DAFTAR ISI
PKM-T Kelompok 1
i
PKMT-1-13 Rancang Bangun Mesin Oven
Putar untuk Meningkatkan
Cahya Rasul Universitas
Kualitas Produksi Kacang Garing
Ario Asviando Jember
Asin dalam Skala Industri Rumah
Tangga
PKMT-1-14 Pemanfaatan Gonad Bulu Babi
William Geif Universitas
sebagai Pangan Alternatif
Iwanggin Negeri Papua
Pengganti Ikan
PKMT-1-15 Komunikasi Data Via Jala-Jala Rama Kurnia Politeknik
Listrik Pasifik Negeri Jakarta
PKMT-1-16 Pemanfaatan Sensor Cahaya
Politeknik
sebagai Alat untuk Mengukur Akhmad Zainuri
Negeri Malang
Kadar Hemoglobin dalam Darah
PKMT-1-17 Rancang Bangun Otomatisasi
Politeknik
Proses Gynogenesis Pada Akhmad Zainuri
Negeri Malang
Pembibitan Ikan Mas Punten
PKMT-1-18 Solder Pen Politeknik
Rangga Tresna
Manufaktur
Heryudi
Bandung
PKMT-1-19 Pembangunan Pengontrol Sekolah Tinggi
Perangkat Elektronik dengan Teknologi
Puji Subakti
Bluetooth Menggunakan J2ME Telkom
Melalui PLC Bandung
PKMT-1-20 Otomatisasi Mesin Pengering Universitas
Mustari Efendi
Kain Batik Berbasis Ahmad Dahlan
Soplestury
Mikrokontroler 68HC11 Yogyakarta
PKMT-1-21 Dispenser Multifungsi Universitas
Arif Darmawan Muhammadiyah
Surakarta
PKMT-1-22 Mobil Hemat Energi dan Bebas Universitas
Mawan
Polusi dengan Menggunakan Kristen Petra
Hendrawan
Tenaga Surya Surabaya
PKMT-1-23 Alat Pemantau Area Parkir Mobil Universitas
Niken Puji
( TPSDP ) dengan Sensor Ultrasonik Negeri
Hastuti
Berbasis Mikrokontroler Yogyakarta
PKM-T Kelompok 2
ii
PKMT-2-4 Pemanfaatan Sistem Double Filter
Terhadap Kelangsungan Hidup Indra Ambalika Institut
Anemon (Heractis Magnifica) Sari Pertanian Bogor
Dalam Akuarium Air Laut
PKMT-2-5 Pembuatan Serbuk Gel Lidah
Lesly Institut
Buaya (Aloe Vera) Terstandar
Septikasari Teknologi
dengan Metode Pengeringan
Rustandi Bandung
Aliran Udara Kering
PKMT-2-6 Prototype Sistem Pengaman
Kendaraan Dengan Menggunakan
Universitas
ID Card dan system TBC (Traper
Towip Pendidikan
and Breach-Block Combination)
Indonesia
Berbasis Mikrokontroler
AT89C52.
PKMT-2-7 Model Pondasi dengan Metode Universitas
Agung Handaka
Paku Bumi Ulir Untuk Pekerjaan Negeri
K.
Bangunan Satu Lantai Semarang
PKMT-2-8 Kunci Pintu Digital Dengan Sistem Lingga Universitas
Keamanan Berbasis SMS Wardhana Gadjah Mada
PKMT-2-9 Rancang Bangun Rol Cat Tembok Universitas
Sistem Kerja Kontinyu Rahmadi Negeri
Yogyakarta
PKMT-2-10 Pemanfatan Grafit Pensil Sebagai
Elektroda Selektif Ion Rachmat Universitas
Bermembran AgCl/ag2S untuk Badawi Airlangga
Analisa Ion Korida
PKMT-2-11 Perancangan Alat Pengulen Deeri Rahmat Universitas
Adonan Roti Setyawan Brawijaya
PKMT-2-12 Perbaikan Lahan Bekas Tambang
Batubara dengan Teknologi Universitas
Putri Kartika
Probiotik (Genus Aspergillus) di Lambung
Sari
Kecamatan Cempaka, Kodya Mangkurat
Banjarbaru
PKMT-2-13 Pemodelan Arima dalam
Peramalan Penumpang Kereta Api
Universitas
pada Daerah Operasi (DAOP) IX Umi Rosyiidah
Jember
Jember
iii
PKMT-2-17 Low Temperatur Pressure Cooker
Universitas
(LTPC) Alat Pengolah Bandeng Mukholid
Negeri
Presto yang Murah Tanpa Merusak Anshori
Semarang
Rasa Asli dan Kandungan Protein
PKMT-2-18 Aplikasi Desktop untuk Pendataan Universitas
Harisman Indra
Pasien pada Klinik Homeopathy Trisakti Jakarta
PKMT-2-19 Desain dan Realisasi Alat
Elektrokardiograf Berbasis
Sekolah Tinggi
Mikroprosesor 8-Bit Beserta
Teknologi
Sistem Database dan Ahmad Sutanto
Telkom
Monitoringnya yang berbasis
Bandung
Online untuk Membantu Pasien
Jantung
PKMT-2-20 Pengaruh Pemberian Jerami
Akademi
Fermentasi Sebagai Pengganti
Peternakan
Rumput Hijauan pada Domba Santoso
Karanganyar
Terhadap Pertambahan Bobot
Surakarta
Badan
PKMT-2-21 Rancang Bangun Alat Proteksi
Peralatan Komputer Terhadap
Universitas
Kasus Pencurian Pada Gedung- Amaludin
Muria Kudus
Gedung Sekolah Menengah Umum
di Kabupaten Kudus
PKMT-2-22 Penerapan Teknologi
Penyambungan " Three in One"
pada Tanaman Hias Euphorbia Prakarsa Upn - Veteran
milii di Beberapa Florist Anggota Herananta Jawa Timur
Perkumpulan Pencinta (PPT)
Cabang Surabaya
PKMT-2-23 Perencanaan dan Pembuatan Institut
( TPSDP ) Hydrofoil pada Hydrofoil Sport Muhammad Teknologi 10
Bike Suhariyanto Nopember
Surabaya
PKM-T Kelompok 3
iv
PKMT-3-4 Pembuatan Prototipe Alat
Pengering Rumput Laut Berbasis Muhammad Institut
Tenaga Surya Hybrid Sistem Iqbal Hanafri Pertanian Bogor
Portable
PKMT-3-5 Optimalisasi Media Pembelajaran
Kimia Organik SMU Melalui
Rekayasa Algoritmis dan Universitas
Rian Arief
Pedagogis Modern yang Pendidikan
Rafianto
Diterapkan Dalam Software Indonesia
Multimeida "Komputasi Kimia".
v
PKMT-3-18 Sistem Informasi Cerdas Pemadam Sekolah Tinggi
Kebakaran Berbasis Geographical Teknologi
Anie Kurniawati
Information System Telkom
Bandung
PKMT-3-19 Sistem Pendukung Keputusan Institut Sains
Untuk Investasi Pemilihan Alat Dan Teknologi
Habibillah
Produksi Akprind
Yogyakarta
PKMT-3-20 Daur Ulang Industri Tekstil Akademi
Marina Kristina
Dengan Cara Yang Sederhana dan Teknologi
Wardani
Biaya Yang Murah Warga Surakarta
PKMT-3-21 Rancang Bangun Jaringan
Komputer Menggunakan Media
Institut
Soundcard Modem dan Danang Heri
Teknologi Adhi
Transceiver FM yang diterapkan Kusnanto
Tama Surabaya
pada Sistem Informasi Jual Beli
pada Daerah Terpencil
PKMT-3-22 Implementasi Jaringan tanpa Sekolah Tinggi
Hardisk dengan Menggunakan Manajemen
Citrix Meta Frame XP Berbasis Muhammad Informatika Dan
Windows 2000 Server Risal Komputer
Handayani
Makassar
PKMT-3-23 Modifikasi Kapal Ikan Tradisional Institut
( TPSDP ) di Daerah Prigi untuk Anggara Havid Teknologi 10
Meningkatkan Produktifitas Saputra Nopember
Surabaya
PKM-T Kelompok 4
vi
PKMT-4-4 Pengaruh Penambahan Dekstrin
Sartika Universitas
dalam Proses Pembuatan Yoghurt
Wahyuni Padjadjaran
Bubuk
PKMT-4-5 Desain dan Aplikasi Alat
Pasteurisasi Susu Skala Rumah Ali Misbahul Universitas
Tangga Sebagai Salah Satu Upaya Munir Diponegoro
Peningkatan Pendapatan Peternak
PKMT-4-6 Mesin Pendingin Ikan Hibrida
Taufiq Adi Universitas
(Tenaga Angin dan Minyak Tanah)
Leksono Negeri Semarang
pada Kapal Nelayan
PKMT-4-7 Penyiram Tanaman Otomatik
Mohammad Universitas
Sebagai Pengatur Kelembaban
Syahirul Alam Negeri Semarang
Tanah Pada Rumah Kaca
PKMT-4-8 Pengembangan Prototipe Kit
Penny
Diagnosik Waktu Ovulasi Sapi Universitas
Humaidah
Untuk Menjamin Ketetapan Waktu Gadjah Mada
Hamid
Inseminasi Buatan
PKMT-4-9 Kendali Penumbuhan Jamur Universitas
Bambang
Merang Berbasis Mikrokontroller Negeri
Setiawan
AT89C51 Yogyakarta
PKMT-4-10 Desain Sarana Pengangkut dan Institut
Perontok Duri pada Buah Salak Ari Dwi Teknologi 10
Krisbianto Nopember
Surabaya
PKMT-4-11 Implementasi Mikrokontroller
ATMEGA8535 untuk Mengatur Hermawan Universitas
Suhu dan Kelembapan pada Rahman Sholeh Brawijaya
Kandang Bekicot
PKMT-4-12 Instrumentasi Pendeteksi Kadar
STPP Berbasis MK AT89C51 Uli Johar Universitas
Dalam Limbah Industri Miasih Negeri Malang
Pengepakan Udang
PKMT-4-13 Penggunaan Sistem Fotokimia
Sebagai Upaya Alternatif Universitas
Pemecahan Masalah Pengolahan Sri Herlina Lambung
Limbah Cair di Rumah Sakit Ratu Mangkurat
Zalecha Martapura
PKMT-4-14 Rancang Bangun Mesin Parut Universitas
Muh. Iqbal
Kelapa Yang Praktis dan Efisien Negeri Makassar
PKMT-4-15 Mesin Penepung Beras Syahrul Politeknik Negeri
Sinulingga Medan
PKMT-4-16 Rancang Bangun Mesin Mixer M. Eko Politeknik Negeri
Serbaguna Tanpa Pengaduk Hardiviyono Semarang
PKMT-4-17 Rancang Bangun Mesin Tempa
Politeknik Negeri
Gambir Secara Otomatis dan Arnes Saputra
Padang
Efesien
PKMT-4-18 Penerapan Geografi Information
System (GIS) Berbasis WEB
Sekolah Tinggi
Untuk Memantau Penyebaran Dwidy Putut
Teknologi
Penyakit di Kota Bandung, Jawa W.
Telkom Bandung
Barat
vii
PKMT-4-19 Penginderaan Kebocoran Arus Institut Sains
Bolak-Balik (AC) pada Instalasi Anggoro Danu Dan Teknologi
Listrik Rumah Tinggal Subroto Akprind
Yogyakarta
PKMT-4-20 Pembuatan Software Pengenalan
dan Situs Wayang Purwa Jawa Universitas
Sebagai Sarana Pelestarian dan Agung Santoso Katholik
Penyebarluasan Kesenian Pranoto Soegijapranata
Tradisional Jawa Tengah Semarang
PKM-T Kelompok 5
viii
PKMT-5-8 Keran Air Hemat dan Higienis Universitas
Eko Arianto Negeri
Yogyakarta
PKMT-5-9 Daya Tahan Plasmid pUC18 pada
Penyimpanan di Kertas Saring Rahmad Universitas
untuk Pengiriman Plasmid melalui Krismantoro Airlangga
Surat
PKMT-5-10 Sistem Anti Pencurian Mobil: Alat Institut
Pelacak Posisi dan Penonaktifan Teknologi 10
Eka Prasetyono
Mesin dengan Kendali Hand Nopember
Phone dan GPS Surabaya
PKMT-5-11 Rancang Bangun Piranti Pengukur
Kadar Alkohol Pada Minuman
Yusron Universitas
dengan Menggunakan Sensor SB
Sugiarto Brawijaya
32
ix
PKMT-5-20 Rancang Bangun Freezer Ikan Universitas
Yonatan Adi Katholik
Gunawan Soegijapranata
Semarang
PKMT-5-21 Rancang Bangun Mesin Cetak Fery Universitas
Huruf Braille Menggunakan Kurniawan Kristen Petra
Mikrokontroller MCS-51 Djunaidy Surabaya
PKMT-5-22 Peta Digital Kota Makassar Politeknik Negeri
Silmy Rusli
( TPSDP ) Berbasis J2ME Ujung Pandang
PKMT-5-23 Pembuatan Sistem Penjejak Maria Orbita
Institut
Matahari Dengan Sel Surya
Teknologi 10
Berbasis Logika Fuzzy Sebagai
Nopember
Penghasil Sumber Energi Listrik
Surabaya
Alternatif
x
PKMT-1-1-1
ABSTRAK
Program Kreativitas Mahasiswa bidang penerapan teknologi (PKMT) yang kami
ajukan dilatarbelakangi oleh kesulitan yang dihadapi oleh pengusaha rental
komputer untuk melakukan penambahan perangkat komputer dalam upaya
menambah hasil pendapatan dari usaha tersebut. Hal ini disebabkan oleh
tingginya harga perangkat komputer, baik perangkat keras maupun perangkat
lunaknya. Secara khusus program ini bertujuan untuk: 1). Mengatasi
permasalahan tingginya harga perangkat keras dan perangkat lunak komputer
dalam upaya penambahan jumlah komputer bagi para pengusaha kecil rental
komputer. 2). Mendorong masyarakat pemilik usaha rental komputer untuk lebih
bergairah dengan adanya dukungan fasilitas yang baik. 3). Meningkatkan
efektivitas, efesiensi dari segi produksi, waktu dan energi yang digunakan. 4).
Merangsang masyarakat yang lain untuk menerapkan teknologi tepat guna
dengan menerapkan teknologi yang up to date dalam memenuhi kebutuhan
penambahan komputer. Metoda pendekatan yang dilakukan adalah dalam
pemilihan mitra pemilik usaha rental dengan pendekatan secara langsung yang
sebelumnya mensurvei ke lokasi tersebut. Kemudian mengajak para pemilik usaha
rental untuk berdialog dan meyakinkan bahwa masalah yang dialami dapat
dipecahkan dan dapat dibuat konfigurasi yang dapat membantu memecahkan
permasalahan tersebut. Dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang timbul
tersebut dengan menggunakan metode yang bersifat problem solving, yaitu
mendapatkan langsung pemecahan masalah dari beberapa solusi yang timbul.
Selanjutnya Pembuatan dan perakitan PC Cloning dilakukan di tempat usaha
rental. Pada perusahaan mitra Rental Komputer Yamakasi penerapan PC
Cloning dilakukan pada satu unit komputer (PC) Pentium 4. Setelah dirakit, ditest
dan diuji coba CPU Pentium 4 tersebut dapat dipakai untuk melayani 3 user
secara bersamaan dan dapat diterapkan untuk usaha rental komputer.
PENDAHULUAN
Kemajuan dunia komputer telah membawa kemudahan-kemudahan dalam
banyak sisi kehidupan manusia. Hal ini ditandai dengan banyaknya masyarakat
yang membuka usaha dibidang komputer untuk mendapatkan penghasilan. Salah
satu usaha bidang komputer yang banyak berkembang adalah usaha rental
komputer. Keberadaan usaha rental komputer ini dilingkungan kampus telah
banyak membantu para mahasiswa yang tidak memiliki komputer untuk tetap
dapat menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan bantuan komputer.
Tetapi dalam kenyataannya banyak usaha kecil rental komputer yang
menghadapi masalah diakibatkan tingginya harga hardware dan software
komputer. Tingginya harga ini, menjadikan para pengusaha kecil rental komputer
PKMT-1-1-2
METODE PENDEKATAN
Dalam pelaksanaan program ini dilakukan beberapa metoda pendekatan
untuk mencapi tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pemilihan mitra pemilik
usaha rental, tim melakukan pendekatan secara langsung yang sebelumnya
mensurvei ke lokasi tempat usaha rental. Dengan mengajak para pemilik usaha
rental untuk berdialog dan meyakinkan bahwa masalah yang dialami dapat
dipecahkan dan dapat dibuat perangkat yang dapat membantu memecahkan
permasalahan tersebut. Dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang timbul
tersebut dengan menggunakan metode yang bersifat problem solving, yaitu
mendapatkan langsung pemecahan masalah dari beberapa solusi yang timbul.
Berdasarkan metode diatas, ditawarkan pemecahan masalah dengan
membuat PC Cloning dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1). Memberikan
penjelasan tentang kegunaan dari PC Cloning sebagai upaya penambahan jumlah
komputer. 2). Merencanakan biaya pembuatan PC Cloning beserta pengadaan
bahan baku, perakitan alat, sampai ke produk jadi. 3). Merancang PC Cloning
sebagai teknologi tepat guna untuk penyediaan perangkat komputer dengan biaya
murah. 4) Mengadakan uji coba PC Cloning dengan mengevaluasi hasil
pembuatan perangkat serta melakukan perbaikan-perbaikan terhadap perangkat
yang dikembangkan. 5). Menyerahkan PC Cloning ke pemilik usaha kecil rental
komputer di Jl Pancing Medan sebagai mitra kerja dalam kegiatan ini untuk
dipergunakan dalam pemenuhan pengadaan komputer dengan biaya murah. 6).
Melakukan pemantauan dan pendampingan kepada para pemilik usaha rental
komputer untuk melihat efesiensi dan efektifitas PC Cloning ketika dioperasikan
dalam kegiatan usaha tersebut.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam merancang PC Cloning
adalah:
- Pemasangan kartu grafis tambahan, dengan fungsi Multiple Display Monitor
diaktifkan sesuai petunjuk pabrik pembuatnya. Kemudian dilakukan
penginstalan driver yang dibutuhkan. Saat melakukan pemasangan kartu grafis
perlu melakukan pengesetan di BIOS komputer sehingga sistem komputer
dapat mendeteksi adanya penambahan kartu grafis baru.
- Penyambungan mouse dan keyboard USB sesuai petunjuk pabrik pembuatnya.
Untuk instalasi drivernya, windows biasanya telah menyediakan secara default
driver kompatibel, jika tidak pada perangkat Mouse dan keyboard USB
tersebut biasanya telah disediakan CD Drivernya.
- Melakukan tes untuk memastikan hardware bekerja dengan benar pada
Windows.
- Penginstalan software BeTwin 98/ME/2000/XP.
- Penambahan User
PKMT-1-1-4
diperkirakan 2.000.000,- , jadi total biaya yang harus dikeluarkan adalah Rp.
6.000.000 + Rp. 2.000.000 = Rp. 8.000.000,-.
Sedangkan jika dilakukan metoda PC Cloning maka dana yang
dibutuhkan untuk penambahan perangkat tambahan adalah:
Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa bidang
penerapan teknologi yang berjudul PC Cloning Sebagai Upaya Penghematan
PKMT-1-1-7
Saran-saran
Berdasarkan hasil pelaksanaan program kreativitas mahasiswa bidang
penerapan teknologi ini dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Kegiatan ini perlu untuk diteruskan dan disebarluaskan, mengingat efesiensi
dan efektivitas yang diperoleh dari pemakaian PC Cloning bagi masyarakat
khususnya masyarakat yang bergerak dibidang jasa pemakaian komputer
seperti rental komputer.
2. Sehubungan dengan perlunya metoda PC Cloning ini disebarluaskan, maka
sangat diharapkan adanya bantuan dari berbagai pihak terkait seperti
pengusaha-pengusaha yang bergerak dibidang komputer agar
menyebarluaskan tentang metoda PC Cloning ini.
DAFTAR PUSTAKA
(1) Handoyo, Inu. PC Cloning Solusi Efektif untuk Penggunaan Komputer
Bersama. Jakarta: Elex Media Komputindo; 2002.
(2) Shulton, M. Tweaking: Menguak Rahasia dan Meningkatkan Kinerja
Windows XP Anda. Bandung: Yrama Widya;2006.
(3) Purbo, Onno W. PC Cloning Windows Pakai Linux LTSP. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta; 2006.
(4) Ummah, Izzatul, dkk. Menjelajah Linux Mandrake 10.0. Jakarta : Elex Media
Komputindo; 2004.
PKMT-1-2-1
ABSTRAK
Di Sumatera Selatan daun nenas selama ini masih merupakan limbah yang belum
dimanfaatkan sama sekali. Walupun sudah yang memanfaatkan serat nenasnya
menjadi benang jahit, untuk itu dibuat disain alat pengesut daun nenas dengan
sistem mekanis untuk menghasilkan serta. Sehingga lebih meningkatkan
produktivitas serta kualitas yang lebih baik dari pada secara manual. Hasil
kegiatan luaran yang diharapkan. Akan dapat diciptakan alat pengesut serat
nenas untuk meningkatkan produksi dan kualitas serat nenas. Dapat digunakan
oleh mahasiswa sebagai tugas akhir dalam penyelesaian studi. Sebagai bahan
praktikum mata kuliah alat dan mesin, Instrumentasi, ergonomika, elektronika,
elektrifikasi dan energi maupun mata kuliah yang berhubungan dengan teknologi
pasca panen. Terciptanya peluang untuk dapat bekerjasama dengan industri
pembuat alat dan mesin pertanian, eksportir, dan konsumen serat-seratan.
Melatih mahasiswa untuk berwiraswasta, sehingga setelah selesai dari perguruan
tinggi diharapkan akan termotivasi untuk mengembangkan kreativitasnya untuk
mendesain model pengesut daun untuk menghasilkan serat nenas. Setelah
dilakukan pengujian, alat ini mampu memproduksi 0,691 g/dt dengan berat daun
nenas mula-mula 58,347 setelah pengujian selama 89,744 dt. Sehingga alat ini
dapat menggantikan kegiatan yang secara manual menjadi mekanis.
Kata kunci:
PENDAHULUAN
Perkembangan luas panen dan produksi tanaman nenas secara nasional
mencapai 381.964 ton pada tahun 1996 dan selalu meningkat mencapai 429.207
ton pada tahun 2000 dengan volume ekspor bentuk olahan 103.418 dan bentuk
segar 40.894.891 pada tahun 1996 sedangkan meningkat menjadi bentuk olahan
38.532.073 bentuk segar 80.965.006 pada tahun 2000. Sehingga nilai ekspor pada
tahun 1996 dalam bentuk olahan 50.133.536 US$, dan pada tahun 2000, nilai
ekspor dalam bentuk olahan 29.639.191 US$. Daerah Sumatera Selatan adalah
penghasil nenas nomr 2 secara nasional setelah Jatim yaitu mencapai 33.468 ton
pada tahun 1996 dan menghasilkan 56.620 ton pada tahun 2000 (Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2001). Di Sumatera Selatan sendiri
yang menjadi sentra produksi buah nenas adalah kabupaten Muara Enim, Ogan
Ilir dan Prabumulih (Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Tk I, 2000).
Propinsi Sumatera Selatan sudah sejak lama dikenal sebagai daerah
penghasil nenas dengan kondisi alam yang mendukung, tanaman nenqas dapat
tumbuh dengan baik, sehingga banyak diusahakan oleh petani. Di Sumatera
Selatan sudah banyak yang melakukan pengolahan buah nenas yang dijadikan
keripik, sele dan sari nenas dalam bentuk usaha rumah tangga. Namun daun nenas
masih belum dimanfaatkan secra maksimal bahkan sering menjadi limbah yang
PKMT-1-2-2
METODE PENDEKATAN
Proses pengolahan daun nenas menjadi serat daun nenas dengan
menggunakan alat pengesut daun nenas tipe silinder secara mekanis mempunyai
beberapa tahap seperti berikut: Faktor teknis yang akan dibahas untuk
mementukan kelayakan alat pengesut daun nenas adalah kapasitas produksi yaitu
kapasitas kerja efektif dan kapasitas kerja efektif dan kapasitas kerja teoritis,
kebutuhan putaran silinder , analisis gaya, analisis sudut kontak sabuk terhadap
puli, analisis kecepatan keliling puli, analisis kebutuhan daya.
internet serta buku-buku yang ada di perpustakaan dan jurnaljurnal ilmiah yamg
berkaitan dengan pemanfaatan limbah nenas khususnya daun nenas.
3. Proposal
Pada tahap ini kami membuat gambaran tentang alat yang akan kami ajukan ke
Program Kreativitas Mahasiswa. Adapun format proposal yang kami buat
mengikuti ketentuan yang berlaku secara nasional.
Untuk menentukan jarak sumbu poros (C), umumnya jarak sumbu poros
harus sebesar 1,5 kali sampai 2 kali diameter puli besar. Berdasarkan hal tersebut
dan untuk menghindari pemotongan dan penyambungan kembali sabuk v,
sebaiknya sebelum menentukan jarak sumbu poros (C) panjang keliling sabuk-v
(L) yang tersedia di pasaran diamati dulu.
Setelah panjang keliling sabuk-v (L) diketahui, jarak sumbu poros (C) dapat
dihitung dengan persamaan:
b 2 8 (Dp dp) 2
b+
C =
8
Keterangan : b : 2 L - 3,14 (Dp + dp)
C : jarak sumbu poros (mm)
Dp : diameter puli penggerak (mm)
dp : diameter puli motor listrik (mm)
L : panjang keliling sabuk-v (mm)
5. Analisis Gaya
Mesin pengesut daun nenas digunakan untuk tujuan industri menengah, untuk
menggerakkan alat ini diguanakan transmisi daya yaitu : puli, belt, dan poros. Belt
menghubungkan puli yang satu dengan puli yang lain, dengan melilitkan belt
disekeliling puli. Menurut Sears dan Zemansky, (1991) gaya yang bekerja pada
puli yang digerakkan digunakan rumus :
F = m at
F = gaya untuk memutar benda (kg m/s3 )
m = beban elemen yang diputar (kg)
at = percepatan puli yang digerakkan (m/s2)
Sedangkan untuk menghitung percepatan benda putar digunakan rumus :
at = x r
= percepatan sudut puli yang digerakkan (rad/s2)
r = jari-jari puli yang digerakkan (m)
Untuk menghitung percepatan sudut puli yang digerakkan digunakan rumus :
=
t
= kecepatan sudut puli yang digerakkan (rad/det2)
t = waktu (s)
PKMT-1-2-6
Menurut Muin (1986), secara teoritis dapat diperoleh persamaan matematik untuk
menentukan kapasitas teoritis alat dengan menggunakan persamaan:
Axs x N x
Kapasitas teoritis alat (G) =
td x pd
Hasil pengujian kapasitas efektif kerja alat pada alat penyerut daun nenas yang
dirancang dengan menggunakan tenaga penggerak listrik dan tenaga penggerak
manusia disajikan dalam Tabel 1 dan Tabel 2.
Berat serat
Berat
Berat daun daun
serutan Waktu Kapasitas
nenas mula- nenas
Ulangan yang penyerutan efektif
mula setelah
terbuang (dt) (g/dt)
(g) diserut
(g)
(g)
1 56,52 25,14 31,38 73,38 0,77
2 52,23 20,34 31,99 126,65 0,41
3 56,76 15,30 41,46 63,18 0,89
4 59,86 18,64 41,22 96,64 0,62
5 66,41 24,81 41,60 132,31 0,5
6 55,78 18,27 37,51 85,11 0,65
7 64,22 22,50 41,72 65,54 0,98
8 62,32 25,27 37,05 107,47 0,58
9 56,53 19,85 36,68 67,49 0,84
10 52,74 19,98 32,76 78,67 0,67
Rata-rata 58,347 23,56 34,061 89,744 0,691
Tabel 2. Kapasitas efektif alat penyerut daun nenas dengan menggunakan tenaga
Manusia.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah :
1. Nenas merupakan salah satu jenis buah yang memiliki limbah, yang sampai
saat ini belum ada pemanfaatan limbahnya.
2. Proses pengolahan daun nenas menjadi serat daun nenas dengan menggunakan
alat pengesut daun nenas tipe silinder secara mekanis mempunyai beberapa tahap.
3. Kapasitas kerja suatu mesin atau alat adalah kemampuan kerja mesin atau alat
untuk memberikan hasil persatuan waktu.
4. Kapasitas efektif kerja alat menggunakan tenaga penggerak listrik lebih besar
daripada jika menggunakan tenaga manusia.
5. Efisiensi kerja alat ditentukan dengan membandingkan antara kapisitas efektif
kerja alat terhadap kapasitas teoritis kerja alat yang dinyatakan dalam persen (%).
6. Nilai efisiensi penyerutan diperoleh dari hasil perbandingan antara berat daun
nenas sebelum diserut dengan berat serat daun nenas setelah diserut.
DAFTAR PUSTAKA
Direktoret Jendral Pertanian Tanaman Pangan. 1983. Pengembangan Prodeksi
Hortikultura. Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan. Departemen
Pertanian RI. Jakarta.
Kantor Wilayah Departemen Perdagangan Propinsi Sumatera Selatan. 1990.
Produksi Nenas di Sumatera Selatan. Kantor Wilayah Departemen Propinsi
Sumatera Selatan. Palembang
Lisdiana dan Soemadi, W. N. 1997. Budidaya Nenas. C. V. Aneka. Solo.
Muljohadjo, M. 1984. Nenas dan Teknologi Pengolahannya. Liberty. Yogyakarta.
Pracaya. 1982. Nenas, Budidaya, Guna Budidaya dan Hasil Olahannya. Penerbit
C. V. Guna Yasa. Jakarta.
Sunaryono. 1989. Budidaya Buah-buahan. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Suganda, H. 1983. Dinamika Mesin-mesin. Erlangga. Jakarta.
PKMT-1-3-1
ABSTRAK
Demam Berdarah (DB) telah menjadi penyakit yang mematikan, selama 40 tahun
terakhir ini. Di Indonesia, Hingga awal Oktober 2005, kasus DBD di 33 provinsi
mencapai 50.196 kasus, dengan 701 di antaranya meninggal. Berbagai upaya
untuk mengatasi penularan penyakit ini telah banyak dilakukan oleh pemerintah,
namun hal itu belum cukup untuk mengatasinya.
Salah satu alternative yang dapat dijadikan sebagai pencegahan penularan
penyakit ini adalah dengan alat pengusir nyamuk yang memanfaatkan gelombang
suara. Alat ini menghasilkan suara dengan frekuensi sekitar 100 Hz dengan
intensitas 40 dB yang dapat mengusir nyamuk.
Ujicoba alat ini dilakukan di dua tempat, yaitu di laboratorium dan di rumah-
rumah penduduk. Pada ujicoba di laboratorium, mula-mula nyamuk di biakkan
dengan cara pemeliharaan jentik-jentik nyamuk yang didapat di sekitar
perumahan penduduk. Jentik-jentik nyamuk ini dipelihara dalam kotak kaca yang
dikondisikan sesuai dengan kondisi yang mendukung perkembangbiakan nyamuk
Aedes aegypti. Kemudian nyamuk-nyamuk ini digunakan sebagai objek dalam
pengujian alat.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di dua tempat terpisah, yaitu di
laboratorium dan di rumah penduduk, diketahui bahwa nyamuk-nyamuk yang ada
pada kedua tempat tersebut cenderung menjauh. Alat ini diharapkan dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif pencegahan penularan penyakit demam
berdarah.
PENDAHULUAN
Demam Berdarah (DB) telah menjadi penyakit yang mematikan, selama 40
tahun terakhir ini. DB telah dikenal di lebih dari 100 negara dan 2,5 milyar orang
tinggal di daerah tersebut. Daerah tersebut antara lain Amerika, Asia Tenggara,
Pasifik Barat, Afrika dan Laut Tengah bagian timur. Di Indonesia, penyakit
demam berdarah merupakan penyakit yang paling diwaspadai. Penyakit demam
berdarah dengue (DBD) menjadi momok tiap tahun. Sampai Mei 2005 di seluruh
Indonesia tercatat 28.224 kasus; dengan jumlah kematian 348 orang. Hingga awal
Oktober 2005, kasus DBD di 33 provinsi mencapai 50.196 kasus, dengan 701 di
antaranya meninggal (case fatality rate 1,4 persen). Daerah terpaan DBD terbesar:
DKI Jakarta (14.200 kasus). Kasus kematian tertinggi: Jawa Barat (147 orang).
Data itu menunjukkan peningkatan hampir dua kali lipat dari Mei hingga awal
Oktober. Banyaknya kasus DBD ini seiring dengan datangnya musim hujan yang
menyebabkan banyaknya genangan air. (Tempo. Februari 2006).
PKMT-1-3-2
Virus dongue ini ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Dari 2960 jenis
nyamuk yang ada diseluruh dunia, 457 jenis diantaranya berada di Indonesia,
yaitu 80 spesies Anopheles, 82 spesies Culex, 125 spesies Aedes aegypti, dan 8
spesies Mansonia, sisanya sebagai anggota dari genera yang tidak penting dalam
penularan penyakit. Spesies Aedes aegypti merupakan spisies yang paling
berperan dalam penularan penyakit demam berdarah. (Upik Kesuma Hadi,
2000).
Spesies Aedes aegypti merupakan spesies nyamuk yang paling diwaspadai
di seluruh dunia. Nyamuk jenis mempunyai fase perkembang biakan yang sangat
singkat, yaitu hanya memerlukan waktu kurang lebih dua minggu untuk satu kali
daur hidupnya. Jenis nyamuk ini biasanya berkembang biak di tempat-tempat
besar yang berisi air, genangan-genangan air yang bersih, di celah-celah dan
lubang-lubang, pada kondisi udara yang baik. Nyamuk jenis ini telah diketahui
merupakan vector utama penularan penyakit demam berdarah.
DBD, atau dengue hemorhagic fever (DHF), ditularkan nyamuk Aedes
Aegypti yang telah terjangkit virus DBD. DBD disebabkan oleh salah satu dari 4
serotipe virus yang berbeda antigen. Virus ini adalah kelompok Flavivirus dan
serotipenya adalah DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi oleh salah satu jenis
serotipe ini akan memberikan kekebalan seumur hidup tetapi tidak menimbulkan
kekebalan terhadap serotipe yang lain. Sehingga orang yang hidup di daerah
endemis DHF dapat mengalami infeksi 4 kali seumur hidupnya.
Berbagai usaha pencegahan terhadap penyebaran penyakit yang disebabkan
oleh nyamuk ini telah banyak dilakukan. Salah satunya yaitu dengan menekan
perkembangbiakan nyamuk tersebut, yaitu dengan membersihkan lingkungan
yang dapat dijadikan tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti. Selain
itu, langkah pencegahan terhadap gigitan nyamuk ini yaitu dengan memanfaatkan
berbagai teknologi yang dapat mengusir nyamuk ini, misalnya dengan racun
nyamuk bakar, racun nyamuk spray atau dengan cara melindungi diri dengan
lotion pengaman dan kelambu. Alternative pencegahan terbaru dilakukan dengan
cara biologis yaitu dengan cara menebar jentik nyamuk 'toxorhyntes', karena
jentik nyamuk ini bisa menghambat perkembangbiakan nyamuk penyebab
penyakit DB tersebut
Berbagai cara pencegahan tersebut tentu saja memiliki dampak negatif baik
dari segi kesehatan,. Misalnya penggunaan anti nyamuk bakar. Penggunaan anti
nyamuk menyebabkan gangguan kesehatan berupa sesak napas akibat asap yang
terisap oleh kita. Contoh lain adalah penggunaan anti nyamuk semprot, anti
nyamuk ini mengandung racun yang dapat langsung terisap oleh manusia,
sehingga penggunaanya dalam waktu lama akan mengganggu kesehatan. serta jika
dilihat dari segi ekonomi tidak ekonomis karena alat atau bahan yang digunakan
sifatnya harus diganti ganti (ditukar) belum lagi sifat nyamuk yang mungkin
sudah kebal terhadap pengaruh zat tersebut Alat lain yang lebih aman adalah
menggunakan alat pengusir nyamuk elektrik berupa mat. Alat ini dirasakan
kurang ekonomis karena setiap hari kita harus mengganti mat. Untuk itu
diperlukan suatu alat pengusir nyamuk yang dapat digunakan dengan aman tanpa
mengganggu kesehatan dan secara ekonomi harganya relatif murah.
Menurut Dedi Rusmadi (2001), Nyamuk akan merasa terusik
(takut/menjauh) jika mendengar bunyi dengan frekuensi 100 Hz dengan intensitas
40 dB. Hal ini merupakan sifat alamiah nyamuk. Alat yang dirancang ini
PKMT-1-3-3
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
a. Percobaan di Laboratorium
Percobaan di laboratorium diawali dengan penetasan telur nyamuk di
aquarium yang diletakan pada ruangan yang berukuran 1m x 1m dimana ruangan
dalam keadaan tertutup sehingga nyamuk yang akan terbentuk tidak bisa keluar.
PKMT-1-3-5
Telur diletakkan dalam air bersih dalam aquarium tersebut sampai menetas.
Larva mengalami empat kali pergantian kulit (instar) dan segera menjadi pupa.
Bentuk pupa yaitu fase tanpa makan dan sangat sensitif terhadap pergerakan air.
Keadaan ini hanya berlangsung 2-4 hari. Selanjutnya kulit pu4pa tersobek oleh
gelembung udara dan oleh bentuk dewasa yang melepaskan diri, setelah itu
dilakukan pengetesan reaksinya terhadap rangkaian. Hasil pengamatan jarak
terdekat rata-rata nyamuk terhadap alat sebelum alat dihidupkan dan setelah alat
dihidupkan ditampilkan dalam tabel 1 dan 2.
Dengan membandingkan kedua tabel tersebut dapat kita ketahui bahwa jarak
nyamuk ke alat cenderung menjauh setelah alat dihidupkan, yaitu sebelum alat
dihidupkan jarak terdekat rata-ratanya adalah 8,142 cm dan setelah alat
dihidupkan jarak terdekat rata-ratanya adalah 24,857 cm.
Dari pengamatan yang telah dilakukan, pada nyamuk Aedes aegypti terdapat
perbedaan setelah rangkaian dinyalakan dan disaat rangkaian dimatikan. Saat
rangkaian dinyalakan nyamuk tampak kacau dan cenderung berkumpul pada salah
satu pojok ruangan yang jauh dari rangkaian dan ketika rangkaian dimatikan maka
nyamuk nampak lebih tenang dan tidak terjadi pengelompokan pada pojok pojok
tertentu.
Dilakukan sekitar pukul 06:00 sampai dengan pukul 09:00 WIB, hal ini
dilakukan karena pada jam-jam ini nyamuk mulai aktif keluar untuk
mencari makanan. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan cara rangkaian
dinyalakan pada ruangan yang bebas (tanpa pembatas tertentu), dan
dilakukan pengamatan terhadap jumlah gigitan nyamuk terhadap manusia
pada pagi hari dan dibandingkan dengan jumlah gigitan pada hari-hari
biasa tanpa menggunakan alat. Hasil pengamatan selengkapnya
ditampilkan pada tabel 3 dan 4.
Jumlah Gigitan
Rumah
Pagi hari Sore hari
1 4 3
2 3 2
3 2 3
4 3 2
5 3 2
6 2 1
7 4 2
8 3 1
9 4 1
10 5 3
Jumlah Gigitan
Rumah
Pagi hari Sore hari
1 1 1
2 0 2
3 0 1
4 1 0
5 1 0
6 0 1
7 2 1
8 0 1
9 0 0
10 0 2
Dari kedua tabel tersebut dapat kita lihat bahwa untuk rumah 1, jumlah
gigitan nyamuk sebelum alat dinyalakan selama 3 jam pada pagi hari adalah 4
gigitan. Pada hari berikutnya yaitu saat alat dihidupkan jumlah gigitannya
berkurang menjadi 1 gigitan. Pada sore harinya sebelum alat dihidupkan, jumlah
gigitannya adalah 3 kali. Setelah dipasang alat jumlah gigitannya adalah 1 kali.
Di rumah 2, pada pagi hari sebelum dipasang alat, jumlah gigitan adalah 3
gigitan. Setelah alat dipasang jumlah gigitannya berkurang menjadi 0 atau tidak
terdapat gigitan nyamuk. Untuk sore harinya jumlah gigitan nyamuk sebelum alat
PKMT-1-3-7
dinyalakan adalah sebanyak 2, setelah alat dipasang jumlah gigitan tetap. Hal ini
terjadi karena ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, seperti suhu atau
kelembapan udara baik di dalam rumah ataupun di sekitar alat, karena
diperkirakan intensitas getaran pada alat akan berkurang bila suhu atau
kelembapan yang ada di sekitarnya meningkat.
Demikian juga dengan rumah-rumah yang lain, telah terjadi pengurangan
jumlah gigitan ataupun tidak terjadi pengurangan (tetap). Dari 10 rumah yang
telah diuji ternyata rumah ke-9 yang benar-benar tidak terdapat gigitan setelah alat
dinyalakan baik di pagi hari ataupun sore hari, dimana sebelum alat dinyalakan
gigitan yang terjadi adalah 4 pada pagi hari dan 1 pada sore hari.
Selain itu dapat juga dibandingkan, dari 10 rumah ternyata 3 rumah yang
tidak mengalami perubahan gigitan nyamuk dan hal ini terjadi hanya pada sore
hari. Sedangkan pada pagi harinya jumlah gigitan nyamuk mengalami penurunan
atau pengurangan. Ini berarti suhu atau kelembapan udara di sore hari pada ke tiga
rumah tersebut hampir sama atau bisa juga dikatakan sama. Sedangkan untuk
kelembapan atau suhu pada tujuh rumah lainnya berbeda. Sehingga dapat
diketahui bahwa dari 100% sampel rumah ternyata 70% yang tingkat gigitan
nyamuknya dapat dikurangi dengan menggunakan alat ini. Sedangkan 30% dari
sampel jumlah gigitan nyamuk dapat dikurangi pada pagi hari saja.
KESIMPULAN
Dari kegiatan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. dari berbagai pngujian alat, dapat dilihat bahwa alat ini secara efektif dapat
mengusir nyamuk.
2. Pada saat alat dihidupkan pada kotak seluas 1 x 1 m yang telah terisi
nyamuk, tampak bahwa nyamuk Aedes aegypti cenderung menjauhi
rangkaian dan terlihat kacau.
3. Rata-rata jarak terdekat nyamuk dengan alat pada pengujian di laboratorium
sebelum alat dihidupkan adalah 8,142 cm dan setelah alat dihidupkan rata-
rata jarak terdekatnya adalah 24,857 cm .
4. pada pengujian alat di rumah-rumah penduduk, menunjukkan bahwa jumlah
gigitan nyamuk setelah alat dinyalakan berkurang.
Penelitian ini dilakukan dengan peralatan yang sangat sederhana, sehingga
hasil pengamatan yang didapat tidak terlalu akurat. Untuk itu diperlukan suatu
penelitian lanjutan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ackeman. Eiguene, 1979. Ilmu Biofisika Universitas Airlangga, Surabaya.
Hadi. U.K 2000. Ektoparasit ; Pengenalan Diagnosis, dan Pengendaliannya,
Laboratorium Entomologi Bagian Parasitologi Dan Patologi, IPB, Bogor.
Imam. Purnomo, 1996. Konsep-konsep Fisika, PT. Intan Pariwara. Klaten.
Lilies. Kristian, 1999. Kunci-kunci Determinasi Serangga, Kanisius. Bogor .
Rusmadi. Dedy, 2001. Elektronika 2, Pioner Jaya. Bandung.
Sutrisno, 1984. Fisika Dasar Seri Gelombang dan Optik, Institut Teknologi
Bandung. Bandung.
Harian Tempo terbitan 12 Februari 2006
PKMT-1-4-1
ABSTRAK
Pesatnya pertumbuhan industri dan pertambahan penduduk, menyebabkan
peningkatan kebutuhan air bersih. Salah satu sumber penyedia air yang potensial
tapi belum dimanfaatkan secara optimal adalah air hujan. Penelitian ini
dilaksanakan untuk membuat rancangan sistem pengolahan air hujan sehingga
menghasilkan air yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam keperluan
industri dan rumah tangga. Sistem pengolahan air hujan yang telah dibuat
merupakan sistem pengolahan lengkap yang terdiri atas sistem pengolahan awal,
membran Thin Film Composite, dan instalasi lampu ultraviolet. Berdasarkan
hasil karakterisasi air hujan sesudah melewati proses pengolahan, memiliki
kualitas lebih baik dibanding sebelum proses pengolahan. Terjadi peningkatan
nilai pH dan konduktivitas listrik. Sedangkan turbiditas dan kontaminan/zat
pencemar dalam air hujan, dapat dikurangi. Keistimewaan sistem pengolahan
air hujan yang telah dibuat yaitu sistem dapat berlaku general untuk berbagai
karakteristik air hujan sehingga dapat digunakan untuk inustri dan krbutuhan
rumah tangga. Sistem ini juga mampu digunakan pada jenis air lain dengan
kadar pencemaran lebih rendah atau sama dengan air hujan, sehingga
pengoperasian sistem pengolahan air hujan tidak harus menunggu hujan turun.
PENDAHULUAN
Salah satu sasaran pembangunan adalah menyediakan air bersih yang
sehat, kuantitas dan kualitasnya memadai serta terjangkau oleh masyarakat dari
segala lapisan. Air bersih yang sehat adalah air bersih yang memenuhi syarat
syarat kesehatan baik kuantitatif maupun kualitatif sesuai dengan persyaratan
kesehatan yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kesehatan No.
416/MENKES/PER/IX/1990 sehingga aman untuk dikonsum-si masyarakat.
Untuk memperoleh air bersih ini secara mutlak diperlukan pengolahan dengan
baik yang disesuaikan dengan keadaan sumber air baku yang digunakan. Semakin
rendah kualitas dan kuantitas air baku maka semakin sulit pengolahan yang
dilakukan, semakin banyak teknikteknik yang dilakukan untuk memperoleh air
bersih yang sehat.
Pada masa mendatang kebutuhan air akan meningkat bukan saja karena
pertumbuhan penduduk, tetapi juga karena kebutuhan per kapita meningkat,
sesuai dengan kehidupan kultural manusia. Pengelolaan sumberdaya air dan
perlakuan pengolahan air secara tepat merupakan tantangan yang harus dihadapi.
Salah satu sumber penyedia air yang potensial tapi belum dimanfaatkan secara
PKMT-1-4-2
optimal adalah air hujan. Beratnya tekanan kualitas dan kuantitas bahan kimia
yang terkandung dalam air hujan menyebabkan semakin kecilnya kemungkinan
penggunaan sumber air hujan secara langsung untuk keperluan industri dan rumah
tangga.
Untuk mengatasi persoalan diatas, diperlukan sistem pengolahan air yang
dapat mencukupi kebutuhankebutuhan tersebut. Rancangan sistem pengolahan
air hujan merupakan salah satu inovasi dalam rangka pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi multiguna yang efisien. Oleh karena itu, perlu adanya
pengembangan teknologi pemanfaatan air hujan lebih lanjut. Ilmu fisika sebagai
dasar pengembangan sains dan teknologi, memberikan peranan penting dalam
teknologi pemanfaatan air hujan, terutama sebagai analisis proses dan mekanisme
perancangan sistem serta metode pengolahan air hujan.
Pesatnya pertumbuhan industri dan pertambahan penduduk, menyebabkan
peningkatan kebutuhan air bersih. Air hujan merupakan salah satu sumber
penyedia air yang potensial tapi belum dimanfaatkan secara optimal karena
tekanan kualitas dan kuantitas bahan kimia yang terkandung dalam air hujan.
Rancangan sistem pengolahan air hujan, mampu mengolah air hujan sehingga
dapat dimanfaatkan secara langsung untuk keperluan industri dan rumah tangga.
METODE PENDEKATAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dan perancangan sistem pengolahan air hujan dilaksanakan di
Bengkel Fisika, Laboratorium Biofisika dan Laboratorium Mikrobiologi Institut
Pertanian Bogor serta Balai Industri di Bogor. Waktu yang diperlukan untuk
melakukan penelitian ini adalah 8 bulan, meliputi persiapan, perancangan sistem
pengolahan, dan karakterisasi materi/uji kelayakan sistem, serta penyusunan
laporan.
Metode Pelaksanaan
Tahapan yang dilakukan dalam pembuatan sistem pengolahan air hujan
meliputi:
Persiapan. Tahap persiapan dalam penelitian ini yaitu menyiapkan bahan
dan alat untuk merancang sistem pengolahan air hujan. Peralatan penelitian dan
perancangan sistem pengolahan air hujan diperoleh dari perusahaan instrumentasi
dan lembaga penelitian seperti Balai Industri dan Laboratorium Biofisika.
Sedangkan bahan penunjang yang akan digunakan diperoleh dari kampus IPB
Baranangsiang dan lembaga penelitian.
Perancangan Sistem. Perancangan sistem pengolahan air hujan
menggunakan prinsip dari teknologi membran dan gelombang elektromagnetik.
PKMT-1-4-3
Tabung untuk membran sintetik terbuat dari bahan plastik yang tahan lama, kuat
dan tidak menguning dengan ukuran diameter 20 cm dan tinggi 33 cm.
Sedangkan tabung untuk lampu ultraviolet terbuat dari bahan yang sama,
berdiameter 10 cm dan tinggi 20 cm. Bobot tabung yang berisi air diperkirakan
sekitar 6,5 kg. Input listrik sebesar 220 V dengan frekuensi 50 Hz dan output 27
V dengan arus 600 mA. Tekanan pompa listrik yang dialirkan melalui pipa
standar berkisar.
Pengamatan. Pengamatan dilakukan untuk menguji kelayakan
sistem pengolahan air hujan. Kelayakan sistem pengolahan didasarkan
pada perbandingan karakterisasi air hujan sebelum dan sesudah diolah
menggunakan sistem pemurnian air dengan reverse osmosis dan
sterilisasi lampu ultraviolet. Uji kelayakan air hujan meliputi
kerapatan, turbiditas, pH, konduktivitas listrik, uji mineral (merkuri,
timbal, kalsium, dan magnesium), dan uji mikrobiologi (coliform serta
Escherichia coli).
Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk mengetahui kelayakan sistem pengolahan
air hujan yang telah dirancang yaitu dengan menguji air hujan yang telah
melewati sistem hasil perancangan, kemudian air tersebut disimpan selama 30 hari
dan dikarakterisasi pada hari penyimpanan ke 1, 15, dan 30.
Metode Pelaksanaan
Prinsip Kerja
Mekanisme kerja dari sistem pengolahan air hujan ini dimulai dari
pemompaan air hujan yang telah ditampung, menuju ke sistem pengolahan awal
(prefilter). Karena tekanan yang dihasilkan oleh pompa eksternal cukup kuat,
maka akan mengaktifkan sensor tekanan tinggi (HPS) dan sensor tekanan rendah
(LPS) tidak aktif. Pada saat sensor tekanan tinggi aktif, secara otomatis pompa
internal akan diaktifkan dan mulai memompa air dari prefilter menuju ke
membran. Air akan mengalami penyaringan di membran. Sebanyak 60% air akan
dikeluarkan sebagai air tercemar (waste) dan 40% merupakan air bersih (pure)
PKMT-1-4-5
akan menuju ke instalasi lampu ultraviolet. Air keluaran dari sistem adalah air
murni.
Sistem pengolahan air hujan yang telah dibuat memiliki beberapa komponen
yaitu katup pengatur, penyangga, membran thin film composite, instalasi lampu
ultraviolet, adaptor, kabel, sensor tekanan rendah, sensor tekanan tinggi,
penyaring dari karbon, dan selang. Tingkat arus air keluaran dapat berubah
tergantung tekanan pompa internal, kualitas air baku, dan umur pemakaian filter.
Tekanan pompa internal saat proses berkisar 85-100 psi (1 atm = 14,7 psi = 1,013
bar = 1,013. 105 Pa). Listrik catu yang digunakan 220 V, 50 Hz dan keluaran dari
adaptor adalah 27 V, 600 mA.
Produk keluaran dari sistem pengolahan air hujan yang telah dibuat, yaitu air
tercemar dan air murni (Gambar 4). Pada saat air melewati pengolahan instalasi
kedua, membran memisahkan air tercemar dan air murni. Air tercemar akan
dibuang sebagai produk keluaran yang tidak terpakai. Sedangkan air murni akan
mengalir ke instalasi ultraviolet untuk proses pengolahan ketiga sehingga sistem
mampu menghasilkan produk keluaran berupa ultrapure water.
Gambar 4. Produk Keluaran; air murni (kiri) dan air tercemar (kanan)
PKMT-1-4-6
KESIMPULAN
Keistimewaan sistem pengolahan air hujan yang telah dibuat dengan sistem
pengolahan awal, membran dan lampu UV dapat digunakan untuk berbagai
karakteristik air hujan. Dan pada penerapannya, sistem ini juga mampu digunakan
pada jenis air lain dengan kadar pencemaran lebih rendah atau sama dengan air
hujan, sehingga pengoperasian sistem pengolahan air hujan tidak harus menunggu
hujan turun. Sistem pengolahan air hujan yang telah dibuat, mampu menghasilkan
air murni hingga ultra murni (ultrapure water) yang dapat dimanfaatkan untuk
kebutuhan industri dan rumah tangga.
DAFTAR PUSTAKA
Martha, Christina. 2004. Karakterisasi Air Minum yang Dihasilkan dari Sistem
Kombinasi Filter Karbon dan Lampu Ultraviolet Dibandingkan dengan
Beberapa Jenis Air Minum Lain. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Zulkarnain. 1999. Karakteristik Air Hujan untuk Keperluan Air Minum dan
Keterkaitannya dengan Aspek Sosial Ekonomi [Tesis]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
PKMT-1-5-1
ABSTRAK
Salah satu kenikmatan yang dapat kita rasakan adalah kenikmatan berjalan.
Hampir semua kegiatan kita bergantung dengan kemampuan kita berjalan.
Namun, bagaimana dengan saudara-saudara kita yang tidak mampu berjalan,
baik itu karena sakit sementara, maupun sakit permanen seperti lumpuh ataupun
tidak memiliki kaki. Mereka membutuhkan alat bantu untuk berjalan seperti kursi
roda. Dari waktu ke waktu terus dilakukan usaha untuk membantu para pengguna
kursi roda baik dengan penyempurnaan kursi roda, maupun dengan perancangan
kursi roda baru. Baik yang berbasis mekanik maupun elektrik. Kursi roda elektrik
yang sangat nyaman memiliki harga yang sangat mahal dan kekuatan yang relatif
rentan. Sedangkan kursi roda mekanik yang ada di pasaran belum yang dapat
mengakomodir kenyamanan dan kemudahan pemakaian untuk dalam maupun
luar ruangan. Kegiatan ini dilaksanakan guna menghasilkan kursi roda yang
dapat dioperasikan sendiri dengan mudah dan nyaman serta harganya terjangkau
oleh masyarakat luas. Hal ini dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
Brainstorming, Pengumpulan data perancangan, Pemilihan alternatif, Pemodelan
dengan menggunakan bantuan perangkat lunak (CAD), Pembuatan prototipe, dan
diakhiri dengan Pengujian prototipe. Kursi roda yang dihasilkan memiliki bentuk
yang tidak jauh berbeda dengan kursi roda konvensional, namun memiliki cara
penggerakan yang berbeda yakni dengan menggerakkan penyangga lengan. Naik
turun untuk kemudi memajumundurkan Kromman, sedangkan untuk beloknya
dengan cara memajumundurkan penyangga lengan tersebut.
Pembuatan Kromman tidak hanya menghasilkan kursi roda alternatif yang
efisien, namun juga membuka menemukan hal baru dalam hal transmisi, dan juga
memanfaatkan barang-barang yang banyak tersedia di pasaran. Meskipun
demikian, prototipe pertama Kromman masih memiliki beberapa kekurangan
yang memerlukan penelitian lanjut
Kata Kunci: Kursi Roda, Kromman, Nyaman, Mudah, Dalam dan Luar Ruangan
PENDAHULUAN
Ketidakmampuan seseorang untuk berjalan dapat disebabkan oleh banyak
hal. Misalkan saja cacat, lumpuh dan sebagainya. Alat bantu yang bisa digunakan
salah satunya adalah kursi roda.
Peran kursi roda sangat besar, terutama terhadap orang yang tidak dapat
berjalan dalam waktu lama atau lumpuh permanen. Walaupun mereka tidak bisa
berjalan, namun mereka bisa berpindah tempat dengan bantuan kursi roda
tersebut. Tidak hanya itu, mereka juga terbantu untuk mengerjakan berbagai
macam pekerjaan.
Perkembangan kursi roda pada saat ini sudah mencapai kemajuan yang
cukup berarti. Dahulu kala, bentuk kursi roda cukup besar dan berat. Namun
sekarang, kursi roda cukup ringan dan mudah dibawa kemana-mana karena bisa
PKMT-1-5-2
dilipat. Pada zaman elektronik ini, berkembang juga kursi roda elektrik yang
menggunakan motor listrik sebagai penggeraknya. Untuk mencapai tempat yang
diinginkan, sang penderita tinggal mengemudikan kursi rodanya dengan tongkat
pengendali yang terdapat pada penyangga lengan.
Walaupun keberadaan kursi roda elektrik sangat membantu penderita cacat
tetapi harganya sangat mahal. Padahal tidak semua penderita cacat berasal dari
kalangan berada. Banyak penderita cacat yang berasal dari kalangan ekonomi
menengah ke bawah. Dengan kata lain, kemampuan ekonomi mereka sulit untuk
menjangkau kursi roda elektrik.
Sementara itu, kursi roda mekanik memiliki kelemahan yakni adanya
kesulitan untuk menjalankannya. Karena kesulitan inilah pemakai kursi roda
mekanik seringkali memerlukan orang lain untuk mendorong kursi rodanya.
Dengan demikian, masyarakat membutuhkan kursi roda mekanik yang dapat
bergerak tanpa bantuan orang lain yang mendorongnya dan kursi roda tersebut
harus efektif cara menggerakkannya.
Masalah yang ada:
Kursi roda sangat dibutuhkan oleh masyarakat sebagai alat bantu gerak
Model kursi roda-kursi roda yang ada di pasaran masih memiliki banyak
kekurangan terutama pada keefektifan gerak dan kenyamanan
penggerakannya.
Kursi roda elektrik yang tingkat kenyamanan pemakaiannya cukup tinggi
memiliki harga yang cukup tinggi.
Banyak para penderita cacat yang barasal dari kalangan menengah ke bawah
dan tidak mampu membeli kursi roda elektrik.
Oleh karena itu dibutuhkan suatu model kursi roda yang mudah dan nyaman
pengoperasiannya serta memiliki harga yang terjangkau. Dalam hal ini kami
mengasumsikan bahwa model yang kami buat adalah model mekanik, dengan
asumsi bahwa alat elektrik selain harganya yang mahal, juga daya tahannya lemah
dan suku cadanganya mahal.
Tujuan dari kegiatan perancangan, pembuatan dan pengujian kursi roda
Kromman ini antara lain:
o Merancang kursi roda yang dapat dioperasikan sendiri dengan mudah dan
nyaman serta harganya terjangkau oleh masyarakat luas.
o Pembuatan prototipe
o Pengujian prototipe hasil perancangan
METODE PENELITIAN
Dari website www.spinlife.com (2004) dapat kita lihat berbagai macam
bentuk kursi roda yang ada dipasaran beserta spesifikasi dan harganya. Dari
website-website lain di internet juga bisa kita dapatkan berbagai bentuk kursi roda
lengkap dengan spesifikasinya. Dari jenis-jenis kursi roda yang ada, dilihat dari
cara kerjanya, dapat kita kelompokkan menjadi 3 kelompok model.
PKMT-1-5-3
3. Pemilihan alternatif
Pada tahap ini alternatif-alternatif yang telah ditentukan diamati kekurangan
dan kelebihannya untuk dipilih sebagai desain yang akan dianalisis (Popov
1978)
4. Pemodelan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak (CAD)
Setelah dipilih alternatif yang akan digunakan maka tahap selanjutnya
adalah melakukan pemodelan solid. Pemodelan solid ini dilakukan dengan
menggunakan bantuan perangkat lunak AutoCAD 2004 dan 3ds max 5.
Dengan melakukan pemodelan ini didapatkan konfigurasi desain yang dapat
terus menerus dievaluasi sehingga mendapatkan konfigurasi desain yang
paling efektif.
5. Pembuatan prototipe
Setelah didapatkan konfigurasi desain yang paling efektif maka langkah
selanjutnya adalah membuat prototipenya.
6. Pengujian prototipe
Setelah prototipe selesai dikerjakan maka prototipe tersebut akan diuji
dengan parameter-parameter pengujian sebagai berikut (Bentley 1998):
o Faktor ergonomis dan kemudahan pengoperasian
o Kestabilan dan kekuatan struktur
o Keamanan dan keselamatan pengguna
bulan ke-
Kegiatan 1 2 3 4
Brainstorming
Pengontrol rem
pengontrol pemindah
gigi
hal tersebut dapat dilakukan dengan memindahkan rantai ke gigi yang lebih kecil
diameternya.
Sistem pada roda ini menggunakan sistem perputaran satu arah. Ketika
pedal berputar ke depan, maka roda akan berputar, namun perputaran pedal ke
belakang tidak mempengaruhi gerak roda. Hal ini bermanfaat untuk memudahkan
para pengguna ketika menjalankannya.
Kelemahan sistem ini adalah bahwa sistem ini tidak dapat digunakan untuk
tujuan mundur. Karena penghubung antar gigi pengatur rantai adalah pegas maka
gigi pengatur akan tertarik ke belakang dan rantai akan lepas ketika pedal putar
mundur, padahal Kromman harus dapat digerakkan mundur.
Pengembangan yang dilakukan adalah bahwa salah satu dari gigi tersebut
memiliki arah putar ke belakang. Jadi untuk kebutuhan mundur, sang pengguna
tinggal memindahkan rantai ke gigi mundur. Modifikasi ini dilakukan dengan cara
menggeser tiap gigi selangkah ke arah yang berdiameter besar, sedangkan gigi
yang berukuran paling besar disambungkan ke brayer sepeda biasa, kemudian
dipasangkan secara terbalik ke susunan gigi berjenjang. Hasil yang didapatkan
adalah susunan gigi yang bentuknya tidak jauh berbeda dengan yang digunakan
pada sepeda gunung, namun putaran gigi berdiameter terbesarnya berlawanan
arah dengan yang lainnya. Gigi inilah yang berfungsi untuk gerak mundur. Gigi
diameter terbesar terpilih untuk gerak mundur karena gigi inilah yang
menyebabkan gerakan paling lambat dan ringan, hal ini cocok dengan
karakteristik gerak mundur yang dibutuhkan yakni pelan dan tidak berat
pengendaliannya.
Sedangkan masalah yang muncul pada brayer (pemindah gigi) yakni brayer
akan tertarik ke belakang ketika digunakan untuk putaran mundur dapat diatasi
dengan mengunci pemindah gigi ketika gigi berada pada posisi gigi mundur.
Rem cakram
Gigi differensial
Memiliki ukuran standar kursi roda pada umumnya yang telah disesuaikan
dengan ukuran benda-benda lain misalkan ukuran pintu standar.
Konstruksinya kuat
Mempunyai sistem pengereman yang bagus dan mudah penggunaannya
KESIMPULAN
Perancangan Kromman tidak hanya menghasilkan kursi roda yang dapat
dioperasikan sendiri dengan mudah dan nyaman serta harganya terjangkau oleh
masyarakat luas, namun juga menemukan sistem transmisi baru yang dapat
diaplikasikan untuk berbagai jenis kendaraan yang memiliki roda belakang
berjumlah dua.
Pembuatan prototipe Kromman selain berhasil membuat prototipe model
yang diharapkan, namun juga menemukan pemanfaatan baru dari barang bekas
yang banyak sekali tersedia di pasaran, namun pemanfaatannya masih sangat
kurang, seperti gigi differensial bekas. Semua suku cadang yang digunakan
merupakan benda yang banyak tersedia di pasaran, seperti penggunaan rantai dan
rem cakram sepeda.
Hasil pengujian prototipe menyatakan bahwa desain pertama Kromman
telah memenuhi kriteria HCD (Human Centered Design) atau dengan kata lain
Kromman nyaman digunakan. Hal yang masih perlu dikaji ulang adalah
memperkecil gaya yang diperlukan untuk menggerakkan Kromman
DAFTAR PUSTAKA
Bentley JP.1998. An Introduction to Reliability and Quality. New York: Wiley.
hlm 207-229.
Norton RL. 2000. Machine Design. New York: McGraw-Hill.
Popov EP. 1978. Mechanic of Materials. New York: Prentice-Hall. hlm 178
Puja IW. 2003. Diktat Kuliah Elemen Mesin. Bandung: Penerbit ITB. hlm 1.5-
1.10
www.spinlife.com
PKMT-1-6-1
ABSTRAK
Komputer sebagai salah satu perangkat yang memanfaatkan teknologi digital,
dapat digunakan sebagai alat ukur yang memiliki kemampuan lebih baik
dibandingkan dengan alat ukur sebelumnya, karena dengan komputer kita bisa
menyimpan data yang diperoleh secara otomatis, dan mempermudah melakukan
pengolahan data, sehingga variabel-variabel yang sifatnya kontinu dapat diolah
menjadi sinyal-sinyal diskrit yang bermanfaat. Metode eksperimen alat dengan
menggunakan ADC (dari DAC 0808), dan penguji bit terprogram, kemudian
digunakan untuk mengukur sampel berupa suhu, diperoleh data yang signifikan
antara pengukuran manual (termometer) dan yang terukur oleh komputer.
Setelah di ujicobakan ternyata alat ini bisa digunakan untuk mengukur semua
sinyal analog asalkan dalam bentuk tegangan tetapi masih dalam rentang 0V-5V
DC..
Kata Kunci : variabel kontinu, sinyal diskrit, ADC, Penguji bit terprogram
PENDAHULUAN
Fenomena yang ada di alam selalu menyajikan misteri yang mengundang
banyak pertanyaan untuk dijawab. Untuk mengungkap misteri itu manusia harus
berusaha sedekat mungkin dengan alam yang memberi peluang untuk dipelajari
dan dimengerti, tentu saja dibutuhkan sarana/alat yang dapat menterjemahkan
keinginan kita untuk menyeimbangkan logika manusia dengan keseluruhan gejala
fisis yang akan diselidiki. Hal ini yang mendorong manusia dengan segala
keterbatasannya untuk menciptakan alat ukur sehingga dapat dengan mudah
berkomunikasi dan memahami hukum-hukum yang ada di alam ini. Dengan alat
ukur ini kita dapat mengetahui perilaku suatu besaran jika diberi perlakuan
tertentu dan kebergantungannya terhadap besaran alam yang lain.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
mendorong manusia untuk menciptakan alat ukur yang efesien dan seefektif
mungkin dapat memberikan tingkat ketelitian yang semakin baik. Teknologi yang
tepat dalam hal ini adalah teknologi digital dimana variabel-variabel alam yang
bersifat kontinu dikonversi menjadi sinyal-sinyal digital diskrit untuk kemudian
diolah menjadi keluaran (output) yang bermanfaat.
Komputer sebagai salah satu perangkat yang memanfaatkan teknologi
digital, pada saat ini banyak digunakan untuk alat ukur yang memiliki
kemampuan lebih baik dibandingkan dengan alat ukur sebelumnya, karena dengan
komputer kita bisa menyimpan data yang diperoleh secara otomatis sehingga
PKMT-1-6-2
Detektor Memori
Layar
Converter A/D Driver Monitor
Secara garis besar penelitian ini bertujuan untuk : membuat alat ADC
dengan DAC 0808, membuat program penguji bit (biner digit/bilangan biner)
ADC dengan metode pendekatan berturut-turut dan menggunakan ADC yang
telah dibuat untuk membaca input dari sensor suhu. Untuk jangka panjang, selain
suhu besaran-besaran fisis lainnya pun bisa diukur dengan syarat besaran tersebut
mengeluarkan sinyal analog seperti yang tercantum pada tabel 4.
Pin
Pin centronik SPP signal Arah In/out Register
Db-25
10 10 ACK In PS 7
11 11 Busy In PS 5
12 12 Paperout/paperin In PS 4
13 13 Select In PS 3
15 32 Error In PS 2
16 31 Initialize In/out PC
17 36 Select-in In/out -
Agar data yang masuk atau keluar dapat dilakukan, maka pertama-tama salah satu
dari alamat di atas yang merupakan alamat terminal printer kita harus diakses
terlebih dahulu.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Mempelajari karakteristik dari terminal paralel dalam hal ini menggunakan
terminal printer.
2. Melihat spesifikasi terminal printer dan alamatnya dalam memori.
3. Menentukan gejala fisis yang akan diukur dan memilih transducer/detektor
yang akan dipakai sebagai masukan.
4. Membuat sistem ADC dari DAC 0808.
5. Melakukan troubleshooting rangkaian dengan alat yang sudah ada
(multimeter/osiloskop).
6. Menguji out put yang dihasilkan DAC (Vin=Vout).
Misalnya tegangan masukkan 5V maka tegangan keluaran harus 5V juga.
7. Jika pengujian telah selesai pengerjaan alat dapat dilanjutkan.
8. Menguji output dari sensor suhu (dikalibrasi) dengan menggunakan misalnya
multimeter digital atau alat pengukur suhu yang relevan (termometer).
9. Jika output poin (4) dan (5) setelah dibandingkan oleh komparator sesuai
pengerjaan alat dilanjutkan, jika tidak pengujian dilakukan dengan komparator
lain yang berbeda/yang baru.
10. Membuat software untuk aplikasi (application) agar data yang sudah diperoleh
bisa dimanipulasi menjadi besaran yang sesuai dengan keinginan dan
ditampilkan pada bagian keluaran (layar monitor).
11. Membuat sampel aplikasi dengan menggunakan sensor suhu.
12. Melakukan kalibrasi alat.
kom
Masukan penguji
digital
Untuk lebih memahami ADC maka kita ambil contoh ADC dengan resolusi
8 bit (satu nilai analog direpresentasikan dengan delapan buah angka biner 1 atau
0). Resolusi 8 bit ini akan menghasilkan bilangan desimal dari 0 sampai 255 (256
bilangan/255 step), dengan demikian tidak mungkin menyajikan semua
kemungkinan nilai-nilai analog. Jika resolusinya kita perbesar menjadi 20 bit
maka akan terdapat 1.048.575 step. Semakin besar resolusi yang dibuat maka
kemungkinan pendekatan nilai analog akan semakin besar pula.
Pertama kali DAC (Digital to Analog Converter) diinisialisasi dengan cara
mengaktifkan bit 7 (high order bit) saja terlebih dahulu (jika DAC-nya 8 bit). Jika
keluaran komparator (hasil pembandingan dengan tegangan referensi) adalah
LOW, maka tegangan yang dihasilkan oleh DAC masih di bawah dari tegangan
yang akan dikonversi, maka bit 7 tersebut tetap dijaga dalam kondisi HIGH (ON).
Namun jika keluaran komparatornya adalah HIGH, artinya tegangan dari DAC
terlalu tinggi, sehingga bit 7 di-LOW-kan saja. Data ini disimpan dalam
penyangga bit 7, kemudian proses di atas diulang untuk bit 6 saja dan hasilnya
disimpan pada bit 7 penyangga setelah sebelumnya bit 7 penyangga digeser satu
langkah.
Demikian seterusnya sampai bit yang diuji adalah bit nol. Di bawah ini
diperlihatkan diagram alur (flow chart) untuk ADC 8 bit dengan menggunakan
pendekatan berturut-turut :
Hidupkan bit 7
15
14
13
12
11
10
9
1
7
8
Konfigurasi kaki/pin
Gambar di atas memperlihatkan konfigurasi kaki/pin. Sebagaimana
lazimnya, kaki-kaki tersebut mempunyai fungsi sebagai berikut: kaki 1 tidak
dipakai (NC singkatan dari no connection, artinya tidak ada sambungan). Kaki 2
adalah penghubung yang dibumikan. Kaki 3 (VEE) harus dipasang pada -15 V.
Kaki 4 adalah saluran balik dari tanah (ground return) bagi arus yang keluar dari
rangkaian tangga, kaki ini biasa dihubungkan dengan sebuah op-amp. Kaki 5-12
merupakan saluran bagi 8 bit data masukkan. Kaki 13 (VEE) harus dipasang pada
catu tegangan +5 V. Kaki 14 dihubungkan dengan catu tegangan positif melalui
sebuah hambatan R14, dan kaki 15 ditanahkan melalui sebuah hambatan R15.
Akhirnya, sebuah kapasitor antara kaki 16 dan kaki 13 berfungsi untuk memberi
kompensasi frekuensi bagi piranti ini.
Gambar 3 Gambar 4
ADC dan Port Printer Rangkaian Uji Coba Alat
Tidak semua transducer di atas dapat bekerja dengan baik pada rangkaian
ADC yang telah dibuat, hanya beberapa transducer saja yang dapat digunakan.
Adapun transducer yang akan digunakan pada saat ini adalah transducer pembaca
suhu dan pembaca intensitas cahaya. Kedua transducer ini sering digunakan pada
berbagai praktikum, disamping tidak sulit menyesuaikan dengan rangkaian ADC
yang telah dibuat.
Kedua transducer ini tidak dapat langsung dihubungkan dengan saluran
masukkan ADC karena sinyal yang dikeluarkan relatif kecil sehingga perlu
dilakukan penguatan sinyal terlebih dahulu baru kemudian dimasukkan ke dalam
saluran masukan ADC. Sebenarnya transducer yang akan digunakan tidak perlu
diperkuat jika rangkaiannya bersatu dengan rangkaian ADC tapi karena rangkaian
transducer tidak bersatu dengan ADC tapi melewati kabel yang cukup panjang
maka kemungkinan akan terjadi pelemahan sinyal yang akan mengakibatkan
kesalahan dalam pembacaan. Proses ini disebut signal conditionning atau
pengkondisian sinyal.
Troubleshooting
Sebelum rangkaian yang sudah jadi kita hubungkan dengan komputer,
terlebih dahulu harus dilakukan troubleshooting (pengecekan
kesalahan/kerusakan). Troubleshooting ini dilakukan dengan cara memberikan
sinyal HIGH (5V)atau sinyal LOW (0V) pada bagian komponen masukan dan
memeriksa bagaimana keluaran yang dihasilkan. Jika keluaran yang dihasilkan
sesuai dengan yang diinginkan maka dikatakan alat bekerja dengan baik. Tetapi
jika keluaran yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang kita inginkan, maka
terdapat beberapa kemungkinan kesalahan :
- ada sambungan yang tidak benar karena kesalahan pada tahap penyambungan
atau penyolderan.
- Terdapat kesalahan dalam pemasangan komponen baik karena terbalik
memasang atau salah memasang komponen.
- Ada komponen yang rusak/aus.
- Kemungkinan lain yang tidak terprediksi.
Untuk mengetahui kesalahan mana yang dialami maka perlu dilakukan
penelusuran tegangan pada komponen-komponen yang memiliki kemungkinan
terbesar mengalami kerusakan. Setelah kesalahan ditemukan maka harus
PKMT-1-6-10
Algoritma :
- kirim bit penguji DAC melalui port data (378 h);
- bandingkan data penguji dengan sinyal masukan;
- jika bit penguji > sinyal masukan, maka tahan bit penguji;
- sebaliknya jika bit penguji < sinyal masukan, nol-kan bit penguji;
- ulangi proses di atas sampai bit terakhir (bit 0) untuk diuji.
Dan perangkat lunak aplikasi juga berfungsi untuk melakukan manipulasi
terhadap data yang diperoleh dan memanipulasi tampilan data yang kita peroleh
ke dalam layar monitor.
Listing program lengkap dari program aplikasi dan pengendali dapat dilihat
pada bagian. Sebagai tambahan, software ini dibuat dengan bahasa pemrograman
Delphi versi 5 sedangkan driver-nya dibuat dalam fail yang berekstensi dll
(dynamic link library) dengan tujuan agar bahasa pemrograman yang lain selain
Delphi dapat menggunakan fungsi-fungsi dan prosedur yang ada di dalamnya.
Kalibrasi
Karena data yang diperoleh dari driver berupa angka biner sebesar satu byte
untuk satu data maka harus dilakukan konversi menjadi tegangan terlebih dahulu
kemudian dikonversi lagi menjadi besaran yang sesuai dengan besaran yang kita
ukur.
Agar data yang kita peroleh benar dalam arti sesuai dengan data yang
sebenarnya maka sebelum dilakukan pengukuran terlebih dahulu harus dilakukan
kalibrasi. Kalibrasi ini dilakukan secara hardware dan software.
Yang dimaksud dengan kalibrasi secara hardware adalah menentukan berapa
tegangan referensi yang diberikan kepada IC DAC 0808 kemudian dilakukan
kalibrasi secara software yaitu dengan melakukan perhitungan berapa tegangan
yang dihasilkan dengan rumus :
PKMT-1-6-11
Keterangan :
Vout adalah tegangan yang dihasilkan;
Vreff adalah tegangan referensi yang diberikan pada IC DAC 0808;
Byte_hasil adalah data byte yang dihasilkan.
Selanjutnya adalah mengkonversi besaran tengangan menjadi besaran yang ingin
diukur misalnya suhu, intensitas dan lain-lain. Untuk langkah terakhir ini
kalibrasinya bergantung pada besaran yang akan diukur.
KESIMPULAN
1. Rangkaian DAC untuk ADC dengan menggunakan terminal printer ini dapat
digunakan untuk membaca sinyal analog apa saja asalkan dalam bentuk
tegangan.
2. Alat ini hanya bisa digunakan dalam rentang tegangan 0V 5V DC.
Saran
Jika hendak digunakan untuk membaca sinyal yang berubah-ubah dengan
cepat/fluktuatif, sebaiknya sebelum masuk ke sistem ADC dipasang rangkaian
sample and hold.
DAFTAR PUSTAKA
Cooper, William. 1991. Instrumentasi Elektronika dan Teknik Pengukuran, Edisi
kedua hal. 429-431. Jakarta : Erlangga.
Eka Putro, Afgianto. 2002. Teknik Antarmuka Komputer : Konsep dan Aplikasi,
hal. 113-154. Jakarta : Graha Ilmu.
Martina, Inge. 2001. 36 Jam Belajar Komputer : Delphi 5.0. Jakarta : Elex Media
Komputindo.
Paul Malvino, Albert. 1991. Elektronika Komputer Digital, Edisi Kedua, hal. 334-
353. Jakarta : Erlangga.
Rizkiawan, Rizal. 1996. Tutorial Perancangan Hardware 1 dan 2. Jakarta : Elex
Media Komputindo.
Simanjuntak, Hendri. 2001. Dasar-Dasar Mikroprosesor. Yogyakarta : Kanisius.
Sutrisno. 1986. Elektronika II: Teori dan Penerapannya. Bandung : ITB.
Wisman R, Forinesh. 1989. Discount Interfacing with the IBM Paralel Printer
Port, vol. 57, hal. 561-562. American Journals of Physics.
Wisman R, Forinesh. 1992. Experimental Data Frequency Measurement with a
PC, vol. 60, hal. 570-573. American Journals of Physics.
PKMT-1-7-1
ABSTRAK
Sistem keamanan ruangan dengan tingkat keamanan tinggi memerlukan
keandalan dan ketelitian tinggi. Sistem keamanan yang sudah ada masih memiliki
kelemahan yang masih memberi peluang bahaya. Gambaran di atas memun-
culkan kebutuhan sebuah sistem pengawasan sepanjang waktu (real time) yang
dapat mendeteksi keadaan bahaya dari obyek yang diawasi dan mampu
melakukan tindakan penga-manan secara otomatis dengan menyalakan alarm,
memanggil pihak berwenang dan merekam gambar penjahat ketika kejahatan
berlang-sung sebagai barang bukti.
Konsep pendeteksian obyek menggunakan metode pengurangan antara latar
belakang (background) dan latar depan (foreground). Komponen citra yang
dibandingkan adalah intensitas piksel pada titik-titik yang sama dari dua buah
citra yang diambil pada waktu yang berbeda. Hasil perbandingan akan
dibandingkan dengan nilai ambang untuk menentukan apakah dua buah citra
berbeda atau tidak. Jika berbeda maka dapat diasumsikan obyeknya juga berbeda
(berubah). Perbedaan yang diketahui akan dijadikan tolok ukur untuk melakukan
pengamanan berupa pengaktifan alarm, pengiriman laporan singkat lewas SMS,
pemanggilan nomer HP, dan perekaman gambar obyek selama terjadi
perubahan. Sistem akan mengaktifkan pelayanan berupa pemutaran musik,
menghidupkan lampu ketika mengenali nomer HP yang masuk ke sistem.
Dari hasil data yang diperoleh setelah dianalisis secara deskriptif, sistem
menggunakan webcam Logitec QuickCam Messenger 320 x 240 piksel mampu
mendeteksi perubahan pada jarak jangkauan 4,2 meter dengan sudut 450.
Sistem dapat digunakan untuk mengawasi dan mengamankan obyek secara waktu
nyata (real time). Sistem dapat melakukan tindakan pengawasan dan
pengamanan sesuai yang dirancang sebelumnya. Sistem mampu merekam obyek
yang bergerak pada area pengawasan.
PENDAHULUAN
Rumah atau ruangan yang ditinggal pemiliknya ketika malam tiba
membutuhkan pengawas yang dapat mengawasi keadaan setiap saat dan dapat
melakukan tindakan pengamanan ketika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan
(bahaya). Sejauh ini manusia yang dilengkapi sistem pengawas dengan sejumlah
CCTV (Closed Circuit Television) dan sistem pendeteksi gerakan Pasive Infra
Red (PIR) menjadi teknologi yang diunggulkan. Sistem demikian sejauh ini masih
PKMT-1-7-2
memiliki kelemahan yang dapat memungkinkan sistem menjadi sebuah sistem tak
berguna ketika terjadi suatu bahaya.
Gambaran di atas memunculkan kebutuhan sebuah sistem pengawasan
sepanjang waktu (real time) yang dapat mendeteksi keadaan bahaya dari obyek
yang diawasi dan mampu melakukan tindakan pengamanan secara otomatis
dengan menyalakan alarm, memanggil pihak berwenang dan merekam gambar
penjahat ketika kejahatan berlangsung sebagai barang bukti.
Penelitian ini diharapkan dapat mewujudkan sebuah sistem pengaman yang
mampu mengawasi sepanjang waktu dan secara otomatis mampu menganalisis
keadaan termasuk bahaya atau tidak dan mampu melakukan tindakan pengamanan
sesuai dengan pengaturan yang ditentukan sebelumnya. Manfaat lain adalah dapat
menjadi salah satu referensi dari disiplin ilmu pengolahan citra.
METODE PENELITIAN
Citra Digital
Sebuah citra digital A(m,n) dideskripsikan dalam sebuah bidang 2D analog
yang diperoleh dari sebuah citra analog A(x,y) pada sebuah bidang 2D kontinyu
dari proses pencuplikan setiap periode yang telah didigitalisasi. Citra kontinyu 2D
A(x,y) dibagi menjadi N baris dan M kolom, dimana pada titik potong keduanya
disebut sebagai piksel.
Kolom
Baris
Nilai =
A(x,y)
Video Digital
Video digital pada dasarnya tersusun atas serangkaian frame. Rangkaian
frame tersebut ditampilkan pada layar dengan kecepatan tertentu, bergantung pada
laju frame yang diberikan. Jika laju frame cukup tinggi, mata manusia tidak dapat
menangkap gambar per frame, melainkan menangkapnya sebagai rangkaian yang
kontinyu.
Representasi Citra
Pada video digital, umumnya data video dipisahkan menjadi kom-ponen-
komponen, baik komponen warna maupun komponen kecerahan. Penyajian
semacam ini disebut komponen video. Pada komponen video, tiap komponen
dipisahkan dengan cara tertentu. Beberapa cara pemisahan komponen tersebut
adalah RGB, YUV dan YIQ (14).
RGB
Data video dapat dipisahkan menjadi komponen-komponen untuk masing-
masing warna, yaitu merah (red), hijau (green) dan biru (blue). Warna tiap piksel
ditentukan oleh kombinasi intensitas dari masing-masing komponen warna.
Sebagai contoh, pada RGB 24 bit, masing-masing komponen warna dinyatakan
PKMT-1-7-4
dalam 8 bit atau 256 level. Warna biru langit, direpresentasikan dengan R=181,
G=189, B=249.
YUV
Pemisahan komponen tidak hanya dilakukan dengan pemisahan warna
namun dapat juga dilakukan dengan memisahkan menurut kom-ponen kecerahan
(illuminate) dan komponen warna (crominance). Pada format PAL, sinyal
kecerahan dinya-takan dengan Y, sedangkan dua sinyal warna dinyatakan dengan
U dan V. Masing-masing komponen tersebut diperoleh dengan mentrans-
formasikan RGB dengan rumus:
Y = 0,299 R + 0,587 G + 0,114 B
U = (B Y) x 0,493
V = (R Y) x 0,877 ................................................................................ (3)
YIQ
Pemisahan sinyal video menjadi komponen kecerahan dan komponen warna
dapat dilakukan juga sesuai dengan format NTSC, komponen kecerahan
dinyatakan dengan Y, dan dua komponen warna dinyatakan dengan I dan Q.
Masing-masing komponen tersebut diperoleh dengan mentransformasikan RGB
dengan rumus:
Y = 0,299R+0,587G+0,114B
I = 0,596R0,275G0,321B
Q = 0,212R0,523G0,311B ................................................................... (4)
Metode Penelitian
Metode penulisan yang digu-nakan metode kepustakaan dan percobaan
laboratorium. Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari materi yang
mendukung dan sesuai dengan yang dibahas, disamping sebagai bahan
perbandingan landasan teori dari software yang dibuat, se-dangkan percobaan
dilaboratorium dilakukan untuk menguji cara kerja sebenarnya dari sistem dan
kemungkinan perbaikan dan perubahan materi.
Desain Eksperimen
Dalam metode eksperimen, pola yang digunakan merupakan pola atau
desain eksperimen the one shot case study (10). Eksperimen the one shot case
study merupakan penelitian model sekali tembak, yaitu perlakuan yang dilakukan
pada suatu kelompok unit percobaan tertentu, dan kemu-dian diadakan analisis.
Desain the one shot case study memiliki pola XO, dengan X adalah perlakuan
atau treatment dan O adalah post test.
X O
Unit eksperimen yang diubah-ubah lingkungan Pengujian hasil berdasarkan perencanaan
objeknya dan pembuatan alat.
dengan berbagai cara memasuki daerah pengawasan dan berbagai posisi objek,
sehingga didapatkan tingkat kepekaan sistem untuk merespon objek asing yang
memasuki daerah pengawasan.
Analisis Data
Data yang didapat akan dibandingkan dengan pengawasan visual yang
menggunakan metode pendeteksian gerak dengan pengawasan yang dilakukan
secara manual, perlu dilakukan analisis data. Pada penelitian ini untuk mengetahui
keandalan dari sistem pengawasan apakah mampu bekerja baik, maka digunakan
analisis data deskritif yaitu dengan melakukan interpretasi dari hasil data yang
didapatkan dengan perencanaan awal. Apabila terjadi penyimpangan maka
dilakukan identifikasi dari penyimpangan tersebut.
5,00 Keadaan 1
0,9
4,00 0,8
% perubahan pikse
0,7
Nilai Ambang
3,00 0,6
0,5
2,00 0,4
0,3
1,00 0,2
0,1
0,00 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Waktu (t)
Grafik di atas adalah hasil rekaman perubahan ketika sistem diuji coba mengawasi
sebuah ruangan dengan luas 5 x 7 meter. Kamera yang digunakan adalah Logitech
QuickCam Messenger 320 x 240 piksel.
Gambar-gambar tersebut di atas adalah hasil rekaman ketika sistem diuji coba
untuk mengawasi dan mengamankan sebuah area. Rekaman gambar tersebut
diambil ketika terjadi gerakan.
Jangkauan Webcam
Pembahasan
Rekaman gambar yang terdapat pada gambar 5 adalah hasil pengambilan
menggunakan kamera webcam Logitech QuickCam Messenger 320 x 240 piksel.
Gambar diambil pada jarak 7,5 meter dapat memantau pada jarak terjauh daerah
selebar 4,2 meter.
Kecepatan pengambilan gambar dan analisis keadaan yang dapat dilakukan
oleh sistem untuk menentukan keadaan dan mengamankan obyek dapat dihitung
sebagai berikut:
Kecepatan pengambilan gambar: 30 frame/detik
1
Analisis per frame = detik/frame
30
= 33,33 milidetik/frame
kecepatan pengiriman laporan pesan singkat Nokia 5110 = 3 7 detik
pengaktifan alarm dan peralatan lain < 1detik
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa untuk mengambil gambar,
menganalisis keadaan dan melaporkan keadaan ketika terjadi bahaya dapat
dilakukan oleh sistem paling cepat:
Waktu = (pengambilan frame + analisis) + pengiriman laporan + pengaktifan
alarm
= 33,33 milidetik + 3 detik + 1 detik
= 4 detik 33,33 milidetik
Dari hasil rekaman ketika pengujian sistem diketahui bahwa dalam satu
detik sistem mampu merekam gambar sebanyak 13 frame/detik.
Hasil sampling tiap detik rekaman perubahan piksel dan prosentase
perubahan piksel yang memperlihatkan terjadinya bahaya dapat dilihat gambar 3.
Data menunjukkan sistem akan menghitung secara periodik perubahan piksel dari
citra yang diambil kamera. Hasil perhitungan perubahan piksel akan dibandingkan
dengan nilai ambang yang telah ditetapkan sebelumnya. Ketika presentase
perubahan piksel melebihi nilai ambang, sistem akan mengkategorikan keadaan
bahaya. Sebaliknya jika presentase perubahan piksel kurang dari atau sama
dengan nilai ambang, maka keadaan dikategorikan aman. Lebih jelas dapat dilihat
pada contoh perhitungan dibawah ini:
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan, maka penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa: (1)Metode perbandingan dua buah citra dengan
membandingkan antara prosentase perbedaan piksel di antara keduanya dapat
digunakan untuk membedakan keadaan dan menentukan suatu obyek berbeda dari
sebelumnya. (2) Metode di atas dapat dimanfaatkan untuk menentukan suatu
ruangan berbeda dari sebelumnya atau tidak, sehingga dapat menentukan keadaan
bahaya atau tidak. Saran dari penelitian ini adalah: (1) Sistem mampu merespon
keadaan bahaya dengan menyalakan alarm, merekam gambar, dan mengirim
laporan pesan singkat dan menghubungi nomer pemilik ketika terjadi bahaya pada
area penga-wasan. (2) Sistem yang telah dibuat dapat dijadikan sebagai alternatif
pengawas dan pengaman ruangan otomatis menggantikan peran manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Arief Ramadhan. 2004. Seri Penuntun Praktis Microsoft Visual Basic 6.0. Jakarta:
Elex Media Komputindo.
Balza Achmad dan Kartika Firdausy. 2005. Teknik Pengolahan Citra Digital
Menggunakan Delphi. Yogyakarta: Ardhi Publishing.
Digital Image Definitions. Sumber: http://www.ph.tn.tudelft.nl/Courses/
FIP/frames/fip--2.html. tanggal download:12 Oktober 2005. jam: 9:19:54
WIB.
Dwi Budicahyanto. 2004. Membangun Aplikasi Handphone dengan MobileFBUS
dan Visual Basic. Yogyakarta:Andi.
Dwi Sutadi. 2003. I/O Bus dan Motherboard. Yogyakarta: Andi.
Interfacing to the IBM-PC Parallel Printer Port. Sumber:
http://www.doc.ic.ac.uk/~ih/doc/par/. Tanggal download: 01 September
2005, 10:56:44 WIB.
Parallel port Interfacing Tutorial. Sumber: http://www.logix4u.net/
parallelport1.htm. Tanggal download: 01 September 2005, 10:30:04 WIB.
Retna Prasetia dan Catur Edi Widodo. 2004. Teori dan Praktik Interfacing Port
Paralel dan Port Serial Komputer dengan Visual Basic 6.0. Yogyakarta:
Andi.
Ridwan Sanjaya. 2005. Membuat Menu Cantik untuk Aplikasi Visual Basic 6.0.
Yogyakarta: Andi.
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sumber: http://www.arcelect.com/rs232.htm. Tanggal: Kamis 31 Maret 2005. Jam
17:09:43 WIB.
PKMT-1-7-10
Sumber: www_elektronika_lt-_sys-storage-2004-05-06-nokia5110_gif.htm.
tanggal download: 16 Agustus 2005 Jam 15:23:00 WIB
Widodo Budiharto. 2004. Interfacing Komputer dan Mikrokontroler. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Yosi Yonata. 2002. Kompresi Video: Pemampatan Data Video untuk Aplikasi
Videophone dan Multimedia Over IP. Jakarta: Elex Media Komputindo.
PKMT-1-8-1
Agung Wahyono, Ali Maftuh, Rambat Santoso, Riana Eriska H, Galuh Ratnawati
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
ABSTRAK
Kata kunci:
PKMT-1-9-1
ABSTRAK
Kata kunci:
PKMT-1-10-1
ABSTRAK
Perhitungan harta waris saat ini dilakukan dengan manual dan hanya orang-
orang tertentu saja yaitu orang-orang yang benar-benar menguasai ilmu faraid
saja yang bisa melakukan perhitungannya. Dalam penerapan teknologi kali ini
ditawarkan sebuah perangkat lunak yang dapat mempermudah orang dalam
penghitungan harta waris, dalam software ini dilengkapi juga teori dari
pembagian harta waris menurut ajaran islam sehingga mempercepat orang
dalam menguasai ilmu faraid. Pembuatan software perhitungan harta waris ini
dengan macromedia flashmx 2004 . Software perhitungan harta waris ini dikemas
dalam bentuk CD dilengkapi dengan petunjuk penggunaannya sehingga
mempermudah bagi pengguna.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Faraidh adalah jamak faridlah yang diartikan oleh Ulama Faradliun
semakna dengan mafrudlah, yakni bagian yang telah dipastikan kadarnya.
Faraid dalam istilah mawarris dikhususkan untuk suatu bagian ahli waris yang
telah ditentukan besar kecilnya oleh syara.
Bagi setiap pribadi muslim adalah merupakan sebuah kewajiban baginya
untuk melaksanakan kaidah-kaidah hukum Islam yang telah mempunyai dalil
yang jelas (sharih). Begitupun tentang masalah Faraid, Al-Quran dan Al-Hadist
telah menerangkan dengan jelas mengenai kewajiban untuk melaksanakannya.
Adapun dasar-dasar hukum yang dapat ditemukan dalam Al-Quran Surat
AnNisa Ayat 13 14 yang artinya : Barangsiapa taat kepada Allah dan
Rasulnya, niscaya Allah akan memasukkan ke dalam surga yang mengalir di
dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah
kemenangan yang besar.Dan barangsiapa mrndurhakai Allah dan Rasulnya dan
melanggar ketentuannya, niscaya Allah memasukannya ke dalam neraka, sedang
ia kekal di dalamnya danbaginya siksa yang mengerikan
Masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur'an yang berkenaan dengan masalah
faraidl baik yang secara langsung membahas atau tidak. Seperti menyangkut
tanggung jawab orang tua dan anak ditemui dalam surat 2 ayat 233, menyangkut
harta pusaka dan pewarisnya dalam surat 4 ayat 33, surat 8 ayat 75, surat 33 ayat
6, menyangkut aturan pembagian harta warus surat 4 ayat 7 14, 34, dan ayat
176.
PKMT-1-10-2
METODE PENELITIAN
1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian dilakukan mulai April 2005 April 2006, studi literature
dilakukan di Perpustakaan Universitas Brawijaya dan Lembaga Tinggi Pesantren
PKMT-1-10-3
2 Tahapan Pelaksanaan
Tahap-tahap penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Studi literatur,
Dari studi literatur ini diperoleh dasar-dasar hukum dan penjelasan
mengenai Pembagian Harta Waris (Ilmu Faraid). Kemudian dibuat materi
praktis Ilmu Faraid. Materi tersebut dijadikan sebagai acuan untuk
pembuatan Program.
2. Perancangan Desain Program
Pembuatan desain program dilakukan dengan menggunakan Flash MX
mengacu pada tahapan pembagian harta waris.
Langkah-langkah dalam perancangan desain program yaitu:
a. Pembuatan desain awal beserta penentuan menu-menu yang akan
ditampilkan.
b. Pembuatan tampilan pengetahuan praktis tentang tata cara pembagian
harta waris dalam Islam
c. Pembuatan menu bantuan untuk memberikan petunjuk penggunaan
program.
3. Penulisan Action Script untuk Program Perhitungan Pembagian Harta Waris
Penulisan program dilakukan dengan menggunakan Flash MX mengacu
pada tahapan pembagian harta waris. Garis besar isi program adalah
pengetahuan tentang ilmu Faraid secara praktis serta menu khusus dimana
pengguna dapat melakukan perhitungan pembagian harta waris dengan
hanya memasukkan data jumlah peninggalan harta waris serta ahli waris
yang ada.
4. Sinkronisasi dengan Materi Ilmu Faraid
Sinkronisasi dilakukan dengan pemeriksaan kembali materi Ilmu faraid
yang telah dibuat serta pemeriksaan Action Script untuk menu perhitungan
yang disesuaikan dengan literatur Ilmu Faraidl. Kemudian dilanjutkan
dengan pengambilan studi kasus dari literatur yang sudah ada kemudian
diujikan pada program yang telah dibuat.
5. Mengkopi Program Jadi kedalam CD
Hasil akhir dari program ini selanjutnya dikopi kedalam bentuk CD agar
praktis.
3 Instrumen Pelaksanaan
Instrumen yang digunakan dalam penetian ini antara lain satu unit komputer
dengan didukung software macromedia flash mx 2004 sebagai software utama
dan software pembantu seperti Photoshop, flash disk untuk menyimpan data serta
CD untuk hasil akhir dari program Ilmu Faraid
waris menurut istilah fiqih adalah berpindahnya hak milik dari orang yang
meninggal kepada ahli waris yang masih hidup. Sedangkan harta waris adalah
sesuatu yang ditinggalkan oleh seseorang yang meninggal berupa harta benda
hak-haknya atau yang bukan bersifat kebendaan. Menurut istilah sebagain besar
ulama harta warisan disebut tirkah.
Sebelum harta warisan itu dibagikan kepada ahli warisnya ada beberapa hal
yang harus diselesaikan berkenaan dengan pewaris, yakni meliputi :
1. biaya perawatan jenazah
2. hutang pewaris
3. wasiat pewaris
4. hibah pewaris
Biaya perawatan jenazah, membayar hutang dan wasiat harus dipenuhi
terlabih dahulu. Kemudian harta pusaka dibagikan kepada ahli waris yang berhak.
Ahli waris yang memungkinkan untuk mendapatkan harta pusaka ada 25
orang, lima belas orang dari pihak laki-laki dan sepuluh orang dari pihak
perempuan.
a. Pihak laki-laki
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki pancar laki-laki
3. Ayah
4. Kakek
5. Saudara kandung
6. Saudara seayah
7. Saudara seibu
8. Anak laki-laki dari saudara kandung
9. Anak laki-laki dari saudara seayah
10. Saudara ayah (paman) kandung
11. Paman seayah
12. Anak laki-laki paman kandung
13. Anak laki-laki paman seayah
14. Suami
15. laki-laki yang memerdekakan mayat
b. Pihak perempuan
1. Anak perempuan
2. Cucu perempuan pancar laki-laki
3. Ibu
4. Ibu dari Ibu
5. Ibu dari Ayah
6. Saudari sekandung
7. Saudari seayah
8. Saudari seibu
9. isteri
10. Perempuan yang memerdekakan mayat
Setiap ahli waris akan menerima bagian masing-masing sesuai dengan
ketentuan. Beberapa ahli waris menerima bagian pokok, yaitu bagian-bagian yang
telah ditentukan (furudlul muqaddarah) dan beberapa menerima sisa pembagian
setelah ahli waris yang menerima bagian poko memperoleh bagiannya. Bagian-
bagian yang telah ditentukam tersebut adalah 2/3 , 1/3 ,1/6 ,1/2 ,1/4 ,dan 1/8.
PKMT-1-10-5
Pembagian harta pusaka untuk masing-masing ahli waris dan hijab serta
mahjubnya adalah sebagai berikut :
1. Suami
a. Memperoleh bagian dari tirkah, jika isteri tidak meninggalkan anak /
cucu.
b. Mendapat bagian dari tirkah, jika suami meninggalkan anak / cucu.
c. Isteri tidak menghijab ataupun terhijab semua ahli waris.
2. Isteri
a. Mendapat bagian dari tirkah, jika suami tidak meninggalkan anak /
cucu.
b. Mendapat 1/8 bagian dari tirkah, jika suami meninggalkan anak / cucu.
c. Isteri tidak menghijab atau terhijab ahli waris manapun
3. Anak perempuan.
a. Jika tidak ada anak laki-laki,
1. mendapat bagian dari tirkah, jika sendiri,
2. mendapat 2/3 bagian dari tirkah, jika lebih dari dua
b. Jika ada anak laki-laki, maka seorang anak perempuan memperoleh
setengah bagian dari bagian seorang anak laki-laki.
c. Anak perempuan tidak terhijab oleh ahli waris manapun
d. Anak perempuan menghijab nuqsan ibu, suami dan isteri dan menghijab
hirman saudara dan saudari seibu dan cucu perempuan pancar laki-laki
(kecuali jika ada muaashibnya (cucu laki-laki pancar laki-laki) sebagai
ahli waris yang menjadikannya ashabah bil ghair)
4. Anak laki-laki
a. Jika sendiri dan tidak ada ahli waris lain maka mewarisi senua harta
pusaka.
b. Jika ada ahli waris lain, maka memperoleh sisa (menjadi ashabah).
c. Jika ada perempuan dan ahli waris lain, maka anak laki-laki dan anak
perempuan memperoleh sisa dengan ketentuan bagian seorang anak laki-
laki dua kali bagian seorang anak perempuan.
d. Anak laki-laki tidak terhijab oleh siapapun.
e. Anak laki-laki menghijab hirman semua ahli waris selain anak
perempuan, ibu,ayah, suami dan isteri yang terhijab nuqsan
5. Cucu perempuan pancar laki-laki
a. Jika tidak ada cucu laki-laki,
1. jika tidak ada anak perempuan,
i) memperoleh bagian dari tirkah, jika sendiri,
ii) memperoleh 2/3 bagian dari tirkah, jika lebih dari dua.
2. jika ada seorang anak perempuan, maka memperoleh 1/6 bagian dari
tirkah.
b. Jika bersama dengan cucu laki-laki, maka menjadi ashabah dengan
ketentuan bagian seorang cucu perempuan setengah dari bagian seorang
cucu laki-laki .
c. Cucu perempuan terhijab oleh :
1. dua orang cucu perempuan selama tidak bersama muashibnya,
2. dua orang cucu perempuan yang lebih tinggi derajatnya,
3. faru waris laki-laki yang lebih tinggi derajatnya.
d. Cucu perempuan dapat menghijab saudara dan saudari seibu si mati.
PKMT-1-10-6
d. Kakek menghijab saudara dan saudari seibu dan semua ashabah selain
anak laki-laki, cucu laki-laki, ayah dan saudara-saudara baik kandung
maupun seayah.
11. Saudari sekandung
a. Jika tidak ada saudara kandung
1.jika tidak ada anak perempuan atau cucu perempuan
i) memperoleh bagian dari tirkah, jika tunggal,
ii) memperoleh 2/3 bagian, jika lebih dari dua,
2.jika ada anak perempuan atau cucu perempuan, maka menjadi ashabah
maal ghair.
b. Jika ada saudara kandung, maka menjadi ashabah bil ghair.
c. saudari perempuan terhijab oleh anak laki-laki, cucu laki-laki dan ayah
d. Saudari kandung dapat menghijab,
1. jika lebih dari dua dapat menghijab saudari seayah selama tidak ada
saudara seayah yang menjadi muashibnya
2. anak laki-laki saudara kandung
3. anak laki-laki saudara seayah
4. paman kandung
5. paman seayah
6. anak paman kandung
7. anak paman seayah
12. saudari seayah
a. jika tidak ada saudara seayah
1.jika tidak ada saudari sekandung
i) memperoleh dari bagian tirkah, jika sendiri
ii) memperoleh 2/3 bagian dari tirkah, jika lebih dari dua
2.jika ada seorang saudari kandung, maka memperoleh 1/6 bagian dari
tirkah
3.jika ada anak perempuan atau cucu perempuan, maka menjadi ashabah
maal ghair.
b. Jika ada saudara seayah, maka bersama saudara seayah menjadi ashsbah.
c. Saudari seayah terhijab oleh :
1. anak laki-laki
2. cucu laki-laki
3. ayah
4. saudara kandung
5. saudari kandung, yang menjadi ashabah maal ghair
6. dua saudari kandung, selama tidak bersama saudari seayah yang
menjadi muashibnya
d. Saudari seayah dapat menghijah,
1. anak laki-laki saudara kandung
2. anak laki-laki saudara seayah
3. paman kandung
4. paman seayah
5. anak paman kandung
6. anak paman seayah
13. saudara dan saudari seibu
PKMT-1-10-8
a. Memperoleh 1/6 bagian dari tirkah jika tunggal, baik laki-laki maupun
perempuan dan 1/3 jika lebih dari dua (jika tidak terkalalah / tidak ada
anak maupun leluhur).
b. Jika ada saudara kandung dan bagian telah habis, maka bagian saudara
dan saudari seibu dibagi dengan saudara kandung.
c. Saudara dan saudari seibu terhijab oleh anak, cucu, ayah dan kakek.
d. Saudara dan saudari seibu tidak menghijab ahli waris manapun
14. Saudara kandung
a. Jika ada kakek, maka bagian seperti yang ada pada bagian kakek
b. jika tidak ada ahli waris lain, maka menjadi ashabah.
c. ika ada saudari kandung, maka bersama saudari kandung menjadi
ashabah,
d. ika ada saudara dan saudari seibu dan tidak ada sisa, maka
menggabungkan diri dengan saudara/saudari seibu untuk memperoleh 1/3
bagian.
e. Saudara kandung terhijab oleh, anak laki-laki, cucu laki-laki dan ayah.
f. Saudara Kandung menghijab,
1. saudara dan saudari seayah
2. anak laki-laki saudara kandung
3. anak laki-laki saudara seayah
4. paman kandung
5. paman seayah
6. anak paman kandung
7. anak paman seayah
15. Saudara seayah
a. Cara pusaka saudara seayah ialah dengan ushubah, sebagaimana cara
pusaka saudara kandung. Tetapi jika tidak ada sisa pembagian harta
pusaka, saudara seayah tidak dapat menggabungkan diri kepada saudara
seibu dalam mendapatkan 1/3 bagian, karena tidak mempunyai garis yang
sama dalam mempertemukan nashabnya kepada ibu.
b. Saudara seayah terhijab oleh, anak laki-laki, cucu laki-laki dan ayah serta
saudara kandung.
c. Saudara seayah menghijab,
1. anak laki-laki saudara kandung
2. anak laki-laki saudara seayah
3. paman kandung
4. paman seayah
5. anak paman kandung
6. anak paman seayah
16. Anak laki-laki saudara kandung atau seayah, paman-paman dan anak-anak
laki-laki paman
Mereka tergolong ahli waris ashabah yang utama setelah anak laki-laki,
cucu laki-laki pancar laki-laki betapa jauh menurunnya, ayah, kakek betapa tinggi
mendakinya, saudara-saudara kandung maupun seayah. Bila mereka berkumpul
dalam jihat yang sama, maka yang harus didahulukan ialah mereka yang
hubungan kekerabatannya lebih dekat dengan simati.
Bagian-bagian tersebut diatas merupakan ketentuan al-Quran, Hadits dan
Qiyas serta Ijma. Terdapat beberapa perbedaan pendapat diantara ulama
PKMT-1-10-9
mengenai bagian-bagian beberapa ahli waris, diantaranya bagian ibu, kakek dan
saudara-saudara. Tetapi pada bahasan ini hanya satu pendapat yang dipakai,
misalnya pada perbedaan mengenai bagian ibu, jika ahli waris terdiri dari ayah,
ibu dan suami atau isteri, maka pendapat mengenai bagian ibu yang dipakai
adalah ibu memperoleh 1/3 sisa pembagian
Pembahasan Software
Pada software Ilmu faraid ini, ada beberapa program pendukung yang
digunakan dalam proses pembuatannya. Program pendukung tersebut digunakan
untuk membuat tampilan dari program ini lebih menarik. Program-program
pendukung yang digunakan antara lain : Adobe Photoshop, 7.0 Corel Draw 11,
Microsoft Paint.
Software ilmu faraid ini terdiri dari beberapa file, yaitu :
1. Software Faraid.exe file ini merupakan file utama yang berfungsi file-
file yang lain.
2. ahli_waris.swf file ini berisi tentang ahli waris yang berhak mendapat
warisan.
3. ashabul-furud. swf file ini berisi tentang aturan dalam pembagian harta
waris.
4. Ashobah.swf file ini berisi penjelasan tentang Ashobah.
5. Dalil.swf file ini berisi tentang dalil-dalil yang menjadi landasan
pembagian harta waris.
6. Diagram.swf file ini berisi diagram praktis ahli waris.
7. Hijab.swf file ini berisi tentang materi hijab
8. Bantuan.swf file ini berisi menu petunjuk pengoperasian program.
Berisi tentang tata cara perhitungan ahli waris. Dalam menu ini kita harus
melengkapi data-data yang dibutuhkan dalam proses perhitungan yaitu : Nama
almarhum, No KTP, jenis kelamin, jumlah harta, jumlah wasiat, jumlah hutang,
serta para ahli waris baik pihak laki-laki maupun pihak perempuan.
8. Bantuan
Dalam menu ini berisi tentang petunjuk penggunaan software ilmu faraidl.
KESIMPULAN
Dari perencanaan, pembuatan, dan hasil pengujian software tata cara
pembagian harta waris ini dapat disimpulkan :
1. Dengan menggunakan program Ilmu Faraid ini perhitungan pembagian harta
waris dapat dilakukan dengan cepat dan mudah.
2. Software ini dapat digunakan untuk belajar ilmu faraid dengan praktis
DAFTAR PUSTAKA
Chandra. 2004. 7 Jam Belajar Flash Mx 2004 untuk Orang Awam. Palembang:
Maxikom.
Hamzah, Amir; Rachmad Budiono dan Sri Indah Sruhartati.1996. Hukum
Kewarisan Dalam Kompilasi Hukum Islam. Malang: Penerbit IKIP Malang
Jhonsen.2004. Buku Latihan Membuat Berbagai Efek dengan Flash MX . Jakarta:
Elex Media Komputindo.
Muhammad Ali As-Shabuni.1988. Hukum Waris dalam Syariat Islam. Bandung:
Diponegoro.
Suhrawardi K.Lubis dan Komis Simanjuntak.2001. Hukum Waris Islam. Jakarta:
Sinar Grafika.
Syarif, Arif Maulana.2003.Bedah Action Script : Menguasai Penulisan Skrip
Macromedia Flash MX. Jakarta : Elex Media Komputindo.
PKMT-1-11-1
ABSTRAK
Tingkat kecelakaan lalu lintas yang terjadi saat ini sangat tinggi terutama di
kota-kota besar. Hal ini disebabkan semakin meningkatnya jumlah pengguna
jalan, terutama pengendara sepeda motor. Kebut-kebutan, selain memperbesar
resiko kecelakaan juga mempercepat kerusakan mesin sepeda motor. Pembatas
Laju Sepeda Motor berfungsi untuk mengendalikan laju kendaraan agar tidak
pernah melebihi batas yang telah ditentukan. Alat ini bertumpu pada sensor
kecepatan yang diletakkan di dekat gear bagian depan. Relay pada rangkaian
utama berfungsi mematikan sistem pengapian di bawah kendali SCR dan sensor
kecepatan. Dalam pengujian, mesin mati selama + 2 detik saat melaju melebihi
40 km/jam, dan hidup kembali bila melaju dibawah 40 km/jam, tanpa harus
distart ulang. Pada alat ini ditambahkan juga rangkaian yang berfungsi sebagai
kunci rahasia. Sebelum menekan tombol rahasia, sistem pengapian tidak akan
berfungsi. Meski demikian alat ini tidak merusak sistem kelistrikan sepeda motor
dan dapat di-off-kan (dinon-aktifkan) sehingga sepeda motor dapat berfungsi
seperti sedia kala.
Kata Kunci: Relay, SCR, sensor kecepatan
PENDAHULUAN
Saat ini tingkat kecelakaan lalu lintas sangat tinggi, yang disebabkan
semakin meningkatnya jumlah pengguna jalan, terutama sepeda motor. Perilaku
pengguna jalan yang kurang tertib pun semakin menambah banyak jumlah
kecelakaan. Salah satu dari perilaku tersebut adalah aksi kebut-kebutan yang dapat
memperbesar resiko kecelakaan dan mempercepat kerusakan kendaraan. Ini
sering dilakukan oleh remaja. Oleh karena itu alangkah baiknya jika pada sepeda
motor ditambahkan alat yang mampu membatasi laju kendaraan untuk
memperkecil resiko tersebut di atas.
Dengan latar belakang tersebut, diperlukan pembuatan seperangkat alat yang
mampu mendeteksi kecepatan kendaraan dan menurunkan laju sepeda motor pada
saat kecepatan yang terdeteksi telah mencapai batas maksimal tertentu yang telah
ditentukan.
Perangkat yang dibuat harus mampu menghentikan kinerja mesin sepeda
motor saat kecepatannya mencapai batas maksimal yang ditentukan, dan
menghidupkannya kembali tanpa harus men-start ulang saat kecepatan sepeda
motor di bawah batas. Penambahan rangkaian yang berfungsi sebagai kunci
rahasia juga perlu ditambahkan, untuk mengantisipasi tindak pencurian kendaraan
bermotor yang kerap kali terjadi. Meski demikian, diharapkan alat ini memiliki
nilai jual dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat.
Karena alat ini berfungsi membatasi laju sepeda motor, maka diharapkan
ada beberapa manfaat yang diberikan dari penggunaan alat tersebut antara lain:
1. mengurangi tingkat kecelakaan di jalan raya akibat mengebut.
PKMT-1-11-2
METODE PENELITIAN
A. Tinjauan Pustaka
Mesin sepeda motor dapat bekerja dengan baik bila sistem bahan bakar dan
pengapiannya bekerja dengan baik. Secara normal fungsi mesin dapat dimatikan
dengan mematikan sistem pengapiannya.
Kumparan dapat berfungsi sebagai sumber tegangan bila terjadi perubahan
medan magnet di dalamnya. Besarnya potensial listrik yang dihasilkan bergantung
pada jumlah lilitan, kuat medan magnet, dan kecepatan perubahan medan magnet.
= N.B.l.v
di mana:
= tegangan
N = jumlah lilitan
B = kuat medan magnet
L = panjang kumparan
V = kecepatan magnet terhadap kumparan
Dengan adanya variabel kecepatan dalam perumusan di atas, maka secara teori
kumparan yang dikombinasikan dengan magnet dapat berfungsi sebagai detektor
kecepatan.
SCR merupakan piranti semikonduktor yang berfungsi sebagai penyearah
arus (dari anoda ke katoda) hanya bila ada arus yang melalui gate menuju katoda.
Sifat inilah yang memungkinkan penggunaan piranti ini untuk mengendalikan
relay sehingga dapat berfungsi sebagai saklar otomatis.
anoda
gate
katoda
Sensor kecepatan, terbuat dari kumparan yang berinti besi yang dilekatkan
pada magnet permanen, kemudian dibalut dengan plastik sebagai kemasan dan
untuk melindunginya dari kotoran
C. Gambar Rangkaian
Catu daya
Sistem
DC 12 V
pengapian
Relay
Switch double
starter
sensor
Relay
D. Cara Kerja:
1. Sensor:
Sensor diletakkan pada penutup gear depan, ketika sepeda berjalan
gigi akan berputar sehingga menimbulkan perubahan medan magnet, dan
sensor menghasilkan tegangan. Makin cepat perputaran gir tegangan yang
dihasilkan makin besar. Tegangan ini akan memicu rangkaian utama
untuk berkerja.
2. Rangkaian Utama
Terdiri dari dua bagian yang memiliki fungsi berbeda. Bagian
pertama berfungsi untuk menjaga sistem pengapian sepeda motor tetap
mati meskipun kontak telah dinyalakan (kondisi sepeda semula mati).
Pada keadaan ini semua sistem kelistrikan sepeda motor bekerja normal
kecuali pengapian dan double starter. Seluruh sistem akan bekerja normal
ketika switch ditekan untuk beberapa saat. Sensitifitas switch dapat diatur
sesuai keinginan.
Rangkaian yang ke dua berfungsi mematikan sistem pengapian
sepeda motor (mengakibatkan mesin mati) saat kecepatannya mencapai
batas tertentu, sebab rangkaian ini dikendalikan oleh sensor. Sistem
pengapian akan bekerja kembali ketika kecepatan sepeda di bawah batas
maksimal yang dapat disesuaikan. Mesin kendaraan akan hidup dengan
sendirinya tanpa harus distart ulang. Rangkaian ini akan tidak bekerja bila
saklar untuk sensor di off kan.
Gambar 10. Pemasangan micro switch yang berfungsi sebagai kunci rahasia.
PKMT-1-11-7
KESIMPULAN
Dalam uji coba, alat ini tidak mempengaruhi sistem sistem kelistrikan
sepeda motor. Tenaga mesin tidak berkurang selama laju sepeda motor di bawah
batas maksimal. Kunci rahasia, sangat berguna untuk mencegah pencurian. Lama
penekanan microswitch dapat diatur. Microswitch juga dapat digantikan dengan
saklar sentuh yang hanya berupa plat logam yang tipis.
Diperlukan penggunaan magnet yang berukuran kecil namun memiliki
medan yang kuat, serta kumparan yang sekecil mungkin, namun mampu
menghasilkan tegangan yang cukup besar, mengingat kedua komponen tersebut
merupakan penyusun sensor kecepatan yang diletakkan di ruang yang luasnya
terbatas (bergantung jenis sepeda motor).
Rangkaian elektronik yang digunakan sepenuhnya analog, sehingga untuk
mengeset batas kecepatan harus dilakukan secara manual (memutar trimpot).
Pengembangan lebih lanjut, masih memungkinkan agar alat dapat bekerja secara
digital, sehingga lebih menarik dan mudah dioperasikan, namun dengan
konsekwensi harga komponen yang lebih mahal.
Bentuk kemasan kurang menarik sebab peralatan pembuatan alat yang
digunakan terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
Sutrisno. 1987. Elektronika 1 Teori dan Penerapannya. Bandung: ITB
Foster, Bob. 1997. Fisika SMU kelas 3. Jakarta: Erlangga
http//www. Motorplus-online.com
http//www.Platina, members. Fortunecity.com
http//www.SCRAmericanmicrosemi.com
http//www.SCR.tpub.com.
PKMT-1-12-1
ABSTRAK
Kacang Bogor (kacang kapri) merupakan salah satu komoditi utama petani di
daerah kabupaten Gresik Jawa Timur. Permasalahan yang melatarbelakangi
pembuatan mesin pengupas kacang bogor ini adalah melimpahnya hasil panen
kacang bogor di beberapa daerah seperti Kabupaten Gresik, tetapi proses
pengolahannya masih menggunakan proses manual pada proses pengupasannya.
Sulitnya proses pengupasan ini menyebabkan banyak petani yang kurang
diuntungkan karena harga jual kacang bogor mentah yang sangat murah. Kacang
bogor siap konsumsi dalam bentuk kemasan sudah menjadi produk komersial
yang dijual di tokotoko makanan. Berdasarkan hasil observasi, pada umumnya
petani kacang bogor langsung menjual hasil panennya dalam bentuk mentah ke
para tengkulak, karena proses pengupasannya yang cukup sulit dan memerlukan
waktu yang cukup lama (manual). Tujuan utama pembuatan mesin pengupas
kacang bogor (kacang kapri) ini adalah untuk memberikan solusi tentang
permasalahan yang timbul dalam proses penanganan kacang bogor selama ini
dan untuk meningkatkan hasil produksi pasca panen. Pengupasan manual yang
biasa dilakukan oleh petani kacang bogor adalah 0,5 kg/jam tiap orang dengan
biaya pegupasan sebesar Rp. 750,00/kg. Sebelum membuat alat yang pertama
dilakukan adalah mengadakan observasi lapangan selanjutnya yaitu studi
literatur agar pembuatan mesin pengupas kacang benarbenar tepat guna.
Langkah selanjutnnya adalah desain konstruksi, persiapan bahan dan pembuatan
alat. Setelah perakitan selesai maka diadakan uji coba alat analisa dan
penyempurnaan. Adanya mesin pengupas ini maka dapat diperoleh kapasitas
pengupasan sebesar 7 kg/jam. Mesin pengupas ini dapat meningkatkan hasil
produksi hingga lebih dari 5 kali lipat. Mesin pengupas kulit luar kacang bogor
ini merupakan alat pertama yang dibuat untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Mesin pengupas ini dapat meningkatkan hasil produksi pasca penen kacang
bogor, meningkatkan kesejahteraan petani dan dapat menghidupkan home
industry yang berkaitan dengan kacang bogor serta membantu pemerintah dalam
mengurangi tingkat pengangguran dengan adanya usahausaha tersebut
PENDAHULUAN
Indonesia sebagainegara agraris yang beriklim tropis mempunyaihasil
pertanianyang sangat melimpah, misalnya padi, kedelai, jagung, kopi,
sayursayuran, buahbuahan dan lainlain. Dengan danya dua musimyang saling
bergantian,yaitumusimhujan dan musim kemarausangatlah memungkinkan bagi
para petani untuk menanamberbagaijenis tanaman sesuai denganmusim yang
sedang terjadi. Tanaman kacangkacanganmempunyai perananyang sangat penting
PKMT-1-12-2
Luar Kacang Bogor (kacang Kapri) Guna Peningkatan Hasil Produksi Pasca
Panensebagaijudul dari ProgramKreatifitas Mahasiswa.
Berdasarkanlatar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan
sebagaiberikut : (a) Bagaimanakah penanganan kacang bogor pasca panen selama
ini? (b) Masalah apakah yang timbul pada waktu proses penanganan kacang bogor
selamaini? (c) Bagaimanakah konstruksimesin pengupas kulitluar kacang bogor
guna peningkatan hasil produksi pasca panen?
Berdasarkan rumusanmasalah di atas, tujuan programini adalah:
(a)Mengetahuipenanganan kacangbogorpascapanen selamaini;
(b)Mengetahui masalahyang timbul pada waktu proses penanganan kacang
bogor selama ini;
(c) Membuat rancang bangunmesin pengupas kulit luar kacang bogor guna
peningkatan produksi pasca panen.
Berdasarkanlatar belakang di atas danmasalahyang berkembang pada
petani khususnya petani kacang bogor, maka dapat didesain suatu alat yang
berbasis teknologi sebagaimesin pengupas kulitluar kacang bogor guna
peningkatan produksi pasca panen. Alatyang direncanakan ini sangat dibutuhkan
dalammemproses kacang bogor pasca panen sehingga lebih cepat dan efisien.
Dengan adanya alatini diprediksikan dapat meningkatkan hasil produksi
(produktifitas) sampailima kalilipat (Haryanto 2000).
Programini diharapkanberguna untuk: (a) Industri terkait, sebagai masukan
dalam pengembangan teknologi tepat guna/teknologi pertanian; (b) Pelaksanaan
kegiatan, sebagai aplikasi disiplin ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah dan
sebagai wujud nyata dari pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu
pengabdian kepada masyarakat; (c) Petani kacang bogor, sebagai alat bantu untuk
meningkatkan hasil produksi pasca panen; (d) Para penelitilain,
sebagaibahanmasukan untuk penelitianyang sejenis.
Pembuatan alat inimembutuhkan perencanaan sebelum diadakan
perakitan.Langkahlangkah yangditempuh antaralain perhitungan,perencanaan
bahan dan sket gambar (Shigley 1982). Adapun perhitungan ditekankan pada
poros, pisau pengupas, puli, dan sabuk yang berhubungan denganmotor.
Dalam penggunaanmesin perlu adanya perawatanyang baik dan berkala,
agar mesinmenjadi tahanlama (Sumantri 1989). Perawatanmesin ini dibuat
denganmudah sehingga siapapun penggunanya dapat merawat dengan baik.
Perawataninimeliputi pelumasan secara teratur, pembersihan setelah pemakaian
maksimal 100 kg kacang pada ruang pengupas. Penggantian sabuk juga perlu
dilakukan apabila dirasa sabuk sudah kendor dan aus.
METODE PENDEKATAN
Waktu pelaksanaan observasi dan pembuatan alat dari program ini adalah
antara bulan Februari sampai dengan Mei 2006. Tempat pelaksanaan studi
literatur, pembuatan desain dan konstruksimesin diLaboratorium Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang. Observasi dan studilapangan di
Kecamatan Panceng, Gresik.
Bahan dan alat yang digunakan dalam observasi ini adalah mengambil
dokumenberupa fotofoto dan mengambil kacang bogor untuk disimpan sebagai uji
coba alat. Tahapan pelaksanaan program seperti pada Tabel 1.
Metode pendekatan yang digunakan dalam programini adalah :
PKMT-1-12-4
Dengan adanya mesin pengupas ini dapat diperoleh kapasitas pengupasan sebesar
7 kg/jam. Dengan demikian, mesin pengupas ini dapat meningkatkan hasil
produksi hingga lebih dari 5 kalilipat.
Bentuk dari Mesin Pengupas Kacang Bogor seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Desain
Mesin Pengupas Kulit Luar
Kacang Bogor (kacang
Kapri)
Gambar 2.
BagianBagian Mesin
Pengupas Kulit Luar
Kacang Bogor
KETERANGAN
1. Hooper 11. Puli Poros
2. Pisau Atas 12. Sabuk
3. Pisau Bawah 13. Puli Motor
4. Tutup Pisau Atas 14. Rangka
5. Poros 15. Ring Bawah
6. Ring Atas 16. Bantalan Bawah
7. Bantalan Atas 17. Mur Atas
8. Rumah Bantalan Atas 18. Mur Bawah
9. Rumah Silinder / Tutup Samping 19. Dudukan Motor
10. Saluran Hasil Pengupasan 20. Motor
Beberapa permasalahan yangtimbulselama proses pembuatan mesin
pengupas kulitluar kacang bogor dan upaya pemecahannya disajikan dalam Tabel
2.
Tabel 2. Permasalahan yang Dihadapi dan Upaya Pemecahannya
N
Permasalahan yang Dihadapi Upaya Pemecahannya
o
Sulitnya bahan baku kacang bogor Membeli kacang bogor dalam
karena merupakan jenis tanaman jumlah besar dan menyimpannya.
1.
musiman dan hanya terdapat di Membeli bibit kacang bogor dan
daerahdaerah tertentu. menanamnya.
Studi literatur, mempelajari dan
Sulitnya menentukan cara
2. mencari bahan serta menggambar
pengupasan yang efektif dan efisien
mesin pengupas
Dengan melakukan percobaan
Sulitnya menentukan putaran mesin
3. pengupasan dengan menggunakan
yang ideal
tangan dan media pengupas
4. Sulitnya menentukan bahan untuk Dengan melakukan percobaan
PKMT-1-12-7
KESIMPULAN
Adapun kesimpulanyang di dapat dari pembahasan di atas adalah :
1. Penanganan kacang bogor pasca panen selama ini adalahlangsung dijual
kepada para tengkulak dikarenakan proses pengupasannya yang cukup
sulit;
2. Proses pengupasan kacang bogor selama inimasihmenggunakan proses
manual dengan kapasitas 0,5 kg/ jam tiap orang dengan ongkos
pengupasan sebesar Rp. 750,00/kg ; (c) Dengan adanya mesinpengupas
kulitluar kacang bogor ini, hasil produksi dapat ditingkatkan hingga lebih
dari 5 kalilipat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Haryanton, Iwan. 200. Biaya Operasi dan Produksi. Bandung: Polman
Shigley, dkk. 1982. Perencanaan Teknik Mesin. Jakarta: Erlangga
Sumantri. 1989. Perawatan Mesin. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
2. Kebudayaan. Rukmana, R. 2000. Kacang Bogor. Yogyakarta:Kanisius
PKMT-1-13-1
ABSTRAK
Di dalam proses pengovenan kacang, kacang harus dibolak-balik dengan
mengunakan tangan pada saat-saat tertentu, supaya panas dari kompor merata
dan kacang menjadi matang seluruhnya. Peningkatan produksi kacang garing
asin dapat dilakukan dengan cara mengubah proses yang dilakukan secara
manual menjadi dilakukan secara mekanik. Untuk mengatasi masalah ini
diperlukan sebuah oven yang besar dan digerakkan dengan cara mekanis.
Sehingga proses pembolak-balikan kacang akan berjalan dengan baik. Mesin
oven juga harus baik dalam hal pengapiannya (pembakarannya), karena kalau
oven tersebut tidak baik pengapiannya (pembakarannya). Kegiatan ini bertujuan
a). membuat mesin oven putar yang akan meningkatkan produksi kacang garing
asin milik industri mitra dengan kualitas yang jauh lebih baik, terutama dalam
hal kematangan, kebersihan dan penampilan b). membantu meningkatkan kualitas
dan kuantitas produksi dari industri kecil c). memperkuat sektor-sektor yang
menjadi andalan daerah dalam rangka memperkuat otonomi daerah. Pengujian
menunjukkan bahwa mesin oven putar berfungsi dengan baik dengan kapasitas
maksimum 50 kg sekali pengovenan, Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk
mengoven 1 kg kacang adalah 1,375 menit, jumlah kacang yang gosong dalam
satu kali pengovenan kurang lebih 3 %, jumlah konsumsi bahan bakar LPJ untuk
mengoven kacang per satu kg kacang adalah 0,0092 kg bahan bakar LPJ/ kg
kacang atau setara dengan Rp. 172,5 /kg kacang. Sedangkan oven sebelumnya
menunjukkan pemakian bahan bakar sebanyak 0,18 liter minyak tanah/ kg kacang
atau Rp. 216 /kg kacang.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Industri kecil kacang garing asin milik Pak Hariwiyoto telah berdiri sejak
tahun 1990-an. Pada saat ini perusaan ini dikelola oleh empat orang yang
semuanya merupakan anggota keluarga dari Pak Hariwiyoto, sehingga manajemen
yang digunakan pada industri kecil ini merupakan manajemen keluarga. Dengan
modal yang mengalir tiap bulannya mencapai Rp. 1.500.000,-
Jumlah produksi kacang garing asin milik Pak Hariwiyoto setiap bulannya
mencapai rata-rata 200 kg. Semuanya dipasarkan di daerah kabupaten Jember.
Pada saat ini pembutan kacang garing asin masih menggunakan cara manual.
PKMT-1-13-2
Identifikasi Masalah
Permasalahan yang banyak dihadapi disini adalah:
1. Ketidakmerataan matangnya kacang selagi di sangar yang mana hal tersebut
dapat menimbulkan kerugian yang signifikan.
2. Proses dari pembuatan kacang dengan cara disangar ini membutuhkan waktu
yang cukup lama dan banyak menghabiskan bahan bakar minyak.
3. Ketidakefisienan dari proses tersebut.
Perumusan Masalah
Peningkatan produksi kacang garing asin dapat dilakukan dengan cara
mengubah proses yang dilakukan secara manual menjadi dilakukan secara
mekanik. Tetapi saat ini yang penting dilakukan adalah memperbesar kapasitas
pengovenan. Hal ini dapat dilakukan jika tersedia sebuah oven yang besar.
Namun jika oven itu masih belum digerakan secara mekanik, tetap akan
menimbulkan kesulitan dalam proses membolak-balikkan kacang. Sehingga untuk
mengatasi masalah ini diperlukan sebuah oven yang besar dan digerakkan dengan
cara mekanis. Sehingga proses pembolak-balikan kacang akan berjalan dengan
baik. Mesin oven juga harus baik dalam hal pengapiannya (pembakarannya),
karena kalau oven tersebut tidak baik pengapiannya (pembakarannya), maka
pematangan kacang menjadi tidak merata.
Jadi permasalahan yang ada pada kasus ini adalah bagaimana membuat oven
yang baik, dimana terdapat proses pembolak-balikan kacang secara mekanis. Di
samping itu perlu diperhatikan harganya terjangkau, efisiensi penggunaan bahan
bakarnya, sempurna pengapiannya (pembakarannya), mudah dan sederhana
perawatannya.
PKMT-1-13-3
Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini bertujuan untuk membentuk suatu kerja sama antara Program
Studi Teknik Universitas Jember dengan industri-industri kecil di sekitarnya,
khususnya antara jurusan Teknik Mesin dengan industri-industri tersebut. Tujuan
pokok lainnya adalah sebagai berikut :
1. Membuat mesin oven putar denga spesifikasi sebagai berikut:
a. Bahan bakar yang digunakan dari LPJ
b. Pengapian/pembakaran dirancang sedemikian rupa sehingga apinya
merata
c. Sistem oven yang dibuat berbentuk silinder (bahan dari tabung/tangki)
d. Menggunakan motor untuk membolak balikkan kacang yang dioven
di dalamnya.
2. Membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi dari industri kecil
3. Memperkuat sektor-sektor yang menjadi andalan daerah dalam rangka
memperkuat otonomi daerah.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan kegiatan dan pembuatan mesin oven ini dikerjakan
selama 8 Bulan dimulai bulan Februari 2005 sampai berakhir pada bulan
September 2005 dengan jadwal kegiatan seperti tercantum dibawah ini:
Jadwal Kegiatan
Bulan ke-
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
Penentuan spesifikasi xx
Desain gambar detail xx xxxx
Pembelian bahan xx xx
Pemotongan dan pene-kukan xx xx
plat dan pembubutan
Perakitan dan Pengelasan xxxx xxxx
Pengecetan xx x
Pengujian xxx
Pelatihan xxxx xx
Monitoring dan Evaluasi xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xx
Pembuatan laporan xxxx xxxx
Seminar xx
Analisis kegiatan xxxx xxxx
Tahapan Pelaksanaan
1. 24 Februari 2005. Pertemuan dengan mitra
2. 28 Februari 2005. Mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh
usaha mitra
3. 28 Februari 15 Maret 2005. Studi pustaka
4. 21 Maret 9 April 2005. Penentuan spesifikasi
5. 11 April 7 Mei 2005. Pembuatan desain gambar secara detail
6. 9 Mei 31 Mei 2005. Pembelian bahan baku dan suku cadang
7. 30 Mei 18 Juni 2005. Pemotongan dan penekukan plat dan
pembubutan
8. 20 Juni 27 Juli 2005. Perakitan dan Pengelasan
9. 29 Juli 13 Agustus 2005. Pengecetan mesin oven putar
10. 22 Agustus 3 September 2005. Pengujian mesin oven putar
Instrumen Pelaksanaan
1. Studi Pustaka
PKMT-1-13-5
Tahap Perancangan
1. Pengapian/ pembakaran
Bahan bakar yang dirancang menggunakan LPJ, karena pembakarannya
bagus dan mudah dikontrol nyala apinya. Dari tabung, LPJ disalurkan ke kompor
menggunakan regulator. Sebelum sampai ke kompor regulator ini dilengkapi
dengan katup sehingga aliran gas dapat dikontrol. Kompor yang dirancang terbuat
dari pipa yang dilubangi sebagi tempat keluarnya gas LPJ. Dari lubang-lubang itu
api menyala memanasi oven di atasnya. Kompor ini dirancang sedemikian rupa
agar apinya merata, sehingga suhu di dalam oven juga sama.
2. Kontruksi Mesin Oven Putar
Rangka mesin oven putar terbuat dari besi siku tebal 5 mm, sehingga
mampu menopang oven yang berbentuk silinder seberat 60 kg. Kerangka ini
pada prinsipnya berbentuk persegi empat panjang dengan kedua sisinya diberi
laker untuk menahan oven silinder, laker juga berfungsi agar oven silinder dapat
berputar dengan bebas. Kerangka ini kemudian ditutup dengan plat lembaran 3
mm, yang menutupi seluruh permukaan rangka itu (sebagai isolasi terhadap
lingkungan). Namun terdapat lubang untuk supply oksigen pada saat pembakaran
dan pintu oven.
3. Kontruksi Oven Putar.
Kontruksi oven putar berbentuk silinder (seperti tangki) dengan dindingnya
berlubang- lubang (yang besarnya lebih kecil dari diameter kacang) sehingga
panas dapat masuk kedalamnya. Kapasitas oven putar yang dirancang akan
mampu menampung kacang sebanyak 50 kg. Di dalam oven diberi mekisme
untuk mengaduk, sehingga seluruh kacang dapat menerima panas dalam jumlah
yang sama. Hal ini penting agar tidak terdapat kacang yang hangus. Pada oven
putar ini terdapat pintu slot untuk memasukkan dan mengeluarkan kacang. Oven
putar ini di beri poros dari besi baja dengan diameter 25 mm, pada ujung salah
satu poros ini diberi pulley sehingga dapat digerakkan dengan mesin.
4. Kontruksi Mesin
Mesin yang digunakan bertenaga 1 HP. Mesin ini diberi pulley, kemudian
dihubungkan dengan pulley yang terdapat pada poros oven dengan menggunakan
belt.
Pengujian
Pengujian dilakukan untuk mengetahui unjuk kerja mesin oven putar secara
keseluruhan, yang meliputi :
1. Keandalan mekanisme masing-masing bagian:
a. Keandalan pengapian/.pembakaran, merata tidaknya nyala api
b. Keandalan oven putar, bagus tidaknya putarnya
c. Keandalan konstruksi, bergetar tidaknya rangka kontruksi mesin oven
putar.
2. Uji efisiensi bahan bakar
Dilakukan dengan sistem yang sudah ada dengan jumlah berat kacang yang
sama.dibandingkan jumlah konsumsi bahan bakarnya.
3. Uji mutu kacang garing yang dihasilkan
Dihitung berapa persen kacang yang hangus, dibandingkan dengan sistem
yang sudah ada.
Jika persiapan kacang yang akan diopen sudah selesai yaitu sudah
dimasak dengan kematangan 80 % dan sudah di tiriskan airnya maka proses
pengopenan dilakukan sebagai berikut :
1) Setting bahan bakar LPJ, pasang regulator dengan benar
2) Buka kran pada selang LPJ yang berhubungan dengan mesin oven.
3) Buka tempat pengapian pada mesin oven, nyalakan apinya
4) Atur nyala api dengan mengatur kren pada selang antara LPJ dengan
mesin oven.
5) Tutup tempat pengapian pada mesin oven dan biarkan selama 10 menit
agar panas didalam oven merata.
6) Buka mesin oven, buka oven putarnya, masukkan kacang sesuai yang
dikehendaki, tapi jangan sampai melebihi kapasitas mesin oven yaitu 50
kg.
7) Hidupkan motor, sehingga memutar mesin oven.
8) Tunggu sampai warna dari kulit sudah sesuai yang ditentukan (matang).
9) Matikan motor
10) Buka mesin oven, buka oven putarnya, ambil kacang garing yang sudah
matang.
11) Masukan kedalam kantong dan ditimbang lalu dikemas.
2. Hasil Pengujian
Uji coba alat adalah untuk menguji mesin oven putar tdengan parameter : a).
waktu yang dibutuhkan; b). jumlah kacang yang gosong dalam satu kali
pengovenan; c). bahan bakar yang digunakan; d). kestabilan alat / bergetar
tidaknya alat.
Hasil uji coba untuk mengukur waktu yang di butuhkan untuk satu kali
pengovenan adalah untuk mengoven kacang dengan berat 15 kg per oven, 25 kg
per pengopenan, 35 kg /pengopenen, 45 kg / pengopenen dan dibandingkan
dengan hasil oven manual dengan kapasitas 2 kg /pengopenan dengan waktru
yang dibutuihkan sebesar 30 menit.
Untuk mengetahui berapa banyak kacang garing yang gosong digunakan
metode setiap kali selesai pengovenan, kacang diambil dengan satu gelas ukur.
Selanjutnya dihitung berapa banyak kacang yang gosong dan berapa banyak
kacang yang ada di dalam gelas itu seluruhnya. Kemudian dihitung berapa persen
yang gosong itu.
Hasil uji coba alat untuk menguji waktu yang dibutuhkan untuk setiap kali
pengovenan, uji coba kestabilan/bergetar tidaknya alat dan uji coba berapa banyak
jumlah kacang yang gosong dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
Pembahasan
1. Pengujian untuk mencari berapa waktu yang dibutuhkan untuk mengoven
kacang diperoleh bahwa wktu rata-rata yang dibutuhkan seperti tercantum
pada tabel 2 berikut :
dikarenakan beban yang ringan dan daya mesin yang besar menyebabkan
putarannya sagak lebih tinggi sehingga mengakibatkan timbul getaran
pada mesin.
3. Pengujian untuk mengetahui seberapa banyak kacang yang gosong dalam
satu kali pengovenan menunjukkan bahwa pada pengovenan dengan beban
kacang 15 kg, 25 kg dan 35 kg jumlah yang gosong 3 %. Sedang untuk
beban kacang seberat 45 kg sebanyak 4 %. Hal ini terjadi karena pada saat
pengujian dilakukan operator mesin masih belum terbiasa dengan alat ini,
jika sudah terbiasa dengan alat ini maka diharapkan jumlah yang kacang
yang gosong sebesar 3 % atau kurang dari itu. Sedangkan alat oven
manual menunjukan bahwa setiap pengovenan dengan daya tampung
sebesar 5 kg per pengovenan, jumlah kacang yang gosong sebesar 5 %.
Sehingga bila dibandingkan dengan mesin oven putar hasil mesin oven
putar jauh diatas mesin oven manual.
4. Pengujian untuk menghitung berapa jumlah konsumsi bahan bakar LPJ
ayang digunakan per satu kg kacng pada saat pengovenan menunjukkan
bahwa mesin oven putar ini menghabiskan sebanyak 0,0092 kg bahan
bakar LPJ/ kg kacang. Sedang kang oven sebelumnya menunjukkan
pemakian bahan bakar sebanyak 0,18 liter minyak tanah / kg kacang. Jika
angka-angka ini dihitung berdasarkan harga tiap kg bahan bakar masing-
masing maka akan didapat angka sebgai berikut :
a. Harga bahan bakar LPJ per 2 kg = Rp. 37.500,-. Atau Rp. 18.750.-/kg
LPJ
Jika digunakan 0,0092 kg maka : 0,0092 x Rp 18.750,- = Rp. 172,5 /kg
kacang.
b. Harga bahan bakar minyak 1 liter = Rp. 1.200,-
Jika digunakan 0,18 liter maka : 0,18 x Rp. 1200 = Rp. 216 /kg
kacang. Sehingga dari perhitungan yang ada maka penggunaan mesin
oven putar ini lebih ekonomis. Disamping dengan menggunakan bahan
bakar LPJ maka akan lebih menjamin keberlangsungan proses
produksi mengingat bahan bakar minyak tanah kadang-kadang susah
dicari di pasaran dengan harga yang tak menentu.
5. Pengujian terhadap nilai kebersihan dan kesehatan menunjukkan bahwa
dengan menggunakan mesin oven putar ini maka kebersihan dan kesehatan
produk dan lingkungan semakin terjaga. Hal ini ditunjukkan dengan
semakin bersihnya tempat pembuatan kacang garing di perusahaan
tersebut.
6. Penggunaan listrik untuk menggerakkan motor pada mesin oven putar ini
juga tidak terlalu besar, mengingat motor yang digunakan hanya sebesar 1
HP yang membutuhkan listrik sebesar 850 watt atau setara dengan 850 x
60 menit = 51 KWH (kilo watt jam) . Jika 1 KWH listrik berharga RP.
350 maka untuk menjalankan motor listriknya dibutuhkan ongkos sebesar
51 x Rp. 350 = Rp. 17.850,-
PKMT-1-13-11
KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan program voucer yang telah dilakukan maka dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Mesin oven putar untuk mengoven kacang telah berfungsi dengan baik
dengan kapasitas maksimum 50 kg tiap pengovenan
2. Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk mengoven 1 kg kacang adalah
1,375 menit. Sedangkan waktu yang digunakan oven sebelumnya 3 menit.
Sehingga mesin oven ini lebih baik 1,6 menit untuk mengoven 1 kg
kacang.
3. Pengujian untuk memeriksa kestabilan rangka yaitu menguji bergetar
tidaknya mesin oven putar ini menunjukkan bahwa pada setiap percobaan
yang dilakukan oven putar ini tidak mengalami getaran yang berarti.
4. Pengujian untuk mengetahui seberapa banyak kacang yang gosong dalam
satu kali pengovenan menunjukkan bahwa jumlah yang gosong 3 %.
Sedangkan alat oven manual menunjukan bahwa setiap pengovenan
dengan daya tampung sebesar 5 kg per pengovenan, jumlah kacang yang
gosong sebesar 5 %. Sehingga bila dibandingkan dengan mesin oven
putar hasil mesin oven putar jauh diatas mesin oven manual.
5. Pengujian untuk menghitung berapa jumlah konsumsi bahan bakar LPJ
ayang digunakan per satu kg kacang pada saat pengovenan menunjukkan
bahwa mesin oven putar ini menghabiskan sebanyak 0,0092 kg bahan
bakar LPJ/ kg kacang atau Rp. 172,5 /kg kacang. Sedangkan oven
sebelumnya menunjukkan pemakian bahan bakar sebanyak 0,18 liter
minyak tanah / kg kacang atau Rp. 216 /kg kacang.
6. Pengujian terhadap nilai kebersihan dan kesehatan menunjukkan bahwa
dengan menggunakan mesin oven putar iuni maka kebersiham dan
kesehatan produk dan lingkungan semakin terjaga. Hal ini ditunjukkan
dengan semakin bersihnya tempat pembuatan kacang garing di perusahaan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
__________. 2002. Jawa Timur Dalam Angka 2001, BPS dan BAPPEDA Jawa
Timur, Surabaya.
__________. 2002. Jember Dalam Angka 2001, BPS dan BAPPEDA Kab.
Jember, Jember.
Eko P.W. 2001. TTG: Membuat Kacng Oven. Trubus, Jakarta.
Holman J.P. 1988. Perpindahan Panas (Terjemahan). PT. Erlangga, Jakarta
Suharto. 1991. Teknologi Pengawetan Pangan. Rineka Cipta, Jakarta
Sularso. 1991. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. PT. Pradya
Paramita, Jakarta
Tiar Achdian. 2002. Perancangan dan Pembuatan Alat Pengupas Biji Kacang.
Tugas Akhir Diploma III Teknik Universitas Jember
PKMT-1-14-1
ABSTRAK
Kata kunci:
PKMT-1-15-1
ABSTRAK
Dengan kemajuan dalam bidang telekomunikasi proses pertukaran informasi
dapat terjadi dengan cepat dan akurat, sehingga halangan berupa jarak dapat
diatasi. Untuk merealisasikan sistem komunikasi tersebut diperlukan beberapa
sumber daya diantaranya bandwidth, yakni pita frekuensi yang dimiliki oleh
media transmisi , agar informasi tersebut dapat dikirimkan ke tempat yang jauh
diperlukan modulasi untuk menempatkan informasi di dalam bandwidth tersebut.
Dimana frekuensi pembawanya disesuaikan dengan media transmisi yang akan
digunakan. Salah satu media transmisi yang memungkinkan untuk digunakan saat
ini adalah jala jala listrik, karena jala-jala listrik tersebut telah terpasang dan
hanya digunakan untuk mendistribusikan daya listrik. Berdasarkan penelitian
terdahulu ( Asep Sujana, 2001 ) didapat bahwa media jala jala listrik dapat
membawa informasi dengan laju data 368 kbps. Sistem telekomunikasi dengan
jala jala listrik sebagai medianya menggunakan frekuensi yang relatif rendah
(368 Khz) dan hanya dapat mencakup komunikasi dalam satu fasa yang sama.
Tetapi pada dasarnya sistem telekomunikasi yang berbasis dengan jala jala
listrik menawarkan tingkat efisiensi dan ekonomis yang tinggi, dimana tidak lagi
perlu menyewa jalur sewa dengan cara merubahnya menjadi sinyal sinus
termodulasi FSK dengan frekuensi 2200 Hz. Selain itu dalam merealisasikan
sistem komunikasi data dengan memanfaatkan jala-jala listrik sebagai media
transmisinya, hal terpenting lainnya adalah bagaimana membuat rangkaian
interface antara sistem komputer dengan jala- jala listrik, dimana kedua sistem
ini memiliki perbedaan karakteristik yang sangat signifikan Pada penelitian ini
rangkaian interface dirancang dengan menggunakan transformator dan
rangkaian high pass filter. Keunggulan penggunaan jala-jala listrik yang
diperoleh adalah dalam hal ketersediaan infrastruktur serta instalasinya yang
rapih merupakan suatu hal yang dapat diangkat sebagai keunggulan yang
dimiliki jala jala listrik sebagai media transmisi dibandingkan dengan media
transmisi komunikasi data lainnya. Sehingga dengan memanfaatkan media ini
berarti biaya pengadaan media transmisi komunikasi data dapat dihemat serta
pengembangan jaringan komunikasi data dalam cakupan yang luas dapat
dilakukan dengan lebih mudah mengingat jaringan jala jala listri sudah terinstal
dimana mana. Dengan kata lain teknologi ini menawarkan efisiensi yang tinggi
baik bagi penyelenggara maupun pelanggan.
Kata Kunci : Komunikasi, Komputer, Jala-Jala Listrik, Efisiensi
PENDAHULUAN
Teknologi komputer saat ini memegang peranan penting dalam segala
bidang, baik itu teknik, kedokteran, ekonomi pemerintahan dan lain lain.
Kemajuan komputer yang begitu cepat menghasilkan komputer komputer yang
memiliki kemampuan yang sangat canggih dilengkapi dengan fitur fitur yang
lebih baik yang disediakan untuk membantu dan mempermudah manusia yang
PKMT-1-15-2
METODE PENELITIAN
Dalam melakukan pendekatan untuk mewujudkan sistem ini, dilakukan
kegiatan observasi secara kontinyu yang meliputi pengamatan dan sekaligus
melakukan penelitian, percobaan serta pengimplementasian sistem yang dibuat.
Adapun perincian observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Waktu
Observasi dilakukan pada tanggal 16 November 2005 30 Desember 2005.
Lama
Adapun observasi dilakukan kurang lebih 2 bulan.
Tempat
Observasi dilakukan di Laboratorium Politeknik Negeri Jakarta yang
meliputi Laboratorium Komunikasi Data, Laboratorium Transmisi, Bengkel
elketronika, laboratorium interface dan laboratorium Komunikasi Radio,
Selain itu observasi mengenai ketersedian komponen di pasar dilakukan di
pertokoan glodok Jakarta.
Bahan dan Alat yang Digunakan
Personal Komputer, Komponen elektronika (Capasitor, Induktor, Resistor),
PCB, Solder, Timah. Software. Alat ukur.
Tahap pelaksanaan :
PKMT-1-15-3
INPUT
PENGKOPEL
PENGKOPEL
OUTPUT
Blok pengirim AM
Merupakan blok yang memodulasi sinyal FSK yang dimodulasi dengan
pembawa AM. Input pada blok pengirim AM berupa sinyal FSK yang
berasal dari IC XR-2206 dengan frekuensi tengah 1700 Hz atau microfon
yang mempunyai rentang frekuensi 300 Hz 3400 Hz. Frekuensi carrier
pada pengirim dihasilkan dari osilator local yang dibangun oleh gerbang
logika Not sebesar 180 Khz. Selanjutnya kedua sinyal dicampur melalui
modulator AM yang kemudian akan menghasilkan sinyal termodulasi AM
yang memiliki frekuensi Center 360.300 Hz sampai 363.400 Hz. Sebelum
ditransmisikan, Sinyal tersebut dikuatkan oleh RF amplifier dengan Po max
= 9,665. 10 -4 watt.
Blok pengkopel
Setelah dikuatkan sinyal AM dilewatkan ke blok pengkopel yang berfungsi
untuk mentransmisikan sinyal AM pada jala jala listrik dan memblok
tegangan AC 220 dari jala jala listrik. Komponen yang digunakan
Capasitor 22nF/400V. Dengan mengunakan persamaan Xc = 1/(2fC)
untuk frekuensi yang diketahui sebesar 368 Khz maka akan didapat Xc =
19,685 . Untuk sinyal 220V/50Hz akan didapat Xc = 144,759 K. Dengan
demikian dapat disimpulkan sinyal AM reaktansi kapasitifnya kecil sehingga
carrier AM dapat dilewatkan pada jala jala listrik. Sedangkan pada sinyal
220V/50Hz reaktansi Capasitif yang dihasilkan besar, sehingga sinyal
tersebut di blok agar tidak masuk kedalam rangkaian.
Blok penerima AM
Merupakan blok yang menerima sinyal pembawa dari jala jala listrik yang
selanjutnya mendemodulasi sinyal FSK yang berasal dari blok pengkopel
penerima. Pada blok ini terdapat rangkaian demodulator AM yang akan
mendemodulasi sinyal pembawa yang termodulasi AM agar menjadi sinyal
FSK yang selanjutnya diteruskan ke blok FSK demodulator. Besar frekuensi
output dari demodulator yang didapat adalah antara 180.300 Hz sampai
183.400 Hz.
Blok FSK demodulator
PKMT-1-15-6
Merupakan blok yang merubah sinyal analog FSK menjadi sinyal logika
digital. Rangkaian ini dibangun oleh IC XR-2211 dengan frekuensi center
1700 Hz
Blok interface penerima
Merupakan blok yang merubah level logika rangkaian demodulator FSK
menjadi level logika RS 232. Sinyal output digital dari rangkaian
demodulator FSK dengan level tegangan 0 V - 1,2 V ( logika 0 ) akan diubah
oleh blok interface penerima ke dalam bentuk level logika RS 232 dengan
level tegangan sebesar 12 V. Sedangkan level tegangan 2 V 5 V ( logika
1 ) akan diubah dalam bentuk level logika dengan tegangan sebesar 12 V.
Software aplikasi yang digunakan adalah hyperterminal yang sudah tersedia
pada sistem operasi windows, Software ini bisa dijalankan pada sistem yang
terkonfigurasi.
KESIMPULAN
1. Blok interface pengirim dan penerima mengubah level logika RS 232 dari
input tegangan 12,3 V menjadi level logika TTL sebesar 0,2 V dan
mengubah level RS 232 -12,3 V menjadi level logika TTL sebesar 4,7 V.
2. Blok rangkaian FSK modulator mengubah sinyal digital menjadi sinyal
analog termodulasi FSK. Logika satu pada input modulator FSK akan diubah
menjadi sinyal sinus termodulasi FSK dengan frekuensi 1200 Hz. Dan logika
nol pada input modulator FSK akan menghasilkan sinyal sinus termodulasi
FSK dengan frekuensi 2200 Hz.
3. Sinyal keluaran dari modulator FSK yang termodulasi FSK dengan frekuensi
pusat sebesar 1700 Hz akan dimodulasi amplitudo oleh blok modulator AM
dengan frekuensi pembawa sebesar 368 Khz.
4. Sinyal gelombang pembawa sebesar 368 Khz yang dipancarkan pembawa
akan didemodulasi oleh blok demodulator AM penerima dan hasil
demodulasi ini menghasilkan sinyal yang berfrekuensi 184 Khz.
5. Blok demodulator FSK akan mengubah kembali sinyal analog yang
termodulasi FSK yang didapat dari keluaran. Pemancar AM jala jala
menjadi sinyal digital dengan level logika TTL berkisar antara 0 V 5 V.
6. Kabel jala jala listrik dapat digunakan sebagai media transmisi suara dan
data. Pemilihan kabel jala jala listrik dimaksudkan agar sistem tidak
memerlukan kabel baru sebagai media transmisi data.
7. Pada jarak 15 m alat ini dapat melayani komunikasi yang cukup baik dan
untuk jarak yang lebih jauh lagi dapat dilakukan dengan memperbesar daya
pancar.
8. Penggunaan port serial pada alamat 2F8 H dan 3F8 H agar tidak memerlukan
card tambahan address decoder pada sistem komputer yang dipergunakan
sebagai sistem stasiun pengirim dan penerima data.
9. Kecepatan data sistem komunikasi data antar komputer dengan
menggunakan jala jala listrik ini adalah 300 Baudrate.
10. Komunikasi yang dapat dilakukan adalah apabila pengirim dan penerima
berada pada satu fasa dan pada satu gardu yang sama.
11. Bagian yang paling penting dari perangkat pengirim dan penerima adalah
blok pengkopel yang terdiri dari kapasitor seri C22 dan C23 yang terhubung
langsung dengan saluran jala - jala listrik dimana kapasitor ini berfunggsi
PKMT-1-15-7
DAFTAR PUSTAKA
Tomasi, wayne. 1987. Electronik Communication System. Philippine
Part, glenn. 1999. Domestic Power Line Carrier. University of Newcastle
Australia
Mallack, Engstrom. 1976. RF Impedance of United States and European Power
Lines, IEEE Transection ofn Electromagnetic Copatibility.
Roody, Dennis, John coolen. 1993. Komunikasi Elektronika Jilid I. Jakarta :
Erlangga
Application Notes XR 2206. 1997. XR 2206 Monolithic Function Generator.
EXAR Coorporation
Application Notes XR 2211. 1997. XR 2211 FSK Demodulator Tone Decoder.
EXAR Coorporation.
PKMT-1-16-1
ABSTRAK
Darah merupakan dalam tubuh manusia yang sangat penting dimana, darah
berfungsi sebagai alat transportasi, salah satunya menyangkut oksigen keseluruh
tubuh. Darah itu sendiri terdiri dari beberapa komponen diantaranya elitrosit
yang memberikan warna merah pada darah dan didalam elitrosit itu terdapat
hemoglobin yang mempengaruhi warna merah darah. Warna merah itu sangat
dipengaruhi oleh hemoglobin saat mengikat oksigen dan disebut sebagai
oksihemoglobin (HbO2). Berdasarkan perbedaan kepekatan warna darah, kita
dapat mengukur kadar hemoglobin dalam darah manusia. Metode yang dipakai
untuk menganalisis kadar hemoglobin dalam darah adalah dengan menggunakan
parameter kepekatan warna darah. Alat ini merupakan suatu system yang dapat
mengukur kadar hemoglobin darah manusia berdasarkan intensitas cahaya yang
diterima oleh sensor. Nilai yang ditampilkan melalui LCD disesuaikan
berdasarkan HB Sahli yaitu gr%.
PENDAHULUAN
Darah merupakan unsur dalam tubuh manusia yang sangat penting dimana,
darah berfungsi sebagai alat transportasi, salah satunya mengangkut oksigen ke
seluruh tubuh. Oksigen tersebut diikat oleh komponen darah untuk didistribusikan
ke seluruh tubuh melalui jantung yang berfungsi sebagai pemompa darah.(2,3)
Darah itu sendiri terdiri dari beberapa komponen diantaranya eritrosit yang
memberikan warna merah pada darah, dan didalam eritrosit itu terdapat
hemoglobin yang mempengaruhi warna merah darah. Warna merah itu sangat
dipengaruhi oleh hemoglobin saat mengikat oksigen dan disebut sebagai
oksihemoglobin (HbO2). (1,3)
Dari uraian di atas, berdasarkan perbedaan kepekatan warna darah, kita
dapat mengukur kadar hemoglobin dalam darah manusia. Dengan mengacu pada
kepekatan warna darah maka dapat dirancang sebuah alat untuk mengukur kadar
hemoglobin dengan menggunakan sensor cahaya. Dan diolah secara digital oleh
mikrokontroller (7,8).
Dalam pengukuran hemoglobin darah dengan menggunakan Hb Sahli,
seringkali membutuhkan waktu yang lama sehingga kondisi darah telah
membeku. Apalagi jika darah pasien diambil sebanyak 20L dengan
menyedotnya, pasien akan merasa kesakitan. Sehingga dengan alat yang kami
buat, pasien tidak perlu mengeluarkan darah yang terlalu banyak cukup satu tetes
hasil dari hemoglobin dapat langsung dilihat.
Tujuan Kegiatan
Merancang suatu prototipe alat pengukur kadar hemoglobin dalam darah.
1
PKMT-1-16-2
Kegunaan
Alat ini dapat dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat umum secara
optimal serta dengan biaya yang lebih terjangkau bagi setiap lapisan masyarakat.
Disamping itu alat ini juga bisa dibawa dengan mudah karena bentuknya yang
berukuran kecil.
METODE PENELITIAN
Metode yang dipakai untuk menganalisis kadar hemoglobin dalam darah
adalah dengan menggunakan parameter kepekatan warna darah, semakin tinggi
kadar hemoglobin dalam darah maka warnanya akan semakin pekat. Pada awal
percobaan mengambil sampel darah dan kemudian diukur dengan menggunakan
alat yang disebut HB Sahli (seperti yang ditunjukkan pada gambar 1). Setelah
diketahui nilai secara analog dan dicatat, lalu sampel tersebut diukur dengan
sensor cahaya dengan satu sisi gelas ukur yang lain dikenai sumber cahaya. Lalu
nilai resistansi dari sensor cahaya diukur dengan menggunakan AVOmeter. Hasil
percobaan pertama ini lalu dimasukkan ke dalam table. Untuk membuat referensi
awal, percobaan diatas diulang sampai beberapa kali dan hasilnya di masukkan ke
tabel. Nilai yang terukur kemudian dibuat acuan sementara sebagai nilai penentu
dalam pembuatan alat.
Setelah nilai secara elektronis didapat lalu dirancang suatu system alat
pengukur kadar Hb dengan menggunakan beberapa komponen elektronik dengan
memanfaatkan mikrokontroller AT89S51 sebagai controller dan pengolah data
dan ditampilkan dengan LCD M1632. Adapun secara blok diagram ditunjukkan
sebagai berikut :
LCD
2
PKMT-1-16-3
3
PKMT-1-16-4
4. Port 1, mempunyai fungsi sama dengan port 0 dengan internal pull up.
Buffer dari output 1 dapat dibebani 8 pin input TTL. Masing-masing pin
tidak tergantung pada pin lainnya.
5. Port 2, mempunyai fungsi yang sama dengan port 0 dan port 1 yaitu 8 bit
bidirectional I/O dengan internal pull-ups. Buffer dari port 2 dapat menyerap
atau sumber empat input TTL.
6. Port 3 juga sama dengan port 2 tetapi port ini mempunyai keistimewaan
antara lain:
3. P3.0 (RXD) masukan penerima data serial (asynchronous), atau sebagai
masukan / keluaran data (synchronous).
4. P3.1 (TXD) keluaran pengirim data serial (asynchonous), atau sebagai
keluaran clock (synchronous).
5. P3.2 (INT0) interupsi 0 eksternal (masukan interupsi).
6. P3.3 (INT1) interupsi 1 eksternal (masukan interupsi).
7. P3.4 (T0) masukan eksternal waktu / pencacah 0.
8. P3.5 (T1) masukan eksternal waktu / pencacah 1.
9. P3.6 (WR) sebagai penulisan data memori data eksternal.
10. P3.7 (RD) sebagai pembacaan data memori data eksternal.
11. RST, pin ini berfungsi untuk me-reset sistem mikrokontroler AT89S51.
perubahan taraf tegangan data rendah ke tinggi akan me-reset mikrokontroler.
12. 7.ALE / PROG (Address Latch Enable) / (Pulsa Program)
13. Pin ini berfungsi untuk mengunci alamat rendah pada saat akses memori
program luar. Pin ini merupakan pembeda antara data dan program pada lower
byte. Pada operasi normal, pin ini mengeluarkan pulsa sebesar 1/6 dari osilator
frekuensi secara terus menerus.
7. PSEN (Program Store Enable) adalah pin yang berfungsi menghubungkan
memori program eksternal dengan bus selama proses akses.
8. EA / Vpp, pin pengontrol pokok pada mikrokontroler. Untuk akses
internal program EA diharuskan terhubung ke Vcc, sebaliknya untuk akses
eksternal EA harus dihubungkan ke ground.
14. 10.XTAL1 [Andrie Kristiyono & Rizal Wahyu, 2004]*), pin ini
merupakan masukan ke penguat osilator yang berpenguat tinggi. Pin ini
dihubungkan dengan kristal atau software osilator dari luar.
15. [Andrie Kristiyono & Rizal Wahyu, 2004]*)
16. 11.XTAL2, pin ini merupakan keluaran dari penguat osilator. Pin ini
dihubungkan dengan kristal atau ground jika menggunakan sumber kristal
internal.
4
PKMT-1-16-5
Volt akan dikonversikan menjadi digital dengan range 0 255 yang berarti
5
setiap 1 data ADC diwakili oleh = 0,0196volt .
256
PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan dilakukan di PMI cabang Malang (percobaan
pengukuran hemoglobin darah).
Waktu pelaksanaan pukul 08.00 10.00 (diambil di waktu senggang
kuliah).
Untuk pembuatan board alat dan box dilakukan di bengkel elektronika
Politeknik Negeri Malang.
2. Tahapan Pelaksanaan
Pengambilan sampel pendonor darah kemudian di ukur nilai
hemoglobin dengan menggunakan HB sahli. (seperti yang ditunjukkan pada
gambar 1).
Beberapa alat dan bahan yang dibutuhkan diantaranya ialah:
1. Hb sahli yang digunakan sebagai referensi kalibrasi dari sistem ini.
2 PCB sebagai tempat meletakkan komponen.
3. Object glass sebagai tempat untuk darah yang diteteskan.
Darah yang akan digunakan ialah darah yang terdapat pada kantong darah dan
sudah tercampur dengan anti koagulan sehingga darah tidak mudah membeku.
Mempersiapkan referensi buku yang dibutuhkan.
Nilai yang terukur kemudian dibuat acuan sementara sebagai nilai
penentu dalam pembuatan alat.
5
PKMT-1-16-6
3. Instrumen Pelaksanaan
Pembuatan board PCB
Perencanaan komponen yang dibutuhkan.
Beberapa komponen yang digunkan diantaranya ialah :
1. Mikrokontroller (MCU) AT89S51 digunakan sebagai pusat kontrol dari
sistem ini.
2. ADC 0804 yang digunakan untuk mengubah data analaog ke data digital.
3. IC 7805 dapat menghasilkan tegangan keluaran yang dibutuhkan MCU
yaitu 5 Vdc.
4. LCD digunakan untuk menampilkan informasi tertentu.
Adapun gambar board tata letak komponennya adalah sebagai berikut :
Hemoglobin Measure
Sampel Darah Hb Sahli (gr %)
(gr percent)
1 11,7 11,8
2 10,6 10,8
3 12,4 12,0
4 13,6 13,0
5 12,2 11,8
6 10,4 10,2
6
PKMT-1-16-7
Nilai yang tertera di Hb sahli dengan alat ada perbedaan, hal ini
dikarenakan percobaan pada Hb sahli kurang sempurna.
Sensor yang ada kurang begitu sensitif terhadap intensitas cahaya sehingga
terjadi perbedaan.
Karakter darah yang mudah kering, sehingga pembacaan pada alat
berubah-ubah meskipun tidak terlalu mencolok.
KESIMPULAN
Dari seluruh rangkaian percobaan dalam pembuatan alat pengukur
hemoglobin ini, maka penulis mendapat kesimpulan sebagai berikut :
1.Alat ini merupakan suatu sistem yang dapat mengukur kadar hemoglobin darah
manusia berdasarkan intensitas cahaya yang diterima oleh sensor.
2.Nilai yang ditampilkan oleh LCD disesuaikan berdasarkan HB Sahli yaitu gr%.
3.Tingkat perbedaan antara nilai yang terukur di Hb Sahli dengan alat tidak begitu
jauh.
Saran
1. Sebaiknya menggunakan sensor yang lebih peka dengan warna (RGB).
2. Dalam melakukan percobaan, sebaiknya secara langsung begitu darah
diteteskan agar kondisi darah tidak mengering.
3. Untuk pengembangan lebih lanjut dapat dicoba penggunaan jalur data 16 bit
tentunya komponen dan programnya ikut menyesuaikan, dengan harapan bahwa
resolusi dan kepresisian dapat ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
De Robertis EDP, De Robertis EMF, Jr. Cell and Moleculer Biology,eigth
editon,Philadelphia: Lea & Febiger;2004.
Kurikulum. 2004. Standar Kompetensi. Mata Pelajaran Biologi Sekolah
Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional; 2004.
Retno Widjajanti, Wicahyaning Putri. 2004. Biologi Sekolah Menengah Atas,
Jakarta: Erlangga.
Andi Nalwan P. 2003. Teknik Antarmuka dan Pemrograman mikrokontroler
AT89C51, Jakarta: Eleks Media Computindo.
7
PKMT-1-16-8
8
PKMT-1-17-1
ABSTRAK
Kata kunci:
PKMT-1-18-1
SOLDER PEN
ABSTRAK
Program Kegiatan Mahasiswa ini membahas tentang pembuatan sebuah
prototype dari sebuah produk baru, Solder Pen. Solder Pen merupakan produk
inovasi yang menggabungkan dua buah faktor utama dalam proses penyolderan,
yaitu mata solder ( pemanas ) dan timah. Hal ini dilakukan dengan tujuan
memudahkan para pengguna solder untuk melakukan penyolderan karena cukup
menggunakan satu tangan.
PENDAHULUAN
Di kalangan mahasiswa, terutama yang bergerak dibidang teknik
elektronika, pasti sudah tidak asing lagi dengan penggunaan solder sebagai alat
praktek. Dan dari pengamatan yang dilakukan oleh penulis, solder yang ada di
pasaran saat ini sangat tidak efisien, karena pengguna harus menggunakan 2
tangannya saat menyolder, satu tangan untuk memegang solder dan satu tangan
yang lain untuk memegang timah.
Berdasarkan pengamatan tersebut penulis merasa perlu diciptakannya
solder yang compact dimana pengguna dapat menyolder hanya dengan
menggunakan 1 tangan, sehingga lebih efisien & aman. Maka diajukanlah
Proposal Solder Pen untuk mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa yang
diadakan oleh DirJen DIKTI.
Tujuan dari Program Solder Pen ini adalah agar dapat tercipta sebuah
produk baru berupa solder yang compact, dapat digunakan dengan menggunakan
sebelah tangan tanpa mengurangi fungsinya. Selain itu, luaran dari Program
Solder Pen ini diharapkan dapat dijadikan paten oleh Lembaga Paten Indonesia.
METODE PENDEKATAN
Observasi pada Program Solder Pen dilakukan untuk mendapatkan
mekanisme kerja dari produk tersebut. Ada beberapa tahap dari proses observasi
mekanisme kerja, yaitu :
1. Desain
Tahap desain awal merupakan tahap penggambaran ide yang
dituangkan dalam bentuk rancangan gambar teknik.
2. Realisasi desain
Tahap ini merupakan tahap yang banyak memerlukan waktu dan
biaya karena pada tahap ini rancangan yang telah dibuat
direalisasikan menjadi mekanisme nyata.
3. Evaluasi luaran
Pada tahap ini dilakukan uji coba terhadap luaran yang dihasilkan
dari tahap Realisasi Desain. Selain itu, dilakukan evaluasi
evaluasi yang dilakukan untuk mencari keunggulan dan kelemahan
PKMT-1-18-2
9 Glue gun
9 Solder
PKMT-1-18-3
Gambar 5 Roller
PKMT-1-18-6
Gambar 6 Heater
Solder Pen memiliki heater atau pemanas di bagian ujung terdepan. Dari
bagian belakang hingga ke bagian depan, terdapat silinder yang merupakan
saluran masuk timah. Untuk mendorong timah ke depan, digunakan roller. Roller
ini menekan timah yang ada di saluran. Jika roller ini diputar, maka batang timah
akan terdorong kedepan dan menyentuh heater kemudian meleleh.
KESIMPULAN
z Produk Solder pen ini merupakan produk inovatif yang memiliki peluang
besar untuk bersaing di pasar karena belum adanya kompetitor
z Perlu penanganan yang lebih serius dari segi marketing & ekonomi,
berhubung semua anggota tim berasal dari kompetensi teknik
z Perlu segera dilakukan branding & profiling sesuai dengan market demand
untuk kemudian diproduksi. Sebelum kekosongan pasar terisi oleh produk
sejenis
PKMT-1-19-1
ABSTRAK
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat melakukan rutinitas yang sama seperti
mematikan dan menyalakan lampu dan televisi. Kadang kala kita merasa malas
untuk berpindah tempat karena lupa mematikan atau menyalakan lampu maupun
televisi. Untuk itu, kami membangun suatu perangkat elektronik yang dapat
mengontrol perangkat elektronik yang kita miliki. Perangkat elektronik ini
dibangun dengan bluetooth yang mempunyai jangkauan kontrol lebih jauh
dibanding infra red pada remote control biasa dan menggunakan J2ME sebagai
tampilan interface yang user friendly dan dihubungkan melalui PLC. Melalui
perangkat ini kita akan dapat mengontrol perangkat elektronik kita dengan
menggunakan mobile phone atau handheld computer / pocket PC misalnya
laptop. Pada handheld computer, kita membuat tampilan yang user friendly
sehingga memudahkan masyarakat pengguna perangkat ini dalam mengontrol
perangkat elektroniknya. Handheld computer memberikan instruksi secara
wireless dengan bluetooth yang kemudian diterima oleh PLC. PLC mengkonvert
instruksi tersebut dengan mengaplikasikannya pada perangkat elektronik sesuai
perintah user. Dengan perangkat ini user hanya tinggal mengatur perangkat
elektroniknya melalui handheld computer. Dengan demikian user akan merasa
lebih nyaman dan mudah dalam mengontrol perangkat elektroniknya.
PENDAHULUAN
Perkembangan berbagai perangkat elektronik disekitar kita sudah
memiliki kemampuan komputasi dan komunikasi wireless, contohnya; TV, VCD,
air conditioner. Tetapi ada juga perangkat elektronik yang masih manual
contohnya lampu (alat penerangan). Untuk menerangi sejumlah ruangan dan
halaman rumah sudah barang tentu kita membutuhkan banyak lampu sehingga
dengan sendirinya pasti memiliki banyak stop kontak (sebagai alat control) yang
letaknya berbeda. Maka dari itu demi kenyamanan user perangkat yang akan kami
buat ini harus dapat berinteraksi dengan user tanpa konfigurasi yang rumit.
Contoh komunikasi wireless pada perangkat-perangkat elektronik yang
paling umum adalah penggunaan remote control sebagai alat control perangkat
elektronik. Remote control standar menggunakan Infra Red (IR), sedangkan
teknologi baru menggunakan gelombang radio, salah satu contohnya adalah
Bluetooth. Teknologi memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan IR.
Kelebihan utama bluetooth dibandingkan IR adalah perangkat-perangkat
Bluetooth dapat saling berinteraksi walaupun ada penghalang. Selain itu IR
menyediakan komunikasi satu arah sedang radio dua arah. Bluetooth juga
memiliki radius jarak yang relatif lebih jauh jika dibandingkan dengan IR. Untuk
PKMT-1-19-2
itu, di sini kami lebih memilih Bluetooth pada penerapan teknologi yang akan
kami bangun.
Meningkatnya perangkat yang dapat dikontrol secara wireless juga
menambah jumlah remote control yang dibutuhkan. Akan menyenangkan jika
semua perangkat elektronik dapat dikontrol dengan sebuah remote control. Salah
satu jalan keluarnya adalah menggunakan perangkat bergerak yang sudah umum
seperti mobile phone atau handheld computer. Beberapa keuntungan yang dapat
dinikmati user dengan menggunakan perangkat bergerak sebagai alat kontrol
perangakat elektronik selain menurunkan jumlah remote control yang dibutuhkan
adalah mobile phone dan handheld computer dapat menyajikan informasi yang
dinamis. Dari sini kita dapat melakukan segala sesuatu terutama dalam
mengontrol perangkat rumah tangga dengan lebih praktis dan efisien. Selain itu
komunikasi dua arah memungkinkan informasi dari perangkat yang dicontrol
dapat dikirim ke remote control. Agar dapat memberikan tingkat fleksibilitas yang
baik maka tingkat kerumitan kofigurasi user pada mobile phone atau handheld
computer untuk dapat digunakan sebagai remote control harus seminimal
mungkin. Konfigurasi hanya dilakukan pada level umum, tidak secara spesifik
pada perangkat yang berbeda.
METODE PENDEKATAN
Identifikasi Masalah
Mengidentifikasi semua permasalahan yang diperkirakan akan muncul
dalam pembangunan pengontrool perangkat elektronik.
Permasalahan yang muncul diantaranya adalah :
Bagaimana membangun koneksi antara pocket PC dengan perangkat
elektronik
Bagaimana keterhubungan antara bluetooth dengan PLC
Bagaimana kita menggabungkan J2ME ke dalam pocket PC
Study Literatur
Pencarian informasi dengan study pustaka dan referensi dari berbagai
sumber seperti text book, jurnal, artikel yang diperoleh dari intenet.
Pada study literatur ini kami lebih banyak menggunakan media internet
dibandingkan media yang lain dengan alasan media internet bagi kami
dapat memberikan informasi yang lebih lengkap dan akurat.
Pendefinisian masalah dan study kelayakan
Mempelajari masalah-masalah yang berada di ruang lingkup program
yang sedang dikerjakan dengan mengetahui batasan-batasan
masalahnya.
Masalah-masalah yang muncul dari identifikasi masalah ternyata belum
mencakup semua permasalahan yang kita hadapi karena masih ada
masalah lain lagi yang muncul. Diantaranya :
Bagaimana menggunakan PLC seri TWIDO [TWDL CAE 40 DRF]
dimana PLC ini adalah device baru yang belum familiar
penggunaannya
Bagaimana menggunakan TWIDO untuk membangun koneksi jaringan
melalui Bluetooth
Bagaimana mengubah penggunaan J2ME yang awalnya digunakan
pada OS telepon seluler biasa seperti Symbian menjadi digunakan
PKMT-1-19-3
Implementasi konsep
Setelah kita merancang konsep yang dibutuhkan, maka konsep tersebut segera
diimplementasikan, guna membangun pengontrol perangkat elektronik yang
flexibilitas user interface remote control dan usability remote control.
BLUETOOTH
Bluetooth adalah salah satu teknologi pengganti kabel ynag menggunakan
frekwensi radio sebagai media transmisi. Bluetooth menggunakan frekwensi
licensefree 2.4 GHz yang merupakan pita frekwensi Industrial Scientific
Medical (ISM). Jangkauan transmisi Bluetooth standar dari 10 meter sampai
100 meter, dengan kecepatan sekitar 1 Mbit/detik. Bluetooth di desain untuk
menghubungkan perangkat-perangkat wireless dengan daya yang kecil, seperti
telepon seluler dan PDA.
Fitur-fitur Bluetooth sebagai berikut :
PKMT-1-19-4
Walaupun secara spesifikasi teknis bluetooh dapat terkoneksi dengan tujuh buah
slaves, hanya hardware jenis terbaru yang bisa melakukan point ke multipoint.
Dengan kenyataan tersebut maka secara umum piconet dibatasi hanya boleh
memiliki dua macam anggota yaitu sebuah master dan sebuah slave.
J2ME
J2ME adalah Java Runtime Environment (JRE) yang diperuntukan bagi perangkat
dengan resource yang terbatas. J2ME terdiri dari dua komponen yaitu
configuration dan profile.
Configuration adalah sebuah set low-level API dan Virtual machine yang
diperuntukan bagi perangkat-perangakat dengan resource tertentu. Pada
komponen configuration kami menggunakan CLDC sebab penggunaan
aplikasi Java-nya pada perangkat dengan 32-bit processor dan memeori
160-512 KB. perangkat yang digunakan adalah PDA (Personal Digital
Assistant), tetapi bisa juga menggunakan mobile PC karena memiliki
memory dan processor yang lebih besar.
Sedangakan profile adalah spesifikasi API yang dibangun diatas
configuration dan memanfaatkan fungsi yang dimiliki configuration. Kami
juga menggunakan MIDP (Moble Information Device Profile) sebab
MIDP ini menyediakan librari-librari Java untuk implementasi dasar
antarmuka (GUI), implementasi jaringan (networking), database, dan
timer.
Karena Aplikasi ini berjalan diatas perangkat yang mendukung MIDP maka
aplikasi ini disebut MIDlet. Pengaplikasian API (Application Programming
Interfaces) ditentukan oleh interaksi antara aplikasi dan MIDlet.
Penggunaan J2ME ini dimaksudkan sebagai interface dalam mengontrol
perangkat elektronik yang terhubung ke PLC. Adapun bahan dan alat yang
digunakan sebagai media untuk melakukan penelitian J2ME ini menggunakan
emulator JABWTK.
PLC
PLC (Programmable Logic Controller)
Menurut IEC 1131 part 1, pengertian PLC adalah PLC merupakan sistem
elektronik yang beroperasi secara digital, menggunakan proggrammable
memory untuk internal storage yang berorientasi kepada user untuk
PKMT-1-19-5
Bluetooth
Dalam implementasi di lapangan, konfigurasi bluetooth sering mengalami
ganguan terutama dalam kompatibilitas dengan hardware pendukung PLC
yang bersangkutan.
J2ME
J2ME merupakan bahasa yang digunakan untuk tampilan aplikasi sistem
kami pada mobile PC. Kami gunakan J2ME agar dapat juga digunakan
pada mobile phone, sehingga sistem ini juga dapat dijalankan bukan hanya
pada laptop namun bisa juga pada PDA.
PLC
PLC merupakan sistem elektronik yang beroperasi secara digital,
menggunakan proggrammable memory untuk internal storage yang
berorientasi kepada user untuk dikendalikan melalui input, baik analaog
maupun digital; berbagai mesin ataupun proses. PLC disini berfungsi
sebagai pengatur dan pengelola perangkat elektronik yang tersambung
dengan sistem yang kami buat dengan menerima sinyal perintah dari
mobile PC melalui bluetooth.
KESIMPULAN
Sistem ini bekerja menggunakan PLC dengan seri TWIDO [TWDL CAE
40 DRF] dan terhubung melalui media bluetooth menggunakan TWIDO
soft untuk dapat membangun jaringan.
Untuk memperhalus tampilan kita menggunakan J2ME.
Dalam pengontrolan PLC kita menggunakan bahasa Ladder.
Dengan menggunakan PLC sebagai terminal yang terhubung langsung
dengan perangkat elektronik maka berbagai macam perangkat elektronik
dapat kita kontrol namun sebatas menyalakan dan mematikan.
J2ME ini bisa diterapkan di PDA atau smart phone yang menggunakan OS
windows karena TWIDO soft hanya berjalan di atas device yang memiliki
OS windows.
Pada kesempatan ini kami menggunakan laptop sebagai pocket PC yang
akan langsung berhubungan dengan user.
DAFTAR PUSTAKA
1. Eklund, Torbjorn; Svensson, David. Mui: Controling Equipment Via
Migrating User Interface, Departement of Computer science, Lund Institute
of Technology, Juli 2005.
2. Java TM APIs for Buetooth TM Wireless Technology (JSR-82),
Specification Version 1.0a, JavaTM 2 Platform, Micro Edition,
www.java.sun.com.
3. BLUETOOTH SPECIFICATION Version 1.1, www.Buetooth.com.
4. Java API for Buetooth Wireless Technology mailinglist,
www.JABWT.yahoogroups.com.
5. Programmable Logic Controllers (PLCs), www.its-ltd.co.uk.
6. Programmable logic controllers elevators flow char, www.entertron.com.
PKMT-1-20-1
ABSTRAK
Kata kunci:
PKMT-1-21-1
DISPENSER MULTIFUNGSI
ABSTRAK
Pada program kreativitas mahasiswa untuk penerapan teknologi ini objek yang
dijadikan perancangan adalah dispenser dengan fasilitas untuk air panas, air
dingin, dan fasilitas kulkas dibawahnya. Penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap
yang meliputi : Menentukan spesifikasi dispenser yang diinginkan konsumen,
menentukan tingkat kenyamanan pengguna dispenser, implimentasi perancangan
dispenser. Tahap pertama adalah mencari kebutuhan konsumen pengguna
dispenser melalui kuesioner. Tahap Kedua yaitu Untuk mendapatkan kenyamanan
konsumen. sehingga pengguna bisa merasa nyaman. Sehingga diperoleh ukuran-
ukuran kenyamanan dispenser tersebut. Tahap Ketiga yaitu implikasi
perancangan dispenser. Dispenser yang dikembangkan ini secara umum
menyediakan minuman panas dan dingin yang berupa air putih biasa, minuman
sirup dan minuman dari bahan serbuk yang kesemuanya bekerja dengan
pencampuran otomatis. Dari sistem kerja yang telah dikembangkan tersebut,
telah melahirkan sebuah inovasi baru untuk sebuah dispenser yang telah sesuai
dengan permintaan pasar serta telah memperhatikan spesifikasi ukuran yang
ergonomis untuk memberikan kenyamanan pengguna.
PENDAHULUAN
Pada era global sekarang, yang ditandai oleh revolusi teknologi dan
informasi, terjadi perubahan pola pikir dan pola hidup di masyarakat. Kemudahan
yang diperoleh teknologi dan informasi telah menyebabkan kompetisi produk
yang ketat. Pelanggan (customer) memiliki banyak pilihan dan menjadi sulit
untuk dipuaskan, karena telah terjadi pergeseran yang semula hanya untuk
memenuhi kebutuhan, meningkat menjadi harapan (expectation) untuk memenuhi
kepuasan. (Yamit, 2001 : 74) Untuk memenangkan persaingan, diperlukan strategi
yang tepat, dengan memperhatikan perubahan kebutuhan pelanggan,
kenyamanan, dan teknologinya
Keinginan dan tuntutan pelanggan yang selalu berkembang mengakibatkan
semakin pendeknya usia suatu produk. Untuk mewujudkan keinginan pelanggan
tersebut diperlukan imajinasi dan inovasi dalam mengidentifikasi sekaligus
memanfaatkan peluang yang ada agar dapat memenuhi keinginan pelanggan.
(Yamit, 2001 : 100)
Dispenser merupakan salah satu produk industri yang digunakan sebagai
perlengkapan kehidupan sehari-hari oleh masyarakat luas sekarang yang telah
mengalami banyak perubahan. Namun dengan semakin besarnya permintaan pasar
maka banyak bermunculan perusahaan-perusahaan baru dan sejenis yang
memproduksi dispenser dengan menggunakan strategi bisnis (low cost) harga
yang lebih murah ( Yamit, 2001 : 100), tetapi lupa menginterpretasikan kualitas
serta fungsi fasilitas yang ada. Banyak produk dispenser yang berdatangan dari
PKMT-1-21-2
luar negeri masuk ke pasaran yang justru malah merusak pangsa pasar dispenser.
Hal ini dikarenakan produk yang dikeluarkan memiliki kualitas yang buruk dan
mudah rusak. Keadaan ini menyebabkan pengguna dispenser merasa tidak puas
dengan kegunaan dispenser yang ada sekarang, karena dispenser yang ada
sekarang belum bisa memenuhi keinginan penggunanya.
Suatu perancangan atau disain suatu produk harus dapat memberikan
kenyamanan dan kemudahan bagi penggunanya. Dengan demikian produk yang
dibuat harus melibatkan masalah ergonomi. Hal tersebut dapat dicapai dengan
memberikan desain produk dan fasilitas yang lebih baik terhadap produk tersebut,
sehingga dapat memudahkan pengguna mendapatkan apa yang diinginkannya.
Dalam memenuhi tujuan perancangan atau desain produk baru yang sesuai dengan
kebutuhan manusia, digunakan dimensi manusia dan keinginanan pengguna
terhadap kenyamanan produk tersebut.
Seperti yang telah diungkapkan oleh Iftikar Z Sutalaksana bahwa perancang
untuk meramu masing-masing informasi yang didapat dari disiplin ilmu yang
kemudian menggunakannya untuk merancang fasilitas sedemikian hingga
mencapai kegunaan optimal. Untuk itu pada penelitian ini penulis membuat desain
ulang (redesign) pada produk dispenser berdasarkan kenyamanan dan data
antropometri, selain itu juga disertai dengan gambaran arsitektur produk.
Mengingat produk dispenser yang sekarang ada dipasaran masih kurang
memperhatikan dimensi ukurannya seperti pada tinggi kran air minum,
penempatan sistem kontrol, bentuk sistem kontrol. Juga dispenser yang ada
dipasaran sekarang ini belum memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi
penggunanya, seperti fasilitas yang diberikan oleh dispenser tersebut.
Keadaan ini menyebabkan pengguna dispenser merasa tidak puas dengan
kegunaan dispenser yang ada sekarang, karena dispenser yang ada sekarang belum
bisa memenuhi keinginan penggunanya. Pengguna dispenser menginginkan
produk dispenser dengan kualitas yang baik dan bernilai ekonomis. Maka untuk
mengatasi semakin menurunnya kepuasan dan kepercayaan pengguna dispenser,
diperlukan adanya pengembangan dari dispenser yang ada sekarang. Penelitian ini
akan membahas dengan jelas dan lengkap tentang keinginan spesifikasi seperti
apakah yang benar-benar dibutuhkan konsumen. Penelitian ini juga
menginterpretasikan fasilitas dan rancangan seperti apakah yang dapat
memberikan kenyaman bagi pengguna dispenser.
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Untuk dapat menjelaskan waktu kegiatan program penelitian maka dibentuk
jadwal kegiatan sebagai berikut:
Estimasi biaya
Penyusunan proposal
Presentasi proposal
Pembuatan produk
Penyusunan laporan
Pengumpulan Laporan
Tabel 2. Bahan-Bahan
Ukuran /
Sub Sistem Komponen banyak
Pendingin Compressor 1/6 pk
Condensor 12 U
Evaporator (Kulkas) 1 buah
Evaporator tabung air 1 roll (15 m)
Tabung air 3 buah
Sterofom Plat 1 lembar
Freon R 12 Ref 2 kg
Filter 1 buah
Kapiler 0,26 1 buah
Thermostat 1 buah
Plat emboss 1 lembar
Panas Tabung Hot 3 buah
Pencampuran Motor + Kipas 2 buah
Switch 1 knop 2 kabel 2 buah
Pengapung 2 buah
Tabung Pencampuran 2 buah
Instalasi Listrik Kabel 5m
Skun kabel 20 buah
Plastik Skun 20 buah
Switch power + L B 1 buah
Switch power + L + kecil 2 buah
Steker 1 buah
Komponen Pendukung kran air 2 buah
Selang air dispenser 13 buah
Tabung input 1 buah
Tabung Sirup 1 buah
PKMT-1-21-4
Rak 4 buah
kaki kulkas 4 buah
alumunium voil 1 roll
glas bull 4 lembar
Insulok 30 buah
Casshing Plat Samping 1 batang
Casshing depan 1 lembar
Menetapkan Mendesain
Pernyataan Identifikasi spesifikasi konsep
keb.pelanggan & target produk
Menciptaka Menguji
n spesifikasi konsep
akhir produk
1. Pernyataan Misi
Pernyataan misi menjelaskan kemana arah yang akan dituju, tetapi tidak
menjelaskan tempat tujuan dan cara untuk mencapainya. Pernyataan misi
merupakan hasil dari kreativitas perencanaan produk yang diuraikan.
2. Identifikasi Kebutuhan Pelanggan
Identifikasi kebutuhan pelanggan sendiri adalah sebuah proses yang dibagi
menjadi lima tahap. ( Ulrich dan Eppinger, 2001 ).
a. Mengumpulkan data mentah dari pelanggan.
b. Menginterpretasikan data mentah menjadi kebutuhan pelanggan
c. Mengorganisasikan kebutuhan pelanggan
d. Menetapkan derajat kepentingan relatif setiap kebutuhan
e. Menganalisa hasil dan proses
3. Spesifikasi Produk
Spesifikasi produk adalah menjelaskan tentang hal-hal yang harus dilakukan
oleh sebuah produk pada kondisi ideal proses pengembangan produk
terlebih dahulu membuat spesifikasi produk, lalu mendesain, dan membuat.
Oleh sebab itu target spesifikasi harus diperbaharui setelah konsep terpilih.
Target spesifikasi mula-mula dipersiapkan diawal dan merupakan harapan
dari tim pengembangan. Output dari langkah ini adalah suatu daftar
PKMT-1-21-5
spesifikasi target. Setiap spesifikasi terdiri dari suatu metrik (besaran), serta
nilai-nilai batas dan ideal untuk besaran tersebut.
4. Mendisain konsep baru
Dengan melihat kekuarangan/keterbatasan yang ada pada produk sekarang,
baik dari fungsi, fasilitas, dan dimensi produk.
Dilakukan perbaikan dengan mengacu pada metode pengembangan sistem
dan ergonomi.
5. Menguji konsep produk
Dengan melakukan pengujian secara manual, dengan pendekatan sistem
yang sesuai dengan konsep.
6. Menciptakan spesifikasi akhir
Merealisasikan hasil pengembangan konsep menjadi sebuah produk yang
sesuai dengan konsep.
1. Ukuran
- Panjang 45 cm
- Lebar 45 cm
- Tinggi 113 cm
- Tinggi Kran 80 cm
2. Keluaran - Air tawar panas dan
dingin
- Minuman aneka rasa
panas dan dingin
- Kulkas
- freezer
KESIMPULAN
1. Perubahan ketinggian dispenser antara kondisi awal yaitu 100 cm menjadi
113 cm, hal ini disesuaikan dengan sikap pengguna saat mengangkat galon
ke atas dispenser. Sehingga saat mengangkat galon, lengan kita mempunyai
gaya angkat yang kuat.
2. Perubahan ketinggian kran dari kondisi awal adalah 75 sampai 80 cm
menjadi 85 cm, hal ini disesuaikan dengan tinggi siku berdiri, sehingga
pengguna saat mengambil air tidak perlu membungkuk, karena jika
membungkuk akan mengakibatkan perubahan sikap. Sehingga dengan
perbaikan tinggi kran ini diharapkan pengguna tidak perlu membungkuk
lagi, dengan begitu akan memberikan kenyamanan tersendiri bagi pengguna.
3. Sistem kontrol ditempatkan didepan yang mana pada kondisi sebelumnya
ditempatkan dibelakang/ disamping, hal ini dilakukan agar mudah dijangkau
dan pengguna mempunyai pandangan yang penuh terhadap sistem kontrol.
4. Perancangan sistem kontrol untuk kekentalan minuman aneka rasa dan
kontrol freezer, dikarenakan adanya penambahan fasilitas pada dispenser.
5. Kran yang digunakan sebanyak 4 buah dengan sistem dorong. Sistem
dorong Ini bertujuan untuk agar aktifitas yang dikerjakan lebih efektif dan
efisien, selain itu juga agar orang yang mempinyai cacat salah satu
tangannya bisa juga menggunakan.
PKMT-1-21-7
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofyan. 1993. Manajemen Produksi Dan Operasi. Jakarta : Lembaga
Penerbitan FE UI.
Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka
Cipta.
Cohen, Lou, 1995, How to Make QFD Work For You, Addison Wesley, USA.
DeGarmo, E. Paul dkk. 2001. Ekonomi Teknik Jilid 2. Jakarta : SMTG Desa
Putera.
Feigenbaum. Arman. V, 1986. Total Quality Control, Mc Graw-Hill, International
Edition, Industrial Enginer Series. New York.
PKMT-1-21-8
ABSTRAK
Kata kunci:
PKMT-1-23-1
ABSTRAK
Kata kunci:
PKMT-2-1-1
RANCANG ULANG
WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS
ABSTRAK
Perancangan wheelbarrow dilakukan mengingat kegunaannya yang sangat
dibutuhkan untuk menunjang aktivitas pembangunan sarana fisik. Selain itu, pada
penggunaan wheelbarrow ditemui adanya keluhan pada para pengguna,
diantaranya handlenya yang keras yang dapat menimbulkan cedera pada bagian
telapak tangan, saat unloading pengguna harus terlebih dahulu mengangkat
wheelbarrow dengan kemiringan tertentu sehingga pengguna butuh energi yang
cukup besar, pengguna harus membungkuk atau jongkok terlebih dahulu pada
saat akan menggunakan wheelbarrow. Masalah lain yang ditemui pada
wheelbarrow saat ini adalah masalah harga jual wheelbarrow yang cukup tinggi.
Oleh karena itu dilakukanlah perancangan ulang untuk mendapatkan
wheelbarrow yang lebih ergonomis dan ekonomis dan dapat dibuat prototipenya.
Proses perancangan ulang dilakukan dalam enam fase yaitu, fase pemunculan
ide, fase kajian ergonomis, fase kajian teknis dan ekonomis, fase desain, fase
proses produksi rancangan dan fase perbandingan. Perubahan yang dilakukan
pada wheelbarrow rancangan adalah perubahan sistem penyangga, penggunaan
rem, penggunaan handle yang lebih panjang dengan bahan busa dan perubahan
bentuk bak. Kelebihan yang dimiliki oleh wheelbarrow rancangan dibandingkan
dengan wheelbarrow saat ini adalah dapat mengurangi resiko cedera, dapat
mempermudah penggunaan wheelbarrow, dapat mengurangi konsumsi energi dan
dapat diproduksi oleh IKM (Industri Kecil Menengah). Dengan adanya
wheelbarrow yang ergonomis, maka diharapkan operator dapat bekerja dengan
ENASE, sehingga kesulitan dan keluhan yang dirasakan dapat diminimasi
PENDAHULUAN
Pengembangan produk pada suatu industri muncul karena adanya berbagai
persoalan dan keinginan yang timbul dari lingkungan penggunanya. Selain itu
juga disebabkan industri harus menghasilkan produk yang berkualitas tinggi
dengan biaya yang minimum.
Salah satu produk yang penting untuk dirancang ulang adalah wheelbarrow,
yang lebih dikenal dengan nama gerobak sorong. Jika ditinjau dari segi struktur,
maka dapat diketahui bahwa wheelbarrow saat ini, seperti terlihat pada gambar 1,
masih belum memenuhi kaidah ergonomi. Ketidakergonomisan wheelbarrow
dapat dilihat pada handlenya yang keras yang dapat menimbulkan cedera pada
bagian telapak tangan. Selain itu, ketidakergonomisan juga terlihat dari proses
pembongkaran material (unloading). Untuk unloading material dari wheelbarrow,
pengguna harus terlebih dahulu mengangkat wheelbarrow dengan kemiringan
tertentu. Hal ini dapat menyebabkan pengguna harus mengeluarkan energi yang
cukup besar.
PKMT-2-1-2
Panjang wheelbarrow
Lebar
handle
Tinggi
Wheelbarrow
Tinggi handle
wheelbarrow
METODE PENELITIAN
Program ini dilakukan di Kampus Fakultas Teknik Universitas Andalas Air
Tawar. Program ini dimulai pada bulan Februari 2005 dan selesai pada Januari
2006. Lamanya waktu penyelesaian program sangat dipengaruhi oleh waktu yang
dibutuhkan untuk pembuatan prototipe wheelbarrow.
Pelaksanaan program ini dilakukan dalam 6 fase, yaitu:
1. Fase pemunculan ide
Data-data awal yang dikumpulkan dalam tahapan ini meliputi :
PKMT-2-1-3
Fase perbandingan
Fase ini merupakan tahap perbandingan untuk membandingkan produk yang
ada dengan produk hasil rancangan. Fase ini dilakukan dengan
membandingkan struktur wheelbarrow sekarang dan wheelbarrow
rancangan gaya angkat manusia, gaya pada roda dan gaya pada kaki
penyangga terhadap wheelbarrow sekarang dan wheelbarrow rancangan,
proses produksi antara wheelbarrow sekarang dan wheelbarrow rancangan
dan biaya produksi antara antara wheelbarrow sekarang dan wheelbarrow
rancangan. Untuk lebih jelasnya, hasil perbandingan kedua wheelbarrow
dapat dilihat berikut ini.
a. Perbandingan perubahan struktur fisik Wheelbarrow
Setelah dilakukan perbaikan maka tampak perbedaan antara
wheelbarrow sekarang dengan rancangan. Secara lebih jelas,
perbandingan dapat dilihat pada gambar 4.
Sekarang Rancangan
Komponen
Sekarang Rancangan
Pembanding
Ketinggian tangkai
58 cm 67.5
cm
Penyangga 1
Bak
Penambahan rem
Tidak ada
Handle
Wheelbarrow
PKMT-2-1-9
Bak
Rem
Pegas
Pulley
Dari gambar dan tabel dapat dilihat adanya perbedaan antara wheelbarrow
rancangan dengan prototipe yang dihasilkan. Perbedaan-perbedaan itu terdapat
pada :
1. Bentuk bak
Bak prototipe memiliki ujung siku sedangkan di rancangan bak mempunyai
ujung landai. Hal ini terjadi karena tidak tersedianya cetakan seperti
rancangan. Dari data bengkel diketahui bahwa cetakan bisa disediakan dengan
dana lebih kurang Rp. 5.000.000,00. Dan karena dana yang diperoleh tidak
mencukupi maka pembuatan prototipe tidak menggunakan cetakan.
2. Sistem pulley
Di lapangan, sistem pulley diganti dengan sistem pegas karena proses
pembuatannya lebih mudah dan sederhana dan hasil yang didapatkan
dianggap sama.
PKMT-2-1-12
KESIMPULAN
1. Wheelbarrow rancangan lebih ergonomis karena ada beberapa perubahan
diantaranya :
a. Perubahan ketinggian tangkai dari tanah untuk meminimasi membungkuk
pada saat akan mengangkat wheelbarrow
b. Perubahan bentuk dan ukuran penyangga untuk mengakomodasi berbagai
posisi pengangkatan.
c. Perubahan bentuk dan ukuran bak agar pada saat mengangkat dan
mendorong wheelbarrow, beban lebih bertumpu ke bagian depan
sehingga energi yang dikeluarkan pengguna dapat diminimasi.
d. Penambahan rem untuk memudahkan pengguna mengontrol arah gerakan
wheelbarrow di jalan menurun.
e. Perubahan handle untuk memudahkan pengguna membawa wheelbarrow
di jalan mendaki.
2. Prototipe yang dihasilkan berbeda dengan rancangan karena terdapatnya
keterbatasan dana. Namun fungsi yang didapatkan dari prototipe tidak
berbeda dengan rancangan.
DAFTAR PUSTAKA
Meriam, J.L. 1991. Mekanika Teknik : Statika. Jilid I Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga
Monasari, Mia. 2006. Analisis Karakteristik Wheelbarrow Berdasarkan Kriteria
Konsumsi Energi dan Resiko Cedera. Tugas Akhir. Jurusan Teknik
Industri Fakultas Teknik Universitas Andalas
Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi : Konsep dasar dan Aplikasinya. Edisi Pertama.
Jakarta : PT. Guna Widya
Sari, Emelia. 2004. Analisis dan Perancangan Ulang Leaf Trolys yang Memenuhi
Kaidah-Kaidah Ergonomi di PTP. Nusantara VI Pabrik Teh danau
Kembar, Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Andalas
Sumanth, David; J. Phd. 1984. Productivity Engineering and Management. Mc.
Graw-Hill Book Company
PKMT-2-2-1
ABSTRAK
Pencurian sepeda motor merupakan suatu hal yang sering terjadi di sekitar kita.
Untuk mengurangi tingkat pencurian tersebut, diperlukan suatu alat pengaman
yang lebih canggih, salah satunya dengan memanfaatkan gelombang
elektromagnet. Pada penelitian ini dilakukan suatu pengukuran dan analisis
terhadap rangkaian pengirim dan rangkaian penerima. Dengan demikian akan
dimodifikasi rangkaian tersebut menjadi suatu alat yang dapat digunakan sebagai
pengaman sepeda motor. Dari penelitian tersebut diketahui besarnya frekuensi
yang dihasilkan, yaitu sebesar 61253,49 Hz atau 61,25 MHz dan memiliki
jangkauan pemancaran mencapai radius 100 meter.
PENDAHULUAN
Krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia dari tahun 1997 yang
hingga saat ini belum mereda menyebabkan turunnya taraf hidup masyarakat. Hal
ini terbukti dengan meningkatnya pengangguran dari tahun ke tahun dan semakin
banyaknya perbuatan-perbuatan atau tindakan kriminalitas. Tuntutan ekonomi dan
keinginan sekelompok masyarakat untuk mendapatkan uang secara cepat dan
mudah semakin marak dilakukan. Salah satunya adalah pencurian sepeda motor
yang hingga saat ini masih menimbulkan rasa khawatir di kalangan masyarakat.
Sepeda motor merupakan salah satu kendaraan yang memiliki nilai ekonomi
yang tinggi baik di desa maupun di kota. Kejadian pencurian sepeda motor
semakin tahun semakin meningkat. Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin
maraknya pencurian sepeda motor, seperti di kampus, pusat pertokoan dan
berbagai tempat keramaian lainnya.
Sejauh ini, alat pengaman sepeda motor kebanyakan masih bersifat
pengamanan secara fisik, misalnya dengan menambah kunci pengaman di cakram,
di rantai dan lain sebagainya. Seiring dengan perkembangan zaman, maka perlu
dikembangkan sebuah alat pengaman sepeda motor yang memanfaatkan
gelombang elektromagnatik. Shen dan Kong (2001) mengemukakan bahwa
gelombang elektromagnet dapat merambat pada medium tak terbatas dan dalam
ruang hampa gelombang ini merambat dengan kecepatan yang sama, yaitu 3 x 108
m/s. Dengan demikian gelombang elektromagnetik dapat dimanfaatkan sebagai
alat pengaman sepeda motor.
Dalam penelitian ini akan dipelajari bagaimana membuat suatu alat
pengaman sepeda motor dengan memodifikasi rangkaian elektronik yang ada di
pasaran. Modifikasi ini dilakukan pada pesawat pemancar dan pesawat penerima,
terutama pada rangkaian osilator yang menghasilkan gelombang elektromagnetik.
Wasito (2004) menerangkan bahwa rangkaian osilator merupakan pembangkit
gelombang sinusoida. Gelombang yang dihasilkan berasal dari gerak random
elektron-elektron di dalam resistor yang kemudian diumpan balik dan diperkuat
PKMT-2-2-2
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Oktober Tahun
2005 dengan lokasi penelitian di laboratorium Fisika Fakultas MIPA UNIB serta
lingkungan sekitar Laboratorium.
Metode yang digunakan dalam teknologi ini adalah analisis dan pengujian
terhadap alat elektronik yang berupa pesawat pemancar dan pesawat penerima.
Berdasarkan analisis terhadap alat-alat elektronik di atas, maka kedua rangkaian
tersebut dapat dimodifikasi menjadi alat pengaman sepeda motor yang sangat
berkualitas.
Prinsip dasar yang digunakan pada alat ini adalah dengan meletakkan
pesawat pengirim pada sepeda motor, dalam hal ini rangkaian tersebut dapat
menghasilkan gelombang elektromagnetik yang dapat menembus zat padat
sehingga alat tersebut dapat diletakkan pada tempat yang tersembunyi (pada
kendaraan). Sinyal yang dihasilkan pada pesawat pemancar akan ditangkap oleh
pesawat penerima yang dimiliki oleh pemilik sepeda motor. Pesawat pemancar
akan menghasilkan gelombang elektromagnetik dan tidak menghasilkan bunyi,
sedangkan pesawat penerima akan menangkap sinyal tersebut dan menghasilkan
bunyi.
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah Osiloskop, alat ini
digunakan untuk melihat sinyal keluaran dan frekuensi yang yang dihasilkan oleh
setiap rangkaian. Multitester, alat ini digunakan sebagai pengukur komponen pasif
serta mengukur besarnya arus dan tegangan pada rangkaian. Solder dan desolder,
alat ini digunakan sebagai pematri timah untuk melekatkan kaki komponen pada
papan PCB. Pistol tembak dan Lem tembak digunakan sebagai penguat komponen
agar terhindar dari goncangan, kelembaban dan hubungan singkat. Tool Set, alat
PKMT-2-2-3
ini digunakan sebagai peralatan penunjang atau pelengkap pada setiap aktivitas
penelitian, seperti pemasangan rangkaian pada sepeda motor. Sepeda motor
digunakan untuk bahan eksperimen dalam peletakan rangkaian. Buku Kerja, buku
ini digunakan untuk mencatat setiap data yang diperoleh dan mencatat seluruh
proses kegiatan, termasuk dalam perancangan alat.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini berupa beberapa jenis resistor,
kapasitor, dioda, transistor, IC 31127187, IC 291N0338, timah, kabel, speaker,
larutan Ferrit Clorit dan bahan-bahan penunjang lainnya.
Penelitian ini melalui beberapa tahap. Tahap pertama merupakan tahap
pembuatan atau perancangan pesawat pemancar dan pesawat penerima.
Perancangan alat ini dilakukan dengan memodifikasi rangkaian-rangkaian
elektronik yang ada di pasaran dengan membagi rangkaian tersebut menjadi blok-
blok sesuai dengan prinsip kerjanya.
Blok diagram tersebut digambar di kertas kerja dan disederhanakan,
sehingga diketahui secara detil fungsi dari masing-masing blok diagram tersebut.
Setelah gambar cukup baik, maka pekerjaan dilanjutkan dengan pengerjaan PCB
(Print Circuit Board). Desain gambar tersebut disalin pada PCB dengan
menggunakan spidol. Setelah PCB selesai dikerjakan, dilakukan pelarutan
terhadap PCB tersebut sehingga menghasilkan jalur-jalur rangkaian. Setelah
terdapat jalur rangkaian di PCB, maka pekerjaan dapat dilanjutkan dengan
menentukan setiap komponen yang akan dipasang pada PCB tersebut dengan
berpatokan pada pesawat pemancar dan pesawat penerima yang telah ada. Tahap
ini dilakukan di Laboratorium Elektronika Fisika FMIPA Universitas Bengkulu.
Tahap kedua merupakan penyiapan terhadap beberapa komponen yang akan
dipasang beserta penyiapan beberapa variasi besarnya komponen yang akan
dipasang pada jalur rangkaian tersebut. Selain pembelian dan penyiapan
komponen, pada tahap ini juga dilakukan pengetesan beberapa alat yang akan
dipakai, seperti osiloskop, multimeter, solder, desolder dan beberapa alat
penunjang lainnya. Setelah semua komponen dan peralatan siap, maka tahap
selanjutnya adalah perakitan dan pemasangan komponen pada PCB.
Tahap ketiga merupakan tahap perakitan dan pemasangan komponen pada
PCB. Pada tahap ini, hal pertama yang harus dilakukan adalah proses pengeboran
PCB. Proses ini dilakukan untuk meletakkan kaki komponen agar menempel pada
jalur yang telah ditetapkan. Setelah PCB dibor sesuai dengan kaki komponen yang
akan dipasang, maka kegiatan selanjutnya adalah pemasangan komponen pada
PCB. Pemasangan atau peletakkan komponen pada PCB dilakukan dengan
menggunakan timah yang dipanaskan oleh solder. Pemasangan ini harus
dilakukan dengan secara teliti dan hati-hati. Hal ini dimaksudkan supaya tidak
terjadi kesalahan pada pemasangan komponen dan tidak terjadi hubungan singkat
antara setiap komponen. Timah tersebut dipanaskan dan diberikan secara sedikit
demi sedikit agar timah tersebut tidak meluas dan tidak terhubung dengan jalur-
jalur yang lain.
Setelah pemasangan dan peletakkan komponen selesai dilakukan, maka
kegiatan selanjutnya adalah perapian rangkaian. Perapian rangkaian ini dilakukan
dengan memotong kaki komponen yang berlebihan dan pembersihan sisa timah
yang tidak bermanfaat. Hal ini dilakukan agar rangkaian dapat bekerja dengan
baik dan tidak terganggu oleh timah dan kaki komponen yang berlebihan. Setelah
PKMT-2-2-4
rangkaian bersih dan rapi, maka tahap selanjutnya adalah pengetesan rangkaian
pada beberapa peralatan yang telah disiapkan.
Tahap keempat merupakan tahap pengecekan dan pengetesan masing-
masing rangkaian. Untuk mengetahui hasil kerja dari rangkaian tersebut maka
dilakukan pengetesan pesawat pemancar dan pesawat penerima dengan mengukur
tegangan dan arus listrik di setiap titik dengan menggunakan multimeter, setelah
dilakukan pengukuran tegangan dan arus listrik, maka pengukuran selanjutnya
adalah pengukuran frekuensi pada output osilator dan output antena dengan
menggunakan osiloskop. Pada pengukuran ini dilakukan perubahan beberapa
komponen seperti kapasitor agar mendapatkan gambaran grafik yang sempurna
pada layar osiloskop. Grafik yang sempurna dapat ditunjukkan dengan bentuk
grafik yang tidak cacat pada layar osiloskop. Setelah mendapat gambaran grafik
yang baik, maka proses selanjutnya mengukur daya pancaran pada masing-masing
antena dengan menggunakan SWR meter.
Pengetesan rangkaian pemancar diawali dengan memberikan sumber
tegangan pada rangkaian tersebut. Hal-hal yang diukur antara lain melakukan
perubahan nilai kapasitor (C) pada osilator, sehingga menghasilkan nilai frekuensi
yang berbeda-beda pada outputnya. Setelah itu dilakukan pengetesan rangkaian
penerima yang diawali dengan memberikan sumbar tegangan pada rangkaian
tersebut. Hal-hal yang diukur antara lain melakukan pengukuran pada input RF,
output osilator dan melakukan perubahan nilai kapasitor (C) pada osilator,
sehingga menghasilkan nilai frekuensi yang berbeda-beda.
Selain pengukuran tegangan dan arus listrik pada setiap titik, pengukuran
frekuensi juga dilakukan pada pesawat pemancar dan pesawat penerima serta
pengukuran juga dilakukan pada output generator nada dan pengukuran daya pada
antena. Setelah terjadi sinkronisasi antara frekuensi pesawat pemancar dan
pesawat penerima, maka tahap selanjutnya adalah melakukan penguatan pada
masing-masing rangkaian dengan menganti transistor pada bagian penguatan
daya. Thoyib dan Soegianto (1979) mengemukakan bahwa dasar dari tujuan
penguat daya adalah untuk meningkatkan besarnya tegangan dan arus antara daya
input sinyal, dimana yang termasuk jenis ini adalah jenis penguat tegangan dan
penguat daya. Suatu penguat daya adalah khusus untuk menghasilkan suatu harga
yang lebih besar dari inputnya. Selain itu penguatan daya juga dimaksudkan untuk
memperoleh jangkauan pancaran yang luas dan kinerja pesawat lebih maksimal.
Tahap kelima merupakan tahap pemasangan alat pengaman pada sepeda
motor. Menurut Shen dan Kong (2001) rangkaian pemancar dapat bekerja dan
memancarkan gelombang elektromagnetik pada medium tak terbatas, dengan
demikian alat ini dapat di letakkan di tempat yang tersembunyi, misalnya di
bawah jok motor atau di samping tempat aki. Setelah terpasang kemudian
dilakukan pengujian mengenai kerja alat dan jangkauan pancaran yang dihasilkan.
Thoyib dan Soegianto (1979) mengemukakan bahwa untuk meningkatkan
jangkauan pemancaran, maka diperlukan sebuah penguat daya yang prinsip
kerjanya meningkatkan besarnya tegangan dan arus pada keluarannya. Impedansi
pada suatu penguat daya dipilih sedemikian rupa, sehingga dapat memberikan
daya yang tinggi dengan distorsi atau noise yang kecil, sehingga diperoleh
efisiensi yang maksimum.
Pada tahap kelima ini juga dilakukan perapian pada rangkaian penerima.
Rangkaian penerima diisolasi menggunakan lem tembak untuk menghindari
PKMT-2-2-5
1
f res =
2 R C
PKMT-2-2-6
80000
70000
60000
Frekuensi (Hz) 50000 Kapasitas Kapsitor
(nF)
40000
Frekuensi (Hz)
30000
20000
10000
0
0
10
30
50
70
90
20
40
60
Kapasitas Kapasitor (nF)
Penguat Antena
Osilator pemancar
Osilator
Osilator
Antena Penguat
penerima Mixer tegangan
Saat diberi catu daya seluruh sistem akan bekerja, dimana rangkaian
osilator menghasilkan sinyal dengan frekuensi tertentu. Dennis (1992)
mengemukakan bahwa sinyal yang dihasilkan oleh osilator masih sangat rendah,
maka diperlukan penguat yang disebut penguat RF (Radio Frequency). Rangkaian
penguat RF diteruskan ke rangkaian buffer. Rangkaian Buffer selain dapat
memperkuat daya, juga mampu mengemudi untuk dapat disesuaikan ke rangkaian
berikutnya. Dengan demikian, rangkaian osilator selanjutnya diperkuat oleh
penguat osilator yang menggunakan transistor yang bekerja pada penguat kelas C.
hasil penguatan ini selanjutnya diteruskan ke antena untuk dipancarkan ke
rangkaian penerima.
Antena penerima akan menangkap sinyal yang lemah dan dikuatkan oleh
penguat RF, osilator lokal akan berosilasi dan akan mengakibatkan teresonansinya
sinyal dari pemancar. Hasil dari resonansi tersebut akan diperkuat oleh penguat
tegangan yang selanjutnya menyulut generator sinyal agar menghasilkan suara.
Sehingga apabila ada gangguan pada stop kontak sepeda motor, maka pesawat
pemancar akan bekerja dan pesawat penerima (alarm) yang ada pada pemiliknya
akan berbunyi.
Kelebihan pada penggunaan olsilator lokal adalah apabila rangkaian atau
pesawat penngirim tidak menirimkan sinyal, maka rangkaian penerima atau
PKMT-2-2-8
pesawat penerima tidak akan tersulut dan tidak akan memberikan sinyal masukan.
Sehingga pesawat penerima tidak akan menghasilkan noise atau suara berdesis
jika diaktifkan. Dan pesawat penerima ini akan mennghasilakan nada atau bunyi
jika rangkaian pengirim bekerja.
Untuk menghindari adanya kesamaan frekuensi pada masing-masing alat,
maka divariasikan nilai kapasitor pada rangkaian osilator. Hal ini dimaksudkan
agar frekuensi yang dihasilkan pada masing-masing alat berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Penggunaan nilai kapasitor pada satu set alat harus sesuai
antara rangkaian pemancar dan rangkaian penerima. Dengan demikian akan
terjadi resonansi sehingga sinyal dapat diterima oleh rangkaian penerima.
Alat ini menggunakan frekuensi rendah atau lebih dikenal dengan Very Low
Frequency (VLF), karena pada rentang frekuensi ini jarang digunakan di daratan
dan tidak mengganggu lalu lintas frekuensi yang lain. Setelah dilakukan
perhitungan dan pengukuran menggunakan osiloskop, alat ini menggunakan
frekuensi 61253,49 Hz atau 61,25 MHz dan frekuensi ini termasuk dalam rentang
VLF.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa besarnya jangkauan
pemancaran yang dihasilkan sangat tergantung pada sistem penguatan rangkaian
pemancar. Radius pemancaran yang dihasilkan mencapai jarak 100 meter
dengan nilai frekuensi yang dihasilkan sebesar 61253,49 Hz atau 61,25 MHz.
DAFTAR PUSTAKA
Paul B.Z., 1990. Basic Electronics. Singapore; McGraw-Hill Publishing Company
Roddy, Dennis. 1992. Komunikasi Elektronika.Jakarta; Erlangga
Shen, Liang Chi dan Jin Au Kong. 2001. Aplikasi Elektromagnetik. Jakarta;
Erlangga
Thoyib dan Soegianto. 1979. Teknik Elektronika komunikasi. Jakarta; Depdikbud.
Wasito S. 1991. Berbagai Proyek Untuk Servis dan Hobi. Jakarta; Karya Utama
Wasito S. 2004. Vademekum Elektronika. Jakrta; PT. Gramedia Pustaka Utama
PKMT-2-3-1
ABSTRAK
Sebagai persiapannya menghadapi krisis energi global 2020, PBB dalam Kyoto
Protocol mengatur beberapa hal guna (i) mengurangi emisi karbon, (ii) mencari
sumber energi alternatif, (iii) sumber energi yang cocok untuk wilayah pedesaan
dan pinggiran kota, (iv) menurunkan tingkat ketergantungan terhadap energi
karbon dan (v) meningkatkan tingkat perkenomonian negara tertinggal/miskin
dan berkembang. Para ahli menyebutkan, Indonesia akan menjadi pengimpor
bahan bakar minyak dan gas pada 10 tahun mendatang. Sebagai solusi,
Pemerintah menaikkan harga BBM secara berkala yang akan berimbas pada
kehidupan masyarakat menengah ke bawah. Provinsi Lampung memiliki potensi
wilayah pertanian dan perkebunan yang sangat luas. Masalah pengairan selalu
menjadi salah satu faktor utama. Kondisi kecepatan angin di daerah Lampung
berkisar antara 3-10 m/detik cocok untuk dikembangkannya Pompa Kapiler
Mekanik Tenaga Angin (PKMTA) guna mengatasi hal ini. Riset yang dilakukan
masih dalam skala laboratorium, sehingga fluktuasi angin yang berubah cepat
serta faktor-faktor penghambat yang sering muncul di lapangan tidak
diperhitungkan (diabaikan). Faktor keberhasilan riset prototipe ini adalah : (1)
tingkat pengetahuan konsumen (petani) tentang suku cadang PKMTA sebesar 85
%; (2) sebaran suku cadang di pasar tingkat kabupaten dan kota mencapai 90 %;
dan (4) kinerja prototipe pada 7 hari amatan (24 jam) mengindikasikan
perpindahan air dapat dilakukan terus menerus walaupun tidak konstan
(berfluktuasi terhadap angin). Hasil simulasi untuk prototipe jenis savonius ini
menunjukkan hasil yang sangat memuaskan, yaitu 201,35 ml/s. Hasil tersebut
memperlihatkan bahwa turbin tipe savonius sangat cocok dikembangkan di
daerah dengan kapasitas angin rendah, misalnya di Propinsi Lampung.
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Sebagai persiapan menghadapi krisis energi global 2020, PBB dalam Kyoto
Protocol (Kyoto Protocol - UNFCCC, 1997) dalam makalah Bohringer C
(2002) dan Pan Horan (2005) menyebutkan bahwa bahwa tujuan utama KP
adalah (i) mengurangi emisi karbon, (ii) mencari sumber energi alternatif, (iii)
sumber energi yang cocok untuk wilayah pedesaan dan pinggiran kota, (iv)
menurunkan tingkat ketergantungan terhadap energi karbon dan (v) meningkatkan
tingkat perkenomonian negara tertinggal/miskin dan berkembang.
PKMT-2-3-2
b. Identifikasi Masalah
Pengembangan Riset Berkelanjutan untuk Implementasi Produk Pompa Air
Tenaga Angin
Labib A.W. (2000) menyatakan bahwa suatu produk dapat bersaing secara
kompetitif apabila dapat memenuhi beberapa kriteria konsumen di era modern,
yaitu (1) estetika, (2) kualitas, (3) bahan/material, (4) harga bersaing dan (5)
faktor lingkungan. Untuk merumuskan kelima faktor tersebut ke dalam
serangkaian proses manufaktur sangat diperlukan suatu studi mengani kinerja
model atau pompa kapiler mekanik produk yang akan dipasarkan. Salah satu
luaran yang akan dicapai dari riset pompa kapiler mekanik ini adalah tersedianya
pompa air tenaga angin yang dapat dijangkau oleh masyarakat, khususnya petani
tradisional.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu dilakukan suatu studi
komprehensif lanjutan guna memperdalam kajian performan produk melalui
pompa kapiler mekaniknya sebelum diproduksi atau dikenalkan ke masyarakat
tersebut. Di samping itu juga, Hannam R (1999) dalam bukunya menyatakan
bahwa aktualitas informasi dan kelengkapan informasi merupakan sumber utama
PKMT-2-3-3
(a) (b)
Gambar 1. Foto dokumentasi double acting Savonius Wind Pump: (a) Foto
konstruksi secara keseluruhan, (b) foto pompa tangan (Geoff Egel,
Venezuela 2002).
PKMT-2-3-4
c. Perumusan Masalah
Labib A.W. (2000) menyatakan bahwa suatu produk dapat bersaing secara
kompetitif apabila dapat memenuhi beberapa kriteria konsumen di era modern,
yaitu (1) estetika, (2) kualitas, (3) bahan/material, (4) harga bersaing dan (5)
faktor lingkungan. Untuk merumuskan kelima faktor tersebut ke dalam
serangkaian proses manufaktur sangat diperlukan suatu studi mengenai kinerja
model atau prototipe produk yang akan dipasarkan. Salah satu luaran yang akan
dicapai dan riset prototipe ini adalah tersedianya pompa air tenaga angin yang
dapat dijangkau oleh masyarakat, khususnya petani tradisional. Untuk mencapai
tujuan tersebut maka perlu dilakukan suatu studi komprehensif lanjutan guna
memperdalam kajian performan produk melalui prototipenya sebelum diproduksi
atau dikenalkan ke masyarakat tersebut. Di samping itu juga, Hannam R (1999)
dalam bukunya menyatakan bahwa aktualitas informasi dan kelengkapan
informasi merupakan sumber utama bagi suatu upaya pengembangan produk.
Dalam kaitan dengan pernyataan tersebut, sangat diharapkan bahwa riset usul
dapat memberikan suatu informasi pembanding bagi program implementasi
pompa air tenaga angin, yaitu dengan menyajikan kinerja jenis prototipe yang
lain. Sebelumnya telah dilaksanakan penelitian prototipe pompa kapiler mekanik
tenaga angin tipe fan dan sedang dalam arah kegiatan aplikasi, dan pembuatan
prototipe pompa kapiler mekanik tenaga angin jenis savonius ini selain sebagai
pembanding juga sebagai kegiatan awal sebelum aplikasinya di seluruh wilayah
lahan kering di Lampung dan seluruh tanah air.
d. Tujuan Program
Secara umum, tujuan studi komprehensif prototipe adalah untuk menentukan
jenis pompa air tenaga angin yang sesuai dengan kondisi lahan aplikasi, yaitu
persawahan lahan kering di wilayah Propinsi Lampung. Di samping itu juga,
dengan adanya pengembangan prototipe model savonius, maka media untuk
mengevaluasi kinerja program studi eksplorasi sumber energi terbarukan di
lingkungan Fakultas Teknik Unila akan semakin baik.
e. Manfaat Program
1. Hasil studi komprehensif dapat memberikan perbandingan mengenai
keunggulan dan kekurangan kedua jenis prototipe terhadap lahan aplikasi
tertentu.
2. Dengan tersedianya dua jenis prototipe pompa air tenaga angin, maka
program pengembangan riset pemberdayaan sumber energi secara terpadu
dapat dilakukan dengan bertahap dan potensi pemilihan lahan aplikasi di
Propinsi Lampung lebih bervariasi.
3. Pembuatan alat ukur laju resapan diharapkan dapat memodelkan bentuk,
jenis karakteristik lahan persawahan. Dengan adanya data pemodelan
tersebut, maka keandalan prototipe dapat diprediksikan.
4. Media penelitian yang menghantarkan program aplikasi pompa kapiler
mekanik tenaga angin untuk diaplikasikan di Propinsi Lampung.
PKMT-2-3-5
METODE PENELITIAN
a. Rancangan Konstruksi dan Sistem Kerja Alat Uji
Konstruksi alat uji terdiri dari lima bagian utama, yaitu : (1) sumber
pembangkit energi angin; (2) lorong angin; (3) sudu turbin angin; (4) sumber
angin; (5) alat pengukur laju resapan air dan (6) kamera pengamat. Gambar 2
memberikan ilustrasi mengenai komponen alat uji.
c. Waktu Pelaksanaan
Penelitian dilakukan selama tujuh bulan, yaitu pada Juli 2005 Oktober
2005.
d. Tempat Pelaksanaan :
a. Survey Data dan Informasi : Warung Internet di Bandar Lampung
b. Perancangan : Laboratorium Metrologi dan Teknologi
Manufaktur Fak. Teknik UNILA
c. Asembling dan Simulasi : Yayasan Pijar Cendikiawan
e. Instrumen Pelaksanaan
Alat pembuatan
(1) tang, (2) alat suntik polimer, (3) cutter, (4) kuas cat, (5) gelas ukur, (6)
kikir besi, (7) mistar ukur, (8) plat dudukan poros untuk mengukur kedataran, (9)
obeng kembang dan biasa, (10) gergaji besi, (11) palu besi, (12) kunci L, (13)
gunting dan (14) pena.
kriteria pokok tersebut agar dapat diterima dan dikembangkan oleh masyarakat
petani.
Pompa Torak
Pompa torak yang digunakan merupakan pompa torak yang telah
dikembangkan pada penelitian sebelumnya, yaitu terbuat dari bahan epoxy resin
dan bahan pengeras, dengan perbandingan volume 300:1 (300 ml epoxy resin dan
1 ml harderner). Untuk meningkatkan berat, maka pada konstruksi torak
disisipkan pipa aluminium yang dililit kawat tembaga. Produk torak yang dibuat
memiliki fungsi yang sama dengan torak pada pompa yang dibuat oleh
manufaktur internasional.
250
200
150
100
50
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Waktu Amatan (menit)
Day-1 Day-2 Day-3 Day-4 Day-5 Day-6 Day-7
KESIMPULAN
Kesimpulan
Secara umum, hasil studi kelayakan memberikan indikasi bahwa
implementasi pompa air tenaga angin dapat dilakukan di Provinsi Lampung
sebagai upaya untuk memberdayakan sumber energi terbarukan SET dan
sebagai alat untuk mengantisipasi bencana krisis energi di masa mendatang.
Prototipe PKMTA tipe savonius sangat cocok dan sesuai jika diterapkan di lahan
pertanian yang berada di Propinsi Lampung. Karena Propinsi ini memiliki range
kecepatan angin 3-10 m/s, dimana kondisi ini mampu untuk menggerakkan
(prototipe) PKMTA tipe savonius.
Hasil studi inii mengidentifikasikan adanya kegagalan dan keberhasilan
prototipe ini. Adapun kedua jenis indikator tersebut adalah sebagai berikut:
Indikator Keberhasilan
Terjadi peningkatan debit air yang sangat signifikan, yaitu dari 97,92 ml/s
menjadi 201,35 ml/s.
Seperti pada hasil penelitian sebelumnya, keterlibatan petani dalam
menentukan karakteristik PKMTA senilai 85 %, tingkat pengetahuan
konsumen cukup baik, dan sebaran komponen di pasar tingkat
kabupaten/kota sebesar 90 %.
Terjadi peningkatan volume output secara signifikan dari PKMTA tipe
savonius terhadap PKMTA tipe fan.
Kinerja prototipe memberikan indikasi bahwa volume air yang dipindahkan
cukup memadai apabila model atau produk pompa ditempatkan pada lahan
persawahan.
Indikator Kegagalan
Reliability prototipe belum dapat ditentukan melalui studi kelayakan yang
telah dilakukan. Selama masa percobaan dan pengambilan data, kondisi
yang dilakukan adalah kondisi konstan dalam rentang waktu yang singkat (7
hari amatan). Sedangkan pada kondisi aktual, kecepatan angin sangat
berfluktuasi yang akan menyebabkan beban kejut pada elemen dan
komponen pompa sangat tinggi. Hal tersebut dapat memicu kegagalan
operasional dalam waktu yang relatif singkat.
Bahan baling-baling yang digunakan sangat getas sehingga menyebabkan
sudu mudah rusak (retak). Bahan baling-baling yang digunakan adalah fiber
yang ada dipasaran, dengan ketebalan 1 mm.
Saran
Karena torsi yang dihasilkan cukup besar, maka kekuatan dari poros dan
baling-baling juga harus diperhitungkan lebih lanjut.
Volume perpindahan air pada prototipe belum memadai dan belum mewakili
volume perpindahan air pada model.
Keandalan prototipe pompa terhadap perubahan tinggi permukaan air belum
dapat ditentukan. Hal tersebut disebabkan karena pada pengujian prototipe,
tinggi permukaan air relatif pendek. Untuk mengatasinya, perlu dilakukan
penelitian lanjutan mengenai kemampuan pompa terhadap tinggi permukaan
air yang sangat bervariasi.
PKMT-2-3-10
DAFTAR PUSTAKA
Anon, (2002), Wind Pump Design & Aplication, World Bank Project of
Venezuela.
BPS Propinsi Lampung, (2000), Data Statistik Propinsi Lampung, BPS Propinsi
Lampung.
Bohringer, C., (2002). Climate politics from Kyoto to Bonn: from little to
nothing?. The Energy Journal, vol. 23 (2), pp. 5171.Elsevier, USA.
Dinas Pertanian Propinsi Lampung, (2000), Data Pertanian Propinsi Lampung,
Dinas Propinsi Lampung.
Geoff Egel (2002), Rural Technology Development of Venezuela Wind Pump,
http://www.ruraltechnolgy.com
Hakim B, Makalah Seminar FORKEI, Pidato Pembukaan Seminar FORKEI,
Implikasi Implementasi RUU Migas dalam Mengantisipasi Krisis Energi
Global, FORKEI, Jakarta.
Hannam. R., (1999), Computer Integrated Manufacturing : From Concept to
Realisation, Addison-Weasley.
Jenkins. N & Walker. JF, (1997), Wind Technology, John Willey & Sons, UK.
Kyoto protocol UNFCCC (1997), Third session of the conference of the parties
to the UNFCCC in Kyoto, Japan.
Labib A.W., (2000), Custumer Design, MSc Module of ASTM, Manufacturing
Division, Mech. Eng. Dept.., UMIST, UK.
Natanegara D, (2001), Makalah Seminar FORKEI, Pidato Pembukaan Seminar
FORKEI, Implikasi Implementasi RUU Migas dalam Mengantisipasi Krisis
Energi Global, FORKEI, Jakarta.
Pan Horan, (2005), The cost efficiency of Kyoto flexible mechanisms: a top-down
study with the GEM-E3 world model, International Journal of
Environmental Modelling & Software, vol. 20, pp. 14011411.
Sanusi B, (2001), Makalah Seminar FORKEI, Pidato Pembukaan Seminar
FORKEI, Implikasi Implementasi RUU Migas dalam Mengantisipasi Krisis
Energi Global, FORKEI, Jakarta.
Stowe (2004), Quality Function Deployment, Stowe Consulting Company of
QFD, Vermont 05672, USA, htp://www.stoweconsultingcompany.com
Sularso & Suga. K, (1987), Dasar-dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen
Mesin, Pradnya Paramitha, Jakarta.
Taufik. A et al, (2004), Teknologi Pemanfaatan Energi Angin Dengan Pompa
Kapiler Mekanik, Makalah Lomba TTG, Balitbangda, Propinsi Lampung.
Taufik. A., (2004), Studi Simulasi Pompa Kapiler Mekanik Tenaga Angin :
Implementasi Pseudo Customers Voices Pada Proses Penentuan
Karakteristik Dominan Pompa, Laporan Hasil Penelitian, Pijar Cendikiawan
Bandar Lampung.
Taufik A (2003), A Module of Maintenance Procedures for Wind Pump, Online
Teaching Material of SEA MOLEC Training, July, Lampung University.
Taufik A & Yudiantoro B, (2004), Pompa Air Tenaga Angin: Hasil Survei dan
Pemodelan, penerbit Yayasan Pijar Cendikiawan, Bandar Lampung.
Yudiantoro. B et al, (2004), Laporan Hasil Penelitian : Pembuatan Prototipe
Pompa Kapiler Mekanik Tenaga Angin (PKMTA) untuk Persawahan
Masyarakat Pedesaan Pada Lahan Kering di Provinsi Lampung, Universitas
Lampung, Bandar Lampung.
PKMT-2-4-1
ABSTRAK
Meningkatnya peminat akuarium air laut menyebabkan semakin maraknya
kegiatan penambangan karang. Hal ini berimplikasi terhadap meluasnya daerah
karang yang rusak. Jika kegiatan ini secara terus menerus dilakukan akan
mengakibatkan rusaknya ekosistem yang ada. Disamping itu, perawatan karang
dalam akuarium yang kurang intensif dengan sistem filter dan Running Water
System yang ada, menyebabkan Anemon (Heractis magnifica) harus diganti tiap 6
bulan sekali sehingga memicu kegiatan penambangan karang. Salah satu jenis
karang yang populer di lingkungan penggemar akuarium air laur adalah jenis
karang lunak (soft coral). Selama ini khususnya di daerah Bogor, para
penggemar dan pedagang akuarium air laut masih menggunakan sistem filter
dengan biaya pembuatan dan perawatan yang cukup mahal dan rumit. Meskipun
demikian, sistem filter tersebut hanya mampu mempertahankan hidup anemon di
dalam akuarium air laut selama 6 bulan saja. Setelah lewat dari selang waktu
tersebut, warna anemon akan memudar dan harus diganti dengan yang baru agar
ekosistem di dalamnya tidak terganggu. Metode yang digunakan pada penelitian
ini meliputi modifikasi pada sistem Double Filter baik secara biologis maupun
fisika. Kondisi lingkungan dalam akuarium air laut dibuat sama ataupun serupa
dengan kondisi lingkungan aslinya, maka dari itu diperlukan teknik perancangan
khusus pada desain Running Water System dengan harga yang murah dan
berkualitas baik. Sistem filter ini dibuat agar efektif dalam menyaring partikel-
partikel terlarut dal air baik yang beracun maupun yang tidak beracun. Selain itu
dapat pula mempertahankan kelangsungan hidup anemon di dalam akuarium air
laut lebih dari 6 bulan.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara yang memilki garis pantai terpanjang kedua
setelah Kanada, dengan luas total terumbu karang Indonesia yang mencapai
85.200 km2. Hal ini meletakkan Indonesia pada posisi kedua di dunia setelah
Great Barrier Reef. Tercatat 40 persen diantaranya berada dalam kondisi rusak,
akibat dari penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, sedimentasi, polusi
dari daratan dan penambangan karang untuk hiasan akuarium laut.
Meningkatnya peminat akuarium air laut menyebabkan semakin maraknya
kegiatan penambangan karang. Hal ini berimplikasi terhadap meluasnya daerah
karang yang rusak. Jika kegiatan ini secara terus menerus dilakukan akan
mengakibatkan rusaknya ekosistem yang ada. Disamping itu, perawatan karang
dalam akuarium yang kurang intensif dengan sistem filter dan Running Water
System yang ada, menyebabkan Anemon harus diganti tiap 6 bulan sekali
sehingga memicu kegiatan penambangan karang.
PKMT-2-4-2
Salah satu jenis karang yang populer di lingkungan penggemar akuarium air
laur adalah jenis karang lunak (soft coral). Selama ini khususnya di daerah Bogor,
para penggemar dan pedagang akuarium air laut masih menggunakan sistem filter
dengan biaya pembuatan dan perawatan yang cukup mahal dan rumit. Meskipun
demikian, sistem filter tersebut hanya mampu mempertahankan hidup anemon di
dalam akuarium air laut selama 6 bulan saja. Setelah lewat dari selang waktu
tersebut, warna anemon akan memudar dan harus diganti dengan yang baru agar
ekosistem di dalamnya tidak terganggu.
Dalam pemeliharaan akuarium air laut sebagai suatu miniatur ekosistem
yang sebenarnya, aliran materi dan energi harus selalu dijaga dan dipertahankan
agar stabilitas sistem dapat terawat secara baik, seperti sisa kelebihan materi yang
harus dikeluarkan dari sistem dan kekurangannya harus ditambahkan. Proses
tersebut sepintas terlihatlah rumit, namun sebenarnya hal tersebut dapat dilakukan.
Suatu ekosistem buatan harus didesain sedemikian rupa sehingga penikmat
akuarium dapat duduk dengan tenang dan menikmati keindahan akuarium air laut
tanpa harus selalu melakukan penyesuaian dan perawatan.
Kondisi lingkungan dalam akuarium air laut dibuat sama ataupun serupa
dengan kondisi lingkungan aslinya, maka dari itu diperlukan teknik perancangan
khusus pada desain Running Water System dengan harga yang murah dan
berkualitas baik. Oleh karena itu, pemanfaatan sistem Double filter menjadi salah
satu alternatif bagi para penggemar akuarium air laut.
Sistem Double filter merupakan salah satu jenis filter yang memadukan
antar filter biologi dan filter fisika. Sistem filter ini selain murah, aman juga
efektif dalam menyaring partikel-partikel terlarut dal air baik yang beracun
maupun yang tidak beracun. Selain itu dapat pula mempertahankan kelangsungan
hidup anemon di dalam akuarium air laut lebih dari 6 bulan.
METODE PENDEKATAN
Pada tahap awal kegiatan ini, Tim PKM kami melakukan survei rancangan
akuarium air laut pada pameran flora dan fauna yang diselenggarakan di lapangan
banteng, Jakarta Pusat, tanggal 27 Agustus 2005. Tim PKM kami melakukan
pengamatan dan konsultasi mengenai hal hal yang terkait dengan rancangan
akuarium air laut yang dipamerkan oleh stand Taman Nasional Kepulauan Seribu
(TNKS). Pada survei tahap kedua, kami mengunjungi beberapa toko akuarium
yang terletak di kawasan Barito, Jakarta Selatan. Survei ketiga dilakukan di toko
akuarium air laut di daerah Batu Tulis, Sukasari, Bogor. Hasil dari survei lapang,
konsultasi dan studi literatur yang telah kami lakukan menjadi pertimbangan
dalam membuat rancangan akuarium air laut ini.
Gambar. Bagan Alir Running Water System pada All in One Aquarium
Keterangan :
I. Akuarium I
II. Akuarium II
1. Lampu Fluorescent
2. Pipa PVC 2 inci
3. Protein Skimmer
4. Pompa
5. Anemon (Heteractis magnifica)
6. Pipa udara under gravel
7. Upper filter
8. Air hasil filter
9. Ikan Badut (Amphiprion ocellaris)
10. Pecahan Karang (Rubble)
11. Gravel
12. Kapas Ultra
13. Water Pump
14. Zeolit
15. Kapas ultra
16. Bio ball
17. Pecahan karang ( Rubble)
18. Arang aktif
19. Ijuk
PKMT-2-4-5
KESIMPULAN
Kelangsungan hidup anemon yang dipelihara dalam akuarium air laut
belum berhasil mencapai tujuan yang diharapkan. Anemon yang diperlihara tidak
mampu bertahan hidup lebih 6 bulan. Untuk mencapai hasil yang diinginkan perlu
dilakukan evaluasi lebih lanjut dalam pemilihan bahan filter dan langkah-langkah
dalam instalasi peralatan perlu diperhatikan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Aden W, Hackney J. 1989. Hervest Production of Coral Reef Algae Turfs in the
Biology, Ecology and Mariculture of Mithrax Spinosissimus Based on
Cultured Algae Turfs. W. Aden (Ed). Washington DC: Mariculture
Institut.
Bengen DG. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut.
Bogor: PKSPL IPB.
Kuncoro EB. 2004. Akuarium Laut. Yogyakarta: Kanisius.
Mann KH. 2000. Ecology of Coastal Water: With Implication for Management.
Sciencess, Inc. Massachussetts: Blackwell.
Martin EJ, Edward TM. 1990. Technologies for Small Water and Wastewater
System: Environmental Enginering Series. New York: Van Nostrand
Reinhold.
PKMP-2-5-1
ABSTRAK
Kata kunci:
PKMT-2-6-1
ABSTRAK
Sistem pengamanan yang baik sangat dibutuhkan pada kendaraan bermotor.
Semakin baik sistem pengamanan yang digunakan, maka semakin nyaman dan
tenang pemilik kendaraan terhadap kendaraan pribadinya. Penomena yang
terjadi sekarang, yaitu banyaknya terjadi pencurian pada kendaraan bermotor,
merupakan bukti bahwa sistem pengaman yang telah ada tingkat keamanannya
masih kurang. Oleh karena itu, pada Program Kreatifitas Mahasiswa Penerapan
Teknologi (PKMT) ini Penulis memberi judul : Prototype Sistem pengaman
kendaraan dengan menggunakan ID Card dan sistem TBC (Trapper and
Breach-block Combination) berbasis Mikrokontroller AT89C52. Cara kerja dari
sistem pengaman kendaraan dengan menggunakan ID Card dan sistem TBC
(Trapper and Breach-block Combination) berbasis Mikrokontroller AT89C52
yaitu ketika input (ID Card dan Password) yang digunakan benar, maka tegangan
dari baterai akan terhubung ke sistem pengapian, sehingga kendaraan siap
digunakan. Akan tetapi, apabila input yang digunakan salah, maka tegangan juga
akan terhubung ke sistem pengapian, tetapi ini bersifat sementara dengan tujuan
untuk menjebak (Trapper System ), dalam tempo waktu yang telah ditentukan,
maka suplai tegangan ke sistem pengapian terputus (engine cutting) dan secara
otomatis tegangan terhubung ke alarm, central lock, lampu, horn dan Hand
Phone (HP) pemilik kendaraan. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan
menunjukkan adanya kesesuaian antara seluruh rangkaian sistem pengaman
dengan Car Electrical System. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
sistem pengaman yang Kami buat secara keseluruhan berjalan dengan baik dan
diharapkan dapat menjadi alternatif terhadap kebutuhan akan sistem pengaman
yang lebih baik. Sistem pengaman berfungsi dengan baik.
Kata kunci:
PENDAHULUAN
Angka kejahatan semakin meningkat, khususnya kejahatan pencurian
kendaraan bermotor (curanmor) di Indonesia. Curanmor tergolong kasus
Gangguan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas). Sebagai contoh
kasus, Polres Bandung Tengah pada tahun 2003 telah mencatat bahwa kasus
curanmor roda empat mengalami peningkatan hingga 65 persen, selain itu di Kota
Metropolitan Jakarta Pada tahun 2003 kasus curanmor roda empat tercatat 43
kasus, sedangkan di tahun 2004 sudah tercatat 71 kasus (Pikiran Rakyat, 2004).
Berdasarkan fakta tersebut di atas, maka sebagai rumusan masalah dalam Program
Kreatifitas Mahasiswa yang direncanakan adalah sebagai berikut: Sistem
PKMT-2-6-2
METODE PENDEKATAN
Untuk mencapai luaran yang diharapkan sesuai dengan perumusan masalah,
maka dalam pelaksanaan program ini Kami menggunakan pendekatan metode
ilmiah. Langkah-langkah yang ditempuh antara lain dengan pengenalan
kebutuhan, perencanaan program, pembuatan, pengujian, dan penyajian dalam
bentuk laporan.
Untuk mengetahui kebutuhan terhadap sistem pengaman kendaraan, maka
pengenalan kebutuhan dilakukan melalui pencarian data di kepolisian tentang
kasus pencurian kendaraan bermotor. Observasi Kami lakukan ke kepolisian
Bandung Barat dan kepolisian Bandung Tengah. Hasil yang didapat seperti telah
dijelaskan pada latar belakang masalah. Tujuan dari pencarian data tentang kasus
pencurian ini adalah untuk mengetahui berapa banyak terjadinya pencurian dalam
PKMT-2-6-3
Besarnya output pada LM 7805 harus 5 volt sebagai sumber tegangan pada
mikrokontroller. Hasil pengukuran sama dengan spesifikasi = 5 volt, hal ini sama
dengan teori dimana Vout LM 7805 harus = 5 volt.
PKMT-2-6-5
Menurut data teknik transistor BC559 diperoleh VBE = 0,7 Volt, sedangkan
dari hasil pengukuran diperoleh 0,93 Volt pada tabel, untuk tegangan VCE pada
saat OFF yaitu 13,8 Volt yang sangat mendekati tegangan catu yaitu 13 Volt. Hal
ini hampir sesuai menurut teori dimana VCE (Cut off) sama dengan Vcatu daya.
Langkah pengukuran yang ketiga adalah pengukuran Mikrokontroller
AT89C52. Pengukuran pada bagian modul mikrokontroller dilakukan untuk
mengetahui besarnya tegangan yang dicatukan pada mikrokontroller tersebut yaitu
TITIK KONDISI ON KONDISI OFF
PENGUKURAN 1 2 3 1 2 3
VCoil 5,65 V 5,66 V 5,66 V 0,08 V 0,07 V 0,06 V
VCE 8,14 V 8,16 V 8,15 V 13,8 V 13,78 V 13,79 V
VBE 0,93 V 0,92 V 0,91 V 0,00 V 0,01 V 0,00 V
input VCC. Selanjutnya pengukuran juga dilakukan untuk melihat besarnya
tegangan pada kaki-kaki mikrokontroller yang dihubungkan dengan input
beberapa relay yaitu relay 1 sebagai pengontrol sistem pengapian, relay 2 (dua)
sebagai Alarm, relay 3 (tiga) sebagai pengontrol lampu dan klakson.
Pengukuran dilakukan pada saat bekerja (ON) dan pada saat tidak bekerja
(OFF). Relay 1 bekerja pada saat password yang dimasukan benar sedangkan
relay 2 dan relay 3 bekerja apabila password yang dimasukan salah. Adapun
pengukuran tegangan dilakukan pada kaki-kaki tertentu yang digunakan pada IC
mikrokontroller AT 89C52, yaitu VCC yang terletak pada pin 40, relay 1 pada pin
12, relay 2 pada pin 13,dan relay 3 pada pin 14.
Tabel 3 Hasil pengukuran mikrokontroller AT89C52
Kondisi ON Kondisi OFF
Titik Ukur Keterangan
(Volt) (Volt)
Pin 40 4,97 0,00 VCC
PKMT-2-6-6
Pada kondisi OFF = 3,96 volt, hasilnya mendekati output dari mikrokontroller
yaitu 5 volt.
Pengujian yang selanjutnya adalah pengujian sistem. Pengujian dilakukan
terhadap perangkat lunak dan perangkat keras. Pengujian yang pertama adalah
pengujian perangkat lunak (Software). Pengujian perangkat lunak (software)
pertama kali dilakukan untuk mengetahui apakah listing program yang telah
dibuat dalam Notepad, masih terdapat kesalahan atau tidak. Selanjutnya pengujian
yang dilakukan terhadap perangkat lunak yaitu menguji apakah perangkat lunak
tersebut sesuai dengan kinerja hardware yang diinginkan atau tidak. Oleh karena
itu, langkah selengkapnya pengujian perangkat lunak dapat diuraikan sebagai
berikut:
- Membuka MS-DOS prompt dengan bantuan program ASM51,dari langkah ini
dapat diketahui apakah listing program yang dibuat itu benar atau salah yaitu
dengan cara memanggil file program yang dibuat (catatan: file yang dibuat
harus satu folder dengan file ASM51 dan tipe file yang digunakan adalah
ASM). Langkah ini juga merupakan langkah untuk meng-konversi file ASM
kedalam bentuk file HEX.
- Jika terjadi kesalahan pada listing program yang dibuat maka akan tampil pada
layar, seperti gambar berikut ini :
j. Bila sistem tidak jalan, cek kembali apakah ada kesalahan di program atau
perangkat keras, hingga sistem dapat bekerja sesuai dengan yang telah di
rancang.
Pengujian yang kedua adalah pengujian terhadap pengujian perangkat keras
(Hardware). Setelah dilakukan pengujian terhadap perangkat lunak (program)
yang dibuat, maka selanjutnya di menguji program tersebut dengan cara
merelisasikan program dan memasang IC mikrokontroller pada rangkaian
sebenarnya, namun sebelumnya pengujian terlebih dulu dilakukan pada masing-
masing modul secara terpisah, untuk lebih jelasnya cara pengujian sistem dapat
diuraikan sebagai berikut :
- Pengujian bagian keypad dilakukan dengan menghubungkan bagian kolom
dan baris dengan ohm meter, ketika nomor-nomor keypad ditekan maka
jarum ohm meter akan bergerak apabila tombol yang ditekan sesuai dengan
kolom dan baris yang dihubungkan dengan ohm meter.
- Pengujian bagian penggerak relay yaitu dengan memberikan catu daya pada
penggerak relay tersebut lalu menghubungkan input penggerak relay relay
dengan ground, penggerak relay yang bagus lampu indikatornya akan
menyala, dan untuk lebih meyakinkan di bisa mengukur bagian output dari
relay dan akan menunjukkan bahwa output tersebut terhubung untuk
kondisi Normaly Open (NO) dan terputus pada kondisi Normaly Close
(NC).
- Pengujian motor stepper dilakukan cukup dengan memberikan catu daya
pada motor stepper dari kunci mekanaik tersebut, bila kunci mekanik
bekerja dengan baik maka motor akan berputar dan selanjutnya akan
menggerakkan kunci mekanik.
- Pengujian modul LCD dilakukan dengan memberikan input dari
mikrokontroller yang sudah diisi program pengetes LCD, yaitu program
untuk menampilkan karakter pada layar LCD. Tentunya program yang
digunakan sudah teruji dengan baik, bila LCD dalam kondisi baik maka
layar LCD akan menampilkan karakter yang sesuai dengan program.
- Setelah pengujian setiap modul menunjukkan hasil yang baik, maka
pengujian dilanjutkan dengan menggabungkan setiap modul tersebut
sebagia sebuah sistem. Pengujian ini dilakukan dengan memadukan
perangkat keras dan perangkat lunak, dimana perangkat lunak yang sudah
dimasukan dalam mikrokontroller diujicobakan terhadap modul-modul
yang sudah digabungkan sebagai suatu sistem. Jika kinerja sistem
menunjukkan hasil yang sesuai dengan perancangan maka berarti
pembuatan sistem sudah selesai, namun jika belum, berarti harus dikaji
ulang untuk menentukan letak kesalahan yang dilanjutkan dengan
memperbaiki kesalahan tersebut.
- Pembahasan
Sistem pengaman yang dibuat merupakan penyempurnaan dari sistem
pengaman yang telah ada. Cara kerja yang dibuat pun merupakan kombinasi dan
penyempurnaan dari sistem yang telah ada disertai dengan adanya inovasi.
Diharapkan dengan adanya sistem pengaman yang Kami buat lebih membuat
pemilik mobil merasa aman disaat menggunakan kendaraan pribadinya. Sistem
PKMT-2-6-9
KESIMPULAN
Pengujian yang telah Kami lakukan, didasarkan pada spesifikasi sistem dan
pengujian pada kendaraan sebenarnya, telah membuktikan bahwa sistem
pengaman yang Kami buat bekerja sesuai fungsinya masing-masing. Tujuan
utama dari pembuatan prototype sistem pengaman kendaraan dengan
menggunakan ID Card dan sistem TBC (Trapper and Breach-block
Combination) berbasis Mikrokontroller AT89C52 yaitu untuk memperoleh
implementasi sistem pengaman berbasis Microkontroller. Adapun kelebihannya
antara lain:
a. Penggunaan teknologi Microkontroller pada sistem yang dibuat dapat
menyederhanakan penggunaan perangkat keras sehingga biaya pembuatan
lebih murah.
b. Keuntungan lain dari penggunaan teknologi microkontroller yaitu semakin
mempermudah dalam pengukuran dan penentuan kesalahan sehingga
komponen yang rusak pun semakin mudah terdeteksi.
c. Komponen-komponen yang digunakan merupakan komponen yang umum
dan mudah diperoleh di pasaran.
d. Penambahan password pada sistem ini tidak mengakibatkan perlunya
tambahan hardware, dan untuk kepentingan tersebut cukup dilakukan
dengan penambahan list program.
e. Keuntungan sistem ini adalah pemilik kendaraan akan mengetahui bahwa
mobil miliknya sedang ada yang mencuri, sehingga kemungkinan
tertangkapnya pencuri dan terselamatkannya kendaraan pribadi akan lebih
besar.
f. Keuntungan lainnya adalah pemilik kendaraan dapat mengubah password,
sehingga kerahasiaan dapat terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 2002, Memahami dan Merawat Sistem Kelistrikan Mobil. Bandung:
Yrama Widya.
Eko Putra, A. 2002, Belajar Mikrokontroller AT89C51/52/55 Teori dan Aplikasi,
Yogyakarta: Gava Media.
Ibrahim, KF. 1996, Teknik Digital. Yogyakarta: Andi Offset.
PKMT-2-6-12
ABSTRAK
Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, maka hal ini akan diikuti pula
dengan jumlah rumah tinggal. Pondasi merupakan salah satu bagian dasar dari
sebuah rumah. Tanpa adanya pondasi, mustahil sebuah bangunan akan berdiri.
Dalam dunia bangunan, pondasi yang biasa digunakan untuk membangun sebuah
rumah tinggal satu lantai adalah pondasi batu kali. Namun dengan adanya
penemuan baru pondasi ulir, keberadaan pondasi batu kali dapat digantikan
karena selain hemat material, pekerjaan pondasipun akan menghemat waktu.
Tujuan dari dibuatnya pondasi paku bumi ulir ini adalah untuk menggantikan
keberadaan pondasi yang selama ini digunakan yaitu pondasi batu kali. Pondasi
paku ulir bumi ini dapat menghemat pekerjaan pondasi karena tidak banyak
memakan waktu dalam proses penancapannya. Selain itu, dibandingkan dengan
pondasi biasa, pondasi paku ulir bumi dapat menghemat pengeluaran karena
lebih murah dan hemat material. Metode yang digunakan dalam pembuatan paku
bumi ulir ini meliputi beberapa tahap yaitu : perancangan, desain model,
pembuatan tulangan dan pengecoran. Setelah paku bumi ulir terbentuk maka
tahap selanjutnya dilakukan pengujian untuk mementukan daya dukung tanah
terhadap pondasi. Pengujian dilakukan terhadap tanah lempung lanau yang
berada di Gedung TJP UNNES dengan menancapkan paku bumi ulir.
Penancapan dilakukan dengan alat penancap yang dirancang sedemikian rupa
sehingga dapat memutar ulir berlawanan arah jarum jam serta memberikan gaya
tekan kebawah yang sangat besarsss. Pengukuran penurunan dilakukan dengan
alat dial gage.
Kata Kunci : Pembuatan, Pondasi, Paku Bumi Ulir.
PENDAHULUAN
Kebutuhan akan rumah tinggal saat ini merupakan kebutuhan yang mutlak
dan wajib dipenuhi. Dengan meningkatnya jumlah penduduk maka secara
langsung kebutuhan akan rumah tinggal akan meningkat pula. Dalam masyarakat
kita, rata-rata mereka membangun rumah tinggal sederhana dengan menggunakan
pondasi batu kali dan ada pula yang menggunakan pondasi foot plat, hal ini
memang sudah turun temurun dari nenek moyang kita, bahkan sampai saat ini
pemakaian pondasi batu kali seolaholah merupakan hal yang mutlak untuk
berdirinya sebuah bangunan. Tiang pancang merupakan salah satu jenis pondasi
yang digunakan dalam pembangunan gedung bertingkat. Tiang pancang juga
dapat digunakan sebagai pondasi untuk bangunan satu lantai. Akan tetapi
pemahaman masyarakat luas mengenai tiang pancang adalah sebuah pondasi yang
digunakan untuk pembangunan gedung-gedung bertingkat. Padahal untuk
pembangunan rumah sederhana bisa juga mereka menggunakan tiang pancang ulir
sederhana untuk pondasi rumah mereka. Setelah kami cermati dan kami teliti
pemancangan dengan pancang ulir sederhana bisa lebih efektif dan kekuatannya
PKMT-2-7-2
tidak kalah dengan pondasi batu kali ataupun pondasi foot plat, bahkan pondasi
ini bisa lebih murah.
Melihat betapa vitalnya pondasi pada sebuah rumah maka jenis pondasi
yang kami buat dengan menggunakan beton bermutu dan kami rancang dengan
ahli-ahli struktur Teknik Sipil. Penelitian ini berdasarkan atas keprihatinan kami
selaku mahasiswa yang peduli dengan tidak diperhatikannya teknologi untuk
kalangan menengah kebawah, kami melihat bahwa masyarakat dalam membangun
tempat tinggalnya harus membayar mahal dan menggunakan waktu yang lama.
Sebagai contoh dalam membuat pondasi untuk rumah tipe 72 m2 saja, rata-rata
membutuhkan waktu satu minggu. Apabila dibandingkan dengan pemasangan
pondasi paku bumi ulir maka selisih waktunya cukup signifikan, perbandingannya
bisa mencapai dari pemasangan pondasi batu kali. Pemasangan pondasi paku
bumi ulir hanya membutuhkan biaya dari pondasi batu kali.
Dilihat dari pemasangannya, pondasi paku bumi ulir (tiang pancang) ini
sangat mudah dipasang, tanpa membutuhkan bowplank dan penggalian tanah
seperti pada pemasangan pondasi batu kali. Pemasangan tiang pancang dengan
model ulir hanya membutuhkan biaya yang relafif sedikit bila dibandingkan
dengan menggunakan pondasi batu kali baik dari segi material maupun segi
tenaga. Hal ini disebabkan pemasangannya hanya cukup memberikan sedikit
tekanan dan putaran sehingga tiang ulir tersebut secara otomatis masuk dalam
tanah, dan terikat oleh tanah yang masuk kedalam ulir tersebut.
Tujuan dari pembuatan pondasi paku bumi ulir ini adalah memberikan
alternatif kepada masyarakat dalam membangun rumah tinggal agar bisa
menghemat pengeluaran. Karena kalau kita cermati bahwa masyarakat saat ini
tidak banyak mempunyai uang untuk membangun rumah tinggal mereka. Selain
itu mempermudah pembuatan pondasi pada rumah tinggal sehingga waktu dan
biaya dapat dihemat.
Melihat pentingnya hasil penemuan dan besarnya manfaat yang
ditimbulkan, pada akhirnya masyarakat akan memilih model pondasi paku bumi
ulir sebagai pondasi untuk membangun rumah mereka. Untuk prospek kedepan,
hal ini tentunya akan menjadi masa depan yang cerah bagi para developer atau
pengembang di seluruh Indonesia untuk membuat perumahan penduduk karena
model pondasi paku bumi ulir ini lebih murah dan menghemat waktu pekerjaan
pondasi. Selain itu, dengan populernya pondasi ini tentunya akan menciptakan
lapangan kerja baru sehingga dapat mengurangi angka pengangguran.
METODE PENDEKATAN
Observasi dilakukan melalui beberapa tahap yang akan dijelaskan sebagai
berikut. Tahap Persiapan
Sebelum kita memulai perakitan paku bumi ulir, tahap persiapan yang
perlu dilakukan adalah :
a. menyiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan
b. memilih dan memeriksa bahan/material yang akan digunakan
c. mendesain bentuk dan ukuran serta kerangka tiang pancang ulir
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat pondasi paku bumi
ulir ini adalah :
a. molen
PKMT-2-7-3
b. ember
c. tongkat kayu
d. cangkul
e. sekop
f. cetok
g. gergaji kayu
h. tang
i. cetakan paku bumi ulir
j. plat besi
k. semen
l. besi tulangan
m. batu split
n. pasir
o. air
p. kayu
q. paku
r. palu
s. kawat bendrat
t. Perakitan
u. Perakitan tulangan
v. Memotong besi ukuran 175 cm
w. Membuatan begel 10 cm
x. Perakitan tulangan dimulai
y. pengecoran
z. pemasangan begesting (peletakan kerangka tulangan pada cetakan )
aa. pembuatan pasta campuran pc 1:2:3
bb. pengecoran pada cetakan
cc. menunggu hasil pengecoran sampai benar benar kering 100 % ( mencapai
titik maksimal kekuatan beton )
Uji Coba
Untuk menguji model yang sudah siap dan benar benar sempurna,
dengan beberapa tahap :
a. Mengukur kuat tekan dan tarik beton
b. Mengukur seberapa kuat pondasi ulir mampu menahan beban arah
vertical.dan horizontal.
Untuk memenuhi standarisasi pondasi menurut PMII, maka penulis
telah menghitung daya dukung pondasi dimana standar PMII adalah nilai
Q harus lebih besar daripada nilai P. Adapun nilai adalah nilai daya
dukung tanah dan P adalah beban diatas pondasi.
PKMT-2-7-4
fs Df
Q
D
Q =qu . Ap + . D.fs.Df
qu = 1,3 NC + Po . Nq + 0,3 N
Po = Df .
= 1,5 . 1,8 = 2,7 t/m 4
Ap = D2
= . 3,14 . 0,402
= . 3,14 . 0,16
= 0,126 m2
qu = 1,3 NC + Po . Nq + 0,3 N
= 1,3.9,6+2,7.2,4+0,3.1,8.0,4.1,2
= 19,22
Q = qu . Ap + . D.fs.Df
= 19,22 . 0,126 + 3,14 . 0,4 . 2,5 . 1,5
= 7,132 t/m2
Jadi Q mempunyai nilai 7,132 t/m2
Mencari Nilai P
P = Berat Beton = 2,4 t/m2
Berat Batu Bata = 0,25 t/m2
Berat Spesi = 0,021 t/m2
Berat plafon = 0,018 t/m2
Berat Atap = 0,4 t/m2
Berat Genteng = 0,05 t/m2
Jumlah Total P = 3,139 t/m2
Setelah kita melakukan perhitungan seperti diatas maka kita dapatkan nilai
Q lebih besar dibanding nilai P.Dengan demikian Pondasi Paku Bumi Ulir bisa
diterapkan pada pembangunan rumah-rumah sederhana dengan lebih menghemat
waktu, biaya dan tenaga. Observasi memakan waktu kurang lebih dua bulan
dimulai dari tanggal 2 April sampai 7 Juni 2006. Lokasi observasi dilakukan
disamping gedung TJP (Teknologi Jasa Produksi) Fakultas Teknik UNNES yang
mempunyai jenis tanah lempung lanau. Langkah pertama observasi adalah
mencari data sondir di lokasi tersebut. Setelah data sondir didapat, maka
selanjutnya dihitung pembebanan secara teoritis. Langkah berikutnya adalah
menancapkan paku bumi ulir tersebut kedalam tanah dengan menggunakan alat
PKMT-2-7-5
Penurunan (mm)
24
23
22
21
20
1.9
1.8
1.7
1.6
1.5
1.4
1.3
12
11
1.0
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500
Beban (kg)
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian yang dilakukan adalah
penggunaan pondasi pakubumi ulir saat ini sudah seharusnya direalisasikan
karena paku bumi ulir lebih efektif dan efisien serta secara teoritis layak
digunakan karena telah lolos tes uji. Penggunaan paku bumi ulir ini akan sangat
efektif digunakan oleh pengembang pengembang perumahan karena mereka
memakai dalam jumlah yang cukup banyak. Dengan pemakaian pondasi paku
bumi ulir yang banyak maka para pengembang perumahan khususnya akan
mendapatkan keuntungan finansial yang lebih banyak dan bangunannyapun juga
lebih kuat, sehingga dapat memberikan rasa nyaman, rasa aman dan secara tidak
langsung akan meningkatkan penjualan rumah dan masyarakatpun dapat membeli
rumah dengan harga yang lebih ringan.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum. 1980.Peraturan Muatan Indonesia 1970 NI-18.
Bandung : Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan
Ir. Gideon H. Kusuma, M.Eng.1994.Desain Struktur Rangka beton Bertulang di
Daerah Rawan Gempa.Jakarta : Erlangga
Heinz Frick.1999. Ilmu Konstruksi Bangunan I. Yogyakarta : Kanisius
PKMP-2-8-1
ABSTRAK
Kata kunci:
PKMT-2-9-1
ABSTRAK
Pelaksanaan program ini dilatarbelakangi adanya proses pengecatan yang
dilakukan oleh para tukang cat atau masyarakat. Proses pengecatan ini masih
bersifat konvensional. Alat yang ada kurang memberikan wacana perkembangan
teknologi sehingga efektivitas, efisiensi dan keergonomisan belum terpenuhi.
Tujuan dari pelaksanaan program ini ialah merancang, membuat dan melakukan
uji kinerja rol cat tembok sistem kerja kontinu. Metode yang digunakan ialah
metode rancang bangun. Bahan yang digunakan ialah plat eyser, plat siku, plat
strip, plat seng(Zn), plastik, busa dan lain-lain. Proses pembuatan alat ini
meliputi pengerolan, pengguntingan, penekukan, pengelasan, pengeboran dan
penggerindaan. Alat dan mesin yang digunakan ialah ragum, penggores,
penggaris, mesin tekuk, bor, pengerol, gunting plat, las, dan lain-lain. Tempat
pembuatan alat ini di bengkel fitting dan fabrikasi Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta. Hasil pelaksanaan program ini ialah prototype rol cat tembok
sistem kerja kontinu. Perancangan dan pembuatan alat ini ialah konsep
pembuatan, desain dan alternatif, kelompok kerja, klasifikasi, rencana proses,
model proses, model ekonomis, suku cadang. Alat ini mampu mengecat tembok
ketinggian empat meter dengan daya 60 Watt dan voltase 220 V.
PENDAHULUAN
Latar belakang masalah
Perkembangan teknologi telah banyak merubah kondisi masyarakat. Dengan
teknologi masyarakat semakin mudah untuk melakukan segala aktivitasnya.
Semakin tinggi teknologi yang dimiliki oleh suatu bangsa maka akan semakin
tinggi pula tingkat kemajuan masyarakatnya. Banyak hal yang akan dilakukan
oleh masyarakat dengan bantuan perkembangan teknologi. Teknologi yang ada
harus dapat dimanfaatkan baik oleh masyarakat. Dalam penggunaannya
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Penerapan teknologi yang terlalu tinggi pada masyarakat yang memiliki
tingkat pengetahuan tentang teknologi yang masih rendah. Kondisi ini
menyebabkan teknologi tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Bahkan
teknologi tidak dapat dimanfaatkan karena tidak adanya sumber daya manusia
yang mampu mengoperasikannya. Demikian pula sebaliknya, pada masyarakat
yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan meninggalkan teknologi yang
sudah tidak up to date.
Mereka beralih pada teknologi yang lebih baik dan lebih canggih. Dengan
demikian teknologi harus dapat dipakai dan dipahami. Pemahaman ini baik oleh
penggunanya maupun pembuatnya. Teknologi itu dapat dikatakan sebagai
teknologi tepat guna. Dengan teknologi tepat guna maka suatu kegiatan atau
1
PKMT-2-9-2
pekerjaan akan dapat terlaksana dengan baik. Tidak menghabiskan tenaga dan
biaya yang banyak.
Pada masyarakat yang semakin banyak dan terus berkembang kegiatan
pembangunan sarana dan prasarana masyarakat. Masyarakat akan terus
melakukan dalam rangka pemenuhan salah satu kebutuhan primer. Kebutuhan
primer manusia tersebut yaitu kebutuhan papan. Masyarakat akan membangun
dan memperbaiki rumah-rumah dengan pengecatan.
Pengecatan pada gedung-gedung, sekolah, kantor dan lain sebagainya
sebagai tempat mereka melakukan aktifitas hidupnya. Untuk memperindah dan
menambah daya tahan tempat-tempat tersebut maka tempat tersebut harus dicat.
Pekerjaan pengecatan rumah dan gedung banyak sekali alat bantu yang telah
dibuat. Alat tersebut untuk mempermudah pekerjaan pengecatan. Sistem
pengecatan dilakukan mulai penggunaan dari kuas cat, rol pengecat sampai
dengan spray pengecat. Pada proses manual kurang memberikan hasil pengecatan
yang maksimal (1).
Pekerjaan pengecatan dinding biasanya dilakukan dengan menggunakan rol
pengecat. Apabila dinding yang dicat tidak terlalu tinggi maka rol dapat
dioperasikan langsung tanpa perlu adanya batang penyambung. Pekerja dapat
mengambil cat dengan mudah apabila cat pada rol telah mengering. Apabila
dinding yang akan dicat lebih tinggi dari dua meter maka pekerja memerlukan
batang penyambung atau naik tangga. Hal ini dilakukan untuk mengecat dinding
pada tempat yang tinggi. Aktivitas tersebut akan merepotkan pekerja. Pekerja
mengambil cat kembali setelah rol mengering karena harus menurunkan batang
dan menaikkan batang pada saat mengecat. Dengan demikian pekerjaan
pengecatan menjadi kurang efektif dan efisien.
Dengan kondisi-kondisi yang disebutkan di atas maka diperlukan suatu
rekayasa. Rekayasa dilakukan terhadap cara dan alat pengecatan sehingga
pekerjaan pengecatan dapat menjadi lebih efektif dan efisien. Untuk itu, kami
merencanakan suatu model alat rol pengecat yang lebih baik. Alat tersebut dapat
mengatasi semua masalah-masalah yang telah disebutkan diatas.
Alat tersebut kami beri nama rol cat tembok sistem kerja kontinu. Pada
alat ini akan terdapat wadah cat yang cukup besar. Dengan alat ini operator tidak
perlu beberapa kali mencampur cat selama proses pengecatan. Alat ini dilengkapi
dengan pengaduk. Pengaduk cat agar pigmen dalam cat dapat tercampur dengan
baik. Rol cat dan pompa penekan cat mengalirkan cat dari tabung cat ke rol cat.
Pekerja tidak perlu menaikkan dan menurunkan rol cat untuk membasahi rol
dengan cat yang baru. Dengan alat ini mampu pengaplikasian cat pada dinding
akan menjadi lebih rata. Alat ini dirancang agar cat membasahi rol secara merata
secara terus-menerus (kontinu).
Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah sebagaimana yang telah dipaparkan diatas maka
beberapa masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana merancang dan membuat alat pengecat tembok sistem kontinu ?
2. Bagaimana Prinsip Kerja alat yang telah dibuat ?
Tujuan Kegiatan
Pelaksanaan program ini bertujuan untuk :
PKMT-2-9-3
Manfaat
Adapun berbagai manfaat yang didapat dari pembuatan rol cat tembok
sistem kerja kontinu sebagai berikut :
1. Manfaat Bagi Mahasiswa
a. Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah kedalam
bentuk aplikasi nyata.
b. Dapat menuangkan gagasan kreatif sebagai pemecahan dalam
mengatasi masalah teknologi yang ada dimasyarakat.
c. Sebagai upaya pengabdian pada masyarakat tentang dampak
perkembangan teknologi
2. Manfaat Bagi Pengecat (tukang cat tembok)
a. Dapat meningkatkan kapasitas pengecatan, sehingga mampu
meningkatkan nilai produktivitas kerja.
b. Membantu dalam meningkatkan efektifitas, efisiensi dan ergonomis
pada proses pengecatan tembok.
c. Dapat mempercepat proses pengecatan pada tembok.
3. Manfaat bagi dunia pendidikan
a. Sebagai wacana dalam pengembangan teknologi yang lebih maju dan
berdaya guna bagi dunia pendidikan.
b. Memberikan kontribusi yang positif terhadap pengembangan dan
pemberdayaan teknologi bagi dunia pendidikan.
langsung tak langsung, gaya tekan tak langsung timbul akibat reaksi antara benda
kerja dengan cetakan yang mencapai nilai tinggi. Pada proses penekanan
langsung tak langsung ini biasanya terjadi gaya tarik pada saat pembentukan,
dimana logam mengalir akibat keadaan tegangan kombinasi yang melibatkan gaya
tarik yang tinggi. Proses penekukan terjadi adanya momen lembaran atau plat
selama proses pembentukan berlangsung. Sedangkan proses pengguntingan terjadi
karena adanya gaya geser (gaya gunting) yang cukup besar untuk memotong
logam pada bidang geser.
Proses pemesinan merupakan proses pembentukan suatu benda dengan jalan
menghilangkan bagian-bagian tertentu pada suatu logam. Dengan proses ini
bentuk yang dihasilkan, biasanya lebih rumit dengan memperhatikan tingkat
kekasaran (kehalusan), toleransi dimensi yang tinggi, ketelitian dimensi dan
geometri yang dihasilkan. Beberapa indikasi tersebut tergantung dari keserasian
antara permukaan benda kerja dengan gerakan pisau pemotong. Suatu alat
perkakas mampu menghasilkan permukaan dengan 2 (dua) cara yaitu :
1. Menggunakan perkakas pembentuk yang sesuai dengan bentuk benda yang
akan diproduksi.
2. Menggerakkan perkakas potong ke atau dari benda kerja.
Dengan demikian proses pembentukan dengan deformasi plastik dan
pemesinan logam sangat berperan pada konsep pembuatan alat atau mesin. Secara
umum konsep pembuatan rol cat tembok dapat dilihat pada gambar 1 pada
halaman berikutnya.
Diagram alir tersebut tentang konsep pembuatan rol cat tembok sistem kerja
kontinu mulai dari konsep awal pembuatan, desain dan alternatif perbagian, model
ekonomis. Konsep pembuatan meliputi : kekuatan bahan dan alat, sifat kelelahan
bahan (fatik), berat bahan dan lain-lain. Desain dan alternatif perbagian meliputi :
bahan, ukuran, bentuk dan lain sebagainya. Sedangkan model ekonomis meliputi :
fungsi waktu, fungsi beaya, perkakas dan lain-lain (7).
Secara keseluruhan konsep pembuatan rol cat tembok sistem kerja kontinu
sangat berpengaruh pada struktur dan sistematika kerja pembuatan rol cat tembok.
Struktur dan sistematika kerja ini diperlukan karena sebagai acuan atau referensi
pembuatan rol cat tembok(2,3,11,13).
METODE PENELITIAN
Pelaksanaan program ini dilaksanakan di bengkel Fitting dan Fabrikasi Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Waktu pelaksanaan mulai bulan April
sampai dengan Oktober 2005.
Tabel 1. Tabel spesifikasi bahan pada proses pembuatan rol cat tembok(12,13)
Tinggi 55 mm
7 Kabel Karet dan tembaga Panjang 180 mm 2 buah
Panjang 2000 mm
8 Plat siku Baja lunak Panjang 6000 mm 1 lonjor
Lebar 25 mm
Tinggi 25 mm
9 Plat strip Baja lunak Panjang 6000 mm 1 lonjor
Lebar 25 mm
Tinggi 3 mm
10 Peredam karet Diameter 55 mm 1 buah
Tinggi 55 mm
11 Tutup rol Alumunium standar 2 buah
12 Tabung cat Plat seng (Zn) Diameter 260 mm 1 buah
Tinggi 415 mm
13 Roda penggerak Baja, plat, karet standar 4 buah
14 Handel pegangan Pipa AL Diameter 25 mm 1 buah
Panjang 260 mm
15 Pompa AL dan paduan standar 1 buah
Kekuatan
Konsep Pembuatan Sifat Fisik
Berat, dll.
Rencana Proses
Bahan / Model
Proses
Bahan Konfigurasi
Proses
Fungsi Waktu
Model Ekonomis Fungsi Beaya
Perkakas, dll.
Suku Cadang
PKMT-2-9-8
Pembahasan :
1. Proses perancangan dan pembuatan rol cat tembok sistem kerja kontinu.
Perancangan alat ini didasarkan pada spesifikasi teknik desain (11). Sedangkan
konsep pembuatan alat ini seperti diagram alir di halaman berikutnya. Proses
pembuatan ini meliputi pengerolan, pengguntingan, penekukan, pengelasan,
pengeboran dan penggerindaan.
Proses pengerolan, proses ini dilakukan dengan cara melewatkan pada logam
melalui celah antara rol yang bekerja. Proses ini memanfaatkan gaya tekan antar
rol, komponen yang ada pada sistem ini ialah rol dengan berbagai ukuran,
bantalan rol, dan rumah untuk semua komponen tersebut (2). Proses pengerolan
ini digunakan untuk membuat setengah lingkaran dan tutup tabung pada
konstruksi alat.
Proses pengguntingan ialah suatu proses pemisahan logam dengan dua buah pisau
pemisah yang bergerak secara berkebalikan. Pada proses pembentukan ini, logam
yang bersentuhan dengan pisau mengalami deformasi plastik sehingga terjadi
keretakan awal. Jarak antar pisau merupakan variabel yang sangat penting pada
proses pengguntingan, variabel ini mampu menghasilkan bekas guntingan yang
beragam. Celah yang tepat akan menghasilkan patahan yang halus, celah yang
sempit akan menghasilkan patahan yang kasar sedangkan untuk celah yang besar
atau dengan kata lain longgar menghasilkan patahan yang bergerigi. Gaya yang
bekerja pada proses pengguntingan adalah gaya geser. Adanya gaya geser ini
mampu memisahkan dua logam tipis (plat) dengan memanfaatkan persinggungan
celah sempit antar pisau pemotong. Dengan mengabaikan gaya gesek yang ada,
kita dapat menghitung besarnya gaya potong maksimum.
Pada proses penekukan berfungsi untuk menghasilkan lengkungan. Benda yang
semula lurus diubah menjadi lengkung. Penekukan ini sering dilakukan pada
pembentukan profil siku. Profil siku digunakan pada klem atau penahan. Variabel
yang sangat berpengaruh pada proses ini ialah jari-jari lengkukangan cekung atau
permukaan pada penekukan. Pada penekukan elastik dibawah batas elastik,
regangan melalui pertengahan tebal pada smbu natural. Penekukan plastik diats
PKMT-2-9-9
batas elastik, sumbu netral bergeser lebih dekat kepermukaan dalam lengkungan
pada saat proses penekukan dilakukan.
Proses penekukan harus memperhatikan dimensi atau ukuran yang ada.
Pemotongan bahan sangat berperan pada hasil penekukan. Besarnya ukuran perlu
adanya perhitungan awal sebelum melakukan pemotongan bahan. Gejala yang
muncul pada proses penekukan yaitu adanya gaya balikan pegas (springback).
Gaya ini memepengaruhi besarnya ukuran pada hasil penekukan. Proses
penekukan sebaiknya kita melebihkan sudut. Misalnya, besarnya sudut yang
dikehendaki 80 derajat maka kita menekuk + 85 derajat. 5 derajat digunakan
untuk mengatasi adanya gaya balikan pegas (2).
Definisi dari las ialah suatu metode yang digunakan untuk menyambung dua
benda padat atau lebih dengan jalan mencairkan melalui pemanasan (3,4). Salah
satu jenis pengelasan cair adalah pengelasan dengan busur nyala listrik terlindung
(shielded metal arc welding-SMAW). Pengelasan jenis ini terjadi proses
penyambungan logam karena adanya dua metal yang bersifat konduktif yang
cukup padat. Tegangan yang cukup rendah akan menghasilkan loncatan elektron.
Loncatan elektron menimbulkan panas yang sangat tinggi sampai diatas 9.000
derajat fareinheit (50.000derajat celcius). Panas yang tinggi tersebut dengan
mudah mencairkan kedua logam yang akan di sambung. Besarnya tegangan listrik
yang digunakan berkisar 10 500 A dan arus yang di gunakan berkisar 17 45 V
(3,4).
Sebagian besar komponen suatu alat atau mesin memerlukan proses pengeboran.
Proses pengeboran merupakan suatu proses pembuatan lubang dengan
menggunakan mesin bor (Drill machine).
Penggerindaan merupakan proses pemisahan atau pengurangan suatu benda kerja,
biasanya berupa plat tebal berupa strip maupun siku dengan ukuran yang relatif
panjang agar menjadi pendek. Dalam hal ini pemisahan atau pemotongan dengan
menggunakan gerinda potong yang mempunyai mata gerinda khusus untuk
memotong. Proses ini hampir sama dengan proses pada sistem gunting yang
memanfaatkan gaya geser. Namun, untuk material yang keras dan besar lebih
cocok menggunakan gerinda potong (6).
KESIMPULAN
1. Perancangan disesuaikan dengan standar perancangan teknik. Pembuatan
alat ini meliputi proses pengerolan, pengguntingan, penekukan, pengelasan,
pengeboran dan penggerindaan.
2. alat ini mampu mengecat dinding ketinggian 4 meter sesuai standar yang
diharapkan. Daya yang digunakan 60 Watt dan voltase 220 V.
PKMT-2-9-10
DAFTAR PUSTAKA
(http: //www.tabloidnova.com/articles.asp?id=2393) (diakses tanggal 5 maret
2006).
Sriati DJaprie. Metallurgi Mekanik. Jakarta: Erlangga; 1988.
Harsono Wiryo Sumarto dan Toshie Okumura. Teknologi Pengelasan Logam.
Jakarta: Pradnya Paramita; 1994.
Sriwidharto. Petunjuk Kerja Las. Jakarta: Pradnya paramita; 1987.
Suyatno Sastro Winoto. Meningkatkan Produktivitas dengan Ergonomi. Jakarta:
Pustaka Binawan Pressindo; 1985.
Van Terheijden dan Heru. Alat-alat perkakas 3. Bandung: Bina Cipta; 1981.
Tata Surdia dan Shinroku Saito. Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta: Pradnya
Paramita; 1999.
Tata Surdia dan kenji Chijiwa. Teknik Pengecoran Logam. Jakarta: Pradnya
Paramita; 1976.
Geoffrey Boothroyd. Fundamentals of Metal Machining and Machine Tools.
Singapura: Me Grow Bill Book Co; 1981.
Krar, Oswald; St. Amand. Machine Tool Operations. International Student
Edition; 1986.
Khurmi R.S. dan J.K. Gupta. A Text Book of Machine Design. New Delhi:
Eorasia Publishing House LTD; 1980.
Daryanto. Alat Perkakas Bengkel. Jakarta: Bina Aksara; 1988.
Syamsir A. Muin. Dasar-dasar Perancangan Perkakas dan Mesin-mesin
Perkakas. Jakarta: Rajawali; 1989.
Chapman, W. A. J. (Eng), FI Mech E, Hon FI Prode. Workshop technology Part
II. London: Edward Arnold; 1984.
PKMT-2-10-1
ABSTRAK
A potentiometric all-solid-state type ion-selective elctrode (ISE) for chloride ion
was constructed and characterized. It is based on a mixture of argentum chloride
(AgCl) and argentum sulfide (Ag2S). The E (mV) vs. log (Cl-) electrode response
was linier from 100 10-4 mol/L, with a slope of -45.03 mV/dekade. The
detection limit was 10-4 mol/L, the measurement time was 9,6 secon. The %
recovery for accuracy was 101,9 % and CV (coefficient variation) was 4,93 %
PENDAHULUAN
Klorida adalah salah satu ion yang penting bagi tubuh karena merupakan
anion yang paling berperan dalam mempertahankan keseimbangan elektrolit.
Kehilangan klorida berlebihan dapat disertai dengan kehilangan natrium. Keadaan
hipokloremik dapat menyebabkan alkalosis metabolik yang ditandai dengan
kebingungan, pernapasan lambat, paralisis, dan kejang otot
(www.healthatoz.com). Alkalosis metabolik hipokloremik dapat terjadi setelah
muntah yang lama atau penggunaan diuretik berlebihan (Ganiswarna, 1995).
Sedangkan pada keadaan hiperkloremik dapat menyebabkan asidosis metabolik
dengan gejala badan lemah, sakit kepala, mual, dan serangan jantung. Ion klorida
bersama dengan natrium dan kalium adalah elektrolit yang banyak terdapat dalam
tubuh manusia maupun hewan, didapatkan dalam bentuk ion terdisosiasi penuh.
Konsentrasi ion klorida dalam plasma adalah 100 107 mmol/L (Linder, 1992).
Klorida banyak ditemukan sehari-hari dalam berbagai bahan, seperti pada garam
dapur, roti, mentega, keju, susu, telur, daging sapi, ikan, tembakau, anggur,
kacang-kacangan, sayuran, pakan ternak, pupuk, larutan pemutih, tanah, dan air
(Helrich, 1990 dan www.nico2000.net). Klorida juga banyak terdapat pada
sediaan farmasi, misalkan infus NaCl 0,9 %, minuman isotonis pengganti ion,
tablet effervescent, bedak pemutih, deodoran, larutan pencuci mulut, dan
desinfektan (Gennaro, 1995 dan Lund, 1994).
Mengingat pentingnya ion klorida, diperlukan suatu metode analisis yang
dapat digunakan untuk menentukan kadar klorida dalam sampel yang
mengandung klorida. Metode analisis yang umumnya digunakan adalah
gravimetri, titrasi argentometri, spektrofotometri UV/Vis, dan spektrofotometri
absorbsi atom.
Pada metode gravimetri, pengukuran klorida berdasarkan penimbangan dalam
bentuk garam perak klorida. Kelemahan metode ini yaitu kelarutan endapan perak
klorida dalam air akan meningkat dengan adanya garam amonium, logam alkali,
dan asam konsentrasi besar. Perak klorida peka terhadap cahaya, terurai menjadi
perak dan klor. Endapan perak klorida yang diperoleh kemurniannya tidak selalu
sempurna, mungkin mengandung berbagai jumlah zat pengotor.
PKMT-2-10-2
METODE PENDEKATAN
Alat Penelitian
1. Ion Analyzer merck Jen Way
2. Elektrode Ag/AgCl (elektrode pembanding)
3. Seperangkat corong Buchner
4. Bor mesin
5. Seperangkat pembuat pellet KBr dengan pompa hidrolik
Bahan Penelitian
1. AgNO3 p.a.
2. NaCl p.a.
3. Na2S p.a.
4. NaBr p.a.
5. NaI p.a.
7. Teflon
8. Pensil HB
9. Kabel koaksial tipe RG 58
10. PVC
Pengempaan Membran
Untuk mengempa membran yang telah dibuat, diperlukan perangkat
pembuat pellet KBr dengan pompa hidrolik. Prosedurnya sebagai berikut :
Endapan digerus terlebih dahulu dalam mortir sampai homogen. Dipilih berat
minimum bahan elektroaktif yang dapat diproses untuk keperluan ESI, yaitu
seberat 0,3 gram. Bahan membran ditekan/dikempa dengan penekanan 7000
kg/cm2. Membran yang diperoleh berupa pellet kemudian dicuci dengan
aquadest.
S
% KV = x 100 %
X
KV = koefisien variasi
S = standar deviasi
X = rata-rata harga E (mV)
Tabel 1. Berat AgNO3, NaCl, dan Na2S yang dibutuhkan serta berat AgCl/Ag2S
yang diperoleh untuk pembuatan membran
Pembuatan membran
Setelah bahan membran diperoleh, kemudian dilakukan pembuatan membran
dengan pengempaan bahan membran seberat 0,3 g pada tekanan 7000 kg/cm2.
Membran yang telah dibuat kemudian dipasangkan pada ujung badan elektrode
yang terbuat dari teflon dan pensil. ESI klorida yang telah jadi lalu dirangkaikan
dengan alat Ion Analyzer dengan merck Jen Way dan sebuah elektrode
pembanding yaitu elektrode Ag/AgCl.
Kemudian dibuat persamaan regresi antara log C dan E (mv) yang masih
memberikan kurva yang linier, dan ditentukan slope grafik sebagai faktor Nernst
dan trayek pengukurannya. Persamaan Nernst, faktor Nernst (slope grafik), serta
trayek pengukuran dari ESI klorida yang telah dikarakterisasi dapat dilihat pada
tabel 4.
Tabel 4. Persamaan Nernst, faktor Nernst (slope grafik), dan trayek pengukuran
dari ESI klorida
Penentuan sensitivitas
Sensitivitas elektrode dinyatakan oleh batas konsentrasi terkecil yang
masih bisa diukur oleh ESI klorida. Dari kurva dapat dilihat bahwa ESI klorida
pada konsentrasi NaCl < 10-4 M kurva alur antara log C (M) dan E (mV)
menunjukkan garis yang tidak linier. Konsentrasi terendah dimana kurva masih
menunjukan hubungan linier antara log C (M) dan E (mV) dapat dianggap sebagai
limit deteksi dari elektrode, yang menunjukkan sensitivitasnya. Dalam hal ini
sensitivitas ESI klorida = 10-4 M.
KESIMPULAN
Elektrode Selektif Ion (ESI) klorida dapat dibuat secara sederhana dari
arang (grafit) pensil dengan menggunakan membran AgCl/Ag2S.
ESI klorida yang telah dibuat memiliki karakter sebagai berikut :
Besarnya harga faktor Nernst = - 45,03 mV/dekade
Trayek pengukuran = 100 10-4 mol/L
Sensitivitas elektrode = 10-4 mol/L
Waktu jawab rata-rata = 9,6 detik
% recovery = 101,9 %
% KV = 4,93 %
DAFTAR PUSTAKA
1. Atikah, 1994. Pembuatan dan Karakterisasi Elektroda Selektif Nitrat
Tipe Kawat Terlapis, Tesis, Bandung : Program Magister Kimia
Program Pascasarjana Institut Teknologi Bandung.
2. Basset, J., Denny, R. C., Jeffrey, G. H., Mendham, J., 1994. Buku Ajar
Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Alih bahasa : A.
Hadyana P. dan L. Setiono, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
PKMT-2-10-9
3. Budavari, S., 2001. The Merck Index 13th edition, New York : Merck &
Co., Inc.
4. Camman, K., 1979. Working With Ion Selective Elektrodes, New York
: Spring Verlag.
5. Cosofret, Vasile, V., 1982. Membrane Electrodes in Drug-Substances
Analysis, Oxford : Pergamon Press.
6. Fischer, Robert, B., 1974. Ion-Selective Electrodes, Journal of Chemical
Education Volume 51, Number 6, page 387-390.
7. Ganiswara, S. G. (ed.), 1995. Farmakologi dan Terapi, Edisi Keempat,
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta:
Indonesia University Press.
8. Gennaro, A. R., 1995. Remington : The Science and Practice of
Pharmacy 19th edition, Pennsylvania : Mack Publishing Company.
9. Harvey, D., 2000. Modern Analytical Chemistry, Singapore : Mc Graw-
Hill Companies, Inc.
10. Helrich, K., 1990. Official Methods of Analysis 15th edition, Virginia :
Association of Official Analytical Chemists Inc.
11. http://www.nico2000.net/Book/guide3.html. Diakses pada 19 Januari
2006.
12. http://en.wikipedia.org/wiki/Chloride. Diakses pada 22 Februari 2006.
13. Indrayanto, G., 1994. Metode Validasi pada Analisis Kimia. Prosiding
Pendidikan Berkelanjutan Apoteker No. 7. Surabaya : Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga.
14. Kesting, R. E., California, I., 1986. Synthetic Polymer Membranes : A
Structural Perspective 2nd edition, New York : John Willey & Sons.
15. Laksminaranayanaiah, 1976. Membrane Electrodes, London : Academic
Press.
16. Linder, Maria C., 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme, Penerjemah,
Aminuddin Parakkasi, Jakarta : Universitas Indonesia Press.
17. Lund, W., 1994. The Pharmaceutical Codex 12th edition, Principles
and Practice of Pharmaceutics, London : The Pharmaceutical Press.
18. Muliani, W., 2002. Perbandingan Karakter Membran Homogen AgI
dan Membran Heterogen AgI/Ag2S pada Elektroda Selektif Ion
Iodida yang Dibuat dari Arang (Grafit) Pensil, Skripsi, Surabaya :
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
19. Orlova, N. V., Westall, J. C., Rehani, M., Koretsky, M. D., 1999. The
Study of Chloride Ion Migration in Reinforced Concrete under
Cathodic Protection, Oregon Department of Transportation.
20. Santosa, 2001. Pengaruh Ketebalan dan Komposisi Endapan dari
Membran Padat terhadap Kinerja Elektrode Selektif Ion (ESI)
Kadmium(II) Tipe Grafit, Penelitian Eksperimental Laboratoris, Tesis,
Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya.
21. Skoog, Holler, Nicman, 1998. Principles of Instrumental Analysis 5th
edition, Orlando : Harcourt Brace & Company.
22. Skoog, Douglas, A., 1985. Principle of Instrumental Analysis 3rd
edition, Tokyo : Saunders College Publishing.
23. Skoog, Douglas, A., Donald, M., West, 1980. Principle of Instrumental
Analysis 2nd edition, Philadelphia : Saunders College Publishing.
PKMT-2-10-10
24. Vesely, Yosef, 1978. Analysis with Ion Selective Electrodes, New York :
Ellis Howard, Ltd.
25. Wang, J., 1994. Analytical Electrochemistry, New York : VCH
Publishers, Inc.
26. Watson, D. G., 1999. Pharmaceutical Analysis, London : Harcourt
Publisher Limited
27. Wenck, Helmut, Honer, K., 1989. Das Experiment : Ionenselektive
Elektroden, Cheie in Unserer Ziet/23.Jahrg.1989/Nr6, page 207-209
PKMT-2-11-1
ABSTRAK
Roti merupakan variasi makanan sumber karbohidrat selain nasi yang siap
santap, memiliki citarasa tinggi, harga murah, aman dikonsumsi, dan tentunya
mengandung unsur karbohidrat tinggi. Daerah Malang di kawasan kabupaten
merupakan daerah industri (terutama rokok) dan di kawasan kotamadya
merupakan daerah lembaga akademik (kampus, sekolah, dan perkantoran) serta
daerah industri.
Jumlah pekerja dan pelajar di kotamadya dan kabupaten Malang terbilang
banyak meskipun kotanya kecil. Rutinitas harian membuat mereka membutuhkan
makanan berkarbohidrat yang siap santap dan cepat saji. Hal ini dilakukan demi
efisiensi waktu. Berdasarkan alasan tersebut, banyak UKM-UKM pembuatan roti
yang tumbuh di kotamadya dan kabupaten Malang. Akan tetapi, UKM-UKM
tersebut sering kalah bersaing dengan pengusaha bermodal besar. Pengusaha
bermodal besar seringkali bisa menguasai pasar karena peralatan mereka lebih
canggih daripada UKM-UKM. Pada kebanyakan UKM proses pembuatan masih
bersifat manual, yaitu mengandalkan tenaga manusia daripada mesin.
Dalam proses pembuatan roti, menguleni adonan hingga kalis merupakan proses
untuk menghasilkan roti berkualitas baik. Akan tetapi, proses pengulenan yang
dikerjakan secara manual akan membutuhkan waktu lama dan tenaga yang besar.
Maka, dalam Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Penerapan Teknologi ini
kami menyajikan Perancangan Alat Adonan Roti Semiotomatis
Alat ini dirancang supaya dapat mempersingkat waktu dalam proses pembuatan
roti serta dikuranginya tenaga manusia yang harus dikeluarkan pada saat
mengulani adonan. Di samping itu, alat ini tentunya dapat dimanfaatkan oleh
UKM dengan harga yang terjangkau
Keberadaan alat ini diharapkan dapat membantu UKM dalam proses produksi
yaitu menambah kuantitas adonan, menjaga kualitas adonan, serta
mempersingkat waktu produksi.Dengan tercapainya hal tersebut, diharapkan
UKM bisa memenuhi permintaan pasar dan keuntungan yang lebih bisa
terealisasikan.
Kata Kunci : Pengulen, Adonan, Roti, Semiotomatis, UKM
PENDAHULUAN
Makanan bergizi sangat dibutuhkan oleh semua orang. Unsur gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh kita meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan
mineral. Salah satu unsur gizi yang sangat penting bagi tubuh yaitu karbohidrat.
Karbohidrat berfungsi sebagai sumber tenaga.
Jaman terus berganti, perubahan gaya hidup pun tak terelakkan yang
berimbas kepada perubahan pola konsumsi. Dengan semakin bertambahnya
waktu bekerja, semakin hari masyarakat semakin menuntut adanya variasi
makanan sumber karbohidrat selain nasi yang telah menjadi makanan pokok
masyarakat indonesia. Variasi makanan sumber karbohidrat selain nasi ini
haruslah siap santap, memiliki citarasa tinggi, harga murah, aman dikonsumsi, dan
PKMT-2-11-2
tentunya mengandung unsur karbohidrat yang tinggi. Salah satu produk alternatif
yang telah dikenal oleh masyarakat adalah roti. Akibatnya, usaha pembuatan roti
memberikan prospek cerah dan usaha semacam ini terbuka untuk skala besar
maupun kecil.
Usaha pembuatan roti tersebut disambut dengan antusias oleh para pelaku
Usaha Kecil Menengah (UKM). Di daerah Malang baik kota maupun kabupaten,
merupakan daerah industri (terutama rokok) dan daerah lembaga akademik seperti
kampus dan sekolah. Sehingga jumlah pekerja dan pelajar di Malang juga
terbilang banyak meskipun wilayahnya kecil. Rutinitas harian membuat mereka
membutuhkan makanan yang siap santap dan cepat saji dengan tujuan efisiensi
waktu. Berdasarkan alasan di atas, banyak UKM-UKM pembuatan roti yang
tumbuh di kota atau kabupaten Malang. Namun, UKM-UKM tersebut sering
kalah bersaing dalam proses pembuatan roti. Salah satu hal penyebabnya
dikarenakan masih bersifat tradisionalnya dalam proses pembuatan roti, yaitu
mengandalkan tenaga manusia daripada mesin. Peralatan modern ini sulit
dijangkau oleh UKM-UKM pembuat roti. Selain itu, SDM-nya (pemilik maupun
pekerjanya) kurang inovatif.
Dalam proses pembuatan roti, menuleni adonan hingga kalis merupakan
proses penting untuk menghasilkan roti yang baik. Akan tetapi, proses ini
membutuhkan waktu lama dan tenaga yang besar (Eddy et al.1994). Maka, dalam
program kreativitas mahasiswa bidang penerapan teknologi ini kami membuat alat
Pengulen Adonan Roti Semiotomatis.
Berdasarkan analisis dan temu wicara yang kami adakan, permasalahan
utama UKM yang bergerak dalam bidang pembuatan roti dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Bagaimana UKM dapat memiliki peralatan berteknologi dengan modal
yang
tidak terlalu besar.
2. Bagaimana cara meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi roti.
3.Bagaimana cara memperkenalkan suatu teknologi modern kepada UKM
pembuatan roti.
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan alat pengulen adonan roti ini
adalah merancang dan membuat alat pengulen adonan roti yang ekonomis dan
terjangkau oleh UKM; Mempercepat kerja dan memperkecil tenaga manusia
dalam proses pembuatan roti.
PKMT-2-11-3
METODE PENELITIAN
Kegiatan ini dilakukan mulai bulan Juni 2005 sampai dengan bulan Maret
2006. Pada proses pelaksanaannya, kegiatan ini dibagi menjadi beberapa tahap
antara lain :
1. Peninjauan lapangan dan pengambilan data
Peninjauan lapangan kami laksanakan dengan mengunjungi UKM
pembuatan roti goreng di Desa Sitirejo Kecamatan Wagir Kabupaten
Malang. Pengambilan data dilaksanakan dengan wawancara langsung
dengan pemilik UKM yang bernama ibu Baita. Pengambilkan data yang
dilakukan berupa bagaimana proses pengulenan adonan yang baik, waktu
yang dibutuhkan untuk proses pengulenan adonan bila dilaksanakan secara
manual serta kendala-kendala apa yang dihadapi UKM dalam
pengembangan usaha.
2. Pembuatan bagian mekanik
Proses pembuatan bagian mekanik dilakukan di Bengkel Listrik
Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Pembuatan bagian
mekanik dibagi menjadi bebarapa tahap yaitu :
a. Pembuatan wadah adonan dan garpu pengaduk
Pada bagian wadah pengaduk dipergunakan panci besar, sedangkan
sebagai bahan pengaduk dari bahan stainlesstell atau besi anti
karat.
b. Pembuatan alas motor serta pembuatan kaki penyangga.
Pada pembuatan bagian ini dimaksudkan agar alat pengulen dapt
dipindah-pindahkan dengan mudah dan juga ketinggiannya sesuai
dengan rata-rata ketinggian orang dewasa.
PKMT-2-11-4
No Lama waktu
Pada mikrokontroler (menit) Sebenarnya (menit)
1 5 5
2 10 10
3 15 15
4 20 20,1
5 25 20,1
Dari hasil pengujian tersebut didapatkan bahwa sistem elektronik telah
mampu bekerja dengan baik. Terjadinya perbedaaan selisih waktu terjadi
pada pengujian yang ke-4 dan ke-5. Selisih tersebut sebesar 1 detik.
Karena selisih yang sangat kecil, maka pengujian peralatan elektronik bisa
dikatakan berhasil.
s2. Pengujian proses pengulenan adonan dengan alat pengulen adonan roti
Pengujian ini dilaksanakan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan
dan daya yang diserap oleh alat pengulen adonan pada saat dioperasikan
dengan berbagai kondisi pembebanan.
Pada pengujian yang dilakukan, komposisi bahan yang digunakan
merupakan resep untuk membuat roti goreng atau donat. Dari pengujian
dengan menggunakan resep roti goreng atau donat sebagai bahan
didapatkan data uji sebagai berikut :
KESIMPULAN
Alat pengulen adonan roti ini telah dapat membantu proses pembuatan roti
menjadi lebih cepat. Dengan alat ini proses pengulenan adonan roti yang biasanya
membutuhkan waktu lama bila dilaksanakan secara manual dapat direduksi atau
dikurangi secara signifikan. Selain itu, tenaga manusia yang dikeluarkan pada saat
menguleni adonan roti secara manual cukup besar dapat diminimalisir dengan
memanfaatkan alat pengulen adonan roti ini.
Semakin singkatnya waktu dan semakin kecilnya tenaga manusia yang
dibutuhkan pada proses pembuatan roti bila menggunakan alat pengulen adonan
roti yang telah kami realisasikan, diharapkan dapat dimanfaatkan oleh produsen
roti dalam hal ini adalah UKM pembuat roti, sehingga dapat meningkatkan hasil
produksi dan mampu menambah penghasilan.
PKMT-2-11-8
DAFTAR PUSTAKA
Malik Ibnu, Anistardi.1997. Bereksperiment dengan mikrokontroller 8031.
Jakarta: PT Media Komputindo.
Mudjajanto Setyo Eddy, Yulianti Noor Lilik.1994. Membuat Aneka Roti. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Sumanto.1993. Motor Lisrik Arus Bolak-Balik: Motor Sinkron, Motor Induksi.
Yogyakarta: Andi Offset
Zuhal. 1992. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Jakarta:
Gramedia
http://alldatasheet.com (diakses Juni 2005)
http://google.com (diakses juni 2005)
PKMT-2-12-1
ABSTRAK
Perbaikan lahan bekas tambang batubara dengan menggunakan teknologi
aplikasi genus Aspergillus merupakan teknologi alternatif dalam upaya
percepatan reklamasi lahan pasca tambang batubara. Program penerapan
teknologi ini bertujuan transfer teknologi probiotik (genus Aspergillus) bagi
masyarakat di kawasan tambang dan kontribusi positif bagi para pengusaha /
investor tambang untuk dapat menggunakan serta mengembangkan teknologi
aplikasi sebagai teknologi potensial dalam perbaikan lahan. Metode pendekatan
yang digunakan adalah metode kaji terapan, untuk melihat efek dari aplikasi
genus Aspergillus dan sosialisasi dalam bentuk ekspos / penyuluhan hasil
kegiatan. Hasil aplikasi teknologi ini memberikan efek nyata terhadap parameter
kimia tanah, meliputi peningkatan kandungan C-organik dan N-total sampel.
Sedangkan pH tanah tidak menunjukkan peningkatan nyata. Akan tetapi,
parameter biologi (total viabilitas fungi) dan pertumbuhan tanaman (tinggi dan
jumlah daun) tidak berbeda nyata. Dari kegiatan ini pula adanya partisifasi aktif
serta antusiasme warga masyarakat dan instansi pemerintah terkait untuk
mengetahui cara penerapan teknologi aplikasi genus Aspergillus.
PENDAHULUAN
Kalimantan Selatan merupakan salah satu kawasan yang kaya akan lahan
tambang. Berbagai jenis lahan tambang potensial terdapat di daerah ini, salah satu
komoditi lahan tambang yang dimilikinya adalah tambang batubara. Produksinya
mencapai 10 % dari produksi total batubara nasional (Kurdi,.2000). Batubara
merupakan sumber energi alternatif yang dapat diandalkan. Oleh karena itu,
produksi batu bara yang relatif besar ( 36 miliyar ton), biaya produksi relatif
rendah, dan mutu yang baik. Penggunaan batubara secara langsung dapat
dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga uap, industri semen, ketel uap dan
juga sebagai briket dalam rumah tangga (Mangkusubroto, 1996 ).
Besarnya potensi ekonomi yang diperoleh dari batubara tersebut, membuat
pengusaha/investor melakukan eksploitasi terhadap kawasan potensial untuk
dijadikan daerah pertambangan batubara. Kecamatan Cempaka merupakan
daerah penambangan batubara yang berada dalam wilayah Kodya Banjarbaru.
Berdasarkan survei yang dilakukan, diperoleh gambaran bahwa daerah ini telah
mengalami degradasi. Upaya perbaikan (reklamasi) sangat minimum dilakukan
dan sering mengalami kendala. Hal ini membuat kekhawatiran serta kecemasan
berarti bagi masyarakat yang berada pada daerah sekitar lokasi ini. Pada
umumnya setelah daerah ditambang, upaya perbaikan lahan tidak maksimal
PKMT-2-12-2
METODE PENELITIAN
Pelaksanaan kegiatan dilaksananakan dalam dua bentuk kegiatan, yaitu (1)
aplikasi teknologi genus Aspergillus (eksprimental) dari bulan Mei Agustus 2005
di laboratorium dasar FMIPA Unlam Banjarbaru, (2) yaitu sosialisasi kegiatan,
dilakukan dalam bentuk ekspos dan penyuluhan terhadap masyarakat disekitar
lahan pasca tambang yang berlangsung pada bulan September 2005, bertempat di
Kelurahan Sei Tiung Kecamatan Cempaka, Kodya Banjarbaru.
Peralatan yang digunakan dalam kegiatan eksprimental meliputi rol meter,
parang, cangkul, kontainer, plastik, auger (bor tanah) otoklaf, gembor, ember,
PKMT-2-12-3
laminair flow cabinet, inkubator, refrigrator, vortex mixer, shaker, pH tanah dan
peralatan analisa tanah. Bahan yang digunakan adalah tanah bekas tambang
sebagai sampel/contoh, isolat Aspergillus niger, media potato dextrose agar,
media potato dextrose broth, polybag, bibit tanaman akasia serta bahan yang
digunakan dalam analisa tanah.
Adapun tahap pelaksanaannya meliputi :
Perlakuan
(Spora/ml) 100 104 105 106
Ulangan
1 1,0452 0,7410 1,3650 0,7070
2 0,8443 1,8330 1,0530 2,3790
3 0,4543 0,7020 0,9750 1,3650
4 0,9087 2,3595 0,8970 0,5460
5 0,3627 0,8970 0,8190 0,7800
6 0,0897 1,3618 1,0270 1,0790
Rerata 0,6175 1,3618 1.0270 1.0790
2. Prosentase N-Total
Kandungan N-total dari contoh tanah selama aplikasi genus Aspergillus
dapat dilihat pada (tabel 2).
Tabel 2. Hasil pengukuran N-total (%) setelah satu bulan aplikasi G Aspergillus
Perlakuan
(Spora/ml) 100 104 105 106
Ulangan
1 0,0126 0,0330 0,0476 0,0442
2 0,0256 0,0375 0,0319 0,1024
3 0,0308 0,0241 0,0398 0,0398
4 0,1381 0,0162 0,0263 0,0353
5 0,0215 0,0476 0,0342 0,0400
6 0,0112 0,0451 0,0297 0,0300
Rerata 0,0399 0,0339 0,0349 0,0486
mempunyai daun berwarna hijau tua dan lebat dengan sistem perakaran kerdil
sehingga nisbah tajuk akar tinggi (Salisbury and Ross, 1995: Hakim et.al, 1986).
Sebagian besar N tanah berasal dari udara bebas dan sebagian kecil berasal
dari bahan organik. Nitrogen diserap dari tanah dalam bentuk nitrat (NO3-) dan
amonium (NH4-). Dimana mineralisasi dan imobilisasi terjadi selama
dekomposisi residu tanaman yang tergantung pada rasio C/N material yang
didekomposisi organisme heterotrop. Fungi tanah mempunyai kisaran rasio C/N
yang luas dari 4,5 : 1 sampai dengan 15 : 1, karena beberapa fungi khususnya
Phycomycetes dalam sel mengandung sellulosa dalam dinding selnya. Sehingga
dengan aplikasi genus Aspergillus dapat mempercepat mineralisasi dan
imobilisasi pada tanah yang terdegradasi. Proses ini terjadi ketika substansi yang
masuk dalam tanah memiliki rasio C/N tinggi, maka immobilisasi terjadi karena
jumlah N tersedia tidak cukup dalam substansi untuk mengubah C dalam
biomassa. Untuk membuat defisit mikroorganisme dalam lingkungan secepatnya
mengasimilasi hampir semua N-organik tersedia yang membuat N-tidak tersedia
bagi tanaman (Coyne, 19993).
3. pH Tanah
Derajat keasaman tanah yang diukur pada contoh tanah selama aplikasi perlakuan
dinyatakan pada (tabel 3)
Perlakuan
(Spora/ml) 100 104 105 106
Ulangan
1 3,08 2,97 2,98 3,26
2 3,00 3,00 2,71 2,86
3 2,88 3,26 3,08 3,13
4 3,40 2,91 2,66 3,31
5 2,76 3,28 2,95 3,13
6 3,49 3,16 3,11 3,39
Rerata 3,10 3,09 2,91 3,17
menurun pada lapisan tanah yang lebih dalam. Adapun nilai pH pada plot
penelitian tersebut mempunyai kisaran nilai dari 4,80-4,94. Keberadaan ion H+
atau H3O+ dalam tanah menentukan tingkat kemasaman dan sifat reaksi tanah
yang dinyatakan dalam pH. Berdasarkan jumlah konsentrasi ion H+ tersebut
dalam tanah, maka tanah dapat dibedakan menjadi tanah masam, netral, dan alkali
(Subroto dan Yusrani, 2005).
Parameter Biologi
1. Total koloni G. Aspergillus (spora/ml)
Fungi Aspergillus yang diinokulasikan pada perlakuan contoh tanah
memperlihatkan bahwa masing-masing perlakuan kepadatan spora menunjukkan
kemampuan viabilitas yang sama (tabel 4).
Tabel 4. Hasil perhitungan total koloni setelah satu bulan aplikasi G. Aspergillus
Perlakuan
(Spora/ml) 100 104 105 106
Ulangan
1 Nil 2,8 x 106 6,0 x 104 4,0 x 105
2 Nil 8,0 x 105 2,7 x 106 2,4 x 105
3 Nil 2,0 x 104 2,5 x 106 8,0 x 104
4 Nil 6,0 x 104 Nil 1,5 x 105
5 Nil 3,0 x 107 1,7 x 105 3,6 x 106
6 Nil 7,6 x 106 7,0 x 104 3,2 x 107
Rerata Nil 6,8 x 106 9,17 x 105 6.09 x 106
Gambar 4. Sosialisasi hasil PKMT pada penduduk sekitar Desa Kampung Baru,
Kecamatan Cempaka Kodya Banjarbaru.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Aplikasi genus Aspergillus selama perlakuan memberikan efek nyata
terhadap parameter kimia yang meliputi peningkatan kandungan C-organik
dan N-total, sedangkan terhadap nilai derajat keasaman (pH) tanah tidak
menunjukkan peningkatan nyata.
PKMT-2-12-11
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 1997. Analisa Kimia Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Unlam,
Banjarbaru.
Anas I. 1989. Petunjuk Laboratorium: Biologi Tanah dalam Praktik. PAU IPB,
Bogor
Badri LN. 2004. Karakteristik Tanah, Vegetasi dan Air Kolong Pasca Tambang
Timah Tehnik Rehabilitasi Lahan untuk Keperluan Revegatasi (Studi Kasus
Lahan Pasca Tambang Timah Dabo Singkep). Tesis Pasca Sarjana IPB,
Bogor.
Coyne. 1999. Soil Microbiology : An Exploratory Approach. Delmar Publishers,
New York.
Cappuccino JG. and Natalie Sherman. 2001. Microbiology a Laboratury
Manual. Benyamin Cumming Publisher, New York.
Fakultas MIPA Unlam. 2005. Modul : Pelatihan Aplikasi SPSS pada Teori
Statistika dalam Riset. PS Matematika Unlam, Banjarbaru
Fitter, A. H. dan R. K. M Hay. 1994. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah
Mada .
Hidayati, N., B. P. Naiola, F. Syarif, Suciatini, Suliasih. 1995. Model Reklamasi
Lahan Terdegradasi Bekas Penambangan Emas di Jampang, Sukabumi.
Laporan Teknik Proyek Pengembangan dan Pendayagunaan Potensi
Wilayah. P3B LIPI. Bogor
Hendriyani. 2001. Aktivitas Mikroorganisme dengan Penambahan Amelioran,
Diuron, dan Karbofuran pada Tanah Ultisol Taman Bogo Lampung Timur.
Skripsi Unila, Bandar Lampung.
Hakim N, M Nyakpa, AM Lubis, SG Nugroho, MR Saul, GB Hong dan HH
Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Unila-Press, Bandar Lampung.
Kurdi, A. 2000. Diktat Kuliah Batu Bara. Jurusan Teknik Pertambangan
(ATPN). Banjarbaru.
Kustiawan W. 2001. Perkembangan Vegetasi dan Kondisi Tanah serta Revegetasi
pada Lahan Bekas Galian Tambang Batubara di Kalimantan Timur. J.
Ilmiah Kehutanan Rimba Kalimantan Fak Kehutanan Ummul 6(2),
Samarinda.
Latifah S . 2000. Kergaan Pertumbuhan Acacia mangium Wild. Pada Lahan
Bekas Timah (Studi Kasus di Areal Kerja PT Timah Tbk). Tesis Pasca
Sarjana IPB, Bogor.
Mangkusubroto. 1996. Prospek Pengusahaan Sumber Daya Batu Bara Di
Indonesia. Majalah Pertambangan dan Energi No. I/XX/1996. Jakarta, hal
1-4.
Pelczar MJ. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI-Press, Jakarta.
Puslitan dan Agroklimat. 1994. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pertanian dan
Tanaman Kehutanan. Laporan teknis No. 7, Bogor.
Page, A. L., R. H. Miller, D. R. Keeney. 1982. Methods of Soil Analysis, Part 2.
Chimical and Microbiological Properties. Second Edition. American
Society of Agronomi, Inc, Madison, Wisconsin U. S. A.
PKMT-2-12-12
Stiel and Trrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik suatu Pendekatan
Biometrik. Edisi ke dua. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sutedjo, MM, AG. Kartasapoetra, RD. S. Sastroadmodjo. 1996. Mikrobiologi
Tanah. Penerbit Rinekha Cipta, Jakarta.
Subroto dan A Yusrani. 2005. Kesuburan dan Pemanfaatan Tanah. Bayumedia,
Malang.
Salisbury FB dan CW Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. ITB-Press,
Bandung.
PKMT-2-13-1
ABSTRAK
Kereta api merupakan sub sektor perhubungan darat yang dianggap cukup
penting didalam usaha melayani jasa perhubungan masyarakat. Terutama
menjelang lebaran arus mudik pemakai jasa kereta api biasanya meningkat
drastis. Sehingga perusahaan kereta api harus menambah armada kereta api atau
menambah gerbong kereta api untuk mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui aplikasi model ARIMA pada data penumpang kereta
api dari bulan Januari 1997 sampai dengan bulan Pebruari 2005 sehingga
dengan model yang diperoleh dapat dibuat peramalan (forecast) penumpang
kereta api pada Daerah Operasi (DAOP) IX Jember untuk beberapa waktu
kedepan. Metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) merupakan
salah satu metode peramalan pada analisis deret waktu. Metode ARIMA
mendasarkan ramalannya pada proses Autoregressive (AR) dan Moving Average
(MA). Alat-alat yang digunakan dalam membangun model adalah ACF
(Autocorrelation Function) da PACF (Partial Autocorrelation Function).Dari
penelitian ini diperoleh bahwa model ARIMA untuk data penumpang kereta api
pada Daerah Operasi (DAOP) IX Jember untuk 60 bulan mendatang berkisar
dari 4948 sampai dengan 176834, dan mengalami kenaikan yang cukup drastis
pada bulan Juli dan Nopember pada setiap tahunnya.
PENDAHULUAN
Hampir setiap dunia usaha selalu melakukan suatu perencanaan. Untuk
merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada masa-masa
mendatang sering menggunakan data pada masa lampau. Berdasarkan data masa
lampau yang dianalisis secara ilmiah, khususnya menggunakan metode statistika,
bisa dibuat peramalan keadaan tahun-tahun yang akan datang. Biasanya data
tersebut dianalisis dengan asumsi independen. Data masa lampau dikumpulkan,
dipelajari dan dianalisis. Tetapi banyak data yang tidak dapat dianalisis dengan
asumsi independen, misalnya data tentang indeks harga konsumen (IHK),
penggunaan air PDAM, banyaknya penumpang kereta api, hasil produksi
pertanian, dan curah hujan. Data tersebut merupakan data dependen artinya suatu
data yang bergantung pada berbagai faktor misalnya manusia, selera konsumen,
keadaan musim, kebiasaan dan masih banyak faktor lain. Sehingga untuk
menganalisis data dependen tersebut digunakan analisis time series.
PKMT-2-13-2
Analisis time series merupakan suatu metode analisis data yang ditujukan
untuk melakukan suatu estimasi maupun peramalan pada masa yang akan datang.
Dalam analisis time series akan diketahui bagaimana proses suatu estimasi dan
hasil peramalan dapat diperoleh dengan baik. Untuk itu dalam analisis ini
dibutuhkan berbagai macam informasi atau data yang cukup banyak dan diamati
dalam periode waktu yang relatif cukup panjang. Dari hasil analisis tersebut dapat
diketahui perubahan fluktuasi yang terjadi. Dalam hal ini akan dihadapkan pada
ketidakpastian sehingga akan ada faktor akurasi yang harus diperhitungkan. Jadi
dalam analisis ini yang paling menentukan adalah kualitas (keakuratan) data yang
diperoleh dan waktu data tersebut dikumpulkan. Semakin banyak data yang
terkumpul, maka semakin baik pula estimasi yang diperoleh dan sebaliknya
semakin sedikit data yang diperoleh maka semakin kurang baik pula estimasinya.
Kereta api merupakan sub sektor perhubungan darat yang dianggap cukup
penting didalam usaha melayani jasa perhubungan masyarakat. Kereta api banyak
diminati oleh masyarakat Indonesia, karena selain lebih murah kereta api juga
relatif tepat waktu. Apalagi menjelang lebaran arus mudik pemakai jasa kereta api
biasanya meningkat drastis. Sehingga perusahaan kereta api harus menambah
armada kereta api atau menambah gerbong kereta api untuk mengatasi masalah
tersebut. Tentu untuk penambahan armada tersebut memerlukan anggaran dana
yang tidak sedikit. Untuk itu diperlukan suatu perencanaan operasi dalam
perusahaan kereta api untuk mencapai optimasi operasi agar susunan dan jumlah
gerbong dalam suatu rangkaian kereta api sesuai dengan kapasitas lokomotif yang
akan menariknya. Sehingga biaya operasi bisa dihemat pada hari-hari biasa untuk
anggaran dana penambahan gerbong atau armada kereta api pada hari-hari dimana
penumpang kereta api meningkat.
Analisis time series model ARIMA dapat digunakan untuk melakukan
estimasi maupun peramalan pada masa yang akan datang. Data pengamatan
banyaknya penumpang kereta api dapat dipandang sebagai data time series. Data
banyaknya penumpang tersebut dapat disajikan dalam model ARIMA (p,d,q)
melalui proses-proses Autoregressive dan Moving Average (model rata- rata
bergerak terpadu Autoregressive) yang dapat dipakai sebagai dasar untuk
melakukan perencanaan atau melakukan prediksi (peramalan) terhadap banyaknya
penumpang kereta api pada beberapa periode waktu mendatang. Daerah Operasi
(DAOP) IX Jember, sebagai pusat perkeretaapian yang besar di wilayah Jawa
Timur sebelah timur, dengan semakin meningkatnya konsumen (pemakai) jasa
kereta api dan adanya sistem perencanaan operasi yang baik, maka kereta api
sebagai angkutan yang bersifat sosial didalam melayani masyarakat diharapkan
pada tahun-tahun mendatang lebih ditingkatkan peranannya.
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana penerapan analisis
time series model ARIMA terhadap banyaknya penumpang kereta api pada
DAOP IX Jember. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan model
time series yakni model ARIMA dari banyaknya penumpang kereta api pada
DAOP IX Jember serta berdasarkan model yang diperoleh, dilakukan peramalan
(forecasting) banyaknya penumpang kereta api pada DAOP IX Jember untuk
periode waktu lima tahun kedepan. Manfaat dari penelitian ini bagi mahasiswa
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan serta mampu
mengaplikasikan ilmu yang didapat dari perguruan tinggi untuk kegiatan
penerapan teknologi dalam kehidupan sehari - hari. Sedangkan bagi PT. Kereta
PKMT-2-13-3
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan mulai bulan April 2005
sampai bulan Juli 2005. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data
sekunder yang diperoleh dari PT. Kereta Api Indonesia (persero) DAOP IX
Jember, yang berupa data banyaknya penumpang kereta api pada DAOP IX
Jember bulan Januari 1997 sampai Pebruari 2005. Populasi dari penelitian ini
adalah banyaknya penjualan tiket penumpang kereta api. Sedangkan sampel yang
digunakan adalah banyaknya penjualan tiket penumpang kereta api. Metode
pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan software MINITAB yang
terdiri dari tiga tahap yaitu, tahap pertama identifikasi awal yang meliputi
pemasukan data deret waktu pada lembar kerja MINITAB, plot data deret waktu,
pengidentifikasian nilai ACF dan PACF (jika nilai ACF dan PACF menunjukkan
bahwa data belum stasioner dalam mean, maka dilakukan differencing non-
musiman, sedangkan jika nilai ACF dan PACF menunjukkan bahwa data belum
stasioner dalam mean, maka dilakukan differencing musiman), plot data deret
waktu hasil diferensiasi, pengidentifikasian nilai ACF dan PACF hasil
differencing; tahap kedua penaksiran parameter (estimasi) dan diagnostic
checking dengan melihat hasil estimasi parameter dan diagnostic checking, maka
dapat ditentukan apakah dugaan model sementara tersebut sudah sesuai atau tidak;
jika model sudah sesuai, maka model dapat digunakan untuk peramalan,
sedangkan jika model tidak sesuai maka kembali dilakukan pengidentifikasian
nilai ACF dan PACF hasil differencing; tahap ketiga peramalan (forecasting)
dengan nilai-nilai ramalan untuk beberapa bulan ke depan dapat dilihat pada
output tahap estimasi dan diagnostic checking, karena hasil ramalan sekaligus
dapat dikeluarkan pada program tersebut. Output MINITAB yang dihasilkan
berupa: pemodelan ARIMA untuk data banyaknya penumpang kereta api pada
DAOP IX Jember dan peramalan penumpang kereta api pada DAOP IX Jember
untuk lima tahun mendatang.
Tahun
Bulan 1997 1998 1999 2000 2001
Januari 127015 315756 341890 368023 300728
Pebruari 305771 206161 207942 209723 193741
Maret 151436 226049 246563 267076 250341
April 144649 214402 224500 234598 205886
Mei 123054 228786 225407 222029 206655
Juni 166647 195573 218011 240449 218149
Juli 179082 249376 281776 314176 272595
Agustus 147837 257333 255808 254283 227295
September 144254 248397 248588 248779 241434
Oktober 167813 281866 272574 263283 260546
November 150948 237712 227456 217200 204222
Desember 146704 215046 232752 250458 322071
Tahun
Bulan 2002 2003 2004 2005
Gambar 1. Series Plot Untuk Data Banyaknya Penumpang Kereta Api Selama
98 Bulan.
Kestasioneran data dapat dilihat juga pada pengidentifikasi nilai ACF dan
PACF data banyaknya penumpang kereta api yang dapat dilihat pada Gambar 2
dan Gambar 3.
Gambar 2. Grafik ACF Untuk Data Banyaknya Penumpang Kereta Api Selama
98 Bulan.
Gambar 3. Grafik PACF Untuk Data Banyaknya Penumpang Kereta Api Selama
98 Bulan.
PKMT-2-13-6
95 Percent Limits
Period Forecast Lower Upper Actual
99 87101 16051 158150
100 90844 18349 163339
101 88943 15031 162855
102 89863 14560 165166
103 122712 46044 199380
104 98580 20570 176589
105 104337 25009 183665
106 91573 10947 172198
107 176834 94932 258736
108 105410 22251 188569
109 120644 36246 205041
PKMT-2-13-9
Lanjutan Tabel 3
Pembahasan
Dari Gambar 1 tampak bahwa perilaku plot series mengalami pengulangan
pola setiap periode 12 bulanan, kenaikan jumlah penumpang kereta api terjadi
pada bulan Januari disetiap tahunnya karena pada bulan Januari bertepatan dengan
liburan Hari Raya. Hal ini mengindikasikan adanya musiman 12 bulanan. Gambar
2 menunjukkan perilaku ACF dari lag 1 dan lag 2 turun secara lambat mendekati
nol. Sedangkan Gambar 3 perilaku PACF cut off setelah lag ketiga. Sehingga dari
Gambar 1, Gambar 2 dan Gambar 3 tampak bahwa plot series tidak stasioner
terhadap mean karena fluktuasi data tidak berkisar disekitar mean.
Ketidakstasioneran plot series dapat dihilangkan dengan melakukan proses
pembedaan (differencing) sebelum ditentukan adanya faktor musiman (program
MINITAB diberikan pada lampiran 2). Dengan melakukan differencing satu kali
terhadap data banyaknya penumpang kereta api menghasilkan plot series yang
dituangkan dalam Gambar 4, yang menunjukkan bahwa differencing pertama
telah mengubah plot series awal yang tidak stasioner menjadi stasioner dan
mengindikasikan adanya musiman. Hal ini bisa juga dilihat dalam grafik ACF dan
grafik PACF setelah dilakukan differencing pertama yang dituangkan berturut-
turut dalam Gambar 5 dan Gambar 6. Gambar 5 menunjukkan nilai ACF
terpotong setelah lag ke-1. Sedangkan dari Gambar 6 menunjukkan nilai PACF
turun secara eksponensial menuju ke nol. Pada grafik ACF dan PACF setelah
dilakukan differencing pertama menunjukkan adanya faktor musiman dengan
periode 12 atau dengan kata lain pola yang terbentuk berulang-ulang dalam selang
waktu 12 bulan. Karena adanya faktor musiman maka perlu dilakukan
differencing pertama untuk pola musiman dengan time lag 12, yang hasilnya
dituangkan dalam Gambar 7 dan Gambar 8. Dari grafik ACF pada Gambar 7
terlihat bahwa nilai ACF signifikan pada lag 1, lag12, .,dan seterusnya.
Sedangkan pada Gambar 8 nilai PACF turun secara eksponensial menuju ke nol.
Selanjutnya untuk menentukan model, dapat diamati dari grafik ACF dan PACF.
Grafik ACF dan PACF setelah differencing pertama non-musiman menghasilkan
dugaan model ARIMA (0,1,1). Sedangkan grafik ACF dan PACF setelah
differencing pertama musiman menghasilkan dugaan model ARIMA (0,1,0)12 .
Sehingga dugaan model ARIMA musiman yang sesuai untuk series ini adalah
ARIMA ( p, d , q)( P, D, Q) s = ARIMA (0,1,1)(0,1,0)12 .
PKMT-2-13-11
KESIMPULAN
Model ARIMA yang sesuai untuk data banyaknya penumpang kereta api
pada DAOP IX Jember dari bulan Januari sampai dengan bulan Pebruari 2005
adalah ARIMA (0,1,1)(0,1,0)12. Hasil peramalan (forecasting) banyaknya
penumpang kereta api di Jember selama periode waktu 5 tahun atau 60 bulan
mendatang, yakni hingga Pebruari 2010 menunjukkan bahwa jumlah penumpang
kereta api mengalami kenaikan yang cukup drastis pada bulan Juli dan Nopember
untuk setiap tahunnya. Sedangkan pada bulan-bulan lainnya jumlah penumpang
kereta api relatif stabil.
DAFTAR PUSTAKA
Box, G., G. Jenkins, and G. Reinsel. 1994. Time series Analysis Forecasting and
Control. Third Edition. Holden-Day. San Fransisco. Hlm 7-33.
Makridarkis, S., S. C. Wheelwright, and V. E. Mc Gee. 1999. Metode dan
Aplikasi Peramalan. Jilid I. Edisi ke-2. Erlangga. Jakarta. Diterjemahkan
oleh Untung Sus Andriyanto dan Abdul Basith. Hlm 391-491.
Nasution, M. N. 2002. Manajemen Transportasi. Edisi ke-2. Ghalia Indonesia.
Jakarta. Hlm 70-72.
Subagyo, P. 2003. Statistik Deskriptif. BPFE. Yogyakarta. Hlm 97-114.
Suhartono, dan Lestari, B. 2003. Analisis Time Series Model ARIMA. Program
Studi Statistik Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Surabaya. Hlm 33-56.
PKMT-2-14-1
ABSTRAK
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia, merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang belum dapat ditangani dengan baik sampai saat ini.
Hal tersebut tebukti dengan selalu ditemukannya kasus DBD dengan jumlah yang
terus meningkat setiap tahun dan tidak jarang menyebabkan kematian.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan bakteri
Bacillus thuringiensis serovar israeliensis (B.t.i) sebagai bioinsektisida yang
terbukti lebih aman, efektif dan selektif dalam membunuh jentik nyamuk Ae.
aegypti. Kendala dari penggunaan bioinsektisida ini adalah harganya yang
mahal, sebab diproduksi dengan media sintesis. Oleh sebab itu peneliti tertarik
untuk dapat meproduksi B.t.i dengan media limbah cair tahu yang selama ini
sering menyebabkan pencemaran air. Hal ini diharapkan dapat menghasilkan
B.t.i dengan harga yang relatif lebih murah dengan hasil yang mendekati B.t.i
yang diproduksi dengan media sintesis. Untuk dapat membuktikan limbah cair
tahu dapat digunakan sebagai media pertumbuhan B.t.i maka peneliti melakukan
uji coba dengan menginokulasi B.t.i 4Q1 dalam limbah cair tahu dan Nutrient
Broth (media sintesis), lalu membandingkan jumlah spora yang dihasilkan dari
kedua media tersebut. Penelitan ini dilakukan di laboratorium Biosains dan
Bioteknologi Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, selama 2 bulan dari
Bulan April-Mei tahun 2006. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa limbah
cair tahu terbukti dapat memproduksi spora dalam jumlah yang lebih banyak
dibandingkan NB. Selain itu dari uji patogenitas yang dilakukan diperoleh hasil
bahwa B.t.i yang diproduksi dengan limbah cair tahu memiliki daya bunuh yang
lebih tinggi dibandingkan NB. Adapun keuntungan dari penelitian ini antara
lain:bahan media yang murah, mengurangi pencemaran perairan, dan mudah
untuk mendapatkannya.
PENDAHULUAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Demam Hemorrhagic
Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan
melalui nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Kristina, dkk, 2004; Ester,
1998). Penyakit DBD di Indonesia semakin meningkat dari tahun 1999-2004,
dengan angka kejadian sebagai berikut : tahun 1999 jumlah kasus 21.134 orang,
tahun 2000 sebanyak 33.443 orang, tahun 2001 sebanyak 45.904 orang, tahun
2002 berjumlah 40.377 orang, tahun 2003 sebesar 50.131 orang dan pada tahun
2004 sampai 5 Maret 2004 jumlah kasus sudah mencapai 26.015 orang, dengan
PKMT-2-14-2
jumlah kematian 389 orang (Kristina, dkk; 2004). Hal tersebut menunjukkan
bahwa DBD masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia hingga saat ini.
Upaya pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada vektor
penularannya, yaitu nyamuk Ae. aegypti. Pengendalian vektor nyamuk Ae. aegypti
yang telah dilakukan adalah dengan cara penyemprotan dengan menggunakan
insektisida, namun cara tersebut belum juga berhasil memberantas kasus DBD.
Penggunaan insektisida kimia secara berulang-ulang dapat menimbulkan
resistensi vektor, matinya hewan lain yang bukan sasaran dan pencemaran
lingkungan. Karena itu perlu dicari cara alternatif lain yang lebih efektif untuk
menanggulangi vektor DBD. Salah satu cara yang mulai banyak diteliti dan
potensial serta dipandang mempunyai prospek yang baik, karena memiliki banyak
kelebihan adalah menggunakan bakteri Bacillus thuringiensis serovar israeliensis
(B.t.i) yang patogen bagi jentik nyamuk. Adapun kelebihannya adalah bersifat
aman, efektif dan selektif dalam membunuh jentik nyamuk khususnya jentik
nyamuk Ae. aegypti (WHO, 1995).
Bacillus thuringiensis serovar israeliensis memproduksi delta endotoksin
yang bersifat patogen terhadap serangga dan sudah dikembangkan menjadi salah
satu bioinsektisida untuk membunuh jentik nyamuk dan lalat hitam (WHO, 1979).
Efek letal B.t.i terhadap jentik nyamuk disebabakan oleh aktifitas delta endotoksin
yang terkandung dalam kristal protein toksin (Mardihusodo, 1991). Oleh karena
itu untuk dapat menggunakan B.t.i sebagai bioinsektisida maka perlu diproduksi
spora B.t.i dalam jumlah yang memadai. Untuk memproduksi spora B.t.i
diperlukan medium pertumbuhan yang sampai saat ini masih menggunakan
medium sintetis yang harganya relatif mahal. Oleh sebab itu perlu dicari suatu
alternatif lain yang dapat dijadikan sebagai medium pertumbuhan B.t.i dengan
harga yang lebih murah, dengan produksi spora B.t.i yang tinggi.
Seiring perkembangan teknologi, limbah pertanian dapat dimanfaatkan
sebagai subtrat untuk menumbuhkan mikroba untuk memproduksi berbagai jenis
bahan yang bermanfaat bagi industri, seperti enzim dan zat antibiotika. Salah satu
limbah pertanian yang cukup berlimpah adalah limbah cair tahu yang dihasilkan
oleh pabrik-pabrik tahu. Limbah cair tahu ini penggunaannya masih sangat
terbatas dan umumnya dibuang ke sungai, yang dapat mengakibatkan pencemaran
sungai.
Limbah cair tahu mengandung protein, glukosa dan komponen lainnya
dengan kadar yang relatif tinggi. Dengan kandungan nutrisi tersebut maka limbah
cair tahu mempunyai potensi sebagai medium untuk memproduksi spora B.t.i.
Mengingat bahwa limbah cair tahu umumnya dibuang ke sungai, maka penelitian
ini sekaligus akan memberikan manfaat dalam mengurangi pencemaran
lingkungan.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik menggunakan limbah cair
tahu sebagai medium alternatif bagi pertumbuhan B.t.i dalam memproduksi spora,
dan sekaligus kemungkinan alternatif penggunaan B.t.i sebagai biokontrol larva
nyamuk.
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dibuat suatu rususan masalah
Apakah limbah cair industri pengolahan tahu dapat digunakan sebagai medium
untuk memproduksi spora Bacillus thuringiensis serovar israeliensis untuk
mengontrol larva nyamuk?
PKMT-2-14-3
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini antara lain:
1. Mengetahui potensi limbah cair industri pengolahan tahu sebagai medium
untuk memproduksi spora Bacillus thuringiensis serovar israeliensis dan
mencoba pemanfaatan B.t.i sebagai biokontrol terhadap larva nyamuk.
2. Mengetahui bagaimana patogenesis Bacillus thuringiensis serovar israeliensis
pada larva Ae. aegypti.
Keluaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah produk yang berupa
spora bubuk kering dan atau cairan suspensi Bacillus thuringiensis serovar
israeliensis yang diproduksi menggunakan media limbah cair tahu sebagai
medium pertumbuhan sebagai biokontrol larva nyamuk.
Kegunaan dari penelitian ini antara lain :
1. Dapat digunakan sebagai penanggulangan penyakit DBD dengan memotong
siklus hidup nyamuk Ae. aegypti dengan membunuh larva melalui penerapan
teknologi yang sederhana.
2. Dari segi ekonomi penggunaan limbah cair industri tahu sebagai medium
pertumbuhan B.t.i merupakan penerapan IPTEK yang sangat murah, sebab
menggunakan bahan yang sudah tidak dipakai menjadi suatu medium untuk
pertumbuhan B.t.i dalam menghasilkan spora.
3. Penerapan IPTEK ini juga sangat bermanfaat bagi lingkungan khususnya
lingkungan perairan, sebab dengan menggunakan limbah cair tahu sebagai
medium pertumbuhan B.t.i maka pencemaran air oleh limbah tersebut juga
dapat dikurangi.
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
pola sederhana, dengan 3 kali ulangan. Adapun perlakuan yang dipakai adalah
Limbah Cair Tahu (LT) dan medium sintetis Nutrient Broth (NB).
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : tabung Eppendorf 0,5
ml, pipet tips, kain kasa, baskom, jerigen, Erlenmeyer 500 ml, tabung reaksi, gelas
piala, autoclave, shaker (Eyela, Multi Shaker MMS), pH meter (TOA Ionmeter
1M-4OS), stirrer, mikroskop, timbangan analitik, inkubator (Memmert),
aluminium foil, jarum ose, cleanbench, sentrifuse, oven/pengering, ember/kaleng,
dan kain kristik.
Cara Kerja
Adapun perincian kerja dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Persiapan kultur Bacillus thuringiensis serovar israelensis 4Q1
Stock Bacillus thuringiensis serovar israelensis dalam agar miring disegarkan
dengan cara memindahkan satu mata loop biakan B.t.i 4Q1 ke dalam 5 ml
media Nutrient Broth steril kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu
300C.
2. Persiapan medium untuk produksi spora.
Membuat media NB sebanyak 600 ml dan 200 ml masing-masing dimasukkan
ke dalam 500 ml. Limbah cair tahu disaring sebanyak 600 ml, lalu pH nya
diatur dengan cara menambahkan larutan NaOH 10% sampai pHnya 6,5-7,0.
Kemudian sebanyak 200 ml ditempatkan pada 3 Erlenmeyer 500 ml.
Selanjutnya NB dan limbah cair tahu tadi, disterilisasi dengan menggunakan
autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit. Pada tahap berikutnya, NB dan
limbah cair tahu didinginkan sampai mencapai suhu 300C dengan cara
direndam dalam air dingin. Setelah dingin, baik NB maupun limbah cair tahu
diinokulasi dengan 2 ml kultur B.t.i 4Q1 secara aseptis didalam cleanbench.
Lalu keduanya dinkubasi pada suhu kamar (sekitar 300C) sambil digoyang
(shake) dengan kecepatan 175 rpm selama 4 hari.
3. Persiapan bubuk spora kering
Kultur cair diambil sebanyak 1 ml kemudian dipanaskan 800C dalam air panas
selama 15 menit untuk membunuh sel vegetatif, lalu disentrifuse (pusing) pada
kecepatan 5000 rpm selama 15 menit. Endapan massa sel dan spora yang
terbentuk, kemudian dikeringkan dalam oven/pengering pada suhu 600C
sampai kering.
adalah sama seperti perhitungan jumlah sel hidup formulasi cair B.t.i 4Q1 di atas
(Soesanto, 1992).
2. Perhitungan jumlah spora
Untuk menghitung jumlah spora, maka kultur bakteri formulasi cair dan bubuk
B.t.i 4Q1 yang berada pada masing-masing pengenceran 10-1-10-10 dipanaskan
pada suhu 600C selama 30 menit. Pemanasan dilakukan untuk mematikan kuman
bentuk vegetatif. Langkah selanjutnya adalah dari masing-masing pengenceran
formulasi cair dan bubuk B.t.i 4Q1 diambil 0,1 ml dan diinokulasi pada 20 ml
medium Nutrient Agar dalam cawan petri, lalu diinkubasi selama 48 jam pada
suhu 300C. Sesudah itu dihitung jumlah spora B.t.i yang tumbuh pada cawan petri
yang berisi agar nutrient (Soesanto, 1992).
3. Uji patogenisitas suspensi Bacillus thuringiensis 4Q1
Uji patogenisitas dari suspensi B.t.i 4Q1 dilakukan dengan cara mensuspensikan
0,1 ml biakan B.t.i 4Q1 dalam limbah cair tahu dengan akuades sebanyak 99,9 ml,
kemudian dikocok sampai homogen. Selanjutnya dari larutan tersebut diambil
berturut-turut sebanyak 1 ml, 3 ml, 5 ml, 7 ml, 10 ml, 30 ml dan 50 ml
menggunakan pipet lalu dimasukan ke dalam gelas plastik yang berisi 20 ekor
larva nyamuk Ae. aegypti dan berturut-turut ditambahkan dengan akuades
sebanyak 99 ml, 97 ml, 95 ml, 93 ml, 90 ml, 70 ml, 50 ml dan 50 ml untuk
memperoleh konsentrasi akhir yang dibutuhkan yaitu 0,0001 ml/l, 0,0003 ml/l,
0,0005 ml/l, 0,0007 ml/l, 0,001 ml/l, 0,003 ml/l dan 0,005 ml/l. Sebagai kontrol
gelas plastik hanya diisi 100 ml akuades dan 20 ekor jentik Ae. aegypti, kemudian
didiamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam dilakukan pengamatan untuk
menghitung berapa jumlah larva nyamuk yang telah mati dan setelah 48 jam akan
diamati kembali untuk mengetahui hasil uji patogenesitas dari B.t.i 4Q1.
4. Uji patogenisitas fomulasi bubuk Bacillus thuringiensis 4Q1
a. Uji patogenisitas formulasi bubuk B.t.i 4Q1 secara in vitro
Uji patogenisitas formulasi bubuk B.t.i 4Q1 secara in vitro, dilakukan dengan cara
membubuhkan formulasi bubuk B.t.i 4Q1 secara berturut-turut sebanyak 0,01 gr,
0,03 gr, 0,05 gr, 0,07 gr, 0,1 gr, 0,3 gr, dan 0,5 gr ke dalam gelas plastik .
Selanjutnya masing-masing gelas plastik ditambahkan 100 ml akuades dan 20
ekor jentik nyamuk Ae. aegypti. Sebagai kontrol gelas plastik diisi 20 ekor jentik
nyamuk Ae. aegypti lalu ditambahkan 100 ml akuades. Kemudian didiamkan
selama 24 jam. Setelah 24 jam dilakukan pengamatan untuk menghitung berapa
jumlah larva nyamuk yang telah mati dan setelah 48 jam akan diamati kembali
untuk mengetahui hasil uji patogenesitas dari formulasi bubuk B.t.i 4Q1.
b. Uji patogenisitas formulasi bubuk B.t.i 4Q1 dibandingkan dengan abate secara
semi in vitro.
Dalam uji patogenisitas ini, dilakukan dengan cara membuat tiga kelompok
percobaan untuk membandingkan daya bunuh antara B.t.i yang diproduksi dengan
limbah cair tahu dan Nutrient Broth (NB) dengan abate pada konsentrasi sama.
Kelompok percobaan satu diberi bubuk abate dan kelompok percobaan dua diberi
fomulasi bubuk B.t.i 4Q1 yang dihasilkan dari limbah cair tahu. Sedangkan
kelompok percobaan tiga diberi bubuk B.t.i 4Q1 yang dihasilkan dari NB. Ketiga
kelompok percobaan tersebut diberi perlakuan yang sama dengan penambahan
kansentrasi berturut-turut antara lain: 0,01 gr/l, 0,03 gr/l, 0,05 gr/l, 0,07 gr/l.
Setelah ditambahkan jentik nyamuk Ae. aegypti sebanyak 25 ekor. Langkah
PKMT-2-14-6
6 NB
5 Limbah Tahu
4
1
1
Media
9
8,5
8
7,5
Jumlah Spora x10 (cfu/ml) 7
6,5
6
9
5,5
5 NB
4,5
4 Limbah Tahu
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
1
Media
Konsentrasi (ml/l)
Media
0,025 0,05 0,075 0,1
NB 13,3 71,7 96,7 100
LT 76,7 98,3 100 100
Keterangan: *) Patogenitas persentase kematian jentik dari 20 ekor jentik Ae. Aegypti yang
digunakan selama 24 jam pengamatan; NB: Nutrient Broth; LT: limbah cair tahu
Perbedaan daya bunuh ini disebabkan karena pada media limbah cair tahu
memiliki jumlah spora yang lebih banyak dibandingkan media NB yang
bermanfaat sebagai larvasida pada jentik.
Konsentrasi (gr/l)
Media
0,01 0,03 0,05
LT 55 85 100
NB 30 80 100
A 85 90 100
Keterangan: *) Patogenitas persentase kematian jentik dari 20 ekor jentik Ae. Aegypti yang
digunakan selama 24 jam pengamatan; NB: Nutrient Broth; LT: limbah cair
tahu; A: abate
Uji patogenitas antara bubuk B.t.i yang diproduksi pada limbah cair tahu
dan NB dibandingkan dengan abate diperoleh hasil bahwa pada konsentrasi 0,05
gr/l memiliki daya bunuh yang sama yaitu 100%. Sedangkan pada konsentrasi
terendah yaitu 0,01 gr/l diketahui bahwa abate memiliki daya bunuh yang lebih
tinggi dibandingkan dengan bubuk B.t.i pada limbah cair tahu maupun NB. Hal
ini dapat disebabkan karena abate merupakan larvasida yang mengandung bahan
kimia sehingga memiliki daya bunuh yang lebih baik dibandingkan dengan B.t.i
yang merupakan bioinsektisida alamiah.
Pada konsentrasi 0,01 gr/l diperoleh hasil bahwa B.t.i yang diproduksi
dengan limbah cair tahu memiliki daya bunuh yang lebih tinggi dibandingkan
dengan NB, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti: kebiasaan
jentik, tersedianya toksin di daerah makan jentik, tingkat kerentanan jentik
terhadap toksin yang dihasilkan dan kemampuan cairan usus untuk melarutkan
kristal toksin.
formulasi bubuk B.t.i sudah mulai mengendap di dasar perairan yang sepenuhnya
mencapai sasaran makan jentik Aedes aegypti.
3. Tingkat kerentanan jentik terhadap toksin yang dihasilkan
Masing-masing jentik memiliki kerentanan yang berbeda-beda terhadap
konsentrasi toksin dari B.t.i Tingkat instar jentik dari I, II, II dan IV memiliki
daya tahan terhadap toksin juga berbeda. Hal ini juga menyebabkan perbedaan
konsentrasi toksin yang harus diberikan terhadap jentik tersebut. Jaquet dkk.
(1987) melaporkan bahwa besar kecilnya konsentrasi B.t.i dalam mematikan
jentik, tergantung pula pada tingkat kerentanan jentik sasaran terhadap toksin
yang dihasilkan.
4. Kemampuan cairan usus untuk melarutkan kristal toksin
Kemampuan cairan usus dari jentik dalam melarutkan kristal toksin yang dimakan
cukup berpengaruh terhadap daya bunuhya. Toksin yang dihasilkan oleh bakteri
B.t.i akan dimakan oleh larva Ae. aegypti, dimana dalam saluran pencernaan
prototoksin tersebut akan dihidrolisis oleh enzim protease. Setelah dihidrolisis
prototoksin tersebut akan berubah menjadi toksin aktif dengan berat molekul 60
kD, yang disebut delta endotoksin. Delta endotoksin ini akan diikat oleh sel
epitelium kemudian menempel dan menyebabkan lubang pada saluran pencernaan
larva. Keadaan ini mengakibatkan terhidrolisisnya sel epitelium sehingga
menyebabkan penurunan pH pada saluran pencernaan larva yang mempermudah
spora untuk berkembang, masuk kedalam sel dan menyerang larva sampai mati
Daya tahan usus perut jentik dalam melarutkan kristal protein toksin dapat
mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk membunuh jentik tersebut. Semakin
kuat kondisi usus perut larva terhadap toksin yang dihasilkan bakteri B.t.i semakin
lemah juga daya bunuhnya.
Saran
Dari hasil pembahasan serta penelitian yang dilakukan, maka dapat diberikan
beberapa rekomendasi untuk dikaji dan ditindaklanjuti yakni sebagai berikut:
1. Mengingat pemanfaatan media limbah cair tahu cukup baik sebagai media
pertumbuhan Bacillus thuringiensis serovar israeliensis, pihak-pihak yang
terkait diharapkan untuk dapat mengembangkan potensi limbah cair tahu.
2. Para akademisi diharapkan dapat mengembangkan penelitian-penelitian
mengenai manfaat limbah cair tahu selain sebagai biokontrol larva nyamuk.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, (1988), Daftar Komposisi Bahan Makanan, Diektorat gizi Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Penerbit Bharata, Jakarta.
Becker, N., (1999), The use of Bacillus thuringiensis israeliensis in Germany,
Proceeding of the 3rd Pacific Rim Conference on Biotechnology of
Bacillus thuringiensis, held at Huazhong Agricultural University, Wuhan,
China, 5-9 October, 1999.
Blondine, C. (2004), Formulasi Bacillus thuringiensis H-14 galur lokal dalam
media infus kedelai dan uji patogenitasnya terhadap jentik nyamuk vektor,
Jurnal Kedokteran Yarsi, Vol. 12, no. 1, Januari-April, hal. 22-28.
Deacon, J. 2005. (2005, February 8-last update), The Microbial World: Bacillus
thuringiensis, (Institute of Cell and Molecular Biology, The University of
Edinburgh), http://helios.bto.ed.ac.uk/bto/microbes/bt.htm (akses: 27
Februari 2005).
Dep. Kes. RI, (1992), Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular Demam
Berdarah Dengue, Ditjen PPM dan PL, Jakarta.
Dep. Kes. RI, (1995), Pokok-Pokok Kegiatan dan Pengelolaan Gerakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue, Ditjen PPM
dan PL, Jakarta.
Ester, M. (1998), Demam Berdarah Dengue : Diagnosis, Pengobatan,
Pencegahan dan Pengendalian, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Gorich, (2004 last update), By-001-Aqua Resigen,
http://www.ghgroup.com.hk/gorich/english/product.asp (akses: 20 April
2005).
Gorich, (2004 last update), TF 35-TF35 Thermal Fogger, IGEBA,
http://www.ghgroup.com.hk/gorich/english/product.asp (akses: 20 April
2005).
Herman, (1985), Pengolahan Kedelai Menjadi Berbagai Bahan Makanan, di
dalam Somaatadja, S. Kedelai, Pusat penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan, Bogor.
Imalusita, (1981), Studi pembuatan Kecap Ampas Tahu, Di DaLam Laporan
Seminar Akademik Pemanfaatan Limbah Industri Hasil Pertanian, Ikatan
Mahasiswa THP, Fakultas Teknologi Hasil Pertanian, IPB, Bogor.
Iskandar, (1985), Pemberantasan Serangga dan Binatang Pengganggu,
Pusdiknaskes, Jakarta.
J. Li., Carroll, J., and Enlar, D. (1991), Image of the Toxin Strukture, (Nature),
Vol. 353, hal. 815-821.
PKMT-2-14-12
ABSTRAK
Kata kunci:
PKMT-2-16-1
ABSTRAK
Pada umumnya Turbin Pelton mempunyai bentuk Sudu Mangkok sedemikian
rupa. Maka pada kesempatasn ini dibuatlah bentuk sudu yang berbeda, yaitu
bentuk Sudu Silinder Tertutup Dibelah Dua. Pembuatan Turbin Pelton untuk
sistem Pembangkit Listrik Tenaga Mikro-Hidro (PLTMH) dengan bentuk Sudu
Silinder Tertutup Dibelah Dua mempunyai tujuan apakah efisiensi dan daya yang
dihasilkan turbin serta generator dimungkinkan dapat meningkat. Selain itu
memberikan pemahaman yang jelas tentang pembangkit listrik tenaga mikrohidro
dari energi potensial fluida menjadi energi listrik. Metode yang digunakan oleh
penulis dalam penelitian ini adalah metode studi lapangan, metode perancangan,
metode pembuatan, serta metode pengujian. Dalam pengujian ini dilakukan
perbandingan antara sudu mangkok dan Sudu Silinder Tertutup Dibelah Dua.
Pada putaran yang sama 1500 Rpm dimana tegangan dipertahankan 220 Volt,
maka Sudu Mangkok menghasilkan Daya Hidrolik; Ph = 685,33 Watt, Daya
kinetik; Pk = 627,69 Watt, Daya Turbin; Pt = 612,49 Watt dan Daya Generator;
Pg = 189,17 Watt. Sedangkan untuk Sudu Silinder Dibelah Dua daya maksimal
yang dihasilkan ; Ph = 742,40 Watt, Pk = 627,52 Watt, Pt = 612,97 Watt, dan Pg
= 206,77 Watt. Untuk efisiensi, nilai tertinggi pada Sudu Silinder Dibelah Dua,
yaitu 97,67 % selisih 0,1 % lebih besar untuk Efisiensi Turbin dan 27,85 % selisih
0,83 % lebih besar untuk Efisiensi Sistem. Dengan demikian sudu dengan bentuk
Sudu Silinder Dibelah Dua lebih efisien digunakan untuk PLMH.
PENDAHULUAN
Salah satu pembangkit listrik tenaga air yang digunakan untuk
memanfaatkan tenaga air dan yang bisa dibuat adalah turbin air. Salah satu
peralatan pokok dalam suatu pembangkitan listrik tenaga air ialah turbin air Pelton
yang berfungsi mengubah Energi Potensial berupa energi kecepatan oleh Nozel
menjadi Energi Mekanik berupa putaran pada poros turbin, untuk mendapatkan
Energi Listrik maka poros turbin dikopel dengan generator. Dengan melihat latar
belakang tersebut kami membuat simulasi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro-
Hidro (PLTMH) dengan bentuk sudu yang berbeda yaitu Sudu Silinder Tertutup
Dibelah Dua. Didasari dengan alasan diatas pembuatan simulasi PLTMH
mempunyai tujuan utama, yaitu membandingkan karakteristik daya dan efisiensi
kedua sudu tersebut pada turbin serta dari generator. Diharapkan dengan
penelitian ini masyarakat pada umumnya bisa menggunakan jenis sudu ini karena
dilihat dari kontruksinya lebih mudah pengerjaannya.
PKMT-2-16-2
METODE PENELITIAN
Waktu pembuatan simulasi sampai dengan penelitian adalah 6 bulan (Maret-
Agustus 2005). Sedang tempat pengujian berada di Laboratorium Teknik
Konversi Energi Politeknik Negeri Semarang. Metode yang digunakan dalam
pembuatan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Metode Studi Lapangan
Melaksakan pengujian dan observasi secara langsung dari pompa untuk
mengetahui head dan debit, serta merancang dan membuat instalasi dari
PLTMH. Selain itu dilakukan peninjauan bentuk sudu dimana perhitungan
sudu digunakan sebagai dasar untuk menghitung kekuatan pemilihan bahan
melalui leteratur yang berhubungan dengan PLTMH.
2. Metode Perancangan
Dengan cara merencanakan segala sesuatu yang terkait dalam pembuatan
Turbin Pelton ini misalnya perhitungan dimensi, kekuatan bahan dan jenis
bahan yang digunakan.
3. Metode Pembuatan
Pelaksaan pembuatan simulasi ini melibatkan proses-proses pengerjaan
pengecoran, pemotongan, pengeboran, penyambungan, dan lainnya dengan
menggunakan kikir, gerinda, mesin-mesin perkakas, dan alat-alat penunjang
lainnya hingga sampai proses finising.
4. Metode Pengujian
Metode pengujian meliputi pelaksanan pengambilan data, pengolahan data,
dan analisa hasil data pengujian dari hasil pembuatan PLTMH.
Dasar perhitungan pembuatan sudu :
1. Kecepatan nominal Runner ; v (m/det)
( )
v = 0,44 2.g .H ........................................................ (Modi & Seith, 1979 ; 975)
Dimana H = Head total pompa (m)
3. Jumlah sudu ; Z
Dt
Z = 5,4 ................................................................. (Modi & Seith, 1979 ; 976)
dn
Dimana dn = Diameter pancaran Nozel (m)
Langkah-langkah pengujian :
1. Persiapkan Simulasi PLTMH dengan Turbin Silinder Tertutup Dibelah Dua
dan perlengkapannya.
2. Lakukan pengecekan alat-alat yang akan digunakan dalam pengambilan data.
3. Buat tabel untuk mencatat hasil pengujian.
4. Ukur temperatur air.
5. Persiapkan Pompa dan perlengkapannya.
6. Hidupkan pompa dengan meng-On-kan saklar kemudian tarik handle pada
motor bensin sampai pompa hidup.
7. Buka katup-katup Manometer Pipa U manometer input Nozel.
8. Buka katup buangan / bypass agar tekanan pada pipa tidak terlalu tinggi akibat
tekanan output air pada pompa.
9. Buka katup masukan Nozel, sehingga air akan menumbuk sudu dan
mengakibatkan runner berputar.
10. Sambil mengatur bukaan katup, tambah gas untuk pompa dengan cara
menggeser tuas gas searah jarum jam sampai gas setengah penuh, apabila
putaran masih belum 1500 Rpm maka gas ditambah hingga putaran mencapai
1500 Rpm dan pada generator menunjukkan tegangan sampai 220 Volt.
11. Catat nilai penunjukkan Tachometer, Amperemeter, Voltmeter, Manometer
input Nosel, dan Manometer Pipa U (x).
12. Berikan variasi beban dengan menggunakan lampu pijar pada generator maka
putarannya akan turun, atur bukaan katup sehingga penunjukkan voltmeter
kostan pada nilai 220 Volt catat nilai parameter seperti nomor 11.
13. Setelah data didapat, turunkan beban lampu pijar secara satu persatu, diiringi
dengan penutupan katup sampai turbin berhenti dan kurangi gas pada motor
bensin bersamaan penutupan katup.
14. Setelah itu katup tutup penuh dan matikan pompa dengan penggerak motor
bensin dengan meng-Off-kan saklar pada motor bensin.
15. Lepas peralatan dan kembalikan peralatan ke tempat semula.
Pengujian yang diperoleh seperti pada tabel hasil pengujian selanjutnya diolah
melalui perhitungan untuk memperoleh besarnya Daya Hidrolik, Daya Kinetik,
Daya Turbin, Daya Generator, Efisiensi Turbin dan Efisiensi Sistem. Contoh
perhitungan yang dilakukan dengan mengambil data pengujian Sudu Silinder
Dibelah Dua pada beban kosong (nomor 1) diketahui :
Dimeter dalam pipa ; A1 = 1,256.10-3 m2
Diameter Oriffice ; A2 = 8,038.10-4 m2
Percepatan Gravitasi ; g = 9.81 m/det2
Massa jenis air ; = 996,74 kg/m3
Berat jenis air raksa ; SHg = 13,61
Berat jenis air ; Sair = 1
Head Tabung Bourdon ; H = 1,1 kgf/cm2 = 11 m
Beda ketinggin Manometer U ; x = 17 cm = 0,17 m
Kecepatan putaran Turbin ; n = 1500 Rpm
Arus output Generator ; I = 0 Amper
Tegangan output Generator ; V = 220 Volt
Perhitunga Daya :
a. Daya Hidrolis ; Ph (Watt) yang masuk ke nosel, dimana besarnya head diukur
sebelum masuk Nozel yaitu :
H = 11 m
Ph = .g.Q.H
= 996,74 (kg/m3) . 9,81 (m/det2) . 4,2 x 10-3 (m3/det) .11 (m)
= 432,7 Watt
b. Daya Kinetik jet air ; Pk (Watt) dihitung :
1
Pk = . A V 3
2
1
= . 996,74 (kg/m3) . ( 0,02 m )2 . 13,37 (m/det ) 3
2 4
= 374,84 Watt
c. Daya Turbin ; Pt (Watt) dihitung :
= 15 o
Pt = . A.V.( V v ).( 1 + cos ).v
= 996,74 (kg/m3) . 3,14x10-4(m) . 13,37(m/det) . (13,37 (m/det) - 8,635
(m/det)) . (1 + cos15 o) . 8,635 (m/det)
= 335,31 Watt
d. Daya Listrik (Daya Generator) ; Pg (Watt) dihitung :
Cos = 1
V = 220 volt
I = 0 amper
Pg = V. I . Cos
= 220(Volt) . 0(Amper) . Cos 1
= 0 Watt
Perhitungan Efisiensi :
a. Efisiensi SuduTurbin ; t
P
st = t . 100%
Pk
335,31 (Watt)
st = . 100%
374,84 (Watt)
PKMT-2-16-7
= 89,45 %
b. Efisiensi Sistem ; s
Pg
s = . 100%
Ph
0 (Watt)
s = . 100%, s = 0 %
432,7 (Watt)
KESIMPULAN
Dari perhitungan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Besarnya daya yang dihasilkan oleh sistem dipengaruhi oleh head (H), debit (Q),
percepatan grafitasi (g) dan pembebana generator pada tegangan yang konstan.
Karena itu pada tiap pengujian akan didapat daya semakin besar dengan kenaikan
debit dan head dan beban generator.
Pada pemberian tegangan konstan 220 Volt dan putaran 1500 Rpm, Daya Kinetik
pada Sudu Mangkok lebih tinggi dari Sudu Silinder Tertutup Dibelah Dua dengan
selisih 0,17 Watt, tetapi Daya Hidrolik, Daya Turbin, dan Daya Generator terlihat
lebih tinggi pada Sudu Silinder Dibelah Dua, selisih dayanya sebesar 57,07 Watt,
0,48 Watt, dan 17,60 Watt. Sedang untuk efisiensi, value tertinggi pada Sudu
PKMT-2-16-8
Silinder Dibelah Dua, dengan selisih 0,1 % untuk Efisiensi Turbin dan 0,83 %
untuk Efisiensi Sistem.
Daya dan efisiensi yang dihasilkan Turbin dipengaruhi oleh faktor-faktor
tertentu, seperti peralatan pendukung, sifat fluida, kekasaran permukaan sudu,
kontruksi instalasi, human error dan faktor lain yang tidak bisa diprediksi.
Secara umum terlihat bahwa Sudu Silinder tertutup Dibelah Dua lebih unggul dari
pada Sudu Mangkok.
DAFTAR PUSTAKA
Dietzel F. 1993. Turbin Pompa Dan Kompresor, Jakarta: Erlangga.
M. Edy Sunarto, Markus Eisenring. 1994. Turbin Pelton Mikro, Yogyakarta:
MHPG ANDI OFFSET.
Niemann G. 1986. Elemen mesin Jilid 1,Jakarta: Erlangga.
Sularso. 1993. Dasar Pemilihan dan Perencanaan Elemen Mesin. Jakarta:
Pradnya Paramita.
Sasongko, Gjoko. 1996. Teknik Sumber Daya Air. Jakarta: Erlangga.
Sato GT. 1993. Menggambar Mesin Menurut Standar I.S.O. Jakarta: Pradnya
Paramita.
Streerter, Viktor L. 1988. Mekanika Fluid. Jakarta: Erlangga.
PKMT-2-17-1
ABSTRAK
Indonesia merupakan wilayah perairan dan kaya akan sumber daya perikanan.
Teknologi saat ini belum mampu mengolah hasil-hasil perikanan tersebut menjadi
komoditas yang bernilai tinggi. Masyarakat indonesia telah mengenal berbagai
macam pengolahan salah satunya yaitu Bandeng Presto. Bandeng Presto
merupakan masakan ikan, dimana duri dari ikan tersebut telah lunak, karena
diolah dengan tekanan tinggi. Bandeng presto yang ada di pasaran saat
merupakan hasil pengolahan industri-industri Bandeng Presto, yang
menggunakan sistem pengolahan dengan sumber tekanan dari pemanasan air
dalam waktu lama. Menurut penelusuran (Lee. 1958) pengukusan dalam air
panas dapat mengakibatkan susut zat gizi. Sehingga sistem pengolahan ini
menyebabkan rusaknya tekstur bandeng, sehingga menurunkan nilai kandungan
protein dan cita rasa yang ada pada hasilnya. Untuk memperbaiki sistem
pengolahan tersebut diperlukan suatu alat yang mempunyai efisiensi waktu yang
singkat dan mampu menghasilkan tekanan yang tinggi sehingga dapat
melunakkan duri ikan Bandeng. Low Temperatur Pressure Cooker (LTPC)
merupakan alat pemasak yang terdiri dari Panci bertekanan, Kompresor,
Kompor pemanas, Filter udara, Selang penghubung dan Rangka penyangga. Alat
ini memiliki teknologi tambahan, berdasar pada asas pengembangan dan tekanan
gas akibat perlakuan panas, maka sistem kerja alat tersebut dengan mengasilkan
tekanan dari uap panas air yang dipanaskan dan tekanan injeksi udara dari
kompresor yang telah diseterilkan. Dengan adanya penambahan tekanan udara
dari kompresor tersebut, pengolahan ikan bandeng menjadi lebih singkat. Hasil
yang diperoleh memiliki citarasa yang enak dan kandungan protein yang tetap
terjaga.
Kata Kunci : Presto injeksi hemat bahan BBM
PENDAHULUAN
Wilayah perairan Indonesia merupakan penghasil sumber daya
perikanan yang sangat melimpah. Namun hasil-hasil sumber daya tersebut belum
sepenuhnya dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat Indonesia. Hal
ini disebabkan karena terbatasnya teknologi dan kemampuan sumber daya
manusia.
Salah satu hasil perikanan yang familiar di Indonesia adalah Bandeng
Presto. Bandeng Presto adalah masakan dengan bahan dasar ikan bandeng yang
dimasak dengan suhu bertekanan tinggi. Dari survei yang telah dilakukan pada
industri pengolahan Bandeng Presto ditemukan bahwa sistem pemasakan bandeng
presto saat ini membutuhkan waktu yang sangat lama, kurang lebih 2 jam dan
membutuhkan suhu yang sangat tinggi untuk mencapai tekanan yang mampu
melunakkan duri ikan Bandeng.
PKMT-2-17-2
METODE PENDEKATAN
Metode Observasi dan Interview
LTPC merupakan sebuah karya dari hasil pemikiran untuk membuat alat
yang lebih inovatif, awal mula munculnyaide ini dengan adanya bacaan
(Muchtadi.1989) bahwa Otot ikan memiliki mempunyai banyak persamaan
dengan otot skeletal mamalia dilihat dari ultra struktur serta fungsinya. Tetapi
protein ikan tidak sesetabil protein otot mamalia, misalnya mudah rusak selama
pengolahan. Meskipun penyebab utama ketidaksetabilan protein ikan adalah
miosinnya. Literatur yang ada dapat membuka gambaran untuk membuat sketsa
LTPC.
Observasi dan interview pertama kali dilakukan didaerah Kel. Ngemplak
simongan Semarang dimana terdapat wirausahawan yang telah membuat bandeng
presto selama 20 tahun. Bapak Tamadi mengatakan bahwa untuk membuat
bandeng presto membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam untuk menghasilkan ikan
bandeng dengan duri lunak, dengan kapasitas panci 6 kg dan untuk mendapatkan
citarasa bandeng yang lezat diperlukan timing atau waktu untuk mengetahui
bandeng tersebut sudah matang atau belum .Dimana disana kami mendapatkan
wahana baru untuk merubah desain kami menjadai lebih baik. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui proses cara kerja pressure cooker dan cara pembuatan alat
pressure cooker.
Observasi yang selanjutnya dilakukan untuk mengamati tekstur ikan yang
ada di pasar lokal dan toko. Observasi tersebut menghasilkan bahwa tekstur ikan
yang tekstur kulit dan daging yang tidak rusak dimiliki oleh penjual di toko
bandeng Juwana,selain itu dalam hal kelunakan duri ikan hampir sama.
Proses pembuatan LTPC dilakukan setelah observasi bahan dan alat yang
diprioritaskan yang mudah didapatkan dan steril, apabila barang tidak ada
dipasaran maka kita buat sendiri. Pembuatan alat ini dilakukan pada malam hari di
Gedung E9 lantai 1 Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Semarang selama
1,5 bulan.
Metode Eksperimen
Proses awal uji coba alat dengan menggunakan panci standart dimana
panci ini tidak dibuat sendiri akan tetapi panci yang dijual dipasaran. Sebelum
PKMT-2-17-3
dilakukan ujicoba awal panci tersebut harus dipasangi peralatan pendukung yaitu
termometer dan manometer/pressure gauge. Ujicoba yang pertama dapat
diketahui data tentang tekanan, suhu dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan lele presto yang lunak dengan uji coba ikan sebanyak 1 kg.
Ujicoba selanjutnya selanjutnya dengan eksperimen alat yang ada dan
langsung diaplikasikan kedalam panci yang ada. Eksperimen ini menghasilkan
menghasilkan dibeberapa komponen tertentu masih terjadi kebocoran terhadap
tekanan di panci presto sehingga tekanan tidak maksimal. Kerusakan yang terjadi
dapat direngineering atau perbaikan lagi, setelah itu dilakukan percobaan lagi
dengan menggunakan ikan yang berbeda. Hasil ujicoba dengan LTPC dapat
diketahui setelah beberapa kali percobaan.
Panci LTPC
Kompresor
Frame
Alat Pemanas
Pembahasan
Prinsip Kerja LTPC
Panci LTPC tidak ada bedanya dengan panci presto biasanya akan tetapi
yang membedakan adalah panci LTPC dilengkapi dengan katup injeki udara.
Udara yang dihasilkan dari kompresor dengan memanfaatkan tenaga lisatrik
sebagai penggerak kompresor. Udara dialirkan kedalam tabung filter udara agar
udara yang masuk kedalam panci bersih, karena udara dari kompresor masih
bercampur kotoran atau terak. Hal ini diakibatkan kompresor yang digunakan
tidak menggunakan kompresor stainless steel.
Sebelum udara masuk kedalam panci, udara melewati katup IN panci
dimana katup ini akan menutup bila tekanan dalam panci melebihi tekanan yang
dialirkan kompresor kedalam panci. Udara diinjeksikan bersamaan saat kompor
pemanas dinyalakan. Tanda-tanda kematangan ikan ditandai dengan terbukanya
katup by pass pada tutup panci. Penginjeksian udara diharapkan dapat
mendinginkan suhu didalam panci.
= Aliran Udara
Perlakuan Panas
Pengujian Petama
Perc. Bahan Uji Waktu Temperatur Hasil
Keterangan
(1 Kg) (Menit) (0C) (Lunak/tidak lunak)
I Ikan Lele + 30 3500C Lunak Panci Standar
Panci telah
mengalami
tekanan
II Ikan Lele 10 1000C Tidak Lunak
0,5 1 Kg
Kebocoran
1.5 kg/cm2
Terjadi
kebocoran
III Bandeng 30 1900C Kurang lunak
pada tekanan
1.6 Kg/cm2
PKMT-2-17-6
Data percobaan diatas menggunakan bahan uji yang berbeda yaitu ikan
bandeng dengan tempurung yang keras dan ikan bandeng dengan duri yang
berbentuk serabut.
Pada awal pengujian pertama prototype LTPC telah diambil data bahwa
tekanan yang dimiliki oleh panci pada awalnya adalah 0.5 Kg. hasil presto yang
didapatkan dengan bahan uji 1 Kg ikan lele, ikan lele dapat lunak kurang lebih
dalam waktu 1 jam dengan temperature lebih dari 3000C. Hal ini dilakukan
dengan panci standar tanpa dilakukan penginjeksian udara atau penambahan udara
tekan untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki oleh panci presto tersebut.
Pada pengujian kedua panci presto telah dimodifikasi dan dilakukan
penginjeksian udara dingin dari kompesor, panci telah mengalami modifikasi dan
peningkatan tekanan dari 0,5 Kg/cm2 sampai 1,5 Kg/cm2. Hasil presto yang
didapat adalah ikan belum lunak secara sempurna sampai bagian duri ikan. Tahap
ini alat belum sempurna diakibatkan masih terjadinya kebocoran pada seal perapat
presto. Tekanan pada panci konstan pada 1,5 Kg/cm2 setelah terjas kebocoran.
Pengujian ketiga, kendala yang dihadapi masih sama walaupun telah
diadakan perbaikan dengan penambahan bahan seal yaitu masih terjadi kebocoran
pada saat melewati angka 1,6 Kg/cm2 dan tekanan kembali konstan pada tekanan
1,5 Kg/cm2 .
Kebocoran terjadi akibat lemahnya daya tekan tuas penutup panci, karena
tuas ini hanya bertumpukan hanya pada satu titik (bagian tengah tutup panci).
Sehingga udara bertekanan dapat keluar melalui sela-sela seal panci yang
penekanannya tidak merata.
Tuas Penutup
Tuas panci akan lebih kuat dan menekan lebih merata apabila tuas tersebut
memiliki 4 kaki untuk menekan keempat sisi dari tutup panci LTPC.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan, maka penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa: (1). Pressure Cooker (PC) biasa jika dibandingkan dengan
LTPC memiiki kekurangan dan kelebihan, kekurangannya PC membutuhkan
waktu yang lebih lama dibandingkan LTPC sehingga efisiensi bahan bakar
minyak menurun. Kelebihan PC adalah harga yang relatif murah jika
dibandingkan dengan LTPC dan LTPC jika dilihat dari kuantitas peralatan yang
dimiliki hanya cocok untuk pengolahan dalam skala besar. (2) Inovasi LTPC
adalah penambahan sistem injeksi udara dingin kedalam PC. Penginjeksian
PKMT-2-17-7
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1996, Daftar Komposisi Bahan
Makanan, Jakarta, Bhatara.
Johannes Supranto, 1988, Riset Operasi, Jakarta, Universitas Indonesia.
Harris s, Robert,Karmas, endel, 1989. Evaluasi Pengolahan bahan
pangan :Bogor,ITB Bandung
M. Chaiduri, 2002, Ekonomi, Yogyakarta, Intan Pariwara.
Muchtadi, Dedy,1989.Evaluasi Nilai Gizi Pangan:Bogor,ITB Bandung
Muchtadi, Tien R,1997.Teknologi Proses Pengolahan Pangan:Bogor, ITB
Bandung
William M. Luther, Ignatius Hadisoeprobo, 1996, Rencana Pemasaran, Jakarta,
Erlangga.
http://WWW.iptek.net.id/ind/warintek/pengolahan_pangan_idx.php?doc=6c17
http://WWW.glorianet.org/keluarga/kesehatan/kesepenu.htmlhp?]
PKMT-2-18-1
ABSTRAK
Dengan semakin dibutuhkannya kemudahan dalam memasukkan, mencari dan
mengedit, dan mencetak puluhan atau bahkan ratusan data pasien dan data
medical record pada sebuah klinik maka dibuatlah sebuah aplikasi pada klinik
yang bersifat desktop aplikasi yang bertujuan untuk memudahkan kebutuhan
yang tersebut diatas. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah aplikasi penunjang
yang dapat menjamin bahwa kebutuhan akan informasi yang cepat dan
memadai seperti yang tersebut diatas dapat terpenuhi. Aplikasi yang memiliki
tampilan antarmuka yang baik dan mudah dalam pengoperasiannya akan
memberi nilai tambah bagi pengguna aplikasi dalam menjalankan aplikasi. Hal
ini disebkan pada saat aplikasi pertama kali dijalankan, pengguna aplikasi akan
dihadapkan terlebih dahulu kepada antarmuka aplikasi yang ia jalankan.
Antarmuka yang memberikan kesan pertama yang baik adalah antarmuka yang
diinginkan setiap pengguna aplikasi. Ditambah dengan tercipta suatu database
yang terstruktur dengan baik sehingga kebutuhan informasi terpenuhi dengan
baik dan memuaskan.
PENDAHULUAN
Pemilik Klinik Homeopathy yang beralamatkan di Sektor 1.1 Blk I5/no.
15 Jln Hanjuang 1 BSD, Tangerang mengharapkan agar dengan adanya aplikasi
ini memudahkan user (terutama untuk orang-orang administrasi) dalam
memasukkan dan mengkomputerisasikan semua data pasien yang telah tedaftar
sebelumnya kedalam sebuah database, mengetahui jumlah pasien terdaftar aktif
dan terdaftar tidak aktif , serta mendokumentasikannya (mencetak laporan
berkala).
Adapun permasalahan yang didapatkan dari hasil analisa dan penelitian
terhadap aplikasi sistem ini adalah :
1. Belum adanya sistem yang dapat mengkoleksi semua dokumentasi transaksi
pada klinik homeopathy.
2. Belum adanya suatu sistem terkomputerisasai dalam mencari berkas-berkas
data medical record pasien yang pernah berobat pada klinik homeopathy.
3. Belum adnya sebuah sistem yang dapat menetukan jumlah pasien yang
terdaftar dalam klinik, baik secara keseluruhan, maupun pasien yang berobat
perhari dan jumlah obat yang dikeluarkan perhari sehingga menyulitkan dalam
metode pembagian hasil untuk dokter dan staf umum klinik.
KEGUNAAN PROGRAM :
Bagi Team Riset
1 Menambah pengalaman dan pengetahuan dalam mempraktekan ilmu dan
kemampuan yang telah didapat.
2 Menambah kemampuan bekerjasama dalam team kerja dengan adanya
pembagian tugas dan kerjasama.
3 Sarana mengasah kemampuan dan kreativitas dari ilmu yang didapat.
Bagi Mahasiswa
1 Menambah contoh dan koleksi studi kasus dalam memahami dan mempelajari
sistem aplikasi basis data.
2 Mendorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut.
3 Sebagai salah satu alat untuk mengembangkan bakat dan kreativitas
kewirausahaan.
Bagi Klinik
1. Meningkatkan pelayanan mutu dalam bidang pelayanan pendaftaran dan
pendataan pasien pada klinik.
2. Memudahkan pencarian medical record pasien yang nantinya
memudahkan dokter untuk memberikan diagnosa dengan didasarkan history dari
medical record yang telah ada.
3. Mempercepat pendataan dan pelayanan informasi pasien sehingga
mempermudah dan menghemat waktu karena aktifitas dasar dan rutinitas telah
dilakukan secara terkomputerisasi.
4. Memudahkan pencarian laporan, baik laporan jumlah pasien, jumlah obat,
maupun untuk pendapatan dan pengeluaran klinik.
METODE PENDEKATAN
Waktu pelaksanaan dimulai dari tanggal 5 Januari 2006 dan berakhir pada
tanggal 10 Maret 2006, dengan tempat pelaksanaan sebagian besar pekerjaan
dilakukan di rumah tim pelaksana kegiatan dengan cara pembagian modul yang
ditangani sesuai dengan bentuk model tampilan yang disepakati bersama dengan
pihak klinik Homeopathy bersangkutan, dan sebagian kecil pelaksanaan dilakukan
di Klinik dikarenakan tidak tersedianya tempat yang cukup memadai untuk
pelaksanaan pembuatan aplikasi pada klinik tersebut.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan program kreatifitas mahasiswa:
1. Studi literatur dan analisa kebutuhan sistem informasi yang dibutuhkan pada
Klinik Homeopathy.
2. Perencanaan dan pembuatan sistem,
a. Persiapan data,
Pengumpulan data-data tentang pasien dan medical history pasien dari Klinik
Homeopathy, untuk itu dibutuhkan ijin dan persetujuan pihak yang bersangkutan
PKMT-2-18-3
b. Pendefinisian pembelajaran,
Pembelajaran dan survey terhadap proses aliran informasi yang dibutuhkan dan
kebutuhan antarmuka yang diinginkan yang dapat memudahkan pengguna.
c. Perancangan sistem,
d. Pembuatan sistem.
Mengembangkan Aplikasi pendataan dengan menggunakan Microsoft Visual
Basic 6, Microsoft Access, dan software pembuat animasi dn gambar, seperti:
Adobe Photoshop, Macromedia Flash, Fireworks, Corel Draw, dll.
3. Pengujian,
4. Evaluasi sistem,
5. Pengambilan kesimpulan dari hasil penelitian.
Bagian Menu Utama, berisi kontrol navigasi untuk melakukan semua kegiatan
transaksi seperti penambahan data pasien baru, penambahan data history, dan
pengeditan.
Bagian Workspace, merupakan bagian kontrol kerja atau ruang kerja yang
merupakan sebuah window yang mampu menampung window-window child
untuk bekerja (Window Pasien Baru, Penjadwalan, Update, CariHistory,
Profile(UserProperty).
KESIMPULAN
Aplikasi yang dibuat telah dites dan di uji coba dan dapat berjalan, serta form-
form yang ada telah saling menunjang dan saling mendukung meskipun masih
ada sedikit kelemahan pada pencetakan laporan (rekap).
Analisa dan perancangan yang menggunakan metode terstruktur sering kali
berbeda pendapat di antara analis yang ingin membangun sistem.
Dalam perancangan sebuah aplikasi yang terstruktur ( menggunakan koneksi
ke database) maka harap dipastikan bahwa database yang dirancang telah benar
dan memenuhi syarat-syarat normalisasi dan syarat lain yang dibutuhkan,
sehingga jika database dan ERD telah selesai dirancang dan proses kesalahan pada
perancangan ini hilang maka tidak akan terjadi pengulangan proses pembuatan
dari awal yang dikarenakan system selalu mengikuti struktur database baru
kemudian dilanjutkan dengan proses pembuatan data flow diagram.
Untuk pemrograman menggunakan bahasa visual basic masih banyak
kekurangan dalam keflexibilitasan memanipulasi data tidak seperti yang terdapat
pada java yang lebih ter- Object Oriented.
PKMT-2-19-1
ABSTRAK
Elektrokardiogram (EKG) merupakan sinyal fisiologis yang dihasilkan oleh
aktifitas kelistrikan jantung. Sinyal ini direkam menggunakan perangkat
elektrokardiograf. Perangkat ini bemacam-macam bentuknya sesuai dengan
kepentingan perekaman sinyal EKG yang dilakukan. Misalnya untuk standard
clinical EKG, menggunakan 12 elektroda, dan peraga bisanya berupa kertas
rekam ECG, sedangkan untuk monitoring EKG, digunakan 1 atau 2 elektroda
dengan peraga berupa sinyal yang ditampilkan pada CRT. Perangkat ini relatif
mahal karena produksi yang terbatas, penggunaan yang cukup spesifik dan hanya
terdapat pada rumah sakit - rumah sakit besar. Untuk itu perlu direalisasikan
sistem elektrokardiograf yang lebih murah berbasis online sebagai media
penghubung antara pasien dan dokter. Yaitu dengan mendisain sistem ECG
monitoring yang berbasis online, sistem ini mempunyai kemampuan untuk
mendeteksi kondisi kesehatan jantung pasien secara jarak jauh. Alat ini
mempunyai kelebihan untuk memasukkan data medis tersebut kedalam suatu
database secara online sehingga dokter ataupun pasien tidak perlu lagi bertemu
langsung sehingga pemantauan kondisi jantung pasien bisa dilakukan dimanapun
juga.
PENDAHULUAN
Penyakit jantung saat ini telah menjadi suatu penyakit yang paling
mematikan di dunia. Meskipun angka kejadian Penyakit Jantung dan Pembuluh
Darah (PJPD) di Indonesia belum ada data yang akurat namun bila kita tinjau data
di Amerika Serikat, pada tahun 1996 dilaporkan hampir terdapat 60 juta penderita
atau menjapai 1 dari 5 penduduk Amerika Serikat menderita penyakit jantung.
Kematian akibat PJPD di seluruh Amerika Serikat pada tahun 1996 mencapai
959.227 penderita, yakni 41,4% dari seluruh kematian. Setiap hari 2600 penduduk
meninggal akibat penyakit ini. Meskipun berbagai pertolongan mutakhir telah
diupayakan, namun setiap 33 detik tetap saja seorang warga Amerika meninggal
akibat penyakit ini.
Prof Shahryar Sheikh, Direktur Asia Pacific Society of Cardiology 2003,
mengungkapkan penyakit kardiovaskular (cardiovascular disease/CVD) saat ini
mengalami kenaikan yang cukup cepat, dan menjadi penyakit pembunuh
peringkat atas di kawasan Asia Pasifik. "Pertumbuhan penyakit cardiovascular ini
merupakan problema di Asia Pasifik. Terlebih di negara-negara yang sedang
berkembang. Penyakit jantung merupakan tantangan yang besar dan sangat
kompleks karena menyangkut masalah pembangunan sosial dan ekonomi."
PKMT-2-19-2
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk pencegahan penyakit jantung
adalah dengan pemantauan kondisi kesehatan jantung secara rutin dengan
menggunakan alat yang disebut electrocardiograph. Electrocardiograph (ECG)
adalah suatu gambaran dari arus elektrik yang dihasilkan oleh otot jantung selama
satu denyut jantung. Electrocardiograph menyediakan informasi kondisi jantung
itu. Electrocardiograph dibuat dengan menerapkan electroda pada komponen
badan untuk mengambil sinyal kecil dari tubuh kepada monitoring instrumen.
Standard electrocardiograph memungkinkan untuk pembandingan sinyal seperti
diambil dari tiap orang dengan kondisi normal dan kondisi kelainan pada
jantungnya.
Namun saat ini electrocardiograph hanya terdapat di beberapa rumah sakit
besar dengan jumlah yang terbatas. Sehingga pasien sulit untuk melakukan
pengecekan kondisi jantungnya. Selain itu pasien juga harus menghabiskan waktu
dan tenaga untuk dapat melakukan pengecekan kondisi jantungnya karena harus
datang ke rumah sakit dan harus antri dengan pasien yang lain.
Oleh karena itu diperlukan adanya pembangunan perangkat yang dapat
digunakan pasien secara individu namun tetap dapat dilakukan pemantauan oleh
ahli jantung. Perangkat ini digunakan oleh pasien untuk mendapatkan sinyal
kondisi kesehatan jantungnya.
Electrocardiograph Monitoring System diharapkan dapat berfungsi
sebagai alat yang dapat mengambil data kondisi jantung pasien dimana data
tersebut kemudian secara otomatis dikirimkan ke database yang berfungsi sebagai
tempat pencatat dan penampung data-data kesehatan jantung pasien. Dengan
masuknya data tersebut ke database, sistem akan memberikan sinyal ke PC yang
ada disisi ahli jantung dengan menggunakan jaringan internet bahwa ada pasien
yang telah melakukan pemantauan kesehatan jantung. Oleh system ahli jantung
tersebut akan diberikan keluaran berupa grafik tentang kondisi jantung pasien
sehingga ahli jantung dapat memanfaatkan data tersebut untuk memberikan
diagnosis dari monitoring kesehatan jantung pasien kepada pasien yang
bersangkutan dan juga dapat memberikan saran kepada pasien.
Luaran berupa alat pemantau kesehatan jantung pasien mudah diterapkan
dan digunakan sehingga pasien dapat melakukan cek kesehatan jantungnya dari
rumah atau dari tempat dimana pasien sedang melakukan aktivitas. Sehingga
pasien tersebut tidak perlu datang ke pusat kesehatan. Pasien tersebut hanya
memerlukan sebuah monitoring cardiogram dan sebuah PC atau notebook atau
handphone yang dapat terkoneksi dengan jaringan internet. Sehingga secara
otomatis data kesehatan jantung yang diperolehnya dapat dikirimkan ke database
yang akan digunakan oleh ahli jantung untuk memberikan diagnosis kondisi
kesehatan jantung pasien.
METODE PENDEKATAN
Perancangan EKG (Elektrokardiogram) dimulai dengan melakukan
penaksiran kebutuhan EKG dilanjutkan dengan bagaimana EKG dapat
menjalankan tugasnya. Dengan demikian maka semua kebutuhan dideskripsikan
pertama kali dilanjutkan dengan inventarisasi sumber daya yang tersedia,
perancangan awal dan yang terakhir adalah menetukan perangkat keras
(hardware) dan perangkat lunak (software).
PKMT-2-19-3
Identifikasi Masalah
Studi Pustaka
Penelitian Pendahuluan
Perancangan
Rangkaian ini berfungsi untuk menghasilkan catuan sebesar +9 volt dc, -9 volt dc,
dan +5 volt dc. Catuan ini selanjutnya akan digunakan untuk menjalankan blok
analog dan digital dari system EKG yang kami buat.
PKMT-2-19-6
Pada blok analog ini, sinyal dari hasil pengukuran pada pasien di tangkap dan
dikuatkan sebesar 1000x karena sinyal asli jantungnya sangatlah kecil yaitu
sebesar 5mV, sehingga setelah dikuatkan sinyal menjadi 5V, sinyal ini kemudian
diproses oleh blok digital.
PKMT-2-19-7
Pada blok ini, sinyal yang didapat dari blok analog kemudian disampling dan
diproses untuk menghasilkan sinyal Elektrokardiogram, kemudain sinyal ini di
transmisikan ke CPU, blok ini juga dilengkapi dengan interface ke CPU.interface
ini menggunakan system komunikasi serial dengan menggunakan standar RS 232
PKMT-2-19-8
Pada saat pertama kali program di jalankan maka kita harus mengisi
terlebih dahulu data pasien yang akan diperiksa menggunakan alat EKG
monitoring ini. Selain itu kita juga harus memasukkan pilihan lead yang
digunakan. Setelah data yang dibutuhkan selesai kita masukkan, maka kita akan
melakukan pengukuran kepada pasien.
Setelah pemasangan alat selesai di lakukan pada pasien maka kita mulai akan
mengamati perubahan denyut jantung melalui electron tubuh pasien.
PKMT-2-19-9
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan alat elektrokardiograf berbasis
online adalah :
a. Sistem ini memberikan solusi alternatif yang relatif mudah, murah dan
konsumsi daya rendah terhadap pengukuran EKG secara konvensional.
b. Sistem ini dapat membaca Sinyal EKG dengan tiga titik lead/acuan
elektroda menurut Einthoven Triangle Formation untuk keperluan
monitoring EKG.
PKMT-2-19-11
DAFTAR PUSTAKA
1. Barmawi, Malvino. Prinsip prinsip elektronika jilid 2, ITB, Bandung.
2. Hariyanto, Bambang, Ir.,MT., 2005. Esensi-esensi Bahasa Pemrograman
Java, Informatika, Bandung.
3. Kadir, Abdul. 2003. Pemrograman C++, Yogyakarta.
4. Richard F. Tinder. 1991.Digital Engineering Design, Prentice Hall
international Inc.
5. Smith Jack. 1985. Modern Communication Circuits, McGraw-Hill.
Singapore
6. Sugiharto, Agus., 2002. Penerapan Dasar Transduser dan Sensor, Kanisius.
Yogyakarta.
7. Wardana Eka, Khusni. 2005. Desain Dan Realisasi Receiver Sistem
Telemetri Dan Pemantauan Elektrokardiogram Wireless Dengan Modulasi
Ask, STT TELKOM. Bandung.
PKMT-2-20-1
ABSTRAK
Materi yang digunakan adalah domba lokal jantan sebanyak empat ekor dengan
bobot rata-rata 15 kg yang diberikan dalam bentuk pakan yang terdiri atas dua
perlakuan. Perlakuan pertama, domba diberi pakan berupa konsentrat dan
rumput raja selama 21 hari, kemudian diganti dengan pakan konsentrat dan
jerami fermentasi selama 21 hari. Perlakuan kedua, domba diberi pakan berupa
konsentrat dan jerami fermentasi selama 21 hari, kemudian diganti dengan pakan
konsentrat dan rumput raja selama 21 har.i Konsumsi bahan kering (BK) dan
pertambahan bobot badan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa konsumsi bahan kering domba yang diberi pakan rumput
raja (560.47 g/ekor/hari) lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi jerami
fermentasi (921.19 g/ekor/hari). Pertambahan bobot badan harian domba yang
diberi pakan rumput (53.57 g/ekor/hari) sama dengan pertambahan bobot badan
harian domba yang diberi jerami fermentasi (53.87 g/ekor/hari). Dengan
demikian, jerami fermentasi dapat menggantikan rumput raja sebagai pakan
domba.
Kata Kunci : jerami fermentasi, domba, rumput raja, analisis deskripsi
PENDAHULUAN
Populasi ternak domba di Indonesia tahun 1997 adalah sebesar
7.69 juta ekor (Anonim 1998). Dari populasi tersebut sebagian besar
terkonsentrasi di pulau jawa, sehingga dapat dikatakan bahwa tanah-tanah di Jawa
menjadi sangat terbatas untuk pemgembangan peternakan. Keadaan daerah seperti
ini, lebih dimungkinkan memelihara ternak ruminansia kecil seperti halnya
domba.
Menurut Sabrani et al. (1982), potensi daerah sangat bervariasi dari suatu
daerah ke daerah lainnya, dan ini memperlihatkan adanya interaksi dengan faktor-
faktor pendukungnya yang berupa pakan, iklim, tanah dan manusia (peternaknya).
Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh
petani ternak di pedesaan, pada umumnya masih usaha sambilan di samping
usaha taninya. Sistem pemeliharaan yang masih tradisional dengan sifat usaha
yang hanya merupakan usaha sambilan, menyebabkan produktivitas ternak
domba rendah (Soedjana 1983).
Faktor utama yang mempengaruhi produktivitas domba adalah pemberian
pakan dan gizinya (Devendra 1993). Lebih lanjut dinyatakan bahwa pemberian
pakan dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang baik paling besar pengaruhnya
dibanding faktor-faktor lain, dan ini merupakan cara yang sangat tepat untuk
meningkatkan produktivitasnya. Penelitian lain oleh Soetama el al. (1993),
menyatakan bahwa pemberian pakan yang baik (cukup kualitas dan kuantitasnya)
akan dapat meningkatkan bobot lahir anak domba, dan bobot lahir anak
berhubungan erat dengan daya hidupnya.
PKMT-2-20-2
Tujuan dari program ini adalah untuk membuktikan sampai seberapa jauh
tingkat adaptasi domba terhadap pemberian jerami fermentasi yang akhirnya akan
mempengaruhi berat badannya diharapkan jerami fermentasi dapat menggantikan
rumput hijauan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Unit Praktek Ternak (UPT) Akademi Peternakan
Karanganyar pada bulan Agustus sampai dengan November 2005.
Bahan dan materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah domba lokal
sebanyak 4 ekor berat rata-rata 15 kg, jerami fermentasi, konsentrat, rumput raja.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : kandang individu dengan
peralatan lengkap (tempat pakan, tempat minum, alat pembersih), peralatan untuk
fermentasi lengkap ( plastik, sabit, ember)
1. Pembuatan fermentasi jerami
a. Langkah pertama: dipersiapkan peralatan dan bahan, peralatan
meliputi sabit, plastik dan ember. Sedangkan bahan meliputi jerami
padi, starbio, urea, dan air.
b. Langkah kedua : Jerami padi dipotong dengan panjang + 5 cm, urea
dan starbio ditimbang 5% dari bobot jerami padi, setelah itu
dilarutkan dengan air pada ember. Air yang digunakan berdasarkan
bahan kering (1:1)
c. Langkah ketiga : pencampuran jerami padi dengan larutan starbio
dan urea lalu dimasukkan ke dalam plastik dan ditutup rapat.
Pemeraman dalam pembuatan fermentasi ini adalah 3 minggu.
2. Percobaan pada domba
Percobaan pada domba dilakukan secara bertahap dengan tahapan sebagai
berikut:
Perlakuan Minggu Ke-
Ulangan
1
2
3
4
Rerata pertambahan bobot badan pada perlakuan rumput raja sama dengan
perlakuan jerami fermentasi. Berarti pada pemberian jerami fermentasi dengan
konsumsi BK yang lebih tinggi memiliki tingkat produk yang relatif sama dengan
pemberian rumput raja. Arora (1989) dan Parakkasi (1995) menyatakan bahwa
tingkat konsumsi pakan dapat dijadikan indikator tingkat produksi yang mampu
dicapai oleh seekor ternak. Pada konsumsi jerami fermentasi yang lebih tinggi
kemungkinan disebabkan kondisi TDN (24,06) yang lebih rendah dari rumput
raja (56.63). Sedangkan kondisi PKnya hampir sama (6.24 VS 6.7). Ternak
mengkonsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Apabila TDNnya
rendah maka konsumsinya menjadi lebih tinggi, tetapi kondisi PK nya sama maka
kebutuhannya juga sama.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 1998. Indonesian Livestock Statistik Indonesia in Amin Science
Research and Development Foundation. Bogor.
