Anda di halaman 1dari 50

ISSN 1907-1507

OUTLOOK ANGGREK

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian
2015
OUTLOOK ANGGREK

ISSN: 1907-1507

Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5)


Jumlah Halaman : 27 halaman

Penasehat: Dr. Suwandi, M.Si

Penyunting:
Dr. Ir. Leli Nuryati,M.Sc
Ir. Noviyati, M.Si
Ir. Roch Widaningsih, M.Si

Naskah:
Dra. Retno Suryani

Design dan Layout:


Victor Saulus B.

Diterbitkan oleh:
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian
2015

Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya


OUTLOOK ANGGREK 2015

KATA PENGANTAR

Guna mengemban visi dan misinya, Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian mempublikasikan data sektor pertanian serta hasil analisis datanya.
Salah satu hasil analisis yang telah dipublikasikan secara reguler adalah Outlook
Komoditas Hortikultura.
Publikasi Outlook Anggrek Tahun 2015 merupakan salah satu bagian dari
Outlook Komoditas Pertanian, yang menyajikan keragaan data series komoditi
Anggrek secara nasional dan internasional selama 10-20 tahun terakhir serta
dilengkapi dengan hasil analisis proyeksi penawaran domestik dari tahun 2015
sampai dengan tahun 2019.
Publikasi ini disajikan tidak hanya dalam bentuk hard copy namun juga
dalam bentuk soft copy (CD) dan dapat diperoleh atau diakses melalui website
Pusdatin yaitu http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id /.
Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat
memperoleh gambaran tentang keragaan dan proyeksi komoditi Anggrek secara
lebih lengkap dan menyeluruh.
Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini,
kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan
saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar
penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya.

Jakarta, Desember 2015


Kepala Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian,

Dr. Ir. Suwandi, MSi.


NIP.19670323.199203.1.003

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian iii


2015 OUTLOOK ANGGREK

iv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK ANGGREK 2015

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................... iii
RINGKASAN EKSEKUTIF .............................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................ vii
DAFTAR TABEL ........................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................... 1


1.1. Latar Belakang ................................................... 1
1.2. Tujuan dan Sasaran .............................................. 2
1.3. Ruang Lingkup ................................................... 2

BAB II. METODOLOGI ............................................................. 3


2.1. Sumber Data dan Informasi..................................... 3
2.2 Metode Analisis ................................................... 3
2.2.1. Analisis keragaan ........................................ 4
2.2.2. Analisis Penawaran ..................................... 4

BAB III. KERAGAAN ANGGREK DALAM NEGERI ................................. 7


3.1 Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas
Anggrek di Indonesia ........................................... 7
3.2 Perkembangan Ekspor Impor Anggrek Indonesia ........... 11
3.3 Perkembangan Harga Ekspor Impor Anggrek Indonesia .... 17

BAB V. ANALISIS PENAWARAN ................................................... 21


5.1 Proyeksi Penawaran Anggrek 2016 – 2019 .................... 21

BAB VI. KESIMPULAN ................................................................ 23


DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 25
LAMPIRAN ............................................................................. 27
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian v
2015 OUTLOOK ANGGREK

vi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK ANGGREK 2015

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 4.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data .......................... 3


Tabel 4.1. Hasil Proyeksi Penawaran Anggrek Indonesia, 2015 –2019 ....... 21

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vii


2015 OUTLOOK ANGGREK

viii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK ANGGREK 2015

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Perkembangan Luas Panen Anggrek di Indonesia, 1997-
2014 ................................................................ 7
Gambar 3.2. Distribusi Luas Panen Anggrek di Indonesia, Rata-rata 2010 -
2014 ................................................................. 8
Gambar 3.3. Perkembangan Produksi Anggrek di Indonesia,1997-2014 . 9
Gambar 3.4. Distribusi Produksi Anggrek di Indonesia, Rata-rata 2010 -
2014 ................................................................ 10
Gambar 3.5. Perkembangan Produktivitas Anggrek di Indonesia, 1997-
2014 ................................................................. 11
Gambar 3.6. Perkembangan Volume Ekspor Anggrek Indonesia, 2000-2014 12
Gambar 3.7. Perkembangan Volume Impor Anggrek Indonesia, 2000-2014 12
Gambar 3.8. Perkembangan Nilai Ekspor Anggrek Indonesia, 2000 - 2011 13
Gambar 3.9. Perkembangan Nilai Impor Anggrek Indonesia, 2000 -2014 14
Gambar 3.10. Negara Tujuan Ekspor Anggrek Indonesia, 2014 ............. 15
Gambar 3.11. Negara Asal Impor Anggrek Ke Indonesia .................... 16
Gambar 3.12. Neraca Perdagangan Anggrek Indonesia, 2000-2014 ....... 16
Gambar 3.13. Perkembangan Harga Ekspor Anggrek Indonesia, 2000-2014 18
Gambar 3.14. Perkembangan Harga Impor Anggrek Indonesia, 2000-2014 18

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ix


2015 OUTLOOK ANGGREK

x Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK ANGGREK 2015

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas
Anggrek Indonesia, 1997-2014 .............................. 27
Lampiran 2. Perkembangan Luas Panen Anggrek Menurut Provinsi,
2007-2014........................................................ 28
Lampiran 3 Perkembangan Produksi Anggrek Menurut Provinsi, 2007-
2014 .............................................................. 29
Lampiran 4. Perkembangan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan
Anggrek Indonesia, 2000-2014 ............................... 30
Lampiran 5. Negara Tujuan Ekspor Anggrek Indonesia, 2014 .......... 31
Lampiran 6. Negara Asal Impor Anggrek ke Indonesia, 2014 ........... 31
Lampiran 7. Perkembangan Harga Ekspor dan Impor Anggrek Indonesia,
2000- 2014 ...................................................... 31

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xi


2015 OUTLOOK ANGGREK

xii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK ANGGREK 2015

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembangan luas panen anggrek di Indonesia pada periode tahun 1997


– 2015 secara umum cenderung meningkat rata-rata sebesar 3,95% per tahun.
Luas panen anggrek tahun 2000 hingga 2001 mengalami penurunan dari 1,72 juta
tangkai dari 950,74 ribu m2di tahun 2000 menjadi 844,57 ribu m2di tahun 2001
pada tahun selanjutnya (2000 – 2014) cenderung naik.
Perkembangan produksi anggrek di Indonesia pada periode 1997 – 2014
cenderung naik, dengan rata-rata pertumbuhan 10,67%. Produksi anggrek di
tahun 1997 sebesar 6,50 Juta tangkai hingga di tahun 2014 mencapai 19,74 juta
tangkai.
Sentra luas panen angrek di Indonesia terdapat di pulau Jawa yaitu
provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan Banten, dengan luas panen masing-masing
sebesar 460.712 m2 ,313.119 m2 dan 274.393 m2. Ketiga provinsi tersebut
kontribusi produksi anggrek di Indonesia masing-masing sebesar 5,06 juta
tangkai, 4,81 juta tangkai dan 2,64 juta tangkai.
Harga ekspor maupun impor anggrek dari tahun 2000-2014 sangat
berfluktuasi. Tahun 2010 - 2011 tidak terjadi ekspor bibit anggrek, namun
sebaliknya tahun 2012 - 2014 tidak terjadi impor tanaman anggrek. Harga rata-
rata ekspor anggrek tahun 2000-2014 berkisar US$ 6.33 perkilo untuk bibit dan
US$ 5,56 perkilo untuk tanaman, sedangkan harga rata-rata impor anggrek
tahun 2000-2014 berkisar US$ 6,01 perkilo untuk bibit dan US$ 4,73 perkilo
untuk tanaman.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xiii


2015 OUTLOOK ANGGREK

xiv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK ANGGREK 2015

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Bunga anggrek tidak pernah menyebabkan orang bosan melihatnya, karena


bunga ini mempunyai keanekaragaman bentuk, ukuran, warna dan corak. Hampir
setiap tahun dihasilkan jenis-jenis baru yang belum pernah ada sebelumnya.
Dendrobium merupakan salah satu jenis anggrek yang banyak dijumpai sebagai
anggrek alam di hutan-hutan Indonesia. Jenis-jenis anggrek tersebut mempunyai
potensi yang sangat penting sebagai tanaman induk untuk menghasilkan hibrida-
hibrida yang berkualitas sebagai bunga potong.

Diperkirakan terdapat kurang lebih 5000 spesies tersebar di hutan-hutan


seluruh Indonesia dari Sumatera hingga Papua. Anggrek spesies merupakan titik
tolak produksi hasil silangan yang mempunyai nilai ekonomis. Keanekaragaman
anggrek spesies yang terdapat di Indonesia mempunyai potensi untuk dapat
dipakai sebagai induk silangan. Sayangnya pemanfaatan anggrek spesies belum
optimal, walaupun sudah ada peningkatan dari tahun ke tahun. Adanya campur
tangan manusia melalui persilangan buatan akan memperkaya keindahan hibrida-
hibrida baru yang dihasilkan. Dendrobium merupakan salah satu jenis tanaman
anggrek yang bunganya dipakai sebagai bunga potong. Sifatnya yang menonjol
diantaranya adalah ketahanan bunganya yang tetap segar dalam waktu cukup
lama walaupun sudah terpisah dari tanamannya. Sifat ini didukung dengan
penampilan bunganya yang menarik untuk dipergunakan sebagai hiasan.
Anggrek biasanya digunakan untuk berbagai macam acara seperti upacara
keagamaan, hiasan, dekorasi rumah serta sebagai bunga ucapan. Jenis anggrek
yang banyak dibudidayakan untuk tujuan komersil adalah Dendodrium, Cattleya,
Vanda, dan Orcidium. Namun demikian, dikalangan penggemar dibudidayakan
pula anggrek dari jenis Phalanaenopsis, Cimbidium, dan Paphiopedilum. Segmen
pasar yang mempunyai selera eksklusif terhadap jenis anggrek tertentu yang
belum mampu dihasilkan di dalam negeri mengakibatkan Indonesia tetap

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1


2015 OUTLOOK ANGGREK

melakukan impor anggrek baik dalam wujud bibit maupun tanaman. Meskipun
demikian, beberapa lembaga penelitian dan nursery dalam negeri telah mampu
mengembangkan varietas-varietas baru yang berdaya saing kuat dengan varietas
impor. Dengan kondisi tanah dan iklim yang memadai maka usaha anggrek dapat
berkembang dengan baik di Indonesia (Puslithorti, 2005).

Outlook komoditas anggrek ini menyajikan keragaan dan perkembangan luas


panen, produksi, dan produktivitas angggrek di Indonesia, berikut peranannya
dalam perdagangan internasional. Selain itu disajikan pula proyeksi penawaran
anggrek di Indonesia untuk periode tahun 2015 hingga 2019.

1.2. TUJUAN

Melakukan penyusunan Buku Outlook Komoditas Anggrek yang berisi


keragaan data series di Indonesia dan dunia serta di lengkapi proyeksi
penawaran anggrek di Indonesia.

1.3. RUANG LINGKUP

Kegiatan yang di cakup dalam penyusunan outlook komoditas anggrek


adalah :

- Identifikasi peubah yang dianalisis mencakup luas panen, produksi ,


produktivitas, ekspor, Impor anggrek.

- Penyusunan analisis komoditas anggrek dan proyeksi penawaran


anggrek di Indonesia tahun 2015 - 2019

2 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK ANGGREK 2015

BAB II METODOLOGI

2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI

Outlook Komoditas anggrek tahun 2015 disusun berdasarkan data dan


informasi yang diperoleh dari data sekunder yang bersumber dari daerah, instansi
terkait di lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian
Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS). Jenis variabel, periode dan sumber
data secara rinci disajikan pada tabel 2.1 :

Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data.

No Variabel Periode Sumber Keterangan


1 Luas panen 1997-2014 Badan Pusat Statistik
anggrek Indonesia
2 Produksi anggrek 1997-2014 Badan Pusat Statistik Wujut bunga
Indonesia segar dengan
tangkai
3 Produktivitas 1997-2014 Badan Pusat Statistik Wujut bunga
anggrek Indonesia segar dengan
tangkai
4 Ekspor impor 2000 - 2014 Badan Pusat Statistik Kode HS yang di
anggrek Indonesia gunakan
0602101000,
0602901000,
0602902000,
0603130000
5 Negara tujuan 2014 Badan Pusat Statistik
Ekspor anggrek
Indonesia
6 Negara impor 2014 Badan Pusat Statistik
anggrek ke
Indonesia

2.2. METODE ANALISIS


Metode yang digunakan dalam penyusunan Outlook Komoditas anggrek
adalah sebagai berikut:

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3


2015 OUTLOOK ANGGREK

2.2.1. Analisis Keragaan


Analisis keragaan memberikan ilustrasi perkembangan komoditas anggrek
dengan gambar dan grafik. Keragaan ini dilakukan berdasarkan ketersediaan
data series yang mencakup indikator luas panen, produktivitas, produksi,
konsumsi, ekspor-impor serta harga ekspor dengan analisis deskriptif
sederhana. Analisis keragaan dilakukan untuk data series nasional.

2.2.2. Analisis Penawaran


Analisis penawaran komoditas anggrek dilakukan berdasarkan analisis fungsi
produksi. Penelusuran model untuk analisis fungsi produksi tersebut
dilakukan dengan pendekatan persamaan Regresi Linier Berganda (Multiple
Linear Regression). Persamaan regresi tersebut memetakan beberapa
peubah penjelas/bebas terhadap peubah respons/tak bebas. Dalam regresi
linier berganda, parameter-parameter yang terlibat diduga bersifat linier.

ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)


Teknik analisis data dengan metode ARIMA dilakukan karena merupakan teknik
untuk mencari pola yang paling cocok dari sekelompok data (curve fitting),
dengan demikian ARIMA memanfaatkan sepenuhnya data masa lalu dan sekarang
untuk melakukan peramalan jangka pendek yang akurat. ARIMA seringkali ditulis
sebagai ARIMA (p,d,q) yang memiliki arti bahwa p adalah orde koefisien
autokorelasi, d adalah orde / jumlah diferensiasi yang dilakukan (hanya digunakan
apabila data bersifat non-stasioner) dan q adalah orde dalam koefisien rata-rata
bergerak (moving average).

Peramalan dengan menggunakan model ARIMA dapat dilakukan dengan rumus :

Keterangan :
B : Koefisien Regresi
Yt : Variabel dependen pada waktu t

4 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK ANGGREK 2015

Yt-1 ... Yt-p : Variabel lag


et : Residual term
W1 ... Wq : Bobot
et-1 ... et-p : nilai sebelumnya atau residual
Terbatasnya ketersediaan data anggrek analisis permintaan anggrek tidak dapat
dilakukan

Kelayakan Model
Untuk memilih model terbaik pada analisis deret waktu, kriteria pemilihan model
biasanya didasarkan nilai RMSE(Root Mean Square Error), MAPE (Mean Absolute
Percentage Error), MAD
(Mean Absolute Deviation) dan MSD (MeanSquared Deviation) yant terkecil.
Demikian juga bisa dilihat secara visual perbandingan plot peramalan dengan
datatesting , semakin dekat data peramalan dengan data testing , maka semakin
bagus model tersebut.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5


2015 OUTLOOK ANGGREK

6 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK ANGGREK 2015

BAB III KERAGAAN ANGGREK DALAM NEGERI

3.1 PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS


ANGGREK DI INDONESIA

Perkembangan luas panen anggrek di Indonesia dari tahun 1997- 2014


disajikan pada Gambar 3.1 Lampiran 1. Selama periode 1997 -2014,
perkembangan luas panen anggrek cenderung naik, secara rata-rata dalam
rentang tahun 1997 – 2014, luas panen anggrek di Indonesia mengalami
pertumbuhan 3,95% per tahun dengan luas panen tertinggi terjadi pada tahun
1998 mencapai 2,93 juta m2 dan tahun 2004 sebesar 2,26 juta m2. Dalam periode
ini, luas panen anggrek sempat mengalami beberapa kali penurunan luas panen
dengan penurunan terjadi cukup besar pada tahun 2000 (44.75%) Bila di lihat dari
pertumbuhan lima tahun terakhir, juga mengalami fluktuasi dengan rata-rata
pertumbuhan turun 0.86%.

(m2)
3.500.000
3.000.000
2.500.000
2.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000
-
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014

Luas Panen

Gambar 3.1. Perkembangan Luas Panen Anggrek di Indonesia, 1997-2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7


2015 OUTLOOK ANGGREK

Jatim
17,64%
Banten
15,46%
Jabar
25,96% Bali
11,62%

DKI
7,71%
lainnya
6,18% Jateng
Kaltim
Kalbar Sumut 7,53%
1,43% Sulut
1,77% 2,78%
1,93%

Gambar 3.2. Distribusi Luas Panen Anggrek di Indonesia, Rata-rata 2010 - 2014

Penyebaran luas panen anggrek di Indonesia dari rata-rata luas panen dari
tahun 2010 hingga tahun 2014 menunjukan hampir 93% tersebar hanya di 10
propinsi dan 5 diantaranya adalah propinsi di Pulau Jawa. Dari Gambar 3.2
terlihat pula bahwa Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur memiliki share rata-rata
luas panen anggrek terbesar yaitu mencapai 25,96% dan 17,64% terhadap rata-
rata luas panen anggrek di Indonesia periode tahun 2010 – 2014. Propinsi Banten
memiliki kontribusi rata-rata luas panen terbesar berikutnya dengan nilai share
sebesar 15,46% diikuti oleh Propinsi Bali dengan share 11,62% Provinsi lainnya
memliki luas panen berkisar antara share 1,43% terdapat di Kalimantan Timur
sampai share 7,71% terdapat di DKI Jakarta secara rinci disajikanpada Lampiran 2.

Berbeda dengan luas panen anggrek yang sempat mengalami penurunan


jumlah luasan, sejak tahun 1997 produksi anggrek berkecenderungan meningkat
dengan pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar 10,67%. (Gambar 3.3). Pada
tahun 1997 ke tahun 1998 naik 19,65%, namun kemudian turun hingga 58,78%
menjadi hanya 3,21 juta tangkai di tahun 1999, sekaligus merupakan tahun
dengan penurunan produksi yang cukup tinggi pada periode tahun 1997 - 2014.
Perkembangan produksi yang tinggi terjadi pada tahun 2003 sebesar 38,20% atau
naik sebesar 1.91 juta tangkai menjadi 6,90 juta tangkai. Sejak tahun 1999 – 2014
perkembangan anggrek meningkat terus dari mulai 3,21 juta tangkai di tahun
8 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK ANGGREK 2015

1999 hingga 19,74 juta tangkai di tahun 2015, walaupun ada beberapa tahun yang
sempat turun produksinya. Perkembangan anggrek lima tahun terakhir (2010
2014) terjadi kenaikan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5,19%. Secara rinci
tersaji pada Lampiran 3.

(Tangkai)
25.000.000

20.000.000

15.000.000

10.000.000

5.000.000

Produksi

Gambar 3.3. Perkembangan Produksi Anggrek di Indonesia, 1997-2014

Sejalan dengan Gambar 3.2 dimana luas panen anggrek di Indonesia hanya
tersebar di 10 propinsi, maka pada Gambar 3.4 sentra produksi anggrek tersebar
di propinsi yang sama. Kesepuluh propinsi yang tersebut berkontribusi hingga
96,73% dari produksi anggrek di Indonesia sejak tahun 2010 – 2015. Dalam Gambar
3.4, terlihat bahwa Propinsi Banten memiliki kontribusi terbesar dengan nilai
share mencapai 28,03% terhadap rata-rata produksi anggrek Indonesia. Propinsi
Jawa Jabar, memiliki kontribusi rata-rata luas panen anggrek yang hampir sama
dengan Propinsi Banten, yaitu nilai share rata-rata produksi sebesar 26,63%.
Kemudian urutan ketiga di provinsi Jawa Timur dengan nilai share rata-rata
produksi sebesar 14,62%. Propinsi lainnya seperti Bali, Jawa Tengah, DKI Jakarta,
Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Utara Dan Kalimantan memiliki
kontribusi berkisar antara 1,12 % hingga 6,62%, atau 201,93 ribu tangkai sampai
1.195,54 ribu tangkai. Secara rinci produksi anggrek per propinsi tersaji pada
Lampiran 3.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9


2015 OUTLOOK ANGGREK

Jabar
26,63%

Banten Jatim
28,03% 14,62%

Bali
lainya 6,62%
3,27%
Jateng
Kaltim 5,86%
1,12% DKI
Sulut 4,76%
1,15% Kalbar
Sumut 4,08%
3,88%

Gambar 3.4. Distribusi Produksi Anggrek di Indonesia, Rata-rata 2010 - 2014

Dengan luas panen pada periode 1997 – 2014 yang berkencederungan


menurun sementara produksi anggrek mengalami peningkatan telah menjadi
indikasi bahwa pada periode tersebut terjadi peningkatan produktivitas anggrek
di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan Gambar 3.5 yang menyajikan
perkembangan produktivitas anggrek di Indonesia selama periode 1997 – 2014.
Produktivitas anggrek nasional pada tahun 1997 adalah 3,28 tangkai/m2 dan
meningkat menjadi 13,39 tangkai/m2 pada tahun 2014 atau meningkat secara
rata-rata sebesar 14,78% setiap tahunnya. Selama periode 1997 – 2014
produktivitas anggrek tertinggi terjadi pada tahun 2014 dimana anggrek nasional
mampu berproduksi hingga 13,39 tangkai per m2. Data produktivitas anggrek
nasional tersaji pada Lampiran 1.

10 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK ANGGREK 2015

(Tangkai/m2 )

16,00
14,00
12,00
10,00
8,00
6,00
4,00
2,00
-

Produktivitas

Gambar 3.5. Perkembangan Produktivitas Anggrek di Indonesia, 1997-2014

3.2. PERKEMBANGAN EKSPOR - IMPOR ANGGREK INDONESIA

Pada outlook ini ekspor dan impor komoditas anggrek dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu ekspor dan impor untuk bibit atau anakan anggrek (Kode HS
0602902000) dan untuk tanaman anggrek, termasuk didalamnya anggrek segar
(Kode HS 0603130000), serta anggrek potongan (Kode HS 0602101000 dan
0602901000). Data volume, nilai, dan neraca perdagangan anggrek Indonesia
tersaji secara lengkap pada Lampiran 4.

Perkembangan ekspor dan impor anggrek pada periode tahun 2000-2014,


seperti terlihat pada Gambar 3.6 untuk volume ekspor maupun Gambar 3.7 untuk
volume impor, menunjukan adanya kecenderungan penurunan aktivitas. Untuk
volume ekspor (Gambar 3.6), terlihat bahwa ekspor yang mendominasi volume
ekspor anggrek Indonesia adalah dari tanaman anggrek. Tahun 2002 adalah tahun
terakhir Indonesia mampu melakukan ekspor bibit anggrek diatas ekspor tanaman
anggrek sebelum akhirnya sama sekali tidak ada ekspor bibit anggrek Indonesia di
tahun 2010 dan 2011. Tahun 2012-2014 terjadi lagi ekspor bibit dengan volume
lebih besar dari tanaman anggrek yaitu berkisar antara 52.187 kg sampai 54.972
kg. Volume ekspor tanaman anggrek sempat mengalami kecenderungan
peningkatan volume hingga tahun 2003 sebelum akhirnya berkecenderungan turun
hingga akhir tahun 2014 yaitu hanya mencapai 268 kg.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11


2015 OUTLOOK ANGGREK

(kg)
800.000
700.000
600.000
500.000
400.000
300.000
200.000
100.000
-

Bibit Tanaman Total

Gambar 3.6. Perkembangan Volume Ekspor Anggrek Indonesia, 2000-2014

Berbeda dengan volume ekspor anggrek, volume impor anggrek lebih


didominasi oleh impor anakan anggrek dibandingkan impor tanaman anggrek
(Gambar 3.7). Tahun 2002 hingga tahun 2003 adalah tahun-tahun dimana impor
bibit dan tanaman anggrek Indonesia sama banyaknya. Namun setelah tahun 2003,
Indonesia berkecenderungan terjadi penurunan impor tanaman anggrek, dengan
kisaran antara 100 kg hinga 32.679 kg, pada tahun 2009 Indonesia sempat
mengalami peningkatan impor tanaman anggrek, namun kembali menurun di
tahun-tahun berikutnya.

(kg)
160.000

140.000

120.000

100.000

80.000

60.000

40.000

20.000

Bibit Tanaman Total

Gambar 3.7. Perkembangan Volume Impor Anggrek Indonesia, 2000-2014

12 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK ANGGREK 2015

Nilai ekspor komoditas anggrek pada periode tahun 2000-2003 (Gambar 3.8)
terlihat memiliki kecenderungan meningkat, namun pada periode berikutnya yaitu
periode tahun 2004-2014 terlihat nilai ekspor komoditas anggrek Indonesia
cenderung mengalami penurunan. Dalam rentang tahun 2000-2014 nilai ekspor
anggrek Indonesia tertinggi dicapai pada tahun 2003 yaitu mencapai 1,71 juta US$
namun pencapaian ini tidak bertahan pada tahun-tahun berikutnya dimana nilai
ekspor anggrek terus mengalami penurunan hingga tahun 2014.

Pada tahun 2004 nilai ekspor anggrek Indonesia 1,33 juta US$ atau turun
22,5% dari tahun sebelumnya. Tahun 2005 nilai ekspor anggrek meningkat
mencapai nilai 1,43 juta US$ namun kembali turun hingga tahun 2009, dimana
pada tahun tersebut nilai ekspor anggrek meningkat sebesar 39,56% atau
mencapai nilai 1,04 juta US$ dan kembali menurun hingga tahun 2014. Secara
keseluruhan pada periode 2000-2014, nilai ekspor anggrek Indonesia turun sebesar
rata-rata 1,47% tiap tahun. Sama halnya dengan nilai ekspor total tanaman
anggrek, nilai ekspor bibit anggrek juga mengalami penurunan pada periode 2000-
2014 dengan rata-rata penurunan mencapai 4,31% setiap tahun. Data lengkap nilai
ekspor anggrek Indonesia periode 2000-2014 disajikan pada Lampiran 4.

(US$)
1.800.000
1.600.000
1.400.000
1.200.000
1.000.000
800.000
600.000
400.000
200.000
0

Bibit Tanaman Total

Gambar3.8. Perkembangan Nilai Ekspor Anggrek Indonesia, 2000-2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13


2015 OUTLOOK ANGGREK

(US$)
600.000

500.000

400.000

300.000

200.000

100.000

Bibit Tanaman Total

Gambar 3.9. Perkembangan Nilai Impor Anggrek Indonesia, 2000-2014

Berbeda dengan nilai ekspor anggrek yang sebagian besar dalam bentuk
tanaman, nilai impor anggrek Indonesia sebagian besar dalam bentuk bibit
anggrek (Gambar 3.9). Pada tahun 2000, nilai impor bibit anggrek Indonesia
sebesar US$ 300.149 atau 86,65% dari total nilai impor. Artinya persentase impor
tanaman anggrek hanya sebesar 13,35%. Demikian juga dengan tahun-tahun
berikutnya, kontribusi bibit anggrek untuk nilai impor sangat dominan. Namun
pada tahun 2009, terjadi kondisi sebaliknya, dimana impor anggrek dalam bentuk
tanaman lebih besar dari pada impor bibit anggrek dan kembali rendah pada
tahun-tahun berikutnya. Hal tersebut perlu diperhatikan mengingat Indonesia
pada tahun-tahun sebelum dan setelahnya mengimpor anggrek dalam bentuk
tanaman tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan impor bibit anggrek.

Secara keseluruhan perkembangan nilai impor anggrek selama periode 2000-


2014 rata-rata mengalami peningkatan sebesar 37,12% setiap tahunnya. Rata-rata
kontribusi nilai impor bibit anggrek terhadap nilai impor total adalah 61,57%.
Perkembangan volume dan nilai impor anggrek Indonesia secara rinci disajikan
pada Lampiran 4.

14 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK ANGGREK 2015

Gambar 3.10. Negara tujuan ekspor anggrek Indonesia, 2014

Selama periode tahun 2000-2014, ekspor anggrek Indonesia sebagian besar


dalam bentuk tanaman anggrek dengan rata-rata kontribusi sebesar 70,94%,
sementara dalam bentuk bibit anggrek sebesar 29,06%. Sementara di tahun 2014
ekspor dalam bentuk tanaman anggrek lebih kecil (0.51%) dari pada ekspot dalam
bentu bibit anggrek (99,49). secara rinci di sajikan pada lampiran 4.
Tahun 2007 ekspor anggrek Indonesia dominan ditujukan ke negara Jepang
yaitu sebesar US$ 263,04 ribu atau 41,15% dari total ekspor anggrek Indonesia.
Negara tujuan ekspor anggrek berikut nya adalah Australia yakni sebesar US$
177,80 ribu atau 27,82% dari total indonesia, kemudian negara Singapore dengan
nilai ekspor sebesar US$ 137,02 ribu atau 21,44% (Gambar 10). Negara tujuan
ekspor berikutnya adalah Taiwan, Uni Emerat Arab, Gatar, Malaysia dan Thailand
dengan realisasi ekspor di bawah US$ 54 ribu, secara rinci disajikan pada lampiran
5.

Indonesia melakukan impor beberapa jenis tanaman anggrek walaupun


dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Selama periode tahun 2010-2014 impor
anggrek Indonesia mengalami penurunan dari sisi volume sebesar 17,80%, namun
nilai impornya naik sebesar 39,82%. Hal ini menunjukan adanya kenaikan harga
impor anggrek yang masuk ke Indonesia.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15


2015 OUTLOOK ANGGREK

Tahun 2014 tanaman anggrek yang di impor Indonesia sebagian besar


berasal dari Taiwan senilai US$ 56,90 ribu atau 51,52% dari total Impor anggrek
Indonesia. Kemudian negara Thailand dengan nilai impor US$ 34,13 ribu atau
30,90% dari total anggrek Indonesia, yang terakhir negara Jepang dengan nilai
impor US$ 19,41ribu atau 17,58% dari total nilai impor anggrek Indonesia. Negara
asal impor anggrek Indonesia secara rinci dapat di lihat pada lampiran 6.

Taiwan
51,52%

Thailand
30,90%

Japan
17,58%
Taiwan Thailand Japan

Gambar 3.11. Negara Asal Impor Anggrek ke Indonesia, 2014

200
x 10000 (US$)

150

100

50

0
2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

-50

Bibit Tanaman Total

Gambar 3.12. Neraca Perdagangan Anggrek Indonesia, 2000-2014

16 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK ANGGREK 2015

Gambar 3.12 menyajikan neraca nilai ekspor dan impor anggrek Indonesia
periode 2000 – 2014. Dari Gambar 3.12 terlihat bahwa Indonesia mengalami
defisit perdagangan di bibit atau anakan anggrek. Sedangkan untuk tanaman
anggrek, Indonesia terlihat memiliki kinerja yang lebih baik. Dengan volume
ekspor tanaman anggrek Indonesia yang berkecenderungan turun sementara nilai
dan neraca ekspor perdagangan tanaman anggrek Indonesia yang cukup baik
kinerjanya, dapat menunjukkan bahwa tanaman anggrek adalah komoditas
perdagangan dunia yang cukup menjanjikan bagi Indonesia. Namun disisi lain,
kinerja perdagangan bibit anggrek Indonesia yang defisit menunjukan Indonesia
belum mampu menciptakan bibit anggrek sendiri.

3.3. PERKEMBANGAN HARGA EKSPOR-IMPOR ANGGREK INDONESIA

Harga ekspor komoditas anggrek Indonesia dalam outlook ini digunakan


dengan pendekatan nilai ekspor dibagi volume ekspor. Begitupula untuk harga
impor, digunakan pendekatan nilai impor dibagi volume impor. Sebagaimana pada
keragaan ekspor dan impor sebelumnya, harga ekspor dan impor anggrek akan
dibedakan berdasarkan tanaman dan bibit. Untuk harga ekspor tanaman, pada
tahun 2000 – 2010, harga ekspor tanaman anggrek Indonesia cenderung mengalami
peningkatan namun pada tahun 2011 harga tanaman anggrek Indonesia menurun
sebesar 27,32% dibandingkan harga tahun 2010. Pada tahun 2010 harga tanaman
anggrek Indonesia mencapai 16,11 US$/Kg tertinggi pada periode 2000 – 2014
sedangkan pada tahun 2011 harga tanaman anggrek Indonesia hanya 11,71
US$/Kg. Namun hal ini lebih baik dibandingkan dengan harga ekspor bibit anggrek
yang pada dua tahun terakhir tidak terjadi ekspor bibit anggrek dari Indonesia.
Secara keseluruhan, peningkatan harga ekspor tanaman anggrek Indonesia pada
periode tahun 2000 – 2014 mencapai 59,06% atau meningkat 3.94% per tahun.
Keragaan harga ekspor anggrek Indonesia untuk periode 2000 – 2014 disajikan
pada Gambar 3.13 dengan data pada Lampiran 7.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17


2015 OUTLOOK ANGGREK

(US$/kg)
20,00
18,00
16,00
14,00
12,00
10,00
8,00
6,00
4,00
2,00
-

Bibit Tanaman

Gambar 3.13. Perkembangan Harga Ekspor Anggrek Indonesia, 2000-2014

(US$/kg)
16,00
14,00
12,00
10,00
8,00
6,00
4,00
2,00
0,00

Bibit Tanaman

Gambar 3.14. Perkembangan Harga Impor Anggrek Indonesia, 2000-2014

Berbeda dengan harga ekspor, harga impor tanaman anggrek Indonesia


berkembang cukup fluktuatif. Pada periode tahun 2000 – 2014, harga impor
tanaman anggrek Indonesia mengalami dua kali periode kenaikan harga. Pada
tahun 2005 harga impor tanaman anggrek sebesar 3,06 US$/Kg dan meningkat
menjadi 11,78 US$/Kg pada tahun 2006 atau meningkat sebesar 284,64%.
Peningkatan harga ini tidak berlanjut pada tahun 2007, dimana pada tahun 2007
harga impor tanaman anggrek Indonesia turun menjadi 4,92 US$/Kg atau turun
sebesar 58,23% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan harga impor
18 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK ANGGREK 2015

tanaman anggrek tertinggi terjadi pada tahun 2010. Tahun 2010 harga impor
tanaman anggrek Indonesia hanya 0,55 US$/Kg atau turun sebesar 96,11%
dibandingkan tahun 2009. Secara lengkap grafik perkembangan harga impor
anggrek Indonesia disajikan pada Gambar 3.14 dengan data dapat dilihat pada
Lampiran 7.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19


2015 OUTLOOK ANGGREK

20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK ANGGREK 2015

BAB IV. ANALISIS PENAWARAN

4.1 PROYEKSI PENAWARAN ANGGREK DI INDONESIA 2015 - 2019

Proyeksi penawaran anggrek merupakan refrentasi dari fungsi produksi


Namun karena terbatasnya ketersediaan data komoditas anggrek, maka
perhitungan proyeksi produksi dengan analisis deret waktu (time series).
Kriteria pemilihan model MAPE (Mean Absolute Percentage Error), MAD (Mean
Absolute Deviation) dan MSD (Mean Squared Deviation) yang terkecil. Hasil
dari analisis tersebut disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Proyeksi Penawaran Anggrek Indonesia, 2015 –2019


Proyeksi Produksi Sasaran Renstra Selisih (tangkai)
Tahun (tangkai) (tangkai) (Sasaran Rentra -
Proyeksi)
2014*) 19.739.627
2015 20.471.344 21.689.665 1.218.321
2016 21.230.184 22.696.066 1.465.882
2017 22.017.154 23.749.163 1.732.009
2018 22.833.295 24.851.124 2.017.829
2019 23.679.690 28.004.216 2.324.526
Rata-rata
3,71% 4,64%
Pertumbuhan
Ket. *) : 2014 Angka tetap

Terlihat pada Tabel 4.1. produksi anggrek nasional diproyeksikan akan


meningkat dengan rata –rata pertumbuhan 3,71%, sementara sasaran rentra tahun
2015-2019 pertumbuhan rata-rata mencapai 4,64%. Pada tahun 2015 produksi
anggrek nasional diproyeksikan akan mencapai 20,47 juta tangkai, sedangkan
sasaran renstra mencapai 21,69 juta tangkai atau selisih 1,22 juta tangkai
(5,62%). Proyeksi produksi tahun 2016 akan naik menjadi 21,23 juta tangkai atau
dapat di katakan hanya selisih 1,47 juta tangkai (6,46%) dari sasaran rentra
sebesar 22,70 juta tangkai. Hingga tahun 2019 proyeksi produksi akan mencapai
23,68 juta tangkai atau dapat di katakan lebih kecil dari sasaran rentra yaitu
28,00 juta tangkai atau selisih 2,32 juta tangkai (8,94%). Hasil perhitungan

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21


2015 OUTLOOK ANGGREK

proyeksi produksi tahun 2015-2019 telah mendekati angka 91% hingga 94% bila di
bandingkan dengan angka sasaran rentra tahun 2015-2019. Hasil proyeksi di
sajikan pada tabel 4.1.
Hasil Proyeksi tahun 2015 - 2019 lebih kecil di bandinkan sasaran rentra
tahun 2015-2019 dikarenakan model analisis yang di gunakan untuk menghitung
proyeksi produksi mengunakan time series dengan pola produksi tahun
sebelumnya tanpa di pengaruhi variabel lain. Sementara untuk angka prediksi
produksi sasaran rentra kemungkinan besar di pengaruhi oleh beberapa variabel
sehingga produksi dapat naik, misalnya adanya program atau usaha pemerintah
agar dapat meningkatkan produksi anggrek di Indonesia seperti pengadaan bibit
unggul, pemupukan, rencana pengadaan anggrek secara besar-besaran dll.

22 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK ANGGREK 2015

BAB V KESIMPULAN

Perkembangan luas panen anggrek dari tahun 1997- 2014 mengalami


kenaikan dengan rata-rata pertumbuhan 3,95%. Perkembagan produksi juga
mengalami kenaikan dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 10,67% dan
perkembanag produktivitas juga mengalami kenaikan dengan rata-rata
pertumbuhan 14,78 %.
Perkembangan volume ekspor impor dan nilai ekspor impor mengalami
fluktusi yang cukup besar. Indonesia lebih banyak mengekspor anggrek dalam
bentuk tanaman dan mengimpor anggrek dalam bibit.
Harga ekspor komoditas anggrek Indonesia digunakan dengan pendekatan
nilai ekspor dibagi volume ekspor. Begitu pula untuk harga impor, digunakan
pendekatan nilai impor dibagi volume impor.
Perhitungan proyeksi produksi merupakan representasi penawaran
mengunakan analisis deret waktu (time series). Kriteria pemilihan model MAPE
yang terkecil. Produksi anggrek nasional diproyeksikan akan meningkat dengan
rata –rata pertumbuhan 3,71%. Pada tahun 2015 produksi anggrek nasional
diproyeksikan akan mencapai 20,47 juta tangkai dan akan meningkat terus hinga
tahun 2019 dengan produksi 23,68 juta tangkai.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23


2015 OUTLOOK ANGGREK

24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK ANGGREK 2015

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Ensiklopedi Tanaman Hias. Jakarta: AgroMedia Pustaka

Arditti, J. 1992. Fundamentals of Orchid Biology. Michigan: Wiley.

Gunawan, L.W. 2005. Budidaya Anggrek. Edisi Revisi. Bogor: Penebar Swadaya.

[Puslithorti] Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. 2005. Prospek dan


Arah Kebijakan Agribisnis Anggrek. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Sarwono, B. 2002. Mengenal dan Membuat Anggrek Hibrida. Jakarta: AgroMedia


Pustaka.

http://dimaseputro.blogspot.co.id/2011/12/peramalan-dengan-time-series-chap-
arima.html

http://id.scribd.com/doc/23768342/Perbandingan-Metode-Forecasting#scribd

Victor. 2009. Potensi Anggrek Spesies Dendrobium asal Indonesia Sebagai


Tanaman Induk Bunga Potong

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25


2015 OUTLOOK ANGGREK

26 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK ANGGREK 2015

Lampiran 1. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Anggrek


Indonesia, 1997-2014

Luas Panen Pertumbuhan Produksi Pertumbuhan Produktivitas Pertumbuhan


Tahun 2 2
(m ) (%) (Tangkai) (%) (Tangkai/m ) (%)

1997 1.980.305 6.502.669 3,28

1998 2.929.223 47,92 7.780.202 19,65 2,66 (19,11)

1999 1.720.697 (41,26) 3.206.992 (58,78) 1,86 (29,83)

2000 950.739 (44,75) 3.260.858 1,68 3,43 84,03

2001 844.574 (11,17) 4.450.787 36,49 5,27 53,65

2002 1.142.261 35,25 4.995.735 12,24 4,37 (17,01)

2003 1.237.685 8,35 6.904.109 38,20 5,58 27,55

2004 2.260.464 82,64 8.027.720 16,27 3,55 (36,34)

2005 1.221.524 (45,96) 7.902.403 (1,56) 6,47 82,16

2006 1.120.630 (8,26) 10.703.444 35,45 9,55 47,64

2007 1.229.102 9,68 9.484.393 (11,39) 7,72 (19,21)

2008 1.799.181 46,38 15.309.964 61,42 8,51 10,28

2009 1.665.543 (7,43) 16.205.949 5,85 9,73 14,35

2010 1.828.546 9,79 14.050.445 (13,30) 7,68 (21,03)

2011 1.945.878 6,42 15.490.256 10,25 7,96 3,60

2012 1.641.352 (15,65) 20.727.891 33,81 12,63 58,64

2013 1.983.078 20,82 20.277.672 (2,17) 10,23 (19,03)


2014 1.473.760 (25,68) 19.739.627 (2,65) 13,39 30,99
Pertumbuhan rata-rata (%)
1997-2011 3,95 10,67 14,78
2010-2014 -3,52 9,81 18,55
Sumber: BPS dan Ditjen Hortikultura, diolah Pusdatin

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27


2015 OUTLOOK ANGGREK

Lampiran 2. Perkembangan Luas Panen Anggrek Menurut Provinsi, 2007-2014


2
Luas panen (m ) Rata-rata
No Provinsi Share Kumulatif
2010 2011 2012 2013 2014 2010-2015

1 Jawa Barat 309.729 348.328 349.659 806.938 488.906 460.712 25,96 25,96
2 Jawa Timur 519.756 292.545 289.758 236.627 226.910 313.119 17,64 43,60
3 Banten 280.086 225.959 298.386 297.556 269.979 274.393 15,46 59,06
4 Bali 193.297 351.028 308.902 112.360 65.412 206.200 11,62 70,67
5 DKI Jakarta 171.831 367.845 38.287 85.284 21.083 136.866 7,71 78,38
6 Jawa Tengah 82.966 85.119 143.492 200.418 155.976 133.594 7,53 85,91
7 Sumatera Utara 53.055 69.430 35.698 47.391 41.131 49.341 2,78 88,69
8 Sulawesi Utara 39.857 29.475 30.535 26.678 44.811 34.271 1,93 90,62
9 Kalimantan Barat 35.434 19.100 30.292 45.206 26.915 31.389 1,77 92,39
10 Kalimantan Timur 24.278 30.293 20.562 27.438 24.324 25.379 1,43 93,82
11 Lampung 32.253 35.192 13.926 14.111 24.667 24.030 1,35 95,17
12 DI Yogyakarta 17.431 13.202 17.599 17.548 22.188 17.594 0,99 96,16
13 Sulawesi Selatan 6.680 7.825 6.137 17.894 21.318 11.971 0,67 96,84
14 Sulawesi Tengah 14.088 23.430 2.087 4.593 2.278 9.295 0,52 97,36
15 Sumatera Selatan 9.456 7.531 7.893 10.916 7.032 8.566 0,48 97,84
16 Sulawesi Tenggara 4.956 3.103 6.808 10.142 3.998 5.801 0,33 98,17
17 Maluku Utara 700 8.378 16.086 130 13 5.061 0,29 98,46
18 Sumatera Barat 5.571 5.785 2.738 3.765 3.230 4.218 0,24 98,69
19 Jambi 6.038 5.361 2.986 3.242 1.325 3.790 0,21 98,91
20 Papua 3.252 1.223 3.443 2.230 7.531 3.536 0,20 99,11
21 Riau 3.939 2.970 2.764 2.587 5.130 3.478 0,20 99,30
22 Nusa Tenggara Barat 3.620 2.737 3.152 2.025 1.820 2.671 0,15 99,45
23 Kalimantan Tengah 2.176 1.563 2.286 1.499 2.325 1.970 0,11 99,56
24 Bengkulu 2.373 2.061 1.824 1.076 793 1.625 0,09 99,66
25 Gorontalo 406 706 1.860 2.266 2.148 1.477 0,08 99,74
26 Kepulauan Riau 1.481 1.578 1.048 752 650 1.102 0,06 99,80
27 Kalimantan Selatan 1.509 1.281 1.652 326 384 1.030 0,06 99,86
28 Kep. Bangka Belitung 1.152 892 697 698 534 795 0,04 99,90
29 Papua Barat 517 825 200 - - 514 0,03 99,93
30 Sulawesi Barat 114 810 107 605 - 409 0,02 99,96
31 Aceh 470 280 238 492 239 344 0,02 99,97
32 Nusa Tenggara Timur - - 35 285 710 343 0,02 99,99
33 Maluku 75 23 215 - - 104 0,01 100,00

Indonesia 1.828.546 1.945.878 1.641.352 1.983.078 1.473.760 1.774.989 100

Sumber: BPS dan Ditjen Hortikultura, diolah Pusdatin

28 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK ANGGREK 2015

Lampiran 3. Perkembangan Produksi Anggrek Menurut Provinsi, 2007-2014


Produksi (Tangkai) Rata-rata
No Provinsi Share Kumulatif
2010 2011 2012 2013 2014 2010 - 2014

1 Banten 2.189.988 3.673.559 5.628.179 6.406.732 7.408.688 5.061.429 28,03 28,03


2 Jawa Barat 2.412.619 4.085.935 7.626.316 5.266.148 4.648.868 4.807.977 26,63 54,66
3 Jawa Timur 3.430.362 1.952.960 2.483.618 2.890.127 2.440.221 2.639.458 14,62 69,27
4 Bali 1.209.106 1.349.747 1.236.218 992.619 1.190.003 1.195.539 6,62 75,89
5 Jawa Tengah 452.886 411.276 1.242.982 1.229.972 1.950.394 1.057.502 5,86 81,75
6 DKI Jakarta 1.305.565 1.683.623 211.438 931.257 165.253 859.427 4,76 86,51
7 Kalimantan Barat 1.009.599 358.844 764.824 992.367 555.091 736.145 4,08 90,59
8 Sumatera Utara 531.431 862.964 705.923 787.679 611.317 699.863 3,88 94,46
9 Sulawesi Utara 296.409 205.117 215.714 165.863 152.483 207.117 1,15 95,61
10 Kalimantan Timur 484.318 216.196 118.108 119.678 71.356 201.931 1,12 96,73
11 Lampung 219.669 159.944 64.671 71.914 144.873 132.214 0,73 97,46
12 Sulawesi Selatan 42.057 51.903 67.468 133.762 92.517 77.541 0,43 97,89
13 DI Yogyakarta 86.451 50.335 64.995 68.860 78.977 69.924 0,39 98,28
14 Sumatera Barat 106.988 76.737 32.192 31.145 74.458 64.304 0,36 98,63
15 Sulawesi Tengah 71.075 119.143 41.747 46.242 23.713 60.384 0,33 98,97
16 Sumatera Selatan 37.343 14.830 45.885 32.205 23.410 30.735 0,17 99,14
17 Sulawesi Tenggara 28.878 31.674 22.414 26.679 7.912 23.511 0,13 99,27
18 Jambi 19.358 62.959 8.900 9.003 11.558 22.356 0,12 99,39
19 Papua 17.576 19.029 26.216 10.197 24.068 19.417 0,11 99,50
20 Bengkulu 37.667 19.876 14.709 8.057 5.278 17.117 0,09 99,59
21 Maluku Utara 4.660 27.479 45.678 1.400 29 15.849 0,09 99,68
22 Riau 10.726 9.168 9.860 8.253 12.729 10.147 0,06 99,74
23 Kepulauan Bangka Belitung 8.219 8.848 6.868 8.676 10.587 8.640 0,05 99,79
24 Kalimantan Tengah 9.706 7.271 8.932 6.217 8.703 8.166 0,05 99,83
25 Kalimantan Selatan 11.860 11.687 10.169 1.311 3.944 7.794 0,04 99,87
26 Nusa Tenggara Barat 5.633 9.407 8.812 7.909 6.598 7.672 0,04 99,92
27 Gorontalo 1.769 2.122 6.458 11.798 11.539 6.737 0,04 99,95
28 Kepulauan Riau 5.778 5.075 4.920 6.811 2.368 4.990 0,03 99,98
29 Aceh 1.057 531 1.333 1.946 1.190 1.211 0,01 99,99
30 Sulawesi Barat 1.534 1.436 566 2.025 - 1.112 0,01 99,99
31 Nusa Tenggara Timur - - 194 820 1.502 503 0,00 100,00
32 Maluku 158 581 1.584 - - 465 0,00 100,00
33 Papua Barat - - - - - - - 100,00

Indonesia 14.050.445 15.490.256 20.727.891 20.277.672 19.739.627 18.057.178 100,00 200,00


Sumber: BPS dan Ditjen Hortikultura, diolah Pusdatin

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29


2015 OUTLOOK ANGGREK

Lampiran 4. Perkembangan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Anggrek


Indonesia, 2000-2014

Ekspor Impor Neraca


Tahun Jenis
Vol (Kg) Nilai (US$) Vol (Kg) Nilai (US$) Vol (Kg) Nilai (US$)
2000 Total 673.115 1.138.624 38.147 346.409 634.968 792.215
Bibit 334.559 369.843 31.288 300.149 303.271 69.694
Tanaman 338.556 768.781 6.859 46.260 331.697 722.521
2001 Total 759.378 1.435.522 51.445 423.920 707.933 1.011.602
Bibit 336.409 279.074 42.841 368.926 293.568 -89.852
Tanaman 422.969 1.156.448 8.604 54.994 414.365 1.101.454
2002 Total 744.732 1.189.558 78.054 182.734 666.678 1.006.824
Bibit 383.575 199.784 38.772 140.140 344.803 59.644
Tanaman 361.157 989.774 39.282 42.594 321.875 947.180
2003 Total 711.344 1.710.982 103.941 226.882 607.403 1.484.100
Bibit 108.556 67.000 53.678 187.801 54.878 -120.801
Tanaman 602.788 1.643.982 50.263 39.081 552.525 1.604.901
2004 Total 426.113 1.325.954 138.781 350.047 287.332 975.907
Bibit 31.471 284.981 106.102 308.680 -74.631 -23.699
Tanaman 394.642 1.040.973 32.679 41.367 361.963 999.606
2005 Total 525.337 1.427.994 94.448 362.310 430.889 1.065.684
Bibit 86.861 22.044 90.090 348.969 -3.229 -326.925
Tanaman 438.476 1.405.950 4.358 13.341 434.118 1.392.609
2006 Total 362.705 1.232.199 70.848 334.784 291.857 897.415
Bibit 866 9.612 70.248 327.719 -69.382 -318.107
Tanaman 361.839 1.222.587 600 7.065 361.239 1.215.522
2007 Total 202.804 1.166.671 72.689 480.204 130.115 686.467
Bibit 413 1.329 70.895 471.381 -70.482 -470.052
Tanaman 202.391 1.165.342 1.794 8.823 200.597 1.156.519
2008 Total 166.930 740.751 34.651 78.715 132.279 662.036
Bibit 10.000 535 34.551 78.215 -24.551 -77.680
Tanaman 156.930 740.216 100 500 156.830 739.716
2009 Total 121.664 1.040.544 64.343 434.071 57.321 606.473
Bibit 100 1.904 37.891 61.111 -37.791 -59.207
Tanaman 121.564 1.038.640 26.452 372.960 95.112 665.680
2010 Total 55.842 899.397 26.801 40.154 29.041 859.243
Bibit 0 0 25.609 39.500 -25.609 -39.500
Tanaman 55.842 899.397 1.192 654 54.650 898.743
2011 Total 66.955 783.785 13.596 48.899 53.359 734.886
Bibit 0 0 12.577 47.749 -12.577 -47.749
Tanaman 66.955 783.785 1.019 1.150 65.936 782.635
2012 Total 69.353 821.557 7.070 85.697 62.283 735.860
Bibit 52.187 689.065 7.070 85.697 45.117 603.368
Tanaman 17.166 132.492 0 0 17.166 132.492
2013 Total 58.656 630.421 5.018 56.127 53.638 574.294
Bibit 54.972 609.891 5.018 56.127 49.954 553.764
Tanaman 3.684 20.530 0 0 3.684 20.530
2014 Total 52.651 639.158 7.783 110.442 44.868 528.716
Bibit 52.383 638.190 7.783 110.442 44.600 527.748
Tanaman 268 968 0 0 268 968
Rata-rata pertumbuhan :
2000-2014Total -13,32 -1,47 0,20 37,12 -9,13 -0,30
Bibit 144,25 4,31 -1,09 9,43 78,27 -67,85
Tanaman -23,75 -14,47 6,90 -22,45 -23,56 -13,92
2010-2014Total -0,54 -7,48 -17,80 39,82 17,56 -11,06
Bibit 0,16 -1,71 -17,15 40,66 -127,40 -338,92
Tanaman -56,43 -68,93 -28,63 -6,04 -56,14 -68,94
Sumber: BPS, diolah Pusdatin

30 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK ANGGREK 2015

Lampiran 6. Negara Tujuan Ekspor Anggrek Indonesia, 2014

No Negara Tujuan Volume (Kg) Nilai (US$) Share


1 Japan 26.439 263.042 41,15
2 Australia 9.432 177.798 27,82
3 Singapore 15.926 137.022 21,44
4 Taiwan 248 54.000 8,45
5 Uni Emerat Arab 240 4.000 0,63
6 Qatar 94 1.917 0,30
7 Malaysia 262 927 0,15
8 Thailand 10 452 0,07
Total 52.651 639.158 100
Sumber : BPS, diolah Pusdatin

Lampiran 7. Negara Asal Impor Anggrek ke Indonesia, 2014

No Negara Asal Volume (Kg) Nilai (US$) Share


1 Taiwan 5.120 56.901 51,52
2 Thailand 2.439 34.129 30,90
3 Japan 224 19.412 17,58

Total 7.783 110.442 100


Sumber : BPS, diolah Pusdatin

Lampiran 5. Perkembangan Harga Ekspor dan Impor Anggrek Indonesia, 2000- 2014

Harga Ekspor (US$/Kg) Harga Impor (US$/Kg)


Tahun
Bibit Tanaman Bibit Tanaman
2000 1,11 2,27 9,59 6,74
2001 0,83 2,73 8,61 6,39
2002 0,52 2,74 3,61 1,08
2003 0,62 2,73 3,50 0,78
2004 9,06 2,64 2,91 1,27
2005 0,25 3,21 3,87 3,06
2006 11,10 3,38 4,67 11,78
2007 3,22 5,76 6,65 4,92
2008 0,05 4,72 2,26 5,00
2009 19,04 8,54 1,61 14,10
2010 - 16,11 1,54 0,55
2011 - 11,71 3,80 1,13
2012 13,20 7,72 12,12 -
2013 11,09 5,57 11,19 -
2014 12,18 3,61 14,19 -
Rata-rata 6,33 5,56 6,01 4,73
Sumber: BPS, diolah Pusdatin

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31


2015 OUTLOOK ANGGREK

32 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Anda mungkin juga menyukai