Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENGANTARI LMU PETERNAKAN

RAS AYAM PEDAGING

Disusun Oleh:

Kelompok 6

Kelas C

Muhammad Ferdiansyah 200110150082


Fianty Antarisa 200110150084
Alifentisa 200110150087
Amanda Ayesha Putri 200110150237
Reynaldi Setiasa 200110150244
Jeffry Adi Nababan 200110150248

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN
TAHUN AJARAN 2015/2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.Indonesia
dianugrahi alam yang subur tak heran jika produk peternakan menjadi sumber masyarakat
sebagai bahan pangan.Rasanya tidaknya lengkap sebagai bahan pangan tidak memiliki
protein.Terutama salah satu produk dari ayam yaitu telur tak heran jika semua masyarakat
sangat membutuhkan telur untuk dikonsumsi sehari-hari.

Kami mahasiswa dari fakultas peternakan universitas padjadjaran memaparkan


makalah tentang ayam ras pedaging, kami mengharapkan makalah ini bermanfaat bagi
masyarakat luas untuk menambah pengetahuan tentang ayam ras pedaging.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen Ir. Siti Nurachman, M.S sebagai
pembimbing mata kuliah ilmu pengantar peternakan dan tak lupa mengucapkan terima
kasih kepada rekan-rekan kami dari kelompok 6 sehingga makalah ini berhasil
terselesaikan.Namun demikian makalah ini merupakan hasil karya manusia yang tak luput
dari kekurangan dan kesalahan untuk itu saran dan kritik selalu kami harapkan demi
perbaikan dan kelengkapan makalah ini untuk masa mendatang.

Jatinangor, November 2015

Penyusun
DAFTAR ISI

Bab Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................... iii
DAFTAR TABEL.............................................................................. iii
DAFTAR ILUSTRASI..................................................................... iii
I PENDAHULUAN
1.1. Peternakan Tradisional / Peternakan rakyat.............................. 1
1.2. Peternakan Semi Tradisional..................................................... 1
1.3. Peternakan Maju / Peternakan Skala Industri.... 1
II PEMBAHASAN
2.1. Produksi Peternakan ayam pedaging......................................... 2
2.2. Contoh-contoh Produk Olahan Hasil Ternak ayam pedaging... 4
2.3. Cara Pengolahan Produk Ternak ayam pedaging...................... 6
2.4. Lingkungan Peternakan ayam pedaging................................... 10
KESIMPULAN............................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA. 12

I
PENDAHULUAN

1.1 Peternakan Tradisional / Peternakan Rakyat


Usaha peternakan rakyat adalah usaha yang dilakukan oleh rakyat antara lainpeternak
tradisional disamping usahanya.Perusahaan peternakan yaitu peternakan yang di
selenggarakan dalam bentuk suatu perusahaan secara komersial dan mempunyai izin
usaha(Anonymous,1967).
Usaha peternakan rakyat mencirikan sebagai tipe usaha peternakan tradisional adalah di
pedesaan(Lumintang,1978). Beberapa ciri umum tipe usaha ini :
1. Rendahnya tingkat ketrampilan
2. Kecilnya modal usaha
3. Belum di gunakannya bibit bibit unggul
4. Kecilnya jumlah ternak produktif
5. Cara penggunaan ransum yang belum sempurna
Pengetahuan beternak sederhana,
6. Manajemen tradisional,
7. Pakan yang diberikan seadanya,
8. Tidak memperhatikan keinginan konsumen,
9. Pemilikan ternak hanya beberapa ekor,
10. Bibit yang diusahakan bibit lokal.
11. Tidak dilakukan pencegahan penyakit,
12. Ternaga kerja keluarga tidak terdidik,
13. Usaha sampingan,
14. Tidak memperhitungkan nilai nilai ekonomi
15. Manajemen intensif yang rendah
16. Modal yang sangat rendah

1.2 Peternakan Semi Tradisional


Usaha peternakan semi tradisional merupakan motif usaha yang lebih unggul
daripada usaha peternakan tradisional. Usaha peternakan semi tradisional ini selain
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga juga ditujukan untuk dijual ke
pasar. Jenis ternak yang diusahakan terdiri dari : sapi perah, kambing perah, ayam ras
broiler, ayam ras petelur dan burung puyuh. Adapun ciri ciri usaha peternakan semi
komersial ini adalah sebagai berikut:
1. Sudah memperhitungkan nilai nilai ekonomi,
2. Sudah memperhatikan keinginan konsumen,
3. Investasi modal sedang,
4. Terlibat dalam lembaga koperasi dan harga ditentukan koperasi
5. Pengetahuan beternak cukup baik
6. Hasil produksi cukup banyak,
7. Kualitas produk sudah standar,
8. Penjualan produk teratur
9. Skala usaha ekonomi menengah
10. Manajemen pakan tesistematik
11. Pakan yang diberikan kualitas sedang,
12. Sudah dilakukan pencegahan penyakit/vaksinasi,
13. Ternaga kerja keluarga dan luar keluarga sudah terdidik,
14.Pemilikan bibit beberapa ekor sampai puluhan ekor tergantung jenis ternaknya,
15. Bibit yang diusahakan bibit unggul
16. Dijadikan sebagai usaha pokok

Usaha peternakan yang bermotif peternakan semi tradisional keadaan pengusaha


relatif lebih mudah untuk menghitung keuntungan, karena peternak telah
memperhitungkan biaya produksi antara produsen dengan konsumen akhirnya.Terdapat
pedagang, permintaan konsumen dan spesialisasi pekerjaan masyarakat sudah mulai
terbentuk.

1.3 Peternakan Maju / Peternakan Skala Industri


Usaha peternakan maju/peternakan skala industri adalah motif usaha peternakan
yang telah modern dan padat modal dan teknologi maju serta pengelolaan manajemen
ilmiahnya.Usaha peternakan komersial ini ditujukan untuk memenuhi permintaan
konsumen dengan timbal balik keuntungan yang besar,serta telah menargetkan
keuntungan yang akan didapat dari produksi. Adapun ciri ciri motif usaha peternakan
maju adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan telah mandiri berbentuk PT
2. Pengetahuan dan waasan beternak sangat baik
3. Kualitas produk sudah memenuhi standar
4. Penjualan telah teratur
5. Kepemilikan ternak sangat banyak
6. Bibit yang diusahakan sudah merupakan bibit unggul
7. Dilakukan pencegahan penyakit pada hewan ternak
8. Skala usaha dalam jumlah besar
9. Investasi modalyang besar
10. Hasil produksi sangat banyak,
11. Manajemen ilmiah
12. Pakan yang diberikan kualitas tinggi
13. Ternaga kerja luar keluarga terdidik
14. Dijadikan usaha pokok
15. Sangat diperhitungkan nilai nilai ekonominya
14. Memperhatikansesuai keinginan konsumen

usaha yang bermotif peternakan maju/peternakan skala industri keadaan pengusaha


sangat mudah untuk menghitung keuntungan, karena segala biaya yang dikeluarkan
telah dihitung, produk yang dihasilkan juga banyak, jarak antara produsen dengan
konsumen sudah relatif lebih jauh lagi, pemasaran yang terlibat lebih banyak,
permintaan konsumen sangat banyak dan spesialisasi pekerjaan masyarakat sudah
tinggi dan juga tertata. Keadaan seperti ini biasanya ditemui pada tingkat perekonomian
masyarakat yang sudah berkembang. Perkembangan perekonomian pada masyarakat
tersebut akan lebih baik lagi, jika disertai dengan tingkat komunikasi yang sangat baik.

II
PEMBAHASAN

2.1. Produksi Peternakan Ayam Pedaging


Produksi utama dari ayam pedaging adalah dagingnya. Pemanen di Indonesia
dilakukan pada ayam pedaging umur 5-6 minggu dengan bobot badan sekitar 1,5-2
kg. Hal yang harus dilakukan pada pemanenan adalah waktu pemanenan. Sebaiknya,
pemanenan dilakukan pada sore atau pagi hari untuk mengurangi stress pada ayam.
Perlakuan pada pemanenan meliputi penagkapan,penimbangan,dan
packing.penangkapan dilakukan dengan hati hati untuk mengurangi memar pada
karkas.dianjurkan untuk menangkap ayam tidak pada bagian sayapnya karena mudah
patah.penimbangan dilakukan secara berkelompok dalam jumlah agak
banyak.misalnya: 10 ekor menggunakan keranjang. Pemasuka ayam pedaging kedalm
boks atau keranjang pengangkut dilakukan dengan hati-hati. Penempatan boks
didalam mobil diatur supaya ada ruang untuk sirkulasi udara.
Masa pembesaran ayam broiler mulai dari DOC adalah 1,5 sampai 2 bulan,
dimana ayam broiler telah dapat mencapai 1,5 kg sampai 2 kg berat hidup.
Koefisien teknis terpenting usaha ayam broiler adalah konversi ransom atau
efisiensi ransom. Prefensi konsumen di pasaran adalah ayam broiler dengan berat
potong ringan (1kg) atau sedang (1,5). Oleh karena itu berta potong karkas broiler
adalah 75% berat hidup, maka untuk memperoleh berat potong 1 atau 1,5 kg,
diperlukan berat hidup berturut-turut 1,34 atau 2 kg berat hidup. Efisiensi makanan
yang baik adalah 2,5 sa dan 3 kg. jadi untuk memperoleh broiler 1,34kg dan 2 kg
berat hidup dibutuhkan ransom masing-masing 3.35dan 5 kg ransom (3,335 = 1,34 x
2,5 kg dan 5 kg = 2 x 2,5 kg).
Menurut USDA, 100 g ayam mengandung air (65 g), energi (215 kkal),
protein (18 g), lemak (15 g), lemak jenuh (4 g), kolesterol (75 mg), kalsium (11 mg),
besi (0,9 mg), magnesium (20 mg), fosfor (147 mg), kalium (189 mg), natrium (70
mg), dan seng (1,3 mg). Di antara vitamin dalam daging ayam antara lain vitamin C,
vitamin B1 (hiamin), riboflavin, niacin, vitamin B-6(pyridoxamine), folat, vitamin B-
12, vitamin A, vitamin E (tocopherol), vitamin D dan vitamin K.
Berikut daftar harga daging ayam di pasaran:
1. Daging ayam utuh
- 0,6 kg - 0,7 kg ( per ekor ) : Rp. 15.750,- per ekor
- 0,7 kg - 0,8 kg (per ekor ) : Rp. 18.000,- per ekor
- 0,8 kg - 0,9 kg (per ekor ) : Rp. 20.250,- per ekor
- 0,9 kg - 1,0 kg (per ekor ) : Rp. 22.500,- per ekor
- 1,0 kg - 1,1 kg ( per ekor ) : Rp. 24.750,- per ekor
- 1,1 kg - 1,2 kg ( per ekor ) : Rp. 27.000,- per ekor
- 1,2 kg - 1,3 kg ( per ekor ) : Rp. 29.250,- per ekor
2. Boneless
- Dada ayam tanpa tulang tanpa kulit ( Fillet dada ayam ): Rp. 36.500,- per kg
- Paha ayam tanpa tulang tanpa kulit ( Fillet paha ayam ): Rp. 37.500,- per kg

2.2. Contoh-contoh Produk Olahan Hasil Ternak


Sosis
Sosis adalah daging olahan dari pabrik,yaitu daging yang sudah
dicincang dan dibungkus dengan bahan sintetis dan diawetkan.
Chicken Nugget
Nugget adalah salah satu pangan hasil pengolahan daging ayam yang
memiliki cita rasa tertentu, biasanya berwarna kuning keemasan.
Steak Ayam
Steak adalah daging yang dipotong dari seekor ayam yang kemudian
dimatangkan dengan cara dibakar diatas bara, di bakar diatas nyala api,
di oven, atau bahkan digoreng
Keripik Ceker
Ceker atau kaki ayam kini bisa dimasak atau diolah menjadi keripik.
Keripik ceker merupakan makanan ringan yang mempunyai rasa enak,
gurih dan renyah.
Ayam Tepung
Olahan ayam yang dibuatnya dengan cara digoreng dengan
menggunakan tepung.
2.3. Cara Pengolahan Produk Ternak

1) Stoving

Penampungan ayam sebelum dilakukan pemotongan, biasanya ditempatkan di kandang


penampungan (Houlding Ground).