Arora SP. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Yogyakarta: Gadjah
Mada Univ. Pr.
AAK.1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Yogyakarta:
Kanisius.
Astuti P, Sukarni S. 2004. Kinerja Domba Lokal yang Mendapatkan Limbah
Padat (Blotong ) Industri Pabrik Gula. Karanganyar: APEKA.
Chuzaemi S, Soejono M. 1987. Pengaruh Urea Amoniasi terhadap Komposisi
Kimia dan Nilai Gizi Jerami Padi untuk Sapi Peranakan Ongole. Di dalam:
Proceedings Bio Conversion Project Second Workshop pn Crop Residues
for Feed and other Purposes. Grati, 16-17 Nov 1987. hlm 68-73.
Devendra C. 1981. Rhoges Resources For Feeding Ruminants In The ASEAN
Region Invented Paper Work Shop On Technology Of Animal Feed
Production Utilising Food Waste Materials. Bandung.
Devendra C. 1993. Goats and Sheep in Asia Di dalam: Small Ruminant
Production in the Humid Tropics. Surakarta: Sebelas Maret Univ. Pr.
Handayanta E. 2003. Potensi Limbah Industri Pengolahan Kedelai sebagai Bahan
Suplementasi dalam Ransum Ternak Domba. Karanganayar: APEKA.
PKMT-2-20-7
ABSTRAK
Kata kunci:
PKMP-2-22-1
Prakarsa Herananta, Esti YN, Imam Effendy, Irma Yuliana, D Nudia, Risman S
UPN - Veteran Jawa Timur, Surabaya
ABSTRAK
Kata kunci:
PKMP-2-23-1
ABSTRAK
Kata kunci:
PKMT-3-1-1
ABSTRAK
Data statistik menunjukkan jumlah truk pada tahun 2003 mencapai angka yang
cukup besar yakni 3.058.218 unit dengan pertumbuhan rata-rata 18.54 % per
tahun (Dijen HUBDAT Dit LLAJ). Hal ini akan berimbas pada penggunaan
bahan bakar yang besar. Apalagi didorong dengan minyak mentah mencapai
harga US$ 68 per barel per 26 Agustus 2005. Untuk itu, segala upaya
penghematan bahan bakar kendaraan perlu digalakkan untuk memungkinkan
pengurangan biaya operasi atau meningkatkan jarak tempuh sehingga biaya per
satuan jarak menjadi lebih murah. Besarnya kebutuhan penggunaan bahan bakar
ditentukan oleh beberapa faktor salah satunya keaerodinamisan truk. Hal ini
dipengaruhi oleh geometri dan luas penampang truk dimana semakin
aerodinamis truk tersebut, maka seretan (drag) yang dihasilkan semakin kecil dan
penggunaan bahan bakar dapat diminimalisir. Pada truk, spoiler digunakan
untuk mengurangi drag tersebut. Dimana untuk mendapatkan spoiler dengan
fungsi optimal diperlukan pengujian terowongan angin untuk mengetahui jenis
spoiler yang memiliki drag terendah. Desain spoiler yang dijadikan model yaitu
tipe MCX 1 Sp dan MCX 2 Sp dengan penurunan nilai koefisien seret pada
kecepatan tinggi (15.6 m/s) mencapai 52,3 % untuk model MCX 2 Sp dan 43,7 %
untuk model MCX 1 Sp. Selanjutnya dilakukan pengujian jalan dengan membuat
prototipe spoiler yang memiliki nilai drag terendah sebagai indikator penurunan
penggunaan bahan bakar terbesar. Data-data seperti penggunaan minyak, waktu
dan jarak tempuh uji jalan ini diolah untuk mendapatkan pengaruh kecepatan
kendaraan terhadap besarnya pemakaian minyak baik tanpa maupun dengan
menggunakan spoiler. Pemakaian bahan bakar pada umumnya bertambah seiring
dengan pertambahan kecepatan kendaraan. Namun juga terjadi peningkatan
efisiensi pemakaian bahan bakar akibat penggunaan spoiler MCX 2 Sp dari 9.7,
11.3 dan 27,31 % pada kecepatan berturut-turut yaitu 53.7, 57.6 dan 82.5
km/jam.
PENDAHULUAN
Perkembangan transportasi di Indonesia yang cukup pesat, salah satunya
ditandai dengan jumlah kendaraan yang cukup besar. Di antara alat transportasi
yang umum adalah truk. Jenis kendaraan ini digunakan sebagai pembawa barang.
Karena fungsinya yang sangat vital, keberadaan jumlah truk termasuk besar
dibandingkan dengan kendaraan umum lainnya. Data statistik jumlah armada
angkutan jalan dari tahun 1999-2003 menunjukkan jumlah truk pada tahun 2003
berjumlah 3.058.218 unit degan pertumbuhan rata-rata 18.54 % per tahun. (Dijen
HUBDAT Dit LLAJ, 2002).
PKMT-3-1-2
sangat penting untuk dibahas dan diperbaiki secara jelas dan konkrit dalam bentuk
modifikasi dan eksperimen untuk mengetahui dan sebagai peningkatan nilai
fungsi serta nilai jual spoiler tersebut. Sehingga anggapan spoiler hanya sebagai
aksesoris yang merupakan fungsi turunan dapat diperbaiki. Dari hasil survey yag
dilkuakan diperoleh hanya 2.22% pengemudi yang berpendapat bahwa alat ini
berfungsi sebagai penghemat bahan bakar, selain itu 66.66% berpendapat berguna
sebagai aksesoris. Oleh sebab itu dibutuhkan informasi faktual bagi masyarakat
bahwa spoiler sangat berguna untuk mengurangi kebutuhan bahan bakar
kendaraan.
Program ini bertujuan untuk mendesain spoiler sebagai alat penghemat
bahan bakar sekaligus sebagai aksesoris, pelindung radiasi matahari, dan tempat
penyimpan ekstra. Selain itu, penurunan seretan (drag) model truk dengan dan
tanpa spoiler sebenarnya pada terowongan angin. Serta mengetahui pengurangan
pemakaian bahan bakar pada truk dengan penggunaan spoiler.
METODE PENDEKATAN
Dalam melaksanakan program ini dilakukan pendekatan secara literatur
dengan cara mencari teori yang berhubungan dengan keaerodinamisan.
Pelaksanaan ini dilakuakan dengan cara melakukan pencarian kepustakaan dan
sumber yang berhubungan di internet. Dalam realisasi program ini dilakukan
beberapa tahap yang berkaitan dengan pendekatan secara literatur, yaitu:
1) Studi Literatur
2) Pemilihan Model Rancangan / Desain Spoiler
3) Pemilihan dan Analisa Bahan.
Dalam realisasi program ini dilakukan pengujian terdapat 2 tujuan:
1. Melakukan proses pemilihan model agar model yang dapat dijadikan acuan
pada proses pembuatan protipe. Pemilihan model dilakukan dengan
melakukan pengujian terowongan dan mengambil nilai Koefisien seret Cd,
Daya seret D yang rendah pada masing-masing model uji. Model yang diuji
dipasangkan pada truk mini di daerah sesi uji Terowongan Angin.
2. Pengujian jalan dilakukan untuk melihat apakah prototipe dapat bekerja
sebagai penghemat bahan bakar dan berjalan sesuai fungsi yang dirancang.
(Purna Irawan A., 2004)
2. Prototipe Spoiler
Prototipe spoiler yang dibuat merupakan perbesaran dari modelspoiler tie
MCX 2 Sp. Prototype ini terdiri dari baja plat dan baja batang hollow sebagai
material utama pembangun. Selain tiu dlengkapai dengan lampu kabut dan
penampilan spoiler yang dapat dijadikan sebagai aksesoris.
CAST HEAT
BAHAN ABILIITY FORMABILITY THOUGHNESS RESISTANCE CORROSION COST TOTAL
1 2 2 1 2 2 10
BAJA 6 6 8 16 8 16 8 8 6 12 8 16 80
RESIN 8 8 6 12 6 12 6 6 8 16 6 12 66
ALUMUNIUM 7 7 8 16 7 14 7 7 7 14 7 14 72
Dari tabel diatas baja memenuhi kebutuhan tehadap bahan yang digunakan
pada prototipe. Hal ini dapat dilihat pada kemampuan bentuk pada baja dan
alumunium sama ,akan tetapi dari segi ketangguhan baja lebih baik dari pada
resin dan alumunium yang cenderung getas dan tidak tangguh.
a.
b.
Secara garis besar kontruksi rangka kedua model terdiri 2 rangka yaitu Statis
(bagian yang tetap pada kabin truk) dan Dinamik (bagian yang bergerak dan
menempel pada rangka statis). Adapun rancangan model tersebut dibuat dalam
bentuk gambar teknik (terlampir).
6. Data
Dari hasil pengujian Teroewongan angin diperoleh Grafik U Vs D dan Grafik
Re Vs Cd disimpulkan bahwa model spoiler tipe MCX 2 Sp. Memiliki seretan
udara yag kecil dibandingkan tanpa spoiler dan dan spoiler tipe MCX 1 Sp.
Adapun sajian data tersebut sebagai berikut:
Grafik U Vs D
1,4
1,2
1
Tanpa spoiler
0,8
D (N)
Model 1
0,6
Model 2
0,4
0,2
Grafik.1 Grafik U Vs D pada pengujian tanpa spoiler ,model 1 dan model 2.
0
0 5 10 15
U (m/s)
Grafik Re Vs Cd
0,6
0,5
0,4 Tanpa
Spoiler
Cd
0,3 Model 1
0,2 Model 2
0,1
Grafik.2 Grafik Re Vs Cd pada pengujian tanpa spoiler, model 1 dan model 2.
0
0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000
Re
Untuk melihat prototipe spoiler bekerja sesuai rancangan dan disain dilakukan
pengujian jalan yang bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh
keaerodinamisan terhadap seretan udara dan penghematan bahan bakar adapun
hasil pengujian tersebut diplotkan dalam bentuk grafik. 3 berikut:
PKMT-3-1-7
0,3
0,25
0,2 Tanpa spoiler
(ltr/km)
Pembahasan
1. Prototipe Spoiler Tipe MCX 2 Sp
Prototype spoiler tipe MCX 2 Sp terbuat dari baja dengan dimensi plat 1 mm dan
slinder hollow 1,8 inchi. Kerangka spoiler dibuat berdasarkan acuan model yaitu
tipe MCX 2 Sp yang kemudian dibuat maket dengan skala 1:1. Pembuatan rangka
cenderung menggunakan proses pembentukkan yaitu dengan membengkokkan
dan pemotongan. Proses penyambungan dilakukan dengan pengelasan listrik,
sehingga kerangka tahan terhadap getaran pada saat truk berjalan. Kerangka
spoiler terdiri dari 2 bagian yaitu Statis; bagian spoiler yang menempel pada atap
kabin dan tidak bergerak dan Dinamis; bagian spoiler yang bergerak dengan
bantuan motor. Bagian dinamis ini bertujuan untuk menyamakan tinggi spoiler
dengan tinggi bak yang bervariasi.
Setelah proses pembuatan rangka maka dilakukan platting atau pemasangan plat
pada rangka spoiler untuk menutupi permukaan spoiler. Proses platting
memanfaatkan las listrik untuk mengikat plat pada kerangka. Penyelesaian proses
pembuatan rangka dilakukan dengan finishing dengan membersihkan bagian yang
tidak berguna atau sisa pengelasan. Selain itu juga dilakukan pengecatan dan
pendempulan sebagai tahap penyelesaian.
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas maka diambil kesimpulan yaitu:
1. rancang bangun prototipe spoiler terbuat dari baja dengan dimensi palt dan
slinder hollow. prototipe tersebut dilengkapi fungsi tambahan yaitu
otomatisasi dengnan motor, lampu kuning 100 watt untuk kondisi berkabut
dan malam. Penambahan motif brush pada spoiler untuk meningkatkan nilai
jual dan daya tarik konsumen sbagai barang komersil.
PKMT-3-1-10
2. Desain spoiler yang dijadikan model yaitu tipe MCX 1 Sp dan MCX 2 Sp
dengan penurunan Persentase penurunan nilai koefisien seret akibat pengaruh
spoiler pada kecepatan tinggi mencapai 52,3 % untuk model MCX 2 Sp dan
43,7 % untuk model MCX 1 Sp. Model yang diambil menjadoi acuan
prototipe spoiler.
3. Hasil pengujian jalan spoiler dengan menggunakan truk tipe light truck
dengan mesin diesel pada keepatan bervariasi dengan jarak tempuh 20 km
memperlihat efisiensi penggunaan bahan bakar pada spoiler tipe MCX 2 Sp
dari pada tanpa spoiler.
DAFTAR PUSTAKA
1. Crouse, W. H., Anglin, D. L., Automotive Mechanics, McGraw-Hill Book
Company, New York, 1985
2. Daugherty, R.L, franzini, J. B., Finnemore, E.J. Fluid mechanic With
engineering applications, Mcgraw-Hill Book Company, Singapore, 1989
3. Dijen HUBDAT Dit LLAJ. Statistik Perhubungan; Jumlah Armada
Angkutan Jalan, Jakarta, 2004
4. Purna Irawan, A., 2004, Memprediksi Harga Koefisien Hambatan
Aerodinamis Pada Mobil dengan Metode Uji Jalan, Jurnal Teknik Mesin,
Universitas Tarumanegara, Vol. 7 No. 1 Januari 2004
5. U.S. Department of Transportation, Bureau of Transportation Statistics,
Transportation Statistics Annual Report 2000, BTS 01-02.
http://www.bts.gov/ , Dec. 2002.
PKMT-3-2-1
ABSTRAK
Salah satu hama terbesar yang menyerang tanaman sawit adalah tikus dan
serangga yang menyebabkan kerugian yang tidak sedikit pada perkebunan kelapa
sawit. Dalam rangka pencegahan hama tikus dan serangga pada tanaman kelapa
sawit telah dilakukan beberapa pencegahan melalui beberapa cara yaitu dengan
pengendalian kultur teknis, pengendalian dengan sanitasi, pengendalian fisik dan
mekanis, pengendalian biologis, serta pengendalian kimia. Cara pemberantasan
hama di atas relatif cepat dan praktis, tetapi sering kali menimbulkan efek
samping sebab jika penggunaannya tidak hati-hati dapat membahayakan
kesehatan manusia atau organisme lain, juga dapat mengganggu keseimbangan
alam. Untuk itu dirancang teknologi baru dengan menggunakan gelombang
elektromagnetik yang dapat menghasilkan suara ultrasonik. Bedasarkan hasil uji
coba alat, rangkaian ini dapat digunakan untuk mengusir hama tikus sawit pada
frekuensi 40 KHz, namun dalam penelitian ini belum didapatkan secara pasti
mengenai tingkat frekuensi yang dapat digunakan untuk mengusir hama
serangga.
PENDAHULUAN
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia pada tahun 1848 yang diyakini
berasal dari Afrika Barat dan mulai dibudidayakan secara komersial dalam
bentuk perusahaan perkebunan pada tahun 1911. Perkebunan kelapa sawit adalah
perkebunan yang relatif mudah dan dalam perkembanganya melalui salah satu
produknya yaitu minyak kelapa sawit, kelapa sawit mampu mengangkat namanya
melalui salah satu komunitas perkebunan yang handal dan mampu menggantikan
peran kelapa ( cocosnuci fera ) sebagai sumber bahan baku atau bahan mentah
bagi industri pangan maupun non pangan di dalam negeri dan ditetapkan sebagai
salah satu primadona ekspor non migas Indonesia yang sangat dinanti- nantikan
sumbangsihnya dalam pemasukan devisa negara. Selain itu pasaran ekspornya
pun senantiasa terbuka, ini dapat dibuktikan oleh besarnya konsumsi minyak
kelapa sawit didunia yang jika dibandingkan dengan komoditas perkebunan
lainnya, kelapa sawit mempunyai prospek yang lebih cerah karena penggunaan
kelapa sawit sebagai bahan industri pangan dan non pangan lebih beragam.
Kelapa sawit tergolong tanaman yang kuat, walaupun begitu tanaman ini
juga tidak luput dari serangan hama dan penyakit, baik yang kurang
membahayakan maupun yang membahayakan. Salah satu hama terbesar yang
menyerang kelapa sawit adalah tikus dan serangga atau insekta yang bisa
menyebabkan kerugian yang tidak sedikit pada perkebunan kelapa sawit
(Setyamidjaja. Djoehana dalam Widiastuti, 1991 ) .
PKMT-3-2-2
Gambar 1. Keadaan buah sawit yang masih muda akibat hama tikus
Gambar 2. Keadaan buah sawit yang sudah tua akibat hama tikus
Untuk mengatasi kerusakan akibat hama dan penyakit pada kelapa sawit
telah dilakukan tindakan pemberatasan dan pencegahan hama kelapa sawit dengan
beberapa cara yaitu :
1). Secara fisik / mekanis
Beberapa usaha yang dapat dilakukan antara lain pengambilan atau pengumpulan
hama dan penyakit secara fisik atau mekanis, pembongkaran dan pembakaran
tanaman yang terserang, pembersihan kebun, gropyokan, dan lain-lain.
2). Secara Biologis
Dengan menggunakan binatang atau organisme lain sebagai musuhnya yaitu :
Parasit : makhluk hidup / organisme yang hidupnya tergantung pada
makhluk hidup lain / organisme pemakan hama, serangga, binatang,
perusak dan lain-lain.
Predator makkluk hidup / organisme pemakan hama atau binatang lainya
yang merugikan.
Walaupun terbukti permanen dan ramah lingkungan, pengendalian hama
kelapa sawit secara biologis di Indonesia masih kurang diminati. Hanya 40%
perkebunan kelapa sawit yang mengandalkan pengendalian hama secara biologi,
terutama perkebunan swasta. (Kompas, Oktober 2001)
3). Secara Kemis
Usaha pemberatasan ini dengan menggunakan bahan kimia yang berupa
pestisida antara lain fungisida, bakterisida, insektisida, nematisida akarisida, dan
lain - lain.
PKMT-3-2-4
METODE PENDEKATAN
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, yang di laksanakan di
laboratorium elektronika (Basic Science) Universitas Bengkulu. Adapun alat dan
bahan yang digunakan meliputi: solder,pencabut timah solder, osiloskop,
multimeter, catu daya, gunting, adaptor, timah, Sakelar, PCB, IC , Soket,
Transistor, BC 107, BC 182, Dioda 1 N 4148, Resistor (1K, 10K, 100K),
Kondensator 100 NF/16 Volt dan 0,01 NF, Kawat montage, twiter, potensio.
Komponen-komponen rangkaian tersebut di rangkai pada papan rangkaian
(PCB), seperti gambar berikut:
Tempat uji ini terbuat dari kayu, triplek dan kawat jaring. Pengujian untuk
hama tikus dilaksanakan di ruangan yang agak gelap, agar hama tikus yang diuji
tidak terganggu oleh cahaya matahari.
Hama tikus yang digunakan pada pengujian yaitu pada jenis Rattus Diardi
dan Ratus Exulans. Pengujian alat pada hama ini dilakukan pada tempat uji yang
telah dibuat dan dilakukan pada tempat yang agak gelap.
Untuk penelitian pada hama serangga pada saat ini belum dapat dilakukan
pengujian hama secara langsung, sehingga belum mendapatkan frekuensi yang
sesuai yang dapat digunakan untuk mengusik hama serangga pada sawit.
Pengujian ini belum dapat dilaksanakan secara langsung pada hama serangga pada
sawit karena belum didapatkan hama serangga pada tanaman sawit. Selain itu juga
belum di dapatkan referensi mengenai tingkat frekuensi yang dapat mengganggu
serangga tersebut. Namun secara teori frekuensi pendengaran serangga
Rhynchoporus yaitu pada rentang 100 Hz sampai 50 KHz. Dengan demikian
rangkaian yang telah dihasilkan dapat digunakn untuk mengusir serangga, namun
belum diketahui secara pasti mengenai tingkat frekuensi yang dapat digunakan.
Dan perlu diketahui bahwa rancangan rangkaian ini belum diuji pada
perkebunan sawit secara langsung, baru sampai pada pengujian terhadap hama
sawit dalam skala laboratorium. Hal ini dikarenakan untuk pengujian langsung ke
perkebunan sawit diperlukan waktu yang relatif lama. Sebenarnya tingkat
PKMT-3-2-8
KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat dihasilakan sebuah rancangan rangkaian elektronik
pengusir hama tikus dengan frekuensi 40 Khz . Namun dalam penelitian ini belum
sampai dengan pengujian alat pada hama serangga.
DAFTAR PUSTAKA
Ackerman Erguene. 1979. Ilmu Bofisika. Surabaya: Universitas Airlangga.
Anonim. 2001. Jakarta: Kompas.
Priyambodo Swastiko. 1995. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Jakarta;
Penebar Swadaya.
Rusmaidi. Dedi. 2001. Elektronika 2, Bandung: Bandung. Pioner Jaya.
Setyamidjaja. Djoehana. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Yogyakarta: Kanisius.
PKMT-3-2-9
Tedi Kurniadi, Nasikhin, Muhammad Fahrian, Nova Eka Diana, Yudi Ariawan
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia, Jakarta
ABSTRAK
Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan alam melimpah. Salah
satu kekayaan yang dimilikinya adalah kekayaan flora (tumbuh-tumbuhan).
Selain sebagai sumber bahan makanan, tumbuh tumbuhan merupakan sumber
utama yang telah lama dimanfaatkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia untuk
membuat obat obatan tradisional. Walaupun obat obatan tradisional belum
banyak yang dibuktikan secara ilmiah, namun khasiat obat obatan tradisional
telah digunakan secara turun temurun untuk mengobati berbagai macam
penyakit. Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin maju, banyak
perusahaan menawarkan obat obatan modern yang harganya tidak murah dan
memiliki banyak efek samping dalam penggunaannya. Namun, masyarakat saat
ini justru lebih memilih obat obatan modern dibandingkan dengan
menggunakan obat obatan tradisional. Padahal, obat obatan tradisional bisa
memberikan solusi yang murah terhadap penyembuhan suatu penyakit dengan
efek samping minimal. Salah satu hal yang mungkin menyebabkan semakin
berkurangnya penggunaan obat-obatan tradisional tersebut adalah tidak adanya
pengetahuan yang diberikan oleh orang tua terhadap anak-anaknya secara
berkesinambungan. Hal ini menyebabkan pengetahuan mengenai obat-obatan
tersebut semakin lama semakin berkurang dan bisa saja akhirnya hilang sama
sekali seiring dengan perkembangan jaman. Sebuah ironi yang sangat tragis bagi
bangsa Indonesia dengan segala kekayaan alamnya. Untuk menjaga agar
kekayaan bangsa Indonesia tidak hilang oleh kemajuan jaman yang semakin
cepat berkembang, maka diperlukan suatu upaya pelestarian yang bertujuan agar
pengetahuan tentang obat obatan tradisional dapat dimiliki oleh setiap generasi
bangsa. Salah satu wujud upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
membangun sebuah situs sebagai pusat informasi obat obatan tradisional.
Dengan menggunakan teknologi internet, situs tersebut dapat memfasilitasi
masyarakat untuk memperoleh maupun bertukar informasi mengenai obat
obatan tradisional dengan mudah dan cepat. Kemudahan yang bisa didapatkan
dari situs tersebut diharapkan dapat menarik kembali minat masyarakat terhadap
obat obatan tradisional, sehingga kita tidak akan kehilangan salah satu
kekayaan besar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Kata Kunci: obat obatan tradisional, obat obatan modern, efek samping,
pelestarian, situs
PENDAHULUAN
Kekayaan alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sangat melimpah,
khususnya kekayaan flora atau tumbuh tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan
merupakan salah satu elemen penting dalam kehidupan karena berbagai manfaat
yang diberikannya, baik sebagai sumber makanan maupun obat-obatan. Sebagai
sumber makanan, tidak bisa dipungkiri bahwa tumbuh-tumbuhan merupakan
bahan pokok yang wajib ada dan menjadi sumber makanan utama bagi bangsa
PKMT-3-3-2
METODE PENELITIAN
Pengembangan ini dilakukan di Laboratorium Komputer Fasilkom UI
selama kurang lebih 7 bulan, yaitu dari bulan April 2005 hingga November 2005.
Metode utama yang kami gunakan untuk mendapatkan informasi adalah melalui
sumber sumber di internet (http://www.roemahherba.net). Kemudahan dan
kecepatan serta keakuratan data yang bisa didapatkan melalui internet membuat
observasi lebih mudah dilakukan. Selain itu, kami juga menggunakan metode
tinjauan buku pustaka, Hembing(1992), yang berkaitan dengan tumbuh
tumbuhan, seperti nama tumbuhan baik nama Latin, Indonesia maupun nama
daerah, uraian atau penjelasan mengenai tumbuhan tersebut, kemudian kegunaan
atau khasiat dari tumbuhan, serta ramuan obat tradisional yang bisa dibuat dari
tumbuhan tersebut.
Adapun tahapan-tahapan pengolahan data dan analisis yang dilakukan
berdasarkan sumber yang kami gunakan, Whitten (2004), adalah sebagai berikut:
1. Investigasi awal: pada tahap ini ditentukan ruang lingkup dari proyek,
batasan-batasan, partisipan, biaya dan jadwal. Tahap ini bertujuan untuk
menilai kelayakan dari proyek tersebut.
2. Analisa: pada tahap ini dilakukan analisa permasalahan baik dari segi
bisnis dan teknologi, yaitu dengan mengidentifikasi permasalahan dan
sebab-akibatnya. Dari tahap analisa ini akan diperoleh peluang-peluang
PKMT-3-3-4
yang mungkin dan juga arahan. Beberapa hal yang dilakukan dalam
tahap ini antara lain: studi ruang lingkup permasalahan, analisa masalah
dan peluang, analisa proses bisnis, serta penyajian temuan-temuan dan
rekomendasi.
3. Analisa kebutuhan: Pada tahap ini dilakukan analisa kebutuhan dari
sistem yang akan dibuat, yang meliputi tujuan pengembangan sistem dan
prioritas-prioritas requirements sehingga menghasilkan suatu pernyataan
business requirements system.
4. Analisa keputusan: pada tahap ini dilakukan analisa mengenai solusi
teknis yang diperkirakan bisa mengatasi permasalahan sekaligus
memenuhi business requirements. Hal tersebut akan digunakan untuk
merancang dan mengimplementasikan sistem yang memenuhi segala
requirements tersebut.
5. Perancangan: pada tahap ini dilakukan perancangan sistem dari segi
teknologi. Hasil tahap ini adalah berupa model data, model proses, dan
model antar muka.
Berikut ini adalah beberapa gambar dari antar muka/tampilan Sistem Situs Obat
Tradisional yang telah dibangun :
PKMT-3-3-6
KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan tujuan yang dijelaskan dalam pendahuluan, maka dibuat situs
obat tradisional. Dengan situs ini, masyarakat dapat mengakses informasi
mengenai obat-obat tradisional yang berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit.
Dengan situs ini, masyarakat dapat saling bertukar informasi dan
pengetahuan mengenai obat-obat tradisional melalui artikel maupun forum diskusi
PKMT-3-3-8
Saran
Situs ini baru terdiri dari beberapa modul dan akan semakin bermanfaat bagi
masyarakat bila dilengkapi dengan fitur-fitur lain yang mendukung. Sehingga
diharapkan, agar situs ini terus dikembangkan sesuai dengan permintaan dan
perubahan yang ada di masyarakat.
Untuk itu, diharapkan agar disediakan alokasi tenaga, pengetahuan maupun
biaya guna pengembangan situs ini lebih lanjut. Situs ini tidak akan memberikan
manfaat yang optimal dan lama jika tidak didukung dengan perawatan yang baik.
Selain itu, juga diperlukan dukungan dari para ilmuwan yang bergerak
dibidangnya guna memperkaya informasi yang ada di situs ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hembing, Wijayakusuma HM. 1992. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia jilid
1. Pustaka Kartini. Jakarta.
Whitten et al. Systems Analysis & Design Methods 6th ed, McGraw-Hill, 2004.
http://www.roemahherba.net
PKMT-3-4-1
ABSTRAK.
Indonesia memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang sangat besar. Selain
ikan yang melimpah, ada satu biota potensial yang banyak ditemukan di seluruh
perairan. Biota itu ialah rumput laut. Pembuatan sebuah alat yang dapat
meningkatkan kualitas produksi rumput laut sekarang ini sangat diperlukan,
terutama terkait dengan higiene, kadar air,lama pengeringan serta kondisi iklim
dan cuaca yang tidak menentu, mengingat permintaan yang besar di dalam
maupun luar negeri. Melalui perancangan knock-down (portable) solar dryer
berbasis tenaga surya dan energi mekanik (kipas dan kompor) ini rumput laut
dapat dikeringkan dengan baik. Alat pengering ini terbuat dari bahan-bahan
yang bersifat konduktor serta mempunyai kolektor panas khusus. Selain itu pada
alat ini terdapat saluran sirkulasi dan dengan model alat yang tertutup. Pada
prinsipnya aplikasi alat ini persis dengan sistem rumah kaca. Uji coba yang
dilakukan menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan antara pengeringan
alami/terbuka dengan pengeringan solar dryer. Nilai kadar air akhir rumput laut
setelah dikeringkan dengan pengeringan solar dryer lebih rendah daripada
pengeringan alami. Lalu suhu pengeringan di dalam solar dryer lebih tinggi
daripada suhu pengeringan alami. Kelembaban udara relatif lebih rendah pada
pengeringan solar dryer daripada pengeringan alami. Ini menunjukkan tngkat
efektifitas yang cukup tinggi ketika menggunakan solar dryer daripada
menggunakan pengering alami.
PENDAHULUAN
Salah satu sumber daya perairan Indonesia yang sangat potensial adalah
rumput laut. Sudah lama sekali rumput laut menjadi komoditas yang semakin
digemari masyarakat. Oleh karena itu permintaan pasar terhadap rumput laut
semakin meningkat. Hal ini disebabkan rumput laut mempunyai kegunaan yang
sangat potensial misalnya saja agar-agar rumput laut dapat digunakan sebagai
media pertumbuhan mikroba, industri makanan, industri farmasi, industri kulit
dan industri tekstil (Tim Penulis Penebar Swadaya 2005).
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas produksi rumput laut ialah
dengan mengurangi kadar air yaitu dengan pengeringan. Pada proses pengeringan
harus mampu menurunkan kadar air minimal sampai batas maksimal kadar air
yang memenuhi standar mutu. Hal ini tentunya akan berpengaruh langsung
terhadap kualitas, mutu serta daya jual dari rumput laut itu sendiri.
Proses pengeringan alami biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama
karena suhu dan energinya tergantung pada sinar matahari. Selain itu, pengaruh
cuaca, musim, serta pergantian siang dan malam membuat proses ini semakin
terbatas. Apabila kondisi cuaca tidak mendukung maka kadar air semakin
PKMT-3-4-2
bertambah tinggi sehingga dapat menjadi media pertumbuhan kapang dan jamur.
Terlebih lagi jika penjemuran dilakukan di tempat terbuka. Hal ini akan memicu
hadirnya kontaminan-kontaminan yang menurunkan kualitas produk rumput laut,
seperti debu, kotoran maupun benda-benda asing yang tak diinginkan (Anhalt
2003).
Berdasarkan permasalahan tersebut maka diperlukan adanya suatu upaya
pengembangan teknologi yang efisien, efektif serta tepat guna dalam pengeringan
rumput laut. Upaya ini diharapkan mampu menurunkan kadar air sesuai
standarnya, dengan proses pengeringan yang lebih cepat, tidak tergantung hanya
pada energi sinar matahari, cuaca serta iklim daerah setempat. Oleh karena itu
diperlukan adanya suatu kombinasi energi dalam proses pengeringan rumput laut
dan pengurangan kontaminasi dari benda-benda asing sehingga akan diperoleh
rumput laut kering yang mempunyai added value tinggi.
Tabel 1. Standar mutu rumput laut kering untuk Eucheuma, Gelidium, Gracilaria
dan Hypnea (Sofyan 2001).
Syarat
Karakteristik
Euchema Gelidium Gracilaria Hypnea
pembuatan alat diserahkan kepada ahli alat. Satu set solar dryer terdiri dari tiga
buah alat yaitu solar dryer, kolektor panas dan tungku berkipas.
Bentuk alat
Prototipe dari alat pengering ini didibuat dalam bentuk rak-rak dengan
tujuan agar memiliki daya tampung pengeringan yang banyak. Atapnya dibuat
miring agar apabila hujan, airnya dapat menetes kebawah dengan mudah sehingga
tidak akan membasahi bahan yang dikeringkan. Selain itu, dengan kemiringan
atap ini uap air yang menempel pada atap yang dihasilkan pada saat pengeringan
diharapkan dapat dengan mudah mengalir keluar melalui atap dan dinding
sehingga bahan yang dikeringkan akan terhindar dari tetesan uap air yang
mengembun. Pada bagian atap terdapat lubang sebagai tempat pengeluaran uap
air, tujuannnya yaitu agar uap air yang terbentuk saat proses pengeringan dapat
segera keluar dari alat.
Solar dryer ini berbentuk seperti sebuah ruangan tertutup dengan dinding
transparan. Dengan tertutupnya alat ini maka dapat menghindari adanya
kontaminasi yang berasal dari lingkungan di sekitarnya. Pada bagian bawah alat
akan ditempatkan sebuah kolektor panas berbentuk persegi panjang yang dicat
dengan warna hitam.
Pada Solar dryer dengan modifikasi kipas, penggunaan kipas
dimaksudkan untuk mendorong panas yang terakumulasi pada kolektor panas agar
cepat masuk ke dalam alat pengering. Selain itu juga kipas ini dapat mempercepat
sirkulasi udara sehingga diharapkan mampu mempercepat aliran udara panas.
PKMT-3-4-5
Tabel 2. Hasil pengujian kadar air pada kondisi sampel yang berbeda dengan lama
pengeringan yang berbeda
Kadar Lama
Jenis Sampel
Air pengeringan (jam)
94.31
Rumput laut basah 0
%
Rumput laut pengeringan
25% 4,5
Solar dryer
Rumput laut pengeringan
51,20% 3,5
alami
Berdasarkan data hasil uji kadar air ini dapat diketahui perbandingan kadar
air antara rumput laut yang belum dan yang sudah dikeringkan. Standar kadar air
maksimal untuk rumput laut jenis Euchema sebesar 32 % (Sofyan 2001), sehingga
dapat dikatakan bahwa pengeringan dengan Solar dryer dalam waktu satu hari
saja sudah memenuhi kriteria kadar air pada rumput laut kering.
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa rumput laut yang
dikeringkan dengan Solar dryer memiliki kadar air lebih rendah dibandingkan
dengan pengeringan rumput laut secara alami.
Uji Temperatur
Pengujian waktu dan suhu pengeringan ini bertujuan untuk mengetahui
peningkatan suhu yang dihasilkan alat sesuai dengan perubahan waktu. Dalam
pengujian ini dilakukan perbandingan antara bahan yang dikeringkan secara alami
dengan bahan yang dikeringkan menggunakan Solar dryer. Kecepatan
pengeringan akan lebih tinggi pada suhu udara yang lebih tinggi karena pada
kadar air yang rendah pengaruh penguapan terhadap pendinginan udara dapat
diabaikan dan suhu bahan mendekati suhu udara (Wiranatakusumah et. al., 1992)
PKMT-3-4-7
45
40
35
Suhu ( C)
o
30
25
15
10.15 10.30 10.45 11.00 11.15 11.30 11.45 12.00 12.15 12.30 12.45 13.00 13.15 13.30
Waktu
(a)
80
70
Suhu (o C)
60
50
40
30
14.10 14.25 14.40 14.55 15.10 15.25 15.40
Waktu pengeringan
(b)
Gambar 4 (a) Grafik hubungan waktu dan suhu pada Solar Dryer; (b) Grafik
hubungan waktu dan suhu pada Solar dryer berbasis energi mekanik
(kompor).
Dari data yang diperoleh, suhu pengeringan mengalami fluktuasi. Hal ini
dipengaruhi oleh cuaca dan waktu pengeringan. Saat cuaca cerah sinar matahari
akan terserap dengan optimal karena tidak terhalang awan. Selain itu pengeringan
akan efektif dan optimal jika dilakukan pada siang hari, terutama pada pukul
10.00 sampai 14.00 WIB. Pada saat itu intensitas cahaya yang dipancarkan cukup
kuat.
Alat ini meminjam konsep green house yang bertujuan untuk
memerangkap panas. Kalor dari cahaya matahari terserap oleh alat namun tidak
langsung dipantulkan keluar alat, namun dipantulkan kembali oleh dinding alat
PKMT-3-4-8
berulang kali baru selanjutnya dipantulkan keluar. Ini adalah konsep pemanfaatan
energi kalor matahari dengan optimal. Hasilnya, Solar dryer memerangkap kalor
dari sinar matahari sehingga menyebabkan suhu dalam alat lebih besar dari yang
di luar alat (pengeringan alami).
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui perbandingan
peningkatan suhu antara pengeringan dengan Solar dryer dengan kipas,
pengeringan secara alami serta dengan Solar dryer menggunakan energi mekanik
(kompor). Pengeringan dengan Solar dryer dengan kipas mampu mengahasilkan
suhu yang lebih tinggi daripada pengeringan alami. Namun ternyata pengeringan
dengan Solar dryer berbasis energi mekanik (kompor) memiliki peningkatan suhu
yang paling tinggi. Dengan adanya suhu didalam alat yang tinggi ini tentu akan
mendukung percepatan proses pengeringan.
Uji Kelembaban
120
100
80
RH (%)
RH Solar Dryer
60
RH alami
40
20
0
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00
Waktu
6.00
5.00
4.00
Berat (g)
Solar Dryer
3.00
Alami
2.00
1.00
0.00
10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 16.0
0 0 0 0 0 0 0
Jam
12
10.47
10
8
7.31
6
5.33
4
3.03 2.74
2.42 2.17
2
0
14.10 14.25 14.40 14.55 15.10 15.25 15.40
Portable
Portable yang dimaksud ialah sifat alat yang mudah dibongkar-pasang,
atau lebih dikenal dengan knock-down. Alat ini disebut portable karena memang
tersusun oleh alumunium yang tersegmen dan acrylic yang mudah dilepas
kemudian disusun kembali. Pada sisi aluminium tertentu dipasang sekrup yang
sangat mudah untuk dilepas atau disambung kembali sehingga prototipe ini sangat
mungkin untuk dibawa kemana saja dan berpeluang besar untuk dikembangkan
dalam skala yang lebih besar.
KESIMPULAN
Dari hasil pelaksanaan program ini didapatkan hasil bahwa nilai kadar air
akhir rumput laut setelah dikeringkan dengan pengeringan Solar dryer nilainya
lebih rendah daripada pengeringan alami. Kemudian besarnya suhu pengeringan
Solar dryer dengan kompor lebih tinggi daripada pengeringan Solar dryer dengan
kipas. Sedangkan suhu pengeringan Solar dryer dengan kipas lebih tinggi
daripada suhu pengeringan alami. Nilai kelembaban udara antara pengeringan
alami dengan pengeringan Solar dryer nilainya lebih rendah pada pengeringan
Solar dryer. Penurunan berat rumput laut pada pengeringan dengan Solar dryer
lebih tajam daripada pengeringan alami, terlebih pada pengeringan Solar dryer
dengan kompor.
Hasil akhirnya, pengeringan dengan Solar dryer (terutama dengan energi
mekanik berupa kompor) dapat mempercepat laju pengeringan. Selain itu, terbukti
PKMT-3-4-11
DAFTAR PUSTAKA
Anhalt, Jrg-Dieter. 2003. The Use Of Renewable Energy In The Production Of
Goods: Seaweed. Brazil : Instituto de Desenvolvimento Sustentvel de
Energias Renovveis, Cear.
Fellows, Peter. 1990. Food Processing Technology. London : Ellis Horwood Ltd.
Sofyan, I. 2001. Rancangan Awal Alat Pengering Energi Matahari (Solar Dryer)
untuk Pegering Rumput Laut. [skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Taib, et al.. 1987. Operasi Pengeringan pada Pengolahan Hasil Pertanian.
Mediatama Sarana Perkasa : Bogor.
Tim Penulis Penebar Swadaya. 2005. Rumput Laut. Penebar Swadaya : Bogor.
Wiranatakusumah, Aman, et al.. 1992. Peralatan dan Unit Proses Industri
Pangan. Bogor : PAU IPB.
PKMT-3-5-1
ABSTRAK
Di Indonesia, kegiatan instruksional yang melibatkan komputer tampaknya belum
berkembang sama sekali. Hal ini terlepas dari berbagai kendala yang dihadapi,
baik dari segi psikologi, pendidikan, sosial, ekonomi, dan hukum, maupun dari
segi sarana dan prasarananya. Belum tersedianya paket aplikasi yang sesuai,
baik dari segi sistem komputer yang digunakan, maupun dari segi strategi
insrtruksional yang diterapkan, merupakan kendala yang perlu ditangani.
Walaupun berbagai program aplikasi pengajaran telah banyak diperdagangkan
terutama yang diproduksi di negara maju namun dalam beberapa hal, program
tersebut belum tentu sesuai dengan kondisi dan tujuan pendidikan di Indonesia.
Untuk mengatasi kendala tersebut, perlu dilakukan penelitian dan pengembangan
mengenai strategi rekayasa algoritmis dan rekayasa pedagogis baru dalam
penyusunan software supaya diperoleh software yang lebih sesuai dengan tujuan-
tujuan pembelajaran. Metoda yang digunakan untuk merancang aplikasi ini
menggunakan pendekatan rekayasa algoritmis dan pedagogis. Berdasarkan
analisis dan metoda tersebut akan dibuat suatu media pembelajaran kimia
organik yang sesuai dengan kemampuan siswa dan kurikulum SMU di Indonesia.
Analisis hasil questioner sementara dari 30 koresponden menunjukkan bahwa
83% software yang dibuat telah memenuhi syarat.
PENDAHULUAN
Pengembangan teknologi pendidikan merupakan hal penting yang harus
dilakukan agar tercapai sistem pendidikan yang mampu menghasilkan sumber
daya manusia yang benar-benar berkualitas. Pengembangan teknologi ini dapat
meningkatkan minat, aktivitas dan kreatifitas para pelajar dalam memahami
konsep-konsep materi pelajaran yang wajib dipahami.
Sistem dan model pendidikan yang kurang optimal dapat menyebabkan
pelajar sulit memahami konsep-konsep pelajaran yang wajib dipahami. Agar tidak
terjadi hal yang demikian, maka perlu dikembangkan suatu model pendidikan
yang secara optimal dapat meningkatkan minat, aktivitas dan kreativitas pelajar.
Sekarang ini model pendidikan yang paling baik adalah model pendidikan yang
berorientasi pada teknologi informasi, terutama pengembangan software
komputer.
Di indonesia, kegiatan instruksional yang melibatkan komputer tampaknya
belum berkembang sama sekali. Hal ini terlepas dari berbagai kendala yang
dihadapi, baik dari segi psikologi, pendidikan, sosial, ekonomi, dan hukum (masih
berlangsungnya pembajakan software dan belum berjalannya perlindungan hak
PKMT-3-5-2
cipta), maupun dari segi sarana dan prasarananya. Namun masalah utama yang
menyebabkan belum berkembangnya komputer intruksional di Indonesia (Akhril
Agus, 1995) adalah
; Masih sangat terbatasnya sumber daya manusia dalam bidang
pengembangan komputer pendidikan.
; Budaya penggunaan komputer di kalangan kependidikan di Indonesia
khususnya di persekolahan masih berada pada taraf komputer untuk
mengetik atau administratif.
; Belum berkembangnya wawasan komputer pendidikan di kalangan petinggi
kependidikan di Indonesia, sehingga pemikiran-pemikiran pentingnya
pengembangan komputer pendidikan belum mendapat respon yang
memadai.
; Belum tersedianya software pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru
untuk membangun wawasan komputer pendidikan merupakan masalah lain
yang dihadapi, hal ini bukan hanya di Indonesia melainkan juga di berbagai
negara maju.
Belum tersedianya paket aplikasi yang sesuai, baik dari segi sistem
komputer yang digunakan, maupun dari segi strategi insrtruksional yang
diterapkan, merupakan kendala yang perlu ditangani. Walaupun berbagai program
aplikasi pengajaran telah banyak diperdagangkan terutama yang diproduksi di
negara maju (Inggris dan Amerika), namun dalam beberapa hal, program tersebut
belum tentu sesuai dengan kondisi dan tujuan pendidikan di Indonesia.
Untuk mengatasi kendala tersebut, perlu dilakukan penelitian dan
pengembangan mengenai strategi rekayasa algoritmis dan rekayasa pedagogis
baru dalam penyusunan software supaya diperoleh software yang lebih sesuai
dengan tujuan-tujuan pembelajaran.
Sebuah hasil penelitian mengenai hal tersebut (Yayan Sunarya, Drs. M.Si,
2003) menyimpulkan bahwa
1. pembuatan software multimedia interaktif pembelajaran kimia diawali oleh
tahap perekayasaan pedagogis konten-materi dan skenario tampilan
(presentasi) software.
2. perekayasaan pedagogis meliputi pengembangan pekerjaan berikut, yaitu :
dari ....(1) penurunan struktur mikro.. (2) pengidentifikasian keterampilan
intelektual...(3) pengembangan teks keluaran (dari struktur mikro)...(4)
pengidentifikasian bentuk presentasi.. (5) pengembangan konten materi dan
wacana presentasi.. dan (6) penurunan evaluasi mandiri.
3. perbedaan sebuah software pembelajaran multimedia interaktif dengan
software lainnya terletak pada pengembangan pendekatan yang dilakukan
pada masing-masing poin pekerjaan perekayasaan pedagogisnya.
METODE PENDEKATAN
Beberapa tinjauan yang dapat menjadi kerangka dasar dalam
pengembangan perekayasaan algoritmis dan pedagogis untuk perancangan sebuah
software pembelajaran yang baik adalah sebagai berikut.
1. Tinjauan Pedagogi Dalam Pengembangan Program/Software Pengajaran
Sebagian besar software yang tersedia secara pedagogi tidak lebih dari tradisi
: drill and practice (yang peling banyak), tutorial, dan demonstrasi. Masih
banyaknya kelemahan-kelemahan pedagogis yang masih terdapat dalam
kebanyakan software menuntut perkembangan terus menerus pemrograman
sotware pembelajaran, khususnya oleh kalangan kependidikan sendiri.
Tinjauan terhadap isi program meliputi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan :
apakah isi materi sesuai dengan kondisi siswa dan dengan tujuan pengajaran ?
Dan apakah isi materi yang disajikan cukup akurat ?
Aspek pedagogi secara sederhana dirumuskan melalui jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan berikut : Bagaimana feedback diberika program kepada
siswa ? apa asumsi mengenai siswa belajar yang dituangkan ke dalam
software ? apakah software memberi peluang untuk dimodifikasi disesuaikan
dengan kebutuhan siswa ? Apakah software menganut sistem belajar sendiri
(soft contained) ? dapatkah program digunakan untuk berbagai susunan kelas
(individu, kelompok, klasikal) ? Dan, apakah program melibatkan beragam
model instruksional (visual, aural, numerik, verbal) ?
2. Tinjauan Rekayasa Perangkat Lunak
Diantara bidang-bidang di atas, yang sangat erat kaitannya dengan kualitas
program dari keilmuan informatika adalah bidang pengoperasian program,
karena baerkaitan dengan penerapan prinsip-prinsip rekayasa perangkat lunak.
Sampai dimana prinsip-prinsip rekayasa perangkat lunak ini diterapkan
dengan benar untuk menghasilkan program yang berkualitas, dapat dievaluasi
dari pengajuan pertanyaan berikut :
a. Bagaimana struktur algoritma program ?
b. Apakah program terstruktur dengan baik dan benar ?
c. Apakah program bebas bugs dan breaks ?
d. Bagaimana program mengatasi kesalahan user ?
e. Seberapa besar peluang user untuk mengontrol program ?
f. Apakah petunjuk yang diberikan program secara langsung cukup jelas dan
mudah difahami ?
g. Apakah tersedia dokumen bagi guru ?
PKMT-3-5-4
Pengguna juga dapat memasukkan kata yang belum ada secara manual.
Dan bila kata tersebut sudah terdapat dalam kamus, maka program
akan memberikan pilihan pada pengguna apakan akan menimpa kata
yang sudah ada atau membatalkannya.
Kamus ini juga diberikan fasilitas untuk menghapus kata yang sudah
ada di dalam kamus sebelumnya.
Bila pengguna merasa bingung untuk memulai, program ini disediakan
petunjuk yang mudah dipahami.
Sampai saat ini database kamus telah mencapai sekitar 650 istilah.
c. Program LabKimia
Program labkimia ini memperkenalkan peralatan kimia dan fungsinya, zat-
zat kimia dan sifatnya, dan teknik-teknik dasar dalam menggunakan alat-
alat kimia. Materi dari labkimia ini disajikan dalam bentuk foto dan video
yang dilengkapi suara dan dan text.
d. Program Komputes
Loading program yang cepat dan tidak memberatkan memori
komputer maupun kapasitas hardisk.
Penyajian lembar soal dan lembar jawaban yang praktis sebanyak 60
soal pilihan berganda.
Penyajian soal yang sangat fleksibel dilengkapi dengan gambar,
wacana, suara, atau video.
Sebuah pencatat waktu atau timer yang dapat di set sesuai keinginan.
Dua buah sistem penilaian ujian, sistem plus-minus dan normal.
Tanggal ujian otomatis.
Pemeriksaan jawaban otomatis setelah waktu ujian selesai.
Kunci jawaban yang bisa langsung dilihat pada layar.
Pembahasan soal yang dapat diprint-out.
Komentar hasil ujian siswa yang mendorong siswa secara psikologis.
Enam puluh macam kata-kata bijak yang mengajak siswa disiplin.
Sistem masukan soal, kunci jawaban dan pembahasan yang fleksibel
dan mudah.
Petunjuk program yang interaktif dan jelas.
dengan benar sehingga tidak mungkin ditemukan hasil yang salah atau
program error.
2. Pengujian program
Pengujian program dilakukan dengan metoda questioner acak. Questioner
tersebut berisi sembilan pertanyaan yang menyangkut permasalahan yang
telah disebutkan dalam metoda pendekatan.
Jumlah koresponden sementara hanya berjumlah 30 sampel yaitu terdiri dari
dua orang dosen kimia, 11 orang mahasiswa pendidikan kimia FPMIPA UPI,
dua orang guru SMU, dan dan 5 orang siswa SMU kelas 1, 5 orang siswa
SMU kelas 1, 5 orang siswa SMU kelas 3. Jumlah koresponden yang diambil
hanya sedikit disebabkan jangka waktu yang kurang dan pengajuan questioner
yang bertepatan dengan waktu ujian siswa SMU.
Melalui data hasil questioner sementara tersebut dapat disimpulkan bahwa
83% sampel mengatakan program sudah cukup baik, mudah dipahami,
interaktif dan sudah mampu diterapkan sebagai media pembelajaran kimia
organik di SMU, baik kelas satu dua maupun kelas tiga. Hasil ini memang
belum memenuhi persyaratan kuantitatif karena sampel yang diambil kurang
banyak. Hasil ini akan berubah kembali dan menjadi kuantitatif bila jumlah
koresponden diperbesar.
PKMT-3-5-9
QUESTIONER
Pengujian Program PKMT Dikti 2006
Tanggal :
Status : Dosen/Guru/Mahasiswa/Siswa(1)/Siswa(2)/Siswa(3)
A. Ya B. tidak
Apakah program ini lebih mudah anda fahami daripada program serupa
lainnya
A. Ya B. tidak
Menurut anda setelah melihat dan mencoba program ini, apakah program ini
layak diterapkan untuk pendidikan kimia di SMA
A. Ya B. tidak
KESIMPULAN
Program Media Pembelajaran Kimia Organik Interaktif, Program Kamus Kimia,
Program LabKimia, Program Komputes ujian interaktif dan Program Kalkulator
kimia telah diciptakan sesuai dengan target yang diusulkan pada proposal
sebelumnya. Pengujian program dilakukan melalui analisis questioner dengan
koresponden sebanyak 30 sampel. Melalui data hasil questioner sementara dapat
disimpulkan bahwa 83% koresponden mengatakan program sudah cukup baik,
mudah dipahami, interaktif dan sudah mampu diterapkan sebagai media
pembelajaran kimia organik di SMU, baik kelas satu dua maupun kelas tiga.
PKMT-3-5-10
DAFTAR PUSTAKA
Akhril Agus, 1998, Efektivitas Software Lembar Kerja Mahasiswa Dalam
Perkuliahan Kimia Dasar Di FPMIPA IKIP Bandung, FPMIPA IKIP
Bandung.
Siregar, dkk, 1994, Buku Panduan Analisis dan Penulisan Buku Teks MIPA untuk
pengembangan Keterampilan Intelektual Mahasiswa, FPMIPA IKIP
Bandung.
Yayan Sunarya, 2003, Pengembangan Perekayasaan Pedagogis Beberapa Pola
Software Multimedia Interaktif Pembelajaran Kimia SMU, FPMIPA UPI
Bandung.
M. Nurulhana, dkk. 2003, Pemrograman Software Multimedia Pembelajaran
Dengan Bahasa Delphi. JURDIK KIMIA UPI Bandung.
PKMT-3-6-1
Syarif Hidayatullah, Kurnia Widi Haryono, Agus Riyanti, Margi Puji Rahayu
Universitas Diponegoro, Semarang
ABSTRAK
Kata kunci:
PKMT-3-7-1
Ikta Wahyu Widodo, Agung Nogroho, Tahan Prahara, dan Ali Mansur
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Semarang
ABSTRAK
Perkembangan dunia otomotif saat ini telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat sekali, dimana produk, desain atau ide-ide baru selalu muncul
sebagai kecintaan para bikers (pecinta kendaraan bermotor). Hal baru selalu
dicari dan dikembangkan baik dengan modifikasi barang yang sudah ada ataupun
inovasi baru. Performa kendaran merupakan salah satu faktor pemicu
pemunculan setiap inovasi yang ada di kalangan pecinta dunia otomotif, dengan
ditunjang perkembangan teknologi yang telah ada maka semua itu akan menjadi
sesuatu yang menyenangkan. Sebagai contoh, adalah performa dari kendaraan
bermotor. Berhubungan dengan knalpot semua orang pasti sudah banyak tahu,
perkembangan knalpot di Indonesia merupakan suatu hal yang sangat luar biasa
sekali. Berbagai model dan knalpot dicipta, misal knalpot samping, kolong,
udang, dan terakhir kala jengking. Semua knalpot ini diklaim mampu
mendongkrak tenaga pada kendaran bermotor tersebut. Knalpot alias pipa gas
buang itu bukan semata berfungsi sebagai penyalur sisa pembakaran, knalpot
masih satu kesatuan dari proses langkah buang. Pada bagian knalpot inilah, efek
turbulensi terus-menerus terjaga, dengan adanya knalpot maka aliran turbulensi
gas buang diubah jadi gaya pendorong piston ke TMB. Berdasarkan kenyataan di
atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Smart
Muffler (Knalpot Multi Suara) , dimana kanalpot ini merupakan penggabungan
dari dua jenis knalpot yaitu knalpot jenis chamber dan free flow yang
menghasilkan satu knalpot dengan variasi suara yang banyak. Untuk
mendapatkan variasi suara tersebut bisa kita dapatkan dengan jalan mengatur
posisi tuas pengatur katub, bisa suara keras, sedang atau standar. Kelebihan dari
knalpot inovatif ini adalah kemampuannya dalam menaikkan performa kendaraan
bermotor itu sendiri dan sebagai penghemat bahan bakar. Modifikasi dan inovasi
baru telah dikembangkan dengan munculnya jenis knalpot baru yang mampu
meningkatkan performa kendaraan dan hemat bahan bakar, sehingga alternatif
pilihan baru dalam kaitannya dengan kendaraan bermotor bisa dijadikan sebagai
pilihan yang memiliki nilai efesiensi dan ekonomis yang tinggi dalam dunia
otomotif.
Kata kunci: knalpot, performa, otomotif
PENDAHULUAN
Perkembangan kendaran bermotor pada saat ini telah mengalami
perkembangan yang cukup pesat, banyak hal telah muncul dengan berbagai
penampilan dan performa yang berbeda dan penuh dengan spesifikasi sebagai
bentuk kecintaan para bikers. Pemunculan ide-ide baru dalam menunjang
performa kendaran bermotor terus ditingkatkan guna semakin menarik minat para
pecinta dan pengendara sepeda motor, dari kecepatan, kendaraan yang irit
PKMT-3-7-2
terhadap bahan bakar, bahkan sampai performa luar dari kendaraan bermotor itu
sendiri.
Modifikasi dan inovasi baru dalam dunia otomotif masih terus
dikembangkan, sebagai contoh adalah performa dari kendaraan bermotor itu
sendiri dimana minat seseorang terhadap sesuatu hal adalah dari pandangan mata
atau dari apa yang dilihat pertama kali dan disini adalah bentuk fisik, kemudian
teknologi yang ada pada kendaraan bermotor seperti stater otomatis dan bahkan
pengoperasian kendaraan bermotor itu sendiri yang semuanya dijalankan secara
otomatis karena ditunjang dengan perkembangan dunia teknologi yang semakin
canggih. Tapi semua perkembangan dan desain yang telah ada belumlah cukup
begitu saja bagi dalam dunia otomotif.
Kemajuan teknologi bidang otomotif diantaranya adalah timbulnya
inovasi-inovasi baru dalam dunia otomotif. Sebagai contoh yaitu berkembangnya
disain knalpot untuk kendaraan bermotor, knalpot yang dihasilkan diantaranya
knalpot standard atau knalpot dengan suara yang halus, dan knalpot dengan suara
yang keras, biasa orang menyebutnya knalpot racing. Bagaimana menciptakan
suatu knalpot yang sport tapi dapat dikendalikan. Knalpot yang ada saat ini hanya
satu macam knalpot saja, dalam artian satu knalpot satu suara
Berdasarkan kenyataan di atas maka peneliti tertarik untuk menciptakan dan
merancang suatu karya teknologi dengan judul Smart Muffler (Knalpot Multi
Suara) dengan harapan dapat memunculkan inovasi baru pada pembuatan dan
perancangan knalpot yang merupakan gabungan antara knalpot chamber dan free
flow yang berperforma tinggi (bertenaga) sekaligus hemat bahan bakar.sebagai
teknologi alternatif di dunia otomotif.
METODE PENDEKATAN
Knalpot
Knalpot alias gas buang itu bukan semata fungsinya menyalurkan sisa
pembakaran. Knalpot masih satu kesatuan dari proses langkah buang. Pada
knalpot inilah, efek turbulensi terus menerus terjaga. Dengan knalpot, aliran
turbulensi gas buang diubah jadi gaya pendorong piston ke TMB.
Kemungkinan mesin dapat hidup tanpa knalpot ada, akan tetapi risikonya
besar dan turbulensi kecil. Setelah bahan bakar meledak, waktu mengembangnya
terlalu singkat. Efek pusaran turbulensi buyar, karena cepat dimuntahkan lewat
lubang buang dan hilang ditelan udara bebas.
Fungsi lain knalpot sebagai peredam getaran. Getaran akibat naik turun
piston dari kepala silinder diteruskan ke bodi knalpot, rangka dan sasis, sehingga
getaran mesin tidak keterlaluan.
Jenis Knalpot ada dua, anatara lain (1) knalpot chamber, konstruksi knalpot
chamber seperti pada knalpot standart, dan knalpot ini baik bekerja pada putaran
bawah.(2)knalpot free flow, konstruksi dari knalpot free flow baik bekerja pada
mesin dengan putaran tinggi. Knalpot dimana sistim pelepasan gas buang lebih
ringkas dan singakat turbelensinya, sehingga dikenal dengan sistem pembuangan
los (free flow) dan karena ini bermunculan knalpot racing. Knalpot racing pasti
tanpa sekat kamarnya. Ini semata mempercepat turbulensi. Sepenuhnya pengolah
turbulensi terakhir diserahkan ke peredam suara atau silinder. Hanya saja
membuat knalpot mesti ada hitungan sesuai volume arus masuk.
PKMT-3-7-3
Mikrokontroller
Mikrokontroler adalah salah satu dari bagian dasar dari suatu sistem
komputer. Meskipun mempunyai bentuk yang jauh lebih kecil dari suatu
komputer pribadi dan komputer mainframe, mikrokontroler dibangun dari
elemen-elemen dasar yang sama. Secara sederhana, komputer akan menghasilkan
output spesifik berdasarkan inputan yang diterima dan program yang dikerjakan.
Seperti umumnya komputer, mikrokontroler adalah alat yang mengerjakan
instruksi-instruksi yang diberikan kepadanya. Artinya, bagian terpenting dan
utama dari suatu sistem terkomputerisasi adalah program itu sendiri yang dibuat
oleh seorang programmer. Program ini menginstruksikan kompuetr untuk
melakukan jalinan yang panjang dari aksi-aksi sederhana untuk melakukan tugas
yang lebih kompleks yang diinginkan oleh programmer.
Setting Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium jurusan Teknik Mesin FT UNNES dan
PT. Khatulitiwa Suryanusa. Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan April 2006
sampai dengan Mei 2006.
Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti adalah : (1) Penggabungan antara knalpot chamber
dan free flow dalam menghasilkan performa yang baik pada saat mesin bekerja
pada putaran bawah dan tinggi, (2) suara hasil penggabungan dua tipe knalpot
pada kendaraan bermotor.
Rencana Penelitian
Langkah sebelum penelitian dilakukan ialah mempersiapkan alat
penelitian, antara lain palu, tang, betel, kompresor, gergaji besi, mesin las, baut +
mur, saklar, pipa, cat, elektrode, plat galvanis, dan alumunium.
Desain Eksperimen
Dalam metode eksperimen, pola yang digunakan merupakan pola atau
desain eksperimen the one shot case study (10). Eksperimen the one shot case
study merupakan penelitian model sekali tembak, yaitu perlakuan yang dilakukan
pada suatu kelompok unit percobaan tertentu, dan kemu-dian diadakan analisis.
Analisis Data
Data yang didapat merupakan perbandingan kanalpot standar dengan
knalpot smart muffler. Pada penelitian ini untuk mengetahui seberapa jauh
kemampuan knalpot smart muffler dalam meningkatkan performa kendaraan,
maka digunakan analisis data deskriftif yaitu dengan melakukan interpretasi dari
hasil data yang didapatkan dengan perencanaan awal.
PKMT-3-7-4
Disain Penelitian
Studi Pustaka
&
Browsing Internet dan diskusi
Desain
(Perancangan Alat)
Smart Muffler
Survei:
- komponen mekanik/elektrik
- alat kerja
Pembuatan alat
Perancangan
Analisis hasil
Kesimpulan
penyusunan pendaftaran
laporan paten
PKMT-3-7-5
Lubang Chamber
Lubang Free Flow
Katup Penutup
Tuas Pengatur
MICROCONTROLER
TOMBOL
CHAMBER
KABEL
KESIMPULAN
Modifikasi dan inovasi baru telah dikembangkan dengan munculnya jenis
knalpot baru yaitu Smart Muffler yang mampu meningkatkan performa
kendaraan dan hemat bahan bakar, sehingga alternatif pilihan baru dalam
kaitannya dengan kendaraan bermotor bisa dijadikan sebagai pilihan yang
memiliki nilai efesiensi dan ekonomis yang tinggi dalam dunia otomotif.
PKMT-3-7-8
DAFTAR PUSTAKA
Widodo Budiharto. 2004. Interfacing Komputer dan Mikrokontroler. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
http://www.dephub.go.id/ tanggal download 15 Agustus 2005/jam : 16.14
WIB/Ali Mansur/tanggal upload, 20 April 2005 jam : 15.20.
http://pikiran-rakyat.com/cetak/0804/31/lapsus02.htm./tanggal download 23
agustus 2005/jam : 15.48 WIB/Ali Mansur/tanggal upload, 31 Agustus
2004.
http://www.lpem.org/news.php?id=53/tanggal download 15 agustus 2005/ jam :
15.15/Ali Mansur/tanggal upload, 10 Maret 2005.
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0205/11/otokir/utama1.htm/ tanggal
download 15 agustus 2005/jam : 20.39/Ali Mansur/ tanggal upload 11
February 2005.
PKMT-3-8-1
ABSTRAK
Permasalahan global yang saat ini dihadapi oleh dunia yakni kelangkaan
bahan bakar fosil. Tidak mustahil bahwa suatu saat nanti ketersediaan dari
bahan bakar fosil tersebut akan menipis seiring dengan perkembangan teknologi
modern. Dengan kata lain bahan bakar fosil akan tergantikan dengan sendirinya
oleh sumber daya alam lain yang lebih potensial seperti cahaya matahari, angin,
air dan biomassa melalui penelitian-penelitian yang terus berkembang. Yang
kesemuanya itu masih kurang tersentuh oleh kita karena ketergantungan yang
lebih terhadap bahan bakar fosil. Seperti kita ketahui, di Indonesia bahan bakar
minyak sudah menjadi salah satu kebutuhan primer bagi masyarakat, dengan
tingginya harga minyak dunia yang saat ini mencapai US$ 67 per barel, sangat
potensial mengakibatkan gejolak sosial dan ekonomi yang cukup signifikan.
Adapun penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menjawab
permasalahan mengenai eksistensi kendaraan yang kurang ramah lingkungan
dan masih bergantung pada bahan bakar fosil. Kendaraan ini didesain dengan
baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan kendaraan yang ramah
lingkungan dan hemat bahan bakar dengan kecepatan maksimal yang ditempuh
sekitar 20 km/jam selama kurang lebih satu jam dengan sekali pengisian baterai.
Metode penelitian yang digunakan adalah melalui berbagai percobaan
yang terstruktur untuk memperoleh data yang akurat. Data yang diperoleh
digunakan untuk merancang desain yang sesuai permintaan pasar dengan
efisiensi maksimal melalui perhitungan error yang terjadi. Error yang ada dibuat
sekecil mungkin, sehingga tidak mengurangi efisiensi kerja motor listrik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penggunaan tenaga surya sebagai
tenaga penggerak motor pada sepeda, dapat ditempatkan pada urutan teratas
tenaga alternatif dalam menggantikan bahan bakar fosil.
PENDAHULUAN
Keterbatasan cadangan bahan bakar fosil merupakan salah satu
permasalahan global yang menimpa banyak negara di dunia saat ini. Bukan hal
yang dipungkiri bahwa di Indonesia, bahan bakar minyak sudah menjadi salah
satu kebutuhan primer bagi masyarakat, dengan tingginya harga minyak dunia
yang saat ini mencapai US$ 67 per barel, sangat potensial mengakibatkan gejolak
sosial dan ekonomi yang cukup signifikan.
Untuk mengatasi krisis energi, pemerintah telah mengambil sejumlah
langkah-langkah, diantaranya adalah mengefisienkan pemakaian energi baik
untuk kebutuhan gedung-gedung maupun untuk alat transportasi. Salah satu
bagian penggunaan terbesar dari bahan bakar minyak adalah untuk sektor
PKMT-3-8-2
Tujuan penelitian ini adalah membuat sepeda listrik bertenaga surya yang
hemat dan ramah lingkungan dan diharapkan sepeda yang dibuat memiliki
karakteristik sebagai berikut: berkecepatan maksimal 20 km/jam, lama baterai
beroperasi dari kondisi 100% - 20% SOC adalah 1 jam. Hasil yang diharapkan
dari kegiatan ini adalah terciptanya purwarupa sepeda listrik bertenaga surya.
Manfaat yang dapat diharapkan dalam kegiatan ini adalah
memperkenalkan alat transportasi yang ramah lingkungan dan mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat untuk transportasi jarak pendek, mengurangi tingkat
pencemaran udara akibat emisi gas buang, mengurangi ketergantungan terhadap
bahan bakar minyak, dan merangsang pengembangan kendaraan sejenis di masa
depan.
PKMT-3-8-4
METODE PENDEKATAN
Bahan yang digunakan adalah sepeda (2 buah), motor listik DC magnet
permanen 12 V (2 buah), solar cell 12 V 50 watt, baterai 12 V 10 Ah (2 buah),
roda gigi, kabel-kabel, chain drive, mur dan baut, bahan kimia untuk pelarut PCB,
PCB, mikrokontroler, dan komponen elektronika. Sedangkan alat yang
dipergunakan adalah multitester, Toolkit box dan bor.
Tata laksana yang dilakukan adalah studi pustaka tentang solar cell,
sepeda, dan kendaraan sejenis; survey dan penyediaan alat dan bahan;
perancangan sepeda bertenaga surya; pembuatan purwarupa; pengujian
purwarupa; perbaikan rancangan awal; finalisasi purwarupa dan pengujian ulang;
dan pembuatan laporan.
Efisiensi (%)
Kecepatan motor
(rpm) Motor Transmisi Total
3250 30,04 19,01 5,71
2840 52,02 46,87 24,38
2730 56,77 56,99 32,35
2375 68,80 65,56 45,11
1885 77,13 71,46 55,12
1585 77,49 65,86 51,03
1135 71,28 63,36 45,16
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari
pengujian karakteristik motor diperoleh daya keluaran motor rata-rata selama
pengujian adalah 478,54 W. Efisiensi motor rata-rata selama pengujian (motor
tidak terangkai dengan sistem transmisi) sebesar 64,97 %. Dari tabel karakteristik
sistem transmisi hasil pengujian, efisiensi motor rata-rata saat terangkai dengan
sistem transmisi adalah 61,93 % dan efisiensi sistem transmisi rata-ratanya 55,59
%. Efisiensi total sistem merupakan perkalian antara efisiensi motor dan efisiensi
transmisi. Rata-rata efisiensi total sistem transmisi adalah 36,98 %. Dari
perhitungan teori rumus diperoleh nilai efisiensi sistem transmisi 81,52 %.
Perhitungan dari data selama pengujian, efisiensi maksimum sistem transmisi
yang dicapai adalah 71,46 % dan efisiensi rata-ratanya 55,59 %, lebih rendah
sekitar 25 % dari efisiensi yang diperoleh dengan perhitungan teori rumus.
PKMT-3-8-9
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, G., 1996, Renewable Energy, Power for a Sustainable Future,
Oxford University Press.
Chapman, S. J., 1991, Electric Machinery Fundamentals, 2nd Edition,
McGraw-Hill International.
Putra, A. E., 2004, Belajar Mikrokontroler AT89C51: Teori dan Aplikasi,
Penerbit Gava Media.
PKMT-3-9-1
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan akan sebuah inovasi
terhadap mesin pendingin medis yang hemat energi sehingga bisa digunakan di
daerah terpencil yang belum terjangkau oleh listrik. Tujuan dari pelaksanaan
kegiatan ini ialah untuk membuat alat pendingin medis dengan Zeolit sebagai
absorben (Water Refrigerator Unit), yang terdiri dari empat komponen utama
yaitu zeolit canister, evaporating unit, cooling box dan rangka alat. Dan untuk
menguji kinerjanya dalam mendinginkan ruangan pendingin.
Metode pelaksanaan kegiatan ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu observasi
awal, perancangan alat, proses pembuatan alat, pengujian alat, evaluasi dan
penyempurnaan. Proses pembuatan alat pendingin terdiri atas tahap pembuatan
zeolit canister, evaporating unit, cooling box dan rangka alat. Pengujian terdiri
atas uji kebocoran, perhitungan kekuatan bahan dan uji kinerja dalam
mendinginkan ruangan pendingin. Pengujian kebocoran dilakukan dengan
menggunakan pompa kompresor dan pompa vakum. Kekuatan bahan diperoleh
dengan menghitung tegangan maksimum yang terjadi pada tabung kemudian
membandingkannya dengan tegangan ijin bahan. Uji kinerja alat pendingin
diukur dengan menggunakan thermometer. Sebelum Zeolit digunakan untuk
penyerapan dalam sistem maka zeolit perlu diaktifasi terlebih dahulu yaitu
dengan dipanaskan pada suhu 4000C selama 4 jam. Zeolit yang digunakan dalam
zeolit canister sebanyak 5 kilogram.
Hasil dari pelaksanaan kegiatan ini adalah sebuah prototipe alat pendingin yang
terdiri dari empat komponen utama yaitu zeolit canister, evaporating unit, cooling
box dan rangka alat. Pengujian kinerja alat menunjukkan bahwa pendinginan
maksimum yang terjadi pada ruangan pendingin sebesar 22,250C dari suhu awal
270C setelah bekerja 180 menit. Tidak maksimalnya pendinginan pada ruangan
pendingin ini disebabkan daya serap zeolit mulai berkurang sehingga mengalami
kejenuhan karena banyaknya uap air yang diserap.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan yang sangat luas yang terdiri atas
daratan dan lautan dimana masih cukup banyak daerah-daerah yang sulit
dijangkau oleh jaringan listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik pada
umumnya.
Listrik saat ini merupakan suatu energi yang berperanan sangat penting bagi
kehidupan manusia. Listrik digunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-
PKMT-3-9-2
hari, industri, komunikasi sampai militer. Listrik sebenarnya gejala alam yaitu
loncatan proton yang bermuatan positif dan elektron yang bermuatan negatif
sehingga menghasilkan suatu energi tinggi.Dalam dunia kesehatan, listrik
digunakan sebagai sumber energi untuk menjalankan alat-alat pendingin. Salah
satu alat bantu yang digunakan adalah lemari pendingin (kulkas). Lemari
pendingin digunakan oleh para ahli medis sebagai alat tempat menyimpan obat-
obat khusus, bakteri, virus dan lain-lain dimana suhu bahan-bahan tersebut harus
terjaga dengan baik agar kualitas dari bahan-bahan tersebut tidak menurun
ataupun rusak. Bahan-bahan yang harus terjaga pada suhu rendah tidak dapat
dipindah atau dibawa ke daerah yang terpencil dan jauh dari sumber listrik, karena
lemari pendingin tempat menyimpan bahan-bahan tersebut harus mendapat arus
listrik ataupun apabila dijalankan dengan menggunakan baterai, maka baterai
tersebut memiliki keterbatasan kapasitas dan harus diisi kembali dengan
menggunakan listrik dari pembangkit listrik yang ada, padahal untuk
mendapatkan sumber listrik yang berasal dari pembangkit listrik pada umunya
adalah sangat tidak mungkin pada daerah terpencil.
Kondisi seperti disebutkan di atas tentunya akan sangat menyulitkan ketika
bahan-bahan medis tersebut harus dibawa ke daerah terpencil, sulit dijangkau dan
jauh dari jaringan listrik. Dengan kondisi geografis seperti yang disebutkan di atas
dan kondisi masyarakat Indonesia yang bersuku-suku serta hidup berkelompok-
kelompok sampai daerah terpencil yang juga harus mendapat perhatian yang sama
dengan mereka yang hidup di kota dan sudah mendapat kemudahan dengan
adanya jaringan listrik. Selain itu juga adanya instruksi dari pemerintah untuk
mengadakan penghematan energi khususnya energi listrik yang makin gencar
diinformasikan di masyarakat, untuk itu maka diharapkan adanya pengembangan
alat pendingin yang dapat digunakan untuk keperluan medis pada daerah-daerah
terpencil yang sulit dijangkau oleh jaringan listrik dan hemat energi.
Disamping itu, alat pendingin yang ada di masyarakat saat ini masih banyak
yang menggunakan freon sebagai refrigerannya tanpa mengetahui tentang betapa
bahayanya freon tersebut terhadap masa depan bumi kita, padahal seperti yang
diketahui bahwasanya penggunaan freon saat ini sudah dilarang karena dampak
terhadap perusakan ozon sangat besar.
Dengan beberapa alasan yang sudah disebutkan di atas, untuk itu perlu
dikembangkan alat pendingin yang digunakan untuk keperluan medis pada daerah
terpencil dan belum dijangkau oleh jaringan listrik yang berasal dari pembangkit
listrik, serta hemat energi dan untuk menggantikan alat pendingin yang ramah
lingkungan karena akan menggantikan penggunaan freon.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dari pelaksanaan
kegiatan ini adalah:
1. Bagaimana proses pembuatan Water Refrigerator Unit untuk alat pendingin ?
2. Bagaimana unjuk kerja Water Refrigerator Unit yang dibuat ?
Tujuan Kegiatan
Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah:
1. Membuat prototipe Water Refrigerator Unit untuk alat pendingin.
2. Mengetahui unjuk kerja dari Water Refrigerator Unit yang dibuat.
PKMT-3-9-3
Manfaat
Secara praktis, manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah menemukan
konsep baru cara menjalankan sistem pendinginan menggunakan air dan dengan
zeolit sebagai absorbennya. Selain itu juga terciptanya prototipe Water
Refrigerator Unit yang dapat digunakan dan dikembangkan dalam proses
penguapan air pada suhu rendah guna proses pendinginan pada alat pendingin.
Secara teoritis, manfaat yang akan diperoleh adalah memberikan kontribusi bagi
kajian bidang teknik pendinginan dan referensi bagi penelitian tentang
pendinginan dengan refrigeran air pada tahap lanjut.
METODE PENELITIAN
Waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan kegiatan pembuatan alat pendingin medis hemat energi ini
dilakukan dalam jangka waktu antara bulan Mei 2005 sampai dengan bulan
Oktober 2005. Sedangkan tempat yang digunakan terdiri dari dua tempat, yang
pertama di laboraturium kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Yogyakarta (FMIPA UNY) untuk penelitian sistem
penyerapan zeolit, tempat yang kedua ialah Lab Fabrikasi dan Fitting Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (FT UNY) untuk pembuatan alat
pendingin medisnya.
No. Nama
1. Gergaji mesin
2. Perlengkapan las Listrik
3. Perlengkapan las gas
4. Perlengkapan mesin bor
5. Mesin gerinda
6. Kompresor
7. Pompa vakum
8. Gergaji tangan
9. Gerinda
10. Elektroda
11. Stopwatch
12. Thermometer
Observasi
Perancangan (Design)
Pengumpulan bahan
Proses Pengerjaan
ERROR
Uji Coba
O.K
Evaluasi
PKMT-3-9-5
Penyempurnaan
Penggunaan/ aplikasi
Proses pembuatan alat pendingin terdiri dari empat proses pembuatan, yaitu:
pembuatan zeolit canister, evaporating unit, cooling box dan rangka alat.
Pengujian terdiri atas uji kebocoran dan uji kinerja dalam mendinginkan ruangan
pendingin. Pengujian kebocoran dilakukan dengan menggunakan pompa
kompresor dan pompa vakum. Uji kinerja alat pendingin diukur dengan
menggunakan thermometer. Zeolit yang digunakan adalah jenis klinoptilotit
(Na4K4)(Al8Si40O96).24H2O yang diaktivasi pada suhu 4000C selama 4 jam. Zeolit
yang digunakan dalam zeolit canister sebanyak 5 kilogram. Setelah diadakan
evaluasi dari alat yang sudah dibuat kemudian diadakan penyempurnaan alat
untuk memaksimalkan hasil yang ingin dicapai.
suhu yang terjadi dalam cooling unit sebelum sistem berjalan, saat sistem bekerja
dan saat vakum dalam sistem sudah hampir habis.
Dari pengujian yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Pembahasan
Suhu awal ruangan pendingin sebelum sistem pendingin bekerja sebesar 27
0
C dan kevakuman dalam sistem sebesar 26 cmHg. Setelah kran pada evaporating
unit dibuka untuk mengalirkan uap air sistem pendinginan belum bekerja, hal ini
disebabkan penguapan uap air dalam evaporating unit memerlukan waktu dan
begitu pula dengan penyerapan zeolit.
Setelah satu setengah jam maka sistem pendingin baru dapat menurunkan
ruangan pendingin pada cooling box. Suhu dalam ruangan pendingin turun
menjadi 26,500C, akan tetapi kevakuman dalam sistem pendingin juga mengalami
penurunan sedikit demi sedikit. Pendinginan maksimum yang terjadi pada
PKMT-3-9-7
ruangan pendingin sebesar 22,250C setelah sistem bekerja selama 180 menit.
Penyerapan zeolit telah bekerja maksimal untuk mengalirkan uap air dalam
selang-selang penghubung dan evaporator dalam ruangan pendingin. Pendinginan
maksimum ini tidak berlangsung lama karena kevakuman dalam sistem pendingin
sudah berkurang sehingga uap air yang dialirkan juga semakin berkurang. Selain
itu juga dimungkinkan zeolit sudah mulai jenuh sehingga daya serapnya mulai
berkurang. Setelah kevakuman dalam sistem pendingin habis maka suhu dalam
ruangan pendingin berangsur-angsur naik mendekati suhu semula.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang telah dicapai dari proses perancangan, pembuatan
dan pengujian alat pendingin dengan zeolti sebagai absorber (Water Refrigerator
Unit) dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Water Refrigerator Unit terdiri dari beberapa komponen utama untuk bisa
menjalankan sistem pendinginan yaitu zeolit canister (penyimpan zeolit
untuk menyerap uap air), evaporating unit (penyimpan air), cooling box
(box pendingin) dan rangka alat. Adapun tahap-tahap dalam pelaksanaan
kegiatan ini ialah mulai dari observasi awal kebutuhan bahan dan alat yang
akan digunakan, perancangan komponen-komponen alat pendingin, proses
pembuatan alat, pengujian alat, evaluasi dan penyempurnaan.
2. Sistem pendinginan yang bekerja pada alat pendingin ini mampu mencapai
26 cmHg, sehingga air dapat menguap dalam evaporating unit, kemudian
terserap oleh zeolit pada zeolit canister yang melalui evaporator dalam
cooling box, sehingga suhu ruangan dalam box mengalami perubahan.
Pendinginan maksimum yang dapat dicapai pada ruangan pendingin cooling
box sebesar 22,250C dari suhu awal 270C. Dengan demikian zeolit canister
dapat bekerja dalam menyerap uap air yang digunakan untuk mendinginkan
ruangan pendingin.
DAFTAR PUSTAKA
Achiruddin. 2005. Penggunaan Zat Absorben Silica Gell pada Mesin Pendingin.
http://www.library.usu.ac.id. (diakses 19 Oktober 2005)
Didi Supriadi. 2002. Aktivasi Zeolit Alam sebagai Absorben Zat Warna pada
Proses Pemurnian Minyak Kelapa. Skripsi. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Harjono. 2004. Zeolit dan Prospek Pemanfaatannya.http://www.Kedaulatan_
RakyatOnline. (Diakses 3 Oktober 2005)
Khurmi, R.S., dan Gupta, J.K. 1982 A Text Book of machine Design. New Delhi:
Eurasia Publishing House.
Mursi Sutarti dan Minta Rachmawati. 1994. Zeolit Tinjauan Literatur. Jakarta:
Pusat dokumentasi dan informasi lmiah.
Reinhard Frank-Stephen Zech. 2003. Refrigerating with the Sun. http://www.zeo-
tech.de/e.index.html. (diakses 23 September 2003)
Sharma, P.C., dan Aggarwal. D.K. 1997. A Text Book of Machine Design.
Chandigarh: SSMB Publishing.
Thamzil Laz. 2005. Penggunaan Zeolit dalam Iptek. http://www.P2PLR_
Batan.html. (diakses 3 Oktober 2005)
http://hyperphysics.phy-astr.gsu.edu/hbase/kinetic/watvap.html
PKMT-3-10-1
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan bahwa instrumen
spektrofotometri serat optuk secara digital dapat dibuat dan digunakan untuk
mengukur kadar kadmium dalam air, untuk menunjukkan linieritas hasil
pengukuran kadar kadmium dalam air terhadap konsentrasi kadmium dalam air,
dan mengungkapkan sensitivitas alat ukur kadar kadmium dalam air yang telah
dikembangkan. Prinsip dari spektrofotometri adalah bila ada suatu radiasi
mengenai suatu benda, maka radiasi tersebut akan ditransmisikan, dihamburkan,
dipantulkan, dan mengeksitasi fluoresensi. Spektrofotometri ini mwnggunakan
sumber radiasi LED hijau dengan panjang gelombang 530 nm ( max dari
kadmium + reagen Dithizon). Hasil dari penelitian ini adalah alat ukur kadar
kadmium dapat dibuat, linieritas antara tegangan keluaran alat ukur kadar
kadmium terhadap konsentrasi kadmium adalah R 2 = 0.9926 , dan sensitivitas
dari alat ukur kadar kadmium dalam air adalah 0,648 Volt untuk setiap
perubahan konsentrasi kadmium sebesar 1x 10 5 M .
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beberapa tahun ini bangsa Indonesia mengalami krisis moneter, hal ini
membuat harga harga kebutuhan pokok melambung tinggi termasuk juga air
minum. Pemerintah dalam hal ini PDAM yang diharapkan mampu menyediakan
air bersih yang dapat digunakan untuk kebutuhan minum sehari-hari tidak mampu
merealisasikannya, bahkan seringkali air hasil produksi dari PDAM kondisinya
sangat memprihatinkan (kotor) sehingga tidak layak untuk digunakan sebagai air
mandi sekalipun. Oleh karena untuk memenuhi kebutuhanya untuk air minum,
masyrakat memanfaatkan air mineral (air minum dalam kemasan). Namun, seiring
dengan melambungnya harga air mineral, membuat masyarakat mencari alternatif
lain yang harganya lebih terjangkau. Masyarakat kebanyakan memilih air minum
isi ulang yang harganya lebih murah. Namun, seiring dengan banyaknya depo air
minum isi ulang, kualitas air minum yang dihasilkan tidak terkontrol.
Hasil pengujian laboratorium yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat
dan Makanan (POM) yang diungkapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan dalam jumpa pers, Kamis (22 Mei 2003) menyatakan bahwa kualitas air
minum isi ulang menunjukkan cemaran mikroba dan logam berat pada sejumlah
contoh. Dari 95 depo air minum isi ulang di lima kota besar di Indonesia
diperoleh hasil, 76 depo memenuhi syarat mutu, sedang 19 depo tercemar oleh
mikroba, bahkan 9 diantaranya tercemar logam berat (kadmium) melebihi batas
PKMT-3-10-2
Rumusan Masalah
Dengan mengacu pada latar belakang permasalahan, maka masalah
penelitian yang dilakukan dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Apakah dapat dilakukan penunjukan secara langsung dalam
mengindikasikan konsentrasi ion kadmium dalam air menggunakan metode
Spektrofotometri-Serat optik ?
2. Bagaimanakah linieritas hasil pengukuran kadar kadmium dalam air
terhadap konsentrasi kadmium?
3. Berapakah tingkat ketelitian alat ukur kadar kadmium dalam air yang telah
dikembangkan?
Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini mempunyai tujuan sebagai berikut.
1. Mengungkapkan bahwa instrumental Spektrofometri-Serat optis dapat
digunakan untuk mengukur kadar kadmium dalam air.
2. Mengungkapkan linieritas hasil pengukuran kadar kadmium dalam air
terhadap konsentrasi kadmium.
3. Mengungkapkan tingkat ketelitian alat ukur kadar kadmium dalam air
yang telah dikembangkan.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan ini memiliki kontribusi yang sangat besar
dalam bidang terapan. Penelitian ini diharapkan mampu untuk memperbaiki
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga diperoleh hasil pembacaan
secara langsung. Oleh karena itu dapat diterapkan untuk pengukuran kadar
kadmium di dalam air dalam rangka usaha-usaha memantau kualitas pasokan air
minum yang diproduksi perusahaan air minum (PAM) dan industri pemroduksi air
mineral.
PKMT-3-10-3
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.
Perwujudan Alat
Berdasarkan pembahasan pada bab II maka rancangan alat ukur
kadar ion kadmium dalam air secara spektrofotometri-serat optik yang
pembacaanya secara digital dapat digambarkan secara diagram blok sebagai
berikut.
Multi meter
digital
Gambar 1. Diagram blok rancangan alat ukur kadar ion kadmium dalam air
PKMT-3-10-4
Alat ukur kadar ion kadmium dalam air dibuat sesuai dengan diagram
blok rancangan percobaan.
Penyiapan Sampel
I.Pembuatan Larutan Induk Cd ( II )103 M
0,0154 g Cd ( NO3 ) 2 4 H 2O dilarutkan dengan aquades dalam labu ukur 50 mL
II.Pembuatan Larutan Induk Cd ( II )104 M
5,0 mL Cd ( II )103 M dilarutkan dengan aquades dalam labu ukur 50 mL
III.Pembuatan Larutan Dithizon 103 M
0,0064 g dithizon dilarutkan dalam 10mL kloroform, dipindah dalam labu ukur
25 mL dan ditambahkan kloroform sampai tanda batas.
IV.Pembuatan Larutan Dithizon 104 M
10 mL larutan dithizon 10 4 M dilarutkan dengan kloroform dalam labu ukur
100 mL
V. Pembuatan Larutan Na OH 1 M
4,006 g NaOH dilarutkan dalam 25 mL aquades, dipindahkan dalam labu ukur
100 mL dan ditambahkan aquades sampai tanda batas.
VI. Pembuatan Larutan Natrium Dihidrogen Fosfat 1M
12 g Natrium Dihidrogen Fosfat dilarutkan dalam 25 mL aquades,
dipindahkan dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan sampai tanda batas.
VII Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 7-8
25,0 mL Larutan Natrium Dihidrogen Fosfat 1Mdan 14,80 mL larutan NaOH
1M, campuran dimasukkan dalam labu ukur 100mL diencerkan dengan
aquades sampai tanda batas.
VIII. Pembuatan Sampel
Dibuat Larutan Cd ( II )4 x105 M , Cd ( II )4,5 x105 M , Cd ( II )5 x105 M ,
Cd ( II )5,5 x105 M , Cd ( II )6 x105 M , dan Cd ( II )6,5 x10 5 M . Dengan cara
mengambil 10 mL, 11,25mL, 12,5mL, 13,75ml, 15mL, dan 16,25 mL larutan
Cd ( II )104 M , kemudian ditambahkan 1mL larutan Buffer Fosfat pH 7-8
dimasukkan dalam labu ukur 25 mL diencerkan dengan aquades sampai tanda
batas.
10mL masing masing larutan Cd (II ) tersebut dimasukkan dalam corong
PKMT-3-10-5
Pengambilan Data
Proses pengambilan data dilakukan dengan memakai alat yang telah dibuat
dan dikalibrasi. Data diambil sebanyak 5 kali dengan konsentrasi berbeda yang
sudah diketahui konsentrasinya. Data yang diambil berupa tegangan keluaran
digital yang menunjukkan konsentrasi dari sampel. Data pengukuran tersebut
dimasukkan dalam tabel ompong .
Tabel 1. Tabel ompong data pengukuran kadar ion kadmium dalam air
No Konsentrasi Ion Pembacaan Tegangan Keluaran
Kadmium Multimeter (mV)
5
( 10 M )
I II III Rata-rata
1
2
3
4
5
Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi ion kadmium dalam
air dan variabel terikatnya adalah beda intensitas antara Io dan I. Sebagai
variabel terukur adalah tegangan keluaran.
tabel tersebut dinyatakan dalam grafik tegangan keluaran terhadap konsentrasi ion
kadmium. Tegangan keluaran menyatakan besarnya konsentrasi Ion kadmium
dalam air. Semakin besar konsentrasi Ion kadmium semakin besar pula tegangan
keluaran.
Grafik tegangan keluaran terhadap konsentrasi ion kadmium tersebut
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan regresi linier, kemudian dihitung
koefisien korelasi grafik tersebut. Dari sini terlihat adanya hubungan intensitas
dengan konsentrasi ion kadmium dalam air yang diberi reagen dithizon. Selain itu
juga dilakukan analisis seberapa tingkat sensitivitas alat ukur kadar Ion kadmium
dalam air yang telah dibuat.
12
(Vo)
6
y = 566.61e -0.713x
R 2 = 0.996
0
4 4.5 5 5.5 6 6.5 7
Kons e ntras i (C)
Gambargambar
Berdasarkan 3. Data3Tegangan keluaran
didapatkan Detektor
persamaan Fotodioda
grafik VOut = 566.61e-0,713V in
dan R 2 = 0,996 hal ini menunjukkan bahwa tegangan keluaran Detektor ( VOut )
berbanding tebalik dengan eksponensial dari konsentrasi kadmium dalam air (C).
PKMT-3-10-7
Berdasarkan pada data tabel 3. dapat dibuat kurva grafik regresi linier
sebagaimana gambar 4.
Grafik Tegangn Yang Terbaca Pada Multimeter Terhadap
Konsentrasi
6.5
V Out Multimeter (Vo)
5.5
y = 0.648x + 2.064
R2 = 0.9926
5
4 4.5 5 5.5 6 6.5 7
Pembahasan
Data data yang diperoleh dari hasil pengukuran dianalisa dengan program
SPSS (Statistical Product and Service Solutions) untuk memperoleh grafik linier
antara kadar aluminium dalam air dengan tegangan keluaran yang terbaca pada
multimeter digital dari tabel 4.5. Dari grafik tersebut diharapkan dapat diketahui
hubungan secara empiris antara kadar kadmium dalam air dengan tegangan
keluaran yang terbaca pada multimeter digital.
PKMT-3-10-8
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Alat ukur kadar aluminium dalam air dengan metode spektrofotometri serat
optik secara digital dapat dibuat.
2. Koefisien korelasi linier dari hasil pengukuran kadar aluminium dalam air
terhadap tegangan keluaran alat ukur kadar aluminium dalam air dengan
metode spektrofotometri serat optik secara digital adalah R 2 = 0.9926 , dan
persamaan yang dihasilkan adalah VOut = 0,648C + 2,064 Volt.
3. Sensitivitas alat ukur kadar aluminium dalam air dengan metode
spektrofotometri serat optik secara digital ini adalah 0,648 Volt untuk setiap
perubahan konsentrasi aluminium dalam air sebesar 1x105 M .
PKMT-3-10-9
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous, 1979, Photomultiplier Tubes, Hamamatsu TV Co. Ltd.,
Tokyo.
2. Basset, J., 1994, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Buku Ajar Vogel,
Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
3. Cook, R.O., and Hamm, C.W., 1979, Fiber Optics Lever Displacement
Tranducer, Applied Oprics, Vol. 18, No. 19.
4. Hecth, E., 1987, Optics, Second Edition, Addison-Wesley Publishing
Company, Mussachusetts.
5. Hundsperger, R.G., 1985, Integrated Optics: Theory and Technology,
Springer Verlag, New York.
6. Lancaster, D., 1976, CMOS Cookbook, H.W. Sams and Co. Inc., The
Bobbs-Merril Co. Inc., Indianapolis-Kansas City, New York.
7. Milmann, J., Halkias, C.C., 1984, Elektronika Terpadu:Sistem Analog dan
Digital, Mc-Graw-Hill Kopgakusha Ltd., International Student Edition,
Tokyo.
8. Rukmono, T, 2005, Optimalisasi Instrumen Pelacak Ion Alumnium Dalam
Air Dengan Metode Spektrofotometri Serat Optis,skripsi jurusan Fisika
Unair.
9. Shobirin, M, 2004, Pelacak Ion Alumunium Dalam Air Dengan Metode
Spektrofotometri Fotoakustik, skripsi jurusan Fisika Unair.
10. Siswanto, A., 1991, Toksikologi Industri, Balai Hiperkes dan Keselamatan
Kerja, Departemen Tenaga Kerja, Jatim.
11. Sukiman , 2003, Rancang bangun Alat Ukur Kadar Ion Fosfat Dalam air
Dengan Metode Spektrofotometri Serat Optis Secara Digital, skripsi
jurusan Fisika Unair.
12. Syah, J., 1996, Pengembangan Metode Identifikasi Deterjen Berdasarkan
Pola Interferensi Gelombang Deterjen Dengan Cahaya, Lemlit Unair,
Surabaya.
13. Takeo, T. and Hattori, H., 1982, Optical Fiber Sensor For Measuring
Refractive Index, Japanesse Journal Of Applied Physics, Vol. 21, No. 19,
October.
PKMT-3-11-1
ABSTRAK
Kemajuan zaman menuntut manusia untuk dapat mengerjakan segala aktivitas
sehari-hari yang tidak terbatas pada ruang dan waktu. Kesibukan manusia
menyebabkan sebagian aktivitas rutinnya menjadi terlupakan, misalnya dalam
menyiram tanaman yang merupakan kegemaran sebagian besar masyarakat.
Untuk mengatasi hal ini maka dibuatlah sistem yang merupakan perpaduan
teknologi dibidang komputer dan telekomunikasi dengan memanfaatkan fasilitas
SMS sebagai pengendali jarak jauh dan keluaran port dari PC untuk
mengendalikan alat penyiram tanaman. Dengan menggunakan prinsip
komunikasi antar handphone maka komputer dapat mengenali informasi dari
data yang diolah dengan bantuan software. Disamping itu, umpan balik sebagai
fasilitas tambahan yang diperlukan untuk menyampaikan informasi tentang
berhasil atau tidaknya tindakan pengguna, setelah memberikan perintah
pengendalian alat dari jarak jauh melalui SMS yang dikirimkan melalui
handphone.
PENDAHULUAN
Dunia teknologi saat ini menunjukkan perkembangan yang cukup berarti
dari waktu ke waktu. Kemajuan teknologi ini makin mempermudah manusia
dalam mengerjakan segala aktifitas sehari-hari yang tidak terbatas pada ruang dan
waktu. Salah satu kemajuan teknologi yang paling menonjol adalah di bidang
teknologi komputer dan telekomunikasi dengan memanfaatkan fasilitas SMS
sebagai pengendali jarak jauh dan keluaran port dari PC untuk mengendalikan
suatu alat.
Komputer merupakan peralatan elektronika yang dapat diprogram,
menerima data, memproses data, menyimpan data, mengambil data dan
menghasilkan data keluaran. Dengan instruksi-instruksi yang diberikan
sebelumnya, komputer dapat melaksanakan suatu tugas tertentu. Instruksi-
instruksi tersebut disebut dengan perangkat lunak atau software (Santoso, 1999).
Komunikasi data merupakan gabungan dari dua teknik yaitu pengolahan
data (data processing) dan telekomunikasi (telecomunication). Pengolahan data
termasuk dalam pengolahan data dengan bantuan program yang dieksekusi sistem
komputer. Program dan data dimasukkan ke dalam sistem komputer lewat unit
masukan. Sedangkan telekomunikasi adalah komunikasi jarak jauh, informasinya
ditransportasikan dengan bantuan peralatan elektro-magnetik seperti radio,
konduktor listrik dan lain sebagainya. Secara umum dapat dikatakan bahwa
komunikasi data memberikan fasilitas komunikasi jarak jauh dengan sistem
komputer. Komunikasi data saat ini sangat diperlukan, karena untuk menghemat
waktu dalam pengiriman informasi dari pemakai ke sistem komputer ataupun
sebaliknya (Heijer, 1991).
PKMT-3-11-2
SMS merupakan salah satu dari komunikasi data yang melakukan proses
pengiriman pesan singkat melalui jaringan bergerak (mobile networks). Pesan
yang dikirim oleh sebuah pesawat telepon seluler, ditampung di sentral SMS yang
disebut dengan SMSC (Short Message Service Centre). Oleh SMSC pesan ini
kemudian ditransfer ke telepon seluler yang dituju (Wibisono, 2001).
Dari uraian di atas, diketahui bahwa tujuan penulisan makalah ini adalah
membuat suatu sistem yang dapat mengendalikan peralatan tertentu (menyalakan
ataupun mematikan) tanpa harus menyentuh objek secara langsung. Sistem
penyiram tanaman berbasis PC menggunakan media SMS umpan balik
merupakan perpaduan teknologi dibidang komputer dan telekomunikasi dengan
memanfaatkan fasilitas SMS sebagai pengendali jarak jauh dan keluaran port dari
PC untuk mengendalikan alat penyiram tanaman. Dengan menggunakan prinsip
komunikasi antar handphone maka komputer dapat mengenali informasi dari data
yang diolah dengan bantuan software.
Disamping itu, umpan balik sebagai fasilitas tambahan yang diperlukan
untuk menyampaikan informasi tentang berhasil atau tidaknya tindakan pengguna,
setelah memberikan perintah pengendalian alat dari jarak jauh melalui SMS yang
dikirimkan melalui handphone.
METODE PENDEKATAN
Kegiatan perancangan dan pembuatan alat dilakukan di asrama kopma
Universitas Brawijaya yang merupakan tempat tinggal kita. Kegiatan
dilaksanakan mulai bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2006. Program ini
dilaksanakan melalui beberapa tahapan sebagai berikut :
Perancangan Hardware
Dalam perancangan sistem penyiraman tanaman jarak jauh, diperlukan alat
dan bahan seperti HP (Hand Phone), PPI 8255, Driver, Pompa air aquarium dan
PC (Personal Computer). Pada saat ingin menghidupkan sistem, HP mengirimkan
data berupa SMS ke HP Penerima yang telah dihubungkan dengan kabel data ke
PC yang telah dihubungkan dengan sistem tersebut. Adapun mekanisme sistem
tersebut dapat digambarkan pada diagram blok seperti Gambar 1.
HP Pengirim HP Penerima
Kabel Data
PC Driver
Card PPI
PPI 8255
Konfigurasi fungsi setiap port diprogram oleh sistem perangkat lunak
dengan memberikan sebuah control word ke PPI 8255 melalui data bus. Control
word ini mengandung informasi seperti mode, bit set dan bit reset yang
menginisialisasi fungsi PPI 8255.
Karena meggunakan port A sebagai ouput maka pada bit4 diberi inisilasisi
0, sedangkan untuk bit yang lain diberi inisialisasi 0, kecuali bit ke7 diberi
inisisalisasi 1 untuk mengaktifkan mode set flag. Perencanaan PPI card sebagai
rangkaian interfacing karena selain mudah dalam perancangan hardware dan
software juga banyak tersedia di pasaran dan harganya terjangkau. IC ini terdiri
dari 24 pin I/O dimana terbagi menjadi tiga group masing-masing 8 buah yaitu
port A, port B, port C.
Pada PPI 8255 ini terdapat chip select ( CS ) yang aktif low 0, yang
berfungsi untuk mengaktifkan PPI jika pada pin tersebut diberikan pulsa rendah
0. Karena alamat port pada peralatan I/O tidak semuanya digunakan dalam
desain suatu komputer, tetapi hanya 10 bit terendah yang digunakan (A0 A9 )
maka diperlukan pemilihan alamat tertentu, sehingga pemakaian alamat I/O port
untuk peralatan yang direncanakan tidak terjadi pada alamat yang sama dengan
alamat I/O port yang lain. Apabila terjadi timpang tindih, akan berakibat fatal bagi
sistem board maupun pada interface-interface yang besangkutan untuk itu dipilih
alamat dari prototype card (300 H 31F H) sebagai daerah kerja PPI.
Pada PPI 8255 ini terdapat rangkaian pendukung yang diperlukan yaitu
rangkaian decoder yang digunakan untuk memberikan sinyal pada chip select dari
PPI untuk mengaktifkan PPI pada alamat tertentu juga terdapat dip switch yang
berfungsi mengatur alamat dari PPI. Apabila data dari alamat yang berasal dari
address bus tidak sesuai dengan kombinasi dari dip switch maka PPI tidak akan
aktif dan demikian pula sebaliknya PPI akan aktif apabila data dari addres bus
sesuai dengan kombinasi dan dip switch. Address bus yang digunakan untuk
decoder dimulai dari A2 A9 sehingga PPI dapat aktif pada semua alamat dengan
syarat alamat tersebut tidak melebihi kombinasi maksimal dari dip switch (dalam
bentuk biner) dan alamat yang diberikan adalah alamat yang disediakan oleh
komputer untuk peralatan input output. Sedangkan A0 dan A1 berfungsi untuk
memilih port dari PPI dengan perincian seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Pemilihan Port PPI
A0 A1 Port Yang Digunakan
0 0 Port A
0 1 Port B
1 0 Port C
1 1 Port Control Word
PKMT-3-11-4
Untuk menentukan mode kerja dari PPI 8255 kita harus memberi tanda
aktifnya PPI dan mendefinisikan input / output pada masing-masing port PPI
8255. Pin Read / Write dan CS harus disiapkan yang digunakan pada
hardwarenya. Register control PPI 8255 yang terdiri dari 8 bit biner harus
diberikan pada port data alamat register control. Alamat-alamat yang digunakan
untuk port I/O dan juga Control Word PPI 8255 harus sesuai dengan definisi
alamat pada perangkat lunak, yaitu pada prototype card. Dengan pemberian
control word dan data register control akan dapat ditentukan fungsi dari setiap
port 8255. Karena sebuah PPI 8255 hanya memerlukan empat alamat maka daerah
kerja dari prototype card dapat dipilih, mengingat urutan 2 bit terakhir (A0 A1),
misalnya 300h3003H; 304307H ; 3080BH;; 31C31F H. Jadi ada 8
kemungkinan alamat yang dapat dipilih untuk PPI card.
Handphone
Pada HP jenis Siemens C35 terdapat 3 pinout yang dihubungkan dengan
PC melalui RS 232 dengan menggunakan kabel data, yaitu ground (pin1) yang
dihubungkan dengan ground RS232, Data Out (pin 5) yang dihubungkan dengan
pin 2 (RXD) dan Data In (pin 6) yang dihubungkan dengan pin 3 (TXD) pada
RS232.
Driver
Pada rangkaian ini dibutuhkan komponen relay, yang dipergunakan untuk
mengaktifkan sinyal logika 0 untuk mewakili off dan logika 1 untuk mewakili on
untuk menyalakan pompa air aquarium, berupa saklar elektronik yang dikontrol
oleh mikroprosesor, dalam hal ini PPI 8255. Driver dipergunakan untuk
memperkuat arus yang keluar dari PPI 8255 untuk menggerakkan relay. Berikut
gambar Rangkaian Driver Motor DC
VCC
VCC12v
r1
1k Q1
BD139
Port
VCC A
VCC2V
r2
1k Q2'
BD139
Port
Perancangan Software
Untuk melakukan pengontrolan kerja motor yang dihubungkan oleh PPI
8255, maka diperlukan adanya suatu sistem perangakat lunak (software) yang
digunakan untuk menginstruksikan sistem perangkat keras (hardware) supaya
bekerja sesuai dengan yang diinginkan.
Ada bermacam-macam bahasa pemrograman yang dapat digunakan untuk
menginstruksikan perangkat keras, misalnya bahasa mesin (Assembly), Pascal,
Basic, dan lain-lain. Akan tetapi, pada alat ini dipilih bahasa pemrograman Delphi
sebagai software pada alat penyiraman yang telah dirancang. Sebab bahasa
pemrograman Delphi mempunyai kemampuan dan tampilan yang cukup baik
dalam pengolahan program. Disamping itu, bahasa pemrograman Delphi
merupakan bahasa pemrograman terstruktur, sehingga program yang ditulis dalam
bahasa pemrograman tersebut sangat efisien, di samping kemudahan untuk dibaca
dan dimengerti.
akan memberikan umpan balik berupa SMS jawaban / SMS balik kepada HP
pengirim bahwa proses sedang berjalan dan apabila isi pesan tidak sesuai, motor
tidak akan bekerja. Walaupun begitu akan ada umpan balik berupa SMS yang
isinya bahwa anda salah dalam menulis pesan untuk menghidupkan motor,
kemudian dalam pesan tersebut diberitahu prosedur untuk penulisan pesan yang
benar. Setelah itu pesan akan disimpan dan software akan menghapus inbox pada
HP penerima.
Proses
SMS 1 0
On/off
Motor
SMS yang dikirim dari HP pengirim akan diterima oleh HP penerima, jika
SMS sesuai dengan prosedur maka alat akan bekerja semua dan hasilnya sprinkler
berputar mengeluarkan air yang siap untuk menyiram dan HP pengirim akan
mendapatkan SMS dari status alat tersebut. Apabila SMS tidak sesuai dengan
prosedur maka HP penerima akan mengirimkan SMS balik kepada HP pengirim
bahwa perintah yang anda tuliskan salah dan memberikan contoh penulisan yang
benar.
KESIMPULAN
Dari hasil perancangan, pembuatan, dan pengujian alat didapatkan sebuah
sistem yang dapat dijalankan sesuai dengan tujuan:
1. Pengaktifan motor dengan HP diperantarai software pada PC dalam waktu
yang relatif cepat.
PKMT-3-11-8
DAFTAR PUSTAKA
Green, D.C. (1998). Komunikasi Data, Cetakan Ke 2, Penerbit ANDI,
Yogyakarta.
Hakim, R. (1995). Belajar Sendiri Mengenal Sistem Komputer, PT. Elex
Media Komputindo, Jakarta.
Heijer. P.C.R. (1991). Komunikasi Data, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Khang, B. (2002). Trik Pemrograman Aplikasi Berbasis SMS, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Wibisono (2001). Interface Untuk Berbagai TipeHandphone,
http://alds.stts.edu/ANALOG/HPConnection.htm
LAMPIRAN
Port Pararel pada PPI 8255 Rangkaian Driver, Sprinkler dan Motor
ABSTRAK
Geometri adalah salah satu cabang matematika yang memiliki peran yang
penting dalam kehidupan. Penguasaan siswa dalam materi ini masih rendah.
Penyebabnya antara lain kesulitan siswa memahami materi terutama dimensi
tiga. Pembelajaran geometri menggunakan komputer dapat mempermudah siswa,
karena dapat menyajikan visualisasi dimensi tiga dengan animasi grafis yang
mudah dipahami dan menarik. Pembelajaran dengan bantuan komputer dikenal
dengan Pembelajaran Berbantuan Komputer (PBK). Untuk itu diperlukan alat
peraga (media) untuk melakukan PBK.
PENDAHULUAN
Salah satu sub pokok bahasan Geometri dan Pengukuran yang diberikan di
kelas VII SMP adalah bangun ruang. Pembelajaran bangun ruang diarahkan untuk
mengembangkan kemampuan spasial siswa (Budiarto, 2000:439 dan Soedjadi,
2000:50). Geometri dan kemampuan spasial memiliki keterkaitan yang sangat
kuat (Clements dan Battista, 1992:420). Kemampuan spasial merupakan
komponen penting, kendati bukan yang utama, dalam kemampuan matematika
(Smith dalam Orton, 1992:120-121), salah satu komponen kemampuan
matematika yang dibutuhkan dalam berbagai cabang matematika (Krutetski dalam
Orton, 1992:114), sangat penting untuk pemikiran ilmiah yang dapat digunakan
untuk pemecahan masalah (Gardner dalam Budiarto, 2000:439), dan sangat
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari serta dalam profesionalisme seseorang
(Budiarto, 2000:439).
Namun beberapa peneliti melaporkan bahwa pembelajaran geometri masih
jauh dari harapan yang ditandai oleh rendahnya pemahaman siswa (Clements dan
Battista, 1992:421), hasil tes geometri siswa masih kurang memuaskan jika
dibandingkan dengan hasil tes materi matematika yang lain (Madja, 1992:3),
prestasi siswa dalam geometri termasuk materi bangun ruang masih rendah
(Purnomo, 1999:6), dan perlu ditingkatkan (Bobango, 1993:11).
Hal ini disebabkan siswa mengalami kesulitan memahami konsep geometri
terutama konsep bangun ruang (Purnomo, 1999:5), kemampuan mahasiswa dalam
melihat ruang dimensi tiga masih rendah (Madja, 1992:6), bahkan terdapat
mahasiswa yang menganggap gambar bangun ruang sebagai bangun datar
(Budiarto, 2000:440).
Secara teoritis, menurut teori perkembangan kognitif Piaget, siswa SMP
berada pada tahap operasi formal. Namun karena matematika berkaitan dengan
konsep-konsep abstrak (Hudojo, 1979:96 dan Soedjadi, 2000:13), ternyata masih
terdapat siswa yang mengalami kesulitan memahami konsep abstrak (Widayati,
1997:11). Sebagai alternatif solusi, Soedjadi menyarankan untuk
meng'konkret'kan konsep matematika yang abstrak (2000:11).
PKMT-3-12-2
METODE PENDEKATAN
1. Model Pengembangan
Pengembangan media PBK ini berdasarkan pada model prosedural Alessi
dan Trollip, model konseptual kejadian instruksi Gagne, dan model teoritik.
a. Model Pengembangan Konseptual
Konsep pengembangan mengacu pada delapan kejadian belajar Gagne,
yaitu: (1) mengaktifkan motivasi, (2) memberi tahu tujuan-tujuan belajar, (3)
mengarahkan perhatian, (4) merangsang ingatan, (5) menyediakan bimbingan
belajar, (6) meningkatkan retensi, (7) melancarkan transfer belajar, dan (8)
mengeluarkan penampilan; memberikan umpan balik (Dahar, 1996:143-144).
Berdasarkan pada kejadian belajar Gagne, maka dikembangkan komponen
yang bersesuaian, yaitu: (1) ilustrasi grafis, (2) tujuan pembelajaran, (3) pengarah
perhatian, (4) kilas balik (materi prasyarat), (5) materi utama dan soal contoh, (6)
soal latihan dan rangkuman, (7) soal tes, dan (8) umpan balik.
b. Model Pengembangan Teoritik
Model teoritik pengembangan adalah: (1) memasuki halaman awal, (2)
memilih materi prasyarat, (3) memilih materi utama, (4) mempelajari materi
utama, (5) mempelajari contoh-contoh, (6) mengerjakan latihan, dan (7)
mempelajari rangkuman.
c. Model Pengembangan Prosedural
Prosedur pengembangan mengacu pada model Alessi dan Trollip (1991),
yang terdiri dari sepuluh tahapan sebagaimana dipaparkan pada prosedur
pengembangan.
2. Prosedur Pengembangan
a. Menentukan Tujuan dan Kebutuhan
Pada tahap ini ditentukan materi pembelajaran, tujuan pembelajaran,
metodologi pembelajaran. Materi pembelajaran membahas Geometri dan
Pengukuran. Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai setelah pembelajaran,
siswa dapat: (1) menjelaskan bagian-bagian kubus dan balok, (2) menghitung
besaran-besaran pada bangun ruang. Adapun metodologi pembelajaran berupa
pembelajaran tutorial bercabang.
b. Mengumpulkan Bahan Acuan
Referensi yang diperlukan antara lain: buku teks, artikel, dan file atau
dokumen elektronik mengenai materi pembelajaran, panduan prosedur
pengembangan, perangkat lunak pengembangan berikut panduan penggunaannya.
Referensi materi pembelajaran antara lain: Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) yang membahas matematika, GBPP matematika, buku
pelajaran matematika SMP yang membahas materi geometri dan pengukuran, dan
PKMT-3-12-3
bahan lain yang terkait dengan materi pembelajaran termasuk pengalaman guru
matematika.
Referensi mengenai prosedur pengembangan antara lain: panduan berupa
buku teks atau artikel mengenai pengembangan media PBK, panduan mengenai
perangkat lunak pengembangan secara umum dan khususnya Macromedia Flash
MX 2004 Professional. Panduan mendesain media PBK, lembar storyboarding,
materi seni grafik, dan pengalaman pengembang media PBK lain yang diperoleh
melalui kegiatan diskusi dan konsultasi secara lisan atau tertulis.
c. Mempelajari Materi
Kegiatan utama adalah mempelajari bahan referensi yang telah
dikumpulkan pada tahap sebelumnya. Diperlukan suatu kearifan untuk
mempelajari seluruh materi yang diperlukan. Tim Pengembang bertindak sebagai
pelajar untuk menyerap pengetahuan dan pengalaman dari pakar-pakar
dibidangnya baik tertulis dalam bentuk artikel, buku teks, atau panduan, maupun
secara lisan melalui diskusi dan konsultasi.
d. Mengembangkan Ide (Brainstorming)
Pengembangan ide dilakukan melalui kegiatan "curah pendapat"
(brainstroming) untuk menghasilkan gagasan kreatif. Brainstorming dilakukan
dengan teman sejawat yang memiliki pengetahuan di bidang bahasa
pemrograman, memiliki pengalaman dalam pengembangan media pembelajaran,
memiliki pengetahuan di bidang desain dan pembuatan media PBK.
e. Mendesain Pembelajaran
Pada tahap ini dilakukan kegiatan menganalisis materi pembelajaran,
tujuan pembelajaran, dan metodologi pembelajaran. Hal ini dilaksanakan dengan
menganalisis tugas dan konsep pada materi itu. Dengan mengabaikan sifat alami
materi, analisis seperti itu memusatkan pada prinsip belajar untuk menciptakan
rencana suatu pembelajaran yang efektif. Dalam hal ini termasuk aneka pilihan
persiapan tentang faktor dan metodologi pembelajaran.
1) Tahap Konsultasi
Draf 1 media PBK dikonsultasikan pada Pakar Materi Pembelajaran,
Teknologi Pembelajaran dan Bahasa Pemrograman. Berdasarkan saran dan
masukan "Dewan Pakar" dilakukan perbaikan menjadi draf 2 media PBK.
PKMT-3-12-6
4) Guru Matematika
Kajian terhadap Tujuan Pembelajaran, kesesuaian dengan GBPP dan
Kurikulum, Rencana Pembelajaran, penyajian materi pembelajaran, tingkat
kesulitan item soal, dilakukan oleh Guru Matematika.
Tabel 2 Daftar Dewan Guru
Nama Status
Drs. Sutrisno Hadi Guru SMPN 1 Jember
Dra. Insri Windarti Guru SMPN 5 Jember
Halaman PEMBUKA
Halaman LOGIN
MENU UTAMA
PROFIL (6 hlm) MATERI (11 hlm) CONTOH (2 hlm) SOAL (10 soal)
Dalam konsultasi pertama dengan dewan pakar terdapat beberapa temuan yaitu:
- Untuk menjalankan (memulai) penggunaan media PBK diperlukan
konfigurasi hardware yang kuat, karena relatif berat saat membuka file
media PBK yang cukup besar
- Setelah masuk ke media PBK relatif lebih cepat dan lancar
- Materi dan soal masih sederhana (minim animasi)
PKMT-3-12-9
Setelah itu pada konsultasi dengan dewan guru, diberikan beberapa usulan
yang merupakan penyempurnaan dari materi serta soal (terutama animasi
pendukung). Disamping itu beberapa menu juga perlu disempurnakan. Temuan
pada proses kali ini antara lain:
- Penggunaan media PBK lebih cepat
- Tidak semua komputer memiliki fasilitas Flash Player, sehingga tidak
dapat menjalankan aplikasi media PBK
- Pada hiburan music tidak jalan
Proses selanjutnya adalah uji coba, yang didahului dengan revisi produk
menjadi draft 3:
- Software yang digunakan tetap.
- Media dibagi menjadi beberapa file yaitu:
open.swf soal.swf
menu.swf hiburan.swf
profil.swf FlashAmp.swf
materi.swf picture.swf
contoh.swf penutup.swf
- Disertakan file untuk Windows Projector (*.exe) agar dapat dijalankan
pada semua komputer (dengan OS Windows)
10
Draft 3 ini kemudian diuji coba oleh 3 orang siswa kelas VII SMPN 5
Jember. Kesan dari ketiga siswa itu terhadap media PBK ini cukup senang dan
tertarik pada alternatif pembelajaran matematika ini. Namun mereka juga
memberikan beberapa masukan melalui proses wawancara setelah menggunakan
media PBK, yaitu:
- Meletakkan petunjuk penggunaan secara langsung pada media PBK
sehingga tidak perlu membuka petunjuk penggunaan
- Menambahkan games (baik game pembelajaran maupun game lain)
- Musik pengiring dibuat terus sehingga tidak berhenti
Tabel 4. Hasil pengerjaan soal pada media PBK ujicoba 1
Nama Siswa Nilai
Widya Wijayanti 90
Halimatus Sadiyah 90
Luqman Setiono 70
Uji coba terakhir menggunakan 6 siswa kelas VII SMPN 5 Jember, dengan
hasil wawancara sebagai berikut:
- Perubahan pada pewarnaan sehingga tidak terlalu mengganggu mata
- Membuat media pembelajaran matematika dalam bentuk game
- Penyempurnaan pada animasi
Dari komentar yang disampaikan oleh para siswa pada uji coba dilakukan
penyempurnaan akhir dari media PBK dengan hasil akhir sebagai berikut:
- Software yang digunakan tetap.
- Media dibagi menjadi beberapa file yaitu:
open.swf hiburan.swf
menu.swf FlashAmp.swf
profil.swf tokoh.swf
materi.swf picture.swf
contoh.swf penutup.swf
soal.swf
- Menyertakan semua file *.exe
- Menyertakan installer untuk Flash Player 8 (freeware) sehingga sebelum
menggunakan media dapat menginstall Flash Player terlebih dahulu.
- Dibuat dalam bentuk Flash Project (media_PBK.flp)
Kesimpulan
Dari hasil yang dicapai siswa dalam uji coba dan komentar yang
disampaikan siswa maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Siswa dapat menggunakan media PBK sendiri dan mengatur pembelajaran
sesuai dengan keinginan mereka
2. Media PBK dapat digunakan sebagai alternatif media pembelajaran
matematika yang relatif mudah dalam penggunaan dan menarik
3. Spesifikasi produk :
a. Menggunakan OS dengan OS Windows
b. Bersifat tutorial bercabang
c. Dilengkapi animasi grafis
4. Hanya dapat digunakan oleh siswa yang telah memiliki kemampuan dasar
pengoperasian komputer dan memahami istilah dalam pengoperasian media
produk
DAFTAR PUSTAKA
Alessi, S.M. dan Trollip, S.R. 1991. Compter Based Instruction: Methods and
Development. New Jersey: Prentice Hall.
Bobango, J.C. 1993. Geometry for All Student: Phase-Based Instruction dalam
Cuevas (Eds). Reaching All Students With Mathematics. Virginia: The
National Council of Teachers of Mathematics, Inc.
Budiarto, M.T. 2000. Pembelajaran Geometrid an Berpikir Geometri dalam
Prosiding Seminar Nasional Matematika Peran Matematika Memasuki
Milenium III. Jurusan Matematika FMIPA ITS Surabaya. Surabaya, 2
Novermber.
Clements, D.H. 1989. Computer in Elementary Mathematics Education. New
Jersey: Prentice Hall, Inc.
Clements, D.H. dan Battista, M.T. 1990. The Effect of LOGO on Childrens
Conceptualizations of Angle and Polygons. Journal for Research in
Mathematics Education. 22 (5):356-371.
Clements, D.H. dan Battista, M.T. 1992. Geometry and Spatial Reasoning. Dalam
Grouws, D.A. (ed). Handbook of Research on Mathematics Teaching and
Learning. New York: MacMillan Publishing Company.
12
ABSTRAK
Pompa air sederhana dengan lilitan selang plastik menggunakan tenaga air
merupakan pompa yang dibuat dari lilitan selang plastik yang dihubungkan
dengan baling-baling, dan memanfaatkan aliran air untuk memutarnya.
Penelitian ini dimaksudkan untuk membuat pompa air sederhana menggunakan
tenaga air. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen atau
mencoba pompa pada beberapa tempat disungai yang kecepatan aliran airnya
berbeda-beda dengan memvariasikan luas kipas baling-baling, panjang lilitan
selang, dan tinggi selang tempat keluarnya air. Adapun analisa data yang
dilakukan adalah dengan uji statistic yaitu uji Pearson Product Momen. Hasil
dari penelitian menunjukan ada hubungan yang kuat antara kecepatan aliran air
dengan debit air yang dihasilkan, ada hubungan antara panjang lilitan selang
dengan debit air yang dihasilkan, tapi sangat rendah, ada hubungan yang cukup
kuat antara luas kipas baling-baling dengan debit air yang dihasilkan, dan ada
hubungan antara tinggi selang tempat keluar air dengan debit air yang dihasilkan
tapi rendah.
Kata Kunci : kecepatan arus air (V), luas kipas baling-baling (A), panjang
lilitan selang (l), tinggi selang keluaran (h), debit air (Q).
PENDAHULUAN
Air sekarang ini merupakan salah satu yang mempunyai nilai ekonomis
karena untuk mendapatkan air yang bersih tidak mudah dan tidak murah. Bagi
orang yang tinggal di daerah dataran rendah mungkin banyak air, tetapi sulit
mendapatkan air yang kualitasnya baik. Bagi orang yang tinggal didaerah dataran
tinggi, walaupun biasanya di daerah ini kualitasnya cukup baik, tetapi untuk
mendapatkannya juga sulit karena kalau menggali sumur sangat sukar sebab
tanahnya yang berbatu dan menggalinya harus dalam, kalau mengambil di sungai
meskipun arusnya tenang tetapi tebingnya curam dan landai sehingga menyulitkan
masyarakat dalam pengambilan air. Edwards (1996) mengatakan walaupun
sekarang ada pompa air yang menggunakan listrik, tetapi juga memerlukan biaya
yang tidak sedikit.
Maka Kusnaidi dan Suharsono, (1999) mengatakan untuk mempermudah
mengangkat air dari sungai dan hemat dalam hal biaya perlu adanya pompa yang
dapat mengangkat/memompa air dari sungai yang tanpa menggunakan tenaga
listrik. Sularso dan H. Tahara, (2000) mengatakan untuk mengangkat/mengalirkan
dari suatu tempat yang rendah seperti sungai ketempat yang lebih tinggi melalui
saluran tertentu berupa selang atau pipa maka harus dapat membuat air yang
berada pada selang yang berada pada air bergerak dengan kecepatan tertentu
sehingga air tersebut dapat mengalir dalam selang menuju keatas/ daerah yang
PKMT-3-13-2
lebih tinggi. Mengingat gerak bersifat nisbi atau relatif, berarti dengan
menggerakkan selang dengan kecepatan tertentu diair berarti bisa dianggap air
yang bergerak diselang tersebut.
Desa Haratai Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan
merupakan daerah pengunungan dengan ketinggian di atas 1000 m diatas
permukaan laut, kondisi masyarakat yang sederhana, yang mayoritasnya petani
membuat mereka terpola untuk menggunakan air sungai yang mengalir ke daerah
tersebut untuk kebutuhan sehari-hari seperti memasak, mencuci dan lainnya
(MCK). Sungai Haratai yang ada didaerah ini memiliki tingkat kecuraman diatas
450 sehingga sangat menyulitkan bagi penduduk setempat untuk mengambil air
yang ada disungai tersebut.
Sungai Haratai mempunyai karakter sebagai sungai yang lurus, tidak
berkelok-kelok dan arusnya lancar dan lokasi pemukiman penduduk berada
disekitar bantaran sungai. Sungai Haratai memiliki debit air yang cukup besar
yaitu > 10 cm3/detik, dan air sungainya mengalir cukup deras yaitu > 10
cm3/detik. Sewaktu kemarau kedalaman air masih cukup dalam yaitu sekitar
1meter. Lebar sungai sekitar 7 meter sehingga mudah untuk dapat dipasang patok.
Karena daerah Desa Haratai ini terletak pada daerah yang pedesaan maka sampah
disungai masih dapat ditanggulangi. Tetapi sungai ini sedikit berbatu tetapi tidak
cukup menggangu kinerja peralatan tersebut.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk Pemanfaatan Kincir Rakit Arus Datar
Sebagai Penggerak Pompa Air Sederhana Untuk Daerah yang mengalami
kesulitan air.
Manfaat yang akan diperoleh dari kegiatan ini adalah:
1. Bagi khalayak sasaran
- Memudahkan mengambil atau mengangkat air dari sungai yang bertebing
curam dan terjal.
- Tanpa menggunakan listrik sehingga hemat biaya
2. Bagi pelaksana kegiatan
Dapat melaksanakan penerapan teknologi yang bermanfaat bagi khalayak
sasaran, sehingga dapat meningkatkan kepedulian masyarakat kampus terhadap
masalah-masalah yang berkembang di masyarakat. Tujuan dari kegiatan ini adalah
untuk Pemanfaatan Kincir Rakit Arus Datar Sebagai Penggerak Pompa Air
Sederhana Untuk Daerah yang mengalami kesulitan air.
METODE PENELITIAN
Selama ini masyarakat desar Haratai Kecamatan Loksado Hulu Sungai
Selatan mengambil air dan memanfaatkan air sungai sebagai sumber kehidupan,
untuk memudahkan mengambil atau mengangkat air dari sungai yang bertebing
curam dan terjal, Tanpa menggunakan listrik sehingga hemat biaya maka
dibuatlah alat Pompa Air Sederhana Dengan Lilitan Selang Plastik Menggunakan
Tenaga Air.
Peralatan Pompa Air Sederhana Dengan Lilitan Selang Plastik
Menggunakan Tenaga Air ini cukup mudah diaplikasikan didaerah pedalaman
karena bahan dasarnya banyak tersedia di pasaran, seperti kayu, Bambu, selang
plastik dan besi serta peralatan lainnya cara pembuatan kincir airnya adalah
sebagai berikut melobangi pipa utama 6,5 cm dari ujung kiri, dengan diameter
lobang inchi., Mengelas pipa besi Inchi panjang 15 cm (pipa masukan) pada
PKMT-3-13-3
7. 0.67 75 3 30.00.10-6
8. 0.67 75 4 24.17.10-6
9. 0.67 75 5 18.33.10-6
10. 0.67 25 3 39.17.10-6
11. 0.67 25 4 35.00.10-6
12. 0.67 25 5 28.33.10-6
13. 0.67 50 3 45.83.10-6
14. 0.67 50 4 43.33.10-6
15. 0.67 50 5 38.33.10-6
16. 0.67 75 3 36.67.10-6
17. 0.67 75 4 31.67.10-6
18. 0.67 75 5 25.00.10-6
19. 0.67 25 3 41.67.10-6
20. 0.67 25 4 39.17.10-6
21. 0.67 25 5 33.33.10-6
22. 0.67 50 3 47.50.10-6
23. 0.67 50 4 45.00.10-6
24. 0.67 50 5 40.00.10-6
25. 0.67 75 3 38.33.10-6
26. 0.67 75 4 33,33.10-6
27. 0.67 75 5 27,50.10-6
28. 0,83 25 3 42,50.10-6
29. 0,83 25 4 37,50.10-6
30. 0,83 25 5 26,67.10-6
31 0,83 50 3 47,50.10-6
32. 0,83 50 4 45,00.10-6
33. 0,83 50 5 36,67.10-6
34. 0,83 75 3 37,50.10-6
35. 0,83 75 4 29,17.10-6
36. 0,83 75 5 22,50.10-6
37. 0,83 25 3 50,83.10-6
38. 0,83 25 4 45,00.10-6
39. 0,83 25 5 36.67.10-6
40. 0,83 50 3 59,17.10-6
41. 0,83 50 4 55,00.10-6
42. 0,83 50 5 49,17.10-6
43. 0,83 75 3 46,67.10-6
44. 0,83 75 4 40,00.10-6
45. 0,83 75 5 31,67.10-6
46. 0,83 25 3 56,67.10-6
47. 0,83 25 4 51,67.10-6
48. 0,83 25 5 44,58.10-6
49. 0,83 50 3 63,33.10-6
50. 0,83 50 4 60,00.10-6
51. 0,83 50 5 52,50.10-6
52. 0,83 75 3 50,83.10-6
53. 0,83 75 4 44,58.10-6
54. 0,83 75 5 35,83.10-6
55. 1,11 25 3 57,50.10-6
56. 1,11 25 4 50,83.10-6
57. 1,11 25 5 35.83.10-6
58. 1,11 50 3 63,33.10-6
59. 1,11 50 4 60,00.10-6
60. 1,11 50 5 47,08.10-6
61. 1,11 75 3 49,17.10-6
62. 1,11 75 4 38,33..10-6
63. 1,11 75 5 29,58.10-6
65. 1,11 25 4 62,50.10-6
PKMT-3-13-7
Pembahasan
Dari data yang diperoleh berdasarkan hasil uji coba pompa dianalisa untuk
mengetahui hubungan antara variabel-variabel yang diteliti terhadap debit air yang
dihasilkan.
Hubungan Kecepatan Aliran Air (V) dengan Debit Air (Q) yang dihasilkan
Untuk mengetahui hubungan kecepatan aliran air (V) dengan debit air (Q)
diperlukan ringkasan statistic : V terhadap Q.
n .( vQ ) ( v )( Q )
r =
{n . V 2
( V ) 2
}{
. n . Q 2
( Q ) 2
}
Jadi hubungan kecepatan aliran air (V) dengan debit air yang dihasilkan ( r= 0,696
) tergolong kuat dengan sifat positif.
n .( AQ ) ( A )( Q )
r =
{n . A 2
( A ) 2
}{
. n . Q 2
( Q ) 2
}
Jadi hubungan luas kipas baling-baling dengan debit air yang dihasilkan (r =
0,428) tergolong cukup dengan sifat positif.
Hubungan Panjang Lilitan Selang (l) Dengan Debit Air (Q) Yang Dihasilkan
Untuk Mengetahui Hubungan Panjang Lilitan Selang (l) dengan debit air
(Q) yang dihasilkan, diperlukan ringkasan statistic : l terhadap Q
n .( Q ) ( )( Q )
r =
{n . 2
}{
( ) 2 . n . Q 2
( Q )2 }
Jadi hubungan panjang lilitan selang dengan debit air yang dihasilkan (r = -0,166)
tergolong sangat rendah dengan sifat negatif.
