Anda di halaman 1dari 74

OUTLOOK DAGING AYAM RAS

ISSN 1907-1507 2018

OUTLOOK DAGING AYAM RAS

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian
2018

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

ii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

OUTLOOK DAGING AYAM RAS

ISSN : 1907-1507

Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5)


Jumlah Halaman : 60 halaman

Penasehat : Dr. Ir. I Ketut Kariyasa, MSi.

Penyunting :
Dr. Anna Astrid Susanti, MSi.
Drh. Akbar, MPd

Naskah :
Ir. Mohammad Chafid, Msi

Design Sampul :
Suyati

Diterbitkan oleh :
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian
Tahun 2018

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian iii


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

iv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian v


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

vi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

KATA PENGANTAR

Untuk mengemban visi dan misinya, Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian mempublikasikan data sektor pertanian serta hasil analisis datanya.
Salah satu hasil analisis yang telah dipublikasikan secara reguler adalah Outlook
Komoditas Peternakan.
Publikasi Outlook Daging Ayam Ras Tahun 2018 merupakan salah satu
bagian dari Outlook Komoditas Peternakan, yang menyajikan keragaan data series
komoditi daging ayam ras secara nasional dan internasional selama 10 tahun
terakhir serta dilengkapi dengan hasil analisis proyeksi produksi dan konsumsi
domestik dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2022.
Publikasi ini disajikan dalam bentuk buku dan dalam bentuk online yang
dapat diakses melalui website Kementerian Pertanian yaitu
http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/.
Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat
memperoleh gambaran tentang perkembangan produksi, harga, ekspor, impor,
konsumsi dan analisis neraca komoditas daging ayam ras serta proyeksinya secara
lebih lengkap dan menyeluruh.
Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini,
kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan
saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar
penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya.

Jakarta, Desember 2018


Kepala Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian,

Dr. Ir. I Ketut Kariyasa, M.Si.


NIP.196904191998031002

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vii


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

viii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................xv
RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................. xvii
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG .............................................................. 1
1.2. TUJUAN ......................................................................... 2
1.3. RUANG LINGKUP ............................................................... 2
BAB II. METODOLOGI ........................................................................ 3
2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI ............................................. 3
2.2. METODE ANALISIS............................................................. 3

BAB III. ANALISIS DESKRIPTIF AYAM RAS PEDAGING .....................11

3.1. Perkembangan Populasi Dan Produksi Daging Ayam Ras Pedaging Di


Indonesia .....................................................................11
3.1.1. Populasi Ayam Ras Pedaging .....................................11
3.1.2. Produksi Daging Ayam Ras Pedaging di Indonesia ............13
3.2. Sentra Populasi Ayam Ras Pedaging .....................................15
3.4. Sentra Produksi ..............................................................16
3.5. Konsumsi Daging Ayam Ras Di Indonesia ...................................17
3.6. Harga Daging Ayam Ras Di Indonesia .......................................18
3.7. Perkembangan Ekspor Impor Daging Ayam Di Indonesia ................19

BAB IV. ANALISIS DESKRIPTIF DAGING AYAM DUNIA ............................... 22


4.1. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAGING AYAM DUNIA ......................22
4.2. PERKEMBANGAN KONSUMSI DAGING AYAM DUNIA ......................25

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ix


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

4.3. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR DAGING AYAM DUNIA.......... 27


4.4. NEGARA EKSPORTIR DAN IMPORTIR DAGING AYAM DUNIA ........... 28
BAB V. ANALISIS PEMODELAN PRODUKSI DAN KONSUMSI DAGING AYAM RAS 32
5.1. Proyeksi Populasi Daging Ayam Ras Tahun 2018-2022……………..…..32
5.2. Proyeksi Produksi Daging Ayam Ras Pedaging 2018-2022….……………38
5.2. Proyeksi Konsumsi Daging Ayam Ras 2018-2021……………..………………39
5.2. Proyeksi Surplus/Defisit Daging Ayam Tahun 2018 -2022 ........... 42
KESIMPULAN ................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 45
LAMPIRAN ............................................................................... 46

x Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data ................................ 3
Tabel 3.1. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Populasi dan Produksi
Ayam Ras Pedaging di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia, Tahun
1984–2018 .................................................................... 13
Tabel 3.2. Daftar Kode HS untuk Ekspor dan Impor Daging Ayam ................ 20
Tabel 4.1. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Daging Ayam Dunia,
Tahun 2012 – 2016 .......................................................... 22
Tabel 4.2. Perkembangan Produksi Daging Ayam Dunia di Sepuluh Negara
Sentra Produksi, Tahun 2012 – 2016...................................... 24
Tabel 4.3. Perkembangan Konsumsi Daging Ayam Dunia di Sepuluh Negara
Sentra Konsumsi, Tahun 2012 – 2016..................................... 25
Tabel 4.4. Neraca Produksi dan Konsumsi Daging Ayam di Sepuluh Negara
Terbesar Dunia, Tahun 2016 .............................................. 26
Tabel 4.5. Perkembangan Ekspor dan Impor Daging Ayam Dunia,
Tahun 2012 – 2016 .......................................................... 27
Tabel 4.6. Sepuluh Negara Eksportir Daging Ayam Terbesar di Dunia,
Tahun 2016 ................................................................... 29
Tabel 4.7. Sepuluh Negara Importir Daging Ayam di Dunia, Tahun 2016 ........ 31
Tabel 5.1. Pemilihan Model Tentatif Proyeksi Populasi Ayam Ras Pedaging .... 33
Tabel 5.2. Hasil Analisis Fungsi Respon Populasi Ayam Ras Pedaging ............ 35

Tabel 5.3. Hasil Proyeksi Produksi Daging Ayam Ras Pedaging Indonesia,
2018-2022 .................................................................... 36
Tabel 5.4. Proyeksi Populasi Riil Ayam Ras Pedaging Indonesia, 2018-2022 .... 37
Tabel 5.5. Proyeksi Produksi Daging Ayam Ras Pedaging Indonesia, 2018 -
2022 ........................................................................... 39
Tabel 5.6. Hasil Analisis Fungsi Respon Konsumsi Rumah Tangga Daging
Ayam Ras Pedaging Indonesia ............................................. 40
Tabel 5.7. Hasil Proyeksi Konsumsi Daging Ayam Ras Indonesia 2018 -2022 .... 41

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xi


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

Tabel 5.8. Hasil Proyeksi Produksi dan Konsumsi Daging Ayam Ras
Indonesia 2018 -2022 .......................................................43

xii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1. UJi Hetereskedastisitas Residual Minitab .............................. 8
Gambar 3.1. Perkembangan Populasi Ayam Ras Pedaging di Jawa, Luar
Jawa dan Indonesia, Tahun 2009 -2018 ............................... 12
Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Daging Ayam Ras Pedaging di Jawa,
Luar Jawa dan Indonesia, Tahun 2009 -2018 ......................... 15
Gambar 3.3. Sentra Populasi Ayam Ras Pedaging di Indonesia,
Tahun 2014 – 2018 ........................................................ 16
Gambar 3.4. Sentra Produksi Daging Ayam Ras Pedaging di Indonesia,
Tahun 2014 – 2018 ........................................................ 17
Gambar 3.5. Perkembangan Konsumsi Daging Ayam Ras di Indonesia,
Tahun 2008-2017 .......................................................... 18
Gambar 3.6. Perkembangan Harga Daging Ayam Ras Tingkat Konsumen di
Indonesia, Tahun 2008-2017 ............................................ 19
Gambar 3.7. Perkembangan Volume Ekspor dan Volume Impor Daging
Ayam Ras di Indonesia, Tahun 2013 – 2017 ........................... 21
Gambar 3.8. Perkembangan Nilai Ekspor dan Nilai Impor Daging Ayam Ras
di Indonesia, Tahun 2013 – 2017........................................ 21
Gambar 4.1. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Daging Ayam Dunia,
Tahun 2012 – 2016.......................................................22
Gambar 4.2. Kontribusi Produksi Daging Ayam Dunia di Seouluh Negara
Sentra, Tahun 2012 – 2016 .............................................. 24
Gambar 4.3. Negara Sentra Produksi dan Konsumsi Daging Ayam Dunia......... 26
Gambar 4.4. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Daging Ayam Dunia
2012- 2016 ................................................................. 28
Gambar 4.5. Sepuluh Negara Eksportir Daging Ayam Terbesar Dunia 2012-
2016 ......................................................................... 30
Gambar 4.6. Sepuluh Negara Importir Daging Ayam Terbesar Dunia 2012-
2016 ......................................................................... 31

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xiii


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

Gambar 5.1. Plot Nilai Sisaan Terhadap Nilai Dugaan Model Populasi Ayam
Ras Pedaging ...............................................................35
Gambar 5.2. Plot Nilai Sisaan Terhadap Nilai Dugaan Model Konsumsi
Daging Ayam Ras Pedaging ..............................................40

xiv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Perkembangan Populasi Ayam Ras Pedaging di Jawa, Luar
Jawa dan Indonesia, Tahun 1984 – 2018. ........................... 47
Lampiran 2. Perkembangan Produksi Ayam Ras Pedaging di Jawa, Luar
Jawa dan Indonesia, Tahun 1984 – 2017 ............................ 48
Lampiran 3. Sentra Populasi Ayam Ras Pedaging di Indonesia, Tahun
2014 – 2018 .............................................................. 49
Lampiran 4. Sentra Produksi Daging Ayam Ras Pedaging di Indonesia,
Tahun 2014 – 2018 ...................................................... 49
Lampiran 9. Perkembangan Konsumsi Daging Ayam Ras di Indonesia,
Tahun 1981-2017 ....................................................... 50
Lampiran 10. Perkembangan Harga Konsumen Daging Ayam Ras di
Indonesia, Tahun 1983 - 2018 ........................................ 51
Lampiran 11. Neraca Ekspor Impor Daging Ayam di Indonesia, Tahun
1996-2017 ................................................................ 52
Lampiran 12. Negara Tujuan Ekspor Ayam Ras Indonesia Tahun 2016 .......... 60
Lampiran 13. Negara Asal Impor Ayam Ras Indonesia Tahun 2016 .............. 60

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xv


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

xvi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

RINGKASAN EKSEKUTIF
Salah satu sumber hewani dengan harga yang relatif terjangkau dan
mudah diperoleh adalah daging ayam ras pedaging atau yang sering disebut
sebagai daging ayam broiler. Untuk mencermati perkembangan populasi,
produksi, konsumsi, harga, dan ekspor impor ayam ras pedaging dibahas
perkembangannya selama sepuluh tahun terakhir. Disamping itu untuk
melihat ke depan perlu dilakukan pemodelan untuk populasi, produksi,
konsumsi, dan neraca daging ayam selama tahun 2018 – 2022.
Pemodelan regresi berganda untuk meramalkan populasi lima tahun ke
depan, telah menghasilkan model tentatif terbaik dengan nilai R2 sebesar
97,7% dan R2 Adjusted 97,4%. Model populasi cukup layak digunakan karena
berdasrkan uji kelayakan model telah terpenuhi seperti uji
multikolinieritas, uji keheteroskedatisitas, dan uji autokorelasi. Begitu juga
model konsumsi menghasilkan model yang layak dengan nilai R2 sebesar
90,8% dan R2 adjusted 89,8%. Produksi daging diperoleh dari estimasi
populasi dikalikan angka deplesi (6%) dikalikan rata-rata berat hidup ayam
ras pedaging dikalikan faktor konversi karkas.
Hasil estimasi populasi ayam ras pedaging dengan model terbaik yang
dibangun, menunjukkan bahwa populasi ayam yam ras pedaging tahun 2018
– 2022 diestimasi mengalami pertumbuhan 6,75%/tahun. Tahun 2018
populasi ayam ras pedaging mencapai 3,16 Milyar ekor, maka pada tahun
2019 dan 2020 diperkirakan mencapai 3,41 Milyar ekor dan 3,70 Milyar ekor.
Dari populasi tersebut pada tahun 2019 produksi daging ayam ras
diperkirakan mencapai 3,73 juta ton, dan tahun 2020 mencapai 4,04 juta
ton.
Berdasarkan hasil proyeksi produksi dan konsumsi daging ayam ras di
Indonesia tahun 2018-2022 terjadi surplus. Pada tahun 2018 produksi daging
ayam ras diperkirakan surplus sebesar 208 ribu ton. Pada tahun 2019 dengan
produksi daging mencapai 3,73 juta ton, sementara konsumsi nasional
mencapai 3,19 juta ton, setelah dikurangi tercecer 5%, masih ada surplus
sebesar 351 ribu ton. Pada tahun 2020 produksi daging ayam diestimasi

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xvii


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

sebesar 4,04 juta ton, dikurangi konsumsi nasional 3,33 juta ton, tercecer
202 ribu ton, maka masih ada surplus 507 ribu ton. Estimasi konsumsi daging
ayam ras pedaging tahun 2018 sebesar 11,51 kg/kapita/tahun, tahun 2019
konsumsi diestimasi sebesar 11,90 kg/kapita/tahun, dan 2020 diperkirakan
mencapai 12,29 kg/kapita/tahun.

xviii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Salah satu sumber pangan hewani dengan harga yang relatif terjangkau dan
mudah diperoleh adalah daging ayam ras pedaging atau yang sering disebut
sebagai daging ayam broiler. Selain harganya yang relatif lebih terjangkau,
daging ayam broiler mudah diolah menjadi berbagai macam masakan sehingga
banyak digunakan dalam rumah tangga maupun rumah makan karena dagingnya
yang empuk dan tebal (Setiawan et al. 2006).
Ayam Ras merupakan ayam hasil budidaya teknologi. Ayam ini mengalami
pertumbuhan yang cepat, dagingnya lebih banyak, pakan irit dan usia panen ayam
lebih cepat yaitu antara 21 hari hingga 35 hari.
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan h
asil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi,
terutama dalam memproduksi daging ayam. Pada dasarnya, ayam ini dibagi
menjadi 2 bagian yaitu ayam ras pedaging dan ayam ras petelur.
Kebutuhan daging ayam ras di tahun 2018 diperkirakan mencapai 11,5
kg/kapita/tahun. Pada musim hajatan atau hari besar keagamaan, kebutuhan
daging ayam biasanya meningkat sekitar 10% - 20% dari kebutuhan normal.
Apabila pasokan daging ayam kurang atau lebih rendah dari konsumsi maka akan
terjadi kenaikan harga. Sebaliknya apabila pasokan daging ayam melebihi
kebutuhan maka harga akan turun.
Realisasi produksi ayam umur sehari/Day Old Chicken Final Stock (DOC FS)
broiler bulan Januari hingga Juni 2018, dan potensi produksi Juli hingga Desember
2018 (dari stok GPS broiler yang masuk ke Indonesia tahun 2016, 2017 dan 2018)
adalah sebanyak 3.156.732.462 ekor dengan rataan per bulan sebanyak
263.061.042 ekor. Sementara itu, potensi produksi karkas tahun 2018
berdasarkan realisasi produksi DOC periode Januari hingga Juni 2018, dan potensi
Juli hingga Desember 2018 sebanyak 3.382.311 ton dengan rataan perbulan
sebanyak 27.586 ton. Sementara itu, proyeksi kebutuhan karkas tahun 2018

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

sebanyak 3.051.276 ton, dengan rataan kebutuhan per bulan sebanyak 254.273
ton (Detikfinance, 31 Agustus 2018).
Untuk mengetahui sejauh mana prospek komoditi daging ayam ras dalam
mendukung sektor pertanian di Indonesia, berikut ini akan disajikan
perkembangan komoditi daging ayam ras serta proyeksi produksi dan konsumsi
daging ayam ras untuk beberapa tahun ke depan.

1.2. TUJUAN
Melakukan Penyusunan Buku Outlook Komoditi Daging Ayam Ras yang berisi
keragaan data series nasional dan dunia yang dilengkapi dengan hasil proyeksi
produksi dan konsumsi nasional.

1.3. RUANG LINGKUP


Kegiatan yang dicakup dalam penyusunan outlook komoditi daging ayam
ras adalah:
• Mengolah data berdasarkan peubah-peubah mencakup populasi, produksi,
konsumsi, ekspor, impor, harga, situasi komoditi daging ayam ras di dalam
dan di luar negeri.
• Menganalisis data produksi, harga, exim, konsumsi pada skala nasional
dan analisis data pada skala internasional serta penyusunan proyeksi
komoditi daging ayam ras tahun 2018-2022.

2 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

BAB II. METODOLOGI

2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI

Outlook Komoditi Daging Ayam Ras tahun 2018 disusun berdasarkan data
sekunder dari instansi terkait lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar
Kementerian Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS), FAO (Food
Agricultural Organization) dan United States Departement of Agriculture
(USDA). Jenis variabel, periode dan sumber data disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data

No. Variabel Periode Sumber Data Keterangan


1 Populasi Daging 1984-2018 Ditjen Peternakan
Ayam Ras dan Kesehatan
Indonesia Hewan
2 Produksi Daging 1984-2018 Ditjen Peternakan
Ayam Ras dan Kesehatan
Indonesia Hewan
3 Konsumsi Daging 1981-2017 Badan Pusat Statistik Data Susenas
Ayam Ras
Indonesia
4 Harga Eceran 1983-2017 Kemendag
Daging Ayam
Ras di Indonesia

2.2. METODE ANALISIS


Metode yang digunakan dalam penyusunan Outlook Daging Ayam Ras adalah
sebagai berikut:

2.2.1. Analisis Deskriptif


Analisis deskriptif atau perkembangan komoditi daging ayam ras
dilakukan berdasarkan ketersediaan data series yang mencakup indikator
populasi, produksi, sentra produksi, ketersediaan, ekspor-impor serta
harga dengan analisis deskriptif sederhana. Analisis keragaan dilakukan
baik untuk data series nasional maupun internasional.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

2.2.2. Analisis Produksi

Produksi daging dihasilkan dari perkalian jumlah pemotongan dengan


rata-rata berat karkas. Oleh karena itu untuk menyusun model produksi
ayam ras perlu disusun dulu model populasi. Model yang digunakan adalah
model regresi berganda. Analisis produksi ini dapat dituliskan sebagai
berikut :
Produksi = Jumlah Pemotongan x Konversi Karkas

2.2.3. Analisis Konsumsi


Karena terbatasnya ketersediaan data, analisis permintaan daging
ayam ras didekati dari ketersediaan permintaan dalam negeri yang
diperoleh dari perhitungan:

Konsumsi Nasional = (Konsumsi R.Tangga + Konsumsi Non R.Tangga) x


Jumlah Penduduk

Sama seperti pada proyeksi produksi, proyeksi konsumsi rumah tangga


menggunakan model regresi berganda. Untuk konsumsi luar non rumah
tangga menggunakan asumsi angka pertumbuhan konsumsi.

2.2.4. Kelayakan Model


a) MAPE
Model time series masih tetap digunakan untk melakukan peramalan
terhadap variabel-variabel bebas yang terdapat dalam model rgresi
berganda. Untuk model time series baik analisis trend maupun pemulusan
eksponensial berganda (double exponential smoothing), ukuran kelayakan
model berdasarkan nilai kesalahan dengan menggunakan statistik MAPE
(mean absolute percentage error) atau kesalahan persentase absolut rata-
rata yang diformulasikan sebagai berikut:

4 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

Dimana : Xt adalah data aktual


Ft adalah nilai ramalan.
Semakin kecil nilai MAPE maka model time series yang diperoleh semakin
baik.
Untuk model regresi berganda kelayakan model diuji dari nilai F hitung
(pada Tabel Anova), nilai koefisien regresi menggunakan Uji – t, uji
kenormalan sisaan, dan plot nilai sisaan terhadap dugaan.

b) R2
R squared merupakan angka yang berkisar antara 0 sampai 1 yang
mengindikasikan besarnya kombinasi variabel independen secara bersama –
sama mempengaruhi nilai variabel dependen. Semakin mendekati angka
satu, model yang dikeluarkan oleh regresi tersebut akan semakin baik.
Secara manual, R2 merupakan rumus pembagian antara Sum Squared
Regression dengan Sum Squared Total.

SSR : Kuadrat dari selisih nilai Y prediksi dengan nilai rata-rata :


2
Y = ∑ (Ypred – Yrata-rata)
SST : Kuadrat dari selisih nilai Y aktual dengan nilai rata-rata :
Y = ∑ (Yaktual – Yrata-rata)2

c). R2 Adjusted
Guna melengkapi kelemahan R2 tersebut, kita bisa menggunakan R2
adjusted. Pada R2 adjusted ini sudah mempertimbangkan jumlah sampel
data dan jumlah variabel yang digunakan.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

Keterangan:
n : jumlah observasi
k : jumlah variabel

R2 adjusted akan menghitung setiap penambahan variabel dan


2
mengestimasi nilai R dari penambahan variabel tersebut. Apabila
penambahan pola baru tersebut ternyata memperbaiki model hasil regresi
lebih baik dari pada estimasi, maka penambahan variabel tersebut akan
meningkatkan nilai R2 adjusted. Namun, jika pola baru dari penambahan
varaibel tersebut menunjukkan hasil yang kurang dari estimasinya, maka R2
adjusted akan berkurang nilainya.
Sehingga nilai R2 adjusted tidak selalu bertambah apabila dilakukan
penambahan variabel. Jika melihat dari rumus diatas, nilai R2 adjusted
memungkinkan untuk bernilai negatif, jika MSE-nya lebih besar dibandingkan
(SST/p-1). Jika melihat rumus diatas, nilai R2 adjusted pasti lebih kecil
dibandingkan nilai R squared.

d). R2 PREDICTED

Salah satu tujuan untuk meregresikan variabel independen dengan


variabel dependen adalah membuat rumus dan menggunakannya untuk
melakukan prediksi dengan nilai nilai tertentu dari variabel independennya.
Jika anda ingin melakukan prediksi nilai Y, maka anda juga seharusnya
melihat nilai dari R2 predicted.
R2 predicted mengindikasikan seberapa baik model tersebut untuk
melakukan prediksi dari observasi yang baru.

Rumus Predicted R Squared

Dengan nilai PRESS adalah :

6 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

Nilai e adalah selisih dari Y prediksi dengan Y aktual.


Berdasarkan rumusnya, nilai R2 predicted bisa bernilai negatif dan
nilainya bisa dipastikan lebih rendah dibandingkan R2. Nilai predicted R2
perlu diperhatikan meskipun nantinya tidak menggunakan model hasil dari
regresi tersebut. Karena nilai R2 predicted ini untuk mengidentikasi apakah
model atau rumus yang anda hasilkan overfit atau tidak. Pengertian overfit
adalah bahwa model terlalu bagus jika dilihat dari R2 dan R2 adjusted, namun
kebaikan model ini terlalu berlebihan. Hal ini disebabkan karena banyaknya
observasi atau jumlah data yang ada dalam model tersebut sehingga
kemungkinan adanya gangguan atau “noise”.
Meskipun secara R2 dan R2 adjusted, model tersebut dikatakan baik,
namun jika R2 predicted tidak mencerminkan hal tersebut artinya model
anda mengalami overfit tersebut.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa R2 menunjukkan hubungan
secara bersama sama variabel independen terhadap pola variabel dependen.
Sedangkan R2 adjusted membantu kita untuk melihat pengaruh jumlah
variabel terhadap nilai Y. Dan terakhir, R2 predicted memberi kita informasi
tentang kebaikan model tersebut jika akan menggunakan untuk prediksi
observasi baru dan atau memberi informasi tentang overfit pada model.

e). Uji Heteroskedastisitas

Gejala heteroskedastisitas dapat ditentukan dengan diagram scatter


antara variabel Y prediksi (Fits) dengan variabel residual.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

Gambar 2.1. Uji Heteroskedastisitas Residual Minitab

Berdasarkan plot scatter diatas, dapat disimpulkan tidak ada gejala


heteroskedastisitas apabila plot menyebar merata di atas dan di bawah
sumbu 0 tanpa membentuk sebuah pola tertentu. Diagram di atas dapat
menyimpulkan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.

f). Multikolinearitas Pada Interprestasi Regresi Linear

VIF (variance inflation factor) merupakan salah satu statistik yang dapat
digunakan untuk mendeteksi gejala multikolinear (multicollinearity,
collinearity) pada analisis regresi yang sedang kita susun. VIF tidak lain
adalah mengukur keeratan hubungan antar variabel bebas, atau X. Cara
menghitung VIF ini tidak lain adalah fungsi dari R2 model antar X.

Andaikan kita memiliki tiga buah variabel bebas: X1, X2, dan X3 dan ketiganya
mau diregresikan dengan sebuah variabel tak bebas Y. Nilai VIF kita hitung
untuk masing-masing X.

Untuk X1, prosedurnya adalah


– Regresikan X1 terhadap X2 dan X3, atau modelnya X1=b0 + b1X2 + b2X3+ e
– Hitung R2 dari model tersebut.
– VIF untuk X1 adalah VIF1 = 1 / (1 – R2)

8 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

Untuk X2, senada saja dengan prosedur di atas


– Regresikan X2 terhadap X1 dan X3, atau modelnya X2 = b0 + b1X1 + b2X3 + e
– Hitung R2 dari model tersebut
- VIF untuk X2 adalah VIF2 = 1 / (1 – R2)

Perhatikan bahwa R2 dalam hitungan di atas adalah ukuran keeratan antar


X. Jika R2 = 0, maka VIF = 1. Kondisi ini adalah kondisi ideal. Jadi idealnya,
nilai VIF = 1.

Semakin besar R2, maka VIF semakin tinggi (semakin kuat adanya
collinearity). Misal R2 = 0.8 akan menghasilkan VIF = 5.

Tidak ada batasan baku berapa nilai VIF dikatakan tinggi, nilai VIF di atas 5 sudah
membuat kita harus hati-hati.

g). Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya


penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara
residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi.
Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model
regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin-
Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hopotesis nol
ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.
2) Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang berarti
tidak ada autokorelasi.
3) Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak
menghasilkan kesimpulan yang pasti.
Nilai du dan dl dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson yang
bergantung banyaknya observasi dan banyaknya variabel yang menjelaskan.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

10 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

BAB III. ANALISIS DESKRIPTIF AYAM RAS PEDAGING

3.1. PERKEMBANGAN POPULASI DAN PRODUKSI DAGING AYAM RAS


PEDAGING DI INDONESIA

3.1.1. Populasi Ayam Ras Pedaging


Populasi ayam ras pedaging (broiler) dalam kurun waktu beberapa tahun
belakangan ini meningkat dengan pesat. Menurut data Statistik Peternakan dan
Kesehatan Hewan Tahun 2017 (angka tetap), populasi ayam ras pedaging di
Indonesia saat ini mencapai 1,85 milyar ekor, meningkat sekitar 13,24% dari
populasi tahun 2016 sebanyak 1,63 milyar ekor. Pada tahun 2018 diperkirakan
populasi ayam ras pedaging akan mencapai 1,89 milyar ekor meningkat atau
2,31%.
Peningkatan ini seiring dengan perkembangan teknologi terutama di sektor
budidaya (on farm) yang semakin modern, sehingga proses produksi menjadi lebih
cepat dan efisien. Upaya untuk meningkatkan populasi ayam ras pedaging
di;akukan antara lain : meningkatkan manajemen pemeliharaan unggas,
menyediakan pakan unggas dalam jumlah yang cukup, mutu pakan baik dan
aman, dan harga terjangkau. Disamping itu uapaya yang dilakukan adalah
menyediakan alsin unggas dalam jumlah yang cukup, dan meningkatkan
pelayanan prima pada masyarakat perunggasan.
Untuk meningkatkan populasi dan produksi unggas, juga dilakukan
Restrukturisasi Perunggasan melalui pengembangan usaha budidaya ternak
unggas di pedesaan (Village Poultry Farming, penataan pemeliharaan unggas di
pemukiman, dan pembinaan kemitraan ayam ras.
Di bidang kesehatan hewan melalui kemandirian vaksin AI (Avian Influenza)
yang berasal dari strain virus lokal yang berasal dari master seed yang dapat
dijadikan vaksin AI sehingga impor vaksin AI dapat dihentikan. Upaya dan
kegiatan untuk mendukung Kinerja Kesehatan Masyarakat Veteriner dan
Pascapanen melaui fasilitasi RPH dan pembangunan tempat penampungan
unggas, di beberapa wilayah penting di Indonesia.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

Peningkatan populasi ayam ras pedaging dari tahun ke tahun pada kurun
waktu 2019 sampai dengan 2018, mengalami peningkatan dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 7,44% per tahun (Tabel 3.1. dan Lampiran 1). Keadaan yang
mempengaruhi fluktuatif populasi ayam ras pedaging, diperkirakan salah satu
penyebabnya imbas penerapan Undang-Undang (UU) Nomor 41 Tahun 2014
tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, hal ini mengakibatkan terdesaknya
peternakan rakyat karena industri besar membuka usaha budidaya dan
memasarkan produk dan menguasai mata rantai budidaya, mulai bibit, obat,
pemotongan, hingga produk akhir. Budidaya yang dilakukan industri besar
membuat biaya produksi ayam lebih rendah karena sistem produksi terintegrasi
dari hulu hingga hilir, akibatnya harga jual ayam pun turun dan kondisi itu
membuat peternak rakyat kurang bergairah.

Gambar 3.1. Perkembangan Populasi Ayam Ras Pedaging di Jawa, Luar


Jawa dan Indonesia, Tahun 2009 - 2018

Pada periode 2009 hingga 2018 kontribusi populasi ayam ras pedaging di
Indonesia berasal dari Pulau Jawa sebesar 69,73% (rata-rata populasi per tahun
985 juta ekor) sedangkan dari Luar Jawa hanya separuhnya 30,27% (rata-rata
populasi per tahun 427 juta ekor). Pertumbuhan populasi ayam ras di Jawa yang
relatif tinggi pada 10 tahun terakhir terjadi pada tahun 2011 peningkatan sebesar
28,75% atau sebanyak 191 juta ekor dibanding tahun sebelumnya, dan pada tahun
2017 peningkatan sebesar 16,63% atau meningkat 171 juta ekor. Pada periode
yang sama di Luar Pulau Jawa pertumbuhan tertinggi di tahun 2014 sebesar

12 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

20,94% atau meningkat 76,54 juta ekor. Secara rinci dapat dilihat pada Lampiran
1 dan Tabel 3.1.
Pada tahun 2018 angka sementara Ditjen PKH populasi ayam ras pedaging
di Pulau Jawa akan sebanyak 1,27 milyar ekor, meningkat 1,63% dari tahun
sebelumnya atau naik sebesar 20,79 juta ekor. Populasi di Pulau Jawa tahun 2018
mempunyai peranan sebesar 68,32% terhadap populasi nasional, sementara
dalam kurun waktu 10 tahun pangsa populasi ayam ras sebesar 69,73%.
Perkembangan populasi ayam ras pedaging di Luar Jawa selama periode
2009 - 2018 meningkat rata-rata 9,51% (Lampiran 1). Pertumbuhan populasi di
Luar Jawa (9,51%) lebih tinggi dari pada di Jawa (7,44%). Diperkirakan populasi
di Luar Pulau Jawa tahun 2018 akan menjadi 599,06 juta ekor atau berkontribusi
sebesar 31,67% terhadap populasi nasional. Sementara dalam kurun waktu 10
tahun rata-rata pertumbuhan populasi ayam ras pedaging nasional sebesar
7,86%.

Tabel 3.1. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Populasi dan Produksi Ayam
Ras Pedaging di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia, Tahun 1984–2018

Populasi (Juta ekor) Produksi (Ribu ton)


Tahun
Jawa Luar Jawa Indonesia Jawa Luar Jawa Indonesia
Rata-rata
1984-2018 479.60 303.75 783.35 558.69 237.47 796.16
1984-2008 277.47 254.25 531.72 327.10 154.59 481.69
2009-2018 984.91 427.51 1412.42 1137.66 444.68 1582.34
Rata-rata Kontribusi (%)
1984-2018 61.22 38.78 100.00 70.17 29.83 100.00
1984-2008 52.18 47.82 100.00 67.91 32.09 100.00
2009-2018 69.73 30.27 100.00 71.90 28.10 100.00

3.1.2. Produksi Daging Ayam Ras Pedaging di Indonesia

Perkembangan produksi daging ayam ras pedaging di Indonesia periode


2009-2018 berfluktuatif namun cenderung meningkat dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 7,79% per tahun atau rata-rata produksi daging sebesar
1,58 juta ton. Berdasarkan angka sementara Ditjen PKH, pada tahun 2018
produksi daging ayam ras pedaging sebesar 2,14 juta ton atau meningkat 4,75%

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

dari tahun sebelumnya. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar 3.2 dan Lampiran
2.
Produksi daging ayam broiler kontribusi terbesar berasal dari Pulau Jawa.
Periode tahun 2009 hingga 2018 rata-rata kontribusi produksi ayam ras pedaging
untuk Pulau Jawa sebesar 71,90% atau rata-rata produksi mencapai 1,14 juta ton.
Sebaliknya untuk Luar Jawa pada periode yang sama rata-rata kontribusi sebesar
28,10% atau rata-rata produksi sebesar 444,7 ribu ton.
Berbeda dengan angka laporan dari daerah yang dilakukan verifikasi dan
validasi, menurut hasil audit potensi produksi karkas pada 2018 berdasarkan
realisasi produksi DOC periode Januari hingga Juni 2018 serta potensi Juli hingga
Desember 2018 sebanyak 3,38 juta ton, dengan rata-rata per bulan sebanyak
27,58 ribu ton. Sementara itu, proyeksi kebutuhan karkas pada 2018 sebanyak
3.051.276 ton, dengan rata-rata kebutuhan per bulan sebanyak 254.273 ton.
Audit tim independen data produksi tersebut diperkuat dengan hasil audit
terhadap GPS ayam ras broiler oleh Tim Audit Populasi Ayam Ras yang
dilaksanakan pada 18 Mei - 20 Juli 2018. Hasil verifikasi terhadap SAR (Self
Assesment Report) ke lokasi telah diperoleh data populasi di 14 perusahaan
pembibitan disimpulkan bahwa GPS D– Line sebanyak 799.158. Hasil audit ini
dilaksanakan oleh tim independen yang beranggotakan dari akademisi dan
praktisi. Audit dilaksanakan pada seluruh perusahaan pembibitan GPS ayam ras
broiler. (Kompas, 2 September 2018).

Sementara rata-rata kontribusi produksi daging ayam ras pedaging di Luar Jawa
sebesar 29,83% terhadap produksi nasional. (Tabel 3.1 dan Lampiran 2).
Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2015 sebesar 31,16%, diperkirakan
dampak dari penurunan produksi di Jawa, karena beberapa provinsi mengimpor
daging ayam dari Jawa.

14 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Daging Ayam Ras Pedaging di Jawa, Luar
Jawa dan Indonesia, Tahun 2009–2018

3.2. Sentra Populasi

Populasi ayam ras pedaging nasional didominasi oleh 7 (tujuh) provinsi


sentra dengan kontribusi kumulatif 80,50% (Lampiran 5). Peranan terbesar
terhadap populasi ayam ras pedaging nasional berasal dari empat provinsi di
Pulau Jawa yang mendominasi kontribusi nasional sebesar 69,05% meliputi
Provinsi Jawa Barat (39,41%), Jawa Timur (12,53%), Jawa Tengah (9,46%) dan
Banten (7,65%). Tiga provinsi berikutnya berasal dari Luar Jawa yaitu Provinsi
Kalimantan Selatan (4,58%), Kalimantan Timur (3,63%) dan Sumatera Utara
(3,24%) (Gambar 3.3).

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

Provinsi Lainnya
Sumatera Utara 19,50% Jawa Barat
3,24% 39,41%

Kalimantan Timur
3,63%

Kalimantan
Selatan
4,58%

Banten
7,65%

Jawa Tengah Jawa Timur


9,46% 12,53%

Gambar 3.3. Sentra Populasi Ayam Ras Pedaging di Indonesia,


Tahun 2014 – 2018*).

Pada umumnya pengusahaan ayam ras pedaging terkonsentrasi di Pulau


Jawa, hal ini dikarenakan Pulau Jawa merupakan sentra konsumsi. Disamping itu
di Pulau Jawa juga terdapat beberapa pabrik pakan yang cukup besar, sehingga
distribusi ke peternak lebih murah.

3.3. Sentra Produksi

Sentra produksi daging ayam ras pedaging lima tahun terakhir (2014 –
2018), berdasarkan rata-rata produksinya, terdapat di 6 (enam) provinsi dengan
total kontribusi sebesar 72,72% atau 1,35 juta ton dari produksi nasional 1,85 juta
ton. Dominasi Pulau Jawa sangat terasa setelah melihat rataan produksi daging,
karena 5 (lima) provinsi produsen terbesar berada di Pulau Jawa dengan total
kontribusi sebesar 69,12%. Urutan kelima provinsi berdasarkan kontribusinya
adalah Jawa Barat (35,83%), Jawa Timur (12,62%), Jawa Tengah (9,53%), DKI
Jakarta (3.99%), dan Banten (7,15%). Hal ini membuktikan bahwa Pulau Jawa
merupakan sentra konsumsi daging ayam ras pedaging dibandingkan Luar Jawa.
Provinsi Jawa Barat memiliki kontribusi terbesar dalam produksi daging ayam ras
pedaging, karena Jawa Barat memproduksi selain untuk kebutuhannya sendiri
juga sebagai penyangga ketersediaan daging ayam ras ibu kota DKI Jakarta. Data
16 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

ini menunjukkan pula bahwa DKI Jakarta merupakan wilayah sentra konsumsi
yang menerima pasokan komoditas ayam ras pedaging dari wilayah penyangga
Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) serta Banten karena terkait
dengan Peraturan Daerah (PERDA) No. 4 Tahun 2007, tentang Pengendalian,
Pemeliharaan dan Peredaran Unggas, sehingga Pemerintah Provinsi DKI melarang
budidaya unggas pangan. Provinsi sentra lainnya adalah Provinsi Kalimantan
Selatan, kontribusi sebesar 3,61%. (Gambar 3.4 dan Lampiran 7).

Provinsi Lainnya
27,28%
Kalimantan
Selatan
3,61%

DKI Jakarta
3,99%

Banten
7,15%
Jawa Barat
35,83%
Jawa Tengah
9,53% Jawa Timur
12,62%

Gambar 3.4. Sentra Produksi Daging Ayam Ras Pedaging di Indonesia,


Tahun 2014 – 2018*)

3.4. Konsumsi Rumah Tangga Daging Ayam Ras di Indonesia


Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)
perkembangan konsumsi protein hewani khususnya dari daging ayam ras pedaging
per kapita masyarakat Indonesia selama sepuluh tahun terakhir (2008 -2017)
cenderung terus meningkat sebesar 5,49% per tahun (Gambar 9 dan Lampiran 9).
Peningkatan konsumsi daging ayam nasional didukung pertumbuhan jumlah
penduduk, peningkatan pendapatan penduduk dan peningkatan pengetahuan gizi
oleh masyarakat akan manfaat mengkonsumsi protein hewani.
Berdasarkan hasil Susenas (BPS) konsumsi daging ayam ras pedaging pada
tahun 2016 sebesar 5,11 kg/kapita/tahun. Pada tahun 2017 berdasarkan angka

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

prognosa dari BKP (badan Ketahanan Pangan) konsumsi daging ayam ras pedaging
akan naik menjadi 5,68 kg/kapita/tahun atau naik 11,23%. Angka konsumsi
tersebut hanya konsumsi di dalam rumah tangga, jika ditambah konsumsi luar
rumah tangga seperti rumah makan, warung, restoran, dan hotel maka konsumsi
per kapita akan menjadi lebih besar lagi. Konsumsi total daging ayam ras
pedaging tahun 2018 diperkirakan menjadi 11,51 kg/kapita/tahun.

(Kg/Kap/Thn)
6,00

5,00

4,00

3,00

2,00

1,00

0,00
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Konsumsi Daging Ayam Ras Pedaging
Gambar 3.5. Perkembangan Konsumsi Daging Ayam Ras di Indonesia,
Tahun 2008 – 2017.

3.5. Harga Daging Ayam Ras di Indonesia

Perkembangan harga daging ayam ras di tingkat eceran sejak tahun 2009
hingga tahun 2018 cenderung terus meningkat, dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 5,18% per tahun atau harga rata-rata Rp 28.133,-. Periode 2009-2018
peningkatan harga yang cukup signifikan diatas 10% pada tahun 2013 yaitu
sebesar 11,15% dan 2018 meningkat sebesar 11,28%. Berdasarkan data tahun 2017
harga rata-rata daging ayam ras sebesar Rp. 30.741 per kg, turun 2,69% dari tahun
2016 Rp. 31.592,- per kg ( Gambar 3.10 dan Lampiran 10). Hingga saat ini, pola
pemasaran yang diterapkan, hampir sebagian besar masih mengandalkan pasar
tradisional. Pola pemasaran ini melibatkan banyak titik mata rantai distribusi

18 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

sebelum daging ayam sampai ke tangan konsumen. Mulai dari peternak,


penampung, pemotong, pedagang besar/tengkulak, agen, pedagang ayam di
pasar induk/pasar becek/bakul, pedagang eceran/gerobak barulah sampai ke
konsumen. Hal inilah yang menyebabkan seringkali harga ayam di tingkat
peternak masih sangat rendah, bahkan di bawah harga pokok produksi (HPP)
namun, di tingkat konsumen harga tetap bertahan tinggi.

(Rp/Kg)
40.000
35.000
30.000
25.000
20.000
15.000
10.000
5.000
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Harga Eceran

Gambar 3.6. Perkembangan Harga Daging Ayam Ras Tingkat Konsumen di


Indonesia, Tahun 2009 - 2018

3.7. PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR DAGING AYAM DI INDONESIA

Data ekspor dan impor berdasarkan ketersediaan data dari Badan Pusat
Statistik yang diperoleh melalui sistem pencatatan statistik yang berasal dari
kepabeanan ekspor dan impor bea cukai serta sumber instansi lain seperti PT Pos
dan survei ekspor perbatasan laut. Data ekspor dan impor daging ayam beserta
nilainya selama periode 2009-2018 menunjukkan volume impor dan ekspor relatif
rendah, sehingga neraca perdagangan daging ayam khususnya selama periode
tersebut tidak ada perbedaan yang signifikan (Gambar 3.11 dan 3.12). Data
volume ekspor 2019-2018 adalah data daging ayam Gallus domesticus.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19
2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

Tabel 3.2. Daftar Kode HS untuk Ekspor dan Impor Daging Ayam
Daging Ayam Gallus Domesticus
Kode HS Deskripsi
'0207110000 Tidak dipotong menjadi bagian-bagian,
segar atau dingin

'0207120000 Tidak dipotong menjadi bagian-bagian,


beku

'0207130000 Potongan dan sisanya, segar atau


dingin
'0207141000 Sayap
'0207142000 Paha
'0207143000 Hati
'0207149100 Daging yang dihilangkan tulangnya
atau dipisahkan dengan mesin
'0207149900 Lain-lain

Volume ekspor dan impor daging ayam relatif kecil, dibandingkan dengan
angka produksi daging ayam ras nasional. Pada tahun 2017 menunjukkan ada
ekspor daging ayam sebesar 110 kg dengan nilai 4.272 US$. Sementara di Tahun
2016 tidak ada ekspor daging ayam. Selama periode tahun 2008 – 2017 ekspor
daging ayam hanya dilakukan di tahun 2012, 2014, dan 2017. (Tabel 3.3 dan
Tabel 3.4).
Demikian juga untuk impor daging ayam, selama 2008 – 2017 impor daging
hanya dilakukan 5 kali, yaitu tahun 2008, 2009, 2012, 2013, dan 2017. Volume
impor daging ayam pada tahun 2012 sebesar 544 kg, tahun 2013 sebesar 11 ton,
dan tahun 2017 sebesar 28 kg. Nilai impor daging ayam ini tahun 2012 sebesar
524 US$, tahun 2013 dengan nilai 33,41 ribu US$, dan pada tahun 2017 menyerap
devisa sebesar 338 US$. Jika dibandingkan dengan produksi daging ayam yang
mencapai 2-3 juta, volume impor ini relatif kecil.
Perkembangan volume dan nilai ekspor impor daging ayam (unggas) di
Indonesia pada periode 2013 sampai dengan 2017 untuk volume dan nilai
impornya disajikan pada Gambar 3.11 dan Gambar 3.12 serta Lampiran 11.

20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

Gambar 3.7. Perkembangan Volume Ekspor dan Volume Impor Daging


Ayam Ras di Indonesia, Tahun 2013 – 2017

40.000

35.000

30.000

25.000
(US $)

20.000

15.000

10.000

5.000

0
2013 2014 2015 2016 2017
Nilai Ekspor 0 75 0 0 4.272
Nilai Impor 33.411 0 0 0 338

Gambar 3.8. Perkembangan Nilai Ekspor dan Nilai Impor Daging Ayam
Ras di Indonesia, Tahun 2013 – 2017

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

BAB IV. ANALISIS DESKRIPTIF DAGING AYAM DUNIA

4.1. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAGING AYAM DUNIA

Seiring dengan perkembangan produksi, konsumsi daging ayam dunia


terus meningkat dengan rata-rata pertumbuhan produksi relatif lebih tinggi dari
pertumbuhan konsumsi sebesar 0,06% per tahun. Besaran laju pertumbuhan
produksi yang hampir mendekati pertumbuhan konsumsi daging ayam
menunjukkan terjadi keseimbangan antara produksi dan konsumsi daging ayam
dunia (Tabel 4.1. dan Gambar 4.1.).
Perkembangan produksi daging ayam dunia tahun 2012 – 2016 cenderung
terus meningkat, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,79% per tahun,
sedangkan pertumbuhan konsumsi berfluktuasi dengan rata-rata 1,73% per tahun.

Tabel 4.1. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Daging Ayam Dunia,


Tahun 2012 – 2016.

Tahun Produksi Pertumbuhan Konsumsi Pertumbuhan


(000 Ton) (%) (000 Ton) (%)
2012 83.534 81.892
2013 84.588 1,26 83.057 1,42
2014 86.700 2,50 85.140 2,51
2015 88.712 2,32 86.970 2,15
2016 89.655 1,06 87.697 0,84
Rerata 86.638 1,79 84.951 1,73

22 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

Gambar 4.1. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Daging Ayam Dunia,


Tahun 2012 – 2016

Perkembangan produksi daging ayam selama lima tahun terakhir


mencapai rata-rata 86,64 juta ton, pangsa sebesar 70,10% merupakan kontribusi
dari 10 negara sentra produksi daging ayam dunia. Pada periode ini, Amerika
Serikat menjadi negara produsen tertinggi dengan produksi rata-rata sebesar
17,46 juta ton, atau memberikan kontribusi sebesar 20,16% terhadap produksi
daging dunia. Urutan kedua China, volume produksi sebesar 13,23 juta ton atau
15,27% dari produksi dunia. Brazil berada diurutan ketiga dengan produksi
sebesar 12,87 juta ton atau berkontribusi sebesar 14,86%. Total kontribusi ketiga
negara produsen terbesar dunia tersebut mencapai 50,28% atau setara dengan
43,56 juta ton. Indonesia bergeser kedudukannya, sementara pada periode 2012-
2016 berada di urutan kesepuluh berada dibawah Thailand. Kontribusi Indonesia
terhadap dunia sebesar 1,83% dengan volume produksi 1,58 juta ton terhadap
produksi dunia sebesar 84,64 juta ton. Sedangkan enam negara sentra produksi
lain memberikan kontribusi pada kisaran 19,82% (17,17 juta ton), mulai dari India
dengan kontribusi 4,26% (3,69 juta ton) hingga di Thailand 1,85% atau 1,61 juta
ton (Tabel 4.2 dan Gambar 4.2).

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

Tabel 4.2. Perkembangan Produksi Daging Ayam Dunia di Sepuluh


Negara Sentra Produksi, Tahun 2012 – 2016.

(000 ton)
Produksi (000 Ton) Kontribusi Kumulatif
No. Negara Rata-rata
2012 2013 2014 2015 2016 (%) (%)
Produksi
1 Amerika Serikat 16.621 16.976 17.306 17.971 18.443 17.463 20,16 20,16
2 China 13.700 13.350 13.000 13.400 12.700 13.230 15,27 35,43
3 Brazil 12.645 12.308 12.692 13.146 13.565 12.871 14,86 50,28
4 India 3.160 3.450 3.725 3.900 4.200 3.687 4,26 54,54
5 Russia 2.830 3.010 3.260 3.550 3.700 3.270 3,77 58,31
6 Mexico 2.958 2.907 3.025 3.196 3.300 3.077 3,55 61,87
7 Argentina 2.014 2.060 2.050 2.080 2.200 2.081 2,40 64,27
8 Turki 1.723 1.758 1.894 1.900 2.050 1.865 2,15 66,42
9 Thailand 1.550 1.500 1.570 1.690 1.720 1.606 1,85 68,27
10 Indonesia 1.540 1.550 1.565 1.625 1.640 1.584 1,83 70,10
Negara Lain 24.793 25.719 26.613 26.254 26.137 25.903 29,90 100,00
Dunia 83.534 84.588 86.700 88.712 89.655 86.638 100,00

Sumber : USDA
Beberapa negara produsen terbesar daging ayam dunia seperti Amerika
Serikat, China, Brazil India, Rusia dan Indonesia memproduksi daging ayam cukup
besar karena seiring dengan besarnya jumlah penduduk di masing-masing negara
tersebut, seperti kita ketahui negara-negara tersebut masuk kategori sepuluh
negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Jadi produksi yang besar
sebagai upaya memenuhi kebutuhan daging ayam dalam negeri untuk mengurangi
ketergantungan terhadap produk daging ayam impor.

Gambar 4.2. Kontribusi Produksi Daging Ayam Dunia di Sepuluh Negara


Sentra, Tahun 2012 – 2016

24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

4.2. Perkembangan Konsumsi Daging Ayam Dunia

Keragaan negara sentra konsumsi daging ayam dunia selama lima tahun
terakhir (2012–2016), menunjukkan bahwa Amerika Serikat merupakan konsumen
daging ayam terbesar di dunia dengan rata – rata konsumsi sebesar 14,66 juta ton
per tahun. Negara konsumen terbesar kedua dan ketiga adalah China dan Brazil,
masing – masing dengan rata-rata konsumsi lima tahun terakhir sebesar 12,97 juta
ton per tahun dan 9,22 juta ton per tahun (Tabel 4.3). Pada periode yang sama
Indonesia sebagai negara sentra konsumsi kesepuluh, dengan rata-rata konsumsi
sebesar 1,60 juta ton per tahun.

Tabel 4.3. Perkembangan Konsumsi Daging Ayam Dunia di Sepuluh


Negara Sentra Konsumsi, Tahun 2012 – 2016.

Tahun (000 Ton) Kontribusi Kumulatif


No. Negara
2012 2013 2014 2015 2016 Rerata (%) (%)
1 Amerika Serikat 13.691 14.041 15.095 15.518 14.974 14.664 19,51 19,51
2 China 13.174 12.830 13.267 12.685 12.895 12.970 17,26 36,77
3 Brazil 8.829 9.137 9.309 9.477 9.351 9.221 12,27 49,04
4 Mexico 3.582 3.738 3.981 4.095 3.766 3.832 5,10 54,14
5 India 3.445 3.716 3.892 4.193 3.680 3.785 5,04 59,18
6 Russia 3.497 3.675 3.728 3.775 3.888 3.713 4,94 64,12
7 Japan 2.209 2.226 2.298 2.298 2.240 2.254 3,00 67,12
8 Argentina 1.729 1.773 1.894 1.976 1.826 1.840 2,45 69,57
9 Afrika Selatan 1.556 1.572 1.660 1.720 1.755 1.653 2,20 71,77
10 Indonesia 1.550 1.565 1.625 1.640 1.625 1.601 2,13 73,90
Negara Lain 19.432 19.286 18.532 19.422 21.392 19.613 26,10 100,00
Dunia 72.694 73.559 75.281 76.799 77.392 75.145 100,00

Sumber : USDA

Keragaan neraca produksi dan konsumsi daging ayam dunia pada tahun
2016, menunjukkan mayoritas negara sentra produksi mengalami surplus ( enam
negara ), dua negara mengalami defisit (kekurangan pasokan), sedangkan
Indonesia balance antara produksi dan konsumsinya. Surplus terbesar terjadi di
Brazil sebesar 4,09 juta ton, dengan produksi sebesar 13,56 juta ton dan
konsumsi 9,48 juta ton. Amerika Serikat mencapai surplus sebesar 2,92 juta ton,
berada diurutan kedua dengan produksi sebesar 18,44 juta ton dan konsumsi

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

15,52 juta ton. Urutan berikutnya Thailand dengan capaian surplus sebesar 620
ribu ton. Surplus atau kelebihan produksi di negara sentra tersebut sebagian ada
yang digunakan sebagai komoditas ekspor. Salah satu negara sentra produksi
daging ayam yaitu Indonesia merupakan negara dengan produksi daging ayam
sebesar 1,64 juta ton dan seluruhnya dikonsumsi sebesar 1,64 juta ton untuk
konsumsi domestik. Mexico dan Russia, merupakan negara sentra produksi yang
mengalami defisit dengan besaran masing-masing 795 ribu ton dan 75 ribu ton
(Tabel 4.4 dan Gambar 4.3).

Tabel 4.4. Neraca Produksi dan Konsumsi Daging Ayam di Sepuluh Negara
Terbesar Dunia, Tahun 2016
Produksi Konsumsi Surplus/Defisit
No. Negara
(000 Ton) (000 Ton) (000 Ton)
1 Amerika Serikat 18.443 15.518 2.925
2 China 12.700 12.685 15
3 Brazil 13.565 9.477 4.088
4 India 4.200 4.193 7
5 Russia 3.700 3.775 -75
6 Mexico 3.300 4.095 -795
7 Argentina 2.200 1.976 224
8 Turki 2.050 1.710 340
9 Thailand 1.720 1.100 620
10 Indonesia 1.640 1.640 0
Sumber: USDA

Gambar 4.3. Negara Sentra Produksi dan Konsumsi Daging Ayam Dunia,
Tahun 2016.

26 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

4.3. Perkembangan Ekspor dan Impor Daging Ayam Dunia

Pasar domestik daging ayam ras pedaging/broiler dunia di beberapa


negara menunjukkan perkembangan yang cukup tinggi. Perkembangan volume
ekspor dan impor daging ayam dunia periode 5 tahun terakhir menunjukkan rata-
rata peningkatan per tahun masing-masing sebesar 2,11% untuk ekspor dan 0,76%
untuk impor. Perkembangan ekspor impor dunia disajikan pada Tabel 3.5, dapat
disimpulkan bahwa pertumbuhan ekspor daging ayam dunia lima tahun terakhir
berkisar antara 1,20% per tahun hingga 5,91% per tahun dimana pada kurun waktu
lima tahun angka pertumbuhan tertinggi diperkirakan akan dicapai pada tahun
2016 yaitu dari 11,03 juta ton di tahun 2012 menjadi 11,69 juta ton. Sedangkan
4 tahun terakhir kisaran dibawah 5% dengan tingkat pertumbuhan yang sedikit
mengalami kelesuan di tahun 2015 atau berkurang 1,51% dari tahun sebelumnya.
Tingkat transaksi bisnis daging unggas dunia cukup dinamis, terlihat dari
kebutuhan ekspor dan impornya relatif seimbang. Pada periode ini volume impor
dari tahu ke tahun semakin berkurang, di tahun 2016 hanya rata-rata 0,26
sementara di tahun 2015 impor dan ekspor melemah di tahun berikutnya kembali
normal. Volume impor daging ayam dunia pertumbuhan pertahun berfluktuatif
dengan kisaran rata-rata 0,26 hingga 3,16%, dengan lonjakan di tahun 2014
( Tabel 4.5 dan Gambar 4.4).

Tabel. 4.5. Perkembangan Ekspor dan Impor Daging Ayam Dunia,


Tahun 2012 – 2016

Ekspor Pertumbuhan Impor Pertumbuhan


Tahun
(000 Ton) (%) (000 Ton) (%)
2012 10.770 9.150
2013 10.899 1,20 9.365 2,35
2014 11.207 2,83 9.661 3,16
2015 11.038 -1,51 9.397 -2,73
2016 11.690 5,91 9.421 0,26
Rerata 11.121 2,11 8.227 0,76
Sumber: USDA

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

Perkembangan ekspor dan impor daging ayam dunia cenderung


meningkat selama periode 2012 – 2016, namun tahun 2015 cenderung mengalami
penurunan (Gambar 4.4), hal ini menandakan bahwa perdagangan ketersediaan
daging ayam dunia untuk di ekspor lebih sedikit dari yang dibutuhkan untuk
diimpor.

Gambar 4.4. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Daging Ayam


Dunia, Tahun 2012 – 2016

4.4. Negara Eksportir dan Importir Daging Ayam Dunia

Keragaan data volume ekspor daging ayam dunia pada tahun 2016 sumber
USDA, capaian sebesar 10,75 juta ton (Tabel 4.6). Pangsa ekspor daging ayam
dunia seperti tahun- tahun sebelumnya masih dikuasai oleh dua negara, yaitu
Brazil dan Amerika Serikat dengan capaian ekspor masing-masing sebesar 4,09
juta ton dan 3,06 juta ton. Kontribusi keduanya terhadap total ekspor dunia
mencapai 66,45% atau 7,15 juta ton dari total ekspor dunia. Brazil menjadi
negara pengekspor daging ayam terbesar di dunia yang memberikan kontribusi
38,03% terhadap pangsa ekspor dunia, meskipun dari sisi produksi berada
diurutan ketiga terbesar setelah Amerika Serikat dan China. Neraca daging ayam
Brazil surplus 4,09 juta ton sehingga devisa negara tersebut salah satynya berasal
dari ekspor ayam ke manca negara. Tahun yang sama Amerika Serikat sebagai
negara eksportir terbesar kedua, dengan volume ekspor sebesar 3,06 juta ton
(kontribusi 28,42% terhadap volume ekspor dunia), dengan volume produksi
mencapai 18,44 juta ton. Selain kedua negara tersebut, negara pengekspor lain
28 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

volume ekspornya di bawah satu juta ton dengan besaran kontribusi di bawah
10%. Negara - negara tersebut beserta volume ekspornya meliputi Thailand (630
ribu ton), China (375 ribu ton), Turki (340 ribu ton), Argentina (225 ribu ton),
Canada (150 ribu ton), Ukraine (165 ribu ton),Chile Belarus (105ribu ton), dan
Bellarus (100 ribu ton). Total kontribusi 10 negara pengekspor mencapai 85,63%
dan sisanya 14,37% merupakan kontribusi dari negara lainnya (Tabel 4.6 dan
Gambar 4.5).

Tabel 4.6. Sepuluh Negara Eksportir Daging Ayam Terbesar di Dunia,


Tahun 2016

Volume Ekspor Kontribusi


No. Negara Kumulatif (%)
(000 Ton) (%)

1 Brazil 4.090 38,03 38,03


2 Amerika Serikat 3.057 28,42 66,45
3 Thailand 630 5,86 72,30
4 China 375 3,49 75,79
5 Turkey 340 3,16 78,95
6 Argentina 225 2,09 81,04
7 Canada 150 1,39 82,44
8 Ukraine 165 1,53 83,97
9 Chile 105 0,98 84,95
10 Belarus 100 0,93 85,88
Negara Lain 1.619 15,05 100,00
Dunia 10.756 100,00
Sumber : USDA

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

Gambar 4.5. Sepuluh Negara Eksportir Daging Ayam Terbesar di Dunia,


Tahun 2016

Kebutuhan daging ayam Indonesia bisa dipenuhi dari produksi dalam


negeri, meskipun Indonesia termasuk dalam 10 (sepuluh) negara produsen daging
ayam dunia namun tidak sebagai negara pengekspor dunia. Kebutuhan domestik
akan daging ayam cukup besar sehingga seluruh produksi daging ayam
diperuntukkan memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri.
Keragaan impor daging ayam dunia tahun 2016 menunjukkan pangsa
impor dunia mencapai 9,42 juta ton. Berbeda dengan negara-negara eksportir,
volume impor dari negara-negara yang masuk kategori 10 (sepuluh) pengimpor
terbesar relatif kecil (di bawah 1 juta ton) dan merata, sehingga variasinya tidak
begitu nyata. Pangsa impor daging ayam di sepuluh negara importir menguasai
hampir setengah pangsa impor dunia, yaitu mencapai 54,29% dari pangsa impor
dunia sebesar 9,42 juta ton ( Tabel 4.7 dan Gambar 4.6).
Volume impor daging ayam dunia lima tahun terakhir masih di dominasi
negara Jepang. Negara ini merupakan negara importir daging ayam terbesar di
dunia, volume impor sebesar 910 ribu ton. Saudi Arabia dan Mexico diurutan
berikutnya, masing-masing sebesar 900 ribu ton dan 800 ribu ton. Tujuh negara
importir besar lainnya beserta volume impor masing-masing adalah Iraq, Rusia,
Afrika Selatan, Angola, Hongkong, Venezuela , dan China (Tabel 4.7). Tingginya
kebutuhan daging ayam bagi Negara Saudi Arabia disamping untuk kebutuhan

30 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

domestik penduduknya, pada bulan tertentu juga untuk memenuhi suplai daging
pada pelaksanaan ibadah haji karena jumlah penduduknya juga relatif sedikit
(sekitar 2,5 juta orang).

Tabel 4.7. Sepuluh Negara Importir Daging Ayam di Dunia, Tahun 2016

Volume Impor Kontribusi Kumulatif


No. Negara
(000 Ton) (%) (%)
1 Jepang 910 9,66 9,66
2 Saudi Arabia 900 9,55 19,21
3 Mexico 800 8,49 27,70
4 Iraq 670 7,11 34,82
5 Afrika Selatan 470 4,99 39,80
6 China 360 3,82 43,63
7 Dubai 320 3,40 47,02
8 Hong Kong 305 3,24 50,26
9 Angola 230 2,44 52,70
10 Russia 150 1,59 54,29
… Indonesia 3 0,03
Neg. Lainnya 4.306 45,71 100,00
Dunia 9.421
Sumber : USDA

Gambar 4.6. Sepuluh Negara Importir Daging Ayam Terbesar di Dunia, Tahun
2016

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

BAB V. ANALISIS PEMODELAN PRODUKSI DAN KONSUMSI


DAGING AYAM RAS

5.1. Proyeksi Populasi Daging Ayam Ras Tahun 2018-2022

Untuk melakukan proyeksi produksi daging ayam ras, maka harus


melakukan proyeksi populasi terlebih dahulu. Setelah diperoleh proyeksi
populasi, maka diperkiran jumlah yang dipotong dikalikan rata-rata bobot potong
dan konversi ke karkas. Fungsi populasi ayam ras pedaging merupakan respon dari
populasi ayam ras tahun sebelumnya, harga daging ayam ras, harga daging ayam
buras, harga jagung dan curah hujan.

Model populasi ayam ras juga dilakukan model validasi untuk menghasilkan
model tentatif terbaik. Ada 5 model tentatif yang hendak dipilih, dengan
mempertimbangkan besaran R2 Adjusted, R2 predictioan, nilai PRESS, nilai VIF
untuk melihat gejala multikolonieritas, keheteroskedastisitas, dan gejela
autokorelasi. Model pertama sampai ketiga dengan variabel bebas seperti pada
Tabel 5.1. menunjukkan model yang cukup baik, dengan berbagai indicator
kelayakan model seperti besaran R2 Adjusted cukup tinggi diatas 90%, R2
predictioan juga cukup baik dengan nilai di atas 90%, dan tidak ada gejala
multikolonieritas, tidak ada gejala keheteroskedastisitas, namun masih ada yang
kurang baik seperti tanda koefisien regeresi untuk variable bebas harga jagung
dan curah hujan bertanda positif, dan konsumsi bertanda negatif. Model kelima
sudah bebas multikolinieritas, pola sisaan dan dugaan baik yaitu bersifat acak di
sekitar nilai 0, dan tidak ada gejela autokorelasi, namun harga jagung bertnada
positif yang seharusnya negative, sehingga model kelima tidak dipilih. Model ke-
4 memiliki nilai t hitung untuk koefisien regreesi yang signifikan pada taraf 5%
hampir semua variable kecuali harga jagung, tidak ada gejela multikolonieritas,
pola sisaan terhadap dugaan acak di sekitar nilai 0, sehingga untuk peramalan
populasi ayam ras pedaging model yang paling layak digunakan oleh model ke-4.

32 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

Tabel 5.1. Pemilihan Model Tentatif untuk Proyeksi Populasi Ayam Ras Pedaging
Heteroskedastisitas
: Plot Dugaan Vs
No Model R-Sq (Adj) R-Sq (Pred) PRESS Multikolineraitas Residual Autokorelasi Kesimpulan
Baik, tetapi ada
LnPop = - 2,12 + 0,905 Nilai VIF Durbin- 2 koefisien
LnPopt-1 + 0,424 LnHRras + berkisar < 10 : Pola Acak di Watson tidak nyata,
1 94,60% 92,97% 1,0108 curah hujan dan
0,120 LnHMaize + 0,076 Tidak ada Gejala sekitar Nilai Nol statistic
LnChujan Multikolinearitas = 1.97465 harga jagung
bertanda positif
Baik, tetapi ada
LnPop = - 2,47 + 0,911 Nilai VIF Durbin-
2 koefisien
LnPopt-1 + 0,475 LnHRras + berkisar < 10 : Pola Acak di Watson
2 0,113 LnHMaize +
94,70% 93,13% 0,9888 Tidak ada Gejala sekitar Nilai Nol statistic
tidak nyata,
curah hujan
0,096LnCHt-1 Multikolinearitas = 1.81973 bertanda positif
Nilai VIF Durbin- Baik, tetapi
Populasi = - 324 + 1,00
berkisar 1 -9 : Pola Acak di Watson konsumsi
3 Lagpop1 + 5,87 HR Ras + 95,70% 94,98% 321417 Tidak ada Gejala sekitar Nilai Nol statistic bertanda
0,631 HMaize - 0,6 Consumsi
Multikolinearitas = 1.74050 negatif
Populasi = - 391 + 1.03 Nilai VIF Durbin- Baik dan Hampir
Lagpop1 + 3.91 HRRASt-1 + berkisar < 10 : Pola Acak di Watson semua koefisien
4 4.38 HR Buras - 0.290
97,40% 96,34% 234512 Tidak ada Gejala sekitar Nilai Nol statistic Nyata pada
Hmaizet-1 Multikolinearitas = 1,8249 Aplha = 5%

Nilai VIF Durbin- Baik, tetapi


Populasi = - 505 + 0.946
berkisar < 10 : Pola Acak di Watson harga jagung
5 Lagpop1 + 3.85 HRRASt-1 + 3.59 97,60% 95,92% 260925
HR Buras + 43.0 HR Jag t-1
Tidak ada Gejala sekitar Nilai Nol statistic bertanda
Multikolinearitas = 1,8089 positif

Hasil model regresi populasi ayam ras pedaging menggunakan Regresi Linier
Berganda dan diperoleh model sebagai berikut:
Populasi = -391 + 1,03 Lagpop1 + 3,91 HRRast-1 + 4,38 HRBuras - 0,290 HMaizet-1
dimana: Populasi = Populasi ayam ras pedaging tahun (t)
Lagpop1 = Populasi ayam ras pedaging tahun (t-1)
HRRast-1 = Harga riil daging ayam ras tahun (t-1)
HRBuras = Harga riil daging ayam buras tahun (t)
HMaizet-1 = Harga Jagung dunia tahun (t-1)

Hasil analisis fungsi respon model 4 sebagai model terbaik, populasi


ayam ras pedaging menunjukkan bahwa populasi dipengaruhi oleh populasi
ayam ras pedaging tahun sebelumnya, harga riil daging ayam ras tahun
sebelumnya, harga riil ayam buras, dan harga jagung dunia tahun sebelumnya
(Tabel 5.2).
Model untuk melakukan peramalan populasi ayam ras pedaging dengan
dengan menggunakan regresi berganda, dapat dilihat pada Tabel 5.2. Dari hasil
Uji Anova menghasilkan nilai F hitung = 304,08, nilai probability p = 0,000 atau
kurang dari 0,05 artinya model layak pada tingkat kepercayaan sebesar 95%.
Nilai Adjusted R2 sebesar 97,4% artinya model populasi ayam ras pedaging dapat

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 33


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

dijelaskan oleh variabel - variabel bebasnya sebesar 97,4%. Dari hasil Uji Anova
ini, disimpulkan bahwa model ini masih cukup layak untuk memprediksi populasi
ayam ras pedaging pada tahun-tahun mendatang. Nilai R2 predicted sebesar
96,34% artinya kemampuan model ini cukup baik dalam melakukan prediksi
beberapa tahun kedepan.
Gambar 5.1 adalah plot nilai dugaan terhadap sisaan untuk menguji
heteroskedastisitas. Apabila plot menyebar merata di atas dan di bawah sumbu
0 tanpa membentuk sebuah pola tertentu, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. Dari Gambar 5.1 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
gejala heteroskedastisitas.
Koefisien variabel bebas populasi ayam ras tahun sebelumnya (Lagpop1)
bertanda positif artinya jika populasi ayam ras pedaging tahun sebelumnya
meningkat, maka pada tahun berikutnya juga meningkat, atau ada
kecenderungan terjadi peningkatan populasi ayam ras dari tahun ke tahun. Hasil
uji t untuk koefisien populasi ayam ras pedaging tahun sebelumnya, memiliki p
< 0,05 artinya cukup signifikan, dan nilainya tidak sama dengan nol. Koefisien
variabel bebas berikutnya adalah harga riil daging ayam ras tahun sebelumnya
(HRRast-1) bertanda positif artinya jika harga riil daging ayam ras meningkat
maka peternak akan semakin tertarik meningkatkan populasi ayam sehingga
populasi ayam ras akan semakin meningkat. Hasil Uji t, koefisien harga riil ayam
ras signifikan pada taraf nyata 5%. Koefisien variabel bebas harga riil ayam buras
(HRBuras) bertanda positif artinya jika harga daging ayam buras meningkat
maka akan ikut mendongkrak harga daging ayam ras pedaging, sehingga
kedepan akan meningkatkan populasinya. Hasil Uji t, koefisien harga riil ayam
buras signifikan pada taraf nyata 5%. Koefisien harga jagung dunia (HMaizet-1)
menunjukkan nilai negatif artinya semakin tinggi harga jagung dunia, maka
harga bahan baku pakan ternak akan semakin meningkat, karena bahan baku
pakan ternak didominasi oleh jagung. Hasil uji Anova dan uji t terlihat pada
Tabel 5.1.

34 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

Tabel 5.2 . Hasil Analisis Fungsi Respon Populasi Ayam Ras Pedaging Indonesia

The regression equation is


Populasi = - 391 + 1.03 Lagpop1 + 3.91 HRRASt-1 + 4.38 HR Buras - 0.290 Hmaizet-1

Predictor Coef SE Coef T P VIF


Constant -390.7 104.0 -3.76 0.001
Lagpop1 1.02799 0.04174 24.63 0.000 1.890
HRRASt-1 3.906 1.665 2.35 0.026 1.109
HR Buras 4.3752 0.8780 4.98 0.000 1.279
Hmaizet-1 -0.2898 0.3313 -0.87 0.389 2.309

S = 71.7327 R-Sq = 97.7% R-Sq(adj) = 97.4%

PRESS = 234512 R-Sq(pred) = 96.34%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P
Regression 4 6258593 1564648 304.08 0.000
Residual Error 28 144076 5146
Total 32 6402669

Source DF Seq SS
Lagpop1 1 6099979
HRRASt-1 1 26698
HR Buras 1 127979
Hmaizet-1 1 3938

Gambar 5.1. Plot nilai sisaan terhadap nilai dugaan model populasi ayam ras
pedaging.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 35


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

Dengan menggunakan model tersebut dapat diproyeksi populasi ayam


ras pedaging untuk tahun 2018-2022 yang disajikan pada Tabel 5.3. Pada tahun
2018-2022 proyeksi populasi ayam ras pedaging di Indonesia diperkirakan akan
mengalami pertumbuhan sebesar 6,75% per tahun. Berdasarkan angka estimasi
dari Ditjen PKH pada tahun 2018 populasi ayam ras pedaging mencapai 1,89
milyar ekor. Berdasrkan pemodelan populasi ayam ras pedaging, pada tahun 2019
populasi mencapai 1,95 milayar ekor, atau naik 3,04% dari tahun 2018. Kondisi
populasi ayam ras pedaging diperkirakan masih akan terus meningkat sampai
yahun 2022, karena peningkatan jumlah penduduk membutuhkan daging ayam
ras yang lebih banyak, sehingga pada tahun 2022 populasinya diperkirakan
mencapai 2,45 milyar ekor. Hasil proyeksi populasi ayam ras pedaging tersaji
pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Hasil Proyeksi Produksi Daging Ayam Ras Pedaging Indonesia Tahun
2018 – 2022.

Tahun Populasi (Ekor) Pertumbuhan (%)

2018 *) 1.891.434.612
2019 1.948.902.796 3,04
2020 2.113.274.990 8,43
2021 2.281.694.140 7,97
2022 2.454.274.058 7,56
Rata-rata Pertumbuhan 6,75
Keterangan : *) Angka Sementara Ditjen. PKH
Tahun 2019 - 2022 Angka Proyeksi Pusdatin

Angka populasi ayam ras tersebut di atas, diperoleh dari hasil verifikasi dan
validasi Setditjen PKH dan seluruh petugas pengelola data di provinsi. Angka
populasi ayam ras pedaging, diperkirakan masih lebih rendah dari populasi yang
sebenarnya. Petugas pengelola data di provinsi memperoleh data dari petugas
pengelola data di tingkat kabupaten/kota. Angka populasi ayam diperoleh dari
jumlah ayam yang dipelihara di kandang yang menjadi wilayahnya dikalikan
dengan jumlah siklus dalam setahun. Angka tersebut masih mengandung

36 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

kelemahan, karena tidak semua kandang dapat diamati dan diakses, sehingga
populasi ayam masih dianggap under estimate.
Untuk meningkatkan akurasi populasi ayam ras pedaging, Direktorat
Perbibitan dan Produksi – Ditjen PKH, telah melakukan audit populasi ayam ras
pedaging ini. Metode estimasinya berdasarkan jumlah GPS (Grand Parent Stock)
yang diimpor oleh perusahaan besar. Setiap ekor GPS akan menghasilkan 40 ekor
PS (Parent Stock). Setiap ekor PS akan menghasilkan 140 ekor FS (Final Stock).
Berdasrkan perbandingan tersebut diperkirakan besaran populasi untuk ayam ras
pedaging.

Tabel 5.4. Proyeksi Populasi Riil Ayam Ras Pedaging tahun 2018 - 2022
Populasi Hasil Populasi Menurut
Tahun
Verval (Ekor) Impor GPS (ekor)
Angka Realisasi *)
2014 1.443.349.118 2.552.572.268
2015 1.528.329.183 2.518.904.881
2016 1.632.567.839 3.198.165.956
2017 1.848.731.364 3.166.999.092
Angka Estimasi **)
Model : Pop gps= 1.75*Poplap
Model Populasi Estimasi Populasi
Tahun
(Ekor) Riil (Ekor)
2018 **) 1.891.434.612 3.156.732.462
2019 1.948.902.796 3.410.579.893
2020 2.113.274.990 3.698.231.233
2021 2.281.694.140 3.992.964.745
2022 2.454.274.058 4.294.979.601
Sumber :
*) Ditjen PKH
**) Tahun 2018 Angka Sementara Ditjen PKH
Tahun 2019 - 2022 Angka Estimasi Pusdatin

Berdasarkan Tabel 5.4. menunjukkan ada perbedaan data populasi hasil


verval (Setditjen PKH) dan populasi berdasarkan realisasi impor GPS. Sebagai
contoh populasi berdasarkan verval (laporan daerah) populasi ayam ras pedaging
mencapai 1,85 milyar ekor, tetapi berdasrkan realisasi impor GPS dan laporan
perusahaan besar populasi sebenarnya mencapai 3,17 milyar ekor. Demikian juga
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 37
2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

dengan populasi tahun 2018 diestimasi sebesar 1,89 milyar ekor dan populasi riil
diperkirakan mencapai 3,16 milyar ekor.
Oleh karena perbedaan data tersebut maka hasil proyeksi tahun 2018 – 2022
juga harus dikoreksi. Koreksi dilakukan dengan mencari hubungan antara populasi
hasil verval petugas daerah dengan populasi berdasarkan realisasi impor GPS. Dari
lima titik pengamatan yaitu tahun 2014 sampai 2018, hubungan sederhana antara
populasi ayam ras berdasarkan GPS dan berdasarkan verval adalah :
Populasi GPS = 1,75 * Pop laporan

Berdasarkan model tersebut hasil proyeksi populasi tahun 2019 sebanyak


1,95 milyar ekor, setelah dikoreksi berdasarkan model, diperkirakan populasi riil
berdasrkan impor GPS, menjadi sebanyak 3,41 milyar ekor. Dengan cara yang
sama, pada tahun 2020 diproyeksikan populasi ayam ras pedaging mencapai 3,70
milyar ekor, tahun 2021 meningkat kembali menjadi 3,99 milyar ekor, dan tahun
2022 mencapai 4,29 milyar ekor.

5.2. Proyeksi Produksi Daging Ayam Ras Pedaging (Broiler) 2018-2022


Proyeksi produksi daging ayam ras pedaging tidak menggunakan model
stokastis, tetapi mengggunakan model deterministik. Hal ini dilakukan karena
jika populasi ayam ras pedaging sudah diperoleh, maka hampir dipastikan jumlah
tersebut juga merupakan jumlah ayam yang dipotong dikurangi deplesi
(kematian). Deplesi yang digunakan untuk ayam ras pedaging adalah sebesar 6%
(Sumber Ditjen PKH). Setelah dikurangi deplesi, populasi yang ada adalah
populasi ayam ras siap potong.
Selanjutnya untuk menghitung angka produksi, menggunakan asumsi bahwa
rata-rata bobot hidup ayam ras pedaging saat dipotong adalah 1,7 kg/ekor.
Produksi yang dimaksud adalah produksi dalam bentuk karkas, tidak termasuk
bagian kepala, leher, dan kaki. Konversi berat karkas untuk ayam ras pedaging
adalah 68% dari bobot potong.
Berdasarkan perhitungan di atas pada tahun 2018 produksi daging ayam ras
pedaging sebesar 3,43 juta ton. Pada tahun 2019 diperkirakan produksi daging
broiler naik menjadi 3,73 juta ton. Kondisi meningkatnya produksi berlangsung
terus dari tahun 2020 produksi diperkirakan mencapai 4,04 juta ton, tahun 2021
mencapai 4,36 juta ton, dan tahun 2022 diperkirakan mencapai 4,69 juta ton.
38 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

Tabel 5.5. Proyeksi Produksi Ayam Ras Pedaging Tahun 2018 - 2022

Populasi Hasil Populasi (Deplesi Berat Hidup (Kg) Produksi (Ton)


Tahun
Pemodelan (Ekor) 6%) (1.7 kg/ekor) Konversi Karkas 68%
2018 *) 3.156.732.462 2.967.328.514 5.044.458.474 3.430.232
2019 3.430.068.921 3.224.264.786 5.481.250.136 3.727.250
2020 3.719.363.983 3.496.202.144 5.943.543.645 4.041.610
2021 4.015.781.686 3.774.834.785 6.417.219.135 4.363.709
2022 4.319.522.342 4.060.351.001 6.902.596.702 4.693.766
Keterangan :
*) Tahun 2018 angka proyeksi Ditjen PKH.
Tahun 2019 – 2022 proyeksi Pusdatin berdasarkan model.

5.3. Proyeksi Konsumsi Daging Ayam Ras 2018-2021

Analisis proyeksi konsumsi daging ayam ras dilakukan berdasarkan data


konsumsi Susenas dari BPS. Konsumsi dari Susenas adalah konsumsi rumah tangga,
tidak termasuk konsumsi non rumah tangga. Proyeksi konsumsi daging ayam ras
merupakan fungsi dari respon konsumsi daging ayam ras tahun sebelumnya, harga
riil daging ayam ras tahun dan trend perubahan konsumsi. Hasil model konsumsi
daging ayam ras menggunakan Regresi Linier Berganda yang diperoleh dengan
persamaan sebagai berikut:
Konsumsi = - 1.29 + 0.686 Konst-1 + 0.0241 HRRas + 0.0518 Trend
dimana: Konsumsi =Konsumsi daging ayam ras tahun (t)
Konst-1 = Konsumsi daging ayam ras tahun sebelumnya (t-1)
HRRas = Harga riil daging ayam ras tahun (t-1)
Trend = Faktor trend

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 39


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

Tabel 5.6. Hasil Analisis Fungsi Respon Konsumsi Rumah Tangga Ayam Ras
Pedaging Indonesia

The regression equation is


Konsumsi = - 1.29 + 0.686 Kons t-1 + 0.0241 HR Ras + 0.0518 Trend

Predictor Coef SE Coef T P VIF


Constant -1.2855 0.5503 -2.34 0.027
KOns t-1 0.6858 0.1355 5.06 0.000 4.839
HR Ras 0.02414 0.01046 2.31 0.028 1.012
Trend 0.05180 0.01811 2.86 0.008 4.814

S = 0.451603 R-Sq = 90.8% R-Sq(adj) = 89.8%

PRESS = 7.77804 R-Sq(pred) = 87.89%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P
Regression 3 58.301 19.434 95.29 0.000
Residual Error 29 5.914 0.204
Total 32 64.215

Source DF Seq SS
KOns t-1 1 55.419
HR Ras 1 1.214
Trend 1 1.668

Durbin-Watson statistic = 1.99614

Gambar 5.2. Plot nilai sisaan terhadap nilai dugaan model konsumsi rumah tangga
daging ayam ras pedaging.

40 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

Koefisien variabel bebas konsumsi tahun sebelumnya (Konst-1) bertanda


positif artinya jika konsumsi ayam ras pedaging tahun sebelumnya meningkat,
maka pada tahun berikutnya juga meningkat, atau ada kecenderungan terjadi
peningkatan konsumsi daging ayam ras dari tahun ke tahun. Hasil uji t untuk
koefisien konsumsi daging ayam ras pedaging tahun sebelumnya, memiliki p <
0,05 artinya cukup signifikan dan koefisien tersebut tidak sama dengan nol.
Koefisien variabel bebas berikutnya adalah harga riil daging ayam ras tahun ke-
t bertanda positif artinya jika harga riil daging ayam ras meningkat maka
konsumsi ayam ras tetap meningkat, karena sumber protein hewani yang relatif
murah adalah daging ayam ras. Hasil Uji t, koefisien harga riil ayam ras
signifikan pada taraf nyata 5%. Koefisien trend konsumsi ayam ras bertanda
positif artinya ada kecenderunga konsumsi daging ayam ras meningkat dari
tahun ke tahun. Hasil Uji t, koefisien trend signifikan pada taraf nyata 5%. Hasil
uji Anova dan uji t terlihat pada Tabel 5.6.
Total konsumsi daging ayam ras diperkirakan akan meningkat pada tahun
2018-2022. Pada tahun 2018 konsumsi rumah tangga daging ayam ras diperkirakan
mencapai 5,31 kg/kapita menjadi 6,03 kg/kapita di tahun 2022. Pertumbuhan
konsumsi rumah tangga daging ayam ras, diproyeksikan sebesar 3,26% per tahun.
Meningkatknya konsumsi rumah tangga diduga karena harga daging ayam ras
relatif murah dibandingkan dengan harga daging ayam buras atau daging sapi,
sehingga menjadi pilihan yang utama. Disamping itu diperkirakan pendapat
penduduk akan semakin baik, sehingga konsumsi meningkat. (Tabel 5.6).

Tabel 5.7. Hasil Proyeksi Konsumsi Daging Ayam Ras Indonesia, 2018-2022
Konsumsi Rumah
Tahun Tangga Pertumbuhan (%)
(Kg/kapita/tahun)
2018 5.306
2019 5.495 3.55
2020 5.677 3.33
2021 5.857 3.16
2022 6.033 3.02
Rata-rata 3.26

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 41


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

5.4. Proyeksi Surplus/Defisit Daging Ayam Tahun 2018 -2022

Neraca daging ayam di Indonesia dihitung dengan pendekatan antara


proyeksi konsumsi dan proyeksi produksi nasional. Konsumsi per kapita total
terdiri dari 2 komponen yaitu konsumsi rumah tangga dan konsumsi non rumah
tangga. Konsumsi rumah tangga dihasilkan dari pemodelan regresi berganda,
sehingga diperoleh proyeksi konsumsi 2018 – 2022. Konsumsi non rumah tangga
diperoleh dari laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Konsumsi nasional
daging ayam ras pedaging adalah konsumsi total dikalikan jumlah penduduk.
Angka proyeksi produksi tahun 2018 – 2022 diperoleh pemodelan regresi
berganda.
Produksi daging ayam broiler masih harus dikurangi tercecer dengan
asumsi 5%. Daging ayam dikonsumsi sebagai bahan makanan oleh rumah tangga
dan konsumsi non rumah tangga. Konsumsi non rumah tangga meliputi konsumsi
di warung makan, restoran, hotel, makanan jadi yang berbahan baku daging ayam
seperti baso daging ayam, nugget, dan lain-lain.
Pada Tabel 5.7, disajikan neraca proyeksi produksi dan konsumsi nasional.
Pada tahun 2018, konsumsi per kapita daging ayam total sebesar 11,51
kg/kapita/tahun, dikalikan jumlah penduduk 265,01 juta orang, maka kebutuhan
nasional sekitar 3,05 juta ton. Hasil proyeksi produksi tahun 2018 sebesar 3,43
juta ton, setelah dikurangi daging yang tercecer sebbesar 5%, maka tahun 2018
masih ada surplus sebesar 208,39 ribu ton. Dengan cara yang sama pada tahun
2019, diperkirakan proyeksi konsumsi nasional sebesar 3,19 juta ton, produksi
nasional sebesar 3,73 juta ton, setlah dikurangi tercecer sebesar 5%, maka masih
ada surplus sebesar 351,84 ribu ton. Kondisi surplus ini diperkirakan akan terus
meningkat, sehingga pada tahun 2020 surplus daging ayam sebesar 507,48 ribu
ton, tahun 2021 surplus 669,41 ribu ton, dan tahun 2022 surplus 836,40 ribu ton.
(Tabel 5.7).
Besaran konversi daging ayam yang tercecer sebesar 5% terhadap
penyediaan menggunakan faktor konversi yang digunakan pada perhitungan
Neraca Bahan Makanan Nasional. Surplus daging ayam ini diperkirakan untuk stok
dalam bentuk beku, industri makanan olahan misalnya nugget, sosis, bakso dan

42 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

lain-lain. Stok dalam bentuk beku dari hasil FGD “”Menata Industri Perunggasan”
tahun 2015, dari ayam potong yang diproduksi hanya 20% berupa ayam beku,
sedangkan sisanya 80%-nya merupakan ayam dalam bentuk basah yang
dipergunakan untuk diperdagangkan di pasar tradisional, bahan baku makanan
olahan.

Tabel 5.8. Hasil Proyeksi Produksi dan Konsumsi Daging Ayam Ras Tahun 2018 –
2022

Tahun
Uraian
2018 2019 2020 2021 2022
Jumlah Penduduk (Ribu Jiwa) 265,015 267,974 271,066 273,984 276,822
Konsumsi Perkapita (Kg/kapita/tahun) 11.51 11.90 12.29 12.69 13.09
Rumah Tangga 5.31 5.49 5.68 5.86 6.03
Non Rumah Tangga (Asumsi Pertumbuhan 3,26%) 6.20 6.41 6.61 6.83 7.05
Kebutuhan Nasional ( Ton) 3,050,326 3,189,047 3,332,045 3,476,110 3,622,677
Penyediaan Produksi (Ton) 3,430,232 3,727,250 4,041,610 4,363,709 4,693,766
Tercecer 5% dari penyediaan (Ton) 171,512 186,363 202,080 218,185 234,688
Neraca (Ton) 208,394 351,840 507,484 669,414 836,401

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 43


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

BAB VI. KESIMPULAN

Populasi ayam ras pedaging (broiler) dalam kurun waktu beberapa tahun
belakangan ini meningkat dengan pesat. Menurut data Statistik Peternakan dan
Kesehatan Hewan Tahun 2017 (angka tetap), populasi ayam ras pedaging di
Indonesia saat ini mencapai 1,85 milyar ekor, meningkat sekitar 13,24% dari
populasi tahun 2016 sebanyak 1,63 milyar ekor, sedangkan tahun 2018
diperkirakan akan mencapai 1,89 milyar ekor meningkat atau 2,31%. Peningkatan
ini seiring dengan perkembangan teknologi terutama di sektor budidaya (on farm)
yang semakin modern, sehingga proses produksi menjadi lebih cepat dan efisien.
Angka populasi yang dihitung berdasarkan realisasi impor GPS (Grand
Parent Stock) pada tahun 2017 diperkirakan mencapai 3,17 Milyar ekor dan tahun
2018 prognosa pupulasi ayam ras mencapai 3,16 Milyar ekor. Berdasarkan
pomodelan populasi ayam ras pedaging, pada tahun 2019 populasi ayam ras
diestimasi sebesar 3,41 Milyar ekor, dan tahun 2020 mencapai 3,69 Milyar ekor.
Berdasarkan angka populasi itu, diperkirakan produksi daging tahun 2019 sebesar
3,72 juta ton, dan tahun 2020 sebesar 4,04 juta ton.
Rata-rata konsumsi per kapita daging ayam ras untuk rumah tangga tahun
2018-2022 sebesar 5,67 kg/kapita/tahun. Proyeksi konsumsi daging ayam ras
rumah tangga tahun 2018 sebesar 5,31 kg/kapita, tahun 2019 sebesar 5,50
kg/kapita dan tahun 2020 mencapai 5,67 kg/kapita. Konsumsi tersebut hanya
merupakan konsumsi rumah tangga, jika ditambah konsumsi di non rumah tangga
maka konsumsi total diperkirakan mencapai 11,51 kg/kapita/tahun.
Keseimbangan produksi dan konsumsi daging ayam ras di Indonesia
mengalami peningkatan surplus pada tahun 2018 hingga tahun 2022. Berdasarkan
hasil analisis pemodelan angka konsumsi dan produksi, diperkirakan pertumbuhan
angka konsumsi sedikit lebih rendah dari pertumbuhan produksi daging ayam.
Pada tahun 2018 diperkirakan akan surplus daging ayam sebesar 208 ribu ton,
tahun 2019 surplus meningkat menjadi 352 ribu ton, dan tahun 2020 suplus
diperkirakan mencapai 507 ribu ton. Dengan demikian surplus daging ayam tetap
bisa dipertahankan dan perlu terus diupayakan program peningkatan produksi
daging ayam pada tahun-tahun mendatang.

44 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

DAFTAR PUSTAKA

Pappas, J.L. dan M. Hirschey. 1995. Ekonomi Manajerial. Terjemahan Edisi


Keenam, Jilid I. Binarupa Aksara. Jakarta.

Hairil Adzulyatno, 2011. Analisis Permintaan dan Prediksi Konsumsi serta Produksi
Daging Broiler di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Buletin
Peternakan Vol. 35(3):202-207, Oktober 2011

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Prospek dan Arah


Pengembangan Agribisnis Unggas. Jakarta.
http://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/b5unggas

BPS. 2012. Survei Sosial Ekonomi Nasional, Pengeluaran untuk Konsumsi


Penduduk Indonesia 2010. Jakarta.

USDA. 2012. http://www.fas.usda.gov/psdonline/psdhome.aspx

Gunaryo, 2012. Imbas Dari Musim Kekeringan Amerika, Kenaikan Harga Pakan Picu
Meroketnya Harga Daging Ayam.
http://www.lensaindonesia.com/2012/07/25/kenaikan-harga-pakan-
picu-meroketnya-harga-daging-ayam.html

FGD. 2015. http://www.pb-ispi.org/fgd-menata-industri-perunggasan-


nasional/san Nasional.

Budi, Kurniasih. Produksi Ayam Ras 2018 Nasional Surplus.


https://ekonomi.kompas.com/read/2018/09/02/222631226/produks
i-ayam-ras-2018-nasional-surplus. Diunduh tanggal 2 September
2018.

Walpole, E Ronald. 1995. Pengantar statistika. Jakarta: PT.


Gramedia pustaka utama.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 45


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

LAMPIRAN

46 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

Lampiran 1. Perkembangan Populasi Ayam Ras Pedaging di Jawa, Luar Jawa dan
Indonesia, Tahun 1984 – 2018
Populasi (Juta Ekor)
Tahun Pertumb. Pertumb. Pertumb.
Jawa Luar Jawa Indonesia
(%) (%) (%)
1984 6,36 104,22 110,58
1985 6,73 5,85 136,92 31,38 143,66 29,91
1986 8,85 31,39 164,95 20,47 173,80 20,98
1987 9,90 11,93 208,28 26,27 218,18 25,54
1988 11,72 18,39 215,32 3,38 227,04 4,06
1989 13,80 17,73 249,12 15,70 262,92 15,80
1990 17,51 26,87 309,10 24,08 326,61 24,23
1991 23,71 35,39 384,20 24,30 407,91 24,89
1992 28,82 21,59 430,27 11,99 459,10 12,55
1993 37,09 28,67 491,07 14,13 528,16 15,04
1994 49,49 33,44 573,48 16,78 622,97 17,95
1995 401,60 711,54 287,87 -49,80 689,47 10,68
1996 432,73 7,75 323,23 12,28 755,96 9,64
1997 457,29 5,68 184,08 -43,05 641,37 -15,16
1998 255,66 -44,09 98,35 -46,57 354,00 -44,81
1999 213,91 -16,33 110,44 12,30 324,35 -8,38
2000 369,37 72,68 161,50 46,23 530,87 63,67
2001 444,99 20,47 176,84 9,50 621,83 17,13
2002 608,84 36,82 256,23 44,89 865,07 39,12
2003 564,11 -7,35 283,64 10,70 847,74 -2,00
2004 558,62 -0,97 220,35 -22,31 778,97 -8,11
2005 578,23 3,51 232,96 5,72 811,19 4,14
2006 557,91 -3,52 239,62 2,86 797,53 -1,68
2007 622,31 11,54 269,35 12,41 891,66 11,80
2008 657,23 5,61 244,82 -9,11 902,05 1,17
2009 745,92 13,49 280,46 14,56 1.026,38 13,78
2010 665,72 -10,75 321,15 14,51 986,87 -3,85
2011 857,10 28,75 320,89 -0,08 1.177,99 19,37
2012 903,26 5,39 341,15 6,31 1.244,40 5,64
2013 978,77 8,36 365,42 7,12 1.344,19 8,02
2014 1.001,39 2,31 441,96 20,94 1.443,35 7,38
2015 1.033,30 3,19 495,03 12,01 1.528,33 5,89
2016 1.099,69 6,42 532,88 7,65 1.632,57 6,82
2017 1.271,59 15,63 577,14 8,31 1.848,73 13,24
2018*) 1.292,37 1,63 599,06 3,80 1.891,43 2,31
Rata-rata Pertumbuhan (%/tahun)
1984-2018 32,62 7,93 10,20
1984-2008 43,11 7,27 11,17
2009-2018 7,44 9,51 7,86
Sumber : Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, diolah Pusdatin
Keterangan : *) Angka Sementara

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 47


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

Lampiran 2. Perkembangan Produksi Daging Ayam Ras Pedaging di Jawa, Luar


Jawa dan Indonesia, Tahun 1984 – 2018

Produksi (000 Ton)


Tahun Pertumb. Pertumb. Pertumb.
Jawa Luar Jawa Indonesia
(%) (%) (%)
1984 32,28 46,21 78,49
1985 58,28 80,55 56,18 21,58 114,46 45,83
1986 78,60 34,87 60,59 7,85 139,19 21,61
1987 73,52 -6,46 95,08 56,92 168,60 21,13
1988 87,06 18,42 94,65 -0,45 181,71 7,78
1989 102,48 17,71 107,94 14,04 210,42 15,80
1990 130,02 26,87 131,35 21,69 261,37 24,21
1991 176,04 35,39 150,39 14,50 326,43 24,89
1992 214,79 22,01 152,60 1,47 367,39 12,55
1993 275,41 28,22 147,25 -3,51 422,66 15,04
1994 321,57 16,76 176,96 20,18 498,53 17,95
1995 372,61 15,87 179,14 1,23 551,75 10,68
1996 401,70 7,81 203,25 13,46 604,95 9,64
1997 366,09 -8,86 149,21 -26,59 515,30 -14,82
1998 205,84 -43,77 79,17 -46,94 285,01 -44,69
1999 188,17 -8,58 104,83 32,41 293,00 2,80
2000 385,21 104,71 129,79 23,81 515,00 75,77
2001 412,91 7,19 124,04 -4,43 536,95 4,26
2002 583,17 41,23 168,76 36,05 751,93 40,04
2003 550,16 -5,66 220,95 30,93 771,11 2,55
2004 596,42 8,41 249,68 13,00 846,10 9,72
2005 531,83 -10,83 247,28 -0,96 779,11 -7,92
2006 614,78 15,60 246,48 -0,32 861,26 10,54
2007 674,17 9,66 268,62 8,98 942,78 9,47
2008 744,47 10,43 274,27 2,10 1.018,73 8,06
2009 772,71 3,79 329,06 19,98 1.101,77 8,15
2010 877,94 13,62 336,40 2,23 1.214,34 10,22
2011 1.011,51 15,21 326,40 -2,97 1.337,91 10,18
2012 1.010,60 -0,09 389,87 19,45 1.400,47 4,68
2013 1.120,96 10,92 378,92 -2,81 1.499,89 7,10
2014 1.108,85 -1,08 435,53 14,94 1.544,38 2,97
2015 1.130,57 1,96 497,73 14,28 1.628,31 5,43
2016 1.387,55 22,73 517,95 4,06 1.905,50 17,02
2017 1.441,68 3,90 605,11 16,83 2.046,79 7,42
2018 *) 1.514,19 5,03 629,82 4,08 2.144,01 4,75
Rata-rata Pertumbuhan (%/tahun)
1984-2018 14,52 9,62 11,79
1984-2008 17,40 9,87 13,45
2009-2018 7,60 9,01 7,79
Sumber : Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, diolah Pusdatin
Keterangan : *) Angka Sementara

48 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

Lampiran 3. Sentra Populasi Ayam Ras Pedaging di Indonesia, Tahun 2014 – 2018

(Ekor)

Tahun Rata-rata Share Kumulatif


Provinsi
2014 2015 2016 2017 2018*) Populasi (%) share (%)

Jawa Barat 643.321.729 631.154.917 649.829.868 647.770.945 660.766.857 646.568.863 39,41 39,41

Jawa Timur 179.830.682 194.064.874 200.895.528 224.815.584 228.187.819 205.558.897 12,53 51,94

Jawa Tengah 108.195.894 126.102.735 180.484.258 180.634.329 180.935.555 155.270.554 9,46 61,41

Banten 63.324.448 74.903.983 61.364.886 211.697.209 215.832.194 125.424.544 7,65 69,05

Kalimantan Selatan 57.727.521 64.657.853 80.481.569 85.140.189 87.694.390 75.140.304 4,58 73,63

Kalimantan Timur 46.553.307 55.783.230 60.747.455 66.268.201 68.256.247 59.521.688 3,63 77,26

Sumatera Utara 47.179.814 49.798.186 54.398.314 56.352.151 58.153.185 53.176.330 3,24 80,50

Provinsi Lainnya 246.883.341 240.127.305 344.599.582 376.052.756 391.608.365 319.854.270 19,50 100,00
Indonesia 1.443.349.118 1.528.329.183 1.632.801.460 1.848.731.364 1.891.434.612 1.640.515.451 100,00
Sumber : Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, diolah Pusdatin
Keterangan : *) Angka Sementara

Lampiran 4. Sentra Produksi Daging Ayam Ras Pedaging di Indonesia, Tahun


2014 – 2018

(Ton)

Tahun Rata-rata Share Kumulatif


Provinsi
2014 2015 2016 2017 2018*) Produksi (%) share (%)
Jawa Barat 543.765 530.423 719.820 823.863 703.124 664.199 35,83 35,83

Jawa Timur 198.016 203.139 219.833 270.882 277.654 233.905 12,62 48,45

Jawa Tengah 130.357 158.673 187.965 204.432 201.994 176.684 9,53 57,98

Banten 96.554 73.488 87.217 108.228 296.911 132.480 7,15 65,12

DKI Jakarta 102.794 129.315 138.088 - - 74.039 3,99 69,12

Kalimantan Selatan 46.511 60.952 72.553 76.534 77.705 66.851 3,61 72,72

Provinsi Lainnya 426.382 472.316 480.021 562.854 586.625 505.640 27,28 100,00

Indonesia 1.544.379 1.628.307 1.905.497 2.046.794 2.144.013 1.853.798 100,00


Sumber : Ditjen. Peternakan dan Kesehatan Hewan, diolah Pusdatin
Keterangan : *) Angka Sementara

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 49


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

Lampiran 5. Perkembangan Konsumsi Daging Ayam Ras di Indonesia,


Tahun 1981-2017

Ayam Ras Pertumbuhan


Tahun
(Kg/Kap/Th) (%)
1981 0,78
1982 0,78 0,00
1983 0,78 0,00
1984 1,25 60,00
1985 1,46 16,96
1986 1,71 16,96
1987 0,78 -54,31
1988 0,76 -2,13
1989 0,75 -2,13
1990 0,83 11,36
1991 0,73 -12,64
1992 0,63 -12,64
1993 1,25 96,56
1994 1,01 -18,90
1995 0,82 -18,90
1996 2,34 185,10
1997 1,94 -17,04
1998 1,61 -17,04
1999 1,14 -28,97
2000 1,14 0,00
2001 1,14 0,00
2002 2,56 123,34
2003 3,08 20,41
2004 2,76 -10,17
2005 3,02 9,43
2006 2,50 -17,24
2007 3,44 37,50
2008 3,23 -6,06
2009 3,08 -4,84
2010 3,55 15,25
2011 3,65 2,94
2012 3,49 -4,28
2013 3,65 4,48
2014 3,96 8,58
2015 4,80 21,04
2016 5,11 6,52
2017*) 5,68 11,23
Rata-rata pertumbuhan (%/tahun)
1981 - 2007 14,06
2008 - 2017 5,49
Sumber : SUSENAS BPS, diolah Pusdatin
Keterangan : *) Angka Prognosa, BKP

50 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK DAGING AYAM RAS 2018

Lampiran 6. Perkembangan Harga Konsumen Daging Ayam Ras di Indonesia, Tahun


1983 - 2018
Harga
Pertumbuhan
Tahun Eceran
(Rp/Kg) (%)
1983 2.041
1984 2.336 14,47
1985 2.516 7,69
1986 2.515 -0,05
1987 2.140 -14,89
1988 2.310 7,94
1989 2.352 1,79
1990 2.638 12,18
1991 2.994 13,51
1992 3.128 4,46
1993 3.379 8,01
1994 3.639 7,70
1995 4.755 30,67
1996 5.352 12,56
1997 5.127 -4,20
1998 8.399 63,81
1999 13.411 59,68
2000 14.602 8,88
2001 16.059 9,98
2002 17.697 10,20
2003 16.967 -4,13
2004 17.310 2,02
2005 18.984 9,67
2006 20.459 7,77
2007 22.309 9,05
2008 20.832 -6,62
2009 23.333 12,01
2010 24.166 3,57
2011 24.760 2,45
2012 25.320 2,26
2013 28.143 11,15
2014 28.976 2,96
2015 30.087 3,83
2016 31.592 5,00
2017 30.741 -2,69
2018*) 34.210 11,28
Rata-rata pertumbuhan (%/tahun)
1981 - 2007 10,89
2008 - 2018 5,18
Sumber : Kementerian Perdagangan diolah Pusdatin
*) Tahun 2018 rata-rata Januari - Oktober

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 51


2018 OUTLOOK DAGING AYAM RAS

Lampiran 7. Neraca Ekspor Impor Daging Ayam di Indonesia, Tahun 1996-2017


Volume (Kg) Neraca Nilai (US $) Neraca
Tahun
Ekspor Impor (Kg) Ekspor Impor ( US $)
1996 0 485 -485 8,7 334 -326
1997 2 449 -447 0,9 369 -369
1998 13.191 6.229 6.962 3.336,9 4.901 -1.564
1999 2.859 4.047 -1.188 3.912,1 2.722 1.190
2000 704 14.017 -13.314 1.298,5 9.473 -8.175
2001 1.740 964 776 3.348,6 618 2.731
2002 2.346 312 2.035 4.827,8 164 4.664
2003 2.761 208 2.553 4.964,5 149 4.815
2004 101 1.194 -1.093 161,2 775 -614
2005 0,32 3.817 -3.817 70,6 3.451 -3.380
2006 25 3.331 -3.306 43,2 4.430 -4.387
2007 0 4.510 -4.510 0 6.777 -6.777
2008 0 1.898 -1.898 0 3.176 -3.176
2009 0 200 -200 0 316 -316
2010 0 0 0 0 0 0
2011 0 0 0 0 0 0
2012 900 544 356 24 524 -500
2013 0 11.005 -11.005 0 33.411 -33.411
2014 15 0 15 75 0 75
2015 0 0 0 0 0 0
2016 0 0 0 0 0 0
2017 110 28 82 4.272 338 3.934
Sumber : BPS diolah oleh Pusdatin

52 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Anda mungkin juga menyukai