Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SISTEM PENGEMBANGAN PRODUKSI TERNAK


(PENGEMBANGAN PRODUKSI KAMBING SABURAI)

Disusun Oleh :
Miftahul Hasanah 206050101111018
Muhammad Rosyid 206050101111019
Zazin Fahresi Alamanda 206050101111021
Heni Ratnawati 206050101111022
Sofia Aulia Hidayat 2046000129

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulisan makalah yang berjudul “Pengembangan Produksi Kambing
Saburai”dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun sebagai tugas terstruktur mata
kuliah Sistem Pengembangan Produksi Ternak Pascasarjana Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini,
sehingga penulis berharap kepada pembaca untuk memberikan masukan, saran dan kritikan
untuk menyempurnakan makalah ini. Penulis juga berharap makalah ini dapat memberikan
manfaat yang baik untuk semua pihak yang membacanya, oleh karena itu penulis menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Semoga
Allah SWT. Memberikan balasan sesuai dengan jasa dan bantuan yang telah diberikan. Akhir
kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca pada
umumnya. Amin.

Malang, November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
1.1 Latar Belakang........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................
1.3 Tujuan .....................................................................................................................
1.4 Manfaat....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................
2.1 Kambing Saburai.....................................................................................................
2.2 Pembibitan Kambing Saburai..................................................................................
2.3 Teknologi Pengolahan Pakan..................................................................................
2.4 Manajemen PemeliharaanKambing Saburai...........................................................
2.5 Prospek Pengembangan Kambing Saburai.............................................................
2.6 Pengembangan Kambing Saburai...........................................................................
2.7 Pemasaran Kambing Saburai..................................................................................
2.8 Peran Pemerintah (Public Private Partnership, Pengembangan Model Inclusive
Close Loop) ............................................................................................................

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................


3.1 Kesimpulan.............................................................................................................
3.2 Saran.......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi berbagai negara di
dunia, tidak terkecuali Indonesia. Indonesia sebagai negara agraris dan memiliki sumberdaya alam
melimpah menjadikan usaha – usaha di bidang pertanian sangat berpotensi untuk dikembangkan.
Kontribusi sektor pertanian yang cukup besar tersebut tidak terlepas dari peran berbagai subsektor
didalamnya, termasuk subsektor peternakan. Menurut Hakim (2012), subsektor peternakan memiliki
peranan penting dalam menyediakan produksi daging, telur, dan susu untuk memenuhi permintaan
masyarakat yang saat ini semakin tinggi, salah satunya akibat dari peningkatan jumlah penduduk
yang terjadi di Indonesia. Semakin tingginya permintaan masyarakat akan produk - produk
peternakan menjadikan usaha ternak di Indonesia memiliki peluang usaha yang cukup besar. Salah
satu usaha ternak yang memiliki peluang usaha yang cukup besar di Indonesia adalah usaha ternak
kambing, dimana populasinya merupakan yang terbesar jika dibandingkan dengan ternak ruminansia
lainnya, seperti sapi, kerbau, kuda, dan domba.
Upaya peningkatan populasi kambing di Indonesia dapat dilakukan dengan berbagai hal,
misalnya dengan mendukung pengembangan usaha ternak kambing khususnya di daerah – daerah
dengan potensi yang besar untuk pengembangan usaha ternak ini. Saat ini sentra usaha ternak
kambing di Indonesia mayoritas berada di daerah – daerah yang berada di Pulau Jawa, diantaranya
Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat yang merupakan daerah - daerah dengan populasi
kambing terbesar di Indonesia. Namun, selain daerah - daerah tersebut, terdapat juga daerah lain yang
memiliki populasi kambing yang cukup besar. Lampung merupakan provinsi yang memiliki potensi
sebagai tempat pengembangan kambing.
Provinsi Lampung merupakan daerah dengan populasi kambing terbesar di Pulau Sumatera
dimana populasinya mencapai 1,30 juta ekor dan diikuti oleh Provinsi Sumatera Utara dengan
populasi kambing mencapai 900 ribu ekor. Selain itu, populasi kambing di Provinsi Lampung selama
lima tahun terakhir juga terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Selain populasi kambing di
daerah ini yang cukup besar, potensi usaha ternak kambing di daerah ini juga terlihat dengan adanya
jenis kambing khas daerah ini, yaitu kambing saburai.
Kambing saburai adalah komoditas asli Kabupaten Tanggamus yang merupakan hasil persilangan
antara kambing peranakan etawa (PE) betina dengan kambing boer jantan melalui metode inseminasi
buatan pada tahun 2001. Kambing jenis ini sangat cocok untuk dikembangkan di Kabupaten
Tanggamus karena memiliki iklim yang sesuai. Kambing jenis ini juga memiliki beberapa kelebihan,
yaitu bobot tubuh yang lebih besar, tingkat produksi dan kualitas daging lebih baik, dan memiliki
pertumbuhan yang lebih cepat. Selain itu, pemerintah di tingkat kabupaten maupun provinsi juga
sangat mendukung pengembangan usaha ternak kambing ini yang ditargetkan dapat menjadi
komoditas ekspor Provinsi Lampung. Namun, populasi kambing saburai di Kabupaten Tanggamus
saat ini masih terbilang rendah.
Berdasarkan Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Tanggamus (2015), persentase
tertinggi populasi kambing saburai jika dibandingkan dengan total seluruh populasi kambing di
Kabupaten Tanggamus terjadi pada tahun 2012, yaitu sebesar 23,16 persen sehingga belum sesuai
dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.140/3/2012 yang menyatakan
persentase rumpun tertentu yang ditetapkan sebagai sumberdaya genetik dalam wilayah sumber bibit
tidak boleh kurang dari 80 persen. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan
populasi dan pengembangan produksi ternak kambing saburai dengan memperhatikan kegiatan
usahanya dari hulu ke hilir sebagai suatu kesatuan sistem agribisnis.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan maka dapat di identifikasi rumusan masalah dari
makalah ini ialah bagaimana pengembangan produksi kambing saburai di Lampung dengan
memperhatikan kegiatan usahanya dari hulu sampai hilir.
1.3. Tujuan
Tujuan dari makalah ini ialah untuk mengetahui pengembangan produksi kambing saburai di
Lampung dengan memperhatikan kegiatan usahanya dari hulu sampai hilir.
1.4. Manfaat
Hasil pembahasan dari makalah ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada
akademisi yang akan melakukan penelitian atau mengkaji tentang kambing saburai, dan
sebagai sumber informasi kepada pelaku usaha kambing saburai sehingga dapat
mengembangkan produksi kambing saburai dan meningkatkan keuntungan usaha
peternakannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kambing Saburai
Kambing Saburai merupakan kambing hasil persilangan (crossbreeding) antara kambing
jantan unggul Boer dengan kambing betina Peranakan Etawa (PE) yang dikembangkan pada
Tahun 2002 di Kabupaten Tanggamus dan telah ditetapkan sebagai sumber daya genetik
lokal Provinsi Lampung (Grade 2) oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia pada tanggal
10 Juni 2015. Kambing Saburai dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kambing Saburai


https://www.google.com/search?
q=kambing+saburai&safe=strict&sxsrf=ALeKk00oxUftF6LOr66V1rBSa8sJnljqIQ:1606321016303&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved
=2ahUKEwjCqsmMjJ7tAhWEqksFHUZXA8MQ_AUoAXoECAIQAw&biw=911&bih=400#imgrc=zIQYUmjziCo1DM

Keunggulan Kambing Saburai dibandingkan dengan jenis kambing lainnya yang


didapatkan secara genetik dari tetuanya kambing pejantan Boer. Beberapa keunggulan
tersebut meliputi a) Bobot tubuh saat lahir lebih besar; b) Pertumbuhan lebih cepat dengan
pertambahan bobot tubuh lebih tinggi; c) Kadar kolestrol dagingnya lebih rendah; d) Nilai
jual ternak lebih tinggi; e) Lebih adaptif atau cepat beradaptasi dengan lingkungan; f) Lebih
resisten atau tahan terhadap penyakit; g) Prolifik (beranak banyak); dan f) Memiliki tekstur
daging yang lembut dan flavor yang lebih menarik.
Populasi ternak Kambing Saburai di Provinsi Lampung pada tahun 2014 adalah 26.399
ekor. Sebagian besar ternak Kambing Saburai tersebut berada di Kabupaten Tanggamus
(97.2%), sehingga Kabupaten Tanggamus layak disebut sebagai “Bumi Saburai” dan menjadi
kandidat sentra bibit Kambing Saburai. Sebagian kecil dari populasi Kambing Saburai
tersebut menyebar ke Kabupaten Pringsewu dan Kabupaten Pesawaran. Populasi kambing
saburai dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Populasi Kambing Saburai
Karakteristik Kambing Saburai setelah lepas sapih sampai umur 12 bulan yaitu warna bulu
tubuh putih polos; warna bulu pada kepala coklat; tanduk berwarna hitam, bulat, kuat,
melengkung ke atas dan ke belakang; bentuk tubuh kompak, padat, dan bulat; kaki pendek;
kepala besar; tidak terdapat punuk dan gelambir, serta tidak terdapat surai. Bentuk telinga
Kambing Saburai mewarisi kambing PE yaitu ukurannya panjang walaupun tidak sepanjang
Kambing PE. Namun, telinga Kambing Saburai tidak menutup kearah depan seperti halnya
telinga kambing PE. Tinggi tubuh Kambing Saburai lebih rendah daripada Kambing PE.
Konformasi tubuh Kambing Saburai lebih kompak dari pada Kambing PE.
2.2. Pembibitan Kambing Saburai
Pembibitan Kambing Saburai yang masih berbasis usaha peternakan rakyat berskala
usaha kecil, manajemen sederhana, pemanfaatan teknologi seadanya, lokasi tidak
terkonsentrasi, dan belum menerapkan prinsip usaha agribisnis yang baik harus segera
diperbaiki dengan penetapan kebijakan yang tepat untuk menunjang tumbuhnya usaha
perbibitan kambing Saburai yang produktif dan sesuai dengan kondisi peternak di wilayah
perdesaan. Kebijakan tersebut diarahkan pada suatu kawasan wilayah dengan mengefektifkan
program pemuliaan ternak dan pembinaan yang terintegrasi dengan pengembangan
komoditas lain yang saling melengkapi, terutama tanaman pangan dan perkebunan. Saat ini
wilayah pengembangan kambing Saburai di Provinsi Lampung baru tersebar pada Kabupaten
Tanggamus, Pringsewu, dan Pesawaran dengan Kabupaten Tanggamus sebagai sentra
pengembangan utama dan memiliki populasi kambing Saburai terbesar di Provinsi Lampung.
Ketiga kabupaten dapat dijadikan sentra perbibitan kambing Saburai harus didukung oleh
sarana inseminasi buatan yang lengkap.
Pembibitan kambing Saburai perlu diperhatikan karena kemampuan litter size yang tinggi
dapat memberikan prospek yang baik pada pengembangan produksi kambing Saburai di
Lampung. Litter size dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur induk, bobot badan, tipe
kelahiran, pengaruh pejantan, musim dan tingkat nutrisi. bobot sapih dipengaruhi oleh faktor
genetik, bobot lahir, produksi susu induk, litter size, umur induk, jenis kelamin anak dan
paritas.Wilayah yang ditetapkan sebagai lokasi pengembangan kambing Saburai
berkewajiban meningkatkan populasi dan produktivitas kambing Saburai yang dikelolanya.
Rendahnya efisiensi proses reproduksi sangat merugikan peternak, karena seekor ternak
betina hanya dapat menghasilkan keturunan dalam jumlah yang terbatas sepanjang masa
produktifnya. Berbagai hambatan dalam proses reproduksi akan menurunkan efisiensi proses
reproduksi, yang menyebabkan kerugian besar pada peternak. Pengelolaan reproduksi
merupakan salah satu hal penting untuk meningkatkan populasi dan produktivitas ternak
kambing Saburai. Penyediaan bibit ternak kambing jantan dan betina unggul dengan
performa fisik yang baik dan tingkat kesuburan yang tinggi sangat menunjang peningkatan
kinerja reproduksi ternak kambing Saburai, sehingga tujuan percepatan peningkatan populasi
dan peningkatan produktivitas ternak dapat dicapai dalam waktu cepat. Bibit kambing
Saburai jantan dan betina unggul dapat diperoleh melalui seleksi yang ketat atau melalui
impor ternak unggul. Performa yang menjadi sasaran seleksi pada kambing tipe pedaging
seperti kambing Saburai antara lain pertumbuhan prasapih, bobot umur satu tahun (Sulastri
dan Sumadi, 2002), bobot sapih dan pertumbuhan pascasapih. Penerapan program reproduksi
ternak yang secara ketat, termasuk penggunaan teknologi reproduksi Inseminasi buatan (IB)
dengan menggunakan semen dari pejantan unggul sudah seharusnya menjadi pilihan utama
untuk membuahi ternak betina yang birahi. Oleh karena itu, diperlukan pengadaan ternak
kambing Boer jantan baru dan peningkatan daya dukung teknologi inseminasi buatan.
2.3. Teknologi pengolahan Pakan
Kesulitan dalam menyediakan pakan yang memiliki kadar energi dan protein tinggi
merupakan permasalahan utama peternak. Pakan sumber energi dan protein cenderung mahal
harganya, sehingga tidak terjangkau daya beli peternak dan tidak efisien. Diperlukan strategi
pengadaan bahan pakan sumber energi dan protein berbahan baku lokal, misalnya dari
tanaman leguminosa. Diperlukan langkah terobosan dari sisi formula ransum, yaitu dengan
mengembangkan produk suplemen ransum yang mengandung bahan-bahan yang sering
defisien dalam ransum ternak kambing rakyat. Permasalahan yang sering muncul adalah
harga produk suplemen terlalu tinggi sehingga tidak terjangkau peternak rakyat. Peternak
hendaknya dibekali secara khusus sehingga secara mandiri dapat membuat produk suplemen
ransum ternak.
Teknologi pengolahan pakan flushing dapat digunakan untuk memperbaiki status nutrisi
induk kambing yang akan dan telah dikawinkan. Diharapkan dengan teknologi tersebut dapat
mempercepat perkembangan proses reproduksi dengan munculnya berahi dan meningkatkan
angka kebuntingan. Kemudian juga dapat digunakan pada induk bunting untuk memelihara
anak selama dalam masa kebuntingan, sehingga status kesehatan dan panen anak (cempe)
dapat meningkat. Teknologi pengolahan pakan flushing menjadi alternatif dalam
meningkatkan nilai nutrisi pakan yang akan diberikan pada induk-induk kambing yang akan
dikawinkan dan induk yang sedang bunting, selain itu teknologi pakan dapat meringankan
beban peternak dalam mencari pakan setiap hari, karena pakan dapat diawetkan terlebih
dahulu, mempermudah pemberian dan mencegah sisa pakan yang terlalu banyak (tidak
efisien).
Kambing Saburai yang biasa diberi pakan basal berupa rumput dan KBK. Untuk
meningkatkan ketersediaan nutrien KBK diperlukan sentuhan teknologi melalui pengolahan
dan suplementasi untuk mengoreksi defisiensi unsur tertentu. Pengolahan sekaligus untuk
memperpanjang masa simpan adalah dengan dibuat silase dengan penambahan bahan pakan
sumber karbohidrat. Teknik silase dan fermentasi sudah dikenal luas sebagai cara untuk
mengolah bahan pakan. Namun, dilaporkan bahwa penggunaan KBK pada domba dan
kambing menurunkan konsumsi bahan kering dan menghasilkan penurunan pertambahan
berat badan karena adanya antinutrisi theobromine (Alexander et al. 2008 dalam Silalahi,
Tambunan, Basri dan Hevrizen, 2015).
2.4. Manajemen Pemeliharaankambing saburai
1. Perkandangan
Kambing saburai di pelihara secara intensif atau dikandangkan. Kandang yang
digunakan berupa kandang panggung. Menurut Reynaldi dkk. (2019) Kelompok Ternak
Kambing Saburai di Lampung kebanyakan memelihara kambing dengan kandang
panggung. Kandang terbuat dari kayu beratap genting ataupun asbes. Lokasi kandang
juga dekat dengan kebun. Sumber air berasal dari sumur gali. Tujuan dilakukan
perkandangan pada ternak kambing adalah untuk memudahkan dalam mengawasi ternak
yang sakit, memudahkan dalam pemberian pakan dan menjaga keamanan ternak.
Kandang harus dibangun dilokasi yang tepat. Sebaiknya kandang di bangun menghadap
ke timur agar mendapat cahaya matahari yang maksimal dengan tujuan agar kesehatan
kambing terpelihara dengan baik. Bahan kandang yang digunakan harus kuat, murah dan
mudah didapat. Kandang harus beratap dan memiliki dinding berventilasi agar sirkulasi
udara lancar (Deptan. 2010).
Menurut Deptan (2010) Ukuran Kandang disesuaikan berdasarkan fase
pertumbuhannya yaitu :
- Anak: 1 X 1,2 m /2 ekor (lepas sapih)
- Jantan dewasa: 1,2 X 1,2 m/ ekor
- Dara/ Betina dewasa:1 X 1,2 m /ekor
- Induk dan anak: 1,5 X 1,5 m/induk + 2 anak
Model kandang yang biasa digunakan oleh peternak kambing saburai adalah
kandang panggung. Menurut Prabowo (2010) kandang panggung memiliki kelebihan
seperti kandang relatif bersih karena kotoran langsung terpisah, kebersihan kandang
terjamin, lantai kering dan tidak becek sehingga dapat menekan pertumbuhan bakteri dan
jamur penyebab penyakit. Namun kandang panggung memiliki resiko kecelakaan ternak
yang lebih tinggi dan biaya pembangunan lebih mahal karena membutuhkan bahan yang
lebih banyak. Prabowo (2010) menambahkan bahwa ruangan kandang perlu disekat-sekat
menjadi beberapa bagian. Manfaat penyekatan ialah untuk memisahkan ternak
berdasarkan status fisiologi sehingga :Memudahkan dalam mengatur pemberian pakan
menurut kebutuhan , Memudahkan dalam manajemen reproduksi(kawin, melahirkan,
menyusui), Menghindari perkawinan sebelum waktunya, Ternak jantan tidak saling
mengganggu, Memudahkan dalam penyapihan dan Ternak sakit dapat terisolir.
Sebaiknya sekat kandang sebaiknya bisa digeser(tidak permanen) agar mudah mengatur
luas ruangan sesuai dengan kebutuhan.
2. Pemeliharaan ternak
a. Pemeliharaan Betina Dewasa, Induk Bunting dan Menyusui
pemeliharaan betina dewasa dilakukan dengan meningkatkan kualitas pakan 2
minggu setelah dilakukan perkawinan. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi kambing untuk reproduksi agar berjalan dengan baik. Sedangkan untuk betina
bunting ditempatkan dalam kandang khusus bunting sehingga terpisah dari pejantan
dan kambing betina lain. Peningkatan kualitas pakan dilakukan 6 minggu menjelang
kelahiran.
Induk akan menyusui anaknya yang telah lahir. Pada induk betina yang pertama
kali melahirkan biasanya induk tidak langsung mau menyusui anaknya. Oleh karena
itu perlu dibantu untuk menyusu. Jika induk tetap tidak mau menyusui maka dapat
disusukan pada induk lain atau memberikan susu pengganti pada cempe. Bagi induk
yang memiliki 3 cempe atau lebih dapat di bantu dengan susu buatan (Syukur, 2009).
b. Pemeliharaan anak sebelum disapih (pre weaning)
Pada fase pra sapih cempe dibiarkan bersama induknya sampai umursapih
(±umur 3 bulan –5 bulan). Karena kambing saburai adalah kambing pedaging maka
paada periode ini perlu dilakukan marking atau penandaan, kastrasi pada kambing
jantan. Kastrasi ini dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan, mempercepat
pertumbuhan, untuk memperbaiki kualitas karkas agar karkas yang dihasilkan lebih
berlemak, serta menurunkan sifat agresif dari ternak jantan (Prabowo, 2010).
c. Pemeliharaan Anak Lepas sapih (Growing )
Pada saat penyapihan secara bersamaan dapat dilakukan pula seleksi dan culling.
Culling ini berarti menyingkirkan kambing yang memiliki kualitas buruk dan
mempertahankan ternak yang berpotensi tinggi untuk dipelihara secara intensif.
Pakan yang diberikan harus berkualitas baik agar laju pertumbuhan tinggi.
Pemeliharaan pada periode ini dibagi menjadi :Pemeliharaan ternak bakalan yang
akan digunakan sebagai kambing pedaging dan Pemeliharaan ternak pengganti yaitu
sebagai induk dan pejantan penghasil cempe (Prabowo, 2010).
3. Kesehatan
Berikut adalah penyakit yang sering menyerang kambing menurut Prabowo (2010)
a. Penyakit Cacingan
Penyakit cacingan pada kambing dapat disebabkan oleh cacing gilig, pipih dan
cacingpita. Gejala kambing yang menderita cacingan adalah kambing semakin kurus,
bulu berdiri dan kusam, nafsu makan berkurang, kambing terlihat pucat, kotoran
lembek sampai mencret.Kambing yang cacingan dapat diobati dengan obat tradisional
dan obat komersil. Berikut adalah cara membuat obat alternative yang dapat
menyembuhkan cacingan.
a. Daun nanas yang dikeringkan dan dihaluskan, kemudian ditimbang 300 mg untuk
1kg berat badan kambing, dicampur air, selanjutnya diminumkan dan diulang 10
harisekali (jangan diberikan pada ternak bunting).
b. Daun nanas segar dihilangkan durinya, ditimbang 600 mg untuk 1 kg berat
badankambing, kemudian diberikan pada kambing dan diulang 10 hari sekali
(jangandiberikan pada ternak bunting).Sedangkan obat komersial yang dapat
digunakan adalah albendazole, valbanzen atau ivermectin yang diulang setiap 3
bulan sekali. Pencegahan penyakit cacingan dapat dilakukan dengan :

 menjaga kandang tetap kering


 membuang sampah, kotoran dan sisa pakan jauh dari lokasi kandang
atau di buat kompos. Buanglah kotoran, sampah dan sisa pakan jauh
dari lokasi kandang atau dibuatkompos.
 Tidak menggembalakan kambing pada pagi hari dan pada satu area,
usahakan menggembala ke tempat yang berbeda-beda.
 Tidak memberikan rumput yang masih berembun. Sebaiknya jemur
atau angin-anginkan rumput sebelum diberikan ke kambing.
 Memotong rumput 2-3 cm di atas permukaan tanah. Agar telur cacing
yang ada di pangkal rumput tidak ikut terbawa oleh rumput.

b. Penyakit Kudis (Scabies/Kurap)


Penyebab penyakit kudis adalah Parasit kulit (Sarcoptes sp). Gejala dari kudis
adalah kulit memerah dan menebal, kambing merasa gatal, gelisah dan sering
menggaruk-garukan kulit yang terinfeksi pada dinding kandang dan bulu kambing
akan rontok. Bagian tubuh yang sering diserang adalah bagian muka, telinga,
pangkal ekor dan leher.
Penanganan kudis dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1. Obat tradisional
Cara membuat obat tradisional sebagai berikut
- Mencampurkan 1 cangkir oli dan 1 sendok makan cuka, 1 sdm
belerang yang dihaluskan dan 4 siung bawang merah lalu mengoleskan
pada bagian yang terkena kudis 2 kali sehari hingga sembuh.
- Belerang dihaluskan 3 sendok makan + 1 sendok makan minyak
goreng oleskan 2x sehari sampai sembuh.
2. Obat Pabrik
Suntik dengan Ivermectin secara sub cutan (dibawah
kulit).Pencegahan kudis dapat dilakukan dengan melakukan isolasi
ternak yang terjangkit, kemudian membersihkan kandang setiap hari,
memandikan kambing dengan asumtol 2 %, mencuci tangan sesudah
dan sebelum menyentuh kambing.
c. Diare
Penyebab diare pada kambing adalah Pakan berjamur atau terlalu muda,
bakteri, virus dan protozoa.Gejala diare pada kambing ditandai dengan kotoran
encer dan warnanya hijau terang/hijau gelap sampai hijau kekuningan, kambing
lemas, bila dibiarkan dapat menyebabkan kematian, bulu-bulu sekitar dubur kotor
akibat kotoran. Saat diketahui kambing diare maka segera lakukan isolasi,
memberikan oralit pada ternak yang sakit.
Untuk pencegahan diarea dapat dilakukan dengan menghindari pakan yang
menyebabkan diare dan selalu menjaga kebersihan kandang.
d. Kembung Perut
Penyebab perut kembung pada kambing adalah gas yang ditimbulkan oleh
makanan (rumput muda). Gejalanya berupa perut sebelah kiri membesar, napas
pendek dan cepat, tidak mau makan. Penanganannya dilakukan dengan
memberikan larutan gula merah dan asam jawa, kemudian mengurut perut
kambing agar gas keluar. Pencegahan perut kembung dapat dilakukan dengan
memberikan rumput yang tidak terlalu muda dan tidak segar.
2.5. Prospek Pengembangan Kambing Saburai
Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia harus diikuti dengan peningkatan pasokan
pangan. Prospek pengembangan ternak Kambing Saburai di Provinsi Lampung sangat
terbuka seiring dengan permintaan pasar terhadap ternak kambing semakin meningkat,
Sehingga masalah pemasaran hasil yang sering menjadi kendala petani dapat diatasi oleh
tingginya angka permintaan.
Pengembangan kambing saburai ini juga sangat bermanfaat untuk menyerap tenaga kerja
dan pengentasan kemiskinan di Provinsi Lampung. Percepatan tersebut sangat dimungkinkan
karena dukungan sumber daya (ketersediaan lahan, pasokan air untuk pertanian, keragaman
plasma nutfah, sumber daya manusia, lembaga pemerintah, lembaga pendidikan pertanian
(tingkat menengah dan tinggi), lembaga litbang, industri/swasta, dll) dan kondisi
agroekosistem sangat menunjang (Maesya dkk, 2018).
Populasi kambing saburai yang meningkat setiap tahunnya menjadikan kambing saburai
menjadi salah satu ternak yang memiliki peluang untuk dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan daging di Indonesia khususnya. Data populasi kambing saburai dari tahun 2014-
2018 dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Populasi Kambing Saburai di Provinsi Lampung pada Tahun 2014-2018


Sumber : Badan Pusat Statistik 2019 (diolah)
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa dalam kurun waktu lima tahun terakhir populasi
kambing di Provinsi Lampung selalu mengalami peningkatan. Peningkatan populasi kambing
di Provinsi Lampung dapat disebabkan oleh banyaknya jumlah dan munculnya semangat
peternak kambing dalam menjalankan usahanya. Pada tahun 2014, populasi kambing di
Provinsi Lampung mencapai 1,25 juta ekor dan terus meningkat menjadi 1,38 juta ekor di
tahun 2018. Meskipun populasi kambing terus meningkat, laju pertumbuhan populasi
kambing di Provinsi Lampung tidak lebih dari empat persen setiap tahunnya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa laju pertumbuhan populasi kambing di Provinsi Lampung masih
berjalan lambat.
Pertumbuhan populasi kambing di Provinsi Lampung yang masih berjalan lambat perlu
didorong melalui berbagai kebijakan. Pemerintah Provinsi Lampung saat ini terus
mendukung perkembangan usaha ternak kambing melalui penyaluran bantuan kepada para
pelaku usaha ternak kambing. Pelaku 1,250,823 1.297.872 1.326.103 1.360.734 1.386.009
1,150,000 1,200,000 1,250,000 1,300,000 1,350,000 1,400,000 2014 2015 2016 2017 2018
Populasi (ekor) Tahun (X) 7 usaha ternak kambing di Provinsi Lampung sebagian besar
berada di pedasaan dan tersebar di seluruh kabupaten/kota yang ada di Provinsi Lampung.
Prospek untuk memacu peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas per
satuan ternak melalui intensifikasi budi daya, penggunaan bibit unggul, dan penerapan
teknologi tepat guna yang inovatif melalui pengembangan potensi genetik yang dimiliki
Kambing Saburai harus terus ditingkatkan, jika melihat data yang ada maka potensi kambing
saburai di Lampung masih cukup baik, kebijakan pemerintah dengan memberi bantuan
modal usaha akan memunculkan peternak-peternak baru yang dapat mengembangkan
kambing saburai di Lampung. Perlu adanya edukasi terkait cara mengembangkan berbasis
teknologi agar produksi yang dihasilkan dapat lebih maksimal dan 3-5 tahun kedepan
Provinsi Lampung dapat menyumbang angka produksi daging kambing lebih tinggi lagi
secara nasional, sehingga harapan Indonesia untuk swasembada pangan dapat tercapai
apabila pengembangan ternak local dimasifkan.
2.6. Strategi Pengembangan Kambing Saburai
Strategi pengembangan kambing saburai dibagi menjadi 4 bagian sebagai berikut :
1. Penguatan sistem inovasi teknologi
Strategi penguatan sistem inovasi diarahkan untuk memperkuat seluruh pilar-pilar
sumber kreativitas dan inovasi yang ada di daerah melalui pengembangan iklim usaha
yang kondusif dan penyediaan paket teknologi tepat guna di seluruh segmen sistem
agribisnis Kambing Saburai. Pilar-pilar sumber kreativitas dan inovasi tersebut termasuk
para pelaku usaha (peternak), UMKM, industri/swasta, lembaga litbangyasa dan
perguruan tinggi, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, dll. Melalui inovasi
teknologi tepat guna secara bertahap dapat dicapai peningkatan efisiensi dan
produktivitas, kualitas, serta daya saing produk ternak Kambing Saburai.
2. Pengembangan Klaster Produksi
Program penguatan kelembagaan kelompok peternakan menjadi basis utama
pengembangan kluster produksi ternak Kambing Saburai di Provinsi Lampung. Pada
tahap awal, pengembangan kluster produksi ternak Kambing Saburai akan lebih
difokuskan pada sentra produksi eksisting yang telah berkembang. Beberapa aspek
penting yang menjadi bahan pertimbangan dalam pengembangan kluster produksi ternak
Kambing Saburai antara lain kesesuaian kondisi agro-klimat, kecukupan daya dukung
pakan ternak, dukungan infrastruktur transportasi, dukungan SDM dan kelembagaan,
perkembangan pasar, dll. Konfigurasi kluster produksi ternak Kambing Saburai harus
dirancang untuk mewujudkan sinergi pertumbuhan ekonomi antar wilayah.
3. Pengembangan Jaringan Inovasi
Strategi pengembangan jaringan inovasi ditujukan untuk secara efektif membangun
keterkaitan dan kemitraan antar aktor inovasi teknologi dalam agribisnis Kambing
Saburai. Melalui jaringan inovasi yang baik maka aliran dan difusi ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek) dapat berjalan baik dan efektif. Terjadinya aliran dan difusi iptek yang
baik pada dasarnya mencerminkan proses pembelajaran yang intensif telah terjadi pada
masyarakat peternak, yang pada gilirannya akan menumbuhkan kemandirian peternak
Kambing Saburai.
4. Pengembangan Teknoprener
Strategi pengembangan teknoprener ditujukan untuk secara bertahap dan
sistematis menumbuh-kembangkan wawasan dan budaya agribisnis. Wawasan dan
budaya agribisnis diarahkan untuk memperkuat jiwa entrepreneurship, yang kelak sangat
menentukan keberhasilan peternak Kambing Saburai dalam persaingan bisnis yang
semakin ketat. Wawasan dan budaya agribisnis selanjutnya akan menjadi wahana efektif
untuk mencapai modernisasi agribisnis Kambing Saburai menuju peningkatan nilai
tambah dan daya saing produk unggulan yang dihasilkan.
Pengembangan teknoprener diyakini akan sangat membantu pada program
pengembangan agribisnis Kambing Saburai. Program inkubator bisnis akan menjadi salah
satu program unggulan dalam pengembangan agribisnis Kambing Saburai. Program
inkubator bisnis akan diintegrasikan dalam program besar tekno-park dan terminal
agribisnis yang secara bertahap akan dikembangkan di Provinsi Lampung. Pada unit
tekno-park dan terminal agribisnis akan dimungkinkan tersedia fasilitas untuk magang
para calon wirausaha baru Kambing Saburai dari berbagai daerah di Provinsi Lampung.
Menurut Hirawan (2020) Permintaan Kambing saburai dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu :
a. Pengepul, semakin baik kinerja agen/pengepul kambing maka permintaan kambing
saburai akan meningkat.
b. Harga ternak, semakin rendah harga ternak maka jumlah permintaan kambing akan
meningkat.
c. Pendapatan penduduk, semakin tinggi pendapata penduduk maka permintaan kambing
aburai akan meningkat juga.
d. Bulan Haji, permintaan kambing Saburai akan meningkat ketika datangnya bulan haji.

2.7. Pemasaran Kambing Saburai


Pengembangan usaha ternak kambing saburai yang berorientasi agribisnis perlu
mempertimbangkan sistem produksi dan jaringan pemasaran serta kemampuan daya serap
pasar per kawasan. Skala usaha pemeliharaan ternak kambing bagi peternak merupakan
bagian terpenting yang perlu diperhatikan untuk mendukung keberlanjutan usaha agribisnis
ternak kambing di lahan kering (Budiarsana dkk, 2016).
Penjualan ternak kambing saburai dilakukan oleh petani/peternak pada waktu-waktu
tertentu yaitu untuk memenuhi kebutuhan mendesak (untuk modal usahatani, biaya anak
sekolah, kebutuhan pangan dan kebutuhan sehari-hari) dan menunggu harga kambing
mahal  menjelang hari raya Qurban (Hirawan, 2020)
Tempat penjualan ternak kambing saburai oleh petani umumnya dilakukan dirumah
dimana blantik atau pedagang pengumpul mendatangi petani/peternak. Harga umumnya
ditentukan oleh pembeli namun melalui proses tawar menawar. Cara untuk menentukan
harga adalah dengan ditaksir berdasarkan ukuran, umur, penampilan, warna bulu dan jenis
ternak kambing. Cara penentuan harga kambing dengan ditimbang hidup belum ada. Namun
baik petani/peternak maupun pedagang lebih menyukai penentuan harga kambing dengan
cara ditaksir. Cara tersebut lebih menguntungkan bagi penjual dibandingkan bila ditimbang
hidup. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh pedagang kepada petani umumnya dilakukan
secara tunai. Jenis dan ukuran kambing yang dijual maupun yang diminta pasar bervariasi
mulai dari anak lepas sapih, kambing muda, dan kambing dewasa serta jenis kelamin ternak.
Semua ukuran kambing yang dijual petani dapat di beli pedagang karena mempunyai peluang
pasar yang sama. (Hirawan, 2020).
Pembelian kambing saburai untuk bibit dan penggemukan umumnya dilakukan petani
pada sesama peternak, namun ada juga yang membeli di pasar hewan maupun pada pedagang
pengumpul. Jika petani membeli di pedagang pengumpul maupun di pasar hewan harganya
lebih mahal dibandingkan jika membeli pada sesama peternak (Hirawan, 2020)
2.8. Peran Pemerintah (Public Private Partnership, Pengembangan Model Inclusive
Close Loop)
A. Pengembangan Model Inclusive Close Loop
Pengembangan kambing saburai masih sangat konvensional karena
pengembangan hanya dilakukan oleh para peternak lokal. Efisiensi biaya yang masih
sangat rendah disebabkan oleh harga input produksi yang masih cukup mahal. Oleh
karenanya pengembangan kambing saburai sangat diperlukan semua elemen dalam
negeri untuk melakukannya, peran pemerintah, industri, perbankan, koperasi dan
akademisi perlu ditingkatkan.Salah satu program yang kami tawarkan adalah kemitraan
menggunakan model inclusive closed loop yaitu program kemitraan yang melibatkan
peternak, koperasi peternak, pemerintah, akademisi dan perbankan. Model ini yang sudah
dikembangkan oleh industri kelapa sawit di Indonesia 30 tahun terakhir, sehingga indutri
kelapa sawit Indonesia menjadi komoditi andalan yang menempati nomor satu dengan
jumlah 35,62 juta ton dengan nilai ekspor sebesar 16,61 miliar juta ton pada tahun 2019
(BPS, 2020). Banyak literatur penelitian yang membuat model inclusive closed loop
dengan empat elemen yaitu koperasi, industri, Lembaga keuangan dan pemerintah. Kami
mencoba menambah elemen tersebut dengan memasukkan peran akademisi dan teknologi
untuk mempercepat pengembangan kambing saburai di Indonesia.

Model inclusive closed loop

Industri

Pemerintah Perbankan
Teknologi

Peternak

Akademisi Koperasi

B. Peran pemerintah

Peternak memiliki beberapa permasalahan yang tidak bisa dipecahkan dengan


sendiri, antara lain ketersediaan input yang terjangkau. Sehingga efisiensi peternakan
tersebut bisa meningkat. Akses permodalan juga masih sangat sulit untuk dijangkau oleh
peternak rakyat. Dalam hal ini dilakukanlah integrasi dengan membentuk koperasi petani
untuk meningkatkan daya tawar peternak dibeberapa elemen. Pemerintah sebagai
pemegang kebijakan dan regulator dapat membuat kebijakan pengembangan kambing
saburai sebagai salah satu komoditi yang memiliki potensi dalam swasembada protein
dan memberikan kemudahan dalam pembentukan koperasi ternak. Selain itu pemerintah
juga memberikan kepastian akan ketersediaan lahan, sertifikasi lahan dan ketersediaan
infrastruktur yang mendukung keberhasilan pengembangan untuk peternak.

C. Peran Industri

Dengan membuat kebijakan yang mendorong berdirinya industri kambing saburai


membuat banyak investor yang akan tertarik dengan pengembangan kambing saburai
tersebut. Sehingga akan muncul beberapa industri peternakan kambing saburai.
Pemerintah dan Industri akan membuat roadmap pengembangan kambing saburai.
Permasalahan yang dihadapi peternak adalah ketersediaan input produksi yaitu bibit,
pakan dan akses terhadap pasar yang masih sulit. Industri dengan kemampuannya untuk
mengakses teknologi akan membuat input produksi akan menjadi murah. Selain itu
industri juga harus membuat kemitraan dengan peternak untuk pendampingan produksi
sesuai dengan Good Agriculture Practice (GAP). Pembelian output dari peternak rakyat
juga diperlukan dalam pemenuhan akses terhadap pasar, dengan demikian peternak hanya
dibebankan dalam hal produksi usaha peternakan tanpa harus memikirkan ketersediaan
pasar.

D. Peran Koperasi ternak

Koperasi dibentuk dengan tujuan kesejahteraan anggotanya, oleh karena itu


koperasi memiliki kewajiban untuk memberikan kemudahan dalam proses penyediaan
sarana produksi peternakan. Koperasi juga dapat mengakses permodalan kepada
Lembaga keuangan atau perbankan. Sehingga koperasi berkewajiban untuk menyalurkan
kredit kepada peternak yang ingin meningkatkan kapasitas produksi atau untuk
pembiayaan lainnya.

E. Peran Perbankan
Perbankan merupakan Lembaga penting dalam penyediaan permodalan ditingkat
peternakan rakyat. Selain untuk permodalan perbankan bisa memberikan asuransi untuk
ternak dan juga memberikan fasilitas pembiayaan dengan bunga menarik kepada koperasi
ternak. Untuk industri, perbankan bisa memberikan stimulus kredit dalam rangka
percepatan pengembangan industri peternakan, selain itu industri peternakan bisa mencari
pendanaan dan lelang dengan jaminan pembelian hasil panen (offtaker). Apalagi status
perbankan di Indonesia banyak yang milik BUMN sehingga percepatan-percepatan ini
bisa dilakukan dengan intervensi oleh pemerintah RI.

F. Peran Akademisi

Melalui riset yang dilakukan oleh perguruan tinggi akan mengetahui permasalahan
yang ada di tingkat peternak rakyat. Perguruan tinggi juga seharusnya mampu
menghasilkan riset yang tepat guna dalam pembangunan peternakan kambing saburai.
Akademisi, pemerintah, industry dan juga koperasi bisa membuat roadmap dalam upaya
pembangunan peternakan kambing saburai. Kerjasama seperti ini bisa menciptakan dan
membuat teknologi baru, seperti teknologi pengolahan pakan dengan menggunakan
limbah pertanian yang tersebar diwilayah tersebut. Pendampingan untuk menciptakan
usaha peternakan yang lebih efisien melalui program mengabdi yang merupakan
tridharma perguruan tinggi.

G. Peran Teknologi

Revolusi industry 4.0 membuat banyak distrupsi terjadi diberbagai sektor yang ada
di Indonesia, tak terkecuali peternakan. Teknologi yang dimaksud adalah Internet of
Things (IoT) yang bisa memberikan banyak manfaat dalam perkembangan usaha
peternakan. Mulai dari hulu, budidaya dan hilir semua bisa terkendali melalui teknologi.
Teknologi bisa masuk ke semua elemen yang ada dalam model inclusive closed loop.
Banyak start-up yang bisa membuat usaha peternakan memiliki penambahan nilai.
Teknologi memberikan value added dalam pelaksanaan usaha peternakan. E-commerce
atau marketplace adalah salah satu contoh pemanfaatan teknologi dalam usaha
peternakan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Kambing saburai adalah komoditas asli Kabupaten Tanggamus yang merupakan hasil
persilangan antara kambing peranakan etawa (PE) betina dengan kambing boer jantan melalui
metode inseminasi buatan pada tahun 2001. Kambing jenis ini sangat cocok untuk
dikembangkan di Kabupaten Tanggamus karena memiliki iklim yang sesuai. Kambing jenis ini
juga memiliki beberapa kelebihan, yaitu bobot tubuh yang lebih besar, tingkat produksi dan
kualitas daging lebih baik, dan memiliki pertumbuhan yang lebih cepat. Namun, populasi
kambing saburai di Kabupaten Tanggamus saat ini masih terbilang rendah.
Pengembangan kambing saburai dilakukan dengan strategi Penguatan sistem inovasi
teknologi Pengembangan Klaster Produksi, Pengembangan Jaringan Inovasi dan pengembangan
Teknoprener. pengembangan kambing saburai sangat diperlukan semua elemen dalam negeri
untuk melakukannya, peran pemerintah, industri, perbankan, koperasi dan akademisi perlu
ditingkatkan.Salah satu program yang kami tawarkan adalah kemitraan menggunakan model
inclusive closed loop yaitu program kemitraan yang melibatkan peternak, koperasi peternak,
pemerintah, akademisi dan perbankan.

3.2. Saran
1. Pelaku industri melakukan kemitraan dengan peternak untuk pendampingan produksi
sesuai dengan Good Agriculture Practice (GAP).
2. Mendirikan koperasi ternak. Koperasi juga dapat mengakses permodalan kepada
Lembaga keuangan atau perbankan.
3. Memanfaatkan teknologi yang ada saat ini dengan pembuatan start up di bidang
peternakan.
DAFTAR PUSTAKA

Adhianto, k., M. D.I. Hamdani, Sulastri dan I. Listiana. 2016. Performan Produksi Kambing
Saburai Jantan Pada Dua Wilayah Sumber Bibit di Kabupaten Tanggamus. Sains
Peternakan Vol. 14 (2): 22-29

Budiarsana, I. G. M., B. Wibowo, dan D. Priyanto. 2016. Produktivitas dan Rantai Pasok Ternak
Kambing dan Domba (KADO) Studi Kasus di Kabupaten Tegal. Jurnal Ilmu Ternak
Universitas Padjadjaran 16(2) : 35-42.

Deptan. 2010. Beternak Kambing Intensif. Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianBalai
Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat. Mataram.

Hirawan. P. 2020 Analisis Sistem Agribisnis Usaha Ternak Kambing Saburai Pada Koperasi
Produsen Peternak (KPP) Saburai Mandiri di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus.
Skripsi. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Maesya, A dan S. Rusdiana. 2018. Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing dan Memacu
Peningkatan Ekonomi Peternak. Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian 7(2) : 135-148.

Mahmilia, F. dan S. Elieser. 2008. Korelasi Lama Bunting dengan Bobot Lahir, Litter Size 40
dan Daya Hidup Kambing Boerka-1. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan 41
Veteriner 2008.

Prabow, A. 2010. Budidaya Ternak Kambing (Materi Pelatihan Agribisnis bagi KMPH). Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan. Palembang.

Renaldy, Y., M. Hartono, S. Suharyati. 2010. Prevalensi Cacing Saluran Pencernaan Kambing
Saburai pada Kelompok Ternak di Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.
Jurnal Riset Dan Inovasi Peternakan Vol 3(1):25-30.

Setiadi, B. Subandriyo, M. Martawidjaja, I-K Sutama, D. Yulistiani dan Dwi Priyanto. 2002. 13
Evaluasi Keungulan Produktivitas dan Pemantapan Kambing Persilangan. Kumpulan 14
Hasil-Hasil Penelitian Peternakan APBN Tahun Anggaran 2001. Balai Penelitian Ternak,
Ciawi, Bogor. Pp 123 – 142

Silalahi, M., Tambunan RD, Basri E, Hevrizen R. 2015. Peningkatan Nilai Gizi dan Kecernaan
Kulit Buah Kakao sebagai Pakan Ternak Kambing Saburai. Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner 2015

Sulastri, Sumadi, T. Hartatik dan N. Ngadiyono. 2014. Performans pertumbuhan Kambing


Boerawa di Village Breeding Centre, Desa Dadapan, Kecamatan Sumberejo, Kabupaten
Tanggamus, Provinsi Lampung. Sains Peternakan. 12 (1), Maret 2014: 1-9. ISSN 1693-
8828.

Anda mungkin juga menyukai