Anda di halaman 1dari 90

OUTLOOK KELAPA SAWIT

ISSN 1907-1507 2018

OUTLOOK KELAPA SAWIT

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian
2018

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

ii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

OUTLOOK KELAPA SAWIT

ISSN : 1907-1507

Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5)


Jumlah Halaman : 86 halaman

Penasehat :
Dr. Ir. I Ketut Kariyasa, M.Si.

Penyunting :
Dr. Ir. Anna A. Susanti, MSi.
Drh. Akbar, MP

Naskah :
Ir. Efi Respati, M.Si

Design Sampul :
Suyati, S.Kom

Diterbitkan oleh :
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian
2018

Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian iii


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

iv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

KATA PENGANTAR

Publikasi Outlook Kelapa Sawit Tahun 2018 ini merupakan salah satu
publikasi hasil analisis yang diterbitkan Pusdatin dalam rangka mengemban visi
dan misinya, yakni menjadi sumber data dan informasi yang lengkap, akurat dan
terpercaya untuk mendukung pembangunan pertanian. Publikasi Outlook Kelapa
Sawit Tahun 2018 menyajikan keragaan data series komoditi kelapa sawit secara
nasional dan global selama 10-20 tahun terakhir serta dilengkapi dengan hasil
analisis proyeksi produksi dan konsumsi domestik dari tahun 2018 sampai dengan
tahun 2022.

Publikasi ini disajikan tidak hanya dalam bentuk hard copy namun dapat
dengan mudah diperoleh atau diakses melalui portal e-Publikasi Kementerian
Pertanian di alamat http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/.

Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat


memperoleh gambaran tentang keragaan dan proyeksi komoditi kelapa sawit
secara lebih lengkap dan menyeluruh.

Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini,
kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan
saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar
penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya.

Jakarta, Agustus 2018


Kepala Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian,

Dr. Ir. I Ketut Kariyasa, MSi.


NIP.1969041998031002

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian v


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

vi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................... v


DAFTAR ISI .................................................................................. vii
DAFTAR TABEL .............................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xiii
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG ............................................................ 1
1.2. TUJUAN ........................................................................ 2
1.3. RUANG LINGKUP .............................................................. 2
BAB II. METODOLOGI ........................................................................ 5
2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI ............................................. 5
2.2. METODE ANALISIS ............................................................. 6
2.2.1. Analisis Desktiptif ................................................... 6
2.2.2. Analisis Inferensia ................................................... 6
2.2.3. Analisis Konsumsi Domestik ........................................ 7
2.2.4. Kelayakan Model..................................................... 7
2.2.5. Program Pengolahan Data ........................................13
BAB III. ANALISIS DESKRIPTIF KOMODITAS KELAPA SAWIT ......................... 15
3.1. ANALISIS DESKRIPTIF KELAPA SAWIT INDONESIA ........................15
3.1.1. Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit di Indonesia........15
3.1.2. Perkembangan Produksi dan Produktivitas Kelapa Sawit di
Indonesia ............................................................16
3.1.3. Sentra Produksi Kelapa Sawit di Indonesia .....................19
3.1.4. Perkembangan Harga Domestik Kelapa Sawit Indonesia .....22
3.1.5. Perkembangan Konsumsi Minyak Sawit di Indonesia .........23
3.1.6. Perkembangan Ekspor-Impor Kelapa Sawit di Indonesia .....25

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vii


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

3.2. ANALISIS DESKRIPTIF KELAPA SAWIT DUNIA ............................. 29


3.2.1. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit
Dunia ................................................................ 29
3.2.2. Perkembangan Produksi Kelapa Sawit Dunia ................. 31
3.2.3. Sentra Produksi Kelapa Sawit Dunia ............................ 32
3.2.4. Perkembangan Produktivitas Kelapa Sawit Dunia ............ 33
3.2.5. Perkembangan Harga CPO Sawit Dunia ........................ 35
3.2.6. Perkembangan Ekspor-Impor Kelapa Sawit Dunia ............ 35
BAB IV.ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI KELAPA SAWIT ....................... 39
4.1. PROYEKSI PRODUKSI KELAPA SAWIT DI INDONESIA 2018-2022 ....... 39
4.2. PROYEKSI KONSUMSI KELAPA SAWIT DI INDONESIA 2018-2022 ....... 44
BAB V.KESIMPULAN ........................................................................ 49
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 51
LAMPIRAN …………… ........................................................................ 53

viii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Indikator, Periode dan Sumber Data yang Digunakan .................. 5
Tabel 3.1. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Luas Areal dan Produksi
Kelapa Sawit di Indonesia Menurut Jenis Pengusahaan, 1980-2018 . 16
Tabel 4.1. Beberapa Model Tentatif Regresi Linear Berganda untuk
Peubah Luas TM ............................................................. 39
Tabel 4.2. Anova Model Regresi Linear Berganda Indikator Luas TM ............. 40
Tabel 4.3. Statistik Model Regresi Linear Berganda Indikator Luas TM .......... 40
Tabel 4.4. Proyeksi Luas TM Kelapa Sawit di Indonesia, 2018-2022 .............. 41
Tabel 4.5. Beberapa Model Tentatif Regresi Linear Berganda untuk
Peubah Produktivitas ....................................................... 42
Tabel 4.6. Anova Model Regresi Linear Berganda Indikator Produktivitas ...... 42
Tabel 4.7. Statistik Model Regresi Linear Berganda Indikator Produktivitas .... 42
Tabel 4.8. Proyeksi Produktivitas Kelapa Sawit di Indonesia, 2018-2022........ 43
Tabel 4.9. Proyeksi Produksi Kelapa Sawit di Indonesia, 2018-2022 ............. 44
Tabel 4.10. Beberapa Model Tentatif Regresi Linear Berganda untuk
Peubah Volume Net Ekspor CPO .......................................... 45
Tabel 4.11. Anova Model Regresi Linear Berganda Indikator Volume Net
Ekspor ......................................................................... 46
Tabel 4.12. Statistik Model Regresi Linear Berganda Indikator Volume Net
Ekspor ......................................................................... 46
Tabel 4.13. Proyeksi Volume Ekspor Kelapa Sawit di Indonesia, 2018-2022...... 47
Tabel 4.14. Proyeksi Konsumsi Domestik Kelapa Sawit di Indonesia, 2018-
2022 ........................................................................... 47

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ix


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

x Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Uji Heteroskedastisitas Residual Minitab ............................. 11
Gambar 3.1. Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit Menurut Status
Pengusahaan di Indonesia, 2009–2018 ................................. 15
Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Minyak Sawit Menurut Status
Pengusahaan di Indonesia, 2009–2018 ................................. 17
Gambar 3.3. Kontribusi Rata-Rata Produksi Minyak Sawit Menurut Status
Pengusahaan, Rata-rata 2009–2018 .................................... 18
Gambar 3.4. Perkembangan Produktivitas Kelapa Sawit di Indonesia,
2009–2018 .................................................................. 19
Gambar 3.5. Provinsi Sentra Produksi Minyak Sawit di Indonesia Rata-rata,
2014 - 2018 ................................................................ 20
Gambar 3.6. Kabupaten Sentra Produksi Kelapa Sawit di Riau, 2016 ............ 21
Gambar 3.7. Kabupaten Sentra Produksi Kelapa Sawit di Sumatera Utara,
2016 ......................................................................... 21
Gambar 3.8. Perkembangan Harga CPO di Pasar Domestik di Indonesia,
2013–2017 .................................................................. 23
Gambar 3.9. Perkembangan Penyerapan CPO untuk Konsumsi Langsung
dan Industri Biodiesel Indonesia, 2009-2017 ......................... 24
Gambar 3.10. Proposi Penggunaan CPO untuk Konsumsi Langsung, Industri
Biodiesel dan Kebutuhan Lain, Rata-rata 2009–2016 ................ 25
Gambar 3.11. Proposi Volume Ekspor Minyak Kelapa Sawit (CPO) dan
Minyak Inti Sawit, Rata-rata 2008–2017 ............................... 26
Gambar 3.12. Perkembangan Volume Ekspor Minyak Kelapa Sawit dan
Minyak Inti Sawit Indonesia, 2008–2017 ............................... 27
Gambar 3.13. Perkembangan Volume Impor Kelapa Sawit dan Inti Sawit
Indonesia, 2008–2017 ..................................................... 28
Gambar 3.14. Perkembangan Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca
Perdagangan Kelapa Sawit Indonesia, 2008–2017 ................... 29

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xi


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Gambar 3.15. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit


Dunia, 2007-2016 ......................................................... 30
Gambar 3.16. Beberapa Negara dengan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa
Sawit Terbesar di Dunia, Rata-rata 2012-2016....................... 31
Gambar 3.17. Perkembangan Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa
Sawit Dunia, 2007-2016 .................................................. 32
Gambar 3.18. Beberapa Negara dengan Produksi Kelapa Sawit Terbesar
Dunia, Rata-rata 2012-2016 ............................................. 33

Gambar 3.19. Perkembangan Produktivitas Kelapa Sawit Dunia, 2007-2016 ..... 34


Gambar 3.20. Beberapa Negara dengan Produktivitas Kelapa Sawit
Tertinggi di Dunia, Rata-rata 2012-2016 .............................. 34
Gambar 3.21. Perkembangan Harga CPO di Pasar Dunia, 2013–2017 .............. 35
Gambar 3.22. Perkembangan Ekspor Minyak Sawit Dunia, 2007–2017 ............. 36
Gambar 3.23. Negara Eksportir Minyak Sawit Terbesar Dunia, Rata-rata
2012 - 2016 ................................................................ 37
Gambar 3.24. Negara Importir Kelapa Sawit Terbesar Dunia, Rata-rata
2012 - 2016 ............................................................... 38
Gambar 4.1. Plot Sisaan dengan Nilai Estimasi Model Regresi Linear
Berganda Luas Tanaman Menghasilkan ................................ 41
Gambar 4.2. Plot Sisaan dengan Nilai Estimasi Model Regresi Linear
Berganda Produktivitas .................................................. 43
Gambar 4.3. Plot Sisaan dengan Nilai Estimasi Model Regresi Linear
Berganda Volume Net Ekspor ........................................... 46

xii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit di Indonesia
Menurut Status Pengusahaan, 1980-2018. .......................... 55
Lampiran 2. Perkembangan Produksi Minyak Sawit di Indonesia Menurut
Status Pengusahaan, 1980-2018 ...................................... 56
Lampiran 3. Perkembangan Produktivitas Kelapa Sawit di Indonesia
Menurut Status Pengusahaan, 1995-2018 ........................... 57
Lampiran 4. Provinsi Sentra Produksi Minyak Sawit Terbesar di
Indonesia, 2014-2018 .................................................. 58
Lampiran 5. Kabupaten Sentra Produksi Minyak Sawit di Riau, 2016 .......... 58
Lampiran 6. Kabupaten Sentra Produksi Minyak Sawit di Sumatera
Utara, 2016 .............................................................. 59
Lampiran 7. Perkembangan Harga CPO di Pasar Domestik, 2013 - 2017 ...... 60
Lampiran 8. Perkembangan Konsumsi Langsung Minyak Sawit di
Indonesia, 2002 - 2017 ................................................ 61
Lampiran 9. Perkembangan Konsumsi Minyak Sawit untuk Industri
Biodiesel di Indonesia, 2009-2016 ................................... 62
Lampiran 10. Perkembangan Ekspor dan Impor Kelapa Sawit Indonesia,
1981 - 2017 .............................................................. 63
Lampiran 11. Perkembangan Ekspor dan Impor Minyak Inti Sawit
Indonesia, 1981 - 2017 ................................................. 64
Lampiran 12. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan, Produksi TBS
dan Produktivitas Kelapa Sawit Dunia, 1980 - 2016 ............... 65
Lampiran 13. Negara dengan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit
Terbesar di Dunia 2012 - 2016 ........................................ 66
Lampiran 14. Negara Produsen Kelapa Sawit Terbesar di Dunia 2012 -
2016 ...................................................................... 66
Lampiran 15. Negara dengan Produktivitas Minyak Sawit Terbesar di
Dunia 2012 - 2016 ...................................................... 67
Lampiran 16. Perkembangan Harga CPO Dunia, 2013 - 2017 ..................... 67

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xiii


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Lampiran 17. Perkembangan Volume Ekspor – Impor Kelapa Sawit di


Dunia, 1980 - 2016 ..................................................... 68
Lampiran 18. Negara Eksportir Minyak Sawit Terbesar di Dunia, 2012 -
2016 ...................................................................... 69
Lampiran 19. Negara Importir Minyak Sawit Terbesar di Dunia, 2012 -
2016 ...................................................................... 69

xiv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

RINGKASAN EKSEKUTIF

Berdasarkan data dari Buku Statistik Perkebunan Indonesia (Ditjen


Perkebunan, 2016-2018), produksi kelapa sawit Indonesia di tahun 2018
diperkirakan mencapai 41,67 juta ton. Produksi ini berasal dari 14,31 juta ha luas
areal perkebunan kelapa sawit dimana 54,43% diantaranya diusahakan oleh
perusahaan swasta (PBS), 40,59% diusahakan oleh rakyat (PR) dan sisanya
diusahakan oleh perkebunan besar milik negara (PBN). Sentra produksi kelapa
sawit di Indonesia berdasarkan data rata-rata tahun pada tahun 2014-2018 adalah
Provinsi Riau, Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Jambi, dan
Kalimantan Barat.

Harga kelapa sawit (wujud CPO) di akhir tahun 2017 baik di pasar
domestic (spot Medan) maupun di pasar dunia (spot Rotterdam) sedikit melemah,
padahal di awal tahun sudah menunjukan peningkatan harga. Penggunaan minyak
sawit adalah untuk konsumsi langsung yang diolah menjadi minyak goreng sawit,
industri biodiesel, untuk keperluan ekspor serta penggunaan lainnya.Tingkat
konsumsi minyak goreng per kapita pada tahun 2017 berdasarkan hasil SUSENAS -
BPS sebesar 13,43 kg/kapita, sehingga total konsumsi pada tahun tersebut
sebesar 3,52 juta ton minyak goreng atau setara dengan 5,15 juta ton kelapa
sawit. Sementara serapan minyak sawit untuk industri biodiesel pada tahun 2016
mencapai 3,29 juta ton.

Berdasarkan data FAO, Indonesia merupakan negara produsen kelapa


sawit terbesar di dunia, dan sekaligus menjadi negara eksportir terbesar. Negara
produsen terbesar lainnya adalah Malaysia, Thailand, Nigeria, Kolombia, dan
Ekuador.

Produksi kelapa sawit Indonesia di tahun 2022 diproyeksikan akan


mencapai 48,44 juta ton. Dengan kapasitas produksi sebesar itu, net ekspor
Indonesia diproyeksikan akan meningkat menjadi 29,59 juta ton dan sisanya
sebesar 18,85 juta ton digunakan untuk konsumsi domestik, yakni yang diserap
pada industri pengolahan kelapa sawit.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xv


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

xvi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Indonesia merupakan salah satu produsen minyak sawit terbesar di dunia.
Keberadaan industri kelapa sawit Indonesia yang menghasilkan minyak kelapa
sawit dan turunanya menjadi andalan utama ekspor komoditas perkebunan. Pada
2009, Indonesia memproduksi 19,32 juta ton minyak sawit mentah dan 3,86 juta
ton inti sawit dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sehingga
pada tahun 2018 diprediksi menjadi 41,67 juta ton minyak sawit mentah dan 3,86
juta ton inti sawit. Ekspor dalam wujud minyak sawit mentah atau crude palm oil
(CPO) juga terus mengalami peningkatan seiring peningkatan produksi kelapa
sawit. Pada tahun 2009, ekspor CPO Indonesia mencapai 16,83 juta ton dan terus
meningkat sehingga menjadi 27,35 juta ton pada tahun 2017.
Industri kelapa sawit juga berkontribusi dalam pembangunan daerah,
sebagai sumber daya penting untuk pengentasan kemiskinan melalui budidaya
pertanian dan pemrosesan selanjutnya. Produksi minyak sawit menjadi jenis
pendapatan yang dapat diandalkan oleh banyak penduduk miskin pedesaan di
Indonesia. Sektor produksi kelapa sawit di Indonesia dapat menyediakan lapangan
kerja bagi lebih dari 6 juta orang dan mengentaskan mereka dari kemiskinan.
Pada tahun 2018, dipredisi lebih dari 14 juta ton minyak sawit dihasilkan oleh
petani kecil yang memiliki lebih dari 41 persen dari total perkebunan kelapa
sawit yang melibatkan 4,26 juta tenaga kerja (Ditjen Perkebunan, 2018).
Industri minyak sawit di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung
meningkat. Pertumbuhan ini tampak dalam jumlah produksi dan ekspor dari
Indonesia dan juga pertumbuhan luas area perkebunan sawit. Didorong oleh
permintaan global yang terus meningkat dan keuntungan yang juga naik,
budidaya kelapa sawit telah ditingkatkan secara signifikan baik oleh petani kecil
maupun para pengusaha besar di Indonesia. Namun demikian, ada imbas negatif
dari industry kelapa sawit yang besar ini terhadap lingkungan hidup serta
terjadinya penurunan jumlah produksi hasil-hasil pertanian lain karena banyak
petani beralih ke budidaya kelapa sawit.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Pada saat permintaan global kuat, bisnis minyak sawit di Indonesia


menguntungkan karena alasan-alasan berikut:
• Margin laba yang besar, sementara komoditas ini mudah diproduksi.
• Permintaan internasional yang besar dan terus berkembang seiring
kenaikan jumlah penduduk global.
• Biaya produksi minyak sawit mentah (CPO) di Indonesia adalah yang paling
murah di dunia.
• Tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan produk minyak
nabati.
• Penggunaan biofuel diduga akan meningkat secara signifikan, sementara
penggunaan besin diperkirakan akan berkurang.

Untuk mengetahui sejauh mana prospek komoditas kelapa sawit dalam


mendukung sektor pertanian di Indonesia, berikut ini akan disajikan
perkembangan komoditas kelapa sawit serta proyeksi penawaran dan permintaan
kelapa sawit untuk beberapa tahun ke depan.

1.2. TUJUAN
Tujuan disusunnya buku Outlook Kelapa Sawit ini adalah sbb.:
a. Mengkaji keragaan dan prospek kelapa sawit di Indonesia
b. Mengkaji keragaan kelapa sawit di dunia.
c. Melakukan analisis produksi dan konsumsi kelapa sawit di Indonesia lima
tahun ke depan.

1.3. RUANG LINGKUP


• Cakupan variabel
Cakupan variabel yang digunakan dalam penyusunan outlook komoditas
kelapa sawit adalah: luas areal, luas tanaman menghasilkan, produksi,
harga, konsumsi, dan ekspor-impor.

2 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

• Cakupan analisis
Analisis yang dilakukan dalam penyusunan outlook komoditas kelapa
sawit meliputi analisis deskriptif dan analisis inferensia. Analisis
deskriptif dilakukan guna mengkaji keragaan komoditas kelapa sawit
melalui parameter pertumbuhan, rata-rata dan kontribusi. Sementara,
analisis inferensia ditujukan guna melakukan pemodelan dan estimasi
data luas tanaman menghasilkan, produktivitas, serta net ekspor.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

4 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

BAB II. METODOLOGI

2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI


Outlook Kelapa Sawit tahun 2018 disusun berdasarkan data dan informasi
yang diperoleh dari data sekunder yang bersumber dari beberapa instansi terkait
di lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian Pertanian
seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Pengawas Perdagangan Berjangka
Komoditas (Bappebti) dan Food and Agriculture Organization (FAO). Indikator,
periode dan sumber data yang digunakan untuk menyusun buku ini disajikan pada
Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Indikator, Periode dan Sumber Data yang Digunakan

No Variabel Periode Sumber Data Keterangan

Luas Areal (TM)


Ditjen
1 Kelapa Sawit 1980-2018
Perkebunan
Indonesia

Produksi Kelapa Ditjen


2 1980-2018 Wujud Minyak Sawit (CPO)
Sawit Indonesia Perkebunan

Produktivitas Kelapa Ditjen


3 1980-2018
Sawit Indonesia Perkebunan

Susenas
Konversi Minyak Sawit
Konsumsi Minyak BPS; Neraca
4 2002-2017 (CPO) ke Minyak Goreng
Sawit Indonesia Bahan Makanan
Sawit Sebesar 68,28%
(NBM)
Konsumsi CPO untuk Kementerian Konversi biodiesel ke CPO
5 2009-2016
industri biodiesel ESDM sebesar 90%
Bappebti; Palm
6 Harga Domestik CPO 2013-2017 Spot pelelangan Medan
Oil Analitics
7 Harga Dunia CPO 2013-2017 World Bank Spot pelelangan Eropa
Wujud CPO; Tahun 1980-
1999 Sumber: BPS diolah
Ekspor Impor Kelapa
8 1980-2017 BPS Ditjen Bun; Tahun 2000-
Sawit Indonesia
2017 Sumber: BPS diolah
Pusdatin
Produksi Kelapa Wujud Crude Palm Oil
9 1980-2016 FAO
Sawit Dunia (CPO)
Ekspor Impor Kelapa Wujud Crude Palm Oil
10 1980-2016 FAO
Sawit Dunia (CPO)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

2.2. METODE ANALISIS


Metode yang digunakan dalam penyusunan Outlook Kelapa Sawit adalah
sebagai berikut:

2.2.1. Analisis Deskriptif


Analisis deskriptif atau perkembangan komoditas kelapa sawit dilakukan
berdasarkan ketersediaan data series yang mencakup indikator luas areal,
produktivitas, produksi, konsumsi, ekspor-impor serta harga di pasar domestik
dan pasar dunia dengan analisis deskriptif sederhana. Analisis deskriptif
dilakukan baik untuk data series nasional maupun dunia, dengan mengkaji
presentase pertumbuhan serta kontribusi untuk masing-masing indikator.

2.2.2. Analisis Inferensia


Analisis inferensia digunakan untuk melakukan proyeksi data luas tanaman
menghasilkan (TM), produktivitas, net ekspor. Indikator produksi
mengekspresikan penawaran komoditas kelapa sawit, diproyeksi dari hasil
perkalian luas TM dengan produktivitas. Penelusuran model untuk analisis fungsi
produksi, dan net ekspor tersebut dilakukan dengan pendekatan persamaan
regresi linear berganda, yakni analisis regresi yang melibatkan lebih dari satu
prediktor (peubah bebas) (Montgomery et al, 2008).

Bentuk umum regresi linear berganda adalah:

y  0  1 x1  2 x2   k xk  

Dimana :
0 , 1 , k = koefisien regresi parsial, yang menunjukkan informasi besarnya
pengaruh peubah x terhadap y.

6 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

2.2.3. Analisis Konsumsi Domestik


Analisis konsumsi komoditas kelapa sawit didekati dengan persamaan
apparent domestic consumption (ADC) yakni sisaan besaran produksi setelah
dikurangi kuantitas yang diekspor dan ditambah dengan kuantitas impor. Nilai
sisaan ini yang diasumsikan merupakan kuantitas CPO yang dikonsumsi domestik
untuk industri minyak goreng, margarin, kosmetik, biodiesel, dll. Proyeksi
komponen ekspor dan impor menggunakan model regresi berganda.

2.2.4. Kelayakan Model


a) MAPE
Model time series masih tetap digunakan untuk melakukan peramalan
terhadap variabel-variabel bebas yang terdapat dalam model regresi
berganda. Untuk model time series baik analisis trend maupun pemulusan
eksponensial berganda (double exponential smoothing), ukuran kelayakan
model berdasarkan nilai kesalahan dengan menggunakan statistik MAPE
(mean absolute percentage error) atau kesalahan persentase absolut rata-
rata yang diformulasikan sebagai berikut:

Dimana : Xt adalah data aktual


Ft adalah nilai ramalan.

Semakin kecil nilai MAPE maka model time series yang diperoleh semakin
baik.

Untuk model regresi berganda kelayakan model diuji dari nilai F hitung
(pada Tabel Anova), nilai koefisien regresi menggunakan Uji – t, uji
kenormalan sisaan, dan plot nilai sisaan terhadap dugaan.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

b) R2
R2 merupakan angka yang berkisar antara 0 sampai 1 yang mengindikasikan
besarnya kombinasi variabel independen secara bersama – sama
mempengaruhi nilai variabel dependen. Semakin mendekati angka satu,
model yang dikeluarkan oleh regresi tersebut akan semakin baik. Secara
manual, R2 merupakan rumus pembagian antara Sum Squared Regression
dengan Sum Squared Total.

SSR : Kuadrat dari selisih nilai Y prediksi dengan nilai rata-rata:

SSR   Ypred  Yrata  rata 


2

SST : Kuadrat dari selisih nilai Y aktual dengan nilai rata-rata:

SST   Yaktual  Yrata rata 


2

c) R2 Adjusted
Guna melengkapi kelemahan R2 tersebut, kita bisa menggunakan R2
adjusted. Pada R2 adjusted ini sudah mempertimbangkan jumlah sample
data dan jumlah variabel yang digunakan.

  n  1    p  1  SSE  
2
Radjusted  1  1  R 2      1   
  n  p  1    n  1  SST  
MSE
Ra2djusted  1 
SST  p  1

Keterangan:
n : jumlah observasi
p : jumlah variabel
MSE : Mean Squared Error
SST : Sum Squared Total
SSE : Sum Squared Error

8 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

R2 adjusted akan menghitung setiap penambahan variabel dan mengestimasi


nilai R2 dari penambahan variabel tersebut. Apabila penambahan pola baru
tersebut ternyata memperbaiki model hasil regresi lebih baik dari pada
estimasi, maka penambahan variabel tersebut akan meningkatkan nilai R2
adjusted. Namun, jika pola baru dari penambahan varaibel tersebut
menunjukkan hasil yang kurang dari estimasinya, maka R2 adjusted akan
berkurang nilainya.

Sehingga nilai R2 adjusted tidak selalu bertambah apabila dilakukan


penambahan variabel. Jika melihat dari rumus diatas, nilai R2 adjusted
memungkinkan untuk bernilai negative, jika MSEnya lebih besar
dibandingkan (SST/p-1). Masih jika kita melihat rumus diatas, nilai R2
adjusted pasti lebih kecil dibandingkan nilai R2.

d) R2 Predicted
Salah satu tujuan untuk meregresikan variabel independen dengan variabel
dependen adalah membuat rumus dan menggunakannya untuk melakukan
prediksi dengan nilai nilai tertentu dari variabel independennya. Jika anda
ingin melakukan prediksi nilai Y, maka anda juga seharusnya melihat nilai
dari R squared predicted.

R Squared predicted mengindikasikan seberapa baik model tersebut untuk


melakukan prediksi dari observasi yang baru.

Rumus Predicted R Squared

  PRESS  
2
R predicted  1     100
  SST  

Dengan nilai PRESS adalah :


n
PRESS   e2i 
i 1

Nilai e adalah selisih dari Y prediksi dengan Y aktual.


Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9
2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Berdasarkan rumusnya, nilai R squared predicted bisa bernilai negatif dan


nilainya bisa dipastikan lebih rendah dibandingkan R squared. Nilai predicted
R squared perlu diperhatikan meskipun anda nantinya tidak menggunakan
model hasil dari regresi tersebut. Karena nilai R squared predicted ini untuk
mengidentikasi apakah model atau rumus yang anda hasilkan overfit atau
tidak. Pengertian overfit adalah bahwa model terlalu bagus jika dilihat dari
R squared dan R squared adjusted, namun kebaikan model ini terlalu
berlebihan. Hal ini disebabkan karena banyaknya observasi atau jumlah data
yang ada dalam model tersebut sehingga kemungkinan adanya gangguan
atau “noise”.

Meskipun secara R squared dan R squared adjusted, model tersbeut


dikatakan baik, namun jika R squared predicted tidak mencerminkan hal
tersebut artinya model anda mengalami overfit tersebut.

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa R squared menunjukkan hubungan


secara bersama sama variabel independen terhadap pola variabel dependen.
Sedangkan R squared adjusted membantu kita untuk melihat pengaruh
jumlah variabel terhadap nilai Y. Dan terakhir, R squared predicted
memberi kita informasi tentang kebaikan model tersebut jika akan
menggunakan untuk prediksi observasi baru dan atau memberi informasi
tentang overfit pada model.

e) Uji Heteroskedastisitas
Gejala heteroskedastisitas dapat ditentukan dengan diagram scatter antara
variabel Y prediksi (Fits) dengan variabel residual.

10 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

Gambar 2.1. Uji Heteroskedastisitas Residual Minitab

Berdasarkan plot scatter diatas, dapat disimpulkan tidak ada gejala


heteroskedastisitas apabila plot menyebar merata di atas dan di bawah
sumbu 0 tanpa membentuk sebuah pola tertentu. Diagram di atas dapat
menyimpulkan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.

f) Multikolinearitas Pada Interprestasi Regresi Linear


VIF (variance inflation factor) merupakan salah satu statistik yang dapat
digunakan untuk mendeteksi gejala multikolinear (multicollinearity,
collinearity) pada analisis regresi yang sedang kita susun. VIF tidak lain
adalah mengukur keeratan hubungan antar variabel bebas, atau X. Cara
menghitung VIF ini tidak lain adalah fungsi dari R2 model antar X.

Andaikan kita memiliki tiga buah variabel bebas: X1, X2, dan X3 dan
ketiganya mau diregresikan dengan sebuah variabel tak bebas Y. Nilai VIF
kita hitung untuk masing-masing X.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Untuk X1, prosedurnya adalah


- Regresikan X1 terhadap X2 dan X3, atau modelnya X1 = b0 + b1X2 +
b2X3 + e
- Hitung R2 dari model tersebut.
- VIF untuk X1 adalah VIF1 = 1 / (1 – R2)

Untuk X2, senada saja dengan prosedur di atas


- Regresikan X2 terhadap X1 dan X3, atau modelnya X2 = b0 + b1X1 + b2X3 + e
- Hitung R2 dari model tersebut
- VIF untuk X2 adalah VIF2 = 1 / (1 – R2)

Perhatikan bahwa R2 dalam hitungan di atas adalah ukuran keeratan antar


X. Jika R2 = 0, maka VIF = 1. Kondisi ini adalah kondisi ideal. Jadi
idealnya, nilai VIF = 1.

Semakin besar R2, maka VIF semakin tinggi (semakin kuat adanya
collinearity). Misal R2 = 0.8 akan menghasilkan VIF = 5.

Tidak ada batasan baku berapa nilai VIF dikatakan tinggi, nilai VIF di atas 5
sudah membuat kita harus hati-hati.

g) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara
residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi.
Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam
model regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji
Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hopotesis nol
ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.
2) Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang
berarti tidak ada autokorelasi.
3) Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka
tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

12 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

Nilai du dan dl dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson yang
bergantung banyaknya observasi dan banyaknya variabel yang menjelaskan.

2.2.5. Program Pengolahan Data


Pengolahan data untuk analisis penawaran dan permintaan menggunakan
software statistik Minitab Release 16. Software ini digunakan untuk pemodelan
regresi berganda dan time series, seperti analisis trend atau pemulusan
eksponensial berganda.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

14 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

BAB III. ANALISIS DESKRIPTIF KOMODITAS KELAPA SAWIT

3.1. ANALISIS DESKRIPTIF KELAPA SAWIT INDONESIA


3.1.1. Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit di Indonesia
Perkembangan luas areal kelapa sawit di Indonesia pada kurun waktu 2009–
2018 cenderung meningkat (Gambar 3.1). Jika pada tahun 2009, luas areal kelapa
sawit Indonesia sebesar 7,87 juta hektar, maka pada tahun 2017 (Angka
Sementara, Ditjen Perkebunan) telah mencapai 14,03 juta hektar dan angka
estimasi Ditjenbun menjadi 14,31 juta hektar pada tahun 2018. Pertumbuhan
rata-rata selama periode tersebut sebesar 7,06% per tahun. Berdasarkan status
pengusahaannya, perkebunan kelapa sawit dibedakan menjadi perkebunan rakyat
(PR), perkebunan besar negara (PBN), dan perkebunan besar swasta (PBS).
Berdasarkan data rata-rata tahun 2009-2018, PBS menguasai 52,48% dari total
luas areal kelapa sawit Indonesia, PR 41,01%, dan PBN hanya 6,26% (Tabel 3.1).

Gambar 3.1. Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit Menurut Status Pengusahaan
di Indonesia, 2009–2018

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit pada tahun 1980-2018 cukup
tinggi yakni mencapai 11,03% per tahun. Pertumbuhan yang signifikan terjadi
pada luas areal kelapa sawit PR dan PBS masing-masing sebesar 26,51% per tahun
dan 13,49% per tahun, sedangkan luas areal PBN hanya meningkat sebesar 3,76%
per tahun. Sementara, laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit di periode
sepuluh tahun terakhir yakni tahun 2009 – 2018 cenderung melandai.

Tabel 3.1. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Luas Areal dan Produksi
Kelapa Sawit di Indonesia Menurut Jenis Pengusahaan, 1980-2018

Luas Areal Produksi


Tahun
PR PBN PBS Indonesia PR PBN PBS Indonesia
Rata-rata Pertumbuhan (%)
1980-2018*) 26.51 3.76 13.49 11.02 52.21 4.96 13.88 11.52
2009-2018*) 7.37 1.75 7.62 7.06 7.36 3.09 11.46 9.14
Rata-rata Kontribusi (%)
1980-2018*) 37.95 10.60 51.30 100.00 33.30 13.98 52.72 100.00
2009-2018*) 41.01 6.26 52.48 100.00 35.88 7.61 56.51 100.00
Sumber : Ditjen Perkebunan, diolah Pusdatin
Keterangan : Tahun 2017 = Angka Sementara Tahun 2018 = Angka Estimasi Ditjen. Perkebunan

Dari sisi kontribusi terhadap total luas areal Indonesia, terjadi pergeseran
yang cukup signifikan pada kontribusi luas areal kelapa sawit PBN yang beralih ke
kontribusi PR dan PBS (Tabel 3.1). Perkembangan luas areal kelapa sawit di
Indonesia tahun 1980 – 2018 secara rinci tersaji pada Lampiran 1.

3.1.2. Perkembangan Produksi dan Produktivitas Kelapa Sawit di Indonesia


Seiring dengan penambahan luas areal kelapa sawit serta berkembangnya
industri kelapa sawit di berbagai wilayah di Indonesia, maka produksi kelapa
sawit nasional dalam wujud minyak sawit (CPO) juga terus meningkat setiap
tahun (Gambar 3.2). Pada tahun 1980 produksi CPO Indonesia hanya sebesar
721,17 ribu ton, dan naik menjadi 41,67 juta ton pada tahun 2018 atau tumbuh
rata-rata sebesar 11,52% per tahun. Peningkatan produksi CPO selama kurun
waktu tersebut terutama terjadi pada PR sebesar 52,21% dan PBS sebesar 13,88%,
sedangkan produksi dari PBN relatif lambat karena hanya naik sebesar 4,96%.

16 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

Di awal tahun 1980 hingga tahun 1993 produksi CPO lebih didominasi oleh
PBN. Perluasan areal oleh PBS sekitar tahun 1990 mulai menunjukkan hasilnya
setelah tahun 1993 dimana peningkatan produksi CPO dari PBS mampu
melampaui produksi CPO yang berasal dari PBN. Sementara itu PR mengikuti
keberhasilan PBS setelah tahun 1998. Perkembangan produksi kelapa sawit di
Indonesia selengkapnya disajikan pada Lampiran 2.

Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Minyak Sawit Menurut Status Pengusahaan


di Indonesia, 2009-2018

Berdasarkan kontribusinya selama tahun 2009-2018, PBS menguasai 56,51%


total produksi minyak sawit Indonesia, diikuti oleh PR sebesar 35,88% dan PBN
sebesar 7,61% (Gambar 3.3).

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Gambar 3.3. Kontribusi Rata-Rata Produksi Minyak Sawit Menurut Status


Pengusahaan, Rata-rata 2009–2018

Perkembangan produktivitas kelapa sawit di Indonesia selama tahun 1995-


2018 menunjukkan pola yang berfluktuasi. Selama periode tersebut rata-rata
pertumbuhan produktivitas kelapa sawit Indonesia mengalami sedikit
peningkatan sebesar 0,20% per tahun, dimana penurunan produktivitas umumnya
terjadi pada saat krisis moneter hingga masa pemulihan krisis. Produktivitas
tertinggi dicapai pada tahun 2012 sebesar 3,72 ton/ha dan terendah tahun 2004
sebesar 2,83 ton/ha (Gambar 3.4). Pertumbuhan produktivitas kelapa sawit
selama sepuluh tahun terakhir (2009-2018) mencapai 0,67%. Perkembangan
produktivitas kelapa sawit di Indonesia tahun 1995-2018 secara rinci tersaji pada
Lampiran 3.

18 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

Gambar 3.4. Perkembangan Produktivitas Kelapa Sawit di Indonesia, 2009–2018

3.1.3. Sentra Produksi Kelapa Sawit di Indonesia


Berdasarkan data rata-rata tahun 2014 – 2018, sentra produksi minyak sawit
Indonesia terutama berasal dari 6 (enam) provinsi yang memberikan kontribusi
sebesar 72,96% terhadap total produksi minyak sawit Indonesia. Provinsi Riau dan
Sumatera Utara merupakan provinsi sentra produksi CPO terbesar di Indonesia
dengan kontribusi masing-masing sebesar 23,80% dan 15,14%. Peringkat
berikutnya berturut-turut adalah Provinsi Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan,
Kalimantan Barat dan Jambi dengan kontribusi masing-masing sebesar 11,70%,
9,47%, 7,26%, dan 5,58% (Gambar 3.5 dan Lampiran 4).

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Gambar 3.5. Provinsi Sentra Produksi Minyak Sawit di Indonesia,


Rata-rata 2014-2018

Berdasarkan keragaan data tahun 2016, kabupaten penghasil kelapa sawit


di Provinsi Riau tersebar di 12 kabupaten/kota. Kabupaten dengan produksi
kelapa sawit terbesar adalah Kabupaten Pelalawan sebesar 1,42 juta ton atau
18,45% dari total produksi kelapa sawit di Provinsi Riau. Diikuti dengan
Kabupaten Kampar sebesar 1,27 juta ton (16,53%), Kabupaten Rokan Hulu
sebesar 1,15 juta ton (14,99%), Kabupaten Siak sebesar 1,00 juta ton (13,15%),
Kabupaten Rokan Hilir sebesar 794,05 ribu ton (10,36%), dan Kabupaten Indragili
Hilir 700,66 ribu ton (9,14%) dan sisanya tersebar di Kabupaten Indragili Hulu,
Kauntan Sengingi, Bengkalis, Dumai, Kota Pekanbaru, dan Kabupaten Rokan HIlir
(Gambar 3.6 dan Lampiran 5).

20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

Gambar 3.6. Kabupaten Sentra Produksi Kelapa Sawit di Riau, 2016

Gambar 3.7. Kabupaten Sentra Produksi Kelapa Sawit di Sumatera Utara, 2016

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Sentra kabupaten produksi kelapa sawit di Provinsi Sumatera Utara pada


tahun 2016 tersaji pada Gambar 3.7 dan Lampiran 6. Kabupaten dengan produksi
kelapa sawit terbesar di provinsi ini adalah Kabupaten Labuhan Batu sebesar
854,18 ribu ton atau 21,44% dari total produksi kelapa sawit di Provinsi Sumatera
Utara. Diikuti oleh Kabupaten Asahan dengan produksi sebesar 566,55 ribu ton
(14,22%), Kabupaten Labuhan Batu Selatan sebesar 526,56 ribu ton (13,22%),
Kabupaten Langkat sebesar 424,91 ribu ton (10,67%), Kabupaten Simalungun
sebesar 413,67 ribu ton (10,38%), Kabupaten Labuan Batu Utara sebesar 243,97
ribu ton (8,71%), Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 243,97 ribu ton (6,12%),
dan Kabupaten Deli Serdang sebesar 179,29 ribu ton (4,50%). Total kontribusi 8
kabupaten tersebut adalah sebesar 89,27%.

3.1.4.Perkembangan Harga Domestik CPO Indonesia


Harga CPO tahun 2013-2016 di pasar domestik diambil pada spot sentra
produsen di Medan sesuai pantauan yang dilaksanakan secara rutin oleh Badan
Pengawas Perdagangan Berjangka Indonesia (Bappebti), sementara data tahun
2017 diambil dari buletin Palm Oil Analytics untuk spot yang sama. Selama tahun
2013 - 2017, harga domestik CPO sangat berfluktuatif dan cenderung menurun
dari bulan ke bulan, kecuali pada tahun 2013 dan 2016. Namun demikian, rata-
rata harga domestik CPO selama periode lima tahun terakhir mengalami
peningkatan sebesar 0,29% yakni dari Rp. 7.664,-/kg pada Januari 2013 menjadi
Rp. 8.603,-/kg Bulan Desember 2017 (Gambar 3.8). Harga CPO selama tahun 2017
terpantau cukup lesu, karena mengalami penurunan sebesar 1,26% padahal di
tahun sebelumnya sudah cukup menggeliat. Tendensi penurunan harga CPO di
Indonesia selama tahun 2017 dikarenakan beberapa faktor, diantaranya
peningkatan bea impor CPO oleh India, penurunan permintaan dari Pakistan,
penurunan harga minyak kedelai, dll. Keragaan harga CPO di pasar domestik
tahun 2013 – 2017 secara rinci tersaji pada Lampiran 7.

22 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

Gambar 3.8. Perkembangan Harga CPO di Pasar Domestik di Indonesia,


2013–2017

3.1.5. Perkembangan Konsumsi Minyak Sawit di Indonesia


Konsumsi CPO dibedakan atas konsumsi langsung per kapita minyak goreng
yang kemudian dikonversi ke wujud CPO serta konsumsi CPO yang diolah untuk
industri pengolahan biodiesel. Konsumsi per kapita minyak sawit/crude palm oil
(CPO) di Indonesia diperoleh dari konsumsi minyak goreng sawit
(kg/kapita/tahun) yang bersumber dari hasil SUSENAS – BPS. Konsumsi CPO
dihitung menggunakan angka konversi nasional dari minyak goreng ke wujud CPO
yang digunakan pada perhitungan Neraca Bahan Makanan (NBM) sebesar 68,28%.
Secara umum total konsumsi langsung CPO di Indonesia menunjukkan
kecenderungan meningkat (Gambar 3.19). Pada tahun 2002 konsumsi minyak
sawit hanya sebesar 1,69 juta ton, dan meningkat cukup tajam menjadi 5,53 juta
ton pada tahun 2016, namun demikian cenderung menurun di tahun 2017
menjadi sebesar 5,15 juta ton. Laju pertumbuhan rata-rata konsumsi langsung
CPO pada periode ini adalah sebesar 8,17% per tahun. Kenaikan total konsumsi
minnyak sawit Indonesia disebabkan oleh meningkatnya konsumsi per kapita dan

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

jumlah penduduk. Kenaikan konsumsi minyak sawit tertinggi terjadi pada tahun
2007 sebesar 25,08% yang menyebabkan konsumsi minyak sawit pada tahun
tersebut naik menjadi 2,44 juta ton. Perkembangan konsumsi minyak sawit di
Indonesia secara rinci tersaji pada Lampiran 8.

Gambar 3.9. Perkembangan Penyerapan CPO untuk Konsumsi Langsung dan


Industri Biodiesel Indonesia, 2009-2017

Data produksi biodiesel dengan satuan kiloliter bersumber dari Kementerian


Energi dan Sumberdaya Mineral, yang kemudian dikonversi ke satuan ton dengan
faktor konversi sebesar 88%, hal ini karena massa jenis biodiesel sebesar 88
kg/m3. Dalam memproduksi 1 ton biodiesel diperlukan 900 kg CPO oleh
karenanya faktor konversi dari biodiesel ke CPO sebesar 90%.
Konsumsi CPO yang masuk ke industri pengolahan biodiesel selama periode
tahun 2009-2016 terus mengalami peningkatan seiring dengan adanya kebijakan
blending mandatori biodiesel disamping meningkatnya konsumsi biodiesel itu
sendiri. Rata-rata peningkatan konsumsi CPO untuk industri biodiesel pada
periode tersebut mencapai 118,08% atau dari 171 ribu ton pada tahun 2016

24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

menjadi 3,29 juta ton pada tahun 2016 (Gambar 3.9). Perkembangan konsumsi
CPO untuk diolah dalam industri biodiesel secara rinci tersaji pada Lampiran 9.
Berdasarkan keragaan di atas, maka dengan menggunakan data rata-rata
tahun 2009-2016 dapat disimpulkan bahwa 13,73% produksi CPO Indonesa
digunakan untuk konsumsi langsung atau diolah menjadi minyak goreng sawit,
7,06% diserap ke industri pengolahan biodiesel dan sisanya sebesar 79,21%
dialokasinya untuk ekspor dan industri pengolahan lainnya (Gambr 3.10).

Gambar 3.10. Proporsi Penggunaan CPO untuk Konsumsi Langsung, Industri


Biodiesel dan Kebutuhan Lain, Rata-rata 2009-2016

3.1.6. Perkembangan Ekspor-Impor Kelapa Sawit Indonesia


Ekspor- impor kelapa sawit Indonesia dilakukan dalam wujud minyak sawit,
minyak sawit lainnya, minyak inti sawit dan minyak inti lainnya. Berdasarkan
data rata-rata tahun 2008-2017, proporsi terbesar (93,34%) ekspor Indonesia
dalam wujud minyak kelapa sawit atau CPO (Gambar 3.11).
Perkembangan volume ekspor minyak sawit (CPO) selama periode sepuluh
tahun terakhir yakni tahun 2008–2017 cenderung terus meningkat (Gambar 3.12)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 9,27% per tahun. Jika pada tahun 2008
volume ekspor kelapa sawit Indonesia sebesar 14,29 juta ton dengan nilai ekspor
sebesar US$ 12,38 milyar, maka tahun 2017 meningkat menjadi 27,35 juta ton
senilai US$ 18,51 milyar.
Perkembangan ekspor minyak inti sawit selama sepuluh tahun terakhir
(2008-2017) juga menunjukkan peningkatan dengan rata-rata 18,79%, yakni dari
3,85 juta ton atau setara US$ 1,73 juta pada tahun 2008 meningkat menjdi 1,82
juta ton (US$ 1,57 juta) pada tahun 2017. Perkembangan volume dan nilai ekspor
kelapa sawit dan minyak inti sawit secara rinci tersaji pada Lampiran 11 dan
Lampiran 11.

Gambar 3.11. Proposi Volume Ekspor Minyak Kelapa Sawit (CPO) dan Minyak Inti
Sawit, Rata-rata 2008–2017

26 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

Gambar 3.12. Perkembangan Volume Ekspor Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti
Sawit Indonesia, 2008–2017

Sebagai negara eksportir utama kelapa sawit di dunia, Indonesia masih


melakukan impor kelapa sawit namun dalam volume yang sangat kecil
dibandingkan ekspornya. Realisasi volume impor kelapa sawit dari tahun 2008-
2017 sangat berfluktuasi dari tahun ke tahun. Besarnya laju pertumbuhan volume
impor kelapa sawit disebabkan oleh peningkatan impor yang sangat signifikan
pada tahun 2013. Volume impor minyak inti sawit pada periode ini jauh lebih
kecil dibandingkan wujud CPO. Perkembangan volume dan nilai impor kelapa
sawit dan minyak inti sawit secara rinci tersaji pada Lampiran 10 dan Lampiran
11.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Gambar 3.13. Perkembangan Volume Impor Kelapa Sawit dan Inti Sawit
Indonesia, 2008-2017

Nilai ekspor dan nilai impor kelapa sawit menunjukkan perkembangan yang
sejalan dengan perkembangan volume ekspor maupun volume impornya. Neraca
perdagangan kelapa sawit dihitung berdasarkan selisih antara ekspor dengan
impornya. Sebagai negara eksportir kelapa sawit dunia, maka neraca
perdagangan kelapa sawit Indonesia dari tahun ke tahun berada pada posisi
surplus. Selama periode tahun 2008-2017, surplus neraca perdagangan minyak
Indonesia terus mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 15,60% per
tahun (Gambar 3.14). Pada tahun 1998 surplus neraca perdagangan kelapa sawit
sebesar US$ 12,37 milyar dan naik menjadi US$ 18,51 milyar pada tahun 2017.
Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan kelapa sawit Indonesia
tahun 1980-2016 secara rinci tersaji pada Lampiran 10.

28 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

Gambar 3.14. Perkembangan Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan
Kelapa Sawit Indonesia, 2008–2017

3.2. ANALISIS DESKRIPTIF KELAPA SAWIT DUNIA


3.2.1. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit Dunia
Perkembangan luas tanaman menghasilkan kelapa sawit dunia selama
periode 2007-2016 cenderung terus mengalami peningkatan (Gambar 3.15).
Berdasarkan data dari FAO, tahun 2007 total luas tanaman menghasilkan kelapa
sawit dunia hanya sebesar 14,6 juta ha. Dengan rata-rata laju pertumbuhan
sebesar 4,20% per tahun maka pada tahun 2016 total luas tanaman menghasilkan
kelapa sawit telah mencapai 21,14 juta ha. Keragaan luas tanaman menghasilkan
kelapa sawit dunia secara rinci tersaji pada Lampiran 12.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Gambar 3.15. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit Dunia,


2007-2016

Menurut FAO, kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis yang
panas dengan temperatur harian selama 24 jam > 200C dan periode pertumbuhan
 270 hari per tahun (Pahan, 2006). Kondisi tersebut terdapat di daerah-daerah
Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan, Asia Tenggara dan Pasifik Selatan.
Indonesia, Malaysia dan Thailand merupakan negara di Asia Tenggara yang telah
memanfaatkan keunggulan kondisi geografisnya untuk memperluas areal
penanaman kelapa sawit, sedangkan di Afrika terdapat Nigeria dan Ghana yang
juga merupakan negara penghasil kelapa sawit dunia.
Berdasarkan data rata-rata luas tanaman menghasilkan kelapa sawit tahun
2012-2016 yang bersumber dari FAO, Indonesia menempati urutan pertama
sebagai negara dengan luas tanaman menghasilkan kelapa sawit terbesar di dunia
dengan rata-rata kontribusi sebesar 41,29% dari total luas tanaman menghasilkan
kelapa sawit dunia. Posisi kedua dan ketiga ditempati oleh Malaysia dan Nigeria
dengan kontribusi luas masing-masing sebesar 25,41% dan 15,75%. Ketiga negara
tersebut memberikan kontribusi kumulatif sebesar 82,45% terhadap total luas
tanaman menghasilkan kelapa sawit dunia.
30 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

Selain ketiga negara tersebut di atas, Thailand, Ghana dan Guinea juga
mempunyai lahan kelapa sawit dengan luas tanaman menghasilkan yang cukup
besar. Thailand di urutan keempat memberikan kontribusi sebesar 3,21%
terhadap luas tanaman menghasilkan kelapa sawit dunia, diikuti oleh Ghana
(1,79%) dan Guinea (1,59%). Sedangkan kontribusi dari negara-negara lainnya
kurang dari 2% (Gambar 3.16). Keragaan negara dengan luas tanaman
menghasilkan kelapa sawit terbesar di dunia tahun 2012-2016 secara rinci tersaji
pada Lampiran 13.

Gambar 3.16. Beberapa Negara dengan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit
Terbesar di Dunia, Rata-rata 2012-2016

3.2.2. Perkembangan Produksi Kelapa Sawit Dunia


Data yang bersumber dari website FAO menunjukkan bahwa produksi
kelapa sawit dunia adalah dalam wujud tandan buah segar (TBS). Perkembangan
produksi TBS sepanjang tahun 2007-2016 menunjukkan pola yang hampir sama
dengan perkembangan luas tanaman menghasilkan. Dalam kurun waktu sepuluh
tahun terakhir telah terjadi peningkatan produksi CPO dunia dengan rata-rata
peningkatan sebesar 5,05% per tahun (Gambar 3.17). Jika pada tahun 2007

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

produksi TBS dunia sebesar 194,03 juta ton, maka pada akhir tahun 2016 produksi
TBS dunia tercatat sebesar 300,92 juta ton. Keragaan produksi TBS kelapa sawit
sawit dunia, 1980-2014 disajikan pada Lampiran 12.

Gambar 3.17. Perkembangan Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa


Sawit Dunia, 2007-2016

3.2.3. Sentra Produksi Kelapa Sawit Dunia


Produksi kelapa sawit dunia dalam wujud produksi Tandan Buah Segar
(TBS). Produksi TBS dunia dikuasai oleh dua negara, yaitu Indonesia dan Malaysia.
Berdasarkan data FAO, selama tahun 2012-2016 Indonesia berada di posisi
pertama sebagai negara penghasil TBS terbesar di dunia dengan rata-rata
kontribusi produksi sebesar 48,33% dari total produksi TBS dunia, sedangkan
Malaysia berada di peringkat kedua dengan kontribusi mencapai 33,29% (Gambar
3.18). Dengan demikian secara kumulatif 81,62% produksi TBS dunia berasal dari
kedua negara tersebut. Negara-negara produsen TBS terbesar lainnya adalah
Thailand dengan kontribusi sebesar 4,21% terhadap total produksi TBS dunia,
diikuti oleh Nigeria (2,82%), Kolombia (2%), dan Ekuador (1,11%). Keragaan

32 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

negara produsen kelapa sawit terbesar dunia tahun 2012-2016 tersaji secara rinci
pada Gambar 3.18 dan Lampiran 14.

Gambar 3.18. Beberapa Negara dengan Produksi Kelapa Sawit Terbesar Dunia,
Rata-rata 2012-2016

3.2.4. Perkembangan Produktivitas Kelapa Sawit Dunia


Selama periode tahun 2007-2016 laju pertumbuhan produktivitas kelapa
sawit dunia cenderung terus mengalami penurunan dengan rata-rata sebesar
0,69% per tahun. Secara umum tingkat produktivitas kelapa sawit dunia belum
maksimal. Beberapa negara mempunyai tingkat produktivitas yang jauh lebih
tinggi dari produktivitas dunia, sementara banyak yang jauh lebih rendah.
Dari data rata-rata produktivitas kelapa sawit dalam wujud tandan buah
segar (TBS) tahun 2012-2016, Kolombia berada di peringkat pertama dengan
tingkat produktivitas mencapai 20,15 ton/ha, diikuti oleh Thailand (18,94
ton/ha), Malaysia (18,94 ton/ha), dan Kamerun (18,70 ton/ha). Indonesia berada
pada urutan ke-lima sebagai negara dengan produktivitas TBS terbesar dunia
dengan rata-rata 17,11 ton/ha. Benin dan Nikaragua berada di peringkat

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 33


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

berikutnya dengan produktivitas kelapa sawit masing-masing sebesar 16,64


ton/ha, dan 15,83 ton/ha (Gambar 3.20 dan Lampiran 15).

Gambar 3.19. Perkembangan Produktivitas Kelapa Sawit Dunia, 2007-2016

Gambar 3.20. Beberapa Negara dengan Produktivitas Kelapa Sawit Tertinggi di


Dunia, Rata-rata 2012-2016

34 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

3.2.5.Perkembangan Harga CPO Dunia


Harga CPO di pasar global diambil pada spot pasar lelang di Rotterdam
sesuai pantauan dari World Bank. Selama tahun 2013-2017, harga CPO di pasar
global juga sangat berfluktuatif dan cenderung menurun dari bulan ke bulan.
Rata-rata harga CPO dunia selama periode tersebut mengalami penurunan
sebesar 0,81% yakni dari USD 841,-/ton pada Januari 2013 menjadi USD 735,-/ton
pada Bulan Desember 2017 (Gambar 3.21). Di pasar lelang dunia, harga CPO
selama tahun 2017 terlihat semakin lesu dengan rata-rata penurunan harga
0,81%, padahal di tahun sebelumnya sudah cukup menggeliat. Keragaan harga
CPO di pasar dunia tahun 2013 - 2017 secara rinci tersaji pada Lampiran 16.

Gambar 3.21. Perkembangan Harga CPO di Pasar Dunia, 2013–2017

3.2.6. Perkembangan Ekspor-Impor Kelapa Sawit Dunia


Perkembangan volume ekspor kelapa sawit dunia dalam bentuk minyak
sawit (CPO) pada periode tahun 2007-2016 menunjukkan kecenderungan
meningkat dari tahun ke tahun, kecuali pada tahun 2016 terpantau mengalami
penurunan dibanding tahun sebelumnya. Volume ekspor pada periode tersebut

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 35


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

tumbuh dengan rata-rata sebesar 5,82% per tahun, yakni dari 26,23 juta ton pada
tahun 2007 menjadi 42,15 juta ton pada tahun 2016. Keragaan volume ekspor –
impor kelapa sawit dunia tahun 2007-2016 secara rinci tersaji pada Lampiran 17.
Berdasarkan data FAO, pada periode tahun 2012-2016 terdapat dua negara
eksportir CPO terbesar di dunia yang secara kumulatif memberikan kontribusi
sebesar 87,48% terhadap total volume ekspor minyak sawit di dunia, yaitu
Indonesia dan Malaysia. Indonesia berada di peringkat pertama negara eksportir
minyak sawit terbesar di dunia dengan rata-rata kontribusi sebesar 52,24% dari
total ekspor minyak sawit dunia. Rata-rata volume ekspor minyak sawit dari
Indonesia pada periode ini mencapai 22,31 juta ton per tahun. Peringkat kedua
ditempati oleh Malaysia yang memberikan kontribusi sebesar 35,24% dengan rata-
rata volume ekspor 35,24 juta ton per tahun (Gambar 3.23). Negara berikutnya
berkontribusi sangat kecil terhadap total ekspor minyak sawit dunia (Lampiran
18).

Gambar 3.22. Perkembangan ekspor Minyak Sawit Dunia,


2007-2016

36 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

Gambar 3.23. Negara Eksportir Minyak Sawit Terbesar Dunia,


Rata-rata 2012-2016

Sementara itu ditinjau dari sisi impor minyak sawit (CPO) dunia, pada tahun
2012–2016 terdapat sembilan negara importir CPO terbesar di dunia. Total
volume impor negara-negara tersebut mencapai 61,62% dari total volume impor
CPO dunia. India merupakan negara importir CPO terbesar di dunia dengan rata-
rata volume impor tahun 2012-2016 mencapai 8,35 juta ton per tahun atau
17,04% dari total volume impor CPO dunia, diikuti oleh China (11,86%), China
Daratan (11,44%), Belanda (5,1%) dan Pakistan (4,80%). Negara-negara importir
CPO lainnya mengimpor kurang dari 4% total impor CPO dunia. (Gambar 3.24 dan
Lampiran 19).

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 37


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Gambar 3.24. Negara Importir Kelapa Sawit Terbesar Dunia, Rata-rata 2012-2016

38 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

BAB IV. ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI KELAPA SAWIT

4.1. PROYEKSI PRODUKSI KELAPA SAWIT DI INDONESIA, 2018 – 2022


Pemodelan produksi kelapa sawit Indonesia dalam analisis ini dalam wujud
produksi minyak sawit (CPO). Data yang digunakan pada proyeksi ini bersumber
dari Direktorat Jenderal Perkebunan dengan menggunakan data series tahun
1982-2016.
Indikator produksi dibentuk dari perkalian antara luas tanaman
menghasilkan (TM) dengan produktivitas. Model proyeksi luas TM dan
produktivitas menggunakan persamaan regresi linear berganda.
Untuk kepentingan validasi model, dilakukan pembagian series data
menjadi 2, yakni data training (tahun 1982-2012) dan data testing (2013-2016).
Pencarian model tentatif menggunakan series data training yang kemudian
digunakan untuk melakukan estimasi sesuai periode data testing. Nilai MAPE
dihitung berdasarkan perbedaan antara data hasil estimasi dengan data riil dalam
series data testing.
Beberapa model tentatif yang diperoleh dengan menggunakan persamaan
regresi linear berganda untuk indiktor Luas Tanaman Menghasilkan (TM) tersaji
pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Beberapa Model Tentatif Regresi Linear Berganda untuk Peubah Luas
TM
No Peubah bebas yang masuk ke model Nilai R2
MAPE
1 TM_1, Harga_Dunia_1, Harga_TSP, Harga_Urea, CH 5,74 99,5%
2 TM_1, Harga_Dunia_1, Harga_TSP, Harga_Urea, 5,66 99,5%
3 TM_1, Harga_Rubber, Harga_TSP, Harga_Urea, 3,86 99,5%

Berdasarkan atas 3 model tentatif tersebut, maka dipilih satu model yang
akan digunakan untuk melakukan peramalan 5 tahun kedepan yakni model
dengan nilai MAPE terkecil. Persamaan model tersebut adalah sbb.:
TM = 135968 + 1,10713 TM_1 + 54965 Harga_Rubber – 173,6 Harga_TSP –
1.406 Harga_Urea.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 39
2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Tabel 4.2. Anova Model Regresi Linear Berganda Indikator Luas TM

Source DF SS MS F P

Regression 4 3.06E+14 7.64E+13 1027.64 0.00


Residual Error 30 2.23E+12 74350419018
Total 34 3.08E+14

Tabel 4.3. Statistik Model Regresi Linear Berganda Indikator Luas TM

Predictor Coef SE Coef T P


Constant 135968 93318 1.46 0.155
TM_1 1.10713 0.02462 44.97 0
Harga_Rubber 54965 105425 0.82 0.417
TSP -173.6 812.8 -0.21 0.832
Urea -1406 1670 -0.84 0.406
S = 272673 R-Sq = 99.3% R-Sq(adj) = 99.2%

Plot sisaan hasil regresi disajikan pada Gambar 4.1. menunjukkan sisaan
bebas antara satu dengan yang lainnya.

40 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

Gambar 4.1. Plot Sisaan dengan Nilai Estimasi Model Regresi Linear Berganda
Luas Tanaman Menghasilkan

Berdasarkan model diatas, dilakukan proyeksi luas TM kelapa sawit tahun


2017-2022 seperti tersaji pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Proyeksi Luas TM Kelapa Sawit di Indonesia, 2018-2022

Luas Tanaman Menghasilkan (Ha) Pertumbuhan


Tahun
(%)
Ditjenbun*) Pusdatin**)
2017 10,654,946 9,449,046
2018 11,475,454 10,119,052 7.09
2019 10,838,435 7.11
2020 11,611,885 7.14
2021 12,444,600 7.17
2022 13,342,335 7.21
Rata-rata Pertumbuhan (%) 7.14
Keterangan:
*) Ditjenbun 2017 = Angka Sementara
2018 = Angka Estimasi Ditjen Perkebunan
**) Pusdatin 2017 - 2022 = Angka hasil estimasi model

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 41


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Beberapa model tentatif yang diperoleh dengan menggunakan persamaan


regresi linear berganda untuk peubah produktivitas tersaji pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Beberapa Model Tentatif Regresi Linear Berganda untuk Peubah
Produktivitas
No Peubah bebas yang masuk ke model Nilai R2
MAPE
1 Provitas_1, Harga_TSP_1, Harga_Urea_1, 4,65 70,7%
Harga_Phosphat, CH
2 Provitas_1, Harga_Dunia, Harga_TSP, CH 7,57 65,0%
3 Provitas_1, CH, Harga_Duna, Harga_Urea 3.92 63,6%

Berdasarkan atas 3 model tentatif tersebut, maka dipilih satu model yang
akan digunakan untuk melakukan peramalan 5 tahun kedepan yakni model
dengan nilai MAPE terkecil. Persamaan model tersebut adalah sbb.:

Provitas = 0.9191 + 0.6512 Provitas_1 + (9.56x10-5)CH – 0,000195


Harga_Dunia – 0,00013 Harga_Urea.

Tabel 4.6. Anova Model Regresi Linear Berganda Indikator Produktivitas

Source DF SS MS F P
Regression 4 1.86756 0.46689 12.03 0
Residual Error 30 1.16423 0.03881
Total 34 3.03179

Tabel 4.7. Statistik Model Regresi Linear Berganda Indikator Produktivitas

Predictor Coef SE Coef T P


Constant 0.9191 0.4085 2.25 0.032
Provitas 0.6512 0.1341 4.85 0
CH 9.56E-05 6.19E-05 1.54 0.133
Harga_Du 0.000195 0.000339 0.58 0.569
Urea -0.00013 0.000658 -0.2 0.843
S = 0.1970 R-Sq = 61.6% R-Sq(adj) = 56.5%

42 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

Gambar 4.2. Plot Sisaan dengan Nilai Estimasi Model Regresi Linear Berganda
Luas Produktivitas

Plot sisaan hasil regresi disajikan pada Gambar 4.1. menunjukkan sisaan
bebas antara satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan model diatas, dilakukan proyeksi produktivitas kelapa sawit


tahun 2018-2022 seperti tersaji pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Proyeksi Produktivitas Kelapa Sawit di Indonesia, 2018-2022


Produktivitas (Ton/Ha) Pertumbuhan
Tahun
Ditjenbun*) Pusdatin**) (%)
2017 3.55 3.575
2018 3.63 3.568 -0.19
2019 3.566 -0.06
2020 3.567 0.03
2021 3.570 0.09
2022 3.575 0.14
Rata-rata Pertumbuhan (%) 0.002
Keterangan:
*) Ditjenbun 2017 = Angka Sementara
2018 = Angka Estimasi Ditjen Perkebunan
**) Pusdatin 2017 - 2022 = Angka hasil estimasi model

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 43


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Berdasarkan hasil proyeksi luas TM dan produktivitas, maka diperoleh


proyeksi produksi kelapa sawit tahun 2018-2022 seperti tersaji pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Proyeksi Produksi Kelapa Sawit di Indonesia, 2018-2022


Produksi (Ton)
Tahun Pertumbuhan (%)
Ditjenbun*) Pusdatin**)
2017 37,812,628 34,123,909
2018 41,667,011 36,686,498 7.51
2019 39,407,469 7.42
2020 42,277,976 7.28
2021 45,290,614 7.13
2022 48,438,793 6.95
Rata-rata Pertumbuhan (%) 7.26
Keterangan:
*) Ditjenbun 2017 = Angka Sementara
2018 = Angka Estimasi Ditjen Perkebunan
**) Pusdatin 2017 - 2022 = Angka hasil estimasi model

Pertumbuhan luas tanaman mengasilkan dapat tercapai dengan berbagai


upaya yang dapat dilakukan, diantaranya revitalisasi perkebunan sawit rakyat,
perluasan areal kebun sawit, dll.

Kelapa sawit merupakan komoditas yang sudah terbukti dapat


meningkatkan kesejahteraan rakyat pedesaan, hal ini karena komoditas ini
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Upaya meningkatkan produksi kelapa
sawit bisa dilakukan melalui pemupukan dan pemilihan varietas yang bagus.
Sementara, faktor eksternal yang berpengaruh terhadap produksi kelapa sawit
adalah suhu, curah hujan, kelembaban tanah dan nutrisi.

4.2. PROYEKSI KONSUMSI MINYAK SAWIT DI INDONESIA 2018 – 2022

Minyak kelapa sawit Indonesia dominan ditujukan untuk keperluan ekspor,


dan hanya sebagian kecil yang diserap untuk industri dalam negeri. Pendekatan
perhitungan konsumsi minyak sawit Indonesia adalah melalui konsep Apparent
Domestic Consumption (ADC), yakni kuantitas minyak sawit yang dikonsumsi

44 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

domestik merupakan sisaan dari angka produksi yang dikurangi dengan besaran
ekspor serta ditambah dari impor. Impor minyak kelapa sawit Indonesia sangat
kecil dibandingkan dengan ekspornya, oleh karenanya pemodelan dilakukan
dengan menggunakan indikator net ekspor atau volume ekspor dikurangi volume
impornya. Besaran sisaan produksi dikurangi net ekspor diasumsikan sebagai
kuantitas yang diserap untuk industri dalam negeri, yakni industri minyak goreng,
margarin, kosmetik, biodiesel, dll.

Beberapa model tentatif yang diperoleh dengan menggunakan persamaan


regresi linear berganda untuk indikator volume net ekspor CPO tersaji pada Tabel
4.10.

Tabel 4.10. Beberapa Model Tentatif Regresi Linear Berganda untuk Peubah
Volume Net Ekspor CPO

Heterokedastisitas:
R-Sq R-Sq
No Model PRESS Multikolinearits Plot Dugaan vs Autokorelasi Kesimpulan
(Adj) (Pred)
Residual
Net_ekspor = - 0.525 + 0.557 Net_ekspor_1 Nilai VIF = 1,4 - 8,6 --> tidak Pola acak di sekitar Model layak, dan variabel
1 90.30% 85.60% 2.35231 DW=2,79
+ 0.428 Harga_Dunia_1 + 0.620 Kurs ada gejala multikolinearitas titik Nol bebas yang terlibat logis.

Net_ekspor = - 2.49 + 1.18 Produksi + 0.263 Nilai VIF = 8,8 --> tidak ada Pola acak di sekitar
2 94.90% 94.22% 0.94481 DW=2,64 Model layak
Kurs_1 gejala multikolinearitas titik Nol

Net_ekspor = - 0.521 + 0.458 Net_ekspor_1 Nilai VIF =1,4-7,6--> tidak Pola acak di sekitar
3 91.90% 88.58% 1.86468 DW=2,68 Model layak
+ 0.458 Harga_Dunia_1 + 0.779 Kurs_1 ada gejala multikolinearitas titik Nol

Net_ekspor = - 2.64 + 1.26 Produksi + 0.141 Nilai VIF = 8,6 --> tidak ada Pola acak di sekitar
4 95.00% 93.78% 1.09118 DW=2,53 Model layak
Kurs gejala multikolinearitas titik Nol

Berdasarkan atas 4 model tentatif tersebut, maka dipilih satu model yang
akan digunakan untuk melakukan peramalan 5 tahun kedepan yakni model
dengan kriteria statistik yang paling baik seperti pada Tabel diatas. Persamaan
model tersebut adalah sbb.:

Net_ekspor = - 0.5246 + 0.5574 Net_ekspor_1 + 0.4277 Harga_dunia_1 +


0.6201 Kurs

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 45


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Tabel 4.11. Anova Model Regresi Linear Berganda Indikator Volume Net Ekspor

Source DF SS MS F P
Regression 3 14.8864 4.9621 106.34 0
Residual Error 31 1.4466 0.0467
Total 34 16.333

Tabel 4.12. Statistik Model Regresi Linear Berganda Indikator Volume Net Ekspor

Predictor Coef SE Coef T P VIF


Constant -0.5246 0.612 -0.86 0.398
Net_eksp 0.5574 0.1552 3.59 0.001 8.6
Harga_Du 0.4277 0.2559 1.67 0.105 1.4
Kurs 0.6201 0.2658 2.33 0.026 7.9
S = 0.2160 R-Sq = 91.1% R-Sq(adj) = 90.3%
PRESS = 2.35231 R-Sq(pred) = 85.60%

Gambar 4.3. Plot Sisaan dengan Nilai Estimasi Model Regresi Linear Berganda
Volume Net Ekspor

46 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

Berdasarkan model diatas, dilakukan proyeksi volume net ekspor kelapa


sawit tahun 2018-2022 seperti tersaji pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Proyeksi Volume Ekspor Kelapa Sawit di Indonesia, 2018-2022


Net Ekspor Pertumbuhan
Tahun
(Ton) (%)
2018 24,669,235
2019 25,697,995 4.17
2020 27,301,855 6.24
2021 29,558,353 8.26
2022 29,587,581 0.10
Rata-rata Pertumbuhan (%) 4.69
Keterangan:
2018 - 2022 = Angka hasil estimasi model

Berdasarkan hasil proyeksi diatas, maka dihitung estimasi kebutuhan


dometik minyak kelapa sawit dengan asumsi merupakan sisaan dari produksi
setelah dikurangi dengan kuantitas ekspor seperti tersaji pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14. Proyeksi Konsumsi Domestik Kelapa Sawit di Indonesia, 2018-2022


Konsumsi
Produksi Net Ekspor Pertumbuhan
Tahun Domestik
(Ton) (Ton) (%)
(Ton)
2018 36,686,498 24,669,235 12,017,263

2019 39,407,469 25,697,995 13,709,474 14.08


2020 42,277,976 27,301,855 14,976,122 9.24
2021 45,290,614 29,558,353 15,732,262 5.05
2022 48,438,793 29,587,581 18,851,213 19.83
Rata-rata pertumbuhan (%) 12.05
Keterangan :
2018-2022 Angka hasil estimasi model

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 47


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Konsumsi domestik kelapa sawit Indonesia diproyeksikan akan terus


mengalami peningkatan dari tahun 2018 – 2022, yang bertumbuh rata-rata 12,05%
per tahun. Pada Tahun 2018, konsumsi domestik minyak sawit diprediksikan
sebesar 12,02 juta ton dan naik menjadi 18,85 juta ton pada tahun 2022.
Kenaikan konsumsi domestik minyak kelapa sawit seiring dengan meningkatknya
industri pengolahan CPO seperti industri minyak goreng, margarin, kosmetik,
biodiesel, dll. Peningkatan tersebut juga seiring dengan peningkatan konsumsi
per kapita produk tersebut serta meningkatnya jumlah penduduk, serta
meningkatnya mandatori blending biodiesel dan kebutuhan biodiesel itu sendiri.

48 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

BAB V. KESIMPULAN

Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia, dengan luas


areal sebesar 14,03 juta hektar dan produksi sebesar 37,81 juta ton pada tahun
2017. Sentra produksi kelapa sawit di Indonesia adalah di Provinsi Riau, Sumatera
Utara, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Jambi.
Harga domestik minyak sawit di Indonesia yang dipantau oleh Badan Pengawas
Perdagangan Berjangka Komoditas (Bappebti) dan Buletin Palmoil Analytic adalah
di spot pelelangan di Medan menunjukkan adnya penurunan di akhir tahun 2017
yang sebelumnya sudah cukup menggeliat. Demikian pula harga dunia yang
dipantau di pelelangan di Rotterdam. Penggunaan minyak sawit untuk konsumsi
langsung manusia dalam wujud minyak goreng sawit mempunyai pola meningkat
hingga mencapai 5,15 juta ton pada tahun 2017. Konsumsi minyak sawit yang
diolah menjadi biodiesel juga mengalami peningkatan, yakni dari 171 ribu ton
pada tahun 2009 menjadi 3,29 juta ton pada tahun 2016. Seiring peningkatan
produksinya, ekspor minyak sawit Indonesia juga cenderung terus mengalami
peningkatan, yakni dari 14,29 juta ton pda tahun 2008 menjadi 27,35 juta ton
pada tahun 2017.

Berdasarkan data FAO, Indonesia menguasai pangsa sebesar 48,33% pangsa


minyak sawit dunia yang menempatkan Indonesia menjadi negara produsen
terbesar. Negara produsen minyak sawit dunia lainnya adalah Malaysia, Thailand,
Nigeria, Kolombia dan Ekuador.

Proyeksi produksi kelapa sawit dengan menggunakan pendekatan perkalian


antara proyeksi luas tanaman menghasilkan dan produktivitas dengan metode
analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa produksi kelapa sawit
Indonesia akan meningkat sebesar 7,26% selama 5 tahun ke depan atau menjadi
48,44 juta ton di tahun 2022. Dengan meningkatnya kapasitas produksi, peluang
net ekspor kelapa sawit Indonesia juga diproyeksikan mengalami peningkatan
sebesar 4,69% menjadi 29,59 juta ton pada tahun 2022. Sementara, konsumsi
domestik kelapa sawit Indonesia yang akan dialokasikan ke industri pengolahan

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 49


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

seperti minyak goreng, margarin, kosmetik, biodiesel dll juga diproyeksikan


mengalami peningkatan sebesar 12,05% yakni dari 12,02 juta ton pada tahun
2018 menjadi 18,85 juta ton pada tahun 2022.

50 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2016. Minyak Kelapa Sawit. Indonesia Investments.


http://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/minyak-
sawit/item166 [terhubung berkala]

Anonim, 2017. Cara Meningkatkan Produksi Pohon Kelapa Sawit.


https://agroteknologi.web.id/cara-meningkatkan-produksi-pohon-kelapa-
sawit/ [terhubung berkala]

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Statistik Perkebunan Indonesia. Kelapa


Sawit 2014-2016. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Djoehana, S. 2006. Seri Teknik Budi Daya Panen Pengolahan Kelapa Sawit.
Kanisius. Jakarta.

Hero, F. 2011. http://agribisnis.deptan.go.id/disp_informasi/ [terhubung


berkala].

Kementerian Pertanian. 2011. Hasil Analisis PDB Sektor Pertanian. Jakarta: Pusat
Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian.

Munadi, E. 2012. Penurunan Pajak Ekspor dan Dampaknya Terhadap Ekspor


Minyak Kelapa Sawit Indonesia ke Cina (Pendekatan Error Correction
Model). Buletin Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Perdagangan, pp. 48-
72. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/ [terhubung berkala].

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.

Pardamean, M. 2008. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa


Sawit. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Susila, W.R. 2005. Peluang Pengembangan Kelapa Sawit di Indonesia: Perspektif


Jangka Panjang 2025. Bogor: Lembaga Riset Perkebunan Indonesia.

World Growth. 2011. Manfaat Minyak Sawit bagi Perekonomian Indonesia.


World Growth http://worldgrowth.org/site/wp-
content/uploads/2012/06/WG_Indonesian_Palm_Oil_Benefits_Bahasa_Rep
ort-2_11.pdf [terhubung berkala]

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 51


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

52 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

LAMPIRAN

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 53


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

54 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

Lampiran 1. Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit di Indonesia Menurut Status


Pengusahaan, 1980–2018
Luas Areal (Ha)
Tahun Pertumb. Pertumb. Pertumb. Pertumb.
PR PBN PBS Indonesia
(%) (%) (%) (%)
1980 6,175 199,538 88,847 294,560
1981 5,695 -7.77 213,264 6.88 100,008 12.56 318,967 8.29
1982 8,537 49.90 224,440 5.24 96,924 -3.08 329,901 3.43
1983 37,043 333.91 261,339 16.44 107,264 10.67 405,646 22.96
1984 40,552 9.47 340,511 30.29 130,958 22.09 512,021 26.22
1985 118,564 192.38 335,195 -1.56 143,603 9.66 597,362 16.67
1986 129,904 9.56 332,694 -0.75 144,182 0.40 606,780 1.58
1987 203,047 56.31 365,575 9.88 160,040 11.00 728,662 20.09
1988 196,279 -3.33 373,409 2.14 293,171 83.19 862,859 18.42
1989 223,832 14.04 366,028 -1.98 383,668 30.87 973,528 12.83
1990 291,338 30.16 372,246 1.70 463,093 20.70 1,126,677 15.73
1991 384,594 32.01 395,183 6.16 531,219 14.71 1,310,996 16.36
1992 439,468 14.27 389,761 -1.37 638,241 20.15 1,467,470 11.94
1993 502,332 14.30 380,746 -2.31 730,109 14.39 1,613,187 9.93
1994 572,544 13.98 386,309 1.46 845,296 15.78 1,804,149 11.84
1995 658,536 15.02 404,732 4.77 961,718 13.77 2,024,986 12.24
1996 738,887 12.20 426,804 5.45 1,083,823 12.70 2,249,514 11.09
1997 813,175 10.05 517,064 21.15 1,592,057 46.89 2,922,296 29.91
1998 890,506 9.51 556,640 7.65 2,113,050 32.72 3,560,196 21.83
1999 1,041,046 16.90 576,999 3.66 2,283,757 8.08 3,901,802 9.60
2000 1,166,758 12.08 588,125 1.93 2,403,194 5.23 4,158,077 6.57
2001 1,561,031 33.79 609,947 3.71 2,542,457 5.79 4,713,435 13.36
2002 1,808,424 15.85 631,566 3.54 2,627,068 3.33 5,067,058 7.50
2003 1,854,394 2.54 662,803 4.95 2,766,360 5.30 5,283,557 4.27
2004 2,220,338 19.73 605,865 -8.59 2,458,520 -11.13 5,284,723 0.02
2005 2,356,895 6.15 529,854 -12.55 2,567,068 4.42 5,453,817 3.20
2006 2,549,572 8.18 687,428 29.74 3,357,914 30.81 6,594,914 20.92
2007 2,752,172 7.95 606,248 -11.81 3,408,416 1.50 6,766,836 2.61
2008 2,881,898 4.71 602,963 -0.54 3,878,986 13.81 7,363,847 8.82
2009 3,061,413 6.23 630,512 4.57 4,181,369 7.80 7,873,294 6.92
2010 3,387,257 10.64 631,520 0.16 4,366,617 4.43 8,385,394 6.50
2011 3,752,480 10.78 678,378 7.42 4,561,966 4.47 8,992,824 7.24
2012 4,137,620 10.26 683,227 0.71 4,751,868 4.16 9,572,715 6.45
2013 4,356,087 5.28 727,767 6.52 5,381,166 13.24 10,465,020 9.32
2014 4,422,365 1.52 729,022 0.17 5,603,414 4.13 10,754,801 2.77
2015 4,535,400 2.56 743,894 2.04 5,980,982 6.74 11,260,276 4.70
2016 4,739,318 4.50 707,428 -4.90 5,754,719 -3.78 11,201,465 -0.52
2017*) 5,613,241 18.44 710,169 0.39 7,707,164 33.93 14,030,574 25.26
2018**) 5,807,514 3.46 713,121 0.42 7,788,621 1.06 14,309,256 1.99
Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun)
1980-2018 26.51 3.76 13.49 11.02
2009-2018 7.37 1.75 7.62 7.06
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Estimasi
PR = Perkebunan Rakyat PBN = Perkebunan Besar Negara PBS = Perkebunan Besar Swasta

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 55


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Lampiran 2. Perkembangan Produksi Minyak Sawit di Indonesia Menurut Status


Pengusahaan, 1980–2018
Produksi (Ton)
Tahun Pertumb. Pertumb. Pertumb. Pertumb.
PR PBN PBS Indonesia
(%) (%) (%) (%)
1980 770 498,858 221,544 721,172
1981 1,045 35.71 533,399 6.92 265,616 19.89 800,060 10.94
1982 2,955 182.78 598,653 12.23 285,212 7.38 886,820 10.84
1983 3,454 16.89 710,431 18.67 269,102 -5.65 982,987 10.84
1984 4,031 16.71 814,015 14.58 329,144 22.31 1,147,190 16.70
1985 43,016 967.13 861,173 5.79 339,241 3.07 1,243,430 8.39
1986 53,504 24.38 912,306 5.94 384,919 13.46 1,350,729 8.63
1987 165,162 208.69 988,480 8.35 352,413 -8.44 1,506,055 11.50
1988 156,148 -5.46 1,102,692 11.55 454,495 28.97 1,713,335 13.76
1989 183,689 17.64 1,184,226 7.39 597,039 31.36 1,964,954 14.69
1990 376,950 105.21 1,247,156 5.31 788,506 32.07 2,412,612 22.78
1991 413,319 9.65 1,360,363 9.08 883,918 12.10 2,657,600 10.15
1992 699,605 69.27 1,489,745 9.51 1,076,900 21.83 3,266,250 22.90
1993 582,021 -16.81 1,469,156 -1.38 1,370,272 27.24 3,421,449 4.75
1994 839,334 44.21 1,571,501 6.97 1,597,227 16.56 4,008,062 17.15
1995 1,001,443 19.31 1,613,848 2.69 1,864,379 16.73 4,479,670 11.77
1996 1,133,547 13.19 1,706,852 5.76 2,058,259 10.40 4,898,658 9.35
1997 1,282,823 13.17 1,586,879 -7.03 2,578,806 25.29 5,448,508 11.22
1998 1,344,569 4.81 1,501,747 -5.36 3,084,099 19.59 5,930,415 8.84
1999 1,547,811 15.12 1,468,949 -2.18 3,438,830 11.50 6,455,590 8.86
2000 1,905,653 23.12 1,460,954 -0.54 3,633,901 5.67 7,000,508 8.44
2001 2,798,032 46.83 1,519,289 3.99 4,079,151 12.25 8,396,472 19.94
2002 3,426,740 22.47 1,607,734 5.82 4,587,871 12.47 9,622,345 14.60
2003 3,517,324 2.64 1,750,651 8.89 5,172,859 12.75 10,440,834 8.51
2004 3,847,157 9.38 1,617,706 -7.59 5,365,526 3.72 10,830,389 3.73
2005 4,500,769 16.99 1,449,254 -10.41 5,911,592 10.18 11,861,615 9.52
2006 5,783,088 28.49 2,313,729 59.65 9,254,031 56.54 17,350,848 46.28
2007 6,358,389 9.95 2,117,035 -8.50 9,189,301 -0.70 17,664,725 1.81
2008 6,923,042 8.88 1,938,134 -8.45 8,678,612 -5.56 17,539,788 -0.71
2009 7,517,716 8.59 2,005,880 3.50 9,800,697 12.93 19,324,293 10.17
2010 8,458,709 12.52 1,890,503 -5.75 11,608,907 18.45 21,958,120 13.63
2011 8,797,924 4.01 2,045,562 8.20 12,253,055 5.55 23,096,541 5.18
2012 9,197,728 4.54 2,133,007 4.27 14,684,783 19.85 26,015,518 12.64
2013 10,010,728 8.84 2,144,651 0.55 15,626,625 6.41 27,782,004 6.79
2014 10,205,395 1.94 2,229,336 3.95 16,843,459 7.79 29,278,189 5.39
2015 10,527,791 3.16 2,346,822 5.27 18,195,402 8.03 31,070,015 6.12
2015 11,575,542 9.95 1,887,999 -19.55 18,267,420 0.40 31,730,961 2.13
2017*) 12,719,193 9.88 2,190,334 16.01 22,903,101 25.38 37,812,628 19.17
2018**) 14,010,833 10.16 2,507,763 14.49 25,148,415 9.80 41,667,011 10.19
Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun)
1980-2018 52.21 4.96 13.88 11.52
2009-2018 7.36 3.09 11.46 9.14
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Estimasi
PR = Perkebunan Rakyat PBN = Perkebunan Besar Negara PBS = Perkebunan Besar Swasta

56 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

Lampiran 3. Perkembangan Produktivitas Kelapa Sawit di Indonesia Menurut


Status Pengusahaan, 1995–2018

Luas TM Produksi Produktivitas Pertumbuhan


Tahun
(Ha) (Ton) (Kg/Ha) (%)
1995 1,238,699 4,479,670 3,616
1996 1,428,350 4,898,658 3,430 -5.17
1997 1,575,123 5,448,508 3,459 0.86
1998 1,699,478 5,930,415 3,490 0.88
1999 2,005,415 6,455,590 3,219 -7.75
2000 2,451,065 7,000,508 2,856 -11.28
2001 2,956,114 8,396,472 2,840 -0.55
2002 3,307,419 9,622,345 2,909 2.43
2003 3,428,580 10,440,834 3,045 4.67
2004 3,823,324 10,830,389 2,833 -6.98
2005 4,054,683 11,861,615 2,925 3.27
2006 4,960,529 17,350,848 3,498 19.57
2007 4,881,335 17,664,725 3,619 3.46
2008 5,122,275 17,539,788 3,424 -5.38
2009 5,541,422 19,324,293 3,487 1.84
2010 6,108,275 21,958,120 3,595 3.08
2011 6,550,800 23,096,541 3,526 -1.92
2012 6,989,653 26,015,518 3,722 5.57
2013 7,856,254 27,782,004 3,536 -4.99
2014 8,129,570 29,278,189 3,601 1.84
2015 8,571,323 31,070,015 3,625 2.51
2016 8,843,871 31,730,961 3,588 -0.38
2017*) 10,654,946 37,812,628 3,549 -2.10
2018**) 11,474,454 41,667,011 3,631 1.21
Rata-rata Pertumbuhan (%/tahun)
1995-2018 0.20
2009-2108 0.67

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin


Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Estimasi
Wujud produksi adalah minyak sawit (Crude Palm Oil )

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 57


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Lampiran 4. Provinsi Sentra Produksi Minyak Sawit Terbesar di Indonesia, 2014-


2018
Produksi (Ton) Share Kumulatif
No Provinsi
2014 2015 2016 2017*) 2018**) Rata-rata (%) (%)
1 Riau 6,993,241 7,333,610 7,668,081 9,071,275 9,822,787 8,177,799 23.80 23.80
2 Sumatera Utara 4,870,202 5,099,246 3,983,730 5,845,782 6,208,690 5,201,530 15.14 38.94
3 Kalimantan Tengah 3,158,239 3,424,937 4,260,093 4,364,115 4,896,654 4,020,808 11.70 50.65
4 Sumatera Selatan 2,791,816 3,034,697 2,929,452 3,605,033 3,914,138 3,255,027 9.47 60.12
5 Kalimantan Barat 1,965,515 2,112,797 2,192,591 2,898,808 3,298,012 2,493,545 7.26 67.38
6 Jambi 1,773,735 1,947,048 1,435,141 2,074,403 2,348,221 1,915,710 5.58 72.96
7 Lainnya 7,725,441 8,331,971 9,261,873 9,953,212 11,178,509 9,290,201 27.04 100.00
Indonesia 29,278,189 31,284,306 31,730,961 37,812,628 41,667,011 34,354,619 100.00
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Estimasi

Lampiran 5. Kabupaten Sentra Produksi Minyak Sawit di Riau, 2016

Produksi (Ton) Share


Share
No Kabupaten kumulatif
PR PBN PBS Total (%)
(%)
1 Kab. Pelalawan 452,996 0 962,082 1,415,078 18.45 18.45
2 Kab. Kampar 541,073 51,476 674,648 1,267,197 16.53 34.98
3 Kab. Rokan Hulu 665,796 89,557 394,273 1,149,626 14.99 49.97
4 Kab. Siak 705,510 25,370 277,126 1,008,005 13.15 63.12
5 Kab. Rokan Hilir 515,287 0 278,762 794,049 10.36 73.47
6 Kab. Indragiri Hilir 262,524 0 438,137 700,661 9.14 82.61
7 Kab. Indragiri Hulu 201,806 15,245 194,685 411,736 5.37 87.98
8 Kab. Kuantan Sengingi 168,170 5,796 227,924 401,890 5.24 93.22
9 Kab. Bengkalis 290,188 0 111,150 401,338 5.23 98.45
10 Kab. Dumai 78,306 0 0 78,306 1.02 99.48
11 Kota Pekanbaru 2,874 0 26,978 29,852 0.39 99.87
12 Kab. Rokan Hilir 0 10,343 0 10,343 0.13 100.00
Total 3,884,530 197,786 3,585,765 7,668,081 100.00
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan
Keterangan : Wujud Produksi Minyak Sawit/CPO

58 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

Lampiran 6. Kabupaten Sentra Produksi Minyak Sawit di Sumatera Utara, 2015

Produksi (Ton) Share


Share
No Kabupaten kumulatif
PR PBN PBS Total (%)
(%)
1 Kab. Labuhan Batu 105,160 141,020 607,995 854,175 21.44 21.44
2 Kab. Asahan 231,035 173,334 162,176 566,545 14.22 35.66
3 Kab. Lab. Batu Selatan 136,252 193,430 196,875 526,557 13.22 48.88
4 Kab. Langkat 139,364 130,513 155,032 424,908 10.67 59.55
5 Kab. Simalungun 87,754 272,297 53,614 413,665 10.38 69.93
6 Kab. Lab. Batu Utara 189,210 13,760 144,127 347,097 8.71 78.64
7 Kab. Serdang Bedagai 38,236 100,532 105,200 243,968 6.12 84.77
8 Kab. Deli Serdang 46,256 42,624 90,415 179,294 4.50 89.27
9 Kab. Mandailing Natal 50,826 11,472 47,989 110,287 2.77 92.04
10 Kab. Padang Lawas 96,365 3,103 0 99,468 2.50 94.53
11 Kab. Tapanuli Selatan 12,130 28,110 30,667 70,907 1.78 96.31
12 Kab. Padang Lawas Utara 65,090 0 0 65,090 1.63 97.95
13 Kab. Tapanuli Tengah 6,481 0 37,706 44,187 1.11 99.06
14 Kab. Batubara 22,761 8,362 0 31,123 0.78 99.84
15 Kab. Karo 2,012 0 1,735 3,747 0.09 99.93
16 Kab. Pak-pak Bharat 1,184 0 0 1,184 0.03 99.96
17 Kab. Toba Samosir 836 0 0 836 0.02 99.98
18 Kab. Dairi 286 0 0 286 0.01 99.99
19 Kab. Humbang Hasundutan 264 0 0 264 0.01 100.00
20 Kab. Tapanuli Utara 18 0 0 18 0.00 100.00
21 Kab. Nias Selatan 60 0 0 60 0.00 100.00
22 Kab. Padang Sidempuan 65 0 0 65 0.00 100.00
Total 304,634 93,671 208,511 3,983,730 100.00
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan
Keterangan : Wujud Produksi Minyak Sawit/CPO

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 59


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Lampiran 7. Perkembangan Harga CPO di Pasar Domestik, 2013-2017

Harga Domestik (Rp/kg)


Bulan
2013 2014 2015 2016 2017 Rata-rata

Jan 7,664 9,739 7,683 6,724 10,217 8,405


Feb 7,921 10,002 7,894 7,547 10,028 8,679
Mar 7,738 10,223 8,276 8,144 9,420 8,760
Apr 7,588 9,664 8,074 8,676 8,997 8,600
May 7,728 9,610 8,197 8,629 9,240 8,681
Jun 7,927 9,454 8,451 8,508 8,813 8,631
Jul 7,802 9,146 8,044 8,003 7,705 8,140
Aug 8,264 8,126 6,487 8,817 7,705 7,880
Sep 8,719 10,835 6,454 9,329 7,749 8,617
Oct 9,005 7,947 6,893 8,691 9,301 8,367
Nov 9,931 8,027 6,500 9,297 9,133 8,578
Dec 10,203 7,623 6,691 9,910 8,603 8,606
Pertumbuhan (%)
Jan-Des 2.70 -1.32 -0.99 3.77 -1.26 0.29
Sumber : Bappebti dan Palm Oil Analytics, diolah Pusdatin
Keterangan : merupakan pengamatan di spot M edan

60 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

Lampiran 8. Perkembangan Konsumsi Langsung Minyak Sawit Indonesia, 2002-


2017

Total Konsumsi
Konsumsi Jumlah
Pertumbuhan
Tahun per kapita Penduduk Minyak
(%)
(Kg) (000 Jiwa) Goreng Sawit CPO (Ton)
(Ton)
2002 5.48 210,500.6 1,153,543 1,689,430
2003 5.42 213,237.1 1,155,745 1,692,655 0.19
2004 5.84 216,009.2 1,261,493 1,847,530 9.15
2005 6.00 218,868.8 1,313,213 1,923,276 4.10
2006 6.00 221,714.1 1,329,493 1,947,119 1.24
2007 7.40 224,596.4 1,662,976 2,435,524 25.08
2008 7.98 227,516.1 1,815,091 2,658,306 9.15
2009 8.19 230,473.8 1,886,758 2,763,265 3.95
2010 8.03 238,518.8 1,915,306 2,805,076 1.51
2011 8.24 241,990.7 1,993,658 2,919,827 4.09
2012 9.33 245,425.2 2,290,694 3,354,853 14.90
2013 8.92 248,818.1 2,218,569 3,249,222 -3.15
2014 9.60 252,164.8 2,421,854 3,546,945 9.16
2015 11.23 255,461.7 2,868,031 4,200,398 18.42
2016 14.60 258,705.0 3,777,093 5,531,771 31.70
2017 13.43 261,890.9 3,516,353 5,149,902 -6.90
Rata-rata pertumbuhan (%) 8.17
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
Keterangan: konversi CPO ke minyak goreng = 68,28%

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 61


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Lampiran 9. Perkembangan Konsumsi Minyak Sawit untuk Industri Biodiesel di


Indonesia, 2009-2016

Total Konsumsi (Ton)


Tahun Pertumbuhan (%)

Biodiesel CPO

2009 190,000 171,000


2010 243,000 218,700 27.89
2011 1,812,000 1,630,800 645.68
2012 2,221,000 1,998,900 22.57
2013 2,805,000 2,524,500 26.29
2014 3,961,000 3,564,900 41.21
2015 1,653,000 1,487,700 -58.27
2016 3,656,000 3,290,400 121.17
Rata-rata pertumbuhan (%) 118.08
Sumber : Kementerian ESDM , diolah Pusdatin
Keterangan: konversi Biodiesel ke CPO = 90%

62 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

Lampiran 10. Perkembangan Ekspor dan Impor Kelapa Sawit Indonesia,


1981 – 2017
Ekspor Impor
Neraca
Tahun Volume Pertumb. Nilai Pertumb. Volume Pertumb. Nilai Pertumb.
(000 US$)
(Ton) (%) (000 US$) (%) (Ton) (%) (000 US$) (%)
1981 196,361 106,938 33,288 17,476 89,462
1982 259,476 32.14 96,247 -10.00 63 -99.81 42 -99.76 96,205
1983 345,777 33.26 111,462 15.81 78 23.81 29 -30.95 111,433
1984 127,938 -63.00 53,278 -52.20 57,630 73,784.62 30,280 104,313.79 22,998
1985 518,760 305.48 189,407 255.51 37,182 -35.48 20,121 -33.55 169,286
1986 566,885 9.28 112,918 -40.38 8,786 -76.37 2,100 -89.56 110,818
1987 551,118 -2.78 143,615 27.19 165,991 1,789.27 62,521 2,877.19 81,094
1988 852,843 54.75 333,868 132.47 302,190 82.05 120,422 92.61 213,446
1989 781,844 -8.32 244,639 -26.73 412,392 36.47 224,904 86.76 19,735
1990 1,015,580 29.90 203,507 -16.81 26,183 -93.65 7,662 -96.59 195,845
1991 1,167,689 14.98 335,481 64.85 37,874 44.65 13,891 81.30 321,590
1992 1,030,272 -11.77 356,494 6.26 308,743 715.18 113,511 717.15 242,983
1993 1,632,012 58.41 582,629 63.43 151,939 -50.79 53,671 -52.72 528,958
1994 1,631,203 -0.05 717,811 23.20 123,637 -18.63 55,715 3.81 662,096
1995 1,265,024 -22.45 747,414 4.12 49,785 -59.73 48,113 -13.64 699,301
1996 1,671,957 32.17 825,415 10.44 107,553 116.03 61,173 27.14 764,242
1997 2,967,589 77.49 1,446,100 75.20 91,680 -14.76 55,456 -9.35 1,390,644
1998 1,479,278 -50.15 745,277 -48.46 17,618 -80.78 8,459 -84.75 736,818
1999 3,298,987 123.01 1,114,242 49.51 1,648 -90.65 543 -93.58 1,113,699
2000 4,110,027 24.58 1,087,278 -2.42 4,350 163.96 4,020 640.33 1,083,258
2001 4,903,218 19.30 1,080,906 -0.59 141 -96.76 60 -98.51 1,080,846
2002 6,333,708 29.17 2,092,404 93.58 9,499 6,636.88 3,267 5,345.00 2,089,137
2003 6,386,409 0.83 2,454,626 17.31 4,014 -57.74 2,201 -32.63 2,452,425
2004 8,661,647 35.63 3,441,776 40.22 4,320 7.62 1,937 -11.99 3,439,839
2005 10,375,792 19.79 3,756,557 9.15 10,810 150.23 5,374 177.44 3,751,183
2006 10,471,915 0.93 3,522,810 -6.22 1,645 -84.78 1,287 -76.05 3,521,523
2007 11,875,418 13.40 7,868,640 123.36 1,067 -35.14 1,023 -20.51 7,867,617
2008 14,290,687 20.34 12,375,571 57.28 8,822 726.80 5,013 390.03 12,370,558
2009 16,829,205 17.76 10,367,621 -16.23 21,139 139.62 13,191 163.14 10,354,430
2010 16,291,856 -3.19 13,468,966 29.91 46,720 121.01 37,801 186.57 13,431,165
2011 16,436,202 0.89 17,261,247 28.16 23,299 -50.13 24,939 -34.03 17,236,308
2012 18,850,836 14.69 17,602,180 1.98 616 -97.36 832 -96.66 17,601,348
2013 20,577,976 9.16 15,838,850 -10.02 65,561 10,543.02 46,979 5,546.51 15,791,871
2014 22,892,387 11.25 17,464,905 10.27 299 -99.54 393 -99.16 17,464,512
2015 26,467,564 15.62 15,385,275 -11.91 7,572 2,432.44 4,623 1,076.34 15,380,652
2016 22,759,305 -14.01 14,365,422 -6.63 2,658 -64.89 4,116 -10.96 14,361,306
2017 27,353,338 20.19 18,513,122 28.87 2,518 -5.29 1,812 -55.97 18,511,309
Rata-rata Pertumbuhan (%/tahun)
1981-2017 23.57 25.54 2,675.04 3,349.56
2008-2017 9.27 11.17 1,364.57 706.58
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
Keterangan: Kode HS untuk minyak sawit dan minyak sawit lainnya adalah: 1511

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 63


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Lampiran 11. Perkembangan Ekspor dan Impor Minyak Inti Sawit Indonesia,
1981 – 2016
Ekspor Impor
Neraca
Tahun Volume Pertumb. Nilai Pertumb. Volume Pertumb. Nilai Pertumb.
(000 US$)
(Ton) (%) (000 US$) (%) (Ton) (%) (000 US$) (%)
1981 4,890 1,908 37 20 1,888
1982 2,559 -47.67 1,027 -46.17 61 64.86 20 0.00 1,007
1983 - - -100.00 43 -29.51 18 -10.00 -18
1984 14,722 10,324 2,504 5,723.26 1,686 9,266.67 8,638
1985 98,055 566.04 48,996 374.58 999 -60.10 640 -62.04 48,356
1986 41,863 -57.31 9,670 -80.26 34 -96.60 29 -95.47 9,641
1987 87,302 108.54 33,160 242.92 - - 33,160
1988 121,723 39.43 58,327 75.90 490 247 58,080
1989 135,447 11.27 48,089 -17.55 61 -87.55 35 -85.83 48,054
1990 158,303 16.87 44,182 -8.12 530 768.85 304 768.57 43,878
1991 136,322 -13.89 72,754 64.67 17,493 3,200.57 7,803 2,466.78 64,951
1992 222,541 63.25 109,841 50.98 17,222 -1.55 12,097 55.03 97,744
1993 275,225 23.67 110,188 0.32 3,327 -80.68 1,944 -83.93 108,244
1994 340,504 23.72 177,583 61.16 13,917 318.30 7,988 310.91 169,595
1995 311,399 -8.55 187,267 5.45 4,239 -69.54 3,277 -58.98 183,990
1996 341,318 9.61 235,168 25.58 3,132 -26.11 2,735 -16.54 232,433
1997 502,979 47.36 294,255 25.13 3,159 0.86 3,011 10.09 291,244
1998 347,009 -31.01 195,447 -33.58 554 -82.46 526 -82.53 194,921
1999 597,843 72.28 347,975 78.04 1,209 118.23 1,004 90.87 346,971
2000 578,825 -3.18 239,120 -31.28 3,638 200.91 2,404 139.44 236,716
2001 581,926 0.54 146,259 -38.83 4,974 36.72 2,464 2.50 143,795
2002 738,416 26.89 256,234 75.19 2,362 -52.51 1,478 -40.02 254,756
2003 659,894 -10.63 264,678 3.30 1,592 -32.60 1,066 -27.88 263,612
2004 904,327 37.04 502,681 89.92 3,564 123.87 3,157 196.15 499,524
2005 1,043,195 15.36 587,746 16.92 3,257 -8.61 2,992 -5.23 584,754
2006 1,274,039 22.13 616,476 4.89 1,386 -57.45 1,207 -59.66 615,269
2007 1,335,324 4.81 997,805 61.86 3,594 159.31 6,013 398.18 991,792
2008 3,850,319 188.34 1,734,658 73.85 2,172 -39.57 3,940 -34.48 1,730,718
2009 4,321,921 12.25 1,237,810 -28.64 3,345 54.01 3,631 -7.84 1,234,179
2010 4,102,318 -5.08 1,944,673 57.11 1,791 -46.46 5,634 55.16 1,939,039
2011 4,536,180 10.58 2,491,943 28.14 1,311 -26.80 4,871 -13.54 2,487,072
2012 1,445,923 -68.12 1,495,284 -40.00 640 -51.18 1,215 -75.06 1,494,069
2013 1,644,532 13.74 1,301,585 -12.95 326 -49.06 496 -59.18 1,301,089
2014 1,479,624 -10.03 1,540,408 18.35 16 -95.09 409 -17.54 1,539,999
2015 1,809,307 22.28 1,557,820 1.13 11 -31.25 31 -92.42 1,557,789
2016 1,126,194 -37.76 1,276,098 -18.08 18 63.64 27 -12.90 1,276,071
2017 1,820,560 61.66 1,566,282 22.74 0 -99.79 1 -97.59 1,566,281
Rata-rata Pertumbuhan (%/tahun)
1981-2017 32.48 28.65 285.56 374.17
2008-2017 18.79 10.16 -32.16 -35.54
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
Keterangan: Kode HS untuk minyak sawit dan minyak sawit lainnya adalah: 1511
'1511100000 '1511901100 '1511901900'1511909110 '1511909190'1511909200
'1511909900

64 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

Lampiran 12. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan, Produksi TBS dan


Produktivitas Kelapa Sawit Dunia, 1980 – 2016

Luas TM Produksi*) Produktivitas


Tahun Pertumb. Pertumb. Pertumb.
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
(%) (%) (%)
1980 4,276,828 30,338,675 7.09
1981 4,077,535 -4.66 31,492,047 3.80 7.72 8.88
1982 4,190,963 2.78 36,296,699 15.26 8.66 12.14
1983 4,225,265 0.82 33,859,322 -6.72 8.01 -7.47
1984 4,668,824 10.50 40,951,328 20.95 8.77 9.46
1985 4,953,899 6.11 43,943,956 7.31 8.87 1.13
1986 5,199,653 4.96 47,637,489 8.41 9.16 3.28
1987 5,352,014 2.93 48,760,189 2.36 9.11 -0.56
1988 5,627,646 5.15 53,596,114 9.92 9.52 4.53
1989 5,904,284 4.92 59,466,609 10.95 10.07 5.75
1990 6,158,211 4.30 61,432,077 3.31 9.98 -0.95
1991 6,845,368 11.16 63,869,789 3.97 9.33 -6.47
1992 7,238,422 5.74 67,944,074 6.38 9.39 0.60
1993 7,574,636 4.64 79,768,254 17.40 10.53 12.19
1994 7,899,363 4.29 82,329,104 3.21 10.42 -1.03
1995 8,399,640 6.33 89,198,733 8.34 10.62 1.89
1996 8,861,362 5.50 94,178,455 5.58 10.63 0.08
1997 9,273,395 4.65 100,040,843 6.22 10.79 1.51
1998 9,676,974 4.35 99,742,090 -0.30 10.31 -4.46
1999 10,042,923 3.78 115,259,058 15.56 11.48 11.35
2000 10,425,801 3.81 121,343,115 5.28 11.64 1.41
2001 10,895,766 4.51 129,804,833 6.97 11.91 2.36
2002 11,717,920 7.55 136,484,239 5.15 11.65 -2.23
2003 12,320,281 5.14 151,278,938 10.84 12.28 5.42
2004 12,833,773 4.17 164,395,777 8.67 12.81 4.32
2005 13,494,775 5.15 182,904,426 11.26 13.55 5.81
2006 13,889,695 2.93 196,859,270 7.63 14.17 4.57
2007 14,598,473 5.10 194,025,849 -1.44 13.29 -6.22
2008 15,399,058 5.48 213,821,405 10.20 13.89 4.47
2009 16,189,681 5.13 216,818,207 1.40 13.39 -3.55
2010 16,902,189 4.40 224,097,287 3.36 13.26 -1.00
2011 17,581,696 4.02 244,740,400 9.21 13.92 4.99
2012 18,292,814 4.04 256,916,718 4.98 14.04 0.89
2013 18,679,154 2.11 265,415,322 3.31 14.21 1.17
2014 19,439,383 4.07 287,582,659 8.35 14.79 4.11
2015 20,271,425 4.28 300,570,977 4.52 14.83 0.23
2016 21,137,830 4.27 300,922,920 0.12 14.24 -3.99
Rata-rata pertumbuhan (%)
1980-2016 4.57 6.71 2.07
2007-2016 4.29 4.40 0.11
Sumber: FAO, diolah Pusdatin
Keterangan: *) wujud Tandan Buah Segar (TBS)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 65


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Lampiran 13. Negara dengan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit Terbesar
di Dunia, 2012 – 2016

Luas Tanaman Menghasilkan (Ha)


No Negara Share Kumulatif
2012 2013 2014 2015 2016 Rata-rata
(%) (%)
1 Indonesia 6,989,653 7,856,254 8,129,570 8,571,323 8,843,871 8,078,134 41.29 41.29
2 Malaysia 5,076,929 5,229,739 4,689,321 4,859,397 5,001,438 4,971,365 25.41 66.70
3 Nigeria 3,250,000 3,000,000 3,030,949 3,074,571 3,053,974 3,081,899 15.75 82.45
4 Thailand 592,081 603,700 643,811 648,198 650,625 627,683 3.21 85.66
5 Ghana 387,000 318,760 349,040 349,040 349,040 350,576 1.79 87.45
6 Guinea 310,000 310,000 311,337 313,814 314,064 311,843 1.59 89.05
7 Lainnya 1,687,151 1,360,701 2,285,355 2,455,082 2,924,818 2,142,622 10.95 100.00
Dunia 18,292,814 18,679,154 19,439,383 20,271,425 21,137,830 19,564,121
Sumber: FAO, diolah Pusdatin

Lampiran 14. Negara Produsen Kelapa Sawit Terbesar di Dunia, 2012 – 2016
Produksi (Ton)
No Negara Share Kumulatif
2012 2013 2014 2015 2016 Rata-rata
(%) (%)
1 Indonesia 113,000,000 120,000,000 139,952,542 149,066,849 160,135,795 136,431,037 48.33 48.33
2 Malaysia 94,917,736 94,917,736 95,380,438 98,344,073 86,325,309 93,977,058 33.29 81.62
3 Thailand 11,312,301 12,434,520 12,472,505 11,058,720 12,081,855 11,871,980 4.21 85.83
4 Nigeria 8,100,000 8,000,000 7,975,851 7,894,886 7,817,207 7,957,589 2.82 88.65
5 Colombia 4,670,860 5,053,170 5,531,895 6,249,380 6,762,416 5,653,544 2.00 90.65
6 Ecuador 2,649,051 2,316,838 3,468,510 4,175,659 3,124,069 3,146,825 1.11 91.77
7 Lainnya 22,266,770 22,693,058 22,800,918 23,781,410 24,676,269 23,243,685 8.23 100.00
Dunia 256,916,718 265,415,322 287,582,659 300,570,977 300,922,920 282,281,719 42257.74
Sumber: FAO, diolah Pusdatin

66 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

Lampiran 15. Negara dengan Produktivitas Minyak Sawit Terbesar di Dunia, 2010 –
2014
Produktivitas (Ton/Ha)
No Negara
2012 2013 2014 2015 2016 Rata-rata
1 Colombia 19.90 20.02 20.15 20.27 20.40 20.15
2 Thailand 19.11 20.60 19.37 17.06 18.57 18.94
3 Malaysia 18.70 18.15 20.34 20.24 17.26 18.94
4 Cameroon 19.53 18.15 18.52 18.78 18.50 18.70
5 Indonesia 16.99 16.95 17.17 17.27 17.16 17.11
6 Benin 16.56 15.56 16.25 17.40 17.42 16.64
7 Nicaragua 20.00 20.00 16.76 13.97 8.42 15.83
Rata-rata Dunia 11.82 11.58 11.47 11.38 11.20 18.04
Sumber : FAO
Keterangan: wujud TBS

Lampiran 16. Perkembangan Harga CPO Dunia, 2013 – 2017

Harga Dunia (USD/ton)


Bulan
2013 2014 2015 2016 2017 Rata-rata

Jan 841 865 688 566 809 805


Feb 863 908 689 640 774 830
Mar 854 961 672 686 734 843
Apr 842 911 662 722 685 834
May 849 893 659 706 727 820
Jun 860 857 671 683 677 791
Jul 833 841 635 652 663 773
Aug 829 766 549 736 674 759
Sep 820 709 538 756 724 752
Oct 859 722 583 716 721 740
Nov 921 731 558 751 716 748
Dec 912 693 568 788 672 735
Pertumbuhan (%)
Jan-Des 0.78 -1.89 -1.59 3.24 -1.56 -0.81
Sumber : Worldbank, diolah Pusdatin
Keterangan : Pengamatan di spot pelelangan di Eropa, dimana CPO berasal dari M alaysia

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 67


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Lampiran 17. Perkembangan Volume Ekspor - Impor Kelapa Sawit di Dunia, 1980
– 2016

Ekspor Impor
Tahun
(Ton) Pertumb. (%) (Ton) Pertumb. (%)
1980 3,616,686 3,472,216
1981 3,228,646 -10.73 3,247,733 -6.47
1982 3,776,795 16.98 3,710,595 14.25
1983 4,017,838 6.38 3,943,891 6.29
1984 4,318,420 7.48 3,925,162 -0.47
1985 5,221,969 20.92 4,943,669 25.95
1986 6,264,929 19.97 6,242,216 26.27
1987 5,786,643 -7.63 6,086,697 -2.49
1988 5,994,718 3.60 6,174,675 1.45
1989 7,086,873 18.22 7,450,603 20.66
1990 8,174,725 15.35 9,078,380 21.85
1991 8,319,099 1.77 8,838,259 -2.64
1992 8,247,792 -0.86 8,376,243 -5.23
1993 9,264,983 12.33 9,255,548 10.50
1994 11,405,257 23.10 11,446,571 23.67
1995 10,697,984 -6.20 11,392,271 -0.47
1996 11,876,426 11.02 11,089,502 -2.66
1997 12,655,264 6.56 11,258,177 1.52
1998 10,592,047 -16.30 11,449,762 1.70
1999 13,805,612 30.34 13,287,979 16.05
2000 14,246,153 3.19 15,000,304 12.89
2001 17,141,756 20.33 17,442,481 16.28
2002 18,898,685 10.25 20,246,776 16.08
2003 21,151,302 11.92 24,187,279 19.46
2004 23,610,276 11.63 27,611,865 14.16
2005 26,787,430 13.46 29,812,887 7.97
2006 29,974,520 11.90 34,205,066 14.73
2007 26,230,796 -12.49 32,533,321 -4.89
2008 33,392,554 27.30 38,339,734 17.85
2009 35,192,556 5.39 41,509,361 8.27
2010 35,277,113 0.24 40,263,666 -3.00
2011 37,051,991 5.03 42,679,364 6.00
2012 39,310,508 6.10 46,534,460 9.03
2013 41,661,793 5.98 50,040,969 7.54
2014 43,110,187 3.48 48,459,403 -3.16
2015 47,281,300 9.68 53,114,920 9.61
2016 42,147,683 -10.86 46,884,945 -11.73
Rata-rata pertumbuhan (%)
1980 - 2016 7.63 7.97
Sumber : FAO

68 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018

Lampiran 18. Negara Eksportir Minyak Sawit Terbesar Di Dunia, 2012 - 2016

Ekspor (Ton)
No Negara Rata-rata Share (%) Kumulatif
2012 2013 2014 2015 2016 (%)
1 Indonesia 18,845,021 20,577,977 22,892,387 26,467,564 22,759,305 22,308,451 52.24 52.24
2 Malaysia 15,608,661 15,244,722 15,143,166 15,425,393 13,814,190 15,047,226 35.24 87.48
3 Netherlands 1,342,220 1,566,968 1,118,545 1,216,331 1,336,277 1,316,068 3.08 90.56
4 Papua New Guinea525,000 564,235 538,864 601,603 575,475 561,035 1.31 91.88
5 Guatemala 268,257 361,912 401,759 470,923 560,729 412,716 0.97 92.84
6 Germany 250,446 347,101 364,923 443,424 461,660 373,511 0.87 93.72
7 Lainnya 2,470,903 2,998,878 2,650,543 2,656,062 2,640,047 2,683,287 6.28 100.00
Dunia 39,310,508 41,661,793 43,110,187 47,281,300 42,147,683 42,702,294 100.00
Sumber : FAO
Keterangan: wujud CPO

Lampiran 19. Negara Importir Minyak Sawit Terbesar Di Dunia, 2012 – 2016

Impor (Ton)
No Negara Rata-rata Share (%) Kumulatif
2012 2013 2014 2015 2016 (%)
1 India 7,653,356 8,389,672 7,932,540 9,536,216 8,252,606 8,352,878 17.04 17.04
2 China 6,512,126 6,178,139 5,540,940 6,130,212 4,700,424 5,812,368 11.86 28.90
3 China, mainland 6,340,593 5,978,515 5,323,661 5,908,873 4,478,024 5,605,933 11.44 40.34
4 Netherlands 2,603,365 2,932,058 2,439,520 2,304,272 2,267,743 2,509,392 5.12 45.46
5 Pakistan 2,036,041 2,248,607 2,352,732 2,519,305 2,603,211 2,351,979 4.80 50.26
6 Bangladesh 1,012,800 1,026,757 1,321,826 2,816,316 1,366,454 1,508,831 3.08 53.34
7 Italy 1,048,159 1,392,215 1,755,554 1,640,776 1,521,561 1,471,653 3.00 56.35
8 Germany 1,235,143 1,457,767 1,225,910 1,324,561 1,380,161 1,324,708 2.70 59.05
9 Nigeria 903,300 1,195,300 1,646,500 1,413,000 1,153,000 1,262,220 2.58 61.62
10 Lainnya 17,189,577 19,241,939 18,920,220 19,521,389 19,161,761 18,806,977 38.38 100.00
Dunia 46,534,460 50,040,969 48,459,403 53,114,920 46,884,945 49,006,939 100.00
Sumber : FAO
Keterangan: wujud CPO

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 69


2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT

70 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Anda mungkin juga menyukai