Anda di halaman 1dari 4

Analisis tentang Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dalam UU 32

Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup di Indonesia saat ini masih menunjukkan penurunan kondisi,


seperti terjadinya pencemaran, kerusakan lingkungan, penurunan ketersediaan dibandingkan
kebutuhan sumber daya alam, maupun bencana lingkungan. Hal ini merupakan indikasi
bahwa aspek lingkungan hidup belum sepenuhnya diperhatikan dalam perencanaan
pembangunan.
Selama ini, proses pembangunan yang terformulasikan dalam kebijakan, rencana dan/atau
program dipandang kurang mempertimbangkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan
secara optimal.Memperhatikan hal tersebut, penggunaan sumber daya alam harus selaras,
serasi, dan seimbang dengan fungsi lingkungan hidup. Sebagai konsekuensinya, kebijakan,
rencana, dan/atau program pembangunan harus memperhatikan aspek lingkungan hidup dan
mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan. Seperti diamanatkan UU 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Hidup terutama Pasal 15 khususnya mewajibkan
pelaksanaan KLHS:
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membuat KLHS untuk memastikan bahwa
prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) merupakan upaya untuk mencari
terobosan dan memastikan bahwa pada tahap awal penyusunan kebijakan, rencana dan/atau
program prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sudah dipertimbangkan. Aspek
lingkungan dalam penataan wilayah memang sangat penting, meskipun peraturan penataan
ruang telah memasukkan unsur-unsur pengelolaan lingkungan dalam aturan dan petunjuk
pelaksanaan penataan ruang tetapi belum mampu diaplikasikan mengingat beragamnya
kondisi yang ada di setiap wilayah Indonesia. Wilayah pantai, rawa, dataran rendah,
perbukitan dan wilayah pegunungan akan memiliki cara berbeda dalam rangka melakukan
upaya penyelamatan lingkungan menuju pembangunan yang lestari. Wilayah hutan alami,
hutan sekunder, savanah dan wilayah karst akan juga berbeda perencanaan ruangnya.
Perbedaan ini hanya bisa dilakukan dengan melakukan perencanaan ruang dengan
mengaplikasikan KLHS.
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang
sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah
dan/atau kebijakan, rencana dan/atau program (definisi KLHS dalam UU No. 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup). Secara prinsip sebenarnya KLHS
adalah suatu self assessmentuntuk melihat sejauh mana Kebijakan, Rencana dan/atau
Program (KRP) yang diusulkan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah telah
mempertimbangkan prinsip pembangunan berkelanjutan, baik untuk kepentingan ekonomi,
dan social, selain lingkungan hidup. Dengan KLHS ini pula diharapkan KRP yang dihasilkan
dan ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah menjadi lebih baik.
Kaidah-Kaidah KLHS
Adapun kaidah dalam KLHS yang harus dipahami adalah sebagai berikut :Prinsip
1: Self Assessment. Prinsip ini menekankan pada konsep ‘atur diri sendiri’ yakni satu sikap
dan kesadaran yang diharapkan muncul dari diri pemangku kepentingan yang terlibat dalam
proses perumusan KRP agar lebih peduli atas prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan
mempertimbangkan prinsip-prinsip tersebut dalam setiap keputusannya.
Prinsip ini berasumsi bahwa setiap pengambil keputusan sebenarnya mempunyai tingkat
kesadaran dan kepedulian atas lingkungan. KLHS menjadi media atau katalis agar kesadaran
dan kepedulian tersebut terformulasikan dalam proses pengambilan keputusan di setiap
KRP. Prinsip 2: Improvement of the KRP Prinsip ini menekankan pada upaya untuk
memperbaiki setiap pengambilan keputusan dalam KRP. KLHS tidak menghambat dan
membuat proses perumusan KRP menjadi semakin rumit, melainkan menjadi media atau
katalis untuk memperbaiki proses dan output perumusan KRP. Prinsip ini berasumsi bahwa
perumusan KRP di Indonesia selama ini kurang sempurna dan KLHS dapat memicu
perbaikan atau penyempurnaan perumusan KRP.Prinsip 3: Capacity Building Prinsip ini
menekankan bahwa integrasi KLHS dalam perumusan KRP harus menjadi media untuk
belajar bersama khususnya tentang isu-isu pembangunan berkelanjutan. KLHS harus
memungkinkan seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam perumusan KRP untuk
meningkatkan kapasitasnya.Prinsip 4: Influencing Decision Makers Prinsip ini menekankan
bahwa KLHS harus memberikan pengaruh yang positif pada pengambil keputusan. KLHS
akan mempunyai makna apabila pada akhirnya dapat mempengaruhi pengambil keputusan,
khususnya untuk memilih atau menetapkan satu kebijakan, rencana, dan program yang
dipandang lebih menjamin pembangunan yang berkelanjutan.
Mengapa perlu KLHS?
Ada banyak alasan pentingnya KLHS, diantaranya:
 Meningkatkan manfaat pembangunan.
 Rencana dan implementasi pembangunan lebih terjamin keberlanjutannya.
 Mengurangi kemungkinan kekeliruan dalam membuat prakiraan/prediksi pada awal
proses perencanaan kebijakan, rencana, atau program pembangunan.
 Dampak negatif lingkungan di tingkat proyek pembangunan semakin efektif diatasi
atau dicegah karena pertimbangan lingkungan telah dikaji sejak tahap formulasi kebijakan,
rencana, atau program pembangunan.
Dalam memberikan penjelasan mengenai KLHS ada banyak pihak yang
masih sulit membedakan antara KLHS dengan AMDAL. Tabel berikut ini
akan memberikan gambaran mengenai perbedaan tersebut.

Atribut AMDAL KLHS

Akhir siklus pengambilan


Posisi keputusan Hulu siklus pengambilan keputusan

Pendekatan Cenderung bersifat reaktif Cenderung pro-aktif

Identifikasi, prakiraan & evaluasi Evaluasi implikasi lingkungan dan


Fokus analisis dampak lingkungan pembangunan berkelanjutan
Peringatan dini atas adanya dampak
Dampak kumulatif Amat terbatas kumulatif

Mengendalikan dan Memelihara keseimbangan alam,


Titik berat telaahan meminimumkan dampak negatif pembangunan berkelanjutan

Alternatif Alternatif terbatas jumlahnya Banyak alternatif

Luas dan tidak rinci sebagai


landasan untuk mengarahkan visi &
Kedalaman Sempit, dalam dan rinci kerangka umum

Proses multi-pihak, tumpang tindih


Proses dideskripsikan dgn jelas, komponen, KRP merupakan proses
Deskripsi proses mempunyai awal dan akhir iteratif & kontinyu

Fokus pada agenda pembangunan


Fokus pengendalian Menangani simptom kerusakan berkelanjutan, terutama ditujukan
dampak lingkungan utk menelaah agenda keberlanjutan,
Sumber : Musnada,2012

Kedudukan KLHS dalam Sistem Perencanaan di Indonesia


KRP yang menjadi konteks utama dari KLHS sesuai pasal 15 UU PPLH No. 32/2009
disusun berdasarkan regulasi dan panduan yang spesifik. Beberapa regulasi KRP telah
mencantumkan pelaksanaan KLHS di dalam proses penyusunannya.
1. KLHS dalam Tata Ruang
Proses penyusunan Tata Ruang melibatkan setidaknya tiga kementerian sebagai
berikut:
a. Kementerian Pekerjaan Umum bertanggungjawab dalam persetujuan substansi (PP No.
15/2010)
b. Kementerian Dalam Negeri bertanggungjawab dalam evaluasi legalitas, administrasi dan
kebijakan (Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 28/2008 tentang Tata cara Evaluasi
Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Rencana Tata Ruang Daerah)
c. Peran Kementerian Kehutanan disebutkan dalam pasal 31 PP No. 15/2010 yang menyatakan
bahwa perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan serta penggunaan kawasan hutan
berlaku ketentuan perundang-undangan bidang kehutanan.
PP No. 15/2010 menyatakan kewajiban melaksanakan KLHS dalam pengolahan dan
analisis data dalam penyusunan RTRW untuk menentukan daya dukung dan daya tampung
lingkungan. Sedangkan PP No. 10/2010 PP No. 10/2010 mengenai Tata Cara Perubahan
Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan, menyatakan bahwa apabila usulan perubahan
peruntukan kawasan hutan berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan,
wajib melaksanakan KLHS.
2. KLHS dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah/Panjang
Acuan regulasi RPJM/P di Indonesia adalah UU No. 25/2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional. Bappenas bertanggungjawab pada tingkat nasional
sedangkan Bappeda bertanggungjawab pada tingkat provinsi, kabupaten/kota dalam
melakukan menyusun, memantau dan melakukan evaluasi RPJM/P.
Dua Peraturan Pemerintah (PP) dikeluarkan untuk memandu prosedur penyusunan
rencana pembangunan:
a. PP No. 40/2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional
b. PP No. 8/2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
Dalam melaksanakan PP No. 8/2008, Kementerian Dalam Negeri mengatur
pelaksanaannya melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54/2010 tentang Tahapan,
Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah.
3. KLHS untuk Kebijakan, Rencana dan Program (KRP) Lainnya
Sesuai dengan pasal 15, selain RTRW dan RPJM/P, maka wajib KLHS juga berlaku
bagi kebijakan, rencana dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau
risiko lingkungan hidup. Pada saat tulisan ini disusun, belum terdapat ketentuan mengenai
kriteria penentuan apakah suatu K/R/P memiliki potensi menimbulkan dampak dan/atau
risiko lingkungan hidup.
Tantangan Dalam Implementasi KLHS
Sebagai instrument baru dalam pengambilan Kebijakan,Rencana/ Program, kewajiban
penyusunan KLHS bukan tanpa kendala. Kendala utama adalah kemampuan sumber daya
dari masing-masing implementatornya. Dilain pihak, adanya ketidaksinkronan sinergi antar
KRP satu dengan yang lain dalam proses perencanaan. Hal inilah yang seringkali
mengalihkan fokus KLHS. Untuk itu KLHS seyogyanya tetap memfokuskan diri pada
masalah lingkungan hidup dan sosial, tanpa menafikan masalah ekonomi

Penutup
Persoalan semakin merosotnya daya dukung dan kualitas lingkungan hidup
memerlukan pendekatan yang menyeluruh untuk mengatasinya. KLHS adalah sebuah
kebijakn yang cerdas untuk menjamin penataan wilayah dan tata ruang yang
berkesinambungan dalam upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan di
Indonesia. Seperti telah diamanatkan dalam pasal 18 UU 32 Tahun 2009 tentang PPLH,
pelibatan para pemangku kepentingan, baik pemerintah maupun non-pemerintah, termasuk
komunitas yang berpotensi terkena dampak dari KRP yang tengah disusun, merupakan modal
utama untuk lebih ‘membumikan’ KLHS, menjadikannya bermakna untuk kepentingan
rakyat dan bumi Indonesia.
Referensi :
– Kappiantari, M. 2011. Dua Tahun UU Lingkungan Hidup : Tantangan Pelaksanaan Kajian Lingkungan
Hidup Strategis (KLHS) di Indonesia di unduh dari www.duniaesai.com
– Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2007. Buku Pegangan Kajian Lingkungan Hidup Strategis.
Diunduh dari www.klhsindonesia.org
– Satar, M, 2012. Apa sih Kajian Lingkungan Strategis (KLHS) itu?. www.musnada.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai