Anda di halaman 1dari 5

Pengertian

Anggaran persediaan merupakan anggaran yang merencanakan secara terperinci berapa nilai
persediaan pada periode yang akan dating. Pada perusahaan manufaktur persediaan yang ada
terdiri dari 3 jenis, yakni persediaan material, persediaan barangsetengah jadi dan persediaan
barang jadi.

Anggaran Persediaan Material

Dalam anggaran ini yang akan direncanakan adalah berapa nilai persediaan materialuntuk setiap
akhir periode.Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya nilai persediaan material yakni :

1) Jumlah Material yang Tersedia

Semakin besar jumlah material yang tersedia atau yang akan disediakan maka nilai persediaan
akan semakin besar. jumlah material yang akan dijadikan sebagai persediaan bias didasarkan
pada kebutuhan material untuk satu bulan atau dua bulan.

2) Harga Beli Material per Satuan

Bila material yang ada di gudang dibeli dari beberapa supplier dan pada setiap pembelian
harganya berbeda, maka akan timbul permasalahan yakni persediaan yang direncanakan akan
dinilai dengan harga yang mana?

Ada 3 metode yang dapat dipilih untuk menyelesaikan permasalah tersebut yakni :

1. FIFO (First in First Out)

Dalam metode ini diasumsikan bahwa material yang pertama dibeli langsung diproses, bila dari
pembelian pertama telah diproses semua maka akan mengambil dari pembelian kedua dan
seterusnya. Dengan demikian bila ada persediaan akhir, maka persediaan tersebut berasal dari
pembelian terakhir atau persediaan tersebut dinilai dengan harga pada pembelian
terakhir.Misalnya

 Persediaan awal (akhir 2002) 5.000 kg Rp 1.000.000


 Pembelian 1 ( tahun 2003) 6000 kg Rp 1.200.000
Pembelian 2 (tahun 2003) 7.000 kg Rp 1.250.000
Pembelian 3 (tahun 2003) 6.500 kg Rp 1.300.000
Pembelian 4 (tahun 2003) 7.500 kg Rp 1.350.000
 Persediaan Akhir
Maka nilai persediaan akhr menurut metode FIFO sebesar
= 6.000 x Rp 1.350.000 = Rp 8.100.000

2. LIFO (Last in First Out)


Dalam metode ini diasumsikan bahwa material yang terakhir dibeli langsung diproses, bila dari
pembelian terakhir telah diproses semua maka akan mengambil dari pembelian sebelumnya dan
seterusnya. Dengan demikian bila ada persediaan akhir maka persediaan tersebut berasal dari
pembelian pertama atau persediaan tersebut dinilai dengan harga pada pembelian pertama.

 Persediaan awal (akhir 2002) 5.000 kg Rp 1.000.000


 Pembelian 1 ( tahun 2003) 6000 kg Rp 1.200.000
Pembelian 2 (tahun 2003) 7.000 kg Rp 1.250.000
Pembelian 3 (tahun 2003) 6.500 kg Rp 1.300.000
Pembelian 4 (tahun 2003) 7.500 kg Rp 1.350.000
 Persediaan Akhir = 6.000 kg
Maka nilai persediaan akhir menurut metode FIFO sebesar
5.000 x Rp 1.000.000 Rp 5.000.000
1.000 x Rp 1.200.000 Rp 1.200.000
Rp 6.200.000
3. Avarage

Dalam metode ini persediaan material pada akhir periode akan dinilai dengan harga rata-rata dari
pembelian material.misalnya :

 Persediaan awal (akhir 2002) 5.000 kg Rp 1.000.000


 Pembelian 1 ( tahun 2003) 6000 kg Rp 1.200.000
Pembelian 2 (tahun 2003) 7.000 kg Rp 1.250.000
Pembelian 3 (tahun 2003) 6.500 kg Rp 1.300.000
Pembelian 4 (tahun 2003) 7.500 kg Rp 1.350.000
 Persediaan Akhir = 6.000 kg
Maka nilai persediaan akhir menurut metode Avarage sebesar

1.000+1.2000+1.250+1.300+1.350
¿ 6.000 ×
5

= 6.000 × 1.220

=Rp 7.320.000

Anggaran Persediaan Barang Dalam Proses

Barang dalam proses merupakan material yang telah diproses tetapi belum selesai,sehingga
masih memerlukan proses lebih lanjut. Faktor yang mempengaruhi besar-kecilnya nilai
persediaan barang dalam proses akan tergantung pada :

1. Unit/Jumlah Barang dalam Proses


Semakin besar jumlah barang yang masih dalam proses maka nilai persediaannya akan semakin
besar.

2. Tingkat Penyelesaian Produk


Tinkat penyelesaian produk dilihat dari penyelesaian masing-masing komponen produksi
yaitu material, TKL, & Overhead Pabrik
3. Tarif Biaya Produksi
Bila tingkat penyelesaian komponen produk tidak sama maka masing-masing unsure
biaya tersebut berdasarkan pada tariff-tarif biaya material, tarif biaya TKL;dan tarif BOP.
Misalnya pada akhir periode terdapat 1.000 unit barang dalam proses dengan tingkat
penyelesaian sebagai berikut:
 Material : 60%
 TKL : 40%
 BOP : 50%
Sedangkan tarif yang telah ditentukan adalah:
 Material : Rp 1.200
 TKL : Rp 800
 BOP : Rp 1.000
Maka nilai persediaan akhir barang dalam proses diperhitungkan sebagai berikut:
 Material : 1.000 X 60% X Rp 1.200 = Rp 720.000
 TKL : 1.000 X 40% X Rp 800 = Rp 320.000
 BOP : 1.000 X 50% X Rp 1.000 = Rp 500.000
= Rp 1.540.000

Anggaran Persediaan Barang Jadi

Persediaan barang jadi diperlukan untuk melayani penjualan yang tidak direncanakan atau
penjualan non reguler. Bila persediaan barang jadi tidak mencukupi maka konsumen
kemungkinan akan membeli produk merek lain.Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai
persediaan barang jadi adalah :

1. Unit Persediaan

Besarnya persediaan bias ditentukan berdasarkan rata-rata penjualan per bulan atau pendekatan
yang lain.

a) Metode Penentuan Harga Pokok

Ada dua pendekatan dalam penentuan harga pokok yaitu :

1) Metode Full Costing


Metode full costing adalah metode penetuan harga pokok produk yang memasukkan semua biaya
produksi sebgai komponen harag pokok produk, yaitu material, tenaga kerja langsung, BOP
variable dan BOP Tetap

HPP/Unit :

Material/Unit : XX

TKL/Unit :XX

BOP Variabel/Unit : XX

BOP Ttetap/Unit :XX

Misalnya anggaran produksi tahun 2003 sebesar 1.000 unit dengan biaya produksi sebagai
berikut:

Material : Rp 5.000.000

TKL : Rp 6.000.000

BOP Variabel : Rp 7.000.000

BOP Tetap : Rp 2.000.000

Rp 20.000.000

Sedangkan anggaran penjualan tahun 2003 sebesar 900 unit, sehingga perkiraan persediaan akhir
sebesar 100 unit

Perhitungan HPP/unit

Material : Rp 5.000

TKL : Rp 6.000

BOP Variabel : Rp 7.000

BOP Tetap : Rp 2.000

Rp 20.000

Maka nilai persediaan akhir menurut metode full costing sebesar:

Nilai PA = 100 X Rp 20.000

= Rp 2.000.000
2) Metode Variabel Costing
Metode variable costing adalah metode penentuan harga produk yang memasukkan biaya
produksi yang bersifat variable sebagai komponen harga pokok produk, yaitu material,
TKL, dan BOP variable.

HPP/Unit :

Material/Unit : XX

TKL/Unit :XX

BOP Variabel/Unit : XX

BOP Ttetap/Unit :XX

Dari contoh diatas bila persediaan akhir 100 unit dinilai dengan metode variable costing dihitung
sebagai berikut:

HPP/Unit :

Material/Unit : Rp 5.000

TKL/Unit : Rp 6.000

BOP Variabel/Unit : Rp 7.000

Rp 18.000

Nilai PA = 100 X Rp 18.000

= Rp 1.800.000

Anda mungkin juga menyukai