Anda di halaman 1dari 19

Laporan Case Study

MANAJEMEN INDUSTRI TERNAK PERAH PADA PETERNAKAN


SYAMIL AQIQAH DI GAMPONG MON ALUE KECAMATAN INDRAPURI
KABUPATEN ACEH BESAR

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2

1. MAULIDIR HIDAYAT 2105104010058


2. FLORA REGINA FEBRIANTI 2105104010018
3. SARTIKA SRI DEWI 2105104010010
4. ABDAN DAIRON 2105104010024
5. MUHAMMAD FITRA RIZKIKA 2105104010093
6. HANIFAH RANURI PURBA 2105104010061
7. RISKO ALAFANTA 2105104010002
8. AWWALUL RIZQI 2105104010086
9. RAHMA MIDA 1805104010074

LABORATORIUM ILMU DAN TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK PERAH


PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahakan rahmat dan hidayah-Nya,
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan praktikum "Manajemen Industri
Ternak Perah" ini dari awal hingga akhir dengan tepat waktu. Salawat beriring salam tidak
lupa kita sanjung sajikan kepada Rasulullah yang telah berjuang membawa ilmu pengetahuan
dari alam jahiliyah kealam islamiyah yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Dalam kesempatan ini tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Kak Trisna
Windari, S.Pt selaku asisten praktikum Manajemen Industri Ternak Perah yang telah
memberikan bimbingan dan arahannya terkait penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya baik
dari segi isi, penampilan, maupun teknik penulisannya. Penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi perbaikan dan penyempurnaan laporan
selanjutnya.Akhirnya penulis mengharapkan agar laporan ini dapat menjadi sumbangan ilmu
pengetahuan bagi rekan-rekan yang lain dan juga dapat menambah pengetahuan.

Darussalam, 23 Maret 2024

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................1
2.1 Kambing Perah..................................................................................................................1
2.2 Manajemen Reproduksi.....................................................................................................2
2.3 Manajemen Pakan..............................................................................................................3
2.4 Manajemen Tata Laksana Pemeliharaan...........................................................................4
2.5 Manajemen Perkandangan.................................................................................................5
2.6 Manajemen Kesehatan.......................................................................................................6
BAB III METODELOGI...........................................................................................................7
3.1 Tempat, Lokasi dan Tanggal Pelaksanaan Kegiatan.........................................................7
3.2 Alat dan Bahan..................................................................................................................7
3.3 Prosedur Pelaksanaan........................................................................................................7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................................8
4.1 Hasil...................................................................................................................................8
4.2 Pembahasan.......................................................................................................................9
BAB V PENUTUP...................................................................................................................12
5.1 Kesimpulan.........................................................................................................................12
5.2 Saran...................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................13
LAMPIRAN..............................................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri Peternakan merupakan bagian dari pertanian yang menghasilkan produk
pangan. Pangan yang dihasilkan dari industri peternakan merupakan penghasil protein hewani
yang bernilai gizi tinggi seperti daging, telur, dan susu. Usaha peternakan diharapkan dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui peningkatan pendapatan masyarakat yang
bekerja sebagai peternak. Pelaksanaan pengembangan peternakan sapi atau kambing perah
dan industri susu merupakan salah satu usaha peningkatan pendapatan peternak.
Kambing perah merupakan salah satu ternak yang produksi utamanya adalah susu.
Usaha kambing perah untuk menghasilkan susu segar memiliki prospek yang tinggi karena
masih terdapat kesenjangan yang cukup besar antara ketersediaan dan permintaan susu di
Indonesia terutama di Aceh. Menurut Londa et al. 2013, kebutuhan susu di Indonesia hanya
sekitar 32 persen yang dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri dan sisanya sekitar 68
persen harus diimpor. Rata-rata pertumbuhan produksi susu nasional tahun 2010 sampai 2014
sebesar 2.30 persen sedangkan rata-rata pertumbuhan impor produk susu tahun 2010 sampai
2014 sebesar 13.43 persen sehingga dapat dilihat bahwa kebutuhan susu nasional sebagian
besar dipenuhi dengan cara impor.
Salah satu tempat yang berperan dalam memasarkan susu kedaerah Aceh adalah
Syamil Aqiqah. Syamil Aqiqah juga berperan penting untuk tempat menggali ilmu tentang
manajemen pemeliharaan pada kambing perah melalui Case Study Program Studi Peternakan,
Universitas Syiah Kuala. Dengan adanya kegiatan ini, mahasiswa berkesempatan untuk
langsung melakukan penerapan manajemen pemeliharaan kambing perah di Syamil Aqiqah.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pelaksanaan case study ini yaitu:
1 Untuk mengetahui dan memahami manajemen pemeliharaan kambing perah di Syamil
Aqiqah
2 Untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari secara langsung
dilapangan tentang manajemen pemeliharaan pada kambing perah.
3 Untuk membandingkan ilmu di teori dan penerapannya secara langsung tentang
manajemen pemeliharaan pada kambing perah.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kambing Perah
Kambing perah merupakan miniatur (bentuk kecil) dari sapi perah. Kedua ternak perah
ini memiliki banyak persamaan, tetapi juga memiliki perbedaan yang menonjol. Seperti sapi
perah, kambing perah dikembangbiakkan dan diseleksi sejak zaman kuno untuk menghasilkan
susu dalam jumlah banyak. Di samping persamaan, kambing perah memiliki karakteristik
unik dalam memproduksi susu yang berbeda dengan sapi. Kalau sapi memiliki 4 puting dan 4
ambing yang terpisah, kambing hanya memilik dua ambing saja. Ukuran kambing perah rata-
rata hanya sepersepuluh sapi. Oleh karena itu, kambing perah lebih mudah dipelihara
dibandingkan sapi perah. Kambing lebih mampu mengonsumsi bermacam – macam bahan
pakan dibandingkan sapi. Volume pakan yang dibutuhkan kambing pun lebih sedikit
dibandingkan sapi (Sarwono, B, 2002).
Kambing perah unggul adalah kambing yang dapat menghasilkan susu dalam jumlah
banyak, yaitu melebihi kebutuhan susu untuk anaknya. Kelebihan susu itulah yang diambil
untuk dikonsumsi. Kambing perah yang tersebar di berbagai belahan dunia menurut
(Sarwono, B, 2002), dapat dikelompokkan berdasarkan daerah asalnya, sifat – sifat
produksinya, dan karakteristiknya sebagai penghasil susu.
Pemeliharaan kambing perah merupakan salah satu alternatif diversifikasi ternak
penghasil susu sebagai upaya pemenuhan kebutuhan susu di Indonesia. Semakin tingginya
kesadaran masyarakat akan pentingnya susu segar, menyebabkan peningkatan konsumsi susu.
Pengembangan kambing perah pada subsektor peternakan dapat meningkatkan populasi
ternak pada suatu daerah sehingga terjadi peningkatan produksi susu. Salah satu kambing
perah yang dapat digunakan untuk produksi susu adalah kambing Peranakan Etawa (PE).
Produksi dan kualitas susu ternak dapat dilihat dari dua aspek yaitu kualitas dan kuantitas.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan pada aspek kualitas yaitu produksi susu untuk setiap
ekor ternak yang ditentukan oleh komposisi susu dan berat hidup ternak, semakin tinggi berat
hidup maka akan semakin besar pula tingkat produksinya, memiliki potensi genetik yang
baik sehingga pertumbuhannya juga cepat. Hal yang ditinjau dari aspek kuantitas adalah
dengan adanya pertambahan populasi.
Peningkatan produksi dan kualitas susu dapat dilakukan dengan perbaikan teknis atau
manajemen pemeliharaan ternak. Mulai dari aspek bibit dan reproduksi, pakan dan air minum,
tatalaksana pemeliharaan (pengelolaan), kandang dan peralatan serta aspek kesehatan ternak.

1
Penerapan aspek teknis dengan memperhatikan dan mempertimbangkan tata kelola yang baik
akan meningkatkan efisiensi usaha ternak perah, untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan
pedoman budidaya ternak kambing perah yang baik (Good Dairy Farming Practice). Good
Dairy Farming Practice merupakan cara beternak yang baik dan benar (Setiawan, T & A.
Tanius, 2005).

2.2 Manajemen Reproduksi


(Jainudeen, M. R. & Hafez, E. S. E., 2000) efisiensi reproduksi adalah penggunaan
secara maksimum kapasitas reproduksi, tujuanya adalah pemberdayaan dan penerapan
bioteknologi reproduksi antara lain adalah memperoleh efisiensi dan efektifitas siklus
reproduksi yaitu menghasilkan keturunan. Upaya memperoleh keturunan yang sesuai standar,
teknik perkawanin dapat dilakukan dengan cara intensifikasi kawin alam atau inseminasi
buatan (IB). Perkawanin harus menggunakan pejantan unggul dan produktif. Perkawanin
secara alami dilakukan dengan rasio jantan dan betina 1:10-50. Rasio untuk IB adalah 1:100.
IB dilakukan menggunakan semen beku atau semen cair dari pejantan yang sudah teruji dan
dinyatakan bebas dari penyakit hewan menular yang dapat ditularkan melalui semen.
Umur pertama kawin jantan dan betina kambing Saburai 16 dan 11,92 bulan, kambing
Boerawa 14,53 dan 11,92 bulan, kambing Rambon 14 dan 11,87 bulan dan kambing PE 17,63
dan 12,29 bulan. Perkawinan pertama pada kambing betina sebaiknya dilakukan pada saat
berat badan sudah mencapai 60% dari berat saat dewasa tubuh. Perlakuan tersebut dilakukan
agar tingkat kebuntingan lebih tinggi dan tidak mengganggu performan reproduksi
berikutnya. Produktivitas ternak dapat ditentukan dengan menggunakan pengukuran
Conception Rate (CR), Service Per Conception (S/C), dan Days Open (DO). Conception Rate
(CR) adalah suatu ukuran terbaik dalam penilaian hasil inseminasi yaitu presentasi hewan
yang bunting pada inseminasi pertama. Angka konsepsi ditentukan berdasarkan hasil diagnosa
kebuntingan dalam waktu 40-60 hari sesudah inseminasi. Nilai optimal (CR) pada kambing
perah berkisar antara 50%-70% (Lubis, 2016). Service Per Conception (S/C) adalah angka
yang menunjukan berapa kali perkawinan dilakukan atau angka yang menunjukan jumlah
semen yang digunakan untuk kerberhasilan kebuntingan (Sarwono, 2010).
Days Open (DO) adalah banyaknya hari saat sesudah induk beranak sampai dengan
bunting. Days Open pada seekor ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya IB yang
mencakup teknik inseminasi, penggunaan semen berkualitas baik, kualitas birahi induk,
kesehatan ternak, fertilitas induk dan manajemen yang meliputi recording, ketepatan dalam

2
deteksi estrus dan nilai nutrisi yang memadai (Susilawati, T, 2008).
Perkawinan pada kambing dilakukan untuk melanjutkan keturunan dan atau untuk
menghasilkan keturunan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan baik secara kuantitas
maupun kualitas. Mengawinkan betina yang sedang birahi sebaiknya dicampur dengan
pejantan dalam satu kandang dan waktu yang tepat untuk mengawinkan kambing adalah 12-
18 jam setelah birahi pertama (Lubis, E. M. 2016, 2016).
Perkawinan ternak lebih baik dilakukan secara serentak agar memudahkan peternak
dalam melakukan proses perkawinan dan pencatatan recording. Penyerentakan birahi
bertujuan untuk mengendalikan siklus birahi sehingga birahi pada ternak betina terjadi secara
serentak pada hari yang sama (Sudarmadji, S., B. , Haryono, & Suhard, 2004). Penyuntikan
Prostaglandin F2a (PGF2a) yang merupakan hormon reproduksi dapat digunakan untuk
membangkitkan berahi ternak. PGF2a bekerja meluruhkan Corpus Luteum (CI.) pada ovarium
sehingga hambatan dari hormon progesteron dari CL terhadap hormon Folikel Stimulating
Hormone (FSH) dan Luteizing Hormone (LH) di gonadotrophin hilang, sehingga
menyebabkan pematangan folikel. Folikel mengandung banyak hormon esterogen yang dapat
menyebabkan timbulnya berahi. Perkawinan yang dilakukan pada ternak berahi dapat
meningkatkan peluang terjadinya fertilisasi (Ilham F & Mukhtar, M, 2018).

