Anda di halaman 1dari 24

KEUNGGULAN KOMPARATIF TERNAK KAMBING

DI KOTA PALU

PROPOSAL

MIFTAHUL MAULITA

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
KEUNGGULAN KOMPARATIF TERNAK KAMBING
DI KOTA PALU

PROPOSAL

Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako

Oleh

MIFTAHUL MAULITA
O 121 17 346

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU

i
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Keunggulan Komparatif Ternak Kambing Di Kota Palu

Nama : Miftahul Maulita

Stambuk : O 121 17 346

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Yudi Mujayin, M.P Ir. Hj. Ritha Rahayu, M.Si
Nip. 19641125 199403 1 003 Nip. 19600912198601 2 001

Disahkan Oleh,
Ketua Jurusan Peternakan

Muhamad Ilyas Mumu, S.Pt., M.Sc.Ag., Ph.D.


Nip. 19701208 199603 1 001

ii
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkah, rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal rencana penelitian

dengan judul “Keunggulan Komparatif Ternak Kambing Di Kota Palu” dengan

baik. Proposal ini disusun sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian

sehingga memperoleh gelar sarjana di Fakultas Peternakan dan Perikanan

Universitas Tadulako.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak

terhingga kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Proposal

ini, terutama kepada yang terhormat bapak Dr. Ir. Yudi Mujayin, MP dan ibu Ir.

Hj. Ritha Rahayu, M.Si selaku Dosen pembimbing yang telah bersedia dengan

sabar membimbing dalam penulisan proposal ini hingga skripsi nantinya.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan proposal

rencana penelitian ini, namun sebagai manusia tidak luput dari kesalahan dan

kekhilafan. Olehnya itu dengan penuh rasa rendah hati penulis menerima kritikan

dan saran yang sifatnya membangun demi tercapainya penulisan yang baik

kedepannya.

Palu, Juli 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
UCAPAN TERIMAKASIH........................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL........................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vi

BAB 1 PENDAHULUAN
I.1Latar Belakang ................................................................................ 1
I.2Tujuan.............................................................................................. 3
I.3Manfaat............................................................................................ 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Deskripsi Kambing...................................................................... 4
2.2 Potensi Pengembangan Usaha Ternak Kambing......................... 5
2.3 Keunggulan Komparatif.............................................................. 6
2.4 Location Quotient (LQ)............................................................... 7
2.5 Growth Share............................................................................... 8

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 11
3.2 Metode Penelitian........................................................................ 11
3.3 Jenis dan Sumber Data................................................................ 11
3.4 Teknik Pengambilan Data........................................................... 11
3.5 Variabel yang Diamati................................................................. 12
3.6 Analisis Data............................................................................... 12
3.6.1 Analisis Kontribusi............................................................. 12
3.6.2 Analisis LQ......................................................................... 13
3.6.3 Growth Share...................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3-1 Identifikasi Sektor Unggulan........................................................... 9

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3-1 Kuadran Growth and Share....................................................... 15

vi
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan peternakan di Indonesia ditujukan kepada upaya

peningkatan produksi peternakan yang sekaligus untuk meningkatkan pendapatan

dan kesejahteraan petani peternak, memenuhi kebutuhan pangan dan gizi,

menciptakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, serta mendorong

pengembangan Agroindustri dan Agribisnis (Saputra H., 2009). Rusdin (2009)

menyatakan bahwa salah satu upaya yang harus dilakukan dalam memenuhi

peningkatan produksi peternakan, yaitu mengembangkan jenis ternak yang

disesuaikan dengan potensi masyarakat dan wilayahnya. Misalnya saja bentuk

upaya pengembangan pada ternak kambing.

Ternak kambing berperan besar dalam pemenuhan pangan nasional

sebagai sumber gizi seperti protein, lemak, vitamin, mineral, dan gizi-gizi lainnya.

Popularitas daging kambing sudah tidak diragukan lagi di Indonesia karena

daging kambing dipercaya mempunyai khasiat yang lebih tinggi dibandingkan

daging sapi dan daging domba. Tingginya permintaan akan hasil-hasil ternak

kambing mampu memberikan kontribusi yang tidak sedikit terhadap kehidupan

banyak peternak kambing di Indonesia (Angga, 2017).

