukan (V) Kondisi Waktu
Kutub 1 Kutub 2 membuka/menutup
0V 0V tak bergerak -
0V 12V membuka 0.4 detik
12V 0V menutup 0.6 detik
12V 12V tak bergerak -

4. Pengujian Power Supply


Rangkaian power supply yang digunakan terdiri dari rangkaian.
Pertama power supply untuk mensupply semua rangkaian yang membutuhkan
output sebesar 5 VDC dan 9VDc, sedangkan yang ke dua power supply
dengan output 12 VDC, output 12 V dihubungkan ke relay untuk
menggerakkan centrallock.
Tabel 4. Hasil Pengujian Rangkaian Catu Daya
Kebutuhan tegangan(V) Tegangan keluaran Rangkaian (V)
5V 4.85
9V 8.8
12V 14.3V

7
PKMT-5-8-8

5. Data Pengujian Secara Keseluruhan


Data pengujian secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel. Data
pengujia ini diperoleh dengan cara merakit seluruh bagian alat sesuai dengan
yang direncanakan dan memasukan programnya pada mikrokontroler
AT89C2051 kemudian mencoba untuk menjalankan alat tersebut.pengujian
dilakukan dengan memasang keran pada posisi tertentu. Setelah itu
menghidupkannya dan membiarkan keran tersebut beberapa saat pada posisi
diam untuk melakukan proses pengukuran jarak antara keran dengan tanah.
Proses pengukuran selesai setelah keran mengindikasikan menutup
sekalilagi. Setela itu keran siap digunakan untuk mengambil data. Pada
pengujian digunakan tangan dengan mengatur jarak yang digunakan.
Tabel 5. Hasil Pengujian keseluruhan
Posisi Keran Jarak
Menutup Bila tidak ada beda antara keran dan tanah
Membuka setengah Kurang dari 9,8 cm
Membuka penuh 9,8 cm sampai tanah
Pengujian secara keseluruhan juga dilakukan pembandingan antara
penggunaan keran air konvensional dengan keran air hemat dan higienis.
Pengujian dilakukan dengan cara mempraktekan gerakan wudhu pada
keran air konvensional maupun keran air hemat dan higienis.
Pembandingan dilakukan dengan mencatat waktu air keluar. Saat
menggunakan keran air konvensional, pencatatan waktu dilakukan saat
keran mengalirkan air, dalam keadaan ini keran akan menyala terus
sehingga waktu dicatat saat mulai membuka keran untuk emmulai wudhu
dan diakhiri sampai menutup keran selesai wudhu. Pada pengujiankeran
hemat dan higienis, pencatatan juga sama dilakukan saat membukanya
keran. Pada kean ini akan membuka dan menutup, sehingga pewaktu akan
dihidupmatikan sesuai menbuka dan menutupnya keran secara otomatis.
Pewaktu yang digunakan adalah stopwatch. Hadil pengujiannya dapat
ditunjukkan sebagai berikut:
Tabel 6. Hasil Pengujian Perbandingan Alat
Waktu yang dibutuhkan (detik)
Jenis kegiatan
Keran air konvensional Keran air hemat dan higienis
Wudhu 30.0 25.2
B. Pembahasan
Pada pengujian kesluruhan dapat diketahui bahwa alat dapat bekerja seperti
yang diharapkan. Saat jarak yang terukur antara benda dengan keran kurang dari
10 cm maka akan membuka keran setengahnya. Hal tersebut dirancang seperti itu
karena air dai keran akan menyembur ke arah mana-mana jika terdapat benda
dengan posisi jarak sedekat itu sehingga tidak efisien dan terjadi pemborosan.
Pada jarak antara benda dengan lebih dari 20cm, akan mengakibatkan keran untuk
membuka secara penuh sehingga akan mengalirkan air dengan deras suai
kebutuhan. Jarak antara tanah dengan keran tersebut telah diantisipasi jika ada
benda berupa kerikil yang terbawa, kotoran lain atau keadaan tanah yang didak
rata. Hal tersebut diatasi denganmengurangi jarak ke tanah sebesar 2cm sehingga
benda yang ada di bawah keran berupa kotoran tidak akan menyebabkan keran
akan mengalir dengan sendirinya. Pada jarak 10 cm, maka sesnsor ultrasonik
akan menginderanya sebagai jarak 20cm karena panjang sinyal antara pemancar

8
PKMT-5-8-9

dan penerima merupakan pantulan sehingga jarak yang dilalui gelombang


merupakan 2x10cm.
Pada pengujian dengan melakukan pembandingan didapatkan hasil bahwa
penghematan air yang digunakan untuk kegiatan wudhu berdasarkan waktu adalah
: (30-25.2)/30 x 100% = 16%. Dengan pengujian tersebut berarti keran air hemat
dan higienis dapat menghemat air sebesar 16% dari total kegiatan wudhu.
Dengan keseluruhan pengujian maka keran dapat berfungsi dengan baik
baik dari segi higienis yang tidak perlu disentuh oleh tangan untuk
membukanya, maupun dari segi hemat karena akan mengalir menurut
kebutuhan pemakainya.

KESIMPULAN
Dari perancangan, pembuatan dan data hasil pengujian alat dapat disimpukan
bahwa:
1. Pada saat terdapat benda kurang dari 10 cm maka akan mengeluarkan air
dengan aliran sedang, dan jika terdapat benda lebih dari 10 cm akan
mengalirkan air dengen penuh.
2. Pengeluaran air tanpa menyentuh keran air maka kuman-kuman tidak akan
tersebar. Berbeda dengan keran konvensional yang cara membuka dan
menutup aliran air denagn cara memegang bagian pembuka dan penutup
aliran air yang berpotensi sebagai tempat berkumpulnya kuman.
3. Keran Air Hemat Dan Higienis ini dapat menghemat pemborosan air
sebesar 16%

DAFTAR PUSTAKA
Agfianto Eko Putra.(2002). Belajar mikrokontroler AT89C2051/52/55.
Yogyakarta: PT. Gava Media
Albert Paul Malvino, Ph.D. (1986). Aproksimasi Rangkaian Semikonduktor.
Jakarta : PT. Erlangga
ATMEL Corporation. AT89C2051. Http://www.atmel.com
ATMEL Corporation. Instruction set AT89C2051. Http://www.atmel.com
Barry B. Brey.(2002). Mikroprosesor Intel. Jakarta : PT. Erlangga
David Halliday, dan Robert Resnick. (1991). Fisika. Jakarta: PT. Erlangga
Exercise (organisasi jurusan elektro FT-UI). (1985). Pengukur Jarak Elektronik.
Informasi Praktis Elektronika No. 11 pp.3-5.
Kusbiyanto.(2000). Pengukur jarak dengan ultrasonik. Http://alds.stts.edu .Di
download pada tanggal 3 februari 2003
Malvino, A.P., dan Leach, D.P.(1987). Prinsip-prinsip dan penerapan digital.
Jakarta: PT. Erlangga
Paulus Andi Nalwan.(2003). Teknik antarmuka dan pemrograman Mikrokontroler
AT89C2051. Jakarta: PT. Elex Media Computindo
Sulistyo, dan Setyono, P. (1998). Intisari Fisika SMU. Bandung : Pustaka Setia

9
PKMT-5-9-1

DAYA TAHAN PLASMID pUC18 PADA PENYIMPANAN DI KERTAS


SARING UNTUK KEMUNGKINAN PENGIRIMAN PLASMID
MELALUI SURAT

Rahmad Krismantoro, Imam Mahbub Zamzami, Iffa Ahsanur Rasyida


PS Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya

ABSTRAK
Latar Belakang: Masalah yang muncul dalam pengiriman dan penyimpanan
plasmid adalah biayanya yang mahal, untuk satu unit plasmid pUC18 bisa
mencapai Rp. 3.000.000,00. Oleh karena itu diperlukan cara alternatif
pengiriman plasmid yang lebih mudah dan murah. Dalam penelitian ini plasmid
disimpan dalam kertas saring sehingga dapat dikirim melalui surat. Tujuan:
Untuk mengetahui apakah plasmid pUC18 yang disimpan pada kertas saring
selama beberapa waktu masih dapat menghasilkan sel-sel transforman setelah
ditransformasi pada Escherichia coli DH5alfa. Metode: Metode penelitian ini
deskriptif komparatif bidang bio teknologi terapan dengan pembagian percobaan
sebagai berikut: uji vitalitas plasmid pUC18 hari ke-0 sebagai control yaitu
transformasi plasmid pU18 ke dalam bakteri Escherichia coli strain DH5alfa
kemudian ditanam ke dalam media LB yang diberi ampisilin 50 ug/ml. Uji vitalis
plasmid pUC18 yang disimpan pada kertas saring selama 6, 13, 20 dan 28 hari ke
dalam bakteri Escherichia coli strain DH5a kemudian ditanam ke dalam media
LB yang diberi ampisilin 50 ug/ml. Hasil dan pembahasan: Gen kebal ampisilin
dalam plasmid pUC 18 yang disimpan pada kertas saring pada suhu kamar
masih tahan hidup (vital) sampai kurun waktu 28 hari. Viabilitas gen kebal
ampisilin dilihat dari jumlah sel transformasi yang dihasilkan, yaitu rata-rata
41,24,23,16 pada kurun waktu penyimpanan 1, 2, 3 dan 4 minggu. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin lama penyimpanan, viabilitas gen plasmid semakin
menurun. Kesimpulan: Plasmid pUC18 yang mengandung gen kebal ampisilin
mampu bertahan hidup pada kertas saring sampai 28 hari pada suhu kamar.
Pengiriman plasmid dengan cara meneteskan pada kertas saring, layak
dipergunakan untuk pengiriman melalui surat.

Kata kunci: plasmid pUC18, daya tahan, penyimpanan, kertas saring, surat

PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu kedokteran khususnya bidang biologi molekuler saat
ini sangat pesat. Berbagai penelitian dilakukan untuk menunjang pemeriksaan
kelainan yang sebelumnya tidak dapat dideteksi dengan pemeriksaan biasa. Salah
satu penelitian yang dilakukan di laboratorium biologi molekuler adalah analisa
DNA plasmid. DNA plasmid mempunyai banyak kegunaan antara lain sebagai
bahan baku DNA marker dan dapat ditransfer dari satu sel ke sel lain dalam suatu
koloni bakteri sebagai vektor untuk memproduksi DNA rekombinan untuk
kloning gen
Plasmid pUC18 merupakan plasmid yang sudah diketahui urutan
nukleotidanya, sehingga dapat dihitung besar fragmen yang akan terjadi bila
dipotong dengan enzim restriksi tertentu., antara lain dengan menggunakan
software DNA CLUB( Gitelman, C.I., 1997).
PKMT-5-9-2

Penelitian biologi molekuler menggunakan DNA plasmid dalam


pelaksanaannya memerlukan pengiriman plasmid dari suatu tempat ke tempat
yang lain yang cukup jauh. Pengiriman dan penyimpanan DNA plasmid
memerlukan penanganan khusus yaitu harus disimpan dalam suhu 20o dan
memerlukan biaya yang sangat mahal, misalnya untuk pengiriman satu unit
plasmid pUC18 harganya Rp. 3.000.000,00 (Sigma. 2002). Hal ini menyebabkan
biaya penelitian yang menggunakan plasmid menjadi sangat mahal. Oleh karena
itu diperlukan cara alternatif pengiriman plasmid yang lebih mudah dan murah.
Dalam penelitian ini plasmid disimpan dalam kertas saring sehingga dapat dikirim
melalui surat.
Kertas saring steril terbukti bisa menyimpan plasmid dalam bentuk bercak
kering (Hansen and Blakesley, 1998). Pada suhu kamar, ternyata plasmid dapat
bertahan sampai 7,5 tahun (Burgoyne, 1997). Namun untuk dapat berbiak,
plasmid harus berada di dalam sebuah inang, yang biasanya adalah bakteri
Escherichia coli maupun ragi (Yeast). Dari data tersebut, muncul masalah
apakah penyimpanan plasmid pUC18 pada kertas saring dapat mempertahankan
derajat vitalitas dari plasmid pUC18 sehingga dapat dikirim melalui surat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah plasmid pUC18 yang
disimpan pada kertas saring selama beberapa waktu masih dapat menghasilkan
sel-sel transforman setelah ditransformasi pada Escherichia coli DH5alfa. Apabila
terbukti demikan, maka tata cara pengiriman plasmid lebih mudah dan murah.

METODE PENDEKATAN
Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu 8 bulan mulai bulan April
2005 sampai November 2005 di Laboratorium Biologi Molekuler Tropical
Disease Center (TDC) Universitas Airlangga Surabaya.
Instrumen Penelitian
Bahan Penelitian
No Bahan No Bahan
1. Larutan CaCl2 0,1 molar 8. Alkohol 70%
2. Bakteri Escherichia coli strain DH5a 9. Agarose
3. Plasmid pUC18 10. loading dyes
4. Media biakan luria bertani 11. Larutan TBEbuffer
5. Ampisilin 12. Ethidium bromide
6. Bacto agar 13. Es batu
7. Isopropanol 14. Aqua bidesterilisata

Peralatan Penelitian
No Alat No Alat
1. Peralatan dari gelas dan tabling 8. Incubator
2. Amplop dan kertas saring 9. Microwave
3. Ose dan pembakar spiritus 10. Timbang digital
4. Waterbath 11. Spektrofotometer
5. Sentrifuse ultra 12. Freezer 4 C
6. Pipet mikro 13. Freezer 20 C
7. Seperangkat alat elektroforesis
PKMT-5-9-3

Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif komparatif dalam


bidang bioteknologi terapan dengan pembagian percobaan sebagai berikut:
1. uji vitalitas plasmid pUC18 hari ke-0 sebagai control yaitu transformasi
plasmid pU18 ke dalam bakteri Escherichia coli strain DH5a kemudian
ditanam ke dalam media LB yang diberi ampisilin 50 ug/ml.
2. uji vitalis plasmid pUC18 yang disimpan pada kertas saring selama 6, 13,
20 dan 28 hari ke dalam bakteri Escherichia coli strain DH5a kemudian
ditanam ke dalam media LB yang diberi ampisilin 50 ug/ml.

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel


1. Variabel bebas : lama penyimpanan yaitu lama penyimpanan plasmid
pUC18 di dalam kertas saring pada suhu ruang dalam satuan hari yaitu 6,
13, 20 dan 28 hari.
2. Variabel tergantung : jumlah koloni yaitu jumlah koloni bakteri Escherichia
coli strain DH5a tranforman pada hari tertentu yang ditemukan pada media
luria bertani yang diberi ampisilin 50 ug/ml.
3. Variable pengganggu : mikroorganisme lain, pH, suhu, dan kadar garam.
Untuk menghindari pengaruh variable penggunaan maka bahan percobaan
harus disentralisasi dan tiap perlakuan dilakukan pada kondisi sama.

Cara kerja
Pemanfaatan plasmid tersebut didahului dengan transformasi ke dalam
bakteri Escherichia coli kompeten (Nakata et al, 1997). Kemudian dibiakkan
dalam media Agar Luria Bertani yang diberi ampisilin dengan kadar 50 g per cc.
Setelah diinkubasi selama 16-18 jam, beberapa koloni yang tumbuh (berarti
mengandung plasmid) dipindahkan ke dalam media LB cair dan setelah inkubasi
selama 18 jam dilakukan isolasi.

Gambar 1. Bagan proses penggandaan plasmid melalui transformasi ke dalam


sel kompeten E. coli kemudian dikultur pada media yang
mengandung ampisilin (Hiren, 1999).
PKMT-5-9-4

Langkah kerja
Pembuatan sel kompeten
1. Ambil 50 ul E.coli dari stok kemudian ditanam dalam lempeng agar Luria
bertani ( LB ), inkubasi 37 0C semalam
2. Ambil satu koloni dari lempeng agar LB, tanam ke dalam 5 ml biakan LB
cair, inkubasi semalam 37 dengan goyangan 75 rpm.
3. Ambil 0,75 ml dari LB cair kemudian tanam dalam 25 ml LB cair,
inkubasi 37 0C dengan goyangan 150 rpm, awasi dengan spektrofotometer
sampai kepadatan 0,4- 0,7 pada OD 600.
4. Pindahkan hasil kultur ke tabung sentryfuge, letakkan dalam es.
5. Pusingkan dengan kecepatan 4000rpm, 4 C, selama 10 menit, buang
supernatan.
6. Pellet ditambah 5 ml 0,1 molar Cacl2 dingin
7. Vortex, kemudian letakkan ke dalam es selama 20 menit.
8. Pusingkan dengan kecepatan 4000rpm, 4 0C, selama 10 menit, buang
supernatant.
9. Pellet ditambah CaCl2 0,8 ml 0,1 molar dingin
10. vortex kemudian simpan di dalam es semalam.

Elektroforesis dan penyimpangan plasmid pUC18 ke dalam kertas saring


1. Lakukan elektroforesis pada stok plasmid pUC18 untuk memastikan
bahwa plasmid tersebut tidak rusak.
2. Ambil 4 ul plasmid pUC18, teteskan pada kertas saring steril yang diberi
tanda lingkaran kecil.
3. Biarkan sebentar pada udara bebas plasmid tersebut kering.
4. Masukkan kertas saring tersebut dalam amplop.
5. Simpan amplop tersebut pada suhu ruang selama waktu yang dikehendaki.

Tranformasi plasmid ke dalam bakteri E.coli komp-eten strain DH5a dan uji
vitalitas plasmid pUC18
1. Gunting kertas saring yang diberi tanda lingkaran.
2. Masukkan kedalam tabling ependorf, tambah 0,5 ml aqua bidest dan
vortex selama 45 menit.
3. Sentrifuge dengan kecepatan maximum selama 10 menit.
4. Ambil supematan dan tambah 100 ul Isopropanol, bolak-balikkan tabung
dan inkubasi selama 10 menit pada suhu ruang.
5. Sentrifuge dengan kecepatan maximum selama 10 menit
6. Buang supematan, pellet dicuci dengan alcohol 70 %, vortex.
7. Sentrifuge dengan kecepatan maximum selama 5 menit
8. Buang supematan, biarkan sebentar dengan mulut tabung terbuka
kemudian larutkan dalam 10 ul aqua bidest.
9. Tambah larutan tersebut 200 ul sel E.coli DH5a kompeten di dalam tabung
eppendorf
10. Letakkan dalam air es selama 1 jam.
11. Heat shock pada 42 , 100 detik, di dalam waterbath.
12. Letakkan dalam es selama 5 menit.
13. Tambahkan 800ul LB, inkubasi 37 0C selama 1 jam.
14. Tanam dalam LB agar yang mengandung ampisilin 50 ul /ml
PKMT-5-9-5

15. Inkubasi 37 selama 16-18 jam.


16. Hitung jumlah koloni

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada penelitian ini digunakan plasmid pUC18 sebagai bahan uji. Plasmid
pUC 18 dipilih karena plasmid ini sering digunakan dalam rekayasa genetika. Uji
coba dilakukan sebanyak tiga kali dengan hasil perhitungan sel transforman yang
berasal dari uji transformasi pUC 18 pada kertas saring dg berbagai lama
penyimpanan bisa dilihat dalam tabel 1.

Tabel 1. hasil hitung sel transforman pada lempeng agar LB, dari hasil
transformasi pUC18 yang disimpan dikertas saring dengan berbagai lama
penyimpanan
Lama Jumlah Koloni sel transforman Rata rata
Penyimpanan Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3
6 hari 52 27 44 41
13 hari 31 16 25 24
20 hari 28 16 24 23
28 hari 20 12 17 16

Seperti diketahui, secara teori, untuk dapat berbiak, plasmid harus berada
di dalam sebuah inang, yang biasanya adalah bakteri Escherichia coli maupun
ragi (yeast). Lama penyimpanan suatu plasmid sangat mempengaruhi viabilitas
plasmid tersebut. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penyimpanan
plasmid pBR322 pada kertas saring dapat mempertahankan vitalitasnya.
(Kuntaman, 2000).
Penelitian ini hanya menguji kemampuan plasmid pada kurun waktu 1, 2,
3, dan 4 minggu berturut turut. Dari tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa gen kebal
ampisilin dalam plasmid pUC18 yang disimpan pada kertas saring pada suhu
kamar masih tahan hidup (vital) sampai kurun waktu 28 hari (4 minggu).
Viabilitas plasmid pUC18 dapat dilihat dari jumlah sel transformasi yang
dihasilkan. Jumlah transformasi tersebut rata-rata 41, 24, 23, 16 koloni pada kurun
waktu penyimpanan 1, 2, 3 dan 4 minggu. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
lama penyimpanan, viabilitas gen plasmid semakin menurun.
Walaupun demikian sebenarnya ada kemungkinan plasmid pUC18 masih
viabel pada penyimpanan lebih dari 28 hari, tetapi karena keterbatasan waktu dan
dana maka pengujian hanya sebatas 28 hari saja. Bila melihat jumlah sel
transformasi pada hari ke-28 adalah 16 koloni dan penurunan jumlah sel
transformasi tidak linear, maka ada kemungkinan gen kebal ampisilin tersebut
masih viabel pada penyimpanan beberapa minggu berikutnya. Waktu pasti
viabilitas gen plasmid tersebut tidak bisa diperkirakan tetapi bisa diketahui dengan
tepat melalui penelitian selanjutnya.
Pembuatan grafik yang menunjukkan penurunan jumlah sel transforman
dan lama penyimpanan sangat penting dilakukan. Tetapi penelitian ini
membutuhkan biaya yang mahal dan waktu yang lama. Pengujian perlu dilakukan
setiap hari sehingga pada akhirnya bisa dibuat suatu grafik, dan diketahui
penurunan bersifat linier atau tidak linier. Hal ini penting untuk mengetahui
PKMT-5-9-6

berapa waktu maksimal hingga jumlah sel transforman yang dihasilkan menjadi
nol.

Grafik Jumlah Koloni kuman


45
Rata - rata Jumlah Koloni

40
35
30
25
rata rata koloni
20
15
10
5
0
6 hari 13 hari 20 hari 28 hari
Lama penyimpanan

Gambar 2. Grafik Jumlah Koloni Kuman

Lama waktu penyimpanan tidaklah berguna bila dalam penyimpanan tidak


memenuhi aturan. Kertas saring yang berisi plasmid pUC18 harus disimpan dalam
tempat tertutup dan harus dihindarkan dari air yang bisa merusaknya.
Penyimpanan dalam amplop lebih praktis dan memungkinkan pengiriman yang
mudah lewat pos.
Permasalahan yang ada sekarang adalah apakah plasmid tersebut dapat
dikirim keseluruh indonesia. Merujuk waktu penyimpanan selama 12 hari, maka
kemungkinan plasmid tersebut masih vital sampai di tujuan. Pengiriman pos di
Indonesia memerlukan waktu kurang dari 28 hari seiring dengan perkembangan
transportasi di Indonesia. Tetapi masih perlu diingat tata cara pengirimannya.
Pengiriman sampel gen kebal apisilin dalam pUC18 pada dasarnya
mempunyai 2 tujuan yaitu mendapatkan gen yang masih hidup (vital, viabel) atau
merupakan gen mati. Bila tujuannya mendapatkan gen hidup, maka pengujian
lewat sel tranformasi tersebut perlu dilakukan. Namun jika pengiriman dilakukan
bukan untuk mendapatkan gen hidup (vital), misalnya untuk keperluan amplifikasi
metode PCR maka kiranya waktu ini lebih lama lagi. Hal ini karena pada
pemeriksaan PCR hanya dibutuhkan potongan kecil DNA yang masih utuh dari
sekian panjang DNA yang asli, tidak harus gen tersebut viabel.
Hal lain yang perlu di perhatikan bahwa plasmid pUC18 adalah plasmid
dengan ukuran 2686 bp. Untuk plasmid dengan ukuran lebih besar, kiranya lebih
sulit dalam melakukan transformasi, sedangkan untuk plasmid dengan ukuran
yang lebih kecil kiranya lebih mudah.
PKMT-5-9-7

Hasil akhir dari penelitian ini adalah bahwasannya plasmid pUC18


memiliki ketahanan minimal 28 hari pada penyimpanan di kertas saring yang
memungkinkan pengiriman melalui surat.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Plasmid pUC18 yang mengandung gen kebal ampisilin mampu
bertahan hidup (vitalitas ada) pada kertas saring sampai 28 hari pada
penyimpanan dalam suhu kamar.
2. Pengiriman plasmid dengan cara meneteskan pada kertas saring, layak
dipergunakan dengan tata cara pengiriman melalui surat lewat pos.
Saran
1. Perlu dilakukan juga untuk plasmid dengan ukuran yang berbeda.
2. Perlu dilanjutkan juga untuk penyimpanan plasmid pUC 18 dalam
kertas saring dengan waktu yang lebih lama.

DAFTAR PUSTAKA
Burgoyne, H. C. 1997. A rapid alkaline extraction method for the isolation of
plasmid DNA. Blackwell Scientific Publications, Oxford.
Graham Hamilton, Rick Cattell, Maydene Fisher,1998. JDBC Access with JAVA
- A Tutorial and Annotated Reference Addison-Wesley. Internet:
http://plasmid\Creation of a plasmid selection tool.htm, diakses: 10 Nov.
2003
Hansen, F., Blakesley, R. 1998. Simple archiving of bacterial and plasmid DNA
for future use. Focus, Vol. 20, No. 3: 72-73
Hiren P. 1999. Rapid Colony Transformation of E. Coli with Plasmid DNA :
Internet acess: http://woodlawn.cslp.edu, diakses: 15 Nov. 2003
Gitelman, C.I. 1997 A novel DNA molecular weight ladder; Elsevier Trends
Journals Technical Tips Online; http://tto.biomednet.com, diakses: 10 Nov.
2003
Kuntaman, 2000. Daya Tahan Plasmid pada Penyimpanan di Kertas Saring untuk
Kemungkinan Pengiriman Plasmid melalui Surat. Laporan penelitian,
TDC UNAIR.
Nakata, Y., Yang, X. And Yokohama, K. 1997. Preparation of Competent Cells
for High Efficiency Plasmid transformation of Escherichia coli. In:
Cowell, IG.
And Austin, CA (Eds). Methods in Molecular Biology, Vol. 69, Humana Press
Inc. Totowa, New Jersey: 129-137.
Sigma. 2002. Biochemicals and Reagents: p. 1590-1598.
PKMT-5-10-1

SISTEM ANTI PENCURIAN MOBIL :


ALAT PELACAK POSISI DAN PENONAKTIFAN MESIN
DENGAN KENDALI HAND PHONE DAN GPS

Eka Prasetyono, M Nur Cholis, SH Wathoni, TKH Putro, M Muflih


Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

ABSTRAK
Pada saat mobil dicuri, proses pencarian mobil tersebut pada umumnya
memakan waktu yang lama karena saat mencarinya polisi belum mengetahui
posisi mobil tersebut dengan tepat. Dengan menggunakan perangkat ini, pemilik
bisa mengetahui posisi mobil dan mengambil tindakan pengamanan (mematikan
mesin dan membunyikan alarm) dari jarak jauh melalui internet selama mobil
tersebut berada dalam jangkauan provider GSM (Global System for Mobile
Communications). Sehingga mobil bisa ditemukan secepatnya. Perangkat ini
dibuat menjadi dua bagian yaitu bagian mobil dan bagian server. Bagian mobil
terdiri dari GPS (Global Positioning System), GSM, dan mikrokontroller.
Sedangkan bagian server terdiri dari GSM, PC (Personal Computer), dan
beberapa program aplikasi sebagai software pelacak posisi dan penonaktifan
mesin mobil. Ada beberapa tipe instruksi yang terdapat pada sistem ini, misalnya
instruksi meminta posisi (posisi terakhir dan rute mobil), instruksi mematikan
mesin, instruksi membunyikan alarm dan instruksi menghentikan pengiriman data
dari alat. Jika user memberikan instruksi berupa meminta posisi mobil melalui
web browser, instruksi ini akan dikirim ke server melalui internet. Kemudian
server memproses dan mengirim instruksi tersebut ke mobil melalui SMS (Short
Message Service). SMS ini diterima GSM pada bagian mobil. Kemudian
mikrokontroller membaca instruksi pada SMS dan mengambil data koordinat dari
GPS. Data tersebut dikirimkan ke GSM pada bagian server dan ditampilkan pada
peta digital di browser. Sehingga user bisa mengetahui posisi mobil, mematikan
mesin dan membunyikan alarm dari web browser. Dengan demikian terbukti
bahwa perangkat ini secara adaptif bisa membantu pelacakan mobil yang akurat
dan penonaktifan mesin mobil yang praktis.

Kata kunci : Pencurian, GPS, GSM, Mikrokontroller, Server

PENDAHULUAN
Pencurian mobil akhir-akhir ini sangat marak baik intensitas maupun
lokasi kejadiannnya sehingga membuat masyarakat menjadi resah. Salah satu
penyebabnya adalah sulitnya pelacakan posisi mobil saat terjadi tindakan
pencurian.
Pada umumnya, pengaman mobil hanya berupa pemasangan alarm dan
keberadaannya pun telah banyak diketahui. Sementara ini pernah dikembangkan
suatu sistem pelacak posisi dan keamanan kendaraan, tetapi tidak bisa di akses
secara online dan masih menggunakan mikrokontroller 89C511. Oleh karena itu
dibutuhkan suatu alat yang dapat mengetahui posisi mobil dan menonaktifkan
mesin mobil dari jarak jauh melalui internet. Alat pelacak ini memanfaatkan
teknologi GPS, Mikrokontroller ATMEGA162, GSM, dan PC. GPS berfungsi
PKMT-5-10-2

untuk memberikan posisi mobil. Mikrokontroler berfungsi untuk mengatur


komunikasi data antara GPS dan GSM. GSM berfungsi untuk mengirim dan
menerima data melalui SMS. PC berfungsi sebagai web server, database server,
dan SMS Gateway.
Alat pelacak ini dapat diproduksi dalam jumlah yang banyak dan
digunakan oleh masyarakat. Dalam penerapannya, masyarakat bisa bekerja sama
dengan pihak kepolisian untuk menangani kasus pencurian mobil.

METODE PENDEKATAN
Kegiatan ini berlangsung selama kurang lebih 5 bulan yang dimulai dari
bulan Maret sampai dengan bulan Juli di Laboratorium Training Center 203 dan
Laboratorium Bengkel Robot PENS-ITS. Dalam kegiatan ini kami menggunakan
tahapan tahapan antara lain studi literatur, pengumpulan data dan bahan,
perancangan sistem, pembuatan perangkat keras dan perangkat lunak, pengujian
sistem, dan analisa sistem.
Pada tahap studi literatur, dikumpulkan beberapa teori-teori penunjang
yang melandasi pemecahan masalah baik itu bersumber dari buku, website,
ataupun jurnal ilmiah.
Pada tahap pengumpulan data dan bahan, dikumpulkan data-data yang di
butuhkan seperti peta Surabaya, GPS, mikrokontroller, GSM, dan PC yang akan
digunakan dalam kegiatan ini.
Pada tahap perancangan sistem, dibuat rancangan sistem dengan
memanfaatkan data-data dan bahan-bahan yang telah dikumpulkan pada tahap
sebelumnya. Sistem ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian mobil (GPS,
mikrokontroller, GSM) dan bagian server (GSM dan PC). Sistem ini tidak bekerja
secara terus menerus, tetapi ketika hanya ada permintaan (request) dari pengguna
(user). Dengan adanya request dari user, maka sistem akan mengaktifkan alat
pelacak yang terdapat pada mobil tersebut. Rancangan sistem yang dibuat dapat
dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Rancangan Sistem


PKMT-5-10-3

Proses ini dimulai dengan adanya request dari user yang meliputi meminta
posisi, membunyikan alarm, dan mematikan mesin yang dimasukkan melalui web
browser. Web Server akan memberikan respon dengan cara mengeksekusi
program aplikasi dan mengirimkan request melalui GSM server. Requset dari user
di terima oleh GSM mobil dan dibaca oleh mikrokontroler. Mikrokontroler akan
melakukan tugas sesuai dengan request dari user. Jika instruksinya adalah request
posisi, maka mikrokontroller akan mengambil data koordinat dari GPS kemudian
mengirimkan data itu melalui GSM ke server. Data koordinat itu kemudian
ditampilkan pada peta digital di web browser. Dengan demikian user bisa
mengetahui posisi mobilnya. Jika instruksinya mematikan dan membunyikan
alarm maka mikrokontroller akan melakukan proses mematikan mobil dan
membunyikan alarm.
Pada tahap pembuatan perangkat keras dan perangkat lunak, dibuat
perangkat yang sesuai dengan rancangan sistem yang sudah ada.
Pada bagian mobil digunakan GPS untuk mengetahui koordinat berupa
lintang dan bujur, sehingga posisi mobil dapat dilacak keberadaanya. Format Data
Keluaran GPS sebanyak lima jenis yaitu NMEA 0180, NMEA 0182, NMEA
0183, AVIATION, dan PLOTTING6,7. Format data tersebut ditetapkan oleh
NMEA (National Maritime Electronic Association) dan dapat dikoneksikan ke
komputer melalui port komunikasi serial dengan menggunakan kabel RS-232.
Data keluaran yang digunakan adalah format data NMEA 0183 berbentuk kalimat
(string) yang merupakan rangkaian karakter ASCII 8 bit. Setiap kalimat diawali
dengan satu karakter '$' , dua karakter Talker ID, tiga karakter Sentence ID, dan
diikuti oleh data fields yang masing-masing dipisahkan oleh koma serta diakhiri
oleh optional cheksum dan karakter cariage return/line feed (CR/LF). Jika GPS
dihubungkan dengan hyperterminal, maka data-data yang diinformasikan dari
GPS tampak seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Tampilan Format Data yang diterima GPS melalui hyperterminal


PKMT-5-10-4

Format NMEA 0183 yang digunakan adalah Format $GPGGA. Contoh


Format $GPGGA adalah sebagai berikut :
$GPGGA,123519,4807.038,N,01131.000,E,1,08,0.9,545.4,M,46.9,M,,*47
Where:
GGA Global Positioning System Fix Data
123519 Fix taken at 12:35:19 UTC
4807.038,N Latitude 48 deg 07.038' N
01131.000,E Longitude 11 deg 31.000' E
1 Fix quality
08 Number of satellites being tracked
0.9 Horizontal dilution of position
545.4,M Altitude, Meters, above mean sea level
46.9,M Height of geoid (mean sea level) above
WGS84 ellipsoid
(empty field) time in seconds since last DGPS update
(empty field) DGPS station ID number
*47 the checksum data, always begins with *

Untuk media komunikasi data digunakan GSM tipe M35, dengan


pertimbangan mudah dalam koneksi serial dengan SMS Gateway dan
mikrokontroller. GSM menggunakan port komunikasi serial untuk komunikasi
dengan mikrokontroller. Format SMS dapat dilihat pada Gambar 32,9.

Gambar 3.Format SMS

Mikrokontroller yang digunakan adalah ATMEGA162 yang merupakan


mikrokontroller dengan RISC arsitektur. Kelebihan mikrokontroller ini adalah
mempunyai sistem internal memori 16 Kb Flash EEPROM, 35 bit Input / Output
dan 2 port komunikasi serial. Sehingga sangat memungkinkan untuk membentuk
suatu sistem kontrol otomatis termasuk mematikan mobil dan membunyikan
alarm yang hanya terdiri dari keping tunggal saja atau single chip stand alone4,5.
Perangkat ini harus tetap beroperasi (tidak mati), sehingga dibutuhkan
sumber energi yang diambil dari accu mobil. Untuk menyesuaikan tegangan accu
mobil sebesar 12 V dengan tegangan Mikrokontroller, GPS dan GSM yaitu
sebesar 5 V, dibutuhkan sebuah power supply. Rangkaian power supply dapat
dilihat pada Gambar 4.
PKMT-5-10-5

Gambar 4. Rangkaian Power Supply

Perangkat ini membutuhkan minimum sistem mikrokontroller yang


berfungsi sebagai media interface dan pemprosesan data antara GPS, GSM dan
unit Input / Output, termasuk untuk menonaktifkan mobil dan membunyikan
alarm. Rangkaian ini dilengkapi dengan ISP Flash Programming yang berfungsi
untuk menuliskan program yang diinginkan ke mikrokontroller seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Rangakaian Minimum Sistem Mikrokontroller

Level tegangan RS-232 dari GPS maupun GSM harus dirubah ke level
tegangan TTL pada minimum sistem mikrokontroller, oleh karena itu digunakan
rangkaian komunikasi serial seperti pada Gambar 6 untuk merubahnya.

Gambar 6. Rangkaian RS-232 to TTL konverter

Selain mematikan mesin mobil, sistem ini juga dilengkapi dengan


kemampuan untuk membunyikan alarm. Gambar 7 adalah rangkaian alarm yang
berfungsi menghasilkan bunyi-bunyian pada saat mobil dinonaktifkan dari jarak
jauh, sehingga menarik perhatian orang-orang disekitar mobil tersebut.
PKMT-5-10-6

Gambar 7. Rangkaian Alarm

Pada sistem ini juga dilengkapi kemampuan untuk menonaktifkan mobil


dengan cara memutus kabel (aliran listrik) yang menuju Switch Kontak (kunci)
mobil. Rangkaian Penonaktifan Mesin dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Rangkaian Penonaktifan Mesin

Pada bagian server terdapat SMS Gateway yang digunakan untuk


komunikasi antara GSM server dengan PC melalui port komunikasi serial RS 232.
Program aplikasi ini dibangun dengan menggunakan Bahasa Pemrograman Visual
Basic 6.02. Program aplikasi ini dapat dilihat seperti pada Gambar 9.

Gambar 9. Interface SMS Gateway setelah menerima posisi dari mobil

Selain itu juga terdapat database server yang berfungsi untuk menyimpan
data dari SMS Gateway dan web server. Database yang digunakan adalah MySQL
6, karena sifatnya yang opensource dan didukung oleh bahasa pemrograman yang
popular seperti PHP.
PKMT-5-10-7

Ada tiga entitas yang terlibat pada sistem ini yaitu user, posisi_mobil, dan
sms_kirim. Entitas user menyimpan informasi user yang terdiri dari id, username,
password, nama_lengkap, no_hp, email, dan level (membedakan antara
administrator dan user). Entitas posisi_mobil menyimpan informasi mengenai
pergerakan mobil, yang terdiri dari id_posisi, posisi (x dan y atau lintang dan
bujur), dan id_kendaraan. Entitas sms_kirim menyimpan informasi perintah yang
dikirim user kepada mobil, yang terdiri dari id, isi, dan no_tujuan. Tampilan tabel
pada entitas user, posisi_mobil, dan sms_kirim dapat dilihat pada Gambar 10,
Gambar 11, dan Gambar 12.

Gambar 10. Tabel User

Gambar 11. Tabel Posisi Mobil

Gambar 12. Tabel Sms Kirim

Selain database server terdapat web server yang berfungsi sebagai pusat
pengolahan data dan tempat berjalannya aplikasi web. Web server yang digunakan
adalah Apache. Perangkat lunak ini digunakan karena bersifat gratis dan memiliki
kemampuan kerja yang tinggi dibanding dengan perangkat lunak web server
lainnya. Web dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP. Map
Server digunakan sebagai perangkat lunak visualisasi peta digital dan posisi
mobil. Perangkat lunak ini digunakan karena bersifat gratis dan memiliki API
dalam bahasa pemrograman PHP. MapScript adalah bagian dari MapServer yang
menyediakan banyak fasilitas untuk mengembangkan aplikasi yang
mengintegrasikan data berlainan (data peta digital dan data posisi mobil). Peta
yang digunakan adalah peta format MapInfo (*.tab)3,10. Tampilan halaman utama
ditunjukkan pada Gambar 13.
PKMT-5-10-8

Gambar 13. Tampilan Halaman Utama Pada Web

Pada tahap pengujian sistem, dilakukan pengujian yang bertujuan untuk


memastikan bahwa kinerja masing-masing bagian dari hasil pembuatan perangkat
keras maupun perangkat lunak yang telah dibuat dapat berfungsi sesuai dengan
yang diharapkan. Untuk proses pengujian, pertama kali dilakukan simulasi seperti
tampak pada Gambar 14. Setelah berhasil baru dilakukan percobaan di lapangan
dengan cara melakukan pelacakan serta membandingkan antara posisi mobil
sebenarnya dengan tampilan peta pada komputer. Selanjutnya data-data yang
diperoleh akan digunakan sebagai bahan analisa
Tahapan yang terakhir adalah tahap analisa sistem. Tahap ini dilakukan
dengan cara membandingakan antara data-data yang didapat dari pengujian
dengan posisi daerah atau lokasi yang sebenarnya, sehingga dapat diketahui
apakah visualisasi peta tersebut sudah sesuai dengan daerah yang sesungguhnya
atau tidak. Apakah sistem yang telah dibuat memiliki unjuk kerja yang baik atau
tidak. Dimana letak kekurangan serta kelebihannya, agar teknologi ini nantinya
dapat diterapkan dengan baik pada lingkungan masyarakat.

Gambar 14. Simulasi Mobil


PKMT-5-10-9

HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambar 15 adalah produk pada sisi mobil yang telah siap digunakan.
Produk tersebut telah diuji coba pada beberapa daerah di wilayah Surabaya.
Supply energi dari alat ini diambil dari accu mobil.
Jika dibandingkan dengan penelitian yang menggunakan mikrokontroller
89C511, mikrokontroller ATMEGA162 lebih unggul, karena proses pada bagian
mobil lebih cepat dalam hal transfer dan komunikasi data. Hal ini disebabkan
mikrokontroller ATMEGA162 memiliki kapasitas memori yang cukup besar, bit
input/output lebih besar, dan mempunyai dua port komunikasi serial.

Gambar 15 : Produk pada sisi Mobil dengan Cover Acrilic

Gambar 16 adalah tampilan peta digital pada web browser yang


merupakan interface user (media yangt berhadapan langsung dengan user). Web
tersebut dapat diakses melalui jaringan komputer lokal (intranet) sebagai simulasi
jaringan internet.

Gambar 16. Tampilan Peta digital yang diakses online


PKMT-5-10-10

Fitur-fitur yang disediakan pada web browser terdiri dari legenda, aksi,
dan navigasi. Pada fitur legenda disediakan layer-layer berupa layer mobil untuk
menampilkan posisi mobil, layer POI (Point Of Interest) untuk menampilkan
tempat-tempat strategis yang ada di wilayah Surabaya, layer jalan untuk
menampilkan jalan-jalan yang ada di wilayah Surabaya, dan layer kecamatan
untuk menampilkan kecamatan yang ada di wilayah Surabaya
Fitur lain yang disediakan adalah fitur aksi. Fitur ini menyediakan fasilitas
bagi user untuk memberikan instruksi terhadap alat yang ada di mobil. Instruksi
ini berupa instruksi meminta posisi mobil, instruksi menghentikan pengiriman
data, instruksi mematikan mesin, instruksi mematikan alarm, dan instruksi
meminta rute mobil.
Fitur yang terakhir adalah fitur navigasi. Dengan fasilitas yang disediakan
fitur ini, user bisa memanipulasi tampilan peta. Fasilitas fitur navigasi meliputi
show all untuk memperlihatkan peta surabaya secara keseluruhan, zoom in untuk
memperbesar tampilan sesuai keinginan, zoom out untuk memperkecil tampilan
peta keinginan, recenter untuk mengembalikan peta tepat di tengah, query untuk
memberikan keterangan pada label yang ditunjuk. Query meliputi query informasi
kecamatan, query tempat-tempat strategis, dan query nama jalan.

KESIMPULAN
Posisi sebuah mobil terbukti bisa dilacak dengan menggunakan sebuah
alat yang tersusun dari GPS, mikrokontroller, GSM, PC, dan beberapa program
aplikasi (SMS Gateway, database MySQL, dan Map Server). Alat pelacak ini
dapat di manfaatkan sebagai sistem anti pencurian mobil yang mampu melacak
posisi, mematikan mesin, dan membunyikan alarm. Sehingga pencurian mobil
mudah ditemukan.
Namun demikian sistem ini masih memiliki kelemahan misalnya ketika
mobil melalui daerah yang tidak terjangkau GSM (no coverage area) dan daerah
yang memiliki halangan cukup tinggi seperti gedung-gedung bertingkat dan
pepohonan (blank spot). Maka data yang dikirimkan adalah data yang tersimpan
terakhir.

DAFTAR PUSTAKA
1. Zaini A, Wijaya SA, dan Mardi S. 2005. Pelacak Posisi dan Keamanan
Kendaraan Menggunakan GPS, Microcontroller 89C51, GSM, dan PC
melalui SMS. Surabaya : IES PENS-ITS.
2. Khang B. 2002. Trik Pemrograman Aplikasi Berbasis SMS. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
3. Nuryadin R. 2005. Panduan Menggunakan MapServer. Bandung:Informatika.
4. http://www.atmel.com. 21 September 2005.
5. http://www.hpinfotech.ro 21 September 2005.
6. http://www.NMEA.com/workingwiththegarminintercface.htm. 21 September
2005.
7. http://www.garmin.com/gpsguideforbeginer.htm. 21 September 2005.
8. http://www.gpsinformation.org/dale/moderninterface.htm. 21 September
2005.
9. http://www.my-siemens.com. 21 September 2005.
10. http://www.mapserver.gis.umn.edu. 27 Maret 2006.
PKMT-5-11-1

RANCANG BANGUN PIRANTI PENGUKUR KADAR ALKOHOL PADA


MINUMAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SB 32

Yusron Sugiarto, Ismar Fataya, Nur Yuniasih, Tarwiyati, Widya Kartikasari


Universitas Brawijaya, Malang

ABSTRAK

Kata kunci:
PKMT-5-12-1

RANCANG BANGUN ALAT PENGUKUR KADAR AIR


DAN SUHU GABAH MELALUI METODE KAPASITANSI
DENGAN APLIKASI MIKROKONTROLER AT89C51

Ihda S Rahmatunnisa, Misbahollah, Riduwan, Toyib M Pranoto, Putri Sukmasari


PS Fisika Fakultas MIPA, Universitas Negeri Malang, Malang

ABSTRAK
Kadar air dan suhu gabah merupakan faktor yang paling mempengaruhi kualitas
gabah. Selain itu faktor tersebut juga sangat berpengaruh terhadap masa simpan
gabah. Namun demikian alat yang digunakan untuk mengukur kadar air dan suhu
gabah masih sangat terbatas. Kegiatan PKMT ini bertujuan untuk mendapatkan
rancang bangun alat pengukur kadar air dan suhu gabah yang mampu
menampilkan perkiraan masa simpan gabah. Diharapkan hasil kegiatan PKMT
ini dapat memberikan solusi terhadap terbatasnya teknologi yang menunjang
pengolahan gabah pascapanen yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas
gabah Kegiatan PKMT ini dilakukan di Laboraturium Elektroninika dan
Istrumentasi (ELINs) Jurusan Fisika Universitas Negeri Malang mulai bulan
Maret sampai bulan Mei 2006. Rancang bangun alat ini menggunakan metode
kapasitansi sebagai pengukur kadar air, sensor suhu IC LM35, rangkaian
penguat instrumentasi dan penguat tak membalik, rangkaian penyearah, ADC
0809, serta mikrokontroler AT89C51. Sampel yang diuji adalah satu jenis gabah.
Rentang pengukuran kadar air yaitu 0-30 % dan rentang pengukuran suhu yaitu
0-40 0C. Perkiraan masa simpan gabah didasarkan pada kajian teori tentang
masa simpan gabah. Pengujian dilakukan pada tiap rancangan rangkaian dan
kalibrasi alat. Dari analisis data kalibrasi alat hasil perancangan dengan
menggunakan tester Grainer II, didapatkan data pengukuran dengan nilai
penyimpangan pengukuran terjauh 2% untuk kadar air dan 10C untuk suhu
yang masih berada dalam batas diperbolehkan. Berdasarkan hasil kegiatan
PKMT ini, dapat disarankan agar rancang bangun alat ini dikembangkan secara
luas agar dapat membantu peningkatan mutu kualitas pertanian khususnya padi.
Selain itu, disarankan agar penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk pembuatan
dan pengembangan alat yang serupa.

Kata Kunci: Kadar air, suhu, gabah, metode kapasitansi, mikrokontroler.

PENDAHULUAN
Negara Indonesia adalah negara agaris, karena lebih dari 65% penduduk
Indonesia hidup dari sektor pertanian. Memperhatikan hal tersebut sektor
pertanian perlu diperhatikan lebih serius. Salah satu jenis produk pertanian yang
memiliki kapasitas produksi yang cukup besar adalah beras. Beras yang
dihasilkan dari tanaman padi memiliki kedudukan yang sangat penting dalam
pemenuhan pangan masyarakat, dan dibudidayakan pada hampir setiap provinsi
dengan luas panen pertahun 10 juta ha dan produksi padi nasional rata-rata 4,35
ton/ha/tahun (BPTP, 2005:1).
Salah satu permasalahan dalam pertanian di Indonesia adalah pada masa
pascapanen, yaitu menurunnya kualitas hasil pertanian akibat penanganan
pascapanen yang buruk. Hasil pertanian khususnya padi dapat mengalami
PKMT-5-12-2

penurunan kualitas berupa rusaknya nilai gizi selama penyimpanan. Ini sesuai
dengan sifat-sifat hasil pertanian yang mudah rusak yang pada akhirnya dapat
menurunkan mutunya.
Dalam kaitan itulah, untuk menyimpan hasil panen sebelum diolah atau
dijual, harus memahami teknologi pascapanen guna mencegah degradasi kualitas
gabah. Pada penyimpanan tersebut berbagai aspek perlu diperhatikan mulai dari
aspek karakteristik bahan pangan, pengontrolan kondisi lingkungan, perhitungan
teoritis untuk memilih jenis kemasan dan perkiraan lama penyimpanan hingga
aspek ekonomi (Sibuea, 2002:1). Sedangkan Chapman (2005:1) secara spesifik
menyebutkan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan gabah
antara lain: (1) kadar air; (2) suhu; (3) kondisi gabah; dan (4) suplai oksigen.
Dengan demikian, diperlukan suatu solusi yaitu dengan mengaplikasikan
teknologi elektronika dalam proses penyimpanan gabah yang salah satu wujudnya
adalah dengan membuat rancang bangun alat pengukur kadar air dan suhu gabah
yang sekaligus dapat menampilkan perkiraan masa simpan gabah.
Rancang bangun alat ini menerapkan metode pengukuran besarnya nilai
kadar air, yaitu dengan menggunakan metode kapasitansi yang memanfaatkan
sifat dielektrik gabah. Sedangkan pengukuran suhu dilakukan dengan
memanfaatkan komponen yang telah ada, yaitu sensor suhu LM35.
Kedua pengukuran di atas terintegrasi dalam satu alat yang
mengaplikasikan teknologi mikrokontroler sebagai pemroses sistem.
Mikrokontroler merupakan pengembangan teknologi semikonduktor yang
memiliki jumlah transistor lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang yang
kecil. Jenis mikrokontroler sendiri sangat banyak dan beragam, salah satunya
adalah jenis AT89C51 yang merupakan keluarga MCS-51 yang diproduksi
ATMEL dalam bentuk keping IC (Single-chip Microcomputer). Oleh karena itu,
komponen ini merupakan salah satu pilihan teknologi yang praktis.
Permasalahan yang dibahas dalam kegiatan PKMT ini adalah: Bagaimana
rancang bangun alat pengukur kadar air dan suhu gabah yang secara spesifik
dirumuskan sebagai berikut: (1) Bagaimana rancangan sensor kadar air dalam
gabah dengan prinsip sensor kapasitif? (2) Bagaimana mengaplikasikan sensor
suhu LM35 dalam perancangan sistem? (3) Bagaimana mengaplikasikan
mikrokontroler AT89C51 serta program (software) untuk menjalankan sistem dan
menampilkan perkiraan masa simpan gabah?
Kegunaan program ini bermanfaat bagi masyarakat petani dan
pengembangan IPTEK. Bagi masyarakat petani: (1) Memberikan solusi untuk
menjawab permasalahan dalam pengukuran kadar air dan suhu gabah; (2)
Mengembangkan teknologi pertanian dalam penanganan produksi pascapanen
khususnya untuk menjaga dan meningkatkan mutu hasil pertanian. Bagi
pengembangan IPTEK: (1) Memanfaatkan dan memfungsikan mikrokontroler
AT89C51 dalam aplikasi teknologi yang tepat guna; (2) Sebagai acuan bagi
pengembangan perancangan sistem yang menggunakan prinsip sensor kapasitif
dan aplikasi mikrokontroler AT89C51.

METODE PENDEKATAN
Kegiatan PKMT ini menerapkan metode deskriptif kuantitatif yang
bertujuan untuk mendapatkan rancang bangun alat pengukur kadar air dan suhu
PKMT-5-12-3

gabah. Variabel bebas yang dikaji dalam kegiatan PKMT ini yaitu kadar air dan
suhu gabah, sedangkan variabel terikat yaitu tegangan.
Rancang bangun alat pengukur kadar air dan suhu gabah didasarkan pada
kajian teori dan eksperimen di laboratorium elektronika. Pada pengukuran kadar
air digunakan metode kapasitansi dengan mengambil gabah sebagai dielektriknya,
sedangkan pengukuran suhu dengan memanfaatkan IC LM35. Pengujian
dilakukan ditiap blok rangkaian untuk mengetahui kesesuaian rangkaian, dan
selanjutnya oleh mikrokontroler AT89C51 sebagai pusat pemroses sistem kedua
hasil pengukuran tersebut ditampilkan pada display LCD.
Kegiatan PKMT ini dilakukan di Laboratorium Elektronika dan
Instrumentasi (ELINS) Jurusan Fisika Universitas Negeri Malang selama kurang
lebih 3 bulan mulai 1 Maret sampai dengan 30 Mei 2006. Sedangkan tahapan
pelaksanaan kegiatan PKMT ini meliputi: perancangan alat, pembuatan alat,
pembuatan program (software), teknik pengambilan data dan teknik analisis data.
Secara skematis perancangan alat pengukur kadar air dan suhu gabah
ditunjukkan dalam diagram pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Rancang Bangun Alat Pengukur Kadar Air dan Suhu Gabah

Setelah alat dan bahan yang diperlukan disiapkan, selanjutnya dibuat


gambar rangkaian secara menyeluruh dengan menggunakan protel dan membuat
alur PCB, kemudian memasang komponen dan menyolder menjadi rangkaian
sistem yang utuh.
Program atau software yang digunakan adalah program assembler yang
merupakan program untuk menjalankan sistem yang dikendalikan oleh
mikrokontroler AT89C51. Program sumber assembly dapat langsung dituliskan
dalam programmer Meitan ASM 2005.
Pembuatan program sumber assembly mengacu pada flowchart yang
ditunjukkan pada Gambar 2.
PKMT-5-12-4

Gambar 2. Flowchart Program Alat Pengukur Kadar Air dan Suhu Gabah

Peralatan yang dipakai dalam pembuatan dan pengujian rancang bangun


alat pengukur kadar air dan suhu ini antara lain: (1) Multimeter digital;
(2)Osiloskop; (3) Downloader MEITAN ASM 2005 dan (4) Peralatan elektronik
pendukung lainnya. Bahan atau komponen elektronika yang dibutuhkan dalam
rancang bangun alat ini antara lain: (1) PCB; (2) IC NE555; (3) LM35; (4) LF356;
(5) LM741; (6) LM324; (7) ADC 0809; (8) AT89C51; (9) LCD M1632;
(10)Resistor; (11) Kapasitor; (12) Dioda; (13) Kabel dan (14) Komponen
pendukung lainnya.
Pada pelaksanaan kalibrasi digunakan tester Grainer II yang merupakan
alat pengukur kadar air dan suhu gabah yang digunakan oleh INLITKABI Kendal
Payak Malang. Setelah rancangan sistem alat pengukur kadar air dan suhu
terealisasi, dilanjutkan dengan pengambilan data. Pengambilan data dilakukan
dengan menguji tiap bagian sistem.
Pada Gambar 3, ditunjukkan beberapa komponen yang digunakan serta
alat pembanding (kalibrator) yang digunakan dalam kalibrasi.
PKMT-5-12-5

(a) (b)
Gambar 3. (a)Komponen-komponen yang digunakan dalam pembuatan alat
pengukur kadar air dan suhu gabah, (b) Alat pembanding (kalibrator) tester
Grainer II.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari perancangan alat yang telah dilakukan, didapatkan suatu rangkaian
alat pengukur kadar air dan suhu gabah dengan rincian sebagai berikut:

Rangkaian Pengukur Kadar Air


Rangkaian kapasitor silinder sebagai pengukur kadar air ditunjukkan pada
Gambar 4.

Keterangan:
Jari-jari silinder dalam a = 1,6 cm
Jari-jari silinder luar b = 2,8 cm
Panjang tabung L = 10 cm

Gambar 4. Hasil Perancangan Kapasitor Silinder

Untuk menghitung nilai kapasitansi kapasitor silinder digunakan


persamaan berikut:
2 0 k udara L
Dengan k udara = 1 maka Cudara =
ln b a
= 9,9413.10 12 10 pF
Nilai kapasitansi di atas merupakan nilai kapasitansi pada saat kapasitor
silinder kosong (tanpa gabah).
PKMT-5-12-6

2 0 k ( 2 ) L
Dengan k gabah = 2 maka: C gabah =
ln b a
= 19,882.10 12 20 pF
2 0 k ( 3) L
Dengan k gabah = 3 maka C gabah =
ln b a
= 29,824.10 12 30 pF
Dengan demikian diketahui nilai kapasitansi gabah berkisar antara 20 pF sampai
30 pF.
Dengan diketahuinya nilai kapasitansi saat kapasitor kosong (tanpa gabah)
dapat ditentukan kesetimbangan jembatan. Pada frekuensi f = 250 KHz dan
dengan nilai reakatansi kapasitif yang sebanding dengan impedansi ( X C Z ) ,
nilai reaktansi kapasitif adalah sebesar:
1
Untuk CA = 150 pF adalah X CA = = 4,244 K
2fCCA
1
Untuk CX = Cudara + CB = 160 pF adalah X Cx = = 3,978 K
2fC X
Kalibrasi Pengukur Kadar Air
Kalibrasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar penyimpangan
pengukuran sensor kadar air dari alat hasil perancangan dengan alat yang telah
ada yaitu Grainer II. Data hasil kalibrasi pengukuran kadar air gabah disajikan
pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Kalibrasi Pengukuran Kadar Air Grainer II dengan Alat Hasil
Perancangan

Alat Hasil
No. Sampel Gabah Grainer II (%) Perancangan
(%)
1. Sampel 1 12,9 12,82
2. Sampel 2 13,3 13,52
3. Sampel 3 14,1 14,26
4. Sampel 4 15,0 14,78
5. Sampel 5 15,4 16,30
6. Sampel 6 16,5 16,54
7. Sampel 7 17,0 19,04
8. Sampel 8 18,7 20,16
9. Sampel 9 19,7 21,04
10. Sampel 10 20,2 21,32
Dari tabel hasil kalibrasi di atas dapat disimpulkan bahwa antara rangkaian
pengukur kadar air hasil perancangan dengan tester terdapat sedikit perbedaan,
sehingga dapat dikatakan sesuai.

Rangkaian Sensor Suhu LM35


Pengukuran suhu pada sistem ini mengaplikasikan IC LM35. Hasil
perancangan rangkaian sensor suhu disajikan dalam Gambar 5.
PKMT-5-12-7

Gambar 5. Hasil Perancangan Rangkaian Sensor Suhu LM35

Kalibrasi Suhu
Kalibrasi suhu terhadap tester Grainer II berfungsi untuk mengetahui
seberapa besar penyimpangan pengukuran sensor LM35 pada alat hasil
perancangan. Data hasil kalibrasi pengukuran suhu gabah disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Konversi Pengukuran Suhu Tester dengan Alat


Alat Hasil
No. Sampel Gabah Grainer II (0C)
Perancangan (0C)
1. Sampel 1 26,2 25,92
2. Sampel 2 25,1 25,12
3. Sampel 3 25,3 25,28
4. Sampel 4 26,2 25,60
5. Sampel 5 27,7 27,52
6. Sampel 6 27,8 27,04
7. Sampel 7 27,3 26,56
8. Sampel 8 26,8 25,92
9. Sampel 9 26,7 25,76
10. Sampel 10 26,3 25,92
Dari perancangan alat yang telah dilakukan, didapatkan suatu rancang
bangun alat pengukur kadar air dan suhu gabah secara utuh sebagai berikut:

Gambar 6. (kiri) Rangkaian Elektronika dalam Board Rangkaian (kanan)


Kemasan jadi alat pengukur kadar air dan suhu gabah.
PKMT-5-12-8

Sedangkan data hasil kalibrasi alat dengan tester Grainer II pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Pengukuran Alat


N0. Sampel Kadar Air Suhu Perkiraan
0
Gabah (%) ( C) Masa
Simpan
1. Sampel 1 12,82 25,92 SF store
2. Sampel 2 13,52 25,12 160-240 hari
3. Sampel 3 14,26 25,28 160-240 hari
4. Sampel 4 14,78 25,60 40-60 hari
5. Sampel 5 16,30 27,52 20-30 hari
6. Sampel 6 16,54 27,04 20-30 hari
7. Sampel 7 19,04 26,56 5-8 hari
8. Sampel 8 20,16 25,92 5-8 hari
9. Sampel 9 21,04 25,76 3-5 hari
10. Sampel 10 21,32 25,92 3-5 hari

Dari beberapa sampel yang diujikan, diketahui bahwa tampilan


pengukuran alat telah menujukkan kesesuaian dengan standar perkiraan masa
simpan yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 6. Grafik Kesesuaian Perkiraan Masa Simpan

KESIMPULAN
Dari hasil rancang bangun alat pengukur kadar air dan suhu gabah dapat
ditarik kesimpulan, pada perancangan rangkaian sensor kadar air dengan prinsip
kapasitansi didapatkan spesifikasi kesesuaian rangkaian untuk: (a) Frekuensi
osilator NE555 sebesar 250 KHz; (b) Perubahan nilai kapasitansi kapasitor pada
lengan jembatan Wheatstone sebesar 20 pF sampai 30 pF; (c) Pada penguat
instrumentasi di butuhkan penguatan sebesar 850 kali; (d) Rangkaian penyearah
PKMT-5-12-9

gelombang penuh memiliki rata-rata selisih tegangan V = 0,048 Volt yang


dianggap kecil sehingga dapat diabaikan.
Pada pengaplikasian sensor suhu LM35, didapatkan perubahan tegangan
yang sebanding dengan suhu gabah. Dalam rangkaian ini didapatkan penguatan
pada rangkaian penguat tak membalik sebesar 10 kali. Pada pengaplikasian
mikrokontroler AT89C51, pembuatan program (software) telah sesuai dengan
perancangan dan sistem alat dapat berfungsi sesuai perancangan, yaitu
menampilkan nilai pengukuran kadar air dan suhu dengan penyimpangan kalibrasi
2% dan 10C, serta perkiraan masa simpan yang sesuai dengan standar yang
ada.

DAFTAR PUSTAKA
1. AgriChem, Inc. 1994. Grain Measurement with Capacytance Type Device.
(Online). (http.//www.grainprep.com, diakses 1 November 2005).
2. Chapman, Bill. 2005. Cereal Grain Drying and Storage. (Online).
(http://www1.agric.gov.ab.ca/%department/deptdoes.nsf/all/crop1204?ope
ndocument, diakses 11 Oktober 2005).
3. Coughlin, F. Robert, and Priscoll, F. Frederick. 1987a. Penguat
Operasional dan Rangkaian Terpadu Linier. Jakarta: Erlangga.
4. Fraden, Jacob. 1996. Hanbook of Modern Sensors. San Diego. Thermoscan.
Inc.
5. Halliday, Resnick. 1978. Fisika Jilid II. Alih bahasa Pantur Silaban, Ph.D.
Jakarta: Erlangga.
6. Malvino, Albert, Paul. 1987b. Prinsip-prinsip Elektronika Jilid 2. Alih
Bahasa Prof. M. Barnawi. Jakarta: Erlangga.
7. Nalwan, Paulus, Andi. 2004. Panduan Praktis Teknik Antar Muka
Mikrokontroler AT89C51. Jakarta: Elex Media Komputindo.
8. National Semiconductor. 1999. LM35 Precision Centigrade Temperature
Sensors.
(Online).(http://www.alldatasheet.com/datasheet.pdf/pdf/8875/NSC/LM35
.html, diakses 27 September 2005).
9. http://www.alldatasheet.com/datasheet.pdf/pdf/8105/NSC/ADC0809.html,
diakses 15 September 2005).
10. National Semiconductor. 1999. ADC 0809. (Online).
11. Noble, Pither & Andrizal. 2003. Teknologi Pengeringan Padi. (Online).
(http://www.agribisnis.deptan.go.id/pengering%padi.pdf, diakses 2
September 2005).
12. Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi Subang Jawa Barat. 2005.
Padi. (online), (http://warintek.progresio.or.id, diakses 12 Mei 2005).
13. Sutrisno. 1987c. Elektronika dan Penerapannya Jilid 2. Bandung: ITB.
14. Sibuea, Posman. 2002. Mewujudkan Ketahanan Pangan lewat Perbaikan
Pascapanen. Sinar Harapan, No. 4329. (Online). (http://www.sinar
harapan.com./pangan/%padi.html, diakses 2 Oktober 2005).
PKMT-5-13-1

UPAYA MENGENALKAN MODEL RUMAH LANTING


YANG RAMAH LINGKUNGAN UNTUK MENGURANGI LAJU ABRASI
SUNGAI MARTAPURA DALAM WILAYAH KOTA BANJARMASIN

Akhmad Riandie, Herry Helman, Hulwatul Munajah, Srikun B. Widiastuti


Jurusan Pendidikan MIPA, Program Studi Pendidikan Biologi FKIP
Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

ABSTRAK
Kota Banjarmasin dikenal dengan kota seribu sungai, akan tetapi julukan kota
seribu sungai saat ini sulit dipertahankan, karena banyak sungai yang tidak
berfungsi, dangkal, dan sempit; sebaliknya sungai-sungai besar justru bertambah
lebar karena mengalami abrasi. Masyarakat yang tinggal di rumah lanting
berpotensi terhadap menurunnya kondisi lingkungan perairan, Akan tetapi
mereka juga sebagai penyelamat lingkungan, karema rumah mereka dapat
menahan laju abrasi. Kehadiran rumah lanting masih dilematis bagi pengambil
kebijakan di kota seribu sungai ini. Pada satu sisi ada pengakuan oleh
pemerintah kota, sehingga kelak sepanjang Sungai Martapura akan dijadikan
permukiman di atas air seperti Kota Banjarmasin pada tahun 50-an. Akan tetapi
pada sisi lain penggusuran rumah lanting terus berlangsung. Berdasarkan
analisis situasi yang telah diuraikan, masalah penerapan teknologi dirumuskan
sebagai berikut, bagaimana mengenalkan model rumah lanting yang ramah
lingkungan untuk mengurangi laju abrasi sungai Martapura dalam wilayah Kota
Banjarmasin. Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan diatas,
secara umum penerapan teknologi ini bertujuan untuk mengenalkan model
rumah lanting yang mengutamakan aspek-aspek keindahan, keserasian,
kebersihan lingkungan, dan kelancaran transportasi. Adapun kegunaan kegiatan
ini yaitu 1) masyarakat di lingkungan perairan, kegiatan ini merupakan tawaran
model rumah lanting agar dapat diikuti, karena mengutamakan prinsip-prinsip
keindahan, keserasian, kebersihan lingkungan, dan kelancaran transportasi 2).
Pemerintah Kota Banjarmasin dapat memanfaatkan inovasi ini sebagai bahan
rekomendasi permukiman di lingkungan perairan, dan dapat dijadikan sebagai
obyek wisata. Kegiatan penerapan teknologi masyarakat dilaksanakan dalam
bentuk bimbingan dan tindakan terprogram sesuai dengan rancangan tindakan
yang dibuat. Metode kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu obesrvasi dan
kolaborasi Tim dengan penghuni rumah lanting. Kegiatan berlangsung secara
keseluruhan pada tanggal 810 Mei 2006 dengan tenaga kerja berjumlah 15
orang terdiri dari mahasiswa dan seorang tenaga ahli.
Hasil kegiatan telah terselesaikannya renovasi 2 buah rumah lanting yang ramah
lingkungan dengan mengutamakan aspek-aspek keindahan, keserasian,
kebersihan lingkungan, dan tidak mengganggu kelancaran transportasi. Atas
dasar hasil yang diperoleh, dan dengan mempertimbangkan respon masyarakat
sebagai pemilik rumah lanting, maka rumah lanting perlu dipertahankan guna
mengurangi laju abrasi sungai, karena rumah jenis ini merupakan bagian dari
lingkungan pemukiman di perkotaan yang juga dapat diciptakan sesuai dengan
kaidah-kaidah rumah sehat dan indah.

Kata kunci: rumah lanting, ramah lingkungan


PKMT-5-13-2

PENDAHULUAN
Masyarakat Banjar sejak zaman dahulu akrab dengan kehidupan di air. Di
sini digunakan istilah masyarakat Banjar bukan suku Banjar. Masyarakat Banjar
merupakan perpaduan berbagai suku yakni Dayak, Melayu, Bugis, Jawa, dan
Madura. Perkampungan didirikan di tepi sungai, baik rumah panggung maupun
rumah lanting. Rumah lanting diikatkan pada sebatang pohon, pada umumnya
tanah di sekitar rumah lanting milik penghuni lanting itu sendiri atau milik
keluarganya. Rumah lanting memiliki nilai ekologis karena dapat meredam
gelombang air. Bukan saja sebagai tempat tinggal, akan tetapi juga sebagai toko
menjual barang dagangan, kegiatan usaha, pandai besi dan lain-lain (Saleh,
1986:18). Rumah lanting pada awal abad ke-21 ini, juga berfungsi sebagai stasiun
pengisian bahan bakar bagi kapal motor, tempat pandai besi, dan bengkel.
Sebagian masyarakat di lingkungan perairan, memanfaatkan rumah lanting
sebagai tempat tinggal sementara, setelah cukup mampu mereka membangun
rumah di darat, sedangkan rumah lanting miliknya dialihkan kepada orang lain.
Rumah lanting juga berfungsi sebagai tempat menginap ketika menjajakan barang
dagangan ke kota, setelah barang dagangan habis mereka pulang ke daerah asal,
mereka umumnya berasal dari lingkungan perairan di hulu sungai.
Masyarakat di lingkungan ini terdiri atas Masyarakat Banjar Batang Banyu
dan Masyarakat Banjar Kuala. Kedua masyarakat ini secara historis telah
menjadikan perairan Sungai Barito dari muara hingga daerah hulu sebagai tempat
tinggal, mereka menempati pula perairan Sungai Martapura untuk menambatkan
rumah lantingnya.
Masyarakat Banjar yang telah beradaptasi ratusan tahun dengan
lingkungan perairan menjadi perhatian pemerintah kota saat ini. Perhatian
ditujukan pada status pemilikan rumah lanting dan rumah-rumah di bantaran
sungai (rumah yang dibangun menghadap sungai), khususnya di sekitar kawasan
pasar terapung untuk diberi sertifikat pemilikan rumah, asal sesuai dengan pola
perumahan di atas air. Kawasan yang berada di muara Sungai Kuin ini merupakan
pusat kota lama yang terbentuk dari konsentrasi permukiman penduduk di sekitar
keraton tempo dulu yakni ketika Kerajaan Banjar didirikan. Kini kawasan pasar
terapung telah ditetapkan sebagai obyek wisata air oleh pemerintah kota.
Badan Perencanaan Pembangunan Kota (BAPPEKO) Banjarmasin tanggal
26 September 2000 telah menerbitkan usulan pembenahan permukiman terapung.
Badan ini telah melakukan pendataan rumah lanting dari berbagai aspek sebagai
bahan rekomendasi untuk pengembangan kota. Mereka mungkin sadar rumah
lanting tidak bisa dipisahkan dari sejarah perkembangan kota seribu sungai ini
sejak hampir 500 tahun lalu. Pemerintah kota berencana mempertahankan rumah
lanting agar tidak punah. Aspek-aspek yang menjadi perhatian adalah keindahan,
keserasian, kebersihan lingkungan, dan kelancaran transportasi.
Kota seribu sungai ini selayaknya harus dikembangkan dengan meniru
pengembangan permukiman air Negara Brunei Darussalam. Negara ini berhasil
menjadikan lingkungan air sebagai obyek wisata, tetapi tetap menjaga kualitas air
dan hutan yang masih perawan sebagai ekowisata unggulan. Pemerintah negara
ini beranggapan melalui sektor wisata dapat menjadi perekat sosial, meningkatkan
perekonomian, dan mewujudkan perdamaian dunia (Cameron, 2000).
PKMT-5-13-3

Sarana dan prasarana transportasi darat yang makin baik berakibat rumah
lanting kurang diminati oleh penghuninya. Namun demikian, saat ini masih tersisa
sebanyak 132 buah rumah lanting di sepanjang Sungai Martapura dan sebanyak
11 buah di Sungai Barito dekat muara Sungai Kuin. Kehadiran rumah lanting
masih dilematis bagi pengambil kebijakan di kota seribu sungai ini. Pada satu sisi
ada pengakuan oleh pemerintah kota, sehingga kelak sepanjang Sungai Martapura
akan dijadikan permukiman di atas air seperti Kota Banjarmasin pada tahun 50-
an. Akan tetapi pada sisi lain penggusuran rumah lanting terus berlangsung.
Gagasan-gagasan ideal yang telah dilontarkan pemerintah kota, ternyata di
dalam pelaksanaannya tidak selalu berjalan mulus, bahkan cenderung
bertentangan dengan keinginan semula. Rumah lanting yang seyogyanya harus
dipertahankan, ternyata menjadi sasaran penggusuran seperti pada Gambar 1.

Gambar 1 Foto Rumah Lanting Dekat Pusat Kota Sedang Digusur


Sumber: Harian Banjarmasin Post edisi 30 Nopember 2004

Sungai Martapura memiliki ruang yang cukup luas untuk mengantisipasi


kebutuhan lahan permukiman yang terbatas. Jika ruang terbuka ini dimanfaatkan
untuk permukiman, maka kota air ini akan bernuansa seperti tahun 50-an. Ketika
itu menurut H. M. Gazali Usman, purnakarya dosen Pendidikan Sejarah FKIP
Unlam Banjarmasin, lebar Sungai Martapura yang dapat dilalui kendaraan air
hanya beberapa meter saja, sebagian besar merupakan deretan rumah lanting.
Thomas Karsten seorang ahli tata kota Belanda sebelum Perang Dunia II
juga menyarankan agar rumah lanting tetap diizinkan bertambat di tepi sungai,
karena mampu meredam gelombang yang ditimbulkan oleh hiruk-pikuk lalu lintas
air (Banjarmasin Kota Air, 1988). Sifat mampu meredam gelombang air diduga
belum dipahami betul oleh pemerintah setempat. Pembuatan siring (beram,
tanggul) yang berfungsi menyelamatkan tepi sungai dengan biaya besar sangat
digalakkan, sedangkan rumah lanting dengan peran yang sama justru digusur.
Permukiman penduduk di rumah lanting terkesan kumuh, tetapi bila ditata rapi
dan dengan sentuhan estetika justru menjadi daya tarik wisatawan.
Jumlah penduduk makin meningkat, berarti bertambah pula kebutuhan
lahan untuk mendukung kegiatan perumahan, pendidikan, perdagangan, industri,
PKMT-5-13-4

taman kota dan sebagainya. Kota Banjarmasin sangat terbatas luasnya, maka salah
satu alternatif adalah mengembangkan secara horisontal bangunan di lingkungan
perairan yakni beberapa sungai dijadikan sebagai tempat permukiman, akan tetapi
tetap mempertahankan lebar sungai agar fungsinya sebagai alur transportasi air
tidak terganggu (Pemko Dati II Banjarmasin, 1999).
Pemerintah kota telah memanfaatkan sebagian badan sungai untuk
dijadikan taman kota, seharusnya pemerintah juga mempersilakan kepada
masyarakat di lingkungan perairan untuk memanfaatkan badan sungai sebagai
lahan permukiman, khususnya rumah lanting. seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Foto Rumah Lanting Dilihat dari Depan


(Sumber: Survai lapangan)

Rumah lanting senantiasa terapung di atas air, karena ditopang oleh ikatan
bambu atau kayu gelondongan sebagai penyangga. Rumah lanting diikat pada
sebatang pohon atau tonggak, menggunakan tali terbuat dari baja berpilin.
Beranda depan menghadap sungai dan bagian belakang menghadap daratan yang
berjarak sekitar 5 meter, maksudnya agar tetap mengapung ketika air surut. Ruang
dapur dan tempat MCK berada di samping kiri atau samping kanan rumah lanting
dan bahkan ada yang dibangun di beranda depan seperti pada Gambar 3.
Rumah lanting hanya memiliki WC cemplung, tidak ada ruang terbuka di
kolong rumah, jadi sampah dibuang ke sungai melalui beranda depan atau
samping. Jadi pada hakikatnya tidak ada perbedaan antara rumah panggung dan
rumah lanting ditinjau dari peluang masyarakat ketika membuang sampah dan
limbah rumah tangga.
Penghuni rumah lanting telah mengikuti perkembangan peradaban, mereka
sebagian bukan hanya memanfaatkannya untuk tempat tinggal, tetapi juga untuk
usaha, seperti menjual kebutuhan hidup sehari-hari, beberapa keperluan usaha, di
antaranya roda kapal, minyak solar, sampai usaha kecil produksi kecambah
(http://www.indo-media.com/bpost/9702/21/kota/kota4.htm.).
Masyarakat yang tinggal di rumah lanting banyak memperoleh kemudahan
seperti membeli air untuk keperluan minum, suplai air untuk MCK, dan membeli
PKMT-5-13-5

bahan makanan. Para pedagang sayur, ikan dan kebutuhan rumah tangga, pada
umumnya menggunakan jukung dan perahu tambangan setiap hari lewat di depan
rumah. (http://www. indomedia.com/bpost/ 9702/21/kota/kota4.) Karena rumah
lanting selamanya tergenang air, sampah yang dibuang selalu akan hanyut terbawa
arus air.

Gambar 3. Foto yang Memperlihatkan Beranda Depan Rumah Lanting dan Fasilitas MCK
(Sumber: Survai lapangan)

Masalah dalam kegiatan ini adalah bagaimana menciptakan rumah lanting


yang berwawasan lingkungan, artinya pemukiman di air yang mengutamakan
aspek-aspek keindahan, keserasian, kebersihan lingkungan, dan kelancaran
transportasi. Berdasarkan analisis situasi yang telah diuraikan terdahulu,
dirumuskan masalah penerapan teknologi sebagai berikut: bagaimana
mengenalkan model rumah lanting yang mengutamakan aspek-aspek keindahan,
keserasian, kebersihan lingkungan, dan kelancaran transportasi. Sesuai dengan
permasalahan yang telah dikemukakan, secara umum penerapan teknologi ini
bertujuan untuk mengenalkan model rumah lanting yang mengutamakan aspek-
aspek keindahan, keserasian, kebersihan lingkungan, dan kelancaran transportasi.
Hasil pengabdian ini diharapkan dapat memberi manfaat khususnya bagi
masyarakat lingkungan perairan di Sungai Martapura dalam wilayah Kota
Banjarmasin sebagai berikut:
1. Masyarakat di lingkungan perairan, kegiatan ini merupakan tawaran model
rumah lanting agar dapat diikuti, karena mengutamakan prinsip-prinsip
keindahan, keserasian, kebersihan lingkungan, dan kelancaran transportasi.
2. Pemerintah Kota Banjarmasin dapat memanfaatkan inovasi ini sebagai bahan
rekomendasi permukiman di lingkungan perairan, dan dapat dijadikan sebagai
obyek wisata.
PKMT-5-13-6

METODE KEGIATAN
Kegiatan penerapan teknologi dilaksanakan melalui bimbingan dan
tindakan terprogram sesuai dengan rancangan tindakan yang dibuat yaitu
membuat model rumah lanting yang ramah lingkungan dengan sasaran 2 buah
rumah lanting di Kelurahan Seberang Mesjid RT. 04 Banjarmasin Tengah.
Metode kegiatan yang akan dilaksanakan melalui 2 tahapan yakni tahap observasi
dan tahap kolaborasi.
Pada tahap observasi, tim mengadakan survei untuk mengamati langsung
keadaan rumah lanting di sungai Martapura dalam wilayah kota Banjarmasin dan
mengadakan wawancara pada beberapa orang masyarakat yang bertempat tinggal
di rumah lanting pada daerah tersebut. Wawancara dimaksudkan untuk
mengetahui keinginan mereka dan hal-hal yang telah dilaksanakan terutama dalam
hubungannya dengan usaha menciptakan rumah lanting yang ramah lingkungan.
Rumah lanting hanya menggunakan WC cemplung, tidak ada ruang terbuka di
kolong rumah.
Pada tahap kolaborasi, tim pengabdi dengan penghuni rumah lanting
dalam menciptakan model rumah lanting yang ramah lingkungan dengan sentuhan
estetika. Oleh karena itu menciptakan rumah lanting yang ramah lingkungan
difokuskan pada pembenahan WC, dan renovasi rumah.

Waktu dan Tempat Kegiatan


Secara keseluruhan kegiatan dilaksanakan di lingkungan RT. 04 Kelurahan
Seberang Mesjid Kecamatan Banjarmasin Tengah Kota Banjarmasin. Jenis
kegiatan dan waktu pelaksanaan kegiatan seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Renovasi Rumah Lanting

Tanggal Kegiatan
12 Maret 2006 Survei kawasan pemukiman perairan
17 Maret 2006 Survei kawasan pemukiman perairan (lanjutan)
29 Maret 2006 Survei kawasan pemukiman perairan (lanjutan)
8 Mei 2006 Renovasi rumah lanting
9 Mei 2006 Renovasi rumah lanting (lanjutan)
10 Mei 2006 Renovasi rumah lanting (lanjutan)

Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan pekerjaan dibagi atas 2 tahap yakni tahap
observasi/survei dan tahap renovasi.
Pada tahap observasi/survei, tim mengadakan survei untuk menetapkan
rumah lanting yang akan direnovasi. Sebelum kegiatan ini dilaksanakan, terlebih
dahulu mengurus perijinan kepada Pemerintah Kota Banjarmasin. Tim
menawarkan gagasan kepada penghuni rumah lanting dan menjelaskan tujuan
kegiatan yang akan dilaksanakan. Kesepakatan diperoleh sesuai dengan lokasi
yang telah dijelaskan di atas. Meskipun rumah lanting yang akan direnovasi hanya
2 unit, akan tetapi permintaan renovasi melebihi kemampuan tim, terutama bila
dikaitkan dengan sumber dana yang tersedia. Langkah selanjutnya adalah
menetapkan kebutuhan riil yang akan dijadikan dasar dalam kegiatan renovasi.
Pada tahap renovasi, kegiatan dilaksanakan selama 3 hari atau setara dengan
24 jam kerja dengan melibatkan tenaga kerja yang berasal dari para mahasiswa
PKMT-5-13-7

Pendidikan Biologi FKIP Unlam Banjarmasin angkatan 2000 dan 2002,


sedangkan rincian kegiatan seperti pada Tabel 2.
Kolaborasi tim dengan penghuni rumah lanting dalam menciptakan rumah
lanting dengan sentuhan estetika, ini dicapai pada hari ke-3, meskipun diakui
secara keseluruhan belum membuahkan hasil yang maksimal. Dengan tidak
mengurangi makna pengabdian para mahasiswa yang tergabung dalam PKM
pengabdian, maka untuk menciptakan rumah lanting yang ramah lingkungan
difokuskan pada pengecatan sisi luar, pembuatan sekat kamar, pembuatan jendela,
pembuatan teras depan dan pembuatan WC termasuk di dalamnya membuat septik
tank apung.

Tabel 2. Jenis Kegiatan Pelaksanaan Renovasi Rumah Lanting

Tanggal Jumlah tenaga Tenaga Rincian kegiatan


kerja yang terserap ahli
(orang) (orang)
8 Mei 2006 15 1 Membuat teras/beranda depan
Membersihkan sisi luar
Melaksanakan pengecatan
9 Mei 2006 12 1 Membuat sekat/membuat kamar
Membuat jendela
Melaksanakan pengecatan (lanjutan)
10 Mei 2006 10 1 Membuat WC
Pembuatan benteng penghalang sampah
Melaksanakan Pengecatan (Lanjutan)

HASIL PROGRAM DAN PEMBAHASAN


Kolaborasi yang dilakukan antara mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP
UNLAM dengan pihak penghuni rumah lanting telah membuahkan hasil yang
saling menguntungkan. Para mahasiswa sebagai penyampai ide, menyediakan
dana perangsang, pengajuan modal rumah lanting yang ramah lingkungan telah
mengalami proses pembelajaran yang berharga, sedangkan penghuni rumah
lanting telah mendapat rumah baru memiliki nilai estetika dan ramah
lingkungan sebagai buah karya mahasiswa. Rangkaian proses kegiatan kolaborasi
antara mahasiswa dengan penghuni rumah lanting telah menghasilkan produk
akhir hasil renovasi rumah lanting seperti pada Gambar 4.
PKMT-5-13-8

Gambar 4. Rumah Lanting yang Ramah Lingkungan

Tahap awal yang dilakukan TIM adalah melakukan observasi rumah


lanting di sungai martapura serta menetapkan 2 buah rumah lanting yang akan di
renovasi. Selain itu, tim juga melakukan wawancara dengan pemilik rumah
lanting guna mengetahui keinginan-keinginan mereka sehubungan dengan rumah
lanting mereka. Dari observasi yang telah dilakukan tim nampak bahwa rumah
lanting sangat jauh sebagai rumah sehat. Rumah lanting pada umumnya berukuran
6 x 4 m2 tanpa ada jendela, sekat pemisah antara kamar dengan ruang tamu serta
dapur. Rumah lanting ini juga tidak memiliki kamar WC terlebih kamar mandi.
Mereka terbiasa dengan hidup serba praktis, mandi cuci kakus dilakukan di
sungai.
Setelah observasi, dilakukan kegiatan renovasi mulai dari pengecatan
rumah, pembuatan jendela, pembuatan sekat kamar, pembuatan teras depan dan
pembuatan WC, pembuatan benteng sampah. Kegiatan ini dilakukan oleh tim
dibantu oleh pemilik rumah lanting dan seorang tenaga ahli bangunan yang secara
khusus diminta untuk membantu pelaksanaan kegiatan renovasi rumah lanting.
Di dalam pelaksanaan kegiatan ini, dijumpai beberapa kendala di
lapangan. Tim kesulitan dalam menentukan rumah lanting yang akan direnovasi,
karena dikhawatirkan akan menimbulkan kesenjangan sosial di antara pemilik
rumah lanting yang notabene memiliki latar pendidikan yang rendah serta keadaan
ekonomi yang lemah. Diharapkan rumah lanting yang telah direnovasi dengan
sentuhan estetika dan sentuhan teknologi dapat menjadikan rumah jenis ini
sebagai salah satu pemukiman yang bersih, sehat dan indah serta menjadikan daya
tarik tersendiri. Hal ini tentu tergantung dari penghuni rumah lanting sebagai
pihak yang menempatinya.