2.3 Manajemen Pakan


Manajemen pemberian pakan dengan mengatur jarak waktu antara pemberian
konsentrat dan hijauan termasuk frekuensi pemberian pakannya sehingga dapat meningkatkan
produktivitas kambing perah Peningkatan konsumsi bahan kering pada kambing disebabkan
oleh tingkat palatabilitas kabing dan tingkat kebutuhan zat gizi lebih banyak sehingga
kambing berusaha memenuhi kebutuhan tersebut dengan mengkonsumsi lebih banyak pakan
yang tersedia. Tingkat konsumsi bahan kering pakan pada kambing PE dapat dijadikan
indikasi untuk menentukan konsumsi nutrisi yang lain dari pakan tersebut (Amiruddin, dkk,
2014).
Pakan adalah asupan yang diberikan kepada hewan ternak (peliharaan). Pakan
merupakan faktor utama dalam usaha ternak kambing secara intensif yang dapat
menghabiskan 60-70% dari total biaya produksi. Tujuan dari pemberian pakan adalah untuk
perawatan tubuh atau kebutuhan hidup pokok dan untuk keperluan berproduksi. Pakan yang
dikonsumsi oleh ternak diharapkan mampu memberikan unsur nutrien yang penting untuk
perawatan tubuh, pertumbuhan, penggemukan, reproduksi dan produksi. Bahan pakan dapat

3
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu konsentrat dan hijauan. Konsentrat dan hijauan merupakan
komponen penting didalam penyusunan ransum, Kebutuhan hijauan untuk kambing sekitar
70% dari total pakan (Ramadhan, B. G., T. H. Suprayogi, dan A. Sustiyah, 2013).
Pakan kambing terdiri dari hijauan baik berupa rumput maupun dedaunan, hijauan
secara umum merupakan pakan berkualitas rendah, dengan kandungan protein berkisar antara
7-12% dan tinggi kandungan serat kasar. Perlu upaya peningkatan kualitas pakan yang
diberikan berupa konsentrat agar kecukupan nutrien yang dibutuhkan kambing bisa dipenuhi
terutama pada saat laktasi. Hijauan adalah bagian tanaman yang mengandung serat kasar lebih
dari 18%, sementara konsentrat memiliki kandungan serat kasar kurang dari 18% dan mudah
dicemu (Adriani, 2014).
Hijauan yang dapat diberikan pada ternak kambing adalah rerumputan dan dedaunan
(legum). Macam-macam rerumputan yang sering digunakan untuk pakan kambing adalah
rumput gajah, angsana, dan rumput benggala. Rerumputan tersebut memiliki keunggulan
yaitu mudah didapat dan dapat dipanen dengan cepat dan berulangkali. Dedaunan yang sering
digunakan untuk pakan kambing adalah daun gamal dan daun kaliandra. Dedaunan tersebut
memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dan palatabilitas yang tinggi (Putranto, 2012).
Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang mengandung serat kasar relatif rendah dan
mudah dicerna. Fungsi konsentrat adalah untuk meningkatkandan memperkaya nilai gizi pada
bahan pakan lain yang gizinya rendah. Sementara hijauan adalah semua bahan pakan yang
berasal dari tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-daunan, terdakang juga termasuk
batang, ranting, dan bunga Konsentrat dan hijauan merupakan komponen penting didalam
penyusunan ransum (Putranto, 2012).
2.4 Manajemen Tata Laksana Pemeliharaan
Menurut Sutama et al. (2011) ditinjau dari aspek pengembangannya usaha ternak
kambing sangat potensial, mudah diusahakan, baik secara harian maupun komersial. Pada
tahun-tahun berikutnya populasi ternak kambing terus bertambah. Ternak kambing dapat
diternakkan dari skala 2-5 ekor/peternak dapat ditingkatkan menjadi 5-10 ekor/peternak.
Kambing perah merupakan ternak ruminansia kecil. Kambing perah telah
dikembangkan sejak lama dan telah dikembangbiakkan untuk menghasilkan susu dalam
jumlah besar. Tidak seperti sapi perah, kambing perah memiliki karakteristik unik dalam
produksi susu. Sapi memiliki 4 ambing yang terpisah, sedangkan kambing hanya memiliki 2
ambing saja. Kambing lebih mampu mengkonsumsi berbagai bahan pakan dibandingkan sapi.
Volume pakan yang dibutuhkan kambing lebih sedikit dibandingkan sapi (Sarwono, 2010).
4
Kambing lebih mudah dipelihara dari pada ternak ruminansia lain, kambing berkembangbiak
lebih cepat dan pertumbuhan anaknya tergolong cepat. Menurut Muharam (2007), cara
pemeliharaan kambing perah sebagai berikut :
1. Pemeliharaan anak kambing (cempe)
Cempe yang baru lahir segera dibersihkan lendirnya dengan menggunakan kain
kering, memotong tali pusar dengan mengikat tali pusar kira- kira 5 cm dan 10 cm dari perut.
Kemudian tali pusar diberi larutan yodium untuk mencegah terjadinya infeksi. Anak kambing
dibiarkan dengan induknya selama empat hari, kemudian dipisahkan dari induknya dan hanya
boleh menyusu pagi hari saja. Kolostrum sebanyak setengah liter diberikan tiga kali sehari.
Hijauan diberikan saat cempe berumur dua minggu.
2. Pemeliharaan induk
Induk kambing yang bunting membutuhkan perawatan khusus. Kambing bunting
ditempatkan di kandang khusus dan dipisah dari ternak lainnya. Induk bunting perlu
diperhatikan makanannya agar anak kambing tumbuh dengan baik dan dapat mengasilkan
susu dalam jumlah banyak. Tujuan dari pemisahan kandang saat bunting yaitu agar induk
dapat lebih leluasa bergerak. Beberapa hari sebelum kelahiran lantai kandang diberi alas
jerami kering. Pada saat lahir peternak sebaiknya berada di dalam kandang untuk membantu
proses kelahiran.

