Anda di halaman 1dari 66

ISSN : 2086-4949

ANALISIS
KINERJA PERDAGANGAN
KARET

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Kementerian Pertanian
2019
Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

ii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

ANALISIS
KINERJA PERDAGANGAN
KARET
Volume 9 Nomor 2D Tahun 2019

Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5)


Jumlah Halaman : 49 halaman

Penasehat : Dr.Ir. I Ketut Kariyasa, MSi

Penyunting :

Dr. M. Luthful Hakim


Sri Wahyuningsih, S.Si

Naskah :

Ir. Wieta B. Komalasari, MSi

Design Sampul :
Rinawati, SE

Diterbitkan oleh :
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Kementerian Pertanian
2019

Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian iii


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

KATA PENGANTAR
iv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga publikasi “Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019”
telah dapat diselesaikan. Publikasi ini merupakan salah satu output dari Pusat Data
dan Sistem Informasi Pertanian dalam mengemban visi dan misinya untuk
mempublikasikan data sektor pertanian beserta hasil analisisnya.
Publikasi Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019 merupakan bagian
dari publikasi Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian tahun 2019. Publikasi ini
menyajikan keragaan data series komoditas karet secara nasional dan internasional
selama 5 tahun terakhir serta dilengkapi dengan hasil analisis indeks spesialisasi
perdagangan, analisis daya saing, indeks keunggulan komparatif serta analisis
deskriptif lainnya.
Publikasi ini disajikan dalam bentuk hardcopy dan softcopy yang dapat
diakses melalui website Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian yaitu
http://www.epublikasi.pertanian.go.id. Penerbitan publikasi ini diharapkan dapat
memberikan gambaran tentang keragaan dan analisis kinerja perdagangan karet
secara lebih lengkap dan menyeluruh kepada para pembaca dan pengguna data
lainnya.
Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini, kami
ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan saran dari
pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan dan perbaikan publikasi
berikutya.

Jakarta, Desember 2019


Kepala Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian,

Dr. Ir. I Ketut Kariyasa, MSi


NIP. 196904191998031002

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian v


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

vi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI............................................................................................ vii
DAFTAR TABEL........................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi
RINGKASAN EKSEKUTIF ....................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2. Tujuan ....................................................................................... 2
BAB II. METODOLOGI .............................................................................. 3
2.1. Sumber Data dan Informasi .......................................................... 3
2.2. Metode Analisis ............................................................................ 3
BAB III. GAMBARAN UMUM KINERJA PERDAGANGAN SEKTOR
PERTANIAN ............................................................................... 9
3.1. Perkembangan Neraca Perdagangan Sektor Pertanian ...................... 9
3.2. Perkembangan Neraca Perdagangan Sub Sektor Perkebunan ......... 11
BAB IV. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN KARET ............................ 13
4.1. Sentra Produksi Karet .................................................................. 14
4.2. Keragaan Harga Karet ................................................................ 16
4.3. Keragaan Kinerja Perdagangan Karet ........................................... 21
BAB V. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN KARET................................ 37
5.1. Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio (SSR) ..... 37
5.2. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) dan Indeks Keunggulan
Komparatif (RSCA) ...................................................................... 38
5.2. Penetrasi Pasar ........................................................................... 42
BAB VI. PENUTUP .................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 49

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vii


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

viii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1. Perkembangan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan
Komoditas Pertanian Indonesia, 2014 – 2018 ................................. 9
Tabel 3.2. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Sub Sektor
Perkebunan, 2014 – 2018 .......................................................... 11
Tabel 3.3. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Sub Sektor
Perkebunan, Januari-September 2018 – 2019 .............................. 12
Tabel 4.1. Produksi Karet di Provinsi Sentra di Indonesia, 2015 - 2019........... 15
Tabel 4.2. Perkembangan Harga Produsen Karet di Indonesia, 2017-2019 .... 17
Tabel 4.3. Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional, 2017 - 2019 .... 19
Tabel 4.4. Perkembangan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Karet
Indonesia, 2014 – 2018 ............................................................. 22
Tabel 4.5. Perkembangan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Karet
Indonesia, Januari-September 2018 – 2019 ................................. 22
Tabel 4.6. Kode HS 6 Digit Ekspor Impor Karet ............................................ 23
Tabel 4.7. Perkembangan Ekspor dan Impor Karet Indonesia dalam Wujud
Primer dan Olahan, Tahun 2014 – 2018 ...................................... 25
Tabel 4.8. Perkembangan Ekspor dan Impor Karet Indonesia dalam Wujud
Primer dan Olahan, Januari-September 2018 – 2019 .................... 26
Tabel 4.9. Perkembangan Nilai Ekspor Karet Indonesia Menurut Kode HS,
Tahun 2014 – 2018 ................................................................... 28
Tabel 4.10. Perkembangan Nilai Impor Karet Indonesia Menurut Kode HS,
Tahun 2014 – 2018 ................................................................... 29
Tabel 4.11. Negara Tujuan Ekspor Karet Indonesia, Tahun 2018..................... 30
Tabel 4.12. Negara Asal Impor Karet Indonesia, Tahun 2018 ......................... 32
Tabel 4.13. Perkembangan Nilai Ekspor 9 (Sembilan) Negara Eksportir
Karet Dunia, Tahun 2014 – 2018 ................................................ 33
Tabel 4.14. Perkembangan Nilai Impor 10 (Sepuluh) Negara Importir Karet
Dunia, Tahun 2014 – 2018 ......................................................... 35

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ix


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

Tabel 5.1. Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio (SSR)
Karet Indonesia, 2014 – 2018 ..................................................... 37
Tabel 5.2. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) Karet Primer, Karet
Manufaktur dan Total Karet Indonesia, 2014 – 2018 .................... 39
Tabel 5.3. Indeks keunggulan komparatif (RSCA) karet total Indonesia
dalam perdagangan dunia, 2014 – 2018 ...................................... 40
Tabel 5.4. Indeks keunggulan komparatif (RSCA) karet Indonesia wujud
lateks dalam perdagangan dunia, 2014 – 2018 ............................. 41
Tabel 5.5. Indeks Keunggulan Komparatif (RSCA) Karet Indonesia Wujud
RSS dalam Perdagangan Dunia, 2014 – 2018 ............................... 42
Tabel 5.6. Indeks keunggulan komparatif (RSCA) karet Indonesia wujud
TSNR dalam perdagangan dunia, 2014 – 2018 ............................. 42
Tabel 5.7. Perkembangan Penetrasi Pasar Karet ke Amerika Serikat, Cina
dan Jepang oleh Indonesia dan Thailand, 2014 – 2018.................. 45

x Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1. Perkembangan Nilai Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan
Komoditas Pertanian, 2014 – 2018 ........................................... 10
Gambar 4. Konsumsi Karet Alam/Natural dan Sintetik Dunia Tahun 2018 ..... 13
Gambar 4.1. Kontribusi Produksi Provinsi Sentra Karet di Indonesia, (rata-
rata 2015 – 2019) .................................................................. 15
Gambar 4.2. Perkembangan Harga Produsen Karet, 2017 -2019 .................... 17
Gambar 4.3. Perkembangan Harga Karet Dunia TSR20 dan SGP/MYS,
Tahun 2017-2019 ................................................................... 18
Gambar 4.4. Perkembangan Harga Karet Dunia dan Harga Ekspor
Indonesia untuk TSR20 dan RSS Grade 1, Tahun 2018-2019 ...... 20
Gambar 4.5. Perkembangan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Karet
Indonesia, 2014 – 2018 .......................................................... 21
Gambar 4.6. Ekspor dan Impor Wujud Karet Primer dan Manufaktur Tahun
2018, (Nilai Dalam Ribu USD) .................................................. 24
Gambar 4.7. Share Nilai Ekspor Karet Indonesia Wujud Manufaktur
Berdasarkan Kode HS Tahun 2018 (Nilai Dalam Ribu USD) ......... 27
Gambar 4.8. Share Nilai Impor Karet Indonesia Berdasarkan Kode HS
Tahun 2018, (Nilai Dalam Ribu USD) ........................................ 28
Gambar 4.9. Negara Tujuan Ekspor Karet Indonesia, Tahun 2018 .................. 30
Gambar 4.10. Negara Asal Impor Karet Indonesia, Tahun 2018 ....................... 31
Gambar 4.11. Negara Eksportir Karet Terbesar Dunia, Rata-rata 2014 –
2018 ..................................................................................... 33
Gambar 4.12. Negara Importir Karet Terbesar Dunia, Rata-rata 2014 – 2018.... 34
Gambar 5.1. Wujud karet yang diekspor oleh Indonesia dan Thailand,
Tahun 2014 – 2018 ................................................................ 43
Gambar 5.2. Penetrasi pasar Karet Indonesia dan Thailand ke Amerika
Serikat, Cina dan Jepang, Tahun 2014 – 2018 ........................... 44

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xi


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

xii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

RINGKASAN EKSEKUTIF

Indonesia sebagai podusen terbesar karet dunia tergabung dalam ITRC


(The International Tripartite Rubber Council) atau konsorsium 3 negara produsen
karet bersama-sama Malaysia dan Thailand. Tahun 2017 Vietnam memutuskan
bergabung dengan ITRC. Harga karet dunia saat ini menurun karena berlimpahnya
produksi. Rata-rata harga karet dunia TSR20 tahun 2019 (sampai bulan September)
sebesar USD 1,42 mengalami penurunan 0,11% setiap bulannya. Harga karet jenis
SGP/MYS tahun 2019 sebesar USD 1,67 per kg dengan penurunan 0,49%.
Neraca perdagangan karet pada bulan Januari – September tahun 2019
menunjukkan nilai surplus yang mencapai USD 2,80 miliar. Surplus nilai perdagangan
karet manufaktur untuk periode Januari – September 2019 menurun 13,31%
menjadi USD 2,81 milyar dari USD 3,25 milyar pada periode yang sama di tahun
2018. Wujud karet yang diekspor oleh Indonesia pada tahun 2018, sebagian besar
adalah dalam wujud karet manufaktur yaitu sebesar 99,81%. Wujud ekspor karet
manufaktur didominasi oleh TSNR 20 pada tahun 2018 nilai ekspornya sebesar USD
3,62 miliar atau 91,88% dari total nilai ekspor karet wujud manufaktur.
Negara tujuan ekspor karet Indonesia tahun 2018 ke Amerika Serikat
menempati urutan pertama yakni mencapai 20,36% atau senilai USD 848,55 juta.
Dari sisi impor, Indonesia hanya tercatat sedikit melakukan impor untuk karet kode
HS tertentu dari Thailand, Vietnam, Jepang dan Malaysia dengan total impor USD
67,06 juta dari 4 negara tersebut.
Analisis kinerja perdagangan karet Indonesia tahun 2018 menunjukkan
produksi karet domestik sudah berada pada perluasan ekspor di samping untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri. Komoditas karet Indonesia memiliki
keunggulan komparatif yang sangat baik di perdagangan dunia. Nilai IDR karet pada
tahun 2014 – 2018, berkisar antara 3,6% sampai 9,78%. Nilai SSR berkisar antara
493,11% sampai 821,75%. Nilai ISP karet total sebesar 0,96 dan seiring dengan
nilai ISP, nilai RSCA juga bernilai positif cukup besar, di tahun 2014 – 2018 berkisar
antara 0,92 sampai 0,97.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xiii


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

xiv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Karet adalah salah satu komoditas unggulan sub sektor perkebunan


menjadi penyumbang surplus kinerja perdagangan komoditas pertanian.
Indonesia sebagai bagian dari konsorsium 3 negara produsen karet atau
ITRC (The International Tripartite Rubber Council) sangat berperan dalam
kinerja perdagangan karet dunia. Dalam era globalisasi ini kesepakatan
para anggota ITRC yang tertuang dalam AETS (Agreed Export Tonnage
Scheme) sangat penting untuk mampu mempertahankan harga karet pada
kisaran yang layak dan menguntungkan para petani.
Pada era globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas sudah tidak
lagi mengenal batasan teritorial atau kewilayahan antara negara satu dan
lainnya. Globalisasi ekonomi yang erat kaitannya dengan perdagangan
bebas telah tercipta kawasan perdagangan yang makin luas dan
menghilangkan hambatan-hambatan yang menyebabkan tidak lancarnya
perdagangan internasional. Aktivitas ekonomi dan perdagangan saat ini
telah mencapai kondisi dimana berbagai negara di seluruh dunia menjadi
kekuatan pasar yang satu dan semakin terintegrasi tanpa hambatan atau
batasan teritorial negara. Globalisasi perekonomian ini berarti adanya
keharusan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus
barang, jasa serta modal.
Pada saat pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-9 tahun
2003 di Bali, para pemimpin ASEAN menyepakati Bali Concord II yang
memuat tiga pilar untuk mencapai visi ASEAN 2020. Yaitu ekonomi, sosial-
budaya, dan politik-keamanan. Dalam soal ekonomi, upaya pencapaian visi
ASEAN diwujudkan dalam bentuk AEC (Asean Economic Community) atau
MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Kerja sama ini merupakan komitmen
untuk menjadikan ASEAN, antara lain, sebagai pasar tunggal dan basis

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

produksi serta kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata.


Pembentukan ini dilakukan agar daya saing Asean meningkat serta bisa
menyaingi Cina dan India dalam hal menarik investasi asing.
Peranan sektor pertanian luas dalam kegiatan perekonomian di
Indonesia dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) Indonesia tahun 2019 Triwulan III yang cukup besar yaitu sekitar
13,45% atau setara Rp 546,92 triliun (angka sangat sangat sementara,
BPS) dan menempati urutan kedua setelah sektor industri pengolahan.
Sedangkan menurut lapangan pekerjaan utama, penyerapan tenaga kerja
di sektor pertanian luas sebesar 27,33% (Survei Sakernas bulan Agustus
2019, BPS).
Perdagangan dalam negeri (domestik) dan perdagangan luar negeri
(internasional) untuk komoditas sub sektor perkebunan perlu untuk terus
dikembangkan dalam rangka mempertahankan daya saing yang sudah
sangat baik. Kementerian Pertanian menetapkan isu strategis 5 (lima)
tahun kedepan (2015-2019) dalam kebijakan pembangunan pertanian
diantaranya pengurangan ketergantungan impor, peningkatan daya saing
produk di dalam negeri/antisipasi pasar bebas MEA serta pemantapan dan
peningkatan daya saing produk pertanian di pasar internasional.

1.2. Tujuan

Berdasarkan uraian tersebut di atas, Pusat Data dan Sistem


Informasi Pertanian (Pusdatin) telah melakukan analisis mengenai kinerja
perdagangan komoditas pertanian, terutama komoditas unggulan seperti
karet. Analisis ini dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana kinerja
perdagangan karet Indonesia serta posisi dan peluang karet Indonesia di
pasar internasional.

2 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

BAB II. METODOLOGI

2.1. Sumber Data dan Informasi

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Karet tahun 2019 disusun


berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari data sekunder yang
bersumber dari instansi terkait baik di lingkup Kementerian Pertanian
maupun di luar Kementerian Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS),
Kementerian Perdagangan (Kemendag), World Bank, Food and Agriculture
Organization (FAO) dan Trademap.

2.2. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penyusunan analisis kinerja


perdagangan komoditas karet adalah sebagai berikut :

A. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis keragaan, diantaranya dengan
menyajikan nilai rata-rata pertumbuhan per tahun, rata-rata dan
persentase kontribusi (share) yang mencakup indikator kinerja
perdagangan komoditas pertanian meliputi :
 Produksi dan Luas Panen
 Harga produsen, konsumen, dan internasional
 Volume dan nilai ekspor-impor, berdasarkan wujud segar/primer
dan olahan/manufaktur, serta berdasarkan kode HS (Harmony
System)
 Negara tujuan ekspor dan negara asal impor
 Negara eksportir dan importir dunia.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

B. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif dalam kinerja perdagangan komoditas karet antara
lain: 1) Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP), 2) Indeks Keunggulan
Komparatif, 3) Import Dependency Ratio (IDR), 4) Self Sufficiency Ratio
(SSR) dan 5) Penetrasi Pasar.

 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)


ISP digunakan untuk menganalisis posisi atau tahapan perkembangan suatu
komoditas. ISP dapat menggambarkan apakah untuk suatu komoditas,
posisi Indonesia cenderung menjadi negara eksportir atau importir
komoditas pertanian tersebut. Secara umum ISP dapat dirumuskan sebagai
berikut:

ISP 
X ia - M ia 
X ia  M ia 
dimana :

X ia = volume atau nilai ekspor komoditas ke-i Indonesia


M ia = volume atau nilai impor komoditas ke-i Indonesia

Nilai ISP adalah

-1 <ISP≤ -0,5 : komoditas tersebut pada tahap pengenalan dalam


perdagangan dunia atau memiliki daya saing rendah atau
negara bersangkutan sebagai pengimpor suatu
komoditas

-0,5 <ISP≤ 0 : komoditas tersebut pada tahap substitusi impor dalam


perdagangan dunia

0 <ISP≤ 0,7 : komoditas tersebut dalam tahap perluasan ekspor dalam


perdagangan dunia atau memiliki daya saing yang kuat

0,7 <ISP≤ 1,0 : komoditas tersebut dalam tahap pematangan dalam


perdagangan dunia atau memiliki daya saing yang sangat
kuat.
4 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

 Indeks Keunggulan Komparatif (Revealed Comparative


Advantage – RCA) dan RSCA (Revealead Symetric Comparative
Advantage)

Konsep comparative advantage diawali oleh pemikiran David Ricardo yang


melihat bahwa kedua negara akan mendapatkan keuntungan dari
perdagangan apabila menspesialisasikan untuk memproduksi produk-
produk yang memiliki comparative advantage dalam keadaan autarky
(tanpa perdagangan). Balassa (1965) menemukan suatu pengukuran
terhadap keunggulan komparatif suatu negara secara empiris dengan
melakukan penghitungan matematis terhadap data-data nilai ekspor suatu
negara dibandingkan dengan nilai ekspor dunia. Penghitungan Balassa ini
disebut Revealed Comparative Advantage (RCA) yang kemudian dikenal
dengan Balassa RCA Index:
X ij
Xj
RCA 
X iw
Xw
dimana:

X ij : Nilai ekspor komoditi i dari negara j (Indonesia)

Xj : Total nilai ekspor non migas negara j (Indonesia)

X iw : Nilai ekspor komoditi i dari dunia

Xw : Total nilai ekspor non migas dunia

Sebuah produk dinyatakan memiliki daya saing jika RCA>1, dan tidak
berdaya saing jika RCA<1. Berdasarkan hal ini, dapat dipahami bahwa nilai
RCA dimulai dari 0 sampai tidak terhingga.
Menyadari keterbatasan RCA tersebut, maka dikembangkan Revealed
Symmetric Comparative Advantage (RSCA), dengan rumus sebagai berikut:

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

(RCA - 1)
RSCA 
(RCA  1)
Konsep RSCA membuat perubahan dalam penilaian daya saing, dimana nilai
RSCA dibatasi antara -1 sampai dengan 1. Sebuah produk disebut memiliki
daya saing jika memiliki nilai di atas nol, dan dikatakan tidak memiliki daya
saing jika nilai dibawah nol.

 Import Dependency Ratio (IDR)


Import Dependency Ratio (IDR) merupakan formula yang menyediakan
informasi ketergantungan suatu negara terhadap impor suatu komoditas.
Nilai IDR dihitung berdasarkan definisi yang dibangun oleh FAO (Food and
Agriculture Organization of the United Nations).
Penghitungan nilai IDR tidak termasuk perubahan stok dikarenakan
besarnya stok (baik dari impor maupun produksi domestik) tidak diketahui.
Impor
IDR  100
Produksi  Impor  Ekspor

 Self Sufficiency Ratio (SSR)


Nilai SSR menunjukkan besarnya produksi dalam kaitannya dengan
kebutuhan dalam negeri. SSR diformulasikan sbb:
Produksi
SSR  100
Produksi  Impor  Ekspor

 Market Penetration (Penetrasi Pasar)


Market Penetration adalah mengukur perbandingan antara ekspor produk
tertentu (X) dari suatu negara (Y) ke negara lainnya (Z) terhadap Ekspor
produk tertentu (X) dari dunia ke-Z. Market Penetration bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar penetrasi (perembesan) komoditi tertentu dari
suatu negara di negara tujuan ekspor. Semakin besar nilai penetrasinya
dibandingkan nilai penetrasi dari negara lain maka berarti komoditi dari
6 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

negara tersebut mempunyai daya saing yang cukup kuat. Analisis penetrasi
pasar ini terutama dilakukan untuk komoditas andalan ekspor.
Rumus:

MP = Export produk X dari negara Y ke negara Z x 100%


Ekspor produk X dari dunia ke Z

Atau

MP = Impor produk X negara Z dari Y x 100%


Impor produk X negara Z dari dunia

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

8 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

BAB III. GAMBARAN UMUM


KINERJA PERDAGANGAN SEKTOR PERTANIAN

3.1. Perkembangan Neraca Perdagangan Sektor Pertanian

Gambaran umum kinerja perdagangan komoditas pertanian dapat


dilihat dari neraca perdagangan luar negeri (ekspor dikurangi impor)
komoditas pertanian yang meliputi sub sektor tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan dan peternakan selama tahun 2014 sampai
dengan 2018 terlihat mengalami surplus baik dari sisi volume neraca
perdagangan maupun nilai neraca perdagangan, hal ini dapat dilihat secara
rinci pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Perkembangan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan


Komoditas Pertanian Indonesia, 2014 – 2018
Tahun Pertumb. (%)
No. Uraian
2014 2015 2016 2017 2018 2014 - 2018
1 Ekspor
- Volume (Ton) 36.071.670 40.386.272 35.494.137 41.545.108 42.612.312 4,87
- Nilai (000 USD) 31.038.800 28.046.157 26.728.444 33.520.269 29.386.966 -0,32
2 Impor
- Volume (Ton) 25.793.721 26.483.094 29.648.202 29.766.994 32.169.384 5,77
- Nilai (000 USD) 17.360.040 14.491.076 15.843.337 17.189.859 19.194.671 3,24
3 Neraca Perdagangan
- Volume (Ton) 10.277.949 13.903.178 5.845.935 11.778.114 10.442.929 16,86
- Nilai (000 USD) 13.678.760 13.555.080 10.885.107 16.330.410 10.192.295 -2,04
Sumber : BPS di ol a h Pus da tin
Ketera nga n : Da ta tahun 2014 - 2016 mengguna ka n kode HS s es ua i denga n kl a s i fi ka s i BTKI 2012
Da ta ta hun 2017 - 2018 mengguna ka n kode HS s es ua i denga n kl a s i fi ka s i BTKI 2017

Berdasarkan Tabel 3.1 terlihat bahwa surplus neraca perdagangan


komoditas pertanian dari tahun 2014 – 2018 berfluktuasi dengan
kecenderungan meningkat di tahun 2017. Pada tahun 2014 nilai neraca
perdagangan sebesar USD 13,68 milyar namun tahun 2014-2016 surplus
neraca perdagangan mengalami penurunan menjadi sebesar USD 10,89
milyar di tahun 2016. Surplus neraca perdagangan ini meningkat di tahun
2017 menjadi USD 16,33 milyar (11,78 juta ton). Pada tahun 2018 surplus
sedikit menurun menjadi USD 10,19 milyar (10,44 juta ton).

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

Jika dilihat rata-rata pertumbuhannya per tahun, surplus volume


neraca perdagangan tahun 2014 - 2018 terlihat mengalami peningkatan
rata-rata sebesar 16,86% per tahun. Jika dilihat dari sisi nilai neraca
perdagangan sedikit menunjukkan penurunan surplus dengan rata-rata per
tahun sebesar 2,04%, di mana rata-rata penurunan nilai ekspor sebesar
0,32% per tahun sementara nilai impor meningkat sebesar 3,24 % per
tahun (Tabel 3.1).
Nilai neraca perdagangan komoditas pertanian dapat dilihat pada
Gambar 3.1. Surplus nilai neraca perdagangan terbesar dicapai pada tahun
2017 yaitu sebesar USD 16,33 Milyar, dengan nilai ekspor sebesar USD
33,52 milyar dan nilai impor sebesar USD 17,19 milyar. Sementara tahun
2014 – 2016 dan 2018 secara umum terjadi penurunan surplus nilai neraca
perdagangan.

(Juta USD)
35,000

30,000

25,000

20,000

15,000

10,000

5,000

-
2014 2015 2016 2017 2018
Nilai Ekspor Nilai Impor Neraca Perdagangan

Gambar 3.1. Perkembangan Nilai Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan


Komoditas Pertanian, 2014 – 2018

10 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

3.2. Perkembangan Neraca Perdagangan Sub Sektor Perkebunan

Volume ekspor sub sektor perkebunan pada tahun 2014 – 2018


meningkat rata-rata sebesar 4,90% setiap tahun. Sebaliknya nilai ekspor
sedikit menurun 0,28% setiap tahunnya pada periode yang sama. Tahun
2018, nilai ekspor sub sektor perkebunan sebesar USD 28,09 milyar atau
setara dengan 41,44 juta ton. Kontribusi volume dan nilai ekspor sub
sektor perkebunan terhadap sektor pertanian cukup tinggi yaitu berkisar
antara 95% sampai 97% (Tabel 3.2).

Tabel 3.2. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Sub Sektor


Perkebunan, 2014 – 2018
Tahun Pertumb. (%)
No. Uraian
2014 - 2018
2014 2015 2016 2017 2018
1 Ekspor
- Volume (Ton) 35.027.481 39.225.432 34.627.785 40.638.174 41.442.543 4,90
- Nilai (000 USD) 29.722.483 26.813.884 25.535.797 32.282.679 28.093.925 -0,28
2 Impor
- Volume (Ton) 4.120.361 4.449.210 5.889.624 5.875.024 6.582.583 13,04
- Nilai (000 USD) 4.089.970 3.306.411 4.373.400 5.094.557 5.231.978 8,07
3 Neraca Perdagangan
- Volume (Ton) 30.907.119 34.776.222 28.738.161 34.763.150 34.859.960 4,10
- Nilai (000 USD) 25.632.512 23.507.472 21.162.397 27.188.122 22.861.946 -1,43
Persentase terhadap Pertanian
1 Ekspor
- Volume (Ton) 97,11 97,13 97,56 97,82 97,25 0,04
- Nilai (000 USD) 95,76 95,61 95,54 96,31 95,60 -0,04
2 Impor
- Volume (Ton) 15,97 16,80 19,87 19,74 20,46 6,61
- Nilai (000 USD) 23,56 22,82 27,60 29,64 27,26 4,29
Sumber : BPS di ol a h Pus da tin
Ketera nga n : Da ta tahun 2014 - 2016 mengguna ka n kode HS s es ua i denga n kl a s i fi ka s i BTKI 2012
Da ta ta hun 2017 - 2018 mengguna ka n kode HS s es ua i denga n kl a s i fi ka s i BTKI 2017

Volume dan nilai impor sub sektor perkebunan meningkat setiap


tahunnya masing-masing sebesar 13,04% dan 8,07%. Tahun 2018 nilai
impor sub sektor perkebunan sebesar USD 5,23 milyar atau setara 6,58 juta
ton. Kontribusi volume impornya berkisar antara 15,97% sampai 20,46%
sementara nilai impor berkisar antara 22,82% sampai 29,64% (Tabel 3.2).
Surplus sub sektor perkebunan dari sisi volume mengalami kenaikan
4,10% setiap tahun. Surplus volume tahun 2018 sebesar 34,86 juta ton.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

Surplus yang terjadi untuk nilai perdagangan menunjukkan sedikit


penurunan sebesar 1,42% setiap tahun. Tahun 2018 nilai surplus neraca
perdagangan sub sektor perkebunan adalah USD 22,86 milyar (Tabel 3.2).

Tabel 3.3. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Sub Sektor


Perkebunan, Januari – September 2018-2019
Januari-September
No. Uraian Pertumb. (%)
2018 2019
1 Ekspor
- Volume (Ton) 29.810.044 30.362.985 1,85
- Nilai (000 USD) 21.130.718 17.932.406 -15,14
2 Impor
- Volume (Ton) 4.680.654 4.204.343 -10,18
- Nilai (000 USD) 3.931.436 3.277.986 -16,62
3 Neraca Perdagangan
- Volume (Ton) 25.129.390 26.158.642 4,10
- Nilai (000 USD) 17.199.281 14.654.420 -14,80
Sumber : BPS di ol a h Pus da tin
Ketera nga n : Da ta tahun 2014 - 2016 mengguna ka n kode HS s es ua i denga n kl a s i fi ka s i BTKI 2012
Da ta ta hun 2018 - 2019 mengguna ka n kode HS s es ua i denga n kl a s i fi ka s i BTKI 2017

Kinerja perdagangan sub sektor perkebunan secara umum


mengalami penurunan di tahun 2019. Nilai ekspor komoditas perkebunan
menurun 15,14% dari USD 21,13 milyar di bulan Januari – September
tahun 2018 menjadi USD 17,93 milyar di tahun 2019. Walaupun demikian,
volume ekspor mengalami kenaikan 1,85% dari 29,81 juta ton pada bulan
Januari – September di tahun 2018 menjadi 30,36 juta ton di tahun 2019
periode bulan yang sama (Tabel 3.3).
Penurunan nilai ekspor berdampak pada menurunnya surplus
perdagangan komoditas perkebunan walaupun impor mengalami
penurunan. Impor perkebunan menurun sebesar 10,18% (volume) dan
16,62% (nilai). Surplus nilai perdagangan menurun 14,80% dari USD 17,19
milyar di tahun 2018 menjadi USD 14,65 milyar di tahun 2018 pada periode
Januari – September. Sementara surplus volume justru meningkat 4,10%
dari 25,13 juta ton menjadi 26,16 juta ton di tahun 2019 (Tabel 3.3).

12 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

IV. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN KARET

Perkembangan pasar karet alam di dunia dalam kurun waktu tiga


tahun terakhir cukup kondusif bagi para produsen karet. Menurut data dari
International Rubber Study Group (IRSG), total produksi dunia untuk jenis
karet alam meningkat dengan laju sekitar 2,43% pada tahun 2018. Namun
pada triwulan 1 2019 produksinya menurun 14,41% dibandingkan triwulan
4 2018. Konsumsi karet alam dunia pada tahun 2018 sekitar 13,77 juta ton.
Sementara pada triwulan I 2019 sebesar 3,39 juta ton atau menurun 1,79%
dibanding triwulan 4 tahun 2018. Tahun 2018 dilaporkan terjadi surplus
penyediaan dan permintaan untuk karet alam sekitar 110 ribu ton.
Sebaliknya tahun 2019 pada triwulan 1 terjadi defisit 165 ribu ton (IRSG,
2019).

Natural, 13,766 ,
Sintetik, 15,427 , 47.16%
52.84%

Gambar 4. Konsumsi Karet Alam/Natural dan Sintetik Dunia Tahun 2018

Produksi dunia untuk karet sintetis diperkirakan akan meningkat


sebesar 1,28% pada tahun 2018 dan menurun 1,28% pada triwulan I
tahun 2019. Sementara itu total konsumsi karet sintetis dunia meningkat

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

dari 15,19 juta ton pada tahun 2017 menjadi 15,43 juta ton pada tahun
2018 atau naik 1,53%. Demikian juga di triwulan I 2019 naik 0,21% dari
triwulan 4 tahun 2018 (IRSG, 2019). Konsumsi karet dunia pada tahun
2018 adalah sekitar 52,84% untuk karet sintetis dan 47,16% karet alam
(Gambar 4). Pada tahun 2023, permintaan untuk karet sintetis diperkirakan
sekitar 22,0 juta ton. Prospek untuk pasokan karet sintetis ini positif, cukup
untuk memenuhi permintaan industri untuk semua perkiraan tahun
berdasarkan tiga skenario yang disusun IRSG.
Indonesia mendominasi sebagai negara pengekspor karet terbesar
dunia bersama dengan Malaysia dan Thailand. Dengan kenyataan ini, maka
peran Indonesia dalam perdagangan karet global sangat diperhitungkan.
Namun demikian, beberapa regulasi perdagangan global menjadi tantangan
tersendiri bagi produk-produk pertanian agar dapat bersaing dengan negara
produsen lainnya. Mulai Januari 2015, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
mulai diberlakukan dan hal ini memungkinkan satu negara menjual barang
dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara.
Secara langsung hal ini akan membuat persaingan menjadi semakin ketat,
jika tidak diantisipasi dengan instrumen yang tepat, akan dapat mengancam
kinerja industri hilir karet, diantaranya melalui pemberlakuan Standar
Nasional Indonesia (SNI) dan strategi tarif menjadi harapan terakhir
pengusaha lokal untuk tetap menjaga daya saing produknya.

4.1. Sentra Produksi Karet

Berdasarkan data produksi rata-rata per provinsi tahun 2015 – 2019,


terdapat 10 (sepuluh) provinsi sentra produksi karet dengan total kontribusi
sebesar 87,61% terhadap total produksi karet Indonesia, seperti yang
disajikan pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1.

14 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

Tabel 4.1. Produksi Karet di Provinsi Sentra di Indonesia, 2015 - 2019


Tahun (Ton) Share
Rata2 Share
No Provinsi kumulatif
(Ton) (%)
2015 2016 2017 2018*) 2019**) (%)

1 Sumatera Selatan 943.965 962.368 1.035.605 982.423 950.254 974.923 28,08 28,08
2 Sumatera Utara 409.834 432.771 460.901 461.189 453.157 443.570 12,78 40,86
3 Riau 322.517 338.545 368.573 368.904 361.403 351.988 10,14 51,00
4 Jambi 260.635 287.037 315.413 315.724 307.827 297.327 8,56 59,57
5 Kalimantan Barat 233.468 252.766 275.748 275.937 273.781 262.340 7,56 67,12
6 Kalimantan Selatan 165.129 177.613 193.131 193.341 190.941 184.031 5,30 72,42
7 Lampung 117.945 140.466 159.813 160.022 156.739 146.997 4,23 76,66
8 Kalimantan Tengah 119.957 135.884 155.229 155.368 153.455 143.979 4,15 80,81
9 Sumatera Barat 74.764 86.193 152.370 152.508 148.338 122.835 3,54 84,35
10 Bengkulu 95.798 107.514 122.357 122.522 117.696 113.177 3,26 87,61
Lainnya 401.386 436.794 441.288 442.330 429.580 430.276 12,39 100,00
Indonesia 3.145.398 3.357.951 3.680.428 3.630.268 3.543.171 3.471.443 100,00
Sumber : Di rektora r Jendera l Perkebuna n
Ketera nga n: *) Angka Sementara
**) Angka Es ti ma s i

Bengkulu
Sumatera Barat
3.26%
3.54%
Kalimantan Lainnya
Sumatera
Tengah 12.39%
Selatan
4.15% 28.08%

Lampung
4.23%
Sumatera Utara
12.78%
Kalimantan Jambi Riau
Selatan 8.56% 10.14%
5.30%
Kalimantan
Barat
7.56%
Gambar 4.1. Kontribusi Produksi Provinsi Sentra Karet di Indonesia,
(rata-rata 2015 – 2019)

Berdasarkan Tabel dan Gambar 4.1 terlihat provinsi-provinsi di


Pulau Sumatera mendominasi sentra produksi karet Indonesia sebesar
70,14%. Empat provinsi terbesar yakni Sumatera Selatan, Sumatera Utara,
Riau, dan Jambi secara kumulatif berkontribusi 59,57% terhadap produksi
nasional, masing-masing 28,08%, 12,78%, 10,14%, dan 8,56%. Sementara
Lampung, Sumatera Barat dan Bengkulu menempati peringkat setelah
Kalimantan. Sementara provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

masing-masing berkontribusi sebesar 7,56% dan 5,30%. Provinsi lainnya


memiliki share di bawah 5% dari total produksi karet Indonesia.
Sebagai salah satu negara produsen terbesar Indonesia menempati
urutan pertama untuk luas areal karet dunia dengan rata-rata 3,41 juta
hektar selama tahun 2014 – 2018 dengan laju pertumbuhan 4,65% setiap
tahunnya. Thailand berada pada peringkat ke-2 dengan rata-rata 2,3 juta
hektar namun dengan laju pertumbuhan cukup tinggi yaitu 11,08% per
tahun. Malaysia sebagai negara peringkat ke-3 dan juga merupakan
anggota The International Tripartite Rubber Council (ITRC) laju
peningkatan luas panennya sekitar 1,22% setiap tahun atau rata-rata 1,04
juta hektar selama tahun 2010 – 2014 (FAO, 2017).
Pengolahan karet Thailand relatif lebih baik dibandingkan dengan
Indonesia dan Malaysia, terbukti dari peringkatnya jika dilihat dari produksi
karet alamnya. Menurut data FAO, Thailand menempati urutan pertama
dengan rata-rata produksi 3,88 juta ton dan laju peningkatan sebesar
10,74% selama tahun 2010 – 2014. Indonesia menempati peringkat ke-2
dengan rata-rata produksi 3,0 juta ton (laju kenaikan 3,68% setiap tahun)
pada periode yang sama. Sebaliknya Malaysia mengalami penurunan rata-
rata 7,71% setiap tahun atau rata-rata 870,66 ribu ton. Vietnam yang
bukan merupakan anggota ITRC berdasarkan data FAO menempati
peringkat ke-4 dengan laju kenaikan 6,40% dan rata-rata produksinya
865,28 ribu ton.

4.2. Keragaan Harga Karet

Data harga produsen karet bulanan yang bersumber dari Ditjen


Perkebunan disajikan untuk periode Januari 2017 sampai September 2019
seperti pada Gambar 4.2. Data harga produsen disini disajikan untuk wujud
karet “Lump”. Secara umum perkembangan harga produsen karet tahun
2017 menunjukkan pola pertumbuhan yang cenderung menurun.
Sementara tahun 2018 – 2019 menunjukkan kecenderungan stabil

16 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

walaupun berfluktuasi. Harga di tahun 2017 walaupun sempat melonjak


pada bulan Februari yang disebebkan oleh menlonjaknya harga karet dunia,
namun kemudian kembali mengalami penurunan di bulan Maret sampai Mei
2017.

10,500

10,000

9,500

9,000

8,500
(Rp/Kg)

8,000

7,500

7,000

6,500

6,000
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep
2017 2018 2019

Gambar 4.2. Perkembangan Harga Produsen Karet, 2017 – 2019

Tabel 4.2. Perkembangan Harga Produsen Karet di Indonesia, 2017 - 2019


(Rp/kg)
Bulan Rata2 Pertumb.
Tahun Rata2
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des (%)
2017 8.258 10.136 8.840 7.927 6.606 6.832 6.855 6.309 6.963 6.565 7.038 7.187 7.460 -0,66
2018 6.680 6.627 6.526 6.138 6.428 6.316 6.294 6.389 6.578 7.022 6.906 6.660 6.547 0,03
2019*) 6.971 6.927 6.538 6.945 6.750 7.002 6.885 6.643 6.533 6.799 -0,74
Sumber : Ditjen Perkebunan
Keterangan: *) 2019 sampai dengan bulan September
Harga Produsen karet dalam wujud lump

Harga produsen karet secara rata-rata menunjukkan penurunan, Rp


7.460,-/kg di tahun 207 menurun menjadi Rp 6.547,-/kg di tahun 2018.
Sementara di tahun 2019 sampai bulan September terjadi peningkatan
harga rata-rata menjadi Rp. 6.799,-/kg. Laju penurunan di tahun 2017
rata-rata 0,66% per tahun, sementara tahun 2018 menunjukkan kenaikan

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

harga rata-rata 0,03%. Harga di tahun 2019 walaupun secara rata-rata


mengalami kenaikan dari tahun 2018 namun lajunya mengalami penurunan
0,74% setiap bulannya. Harga terendah pada periode 2017 – 2019 adalah
pada bulan April 2018 yaitu Rp. 6.138,- per kg dan harga tertinggi pada
bulan Februari 2017 yaitu Rp. 10.136,- per kg. (Tabel 4.2).
Jenis karet yang dipantau harganya secara internasional di antaranya
adalah TSR dan SGP (MYS). TSR (Technically Specified Rubber) adalah
karet alam yang sudah diolah lebih lanjut, termasuk ke dalam bentuk
manufaktur. Harga karet dunia dikumpulkan oleh World Bank dari berbagai
sumber di antaranya Singapore Exchange (SGX previously SICOM),
Bloomberg, Rubber Association of Singapore Commodity Exchange
(RASCE), International Rubber Study Group, Asian Wall Street Journal.
Seiring dengan perkembangan harga karet domestik, pada Gambar 4.3
terlihat harga karet internasional cukup berfluktuasi dengan kecenderungan
menurun pada periode 2017 – 2018 dan meningkat di tahun 2019.

($/Kg)

2.60
2.40
2.20
2.00
1.80
1.60
1.40
1.20
1.00
Mar

Mar

Mar
Jan

Jan

Jan
Mei

Mei

Mei
Feb

Sep

Feb

Sep

Feb

Sep
Nov

Nov
Apr

Apr

Apr
Jun

Des

Jun

Des

Jun
Agt

Okt
Jul

Jul
Agt

Okt

Jul
Agt

2017 2018 2019

TSR20 SGP/MYS

Gambar 4.3. Perkembangan Harga Karet Dunia TSR20 dan SGP/MYS,


Tahun 2017 – 2019

18 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

Tabel 4.3. Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional, 2017 - 2019


(USD/Kg)
Bulan Rata-rata
Tahun Rata2 Pertumb.
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des (% )
TSR20

2017 2,16 2,23 1,97 1,65 1,53 1,44 1,52 1,55 1,61 1,46 1,43 1,46 1,67 -3,26
2018 1,50 1,46 1,44 1,39 1,44 1,38 1,31 1,34 1,33 1,32 1,23 1,26 1,37 -1,53

2019 1,36 1,40 1,47 1,50 1,50 1,50 1,41 1,31 1,34 1,42 -0,11
SGP/MYS

2017 2,56 2,71 2,35 2,21 2,10 1,72 1,75 1,84 1,86 1,64 1,57 1,65 2,00 -3,57

2018 1,72 1,72 1,76 1,73 1,70 1,56 1,47 1,47 1,44 1,43 1,35 1,44 1,57 -1,56
2019 1,59 1,65 1,72 1,72 1,77 1,93 1,67 1,50 1,50 1,67 -0,49
Sumber: World Bank

Pada tahun 2017, harga internasional karet untuk jenis TSR20


sekitar USD 1,67 per kg. Lonjakan harga di Februari 2017 ternyata tidak
membuat harga karet naik secara rata-rata di tahun tersebut, sebaliknya
mengalami penurunan dengan laju 3,26% setiap bulannya. 2018 harga
dunia karet menunjukkan rata-rata USD 1,37 dengan laju penurunan rata-
rata 1,53% setiap bulannya. Harga karet jenis TSR20 ini di tahun 2019
sampai bulan September secara rata-rata sekitar USD 1,42 dan mengalami
penurunan 0,11% setiap bulannya (Tabel 4.3).
Harga internasional untuk karet jenis SGP/MYS atau dikenal dengan
karet RSS Grade 1 ini sedikit lebih tinggi dibandingkan TSR20.
Perkembangan harga yang terjadi secara umum sama dengan TSR20
dimana laju pertumbuhan mengalami penurunan pada tahun 2017 sampai
2019 (September). Tahun 2017 harga rata-rata karet SGP/MYS berkisar
sekitar 2,0 USD/kg dan turun menjadi rata-rata 1,57 USD/kg di tahun 2018.
Tahun 2019 harga rata-ratanya kembali naik menjadi USD 1,67 (Tabel 4.3).
Penurunan kinerja karet baik domestik maupun internasional
terutama karena adanya penambahan luas tanam karet yang dilakukan oleh
Thailand. Hal ini dianggap melanggar kesepakatan yang telah disusun oleh
ITRC (The International Tripartite Rubber Council) atau konsorsium 3
negara produsen karet yaitu Indonesia, Malaysia dan Thailand. Penanaman
yang dilakukan Thailand sekitar 1 juta hektar di daerah timur laut Thailand
mengakibatkan produksi karet berlimpah sehingga harga karet jatuh.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

Tahun 2012 produksi karet Thailand meningkat 23,60% dari tahun


sebelumnya, dan tahun 2014 luas panen meningkat 10,70% dibandingkan
tahun 2013 walaupun produksinya hanya meningkat 5,6%.
Indonesia dan Malaysia sebagai anggota ITRC lainnya, hanya
menaikkan luas panen sekitar 1% saja pada tahun yang sama. Bahkan
produksi karet Malaysia mengalami penurunan sebesar 19,1% di tahun
2014 jika dibandingkan tahun 2013. Vietnam sebagai negara di luar ITRC
perlu dicermati dengan peningkatan luas panen dan produksi sekitar 6%
setiap tahunnya pada periode 2010 – 2014, karena dapat menjadi potensi
kembali menurunnya harga karet dunia disebabkan over produksi yang
terjadi. ITRC pada akhir tahun 2015 menyepakati AETS (Agreed Export
Tonnage Scheme) atau skema kesepakatan mengurangi volume ekspor di
tahun 2016 untuk menaikkan harga karet dunia. Hal ini terbukti dengan
naiknya harga karet dunia sampai dengan bulan Februari 2017.

(USD/Kg) Karet TSNR 20 (USD/Kg) Karet RSS Grade 1


2.00 2.00
1.90 1.90
1.80 1.80
1.70 1.70
1.60 1.60
1.50 1.50
1.40 1.40

1.30 1.30

1.20 1.20
Jan

Mei

Des
Feb
Mar
Apr

Sep

Nov

Jan

Mei
Feb

Apr

Sep
Jul

Okt

Mar

Jul
Jun

Agt

Jun

Agt
Jan
Feb

Mei

Sep
Apr

Okt
Nov
Des
Jan
Feb

Mei

Sep
Apr
Mar

Agt

Mar
Jul

Jul
Agt
Jun

Jun

2018 2019 2018 2019

Eskpor Indonesia World Bank Eskpor Indonesia World Bank

Gambar 4.4. Perbandingan Perkembangan Harga Karet Dunia dan Harga


Ekspor Indonesia untuk TSR20 dan RSS Grade 1, Tahun 2018-2019

Harga ekspor karet Indonesia pada tahun 2018 secara umum


berada di atas harga internasional dengan marjin yang cukup berfluktuasi.
Harga ekspor karet Indonesia sedikit terdepresiasi oleh harga internasional
dengan marjin yang relatif rendah di tahun 2018, bahkan di bulan Mei
harga ekspor Indonesia sedikit lebih rendah dari harga internasional. Tahun
2019 sampai bulan Juni harga ekspor masih belum terkoreksi (Gambar 4.4).
20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

Kinerja karet jenis RSS Grade 1 secara umum juga sama dimana
sepanjang tahun 2018 cenderung lebih baik dari harga internasional,
kecuali di bulan Maret – April. Sementara di tahun 2019 terdepresiasi
sehingga lebih rendah dari harga dunia. Keragaan harga ekspor ini kembali
membaik di bulan Juli sampai September 2019 (Gambar 4.4).

4.3. Keragaan Kinerja Perdagangan Karet

Perkembangan ekspor dan impor karet pada sub bab berikut ini akan
menggambarkan keragaan kinerja perdagangannya secara nasional. Neraca
perdagangan karet menunjukkan nilai surplus yang besar, hal ini karena
Indonesia adalah negara eksportir karet dengan produksi yang menempati
peringkat atas dunia. Namun demikian nilai neraca perdagangan karet
Indonesia cenderung menurun pada periode 2014 – 2016 (Gambar 4.5).

(000 USD)
6,000,000

5,000,000

4,000,000

3,000,000

2,000,000

1,000,000

0
2014 2015 2016 2017 2018

Ekspor Impor Neraca perdagangan

Gambar 4.5. Perkembangan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Karet


Indonesia, tahun 2014 - 2018

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

Tabel 4.4. Perkembangan Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Karet


Indonesia, 2014 - 2018
Tahun Pertumb. (%)
No Uraian
2014 2015 2016 2017 2018 2014 - 2018
1 Ekspor
- Volume (Ton) 2.623.471 2.630.313 2.578.791 3.276.336 2.954.367 3,88
- Nilai (000 USD) 4.741.574 3.699.055 3.370.341 5.588.571 4.166.903 2,38
2 Impor
- Volume (Ton) 28.753 32.747 29.114 43.784 60.294 22,72
- Nilai (000 USD) 48.366 41.159 32.647 83.065 95.187 33,36
3 Neraca perdagangan
- Volume (Ton) 2.594.717 2.597.566 2.549.676 3.232.552 2.894.073 3,64
- Nilai (000 USD) 4.693.208 3.657.896 3.337.695 5.505.506 4.071.716 2,02
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
Keterangan : Data tahun 2014-2016 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTKI 2012
Data tahun 2017-2018 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTKI 2017

Berdasarkan keragaan data pada Tabel 4.4 nilai ekspor karet


Indonesia mengalami kenaikan sebesar 3,88% setiap tahunnya pada
periode tahun 2014 sampai 2018. Demikian juga volume ekspor sedikit
meningkat sekitar 2,38% setiap tahunnya pada periode yang sama. Tahun
2017, nilai ekspor karet Indonesia mencapai USD 5,59 miliar (3,28 juta
ton). Pada tahun 2017 surplus perdagangan karet Indonesia mencapai
USD 5,51 miliar. Tahun 2018 terjadi penurunan dibandingkan 2017. Secara
umum, lebih rendahnya laju peningkatan nilai ekspor karet dibandingkan
laju volume mengindikasikan melemahnya harga karet secara global.

Tabel 4.5. Perkembangan Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Karet


Indonesia, Januari-September 2018-2019
Januari-September Pertumb. (%)
No Uraian
2018 2019 2018 - 2019
1 Ekspor
- Volume (Ton) 2.306.058 1.995.612 -13,46
- Nilai (000 USD) 3.305.419 2.860.762 -13,45
2 Impor
- Volume (Ton) 48.069 32.537 -32,31
- Nilai (000 USD) 74.020 59.569 -19,52
3 Neraca perdagangan
- Volume (Ton) 2.257.989 1.963.076 -13,06
- Nilai (000 USD) 3.231.399 2.801.193 -13,31
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
Keterangan : Data menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTKI 2017

22 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

Keragaan kinerja karet Indonesia di tahun 2019 ini belum


menggembirakan. Jika dibandingkan periode yang sama di Januari –
September 2018, tahun ini nilai neraca perdagangan menurun 13,31%. Hal
ini karena penurunan nilai ekspor sebesar 13,45% yang dipicu oleh
menurunnya volume ekspor 13,46% dan rendahnya harga karet dunia
(Tabel 4.5).

Tabel 4.6. Kode HS 6 Digit Ekspor Impor Karet


Kode HS Deskripsi
Primer
4001.10 Lateks karet alam, dipra-vulkanisasi maupun tidak
'40011011 Konsentrat sentrifugal( lateks karet alam), amoniak>0,5%
'40011019 Lain-lain ( lateks karet alam), amoniak >0,5%
'40011021 Konsentrat sentrifugal ( lateks karet alam), amoniak <0,5%
'40011029 Lain-lain ( lateks karet alam), amoniak <0,5%
Manufaktur
4001.21 RSS (Ribbed Smoked Sheet)
'40012110 RSS Grade 1
'40012120 RSS Grade 2
'40012130 RSS Grade 3
'40012140 RSS Grade 4
'40012150 RSS Grade 5
'40012190 Karet alam dalam bentuk lainnya
4001.22 TSNR (Technically Specified Natural Rubber)
'40012210 TSNR 10
'40012220 TSNR 20
'40012230 TSNR L
'40012240 TSNR CV
'40012250 TSNR GP
'40012290 Karet alam dengan spesifik teknik lainnya
4001.29 Bentuk Lain-lain
'40012910 Karet alam dlm bentuk lain (Air dried sheet)
'40012920 Karet alam dlm bentuk lain (Latex crepe)
'40012930 Karet alam dlm bentuk lain (Sole crepe)
'40012940 Karet alam dlm bentuk lain (Remilled crepe, termasuk flat bark crepe)
'40012950 Karet alam dlm bentuk lain (Crepe lainnya)
'40012960 Karet alam dlm bentuk lain (Superior processing rubber)
'40012970 Karet alam dlm bentuk lain (Skim rubber)
'40012980 Skrap (dari pohon, tanah atau asapen) dan cup lump
'40012991 Karet alam dalam bentuk lain-lain (-dalam bentuk asal)
'40012999 Karet alam dalam bentuk lain-lain (-lain-lain)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

Jika dilihat wujudnya, karet yang diekspor dan diimpor dibedakan


menjadi 2 yaitu wujud primer dan wujud olahan. Wujud primer merupakan
lateks, sementara wujud manufaktur adalah karet alam dalam bentuk RSS
(Ribbed Smoked Sheet), TSNR (Technically Specified Natural Rubber) dan
bentuk lainnya (selain RSS dan TSNR). Kode HS 6 digit untuk komoditas
karet ini dapat dilihat pada Tabel 4.6. Wujud karet yang diekspor oleh
Indonesia pada tahun 2018, sebagian besar adalah dalam wujud karet
manufaktur yaitu sebesar 99,81%. Demikian juga wujud karet yang
diimpor adalah 71,82% dalam wujud manufaktur dan 28,18% dalam wujud
primer (Gambar 4.6).
Nilai ekspor wujud karet manufaktur pada periode tahun 2014 –
2018 sedikit meningkat. Pada tahun 2014 nilainya sebesar USD 4,73 miliar
menurun menjadi USD 5,58 miliar pada tahun 2017 dengan laju
peningkatan rata-rata sekitar 1,42% setiap tahunnya walaupun di tahun
2018 kembali menurun. Sementara keragaan ekspor karet primer
mengalami penurunan pada periode tahun 2014 – 2018 (Tabel 4.7).

Primer,
Ekspor (000 USD) Impor (000 USD) $26,828 ,
Primer, 28.18%
$7,376 ,
0.19%

Manufaktur,
$3,941,838 ,
99.81% Manufaktur, $68,359
, 71.82%

Gambar 4.6. Ekspor dan Impor Wujud Karet Primer dan Manufaktur
Tahun 2018 (Nilai Dalam Ribu USD)

Neraca perdagangan karet wujud manufaktur meningkat dari USD


4,72 miliar pada tahun 2014 menjadi USD 5,53 miliar pada tahun 2017
dengan laju kenaikan rata-rata sebesar 1,01%. Tahun 2018 neraca
24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

perdagangan menurun dibandingkan tahun 2017. Alasan penurunan nilai


perdagangan di tahun 2018 adalah karena semakin menurunnya harga
karet baik di dalam negeri maupun secara internasional di tahun 2018
seperti yang telah dibahas sebelumnya (Tabel 4.7).

Tabel 4.7. Perkembangan Ekspor dan Impor Karet Indonesia dalam Wujud
Primer dan Olahan, Tahun 2014 – 2018
Tahun Pertumb. (%)
No Uraian
2014 2015 2016 2017 2018 2014-2018

1 Ekspor
Primer
- Volume (Ton) 5.410 6.410 6.067 6.320 5.154 -0,28
- Nilai (000 USD) 8.496 8.237 8.196 9.727 7.376 -2,26
Manufaktur
- Volume (Ton) 2.618.061 2.623.903 2.572.724 2.985.589 2.806.799 2,08
- Nilai (000 USD) 4.733.078 3.690.818 3.362.145 5.578.844 3.941.838 1,42
2 Impor
Primer
- Volume (Ton) 21.087 26.644 24.404 23.067 24.082 4,22
- Nilai (000 USD) 31.141 30.522 25.669 31.409 26.828 -2,53
Manufaktur
- Volume (Ton) 7.666 6.102 4.710 20.717 36.212 92,86
- Nilai (000 USD) 17.225 10.637 6.978 51.657 68.359 150,00
3 Neraca perdagangan
Primer
- Volume (Ton) -15.677 -20.234 -18.338 -16.746 -18.928 6,01
- Nilai (000 USD) -22.645 -22.286 -17.473 -21.682 -19.452 -2,34
Manufaktur
- Volume (Ton) 2.610.395 2.617.801 2.568.014 2.964.872 2.770.588 1,82
- Nilai (000 USD) 4.715.853 3.680.181 3.355.167 5.527.187 3.873.479 1,01
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
Keterangan : Data tahun 2014-2016 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTKI 2012
Keterangan : Data tahun 2017-2018 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTKI 2017

Kinerja perdagangan karet tahun 2019 baik wujud primer maupun


manufaktur pada bulan Januari – September 2018 menunjukkan
penurunan. Nilai ekspor wujud manufaktur menurun sebesar 13,42%
menjadi USD 2,86 milyar dibandingkan periode yang sama di tahun 2018
sebesar USD 3,29 milyar. Turunnya nilai ekspor ini membawa dampak
turunnya surplus nilai perdagangan karet manufaktur untuk periode
tersebut sebesar 13,31% menjadi USD 2,81 milyar di Januari – September
2019 dari semula USD 3,25 milyar di periode yang sama tahun 2018 (Tabel
4.8).

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

Tabel 4.8. Perkembangan Ekspor dan Impor Karet Indonesia dalam Wujud
Primer dan Olahan, Januari – September 2018 dan 2019
Januari-September Pertumb. (%)
No Uraian
2018 2019 2018 - 2019
PRIMER
1 Ekspor
- Volume (Ton) 4.061 3.290 -18,99
- Nilai (000 USD) 5.876 4.048 -31,10
2 Impor
- Volume (Ton) 17.720 15.892 -10,31
- Nilai (000 USD) 20.623 17.044 -17,35
3 Neraca perdagangan
- Volume (Ton) -13.658 -12.602 -7,73
- Nilai (000 USD) -14.747 -12.996 -11,87
MANUFAKTUR
1 Ekspor
- Volume (Ton) 2.301.997 1.992.322 -13,45
- Nilai (000 USD) 3.299.543 2.856.714 -13,42
2 Impor
- Volume (Ton) 30.349 16.645 -45,16
- Nilai (000 USD) 53.397 42.525 -20,36
3 Neraca perdagangan
- Volume (Ton) 2.271.647 1.975.678 -13,03
- Nilai (000 USD) 3.246.145 2.814.189 -13,31
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
Keterangan : Data menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTKI 2017

26 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

Kode HS
lainnya, RSS Grade 1,
$1,835 , $104,107 ,
0.05% 2.64% TSNR 10,
TSNR CV, $174,737 ,
$33,582 , 4.43%
0.85%

TSNR 20,
$3,621,585 ,
91.88%

Gambar 4.7. Share Nilai Ekspor Karet Indonesia Wujud Manufaktur


Berdasarkan Kode HS Tahun 2018 (Nilai Dalam Ribu USD)

Apabila dilihat menurut kode HS, wujud karet primer yang banyak
diekspor Indonesia adalah kode HS 4001.10.11 yaitu lateks mengandung
amoniak >0,5% dengan konsentrat sentrifugal. Tahun 2018 sebesar
99,97% karet wujud primer yang diekspor adalah dalam kode HS ini, atau
sebesar USD 7,37 juta (Tabel 4.9). Sementara ekspor wujud karet
manufaktur didominasi oleh TSNR, dimana TSNR 20 dengan kode HS
4001.22.20 pada tahun 2018 nilai ekspornya sebesar USD 3,62 miliar atau
91,88% dari total nilai ekspor karet wujud manufaktur. Karet wujud
manufaktur dengan kode HS lainnya hanya berkontribusi di bawah 5%
terhadap total nilai ekspor karet wujud manufaktur. Secara rinci, share
wujud karet manufaktur ini terhadap total ekspor dapat dilihat pada
Gambar 4.7 dan Tabel 4.9.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

Tabel 4.9. Perkembangan Nilai Ekspor Karet Indonesia Menurut Kode HS,
Tahun 2014 - 2018
(000 USD)
Tahun Pertumbuhan
Kode HS (%)
2014 2015 2016 2017 2018 2014 - 2018
Primer 8.496 8.237 8.196 9.727 7.376 -2,26
4001.10.11 8.491 8.223 8.178 9.657 7.374 -2,32
Kode HS lainnya 5 13 18 70 2 98,65
Manufaktur 4.733.078 3.690.818 3.362.145 5.578.844 3.941.838 1,42
4001.21.10 118.839 102.957 105.151 128.993 104.107 -1,96
4001.22.10 217.636 167.465 143.961 187.626 174.737 -3,41
4001.22.20 4.322.048 3.347.731 3.058.802 4.718.473 3.621.585 -0,04
4001.22.40 46.120 36.290 36.306 44.427 33.582 -5,83
4001.22.90 31 5.838 2.632 7.630 5.992 4.785,42
Kode HS lainnya 28.405 30.537 15.294 491.695 1.835 743,26
Sumber: Badan Pusat Statistik
Keterangan : Data tahun 2014-2016 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTKI 2012
Data tahun 2017-2018 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTKI 2017

Wujud Primer (000 USD) Wujud Olahan (000 USD) TSNR 20, 1,176,
1.72%
Kode HS lainnya, TSNR CV, 2,472, 3.62%
732, 2.73% K. alam dg spesifik tekn.
TSNR L, 419, 0.61% lainnya, 7,019, 10.27%

TSNR L, 2,846, 4.16%

Konsentrat sentrifugal( lateks karet


alam), amoniak>0,5%, 26,096, HS lainnya, 54,427,
97.27% 79.62%

Gambar 4.8. Share Nilai Impor Karet Indonesia Berdasarkan Kode HS


Tahun 2018, (Nilai Dalam Ribu USD)

Sementara impor karet tahun 2018 bila ditinjau lebih jauh


berdasarkan wujud dan kode HS (Harmony System), sebagian besar wujud
primer diimpor dalam kode HS 4001.10.11 atau lateks mengandung
amoniak >0,5% dengan konsentrat sentrifugal yaitu sebesar 97,27%
dengan nilai USD 26,10 juta. Sementara wujud manufaktur adalah kode HS
lainnya. Tahun 2019 cakupan kode HS karet diperluas dengan
menambahkan kode HS 4001.29, 4002 dan 4005. Secara rinci
28 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

perkembangan nilai impor karet Indonesia berdasarkan nilai impor dapat


dilihat pada Gambar 4.8 dan Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Perkembangan Nilai Impor Karet Indonesia Menurut Kode HS,
Tahun 2014 – 2018
(000 USD)
Tahun Pertumbuhan
Kode HS (%)
2014 2015 2016 2017 2018 2014 - 2018
Primer 31.141 30.522 25.669 31.409 26.828 -2,53
4001.10.11 30.096 30.390 25.454 30.644 26.096 -2,43
Kode HS lainnya 1.045 132 215 765 732 56,53
Manufaktur 17.225 10.637 6.978 51.657 68.359 150,00
4001.22.10 3.051 321 202 403 419 -5,76
4001.22.20 68 1.514 2.226 2.498 1.176 529,52
4001.22.30 3.459 997 888 1.049 2.846 26,84
4001.22.40 101 284 364 528 2.472 155,66
4001.22.90 8.757 5.899 1.829 4.415 7.019 24,69
Kode HS lainnya 1.789 1.622 1.470 42.765 54.427 704,52
Sumber: Badan Pusat Statistik
Keterangan : Data tahun 2014-2016 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTKI 2012
Data tahun 2017-2018 menggunakan kode HS sesuai dengan klasifikasi BTKI 2017

Tahun 2018, terdapat 4 (empat) negara utama tujuan ekspor karet


Indonesia dengan total nilai ekspor mencapai 59,94% dari total ekspor
karet Indonesia (Gambar 4.9). Amerika Serikat Serikat merupakan negara
tujuan utama ekspor dengan total nilai ekspor mencapai USD 848,55 juta
atau 20,36% dari total karet yang diekspor Indonesia pada tahun 2018.
Pada urutan kedua adalah Jepang yang mencapai USD 677,97 juta
(16,27%), disusul kemudian ke Cina sebesar USD 540,89 juta (12,98%)
dan keempat adalah India USD 430,09 juta atau 10,32%. Negara lainnya
sebagai negara tujuan ekspor karet Indonesia yang relatif besar adalah
Korea Selatan dengan share nilai ekspor 6,33%. Secara rinci nilai ekspor
karet Indonesia tahun 2018 ke 10 (sepuluh) negara serta share masing-
masing terhadap total ekspor karet Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

Italia
1.70% Amerika
Negara Lainnya Serikat
Jerman
20.27% 20.36%
2.40%
Kanada
Jepang
3.01%
16.27%
Turki
3.16% India China
Brazil 10.32% 12.98%
3.19%
Korea Selatan
6.33%

Gambar 4.9. Negara Tujuan Ekspor Karet Indonesia, Tahun 2018

Tabel 4.11. Negara Tujuan Ekspor Karet Indonesia, Tahun 2018

Nilai Ekspor Kontribusi Kumulatif


No Negara Tujuan
(000 USD) (%) (%)
1 Amerika Serikat 848.546 20,36 20,36
2 Jepang 677.966 16,27 36,63
3 China 540.889 12,98 49,61
4 India 430.088 10,32 59,94
5 Korea Selatan 263.943 6,33 66,27
6 Brazil 132.760 3,19 69,46
7 Turki 131.882 3,16 72,62
8 Kanada 125.296 3,01 75,63
9 Jerman 99.871 2,40 78,03
10 Italia 70.899 1,70 79,73
Negara Lainnya 844.762 20,27 100,00
Total 4.166.903 100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik

30 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

Indonesia dikenal sebagai peringkat kedua negara eksportir karet


dunia, namun Indonesia masih tetap melakukan impor dalam volume yang
sangat sedikit dibandingkan ekspornya untuk jenis-jenis karet tertentu
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tahun 2018, Indonesia tercatat
melakukan impor karet dari 4 (empat) negara utama yaitu Thailand,
Vietnam, Jepang dan Malaysia dengan kumulatif share sebesar 70,45% dari
total nilai impor karet Indonesia dari dunia. Negara lain yang juga relatif
besar menjadi pemasok karet impor Indonesia adalah Pantai Gading
dengan persentase sebesar 9,64% (Gambar 4.10).

Taiwan Negara
2.13% Lainnya
China 14.10% Thailand
3.68% 23.23%
Pantai Gading
9.64%

Vietnam
22.57%

Jepang
12.98%
Malaysia
11.67%

Gambar 4.10. Negara Asal Impor Karet Indonesia, Tahun 2018

Nilai impor karet Indonesia dari dunia adalah sebesar USD 95,19
juta. Empat negara utama asal impor karet Indonesia adalah Thailand,
Vietnam, Jepang dan Malaysia, dimana nilai impor karet Indonesia dari 4
negara ini masing-masing sebesar USD 22,13 juta, USD 21,48 juta, USD
12,36 juta dan USD 11,11 juta. Sementara nilai impor dari Pantai Gading
USD 9,17 juta (Tabel 4.12).

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

Tabel 4.12. Negara Asal Impor Karet Indonesia, Tahun 2017

Nilai Impor Kontribusi Kumulatif


No Negara Asal
(000 USD) (%) (%)
1 Thailand 22.113 23,23 23,23
2 Vietnam 21.485 22,57 45,80
3 Jepang 12.356 12,98 58,78
4 Malaysia 11.107 11,67 70,45
5 Pantai Gading 9.174 9,64 80,09
6 China 3.501 3,68 83,77
7 Taiwan 2.026 2,13 85,90
Negara Lainnya 13.426 14,10 100,00
Total 95.187 100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik

Tiga negara yang awal tergabung dalam International Tripartite


Rubber Council/ITRC yakni Malaysia, Thailand dan Indonesia merupakan
negara eksportir karet terbesar di dunia. Pada tahun 2017 Vietnam
memutuskan bergabung dalam ITRC. Berdasarkan data nilai ekspor karet
dunia yang bersumber dari www.trademap.org, pada tahun 2014–2018 nilai
ekspor keempat negara eksportir karet tersebut secara kumulatif
memberikan share sekitar 81,83% terhadap total nilai ekspor karet di dunia
(Gambar 4.11).
Kontribusi Thailand dan Indonesia masing-masing sebesar 36,42%
dan 30,21% dengan nilai ekspor rata-rata selama periode tahun 2014 –
2018 masing-masing sebesar USD 5,19 miliar dan USD 4,31 miliar.
Peringkat ketiga yakni Vietnam memberikan kontribusi sebesar 7,72%
terhadap total ekspor karet dunia atau mencapai USD 1,10 miliar. Negara
eksportir besar lainnya yaitu Malaysia dengan kontribusi sebesar 7,48%
atau mencapai USD 1,07 miliar. Negara-negara eksportir lainnya memiliki
share di bawah 5%. Secara rinci perkembangan nilai ekspor 9 (sembilan)

32 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

negara eksportir karet dunia periode tahun 2014 – 2018 disajikan pada
Tabel 4.13.

Laos Negara lainnya


Belgia Myanmar 0.99%
1.09% 9.23%
1.12%
Kamboja
1.18%
Pantai Gading
4.55%
Thailand
36.42%
Malaysia
7.48%

Vietnam Indonesia
7.72% 30.21%

Gambar 4.11. Negara Eksportir Terbesar Karet Dunia, Rata-Rata 2014-2018

Tabel 4.13. Perkembangan Nilai Ekspor Beberapa Negara Eksportir


Terbesar Karet Dunia, Tahun 2014-2018
(000 USD)
Tahun
No Negara Rata-rata Share (%)
2014 2015 2016 2017 2018*)
1 Thailand 6.021.541 4.975.092 4.413.143 6.023.734 4.564.263 5.199.555 36,42
2 Indonesia 4.741.574 3.699.055 3.370.341 5.588.571 4.166.903 4.313.289 30,21
3 Vietnam 1.668.847 1.065.834 881.176 942.968 955.461 1.102.857 7,72
4 Malaysia 1.398.026 1.034.131 871.121 1.100.657 936.512 1.068.089 7,48
5 Pantai Gading 602.693 501.543 549.144 840.774 752.593 649.349 4,55
6 Kamboja 142.139 161.497 163.328 202.336 175.823 169.025 1,18
7 Belgia 198.004 121.852 126.401 154.082 201.965 160.461 1,12
8 Myanmar 119.766 116.681 143.473 212.871 183.751 155.308 1,09
9 Laos 45.617 60.707 75.042 264.923 258.228 140.903 0,99
Negara lainnya 1.897.465 1.421.446 1.192.328 1.039.857 1.088.623 1.318.435 9,23
Dunia 16.835.672 13.157.838 11.785.497 16.370.773 13.284.122 14.277.272 100,00
Sumber: Trademap, HS 4001
Keterangan: *) Tahun 2018 Angka Sementara

Impor karet didominasi oleh negara-negara industri khususnya


industri otomotif yang banyak menggunakan karet sebagai salah satu

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 33


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

bahan baku. Berdasarkan data dari www.trademap.org, pada periode tahun


2014 - 2018, terdapat 4 (empat) negara importir karet di dunia dengan
berkontribusi secara kumulatif sebesar 55,14% terhadap total nilai impor
karet di dunia, yaitu Cina, Amerika Serikat Serikat, Malaysia dan Jepang
(Gambar 4.12).

Negara China
lainnya 26.65%
26.07%
Vietnam
1.47%
Amerika
Turki Serikat
1.90% 11.47%
Brazil Jepang Malaysia
2.45% Jerman 7.57% 9.45%
3.79%

Korea Selatan India


4.19% 5.00%

Gambar 4.12. Negara Importir Terbesar Karet Dunia,


Rata-Rata 2014 – 2018

Cina sebagai negara importir karet terbesar dengan share 26,65%


dari total impor dunia atau rata-rata senilai USD 4,15 milyar per tahun,
disusul Amerika Serikat, Malaysia dan Jepang masing-masing sebesar
11,47%, 9,45% dan 7,57% atau masing-masing senilai USD 1,79 miliar,
USD 1,47 milyar dan USD 1,18 miliar. Sementara India, Korea Selatan,
Jerman, Brazil, Turki dan Vietnam masing-masing mengimpor karet dengan
kontribusi kurang dari 5% dari total impor karet dunia. Perkembangan nilai
impor 10 (sepuluh) negara importir karet dunia tahun 2014 – 2017 secara
rinci disajikan pada Tabel 4.14.

34 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

Tabel 4.14. Perkembangan Nilai Impor Beberapa Negara Importir Terbesar


Karet Dunia, Tahun 2014 – 2018
(000 USD)
Tahun
No Negara Rata-rata Share (%)
2014 2015 2016 2017 2018*)
1 China 4.951.490 3.915.504 3.354.598 4.916.975 3.606.823 4.149.078 26,65
2 Amerika Serikat 2.105.879 1.656.649 1.471.635 1.968.246 1.728.529 1.786.188 11,47
3 Malaysia 1.783.217 1.306.774 1.163.889 1.782.139 1.315.797 1.470.363 9,45
4 Jepang 1.426.569 1.088.324 927.209 1.339.392 1.110.323 1.178.363 7,57
5 India 840.978 722.153 655.980 756.381 915.305 778.159 5,00
6 Korea Selatan 827.982 612.215 537.117 716.333 564.056 651.541 4,19
7 Jerman 798.091 595.346 478.923 598.445 476.851 589.531 3,79
8 Brazil 494.370 341.069 321.731 406.216 343.181 381.313 2,45
9 Turki 326.238 256.518 228.051 345.116 324.108 296.006 1,90
10 Vietnam 153.587 157.803 184.254 332.895 316.493 229.006 1,47
Negara lainnya 4.722.200 3.674.978 3.349.037 4.553.923 3.975.311 4.057.855 26,07
Dunia 18.430.601 14.327.333 12.672.424 17.716.061 14.676.777 15.567.404 100,00
Sumber: Trademap
Keterangan: *) Tahun 2018 Angka Sementara

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 35


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

36 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

V. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN KARET

5.1. Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio


(SSR)

Produksi karet Indonesia untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri


sudah cukup tinggi bahkan surplus sehingga sebagian besar untuk diekspor.
Hal ini dapat dilihat dari nilai SSR mencapai lebih dari 800% di tahun 2017
yang artinya produksi karet nasional sudah dapat memenuhi kebutuhan
domestik bahkan melebihi dan dapat diekspor. Meskipun demikian,
Indonesia tetap melakukan impor karet yang sebagian besar dalam wujud
primer/lateks. Nilai IDR tahun 2014 – 2018 sedikit berfluktuasi, dimana
pada tahun 2016 menurun namun kembali naik pada tahun 2017. Tahun
2018 pemenuhan kebutuhan akan karet domestik dari impor hanya sebesar
8,19% saja dan selebihnya dipenuhi oleh produksi dalam negeri (Tabel
5.1).

Tabel 5.1. Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio (SSR)
Karet Indonesia, 2014 – 2018
Tahun
No Uraian
2014 2015 2016 2017 2018
1 Produksi (Ton) 3.153.186 3.145.398 3.357.951 3.680.428 3.630.268
2 Ekspor (Ton) 2.623.471 2.630.313 2.578.791 3.276.336 2.954.367
3 Impor (Ton) 28.753 32.747 29.114 43.784 60.294
4 Produksi + Impor - Ekspor 558.469 547.832 808.275 447.876 736.195
5 IDR (%) 5,15 5,98 3,60 9,78 8,19
6 SSR (%) 564,61 574,15 415,45 821,75 493,11
Sumber : Data Ekspor Impor dari BPS diolah Pusdatin,
Data Produksi dari Ditjen Perkebunan

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 37


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

5.2. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) dan Indeks


Keunggulan Komparatif (RSCA)

Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) digunakan untuk menganalisis


posisi atau tahapan pengembangan suatu komoditas. Hasil perhitungan
nilai ISP karet dibedakan menjadi wujud primer berupa lateks dan
manufaktur diantaranya berupa karet alam lembaran (RSS) dan TSNR serta
ISP total karet Indonesia. Nilai ISP dihitung menggunakan indikator nilai
ekspor dan impor. Nilai ISP karet wujud primer seperti yang tersaji pada
Tabel 5.2 pada tahun 2014 adalah sebesar -0,57 yang menunjukkan bahwa
komoditas karet Indonesia dalam wujud lateks berada pada tahap
pengenalan dalam perdagangan dunia atau memiliki daya saing rendah.
Demikian juga pada tahun-tahun berikutnya hingga tahun 2018, daya
saingnya yang rendah dalam perdagangan dunia ditunjukkan oleh nilai ISP
yang negatif yaitu -0,57 pada tahun 2018.
Indonesia mempunyai daya saing yang sangat kuat atau pada tahap
pematangan ekspor untuk produk karet manufaktur dengan nilai ISP yang
mencapai 0,99 pada tahun 2013-2016. Tahun 2017 – 2018 kinerja
perdagangan karet sedikit menurun dengan nilai ISP 0,98 – 0,97. Nilai ISP
karet total menunjukkan nilai 0,96 pada tahun 2018 menandakan karet
Indonesia berada pada tahap pematangan ekspor atau dapat dikatakan
memiliki daya saing tinggi. Indonesia adalah negara eksportir besar dunia
terutama untuk karet manufaktur (Tabel 5.2).

38 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

Tabel 5.2. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) Karet Primer, Karet


Manufaktur dan Total Karet Indonesia, 2014 – 2018
Tahun
Uraian
2014 2015 2016 2017 2018
Primer
Ekspor-Impor -22.645 -22.286 -17.473 -21.682 -19.452
Ekspor+Impor 39.637 38.759 33.865 41.135 34.204
ISP -0,57 -0,57 -0,52 -0,53 -0,57
Manufaktur
Ekspor-Impor 4.715.853 3.680.181 3.355.167 5.527.187 3.873.479
Ekspor+Impor 4.750.303 3.701.455 3.369.123 5.630.501 4.010.197
ISP 0,99 0,99 1,00 0,98 0,97
Total Karet
Ekspor-Impor 4.693.208 3.657.896 3.337.695 5.505.506 4.071.716
Ekspor+Impor 4.789.940 3.740.214 3.402.988 5.671.636 4.262.090
ISP 0,98 0,98 0,98 0,97 0,96
Sumber: BPS, diolah Pusdatin

Indeks Keunggulan Komparatif atau RSCA (Revealed Symmetric


Comparative Advantage) merupakan salah satu metode yang digunakan
untuk mengukur keunggulan komparatif suatu komoditas. Nilai RSCA
menunjukkan keunggulan komparatif karet Indonesia dalam perdagangan
dunia. Nilai RSCA komoditas karet dihitung untuk wujud primer yaitu lateks
dan wujud manufaktur yang banyak diekspor di antaranya RSS dan TSNR.
Hasil analisis RSCA karet total Indonesia secara rinci dapat dilihat pada
Tabel 5.3 Berdasarkan hasil perhitungan yang tersaji pada Tabel 5.3,
terlihat bahwa komoditas karet total Indonesia memiliki keunggulan
komparatif yang besar di pasar dunia, hal ini ditunjukkan nilai RSCA tahun
2014 – 2018 yang berkisar antara 0,92 – 0,97 dan cenderung berfluktuasi
selama periode tersebut.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 39


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

Tabel 5.3. Indeks Keunggulan Komparatif (RSCA) Karet Total Indonesia


Dalam Perdagangan Dunia, 2014-2018
(000 USD)
Tahun
No Uraian
2014 2015 2016 2017 2018
1 Karet Total
Indonesia 4.741.574 6.906.952 4.741.574 3.699.055 3.370.341
Dunia 16.835.672 13.157.838 11.785.497 16.370.773 13.284.122
2 Non Migas
Indonesia 145.905.846 131.791.907 132.080.755 153.129.822 162.626.784
Dunia*) 16.145.904.600 14.870.450.253 14.678.476.355 15.918.218.806 16.771.269.484
3 Rasio
Indonesia 0,0325 0,0524 0,0359 0,0242 0,0207
Dunia 0,0010 0,0009 0,0008 0,0010 0,0008
RCA 31,17 59,23 44,71 23,49 26,16
RSCA 0,94 0,97 0,96 0,92 0,93
Sumber: BPS dan Trademap, diolah Pusdatin
Keterangan: *) Tahun 2018 Angka Sementara

RSCA yang dihitung untuk wujud primer yaitu lateks serta wujud
manufaktur yaitu RSS dan TSNR dapat dilihat pada Tabel 5.4 sampai
dengan Tabel 5.6. Produk karet Indonesia dalam wujud Lateks
menunjukkan nilai RSCA yang berkisar antara -0,4 sampai -0,2. Nilai ini
menggambarkan kinerja perdagangan lateks Indonesia relatif tidak memiliki
daya saing. Penurunan kinerja karet wujud primer pada periode 2017 –
2018 ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi juga terjadi secara
global (Tabel 5.4).

40 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

Tabel 5.4. Indeks Keunggulan Komparatif (RSCA) Karet Indonesia Wujud


Lateks Dalam Perdagangan Dunia, 2014-2018
(000 USD)
Tahun
No Uraian
2014 2015 2016 2017 2018
1 Lateks
Indonesia 8.496 8.237 8.196 9.727 7.376
Dunia 1.981.487 1.487.446 1.488.948 2.032.382 1.839.956
2 Non Migas
Indonesia 145.905.846 131.791.907 132.080.755 153.129.822 162.626.784
Dunia*) 16.145.904.600 14.870.450.253 14.678.476.355 15.918.218.806 16.771.269.484
3 Rasio
Indonesia 0,0001 0,0001 0,0001 0,0001 0,0000
Dunia 0,0001 0,0001 0,0001 0,0001 0,0001
RCA 0,47 0,62 0,61 0,50 0,41
RSCA -0,36 -0,23 -0,24 -0,34 -0,41
Sumber: BPS dan Trademap, diolah Pusdatin
Keterangan: *) Tahun 2018 Angka Sementara

Kinerja perdagangan karet Indonesia sangat ditentukan oleh wujud


manufaktur, yaitu RSS dan TSNR. Nilai RSCA karet wujud RSS pada
periode tahun 2014 – 2018 berkisar antara 0,7 - 0,8. Berdasarkan nilai
RSCA-nya ini karet Indonesia dengan jenis RSS berada dalam kategori
memiliki daya saing tinggi di pasar dunia. Demikian juga dengan wujud
karet TSNR, dimana wujud ini merupakan andalan ekspor Indonesia karena
merupakan bentuk utama yang selama ini diekspor. Nilai RSCA untuk karet
TSNR berkisar antara 0,93 – 0,97 yang artinya karet TSNR Indonesia
merupakan eksportir utama atau dengan kata lain memiliki kemampuan
daya saing yang sangat tinggi di pasar global (Tabel 5.5 dan Tabel 5.6).

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 41


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

Tabel 5.5. Indeks Keunggulan Komparatif (RSCA) Karet Indonesia Wujud


RSS dalam Perdagangan Dunia, 2014-2018
(000 USD)
Tahun
No Uraian
2014 2015 2016 2017 2018
1 RSS
Indonesia 190.745 138.016 126.732 119.180 132.916
Dunia 2.037.757 1.498.212 1.349.624 2.058.633 1.414.695
2 Non Migas
Indonesia 145.905.846 131.791.907 132.080.755 153.129.822 162.626.784
Dunia*) 16.145.904.600 14.870.450.253 14.678.476.355 15.918.218.806 16.771.269.484
3 Rasio
Indonesia 0,0013 0,0010 0,0010 0,0008 0,0008
Dunia 0,0001 0,0001 0,0001 0,0001 0,0001
RCA 10,36 10,39 10,44 6,02 9,69
RSCA 0,82 0,82 0,83 0,72 0,81
Sumber: BPS dan Trademap, diolah Pusdatin
Keterangan: *) Tahun 2018 Angka Sementara

Tabel 5.6. Indeks Keunggulan Komparatif (RSCA) Karet Indonesia Wujud


TSNR Dalam Perdagangan Dunia, 2014-2018
(000 USD)
Tahun
No Uraian
2014 2015 2016 2017 2018
1 TSNR
Indonesia 6.706.864 4.595.062 3.564.085 3.242.194 4.958.262
Dunia 12.114.059 9.654.729 8.525.543 11.604.485 9.520.816
2 Non Migas
Indonesia 145.905.846 131.791.907 132.080.755 153.129.822 162.626.784
Dunia*) 16.145.904.600 14.870.450.253 14.678.476.355 15.918.218.806 16.771.269.484
3 Rasio
Indonesia 0,0460 0,0349 0,0270 0,0212 0,0305
Dunia 0,0008 0,0006 0,0006 0,0007 0,0006
RCA 61,27 53,70 46,46 29,04 53,71
RSCA 0,97 0,96 0,96 0,93 0,96
Sumber: BPS dan Trademap, diolah Pusdatin
Keterangan: *) Tahun 2018 Angka Sementara

5.3. Penetrasi Pasar

Analisis lainnya yang dapat digunakan untuk melihat kinerja


perdagangan suatu komoditas adalah analisis penetrasi pasar. Penetrasi
pasar digunakan untuk mengetahui posisi produk ekspor karet dalam suatu
pasar global di negara tertentu. Analisis ini dapat menggambarkan

42 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

seberapa besar produk ekspor karet Indonesia menembus pasar di negara-


negara importir dan bagaimana gambaran penetrasi pasar negara pesaing
pengekspor karet ke negara importir yang sama dengan Indonesia. Dalam
analisis penetrasi pasar ini dikaji seberapa kuat produk karet Indonesia
menembus pasar Amerika Serikat, Cina dan Jepang serta bagaimana
keragaan ekspor karet Thailand ke negara-negara tersebut.

Indonesia RSS Latex Lain2 Thailand Lain2


2.98% 0.20% 0.07% 2.50%

Latex
25.31%

TSNR TSNR
RSS
96.75% 50.12%
22.07%

Gambar 5.1. Wujud karet yang diekspor oleh Indonesia dan Thailand,
Rata-rata Tahun 2014-2018

Wujud karet yang banyak diekspor Indonesia selama periode 2014


– 2018 adalah wujud TSNR, dimana share terhadap nilai ekspor karet
Indonesia sebesar 96,75%. Wujud lain yang diekspor adalah karet RSS dan
lateks dengan share masing-masing 2,98% dan 0,2%. Sementara Thailand
mengekspor karet wujud TSNR sebesar 50,12%, RSS 22,07%, lateks
25,31% dan wujud lain 2,50% (Gambar 5.1). Berdasarkan informasi ini,
maka analisis penetrasi pasar akan khusus membahas ekspor karet dalam
wujud TSNR atau kode HS 4001.22.
Sebagian besar ekspor karet TSNR Indonesia dilakukan ke Amerika
Serikat, sementara ekspor karet Thailand dilakukan ke Cina. Tahun 2014 –
2018 pangsa penetrasi pasar karet Indonesia di Amerika Serikat adalah
berkisar antara 57% – 61% dari total impor karet yang dilakukan Amerika.
Sementara ekspor karet TSNR Thailand di Amerika Serikat pada periode
tahun yang sama berkisar antara 5% - 10% (Tabel 5.7). Pangsa pasar

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 43


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

karet ke Amerika ini sekitar antara 20% dari total ekspor karet Indonesia
(Gambar 5.2 Tabel 5.7).
Impor karet TSNR oleh Cina pada periode 2014 – 2018 didominasi
oleh karet asal Thailand. Pada periode ini nilai ekspor karet Thailand ke
Cina berkisar antara 50,11% sampai 64,38% daari total impor karet Cina.
Sementara ekspor karet TSNR dari Indonesia ke Cina pada tahun yang
sama berkisar antara 13,72% sampai 24,41% (Tabel 5.7). Pangsa pasar
karet ke Cina ini mendominasi ekspor Thailand yaitu berkisar antara 50% -
60% dari total ekspor karet Thailand. Sementara dari seluruh nilai ekspor
Indonesia, pangsa pasar ke Cina sekitar 12% (Gambar 5.2).

2,500,000 2,500,000

2,000,000 2,000,000

1,500,000 1,500,000

1,000,000 1,000,000

500,000 500,000

- -
2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018

INDONESIA USA China Jepang THAILAND USA China Jepang

Gambar 5.2. Penetrasi pasar Karet Indonesia dan Thailand ke Amerika


Serikat, Cina dan Jepang, Tahun 2014-2018

Secara volume terjadi peningkatan ekspor karet Indonesia ke dunia


namun terjadi hambatan di pasar Cina sebagai negara tujuan ekspor karet
Indonesia, terlihat dengan nilai ekspor Indonesia yang stagnan bahkan
turun di tahun 2018. Sementara di Amerika Serikat terjadi sedikit
hambatan pada tahun 2015-2016 dimana ekspor Indonesia cenderung
sedikit menurun. Penurunan ekspor karet ke Amerika Serikat ini juga
dialami Thailand. Sejak tahun 2013 industri ban di Amerika Serikat
mencoba melakukan inovasi mengganti karet dengan rumput/jerami untuk

44 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

menekan ongkos logistik. Hal ini diperkirakan berpengaruh terhadap


penurunan impor karet oleh Amerika.
Tahun 2014 – 2015 ekspor karet Indonesia ke Cina juga mengalami
penurunan. Melambatnya kinerja perdagangan karet TSNR Indonesia ke
Cina ini diimbangi dengan meningkatnya nilai ekspor ke Jepang untuk
wujud karet TSNR ini. Pada periode 2014-2018, impor karet TSNR Jepang
berkisar dari Indonesia berkisar antara 69% sampai 77% dari total impor
karet yang dilakukan Jepang. Sementara impor dari Thailand hanya sekitar
17% - 23% (Tabel 5.7 dan Gambar 5.2).

Tabel 5.7. Perkembangan Penetrasi Pasar Karet di Amerika Serikat,


Cina dan Jepang oleh Indonesia dan Thailand, 2014-2018

Tahun
Eksportir
2014 2015 2016 2017 2018
Penetrasi ke Amerika Serikat (%)
Indonesia 59,22 61,46 59,85 60,76 57,79
Thailand 5,21 6,45 10,65 9,00 10,16
Penetrasi ke Cina (%)
Indonesia 18,06 13,72 17,34 24,41 14,77
Thailand 50,11 63,11 64,38 59,22 51,03
Penetrasi ke Jepang (%)
Indonesia 69,33 73,04 77,15 76,11 76,73
Thailand 23,72 19,02 18,31 17,78 17,58
Sumber: Trademap diolah Pusdatin
Keterangan: Persentase dihitung terhadap total nilai impor
masing-masing negara importir

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 45


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

46 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

BAB VI. PENUTUP

Karet merupakan komoditas perkebunan yang berperan sebagai


penyumbang surplus dalam kinerja perdagangan sektor pertanian. Karet
merupakan bahan baku bagi banyak industri di antaranya industri ban.
Konsumsi karet alam dunia pada tahun 2018 sekitar 13,77 juta ton,
sementara pada triwulan I 2018 sebesar 3,23 juta ton. Konsumsi karet alam
ini sekitar 47,16% dari total konsumsi karet (alam dan sintetis). Tahun
2018 total konsumsi karet sintetis dunia meningkat menjadi 15,43 juta ton
atau naik 1,53% dari tahun sebelumnya. Pada triwulan I 2019 naik 0,21%
dari triwulan 4 tahun 2018. Pada tahun 2023, permintaan untuk karet
sintetis diperkirakan sekitar 22,0 juta ton.
Produksi karet Indonesia tahun 2019 diperkirakan sebesar 3,54 juta
ton. Provinsi Sumatera Selatan, Sumatera Utara dan Riau merupakan tiga
provinsi dengan produksi karet terbesar yakni masing-masing menyumbang
28,08%, 12,78% dan 10,14% terhadap produksi karet nasional dalam 5
(lima) tahun terakhir. Harga karet tingkat produsen dalam wujud “Lump”
tahun 2019 (sampai bulan September) tercatat Rp. 6.799,- per kg dan
menunjukkan pola penurunan. Hal yang sama juga terjadi dengan harga
rata-rata karet di pasar internasional, dimana tahun 2019 (sampai bulan
September) sebesar USD 1,42 per kg untuk wujud TSR20 dan USD 1,67 per
kg untuk wujud SGP/MYS. Tahun 2019, rata-rata penurunan laju harga
internasional ini sebesar 0,116% dan 0,49% untuk wujud TSR20 dan
SGP/MYS.
Kinerja perdagangan karet baik kuantitas maupun nilai
menunjukkan terjadinya surplus. Tercatat di tahun 2018, ekspor karet
mencakup adalah 2,95 juta ton atau setara USD 4,17 milyar. Ekspor karet
wujud primer tahun 2018 hanya 0,19% (USD 7,38 juta), sementara untuk
karet manufaktur sebesar 99,81% (USD 3,94 milyar). Ekspor karet
manufaktur didominasi oleh wujud karet TSNR 20 yang mencapai 91,88%

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 47


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

(USD 3,62 milyar) dari total ekpor karet Indonesia wujud manufaktur. Dari
sisi impor, karet wujud manufaktur mencapai 71,82% (USD 68,36 juta) dan
primer 28,18% (USD 26,83 juta). Wujud karet primer yang diimpor adalah
Konsentrat sentrifugal (lateks karet alam) amoniak>0,5% sementara untuk
karet manufaktur adalah karet alam dengan spesifik tehnik lainnya dari
TSNR.
Kinerja perdagangan karet tahun 2019 khususnya wujud
manufaktur menunjukkan keragaan yang negatif. Turunnya nilai ekspor
pada periode Januari – September 2019 membawa dampak negatif
turunnya surplus nilai perdagangan karet manufaktur untuk periode
tersebut sebesar 13,31% menjadi USD 2,81 milyar di Januari – September
2019 dari semula USD 3,25 milyar di periode yang sama tahun 2018.
Adapun negara tujuan ekspor karet Indonesia tahun 2018 yakni
Amerika Serikat, Jepang, Cina dan India mencapai masing-masing 20,36%
atau senilai USD 848,55 juta, USD 677,97 juta atau 16,27%, USD 540,89
juta atau 12,98% dan USD 430,09 juta atau 10,32%. Dari sisi impor,
Indonesia hanya tercatat sedikit melakukan impor untuk karet kode HS
tertentu dari Thailand, Vietnam, Jepang dan Malaysia dengan total impor
USD 67,06 juta dari 4 negara tersebut.
Analisis kinerja perdagangan karet Indonesia menunjukkan kinerja
yang positif. Nilai IDR karet pada tahun 2014 – 2018, berkisar antara 3,6%
sampai 9,78%. Nilai SSR berkisar antara 493,11% sampai 821,75% yang
artinya produksi karet domestik sudah berada pada perluasan ekspor di
samping untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Komoditas karet
Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang sangat baik di
perdagangan dunia. Hal ini ditunjukkan dengan nilai ISP karet total tahun
2018 sebesar 0,96 yang artinya berada pada tahap pematangan dalam
perdagangan dunia atau memiliki kemampuan daya saing yang sangat kuat.
Seiring dengan nilai ISP, nilai RSCA juga bernilai positif cukup besar, di
tahun 2014 – 2018 berkisar antara 0,92 sampai 0,97.

48 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2014. Memperkuat Daya Saing Produk
Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Balassa, B. 1965. Trade Liberalization and Revealed Comparative


Advantage. Manchester School of Economic and Social Studies.

BPS. 2018. Statistik Harga Produsen Sub Sektor Tanaman Pangan,


Hortikultura dan Tanaman Perkebunan Rakyat Tahun 2015. Jakarta.

Departemen Perdagangan. 2009. KTT ASEAN ke-14 dan Hasil-hasil


Perundingan: Komitmen Bersama untuk Menjawab Situasi Ekonomi
Dunia (Siaran Pers). Departemen Perdagangan, Jakarta.

FAO. 2018. FAO Statistics. Http://www.fao.org/faostat. [Terhubung berkala]

Global Ruber Markets. 2019. Rubber Outlook.


Http://www.globalrubbermarkets.com/ [Terhubung berkala]

Hadi, P.U. dan S. Mardianto. 2004. Analisis Komparasi Daya Saing Produk
Ekspor Pertanian Antar Negara Asean Dalam Era Perdagangan Bebas
AFTA. Jurnal Agroekonomi. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

IRSG. 2019. Quarterly Statistics. International Rubber Study Group.


Singapore

Laursen, K. 1998. Revealed Comparative Advantage and the Alternatives


as Measures of International Specialisation. St. Louis fed. USA

Rubber Asia, 2017. Vietnam to join International Tripartite Rubber


Council. Https://www.rubberasia.com/2017/09/19/vietnam-join-
international-tripartite-rubber-council/ [Terhubung berkala]

Tempo, 2016. Tiga Negara Tripartite Sepakat kurangi Ekspor Karet Alam.
Https://m.tempo.co/read/news/2016/02/04/090742331/tiga-negara-
tripartite-sepakat-kurangi-ekspor-karet-alam [Terhubung berkala]

Trademap. 2019. Statistics. Http://www.trademap.com [Terhubung


berkala]

World Bank. 2019. Trade Indicators. Http://wits.worldbank.org/wits/wits/


witshelp/Content/Utilities/e1.trade_indicators.htm [Terhubung
berkala]

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 49


Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2019

50 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Anda mungkin juga menyukai