KESIMPULAN
1. Rumah lanting yang ramah lingkungan merupakan rumah lanting yang
mengutamakan aspek-aspek keindahan, keserasian, kebersihan lingkungan,
dan kelancaran transportasi.
PKMT-5-13-9

2. Rumah lanting perlu dipertahankan guna mengurangi laju abrasi sungai.


3. Rumah lanting sebagai bagian dari lingkungan pemukiman di perkotaan dapat
diciptakan sesuai dengan kaidah-kaidah rumah sehat, sehat dan indah.

DAFTAR PUSTAKA
BPS-BAPPEKO Banjarmasin, 2000. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota
Banjar-masin 2000.
Cameron, Graham. 2000. Duduk di Atas Lumbung Emas. Muhibah, Nopember/
Desember 2000.
http://www.indomedia.com/bpost/9702/21/kota/kota4.htm. diakses 13 Juni 2004,
Rumah Lanting antara Tradisi dan Kelayakan (Online).

Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Banjarmasin. 1999. Laporan Waliko-


tamadya Kepala Daerah Tingkat II Banjarmasin dalam Rangka Uji Petik
Pemeriksaaan Akhir Masa Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Kali-mantan Selatan di Banjarmasin Tanggal 30 Agustus 1999.
Saleh, M. Idwar. 1986. Sekilas Mengenai Daerah Banjar dan Kebudayaan
Sungainya sampai dengan Akhir Abad 19. Proyek Pengembangan
Permuseuman Kali-mantan Selatan.
PKMT-5-14-1

PENGGEMUKAN KEPITING BAKAU (Scylla tranquebarica)


DENGAN KERAMBA SISTEM BATERAI PADA
TAMBAK YANG TIDAK PRODUKTIF

La Ode Ali Rahmat, Samsul Hadi, M Rabil, MS Mukmin, Rohana Rachmanian


Jurusan Perikanan, Universitas Haluoleo, Kendari

ABSTRAK
Kepiting bakau (Scylla tranquebarica) merupakan salah satu jenis kepiting yang
sangat potensial untuk dibudidayakan di Sulawesi Tenggara dan jenis komoditi
perikanan yang sangat penting untuk dipasarkan secara luas. Secara geografis
kepiting bakau tersebar luas di daerah Sulawesi Tenggara. Dengan demikian,
prospek pengembangan budidaya hewan tersebut merupakan sektor andalan
yang dapat menunjang perekonomian masyarakat.
Sampai saat ini pembudidayaan kepiting bakau (Scylla tranquebarica) di
Sulawesi Tenggara masih dilakukan secara sederhana yakni dengan cara
menebar langsung benih ke tambak sehingga bobot yang dihasilkan berbeda.
Oleh karena itu perlu dicari berbagai alternatif untuk proses penggemukan
kepiting bakau dengan menggunakan teknologi yang tepat, seperti dengan
menggunakan keramba sistem baterai
Tujuan kegiatan ini adalah untuk kepentingan proses budidaya kepiting bakau
dengan cara meningkatkan berat badan sehingga mempunyai niolai ekonomis
yang lebih tinggi dan untuk melatih mahasiswa berwiraswasta dalam budidaya
kepiting bakau.
Kegitan ini dilaksanakan pada bulan September sampai bulan November 2005
yang berlokasi di areal tambak jalan La Ode Hadi (By Pass) Kelurahan
Anggoeya Kecamatan Poasia Kota Kendari. Benih yang digunakan memiliki
ukuran yang relatif tidak seragam dengan kisaran berat antara 250 300 gram.
Metode yang digunakan untuk mengetahui pertambahan bobot tubuh kepiting
bakau selama kegiatan adalah dengan menghitung pertumbuhan mutlak (PM) an
juga tingkat kelangsungan hidupnya (SR).
Dari hasil kegiatan ini terlihat bahwa selama bobot rata-rata kepiting bakau
mengalami peningkatan + 99,375 gram dan tingkat kelangsungan hidupnya
sebesar 80%.
Nilai parameter kualitas air yang lingkungan budidaya selama penelitian masih
dalam batasan layak bagi kehidupan dan pertumbuhan kepiting bakau.

Kata Kunci : Scylla tranquebarica, Pertumbuhan Mutlak, Tingkat Kelangsungan


Hidup, Keramba Sistem Baterai

PENDAHULUAN
Kepiting bakau (Scylla tranquebarica) merupakan salah satu jenis kepiting
yang sangat potensial untuk dibudidayakan di Sulawesi Tenggara dan jenis
komoditi perikanan yang sangat penting untuk dipasarkan secara luas (La Sara,
2000).
Secara geografis kepiting bakau (Scylla tranquebarica) tersebar luas di
daerah Sulawesi Tenggara. Dengan demikian, prospek pengembangan budidaya
PKMT-5-14-2

hewan tersebut merupakan sektor andalan yang dapat menunjang perekonomian


masyarakat.
Kepiting bakau (Scylla tranquebarica) dapat dibudidayakan pada kawasan
tambak ikan dekat pantai, terutama di daerah yang ditumbuhi pohon bakau serta
didaerah muara sungai (Marjono, dkk, 1994). Di Teluk Kendari, banyak areal
hutan bakau yang telah dikonversi menjadi areal tambak untuk kegiatan
budidaya. Namun kenyataannya lahan tambak tersebut tidak dimanfaatkan
dengan baik sehingga menjadi tidak produktif. Untuk menyikapi hal tersebut
perlu adanya kegiatan budidaya yang mengarah pada pemanfaatan lahan tersebut
untuk penggemukan kepiting bakau.
Usaha-usaha penggemukan kepiting bakau telah dilakukan oleh para petani
tambak dengan teknologi yang belum memadai serta pakan yang diberikan untuk
mendukung penggemukan kepiting bakau sangat terbatas. Oleh karena itu perlu
dicari berbagai alternatif untuk proses penggemukan kepiting bakau dengan
menggunakan teknologi yang tepat, seperti dengan menggunakan keramba sistem
baterai. Diharapkan dengan penerapan teknologi ini dapat membantu penyediaan
kepiting bakau untuk kebutuhan konsumsi di beberapa restoran di Kendari serta
perdagangan antar propinsi, karena selama ini kepiting bakau yang dikonsumsi
berasal dari hasil tangkapan di alam.
Permasalahan yang timbul dari usaha budidaya kepiting bakau secara
tradisional adalah:
- Sifat kanibalisme kepiting (memakan sesama jenis).
- Tidak adanya pengontrolan ruang (space) sehingga proporsi makan tidak
sesuai.
Sampai saat ini pembudidayaan kepiting bakau (Scylla tranquebarica) di
Sulawesi Tenggara masih dilakukan secara sederhana yakni dengan cara menebar
langsung benih ke tambak sehingga bobot yang dihasilkan berbeda.
Berkaitan dengan hal tersebut maka dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Kepiting bakau (Scylla tranquebarica) mempunyai sifat kanibalisme
(memakan sesama jenisnya) yang dapat menyebabkan sifat kelolosan
hidupnya rendah.
2. Kepiting bakau dikenal memiliki kemampuan makan yang tinggi sehingga
jika pembudidayaan dilakukan hanya dengan menebar dilokasi
pembudidayaan tanpa pengontrolan ruang (space) dan proporsi makan yang
sesuai maka pada saat panen dihasilkan berbagai ukuran.
Untuk memecahkan kedua masalah di atas maka salah satu pendekatan yang
dapat dilakukan adalah menerapkan satu sistem budidaya yang menggunakan
sistem baterai.
Program penerapan teknologi ini berorientasi pada kegiatan untuk
kepentingan proses budidaya kepiting bakau dengan cara meningkatkan berat
badan sehingga mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi. Berkaitan dengan
permasalahan yang dikemukakan di atas, maka secara konkrit tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini meliputi :
1. Untuk mendapatkan ukuran kepiting bakau yang mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi.
2. Melatih mahasiswa untuk berwiraswasta dalam budidaya kepiting bakau.
PKMT-5-14-3

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat luas


khususnya petani tambak yang ingin mengembangkan usaha budidaya kepiting
bakau dengan sistem baterai di tambak yang tidak produktif untuk meningkatkan
hasil produksi serta usaha pengembangan budidaya kepiting bakau yang
berkelanjutan.
METODE PENELITIAN
Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan September sampai November 2005,
selama + 3 (tiga) bulan, bertempat di areal tambak yang beralamat di jalan La Ode
Hadi (Bay Pass) Kelurahan Anggoeya Kecamatan Poasia Kota Kendari Sulawesi
Tenggara.
Bahan yang digunakan yaitu benih kepiting bakau yang berukuran 250
300 gram, usus ayam, kerang, kapur, dan alat yang digunakan adalah keramba
sistem baterai, timbangan duduk, parang, ember, sikat cuci, sero/seser, pH meter,
thermometer, hand refraktometer.
Tahapan kegiatan ini disajikan pada gambar 1.

Pembuatan karamba sistem baterai

Persiapan Tambak dan Benih

Seleksi Benih

Penebaran Benih

Pemeliharaan ;
- Pemberian Pakan
- Pembersihan

Panen

Penjual

Gambar 1. Bagan rangkaian kegiatan penerapan teknologi penggemukan


kepiting bakau (Scylla tranquebarica) pada karamba sistem baterai.
PKMT-5-14-4

Tahapan pelaksanaan kegiatan terdiri dari pembuatan keramba sistem


baterai, persiapan tambak (pengeringan tambak, pembersihan dan pengapuran),
pengadaan benih (seleksi benih, penanganan benih), pemeliharaan benih
(pemberian pakan, pergantian air, pembersihan keramba) pengamatan kualitas air,
panen dan pemasaran.
Metode pendekatan yang digunakan adalah dengan melakukan
penghitungan data skunder dengan rumus pertumbuhan mutlak dan survival rate
(SR) yang dikemukakan oleh Effendie (1979) :).
Pertumbuhan Mutlak (PM)

PM = Wt - Wo

PM = Pertumbuhan mutlak (gram)


Wt = Bobot rata-rata hewan uji akhir penelitian (gram)
Wo = Bobot rata-rata hewan uji awal penelitian (gram)

Survival rate (SR)


Nt
SR (%) = x 100 %
No
SR = Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah hewan uji pada akhir penelitian (ekor)
No = Jumlah hewan uji pada awal penelitian (ekor)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Nilai pengukuran pertumbuhan mutlak bobot tubuh kepiting (Scylla
tranquebarica) dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Nilai Pertumbuhan Mutlak Bobot Kepiting Bakau (S. tranquebarica)

Rata-rata Rata-rata Rata-rata


Bobot Awal (gram) Bobot Akhir (gram) Pertumbuhan Mutlak (gram)
277,5 376,875 99,375

Dari data pada Tabel 1 tersebut di atas nampak bahwa bobot kepiting
bakau selama penelitian + 55 hari mengalami peningkatan berat rata-rata sebesar
99,375 gram.
Selama penelitian kepiting diberi pakan berupa usus ayam sebanyak 10%
dari bobot tubuh yang diberikan satu kali setiap hari yakni pada sore hari (pukul
16.00 17.00 wita), pemberian pakan pada sore hari ini dilakukan karena
mengingat sifat kepiting bakau yang nokturnal atau aktif mencari makan pada
malam hari, sehingga dengan kata lain stok pakan yang diberikan masih tersedia
pada malam hari.
Jenis pakan yang diberikan pada organisme budidaya berupa usus ayam, hal
ini dilakukan karena usus ayam dapat memberikan pertumbuhan yang lebih besar
PKMT-5-14-5

pada kepiting bakau dari pada jenis pakan lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Astusti (2000) yang melaporkan bahwa pakan usus ayam memberikan
nilai pertumbuhan mutlak dan laju pertumbuhan harian terbesar dibandingkan
dengan jenis pakan yang lain. Selain pemberian pakan berupa usus ayam sebagai
pakan utama selama penelitian ini kepiting bakau diberikan pakan tambahan
berupa kerang-kerangan yaitu kalandue (Polymesoda sp.), hal ini dilakukan untuk
menciptakan suasana alami pada bilik-bilik keramba sistem baterai dan dapat
menanggulangi kekurangan stok pakan yang ada pada bilik keramba serta dapat
membantu merangsang pertumbuhan kepiting bakau.
Selama pemiliharaan + 55 hari terjadi proses moulting (ganti kulit) sebanyak
tiga ekor kepiting bakau (Scylla tranquebarica) yakni kepiting bakau yang
terdapat pada bilik 5, bilik 8 dan bilik 18. Moulting ini terjadi sebagai akibat dari
proses pertumbuhan atau bertambah besarnya ukuran tubuh yang dialami oleh
kepiting bakau. Proses moulting pada kepiting bakau sangat terbantu dengan
adanya tahapan pengapuran pada saat awal penelitian, karena dengan adanya
kandungan kalsium pada kapur dapat membantu mempercepat terbentuknya
karapaks yang baru.
Dengan menggunakan metode keramba sistem baterai kepiting bakau hasil
panen memiliki ukuran yang relatif seragam, hal ini disebabkan oleh porsi pakan
yang diberikan relatif sama dan dengan metode ini tidak terjadi kompetisi dalam
mencari makan antara kepiting yang satu dengan yang lain.
Selama penelitian berlangsung dilakukan pembersihan keramba setiap
minggu sekali, hal ini dilakukan untuk menghindari terdapatnya organisme yang
menempel pada keramba dan timbulnya lumut yang dapat berakibat pada cepat
rusaknya keramba sistem baterai yang terbuat dari bambu. Selain itu pula
pembersihan keramba juga bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa pakan berupa
usus ayam dan kerang yang dapat menimbulkan dampak penurunan kualitas air,
sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup kepiting
bakau.
Nilai tingkat kelangsungan hidup kepiting bakau (Scylla tranquebarica)
selama dalam penelitian dapat di lihat pada Tabel 2 berikut :

Tabel 2. Nilai Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Kepiting Bakau (Scylla


tranquebarica)

Jumlah Hewan Uji Awal Jumlah Hewan Uji Akhir


Penelitian (Wo) Penelitian (Wt) Kelangsungan Hidup
(ekor) (ekor) (%)
20 16 80

Dari data tersebut nampak terlihat bahwa tingkat kelangsungan hidup


kepiting bakau sebesar 80%, dimana dari total kepiting bakau yang dipelihara
sebanyak 20 ekor pada awal kegiatan tersisa 16 ekor pada saat dilakukan
pemanenan.
Dari hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa dengan metode keramba
sistem baterai ini memiliki kelebihan dengan dengan adanya pengontrolan ruang
(space) jika dibandingkan dengan budidaya secara langsung di tambak, sehingga
PKMT-5-14-6

sifat kanibalisme (saling memakan antar sejenis) dapat berkurang bahkan tidak
terjadi karena setiap satu kotak (bilik) hanya berisi satu ekor kepiting bakau.
Parameter kualitas air yang dimonitoring selama pelaksanaan kegiatan ini
adalah: suhu, salinitas, dan pH.
Suhu air tambak selama penelitian berkisar antara 28-33 0C. Nilai ini
menunjukkan bahwa suhu air ini selama penelitian berlangsung berada pada
kisaran yang dapat ditolerir oleh kepiting bakau. Wahyuni dan Ismail (1987)
dalam Safiah (1993) dalam penelitiannya diperairan Tanjung Pasir, Tangerang
mendapatkan kepiting bakau pada kisaran suhu 28,5-36oC.
Kisaran salinitas di tambak penelitian selama kegiatan berada antara 30 33
ppt. Nilai ini menunjukkan bahwa dalam kisaran salinitas tersebut, kepiting bakau
masih mampu beradaptasi dan mentolerirnya, sebagaimana yang dikemukakan
oleh Bailao (1983) dalam Gunarto, (1997) menyatakan bahwa kepiting bakau
dapat tumbuh dengan baik pada kadar garam dibawah 40 ppt.
Selama penelitian berlangsung pH air tambak berkisar antara 6,9 7,8.
Kandungan pH air yang demikian ini masih layak untuk kehidupan kepiting
bakau. Hal ini sesuai dengan Sudiarta (1988) dalam Astuti (2000) yang
mengemukakan bahwa perairan dengan pH 6,5 7,5 adalah cukup subur,
sedangkan pH 7,5 8,5 dikategorikan sangat subur. Selanjutnya Soim (1995)
menyatakan bahwa kepiting bakau dapat hidup pada kisaran pH antara 7,0-8,5.

KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan tersebut maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
- Dengan menggunakan metode ini kita dapat menghasilkan ukuran kepiting
yang relatif seragam.
- Dengan adanya pengontrolan ruang (space) sifat kanibalisme pada kepiting
berkurang serta mendapatkan proporsi pakan yang sama.
- Rata-rata pertumbuhan mutlak kepiting bakau selama kegiatan adalah
sebesar 99,375 gram.

DAFTAR PUSTAKA
Astuti, O., 2000, Pengaruh Pemberian Jenis Pakan yang Berbeda Terhadap
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Kepiting Bakau (Scylla spp.).
Skripsi Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian. Universitas Haluoleo.
Kendari.
Effendie. 1979. Metode Biologi Perikanan. Penerbit Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Gunarto, 1997. Pemeliharaan Kepiting Bakau pada Berbagai Tingkat Kadar
Garam dalam Kondisi Laboratorium. Jurnal Penelitian Budidaya Pantai.
Vol. 3 No. 2.
Hasana, W. 2001. Pengaruh Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap
Pertumbuhan Kepiting Bakau Jenis Scylla tranquebarica. Skripsi. Jurusan
Perikanan Fakultas Pertanian. Universitas Haluoleo. Kendari
La Sara. 2000. Karakteristik Morfologi dan Aspek Biologi Kepiting Bakau
Scylla di Perairan Teluk Lawele, Sulawesi Tenggara. Disampaikan pada
Seminar dalam Rangka Dies Natalis Universita Haluoleo XIX Tanggal 22-
23 September 2000. Fakultas Pertanian Unhalu. Kendari.
PKMT-5-14-7

Mardjono, A., Anindiastuti., Hamid, N., Djunaidah, I., dan Satyanrini, W. 1994..
Pedoman Pemeliharaan Kepiting Bakau (Scylla serrata). Balai Budidaya
Air Payau. Direktorat Jendral Perikanan. Bali.
Safiah, 1993. Pengaruh Substrat Terhadap Pertumbuhan Kepiting Bakau (Scylla
serrata. Forksal). Skripsi Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan.
Universitas Dayanu Ikhsanuddin. Bau-bau.
Soim, A. 1995. Pembesaran Kepiting. Penebar Swadaya. Jakarta.
PKMT-5-15-1

PENERAPAN TEKNOLOGI CETAKAN LOGAM DALAM


PROSESPENGECORAN PADUAN ALUMUNIUM PADA INDUSTRI
KECIL DIPALEMBANG

EkoNoviarman, Agus Soleh, Yudho Okta Saputra


PS Teknik,, Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

ABSTRAK
Kondisi geografis Sumatera Selatan beragam antara lain daratan, pengunungan,
rawa pasang surut dan sungai. Dengan kondisi geografis yang sebagian besar
merupakan dataran rendah berupa rawa dan sungai baik sungai besar maupun
sungai kecil untuk mempermudah hubungan antar daerah selain transfortasi
darat, banyak juga dibutuhkan transfortasi air yaitu perahu, perahu bermotor,
kapal dan speedboat. Ukuran dan kapasitas alat transfortasi yang digunakan
tergantung pada jarak dan kondisi dari sungai yang akan dilalui.Alat transfortasi
ini digerakan oleh motor pengerak yang dilengkapi dengan baling-baling atau
propeller, baling-baling (propeller) yang digunakan ini diproduksi oleh industri
kecil pengecoran yang ada di Palembang dan sekitarnya. Banyak Pengusaha
kecil /industri rumah tangga di daerah yang menekuni usaha ini , bahan dasar
yang dipergunakan pada pembuatan baling-baling (propeller) berasal dari daur
ulang aluminium bekas. Bahan aluminium untuk baling-baling mempunyai
keunggulan antara lain memiliki sifat tahan terhdap korosi, mudah didapat dan
dilakukan proses permesinan serta ringan. Bahan yang dipergunakan merupakan
bahan bekas dan proses pengecoran masih menggunakan cetakan pasir, karena
cetakan yang digunakan merupakan cetakan pasir sulit menggejar target
produksi karena untuk satu benda satu cetakan pasir. Cetakan logam (permanent
moulding) yang didesain menggunakan material paduan Tembaga seng dengan
perbandingan Cu 76.832 % dan Zn 11.755 %,, paduan ini memiliki titik didih
yang lebih tinggi dari Alumunium. Cetakan dari paduan ini dapat dibuat sendiri
oleh industri kecil. Kapasitas dari cetakan logam ini adalah 40 buah abaling-
baling yang diproduksi dalam waktu 2 jam, cetakan ini dapat dioperasikan
selama 10 jam perhari dan umur dari cetakan logam ini sekitar 2 tahun. Setelah 2
tahun cetakan dapat di daur ulang kembali.

Kata kunci : Cetakan Logam, Alumunium dan Baling-baling.

PENDAHULUAN
Sumatera Selatan salah satu propinsi terluas di Indonesia, dengan luas
2
daerah 103.688 km atau 1/20 dari luas Indonesia. Kondisi geografis daerah ini
yang beragam antara lain daratan, pengunungan, rawa pasang surut dan sungai.
Dengan kondidsi geografis yang sebagian besar merupakan dataran rendah berupa
rawa dan sungai baik sungai besar maupun sungai kecil untuk mempermudah
hubungan antar daerah selain transfortasi darat, banyak juga dibutuhkan
transfortasi air yaitu perahu, perahu bermotor, kapal dan speedboat. Ukuran dan
kapasitas alat transfortasi yang digunakan tergantung pada jarak dan kondisi dari
sungai yang akan dilalui.
Sebagai alat transfortasi perahu, kapal dan speedboat digerakan oleh motor
pengerak yang dilengkapi dengan baling-baling atau propeller, baling-baling
PKMT-5-15-2

(propeller) yang digunakan ini diproduksi oleh industri kecil pengecoran yang ada
di Palembang dan sekitarnya. Banyak Pengusaha kecil /industri rumah tangga di
daerah yang menekuni usaha ini , bahan dasar yang dipergunakan pada pembuatan
baling-baling (propeller) berasal dari daur ulang aluminium bekas.
Bahan aluminium untuk baling-baling mempunyai keunggulan antara lain
memiliki sifat tahan terhdap korosi, mudah didapat dan dilakukan proses
permesinan serta ringan. Bahan yang dipergunakan merupakan bahan bekas dan
proses pengecoran masih menggunakan cetakan pasir, karena cetakan yang
digunakan merupakan cetakan pasir sulit menggejar target produksi karena untuk
satu benda satu cetakan pasir.
Oleh karena itu melalui program ini diharapkan dapat di desain cetakan logam
(permanent moulding) yang dipergunakan di industri kecil pengecoran logam
yang ada di Palembang. Dan diharapkan dapat memenuhi yang dapat memenuhi
kebutuhan baling-baling baik dari Palembang maupun luar daerah.
Identifikasi yang dilakukan, bahwa proses pengecoran baling-baling kurang
efisien karena membutuhkan banyak cetakan pasir dan tenaga kerja yang
digunakan juga cukup banyak dan hasil pengecoran sulit untuk memenuhi pasar
karena keterbatasan produksi dan produk yang dihasilkan kualitas kurang baik.
Ada beberapa hal yang dapat menjadi permasalahan, antara lain yaitu proses
pengecoran yang menggunakan cetakan pasir, jumlah produksi terbatas karena
satu cetakan hanya dapat dipergunakan untuk satu benda kerja, dan permukan
benda cor hasil cetakan pasir membutuhkan proses penggerjaan lanjutan karena
permukaan benda cor memiliki tingkat kekasaran yang lebih tinggi, dan untuk
produksi massal kurang efisien selain itu belum adanya penggunaan cetakan
logam untuk bahan cor paduan aluminium (hasil Pengecoran industri kecil di
Palembang), sehingga sulit memenuhi target produksi.
Tujuan yang diharapkan dalam program ini adalah: Membantu Industri kecil
pengecoran dalam meningkatkan produksi dan kualitas produk sehingga
menghasilkan produk yang berkualitas dengan harga murah, aman dan sesuai
standar.
Program ini berorientasi pada pengembangan dan pemberdayaan produk yang
ada di industri kecil (Industri Kecil Pengecoran Logam) sehingga kontribusi
penelitian dapat dimanfaatkan industri kecil untuk memperbaiki kualitas dan
kuantitas produk.

METODE PENDEKATAN
Dalam program ini dilakukan pendesainan Cetakan logam untuk produk
baling-baling (propeller), sebelum dilakukan pembuatan desain prototipe cetakan
dilakukan pengujian terhadap material, agar cetakan yang dihasilkan benar-benar
sesuai dengan panas yang ditimbulkan pada saat penuangan.
Observasi.dilakukaan ke industri pengecoran dengan mengumpulkan data
mengenai cetakan dan proses pembuatan baling-baling (Propeller) yang
dipergunakan di perahu bermotor, kapal dan speedboat dan menganalisa data
tersebut dan membandingkan dengan data yang ada diliteratur. Terutama dengan
literatur yang ada kaitannya dengan Material cetakan dan penelitian mengenai
baling dari bahan alumunium.
Dari literatur yang ada direncanakan cetakan logam dari paduan Tembaga-
Seng, berdasarkan literatur yang ada bahan ini dapat digunakan dan dapat
PKMT-5-15-3

diproduksi sendiri oleh industri kecil melalui daur ulang paduan tersebut.
Pembuatan Cetakan dilakukan dengan beberapa proses meliputi pembuatan
model, pembuatan cetakan atas dan pembuatan cetakan bawah. Setelah cetakan
selesai dibuat dilakukan pengujian, pengujian cetakan berdasarkan ketahan panas,
kapasitas produksi dan waktu produksi.

Tinjauan Pustaka
Cetakan pada proses pengecoran logam merupakan bagian terpenting pada
proses pengecoran, secara umum cetakan terbagi atas cetakan pasir (sand
moulding), cetakan logam, Die Casting dan preusser die casting.( Tata Surdia,
1999).
Pengecoran dengan menggunakan cetakan pasir diawali dengan menuangkan
logam cair ke dalam sistem saluran dan selanjutnya logam cair akan mengisi
rongga cetakan. Selama logam cair berada dirongga cetakan. Cetakan mengalami
penyusutan akibat pembekuan. Secara umum cetakan pasir dibagi dua yaitu
cetakan pasir basah dan cetakan pasir kering.
Cetakan Logam (Permanent Moulding) dibuat dari bahan yang titik didihnya
lebih tinggi dari bahan yang akan dicor (dituangkan), pembuatan cetakan ini
dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan pengecoran atau dengan
menggunakan mesin, keuntungan dari cetakan ini jika dibandingkan dengan
cetakan pasir adalah cetakan ini dapat dipergunakan secara terus menerus
sedangkan cetakan pasir hanya digunakan satu kali pengecoran. Walaupun biaya
proses pembuatannya lebih mahal dari cetakan pasir tetapi memiliki banyak
keuntungan baik dari segi pengerjaan mesin maupun dari biaya produksi. (Tata
Surdia, 1999).
Pengecoran adalah proses pembuatan benda kerja yang terbuat dari logam,
dicairkan dengan panas tertentu dan dimasukkan ke dalam cetakan dan dibiarkan
dingin dan membeku. ( Kenji chijiwa, 1982 ).
Pada proses pengecoran dikenal beberapa cetakan bermacam-macam cetakan:
Cetakan Pasir ( Sand Mold Casting ) Proses ini adalah proses yang tertua,
namun sampai saat sekarang masih tetap digunakan, karena sangat murah, simple
(sederhana ) dan tidak menggunakan mesin yang modern untuk pembuatan
cetakan. Cara ini menggunakan pasir sebagai bahan untuk cetakan.
Cetakan sentrifugal ( Centrifugal Casting ), Pengecoran sentrifugal adalah
pengecoran logam cair terlempar ke dinding rongga cetak yang berputar,
akibatnya logam cair, menimbulkan suatu gaya sentrifugal yang memberikan
tekanan sehingga mendapatkan logam dan menghasilkan produk bneda tuang
yang kuat, jadi proses ini dapat diartikan proses pengecoran dengan tekanan.
Akibatnya adanya tekanan maka kotoran kotoran yang terdapat pada cairan
logam akan terlempar keluar dan tidak memasuki cetakan. Pengecoran sentrifugal
ini biasanya untuk mencetak benda yang berbentuk silinder atau benda yang
panjang dan berat serta tidak memerlukan inti.
Permanent Mold Casting, Caranya hampir sama dengan cetakan pasir bedanya
bahan cetakannya dibuat dari logam. Bahan cetakan biasanya besi tuang kelabu
atau baja khusus. Cetakan ini sangat ekonomis dan dapat dipakai berulang
ulang. Sistem ini digunakan untuk mengecor paduan paduan bukan besi yang
mempunyai titik cair rendah, seperti : Mg, Al dan Cu. Cetakan ini dikerjakan
dengan permesinan dan memungkinkan mendapat permukaan yang baik dan
PKMT-5-15-4

ukuran ukuran yang akurat pada benda coran. Karena teknik pengecoran yang
lebih maju cara ini dapat juga digunakan untuk pengecoran paduan besi bertitik
cair tinggi.
Die Casting, Caranya sama dengan proses Permanent mold casting, hanya
berbeda cara memasukkan cairan logamnya. Pada proses ini cairan logam
dimasukkan kedalam cetakan dengan tekanan, suhu dan kecepatan tinggi.
Penekanan pada die castingdilakukan secara mekanik sedangkan pada Permanent
mold casting hanya grafisikasi dari logam cair itu sendiri.
Plaster Mold Casting, Proses ini merupakan pengembangan proses
pengecoran cetakan pasir, dimana bahan plaster sebagai media yang lebih baik
dari pada pasir.
Cetakan ini dipakai untuk mencetak barang barang kesenian. Bahan
cetakan adalah Gibs ( Ca So4 2H2o atau Ca So4 H2o ) atau kalsium sulfat yang
dicampur dengan talk, pasir, asbes dan sodium silikat. Cetakan Plaster mold
casting ini sangat cocok untuk membuat cetakan dari bahan Alumunium dan
Kuningan karena bahan Alumunium ini mempunyai kecairan dan mampu mesin
yang baik (mudah dibuat). (Kenji chijiwa, 1982).
Untuk mencetak suatu bahan harus mengetahui sifat-sifat dari suatu bahan
dengan cara pengujian secara langsung adapun Sifat khas bahan perlu dikenal
secara baik, karena bahan tersebut dipergunakan untuk berbagai keperluan dan
berbagai keadaan, sifat-sifat bahan yang diinginkan sangat banyak diantaranya
sifat-sifat mekanik dan sifat teknologi, kebanyakan sifat-sifat tersebut ditentukan
oleh jenis dan perbandingan atau yang membentuk bahan yaitu unsur dan
komposisinya.(George E Ditter, 1998)
Logam cair adalah cairan seperti air, tetapi berbeda dari air dalam beberapa
hal. Pertama, kecairan logam sangat tergantung pada temperatur dan logam cair,
akan cair seluruhnya pada temperatur tinggi, sedangkan pada temperatur rendah
berbeda dengan air, terutama pada keadaan di mana terdapat inti inti kristal.
Berat jenis logam cair lebih besar dari pada berat jenis air. Berat jenis air adalah
1.0 sedangkan besi cor 6,8 sampai 7, paduan alumunium 2,2 sampai 2,3 dan
paduan timah 6,6 sampai 6,8, jelas bahwa dalam hal berat jenis mereka berbeda
banyak dibandingkan berat jenis air. Oleh karena itu dalam segi alirannya juga
sangat berbeda, aliran logam mempunyai kelembaban dan daya tumbuk yang
besar. Air menyebabkan permukaan dinding wadah menjadi basah , sedangkan
logam cair tidak. Oleh karena itu kalau logam cair mengalir diatas permukaan
cetakan pasir, ia tidak meresap kedalam pasir, asalkan jarak antara partikel
partikel pasir cukup kecil. Perbedaan perbedaan tersebut membuat aliran logam
cair pada pengecoran berbeda sampai tingkat tertentu apabila dibandingkan
dengan aliran air.
Aliran logam cair dipengaruhi terutama oleh kekentalan logam cair dan oleh
kekasaran permukan cetakan. Sedangkan kekentalan tergantung pada temperatur
tinggi kekentalan menjadi lebih rendah, dan pada temperatur rendah kekentalan
menjadi lebih tinggi. Gambar 2.3 menunjukkan hal tersebut, dimana harga harga
yang ditunjukkan, diukur pada keadaan di mana logam cair mencair secara
sempurna. Harga kekentalan berubah sedemikian rupa sehingga harga
maksimumnya adalah 2 sampai 3 kali harga minimum, sesuai dengan perubahan
temperatur. Bila logam didinginkan sehingga terbentuk inti inti kristal, maka
kekentalan akan bertambah sangat cepat, tergantung pada jumlah inti intinya.
PKMT-5-15-5

Kalau inti inti kristal kurang dari 20 % dalam volume, kekentalan akan
bertambah berbanding lurus dengan jumlah inti kristal, sedangkan kalau inti inti
lebih besar daari 30 %, harga kekentalan sangat melonjak, dapat melebihi 10 kali
harga asal. Kekentalan tergantung pada macam logam. Kalau logam cair mengalir
melalui rongga sebuah cetakan, ia tidak mengikuti keadaan cair sempurna. Kalau
temperatur logam jauh diatas titik cair, maka lapisan beku tidak akan cepat
tumbuh pada permukaan dinding cetakan. Sedangkan apabila temperatur logam
dekat dengan titik cairnya atau cetakan mudah mengambil panas dari cairan
logam, maka lapisan beku akan cepat tumbuh pada permukaan dinding dan jalan
aliran menjadi lebih sempit, maka kemudian aliran memisahkan kristal kristal
yang membeku dan bercampur dengannya. Dalam hal ini mampu-alir akan
menurun sebagai akibat tambahan dari jalan aliran yang menyempit, yang kadang
kadang menghentikan aliran. Kalau cairan logam murni perlahan lahan
didinginkan, maka pembekuan terjadi pada temperatur yang konstan. Temperatur
ini disebut titik beku, yang khusus bagi logam. Umpamanya, titik beku tembaga
o o o o
adalah 1.083 C, perak 961 C, Alumunium 660 C dan timah 232 C.
Dalam pembekuan logam cair, pada permulaan tumbuhlah inti inti kristal.
Kemudian kristal kristal tumbuh sekeliling inti tersebut, dan inti tersebut, dan
inti lain yang baru timbul pada saat yang sama. Akhirnya seluruhnya ditutupi oleh
butir kristal sampai logam cair habis. Ini mengakibatkan bahwa seluruh logam
menjadi susunan kelompok kelompok butir kristal dan batas batasnya yang
terjadi diantaranya, disebut batas butir. Ukuran besar dari butir kristal tergantung
pada laju pengintian dan pertumbuhan dari inti. Kalau laju pertumbuhan lebih
besar dari laju pengintian, maka didapat kelompok kelompok butir butir
kristal halus. Kalau logam yang terdiri dari dua unsur atau lebih didinginkan dari
keadaan cair, maka butir butir kristalnya akan berbeda dengan butir butir
kristal logam murni. Apabila satu paduan yang terdiri dari komponen A dan
komponen B membeku, maka sukar didapat susunan butir butir kristal A dan
kristal B. apabila hal ini dipelajari secara terperinci, ada dua hal yaitu pertama
bahwa A larut dalam B atau B larut dalam A dari kedua bahwa A dan B terikat
satu sama lain dengan perbandingan tertentu. Hal pertama disebut larutan padat
dan yang kedua disebut senyawa antarlogam. Larutan padat adalah keadaan di
mana beberapa atom dari konfigurasi atom A disubtitusikan oleh atom atom B,
atau atom atom B menembus masuk ke dalam ruang bebas antar atom dari
konfigurasi atom atom A, di mana tidak merupakan campuran mekanis tetapi
keadaan larut secara atom. Senyawa antarlogam terdiri dari ikatan A dan B dan
mempunyai kisi kristal berbeda dari A dan B.
Dengan demikian maka struktur paduan dapat terdiri dari tiga macam
larutan padat, senyawa antar-logam dan logam murni sehingga kenaikan
komposisi paduan menyebabkan bertambahnya macam kristal dan struktur.
Pembekuan coran dimulai dari logam yang bersentuhan dengan cetakan,
yaitu ketika panas dari logam cair diambil oleh cetakan sehingga bagian logam
yang bersentuhan dengan cetakan itu mendingin sampai titik beku, di mana
kemudian inti inti kristal tumbuh. Bagian dalam dari coran mendingin lebih
lambat pada bagian luar, sehingga kristal kristal tumbuh dari inti asal mengarah
ke bagian dalam coran dan butir bitir kristal tersebut berbentuk panjang
panjang seperti kolom, yang disebut struktur kolom. Struktur ini muncul dengan
jelas apabila gradien temperatur yang besar terjadi pada permukaan coran besar,
PKMT-5-15-6

umpamanya pada pengecoran dengan cetakan logam. Sebaliknya pengecoran


dengan cetakan pasir menyebabkan gradien temperatur yang kecil dan
membentuk struktur kolom yang tidak jelas. Bagian tengah coran mempunyai
gradien temperatur yang kecil sehingga merupakan susunan dari butir butir
kristal segi banyak dengan orientasi yang sembarang.
Alumunium ditemukan oleh Sir Humphrey davy dalam tahun 1809 sebagai
suatu unsur, dan pertama kali direduksi sebagai logam oleh H. C. Oersted, tahun
1825. secara industri tahun 1886, paul heroult diperancis dan C. M. Hall di
amerika serikat secara terpisah telah memperoleh logam alumunium dari alumina
dengan cara elektrolisa dari garamnya yang terfusi. Sampai sekarang proses
Heroult Hall masih dipakai unuk memproduksi alumunium. Penggunaan
alumunium sebagai logam setiap tahunnya adalah pada urutannya yang kedua
setelah besi dan baja, yang tertinggi diantara logam non ferro. Produksi
alumunium tahunan didunia mencapai 15 juta ton per tahun pada tahun 1981.
Alumunium merupakan logam ringan mempunyai ketahanan korosi yang
baik dan hantaran listrik yang baik lainnya sebagai sifat logam. Sebagai tambahan
terhadap, kekuaan mekaniknya yang sangat meningkat dengan penambahan Cu,
Mg, Si, Mn, Zn, Ni, dsb, secara satu persatu atau bersama-sama, memberikan juga
sifatsifat baik lainnya seperti ketahanan korosi, ketahanan aus, koefisien pemuaian
rendah, dsb. Material ini dipergunakan dalam bidang yang luas bukan saja untuk
peralatan rumah tangga tapi juga dipakai untuk keperluan material pesawat
terbang, mobil, kapal laut, konstruksi.
Kuningan (paduan Cu-Zn) berasal dari zaman romawi, gambar 2
menunjukan diagram fasa Cu Zn. Dalam sistim ini terdapat 6 fasa yaitu ,
,,,, dan , dari semua fasa itu yang penting secara industri adalah dua yaitu ,

dan . mempunyai struktur fcc dan mempunyai struktur bcc. Ada juga fasa
dengan kisi super. Seperti telah diketahui dari diagram fasa untuk kuningan 70
30, fasa merupakan fasa yang lunak dan mudah dikerjakan, sedangkan kuningan
60 40, adalah fasa + yang mempunyai kekuatan tinggi, dan banyak paduan
dari inti yang mempunyai kekuatan tarik yang tinggi. Paduan dengan kira kira
45% Zn mempunyai kekuatan paling tinggi akan tetapi tidak dapat dikerjakan,
jadi hanya digunakan untuk paduan coran. Kuningan yang dicampur unsur ketiga
untuk memperbaiki ketahanan korosi, ketahanan aus, mampu mesin, dsb, disebut
kuningan khusus. Unsur unsur yang dipadukan terutama Mn, Sn, Fe, Al, Ni, Pb,
dsb. Unsur unsur ini larut padat dalam dan , sehingga tidak membentuk fasa
baru hanya mengubah perbandingan antara fasa dan .
Pb larut padat dalam kuningan hanya sampai 0,4%, dan kelebihahnnya
mengendap dalam batas butir dan didalam butir terdispersikan secara halus yang
hal ini memperbaiki mampu mesin dan membua permukaan yang halus oleh
karena itu dipergunakan untuk roda gigi pada jam yang dibebani secara ringan. Sn
memperbaiki ketahanan korosi dan sifat sifat mekaniknya kalau ditambahkan
dalam daerah larutan padat. Al adalah efektif untuk memperhalus butir kristal dan
memperbaiki ketahanan korosi terhadap air laut jadi paduan ditambah 1,5 sampai
2,5% Al dapat di pergunakan untuk pipa kondensor dsb.
Kuningan yang berkekuatan tarik yang tinggi dibuat dari kuningan 60 40
dengan paduan 5% Mn, 2%Fe, 2%Al, tidak melebihi jumlah 3 5%. Ni
memberikan pengaruh sama dan memperbaiki sifat sifatnya sesuai dengan
jumlah yang ditambahkan, yang bisa di tambahkan sampai 10%. Kuningan
PKMT-5-15-7

(paduan tembaga dengan seng) merupakan paduan antara tembaga dengan seng
dengan kadar seng bervariasi antara 10 % sampai 40 %. Kekuatan, kekerasan dan
keuletan padauan akan meningkat seiring dengan meningkatnya kadar seng, bila
kadar seng lebih dari 40 % akan terjadi penurunan kekuatan dan sewaktu dilebur
seng akan menguap. Seng membuat tembaga lebih sempurna sehingga akan
menjadi lebih keras dan karena itu lebih baik untuk dikerjakan dengan mesin
(Lawrence H. Van Vlack, 1992 ). Paduan seng sampai 39 % memberikan hamblur
campuran lebih kenyal sehingga dalam keadaan dingin dapat dengan sempurna
dirobah bentuknya dan tahan korosi tinggi.( Lawrence H. Van Vlack, 1992).
Diagram Fasa CuZn terdiri dari enam fasa yaitu , , , , , dan . Darisemua
fasa itu yang penting secara industri adalah logam kuningan dengan fasa , dan .
fasa mempunyai struktur FCC dan mempunyai struktur BCC ada juga fasa
dengan kisi super.( George E Ditter,1998 ).

Gambar 1 diagram Fasa Tembaga-seng (kuningan)

Pengecoran logam adalah proses peleburan atau proses pencairan logam


kemudian logam cair dituangkan kedalam cetakan dan logam kemudian dibiarkan
dingin membeku. Proses pengecoran meliputi pembuatan cetakan, persiapan,
peleburan, penuangan logam cair kedalam cetakan dan proses lanjutan logam
hasil coran. .( Tata Surdia, 1990).
Pada proses pengecoran logam kuningan di industri kecil yang ada di
Palembang masih menggunakan system cetakan pasir, dalam peleburan kuningan
cor ini umumnya dimanfaatkan dari bahan bekas yang dilebur dengan tanur krus
atau dengan tanus induksi frekwensi rendah. .( Tata Surdia, 1990)
Tanur krus dan tanur nyala api dipergunakan untuk mencairkan paduan
aluminium dan logam non ferro. Untuk mengurangi waktu peleburan dan
menggurangi oksidasi logam yang akan dicor sebaiknya dipotong kecil-kecil.
Pada industri pengecoran di Palembang umumnya menggunakan tanur nyala api.(
Tata Surdia, 1990)
Temperatur cairan sebaiknya jangan terlalu tinggi jika terlalu tinggi
menyebabkan kehilangan kadar seng karena penguapan. Titik cair standar paduan
kuningan cor adalah sebagai berikut :
PKMT-5-15-8

Tabel 1 Titik cair standart Kuningan ( George E Ditter, 1998)


Komposisi Bahan Titik Cair (o C )
85 % Cu 15 % Zn 1150-1200
70 % Cu 20 % Zn 1080-1130
60 % Cu 40 % Zn 1030-1080

Untuk peleburan paduan coran kuningan kekuatan tinggi dapat menggunakan


tanur krus dengan nyala api dari bahan bakar minyak kasar atau arang batu bara.
Komposisi bahan dihitung dan diukur sesuai dengan kebutuhan dari paduan
tembaga kemudian dimasukan kedalam tanur, Setelah logam mencair
permukaannya ditutupi oleh arang dan panasnya berkisar 50 100 oC diatas
temperatur penuangan komposis lain dapat ditambahkan ke dalam cairan.
Sedangkan Temperatur yang ideal (Metallurgy Fundamentals) adalah :

Tabel 2 Titik Cair Standart Kuningan (Metallurgy Fundamentals).


Tebal Bahan Temperatur (o C )
Tebal Kurang dari 12 mm 1030 1050
Tebal 12 15 mm 1000 1030
Tebal Lebih dari 35 mm 980 - 1000

HASIL DAN PEMBAHASAN.


Pada industri kecil pengecoran logam dipalembang khususnya pengecoran
produk dari bahan alumunium umumnya menggunakan cetakan pasir, cetakan
pasir memiliki keterbatasan terutama untuk produksi masal karena cetakan pasir
hanya dapat dipergunakan satu kali. Untuk mengatasi masalah ini diterapkanlah
cetakan logam, cetakan logam yang akan didesain menggunakan bahan paduan
Tembagaseng, dimanfaatkannya paduan ini karena untuk menbuat cetakan logam
dari ferro biayanya sangat mahal dan proses pengerjaan lanjut memerlukan waktu
yang lebih lama, oleh karena itu di manfaatkan paduan tembaga-seng, cetakan
dari material ini dapat diprosuksi sendiri oleh industri kecil. Penggunaan paduan
ini karena memiliki titik didih yang lebih tinggi dari alumunium dan mudah untuk
dibuat menjadi cetakan logam. Komposisi material sangat berpengaruh terhadap
sifat mekanis dan sifat fisis suatu material, proses pengujian komposisi dilakukan
terhadap paduan tembaga seng produk pengecoran industri kecil, material yang
dihasilkan berasal dari bahan-bahan bekas yang didaur ulang dan sisa penbubutan
paduan tembaga seng , komposisi produk ini hanya mengandung beberapa unsur
kimia antara lain :

Tabel 3 Komposisi Bahan Hasil Industri Kecil


SAMPEL (dlm %)
UNSUR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata2
Ni 0.85 0.88 0.7 0.95 0.83 0.72 0.93 0.9 0.86 0.71 0.83
Fe 0.45 0.6 0.47 0.45 0.36 0.27 0.4 0.54 0.33 0.29 0.41
Cu 74.76 76.61 79.76 84.3 79.8 74.6 70.34 70.62 80.78 76.75 76.8
Sn 7.2 6.32 8.19 6.33 7.2 6.35 7.3 8.23 6.4 5.2 6.87
Zn 11.7 12.4 9.6 10.8 8.93 7.62 13.2 17.2 10.8 15.3 11.75
Pb 3.3 4.5 6.45 3.6 5.2 4.4 6.5 5.3 5.5 6.3 5.11
PKMT-5-15-9

Dari uji komposisi material ini dapat digunakan karena komposisi Cu 76%
dan Zn 11% (berdasarkan tabel 2) temperaturnya berkisar 1080-1130 oC.
Setelah diketahui komposisi hasil cor Paduan Tembaga Seng dilakukan proses
Pembuatan Cetakan, Proses pembuatan cetakan dimulai dengan menghitung
penyusutan logam pada waktu pembekuan dan pendinginan, maka pembuat pola
perlu mempergunakan Mistar susut yang telah diperpanjang sebelumnya
sebanyak tambahan penyusutan pada ukuran pola. Besarnya penyusutan sering
tidak isotropis sesuai dengan : bahan coran, tebal coran, atau ukuran dan kekuatan
inti. Kemudian mengingat bentuknya kadang kadang misar susut dirubah sesuai
dengan arah tegak atau mendatar. Oleh karena itu persyaratan harus dituliskan
pada gambar pengecoran. Harga tambahan penyusutan tergantung pada bahan
benda cor seperti di bawah ini.

Tabel 4 Tambahan penyusutan yang disarankan.


Tambahan penyusutan Bahan
8 / 1000 Besi cor, baja cor tipis
9 / 1000 Besi cor, baja cor tipis yang banyak menyusut
10 / 1000 Sama dengan diatas dan alumunium
12 / 1000 Paduan alumunium, brons, baja cor (tebal5 7 mm)
14 / 1000 Kuningan kekuatan tinggi, baja cor.
16 / 1000 Baja cor (tebal lebih dari 10mm)
20 / 1000 Coran baja yang besar
25 / 1000 Coran baja besar dan tebal
Sumber. Teknik pengecoran logam (hal 52 ; Prof Dr. Kenji Chijiwa)

Untuk pengerjaan cor, pola harus dibuat lebih besar sehingga benda yang
akan di tuang sebesar pola. Hal ini disebabkan untuk mengimbangi penyusuan
dan pengerjaan mesin lebih lanjut. Adapun ukuran pola yang direncanakan adalah
Diameter baling baling pola harus lebih besar dari pada diameter benda jadi,
karena untuk menyesuaikan ukuran benda jadi yang telah direncanakan.
perencanaan penuangan logam harus diperhatikan aliran kecepatan cairan dan laju
aliran suatu logam. Sebab apabila tidak diperhatikan menyebabkan cairan logam
tersebut menjadi tidak terkontrol dan logam tersebut akan cepat membeku.
Langkah pertama dalam pembuatan suatu benda cor ialah : persiapan pola.
Pola agak berbeda dibandingkan dengan benda cornya sendiri. Perbedaan tersebut
mencakup suaian pola untuk mengimbangi penyusutan dan permesinan dan
penambahan lainnya untuk memudahkan pengecoran. Pola biasanya dibuat dari
kayu karena relatif murah dan mudah dibentuk, karena penggunaan pola
batasannya terbatas. Tetapi apabila pola yang diperlukan untuk memproduksi
dalam jumlah yang banyak biasanya pola dibuat dari semen, gift, atau pasir.
Karena lebih awet dalam penggunaanya. Untuk membuat pola baling baling ini,
menggunakan bahan dari semen, karena pola dari semen ini tidak berubah bentuk
dan rata rata tidak memerlukan perawatan khusus. Pola ini dibentuk dengan
bantuan dari media pasir. Pasir yang digunakan untuk pembuatan pola cetakan ini
adalah pasir debu /pasir cetak alam, karena pasir ini telah mengandung sejumlah
PKMT-5-15-10

lempung sehingga untuk membuat cetakan baik untuk besi baja maupun non
ferro, hanya tinggal menambahkan air saja. Dan pasir ini ditemukan dibanyak
tempat tersebar diseluruh nusantara, dan murah harganya.

Tabel 5 Bahan untuk Pembuatan Model / Pola.:


No. Bahan Prosentase Keterangan
1 Pasir debu / pasir cetak alam / pasir silica 60 70% Bahan
2 Air, 4 5% Bahan
3 Semen 30 40% Bahan
4 Papan Cetakan - Alat Bantu
5 Rangka Cetak Atas dan Bawah - Alat Bantu

Pembuatan pola cetakan semen dilakukan dengan membuat model bagian atas dan
Model Bagian Bawah secara terpisah.

Gambar 3 Pola cetakan baling baling semen bagian atas

Gambar 4 Pola cetakan baling baling semen bagian bawah

Untuk membuat cetakan permanen baling baling ini sama halnya dengan
pembuatan pola cetakan semen diatas, yaitu dengan menggunakan media pasir
cetak
PKMT-5-15-11

Gambar 5 Proses Penuangan cairan logam kuningan

Setelah proses pengecoran, maka cetakan dilanjutkan dengan proses


pengerjaan lebih lanjut untuk memperbaiki cetakan. Proses boring ini
dimaksudkan untuk membuat lubang atau saluran pengecoran pada cetakan
permanen ini. Penggerindaan untuk merapikan permukaan cetakan dan mengatur
ketebalan dari benda cor baling baling Speedboat .
Cetakan dinyatakan layak untuk dioperasikan maka cetakan tersebut
haruslah diuji terlebih dahulu. Adapun tujuan dari pengujian yaitu: Untuk
mengetahui kapasitas produksi dan ketahanan cetakan, Untuk mengetahui suhu /
temperatur cetakan selama proses penuangan.
Pengujian kapasitas produksi ini dilakukan pada dasarnya untuk mengetahui
ketahanan dari cetakan dan berapa produksi yang dihasilkan perhari. Sebelum
pemanasan cetakan kita harus melakukan pemolesan pada rongga cetak, gunanya
agar pada waktu pembentukan baling baling tidak menyatu dengan cetakan,
sehingga mudah untuk mengeluarkannya dari cetakan. Proses pemanasan cetakan
dilakukan 30 menit dan suhu yang didapat 766C, gunanya dilakukan
pemanasan agar pada waktu pengambilan baling baling tidak menyatu dengan
cetakan.
Pengujian temperatur panas ini dilakukan pada dasarnya untuk mengetahui
berapa suhu yang terjadi dalam proses pengecoran baling baling speedboat,

Gambar 6 Pengujian temperatur cetakan

Proses pengujian ini mula-mula dihasilkan paduan produk pengecoran


industri kecil yang mengunakan bahan daur ulang dari bahan-bahan bekas dan
PKMT-5-15-12

sisa penbubutan paduan Alumunium, Pada proses pengecoran aluminium cor


yang dilakukan pengujian komposisi bahan dengan alat Poertaspec X-Ray
Spectrograph Model 2501 ( Non Destruktif Test). Komposisi paduan yang akan
direncanakan diharapkan memiliki sifat mekanik yang lebih baik dari produk
sebelumnya untuk menghasilkan produk tersebut perlu dilakukan penambahan
unsur . Penambahan ini diharapkan dapat menurunkan kadar Al. Komposisi
paduan Aluminium yang dihasilkan berkisar antara 80%-20%. Unsur lain
diharapkan dapat membuat paduan lebih liat, kuat dan memiliki kekerasan yang
lebih baik.
Pengujian Kapasitas cetakan yang di buat dengan cara melakukan
pengecoran untuk pembuatan baling baling speedboat. Adapun langkah
langkah kerja dari pengecoran baling baling speedboat.
Dari pengujian di dapat hasil sebagai berikut :
Pada pengujian cetakan kuningan ini, cetakan tersebut mampu menghasilkan
40 buah baling baling speedboat dalam waktu 2 jam. Dari pengujian
diketahui / didapat hasil : Baling baling yang di hasilkan cukup sempurna,
karena kestabilan pada penuangannya, Tidak terjadi penyusutan terhadap
baling baling.
Dari pengujian suhu yang telah dilakukan, bahwa suhu yang dihasilkan pada
waktu pengujian stabil / tetap dan baling baling yang dihasilkan cukup
sempurna tidak terjadi penyusutan, ini dikarenakan terjadi penyerapan udara
pada cetakan sehingga pada waktu pembentukan cairan logam cepat
membeku. Pada pengujian cetakan kuningan ini didapat hasil untuk 40 buah
baling-baling dengan 40 kali pengujian dan waktu yang tidak sama, maka
dapat diambil rata rata lama waktu pembentukan baling baling rata rata
waktu pembentukan baling baling speedboat sebanyak 40 kali pengujian
adalah 31,62 detik. Faktor lamanya waktu pembentukan ini bisa juga
disebabkan cairannya terlalu panas pada waktu penuangannya.

KESIMPULAN
1. Logam yang digunakan untuk cetakan ini adalah Paduan Cu-Zn untuk
pengecoran Alumunium, karena paduan ini memiliki titik didih yang lebih
tinggi dari alumunium dan proses pembuatan cetakan dapat dilakukan
pada industri kecil.
2. Cetakan logam lebih baik kualitas dan kuantitas jika dibandingkan dengan
cetakan pasir, terutama untuk produksi massal. Pada cetakan logam dapat
dproduksi 40 buah Baling-baling dalam waktu 2 jam, sedangkan pada
cetakan pasir 1 cetakan hanya untuk satu benda cetak. Kualitas dapat
dilihat dari permukaan cetakan.
3. Pada produk cetakan pasir tampak kasar jika dibandingkan dari produk
cetakan logam sehingga proses pengerjaan lanjut untuk cetakan pasir lebih
lama dan membutuhkan tenaga kerja tambahan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Benir, 1994, Ilmu bahan Logam jilid 1 3 Bhatara Jakarta.
2. Daniel A. Brandt, 1992, Metallurgy Fundamentals, The Goodheart-
Willcox Company inc, Illinois, USA.
3. Geoge E Ditter, 1998, Meallurgi Mekanik , PT. Erlangga Jakarta.
PKMT-5-15-13

4. Gustav Neiman,1990, Dasar Metallurgy Untuk Rekayasawan, Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta.
5. Herman W Pollack, 1981, Metallurgy, Restan Publishing Company, Inc.
Aprectic Hall Company, restan Virginia
6. Lawrence H. Van Vlack, 1992, Ilmu dan Teknologi Bahan, PT.
Erlangga Jakarta.
7. Tata Surdia, 1999 , Teknik Pengecoran, Pradnya Paramita Jakarta
8. W. Bolton, 1986, Materials Technology for Technicians, Butterworth
& Co (Publishers) Ltd, London.
9. Zbigniew D Jastrzebsky, 1969, Enginering Material, John Willey &
Sons, Inc, New York.
PKMT-5-16-1

RANCANG BANGUN MESIN PENYULING MINYAK ATSIRI DENGAN


SISTEM UAP BERTINGKAT DIKENDALIKAN DENGAN
MIKROKONTROLLER DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU
PRODUK

Bramantio, K Hadinata, M Ekohardiviyono, Tri P Handayani, Furqon Hidayat


Politeknik Negeri Semarang, Semarang

ABSTRAK
Indonesia termasuk negara pengekspor minyak nilam terbesar di dunia. Bukan
hanya dalam jumlah, tetapi mutu minyak nilam Indonesia termasuk yang terbaik
di dunia dan sampai saat ini belum bisa dibuat tiruannya (sintetis). Minyak nilam
banyak digunakan sebagai bahan pengikat (fiksatif) dalam industri parfum,
sehingga wangi parfum tidak cepat menguap. Selain itu, aroma minyak wangi
parfum sendiri sangat khas, sehingga banyak dimnati konsumen di berbagai
belahan dunia. Selain sebagai parfum, minyak nilam juga banyak digunakan
dalam industri sabun, hair tonic, dan aroma terapi. Minyak atsiri adalah
senyawa yang mudah menguap dan tidak larut didalam air yang berasal dari
tanaman, dan dapat dipisahkan dari jaringan tanaman melalui proses destilasi /
penyulingan. Metode penyulingan dikelompokkan berdasarkan system kerja uap
dan system kondensasi. Pada sistem kerja uap terbagi menjadi tiga cara yaitu
sistem uap langsung, sistem rebus dan sistem kukus. Sedangkan dilihat dari
proses pengkondensaian terbagi menjadi dua cara yaitu sistem kondensasi total
dan sistem bertingkat. Pada sistem pengkondensasian bertingkat terdapat ruang
yang berfungsi untuk memisahkan antara minyak atsiri dengan uap air yang
disebut sebagai ruang pemisah yang bekerja berdasarkan prinsip kerja
perbedaan temperatur titik didih.

Kata Kunci : Penyulingan Uap langsung dan Bertingkat

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Minyak atsiri adalah senyawa yang mudah menguap dan tidak larut didalam
air yang berasal dari tanaman. Minyak atsiri dapat dipisahkan dari jaringan
tanaman melalui proses destilasi. Pada proses ini jaringan tanaman dipanasi
dengan air atau uap air. Minyak atsiri akan menguap dari jaringan bersama uap air
yang dilewatkan pada bahan baku. Campuran uap air dan minyak atsiri
dikondensasikan pada suatu saluran yang suhunya lebih rendah. Hasil kondensasi
berupa campuran air dan minyak atsiri yang sangat mudah dipisahkan karena
kedua bahan tidak dapat saling melarutkan.
Minyak atsiri banyak dibutuhkan dipasar dunia dan lokal sebagai
makanan, minuman, parfum, sabun, kosmetik, tapal gigi, dan obat-obatan
(balsem, obat gosok, obat batuk). Indonesia merupakan sentra produksi bahan
baku komoditas atsiri yang tersebar mulai dataran rendah hingga ketinggian 400m
diatas permukan air laut. Misalnya: lada, pala, nilam, akar wangi, kayu manis,
jahe, kayu putih, sereh wangi, adas, kenanga, ketumbar dan dataran tinggi diatas
800m (mentha dan vanili).
PKMT-5-16-2

Potensi minyak atsiri ini belum membudaya karena kurangnya kemampuan


petani, pengolah pedagang, pengumpul, eksportir serta belum adanya koordinasi
antara instansi pemerintah . sebagai akibatnya program atsiri dimasing-masing
instansi terhambat penerapannya bagi masyarakat. Untuk itu penelitian,
pengembangan, serta penerapan teknologi atsiri di indonesia harus dilakukan
secara terpadu sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh pelaku atsiri.
Penyulingan minyak atsiri yang biasa dilakukan oleh para pengusaha industri
kecil tersebut kurang memperhatikan kondisi-kondisi perlakuan terhadap bahan
baku. Kondisi tersebut disebabkan jenis alat suling, bahan alat suling dan sirkulasi
pendinginan yang kurang memadai.
Metode yang digunakan dalam penyulingan minyak atsiri selama ini terdapat
tiga cara. Cara yang pertama disebut metode perebusan. Metode perebusan
dimulai dengan perebusan bahan didalam air mendidih. Minyak atsiri akan
menguap bersama uap air, kemudian dilewatkan melalui kondensor untuk
dikondensasi. Alat yang digunakan untuk metode ini disebut alat suling perebus.
Metode kedua adalah metode pengukusan. Bahan dikukus didalam ketel yang
konstruksi mekanisnya hampir sama dengan dandang. Minyak atsiri akan
menguap dan terbawa oleh aliran uap air yang dialirkan menuju kondensor untuk
dekondensasi. Alat yang digunakan untuk metode ini disebut alat suling
pengukus. Metode ketiga adalah uap langsung dengan cara bahan dialiri dengan
uap yang berasal dari ketel pembangkit uap. Minyak atsiri akan menguap dan
terbawa oleh aliran uap air yang kemudian dialirkan menuju kondensor untuk di
kondensasi. Alat yang digunakan untuk metode ini disebut alat suling uap
langsung. Untuk skala kecil seperti yang kebanyakan dilakukan oleh petani,
metode pengukusan paling sering digunakan karena mutu produk cukup baik,
proses cukup efisien, dan harga alat tidak terlalu mahal. Untuk skala besar,
metode uap langsung yang paling baik karena paling efisien dibanding cara
lainnya.
Pada program kreativitas mahasiswa ini penulis berupaya membuat mesin
penyuling dengan sistem uap langsung namun dengan dengan dimensi yang kecil.
Pada sistem ini uap yang dihasilkan tetap bermutu tinggi tanpa membutuhkan
biaya yang besar.

Rumusan Masalah
Dari hasil survei pada pengusaha penyulingan permasalahan yang sering timbul
mengenai mesin penyuling konvensional adalah sebagai berikut :
1. Angka rendemen masih relatif rendah (sekitar 2,5 2,8 %) dikarenakan pada
proses konvensional minyak hasil penyulingan masih tercampur air sehingga
masih harus dipisahkan dengan sistem perbedaan berat jenis.
2. Belum adanya alat serupa dipasaran yang ada di pengusaha kecil
penyulingan atsiri.
3. Penyulingan secara konvensional atau dengan cara pengukusan langsung
menghasilkan minyak atsiri yang mutunya kurang baik yaitu masih terdapat
bau hangus.

Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang
akan dicapai melalui program ini adalah:
PKMT-5-16-3

1. Peserta program kreativitas mahasiswa (PKM) mampu menyelesaikan


permasalahan perencanaan dan pembuatan alat tepat guna, sehingga Mesin
Penyuling Minyak Atsiri dapat terwujud sebagai prototipe alat
sesungguhnya.
2. Meningkatkan angka rendemen mesin penyuling minyak atsiri memenuhi
nilai yang dibutuhkan.
3. Menghasilkan minyak atsiri yang bermutu lebih baik (tidak berbau hangus).

Kegunaan/ Manfaat
Mesin penyuling minyak atsiri ini sangat berguna bagi masyarakat dan
industri jamu dan obat-obatan bila dapat direalisasikan, terutama dalam mengatasi
permasalahan yang mereka hadapi, yaitu :
1. Meningkatkan kadar rendemen minyak atsiri dibandingkan dengan
menggunakan mesin penyuling konvensional.
2. Meningkatkan kualitas minyak atsiri yang dihasilkan bila dibandingkan
proses penyulingan konvensional.
3. Menekan biaya produksi dan meningkatkan produktifitas industri
penyulingan yang digunakan sebagai bahan dasar industri jamu dan
obat-obatan.
Pembuatan PKM ini juga berguna memudahkan para penyuling minyak
atsiri skala rumah tangga untuk memiliki mesin penyuling berdimensi kecil
namun terap mengindahkan kualitas yang terjangkau oleh para petani kelas
menengah kebawah.
Dengan menggunakan system uap langsung maka uap yang dihasilkan tetap
bermutu tinggi tanpa membutuhkan biaya yang besar.

METODE PENDEKATAN
Waktu dan tempat
Program Kreativitas mahasiswa ini dilakukan mulai bulan Maret sampai
dengan Juni 2006, sedangkan pembuatan alat dilaksanakan pada laboratorium
Teknik Konversi Energi, Laboratorium Mesin Thermal, Laboratorium Mesin
Fluida, Laboratorium Elektronika dan Bengkel Mesin serta posko UKM
Pengembangan Pengetahuan Politeknik Negeri Semarang.

Alat dan Bahan


Pada proses pembuatan mesin penyulingan minyak atsiri ini terdiri dari dua
bagian, yaitu :
a. Alat dan bahan yang digunakan dalam proses elektronika diantaranya:
Mesin Bor Tangan
Solder
Timah Solder(tenol)
OHP Pen
Tinner
Amplas
Mur dan Baut
Tang Pemotong Kabel
Komponen- komponen Eektronika
Ferry Chloride (FeCl3)
PKMT-5-16-4

b. Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan panel dan mekanik
mesin penyuling:
Penggores
Penitik
Palu
Mesin Bor Besi
Kikir
Obeng
Mesin Pemotong
Mesin Bending
Ragum
Gergaji
Pengaris Besi
Besi Letter L
Plat Stainless Steel

Metode Kegiatan
Proses pembuatan alat ini meliputi pembuatan rangkaian elektronika, percobaan di
laboratorium, proses pembuatan kontrol, proses pembuatan mekanik, pengecatan
dan penyekatan thermal.

a.Populasi dan sampling


Populasi dalam penelitian ini diambil seluruh pengusaha penyuling dikawasan
salatiga propinsi jawa tengah dengan mengambil sampling.

b.Teknik pengumpulan data


Dalam menyelesaikan Program Kreativitas mahasiswa ini penulis menggunakan
beberapa cara dalam mengumpulkan data :
a. Studi Pustaka
Metode ini dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari buku-
buku serta mencari informasi dari internet yang berhubungan dengan
hal-hal yang akan dibahas dalam program ini.
b. Eksperimen
Metode ini dilakukan dengan cara mengadakan percobaan-percobaan
ilmiah, kemudian hasilnya digunakan sebagai sumber data.
c. Bimbingan
Metode ini dilakukan dengan cara minta pengarahan dan petunjuk dari
dosen pembimbing bila penulis menemui suatu permasalahan dalam
pembuatan alat ini.

c.Instrumentasi
Pada penelitian ini penulis menggunakan tempat yaitu bengkel mesin,
laboratorium energi, laboraratorium Elektronika, laboratorium mesin
thermal, serta posko UKM Pengembangan Pengetahuan.
PKMT-5-16-5

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Pada dasarnya pembuatan Mesin Penyuling Minyak Atsiri dengan Sistem
Uap Langsung dan Pendingin Bertingkat Dikendalikan dengan Mikrokontroller
adalah untuk menciptakan mesin penyuling minyak atsiri yang menggunakan
pengontrol suhu pada ruang pemisahan sehingga didapatkan hasil yang maksimal,
untuk itu harus diketahui identifikasi masalah supaya hasil penyulingan dapat
tepat guna, cepat, higienis, efektif dan hemat, seperti yang dijelaskan dibawah ini:
1. Tepat guna, yaitu hasil penyulingan menghasilkan kadar rendemen
diatas 2,8 % dimana mesin ini menggunakan tekologi yang mudah
dalam pengoperasiannya.
2. Cepat, yaitu dengan mekanisme mesin ini diharapkan proses
penyulingan dapat diselesaikan dengan waktu yang relatif lebih cepat
bila dibandingkan dengan cara yang lama (pemisahan berdasarkan
perbedaan massa jenis dilakukan setelah uap disuling).
3. Higienis, hasil dari penyulingan diharapkan menghasilkan minyak

atsiri yang memenuhi standarisasi pasar baik lokal naupun
internasional, pemilihan bahan baku terbuat dari bahan stainless steel,
dimaksudkan agar minyak atsiri tidak terkontaminasi unsur-unsur
berbahaya yang terdapat pada logam.
4. Efektif, proses penyulingan tidak membutuhkan banyak operator
karena semua peralatan dikendalikan secara otomatis, hal ini bertujuan
memudahkan kerja operator sekaligus meminimalisir human error
yang dapat berakibat fatal apabila ketel dioperasiakan secara manual.
5. Hemat, yaitu biaya operasional lebih ringan menggunakan mesin
penyuling dengan sistem yang kami terapkan bila dibandingkan
dengan cara lama yang ada selama ini.

Pembahasan
Perbandingan antara mesin penyuling berdasarkan sistem kerja uap :
Penyuling sistem Rebus Penyulingan Sistem Penyulingan Sistem Uap
kukus Langsung
Hanya cocok untuk bahan Hanya cocok untuk bahan Hanya cocok untuk bahan
yang jumlahnya sedikit yang jumlahnya relatif yang jumlahnya banyak
banyak
Hanya digunakan pada Hanya digunakan pada Dalam sekali penyulingan
satu bahan yang akan satu bahan yang akan dapat menyuling beberapa
disuling disuling bahan (menambah jumlah
Autoclave)

Perbandingan antara mesin penyuling berdasarkan sistem pengkondensasian:


Pengkondensasian Tipe Tunggal Pengkondensasian Tipe Bertingkat
Konstruksi lebih mudah Konstruksi lebih sulit
Pemisahan dilakukan secara manual Pemisahan dilakukan secara otomatis
(berdasarkan perbedaan massa jenis)
Minyak yang dihasilkan masih Minyak yang dihasilkan lebih murni
mengandung polutan air
PKMT-5-16-6

Perbandingan antara mesin penyuling berdasarkan sistem pengoperasian :


Sistem Pengoperasian Manual Sistem Pengoperasian Otomatis
Dioperasikan secara manual Dioperasikan secara Otomatis
Tingkat keamanan alat masih rendah Lebih aman

KESIMPULAN
Setelah melakukan penelitan tentang Mesin Penyuling Minyak Atsiri dengan
Sistem Uap Langsung dan Pendingin Bertingkat Dikendalikan dengan
Mikrokontroller maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Mesin Penyuling Minyak Atsiri dengan Sistem Uap Langsung dan
Pendingin Bertingkat Dikendalikan dengan Mikrokontroller merupakan
pengembangan dari mesin penyuling yang ada selama ini dan
disempurnakan dengan mikrokontroller yang bertugas mengatur motor dan
pompa sehingga kestabilan uap dapat terjaga dalam keadaan konstan.
2. Pengaturan suhu didalam ruang pemisah di setting pada suhu 850C sehingga
pada suhu tersebut uap air telah berubah fase menjadi fase cair sedangkan
minyak atsiri masih dalam fase uap. Dalam keadaan ini air akan turun
karena faktor gravitasi sehingga akan turun menuju ruang penampung dan
uap atsiri akan mengalir keatas menuju ruang penampungan minyak atsiri.
3. Mesin penyuling minyak atsiri yang kami buat sangat cocok untuk industri
skala rumh tangga dimana memiliki tonase yang relatif keci tetapi memiliki
banyak variasi pada produk yang dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Artono Koestoer Raldi. 2002. Perpidahan Kalor, Jakarta : Salemba
teknika
2. Hughes, F redrik W. 1990. Panduan OP-Amp, Jakarta : PT Elek
Media Komputindo Kelompok Gramedia
3. Joe Kaiser, B.S.E.E. 1991. Elektrical Power, Motors, Controls,
Generators, and Transformer. USA : Goodheart- Willcox Company,
Inc.
4. Lander, Cyril W. 1993. Power Electronics Third Edition. Singapura :
McGraw-Hill
5. Saptono, Heru,1994, Manajemen dan Perencanaan Alat Tepat Guna,
Bandung : Hikmah Teknik
6. Spotts M.F dan Shoups t.e,1985, Design of Machine Element Seventh
Edition, New Jersey : Prentice Hall Upper Saddle River
7. Towers, TD. 1977. Towers International Transistor Selector. England :
W. Foulsham & co. Ltd
8. Warsito S. 1995. Vademekum Elektronika Edisi Kedua. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama
9. Wijaya Citra, Paulus Ir. 1994. Buku Data IC OP- Amp dan
Rangkaian- Rangkaian OP-Amp. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo
10. Wodlard, Barry G. 2002. Praktical Electronics. Jakarta : PT Perca
PKMT-5-17-1

MENINGKATKAN EFISIENSI NELAYAN DENGAN PEMASANGAN


MESIN PEDINGIN IKAN SEBAGAI PENGGANTI ES BALOK

Joni Fitrah, Nofrimal, Abdul Rahman


Politeknik Negeri Padang, Padang

ABSTRAK

Kata kunci:
PKMT-5-18-1

PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA PENERANGAN UMUM


MELALUI APLIKASI SENSOR SUARA, CAHAYA DAN INFRAMERAH

Nadif Adroni, Rizky Satria , Bella V Irawan, Redi Fathuroji, Ilham Nugraha
PS Teknik Elektro ,Sekolah Tinggi Teknologi Telkom, Bandung

ABSTRAK
Menghemat energi listrik pada penerangan umum menggunakan suatu
autocontrol dengan integrasi sensor cahaya, sensor suara dan infra red. Tema
penghematan ini dilatarbelakangi oleh naiknya kebutuhan energi untuk
menyuplai kebutuhan listrik di Indonesia yang menyebabkan naiknya biaya
operasional pada pihak provider(PLN).Hal inilah yang memicu kemungkinan
naiknya Tarif Dasar Listrik (TDL). Untuk mengurangi kemungkinan naiknya
TDL tersebut, cara yang paling efektif dengan menghemat energi listrik di segala
bidang, salah satunya pada penerangan umum. Untuk menghemat energi pada
penerangan umum tersebut diperlukan suatu autocontrol sebagai pengganti kerja
manusia untuk mematikan lampu penerangan umum ketika traffic rendah dan
menghidupkan kembali ketika traffic tinggi secara otomatis pada malam hari,
sehingga ada suatu penghematan energi pada system ini. Pada pembutan
autocontrol ini didasarka pada integrasi tiga buah sensor yaitu sensor
cahaya,sensorsuara,dan infra red. Sensor cahaya untuk memastikan autocontrol
bekerja ketika malam hari,hal ini untuk menghindari lampu penerangan akan
hidup pada siang hari.Sensor suara digunakan untuk mendeteksi apakah trafik
tinggi atau rendah.Infra red digunakan sebagai sensor gerak untuk mendeteksi
mobil atau pengguna jalan lainnya.Dari ketiga integrasi ini didapatkan keadaan
lampu akan hidup jika dan hanya jika malam hari,traffic tinggi,dan ada mobil
atau penguna jalan yang sedang melintasi jalan tersebut.Untuk mengetahui kerja
autocontrol ini,autocontrol disimulasikan dengan model yang mewakili keadaan
yang ada di jalan umum yaitu model mobil,model jalan,model lampu
penerangan,dan model keadaan traffic Hasil dari simulasi ini didapatkan sutu
pengontrol otomatis yang memaitkan lampu ketika traffic rendah dan
menghidupkan kembali ketika traffic tinggi.Sehingga ketika ada selang traffic
rendah lampu dimatikan dan terjadi penghematan energi listrik selama selang
waktu ini.

Kata kunci: Penghematan energi listrik, system autocontrol, lampu penerangan


umum,traffic kendaraan.

PENDAHULUAN
Pada masa sekarang ini seiring dengan penghematan energi yang
dilakukan oleh pemerintah, maka diperlukan penghematan di segala bidang.
Listrik merupakan salah satu faktor utama yang perlu penghematan dalam
pemakaiannya. Bahkan instruksi penghematan listrik ini langsung
dikumandangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hal ini
menunjukkan tingginya urgensi dalam penghematan listrik di Indonesia.
Salah satu faktor yang mendorong adanya instruksi-instruksi tersebut
adalah naiknya harga listrik dunia yang mencapai 7% pertahun, sedangkan di
Indonesia sendiri mencapai 6% per 4 bulan. Kenaikan ini timbul karena adanya
PKMT-5-18-2

dorongan untuk membangun pembangkit baru. Pembangkit baru ini diperlukan


karena naiknya tingkat konsumsi masyarakat Indonesia sehainga PLN perlu
menyuplai tenaga yang lebih besar. Tenaga yang besar ini didapat dengan
pembangunan pembangkit baru. Dan ternyata biaya pembangunan pembangkit
baru ini diambil dari rencana utang Negara Indonesia. Oleh karena itu Presiden
benar-benar menghimbau kepada masyarakat Indonesia untuk menghemat energi
listrik.
Jika tiap masyarakat di Indonesia dapat menghemat energi antara 5 sampai
10% saja, maka pada satu tahun mendatang tidak diperlukan pembangunan
pembangkit baru. Di kota-kota besar di Indonesia pada umumnya pemakaian
lisrik tidak efisien, baik pada listrik rumah tangga, industri, gedung perkantoran
maupun jalan-jalan umum.
Pada penerangan umum terutama jalan raya, memang membutuhkan
penerangan yang layak untuk pengguna jalan. Untuk itu dibutuhkan lampu-lampu
jalan yang tidak sedikit jumlahnya. Bahkan di kota-kota besar di Indonesia
terdapat rentetan lampu jalan yang sangat panjang, yang menyala sekitar dua belas
jam dalam sehari. Apalagi jika dalam waktu satu hari tersebut terdapat hujan ,
maka jam untuk nyala lampu tersebut semakin panjang. Apalagi ketika masuk
waktu dini hari dan trafik sudah semakin sedikit lampu jalan masih menyala. Hal
ini tentunya merupakan pemborosan energi listrik yng cukup besar, dan
bayangkan jika terjadi di seluruh kota-kota besar di Indonesia. Sebenarnya nyala
lampu tersebut masih dapat diminimalisasi hanya sekitar 8 jam perhari jika dapat
mematikan lampu tersebut ketika trafik sudah sepi. Masalahnya adalah tidak
adanya kontrol untuk mematikan nyala lampu tersebut ketika trafik sudah sepi.
Selama ini penerangan umum hanya menggunakan sensor cahaya yang prinsipnya
menyalakan lampu pada waktu gelap dan mematikannya katika cahaya matahari
muncul kembali.sehingga nyala lampu jalan tersebut membutuhkan waktu
minimal dua belas jam perhari.
Diperlukan suatu sensor tambahan yang peka terhadap jumlah pengguna
jalan sehingga ketika trafik sudah sepi lampu tersebut dapat mati secara otomatis
tanpa harus menunggu munculnya sinar matahari. Dengan adanya sensor
tambahan ini maka jumlah jam nyala lampu dapat dikurangi dan memberikan
salah satu solusi dalam penghematan energi listrik sesuai dengan himbauan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Sensor tambahan tersebut berupa sensor suara yang di rangkai secara seri
dengan sensor cahaya dan peka terhadap keadaan trafik. Jika kita asumsikan trafik
kosong selama 3 jam permalam maka sensor tersebut akan mematikan lampu
selama 3 jam permalam. Biasanya daya satu lampu jalan sebesar 80 atau125 Watt,
jika kita asumsikan daya lampu tersebut 100 Watt dan kita ambil 100 lampu
penerangan umum saja, maka daya lampu yang dapat kita hemat jika
menggunakan sensor tersebut adalah 3x 100 x100 watt jam atau 30.000 Watt jam
permalam. Padahal harga satu watt jam dari PLN adalah Rp 400,00, jika
permalam kita dapat menghemat 30.000 Watt jam saja ,maka harga yang dapat
kita hemat sekitar Rp 12.000.000,00 permalam. Bagaimana jika sensor tersebut
dipakai pada seluruh penerangan umum di Indonesia yang mungkin mempunyai
jumlah lampu dalam skala ribuan atau bahkan puluhan ribu, maka rupiah ataupun
energi yang dapat kita hemat permalam jika menggunakan sensor tersebut akan
semakin besar.
PKMT-5-18-3

Secara umum tujuan dari PKM ini adalah membuat suatu model sistem
autocontrol yang berdasarkan prinsip aplikasi sensor suara, sensor cahaya dan
inframerah dan Membuat suatu model alat atau prototipe yang dapat dipakai
untuk penghematan energi listrik.pada penerangan umum

METODE PENDEKATAN
Perancangan model sistem autocontrol melalui aplikasi sensor suara,
cahaya dan inframerah ini melalui beberapa tahap dalam pembuatannya. Secara
umum metode pendekatan ini digambarkan pada gambar 1.1.

Perumusan Masalah

Study Lapangan Study Literatur

Perancangan Awal Sistem

Riset & Eksperimen

Uji & Analisis Alat

Pemyempurnaan Alat

Gambar 1.1 Metode Penelitian

Metode penelitian dilakukan dengan 7 tahap yaitu :


1. Perumusan Masalah
Pada tahap ini dilakukan pada awal bulan Februari 2006 dalam waktu 2
minggu diluar jam kuliah. Metode ini dilakukan dengan diskusi bersama
anggota kelompok dan masukan dari beberapa dosen STT Telkom. Tempat
perumusan masalah ini di perpustakaan, tempat kos dan BKA STT Telkom.
Pengolahan data dan analisis dilakukan dengan cara menanggapi statement
tentang lampu pada penerangan umum yang menyala sepanjang malam
sekalipun trafik dalam keadaan rendah. Hal ini merupakan pemborosan pada
energi listrik. Analisis juga dilakukan untuk menyamakan persepsi antar
anggota kelompok tentang masalah tersebut.
2. Studi Literatur
Waktu studi literatur dilakukan sejak awal bulan Februari 2006 sampai
sekarang. Metode ini dilakukan dengan mencari bahan dari perpustakaan,
internet ataupun informasi dari asisten beberapa laboratorium di STT Telkom.
Tempat dilakukannya di perpustakaan dan laboratorium di STT Telkom.
Pengolahan data dan analisis dilakukan dengan pengambilan datasheet dari
perpustakaan maupun internet yang mendukung dalam pembuatan alat.
3. Studi Lapangan
Studi lapangan dilakukan untuk mendapatkan kondisi trafik yang sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya di jalan umum yang dipakai pada
PKMT-5-18-4

simulasi.Pengolahan data ini dilakukan perekaman dengan handycam di


beberapa jalan umum di kota Bandung, diantaranya Jembatan Pasoepati, Jalan
Ir. H Juanda (Dago) dan Jalan Kiaracondong, selama 8 jam (20.00-03.00).
Studi ini dilakukan dipertengahan Maret 2006 selama 3 hari berturut-turut.
Studi lapangan lain ialah mengunjungi PLN cabang distribusi Bandung untuk
mendapatkan beberapa referensi mengenai lampu penerangan jalan. Alat
untuk merekam trafik dengan mini DV (handycam).
4. Perancangan Awal Sistem
Perancangan awal sistem dilakukan sekitar pertengahan bulan Februari sampai
akhir Februari 2006 bertempat di Laboratorium Mekatronika STT Telkom.
Pengolahan data dan analisis dengan menggabungkan beberapa data sheet
untuk mendapatkan gambaran tentang alat autocontrol yang akan dibuat.Data
diperoleh dari literatur dari perpustakaaan maupun dari internet.
5. Riset dan Eksperimen
Riset dan eksperimen dilakukan sekitar awal Maret sampai akhir Maret 2006
selama satu bulan penuh dan dilakukan di Laboratorium Mekatronika STT
Telkom. Riset dan eksperiman dilakukan pada malam hari diluar jam kegiatan
kuliah. Data untuk eksperimen diperoleh dari gambaran alat yang dibuat pada
perancangan awal sistem. Pengolahan data dengan membuat alat autocontrol
dari gambaran yang telah dibuat tadi. Autocontrol terdiri dari sensor cahaya,
sensor suara, dan inframerah. Sensor cahaya menggunakan suatu LDR (Light
Dependent Resistor) yang peka terhadap cahaya redup. Ketika LDR ini
menerima cahaya redup maka LDR akan mengaktifkan sensor. Sensor suara
bekerja menganalisa tingkat kebisingan trafik, yaitu dengan cara
membandingkan tingkat kebisingan trafik dengan ketetapan amplitudo
tegangan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Jika level kebisingan trafik
sama atau sebanding dengan tetapan amplitudo tetapan, maka sensor akan
aktif. Inframerah bekerja menembakkan suatu cahaya lurus yang dihasilkan
oleh IC 555 pada sisi transmitter dan akan diterima disisi receiver secara
lurus. Transmitter dan receiver diletakkan disisi kanan dan kiri jalan sehingga
cahaya yang ditembakkan melingkupi seluruh lebar jalan. Dari keadaan ini
ketika ada mobil atau pengguna jalan yang melewati jalan tersebut, cahaya
terhalang dan tidak sampai pada sisi receiver .Hal inilah yang menyebabkan
sensor inframerah ini aktif. Ketiga sensor ini kemudian digabungkan pada
suatu gerbang logika AND, sehingga autocontrol akan aktif jika dan hanya
jika ketiga sensor tersebut aktif. Di dalam autocontrol terdapat suatu
mikrocontroller AT 89C51 yang berfungsi sebagai pengolah sinyal dari
gabungan ketiga sensor tersebut, dan sebagai eksekutor sebagai respon dari
sinyal tadi. Ketika mikrocontoller membaca sinyal sensor aktif maka
mikrokontroller akan mengaktifkan lampu penerangan melalui penggeseran
switch, dan ketika sinyal dari sensor menyatakan tidak aktif mikrokontroller
akan mematikan lampu kembali dengan menggeser switch pada kondisi
semula. Data keadaan trafik didapat dari rekaman jalan umum yang didapat
dari studi lapangan..Model jalan umum didapat dari model lintasan jalan
dengan menggunakan track mobil mainan. Model lampu penerangan
digantikan dengan lampu AC 5 watt. Model pengguna jalan diwakili oleh
mobil mainan yang berjalan pada track tersebut. Keadaan jalan raya ketika
PKMT-5-18-5

trafik tinggi atau rendah dengan menampilkan rekaman jalan umum melalui
visualisasi komputer dan suara dari speaker komputer.
6. Uji & Analisis Alat
Pengujian dan analisa alat ini dilakukan setelah melakukan riset dan
eksperimen. Metode yang digunakan dilakukan dengan menganalis beberapa
percobaan untuk menguji kelayakan. Kegiatan ini dilakukan selama kurang
lebih dua minggu yang dimulai sekitar awal bulan April. Dalam percobaan ini,
ditemukan beberapa kekurangan dari fungsi alat tersebut dan kemudian
dilakukan analisis sebagi referensi untuk penyempurnaan alat. Tempat
melakukan percobaan tersebut dilaksanakan di Laboratorium Mekatronika
STT Telkom.
7. Penyempurnaan Alat
Dari hasil analisis setiap percobaan kami mendapatkan referensi untuk
melakukan perbaikan-perbaikan. Tempat melakukan perbaikan alat tersebut
dilaksanakan di Laboratorium Mekatronika STT Telkom. Kegiatan ini
memakan waktu lebih dari dua bulan sekitar pertengahan bulan April 2006
sampai pertengahan bulan Juni 2006.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Observasi Lapangan untuk penentuan Tetapan Amplitudo Tegangan
Secara jujur, hasil dan pembahasan keiatan PIMNAS yang telah
dilaksanakan belum dapat dianalisis secara maskimal. Ada beberapa kendala
dalam menganalisis hasil dari kegiatan PIMNAS ini. Beberapa kendala yang di

Tabel 1 Keadaan Trafik


Jalan / Keadaan Ramai Sedikit Ramai Sepi
Jembatan Pasoepati 20.00-23.00 23.00-02.00 02.00-04.00
Jln.Kiaracondong 20.00-00.00 00.00-02.00 02.00-04.00
Jln. Ir.H.Juanda 20.00-01.00 01.00-03.00 03.00-04.00

Tabel 2 Amplitudo Tegangan di Jembatan Pasoepati


Ramai Sedikit Ramai Sepi
Amplitudo Tegangan 40-60 dB 30-40 dB 30 dB

Tabel 3 Amplitudo Tegangan di Jalan Kiaracondong


Ramai Sedikit Ramai Sepi
Amplitudo Tegangan 40-50 dB 30-40 dB 20 dB

Tabel 4 Amplitudo Tegangan di Jalan Ir. H. Juanda


Ramai Sedikit Ramai Sepi
Amplitudo Tegangan 40-60 dB 30-40 dB 30 dB

Hasil studi lapangan yang telah dilakukan dengan perekaman trafik pada
malam hari menunjukkan trafik di Jembatan Pasoepati padat ketika jam 20.00 -
23.00 WIB, dan setelah itu trafik berkurang ketika jam 23.00-02.00 WIB,
selanjutnya trafik sepi ketika pukul 02.00-04.00 WIB. Trafik di jalan Ir. H. Juanda
PKMT-5-18-6

menunjukkan trafik padat antara pukul 20.00-01.00 WIB, setelah pukul 01.00-
04.00 trafik berkurang yang akhirnya menjadi sepi. Trafik pada Jalan
Kiaracondong menunjukkan padat pada pukul 20.00-00.00 WIB, setelah itu trafik
berkurang antara pukul 00.00-02.00 WIB, setelah itu menunjukkan trafik yang
sangat sepi sampai pukul 04.00 WIB. Hal ini didapatkan dengan melakukan
survei lapangan selama tiga hari diketiga tempat tersebut. Dari sini dapat dilihat
bahwa jeda waktu trafik padat, sedikit berkurang, dan sepi berbeda di setiap
daerah. Tidak hanya itu parameter sepi di ketiga jalan tersebut juga berbeda.
Seperti di Jalan Ir. H. Juanda hampir menunjukkan jalan tidak pernah sepi.
Walaupun trafik sepi tetapi tetap saja ada mobil yang lewat di jalan tersebut. Ini
sangat berbeda dengan di Jalan Kiaracondong yang ketika pukul 02.00 WIB
menunjukkan trafik sepi. Hal ini menimbulkan sedikit kesulitan pada penentuan
tetapan amplitudo tegangan. Amplitudo tegangan menentukan aktif tidaknya
sensor suara. Untuk saat ini ditetapkan sensor suara aktif sekitar 30 dB. Pada
rekaman yang diperoleh menunjukan trafik sepi pada level tegangan dibawah 30
dB. Pada jalan Kiaracondong keadaan sepi jauh dibawah 30 dB tapi di jalan Ir. H
Juanda dan Jembatan Pasoepati trafik sepi mendekati 30 dB atau mendekati
dengan nilai tersebut. Disini diambil level tegangan yang bisa mewakili ketiga
kondisi tersebut sehingga tetapan amplitudo pada sensor suara dapat melewatkan
sinyal atau aktif pada trafik diatas 30 dB.
Tingkat kebisingan suatu jalan raya berbeda di setiap tempat. Jika sensor
suara bekerja berdasarkan tingkat kebisingan maka sensor suara yang digunakan
pada autocontrol juga berbeda di setiap tempat. Sensor yang digunakan pada
autocontrol ini menggunakan tetapan amplitudo sepi 30 dB. Seandainya di suatu
jalan raya trafik sepinya diatas 30 dB yang mungkin dikarenakan suara yang
muncul tersebut selain dari pengguna jalan. Misalnya suara mesin pabrik atau
suara pesawat terbang di bandara yang dekat dengan jalan raya. Jika hal itu terjadi
maka autocontrol tetap menganggap bahwa trafik di daerah itu ramai walaupun
tidak ada pengguna jalan, karena tingkat tegangan yang dideteksi di atas tetapan
amplitudo. Untuk mengatasi hal ini dilakukan dengan mengubah tetapan
amplitudo tegangan yang terdapat pada sensor suara, sehingga pada jalan raya
yang mempunyai tingkat trafik yang berbeda digunakan tetapan amplitudo yang
berbeda. Sehingga autocontrol yang dipakai spesifik terhadap tetapan amplitudo
tegangan pada sensor suara yang berbeda-beda berdasarkan keadaan trafik pada
jalan tersebut.

Pengujian Alat
Tabel 5 Pengujian Alat
No Alat Hasil Keterangan
1 LDR pada Sensor Cahaya OK Input cahaya redup
(Aktif)
2 Sensor Suara OK Input diatas 30 dB
(Aktif)
3 Inframerah OK Pengiriman cahaya terhalang
(Aktif) pengguna jalan
4 Mikrocontroller OK Menghidupkan lampu dengan
restart 15 detik
PKMT-5-18-7

Hasil dari pembuatan alat autocontrol diperoleh suatu sistem yang dapat
tetap menghidupkan lampu jika dan hanya jika dalam keadaan redup (sedikit
cahaya), level tegangan trafik lebih besar sama dengan 30 dB dan ada pengguna
jalan. Hal tersebut di atas menunjukkan autocontrol menghidupkan lampu jika
semua sensor aktif.
Sensor cahaya aktif jika LDR menerima sedikit cahaya (keadaan redup).
Sensor suara aktif jika level tegangan lebih dari 30 dB. Inframerah aktif jika
pengguna jalan menghalangi proses pengiriman cahaya dari transmitter ke
receiver. Ketiga sensor tersebut dihubungkan dengan suatu gerbang logika AND.
Dengan demikian autocontrol memberikan sinyal aktif jika ketiga sensor
menunjukkan sinyal aktif. Setelah melewati gerbang AND, sinyal tersebut
dieksekusi oleh microcontroller. Mikrocontroller akan menghidupkan lampu jika
memperoleh sinyal aktif dan mematikan lampu jika memperoleh sinyal tidak
aktif. Apabila hanya terdapat satu atau dua mobil saja yang lewat, alat ini tidak
akan bekerja untuk menghidupkan lampu karena level kebisingan tidak terpenuhi
Prinsip ketiga sensor tersebut digabungkan dengan gerbang AND, sehingga
walaupun mungkin ada pengguna jalan tapi level tegangan pada sensor suara tidak
terpenuhi maka autocontrol tidak aktif atau tidak menghidupkan lampu mati.
Salah satu alasan adanya penerangan umum adalah menghindari
kriminalitas. Pada saat trafik rendah maka autocontrol akan mematikan lampu,
sehingga kemungkinan akan terjadi kriminalitas di daerah tersebut.Memang jika
penerangan umum tidak menyala dapat memicu kriminalitas, tapi ada solusi
dalam hal ini yaitu dengan cara tidak menghubungkan semua lampu pada
autocontrol tersebut. Mungkin dibuat jeda lampu yang dihubungkan pada
autocontrol, misalnya satu lampu duhubungkan kemudian lampu selanjutnya
tidak dihubungkan dan lampu selanjutnya duhubungkan kembali. Dengan
demikian ketika autocontrol mematikan lampu pada trafik rendah tidak semua
lampu jalan mati. Hal itu tetap memberikan penghematan energi listrik tanpa
memicu kriminalitas. Berdasarkan hasil survei di Jalan Binong dan Jalan Buah
batu kondisi jalan masih tetap terang walaupun hidupnya lampu selang seling
seperti diatas. Solusi lain kebanyakan jalan umum di kota Bandung terdapat
lampu komersil yang terdapat pada iklan jalan. Lampu tersebut cukup terang
untuk penerangan jalan.

Simulasi Alat dan Model


Tabel 5 Pengujian Alat
No Model Alat yang dipakai Hasil Keterangan
1 Model Jalan Raya Track mobil OK Sebagai model lintasan
mainan pengguna jalan
2 Model Pengguna Mobil mainan OK Berjalan mengikuti
Jalan lintasan dan
disimulasikan dengan
inframerah
3 Model Lampu Lampu AC 5 Watt OK Ketika ketiga sensor
Jalan (menyala) aktif
4 Model Keadaan Rekaman trafik OK Disimulasikan langsung
Trafik melalui komputer dengan sensor suara
PKMT-5-18-8

Hasil simulasi dengan memadukan autocontrol dengan model jalan umum


dan model keadaan trafik. Jika model keadaan trafik yang disimulasikan dengan
computer menunjukkan level di bawah 30 dB, model pengguna jalan (mobil
mainan) menghalangi proses pengiriman cahaya pada infrared dan LDR pada
sensor cahaya mendeteksi cahaya redup maka autocontrol akan menghidupkan
model lampu jalan tersebut dalam waktu 15 detik dan selanjutnya jika ada sinyal
aktif atau ketiga kondisi di atas terpenuhi, maka autocontrol akan merestart
penghidupan lampu selama 15 detik lagi dan begitu seterusnya sampai tidak ada
sinyal aktif lagi yang masuk Dalam simulasi ini ketika salah satu sensor tidak
aktif misalnya karena level tegangan tidak terpenuhi maka autocontrol akan
mematikan lampu.
Ketika simulasi keadaan trafik dilakukan melalui komputer maka
komputer akan mengeluarkan suara trafik melalui speaker. Dalam hal ini suara
tersebut akan bercampur dengan noise pada ruangan tempat simulasi tersebut.
Sehingga suara yang dideteksi oleh sensor suara bukan merupakan suara trafik
yang sebenarnya. Hal ini dapat diatasi dengan menyambungkan langsung kabel
speaker ke sensor suara sehingga sensor suara tidak menangkap level kebisingan
trafik melalui speaker tapi menangkap level kebisingan langsung dari
komputer.Dengan demikian suara trafik yang ditangkap tidak bercampur dengan
noise karena suara trafik tidak di keluarkan melalui speaker.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari PKM ini adalah :
Penghematan energi listrik dipresentasikan dengan menggunakan model
sistem autocontrol yang meliputi tiga blok yaitu blok sensor, blok kontrol, dan
blok beban.
Penghematan energi listrik dapat dilakukan salah satunya dengan cara
menerapkan aplikasi sensor suara, sensor cahaya dan inframerah pada lampu
penerangan jalan.
Lampu akan hidup apabila sensor suara, sensor cahaya dan infra merah
mendapatkan sinyal aktif. Apabila salah satu dari ketiga sensor tersebut tidak
mendapatkan sinyal aktif maka lampu akan mati.
Sensor suara aktif apabila dilewatkan pada sinyal lebih dari 30 dB yang
merupakan rata-rata tingkat kebisingan trafik di jalan umum.
Penghematan listrik di segala bidang diperlukan untuk mengurangi tuntutan
pasokan energi listrik sehingga biaya operasi PLN dapat ditekan dan kenaikan
TDL dapat dicegah.
Penerangan umum merupakan salah satu bidang yang perlu dihemat karena
lampu jalan tidak perlu hidup terus-menerus ketika trafik rendah atau tidak
terdapat pengguna jalan.
PKMT-5-18-9

DAFTAR PUSTAKA
1. Horowitz P, Robinson I.Tuntunan laboratorium untuk seni dan desain
elektronika. PT Elex Media Komputindo Gramedia, Jakarta. 1992.
2. Ibnu Malik, Moh. Belajar mikrokontroler Atmel AT89S8252. Gava Media,
Yogyakarta. 2003.
3. Prasetyo Roem. Beberapa cara baru penghematan energi. 2004 Available
from:URL: www.portalIA-ITB.com
4. Republika. Ayo berhemat listrik. 2005. available from: URL: www.PLN
.com.
PKMT-5-19-1

EFEKTIFITAS MODIFIKASI ALAT EKSTRAKSI

Eva Rachmawati S, Rusniah, Donny Guswanto


Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

ABSTRAK

Kata kunci:
PKMT-5-20-1

RANCANG BANGUN FREEZER IKAN

Yonatan A Gunawan, L Suastiti, AU Prabowo, YK Aditya, Yudi H Santoso


Universitas Katholik Soegijapranata, Semarang

ABSTRAK

Kata kunci:
PKMT-5-21-1

RANCANG BANGUN MESIN CETAK HURUF BRAILLE


MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER MCS-51

Fery Kurniawan Djunaidy, Ferryck Yonathan, Eric Noegroho


Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra, Surabaya

ABSTRAK
YPAB (Yayasan Pendidikan Anak-Anak Buta) dalam mencetak huruf Braille
menggunakan mesin ketik manual sehingga hasil yang didapat kurang efisien
seperti untuk mencetak dalam jumlah banyak maka harus dilakukan pekerjaan
yang berulang-ulang. Untuk mengatasi kekurangan itu, maka digunakan mesin
printer huruf Braille yang dapat mencetak dalam jumlah banyak hanya dengan
sekali ketik. Prototype alat ini terdiri atas PC yang berfungsi untuk mengetik,
mengedit, dan mengkonversikan ke huruf Braille dengan menggunakan program
Borland Delphi 5 dan juga mikrokontroler MCS-51 serta suatu sistem mekanik
mesin printer huruf Braille yang berfungsi untuk mencetak relief huruf Braille.
Hasil pengujian diperoleh bahwa mesin printer huruf Braille dengan bantuan
mikrokontroler MCS-51 dapat digunakan untuk mencetak relief huruf Braille
dalam jumlah banyak hanya dengan sekali ketik. Kecepatan mencetak dari printer
ini adalah 30 menit per halaman dengan kondisi maksimum 552 karakter dan
ukuran kertas 21,5x30 cm.

Kata Kunci : Huruf Braille, Mesin printer, YPAB

PENDAHULUAN
Huruf Braille adalah model huruf yang didesain khusus untuk para tuna
netra. Huruf ini mempunyai keunikan tersendiri yaitu terdiri atas kombinasi titik-
titik yang timbul. Model huruf ini memegang peranan yang sangat penting bagi
para tuna netra dan juga bagi institusi-institusi yang bergerak di bidang
pendidikan khusus untuk tuna netra. Salah satu institusi yang dimaksud ialah
YPAB (Yayasan Pendidikan Anak Buta).
Saat ini, YPAB masih menggunakan mesin ketik manual huruf Braille untuk
membuat suatu tulisan dalam bentuk huruf Braille. Mesin ketik manual ini
mempunyai beberapa kelemahan. Sebagai contoh, apabila diinginkan copy dalam
jumlah yang banyak, maka harus diketik sejumlah yang diinginkan. Selain itu bila
terjadi kesalahan pengetikan, maka proses pengetikannya harus diulang dari awal.
Tentunya hal ini sangat tidak efisien karena menyita banyak waktu dan tenaga.
Lagipula pengetiknya harus bisa menguasai huruf Braille.
Oleh karena itu YPAB memerlukan suatu perangkat elektronika yang dapat
menggantikan mesin ketik manual huruf Braille. Berdasarkan masukan tersebut,
dikembangkan suatu mesin cetak huruf Braille yang dapat mencetak relief huruf
Braille pada media khusus Braille yang dapat melakukan banyak pencetakan
dalam sekali pengetikan. Pengetiknya dapat dilakukan oleh orang yang sama
sekali tidak mengerti huruf Braille.
PKMT-5-21-2

Dalam program ini, beberapa permasalahan yang harus diselesaikan antara lain :
a. Rancang bangun sistem mekanik mesin cetak
Perancangan sistem mekanik ini meliputi mekanik head penitik kertas dan
mekanik untuk loading kertas. Mekanik head penitik kertas harus dirancang
sedemikian rupa sehingga bisa mencetak huruf Braille dengan ukuran titik timbul
yang tepat (sekitar 0.5 mm). Selain itu, head penitik kertas tidak boleh
menyebabkan kertas menjadi berlubang pada saat melakukan penitikan. Mekanik
loading kertas harus dirancang untuk bisa menarik kertas satu persatu dari
sejumlah kertas yang diletakkan ke bin (tempat penampung kertas) pada setiap
proses pencetakan.
b. Perancangan dan pemrograman mikrokontroler
Mikrokontroler harus dirancang untuk bisa mengatur sistem mesin cetak mulai
dari mengatur margin kertas, mengatur kerja loading kertas sampai mengatur
gerakan head penitik kertas. Mikrokontroler ini dibuat dengan desain yang
seminimum mungkin (single chip system).
c. Perancangan program aplikasi
Program aplikasi dirancang untuk mengetik, mengedit, dan mengkonversikan
huruf latin menjadi huruf Braille.
d. Perancangan sistem elektronika
Perancangan ini terdiri atas perancangan sensor, perancangan driver solenoid, dan
perancangan driver motor.

Tujuan program ini ialah merancang dan membuat mesin cetak huruf Braille yang
dapat mencetak dalam jumlah banyak dengan sekali pengetikan.

Kegunaan program ini ialah :


1. Mahasiswa belajar menerapkan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan
dan dapat mengembangkan kreativitasnya
2. Mengembangkan semangat kerjasama tim
3. Membantu YPAB untuk mengefisienkan waktu dan tenaga dalam
melakukan pencetakan huruf Braille
4. Dapat digunakan oleh masyarakat yang tidak mengerti huruf Braille untuk
berkomunikasi secara tertulisdengan para tuna netra

METODE PENELITIAN
Beberapa metode digunakan untuk menunjang keberhasilan program ini. Metode-
metode tersebut adalah sebagai berikut :
1. Studi literatur huruf Braille dan pengumpulan data
Studi literature huruf braille terdiri atas studi bentuk huruf, tanda baca, tanda
aritmatika, aturan penulisan dan lain-lain. Pengumpulan data dilakukan dengan
melakukan survey ke YPAB. Data yang dikumpulkan antara lain cara kerja mesin
ketik manual huruf Braille dan hasil cetak mesin ketik manual huruf Braille
2. Perancangan sistem hardware dan software
Perancangan sistem hardware meliputi perancangan sensor, perancangan driver
solenoid, dan perancangan driver motor. Perancangan tersebut tidak perlu dimulai
dari awal karena sudah ada rangkaian-rangkaian sejenis yang telah dihasilkan dari
penelitian-penelitian sebelumnya. Perancangan sistem software meliputi
pemrograman mikrokontroler dan pemrograman software aplikasi.
PKMT-5-21-3

3. Pembuatan model mesin cetak huruf Braille


Pembuatan model ini mengarah pada desain mekanik dari mesin cetak huruf
Braille mulai dari perancangan head penitik sampai loading kertas.
4. Pengujian sistem
Pengujian sistem yang akan dilakukan antara lain pengujian software aplikasi
untuk konversi huruf Braille, pengujian kecepatan mencetak, dan pengujian hasil
cetak. Pengujian hasil cetak dilakukan dengan memberikan hasil cetak tersebut ke
tuna netra. Dengan demikian dapat diketahui bahwa hasil cetak tersebut dapat
dibaca oleh tuna netra.
5. Penulisan laporan hasil penelitian.

Huruf Braille
Barbier mengenalkan sonografi yang merupakan kode artileri berupa titik
dan garis putus-putus kepada institusi anak tuna netra. Institusi tersebut
merupakan institusi pertama yang didirikan oleh Valentin Hauy pada tahun 1784.
Pada institusi tersebut terdapat seorang anak cerdas dan berbakat yaitu Louis
Braille. Ia dilahirkan pada tanggal 4 Januari 1809. Dengan cepat ia mulai
mengetahui beberapa masalah dengan sistem Barbier, yang tidak pernah benar
benar digunakan di ketentaraan karena terlalu rumit. Sonografi menggunakan sel
12 titik, yang tidak hanya sebesar ujung jari tapi juga butuh waktu dan tenaga
untuk menulis dengan jarum. Kelemahan dari sonografi tidak ada tanda baca,
nomor, tanda nada, dan banyak sekali singkatan karena sel tersebut
melambangkan suara bukan huruf. Pada tahun 1824 Louis mengemukakan abjad
barunya pada awal pelajaran di sekolah. Dia telah menemukan 63 cara untuk
menggunakan sel enam titik. Banyak teman temannya yang sangat antusias
dengan penggunaan huruf baru ini. Setelah melalui jalan yang berat tahun 1860
tulisan Braile dapat diterima sebagai tulisan resmi bagi sekolah sekolah tuna netra
di seluruh Eropa.
Braille adalah sistem baca tulis untuk orang buta. Satuan dasar huruf Braille
adalah sel Braille. Huruf Braille yang ditemukan oleh Louis Braille terdiri dari 6
titik yaitu titik kiri atas adalah titik satu, titik kiri tengah adalah titik dua, tititk kiri
bawah adalah titik tiga, titik kanan atas adalah titik empat demikian seterusnya.
Dari semua titik ini mampu membuat 64 kombinasi. Huruf Braille dibaca dari kiri
ke kanan. Titik-titik yang digambarkan hitam merupakan titik yang timbul. Huruf
Braille sendiri dapat dibuat dengan metode positif atau negatif.
Dot 1 Dot 4

Dot 2 Dot 5

Dot 3 Dot 6
Gambar. 1. Titik Braille

Abjad yang digunakan dalam bahasa Indonesia adalah abjad latin dimana
mempunyai 26 huruf yang terdiri dari a-z. Dengan demikian huruf Braille juga
mempunyai kombinasi dari enam titik tersebut sebanyak 26 huruf yang masing
masing mewakili huruf latin dalam bahasa Indonesia. Dibawah ini akan diberikan
contoh abjad dan tanda baca.
PKMT-5-21-4

a b c d e

f g h i j

k l m n o

p q r s t

u v w x y

z dj tj nj sj

Gambar. 2. Abjad Huruf Braille

Deskripsi Sistem

Solenoid 1

Solenoid 2
Komputer

Solenoid 3
Sensor Driver
Mikro
Margin Solenoid
Solenoid 4

Driver
Stepper Solenoid 5

Stepper Stepper
Solenoid 6
Sumbu X Sumbu Y

Gambar. 3. Blok Diagram Sistem


PKMT-5-21-5

Gambar 3 menunjukkan blok diagram sistem mesin cetak huruf Braille. Secara
umum, mesin cetak huruf Braille ini terdiri atas :
1. Komputer
Komputer digunakan untuk menjalankan program aplikasi pengetikan dan
pengkonversian huruf latin menjadi huruf Braille. Program aplikasi tersebut
dirancang dengan menggunakan bahasa pemrograman Borland Delphi atau Visual
C++.
2. Mikrokontroler MCS-51
Mikrokontroler yang akan digunakan untuk mesin cetak huruf Braille ini adalah
mikrokontroler AT89C51 yang mempunyai flash PEROM sebesar 4 kB, internal
RAM 128 byte, 4 paralel port I/O masing-masing 8 bit, port komunikasi serial dan
internal timer.
3. Sensor margin
Sersor margin ini terdiri atas dua bagian yaitu sensor margin atas dan sensor
margin kiri. Sensor margin atas dirancang dengan menggunakan sebuah opto
coupler berbentuk U lengkap dengan infra red transmitter dan photo transistor
receiver nya. Rangkaian sensor ini merupakan rangkaian sederhana yang
mengandalkan tersulut atau tidaknya basis phototransistor oleh cahaya yang
dipancarkan transmitter seperti pada gambar di bawah ini.
+5V

180 10 K
M IKRO

OP TO

GND GND

Gambar 4. Rangkaian sensor margin atas


Untuk sensor margin kertas bagian kiri digunakan sebuah limit switch yang aktif
pada saat logika rendah. Prinsip kerja dari sensor margin kiri ini berfungsi apabila
head penitik telah mencapai ke bagian kanan dan kembali ke posisi semula. Head
penitik akan menyentuh limit switch dan kemudian head penitik akan berhenti
pada posisinya. Berikut gambar rangkaian untuk sensor margin kiri kertas
+5V

10 K
M IK R O

L IM IT S W IT C H

GND

Gambar 5. Rangkaian sensor margin kiri

4. Driver Motor Stepper


PKMT-5-21-6

Pada mesin cetak huruf Braille ini, digunakan 2 buah motor stepper. Motor
stepper pertama berfungsi untuk menggerakkan mekanik loading kertas. Motor
stepper kedua digunakan untuk menggerakan head penitik. Untuk rangkaian
driver stepper digunakan dua buah transistor yaitu TIP 31 dan FCS 9012 seperti
pada gambar 6. Rangkaian mikrokontroler akan mengaktifkan driver motor
stepper dalam kondisi logika rendah karena adanya transistor jenis PNP.
Pemilihan logika rendah dikarenakan kemampuan sink current mikrokontroler
lebih besar daripada source currentnya.
VCC

+5V D1
STEPPER

3K3
MIKRO
FCS 9012

33
TIP 31

GND

Gambar 6. Rangkaian driver motor stepper

5. Driver Solenoid
Pada mesin cetak huruf Braille ini, digunakan 6 buah solenoid yang masing
masing solenoid berfungsi untuk menggerakkan batang penitik huruf Braille.
Rangkaian driver solenoid merupakan rangkaian switching yang terdiri dari dua
transistor yang memiliki hubungan darlington. Rendahnya source current dari
AT89C51, dan tingginya solenoid current menyebabkan dibutuhkannya rangkaian
darlington yang baik. Berikut gambar rangkaian darlington beserta solenoidnya.

+12V

D1
SOLENOID

15 K
MIKRO
BC 108

BD 139

GND

Gambar 7. Rangkaian driver solenoid


PKMT-5-21-7

Rata-rata kecepatan mengetik dengan menggunakan mesin ketik manual


ialah lebih kurang 15 menit per halaman. Dengan demikian, maka target mesin
cetak huruf Braille ini harus dapat mencetak lebih cepat daripada mesin ketik
manual. Ukuran kertas yang digunakan ialah ukuran kertas yang mempunyai lebar
sama dengan kertas A4. Sampai saat ini, di YPAB Tegalsari Surabaya belum
mempunyai mesin cetak huruf Braille yang didrive oleh komputer.

Adapun jadwal kegiatan pelaksanaan program ini ialah sebagai berikut :

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Program

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengujian alat ini dilakukan per bagian, tujuannya agar setiap rangkaian
dapat diketahui apakah bekerja dengan baik dan pemeriksaan rangkaian dapat
dilakukan dengan mudah. Bila satu bagian telah bekerja dengan baik, tahap
berikutnya akan diuji, sampai tahap terakhir keseluruhan rangkaian. Dari setiap
pengujian akan diperoleh data-data.

Pengujian Alat
Pada bagian pengujian alat ini akan diuraikan pengujian beberapa sarana
pendukung dalam pembuatan mesin printer huruf Braille ini. Pertama-tama akan
dibahas pengujian dari rangkaian driver solenoid yang digunakan sebagai
penggerak dari head pemukul relief huruf Braille. Kemudian dilanjutkan dengan
pengujian step-step yang diperlukan untuk mengatur jarak antar spasi dan antar
baris. Terakhir akan dijelaskan pengujian tentang sensor margin kertas baik batas
atas maupun batas bawah.

Pengujian Rangkaian Driver Solenoid


Pengujian dilakukan dengan mengukur tegangan pada solenoid, dimana
solenoid ini membutuhkan tegangan 12V untuk masuk dalam kondisi On dan
rangkaian solenoid ini menggunakan aktif high. Ketika tidak ada input atau input
diberi logik low yang ditunjukkan dengan pengukuran yang menunjukkan 0,1
Volt maka solenoid hanya memperoleh tegangan sebesar 7,5V. Sedangkan ketika
PKMT-5-21-8

ada input yang berupa logik high yang ditunjukkan dengan pengukuran tegangan
yang menunjukkan sebesar 4,5 Volt maka solenoid memperoleh tegangan sebesar
12V sehingga solenoid dapat menarik inti besi.
Selain itu pada saat mendapatkan input yang berupa logik high, transistor
yang ada diukur tegangan Vce nya berada pada posisi Vsat yaitu lebih kecil dari
0,2 Volt.

Pengujian Step-step Motor Stepper


Pada motor stepper ini menggunakan step-step untuk melakukan satu
putaran. Pengujian dilakukan dengan menghitung step-step pada motor stepper
dimana jumlah step-step tersebut dibandingkan dengan jarak spasi antar 6 titik
relief huruf Braille dan jarak antar baris. Step-step yang digunakan dapat dilihat
seperti pada gambar 4.2. Mesin printer huruf Braille ini menggunakan dua buah
motor stepper dimana yang satu digunakan untuk menggulung kertas dan yang
lainnya digunakan untuk menggerakan head pemukul relief huruf Braille. Pada
motor stepper yang digunakan untuk menggulung kertas dibutuhkan 78 step per
baris. Sedangkan motor stepper yang digunakan untuk menggerakan head
pemukul relief huruf Braille dibutuhkan 550 step per spasi antara 6 titik relief
huruf Braille. Step-step yang digunakan motor stepper akan sama jumlahnya
untuk masing-masing motor stepper yang sesuai dengan kegunaannya jadi terlihat
bahwa motor stepper yang digunakan dapat berjalan dengan baik.

Pengujian Rangkaian Sensor Margin Kertas


Pengujian dilakukan dengan memasukkan kertas pada mesin printer huruf
Braille, ketika pada saat kertas melewati sensor maka sensor memberikan sinyal
ke mikrokontroler yang dikenali sebagai logik low. Sehingga mikrokontroler
dapat menghentikan step-step motor stepper pada sumbu y. Disini terlihat bahwa
sensor dapat berjalan dengan baik.
Selain itu pengujian juga dilakukan pada sensor margin kertas batas sebelah
kiri yaitu limit switch yang telah disediakan ditekan. Ketika limit switch ditekan
maka sensor bernilai low sedangkan ketika limit switch tidak ditekan maka sensor
bernilai high. Hasil yang didapatkan dari percobaan pengujian sudah sesuai
dengan yang dibutuhkan sehingga sensor dapat dikatakn berjalan dengan baik.

Pengujian Program Konversi Huruf Braille


Pembuatan mesin printer huruf Braille ini disediakan sebuah program untuk
mengetik, mengedit dan mengkonversikan huruf Latin menjadi huruf Braille.
Pengujian pada program ini dilakukan dengan mengoperasikan program yang
telah disediakan untuk disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat.
Pertama-tama langkah yang harus dilakukan untuk pengujian konversi huruf
Braille yaitu mengetik huruf Latin pada program yang telah disampaikan,
tampilan dari program tersebut dapat dilihat pada gambar 8.
PKMT-5-21-9

Gambar 8. Pengujian Mengetik Pada Program Konversi.

Setelah huruf Latin yang akan dicetak dalam huruf Braille diketik, kemudian
selanjutnya adalah mengedit huruf Latin tersebut. Karena jumlah maksimal relief
huruf Braille pada mesin printer ini sebanyak 24 relief maka jumlah maksimal
huruf Latin yang akan dikonversikan ke huruf Braille harus sesuai. Proses
mengedit huruf Latin dalam satu baris agar sesuai dengan yang diinginkan dapat
dilihat pada gambar 9.
Pengujian pada proses mengedit huruf Braille dilakukan dengan menguji
beberapa kalimat. Hasil dari proses editing harus dalam satu baris yang hanya
terdiri dari huruf Latin, apabila dikonversikan ke huruf Braille berjumlah 24 relief
huruf Braille. Hasil pengujian menunjukkan kalimat yang dipakai dapat diedit
sesuai dengan perencanaan sehingga terlihat bahwa sampai pada prose editing
program ini berjalan dengan baik.

Gambar 9. Pengujian Proses Mengedit Kalimat.


PKMT-5-21-10

Pengujian terakhir yang dilakukan untuk program ini yaitu


mengkonversikan huruf Latin yang telah diketik dan diedit dengan melihat print
preview yang telah disediakan pada program. Kemudian apabila ingin mencetak
hasil konversi pada mesin printer huruf Braille, dapat menekan tombol print
dengan terlebih dahulu menyiapkan mesin printer huruf Braille. Contoh hasil dari
konversi huruf Braille dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10. Pengujian Konversi Huruf Braille.

Setelah pengujian program konversi huruf Braille dilakukan secara


keseluruhan, dapat dilihat bahwa beberapa kalimat yang diujikan dapat dikonversi
dengan baik.

Analisa Sistem Secara Keseluruhan


Dari hasil pengujian mencetak relief huruf Braille secara keseluruhan
dengan menggunakan mesin printer huruf Braille, terlihat bahwa mesin printer ini
dapat mencapai tujuan perencanaan. Dimana tujuan dari pembuatan mesin printer
huruf Braille adalah dapat mencetak relief huruf Braille dalam jumlah banyak
dengan sekali ketik.
Mesin printer ini membutuhkan waktu yang cukup lama itu disebabkan
karena sistem mekanik yang dirancang menggunakan sistem ulir untuk menggeser
hed pemukul relief huruf Braille secara horisontal. Sehingga dengan sistem ulir
diperlukan putaran motor stepper yang cukup banyak untuk dapat menggeser head
pemukul relief huruf Braille agar sesuai dengan posisi mencetak.
Dengan melakukan percobaan untuk hasil konversi huruf Braille
menunjukkan hasil yang kurang sempurna, antara lain tanda pembagian (/),
tanda perkalian (x) mempunyai hasil konversi yang sama dengan garis miring
(/), huruf X (x). Hal itu dikarenakan karena pembuatan program untuk
PKMT-5-21-11

konversi diperlukan pengelompokan untuk tiap bidang seperti bahasa Indonesia,


matematika, kimia, seni musik dsb. Selain itu dapat juga ditambahkan tanda-tanda
khusus untuk beberapa karakter yang mempunyai kesamaan agar dapat
disesuaikan dengan bidangnya.

KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan program ini ialah
sebagai berikut :
Mesin printer huruf Braille dapat berjalan dengan baik dan mampu
menggantikan fungsi dari mesin ketik manual yang ada, dimana mesin
printer ini mempunyai kelebihan yaitu mampu mencetak dalam jumlah
banyak dengan hanya sekali ketik.
Mesin printer huruf Braille ini hanya dapat digunakan oleh operator bermata
normal karena input huruf pada program yang ada adalah huruf Latin yang
kemudian dikonversikan ke huruf Braille.
Program yang dibuat pada PC untuk mengetik, mengedit serta
mengkonversikan ke huruf Braille diperlukan spesifikasi tertentu sesuai
dengan bidangnya misalkan untuk bahasa Indonesia, bahasa Asing,
Matematika, Seni Musik dsb.
Kemampuan mesin printer ini untuk mencetak sebanyak 552 karakter huruf
Braille diperlukan waktu selama 30 menit per halaman dengan ukuran
kertas 21,5x30 cm.

DAFTAR PUSTAKA
Canadian Braille Authority. About Braille. 16 Juli 1999. <http://www.langara.
bc.ca/cba/>.
Holladay, David and Kaysen, Jesse. American Braille Basics. 2000.
<http://www.duxburysystems.com/>.
Koselan, Susanto W. Motor Stepper: Tipe dan Rangkaian Kontrol. Februari
2002. <http://alds.stts.edu/>.
Pedoman Menulis Braille Menurut Ejaan Baru yang Disempurnakan. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1974/1975.
Pranta, Anthony. Pemrograman Borland Delphi. Yogyakarta: Andi, 2001.
Rigned, John S. Solenoid Physics. Macmillan Encyclopedia of Physics: 1996.
Barry. 2 Juni 2002. <http://www.oz.net/>.
Science Joy Wagon. The Amount of Current in a Coil Directly Relates to
Magnetic Field Strength. 1999.
<htttp://www.sciencejoywagon.com/physicszone/>.
Science Joy Wagon. The higher the magnetic permeability, the stronger the
magnetic field. 1999. <htttp://www.sciencejoywagon.com/physicszone/>.
Science Joy Wagon. The number of turns of wire directly relate to the strength of
the magnetic field. 1999.
<htttp://www.sciencejoywagon.com/physicszone/>.
Sullivan, Joseph E. Louis Braille. Braillerman. 1998.
<http://www.braillerman.com/>.
Tanda-tanda Braille. Surabaya: YPAB(Yayasan Pendidikan Anak-anak Buta).
PKMT-5-21-12

The Canadian National Institute fo The Blind. Louis Braille. Braille Information
Centre. 2000. <htttp://www.cnib.ca/eng/index.htm>.
Detroit Coil Company. What is a solenoid. 2001.
<http://www.detroitcoil.com/index.html>.
World's Leading Manufacturer of Braille Embossers. How Braille Began.
Braille History. 1999. <http://www.brailler.com/>.
PKMT-5-22-1

PETA DIGITAL KOTA MAKASSAR BERBASIS J2ME

Silmy Rusli dan Gamareza


Politeknik Negeri Ujung Pandang, Ujung Pandang

ABSTRAK

Kata kunci:
PKMT-5-23-1

PEMBUATAN SISTEM PENJEJAK MATAHARI DENGAN SEL SURYA


BERBASIS LOGIKA FUZZY SEBAGAI PENGHASIL SUMBER
ENERGI LISTRIK ALTERNATIF

Maria Orbita I R, Herman Prianto, Novi Muliawati, Evi Nurhayani


Teknik Telekomunikasi, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

ABSTRAK
Peningkatan konsumsi energi, yang umumnya memanfaatkan minyak bumi, dari
tahun ke tahun semakin meningkat, untuk itu diperlukan adanya alternatif lain.
Energi matahari merupakan energi yang sangat melimpah, apalagi pada posisi
geografis Indonesia yang menyebabkan Indonesia banyak dikaruniai energi ini.
Akan sangat menguntungkan apabila energi ini dimanfaatkan secara optimal
sebagai alternatif pemenuhan energi. Pemanfaatan secara optimal energi
matahari harus dilakukan dengan cara yang optimal pula. Penelitian ini menitik-
beratkan pada pembuatan (rancang bangun) sistem pencari posisi matahari untuk
mendapatkan energi listrik terbesar yang mampu dihasilkan oleh sel surya yang
kemudian ditampilkan pada keluaran 8 bit. Didalam sistem, sel surya bekerja
bersama controller dan driver, yang dengan kesatuan sistem ini bisa didapatkan
energi yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan hanya menggunakan sel
surya saja. Untuk pengontrolan pergerakan motor stepper dilakukan secara
otomatis, yaitu dengan melakukan algoritma perbandingan nilai pada kedua
sensor LDR yang diletakkan pada kedua sisi sel surya, sehingga motor bergerak
mengarah pada posisi sumber cahaya optimal. Software yang dibuat berfungsi
untuk membandingkan tegangan output yang dihasilkan oleh kedua sensor LDR
dan mengatur pergerakan driver sel surya. Setelah nilai tegangan output yang
dibandingkan sama besar, maka driver akan secara otomatis berhenti bergerak
dan mengunci posisi tersebut. Data analog (tegangan) dari solar sel diubah
menjadi data digital dengan ADC 0804 dan diinputkan ke PC dengan Interface
PPI 8255. Pemrograman yang digunakan adalah Visual basic.
Dengan keseluruhan sistem itu, energi bisa diperoleh dengan sangat optimal.

Kata Kunci - Solar sel, motor stepper, ADC 0804, PPI 8255, Visual Basic.

PENDAHULUAN
Kenyataan bahwa peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun
secara otomatis akan mengakibatkan peningkatan konsumsi energi dikalangan
masyarakat. Penggunaan energi, baik produksi maupun konsumsi yang umumnya
memanfaatkan minyak bumi, salah satunya adalah produksi energi listrik yang
memakai bahan dasar solar untuk mengaktifkan diesel, akhir-akhir ini sudah di
batasi dikarenakan sudah semakin menipisnya kandungan minyak dunia. Hal ini
berdampak pada harga minyak sedunia yang mengalami peningkatan drastis.
Pemerintah Indonesia sendiri pada pertengahan tahun 2005 telah mencanangkan
penghematan energi dan pada tgl 1 oktober 2005, pemerintah menaikkan harga
lebih dari 100% untuk sebagian besar jenis BBM. Dan karenanya diperlukan
adanya suatu solusi khusus untuk menanggulangi kelangkaan energi akibat
menipisnya cadangan minyak bumi.
PKMT-5-23-2

Memperhatikan bahwa minyak bumi adalah sumber daya alam yang tak
dapat diperbaharui yang akhir-akhir ini penggunaanya sudah sangat dibatasi dan
dilain pihak energi surya (cahaya matahari) adalah energi yang sangat melimpah,
apalagi pada posisi geografis Indonesia yang dilalui oleh garis khatulistiwa yang
menyebabkan Indonesia banyak dikaruniai dengan energi ini. Akan sangat
menguntungkan apabila energi ini dimanfaatkan secara optimal sebagai alternatif
pemenuhan kebutuhan akan energi. Melihat kondisi seperti itu diharapkan dapat
dibuat suatu alat yang mampu memanfaatkan pasokan cahaya matahari sebagai
bahan dasar penghasil energi listrik, sehingga penggunaan minyak bumi sebagai
bahan dasar penghasil energi listrik bisa benar-benar dibatasi.
Alat untuk mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik itu sendiri
adalah solar cell. Bila dikembangkan dengan baik, energi yang dihasilkan oleh
solar cell akan dapat mencukupi kebutuhan energi listrik rumah tangga maupun
industri kecil sebagai sumber energi listrik alternatif. Namun sampai saat ini
penggunaan solar cell masih bersifat pasif dimana solar cell hanya diletakkan
pada posisi tertentu untuk menerima cahaya matahari. Hal ini kurang efektif
karena posisi matahari yang berubah menurut waktu rotasi bumi dan masa
revolusi matahari.
Dengan mengacu pada permasalahan-permasalahan di atas, maksud
pembuatan proposal ini adalah untuk merancang suatu sistem yang dapat
menggerakkan solar cell mengikuti posisi matahari sehingga mampu
menghasilkan energi listrik alternatif. Alat yang di buat ini didalamnya
mengandung controller yang mampu menggerakkan solar cell untuk mencari
posisi optimal matahari sehingga mampu menghasilkan energi listrik secara
maksimal.
Oleh karena itulah diperlukan suatu alat pengontrol (controller) yang dapat
menggerakkan solar cell untuk mendapatkan posisi yang optimal matahari.
Controller ini tersusun atas LDR sensor sebagai pendeteksi posisi matahari, motor
stepper sebagai penggerak solar cell, dan PPI-8255 sebagai interface (antar muka)
rangkaian dengan komputer. Data input analog, yang berupa intensitas cahaya
matahari yang diterima sensor LDR, diubah dalam bentuk biner menggunakan
ADC 0804 sebelum diolah didalam komputer. Data input yang telah dikonversi
menjadi bentuk digital akan mulai diproses oleh komputer berdasarkan program
yang telah dibuat dengan menggunakan Visual Basic (Ratna P dan Catur EW
2004 , Kusumo 2002). Output yang dihasilkan berdasarkan program akan
digunakan untuk menggerakkan driver (motor stepper), yang juga akan
menggerakkan solar cell, menuju posisi penerimaan cahaya matahari optimal.
Dengan adanya alat yang dihasilkan dari kegiatan ini, diharapkan mampu
menjadi alternatif pemenuhan energi listrik dikalangan masyarakat, khususnya
industri kecil. Disamping itu alat yang dihasilkan diharapkan dapat memberikan
sumbangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi masyarakat akademik,
khususnya masyarakat yang peduli pada perkembangan pemanfaatan teknologi
alternatif yang memanfaatkan tenaga surya.
PKMT-5-23-3

METODE PENDEKATAN
Adapun metodologi yang digunakan dalam PKM ini adalah :
Tahapan persiapan
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan bahan-bahan pustaka yang
diperlukan dalam pembuatan PKM, meliputi buku diktat, referensi, dll.
Setelah mengumpulkan materi yang dibutuhkan kemudian dilanjutkan
dengan memahami teori penunjang seperti bahasa pemrograman visual
basic, teori motor stepper, ADC 0804 dan interfacing komputer (perangkat
lunak) dengan perangkat keras.
Perencanaan Perangkat Keras dan Perangkat Lunak
Untuk perangkat keras meliputi pembuatan driver untuk motor stepper,
mekanisme gerak (mekanik) dan Rangkaian ADC. Sedangkan untuk
perangkat lunak meliputi perencanaan program yang menggunakan bahasa
Visual Basic (Ratna P. dan Catur E.W 2004 , Kusumo 2002), yang dapat
menentukan kinerja driver dalam merespon beberapa masukan (input) dari
cahaya ke dalam sel surya, untuk kemudian saling dibandingkan dengan
tujuan mendapatkan posisi terbaik untuk dapat menerima energi cahaya
optimal pada saat itu. Skema gambar sistem dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Gambaran Sistem

Pembuatan Perangkat Keras Dan Perangkat Lunak


Pada tahap ini dibuat perangkat keras dan lunak seperti yang telah
direncanakan pada tahap sebelumnya.
Pembuatan perangkat keras ini meliputi :
1. Pengukuran output tegangan dari solar cell dalam beberapa kondisi.
Sebelum didapatkan nilai tegangan terbesar yang dapat dihasilkan oleh
solar cell berdasarkan perbandingan kondisi input, controller pada
sistem akan terus menggerakkan motor stepper yang juga akan
menggerakkan solar cell hingga didapatkan posisi yang dapat
menghasilkan nilai tegangan terbesar. Pengambilan data ini dengan
mengubah data analog yang berupa tegangan listrik menjadi data
biner, dimana akan dihubungkan output solar cell ke ADC 0804 agar
dapat diproses oleh komputer dengan program yang membandingkan
beberapa cahaya masukan (input) untuk diproses lebih lanjut dalam
sistem kontrol sel surya. Hasil keluaran dari proses pada PC di-
interface-kan ke perangkat keras dengan menggunakan PPI 8255
(Widyatmo A, Eduard H, dan Fendy 1994).
PKMT-5-23-4

2. Perancangan rangkaian driver motor stepper. Motor stepper yang


digunakan mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

12V/Phase 0.9 Deg/Step


0.3A/Phase 1.8 Deg/Step

Rangkaian driver motor stepper (Ratna P dan Catur EW 2004 ,


Pitowarno E 2000) ditunjukkan pada Gambar 2 dibawah.

Gambar 2. Rangkaian Driver Motor Stepper

3. Perancangan rangkaian ADC 0804 digunakan untuk mengkonversikan


tegangan analog ke bentuk digital dari output solar cell sebelum data
diproses dalam program yang telah dibuat dalam PC. Pembacaan data
dari ADC ini dilakukan secara terus menerus atau dengan
menggunakan operasi free-running.
Dalam pembuatan perangkat lunak yang dihubungkan dengan
perangkat keras meliputi sistem kontrol yang didasarkan pada proses
perbandingan beberapa input sel surya, yang berupa cahaya yang
datang dari berbagai bidang di sekitar sistem kontrol, untuk kemudian
digunakan untuk menggerakkan sistem sel surya ke arah yang
memiliki intensitas cahaya terbesar. Dalam pengolahan data input
digunakan suatu bahasa pemrograman yang cukup familiar yaitu
Visual Basic.

Pengujian Perangkat Keras dan Perangkat Lunak


Untuk perangkat keras meliputi pengujian driver motor stepper, mekanik,
proses konversi dengan menggunakan ADC dan rangkaian interface.
Sedangkan untuk perangkat lunak meliputi pengujian program Visul Basic
dan program implementasi ke perangkat keras. Kontrol dari solar cell ini
akan dilakukan di lapangan merah Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
(PENS) ITS selama 2 hari, pada pukul :
07.00 17.00
PKMT-5-23-5

Analisa Sistem dan Perbaikan


Pada tahap ini sistem yang telah diuji selanjutnya dianalisa apakah sudah
berjalan sesuai rencana atau masih terdapat kekurangan-kekurangan,
kemudian diikuti dengan mencari penyebab dari kekurangan jika memang
ada dan segera melakukan upaya perbaikan.

Adapun flowchart dari metode pendekatan ini dapat dilihat pada Flowchart
Metodologi pada halaman selanjutnya.

Start

Persiapan

Perancangan perangkat keras


keras & peragkat lunak

Pembuatan perangkat keras &


perangkat lunak

Pengujian

T Kondisi
sesuai
harapan

Penyempurnaan fisik alat

Output

End

Flowchart Metodologi
PKMT-5-23-6

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada PKM ini dihasilkan sebuah alat penjejak matahari yang terdiri dari
perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Pada hardware
terdapat dua buah sensor cahaya. Sensor yang pertama digunakan untuk
mendeteksi keberadaan sumber cahaya di sebelah timur sedangkan sensor yang
lain mendeteksi sumber cahaya di sebelah barat (dalam kasus ini solar cell di
posisikan bergerak sesuai arah matahari.). Dengan membandingkan keluaran
sensor, kita bisa mengetahui posisi dari sumber cahaya (matahari), yaitu dengan
membandingkan banyaknya intensitas cahaya yang ditangkap oleh sensor LDR.
Solar cell yang digerakkan oleh driver akan bergerak menuju atau menghadap ke
posisi sensor yang menangkap intensitas cahaya yang lebih besar, sehingga
diartikan bahwa sumber cahaya (matahari) berada pada posisi sensor yang
menghasilkan keluaran lebih besar.
Penggunaan dua buah sensor LDR, menimbulkan sedikit masalah yaitu
pada dua sensor LDR yang yang mempunyai tipe yang sama, karakteristik yang
terkandung di dalamnya tidak sama persis. Sementara LDR sangat peka terhadap
cahaya sehingga ketidaksamaan itu menimbulkan masalah. Untuk mengatasinya
digunakan resistor variabel untuk menyamakan keluaran dari dua sensor tersebut.
Gerakan matahari sangat lambat sehingga untuk mengamati perubahan
posisi solar cell diperlukan kesabaran dan ketelitian. Sebagai bahan simulasi
untuk pengujian kinerja sistem, dapat digunakan lampu yang digerak-gerakkan.
Dengan menggunakan lampu bisa diamati pergerakan solar cell dengan lebih
cepat.
Penggunaan motor stepper sebagai motor penggerak menghasilkan
gerakan yang labih halus daripada menggunakan motor lain (motor DC). Gerakan
motor stepper, yang dalam hal ini kami menggunakan motor stepper dengan
ketelitian gerakan 1.8 derajat, bisa dikontrol menggunakan software. Selain itu
motor stepper yang kami gunakan membutuhkan sumber tegangan hanya sebesar
3V.
Perbandingan hasil penggunaan Controller dalam sistem solar tracking
dapat diamati pada Tabel 1 pada halaman selanjutnya, sedangkan informasi dalam
bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 3, Gambar 4 dan Gambar 5 pada
halaman selanjutnya.

Tabel 1. Perbandingan Parameter Output Sistem Sebelum dan Setelah Dipasang Controller
Output Sebelum Dipasang Controller Output Setelah Dipasang Controller
Tegangan Daya Tegangan Daya
Waktu (V) Arus (mA) (mW)) (V) Arus (mA) (mW))
07,00 10.21 25.8 263.418 12.93 50.8 656.844
08,00 12.92 33 426.36 13.01 52.2 679.122
09,00 13 57 741 13.16 75.2 989.632
10,00 13.15 79.2 1041.48 13.18 86.2 1136.116
11,00 13.16 89.8 1181.768 13.2 93.7 1236.84
12,00 13.2 95.1 1255.32 13.21 95.8 1265.518
13,00 13.17 90.2 1187.934 13.19 93.9 1238.541
14,00 13.15 79 1038.85 13.18 86.1 1134.798
15,00 13.01 58 754.58 13.15 74.9 984.935
16,00 12.88 32.9 423.752 13 51.8 673.4
17,00 9.28 23.5 218.08 12.82 49.7 637.154
PKMT-5-23-7

Grafik perbandingan tegangan berdasarkan


waktu pengukuran

14
tegangan (V)

13 tegangan sebelum
12 dipasang sensor
11 tegangan setelah
10 dipasang sensor
9
07,00

08,00

09,00

10,00

11,00

12,00

13,00

14,00

15,00

16,00

17,00
waktu

Gambar 3. Grafik Perbandingan Tegangan Berdasarkan Waktu pengukuran

Grafik perbandingan arus berdasarkan


waktu pengukuran
120
100
arus sebelum
arus (mA)

80
dipasang sensor
60
arus setelah
40 dipasang sensor
20
0
0

0
,0

,0

,0

,0

,0

,0

,0

,0

,0

,0

,0
07

08

09

10

11

12

13

14

15

16

17

waktu

Gambar 4. Grafik Perbandingan Arus Berdasarkan Waktu pengukuran

Grafik perbandingan daya berdasarkan waktu


pengukuran

1400
1200
Daya sebelum
Daya (mW)

1000
800 dipasang sensor
600 Daya sesudah
400 dipasang sensor
200
0
07,00
08,00
09,00
10,00
11,00
12,00
13,00
14,00
15,00
16,00
17,00

Waktu

Gambar 5. Grafik Perbandingan Daya Berdasarkan Waktu pengukuran


PKMT-5-23-8

KESIMPULAN
Dengan menghasilkan sebuah produk yang memiliki kemampuan untuk
melacak posisi sumber cahaya optimal, memungkinkan alat ini untuk dapat
membantu usaha pengumpulan energi dari sumber cahaya tersebut. Namun karena
keterbatasan waktu, dana dan kemampuan, produk hasil PKM penerapan
teknologi ini belum dapat melakukan fungsi penyimpanan energi yang telah
didapatnya dari sumber cahaya untuk digunakan sebagai energi listrik alternatif.
Produk hasil PKM penerapan teknologi ini hanya mampu menampilkan intensitas
energi yang didapatkan oleh sistem berdasarkan input energi cahaya dari sumber
cahaya yang didapatnya. Jika dikembangkan lebih lanjut di bidang mekaniknya,
khususnya dalam hal ukuran solar cell yang digunakan diperbesar sekaligus
dihubungkan ke media penyimpanan energi, alat ini dapat menjadi salah satu
alternatif untuk mendapatkan sumber energi listrik dengan memasok energi
cahaya dari sumber cahaya yang dimanfaatkan saat itu.
Kami berharap dapat memberi sumbangsih ide kami melalui rancangan
produk yang telah kami hasilkan dalam PKM penerapan teknologi ini bagi
kemajuan dunia penelitian di bidang penerapan teknologi, masyarakat akademik
dan khususnya masyarakat yang peduli pada perkembangan pemanfaatan
teknologi alternatif yang memanfaatkan tenaga surya. Pula kami berharap untuk
pengembangan lebih lanjut dan penyempurnaan atas produk hasil dari PKM
penerapan teknologi ini agar benar-benar dapat dimanfaatkan untuk memasok
energi listrik alternatif bagi masyarakat, khususnya industri kecil.
Keluaran riil dari proposal yang kami ajukan ini berupa prototype yang
terdiri dari sel surya (solar cell) dan drivernya yang dapat digunakan untuk
melacak posisi optimal dari sumber cahaya yang sedang dideteksinya saat itu.

DAFTAR PUSTAKA

(1) Widyatmo A, Eduard H, dan Fendy. 1994. Belajar Mikroprosesor-


Mikrokontroler melalui Komputer PC. PT Elex Media Komputindo: Jakarta.
(2) Pitowarno E. 2000. Sistem Mikroprosessor dan Interface. JICA PENS-ITS:
Surabaya.
(3) Kusumo AS. 2002. Buku Latihan Pemrograman Database dengan Visual
Basic 6.0. PT Elex Media Komputindo: Jakarta.
(4) Smith J.1986. Advance electronics system. McGraw-Hill Book Company.
(5) Zukhri Z. 2000. Analisis Rangkaian. J&J Learning.
(6) Widayanti D. 2003. Proyek Akhir tahun 2003. PENS-ITS: Surabaya.
(7) Retna P, dan Catur E,W. 2004. Teori dan Praktek Interfacing Port Paralel dan
Port Serial Komputer dengan Visual Basic 6.0. Penerbit Andi: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai