ISSN : 1907-1507
Penyunting :
Dr. Anna Astrid Susanti, MSi.
Drh. Akbar, MPd
Naskah :
Ir. Mohammad Chafid, Msi
Design Sampul :
Suyati
Diterbitkan oleh :
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian
Tahun 2018
KATA PENGANTAR
Untuk mengemban visi dan misinya, Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian mempublikasikan data sektor pertanian serta hasil analisis datanya.
Salah satu hasil analisis yang telah dipublikasikan secara reguler adalah Outlook
Komoditas Peternakan.
Publikasi Outlook Daging Ayam Ras Tahun 2018 merupakan salah satu
bagian dari Outlook Komoditas Peternakan, yang menyajikan keragaan data series
komoditi daging ayam ras secara nasional dan internasional selama 10 tahun
terakhir serta dilengkapi dengan hasil analisis proyeksi produksi dan konsumsi
domestik dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2022.
Publikasi ini disajikan dalam bentuk buku dan dalam bentuk online yang
dapat diakses melalui website Kementerian Pertanian yaitu
http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/.
Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat
memperoleh gambaran tentang perkembangan produksi, harga, ekspor, impor,
konsumsi dan analisis neraca komoditas daging ayam ras serta proyeksinya secara
lebih lengkap dan menyeluruh.
Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini,
kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan
saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar
penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................xv
RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................. xvii
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG .............................................................. 1
1.2. TUJUAN ......................................................................... 2
1.3. RUANG LINGKUP ............................................................... 2
BAB II. METODOLOGI ........................................................................ 3
2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI ............................................. 3
2.2. METODE ANALISIS............................................................. 3
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data ................................ 3
Tabel 3.1. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Populasi dan Produksi
Ayam Ras Pedaging di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia, Tahun
1984–2018 .................................................................... 13
Tabel 3.2. Daftar Kode HS untuk Ekspor dan Impor Daging Ayam ................ 20
Tabel 4.1. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Daging Ayam Dunia,
Tahun 2012 – 2016 .......................................................... 22
Tabel 4.2. Perkembangan Produksi Daging Ayam Dunia di Sepuluh Negara
Sentra Produksi, Tahun 2012 – 2016...................................... 24
Tabel 4.3. Perkembangan Konsumsi Daging Ayam Dunia di Sepuluh Negara
Sentra Konsumsi, Tahun 2012 – 2016..................................... 25
Tabel 4.4. Neraca Produksi dan Konsumsi Daging Ayam di Sepuluh Negara
Terbesar Dunia, Tahun 2016 .............................................. 26
Tabel 4.5. Perkembangan Ekspor dan Impor Daging Ayam Dunia,
Tahun 2012 – 2016 .......................................................... 27
Tabel 4.6. Sepuluh Negara Eksportir Daging Ayam Terbesar di Dunia,
Tahun 2016 ................................................................... 29
Tabel 4.7. Sepuluh Negara Importir Daging Ayam di Dunia, Tahun 2016 ........ 31
Tabel 5.1. Pemilihan Model Tentatif Proyeksi Populasi Ayam Ras Pedaging .... 33
Tabel 5.2. Hasil Analisis Fungsi Respon Populasi Ayam Ras Pedaging ............ 35
Tabel 5.3. Hasil Proyeksi Produksi Daging Ayam Ras Pedaging Indonesia,
2018-2022 .................................................................... 36
Tabel 5.4. Proyeksi Populasi Riil Ayam Ras Pedaging Indonesia, 2018-2022 .... 37
Tabel 5.5. Proyeksi Produksi Daging Ayam Ras Pedaging Indonesia, 2018 -
2022 ........................................................................... 39
Tabel 5.6. Hasil Analisis Fungsi Respon Konsumsi Rumah Tangga Daging
Ayam Ras Pedaging Indonesia ............................................. 40
Tabel 5.7. Hasil Proyeksi Konsumsi Daging Ayam Ras Indonesia 2018 -2022 .... 41
Tabel 5.8. Hasil Proyeksi Produksi dan Konsumsi Daging Ayam Ras
Indonesia 2018 -2022 .......................................................43
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. UJi Hetereskedastisitas Residual Minitab .............................. 8
Gambar 3.1. Perkembangan Populasi Ayam Ras Pedaging di Jawa, Luar
Jawa dan Indonesia, Tahun 2009 -2018 ............................... 12
Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Daging Ayam Ras Pedaging di Jawa,
Luar Jawa dan Indonesia, Tahun 2009 -2018 ......................... 15
Gambar 3.3. Sentra Populasi Ayam Ras Pedaging di Indonesia,
Tahun 2014 – 2018 ........................................................ 16
Gambar 3.4. Sentra Produksi Daging Ayam Ras Pedaging di Indonesia,
Tahun 2014 – 2018 ........................................................ 17
Gambar 3.5. Perkembangan Konsumsi Daging Ayam Ras di Indonesia,
Tahun 2008-2017 .......................................................... 18
Gambar 3.6. Perkembangan Harga Daging Ayam Ras Tingkat Konsumen di
Indonesia, Tahun 2008-2017 ............................................ 19
Gambar 3.7. Perkembangan Volume Ekspor dan Volume Impor Daging
Ayam Ras di Indonesia, Tahun 2013 – 2017 ........................... 21
Gambar 3.8. Perkembangan Nilai Ekspor dan Nilai Impor Daging Ayam Ras
di Indonesia, Tahun 2013 – 2017........................................ 21
Gambar 4.1. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Daging Ayam Dunia,
Tahun 2012 – 2016.......................................................22
Gambar 4.2. Kontribusi Produksi Daging Ayam Dunia di Seouluh Negara
Sentra, Tahun 2012 – 2016 .............................................. 24
Gambar 4.3. Negara Sentra Produksi dan Konsumsi Daging Ayam Dunia......... 26
Gambar 4.4. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Daging Ayam Dunia
2012- 2016 ................................................................. 28
Gambar 4.5. Sepuluh Negara Eksportir Daging Ayam Terbesar Dunia 2012-
2016 ......................................................................... 30
Gambar 4.6. Sepuluh Negara Importir Daging Ayam Terbesar Dunia 2012-
2016 ......................................................................... 31
Gambar 5.1. Plot Nilai Sisaan Terhadap Nilai Dugaan Model Populasi Ayam
Ras Pedaging ...............................................................35
Gambar 5.2. Plot Nilai Sisaan Terhadap Nilai Dugaan Model Konsumsi
Daging Ayam Ras Pedaging ..............................................40
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Perkembangan Populasi Ayam Ras Pedaging di Jawa, Luar
Jawa dan Indonesia, Tahun 1984 – 2018. ........................... 47
Lampiran 2. Perkembangan Produksi Ayam Ras Pedaging di Jawa, Luar
Jawa dan Indonesia, Tahun 1984 – 2017 ............................ 48
Lampiran 3. Sentra Populasi Ayam Ras Pedaging di Indonesia, Tahun
2014 – 2018 .............................................................. 49
Lampiran 4. Sentra Produksi Daging Ayam Ras Pedaging di Indonesia,
Tahun 2014 – 2018 ...................................................... 49
Lampiran 9. Perkembangan Konsumsi Daging Ayam Ras di Indonesia,
Tahun 1981-2017 ....................................................... 50
Lampiran 10. Perkembangan Harga Konsumen Daging Ayam Ras di
Indonesia, Tahun 1983 - 2018 ........................................ 51
Lampiran 11. Neraca Ekspor Impor Daging Ayam di Indonesia, Tahun
1996-2017 ................................................................ 52
Lampiran 12. Negara Tujuan Ekspor Ayam Ras Indonesia Tahun 2016 .......... 60
Lampiran 13. Negara Asal Impor Ayam Ras Indonesia Tahun 2016 .............. 60
RINGKASAN EKSEKUTIF
Salah satu sumber hewani dengan harga yang relatif terjangkau dan
mudah diperoleh adalah daging ayam ras pedaging atau yang sering disebut
sebagai daging ayam broiler. Untuk mencermati perkembangan populasi,
produksi, konsumsi, harga, dan ekspor impor ayam ras pedaging dibahas
perkembangannya selama sepuluh tahun terakhir. Disamping itu untuk
melihat ke depan perlu dilakukan pemodelan untuk populasi, produksi,
konsumsi, dan neraca daging ayam selama tahun 2018 – 2022.
Pemodelan regresi berganda untuk meramalkan populasi lima tahun ke
depan, telah menghasilkan model tentatif terbaik dengan nilai R2 sebesar
97,7% dan R2 Adjusted 97,4%. Model populasi cukup layak digunakan karena
berdasrkan uji kelayakan model telah terpenuhi seperti uji
multikolinieritas, uji keheteroskedatisitas, dan uji autokorelasi. Begitu juga
model konsumsi menghasilkan model yang layak dengan nilai R2 sebesar
90,8% dan R2 adjusted 89,8%. Produksi daging diperoleh dari estimasi
populasi dikalikan angka deplesi (6%) dikalikan rata-rata berat hidup ayam
ras pedaging dikalikan faktor konversi karkas.
Hasil estimasi populasi ayam ras pedaging dengan model terbaik yang
dibangun, menunjukkan bahwa populasi ayam yam ras pedaging tahun 2018
– 2022 diestimasi mengalami pertumbuhan 6,75%/tahun. Tahun 2018
populasi ayam ras pedaging mencapai 3,16 Milyar ekor, maka pada tahun
2019 dan 2020 diperkirakan mencapai 3,41 Milyar ekor dan 3,70 Milyar ekor.
Dari populasi tersebut pada tahun 2019 produksi daging ayam ras
diperkirakan mencapai 3,73 juta ton, dan tahun 2020 mencapai 4,04 juta
ton.
Berdasarkan hasil proyeksi produksi dan konsumsi daging ayam ras di
Indonesia tahun 2018-2022 terjadi surplus. Pada tahun 2018 produksi daging
ayam ras diperkirakan surplus sebesar 208 ribu ton. Pada tahun 2019 dengan
produksi daging mencapai 3,73 juta ton, sementara konsumsi nasional
mencapai 3,19 juta ton, setelah dikurangi tercecer 5%, masih ada surplus
sebesar 351 ribu ton. Pada tahun 2020 produksi daging ayam diestimasi
sebesar 4,04 juta ton, dikurangi konsumsi nasional 3,33 juta ton, tercecer
202 ribu ton, maka masih ada surplus 507 ribu ton. Estimasi konsumsi daging
ayam ras pedaging tahun 2018 sebesar 11,51 kg/kapita/tahun, tahun 2019
konsumsi diestimasi sebesar 11,90 kg/kapita/tahun, dan 2020 diperkirakan
mencapai 12,29 kg/kapita/tahun.
BAB I. PENDAHULUAN
Salah satu sumber pangan hewani dengan harga yang relatif terjangkau dan
mudah diperoleh adalah daging ayam ras pedaging atau yang sering disebut
sebagai daging ayam broiler. Selain harganya yang relatif lebih terjangkau,
daging ayam broiler mudah diolah menjadi berbagai macam masakan sehingga
banyak digunakan dalam rumah tangga maupun rumah makan karena dagingnya
yang empuk dan tebal (Setiawan et al. 2006).
Ayam Ras merupakan ayam hasil budidaya teknologi. Ayam ini mengalami
pertumbuhan yang cepat, dagingnya lebih banyak, pakan irit dan usia panen ayam
lebih cepat yaitu antara 21 hari hingga 35 hari.
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan h
asil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi,
terutama dalam memproduksi daging ayam. Pada dasarnya, ayam ini dibagi
menjadi 2 bagian yaitu ayam ras pedaging dan ayam ras petelur.
Kebutuhan daging ayam ras di tahun 2018 diperkirakan mencapai 11,5
kg/kapita/tahun. Pada musim hajatan atau hari besar keagamaan, kebutuhan
daging ayam biasanya meningkat sekitar 10% - 20% dari kebutuhan normal.
Apabila pasokan daging ayam kurang atau lebih rendah dari konsumsi maka akan
terjadi kenaikan harga. Sebaliknya apabila pasokan daging ayam melebihi
kebutuhan maka harga akan turun.
Realisasi produksi ayam umur sehari/Day Old Chicken Final Stock (DOC FS)
broiler bulan Januari hingga Juni 2018, dan potensi produksi Juli hingga Desember
2018 (dari stok GPS broiler yang masuk ke Indonesia tahun 2016, 2017 dan 2018)
adalah sebanyak 3.156.732.462 ekor dengan rataan per bulan sebanyak
263.061.042 ekor. Sementara itu, potensi produksi karkas tahun 2018
berdasarkan realisasi produksi DOC periode Januari hingga Juni 2018, dan potensi
Juli hingga Desember 2018 sebanyak 3.382.311 ton dengan rataan perbulan
sebanyak 27.586 ton. Sementara itu, proyeksi kebutuhan karkas tahun 2018
sebanyak 3.051.276 ton, dengan rataan kebutuhan per bulan sebanyak 254.273
ton (Detikfinance, 31 Agustus 2018).
Untuk mengetahui sejauh mana prospek komoditi daging ayam ras dalam
mendukung sektor pertanian di Indonesia, berikut ini akan disajikan
perkembangan komoditi daging ayam ras serta proyeksi produksi dan konsumsi
daging ayam ras untuk beberapa tahun ke depan.
1.2. TUJUAN
Melakukan Penyusunan Buku Outlook Komoditi Daging Ayam Ras yang berisi
keragaan data series nasional dan dunia yang dilengkapi dengan hasil proyeksi
produksi dan konsumsi nasional.
Outlook Komoditi Daging Ayam Ras tahun 2018 disusun berdasarkan data
sekunder dari instansi terkait lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar
Kementerian Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS), FAO (Food
Agricultural Organization) dan United States Departement of Agriculture
(USDA). Jenis variabel, periode dan sumber data disajikan pada Tabel 2.1.
b) R2
R squared merupakan angka yang berkisar antara 0 sampai 1 yang
mengindikasikan besarnya kombinasi variabel independen secara bersama –
sama mempengaruhi nilai variabel dependen. Semakin mendekati angka
satu, model yang dikeluarkan oleh regresi tersebut akan semakin baik.
Secara manual, R2 merupakan rumus pembagian antara Sum Squared
Regression dengan Sum Squared Total.
c). R2 Adjusted
Guna melengkapi kelemahan R2 tersebut, kita bisa menggunakan R2
adjusted. Pada R2 adjusted ini sudah mempertimbangkan jumlah sampel
data dan jumlah variabel yang digunakan.
Keterangan:
n : jumlah observasi
k : jumlah variabel
d). R2 PREDICTED
VIF (variance inflation factor) merupakan salah satu statistik yang dapat
digunakan untuk mendeteksi gejala multikolinear (multicollinearity,
collinearity) pada analisis regresi yang sedang kita susun. VIF tidak lain
adalah mengukur keeratan hubungan antar variabel bebas, atau X. Cara
menghitung VIF ini tidak lain adalah fungsi dari R2 model antar X.
Andaikan kita memiliki tiga buah variabel bebas: X1, X2, dan X3 dan ketiganya
mau diregresikan dengan sebuah variabel tak bebas Y. Nilai VIF kita hitung
untuk masing-masing X.
Semakin besar R2, maka VIF semakin tinggi (semakin kuat adanya
collinearity). Misal R2 = 0.8 akan menghasilkan VIF = 5.
Tidak ada batasan baku berapa nilai VIF dikatakan tinggi, nilai VIF di atas 5 sudah
membuat kita harus hati-hati.
Peningkatan populasi ayam ras pedaging dari tahun ke tahun pada kurun
waktu 2019 sampai dengan 2018, mengalami peningkatan dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 7,44% per tahun (Tabel 3.1. dan Lampiran 1). Keadaan yang
mempengaruhi fluktuatif populasi ayam ras pedaging, diperkirakan salah satu
penyebabnya imbas penerapan Undang-Undang (UU) Nomor 41 Tahun 2014
tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, hal ini mengakibatkan terdesaknya
peternakan rakyat karena industri besar membuka usaha budidaya dan
memasarkan produk dan menguasai mata rantai budidaya, mulai bibit, obat,
pemotongan, hingga produk akhir. Budidaya yang dilakukan industri besar
membuat biaya produksi ayam lebih rendah karena sistem produksi terintegrasi
dari hulu hingga hilir, akibatnya harga jual ayam pun turun dan kondisi itu
membuat peternak rakyat kurang bergairah.
Pada periode 2009 hingga 2018 kontribusi populasi ayam ras pedaging di
Indonesia berasal dari Pulau Jawa sebesar 69,73% (rata-rata populasi per tahun
985 juta ekor) sedangkan dari Luar Jawa hanya separuhnya 30,27% (rata-rata
populasi per tahun 427 juta ekor). Pertumbuhan populasi ayam ras di Jawa yang
relatif tinggi pada 10 tahun terakhir terjadi pada tahun 2011 peningkatan sebesar
28,75% atau sebanyak 191 juta ekor dibanding tahun sebelumnya, dan pada tahun
2017 peningkatan sebesar 16,63% atau meningkat 171 juta ekor. Pada periode
yang sama di Luar Pulau Jawa pertumbuhan tertinggi di tahun 2014 sebesar
20,94% atau meningkat 76,54 juta ekor. Secara rinci dapat dilihat pada Lampiran
1 dan Tabel 3.1.
Pada tahun 2018 angka sementara Ditjen PKH populasi ayam ras pedaging
di Pulau Jawa akan sebanyak 1,27 milyar ekor, meningkat 1,63% dari tahun
sebelumnya atau naik sebesar 20,79 juta ekor. Populasi di Pulau Jawa tahun 2018
mempunyai peranan sebesar 68,32% terhadap populasi nasional, sementara
dalam kurun waktu 10 tahun pangsa populasi ayam ras sebesar 69,73%.
Perkembangan populasi ayam ras pedaging di Luar Jawa selama periode
2009 - 2018 meningkat rata-rata 9,51% (Lampiran 1). Pertumbuhan populasi di
Luar Jawa (9,51%) lebih tinggi dari pada di Jawa (7,44%). Diperkirakan populasi
di Luar Pulau Jawa tahun 2018 akan menjadi 599,06 juta ekor atau berkontribusi
sebesar 31,67% terhadap populasi nasional. Sementara dalam kurun waktu 10
tahun rata-rata pertumbuhan populasi ayam ras pedaging nasional sebesar
7,86%.
Tabel 3.1. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Populasi dan Produksi Ayam
Ras Pedaging di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia, Tahun 1984–2018
dari tahun sebelumnya. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar 3.2 dan Lampiran
2.
Produksi daging ayam broiler kontribusi terbesar berasal dari Pulau Jawa.
Periode tahun 2009 hingga 2018 rata-rata kontribusi produksi ayam ras pedaging
untuk Pulau Jawa sebesar 71,90% atau rata-rata produksi mencapai 1,14 juta ton.
Sebaliknya untuk Luar Jawa pada periode yang sama rata-rata kontribusi sebesar
28,10% atau rata-rata produksi sebesar 444,7 ribu ton.
Berbeda dengan angka laporan dari daerah yang dilakukan verifikasi dan
validasi, menurut hasil audit potensi produksi karkas pada 2018 berdasarkan
realisasi produksi DOC periode Januari hingga Juni 2018 serta potensi Juli hingga
Desember 2018 sebanyak 3,38 juta ton, dengan rata-rata per bulan sebanyak
27,58 ribu ton. Sementara itu, proyeksi kebutuhan karkas pada 2018 sebanyak
3.051.276 ton, dengan rata-rata kebutuhan per bulan sebanyak 254.273 ton.
Audit tim independen data produksi tersebut diperkuat dengan hasil audit
terhadap GPS ayam ras broiler oleh Tim Audit Populasi Ayam Ras yang
dilaksanakan pada 18 Mei - 20 Juli 2018. Hasil verifikasi terhadap SAR (Self
Assesment Report) ke lokasi telah diperoleh data populasi di 14 perusahaan
pembibitan disimpulkan bahwa GPS D– Line sebanyak 799.158. Hasil audit ini
dilaksanakan oleh tim independen yang beranggotakan dari akademisi dan
praktisi. Audit dilaksanakan pada seluruh perusahaan pembibitan GPS ayam ras
broiler. (Kompas, 2 September 2018).
Sementara rata-rata kontribusi produksi daging ayam ras pedaging di Luar Jawa
sebesar 29,83% terhadap produksi nasional. (Tabel 3.1 dan Lampiran 2).
Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2015 sebesar 31,16%, diperkirakan
dampak dari penurunan produksi di Jawa, karena beberapa provinsi mengimpor
daging ayam dari Jawa.
Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Daging Ayam Ras Pedaging di Jawa, Luar
Jawa dan Indonesia, Tahun 2009–2018
Provinsi Lainnya
Sumatera Utara 19,50% Jawa Barat
3,24% 39,41%
Kalimantan Timur
3,63%
Kalimantan
Selatan
4,58%
Banten
7,65%
Sentra produksi daging ayam ras pedaging lima tahun terakhir (2014 –
2018), berdasarkan rata-rata produksinya, terdapat di 6 (enam) provinsi dengan
total kontribusi sebesar 72,72% atau 1,35 juta ton dari produksi nasional 1,85 juta
ton. Dominasi Pulau Jawa sangat terasa setelah melihat rataan produksi daging,
karena 5 (lima) provinsi produsen terbesar berada di Pulau Jawa dengan total
kontribusi sebesar 69,12%. Urutan kelima provinsi berdasarkan kontribusinya
adalah Jawa Barat (35,83%), Jawa Timur (12,62%), Jawa Tengah (9,53%), DKI
Jakarta (3.99%), dan Banten (7,15%). Hal ini membuktikan bahwa Pulau Jawa
merupakan sentra konsumsi daging ayam ras pedaging dibandingkan Luar Jawa.
Provinsi Jawa Barat memiliki kontribusi terbesar dalam produksi daging ayam ras
pedaging, karena Jawa Barat memproduksi selain untuk kebutuhannya sendiri
juga sebagai penyangga ketersediaan daging ayam ras ibu kota DKI Jakarta. Data
16 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018
ini menunjukkan pula bahwa DKI Jakarta merupakan wilayah sentra konsumsi
yang menerima pasokan komoditas ayam ras pedaging dari wilayah penyangga
Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) serta Banten karena terkait
dengan Peraturan Daerah (PERDA) No. 4 Tahun 2007, tentang Pengendalian,
Pemeliharaan dan Peredaran Unggas, sehingga Pemerintah Provinsi DKI melarang
budidaya unggas pangan. Provinsi sentra lainnya adalah Provinsi Kalimantan
Selatan, kontribusi sebesar 3,61%. (Gambar 3.4 dan Lampiran 7).
Provinsi Lainnya
27,28%
Kalimantan
Selatan
3,61%
DKI Jakarta
3,99%
Banten
7,15%
Jawa Barat
35,83%
Jawa Tengah
9,53% Jawa Timur
12,62%
prognosa dari BKP (badan Ketahanan Pangan) konsumsi daging ayam ras pedaging
akan naik menjadi 5,68 kg/kapita/tahun atau naik 11,23%. Angka konsumsi
tersebut hanya konsumsi di dalam rumah tangga, jika ditambah konsumsi luar
rumah tangga seperti rumah makan, warung, restoran, dan hotel maka konsumsi
per kapita akan menjadi lebih besar lagi. Konsumsi total daging ayam ras
pedaging tahun 2018 diperkirakan menjadi 11,51 kg/kapita/tahun.
(Kg/Kap/Thn)
6,00
5,00
4,00
3,00
2,00
1,00
0,00
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Konsumsi Daging Ayam Ras Pedaging
Gambar 3.5. Perkembangan Konsumsi Daging Ayam Ras di Indonesia,
Tahun 2008 – 2017.
Perkembangan harga daging ayam ras di tingkat eceran sejak tahun 2009
hingga tahun 2018 cenderung terus meningkat, dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 5,18% per tahun atau harga rata-rata Rp 28.133,-. Periode 2009-2018
peningkatan harga yang cukup signifikan diatas 10% pada tahun 2013 yaitu
sebesar 11,15% dan 2018 meningkat sebesar 11,28%. Berdasarkan data tahun 2017
harga rata-rata daging ayam ras sebesar Rp. 30.741 per kg, turun 2,69% dari tahun
2016 Rp. 31.592,- per kg ( Gambar 3.10 dan Lampiran 10). Hingga saat ini, pola
pemasaran yang diterapkan, hampir sebagian besar masih mengandalkan pasar
tradisional. Pola pemasaran ini melibatkan banyak titik mata rantai distribusi
(Rp/Kg)
40.000
35.000
30.000
25.000
20.000
15.000
10.000
5.000
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Harga Eceran
Data ekspor dan impor berdasarkan ketersediaan data dari Badan Pusat
Statistik yang diperoleh melalui sistem pencatatan statistik yang berasal dari
kepabeanan ekspor dan impor bea cukai serta sumber instansi lain seperti PT Pos
dan survei ekspor perbatasan laut. Data ekspor dan impor daging ayam beserta
nilainya selama periode 2009-2018 menunjukkan volume impor dan ekspor relatif
rendah, sehingga neraca perdagangan daging ayam khususnya selama periode
tersebut tidak ada perbedaan yang signifikan (Gambar 3.11 dan 3.12). Data
volume ekspor 2019-2018 adalah data daging ayam Gallus domesticus.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19
2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS
Tabel 3.2. Daftar Kode HS untuk Ekspor dan Impor Daging Ayam
Daging Ayam Gallus Domesticus
Kode HS Deskripsi
'0207110000 Tidak dipotong menjadi bagian-bagian,
segar atau dingin
Volume ekspor dan impor daging ayam relatif kecil, dibandingkan dengan
angka produksi daging ayam ras nasional. Pada tahun 2017 menunjukkan ada
ekspor daging ayam sebesar 110 kg dengan nilai 4.272 US$. Sementara di Tahun
2016 tidak ada ekspor daging ayam. Selama periode tahun 2008 – 2017 ekspor
daging ayam hanya dilakukan di tahun 2012, 2014, dan 2017. (Tabel 3.3 dan
Tabel 3.4).
Demikian juga untuk impor daging ayam, selama 2008 – 2017 impor daging
hanya dilakukan 5 kali, yaitu tahun 2008, 2009, 2012, 2013, dan 2017. Volume
impor daging ayam pada tahun 2012 sebesar 544 kg, tahun 2013 sebesar 11 ton,
dan tahun 2017 sebesar 28 kg. Nilai impor daging ayam ini tahun 2012 sebesar
524 US$, tahun 2013 dengan nilai 33,41 ribu US$, dan pada tahun 2017 menyerap
devisa sebesar 338 US$. Jika dibandingkan dengan produksi daging ayam yang
mencapai 2-3 juta, volume impor ini relatif kecil.
Perkembangan volume dan nilai ekspor impor daging ayam (unggas) di
Indonesia pada periode 2013 sampai dengan 2017 untuk volume dan nilai
impornya disajikan pada Gambar 3.11 dan Gambar 3.12 serta Lampiran 11.
40.000
35.000
30.000
25.000
(US $)
20.000
15.000
10.000
5.000
0
2013 2014 2015 2016 2017
Nilai Ekspor 0 75 0 0 4.272
Nilai Impor 33.411 0 0 0 338
Gambar 3.8. Perkembangan Nilai Ekspor dan Nilai Impor Daging Ayam
Ras di Indonesia, Tahun 2013 – 2017
(000 ton)
Produksi (000 Ton) Kontribusi Kumulatif
No. Negara Rata-rata
2012 2013 2014 2015 2016 (%) (%)
Produksi
1 Amerika Serikat 16.621 16.976 17.306 17.971 18.443 17.463 20,16 20,16
2 China 13.700 13.350 13.000 13.400 12.700 13.230 15,27 35,43
3 Brazil 12.645 12.308 12.692 13.146 13.565 12.871 14,86 50,28
4 India 3.160 3.450 3.725 3.900 4.200 3.687 4,26 54,54
5 Russia 2.830 3.010 3.260 3.550 3.700 3.270 3,77 58,31
6 Mexico 2.958 2.907 3.025 3.196 3.300 3.077 3,55 61,87
7 Argentina 2.014 2.060 2.050 2.080 2.200 2.081 2,40 64,27
8 Turki 1.723 1.758 1.894 1.900 2.050 1.865 2,15 66,42
9 Thailand 1.550 1.500 1.570 1.690 1.720 1.606 1,85 68,27
10 Indonesia 1.540 1.550 1.565 1.625 1.640 1.584 1,83 70,10
Negara Lain 24.793 25.719 26.613 26.254 26.137 25.903 29,90 100,00
Dunia 83.534 84.588 86.700 88.712 89.655 86.638 100,00
Sumber : USDA
Beberapa negara produsen terbesar daging ayam dunia seperti Amerika
Serikat, China, Brazil India, Rusia dan Indonesia memproduksi daging ayam cukup
besar karena seiring dengan besarnya jumlah penduduk di masing-masing negara
tersebut, seperti kita ketahui negara-negara tersebut masuk kategori sepuluh
negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Jadi produksi yang besar
sebagai upaya memenuhi kebutuhan daging ayam dalam negeri untuk mengurangi
ketergantungan terhadap produk daging ayam impor.
Keragaan negara sentra konsumsi daging ayam dunia selama lima tahun
terakhir (2012–2016), menunjukkan bahwa Amerika Serikat merupakan konsumen
daging ayam terbesar di dunia dengan rata – rata konsumsi sebesar 14,66 juta ton
per tahun. Negara konsumen terbesar kedua dan ketiga adalah China dan Brazil,
masing – masing dengan rata-rata konsumsi lima tahun terakhir sebesar 12,97 juta
ton per tahun dan 9,22 juta ton per tahun (Tabel 4.3). Pada periode yang sama
Indonesia sebagai negara sentra konsumsi kesepuluh, dengan rata-rata konsumsi
sebesar 1,60 juta ton per tahun.
Sumber : USDA
Keragaan neraca produksi dan konsumsi daging ayam dunia pada tahun
2016, menunjukkan mayoritas negara sentra produksi mengalami surplus ( enam
negara ), dua negara mengalami defisit (kekurangan pasokan), sedangkan
Indonesia balance antara produksi dan konsumsinya. Surplus terbesar terjadi di
Brazil sebesar 4,09 juta ton, dengan produksi sebesar 13,56 juta ton dan
konsumsi 9,48 juta ton. Amerika Serikat mencapai surplus sebesar 2,92 juta ton,
berada diurutan kedua dengan produksi sebesar 18,44 juta ton dan konsumsi
15,52 juta ton. Urutan berikutnya Thailand dengan capaian surplus sebesar 620
ribu ton. Surplus atau kelebihan produksi di negara sentra tersebut sebagian ada
yang digunakan sebagai komoditas ekspor. Salah satu negara sentra produksi
daging ayam yaitu Indonesia merupakan negara dengan produksi daging ayam
sebesar 1,64 juta ton dan seluruhnya dikonsumsi sebesar 1,64 juta ton untuk
konsumsi domestik. Mexico dan Russia, merupakan negara sentra produksi yang
mengalami defisit dengan besaran masing-masing 795 ribu ton dan 75 ribu ton
(Tabel 4.4 dan Gambar 4.3).
Tabel 4.4. Neraca Produksi dan Konsumsi Daging Ayam di Sepuluh Negara
Terbesar Dunia, Tahun 2016
Produksi Konsumsi Surplus/Defisit
No. Negara
(000 Ton) (000 Ton) (000 Ton)
1 Amerika Serikat 18.443 15.518 2.925
2 China 12.700 12.685 15
3 Brazil 13.565 9.477 4.088
4 India 4.200 4.193 7
5 Russia 3.700 3.775 -75
6 Mexico 3.300 4.095 -795
7 Argentina 2.200 1.976 224
8 Turki 2.050 1.710 340
9 Thailand 1.720 1.100 620
10 Indonesia 1.640 1.640 0
Sumber: USDA
Gambar 4.3. Negara Sentra Produksi dan Konsumsi Daging Ayam Dunia,
Tahun 2016.
Keragaan data volume ekspor daging ayam dunia pada tahun 2016 sumber
USDA, capaian sebesar 10,75 juta ton (Tabel 4.6). Pangsa ekspor daging ayam
dunia seperti tahun- tahun sebelumnya masih dikuasai oleh dua negara, yaitu
Brazil dan Amerika Serikat dengan capaian ekspor masing-masing sebesar 4,09
juta ton dan 3,06 juta ton. Kontribusi keduanya terhadap total ekspor dunia
mencapai 66,45% atau 7,15 juta ton dari total ekspor dunia. Brazil menjadi
negara pengekspor daging ayam terbesar di dunia yang memberikan kontribusi
38,03% terhadap pangsa ekspor dunia, meskipun dari sisi produksi berada
diurutan ketiga terbesar setelah Amerika Serikat dan China. Neraca daging ayam
Brazil surplus 4,09 juta ton sehingga devisa negara tersebut salah satynya berasal
dari ekspor ayam ke manca negara. Tahun yang sama Amerika Serikat sebagai
negara eksportir terbesar kedua, dengan volume ekspor sebesar 3,06 juta ton
(kontribusi 28,42% terhadap volume ekspor dunia), dengan volume produksi
mencapai 18,44 juta ton. Selain kedua negara tersebut, negara pengekspor lain
28 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018
volume ekspornya di bawah satu juta ton dengan besaran kontribusi di bawah
10%. Negara - negara tersebut beserta volume ekspornya meliputi Thailand (630
ribu ton), China (375 ribu ton), Turki (340 ribu ton), Argentina (225 ribu ton),
Canada (150 ribu ton), Ukraine (165 ribu ton),Chile Belarus (105ribu ton), dan
Bellarus (100 ribu ton). Total kontribusi 10 negara pengekspor mencapai 85,63%
dan sisanya 14,37% merupakan kontribusi dari negara lainnya (Tabel 4.6 dan
Gambar 4.5).
domestik penduduknya, pada bulan tertentu juga untuk memenuhi suplai daging
pada pelaksanaan ibadah haji karena jumlah penduduknya juga relatif sedikit
(sekitar 2,5 juta orang).
Tabel 4.7. Sepuluh Negara Importir Daging Ayam di Dunia, Tahun 2016
Gambar 4.6. Sepuluh Negara Importir Daging Ayam Terbesar di Dunia, Tahun
2016
Model populasi ayam ras juga dilakukan model validasi untuk menghasilkan
model tentatif terbaik. Ada 5 model tentatif yang hendak dipilih, dengan
mempertimbangkan besaran R2 Adjusted, R2 predictioan, nilai PRESS, nilai VIF
untuk melihat gejala multikolonieritas, keheteroskedastisitas, dan gejela
autokorelasi. Model pertama sampai ketiga dengan variabel bebas seperti pada
Tabel 5.1. menunjukkan model yang cukup baik, dengan berbagai indicator
kelayakan model seperti besaran R2 Adjusted cukup tinggi diatas 90%, R2
predictioan juga cukup baik dengan nilai di atas 90%, dan tidak ada gejala
multikolonieritas, tidak ada gejala keheteroskedastisitas, namun masih ada yang
kurang baik seperti tanda koefisien regeresi untuk variable bebas harga jagung
dan curah hujan bertanda positif, dan konsumsi bertanda negatif. Model kelima
sudah bebas multikolinieritas, pola sisaan dan dugaan baik yaitu bersifat acak di
sekitar nilai 0, dan tidak ada gejela autokorelasi, namun harga jagung bertnada
positif yang seharusnya negative, sehingga model kelima tidak dipilih. Model ke-
4 memiliki nilai t hitung untuk koefisien regreesi yang signifikan pada taraf 5%
hampir semua variable kecuali harga jagung, tidak ada gejela multikolonieritas,
pola sisaan terhadap dugaan acak di sekitar nilai 0, sehingga untuk peramalan
populasi ayam ras pedaging model yang paling layak digunakan oleh model ke-4.
Tabel 5.1. Pemilihan Model Tentatif untuk Proyeksi Populasi Ayam Ras Pedaging
Heteroskedastisitas
: Plot Dugaan Vs
No Model R-Sq (Adj) R-Sq (Pred) PRESS Multikolineraitas Residual Autokorelasi Kesimpulan
Baik, tetapi ada
LnPop = - 2,12 + 0,905 Nilai VIF Durbin- 2 koefisien
LnPopt-1 + 0,424 LnHRras + berkisar < 10 : Pola Acak di Watson tidak nyata,
1 94,60% 92,97% 1,0108 curah hujan dan
0,120 LnHMaize + 0,076 Tidak ada Gejala sekitar Nilai Nol statistic
LnChujan Multikolinearitas = 1.97465 harga jagung
bertanda positif
Baik, tetapi ada
LnPop = - 2,47 + 0,911 Nilai VIF Durbin-
2 koefisien
LnPopt-1 + 0,475 LnHRras + berkisar < 10 : Pola Acak di Watson
2 0,113 LnHMaize +
94,70% 93,13% 0,9888 Tidak ada Gejala sekitar Nilai Nol statistic
tidak nyata,
curah hujan
0,096LnCHt-1 Multikolinearitas = 1.81973 bertanda positif
Nilai VIF Durbin- Baik, tetapi
Populasi = - 324 + 1,00
berkisar 1 -9 : Pola Acak di Watson konsumsi
3 Lagpop1 + 5,87 HR Ras + 95,70% 94,98% 321417 Tidak ada Gejala sekitar Nilai Nol statistic bertanda
0,631 HMaize - 0,6 Consumsi
Multikolinearitas = 1.74050 negatif
Populasi = - 391 + 1.03 Nilai VIF Durbin- Baik dan Hampir
Lagpop1 + 3.91 HRRASt-1 + berkisar < 10 : Pola Acak di Watson semua koefisien
4 4.38 HR Buras - 0.290
97,40% 96,34% 234512 Tidak ada Gejala sekitar Nilai Nol statistic Nyata pada
Hmaizet-1 Multikolinearitas = 1,8249 Aplha = 5%
Hasil model regresi populasi ayam ras pedaging menggunakan Regresi Linier
Berganda dan diperoleh model sebagai berikut:
Populasi = -391 + 1,03 Lagpop1 + 3,91 HRRast-1 + 4,38 HRBuras - 0,290 HMaizet-1
dimana: Populasi = Populasi ayam ras pedaging tahun (t)
Lagpop1 = Populasi ayam ras pedaging tahun (t-1)
HRRast-1 = Harga riil daging ayam ras tahun (t-1)
HRBuras = Harga riil daging ayam buras tahun (t)
HMaizet-1 = Harga Jagung dunia tahun (t-1)
dijelaskan oleh variabel - variabel bebasnya sebesar 97,4%. Dari hasil Uji Anova
ini, disimpulkan bahwa model ini masih cukup layak untuk memprediksi populasi
ayam ras pedaging pada tahun-tahun mendatang. Nilai R2 predicted sebesar
96,34% artinya kemampuan model ini cukup baik dalam melakukan prediksi
beberapa tahun kedepan.
Gambar 5.1 adalah plot nilai dugaan terhadap sisaan untuk menguji
heteroskedastisitas. Apabila plot menyebar merata di atas dan di bawah sumbu
0 tanpa membentuk sebuah pola tertentu, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. Dari Gambar 5.1 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
gejala heteroskedastisitas.
Koefisien variabel bebas populasi ayam ras tahun sebelumnya (Lagpop1)
bertanda positif artinya jika populasi ayam ras pedaging tahun sebelumnya
meningkat, maka pada tahun berikutnya juga meningkat, atau ada
kecenderungan terjadi peningkatan populasi ayam ras dari tahun ke tahun. Hasil
uji t untuk koefisien populasi ayam ras pedaging tahun sebelumnya, memiliki p
< 0,05 artinya cukup signifikan, dan nilainya tidak sama dengan nol. Koefisien
variabel bebas berikutnya adalah harga riil daging ayam ras tahun sebelumnya
(HRRast-1) bertanda positif artinya jika harga riil daging ayam ras meningkat
maka peternak akan semakin tertarik meningkatkan populasi ayam sehingga
populasi ayam ras akan semakin meningkat. Hasil Uji t, koefisien harga riil ayam
ras signifikan pada taraf nyata 5%. Koefisien variabel bebas harga riil ayam buras
(HRBuras) bertanda positif artinya jika harga daging ayam buras meningkat
maka akan ikut mendongkrak harga daging ayam ras pedaging, sehingga
kedepan akan meningkatkan populasinya. Hasil Uji t, koefisien harga riil ayam
buras signifikan pada taraf nyata 5%. Koefisien harga jagung dunia (HMaizet-1)
menunjukkan nilai negatif artinya semakin tinggi harga jagung dunia, maka
harga bahan baku pakan ternak akan semakin meningkat, karena bahan baku
pakan ternak didominasi oleh jagung. Hasil uji Anova dan uji t terlihat pada
Tabel 5.1.
Tabel 5.2 . Hasil Analisis Fungsi Respon Populasi Ayam Ras Pedaging Indonesia
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 4 6258593 1564648 304.08 0.000
Residual Error 28 144076 5146
Total 32 6402669
Source DF Seq SS
Lagpop1 1 6099979
HRRASt-1 1 26698
HR Buras 1 127979
Hmaizet-1 1 3938
Gambar 5.1. Plot nilai sisaan terhadap nilai dugaan model populasi ayam ras
pedaging.
Tabel 5.3. Hasil Proyeksi Produksi Daging Ayam Ras Pedaging Indonesia Tahun
2018 – 2022.
2018 *) 1.891.434.612
2019 1.948.902.796 3,04
2020 2.113.274.990 8,43
2021 2.281.694.140 7,97
2022 2.454.274.058 7,56
Rata-rata Pertumbuhan 6,75
Keterangan : *) Angka Sementara Ditjen. PKH
Tahun 2019 - 2022 Angka Proyeksi Pusdatin
Angka populasi ayam ras tersebut di atas, diperoleh dari hasil verifikasi dan
validasi Setditjen PKH dan seluruh petugas pengelola data di provinsi. Angka
populasi ayam ras pedaging, diperkirakan masih lebih rendah dari populasi yang
sebenarnya. Petugas pengelola data di provinsi memperoleh data dari petugas
pengelola data di tingkat kabupaten/kota. Angka populasi ayam diperoleh dari
jumlah ayam yang dipelihara di kandang yang menjadi wilayahnya dikalikan
dengan jumlah siklus dalam setahun. Angka tersebut masih mengandung
kelemahan, karena tidak semua kandang dapat diamati dan diakses, sehingga
populasi ayam masih dianggap under estimate.
Untuk meningkatkan akurasi populasi ayam ras pedaging, Direktorat
Perbibitan dan Produksi – Ditjen PKH, telah melakukan audit populasi ayam ras
pedaging ini. Metode estimasinya berdasarkan jumlah GPS (Grand Parent Stock)
yang diimpor oleh perusahaan besar. Setiap ekor GPS akan menghasilkan 40 ekor
PS (Parent Stock). Setiap ekor PS akan menghasilkan 140 ekor FS (Final Stock).
Berdasrkan perbandingan tersebut diperkirakan besaran populasi untuk ayam ras
pedaging.
Tabel 5.4. Proyeksi Populasi Riil Ayam Ras Pedaging tahun 2018 - 2022
Populasi Hasil Populasi Menurut
Tahun
Verval (Ekor) Impor GPS (ekor)
Angka Realisasi *)
2014 1.443.349.118 2.552.572.268
2015 1.528.329.183 2.518.904.881
2016 1.632.567.839 3.198.165.956
2017 1.848.731.364 3.166.999.092
Angka Estimasi **)
Model : Pop gps= 1.75*Poplap
Model Populasi Estimasi Populasi
Tahun
(Ekor) Riil (Ekor)
2018 **) 1.891.434.612 3.156.732.462
2019 1.948.902.796 3.410.579.893
2020 2.113.274.990 3.698.231.233
2021 2.281.694.140 3.992.964.745
2022 2.454.274.058 4.294.979.601
Sumber :
*) Ditjen PKH
**) Tahun 2018 Angka Sementara Ditjen PKH
Tahun 2019 - 2022 Angka Estimasi Pusdatin
dengan populasi tahun 2018 diestimasi sebesar 1,89 milyar ekor dan populasi riil
diperkirakan mencapai 3,16 milyar ekor.
Oleh karena perbedaan data tersebut maka hasil proyeksi tahun 2018 – 2022
juga harus dikoreksi. Koreksi dilakukan dengan mencari hubungan antara populasi
hasil verval petugas daerah dengan populasi berdasarkan realisasi impor GPS. Dari
lima titik pengamatan yaitu tahun 2014 sampai 2018, hubungan sederhana antara
populasi ayam ras berdasarkan GPS dan berdasarkan verval adalah :
Populasi GPS = 1,75 * Pop laporan
Tabel 5.5. Proyeksi Produksi Ayam Ras Pedaging Tahun 2018 - 2022
Tabel 5.6. Hasil Analisis Fungsi Respon Konsumsi Rumah Tangga Ayam Ras
Pedaging Indonesia
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 3 58.301 19.434 95.29 0.000
Residual Error 29 5.914 0.204
Total 32 64.215
Source DF Seq SS
KOns t-1 1 55.419
HR Ras 1 1.214
Trend 1 1.668
Gambar 5.2. Plot nilai sisaan terhadap nilai dugaan model konsumsi rumah tangga
daging ayam ras pedaging.
Tabel 5.7. Hasil Proyeksi Konsumsi Daging Ayam Ras Indonesia, 2018-2022
Konsumsi Rumah
Tahun Tangga Pertumbuhan (%)
(Kg/kapita/tahun)
2018 5.306
2019 5.495 3.55
2020 5.677 3.33
2021 5.857 3.16
2022 6.033 3.02
Rata-rata 3.26
lain-lain. Stok dalam bentuk beku dari hasil FGD “”Menata Industri Perunggasan”
tahun 2015, dari ayam potong yang diproduksi hanya 20% berupa ayam beku,
sedangkan sisanya 80%-nya merupakan ayam dalam bentuk basah yang
dipergunakan untuk diperdagangkan di pasar tradisional, bahan baku makanan
olahan.
Tabel 5.8. Hasil Proyeksi Produksi dan Konsumsi Daging Ayam Ras Tahun 2018 –
2022
Tahun
Uraian
2018 2019 2020 2021 2022
Jumlah Penduduk (Ribu Jiwa) 265,015 267,974 271,066 273,984 276,822
Konsumsi Perkapita (Kg/kapita/tahun) 11.51 11.90 12.29 12.69 13.09
Rumah Tangga 5.31 5.49 5.68 5.86 6.03
Non Rumah Tangga (Asumsi Pertumbuhan 3,26%) 6.20 6.41 6.61 6.83 7.05
Kebutuhan Nasional ( Ton) 3,050,326 3,189,047 3,332,045 3,476,110 3,622,677
Penyediaan Produksi (Ton) 3,430,232 3,727,250 4,041,610 4,363,709 4,693,766
Tercecer 5% dari penyediaan (Ton) 171,512 186,363 202,080 218,185 234,688
Neraca (Ton) 208,394 351,840 507,484 669,414 836,401
Populasi ayam ras pedaging (broiler) dalam kurun waktu beberapa tahun
belakangan ini meningkat dengan pesat. Menurut data Statistik Peternakan dan
Kesehatan Hewan Tahun 2017 (angka tetap), populasi ayam ras pedaging di
Indonesia saat ini mencapai 1,85 milyar ekor, meningkat sekitar 13,24% dari
populasi tahun 2016 sebanyak 1,63 milyar ekor, sedangkan tahun 2018
diperkirakan akan mencapai 1,89 milyar ekor meningkat atau 2,31%. Peningkatan
ini seiring dengan perkembangan teknologi terutama di sektor budidaya (on farm)
yang semakin modern, sehingga proses produksi menjadi lebih cepat dan efisien.
Angka populasi yang dihitung berdasarkan realisasi impor GPS (Grand
Parent Stock) pada tahun 2017 diperkirakan mencapai 3,17 Milyar ekor dan tahun
2018 prognosa pupulasi ayam ras mencapai 3,16 Milyar ekor. Berdasarkan
pomodelan populasi ayam ras pedaging, pada tahun 2019 populasi ayam ras
diestimasi sebesar 3,41 Milyar ekor, dan tahun 2020 mencapai 3,69 Milyar ekor.
Berdasarkan angka populasi itu, diperkirakan produksi daging tahun 2019 sebesar
3,72 juta ton, dan tahun 2020 sebesar 4,04 juta ton.
Rata-rata konsumsi per kapita daging ayam ras untuk rumah tangga tahun
2018-2022 sebesar 5,67 kg/kapita/tahun. Proyeksi konsumsi daging ayam ras
rumah tangga tahun 2018 sebesar 5,31 kg/kapita, tahun 2019 sebesar 5,50
kg/kapita dan tahun 2020 mencapai 5,67 kg/kapita. Konsumsi tersebut hanya
merupakan konsumsi rumah tangga, jika ditambah konsumsi di non rumah tangga
maka konsumsi total diperkirakan mencapai 11,51 kg/kapita/tahun.
Keseimbangan produksi dan konsumsi daging ayam ras di Indonesia
mengalami peningkatan surplus pada tahun 2018 hingga tahun 2022. Berdasarkan
hasil analisis pemodelan angka konsumsi dan produksi, diperkirakan pertumbuhan
angka konsumsi sedikit lebih rendah dari pertumbuhan produksi daging ayam.
Pada tahun 2018 diperkirakan akan surplus daging ayam sebesar 208 ribu ton,
tahun 2019 surplus meningkat menjadi 352 ribu ton, dan tahun 2020 suplus
diperkirakan mencapai 507 ribu ton. Dengan demikian surplus daging ayam tetap
bisa dipertahankan dan perlu terus diupayakan program peningkatan produksi
daging ayam pada tahun-tahun mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Hairil Adzulyatno, 2011. Analisis Permintaan dan Prediksi Konsumsi serta Produksi
Daging Broiler di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Buletin
Peternakan Vol. 35(3):202-207, Oktober 2011
Gunaryo, 2012. Imbas Dari Musim Kekeringan Amerika, Kenaikan Harga Pakan Picu
Meroketnya Harga Daging Ayam.
http://www.lensaindonesia.com/2012/07/25/kenaikan-harga-pakan-
picu-meroketnya-harga-daging-ayam.html
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perkembangan Populasi Ayam Ras Pedaging di Jawa, Luar Jawa dan
Indonesia, Tahun 1984 – 2018
Populasi (Juta Ekor)
Tahun Pertumb. Pertumb. Pertumb.
Jawa Luar Jawa Indonesia
(%) (%) (%)
1984 6,36 104,22 110,58
1985 6,73 5,85 136,92 31,38 143,66 29,91
1986 8,85 31,39 164,95 20,47 173,80 20,98
1987 9,90 11,93 208,28 26,27 218,18 25,54
1988 11,72 18,39 215,32 3,38 227,04 4,06
1989 13,80 17,73 249,12 15,70 262,92 15,80
1990 17,51 26,87 309,10 24,08 326,61 24,23
1991 23,71 35,39 384,20 24,30 407,91 24,89
1992 28,82 21,59 430,27 11,99 459,10 12,55
1993 37,09 28,67 491,07 14,13 528,16 15,04
1994 49,49 33,44 573,48 16,78 622,97 17,95
1995 401,60 711,54 287,87 -49,80 689,47 10,68
1996 432,73 7,75 323,23 12,28 755,96 9,64
1997 457,29 5,68 184,08 -43,05 641,37 -15,16
1998 255,66 -44,09 98,35 -46,57 354,00 -44,81
1999 213,91 -16,33 110,44 12,30 324,35 -8,38
2000 369,37 72,68 161,50 46,23 530,87 63,67
2001 444,99 20,47 176,84 9,50 621,83 17,13
2002 608,84 36,82 256,23 44,89 865,07 39,12
2003 564,11 -7,35 283,64 10,70 847,74 -2,00
2004 558,62 -0,97 220,35 -22,31 778,97 -8,11
2005 578,23 3,51 232,96 5,72 811,19 4,14
2006 557,91 -3,52 239,62 2,86 797,53 -1,68
2007 622,31 11,54 269,35 12,41 891,66 11,80
2008 657,23 5,61 244,82 -9,11 902,05 1,17
2009 745,92 13,49 280,46 14,56 1.026,38 13,78
2010 665,72 -10,75 321,15 14,51 986,87 -3,85
2011 857,10 28,75 320,89 -0,08 1.177,99 19,37
2012 903,26 5,39 341,15 6,31 1.244,40 5,64
2013 978,77 8,36 365,42 7,12 1.344,19 8,02
2014 1.001,39 2,31 441,96 20,94 1.443,35 7,38
2015 1.033,30 3,19 495,03 12,01 1.528,33 5,89
2016 1.099,69 6,42 532,88 7,65 1.632,57 6,82
2017 1.271,59 15,63 577,14 8,31 1.848,73 13,24
2018*) 1.292,37 1,63 599,06 3,80 1.891,43 2,31
Rata-rata Pertumbuhan (%/tahun)
1984-2018 32,62 7,93 10,20
1984-2008 43,11 7,27 11,17
2009-2018 7,44 9,51 7,86
Sumber : Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, diolah Pusdatin
Keterangan : *) Angka Sementara
Lampiran 3. Sentra Populasi Ayam Ras Pedaging di Indonesia, Tahun 2014 – 2018
(Ekor)
Jawa Barat 643.321.729 631.154.917 649.829.868 647.770.945 660.766.857 646.568.863 39,41 39,41
Jawa Timur 179.830.682 194.064.874 200.895.528 224.815.584 228.187.819 205.558.897 12,53 51,94
Jawa Tengah 108.195.894 126.102.735 180.484.258 180.634.329 180.935.555 155.270.554 9,46 61,41
Kalimantan Selatan 57.727.521 64.657.853 80.481.569 85.140.189 87.694.390 75.140.304 4,58 73,63
Kalimantan Timur 46.553.307 55.783.230 60.747.455 66.268.201 68.256.247 59.521.688 3,63 77,26
Sumatera Utara 47.179.814 49.798.186 54.398.314 56.352.151 58.153.185 53.176.330 3,24 80,50
Provinsi Lainnya 246.883.341 240.127.305 344.599.582 376.052.756 391.608.365 319.854.270 19,50 100,00
Indonesia 1.443.349.118 1.528.329.183 1.632.801.460 1.848.731.364 1.891.434.612 1.640.515.451 100,00
Sumber : Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, diolah Pusdatin
Keterangan : *) Angka Sementara
(Ton)
Jawa Timur 198.016 203.139 219.833 270.882 277.654 233.905 12,62 48,45
Jawa Tengah 130.357 158.673 187.965 204.432 201.994 176.684 9,53 57,98
Kalimantan Selatan 46.511 60.952 72.553 76.534 77.705 66.851 3,61 72,72
Provinsi Lainnya 426.382 472.316 480.021 562.854 586.625 505.640 27,28 100,00