Oleh :
Kelas : B
Kelompok : 2
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2018
1
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
terimakasih atas bantuan dari semua pihak yang telah berkontribusi dalam
menyelesaikan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Jatinangor, 2018
Penyusun,
i
ii
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
KATA PENGANTAR .......................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................ ii
I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2.Identifikasi Masalah ....................................................................... 2
1.3.Maksud dan Tujuan ........................................................................ 3
ii
iii
IV PENUTUP ........................................................................................... 29
4.1 KESIMPULAN .............................................................................. 29
4.2 SARAN .......................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 32
LAMPIRAN TUGAS ......................................................................... 34
iii
1
PENDAHULUAN
Sapi perah merupakan golongan hewan ternak ruminansia yang dapat mendukung
pemenuhan kebutuhan akan bahan pangan bergizi tinggi yaitu susu. Pemeliharaan sapi
perah beberapa tahun terakhir ini menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.
sapi perah perlu mendapat pembinaan yang lebih terencana sehingga hasilnya akan
meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut akan dapat terlaksana apabila peternak sapi
perah dan orang yang terkait dengan pemeliharaan sapi perah bersedia melengkapi diri
Dalam meningkatkan kualitas serta kuantitas produksi sapi perah, ada beberapa
faktor penting yang harus di terapkan secara profesional yaitu perlunya penanganan
manajemen pemeliharaan sapi perah yang baik. Karena hal tersebut mempunyai peran
penting dalam peningkatan kualitas produk susu sapi perah. Salah satu aspek yang
mempunyai pengaruh penting terhadap peningkatan produksi susu sapi adalah
pemeliharaan atau penanganan sapi perah pada masa laktasi dan kering kandang.
Sapi laktasi merupakan sapi yang sedang berproduksi susu dengan masa laktasi
yang ideal selama 10 bulan (305 hari). Selama masa laktasi ini jumlah produsi susu
mulai dari bulan pertama sampai masa kering sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
1
2
antara lain oleh faktor genetis, makanan, manajemen atau pemeliharaan, frekuensi
pemerahan, service periode dan calving interval. Bila semua itu terpenuhi tentu akan
dicapai hasil yang maksimal. Mengandalkan faktor genetis saja tidak akan menjamin
keberhasilan produksi, harus didukung oleh tata laksana yang baik terutama dari
makanan.
Masa kering kering pada sapi perah dilakukan pada waktu kira-kira delapan minggu
sapi menjelang melahirkan anaknya. Pada masa ini pemerehan di hentikan total dengan
tujuan memberi kesempatan sapi untuk beristirahat serta mengoptimalkan peran pakan
ternak meningkatkan bobot yang ideal dan tepat untuk perkembangan janin bukan
untuk produksi susu. Dengan adanya penanganan pemeliharaan sapi perah masa kering
yang baik ini di harapkan juga menghasilkan bibit sapi perah yang unggul sehingga
Dari makalah ini maka akan di kembangkan dalam mengetahui serta mempelajari
pemeliharaan pada sapi laktasi dan kering kandang dalam handling, pakan, kesehatan,
(1) Bagaimana pemeliharaan pada sapi laktasi dan kering kandang dalam handling
(2) Bagaimana pemeliharaan pada sapi laktasi dan kering kandang dalam pakan
(3) Bagaimana pemeliharaan pada sapi laktasi dan kering kandang dalam kesehatan
(4) Bagaimana pemeliharaan pada sapi laktasi dan kering kandang dalam
pertumbuhan
(5) Bagaimana pemeliharaan pada sapi laktasi dan kering kandang dalam pemerahan
2
3
(6) Bagaimana pemeliharaan pada sapi laktasi dan kering kandang dalam produksi
susu
(7) Bagaimana pemeliharaan pada sapi laktasi dan kering kandang dalam
pengeringan
(8) Bagaimana pemeliharaan pada sapi laktasi dan kering kandang dalam
pengafkiran
(1) Untuk mengetahui serta memahami tentang pemeliharaan pada sapi laktasi dan
(2) Untuk mengetahui serta memahami tentang pemeliharaan pada sapi laktasi dan
(3) Untuk mengetahui serta memahami tentang pemeliharaan pada sapi laktasi dan
(4) Untuk mengetahui serta memahami tentang pemeliharaan pada sapi laktasi dan
(6) Untuk mengetahui serta memahami tentang pemeliharaan pada sapi laktasi dan
(7) Untuk mengetahui serta memahami tentang pemeliharaan pada sapi laktasi dan
3
4
(8) Untuk mengetahui serta memahami tentang pemeliharaan pada sapi laktasi dan
4
5
II
KAJIAN PUSTAKAAN
2.1 Handling
diri ternak tersebut. Dalam penanganan ada yang disebut handling dan restrain.
hewan agar tidak bisa bergerak dalam keadaan sadar.Pada dasarnya ternak
produk sesusai kebutuhan manusia. Dapat dipastikan bahwa semua jenis ternak
yang telah didomestikasikan itu masih mempunyai sifat-sifat dasar, disamping itu
ternak-ternak besar (seperti kerbau, sapi) mempunyai tenaga extra yang sangat kuat
tali temali terlebih dahulu agar bisa merestrain dengan baik (Santosa, 2010)
2.2 Pakan
industry yang mengandung nutrisi dan layak dipergunakan sebagai pakan, baik
5
6
yang diolah maupun belum diolah (SNI, 2013). Bahan pakan ternak sapi pokoknya
dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu pakan hijauan, pakan penguat, dan
pakan tambahan (Sudarmono dan Sugeng, 2008) pakan terbagi menjadi dua yaitu
hijauan dan pakan tambahan
2.3 Kesehatan
Salah satu penghambat yang sering dihadapi dalam usaha peternakan adalah
penyakit. Bahkan tidak jarang peternak mengalami kerugian dan tidak lagi beternak
pencegahan penyakit dan atau pengobatan pada ternak yang sakit. Usaha
2010).
Deteksi penyakit hewan secara dini merupakan bagian terpenting dalam upaya
dini.
6
7
2.4 Pertumbuhan
komponenkomponen tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ serta komponen-
komponen kimia termasuk air, lemak, protein dan abu (Soeparno, 1998).
berbeda. Rangka atau tulang tumbuh cepat dalam waktu yang singkat sesudah
hewan dilahirkan. Setelah itu baru diikuti pertumbuhan otot-otot dan terakhir
adalah lemak. Penimbunan lemak terjadi sesudah hewan mencapai dewasa tubuh,
yakni sesudah pertumbuhan jaringan tulang dan otot selesai, kemudian diikuti
pertumbuhan lemak. Oleh karena itu, sapi yang dipotong pada usia muda 1,5
tahun – 2,5 tahun persentase dagingnya lebih tinggi sebab belum banyak
2.5 Pemerahan
bertujuan untuk mendapatkan produksi susu yang maksimal. Terdapat tiga tahap
(Syarief dan Bagus, 2011). Tujuan dari pemerahan adalah untuk mendapatkan
jumlah susu maksimal dari ambingnya, apabila pemerahan tidak sempurna sapi
induk cenderung untuk menjadi kering terlalu cepat dan produksi total cenderung
7
8
menjadi kering terlalu cepat dan produksi total menjadi menurun (Williamson dan
Payne, 1993).
usaha sapi perah, karena jumlah susu yang dihasilkan akan menentukan pendapatan
peternak (Anggraeni, 2012). Produksi susu sapi perah di Indonesia berkisar antara
dan kualitas susu antara lain genetik, lingkungan serta interaksi antara kedua faktor
iklim, ketinggian tempat, bobot badan, penyakit, kebuntingan dan jarak beranak,
bulan laktasi (Nugroho et al., 2010). Kualitas susu akan semakin menurun seiring
2011).
2.7 Pengeringan
Sapi perah induk laktasi yang telah bunting, produksi susunya akan semakin
menurun sesuai dengan umur kebuntingan. Sapi perah induk laktasi sudah harus
dikeringkan pada hari ke-309 setelah beranak dan lama kering kandang yang paling
8
9
2.8 Pengafkiran
Sapi perah merupakan sapi yang dapat menghasilkan susu yang dimanfaatkan
sebagai produk utama (Sutarto dan Sutarto, 1998). Produktivitas susu sapi perah
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu genetik ternak, lingkungan serta hubungan
antara genetik dan lingkungan (Karnaen dan Arifin, 2009). Sapi perah selain dapat
menghasilkan susu sebagai produk utama, sapi perah juga dapat dimanfaatkan
untuk menghasilkan pedet dan daging dari sapi perah afkir (Taslim, 2011)
9
10
III
PEMBAHASAN
A. Sapi Laktasi
diri ternak tersebut. Dalam penanganan ada yang disebut handling dan restrain.
hewan agar tidak bisa bergerak dalam keadaan sadar. Pada dasarnya ternak
produk sesusai kebutuhan manusia. Dapat dipastikan bahwa semua jenis ternak
yang telah didomestikasikan itu masih mempunyai sifat-sifat dasar, disamping itu
ternak-ternak besar (seperti kerbau, sapi) mempunyai tenaga extra yang sangat
tali temali terlebih dahulu agar bisa merestrain dengan baik (Santosa, 2010).
adalah :
10
11
direbahkan.
Bila ada tali pengikatnya , usahakan agar ternak bisa digiring kedalam
Sedangkan untuk ternak yang masih agak liar usahakan agar ternak dapat
Dan setelah ternak dapat dikuasi, kemudian diberi tali pengikat pada
lehernya.
Menguasai sapi dalam kandang
Jika ada tali pengikatnya, dekati ternak secara pelan-pelan agar tidak
11
12
Dekatilah pedet, sudutkan dan peganglah pada leher dan pantatnya agar
Tekuk lutut sedikt mengukit dan tarik anak sapi ke arah tubuh kita,
B. Kering Kandang
hanya diberi rumput dan dari satu bulan menjelang beranak sampai produksi
puncak sapi perah tidak mendapat konsentrat yang setara untuk produksi
puncak (challenge feeding). Sapi perah induk laktasi yang telah bunting,
Sapi perah induk laktasi sudah harus dikeringkan pada hari ke-309 setelah
beranak dan lama kering kandang yang paling baik adalah sekitar 56-60 hari.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengeringkan sapi perah
induk laktasi, antara lain pemerahan berselang, pemerahan tidak lengkap, dan
12
13
semalam selama 3-4 hari dan kemudian diperah sekali dalam 2 hari selama 3-
selama beberapa hari sebelum batas waktu pengeringan, sapi perah tetap
diperah tetapi susu yang ada dalam tiap putingnya tidak sampai habis diperah.
rendah dan bebas dari infeksi mastitis, cara pengeringan sapi perah induk
disarankan agar ambing dan puting susu dicuci bersih dan diberi disinfektan
atau menuju masa kering sapi perah dapat dilakukan dengan cara pengaturan
pemerahan, proses pemerahan tersebut dapat di lakukan dengan 3 cara yaitu
sebagai berikut :
diperah sekali sehari selama beberapa hari. Selanjutnya satu hari diperah dan
hari berikutnya tidak diperah. Kemudian induk diperah 3 hari sekali hingga
13
14
Pemerahan tidak lengkap yaitu pemerahan tetap dilakukan setiap hari, tetapi
setiap kali pemerahan tidak sekali puting atau keempat puting itu diperah, jadi
keempat puting itu diperah secara bergantian. Setiap kali memerah hanya 2
puting saja, dan hari berikutnya bergantian puting lainnya. Hal ini dilakukan
beberapa hari hingga akhirnya tidak diperah sama sekali. Cara ini dilakukan
hijauan pun dikurangi tinggal seperempat bagian saja. Cara ini lebih efektif dan
pemerahan berselang.
menjaga makanan tetap baik, terutama 2-3 bulan terakhir sebelum masa
kering. Periode kering sangat diperlukan bagi sapi perah yang sedang laktasi
agar sapi dapat menyimpan energi yang cukup untuk laktasi berikutnya
· Periode kering yang ideal (6-8) minggu sebelum partus, pengeringan lebih
lama akan lebih baik dibandingkan pengeringan yang pendek
· Periode kering lebih dari 60 hari memberikan produksi susu pada masa laktasi
berikutnya realatif kecil, tapi untuk laktasi yang sedang berjalan cukup
berpengaruh
14
15
A. Sapi Laktasi
Ransum induk laktasi pada dasarnya terdiri dari hijauan (leguminosa maupun
rumput-rumputan dalam keadaan segar atau kering) dan konsentrat yang tinggi
perlu di perhatikan sifat supplementary effect dari bahan pakan ternak, dan ransum
Bahan pakan ternak sapi pada dasarnya dapat digolongkan menjadi tiga, yakni
Hijauan segar adalah pakan hijauan yang diberikan dalam keadaan segar, dapat
berupa rumput segar ,batang jagung muda, kacang-kacangan dan lain-lain yang
Pakan hijauan untuk induk laktasi dapat diberikan dalam bentuk kering(hay)
maupun dalam bentuk basah atau hijauan segar (dalam bentuk silage). Pembuatan
pembuatan “silage” di daerah tropis masih sulit dilakukan karena banyak hijauan
yang sudah tua dan sukar mengeluarkan udara dari dalam silo sehingga bersifat
Pakan konsentrat adalah bahan pakan yang konsentrasi gizinya tinggi tetapi
kandungan serat kasarnya relatif rendah dan mudah dicerna. Bahan dapat berupa
dedak atau bekatul, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, ketela pohon atau
15
16
gaplek dan lain-lain. Pada umumnya peternak menyajikan pakan konsentrat ini
masih sangat sederhana, yakni hanya membuat susunan pakan/ ransum yang terdiri
dari dua bahan saja, dan bahkan ada yang hanya satu macam bahan saja (Sudono,
1983).Pakan tambahan bagi ternak sapi biasanya berupa vitamin dan mineral.
Pakan tambahan ini dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif dan
dan posfor (Sutardi, 1980). Ukuran pemberian pakan untuk mencapai koefisien
B. Kering Kandang
Masa kering sapi perah mulai dilaksanakan kira-kira delapan minggu sebelum
ternak tersebut melahirkan. Pada kondisi ini ternak perlu mendapatkan perhatian
yang ekstra agar ternak tetap sehat sehingga untuk produksi yang akan datang
menjadi lebih baik. Tujuan di laksanakannya masa kering pada sapi ternak yang
bunting ini adalah untuk mengembalikan kondisi tubuh atau memberi istirahat sapi
dan mengisi kembali kebutuhan vitamin serta mineral dan menjamin pertumbuhan
foetus di dalam kandang. Menurut Siregar (1999), masa kering sapi perah yang
terlalu pendek menyebabkan produksi susu turun. Masa kering sapi perah secara
normal adalah 80 hari dan pakan terus dijaga mutunya, terutama 2-3 bulan terakhir
16
17
Pada saat sapi perah dalam kondisi kering, kebutuhan akan konsumsi pakan
penting untuk di perhatikan. Hal ini di maksudkan untuk menjaga kesehatan sapi
itu sendiri serta untuk menjaga kesehatan kandungan ternak tersebut. Pada kondisi
ini komposisi ransum perlu dilakukan perhitungan secara optimal guna untuk
meningkatkan produksi susu pada masa laktasi berikutnya. Secara umum pada
kondisi kering ini, ternak diberikan sedikit hijauan dan pengurangan bahkan
penghentian pemberian konsentrat pada masa awal kering, sedangkan pada akhir
masa kering hijauan diberikan dalam jumlah seperti biasa dan diikuti dengan
bobot badan. Panda kondisi ini konsumsi BK ransum harian yang diberikan pada
ternak tidak boleh melebihi dari 2% berat badan, konsumsi hijauan minimal 1%
berat badan. Setengah dari 1% BB (konsentrat) per hari biasanya cukup untuk
program pemberian pakan sapi kering. Pada masa kering, sapi perah harus di tekan
jangan sampai terlalu gemuk atau BCS nya melebihi standar untuk sapi bunting
(2,5 – 3). Hal ini dimaksudkan agar sapi tersebut tidak ada kendala dalam proses
kelahiran nantinya. Komposisi hijauan kualitas rendah, seperti grass hay, baik
diberikan pada kondisi ini dengan tujuan untuk membatasi konsumsi hijauan. Pada
kondisi kering kebutuhan protein yang dikonsumsi sapi perah sebesar 12 % sudah
17
18
cukup untuk menjaga kesehatan ternak tersebut. Kebutuhan Ca dan P sapi kering
ransum yang mengandung lebih dari 0,6% Ca dan 0,4% P meningkatkan kejadian
milk fever. Trace mineral, termasuk Se, harus disediakan dalam ransum sapi
kering. Juga, jumlah vitamin A, D. dan E yang cukup dalam ransum untuk
A. Sapi Laktasi
kebersihan kandang dan peralatannya termasuk memandikan sapi. Sapi yang sakit
dipisahkan dengan sapi yang sehat dan segera dilakukan pengobatan. Diusahakan
lantai kandang selalu kering, agar kotoran tidak banyak menumpuk di kandang.
(Djarijah, 1996).
Penyakit yang biasa menyerang sapi perah laktasi dan mempengaruhi produksi
susu adalah mastitis, brucellosis, dan milk fever. Upaya pencegahan penyakit
18
19
Mastitis adalah penyakit pada ambing akibat dari peradangan kelenjar susu.
cocci yang masuk melalui putting dan kemudian berkembang biak di dalam
kelenjar susu. Hal ini terjadi karena putting yang habis dipecah terbuka kemudian
oleh bakteri brucellosis abortus yang menyerang sapi, dan hewan ternak lainnya.
Brucellosis bersifat zoonosa artinya dapat menular dari hewan ke manusia. Pada
sapi, penyakit ini dikenal pula sebagai penyakit keguuran menular, sedangkan
pada manusia menyebabkan demam yang bersifat undulasi yang disebut demam
makanan asal hewan dan bahan asal hewan yang mengandung bakteri Brucella.
yang tidak dimasak yang berasal dari ternak penderita Brucellosis. Susu segar di
Indonesia berasal dari ternak sapi perah, oleh karena itu ternak sapi perah menjadi
dalam darah (hypocalcamia) (Sudono ddkk, 2003). Milk fever menyerang sapi
bergoyang kanan kiri saat berjalan (sempoyongan), bila tidak cepat diobati sapi
19
20
darah). Jika dalam 8-12 jam tidak berdiri maka penyuntikan dapat dilakukan lagi.
kadar kalsium dan fosfor dalam ransum 2:1, dapat pula dengan pemberian kalsit
B. Kering Kandang
Masa kering sapi perah mulai dilaksanakan kira-kira delapan minggu sebelum
ternak tersebut melahirkan. Pada kondisi ini ternak perlu mendapatkan perhatian
yang ekstra agar ternak tetap sehat sehingga untuk produksi yang akan datang
menjadi lebih baik. Tujuan di laksanakannya masa kering pada sapi ternak yang
bunting ini adalah untuk mengembalikan kondisi tubuh atau memberi istirahat sapi
dan mengisi kembali kebutuhan vitamin serta mineral dan menjamin pertumbuhan
foetus di dalam kandang. Menurut Siregar dalam Adika Putra (2009), masa kering
sapi perah yang terlalu pendek menyebabkan produksi susu turun. Masa kering
sapi perah secara normal adalah 80 hari dan pakan terus dijaga mutunya, terutama
Dalam pelaksanaan masa kering sapi perah dilakukan dengan dua sistem, yaitu
secara fisiologis dan secara mekanis. Secara fisiologis dilakukan dengan cara
untuk sapi masa kering. Sedangkan secara mekanis adalah adanya variasi
20
21
Sapi perah betina memiliki sifat genetic yang dapat memproduksi susu dengan
baik dan lebih banyak dari sapi jenis lainnya. Namun, banyaknya produksi susu
sapi perah juga sangat dipengaruhi oleh factor lingkungan dari awal pertumbuhan
Pedet sapi perah biasa disapih hingga berumur 3 bulan. Setelah itu, produksi
yang baik pada sapi perah juga ditentukan oleh pemeliharaan saat sapi berumur 3-
10 bulan, sebab pada masa itulah pertumbuhan sel-sel pada ambing berlangsung
cepat. Menurut Reid dkk. (dalam Prabowo 1994) bahwa pedet sapi perah betina
yang berumur antara 3 - 10 bulan berada pada masa penting untuk perkembangan
ambing yang maksimal dan pada masa ini sel-sel ambing berkembang 3 kali
kecepatan sel tubuh. Artinya, pada masa inilah pedet sapi perah harus ditunjang
oleh lingkungan yang baik, baik itu dari asupan pakan maupun lingkungan
kandang sehingga dapat mencapai bobot badan yang optimal untuk dapat
Saat sapi perah menginjak usia dara maka perlu diperhatikan pertumbuhnnya
21
22
Menurut Siregar (1989), bahwa pertumbuhan sapi dara pada masa ini dapat
pertumbuhan yang lambat akan mengalami birahi pertama yang tertunda serta
cliperburuk dengan mengalami sulit bunting. Masa birahi yang terlambat juga akan
mengikat bagian ekor pada kaki sapi agar ekor tidak mengganggu proses
pemerahan
memerah harus dalam posisi di samping sapi dan tidak berada di belakang
memerah dengan metode fullhand lebih baik dari pada strip hand sebab
salahsatunya mastitis
22
23
saat memerah keluarkan 2-3 kali perahan susu dari ambing untuk
pemerahan pada sapi perah sangat menentukan jumlah susu yang akan
salah satunya adalah waktu pemerahan yang biasaya dilakukan dua kali dalam
sehari pada pagi jam 05.00 dan sore hari jam 14.00. dengan interval yang baik akan
Selama masa laktasi berlangsung, baik produksi susu masa laktasi pertama dan
Faktor Makanan
Sapi perah yang memiliki sifat genetic yang baik akan memberikan produksi
susu yang baik pula. namun, jika makanan yang diberikan tidak memadai dari segi
jumlah maupun mutu, maka produksinyapun akan tidak memadai. Jika sapi yang
23
24
produksi susu akan menurun yang akhirnya akan membatasi pula sekresi air susu
yang dihasilkan.
Faktor Genetik
Faktor genetik diturunkan dari induk dan bapak kepada keturunannya. Faktor
genetik ini bersifat tetap, artinya sifat-sifat baik dan buruk dari tetua akan
diwariskan kepada keturunan berikutnya dengan sifat-sifat yang sama seperti sifat-
sifat tetuanya. Faktor genetis ini akan menentukan jumlah produksi dan mutu air
susu selama laktasi dengan dibantu oleh asupan nutrient yang sesuai. Jika produksi
susu induk dan pejantan jelek maka dengan tata laksana dan makanan yang baik
tidak akan dapat memperbaiki produksi yang jelek dari warisan kedua induknya.
Faktor Tatalaksana
Tatalaksana yang baik dan sempurna merupakan salah satu upaya untuk
mencapai kesuksesan usaha ternak sapi perah. Mengandalkan faktor genetis saja
tidaklah menjamin keberhasilan produksi. Sebab faktor genetis yang baik bukan
jaminan terhadap jumlah produksi. Faktor genetis yang baik harus didukung
dengan tatalaksana yang baik dan teratur. Tatalaksana pada masa laktasi yang perlu
24
25
Ukuran jaringan kelenjar atau ambing pada setiap sapi tidak sama, sebab sangat
dipengaruhi oleh faktor kebakaan genetis. Kelenjar susu yang besar akan mampu
Faktor Iklim
lingkungan yang naik diatas normal lebih dari 30℃, misalnya lingkungan yang
kritis. Suhu yang tinggi memaksa sapi beradaptasi dengan berat, sehingga tidak
dapat hidup dengan nyaman dan nafsu makan berkurang sehingga produksi susu
Faktor Umur
Sapi perah mencapai produksi yang maksimal pada umur 7-8 tahun. Sedangkan
sapi-sapi yang berumur lanjut produksi susunya akan semakin turun. pada awal
memproduksi susu produksinya juga masih rendah sebab jaringan yang terbentuk
Sapi dengan dengan tubuh yang besar akan mampu menampung bahan makan
lebih banyak dibandingkan sapi yang kecil. Menurut Zee (2009) bobot tubuh
ternak perah berkorelasi positif dengan produksi susu dan volume ambing juga
25
26
rendahnya produksi susu pada ternak adalah ukuran dan bobot badan induk, umur,
ukuran dan pertautan ambing, pertumbuhan, jumlah anak lahir perkelahiran dan
suhu lingkungan.
A. Sapi Laktasi
Setelah melahirkan (partus) sapi perah tidak boleh langsung diambil susunya.
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan kecukupan gizi anak sapi yang
baru dilahirkan. Karena pada masa sapi setelah melahirkan, susu yang di produksi
berupa colostrum yang berguna bagi anak sapi untuk menambah kekebalan tubuh
atau sebagai anti bodi pada pedet yang baru lahir. Colostrum di produksi oleh induk
libitum sehingga kebutuhan nutrisi yang di butuhkan oleh ternak tersebut dapat
terpenuhi. Kebutuhan air minum pada sapi setelah melahirkan akan meningkat
dibanding dengan kondisi biasa. Hal ini di karenakan air membantu mencerna
makanan yang dikonsumsi oleh ternak tersebut untuk memproduksi susu guna
untuk mencukupi kebutuhan gizi pada anak yang baru dilahirkannya. Pada sapi
setelah melahirkan kebutuhan mineral dan vitamin juga perlu diperhatikan karena
26
27
B. Kering Kandang
Kering kandang dibagi dalam dua fase yaitu fase awal kering dan fase akhir
kering.
Fase ini dimulai saat sapi dikeringkan hingga 2 – 3 minggu sebelum beranak.
Pada fase ini, sapi perah dengan kondisi baik hanya membutuhkan hijauan yang
berkualitas baik. Induk sapi yang kondisinya kurang baik membutuhkan makanan
pertumbuhan bakal pedet, produksi kolostrum, dan pedet yang kuat waktu lahir.
sewaktu mulai berpoduksi. Jika nutrisi dalam pakan tidak mencukupi maka
cadangan zat gizi dalam tubuh dikuras sehingga sapi menjadi kurus, lemah, dan
bahkan lumpuh.
Sapi laktasi merupkan sapi betina yang sudah melahirkan dan dapat
menghasilkan susu.. Hal ini seuai dengan pernyataan Djaja dkk., 2009, Sapi perah
27
28
induk laktasi adalah sapi perah yang melahirkan dan akan segera memproduksi
susu. Sapi laktasi memproduksi susu selama 10 bulan, Kemampuan laktasi yang
lebih pendek atau lebih lama akan berakibat tidak baik pada laktasi berikutnya.
susunya dapat membantu ekonomi peternak, hal ini sesuai dengan pernyataan
Dameria, 2013 yang menyatakan Sapi perah merupakan ternak ruminansia besar
selalu berkembang. Peningkatan usaha ini tidak hanya didukung dari peningkatan
populasi ternak sapi perah, namun harus didukung dari produktivitas ternak. Usaha
Sapi laktasi yang tidak berproduksi baik akan di afkir. Sapi ini biasanya
memiliki produksi yang rendah atau tidak biasa memproduksi susu sama sekali,
ternak tersebut mengalami penyakit yang susah disembuhkan dan umur sapi
tersebut sudah tua atau memasuki laktasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Nugroho, 2008 yaitu umur afkir induk sapi perah adalah 8 – 9 tahun.
28
29
IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
1. Pada umur kebuntingan 7 bulan sapi perah dikeringkan. Sapi kering hanya
diberi rumput dan dari satu bulan menjelang beranak sampai produksi puncak
sapi perah tidak mendapat konsentrat yang setara untuk produksi puncak
(challenge feeding). Sapi perah induk laktasi sudah harus dikeringkan pada hari
ke-309 setelah beranak dan lama kering kandang yang paling baik adalah
2. Bahan pakan ternak sapi pada dasarnya dapat digolongkan menjadi tiga, yakni
pakan hijauan, pakan penguat dan pakan tambahan. Pakan hijauan untuk induk
laktasi dapat diberikan dalam bentuk kering(hay) maupun dalam bentuk basah
atau hijauan segar (dalam bentuk silage). Secara umum pada kondisi kering ini,
pemberian konsentrat pada masa awal kering, sedangkan pada akhir masa
kering hijauan diberikan dalam jumlah seperti biasa dan diikuti dengan
penambahan konsentrat.
3. Penyakit yang biasa menyerang sapi perah laktasi dan mempengaruhi produksi
susu adalah mastitis, brucellosis, dan milk fever. Dalam pelaksanaan masa
29
30
kering sapi perah dilakukan dengan dua sistem, yaitu secara fisiologis dan
secara mekanis.
4. Sapi dara dengan pertumbuhan yang lambat akan mengalami birahi pertama
yang tertunda serta cliperburuk dengan mengalami sulit bunting. Masa birahi
yang terlambat juga akan menyebabkan sapi perah terlambat bunting, sehingga
akan mengeluarkan biaya pakan yang lebih dan akan menghambat keuntungan.
5. Pemerahan pada sapi perah sangat menentukan jumlah susu yang akan
dihasilkan. banyak factor yang mempengaruhi produksi susu ketika pemerahan.
salah satunya adalah waktu pemerahan yang biasaya dilakukan dua kali dalam
sehari pada pagi jam 05.00 dan sore hari jam 14.00. dengan interval yang baik
6. Selama masa laktasi berlangsung, baik produksi susu masa laktasi pertama dan
Faktor Genetik, Faktor Tatalaksana, Faktor Iklim, Faktor Umur, Faktor ukuran
7. Setelah melahirkan (partus) sapi perah tidak boleh langsung diambil susunya.
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan kecukupan gizi anak sapi
yang baru dilahirkan. Karena pada masa sapi setelah melahirkan, susu yang di
produksi berupa colostrum yang berguna bagi anak sapi untuk menambah
kekebalan tubuh atau sebagai anti bodi pada pedet yang baru lahir. Colostrum
di produksi oleh induk sapi sekitar 7 – 10 hari. Kering kandang dibagi dalam
dua fase yaitu fase awal kering dan fase akhir kering.
30
31
8. Sapi laktasi yang tidak berproduksi baik akan di afkir. Sapi ini biasanya
memiliki produksi yang rendah atau tidak biasa memproduksi susu sama sekali,
ternak tersebut mengalami penyakit yang susah disembuhkan dan umur sapi
4.2 SARAN
kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya
terlebih dahulu sebelum menyusun makalah agar tidak ada pihak yang merasa
diberatkan.
31
32
DAFTAR PUSTAKA
32
33
33
34
LAMPIRAN TUGAS
NO NAMA KETERANGAN
susu)
34