2.5 Manajemen Perkandangan


Perkandangan merupakan salah satu tata laksana pemeliharaan yang penting dan harus
diperhatikan Kandang yang haik akan memberikan dampak yang baik pula bagi peternak
maupun ternak itu sendiri. Usaha ternak dapat berkembang secara optimal karena memiliki
tempat tinggal yang nyaman dan bersih. Kambing yang diternak dapat terhindar dari penyakit
dikarenakan. adanya sanitasi kandang yang baik. Kandang merupakan salah satu sarana untuk
usaha peternakan kambing. Kandang yang perlu disediakan dalam melakukan usaha ternak
kambing antara lain kandang pejantan, kandang induk (kawin dan beranak), kandang
pembesaran, kandang isolasi, dan kandang laktasi untuk kambing perah. Kandang harus
memenuhi syarat berdasarkan luas kandang, konstruksi kuat, alas, drainase, dan memenuhi
persyaratan sanitasi.
Sodiq (2010) menyatakan bahwa tipe dan model kandang untuk ternak kambing yang
umum dapat dibedakan menjadi 2 model, yaitu kandang panggung dan kandang lemprak.
Model kandang tersebut digunakan peternak kambing sesuai dengan tujuan pemeliharaan dan

5
manajemen pemeliharaan kambing. Kedua model kandang tersebut memiliki keunggulan dan
kekurangan masing-masing. Kandang model panggung merupakan kandang yang kontruksi
lantainya dibuat sistem berbentuk panggung. Tipe kandang ini memiliki kolong yang
bermanfaat sebagai penampung kotoran yang berkumpul di bawah lantai kandang. Kandang
panggung memiliki keunggulan yaitu kandang relatif lebih bersihkarena kotoran dan air
kencing jatult keberwah, lantai kandang lebih kering dantidak becek. Akan tetapi kelemahan
dari kandangpanggung yaitu biaya pembuatannya relatif mahal dan resiko kecelakaan karena
ternak terperosok atau jatuh lebih besar (Ludgate, 2006).
2.6 Manajemen Kesehatan
Manajemen kesehatan ternak perah adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengendalian faktor-faktor produksi melalui optimalisasi sumber daya
yang dimilikinya agar produktivitas ternak dapat dimaksimalkan, kesehatan ternak dapat
dioptimalkan dan kesehatan. produk hasil ternak memiliki kualitas kesehatan sesuai dengan
standar yang diinginkan, Manajemen kesehatan ternak harus melalui suatu proses yaitu suatu
cara yang sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan. Manajemen pencegahan dan
pengendalian penyakit pada ternak juga merupakan salah satu usaha upaya mendukung
produktivitas ternak. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan memperhatikan
perkandangan yang baik misalnya ventilasi kandang, lantai kandang juga kontak dengan sapi
lain yang sakit dan orang yang sakit. Sanitasi merupakan usaha pencegahan. penyakit dengan
cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan
perpindahan dari penyakit tersebut.
Pengobatan penyakit dapat dilakukan dengan penggunaan obat hewan. Penggunaan
obat hewan dalam pemeliharaan kambing dan domba harus memiliki nomor pendaftaran.
Obat hewan yang dipergunakan sebagai imbuhan dan pelengkap pakan meliputi premiks dan
sediaan obat alami sesuai dengan peruntukannya. Penggunaan obat hewan harus sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang obat hewan. Petunjuk
penggunaan, tanggal kadaluarsa, jangka waktu pemberian, cara penyimpanan obat, dan cara
penggunaan alat wajib dilaksanakan sesuai aturan yang tertera guna keselamatan ternak dan
peternak (Direktorat Pembibitan Ternak, 2014). Petunjuk penggunaan, tanggal kadaluarsa,
jangka waktu pemberian, cara penyimpanan obat, dan cara penggunaan alat wajib
dilaksanakan sesuai aturan yang tertera guna selamatan ternak dan peternak. Pengobatan
penyakit dapat dilakukan dengan cara yaitu dengan cara intra muscular, intravena dan secara
oral (Sarwono, 2010).
6
BAB III
METODELOGI
3.1 Tempat, Lokasi dan Tanggal Pelaksanaan Kegiatan
Case Study ini dilaksanakan di Syamil Aqiqah, Jl. Lamsiot, Desa/Kelurahan Mon
Alue, Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Kegiatan ini dilaksanakan
pada tanggal 23 Maret 2024.
3.2 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan untuk melaksankan kunjungan ke Syamil Farm antara lain :
sepeda motor dan alat tulis kerja. Bahan yang digunakan adalah objek narasumber yaitu
owner Syamil Aqiqah dan kandang tempat melakukan pengamatan.
3.3 Prosedur Pelaksanaan
 Tentukan lokasi wawancara.
 Membuat daftar pertanyaan yang akan ditanyakan pada pemilik peternakan.
 Mendatangi lokasi peternakan.
 Melakukan wawancara dengan pemilik peternakan serta melakukan observasi di
lapangan untuk melihat keadaan peternakan yang sebenarnya.
 Mendokumentasikan area di sekitar peternakan.
 Merangkum jawaban yang didapatkan dari peternak, kemudian disusun dalam
bentuk laporan, lalu di kumpulkan.

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Nilai Impact Poin manajemen pemuliaan dan reproduksi ternak
No Pemuliaan Dan Reproduksi Ternak
1 Bangsa kambing yang di pelihara b. Peranakan Etawa 20
2 Cara seleksi c. Eksterior 10
3 Cara kawin b.Alam,pejantan unggul 30
4 Pengetahuan birahi a.Faham 40
5 Umur beranak pertama b.1 tahun 30
6 Saat kawin setelah beranak c. >180 hari 10
7 Selang beranak b. >6 bulan 5
Total Nilai 145
Tabel 2. Nilai Impact Poin manajemen pakan Ternak
Pakan Ternak
No A. HIJAUN MAKANAN TERNAK
1 Cara Pemberian Tidak teratur 10
2 Jumlah pemberian a.cukup 40
3 Kualitas hijaun a.unggul 45
4 Frekuensi pemberian c.tidak teratur 5
No B.KOSENTRAT
1 Cara Pemberian Tidak menetu 5
2 Jumlah pemberian a.cukup 35
3 Kualitas kosentrat dan mineral a.baik dan lengkap 35
4 Frekuensi pemberian C.tidak teratur 5
5 Air minum b.2 kali sehari 20
Nilai Total 200
Tabel 3. Nilai Impact Poin manajemen tata laksana pengelolaan
No Tatalaksana Pengelolaan
1 Membersihkan sapi b. kadang kadang 10
2 Membersihkan kandamg a.2 kali sehari 20
3 Cara pemerahan a.benar dan baik 40
4 Penanganan pasca panen a.benar dan baik 40

8
5 Pengeringan sapi laktasi a.2 bulan sebelum beranak 30
6 Pemeliharaan pedet dan sapi dara a.baik 35
7 Pencatatan usaha c.tidak ada 5
Total Nilai 180
Tabel 4. Nilai Impact Poin manajemen kandang dan peralatan kandang
Kandang Dan Peralatan Kandang
No A.Kandang
1 Tempat letak b.satu dengan rumah 5
2 Kandang b.kurang memenuhi syarat 15
3 Drainase c.tidak ada 5
4 Tempat kotoran a.baik 15
No B.Peralatan
1 Peralatan kandan a.lengkap 15
2 Peralatan susu a.lengkap 15
Nilai Total 70
Tabel 5. Nilai Impact Poin manajemen kesehatan hewan
No Kesehatan Hewan
1 Mengetahuin penyakit kambing perah a.baik 40
2 Pencegahan penyakit c.tidak pernah 5
(vaksinasi,tuberkulose,aglitunasi,dll)
3 Pengobatan b.dilakukan kurang bener 30
Total Nilai 75
4.2 Pembahasan
4.2.1 Manajemen Reproduksi
Bangsa ternak yang di pelihara Syamil Farm adalah peranakan etawan (PE) dan juga
safiera dengan tahapan seleksi datang langsung untuk melihat ternak yang akan di jadikan
bibit. Seleksi dapat dilakukan dengan melihat dari eksterior baik dari ukuran tubuh,warna
ataupun yang lainnya. Sedangkan cara pengawinan ternak kambing yang ada di Syamil Farm
dilakukan dengan kawin alami dengan menggunakan pejantan unggul yang sudah melalu
tahap seleksi, untuk pemahaman mengenai birahi pihak Syamil Farm sudah paham mengenai
bagaimana ternak kambing yang birahi ataupun tidak. Kalau kambing yang sedang birahi
maka pihak Syamil Farm langsung memisahkan kambingnya agar segera dikawinkan dengan
pejantan yang unggul. Sedangkan umur beranak pertama ternak kambing yang ada di Syamil
9
Farm sekitar 1 tahun dan saat kawin setelah beranak sekitar lebih dari 180 hari. Dengan
selang beranak kurang dari 6 bulan, maka di dapat total nilai impact poin sebesar 145 dari
hasil yang sudah di jumlahkan.
4.2.2 Manajemen pakan
Pemberian pakan di Syamil Farm dilakukan tidak menentu atau tidak teratur
tergantung si peternak, terkadang pemberian pakan dilakukan sebelum pemerahan terkadang
diberikan setelah pemerahan. Pakan yang di berikan pada ternak berupa campuran dari
hijauan, kosentrat dan sagu. Setelah dicampur maka langsung diberikan pada ternak dengan
jumlah pemberian yang cukup. Untuk rumput dan kosentrat memiliki kualitas yang baik dan
unggul. Pemberian minum dilakukan setelah ternak diberi makan sebanyak 2 kali sehari.
4.2.3 Manajemen Tata Laksana Pengelolaan
Sanitasi kandang dilakukan 2 kali dalam sehari pada waktu pagi dan sore hari. Untuk
membersihkan ternak dilakukukan tergantung waktu peternak. Proses pemerahan dilakukan
dengan cara benar dan juga baik sesuai kaidah sehingga ternak yang diperah tidak merasakan
sakit saat di perah dan susu yang di hasilkan maksimal. Adapun penangana pasca pemerahan
pada ternak sudah baik, namun untuk penangan susu pada saat selesai di perah hanya
dilakukan penyaringan, karena kurangnya alat untuk proses sterilisasi. Sedangkan masa
kering dari ternak di Syamil Farm dilakukan 2 bulan sebelum ternak lahir karena di saat 2
bulan sebelum ternak lahir, dimana pada saat tersebut hasil pemerahan susu sudah menurun.
Recording atau pencatatan di peternakan Syamil Farm belum ada dilakukan, namun
kedepannya mengingat ternak kambing sudah banyak akan dibuat pencatatan.
4.2.4 Manajemen perkandangan
Kandang yang terdapat di Syamil Farm berada satu lingkungan dengan rumah
sedangkan bangunan pada kandang masih belum sepenuhnya memenuhi syarat sehingga
terkadang masih terjadi kecelakaan pada kambing. Sedangkan drainase yang ada di kawasan
kandang tidak ada, namun kotoran di tampung dangan baik dan limbah dari kotoran ternak di
pakai untuk pupuk hujauan yang ditanam. Kandang yang terdapat di Syamil Farm juga
memiliki beberapa jenis kandang baik kandang pedet kandang dara, kandang betina produksi
ataupun kandang pejantan. Peralatan untuk membersihkan kandang dapat di penuhin oleh
peternak. Sedangkan peralatan susu sudah tersedia namun tempat pemerahan belum
menggunakan milk can dan belum adanya peralatan pasturisasi.
4.2.5 Manajemen kesehatan
Pengetahuan peternak tentang penyakit sudah amat baik namun belum dilakukan nya
10
pemeriksaan ternak setiap hari. Ternak yang memiliki gejala penyakit maka langsung
dilakukan penanganan dengan memberi obat atau menyuntik ternak secara mandiri. Tetapi
apabila peternak tidak mengetahui penyakit apa yang di alami maka peternak akan memanggil
mantri hewan untuk memberikan pengobatan.

11
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil case study yang telah dilakukan di Syamil Farm masih belum banyak
menerapkan standar yang berlaku pada pola manajemen pemeliharaan peternakan kambing
perah. Hal tersebut didasari dari latar belakang pihak Syamil Farm yang bukan peternakan,
namun pada pola pemeliharaan sekarang pihak Syamil Farm sudah banyak memiliki
pengetahuan dan skill dalam pemeliharaan kambing perah sehingga hanya perlu melakukan
peningkatan untuk kedepannya, sehingga Peternakan Syamil Aqiqah menjadi salah satu
tempat penghasil susu kambing terbaik di daerah Aceh.
5.2 Saran
Manajemen pemeliharan di Syamil Farm perlu ditingkatkan lagi agar produksi susu
kambing perah dapat meningkat, untuk bangunan kandang dapat di perbaiki agar
menggunakan drainase agar aliran dari urine ternak dapat dimanfaatkan juga. Serta peralatan
pemerahan yang harus dilengkapi khusus untuk tempat penampungan susu harus
menggunakan milk can dan juga harus melalu proses yang benar agar mencegah terjadinya
kontaminasa bakteri patogen yang terdapat di susu.

12
DAFTAR PUSTAKA

Adriani. (2014). Bobot Lahir dan Pertumbuhan Anak Kambing Peranakan Etawah Sampai
Lepas Sapih Berdasarkan Litter Size dan Jenis Kelamin. Pengabdian Masyarakat, 51-
58.
Amiruddin, dkk. (2014). Pengaruh Pemberian Ekstrak Hipofisa Sapi terhadap Peningkatan
Produktivitas Ayam Petelur pada Fase Akhir Produksi. Kedokteran Hewan, Vol.8
No.1.
Ilham F, & Mukhtar, M. (2018). Perbaikan Manajeman Pemeliharaan dalam Rangka
Mendukung Pembibitan Kambing Kacang bagi Warga di Kecamatan Bone Pantai
Kabupaten Bone Blango. Pengabdian Kepada Masyarakat, 143-156.
Jainudeen, M. R., & Hafez, E. S. E. (2000). Cattle And Buffalo dalam Reproduction In Farm
Animals 7th Edition. USA: Maryland.
Lubis, E. M. 2016. (2016). Efisiensi Reproduksi Kambing Peranakan Etawa di Lembah
Gogoniti Farm di Desa Kemirigede Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar. Jurnal
Aves, . Blitar: Universitas Islam Blitar.
Putranto, T. (2012). Manajeman Pakan Kambing Perah Peternakan Bumiku Hijau
Yogyakarta. Surakarta: . Universitas Sebelas Maret.
Ramadhan, B. G., T. H. Suprayogi, dan A. Sustiyah. (2013). Tampilan produksi susu dan
kadar lemak susu kambing Peranakan Ettawa akibat pemberian pakan dengan
imbangan hijauan dan konsentrat yang berbeda. Anim. Agric,J, 353-361.
Santoso, S. (2013). Penggunaan Obat Tradisional secara Rasiona. Jakarta: Cermin
Kedokteran.
Sarwono. (2010). Beternak Kambing Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sarwono, B. (2002). Beternak Kambing Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sarwono, B. (2002). Beternak Kambing Unggul. Cetakan Ke-VIII. Jakarta.: PT. Penebar
Swadaya.
Setiawan, T, & A. Tanius. (2005). Beternak Kambing Perah Peranakan Etawa Edisi 1.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Sudarmadji, S., B. , Haryono, & Suhard. (2004). Penuntun Praktikum Ilmu Produksi Ternak
Perah. Yogyakarta: Fakultas Peternakan IPB.
Susilawati, T. (2008). Perbedaan Produktifitas Kambing Peranakan Etawa (PE) Antara
Perkawinan Alam dan Perkawinan Inseminasi Buatan (IB) di Ampelgading Malang
Kabupaten Malang. Skripsi. Malang: Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.

13
LAMPIRAN

14
15

Anda mungkin juga menyukai