2) Pemotongan
Pemotongan ayam dilakukan dilehernya, yaitu memotong arteri karotis, vena jugularis dan
esofagus. Prinsipnya agar darah keluar keseluruhan atau sekitar 2/3 leher terpotong (sekitar
3-4% dari bobot ternak) dan berlangsung sekitar 60-120 detik ( ditunggu 1-2
menit ). Kadang-kadang dilakukan dengan cara menusuk bagian otak diarahkan
pada medula ablongata dengan pisau kecil. Terdapat beberapa cara penyembelihan mulai
dari cara pemenggalan leher yang sederhana sampai metode konsher yang dimodifikasi
cara modern. Cara konsher dengan memotong pembuluh darah, jalan makanan dan jalan
nafas. Sedangkan cara konsher modifikasi dilakukan dengan memotong hanya pembuluh
darah (dipingsankan terlebih dahulu), serta cara Islam yaitu pemutusan saluran darah
(vena dan arteri), kerongkongan dan tenggorokan, hewan harus sehat, tidak boleh dibius
dan yang memotong orang Islam.

3) Penuntasan Darah
Penuntasan darah harus dilakukan dengan sempurna karena dapat mempengaruhi mutu
daging unggas. Penuntasan darah yang kurang sempurna menyebabkan karkas akan
berwarna merah di bagian leher, bahu, sayap dan pori-pori kulit dimana lama penyimpanan
akan terjadi perubahan warna. Penuntasan darah pada pemotongan ungags yang modern
dilakukan dengan cara unggas yang disembelih digantung pada gantungan. Pengeluaran
darah sebaiknya dilakukan secara tuntas atau sekitar 50 - 70 detik sehingga ayam
kehilangan sekitar 4 persen dari berat badannya.
4) Penyeduhan
Penyeduhan atau perendaham dalam air panas dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan
proses pencabutan pada tahap berikutnya karena kolagen yang mengikat bulu sudah
terakogulasi. Suhu dan waktu perendaman yang digunakan 54,50 C selama 60 120 detik.
Perendaman terlalu lama menyebabkan kulit menjadi gosong atau coklat.

5) Pengulitan atau Pencabutan Bulu


Teknik pencabutan bulu merupakan tahapan untuk mendapatkan karkas yang bersih dari
kotoran dan bulu. Dengan teknologi perendaman dalam air panas pada temperatur 50-54 oC
selama 30-45 detik, untuk ayam muda, temperatur 55-58 oC selama 45-90 detik, untuk ayam
tua, menyebabkan mudahnya pencabutan bulu, kulit bersih dan cerah, serta tidak mudah
terkontaminasi bakteri. Bulu-bulu yang halus dicabut dengan membubuhkan lilin cair atau
dibakar dengan nyala api biru.

6) Pengeluaran Jeroan
Organ dalam ayam (Viscera) merupakan tempat kotoran, sehingga harus dikeluarkan
sesempurna mungkin. Proses pengeluaran organ dalam dimulai dari pengambilan tembolok,
trakhea, hati, empedu, empedal, jantung, paru-paru, ginjal, usus dan ovarium/ testes.
Setelah pengeluaran organ dalam, dilakukan pencucian karkas dengan menggunakan air
suhu 5-10oC dengan kadar klorin 0,5-1 ppm, hal ini untuk menghindari dan menekan
pertumbuhan bakteri, sehingga mutu dan keamanan karkas ayam tetap terjaga. Isi perut ini
dapat dijual atau diikut sertakan pada daging siap dimasak dalam kemasan terpisah.

7) Pemotongan Karkas
Karkas ayam pedaging adalah bagian dari ayam pedaging hidup, setelah dipotong, dibului,
dikeluarkan jeroan dan lemak abdominalnya, dipotong kepala dan leher serta kedua kakinya
(ceker). Cara pemotongan karkas yaitu kaki dan leher ayam dipotong. Tunggir juga
dipotong bila tidak disukai. Setelah semua jeroan sudah dikeluarkan dan karkas telah dicuci
bersih, kaki ayam/paha ditekukan dibawah dubur. Kemudian ayam didinginkan
dan dikemas. Teknik penyimpanan karkas ayam yang baik yaitu menggunakan suhu
ruangan (-4)oC sampai 0oC, karena dengan teknik ini dapat mempertahankan dan
melindungi karkas dari berbagai kontaminan berbahaya, mutu fisik dapat dipertahankan,
mutu gizinya tetap baik dan dapat menekan pertumbuhan bakteri sehingga dapat
memperpanjang daya simpan 1 - 3 bulan.

Komponen Karkas
- Otot
Komponen karkas yang paling mahal adalah otot. Bagian terbesar otot terdapat di bagian
dada, sehingga besarnya dada dijadikan ukuran untuk membandignkan kualitas daging pada
broiler. Fungsi otot yang utama bagi tubuh unggas adalah untuk menggerakan tubuh,
menutupi tulang dan membentuk tubuh. Otot pada dada ayam berwarna lebih terang
sedangkan otot pahanya berwarna lebih gelap, disebabkan ayam lebih banyak berjalan
daripada terbang, sehingga menyebabkan pigmen mioglobin terdapat lebih banyak pada
otot paha.
- Lemak
Lemak mempunyai tiga tipe, yaitu (1) lemak bawah kulit (subcutan), (2) lemak perut
bagian bawah (abdominal) dan (3) lemak dalam otot (intramuscular). Persentase lemak
abdominal pada ayam lebih tinggi daripada ayam jantan, dan bobotnya semakin bertambah
dengan meningkatnya umur.
Kandungan lemak subkutan dipengaruhi oleh umur. Lemak subkutan meningkat dari 13,25
% pada umur 3 minggu menjadi 33,87 % pada umur 9 minggu.
- Tulang
Sistem pertulangan pada unggas berbeda dengan pertulangan pada mamalia. Tulang unggas
ringan tetapi kuat dan kompak, karena mengandung garam kalsium yang sangat padat.
Umumnya tulang-tulang yang panjang membengkok, yang membuat tulang menjadi ringan,
dan tulang-tulang tersebut bergabung bersama-sama membentuk susunan yang kokoh yang
mana juga merupakan tempat bertautnya daging. Tulang disamping merupakan kerangka
bagi tubuh dan tempat bertautnya daging, juga berfungsi melindungi organ tubuh, dan
sumsum tulang.
- Kulit
Kulit unggas berfungsi melindungi permukaan tubuh. Kulit mempunyai kelenjar minyak
atau oil gland yang terdapat pada pangkal ekor. Kulit terdiri atas dua lapis, lapisan luar
disebut epidermis dan bagian dalam disebut dermis. Paruh dan kuku serta kulit pada kaki
serta bulu terdiri atas epidermis. Jengger dan daun telinga dari dermis yang ditutupi
epidermis. Epidermis terdiri atas dua lapisan tipis bagian luar disebut stratum corneum
dan bagian dalam disebut rete malphigi atau stratum germinatum. Dermis tersusun dari
jaringan pengikat yang mengandung banyak lemak. Kulit unggas relatif tipis dibandingkan
dengan kulit mamalia. Pada ayam, kulit pjsangat sensitif waktu rontok bulu (molting),
karena jaringan syaraf, otot dan pembuluh darah yang mengalir di dalam kulit berhubungan
dengan akar bulu. Warna kulit dipengaruhi oleh pigmen kulit, melanin dan santophyl. Kulit
mempunyai beberapa fungsi yaitu (1) melindungi bagian dalam kulit secara mekanik
terdapat kemungkinan masuknya zat-zat, (2) melindungi kulit terdapat cahaya atau sinar
yang akan masuk, karena pada sel epidermis terdapat pigmen melanin, (3) mengatur
temperatur tubuh, (4) sebagai, kelenjar sekresi, yaitu tempat keluarnya keringat, (5) tempat
pembentukan vitamin D dari cholesterol dan (6) sebagai tempat berlangsungnya respirasi.

2.4. Lingkungan Peternakan


Lingkungan Ternak
Lingkungan ternak adalah semua faktor fisik, kimia, biologi, dan sosial yang ada di
sekitar ternak. Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah iklim (suhu, cahaya, humiditas),
tingkah laku ternak, penyebab penyakit, dan pengelolaan ternak (kandang, pemberian
makan dan minum, pemeliharaan).
2.4.1 MIKRO
Pengaruh Iklim Terhadap Ternak
Iklim sangat berpengaruh terhadap hewan ternak. Beberapa ahli mempelajari pengaruh
iklim terhadap objek yang spesifik, di antaranya iklim berpengaruh terhadap bentuk tubuh
(Hukum Bergmann), insulasi pelindung atau kulit dan bulu (Hukum Wilson), warna
(Hukum Gloger), tubuh bagian dalam/internal (Hukum Claude Bernard), dan kesehatan dan
produksi ternak. Temperatur lingkungan mempengaruhi penggunaan energi yang diperoleh
ternak dari makanan, produksi panas, dan disipasi panas hewan ternak ke lingkungannya.
Radiasi sinar matahari terhadap hewan ternak dapat menimbulkan dua bentuk gangguan
umum, yaitu mutasi gen oleh radiasi kosmik dan kerusakan sel kulit oleh sinar ultra violet
pada proses 'sunburn'. Hewan ternak mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan iklim.
Tingkah Laku Ternak
Tingkah laku hewan ternak berpengaruh terhadap produksi dan reproduksi hewan
ternak. Tingkah laku umum pada hewan ternak yang dapat dilihat adalah tingkah laku
makan dan minum (ingestive behaviour), memimik (allelomimetic behaviour),
mengeliminasi feses dan urine (eliminative behaviour defecation and urination), berkelahi
(agonistic behaviour combat), investigasi (investigative behaviour) dan mencari naungan
(shelter seeking behaviour), serta tingkah laku sosial (social behaviour). Setiap tingkah laku
bersifat khas untuk hewan-hewan tertentu.
Etologi Khusus dan Anomali
Terdapat bermacam-macam penyebab stres pada ternak, seperti cuaca dingin, cuaca
panas, kekeringan, ventilasi yang tidak baik, gangguan kegaduhan, luas kandang yang tidak
mencukupi, penyapihan, perubahan makanan, kelaparan, kehausan, kesalahan manajemen.
Orang yang peduli terhadap kesejahteraan hewan ternak selalu menganjurkan agar
kesejahteraan ternak juga diperhatikan. Ternak jangan hanya "dipaksa" untuk berproduksi
saja. Terdapat tingkah laku anomali pada hewan ternak, seperti polidipsia pada ayam.
Kandang Ternak
Pemeliharaan ternak terkurung dalam kandang adalah salah satu ciri khas
peternakan modern, terutama pada ternak monogastrik. Ini merupakan salah satu faktor
lingkungan ternak yang sangat penting diperhatikan di daerah tropis. Dengan
mengandangkan ternak, penyebaran penyakit terutama penyakit zoonosis dapat lebih
terkendali, pelayanan ternak lebih mudah, kerusakan lingkungan dapat diminimalkan dan
mikroklimat yang terbaik bagi ternak dapat diusahakan. Kandang ternak harus memenuhi
kebutuhan fisik maupun fisiologis ternak, tahan lama, hemat energi (tenaga, air), dan hemat
lahan. Lahan untuk lokasi kandang perlu ditentukan dengan memperhatikan luas, topografi,
permukaan air tanah, dan jarak dari pemukiman, sedangkan bangunan kandang harus
memenuhi kebutuhan ternak sesuai dengan golongan atau status biologis ternak, yakni
bentuk bangunan, luas lantai, tata letak, arah dan jenis bahan bangunan. Pada peternakan
modern dikenal tiga tipe perkandangan, yaitu sebagai berikut.
Tata Letak, Bentuk, Bahan, dan Ukuran Kandang Ternak
Syarat faktor-faktor fisik bangunan kandang ternak untuk daerah tropis adalah
sebagai berikut. 1. Bahan bangunan harus tahan lama, relatif murah dan berdaya pantul
tinggi terhadap sinar. 2. Berkemampuan rendah menyimpan beban panas yang berasal dari
tubuh ternak. 3. Kemiringan atap cukup biasanya 30-45 derajat sehingga ternak terlindung
dengan baik terhadap panas sinar, hujan, dan angin. 4. Sirkulasi udara terjamin dengan baik
sehingga udara tak sehat dapat ke luar dan udara segar dapat masuk. 5. Arah memanjang
(poros) bangunan kandang adalah Timur-Barat, berbeda dengan arah bangunan di daerah
subtropis/temperat ataupun beriklim dingin. 6. Ada dua tipe lantai kandang, yaitu: (a)
Lantai polos (solid floor); (b) Lantai berbilah (slotted floor).
Pakan dan Makanan Ternak
Pakan adalah sumber bahan-bahan makanan yang diperlukan untuk menyusun atau
meramu ransum/makanan ternak. Ransum/makanan terdiri atas satu atau lebih jenis bahan
yang diberikan untuk kebutuhan ternak sehari semalam. Setiap pakan ternak yang diberikan
harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat makanan yang terdiri dari protein,
karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin.
Pentingnya Air bagi Ternak
Air merupakan kebutuhan vital untuk mempertahankan kehidupan ternak. Air juga
memegang peranan penting dalam mengangkut zat-zat makanan ke jaringan tubuh dan
membuang sisa-sisa metabolisme, membantu berfungsinya dengan baik reaksi-reaksi enzim
dan mekanisme pengaturan suhu tubuh. Kebutuhan air minum pada ternak tergantung
beberapa hal, yaitu banyaknya bahan kering yang dimakan, banyaknya air yang hilang dari
tubuh, spesies ternak dan keadaan ternak (berproduksi atau tidak). Apabila ternak
kekurangan air maka akan berpengaruh pada air yang diminum makanan yang dimakan,
metabolisme, dan produktivitas ternak.
Manajemen Perencanaan Usaha Ternak
Perencanaan dalam usaha peternakan sangat penting karena berkaitan dengan
pengambilan keputusan untuk seluruh kegiatan usaha peternakan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan usaha ternak adalah menentukan: 1. tujuan usaha
peternakan, apakah sebagai usaha sambilan, cabang usaha, usaha pokok ataukah industri
peternakan;
2. besar unit ekonomis; 3. ekonomi produksi ternak; 4. manajemen yang dituntut dalam
usaha ternak; 5. prinsip-prinsip produksi ternak; 6. efisiensi reproduksi.
Manajemen Pelaksanaan Pemeliharaan Ternak
1. Pemeliharaan ternak harus dilakukan secara serius karena ternak merupakan
makhluk hidup.
2. Manajemen ternak yang paling penting dalam pelaksanaan pemeliharaan ternak
dilakukan pada induk melahirkan dan pada penyapihan anak. Kondisi ternak
pada saat itu adalah yang paling rawan terhadap penyakit.
3. Limbah hasil ternak dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki lingkungan jika
dikelola dengan baik. Sebagai contoh, pemanfaatan kotoran ternak untuk
pembuatan pupuk kandang atau kompos.

Kontrol Penyakit
1. Kontrol penyakit dilakukan dengan memperhatikan manajemen ternak,
misalnya mencegah berjangkitnya atau meluasnya serangan serangan penyakit
dengan cara membeli bibit yang baik, mengurangi kontak dengan pembawa
penyakit, melakukan desinfeksi. 2. Program pengendalian kesehatan ternak
yang sering dilakukan, antara lain:
a. kunjungan ke peternakan;
b. pencatatan (records);
c. prosedur diagnostik;
d. program pengobatan;
e. program perkawinan;
f. pengawasan parasit.

Interaksi Faktor Lingkungan


Dalam mempelajari hewan ternak, kita harus mengkaji faktor-faktor
lingkungan secara komprehensif. Hal ini perlu dipahami karena akan terjadi
saling interaksi di antara faktor-faktor lingkungan itu sendiri dan terjadi saling
mempengaruhi sebelum faktor-faktor lingkungan tersebut mempengaruhi
hewan ternak. Terjadi saling interaksi di antara sesama mineral-mineral
dengan protein, mineral dengan vitamin, dalam mempengaruhi hewan ternak.
Faktor-faktor lingkungan terutama faktor fisik dan kimia berpengaruh baik
secara langsung maupun tidak langsung terhadap tingkat dan proses
metabolisme hewan ternak.
Pertimbangan Faktor Lingkungan dalam Pengelolaan Usaha Peternakan
Faktor lingkungan sangat mempengaruhi tingkat produksi hewan
ternak. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa produksi hewan ternak
merupakan faktor dari lingkungan. Faktor lingkungan fisik, kimiawi, dan sosial
budaya perlu dipertimbangkan dalam pengelolaan usaha peternakan. Ciri khas
usaha peternakan modern adalah terdapatnya tindakan manajemen untuk
mempertahankan dan meningkatkan hasil usaha peternakan. Dengan
demikian, faktor lingkungan tidak dihindari, tetapi perlu dikelola dengan baik
dengan menerapkan manajemen dan teknologi peternakan.

2.4.2.MAKRO

12http://irfansyuhada.blogspot.co.id/2009/10/koefisien-teknis.html
http://freshmeat-04.weebly.com/harga-hari-ini.html
..........................................................................................................
http://www.tipscaramanfaat.com/kandungan-gizi-dan-manfaat-daging-ayam-bagi-
kesehatan-1174.html

Anda mungkin juga menyukai