Hubungan Tinggi Selang Keluaran (h) Dengan Debit Air (Q) Yang
Dihasilkan
Untuk Mengetahui Hubungan tinggi selang keluaran (h) dengan debit air (Q)
yang dihasilkan, diperlukan ringkasan statistik : h terhadap Q
PKMT-3-13-9
n .( hQ ) ( h )( Q )
r =
{n . h 2
}{
( h ) 2 . n . Q 2
( Q )2 }
Jadi hubungan tinggi selang keluaran dengan debit air yang dihasilkan (r = -0,357)
tergolong rendah dengan sifat negatif.
Dari semua hubungan tersebut maka pembahasan yang layak untuk
Pemanfaatan kincir rakit arus datar sebagai penggerak pompa air sederhana,
adalah pompa tersebut layak dipakai dengan syarat jumlah dan debit air tidak
begitu besar sehingga aliran dapat terkendalikan. Dengan jumlah debit yang besar
maka akan merusak konstruksi kincir. Sehingga sampai dengan uji coba maka
kincir tersebut layak digunakan, karena pada bulan juni juli air tidak begitu
tinggi dan debit air cukup untuk menggeraknya.
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada hubungan yang kuat antara kecepatan aliran air dengan debit air yang
dihasilkan dan bersifat positif, yaitu semakin bese kecepatan air, maka
semakin besar debit air yang dihasilkan.
2. Ada Hubungan yang cukup kuat antara luas kipas baling-baling dengan
debit air yang dihasilkan dan bersifat positif, yaitu semakin besar luas kipas
baling-baling, maka semakin besar debit air yang dihasilkan.
3. Ada hubungan yang sangat rendah antara panjang lilitan selang dengan debit
air yang dihasilkan dan bersifat negative, yaitu semakin panjang lilitan
selang, maka semakin kecil debit air yang dihasilkan.
4. Ada hubungan yang rendah antara tinggi selang keluaran dengan debit air
yang dihasilkan dan bersifat negative, yaitu semakin tinggi selang keluaran,
maka semakin kecil debit air yang dihasilkan.
5. Dari hasil Pembuatan Kincir Rakit arus Datar maka dapat dimanfaatkan
didaerah yang sulit Air yaitu Desa Haratai Loksado.
DAFTAR PUSTAKA
Edwards, H., (1996), Teknologi Pemakaian pompa, PT Gelora Aksara Pratama,
Jakarta.
Kusnaidi dan Suharsono, 1999, Kincir air Pembangkit Listrik, Penebar Swadaya
3, 13 19, jakarta.
Sularso dan H. Tahara, (2000), Pompa dan Kompresor, PT Pradnya Paramita,
Jakarta.
Sutrisno, 1997, Seri fisika Dasar mekanika, ITB, Bandung.
Tripler, P. A., 1998, Fisika untuk sains dan teknik, Erlangga Jakarta.
PKMT-3-14-1
ABSTRAK
Tujuan Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKMT) ini
adalah: (1) Terciptanya mahasiswa dan masyarakat petani tadah hujan yang
kreatif dan inovatif dalam mendesain dan membuat alat bor artetis dan teknik
pengeboran sistim putar pada kondisi tanah liat yang sifatnya praktis dan efisien,
(2) Terciptanya mahasiswa dan masyarakat petani tadah hujan yang mempunyai
pengetahuan, dan terampil membuat alat bor artetis dan teknik pengeboran sistim
putar pada kondisi tanah liat yang sifatnya praktis dan efisien.
Khalayak sasaran dalam program ini adalah masyarakat petani tadah hujan di
Desa Donri-donri Kecamatan Donri-donri Kabupaten Soppeng. Metode yang
digunakan dalam penyampaian materi penyuluhan adalah metode ceramah,
diskusi dan tanya jawab, untuk pelatihan digunakan metode demonstrasi.
Hasil yang dicapai adalah: (1) Mahasiswa dan masyarakat petani tadah hujan
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam hal pembuatan alat bor artetis
sistim putar pada kondisi tanah liat yang sifatnya praktis dan efisien, (2)
Mahasiswa dan masyarakat petani tadah hujan memiliki keterampilan dalam hal
mengoperasikan alat bor artetis sistim putar pada kondisi tanah liat.
PENDAHULUAN
Kecamatan Donri-donri Kabupaten Soppeng adalah salah satu daerah di
Sulawesi Selatan merupakan wilayah dataran rendah, dan kondisi tanahnya adalah
tanah liat. Persawahan yang ada pada beberapa Desa di Kecamatan tersebut
adalah tadah hujan, pada saat musim kemarau masyarakat membuat sumur galian
pada sawahnya masing-masing dan menyiram tanaman pada persawahan dengan
cara menimbah dan menyiram tanaman pada persawahan satu persatu. Pekerjaan
ini cukup melelahkan masyarakat dan tidak efisien. Sumur galian tersebut
dipasangi dinding dengan menggunakan belahan bambu dan dinding bambu
tersebut cepat lapuk (Survey, bulan Agustus, 2004, di Kecamatan Donri-donri
Kabupaten Soppeng).
Kondisi fisik tanah di Kecamatan Donri-donri Kabupaten Soppeng
umumnya tanah liat (Kantor Pertanahan Kabupaten Soppeng, 2004). Kondisi ini
sangat memungkinkan masyarakat membuat sumur bor artetis untuk memperoleh
air untuk kebutuhan persawahan tadah hujan. Survey bulan Agustus, 2004 pada
dua Desa di Kecamatan Donri-donri yaitu Desa Donri-donri dan Desa Turung
LappaE menemukan bahwa:(1). Masyarakat petani tadah hujan tidak memiliki
sumur bor hanya mengandalkan sumur galian yang airnya cepat kering karena
kedalamnnya paling dalam 5 meter, (2). Sumur galian yang ada dipersawahan
PKMT-3-14-2
cepat runtuh karena dinding sumur menggunakan belahan bambu cepat lapuk, (3).
Sumur galian yang ada pada persawahan tidak bisa mengairi tanaman padi,
masyarakat petani hanya mampu menyiran tanaman sayur-sayuran itupun tidak
merata karena hanya menimbah air kemudian menyiram satu persatu, (4).
Persawahan yang ada hanya mengandalkan air hujan (sawah tadah hujan), (5).
Salah seorang tokoh masyarakat yang bernama Laruda mengatakan seandainya
ada yang dapat membimbing masyarakat membuat alat pengeboran dan teknik
pengeboran sumur artetis untuk tanah liat yang biayanya murah, hemat energi
untuk kebutuhan persawahan tadah hujan.
Kenyataan yang ditemukan di lokasi adalah masyarakat yang mengolah
persawahan tadah hujan. Untuk menyiram tanaman hanya dengan membuatkan
sumur galian yang sifatnya sementara, karena diding sumur galiannya
menggunakan anyaman bambu untuk menahan tanah. Disekitar sumur disiapkan
drum untuk penampungan, kemudian mengambil air dengan menimbah masuk
kedalam drum, lalu air dari drum diambil untuk menyiran tanaman satu parsatu
pada persawahan.
Walaupun kenyataanya pada dua desa tersebut di atas dapat dibuat sumur
bor untuk kebutuhan persawahan tadah hujan, namun yang menjadi kendala
adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat petani membuat alat
bor dan proses/ teknik pengeboran sumur artetis yang praktis dan efisien. Olehnya
itu masyarakat petani pada wilayah tersebut perlu dibina dalam hal membuat alat
bor dan proses/ teknik pengeboran sumur artetis sistim putar untuk tanah liat yang
praktis dan efisien yang dapat dijangkau oleh masyarakat petani tadah hujan di
pedesaan.
Sebagai Mahasiswa Teknik Sipil dan Perencanaan yang telah melakukan
praktek mata kuliah mekanika tanah dengan melakukan pengeboran sistem sondir
dan mendapatkan mata kuliah pemipaan dan plumbing, mengenal alat-alat
plumbing seperti: alat drat pipa, gergaji pipa dan jenis-jenis sambungan pipa,
klem, dan sebagainya, sehingga terpikirkan oleh kami untuk mendesain dan
membuat alat bor sumur artetis sistem putar dengan kondisi tanah liat pada
persawahan tadah hujan.
Berdasarkan permintaan masyarakat petani tadah hujan dan kenyataan di
lokasi maka dapat disimpulkan bahwa tepat sekali untuk melakuklan pelatihan
membuat alat bor dan teknik pengeboran sumur artetis sistem putar pada kondisi
tanah liat pada persawahan tadah hujan yang sifatnya praktis, murah dan efisien,
sehingga memungkinkan masyarakat petani tadah hujan yang tidak memiliki
sumber air untuk kebutuhan tanaman persawahan yakni dilatihkan membuat alat
bor sumur artetis sistem putar dengan kondisi tanah liat pada persawahan tadah
hujan.dengan demikian Program Kreatifitas Mahasiswa Penerapan Teknologi
(PKMT) ini juga meningkatkan taraf hidup masyarakat di pedesaan khususnya
masyarakat petani tadah hujan.
Oleh karena itu masalah Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan
Teknologi (PKMT) ini adalah sebagai berikut: (1) Mahasiswa yang kreatif dan
inovatif dalam merancang alat bor artetis dan teknik pengeboran sistim putar pada
kondisi tanah liat yang sifatnya praktis dan efisien dan melatihkan kepada
masyarakat petani tadah hujan sehingga dapat mengairi persawahan tadah hujan di
lokasi PKMT, (2) Masyarakat petani tadah hujan kurang memiliki pengetahuan
membuat alat bor dan proses pengeboran sumur artetis sistem putar dengan
PKMT-3-14-3
kondisi tanah liat yang praktis dan efisien, (3) Masyarakat petani tadah hujan
kurang terampil mendesain alat bor sumur artetis sistem putar dengan kondisi
tanah liat yang praktis dan efisien, (4) Masyarakat petani tadah hujan kurang
terampil membuat rangka alat bor sumur artetis sistem putar dengan kondisi tanah
liat yang praktis dan efisien, (5) Masyarakat petani tadah hujan kurang terampil
merakit rangka alat bor sumur artetis sistem putar dengan kondisi tanah liat yang
praktis dan efisien, (6) Masyarakat petani tadah hujan kurang terampil
mengoreasikan alat bor sumur artetis sistem putar dengan kondisi tanah liat yang
praktis dan efisien, (7) Masyarakat petani tadah hujan kurang terampil merakit
instalasi sumur bor artetis sistem putar dengan kondisi tanah liat untuk kebutuhan
rumah tangga dan mengairi persawahan tadah hujan.
Tujuan Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKMT) ini
adalah sebagai berikut: (1) Mahasiswa menerapkan rancangan alat bor artetis dan
teknik pengeboran sistim putar pada kondisi tanah liat yang sifatnya praktis dan
efisien pada masyarakat petani tadah hujan sehingga sawah tadah hujan di loksai
PKMT dapat berproduksii, (2) Masyarakat petani tadah hujan memiliki
pengetahuan membuat alat bor dan proses pengeboran sumur artetis sistem putar
dengan kondisi tanah liat yang praktis dan efisien, (3) Masyarakat petani tadah
hujan terampil mendesain alat bor sumur artetis sistem putar dengan kondisi tanah
liat yang praktis dan efisien, (4) Masyarakat petani tadah hujan terampil membuat
rangka alat bor sumur artetis sistem putar dengan kondisi tanah liat yang praktis
dan efisien, (5) Masyarakat petani tadah hujan terampil merakit rangka alat bor
sumur artetis sistem putar dengan kondisi tanah liat yang praktis dan efisien, (6)
Masyarakat petani tadah hujan terampil mengoreasikan alat bor sumur artetis
sistem putar dengan kondisi tanah liat yang praktis dan efisien, (7) Masyarakat
petani tadah hujan terampil merakit instalasi sumur bor artetis sistem putar dengan
kondisi tanah liat untuk kebutuhan rumah tangga dan mengairi persawahan tadah
hujan, (8) Mahasiswa dan masyarakat petani tadah hujan yang kreatif dan inovatif
dalam membuat alat bor sumur artetis dan teknik pengeboran sistim putar pada
kondisi tanah liat yang sifatnya praktis dan efisien yang dapat digunakan untuk
mengairi persawahan tadah hujan di Kecamatan Donri-donri Kabupaten Soppeng
khususnya, dan pada daerah persawahan tadah hujan yang kondisinya tanah liat
yang lainnya di Sulawesi Selatan, serta Indonesia pada umumnya.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Air Artetis
Air artetis adalah air dalam tanah yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-
hari. Air dalam tanah atau air artetis dapat diambil melalui pompa, dan disalurkan
dengan melalui pipa (Salintung Mary, 1978). Air tanah yang dalam, dapat juga
diambil melalui atau dengan cara melakukan pengeboran (Ardi Muhammad,
1981)
2. Pengeboran Air Artetis
Salah satu cara untuk mengambil air tanah (air artetis) adalah dengan cara
mengebor. Berbagai jenis atau teknis melakukan pengeboran untuk memperoleh
air tanah (air artesis) tersebut adalah sebagai berikut: (a) menggunakan aliran
listrik, (b) menggunakan tenaga manusia. Untuk mengebor dengan tebaga
manusia, biasanya dilakukan pada lahan yang tanahnya lembek atau berpasir.
PKMT-3-14-4
Sedangkan tanah yang berbatu atau batu massif dilakukan dengan bor mesin
(Salintung Mary, 1978)
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa lokasi yang berpasir
memungkinkan untuk dilakukan pengeboran air tanah yang menggunakan pipa
galvanix sistim putar dan dikerjakan dengan tenaga manusia.
METODE PENELITIAN
Khalayak sasaran antara yang strategis dalam Program Kreativitas
Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKMT) ini adalah sebagai berikut: masyarakat,
dan petani tadah hujan di Desa Donri-donri Kecamatan Donri-donri Kabupaten
Soppeng
Metode utama yang ditempuh dalam kegiatan ini adalah: (1) Pada saat
pemberian materi penyuluhan tentang pembuatan alat bor sumur artetis dan teknik
pengeboran sistim putar pada kondisi tanah liat yang sifatnya praktis dan efisien
serta pembuatan desainnya metode yang digunakan yaitu: ceramah diskusi, tanya
jawab, dan simulasi, (2) Pada saat membuat alat bor sumur artetis dan teknik
pengeboran sistim putar pada kondisi tanah liat yang sifatnya praktis dan efisien,
metode yang digunakan adalah demonstrasi, dan tanya jawab.
Metode demonstrasi digunakan untuk mendemonstrasikan membuat alat bor
sumur artetis dan teknik pengeboran sistim putar pada kondisi tanah liat yang
sifatnya praktis dan efisien, diterangkan dahulu langkah kerja, dimensi, bahan dan
alat yang digunakan, teknik menggunakan alat. Dan mempraktekkan teknik
pengeborannya Disini khlayak sasaran ikut langsung melakukan, mengerjakan
setiap jenis pekerjaan bersama dengan mahasiswa. Pada saat itu juga terjadi
diskusi, terutama sekali yang menyangkut sistimatika pekerjaan tersebut.
1) Bahan yaitu: pipa galvanix inci, pipa paralon 1 inci panjang 4 m, pipa
paralon 2 inci panjang 4 m, plat baja untuk pisau penggali, plat per mobil
untuk kunci penahan pipa dan kunci pemutar pipa.
2) Peralatan yaitu: mesin las (sewa), gergaji besi, bor listrik, skop, linggis, kunci
pas, kunci inggeris, kunci ring, palu-palu, pompa air dragon, mesin pompa air,
dan peralatan lain.
KESIMPULAN
Berdasarkan penyuluhan dan pelatihan dilapangan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut: (1) Mahasiswa memiliki pengetahuan dan keterampilan membuat
alat bor sumur artetis sistim putar pada kondisi tanah liat yang sifatnya praktis dan
efisien, (2) Mahasiswa memiliki pengetahuan dan keterampilan teknik
mengoperasikan pengeboran alat bor sumur artetis sistim putar pada kondisi tanah
liat yang sifatnya praktis dan efisien, (3) Masyarakat petani tadah hujan memiliki
pengetahuan dan keterampilan membuat alat bor sumur artetis dan teknik
pengeboran sistim putar pada kondisi tanah liat yang sifatnya praktis dan efisien,
(4) Masyarakat petani tadah hujan memiliki pengetahuan dan keterampilan teknik
mengoperasikan pengeboran alat bor sumur artetis sistim putar pada kondisi tanah
liat yang sifatnya praktis dan efisien. Hal ini didukung oleh adanya masukan-
masukan dan diskusi dari mahasiswa, masyarakat, dan dosen pendamping.
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka disarankan sebagai berikut: (1) Program
Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKMT) seperti ini hendaknya
dilanjutkan sehingga menciptakan: (1) Masyarakat dan mahasiswa memiliki
pengetahuan inovatif dan kreativitas dalam membuat alat bor sumur artetis dan
teknik mengoperasikan pengeboran sistim putar pada kondisi tanah liat yang
sifatnya praktis dan efisien untuk kebutuhan rumah tangga dan persawahan tadah
hujan., (2) Mahasiswa calon sarjana memiliki pengetahuan dan keterampilan
membuat alat bor sumur artetis dan teknik pengeboran sistim putar pada kondisi
tanah liat yang sifatnya praktis dan efisien untuk kebutuhan rumah tangga dan
persawahan tadah hujan, (3) Masyarakat dan mahasiswa memiliki pengetahuan
dan keterampilan membuat dan mengoperasikan pengeboran alat bor sumur artetis
sistim putar pada kondisi tanah liat yang sifatnya praktis dan efisien untuk
kebutuhan rumah tangga dan persawahan tadah hujan.
PKMT-3-14-7
DAFTAR PUSTAKA
Ardi Muhammad, (1981). Studi Tentang Proses Pengolahan Air Minum di Kota
Watan Soppeng, Ujung Pandang, FKT IKIP Ujung Pandang.
Azwar, A. (1993). Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Pt. Mutiara
Sumber Widya
Depatremen of Employment And Industrial Relations, (l978). Basic Trade
Manual Sanitasy Plumbing 3. Camberra : Australian Government
Publishing Service.
Estimate of Population, (1974). Penyediaan Air Minum, Jakarta.
Hodges. L. (1977). Environmental Pollution (2nd Ed). New York: Holt,
Rinehart, and Winston.
Menteri Negara KLH. (1992). Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia. Jakarta:
Menteri Negara KLH.
Nawy dan Edward, G. (1990). Beton Bertulang, Bandung: PT. Eresco.
Salintung Mary, (1978). Penyediaan Air Minum, Ujung Pandang, Universitas
Hasanuddin.
Soerjani dkk (1987). Lingkungan, Sumber daya alam dan Kependudukan dalam
Pembangunan. Jakarta: Universitas Indonesia.
Supribadi. I.K. 1986. Ilmu Bangunan Gedung. Bandung. Armico.
PKMT-3-15-1
ABSTRAK
Serat Abaka di peroleh dari pelepah batang pisang Abaka dengan cara
penyeratan manual ataupun mekanik. Penyeratan secara manual mempunyai
banyak kelemahan yaitu waktu yang diperlukan cukup lama, membutuhkan
banyak tenaga dan biaya produksi besar. Untuk mengatasi kelemahan yang ada
di buat mesin penyerat yang bekerja secara semi otomatis. Mesin ini di buat di
bengkel mesin Politeknik Negeri Medan dengan tiga tahapan yaitu Perancangan,
Pembuatan dan Pengujian Mesin. Pengujian dilakukan dengan cara
mengumpankan pelepah batang pisang yang ukurannya sudah disesuaikan
dengan ukuran pintu pemasukkan mesin. Ukuran pelepah di buat lebar 12 (cm),
panjang 1 (m). Dari tahapan pengujian di peroleh hasil kecepatan penyeratan
21,74 cm pelepah/detik. Kapasitas penyeratan 430 kg pelepah/jam dan serat
masih mengandung sedikit daging pelepah. Kesimpulan dari hasil pengujian
adalah mesin dapat bekerja dengan baik tetapi butuh perbaikan dan serat harus
di cuci untuk menghilangkan daging pelepah.
Kata Kunci : mesin, serat, abaka.
PENDAHULUAN
Abaka merupakan salah satu jenis pisang yang dikenal dengan nama pisang
manila (Manila Hamp). Walaupun termasuk rumpun pisang, tetapi buahnya tidak
dapat dikonsumsi, dan sampai saat ini buah Abaka belum dimanfaatkan. Satu-
satuanya bagian dari tanaman Abaka yang dapat dimanfaatkan adalah batangnya.
Yang mana batang ini merupakan batang semu yang terdiri dari kumpulan pelepah
daun yang mengandung serat.
Hilman (2001) menyebutkan bahwa serat Abaka memiliki keunggulan
dibandingkan serat yang lain, yaitu dalam hal kekuatanya (tidak sisertai data).
Keunggulan lainnya adalah dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan yaitu
untuk bahan baku tali kapal, tekstil, pembungkus teh celup, jok (kursi), dan yang
paling dominan adalah untuk bahan baku kertas berharga yang mencapai 80 %
dari produk serat tersebut.
Selain mempunyai sifat fisik yang bagus dan kegunaan yang variatif, secara
ekonomis serat abaka memiliki prospek ekspor yang cukup besar dengan harga
pasar internasional yaitu $ 2.500 /ton serat (www. Manilatimes.net.- diakses 30
juli 2004) atau sekitar $ 2,5 /kg serat, dengan negara konsumen Amerika Serikat,
Kanada, Jepang dan Negara-negara Eropa (Perancis, Belanda, Jerman). Yang total
permintaannya mencapai 400.000 (ton/tahun). Sedangkan produk dunia hanya
100.000 (ton/tahun), yang dihasilkan oleh dua negara yaitu Filipina dan Ekuador.
Filipina menjadi penghasil serat abaka terbesar, mereka menghasilkan 84,5 %
produk Abaka dunia (www.manilatimes.net-diakses 30 juli 2004).
Sebagai gambaran, dinegara asal Abaka yaitu Filipina, serat Abaka
merupakan komoditas ekspor negara tersebut dan menyumbang sekitar 71 juta U$
dollar pada tahun 2001 (www.manilatimes.net-diakses 30 juli 2004). Indonesia
PKMT-3-15-2
METODE PENELITIAN
1. Waktu dan Tempat pelaksanaan
Program ini dilaksanakan dalam waktu 8 bulan. Khusus pembuatan mesin
membutuhkan waktu 6 bulan, dilaksanakan di Politeknik Negeri Medan,
khususnya di bengkel mesin politeknik.
2. Pelaksanaan program
Pelaksanaan program di bagi dalam 4 tahap yaitu:
a. Tahap persiapan, yaitu meliputi:
- Survey kelokasi kebun pisang Abaka di kab. Langkat Sumatera Utara
berjarak 90 (km) sebelah utara kota medan.
- Mengumpulkan bahan bacaan yang berkaitan dengan pisang Abaka dan
masalah perancangan
- Survey bahan-bahan teknik di pasaran untuk memudahkan memilih
bahan pembuatan mesin.
- Membuat Sketsa rancangan mesin.
PKMT-3-15-3
3 (mm)
- Pisau Penyayat
Berfungsi untuk menyayat daging pelepah yang telah ditipiskan oleh roll
penarik I. Tujuan dari penyayatan ini adalah agar pelepah mudah di urai
seratnya oleh gergaji penyerat. Pisau penyeratan berjumlah 6 buah yang
di pasang pada rumahnya yang berbentuk tabung, lihat gambar 2
- Gergaji Penyerat.
Gergaji penyerat ini dibuat dari gergaji kayu yang dipotong dan dibentuk
sedemikian rupa hingga mudah dipasang pada rumahnya.
- Kerangka Mesin.
Kerangka mesin dibuat dari baja profil L dengan ukuran 40 x 40 x 4
yang berfungsi sebagai penyangga konstruksi mesin secara kokoh. Baja
profil L dirangkai dengan menggunakan sistim dan sambuangn las.
Setelah bagian-bagian utama mesin selesai dibuat dan komponen
pendukung telah tersedia lalu dirakit sampai menjadi unit mesin dengan
ukuran sbb:
a. Tinggi total mesin, dibuat setinggi 100 (cm) yang disesuaikan
dengan tinggi operator yaitu 160 (cm).
b. Panjang mesin 98 (cm), ukuran ini diperuntukan komponen lain yang
tersusun didalamnya.
c. Lebar mesin dari depan, berdasarkan sumbu Z, dirancang dan dibuat
38 (cm). Ukuran ini sisesuaikan dangan panjang roll penjepit dan
pisau. Kontruksi mesin di tunjukan pada gambar 3.
12 22
20
11
21
13
19
23 6
8
14
26
2 9 25 1
9d 9c 1 9b 9a
o Kertas gambar
o pensil
o Rapido
o Penggaris
o Meja gambar
o kalkulator.
b. Alat produksi, adalah peralatan yang digunakan untuk membuata
komponen mesin, yaitu:
o Mesin gergaji
o Mesin bor
o Mesin gerinda
o Mesin bubut
o Mesin las
o Mesin potong pelat
o Alat-alat bantu lainnya.
c. Alat pengujian mesin, yaitu alat yang digunakan pada saat pengujian
mesin dan pada saat menganalisa data, yaitu:
o Stopwatch
o Timbangan massa
o Ember
o Komputer.
Catatan: Yang dimaksud kondisi kotor adalah serat yang keluar dari mesin masih
mengandung daging pelepah.
b. Pembahasan
Pembahasan hasil, baik tentang mesin maupun serat dilakukan secara
bersamaan dan menyeluruh, sebab apa yang terjadi pada serat merupakan
akibat dari kondisi yang terjadi pada mesin.
PKMT-3-15-7
Seperti yang tertera pada tabel 1. bahwa serat yang dihasilkan dalam kondisi
kotor atau masih mengandung daging pelepah. Hal ini disebabkan dalam
proses penyeratan, elemen penyeratnya kurang bekerja secara maksimal. Dari
pengamatan terhadap elemen penyeratnya, mata gergaji yang digunakan untuk
mengurai serat kurang panjang atau dengan kata lain mata gergaji lebih
pendek dari tebal pelepah, sehingga mata gergaji tersebut tidak bisa
menembus ketebalan pelepah.
Selanjutnya untuk massa serat yang dihasilkan selama 10 kali mempunyai
nilai berbeda-beda, menunjukkan bahwa pelepah yang diuji atau di urai
seratnya berasal dari batang yang berbeda-beda dengan posisi lapisan yang
berbeda pula. Untuk lapisan pelepah terluar dengan ukuran panjang dan tebal
yang sama memiliki ketebalan yang berbeda dengan pelepah lapisan dalam.
Dengan demikian jumlah serat yang dikandungnya juga berbeda. Untuk massa
pelepah yang lebih besar cenderung menghasilkan serat lebih banyak, hal ini
terlihat pada pengujian (percobaan). 2, 6, 8, dan 9.
Disamping itu ketebalan pelepah juga mempengaruhi waktu proses. Bagi
pelepah yang lebih tebal dalam proses penarikan pada roll penarik mempunyai
daya lawan terhadap jepitan roll yang lebih tebal. Perlawanan ini
menyebabkan terjadinya gesekan antara poros roll dengan bantalannya,
sehingga menghambat gerak putar poros, yang mengakibatkan gerakan roll
menjadi lambat. Dalam hal ini ditunjukkan oleh lamanya waktu proses
penyeratan. Seperti ditunjukkan pada percobaan nomor 2, 5, 6, 8, dan 9.
Bahwa ketebalan pelepah mempengaruhi lama proses penyeratan. Dalam 10
kali percobaan yang dilakukan waktu rata-rata yang diperlukan adalah 4,6
detik untuk massa pelepah 0,55 kg. Dengan demikian secara teori mesin akan
dapat menyerat pelepah sebanyak 435 kg tiap jamnya tanpa berhenti.
KESIMPULAN
Kesimpulan diberikan pada dua bagian yaitu:
a. Mesin
- Mesin dapat bekerja dengan baik.
- Kecepatan proses penyeratan 21, 74 (cm/det).
- Kapasitas penyeratan 430 kg pelepah perjam.
- Diperlukan perbaikan pada sistem penyeratnya.
b. Serat
- Serat yang dihasilkan kotor.
- Serat tidak terpotong-potong.
- Diperlukan pencucian serat dengan detergent.
DAFTAR PUSTAKA
Hilman I, Mathius NT. 2001. Budidaya Dan Prospek Pengembangan Abaka.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Nieman G. 1994. Elemen Mesin. Surabaya: Erlangga.
Henderson S, Perry RL. 1996. Agricultural Process Engineering. Second Edition.
New York: John Willey and Son, inc.
PKMT-3-16-1
Heri Pujianto, Agus Setiawan, Sujono, Budi Nugroho, Endang Puji Astuti
Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Semarang
ABSTRAK
Pengendalian alarm mobil dengan hand phone merupakan sistem kontrol jarak
jauh yang dapat digunakan untuk mengatasi keterbatasan jarak yang ada pada
sistem konvensional. Sistem ini pada dasarnya menggunakan rangkaian driver
sederhana dengan relai sebagai komponen dasar saklar otomatis. Seluruh sistem
dikendalikan oleh mikrokontroler AT89S51 yang telah mendapat instruksi-
instruksi secara software. Prinsip kontrol dalam sistem ini memanfaatkan sinyal
yang diperoleh dari rangkaian pengkondisian sinyal yang mendapat input dari
output hand phone dalam sistem. Hand phone dalam sistem berfungsi sebagai
penerima sinyal yang dikirim oleh pengguna, selain itu sistem ini dapat mengirim
informasi bila alarm berbunyi atau terdeteksi pencuri. Pengguna juga bisa
mematikan atau menghidupkan sistem pengaman dari jarak-jauh dengan
menekan keypad pada hand phoneyang di operasikan oleh pengguna. Kelebihan
utama dari alat ini adalah salah satu fungsinya yaitu pelumpuh pencuri mobil
setelah berhasil masuk kedalam mobil, dengan menggunakan gas pelumpuh,
sirine yang sangat keras dan central lock. Dengan demikian pencuri tidak akan
berdaya karena terkena gas pelumpuh dan juga sirena sangat keras.
Kata Kunci:
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pengaman kendaraan merupakan suatu hal yang wajib bagi setiap pemilik
kendaraan bermotor, terutama mobil karena mobil merupakan salah satu barang
yang rawan terhadap pencurian. Banyak cara telah dilakukan untuk
mengantisipasi hal ini mulai dari yang konvensional, maupun yang elekrtik yang
disediakan oleh perusahaan mobil sebagai salah satu pengaman. Namun semua itu
hanya mampu mengatasi sementara karena sebagai standart pengaman yang
dibuat perusahaan mudah dibobol oleh kalangan penjahat, karena mudah
dipelajari system pengaman yang ada. Kelemahan dari pengaman yang telah ada
yaitu keterbatasan jarak antara remote pengendali alarm mobil pada umumnya
pendek dan biasanya hanya membuka dan menutup pintu dengan menggunakan
central lock dan digunakan untuk menghidupkan dan mematikan saja.. Hal ini
menyebabkan pemilik mobil tidak mengetahui saat pencuri mobil terdeteksi dan
pencuri mobil dengan mudah lolos.
Pengaman Mobil Merangkap Pelumpuh Pencuri Mobil merupakan solusi
yang tepat untuk mengatasi keterbatasan jarak tersebut. Pengaman ini
menggunakan dua hand phone sebagai pemancar dan penerima. Prinsip dasar dari
sistem ini adalah handphone yang berada dalam mobil dapat memberi tahu hand
phone yang dibawa pemilik mobil saat terdeteksi pencuri mobil. Sehingga
pengaman ini mempunyai kelebihan bahwa pemilik mobil akan mengetahui status
PKMT-3-16-2
Identifikasi Masalah
Kebutuhan pengaman mobil dari tahun ketahu meningkat seiring dengan
naiknya tingkat kriminalitas dewasa ini. Pengaman mobil konvensional
mempunyai banyak kelamahan, antara lain:
1. Jarak pengendalian yang relative pendek..
2. Pencuri sudah semakin pintar untuk bisa melumpuhkan sistem pengaman
konvensional.
3. Pemilik mobil tidak mengetahui mobilnya kalau akan dicuri.
Kelebihan dari pengaman mobil ini adalah :
1. Dapat dikendalikan dari jarak jauh.
2. Dapat melumpuhkan pencuri mobil saat berhasil masuk kedalam mobil.
3. Dapat memberi tahu pemilik mobil ketika terdeteksi pencuri mobil.
Perumusan Masalah
Dalam laporan akhir ini hanya akan membahas rangkaian kontrol
pengkendali mobil dengan mikrokontroler AT89S51 yang disertai dengan
rangkaian pengkondisian sinyal untuk sensor dar rangakaian driver untuk relai.
Kendali yang dilakukan dengan Hand phone hanya dilakukan dengan cara
menyamakan gelombang yang dipakai antara hand phone yang dibawa pemilik
mobil dengan hand phone yang berada dalam mobil.
Tujuan Program
1. Tujuan Umum
Dapat menciptakan pengaman mobil yang lebih baik dari sistem
pengaman mobil konvensional.
2. Tujuan Khusus
Dapat menciptakan pengaman mobil dapat dikendalikan dari jarak jauh,
bisa memberitahu pemilik mobil saat pencuri mobil terdeteksi dan bisa
melumpuhkan pencuri mobil saat pencuri masih nekat masuk kedalam
mobil, sehingga pencuri bisa ditangkap dengan mudah.
Kegunaan Program
Dengan aplikasi mikrokontroler AT89S1 yang diterapkan pada sistem
pengaman mobil. Kelebihan lain dari sistem pengaman ini antara lain adalah:
1. Fitur sistem dari sistem pengaman dapat dengan mudah dikembangkan
atau ditambah dengan mengubah program assembler yang diisikan ke
mikrokontroller.
2. Dapat melumpuhkan pencuri, sehingga akan memudahkan penangkapan.
3. Dapat dikendalikan dari jarak jauh, dan dapat memberitahu pemilik mobil
jika mobilnya dalam bahaya pencurian.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan : April s.d. Desember 2005
Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Elektro Politeknik Negeri Semarang
PKMT-3-16-3
7 Mikrokontroler AT89S51
Mikrokontroler AT89S51 yaitu mikrokontroller dengan arsitektur MCS51
produksi Atmel yang mempunyai sistem memori, timer, port serial dan 32 bit I/O
di dalamnya sehingga memungkinkan untuk membentuk suatu sistem yang hanya
terdiri dari single chip ( keping tunggal ) saja. Produk Atmel ini mempunyai
keunggulan dibandingkan mikrokontroller lainnya karena lebih mudah dalam
memprogram atau menghapusnya juga karena harganya yang relatif lebih murah.
Berbeda dengan pendahulunya AT89C51, AT89S51 mempunyai fitur in system
programming artinya untuk mendownload progam kedalam mikrokontroler dapat
dilakukan dalam sistem yang terpasang secara keseluruhan, jadi tidak perlu
memindahkan IC kedalam rangkaian downloader khusus.
Struktur AT89S51
AT89S51 adalah mikrokontroler keluarga MCS-51 yang termasuk keluaran
Perusahaan Atmel dengan mempunyai flash PEROM ( Programmable and
Erasable Read Only Memory ). AT89S51 merupakan memori dengan teknologi
nonvolatile memory, isi memory tersebut dapat diisi ulang ataupun dihapus
berkali kali. Memori ini biasa digunakan untuk menyimpan instruksi ( perintah )
berstandar MCS-51 code sehingga memungkinkan mikrokontroler ini untuk
bekerja dalam mode single chip operation ( mode operasi keping tunggal ) yang
PKMT-3-16-4
Untuk keperluan ini, MCS 51 mempunyai cara penyebutan data dalam memori
program yang dilakukan secara tak langsung, misalnya : MOVC A,@A+DPTR.
Struktur Hardware.
Mikrokontroler AT89S51 pada prinsipnya mempunyai hardware sama yang
membedakan terletak pada memori program, memori data serta timernya.
H
P
H
P
Langkah-Langkah pengujian
1. Hidupkan dua buah saklar utama pada sistem pengaman
2. Setting gelombang yang akan digunakan pada hand phone yang terpasang
pada mobil.
3. Setting pula gelombang pada hand phone kendali yang akan dibawa
pemilik mobil dengan gelombang yang sama.
4. Tekan tombol page pada hand phone pengendali, akan terdengar bunyi
sirine
5. Bunyi sirine 2 kali menunjukkan sistem pengaman aktif, berbunyi 4 kali
menunjukkan sistem nonaktif.
Hasil Pengujian
Hasil pengujian untuk mengaktifkan dan menonaktifkan pengaman berhasil
dengan baik. Untuk pengujian secara menyeluruh belum kami lakukan karena
program untuk mendeteksi getaran belum selesai.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari Program Kreativitas Mahasiswa ini, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Diperlukan pengetahuan yang lebih dalam teknik pengkondisian sinyal.
2. Diperlukan teknik uji coba dan penelitian sensor yang lebih efektif, agar
tidak terlalu menghabiskan banyak dana.
3. Kemampuan menganalisa dan membuat program assembly perlu lebih
diperhatikan
4. Hasil pembuatan tahap paling akhir cukup sesuai harapan
Saran
1. Diperlukan penyempurnaan sistem agar kinerja alat lebih baik.
PKMT-3-16-7
DAFTAR PUSTAKA
Budiharto, Widodo. 2004. Interfacing Komputer dan Mikrokontroller. Jakarta:
Elek Media Komputindo.
Eko Putra, Agfianto. 2002. Belajar Mikrokontroler AT89C51 / 52 / 55 (Teori dan
Aplikasi). Yogyakarta : Gava Media.
Fraden, Jacob. 1996. Hand Book of Modern Sensor (Phisics, Designs, and
Aplications). Baltimore : United Book Press.
Frederick, Robert F. Coughlin dan F. Driscoll. 1992. Terj. : Herman Widodo
Soemitro. Penguat Operasional dan Rangkaian Terpadu Linear. Jakarta :
Erlangga.
Kristanto, Andri. 2003. Bahasa Assembler. Yogyakarta : Gava Media.
Malvino, Albert Paul. 1985. Prinsip-Prinsip Elektronika. Jakarta : Erlangga.
Paulus W. 1997. Buku-buku data IC Op-amp dan Rangkaian-rangkaian Op-amp.
Jakarta : Elek Media Komputindo.
PKMT-3-17-1
Eko Khot Priyantono Lantani, Fadlan Al Mabrur, Indro Santosa, Januar Bahrul Huda
Program Studi Produksi Tanaman Hortikultura, Politeknik Negeri Jember, Jember
ABSTRAK
Benih cabe merupakan salah satu komoditi sektor pertanian di subsektor benih
hortikultura yang banyak ditanam oleh petani di Indonesia erutama di daerah
dataran rendah. Bila benih yang ditanam petani benih yang unggul maka
produksi cabe yang akan dihasilkan meningkat dibandingkan dengan benih yang
biasa. Studi ini dilaksanakan dengan tujuan menghasilkan benih cabe yang
unggul agar produksi yang diperoleh meningkat dibandingkan dengan benih yang
biasa yang ditanam, untuk menghindari petani mengalami kerugian yang besar
akibat menanam benih yang biasa. Untuk mendapatkan benih cabe yang unggul
terutama untuk pembuatan benih sendiridiperlukan adanya alat pengering benih
cabe dalam upaya pengurangan kadar air sebelum penyimpanan, agar benih
yang disimpan tidak busuk dan merupakan daya simpan yang lama. Berdasarkan
uji coba diperoleh hasil yang menunjukkan bahwasanya adanya korelasi antara
hasil pembuatan alat pengering terhadap hasil pengurangan kadar air. Selain itu
respon dari alat untuk mengurangi kadar cabe mrnjadi 11%, adalah dengan
pemanasan dan blower yang dihidupkan bersama-sama selama 3 jam dengan
metode yang ditentukan dengan volume 1 3 kg benih. Untuk alat tersebut,
dirangkai sedemikian rupa untuk menghasilkan suhu ruangan di dalam alat 40
50 0C. Da temperatur di dalam ruangan menggunakan pendeteksi yang nantinya
suhu akan turun sendiri ketika mencapai 70 0C. Dari studi ini dapat disimpulkan
bahwa respon benih cabe yang diperlakukan dengan alat pengering tersebut
memberikan penurunan hasil kada air yang significan. Untuk pengeringan dalam
kapasitas besar dengan alat tersebut tidak dianjurkan.
PENDAHULUAN
Pengeringan cabai dilakukan sebagai alternative untuk menanggulangi
produksi cabai yang berlebihan, terutama pada saat panen raya. Dengan
pengeringan cabai dapat disimpan lebih lama sehingga penjualan dapat
disesuaikan dengan kebutuhan pasar.
B. Manfaat Pengeringan
Cabai merupakan salah satu produk pertanian yang sangat penting dalam
sayuran buah. Setelah dipanen cabai mudah mengalami kerusakan-kerusakan
tersebut disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
1. pembusukan oleh bakteri atau jamur
2. perubahan-perubahan enzim didalam cabai itu sendiri yang menyebabkan
cabai susut atau keriput
3. penyimpanan, pengepakan,pengangkuan cabai yang kurang sempurna
Waktu simpan cabai cukup pendek seiring hal ini maka perlu cara
pengawetan yang dapat membuat cabai tahan lama sehingga dapat menambah
nilai jual cabai,salah satu cara yaitu melalui proses pengeringan.
Cabai kering sangat ringkas dan tahan lama hal ini menghemat ruang
kemas sehingga memudahkan dalam pengepakan dan pengangkutan. Dengan
pengeringan hasil produksi cabai yang melimpah dapat diamankan serta harga
cabai tetap stabil.
dilakukan pendinginan dahulu supaya suhu pada benih menurun dan dapat
dilakukan pengujian yang sesuai dengan yang diinginkan.
KESIMPULAN
Dari pengujian alat ini dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan
hasil yang kita inginkan perlu dilakukan tiga hasil uji. Setelah tiga kali uji maka
benih itu layak disimpan dan digunakan kembali dengan demikian peralatan ini
layak digunakan sebagai peralatan standart dalam hal pengeringan benih.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hartono, 2002. Budidaya Tanaman Cabe. SMK Pertanian Negeri Jember
2. Kuswanto, Hendarto. 1997. Analisis Benih. Edisi Pertama. ANDI OFFSET
Yogyakarta
3. Setiadi1 1987. Bertanam Cabe. Penebar Swadaya. Jakarta
4. Sudaro, Y. 1997. Pengeringan Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta
PKMT-3-18-1
ABSTRAK
Dinas pemadam kebakaran merupakan salah satu unit pelayanan umum yang
sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Pelayanan yang cepat dan tepat
diperlukan dalam penanganan kebakaran yang terjadi pada suatu daerah. Pada
saat ini, sistem penanganan kebakaran di wilayah kota Bandung masih belum
maksimal. Hal ini bisa dilihat dari sisi operasional penanganan kebakaran oleh
dinas pemadam kebakaran yang belum efisien khususnya waktu tanggap atau
respon time. Oleh karena itu diperlukan sebuah sistem yang dapat mengeliminir
kekurangan yang ada dan sekaligus mengoptimalkan efisiensi dalam proses
penanganan bencana kebakaran. Sistem baru yang dibut berbasiskan pada Sistem
Informasi Geografis (GIS).
Sistem Informasi Pemadam Kebakaran ini dirancang dengan tujuan untuk
membantu petugas pemadam kebakaran yang terjadi di suatu daerah. Teknologi
yang digunakan berbasis Geographycal Information System (GIS), karena
teknologi ini mampu memvisualkan informasi yang berguna dalam penanganan
kebakaran. Informasi mengenai jarak terdekat dari lokasi kebakaran dan tempat
unit pemadam kebakaran dapat diketahui. Selain itu tersedianya akses database
untuk lokasi sumber air serta informasi tentang karakteristik daerah kebakaran
membantu petugas pemadam dalam menentukan strategi penanganan kebakaran
yang tepat.
Kata Kunci : Kebakaran, Unit Pemadam Kebakaran, Lalu lintas, lokasi, dan
jarak terdekat
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan manusia membutuhkan keteraturan yang akan
mempermudah dalam pelaksanaan kegiatannya. Dengan adanya suatu keteraturan
atau sistem maka permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan cara yang
lebih praktis, dengan waktu yang tepat, biaya yang rendah, dan tenaga yang kecil.
Tentunya keteraturan itu harus memiliki informasi yang dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan untuk menentukan alur atau cara kerja daripada sistem
tersebut. Unit pemadam kebakaran merupakan salah satu aspek terpenting dalam
kehidupan masyarakat. Apabila ada suatu kebakaran yang terjadi pada suatu
daerah maka pemadam kebakaran harus mampu untuk memberikan pelayanan
yang sangat cepat dan tepat, karena masalah kebakaran suatu daerah ini akan
menimbulkan kerugian yang besar apabila tidak ditangani dengan cepat.
Informasi-informasi tentang jarak dan daerah sumber air yang ada pada lokasi
kebakaran sangat dibutuhkan untuk mendapatkan cara penanganan yang cepat.
Oleh karena itulah teknologi yang kami pilih ini berbasis Geogrphycal
Information System ( GIS), karena teknologi ini mampu untuk memberikan
informasi yang penting untuk pemadam kebakaran. Dalam hal ini sistem
PKMT-3-18-2
informasi ini harus mampu memberikan informasi tentang jarak terdekat dari
lokasi kebakaran dengan tempat unit pemadam kebakaran, memudahkan
pemadam kebakaran untuk memadamkan api, memberikan informasi tentang
daerah rawan terjadi kebakaran sehingga dapat diwaspadai serta informasi
bagaimana kondisi atau keadaan lokasi kebakaran.
METODE PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian ini, metode pendekatan yang kami lakukan ,
yaitu melalui metode observasi secara langsung ke Unit Pemadam Kebakaran.
Dari pendekatan tersebut diperoleh :
Waktu : Bulan Februari Mei 2005
Lama : 4 bulan
Tempat : Unit Pemadam Kebakaran Bandung
Kegiatan :
a. Mengetahui secara lebih detail kinerja Unit Pemadam
kebakaran saat ini.
b. Mencari data- data yang berhubungan dengan penanganan
suatu kebakaran.
c. Mengetahui lokasi-lokasi yang hidran di seluruh kota Bandung.
d. Mengetahui lokasi-lokasi rawan kebakaran di suatu daerah
Dengan dibuatnya Sistem Informasi ini, maka jika di suatu wilayah terjadi
kebakaran, misal daerah A terjadi kebakaran, akan diketahui dengan cepat
melalui informasi ini :
kondisi hidran terdekat dengan lokasi
jarak terdekat dari lokasi kebakaran dengan pemadam kebakaran
data posisi dalam visualisai geographycal ( SIG ) tenteng lokasi kebakaran
Sistem informasi yang kami buat ini, telah dicoba untuk diaplikasikan pada
simulasi kebakaran. Dan diperoleh hasil seperti yang telah diharapkan di atas.
KESIMPULAN
Dari pembahasan implementasi dan analisa di atas, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Sistem Informasi Pemadam Kebakaran dapat memvisualkan wilayah kota
Bandung beserta informasi yang ada di dalamnya seperti : nama kecamatan,
nama Kelurahan, nama dan panjang jalan, jenis bangunan, lokasi hidran, dan
daerah rawan kebakaran.
2. Melalui sistem informasi ini, pengambilan keputusan tidak memerlukan
waktu lama. Hal ini dikarenakan, Sistem Informasi Pemadam Kebakaran ini
dapat menampilkan posisi lokasi kebakaran dalam peta digital, sekaligus
mengetahui jarak terdekat dari posko DPK ke tempat kebakaran.
3. Sistem ini bersifat flexibel, karena data yang terdapat pada sistem ini dapat
di update sesuai kebutuhan, dan peta digital ini juga dapat diganti dan
diperbaharui.
DAFTAR PUSTAKA
Access Net Laboratory STT Telkom. 2002. Modul Pelatihan GIS. Laboratorium
Access Network Jurusan Teknik Elektro, STT Telkom, Bandung, Indonesia.
Charter, Denny, Irma Agtrisari. 2003. Desain dan Aplikasi Geographics
Information System. PT.Alex Media Komputindo, Jakarta, Indonesia.
Larry Daniel, Paula Loree, Angela Whitener. 1996. Inside MapInfo Profesional,
First Edition. Onwor Press, Santa Fe, USA.
Prahasta, Eddy. 2002. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis.
Informatika, Bandung, Indonesia.
PKMT-3-19-1
ABSTRAK
Kebijakan untuk menerima usulan infestasi atau menolaknya membutuhkan waktu
yang cukup lama. Selain kurang efisien dalam pemanfaatan waktu dimungkinkan
menimbulkan kerugian-kerugian yang lain seperti keterlambatan produksi dan
lainnya. Agar tidak terjadi hal tersebut maka Sistem Pendukung Keputusan ini
dibuat untuk menentukan suatu investasi dengan cepat menggunakan metode Net
Present Value.
Dalam metode NPV untuk menentukan investasi didasarkan pada nilai waktu
uang dan arus kas yang terjadi dan keakuratan hasil dari sistem ini lebih
bergantung pada penggunaan sistem dalam memperkirakan arus kas yang terjadi
selama masa investasi.
Dengan menggunakan aplikasi Sistem Pendukung Keputusan ini maka
diharapkan dapat membantu perusahaan untuk menentukan keputusan investasi
dengan cepat dan akurat.
Kata Kunci : Sistem Pendukung Keputusan, Net Present Value, Nilai Waktu Uang
PENDAHULUAN
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan usaha
adalah pengadaan atau penambahan mesin produksi. Selain penambahan peralatan
produksi, permasalah lain yang timbul pada perusahaan adalah ketika masa
depresiasi mesin-mesin produksi telah habis. Masalah ini harus dipecahkan
secepat mungkin, mengingat kelancaran produksi akan terganggu bila keputusan
untuk menyelesaikan masalah terlambat. Oleh karena itu untuk membantu
pengambilan keputusan tersebut perlu adanya suatu sistem pendukung keputusan
(Decision Support System).
Sistem pendukung keputusan adalah sistem yang berbasis/ berbantuan
komputer yang ditujukan untuk membantu pengambilan keputusan dalam
memanfaatkan data dan model tertentu untuk memecahkan berbagai persoalan
yang tidak terstruktur (Daihani 2001).
Pembuatan sistem ini mampu mengefisienkan pengeluaran perusahaan
karena perusahaan dapat mengetahui nilai kembalian suatu investasi dengan
jumlah investasi yang dikeluarkan. Kecepatan dan ketepatan keputusan, efisiensi
modal, dan perkembangan perusahaan memberikan nilai tambah bagi perusahaan
tersebut dimata para investor, baik itu investor asing maupun investor lokal.
Sistem pendukung keputusan ini sangat penting untuk dikembangkan
mengingat begitu kompleknya permasalahan yang ada pada tingkat top
manajement maupun middle manajement, selain itu perkembangan teknologi
informasi yang begitu cepat memberikan motivasi tersendiri untuk terus
berkompetisi dan berprestasi.
PKMT-3-19-2
METODE PENELITIAN
Pembuatan sistem pendukung keputusan untuk investasi pemilihan alat
produksi ini menggunakan metode nilai bersih sekarang (Net Present Value/NPV)
yang dapat digunakan untuk dua jenis keputusan di atas yaitu keputusan
pemilihan dan keputusan penyaringan (Krismiaji 2002).
Pedoman penentuan keputusan dengan metode Net Present Value untuk
investasi tunggal dapat disajikan seperti terlihat pada tabel 1.
Nilai waktu uang di sini adalah kenyataan bahwa dengan nilai nominal yang
sama, uang yang beredar pada saat ini memiliki harga yang berbeda dengan uang
yang beredar pada waktu yang lain. Rp. 100,- rupiah pada saat ini berbeda dengan
Rp. 100,- pada tahun 80-an.
Untuk pengambil keputusan, bila nilai NPV lebih besar atau sama dengan
nol maka usulan investasi layak untuk dilakukan karena invesatsi tersebut sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Penentuan arus kas yang baik sangat mempengaruhi keputusan investasi.
Dalam penentuan investasi kenapa harus arus kas dan bukan terhadap laba bersih
alasan utamanya adalah bahwa laba bersih dihitung berdasarkan konsep accrual
yang mengabaikan timing arus masuk dan arus keluar kas (Jatwoko 2000). Dari
sisi pandang investasi modal timing arus kas sangat penting, karena satu rupiah
yang diterima saat ini lebih bernilai dibanding satu rupiah yang diterima di masa
yang akan datang.
Dalam analisis usulan proyek investasi dengan metode Net Present Value,
dalam operasi perhitungannya menggunakan faktor pengali dalam persen (%).
Faktor ini merupakan tingkat kembalian investasi minimum yang diharapkan
dalam setiap tahunnya berdasarkan nilai waktu uang.
Nilai waktu uang dalam jangka waktu tertentu dirumuskan dalam persamaan
1.
1
1
(1 + i ) n ...........................(1)
PV =
i
Sedangkan nilai waktu uang pada tahun tertentu dirumuskan dalam
persamaan 2.
1
PV = ............................(2)
(1 + i ) n
Keterangan :
PV : Nilai sekarang (Present value)
i : Tingkat kembalian investasi minimum yang diharapkan
(dalam persen)
n : tahun ke- n
diberikan oleh perusahaan kepada kreditur jangka panjang dan para pemegang
saham untuk penggunaan modal mereka.
SISTEM
PENDUKUNG
Data Kas Masuk Pertahun KEPUTUSAN
ADMIN UNTUK
USER BIASA
INVESTASI
Data Kas Masuk Tahunan
PEMILIHAN
Informasi Investasi
ALAT
PRODUKSI
Informasi Kas Masuk Tahunan
Informasi Kas Masuk Tahunan
Informasi Kas Masuk Pertahun
Informasi Kas Keluar Tahunan Informasi Kas Masuk Pertahun
2.1
Data Login
login
Konfirmasi login 9 Data User
Konfirmasi login
Data Investasi
Data Investasi
Data Investasi
2.4 3 Data Kas Keluar Tahunan
Kas Keluar
Informasi Kas Keluar tahunan Tahunan
Informasi Kas Pertahun 2.5 Informasi Kas Masuk Pertahun 4 Data Kas Masuk Pertahun
Data Investasi Kas MAsuk
Pertahun
2.6
Informasi Kas Masuk Tahunan Kas Masuk Informasi Kas Masuk Tahunan
Tahunan
2.7
Informasi Investasi Terbaik
Analisis
2 Data Kas Masuk Tahunan
Informasi NPV
Tbl_km Tbl_kk
N N
Kode_km * Kode_kk *
N
Kode_invest ** Kode_invest **
1 N 1
Kode_km_thn ** Kode_kk_thn **
1
Kode_km_perthn ** Kode_kk_perthn **
1 Total_nilai_tunai_km Total_nilai_tunai_kk
Tbl_NPV
Kode_NPV *
1
Kode_invest **
Tbl_kk_perthn
1 Kode_km ** N
1 Kode_kk_perthn *
Kode_kk ** N
Tbl_km_perthn Kode_invest **
N Nilai_NPV
Kode_km_perthn * Nama_rekening
N Indeks NPV
Kode_invest ** Kk_thn_ke
Nama_rekening Besar_rekening
Km_thn_ke Faktor_diskon
Besar_rekening Nilai_tunai
Faktor_diskon Tbl_user
Nilai_tunai User_login*
Password
Desain sistem yang ketiga adalah desain antar muka pengguna seperti
terlihat pada gambar 6, 7, 8, dan 9. Desain pada bagian ini menjadi penting
mengingat pada saat ini sisi ergonomis sangat diperhitungkan. Kenyamanan para
pengguna sistem merupakan hal lain yang begitu mempengaruhi suatu
perkembangan system tersebut.
Penyelesaian
Diketahui:
Investasi awal
= Rp. 31.700.000,00
Umur ekonomis proyek
= 4 tahun
Nilai residu
= Rp. 0,00
Arus kas masuk tiap tahun
= Rp. 10.000.000,00
Tingkat kembalian investasi = 10%
Berdasarkan antarmuka pengguna pada sistem maka data yang ada dibagi
menjadi:
1. informasi umum tentang investasi
9 nama investasi
9 tingkat kembalian investasi
9 umur ekonomis investasi
2. arus kas keluar pada tahun tertentu
9 investasi awal pada tahun pertama
3. arus kas masuk setiap tahun
9 kas masuk bersih yang dihasilkan mesin tersebut
Nilai NPV yang dihasilkan dari contoh kasus diatas adalah Rp.0,-.
artinya investasi tersebut layak untuk dijalankan karena memberikan
kembalian yang diharapkan.
2 Kasus pada investasi tunggal kedua
Sebuah perusahaan merencanakan untuk membeli sebuah mesin untuk
mengganti tenaga manual yang selama ini mendukung usaha perusahaan
tersebut. Harga beli mesin Rp. 50.000.000,- dan mesin diperkirakan
memiliki umur ekonomis selama lima tahun tanpa nilai residu. Perusahaan
menginginkan tingkat kembalian minimal sebesar 20% selama umur
investasi.
Penyelesaian
Diketahui:
9 Investasi awal Rp. 50.000.000,0
9 Umur proyek 5 Tahun
9 Nilai residu Rp. 0,00
9 Penghematan biaya tahunan Rp. 18.000.000,00
9 Tingkat kembalian investasi 20%
Penyelasian
Data untuk alternatif I
1. informasi umum
jenis investasi perbaikan kapal ferry
tingkat kembalian 18%
umur ekonomis 10 Tahun
2. kas keluar pada tahun-tahun tertentu
biaya renovasi Rp. 40.000.000,00
biaya perbaikan tahun ke-5 Rp. 16.000.000,00
3. kas masuk pada tahun-tahun tertentu
nilai residu tahun ke-10 Rp. 10.000.000,00
4. Kas masuk setiap tahun
Selisih antara pendapatan pertahun dengan biaya operasional
sebesar Rp. 18.000.000,00
Data untuk alternatif II
1. informasi umum
nama investasi Pembelian kapal Ferry
umur ekonomis 10 Tahun
tingkat kembalian 18%
2. kas keluar pada tahun-tahun tertentu
harga beli ferry baru Rp. 72.000.000,00
service mesin pada tahun ke-5 Rp. 5.000.000,00
3. kas masuk pada tahun-tahun tertentu
PKMT-3-19-11
KESIMPULAN
Sistem Pendukung Keputusan Untuk Investasi Pemilihan Alat Produksi
dapat membantu perusahaan untuk menentukan keputusan investasi dengan cepat.
Namun akurasi dari hasil keputusan yang diberikan sebenarnya masih tergantung
pada estimasi arus kas selama umur ekonomis investasi. Kejelian untuk
mengestimasi arus kas sangat penting karena sistem pendukung keputusan ini
hanya membantu melakukan perhitungan dari estimasi arus kas yang ada. Bila
estimasi arus kas yang diinputkan kurang baik maka hasil yang diberikan pun
tidak akan memuaskan.
Pada Sistem Pendukung Keputusan Untuk Investasi Pemilihan Alat
Produksi ini tidak ada proses pembelajaran maupun evaluasi dari investasi
sebelumnya yang telah dijalankan sehingga keakuratan yang diberikan murni
berdasarkan hasil estimasi arus kas yang diinputkan.
DAFTAR PUSTAKA
Daihani DU. 2001. Komputerisasi Pengambilan Keputusan. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.
Jatwoko. 2000. Program Aplikasi Untuk Analisa Biaya Pengeluaran Dan Umur
Ekonomis Kendaraan Pada CV. Pandhawa Transport Yogyakarta (Skripsi)
Yogyakarta: Jurusan Informatika IST AKPRIND.
Krismiaji. 2002. Dasar-Dasar Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: UUP AMP
YKPN.
PKMT-3-19-12
Mcleod RJ. 2001. System Informasi Manajemen Jilid 2 Edisi Ketujuh Versi
Bahasa Indonesia. Jakarta: Prenhallindo.
Purnomo D. 2000. Peramala Kapasitas Industri. Yogyakarta: Laporan Kerja
Praktek Jurusan Teknik Industri IST AKPRIND.
Ramdhani MA. 2001. Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Keriteria
Majemuk Pada Pengambilan Keputusan Kelompok (Disertai) Untuk
Memperoleh Gelar Doktor Dalam Bidang Teknik Institut Teknologi
Bandung.
Santoso LE. 1996. System Pendukung Keputusan Untuk Masalah Optimasi
Multikriteria. Yogyakarta: Tugas Akhir Fakultas Teknik Jurusan
Informatika. Universitas Kristen Duta Wacana.
PKMT-3-20-1
ABSTRAK
Kata kunci:
PKMT-3-21-1
ABSTRAK
Berbagai media yang dapat digunakan sebagai media komunikasi data seolah-
olah tidak mengalami kendala serius bila diterapkan di perkotaan. Tetapi
berbeda bila sebuah jaringan dibangun didaerah terpencil yang tidak memiliki
sarana komunikasi data/informasi serta keadaan geografis dari daerah tersebut
yang tidak memungkinkan bila menggunakan kabel sebagai media utama dalam
pengiriman data. Sebagai penyelesaiannya maka digunakan komunikasi data
menggunakan media gelombang radio FM. Karena selain murah, komunikasi
menggunakan gelombang radio tidak terpengaruh pada keadaan geografis
daerah. Dalam penerapannya, teknologi komunikasi data dengan gelombang
radio, menggunakan souncard pada komputer disambungkan pada antena agar
dapat menghasilkan sinyal yang lebih kuat, soundcard yang umumnya digunakan
sebagai pengolah suara dimodifikasi agar dapat menerima dan mengirimkan data
digital yang diolah oleh komputer menjadi data analog berupa sinyal FM,
sebagai contoh sederhana komunikasi data ini adalah diterapkan pada sistem
informasi toko. Dalam penerapannya, diperlukan suatu perangkat Transceiver
FM dengan kekuatan 25 watt agar dapat menjangkau daerah dengan radius 8-15
Km, serta diperlukannya suatu sistem informasi yang digunakan untuk
menginformasikan data stok barang. Komunikasi data yang dibuat bertujuan
untuk menginformasikan data permintaan suatu barang yang tidak dapat
dipenuhi oleh suatu toko, sehingga dapat diteruskan kepada toko yang lain
sehingga permintaan dapat selalu terpenuhi. Komunikasi data menggunakan
soundcard modem, diharapkan dapat dijadikan alternatif media komunikasi data,
karena selain murah (bila dibandingkan media komunikasi lain) komunikasi data
mengunakan soundcard modem telah dapat menepiskan kendala-kendala yang
menjadi peghalang komunikasi data di daerah terpencil.
PENDAHULUAN
Didaerah pedesaan yang belum memiliki sarana komunikasi data/informasi
sangat berbeda dengan daerah perkotaan yang telah memiliki berbagai macam
fasilitas komunikasi informasi/data yang memadai. Faktor lain yang menjadi
kendala adalah keadaan geografis yang tidak memungkinkan bila menggunakan
kabel sebagai media utama dalam pengiriman data. Kondisi geografis disini dapat
berupa daerah yang berbukit, adanya penghalang antara dua tempat yang
berjauhan berupa hutan, jurang ataupun kodisi geografis lain yang menjadikan
kendala dalam penyampaian informasi/data dari satu tempat ketempat lain. Resiko
lain adalah faktor keamanan yang buruk (misalnya pencurian ataupun
kemungkinan kabel putus yang ditimbulkan oleh bencana alam atau karena faktor
PKMT-3-21-2
kesengajaan) yang harus ditanggung bila media kabel dipakai sebagai alternatif
pengiriman data. Permasalahan-permasalahan diatas menyebabkan terhambatnya
komunikasi data pada sistem informasi yang dibangun di daerah terpencil.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan betapa komunikasi yang
dikembangkan didaerah terpencil sangatkah berbeda bila dibandingkan
pengembangan komunikasi data di daerah perkotaan yang cukup hanya
menggunakan kabel ataupun saluran sewa sebagai media komunikasi.
Sehingga mulai dipikirkan alternatif-alternatif lain komunikasi data dapun
tujuan program yang pertama adalah merancang dan membuat sistem jaringan
yang memanfaatkan beberapa sumber daya yang ada yaitu transceiver FM dan PC
dengan soundcard sebagai modem, sebagai alternatif media komunikasi data.
Kedua membangun sistem informasi sebagai implementasi pemakaian sistem
jaringan diatas, sistem informasi yang dimaksud disini misalnya sistem informasi
jual beli antara dua toko bangunan di daerah terpencil yang letaknya berjauhan.
Diharapkan dengan adanya sistem jaringan dan sistem informasi jual beli
untuk dua toko yang tempatnya berjauhan akan mempercepat proses transaksi di
dua toko, selain itu laporan yang dikeluarkan oleh toko dapat mudah dibuat
dengan akurat, tidak memerlukan tenaga/karyawan yang selalu mengecek kondisi
barang ataupun sebagai perantara dalam melakukan transaksi di toko yang
berjauhan. Kegunaan yang lain adalah dapat menekan pengeluaran karena tidak
dikenakan biaya koneksi bahkan gratis (hanya mengeluarkan biaya awal
pembuatan Transceiver FM dan pembelian PC yang murah).
METODE PENELITIAN
1 Survey
Dalam hal ini daerah yang di survey daerah di desa Ganggang tingan, Kec.
Ngimbang, Kab. Lamongan ( 25 Km ke arah selatan kota Lamongan). Daerah
tersebut dipilih, karena daerah tersebut benar-benar memiliki kondisi yang sesuai
dengan kriteria-kriteria yang dibutuhkan untuk dapat membangun suatu sistem
komunikasi data menggunakan soundcard modem.
Pada pelaksanaannya kegiatan survey dilakukan sebanyak 4 kali secara
bertahap pada tahap awal digunakan untuk studi komunikasi data, selanjutnya
digunakan untuk studi sistem informasi toko.
2 Wawancara
Melakukan pendekatan-pendekatan pada individu ataupun kelompok yang
membantu dalam pengembangan komunikasi data ataupun dalam pengembangan
sistem informasi toko, dalam hal komunikasi data menggunakan transceiver FM
yang kami jadikan rujukan adalah para pengguna radio amatir yang mengudara
didaerah tersebut.
Pertanyaan mengenai sistem informasi yang diajukan dititik beratkan
kepada kegiatan-kegiatan transaksi yang berjalan sehari-hari, baik berupa data
stok barang, data transaksi pembelian, data transaksi penjualan, data pemesanan
barang, laporan harian, laporan bulanan dan lain-lain. Data yang diterima, diolah
untuk dijadikan dasar pembuatan sistem informasi yang didalamnya telah
terintegrasi sistem komunikasi data radio paket.
3 Analisis
Dari hasil surver dan wawancara yang dilakukan, didapatkan data-data
sebagai berikut:
PKMT-3-21-3
- Data komunikasi data yang nantinya berjalan harus dapat menempuh jarak
dalam radius 3 Km.
- Komunikasi data yang nantinya berjalan adalah metode pengiriman data
teks, karena sistm ini dianggap lebih ringan dibandingkan menggunakan
metode transfer file.
- Sistem informasi yang dibangun nantinya dibuat semudah mungkin untuk
digunakan, karena nantinya, pengguna aplikasi sistem informasi toko ini
adalah orang-orang yang sangat awam dengan komputer.
- Tidak diperlukan adanya transponder (relay pemancar) karena kondisi
geografis antara 2 lokasi yang digunakan sebagai sarana percobaan tidak
terdapat media yang dapat menghalangi rambatan gelombang radio.
4 Bahan Dan Alat
a Soundcard PCI / ISA
Dalam penggunaannya dipilih soundcard soundcard yang
kompatibel dengan soundblaster dan tahun pembuatan maksimal tahun
2002, karena dalam pengujian kami hanya produk-produk terebut yang
mendukung untuk dikonfigurasi menjadi soundmodem dengan driver
flexnet.
d Antena Pengarah
Antena yang digunakan mempunyai 3 larik, dimana larik pertama
berfungsi sebagai cermin yang berfungsi menyearahkan sinyak yang
dihasilkan oleh pemancar, pada larik kedua digunakan sebagai
pemancar, sedangkan pada larik akhir, digunakan sebagai media yang
menentukan lebar sinyal yang dihasilkan.
e 2 Unit Komputer
Komputer yang digunakan adalah komputer komputer umum
dengan spesifikasi kecepatan minimal 100 Mhz, dan untuk sistem
operasi kami mengandalkan Windows XP karena menurut kami
windows XP merupakan sistem operasi yang sangat mudah dioperasikan
dan aplikasi flexnet telah mendukung sistem operasi ini.
f Speaker Aktif +Mikrophone
Speaker aktif yang digunakan adalah speaker aktif yang umum ada
dipasaran, media ini nantinya digunakan untuk mendengarkan sinyal
yang dikirim ataupun yang diterima oleh sound modem.
g Instrumen Penunjang
Avometer, Solder, Selotip, Cutter, Tang, Obeng.
5 Percobaan
Mengadakan pembuktian-pembuktian terhadap apakah data yang diterima
oleh transceiver FM dapat dibaca oleh komputer, yang didapatkan dari beberapa
sumber (misalnya literatur, internet) yang berhubungan dengan komunikasi data
menggunakan radio paket. Selama proses percobaan berlangsung dikumpulkan
pula beberapa referensi lain yang sekiranya dapat menunjang terbentuknya
komunikasi data.
Pada proses ini digunakan prinsip trial and error, yaitu percobaan yang
dilakukan terus menerus hingga ditemukannya suatu kesalahan, dan kemudian
berusaha memperbaikinya, tetapi pada beberapa kasus, kesalahan yang terjadi
benar-benar tidak dapat diperbaiki hingga mengharuskan untuk menggunakan
alternatif lain sebagai jalan keluar, contoh kasus percobaannya adalah penggunaan
PKMT-3-21-5
modulasi FSK sebagai metode pengiriman data. Pada modulasi ini terlalu banyak
noise sehingga data yag dikirimkan tidak dapat diterima dengan baik.
6 Implementasi
Setelah semua percobaan dilakukan hingga menghasilkan suatu sistem
dengan kesalahan yang minim, kemudian sistem komunikasi data menggunakan
radio paket mulai diterapkan, pada awal penerapan komunikasikasi data, hanya
digunakan simulasi-simulasi sederhana yang dapat mewaliki kondisi sebenarnya,
misalnya penggunaan media kabel sebagai media penghubung antar komputer
sebelum mengunakan transceiver fm. Setelah komunikasi yang terbentuk telah
semakin berkembang, proses penerapan mulai diarahkan pada komunikasi data
menggunakan soundcardmodem yaitu mulai digunakannya transceiver fm.
Pada tahap selanjutnya digunakan suatu program sederhana pengirim dan
penerima teks, data teks yang dikirim menggunakan dua metode koneksi jaringan,
pertama digunakan metode komunikasi soket dan metode kedua digunakan
metode pengiriman pesan singkat pada sistem informasi windows, yaitu net send.
7 Sinkronisasi
Pada tahap ini, komunikasi data yang terbentuk diharapkan dapat digunakan
untuk mengirim data teks sebesar 1 Mb, karena data yang diolah oleh database
nantinya akan diinformasikan menggunakan komunikasi data dengan sound dalam
beberapa tahap pengiriman.
Komunikasi data diujicobakan pada koneksi database MySQL, dan
dihasilkan suatu komunikasi data yang sangat diluar dugaan, pada kondisi cuaca
yang baik koneksi database menggunakan jaringan soundcard modem berhasil
dilakukan, demikian pula transfer file pada jaringan normal menggunakan media
soundcard modem telah berhasil dilakukan, tetapi disini file yang ditransferkan
adalah file dengan kapasitas kecil karena kecilnya jumlah bit yang dikirim
perdetik.
8 Optimasi
Setelah semua tahap berjalan dengan baik, selanjutnya dilakukan beberapa
perbaikan pada sistem, yaitu perbaikan pada transciever fm. Transceiver fm
dikonfigurasikan agar sinyal yang dihasilkan tidak mengganggu peralatan-
peralatan elektronik lain sewaktu digunakan contoh peralatan elektronik yang
dapat terganggu misalnya saja radio.
Mengadakan perbaikan pada sistem informasi agar benar-benar user friendly
/ mudah digunakan, misalnya saja pengunaan bahasa indonesia pada sistem
informasi, memperbaiki tampilan sehingga nyaman untuk dilihat serta
memperbaiki sistem informasi hingga dapat terbebas dari kesalahan-kesalahan
pada saat penanganan program.
(ASK), Phase Shift Keying (PSK), Frequency Shift Keying (FSK) dan
Audio Frequency Shift Keying (AFSK).
Amplitude Shift Keying (ASK) adalah modulasi yang menyatakan
sinyal digital 1 sebagai suatu nilai tegangan tertentu (misalnya 1 Volt)
dan sinyal digital 0 sebagai sinyal digital dengan tegangan 0 Volt.
Sinyal ini yang kemudian digunakan untuk menyala-mati-kan
pemancar, kira-kira mirip sinyal morse.
Phase Shift Keying (PSK) adalah modulasi yang menyatakan sinyal
digital 1 sebagai suatu nilai tegangan tertentu dengan beda fasa tertentu
pula (misalnya tegangan 1 Volt dengan beda fasa 0 derajat), dan sinyal
digital 0 sebagai suatu nilai tegangan tertentu (yang sama dengan nilai
tegangan sinyal PSK bernilai 1, misalnya 1 Volt) dengan beda fasa
yang berbeda (misalnya beda fasa 180 derajat). Tentunya pada teknik-
teknik yang lebih rumit, kita bisa melakukan modulasi dengan
perbedaan fasa yang lebih banyak lagi.
Audio Frequency Shift Keying (AFSK) adalah modulasi yang
menyatakan sinyal digital 1 sebagai suatu nilai tegangan dengan
frekuensi tertentu (misalnya f1 = 1200 Hz), sementara sinyal digital 0
dinyatakan sebagai suatu nilai tegangan dengan frekuensi tertentu yang
berbeda (misalnya f2 = 2200 Hz). Sama seperti modulasi fasa, pada
modulasi frekuensi yang lebih rumit dapat dilakukan pada beberapa
frekuensi sekaligus dengan cara ini pengiriman data menjadi lebih
effisien.
Untuk menentukan konfigurasi modulasi yang paling pas, harus
diketahui terlebih dahulu data konfigurasi transceiver fm yang digunakan
melakukan serangkaian ujicoba terhadap beberapa kemungkinan modulasi.
2 TX Delay pada soundmodem.
Menentukan konfigurasi nilai dari tx delay, semakin besar nilai dari tx
delay maka data yang diproses pada setiap paket akan menjadi cepat tetapi
terdapat kemungkinan data tidak terkirim sempurna, sedangkan semakin
kecil nilai tx delay, maka data yang dikirimkan akan menjadi kecil, tetapi
data dapat terkirim dengan baik. Data TX Delay sebesar 80 yang telah
didapatkan merupakan suatu hasil dari serangkaian percobaan yang telah
dilakukan.
3 Konfigurasi Volume Soundcard.
Hal ini dianggap perlu karena semakin besar data yang diinputkan
pada soundcard, maka akan semakin banyak noise (gangguan suara) pula
yang akan dihasilkan.
Pengujian data dengan menggunakan aplikasi-aplikasi soket menggunakan
komunikasi standar yang mendukung protokol AX.25.
1 Pengujian komunikasi data menggunakan perintah ping.
Perintah yang digunakan untuk mencheck hubungan TCP/IP adalah
PING pada DOS prompt. PING pada prinsipnya mengirimkan sejumlah byte
data ke stasiun tujuan dan menguji apakah stasiun tujuan mengirimkan
kembali byte data yang kita kirimkan tersebut dan mencatat berapa lama
waktu yang dibutuhkan untuk pengiriman data tersebut. Perintah ping pada
konsol windows, pada pegujian ini digunakan tipe pengiriman data terus
menerus dengan ukuran 10 bit, dan lama time out 3000, time out adalah
PKMT-3-21-8
waktu toleransi yang diberikan untuk membaca renspon balik dari berita
yang dikirim, perintah time out disini diberi nilai 3000 karena standar time
out pada perintah ping adalah 1000 dan mengingat komunikasi data yang
dibangun menggunakan gelombang radio maka toleransinya diturunkan
menjadi 3000.
Dari gambar berikut dilihat, dari beberapa paket data yang dikirim
hanya beberapa paket data yang dapat diterima dengan baik.
Gambar 6. Data Informasi yang diterima dan dikirim oleh soundmodem pada
komputer melalui trace pada Flexnet.
Dengan kecepatan pengiriman data 1200 bit per detik (AFSK) maka
kebutuhan pengiriman data yang diterapkan pada sistem informasi jual beli ini
telah dapat dilakukan (dengan pengaturan penjadwalan pegiriman data).
Selanjutnya dilakukan sinkronisasi antara sistem informasi dengan komunikasi
data soundcardmodem.
TOT 1810
AL Char 642 Char
Dalam tahap ini dibangun suatu sistem informasi sederhana yang dianalisa
dari kegiatan-kegiatan operasional di UD. Sumber Bahagia yang berkaitan dengan
penyediaan informasi yang mudah dan akurat. Kegiatan operasional tersebut
diantaranya adalah kegiatan pesanan permintaan barang, kegiatan penjualan,
kegiatan retur penjualan, kegiatan order pembelian, kegiatan penerimaan barang,
kegiatan retur pembelian, dan kegiatan administrasi dan keuangan, bila telah
selesai maka dilakukan sinkronisasi antara sistem informasi dengan soundmodem
soundcard.
PKMT-3-21-10
Sehingga bila terdapat toko yang tidak dapat memenuhi permintaan akan
suatu barang, maka toko tersebut dapat memberikan penawaran kepada toko
lainnya untuk memenuhi permintaan tersebut, sehingga pelayanan akan suatu
permintaan barang menjadi maksimal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi apabiladiterapkannya sistem ini adalah:
1 Kontur Permukaan tanah.
Pada umumnya contour tanah didaerah pelosok /pegunungan tidak
datar, biasanya berada dikaki bukit atau di lembah-lembah banyaknya
contour tanah tersebut sangat menghalangi lalulintas gelombang radio.
PKMT-3-21-11
KESIMPULAN
Komunikasi data menggunakan radio paket dan soundcard modem
merupakan suatu alternatif komunikasi data yang dapat diterapkan pada daerah
terpencil.
Karena menggunakan gelombang radio, kecepatan transfer data terasa agak
lamban yaitu hanya 1200 bps s/d 9600 bps, sementara koneksi dial up via telepon
memiliki kecepatan 28800 bps.
Agar daerah-daerah terpencil dapat menikmati kemajuan teknologi
informasi disarankan:
a Peningkatan kualitas SDM
b Listrik masuk desa
c Pemberian bantuan penyuluhan tentang IPTEK
PKMT-3-21-12
DAFTAR PUSTAKA
Allocca. Dr. John A. Amateur Radio Emergency Communications Guidebook,
http://www.allocca.com/ham/emergency_com_course_2.pdf
Basalamah, Affan. Radio paket dan soundcard modem.
http://ai3.itb.ac.id/~affan/writing/pcplus/PCPlus.htm.
Brabham, Charles. Flex32 / Soundcard Packet for Windows.
http://www.uspacket.net.
Fedoron, Alex and natalia Elmanova. Advanced Delphi Developers Guide to
ADO. Wordware Publishing, Inc. 2000.
Husni. Pemrograman database dengan Delphi. Graha Ilmu. Yogyakarta, 2002.
Kurpiers, Alexander. FlexNet Documentation FlexNet for windows95 Add On
Package. http://www.afthd.tu-darmstadt.de/~flexnet/index.html.
PKMT-3-22-1
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan mengimplementasikan suatu
jaringan komputer tanpa harddisk dengan metode diskless Citrix Meta Frame XP
pada Laboratorium Komputer II STMIK Handayani Makassar. Penelitian
dilakukan pada bulan Pebruari sampai bulan Juni 2006 dengan lokasi penelitian
Laboratorium Komputer II STMIK Handayani Makassar, dengan
mengimplementasikan suatu jaringan komputer tanpa harddisk menggunakan
metode diskless Citrix Meta Frame XP, maka laboratorium Komputer II STMIK
Handayani Makassar dalam pemakaiannya tidak hanya terbatas pada
penggunaan program aplikasi under DOS tetapi dapat juga difungsikan untuk
sistem operasi windows 2000 server. Sehingga dengan adanya sistem diskless
Citrix Meta Frame XP ini maka komputer yang terdapat pada Laboratorium
Komputer II STMIK Handayani Makassar yang pada umumnya memiliki
spesifikasi Hardware yang rendah dapat beroperasi layaknya komputer yang
mempunyai spesifikasi yang maksimum dan memungkinkan digunakan untuk mata
kuliah praktikum komputer baik mode teks maupun grafik. Hasil menunjukkan
bahwa sistem jaringan yang dibangun pada Laboratorium Komputer II STMIK
Handayani Makassar dengan menggunakan metode diskless Citrix Meta Frame
XP mampu memberikan solusi tertentu dimana mahasiswa yang semula
mempunyai jadwal mata kuliah yang berbasis program aplikasi under windows
yang pelaksanaanya hanya dilakukan pada Laboratorium Komputer I saja,
sekarang sudah dapat dilakukan pada Laboratorium Komputer II STMIK
Handayani Makassar.
PENDAHULUAN
Teknologi jaringan komputer hadir dan memberikan kontribusi yang
sangat besar dalam memenuhi kebutuhan manusia dalam bidang teknologi
komunikasi dan informasi. Salah satu bentuk pemanfaatan teknologi jaringan
komputer adalah teknologi cloning, yakni suatu teknologi yang memungkinkan
pemanfaatan komponen-komponen lama dengan spesifikasi rendah bekerja
sebagaimana komputer yang memiliki spesifikasi tinggi.
Berdasarkan fenomena tersebut serta mengingat kondisi komputer pada
Laboratorium Komputer II STMIK Handayani yang seluruhnya adalah komputer
dengan spesifikasi rendah yang selama ini penggunaannya hanya terbatas untuk
pelaksanaan pratikum uder DOS, maka kami mencoba menawarkan konsep sistem
diskless menggunakan Citrix Meta Frame XP dengan sistem operasi Windows
2000 Server.
PKMT-3-22-2
METODE PENDEKATAN
Adapun metode pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1) Observasi.
Observasi yang dilakukan dalam hal ini adalah mengumpulkan data-data
komputer pada Laboratorium Komputer II STMIK Handayani dan perangkat
jaringan lainnya yang nantinya dapat mendukung dan digunakan dalam
penelitian ini.
2) Interview.
Interview dilakukan dengan mengadakan wawancara dengan Unit
Pelaksana Teknis Laboratorium STMIK Handayani dan Mahasiswa STMIK
Handayani.
3) Kepustakaan
PKMT-3-22-3
Tahapan Pelaksanaan
Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan yang telah dilakukan dapat dilihat
pada Tabel berikut :
Instrumen pelaksanaan :
a. Persiapan
Persiapan dilakukan dengan mengundang tim dalam suatu rapat
persiapan, membicarakan teknis pelaksanaan kegiatan dan tahap-tahap apa
yang akan dilalui nantinya. Selain itu pengadaan alat yang akan digunakan
untuk pengumpulan data.
b. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimulai dengan interview, baik yang dilakukan
terhadap Pengelolah STMIK Handayani maupun terhadap Mahasiswa STMIK
Handayani. Penelitian kemudian dilanjutkan dengan menginventarisir
komputer pada Laboratorium Komputer II STMIK Handayani dan alat lainnya
yang nantinya dapat membantu penelitian ini. Sejalan dengan hal tersebut juga
dilakukan pengumpulan data dan informasi dari buku-buku maupun dari
internet berkenaan dengan kegiatan penelitian ini.
c. Analisis Sistem
Sistem yang sedang berjalan menunjukkan bahwa fungsi dari
Laboratorium Komputer II STMIK Handayani hanya digunakan untuk
praktikum komputer menggunakan aplikasi Under DOS. Dengan melihat
kondisi tersebut dan setelah menginventarisir komputer maka Laboratorium
Komputer II STMIK Handayani memungkinkan untuk dapat diterapkannya
jaringan tanpa harddisk dengan menggunakan Citrix Meta Frame XP berbasis
Windows 2000 Server. Tentunya dengan penambahan beberapa perangkat
jaringan.
d. Perancangan/Desain Sistem
Setelah melihat kondisi pada Laboratorium Komputer II STMIK
Handayani, memungkinkan dibentuknya sistem jaringan komputer tanpa
harddisk menggunakan Citrix Meta Frame XP berbasis Windows 2000 Server,
maka dirancang sistem pada Laboratorium Komputer II STMIK Handayani
sebagai berikut :
PKMT-3-22-4
Pembahasan
Proses pengimplementasian sistem yang telah diteliti dalam menjalankan
dan menguji sistem ada beberapa proses yang dilalui antara lain :
a. Kelayakan Ekonomi
Setelah peneliti menganalisis manfaat, penggunaan dan potensi
pengembalian secara ekonomis dari sistem jaringan Citrix MetaFrame XP
untuk mendukung sistem jaringan komputer serta memantau sejauh mana
penghematan dapat dilakukan, maka pada kenyataannya sistem jaringan
dengan menggunakan Citrix MetaFrame XP memberikan manfaat bagi pihak
Lembaga STMIK Handayani Makassar dengan biaya yang minimal dan
dimanfaatkan dengan optimal untuk perkuliahan dalam hal ini dapat dilihat
dari hasil pengimplementasian Citrix MetaFrame XP pada Laboratorium
Komputer II STMIK Handayani Makassar.
b. Mengecek Koneksi
Pertama kita melihat apakah workstation secara fisik terkoneksi
dengan server dalam jaringan yang sama. Jika ya, maka lampu indikator yang
menunjukkan sambungan (link) pada setiap host yang terhubung menyala.
NIC yang terinstal di server harus mempunyai kecepatan 100 MB atau lebih,
jika NIC yang terinstal di server mempunyai kecepatan yang rendah maka
download file dari server ke klien menjadi lambat.
c. Instalasi Sistem Operasi Windows 2000 Server
Proses instalasi sistem operasi windows 2000 server secara umum
sama seperti proses penginstalan sistem operasi windows yang lainnya, hanya
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Pada License Mode pilih Per Server dengan jumlah koneksi sesuai jumlah
user.
2. Pada pilihan windows 2000 component, komponen yang sudah dipilih
biarkan saja dan tambahakan komponen sebagai berikut :
- Management and monitoring tools
- Networking services
- Other network file and print services
- Remote installation service
- Remote storage
- Terminal service
- Terminal services licensing
3. Select the mode you want to use , pilih aplication server mode.
4. Permission for aplication compability, pilih permission compatible with
windows 2000 users.
5. Jika network card terdeteksi, tambahkan pilihan protocol IPX/SPX, jika
tidak anda dapat menambahkannya setelah proses instalasi selesai.
6. Setting IP Address dan NetMask nya.
d. Instalasi Citrix Meta Frame XP
Untuk instalasi Citrix Meta Frame XP ada dua hal yang perlu
diinstalasi yaitu:
PKMT-3-22-7
1. Meta Frame XP
2. Citrix Management Console
e. Instalasi Disket Boot
Disket boot diperlukan untuk koneksi client keserver. Ada beberapa
hal yang perlu dilakuan yaitu ;
1. Format disket dengan memberi system.
2. Copy folder disk-boot-dos pada CD Citrix kedalam komputer.
3. Kompres File yang ada pada folder tersebut.
4. Copy file driver DOS Card pada CD Driver card jaringan anda ke dalam
komputer pada folder yang telah disiapkan
5. Copy semua file tersebut kedalam disket yang telah disediakan.
6. Buat disket tersebut dapat menjalankan eksekusi secara boot table dengan
mengkonfigurasi Autoexec.bat dan Config.Sys.
f. Proses Kerja Sistem Diskless
Setelah instalasi Sisyem Operasi Windows 2000 Server pada komputer
server maka hal yang selanjutnya dilakukan adalah:
1. Log On Server
Untuk masuk ke server pertama kali, pada komputer server hanya bisa
melalui user yang bernama Administrator dengan password yang telah
diberikan ketika instalasi sistem operasi Windows 2000 Server.
2. Membuat Account User
Jika ingin menggunakan Citrix MetaFrame XP pada Windows 2000
Server, nama dan password sebagai pemakai untuk masuk ke jaringan
serta izin untuk akses ke sumber yang ada pada server harus dibuatkan. Ini
disebut sebagai account user. Account user dikelola oleh Administrator
jaringan. Untuk membuat account user sebagai berikut:
a) Klik tombol Start > Program > Administrator Tools > Computer
Management, tampil kotak jendela Computer Management.
b) Pada Console tree klik tanda + pada icon system > local user an groups
sehingga tampil folder Users and Groups.
c) Klik kanan folder users, klik New User.
d) Tampil kotak dialog New User, isi nama user yang hendak diberikan,
huruf besar dan huruf kecil dibedakan. Ulangi pengetikan dengan
password yang sama pada kotak isian confirm password.
e) Pada kotak cek terdapat :
1) User must change password at next log on : ini merupakan default
yang diberikan untuk setiap user baru, yang menyatakan pertama
kali log on dan diminta supaya user segera mengganti
passwordnya.
2) User cannot cange password : menyatakan user tersebut tidak bisa
mengubah password yang telah diberikan oleh Admiistrator.
3) Password never expires : menyatakan masa berlakunya password
tidak terbatas.
4) Account is disabled : jika diset menyatakan user tidak isa log on ke
jaringan.
5) Setelah memilih kotak cek, kemudian pilih Create.
f) Setelah klik Create maka kotak isian pada kotak dialog New User akan
dikosongkan, dan memberi kesempatan untuk membuat user baru yang
PKMT-3-22-8
lain. Jika selesai dalam pembuatan user maka selanjutnya klik tombol
Close.
3. Inisialisasi Disket
Setelah sistem siap selanjutnya kita akan memasukkan disket boot
(etherboot) ke komputer workstation maka tahap-tahap yang terjadi pada
komputer workstation sebagai berikut:
a. Ketika WorKstation diaktifkan maka akan terjadi proses Power On
Self Test (POST).
b. Pada saat proses tersebut terjadi, BIOS akan mencari ROM yang
terpasang pada Card LAN. ROM yang dicari tersebut harus sudah
terisi kode therboot. Jika ROM tidak terpasang atau tidak ada kode
etherbootnya, maka BIOS akan mencari ke device yang lain yaitu,
disket yang berisi kode etherboot.
c. Setelah proses POST selesai maka file config.sys dan autoexec.bat
yang terdapat pada disket dieksekusi dilanjutkan dengan pembacaan
kode ehtherboot yang terdapat pada disket dan langsung dieksekusi.
d. Kode ehterboot tersebut kemudian akan mencari card LAN yang
terpasang. Jika berhasil menemukanya maka card LAN tersbut akan
diinisialisasi.
e. Kode etherboot kemudian akan mengirimkan sinyal ke jaringan,
berupa permintaan DHCP (DHCP Request). Permintaan DHCP
tersebut akan disertai dengan MAC Addres dari Card LAN yang
digunakan.
f. DHCP daemon yang aktif di server kemudian akan memperoleh sinyal
permintaan tersebut dan akan mencari data pada file konfigurasi yang
ada.
g. Kode etherboot kemudian akan menerima balasan dari server, dan
kemudian melakukan konfigurasi TCP/IP pada card LAN dengan
parameter yang diterima.
h. Dengan menggunakan TFTP (Trivial File Transfer Protokol), kode
etherboot kemudian akan berusaha untuk melakukan download dari
server.
i. Setelah file berhasil didownoad sepenuhnya di Workstation, kode
ehterboot akan meletakkan file tersebut ke lokasi memory yang tepat.
j. Kontrol kemudian akan diambil oleh kernel. Kernel ini kemudian akan
melakukan inisialisasi seluruh sistem dan peralatan terpasang yang
dikenali dan selanjutnya menampilkan mode koneksi server.
k. Selanjutnya akan tampil kotak dialog konfirmasi. Tekan Ctrl+Alt+Del,
sehingga tampil kotak dialog Log On to Windows dengan
memasukkan user yang telah dimuat di Administrator.
l. Ketik passwordnya dan klik OK maka akan muncul tampilan pada
desktop awal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mueller, S. (2003). Upgrading and Repairing PCs, Edisi 3, Penerbit ANDI,
Yogyakarta.
2. Purbo, Onno. W. (1998). TCP/IP, Penerbit ANDI, Yogyakarta.
3. Rafiuddin, Rahmat. (2003). Jaringan Komputer, Penerbit PT. Gramedia,
Jakarta.
4. Setiawan, S. (1992). Mengenal Network, Edisi Pertama, Penerbit ANDI,
Yogyakarta
5. Sulhan, M. S.Kom. (2003). Membangun Jaringan Komputer Murah
Menggunakan Citrix MetaFrame XP, Penerbit ANDI, Yogyakarta.
6. Sulung, (2003). Alasan Perusahaan Beralih ke Thin Client Server
Computing, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
7. Wirija, S, Ir. (2002). Microsoft Windows 2000 Server, Jakarta.
PKMT-3-23-1
ABSTRAK
Kata kunci:
PKMT-4-1-1
Zulbasrizal, Taufiq Sabirin, Hotto Juriko Ks, Dwi Hasfi F, Ahmad Lutfi
PS Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang
ABSTRAK:
Sumber energi yang sering digunakan pada kendaraan listrik berasal dari surya
dan baterai. Namun, energi surya hanya dapat digunakan pada siang hari dan
pada keadaan radiasi yang cukup. Selain itu, pada malam hari, sumber energi ini
tidak ada sehingga kurang dapat diandalkan sebagai sumber utama pada
kendaraan listrik. Untuk mengatasi masalah ini, perancang menggunakan baterai
sebagai sumber cadangan energi. Akan tetapi, penggunaan baterai juga terbatas
karena energi baterai dapat habis bila terus digunakan tanpa pengisian ulang.
Penelitian ini menawarkan suatu metode baru yang dapat digunakan pada
kendaraan listrik untuk pengecasan sendiri: (1) menggunakan alternator saat
jalan normal (memanfaatkan efek giroskop); (2) memanfaatkan energi kinetik
motor saat jalan menurun dan energi kinetik saat pengereman oleh alternator
menjadi energi listrik (regenerasi). Efisiensi energi pada kendaraan listrik dapat
ditingkatkan menjadi lebih baik dengan metode yang diusulkan. Hasil penelitian
(melalui pengukuran durasi baterai menyuplai motor) menunjukkan bahwa
pemasangan alternator yang memanfaatkan efek giroskop dan regenerasi terbukti
memberikan perbaikan pada efisiensi kendaraan listrik dan meningkatkan
kapasitas (daya tempuh) kendaraan listrik.
PENDAHULUAN
Energi surya dan listrik adalah salah satu alternatif energi terbaharui.
Keduanya memiliki potensi yang menarik sebagai alternatif dari energi fosil (tak
terbaharui) yang biasa digunakan. Sekarang timbul masalah yang berkaitan
dengan energi fosil tersebut yaitu langkanya dan semakin tingginya harga energi
fosil dunia. Disamping itu, potensi kedua energi terbaharui ini (surya dan listrik)
cukup menjanjikan untuk wilayah tropis khususnya daerah Sumatera Barat. Oleh
karena itu, kami tergerak untuk merintis penggunaan energi alternatif tersebut
dengan harapan untuk masa kedepannya kita tidak lagi bergantung pada energi tak
terbaharui.
Sumber energi yang sering digunakan pada kendaraan listrik berasal dari
surya dan baterai. Sumber energi surya dapat digunakan pada siang hari dan pada
keadaan radiasi yang cukup. Salah satu kelemahan dari energi surya adalah tidak
dapat diperoleh secara optimal pada saat radiasi matahari berkurang misalnya
pada saat cuaca mendung atau ketika musim hujan. Selain itu, pada malam hari,
sumber ini tidak dapat digunakan sehingga energi surya kurang dapat diandalkan
sebagai sumber utama pada kendaraan listrik. Untuk mengatasi masalah ini,
biasanya digunakan baterai sebagai sumber cadangan. Baterai dapat digunakan
untuk menyimpan energi listrik yang selanjutnya dapat dipakai pada saat
PKMT-4-1-2
dibutuhkan. Penggunaan baterai juga terbatas karena energi baterai dapat habis
bila terus digunakan tanpa pengisian ulang. Pengecasan baterai konvensional
dilakukan dengan mengambil sumber dari PLN dan mengisi ulang cairan (untuk
baterai basah). Pengisian ulang baterai pada penelitian ini dilakukan dengan cara
mengambil sumber dari motor pada saat kendaraan melewati jalan menurun,
dalam hal ini motor berubah fungsi menjadi generator. Metode lain yang dapat
digunakan pada kendaraan listrik adalah menggunakan pengecasan sendiri yaitu
dari alternator. Sehingga kendaraan yang kami rancang merupakan gabungan dari
motor, alternator, sel surya, dan baterai.
Alternator adalah mesin listrik yang mengubah energi mekanik menjadi
energi listrik(2). Penggerak utama alternator dapat diambil dari kendaraan yaitu
putaran mesin. Suatu hal yang perlu diperhatikan bila menggunakan alternator
adalah bagaimana agar alternator tersebut tidak menjadi beban yang dapat
mengurangi kemampuan kendaraan. Secara teori, alternator bermanfaat jika ia
digerakkan dengan torka yang cukup besar yaitu pada saat mobil melintasi jalan
menurun. Dengan adanya alternator, kita dapat meningkatkan daya kendaraan
sehingga menjaga kontinuitas daya dari kendaraan itu sendiri. Disamping
keuntungan dari pemakaian alternator ada beberapa hal yang menjadi
permasalahan baru pada kendaraan yang akan dirancang yaitu: Apakah alternator
yang ditambah tersebut dapat bekerja efisien saat torka kendaraan kecil khususnya
(pada jalan datar/mendaki) atau justru mengurangi efisiensi? Adakah cara lain
untuk mengatasinya dan bagaimana? Untuk itu perlu diadakan penelitian guna
menemukan metoda yang memungkinkan penggunaan alternator secara efisien.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang dan membuat
kendaraan listrik tenaga surya (sel surya), gravitasi (motor) dan mekanik
(alternator) serta sistem isi-ulang (baterai) yang efisien.
Kami berharap penelitian ini dapat bermanfaat untuk masa yang akan
datang sebagai model percontohan yang akan membantu pemecahan masalah
krisis energi di negara kita.
METODE PENDEKATAN
Penelitian ini dilakukan berdasarkan bagan alir pada Gambar 1 dan 2.
Gambar 1 menjelaskan tahap awal dari perancangan kendaraan listrik (disingkat:
ML [motor listrik]). Gambar 2 menjelaskan proses pembuatan kendaraan listrik
dan pengujian hasil rancangan.
PKMT-4-1-3
Ada beberapa pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini diantaranya adalah:
1. pengujian motor dc,
2. pengujian alternator dc,
3. pengujian kondisi 1 (ML-alternator-panel surya),
4. pengujian kondisi 2 (ML-alternator-panel surya) saat jalan menurun,
5. pengujian kondisi 3 (ML+alternator1-panel surya),
6. pengujian kondisi 4 (ML+alternator1-panel surya),
7. pengujian kondisi 5 (ML+alternator1+alternator2-panel surya), dan
8. pengujian kondisi 6 (ML+alternator1&2+panel surya).
1
Motor dc yang digunakan untuk ringkasan ini adalah motor dc jenis starter dengan rating 2 kW
12 V. Karena LKEE tidak memiliki ampermeter dengan rating > 10 A, pengujian terpaksa ditunda
hingga ampermeter dengan kapasitas lebih tinggi ada (sedang dipesan).
2
Sama halnya dengan pengujian motor dc.
PKMT-4-1-5
Stop watch digunakan untuk mengukur waktu discharge baterai dan waktu
tempuh kendaraan mulai dari waktu starting kendaraan sampai muatan baterai
habis. Pengukuran kapasitas muatan baterai tidak bisa dilakukan secara kontinu
dikarenakan keterbatasan dari motor dc (2 kW 12 V) yang digunakan dalam
percobaan (motor dc yang seharusnya dipakai [500 W 12 V] belum sampai
pengirimannya) yang tidak bisa dijalankan untuk waktu lebih dari 5 menit
(masalah overheating). Sehingga untuk mendapatkan lamanya baterai bisa
menyuplai motor dilakukan dengan melakukan suatu langkah pendekatan.
Pendekatan dilakukan dengan menjalankan mobil untuk waktu kurang dari 5
3
Mobil dijalankan hanya pada transmisi tingkat 1 (karena keterbatasan motor).
PKMT-4-1-6
menit (dengan jarak yang ditempuh 6,5 meter) berulang-ulang (diselingi dengan
pengistirahatan motor jika motor sudah terasa panas).
Data waktu discharge baterai dan waktu tempuh kendaraan akan
digunakan sebagai perbandingan dengan pengujian sebelum dan berikutnya. Dari
waktu tempuh kendaraan, kecepatan rata-rata kendaraan dapat dicari melalui
perhitungan (lihat hasil dan pembahasan).
Pengujian kendaraan kondisi 2 tanpa alternator dan panel surya saat jalan
menurun*
Sama dengan pengujian sebelumnya, tapi disini akan dilihat unjuk kerja
motor menjadi generator saat jalan menurun. Dari pengujian ini diukur arus dan
tegangan dari motor ke baterai (regenerasi) saat mobil melintasi jalan menurun.
Arus dan tegangan saat dari motor (yang berubah fungsi menjadi
generator) ke baterai diukur berdasarkan standard internasional.
Dari nilai arus dan tegangan terukur, daya suplai saat regenerasi dapat
dicari berdasarkan hubungan arus dan tegangan. Data daya ini akan digunakan
sebagai perbandingan dengan percobaan sebelum dan berikutnya.
Stop watch digunakan untuk mengukur waktu discharge baterai dan waktu
tempuh kendaraan mulai dari waktu starting kendaraan sampai muatan baterai
habis.
Data waktu discharge baterai dan waktu tempuh kendaraan akan
digunakan sebagai perbandingan dengan pengujian sebelum dan berikutnya. Dari
waktu tempuh kendaraan, kecepatan rata-rata kendaraan dapat dicari melalui
perhitungan standard.
Stop watch digunakan untuk mengukur waktu discharge baterai dan waktu
tempuh kendaraan mulai dari waktu starting kendaraan sampai muatan baterai
habis.
Data waktu discharge baterai dan waktu tempuh kendaraan akan
digunakan sebagai perbandingan dengan pengujian sebelum dan berikutnya. Dari
waktu tempuh kendaraan, kecepatan rata-rata kendaraan dapat dicari melalui
perhitungan
Stop watch digunakan untuk mengukur waktu discharge baterai dan waktu
tempuh kendaraan mulai dari waktu starting kendaraan sampai muatan baterai
habis.
Data waktu discharge baterai dan waktu tempuh kendaraan akan
digunakan sebagai perbandingan dengan pengujian sebelumnya. Dari waktu
PKMT-4-1-8
tempuh kendaraan, kecepatan rata-rata kendaraan dapat dicari melalui perhitungan
standard. Ampermeter dan voltmeter digunakan untuk mengukur arus dan
tegangan keluaran panel surya ke baterai.
Tabel 1 Pengujian mobil listrik tanpa alternator dan panel surya (hanya
pada transmisi 1)
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Time (sec) 4,53 4,72 4,97 4,37 4,31 4,83 4,29 4,26 4,55 4,56
Vbatt (volt) 12,6 12,6 12,6 12,6 12,6 12,6 12,6 12,6 12,6 12,58
No. 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Vbatt (volt) 12,58 12,58 12,58 12,58 12,58 12,58 12,58 12,58 12,58 12,54
No. 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Vbatt (volt) 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54
No. 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Vbatt (volt) 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54
No. 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Vbatt (volt) 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,54 12,45
Kolom time (sec) pada tabel 1 menunjukkan waktu tempuh mobil untuk
jarak tempuh 6,5 meter. Pencatatan waktu tempuh ini hanya dilakukan sebanyak
10 kali. Pembatasan ini dilakukan berdasarkan kemiripan data waktu terukur
untuk 10 kali pengukuran. Lewat perhitungan waktu rata-rata yang dibutuhkan
mobil untuk bergerak sejauh 6,5 meter adalah 4,539 detik.
Dari data di Tabel 1, laju mobil bisa ditentukan. Laju mobil adalah
perpindahan mobil dari titik awal ke akhir dibagi dengan waktu mobil untuk
bergerak dari titik awal ke akhir. Tabel 2 menunjukkan hasil perhitungan laju
mobil setiap percobaan dan laju rata-rata dari mobil untuk 10 kali pengujian. Dari
Tabel 2 dapat dilihat bahwa mobil memiliki laju sebesar 1,43561 m/s untuk
menempuh jarak 6,5 meter dalam waktu 4,539 detik. Nilai laju ini adalah nilai
operasi transmisi tingkat 1 dari mobil rancangan. Dalam satuan kilometer/jam laju
tingkat 1 ini bernilai sebesar 5,168202 km/jam. Jika penurunan tegangan dianggap
tidak linier dengan jarak, torka yang diberikan motor berkurang seiring dengan
pengurangan tegangan, waktu untuk menempuh jarak yang sama akan berbeda
jauh. Hal ini akan mengakibatkan laju mobil untuk tingkat 1 akan kurang dari 5
km/jam.
Nilai tegangan baterai diukur setiap mobil selesai menempuh jarak
uji. Dari 50 kali pengukuran didapatkan penurunan nilai tegangan mulai dari
tegangan 12,6 volt menjadi 12,45 volt. Hubungan penurunan tegangan dan jarak
dapat dirumuskan sebagai suatu fungsi yang bisa digunakan untuk mencari jarak
tempuh mobil (dengan asumsi daya pasokan ke motor konstan dan hubungan
penurunan tegangan dengan jarak adalah linier serta motor dianggap tetap
beroperasi pada kondisi terbaiknya).
PKMT-4-1-10
Jarak total yang ditempuh mobil untuk melintasi 6,5 meter sebanyak 50
kali adalah 325 meter.
Dari nilai jatuh tegangan ini dapat diasumsikan bahwa setiap 325 meter
baterai akan mengalami drop sebesar 0,15 volt (dengan asumsi hubungan
penurunan tegangan dengan jarak adalah linier). Sehingga jarak maksimal yang
bisa ditempuh oleh mobil listrik dengan baterai 12 V dan transmisi tingkat 1 dapat
dicari berdasarkan hubungan jatuh tegangan dan tegangan baterai dikalikan
dengan jarak yang menyebabkan penurunan sebesar 0,15 volt. Secara rumusannya
Vbatt 12 volt
xtotal = xv = 325 meter
V 0,15 volt
= 2600 meter = 26 km
KESIMPULAN
Dari pengujian dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Laju mobil untuk transmisi tingkat 1 adalah 5 km/jam,
2. Untuk menempuh jarak 325 meter, baterai mengalami drop sebesar 0,15
volt. Mobil mampu untuk beroperasi hingga 20 km dengan kecepatan 5
km/jam.
DAFTAR PUSTAKA
(1) Sen, PC . Electric Machinery Fundamentals And Power Electronics. New
York :McGraw-Hill;1999.
(2) Chapman, Stephen J. Electric Machinery Fundamentals. New York:
McGraw-Hill;1999.
PKMT-4-2-1
ABSTRAK
Pada era Teknologi Informasi dan Komunikasi ( Information and Communication
Technologi/ICT ), banyak hal yang dapat dijadikan sebagai salah satu media
pembelajaran matematika sekolah. Saat ini banyak sekolah yang memiliki
fasilitas komputer yang memadai dan sumber daya manusia yang berkualitas
namun belum mengoptimalkan penggunaan komputer tersebut. Padahal banyak
sekali software yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika sekolah.
Salah satunya Microsoft Excel yang memiliki fasilitas menggambar grafik,
pengolahan data, aneka propertis hingga dapat dimanfaatkan sebagai program
dalam aplikasi aljabar, seperti pada persamaan kuadrat dn fungsi kuadrat.
Program yang dibuat oleh tim PKMT diberi nama Program Persamaan dan
Fungsi Kuadrat. Pelaksanaan kegiatan PKMT ini terdiri dari penyesuaian
program dengan kurikulum, perencanaan program dan LKS, pembuatan program
dan LKS, sosialisasi program terhadap guru, persiapan lokasi uji coba serta
pelaksanaannya. Dalam melaksanakan program tim PKMT bekerjasama dengan
SMU N 8 Kota Bengkulu yang melibatkan siswa kelas XI, pembuatan program
dan modul serta uji coba dilaksanakan di Lab ICT Jurusan PMIPA FKIP Unib.
Program meliputi subprogram persamaan kuadrat, fungsi kuadrat dan latihan
soal yang dibuata menggunakan Visual Basic for Application (VBA) Excel dengan
tampilan program yang userfriendly sehingga memudahkan siswa mengikuti
langkah demi langkah instruksi program. Program dirancang sesederhana
mungkin agar siswa cukup melakukan aksi click dan memasukkan nilai sesuai
petunjuk program. Hasil program ini membrikan alternatif media pembelajaran
yang inovatif dan dinamis bagi guru dan siswa dalam proses pembelajaran
matematika sekolah dan membantu siswa dalam pembelajaran yang
menyenangkan.
PENDAHULUAN
Matematika secara umum didefenisikan sebagai bidang ilmu yang
mempelajari pola dan struktur, perubahan, dan ruang. Dalam pandangan formalis,
matematika adalah penelaahan struktur abstrak yang didefenisikan secara aksioma
dengan menggunakan logika simbolik dan notasi matematika.
Sebagai suatu kumpulan sistem matematika terdiri dari lima bidang
bagian, yaitu: Aritmatika, Geometri, Aljabar, Analisis dan Dasar-Dasar
PKMT-4-2-2
Menurut Rusefendi (dalam Ismail 2003) alat peraga atau media yang
digunakan harus memiliki sifat sebagai berikut :
1. Tahan lama (dibuat dari bahan yang cukup kuat)
2. Bentuk dan warnanya menarik.
3. Sederhana dan mudah dikelola (tidak rumit ).
4. Ukurannya sesuai dan setimbang dengan ukuran fisik anak.
5. Dapat menyajikan konsep matematika, baik dalam bentuk real, gambar, atau
diagram.
6. Sesuai dengan konsep dalam matematika.
7. Dapat memperjelas konsep matematika dan bukan sebaliknya (mempersulit
pemahaman konsep matematika).
8. penggunaanya supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir abstrak
bagi siswa.
9. Bila kita mengharapkan agar siswa belajar aktif alat peraga itu supaya dapat
dimanipulasikan, yaitu : dapat diraba, dipegang, dipindahkan, dipasangkan,
dicopot, dan lainnya.
Pada era teknologi informasi dan komunikasi, banyak hal yang dapat
ditemukan dan dijadikan sebagai salah satu media pengajaran dan pembelajaran
khususnya untuk matematika sekolah. Salah satu media ini yaitu komputer yang
hampir semua orang memilikinya dan juga telah tersedia di beberapa sekolah.
Dalam hal ini kita dapat mengoptimalkan penggunaan media komputer sebagai
media Teknologi Informasi dan Komunikasi (Informatioan and Communication
Tecnology / ICT) dalam proses belajar dan pembelajaran matematika. Peranan
ICT dalam proses belajar dan pembelajaran tidak hanya digunakan sebagai papan
tulis elektronik untuk membantu pemaparan guru, ataupun digunakan untuk
menuliskan tugas pada anak, tetapi yang lebih penting dari itu adalah
aplikasinya (Adrian dan Ron 2002)
Selama ini komputer tersebut mungkin hanya digunakan untuk media
pembelajaran untuk mata pelajaran Teknologi Informasi Komunikasi (TIK),
pengetikan dan untuk kepentingan para dewan guru dan staf tata usaha. Jarang
sekali digunakan dalam pembelajaran matematika. Padahal banyak sekali software
yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika, misalnya microsoft excel.
Penggunaan program ini merupakan salah satu alternatif media yang
menarik dalam pembelajaran matematika sekolah. Karena Ms.excel memiliki
fasilitas menggambar grafik, pengolahan data dan juga aneka properties lainnya
seperti warna dan gambar-gambar yang menarik. Hampir seluruh bidang dalam
matematika dapat memanfaatkan komputer sebagai salah satu media
pengajarannya, seperti: aljabar, kalkulus, geometri dan statistika. Pada materi
Aljabar standar kompetensi yang hendak dicapai adalah melakukan operasi hitung
dan manipulasi Aljabar pada persamaan, pertidaksamaan, dan fungsi, yang
meliputi: bentuk linear, kuadrat, dan suku banyak, eksponen dan logaritma,
barisan dan deret, matriks, dan vektor, dalam pemecahan masalah (Departemen
Pendidikan Nasional, 2004).
PKMT-4-2-4
METODE PENDEKATAN
Mitra kerja dalam pelaksanaan program ini adalah salah satu sekolah yang
memiliki fasilitas komputer yang memadai dan juga sumber daya manusia yang
berkualitas namun belum mengoptimalkan penggunan fasilitas tersebut sebagai
PKMT-4-2-5
memenuhi kompetensi dasar yang harus dicapai siswa sesuai Kurikulum 2004
pada materi pokok Persamaan dan Fungsi Kuadrat. Program ini dibuat
menggunakan Visual Basic for Application (VBA) Excel. Dengan software ini
dapat dibuat tampilan program yang userfriendly sehingga memudahkan siswa
mengikuti langkah demi langkah instruksi program. Program dirancang
sesederhana mungkin agar siswa cukup melakukan aksi click dan memasukkan
nilai-nilai sesuai petunjuk yang ditampilkan program. Program meliputi tiga
subprogram yaitu persamaan kuadrat, fungsi kuadrat dan latihan soal.
Program persamaan kuadrat terdiri dari : (a) Persamaan umum persamaan
kuadrat ; (b) Menentukan akar persamaan kuadrat (pemfaktoran dan rumus abc) ;
(c) Diskriminan dan sifat-sifat akar ; dan (d) Menentukan jumlah dan hasil kali
akar. Sedangkan Program Fungsi Kuadrat, terdiri dari : (a) Grafik fungsi dan sifat-
sifatnya ; (b) Sumbu simetri dan (c) Koordinat titik balik. Program Latihan Soal
terdiri atas soal-soal sesuai dengan indikator pencapaian pada silabus materi
pokok persamaan dan fungsi kuadrat kelas X dan XI. Garis besar program
diantaranya sebagai berikut :
Tampilan program persamaan kuadrat
Gambar 11. Tampilan program jika Gambar 12. Tampilan program jika
tombol materi berikutnya di click latihan soal di click
3. Sikronisasi isi program dengan isi yang harus ditampilkan di LKS harus
memenuhi aspek pedagogis . Program harus dapat menampilkan hubungan
antar konsep dan LKS merekam aktifitas siswa (langkah-langkah penyelesaian
soal ditulis di LKS) agar siswa dapat membuat kesimpulan dari aktifitas
mereka. Solusi yang dilakukan berupa diskusi secara insentif dengan dosen
pembimbing dan dosen pendidikan matematika yang lain, untuk mendapatkan
masukan tentang pembuatan program dan LKS yang baik.
Berdasarkan sosialisasi dengan para guru diperoleh informasi bahwa program dan
LKS yang dibuat telah cukup baik dalam hal :
(1) Bentuk tampilan dan struktur program menarik, sederhana dan mudah
digunakan.
(2) LKS memuat cukup banyak soal yang bervariasi namun belum mengacu pada
kisi-kisi soal UN
(3) Program dapat menyajikan konsep matematika, baik berupa rumus dan uraian
penyelesaian soal
(4) Program dapat membantu siswa belajar dengan metode balikan, maksudnya
siswa dapat melakukan kegiatan tersebut berulang kali sehingga siswa
memahami konsep
(5) Siswa dapat mengecek konsep mana yang belum dipahami dari jawaban pada
LKS dan membantu pemahaman konsep materi fungsi kuadrat melalui grafik.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kegiatan PKMT yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa selain memberi kemudahan bagi guru dalam melaksanakan
proses belajar mengajar, ternyata kegiatan ini juga membantu siswa lebih
memahami konsep persamaan kuadrat dan fungsi kuadrat serta membantu guru
maupun siswa dalam membuat gambar grafik fungsi yang rumit dan memerlukan
waktu dan pemikiran ekstra apabila dikerjakan secara manual.
Dengan demikian peranan media pembelajaran melalui program ini telah
tercapai yaitu membantu proses pemahaman konsep, membantu menguatkan daya
ingat siswa tentang konsep yang dipelajari, meningkatkan minat serta apresiasi
siswa terhadap konsep yang dipelajari khususnya serta terhadap matematika pada
umunya
PKMT-4-2-10
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Disaat harga bahan bakar minyak dunia melambung serta diimbangi dengan
kelangkaan, pemerintah menyarankan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk
menghemat penggunaannya. Untuk mendukung kebijaksanaan pemerintah
tersebut, perlu dilakukan langkah-langkah pencarian sumber-sumber energi
alternatif yang ramah lingkungan serta terbarukan. Berdasarkan tempatnya, ada
dua sumber energi alternatif, yakni sumber energi alternatif yang berasal dari
daratan dan sumber energi yang berasal dari laut. Salah satu sumber energi
alternatif yang dapat dilakukan di darat maupun di laut adalah tenaga angin.
Rumusan masalah dari permasalahan di atas adalah sebagai berikut. : semakin
melonjaknya harga bahan bakar minyak, sehingga juga berpengaruh di segala
bidang termasuk usaha penangkapan ikan di perairan, tersedianya sumber energi
alternatif yang dapat dioptimalkan dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan
dan kelautan, pembangkit listrik selama ini masih menggunakan bahan bakar
minyak, sehingga dibutuhkan sumber energi alternatif yang lain untuk mendukung
operasi penangkapan ikan yang efektif dan efisien. Tujuan dari program ini
adalah sebagai berikut, mengoptimalkan tenaga angin sebagai sumber energi
alternatif untuk pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan, membuat
rancang bangun pembangkit listrik dengan menggunakan tenaga angin sebagai
sumber energi alternatif dalam operasi penangkapan ikan di perairan, membuat
desain rangkaian pembangkit listrik yang efektif dan efisien sebagai pengganti
bahan bakar minyak dalam operasi penangkapan ikan tanpa merusak lingkungan,
dan mengaplikasikan desain rangkaian pembangkit listrik yang telah dibuat untuk
menghidupkan lampu untuk menangkap ikan yang peka terhadap cahaya
Sedangkan luaran yang diharapkan dari program ini adalah sebagai berikut,
prototipe sistem pembangkit listrik tenaga angin yang bersifat portable untuk
mendukung operasi penangkapan ikan dan menghemat penggunaan bahan bakar
minyak, dapat mengoptimalkan tenaga angin sebagai sumber energi alternatif
yang dapat dimanfaatkan oleh nelayan dalam operasi penangkapan ikan, dan
rancang bangun instrumen yang dibuat dapat dimanfaatkan oleh nelayan untuk
menghemat penggunaan bahan bakar minyak untuk melancarkan kegiatan
operasionalnya.
PENDAHULUAN
Sebagai negara kepulauan dan maritim yang besar, laut Indonesia
menyediakan sumber energi alternatif yang melimpah. Sumber energi itu meliputi
sumber energi yang terbarukan dan tak terbarukan. Pada era industrialisasi saat ini
PKMT-4-3-2
kebutuhan akan bahan bakar minyak semakin meningkat. Sebagian besar energi
yang digunakan rakyat Indonesia berasal dari bahan bakar fosil, yaitu bahan bakar
minyak, gas, dan batu bara. Kerugian penggunaan bahan bakar fosil ini selain
merusak lingkungan, juga tidak terbarukan (non renewable) dan tidak
berkelanjutan (unsustainable).
Disaat harga bahan bakar minyak dunia melambung serta diimbangi
dengan kelangkaan, pemerintah menyarankan kepada seluruh lapisan masyarakat
untuk menghemat penggunaannya. Untuk mendukung kebijaksanaan pemerintah
tersebut, perlu dilakukan langkah-langkah pencarian sumber-sumber energi
alternatif yang ramah lingkungan serta terbarukan. Berdasarkan tempatnya, ada
dua sumber energi alternatif, yakni sumber energi alternatif yang berasal dari
daratan dan sumber energi yang berasal dari laut. Salah satu sumber energi
alternatif yang dapat dilakukan di darat maupun di laut adalah tenaga angin.
Dalam operasi penangkapan ikan, bahan bakar minyak mempunyai peran
sangat dominan dan vital. Sebagai contoh, penggunaan lampu dan motor listrik
untuk menangkap ikan di tengah laut masih menggunakan bahan bakar minyak.
Untuk ikan yang memiliki sifat fototaksis positif seperti ikan tuna, bandeng,
layang dan cumi cumi pola pergerakannya yang mendekati cahaya disebabkan
oleh penglihatan makanan disekitar sumber cahaya dan jenis biota tersebut adalah
jenis biota biolumenense (Burhanuddin et al., 1984). Sumber cahaya yang
digunakan selama ini masih menggunakan bahan bakar minyak, dan berpotensi
mengakibatkan pencemaran di perairan.
Indonesia yang terletak di wilayah tropis memiliki karakteristik
pergerakan angin yang lebih stabil bila dibandingkan dengan wilayah lain. Hal ini
yang dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk mendesain rangkaian pembangkit
listrik dalam operasi penangkapan ikan.
Kelebihan tenaga angin bila dibandingkan dengan energi alternatif lainnya
seperti energi arus laut adalah output-nya tidak mengikuti grafik sinusoidal sesuai
dengan respons pasang surut akibat gerakan interaksi Bumi-Bulan-Matahari.
Kelebihan lainnya adalah biaya instalasi dan pemeliharaannya yang cukup murah.
Sedangkan kekurangannya adalah energi ini juga mempunyai intensitas
energi kinetik yang kecil bila dibandingkan dengan energi arus laut. Hal ini
disebabkan densitas air laut 830 kali lipat densitas udara sehingga dengan
kapasitas yang sama, turbin arus angin akan jauh lebih besar dibandingkan dengan
turbin arus laut. Kekurangan lainnya adalah perlu perancangan struktur yang
kekuatannya dirancang dengan memperhitungkan adanya angin topan karena
berpengaruh pada ketahanan turbin angin (Erwandi, 2005).
Penulis memilih mengaplikasikan rancang bangun instrumen pembangkit
listrik untuk mendukung kegiatan penangkapan ikan di perairan dengan
mengganti sumber energi bahan bakar minyak dengan sumber energi angin.
Dimana energi angin dimanfaatkan oleh turbin untuk diubah menjadi energi listrik
yang digunakan untuk menghidupkan lampu dengan sebelumnya melalui sistem
yang kompleks.
METODE PENDEKATAN
Secara umum pelaksanaan kegiatan penelitian akan dilakukan dalam
beberapa bentuk kegiatan. Penjelasan rinci masing masing kegiatan adalah
sebagai berikut :
PKMT-4-3-3
2. Persiapan Fasilitas
Setelah mendapat gambaran tentang rancangan rancang bangun instrumen
pembangkit listrik yang akan dibuat, selanjutnya dilakukan persiapan fasilitas
untuk penelitian pembuatan instrumen. Dengan pencarian literatur, pembelian alat
alat dan bahan penelitian. Selanjutnya dilakukan survei untuk mengetahui situasi
dan kondisi lokasi penelitian.
Tenaga Angin
Motor Listrik
Turbin Angin
Lampu
B. Pembahasan
Angin adalah gerak atmosfer atau udara nisbi terhadap permukaan bumi.
Gerak ini mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi horizontal dan dimensi vertikal.
Pada umumnya gerak atmosfer adalah horisontal, karena daerah yang diliputinya
jauh lebih luas dan kecepatan horizontalnya jauh lebih besar daripada kecepatan
vertikalnya.
Dari data yang kami dapatkan, kecepatan angin sangat berpengaruh
terhadap daya yang dapat dihasilkan. Semakin besar kecepatan angin maka
semakin besar pula daya listrik yang dihasilkan, sedangkan semakin kecil
kecepatan angin maka semakin kecil pula daya listrik yang dihasilkan.
PKMT-4-3-5
Selain itu, ukuran kincir angin juga sangat mempengaruhi daya listrik
yang dihasilkan. Semakin daun kincir maka semakin besar daya listrik yang
dihasilkan, sedangkan semakin kecil ukuran daun kincir maka semakin kecil daya
listrik yang dihasilkan.
1m
Gear
Sirip
Pulley pengendali
aluminium
arah angin
8 inci
1m Sirip
pengendali
Pulley arah angin
aluminium 8
inci
Alternator mobil
12 VDC
gear M1 =M2
M1 = l1 .G1 M2
M1 M2 = l2 .G2
Rangka
menara
Baterai atau accu yang dapat menghasilkan listrik 12 Volt akan dikuatkan
tegangannya menjadi 220 Volt dengan rangkaian DC to AC inverter di dalam
Alternator. Tegangan sebesar 220 Volt akan memungkinkan membangkitkan
listrik dalam skala besar termasuk menghidupkan lampu dengan rangkaian seri
ataupun paralel serta menghidupkan motor listrik. Tegangan keluaran dari
inverter ditentukan dalam transformer, sedangkan tegangan keluaran jatuh ketika
menggunakan tegangan tinggi. Tegangan masukan dan tegangan keluaran tidak
terbatas karena tergantung pada perubah untuk penggunaannya.
P = dU / dt = i . V
Dimana : P = Daya listrik ( Watt )
i = Kuat Arus ( Ampere )
V = Tegangan ( Volt )
PKMT-4-3-7
KESIMPULAN
Dari hasil yang didapatkan kesimpulan bahwa tenaga angin dapat
digunakan dalam operasi penangkapan ikan. Hal ini dibuktikan dengan percobaan
peralatan yang kami rangkai. Dengan peralatan yang relatif sederhana, tenaga
angin dapat dioptimalkan untuk menghasilkan listrik yang selanjutnya digunakan
para nelayan untuk operasi penangkapan ikan. Namun, hal ini tergantung pada
kecepatan angin, jumlah lilitan pada dinamo Altenator dan diameter dari kincir
angin yang digunakan. Semakin besar kecepatan angin, jumlah lilitan pada
dinamo serta diameter kincir angin yang digunakan, semakin besar pula daya
listrik yang dihasilkan.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dengan kecepatan angin
maksimum sebesar 6.5 m/s dan diameter kincir angin 2 m dapat dihasilkan daya
sebesar 155.36 Watt. Daya sebesar ini kemudian akan disimpan di dalam accu dan
selanjutnya energi yang dihasilkan dapat menghidupkan lampu yang akan
digunakan dalam operasi penangkapan ikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
alat ini relevan digunakan nelayan untuk membantu dalam operasi penangkapan
ikan.
PKMT-4-3-8
DAFTAR PUSTAKA
Arimoto, T., 1997. Fish Behaviour Approach for Improving Trawl Gear
Selectivity Proceeding of the Regional Workshop on Responsible Fishing.
South Asian Fisheries Development Center, Samut Prakarn, p.251-265.
Ayodhyoa, Burhanuddin. Teknik Penangkapan Ikan. Bogor: Institut Pertanian,
1976.
Ben-Yami, M. 1976. Fishing With Light. Published by Arrangement With The
Agriculture Organisation of The United Nation by Fishing News Books
Ltd. Farnham, Surrey, England. p.121.
Birowo, S. 1983 - Hydro-oceanographic condition of the Sunda Strait : A review
Kertas Kerja untuk Symposium 100 th Krakatau 1883 1983, Jakarta, 23
27 Agustus 1983 : 8 hal.
Erwandi.2003. Alternatif Pengganti BBM, Ramah Lingkungan, dan Terbarukan.
www.litbang.esdm. go.id/ produk.p3tek.php - 80k
Nikonorov, I.V., 1975. Interaction of Fishing Gear With Fish Aggregations. Keter
Publishing House Jerusalem Ltd. Israel. 216p.
Safwan,H. 2001. Tinjauan Oeanografi Dalam Pembuangan Tailing di Dasar
Laut. Pusat Penelitian Kelautan ITB
Subani,W., dan H.R. Barus, 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut.
Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 50 tahun 1988 (Edisi Khusus).
Jakarta. 248 hal.
Subani, W., 1983. Penggunaan lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan.
Laporan penelitian perikanan laut (Marine fisheries report) .No 27. Balai
penelitian perikanan laut (Research institut for marine fisheries ). Badan
Penelitian dan Pengembangan PertanianDeptan Jakarta. hal 45-68.
http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi/artikel&1093850391
PKMT-4-4-1
ABSTRAK
Penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan teknologi pengolahan yoghurt bubuk yang
mengandung bakteri asam laktat dan berserat dilakukan melalui dua tahapan. Tahap pertama
merupakan penelitian pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui pembuatan yoghurt serta
proses pengeringan vacuum yoghurt cair menjadi yoghurt bubuk yang berpengaruh terhadap
viabilitas bakteri asam laktat dalam yoghurt bubuk. Penelitian tahap kedua merupakan penelitian
utama yang terdiri dari dua percobaan dengan 3 kali ulangan. Percobaan 1 bertujuan untuk
memperoleh kombinasi perlakuan pembuatan yoghurt cair dari susu segar dan starter yoghurt
dengan suhu inkubasi 42 oC selama 6 jam. Percobaan tahap 2 bertujuan untuk mendapatkan
kombinasi perlakuan antara kultur starter (yoghurt komersial dan kultur murni) dengan
konsentrasi dekstrin (5, 10 dan 15%) terhadap sifat fisik, kimia, mikrobiologi dan organoleptik
yoghurt segar dan bubuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan dekstrin 15 %
dapat memperthankan viabilitas bakteri asam laktat yoghurt bubuk. Yoghurt bubuk yang
berkualitas bagus, bakteri asam laktat 9.2 (log cfu/g), pH 3.57-4.15, kadar protein 13.1-
19.7%, lemak 3.31%, kadar air 7.5-9.6%, warna/tingkat kecerahan dan mutu organoleptik
yang lebih baik.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Yoghurt merupakan salah satu produk makanan yang popular di Indonesia.
Yoghurt merupakan susu yang difermentasikan. Proses fermentasinya merupakan
proses perombakan laktosa pada susu menjadi asam laktat yang dibantu oleh
bakteri S.thermopillus dan L.bulgaricus. Pada proses fermentasi tersebut, suhu
inkubasi yang digunakan adalah 42C karena suhu tersebut merupakan suhu ideal
untuk pertumbuhan dan aktivitas bakteri starter S.themopilus dan L.bulgaricus.
Yoghurt memiliki cari khas dalam cita rasa yaitu rasa masam yang ditimbulkan
oleh asam laktat sebagai hasil fermentasinya. Pemanfaatan bakteri Streptococcus
termophilus dan Lactobacilus bulgaricus untuk pembuatan Yoghurt telah
dilakukan dan menghasilkan produk-produk komersial. Produk-produk
Yoghurt yang berada dipasaran umumnya berwujud cairan yang siap
dikonsumsi. Wujud seperti ini memiliki beberapa kekurangan diantaranya daya
tahan simpan relatif singkat karena bila disimpan pada suhu ruangan yoghurt
akan rusak.Untuk mengatasi permasalahan ini, hasil pengolahan yoghurt dapat
dibuat dalam wujud bubuk.
Proses pengolahan yoghurt dalam wujud bubuk adalah menjadikan
yoghurt cair menjadi bubuk melalui proses pengeringan agar daya tahan simpan
meningkat serta dilakukan penambahan dekstrin untuk meningkatkan volume
yoghurt berwujud cair. Proses pengeringan dilakukan pada suhu 50C selama 6
PKMT-4-4-2
jam. Pengeringan dilakukan agar air yang masih terperangkap didalam yoghurt
dapat menguap.
Dekstrin merupakan sejenis karbohidrat yang berfungsi menambah volume
yoghurt sekaligus dapat mengurangi kadar air dalam yoghurt. Yoghurt yang tidak
ditambah dekstrin mempunyai kadar air yang paling tinggi 91,5 % dan menurun
dengan penambahan dekstrin. Hal ini diduga karena dekstrin mampu menyerap
kadar air yang tersimpan dalam sistem yoghurt (lemak dan protein) yang
mempunyai kestabilan yang cukup tinggi.
Yoghurt bubuk diperoleh dari yoghurt cair yang kemudian ditambahkan
dekstrin dan dipanaskan. Konsentrasi dekstrin yang ditambahkan pada yoghurt
berkisar antara 5-15%. Penambahan dekstrin bertujuan untuk meningkatkan
jumlah total padatan. Dengan jumlah total padatan yang tinggi dapat
meningkatkan kekerasan, elastisitas gel susu asam (yoghurt) atau dengan kata lain
mengurangi kadar air dalam yoghurt (Schimidt, Sistrunk, Richter, dan
Cornell,1980). Dengan penambahan dekstrin kadar air pada yoghurt berkurang
dari 89.82% menjadi 10.86% (Eddy dan Nuraida, 1999). Penelitian ini
menggunakan bahan pengisi dekstrin dan bukan bahan pengisi lainnya karena
memberikan nilai tambah baik secara internal ataupun eksternal dan tidak
mengurangi kandungan total bakteri pada yoghurt, kadar protein, serat kasar,
keasaman dan pH pada yoghurt.
Proses pengeringan dilakukan menggunakan vacum drying pada suhu
50C selama 6 jam. Proses pengeringan dilakukan menggunakan vacum drying
dikarenakan untuk menjaga kadar protein yang terkandung dalam yoghurt tidak
rusak dan menjaga warna dekstrin tetap bersih (tidak menjadi kuning/warna
gelap) dan tidak boleh dilakukan pada suhu lebih dari 50 C karena dapat merusak
bakteri. Sedangkan pada suhu 50C masih memungkinkan bakteri untuk
beraktivitas memproduksi asam. Proses pengeringan bertujuan mengurangi kadar
air yang masih terkandung dalam yoghurt setelah ditambahkan dekstrin.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mempelajari penambahan
dekstrin pada konsentrasi yang berbeda-beda terutama terhadap karakteristik
yoghurt bubuk, sehingga hoghurt bubuk ini memiliki kualitas yang lebih baik
dibandingkan dengan yoghurt cair terutama dalam hal daya simpan.
METODE PENDEKATAN
Penelitian ini dilaksanakan pada :
Waktu : April Juni 2006
Tempat : a. Laboratorium Kimia Pangan
b. Laboratorium Keteknikan Produksi Pangan
c. Laboratorium Indera
Bahan Baku yang digunakan :
Susu murni
Starter yoghurt
Dekstrin
Alat-alat yang diperlukan :
Vacuum Dryer
Loyang
Panci
Beaker Glass
PKMT-4-4-3
Timbangan Analitik
Nampan
Pengaduk
pH meter
Counting Chamber
Kriteria Pengamatan
Yoghurt cair
Yoghurt bubuk
Masing-masing variabel yang diamati adalah kadar air, pH, kadar protein,
warna/tingkat kecerahan, dan total bakteri.
1. Penelitian Pendahuluan
Dari kegiatan penelitian pendahuluan, diketahui bagaimana proses
pembuatan yoghurt cair dan kondisi pengeringan dengan menggunakan pengering
vacuum. Pengeringan dilakukan pada suhu 50oC selama 6 jam menghasilkan
produk yoghurt bubuk dengan penambahan konsentrasi dekstrin yang berbeda-
beda, antara lain : 5 %, 10 %, dan 15 %. Secara fisik dapat dilihat warna yoghurt
bubuk yang menggunakan dekstrin 15 % lebih bersih atau lebih cerah
dibandingkan dengan konsentrasi 5 % dan 10 %. Namun secara kimia ataupun
kandungan bakteri didalamnya belum diketahui. Maka berkaitan dengan hal
tersebut, akan dilakukan analisa/penelitian lanjutan yang akan dilakukan pada
kegiatan selanjutnya, yaitu :
a. Melakukan analisa produk yoghurt bubuk dari masing-masing
penambahan dekstrin dengan konsentrasi yang berbeda-beda, meliputi :
Kadar air
Kandungan bakteri
Kandungan protein
Kandungan lemak
Besarnya pH
Tingkat kecerahan warna
Mutu organoleptik
b. Membandingkan daya simpan yoghurt cair dengan yoghurt bubuk.
2. Penelitian Lanjutan
Susu Segar
Pendinginan suhu
37 - 40 o C
Diinokulasi dengan
starter yoghurt
Yoghurt Bubuk
dengan penambahan konsentrasi dekstrin. Hal ini diduga karena sistem yang
terbentuk dalam yoghurt (lemak dan protein) mempunyai kestabilan yang cukup
tinggi, sehingga masih banyak air yang terperangkap di dalam yoghurt dan air
lebih sulit menguap.
Kandungan bakteri
Yoghurt bubuk hasil penelitian mengandung total bakteri asam laktat 5.6-
9.2 (log cfu/g). Nilai ini lebih besar dari standard jumlah bakteri asam laktat pada
yoghurt (5.0 log cfu/g) menurut Nakazawa dan Hosono (1992). Jumlah bakteri
asam laktat pada yoghurt bubuk (6.9 log cfu/g) yang menggunakan starter dari
yoghurt komersial lebih sedikit dibanding dengan starter dari kultur murni (8.5
log cfu/g). Hal ini diduga kultur starter dari yoghurt komersial mempunyai daya
tahan hidup lebih rendah dari starter kultur murni karena telah melalui beberapa
tahap proses sebelum digunakan sebagai kultur starter. Semakin tinggi dekstrin
yang ditambahkan, jumlah bakteri asam laktat yang hidup bertambah. Hal ini
sesuai dengan pendapat Gardiner, et al. (2000) bahwa penambahan protektan
seperti dekstrin dapat meningkatkan jumlah kultur bakteri yang hidup pada
yoghurt bubuk.
Kandungan protein
Kadandungan protein hasil penelitian adalah berkisar 13,119,7%.
Yoghurt tanpa penambahan dekstrin (0 %) mempunyai kadar protein tertinggi
(19.70%) dan terendah pada dekstrin 15%, hal ini diduga karena protein, lemak
dan karbohidrat yang terdapat dalam yoghurt membentuk koloid yang cukup
stabil. Koloid terbentuk karena adanya tarik-menarik antara rantai protein dan air
melalui ikatan hidrogen dengan ikatan peptida, gugus amino dan karboksil
(Gaman dan Sherrington, 1990). Kadar protein yoghurt bubuk cenderung menurun
dengan penambahan dekstrin, kecenderungan ini sama dengan kadar protein
yoghurt segar. Hal ini diduga karena ikatan yang terbentuk antara protein dan
dekstrin lemah (Alistair, 1995) dan terjadi pemisahan dalam sistem koloid
yoghurt.
Kandungan Lemak
Kadar lemak yoghurt hasil penelitian berkisar antara 1.7-3.3%. Hasil
analisis ragam menunjukkan bahwa perbandingan ekstrak tempe dan susu segar
tidak menunjukkan interaksi yang nyata dengan suhu inkubasi terhadap kadar
lemak, demikian juga perlakuan individual. Kadar lemak yang dihasilkan yaitu
tidak lebih 3.5% (Anonim, 1983). Kisaran kadar lemak yang dihasilkan telah
memenuhi standard yoghurt, yaitu tidak melebihi 3.8% (Anonim, 1983).
Perbedaan kadar lemak yoghurt diduga karena di dalam gumpalan susu (curd)
yang terbentuk ikut terperangkap lemak dan asam laktat hasil kerja starter yang
berbeda. Pada yoghurt yang ditambah dekstrin 5-15% mempunyai kadar lemak
yang lebih rendah dan viskositasnya meningkat.
Penambahan konsentrasi dekstrin cenderung menurunkan kadar lemak
yoghurt, kecenderungan ini sama dengan pengaruh dekstrin terhadap kadar
protein. Lemak dalam susu berada dalam bentuk globula-globula yang dilapisi
oleh lipoprotein. Apabila protein terdenaturasi karena asam, panas atau perlakuan
mekanik (homogenisasi dengan menggunakan mixer) maka lapisan tersebut akan
rusak dan terjadi pemisahan antara lemak, protein dan karbohidrat (dekstrin).
Besarnya pH
PKMT-4-4-7
KESIMPULAN
Penambahan dekstrin pada konsentrasi yang berbeda-beda (5%,10%, dan
15%) pada proses pembuatan yoghurt bubuk yang dikeringkan pada suhu 50oC
selama 6 jam dapat meningkatkan daya simpan lebih lama dibandingkan dengan
yoghurt cair. Selain itu, penambahan konsentrasi dekstrin dapat meningkatkan
kecerahan yoghurt bubuk karena warna dekstrin lebih dominan yang
mempengaruhi warna yoghurt. Penambahan dekstrin 15% menghasilkan yoghurt
bubuk yang mempunyai sifat fisik, kimia, mikrobiologi dan organoleptik yang
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz, S. Nuraeni, E.D dan Kusumaningsuh, H. (1996). Pemanfaatan Air Kelapa
Untuk Produk Minuman Sehat Anti Diare Melalui Proses Fermentasi
Laktat. Bul, Tek dan Industri Pangan Vol VII No. 2 : 47-54.
Gaman, P.M dan Sherrington, K.B (1990).Ilmu Pangan Pengantar
Ilmu Pangan,Nutrisi dan Mikrobiologi. (Terjemahan Gardjito, M. Naruki,
S. Murdiati, A dan Sardjano) Edisi kedua. Gajah Mada UnversityPress.
Yogyakarta.
Gardiner, G.E. OSulivan. Kelly, J. Auty, A.E. Fitgerald, G.F. Collin, J.K. Ross.
R.P dan Stanton, C. (2000). Comparative Survival Rates of Human-
Derived Probiotic Lactobacillus paracasei and L.salivasrius. American
Sociaety for Microbiology : 2605-2612.
Granata, L.A. an Morr. C.V. )1996). Improved Acid, Volatil
Comvound Production in a High Protein and Fiber Soymilk yoghurt like
product. J. Sci (61):331-336
Kim, S.S dan Bowmik, S.R. (1990) Studies on the Effect of Protectants
on Lactobacillus acidhopilus. Strain Dehydrated under Contrroled Low-
Temperature Vacuum Dehydration and Freeze-Drying by using Respone
Surface Methodology.J. Sci Food Agric, 68:191-196
Nakasawa, H dan Adiono, (1992). Function of Fermented Milk Chalenges for
The Healt Science. Elsevier Afllied Science. London and New York.
Buckle,K.A.Edward,R.A.and Fleet G.H.and Wooton.(1987). Ilmu Pangan.
(Terjemahan Purnomo,H dan Adiono). M UI-Press, Jakarta.
Rachmawan, O. Sudarmadji, S. Wibowo, D. (1987), Isolat Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus thermophilus dari Susu Sapi Daerah
Istimewa Yogyakarta serta Kemampuannya Memproduksi Yoghurt.
Biopress dalam Industri Pangan. Lanjutan Simposium Biopress. PAU
Pangan dan Gizi. Liberty. Yogyakarta.
Salaminen, S. Robertfroid, M. Ramos, P and Fonden, R, (1998). Prebiotic
Substrates and Lactic Acid Bacteria dalam Salminen, S dan Wright, A.V.
Microbiology and Functional Aspect. Marceel Dekker. New York.
PKMT-4-5-1
ABSTRAK
Industri Pengolah Susu (IPS) dari tahun ke tahun terus meningkatkan standar
kualitas terutama kandungan nutrisi pada susu segar yang akan dibeli dari para
peternak. Untuk itu dilakukan upaya diversifikasi pengolahan susu segar menjadi
produk olahan susu antara lain susu pasteurisasi dengan menggunakan alat
pasteurisasi susu secara sederhana yang sesuai dan bisa diterapkan oleh para
peternak didaerah setempat namun tetap memenuhi standar kualitas susu
pasteurisasi. Tahapan pelaksanaan dari pembuatan alat pasteurisasi skala rumah
tangga ini terdiri dari pemesanan alat, perakitan alat dan pelaksanaan uji coba
meliputi uji kualitas susu pasteurisasi dan uji total mikroba pada hasil susu yang
telah dipasteurisasi. Hasil yang diperoleh dari beberapa uji coba menunjukkan
alat yang dibuat dapat bekerja sesuai dengan harapan, yaitu dapat menghasilkan
panas yang cukup untuk melakukan pasteurisasi, termoregulator dapat berfungsi
baik, kipas pengaduk dapat berfungsi dengan baik dan gelembung gas dapat
menghasilkan gelembung yang dapat meratakan panas dan mengalir ke seluruh
bagian. Uji kadar lemak susu pasteurisasi pada tahap I dihasilkan 2,6% dan
tahap II 3%. Uji reduktase dihasilkan negatif baik pada tahap I maupun tahap II.
Uji total mikroba yang dihasilkan pada tahap I adalah 2 x 102 CFU/ml dan 2,2 x
102 CFU/ml pada tahap II. Uji bakteri E. Coli yang dihasilkan pada susu
pasteurisasi tahap I dan II adalah negatif. Sosialisasi hasil kegiatan dan
penyerahan alat pasteurisasi susu secara sederhana dilakukan di KUD
kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah
pembuatan alat pasteurisasi susu secara sederhana dengan skala rumah tangga
dapat diterapkan oleh peternak dan dapat membantu meningkatkan pendapatan
peternak serta memudahkan para peternak untuk mengolah susu yang ditolak
oleh IPS. Alat pasteurisasi susu secara sederhana dapat bekerja secara efektif
dalam membunuh mikroba patogen dan dapat memperpanjang daya simpan susu
sehingga layak untuk dikonsumsi.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Koperasi Unit Desa (KUD) merupakan salah satu tempat penampunga
susu yang berasal dari peternakan rakyat, telah mengembangkan beberapa sektor
usaha untuk membantu pendistribusian susu kepada masyarakat. Beberapa sektor
usaha telah dikembangkan untuk meningkatkan penjualan susu sehingga dengan
sendirinya akan meningkatkan pendapatan peternak. Salah satu sektor usaha yang
mulai banyak dikembangkan oleh Koperasi Unit Desa (KUD) adalah sektor usaha
pengolahan susu pasteurisasi.
PKMT-4-5-2
Perumusan Masalah
SUSU PASTEURISASI
- KUALITAS TERJAMIN
- BERAGAM CITA RASA
- PENAMPILAN KEMASAN MENARIK
- LEBIH HIGIENIS
Tujuan Program
Tujuan yang ingin dicapai melalui Program Kreatifitas Mahasiswa
Penerapan Teknologi (PKMT) ini adalah menciptakan alat pasteurisasi skala
rumah tangga yang praktis dan ekonomis untuk membantu meningkatkan
pendapatan peternak.
Manfaat sosial dan ekonomi yang akan diperoleh dari alat pasteurisasi ini
adalah :
1. Meningkatkan pendapatan melalui pembuatan susu pasteurisasi.
2. Ketergantungan terhadap Industri Pengolahan Susu (IPS) bisa lebih
dikurangi sehingga peternak sapi tetap mempunyai nilai tawar yang tinggi
dimata IPS.
3. Dengan diproduksinya susu pasteurisasi, diharapkan asupan protein hewani
masyarakat dapat meningkat.
Pengertian Susu
Susu dapat didefinisikan sebagai sekresi normal kelenjar mamari atau
ambing mamalia, atau cairan yang diperoleh dari pemerahan ambing sapi sehat,
tanpa dikurangi atau ditambah sesuatu (Soeparno, 1992).
Air susu merupakan bahan pangan yang tersusun oleh zat-zat makanan
dengan proporsi yang seimbang. Dari sudut lain air susu juga dapat dipandang
sebagai bahan mentah, yang mengandung sumber zat-zat makanan yang penting
(Adnan, 1984).
Susu didefinisikan sebagai sekresi dari kelenjar susu binatang yang
menyusui anaknya. Susu adalah suatu sekresi yang komposisinya sangat berbeda
dari komposisi darah yang merupakan asal susu (Buckle et. al., 1987).
Susu Pasteurisasi
Susu pasteurisasi adalah susu segar (cairan yang diperoleh dengan
memerah sapi sehat dengan cara yang benar, sehat dan bersih, tanpa mengurangi
atau menambah sesuatu komponennya), susu rekonstitusi (susu yang diperoleh
dari penyatuan kembali bagian-bagian daripada susu yang sudah dipisahkan), susu
rekombinasi (susu yang diperoleh dari kombinasi bahan baku susu segar dengan
susu rekonstitusi) yang telah mengalami proses pemanasan pada temperatur
630-660C selama minimum 30 menit atau pada pemanasan 720C selama minimum
15 detik, kemudian segera didinginkan sampai 100C, selanjutnya diperlakukan
secara aseptis dan disimpan pada suhu maksimum 4,40C (SNI 01-3951-1995).
PKMT-4-5-4
Metode Pasteurisasi
Proses Batch-Holding
Pasteurisasi batch-holding biasanya dilakukan pada temperatur
62,8 -65,60C (145-1500F) selama 30 menit. Makin tinggi temperatur yang
0
METODE PENDEKATAN
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pembuatan dan uji coba alat pasteurisasi skala rumah tangga dilaksanakan
mulai tanggal 1 Maret sampai dengan 27 Mei 2006 di Laboratorium Teknologi
Hasil Ternak dan Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan
Universitas Diponegoro, Semarang.
Tahapan Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan dari pembuatan alat pasteurisasi skala rumah tangga
ini terdiri dari pemesanan alat, perakitan alat dan pelaksanaan uji coba.
Pelakasanan uji coba meliputi uji kualitas susu pasteurisasi dan uji total mikroba
pada hasil susu yang telah dipasteurisasi.
Pemesanan Alat
Pemesanan alat yang dilakukan adalah pemesanan dua tabung, yaitu
tabung dalam dan tabung luar. Pemesanan dilakukan pada tanggal 1 Maret 2006
yang berlokasi di daerah Bugangan, Semarang. Tabung dalam dan luar selesai
pengerjaannya dan diambil dari tempat pemesanan tanggal 14 Maret 2006.
PKMT-4-5-5
Perakitan Alat
Perakitan yang dimaksud adalah meliputi kegiatan merangkai dan
menyusun bagian dan komponen-komponen yang diperlukan sedemikian rupa
sehingga dapat terbentuk alat pasteurisasi skala rumah tangga yang diharapkan.
Perakitan alat pasteurisasi skala rumah tangga ini memerlukan waktu yang cukup
lama yaitu mulai tanggal 20 Maret sampai tanggal 18 April 2006. Dalam perakitan
alat ini kami bekerja sama dengan bengkel perakitan yang terdapat di Fakultas
Mesin Universitas Diponegoro, Semarang.
Uji Reduktase
Uji reduktase dilakukan pada susu segar maupun pada susu yang sudah
mengalami proses pasteurisasi. Prosedur pengujian dilakukan dengan
memasukkan 10 ml susu ke dalam tabung reaksi, kemudian menambahkan
0,25 ml MB (Methilen Blue) kedalam susu tersebut dan mengocoknya sampai
homogen. Langkah selanjutnya adalah menutup campuran air susu dan MB dalam
tabung reaksi tersebut dengan parafin cair. Selanjutnya melakukan inkubasi pada
suhu 370 C, setiap 30 menit diamati perubahan warna yang terjadi.
Instrumen Pelaksanaan
Instrumen yang digunakan dalam pembuatan alat pasteurisasi skala rumah
tangga meliputi alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan alat pasteurisasi
skala rumah tangga.
Alat
Alat yang digunakan terdiri dari tabung reaksi, tabung Durham, cawan
petri, butyrometer, rak tabung, colony caunter, erlenmeyer, gelas ukur, oven,
autoklaf, inkubator, stopwatch, sentrifuge, waterbath, stearer magnetik, pipet ukur,
penghisap pipet, gelas beker.
Bahan
Bahan yang digunakan meliputi plat stainles steel 2x3 m, plat aluminium
2x2 m, plat besi 4x20 mm sepanjang 10 m, thermoregulator, sensor suhu, stop
kontak 2 buah, kawat heater 1 m, kabel 20 m, pipa pralon kecil, motor penggerak
pengaduk susu, selang plastik kecil, susu sapi segar, air dingin, air panas 650C,
Plate Count Agar (PCA), Brilliant Green Lactosa Billbroth (BGLB), kapas,
alumunium foil, alkohol 70%, MB (Methylen Blue), parafin cair, H2SO4 91-92%,
amyl alkohol.
Skema alat pasteurisasi skala rumah tangga dapat dilihat pada Gambar 1
sebagai berikut:
Keterangan :
1. Tutup tabung sebelah dalam
2. Motor penggerak penggaduk susu
3. Kabel penghubung motor ke stop kontak
4. Thermoregulator dan stop kontak otomatis
5. Kabel thermoregulator ke stop kontak
6. Kran untuk pengisi air pendingi
7. Handle untuk tabung sebelah dalam
8. Kran untuk jalan keluar air pendingin
9. Tabung sebelah dalam (wadah susu)
10. Tabung wadah air pemanas
11. Pengaduk susu
12. Thermometer
13. Heater
14. Kran untuk mengeluarkan susu yang sudah
dipasteurisasi
15. Kabel penghubung heater ke stop kontak
otomatis
16. Penyangga pasteurizer
17. Penutup antara kedua tabung
18. Handle tabung
Sedangkan gambar alat pasteurisasi skala rumah tangga yang sudah jadi
dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini :
Uji Laboratorium
Uji laboratorium untuk kualitas susu segar dan susu pasteurisasi hasil alat
pasteurisasi skala rumah tangga yang dilakukan adalah uji kadar lemak, uji
reduktase, uji total mikroba dan uji bakteri E. coli.
Uji Reduktase
Hasil pengujian uji reduktase pada susu yang telah dipasteurisasi dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil pengujian uji reduktase susu
Tahap Uji Coba Susu Segar Susu Pasteurisasi
Tahap I Negatif Negatif
Negatif Negatif
Tahap II Negatif Negatif
Negatif Negatif
Sumber: Data Hasil Uji Coba, 2006.
Hasil negatif pada uji reduktase menunjukkan bahwa susu pasteurisasi
yang dihasilkan mempunyai kandungan mikroba yang terdapat dalam susu
pasteurisasi adalah 0. Hasil yang diperoleh sesuai dengan Standart Mutu Susu
pasteurisasi yang telah ditetapkan oleh SNI (Standart Nasional Indonesia) yaitu
SNI 01-3951-95. Pada standart tersebut ditetapkan bahwa kandungan mikroba
pada susu pasteurisasi adalah 0.
KESIMPULAN
Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKMT) dengan
judul Disain dan Aplikasi Alat Pasteurisasi Susu Skala Rumah Tangga dalam
Upaya Peningkatan Pendapatan Peternak mencipatakan alat pasteurisasi susu
secara sederhana dengan skala rumah tangga dapat diterapkan oleh peternak dan
dapat membantu meningkatkan pendapatan peternak serta memudahkan para
peternak untuk mengolah susu yang ditolak oleh IPS. Alat pasteurisasi susu secara
sederhana dapat bekerja secara efektif dalam membunuh mikroba patogen dan
dapat memperpanjang daya simpan susu sehingga layak untuk dikonsumsi.
PKMT-4-5-11
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, M. 1984. Kimia dan Teknologi Susu. Yogyakarta: Andi Offset.
Buckle, K. L., R. Edward, G. H. Fleet., W. R. Day dan M. Wootton. 1987. Ilmu
Pangan. Jakarta: Indonesia University Press. (Diterjemahkan oleh H.
Purnomo dan Adiono).
Soeparno. 1992. Prinsip Kimia Dan Teknologi Susu. Yogyakarta: Pusat Antar
Universitas Pangan Dan Gizi Universitas Gadjah Mada.
SNI 01-3951-1995. Susu Pasteurisasi. Standar Nasional Indonesia. Dewan
Standardisasi Nasional.
PKMT-4-6-1
ABSTRAK
Indonesia selain negara agraris juga negara bahari. Ini terbukti dengan
dipisahkannya pulau-pulau yang ada di Indonesia dengan selat dan laut. Hal
ini menunjukkan bahwa sebagian besar mendorong masyarakat untuk bermata
pencaharian sebagai nelayan. Media pendingin pada dewasa ini semakin banyak
dimanfaatkan seirama Penggunaan mesin pendingin akan lebih meluas karena
negara kita beriklim tropis. Alat ini bertujuan agar masyarakat dapat
menerapkan teknologi dari penelitian yang dilakukan mahasiswa, agar daerah
tangkapan nelayan menjadi lebih luas, hasil yang didapat cukup banyak dan
tahan lama. Alat ini bekerja double function, pertama untuk meningkatkan hasil
tangkapan nelayan, dan yang kedua agar hasil tangkapan lebih tahan lama.
Motor bensin dan tenaga angin dimanfaatkan untuk sirkulasi sitem pendingin.
System pendingin yang digunakan menggunakan prinsip AC mobil. Dimana
terdapat kompresor sebagai pemompa refrigerant, kondensor sebagai kondensasi
refrigerant dan evaporator sebagai alat evaporasi. Selain ketiga alat diatas,
terdapat drier, sebagai penyaring refrigeran yang berbentuk cair tekanan tinggi
yang berasal dari kondensor sebelum masuk ke dalam katub expansi dilanjutkan
ke evaporator. Diharapkan dengan adanya penemuan alat ini, nelayan tidak
susah lagi memikirkan mahalnya bahan bakar yang selama ini terjadi. Walaupun
disini mesin bensin digunakan, namun kapasitanya hanya setengah samapai satu
jam saja, mengingat pergantian angin darat dan angin laut memerlukan waktu
tersebut, dan kondisi angin tidak begitu cepat, dikhawatirkan angin tidak dapat
mengggerakakan kompresor. Oleh karena itu alternative yang digunakan alat
dengan mesin bensin.
Kata kunci : Angin, Hibrida, Air Conditioner
PENDAHULUAN
Indonesia selain negara agraris juga negara bahari. Cukup besar nelayan
yang ada di Indonesia. Dalam bidang perikanan, Indonesia masih tertinggal jauh
dengan negara lain. Prosentase tingkat ekonomi nelayan kelas menengah bawah
jauh dibawah standar dari negara berkembang yang lainnya. Media pendingin
pada dewasa ini semakin banyak dimanfaatkan seirama dengan kemajuan
teknologi dengan meningkatkan taraf hidup. Penggunaan yang umum adalah
untuk mengawetkan ikan. Pada suhu biasa (suhu kamar) maka cepat menjadi
busuk. Sedangkan pada suhu 4,40C atau 400 F (suhu yang biasa untuk pendingin
makanan), bakteri berkembang sangat lambat sehingga makanan akan lebih tahan
lama. Penggunaan mesin pendingin akan lebih meluas karena negara kita beriklim
tropis. Tidak mampunya nelayan tradisional melaut dalam waktu lebih dari satu
hari (12 jam) karena tidak tersedianya cold storage yang murah dan mudah
PKMT-4-6-2
perawatan untuk kapal nelayan, berakibat pula rendahnya daya jelajah dalam
penagkapan ikan.
Cold strorage yang dimiliki nelayan (kapal menengah tradisional) saat ini
adalah box kayu yang diisi dengan balok es tanpa sistem pemertahan suhu,
sehingga biaya operasional (pembelian balok es) sangat tinggi. Konsep penggerak
hibrida saat ini sangat populer dan banyak dikembangkan dinegara maju dengan
tujuan mengatasi krisis energi khususnya krisis bahan bakar minyak. konsep
hibrida adalah menggabungkan dua sumber energi menjadi satu output secara
simultan
METODE PENDEKATAN
Kincir Angin
Beberapa masyarakat kecil dan bahkan beberapa rumah sekarang memiliki
turbin-turbin kecil untuk memanfaatkan tenaga angin tersebut. Walaupun tenaga
angin berubah-ubah dan kelebihan angin sukar disimpan tetapi pengguanaanya
tetap bermanfaat, karena setiap kali kita menggunakan tenaga angin kita
menghemat bahan bakar. Lagi pula turbin angin bisa dikatakan sebagai bebas
polusi. Turbin turbin angin tidak mengakibatkan asap atau hujan asam.
Ada beberapa turbin angin yang sangat besar. Sudu-sudu turbin ini
berbentuk ramping dan dikontrol oleh sebuah komputer. Ujung sudu dapat
berputar dan berfungsi sebagai semacam rem kalu angin berhembus terlalu
kencang. Bagian atas turbin memuat segala alat pengontrol dan dapt berputar
untuk menghadapi angin. Tenaga angin ditingkatkan oleh penggunaan roda gigi.
Metoda Untuk Hasil
Dalam angin terdapat daya sebesar :
Pw = v3A
Disini A adalah luas rotor dalam m2 = (1/4 D2)
Kincir angin dibagi menjadi dua jenis :
a. Kincir angin poros vertikal
b. Kincir angin poros horisontal
Kincir dengan poros yang horisontal dapat dibagi dalam tipe yang berputar
perlahan dan berputar cepat
Tipe yang berputar perlahan banayk dipakai untuk penggabuangn dengan
pompa, tetapi untuk pembangkit listrik tidak cocok. Sedangkan tipe yang berputar
cepat cocok digunakan untuk pembangkit tenaga listrik.
Sayap (Plat yang rata)
Energi kinetik dari m3 udara yang bergerak ditentukan dengan rumus :
E = v2
Bila sejumlah udara dengan kecepatan v bergerak malalui bidang seluas
R2 (luas sayap), maka rumus untuk daya yang terdapat dalam angin :
P = v3 R2
Perhitungan ranagcangan pembuatan sudu yang baik :
1. Kita harus bertolak dari penyambungan sebuah generator arus putar untuk
50 Hz yang berkutub tunggal.(jumlah putarannya adalah 50 det-1 3000
men-1.
2. Kecepatan angin yang paling banyak terdapat didaerah sekitar adalah 10
m/det. Maka sudutnya harus 40.
PKMT-4-6-3
Motor Bakar
Motor ini digunakan untuk mengerakkan kompresor ketika angin yang
berada di permukaan laut kurang dapat menggerakkan kompresor atau angin
dalam keadaan sepoi-sepoi sehinngga kompresor kurang menghasilkan tenaga.
Bahan bakar yang digunakan adalah bensin. Mengapa? Karena selain
harganya murah juga bahan bakar ini tidak kalag fungsinya dengan bahan bakar
solar amaupun bensin. Kelangkaan yang terjadi pada solar dan bensin membuat
nelayan mengalami kesulitan dalam operasionalanya. Bahakan tidak jarang kita
melihat nelayan yang mengalami paceklik, dalam artian pengeluaran yang
digunakan untuk melaut lebih besar dari pendapatan yang diterima dari hasil
melaut.
Hibrida
Hibrida adalah sistem yang menggabungkan dua buah input menjadi satu
keluaran output. Disini kita menggunakan dua sumber energi untuk
menggerakkan system AC (Air Conditioner) sebagai alat pemertahan suhu cold
storage agar keadaan ikan dapat terjaga dan tidak mengalami pembusukan. Dua
buah input tersebut diantaranya adalah motor bakar (bahan bakar bensin) dan
kincir angin. Peranan kincir angin sangat berpengaruh. Penggunaan motor bakar
hanya pada awal proses pendinginan berlangsung. Motor bakar yang kita gunakan
adalah KATO dengan kapasitas 5,5 PK dengan merk. Setelah kapal berlayar ke
PKMT-4-6-4
tengah laut, peranan kincir angin difungsikan. Kincir angin ditransmisikan dengan
menggunakan roda gigi dan v-belt.
2. Kondensor
Kondenser dan evaporator adalah alat penukar kalor. Kondenser
gunanya untuk membuang dan mengubah wujud bahan pendingin (refrigeran)
dari gas menjadi cair. Kondenser ditempatkan diantara kompresor dan alat
pengatur bahan pendingin (pipa kapiler). Kondenser ditempatkan diluar
ruangan yang sedang didinginkan, agar dapat membuang panasnya keluar
kepada medium zat yang mendinginkannya (udara, air, fan).
Gambar 3. Kondensor
3. Evaporator
Evaporator tempatnya di antara pipa kapiler dan kompresor motor, jadi
pada sistem tekanan rendah dari sistem refrigerasi. Evaporator adalah bagian
dari sistem pendingin (refrigerasi) yang berhubungan langsung dengan bahan
pendingin yang akan didinginkan.
PKMT-4-6-5
Gambar 4. evaporator
4. Filter dryer
Alat ini digunakan untuk menyaring refrigeranyang sudah mengalami proses
kondnesasi dari kondensor sebelum menuju ke katub evaporator.
5. Katub Ekspansi
Pipa kapiler dibuat dari pipa tembaga dengan lubang dalam yang sangat
kecil dengan diameter pipa 0,5 mm samapi 2 mm dengan panjang 1 sampai 6
meter. Panjang dan diameter lubang pipa kapiler dapat mengontrol jumlah
bahan pendingin (refrigeran) yang mengalir ke evaporator. Pipa kapiler ini
gunanya untuk :
1. Menurunkan tekanan bahan pendingin cair (liquid) yang
mengalir didalamnya.
2. Mengatur jumlah bahan pendingin cair yang melaluinya.
3. Membangkitkan tekanan bahan pendingin di bagian kondensor.
Metode Penelitian
Metode penulisan yang digunakan metode kepustakaan dan percobaan
laboratorium. Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari materi yang
mendukung dan sesuai dengan yang dibahas, disamping sebagai bahan
perbandingan landasan teori dari alat yang dibuat, sedangkan percobaan
dilaboratorium dilakukan untuk menguji cara kerja sebenarnya dari sistem dan
kemungkinan perbaikan dan perubahan materi.
Desain Eksperimen
Dalam metode eksperimen, pola yang digunakan merupakan pola atau
desain eksperimen the one shot case study (10). Eksperimen the one shot case
study merupakan penelitian model sekali tembak, yaitu perlakuan yang dilakukan
pada suatu kelompok unit percobaan tertentu, dan kemu-dian diadakan analisis.
Desain the one shot case study memiliki pola XO, dengan X adalah perlakuan
atau treatment dan O adalah post test.
Analisis Data
Data yang didapat akan dibandingkan antara tenaga angin, tenaga motor
dan penggabungan antara kedua tenaga itu dengan konsep hibrida. Pada penelitian
ini untuk mengetahui kemampuan pemertahan suhu cold storage dalam
menanggulangi pembusukan ikan hasil tangkapan nelayan yang membutuhkan
waktu relatif lama.
PKMT-4-6-7
15 mm
50 mm
750 mm
750 mm
750 mm
750 mm
1500 mm
ST 40
As = ST 40 diameter 28 mm & 25,4 mm
KIRAPAC F 70
V = 55 liter
Pembahasan
Desain pendingin ini seperti system AC mobil tetapi dengan sedikit
perubahan. Desain ini menggunakan kincir yang digerakkan oleh tenaga angin.
Gerakan putaran kincir ini akan digunakan untuk menggerakkan kompresor dan
pompa. Untuk mengubah kecepatan putaran maka digunakan gear box.
PKMT-4-6-9
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan, maka penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa: (1)Dengan terciptanya alat pendingin ikan ini, pembusukan
ikan dapat dicegah sehingga nelayan dapat menangkap ikan dengan waktu yang
relatif lama. (2) Mengurangi biaya operasional penangkapan ikan, hal ini
dikarenakan intensitas penangkapan kecil tetapi dengan menghasilkan tangkapan
ikan yang lebih banyak. Saran dari penelitian ini adalah: (1) Sistem mampu
mempertahankan suhu, sehingga es dalam cold storage tidak mencair dan mampu
menyimpan ikan dengan lebih baik. (2) Alat yang telah dibuat dapat dijadikan
sebagai alternatif penyimpan hasil tangkapan ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Grandis Vitex. 1997. Merawat dan Memperbaiki Kulkas. Jakarta : Puspa Swara,
Jones.W. Jerold. 1992. Refrigerasi Dan Pengkondisian Udara. Jakarta : Penerbit
Erlangga
Karyanto. E, Paringga Emon. 2003. Teknik Mesin Pendingin. Jakarta : CV. Restu
Agung
Sumanto. 2000. Dasar-dasar Mesin Pendingin, Yogyakarta : Andi
PKMT-4-7-1
ABSTRAK
Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis dengan luas wilayah
5.193.250 km2 dan 2/3 daripadanya terdiri atas perairan. Dengan keragaman
sumber daya alam yang berlimpah ditambah lagi dengan budaya bertani yang
telah mengakar di masyarakat, membuat sektor pertanian pernah menjadi
andalan dalam perekonomian nasional di era tahun 80-an. Dalam situasi krisis
ekonomi sektor pertanian masih sanggup bertahan dan mampu untuk
dikembangkan, Turunnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika membuat
produk sektor pertanian mempunyai daya saing sebagai komoditas eksport. Di
balik keunggulan sektor pertanian tersebut, juga diperlukan cara untuk
menanggulangi segala permasalahan yang berkaitan dengan menurunnya tingkat
produktifitas hasil pertanian. Salah satu penyebab menurunnya produktifitas
adalah faktor alam seperti iklim, cuaca, dan kekeringan. Rumah kaca adalah
salah satu jalan pemecahan terhadap permasalahan tersebut. Pertanian rumah
kaca didesain untuk meningkatkan produksi dengan mengendalikan cuaca, salah
satu pengendalian yang bisa dilakukan adalah pada kelembaban tanah dan
pengaturan suhu ruang. Dengan pengkombinasian rumah kaca sebagai media
tanam dan alat penyiram otomatis sebagai pengatur kelembaban tanah,
diharapkan mampu meningkatkan produktifitas hasil pertanian secara optimal
Media penanaman rumah kaca ini biasa digunakan dalam pembibitan tanaman.
Perancangan plant sistem pengendalian menggunakan kontrol otomatik
mikrokontrollel ATMEL AT89S51. Sistem pengindraan dilengkapi dengan
detektor kelembaban dan detektor pengatur suhu ruangan. Sebagai sensor
pendeteksi kelembaban digunakan elektroda yang ditancapkan di tanah, keluaran
dari detektor kelembaban diolah oleh pengendali mikro dan selanjutnya
digunakan untuk mengontrol kerja pompa penyiram tanaman. Sedangkan untuk
mengendalikan suhu ruangan digunakan rangkaian detektor suhu dengan output
yang dihubungkan pada kipas sirkulasi udara.
Kata kunci : Rumah Kaca, Penyiram Tanaman Otomatik, Kelembaban Tanah
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis. Sebagai negara
tropis dengan luas wilayah 5.193.250 km2 dan 2/3 daripadanya terdiri atas
perairan, Indonesia memiliki keragaman sumber daya alam yang berlimpah yang
tidak ada duanya di dunia, ditambah lagi dengan budaya bertani yang telah
mengakar di masyarakat, membuat sektor pertanian pernah menjadi andalan
(leading sector) dalam perekonomian nasional di era tahun 80-an.
Dalam situasi krisis ekonomi saat ini, sektor pertanian masih sanggup
bertahan untuk dikembangkan. Turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar
Amerika membuat produk sektor pertanian mempunyai daya saing sebagai
komoditas eksport. Disamping harga produk pertanian yang mengalami kenaikan
PKMT-4-7-2
dalam nilai rupiah, juga membuat sektor ini lebih mempunyai prospek
dibandingkan dengan produk dari sektor lainnya.
Di balik keunggulan sektor pertanian tersebut, kita perlu menanggulangi
segala permasalahan berkaitan dengan menurunnya tingkat produktifitas dari para
petani. Hal ini dikarenakan adanya beberapa kendala dalam mengelola proses
produksi pertanian baik sebelum maupun pasca panen. Penyebab menurunnya
produktifitas pertanian diantaranya adalah pada ketersediaan lahan, faktor alam
seperti iklim dan cuaca, kekeringan, serangan hama penyakit dan sebagainya.
Rumah kaca merupakan salah satu jalan pemecahan terhadap permasalah
diatas. Rumah kaca (atau rumah hijau) adalah sebuah bangunan di mana tanaman
dibudidayakan dengan kondisi lingkungan yang dapat diatur (1). Kondisi
lingkungan yang dimaksud adalah faktor-faktor utama yang dibutuhkan oleh
tanaman seperti cahaya, kelembaban udara, suhu udara ataupun aliran udara.
Kondisi tersebut diatur supaya tanaman dapat tumbuh secara optimum (2).
Sebuah rumah kaca terbuat dari gelas atau plastik. Rumah kaca akan
menjadi panas karena radiasi elektromagnetik matahari. Kaca yang digunakan
bekerja sebagai medium transmisi yang dapat memilih frekuensi spektral yang
berbeda-beda, dan efeknya adalah untuk menangkap energi di dalam rumah kaca,
yang memanaskan tumbuhan dan tanah di dalamnya yang juga memanaskan udara
dekat tanah dan udara ini dicegah naik ke atas dan mengalir keluar. Oleh karena
itu rumah kaca bekerja dengan menangkap radiasi elektromagnetik dan mencegah
konveksi (1).
Pada umumnya rumah kaca digunakan untuk konservasi jenis tanaman
tertentu dari penyakit, pemeliharaan tanaman muda, tanaman yang baru
diremajakan atau dipindahkan (repotting), dan tanaman jenis tertentu seperti
anggrek phalaenopsis (jenis anggrek bulan). Fungsi dasar dari sebuah rumah kaca
disesuaikan dengan jenis tanaman yang dibudidayakan didalamnya (2).
Untuk membudidayakan tanaman diluar habitat aslinya, perlu
memanipulasi keadaan lingkungan agar menyerupai kondisi habitat alaminya.
Untuk mengurangi intensitas sinar matahari yang berlebihan dalam rumah kaca
digunakan paranet (2). Paranet adalah sejenis kain nilon tipis dengan struktur
seperti jaring yang dipasang pada bagian atap rumah kaca. Persentase ketebalan
paranet tergantung dengan jenis tanaman yang dibudidayakan.
Pertanian rumah kaca didesain untuk meningkatkan produksi dengan
mengendalikan cuaca, salah satu pengendalian yang bisa dilakukan adalah pada
kelembaban tanah dan pengaturan suhu ruang (1). Kelembaban dan suhu
berhubungan dengan kapasitas air dalam media tanam ataupun kondisi udara
dalam rumah kaca.
Selain medium tanah, dapat digunakan medium lain dalam budidaya
tanaman dalam rumah kaca, termasuk didalamnya budidaya media hidroponik.
Medium lain selain tanah yang biasa digunakan diantaranya adalah pakis kering,
serabut kelapa, serutan kayu ataupun arang aktif (3). Media tersebut umum
digunakan pada tanaman jenis paku-pakuan dan anggrek.
Kelembaban tanah dapat diketahui dengan cara sederhana, seperti
memasukkan jari ke tanah atau dengan cara yang lebih modern dengan alat ukur
kelembaban tanah. Dengan memasukkan elektroda probe (berupa logam
konduktor kuat) dalam sampel tanah yang akan berfungsi sebagai alat ukur
PKMT-4-7-3
konduktansi (kemampuan alir) arus listrik akibat adanya keberadaan air dengan
kadar tertentu yang menyebabkan media tanam menjadi lembab dan basah (3).
Dengan pengkombinasian rumah kaca sebagai tempat tumbuh tanaman
yang disesuaikan dengan habitat alaminya, dan alat penyiram otomatis sebagai
pengatur kelembaban media tanam, diharapkan mampu meningkatkan
produktifitas hasil pertanian secara optimal. Media penanaman rumah kaca ini
selain untuk pengembangan tanaman bunga jenis tertentu yang memerlukan
perlakukan khusus dalam perawatan, juga dapat digunakan dalam pembibitan
tanaman perkebunan dan industri, penanaman tanaman yang mempunyai siklus
hidup pendek seperti ; melon, semangka, dan sayuran, ataupun tanaman tembakau
(2). Jenis-jenis tanaman yang sangat umum dibudidayakan oleh masyarakat petani
Indonesia tersebut akan lebih kompetitif dan bernilai jual tinggi di pasaran jika
ditangani dengan intensif. Dengan menggunakan manajemen budidaya yang baik,
metode ini mampu meningkatkan hasil produksi antara 5 sampai 15 kali lebih baik
dibandingkan dengan cara konvensional (1).
Dari dasar konsep dasar pemikiran tersebut, kami mencoba untuk
merancang sebuah plant pengendali penyiraman otomatik tanaman untuk rumah
kaca yang canggih, berdaya guna tinggi dan mudah dioperasikan. Untuk
membantu keterlibatan manusia dalam pengontrolan secara intensif, penyiraman
tanaman akan dikendalikan secara otomatik dengan input dari rangkaian kendali
berbasis mikrokontrollel yang dapat ditentukan masukan nilai sensitifitas
sensornya secara manual oleh pengguna disesuaikan dengan kebutuhan alami
tanaman. Sistem pengindraan dilengkapi dengan detektor kelembaban dan
detektor pengatur suhu ruangan. Sebagai sensor untuk mendeteksi kelembaban
tanah dipakai elektroda yang ditancapkan di tanah, keluaran dari detektor
kelembaban akan diolah oleh pengendali mikro dan selanjutnya digunakan untuk
mengkontrol kerja pompa penyiram tanaman. Sistem kerja rangkaian detektor
kelembaban tergantung pada nilai kelembaban tanah yang merupakan suatu
resistansi elektronis. Sedangkan untuk mengendalikan suhu ruangan digunakan
rangkaian detektor suhu dengan output yang dihubungkan pada kipas sirkulasi
udara.
METODE PENDEKATAN
Observasi dilakukan dengan mengunjungi Balai Benih Tanaman Pangan
dan Hortikultura Wilayah Surakarta Kebun Benih Hortikultura Salaman Dinas
Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah. Balai Benih tersebut terletak di jalan raya
Magelang Purworejo Km. 16 No. 46 Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang
Jawa Tengah. Observasi dilakukan pada hari senin dan selasa, tanggal 29 dan 30
Mei 2006. Pengamatan dilakukan pada waktu yang tidak ditentukan diluar
ataupun selama jam kerja.
Observasi dilakukan dalam rumah kaca dengan penanaman menggunakan
dua media tanam dan jenis tanaman yang berbeda, bibit anggrek dengan media
tanam cincangan pakis yang dikeringkan, dan bibit jeruk keprok dengan media
tanam tanah.
Dalam perolehan data digunakan metode interview, observasi lapangan
dan metode telaah pustaka. Interview dilakukan melalui wawancara dengan
petugas lapangan Balai Kebun Benih Hortikutura Salaman. Pertanyaan
pertanyaan yang di ajukan berkenaan dengan proses pembibitan, media yang
PKMT-4-7-4
digunakan pada beberapa jenis tanaman yang berbeda, budidaya tanaman dalam
rumah kaca dan pertanyaan yang berhubungan dengan teknis pembuatan ataupun
fungsi komponen yang digunakan dalam rumah kaca. Sedangkan metode
observasi difokuskan pada penggunaan media tanam tanah pada bibit unggul jeruk
keprok yang telah dimuliakan dan cincangan pakis kering sebagai media tanam
pada beberapa jenis bibit anggrek phalaenopsis (anggrek bulan), dua medium
tersebut di teliti untuk mendapatkan perbandingan tingkat pengindraan
kelembaban pada sensor, sehingga selain menggunakan media tanah, alat
penyiram diharapkan juga dapat digunakan untuk media tanam lain selain tanah,
mengingat beberapa media tanam juga mempunyai karakteristik yang hampir
sama dengan karakteristik tanah pada umumnya. Kondisi suhu udara dalam rumah
kaca juga diamati untuk mendapatkan suhu yang benar-benar sesuai dengan
kebutuhan tanaman, input pengindraan suhu nantinya akan digunakan untuk
mengontrol kestabilan suhu ruangan rumah kaca dengan bantuan kipas sirkulasi
udara. Sedangkan untuk telaah pustaka, digunakan beberapa sumber buku,
majalah pertanian dan beberapa jurnal hasil penelitian yang terdapat di
perpustakaan balai.
Data hasil pengamatan difokuskan pada penggunaan dua media tanam
yang berbeda dan pengamatan suhu ruang dalam rumah kaca, data diolah dan
dianalisis dengan mempertimbangkan pada kemungkinan penggunaan alat
penyiram otomatik untuk kedua jenis medium tersebut. Dikarenakan dua media
tanam tersebut mempunyai karakteristik berbeda sesuai dengan jenis tanaman
yang akan ditanam didalamnya.
tersebut digunakan sebagai bahan okulasi pada bibit jeruk yang masih muda,
sehingga setelah jeruk dewasa akan mewakili sifat unggul inangnya. Jenis
penyakit yang paling sering terjangkit pada tanaman jeruk adalah CVPD (Citrus
Vein Phloem Degeneration), penyebab utamanya adalah virus dengan vektor
pembawa kutu loncat Diaphorina citri. Bagian yang diserang adalah silinder pusat
(phloem) batang, gejala yang muncul adalah daun sempit, kecil, lancip, buah
kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye. Jenis penyakit ini sangat umum
menyerang sebagian besar varietas tanaman jeruk di indonesia, tingkat
penyebarannya cukup cepat karena adanya vektor kutu loncat yang mudah
berpindah dari satu tanaman ke tanaman lain. Pengendalian yang bisa dilakukan
adalah menggunakan bibit tanaman yang sehat dan bebas CVPD, selain itu
penempatan lokasi kebun dibuat minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang
CVPD, penggunaan insektisida untuk vektor, dan perhatikan sanitasi kebun yang
baik (4,5). Oleh karena itu, bibit jeruk yang akan dibudidayakan diharapkan
adalah bibit yang terbebas dari penyakit tersebut sehingga kemungkinan gagal
panen kecil dan produktifitas hasil menjadi lebih optimal.
Selain untuk pemeliharaan tanaman indung, peran rumah kaca juga
digunakan dalam pembibitan tanaman hasil okulasi tersebut. Bibit jeruk yang
masih muda memerlukan intensitas penyiraman dan perlindungan yang lebih baik,
karena karakteristiknya fisiknya yang masih lemah dan butuh perlindungan.
Sebagai contoh, untuk melindungi batang okulasi yang masih muda, menurunkan
suhu tanah di siang hari, memelihara kelembaban tanah, mengurangi derasnya
curahan air hujan, menghemat penyiraman air, menghindarkan bibit dari sengatan
matahari langsung yang dapat membakar daun, ataupun faktor alam lainnya yang
dapat merusak fisik dari bibit tanaman. Karakteristik dan kebutuhan hidup bibit
jeruk tidak akan jauh berbeda dengan bibit anggrek, oleh karena itu perlakuan
dalam rumah kaca akan sama.
Anggrek merupakan tanaman bunga hias berupa benalu yang bunganya
indah. Anggrek sudah dikenal sejak 200 tahun lalu, dan sejak 50 tahun terakhir
mulai dibudidayakan secara luas di Indonesia sebagai tanaman hias atau sebagai
anggrek potong, ataupun sebagai campuran ramuan obat-obatan dan sebagai
bahan minyak wangi (6).
Phalaenopsis adalah jenis anggrek bulan yang tumbuh di dataran dengan
ketinggian antara 50 1.000 m dpl. Suhu udara yang diperlukan berkisar antara
15 35oC, namun suhu optimal bagi pertumbuhannnya adalah 21oC (7). Pada
umumnya anggrek bulan memerlukan lingkungan hidup yang lembab,
kelembaban udara yang diperlukan antara 65 70% pada siang hari. Sedangkan
intensitas penyinaran matahari yang tepat adalah semi-teduh (semi-naungan),
berkisar antara 15% - 30%. Jenis anggrek ini biasa dikembangkan dalam media
rumah kaca karena lingkungan hidup yang butuh perlakuan lebih dari jenis
anggrek yang lain (8).
Faktor alam yang harus diperhatikan dalam memanipulasi lingkungan
tumbuh anggrek adalah kelembaban udara. Meskipun sebagian besar memerlukan
naungan, anggrek tidak menyenangi kondisi udara yang terlalu lembab (basah).
Udara yang terlalu lembab sering membuat tanaman anggrek terserang busuk
daun dan busuk tunas. Namun, anggrek juga tidak menyenangi udara yang terlalu
kering. Jika kelembapan udara sangat tinggi, penguapan yang terjadi sangat
sedikit. Ketika itu anggrek tidak perlu disiram. Jika kelembapan udara sangat
PKMT-4-7-6
rendah, banyak sekali terjadi penguapan. Saat itu, penyiramam sebaiknya lebih
sering dilakukan. Anggrek tidak memerlukan banyak penyiraman asal udara di
sekelilingnya cukup lembab (6).
Ketika suhu udara sedang tinggi, akan mempengaruhi kelembaban
udara dalam rumah kaca dan memacu sensor suhu untuk mengaktifkan kipas
sirkulasi. Disamping itu, suhu yang tinggi sedikit banyak akan berpengaruh pada
kadar air dalam media tanam, sensor kelembaban akan mengirim sinyal kondisi
kering ke rangkaian kendali dan menghidupkan pompa penyiram. Penyiraman
juga bisa diatur secara manual, dalam kondisi ini input dari detektor kelembaban
diabaikan. Penyiraman air bisa dicampur dengan pupuk cair atau pupuk padat
yang dicairkan dengan kadar tertentu.
Medium tanam yang baik digunakan dalam budidaya anggrek bulan
harus disesuaikan dengan cara (metode) penanamannya (6). Kemampuan media
tanam untuk menyerap air berbeda-beda. Hal ini seharusnya dipertimbangkan saat
melakukan penyiraman anggrek. Media tanam yang daya serap airnya rendah
seharusnya mendapatkan suplay air yang lebih banyak. Sementara itu, media
tanam yang daya serap airnya tinggi, sebaiknya suplay airnya tidak terlalu banyak
(7). Kondisi basah dan keringnya media tanam dapat disesuaikan dan dideteksi
dideteksi alat menggunakan sensor kelembaban, yang akan mengirim sinyal
kondisi kering untuk menghidupkan pompa penyiram.
Pakis adalah salah satu medium yang umum digunakan dalam
pengembangan budidaya anggrek, pakis dalam bentuk lempeng biasa digunakan
untuk penanaman luar ruangan, sedangkan untuk budidaya dalam pot digunakan
remukan remukan halus. Pakis yang berwarna hitam memiliki tekstur lebih
keras dan daya serap airnya lebih rendah dibandingkan dengan yang berwarna
cokelat (7). Bahan medium tumbuh ini mampu menyediakan unsur-unsur hara
yang diperlukan tanaman anggrek bulan. Pakis mengandung sellulosa,
hemisellulosa, lignin, fraksi air yang larut (gula, asam amino, asam alifatik,
konstituen eter), dan alkohol terlarut yang terdiri atas lemak, minyak, lilin, resin,
dan sejumlah pigmen serta protein. Bahan medium tumbuh tersebut melapuk
secara perlahan-lahan, sehingga unsur hara dapat sedikit demi sedikit diserap
dengan baik oleh tanaman anggrek bulan (9).
Media tanam ini yang akan diujicobakan dalam observasi. Pakis
mempunyai kontur yang tidak jauh beda dengan medium tanah. Bentuk fisik yang
keras dengan pori-pori yang besar memberikan kesan sulit untuk akan
mempermudah pendeteksian kadar air. Sehingga perlakuan pendeteksian
kelembaban yang diberikan pada medium ini tidak akan jauh berbeda dengan
tanah.
Kontrol utama pengendalian alat menggunakan mikrokontrollel ATMEL
AT89S51 sebagai pusat kendali. Sedangkan untuk supply kelistrikan rangkaian
menggunakan catu daya 5 12V. Sebagai pengkonversi sinyal analog dari
rangkaian sensor ke digital mikrokontrollel menggunakan rangkaian ADC 0804
yang kemudian dioleh pengendali utama mikrokontrollel. Keypad digunakan
untuk memasukkan input suhu diinginkan. Kemudian suhu aktual rumah kaca,
suhu yang di set, dan indikator pengaturan manual-otomatik penyiram tanaman
ditampilkan pada matriks LCD 2 x 16 karakter.
Sehingga rangkaian kendali secara kompleks terdiri dari SysMin
mikrokontrollel ATMEL AT89S51 sebagai unit kendali utama. Driver ADC 0804
PKMT-4-7-7
sebagai pengkonversi sinyal analog tangkapan sensor, menjadi bentuk digital yang
digunakan sebagai input pada pengolah mikrokontrollel. Sensor kelembaban
dengan menggunakan dua buah probe sebagai pendeteksi konduktifitas arus yang
ditanamkan pada medium tumbuh dan sensor suhu IC LM35, sebagai unit
tranduser. Driver kipas sirkulasi udara dan pompa penyiram, sebagai unit output
yang akan mengendalikan suhu dan kebasahan tanah. Keypad digunakan sebagai
unit input data, sedangkan matriks LCD 2 x 16 sebagai penampil suhu aktual
terbaca dan suhu pengesetan, juga indikator pengaturan manual-otomatik
penyiram tanaman. Untuk pengaturan kelembaban atau kebasahan tanah, pada
rangkaian driver kelembaban diatur dengan tegangan yang disesuaikan dengan
kebutuhan. Tegangan listrik pada media tanam diukur, dan diatur nilainya lebih
kecil dari nilai tegangan pada rangkaian driver. Pengukuran tegangan
menggunakan multimeter digital, mengingat nilai besaran tegangan sangat kecil.
KESIMPULAN
Fungsi budidaya tanaman dalam rumah kaca akan berbeda-beda
tergantung pada jenis tanaman yang ditumbuhkan didalamnya. Fungsi rumah kaca
dalam pembibitan anggrek akan berbeda dengan fungsi yang diperlukan untuk
perlindungan tanaman inang jeruk dengan sifat unggul sebagai bahan okulasi.
Perbandingan secara fisik antara penggunaan media tumbuh tanah dengan media
pakis dalam penanaman tanaman dalam rumah kaca, tidak memberikan perbedaan
yang berarti pada pembacaan sensor kebasahan. Media tanah umum digunakan
pada budidaya tanaman hortikultura, juga tanaman bunga selain tanaman anggrek
dan paku-pakuan. Medium lain selain tanah yang biasa digunakan diantaranya
adalah pakis kering, serabut kelapa, serutan kayu ataupun arang aktif.
Penggunaan media tumbuh tanaman akan berbeda tergantung tanaman
yang tumbuh diatasnya. media pakis adalah media alternatif selain tanah yang
biasa digunakan untuk budidaya tanaman anggrek dalam pot ataupun diluar
ruangan.
Selain medium tanah, dapat digunakan medium lain dalam budidaya
tanaman dalam rumah kaca, termasuk juga budidaya media hidroponik. Dalam
pengamatan di lapangan, media tanah dan media pakis kering dapat di kontrol
kelembabannya dengan baik sesuai kebutuhan alami tanaman dengan sistem
penyiraman otomatik.
Pengontrolan kelembaban tanah dan suhu ruangan rumah kaca akan
membantu proses pertumbuhan tanaman sesuai dengan kebutuhan alaminya.
Dengan pengkombinasian plant sistem pengendalian otomatik antara rumah kaca
sebagai media tanam, dengan penyiram tanaman otomatik sebagai pengontrol
tingkat kebasahan tanah dan suhu ruangan rumah kaca diharapkan akan
meningkatkan produktifitas hasil secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
(1) Agus Sugiyono. Kendali Sistem Energi Untuk Rumah Kaca. BPPT. Diambil
dari : URL:http://www. Geocities.com/Athens/Academy/1943. diakses 18
Maret, 2005.
(2) Anonim. Produksi Benih Holtikultura Kebun Benih Hortikultura Salaman
Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah. Teknologi Produksi dan
Sertifikasi Benih. Perkecambahan Benih. 2001.
PKMT-4-7-8
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan prototype kit diagnostic
untuk mendeteksi adanya waktu ovulasi sapi dengan cara yang mudah dan tepat
dengan menggunakan antibody poliklonal.
Stimulasi estrus sapi dengan menggunakan sinkronisasi estrus
menggunakan hormone PGF2 alfa, isolasi protein urin, darah dan lendir estrus
menggunakan larutan ammonium sulfat jenuh. Identifikasi protein dilakukan
dengan menggunakan elektroforesis gel SDS-PAGE. Protein spesifik
diimunisasikan dengan menggunakan mencit galur Balb/c, dan antibody yang
terbentuk dianalisis dengan menggunakan ELISA. Antibodi yang terbentuk
dikembangkan menjadi prototype diagnostic dengan menggunakan uji aglutinasi
dan immunoblotting dengan metode dot blot.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan konsentrasi protein
spesifik dalam urin, darah dan lendir sapi yang estrus yaitu protein dengan BM
sekitar 65.000 Da.
Kata kunci : protein spesifik ovulasi, antibody poliklonal, prototype kit diagnostic
PENDAHULUAN
Waktu Inseminasi Buatan sangat mempengaruhi keberhasilan inseminasi
buatan yang dilakukan untuk perbaikan mutu reproduksi dan produktivitas ternak,
karena umur ovum pendek dan spermatozoa yang berada di dalam alat kelamin
betina perlu mengalami perubahan - perubahan agar dapat membuahi ovum
(Djanuar, 1985). Waktu yang tepat untuk menginseminasi buatan tidaklah
mungkin dapat dilakukan bila orang tidak cermat dalam mengamati penampakan
birahi sapi, sehingga bagi peternak perlu sekali untuk menguasai tanda - tanda
estrus bagi sapi (Djanuar, 1985). Baberapa peternak tidak sanggup untuk
mengamati sapi-sapinya secara cermat ketika sapi estrus atau tidak estrus,
sedangkan program Inseminasi Buatan (IB) tidak mungkin dilakukan tanpa
deteksi estrus. Birahi tenang (silent heat)/ birahi yang tidak menunjukkan gejala
estrus yang jelas dimana deteksi estrus dalam hal ini menjadi sulit. Sistem
pencatatan dari IB terdahulu dapat dikacaukan dengan sapi - sapi yang tidak
mengikuti pola siklus estrus/ birahinya. Biasanya hal ini terjadi pada sapi yang
baru melahirkan atau sapi yang tua (Mozes, 1981).Periode hidup sapi
direkomendasikan hanya sampai delapan tahun atau setara jumlah beranak sapi
betina. Maka, memelihara sapi betina secara ekonomis jelas menguntungkan,
asalkan dapat menghasilkan keturunan (bunting).
Sejak inseminasi buatan (IB) pertama kali diperkenalkan ke peternak di
tanah air 28 tahun silam, terjadi perubahan pola pemeliharaan ternak sapi dari
jenis lokal ke crossing (silang). Kini IB makin diterima peternak, sehingga dalam
mengawinkan sapinya mulai ada ketergantungan terhadap teknologi tersebut, akan
PKMT-4-8-2
tetapi masih sering ditemui kegagalan dalam penerapan IB. Kegagalan ini ditandai
dengan adanya gagal bunting. Berdasarkan survei yang dilakukan Badan
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), 70% penyebab kegagalan sapi bunting
akibat deteksi birahi yang dilakukan peternak tidak tepat. Umumnya akibat
pengetahuan peternak masih kurang, sedangkan faktor kegagalan lainnya antara
lain dari usia sapi awal kawin (sapi dara), kecukupan gizi sapi betina, kemampuan
petugas IB atau inseminator dan kualitas bibit jantan.Melihat kasus tersebut,
pengamatan atau deteksi birahi perlu dikuasai peternak agar IB berhasil. Birahi
pada sapi dapat ditandai dengan ciri-ciri antara lain sapi gelisah, warna kemerahan
dan terjadi penebalan pada vagina, nafsu makan turun bahkan hilang sama sekali.
Serta timbul perilaku menaiki sapi lain dan keluarnya lendir dari alat kelamin
(vulva).
Dari tanda-tanda birahi tersebut, pedoman yang paling tepat bagi peternak
untuk melaporkan kepada petugas IB bila sapi sudah mengeluarkan lendir yang
cukup banyak dari alat kelaminnya. Banyak terjadi kasus, tanpa memperhatikan
leleran cairan dari vulva, tapi peternak sudah memanggil inseminator. Bahkan ada
yang melapor karena sapinya sudah teriak-teriak. Padahal tidak semua sapi
betina memperlihatkan tanda itu, banyak juga yang diam saja (silent haid), dalam
teknologi IB, yang paling valid dipakai sebagai dasar laporan ke inseminator
adalah keluarnya cairan kental, setelah tanda-tanda lainnya semacam vulva
menebal, dan tampak kemerahan. Sedangkan tanda-tanda lainnya hanya sebagai
awal birahi. Keluarnya cairan kental dari vulva sering disebut peternak sebagai
pela-pelu (standing haid).
Stadium standing haid dipakai inseminator sebagai pedoman untuk
menandai dan menghitung kapan sel telur turun dari indung telur. Fase ini
menjadi dasar hitungan turunnya telur, atau terjadi sekira 10 jam kemudian dari
stadium ini. Maka, inseminator selalu bertanya kepada pemilik sapi, kapan pela-
pelu keluar, setelah memperoleh inseminasi, peternak masih harus tetap
melakukan pengamatan pada sapi betina, pengamatan ini untuk mengetahui
apakah sapi mengalami pela pelu kembali pela-pelu yang umumnya hanya
keluar selama satu hari, tapi karena kesuburannya bisa lebih dari satu hari. Dalam
kasus ini, peternak harus melapor kembali ke inseminator agar melakukan IB
ulang. Pedoman yang dipakai untuk mengawinkan sapi ada pada pela-pelu yang
terlihat pada hari terakhir. Jika masih terlihat pela-pelu di hari kedua, sebaiknya
dilakukan IB ulang. Tanpa mengulang IB, kemungkinan bunting kecil sekali. Hal
ini perlu dipaparkan agar tidak ada lagi anggapan setelah disuntik pasti bunting,
sehingga mengabaikan pengamatan kemungkinan masih adanya tanda birahi hari
berikutnya. Teknologi inseminasi buatan (IB) atau artificial insemination (AI)
semakin dikenal peternak di tanah air. Sejak dikenalkan pertama kali pada tahun
1976, IB yang sering juga disebut kawin suntik juga telah menghasilkan ternak
unggul hasil persilangan dengan ternak lokal. Salah satu keuntungan IB,
khususnya pada sapi, dapat mencegah penularan penyakit kelamin. Misalnya
brucellosis yang dapat menyebabkan sapi betina mandul dan bersifat zoonosis.
Penyakit semacam itu dapat dihindari karena sperma yang disuntikkan dengan
insemining gun (pistol inseminasi) benar-benar berasal dari pejantan unggul
sebagai contoh di BPMBPT (Balai Pengembangan Mutu Bibit dan Pakan Ternak)
di Yogyakarta sapi yang disadap spermanya selalu dicek kondisi kesehatannya.
Hal ini dimaksudkan untuk memelihara kualitas sperma, selain itu IB juga
PKMT-4-8-3
METODE PENDEKATAN
Dilakukan persiapan sample dengan menampung urin, DARAH DAN
LENDIR sapi yang sedang estrus dengan ditambahkan pangawet urin yaitu
thymol, selanjutnya dilakukan isolasi protein dengan menambahkan amonium
sulfat (NH2SO4) jenuh perbandingan 1:1 dan dibiarkan selama 12 jam pada suhu
4c. Sentrifuge 3000 rpm dengan menggunakan eppendorf selama 15 menit. Pelet
diambil dan dilarutkan dengan PBS sebanyak 0,2 0,5 ml. Penghitungan
konsentrasi protein dengan menggunakan metode Bradford (Bio-rad assay).
Pengukuran dengan metode Bradford ini dilakukan dengan mencampurkan 2 l
dan 4l dari suspensi protein dengan 8l dan 796 l H2O dan kemudian ditambah
200l Bradford assay. Selanjutnya dilakukan pembacaan OD 595 untuk kontrol
dan sampel.
Purifikasi protein pengikat feromon dilakukan dengan cara dialisis yaitu
protein ditambah dengan PBS dan didiamkan selama 24 jam overnight pada suhu
4C, kemudian dilakukan freeze dryer dan diakhiri dengan gel filtrasi
menggunakan sephadex G.50-100.
Protein dipisahkan dengan 10 20 % sodium dodecyl sulphat-
polyacrylamide gel electrophoresis (SDS-PAGE) menurut metode Laemli (1970)
dengan alat elektroforesis. Gel pemisah (bagian bawah,15 %) dituang pada plat
dan diratakan permukaannya dengan butanol. Setelah gel polimerasi, butanol
dibuang dan gel dicuci dengan aquadest. Stacking gel atau gel pengumpul (bagian
atas, 3 %) dituang di atas gel pemisah, selanjutnya sisir dipasang untuk membuat
sumuran. Setelah stacking gel mengalami polimerisasi plat dirangkai dengan
apparatus elektroforesis. Bufer elektroda dituang ke dalam tangki dan sisir
diangkat . Kemudian ditambahkan sampel bufer dengan perbandingan 4:1, direbus
dalam air mendidih (100C) selama 2 menit. Kemudian sampel protein dan
protein standar (marker) dimasukkan ke dalam sumuran stacking gel. Apparatus
elektroforesis dihubungkan dengan power supply 150 V selama 3 jam untuk
dirunning. Setelah sampel mencapai front, gel diambil dan diwarnai dengan
coomasie brilliant blue 0,1% selama semalam pada temperatur kamar sambil
digoyang. Kemudian gel diberi larutan destaining sampai gel menjadi transparan.
Gel disimpan dalam asam asetat 10%.
Protein spesifik pada gel elektroforesa dengan berat molekul tertentu
dipotong, kemudian gel dimasukkan dalam kantong dialysis dan ditambahkan
500l buffer elektroda SDS glisin. Kedua ujung kantong dialysis dijepit dengan
penjepit. Aparatus dihubungkan dengan power supply (150V) untuk dielusi.
Setelah protein lepas dari dalam gel (larutan menjadi biru dan gel menjadi
transparan) larutan diambil dan kemudian disimpan pada -20C.
Larutan antigen yang telah disiapkan disuntikkan pada mencit, sejumlah
dosis penyuntikan protein toksin ular diemulsikan dengan Freunds complete
adjuvant (perbandingan 1:1) hingga homogen, kemudian disuntikkan ke mencit
Balb/c secara intramuscular. Imunisasi diulang 14 hari kemudian dengan
PKMT-4-8-5
menggunakan uji Biorad. Protein ini selanjutnya digunakan sebagai antigen untuk
imunisasi mencit. Antigen ini diharapkan mampu menimbulkan respon imun pada
mencit sehingga dihasilkan antibodi yang mempunyai afinitas spesifik yang
sangat tinggi terhadap antigen tersebut (Tizard, 1987). Antibodi spesifik yang
timbul pada mencit dievaluasi titernya dengan menggunakan ELISA (Enzyme
Lingked Immunosorbent Assay), secara tidak langsung metode ini juga bermanfaat
untuk mengetahui terbentuk tidaknya ikatan antigen antibodi spesifik dalam
tubuh mencit (Burgess, 1995). Reaksi antigen antibodi selanjutnya dilakukan uji
immunobloting.
Pada penelitian ini telah diperoleh hasil elekroforesis profil protein dari
sapi yang mengalami estrus, sehingga setelah dilakukan penentuan berat molekul
dengan marker dapat diperoleh protein spesifik yang disuntikkan ke mencit.
Penyuntikan protein selanjutnya ke mencit dan titer yang diperoleh cukup tinggi.
Kandungan antibody yang terbentuk dapat digunakan untuk prototip kit diagnostic
dengan menggunakan metode dot blot
KESIMPULAN
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan adanya peningkatan protein
spesifik pada sapi yang estrus sekitar 65.000 Da. Dengan menggunakan protein
spesifik ini kemudian dilakukan produksi antibody dengan menggunakan mencit
Balb/C dimana antibody yang terbentuk spesifik terhadap protein yang
disuntikkan
DAFTAR PUSTAKA
Betteridge, K.J., 1986. Increasing productivity in farm animal. In: Manipulating
Reproduction, book 5, 2nd ed, austin D.R and R.V Short ed., Cambridge
University Melbourne, Sydney Australia. Pp : 25-27.
Djanuar, R. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Frandson, R.D., 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak, edisi keempat. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Gustari, 2003. Hormon Reproduksi. Bagian Reproduksi Fakultas Kedokteran
Hewan UGM
Hadley, M.E., 1992. Endocrinology, Third edition. Prentice Hall. Engle Wood
Ellifs. New Jersey.
Hafez, E.S.E., 1993, Hormones, Growth Factors, Reproduction and Artificial
Insemination in Reproduction in Farm Animals. 6th Ed. Lea & Febiger.
Philadelphia pp: 59-93; 424-436.
Hafez, E.S.E., 1987. Reproductive Cycles In :Reproduction in Farm Animal.5
thed.E.S.E. Hafez ed.Lea &Febiger. Philadelphia.
Hunter, R.H.F., 1982.Reproduction in Farm Animal 1 st. English Language Book
Socirty, Logman Group Limited. England.
Jaenudeen, M.R. dan Hafez, E.S.E., 1993. Reproductive Failure in Females,
dalam Reproduction in Animal, 6th edition, LEA Febiger. Philadelphia.
Pp: 261-297
Kaltenbach, C.C., & Dunn, T.G., 1980. Endocrinology Of Reproduction. In :
Reproduction in Animal. Hafez, E.S.E., ed Lea & Febiger Co.
Philadelphia.
PKMT-4-8-8
Kindahl, H., Basu, G., Fredriksson, A., Krit, K.V., Edqvist, L.E., 1984. Level of
Prostaglandin F2a Metabolite in Blood and Urine During Early
Pregnancy. Anim. Rep. Sci. 7: 133-148.
Macmillan, K.L., Henderson, H.V. dan Washburn, S.P., 1999. Initial Statistical
Analysis of CIDRB Dose Response Trial. In CIDR Report No.13.
Mawhinney, I., Biggade, H. dan Drew, B., 1999. Field Trial of a Planned
Breeding Regimen for Dairy Cows, Using Gonadotrophin Releasing
Hormone and Prostaglandin F2a. Vet. Rec., 145: 551-554
McDonald, L.E., 1975. Reproductive Paterns of Cattle and Female Reproductive.
Veterinary Endocrinology and Reproduction. 2th Ed. Lea & Febiger.
Philadelphia. Pp: 271-273; 287-289;351-360.
Novotny, 2001. Pheromons Binding Proteins and Receptor Response in Rodents.
Biochem. Sic. Trans. (2001) 31. (117-122). Great Britain
Partodiharjo, S., 1982. Ilmu Reproduksi Hewan . Penenerbit Mutiara. Edisi
Ketiga.
Putro, P.P., 1987. Kasus Kemajiran Pada Sapi Perah di Jawa Tengah , Jawa
Timur dan DIY.
Putro, P.P., 2000. Gangguan fungsi reproduksi Sapi Betina. Bagian Reproduksi
FKH UGM. Yogyakarta.
Reeves, J.J., 1987. Endocrinology Of Reproduction, In : Reproduction Animals,
Hafez, E.S.E., ed. Lea & Febiger. Phliadelphia: 85 108.
Robert, S.J. , 1986. Infertility in The Cows. In : Veterinary Obstetric and Genital
Disease ( Theriogenology ). Ithaca. New York: 434 475.
Roche, J. F., ; Bolland, M.P., ; M.C. Geady T.A. & Ireland, J.J.,
1981.Reproduction Wastage Following Artificial Insemination of
Heofers.Vet.Rec. 109 : 401.
Salisburry, G. W. , & Vandemark, N.L., 1984. Phisiology of Reproduction and
Artificial Insemination of Cattle. ( Diterjemahkan Djanuar ). Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Stevenson, J.S., Hoffman, D.P., Nicholas, D.A., McKee, R.M. dan Krehbiel, C.L.,
1997. Fertility in Estrus Cycling and Non Cycling Virgin Heifers and
Sucled Beef Cows after Induced Ovulation. J. Anim. Sci. 75: 1343-1350.
PKMT-4-9-1
ABSTRAK
Jamur merupakan bahan makanan yang mempunyai nilai gizi serta nilai jual
yang tinggi, namun masyarakat belum membudidayakannya secara maksimal.
Selain itu proses pertumbuhan jamur hanya terjadi pada musim tertentu saja.
Berdasarkan penelitian dan percobaan Dr. Ir. Meity Suradji Sinaga, M.Sc yang
merupakan dosen sekaligus peneliti di Fakulats Pertanian IPB disebutkan bahwa
diperlukan perhatian ekstra dalam pengembangbiakan jamur merang. Hal ini
dikarenakan kondisi media tempt penumbuhan jamur yang memerlukan
pengontrolan secara berkesinambungan. Alat kendali penumbuhan jamur merang
berbasis Mikrokontroller AT89C51 memadukan dua teknologi yang berbeda,
yaitu teknologi elektronika dan pertanian yang merupakan alat Bantu guna
mengontrol keadaan tempat penumbuhan jamur merang secara otomatis.
Pembuatan alat ini menerapkan metodologi rancang bangun yang dilakukan di
Laboratorium Elektronika Dasar, Jurusan Teknik Elektronika, Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta guna maengembangkan alat kendali penumbuhan
jamur merang yang bisa diterapkan di berbagai daerah dengan iklim yamg
berbeda. Dua variabel yang sangat berpengaruh pada proses pengembangbiakan
jamur merang adalah suhu dan kelembaban.untuk itu alat ini secara otomatis
akan memantau dan megontrol suhu dan kelembaban kumbung (rumah jamur)
pada nilai-nilai tertentu. Pengotrolan ini dilakukan sejak proses pasteurisasi,
penanaman bibit sampai pada jamur siap untuk dipanen. Hari pertama saat
pasteurisasi, diperlukan suhu sebesar 60C-70C dipertahankan selama 4 jam.
Pada hari berikutnya kumbung dibuka secara manual dengan suhu yang dijaga
sebesar 32C-38C. Kemudian baru diadakan penanaman bibit secara manual.
Setelah itu air kaporit akan disemprotkan ke media dan kemudian. Selama 10 hari
berikutnya suhu tetap dijaga sebesar 32C-38C pada kelembaban 80%-90%.
Pada hari ke-10 atau ke-11 maka jamur siap untuk dipanen. Dengan
direalisasikan alat ini maka pengontrolan kumbung (rumah jamur) yang
sebelumnya dilakukan secara manual oleh manusia, dapat dilakukan secara
otomatis sesuai dengan kondisi suhu dan kelembaban yang diharapkan, guna
menghasilkan jamur yang berkualitas. Kemudian bagi para petani yang
membudidayakan jamur merang untuk kepentingn ekonomi, maka alat ini akan
bisa membuat penghasilan mereka lebih dari sebelum mereka mengguakan alat
ini. Hal ini disebabkan karena proses penumbuhan jamur tidak akan tergantung
pada iklim di suatu wilayah tertentu lagi, namun pertumbuhan jamur akan
dikontrol secara otomatis, sehingga pengembangbiakan jamur dapat dilakukan
kapan saja dan dimana saja.
Kata kunci : Jamur, Mikrokontroller AT89C51, Pasteurisasi.
PKMT-4-9-2
PENDAHULUAN
Teknologi elektronika, dapat diterapkan di berbagai bidang kehidupan,
diantaranya adalah bidang pertanian. Penerapan elektronika dalam bidang
pertanian khususnya di negaranegara maju, dimaksudkan untuk meningkatkan
hasil pertanian yang bermutu tinggi. Lebih jauh lagi, diharapkan agar lebih dapat
menurunkan biaya produksi dengan hasil yang tetap memuaskan atau bahkan
lebih baik.
Sebagai contoh, dalam pembudayaan jamur merang, yang masih menjadi
favorit masyarakat khususnya Indonesia, maka diperlukan para pekerja yang
benar benar telaten serta mengetahui dengan benar tata cara pembudidayaanya.
Hal ini dikarenakan jamur merang memiliki kepekaan yang tinggi terhadap
perubahan suhu dan kelembaban, disamping cahaya yang diterimanya. Untuk itu
diperlukan pengontrol suhu dan kelembaban ruang atau media penumbuhan jamur
merang, agar dapat menjaga kondisinya selalu dalam keadaan yang
memungkinkan jamur merang bisa tumbuh dengan baik.
Dengan memanfaatkan bidang elektronika, direncanakan suatu alat berbasis
mikrokontroller, guna mengendalikan kelembaban dan temperatur ruang/media
pembibitan dalam harga tertentu hingga memungkinkan berkembangnya jamur
merang dengan baik. Hal ini ditunjukkan agar jamur merang dibudidayakan
diberbagai daerah tanpa dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban dimana ia
berada. Karena suhu dan kelembaban pada media penumbuhan jamur merang
akan dikontrol secara otomatis, sesuai dengan nilai suhu dan kelembaban yang
diperlukan oleh jamur merang agar dapat tumbuh dengan baik.
Berdasarkan beberapa hal yang telah dikemukakan di atas maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana merancang pengendali temperatur dan kelembaban tempat
penumbuhan jamur merang dengan menggunakan mikrokontroller
AT89C51?
2. Bagaimana cara yang paling sederhana agar alat pengendali jamur merang
dapat digunakan diberbagai tempat dengan temperatur dan kelembaban
lingkungan yang berbeda?
Dalam program kretivitas mahasiswa ini mempunyai tujuan sebagi berikut :
1. Untuk merancang pengendali temperatur dan kelembaban tempat
penumbuhan jamur merang yang bekerja secara otomatis sesuai dengan
kebutuhan pemakai dengan menggunakan mikrokontroller AT89C51.
2. Untuk mengetahui cara yang paling sederhana agar alat pengendali jamur
merang dapat digunakan diberbagai tempat dengan temperatur dan
kelembaban lingkungan yang berbeda.
Program kreativitas mahasiswa ini mempunyai kegunaan sebagai berikut :
1. Memberikan kemudahan bagi petani jamur merang untuk
membudidayakannya diberbagai daerah, tanpa mengkhawatirkan masalah
temperatu dan kelembaban daerah tersebut.
2. Memberikan kemudahan bagi mahasiswa yang memiliki keinginan untuk
meneliti pertumbuhan jamur merang, namun seringkali dibenturkan pada
keterbatasan waktu saat harus memeriksa temperatur dan kelembaban
setiap saat terutama pada saat pasteurisasi.
3. Memberikan peluang kepada para peneliti untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan yang ada di Indonesia.
PKMT-4-9-3
METODE PENDEKATAN
Dalam pelaksanaan penelitian ini mengunakan metode rancang bangun.
Langkah-langkah pada metode rancang bangun adalah sebagai berikut : observasi
kebutuhan, gambaran masalah, syaratsyarat perancangan, informasi pemenuhan
kebutuhan perancangan, perancangan alat, pembahasan perbagian, pembuatan
alat, pengujian alat, evaluasi, prinsip kerja alat.
Persyaratan yang dibutuhkan dalam pembuatan alat berdasarkan observasi
kebutuhan yang dilakukan sebelumnya adalah sebagai berikut :
1. Alat tersebut dapat digunakan sebagai kendali penumbuhan jamur merang
yang sesuai dengan kondisi iklim di Indonesia yang bervariasi. Dengan
adanya alat ini diharapkan bisa menyesuaikannya sehingga jamur dapat
tubuh dengan baik.
2. Suhu dan kelembaban media pertumbuhan jamur dapat dengan mudah
dikendaklikan sesuai dengan keadaan optimum yang dibutuhkan oleh
jamur.
3. Proses pengoperasian pengontrol jamur dapat menghasilkan pertumbuhan
jamur sesuai yang diharapkan.
4. Biaya produksi dan alatnya tidak mahal.
5. Pengoperasian alat secara otomatis.
Syarat perancangan alat penumbuhan jamur merang berbasis
Mikrokontroller AT89C51 adalah sebagai berikut :
1. Konstruksi alat dapat dirancang dengan sederhana
2. Bahan dan komponen dari alat tersebut mudah didapatkan di tokotoko
elektronik.
Faktor-faktor yang perlu diketahui sebelum melakukan rencana
perancangan dalam membuat alat kendali penumbuhan jamur merang berbasis
Mikrokontroller AT89C51 adalah :
1. Nilai suhu dan kelembaban media dan lingkungan yang diperlukan.
2. Penggunaan Mikrokontroller AT89C51.
3. Bahan dan media penumbuhan jamur.
4. Masa pertumbuhan sampai siap panen.
Langkah langkah perancangan alat kendali penumbuhan jamur merang
berbasis Mikrokontroller AT89C51 adalah sebagai berikut :
1. Suhu dan kelembaban bekerjanya alat penumbuh jamur.
2. Konstruksi alat kendali penumbuhan jamur merang berbasis
Mikrokontroller AT89C51.
3. bahan dan media yang digunakan.
Pada langkah pembahasan perbagian ini satu persatu bagian Penyusun alat
kendali penumbuhan jamur merang berbasis Mikrokontroller AT89C51, meliputi :
1. Bahan yang digunakan.
2. Mikrokontroller AT89C51.
3. Media yang dipakai.
4. Suhu dan kelembaban yang dikendalikan.
5. Waktu yang dibutuhkan sampai masa panen.
6. Bentuk dan ukuran alat.
7. seleksi bahan dan ukuran.
PKMT-4-9-4
Dalam pengujian alat untuk memperoleh data penelitian dari alat tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Uji fungsional.
2. Uji unjuk kerja.
3. Uji layanan.
Dalam tahap evaluasi alat, analisis yang digunakan adalah analisis statistik
deskriptif yang meliputi : analisis unjuk kerja untuk mengetahui kinerja alat,
analisis tekhnik untuk pembahasan perbagian, dan analisis ekonomi untuk
mengetahui biaya produksi dan harga produk alat ini.
Waktu pelaksanaan program kreativitas mahasiswa ini selama 3 bulan,
terhitung mulai dari bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2006. Sedangkan
tempat pelaksanaan program kretivitas mahasiswa dilakukan di laboratorium
elektronika dasar, Jurusan Teknik Elektronika, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Yogyakarta.
2. Setelah jerami tertata rapi diatas rak, selanjutnya alat kendali penumbuhan
jamur merang mulai dinyalakan dengan cara menghubungkannya pada
sumber PLN.
3. Proses berikutnya terjadi secara otomatis yang keseluruhannya
dikendalikan oleh mikrokontroller AT89C51
a. Pasteurisasi, pemanas bekerja selama 4 jam dengan suhu antara 60 -
70C, proses ini melibatkan sensor suhu untuk memantau suhu dalam
kumbung dan heater berdaya rendah sebagai outputnya. Prosesnya
sebagai berikut: jika suhu kurang dari 60 maka pemanas dinyalakan
dan jika suhu lebih dari 70C maka pemanas dimatikan.
b. Setelah proses pasteurisasi selesai berikutnya adalah membiarkan
media selama kira-kira 1 hari (20 jam dari pasteurisasi), agar suhu
dalam kumbung kembali pada suhu kamar.
c. Lampu indikator penanaman menyala, mengidikasikan bahwa media
siap untuk ditanami, serta jendela terbuka untuk membuang gas
amoniak.
d. Langkah selanjutnya kita membuka pintu kumbung dan pada
permukaan jerami diberi bekatul secukupnya secara merata kemudian
barulah bibit jamur merang ditebarkan diatasnya. Selanjutnya untuk
mrmberikan kelembaban pada permukaan media tanam kita
semprotkan air yang sebelumnya diberi kaporit sampai seluruh
permukaan sedikit basah. Setelah proses tersebut dilakukan maka pintu
kumbung ditutup dan kemudian tombol start ditekan untuk
melanjutkan proses selanjutnya. Proses d dilakukan secara menual
e. Selanjutnya media akan kembali dikendalikan oleh mikrokontroller
AT89C51, kali ini media akan dikontrol suhu dan kelembabannya
selama 10 hari (kita-kira sampai panan). Suhu diatur antara 32 - 38C
dan kelembaban antara 60 - 70C. Proses untuk pengendalian suhu
yaitu jika suhu kurang dari 32 maka pemanas dinyalakan dan jika
suhu lebih dari 38C maka pemanas dimatikan. Sedangkan untuk
mengendalikan kelembaban yaitu tampungan air didalam kumbung
dikipasi untuk menghasilkan uap air, jika kelembaban kurang dari 80%
maka jendela ditutup dan jika kelembaban lebih dari 90% maka
jendela dibuka.
f. Setelah 10 hari maka lampu indikator panen menyala.
4. Matikan power supply (cabut sumber PLN) buka kumbung dan kemudian
panen.
Berikut adalah gambar blok diagram dari alat Kendali Penumbuhan Jamur
Merang Berbasis Mikrokontroller AT89C51 :
PKMT-4-9-6
Mikrokontroller
Pada alat pengendali penumbuhan jamur merang ini menggunakan
mikrokontroller AT89C51. Mikrokontroller merupakan sebuah IC programable
yang dapat digunakan sebagai pengontrol, IC ini hanya dapat digunakan dengan
memprogramnya terlebih dahulu. Pada mikrokontroller sudah terdapat memori,
baik RAM maupun ROM, dan perangkat I/O. Selain itu ada beberapa fasilitas
yang disediakan oleh mikrokontroller seperti timer, counter, dan interupsi. Pada
alat pengendali penumbuhan jamur merang ini, menggunakan mikrokontroller
yang input mikrokontroller ini diambil dari ADC dan sebuah tombol. Kemudian
input ini akan diproses oleh mikrokontroller, dengan program yang telah
dimasukkan kedalam mikrokontroller input ini akan digunakan untuk
menggerakkan output berupa pemanas, pendingin tampilan dan indikator lainnya.
Sensor Suhu
Alat pengendali penumbuhan jamur merang ini menggunakan sensor suhu
yaitu LM35. LM35 ini adalah sensor suhu dimana tegangan outputnya adalah
sebanding (linier) dengan suhu yang diterimanya, kelinieran dari LM35 adalah
10m V/0C. Sedangkan karakteristik range suhu dari LM35 adalah dari -550C
sampai 1500C, output dari LM35 ini bisa langsung dihubungkan pada ADC0809
seperti pada gambar dibawah:
Sensor Kelembaban
Alat pengendali penumbuhan jamur merang ini menggunakan sensor
kelembaban yaitu HS15P. Spesifikasi dari sensor kelembaban HS15P adalah dia
bekerja pada range kelembaban 20% - 90%. Akan tetapi dalam penggunaan
sensor ini masih memerlukan rangkaian-rangkaian tambahan. Rangkaian-
rangkaian tambahan tersebut adalah :
1. Rangkaian Generator Sinus
Rangkaian generator sinus osilator Wien difungsikan untuk menghasilkan
sinyal sinusodial 1KHz dengan amplitudo 1Vpp. Output dari rangkaian ini
akan diumpankan pada rangkaian jembatan dan diferensial amplifier.
3. Rangkaian AC To DC Converter
Sinyal output dari rangkaian jembatan dan diferential amplifier akan
menjadi input pada rangkaian AC To DC Converter. Kemudian sinyal ini
PKMT-4-9-8
yaitu jenis Common Catoda (aktif High) dan jenis Common Anoda (aktif Low).
Dalam desain proyek akhir ini penulis menggunakan seven segment jenis
common anoda karena lebih mudah mengkonfigurasi pada rangkaian. Adapun
konfigurasi dari seven segment jenis common anoda dapat dilihat pada gambar
berikut :
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan laporan diatas dapat dibuat kesimpuan yaitu:
1. Alat ini berfungsi untuk mengendalikan suhu dan kelembaban pada media
tempat penumbuhan jamur merang.
2. Semua proses kerja dari alat kendali penumbuhan jamur merang ini
dikendalikan oleh mikrokontroller AT89C51.
3. Alat Kendali Penumbuhan Jamur Merang Berbasis Mikrokontroller
AT89C51 dapat digunakan diberbagai tempat tanpa harus menghawatirkan
masalah musim, suhu dan kelembaban. Sehingga para petani jamur dapat
bertani jamur kapan saja dan dimana saja, sehingga produksi jamur akan
lebih maksimal.
PKMT-4-9-10
DAFTAR PUSTAKA
J.P. Holman, E.Janif, Ir,M.Sc. 1985. Metode Pengukuran Teknik. Jakarta :
Erlangga.
John a.Alloca, Allert Stuart. 1984. Transducer Theory and Applications.
Putra, Agfianto E. 2000. Belajar Mikrokontrller AT89C51/52/55 ( Teori dan
aplikasi).Yogyakarta : Gava Media.
Sinaga, Meiti Suradji, Dr,Ir,M.Sc. 2004. Jamur merang dan budidayanya. Jakarta
: Penebar Swadaya.
Suhartini,Ir,Msi. 1998. Petunjuk Praktis Budidaya Jamur Merang ( Volvariella
Volvaceae ). Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY.
www.Atmel.com. Atmel 89C51Microcontroller
PKMT-4-10-1
ABSTRAK
Bekicot yang biasanya dikenal dengan sebutan keong racun di kalangan
masyarakat, ternyata mempunyai potensi ekonomi yang cukup tinggi. Daging
bekicot mengandung protein hewani yang cukup tinggi, setara dengan kandungan
protein dalam daging hewan lainnya. Disamping itu bekicot juga kerap dipakai
dalam pengobatan tradisional, karena ekstrak daging bekicot, lendir, dan
kulitnya sangat bermanfaat untuk mengobati berbagai macam penyakit.
Sekarang bekicot sudah mulai dibudidayakan orang untuk konsumsi dalam negeri
maupun luar negeri. Dengan permintaan yang semakin meningkat, maka jumlah
hasil ternak bekicot juga perlu ditingkatkan. Jika jumlah kandang banyak, maka
peternak akan mengalami kesulitan dalam menjaga suhu dan kelembaban
kandang. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dalam penelitian ini akan
dibuat alat pengontrol suhu dan kelembaban kandang secara otomatis
menggunakan mikrokontroler ATMEGA8535 sebagai pengendalinya. Rangkaian
kegiatan pembuatan alat pengatur suhu dan kelembaban pada kandang bekicot
berlangsung mulai akhir bulan Februari 2006 sampai April 2006. Metode yang
digunakan yaitu studi literatur, perencanaan blok diagram, perencanaan skema
rangkaian, dan simulasi rangkaian. Sedangkan pembuatan alat terdiri dari
mekanik, elektrik, dan software. Bagian mekanik yang sudah dilakukan yaitu
pembuatan kandang, pemasangan selang, pemanas dan juga blower. Sedangkan
bagian elekrik yaitu pembuatan rangkaian sensor suhu, sensor kelembaban,
rangkaian minimum sistem ATMEGA 8535, rangkaian driver, rangkaian catu
daya.
PENDAHULUAN
Bekicot (Achatina fulica Bowd) merupakan hewan yang bertubuh lunak,
tidak beruas, mempunyai pelindung tubuh berupa cangkang yang berbentuk
kerucut, suka mengeluarkan lendir, dan aktif di malam hari. Meskipun bekicot
termasuk hewan liar dan kadang-kadang disebut hama pertanian yang dimusuhi
petani, namun ternyata mempunyai potensi ekonomi yang cukup tinggi. Daging
bekicot mengandung protein hewani yang cukup tinggi, setara dengan kandungan
protein dalam daging hewan lainnya. Disamping itu bekicot juga kerap dipakai
dalam pengobatan tradisional, karena ekstrak daging bekicot dan lendirnya sangat
bermanfaat untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti abortus, sakit
waktu menstruasi, radang selaput mata, sakit gigi, gatal-gatal, jantung dan lain-
lain. Sedangkan kulit bekicot sangat mujarab untuk penyakit tumor. Sejenis obat
yang dikenal berasal dari kulit bekicot, dinamakan Maulie, yang dapat
menyembuhkan berbagai penyakit seperti kekejangan, jantung suka berdebar,
tidak bisa tidur/insomania, leher membengkak dan penyakit kaum wanita
termasuk keputihan. Sekarang bekicot sudah mulai dibudidayakan orang untuk
PKMT-4-11-2
konsumsi dalam negeri maupun luar negeri. Di dalam negeri umumnya bekicot
masih dimanfaatkan untuk makanan ternak. Sedangkan diluar negeri seperti
Perancis, Jerman, dan Jepang, banyak yang memanfaatkan bekicot sebagai
makanan. Keadaan seperti ini merupakan angin segar bagi para peternak di
Indonesia untuk membudidayakan bekicot secara intensif yang nantinya dapat
diekspor. Dengan permintaan yang semakin meningkat, maka jumlah hasil ternak
bekicot juga perlu ditingkatkan. Jika jumlah kandang banyak, maka peternak akan
mengalami kesulitan dalam menjaga suhu dan kelembaban kandang. Untuk
mengatasi masalah tersebut, maka dalam penelitian ini akan dibuat alat pengontrol
suhu dan kelembaban kandang secara otomatis menggunakan mikrokontroler
ATMEGA8535 sebagai pengendalinya. Manfaat yang dapat diperoleh dari
kegiatan ini diantaranya yaitu sebagai sarana belajar untuk menumbuhkan
kreatifitas mahasiswa dan juga dapat meningkatkan keuntungan peternak karena
biayanya relatif murah dan tidak perlu menambah jumlah pekerja, selain itu juga
dapat memberikan kemudahan dalam menjaga suhu dan kelembaban kandang
bekicot.
METODE PENDEKATAN
Kegiatan PKM ini merupakan implementasi dari suatu hasil teknologi yang
sudah ada. Hasil Teknologi tersebut adalah Sensor Suhu LM35, Sensor
Kelembaban RHK1AN, dan Mikrokontroler ATMEGA 8535. Ketiga hasil
teknologi tersebut diaplikasikan untuk mengatur suhu dan kelembaban ada
kandang bekicot.
Langkah pertama yang dilakukan adalah studi literatur. Tujuan studi
literatur adalah untuk mempelajari teori-teori yag mendukung dalam perencanaan
dan pembuatan alat. Beberapa teori yang perlu dipelajari meliputi karakteristik
bekicot, tatacara budidaya bekicot, sensor suhu, sensor kelembaban, dan
mikrokontroler ATMEGA8535.
Langkah kedua adalah perencanaan blok diagram alat yang bertujuan untuk
menentukan bagian-bagian sistem agar alat dapat bekerja sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan serta mempermudah dalam merancang skema
rangkaian. Blok diagram yang dirancang ditunjukkan pada gambar 3.
Masukan dari
Mikrokontroler
Gambar 7. Driver
(a) (b)
Gambar 13. Rangkaian pengkondisi sinyal untuk sensor suhu (a) dan sensor
kelembaban (b)
(a) (b)
Gambar 16. Rangkaian Penyearah : (a) Regulator Catu Daya, (b) Transformator
(a) (b)
Gambar 17. Rangkaian Keseluruhan (a) dan Rangkaian Keseluruhan Dalam
Kemasan (b).
Keterangan:
maksimal
minimal
PKMT-4-11-11
KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang kelompok
kami lakukan dapat disimpulkan :
1. Bekicot (Achatina fulica Bowd) yang biasanya dianggap sebagai hama oleh
petani ternyata mempunyai nilai ekonomis dan protein yang dikandungnya
nilainya setara dengan protein hewan ternak lainnya.
2. Manfaat yang dapat diperoleh dari program ini yaitu : menumbuhkan
kreatifitas mahasiswa dan sebagai sarana belajar, dapat meningkatkan
keuntungan peternak karena biayanya relatif murah dan perkembangbiakan
bekicot akan lebih baik sehingga hasil panen dapat ditingkatkan.
3. Pembuatan alat yang sudah dilakukan yaitu mekanik dan elektrik. Bagian
mekanik diantaranya yaitu pembuatan kandang, pemasangan selang, pemanas
dan blower. Sedangkan bagian elektrik yaitu pembuatan rangkaian sensor
suhu, sensor kelembaban, driver, catu daya, dan pembuatan sistem
mikrokontroler ATMEGA 8535. Bagian sofware yaitu : perancangan
algoritma dan penulisan kode program.
4. Dari hasil pengujian alat, maka alat yang telah dibuat dapat digunakan untuk
mengatur suhu dan kelembaban kandang bekicot.
DAFTAR PUSTAKA
Asa,Kusnin. 1999. Budidaya Bekicot. Jakarta: Bhratara
Malvino, Albert Paul. 2003. Prinsip-Prinsip Elektronika. Terjemahan Alb. Joko
Santoso. Jakarta: Salemba Teknika
Mismail. Budiono.1998. Dasar-Dasar Rangkaian Logika Digital. Bandung:
Penerbit ITB
Robert F. Coughlin dan Frederick F. Driscoll. 1992. Penguat Operasional dan
Rangkaian Terpadu Linier. Terjemahan Herman Widodo Soemitro. Jakarta:
Erlangga
Rukmana, Rahmat dan Yuyun Yuniarsih Oesman. 2001. Aneka Olahan Bekicot.
Yogyakarta: Kanisus
Sugiharto, Agus. 1999. Penerapan Transducer dan Sensor. Yogyakarta: Kanisius
Tim Penulis PS. 2002. Budidaya dan Prospek Bisnis Bekicot. Bogor: PT. Penebar
Swadaya
www.atmel.com
PKMT-4-12-1
ABSTRAK
Limbah STPP (Sodium Tripolyphosphate) merupakan limbah yang dihasilkan
oleh perusahaan yang bergerak dibidang pembekuan dan pengepakan udang.
Limbah STPP dalam dunia industri digunakan untuk pembekuan udang agar
daging udang kenyal dan mengkilap. STPP dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik. Penelitian yang telah dilakukan
pada limbah STPP menyebutkan bahwa STPP tidak berbahaya bagi manusia dan
aquatic ecosistem jika masih dalam dosis yang wajar. Tetapi ada juga penelitian
yang berhasil mengidentifikasi dampak negatif STPP pada mahluk hidup. Hasil
penelitian menyebutkan bahwa STPP dapat menyebabkan pertumbuhan yang
tidak normal. Tujuan dari perancangan ini adalah menemukan cara mendeteksi
kadar STPP dalam limbah industri pengepakan udang, serta menghasilkan suatu
alat pendeteksi yang terdiri dari sistem pendeteksi kadar STPP dan program yang
mengolah data dari sistem pendeteksi dan display kadar STPP. Metode
pendeteksi kadar STPP dalam limbah digunakan sistem fotometri yaitu dengan
cara menembakkan sinar UV ke sampel pada kuvet. Sinar yang dilewatkan oleh
STPP diterima oleh fotodioda dan diubah menjadi arus listrik. Arus listrik
tersebut digunakan untuk input Op-Amp yang berfungsi untuk menaikkan
tegangan tersebut. Output dari Op-Amp digunakan sebagai input ADC. ADC
akan mengubah data input menjadi data digital sesuai dengan port MK AT89C51.
Data yang sudah dimasukkan ke MK AT89C51 akan diolah dengan program MK
AT89C51 yang menggunakan bahasa assembler. Hasil pengolahan data program
MK ditampilkan ke display seven segment. Hasil pembuatan dan perancangan
instrumen pendeteksi kadar STPP adalah instrumen yang dapat mendeteksi kadar
STPP dalam limbah industri pengepakan udang dengan error alat rata-rata
antara 0,054-0,18 pada eksperiment pengukuran kadar STPP. Kesimpulan dari
perancangan ini adalah hasil perancangan instrumen pendeteksi kadar STPP
masih perlu disempurnakan agar dapat digunakan dalam dunia industri. Karena
alat ini masih tahap awal dalam pendeteksian kadar STPP.
PENDAHULUAN
Limbah STPP (Sodium Tripolyphosphate) merupakan salah satu limbah yang
dihasilkan oleh perusahaan perikanan yang bergerak dibidang pembekuan dan
pengepakan udang dengan orientasi eksport. Limbah STPP dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik. STPP merupakan
senyawa aditif atau senyawa tambahan yang diberikan pada proses pembekuan
udang dengan tujuan untuk mengenyalkan daging udang dan mengkilatkan
permukaan udang. Selain itu STPP yang merupakan senyawa padat anorganik bisa
berfungsi untuk meningkatkan daya cuci pada industri sabun dan detergen. STPP
PKMT-4-12-2
juga dimanfaatkan sebagai bahan aditif pada makanan manusia, makanan hewan,
proses pembersihan pada industri dan pabrik keramik (Hera, 2003).
Hasil observasi dan penelitian yang telah dilakukan pada limbah STPP
menyebutkan bahwa STPP tidak berbahaya bagi manusia dan aquatic ecosistem
jika masih dalam dosis yang wajar. Tetapi ada juga penelitian yang berhasil
mengidentifikasi dampak negatif STPP pada mahluk hidup. Hasil penelitian
menyebutkan bahwa STPP dapat menyebabkan pertumbuhan yang tidak normal,
fertilitas yang kurang, penurunan eritrosit dalam darah, kerusakan ginjal dan
penurunan kalsium pada tulang. Penelitian tersebut dilakukan oleh Van Esch pada
tahun 1957 (Hera, 2003).
Effek Sodium Tripolyphosphate pada aquatic organism bisa berubah menjadi
racun bagi ikan, mollusca dan phytoplankton. STPP bisa menyebabkan kematian
pada ikan, pertumbuhan yang tidak sempurna dan kematian pada mollusca, serta
menghambat fertilitas yang menyebabkan penurunan populasi phytoplankton
(Database PAN Pestisida, 2003:1).
Berdasarkan data tersebut, maka diperlukan suatu alat yang mampu
mendeteksi berapa kadar STPP dalam limbah industri pengepakan udang,
sehingga tidak terjadi penumpukan STPP yang bisa menyebabkan pencemaran
lingkungan. Dengan alat ini penanganan limbah STPP dapat segera dilakukan.
Penanganan limbah STTP dapat dilakukan dengan cara mendegradasi bahan STPP
tersebut dengan menambahkan bakteri yang bernama Acinetobacter. Untuk
mengetahui berapa banyak mikroba yang digunakan, maka kadar STPP dalam
limbah tersebut harus diketahui terlebih dahulu.
Ohtake, dkk (1985) meneliti degradasi phosphate dengan bahan alami (pure
culture) dari bakteri Acinetobacter. Degradasi dengan bakteri Acinetobacter dapat
mengakumulasikan polyphosphate kira-kira 0,9-1,9 % dari berat kering selama
skala pertumbuhan bakteri tersebut. Penelitian degradasi polyphosphate dan STPP
menggunakan Acinetobacter juga dilakukan Johan W, dkk di Departemen
Mikrobiologi Wageningen Agricultural University Netherland. Pada penelitian
ditemukan bahwa daur ulang dari limbah phosphat dengan celtivated sludge atau
penanganan yang berbeda dan aktivitas Acinetobacter yang berbeda bisa
mendegradasi polyphospate dengan kadar dan waktu yang berbeda pula
(Anonymous, 2003).
Menurut Zidner Hertz dan Hosswald (1984), Sodium Tripolyphosphate dapat
terhidrolisis pada air steril dengan buffer Ph 3, 5, 6, atau 7 serta temperatur antara
400 dan 700 C. Pada kondisi ini STPP akan menjadi pyrophosphate dan kemudian
berubah menjadi orthophosphate yang dapat diasimilasikan oleh algae atau mikro
organism pada air yang steril. Hidrolisis Tripolyphosphate dengan Ph 7-8 dan
temperatur 200C memerlukan waktu dalam orde tahun. Untuk mempercepat
hidrolisis STTP diperlukan perlakuan yang tepat. Oleh karena itu dengan
mengetahui kadar STPP kita bisa menentukan jenis Acinetobacter dan akumulasi
waktu yang diperlukan untuk melakukan penanganan yang tepat pada limbah
STPP (Anonymous, 2003).
Alat pendeteksi kadar STPP dapat digunakan untuk mendeteksi kadar STPP
dalam air limbah industri pengepakan udang. Pendeteksian kadar STPP
menggunakan sinar ultraviolet (UV) dan device elektronika serta Mikrokontroller
(MK) AT89C51 sebagai main kontrol sistem. Perencanaan dan pembuatan alat
pendeteksi kadar STPP dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran serta
PKMT-4-12-3
METODE PENDEKATAN
Metode pendekatan adalah eksperimen perancangan alat dan metodologi
pengujian sampel.Adapun tahap-tahap dalam melakukan rancang bangun
instrumen penguji kadar STPP dalam limbah industri pengepakan udang, yang
pertama yaitu studi literatur dilakukan untuk mencari ide rancangan, mencari teori
dasar dan teori penunjang dari berbagai sumber pustaka untuk mendukung
perancangan alat pendeteksi kadar STTP ini. Penelitian dan observasi dilakukan
pada limbah industri pengepakan udang untuk membandingkan hasil ide
rancangan dengan hasil obervasi.
Eksperimen kedua dilakukan untuk memperoleh data-data yang diperlukan
untuk membuat desain rancangan yang sesuai dengan dasar teori. Percobaan atau
eksperimen dilakukan dengan menggabungkan komponen elektronik sehingga
diperoleh hasil pengujian serta pengukuran. Percobaan juga dilakukan untuk
mendapatkan data base yang akan digunakan untuk membuat software yang dapat
mengolah data hasil rancangan dan menampilkannya.
Eksperimen ketiga yaitu instrumen pendeteksi kadar STPP menggunakan
sistem spektofotometer absorbsi untuk mendeteksi kadar STPP dalam limbah
industri pengepakan udang. Spektofotometer absorbsi adalah sebuah instrumen
yang digunakan untuk mengukur penyerapan cahaya dengan energi atau panjang
gelombang tertentu oleh suatu atom atau molekul. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan di PERUM Jasa Tirta Malang, STPP dapat menyerap sebagian cahaya
UV dengan panjang gelombang antara 190-230 nm dengan absorbsi maksimum
pada panjang gelombang 216 nm. Secara teoritik untuk mendapatkan kadar STPP
diperlukan sumber cahaya dan filter yang dapat meloloskan cahaya UV dengan
panjang gelombang monokromatis 216 nm.
Pada perancangan digunakan lampu UV 9V 220/110V yang mempunyai
panjang gelombang 10-380 nm yang merupakan daerah cahaya UV sebagai
sumber cahaya. Karena filter yang di gunakan dalam perancangan instrumen
keberadaannya terbatas dan belum ada di Indonesia, maka dalam perancangan
tidak digunakan filter dengan asumsi bahan-bahan lain yang ada dalam limbah
industri pengepakan udang sebagai variabel tetap.
Eksperimen keempat yaitu rancangan instrumen pendeteksi kadar STPP dalam
limbah industri pengepakan udang secara umum sistem kerja instrumen
pendeteksi kadar STPP yaitu dengan menggunakan cahaya UV yang ditembakkan
ke sampel dalam kuvet. Sebagian cahaya UV akan diserap sesuai dengan jumlah
zat STPP dalam limbah. Cahaya yang ditembakkan akan ditangkap oleh fotodioda
yang berfungsi sebagai sensor/detektor cahaya, sensor yang digunakan ada dua
yaitu sensor sampel dan sensor referensi. Sensor sampel akan mendeteksi kadar
STPP dalam kuvet, sedangkan sensor referensi akan mendeteksi besar cahaya
yang masuk sebelum melewati kuvet dan hasilnya disebut tegangan referensi.
Sistem yang terdiri dari sinar UV, lensa bikonveks, kuvet, sensor sampel dan
sensor referensi disebut dengan sistem pendeteksi kadar STPP.
Tegangan referensi dan tegangan yang dihasilkan oleh sensor sampel akan
dikuatkan dan dibandingkan oleh rangkaian Op-Amp Inverting dan Op-Amp
Instrumentasi mode CMRR. Output yang dihasilkan oleh Op-Amp Instrumentasi
PKMT-4-12-4
digunakan sebagai input ADC. Rangkaian ADC berfungsi sebagai pengubah data
analog ke digital. Data dari ADC akan ditransfer ke MK AT89C51 dan diolah
oleh program di Mikrokontroller. Hasil pendeteksian kadar STPP ditampilkan
pada display seven segment. Blok diagram perancangan instrumen pendeteksi
kadar STPP dalam limbah industri pengepakan udang dapat dilihat pada Gambar 1
Sensor Sampel
Lampu Sinar Pengkondisi ADC MK Seven
UV UV Sinyal 0804 AT89C51 Segment
Sensor Referensi
Sistem Pendeteksi Kadar STPP
2
Sinar UV 1
0.12
0.1
Voltage (V)
0.08
0.06 Series1
0.04
0.02
0
20
50
0
Vrancangan Vpengukuran
E= x100%
V
rancangan
Vout sensor sampel dan referensi akan dicari selisih tegangannya dan
dikuatkan dengan Op-Amp Instrumentasi. Hasil Pengujian rangkaian sensor
sample ditunjukkan oleh grafik pada gambar 4.
PKMT-4-12-6
0.12
0.1
0.08
Voltage (V)
0.06
0.04
0.02
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 20 30 40 50 60 70
kadar STPP (%)
KESIMPULAN
Dari perancangan dan pengujian instrumentasi pendeteksi kadar STPP
berbasis MK AT89C51 dalam limbah industri pengepakan udang dapat
disimpulkan yaitu sebagai alat pendeteksi kadar STPP berbasis MK AT89C51
dalam limbah pengepakan udang ini hanya dapat mendeteksi kadar STPP <50%
karena pada kadar STPP 50% larutan STPP sudah melewati titik jenuh sehingga
STPP tidak dapat larut dalam air dengan sempurna dan cenderung mengendap.
Alat ini hanya dapat mengukur limbah STPP yang dihasilkan oleh pabrik
udang yang belum tercampur oleh limbah lain, ada kemungkinan zat lain pada
limbah pengepakan ikut terdeteksi, karena kurang optimalnya sistem pendeteksian
yang disebabkan tidak adanya filter monokromatis pada perancangan sehingga
zat lain dianggap variabel tetap, semakin besar kadar STPP yang dideteksi maka
error alat menjadi semakin kecil, hal ini terjadi karena variabel lain dianggap
sebagai variabel tetap.
Alat ini menampilkan 7 digit/angka. 4 digit pertama menampilkan persentase
kadar STPP dan 3 digit terakhir untuk menampilkan error pendeteksian kadar
STPP, ketelitian alat ini hanya sampai dua angka dibelakang koma dengan setiap
perubahannya mengalami penambahan atau pengurangan desimal 0,25 dan Error
alat pendeteksi rata-rata pada percobaan instrumentasi pendeteksi yaitu 0,054 (
min) dan 0,18( max).
Implikasi dari perancangan alat ini pada pihak industri atau konsumen adalah
memberikan instrumentasi alat untuk mendeteksi kadar STTP (sodium
tripolyphosphate) agar dapat diketahui tingkat keamanan dalam mengkonsumsi
udang.
PKMT-4-12-9
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous. 2003. STPP (Sodium Tripolyphosphate), (Online),
(http://www.coasty.com.html, diakses 5 Maret 2006).
2. Budiasih, Endang. 1999. Analisis Instrumen bagian I, pokok bahasan
pengantar spektofotometri absorbsi, spektofotometri sinar tampak dan
ultraviolet, spektofotometri infra merah. Malang: Depdikbud UM.
3. HERA. 2003. HERA Targetted Risk Assisment Of Sodium
Tripolyphosphate (STPP), (Online),
(http://www.HERA.project.com/HERA.html, diakses 5 Maret 2006).
4. Fellow, IEE. 1993. Elektronika Daya. Terjemahan: Muhammad H Rashid.
1999. Jakarta: PT Prenhalindo.
5. Malvino, A. P. 1984. Prinsip-prinsip Elektronika Jilid II. Terjemahan: M.
Barmawi. 1987. Jakarta: Erlangga.
6. Millman, Jacob. 1979. Mikroelektronik sistem digital dan rangkaian
analog. Terjemahan: Ir. Susanto, M.Sc. 1986. Jakarta: Erlangga.
7. Petruzella, Frank D. 1996. Elektronika industri. Terjemahan: Drs.
sumanto. MA. 2001. Jakarta: Andi copyright.
8. Putra, Agfianto Eko. 2002. Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55.
Yogyakarta: Gava Media.
9. Roody, Dennis dan Coolen, John. 1996. Komunikasi Elektronika, Edisi III.
Terjemahan: Kamal Idris. Jakarta: Erlangga
10. Susanti, Nur. 2004. Laporan KKl Pengawetan Udang Putih (Penaeu
Vannamea) Sebagai Usaha Peningkatan Ekspor Di PT Istana Cipta
Sembada Banyuwangi Jawa Timur. Malang: FMIPA Unibraw
11. Tokheim, Roger L. 1995. Elektronika Digital. Jakarta: Erlangga
PKMT-4-13-1
ABSTRAK
Limbah cair rumah sakit merupakan semua bahan buangan yang berbentuk cair
yang mengandung mikroorganisme patogen, bahan kimia beracun dan radioaktif,
sehingga dapat membahayaan kesehatan manusia dan menggangu lingkungan.
Untuk mengurangi dampak negatif dari bahan pencemar pada limbah tersebut
diperlukan penerapan sistem fotokimia sebagai alternatif pengolahan limbah cair
dengan memanfaatkan sinar ultraviolet (UV) sebagai sumber energi foton dalam
reaksi fotokimia. Proses berlangsungnya reaksi diperlukan suatu senyawa
semikonduktor TiO2 sebagai fotokatalis sekaligus fotosensitiser yang bertindak
sebagai pentransfer energi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji
perubahan kadar BOD, COD dan pH akibat reaksi fotokimia. Metode penelitian
ini bersifat eksperimental dengan analisis data menggunakan Uji-t beda rata-rata
( = 5%). Hasil penelitian mengunakan sistem fotokimia dengan TiO2.H2O dan
tanpa TiO2.H2O menunjukkan bahwa penurunan BOD tanpa penambahan
TiO2.H2O sebesar 93,51 %, dan setelah penambahan TiO2.H2O sebesar 59,34 %
Sedangkan penurunan COD tanpa penambahan TiO2.H2O sebesar 61,52 % dan
setelah penambahan TiO2.H2O sebesar 14,19 %. Hasil pengukuran pH tanpa
TiO2.H2O terjadi penurunan sebesar 3,98 % dan setelah penambahan TiO2.H2O
terjadi penurunan sebesar 30,32 %. Hal ini menunjukan terjadi perubahan yang
signifikan (p< 0,05) pada kadar BOD, COD dan pH pada limbah cair rumah
sakit yang diolah secara fotokimia.
Kata Kunci : Fotokimia, limbah cair rumah sakit, TiO2.H2O
PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan atau
fasilitas sosial yang dapat menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan di
bidang pelayanan medis, pencegahan dan pemulihan akibat penyakit, perawatan,
sistem rujukan dan berfungsi sebagai tempat pendidikan, pelatihan tenaga kerja
serta sebagai tempat penelitian (1).
Di setiap kegiatannya, rumah sakit berpotensi menghasilkan limbah.
Limbah yang di hasilkan sangat bervariatif, yaitu limbah yang infeksius maupun
non infeksius yang berasal dari kegiatan rumah sakit, baik dari kegiatan
laboratorium, operasi, ruang jenazah, ruang bedah, ruang gawat darurat atau hasil
buangan dari kamar mandi, WC, laundry, dapur ataupun kegiatan lainnya. Hal ini
akan berdampak terhadap lingkungan dan kesehatan disamping juga berdampak
terhadap estetika (2).
Limbah cair rumah sakit berdampak sangat besar pada kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu setiap rumah sakit di haruskan mengolah limbah
cairnya hingga memenuhi persyaratan standar yang berlaku sesuai dengan
PKMT-4-13-2
Keputusan Menteri Negara Lingkungan hidup No. 58 tahun 1995 tentang Baku
Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Rumah Sakit.
Berdasarkan SK Menkes RI No. 214/MENKES/II/1993 tanggal 26
Pebruari 1993, Rumah Sakit Umum Ratu Zalecha Martapura merupakan rumah
sakit milik pemerintah kabupaten Banjar dan ditetapkan sebagai rumah sakit
kelas C. Sejak tahun 1991 telah memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
dengan sistem anaerobik, yakni suatu proses pengolahan air limbah dengan
memanfaatkan mikroorganisme anaerobik untuk menguraikan unsur-unsur yang
terkandung dalam limbah cair. Semua sumber limbah kecuali limbah
laboratorium, rontgen, kamar operasi dan saluran air hujan dimasukan pada septic
tank untuk selanjutnya dialirkan dengan sistem gravitasi ke Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) (3).
Sejak tahun 2004, pengolahan ini tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Hal ini disebabkan oleh karena tidak berfungsinya salah satu sistem pengolahan
limbah cair yang ada di Rumah Sakit Ratu Zalecha Martapura terutama pada
bagian anaerobik, sehingga perlu adanya pemecahan terhadap permasalahan ini.
Hal ini didukung oleh penelitian Jalal (2004), yang menyimpulkan bahwa kadar
rata-rata BOD, COD dan pH masing-masing adalah 73 mg/L, 97,15 mg/L dan
6,5 (4).
Fotokimia adalah ilmu yang mempelajari aksi-reaksi kimia yang diinduksi
oleh sinar, baik secara langsung maupun tidak langsung. reaksi fotokimia
menerima energi pengaktifannya dari penyerapan foton cahaya oleh molekul-
molekul materi. Energi foton berasal dari sinar ultraviolet (UV) yang digunakan
dalam reaksi fotokimia. Untuk berlangsungnya suatu reaksi diperlukan suatu
senyawa semikonduktor TiO2 sebagai fotokatalis sekaligus fotosensitiser yang
bertindak sebagai pentransfer energi (5,6).
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengolahan limbah cair
terhadap, BOD, COD dan pH telah dilakukan. Beltran, et al (1999), menyatakan
pengolahan limbah cair dari industri pengolahan minyak zaitun hijau dengan
menggunakan ozon sebanyak 3-4 gram dan radiasi yang dikombinasikan dengan
radiasi sinar ultraviolet (UV) secara terus menerus melalui sebuah sistem, maka
dapat menurunkan BOD air limbah. Sedangkan kadar COD dapat direduksi
sebanyak 80-90%, dan dapat mengurangi pH limbah cair dari hasil industri
minyak zaitun dari 12 menjadi 7,5 (7).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Koh, et al (2004) yang
mengkombinasikan antara proses pengolahan secara biologi dan penyinaran UV
selama 8 jam dalam mengolah leachet, ternyata dapat menurunkan COD sebesar
40-65,8 % sedangkan Pada pH 7 reaksi dapat berlangsung secara efisien (8).
Hasil penelitian Cho (2004), menyatakan bahwa fotokatalis yang
digunakan dalam leachate treatment adalah TiO2 anatase 70 %. Debit yang
dipergunakan adalah 6,24 liter/menit dengan jumlah TiO2 sebanyak 3 gram/liter
limbah cair. Dengan kondisi tersebut, nilai COD dapat direduksi sebesar 52 %
selama 5 jam penyinaran UV, atau nilai COD dapat diturunkan dari 706 mg/L
menjadi 315 mg/L (9).
Perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah metode fotokimia
dapat dimanfaatkan untuk mengolah limbah cair rumah sakit dan mengkaji
perubahan kadar BOD, COD dan pH setelah dilakukan pengolahan limbah cair
dengan metode fotokimia ?
PKMT-4-13-3
METODE PENDEKATAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian selama 4 bulan, dari Pebruari sampai dengan Mei
2006. Observasi dilakukan di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah
Sakit Umum Ratu Zalecha Martapura. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
Kimia Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair Rumah
Sakit Ratu Zalecha di bagian Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), TiO2.H2O,
Mangan Sulfat (MnSO4), H2SO4 pekat, Natrium Hidroksida (NaOH), Natrium
tiosulfat, Kalium Permanganat (KMnO4), Asam oksalat, Larutan Amilum dan
aquades.
Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Cashing reaktor
fotokimia, bak penampung, reaktor ukuran 30 x 25 x 25 cm, kran, perangkat
tabung reaksi, lampu UV 254 nm, buret, pemanas listrik, kertas saring, pipet,
gelas beker, statif, pH meter, kamerer water sampler, botol oksigen (winkler),
saringan limbah, pengaduk magnetik, labu erlenmeyer, aerator, coolbox, pompa
reaktor pipa (selang) dan corong.
2. Mekanisme Kerja
Limbah cair dimasukkan kedalam bak limbah pengumpul (reaktor) dengan
kapasitas 7,5 liter. Kemudian dilakukan pengukuran awal kadar BOD, COD dan
pH. Selanjutnya limbah cair pada bak penampung dialirkan ke bak limbah
pengumpul yang sudah berisi TiO2.H2O, dengan menggunakan pompa dan sambil
diaduk. Pada saat yang sama, lampu UV juga dinyalakan selama 6 jam, limbah
PKMT-4-13-4
cair yang berada di bak limbah pengumpul yang sudah berisi TiO2.H2O diukur
kadar BOD, COD dan pH.
UV
TiO2.H2O
Pompa
B : Sistem yang terletak
di bagian luar cashing
Perhitungan :
ml titer x N tiosulfat x 8000
DO =
V botol Winkler (300ml ) P
PKMT-4-13-5
DO awal DO akhir
BOD = x 1000 x P
300
Keterangan :
ml titer : Volume yang digunakan untuk hasil titrasi sampel
N tiosulfat : Normalitas jumlah 1 ml 0,025 N larutan Natrium tiosulfat
P : Pengenceran
DO Awal : DO sampel yang langsung dianalisa
DO akhir : DO sampel setelah inkubasi selama 3 hari
4. Prosedur Pengukuran COD
Untuk sampel
a. Memasukkan sampel ke dalam botol dengan jumlah minimum 100 ml,
kemudian menambahkan H2SO4 pekat sebanyak 1-5 tetes dan 10 ml
KMnO4.
b. Memasukkan botol tersebut dalam penangas hingga mendidih, dan
menambahkan 10 ml asam oksalat.
c. Menitrasi sampel dengan larutan KMnO4 0,01 N hingga berwarna merah
muda, kemudian titrasi dihentikan.
d. Mencatat jumlah KMnO4 0,01 N yang diperlukan sehingga menjadi
terbentuk warna merah muda tersebut.
Untuk blanko
a. Memasukkan aquadest ke dalam botol sebanyak 100 ml dan
menambahkan 10 ml asam oksalat.
b. Memasukkan botol tersebut dalam penangas hingga mendidih, setelah itu
mendinginkan selama 10 menit.
c. Menitrasi sampel dengan larutan KMnO4 0,01 N hingga berwarna merah
muda, kemudian titrasi dihentikan.
d. Mencatat jumlah KMnO4 0,01 N yang diperlukan sehingga menjadi
terbentuk warna merah muda tersebut.
Perhitungan :
10 ml x 0,01 N
N sta ndar Blanko =
volume titrasi (ml )
ml KMnO 4 x N sta ndar Blanko x 31607
TOM =
Sampel 100 ml
TOM
COD =
0,7
5. Prosedur pengukuran pH
Pengukuran pH meter
1. Menghubungkan atau memasangkan elektroda/prof pH meter
2. Melepaskan dengan hati-hati sarung dari elektroda/prof
3. Menekan tombol ON untuk mengaktifkan alat
4. Mengukur pH larutan sampel dengan cara memasukkan ujung prof
kedalam sampel
5. Menekan tombol pH untuk pengukuran pH
PKMT-4-13-6
Kalibrasi
1. Menghubungkan/memasang elektroda/prof pH meter
2. Melepaskan dengan hati-hati sarung dari elektroda/prof
3. Menekan tombol ON untuk mengaktifkan alat
4. Memasukkan ujung elektroda kedalam larutan standar pH 7,01,
menyesuaikan pembacaannya untuk pH 7,01
5. Menekan tombol 0C untuk penyesuaian suhu
6. Kemudian melihat dan menyesuaikan daftar pH dengan suhu standar
untuk pembacaan kalibrasi pH, contoh pada suhu 250 C pH harus
menunjukkan 7,01
7. Jika pembacaan tidak sesuai maka sesuaikan dengan memutar dengan
pelan-pelan dengan menggunakan alat/obeng
8. Memasukkan lagi ujung elektroda kedalam larutan standar pH 4,01,
menyesuaikan pembacaannya untuk pH 4,01
9. Menekan tombol 0C untuk penyesuaian suhu
10. Kemudian melihat dan menyesuaikan daftar pH dengan suhu standar
untuk pembacaan kalibrasi pH, contoh pada suhu 200 C pH harus
menunjukkan 4,00
11. Jika pembacaan tidak sesuai maka sesuaikan dengan memutar dengan
pelan-pelan dengan menggunakan alat/obeng
12. Setelah pembacaan sesuai maka kalibrasi telah selesai, kemudian pH meter
dapat digunakan pada sampel.
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan one
group pre test - post test design (10). Peneliti ingin mengetahui kadar BOD, COD
dan pH limbah cair sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan secara fotokimia.
Populasi penelitian adalah limbah cair Rumah Sakit Umum Ratu Zalecha
Martapura di Instalasi Pengolahan Air Limbah. Sampel penelitian adalah limbah
cair influent yang di ambil dari sepuluh titik sampling berdasarkan pola diagonal
dengan menggunakan Junction technique yaitu memperhatikan kedalaman limbah
cair pada kolam pengumpul limbah (11).
yang belum murni menjadi TiO2, sehingga dalam mengolah limbah cair tidak
mampu sepenuhnya untuk menurunkan BOD, COD dan pH, akibatnya hasil yang
diharapkan belum maksimal. TiO2 yang diperlukan dalam proses fotokimia adalah
TiO2 anatase karena mempunyai area spesifik (luas permukaan) yang cukup besar,
maka cukup banyak dalam menyerap sinar yang dijatuhi, dan efektif dalam
menghasilkan pasangan elektron dan hole yang berguna untuk mendegradasi
bahan pencemar (reaksi penguraian menjadi lebih cepat) dengan bantuan
(O2+ katalis +penyinaran UV) dalam proses fotokimia (12,13). Hal ini didukung
hasil penelitian Cho (2004) bahwa dengan penambahan TiO2 anatase 70% sebagai
fotokatalis sebayak 3 gram/L dapat mereduksi COD leachet sebesar 52% setelah 5
jam penyinaran UV (9). Untuk TiO2 anatase, waktu efektif untuk analisanya
adalah selang waktu 30 menit (12).
Hasil pengukuran pH pada proses fotokimia menunjukan kondisi asam, hal
ini diduga pada proses pemurnian katalis dengan pemanasan 70oC selama 15
menit, SO3 masih belum menguap sepenuhnya, sehingga katalis masih bersifat
asam sehingga mempengaruhi suasana pH limbah cair tersebut.
Mengatasi permasalahan di atas maka diperlukan katalis berupa TiO2
murni untuk menyerap sinar UV yang berfungsi menginisiasi reaksi kimia
sehingga senyawa organik dalam limbah dapat dioksidasi menjadi karbon
dioksida dan air, dengan kata lain terjadi proses pembersihan air dari pencemar
organik dengan ditandai penurunan kadar BOD, COD dan pH pada limbah cair
tersebut (14).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan sistem fotokimia dengan
penyinaran selama 6 jam pada pengolahan limbah cair rumah sakit menunjukan
terjadinya penurunan kadar BOD, COD dan pH secara signifikan sehingga dapat
dijadikan alternatif dalam pengolahan limbah cair rumah sakit.
Pada penelitian selanjutnya diperlukan TiO2 murni dan variasi konsentrasi
TiO2 yang berbeda sehingga terjadi penyerapan yang sempurna terhadap sinar UV
untuk menginisasi reaksi kimia serta digunakan pengukuran perjam guna
mengetahui waktu penyinaran yang efektif agar kadar BOD dan COD dapat
diturunkan, sedangkan pH yang diharapkan optimal sesuai persyaratan baku mutu
yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
(1) Said NI. Kesehatan Masyarakat dan Teknologi Peningkatan Kualitas Air.
Jakarta: Direktorat teknologi lingkungan. Deputi Bidang teknologi
informasi energi material dan lingkungan. Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi. 1999;251-257.
(2) Wisaksono S. Karakteristik Limbah Cair Rumah Sakit dan Pengaruhnya
Terhadap Kesehatan dan Lingkungan Cermin Dunia Kedokteran, 2001;130:
57 60.
(3) Rumah Sakit Ratu Zalecha Martapura. Laporan Kegiatan Tahunan RSUD
Ratu Zalecha Martapura. Martapura: Rumah Sakit Umum Daerah Ratu
Zalecha. 2005.
(4) Jalal. Pengelolaan Air Limbah Pada Rumah Sakit Umum Ratu Zalecha
Martapura Tahun 2004. Karya Tulis Ilmiah. Banjarbaru: Program Studi
PKMT-4-13-10
ABSTRAK
Tujuan Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKMT) ini
adalah: (1) Terciptanya petani kelapa mempunyai pengetahuan membuat
konstruksi mesin parut kelapa yang praktis dan efisien, (2) Terciptanya petani
kelapa mempunyai keterampilan membuat konstruksi mesin parut kelapa yang
praktis dan efisien
Khalayak sasaran dalam program ini adalah masyarakat petani kelapa di
Kecamatan Mattiro Bulu Kabupaten Pinrang. Metode yang digunakan dalam
penyampaian materi penyuluhan adalah metode ceramah, diskusi dan tanya
jawab, untuk pelatihan digunakan metode demonstrasi.
Hasil yang dicapai adalah: (1) Petani kelapa memiliki pengetahuan
membuat konstruksi mesin parut kelapa yang praktis dan efisien, (2) Petani
kelapa memiliki keterampilan membuat konstruksi mesin parut kelapa yang
praktis dan efisien
PENDAHULUAN
Salah satu Kecamatan di kabupaten Pinrang adalah Kecamatan Mattirobulu
yaitu kurang lebih 60 % petani lahan sawah didaerah ini juga mengusahakan
usaha kebun kelapa. Kurang lebih 40 % penduduk yang mengusahakan khusus
usaha kebun kelapa dan usaha tani tegalan, (Kabupaten Pinrang, 2003). Pada
umumnya buah kelapa masyarakat petani kelapa dijual dalam bentuk biji, dan
yang lainnya adalah diolah menjadi minyak goring kebutuhan rumah tangga
dipakai sendiri dan dijual di pasar, (Pengamatan di Lapangan dan Informasi
Tokoh Masyarakat Januari 2004).
Ibu rumah tangga petani kelapa dan ibu-ibu rumah tangga lainnya yang
mengupayakan industri rumah tangga minak kelapa di Kecamatan Mattiro Bulu
Kabupaten Pinrang ini merasa sulit dalam hal memarut kelapa. Parut yang
digunakan adalah parut yang sangat tradisional, dimana waktu memarut satu biji
kelapa bisa menggunakan waktu 25 sampai 35 menit, (survey, Januari 2004). Hal
ini sangat tidak efisien dalam hal wakty. Disamping itu juga parut yang digunakan
tidak aman dari segi jari tangan, sering jari tangan termakan parut bila kelapa sisa
sedikit. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa diperlukan parut kelapa lebih
modern yang dapat berfungsi ganda, yakni untuk kebutuhan konsumsi rumah
tangga sehari-hari.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dipahami bahwa perlu ada parut
kelapa yang produktif, aman, dan dapat dibuat atau dirakit sendiri oleh masyarakat
petani kelapa di wilayah tersebut.
Pada waktu kami survey, (Januari 2004) kami didatangi salah satu tokoh
masyarakat bernama Suriadi dan ibu rumah tangga bernama Rukmini di wilayah
tersebut menyatakan bahwa salah satu kesulitan ibu-ibu di dapur dalam
PKMT-4-14-2
memenuhi syarat sebagai berikut: (1) Semua alat dan bahan yang diperlukan
dalam bekerja mudah dijangkau sambil bekerja. Jarak maksimal 41 cm ke kiri
atau kanan, tempat bekerja tidak lebih tinggi dari 50 cm (duduk), (3) Tempat
bekerja sebaiknya disesuikan dengan alat yang dioperasikan.
Menurut Oborne (1992) bahwa postur tubuh duduk dalam mengoperasikan
alat (bekerja) tidak dapat menstabilkan sendi-sendi tubuh jika tangan atau lengan
mengoperasikan alat dengan kekuatan (fisik), jika berulang ulang akan
menimbulkan kelelahan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa alat dan bahan yang
diperlukan dalam mengoperasikan alat sebaiknya mudah dijangkau sambil
bekerja, jaraknya 41 cm ke kiri dan kanan, tempat bekerja tidak lebih tinggi 50
cm, dan mengutamakan kenyaman. Dengan demikian mesin parut (pakkeri)
kelapa yang dirancang dengan konstruksi sederhana yang digerakkan mesin
kapasitas kecil ini sesuai dengan apa yang dikemukakan tersebut diatas.
METODE PENDEKATAN
Khalayak sasaran dalam Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan
Teknologi (PKMT) ini adalah masyarakat petani kelapa di Kecamatan Mattiro
Bulu Kabupaten Pinrang.
Metode utama yang ditempuh dalam kegiatan ini adalah: (1) Pada saat
pemberian materi penyuluhan mendesain dan pembuatan rangka konstruksi mesin
parut kelapa yang praktis dan efisien, metode yang digunakan adalah; metode
ceramah, diskusi, tanya jawab, dan simulasi, (2) Pada saat pelatihan mendesain
dan pembuatan rangka konstruksi mesin parut kelapa yang praktis dan efisien,
metode yang digunakan adalah: metode demonstrasi, dan tanya jawab.
Metode demonstrasi digunakan untuk mendemonstrasikan membuat
rangka konstruksi mesin parut kelapa yang praktis dan efisien, diterangkan dahulu
cara memilik bahan, langkah kerja, dimensi, bahan dan alat yang digunakan.
Disini khalayak sasaran ikut langsung melakukan, mengerjakan setiap jenis
pekerjaan bersama dengan mahasiswa. Pada saat itu juga terjadi diskusi, terutama
sekali yang menyangkut sistimatika pekerjaan tersebut.
khalayak sasaran bersama anggota tim PKMT cukup tinggi mengikuti penyuluhan
dan pelatihan dari awal sampai selesai.
Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKMT) ini
dianggap juga berhasil karena: (1) Khalayak sasaran tidak menemukan kesulitan
dalam memahami materi penyuluhan dan pelatihan yang diberikan, (2) Khalayak
sasaran berkeinginan menerapkan membuat rangka konstruksi mesin parut kelapa
yang praktis dan efisien pada rumahnya masing-masing, (3) Khalayak sasaran
berkeinginan untuk menyampaikan penerapan membuat rangka konstruksi mesin
parut kelapa yang praktis dan efisien kepada khalayak sasaran yang lain (yang
tidak sempat ikut penyuluhan dan pelatihan).
DAFTAR PUSTAKA
________. 1978. Norma-norma Kerja Fisik. Hasil Lokakarya Penyusunan
Norma-norma Ergonomi di Tempat Kerja. Kerjasama Hiperkes. Jakarta
:UNDIP dan WHO.
Charles, K. 1990, Motor-motor Listrik. Alih Bahasa Djoko Achyanto. Jakarta
Erlangga.
Dalih SA, Sutina. 1978. Petunjuk Mengerjakan Kayu I. Jakarta. Proyek
Pengadaan Buku/Diktat Pendidikan Menengah Teknologi Depdikbud.
PKMT-4-14-6
ABSTRAK
Beras yang disimpan terlalu lama akan mengalami kerusakan, secara fisik
terlihat hancur, secara kimia kehilangan protein dan vitamin. Untuk menghindari
kerusakan diusahakan mempersingkat waktu penyimpanan dengan cara segera
memanfaatkan beras dalam bentuk diversifikasi makanan dengan bahan dasar
tepung beras. Untuk maksud ini dibangunlah mesin penepung yang mudah dibuat.
Pembuatan mesin ini dilakukan di Politeknik Negeri Medan, khususnya di
Jurusan Teknik Mesin. Mesin ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam
membuat tepung beras yang selanjutnya dipakai untuk membuat berbagai jenis
makanan variatif lainnya. Metoda pengerjaan mesin ini adalah dengan perinsip
gaya tekan dan gaya gesek antara stator dan rotor dimana pada rotor terdapat
alur yang berguna untuk mengangkut kembali beras yang belum tergiling halus,
pada putaran rotor yang kencang akan terjadi kemungkinan besar gaya
sentripetal yang membawa beras dan membenturkannya pada dinding stator yang
dapat mengakibatkan beras akan menjadi remuk. Mesin ini diuji dengan cara
mengumpankan beras sebanyak 1 kg.Kapasitas mesin 11,9 kg/jam.
PENDAHULUAN
Walaupun diakhir era tahun 1990-an telah banyak lahan pertanian yang
berubah fungsi menjadi daerah hunian dan industri namun predikat Indonesia
sebagai negara agraris belum hilang. Karena Indonesia belum benar-benar
menjadi negara industri. Hal ini dikuatkan dengan adanya pembukaan lahan
pertanian di Kalimantan dan sumatera, baik untuk makanan keras maupun pangan.
Dengan adanya pembukaan lahan pertanian baru khususnya yang
diperuntukkan bagi tanaman pangan, memungkinkan adanya peningkatan
produksi padi nasional yang selanjutnya akan menjadi surplus beras, bahkan
Indonesia akan bisa mengekspor beas sebagaimana terjadi pada tahun 1980-an,
walaupun diawal-awal tahun 2000 ini Indonesia masih mengimpor beras dari
negara-negara Asia. Prediksi surplus beras ini walaupun menggembirakan, akan
tetapi hal itu bukannya tanpa masalah. Penyimpanan yang terlalu lama tanpa
disertai treatment yang memadai akan menyebabkan beras rusak, hal ini biasa
terjadi digudang-gudang dolog maupun yang ada di masyarakat. Khususnya di
masyarakat, untuk menghindari rusaknya beras karena penyimpanan yang terlalu
lama, sebaiknya digalakkan (dikampanyekan) adanya diversifikasi pengolahan
makanan dengan bahan dasar beras, misalnya kue-kue, dan jenis makanan lainnya
yang terbuat dari tepung beras. Untuk itu masyarakat harus dikenalkan pada
teknologi pengolahan yang sederhana yang memungkinkan mereka dapat
mengadopsinya, sehingga mereka dapat meninggalkan cara-cara lama menumbuk
beras dalam lesung.
PKMT-4-15-2
Beras yang terlalu lama tersimpan baik dirumah tangga maupun digudang-
gudang beras seperti dolog dipastikan akan mengalami kerusakan yang secara
fisik tampak hancur dan kusam sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Bila hal
ini terjadi tentu akan sangat merugikan secara ekonomis. Guna menanggulangi
masalah ini salah satunya adalah membuat mesin penepung beras, yang mana
hasilnya (tepung) dapat digunakan untuk membuat berbagai jenis makanan lain
yang lebih variatif termasuk bubur bayi pengganti bubur bayi buatan pabrik.
Kegiatan ini bertujuan untuk membuat mesin yang dapat menghasilkan
tepung beras atau ketan dan untuk mengetahui unjuk kerja mesin.
Hasil pembuatan mesin ini diharapkan dapat digunakan oleh:
- Masyarakat ekonomi lemah. Dalam membuat tepung beras (ketan) sebagai
ganti dari tepung bubur bayi lewat Koperasi Unit Desa yang memiliki mesin
tersebut.
- Departemen pertanian khususnya bagian alat an mesin pertanian atai
Departemen Perindustrian sebagai acuan dalam pengembangan produksi
mesin pengolah.
- Membuka peluang usaha baru penggilingan dan pembuatan kue yang
berbahan dasar tepung beras.
METODE PENDEKATAN
Secara tradisional orang yang membuat tepung beras dengan cara
menumbuk beras dalam lesung dengan antan atau alu (jawa). Proses terjadinya
tepung beras oleh tumbukan antan secara fisik bersifat tekan-geser. Butiran beras
terjepit dan tertekan diantara cekungan lesung dan antan sehingga terjadi gesekan
antara butiran beras dengan antan atau juga antara beras dengan beras secara
berulang-ulang. Proses penepungan secara tradisional tersebut digunakan sebagai
dasar dalam mengembangkan peralatan atau mesin yang lebih baik. Karena
terjadinya tepung beras melalui proses tekan-geser maka di dalam
mengenbangkan peralatan/mesin baru harus memprhitungkan faktor kekuatan
fisik beras agar diperoleh alat/mesin dengan fungsi yang baik.
Sitinjak (1995) menerbitkan hasil penelitiannya yang berhubungan dengan
sifat-sifat fisik beras, yaitu:
a. Ukuran panjang beras
- Sangat panjang 7 7,5 (mm)
- Panjang 6,6 7 (mm)
- Sedang 5,5 - 6,6 (mm)
- Pendek < 5,5 (mm)
PKMT-4-15-3
b. Bentuk beras
- Lonjong
- Gepeng
- Agak bulat
- Bulat
c. Kekerasan
- PB 34 : 6,3 kg/butir
- PB 5 : 6,1 kg/butir
- PB 32 : 5,9 kg/butir
Ukuran panjang dan bentuk beras adalah ukuran secara umum semua
varietas beras, sedangkan kekerasan beras varietas PB adalah yang paling keras
diantara semua varietas yang ada.
Dari data sifat fisik yang telah tertera tersebut dirancanglah sebuah mesin
yang elemen penepungnya bekerja dengan sistem tekan dan geser seperti gambar
di bawah ini.
Lubang masuk
Rotor
Stator
Lubang keluar
Konstruksi Mesin
Konstruksi mesin yang dibangun ditunjukkan pada Gambar 2.
juga bila terlalu sempit, rotor akan sulit berputar, akibatnya diperlukan banyak
tenaga motor atau mungkin motor off.
Beras yang masuk kedalam mesin berada diantara stator dan rotor, karena pada
bahan rotor terdapat celah/alur dan rotor berputar maka beras akan masuk dalam
alur dan terbawa berputar. Karena celah antara stator dan rotor meneyempit secara
beraturan maka butiran beras akan terjepit dan hancur menjadi tepung dan keluar
dari ruang mesing melalui lubang keluaran yang ada di bagian stator bagian
bawah.
2. Corong pemasukan
Corong pemasukan adalah tempat memasukkan beras kedalam mesin yang
mengarahkan beras agar tepat jatuh di atas rotor. Corong ini dibuat dari pelat
baja dengan ketebalan 1 (mm) yang berada di bagian puncak mesin.
3. Rotor (penggiling)
Merupakan bagian yang paling penting, berfungsi untuk membawa dan
menggesek butiran beras. Untuk membawa beras agar ikut arus putaran, pada
bagian rotor dibuat alur memanjang dengan ukuran 10 (mm) x 4 (mm) x 460
(mm).
PKMT-4-15-6
Gambar 5. Rotor
beras dan lubang keluaran tepung. Pada lubang keluaran dilengkapi dengan
saringan tepung agar tepung yang keluar benar-benar lembut.
Gambar 6. Stator
5. Elemen lain
Elemen lain seperti: belt, pulley, motor, mur dan bantalan tidak dimasukkan
dalam bagian utama, karena bagian lain yang tersebut diatas memang
seharusnya ada dalam konstruksi mesin processing. Namun demikian,
keberadaannya sangat penting dan menentukan.
PEMBAHASAN
Setelah kita lihat hasil percobaan yang disajikan dalam tabel, beras yang
dapat ditepungkan secara baik (halus) adalah 0,845 (kg) yang berarti 84,5% dan
tepung kasar sebanyak 0,141 (kg) atau 14,1%. Jumlah tepung keseluruhan yang
keluar dari ruang mesin adalah 9,86 (kg). Waktu rata-rata yang diperlukan untuk
menepungkan beras 1 (kg) adalah 5,05 (menit).
Penjelasan dari hasil di atas adalah:
1. Tepung halus 84,5% dan tepung kasar 14,1% mengindikasikan bahwa
saringan yang dipasang pada pintu keluaran masih terlalu kasar, agar hasil
tepung halus bisa mendekati 100% diperlukan saringan yang lebih halus.
2. Jumlah tepung yang keluar lebih besar dibandingkan dengan julah beras yang
masuk mesin, menunujukkan bahwa ada beras atau tepung yang terperangkap
didalam ruang penepungan, di dalam rotor.
Terperangkapnya tepung di dalam alur rotor ini disebabkan karena putaran
rotor terlalu tinggi yang menyebabkan tepung tidak keluar dari alur tersebut.
Untuk memperbaiki kondisi ini putaran rotor diperlambat.
3. Dari waktu yang digunakan untuk menepungkan 1 (kg) beras, rata-rata 5,05
(menit), menghasilkan kapasitas penepungan sebesar + 11,9 (kg/jam). Hasil
ini relatif bagus, akan tetapi apabila saringan yang terpasang diperhalus maka
kapasitas akan menurun, karena tepung kasar tidak akan bisa keluar,
selanjutnya akan ikut terbawa alur rotor berputar kembali untuk digilas
sehingga butuh waktu relatif lama.
KESIMPULAN
Dari hasil rancang bangun yang dilakukan dapat diperoleh simpulan sebagai
nerikut:
a. Secara kualitatif, performansi mesin penepung dapat bekerja dengan baik.
b. Diperlukan saringan lebih halus.
c. Putaran rotor diperlambat.
d. Kemampuan penepunganmesin 11,9 (kg/jam)
e. Lubang keluaran diperbesar
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 1993. Bulletin Pameran Teknologi Mekanisme Pertanian.
Yogyakarta:
2. Litbang Pertanian
3. Biro Pusat Statistik Medan. 2000. Sumatera Utara dalam Angka 2000.
Kantor Pusat Statistik Sumatera utara dan Badan Perencanaan
Pembangunan daerah Tingkat I. Smatera Utara.
4. Haryoto. 1995. Teknologi Tepat Guna. Yogyakarta: Kanisius.
5. Henderson, S.H. & Perry, R.L. 1996. Agricultural Process Engineering.
New York: Jhon Willey and son, Inc. Scond Edition.
6. Khurmi. 1980. A Text Book of Machine design. New Delhi: Eurasia
Publishing House, Ltd.
7. Niemann, G. 1994. Elemen Mesin. Surabaya: Penerbit Erlangga.
8. Sitinjak, K. 1995. Teknologi Pascapanen I (Padi, jagung, dan kedelai).
Medan: Fakultas Pertanian USU.
PKMT-4-16-1
RANCANG BANGUN
MESIN MIXER SEBAGUNA TANPA PENGADUK
ABSTRAK
Mesin mixer serbaguna tanpa pengaduk berguna untuk mencampur bahan
adonan menjadi satu dengan mempergunakan pengaruh gaya sentrifugal akibat
putran silinder mixer. Tujuan pembuatan mesin mixer serbaguna tanpa pengaduk
adalah meminimalisir endapan bahan adonan yang menempel pada silinder
mesin mixer dan meningkatkan kapasitas produksi. Pembuatan mesin mixer
serbaguna tanpa pengaduk melalui beberapa tahap, antara lain : mendesain
mesin hingga menjadi gambar kerja mesin. Setelah desain terselesaikan, tahap
selanjutnya adalah pemilihan bahan dan pembuatan mesin sesuai hasil desain
yang telah dibuat. Mesin yang telah dibuat diuji kinerjanya guna memperoleh
data data untuk dianalisa. Hasil analisa dipergunakan untuk menyempurnakan
mesin, sehingga mesin berfungsi sesuai yang diinginkan. Mesin mixer serbaguna
tanpa pengaduk dapat meminimalisir endapan yang menempel pada silinder
mixer dan layak bagi industri kecil maupun industri rumah tangga.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mesin Mixer berfungsi sebagai mencampurkan beberapa bahan bahan
penyusun menjadi satu yang menghasilkan hasil campuran atau adonan yang rata.
Mesin mixer yang ada di berbagai industri kecil baik itu industri makanan, obat-
obatan, maupun dalam bidang konstruksi saat ini masih menggunakan pengaduk
yang berada didalam mesin mixer itu sendiri. Mesin mixer dengan pengaduk yang
ada sekarang ini dalam prinsip kinerjanya masih menggunakan poros yang
digerakkan oleh motor penggerak guna menggerakkan pengaduk. Pengaduk
berfungsi untuk membuat komposisi beberapa bahan menjadi satu, yang biasanya
mesin mixer dengan pengaduk dalam posisi vertikal maupun horizontal. Mesin
mixer yang ada dipasaran masih banyak komponen yang dipakai dan hanya bisa
digunakan untuk mencampur dan mengaduk untuk bahan dalam satu wujud/fasa
(cair,padat,gel,liat). Maka potensi yang perlu dikembangkan pada mesin mixer
yang ada adalah membuat mesin mixer tanpa pengaduk yang dapat diposisikan
dalam berbagai posisi. Selain itu mesin yang diharapkan bisa digunakan dalam
berbagai wujud/fasa bahan (cair, serbuk,liat).
Perumusan Masalah
Dari hasil pengamatan di lapangan mengenai mesin mixer, contohnya untuk
mencampur bahan bangunan adalah sebagai berikut :
1. Alat serupa yang ada dipasaran saat ini masih terlalu rumit karena masih
banyak menggunakan komponen.
2. Alat serupa yang ada dipasaran masih cukup mahal .
3. Dengan cara menggunakan pengaruh gaya sentrifugal akan dihasilkan hasil
PKMT-4-16-2
Tujuan Program
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan
yang akan dicapai melalui program ini adalah:
1. Peserta program kreativitas mahasiswa (PKM) mampu menyelesaikan
permasalahan perencanaan dan pembuatan alat tepat guna, sehingga Mesin
Mixer sebaguna tanpa pengaduk dapat terwujud sebagai prototipe alat
sesungguhnya.
2. Peserta program kreativitas mahasiswa (PKM) mampu menyerap teknik
pemasaran serta dapat mengakses kebutuhan pasar mengenai berbagai alat
tepat guna, baik dalam perencanaan baru, modifikasi atau perbaikan alat yang
sudah ada. Hal ini merupakan modal awal sebagai wirausahawan baru dan
mampu menyusun rencana usaha perbengkelan dalam alat tepat guna.
3. Alat ini mampu bekerja dengan baik, sangat bermanfaat, punya kemampuan
yang handal, dan dapat dipercaya atau diminati oleh konsumen yaitu
masyarakat atau kalangan industri penyulingan atau wirausahawan pada
ahkirnya.
4. Meminimalisir endapan bahan adonan yang menempel di silinder mixer.
5. Membantu mewujudkan alat yang murah dengan inovasi yang tinggi.
Kegunaan Program
Mesin mixer ini sangat berguna bagi masyarakat dan industri jamu, obat-
obatan, maupun industri makanan bila dapat direalisasikan, terutama dalam
mengatasi permasalahan yang mereka hadapi, yaitu :
1. Meningkatkan hasil adukkan yang lebih merata dengan menggunakan Mesin
mixer serbaguna tanpa pengaduk dengan pengaruh gaya sentrifugal
dibandingkan dengan mesin yang ada dipasaran.
2. Meminimalisir atau menekan komponen komponen mesin yang digunakan.
3. Menekan biaya produksi dan meningkatkan produktifitas. contohnya industri
makanan maupun obat-obatan yang digunakan sebagai pengaduk bahan dasar
di industri obat-obatan maupun makanan.
METODE PENDEKATAN
Metode yang digunakan dalam pembuatan mesin mixer serbaguna tanpa
pengaduk antara lain :
1. Perancangan Desain
Langkah awal pembuatan mesin adalah perancangan yang mencakup
rancangan awal berupa skets dan pemantapan desain sehingga menghasilkan
gambar kerja mesin untuk proses pembuatan mesin.
2. Pemilihan Bahan dan Komponen
Bahan dan komponen yang digunakan pada mesin mixer mixer serbaguna
tanpa pengaduk, meliputi :
a. Poros menggunakan bahan S 30 C, karena bahan S 30 C mampumenahan
beban lengkung atau bengkok akibat beban dari adonan dan silinder mixer
dan mampu menerima beban puntir akibat putaran motor penggerak.
Selain itu bahan S 30 C mudah didapatkan dipasaran.
PKMT-4-16-3
n2 = 700 rpm
Karena gear box yang dipergunakan mempunyai perbandingan 1 : 30, maka
700
putaran yang dihailkan gearbox adalah (N) =
30
= 23, 333 rpm
Putaran silinder mixer
Perbandingan diameter poros penggerak dengan diameter pipa penggerak (x)
adalah = 30 mm : 800 mm
26,667 : 1
N
Jadi putaran silinder mixer =
x
23,33
=
26,667
= 0,8747 rpm
Karena putaran yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diinginkan, maka
mekanisme reduksi yang dipakai diganti dengn cara memasang motor
penggerak langung ke poros penggerak, sehingga dihasilkan putaran silinder
Putaran. poros. penggerak
mixer = , dimana putaran poros = putaran motor
x
1400
=
26,667
= 52,49 rpm
Jadi putaran yang dihasilkan mendekati dengan putaran yang diinginkan yaitu
50 rpm, sehingga mekanisme reduksi yang digunakan adalah memasang motor
penggerak ke poros penggerak.
2. Gaya gesek untuk menggerakkan pipa pemutar
Saat dilakukan pengujian kinerja mesin, persinggunggan antara poros
penggerak dengan pipa pembawa mengalami slip, hal ini dikarenakan
pengaruh koefisien gesek antara poros penggerak dengan pipa pemutar kecil
akibat bahan keduanya sama yaitu baja yang mempunyai koefisien gesek 0,4
Meriam J.L (2000) : 401.
Gaya gesek yang terjadi adalah :
f = .N
Keterangan :
f = gaya gesek (N)
= koefisien gesek
N = gaya normal = berat adonan ditambah beban rangka pemutar, seluruhnya
mempunyai berat 412,02 N
f = 0,4 . 412,02 N
= 164,808 N
Untuk mengatasi slip, maka bagian poros yang bersinggunggan dengan pipa
pemutar dilapisi dengan karet. Bahan pelapis yang digunakan karet karena
karet mempunyai koefisien gesek yang tinggi sebesar 0,8
Meriam J.L (2000) : 401
Maka gaya gesek yang terjadi adalah :
f = 1.N
PKMT-4-16-5
Keterangan :
f = gaya gesek (N)
1= koefisien gesek karet dengan baja
N = gaya normal = berat adonan ditambah beban rangka pemutar, seluruhnya
mempunyai berat 412,02 N
f = 0,8 . 412,02 N
= 329,616 N
3. Hasil
Pada saat pengujian kinerja mesin bahan adonan yang diuji adalah bahan yang
berwujud serbuk dan cair. Bahan yang berwujud serbuk, setelah dilakukan uji
kinerja didapatkan bahwa endapan bahan endapan yng menempel pada
silinder mixer sangat minim. Hal ini diperkirakan akibat pengaruh gaya
sentrifugal yang diakibatkan putaran silinder mixer yang agak tinggi yaitu 50
rpm dan pengaruh gaya gravitasi dari berat adonan tersebut. Hal ini berbeda
pada mesin mixer lainnya yang menggunakan pengaduk yang berupa sirip
ataupun baling-baling, pada saat pengamatan mesin mixer lainnya yaitu mesin
mixer makanan (blender) dan mesin mobil pengaduk bahan bangunan pada
(mobil molen,- orang jawa menyebut) bahwa bahan adonan yang dicampur
masih terdapat endapan banyak yang menempel pada bagian mixer maupun
pengaduknya.
KESIMPULAN
Setelah melakukan data data yang diperoleh dari pengujian kinerja
mesin, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Mesin mixer serbaguna tanpa pengaduk dapat meminimalisir endapan
yang menempel pada silinder mixer akibat pengaruh gaya sentrifugal dan
gravitasi.
2. Mekanisme reduksi putaran dengan cara memasang motor langsung pada
poros penggerak.
3. Mesin ini layak dipasarkan untuk industri kecil maupun industri rumah
tangga karena harga produksinya murah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Meriam J.L, L.G Kraige.2000.Mekanika Teknik Volume I Statika Jilid 1.
Jakarta: Erlangga .Hlm 401
2. Sularso, Kiyokatsu Suga.1997.Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen
Mesin. Jakarta : Pradnya Paramita. Hlm 166
PKMT-4-17-1
ABSTRAK
Kata kunci:
Identifikasi Masalah
Suatu industri dapat terlaksana jika dilakukan dengan baik, memakai
sentuhan teknologi yang memadai untuk pelaksanaan proses produksi tersebut.
Masih minimnya produksi gambir disebabkan oleh belum adanya alat standar
yang mampu mendukung pelaksanaan kegiatan produksi. Oleh karena itu dengan
menciptakan suatu alat yang mampu mempercepat proses produksi diharapkan
hasil produksi gambir dapat ditingkatkan, sekaligus meningkatkan kesejahteraan
petani gambir.
Perumusan Masalah
Produksi gambir masih ditangani secara tradisional, sehingga hasil yang
diperoleh rendah, untuk itu perlu ditingkatkan dengan memberikan sentuhan
teknologi yang sesuai dengan kebutuhan
Meningkatkan efisiensi kerja sangat diperlukan sehingga waktu yang
dibutuhkan untuk suatu usaha produksi dpat ditingkatkan
Adanya minat dan keinginan dari petani gambir untuk meningkatkan hasil
PKMT-4-17-2
Tujuan Kegiatan
Tujuan yang hendak dicapai adalah agar tercipta suatu alay yang mampu
menolong petani gambir dalam mengolah hasil pertaniannya, sehingga
produktifitas gambir dapat ditingkatkan. Serta pengolahan daun gambir dapat
dilakukan dalam kurun waktu yang relatif pendek, sehingga efisiensi kerja dapat
dipenuhi. Di samping itu juga dapat meningkatkan hubungan antara Politeknik
Unand Padang dengan masyarakat khususnya petani gambir.
Kegunaan
Potensi Ekonomi Produk
Dengan dibuatnya mesin kempa otomatis ini diharapkan petani gambir
pengolahan, tenaga yang dikeluarkan tidak terlalu banyak. Maka alat ini
dapat meningkatkan jumlah hasil produksi gambir.
Nilai Tambah Produk dari Segi IPTEK
setelah dibuatnya mesin kempa gambir otomatis ini diharapkan terjadi
peningkatan jumlah produksi gambir. Karena kecepatan alat ini dalam
mengempa sekitar 10 kg daun gambir dengan waktu relatif pendek 10
menit. Ini jauh lebih menguntungkan alat kempa tradisional yang hanya
mampu mengempa 40 kg daun gambir, tetapi dengan waktu dan tenaga
yang besar
TINJAUAN ALAT
CARA KERJA DAN UJI COBA
MESIN TEMPA GAMBIR
4.2 Saran-saran
Alat kempa gambir secara otomatis dan efisien yang dibuat
sekarang inui masih jauh dari penerapan teknologi yang berkembang saat
sekarang ini. Dengan dimulainya babak baru dalam pengempaan daun gambir,
diharapkan untuk masa yang akan datang diciptakan suatu alat yang lebih
canggih lagi. Kalu perlu pengontrolannya dapat dilakukan dengan
menggunakan komputer.
PKMT-4-18-1
ABSTRAK
Penyakit merupakan sesuatu yang tidak dapat lepas dari kehidupan manusia.
Penyebarannya pun melalui banyak hal, bisa secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, diperlukan tindakan yang cepat dan tepat dalam
menanggulangi penyakit-penyakit yang bersifat mewabah. Adapun beberapa
penyakit yang penyebarannya mewabah antara lain adalah Demam Berdarah
(DB), diare, tuberkolusis (TBC), Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), dan
malaria. Teknologi yang ingin diimplementasikan adalah sebuah aplikasi
Geographic Information System (GIS) berbasis web yang digunakan untuk
memantau penyebaran wabah penyakit di suatu wilayah.
Dalam Proyek Akhir (PA) ini dilakukan perancangan sebuah Sistem Informasi
Geografis berbasis web untuk wilayah Kota Bandung. Web ini dapat
menampilkan data penderita penyakit untuk suatu wilayah. Web ini dapat diakses
melalui internet secara umum dan setiap puskesmas mempunyai user login yang
berbeda untuk memasukkan data atau berita baru. Untuk akses internet tersebut
dapat dilakukan kajian dari segi biaya dan pemodelan jaringan. Terdapat
beberapa alternatif untuk pengaksesan internet yaitu LAN, pemakaian jasa ISP,
menggunakan jaringan ADSL, dan sistem dial-up. Hasil pengkajian menunjukkan
bahwa yang paling memungkinkan untuk diimplementasikan adalah
menggunakan sistem dial-up.
Hasil rancangan dapat menampilkan informasi tentang data penderita penyakit
menular di suatu daerah. Sistem informasi yang dibuat juga dapat menampilkan
info mengenai pencegahan, pengidentifikasian, dan pengobatan penyakit-penyakit
menular.
PENDAHULUAN
Dalam berbagai segi kehidupan manusia tidak pernah lepas dari peran
penting informasi. Dunia informasi yang berkembang sangat pesat, memberikan
rangsangan untuk menciptakan sesuatu yang baru untuk dapat memaksimalkan
data yang ada menjadi sebuah informasi yang bermanfaat bagi kehidupan
masyarakat. Melihat besarnya peranan yang diberikannya, maka usaha yang dapat
dilakukan adalah untuk bekerja secara efisien dan seoptimal mungkin dalam
mengemas sebuah informasi menjadi lebih menarik dengan tanpa meninggalkan
unsur yang paling penting, yaitu manfaatnya untuk masyarakat..
Akhir-akhir ini, pada bulan Januari hingga April, cuaca berganti begitu cepat
dan suhu berubah dengan cepat. Tidak mengherankan bila hal ini menyebabkan
sebagian masyarakat rentan terjangkit suatu penyakit. Apalagi jika dilihat pada
penduduk yang daerahnya rentan akan bahaya banjir, tentu hal ini bukanlah hal
yang aneh. Sehingga mereka sangat rawan terhadap penyakit yang timbul dari
PKMT-4-18-2
METODE PENELITIAN
Perancangan GIS dimulai dengan melakukan penaksiran kebutuhan GIS
dilanjutkan dengan bagaimana GIS dapat menjalankan tugasnya. Dengan
demikian maka semua kebutuhan dideskripsikan pertama kali dilanjutkan dengan
inventarisasi sumber daya yang tersedia, perancangan awal dan yang terakhir
adalah menentukan perangkat keras dan perangkat lunak yang akan digunakan.
kabel UTP dalam menyampaikan informasi. Kabel UTP versi 5 hanya mampu
mencapai tidak lebih dari 300 meter, sedangkan kabel UTP versi 6 yang
merupakan versi terbaru, hanya mampu mencapai jarak maksimum 1000 meter.
Maka apabila ingin tetap diterapkan alternatif pertama ini, diperlukan repeater
yang cukup banyak. Khususnya untuk daerah Bandung Utara dan Bandung
Selatan yang jauh dari posisi server yang rencananya akan diletakkan di Dinas
Kesehatan. Selain itu, diperlukan juga jaringan backbone bila ingin mendapatkan
sebuah jaringan yang bagus. Biasanya jaringan backbone ini berupa jaringan serat
optik. Dengan demikian, akan memerlukan biaya yang cukup banyak. Sehingga
alternatif pertama ini termasuk proyek yang unvisible bila ditinjau dari dukungan
dana yang ada.
Untuk alternatif ketiga, dengan adanya komputer pada tiap Puskesmas yang
terhubung dengan internet dengan sistem dial-up, misalnya dengan sistem dial-up
atau dengan jaringan yang sedang dikembangkan seperti ADSL atau yang populer
dengan sebutan speedy. Maka pengubahan data pada web server bisa dilakukan
hanya dengan mengakses website melalui komputer tersebut. Selain itu, data juga
dapat diubah dengan hanya beberapa menit menuju warnet seandainya petugas
Puskesmas tidak mempunyai komputer yang terhubung dengan internet.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan Website Sistem Informasi
Geografis untuk pemantauan penyebaran wabah penyakit di Kota Bandung ini
ialah :
Aplikasi yang telah dibuat mampu menyajikan informasi pemetaan penyakit
secara geografis.
Aplikasi yang telah dibuat dapat memberikan informasi pencegahan dan
pengobatan terhadap beberapa penyakit menular.
Website ini menyediakan sarana komunikasi dua arah, baik dari sisi
masyarakat (pengguna umum) maupun dari sisi Dinas Kesehatan..
Website yang telah dibuat dapat memberikan layanan konsultasi penyakit
langsung dengan pihak yang berkompeten.
Website ini dapat membahas penyakit yang menular maupun yang tidak
menular, hal ini didukung oleh forum konsultasi dan forum saran.
Website ini memungkinkan untuk mengadakan pengolahan data penderita
penyakit pada tiap-tiap Puskesmas.
Hasil pengkajian biaya akses internet menunjukkan bahwa akses internet
yang paling murah adalah menggunakan sistem dial- up.
Terdapat tiga level admin yang mempunyai hak yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA
Wahana Komputer : Panduan Aplikatif Pengembangan Web Berbasis ASP,
penerbit ANDI.
Agung, Gregorius : 11 Script Spektakular Active Server Page, Elex Media
Komputindo
Nuarsa I Wayan : Mengolah Data Spasial Dengan MapInfo Profesional 7.0,
Penerbit ANDI
PKMT-4-18-9
Charter Denny, Agtrisari Irma : Desain dan Aplikasi GIS, Elex Media
Komputindo
Prahasta Eddy. 2001. Konsep-konsep Dasar System Informasi Geografis.
Bandung : Informatika Bandung
Prahasta Eddy : Belajar dan Memahami MapInfo, Informatika
MapInfo Profesional 7.0 User Guide, MapInfo Corporation, Troy, Network
PKMT-4-19-1
ABSTRAK
Kata kunci:
PKMT-4-20-1
ABSTRAK
Kebudayaan adalah cermin dari suatu bangsa, itulah petuah yang sering
terdengar. Namun pada kenyataannya, kebudayaan khususnya kebudayaan
bangsa Indonesia seiring waktu mulai terkikis oleh perkembangan jaman. Dalam
hal ini, kebudayaan yang dibicarakan adalah mengenai wayang purwa jawa.
Seiring perkembangan jaman, kebudayaan wayang purwa sudah dianggap kuno
atau ketinggalan jaman sehingga ditinggalkan dan dilupakan oleh generasi muda
Indonesia. Maka dari itu , muncul suatu ide untuk membuat bagaimana
mengemas budaya Indonesia dalam bentuk menarik dan dinamis.
Website wayang yang dibuat memang sengaja disajikan dalam bentuk yang
semenarik mungkin dengan bahasa yang mudah dipahami dan cenderung
digandrungi oleh kaum muda. Website yang dibuat dipenuhi dengan berbagai
animasi, musik latar belakang dan gambar-gambar serta desain yang semenarik
mungkin sehingga dapat membuat pengunjung merasa nyaman dan tertarik untuk
mengeksplorasi lebih jauh.
Pada halaman utama terdapat beberapa link seperti pendahuluan, yang terbaru,
dan software wayang. Pada bagian pendahuluan terdapat kata pengantar dari tim
pembuat website. Bagian yang terbaru berisi hal-hal yang terbaru dalam website
dan ditujukan bagi pengunjung yang sudah pernah mengunjungi website ini pada
beberapa waktu yang sudah lalu. Software wayang dapat didownload melalui
website ini beserta updaternya yang akan selalu diperbaharui. Ada pula menu
yang menyediakan link ke alamat lain yang cukup lengkap mengenai wayang
purwa jawa. Tim juga menyediakan newsletter yang dapat dibagikan kepada para
pengunjung. Cukup dengan menuliskan alamat e-mail dan menekan tombol
submit maka newsletter akan sampai ke alamat e-mail pengunjung tersebut.
Pada halaman ini diberikan uraian mengenai profil-profil tokoh wayang dalam
pandawa dan kurawa yang merupakan tokoh-tokoh dalam kisah Mahabarata.
Profil-profil berisi data-data mengenai kerajaan, senjata dan data-data lain yang
penting mengenai tokoh tersebut. Selain tokoh dari pandawa dan kurawa juga
diberikan profil dari tokoh-tokoh lain seperti dari cerita Ramayana dan kisah
lainnya. Pada bagian samping kanan berisi gambar-gambar dari tokoh wayang
yang memang sengaja disembunyikan agar pengunjung penasaran untuk
membuka tokoh siapa dibaliknya. Dengan demikian akan menambah wawasan
pengunjung mengenai tokoh wayang.
Halaman ini didesain untuk memberikan pengunjung pengetahuan dan sekaligus
dapat berpartisipasi aktif dalam koleksi cerita-cerita wayang. Dalam halaman ini
dimuat kisah Mahabarata dan Ramayana dengan beberapa tambahan cerita-
cerita lain diluar itu. Pengunjung yang memiliki cerita lain dapat pula
berpartisipasi aktif dengan menyumbangkan cerita-cerita yang ia miliki melalui
PKMT-4-20-2
e-mail. Dengan demikian semakin lama koleksi cerita yang dimiliki akan semakin
bertambah.
Halaman ini berisikan pertunjukan-pertunjukan wayang yang cukup besar yang
pernah diadakan. Untuk baris yang atas akan diisi dengan enam pertunjukkan
terakhir yang diadakan sedangkan untuk baris link yang bawah dengan judul
pertunjukan terbaru berisikan jadwal terbaru pertunjukkan wayang. Dengan
demikian pengunjung yang ingin mengetahui pertunjukkan wayang yang baru
saja lewat masih dapat mengetahui informasinya, sedangkan pengunjung yang
ingin mengetahui pertunjukkan yang masih berstatus akan diselenggarkan pun
dapat mengetahui jadwalnya. Bagian halaman inilah nantinya yang akan selalu
diupdate seiring dengan jadwal-jadwal baru yang akan terus berubah. Maka
setelah website ini selesai diupload ke webserver tentu saja masih membutuhkan
proses perawatan sehingga tak pelak harus dibuat website yang dinamis.
Halaman ini berisi tentang berbagai macam hal yang bersangkutan dengan tim
pembuat website wayang ini. Termasuk didalamnya adalah profil dari masing-
masing anggota kehidupan kampusnya dan PKMT sendiri yang menjadi motivasi
dasar penyusunan website ini. Pengunjung juga diberi kesempatan untuk
mengetahui lebih dalam mengenai proses pembuatan website ini yaitu dengan
melihat halaman seni web, desain web dan animasi. Sehingga selain berkenalan
dengan wayang pengunjung juga dapat belajar membuat desain web sendiri yang
bernilai seni.
Halaman hubungi kami bertujuan agar selain mengunjungi dan memperoleh
informasi dari website ini pengunjung juga dapat memberikan komentar-
komentarnya kepada tim pembuat website. Dengan demikian akan terjadi
interaksi yang aktif antara pengunjung dengan tim. Diharapkan dengan demikian
website akan semakin maju dari waktu ke waktu dan jumlah pengunjunngnya pun
akan meningkat diiikui dengan mulai digemarinya wayang oleh lebih banyak
orang. Software wayang merupakan bentuk offline dari website wayang. Software
wayang ini dapat didownload pada halama utama website wayang.
PENDAHULUAN
Pada era globalisasi sekarang ini kesenian daerah sudah mulai ditinggalkan
oleh masyarakat Indonesia. Hal ini terlihat dari jumlah pertunjukan dan penoton
kesenian daerah yang jumlahnya tinggal sedikit. Kondisi seperti ini tentunya
cukup memprihatinkan ditengah-tengah situasi Indonesia saat ini yang sedang
terpuruk. Kurangnya antusias masyarakat terhadap kesenian daerah ini disebabkan
karena generasi muda lebih banyak disuguhi film-film asing daripada pertunjukan
daerahnya sendiri. Kondisi tersebut membuat generasi muda yang tumbuh dewasa
secara perlahan-lahan meninggalkan kebudayaan daerahnya dan beralih ke
kebudayaan luar negri yang lebih modern dan canggih.
Melihat fenomena tersebut maka muncullah ide untuk membuat sebuah
software pengenalan wayang purwa Jawa dan situsnya guna mengangkat kembali
salah satu pertunjukan daerah bangsa Indonesia khususnya pertunjukan daerah
Jawa Tengah. Dengan dibuatnya software tersebut diharapkan generasi muda
PKMT-4-20-3
METODE PENELITIAN
Pada awal pelaksanaan program akan dilakukan studi pustaka yang meliputi
pengumpulan sumber-sumber informasi dari buku-buku teks, maupun sumber-
sumber informasi dari majalah-majalah dan internet.
Setelah diperoleh informasi yang mencukupi, kemudian akan dilanjutkan
dengan pembagian tugas dalam pembuatan software. Sebagian anggota bertugas
membuat software informasi wayang purwa jawa, sedangakan sebagian anggota
yang lain bertugas membuat situs internet wayang purwa jawa. Pengecekan
kemudian dilakukan, jika ternyata program berhasil maka akan dianalisa
kinerjanya. Jika gagal maka ditelusuri kesalahannya kemudian diperbaiki.
Setelah software dan situs internet jadi maka dilanjutkan dengan
penggabungan kedua macam alat tersebut, dengan tujuan agar software yang telah
dibuat dapat selalu diupdate melalui situs internet.
Instrumen pelaksanaan yang digunakan antara lain adalah komputer berserta
perlengkapannya seperti scanner maupun modem sebagai alat bantu melakukan
hubungan dengan internet. Sedangkan software yang digunakan antara lain Adobe
PKMT-4-20-4
onClipEvent (load) {
total = _root.getBytesTotal();
}
onClipEvent (enterFrame) {
loaded = _root.getBytesLoaded();
percent = int(loaded/total*100);
text = percent+"%";
gotoAndStop(percent);
if (loaded == total) {
_root.gotoAndPlay(2);
}
}
PKMT-4-20-6
Berikut ini adalah tampilan halaman profil wayang pada website wayang :
Halaman ini berisi tentang berbagai macam hal yang bersangkutan dengan
tim pembuat website wayang ini. Termasuk didalamnya adalah profil dari masing-
masing anggota kehidupan kampusnya dan PKMT sendiri yang menjadi motivasi
dasar penyusunan website ini. Pengunjung juga diberi kesempatan untuk
mengetahui lebih dalam mengenai proses pembuatan website ini yaitu dengan
melihat halaman seni web, desain web dan animasi. Sehingga selain berkenalan
dengan wayang pengunjung juga dapat belajar membuat desain web sendiri yang
bernilai seni.
Berikutnya adalah halaman terakhir yaitu hubungi kami, sebagai berikut:
tersebut yang tentunya lebih lengkap dan memuat lebih banyak hal dari versi
sebelumnya.
Jika pengunjung ingin menghemat biaya yang dikeluarkan maka dapat
dilakukan hal demikian ini. Pertama download software wayang dari website
wayang lalu setelah selesai didownload segera matikan koneksi internet sehingga
biaya yang dikeluarkan tidak terlalu banyak. Setelah itu pengunjung cukup
mengunjungi kembali website wayang setelah satu atau dua bulan kemudian
untuk mendapatkan upadater dari software tersebut. Dengan demikian
pengeluaran dapat ditekan seminimal mungkin. Cara ini hendaknya dipergunakan
untuk para pelajar yang memang merasa terlalu mahal jika harus menggunakan
koneksi internet yang terlalu lama.
KESIMPULAN
Dari berbagai survey yang telah dilakukan dan melihat trend akhir-akhir ini
memang tak dapat dipungkiri lagi bahwa memang media cyber sekarang lebih
disukai daripada media cetak ataupun tulis. Kebiasaan masyarakat modern yang
lebih menyukai tampilan website yang penuh dengan hyperlink memang terbukti
sangat memudahkan masyarakat dalam memperoleh informasi yang
diperlukannya. Dengan demikian berarti tepat bahwa diperlukan sebuah
perpaduan antara budaya daerah dan budaya modern yang memang sangat
dibutuhkan dalam memerangi derasnya arus kebudayaan asing yang menerpa
nusantara ini. Sehingga dengan dihasilkannya produk luaran ini maka generasi
muda akan tetap dapat mengenal budaya daerahnya sendiri dan kemudian
melestarikannya agar tetap hidup dikemudian hari.
Saran-saran yang dapat digunakan untuk perkembangan kedepan adalah agar
lebih diperbanyak perpaduan antara kebudayaan tradisional dan teknologi yang
paling akhir, agar dengan demikian maka budaya tradisional yang cenderung
konvensional dan tradisional tidak akan ketinggalan dengan laju perkembangan
teknologi yang demikian pesatnya. Hanya dengan cara demikianlah, disertai
dengan sosialisasi yang cukup gencar, terutama dengan menggunakan media
internet yang cakupanya global maka generasi penerus bangsa Indonesia tidak
akan kehilangan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Sedyawati, Edi. 2002. Indonesian Heritage: Sent Pertunjukan. Jakarta : Buku
Antarbangsa untuk Grolier International Inc.
Amundsen, Michael. 2001. Seri Belajar Sendih Dasar-Dasar Pemrograman Data
Base Dengan Visual Basic 5. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Amundsen, Michael. 2002. Seri Belajar Sendiri Pemrograman Data Base Tingkat
Menengah Dengan Visual Basic 5. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Amundsen, Michael. 2003. Seri Belajar Sendiri Pemrograman Data Base Tingkat
Lanjut Dengan Visual Basic 5. Yogyakarta: Penerbit
Andi. Pramono, Andi. 2004. Berkreasi Animasi dengan Macromedia Flash MX.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Sunarfihartono, Bimo. 2004. PHP dan My SQL untuk WEB. Yogyakarta:
PenerbitAndi.
PKMT-4-21-1
ABSTRAK
Wilayah Malang, dikenal sebagai salah satu kota penghasil tempe di Jawa Timur.
Salah satu hasil pengolahan yang banyak diproduksi dan banyak digemari adalah
jenis penganan kripik tempe. Sentra produksi tempe di Malang yang terkenal
adalah pengrajin tempe Sanan yang terletak di tengah pusat kota Malang.
Kendala yang masih dihadapi para pengrajin tempe adalah lamanya proses
pembuatan tempe yaitu berlangsung selama 72 jam. Kendala ini menyebabkan
produktivitas tempe yang dihasilkan rendah. Secara ekonomis, lambannya
produktivitas ini tentunya akan mengurangi penghasilan juga, sehingga untuk
meningkatkan produktifitas tersebut dipakai alternatif dengan menggunakan
limbah buah nanas. Selama ini pemanfaatan nanas terbatas pada daging buahnya
saja, sementara limbah nanas berupa kulit dan bonggolnya dibuang. Padahal,
kulit dan bonggol nanas tersebut masih memiliki manfaat. Salah satu manfaat
tersebut adalah kemampuannya untuk mempercepat proses fermentasi tempe.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk penanganan limbah kulit dan bonggol
nanas, pemanfaatan limbah nanas sebagai agensia yang mempercepat fermentasi
tempe, menghasilkan tempe dengan kualitas yang lebih baik, dan meningkatkan
produktifitas pengrajin tempe. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah
metode penyuluhan masyarakat dan demonstrasi dengan praktek langsung.
Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan diketahui hasil perbandingan
pembuatan tempe menggunakan perlakuan limbah nanas dengan pembuatan
tempe tradisional pada perbandingan 1:1 lama fermentasi 34,1 jam ;
perbandingan 1:2 lama fermentasi 36,77 jam ; perbandingan 1:3 lama fermentasi
40,18 jam dan tanpa penambahan limbah nanas (tempe tradisional) lama
fermentasinya 47,72 jam. Dari hasil percobaan diketahui perbandingan
pembuatan tempe dengan penambahan limbah nanas yang mempunyai waktu
fermentasi terpendek adalah 1:1 (air:limbah nanas).
Kata kunci: limbah nanas, fermentasi tempe, waktu fermentasi
PENDAHULUAN
Tempe adalah makanan asli Indonesia dihasilkan dari kedelai yang
difermentasikan. Tempe memiliki nilai mutu gizi yang lebih baik dari kedelai, hal
ini terjadi karena enzim yang dihasilkan mikro-organisme selama fermentasi
kedelai akan menimbulkan perubahan pemutusan rantai protein, lemak, dan
karbohidrat pada kedelai, sehingga dihasilkan zat baru yang tidak berbahaya bagi
kesehatan tubuh manusia. Kandungan gizi tempe mampu bersaing dengan sumber
protein yang berasal dari bahan makanan lain, seperti daging, telur dan ikan
(Anonymous, 2000).
PKMT-4-21-2
Kendala yang masih sering dihadapi para pengrajin tempe saat ini adalah
lamanya proses fermentasi, yaitu sekitar 72 jam. Fermentasi yang lama akan
menghambat produktivitas tempe. Secara ekonomis, lambannya produktivitas ini
tentunya akan mengurangi penghasilan juga, sehingga untuk meningkatkan
produktifitas tersebut dapakai alternatif dengan menggunakan bonggol buah
nanas. Selama ini pemanfaatan nanas terbatas pada daging buahnya saja,
sementara kulit dan bonggolnya dibuang. Padahal, kulit dan kulit dan bonggol
nanas tersebut masih memiliki manfaat. Salah satu manfaat tersebut adalah
kemampuannya untuk mempercepat proses fermentasi tempe (Andry. D, 2003).
Sementara ini penanganan yang dilakukan terhadap limbah hanyalah
dibuang tanpa penanganan atau perlakuan tertentu. Permasalahan yang kemudian
timbul adalah terjadinya pencemaran lingkungan terutama lingkungan rumah
tangga. Dampak pencemaran yang ditimbulkan dan berakibat pada masyarakat di
sekitarnya adalah mulai yang paling ringan yaitu bau yang menusuk hidung, gatal-
gatal pada kulit bila kontak langsung, iritasi pada kulit, kemudian bila limbah (cair
dan padat) menumpuk tanpa penanganan, akan merupakan sumber penyakit
karena pada limbah tersebut merupakan media untuk berkembang biaknya
bermacam-macam bibit penyakit.
Pemanfaatan kulit dan bonggol nanas dalam fermentasi tempe dapat
membantu untuk memecahkan masalah tersebut. Pemanfaatannya berprinsip pada
kemampuan kulit dan bonggol nanas untuk membuat suasana asam yang sesuai
bagi pertumbuhan jamur tempe. Suasana asam atau PH yang sesuai bagi
pertumbuhan jamur tempe sendiri berkisar antara 4 sampai 5 (Andry. D, 2003).
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium UMM (2004) bahwa
dengan memanfaatkan limbah kulit dan bonggol nanas dalam perendaman kedelai
dapat mempercepat proses fermentasi pada tempe. Umumnya fermentasi tempe
berlangsung selama 72 jam atau 3 hari, dengan menambahkan limbah kulit dan
bonggol nanas dalam perendaman dapat mempercepat proses fermentasi tempe
menjadi 24 jam atau 1 hari.
Masih dari hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorim UMM,
kelebihan lain dari penambahan limbah kulit dan bonggol nanas ini adalah
kandungan protein yang terkandung pada tempe menjadi lebih tinggi dari
sebelumnya karena mendapatkan tambahan nilai gizi dari limbah nanas yang
digunakan. Selain itu rasa yang dihasilkan lebih enak dan warnanya lebih
menarik. Hal ini dikarenakan pada fermentasi yang optimal, metabolisme jamur
tempe akan meningkat sehingga proses akan berlangsung lebih cepat dan kualitas
tempe yang dihasilkan juga lebih baik (www.iptek.com).
Berangkat dari permasalahan tersebut, kami berkeinginan agar Teknologi
Pemanfaatan Limbah Nanas (Ananas comosus L. Merr) Sebagai Agensia Yang
Meningkatkan Kualitas Tempe ini dapat dimanfaatkan secara luas oleh
masyarakat dan membantu meningkatkan produktifitas pembuatan tempe.
Oleh karena itu kegiatan penerapan IPTEK ini dengan tujuan dapat
meningkatkan kualitas tempe dengan penambahan limbah kulit dan bonggol nanas
sehingga mempunyai nilai tambah bagi masyarakat khususnya para pengusaha
tempe.
PKMT-4-21-3
Rumusan Masalah
Pada proses pengolahan tempe, fermentasi jamur pada tempe umumnya
berlangsung selama 72 jam. Setelah dilakukan penelitian ternyata dengan
memanfaatkan limbah kulit dan bonggol nanas dapat lebih mempercepat proses
fermentasi tempe menjadi 24 jam. Selama ini limbah kulit dan bonggol nanas
tidak digunakan lagi dan dibuang begitu saja dan justru menimbulkan
permasalahan baru yaitu pencemaran lingkungan.
Menurut Andry,D (2003), menyatakan bahwa kulit dan kulit dan bonggol
nanas tersebut masih memiliki manfaat. Salah satu manfaat tersebut adalah
kemampuannya untuk mempercepat proses fermentasi tempe. Pemanfaatannya
berprinsip pada kemampuan kulit dan bonggol nanas untuk membuat suasana
asam yang sesuai bagi pertumbuhan jamur tempe. Suasana asam atau pH yang
sesuai bagi pertumbuhan jamur tempe sendiri berkisar antar 4 sampai 5.
Dari asumsi-asumsi yang telah disebut di atas maka lingkup permasalahan
yang ingin dipecahkan adalah :
Bagaimanakah pemanfaatan Pemanfaatan Limbah Nanas (Ananas
comosus L. Merr) Sebagai Agensia Yang Meningkatkan Kualitas Tempe
pada Home Industry Tempe Sanan Di Kota Malang?
Tujuan Kegiatan
Manfaat Kegiatan
Aspek ekonomi :
Limbah padat yang berupa kulit dan bonggol nanas dapat dimanfaatkan
dalam perendaman kedelai dalam pembuatan tempe yang berfungsi
mempercepat proses fermentasi sehingga produktifitas pembuatan tempe
dapat lebih meningkat dan hal ini dapat menambah pendapatan
masyarakat.
Tempe yang dihasilkan mempunyai kualitas yang lebih baik dari segi
kandungan nilai gizinya serta mempunyai warna dan rasa yang lebih
menarik.
Aspek IPTEK
Inovasi penerapan teknologi tepat guna dengan menggunakan teknologi
pemanfaatan pengolahan limbah yang sederhana dengan biaya rendah, dan
hasil semaksimal mungkin.
METODE PENDEKATAN
Metode yang dipakai dalam pelaksanaan Program Kreativitas Mahasiswa
Penerapan Teknologi (PKMT) menggunakan metodologi penyuluhan kepada
masyarakat dan kemudian dilanjutkan dengan melakukan demonstrasi atau
PKMT-4-21-4
Bahan:
Bahan yang digunakan dalam teknologi pemanfaatan limbah nanas (Ananas
comosus L. Merr) sebagai agensia yang meningkatkan kualitas tempe adalah:
1. Kedelai
2. Ragi tempe
3. Kulit dan bonggol nanas
PKMT-4-21-5
Metode pengolahan
Pelaksanaan program kreativitas mahasiswa penerapan teknologi, dalam
pembuatan tempe dengan menambahkan limbah nanas dilakukan percobaan
pendahuluan sebanyak tiga kali untuk mendapatkan perbandingan penambahan
antara air dengan limbah nanas sehingga dapat mempercepat proses fermentasi
pada tempe. Andry (2003), suasana asam atau pH yang sesuai bagi pertumbuhan
jamur tempe sendiri berkisar antara 4 sampai 5. Bila direndam dengan air biasa
seperti yang dilakukan banyak pengrajin tempe sekarang, pH hanya turun hingga
6,5. Karena keasaman tersebut tidak sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan jamur
tempe, maka fermentasi pun berlangsung lama. Adapun pengolahan teknologi
pemanfaatan limbah nanas (Ananas comosus L. Merr) sebagai agensia yang
meningkatkan kualitas tempe adalah sebagai berikut:
a. Memotong kecil-kecil limbah nanas berupa kulit dan bonggol nanas
b. Memblender limbah nanas dan air dengan perbandingan 1:1 hingga halus
c. Menyaring limbah nanas dan mengambil sarinya
d. Merebus sari limbah nanas sampai mendidih
e. Mengangkat sari limbah nanas yang sudah mendidih
f. Merendam kedelai dalam sari limbah nanas yang sudah mendidih tadi
selama 1x24 jam
g. Mencuci dan membersihkan kulit kedelai setelah direndam semalam tadi
sampai benar-benar bersih
h. Mengukus kedelai kupasan bersih selama 30 menit
i. Mendinginkan dan meniriskan kedelai
j. Memberi ragi pada kedelai dengan perbandingan 1 kg kedelai : 4 sdm
(sendok makan) ragi tempe
k. Meratakan ragi pada kedelai dengan diremas-remas
l. Mengemas kedelai dengan daun pisang atau plastik
m. Memeram tempe kedelai selama 1x24 jam
n. Tempe siap dikonsumsi
6 Serat - - - -
7 Abu 1,0 gram 1,0 gram
8 Kalsium 129,0 mg 129,0 mg
9 Besi 10,0 mg 10,0 mg
10 Vitamin B1 0,17 mg 0,17 mg
11 Vitamin B2 - - - -
KESIMPULAN
Tempe adalah makanan asli Indonesia dihasilkan dari kedelai yang
difermentasikan. Tempe memiliki nilai mutu gizi yang lebih baik dari kedelai, hal
ini terjadi karena enzim yang dihasilkan mikro-organisme selama fermentasi
kedelai akan menimbulkan perubahan pemutusan rantai protein, lemak, dan
karbohidrat pada kedelai, sehingga dihasilkan zat baru yang tidak berbahaya bagi
kesehatan tubuh manusia.
Kendala yang dihadapi para pengrajin tempe adalah lamanya waktu
fermentasi berkisar selama 3 hari atau 72 jam. Waktu fermentasi yang lama ini
dapat menghambat produktifitas pengrajin tempe. Jika waktu fermentasi dapat
dipercepat maka dapat mengatasi masalah ini. Dengan memanfaatkan limbah
nanas dalam pembuatan tempe maka waktu fermentasi dapat dipercepat menjadi
kurang lebih 34 jam.
Teknologi ini belum banyak diketahui oleh pengrajin tempe, sehingga perlu
adanya sosialisasi. Metode yang digunakan untuk mensosialisasikan teknologi
pemanfaatan limbah nanas sebagai agensia untuk mempercepat fermentasi tempe
adalah menggunakan penyuluhan masyarakat dan melakukan demonstrasi atau
praktek langsung mengenai pembuatan tempe dengan menambahkan limbah
nanas. Penyuluhan masyarakat dilakukan dengan dengan kerjasama (kooperatif)
dan melibatkan partisipasi dari instansi terkait (pemerintah), perguruan tinggi, dan
lembaga-lembaga lokal non pemerintah sehingga diharapkan mampu
menggerakkan masyarakat sebagai usaha untuk menyebarkan informasi teknologi
pemanfaatan limbah nanas sebagai agensia untuk mempercepat fermentasi tempe.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianti. H, 2002. Keunggulan Makanan Fermentasi. Institut Teknologi Bandung.
Bandung.
Anonymous, 2000. Jangan Anggap Sepele Tempe. www.clickwok.com
Anonymous, 2003. Tempe Makanan Populer dan Bergizi Tinggi.
Warintek@progresio.or.id.
Anonymous, 2001. Kedelai. warintek@progessio.or.id
Anonymous, 2006. Tempe. http/id.wikipedia.org.
Andry. D, 2003. Manfaat Limbah Nanas dalam Pembuatan Tempe. UPM PASTI
Universitas Atmajaya. Bandung.
PKMT-4-21-10
ABSTRAK
Kata kunci:
PKMT-4-23-1
Hadi Waluyo
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta
ABSTRAK
Kata kunci:
PKMT-5-1-1
ABSTRAK:
Kebutuhan manusia terhadap energi meningkat, sedangkan ketersediaannya
semakin terbatas. Untuk mengatasi hal ini diperlukan pemanfaatan sumber energi
alternatif. Gravitasi bumi dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi yang
jumlahnya tak terbatas. Pemanfaatan ini memerlukan rekayasa teknologi yang
diwujudkan menjadi suatu mesin sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai
kebutuhan. Dengan merancang bangun dan pengujian dapat diperoleh mesin
gravitasi yang dapat mengkonversikan energi rotasi menjadi energi listrik.
Energi listrik yang dihasilkan memungkikan untuk disimpan sehigga dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi yang cukup membantu memenuhi kebutuhan
listrik rumah tangga.
Kata kunci: sumber energi, gaya gravitasi , energi gerak, energi listrik.
PENDAHULUAN
Dalam upaya pemanfaatan sumber terbaharui terdapat berbagai kendala
seperti ketersediaanya hanya di tempat tertentu, ketergantungan terhadap musim
dan cuaca, biaya investasi dan operasional yang mahal serta pengelolaan yang
membutuhkan teknologi tinggi dan lain-lain. Untuk itu dirasa perlu diadakan
upaya lain guna mendapatkan sumber energi terbaharui yang lebih praktis,
efisien, murah, tersedia setiap saat di semua tempat sehingga dapat dimanfaatkan
oleh siapa saja.
Gaya gravitasi dapat dimanfaatkan sebagai alternatif sumber energi yang
memenuhi kriteria diatas. Dengan rancangan teknologi, gaya ini dapat
dimanfaatkan menjadi energi untuk berbagai keperluan mengingat
ketersediaannya yang tak terbatas dan besarnya dapat diatur dengan sistem
rekayasa teknologi sehingga diperoleh sumber energi yang murah dan tak terbatas.
Mesin gravitasi merupakan salah satu alat yang dapat memanfaatkan gaya
gravitasi untuk dikonversi menjadi energi gerak.
Melalui kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa Teknologi (PKMT)
yang dilakukan ini diharapkan dapat tercipta suatu mesin yang mampu
menghasilkan energi tak terbatas dan dapat dikonversikan ke dalam bentuk energi
listrik Dengan perancangan dan pembuatan mesin gravitasi yang mampu
mengkonversi energi mekanik menjadi energi listrik, kebutuhan energi untuk
jangka waktu tertentu dapat terpenuhi (jika disimpan terlebih dahulu [cukup untuk
membantu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga]).
Gravitasi bumi merupakan suatu gaya tarik yang menyebabkan setiap
benda dengan masa tertentu jatuh ke bawah. Gaya gravitasi ini berlaku pada
seluruh permukaan bumi dan arahnya menuju pusat bumi. Akibat dari gravitasi
bumi menimbulkan percepatan pada setiap benda yang besarnya adalah 9,8 m/s2.
Besarnya percepatan ini berlaku pada setiap benda yang ada di permukaan bumi.
PKMT-5-1-2
Dari pengujian dalam ruang hampa batu dan kertas yang memiliki masa
berbeda jatuh ke bawah dengan waktu tempuh yang sama. Hal ini menunjukkan
bahwa percepatan gravitasi berlaku untuk setiap benda dan besarnya sama tidak
bergantung pada masa benda. Jadi tujuan dilakukan pengujian dalam ruang hampa
udara adalah untuk menghilangkan gaya hambat udara terhadap benda yang
memiliki permukaan besar (dalam hal ini adalah kertas). Setiap benda di
permukaan bumi memiliki berat yang besarnya dipengaruhi oleh massa benda dan
percepatan gravitasi. Secara matematis ditulis pada persamaan berikut:
w=m.g
Berat benda akibat pengaruh dari gravitasi bumi besarnya berbeda-beda
yaitu bergantung pada massa benda. Hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan
sehari-hari yaitu bila kita mengangkat batu membutuhkan tenaga yang lebih besar
daripada mengangkat sehelai kertas. Ini terjadi karena kedua benda tersebut
memiliki massa yang berbeda dan dipengaruhi percepatan gravitasi yang sama.
Setiap benda memiliki massa yang tetap yang berlaku di setiap tempat . Seperti
halnya batu dengan massa 1 kg dipermukaan bumi, massanya akan tetap 1 kg
dipermukan bulan. Tetapi berat batu tersebut di permukaan bumi akan berbeda
dengan beratnya di permukaan bulan karena percepatan gravitasi bumi dengan
bulan besarnya berbeda.
Pada dasarnya mesin gravitasi terdiri dari dua buah lengan dengan
pemberat yang diganggu keseimbangannya, sehingga akibat adanya gaya gravitasi
bumi lengan ini akan menghasilkan rotasi. Gaya gravitasi bumi arahnya selalu
menuju pusat bumi dan sifatnya mempengaruhi setiap benda di bumi. Percepatan
gravitasi besarnya adalah 9,8 m/s2. Besarnya gaya yang dialami oleh suatu benda
akibat pengaruh percepatan gravitasi bumi bergantung kepada massa benda
tersebut. Dengan menggunakan dasar diatas dan rekayasa teknologi dapat
dirancang suatu mesin gravitasi dengan daya yang dapat diatur sehingga dapat
dimanfaatkan sesuai keperluan, yaitu dengan terlebih dahulu mengubah energi
mekanik yang dihasilkan oleh lengan-lengan berbeban tersebut menjadi energi
listrik dengan menggunakan generator.
Dalam merancang dan membuat suatu mesin gravitasi diperlukan analisa
dan serangkaian percobaan dengan berbagai variasi parameter dan bentuk sistem
agar diperoleh hasil yang maksimal. Dengan kata lain diperlukan analisa bidang
ilmu yang berkaitan serta penggunaan bahan yang tepat guna menciptakan mesin
yang handal . Bidang ilmu yang berkaitan guna pengembangan ini seperti fisika
mekanik serta elektromekanikal sangat memegang peranan penting apabila
nantinya energi yang dihasilkan akan dikonversi menjadi energi listrik .
Manfaat dari kegiatan ini yaitu dengan perancangan dan pembuatan mesin
gravitasi, dapat tercipta prototype mesin yang efisien dan handal sehingga dapat
dikembangkan pada tahap selanjutnya dengan skala pemanfaatan energi dari
gravitasi bumi yang lebih besar. Melalui kegiatan ini pengembangan kreatifitas
mahasiswa dapat terarahkan terutama menyangkut disiplin ilmu yang berkaitan
PKMT-5-1-3
METODE PENDEKATAN
Kegiatan PKMT dilakukan berdasarkan diagram alir pada Gambar 1.
Mulai
Perumusan Masalah :
- Tujuan Kegiatan
- Ruang Lingkup Kegiatan
- Batasan Masalah Kegiatan
Identifikasi Malasah
Perancangan Model
Konsep
Perancangan Sistem
- Mekanis
- Elektris
Perumusan Model
Penetapan sistem yang akan dibuat dengan
mempertimbangkan segi tenis dan ekonomis serta
kemudahan.
- Pemilihan komponen yang akan digunakan
- Ukuran
- Verifikasi dan kapasitas
Validasi Model
Tidak
Model
Valid?
Ya
A
PKMT-5-1-4
Pembuatan/modifikasi
Uji Kelayakan
Tidak
Layak?
Ya
Pengujian
Implementasi
Selesai
logam. Komponen yang terbuat dari kayu adalah lenganlengan, tiang penyangga,
dan poros. Sedangkan untuk beban dan roda gigi terbuat dari logam.
Dalam perancangan model ada tiga prototype yang dirancang dan diuji, yaitu :
Model I, berupa kincir dengan 4 lengan
Model ini memiliki torka yang besar, tetapi ukurannya besar, gaduh,
dan efisiensi kecil.
Model II, berupa segi delapan yang diberi bola pada setiap sudutnya
Gambar 3. Model II
(a) (b)
Gambar 5. (a) Koil induksi; (b) sistem penahan
Dari hasil pengujian diatas, secara umum belum diperoleh hasil yang
sesuai yang diinginkan. Hal ini dapat terlihat dari tegangan keluaran yang
diperoleh yaitu 1,5 V hingga 2,5 V. Tegangan ini belum dapat untuk mengisi
baterai karena untuk pengisian tersebut diperlukan tegangan sebesar 12 V atau
lebih.
Untuk pengujian koil induksi diperoleh bahwa medan magnet yang
dihasilkan cukup besar sehingga bisa dimanfaatkan untuk menggerakkan tuas
pendorong yang membantu proses putaran kontinu mesin gravitasi. Koil ini
menghasilkan tegangan yang lebih tinggi dari masukannnya sehingga dapat
dikembalikan lagi ke masukkannya tersebut (baterai) dan dapat dikatakan
berefisiensi tinggi.
Waktu untuk satu putaran mesin dari data diatas adalah sebesar 2.83 detik.
Dari nilai ini jumlah putaran per menitnya diperoleh sebesar 21 rpm. Dengan
menggunakan perbandingan roda gigi 6 : 1 putaran ini meningkat menjadi sekitar
120 rpm.
Mesin gravitasi yang telah dikembangkan oleh penemu lain pada
umumnya memiliki putaran dan daya yang rendah. Untuk meningkatkan
kemampuan mesin gravitasi, David Waggoner (salah satu penemu model mesin
gravitasi) memperpanjang lengan beban. Untuk meningkatkan torka mesin, ia
menambah berat beban. The longer the arms are built the more horsepower and
PKMT-5-1-9
torque you will get at the rotor shaft area as well as adding more weight to the end
of the arms to increase the torque leverage area(2).
KESIMPULAN
Dari pengujian dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Putaran mesin gravitasi dari model yang dikembangkan adalah sebesar 21
rpm yang dapat ditingkatkan dengan menggunakan rasio roda gigi 6:1
menjadi 120 rpm.
2. Dengan menggunakan putaran yang telah dirubah melalui rasio roda gigi
didapatkan tegangan keluaran dari mesin gravitasi sebesar 2,5 V.
3. Tegangan keluaran dari koil induksi dapat digunakan kembali untuk
mengisi baterai karena memiliki tegangan yang lebih besar dari baterai
akibat efisiensinya yang tinggi.
4. Penggunaan koil induksi tidak begitu menggunakan daya besar karena
hanya mengkonsumsi arus dalam satuan miliampere.
5. Hasil tegangan yang diperoleh belum maksimal dikarenakan model
rancangan mesin gravitasi yang dikembangkan belum sepenuhnya selesai.
DAFTAR PUSTAKA
(1) Sen, PC . Electric Machinery Fundamentals And Power Electronics.
New York :McGraw-Hill;1999.
(2) Waggoner, David. Fuelless Gravity Motor High Effficiency Free
Energy Alternative Energy. Available From: URL: http://www.
fuellesspower.com / gravity2.html. Accessed Saturday, October 01,
2005.
PKMT-5-2-1
ABSTRAK
Kata kunci:
PKMT-5-3-1
ABSTRAK.
Proses industri tahu mengahasilkan limbah yang berpotensi menjadi sumber
pencemaran lingkungan. Limbah padat tahu atau ampas tahu masih memiliki
nilai gizi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan tepung ampas
tahu yang dapat diolah menjadi roti kaya serat dan protein. Kegiatan ini
bertujuan untuk memanfaatkan limbah menjadi produk yang bernilai ekonomis
dan ekologis dengan mengaplikasikan teknologi yang sudah dikenal. Drum dryer
silinder ganda digunakan untuk mengelolah ampas tahu menjadi lembaran-
lembaran tipis. Lembaran ini selanjutnya dapat diolah menjadi tepung dengan
ukuran 60 mesh. Tepung tersebut dapat digunakan untuk mensubtitusi tepung
terigu sebesar 10%. Persentasi subtitusi penggunaan tepung ampas tahu tersebut
memberikan hasil yang dapat diterima selayaknya roti 100% tepung terigu yang
umumnya ada di pasaran. Selain itu dengan analisis finansial sederhana
diketahui bahwa keputusan mensubtitusi tepung terigu tersebut akan memberikan
keuntungan sebesar Rp. 54,38/kg produk roti. Jumlah ini akan cukup signifikan
pada skala industri yang memproduksi roti dalam jumlah besar. Kegiatan
pemanfaatan teknologi merupakan salah satu usaha transfer teknologi dari dunia
research kampus untuk menginisiasi diversifikasi pemanfaatan alat teknologi
yang pada dasarnya telah dimiliki oleh dunia industri.
Kata Kunci : Drum dryer, limbah, tepung ampas tahu, roti kaya serat dan protein
PENDAHULUAN
Sebuah proses industri baik itu industri manufaktur maupun rumah tangga
selalu menghasilkan zat buangan berupa sisa. Zat buangan yang selanjutnya
disebut limbah ini harus tertangani secara terpadu, terencana, dan tuntas agar tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan. Menurut data statistik yang diperoleh pada
tahun 1998, diketahui ampas tahu yang dihasilkan di Indonesia yaitu sebesar
13.988.864 kg (BPS,1998). Jika limbah tersebut dapat ditangani dengan baik,
akan menjadi sebuah keuntungan tersendiri bagi produsen, baik itu keuntungan
secara ekonomi, maupun keuntungan secara ekologi. Sebaliknya limbah hasil
produksi yang tidak tertangani dengan baik, akan menjadi salah satu sumber
pencemar yang nantinya berpotensi merusak lingkungan.
Perkembangan industri tahu ternyata membawa pengaruh yang cukup
serius terhadap kualitas lingkungan yaitu dengan meningkatnya jumlah limbah
yang dihasilkannya. Besarnya pengaruh limbah industri tahu tergantung pada
keadaan pabrik yang meliputi bangunan fisik pabrik, kapasitas produksi, cara
pengolahan, ada tidaknya pengolahan limbah, dan kondisi lingkungan di
sekitarnya. Limbah hasil pembuatan tahu ini terdiri dari limbah cair dan limah
padat (Sarwono, 2003). Limbah inilah yang harus ditangani secara terpadu,
terencana dan tuntas, baik dengan menggunakan metode fisika, kimia atau
PKMT-5-3-2
biologi. Ampas tahu masih mempunyai kandungan protein yang relatif tinggi
karena pada proses pembuatan tahu tidak semua bagian protein kedelai bisa
diekstrak, lebih-lebih bila digunakan proses penggilingan tradisional (Tim
Fatemeta IPB, 1981).
Sejauh ini limbah tahu dapat diolah dan dimanfaatkan menjadi bahan
bernilai ekonomi seperti serat, nata de soya, pakan ternak dan tauco. Limbah
padat tahu dapat dimanfaatkan pula sebagai salah satu bahan alternatif pangan
yang memiliki daya guna luas setelah dijadikan tepung (Sulistiani, 2004). Yang
perlu di tegaskan bahwa Sifat fungsional bahan pangan sangat ditentukan oleh
struktur molekul komponen bahan pangan, interaksi, dan proses-proses dinamik
yang berlaku dalam formulasi produk pangan tersebut (Fardiaz, Andarwulan,
Wijaya & Puspitasari, 1992).
Belum banyak data dan penelitian yang berkenaan dengan pemanfaatan
limbah tahu yang kaya protein dan serat. Keunggulan bila program ini dilakukan
ialah menyelesaikan masalah limbah yang merugikan, menyediakan diversifikasi
usaha sehingga memberikan nilai tambah ekonomi yang nyata, dan menyediakan
alternatif bahan pangan murah yang memiliki prospek pengembangan yang cerah.
Kebutuhan serat per orang per hari adalah 10-13 gram per 1000 kkal, jadi untuk
memenuhi rata-rata konsumsi energi yang dianjurkan untuk penduduk Indonesia
sebesar 2100 kkal per hari dibutuhkan serat sekitar 25 gram/orang/hari (Jahari &
Sumarno, 2002). Program kreativitas mahasiswa bidang penerapan teknologi ini
diharapkan menjadi langkah awal sosialisasi pemanfaatan tepung olahan limbah
padat tahu.
Melalui program ini dilakukan transfer teknologi sederhana yang ada pada
universitas sebagai bagian dari kegiatan akademik mahasiswa kepada masyarakat
luas. Masyarakat luas yang dimaksud adalah masyarakat industri atau masyarakat
umum. Untuk masyarakat industri transfer teknologi ini menjadi wacana baru
untuk lebih meningkatkan fungsi dan manfaat alat-alat industri yang telah mereka
miliki melalui konsep diversifikasi produk. Sedangkan bagi masyarakat umum
dapat dijadikan sebagai upaya pencerdasan guna mempersiapakan sumberdaya
manusia untuk menyongsong kemandirian pangan. Sehingga program yang
selama ini telah dijalankan dapat dilaksanakan dan dapat diterima dengan baik
oleh masyarakat.
Perlu adanya solusi terhadap laju kapasitas produksi tahu yang berbanding
lurus dengan pertambahan limbah. Ampas tahu berpotensi sebagai sumber serat
dan protein bagi tubuh yang dapat diolah dalam bentuk makanan olahan
fungional, tepung ampas tahu berpotensi sebagai salah satu bahan subtitusi
tepung-tepung lain yang sudah dikenal selama ini.
Tujuan dari dilaksanakannya program ini ialah agar limbah ampas tahu
dapat menjadi alternatif sumber gizi yang diterima masyarakat secara luas
sekaligus untuk mengurangi pencemaran lingkungan; menghasilkan dan
memperkenalkan makanan fungsional kaya serat dan protein yang berasal dari
limbah padat tahu; meningkatkan nilai ekonomis limbah padat tahu dalam bentuk
tepung ampas tahu sebagai bahan dasar olahan makanan fungsional kaya serat dan
protein melalui transfer teknologi.
Disamping itu, program ini diharapkan mampu memberikan kegunaan
sebagai manfaat bagi mahasiswa; menumbuhkan sikap peduli terhadap
lingkungan dengan pengolahan limbah menjadi sesuatu yang lebih berguna dan
PKMT-5-3-3
METODE PENDEKATAN
Kegiatan ini dilakukan mulai bulan Februari sampai Juni 2006. Bertempat
di laboratorium teknologi pangan PAU IPB Darmaga dan asrama TPB IPB
Darmaga. Kegiatan penerapan teknologi berupa pebuatan tepung ampas tahu
untuk bahan pembuatan roti kaya serat dan protein dilaksanakan menurut tahap-
tahap berikut.
Tahap Pelaksanaan
A. Persiapan Kegiatan
1. Konsilidasi tim kerja dan survei ke pabrik pembuatan tahu di desa
Ciampea Bogor.
Konsilidasi tim kerja dilakukan beberapa hari setelah keluarnya
pengumuman kelolosan tim sebagai salah satu tim yang dibiayai oleh Dikti.
Kegiatan ini perlu dilakukan mengingat anggota tim yang berasal dari berbagai
departemen dan angkatan yang berbeda, sehingga dibutuhkan sarana untuk
menyolidkan tim. Kegiatan ini juga berfungsi untuk meningkatkan kinerja dan
koordinasi dalam bentuk pembahasan rencana kerja. Tim PKMT melakukan
kunjungan lapang ke desa Ciampea untuk mengetahui keadan produksi tahu di
lapang sekaligus melihat langsung proses pembuangan limbah yang berdampak
buruk bagi lingkungan di sekitar pabrik. Desa ini dipilih karena memiliki lokasi
yang berdekatan dengan kampus dan termasuk kawasan produksi tahu yang relatif
produktif. Selain kunjungan lapang yang bertujuan untuk menambah wawasan
lingkungan hidup tim, juaga dilakukan pembelian sampel ampas tahu dari
beberapa pabrik tahu yang berbeda. Ampas tahu tersebut akan digunakan sebagai
bahan analisis yang berguna untuk pertimbangan pemilihan ampas yang tepat
sebagai bahan baku pembuatan tepung ampas tahu.
Ampas tahu
Pengeringan dan pengepresan dengan kain kasa
Dikeringkan dengan drum dryer
Dihaluskan dengan Blender
Diayak
Tepung ampas tahu
Dalam proses pengeringan ini, pengering digunakan dalam tekanan tiga bar
dengan suhu yang berkisar 120C, sedang suhu pada bahannya hanya akan
berkisar 80C. Proses pengeringan ini menghasilkan tepung dalam bentuk
lembaran-lembaran tipis yang tidak homogen. Kemudian dalam tahap
penghalusan dan pengayakan tepung dihaluskan terlebih dahulu dengan blender.
Selanjutnya diayak dengan menggunakan alat pengayak hingga didapatkan tepung
berukuran 60 mesh.
KESIMPULAN
Kegiatan PKMT telah berhasil mengolah limbah ampas tahu menjadi
tepung dengan menggunakan drum dryer jenis dua silinder. Kegiatan pemanfaatan
teknologi ini merupakan salah satu usaha transfer teknologi dari dunia research
kampus untuk menginisiasi diversifikasi pemanfaatan alat teknologi yang pada
dasarnya telah dimiliki oleh dunia industri. Tepung ini telah diolah menjadi roti
kaya serat dan protein dengan mensubtitusi tepung terigu sebesar 10 %. Kegiatan
PKMT ini juga berhasil mengembangkan jiwa organisasi dan kreativitas anggota
tim. Hal yang terpenting adalah bahwa kegiatan ini juga mampu menjadi wahana
kontribusi bagi mahasiswa dalam mensosialisasikan kehidupan peduli terhadap
permasalahan lingkungan hidup pada umumnya, dan dunia produksi tahu pada
khususnya.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 1998. Statistik Indonesia 1998. Jakarta: Badan Pusat Statistika.
Buckl K A. R A Edwards. G H Fleet & M. Wootton. 1987. Ilmu
Pangan.Terjemahanan Purnomo & Adiono. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
PKMT-5-3-7
ABSTRAK
Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh sampah terutama plastik dan
limbah hasil industri merupakan hal yang tidak bisa dihindari karena adanya
kemajuan teknologi. Pencemaran oleh bahan yang tidak dapat terdegradasi oleh
alam dapat dicegah dengan cara mendaur ulang, menggunakan kembali, dan
mengurangi bahan tersebut. Plastik contohnya merupakan bahan elastomer yang
secara komersial digunakan oleh masyarakat dan industri untuk membuat
barang-barang, bungkus atau packing dari suatu komoditas, dan lain-lain. Selain
plastik limbah hasil industri dan proses pengolahan kayu begitu melimpah,
karena dari pohon utuh atau kayu gelondongan hanya 40%-nya saja yang dapat
digunakan selain itu limbah dari proses pemotongan kayu pun begitu melimpah.
Hal ini tentu saja tak boleh dibiarkan begitu saja. Pengolahan limbah secara
daur ulang merupakan cara yang sangat baik karena dapat menghasilkan output
atau produk baru yang memiliki nilai tambah yang tinggi. Limbah yang
dihasilkan seperti plastik dan serbuk kayu yang didapat dari hasil proses
pemotongan kayu atau yang didapat dari penghancuran hasil potongan dan
sebetan dapat dikombinasikan menjadi produk baru dengan proses tertentu.
Komposit kayu plastik merupakan hasil pengolahan daur ulang dari limbah
plastik dan industri kayu. Komposit kayu plastik merupakan campuran dua bahan
yang berlainan jenis dimana plastik merupakan bahan yang berfungsi sebagai
matriks dan serbuk kayu sebagai filler dari plastik tersebut. Penggabungan dari
dua limbah tersebut diperlukan suatu proses dan penambahan zat lain yang dapat
menambah sifat dari kayu komposit, dalam hal ini zat tersebut adalah aditif
plastik. Aditif berguna sebagai coupling agent dari kayu yang hidrofilik dan
plastik yang hidrofobik.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring dengan pertambahan penduduk, maka diperlukan suatu teknologi
tepat guna yang dapat menjawab berbagai tantangan yang diakibatkan
pertambahan penduduk tersebut. Salah satu tantangan yang paling menonjol
adalah bertambahnya permintaan untuk pemenuhan kebutuhan pokok. Kebutuhan
pokok tersebut, meliputi kebutuhan pangan, sandang dan papan. Kebutuhan
manusia akan kayu semakin bertambah seiring dengan meningkatnya
pertambahan penduduk.
PKMT-5-4-2
Papan kayu komposit merupakan istilah untuk produk yang terbuat dari
lembaran atau potonganpotongan kecil kayu yang direkat bersama-sama
(Maloney,1996). berdasar pada pengertian di atas, komposit dari serbuk kayu
dan plastik adalah komposit yang terbuat dari plastik sebagai matriks dan serbuk
kayu sebagai pengisi (filler), yang mempunyai sifat gabungan keduanya.
Penambahan filler ke dalam matriks berfungsi untiuk mengurangi densitas,
meningkatkan kekakuan, dan mengurangi biaya per unit volume. Dari segi kayu,
dengan adanya matrik polimer didalamnya maka kekuatan dan sifat fisiknya
juga akan meningkat (Febrianto, 1999).
Adapun perumusan masalah pada pelaksanaan program kreatifitas
mahasiswa ini adalah :
a. Apakah penggabungan dari kedua jenis bahan dapat menghasilkan bahan yang
lebih baik dari bahan bakunya baik dari sifat fisik maupun kimia?
a. Kemampuan apa yang dapat ditingkatkan baik dari sifat fisik maupun kimia
dari bahan bakunya dengan pembuatan papan kayu komposit ?
b. Apakah produk kayu plastik komposit dapat dijadikan peluang sebagai barang
industri yang bernilai jual tinggi ?
c. Apakah pembuatan kayu plastik komposit dapat menjawab pencemaran oleh
plastik dan penumpukan limbah kayu di Indonesia?
Program Kreatifitas Mahasiswa penerapan teknologi daur ulang ini dilaksanakan
dengan tujuan sebagai berikut:
a. Dengan aplikasi teknologi dapat mengurangi pencemaran oleh limbah dan
menghasilkan material baru untuk untuk meningkatkan penggunaan bahan
berlignoselulosa non kayu, dan merupakan salah satu usaha pengembangan
produk-produk inovatif sebagai bahan bangunan pengganti kayu.
b. Dengan dibuatnya papan kayu plastik komposit, adalah upaya untuk
menghasilkan suatu produk baru yang bernilai tinggi
c. Para pengusaha dapat membuat peluang baru dalam usaha industri pengolahan
limbah plastik.
METODE PENDEKATAN
Metode yang digunakan untuk memperoleh data pada program kreatifitas
mahasiswa ini adalah dengan cara analisis hasil kegiatan, penelusuran dan
penelaah pustaka, pengumpulan data penunjang, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
PKMT-5-4-4
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada program kreatifitas mahasiswa ini
adalah sebagai berikut:
Bahan :
- Serbuk kayu hasil gergaji dan
- Limbah plastik daur ulang (berupa potongan kecil)
- Zat aditif plastik, yang terdiri dari :
o Initiator. Initiator BK (Formulasi dari oligemeric benzopinacol
silyether dengan kandungan triethyl phosphate 30% dan toluena 5%)
(Lanxess 2005)
o Coupling Agent. SMA resins (styrene:maleic anhydride) 3-5 % dari
total adonan (Lanxess 2005)
Alat :
- Sarung tangan tahan panas, untuk melindungi tangan dari panas alat-alat
lain.
- Masker, agar serbuk kayu tidak terhirup dan mereduksi gas yang
dihasilkan pada pengolahan plastik
- Oven, untuk mengeringkan kayu
- Ayakan 16,100,150 mesh, untuk memisahkan kayu berdasarkan ukuran
partikel sejenis.
- Kompor listrik, untuk meleburkan limbah plastik
- Termometer, untuk mengetahui suhu pemanasan selama peleburan plastik
- Mesin Pengadon (Kneader), untuk proses pengadonan
PKMT-5-4-5
Proses pembuatan komposit kayu plastik terdiri dari kegiatan berikut ini :
1. Menyiapkan bahan baku dan peralatan pembuatan komposit kayu plastik
2. Memberikan perlakuan pendahuluan pada bahan baku seperti pengayakan
pada serbuk kayu dan pengecilan ukuran pada limbah plastik.
3. Mencairkan limbah plastik, dengan suhu dipertahankan agar dibawah
2000C agar tidak terjadi degradasi oleh panas pada serbuk kayu ditahapan
selanjutnya
4. Melakukan Pengadonan, yaitu pencampuran serbuk kayu dan aditif plastik
kedalam plastik cair dengan menggunakan alat pengadon sampai partikel
serbuk kayu terdistribusi merata dengan plastik cair.
5. Melakukan proses pencetakan komposit kayu plastik dengan
menggunakan ekstruder sederhana
6. Melakukan pengepresan dingin (tidak diberikan pemanasan) terhadap
adonan yang telah dicetak
7. Pengkondisian komposit kayu plastik yang telah dipres pada suhu ruang
Aditif plastik
(coupling agent, inisiator)
Pembahasan
Pada hasil disebutkan bahwa komposit kayu plastik tidak membutuhkan
lapisan pelindung karena komposit ini memiliki sifat plastik yang tahan terhadap
keadaan lingkungan sekitar. Penggunaan zat aditif plastik seperti coupling agent
dan inisiator sangat penting dalam proses pembuatan komposit kayu plastik.
Aditif plastik berupa inisiator berfungsi untuk meningkatkan kekuatan dari
komposit kayu plastik sedangkan coupling agent berfungsi sebagai penstabil
campuran komposit kayu plastik karena perbedaan mendasar kedua bahan yaitu
kayu yang hidrofilik atau menyerap air dan plastik yang hidrofobik atau tidak
dapat menyerap air. Berbeda halnya dengan kayu biasa yang sensitif terhadap
keadaan lingkungan sekitar, karena kayu ini merupakan kayu organik murni
sehingga diperlukan perlakuan khusus. Hasil riset dari WRAP organisasi yang
bergerak dibidang marketing sumber daya baru yang ditulis oleh Optimat dan
Merl pada tahun 2003 yang dipublikasikan oleh www.wrap.org.uk menyatakan
bahwa komposit kayu plastik memiliki durabilitas atau ketahanan yang lebih lama
terhadap cuaca yang ekstrim dan udara yang lembab terutama udara di sekitar
pantai dan udara laut.
Komposit kayu plastik dapat dicat atau divernish agar memiliki tampilan
visual yang baik sesuai dengan kebutuhan, meskipun hal ini tidak diperlukan oleh
PKMT-5-4-7
komposit kayu plastik karena komposit kayu plastik memiliki daya tahan dan
keawetan yang baik. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya pemberian cat dan
vernish merupakan salah satu usaha untuk mengawetkan kayu konvensional selain
untuk menambah nilai dari segi estetika dari kayu konvensional,
Komposit kayu plastik merupakan bahan yang ramah lingkungan, hal ini
disebabkan karena campuran dari kedua bahan yang saling melengkapi plastik
yang tidak dapat didegradasi oleh alam (non-biodegradable) dapat menjadi lebih
ramah lingkungan karena dicampur dengan kayu yang merupakan bahan organik
dan dapat didegradasi oleh alam (biodegradable) sehingga penggunaan plastik
dengan bahan pengisi atau filler yang terdiri dari serbuk kayu membuat komposit
kayu plastik lebih ramah lingkungan karena menjadi bahan baru yang semi-
biodegradable tidak seperti bahan plastik lain yang menggunakan filer seperti
fiber glass , mika, dan resin. Selain ramah lingkungan komposit kayu plastik
tahan terhadap rayap karena komposit tidak disukai oleh rayap karena
mengandung plastik tidak seperti kayu konvensional yang berbahan dasar organik
sehingga disukai oleh rayap.
Dibandingkan dengan kayu konvensional komposit kayu plastik memiliki
perawatan yang lebih sedikit apabila dibandingkan dengan kayu konvensional.
Hal ini disebabkan karena komposit kayu plastik tidak membutuhkan pengawetan
seperti kayu konvensional dan perawatan berkala seperti pengecatan ulang atau
melakukan pemberian lapisan pelindung / coating seperti vernish atau wood-stain
yang harganya cukup mahal untuk kualitas pelapisan yang baik.
Pada pengaplikasian komposit kayu plastik, pengolahan seperti
pemotongan, penghalusan permukaan dengan amplas, dan perlakuan fisik lainnya
terhadap kayu yang biasa dilakukan pada kayu konvensional dapat juga dilakukan
terhadap komposit kayu plastik sesuai dengan kebutuhan atau keinginan si
pemakai.
Pada percobaan ini sengaja dilakukan dua kali percobaan untuk
mengetahui perbandingan antara komposit kayu plastik dengan bahan baku
campuran limbah plastik dengan serbuk kayu kasar, dan campuran limbah plastik
dengan serbuk kayu halus. Ternyata setelah keduanya selesai diujicoba, didapat
perbedaan yang cukup mendasar.
Perbedan yang pertama adalah dari segi kekuatan bahan. Kayu komposit
dengan campuran limbah plastik dan serbuk kayu halus memiliki kekuatan yang
lebih baik dibandingkan dengan kayu komposit dengan campuran limbah plastik
dan serbuk kayu kasar. Hal ini dikarenakan luas permukaan dari serbuk kayu
halus lebih besar dari komposit kayu plastik dengan bahan baku campuran limbah
plastik dengan serbuk kayu kasar sehingga luas penampang yang mengikat plastik
yang berperan sebagai matriknya menjadi lebih besar pula. Dengan luasnya
pengikatan plastik maka daya plastisitas dari kayu tersebut menjadi besar.
Sehingga dapat dikatakan kayu tersebut lebih kuat terhadap beban, tegangan, atau
bahkan lendutan selama pengaplikasian komposit kayu tersebut. Sehingga apabila
diinginkan pengaplikasian kayu untuk menopang beban berat maka lebih baik
untuk menggunakan kayu komposit dengan campuran limbah plastik dan serbuk
kayu halus.
Perbedaan yang kedua adalah dari segi estetika tampilan kedua jenis
komposit kayu plastik. Komposit kayu plastik campuran antara limbah plastik dan
serbuk kayu kasar memiliki estetika dari segi tampilan yang lebih baik dari
PKMT-5-4-8
komposit kayu plastik campuran antara limbah plastik dan serbuk kayu halus. Hal
ini dikarenakan tampilan tekstur kayu yang besar sehingga memberikan kesan
artistik itu sendiri. Sehingga apabila diinginkan pengaplikasian kayu untuk
pembuatan benda-benda seni akan lebih baik jika digunakan komposit kayu
plastik dengan campuran limbah plastik dan serbuk kayu kasar.
KESIMPULAN
Pembuatan komposit kayu plastik merupakan salah satu teknologi
alternatif pengolahan limbah plastik. Karena limbah plastik di Indonesia
merupakan permasalahan yang cukup rumit terutama di kota-kota besar seperti
Jakarta, Bandung, dan lain-lain serta masalah ini belum dapat diselesaikan dengan
baik oleh pemerintah. Selain itu pembuatan komposit kayu plastik dapat
meningkatkan efisiensi pengolahan kayu, mengingat pengolahan kayu di
Indonesia masih banyak kayu yang terbuang atau menjadi limbah. Dengan kata
lain pembuatan komposit kayu ini dapat menjadi inovasi baru dalam pengolahan
limbah kayu dan pereduksian limbah plastik baik yang dihasilkan oleh rumah
tangga, industri maupun khalayak umum.
Dengan pembuatan komposit kayu plastik ini juga dapat menjadi inovasi
baru untuk meningkatkan penggunaan bahan berlignoselulosa non kayu, dan
merupakan salah satu usaha pengembangan produk-produk baru sebagai bahan
bangunan pengganti kayu. Mengingat cadangan kayu yang semakin sedikit
sehingga penebangan hutan sebagai paru-paru dunia dapat dikurangi.
Diharapkan pengembangan produk dan teknologi komposit kayu plastik dapat
menghasilkan suatu produk yang memiliki nilai tambah yang lebih besar dari
bahan dasarnya yaitu limbah. Selain itu pembuatan komposit kayu plastik dapat
memberikan peluang usaha baru bagi para pengusaha dengan memproduksinya
secara komersial.
DAFTAR PUSTAKA
Febrianto F, Y.S. Hadi, dan M. Karina. 2001 a. Teknologi produksi recycle
komposit bemutu tinggi dari limbah kayu dan plastik : Sifat-sifat papan
partikel pada berbagai nisbah campuran serbuk dan plastik polipropilene
daur ulang dan ukuran serbuk. Laporan Akhir Hibah Bersaing IX/1.
direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
Maloney TM. 1993. Modern Particleboard and Dry-Process Fiberboard
Manufacturing. San Fransisco: Miller Freeman, Inc
Nasiri, Johan. 2004. Teknologi Polimer. (Sentra Teknologi Polimer- BPP
Teknologi) Avaible on-line at : http://mesin.brawijaya.ac.id
/artikel/index.php?look=index_artikel
Optimat Ltd, Merl Ltd. 2003 a. Wood Plastic Composite Study-Technologies and
UK Market Opportunities. The Waste and Resources Action Programme,
The Old Academy. Banbury. Oxon. Avaible on-line at : www.wrap.org.uk
Priyono SKS. 2001 b. Komitmen Berbagai Pihak dalam Menanggulangi Illegal
Logging. Konggres Kehutanan Indonesia III. Jakarta
Purwanto D, Samet, Mahfuz, dan Sakiman. 1994. Pemanfaatan Limbah Industri
Kayu lapis untuk Papan Partikel Buatan secara Laminasi. DIP Proyek
Penelitian dan Pengembangan Industri. Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri. Departemen Perindustrian. Banjar Baru
PKMT-5-4-9
ABSTRAK
Kata kunci:
PKMT-5-6-1
ABSTRAK
Dynamometer chasis memiliki peranan yang sangat penting bagi industri otomotif
dan pendidikan. Industri otomotif maupun usaha perbengkelan seharusnya
mempunyai dinamometer chasis sebagai alat pengukur daya, namun kenyataan di
lapangan pengujian daya sepeda motor hanya dilakukan dengan pengujian pada
jalan (road test) dengan mengandalkan perkiraan. Hal ini tidak dapat dijadikan
acuan karena perkiraan orang lain-lain dan banyak faktor yang
mempengaruhinya. Senada dengan hal tersebut diatas ternyata dalam dunia
pendidikan juga mempunyai nasib yang sama baik di sekolah-sekolah kejuruan
kelompok teknologi maupun universitas. Siswa maupun mahasiswa kebanyakan
hanya mempelajari konsep daya secara teoritis karena tidak adanya dinamometer
chasis di tempat praktik mereka. Fenomena-fenomena ini terjadi bukan karena
tidak adanya dinamometer chasis namun lebih condong pada harganya yang
begitu mahal dan tidak terjangkau. Ini semua karena alat-alat tersebuat harus
didatangkan dari luar negeri dalam pengadaannya.Perlu adanya usaha untuk
membuat satu rancangan baru alat pengukur daya sepeda motor untuk memenuhi
kebutuhan alat pengukur daya baik pada industri ataupun dunia pendidikan.
Dengan studi yang dilakukan pada dynamometer yang sudah ada maka
didapatkan suatu rancangan baru alat pengukur daya sepeda motor yang
menggunakan prinsip kerja differential dengan pembebanan menggunakan
pemampatan fluida. Sistem ini memiliki komponen utama differential, gear pump,
roller, load cell dan proximity. Semua dikonfigurasikan menjadi suatu rangkaian
alat pengukur daya sepeda motor.Dari program ini didapatkan sebuah alat
pengukur daya sepeda motor yang murah dan benar-benar mampu menunjukkan
besar daya dari suatu sepeda motor. Pembacaan daya didapatkan dengan
pembacaan secara digital dari unit komputer, sehingga pembacaan ini dapat
dilakukan dengan mudah.
Kata Kunci: Alat Pengukur Daya
PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi bidang otomotif juga sama halnya dengan kemajuan
pada bidang-bidang yang lain menuntut diperlukannya berbagai macam alat ukur
sebagai sarana penunjang. Alat-alat ukur dalam bidang otomotif diantaranya, yaitu
pengukur putaran (tacho meter), pengukur tekanan (pressure gauge) bahkan
sampai alat pengukur daya (dinamometer chasis) dan lain sebagainya. Alat ukur
dalam dunia otomotif mempunyai fungsi sama pentingnya seperti multi tester
pada peralatan elektronik. Suatu analisis tentunya hanya dapat dilakukan dengan
melakukan diagnosa atau pemeriksaan menggunakan alat ukur yang relevan, oleh
karenanya keberadaan alat-alat ukur tersebut sangat di perlukan.
PKMT-5-6-2
METODE PENDEKATAN
Dalam pembuatan Differential Dynamometer Chasis Alternatif ini
tentunya membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak. Sebelum itu tentunya
dilakukan pembelajaran-pembelajaran tentang dynamometer yang ada terlebih
dahulu, untuk mendapatkan tinjauan-tinjauan khusus tentang apa saja yang
dibutuhkan dalam pembuatan sebuah alat pengukur daya sepeda motor.
Pembelajaran yang dilakukan ini berwujud observasi-observasi tentang
dynamometer yang telah ada.
Dalam pembuatan Differrential Dynamometer Chasis Alternatif kali ini
mendapatkan bantuan atau kerja sama dengan PT. Semesta Citra Motorindo
(Kanzen), yaitu pabrikan produk sepeda motor Kanzen. Kanzen sebagai salah satu
pabrik penghasil produk sepeda motor memiliki sebuah dynamometer chasis yang
didatangkan dari Jepang. Berdasarkan kerja sama inilah dilakukan observasi,
sehingga didapatkan data-data tentang kebutuhan yang nantinya diperlukan dalam
pembuatan sebuah alat ukur daya sepeda motor.
Dari hasil uji coba yang telah dilakukan, dilakukan analisis data yang
diperoleh. Dari analisis ini nantinya dapat ditentukan alat ini benar-benar
berfungsi secara baik atau tidak. Hasil data yang ditunjukkan juga sebagai bahan
tinjauan awal kalibrasi yang kemudian dijadikan sebagai dasar pengembangan
untuk penyempurnaan Differntial Dynamometer Chasis Alternatif ini.
Setelah torsi pengukuran dapat diketahui, maka data tersebut kita kalikan
dengan putaran pompa yang kita peroleh dari pembacaan pada tacho meter dan
konstanta sehingga daya pengukuran suatu motor dapat kita ketahui. Pengukuran
PKMT-5-6-5
ini dapat dilakukan pada berbagai tingkatan putaran (rpm) dengan variasi
pembebanan yang berbeda.
4
7
6
3
Keterangan gambar:
1. Differential unit
2. Puli pengukur torsi
3. Load cell
4. Roller
5. keran pembeban
6. Gear pump
7. Selang tekanan tinggi
8. Tabung reservoir
6,47
6 5,98
5,76 5,76
5,39 5,41
5 4,96
4,89
DAYA (HP)
4 3,97
3,73
3,51
3,48
3 3,12
2,86
2,76
2,34
2
0 0
1 2 3 4 5
Percepatan 0 2,34 3,73 5,39 5,41
gigi 1
Percepatan 01000 2000
2,76 3000
3,48 4000
4,89 5000
5,76
gigi 2
Percepatan 0 2,86 3,51 4,96 5,98
gigi 3
Percepatan 0 3,12 3,97 5,76 6,47
gigi 4
PUTARAN ENGINE (rpm)
faktor yang penyebabnya dapat dilihat pada pembahasan tentang torsi seperti yang
telah dibahas sebelumnya. Faktor putaran yang dihasilkan engine memegang
peranan penting sehingga daya maksimal pada engine akan tercapai pada putaran
engine yang lebih tinggi dibandingkan dengan tercapainya torsi maksimal.
Differential Dynamometer Chasis Alternatif telah dirancang dengan
berbagai kemudahan, diantaranya daya yang diperoleh dari pengujian sebuah
sepeda motor ditunjukkan secara digital dengan prinsip komputerisasi. Secara
spesifik, daya yang diperoleh merupakan hasil konversi antara data yang diterima
oleh proximity, yaitu berupa putaran pompa yang dihasilkan oleh roller yang
digerakkan oleh roda sepeda motor yang dihubungkan pada differential dengan
torsi yang diterima oleh load cell yang besarnya ditentukan oleh pembebanan
dinamis pada gear pump. Besarnya torsi yang diterima oleh load cell sebanding
dengan besar pemampatan aliran fluida dan jumlah putaran yang diterima oleh
tachometer. Kedua alat tersebut, yaitu tachometer dan load cell dihubungkan
langsung dengan CPU pada komputer. Sedangkan program yang digunakan untuk
mengkonversi data-data tersebut adalah program visual basic.
Dengan prinsip komputerisasi yang digunakan pada Differential
Dynamometer Chasis Alternatif ini disamping memudahkan dalam pembacaan
daya yang dihasilkan dari pengujian sepeda motor yang diuji, juga dapat
meminimalisir kesalahan pada saat pengkonversian kedua data yang dihasilkan
oleh proximity dan load cell yang digunakan untuk mengetahui besar daya
kendaraan bermotor, dalam hal ini sepeda motor yang diuji. Selain itu, data yang
ditunjukkan oleh komputer merupakan data yang konkrit, karena data tersebut
dihasilkan oleh putaran roda kendaraan bermotor yang dicatat oleh sensor, bukan
berdasarkan perkiraan (feelling) belaka.
KESIMPULAN
Kemajuan teknologi bidang otomotif juga sama halnya dengan kemajuan
pada bidang lainnya menuntut diperlukannya berbagai macam alat ukur sebagai
sarana penunjang. Differential Dynamometer Chasis Alternatif dapat memenuhi
kebutuhan tersebut, karena dapat dibuat di Indonesia dengan harga yang murah,
sehingga mampu dijangkau oleh industri otomotif, perbengkelan dan dunia
pendidikan yang ada di Indonesia.
Differential Dynamometer Chasis Alternatif merupakan alat uji daya dan
torsi sepeda motor yang memanfaatkan konsep kesetimbangan gaya pada
differential dan konsep pembacaan gaya pada load cell sebagai media
pembacanya, yang mana pembebanan motor diatur melalui pembebanan pompa
dengan pemampatan fluida cair melalui keran-keran pengatur. Dengan konsep
yang sederhana ini diharapkan Differential Dynamometer Chasis Alternatif dapat
memberikan kemudahan dalam pengukuran daya sepeda motor karena
pembacaaan hasil sudah dibuat secara digital dan terbaca secara jelas dengan
menggunakan komputerais.
DAFTAR PUSTAKA
Koesnadi, KoesworoW.E. 1979. Praktek Servis dan Pengujian Otomotif 1.
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan: Jakarta.
_______________. 2000. ONO SOKKI / Manufacturing Specification Sheet.
PKMT-5-7-1
MICRO CAR
MOBIL MINI 100 CC SERBA GUNA, HEMAT ENERGI,
MURAH DAN LINCAH
ABSTRAK
Perkembangan dunia industri dibidang science and technology dapat dirasakan
sekarang ini. Perkembangan yang terlihat adalah dibidang otomotif. Mobil-mobil
sekarang ini dengan desain yang relatif besar, sehingga sering menyebabkan
kemacetan dikota-kota besar. Ukuran cc yang relatif besar maka akan
menggunakan bahan bakar yang relatif besar juga. Berdasarkan Instruksi
Presiden (Inpres) RI No. 10 Tahun 2005 tentang penghematan energi maka
dibutuhkan desain mobil baru yang mampu mengatasi masalah penghematan
energi dan tentunya kemacetan lalu lintas. Micro car mobil mini masa depan
dirancang untuk memenuhi kebutuhan bagi para pengguna alat transportasi
khususnya mobil hemat bahan bakar, penuh kenyamanan dan keamanan. Micro
car diciptakan untuk mengatasi masalah kemacetan di kota-kota besar, untuk
menghemat bahan bakar dan harganya dapat dijangkau oleh masyarakat. Karena
konstruksi dari micro car yang sangat sederhana. Pembuatan micro car dimulai
dengan melakukan observasi, penelitian awal dan pengumpulan data dengan
menggunakan metode interview, documenter, literature. Dilanjutkan dengan
penelitian lanjutan dengan menggunakan metode perencanaan dan pembuatan
alat serta pengujian hasil eksperimen. Micro car diharapkan dapat menggantikan
mobil-mobil yang telah berkembang, dan dengan inovasi yang lebih baik lagi
diharapkan micro car dapat bersaing dengan produk-produk lain. Ke depannya
nanti diharapkan micro car mampu memberikan kemudahan dalam
mengendarainya, disamping harganya yang relatif lebih murah, dan dengan
efisiensi mesin yang tinggi mesin ini menjadi lebih irit bahan bakar, sehingga
penghematan bahan bakar dapat terwujud. Micro car dapat mengatasi masalah
yang ditimbulkan oleh desain mobil yang lama yaitu desain mobil yang besar
dengan cc yang besar sehingga mengakibatkan kemacetan dikota-kota besar
dan boros bahan bakar.
Kata kunci : Mobil mini hemat bahan bakar
PENDAHULUAN
Perkembangan dunia industri dibidang science and technology dapat
dirasakan pada saat-saat sekarang ini. Perkembangan yang sangat pesat terlihat di
dunia otomotif yang menampilkan banyak sekali jenis dan bentuk dari sebuah
mobil yang digunakan untuk membantu dalam menyelesaikan tugas para
penggunannya ( Lawrence Vlack). Bentuk dari desain mobil-mobil yang
berkembang saat ini dirancang dalam bentuk yang sangat besar sehingga sering
menyebabkan kemacetan dikota-kota besar. Selain itu mobil-mobil sekarang ini
relatif bersifat boros, dikarenakan besarnya ukuran cc dari mesin yang
digunakan. Ukuran mesin yang cukup besar pastilah akan membutuhkan
konsumsi bahan bakar yang relatif besar juga. Berdasarkan Instruksi Presiden
PKMT-5-7-2
Maka diciptakan suatu alat yang menjadi terobosan terbaru dalam dunia otomotif
dan alat tersebut adalah micro car mobil mini masa depan. Micro car iciptakan
untuk menngatasi masalah penghematan bahan baker dan juga kemacetan yang
terjadi sekarang ini. Desain micro car yang sederhana,konstruksi yang sederhana
dan juga cc mesin yang relative kecil, diharapkan micro car mobil mini masa
depan mampu mengatasi masalah penghematan bahan baker, kemacetan-
kemacetan dikota-kota besar dan juga dapat dinikmati oleh masyarakat umum
karena harganya yang sangat terjangkau. Dengan diciptakannya mobil mini masa
depan akan mempunyai keuntungan yang sangat besar, yaitu : efisiensi tempat,
fungsional (sesuai dengan kondisi medan dan pemakai), tidak mudah rusak,
ekonomis, kestabilan yang maksimal, daya tarik yang mengesankan.
Tujuan dari kegiatan ini adalah mampu memberikan gambaran lain tentang
alat yang memiliki efisiensi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan alat yang
sudah ada, mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dari perkuliahan dengan dunia
nyata didunia otomotif yang berkembang pesat. Dengan pengembangan micro car
ini di harapkan Indonesia mengembangkan industri berbasis otomotif yang
mampu bersaing pada pasar bebas.
METODE PENDEKATAN
Pembuatan Micro Car dilakukan selama tiga bulan yang mayoritas
pengerjaannya pada malam hari dan dilakukan di Workshop Teknik Mesin
UNNES.
Sebelum melakukan pembuatan Micro Car, terlebih dahulu dilakukan
observasi dan pembelajaran di salah satu tempat produsen kendaraan. Satu bulan
sebelum mengerjakan Micro Car, dilakukan observasi dan pembelajaran di sebuah
perusahaan sepeda motor yang ada di Indonesia, yaitu PT. Semesta Citra
Motorindo (Kanzen) yang merupakan program kerjasama antara Jurusan Teknik
Mesin UNNES dengan perusahaan sepeda motor tersebut.
Pada perusahaan tersebut kami melakukan pembelajaran dan observasi
pada divisi Research and Development (R & D) yang merupakan salah satu divisi
yang membidangi masalah penelitian dan pengembangan produk yang dihasilkan
oleh perusahaan tersebut. Selama berada disana, kami melakukan pembelajaran
mengenai bagaimana tahapan menciptakan suatu produk kendaraan yang nantinya
dapat diproduksi secara masal.
Setelah melakukan observasi dan pembelajaran di PT. Semesta Citra
Motorindo (Kanzen), maka selanjutnya dilakukan perencanaan dan perancangan
desain menggunakan soft ware untuk membantu dalam proses pembuatan Micro
Car. Dengan terbentuknya desain Micro Car yang paling baik, kemudian
dilakukan survei dan pemilihan bahan-bahan yang paling sesuai untuk pembuatan
micro car tersebut, dan selanjutnya dilakukan proses pembelian bahan-bahan yang
diperlukan. Dalam hal ini, pembelian bahan hanya sebatas pembelian bahan untuk
rangka dan untuk sistem kemudinya saja, karena bahan yang lainnya di suplai oleh
PT. Semesta Citra Motorindo (Kanzen) melalui kerjasama tersebut. Pada sistem
rangkanya menggunakan besi kotak ukuran 4 cm X 8 cm, sistem kemudinya
menggunakan rack pinion modifikasi, mesinnya menggunakan pesona 100 cc dan
komponen-komponen lainnya mengadopsi dari motor scudeto.
Sebelum melakukan pengerjaan pada bahan-bahan yang telah di dapat
tersebut, terlebih dahulu mempersiapkan alat yang akan digunakan, antara lain :
PKMT-5-7-4
Gambar 1. Micro Car Mobil mini 100 cc serba guna, ,murah dan lincah
PKMT-5-7-5
Micro Car adalah sebuah mobil mini 100 cc serba guna, hemat energi,
murah dan lincah yang mempunyai banyak keuntungan. Keuntungan yang bisa
didapatkan antara lain: Efisiensi tempat, fungsional (sesuai dengan kondisi medan
dan pemakai),tidak mudah rusak, ekonomis,kestabilan maksimal,dan daya tarik
yang mengesankan. Micro car diharapkan dapat menggantikan mobil-mobil yang
telah berkembang, dan dengan inovasi yang lebih baik lagi diharapkan Micro Car
dapat bersaing dengan produk-produk lain.
Micro Car diharapkan mampu memberikan kemudahan dalam
mengendarainya, disamping harganya yang relatif lebih murah, dan dengan
efisiensi mesin yang tinggi mesin ini menjadi lebih irit bahan bakar, sehingga
penghematan bahan bakar dapat terwujud.
Micro Car mobil mini masa depan dengan spesifikasi antara lain :
a. Rangka tengah dan depan yang terbuat dari besi kotak dengan ukuran 8 X
4 cm yang mempunyai tebal 2 mm, berbentuk persegi panjang yang
disambung atau disatukan dengan menggunakan las listrik,dimana bentuk
dan kontruksinya mengarah pada desain yang sederhana, ramping serta
kuat untuk menumpu beban.
b. Micro Car mempunyai panjang keseluruhan (wheel base) 180 cm dan
mempunyai lebar (jarak kedua roda belakang) 100 cm.
c. Rangka dari Micro Car ini dirancang sedemikian rupa, desain rangka
Micro Car sangat kokoh dan sangat tahan dengan beban yang sangat berat
sekalipun.
d. Rangka Micro Car bagian depan dibuat seperti lengan ayun yang di
topang oleh dua shock breaker dengan model teleskopok dari Pabrikan
Kanzen mengadopsi milik Scudeto 125cc matik.
e. Bagian-bagian dari rangka : rangka depan, rangka bagian belakang dan
ada dua shock breaker yang mengadopsi milik Suzuki Satria 125cc serta
poros penopang as rangka depan.
f. Rangka yang terdiri dari dua bagian yang dapat dilepas dan dimungkinkan
bisa diganti sesuai dengan kondisi penggunaan Micro Car, untuk
penumpang atau untuk barang.
g. Terdapat dua buah lengan ayun yang megadopsi dari Pesona 110 cc milik
Kanzen, untuk menumpu kedua roda belakang dengan sistem suspensi
secara independent sehingga lebih nyaman dalam berkendara.
h. Rangka depan sebagai kedudukan mesin didesain dengan ditopang dengan
sebuah poros dan poros tersebut diberi bantalan (bearing) agar perputaran
poros menjadi lebih ringan untuk memudahkan pengemudian.
i. Mesin Micro Car ditempatkan pada rangka depan dengan ditopang
dengan menggunakan poros yang cukup kuat untuk menahan beban dari
mesin itu sendiri
j. Sistem kemudi yang dirancang sedemikian rupa dan di atur sudut
kemiringannya, agar dalam mengendarai Micro Car tersebut nyaman dan
aman.
k. Sistem kemudi yang berfungsi untuk menggerakkan mesin depan pada
waktu berjalan, sistem kemudi digerakkan dengan menggunakan bantuan
rack and pinion gear dengan perbandingan 1: 9 yang sangat kuat, sehingga
mampu untuk menggerakkan mesin di depan dan berbalik arah
kebelakang.
PKMT-5-7-6
Dalam perjalanan pembuatan dan mendesain micro car banyak hal yang
dapat diperoleh, baik kesulitan, kendala-kendala maupun beberapa hal yang dapat
membantu penyempurnaanya.
Beberapa kesulitan/Kendala yang dihadapi dan solusinya.
Kesulitan/Kendala yang dihadapi selama mendesain dan pembuatan micro
car adalah:
a. Sulitnya mendesain dan merencanakan konstruksi yang sesuai dengan
kebutuhan dan kekuatan serta ketersediaan bahan yang ada dipasaran.
b. Pada beberapa komponen sulit didapat dalam pasaran sehingga kami
harus berusaha untuk membuat sendiri atau dengan cara memesan pada
produsen sendiri.
c. Terbatasnya pengetahuan tentang tempat-tempat produsen barang-barang
yang dibutuhkan dalam pembuatan micro car, terutama dalam spesifikasi
engine.
d. Mahalnya komponen-komponen yang dibutuhkan dalam pembuatan,
sehingga kami harus berupaya membeli barang dengan harga seminimal
mungkin tetapi sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan.
e. Pembuatan Micro Car sedikit tersendat akibat team merupakan
fungsionaris HIMPRO Teknik Mesin dan terdapat banyak kegiatan di
jurusan pada bulan april minggu pertama dan pertengahan bulan april.
PKMT-5-7-7
KESIMPULAN
Dari ringkasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Micro Car dapat
menghemat bahan baker sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) RI No. 10
Tahun 2005, karena micro car mempunyai kemampuan mesin yang relative kecil
yaitu 100 cc. Micro car diharapkan mampu menjadi mobil yang hemat energi,
murah dan lincah, karena melihat bahwa kandungan minyak bumi yang semakin
menipis dan juga kemacetan-kemacetan yang terjadi dikota-kota besar yang padat
akan penduduknya.
Konstruksi micro car sangat kuat apabila dibandingkan dengan beban dan
pemakainya,karena ditopang dengan rangka yang dapat disatukan dan dapat
diganti sesuia dengan kebutuhan pengendaraan dan sesuai fungsi kegunaan dari
micro car.
Micro Car sudah mampu berjalan dengan baik dengan kesesuian antara
system rangka , system rem, system kemudi , system roda-roda dan engine.
Penggerak roda (pemindah daya) menggunakan rantai (chain) dengan
perbandingan gigi yang cukup besar sesuai dengan beban yang sudah
diperhitungkan.
Terdapat beberapa kendala yang kami temui dalam pembuatanya
diantaranya kesesuaian desain dengan bahan yang ada di dalam pasaran.
Micro car ini dapat dijadikan mobil alternative dan disosialisasikan kepada para
wirausaha dan konsumen kendaraan bermotor untuk meningkatkan efektifitas.
DAFTAR PUSTAKA
Koesnadi, KoesworoW.E. 1979. Praktek Servis dan Pengujian Otomotif 1.
Jakarta : Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
Toyota Service Training, 2004. New Step 1 Training Manual. Jakarta : PT. Toyota
Astra Motor.
Vlack, Lawrence H. Van, 1985. Material for Engineering Concept and
Aplication. Wesley : Publishing Company Inc
PKMT-5-8-1
ABSTRAK
Gerakan hemat di berbagai bidang sekarang ini menjadi program pemerintah,
salah satunya adalah penghematan air. Sementara ini masyarakat menggunakan
keran air yang tanpa kita sadari dapat menyebabkan pemborosan. Salah satu
contohnya saat kita membasuh muka dengan cara menggunakan dua buah tangan
untuk mewadahi air di bawah keran air yang terbuka kemudian membasuhkan air
di tangan tersebut ke muka. Tanpa kita sadari keran tersebut terbuka meskipun
kita tidak membutuhkannya dan telah melakukan. Keran air konvensional yang
digunakan masyarakat berpotensi menyebarkan kuman karena saat membuka
maupun menutup keran kita memegang gagang keran. Jika saat membuka keran
tangan kita kotor, maka setelah mencucinya dengan air dari keran tangan
menjadi bersih tetapi kita memegang gagang keran lagi untuk menutup keran
tanpa kita sadari tangan kita telah kotor lagi karena kotoran masih tertinggal di
gagang keran saat tangan kita kotor. Untuk itulah diperlukan pembuatan keran
yang mampu secara otomatis membuka bila dibutuhkan air serta tidak
memerlukan memegang bagian keran bila ingin mengalirkan air maupun
menutupnya. Dengan latar belakang tersebut, maka dibuatlah Keran Air Hemat
dan Higienis. Susunan Keran Air Hemat dan Higienis ini mempunyai beberapa
bagian yaitu sensor jarak, rangkaian kontrol, rangkaian driver, pembuka dan
penutup keran serta rangkaian catu daya. Pendeteksian ada dan tidaknya
kebutuhan air dengan mengukur jarak benda dengan keran air menggunakan
metode pantulan gelombang ultrasonik. Jika ada benda dengan jarak kurang dari
atau sama dengan 10cm dengan keran maka akan mengalirkan air dengan kecil,
dan jika benda berjarak lebih dari 10cm keran akan mengalirkan air dengan
penuh. Hasil dari pembuatan alat ini didapatkan bahwa keran air hemat dan
higienis ini mampu membedakan pengeluaran air dengan jarak antara keran
sampai 10cm, lebih dari 10cm dan tanah sehingga dapat mengalirkan air sesuai
yang diperlukan tanpa menyentuh apapun bagian keran. Keran air hemat dan
higienis ini dapat menghemat pemborosan air sebesar 16% pada pengujiannya.
PENDAHULUAN
Sekarang ini pemerintah mencanangkan gerakan hemat di berbagai
bidang. Hemat dapat diartikan dengan menggunakan sesuatu dengan semestinya
dan tidak boros. Salah satu sumber daya alam yang dapat dilakukan penghematan
yaitu air. Kita sering tidak menyadari bahwa kita membuang-buang air. Sebagai
contoh saat menggosok gigi dengan bantuan air, ada orang yang membiarkan
keran air untuk terbuka. Meskipun sebentar, orang tersebut dapat dikatakan orang
yang membuang-buang air. Contoh lainnya yaitu saat kita mencuci muka, tentu
kita akan membiarkan keran air terbuka walaupun saat kita mengusap air ke muka
dan membiarkan keran menyala terus. Penggunaan air yang tidak sesuai dengan
1
PKMT-5-8-2
penggunaan dapat juga memperboros air, misalnya saat kita cuma ingin mengusap
rambut dengan sedikit air tetapi menyalakan air dengan penuh dan dapat
menciprat ke arah mana-mana. Contoh di atas merupakan sedikit kegiatan yang
kita lakukan saat menggunakan air, yang ternyata dapat memboroskan air. Bila air
pada daerah tersebut didapatkan dengan cara memompa air dari sumur
menggunakan listrik, maka akan terjadi juga pemborosan energi listrik.
Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan keran air yang akan membuka
otomatis saat diperlukan, sehingga pemborosan air dapat dihindarkan. Alat
tersebut harus dibuat sedemikian hingga saat ada benda di bawah keran, akan
otomatis menyala, dan jika tidak ada benda, maka akan tertutup sendiri. Selain
berguna untuk menghemat air, keran harus bersifat higienis. Arti higienis disini
adalah keran air tidak menyebarkan kuman. Sebagai contoh saat tangan kita kotor
dan ingin mencucinya, tentu saja pertama kali kita akan memegang keran air dan
membukanya untuk mengalirkan air sehingga kita dapat membersihkan tangan
menggunakan air tersebut. Pada keran air yang konvensional tersebut, kuman
akan berada pada gagang keran karena saat pertama kali yang dilakukan setiap
orang jika ingin membuka air adalah memutar gagang keran. Kuman yang
menempel pada gagang keran akan makin banyak jika gagang keran jarang
dibersihkan. Masalah tersebut dapat diatasi dengan merancang suatu keran yang
akan berkerja secara otomatis jika ada benda di bawah keran, maka keran tersebut
akan bekerja untuk mengalirkan air tanpa dengan memegang bagian keran untuk
mengalirkan air. Dengan alat ini diharapkan dapat mengurangi pemborosan air
dan tidak berkuman atau bisa juga disebut higienis. Perumusan masalahnya yaitu
bagaimana merancang keran air yang secara otomatis menutup sendiri jika tidak
digunakan dan bila dinyalakan tidak perlu menyentuh bagian apapun serta dapat
mengeluarkan air sesuai yang dibutuhkan.Tujuan dari pelaksanaan program ini
adalah membuat suatu keran yang dapat mengalirkan air secara otomatis bila
terdapat benda di bawah keran dan berhenti ketika tidak ada benda di bawah keran
karena keran air dapat mengeluarkan air di saat yang tepat serta memberdayakan
keran air konvensional dengan menambahkan alat kontrol untuk menggerakkan
kendali keran. Program ini diharapkan akan memberikan kegunaan sebagai
berikut :
1. Meningkatkan kepekaan dan kreativitas mahasiswa dalam
memberdayakan barang bekas dan mengatasi masalah yang berkembang di
masyarakat serta mencari solusi yang tepat.
2. Mengenalkan alat baru sebagai cara alternatif dalam rangka penghematan
air yang dapat berdampak pada penghematan listrik.
3. Meningkatnya mutu hidup masyarakat karena penyebaran kuman melalui
gagang keran terkurangi.
METODE PENDEKATAN
Dalam pelaksanaan penelitian ini mengunakan metode rancang bangun
dan dilakasanakan antara bulan Februari.sampai dengan Mei 2006. Langkah
pertama yang dilakukan yaitu mengidentifikasi kebutuhan dari pembuatan Alat,
kemudian merancang bagian alat menurut fungsinya dan menggabungkannya
untuk menyusun blok diagram alat. Setelah mengetahui fungsi tiap bagian alat,
dirancanglah rangkaian yang sesuai dengan fungsi masing-masing lalu dilakukan
2
PKMT-5-8-3
pemrograman perangkat lunak sehingga alat dapat bekerja sesuai dengan tujuan.
Adapun realisasi rancangan tersebut akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
A. Konsep Perancangan
B. Perancangan
1. Perancangan perangkat keras:
a. Rangkaian Sensor Jarak
+5V
D1 R18
R3
U2 +9V
SPKR1 U1 D4
D2 555
R1 8 VDD GND 1
R2 7 DISCH TRIG 2
Q1
R4
C1 6 THRES OUT 3
U3 5 CONTRESET 4
K1
C2
R7
P3.7
P3.2
R11
R9
C8
R15
D6 R13
Q3
8
C6 3 - D3
U5 +5V
R17
7
R10
Q2 2 + LM311
R8
C9
1
5
6
R12
D5
R14
R6
R16
SPKR2
C7
b. Rangkaian Kontrol
Vcc
Penerima Ultrasonik
U1
10uF
AT89C2051
1 20
RST/VPP VCC
2 19
RXD/P3.0 P1.7
Driver 3 TXD/P3.1 P1.6 18
4 17
XTAL2 P1.5
5 16
10k
XTAL1 P1.4
6 15
/INT0/P3.2 P1.3
7 14
/INT1/P3.3 P1.2
30pF
12Mhz 8 13
30pF
T0/P3.4 P1.1/AIN1
9 12
T1/P3.5 P1.0/AIN0
10 11
GND P3.7
Pemancar Ultrasonik
3
PKMT-5-8-4
c. Rangkaian Driver
+12V
+5V
Q1
K1 MOT1 M
R1
Q2
K2
R3
+ 1000uF/10V
C2
C1
1000uF/25V
2200uF/25V - - 1000uF/16V GND
AC 220V -
CT
12V
D5 D6
+ 12 V
Bridge Dioda
D7 D8
C4
GND
4
PKMT-5-8-5
f. Rangkaian Keseluruhan
+5V
DEV6
AT89C2051
C3
220
1N4148 820
+12V
1 RST/VPP VCC 20
9014 +9V +5V
2 RXD/P3.0 P1.7 19
SPKR1 1n4007 30pF 3 TXD/P3.1 P1.6 18
1N4148 555 4 17
R6
XTAL2 P1.5
12m
R1 8 VDD GND 1 5 16
9012
XTAL1 P1.4
R2 7 DISCH TRIG 2 30pF 6 15
/INT0/P3.2 P1.3
220
Q1
C1 6 THRES OUT 3 7 /INT1/P3.3 P1.2 14 680
9012 5 CONTRESET 4 8 13 relay
T0/P3.4 P1.1/AIN1 M MOT2
relay 9 T1/P3.5 P1.0/AIN0 12
10 11
C2
GND P3.7
680
9012
3.9K
R5 680
100NF relay
56K
1N4148 470
BC548
8
100N 3 - optocoupler
680
+5V
7
100
BC548 2 + LM311
1N4148
100N
100K
1
5
6
680
10K
250K
R7
ultrasonic recei
1UF
+9V
D1 D9 DEV4 DEV2
7809 7805 +5V
Bridge Dioda IN OUT IN OUT
F1 Transformator D10 D11 GND GND
L2 12V +
+ 1000uF/10V
C7
+
C6
C5
1000uF/25V
2200uF/25V - - 1000uF/16V GND
AC 220V -
CT
12V
D12 D13
+ 12 V
Bridge Dioda
D14 D15
C8
GND
g. Perancangan PCB
h. Perancangan Box
Tombol
Power Fuse
Lubang
Kabel Jack
Power
5
PKMT-5-8-6
6
PKMT-5-8-7
tersambung pada pin port P3..2. Berikut ini program data tegangan output dari
rangkaian penerima gelombang ultrasonik ketika tranduser tersebut menerima
dan tidak menerima gelombang ultrasonik.
7
PKMT-5-8-8
8
PKMT-5-8-9
KESIMPULAN
Dari perancangan, pembuatan dan data hasil pengujian alat dapat disimpukan
bahwa:
1. Pada saat terdapat benda kurang dari 10 cm maka akan mengeluarkan air
dengan aliran sedang, dan jika terdapat benda lebih dari 10 cm akan
mengalirkan air dengen penuh.
2. Pengeluaran air tanpa menyentuh keran air maka kuman-kuman tidak akan
tersebar. Berbeda dengan keran konvensional yang cara membuka dan
menutup aliran air denagn cara memegang bagian pembuka dan penutup
aliran air yang berpotensi sebagai tempat berkumpulnya kuman.
3. Keran Air Hemat Dan Higienis ini dapat menghemat pemborosan air
sebesar 16%
DAFTAR PUSTAKA
Agfianto Eko Putra.(2002). Belajar mikrokontroler AT89C2051/52/55.
Yogyakarta: PT. Gava Media
Albert Paul Malvino, Ph.D. (1986). Aproksimasi Rangkaian Semikonduktor.
Jakarta : PT. Erlangga
ATMEL Corporation. AT89C2051. Http://www.atmel.com
ATMEL Corporation. Instruction set AT89C2051. Http://www.atmel.com
Barry B. Brey.(2002). Mikroprosesor Intel. Jakarta : PT. Erlangga
David Halliday, dan Robert Resnick. (1991). Fisika. Jakarta: PT. Erlangga
Exercise (organisasi jurusan elektro FT-UI). (1985). Pengukur Jarak Elektronik.
Informasi Praktis Elektronika No. 11 pp.3-5.
Kusbiyanto.(2000). Pengukur jarak dengan ultrasonik. Http://alds.stts.edu .Di
download pada tanggal 3 februari 2003
Malvino, A.P., dan Leach, D.P.(1987). Prinsip-prinsip dan penerapan digital.
Jakarta: PT. Erlangga
Paulus Andi Nalwan.(2003). Teknik antarmuka dan pemrograman Mikrokontroler
AT89C2051. Jakarta: PT. Elex Media Computindo
Sulistyo, dan Setyono, P. (1998). Intisari Fisika SMU. Bandung : Pustaka Setia
9
PKMT-5-9-1
ABSTRAK
Latar Belakang: Masalah yang muncul dalam pengiriman dan penyimpanan
plasmid adalah biayanya yang mahal, untuk satu unit plasmid pUC18 bisa
mencapai Rp. 3.000.000,00. Oleh karena itu diperlukan cara alternatif
pengiriman plasmid yang lebih mudah dan murah. Dalam penelitian ini plasmid
disimpan dalam kertas saring sehingga dapat dikirim melalui surat. Tujuan:
Untuk mengetahui apakah plasmid pUC18 yang disimpan pada kertas saring
selama beberapa waktu masih dapat menghasilkan sel-sel transforman setelah
ditransformasi pada Escherichia coli DH5alfa. Metode: Metode penelitian ini
deskriptif komparatif bidang bio teknologi terapan dengan pembagian percobaan
sebagai berikut: uji vitalitas plasmid pUC18 hari ke-0 sebagai control yaitu
transformasi plasmid pU18 ke dalam bakteri Escherichia coli strain DH5alfa
kemudian ditanam ke dalam media LB yang diberi ampisilin 50 ug/ml. Uji vitalis
plasmid pUC18 yang disimpan pada kertas saring selama 6, 13, 20 dan 28 hari ke
dalam bakteri Escherichia coli strain DH5a kemudian ditanam ke dalam media
LB yang diberi ampisilin 50 ug/ml. Hasil dan pembahasan: Gen kebal ampisilin
dalam plasmid pUC 18 yang disimpan pada kertas saring pada suhu kamar
masih tahan hidup (vital) sampai kurun waktu 28 hari. Viabilitas gen kebal
ampisilin dilihat dari jumlah sel transformasi yang dihasilkan, yaitu rata-rata
41,24,23,16 pada kurun waktu penyimpanan 1, 2, 3 dan 4 minggu. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin lama penyimpanan, viabilitas gen plasmid semakin
menurun. Kesimpulan: Plasmid pUC18 yang mengandung gen kebal ampisilin
mampu bertahan hidup pada kertas saring sampai 28 hari pada suhu kamar.
