Disusun Oleh :
Miftahul Hasanah 206050101111018
Muhammad Rosyid 206050101111019
Zazin Fahresi Alamanda 206050101111021
Heni Ratnawati 206050101111022
Sofia Aulia Hidayat 2046000129
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulisan makalah yang berjudul “Pengembangan Produksi Kambing
Saburai”dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun sebagai tugas terstruktur mata
kuliah Sistem Pengembangan Produksi Ternak Pascasarjana Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini,
sehingga penulis berharap kepada pembaca untuk memberikan masukan, saran dan kritikan
untuk menyempurnakan makalah ini. Penulis juga berharap makalah ini dapat memberikan
manfaat yang baik untuk semua pihak yang membacanya, oleh karena itu penulis menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Semoga
Allah SWT. Memberikan balasan sesuai dengan jasa dan bantuan yang telah diberikan. Akhir
kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca pada
umumnya. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
1.1 Latar Belakang........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................
1.3 Tujuan .....................................................................................................................
1.4 Manfaat....................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................
2.1 Kambing Saburai.....................................................................................................
2.2 Pembibitan Kambing Saburai..................................................................................
2.3 Teknologi Pengolahan Pakan..................................................................................
2.4 Manajemen PemeliharaanKambing Saburai...........................................................
2.5 Prospek Pengembangan Kambing Saburai.............................................................
2.6 Pengembangan Kambing Saburai...........................................................................
2.7 Pemasaran Kambing Saburai..................................................................................
2.8 Peran Pemerintah (Public Private Partnership, Pengembangan Model Inclusive
Close Loop) ............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi berbagai negara di
dunia, tidak terkecuali Indonesia. Indonesia sebagai negara agraris dan memiliki sumberdaya alam
melimpah menjadikan usaha – usaha di bidang pertanian sangat berpotensi untuk dikembangkan.
Kontribusi sektor pertanian yang cukup besar tersebut tidak terlepas dari peran berbagai subsektor
didalamnya, termasuk subsektor peternakan. Menurut Hakim (2012), subsektor peternakan memiliki
peranan penting dalam menyediakan produksi daging, telur, dan susu untuk memenuhi permintaan
masyarakat yang saat ini semakin tinggi, salah satunya akibat dari peningkatan jumlah penduduk
yang terjadi di Indonesia. Semakin tingginya permintaan masyarakat akan produk - produk
peternakan menjadikan usaha ternak di Indonesia memiliki peluang usaha yang cukup besar. Salah
satu usaha ternak yang memiliki peluang usaha yang cukup besar di Indonesia adalah usaha ternak
kambing, dimana populasinya merupakan yang terbesar jika dibandingkan dengan ternak ruminansia
lainnya, seperti sapi, kerbau, kuda, dan domba.
Upaya peningkatan populasi kambing di Indonesia dapat dilakukan dengan berbagai hal,
misalnya dengan mendukung pengembangan usaha ternak kambing khususnya di daerah – daerah
dengan potensi yang besar untuk pengembangan usaha ternak ini. Saat ini sentra usaha ternak
kambing di Indonesia mayoritas berada di daerah – daerah yang berada di Pulau Jawa, diantaranya
Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat yang merupakan daerah - daerah dengan populasi
kambing terbesar di Indonesia. Namun, selain daerah - daerah tersebut, terdapat juga daerah lain yang
memiliki populasi kambing yang cukup besar. Lampung merupakan provinsi yang memiliki potensi
sebagai tempat pengembangan kambing.
Provinsi Lampung merupakan daerah dengan populasi kambing terbesar di Pulau Sumatera
dimana populasinya mencapai 1,30 juta ekor dan diikuti oleh Provinsi Sumatera Utara dengan
populasi kambing mencapai 900 ribu ekor. Selain itu, populasi kambing di Provinsi Lampung selama
lima tahun terakhir juga terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Selain populasi kambing di
daerah ini yang cukup besar, potensi usaha ternak kambing di daerah ini juga terlihat dengan adanya
jenis kambing khas daerah ini, yaitu kambing saburai.
Kambing saburai adalah komoditas asli Kabupaten Tanggamus yang merupakan hasil persilangan
antara kambing peranakan etawa (PE) betina dengan kambing boer jantan melalui metode inseminasi
buatan pada tahun 2001. Kambing jenis ini sangat cocok untuk dikembangkan di Kabupaten
Tanggamus karena memiliki iklim yang sesuai. Kambing jenis ini juga memiliki beberapa kelebihan,
yaitu bobot tubuh yang lebih besar, tingkat produksi dan kualitas daging lebih baik, dan memiliki
pertumbuhan yang lebih cepat. Selain itu, pemerintah di tingkat kabupaten maupun provinsi juga
sangat mendukung pengembangan usaha ternak kambing ini yang ditargetkan dapat menjadi
komoditas ekspor Provinsi Lampung. Namun, populasi kambing saburai di Kabupaten Tanggamus
saat ini masih terbilang rendah.
Berdasarkan Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Tanggamus (2015), persentase
tertinggi populasi kambing saburai jika dibandingkan dengan total seluruh populasi kambing di
Kabupaten Tanggamus terjadi pada tahun 2012, yaitu sebesar 23,16 persen sehingga belum sesuai
dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.140/3/2012 yang menyatakan
persentase rumpun tertentu yang ditetapkan sebagai sumberdaya genetik dalam wilayah sumber bibit
tidak boleh kurang dari 80 persen. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan
populasi dan pengembangan produksi ternak kambing saburai dengan memperhatikan kegiatan
usahanya dari hulu ke hilir sebagai suatu kesatuan sistem agribisnis.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan maka dapat di identifikasi rumusan masalah dari
makalah ini ialah bagaimana pengembangan produksi kambing saburai di Lampung dengan
memperhatikan kegiatan usahanya dari hulu sampai hilir.
1.3. Tujuan
Tujuan dari makalah ini ialah untuk mengetahui pengembangan produksi kambing saburai di
Lampung dengan memperhatikan kegiatan usahanya dari hulu sampai hilir.
1.4. Manfaat
Hasil pembahasan dari makalah ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada
akademisi yang akan melakukan penelitian atau mengkaji tentang kambing saburai, dan
sebagai sumber informasi kepada pelaku usaha kambing saburai sehingga dapat
mengembangkan produksi kambing saburai dan meningkatkan keuntungan usaha
peternakannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kambing Saburai
Kambing Saburai merupakan kambing hasil persilangan (crossbreeding) antara kambing
jantan unggul Boer dengan kambing betina Peranakan Etawa (PE) yang dikembangkan pada
Tahun 2002 di Kabupaten Tanggamus dan telah ditetapkan sebagai sumber daya genetik
lokal Provinsi Lampung (Grade 2) oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia pada tanggal
10 Juni 2015. Kambing Saburai dapat dilihat pada Gambar 1.
Industri
Pemerintah Perbankan
Teknologi
Peternak
Akademisi Koperasi
B. Peran pemerintah
C. Peran Industri
E. Peran Perbankan
Perbankan merupakan Lembaga penting dalam penyediaan permodalan ditingkat
peternakan rakyat. Selain untuk permodalan perbankan bisa memberikan asuransi untuk
ternak dan juga memberikan fasilitas pembiayaan dengan bunga menarik kepada koperasi
ternak. Untuk industri, perbankan bisa memberikan stimulus kredit dalam rangka
percepatan pengembangan industri peternakan, selain itu industri peternakan bisa mencari
pendanaan dan lelang dengan jaminan pembelian hasil panen (offtaker). Apalagi status
perbankan di Indonesia banyak yang milik BUMN sehingga percepatan-percepatan ini
bisa dilakukan dengan intervensi oleh pemerintah RI.
F. Peran Akademisi
Melalui riset yang dilakukan oleh perguruan tinggi akan mengetahui permasalahan
yang ada di tingkat peternak rakyat. Perguruan tinggi juga seharusnya mampu
menghasilkan riset yang tepat guna dalam pembangunan peternakan kambing saburai.
Akademisi, pemerintah, industry dan juga koperasi bisa membuat roadmap dalam upaya
pembangunan peternakan kambing saburai. Kerjasama seperti ini bisa menciptakan dan
membuat teknologi baru, seperti teknologi pengolahan pakan dengan menggunakan
limbah pertanian yang tersebar diwilayah tersebut. Pendampingan untuk menciptakan
usaha peternakan yang lebih efisien melalui program mengabdi yang merupakan
tridharma perguruan tinggi.
G. Peran Teknologi
Revolusi industry 4.0 membuat banyak distrupsi terjadi diberbagai sektor yang ada
di Indonesia, tak terkecuali peternakan. Teknologi yang dimaksud adalah Internet of
Things (IoT) yang bisa memberikan banyak manfaat dalam perkembangan usaha
peternakan. Mulai dari hulu, budidaya dan hilir semua bisa terkendali melalui teknologi.
Teknologi bisa masuk ke semua elemen yang ada dalam model inclusive closed loop.
Banyak start-up yang bisa membuat usaha peternakan memiliki penambahan nilai.
Teknologi memberikan value added dalam pelaksanaan usaha peternakan. E-commerce
atau marketplace adalah salah satu contoh pemanfaatan teknologi dalam usaha
peternakan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Kambing saburai adalah komoditas asli Kabupaten Tanggamus yang merupakan hasil
persilangan antara kambing peranakan etawa (PE) betina dengan kambing boer jantan melalui
metode inseminasi buatan pada tahun 2001. Kambing jenis ini sangat cocok untuk
dikembangkan di Kabupaten Tanggamus karena memiliki iklim yang sesuai. Kambing jenis ini
juga memiliki beberapa kelebihan, yaitu bobot tubuh yang lebih besar, tingkat produksi dan
kualitas daging lebih baik, dan memiliki pertumbuhan yang lebih cepat. Namun, populasi
kambing saburai di Kabupaten Tanggamus saat ini masih terbilang rendah.
Pengembangan kambing saburai dilakukan dengan strategi Penguatan sistem inovasi
teknologi Pengembangan Klaster Produksi, Pengembangan Jaringan Inovasi dan pengembangan
Teknoprener. pengembangan kambing saburai sangat diperlukan semua elemen dalam negeri
untuk melakukannya, peran pemerintah, industri, perbankan, koperasi dan akademisi perlu
ditingkatkan.Salah satu program yang kami tawarkan adalah kemitraan menggunakan model
inclusive closed loop yaitu program kemitraan yang melibatkan peternak, koperasi peternak,
pemerintah, akademisi dan perbankan.
3.2. Saran
1. Pelaku industri melakukan kemitraan dengan peternak untuk pendampingan produksi
sesuai dengan Good Agriculture Practice (GAP).
2. Mendirikan koperasi ternak. Koperasi juga dapat mengakses permodalan kepada
Lembaga keuangan atau perbankan.
3. Memanfaatkan teknologi yang ada saat ini dengan pembuatan start up di bidang
peternakan.
DAFTAR PUSTAKA
Adhianto, k., M. D.I. Hamdani, Sulastri dan I. Listiana. 2016. Performan Produksi Kambing
Saburai Jantan Pada Dua Wilayah Sumber Bibit di Kabupaten Tanggamus. Sains
Peternakan Vol. 14 (2): 22-29
Budiarsana, I. G. M., B. Wibowo, dan D. Priyanto. 2016. Produktivitas dan Rantai Pasok Ternak
Kambing dan Domba (KADO) Studi Kasus di Kabupaten Tegal. Jurnal Ilmu Ternak
Universitas Padjadjaran 16(2) : 35-42.
Deptan. 2010. Beternak Kambing Intensif. Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianBalai
Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat. Mataram.
Hirawan. P. 2020 Analisis Sistem Agribisnis Usaha Ternak Kambing Saburai Pada Koperasi
Produsen Peternak (KPP) Saburai Mandiri di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus.
Skripsi. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Maesya, A dan S. Rusdiana. 2018. Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing dan Memacu
Peningkatan Ekonomi Peternak. Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian 7(2) : 135-148.
Mahmilia, F. dan S. Elieser. 2008. Korelasi Lama Bunting dengan Bobot Lahir, Litter Size 40
dan Daya Hidup Kambing Boerka-1. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan 41
Veteriner 2008.
Prabow, A. 2010. Budidaya Ternak Kambing (Materi Pelatihan Agribisnis bagi KMPH). Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan. Palembang.
Renaldy, Y., M. Hartono, S. Suharyati. 2010. Prevalensi Cacing Saluran Pencernaan Kambing
Saburai pada Kelompok Ternak di Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.
Jurnal Riset Dan Inovasi Peternakan Vol 3(1):25-30.
Setiadi, B. Subandriyo, M. Martawidjaja, I-K Sutama, D. Yulistiani dan Dwi Priyanto. 2002. 13
Evaluasi Keungulan Produktivitas dan Pemantapan Kambing Persilangan. Kumpulan 14
Hasil-Hasil Penelitian Peternakan APBN Tahun Anggaran 2001. Balai Penelitian Ternak,
Ciawi, Bogor. Pp 123 – 142
Silalahi, M., Tambunan RD, Basri E, Hevrizen R. 2015. Peningkatan Nilai Gizi dan Kecernaan
Kulit Buah Kakao sebagai Pakan Ternak Kambing Saburai. Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner 2015