ISSN : 1907-1507
Penasehat :
Dr. Ir. I Ketut Kariyasa, M.Si.
Penyunting :
Dr. Ir. Anna A. Susanti, MSi.
Drh. Akbar, MP
Naskah :
Ir. Efi Respati, M.Si
Design Sampul :
Suyati, S.Kom
Diterbitkan oleh :
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian
2018
KATA PENGANTAR
Publikasi Outlook Kelapa Sawit Tahun 2018 ini merupakan salah satu
publikasi hasil analisis yang diterbitkan Pusdatin dalam rangka mengemban visi
dan misinya, yakni menjadi sumber data dan informasi yang lengkap, akurat dan
terpercaya untuk mendukung pembangunan pertanian. Publikasi Outlook Kelapa
Sawit Tahun 2018 menyajikan keragaan data series komoditi kelapa sawit secara
nasional dan global selama 10-20 tahun terakhir serta dilengkapi dengan hasil
analisis proyeksi produksi dan konsumsi domestik dari tahun 2018 sampai dengan
tahun 2022.
Publikasi ini disajikan tidak hanya dalam bentuk hard copy namun dapat
dengan mudah diperoleh atau diakses melalui portal e-Publikasi Kementerian
Pertanian di alamat http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/.
Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini,
kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan
saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar
penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Indikator, Periode dan Sumber Data yang Digunakan .................. 5
Tabel 3.1. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Luas Areal dan Produksi
Kelapa Sawit di Indonesia Menurut Jenis Pengusahaan, 1980-2018 . 16
Tabel 4.1. Beberapa Model Tentatif Regresi Linear Berganda untuk
Peubah Luas TM ............................................................. 39
Tabel 4.2. Anova Model Regresi Linear Berganda Indikator Luas TM ............. 40
Tabel 4.3. Statistik Model Regresi Linear Berganda Indikator Luas TM .......... 40
Tabel 4.4. Proyeksi Luas TM Kelapa Sawit di Indonesia, 2018-2022 .............. 41
Tabel 4.5. Beberapa Model Tentatif Regresi Linear Berganda untuk
Peubah Produktivitas ....................................................... 42
Tabel 4.6. Anova Model Regresi Linear Berganda Indikator Produktivitas ...... 42
Tabel 4.7. Statistik Model Regresi Linear Berganda Indikator Produktivitas .... 42
Tabel 4.8. Proyeksi Produktivitas Kelapa Sawit di Indonesia, 2018-2022........ 43
Tabel 4.9. Proyeksi Produksi Kelapa Sawit di Indonesia, 2018-2022 ............. 44
Tabel 4.10. Beberapa Model Tentatif Regresi Linear Berganda untuk
Peubah Volume Net Ekspor CPO .......................................... 45
Tabel 4.11. Anova Model Regresi Linear Berganda Indikator Volume Net
Ekspor ......................................................................... 46
Tabel 4.12. Statistik Model Regresi Linear Berganda Indikator Volume Net
Ekspor ......................................................................... 46
Tabel 4.13. Proyeksi Volume Ekspor Kelapa Sawit di Indonesia, 2018-2022...... 47
Tabel 4.14. Proyeksi Konsumsi Domestik Kelapa Sawit di Indonesia, 2018-
2022 ........................................................................... 47
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Uji Heteroskedastisitas Residual Minitab ............................. 11
Gambar 3.1. Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit Menurut Status
Pengusahaan di Indonesia, 2009–2018 ................................. 15
Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Minyak Sawit Menurut Status
Pengusahaan di Indonesia, 2009–2018 ................................. 17
Gambar 3.3. Kontribusi Rata-Rata Produksi Minyak Sawit Menurut Status
Pengusahaan, Rata-rata 2009–2018 .................................... 18
Gambar 3.4. Perkembangan Produktivitas Kelapa Sawit di Indonesia,
2009–2018 .................................................................. 19
Gambar 3.5. Provinsi Sentra Produksi Minyak Sawit di Indonesia Rata-rata,
2014 - 2018 ................................................................ 20
Gambar 3.6. Kabupaten Sentra Produksi Kelapa Sawit di Riau, 2016 ............ 21
Gambar 3.7. Kabupaten Sentra Produksi Kelapa Sawit di Sumatera Utara,
2016 ......................................................................... 21
Gambar 3.8. Perkembangan Harga CPO di Pasar Domestik di Indonesia,
2013–2017 .................................................................. 23
Gambar 3.9. Perkembangan Penyerapan CPO untuk Konsumsi Langsung
dan Industri Biodiesel Indonesia, 2009-2017 ......................... 24
Gambar 3.10. Proposi Penggunaan CPO untuk Konsumsi Langsung, Industri
Biodiesel dan Kebutuhan Lain, Rata-rata 2009–2016 ................ 25
Gambar 3.11. Proposi Volume Ekspor Minyak Kelapa Sawit (CPO) dan
Minyak Inti Sawit, Rata-rata 2008–2017 ............................... 26
Gambar 3.12. Perkembangan Volume Ekspor Minyak Kelapa Sawit dan
Minyak Inti Sawit Indonesia, 2008–2017 ............................... 27
Gambar 3.13. Perkembangan Volume Impor Kelapa Sawit dan Inti Sawit
Indonesia, 2008–2017 ..................................................... 28
Gambar 3.14. Perkembangan Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca
Perdagangan Kelapa Sawit Indonesia, 2008–2017 ................... 29
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit di Indonesia
Menurut Status Pengusahaan, 1980-2018. .......................... 55
Lampiran 2. Perkembangan Produksi Minyak Sawit di Indonesia Menurut
Status Pengusahaan, 1980-2018 ...................................... 56
Lampiran 3. Perkembangan Produktivitas Kelapa Sawit di Indonesia
Menurut Status Pengusahaan, 1995-2018 ........................... 57
Lampiran 4. Provinsi Sentra Produksi Minyak Sawit Terbesar di
Indonesia, 2014-2018 .................................................. 58
Lampiran 5. Kabupaten Sentra Produksi Minyak Sawit di Riau, 2016 .......... 58
Lampiran 6. Kabupaten Sentra Produksi Minyak Sawit di Sumatera
Utara, 2016 .............................................................. 59
Lampiran 7. Perkembangan Harga CPO di Pasar Domestik, 2013 - 2017 ...... 60
Lampiran 8. Perkembangan Konsumsi Langsung Minyak Sawit di
Indonesia, 2002 - 2017 ................................................ 61
Lampiran 9. Perkembangan Konsumsi Minyak Sawit untuk Industri
Biodiesel di Indonesia, 2009-2016 ................................... 62
Lampiran 10. Perkembangan Ekspor dan Impor Kelapa Sawit Indonesia,
1981 - 2017 .............................................................. 63
Lampiran 11. Perkembangan Ekspor dan Impor Minyak Inti Sawit
Indonesia, 1981 - 2017 ................................................. 64
Lampiran 12. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan, Produksi TBS
dan Produktivitas Kelapa Sawit Dunia, 1980 - 2016 ............... 65
Lampiran 13. Negara dengan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit
Terbesar di Dunia 2012 - 2016 ........................................ 66
Lampiran 14. Negara Produsen Kelapa Sawit Terbesar di Dunia 2012 -
2016 ...................................................................... 66
Lampiran 15. Negara dengan Produktivitas Minyak Sawit Terbesar di
Dunia 2012 - 2016 ...................................................... 67
Lampiran 16. Perkembangan Harga CPO Dunia, 2013 - 2017 ..................... 67
RINGKASAN EKSEKUTIF
Harga kelapa sawit (wujud CPO) di akhir tahun 2017 baik di pasar
domestic (spot Medan) maupun di pasar dunia (spot Rotterdam) sedikit melemah,
padahal di awal tahun sudah menunjukan peningkatan harga. Penggunaan minyak
sawit adalah untuk konsumsi langsung yang diolah menjadi minyak goreng sawit,
industri biodiesel, untuk keperluan ekspor serta penggunaan lainnya.Tingkat
konsumsi minyak goreng per kapita pada tahun 2017 berdasarkan hasil SUSENAS -
BPS sebesar 13,43 kg/kapita, sehingga total konsumsi pada tahun tersebut
sebesar 3,52 juta ton minyak goreng atau setara dengan 5,15 juta ton kelapa
sawit. Sementara serapan minyak sawit untuk industri biodiesel pada tahun 2016
mencapai 3,29 juta ton.
BAB I. PENDAHULUAN
1.2. TUJUAN
Tujuan disusunnya buku Outlook Kelapa Sawit ini adalah sbb.:
a. Mengkaji keragaan dan prospek kelapa sawit di Indonesia
b. Mengkaji keragaan kelapa sawit di dunia.
c. Melakukan analisis produksi dan konsumsi kelapa sawit di Indonesia lima
tahun ke depan.
• Cakupan analisis
Analisis yang dilakukan dalam penyusunan outlook komoditas kelapa
sawit meliputi analisis deskriptif dan analisis inferensia. Analisis
deskriptif dilakukan guna mengkaji keragaan komoditas kelapa sawit
melalui parameter pertumbuhan, rata-rata dan kontribusi. Sementara,
analisis inferensia ditujukan guna melakukan pemodelan dan estimasi
data luas tanaman menghasilkan, produktivitas, serta net ekspor.
Susenas
Konversi Minyak Sawit
Konsumsi Minyak BPS; Neraca
4 2002-2017 (CPO) ke Minyak Goreng
Sawit Indonesia Bahan Makanan
Sawit Sebesar 68,28%
(NBM)
Konsumsi CPO untuk Kementerian Konversi biodiesel ke CPO
5 2009-2016
industri biodiesel ESDM sebesar 90%
Bappebti; Palm
6 Harga Domestik CPO 2013-2017 Spot pelelangan Medan
Oil Analitics
7 Harga Dunia CPO 2013-2017 World Bank Spot pelelangan Eropa
Wujud CPO; Tahun 1980-
1999 Sumber: BPS diolah
Ekspor Impor Kelapa
8 1980-2017 BPS Ditjen Bun; Tahun 2000-
Sawit Indonesia
2017 Sumber: BPS diolah
Pusdatin
Produksi Kelapa Wujud Crude Palm Oil
9 1980-2016 FAO
Sawit Dunia (CPO)
Ekspor Impor Kelapa Wujud Crude Palm Oil
10 1980-2016 FAO
Sawit Dunia (CPO)
y 0 1 x1 2 x2 k xk
Dimana :
0 , 1 , k = koefisien regresi parsial, yang menunjukkan informasi besarnya
pengaruh peubah x terhadap y.
Semakin kecil nilai MAPE maka model time series yang diperoleh semakin
baik.
Untuk model regresi berganda kelayakan model diuji dari nilai F hitung
(pada Tabel Anova), nilai koefisien regresi menggunakan Uji – t, uji
kenormalan sisaan, dan plot nilai sisaan terhadap dugaan.
b) R2
R2 merupakan angka yang berkisar antara 0 sampai 1 yang mengindikasikan
besarnya kombinasi variabel independen secara bersama – sama
mempengaruhi nilai variabel dependen. Semakin mendekati angka satu,
model yang dikeluarkan oleh regresi tersebut akan semakin baik. Secara
manual, R2 merupakan rumus pembagian antara Sum Squared Regression
dengan Sum Squared Total.
c) R2 Adjusted
Guna melengkapi kelemahan R2 tersebut, kita bisa menggunakan R2
adjusted. Pada R2 adjusted ini sudah mempertimbangkan jumlah sample
data dan jumlah variabel yang digunakan.
n 1 p 1 SSE
2
Radjusted 1 1 R 2 1
n p 1 n 1 SST
MSE
Ra2djusted 1
SST p 1
Keterangan:
n : jumlah observasi
p : jumlah variabel
MSE : Mean Squared Error
SST : Sum Squared Total
SSE : Sum Squared Error
d) R2 Predicted
Salah satu tujuan untuk meregresikan variabel independen dengan variabel
dependen adalah membuat rumus dan menggunakannya untuk melakukan
prediksi dengan nilai nilai tertentu dari variabel independennya. Jika anda
ingin melakukan prediksi nilai Y, maka anda juga seharusnya melihat nilai
dari R squared predicted.
PRESS
2
R predicted 1 100
SST
e) Uji Heteroskedastisitas
Gejala heteroskedastisitas dapat ditentukan dengan diagram scatter antara
variabel Y prediksi (Fits) dengan variabel residual.
Andaikan kita memiliki tiga buah variabel bebas: X1, X2, dan X3 dan
ketiganya mau diregresikan dengan sebuah variabel tak bebas Y. Nilai VIF
kita hitung untuk masing-masing X.
Semakin besar R2, maka VIF semakin tinggi (semakin kuat adanya
collinearity). Misal R2 = 0.8 akan menghasilkan VIF = 5.
Tidak ada batasan baku berapa nilai VIF dikatakan tinggi, nilai VIF di atas 5
sudah membuat kita harus hati-hati.
g) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara
residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi.
Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam
model regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji
Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hopotesis nol
ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.
2) Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang
berarti tidak ada autokorelasi.
3) Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka
tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.
Nilai du dan dl dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson yang
bergantung banyaknya observasi dan banyaknya variabel yang menjelaskan.
Gambar 3.1. Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit Menurut Status Pengusahaan
di Indonesia, 2009–2018
Laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit pada tahun 1980-2018 cukup
tinggi yakni mencapai 11,03% per tahun. Pertumbuhan yang signifikan terjadi
pada luas areal kelapa sawit PR dan PBS masing-masing sebesar 26,51% per tahun
dan 13,49% per tahun, sedangkan luas areal PBN hanya meningkat sebesar 3,76%
per tahun. Sementara, laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit di periode
sepuluh tahun terakhir yakni tahun 2009 – 2018 cenderung melandai.
Tabel 3.1. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Luas Areal dan Produksi
Kelapa Sawit di Indonesia Menurut Jenis Pengusahaan, 1980-2018
Dari sisi kontribusi terhadap total luas areal Indonesia, terjadi pergeseran
yang cukup signifikan pada kontribusi luas areal kelapa sawit PBN yang beralih ke
kontribusi PR dan PBS (Tabel 3.1). Perkembangan luas areal kelapa sawit di
Indonesia tahun 1980 – 2018 secara rinci tersaji pada Lampiran 1.
Di awal tahun 1980 hingga tahun 1993 produksi CPO lebih didominasi oleh
PBN. Perluasan areal oleh PBS sekitar tahun 1990 mulai menunjukkan hasilnya
setelah tahun 1993 dimana peningkatan produksi CPO dari PBS mampu
melampaui produksi CPO yang berasal dari PBN. Sementara itu PR mengikuti
keberhasilan PBS setelah tahun 1998. Perkembangan produksi kelapa sawit di
Indonesia selengkapnya disajikan pada Lampiran 2.
Gambar 3.7. Kabupaten Sentra Produksi Kelapa Sawit di Sumatera Utara, 2016
jumlah penduduk. Kenaikan konsumsi minyak sawit tertinggi terjadi pada tahun
2007 sebesar 25,08% yang menyebabkan konsumsi minyak sawit pada tahun
tersebut naik menjadi 2,44 juta ton. Perkembangan konsumsi minyak sawit di
Indonesia secara rinci tersaji pada Lampiran 8.
menjadi 3,29 juta ton pada tahun 2016 (Gambar 3.9). Perkembangan konsumsi
CPO untuk diolah dalam industri biodiesel secara rinci tersaji pada Lampiran 9.
Berdasarkan keragaan di atas, maka dengan menggunakan data rata-rata
tahun 2009-2016 dapat disimpulkan bahwa 13,73% produksi CPO Indonesa
digunakan untuk konsumsi langsung atau diolah menjadi minyak goreng sawit,
7,06% diserap ke industri pengolahan biodiesel dan sisanya sebesar 79,21%
dialokasinya untuk ekspor dan industri pengolahan lainnya (Gambr 3.10).
dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 9,27% per tahun. Jika pada tahun 2008
volume ekspor kelapa sawit Indonesia sebesar 14,29 juta ton dengan nilai ekspor
sebesar US$ 12,38 milyar, maka tahun 2017 meningkat menjadi 27,35 juta ton
senilai US$ 18,51 milyar.
Perkembangan ekspor minyak inti sawit selama sepuluh tahun terakhir
(2008-2017) juga menunjukkan peningkatan dengan rata-rata 18,79%, yakni dari
3,85 juta ton atau setara US$ 1,73 juta pada tahun 2008 meningkat menjdi 1,82
juta ton (US$ 1,57 juta) pada tahun 2017. Perkembangan volume dan nilai ekspor
kelapa sawit dan minyak inti sawit secara rinci tersaji pada Lampiran 11 dan
Lampiran 11.
Gambar 3.11. Proposi Volume Ekspor Minyak Kelapa Sawit (CPO) dan Minyak Inti
Sawit, Rata-rata 2008–2017
Gambar 3.12. Perkembangan Volume Ekspor Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti
Sawit Indonesia, 2008–2017
Gambar 3.13. Perkembangan Volume Impor Kelapa Sawit dan Inti Sawit
Indonesia, 2008-2017
Nilai ekspor dan nilai impor kelapa sawit menunjukkan perkembangan yang
sejalan dengan perkembangan volume ekspor maupun volume impornya. Neraca
perdagangan kelapa sawit dihitung berdasarkan selisih antara ekspor dengan
impornya. Sebagai negara eksportir kelapa sawit dunia, maka neraca
perdagangan kelapa sawit Indonesia dari tahun ke tahun berada pada posisi
surplus. Selama periode tahun 2008-2017, surplus neraca perdagangan minyak
Indonesia terus mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 15,60% per
tahun (Gambar 3.14). Pada tahun 1998 surplus neraca perdagangan kelapa sawit
sebesar US$ 12,37 milyar dan naik menjadi US$ 18,51 milyar pada tahun 2017.
Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan kelapa sawit Indonesia
tahun 1980-2016 secara rinci tersaji pada Lampiran 10.
Gambar 3.14. Perkembangan Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan
Kelapa Sawit Indonesia, 2008–2017
Menurut FAO, kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis yang
panas dengan temperatur harian selama 24 jam > 200C dan periode pertumbuhan
270 hari per tahun (Pahan, 2006). Kondisi tersebut terdapat di daerah-daerah
Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan, Asia Tenggara dan Pasifik Selatan.
Indonesia, Malaysia dan Thailand merupakan negara di Asia Tenggara yang telah
memanfaatkan keunggulan kondisi geografisnya untuk memperluas areal
penanaman kelapa sawit, sedangkan di Afrika terdapat Nigeria dan Ghana yang
juga merupakan negara penghasil kelapa sawit dunia.
Berdasarkan data rata-rata luas tanaman menghasilkan kelapa sawit tahun
2012-2016 yang bersumber dari FAO, Indonesia menempati urutan pertama
sebagai negara dengan luas tanaman menghasilkan kelapa sawit terbesar di dunia
dengan rata-rata kontribusi sebesar 41,29% dari total luas tanaman menghasilkan
kelapa sawit dunia. Posisi kedua dan ketiga ditempati oleh Malaysia dan Nigeria
dengan kontribusi luas masing-masing sebesar 25,41% dan 15,75%. Ketiga negara
tersebut memberikan kontribusi kumulatif sebesar 82,45% terhadap total luas
tanaman menghasilkan kelapa sawit dunia.
30 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KELAPA SAWIT 2018
Selain ketiga negara tersebut di atas, Thailand, Ghana dan Guinea juga
mempunyai lahan kelapa sawit dengan luas tanaman menghasilkan yang cukup
besar. Thailand di urutan keempat memberikan kontribusi sebesar 3,21%
terhadap luas tanaman menghasilkan kelapa sawit dunia, diikuti oleh Ghana
(1,79%) dan Guinea (1,59%). Sedangkan kontribusi dari negara-negara lainnya
kurang dari 2% (Gambar 3.16). Keragaan negara dengan luas tanaman
menghasilkan kelapa sawit terbesar di dunia tahun 2012-2016 secara rinci tersaji
pada Lampiran 13.
Gambar 3.16. Beberapa Negara dengan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit
Terbesar di Dunia, Rata-rata 2012-2016
produksi TBS dunia sebesar 194,03 juta ton, maka pada akhir tahun 2016 produksi
TBS dunia tercatat sebesar 300,92 juta ton. Keragaan produksi TBS kelapa sawit
sawit dunia, 1980-2014 disajikan pada Lampiran 12.
negara produsen kelapa sawit terbesar dunia tahun 2012-2016 tersaji secara rinci
pada Gambar 3.18 dan Lampiran 14.
Gambar 3.18. Beberapa Negara dengan Produksi Kelapa Sawit Terbesar Dunia,
Rata-rata 2012-2016
tumbuh dengan rata-rata sebesar 5,82% per tahun, yakni dari 26,23 juta ton pada
tahun 2007 menjadi 42,15 juta ton pada tahun 2016. Keragaan volume ekspor –
impor kelapa sawit dunia tahun 2007-2016 secara rinci tersaji pada Lampiran 17.
Berdasarkan data FAO, pada periode tahun 2012-2016 terdapat dua negara
eksportir CPO terbesar di dunia yang secara kumulatif memberikan kontribusi
sebesar 87,48% terhadap total volume ekspor minyak sawit di dunia, yaitu
Indonesia dan Malaysia. Indonesia berada di peringkat pertama negara eksportir
minyak sawit terbesar di dunia dengan rata-rata kontribusi sebesar 52,24% dari
total ekspor minyak sawit dunia. Rata-rata volume ekspor minyak sawit dari
Indonesia pada periode ini mencapai 22,31 juta ton per tahun. Peringkat kedua
ditempati oleh Malaysia yang memberikan kontribusi sebesar 35,24% dengan rata-
rata volume ekspor 35,24 juta ton per tahun (Gambar 3.23). Negara berikutnya
berkontribusi sangat kecil terhadap total ekspor minyak sawit dunia (Lampiran
18).
Sementara itu ditinjau dari sisi impor minyak sawit (CPO) dunia, pada tahun
2012–2016 terdapat sembilan negara importir CPO terbesar di dunia. Total
volume impor negara-negara tersebut mencapai 61,62% dari total volume impor
CPO dunia. India merupakan negara importir CPO terbesar di dunia dengan rata-
rata volume impor tahun 2012-2016 mencapai 8,35 juta ton per tahun atau
17,04% dari total volume impor CPO dunia, diikuti oleh China (11,86%), China
Daratan (11,44%), Belanda (5,1%) dan Pakistan (4,80%). Negara-negara importir
CPO lainnya mengimpor kurang dari 4% total impor CPO dunia. (Gambar 3.24 dan
Lampiran 19).
Gambar 3.24. Negara Importir Kelapa Sawit Terbesar Dunia, Rata-rata 2012-2016
Tabel 4.1. Beberapa Model Tentatif Regresi Linear Berganda untuk Peubah Luas
TM
No Peubah bebas yang masuk ke model Nilai R2
MAPE
1 TM_1, Harga_Dunia_1, Harga_TSP, Harga_Urea, CH 5,74 99,5%
2 TM_1, Harga_Dunia_1, Harga_TSP, Harga_Urea, 5,66 99,5%
3 TM_1, Harga_Rubber, Harga_TSP, Harga_Urea, 3,86 99,5%
Berdasarkan atas 3 model tentatif tersebut, maka dipilih satu model yang
akan digunakan untuk melakukan peramalan 5 tahun kedepan yakni model
dengan nilai MAPE terkecil. Persamaan model tersebut adalah sbb.:
TM = 135968 + 1,10713 TM_1 + 54965 Harga_Rubber – 173,6 Harga_TSP –
1.406 Harga_Urea.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 39
2018 OUTLOOK KELAPA SAWIT
Source DF SS MS F P
Plot sisaan hasil regresi disajikan pada Gambar 4.1. menunjukkan sisaan
bebas antara satu dengan yang lainnya.
Gambar 4.1. Plot Sisaan dengan Nilai Estimasi Model Regresi Linear Berganda
Luas Tanaman Menghasilkan
Tabel 4.5. Beberapa Model Tentatif Regresi Linear Berganda untuk Peubah
Produktivitas
No Peubah bebas yang masuk ke model Nilai R2
MAPE
1 Provitas_1, Harga_TSP_1, Harga_Urea_1, 4,65 70,7%
Harga_Phosphat, CH
2 Provitas_1, Harga_Dunia, Harga_TSP, CH 7,57 65,0%
3 Provitas_1, CH, Harga_Duna, Harga_Urea 3.92 63,6%
Berdasarkan atas 3 model tentatif tersebut, maka dipilih satu model yang
akan digunakan untuk melakukan peramalan 5 tahun kedepan yakni model
dengan nilai MAPE terkecil. Persamaan model tersebut adalah sbb.:
Source DF SS MS F P
Regression 4 1.86756 0.46689 12.03 0
Residual Error 30 1.16423 0.03881
Total 34 3.03179
Gambar 4.2. Plot Sisaan dengan Nilai Estimasi Model Regresi Linear Berganda
Luas Produktivitas
Plot sisaan hasil regresi disajikan pada Gambar 4.1. menunjukkan sisaan
bebas antara satu dengan yang lainnya.
domestik merupakan sisaan dari angka produksi yang dikurangi dengan besaran
ekspor serta ditambah dari impor. Impor minyak kelapa sawit Indonesia sangat
kecil dibandingkan dengan ekspornya, oleh karenanya pemodelan dilakukan
dengan menggunakan indikator net ekspor atau volume ekspor dikurangi volume
impornya. Besaran sisaan produksi dikurangi net ekspor diasumsikan sebagai
kuantitas yang diserap untuk industri dalam negeri, yakni industri minyak goreng,
margarin, kosmetik, biodiesel, dll.
Tabel 4.10. Beberapa Model Tentatif Regresi Linear Berganda untuk Peubah
Volume Net Ekspor CPO
Heterokedastisitas:
R-Sq R-Sq
No Model PRESS Multikolinearits Plot Dugaan vs Autokorelasi Kesimpulan
(Adj) (Pred)
Residual
Net_ekspor = - 0.525 + 0.557 Net_ekspor_1 Nilai VIF = 1,4 - 8,6 --> tidak Pola acak di sekitar Model layak, dan variabel
1 90.30% 85.60% 2.35231 DW=2,79
+ 0.428 Harga_Dunia_1 + 0.620 Kurs ada gejala multikolinearitas titik Nol bebas yang terlibat logis.
Net_ekspor = - 2.49 + 1.18 Produksi + 0.263 Nilai VIF = 8,8 --> tidak ada Pola acak di sekitar
2 94.90% 94.22% 0.94481 DW=2,64 Model layak
Kurs_1 gejala multikolinearitas titik Nol
Net_ekspor = - 0.521 + 0.458 Net_ekspor_1 Nilai VIF =1,4-7,6--> tidak Pola acak di sekitar
3 91.90% 88.58% 1.86468 DW=2,68 Model layak
+ 0.458 Harga_Dunia_1 + 0.779 Kurs_1 ada gejala multikolinearitas titik Nol
Net_ekspor = - 2.64 + 1.26 Produksi + 0.141 Nilai VIF = 8,6 --> tidak ada Pola acak di sekitar
4 95.00% 93.78% 1.09118 DW=2,53 Model layak
Kurs gejala multikolinearitas titik Nol
Berdasarkan atas 4 model tentatif tersebut, maka dipilih satu model yang
akan digunakan untuk melakukan peramalan 5 tahun kedepan yakni model
dengan kriteria statistik yang paling baik seperti pada Tabel diatas. Persamaan
model tersebut adalah sbb.:
Tabel 4.11. Anova Model Regresi Linear Berganda Indikator Volume Net Ekspor
Source DF SS MS F P
Regression 3 14.8864 4.9621 106.34 0
Residual Error 31 1.4466 0.0467
Total 34 16.333
Tabel 4.12. Statistik Model Regresi Linear Berganda Indikator Volume Net Ekspor
Gambar 4.3. Plot Sisaan dengan Nilai Estimasi Model Regresi Linear Berganda
Volume Net Ekspor
BAB V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Djoehana, S. 2006. Seri Teknik Budi Daya Panen Pengolahan Kelapa Sawit.
Kanisius. Jakarta.
Kementerian Pertanian. 2011. Hasil Analisis PDB Sektor Pertanian. Jakarta: Pusat
Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian.
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.
LAMPIRAN
Total Konsumsi
Konsumsi Jumlah
Pertumbuhan
Tahun per kapita Penduduk Minyak
(%)
(Kg) (000 Jiwa) Goreng Sawit CPO (Ton)
(Ton)
2002 5.48 210,500.6 1,153,543 1,689,430
2003 5.42 213,237.1 1,155,745 1,692,655 0.19
2004 5.84 216,009.2 1,261,493 1,847,530 9.15
2005 6.00 218,868.8 1,313,213 1,923,276 4.10
2006 6.00 221,714.1 1,329,493 1,947,119 1.24
2007 7.40 224,596.4 1,662,976 2,435,524 25.08
2008 7.98 227,516.1 1,815,091 2,658,306 9.15
2009 8.19 230,473.8 1,886,758 2,763,265 3.95
2010 8.03 238,518.8 1,915,306 2,805,076 1.51
2011 8.24 241,990.7 1,993,658 2,919,827 4.09
2012 9.33 245,425.2 2,290,694 3,354,853 14.90
2013 8.92 248,818.1 2,218,569 3,249,222 -3.15
2014 9.60 252,164.8 2,421,854 3,546,945 9.16
2015 11.23 255,461.7 2,868,031 4,200,398 18.42
2016 14.60 258,705.0 3,777,093 5,531,771 31.70
2017 13.43 261,890.9 3,516,353 5,149,902 -6.90
Rata-rata pertumbuhan (%) 8.17
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
Keterangan: konversi CPO ke minyak goreng = 68,28%
Biodiesel CPO
Lampiran 11. Perkembangan Ekspor dan Impor Minyak Inti Sawit Indonesia,
1981 – 2016
Ekspor Impor
Neraca
Tahun Volume Pertumb. Nilai Pertumb. Volume Pertumb. Nilai Pertumb.
(000 US$)
(Ton) (%) (000 US$) (%) (Ton) (%) (000 US$) (%)
1981 4,890 1,908 37 20 1,888
1982 2,559 -47.67 1,027 -46.17 61 64.86 20 0.00 1,007
1983 - - -100.00 43 -29.51 18 -10.00 -18
1984 14,722 10,324 2,504 5,723.26 1,686 9,266.67 8,638
1985 98,055 566.04 48,996 374.58 999 -60.10 640 -62.04 48,356
1986 41,863 -57.31 9,670 -80.26 34 -96.60 29 -95.47 9,641
1987 87,302 108.54 33,160 242.92 - - 33,160
1988 121,723 39.43 58,327 75.90 490 247 58,080
1989 135,447 11.27 48,089 -17.55 61 -87.55 35 -85.83 48,054
1990 158,303 16.87 44,182 -8.12 530 768.85 304 768.57 43,878
1991 136,322 -13.89 72,754 64.67 17,493 3,200.57 7,803 2,466.78 64,951
1992 222,541 63.25 109,841 50.98 17,222 -1.55 12,097 55.03 97,744
1993 275,225 23.67 110,188 0.32 3,327 -80.68 1,944 -83.93 108,244
1994 340,504 23.72 177,583 61.16 13,917 318.30 7,988 310.91 169,595
1995 311,399 -8.55 187,267 5.45 4,239 -69.54 3,277 -58.98 183,990
1996 341,318 9.61 235,168 25.58 3,132 -26.11 2,735 -16.54 232,433
1997 502,979 47.36 294,255 25.13 3,159 0.86 3,011 10.09 291,244
1998 347,009 -31.01 195,447 -33.58 554 -82.46 526 -82.53 194,921
1999 597,843 72.28 347,975 78.04 1,209 118.23 1,004 90.87 346,971
2000 578,825 -3.18 239,120 -31.28 3,638 200.91 2,404 139.44 236,716
2001 581,926 0.54 146,259 -38.83 4,974 36.72 2,464 2.50 143,795
2002 738,416 26.89 256,234 75.19 2,362 -52.51 1,478 -40.02 254,756
2003 659,894 -10.63 264,678 3.30 1,592 -32.60 1,066 -27.88 263,612
2004 904,327 37.04 502,681 89.92 3,564 123.87 3,157 196.15 499,524
2005 1,043,195 15.36 587,746 16.92 3,257 -8.61 2,992 -5.23 584,754
2006 1,274,039 22.13 616,476 4.89 1,386 -57.45 1,207 -59.66 615,269
2007 1,335,324 4.81 997,805 61.86 3,594 159.31 6,013 398.18 991,792
2008 3,850,319 188.34 1,734,658 73.85 2,172 -39.57 3,940 -34.48 1,730,718
2009 4,321,921 12.25 1,237,810 -28.64 3,345 54.01 3,631 -7.84 1,234,179
2010 4,102,318 -5.08 1,944,673 57.11 1,791 -46.46 5,634 55.16 1,939,039
2011 4,536,180 10.58 2,491,943 28.14 1,311 -26.80 4,871 -13.54 2,487,072
2012 1,445,923 -68.12 1,495,284 -40.00 640 -51.18 1,215 -75.06 1,494,069
2013 1,644,532 13.74 1,301,585 -12.95 326 -49.06 496 -59.18 1,301,089
2014 1,479,624 -10.03 1,540,408 18.35 16 -95.09 409 -17.54 1,539,999
2015 1,809,307 22.28 1,557,820 1.13 11 -31.25 31 -92.42 1,557,789
2016 1,126,194 -37.76 1,276,098 -18.08 18 63.64 27 -12.90 1,276,071
2017 1,820,560 61.66 1,566,282 22.74 0 -99.79 1 -97.59 1,566,281
Rata-rata Pertumbuhan (%/tahun)
1981-2017 32.48 28.65 285.56 374.17
2008-2017 18.79 10.16 -32.16 -35.54
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
Keterangan: Kode HS untuk minyak sawit dan minyak sawit lainnya adalah: 1511
'1511100000 '1511901100 '1511901900'1511909110 '1511909190'1511909200
'1511909900
Lampiran 13. Negara dengan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit Terbesar
di Dunia, 2012 – 2016
Lampiran 14. Negara Produsen Kelapa Sawit Terbesar di Dunia, 2012 – 2016
Produksi (Ton)
No Negara Share Kumulatif
2012 2013 2014 2015 2016 Rata-rata
(%) (%)
1 Indonesia 113,000,000 120,000,000 139,952,542 149,066,849 160,135,795 136,431,037 48.33 48.33
2 Malaysia 94,917,736 94,917,736 95,380,438 98,344,073 86,325,309 93,977,058 33.29 81.62
3 Thailand 11,312,301 12,434,520 12,472,505 11,058,720 12,081,855 11,871,980 4.21 85.83
4 Nigeria 8,100,000 8,000,000 7,975,851 7,894,886 7,817,207 7,957,589 2.82 88.65
5 Colombia 4,670,860 5,053,170 5,531,895 6,249,380 6,762,416 5,653,544 2.00 90.65
6 Ecuador 2,649,051 2,316,838 3,468,510 4,175,659 3,124,069 3,146,825 1.11 91.77
7 Lainnya 22,266,770 22,693,058 22,800,918 23,781,410 24,676,269 23,243,685 8.23 100.00
Dunia 256,916,718 265,415,322 287,582,659 300,570,977 300,922,920 282,281,719 42257.74
Sumber: FAO, diolah Pusdatin
Lampiran 15. Negara dengan Produktivitas Minyak Sawit Terbesar di Dunia, 2010 –
2014
Produktivitas (Ton/Ha)
No Negara
2012 2013 2014 2015 2016 Rata-rata
1 Colombia 19.90 20.02 20.15 20.27 20.40 20.15
2 Thailand 19.11 20.60 19.37 17.06 18.57 18.94
3 Malaysia 18.70 18.15 20.34 20.24 17.26 18.94
4 Cameroon 19.53 18.15 18.52 18.78 18.50 18.70
5 Indonesia 16.99 16.95 17.17 17.27 17.16 17.11
6 Benin 16.56 15.56 16.25 17.40 17.42 16.64
7 Nicaragua 20.00 20.00 16.76 13.97 8.42 15.83
Rata-rata Dunia 11.82 11.58 11.47 11.38 11.20 18.04
Sumber : FAO
Keterangan: wujud TBS
Lampiran 17. Perkembangan Volume Ekspor - Impor Kelapa Sawit di Dunia, 1980
– 2016
Ekspor Impor
Tahun
(Ton) Pertumb. (%) (Ton) Pertumb. (%)
1980 3,616,686 3,472,216
1981 3,228,646 -10.73 3,247,733 -6.47
1982 3,776,795 16.98 3,710,595 14.25
1983 4,017,838 6.38 3,943,891 6.29
1984 4,318,420 7.48 3,925,162 -0.47
1985 5,221,969 20.92 4,943,669 25.95
1986 6,264,929 19.97 6,242,216 26.27
1987 5,786,643 -7.63 6,086,697 -2.49
1988 5,994,718 3.60 6,174,675 1.45
1989 7,086,873 18.22 7,450,603 20.66
1990 8,174,725 15.35 9,078,380 21.85
1991 8,319,099 1.77 8,838,259 -2.64
1992 8,247,792 -0.86 8,376,243 -5.23
1993 9,264,983 12.33 9,255,548 10.50
1994 11,405,257 23.10 11,446,571 23.67
1995 10,697,984 -6.20 11,392,271 -0.47
1996 11,876,426 11.02 11,089,502 -2.66
1997 12,655,264 6.56 11,258,177 1.52
1998 10,592,047 -16.30 11,449,762 1.70
1999 13,805,612 30.34 13,287,979 16.05
2000 14,246,153 3.19 15,000,304 12.89
2001 17,141,756 20.33 17,442,481 16.28
2002 18,898,685 10.25 20,246,776 16.08
2003 21,151,302 11.92 24,187,279 19.46
2004 23,610,276 11.63 27,611,865 14.16
2005 26,787,430 13.46 29,812,887 7.97
2006 29,974,520 11.90 34,205,066 14.73
2007 26,230,796 -12.49 32,533,321 -4.89
2008 33,392,554 27.30 38,339,734 17.85
2009 35,192,556 5.39 41,509,361 8.27
2010 35,277,113 0.24 40,263,666 -3.00
2011 37,051,991 5.03 42,679,364 6.00
2012 39,310,508 6.10 46,534,460 9.03
2013 41,661,793 5.98 50,040,969 7.54
2014 43,110,187 3.48 48,459,403 -3.16
2015 47,281,300 9.68 53,114,920 9.61
2016 42,147,683 -10.86 46,884,945 -11.73
Rata-rata pertumbuhan (%)
1980 - 2016 7.63 7.97
Sumber : FAO
Lampiran 18. Negara Eksportir Minyak Sawit Terbesar Di Dunia, 2012 - 2016
Ekspor (Ton)
No Negara Rata-rata Share (%) Kumulatif
2012 2013 2014 2015 2016 (%)
1 Indonesia 18,845,021 20,577,977 22,892,387 26,467,564 22,759,305 22,308,451 52.24 52.24
2 Malaysia 15,608,661 15,244,722 15,143,166 15,425,393 13,814,190 15,047,226 35.24 87.48
3 Netherlands 1,342,220 1,566,968 1,118,545 1,216,331 1,336,277 1,316,068 3.08 90.56
4 Papua New Guinea525,000 564,235 538,864 601,603 575,475 561,035 1.31 91.88
5 Guatemala 268,257 361,912 401,759 470,923 560,729 412,716 0.97 92.84
6 Germany 250,446 347,101 364,923 443,424 461,660 373,511 0.87 93.72
7 Lainnya 2,470,903 2,998,878 2,650,543 2,656,062 2,640,047 2,683,287 6.28 100.00
Dunia 39,310,508 41,661,793 43,110,187 47,281,300 42,147,683 42,702,294 100.00
Sumber : FAO
Keterangan: wujud CPO
Lampiran 19. Negara Importir Minyak Sawit Terbesar Di Dunia, 2012 – 2016
Impor (Ton)
No Negara Rata-rata Share (%) Kumulatif
2012 2013 2014 2015 2016 (%)
1 India 7,653,356 8,389,672 7,932,540 9,536,216 8,252,606 8,352,878 17.04 17.04
2 China 6,512,126 6,178,139 5,540,940 6,130,212 4,700,424 5,812,368 11.86 28.90
3 China, mainland 6,340,593 5,978,515 5,323,661 5,908,873 4,478,024 5,605,933 11.44 40.34
4 Netherlands 2,603,365 2,932,058 2,439,520 2,304,272 2,267,743 2,509,392 5.12 45.46
5 Pakistan 2,036,041 2,248,607 2,352,732 2,519,305 2,603,211 2,351,979 4.80 50.26
6 Bangladesh 1,012,800 1,026,757 1,321,826 2,816,316 1,366,454 1,508,831 3.08 53.34
7 Italy 1,048,159 1,392,215 1,755,554 1,640,776 1,521,561 1,471,653 3.00 56.35
8 Germany 1,235,143 1,457,767 1,225,910 1,324,561 1,380,161 1,324,708 2.70 59.05
9 Nigeria 903,300 1,195,300 1,646,500 1,413,000 1,153,000 1,262,220 2.58 61.62
10 Lainnya 17,189,577 19,241,939 18,920,220 19,521,389 19,161,761 18,806,977 38.38 100.00
Dunia 46,534,460 50,040,969 48,459,403 53,114,920 46,884,945 49,006,939 100.00
Sumber : FAO
Keterangan: wujud CPO