Usaha peternakan kambing di Indonesia saat ini telah menjadi salah satu

usaha peternakan yang banyak diusahakan selain usaha peternakan sapi, sehingga

usaha peternakan kambing sudah dapat dikatakan menyebar diseluruh wilayah di

Indonesia. Tidak terkecuali yakni Provinsi Sulawesi Tengah, karena dipandang

sangat tepat sebagai daerah komoditi potensial. Hal ini dimungkinkan, karena

1
melihat potensi dan keadaan wilayahnya serta karateristik masyarakatnya sangat

mendukung.

Kondisi tersebut dapat dilihat berdasarkan data populasi ternak kambing di

Sulawesi Tengah. Menurut data terakhir dari Dirjen Peternakan dan Kesehatan

Hewan (2019) jumlah populasi ternak kambing saat ini sebesar 518.698 ekor.

Salah satu daerah di Provinsi Sulawesi Tengah yang memiliki potensi untuk

pengembangan usaha peternakan kambing adalah Kota Palu. Potensi

pengembangan ternak di kota Palu cukup tinggi, baik ternak besar maupun kecil

serta unggas. Kambing merupakan ternak dengan populasi terbesar dan tersebar

hampir diseluruh kecamatan di Kota Palu. Rata-rata populasi ternak kambing

berdasarkan data statistik peternakan Kota Palu terhitung sejak tahun 2015 sampai

dengan tahun 2019 sebesar 54.054 ekor per tahun (Disbunnak Provinsi Sulawesi

Tengah, 2019).

Perihal upaya pengembangan usaha peternakan sangat diperlukan data

base tentang eksistensi ternak disuatu wilayah khususnya ternak kambing dan

potensi wilayah pengembangannya. Sehingga dapat dijadikan dasar dalam

menentukan model untuk mengembangkan usaha komoditi ternak tertentu. Hal

inilah yang menjadi pertimbangan peneliti untuk melakukan penelitian yang

berjudul “Keunggulan Komparatif Ternak Kambing Di Kota Palu” yang

nantinya mampu menjadi alternatif strategi dalam pengembangan usaha ternak

kambing dimasa yang akan datang.

2
1.2 Tujuan

Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui keuggulan komparatif ternak kambing terhadap ternak

ruminansia lain di Kota Palu

b. Untuk mengetahui wilayah kecamatan yang menjadi basis usaha

peternakan kambing di Kota Palu

1.3 Manfaat

Manfaat yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Diharapkan dapat memberikan tambahan informasi kepada masyarakat

tentang keunggulan komparatif ternak kambing terhadap ternak

ruminansia yang lain di kota Palu

b. Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan untuk bahan

pertimbangan dalam penyusunan strategi pengembangan ternak kambing

khususnya di Kota Palu.

3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Kambing

Ternak kambing atau sering juga dikenal sebagai ternak ruminansia kecil,

merupakan ternak herbivora yang sangat popular di kalangan petani di Indonesia,

selain ternak kambing ini mudah dipelihara, ternak kambing ini dapat

memanfaatkan limbah dan hasil ikutan pertanian dan industri, mudah

dikembangbiakkan, dan pasarnya selalu tersedia setiap saat serta tidak

memerlukan modal yang relatif tinggi untuk pengembangannya. Kemampuan

ternak kambing ini untuk memanfaatkan hijauan sabagai bahan pakan utama

menjadi daging, menempatkan ternak kambing sebagai bagian yang cukup

penting artinya perekonomian nasional pada umumnya maupun kesejahteraan

keluarga petani dipedesaan pada khususnya (Hermawan, 2009).

Pemeliharaan kambing lebih mudah dilakukan daripada ternak ruminansia

besar lainnya, kambing cepat berkembangbiak dan pertumbuhan anaknya juga

tergolong cepat. Menurut Sarwono (2009), nilai ekonomi, sosial, dan budaya

beternak kambing sangat nyata, dijelasakan lebih lanjut besarnya nilai sumber

daya bagi pendapatan keluarga petani bisa mencapai 14-25 % dari total

pendapatan keluarga dan semakin rendah tingkat per luasan lahan pertanian,

semakin besar nilai sumber daya yang diusahakan dari beternak kambing.

Ditinjau dari aspek pengembangannya ternak kambing sangat potensial

bila diusahakan secara komersial, hal ini disebabkan ternak kambing memiliki

beberapa kelebihan dan potensi ekonomi antara lain tubuhnya relatif kecil, cepat

mencapai dewasa kelamin, pemeliharaannya relatif mudah, tidak membutuhkan

4
lahan yang luas, investasi modal relatif kecil, mudah dipasarkan sehingga modal

usaha cepat berputar (Atmojo, 2007).

2.2 Potensi Pengembangan Usaha Ternak Kambing

Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat beriringan dengan

meningkatnya kebutuhan protein hewani. Upaya yang dilakukan oleh bidang sub

sektor peternakan adalah meningkatkan sumber daya yang menghasilkan protein

hewani semaksimal mungkin. Salah satu jenis ternak yang potensial dan

mempunyai prospek untuk dapat mengimbangi kesejateraan protein asal ternak

adalah ternak kambing. Potensi pengembangan usaha ternak kambing dapat

dilakukan dengan cara budidaya perbanyakan bibit. Usaha ternak kambing dan

domba secara nasional telah banyak dilakukan oleh peternak kecil baik dikota

maupun dipedesaan (Wibowo dkk., 2016). Untuk meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan peternak, perlu dukungan kelembagaan, baik Pemerintah, swasta

dan pemodal. Selain itu juga usaha ternak ruminansia kecil seperti kambing dan

domba dapat diusahakan dengan cara diversifikasi (Rusdiana dan Praharani 2015).

Keuntungan peternak yang diperoleh akan berlipat ganda dan secara ekonomi

dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak. Kualitas dan

produktivitas sumber daya peternak adalah salah satu langkah awal yang dapat

mewujudkan peningkatan populasi ternak kambing di Indonesia (Dewi dkk.,

2010).

Pengembangan usaha ternak kambing sebagai alat pemacu pembangunan

peternakan, agar dapat menghasilkan bibit dan perbanyakan anak betina calon

induk produktif. Rusdiana dan Hotasoit (2014) menyataan bahwa, dengan

5
perbanyakan bibit betina dan pejantan, dengan penyediaan hijauan pakan yang

berkualitas baik, selian meningatnya harga jual, juga produksi ternak meningkat.

Aries Mahesa dkk., (2018) menyatakan kegiatan pengembangan usaha ternak

kambing melalui beberapa tahapan diantarnya:

a. Peningkatan produksi ternak kambing melalui perbanyakan bibit atau

induk dan jantan produktif.

b. Penerapan bioteknologi pakan dan reproduksi untuk mendukung sentra

pembibitan ternak kambing.

c. Usaha pengembangan ternak kambing, di area perkebunan yang

mempunyai jalinan kerjasama usaha.

d. Kerjasama dapat dilakukan dengan perusahaan swasta, perkebunan,

investor, lembaga penelitian dan instansi-instansi lintas lembaga dan lintas

intansi lainnya.

2.3 Keunggulan Komparatif

Keunggulan komparatif suatu komoditi bagi suatu negara atau daerah

adalah bahwa komoditi itu lebih unggul secara relatif dengan komoditi lain di

daerahnya. Pengertian unggul dalam hal ini adalah dalam bentuk perbandingan

dan bukan dalam bentuk nilai tambah riel. Apabila keunggulan itu adalah dalam

bentuk nilai tambah riel maka dinamakan keunggulan absolut. Komoditi yang

memiliki keunggulan walaupun hanya dalam bentuk perbandingan, lebih

menguntungkan untuk dikembangkan disbanding dengan komoditi lain yang

sama-sama diproduksi oleh kedua negara atau daerah (Robinson, 2005:80)

Sudaryanto dan Simpatupang (1993) dalam Daryanto (2009) menyebutkan

6
bahwa konsep keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing (keunggulan)

potensial dalam artian daya saing yang akan dicapai apabila perekonomian tidak

mengalami distorsi. Dengan kata lain komoditas yang memiliki keunggulan

komparatif dikatakan juga memiliki keunggulan efisiensi secara ekonomi.

Pearson et al. (2005) mengemukakan bahwa keunggulan komparatif

bersifat dinamis, dengan kata lain keunggulan komparatif tidak stabil dan

dapat diciptakan karena dipengaruhi oleh perubahan dalam sumberdaya alam,

perubahan faktor-faktor biologi, perubahan harga input, perubahan teknologi, dan

biaya transportasi. Suatu daerah yang memiliki keunggulan komparatif di sektor

tertentu secara potensial harus mampu mempertahankan dan bersaing dengan

negara lain. Komoditas yang memilki keunggulan komparatif dapat

dikatakan telah mencapai efisiensi ekonomi yang terkait dengan kelayakan

secara ekonomi

2.4 Location Quotient (LQ)

Analisis Location Quotient (LQ) merupakan suatu analisis yang

digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi sektor-

sektor ekonomi di suatu wilayah yang memanfaatkan sektor basis atau

leading sektor. Location quotient menghitung perbandingan share output

sektor i di kota atau kabupaten dan share out sektor i di provinsi. Sektor

unggulan disini berarti sektor bisnis yang tidak akan habis apabila

dieksploitasi oleh pemerintah wilayah. Menurut Hood (1998 dalam

Hendayana 2003), menyatakan bahwa location quotient adalah suatu alat

pengembangan ekonomi yang lebih sederhana dengan segala kelebihan

7
dan keterbatasannya.

Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum

digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk

memahami sektor kegiatan yang menjadi pemicu pertumbuhan. LQ

mengukur konsentrasi relatif atau derajat spesialisasi kegiatan ekonomi

melalui pendekatan perbandingan. Satuan yang digunakan sebagai ukuran

untuk menghasilkan koefisien LQ, adalah jumlah tenaga kerja, hasil produksi,

atau satuan lainnya yang dapat digunakan sebagai kriteria (Kalzum, 2018)

Struktur perumusan LQ memberikan beberapa nilai, yaitu LQ > 1, LQ = 1,

LQ < 1. Jika memakai nilai produksi sebagai bahan perhitungan, maka : LQ lebih

besar dari 1 ( LQ > 1 ) : berarti komoditas tersebut merupakan sektor basis artinya

produksi komoditas yang bersangkutan sudah melebihi kebutuhan konsumsi di

daerah dimana komoditas tersebut dihasilkan dankelebihannya dapat dijual keluar

daerah. LQ lebih kecil dari satu (LQ < 1) : produksi komoditas tersebut belum

mencukupi kebutuhan konsumsidi daerah yang bersangkutan dan pemenuhannya

didatangkan dari daerah lain. LQ sama dengan satu (LQ = 1) : produksi komoditas

yang bersangkutan hanya cukup untuk kebutuhan daerah setempat.

Teknik LQ belum bisa memberikan kesimpulan akhir dari sektor-

sektor yang teridentifikasi sebagai sektor strategis. Namun untuk tahap

pertama sudah cukup memberi gambaran akan kemampuan suatu wilayah

dalam sektor yang telah teridentifikasi (Kalzum, 2018).

2.5 Analisis Growth Share

Endri, (2012) menyatakan bahwa kuadran ekonomi diperlukan untuk

8
menentukan sektor atau subsektor ekonomi yang menjadi unggulan, potensial,

dominan atau statis dengan menggunakan metode growth share. Metode growth

berguna untuk mendapatkan pertumbuhan tiap sektor sedangkan metode share

digunakan untuk menentukan kontribusi hasil suatu sektor terhadap hasil semua

sektor yang ada di wilayah studi dalam jangka waktu satu tahun produksi. Kedua

metode ini digunakan sebagai prediksi untuk tiga tahun masa produksi dengan

formula sebagai berikut (Sukirno, 1985).

Tabel 3. Identifikasi sektor unggulan

No. Sektor Growth Share


1 Unggulan Positif (+) Positif (+)
2 Potensial Negatif (-) Positif (+)
3 Dominan Positif (+) Negatif (-)
4 Statis Negatif (-) Negatif (-)
Sumber : Sukirno (1985).

Tn−(Tn−1)
Growth = x 100
Tn−1

Tn : Jumlah populasi A tahun ke-n

1 : Jumlah populasi A tahun awal

Hasil perhitungan growth apabila berupa tanda positif (+) maka berpotensi

dan apabila berupa tanda negatif (-) maka dianggap kurang berpotensi (Endri,

2012). Share digunakan untuk membantu mengkarakteristikkan struktur ekonomi

berbagai wilayah (Endri, 2012).

NP1
Share = x 100
NP 2

9
Keterangan :

NP1 : Nilai populasi kambing di wilayah Kecamatan


NP2 : Nilai populasi kambing di wilayah Kabupaten

10
BAB 3 METODE PENELITIAN

b.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2020, bertempat di Kota

Palu, Sulawesi Tengah.

3.1 Metode Penelitian

Objek penelitian adalah data runtut waktu (time series) yaitu berupa data

selama 15 tahun (kurun waktu tahun 2005-2019).

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu

berupa data yang tersimpan di instansi terkait sebagai data utama yang merupakan

data runtut waktu (time series) selama 15 tahun terakhir (2005-2019). Data

tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik daerah dan nasional, Dinas

Perkebunan dan Peternakan Provinsi Sulawesi Tengah serta jurnal-jurnal ilmiah

dan literatur-literatur lain yang berkaitan dengan topik peneliti.

3.4 Teknik Pengambilan Data

Teknik Pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data

dengan cara mengambil data dari dokumen – dokumen atau bukti tertulis berupa

laporan data, yang mana data – data tersebut merupakan data yang bersifat

nasional dan diperoleh langsung dari instansi terkait. Jenis data yang dikumpulkan

11
antara lain ; populasi ternak kambing dan Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) selama 15 tahun terakhir.

3.5 Variabel Yang Diamati

Variabel yang diamati dalam penelitian ini ialah berupa data populasi

ternak kambing di Kota Palu dan data kontribusi sektor peternakan terhadap

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kota Palu, dengan kurun waktu 15

tahun terakhir (2005-2019).

3.6 Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar

keunggulan komparatif ternak kambing di Kota Palu, yakni analisis data sekunder

yang disediakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Peternakan dan

Kesehatan Hewan Sulawesi Tengah.

Beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam proses penelitian

menggunakan analisis data sekunder, yakni mengecek kembali ketersediaan data,

melakukan studi pustaka, mengambil data di Badan Pusat Statistik (BPS),

mengolah data, menyajikan data dan menyusun laporan hasil penelitian.

3.6.1 Analisis Kontribusi

Kontribusi adalah besaran sumbangan yang diberikan atas sebuah kegiatan

yang dilaksanakan. Kotribusi dapat diukur atau dihitung dengan rumus sebagai

berikut, Abdul Halim (2001).:

x
Kontribusi = X 100%
y

12
Keterangan:

X = Kontribusi Sektor Peternakan

Y = Produk Domestik Regional Bruto

Analisis kontribusi digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi

yang dapat disumbangkan dari output subsektor peternkan sapi potong di Kota

Palu.

3.6.1 Analisis LQ
Analisis Loction Quotient (LQ) merupakan analisis yang banyak digunakan

untuk mengidentifikasi kegiatan perekonomian dalam mendapatkan gambaran

penetapan sektor unggulan suatu kegiatan ekonomi. Pendekatan LQ tidak hanya

terbatas pada batasan ekonomi saja akan tetapi juga dimanfaatkan untuk

menentukan sebaran komoditas atau melakukan identifikasi wilayah berdasarkan

potensinya (Hendayana, 2003). Adapun dalam penelitian ini analisis LQ

digunakan untuk memperoleh nilai komoditas unggulan yang didasarkan pada

persebaran komoditas ternak, yang mana analisis LQ yang dimaksud adalah rasio

jumlah populasi kambing pada tingkat wilayah kota terhadap total jumlah

populasi ternak ruminansia pada tingkat provinsi. Analisis tersebut dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut :

SI
LQ =
¿

Keterangan :

LQ : Indeks Location Quotient potensi peternakan kambing tingkat kecamatan di

13
Kota Palu.

SI : Perbandingan antara jumlah ternak kambing di Kota Palu dengan jumlah

ternak ruminansia di Kota Palu.

NI : Perbandingan antara jumlah ternak kambing di Kota Palu dengan jumlah

ternak ruminansia di Sulawesi Tengah.

Kriterianya adalah sebagai berikut:

Jika nilai LQ > 1 : Artinya potensi peternakan tersebut merupakan potensi

peternakan basis. Potensi peternakan tersebut tidak hanya

dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan di daerah itu

sendiri melainkan juga dapat memenuhi daerah di sekitarnya.

Jika nilai LQ = 1 : Artinya potensi peternakan tersebut tergolong potensi

peternakan non basis. Potensinya hanya dapat untuk memenuhi

daerahnya sendiri tanpa dapat memenuhi daerah di sekitarnya.

Jika nilai LQ < 1 : Artinya potensi peternakan tersebut termasuk potensi

peternakan non basis. Daerah ini dikembangkan karena

membutuhkan pasokan dari daerah lain (Endri, 2012).

3.6.2 Analisis Growth Share

Metode growth berguna untuk mendapatkan pertumbuhan tiap sektor

sedangkan metode share digunakan untuk menentukan kontribusi hasil suatu

sektor terhadap hasil semua sektor yang ada di wilayah dalam jangka waktu lima

belas tahun terakhir dengan formula sebagai berikut (Endri, 2012).

Tn−(Tn−1)
Growth = x 100
Tn−1

14
Keterangan :

Tn : Jumlah populasi A tahun terakhir

1 : Jumlah populasi A tahun awal

Identifikasi hasil perhitungan growth share di atas


digambarkan pada diagram berikut

Growth (+) & Share (-) Growth (+) & Share (+)
Sektor Dominan Sektor Unggulan

Growth (-) & Share (-) Growth (-) & Share (+)
Sektor Statis Sektor Potensial

Gambar 1. Kuadran Growth and Share

Hasil perhitungan growth apabila berupa tanda positif (+) maka berpotensi

dan apabila berupa tanda negatif (-) maka dianggap kurang berpotensi (Endri,

2012). Share digunakan untuk membantu mengkarakteristikkan struktur ekonomi

berbagai wilayah kambing (Endri, 2012). Variabel yang digunakan untuk

perhitungan share pada penelitian ini adalah populasi ternak kambing.

NP1
Share = x 100
NP 2

NP1 : Nilai populasi kambing di wilayah Kota Palu

NP2 : Nilai populasi kambing di wilayah Sulawesi Tengah

15
DAFTAR PUSTAKA

Atmojo, A.T. 2007. Apa Khasiat Susu dan Daging Kambing. Diakses Tanggal 2
Juli 2020.
Daryanto A. 2009. Dinamika Daya Saing Industri Peternakan. Bogor: IPB Press
Kampus IPB Taman Kencana Bogor.
Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Sulawesi Tengah. Statistik Peternakan
Tahun 2019 : Palu
Direktorat jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2019. Statistik Peternakan
dan Kesehatan Hewan Tahun 2019. Kementerian Pertanian RI. Jakarta
Dewi, D., Harianto, S. Mangkupra Wira, dan N. Kusnadi. (2010). Peran
Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Peningkatan Pendapatan
Rumah Tangga Petani di Daerah Isitimewa Yogyakarta. Forum
Pascasarja, 33(2).155-164
Hendayana, R. 2003. Aplikasi Metode Location Qoutient (LQ) Dalam
Penentuat Komoditas Unggunal Nasional. Jurnal Informatika
Pertanian Volume 12. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian Bogor. http://www.litbangdeptan.go.id (diakses
pada 1 Juli 2020)
Hermawan, A .2009. Penelitian Bisnis. Jakarta : PT.Grasindo
Jumiyati Kalzum R. 2018. Analisis Location Quotient dalam Penentuan Sektor
Basis dan Non Basis di Kabupaten Gorontalo. Studi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi Universitas Gorontalo : Gorontalo
Kurniawan Endri. 2012. Analisis Potensi Pengembangan Peternakan Sapi Potong
Di Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta
Mahesa Aries dkk., 2018. Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing dan
Memacu Peningkatan Ekonomi Peternak. Universitas Pakuan Bogor.
Balai Penelitian Ternak Ciawi-Bogor
Pearson, S, Gotsch, C & Bahri, S 2005, Aplikasi Policy Analysis Matrix Pada
Pertanian Indonesia, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta
Rusdin. 2009. Respon Masyarakat Dalam Mengembangkan Usaha Peternakan
Sapi Di Sulawesi Tengah. Media Litbang Sulteng 2 (1) : 21 – 28 , Oktober
2009.

16
Rusdiana, S. dan R. Hutasoit. (2014). Peningkatan Usaha Ternak Kambing di
Kelompok Tani Sumbersari Dalam Analisis Ekonomi. SEPA, 11(2). 151-
162.
Rusdiana, S., L. Prahari dan Sumanto. (2015). Kualitas dan Produktivitas Susu
Kambing Perah Persilangan di Indonesia. Jurnal Badan Litbang
Pertanian, 34(2). 79-86.
Saputra Hendra. 2009. Strategi Pengembangan Ternak sapi Potong Berwawasan
Agribisnis Di Provinsi Aceh.Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sarwono. 2009. Beternak Kambing Unggul. Bogor: Penebar Swadaya
Susanto, Angga Dedi. 2017. Analisis Perwilayahan Dan Strategi Pengembangan
Peternakan Kambing Di Kabupaten Lumajang. Universitas Jember : Jawa
Timur
Tarigan, Robinson, 2005. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi Edisi Revisi.
Jakarta : PT Bumi Aksara.
Wibowo, B., S. Rusdiana, dan U. Adiati. (2016). Pemasaran Ternak Domba di
Pasar Hewan Palasari Kabupaten Indramayu. Agriekonomika, 5(2). 85-93

17

Anda mungkin juga menyukai