Armedia Boeng
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2023
ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA
TERNAK AYAM BROILER DI DESA WAAI KECAMATAN
SALAHUTU KABUPATEN MALUKU TENGAH
Armedia Boeng
NIM: 2018-81-036
NIM :2018-81-036
MENYETUJUI
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
MENYETUJUI
KETUA JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
Puji dan Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
pertolongan dan anugerahnya penulis diberikan kemampuan untuk menyelesaikan
kegiatan penyusunan proposal ini dengan judul “Analisis Pendapatan Dan Kelayakan
Usaha Ternak Ayam Broiler Di Desa Waai Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku
Tengah”.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan
dan keterbatasan yang penulis miliki, namun berkat bantuan, bimbingan, petunjuk
dari berbagai pihak proposal ini dapat diselesaikan, untuk itu penulis mengucapkan
ribuan terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Pertanian, Prof. Dr. Ir. A. E. Pattiselano. M.Si
2. Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Dr. Jeter Donald Siwalette, S.P, M.Si
3. Ketua Program Studi Agribisnis, M. T. F. Tuhumury, S.P, M.Agribus;
4. Dosen Pembimbing I, Dr. S. F. W. Thenu, SP, Msi dan Dosen Pembimbing II,
Dr. E. Kembauw, S.P, M.Si. Serta Seluruh Dosen, Karyawan dan Civitas
Akademis Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Ambon yang telah
membantu penulis dalam mengikuti aktivitas perkuliahan dan yang selalu
melayani dan mendukung dalam hal administrasi.
5. Teristimewa buat kedua orang tuaku tersayang yang telah memberikan dukungan
moril dan materil, serta cinta dan kasih sayang yang tiada batas buat penulis.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, menyadari
keterbatasan ini, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan
untuk menyempurnakan proposal ini.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
PENGESAHAN......................................................................................................... ii
PRAKATA................................................................................................................. iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR................................................................................................. vii
I. PENDAHULUAN................................................................................................. 1
I.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1
I.2. Rumusan Masalah..................................................................................... 4
I.3. Tujuan Penelitian...................................................................................... 4
I.4. Luaran Penelitian...................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 6
II.1. Ayam Broiler (Gallus Domesticus).......................................................... 6
II.2. Usaha Ternak Ayam Broiler..................................................................... 7
II.3. Konsep Usaha Peternakan........................................................................ 14
II.4. Penerimaan............................................................................................... 16
II.5. Biaya......................................................................................................... 16
II.6. Analisis Pendapatan.................................................................................. 18
II.7. Kelayakan Usaha...................................................................................... 19
II.8. Penelitian Terdahulu................................................................................. 20
II.9. Kerangka Pikir Penelitian......................................................................... 23
III. METODE PENELITIAN...................................................................................... 24
III.1. Waktu dan Lokasi Penelitian.................................................................... 24
III.2. Metode Pengumpulan Data...................................................................... 24
v
Berdasarkan Tabel 1. dapat dilihat bahwa populasi ayam ras pedaging atau
ayam broiler terbanyak berada di Pulau Ambon dengan jumlah populasi yaitu
112.000 ekor pada tahun 2019 dan pada tahun 2020 naik sebanyak 115.000. Dan
populasi ayam broiler terendah berada pada Kabupaten Maluku Tengah dengan
jumlah populasi 1500 ekor pada tahun 2019 dan 1500 ekor pada tahun 2020. Pulau
Ambon merupakan penghasil ayam pedaging broiler terbesar di Provinsi Maluku
dengan jumlah produksi dari tahun 2019 hingga 2021 mencapai 685,78 Ton (BPS
2021).
Kabupaten Maluku Tengah adalah salah satu kabupaten di Provinsi Maluku
Ibukota Kabupaten ini terletak di Kota Masohi sebagian Wilayahnya berada di Pulau
Seram. Luas Wilayah Kabupaten Maluku Tengah seluruhnya kurang lebih 275.907
km2 yang terdiri dari luas laut 264.311,43 km2 dan luas daratan 11.595,57 km2,
dapat dilihat pada peta letak Maluku Tengah. (Wikipedia 2021).
Desa Waai adalah sebuah Negeri di Kecamatan Salahutu terletak dibawah
gunung Salahutu dengan ketinggian 1.086 m.dpl yang merupakan puncak tertinggi
di Pulau Ambon. Kondisi geografis Kabupaten Maluku Tengah yang ada di Desa
Waai Kecamatan Salahutu ini memiliki daratan yang berbukit-bukit sepanjang garis
pantai sampai ke dataran tinggi serta ketinggian yang cukup beragam tentunya
mempunyai lahan pertanian yang relatif kecil. Karakteristik wilayah kepulauan
tersebut menjadikan Wilayah ini secara umum digunakan oleh penduduknya untuk
melakukan aktivitas-aktivitas dibidang pertanian, bercocok tanam, beternak maupun
melaut.
Meskipun Desa Waai Ujung Batu secara administrasi termasuk dalam Wilayah
Kabupaten Maluku Tengah tapi lokasinya juga berada di Pulau Ambon hal ini
sangat menguntungkan bagi peternak di Desa Waai. Tetapi akibat pasokan bibit
anak ayam (DOC) dari sentra produksi belakangan ini kurang lancer
mengakibatkan harga ayam broiler (ayam pedaging) segar di berbagai Provinsi
bergerak naik terutama di Pulau Ambon.
3
Tabel 2. Harga daging ayam broiler (per kg) harian di pasar modern menurut
beberapa Provinsi di Indonesia Tahun 2022.
besar, disisi lain plasma diwajibkan menjual ayam Broiler (pedaging) kepada inti
dengan biaya yang sudah ditentukan.
Oleh karena itu, banyak peternak yang memulai usahanya dengan sistem
kemitraan salah satunya peternak di Desa Waai ini yang berkerja sama dengan PT
Mitra Sinar Jaya Ambon untuk meningkatkan pendapatan serta berhasil dalam
usaha ternaknya. Namun, dalam suatu usaha tidak lepas dari bagian
masalah/kendala, masalah yang sering terjadi dalam usaha ternak ayam broiler
adalah pendapatan dan tingginya biaya produksi terutama pembuatan kandang, pakan,
serta harga DOC yang mengalami kenaikan.
Pada bagian pendapatan masalah yang sering terjadi yaitu, permintaan pasar
menurun, harga pakan naik dan naik turunnya tingkat harga jual sehingga tidak
sedikit peternak ayam yang pindah profesi ke usaha lainnya yang lebih
menguntungkan terutama usaha ternak ayam di Desa Waai yang awalnya ada
beberapa peternak yang memulai usahanya tapi sekarang hanya tersisa satu
peternakan saja. Berdasarkan penjelasan tersebut menjadi landasan peneliti untuk
melakukan penelitian tentang Analisis Pendapatan Dan Kelayakan Usaha Ternak
Ayam Broiler Di Desa Waai Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.
Ayam broiler (Gallus Domesticus) atau yang disebut juga ayam ras
pedaging (broiler) adalah jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-
bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, Ayam broiler ternyata
memiliki sejarah yang cukup panjang, singkatnya ayam broiler awalnya
adalah ayam jantan muda (cockerel) yang diafkir dari peternakan (Wikipedia
2019).
Breeding nya sendiri dimulai sekitar tahun 1916. Broiler berasal dari
hasil persilangan pejantan bangsa Cornish (ayam kelas Inggris yang punya
karakteristik tubuh besar, persentase otot dada yang tinggi) serta ayam
Plymouth Rocks putih betina (ayam yang memiliki karakteristik tulang besar).
Daging ayam hasil persilangan ini mulai diperkenalkan pada tahun 1930-an
dan menjadi populer pada 1960-an terutama dalam memproduksi daging
ayam, ayam broiler yang merupakan hasil perkawinan silang dan sistem
berkelanjutan sehingga mutu genetiknya bisa dikatakan baik.
Menurut Wikipedia 2019 menyatakan bahwa taksonomi ayam broiler
sebagai berikut :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Galliformis
Famili : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies : Gallus Domesticus
Subspesies : Neornithes
7
Usaha ayam broiler (pedaging) merupakan salah satu jenis usaha yang
sangat potensial di kembangkan. Oleh karena itu tidak terlepas dari berbagai
keunggulan yang dimilikinya, antara lain masa produksi yang relatif pendek
kurang lebih 30-35 hari, produktivitasnya tinggi, harga yang relatif murah,
dan permintaan yang semakin meningkat. Ayam broiler merupakan jenis
hewan ternak kelompok unggas yang tersedia sebagai sumber makanan,
terutama sebagai penyedia protein hewani. Ayam pedaging dipasarkan pada
bobot hidup anatar 1,3- 1,6 kg per ekor ayam dan dilakukan pemeliharaan
pada usia 4-6 minggu. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan
tingkat pendapatan yang disertai dengan adanya perubahan pola konsumsi
dan selera masyarakat, tingkat konsumsi daging perkapita meningkat
(Windarsari, 2012).
Usaha peternakan ayam broiler dapat digolongkan kedalam beberapa
bagian. Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
472/Kpts/TN.330/6/96, usaha peternakan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu
peternakan rakyat, pengusaha kecil peternakan, dan pengusaha peternakan.
Peternakan rakyat adalah peternak yang mengusahakan budidaya ayam
dengan jumlah populasi maksimal 15. 000 ekor per periode. Pengusaha kecil
peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam dengan jumlah
populasi maksimal 65. 000 ekor per periode. Sedangkan untuk pengusaha
peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam dengan jumlah
populasi melebihi 65. 000 ekor per periode. Khusus untuk Pengusaha
Peternakan dapat menerima bimbingan dan pengawasan dari pemerintah. Hal
tersebut ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16
Tahun 1977 tentang usaha peternakan. Peraturan Pemerintah ini menjelaskan
bahwa Menteri bertanggung jawab dalam bidang peternakan atau pejabat
8
b. Ciri-ciri DOC yang baik dan sehat diantaranya : (i) berat ± 40 gram, (ii) bulu
berwarna kuning muda, (iii) mata cerah, (iv) warna paruh dan kulit kaki
kuning kecoklat-coklatan, (v) gerakannya lincah, (vi) tidak memiliki cacat
tubuh, (vii) memiliki nafsu makan yang baik, (viii) tidak terdapat letakan tinja
di duburnya serta (ix) suaranya nyaring.
c. Setelah DOC tiba di lokasi peternakan, kemasan (kardus pembungkus)
langsung dibuka untuk selanjutnya dipindahkan ke dalam kandang indukan.
Perhatikan, jika terdapat DOC yang terlihat kurang sehat atau memiliki cacat
tubuh maka segera dipisahkan dengan kelompok lainnya.
d. Sebaiknya bibit (DOC) berasal dari perusahaan pembibitan (bredding farm)
yang sudah ternama/berpengalaman.
e. Beberapa jenis strain ayam yang banyak beredar di pasaran diantaranya : CP-
707, Super 77, Tegel 70, ISA, Kim Cross, Lohman 202, Hyline, Vdett,
Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor Acres, Tatum,
Indian River, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler, Ross,
Marshall”m”, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo, dan lain sebagainya.
3. Sistem Perkandangan
a. Bentuk dan bahan kandang
Berdasarkan model atap, dikenal dua bentuk kandang, yaitu kandang atap
model gable dan model monitor, pemilihan model atap kandang disesuaikan
dengan modal usaha dan ukuran kandang.
Demikian juga berdasarkan bentuk dasar kandang, dikenal dua jenis yaitu
kandang model panggung dan model liter.
Bahan kandang disesuaikan dengan kemampuan modal usahatani, tetapi
pada prinsipnya sebaiknya berasal dari bahan yang murah tetapi kuat
serta mudah diperoleh di sekitar lokasi peternakan.
Temperatur ideal di dalam kandang berkisar 33-35°C sedangkan
kelembabannya antara 60-70%.
11
1 1 1 1 52
2 2
2 1 2 65
5 7
3 1 4 81
9 6
4 2 7 100
4 0
5 2 9 122
9 9
6 3 1 147
3 3
2
7 3 1 174
7 8
9
2 8 4 2 205
1 1
0
9 4 2 238
5 6
5
1 5 3 279
0 0 0
5
1 5 3 322
1 5 8
0
1 6 4 389
2 0 2
0
1 6 4 420
3 5 8
5
1 7 5 474
4 0 5
13
5
3 1 7 6 529
5 5 3
0
1 8 7 586
6 0 1
0
1 8 7 646
7 5 9
5
1 9 8 709
8 1 8
6
1 9 9 774
9 7 8
3
2 1 1 840
0 0 0
3 8
6
2 1 1 908
1 0 1
9 9
5
4 2 1 1 977
2 1 3
5 1
0
2 1 1 1047
3 2 4
0 3
0
2 1 1 1118
4 2 5
5 6
5
2 1 1 1189
5 2 6
9 8
4
2 1 1 1260
6 3 8
14
3 1
7
2 1 1 1332
7 3 9
5 5
5
2 1 2 1405
8 4 0
3 9
8
Sumber: Effendi, 2009
Jenis dan kandungan zat gizi pakan adalah sebagai berikut : protein (PK)
22-24%, lemak (LK) 2,5%, serat kasar (SK) 4%, calsium (Ca) 1%,
Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.
b. Fase Finisher
Pakan untuk fase finisher diberikan pada ayam dari umur 31-42 hari (4-6
minggu).
Jenis dan kandungan zat gizi pakan adalah sebagai berikut : protein (PK)
18,1-21,2%, lemak (LK) 2,5%, serat kasar (SK) 4,5%, Calsium (Ca) 1%,
Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2900-3400 Kcal.
Jumlah pemberian pakan pada fase finisher disajikan pada Tabel (4).
Air minum diberikan secara ad-libitum (tidak terbatas), setiap saat ada di
dalam kandang.
5. Sanitasi Dan Kesehatan Ternak
a. Sebagai langkah upaya pencegahan terhadap serangan penyakit, secara rutin
kotoran ternak dibuang setiap satu minggu atau sesuai kebutuhan.
b. Penyemprotan desinfektan di lingkungan sekitar kandang atau lokasi
peternakan perlu dilakukan setiap 2 minggu.
c. Vaksinasi perlu dilakukan guna mengantisipasi serangan penyakit menular
tertentu seperti ND (tetelo), Gumboro, Coccidiosis, dan lain sebagainya.
d. Pelaksanaan vaksinasi ND dilakukan 2 kali selama satu periode pemeliharaan
(6-7 minggu) yaitu pada umur 4 hari (suntik/tetes mata) dan umur 21 hari.
6. Penanganan Pasca Panen
a. Setelah semua ayam dipanen (dijual) maka untuk menjaga sanitasi dan
kesehatan lingkungan maka kandang yang telah kosong harus segera
dibersihkan dengan menggunakan detergent dan desinfektan.
b. Khusus untuk kandang panggung, dasar kandang (tempat penampungan
kotoran) perlu ditambahkan tanah/pasir secukupnya serta pada bagian
permukaannya ditaburi kapur.
dan babi. Hasil peternakan di antaranya daging, susu, telur, dan bahan pakaian
(seperti wol). Selain itu, kotoran hewan dapat menyuburkan tanah dan
tenaga hewan dapat digunakan sebagai sarana transportasi dan untuk
membajak tanah (Wikipedia 2022). Ada beberapa jenis usaha yang telah
diatur dengan jelas dalam undang-undang seperti usaha kelompok dan usaha
peternakan. Sama halnya dengan usaha kelompok, usaha peternakan telah
diatur pada Undang-Undang Pokok Kehewanan, yaitu Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan
Hewan yang tertera pada Bab 1 Pasal 1.
Selain pengertian usaha peternakan yang telah diatur jelas dalam
perundang-undangan Indonesia. Ada juga ciri-ciri serta jenis usaha peternakan
yang perlu diketahui sebagai berikut:
2.4 Penerimaan
Dimana:
TR =Total Revenue (Penerimaan)
P =Harga
Q =Jumlah Produksi
Apabila hasil produksi peternakan dijual ke pasar atau ke pihak lain,
maka diperoleh sejumlah uang sebagai hasil produk yang terjual. Besar atau
kecilnya uang akan diperoleh tergantung dari jumlah barang dan nilai barang
yang dijual. Barang yang dijual akan bernilai tinggi bila permintaan melebihi
penawaran atau produksi sedikit. Jumlah produk yang dijual dikalikan dengan
harga yang ditawarkan merupakan jumlah uang yang diterima sebagai ganti
produk peternakan yang dijual dan inilah yang dinamakan penerimaan
(Rasyaf, 2001).
2.5 Biaya
b. Biaya bibit ayam yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli bibit ayam
pedaging. Jumlah DOC bibit ayam yang dibutuhkan dikalikan dengan harga
DOC itu. Porsinya antara 10 – 16% dari total biaya produksi.
c. Biaya pakan meliputi 70 – 80 % dari total biaya produksi. Biaya makanan ini
akan tercipta dari hasil perkalian antara jumlah konsumsi ransum dengan harga
makanan. Harga makanan sudah ditentukan dari kekuatan pasar, sedangkan
konsumsi ransum harus sesuai standar dari pembibit yang bersangkutan.
d. Biaya kesehatan dalam kondisi normal, porsi biaya kesehatan hanya 1-2%.
Biaya itu untuk membeli berbagai vaksin dan obat-obatan penting lainya. 20
Dalam hal ini tidak termasuk biaya pengobatan dimasukkan dalam biaya
peternakan, bukan biaya produksi.
e. Biaya pemeliharaan misalnya untuk membeli energi (minyak, gas, atau listrik)
bagi indukan anak ayam, upah tenaga vaksinator dan lainya. Sedangkan biaya
tetap yang dimaksud adalah biaya tetap yang terlibat dalam produksi ini.
Termasuk biaya penyusutan, seperti penyusutan alat-alat kandang (tempat
makan, tempat minum dan lain-lain). Penyusutan kandang, bunga atas
pinjaman, pajak dan sejenisnya dan biaya lainya.
Supriyono (2011) juga membedakan biaya ke dalam dua pengertian
yang berbeda yaitu biaya dalam arti cost dan biaya dalam arti expense .Biaya
dalam arti Cost (harga pokok) adalah jumlah yang dapat diukur dalam satuan
uang dalam rangka pemilikan barang dan jasa yang diperlukan perusahaan,
baik pada masa lalu (harga perolehan yang telah terjadi). Maupun pada masa
yang akan datang (harga perolehan yang akan terjadi). Sedangkan expense
(beban) adalah Biaya yang dikorbankan atau dikonsumsi dalam rangka
memperoleh pendapatan (revenues) dalam suatu periode akuntansi tertentu.
Dari definisi-definisi biaya tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa biaya
adalah sumber ekonomi yang dapat diukur dengan satuan moneter yang
dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan.
20
(Revenue Cost Ratio), hanya saja pada analisis B/C ratio ini data yang
diperhitungkan adalah besarnya manfaat.
2.8 Penelitian Terdahulu
Usaha Ternak
Ayam Broiler
25
Pendapatan
1.Biaya Tetap
(Fixed Cost)
2.Biaya
Variabel
(Variable Cost)
Kelayakan Usaha
Ternak Ayam Broiler
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data
yang berupa angka-angka berdasarkan hasil kuisioner dan untuk menghitung aspek
penerimaan atau penjualan hasil produksi maupun biaya-biaya selama proses
produksi.
Metode pengumpulan sampel dilakukan dengan teknik purpose sampling dapat
dikatakan sebagai secara sengaja mengambil sampel dan informan adalah
seseoramg yang memiliki informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang
diteliti, dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut. Penentuan
responden yakni pemilik usaha dan beberapa tenaga kerja. Hal tersebut dilakukan
dengan pertimbangan mereka sangat berkompeten untuk memberikan informasi
sehubungan dengan penelitian yang dilaksanakan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden
berdasarkan kueisioner yang telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder
diperoleh dari instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kantor Desa
27
setempat serta telaah pustaka yang berkaitan dengan keadaan kondisi Wilayah,
kependudukan dan sejarah singkat dan lain sebagainya.
Data diperoleh dari suatu proses yang disebut pengumpulan data. Pengumpulan
data adalah suatu proses mendapatkan data empiris melalui responden atau
narasumber dengan menggunakan metode tertentu. (Sugyono, 2017) Dari pengertian
di atas maka proses pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti antara lain :
1. Observasi
Sebelum penelitian dilakukan terlebih dahulu peneliti sudah melakukan observasi
pra penelitian guna mendapatkan gambaran tentang penelitian baik itu objek
yang akan diteliti maupun tempat lingkungan yang akan ditempati meneliti. Pada
saat penelitian sudah berjalan observasi masih tetap dilakukan guna memastikan
dan memperdalam observasi penelitian serta mendapatkan hasil yang valid.
2. Wawancara
Dalam wawancara, peneliti mendatangi langsung tempat Peternak. Hal ini
dimaksudkan agar penelitian lebih bebas untuk menemukan permasalahan yang
dihadapi oleh peternak secara lebih terbuka dan dimintai pendapat, keluh kesah
serta ide-idenya.
3. Dokumentasi
Peneliti melakukan dokumentasi pelaksanaan kegiatan penelitian melalui foto
atau gambar sebagai bukti fisik telah melaksanaan penelitian.
Analisis pendapatan yang dilakukan pada penelitian ini mengacu pada analisis
pendapatan yang dikemukanan oleh Hernanto (1995) . Secara sistematis analisis
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
Π = TR – TC…………………………………………….......... (3)
Dimana:
Π = Pendapatan Peternak
TR = Total Penerimaan (Total Revenue)
TC = Total Biaya (Total Cost)
2. Analisis Kelayakan
Return/cost adalah perbandingan antara penerimaan dengan total biaya
(Soekartawi, 1995). Analisis kelayakan dapat dihitung melalui analisis Reveneu
Cost Ratio (R/C) dan Benefit Cost Ratio (B/C).
a. Revenue Cost Ratio (R/C)
Dimana:
R/C = Return Cost Ratio
TR = Total Penerimaan (total Revenue)
TC = Total biaya (total Cost)
Kriteria keputusan:
R/C>1 = layak
R/C<1 = Tidak layak
R/C=1 = Impas
(Warisno, et al : 2010).
b. Benefit Cost Ratio (B/C)
29
Total Pendapatan
B/C= …………………………..……………
Total Biaya
(5)
Dengan Kriteria :
B/C > 1, maka usahatani menguntungkan
B/C = 1, maka usahatani impas
B/C < 1, maka usahatani tidak menguntungkan
DAFTAR PUSTAKA
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Cobb-
Douglas. PT. Raga Grafindo Persada, Jakarta.
Stice, Earl K, James D Stice dan Fred Skousen, 2009 Akuntansi Keuangan
Menengah, Edisi 16, Buku 2. Edisi Bahasa Indonesia. Terjemah Oleh Ali
Akbar. PT. Salemba Empat: Jakarta.
Sunardi S, N. Supartini. 2010. Analisa Pendapatan Usaha Ternak Ayam Poton (Studi
Kasus Peternakan Milik Dani L. di Kecamatan Kaang Ploso). Universitas
Tribhuwana Tunggadewi, Malang, Jawa Tengah.
Sunyoto, 2014. Konsep Dasar Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Cetakan Ke
– 2. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service).
Supriyono. 2011. Akuntansi Biaya Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok,
Buku 1 Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.
Umar. 2005, Metode Penelitian Untuk Tesis Dan Bisnis, Jakarta: Grafindo Persada.
Wikipedia. 2019. Wiki Ensiklopedia.
Wikipedia. 2021. Wiki Ensiklopedia.
32