Pengiriman plasmid dengan cara meneteskan pada kertas saring, layak
dipergunakan untuk pengiriman melalui surat.
Kata kunci: plasmid pUC18, daya tahan, penyimpanan, kertas saring, surat
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu kedokteran khususnya bidang biologi molekuler saat
ini sangat pesat. Berbagai penelitian dilakukan untuk menunjang pemeriksaan
kelainan yang sebelumnya tidak dapat dideteksi dengan pemeriksaan biasa. Salah
satu penelitian yang dilakukan di laboratorium biologi molekuler adalah analisa
DNA plasmid. DNA plasmid mempunyai banyak kegunaan antara lain sebagai
bahan baku DNA marker dan dapat ditransfer dari satu sel ke sel lain dalam suatu
koloni bakteri sebagai vektor untuk memproduksi DNA rekombinan untuk
kloning gen
Plasmid pUC18 merupakan plasmid yang sudah diketahui urutan
nukleotidanya, sehingga dapat dihitung besar fragmen yang akan terjadi bila
dipotong dengan enzim restriksi tertentu., antara lain dengan menggunakan
software DNA CLUB( Gitelman, C.I., 1997).
PKMT-5-9-2
METODE PENDEKATAN
Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu 8 bulan mulai bulan April
2005 sampai November 2005 di Laboratorium Biologi Molekuler Tropical
Disease Center (TDC) Universitas Airlangga Surabaya.
Instrumen Penelitian
Bahan Penelitian
No Bahan No Bahan
1. Larutan CaCl2 0,1 molar 8. Alkohol 70%
2. Bakteri Escherichia coli strain DH5a 9. Agarose
3. Plasmid pUC18 10. loading dyes
4. Media biakan luria bertani 11. Larutan TBEbuffer
5. Ampisilin 12. Ethidium bromide
6. Bacto agar 13. Es batu
7. Isopropanol 14. Aqua bidesterilisata
Peralatan Penelitian
No Alat No Alat
1. Peralatan dari gelas dan tabling 8. Incubator
2. Amplop dan kertas saring 9. Microwave
3. Ose dan pembakar spiritus 10. Timbang digital
4. Waterbath 11. Spektrofotometer
5. Sentrifuse ultra 12. Freezer 4 C
6. Pipet mikro 13. Freezer 20 C
7. Seperangkat alat elektroforesis
PKMT-5-9-3
Cara kerja
Pemanfaatan plasmid tersebut didahului dengan transformasi ke dalam
bakteri Escherichia coli kompeten (Nakata et al, 1997). Kemudian dibiakkan
dalam media Agar Luria Bertani yang diberi ampisilin dengan kadar 50 g per cc.
Setelah diinkubasi selama 16-18 jam, beberapa koloni yang tumbuh (berarti
mengandung plasmid) dipindahkan ke dalam media LB cair dan setelah inkubasi
selama 18 jam dilakukan isolasi.
Langkah kerja
Pembuatan sel kompeten
1. Ambil 50 ul E.coli dari stok kemudian ditanam dalam lempeng agar Luria
bertani ( LB ), inkubasi 37 0C semalam
2. Ambil satu koloni dari lempeng agar LB, tanam ke dalam 5 ml biakan LB
cair, inkubasi semalam 37 dengan goyangan 75 rpm.
3. Ambil 0,75 ml dari LB cair kemudian tanam dalam 25 ml LB cair,
inkubasi 37 0C dengan goyangan 150 rpm, awasi dengan spektrofotometer
sampai kepadatan 0,4- 0,7 pada OD 600.
4. Pindahkan hasil kultur ke tabung sentryfuge, letakkan dalam es.
5. Pusingkan dengan kecepatan 4000rpm, 4 C, selama 10 menit, buang
supernatan.
6. Pellet ditambah 5 ml 0,1 molar Cacl2 dingin
7. Vortex, kemudian letakkan ke dalam es selama 20 menit.
8. Pusingkan dengan kecepatan 4000rpm, 4 0C, selama 10 menit, buang
supernatant.
9. Pellet ditambah CaCl2 0,8 ml 0,1 molar dingin
10. vortex kemudian simpan di dalam es semalam.
Tranformasi plasmid ke dalam bakteri E.coli komp-eten strain DH5a dan uji
vitalitas plasmid pUC18
1. Gunting kertas saring yang diberi tanda lingkaran.
2. Masukkan kedalam tabling ependorf, tambah 0,5 ml aqua bidest dan
vortex selama 45 menit.
3. Sentrifuge dengan kecepatan maximum selama 10 menit.
4. Ambil supematan dan tambah 100 ul Isopropanol, bolak-balikkan tabung
dan inkubasi selama 10 menit pada suhu ruang.
5. Sentrifuge dengan kecepatan maximum selama 10 menit
6. Buang supematan, pellet dicuci dengan alcohol 70 %, vortex.
7. Sentrifuge dengan kecepatan maximum selama 5 menit
8. Buang supematan, biarkan sebentar dengan mulut tabung terbuka
kemudian larutkan dalam 10 ul aqua bidest.
9. Tambah larutan tersebut 200 ul sel E.coli DH5a kompeten di dalam tabung
eppendorf
10. Letakkan dalam air es selama 1 jam.
11. Heat shock pada 42 , 100 detik, di dalam waterbath.
12. Letakkan dalam es selama 5 menit.
13. Tambahkan 800ul LB, inkubasi 37 0C selama 1 jam.
14. Tanam dalam LB agar yang mengandung ampisilin 50 ul /ml
PKMT-5-9-5
Tabel 1. hasil hitung sel transforman pada lempeng agar LB, dari hasil
transformasi pUC18 yang disimpan dikertas saring dengan berbagai lama
penyimpanan
Lama Jumlah Koloni sel transforman Rata rata
Penyimpanan Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3
6 hari 52 27 44 41
13 hari 31 16 25 24
20 hari 28 16 24 23
28 hari 20 12 17 16
Seperti diketahui, secara teori, untuk dapat berbiak, plasmid harus berada
di dalam sebuah inang, yang biasanya adalah bakteri Escherichia coli maupun
ragi (yeast). Lama penyimpanan suatu plasmid sangat mempengaruhi viabilitas
plasmid tersebut. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penyimpanan
plasmid pBR322 pada kertas saring dapat mempertahankan vitalitasnya.
(Kuntaman, 2000).
Penelitian ini hanya menguji kemampuan plasmid pada kurun waktu 1, 2,
3, dan 4 minggu berturut turut. Dari tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa gen kebal
ampisilin dalam plasmid pUC18 yang disimpan pada kertas saring pada suhu
kamar masih tahan hidup (vital) sampai kurun waktu 28 hari (4 minggu).
Viabilitas plasmid pUC18 dapat dilihat dari jumlah sel transformasi yang
dihasilkan. Jumlah transformasi tersebut rata-rata 41, 24, 23, 16 koloni pada kurun
waktu penyimpanan 1, 2, 3 dan 4 minggu. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
lama penyimpanan, viabilitas gen plasmid semakin menurun.
Walaupun demikian sebenarnya ada kemungkinan plasmid pUC18 masih
viabel pada penyimpanan lebih dari 28 hari, tetapi karena keterbatasan waktu dan
dana maka pengujian hanya sebatas 28 hari saja. Bila melihat jumlah sel
transformasi pada hari ke-28 adalah 16 koloni dan penurunan jumlah sel
transformasi tidak linear, maka ada kemungkinan gen kebal ampisilin tersebut
masih viabel pada penyimpanan beberapa minggu berikutnya. Waktu pasti
viabilitas gen plasmid tersebut tidak bisa diperkirakan tetapi bisa diketahui dengan
tepat melalui penelitian selanjutnya.
Pembuatan grafik yang menunjukkan penurunan jumlah sel transforman
dan lama penyimpanan sangat penting dilakukan. Tetapi penelitian ini
membutuhkan biaya yang mahal dan waktu yang lama. Pengujian perlu dilakukan
setiap hari sehingga pada akhirnya bisa dibuat suatu grafik, dan diketahui
penurunan bersifat linier atau tidak linier. Hal ini penting untuk mengetahui
PKMT-5-9-6
berapa waktu maksimal hingga jumlah sel transforman yang dihasilkan menjadi
nol.
40
35
30
25
rata rata koloni
20
15
10
5
0
6 hari 13 hari 20 hari 28 hari
Lama penyimpanan
DAFTAR PUSTAKA
Burgoyne, H. C. 1997. A rapid alkaline extraction method for the isolation of
plasmid DNA. Blackwell Scientific Publications, Oxford.
Graham Hamilton, Rick Cattell, Maydene Fisher,1998. JDBC Access with JAVA
- A Tutorial and Annotated Reference Addison-Wesley. Internet:
http://plasmid\Creation of a plasmid selection tool.htm, diakses: 10 Nov.
2003
Hansen, F., Blakesley, R. 1998. Simple archiving of bacterial and plasmid DNA
for future use. Focus, Vol. 20, No. 3: 72-73
Hiren P. 1999. Rapid Colony Transformation of E. Coli with Plasmid DNA :
Internet acess: http://woodlawn.cslp.edu, diakses: 15 Nov. 2003
Gitelman, C.I. 1997 A novel DNA molecular weight ladder; Elsevier Trends
Journals Technical Tips Online; http://tto.biomednet.com, diakses: 10 Nov.
2003
Kuntaman, 2000. Daya Tahan Plasmid pada Penyimpanan di Kertas Saring untuk
Kemungkinan Pengiriman Plasmid melalui Surat. Laporan penelitian,
TDC UNAIR.
Nakata, Y., Yang, X. And Yokohama, K. 1997. Preparation of Competent Cells
for High Efficiency Plasmid transformation of Escherichia coli. In:
Cowell, IG.
And Austin, CA (Eds). Methods in Molecular Biology, Vol. 69, Humana Press
Inc. Totowa, New Jersey: 129-137.
Sigma. 2002. Biochemicals and Reagents: p. 1590-1598.
PKMT-5-10-1
ABSTRAK
Pada saat mobil dicuri, proses pencarian mobil tersebut pada umumnya
memakan waktu yang lama karena saat mencarinya polisi belum mengetahui
posisi mobil tersebut dengan tepat. Dengan menggunakan perangkat ini, pemilik
bisa mengetahui posisi mobil dan mengambil tindakan pengamanan (mematikan
mesin dan membunyikan alarm) dari jarak jauh melalui internet selama mobil
tersebut berada dalam jangkauan provider GSM (Global System for Mobile
Communications). Sehingga mobil bisa ditemukan secepatnya. Perangkat ini
dibuat menjadi dua bagian yaitu bagian mobil dan bagian server. Bagian mobil
terdiri dari GPS (Global Positioning System), GSM, dan mikrokontroller.
Sedangkan bagian server terdiri dari GSM, PC (Personal Computer), dan
beberapa program aplikasi sebagai software pelacak posisi dan penonaktifan
mesin mobil. Ada beberapa tipe instruksi yang terdapat pada sistem ini, misalnya
instruksi meminta posisi (posisi terakhir dan rute mobil), instruksi mematikan
mesin, instruksi membunyikan alarm dan instruksi menghentikan pengiriman data
dari alat. Jika user memberikan instruksi berupa meminta posisi mobil melalui
web browser, instruksi ini akan dikirim ke server melalui internet. Kemudian
server memproses dan mengirim instruksi tersebut ke mobil melalui SMS (Short
Message Service). SMS ini diterima GSM pada bagian mobil. Kemudian
mikrokontroller membaca instruksi pada SMS dan mengambil data koordinat dari
GPS. Data tersebut dikirimkan ke GSM pada bagian server dan ditampilkan pada
peta digital di browser. Sehingga user bisa mengetahui posisi mobil, mematikan
mesin dan membunyikan alarm dari web browser. Dengan demikian terbukti
bahwa perangkat ini secara adaptif bisa membantu pelacakan mobil yang akurat
dan penonaktifan mesin mobil yang praktis.
PENDAHULUAN
Pencurian mobil akhir-akhir ini sangat marak baik intensitas maupun
lokasi kejadiannnya sehingga membuat masyarakat menjadi resah. Salah satu
penyebabnya adalah sulitnya pelacakan posisi mobil saat terjadi tindakan
pencurian.
Pada umumnya, pengaman mobil hanya berupa pemasangan alarm dan
keberadaannya pun telah banyak diketahui. Sementara ini pernah dikembangkan
suatu sistem pelacak posisi dan keamanan kendaraan, tetapi tidak bisa di akses
secara online dan masih menggunakan mikrokontroller 89C511. Oleh karena itu
dibutuhkan suatu alat yang dapat mengetahui posisi mobil dan menonaktifkan
mesin mobil dari jarak jauh melalui internet. Alat pelacak ini memanfaatkan
teknologi GPS, Mikrokontroller ATMEGA162, GSM, dan PC. GPS berfungsi
PKMT-5-10-2
METODE PENDEKATAN
Kegiatan ini berlangsung selama kurang lebih 5 bulan yang dimulai dari
bulan Maret sampai dengan bulan Juli di Laboratorium Training Center 203 dan
Laboratorium Bengkel Robot PENS-ITS. Dalam kegiatan ini kami menggunakan
tahapan tahapan antara lain studi literatur, pengumpulan data dan bahan,
perancangan sistem, pembuatan perangkat keras dan perangkat lunak, pengujian
sistem, dan analisa sistem.
Pada tahap studi literatur, dikumpulkan beberapa teori-teori penunjang
yang melandasi pemecahan masalah baik itu bersumber dari buku, website,
ataupun jurnal ilmiah.
Pada tahap pengumpulan data dan bahan, dikumpulkan data-data yang di
butuhkan seperti peta Surabaya, GPS, mikrokontroller, GSM, dan PC yang akan
digunakan dalam kegiatan ini.
Pada tahap perancangan sistem, dibuat rancangan sistem dengan
memanfaatkan data-data dan bahan-bahan yang telah dikumpulkan pada tahap
sebelumnya. Sistem ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian mobil (GPS,
mikrokontroller, GSM) dan bagian server (GSM dan PC). Sistem ini tidak bekerja
secara terus menerus, tetapi ketika hanya ada permintaan (request) dari pengguna
(user). Dengan adanya request dari user, maka sistem akan mengaktifkan alat
pelacak yang terdapat pada mobil tersebut. Rancangan sistem yang dibuat dapat
dilihat pada Gambar 1.
Proses ini dimulai dengan adanya request dari user yang meliputi meminta
posisi, membunyikan alarm, dan mematikan mesin yang dimasukkan melalui web
browser. Web Server akan memberikan respon dengan cara mengeksekusi
program aplikasi dan mengirimkan request melalui GSM server. Requset dari user
di terima oleh GSM mobil dan dibaca oleh mikrokontroler. Mikrokontroler akan
melakukan tugas sesuai dengan request dari user. Jika instruksinya adalah request
posisi, maka mikrokontroller akan mengambil data koordinat dari GPS kemudian
mengirimkan data itu melalui GSM ke server. Data koordinat itu kemudian
ditampilkan pada peta digital di web browser. Dengan demikian user bisa
mengetahui posisi mobilnya. Jika instruksinya mematikan dan membunyikan
alarm maka mikrokontroller akan melakukan proses mematikan mobil dan
membunyikan alarm.
Pada tahap pembuatan perangkat keras dan perangkat lunak, dibuat
perangkat yang sesuai dengan rancangan sistem yang sudah ada.
Pada bagian mobil digunakan GPS untuk mengetahui koordinat berupa
lintang dan bujur, sehingga posisi mobil dapat dilacak keberadaanya. Format Data
Keluaran GPS sebanyak lima jenis yaitu NMEA 0180, NMEA 0182, NMEA
0183, AVIATION, dan PLOTTING6,7. Format data tersebut ditetapkan oleh
NMEA (National Maritime Electronic Association) dan dapat dikoneksikan ke
komputer melalui port komunikasi serial dengan menggunakan kabel RS-232.
Data keluaran yang digunakan adalah format data NMEA 0183 berbentuk kalimat
(string) yang merupakan rangkaian karakter ASCII 8 bit. Setiap kalimat diawali
dengan satu karakter '$' , dua karakter Talker ID, tiga karakter Sentence ID, dan
diikuti oleh data fields yang masing-masing dipisahkan oleh koma serta diakhiri
oleh optional cheksum dan karakter cariage return/line feed (CR/LF). Jika GPS
dihubungkan dengan hyperterminal, maka data-data yang diinformasikan dari
GPS tampak seperti pada Gambar 2.
Level tegangan RS-232 dari GPS maupun GSM harus dirubah ke level
tegangan TTL pada minimum sistem mikrokontroller, oleh karena itu digunakan
rangkaian komunikasi serial seperti pada Gambar 6 untuk merubahnya.
Selain itu juga terdapat database server yang berfungsi untuk menyimpan
data dari SMS Gateway dan web server. Database yang digunakan adalah MySQL
6, karena sifatnya yang opensource dan didukung oleh bahasa pemrograman yang
popular seperti PHP.
PKMT-5-10-7
Ada tiga entitas yang terlibat pada sistem ini yaitu user, posisi_mobil, dan
sms_kirim. Entitas user menyimpan informasi user yang terdiri dari id, username,
password, nama_lengkap, no_hp, email, dan level (membedakan antara
administrator dan user). Entitas posisi_mobil menyimpan informasi mengenai
pergerakan mobil, yang terdiri dari id_posisi, posisi (x dan y atau lintang dan
bujur), dan id_kendaraan. Entitas sms_kirim menyimpan informasi perintah yang
dikirim user kepada mobil, yang terdiri dari id, isi, dan no_tujuan. Tampilan tabel
pada entitas user, posisi_mobil, dan sms_kirim dapat dilihat pada Gambar 10,
Gambar 11, dan Gambar 12.
Selain database server terdapat web server yang berfungsi sebagai pusat
pengolahan data dan tempat berjalannya aplikasi web. Web server yang digunakan
adalah Apache. Perangkat lunak ini digunakan karena bersifat gratis dan memiliki
kemampuan kerja yang tinggi dibanding dengan perangkat lunak web server
lainnya. Web dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP. Map
Server digunakan sebagai perangkat lunak visualisasi peta digital dan posisi
mobil. Perangkat lunak ini digunakan karena bersifat gratis dan memiliki API
dalam bahasa pemrograman PHP. MapScript adalah bagian dari MapServer yang
menyediakan banyak fasilitas untuk mengembangkan aplikasi yang
mengintegrasikan data berlainan (data peta digital dan data posisi mobil). Peta
yang digunakan adalah peta format MapInfo (*.tab)3,10. Tampilan halaman utama
ditunjukkan pada Gambar 13.
PKMT-5-10-8
Fitur-fitur yang disediakan pada web browser terdiri dari legenda, aksi,
dan navigasi. Pada fitur legenda disediakan layer-layer berupa layer mobil untuk
menampilkan posisi mobil, layer POI (Point Of Interest) untuk menampilkan
tempat-tempat strategis yang ada di wilayah Surabaya, layer jalan untuk
menampilkan jalan-jalan yang ada di wilayah Surabaya, dan layer kecamatan
untuk menampilkan kecamatan yang ada di wilayah Surabaya
Fitur lain yang disediakan adalah fitur aksi. Fitur ini menyediakan fasilitas
bagi user untuk memberikan instruksi terhadap alat yang ada di mobil. Instruksi
ini berupa instruksi meminta posisi mobil, instruksi menghentikan pengiriman
data, instruksi mematikan mesin, instruksi mematikan alarm, dan instruksi
meminta rute mobil.
Fitur yang terakhir adalah fitur navigasi. Dengan fasilitas yang disediakan
fitur ini, user bisa memanipulasi tampilan peta. Fasilitas fitur navigasi meliputi
show all untuk memperlihatkan peta surabaya secara keseluruhan, zoom in untuk
memperbesar tampilan sesuai keinginan, zoom out untuk memperkecil tampilan
peta keinginan, recenter untuk mengembalikan peta tepat di tengah, query untuk
memberikan keterangan pada label yang ditunjuk. Query meliputi query informasi
kecamatan, query tempat-tempat strategis, dan query nama jalan.
KESIMPULAN
Posisi sebuah mobil terbukti bisa dilacak dengan menggunakan sebuah
alat yang tersusun dari GPS, mikrokontroller, GSM, PC, dan beberapa program
aplikasi (SMS Gateway, database MySQL, dan Map Server). Alat pelacak ini
dapat di manfaatkan sebagai sistem anti pencurian mobil yang mampu melacak
posisi, mematikan mesin, dan membunyikan alarm. Sehingga pencurian mobil
mudah ditemukan.
Namun demikian sistem ini masih memiliki kelemahan misalnya ketika
mobil melalui daerah yang tidak terjangkau GSM (no coverage area) dan daerah
yang memiliki halangan cukup tinggi seperti gedung-gedung bertingkat dan
pepohonan (blank spot). Maka data yang dikirimkan adalah data yang tersimpan
terakhir.
DAFTAR PUSTAKA
1. Zaini A, Wijaya SA, dan Mardi S. 2005. Pelacak Posisi dan Keamanan
Kendaraan Menggunakan GPS, Microcontroller 89C51, GSM, dan PC
melalui SMS. Surabaya : IES PENS-ITS.
2. Khang B. 2002. Trik Pemrograman Aplikasi Berbasis SMS. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
3. Nuryadin R. 2005. Panduan Menggunakan MapServer. Bandung:Informatika.
4. http://www.atmel.com. 21 September 2005.
5. http://www.hpinfotech.ro 21 September 2005.
6. http://www.NMEA.com/workingwiththegarminintercface.htm. 21 September
2005.
7. http://www.garmin.com/gpsguideforbeginer.htm. 21 September 2005.
8. http://www.gpsinformation.org/dale/moderninterface.htm. 21 September
2005.
9. http://www.my-siemens.com. 21 September 2005.
10. http://www.mapserver.gis.umn.edu. 27 Maret 2006.
PKMT-5-11-1
ABSTRAK
Kata kunci:
PKMT-5-12-1
ABSTRAK
Kadar air dan suhu gabah merupakan faktor yang paling mempengaruhi kualitas
gabah. Selain itu faktor tersebut juga sangat berpengaruh terhadap masa simpan
gabah. Namun demikian alat yang digunakan untuk mengukur kadar air dan suhu
gabah masih sangat terbatas. Kegiatan PKMT ini bertujuan untuk mendapatkan
rancang bangun alat pengukur kadar air dan suhu gabah yang mampu
menampilkan perkiraan masa simpan gabah. Diharapkan hasil kegiatan PKMT
ini dapat memberikan solusi terhadap terbatasnya teknologi yang menunjang
pengolahan gabah pascapanen yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas
gabah Kegiatan PKMT ini dilakukan di Laboraturium Elektroninika dan
Istrumentasi (ELINs) Jurusan Fisika Universitas Negeri Malang mulai bulan
Maret sampai bulan Mei 2006. Rancang bangun alat ini menggunakan metode
kapasitansi sebagai pengukur kadar air, sensor suhu IC LM35, rangkaian
penguat instrumentasi dan penguat tak membalik, rangkaian penyearah, ADC
0809, serta mikrokontroler AT89C51. Sampel yang diuji adalah satu jenis gabah.
Rentang pengukuran kadar air yaitu 0-30 % dan rentang pengukuran suhu yaitu
0-40 0C. Perkiraan masa simpan gabah didasarkan pada kajian teori tentang
masa simpan gabah. Pengujian dilakukan pada tiap rancangan rangkaian dan
kalibrasi alat. Dari analisis data kalibrasi alat hasil perancangan dengan
menggunakan tester Grainer II, didapatkan data pengukuran dengan nilai
penyimpangan pengukuran terjauh 2% untuk kadar air dan 10C untuk suhu
yang masih berada dalam batas diperbolehkan. Berdasarkan hasil kegiatan
PKMT ini, dapat disarankan agar rancang bangun alat ini dikembangkan secara
luas agar dapat membantu peningkatan mutu kualitas pertanian khususnya padi.
Selain itu, disarankan agar penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk pembuatan
dan pengembangan alat yang serupa.
PENDAHULUAN
Negara Indonesia adalah negara agaris, karena lebih dari 65% penduduk
Indonesia hidup dari sektor pertanian. Memperhatikan hal tersebut sektor
pertanian perlu diperhatikan lebih serius. Salah satu jenis produk pertanian yang
memiliki kapasitas produksi yang cukup besar adalah beras. Beras yang
dihasilkan dari tanaman padi memiliki kedudukan yang sangat penting dalam
pemenuhan pangan masyarakat, dan dibudidayakan pada hampir setiap provinsi
dengan luas panen pertahun 10 juta ha dan produksi padi nasional rata-rata 4,35
ton/ha/tahun (BPTP, 2005:1).
Salah satu permasalahan dalam pertanian di Indonesia adalah pada masa
pascapanen, yaitu menurunnya kualitas hasil pertanian akibat penanganan
pascapanen yang buruk. Hasil pertanian khususnya padi dapat mengalami
PKMT-5-12-2
penurunan kualitas berupa rusaknya nilai gizi selama penyimpanan. Ini sesuai
dengan sifat-sifat hasil pertanian yang mudah rusak yang pada akhirnya dapat
menurunkan mutunya.
Dalam kaitan itulah, untuk menyimpan hasil panen sebelum diolah atau
dijual, harus memahami teknologi pascapanen guna mencegah degradasi kualitas
gabah. Pada penyimpanan tersebut berbagai aspek perlu diperhatikan mulai dari
aspek karakteristik bahan pangan, pengontrolan kondisi lingkungan, perhitungan
teoritis untuk memilih jenis kemasan dan perkiraan lama penyimpanan hingga
aspek ekonomi (Sibuea, 2002:1). Sedangkan Chapman (2005:1) secara spesifik
menyebutkan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan gabah
antara lain: (1) kadar air; (2) suhu; (3) kondisi gabah; dan (4) suplai oksigen.
Dengan demikian, diperlukan suatu solusi yaitu dengan mengaplikasikan
teknologi elektronika dalam proses penyimpanan gabah yang salah satu wujudnya
adalah dengan membuat rancang bangun alat pengukur kadar air dan suhu gabah
yang sekaligus dapat menampilkan perkiraan masa simpan gabah.
Rancang bangun alat ini menerapkan metode pengukuran besarnya nilai
kadar air, yaitu dengan menggunakan metode kapasitansi yang memanfaatkan
sifat dielektrik gabah. Sedangkan pengukuran suhu dilakukan dengan
memanfaatkan komponen yang telah ada, yaitu sensor suhu LM35.
Kedua pengukuran di atas terintegrasi dalam satu alat yang
mengaplikasikan teknologi mikrokontroler sebagai pemroses sistem.
Mikrokontroler merupakan pengembangan teknologi semikonduktor yang
memiliki jumlah transistor lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang yang
kecil. Jenis mikrokontroler sendiri sangat banyak dan beragam, salah satunya
adalah jenis AT89C51 yang merupakan keluarga MCS-51 yang diproduksi
ATMEL dalam bentuk keping IC (Single-chip Microcomputer). Oleh karena itu,
komponen ini merupakan salah satu pilihan teknologi yang praktis.
Permasalahan yang dibahas dalam kegiatan PKMT ini adalah: Bagaimana
rancang bangun alat pengukur kadar air dan suhu gabah yang secara spesifik
dirumuskan sebagai berikut: (1) Bagaimana rancangan sensor kadar air dalam
gabah dengan prinsip sensor kapasitif? (2) Bagaimana mengaplikasikan sensor
suhu LM35 dalam perancangan sistem? (3) Bagaimana mengaplikasikan
mikrokontroler AT89C51 serta program (software) untuk menjalankan sistem dan
menampilkan perkiraan masa simpan gabah?
Kegunaan program ini bermanfaat bagi masyarakat petani dan
pengembangan IPTEK. Bagi masyarakat petani: (1) Memberikan solusi untuk
menjawab permasalahan dalam pengukuran kadar air dan suhu gabah; (2)
Mengembangkan teknologi pertanian dalam penanganan produksi pascapanen
khususnya untuk menjaga dan meningkatkan mutu hasil pertanian. Bagi
pengembangan IPTEK: (1) Memanfaatkan dan memfungsikan mikrokontroler
AT89C51 dalam aplikasi teknologi yang tepat guna; (2) Sebagai acuan bagi
pengembangan perancangan sistem yang menggunakan prinsip sensor kapasitif
dan aplikasi mikrokontroler AT89C51.
METODE PENDEKATAN
Kegiatan PKMT ini menerapkan metode deskriptif kuantitatif yang
bertujuan untuk mendapatkan rancang bangun alat pengukur kadar air dan suhu
PKMT-5-12-3
gabah. Variabel bebas yang dikaji dalam kegiatan PKMT ini yaitu kadar air dan
suhu gabah, sedangkan variabel terikat yaitu tegangan.
Rancang bangun alat pengukur kadar air dan suhu gabah didasarkan pada
kajian teori dan eksperimen di laboratorium elektronika. Pada pengukuran kadar
air digunakan metode kapasitansi dengan mengambil gabah sebagai dielektriknya,
sedangkan pengukuran suhu dengan memanfaatkan IC LM35. Pengujian
dilakukan ditiap blok rangkaian untuk mengetahui kesesuaian rangkaian, dan
selanjutnya oleh mikrokontroler AT89C51 sebagai pusat pemroses sistem kedua
hasil pengukuran tersebut ditampilkan pada display LCD.
Kegiatan PKMT ini dilakukan di Laboratorium Elektronika dan
Instrumentasi (ELINS) Jurusan Fisika Universitas Negeri Malang selama kurang
lebih 3 bulan mulai 1 Maret sampai dengan 30 Mei 2006. Sedangkan tahapan
pelaksanaan kegiatan PKMT ini meliputi: perancangan alat, pembuatan alat,
pembuatan program (software), teknik pengambilan data dan teknik analisis data.
Secara skematis perancangan alat pengukur kadar air dan suhu gabah
ditunjukkan dalam diagram pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram Rancang Bangun Alat Pengukur Kadar Air dan Suhu Gabah
Gambar 2. Flowchart Program Alat Pengukur Kadar Air dan Suhu Gabah
(a) (b)
Gambar 3. (a)Komponen-komponen yang digunakan dalam pembuatan alat
pengukur kadar air dan suhu gabah, (b) Alat pembanding (kalibrator) tester
Grainer II.
Keterangan:
Jari-jari silinder dalam a = 1,6 cm
Jari-jari silinder luar b = 2,8 cm
Panjang tabung L = 10 cm
2 0 k ( 2 ) L
Dengan k gabah = 2 maka: C gabah =
ln b a
= 19,882.10 12 20 pF
2 0 k ( 3) L
Dengan k gabah = 3 maka C gabah =
ln b a
= 29,824.10 12 30 pF
Dengan demikian diketahui nilai kapasitansi gabah berkisar antara 20 pF sampai
30 pF.
Dengan diketahuinya nilai kapasitansi saat kapasitor kosong (tanpa gabah)
dapat ditentukan kesetimbangan jembatan. Pada frekuensi f = 250 KHz dan
dengan nilai reakatansi kapasitif yang sebanding dengan impedansi ( X C Z ) ,
nilai reaktansi kapasitif adalah sebesar:
1
Untuk CA = 150 pF adalah X CA = = 4,244 K
2fCCA
1
Untuk CX = Cudara + CB = 160 pF adalah X Cx = = 3,978 K
2fC X
Kalibrasi Pengukur Kadar Air
Kalibrasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar penyimpangan
pengukuran sensor kadar air dari alat hasil perancangan dengan alat yang telah
ada yaitu Grainer II. Data hasil kalibrasi pengukuran kadar air gabah disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Kalibrasi Pengukuran Kadar Air Grainer II dengan Alat Hasil
Perancangan
Alat Hasil
No. Sampel Gabah Grainer II (%) Perancangan
(%)
1. Sampel 1 12,9 12,82
2. Sampel 2 13,3 13,52
3. Sampel 3 14,1 14,26
4. Sampel 4 15,0 14,78
5. Sampel 5 15,4 16,30
6. Sampel 6 16,5 16,54
7. Sampel 7 17,0 19,04
8. Sampel 8 18,7 20,16
9. Sampel 9 19,7 21,04
10. Sampel 10 20,2 21,32
Dari tabel hasil kalibrasi di atas dapat disimpulkan bahwa antara rangkaian
pengukur kadar air hasil perancangan dengan tester terdapat sedikit perbedaan,
sehingga dapat dikatakan sesuai.
Kalibrasi Suhu
Kalibrasi suhu terhadap tester Grainer II berfungsi untuk mengetahui
seberapa besar penyimpangan pengukuran sensor LM35 pada alat hasil
perancangan. Data hasil kalibrasi pengukuran suhu gabah disajikan pada Tabel 2.
Sedangkan data hasil kalibrasi alat dengan tester Grainer II pada Tabel 3.
KESIMPULAN
Dari hasil rancang bangun alat pengukur kadar air dan suhu gabah dapat
ditarik kesimpulan, pada perancangan rangkaian sensor kadar air dengan prinsip
kapasitansi didapatkan spesifikasi kesesuaian rangkaian untuk: (a) Frekuensi
osilator NE555 sebesar 250 KHz; (b) Perubahan nilai kapasitansi kapasitor pada
lengan jembatan Wheatstone sebesar 20 pF sampai 30 pF; (c) Pada penguat
instrumentasi di butuhkan penguatan sebesar 850 kali; (d) Rangkaian penyearah
PKMT-5-12-9
DAFTAR PUSTAKA
1. AgriChem, Inc. 1994. Grain Measurement with Capacytance Type Device.
(Online). (http.//www.grainprep.com, diakses 1 November 2005).
2. Chapman, Bill. 2005. Cereal Grain Drying and Storage. (Online).
(http://www1.agric.gov.ab.ca/%department/deptdoes.nsf/all/crop1204?ope
ndocument, diakses 11 Oktober 2005).
3. Coughlin, F. Robert, and Priscoll, F. Frederick. 1987a. Penguat
Operasional dan Rangkaian Terpadu Linier. Jakarta: Erlangga.
4. Fraden, Jacob. 1996. Hanbook of Modern Sensors. San Diego. Thermoscan.
Inc.
5. Halliday, Resnick. 1978. Fisika Jilid II. Alih bahasa Pantur Silaban, Ph.D.
Jakarta: Erlangga.
6. Malvino, Albert, Paul. 1987b. Prinsip-prinsip Elektronika Jilid 2. Alih
Bahasa Prof. M. Barnawi. Jakarta: Erlangga.
7. Nalwan, Paulus, Andi. 2004. Panduan Praktis Teknik Antar Muka
Mikrokontroler AT89C51. Jakarta: Elex Media Komputindo.
8. National Semiconductor. 1999. LM35 Precision Centigrade Temperature
Sensors.
(Online).(http://www.alldatasheet.com/datasheet.pdf/pdf/8875/NSC/LM35
.html, diakses 27 September 2005).
9. http://www.alldatasheet.com/datasheet.pdf/pdf/8105/NSC/ADC0809.html,
diakses 15 September 2005).
10. National Semiconductor. 1999. ADC 0809. (Online).
11. Noble, Pither & Andrizal. 2003. Teknologi Pengeringan Padi. (Online).
(http://www.agribisnis.deptan.go.id/pengering%padi.pdf, diakses 2
September 2005).
12. Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi Subang Jawa Barat. 2005.
Padi. (online), (http://warintek.progresio.or.id, diakses 12 Mei 2005).
13. Sutrisno. 1987c. Elektronika dan Penerapannya Jilid 2. Bandung: ITB.
14. Sibuea, Posman. 2002. Mewujudkan Ketahanan Pangan lewat Perbaikan
Pascapanen. Sinar Harapan, No. 4329. (Online). (http://www.sinar
harapan.com./pangan/%padi.html, diakses 2 Oktober 2005).
PKMT-5-13-1
ABSTRAK
Kota Banjarmasin dikenal dengan kota seribu sungai, akan tetapi julukan kota
seribu sungai saat ini sulit dipertahankan, karena banyak sungai yang tidak
berfungsi, dangkal, dan sempit; sebaliknya sungai-sungai besar justru bertambah
lebar karena mengalami abrasi. Masyarakat yang tinggal di rumah lanting
berpotensi terhadap menurunnya kondisi lingkungan perairan, Akan tetapi
mereka juga sebagai penyelamat lingkungan, karema rumah mereka dapat
menahan laju abrasi. Kehadiran rumah lanting masih dilematis bagi pengambil
kebijakan di kota seribu sungai ini. Pada satu sisi ada pengakuan oleh
pemerintah kota, sehingga kelak sepanjang Sungai Martapura akan dijadikan
permukiman di atas air seperti Kota Banjarmasin pada tahun 50-an. Akan tetapi
pada sisi lain penggusuran rumah lanting terus berlangsung. Berdasarkan
analisis situasi yang telah diuraikan, masalah penerapan teknologi dirumuskan
sebagai berikut, bagaimana mengenalkan model rumah lanting yang ramah
lingkungan untuk mengurangi laju abrasi sungai Martapura dalam wilayah Kota
Banjarmasin. Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan diatas,
secara umum penerapan teknologi ini bertujuan untuk mengenalkan model
rumah lanting yang mengutamakan aspek-aspek keindahan, keserasian,
kebersihan lingkungan, dan kelancaran transportasi. Adapun kegunaan kegiatan
ini yaitu 1) masyarakat di lingkungan perairan, kegiatan ini merupakan tawaran
model rumah lanting agar dapat diikuti, karena mengutamakan prinsip-prinsip
keindahan, keserasian, kebersihan lingkungan, dan kelancaran transportasi 2).
Pemerintah Kota Banjarmasin dapat memanfaatkan inovasi ini sebagai bahan
rekomendasi permukiman di lingkungan perairan, dan dapat dijadikan sebagai
obyek wisata. Kegiatan penerapan teknologi masyarakat dilaksanakan dalam
bentuk bimbingan dan tindakan terprogram sesuai dengan rancangan tindakan
yang dibuat. Metode kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu obesrvasi dan
kolaborasi Tim dengan penghuni rumah lanting. Kegiatan berlangsung secara
keseluruhan pada tanggal 810 Mei 2006 dengan tenaga kerja berjumlah 15
orang terdiri dari mahasiswa dan seorang tenaga ahli.
Hasil kegiatan telah terselesaikannya renovasi 2 buah rumah lanting yang ramah
lingkungan dengan mengutamakan aspek-aspek keindahan, keserasian,
kebersihan lingkungan, dan tidak mengganggu kelancaran transportasi. Atas
dasar hasil yang diperoleh, dan dengan mempertimbangkan respon masyarakat
sebagai pemilik rumah lanting, maka rumah lanting perlu dipertahankan guna
mengurangi laju abrasi sungai, karena rumah jenis ini merupakan bagian dari
lingkungan pemukiman di perkotaan yang juga dapat diciptakan sesuai dengan
kaidah-kaidah rumah sehat dan indah.
PENDAHULUAN
Masyarakat Banjar sejak zaman dahulu akrab dengan kehidupan di air. Di
sini digunakan istilah masyarakat Banjar bukan suku Banjar. Masyarakat Banjar
merupakan perpaduan berbagai suku yakni Dayak, Melayu, Bugis, Jawa, dan
Madura. Perkampungan didirikan di tepi sungai, baik rumah panggung maupun
rumah lanting. Rumah lanting diikatkan pada sebatang pohon, pada umumnya
tanah di sekitar rumah lanting milik penghuni lanting itu sendiri atau milik
keluarganya. Rumah lanting memiliki nilai ekologis karena dapat meredam
gelombang air. Bukan saja sebagai tempat tinggal, akan tetapi juga sebagai toko
menjual barang dagangan, kegiatan usaha, pandai besi dan lain-lain (Saleh,
1986:18). Rumah lanting pada awal abad ke-21 ini, juga berfungsi sebagai stasiun
pengisian bahan bakar bagi kapal motor, tempat pandai besi, dan bengkel.
Sebagian masyarakat di lingkungan perairan, memanfaatkan rumah lanting
sebagai tempat tinggal sementara, setelah cukup mampu mereka membangun
rumah di darat, sedangkan rumah lanting miliknya dialihkan kepada orang lain.
Rumah lanting juga berfungsi sebagai tempat menginap ketika menjajakan barang
dagangan ke kota, setelah barang dagangan habis mereka pulang ke daerah asal,
mereka umumnya berasal dari lingkungan perairan di hulu sungai.
Masyarakat di lingkungan ini terdiri atas Masyarakat Banjar Batang Banyu
dan Masyarakat Banjar Kuala. Kedua masyarakat ini secara historis telah
menjadikan perairan Sungai Barito dari muara hingga daerah hulu sebagai tempat
tinggal, mereka menempati pula perairan Sungai Martapura untuk menambatkan
rumah lantingnya.
Masyarakat Banjar yang telah beradaptasi ratusan tahun dengan
lingkungan perairan menjadi perhatian pemerintah kota saat ini. Perhatian
ditujukan pada status pemilikan rumah lanting dan rumah-rumah di bantaran
sungai (rumah yang dibangun menghadap sungai), khususnya di sekitar kawasan
pasar terapung untuk diberi sertifikat pemilikan rumah, asal sesuai dengan pola
perumahan di atas air. Kawasan yang berada di muara Sungai Kuin ini merupakan
pusat kota lama yang terbentuk dari konsentrasi permukiman penduduk di sekitar
keraton tempo dulu yakni ketika Kerajaan Banjar didirikan. Kini kawasan pasar
terapung telah ditetapkan sebagai obyek wisata air oleh pemerintah kota.
Badan Perencanaan Pembangunan Kota (BAPPEKO) Banjarmasin tanggal
26 September 2000 telah menerbitkan usulan pembenahan permukiman terapung.
Badan ini telah melakukan pendataan rumah lanting dari berbagai aspek sebagai
bahan rekomendasi untuk pengembangan kota. Mereka mungkin sadar rumah
lanting tidak bisa dipisahkan dari sejarah perkembangan kota seribu sungai ini
sejak hampir 500 tahun lalu. Pemerintah kota berencana mempertahankan rumah
lanting agar tidak punah. Aspek-aspek yang menjadi perhatian adalah keindahan,
keserasian, kebersihan lingkungan, dan kelancaran transportasi.
Kota seribu sungai ini selayaknya harus dikembangkan dengan meniru
pengembangan permukiman air Negara Brunei Darussalam. Negara ini berhasil
menjadikan lingkungan air sebagai obyek wisata, tetapi tetap menjaga kualitas air
dan hutan yang masih perawan sebagai ekowisata unggulan. Pemerintah negara
ini beranggapan melalui sektor wisata dapat menjadi perekat sosial, meningkatkan
perekonomian, dan mewujudkan perdamaian dunia (Cameron, 2000).
PKMT-5-13-3
Sarana dan prasarana transportasi darat yang makin baik berakibat rumah
lanting kurang diminati oleh penghuninya. Namun demikian, saat ini masih tersisa
sebanyak 132 buah rumah lanting di sepanjang Sungai Martapura dan sebanyak
11 buah di Sungai Barito dekat muara Sungai Kuin. Kehadiran rumah lanting
masih dilematis bagi pengambil kebijakan di kota seribu sungai ini. Pada satu sisi
ada pengakuan oleh pemerintah kota, sehingga kelak sepanjang Sungai Martapura
akan dijadikan permukiman di atas air seperti Kota Banjarmasin pada tahun 50-
an. Akan tetapi pada sisi lain penggusuran rumah lanting terus berlangsung.
Gagasan-gagasan ideal yang telah dilontarkan pemerintah kota, ternyata di
dalam pelaksanaannya tidak selalu berjalan mulus, bahkan cenderung
bertentangan dengan keinginan semula. Rumah lanting yang seyogyanya harus
dipertahankan, ternyata menjadi sasaran penggusuran seperti pada Gambar 1.
taman kota dan sebagainya. Kota Banjarmasin sangat terbatas luasnya, maka salah
satu alternatif adalah mengembangkan secara horisontal bangunan di lingkungan
perairan yakni beberapa sungai dijadikan sebagai tempat permukiman, akan tetapi
tetap mempertahankan lebar sungai agar fungsinya sebagai alur transportasi air
tidak terganggu (Pemko Dati II Banjarmasin, 1999).
Pemerintah kota telah memanfaatkan sebagian badan sungai untuk
dijadikan taman kota, seharusnya pemerintah juga mempersilakan kepada
masyarakat di lingkungan perairan untuk memanfaatkan badan sungai sebagai
lahan permukiman, khususnya rumah lanting. seperti pada Gambar 2.
Rumah lanting senantiasa terapung di atas air, karena ditopang oleh ikatan
bambu atau kayu gelondongan sebagai penyangga. Rumah lanting diikat pada
sebatang pohon atau tonggak, menggunakan tali terbuat dari baja berpilin.
Beranda depan menghadap sungai dan bagian belakang menghadap daratan yang
berjarak sekitar 5 meter, maksudnya agar tetap mengapung ketika air surut. Ruang
dapur dan tempat MCK berada di samping kiri atau samping kanan rumah lanting
dan bahkan ada yang dibangun di beranda depan seperti pada Gambar 3.
Rumah lanting hanya memiliki WC cemplung, tidak ada ruang terbuka di
kolong rumah, jadi sampah dibuang ke sungai melalui beranda depan atau
samping. Jadi pada hakikatnya tidak ada perbedaan antara rumah panggung dan
rumah lanting ditinjau dari peluang masyarakat ketika membuang sampah dan
limbah rumah tangga.
Penghuni rumah lanting telah mengikuti perkembangan peradaban, mereka
sebagian bukan hanya memanfaatkannya untuk tempat tinggal, tetapi juga untuk
usaha, seperti menjual kebutuhan hidup sehari-hari, beberapa keperluan usaha, di
antaranya roda kapal, minyak solar, sampai usaha kecil produksi kecambah
(http://www.indo-media.com/bpost/9702/21/kota/kota4.htm.).
Masyarakat yang tinggal di rumah lanting banyak memperoleh kemudahan
seperti membeli air untuk keperluan minum, suplai air untuk MCK, dan membeli
PKMT-5-13-5
bahan makanan. Para pedagang sayur, ikan dan kebutuhan rumah tangga, pada
umumnya menggunakan jukung dan perahu tambangan setiap hari lewat di depan
rumah. (http://www. indomedia.com/bpost/ 9702/21/kota/kota4.) Karena rumah
lanting selamanya tergenang air, sampah yang dibuang selalu akan hanyut terbawa
arus air.
Gambar 3. Foto yang Memperlihatkan Beranda Depan Rumah Lanting dan Fasilitas MCK
(Sumber: Survai lapangan)
METODE KEGIATAN
Kegiatan penerapan teknologi dilaksanakan melalui bimbingan dan
tindakan terprogram sesuai dengan rancangan tindakan yang dibuat yaitu
membuat model rumah lanting yang ramah lingkungan dengan sasaran 2 buah
rumah lanting di Kelurahan Seberang Mesjid RT. 04 Banjarmasin Tengah.
Metode kegiatan yang akan dilaksanakan melalui 2 tahapan yakni tahap observasi
dan tahap kolaborasi.
Pada tahap observasi, tim mengadakan survei untuk mengamati langsung
keadaan rumah lanting di sungai Martapura dalam wilayah kota Banjarmasin dan
mengadakan wawancara pada beberapa orang masyarakat yang bertempat tinggal
di rumah lanting pada daerah tersebut. Wawancara dimaksudkan untuk
mengetahui keinginan mereka dan hal-hal yang telah dilaksanakan terutama dalam
hubungannya dengan usaha menciptakan rumah lanting yang ramah lingkungan.
Rumah lanting hanya menggunakan WC cemplung, tidak ada ruang terbuka di
kolong rumah.
Pada tahap kolaborasi, tim pengabdi dengan penghuni rumah lanting
dalam menciptakan model rumah lanting yang ramah lingkungan dengan sentuhan
estetika. Oleh karena itu menciptakan rumah lanting yang ramah lingkungan
difokuskan pada pembenahan WC, dan renovasi rumah.
Tanggal Kegiatan
12 Maret 2006 Survei kawasan pemukiman perairan
17 Maret 2006 Survei kawasan pemukiman perairan (lanjutan)
29 Maret 2006 Survei kawasan pemukiman perairan (lanjutan)
8 Mei 2006 Renovasi rumah lanting
9 Mei 2006 Renovasi rumah lanting (lanjutan)
10 Mei 2006 Renovasi rumah lanting (lanjutan)
Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan pekerjaan dibagi atas 2 tahap yakni tahap
observasi/survei dan tahap renovasi.
Pada tahap observasi/survei, tim mengadakan survei untuk menetapkan
rumah lanting yang akan direnovasi. Sebelum kegiatan ini dilaksanakan, terlebih
dahulu mengurus perijinan kepada Pemerintah Kota Banjarmasin. Tim
menawarkan gagasan kepada penghuni rumah lanting dan menjelaskan tujuan
kegiatan yang akan dilaksanakan. Kesepakatan diperoleh sesuai dengan lokasi
yang telah dijelaskan di atas. Meskipun rumah lanting yang akan direnovasi hanya
2 unit, akan tetapi permintaan renovasi melebihi kemampuan tim, terutama bila
dikaitkan dengan sumber dana yang tersedia. Langkah selanjutnya adalah
menetapkan kebutuhan riil yang akan dijadikan dasar dalam kegiatan renovasi.
Pada tahap renovasi, kegiatan dilaksanakan selama 3 hari atau setara dengan
24 jam kerja dengan melibatkan tenaga kerja yang berasal dari para mahasiswa
PKMT-5-13-7
KESIMPULAN
1. Rumah lanting yang ramah lingkungan merupakan rumah lanting yang
mengutamakan aspek-aspek keindahan, keserasian, kebersihan lingkungan,
dan kelancaran transportasi.
PKMT-5-13-9
DAFTAR PUSTAKA
BPS-BAPPEKO Banjarmasin, 2000. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota
Banjar-masin 2000.
Cameron, Graham. 2000. Duduk di Atas Lumbung Emas. Muhibah, Nopember/
Desember 2000.
http://www.indomedia.com/bpost/9702/21/kota/kota4.htm. diakses 13 Juni 2004,
Rumah Lanting antara Tradisi dan Kelayakan (Online).
ABSTRAK
Kepiting bakau (Scylla tranquebarica) merupakan salah satu jenis kepiting yang
sangat potensial untuk dibudidayakan di Sulawesi Tenggara dan jenis komoditi
perikanan yang sangat penting untuk dipasarkan secara luas. Secara geografis
kepiting bakau tersebar luas di daerah Sulawesi Tenggara. Dengan demikian,
prospek pengembangan budidaya hewan tersebut merupakan sektor andalan
yang dapat menunjang perekonomian masyarakat.
Sampai saat ini pembudidayaan kepiting bakau (Scylla tranquebarica) di
Sulawesi Tenggara masih dilakukan secara sederhana yakni dengan cara
menebar langsung benih ke tambak sehingga bobot yang dihasilkan berbeda.
Oleh karena itu perlu dicari berbagai alternatif untuk proses penggemukan
kepiting bakau dengan menggunakan teknologi yang tepat, seperti dengan
menggunakan keramba sistem baterai
Tujuan kegiatan ini adalah untuk kepentingan proses budidaya kepiting bakau
dengan cara meningkatkan berat badan sehingga mempunyai niolai ekonomis
yang lebih tinggi dan untuk melatih mahasiswa berwiraswasta dalam budidaya
kepiting bakau.
Kegitan ini dilaksanakan pada bulan September sampai bulan November 2005
yang berlokasi di areal tambak jalan La Ode Hadi (By Pass) Kelurahan
Anggoeya Kecamatan Poasia Kota Kendari. Benih yang digunakan memiliki
ukuran yang relatif tidak seragam dengan kisaran berat antara 250 300 gram.
Metode yang digunakan untuk mengetahui pertambahan bobot tubuh kepiting
bakau selama kegiatan adalah dengan menghitung pertumbuhan mutlak (PM) an
juga tingkat kelangsungan hidupnya (SR).
Dari hasil kegiatan ini terlihat bahwa selama bobot rata-rata kepiting bakau
mengalami peningkatan + 99,375 gram dan tingkat kelangsungan hidupnya
sebesar 80%.
Nilai parameter kualitas air yang lingkungan budidaya selama penelitian masih
dalam batasan layak bagi kehidupan dan pertumbuhan kepiting bakau.
PENDAHULUAN
Kepiting bakau (Scylla tranquebarica) merupakan salah satu jenis kepiting
yang sangat potensial untuk dibudidayakan di Sulawesi Tenggara dan jenis
komoditi perikanan yang sangat penting untuk dipasarkan secara luas (La Sara,
2000).
Secara geografis kepiting bakau (Scylla tranquebarica) tersebar luas di
daerah Sulawesi Tenggara. Dengan demikian, prospek pengembangan budidaya
PKMT-5-14-2
Seleksi Benih
Penebaran Benih
Pemeliharaan ;
- Pemberian Pakan
- Pembersihan
Panen
Penjual
PM = Wt - Wo
Dari data pada Tabel 1 tersebut di atas nampak bahwa bobot kepiting
bakau selama penelitian + 55 hari mengalami peningkatan berat rata-rata sebesar
99,375 gram.
Selama penelitian kepiting diberi pakan berupa usus ayam sebanyak 10%
dari bobot tubuh yang diberikan satu kali setiap hari yakni pada sore hari (pukul
16.00 17.00 wita), pemberian pakan pada sore hari ini dilakukan karena
mengingat sifat kepiting bakau yang nokturnal atau aktif mencari makan pada
malam hari, sehingga dengan kata lain stok pakan yang diberikan masih tersedia
pada malam hari.
Jenis pakan yang diberikan pada organisme budidaya berupa usus ayam, hal
ini dilakukan karena usus ayam dapat memberikan pertumbuhan yang lebih besar
PKMT-5-14-5
pada kepiting bakau dari pada jenis pakan lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Astusti (2000) yang melaporkan bahwa pakan usus ayam memberikan
nilai pertumbuhan mutlak dan laju pertumbuhan harian terbesar dibandingkan
dengan jenis pakan yang lain. Selain pemberian pakan berupa usus ayam sebagai
pakan utama selama penelitian ini kepiting bakau diberikan pakan tambahan
berupa kerang-kerangan yaitu kalandue (Polymesoda sp.), hal ini dilakukan untuk
menciptakan suasana alami pada bilik-bilik keramba sistem baterai dan dapat
menanggulangi kekurangan stok pakan yang ada pada bilik keramba serta dapat
membantu merangsang pertumbuhan kepiting bakau.
Selama pemiliharaan + 55 hari terjadi proses moulting (ganti kulit) sebanyak
tiga ekor kepiting bakau (Scylla tranquebarica) yakni kepiting bakau yang
terdapat pada bilik 5, bilik 8 dan bilik 18. Moulting ini terjadi sebagai akibat dari
proses pertumbuhan atau bertambah besarnya ukuran tubuh yang dialami oleh
kepiting bakau. Proses moulting pada kepiting bakau sangat terbantu dengan
adanya tahapan pengapuran pada saat awal penelitian, karena dengan adanya
kandungan kalsium pada kapur dapat membantu mempercepat terbentuknya
karapaks yang baru.
Dengan menggunakan metode keramba sistem baterai kepiting bakau hasil
panen memiliki ukuran yang relatif seragam, hal ini disebabkan oleh porsi pakan
yang diberikan relatif sama dan dengan metode ini tidak terjadi kompetisi dalam
mencari makan antara kepiting yang satu dengan yang lain.
Selama penelitian berlangsung dilakukan pembersihan keramba setiap
minggu sekali, hal ini dilakukan untuk menghindari terdapatnya organisme yang
menempel pada keramba dan timbulnya lumut yang dapat berakibat pada cepat
rusaknya keramba sistem baterai yang terbuat dari bambu. Selain itu pula
pembersihan keramba juga bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa pakan berupa
usus ayam dan kerang yang dapat menimbulkan dampak penurunan kualitas air,
sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup kepiting
bakau.
Nilai tingkat kelangsungan hidup kepiting bakau (Scylla tranquebarica)
selama dalam penelitian dapat di lihat pada Tabel 2 berikut :
sifat kanibalisme (saling memakan antar sejenis) dapat berkurang bahkan tidak
terjadi karena setiap satu kotak (bilik) hanya berisi satu ekor kepiting bakau.
Parameter kualitas air yang dimonitoring selama pelaksanaan kegiatan ini
adalah: suhu, salinitas, dan pH.
Suhu air tambak selama penelitian berkisar antara 28-33 0C. Nilai ini
menunjukkan bahwa suhu air ini selama penelitian berlangsung berada pada
kisaran yang dapat ditolerir oleh kepiting bakau. Wahyuni dan Ismail (1987)
dalam Safiah (1993) dalam penelitiannya diperairan Tanjung Pasir, Tangerang
mendapatkan kepiting bakau pada kisaran suhu 28,5-36oC.
Kisaran salinitas di tambak penelitian selama kegiatan berada antara 30 33
ppt. Nilai ini menunjukkan bahwa dalam kisaran salinitas tersebut, kepiting bakau
masih mampu beradaptasi dan mentolerirnya, sebagaimana yang dikemukakan
oleh Bailao (1983) dalam Gunarto, (1997) menyatakan bahwa kepiting bakau
dapat tumbuh dengan baik pada kadar garam dibawah 40 ppt.
Selama penelitian berlangsung pH air tambak berkisar antara 6,9 7,8.
Kandungan pH air yang demikian ini masih layak untuk kehidupan kepiting
bakau. Hal ini sesuai dengan Sudiarta (1988) dalam Astuti (2000) yang
mengemukakan bahwa perairan dengan pH 6,5 7,5 adalah cukup subur,
sedangkan pH 7,5 8,5 dikategorikan sangat subur. Selanjutnya Soim (1995)
menyatakan bahwa kepiting bakau dapat hidup pada kisaran pH antara 7,0-8,5.
KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan tersebut maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
- Dengan menggunakan metode ini kita dapat menghasilkan ukuran kepiting
yang relatif seragam.
- Dengan adanya pengontrolan ruang (space) sifat kanibalisme pada kepiting
berkurang serta mendapatkan proporsi pakan yang sama.
- Rata-rata pertumbuhan mutlak kepiting bakau selama kegiatan adalah
sebesar 99,375 gram.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, O., 2000, Pengaruh Pemberian Jenis Pakan yang Berbeda Terhadap
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Kepiting Bakau (Scylla spp.).
Skripsi Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian. Universitas Haluoleo.
Kendari.
Effendie. 1979. Metode Biologi Perikanan. Penerbit Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Gunarto, 1997. Pemeliharaan Kepiting Bakau pada Berbagai Tingkat Kadar
Garam dalam Kondisi Laboratorium. Jurnal Penelitian Budidaya Pantai.
Vol. 3 No. 2.
Hasana, W. 2001. Pengaruh Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap
Pertumbuhan Kepiting Bakau Jenis Scylla tranquebarica. Skripsi. Jurusan
Perikanan Fakultas Pertanian. Universitas Haluoleo. Kendari
La Sara. 2000. Karakteristik Morfologi dan Aspek Biologi Kepiting Bakau
Scylla di Perairan Teluk Lawele, Sulawesi Tenggara. Disampaikan pada
Seminar dalam Rangka Dies Natalis Universita Haluoleo XIX Tanggal 22-
23 September 2000. Fakultas Pertanian Unhalu. Kendari.
PKMT-5-14-7
Mardjono, A., Anindiastuti., Hamid, N., Djunaidah, I., dan Satyanrini, W. 1994..
Pedoman Pemeliharaan Kepiting Bakau (Scylla serrata). Balai Budidaya
Air Payau. Direktorat Jendral Perikanan. Bali.
Safiah, 1993. Pengaruh Substrat Terhadap Pertumbuhan Kepiting Bakau (Scylla
serrata. Forksal). Skripsi Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan.
Universitas Dayanu Ikhsanuddin. Bau-bau.
Soim, A. 1995. Pembesaran Kepiting. Penebar Swadaya. Jakarta.
PKMT-5-15-1
ABSTRAK
Kondisi geografis Sumatera Selatan beragam antara lain daratan, pengunungan,
rawa pasang surut dan sungai. Dengan kondisi geografis yang sebagian besar
merupakan dataran rendah berupa rawa dan sungai baik sungai besar maupun
sungai kecil untuk mempermudah hubungan antar daerah selain transfortasi
darat, banyak juga dibutuhkan transfortasi air yaitu perahu, perahu bermotor,
kapal dan speedboat. Ukuran dan kapasitas alat transfortasi yang digunakan
tergantung pada jarak dan kondisi dari sungai yang akan dilalui.Alat transfortasi
ini digerakan oleh motor pengerak yang dilengkapi dengan baling-baling atau
propeller, baling-baling (propeller) yang digunakan ini diproduksi oleh industri
kecil pengecoran yang ada di Palembang dan sekitarnya. Banyak Pengusaha
kecil /industri rumah tangga di daerah yang menekuni usaha ini , bahan dasar
yang dipergunakan pada pembuatan baling-baling (propeller) berasal dari daur
ulang aluminium bekas. Bahan aluminium untuk baling-baling mempunyai
keunggulan antara lain memiliki sifat tahan terhdap korosi, mudah didapat dan
dilakukan proses permesinan serta ringan. Bahan yang dipergunakan merupakan
bahan bekas dan proses pengecoran masih menggunakan cetakan pasir, karena
cetakan yang digunakan merupakan cetakan pasir sulit menggejar target
produksi karena untuk satu benda satu cetakan pasir. Cetakan logam (permanent
moulding) yang didesain menggunakan material paduan Tembaga seng dengan
perbandingan Cu 76.832 % dan Zn 11.755 %,, paduan ini memiliki titik didih
yang lebih tinggi dari Alumunium. Cetakan dari paduan ini dapat dibuat sendiri
oleh industri kecil. Kapasitas dari cetakan logam ini adalah 40 buah abaling-
baling yang diproduksi dalam waktu 2 jam, cetakan ini dapat dioperasikan
selama 10 jam perhari dan umur dari cetakan logam ini sekitar 2 tahun. Setelah 2
tahun cetakan dapat di daur ulang kembali.
PENDAHULUAN
Sumatera Selatan salah satu propinsi terluas di Indonesia, dengan luas
2
daerah 103.688 km atau 1/20 dari luas Indonesia. Kondisi geografis daerah ini
yang beragam antara lain daratan, pengunungan, rawa pasang surut dan sungai.
Dengan kondidsi geografis yang sebagian besar merupakan dataran rendah berupa
rawa dan sungai baik sungai besar maupun sungai kecil untuk mempermudah
hubungan antar daerah selain transfortasi darat, banyak juga dibutuhkan
transfortasi air yaitu perahu, perahu bermotor, kapal dan speedboat. Ukuran dan
kapasitas alat transfortasi yang digunakan tergantung pada jarak dan kondisi dari
sungai yang akan dilalui.
Sebagai alat transfortasi perahu, kapal dan speedboat digerakan oleh motor
pengerak yang dilengkapi dengan baling-baling atau propeller, baling-baling
PKMT-5-15-2
(propeller) yang digunakan ini diproduksi oleh industri kecil pengecoran yang ada
di Palembang dan sekitarnya. Banyak Pengusaha kecil /industri rumah tangga di
daerah yang menekuni usaha ini , bahan dasar yang dipergunakan pada pembuatan
baling-baling (propeller) berasal dari daur ulang aluminium bekas.
Bahan aluminium untuk baling-baling mempunyai keunggulan antara lain
memiliki sifat tahan terhdap korosi, mudah didapat dan dilakukan proses
permesinan serta ringan. Bahan yang dipergunakan merupakan bahan bekas dan
proses pengecoran masih menggunakan cetakan pasir, karena cetakan yang
digunakan merupakan cetakan pasir sulit menggejar target produksi karena untuk
satu benda satu cetakan pasir.
Oleh karena itu melalui program ini diharapkan dapat di desain cetakan logam
(permanent moulding) yang dipergunakan di industri kecil pengecoran logam
yang ada di Palembang. Dan diharapkan dapat memenuhi yang dapat memenuhi
kebutuhan baling-baling baik dari Palembang maupun luar daerah.
Identifikasi yang dilakukan, bahwa proses pengecoran baling-baling kurang
efisien karena membutuhkan banyak cetakan pasir dan tenaga kerja yang
digunakan juga cukup banyak dan hasil pengecoran sulit untuk memenuhi pasar
karena keterbatasan produksi dan produk yang dihasilkan kualitas kurang baik.
Ada beberapa hal yang dapat menjadi permasalahan, antara lain yaitu proses
pengecoran yang menggunakan cetakan pasir, jumlah produksi terbatas karena
satu cetakan hanya dapat dipergunakan untuk satu benda kerja, dan permukan
benda cor hasil cetakan pasir membutuhkan proses penggerjaan lanjutan karena
permukaan benda cor memiliki tingkat kekasaran yang lebih tinggi, dan untuk
produksi massal kurang efisien selain itu belum adanya penggunaan cetakan
logam untuk bahan cor paduan aluminium (hasil Pengecoran industri kecil di
Palembang), sehingga sulit memenuhi target produksi.
Tujuan yang diharapkan dalam program ini adalah: Membantu Industri kecil
pengecoran dalam meningkatkan produksi dan kualitas produk sehingga
menghasilkan produk yang berkualitas dengan harga murah, aman dan sesuai
standar.
Program ini berorientasi pada pengembangan dan pemberdayaan produk yang
ada di industri kecil (Industri Kecil Pengecoran Logam) sehingga kontribusi
penelitian dapat dimanfaatkan industri kecil untuk memperbaiki kualitas dan
kuantitas produk.
METODE PENDEKATAN
Dalam program ini dilakukan pendesainan Cetakan logam untuk produk
baling-baling (propeller), sebelum dilakukan pembuatan desain prototipe cetakan
dilakukan pengujian terhadap material, agar cetakan yang dihasilkan benar-benar
sesuai dengan panas yang ditimbulkan pada saat penuangan.
Observasi.dilakukaan ke industri pengecoran dengan mengumpulkan data
mengenai cetakan dan proses pembuatan baling-baling (Propeller) yang
dipergunakan di perahu bermotor, kapal dan speedboat dan menganalisa data
tersebut dan membandingkan dengan data yang ada diliteratur. Terutama dengan
literatur yang ada kaitannya dengan Material cetakan dan penelitian mengenai
baling dari bahan alumunium.
Dari literatur yang ada direncanakan cetakan logam dari paduan Tembaga-
Seng, berdasarkan literatur yang ada bahan ini dapat digunakan dan dapat
PKMT-5-15-3
diproduksi sendiri oleh industri kecil melalui daur ulang paduan tersebut.
Pembuatan Cetakan dilakukan dengan beberapa proses meliputi pembuatan
model, pembuatan cetakan atas dan pembuatan cetakan bawah. Setelah cetakan
selesai dibuat dilakukan pengujian, pengujian cetakan berdasarkan ketahan panas,
kapasitas produksi dan waktu produksi.
Tinjauan Pustaka
Cetakan pada proses pengecoran logam merupakan bagian terpenting pada
proses pengecoran, secara umum cetakan terbagi atas cetakan pasir (sand
moulding), cetakan logam, Die Casting dan preusser die casting.( Tata Surdia,
1999).
Pengecoran dengan menggunakan cetakan pasir diawali dengan menuangkan
logam cair ke dalam sistem saluran dan selanjutnya logam cair akan mengisi
rongga cetakan. Selama logam cair berada dirongga cetakan. Cetakan mengalami
penyusutan akibat pembekuan. Secara umum cetakan pasir dibagi dua yaitu
cetakan pasir basah dan cetakan pasir kering.
Cetakan Logam (Permanent Moulding) dibuat dari bahan yang titik didihnya
lebih tinggi dari bahan yang akan dicor (dituangkan), pembuatan cetakan ini
dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan pengecoran atau dengan
menggunakan mesin, keuntungan dari cetakan ini jika dibandingkan dengan
cetakan pasir adalah cetakan ini dapat dipergunakan secara terus menerus
sedangkan cetakan pasir hanya digunakan satu kali pengecoran. Walaupun biaya
proses pembuatannya lebih mahal dari cetakan pasir tetapi memiliki banyak
keuntungan baik dari segi pengerjaan mesin maupun dari biaya produksi. (Tata
Surdia, 1999).
Pengecoran adalah proses pembuatan benda kerja yang terbuat dari logam,
dicairkan dengan panas tertentu dan dimasukkan ke dalam cetakan dan dibiarkan
dingin dan membeku. ( Kenji chijiwa, 1982 ).
Pada proses pengecoran dikenal beberapa cetakan bermacam-macam cetakan:
Cetakan Pasir ( Sand Mold Casting ) Proses ini adalah proses yang tertua,
namun sampai saat sekarang masih tetap digunakan, karena sangat murah, simple
(sederhana ) dan tidak menggunakan mesin yang modern untuk pembuatan
cetakan. Cara ini menggunakan pasir sebagai bahan untuk cetakan.
Cetakan sentrifugal ( Centrifugal Casting ), Pengecoran sentrifugal adalah
pengecoran logam cair terlempar ke dinding rongga cetak yang berputar,
akibatnya logam cair, menimbulkan suatu gaya sentrifugal yang memberikan
tekanan sehingga mendapatkan logam dan menghasilkan produk bneda tuang
yang kuat, jadi proses ini dapat diartikan proses pengecoran dengan tekanan.
Akibatnya adanya tekanan maka kotoran kotoran yang terdapat pada cairan
logam akan terlempar keluar dan tidak memasuki cetakan. Pengecoran sentrifugal
ini biasanya untuk mencetak benda yang berbentuk silinder atau benda yang
panjang dan berat serta tidak memerlukan inti.
Permanent Mold Casting, Caranya hampir sama dengan cetakan pasir bedanya
bahan cetakannya dibuat dari logam. Bahan cetakan biasanya besi tuang kelabu
atau baja khusus. Cetakan ini sangat ekonomis dan dapat dipakai berulang
ulang. Sistem ini digunakan untuk mengecor paduan paduan bukan besi yang
mempunyai titik cair rendah, seperti : Mg, Al dan Cu. Cetakan ini dikerjakan
dengan permesinan dan memungkinkan mendapat permukaan yang baik dan
PKMT-5-15-4
ukuran ukuran yang akurat pada benda coran. Karena teknik pengecoran yang
lebih maju cara ini dapat juga digunakan untuk pengecoran paduan besi bertitik
cair tinggi.
Die Casting, Caranya sama dengan proses Permanent mold casting, hanya
berbeda cara memasukkan cairan logamnya. Pada proses ini cairan logam
dimasukkan kedalam cetakan dengan tekanan, suhu dan kecepatan tinggi.
Penekanan pada die castingdilakukan secara mekanik sedangkan pada Permanent
mold casting hanya grafisikasi dari logam cair itu sendiri.
Plaster Mold Casting, Proses ini merupakan pengembangan proses
pengecoran cetakan pasir, dimana bahan plaster sebagai media yang lebih baik
dari pada pasir.
Cetakan ini dipakai untuk mencetak barang barang kesenian. Bahan
cetakan adalah Gibs ( Ca So4 2H2o atau Ca So4 H2o ) atau kalsium sulfat yang
dicampur dengan talk, pasir, asbes dan sodium silikat. Cetakan Plaster mold
casting ini sangat cocok untuk membuat cetakan dari bahan Alumunium dan
Kuningan karena bahan Alumunium ini mempunyai kecairan dan mampu mesin
yang baik (mudah dibuat). (Kenji chijiwa, 1982).
Untuk mencetak suatu bahan harus mengetahui sifat-sifat dari suatu bahan
dengan cara pengujian secara langsung adapun Sifat khas bahan perlu dikenal
secara baik, karena bahan tersebut dipergunakan untuk berbagai keperluan dan
berbagai keadaan, sifat-sifat bahan yang diinginkan sangat banyak diantaranya
sifat-sifat mekanik dan sifat teknologi, kebanyakan sifat-sifat tersebut ditentukan
oleh jenis dan perbandingan atau yang membentuk bahan yaitu unsur dan
komposisinya.(George E Ditter, 1998)
Logam cair adalah cairan seperti air, tetapi berbeda dari air dalam beberapa
hal. Pertama, kecairan logam sangat tergantung pada temperatur dan logam cair,
akan cair seluruhnya pada temperatur tinggi, sedangkan pada temperatur rendah
berbeda dengan air, terutama pada keadaan di mana terdapat inti inti kristal.
Berat jenis logam cair lebih besar dari pada berat jenis air. Berat jenis air adalah
1.0 sedangkan besi cor 6,8 sampai 7, paduan alumunium 2,2 sampai 2,3 dan
paduan timah 6,6 sampai 6,8, jelas bahwa dalam hal berat jenis mereka berbeda
banyak dibandingkan berat jenis air. Oleh karena itu dalam segi alirannya juga
sangat berbeda, aliran logam mempunyai kelembaban dan daya tumbuk yang
besar. Air menyebabkan permukaan dinding wadah menjadi basah , sedangkan
logam cair tidak. Oleh karena itu kalau logam cair mengalir diatas permukaan
cetakan pasir, ia tidak meresap kedalam pasir, asalkan jarak antara partikel
partikel pasir cukup kecil. Perbedaan perbedaan tersebut membuat aliran logam
cair pada pengecoran berbeda sampai tingkat tertentu apabila dibandingkan
dengan aliran air.
Aliran logam cair dipengaruhi terutama oleh kekentalan logam cair dan oleh
kekasaran permukan cetakan. Sedangkan kekentalan tergantung pada temperatur
tinggi kekentalan menjadi lebih rendah, dan pada temperatur rendah kekentalan
menjadi lebih tinggi. Gambar 2.3 menunjukkan hal tersebut, dimana harga harga
yang ditunjukkan, diukur pada keadaan di mana logam cair mencair secara
sempurna. Harga kekentalan berubah sedemikian rupa sehingga harga
maksimumnya adalah 2 sampai 3 kali harga minimum, sesuai dengan perubahan
temperatur. Bila logam didinginkan sehingga terbentuk inti inti kristal, maka
kekentalan akan bertambah sangat cepat, tergantung pada jumlah inti intinya.
PKMT-5-15-5
Kalau inti inti kristal kurang dari 20 % dalam volume, kekentalan akan
bertambah berbanding lurus dengan jumlah inti kristal, sedangkan kalau inti inti
lebih besar daari 30 %, harga kekentalan sangat melonjak, dapat melebihi 10 kali
harga asal. Kekentalan tergantung pada macam logam. Kalau logam cair mengalir
melalui rongga sebuah cetakan, ia tidak mengikuti keadaan cair sempurna. Kalau
temperatur logam jauh diatas titik cair, maka lapisan beku tidak akan cepat
tumbuh pada permukaan dinding cetakan. Sedangkan apabila temperatur logam
dekat dengan titik cairnya atau cetakan mudah mengambil panas dari cairan
logam, maka lapisan beku akan cepat tumbuh pada permukaan dinding dan jalan
aliran menjadi lebih sempit, maka kemudian aliran memisahkan kristal kristal
yang membeku dan bercampur dengannya. Dalam hal ini mampu-alir akan
menurun sebagai akibat tambahan dari jalan aliran yang menyempit, yang kadang
kadang menghentikan aliran. Kalau cairan logam murni perlahan lahan
didinginkan, maka pembekuan terjadi pada temperatur yang konstan. Temperatur
ini disebut titik beku, yang khusus bagi logam. Umpamanya, titik beku tembaga
o o o o
adalah 1.083 C, perak 961 C, Alumunium 660 C dan timah 232 C.
Dalam pembekuan logam cair, pada permulaan tumbuhlah inti inti kristal.
Kemudian kristal kristal tumbuh sekeliling inti tersebut, dan inti tersebut, dan
inti lain yang baru timbul pada saat yang sama. Akhirnya seluruhnya ditutupi oleh
butir kristal sampai logam cair habis. Ini mengakibatkan bahwa seluruh logam
menjadi susunan kelompok kelompok butir kristal dan batas batasnya yang
terjadi diantaranya, disebut batas butir. Ukuran besar dari butir kristal tergantung
pada laju pengintian dan pertumbuhan dari inti. Kalau laju pertumbuhan lebih
besar dari laju pengintian, maka didapat kelompok kelompok butir butir
kristal halus. Kalau logam yang terdiri dari dua unsur atau lebih didinginkan dari
keadaan cair, maka butir butir kristalnya akan berbeda dengan butir butir
kristal logam murni. Apabila satu paduan yang terdiri dari komponen A dan
komponen B membeku, maka sukar didapat susunan butir butir kristal A dan
kristal B. apabila hal ini dipelajari secara terperinci, ada dua hal yaitu pertama
bahwa A larut dalam B atau B larut dalam A dari kedua bahwa A dan B terikat
satu sama lain dengan perbandingan tertentu. Hal pertama disebut larutan padat
dan yang kedua disebut senyawa antarlogam. Larutan padat adalah keadaan di
mana beberapa atom dari konfigurasi atom A disubtitusikan oleh atom atom B,
atau atom atom B menembus masuk ke dalam ruang bebas antar atom dari
konfigurasi atom atom A, di mana tidak merupakan campuran mekanis tetapi
keadaan larut secara atom. Senyawa antarlogam terdiri dari ikatan A dan B dan
mempunyai kisi kristal berbeda dari A dan B.
Dengan demikian maka struktur paduan dapat terdiri dari tiga macam
larutan padat, senyawa antar-logam dan logam murni sehingga kenaikan
komposisi paduan menyebabkan bertambahnya macam kristal dan struktur.
Pembekuan coran dimulai dari logam yang bersentuhan dengan cetakan,
yaitu ketika panas dari logam cair diambil oleh cetakan sehingga bagian logam
yang bersentuhan dengan cetakan itu mendingin sampai titik beku, di mana
kemudian inti inti kristal tumbuh. Bagian dalam dari coran mendingin lebih
lambat pada bagian luar, sehingga kristal kristal tumbuh dari inti asal mengarah
ke bagian dalam coran dan butir bitir kristal tersebut berbentuk panjang
panjang seperti kolom, yang disebut struktur kolom. Struktur ini muncul dengan
jelas apabila gradien temperatur yang besar terjadi pada permukaan coran besar,
PKMT-5-15-6
(paduan tembaga dengan seng) merupakan paduan antara tembaga dengan seng
dengan kadar seng bervariasi antara 10 % sampai 40 %. Kekuatan, kekerasan dan
keuletan padauan akan meningkat seiring dengan meningkatnya kadar seng, bila
kadar seng lebih dari 40 % akan terjadi penurunan kekuatan dan sewaktu dilebur
seng akan menguap. Seng membuat tembaga lebih sempurna sehingga akan
menjadi lebih keras dan karena itu lebih baik untuk dikerjakan dengan mesin
(Lawrence H. Van Vlack, 1992 ). Paduan seng sampai 39 % memberikan hamblur
campuran lebih kenyal sehingga dalam keadaan dingin dapat dengan sempurna
dirobah bentuknya dan tahan korosi tinggi.( Lawrence H. Van Vlack, 1992).
Diagram Fasa CuZn terdiri dari enam fasa yaitu , , , , , dan . Darisemua
fasa itu yang penting secara industri adalah logam kuningan dengan fasa , dan .
fasa mempunyai struktur FCC dan mempunyai struktur BCC ada juga fasa
dengan kisi super.( George E Ditter,1998 ).
Dari uji komposisi material ini dapat digunakan karena komposisi Cu 76%
dan Zn 11% (berdasarkan tabel 2) temperaturnya berkisar 1080-1130 oC.
Setelah diketahui komposisi hasil cor Paduan Tembaga Seng dilakukan proses
Pembuatan Cetakan, Proses pembuatan cetakan dimulai dengan menghitung
penyusutan logam pada waktu pembekuan dan pendinginan, maka pembuat pola
perlu mempergunakan Mistar susut yang telah diperpanjang sebelumnya
sebanyak tambahan penyusutan pada ukuran pola. Besarnya penyusutan sering
tidak isotropis sesuai dengan : bahan coran, tebal coran, atau ukuran dan kekuatan
inti. Kemudian mengingat bentuknya kadang kadang misar susut dirubah sesuai
dengan arah tegak atau mendatar. Oleh karena itu persyaratan harus dituliskan
pada gambar pengecoran. Harga tambahan penyusutan tergantung pada bahan
benda cor seperti di bawah ini.
Untuk pengerjaan cor, pola harus dibuat lebih besar sehingga benda yang
akan di tuang sebesar pola. Hal ini disebabkan untuk mengimbangi penyusuan
dan pengerjaan mesin lebih lanjut. Adapun ukuran pola yang direncanakan adalah
Diameter baling baling pola harus lebih besar dari pada diameter benda jadi,
karena untuk menyesuaikan ukuran benda jadi yang telah direncanakan.
perencanaan penuangan logam harus diperhatikan aliran kecepatan cairan dan laju
aliran suatu logam. Sebab apabila tidak diperhatikan menyebabkan cairan logam
tersebut menjadi tidak terkontrol dan logam tersebut akan cepat membeku.
Langkah pertama dalam pembuatan suatu benda cor ialah : persiapan pola.
Pola agak berbeda dibandingkan dengan benda cornya sendiri. Perbedaan tersebut
mencakup suaian pola untuk mengimbangi penyusutan dan permesinan dan
penambahan lainnya untuk memudahkan pengecoran. Pola biasanya dibuat dari
kayu karena relatif murah dan mudah dibentuk, karena penggunaan pola
batasannya terbatas. Tetapi apabila pola yang diperlukan untuk memproduksi
dalam jumlah yang banyak biasanya pola dibuat dari semen, gift, atau pasir.
Karena lebih awet dalam penggunaanya. Untuk membuat pola baling baling ini,
menggunakan bahan dari semen, karena pola dari semen ini tidak berubah bentuk
dan rata rata tidak memerlukan perawatan khusus. Pola ini dibentuk dengan
bantuan dari media pasir. Pasir yang digunakan untuk pembuatan pola cetakan ini
adalah pasir debu /pasir cetak alam, karena pasir ini telah mengandung sejumlah
PKMT-5-15-10
lempung sehingga untuk membuat cetakan baik untuk besi baja maupun non
ferro, hanya tinggal menambahkan air saja. Dan pasir ini ditemukan dibanyak
tempat tersebar diseluruh nusantara, dan murah harganya.
Pembuatan pola cetakan semen dilakukan dengan membuat model bagian atas dan
Model Bagian Bawah secara terpisah.
Untuk membuat cetakan permanen baling baling ini sama halnya dengan
pembuatan pola cetakan semen diatas, yaitu dengan menggunakan media pasir
cetak
PKMT-5-15-11
KESIMPULAN
1. Logam yang digunakan untuk cetakan ini adalah Paduan Cu-Zn untuk
pengecoran Alumunium, karena paduan ini memiliki titik didih yang lebih
tinggi dari alumunium dan proses pembuatan cetakan dapat dilakukan
pada industri kecil.
2. Cetakan logam lebih baik kualitas dan kuantitas jika dibandingkan dengan
cetakan pasir, terutama untuk produksi massal. Pada cetakan logam dapat
dproduksi 40 buah Baling-baling dalam waktu 2 jam, sedangkan pada
cetakan pasir 1 cetakan hanya untuk satu benda cetak. Kualitas dapat
dilihat dari permukaan cetakan.
3. Pada produk cetakan pasir tampak kasar jika dibandingkan dari produk
cetakan logam sehingga proses pengerjaan lanjut untuk cetakan pasir lebih
lama dan membutuhkan tenaga kerja tambahan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Benir, 1994, Ilmu bahan Logam jilid 1 3 Bhatara Jakarta.
2. Daniel A. Brandt, 1992, Metallurgy Fundamentals, The Goodheart-
Willcox Company inc, Illinois, USA.
3. Geoge E Ditter, 1998, Meallurgi Mekanik , PT. Erlangga Jakarta.
PKMT-5-15-13
ABSTRAK
Indonesia termasuk negara pengekspor minyak nilam terbesar di dunia. Bukan
hanya dalam jumlah, tetapi mutu minyak nilam Indonesia termasuk yang terbaik
di dunia dan sampai saat ini belum bisa dibuat tiruannya (sintetis). Minyak nilam
banyak digunakan sebagai bahan pengikat (fiksatif) dalam industri parfum,
sehingga wangi parfum tidak cepat menguap. Selain itu, aroma minyak wangi
parfum sendiri sangat khas, sehingga banyak dimnati konsumen di berbagai
belahan dunia. Selain sebagai parfum, minyak nilam juga banyak digunakan
dalam industri sabun, hair tonic, dan aroma terapi. Minyak atsiri adalah
senyawa yang mudah menguap dan tidak larut didalam air yang berasal dari
tanaman, dan dapat dipisahkan dari jaringan tanaman melalui proses destilasi /
penyulingan. Metode penyulingan dikelompokkan berdasarkan system kerja uap
dan system kondensasi. Pada sistem kerja uap terbagi menjadi tiga cara yaitu
sistem uap langsung, sistem rebus dan sistem kukus. Sedangkan dilihat dari
proses pengkondensaian terbagi menjadi dua cara yaitu sistem kondensasi total
dan sistem bertingkat. Pada sistem pengkondensasian bertingkat terdapat ruang
yang berfungsi untuk memisahkan antara minyak atsiri dengan uap air yang
disebut sebagai ruang pemisah yang bekerja berdasarkan prinsip kerja
perbedaan temperatur titik didih.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Minyak atsiri adalah senyawa yang mudah menguap dan tidak larut didalam
air yang berasal dari tanaman. Minyak atsiri dapat dipisahkan dari jaringan
tanaman melalui proses destilasi. Pada proses ini jaringan tanaman dipanasi
dengan air atau uap air. Minyak atsiri akan menguap dari jaringan bersama uap air
yang dilewatkan pada bahan baku. Campuran uap air dan minyak atsiri
dikondensasikan pada suatu saluran yang suhunya lebih rendah. Hasil kondensasi
berupa campuran air dan minyak atsiri yang sangat mudah dipisahkan karena
kedua bahan tidak dapat saling melarutkan.
Minyak atsiri banyak dibutuhkan dipasar dunia dan lokal sebagai
makanan, minuman, parfum, sabun, kosmetik, tapal gigi, dan obat-obatan
(balsem, obat gosok, obat batuk). Indonesia merupakan sentra produksi bahan
baku komoditas atsiri yang tersebar mulai dataran rendah hingga ketinggian 400m
diatas permukan air laut. Misalnya: lada, pala, nilam, akar wangi, kayu manis,
jahe, kayu putih, sereh wangi, adas, kenanga, ketumbar dan dataran tinggi diatas
800m (mentha dan vanili).
PKMT-5-16-2
Rumusan Masalah
Dari hasil survei pada pengusaha penyulingan permasalahan yang sering timbul
mengenai mesin penyuling konvensional adalah sebagai berikut :
1. Angka rendemen masih relatif rendah (sekitar 2,5 2,8 %) dikarenakan pada
proses konvensional minyak hasil penyulingan masih tercampur air sehingga
masih harus dipisahkan dengan sistem perbedaan berat jenis.
2. Belum adanya alat serupa dipasaran yang ada di pengusaha kecil
penyulingan atsiri.
3. Penyulingan secara konvensional atau dengan cara pengukusan langsung
menghasilkan minyak atsiri yang mutunya kurang baik yaitu masih terdapat
bau hangus.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang
akan dicapai melalui program ini adalah:
PKMT-5-16-3
Kegunaan/ Manfaat
Mesin penyuling minyak atsiri ini sangat berguna bagi masyarakat dan
industri jamu dan obat-obatan bila dapat direalisasikan, terutama dalam mengatasi
permasalahan yang mereka hadapi, yaitu :
1. Meningkatkan kadar rendemen minyak atsiri dibandingkan dengan
menggunakan mesin penyuling konvensional.
2. Meningkatkan kualitas minyak atsiri yang dihasilkan bila dibandingkan
proses penyulingan konvensional.
3. Menekan biaya produksi dan meningkatkan produktifitas industri
penyulingan yang digunakan sebagai bahan dasar industri jamu dan
obat-obatan.
Pembuatan PKM ini juga berguna memudahkan para penyuling minyak
atsiri skala rumah tangga untuk memiliki mesin penyuling berdimensi kecil
namun terap mengindahkan kualitas yang terjangkau oleh para petani kelas
menengah kebawah.
Dengan menggunakan system uap langsung maka uap yang dihasilkan tetap
bermutu tinggi tanpa membutuhkan biaya yang besar.
METODE PENDEKATAN
Waktu dan tempat
Program Kreativitas mahasiswa ini dilakukan mulai bulan Maret sampai
dengan Juni 2006, sedangkan pembuatan alat dilaksanakan pada laboratorium
Teknik Konversi Energi, Laboratorium Mesin Thermal, Laboratorium Mesin
Fluida, Laboratorium Elektronika dan Bengkel Mesin serta posko UKM
Pengembangan Pengetahuan Politeknik Negeri Semarang.
b. Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan panel dan mekanik
mesin penyuling:
Penggores
Penitik
Palu
Mesin Bor Besi
Kikir
Obeng
Mesin Pemotong
Mesin Bending
Ragum
Gergaji
Pengaris Besi
Besi Letter L
Plat Stainless Steel
Metode Kegiatan
Proses pembuatan alat ini meliputi pembuatan rangkaian elektronika, percobaan di
laboratorium, proses pembuatan kontrol, proses pembuatan mekanik, pengecatan
dan penyekatan thermal.
c.Instrumentasi
Pada penelitian ini penulis menggunakan tempat yaitu bengkel mesin,
laboratorium energi, laboraratorium Elektronika, laboratorium mesin
thermal, serta posko UKM Pengembangan Pengetahuan.
PKMT-5-16-5
Pembahasan
Perbandingan antara mesin penyuling berdasarkan sistem kerja uap :
Penyuling sistem Rebus Penyulingan Sistem Penyulingan Sistem Uap
kukus Langsung
Hanya cocok untuk bahan Hanya cocok untuk bahan Hanya cocok untuk bahan
yang jumlahnya sedikit yang jumlahnya relatif yang jumlahnya banyak
banyak
Hanya digunakan pada Hanya digunakan pada Dalam sekali penyulingan
satu bahan yang akan satu bahan yang akan dapat menyuling beberapa
disuling disuling bahan (menambah jumlah
Autoclave)
KESIMPULAN
Setelah melakukan penelitan tentang Mesin Penyuling Minyak Atsiri dengan
Sistem Uap Langsung dan Pendingin Bertingkat Dikendalikan dengan
Mikrokontroller maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Mesin Penyuling Minyak Atsiri dengan Sistem Uap Langsung dan
Pendingin Bertingkat Dikendalikan dengan Mikrokontroller merupakan
pengembangan dari mesin penyuling yang ada selama ini dan
disempurnakan dengan mikrokontroller yang bertugas mengatur motor dan
pompa sehingga kestabilan uap dapat terjaga dalam keadaan konstan.
2. Pengaturan suhu didalam ruang pemisah di setting pada suhu 850C sehingga
pada suhu tersebut uap air telah berubah fase menjadi fase cair sedangkan
minyak atsiri masih dalam fase uap. Dalam keadaan ini air akan turun
karena faktor gravitasi sehingga akan turun menuju ruang penampung dan
uap atsiri akan mengalir keatas menuju ruang penampungan minyak atsiri.
3. Mesin penyuling minyak atsiri yang kami buat sangat cocok untuk industri
skala rumh tangga dimana memiliki tonase yang relatif keci tetapi memiliki
banyak variasi pada produk yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Artono Koestoer Raldi. 2002. Perpidahan Kalor, Jakarta : Salemba
teknika
2. Hughes, F redrik W. 1990. Panduan OP-Amp, Jakarta : PT Elek
Media Komputindo Kelompok Gramedia
3. Joe Kaiser, B.S.E.E. 1991. Elektrical Power, Motors, Controls,
Generators, and Transformer. USA : Goodheart- Willcox Company,
Inc.
4. Lander, Cyril W. 1993. Power Electronics Third Edition. Singapura :
McGraw-Hill
5. Saptono, Heru,1994, Manajemen dan Perencanaan Alat Tepat Guna,
Bandung : Hikmah Teknik
6. Spotts M.F dan Shoups t.e,1985, Design of Machine Element Seventh
Edition, New Jersey : Prentice Hall Upper Saddle River
7. Towers, TD. 1977. Towers International Transistor Selector. England :
W. Foulsham & co. Ltd
8. Warsito S. 1995. Vademekum Elektronika Edisi Kedua. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama
9. Wijaya Citra, Paulus Ir. 1994. Buku Data IC OP- Amp dan
Rangkaian- Rangkaian OP-Amp. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo
10. Wodlard, Barry G. 2002. Praktical Electronics. Jakarta : PT Perca
PKMT-5-17-1
ABSTRAK
Kata kunci:
PKMT-5-18-1
Nadif Adroni, Rizky Satria , Bella V Irawan, Redi Fathuroji, Ilham Nugraha
PS Teknik Elektro ,Sekolah Tinggi Teknologi Telkom, Bandung
ABSTRAK
Menghemat energi listrik pada penerangan umum menggunakan suatu
autocontrol dengan integrasi sensor cahaya, sensor suara dan infra red. Tema
penghematan ini dilatarbelakangi oleh naiknya kebutuhan energi untuk
menyuplai kebutuhan listrik di Indonesia yang menyebabkan naiknya biaya
operasional pada pihak provider(PLN).Hal inilah yang memicu kemungkinan
naiknya Tarif Dasar Listrik (TDL). Untuk mengurangi kemungkinan naiknya
TDL tersebut, cara yang paling efektif dengan menghemat energi listrik di segala
bidang, salah satunya pada penerangan umum. Untuk menghemat energi pada
penerangan umum tersebut diperlukan suatu autocontrol sebagai pengganti kerja
manusia untuk mematikan lampu penerangan umum ketika traffic rendah dan
menghidupkan kembali ketika traffic tinggi secara otomatis pada malam hari,
sehingga ada suatu penghematan energi pada system ini. Pada pembutan
autocontrol ini didasarka pada integrasi tiga buah sensor yaitu sensor
cahaya,sensorsuara,dan infra red. Sensor cahaya untuk memastikan autocontrol
bekerja ketika malam hari,hal ini untuk menghindari lampu penerangan akan
hidup pada siang hari.Sensor suara digunakan untuk mendeteksi apakah trafik
tinggi atau rendah.Infra red digunakan sebagai sensor gerak untuk mendeteksi
mobil atau pengguna jalan lainnya.Dari ketiga integrasi ini didapatkan keadaan
lampu akan hidup jika dan hanya jika malam hari,traffic tinggi,dan ada mobil
atau penguna jalan yang sedang melintasi jalan tersebut.Untuk mengetahui kerja
autocontrol ini,autocontrol disimulasikan dengan model yang mewakili keadaan
yang ada di jalan umum yaitu model mobil,model jalan,model lampu
penerangan,dan model keadaan traffic Hasil dari simulasi ini didapatkan sutu
pengontrol otomatis yang memaitkan lampu ketika traffic rendah dan
menghidupkan kembali ketika traffic tinggi.Sehingga ketika ada selang traffic
rendah lampu dimatikan dan terjadi penghematan energi listrik selama selang
waktu ini.
PENDAHULUAN
Pada masa sekarang ini seiring dengan penghematan energi yang
dilakukan oleh pemerintah, maka diperlukan penghematan di segala bidang.
Listrik merupakan salah satu faktor utama yang perlu penghematan dalam
pemakaiannya. Bahkan instruksi penghematan listrik ini langsung
dikumandangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hal ini
menunjukkan tingginya urgensi dalam penghematan listrik di Indonesia.
Salah satu faktor yang mendorong adanya instruksi-instruksi tersebut
adalah naiknya harga listrik dunia yang mencapai 7% pertahun, sedangkan di
Indonesia sendiri mencapai 6% per 4 bulan. Kenaikan ini timbul karena adanya
PKMT-5-18-2
Secara umum tujuan dari PKM ini adalah membuat suatu model sistem
autocontrol yang berdasarkan prinsip aplikasi sensor suara, sensor cahaya dan
inframerah dan Membuat suatu model alat atau prototipe yang dapat dipakai
untuk penghematan energi listrik.pada penerangan umum
METODE PENDEKATAN
Perancangan model sistem autocontrol melalui aplikasi sensor suara,
cahaya dan inframerah ini melalui beberapa tahap dalam pembuatannya. Secara
umum metode pendekatan ini digambarkan pada gambar 1.1.
Perumusan Masalah
Pemyempurnaan Alat
trafik tinggi atau rendah dengan menampilkan rekaman jalan umum melalui
visualisasi komputer dan suara dari speaker komputer.
6. Uji & Analisis Alat
Pengujian dan analisa alat ini dilakukan setelah melakukan riset dan
eksperimen. Metode yang digunakan dilakukan dengan menganalis beberapa
percobaan untuk menguji kelayakan. Kegiatan ini dilakukan selama kurang
lebih dua minggu yang dimulai sekitar awal bulan April. Dalam percobaan ini,
ditemukan beberapa kekurangan dari fungsi alat tersebut dan kemudian
dilakukan analisis sebagi referensi untuk penyempurnaan alat. Tempat
melakukan percobaan tersebut dilaksanakan di Laboratorium Mekatronika
STT Telkom.
7. Penyempurnaan Alat
Dari hasil analisis setiap percobaan kami mendapatkan referensi untuk
melakukan perbaikan-perbaikan. Tempat melakukan perbaikan alat tersebut
dilaksanakan di Laboratorium Mekatronika STT Telkom. Kegiatan ini
memakan waktu lebih dari dua bulan sekitar pertengahan bulan April 2006
sampai pertengahan bulan Juni 2006.
Hasil studi lapangan yang telah dilakukan dengan perekaman trafik pada
malam hari menunjukkan trafik di Jembatan Pasoepati padat ketika jam 20.00 -
23.00 WIB, dan setelah itu trafik berkurang ketika jam 23.00-02.00 WIB,
selanjutnya trafik sepi ketika pukul 02.00-04.00 WIB. Trafik di jalan Ir. H. Juanda
PKMT-5-18-6
menunjukkan trafik padat antara pukul 20.00-01.00 WIB, setelah pukul 01.00-
04.00 trafik berkurang yang akhirnya menjadi sepi. Trafik pada Jalan
Kiaracondong menunjukkan padat pada pukul 20.00-00.00 WIB, setelah itu trafik
berkurang antara pukul 00.00-02.00 WIB, setelah itu menunjukkan trafik yang
sangat sepi sampai pukul 04.00 WIB. Hal ini didapatkan dengan melakukan
survei lapangan selama tiga hari diketiga tempat tersebut. Dari sini dapat dilihat
bahwa jeda waktu trafik padat, sedikit berkurang, dan sepi berbeda di setiap
daerah. Tidak hanya itu parameter sepi di ketiga jalan tersebut juga berbeda.
Seperti di Jalan Ir. H. Juanda hampir menunjukkan jalan tidak pernah sepi.
Walaupun trafik sepi tetapi tetap saja ada mobil yang lewat di jalan tersebut. Ini
sangat berbeda dengan di Jalan Kiaracondong yang ketika pukul 02.00 WIB
menunjukkan trafik sepi. Hal ini menimbulkan sedikit kesulitan pada penentuan
tetapan amplitudo tegangan. Amplitudo tegangan menentukan aktif tidaknya
sensor suara. Untuk saat ini ditetapkan sensor suara aktif sekitar 30 dB. Pada
rekaman yang diperoleh menunjukan trafik sepi pada level tegangan dibawah 30
dB. Pada jalan Kiaracondong keadaan sepi jauh dibawah 30 dB tapi di jalan Ir. H
Juanda dan Jembatan Pasoepati trafik sepi mendekati 30 dB atau mendekati
dengan nilai tersebut. Disini diambil level tegangan yang bisa mewakili ketiga
kondisi tersebut sehingga tetapan amplitudo pada sensor suara dapat melewatkan
sinyal atau aktif pada trafik diatas 30 dB.
Tingkat kebisingan suatu jalan raya berbeda di setiap tempat. Jika sensor
suara bekerja berdasarkan tingkat kebisingan maka sensor suara yang digunakan
pada autocontrol juga berbeda di setiap tempat. Sensor yang digunakan pada
autocontrol ini menggunakan tetapan amplitudo sepi 30 dB. Seandainya di suatu
jalan raya trafik sepinya diatas 30 dB yang mungkin dikarenakan suara yang
muncul tersebut selain dari pengguna jalan. Misalnya suara mesin pabrik atau
suara pesawat terbang di bandara yang dekat dengan jalan raya. Jika hal itu terjadi
maka autocontrol tetap menganggap bahwa trafik di daerah itu ramai walaupun
tidak ada pengguna jalan, karena tingkat tegangan yang dideteksi di atas tetapan
amplitudo. Untuk mengatasi hal ini dilakukan dengan mengubah tetapan
amplitudo tegangan yang terdapat pada sensor suara, sehingga pada jalan raya
yang mempunyai tingkat trafik yang berbeda digunakan tetapan amplitudo yang
berbeda. Sehingga autocontrol yang dipakai spesifik terhadap tetapan amplitudo
tegangan pada sensor suara yang berbeda-beda berdasarkan keadaan trafik pada
jalan tersebut.
Pengujian Alat
Tabel 5 Pengujian Alat
No Alat Hasil Keterangan
1 LDR pada Sensor Cahaya OK Input cahaya redup
(Aktif)
2 Sensor Suara OK Input diatas 30 dB
(Aktif)
3 Inframerah OK Pengiriman cahaya terhalang
(Aktif) pengguna jalan
4 Mikrocontroller OK Menghidupkan lampu dengan
restart 15 detik
PKMT-5-18-7
Hasil dari pembuatan alat autocontrol diperoleh suatu sistem yang dapat
tetap menghidupkan lampu jika dan hanya jika dalam keadaan redup (sedikit
cahaya), level tegangan trafik lebih besar sama dengan 30 dB dan ada pengguna
jalan. Hal tersebut di atas menunjukkan autocontrol menghidupkan lampu jika
semua sensor aktif.
Sensor cahaya aktif jika LDR menerima sedikit cahaya (keadaan redup).
Sensor suara aktif jika level tegangan lebih dari 30 dB. Inframerah aktif jika
pengguna jalan menghalangi proses pengiriman cahaya dari transmitter ke
receiver. Ketiga sensor tersebut dihubungkan dengan suatu gerbang logika AND.
Dengan demikian autocontrol memberikan sinyal aktif jika ketiga sensor
menunjukkan sinyal aktif. Setelah melewati gerbang AND, sinyal tersebut
dieksekusi oleh microcontroller. Mikrocontroller akan menghidupkan lampu jika
memperoleh sinyal aktif dan mematikan lampu jika memperoleh sinyal tidak
aktif. Apabila hanya terdapat satu atau dua mobil saja yang lewat, alat ini tidak
akan bekerja untuk menghidupkan lampu karena level kebisingan tidak terpenuhi
Prinsip ketiga sensor tersebut digabungkan dengan gerbang AND, sehingga
walaupun mungkin ada pengguna jalan tapi level tegangan pada sensor suara tidak
terpenuhi maka autocontrol tidak aktif atau tidak menghidupkan lampu mati.
Salah satu alasan adanya penerangan umum adalah menghindari
kriminalitas. Pada saat trafik rendah maka autocontrol akan mematikan lampu,
sehingga kemungkinan akan terjadi kriminalitas di daerah tersebut.Memang jika
penerangan umum tidak menyala dapat memicu kriminalitas, tapi ada solusi
dalam hal ini yaitu dengan cara tidak menghubungkan semua lampu pada
autocontrol tersebut. Mungkin dibuat jeda lampu yang dihubungkan pada
autocontrol, misalnya satu lampu duhubungkan kemudian lampu selanjutnya
tidak dihubungkan dan lampu selanjutnya duhubungkan kembali. Dengan
demikian ketika autocontrol mematikan lampu pada trafik rendah tidak semua
lampu jalan mati. Hal itu tetap memberikan penghematan energi listrik tanpa
memicu kriminalitas. Berdasarkan hasil survei di Jalan Binong dan Jalan Buah
batu kondisi jalan masih tetap terang walaupun hidupnya lampu selang seling
seperti diatas. Solusi lain kebanyakan jalan umum di kota Bandung terdapat
lampu komersil yang terdapat pada iklan jalan. Lampu tersebut cukup terang
untuk penerangan jalan.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari PKM ini adalah :
Penghematan energi listrik dipresentasikan dengan menggunakan model
sistem autocontrol yang meliputi tiga blok yaitu blok sensor, blok kontrol, dan
blok beban.
Penghematan energi listrik dapat dilakukan salah satunya dengan cara
menerapkan aplikasi sensor suara, sensor cahaya dan inframerah pada lampu
penerangan jalan.
Lampu akan hidup apabila sensor suara, sensor cahaya dan infra merah
mendapatkan sinyal aktif. Apabila salah satu dari ketiga sensor tersebut tidak
mendapatkan sinyal aktif maka lampu akan mati.
Sensor suara aktif apabila dilewatkan pada sinyal lebih dari 30 dB yang
merupakan rata-rata tingkat kebisingan trafik di jalan umum.
Penghematan listrik di segala bidang diperlukan untuk mengurangi tuntutan
pasokan energi listrik sehingga biaya operasi PLN dapat ditekan dan kenaikan
TDL dapat dicegah.
Penerangan umum merupakan salah satu bidang yang perlu dihemat karena
lampu jalan tidak perlu hidup terus-menerus ketika trafik rendah atau tidak
terdapat pengguna jalan.
PKMT-5-18-9
DAFTAR PUSTAKA
1. Horowitz P, Robinson I.Tuntunan laboratorium untuk seni dan desain
elektronika. PT Elex Media Komputindo Gramedia, Jakarta. 1992.
2. Ibnu Malik, Moh. Belajar mikrokontroler Atmel AT89S8252. Gava Media,
Yogyakarta. 2003.
3. Prasetyo Roem. Beberapa cara baru penghematan energi. 2004 Available
from:URL: www.portalIA-ITB.com
4. Republika. Ayo berhemat listrik. 2005. available from: URL: www.PLN
.com.
PKMT-5-19-1
ABSTRAK
Kata kunci:
PKMT-5-20-1
ABSTRAK
Kata kunci:
PKMT-5-21-1
ABSTRAK
YPAB (Yayasan Pendidikan Anak-Anak Buta) dalam mencetak huruf Braille
menggunakan mesin ketik manual sehingga hasil yang didapat kurang efisien
seperti untuk mencetak dalam jumlah banyak maka harus dilakukan pekerjaan
yang berulang-ulang. Untuk mengatasi kekurangan itu, maka digunakan mesin
printer huruf Braille yang dapat mencetak dalam jumlah banyak hanya dengan
sekali ketik. Prototype alat ini terdiri atas PC yang berfungsi untuk mengetik,
mengedit, dan mengkonversikan ke huruf Braille dengan menggunakan program
Borland Delphi 5 dan juga mikrokontroler MCS-51 serta suatu sistem mekanik
mesin printer huruf Braille yang berfungsi untuk mencetak relief huruf Braille.
Hasil pengujian diperoleh bahwa mesin printer huruf Braille dengan bantuan
mikrokontroler MCS-51 dapat digunakan untuk mencetak relief huruf Braille
dalam jumlah banyak hanya dengan sekali ketik. Kecepatan mencetak dari printer
ini adalah 30 menit per halaman dengan kondisi maksimum 552 karakter dan
ukuran kertas 21,5x30 cm.
PENDAHULUAN
Huruf Braille adalah model huruf yang didesain khusus untuk para tuna
netra. Huruf ini mempunyai keunikan tersendiri yaitu terdiri atas kombinasi titik-
titik yang timbul. Model huruf ini memegang peranan yang sangat penting bagi
para tuna netra dan juga bagi institusi-institusi yang bergerak di bidang
pendidikan khusus untuk tuna netra. Salah satu institusi yang dimaksud ialah
YPAB (Yayasan Pendidikan Anak Buta).
Saat ini, YPAB masih menggunakan mesin ketik manual huruf Braille untuk
membuat suatu tulisan dalam bentuk huruf Braille. Mesin ketik manual ini
mempunyai beberapa kelemahan. Sebagai contoh, apabila diinginkan copy dalam
jumlah yang banyak, maka harus diketik sejumlah yang diinginkan. Selain itu bila
terjadi kesalahan pengetikan, maka proses pengetikannya harus diulang dari awal.
Tentunya hal ini sangat tidak efisien karena menyita banyak waktu dan tenaga.
Lagipula pengetiknya harus bisa menguasai huruf Braille.
Oleh karena itu YPAB memerlukan suatu perangkat elektronika yang dapat
menggantikan mesin ketik manual huruf Braille. Berdasarkan masukan tersebut,
dikembangkan suatu mesin cetak huruf Braille yang dapat mencetak relief huruf
Braille pada media khusus Braille yang dapat melakukan banyak pencetakan
dalam sekali pengetikan. Pengetiknya dapat dilakukan oleh orang yang sama
sekali tidak mengerti huruf Braille.
PKMT-5-21-2
Dalam program ini, beberapa permasalahan yang harus diselesaikan antara lain :
a. Rancang bangun sistem mekanik mesin cetak
Perancangan sistem mekanik ini meliputi mekanik head penitik kertas dan
mekanik untuk loading kertas. Mekanik head penitik kertas harus dirancang
sedemikian rupa sehingga bisa mencetak huruf Braille dengan ukuran titik timbul
yang tepat (sekitar 0.5 mm). Selain itu, head penitik kertas tidak boleh
menyebabkan kertas menjadi berlubang pada saat melakukan penitikan. Mekanik
loading kertas harus dirancang untuk bisa menarik kertas satu persatu dari
sejumlah kertas yang diletakkan ke bin (tempat penampung kertas) pada setiap
proses pencetakan.
b. Perancangan dan pemrograman mikrokontroler
Mikrokontroler harus dirancang untuk bisa mengatur sistem mesin cetak mulai
dari mengatur margin kertas, mengatur kerja loading kertas sampai mengatur
gerakan head penitik kertas. Mikrokontroler ini dibuat dengan desain yang
seminimum mungkin (single chip system).
c. Perancangan program aplikasi
Program aplikasi dirancang untuk mengetik, mengedit, dan mengkonversikan
huruf latin menjadi huruf Braille.
d. Perancangan sistem elektronika
Perancangan ini terdiri atas perancangan sensor, perancangan driver solenoid, dan
perancangan driver motor.
Tujuan program ini ialah merancang dan membuat mesin cetak huruf Braille yang
dapat mencetak dalam jumlah banyak dengan sekali pengetikan.
METODE PENELITIAN
Beberapa metode digunakan untuk menunjang keberhasilan program ini. Metode-
metode tersebut adalah sebagai berikut :
1. Studi literatur huruf Braille dan pengumpulan data
Studi literature huruf braille terdiri atas studi bentuk huruf, tanda baca, tanda
aritmatika, aturan penulisan dan lain-lain. Pengumpulan data dilakukan dengan
melakukan survey ke YPAB. Data yang dikumpulkan antara lain cara kerja mesin
ketik manual huruf Braille dan hasil cetak mesin ketik manual huruf Braille
2. Perancangan sistem hardware dan software
Perancangan sistem hardware meliputi perancangan sensor, perancangan driver
solenoid, dan perancangan driver motor. Perancangan tersebut tidak perlu dimulai
dari awal karena sudah ada rangkaian-rangkaian sejenis yang telah dihasilkan dari
penelitian-penelitian sebelumnya. Perancangan sistem software meliputi
pemrograman mikrokontroler dan pemrograman software aplikasi.
PKMT-5-21-3
Huruf Braille
Barbier mengenalkan sonografi yang merupakan kode artileri berupa titik
dan garis putus-putus kepada institusi anak tuna netra. Institusi tersebut
merupakan institusi pertama yang didirikan oleh Valentin Hauy pada tahun 1784.
Pada institusi tersebut terdapat seorang anak cerdas dan berbakat yaitu Louis
Braille. Ia dilahirkan pada tanggal 4 Januari 1809. Dengan cepat ia mulai
mengetahui beberapa masalah dengan sistem Barbier, yang tidak pernah benar
benar digunakan di ketentaraan karena terlalu rumit. Sonografi menggunakan sel
12 titik, yang tidak hanya sebesar ujung jari tapi juga butuh waktu dan tenaga
untuk menulis dengan jarum. Kelemahan dari sonografi tidak ada tanda baca,
nomor, tanda nada, dan banyak sekali singkatan karena sel tersebut
melambangkan suara bukan huruf. Pada tahun 1824 Louis mengemukakan abjad
barunya pada awal pelajaran di sekolah. Dia telah menemukan 63 cara untuk
menggunakan sel enam titik. Banyak teman temannya yang sangat antusias
dengan penggunaan huruf baru ini. Setelah melalui jalan yang berat tahun 1860
tulisan Braile dapat diterima sebagai tulisan resmi bagi sekolah sekolah tuna netra
di seluruh Eropa.
Braille adalah sistem baca tulis untuk orang buta. Satuan dasar huruf Braille
adalah sel Braille. Huruf Braille yang ditemukan oleh Louis Braille terdiri dari 6
titik yaitu titik kiri atas adalah titik satu, titik kiri tengah adalah titik dua, tititk kiri
bawah adalah titik tiga, titik kanan atas adalah titik empat demikian seterusnya.
Dari semua titik ini mampu membuat 64 kombinasi. Huruf Braille dibaca dari kiri
ke kanan. Titik-titik yang digambarkan hitam merupakan titik yang timbul. Huruf
Braille sendiri dapat dibuat dengan metode positif atau negatif.
Dot 1 Dot 4
Dot 2 Dot 5
Dot 3 Dot 6
Gambar. 1. Titik Braille
Abjad yang digunakan dalam bahasa Indonesia adalah abjad latin dimana
mempunyai 26 huruf yang terdiri dari a-z. Dengan demikian huruf Braille juga
mempunyai kombinasi dari enam titik tersebut sebanyak 26 huruf yang masing
masing mewakili huruf latin dalam bahasa Indonesia. Dibawah ini akan diberikan
contoh abjad dan tanda baca.
PKMT-5-21-4
a b c d e
f g h i j
k l m n o
p q r s t
u v w x y
z dj tj nj sj
Deskripsi Sistem
Solenoid 1
Solenoid 2
Komputer
Solenoid 3
Sensor Driver
Mikro
Margin Solenoid
Solenoid 4
Driver
Stepper Solenoid 5
Stepper Stepper
Solenoid 6
Sumbu X Sumbu Y
Gambar 3 menunjukkan blok diagram sistem mesin cetak huruf Braille. Secara
umum, mesin cetak huruf Braille ini terdiri atas :
1. Komputer
Komputer digunakan untuk menjalankan program aplikasi pengetikan dan
pengkonversian huruf latin menjadi huruf Braille. Program aplikasi tersebut
dirancang dengan menggunakan bahasa pemrograman Borland Delphi atau Visual
C++.
2. Mikrokontroler MCS-51
Mikrokontroler yang akan digunakan untuk mesin cetak huruf Braille ini adalah
mikrokontroler AT89C51 yang mempunyai flash PEROM sebesar 4 kB, internal
RAM 128 byte, 4 paralel port I/O masing-masing 8 bit, port komunikasi serial dan
internal timer.
3. Sensor margin
Sersor margin ini terdiri atas dua bagian yaitu sensor margin atas dan sensor
margin kiri. Sensor margin atas dirancang dengan menggunakan sebuah opto
coupler berbentuk U lengkap dengan infra red transmitter dan photo transistor
receiver nya. Rangkaian sensor ini merupakan rangkaian sederhana yang
mengandalkan tersulut atau tidaknya basis phototransistor oleh cahaya yang
dipancarkan transmitter seperti pada gambar di bawah ini.
+5V
180 10 K
M IKRO
OP TO
GND GND
10 K
M IK R O
L IM IT S W IT C H
GND
Pada mesin cetak huruf Braille ini, digunakan 2 buah motor stepper. Motor
stepper pertama berfungsi untuk menggerakkan mekanik loading kertas. Motor
stepper kedua digunakan untuk menggerakan head penitik. Untuk rangkaian
driver stepper digunakan dua buah transistor yaitu TIP 31 dan FCS 9012 seperti
pada gambar 6. Rangkaian mikrokontroler akan mengaktifkan driver motor
stepper dalam kondisi logika rendah karena adanya transistor jenis PNP.
Pemilihan logika rendah dikarenakan kemampuan sink current mikrokontroler
lebih besar daripada source currentnya.
VCC
+5V D1
STEPPER
3K3
MIKRO
FCS 9012
33
TIP 31
GND
5. Driver Solenoid
Pada mesin cetak huruf Braille ini, digunakan 6 buah solenoid yang masing
masing solenoid berfungsi untuk menggerakkan batang penitik huruf Braille.
Rangkaian driver solenoid merupakan rangkaian switching yang terdiri dari dua
transistor yang memiliki hubungan darlington. Rendahnya source current dari
AT89C51, dan tingginya solenoid current menyebabkan dibutuhkannya rangkaian
darlington yang baik. Berikut gambar rangkaian darlington beserta solenoidnya.
+12V
D1
SOLENOID
15 K
MIKRO
BC 108
BD 139
GND
Pengujian Alat
Pada bagian pengujian alat ini akan diuraikan pengujian beberapa sarana
pendukung dalam pembuatan mesin printer huruf Braille ini. Pertama-tama akan
dibahas pengujian dari rangkaian driver solenoid yang digunakan sebagai
penggerak dari head pemukul relief huruf Braille. Kemudian dilanjutkan dengan
pengujian step-step yang diperlukan untuk mengatur jarak antar spasi dan antar
baris. Terakhir akan dijelaskan pengujian tentang sensor margin kertas baik batas
atas maupun batas bawah.
ada input yang berupa logik high yang ditunjukkan dengan pengukuran tegangan
yang menunjukkan sebesar 4,5 Volt maka solenoid memperoleh tegangan sebesar
12V sehingga solenoid dapat menarik inti besi.
Selain itu pada saat mendapatkan input yang berupa logik high, transistor
yang ada diukur tegangan Vce nya berada pada posisi Vsat yaitu lebih kecil dari
0,2 Volt.
Setelah huruf Latin yang akan dicetak dalam huruf Braille diketik, kemudian
selanjutnya adalah mengedit huruf Latin tersebut. Karena jumlah maksimal relief
huruf Braille pada mesin printer ini sebanyak 24 relief maka jumlah maksimal
huruf Latin yang akan dikonversikan ke huruf Braille harus sesuai. Proses
mengedit huruf Latin dalam satu baris agar sesuai dengan yang diinginkan dapat
dilihat pada gambar 9.
Pengujian pada proses mengedit huruf Braille dilakukan dengan menguji
beberapa kalimat. Hasil dari proses editing harus dalam satu baris yang hanya
terdiri dari huruf Latin, apabila dikonversikan ke huruf Braille berjumlah 24 relief
huruf Braille. Hasil pengujian menunjukkan kalimat yang dipakai dapat diedit
sesuai dengan perencanaan sehingga terlihat bahwa sampai pada prose editing
program ini berjalan dengan baik.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan program ini ialah
sebagai berikut :
Mesin printer huruf Braille dapat berjalan dengan baik dan mampu
menggantikan fungsi dari mesin ketik manual yang ada, dimana mesin
printer ini mempunyai kelebihan yaitu mampu mencetak dalam jumlah
banyak dengan hanya sekali ketik.
Mesin printer huruf Braille ini hanya dapat digunakan oleh operator bermata
normal karena input huruf pada program yang ada adalah huruf Latin yang
kemudian dikonversikan ke huruf Braille.
Program yang dibuat pada PC untuk mengetik, mengedit serta
mengkonversikan ke huruf Braille diperlukan spesifikasi tertentu sesuai
dengan bidangnya misalkan untuk bahasa Indonesia, bahasa Asing,
Matematika, Seni Musik dsb.
Kemampuan mesin printer ini untuk mencetak sebanyak 552 karakter huruf
Braille diperlukan waktu selama 30 menit per halaman dengan ukuran
kertas 21,5x30 cm.
DAFTAR PUSTAKA
Canadian Braille Authority. About Braille. 16 Juli 1999. <http://www.langara.
bc.ca/cba/>.
Holladay, David and Kaysen, Jesse. American Braille Basics. 2000.
<http://www.duxburysystems.com/>.
Koselan, Susanto W. Motor Stepper: Tipe dan Rangkaian Kontrol. Februari
2002. <http://alds.stts.edu/>.
Pedoman Menulis Braille Menurut Ejaan Baru yang Disempurnakan. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1974/1975.
Pranta, Anthony. Pemrograman Borland Delphi. Yogyakarta: Andi, 2001.
Rigned, John S. Solenoid Physics. Macmillan Encyclopedia of Physics: 1996.
Barry. 2 Juni 2002. <http://www.oz.net/>.
Science Joy Wagon. The Amount of Current in a Coil Directly Relates to
Magnetic Field Strength. 1999.
<htttp://www.sciencejoywagon.com/physicszone/>.
Science Joy Wagon. The higher the magnetic permeability, the stronger the
magnetic field. 1999. <htttp://www.sciencejoywagon.com/physicszone/>.
Science Joy Wagon. The number of turns of wire directly relate to the strength of
the magnetic field. 1999.
<htttp://www.sciencejoywagon.com/physicszone/>.
Sullivan, Joseph E. Louis Braille. Braillerman. 1998.
<http://www.braillerman.com/>.
Tanda-tanda Braille. Surabaya: YPAB(Yayasan Pendidikan Anak-anak Buta).
PKMT-5-21-12
The Canadian National Institute fo The Blind. Louis Braille. Braille Information
Centre. 2000. <htttp://www.cnib.ca/eng/index.htm>.
Detroit Coil Company. What is a solenoid. 2001.
<http://www.detroitcoil.com/index.html>.
World's Leading Manufacturer of Braille Embossers. How Braille Began.
Braille History. 1999. <http://www.brailler.com/>.
PKMT-5-22-1
ABSTRAK
Kata kunci:
PKMT-5-23-1
ABSTRAK
Peningkatan konsumsi energi, yang umumnya memanfaatkan minyak bumi, dari
tahun ke tahun semakin meningkat, untuk itu diperlukan adanya alternatif lain.
Energi matahari merupakan energi yang sangat melimpah, apalagi pada posisi
geografis Indonesia yang menyebabkan Indonesia banyak dikaruniai energi ini.
Akan sangat menguntungkan apabila energi ini dimanfaatkan secara optimal
sebagai alternatif pemenuhan energi. Pemanfaatan secara optimal energi
matahari harus dilakukan dengan cara yang optimal pula. Penelitian ini menitik-
beratkan pada pembuatan (rancang bangun) sistem pencari posisi matahari untuk
mendapatkan energi listrik terbesar yang mampu dihasilkan oleh sel surya yang
kemudian ditampilkan pada keluaran 8 bit. Didalam sistem, sel surya bekerja
bersama controller dan driver, yang dengan kesatuan sistem ini bisa didapatkan
energi yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan hanya menggunakan sel
surya saja. Untuk pengontrolan pergerakan motor stepper dilakukan secara
otomatis, yaitu dengan melakukan algoritma perbandingan nilai pada kedua
sensor LDR yang diletakkan pada kedua sisi sel surya, sehingga motor bergerak
mengarah pada posisi sumber cahaya optimal. Software yang dibuat berfungsi
untuk membandingkan tegangan output yang dihasilkan oleh kedua sensor LDR
dan mengatur pergerakan driver sel surya. Setelah nilai tegangan output yang
dibandingkan sama besar, maka driver akan secara otomatis berhenti bergerak
dan mengunci posisi tersebut. Data analog (tegangan) dari solar sel diubah
menjadi data digital dengan ADC 0804 dan diinputkan ke PC dengan Interface
PPI 8255. Pemrograman yang digunakan adalah Visual basic.
Dengan keseluruhan sistem itu, energi bisa diperoleh dengan sangat optimal.
Kata Kunci - Solar sel, motor stepper, ADC 0804, PPI 8255, Visual Basic.
PENDAHULUAN
Kenyataan bahwa peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun
secara otomatis akan mengakibatkan peningkatan konsumsi energi dikalangan
masyarakat. Penggunaan energi, baik produksi maupun konsumsi yang umumnya
memanfaatkan minyak bumi, salah satunya adalah produksi energi listrik yang
memakai bahan dasar solar untuk mengaktifkan diesel, akhir-akhir ini sudah di
batasi dikarenakan sudah semakin menipisnya kandungan minyak dunia. Hal ini
berdampak pada harga minyak sedunia yang mengalami peningkatan drastis.
Pemerintah Indonesia sendiri pada pertengahan tahun 2005 telah mencanangkan
penghematan energi dan pada tgl 1 oktober 2005, pemerintah menaikkan harga
lebih dari 100% untuk sebagian besar jenis BBM. Dan karenanya diperlukan
adanya suatu solusi khusus untuk menanggulangi kelangkaan energi akibat
menipisnya cadangan minyak bumi.
PKMT-5-23-2
Memperhatikan bahwa minyak bumi adalah sumber daya alam yang tak
dapat diperbaharui yang akhir-akhir ini penggunaanya sudah sangat dibatasi dan
dilain pihak energi surya (cahaya matahari) adalah energi yang sangat melimpah,
apalagi pada posisi geografis Indonesia yang dilalui oleh garis khatulistiwa yang
menyebabkan Indonesia banyak dikaruniai dengan energi ini. Akan sangat
menguntungkan apabila energi ini dimanfaatkan secara optimal sebagai alternatif
pemenuhan kebutuhan akan energi. Melihat kondisi seperti itu diharapkan dapat
dibuat suatu alat yang mampu memanfaatkan pasokan cahaya matahari sebagai
bahan dasar penghasil energi listrik, sehingga penggunaan minyak bumi sebagai
bahan dasar penghasil energi listrik bisa benar-benar dibatasi.
Alat untuk mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik itu sendiri
adalah solar cell. Bila dikembangkan dengan baik, energi yang dihasilkan oleh
solar cell akan dapat mencukupi kebutuhan energi listrik rumah tangga maupun
industri kecil sebagai sumber energi listrik alternatif. Namun sampai saat ini
penggunaan solar cell masih bersifat pasif dimana solar cell hanya diletakkan
pada posisi tertentu untuk menerima cahaya matahari. Hal ini kurang efektif
karena posisi matahari yang berubah menurut waktu rotasi bumi dan masa
revolusi matahari.
Dengan mengacu pada permasalahan-permasalahan di atas, maksud
pembuatan proposal ini adalah untuk merancang suatu sistem yang dapat
menggerakkan solar cell mengikuti posisi matahari sehingga mampu
menghasilkan energi listrik alternatif. Alat yang di buat ini didalamnya
mengandung controller yang mampu menggerakkan solar cell untuk mencari
posisi optimal matahari sehingga mampu menghasilkan energi listrik secara
maksimal.
Oleh karena itulah diperlukan suatu alat pengontrol (controller) yang dapat
menggerakkan solar cell untuk mendapatkan posisi yang optimal matahari.
Controller ini tersusun atas LDR sensor sebagai pendeteksi posisi matahari, motor
stepper sebagai penggerak solar cell, dan PPI-8255 sebagai interface (antar muka)
rangkaian dengan komputer. Data input analog, yang berupa intensitas cahaya
matahari yang diterima sensor LDR, diubah dalam bentuk biner menggunakan
ADC 0804 sebelum diolah didalam komputer. Data input yang telah dikonversi
menjadi bentuk digital akan mulai diproses oleh komputer berdasarkan program
yang telah dibuat dengan menggunakan Visual Basic (Ratna P dan Catur EW
2004 , Kusumo 2002). Output yang dihasilkan berdasarkan program akan
digunakan untuk menggerakkan driver (motor stepper), yang juga akan
menggerakkan solar cell, menuju posisi penerimaan cahaya matahari optimal.
Dengan adanya alat yang dihasilkan dari kegiatan ini, diharapkan mampu
menjadi alternatif pemenuhan energi listrik dikalangan masyarakat, khususnya
industri kecil. Disamping itu alat yang dihasilkan diharapkan dapat memberikan
sumbangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi masyarakat akademik,
khususnya masyarakat yang peduli pada perkembangan pemanfaatan teknologi
alternatif yang memanfaatkan tenaga surya.
PKMT-5-23-3
METODE PENDEKATAN
Adapun metodologi yang digunakan dalam PKM ini adalah :
Tahapan persiapan
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan bahan-bahan pustaka yang
diperlukan dalam pembuatan PKM, meliputi buku diktat, referensi, dll.
Setelah mengumpulkan materi yang dibutuhkan kemudian dilanjutkan
dengan memahami teori penunjang seperti bahasa pemrograman visual
basic, teori motor stepper, ADC 0804 dan interfacing komputer (perangkat
lunak) dengan perangkat keras.
Perencanaan Perangkat Keras dan Perangkat Lunak
Untuk perangkat keras meliputi pembuatan driver untuk motor stepper,
mekanisme gerak (mekanik) dan Rangkaian ADC. Sedangkan untuk
perangkat lunak meliputi perencanaan program yang menggunakan bahasa
Visual Basic (Ratna P. dan Catur E.W 2004 , Kusumo 2002), yang dapat
menentukan kinerja driver dalam merespon beberapa masukan (input) dari
cahaya ke dalam sel surya, untuk kemudian saling dibandingkan dengan
tujuan mendapatkan posisi terbaik untuk dapat menerima energi cahaya
optimal pada saat itu. Skema gambar sistem dapat dilihat pada Gambar 1.
Adapun flowchart dari metode pendekatan ini dapat dilihat pada Flowchart
Metodologi pada halaman selanjutnya.
Start
Persiapan
Pengujian
T Kondisi
sesuai
harapan
Output
End
Flowchart Metodologi
PKMT-5-23-6
Tabel 1. Perbandingan Parameter Output Sistem Sebelum dan Setelah Dipasang Controller
Output Sebelum Dipasang Controller Output Setelah Dipasang Controller
Tegangan Daya Tegangan Daya
Waktu (V) Arus (mA) (mW)) (V) Arus (mA) (mW))
07,00 10.21 25.8 263.418 12.93 50.8 656.844
08,00 12.92 33 426.36 13.01 52.2 679.122
09,00 13 57 741 13.16 75.2 989.632
10,00 13.15 79.2 1041.48 13.18 86.2 1136.116
11,00 13.16 89.8 1181.768 13.2 93.7 1236.84
12,00 13.2 95.1 1255.32 13.21 95.8 1265.518
13,00 13.17 90.2 1187.934 13.19 93.9 1238.541
14,00 13.15 79 1038.85 13.18 86.1 1134.798
15,00 13.01 58 754.58 13.15 74.9 984.935
16,00 12.88 32.9 423.752 13 51.8 673.4
17,00 9.28 23.5 218.08 12.82 49.7 637.154
PKMT-5-23-7
14
tegangan (V)
13 tegangan sebelum
12 dipasang sensor
11 tegangan setelah
10 dipasang sensor
9
07,00
08,00
09,00
10,00
11,00
12,00
13,00
14,00
15,00
16,00
17,00
waktu
80
dipasang sensor
60
arus setelah
40 dipasang sensor
20
0
0
0
,0
,0
,0
,0
,0
,0
,0
,0
,0
,0
,0
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
waktu
1400
1200
Daya sebelum
Daya (mW)
1000
800 dipasang sensor
600 Daya sesudah
400 dipasang sensor
200
0
07,00
08,00
09,00
10,00
11,00
12,00
13,00
14,00
15,00
16,00
17,00
Waktu
KESIMPULAN
Dengan menghasilkan sebuah produk yang memiliki kemampuan untuk
melacak posisi sumber cahaya optimal, memungkinkan alat ini untuk dapat
membantu usaha pengumpulan energi dari sumber cahaya tersebut. Namun karena
keterbatasan waktu, dana dan kemampuan, produk hasil PKM penerapan
teknologi ini belum dapat melakukan fungsi penyimpanan energi yang telah
didapatnya dari sumber cahaya untuk digunakan sebagai energi listrik alternatif.
Produk hasil PKM penerapan teknologi ini hanya mampu menampilkan intensitas
energi yang didapatkan oleh sistem berdasarkan input energi cahaya dari sumber
cahaya yang didapatnya. Jika dikembangkan lebih lanjut di bidang mekaniknya,
khususnya dalam hal ukuran solar cell yang digunakan diperbesar sekaligus
dihubungkan ke media penyimpanan energi, alat ini dapat menjadi salah satu
alternatif untuk mendapatkan sumber energi listrik dengan memasok energi
cahaya dari sumber cahaya yang dimanfaatkan saat itu.
Kami berharap dapat memberi sumbangsih ide kami melalui rancangan
produk yang telah kami hasilkan dalam PKM penerapan teknologi ini bagi
kemajuan dunia penelitian di bidang penerapan teknologi, masyarakat akademik
dan khususnya masyarakat yang peduli pada perkembangan pemanfaatan
teknologi alternatif yang memanfaatkan tenaga surya. Pula kami berharap untuk
pengembangan lebih lanjut dan penyempurnaan atas produk hasil dari PKM
penerapan teknologi ini agar benar-benar dapat dimanfaatkan untuk memasok
energi listrik alternatif bagi masyarakat, khususnya industri kecil.
Keluaran riil dari proposal yang kami ajukan ini berupa prototype yang
terdiri dari sel surya (solar cell) dan drivernya yang dapat digunakan untuk
melacak posisi optimal dari sumber cahaya yang sedang dideteksinya saat itu.
DAFTAR PUSTAKA