Anda di halaman 1dari 40

USULAN PENELITIAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA


TERNAK AYAM BROILER DI DESA WAAI KECAMATAN
SALAHUTU KABUPATEN MALUKU TENGAH

Armedia Boeng

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2023
ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA
TERNAK AYAM BROILER DI DESA WAAI KECAMATAN
SALAHUTU KABUPATEN MALUKU TENGAH

Armedia Boeng
NIM: 2018-81-036

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2023
PENGESAHAN

Judul :ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA TERNAK AYAM


BROILER DI DESA WAAI KECAMATAN SALAHUTU KABUPATEN
MALUKU TENGAH
Nama :ARMEDIA BOENG

NIM :2018-81-036

MENYETUJUI

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Dr. S. F. W. Thenu, SP, Msi Dr. E. Kembauw, S.P, M.Si.


NIP. 19661010 199412 1 002 NIP. 19730817 200212 2 001

MENYETUJUI
KETUA JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

Dr. Jeter D. Siwalette, S.P, M.Si


NIP. 197112112000031001
PRAKATA

Puji dan Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
pertolongan dan anugerahnya penulis diberikan kemampuan untuk menyelesaikan
kegiatan penyusunan proposal ini dengan judul “Analisis Pendapatan Dan Kelayakan
Usaha Ternak Ayam Broiler Di Desa Waai Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku
Tengah”.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan
dan keterbatasan yang penulis miliki, namun berkat bantuan, bimbingan, petunjuk
dari berbagai pihak proposal ini dapat diselesaikan, untuk itu penulis mengucapkan
ribuan terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Pertanian, Prof. Dr. Ir. A. E. Pattiselano. M.Si
2. Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Dr. Jeter Donald Siwalette, S.P, M.Si
3. Ketua Program Studi Agribisnis, M. T. F. Tuhumury, S.P, M.Agribus;
4. Dosen Pembimbing I, Dr. S. F. W. Thenu, SP, Msi dan Dosen Pembimbing II,
Dr. E. Kembauw, S.P, M.Si. Serta Seluruh Dosen, Karyawan dan Civitas
Akademis Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Ambon yang telah
membantu penulis dalam mengikuti aktivitas perkuliahan dan yang selalu
melayani dan mendukung dalam hal administrasi.
5. Teristimewa buat kedua orang tuaku tersayang yang telah memberikan dukungan
moril dan materil, serta cinta dan kasih sayang yang tiada batas buat penulis.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, menyadari
keterbatasan ini, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan
untuk menyempurnakan proposal ini.
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
PENGESAHAN......................................................................................................... ii
PRAKATA................................................................................................................. iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR................................................................................................. vii
I. PENDAHULUAN................................................................................................. 1
I.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1
I.2. Rumusan Masalah..................................................................................... 4
I.3. Tujuan Penelitian...................................................................................... 4
I.4. Luaran Penelitian...................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 6
II.1. Ayam Broiler (Gallus Domesticus).......................................................... 6
II.2. Usaha Ternak Ayam Broiler..................................................................... 7
II.3. Konsep Usaha Peternakan........................................................................ 14
II.4. Penerimaan............................................................................................... 16
II.5. Biaya......................................................................................................... 16
II.6. Analisis Pendapatan.................................................................................. 18
II.7. Kelayakan Usaha...................................................................................... 19
II.8. Penelitian Terdahulu................................................................................. 20
II.9. Kerangka Pikir Penelitian......................................................................... 23
III. METODE PENELITIAN...................................................................................... 24
III.1. Waktu dan Lokasi Penelitian.................................................................... 24
III.2. Metode Pengumpulan Data...................................................................... 24
v

III.3. Jenis dan Sumber Data............................................................................. 24


III.4. Teknik Analisis Data................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 28
LAMPIRAN............................................................................................................... 30
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Populasi Ayam Pedaging Broiler (per ekor) dari Kabupaten/Kota


di Provinsi Maluku Tahun 2019 – 2020..............................................................1
2. Harga Daging Ayam Broiler (per kg) harian di Pasar Modern
Menurut beberapa Provinsi di Indonesia Tahun 2022....................................... 3
3. Jumlah Pemberian Pakan Pada Fase Starter.................................................... 12
4. Jumlah Pemberian Pakan Pada Fase Finisher.................................................. 13
5. Penelitian Terdahulu.........................................................................................21
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian.......................................................................... 22


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peternakan ayam pedaging di Indonesia dimulai sejak masa orde lama


tahun 1960, berlanjut dari awal orde baru tahun 1970 sampai masa pelita II
(1974-1979) yang merupakan tahap pertumbuhan ekonomi nasional. Dunia
perunggasan yang semakin populer di kalangan masyarakat dengan skala
usaha rumah tangga terus berkembang di berbagai Daerah, sementara itu
usaha skala besar juga tumbuh dan mampu menjalankan usahanya lebih
efisien (Fitriza et all 2012).
Ayam broiler merupakan jenis unggas yang paling populer dan paling
banyak dikenal masyarakat, peluang investasi agribisnis ayam broiler ini
cukup menarik minat masyarakat untuk membuka usaha peternakan ayam
broiler terkhususnya masyarakat di Provinsi Maluku. Hal ini ditunjukkan
dengan semakin banyak populasi ayam pedaging broiler di pasar modern.

Tabel 1. Populasi ayam pedaging broiler (per ekor) dari Kabupaten/Kota di


Provinsi Maluku dari Tahun 2019-2020.

Kabupaten/Kota Ayam Pedaging Broiler


2019 2020
Kepulauan Tanimbar - -
Maluku Tengah 1.500 1.500
Maluku Tenggara 2.500 2.500
Buru - -
Kepulauan Aru - -
Seram Bagian Barat 4.500 7.400
Seram Bagian Timur - -
Maluku Barat Daya 42.000 42.000
Buru selatan - -
Ambon 112.000 115.000
Tual 4.000 4.000
MALUKU 166.500 172.000
Sumber data: Badan Pusat Statistika 2019
2

Berdasarkan Tabel 1. dapat dilihat bahwa populasi ayam ras pedaging atau
ayam broiler terbanyak berada di Pulau Ambon dengan jumlah populasi yaitu
112.000 ekor pada tahun 2019 dan pada tahun 2020 naik sebanyak 115.000. Dan
populasi ayam broiler terendah berada pada Kabupaten Maluku Tengah dengan
jumlah populasi 1500 ekor pada tahun 2019 dan 1500 ekor pada tahun 2020. Pulau
Ambon merupakan penghasil ayam pedaging broiler terbesar di Provinsi Maluku
dengan jumlah produksi dari tahun 2019 hingga 2021 mencapai 685,78 Ton (BPS
2021).
Kabupaten Maluku Tengah adalah salah satu kabupaten di Provinsi Maluku
Ibukota Kabupaten ini terletak di Kota Masohi sebagian Wilayahnya berada di Pulau
Seram. Luas Wilayah Kabupaten Maluku Tengah seluruhnya kurang lebih 275.907
km2 yang terdiri dari luas laut 264.311,43 km2 dan luas daratan 11.595,57 km2,
dapat dilihat pada peta letak Maluku Tengah. (Wikipedia 2021).
Desa Waai adalah sebuah Negeri di Kecamatan Salahutu terletak dibawah
gunung Salahutu dengan ketinggian 1.086 m.dpl yang merupakan puncak tertinggi
di Pulau Ambon. Kondisi geografis Kabupaten Maluku Tengah yang ada di Desa
Waai Kecamatan Salahutu ini memiliki daratan yang berbukit-bukit sepanjang garis
pantai sampai ke dataran tinggi serta ketinggian yang cukup beragam tentunya
mempunyai lahan pertanian yang relatif kecil. Karakteristik wilayah kepulauan
tersebut menjadikan Wilayah ini secara umum digunakan oleh penduduknya untuk
melakukan aktivitas-aktivitas dibidang pertanian, bercocok tanam, beternak maupun
melaut.
Meskipun Desa Waai Ujung Batu secara administrasi termasuk dalam Wilayah
Kabupaten Maluku Tengah tapi lokasinya juga berada di Pulau Ambon hal ini
sangat menguntungkan bagi peternak di Desa Waai. Tetapi akibat pasokan bibit
anak ayam (DOC) dari sentra produksi belakangan ini kurang lancer
mengakibatkan harga ayam broiler (ayam pedaging) segar di berbagai Provinsi
bergerak naik terutama di Pulau Ambon.
3

Tabel 2. Harga daging ayam broiler (per kg) harian di pasar modern menurut
beberapa Provinsi di Indonesia Tahun 2022.

Nama Harga daging ayam broiler per kg


Maluku Rp. 54.900
DKI Jakarta Rp. 52.700
Jambi Rp. 51.150
Nusa Tenggara Timur Rp. 48.750
Gorontalo Rp. 48.450
Sulawesi Selatan Rp. 48.400
Sulawesi Tengah Rp. 47.600
Bengkulu Rp. 47.450
Bali Rp. 47.100
Sumber: Databoks September 2022
Dapat dilihat pada tabel 2. harga ayam broiler rata-rata di Provinsi lain masih
berkisar pada harga Rp 47.100/kg sampai dengan harga Rp 48.750/kg, sedangkan
harga ayam broiler termahal berada di Maluku dengan harga Rp. 54.900/kg. Pusat
Informasi harga pangan Strategis Nasional mencatat rata-rata harga daging broiler
(per kg) harian di pasar modern di beberapa Provinsi telah menyentuh angka paling
rendah Rp 46.000/kg. Harga daging ayam boiler harian di pasar modern Maluku
menjadi yang termahal se-Indonesia dengan harga jual Rp 54.900 per kg padahal
harga sebelumnya di Maluku jauh lebih tinggi dengan harga 55,900 per kg
(Databoks September 2022).
Dalam upaya meningkatkan produksi ternak atau daging sekaligus
meningkatkan pendapatan peternak, pemeritntah telah banyak menetapkan kebijakan
diantaranya adalah program pengembangan kemitraan pada usaha perunggasan.
Abidin (2002) menyatakan bahwa dalam program kemitraan ini, peternak kecil
(disebut plasma) cukup menyediakan kandang beserta peralatannya dan pekerja,
sedangkan sarana produksi seperti DOC, pakan ternak, vaksin, feed suplement dan
obat-obatan disediakan oleh mitra (disebut inti) yang biasanya merupakan Perusahaan
4

besar, disisi lain plasma diwajibkan menjual ayam Broiler (pedaging) kepada inti
dengan biaya yang sudah ditentukan.
Oleh karena itu, banyak peternak yang memulai usahanya dengan sistem
kemitraan salah satunya peternak di Desa Waai ini yang berkerja sama dengan PT
Mitra Sinar Jaya Ambon untuk meningkatkan pendapatan serta berhasil dalam
usaha ternaknya. Namun, dalam suatu usaha tidak lepas dari bagian
masalah/kendala, masalah yang sering terjadi dalam usaha ternak ayam broiler
adalah pendapatan dan tingginya biaya produksi terutama pembuatan kandang, pakan,
serta harga DOC yang mengalami kenaikan.
Pada bagian pendapatan masalah yang sering terjadi yaitu, permintaan pasar
menurun, harga pakan naik dan naik turunnya tingkat harga jual sehingga tidak
sedikit peternak ayam yang pindah profesi ke usaha lainnya yang lebih
menguntungkan terutama usaha ternak ayam di Desa Waai yang awalnya ada
beberapa peternak yang memulai usahanya tapi sekarang hanya tersisa satu
peternakan saja. Berdasarkan penjelasan tersebut menjadi landasan peneliti untuk
melakukan penelitian tentang Analisis Pendapatan Dan Kelayakan Usaha Ternak
Ayam Broiler Di Desa Waai Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan pada pendahuluan,


maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana karakteristik peternak dan profil usaha ternak ayam broiler?
2. Analisis tingkat pendapatan peternak ayam broiler?
3. Bagaimana kelayakan usaha ternak ayam broiler?

1.3 Tujuan Penelitian


5

Secara umum penelitian ini bertujuan menganalisis pendapatan peternak


ayam broiler di Desa Waai Ujung Batu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku
Tengah, Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis:

1. Untuk mengetahui karakteristik peternak dan profil usaha ayam broiler


2. Untuk mengetahui pendapatan usaha ternak ayam broiler.
3. Untuk mengetahui kelayakan usaha ternak ayam broiler.

1.4 Luaran Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan menghasilkan luaran penelitian sebagai berikut:


1. Skripsi yang diuji.
2. Artikel ilmiah yang akan di Publikasikan dalam jurnal ilmiah.
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Ayam Broiler (Gallus Domesticus)

Ayam broiler (Gallus Domesticus) atau yang disebut juga ayam ras
pedaging (broiler) adalah jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-
bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, Ayam broiler ternyata
memiliki sejarah yang cukup panjang, singkatnya ayam broiler awalnya
adalah ayam jantan muda (cockerel) yang diafkir dari peternakan (Wikipedia
2019).
Breeding nya sendiri dimulai sekitar tahun 1916. Broiler berasal dari
hasil persilangan pejantan bangsa Cornish (ayam kelas Inggris yang punya
karakteristik tubuh besar, persentase otot dada yang tinggi) serta ayam
Plymouth Rocks putih betina (ayam yang memiliki karakteristik tulang besar).
Daging ayam hasil persilangan ini mulai diperkenalkan pada tahun 1930-an
dan menjadi populer pada 1960-an terutama dalam memproduksi daging
ayam, ayam broiler yang merupakan hasil perkawinan silang dan sistem
berkelanjutan sehingga mutu genetiknya bisa dikatakan baik.
Menurut Wikipedia 2019 menyatakan bahwa taksonomi ayam broiler
sebagai berikut :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Galliformis
Famili : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies : Gallus Domesticus
Subspesies : Neornithes
7

II.2 Usaha Ternak Ayam Broiler

Usaha ayam broiler (pedaging) merupakan salah satu jenis usaha yang
sangat potensial di kembangkan. Oleh karena itu tidak terlepas dari berbagai
keunggulan yang dimilikinya, antara lain masa produksi yang relatif pendek
kurang lebih 30-35 hari, produktivitasnya tinggi, harga yang relatif murah,
dan permintaan yang semakin meningkat. Ayam broiler merupakan jenis
hewan ternak kelompok unggas yang tersedia sebagai sumber makanan,
terutama sebagai penyedia protein hewani. Ayam pedaging dipasarkan pada
bobot hidup anatar 1,3- 1,6 kg per ekor ayam dan dilakukan pemeliharaan
pada usia 4-6 minggu. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan
tingkat pendapatan yang disertai dengan adanya perubahan pola konsumsi
dan selera masyarakat, tingkat konsumsi daging perkapita meningkat
(Windarsari, 2012).
Usaha peternakan ayam broiler dapat digolongkan kedalam beberapa
bagian. Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
472/Kpts/TN.330/6/96, usaha peternakan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu
peternakan rakyat, pengusaha kecil peternakan, dan pengusaha peternakan.
Peternakan rakyat adalah peternak yang mengusahakan budidaya ayam
dengan jumlah populasi maksimal 15. 000 ekor per periode. Pengusaha kecil
peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam dengan jumlah
populasi maksimal 65. 000 ekor per periode. Sedangkan untuk pengusaha
peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam dengan jumlah
populasi melebihi 65. 000 ekor per periode. Khusus untuk Pengusaha
Peternakan dapat menerima bimbingan dan pengawasan dari pemerintah. Hal
tersebut ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16
Tahun 1977 tentang usaha peternakan. Peraturan Pemerintah ini menjelaskan
bahwa Menteri bertanggung jawab dalam bidang peternakan atau pejabat
8

yang ditunjuk olehnya berkewajiban melakukan bimbingan dan pengawasan


atas pelaksanaan perusahaan-perusahaan peternakan (David, 2013).
Effendy (2009) mengemukakan bahwa proses dan kegiatan budidaya
ayam broiler yaitu dimulai dari masa persiapan, pemilihan bibit, sistem
perkandangan, manajemen (cara) pemberian pakan, sanitasi dan kesehatan
ternak, serta penanganan pasca panen.
1. Masa Persiapan
a. Pemilihan Lokasi Kandang
 Lokasi kandang berada di tempat yang lebih tinggi dari lingkungan atau
daerah di sekitarnya. Hal ini untuk menghindari terjadinya genangan air
maupun banjir pada saat musim hujan.
 Lokasi kandang dipilih tempat yang teduh/sejuk tetapi tidak ternaungi oleh
pohon-pohonan serta terkena sinar matahari.
 Pilih lokasi kandang yang tersedia atau berdekatan dengan sumber air
minum guna memudahkan aktivitas pemeliharaan. Hal ini penting
diperhatikan mengingat konsumsi air minum bagi ayam broiler sangat
tinggi.
 Sebaiknya lokasi kandang tidak terlalu dekat dengan rumah pemilik tetapi
juga tidak terlalu jauh sehingga memudahkan dalam melakukan pengawasan
(kontrol), sebagai acuan jarak antara rumah pemilik dengan kandang
berjarak ± 10 m.
 Demikian juga lokasi kandang dipilih tempat yang tidak berdekatan dengan
pemukiman penduduk untuk menghindari penyebaran polusi udara akibat
bau dari kotoran ternak.
a. Menjelang Dan Saat Kedatangan DOC (Day Old Chicken)
 3-7 hari sebelum DOC datang, kandang telah siap untuk ditempati,
sebaiknya terlebih dahulu seluruh bagian kandang disemprot dengan
desinfektan (misalnya formalin yang dicampur air).
9

 Setelah disemprot dengan desinfektan kemudian pada bagian alas kandang


serta sebagian dindingnya dilaburi dengan kapur guna membunuh kuman
atau mikroorganisme yang merugikan.
 Jika memungkinkan, perlu disediakan thermometer guna mengukur
temperatur dalam kandang. Thermometer diperlukan untuk mengetahui
apakah suhu dalam kandang indukan sudah sesuai atau belum dengan
kebutuhan suhu dari ternak ayam (DOC).
 Beberapa jam sebelum DOC datang, pemanas (indukan) harus sudah
dihidupkan. Jumlah indukan harus disesuaikan dengan jumlah DOC.
 Khusus untuk indukan (pemanas) yang menggunakan lampu minyak,
maka harus diperhatikan faktor resiko dan keamanannya.
 Alas kandang untuk DOC sebaiknya dilapisi dengan kertas pembungkus
semen atau bahan lainnya yang sejenis. Hal ini untuk menghindari luka
lecet pada DOC dimana kulit kakinya masih halus dan tipis. Pemberian alas
tersebut dilakukan s/d DOC berumur 7 hari, dan setiap 3 hari alas kandang
diganti dengan yang baru.
 Untuk diperhatikan, pada saat DOC baru datang maka jangan langsung
diberi pakan. DOC yang baru datang sebaiknya langsung diberikan air
minum dicampur gula secukupnya. Pemberian air minum tersebut untuk
memulihkan tenaga serta menghindari stres yang berkepanjangan pada
DOC setelah menempuh perjalanan jauh dari pabrik ke lokasi peternakan.
 Periksa kembali alat pemanas (indukan) sehingga segala sesuatunya berada
dalam kondisi yang aman apabila ditinggalkan. Perhatian harus lebih
diberikan untuk pamanas yang menggunakan lampu minyak tanah.
2. Pemilihan Bibit
a. Bibit ayam broiler (DOC) terdiri dari dua kategori, yaitu fast fattening (cepat
tumbuh pada fase awal) dan slow fattening (relatif lambat tumbuh pada fase
awal).
10

b. Ciri-ciri DOC yang baik dan sehat diantaranya : (i) berat ± 40 gram, (ii) bulu
berwarna kuning muda, (iii) mata cerah, (iv) warna paruh dan kulit kaki
kuning kecoklat-coklatan, (v) gerakannya lincah, (vi) tidak memiliki cacat
tubuh, (vii) memiliki nafsu makan yang baik, (viii) tidak terdapat letakan tinja
di duburnya serta (ix) suaranya nyaring.
c. Setelah DOC tiba di lokasi peternakan, kemasan (kardus pembungkus)
langsung dibuka untuk selanjutnya dipindahkan ke dalam kandang indukan.
Perhatikan, jika terdapat DOC yang terlihat kurang sehat atau memiliki cacat
tubuh maka segera dipisahkan dengan kelompok lainnya.
d. Sebaiknya bibit (DOC) berasal dari perusahaan pembibitan (bredding farm)
yang sudah ternama/berpengalaman.
e. Beberapa jenis strain ayam yang banyak beredar di pasaran diantaranya : CP-
707, Super 77, Tegel 70, ISA, Kim Cross, Lohman 202, Hyline, Vdett,
Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor Acres, Tatum,
Indian River, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler, Ross,
Marshall”m”, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo, dan lain sebagainya.
3. Sistem Perkandangan
a. Bentuk dan bahan kandang
 Berdasarkan model atap, dikenal dua bentuk kandang, yaitu kandang atap
model gable dan model monitor, pemilihan model atap kandang disesuaikan
dengan modal usaha dan ukuran kandang.
 Demikian juga berdasarkan bentuk dasar kandang, dikenal dua jenis yaitu
kandang model panggung dan model liter.
 Bahan kandang disesuaikan dengan kemampuan modal usahatani, tetapi
pada prinsipnya sebaiknya berasal dari bahan yang murah tetapi kuat
serta mudah diperoleh di sekitar lokasi peternakan.
 Temperatur ideal di dalam kandang berkisar 33-35°C sedangkan
kelembabannya antara 60-70%.
11

b. Alat dan perlengkapan kandang


 Tempat pakan dan minum dapat dibeli dari toko penyedia sarana produksi
peternakan atau membuat sendiri dari bahan yang mudah diperoleh atau
tersedia di lokasi peternakan seperti bambu, alumunium, plastik, dan
sebagainya. Perlu untuk diperhatikan, khusus untuk tempat pakan dan
minum yang dibuat sendiri, maka bahan tersebut harus mudah dicuci dan
tidak berkarat. Secara umum, sesuai dengan peruntukannya tempat pakan
dan minum ada dua jenis yaitu untuk anak ayam (1-10 hari) dan ayam
dewasa. Pastikan ayam bisa menjangkau pakan dan minum secara mudah.
 Alat penerangan maupun indukan tersedia dalam jumlah yang cukup,
disesuaikan dengan jumlah ternak dan luas kandang.
 Litter/alas kandang harus dalam keadaan kering dengan ketebalan antara
5-10 cm. Bahan litter dapat menggunakan sekam, serbuk gergaji dicampur
dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya.
4. Manajemen/Pemberian Pakan
a. Fase Starter
 Pakan untuk fase starter diberikan pada ayam dari umur 1-30 hari (0-4
minggu). Jumlah pemberian pakan pada fase starter disajikan pada Tabel
(3).
12

Tabel 3. Jumlah pemberian pakan pada Fase Starter

Minggu Umur (Hari) Konsumsi Pakan (gr/ekor) Perkiraan berat badan


komulatif (gr/ekor)
Per hari Komulatif

1 1 1 1 52
2 2
2 1 2 65
5 7
3 1 4 81
9 6
4 2 7 100
4 0
5 2 9 122
9 9
6 3 1 147
3 3
2
7 3 1 174
7 8
9
2 8 4 2 205
1 1
0
9 4 2 238
5 6
5
1 5 3 279
0 0 0
5
1 5 3 322
1 5 8
0
1 6 4 389
2 0 2
0
1 6 4 420
3 5 8
5
1 7 5 474
4 0 5
13

5
3 1 7 6 529
5 5 3
0
1 8 7 586
6 0 1
0
1 8 7 646
7 5 9
5
1 9 8 709
8 1 8
6
1 9 9 774
9 7 8
3
2 1 1 840
0 0 0
3 8
6
2 1 1 908
1 0 1
9 9
5
4 2 1 1 977
2 1 3
5 1
0
2 1 1 1047
3 2 4
0 3
0
2 1 1 1118
4 2 5
5 6
5
2 1 1 1189
5 2 6
9 8
4
2 1 1 1260
6 3 8
14

3 1
7
2 1 1 1332
7 3 9
5 5
5
2 1 2 1405
8 4 0
3 9
8
Sumber: Effendi, 2009

 Jenis dan kandungan zat gizi pakan adalah sebagai berikut : protein (PK)
22-24%, lemak (LK) 2,5%, serat kasar (SK) 4%, calsium (Ca) 1%,
Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.

b. Fase Finisher
 Pakan untuk fase finisher diberikan pada ayam dari umur 31-42 hari (4-6
minggu).
 Jenis dan kandungan zat gizi pakan adalah sebagai berikut : protein (PK)
18,1-21,2%, lemak (LK) 2,5%, serat kasar (SK) 4,5%, Calsium (Ca) 1%,
Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2900-3400 Kcal.
 Jumlah pemberian pakan pada fase finisher disajikan pada Tabel (4).

Tabel 4. Jumlah Pemberian Pakan Pada Fase Finisher

Minggu Umur(Hari) Konsumsi pakan (gr/ekor) Perkiraan berat badan


komulatif (gr/ekor)
Per Hari Komulatif
5 29 148 2246 1479
30 153 2399 1553
31 158 2557 1627
32 163 2720 1703
33 167 2887 1777
34 171 3058 1853
35 175 3233 1928
6 36 179 3412 2006
15

37 184 3596 2085


38 188 3784 2165
39 192 3976 2246
40 196 4172 2327
41 199 4371 2407
42 203 4574 2487
Sumber: Effendy, 2009.

 Air minum diberikan secara ad-libitum (tidak terbatas), setiap saat ada di
dalam kandang.
5. Sanitasi Dan Kesehatan Ternak
a. Sebagai langkah upaya pencegahan terhadap serangan penyakit, secara rutin
kotoran ternak dibuang setiap satu minggu atau sesuai kebutuhan.
b. Penyemprotan desinfektan di lingkungan sekitar kandang atau lokasi
peternakan perlu dilakukan setiap 2 minggu.
c. Vaksinasi perlu dilakukan guna mengantisipasi serangan penyakit menular
tertentu seperti ND (tetelo), Gumboro, Coccidiosis, dan lain sebagainya.
d. Pelaksanaan vaksinasi ND dilakukan 2 kali selama satu periode pemeliharaan
(6-7 minggu) yaitu pada umur 4 hari (suntik/tetes mata) dan umur 21 hari.
6. Penanganan Pasca Panen
a. Setelah semua ayam dipanen (dijual) maka untuk menjaga sanitasi dan
kesehatan lingkungan maka kandang yang telah kosong harus segera
dibersihkan dengan menggunakan detergent dan desinfektan.
b. Khusus untuk kandang panggung, dasar kandang (tempat penampungan
kotoran) perlu ditambahkan tanah/pasir secukupnya serta pada bagian
permukaannya ditaburi kapur.

2.3 Konsep Usaha Peternakan

Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan pemeliharaan


hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut.
Hewan yang banyak diternakkan di antaranya sapi, ayam. kambing, domba,
16

dan babi. Hasil peternakan di antaranya daging, susu, telur, dan bahan pakaian
(seperti wol). Selain itu, kotoran hewan dapat menyuburkan tanah dan
tenaga hewan dapat digunakan sebagai sarana transportasi dan untuk
membajak tanah (Wikipedia 2022). Ada beberapa jenis usaha yang telah
diatur dengan jelas dalam undang-undang seperti usaha kelompok dan usaha
peternakan. Sama halnya dengan usaha kelompok, usaha peternakan telah
diatur pada Undang-Undang Pokok Kehewanan, yaitu Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan
Hewan yang tertera pada Bab 1 Pasal 1.
Selain pengertian usaha peternakan yang telah diatur jelas dalam
perundang-undangan Indonesia. Ada juga ciri-ciri serta jenis usaha peternakan
yang perlu diketahui sebagai berikut:

1. Ciri-Ciri Usaha Peternakan


 Usaha peternakan umumnya memiliki hasil produksi yang sedikit.
 Investasi serta modal yang digunakan untuk usaha peternakan kecil dan tidak
terlalu banyak seperti jenis usaha lainnya.
 Usaha peternakan merupakan usaha yang memiliki skala ekonomi yang kecil.
 Terdiri dari sistem yang intensif.
 Mencakup empat komponen, yaitu manusia sebagai subyek, hewan ternak
sebagai objek, lahan maupun tanah sebagai dasar ekologi, dan teknologi
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan usaha peternakan.
 Memiliki dua sistem usaha peternakan, yaitu sistem intensif dengan modal
banyak dan teknologi tinggi, tetapi memiliki tenaga kerja yang sedikit. Sistem
ekstensif dengan modal dan teknologi yang rendah, tetapi memiliki tenaga kerja
yang banyak.
 Menggunakan hewan ternak dengan tipe berdasarkan makanannya yaitu, ternak
non-ruminansia dan ternak ruminansia.
17

2. Jenis Usaha Peternakan


a) Peternakan Tradisional, merupakan usaha peternakan secara tradisional yang
memiliki ciri-ciri yaitu jumlah ternak sedikit, tenaga kerja umumnya dari
keluarga peternak, input teknologi rendah, profit rendah.
b) Peternakan Backyard, merupakan usaha peternakan yang memanfaatkan tanah
lapang di belakang rumah atau halaman belakang. Peternakan ini memiliki ciri-
ciri yaitu jumlah ternak yang sedikit karena terbatasnya lahan, input teknologi
menengah, tenaga kerja merupakan keluarga dan memiliki profit sedang.
c) Peternakan Modern, merupakan usaha peternakan yang dibangun dengan
teknologi modern dan biasanya ada pada peternakan pabrik. Peternakan modern
memiliki ciri-ciri jumlah ternak yang banyak, tenaga kerja spesifik dan berada
di bidang peternakan, memiliki input teknologi tinggi, berprofit tinggi.
Usaha peternakan merupakan salah satu jenis usaha yang banyak
dilakukan di Indonesia karena Indonesia memiliki lahan yang luas dan
memang terkenal akan sumber daya alamnya. Selain itu, ada beberapa jenis
usaha peternakan yang tidak membutuhkan banyak persyaratan maupun
keahlian, seperti budidaya cacing maupun ikan yang notaben mudah untuk
dikembangkan dibandingkan jenis usaha lainnya.

2.4 Penerimaan

Penerimaan (Total Revenue) merupakan seluruh hasil yang diperoleh


dari proses produksi selama satu periode yang dapat dilihat dari jumlah ternak
yang terjual. Penerimaan yang diperoleh peternak selanjutnya digunakan
untuk menutupi biaya total yang telah dikeluarkan. Penerimaan dari usaha
ayam broiler di Desa Waai Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah
diperoleh dari penjualan daging (Pakiding, 2016). Menurut Mulyana (2008)
bahwa penerimaan merupakan hubungan tingkat output dari hasil kali antara
harga dengan total produksi dengan rumus:
18

TR = P.Q ……………………………………………............... (1)

Dimana:
TR =Total Revenue (Penerimaan)
P =Harga
Q =Jumlah Produksi
Apabila hasil produksi peternakan dijual ke pasar atau ke pihak lain,
maka diperoleh sejumlah uang sebagai hasil produk yang terjual. Besar atau
kecilnya uang akan diperoleh tergantung dari jumlah barang dan nilai barang
yang dijual. Barang yang dijual akan bernilai tinggi bila permintaan melebihi
penawaran atau produksi sedikit. Jumlah produk yang dijual dikalikan dengan
harga yang ditawarkan merupakan jumlah uang yang diterima sebagai ganti
produk peternakan yang dijual dan inilah yang dinamakan penerimaan
(Rasyaf, 2001).

2.5 Biaya

Rasyaf (2001) menyatakan bahwa, biaya dalam usaha peternakan ayam


ras pedaging ditentukan atas dua macam yaitu:
1. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap adalah biaya tetap yang terlibat dalam produksi dan tidak berubah
meskipun ada perubahan jumlah daging yang dihasilkan. Termasuk biaya
penyusutan, seperti penyusutan alat-alat kandang (tempat makan, tempat minum
dan lain-lain), penyusutan kandang, bunga atas pinjaman, pajak dan sejenisnya dan
biaya lainnya.
2. Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya Variabel merupakan biaya yang dikeluarkan karena ada ayam di peternakan,
atau biaya yang berubah bila ada perubahan daging yang dihasilkan. Biaya
variabel terdiri atas:
19

b. Biaya bibit ayam yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli bibit ayam
pedaging. Jumlah DOC bibit ayam yang dibutuhkan dikalikan dengan harga
DOC itu. Porsinya antara 10 – 16% dari total biaya produksi.
c. Biaya pakan meliputi 70 – 80 % dari total biaya produksi. Biaya makanan ini
akan tercipta dari hasil perkalian antara jumlah konsumsi ransum dengan harga
makanan. Harga makanan sudah ditentukan dari kekuatan pasar, sedangkan
konsumsi ransum harus sesuai standar dari pembibit yang bersangkutan.
d. Biaya kesehatan dalam kondisi normal, porsi biaya kesehatan hanya 1-2%.
Biaya itu untuk membeli berbagai vaksin dan obat-obatan penting lainya. 20
Dalam hal ini tidak termasuk biaya pengobatan dimasukkan dalam biaya
peternakan, bukan biaya produksi.
e. Biaya pemeliharaan misalnya untuk membeli energi (minyak, gas, atau listrik)
bagi indukan anak ayam, upah tenaga vaksinator dan lainya. Sedangkan biaya
tetap yang dimaksud adalah biaya tetap yang terlibat dalam produksi ini.
Termasuk biaya penyusutan, seperti penyusutan alat-alat kandang (tempat
makan, tempat minum dan lain-lain). Penyusutan kandang, bunga atas
pinjaman, pajak dan sejenisnya dan biaya lainya.
Supriyono (2011) juga membedakan biaya ke dalam dua pengertian
yang berbeda yaitu biaya dalam arti cost dan biaya dalam arti expense .Biaya
dalam arti Cost (harga pokok) adalah jumlah yang dapat diukur dalam satuan
uang dalam rangka pemilikan barang dan jasa yang diperlukan perusahaan,
baik pada masa lalu (harga perolehan yang telah terjadi). Maupun pada masa
yang akan datang (harga perolehan yang akan terjadi). Sedangkan expense
(beban) adalah Biaya yang dikorbankan atau dikonsumsi dalam rangka
memperoleh pendapatan (revenues) dalam suatu periode akuntansi tertentu.
Dari definisi-definisi biaya tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa biaya
adalah sumber ekonomi yang dapat diukur dengan satuan moneter yang
dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan.
20

2.6 Analisis Pendapatan

Pendapatan usaha peternak ada 2 macam yaitu pendapatan kotor dan


pendapatan bersih atau keuntungan. Pendapatan kotor usaha peternak yaitu
keseluruhan hasil atau nilai uang dari hasil usaha peternak (Prasetyo, 2016).
Ratnasari et all (2015) menyatakan bahwa pendapatan pedagang ayam broiler
merupakan hasil dari penjualan ternak dikurangi dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan selama masa produksi untuk mengetahui dalam menaksir
pendapatan peternak semua komponen produk yang tidak terjual harus dinilai
berdasarkan harga pasar, sehingga pendapatan kotor peternak dihitung sebagai
penjualan ternak ditambah nilai ternak yang digunakan untuk dikonsumsi
rumah tangga atau dengan kata lain pendapatan kotor usaha peternak adalah
nilai produk total usaha peternak dalam jangka waktu tertentu, baik yang
dijual maupun yang tidak dijual.
Pendapatan bersih usaha peternak adalah selisih antara pendapatan kotor
usaha peternak dengan pengeluaran total usaha peternak. Oleh karena itu total
pendapatan diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya
dalam suatu proses produksi. Menurut Soekartawi (2003) bahwa pendapatan
peternak ayam broiler digunakan rumus:
π = TR – TC …………………………………………………. (2)
Dimana:
π = Total Pendapatan (Rp/Proses Produksi)
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
Menurut stice, et all (2009) Menyatakan bahwa pendapatan adalah arus
kas masuk atau peningkataan lain dari aset suatu entitas atau pelunasan
untung-untungnya (atau kombinasi dari keduanya) yang dihasilkan dari
penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, atau aktivitas-aktivitas
21

lainnya yang merupakan operasi utama atau operasi sentral yang


berkelanjutan dari entitas tersebut.

2.7 Kelayakan Usaha

Menurut Umar (2005) studi kelayakan usaha merupakan penelitian


terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak
dibangun, tetapi saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian
keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya
peluncurusan produk baru. Dengan itu, Khasmir dkk (2012) studi kelayakan
bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu
kegiatan atau usaha yang akan dijalankan, untuk menentukan layak atau
tidaknya suatu bisnis yang dijalankan.
Sementara itu, Sunyoto (2014) menyatakan bahwa studi kelayakan
bisnis adalah penelitian yang menyangkut berbagai aspek berupa hukum,
aspek keuangan, aspek sosial ekonomi dan budaya, aspek pasar dan
pemasaran, aspek perilaku konsumen, aspek teknis dan teknologi, aspek
sumber daya manusia dan organisasi, dimana semua itu digunakan untuk
mengambil keputusan apakah suatu proyek atau bisnis dapat dikerjakan atau
tunda bahkan tidak dijalankan.
Salah satu cara untuk mengetahui kelayakan suatu usaha adalah dengan
cara menganalisis perbandingan penerimaan dan biaya usaha tersebut, yaitu
menggunakan analisis R/C dimana R/C dapat menunjukkan besarnya
penerimaan yang diperoleh dengan pengeluaran dalam satu satuan biaya. R/C
adalah singkatan dari Revenue Cost Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan
atau nisbah antara penerima dan biaya. Makin besar nilai R/C ratio usahatani
itu makin besar keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut (Soekartawi,
1995). Analisis lain yang dapat digunakan untuk menghitung kelayakan
usahatani adalah analisis B/C ratio. Menurut Soekartawi (1995), analisis
Benefit Cost Ratio (B/C) ini pada prinsipnya sama saja dengan analisis R/C
22

(Revenue Cost Ratio), hanya saja pada analisis B/C ratio ini data yang
diperhitungkan adalah besarnya manfaat.
2.8 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, Peneliti berpedoman pada beberapa penelitian


terdahulu seperti yang telah disajikan dalam tabel (5).

Tabel 5. Penelitian Terdahulu


No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
1. Maulana, et all Analisis usaha Metode yang Hasil penelitian
(2014) peternakan digunakan adalah diperoleh melalui
ayam ras metode analisis payback periode
pedaging deskriptif, untuk selama 7 bulan, net
(broiler) dengan menganalisis usaha present value sebesar
pola kemitraan tersebut pertama 3,252,725 dan internal
(studi kasus di dilakukan analisa rate of return sebesar
peternakan bu kelayakan dengan 151,8%,dapat
lilis rancamidi, menggunakan disimpulkan bahwa
23

cibodas) menghitung, laporan usaha peternakan ayam


laba rugi, cash flow, ras pedaging ini layak.
payback period, net
present value, internal
rate of return dan
break event point.

2. Nyoman, et all Analisis Metode dasar yang Hasil pendapatan


(2015) Pendapatan dan digunakan dalam sebesar Rp. 32.574.474
kelayakan usaha penelitian ini adalah per tahun,kapasitas
peternakan metode analisis rata-ratap roduksi
ayam broiler di deskriptif. Lokasi 1.963 ekor,.
kecamatan ditentukan secara hasil analisis R/C ratio
moyudan purposive sampling sebesar 1,10. Ini
sleman berdasarkan jumlah menunjukan bahwa
kepemilikan ternak, usaha ayam broiler di
yaitu di Kecamatan kecamatan moyudan
Moyudan. Peternak sleman layak untuk di
responden ditentukan usahakan .
dengan metode
random sampling
sebanyak 30
responden.

No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian


3. Sunardi, dkk Analisa Metode yang Total biaya yang
(2010) Pendapatan digunakan dikeluarkan untuk satu
Usaha Ternak menggunakan proses produksi
Ayam Potong Purposive sampling. Rp196.800.000,
(Studi Kasus Analisis data penerimaan
Peternakan menggunakan Rp246.135.000
Milik Dani L. di metode; BEP dan pendapatan
Kecamatan R/C rasio Rp49.335.000,
Kaang Ploso) R/C sebesar 1.25 berarti
usaha ini
24

layak dan BEPharga Rp


13.120serta
BEPproduksi
1.217 ekor.

4. Makatita, et all Strategi Penelitian ini di Hasil penelitian


(2021) Pengembangan lakukan di Negeri menunjukan : (1).
Usaha Leahari Kecamatan Sumber-sumber
Peternakan Leitimur Selatan pendapatan usaha di
Ayam Broiler Kota Ambon. Negeri Leahari terbagi
Terintegrasi Pemilihan lokasi menjadi tiga jenis yaitu:
Dengan Dusung dipilih secara Ternak, dusung, dan
(Studi Kasus Di Purposive sampling Ikan. Jenis usaha 1
Negeri Leahari, dengan pertimbangan Memiliki pendapatan
Kecamatan di Negeri Leahari dari ternak
Leitimur Selatan terdapat usaha Rp.40,139,643/tahun.
Kota Ambon) peternakan ayam dan dusung
broiler terintegrasi Rp.50.543.050/tahun.
dengan dusung. Jenis usaha 2 memiliki
Pengambilan data pendapatan dari ternak
penelitian dilakukan Rp.98.932.780/tahun,
melalui 2 (dua) tahap dan dusung sebesar
yaitu (1). observasi Rp.8.638.000/Tahun.,
(wilayah, responden Jenis usaha 3 memiliki
dan komoditi), (2). pendapatan,dari ternak
wawancara. Data sebesarRp.154,337,842/
yang dikumpullkan Tahun, dusung sebesar
yaitu data primer dan Rp. 17.977.000/tahun,
data sekunder. dan ikan sebesar Rp.
Analisis data 58.990. 667/tahun.
dilakukan dengan
caraMengidentifikasi
jenis usaha dan
sumber-sumber
pendapatan.
2.9 Kerangka Pikir Penelitian

Adapun kerangka pikir pada penelitian Analisis Pendapatan dan


kelayakan Usaha Ternak Ayam Broiler Di Peternakan Ayam Di Desa Waai
Ujung Batu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah dapat dilihat
pada gambar berikut ini:

Usaha Ternak
Ayam Broiler
25

Penerimaan Biaya Produksi

Pendapatan
1.Biaya Tetap
(Fixed Cost)
2.Biaya
Variabel
(Variable Cost)
Kelayakan Usaha
Ternak Ayam Broiler

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian.


III. METODE PENELITIAN

III.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di peternakan ayam broiler Bapak Emil


Betekeneng Desa Waai Ujung Batu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.
Pemilihan Lokasi berdasarkan Kriteria bahwa di Desa Waai Ujung Batu terdapat
peternakan ayam Bapak Emil Betekeneng dengan Kepemilikan lahan sendiri maupun
di sewa serta bekerja sama dengan PT Mitra Sinar Jaya Ambon. Penelitian ini akan
dilakukan selama 1 bulan.

III.2 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data
yang berupa angka-angka berdasarkan hasil kuisioner dan untuk menghitung aspek
penerimaan atau penjualan hasil produksi maupun biaya-biaya selama proses
produksi.
Metode pengumpulan sampel dilakukan dengan teknik purpose sampling dapat
dikatakan sebagai secara sengaja mengambil sampel dan informan adalah
seseoramg yang memiliki informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang
diteliti, dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut. Penentuan
responden yakni pemilik usaha dan beberapa tenaga kerja. Hal tersebut dilakukan
dengan pertimbangan mereka sangat berkompeten untuk memberikan informasi
sehubungan dengan penelitian yang dilaksanakan.

III.3 Jenis dan sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden
berdasarkan kueisioner yang telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder
diperoleh dari instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kantor Desa
27

setempat serta telaah pustaka yang berkaitan dengan keadaan kondisi Wilayah,
kependudukan dan sejarah singkat dan lain sebagainya.
Data diperoleh dari suatu proses yang disebut pengumpulan data. Pengumpulan
data adalah suatu proses mendapatkan data empiris melalui responden atau
narasumber dengan menggunakan metode tertentu. (Sugyono, 2017) Dari pengertian
di atas maka proses pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti antara lain :
1. Observasi
Sebelum penelitian dilakukan terlebih dahulu peneliti sudah melakukan observasi
pra penelitian guna mendapatkan gambaran tentang penelitian baik itu objek
yang akan diteliti maupun tempat lingkungan yang akan ditempati meneliti. Pada
saat penelitian sudah berjalan observasi masih tetap dilakukan guna memastikan
dan memperdalam observasi penelitian serta mendapatkan hasil yang valid.
2. Wawancara
Dalam wawancara, peneliti mendatangi langsung tempat Peternak. Hal ini
dimaksudkan agar penelitian lebih bebas untuk menemukan permasalahan yang
dihadapi oleh peternak secara lebih terbuka dan dimintai pendapat, keluh kesah
serta ide-idenya.
3. Dokumentasi
Peneliti melakukan dokumentasi pelaksanaan kegiatan penelitian melalui foto
atau gambar sebagai bukti fisik telah melaksanaan penelitian.

III.4 Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan secara Deskriptif untuk menggambarkan keadaan


usaha, karakteristik peternak, biaya, penerimaan dan kelayakan dan secara kualitatif
untuk menganalisis besar pendapatan dan kelayakan usaha ternak ayam broiler Bapak
Emil Betekeneng di Desa Waai Ujung Batu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku
Tengah.
1. Analisis Pendapatan
28

Analisis pendapatan yang dilakukan pada penelitian ini mengacu pada analisis
pendapatan yang dikemukanan oleh Hernanto (1995) . Secara sistematis analisis
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

Π = TR – TC…………………………………………….......... (3)

Dimana:
Π = Pendapatan Peternak
TR = Total Penerimaan (Total Revenue)
TC = Total Biaya (Total Cost)
2. Analisis Kelayakan
Return/cost adalah perbandingan antara penerimaan dengan total biaya
(Soekartawi, 1995). Analisis kelayakan dapat dihitung melalui analisis Reveneu
Cost Ratio (R/C) dan Benefit Cost Ratio (B/C).
a. Revenue Cost Ratio (R/C)

Total Pener i maan(TR)


R/ C= …………………………………
Total Biaya(TC)
… (4)

Dimana:
R/C = Return Cost Ratio
TR = Total Penerimaan (total Revenue)
TC = Total biaya (total Cost)
Kriteria keputusan:
R/C>1 = layak
R/C<1 = Tidak layak
R/C=1 = Impas
(Warisno, et al : 2010).
b. Benefit Cost Ratio (B/C)
29

Total Pendapatan
B/C= …………………………..……………
Total Biaya
(5)
Dengan Kriteria :
B/C > 1, maka usahatani menguntungkan
B/C = 1, maka usahatani impas
B/C < 1, maka usahatani tidak menguntungkan
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2002. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Pedaging. Cetakan Pertama.


Agromedia Pustaka, Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2019. Provinsi Maluku Dalam Angka.
Badan Pusat Statistik. 2021. Provinsi Maluku Dalam Angka.
Databoks. 2022. Data Statistik Ekonomi Dan Bisnis.
David, M, 2013. Analisis Resiko Produksi Pada Peternakan Ayam Broiler di
kampong kandang, Desa Tegal, Kecamatan Kemang, kabupaten Bogor, Jawa
Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Institut Pertanian Bogor.
Effendy. J, 2009. Cara Budidaya Ayam Pedaging (Broiler). Materi Pelatihan Petani
Pengembangan Usaha Budidaya Ternak Ayam Bagi KMPH di Wilayah
Binaan GTZ Merang Reed Pilot Project. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Sumatera Selatan. Palembang
Fitriza T. Yulien, F. Trisakti Haryad, Suci P. Syahlani, 2012. Analisis Pendapatan
Dan Persepsi Peternak Plasma Terhadap Kontrak Perjanjian Pola Kemitraan
Ayam Pedaging Di Propinsi Lampung. Fakultas Peternakan Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Hernanto, 1995, ilmu Usahatani, Penebar Swadaya, Jakarta
Khasmir, Jafar, 2012. Analisis Laporan Keuangan. PT. Raja Prasindo Persada,
Jakarta.
Makatita S. A, Wardis Girsang, A. M. Sahusilawane. 2021. Strategi Pengembangan
Usaha Peternakan Ayam Broiler Terintegrasi Dengan Dusung (Studi Kasus Di
Negeri Leahari, Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon). Jurnal Agribisnis
Kepulauan
Maulana Y, Yusuf M, Erwin G, 2014. Analisis usaha peternakan ayam ras pedaging
(broiler) dengan pola kemitraan (studi kasus di peternakan Bu Lilis
Rancamidi, Cibodas). Sekolah Tinggi Teknologi Garut.
Mulyana. A, 2008. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler
Satwa Utama Desa Cijulang Kecamatan Bojong Lopang Kabupaten
Sukabumi. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
31

Nyoman, In. Nurjana, R. Anggraeni, I. Kruniasih. 2015. Analisis Pendapatan dan


kelayakan usaha peternakan ayam broiler di kecamatan moyudan sleman.
Jurnal Pertanian Agros 17 (2), 214-221
Pakiding Wempie, Iskayani, Veronica Sri Lestari. 2016. Analisis Pendapatan
Peternak Ayam Broiler Pola Kemitraan di Desa Bontomatene Kecamatan
Marusu Kabupaten Maros. Jiip, 2 (2) : 122-132.Portal data statistik ekonomi
dan bisnis (DATABOKS). 2022. Indonesia dalam angka.
Prasetyo, D. 2016. Komparasi Pendapatan Peternak Broiler pada Kemitraan CV.
Intan Sukses Abadi dan PT. Karya Mitra Kendari di Kabupaten Konawe
Selatan. Skripsi. Jurusan Peternakan. Fakultas Peternakan. Universitas Halu
Oleo. Kendari.

Rasyaf, 2001. Pengolahan Produksi Ayam Pedaging. Kanisius, Yogyakarta.


Ratnasari Risa, Warsono Sarengat, Agus Setiadi. 2015. Analisis Pendapatan Peternak
Ayam Broiler Pada Sistem Kemitraan di Kecamatan Gunung Pati Kota
Semarang. Jurnal Animal Agriculture, 4 (1): 47-53
Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Cobb-
Douglas. PT. Raga Grafindo Persada, Jakarta.
Stice, Earl K, James D Stice dan Fred Skousen, 2009 Akuntansi Keuangan
Menengah, Edisi 16, Buku 2. Edisi Bahasa Indonesia. Terjemah Oleh Ali
Akbar. PT. Salemba Empat: Jakarta.

Sugyono, 2017. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sunardi S, N. Supartini. 2010. Analisa Pendapatan Usaha Ternak Ayam Poton (Studi
Kasus Peternakan Milik Dani L. di Kecamatan Kaang Ploso). Universitas
Tribhuwana Tunggadewi, Malang, Jawa Tengah.
Sunyoto, 2014. Konsep Dasar Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Cetakan Ke
– 2. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service).
Supriyono. 2011. Akuntansi Biaya Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok,
Buku 1 Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.
Umar. 2005, Metode Penelitian Untuk Tesis Dan Bisnis, Jakarta: Grafindo Persada.
Wikipedia. 2019. Wiki Ensiklopedia.
Wikipedia. 2021. Wiki Ensiklopedia.
32

Wikipedia. 2022. Wiki Ensiklopedia


Windarsari, L. D. 2012. Kajian Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging di Kabupaten
Karang Anyar: Membandingkan Antara Pola Kemitraan dan Pola Mandiri.
Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan, 1 (1) : 65-72

Anda mungkin juga menyukai