OUTLOOK ANGGREK
ISSN: 1907-1507
Penyunting:
Dr. Ir. Leli Nuryati,M.Sc
Ir. Noviyati, M.Si
Ir. Roch Widaningsih, M.Si
Naskah:
Dra. Retno Suryani
Diterbitkan oleh:
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian
2015
KATA PENGANTAR
Guna mengemban visi dan misinya, Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian mempublikasikan data sektor pertanian serta hasil analisis datanya.
Salah satu hasil analisis yang telah dipublikasikan secara reguler adalah Outlook
Komoditas Hortikultura.
Publikasi Outlook Anggrek Tahun 2015 merupakan salah satu bagian dari
Outlook Komoditas Pertanian, yang menyajikan keragaan data series komoditi
Anggrek secara nasional dan internasional selama 10-20 tahun terakhir serta
dilengkapi dengan hasil analisis proyeksi penawaran domestik dari tahun 2015
sampai dengan tahun 2019.
Publikasi ini disajikan tidak hanya dalam bentuk hard copy namun juga
dalam bentuk soft copy (CD) dan dapat diperoleh atau diakses melalui website
Pusdatin yaitu http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id /.
Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat
memperoleh gambaran tentang keragaan dan proyeksi komoditi Anggrek secara
lebih lengkap dan menyeluruh.
Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini,
kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan
saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar
penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................... iii
RINGKASAN EKSEKUTIF .............................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................ vii
DAFTAR TABEL ........................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Perkembangan Luas Panen Anggrek di Indonesia, 1997-
2014 ................................................................ 7
Gambar 3.2. Distribusi Luas Panen Anggrek di Indonesia, Rata-rata 2010 -
2014 ................................................................. 8
Gambar 3.3. Perkembangan Produksi Anggrek di Indonesia,1997-2014 . 9
Gambar 3.4. Distribusi Produksi Anggrek di Indonesia, Rata-rata 2010 -
2014 ................................................................ 10
Gambar 3.5. Perkembangan Produktivitas Anggrek di Indonesia, 1997-
2014 ................................................................. 11
Gambar 3.6. Perkembangan Volume Ekspor Anggrek Indonesia, 2000-2014 12
Gambar 3.7. Perkembangan Volume Impor Anggrek Indonesia, 2000-2014 12
Gambar 3.8. Perkembangan Nilai Ekspor Anggrek Indonesia, 2000 - 2011 13
Gambar 3.9. Perkembangan Nilai Impor Anggrek Indonesia, 2000 -2014 14
Gambar 3.10. Negara Tujuan Ekspor Anggrek Indonesia, 2014 ............. 15
Gambar 3.11. Negara Asal Impor Anggrek Ke Indonesia .................... 16
Gambar 3.12. Neraca Perdagangan Anggrek Indonesia, 2000-2014 ....... 16
Gambar 3.13. Perkembangan Harga Ekspor Anggrek Indonesia, 2000-2014 18
Gambar 3.14. Perkembangan Harga Impor Anggrek Indonesia, 2000-2014 18
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas
Anggrek Indonesia, 1997-2014 .............................. 27
Lampiran 2. Perkembangan Luas Panen Anggrek Menurut Provinsi,
2007-2014........................................................ 28
Lampiran 3 Perkembangan Produksi Anggrek Menurut Provinsi, 2007-
2014 .............................................................. 29
Lampiran 4. Perkembangan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan
Anggrek Indonesia, 2000-2014 ............................... 30
Lampiran 5. Negara Tujuan Ekspor Anggrek Indonesia, 2014 .......... 31
Lampiran 6. Negara Asal Impor Anggrek ke Indonesia, 2014 ........... 31
Lampiran 7. Perkembangan Harga Ekspor dan Impor Anggrek Indonesia,
2000- 2014 ...................................................... 31
RINGKASAN EKSEKUTIF
BAB I. PENDAHULUAN
melakukan impor anggrek baik dalam wujud bibit maupun tanaman. Meskipun
demikian, beberapa lembaga penelitian dan nursery dalam negeri telah mampu
mengembangkan varietas-varietas baru yang berdaya saing kuat dengan varietas
impor. Dengan kondisi tanah dan iklim yang memadai maka usaha anggrek dapat
berkembang dengan baik di Indonesia (Puslithorti, 2005).
1.2. TUJUAN
BAB II METODOLOGI
Keterangan :
B : Koefisien Regresi
Yt : Variabel dependen pada waktu t
Kelayakan Model
Untuk memilih model terbaik pada analisis deret waktu, kriteria pemilihan model
biasanya didasarkan nilai RMSE(Root Mean Square Error), MAPE (Mean Absolute
Percentage Error), MAD
(Mean Absolute Deviation) dan MSD (MeanSquared Deviation) yant terkecil.
Demikian juga bisa dilihat secara visual perbandingan plot peramalan dengan
datatesting , semakin dekat data peramalan dengan data testing , maka semakin
bagus model tersebut.
(m2)
3.500.000
3.000.000
2.500.000
2.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000
-
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Luas Panen
Jatim
17,64%
Banten
15,46%
Jabar
25,96% Bali
11,62%
DKI
7,71%
lainnya
6,18% Jateng
Kaltim
Kalbar Sumut 7,53%
1,43% Sulut
1,77% 2,78%
1,93%
Gambar 3.2. Distribusi Luas Panen Anggrek di Indonesia, Rata-rata 2010 - 2014
Penyebaran luas panen anggrek di Indonesia dari rata-rata luas panen dari
tahun 2010 hingga tahun 2014 menunjukan hampir 93% tersebar hanya di 10
propinsi dan 5 diantaranya adalah propinsi di Pulau Jawa. Dari Gambar 3.2
terlihat pula bahwa Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur memiliki share rata-rata
luas panen anggrek terbesar yaitu mencapai 25,96% dan 17,64% terhadap rata-
rata luas panen anggrek di Indonesia periode tahun 2010 – 2014. Propinsi Banten
memiliki kontribusi rata-rata luas panen terbesar berikutnya dengan nilai share
sebesar 15,46% diikuti oleh Propinsi Bali dengan share 11,62% Provinsi lainnya
memliki luas panen berkisar antara share 1,43% terdapat di Kalimantan Timur
sampai share 7,71% terdapat di DKI Jakarta secara rinci disajikanpada Lampiran 2.
1999 hingga 19,74 juta tangkai di tahun 2015, walaupun ada beberapa tahun yang
sempat turun produksinya. Perkembangan anggrek lima tahun terakhir (2010
2014) terjadi kenaikan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5,19%. Secara rinci
tersaji pada Lampiran 3.
(Tangkai)
25.000.000
20.000.000
15.000.000
10.000.000
5.000.000
Produksi
Sejalan dengan Gambar 3.2 dimana luas panen anggrek di Indonesia hanya
tersebar di 10 propinsi, maka pada Gambar 3.4 sentra produksi anggrek tersebar
di propinsi yang sama. Kesepuluh propinsi yang tersebut berkontribusi hingga
96,73% dari produksi anggrek di Indonesia sejak tahun 2010 – 2015. Dalam Gambar
3.4, terlihat bahwa Propinsi Banten memiliki kontribusi terbesar dengan nilai
share mencapai 28,03% terhadap rata-rata produksi anggrek Indonesia. Propinsi
Jawa Jabar, memiliki kontribusi rata-rata luas panen anggrek yang hampir sama
dengan Propinsi Banten, yaitu nilai share rata-rata produksi sebesar 26,63%.
Kemudian urutan ketiga di provinsi Jawa Timur dengan nilai share rata-rata
produksi sebesar 14,62%. Propinsi lainnya seperti Bali, Jawa Tengah, DKI Jakarta,
Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Utara Dan Kalimantan memiliki
kontribusi berkisar antara 1,12 % hingga 6,62%, atau 201,93 ribu tangkai sampai
1.195,54 ribu tangkai. Secara rinci produksi anggrek per propinsi tersaji pada
Lampiran 3.
Jabar
26,63%
Banten Jatim
28,03% 14,62%
Bali
lainya 6,62%
3,27%
Jateng
Kaltim 5,86%
1,12% DKI
Sulut 4,76%
1,15% Kalbar
Sumut 4,08%
3,88%
(Tangkai/m2 )
16,00
14,00
12,00
10,00
8,00
6,00
4,00
2,00
-
Produktivitas
Pada outlook ini ekspor dan impor komoditas anggrek dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu ekspor dan impor untuk bibit atau anakan anggrek (Kode HS
0602902000) dan untuk tanaman anggrek, termasuk didalamnya anggrek segar
(Kode HS 0603130000), serta anggrek potongan (Kode HS 0602101000 dan
0602901000). Data volume, nilai, dan neraca perdagangan anggrek Indonesia
tersaji secara lengkap pada Lampiran 4.
(kg)
800.000
700.000
600.000
500.000
400.000
300.000
200.000
100.000
-
(kg)
160.000
140.000
120.000
100.000
80.000
60.000
40.000
20.000
Nilai ekspor komoditas anggrek pada periode tahun 2000-2003 (Gambar 3.8)
terlihat memiliki kecenderungan meningkat, namun pada periode berikutnya yaitu
periode tahun 2004-2014 terlihat nilai ekspor komoditas anggrek Indonesia
cenderung mengalami penurunan. Dalam rentang tahun 2000-2014 nilai ekspor
anggrek Indonesia tertinggi dicapai pada tahun 2003 yaitu mencapai 1,71 juta US$
namun pencapaian ini tidak bertahan pada tahun-tahun berikutnya dimana nilai
ekspor anggrek terus mengalami penurunan hingga tahun 2014.
Pada tahun 2004 nilai ekspor anggrek Indonesia 1,33 juta US$ atau turun
22,5% dari tahun sebelumnya. Tahun 2005 nilai ekspor anggrek meningkat
mencapai nilai 1,43 juta US$ namun kembali turun hingga tahun 2009, dimana
pada tahun tersebut nilai ekspor anggrek meningkat sebesar 39,56% atau
mencapai nilai 1,04 juta US$ dan kembali menurun hingga tahun 2014. Secara
keseluruhan pada periode 2000-2014, nilai ekspor anggrek Indonesia turun sebesar
rata-rata 1,47% tiap tahun. Sama halnya dengan nilai ekspor total tanaman
anggrek, nilai ekspor bibit anggrek juga mengalami penurunan pada periode 2000-
2014 dengan rata-rata penurunan mencapai 4,31% setiap tahun. Data lengkap nilai
ekspor anggrek Indonesia periode 2000-2014 disajikan pada Lampiran 4.
(US$)
1.800.000
1.600.000
1.400.000
1.200.000
1.000.000
800.000
600.000
400.000
200.000
0
(US$)
600.000
500.000
400.000
300.000
200.000
100.000
Berbeda dengan nilai ekspor anggrek yang sebagian besar dalam bentuk
tanaman, nilai impor anggrek Indonesia sebagian besar dalam bentuk bibit
anggrek (Gambar 3.9). Pada tahun 2000, nilai impor bibit anggrek Indonesia
sebesar US$ 300.149 atau 86,65% dari total nilai impor. Artinya persentase impor
tanaman anggrek hanya sebesar 13,35%. Demikian juga dengan tahun-tahun
berikutnya, kontribusi bibit anggrek untuk nilai impor sangat dominan. Namun
pada tahun 2009, terjadi kondisi sebaliknya, dimana impor anggrek dalam bentuk
tanaman lebih besar dari pada impor bibit anggrek dan kembali rendah pada
tahun-tahun berikutnya. Hal tersebut perlu diperhatikan mengingat Indonesia
pada tahun-tahun sebelum dan setelahnya mengimpor anggrek dalam bentuk
tanaman tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan impor bibit anggrek.
Taiwan
51,52%
Thailand
30,90%
Japan
17,58%
Taiwan Thailand Japan
200
x 10000 (US$)
150
100
50
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
-50
Gambar 3.12 menyajikan neraca nilai ekspor dan impor anggrek Indonesia
periode 2000 – 2014. Dari Gambar 3.12 terlihat bahwa Indonesia mengalami
defisit perdagangan di bibit atau anakan anggrek. Sedangkan untuk tanaman
anggrek, Indonesia terlihat memiliki kinerja yang lebih baik. Dengan volume
ekspor tanaman anggrek Indonesia yang berkecenderungan turun sementara nilai
dan neraca ekspor perdagangan tanaman anggrek Indonesia yang cukup baik
kinerjanya, dapat menunjukkan bahwa tanaman anggrek adalah komoditas
perdagangan dunia yang cukup menjanjikan bagi Indonesia. Namun disisi lain,
kinerja perdagangan bibit anggrek Indonesia yang defisit menunjukan Indonesia
belum mampu menciptakan bibit anggrek sendiri.
(US$/kg)
20,00
18,00
16,00
14,00
12,00
10,00
8,00
6,00
4,00
2,00
-
Bibit Tanaman
(US$/kg)
16,00
14,00
12,00
10,00
8,00
6,00
4,00
2,00
0,00
Bibit Tanaman
tanaman anggrek tertinggi terjadi pada tahun 2010. Tahun 2010 harga impor
tanaman anggrek Indonesia hanya 0,55 US$/Kg atau turun sebesar 96,11%
dibandingkan tahun 2009. Secara lengkap grafik perkembangan harga impor
anggrek Indonesia disajikan pada Gambar 3.14 dengan data dapat dilihat pada
Lampiran 7.
proyeksi produksi tahun 2015-2019 telah mendekati angka 91% hingga 94% bila di
bandingkan dengan angka sasaran rentra tahun 2015-2019. Hasil proyeksi di
sajikan pada tabel 4.1.
Hasil Proyeksi tahun 2015 - 2019 lebih kecil di bandinkan sasaran rentra
tahun 2015-2019 dikarenakan model analisis yang di gunakan untuk menghitung
proyeksi produksi mengunakan time series dengan pola produksi tahun
sebelumnya tanpa di pengaruhi variabel lain. Sementara untuk angka prediksi
produksi sasaran rentra kemungkinan besar di pengaruhi oleh beberapa variabel
sehingga produksi dapat naik, misalnya adanya program atau usaha pemerintah
agar dapat meningkatkan produksi anggrek di Indonesia seperti pengadaan bibit
unggul, pemupukan, rencana pengadaan anggrek secara besar-besaran dll.
BAB V KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, L.W. 2005. Budidaya Anggrek. Edisi Revisi. Bogor: Penebar Swadaya.
http://dimaseputro.blogspot.co.id/2011/12/peramalan-dengan-time-series-chap-
arima.html
http://id.scribd.com/doc/23768342/Perbandingan-Metode-Forecasting#scribd
1 Jawa Barat 309.729 348.328 349.659 806.938 488.906 460.712 25,96 25,96
2 Jawa Timur 519.756 292.545 289.758 236.627 226.910 313.119 17,64 43,60
3 Banten 280.086 225.959 298.386 297.556 269.979 274.393 15,46 59,06
4 Bali 193.297 351.028 308.902 112.360 65.412 206.200 11,62 70,67
5 DKI Jakarta 171.831 367.845 38.287 85.284 21.083 136.866 7,71 78,38
6 Jawa Tengah 82.966 85.119 143.492 200.418 155.976 133.594 7,53 85,91
7 Sumatera Utara 53.055 69.430 35.698 47.391 41.131 49.341 2,78 88,69
8 Sulawesi Utara 39.857 29.475 30.535 26.678 44.811 34.271 1,93 90,62
9 Kalimantan Barat 35.434 19.100 30.292 45.206 26.915 31.389 1,77 92,39
10 Kalimantan Timur 24.278 30.293 20.562 27.438 24.324 25.379 1,43 93,82
11 Lampung 32.253 35.192 13.926 14.111 24.667 24.030 1,35 95,17
12 DI Yogyakarta 17.431 13.202 17.599 17.548 22.188 17.594 0,99 96,16
13 Sulawesi Selatan 6.680 7.825 6.137 17.894 21.318 11.971 0,67 96,84
14 Sulawesi Tengah 14.088 23.430 2.087 4.593 2.278 9.295 0,52 97,36
15 Sumatera Selatan 9.456 7.531 7.893 10.916 7.032 8.566 0,48 97,84
16 Sulawesi Tenggara 4.956 3.103 6.808 10.142 3.998 5.801 0,33 98,17
17 Maluku Utara 700 8.378 16.086 130 13 5.061 0,29 98,46
18 Sumatera Barat 5.571 5.785 2.738 3.765 3.230 4.218 0,24 98,69
19 Jambi 6.038 5.361 2.986 3.242 1.325 3.790 0,21 98,91
20 Papua 3.252 1.223 3.443 2.230 7.531 3.536 0,20 99,11
21 Riau 3.939 2.970 2.764 2.587 5.130 3.478 0,20 99,30
22 Nusa Tenggara Barat 3.620 2.737 3.152 2.025 1.820 2.671 0,15 99,45
23 Kalimantan Tengah 2.176 1.563 2.286 1.499 2.325 1.970 0,11 99,56
24 Bengkulu 2.373 2.061 1.824 1.076 793 1.625 0,09 99,66
25 Gorontalo 406 706 1.860 2.266 2.148 1.477 0,08 99,74
26 Kepulauan Riau 1.481 1.578 1.048 752 650 1.102 0,06 99,80
27 Kalimantan Selatan 1.509 1.281 1.652 326 384 1.030 0,06 99,86
28 Kep. Bangka Belitung 1.152 892 697 698 534 795 0,04 99,90
29 Papua Barat 517 825 200 - - 514 0,03 99,93
30 Sulawesi Barat 114 810 107 605 - 409 0,02 99,96
31 Aceh 470 280 238 492 239 344 0,02 99,97
32 Nusa Tenggara Timur - - 35 285 710 343 0,02 99,99
33 Maluku 75 23 215 - - 104 0,01 100,00
Lampiran 5. Perkembangan Harga Ekspor dan Impor Anggrek Indonesia, 2000- 2014