Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PELUANG DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI


DI KABUPATEN BARRU

Di Susun Oleh:

INDA FATIMAH AZZAHRA


4518035004

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.


Dimana Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik dan akhirnya
tersusunlah sebuah makalah ini. Makalah ini telah penulis susun dengan
sistematis dan sebaik mungkin.
Dengan selesainya makalah ini, maka penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang teribat dalam
penyusunan makalah ini. Khususnya kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Syarifuddin, S. Pt. M.P. selaku dosen mata kuliah
Produksi Ternak Besar.
2. Seluruh teman-teman yang berkenan saling membantu menyelesaikan
makalah ini.
Demikian makalah ini yang telah penulis buat. Penulis mohon kritik
dan sarannya apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Juga
bermanfaat bagi penulis.

Barru, Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Aturan Perkembangan Ternak dan Produksinya di Kab. Barru..........3
B. Pengembangan Ternak Perah...................................................... 8
C. Peluang Pengembangan Sapi Perah di Kabupaten Barru...............11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sulawesi Selatan menjadi salah satu dari beberapa provinsi

yang merupakan pusat permurnian sapi Bali. Kabupaten Barru

merupakan salah satu wilayah pemurnian sapi Bali di Indonesia

yang ditetapkan melalui SK Gubernur Sulawesi Selatan No.

468/VIII/1976 tentang Penetapan Daerah-daerah Sumber Bibit Sapi

Bali di Provinsi Daerah Tingkat I, Sulawesi Selatan. Diharapkan

dengan adanya beberapa provinsi ini dapat menangani masalah-

masalah dalam bidang peternakan, seperti menangani masalah

rendahnya produktivitas dan mutu genetik ternak, khususnya

penyediaan sapi Bali. (Dinas Peternakan Kabupaten Barru, 2014).

Beberapa arah program dan indikator capaian efisiensi

reproduksi dan produktifitas ditetapkan pada wilayah

pengembangan (kabupaten/ kota) yang mengacu pada potensi

wilayah serta Agro Ekologi Zona. Salah satu wilayah kabupaten

yang menjadi sentra pengembangan Sapi Bali adalah kabupaten

Barru dan ditetapkan sebagai wilayah pembibitan dan pemurnian

Sapi Bali.

Dibanding usaha ternak potong, usaha budidaya ternak

perah di Indonesia masih terbilang sedikit. Padahal prospek usaha

ini tidak kalah menjanjikan. Sebab, permintaan susu segar maupun

produk turunannya semakin hari semakin meningkat seiring

pertumbuhan penduduk dan kesadaran akan arti pentingnya gizi

bagi kesehatan
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana aturan perkembangan ternak dan produksinya di

Kabupaten Barru?

2. Bagaimana pengembangan ternak perah?

3. Bagaimana peluang pengembangan Sapi perah di Kabupaten

Barru?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui aturan perkembangan ternak dan

produksinya di Kabupaten Barru

2. Untuk mengetahui pengembangan ternak perah

3. Untuk mengetahui peluang pengembangan Sapi perah di

Kabupaten Barru
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aturan Perkembangan Ternak dan Produksinya di Kabupaten

Barru

Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami

peningkatan. Namun peningkatan tersebut belum diimbangi dengan

penambahan produksi yang memadai. Laju peningkatan populasi

sapi potong relatif lamban, yaitu 4,25% pada tahun 2007 dan pada

tahun 2015 sebesar 4,95%. Kondisi tersebut menyebabkan

sumbangan sapi potong terhadap produksi daging nasional belum

memenuhi (Santi, 2008) sehingga terjadi kesenjangan yang makin

lebar antara permintaan dan penawaran (Setiyono et. al. 2007).

Dalam upaya pelestarian dan pengembangan populasi

ternak sapi Bali sebagai sumberdaya genetika ternak lokal

Indonesia, perlu diperhatikan faktor pemuliaan ternak. Program

pemuliaan ternak sapi bali dapat dilakukan melalui seleksi

persilangan, yang pelaksanaannya tergantung dari dokumentasi

dan evaluasi pada kondisi tertentu. Penyebaran sapi bali telah

meluas hampir keseluruh wilayah Indonesia. Konsentrasi sapi Bali

terbesar di Sulawesi Selatan, Pulau Timor, Bali dan Lombok,

namun kemurnian sapi bali tetap dipertahankan di Pulau Bali,

sebagai sumber bibit yang pembinaannya dilakukan oleh Proyek

Pembibitan dan Pengembangan Sapi bali (P3-Bali) (Tanari, 2001).


Beberapa arah program dan indikator capaian efisiensi

reproduksi dan produktifitas ditetapkan pada wilayah

pengembangan (kabupaten/ kota) yang mengacu pada potensi

wilayah serta Agro Ekologi Zona. Salah satu wilayah kabupaten

yang menjadi sentra pengembangan Sapi Bali adalah kabupaten

Barru dan ditetapkan sebagai wilayah pembibitan dan pemurnian

Sapi Bali (Rifki RM, 2016).

Sulawesi Selatan menjadi salah satu dari beberapa provinsi

yang merupakan pusat permurnian sapi Bali. Kabupaten Barru

merupakan salah satu wilayah pemurnian sapi Bali di Indonesia

yang ditetapkan melalui SK Gubernur Sulawesi Selatan No.

468/VIII/1976 tentang Penetapan Daerah-daerah Sumber Bibit Sapi

Bali di Provinsi Daerah Tingkat I, Sulawesi Selatan. Diharapkan

dengan adanya beberapa provinsi ini dapat menangani masalah-

masalah dalam bidang peternakan, seperti menangani masalah

rendahnya produktivitas dan mutu genetik ternak, khususnya

penyediaan sapi Bali (Dinas Peternakan Kabupaten Barru, 2014).

Kabupaten Barru menjadi pusat pemurnian karena memiliki

potensi lahan yang mendukung perkembangan ternak sapi Bali,

selain itu adanya keinginan masyarakat yang tinggi untuk beternak

sapi potong (Dinas Peternakan Kabupaten Barru, 2014).

Salah satu solusi yang dikembangkan oleh Pemerintah

Kabupaten Barru untuk mengakses para investor dan para

peternak
sapi di Kabupaten Barru melalui “Showroom Sapi”. konsep ini

sebenarnya adalah konsep “teseng” yang dimoderenisasikan.

Showroom sapi adalah solusi bagi masyarakat yang

mempunyai modal namun tidak mempunyai waktu untuk

mengembangkan usaha di bidang peternakan, masyarakat yang

mempunyai keterampilan dalam mengelola usaha peternakan dan

belum maksimalnya pengelolaan peternakan dimasyarakat (Data

Pariwisata dan Peternakan Showroom Sapi Barru, 2016).

Data Pariwisata dan Peternakan Showroom Sapi Barru

(2011) Konsep Showroom sapi adalah merupakan konsep

pemberdayaan masyarakat karena dalam pelaksanaannya

merupakan:

 Penggalian potensi swadaya masyarakat

 Penggalian potensi sumber daya alam (lahan dan air)

 Pemberdayan petugas

 Investasi teknologi (kawin suntik, pengobatan, pengolahan

limbah, teknologi pakan ternak dan lain-lain)

 Penyerapan tenaga kerja

 Membangun hubungan silaturahmi antara pemodal dan

masyarakat peternak

 Penataan sistem budidaya

Tujuan usaha peternakan dalam Showroom Sapi yaitu :


1. Penggalian potensi SDA dan SDM dimana potensi sumber

daya alam dapat dimamfaatkan dengan semaksimal munkin

melalui pemamfaatan limbah pertanian dan pemamfaatan

lahan kritis dalam penanaman hijauan pakan ternak melalui

pola integrasi. Selai itu sumber daya manusia dapat berperan

dalam peningkatan pola usaha ternak melalui kerja sama

antara petani peternak dan instansi yang terkait serta pola

kemitraan usaha dengan investor atau pemodal yang mau

bergerak dibidang peternakan.

2. Menggeser tipologi pengelolaan usaha peternakan yaitu

usaha peternakan sapi yang hanya dijadikan sebagai

pekerjaan sambilan beralih dijadikannya usaha peternakan

sapi sebagai cabang usaha.

3. Penyerapan tenaga kerja, hal ini dalam bentuk pola usaha

yang lebih maju tentunya akan menyerap tenaga kerja yang

mampu mendatangkan pendapatan tersendiri bagi pekerja

yang terpakai.

4. Penerapan teknologi dan manajemen beternak Sapi yang

lebih maju berbasis sumber daya lokal dan ramah

lingkungan.

5. Tersedianya pasar dan jaringan pemasaran yang lebih efektif

dan efisien. Hal ini dimaksudkan karena showroom ini sendiri

berperan sebagai pasar dalam pemasaran hasil melalui

konsorsium yang langsung mengakses penjualan hasil ternak


ke pedagang sehingga jalur pemasaran yang panjang dan

lama dalam memasarkan hasil membutuhkan biaya yang

tinggi.

6. Tersedianya sapi bibit dan sapi potong yang berkualitas dan

pemamfaatan limbah peternakan yang berkelanjutan. Hal ini

dimaksudkan tersediaannya akan hasil usaha peternakan

berupa sapi bibit dan sapi potong setiap saat dan berupa

hasil pengolahan limbah peternakan berupa kompos, biogas,

biourine.

Permasalahan tantangan yang dihadapi dalam

pengembangan usaha peternakan di Barru adalah masih

rendahnya peningkatan populasi tiap tahun yang berakibat

rendahnya produktivitas ternak, baik sebagai ternak potong

maupun sebagai ternak bibit, masih kurangnya pengalaman dalam

melakukan IB, perkembangan IB di kabupaten Barru belum begitu

menggembirakan. Jumlah peternak yang mengadopsi IB baru

berkisar 22.28% dengan angka S/C baru mencapai 2,2 (Dinas

Peternakan Kabupaten Barru, 2013). Diharapkan, peternak yang

mengadopsi IB semakin meningkat seiring dengan semakin

gencarnya sosialisasi yang dilakukan pemerintah dan tersedianya

sarana dan prasarana IB serta tenaga inseminator PNS (pegawai

negeri sipil) dan mandiri di setiap kecamatan. Peran penyuluhan

dalam membangun kesadaran peternak dan mensosialisasikan IB


sangat penting guna mendorong peningkatan pengetahuan dan

preferensi peternak tentang IB.

B. Pengembangan Ternak Perah

Dibanding usaha ternak potong, usaha budidaya ternak

perah di Indonesia masih terbilang sedikit. Padahal prospek usaha

ini tidak kalah menjanjikan. Sebab, permintaan susu segar maupun

produk turunannya semakin hari semakin meningkat seiring

pertumbuhan penduduk dan kesadaran akan arti pentingnya gizi

bagi kesehatan. Tentunya, perlu dukungan pihak terkait agar

peternak tertarik di bidang usaha ternak perah ini.

Beberapa hal pokok yang harus menjadi perhatian dalam

usaha ternak perah adalah : pengadaan induk/induk bunting/siap

bunting, pakan, tata laksana kandang, kesehatan, dan

kesejahteraan hewan.

1. Penentuan Calon Ternak induk/induk bunting/siap

bunting. Tujuan memilih untuk mendapatkan ternak perah yang

unggul yaitu berkemampuan produksi tinggi, beranak setahun

sekali serta umur produksinya lebih lama. Apabila salah

memilih maka risikonya berkelanjutan dan hasil yang diperoleh

akan mengecewakan. Kriteria umum pemilihan indukan ternak

perah sapi, kerbau atau kambing relative sama yaitu : a) bebas

penyakit hewan menular strategis; b) Kondisi sehat; c) tidak

cacat fisik dan genetik serta memiliki alat reproduksi normal; d)


memenuhi ciri khas ternak perah ideal. Kriteria khususnya: Sapi

Perah : a) memiliki silsilah tetua minimal satu generasi

diatasnya;

b) bukan dari kelahiran kembar jantan dan betina (free martin).

2. Pakan. Untuk ternak perah berupa hijauan yang berasal dari

rumput dan leguminosa sedangkan pakan konsentrat

diperlukan sebagai penguat dan meningkatkan produksi susu.

Jumlah, jenis dan formula pakan yang diberikan disesuaikan

dengan tujuan produksinya, umur, dan status fisiologi ternak.

Dilarang menggunakan pakan yang dicampur dengan pakan

konsentrat unggas atau menggunakan hormon tertentu atau

antibiotik imbuhan, serta yang mengandung bahan pakan

berupa darah, daging, dan/atau tulang.

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan

pemeliharaan ternak sapi di lapangan ialah kondisi lingkungan

(suhu dan kelembaban udara). Bukan hanya ayam, ternak sapi pun

memerlukan kondisi lingkungan yang nyaman dengan suhu dan

kelembaban yang optimal agar dapat memaksimalkan

pertumbuhan berat badan, produksi susu, serta kesehatan

reproduksinya.

Sapi yang berada di luar kondisi nyaman dapat mengalami

stres. Di daerah tropis seperti Indonesia, stres banyak diakibatkan

oleh panas (heat stress) mengingat suhu udara dan kelembaban

harian di beberapa wilayah di Indonesia cukup tinggi yaitu berkisar

28-34ºC dan 60–90%. Sementara jenis sapi yang banyak dipelihara

oleh
peternak kita, seperti sapi potong dan sapi perah jenis FH (Fries

Holland), dalam pemeliharaannya memerlukan suhu lebih rendah.

Suhu pemeliharaan ideal untuk sapi potong berkisar antara 17-27ºC

dengan kelembaban 60-80%. Sedangkan untuk sapi perah jenis FH

membutuhkan suhu 18,3ºC dan kelembaban 55%.

Sapi yang mengalami heat stress akan mengalami penurunan

nafsu makan, peningkatan asupan minum, peningkatan aktivitas

pernapasan, serta peningkatan ekskresi air liur, keringat, dan urin.

Jika dibiarkan berlarut-larut, hal tersebut dapat meningkatkan risiko

terjadinya asidosis (penurunan pH darah) dan penurunan asupan

bahan kering (dry matter intake/DMI). Akibatnya pertumbuhan berat

sapi lambat, produksi susu turun, serta terganggunya reproduksi

dan kesehatan

Untuk itu, beberapa tindakan yang dapat dilakukan adalah

- Menempatkan ternak pada kandang yang teduh.

- Mengatur kepadatan ternak dalam kandang, serta perhatikan

sistem sirkulasi udara di dalamnya.


- Memberikan air minum yang bersih dan segar karena

kebutuhan air minum pada saat heat stress akan meningkat

berlipat ganda dibandingkan keadaan normalnya.

- Meningkatkan kualitas nilai nutrisi, memberikan pakan yang

segar dan bersih, serta meningkatkan jumlah pemberian pakan

saat suhu lingkungan dingin. Peningkatan kualitas pakan yang

dimaksud ialah memberikan pakan dengan kandungan energi

tinggi, namun rendah serat agar rumen (perut sapi, red) dapat

berfungsi dengan baik.

- Memberikan suplemen mineral, khususnya yang mengandung

mineral natrium dan kalium untuk mengganti mineral yang

hilang akibat respirasi/pernapasan, pengeluaran keringat dan

atau urin yang berlebih. Contohnya ialah dengan memberikan

Mineral Feed Supplement-S.

- Memberikan suplemen vitamin dengan kandungan vitamin B

kompleks untuk memaksimalkan proses metabolisme tubuh dan

merangsang nafsu makan ternak sapi. Contoh produk yang

dapat diberikan seperti Injeksi Vitamin B Kompleks.

C. Peluang Pengembangan sapi Perah di Kabupaten Barru

Kabupaten Barru termasuk provinsi Sulawesi Selatan di

pesisir Selat Makassar Pulau Sulawesi. Batas – batas wilayah

Kabupaten Barru adalah sebelah utara: Kabupaten Pare-pare,

sebelah selatan: Kabupaten Pangkajene, sebelah barat: Selat


Maakassar, dan sebelah timur: Kabupaten Watansoppeng. Luas

daratan wilayah Kabupaten Barru 119.166,61 ha, terdiri dari

pertanian tanaman pangan 13.288,15 ha, tanah kering 18.986,97

ha,tambak 2.555,61 ha, kebun 16.070,30 ha, padang rumput 14.

081,91 ha, hutan 67.350,86 ha, pemukiman 2.577,52 ha, dan

pesisir pantai sepanjang 87 km (Supomo, 2008).

Di Kabupaten Barru belum ada yang memelihara ternak

perah walaupun memiliki peluang untuk mengembangkan ternak

perah, dan permasalahannya karena masyarakat masih berpikir

mengenai faktor – faktor yang dapat memengaruhi ketika beternak

ternak perah, walaupun daerah di Kabupaten Barru ada yang

memungkinkan bisa memelihara ternak perah seperti di daerah

Bulu Dua Kecamatan Tanete Riaja dan Paccekke Kecamatan

Soppeng Riaja karena pada daerah tersebut memiliki suhu udara

yang cukup sejuk dan mirip dengan habitat ternak perah yang

memungkinkan bisa cocok dengan ternak. Tantangan kedepan

dalam mengembangkan ternak perah di Kabupaten Barru adalah

ketika kurangnya pengetahuan peternak mengenai

pemeliharaannya karena belum terbiasa dan untuk mengetahui

beberapa hal pokok yang harus menjadi perhatian dalam usaha

ternak perah seperti pengadaan induk/induk bunting/siap bunting,

pakan, tata laksana kandang, kesehatan, dan kesejahteraan

hewan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Salah satu solusi yang dikembangkan oleh Pemerintah

Kabupaten Barru untuk mengakses para investor dan para

peternak sapi di Kabupaten Barru melalui “Showroom Sapi”.

konsep ini sebenarnya adalah konsep “teseng” yang

dimoderenisasikan. Salah satu wilayah kabupaten yang menjadi

sentra pengembangan Sapi Bali adalah kabupaten Barru dan

ditetapkan sebagai wilayah pembibitan dan pemurnian Sapi Bali

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan

pemeliharaan ternak sapi di lapangan ialah kondisi lingkungan

(suhu dan kelembaban udara). Bukan hanya ayam, ternak sapi pun

memerlukan kondisi lingkungan yang nyaman dengan suhu dan

kelembaban yang optimal agar dapat memaksimalkan

pertumbuhan berat badan, produksi susu, serta kesehatan

reproduksinya.

Dibanding usaha ternak potong, usaha budidaya ternak

perah di Indonesia masih terbilang sedikit. Padahal prospek usaha

ini tidak kalah menjanjikan. Sebab, permintaan susu segar maupun

produk turunannya semakin hari semakin meningkat seiring

pertumbuhan penduduk dan kesadaran akan arti pentingnya gizi

bagi kesehatan. Tentunya, perlu dukungan pihak terkait agar

peternak tertarik di bidang usaha ternak perah ini.


DAFTAR PUSTAKA

Dinas Peternakan Kabupaten Barru. 2013. Laporan tahunan pelaksanaan

kegiatan SKPD Dinas Peternakan kabupaten Barru. Disnak Barru,

Barru.

Dinas Peternakan Kabupaten Barru. 2014. Data Ternak Sapi di Kabupaten

Barru.

Rifki RM. 2016. Persepsi Peternak Terhadap Program Showroom Sapi

Bali di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru. Skripsi. Jurusan

Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Universitas

Hasanuddin. Makassar.

Santi, W.P. 2008. Respons Penggemukan Sapi PO dan Persilangannya

sebagai Hasil IB terhadap Pcmberian Jerami Padi Fermentasi dan

Konsentrat di Kabupaten Blora. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut

Pertanian Bogor.

Setiyono, P.B.W.H.E., Suryahadi, T. Torahmat, dan R. Syarief. 2007.

Strategi suplementasi protein ransum sapi potong berbasis jerami

dan dedak padi. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Peternakan

Showroom Sapi Bali Kabupaten Barru, 2016. Data Pariwisata dan

Peternakan (Showroom Sapi). Kabupaten Barru.

SK Gubernur Sulawesi Selatan No. 468/VIII/1976, Penetapan Daerah-

daerah Sumber Bibit Sapi Bali di Propinsi Daerah Tingkat I.

Sulawesi Selatan.
Supomo. 2008. Pengembangan Wilayah Pesisir Kabupaten Barru Melalui

Klaster Penangkapan Ikan Laut. Ekuitas. Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi. Jakarta.

Tanari, M., 2001. Usaha Pengembangan Sapi Bali Ternak Lokal dalam

Menunjang Pemenuhan Kebutuhan Protein Asal Hewani di

Indonesia, Makalah Falsafah Sains. IPB. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai