Anda di halaman 1dari 102

OUTLOOK KELAPA SAWIT

ISSN 1907-1507 2019

OUTLOOK KELAPA SAWIT

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian
2019

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

ii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

OUTLOOK KELAPA SAWIT

ISSN : 1907-1507

Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5)


Jumlah Halaman : 82 halaman

Penasehat :
Dr. Ir. I Ketut Kariyasa, M.Si

Penyunting :
Dr. Ir. Anna A. Susanti, M.Si
Drh. Akbar, MP

Naskah :
Rhendy Kencana Putra W, S.Si., M.AppStat

Desain Sampul :
Suyati, S.Kom

Diterbitkan oleh :
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian
2019

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian iii


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

iv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

KATA PENGANTAR

Guna mengemban visi dan misinya, Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian mempublikasikan data sektor pertanian serta hasil análisis datanya.
Salah satu hasil análisis yang telah dipublikasikan secara reguler adalah Outlook
Komoditi Perkebunan.

Publikasi Outlook Kelapa Sawit Tahun 2019 sebagai bagian dari Outlook
Komoditi Perkebunan menyajikan keragaan data series komoditi kelapa sawit
secara nasional dan internasional selama 10-30 tahun terakhir serta dilengkapi
dengan hasil analisis proyeksi penawaran dan permintaan dari tahun 2019 sampai
dengan tahun 2023.

Publikasi ini disajikan dalam bentuk buku dan dapat dengan mudah
diperoleh atau diakses melalui portal e-Publikasi Kementerian Pertanian yaitu
http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/.

Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat


memperoleh gambaran tentang keragaan dan proyeksi komoditi kelapa sawit
secara lebih lengkap dan menyeluruh.

Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini,
kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan
saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar
penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya.

Jakarta, Agustus 2019


Kepala Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian,

Dr. Ir. I Ketut Kariyasa, M.Si.


NIP. 1969041998031002

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian v


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

vi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................... v


DAFTAR ISI .................................................................................. vii
DAFTAR TABEL .............................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xiii
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG ............................................................ 1
1.2. TUJUAN ........................................................................ 3
1.3. RUANG LINGKUP .............................................................. 3
BAB II. METODOLOGI ........................................................................ 5
2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI ............................................. 5
2.2. METODE ANALISIS............................................................. 6
2.2.1. Analisis Desktiptif ................................................... 6
2.2.2. Pemodelan Parameter .............................................. 6
2.2.3. Perangkat Lunak Pengolah Data .................................10
BAB III. KERAGAAN KELAPA SAWIT NASIONAL ........................................ 11
3.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS
KELAPA SAWIT INDONESIA..................................................11
3.1.1. Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit Indonesia ...........11
3.1.2. Perkembangan Produksi Kelapa Sawit Indonesia ..............12
3.1.3. Perkembangan Produktivitas Kelapa Sawit Indonesia ........14
3.1.4. Sentra Produksi Minyak Sawit Mentah (CPO) Indonesia ......15
3.2. PERKEMBANGAN HARGA MINYAK SAWIT MENTAH (CPO)
INDONESIA ....................................................................19
3.3. PERKEMBANGAN KONSUMSI MINYAK SAWIT MENTAH (CPO)
INDONESIA ....................................................................20

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vii


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

3.4. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR MINYAK SAWIT INDONESIA .... 22


3.4.1. Perkembangan Volume Ekspor Minyak Sawit Indonesia ..... 22
3.4.2. Perkembangan Volume Impor Minyak Sawit Indonesia ....... 23
3.4.3. Negara Tujuan Ekspor Minyak Sawit Indonesia ................ 24
3.4.4. Negara Asal Impor Minyak Sawit Indonesia .................... 25
BAB IV.KERAGAAN KELAPA SAWIT DUNIA ............................................. 27
4.1. PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN MENGHASILKAN, PRODUKSI DAN
PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT DUNIA ................................... 27
4.1.1. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit
Dunia ................................................................ 27
4.1.2. Perkembangan Produksi Kelapa Sawit Dunia .................. 29
4.1.3. Perkembangan Produktivitas Kelapa Sawit Dunia ............. 31
4.2. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KELAPA SAWIT DUNIA .......... 29
4.2.1. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor CPO Dunia ........ 32
4.2.2. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor KPO Dunia ........ 35
BAB V. ANALISIS PRODUKSI DAN KETERSEDIAAN .................................... 39
5.1. PROYEKSI PRODUKSI KELAPA SAWIT INDONESIA
TAHUN 2019-2023 ........................................................... 39
5.2. PROYEKSI KETERSEDIAAN KELAPA SAWIT INDONESIA
TAHUN 2019-2023 ........................................................... 42
BAB VI.KESIMPULAN ....................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 47
LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………........................................................... 49

viii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Sumber Data yang Digunakan .............................................. 5
Tabel 5.1. Hasil Proyeksi Produksi Berdasarkan Pemodelan Deret Waktu....... 42
Tabel 5.2. Hasil Proyeksi Ketersediaan Berdasarkan Pemodelan
Deret Waktu.................................................................. 44

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ix


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

x Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Sumber-sumber Ketidakstasioneran Data Deret Waktu dan
Keragaannya ................................................................ 8
Gambar 2.2. Contoh ACF dan PACF untuk Data Deret Waktu ....................... 9
Gambar 3.1. Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit Indonesia Menurut
Status Pengusahaan di Indonesia, 2010–2019 ......................... 12
Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Crude Palm Oil Indonesia Menurut
Status Pengusahaan, 2010-2019 ........................................ 13
Gambar 3.3. Perkembangan Produksi Kernel Palm Oil Indonesia Menurut
Status Pengusahaan, 2010-2019 ........................................ 14
Gambar 3.4. Perkembangan Produktivitas CPO dan KPO Indonesia pada
Periode 2010-2019 ........................................................ 15
Gambar 3.5. Provinsi Sentra Produksi CPO Indonesia,
Rata-rata 2015-2019 ...................................................... 16
Gambar 3.6. Kabupaten Sentra Produksi CPO di Provinsi Riau, Tahun 2017 .... 17
Gambar 3.7. Kabupaten Sentra Produksi CPO di Provinsi Kalimantan
Tengah, Tahun 2017 ...................................................... 18
Gambar 3.8. Kabupaten Sentra Produksi CPO di Provinsi Sumatera Utara,
Tahun 2017................................................................. 19
Gambar 3.9. Perkembangan Harga CPO di Pasar Dalam Negeri, 2013–2017 ..... 20
Gambar 3.10. Perkembangan Konsumsi Minyak Goreng Setara CPO,
Tahun 2010–2018 .......................................................... 21
Gambar 3.11. Perkembangan Produksi Biodiesel Setara CPO,
Tahun 2010–2018 .......................................................... 22
Gambar 3.12. Perkembangan Volume Ekspor Minyak Sawit (CPO dan KPO)
Indonesia, 2010–2017 ..................................................... 23
Gambar 3.13. Perkembangan Volume Impor Minyak Sawit (CPO dan KPO)
Indonesia, 2010–2017 ..................................................... 24
Gambar 3.14. Negara-negara Tujuan Ekspor Minyak Sawit (CPO dan KPO)
Indonesia, Rata-rata Tahun 2014–2018 ................................ 25

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xi


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Gambar 3.15. Negara-negara Asal Impor Minyak Sawit (CPO dan KPO)
Indonesia, Rata-rata Tahun 2014–2018 ................................ 26
Gambar 4.1. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit
Dunia, 2010-2017 ......................................................... 27
Gambar 4.2. Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit Dunia,
Rata-rata 2013-2017...................................................... 28
Gambar 4.3. Perkembangan Produksi Kelapa Sawit Dunia, 2010–2017 ........... 29
Gambar 4.4. Sentra Produksi Tandan Buah Kelapa Sawit Dunia,
Rata-rata 2013-2017...................................................... 30
Gambar 4.5. Perkembangan Produktivitas Kelapa Sawit Dunia, 2010-2017 ..... 31
Gambar 4.6. Negara-negara dengan Produktivitas Kelapa Sawit Terbesar
Dunia, Rata-rata Tahun 2013-2017 .................................... 32
Gambar 4.7. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Minyak Sawit
Mentah (CPO) Dunia, 2010-2016........................................ 33
Gambar 4.8. Negara-negara Eksportir CPO Terbesar Dunia,
Rata-rata 2012-2016...................................................... 34
Gambar 4.9. Negara-negara Importir CPO Terbesar Dunia,
Rata-rata 2012-2017...................................................... 35
Gambar 4.10. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Minyak Inti Sawit
(KPO) Dunia, 2010-2016 ................................................. 36
Gambar 4.11. Negara-negara Eksportir KPO Terbesar Dunia,
Rata-rata 2012-2016...................................................... 37
Gambar 4.12. Negara-negara Importir KPO Terbesar Dunia,
Rata-rata 2012-2017...................................................... 38
Gambar 5.1. Plot Produksi Kelapa Sawit dan Estimasi Hasil Pemodelan
ARIMA(0,2,2)............................................................... 40
Gambar 5.2. Plot Ketersediaan Kelapa Sawit dan Estimasi Hasil
Pemodelan ARIMA(2,3,2) ................................................ 43

xii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit Indonesia Menurut
Status Pengusahaan, 1980-2019 ...................................... 51
Lampiran 2. Perkembangan Produksi Minyak Sawit Mentah (CPO)
Indonesia Menurut Status Pengusahaan, 1980-2019............... 52
Lampiran 3. Perkembangan Produksi Minyak Inti Sawit (KPO) Indonesia
Menurut Status Pengusahaan, 1980-2019 ........................... 53
Lampiran 4. Perkembangan Produktivitas Minyak Kelapa Sawit (CPO dan
KPO) Indonesia, 1995-2019 ............................................ 54
Lampiran 5. Provinsi Sentra Produksi Minyak Sawit Mentah (CPO)
Terbesar Indonesia, 2015-2019 ....................................... 55
Lampiran 6. Kabupaten Sentra Produksi Minyak Sawit Mentah (CPO)
di Riau, 2017 ............................................................ 55
Lampiran 7. Kabupaten Sentra Produksi Minyak Sawit Mentah (CPO) di
Kalimantan Tengah, 2017 ............................................. 56
Lampiran 8. Kabupaten Sentra Produksi Minyak Sawit Mentah (CPO) di
Sumatera Utara, 2017 ................................................. 57
Lampiran 9. Perkembangan Harga Minyak Sawit Mentah (CPO)
di Pasar Domestik, 2013 - 2017....................................... 58
Lampiran 10. Perkembangan Konsumsi Minyak Goreng Sawit Setara
CPO Indonesia, 2002-2018 ............................................ 59
Lampiran 11. Perkembangan Produksi Biodiesel Indonesia, 2009 - 2018 ....... 60
Lampiran 12. Perkembangan Ekspor dan Impor Minyak Sawit (CPO dan
KPO) Indonesia, 1981 - 2017 .......................................... 61
Lampiran 13. Negara-negara Tujuan Ekspor Minyak Sawit (CPO dan KPO)
Indonesia, 2014 – 2018 ................................................. 62
Lampiran 14. Negara-negara Asal Impor Minyak Sawit (CPO dan KPO)
Indonesia, 2014 – 2018 ................................................. 62
Lampiran 15. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan, Produksi dan
Produktivitas Tandan Buah Sawit Dunia, 1980 – 2017 ............ 63

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xiii


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Lampiran 16. Negara dengan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit


Terbesar di Dunia, 2013 - 2017 ...................................... 64
Lampiran 17. Negara-negara Produsen Kelapa Sawit Terbesar Dunia,
2013 - 2017 .............................................................. 64
Lampiran 18. Negara-negara Dengan Produktivitas Minyak Sawit Terbesar
Dunia, 2013 - 2017 ..................................................... 65
Lampiran 19. Perkembangan Volume Ekspor – Impor Minyak Sawit
Mentah (CPO) Dunia, 1980 - 2016.................................... 66
Lampiran 20. Negara Eksportir Minyak Sawit Mentah (CPO) Terbesar
Dunia, 2012 - 2016 ..................................................... 67
Lampiran 21. Negara Importir Minyak Sawit Mentah (CPO) Terbesar
Dunia, 2012 - 2016 ..................................................... 67
Lampiran 22. Perkembangan Volume Ekspor – Impor Minyak Inti Sawit
(KPO) Dunia, 1980 - 2016 ............................................. 68
Lampiran 23. Negara Eksportir Minyak Inti Sawit (KPO) Terbesar Dunia,
2012 - 2016 .............................................................. 69
Lampiran 24. Negara Importir Minyak Inti Sawit (KPO) Terbesar Dunia,
2012 - 2016 .............................................................. 69
Lampiran 25. Perkembangan Harga Minyak Sawit Mentah (CPO) Dunia,
2014 - 2019 .............................................................. 70
Lampiran 26. Perkembangan Harga Minyak Inti Sawit (KPO) Dunia,
2014 - 2019 .............................................................. 71
Lampiran 27. Hasil Analisis Deret Waktu Menggunakan R ........................ 72

xiv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

RINGKASAN EKSEKUTIF

Produksi minyak sawit Indonesia pada tahun 2018 (Angka Sementara)


dalam wujud CPO mencapai 40,6 juta ton dan KPO sebesar 8,1 juta ton. Produksi
ini berasal dari 14,3 juta hektar luas areal perkebunan kelapa sawit dengan
kontribusi pengusahaan PR, PBN, dan PBS masing-masing sebesar 40,6%, 55,0%
dan 4,4%. Adapun sentra produksi kelapa sawit, pada tahun 2017 diketahui
berada di Provinsi Riau dengan share produksi sebesar 22%, Kalimantan Tengah
(14%) dan Sumatera Utara (13,7%).

Penggunaan minyak sawit, khususnya dalam bentuk CPO, di Indonesia


utamanya terbagi menjadi dua, yaitu penggunaan CPO untuk minyak goreng dan
bahan bakar diesel (biodiesel). Penggunaan CPO untuk minyak goreng di dalam
negeri diketahui mencapai 3,4 juta ton pada tahun 2018. Adapun untuk biodiesel,
penggunaan CPO di dalam negeri tercatat 4,7 juta ton. Penggunaan ini masih
rendah jika dibandingkan dengan CPO. Namun demikian hal ini dapat menjadi
bukti bahwa kelebihan produksi minyak sawit negeri ini terserap di pasar dunia.
Hal ini terlihat dari besarnya volume ekspor minyak sawit yang mencapai 29,1
juta ton di tahun 2017. India diketahui sebagai negara tujuan ekspor minyak
sawit terbesar Indonesia dengan serapan mencapai 19% dari seluruh volume
ekspor minyak sawit Indonesia. Negara tujuan ekspor utama lainnya adalah
Tiongkok, Belanda dan Pakistan dengan serapan volume ekspor masing-masing
12%, 9% dan 7%.

Indonesia dikenal sebagai produsen dan eksportir minyak sawit terbesar di


dunia. FAO (n.d.) mencatat bahwa selama tahun 2013-2017, Indonesia rata-rata
memproduksi 144,7 juta ton tandan buah sawit atau 49% produksi dunia. Ekspor
Indonesia untuk periode 2012-2016 tercatat mencapai 22,3 juta ton setiap
tahunnya atau menyumbang 52% minyak sawit yang diperdagangkan di dunia.

Hasil analisis data deret waktu, memperkirakan produksi CPO Indonesia


pada tahun 2023 akan meningkat 30,7% dibandingkan dengan kondisi pada tahun
2017. Pada tahun 2017, produksi CPO Indonesia adalah 37,97 juta ton sementara
tahun 2023, produksi ini menjadi 49,6 juta ton. Peningkatan produksi ini

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xv


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

disinyalir merupakan respon atas peningkatan permintaan minyak sawit di dunia


baik sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk maupun peningkatan
penggunaan bahan bakar non-fosil. Di dalam negeri sendiri, analisis pemodelan
memprediksi bahwa permintaan CPO untuk industri dalam negeri akan bertumbuh
pada tahun 2023 yaitu mencapai 12,9 juta ton. Hal ini diduga sejalan dengan
kebijakan pemerintah yang mendukung penuh hilirisasi minyak sawit sehingga
minyak sawit Indonesia tidak lagi sangat bergantung pada pasar dunia. Inisiasi
pemerintah terakhir diketahui melalui Menteri Pertanian Amran Sulaiman yang
mengujicobakan B100, atau bahan bakar diesel yang seluruhnya berasal dari CPO,
pada kendaraan dinas yang digunakan di Kementerian Pertanian. Inisiasi ini dan
beragam paket kebijakan lainnya niscaya akan meningkatkan penyerapan minyak
sawit di dalam negeri.

xvi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Minyak sawit adalah salah satu komoditas penting pertanian yang paling
banyak penggunaannya di dunia. Saat ini, setidaknya setengah produk yang
dijual di banyak supermarket diperkirakan menggunakan minyak dari kelapa
sawit (Asian Agri, 2018). Pemanfaatan minyak sawit diantaranya adalah
sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ringan, coklat, es krim,
permen, beberapa jenis susu nabati (non dairy milk), dan hampir seluruh
produk makanan olahan lainnya termasuk kue dan pastri. Selain untuk
makanan, minyak sawit juga digunakan untuk bahan kosmetik, minyak wangi,
sabun, odol, deterjen, lilin, minyak pelumas, dan bahan bakar nabati
(Malaysian Palm Oil Council [MPOC], 2019). Selain itu, minyak kelapa sawit
juga dapat digunakan sebagai campuran pakan anak sapi menggantikan air
susu induknya (Deutsche Welle [DW], 2017). Sebagai tambahan, sebagian
besar minyak goreng yang digunakan di dunia berasal dari kelapa sawit
(Collins, 2019).

Banyaknya produk-produk industri makanan yang menggunakan minyak


sawit dikarenakan keunggulan minyak tersebut dibandingkan dengan minyak
nabati lainnya seperti minyak kedelai, minyak rapa (rapeseed oil), dan minyak
zaitun. Dibandingkan dengan banyak minyak nabati lain, minyak dari kelapa
sawit bersifat tahan terhadap proses oksidasi dan stabil pada suhu sangat
tinggi (lebih dari 140oC). Sifat ini adalah sifat alami minyak dari kelapa sawit,
sementara minyak nabati lain perlu melalui proses hidrogenasi untuk
mendapatkan sifat yang sama. Resisten terhadap oksidasi dan stabil pada suhu
tinggi dapat diartikan minyak sawit cenderung tidak berbahaya bagi kesehatan
dan tidak menghasilkan asap, meletup atau berbusa saat digunakan untuk
menggoreng dengan suhu tinggi. Selain itu, minyak sawit juga tidak memiliki
rasa dan bau, sehingga tidak akan mengubah bau dan rasa dari masakan.
Masakan yang dimasak dengan minyak sawit lebih mungkin untuk menjadi

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

renyah (crispy) karena minyak sawit tidak akan terserap oleh masakan
tersebut (MPOC, 2019). Buah kelapa sawit yang diolah menjadi virgin red
palm oil (VRPO) juga diketahui mengandung vitamin E yang baik sebagai anti-
oksidan pencegah serangan jantung, menurunkan tekanan darah tinggi, dan
baik untuk kesehatan jaringan otak (Wylde, 2019).

Secara agronomi, minyak sawit dikenal sebagai minyak nabati dengan


efisiensi produksi yang tertinggi. Dalam satu hektar perkebunan kelapa sawit,
dimungkinkan untuk memperoleh hingga 3,8 ton minyak sawit per tahun.
Sementara minyak rapa, minyak bunga matahari dan minyak kedelai hanya
mampu menghasilkan 0,8 ton, 0,7 ton dan 0,5 ton per hektar per tahun
(European Palm Oil Alliance [EPOA], 2019). Dengan budidaya yang memadai,
pohon kelapa sawit dapat terus berbuah hingga 30 tahun lamanya (Asian Agri,
2019; MPOC, 2019). Disisi lain, minyak sawit adalah minyak dengan biaya
produksi termurah saat ini karena tidak memerlukan proses tambahan untuk
dapat digunakan dalam skala industri tanpa membahayakan kesehatan (MPOC,
2019). Dengan efisiensi produksi yang tinggi, biaya produksi yang rendah dan
potensi produksi yang berkelanjutan dari kelapa sawit, menjadikan minyak
kelapa sawit sebagai pilihan utama industri di dunia.

Indonesia merupakan salah satu produsen minyak sawit terbesar di


dunia. Keberadaan industri kelapa sawit Indonesia yang menghasilkan minyak
kelapa sawit dan turunannya, menjadi andalan utama ekspor komoditas
perkebunan. Pada 2010, Indonesia memproduksi 21,96 juta ton minyak sawit
mentah dan 4,39 juta ton inti sawit. Angka ini terus mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun sehingga pada tahun 2019 diprediksi menjadi 42,87 juta
ton minyak sawit mentah dan 8,57 juta ton inti sawit. Ekspor dalam wujud
minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) juga terus mengalami
peningkatan seiring peningkatan produksi kelapa sawit dan permintaan dunia.
Pada tahun 2010, ekspor CPO Indonesia dan turunannya mencapai 13,47 juta
ton namun di tahun 2017 meningkat menjadi 18,51 juta ton (Direktorat
Jenderal Perkebunan [Ditjen Perkebunan], 2018).

2 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

Di Indonesia, industri kelapa sawit berperan penting dalam


pembangunan daerah dan upaya pengentasan kemiskinan. Produksi minyak
sawit menjadi jenis pendapatan yang dapat diandalkan oleh banyak penduduk
miskin pedesaan di Indonesia. Sektor produksi kelapa sawit di Indonesia
mampu menyediakan lapangan kerja bagi lebih dari 6 juta orang dan
mengentaskan mereka dari kemiskinan. Pada tahun 2019, diprediksi lebih dari
14 juta ton minyak sawit dihasilkan oleh petani kecil yang memiliki lebih dari
40 persen dari total perkebunan kelapa sawit. Perkebunan rakyat ini
melibatkan setidaknya 2,74 juta tenaga kerja pada tahun tersebut (Ditjen
Perkebunan, 2018).

Untuk mengetahui sejauh mana prospek perkebunan kelapa sawit


Indonesia, buku ini akan menyajikan perkembangan komoditas kelapa sawit
serta proyeksi penawaran dan permintaan minyak sawit untuk beberapa tahun
ke depan.

1.2. TUJUAN
Tujuan disusunnya buku Outlook Kelapa Sawit ini adalah sbb.:
a. Mengkaji keragaan dan prospek kelapa sawit di Indonesia
b. Mengkaji keragaan kelapa sawit di dunia.
c. Melakukan analisis produksi dan penggunaan minyak sawit di
Indonesia lima tahun ke depan.

1.3. RUANG LINGKUP

• Cakupan variabel
Cakupan variabel yang digunakan dalam penyusunan outlook
komoditas kelapa sawit adalah: luas areal, luas tanaman
menghasilkan, produksi, harga, konsumsi, dan ekspor-impor.

• Cakupan analisis
Analisis yang dilakukan dalam penyusunan outlook komoditas kelapa
sawit meliputi analisis deskriptif dan analisis inferensia. Analisis
deskriptif dilakukan guna mengkaji keragaan komoditas kelapa sawit

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

melalui parameter pertumbuhan, rata-rata dan kontribusi.


Sementara, analisis inferensia ditujukan guna melakukan pemodelan
dan estimasi data.

4 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

BAB II. METODOLOGI

2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI

Outlook Kelapa Sawit tahun 2019 disusun berdasarkan data dan


informasi yang diperoleh dari data sekunder yang bersumber dari instansi
terkait seperti Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM), Badan Pusat Statistik (BPS)
(https://www.bps.go.id/), dan Food and Agriculture Organization (FAO).
Outlook ini secara umum menggunakan data hingga tahun 2019 (Angka
Estimasi Ditjen Perkebunan Kementan), dimana data tahun 2018 adalah Angka
Sementara Ditjen Perkebunan Kementan. Secara lengkap, data-data yang
digunakan dalam outlook ini dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Sumber Data dan Informasi yang Digunakan

No. Variabel Periode Sumber Data Keterangan


Luas Tanaman Menghasilkan, - Produksi dalam wujud minyak sawit
Ditjen
1. Produktivitas dan Produksi 1980-2019**) mentah (CPO) dan minyak inti sawit
Perkebunan
Kelapa Sawit Indonesia (KPO)
Sentra Produksi Minyak
Ditjen - Produksi dalam wujud minyak sawit
2. Sawit Mentah (CPO) di 2014-2018*)
Perkebunan mentah (CPO)
Indonesia
- Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS)
Konsumsi Minyak Sawit
3. 2002-2017 BPS - Di agregasi menjadi level nasional
Mentah (CPO) di Indonesia
- Menggunakan konversi CPO ke minyak
goreng 68,28%
Produksi Biodiesel di Kementerian - Menggunakan asumsi konversi Biodiesel
4. 2009-2018
Indonesia ESDM ke CPO sebesar 90%

Harga Minyak Sawit Mentah Ditjen


5. 2013-2017 - Merupakan data dari Bappebti
(CPO) di Pasar Dalam Negeri Perkebunan
- Kode HS : 1511100000, 1511901000,
Volume, Nilai dan Neraca 1511909010, 1207992000, 1513210000,
Ditjen
6. Ekspor dan Impor Minyak 1980-2017 1513291100, 1513292100, 1513292900,
Perkebunan
Sawit Indonesia 1511909020, 1511909030, 1511909090,
1513291900, 1513299100, 1513299900
Luas Tanaman Menghasilkan,
- Produksi dalam wujud buah kelapa
7. Produksi dan Produktivitas 1980-2017 FAO
sawit
Buah Kelapa Sawit Dunia
Volume dan Nilai Ekspor dan
- Produksi dalam wujud minyak sawit
8. Impor Minyak Sawit Mentah 1980-2016 FAO
mentah
(CPO) Dunia

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

2.2. METODE ANALISIS

2.2.1. Analisis Deskriptif


Analisis terkait perkembangan komoditas kelapa sawit dilakukan
berdasarkan ketersediaan data yang mencakup indikator luas areal,
produktivitas, produksi, konsumsi, ekspor-impor serta harga di pasar
domestik dan pasar dunia dengan analisis deskriptif sederhana. Analisis
deskriptif dilakukan baik untuk perkembangan data nasional maupun
dunia, dengan pertimbangan utamanya adalah presentase pertumbuhan
serta kontribusi untuk masing-masing indikator. Analisis deskriptif juga
dilakukan sebagai analisis pendahuluan sebelum melakukan pemodelan
ataupun proyeksi.

2.2.2. Pemodelan Parameter


Dalam buku ini, analisis model dilakukan untuk memperoleh
proyeksi terkait penawaran dan permintaan kelapa sawit di dalam
negeri. Penawaran kelapa sawit didefinisikan sebagai tingkat produksi
sementara permintaan kelapa sawit didekati dengan tingkat
ketersediaan kelapa sawit. Ketersediaan kelapa sawit sendiri
didefinisikan sebagai hasil penjumlahan produksi dan volume impor
dikurangi volume ekspor (1). Analisis model dilakukan dalam wujud
produksi minyak sawit mentah (CPO).

Konsumsi Domestik = Produksi + Impor - Ekspor (1)

Pemodelan dilakukan dengan menggunakan data historis produksi dan


konsumsi domestik kelapa sawit. Dikarenakan data yang digunakan
adalah data historis, maka model dibangun dengan metode analisis deret
waktu (time series analysis). Penelusuran model dalam analisis deret
waktu dilakukan dengan: 1) memperhatikan keragaan data deret waktu,
2) menentukan ordo deret waktu, dan 3) membangun model deret
waktu.

6 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

1) Keragaan Data Deret Waktu


Dalam melakukan analisis deret waktu, diperlukan beberapa asumsi
terkait data. Salah satu asumsi yang perlu diperhatikan adalah
kestasioneran deret waktu. Hal ini dikarenakan model deret waktu
hanya dapat dibentuk apabila data deret waktu yang digunakan
adalah stasioner. Suatu deret waktu dikatakan stasioner apabila
parameter-parameter model deret waktu tidak dipengaruhi oleh
waktu atau bersifat konstan untuk setiap waktu. Terdapat tiga
sumber ketidakstasioneran dalam data deret waktu, yaitu tidak
stasioner pada rata-rata, ragam dan/atau lag (ketertinggalan). Salah
satu cara mudah untuk mengetahui stasioner atau tidaknya sebuah
data deret waktu adalah dengan memperhatikan keragaan data
deret waktu (Gambar 2.1). Hal lain yang dapat diketahui dari
keragaan data deret waktu adalah ada atau tidaknya komponen
musiman dalam data deret waktu.

2) Ordo Deret Waktu


Karakteristik utama dari data deret waktu adalah adanya auto-
korelasi. Metode analisis untuk data deret waktu dibangun untuk
memahami korelasi ini dan menggunakan informasi yang diperoleh
untuk membentuk model deret waktu. Model ini kemudian dapat
digunakan sebagai alat untuk memperkirakan (estimate) observasi di
masa yang akan datang. Dalam hal ini, salah satu informasi yang
penting dari data deret waktu adalah ordo deret waktu. Ordo deret
waktu menunjukkan kapan informasi dari masa lalu tidak lagi
berpengaruh pada kondisi saat ini. Ordo deret waktu dapat dengan
mudah diketahui melalui keragaan ACF (autocorrelation function)
dan PACF (partial-autocorrelation function).

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Stasioner Tidak Stasioner

Kestasioneran dalam rata-rata

Stasioner Tidak Stasioner

Kestasioneran dalam ragam

Stasioner Tidak Stasioner

Kestasioneran dalam ketertinggalan (lag)

Gambar 2.1. Sumber-sumber Ketidakstasioneran Data Deret Waktu dan


Keragaannya

8 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

Gambar 2.2. Contoh ACF dan PACF untuk Data Deret Waktu

3) Model Deret Waktu


Terdapat beragam model deret waktu sesuai dengan karakteristik
data deret waktu yang dianalisis. Namun model yang banyak
digunakan dan paling sederhana adalah auto-regressive moving
average (ARMA) dengan parameter ( , ). Model ARMA ( , )
diformulasikan pada (2).
p q
zt = a0 +  ai yt −i + et +  b j et − j (2)
i =1 j =1

Dimana zt adalah kondisi pada saat t , a0 adalah intersep model

deret waktu, et adalah galat model deret waktu, y adalah kondisi

di masa lalu, ai adalah koefisien model deret waktu untuk kondisi di

masa lalu, adalah galat kondisi di masa lalu yang masih


berpengaruh hingga saat ini, dan adalah koefisien model deret

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

waktu untuk galat di masa lalu. Adapun dan adalah ordo deret
waktu masing-masing untuk kondisi di masa lalu dan galat di masa
lalu.

Apabila dari hasil pengamatan keragaan data historis diketahui


bahwa data deret waktu tidak stationer, maka perlu dilakukan
differencing atau pengurangan data sebelumnya dari data saat ini.
Differencing dapat dilakukan lebih dari sekali. Differencing yang
dilakukan hanya sekali dikenal dengan differencing ordo 1. Jika pada
data deret waktu dilakukan differencing, maka model deret waktu
yang digunakan akan menjadi model auto-regressive integrated
moving average (ARIMA) dengan parameter ( , , ) dimana adalah
ordo untuk differencing.

2.2.3. Perangkat Lunak Pengolah Data


Baik analisis deskriptif maupun pemodelan yang disajikan dalam
buku ini, dihasilkan dengan menggunakan perangkat lunak khusus untuk
mengolah data. Analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan
Microsoft Excel (Microsoft Office 365 ProPlus, Versi 1902), adapun
pemodelan data deret waktu dilakukan dengan menggunakan R 3.5.1 (R
Core Team, 2018) dengan paket program ‘tseries’ (Trapletti & Hornik,
2019) dan ‘forecast’ (Hyndman et al, 2019; Hyndman & Khandakar,
2008).

10 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

BAB III. KERAGAAN KELAPA SAWIT NASIONAL

3.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS


KELAPA SAWIT INDONESIA

3.1.1. Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit Indonesia

Pengusahaan kelapa sawit di Indonesia selama hampir satu dekade


lalu, sebagian besar diusahakan oleh perusahaan besar swasta. Hal ini
dapat terlihat pada Gambar 3.1, dimana luas areal untuk kelapa sawit
PBS (Perkebunan Besar Swasta) dari tahun 2010 hingga 2019 (Angka
Estimasi), terlihat lebih tinggi dari luas areal kelapa sawit PR
(Perkebunan Rakyat) dan PBN (Perkebunan Besar Negara). Luas areal
kelapa sawit di Indonesia sendiri pada periode tersebut cenderung
mengalami peningkatan. Jika pada tahun 2010 luas areal kelapa sawit
Indonesia hanya mencapai 8,36 juta ha, maka pada tahun 2019, luas
areal kelapa sawit Indonesia diperkirakan meningkat menjadi 14,68 juta
ha atau meningkat sebesar 75%. Secara rata-rata, laju pertumbuhan luas
areal kelapa sawit di Indonesia dalam periode tahun 2010-2019 dapat
terbilang cukup tinggi. Rata-rata pertumbuhan luas areal kelapa sawit
Indonesia sejak 2010 hingga 2019 mencapai 6,63% per-tahun atau
bertambah 0,68 juta ha per-tahunnya. Data perkembangan luas areal
kelapa sawit di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 1.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Gambar 3.1. Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit Indonesia Menurut


Status Pengusahaan di Indonesia, 2010–2019

3.1.2. Perkembangan Produksi Kelapa Sawit Indonesia

Dari buah kelapa sawit, saat ini dapat dihasilkan dua macam
minyak yaitu, minyak sawit mentah (crude palm oil / CPO) dan minyak
inti sawit (kernel palm oil / KPO). Untuk CPO, sejalan dengan pola
perkembangan luas areal kelapa sawit di Indonesia, produksi CPO
Indonesia juga mengalami peningkatan produksi yang cukup tinggi pada
periode 2010–2019 (Gambar 3.2) dengan rata-rata pertumbuhan
produksi mencapai 8,41%. Pertumbuhan CPO tertinggi pada periode
tersebut terjadi pada tahun 2006. Di tahun tersebut, Indonesia
mengalami lonjakan produksi CPO hingga mencapai 46,28% dibandingkan
produksi kelapa sawit pada tahun sebelumnya. Adapun di tahun 2019,
meskipun tidak ada lonjakan produksi dibandingkan tahun sebelumnya,
produksi CPO Indonesia diperkirakan akan tetap meningkat menjadi
sebesar 42,87 juta ton atau 5,68% dibandingkan dengan Angka
Sementara tahun ini. Secara lengkap, perkembangan produksi CPO
menurut status pengusahaan dapat dilihat pada Lampiran 2.

12 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Crude Palm Oil Indonesia Menurut


Status Pengusahaan, 2010-2019

Sejalan dengan produksi CPO, produksi minyak inti sawit (Kernel


Palm Oil / KPO) juga mengalami peningkatan produksi pada periode
2010-2019. Terlihat pada Gambar 3.3, produksi KPO pada tahun 2010
hanya mencapai 4,39 juta ton. Namun seiring dengan perkembangan
teknologi dan peningkatan permintaan minyak jenis ini, maka produksi
KPO Indonesia meningkat setiap tahunnya. Secara rata-rata peningkatan
produksi KPO Indonesia mencapai 8,41% setiap tahunnya atau 0,47 juta
ton per tahun. Dengan demikian pada tahun 2019, produksi KPO
Indonesia diperkirakan akan mencapai 8,57 juta ton. Secara lengkap,
produksi KPO Indonesia dari setiap pengusahaan dapat dilihat pada
Lampiran 3.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Gambar 3.3. Perkembangan Produksi Kernel Palm Oil Indonesia Menurut


Status Pengusahaan, 2010-2019

3.1.3. Perkembangan Produktivitas Kelapa Sawit Indonesia

Perkembangan produktivitas CPO dan KPO didefinisikan sebagai


produksi CPO dan KPO dibagi dengan luas perkebunan kelapa sawit yang
telah menghasilkan (luas TM atau luas tanaman menghasilkan). Gambar
3.4 menyajikan perkembangan produktivitas CPO dan KPO pada periode
2010-2019. Berdasarkan gambar tersebut, terlihat baik untuk
produktivitas CPO maupun KPO tidak terjadi peningkatan/penurunan
produktivitas yang berarti disetiap tahunnya untuk periode 2010-2019.
Pada tahun 2010, produktivitas CPO Indonesia mencapai 3,59 ton/ha,
sementara pada tahun 2019, produktivitas ini diperkirakan menjadi 3,7
ton/ha atau hanya meningkat 2,98%. Hal yang sama juga terjadi pada
produktivitas KPO. Produktivitas KPO, pada periode yang sama hanya
meningkat 0,64% setiap tahunnya. Data perkembangan produktivitas
CPO dan KPO Indonesia pada tahun 2010-2019 disajikan secara lengkap
pada Lampiran 4.

14 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

Gambar 3.4. Perkembangan Produktivitas CPO dan KPO Indonesia pada


Periode 2010-2019

3.1.4. Sentra Produksi Minyak Sawit Mentah (CPO) Indonesia

Berdasarkan data rata-rata selama 5 tahun terakhir (2015-2019),


sebesar 22,42% produksi CPO Indonesia berasal dari Provinsi Riau
(Gambar 3.5). Pada periode tersebut, produksi CPO secara rata-rata di
Provinsi Riau mencapai 8,26 juta ton. Pada periode yang sama, Provinsi
Kalimantan Tengah adalah provinsi sentra produksi CPO kedua dengan
kontribusi 14,08% dari produksi CPO di Indonesia dan secara rata-rata
mampu menghasilkan 5,12 juta ton CPO setiap tahunnya. Data provinsi
sentra produksi CPO tahun 2015-2019 dapat dilihat pada Lampiran 5.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Gambar 3.5. Provinsi Sentra Produksi CPO di Indonesia,


Rata-rata 2015-2019

Sebagaimana disampaikan, sentra produksi CPO di Indonesia pada


tahun 2015-2019 sebagian besar berasal dari Provinsi Riau. Di provinsi
ini pada tahun 2017 produksi CPO mencapai 7,67 juta ton dengan sentra
produksi berasal dari Kabupaten Rokan Hulu, Pelalawan, Kampar, Siak
dan Rokan Hilir (Gambar 3.6 dan Lampiran 6). Kelima kabupaten ini
menyumbang 73,23% produksi CPO di Provinsi Riau. Produksi CPO dari
Kabupaten Rokan Hulu pada tahun 2017 mencapai 1,51 juta ton atau
18,56% dari total produksi CPO di Provinsi Riau. Kabupaten sentra
selanjutnya adalah Kabupaten Pelalawan yang memberikan kontribusi
16,22% dengan produksi CPO mencapai 1,32 juta ton. Kabupaten Kampar
kemudian memberikan kontribusi produksi CPO terbesar ketiga di
Provinsi Riau dengan produksi sebesar 1,20 juta ton atau 14,77%.
Kabupaten Siak dan Kabupaten Rokan Hilir adalah kabupaten sentra
produksi CPO terakhir dengan produksi masing-masing 1,10 juta ton dan
0,82 juta ton.

16 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

Gambar 3.6. Kabupaten Sentra Produksi CPO di Provinsi Riau,


Tahun 2017

Sebagai penghasil CPO terbesar kedua di Indonesia sejak tahun


2015 hingga 2019, produksi CPO di Provinsi Kalimantan Tengah pada
tahun 2017 tercatat sebagian besar dihasilkan dari Kabupaten
Kotawaringin Timur dan Kabupaten Lamandau dengan kontribusi
produksi CPO dari keduanya mencapai 53,61% dari total produksi CPO di
Provinsi Kalimantan Tengah (Gambar 3.7 dan Lampiran 7). Produksi CPO
dari Kabupaten Kotawaringin Timur pada tahun 2017 mencapai 19,94
juta ton atau 33,62% dari total produksi CPO di Provinsi Kalimantan
Tengah. Kabupaten Lamandau pada tahun 2017 tercatat sebagai
kabupaten dengan produksi CPO terbesar kedua di Provinsi Kalimantan
Tengah dengan produksi mencapai 1,15 juta ton atau 19,99% dari total
produksi CPO Provinsi Kalimantan Tengah. Tiga kabupaten penghasil
CPO terbesar lainnya yaitu Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten
Seruyan dan Kabupaten Kapuas, masing-masing menyumbang 15,97%,
12,65%, dan 5,68% dari produksi CPO di tahun 2017. Secara bersama-
sama, kelima kabupaten ini menyumbang 87,92% CPO di Provinsi
Kalimantan Tengah.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Gambar 3.7. Kabupaten Sentra Produksi CPO di Provinsi Kalimantan


Tengah, Tahun 2017

Di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2017, produksi CPO


sebagian besar diperoleh dari Kabupaten Labuhan Batu dengan produksi
mencapai 1,09 juta ton atau 21,40% produksi CPO di Provinsi Sumatera
Utara (Gambar 3.8). Kabupaten penghasil CPO terbesar lainnya di
Provinsi Sumatera Utara adalah Kabupaten Asahan dengan produksi 0,86
juta ton CPO (16,90%), Kabupaten Labuhan Batu Selatan dengan
produksi 0,66 juta ton, Kabupaten Langkat dengan produksi 0,49 juta
ton, dan Kabupaten Simalungun dengan produksi 0,46 juta ton. Keempat
kabupaten ini bersama dengan Kabupaten Labuhan Batu berkontribusi
sebesar 70% terhadap produksi CPO di Provinsi Sumatera Utara
sementara 30% sisanya terdapat di kabupaten-kabupaten lainnya di
Provinsi Sumatera Utara. Data produksi CPO di Provinsi Sumatera Utara
pada tahun 2017 disajikan pada Lampiran 8.

18 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

Gambar 3.8. Kabupaten Sentra Produksi CPO di Provinsi Sumatera Utara,


Tahun 2017

3.2. PERKEMBANGAN HARGA MINYAK SAWIT MENTAH (CPO) INDONESIA

Perkembangan harga CPO di dalam negeri Indonesia berdasarkan data


Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjen Perkebunan, 2018) dalam Buku
Statistik Perkebunan Indonesia: Kelapa Sawit 2017-2019 periode tahun 2013-
2017 disajikan pada Lampiran 9 dengan grafik seperti pada Gambar 3.9. Jika
dilihat pada Gambar 3.9, harga CPO di Indonesia terlihat berfluktuasi pada
periode tahun 2013-2017. Pada tahun 2013 rata-rata harga satu kilogram CPO
di Indonesia adalah Rp.8.374,-. Harga ini kemudian meningkat pada tahun
2014 menjadi Rp.9.200,- per kilogram atau meningkat 9,86% dibandingkan
harga tahun 2013. Penurunan harga kemudian terjadi pada tahun berikutnya,
tahun 2015, menjadi Rp.7.470,- per kilogram untuk kemudian meningkat
hingga di tahun 2017 menjadi Rp.8.877,- per kilogram.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Gambar 3.9. Perkembangan Harga CPO di Pasar Dalam Negeri, 2013–2017

3.3. PERKEMBANGAN KONSUMSI MINYAK SAWIT MENTAH (CPO) INDONESIA

Konsumsi CPO dalam negeri di buku ini dihitung dengan berdasarkan


kepada dua jenis olahan CPO yaitu konsumsi minyak goreng sawit dan
penggunaan CPO untuk biodiesel. Dalam hal konsumsi minyak goreng sawit,
outlook ini mengacu pada hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang
dilakukan oleh BPS dan telah diolah serta disajikan oleh Sehusman (2019).
Untuk mengetahui konsumsi setara CPO, konsumsi minyak goreng sawit per-
kapita dalam SUSENAS kemudian di agregasi hingga diperoleh konsumsi minyak
goreng sawit Indonesia sebelum dikonversi menjadi CPO. Konversi CPO ke
minyak goreng sawit yang digunakan dalam buku ini adalah 68,28%. Konversi
ini sesuai dengan konversi nasional minyak sawit dalam Neraca Bahan Makanan
(NBM) (Sehusman, 2019). Gambar 3.10 dan Lampiran 10 menyajikan data
perkembangan konsumsi minyak goreng sawit setara CPO di Indonesia periode
tahun 2010-2018.
Secara umum, konsumsi CPO untuk minyak goreng sawit cenderung
mengalami peningkatan pada periode tahun 2010-2018. Pada tahun 2010,
konsumsi langsung CPO untuk minyak goreng sawit adalah setara dengan 2,24

20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

juta ton CPO. Tingkat konsumsi ini kemudian meningkat hingga di tahun 2018.
Pada tahun ini konsumsi CPO untuk minyak goreng mencapai setara 3,36 juta
ton atau meningkat hampir 50% dibandingkan dengan tahun 2010.

Gambar 3.10. Perkembangan Konsumsi Minyak Goreng Setara CPO,


Tahun 2010–2018

Selain penggunaan CPO untuk minyak goreng sawit, dalam outlook ini
juga membahas penggunaan CPO sebagai bahan produksi biodiesel dengan
data produksi biodiesel berasal dari Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral (2019). Satuan standar produksi biodiesel adalah kilo liter, adapun
satuan untuk CPO adalah ton. Dalam hal ini perlu dilakukan konversi dimana
outlook ini menggunakan asumsi konversi sebesar 90% dari biodiesel ke CPO.
Data produksi biodiesel, secara lengkap disajikan pada Lampiran 11 dan
Gambar 3.11. Jika melihat perkembangan produksi biodiesel (Gambar 3.11),
terlihat bahwa produksi biodiesel Indonesia mengalami pertumbuhan sejak
tahun 2010. Meskipun pada tahun 2015, produksi biodiesel tercatat menurun
tajam, namun secara rata-rata produksi biodiesel bertumbuh sebesar 96,99%
pertahun. Pada tahun 2010, produksi biodiesel Indonesia sebesar 243 juta liter
atau setara dengan 0,18 juta ton CPO. Produksi ini kemudian menjadi 6,17
juta liter pada tahun 2018, atau setara dengan 4,68 juta ton CPO.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Gambar 3.11. Perkembangan Produksi Biodiesel Setara CPO,


Tahun 2010–2018

3.4. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR MINYAK SAWIT INDONESIA


3.4.1. Perkembangan Volume Ekspor Minyak Sawit Indonesia
Perkembangan volume ekspor minyak sawit (CPO dan KPO)
Indonesia pada tahun 2010–2017 menunjukkan trend yang cenderung
meningkat (Gambar 3.12) dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 4,63%
per tahun. Jika pada tahun 2010 volume ekspor minyak sawit Indonesia
sebesar 20,39 juta ton dengan nilai ekspor sebesar US$ 15,41 milyar,
maka pada tahun 2017, volume ekspor minyak sawit Indonesia
meningkat menjadi 29,14 juta ton atau senilai US$ 20,80 milyar.

22 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

Gambar 3.12. Perkembangan Volume Ekspor Minyak Sawit (CPO dan


KPO) Indonesia, 2010–2017

3.4.2. Perkembangan Volume Impor Minyak Sawit Indonesia


Meskipun Indonesia dikenal sebagai negara produsen minyak sawit
(CPO dan KPO) terbesar di dunia, namun negara ini juga tercatat kerap
melakukan importase minyak sawit. Namun demikian, impor yang
dilakukan adalah untuk olahan minyak sawit yang produksinya belum
memadai untuk industri di Indonesia. Lebih lanjut, jika diperhatikan
maka pada beberapa tahun terakhir, volume impor minyak sawit
Indonesia cenderung stabil pada angka kurang dari 10 ribu ton (Gambar
3.13 dan Lampiran 12). Hal ini dikarenakan, sejak tahun 2013,
Pemerintah Indonesia mendorong percepatan hilirisasi kelapa sawit
untuk meningkatkan pemanfaatan minyak sawit di dalam negeri. Hal ini
diyakini akan mengurangi ketergantungan kelapa sawit Indonesia pada
pasar global. Gambar 3.13 menyajikan keragaan perkembangan volume
impor minyak sawit (CPO dan KPO) Indonesia tahun 2010-2017. Dari
Gambar 3.13, terlihat bahwa empat tahun setelah tahun 2013, atau
pada tahun 2017, Indonesia tercatat hanya mengimpor sebesar 5,71 ribu
ton.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Gambar 3.13. Perkembangan Volume Impor Minyak Sawit (CPO dan KPO)
Indonesia, 2010–2017

3.4.3. Negara Tujuan Ekspor Minyak Sawit Indonesia


Dengan volume ekspor minyak sawit (CPO dan KPO) yang besar,
dapat dipastikan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara
pengekspor minyak sawit terbesar di dunia. Terdapat banyak negara
mitra dagang Indonesia untuk komoditi minyak sawit. Gambar 3.14 dan
Lampiran 13, menyajikan perbandingan proporsi volume ekspor minyak
sawit Indonesia ke negara mitra dagang utama. Terlihat dari Gambar
3.14, bahwa negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia terbesar
adalah India. Negara ini pada tahun 2014 hingga tahun 2018 setiap
tahunnya, mengimpor 5,95 juta ton minyak sawit segar dan olahan dari
Indonesia. Hal ini berarti, 19% volume ekspor minyak sawit Indonesia
terserap oleh India. Negara lain sebagai tujuan utama ekspor minyak
sawit Indonesia adalah Tiongkok, Belanda, dan Pakistan. Khusus untuk
Pakistan, sejak tahun 2013, Indonesia menikmati Prefential Trade
Agreement (PTA) dengan negara tersebut. Saat ini, 80% kebutuhan
minyak sawit Pakistan dipenuhi oleh Indonesia (Biro KLN, 2019).

24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

Gambar 3.14. Negara-negara Tujuan Ekspor Minyak Sawit (CPO dan KPO)
Indonesia, Rata-rata Tahun 2014–2018

3.4.4. Negara Asal Impor Minyak Sawit Indonesia


Berdasarkan data BPS, terdapat setidaknya tiga negara asal
importase minyak sawit (CPO dan KPO) yang dilakukan oleh Indonesia
(Gambar 3.15). Negara-negara tersebut adalah Malaysia, India dan
Singapura. Secara bersama-sama, ketiga negara tersebut berkontribusi
setidaknya 84% besaran volume impor minyak sawit Indonesia. Malaysia
sebagai negara produsen kelapa sawit terbesar setelah Indonesia, juga
tercatat sebagai negara asal impor minyak sawit untuk Indonesia. Secara
rata-rata, sejak tahun 2014, Indonesia telah mengimpor sebesar 2,17
ribu ton minyak sawit dari Malaysia. Negara lain dimana Indonesia selalu
membeli minyak sawit pada setiap tahunnya adalah negara Singapura.
Secara konsisten, sejak tahun 2014, pada setiap tahunnya, negera ini
telah mengekspor setidaknya 1,36 ribu ton minyak sawit ke Indonesia.
Secara lengkap, data terkait negara asal importase minyak sawit
Indonesia disajikan pada Lampiran 14.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Gambar 3.15. Negara-negara Asal Impor Minyak Sawit (CPO dan KPO)
Indonesia, Rata-rata Tahun 2014–2018

26 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

BAB IV. KERAGAAN KELAPA SAWIT DUNIA

4.1. PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN MENGHASILKAN, PRODUKSI DAN


PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT DUNIA
4.1.1. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit
Dunia
Perkembangan luas tanaman menghasilkan kelapa sawit dunia
pada periode tahun 2010–2017 terus mengalami peningkatan pada setiap
tahunnya dan terlihat tidak terdapat trend penurunan selama periode
tersebut (Gambar 4.1). Rata-rata laju pertumbuhan luas tanaman
menghasilkan kelapa sawit dunia sejak tahun 2010–2017 tercatat sebesar
3,55% pertahun. Berdasarkan data dari FAO, total luas tanaman
menghasilkan kelapa sawit dunia pada tahun 2017 mencapai angka 21,35
juta ha. Luasan ini meningkat 26,52% dibandingkan tahun 2010 dimana
pada tahun 2010 luas tanaman menghasilkan kelapa sawit di dunia
mencapai sebesar 16,88 juta ha (Lampiran 15).

Gambar 4.1. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit


Dunia, 2010–2017

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Indonesia berdasarkan data FAO adalah negara dengan luas


tanaman menghasilkan kelapa sawit terbesar di dunia selama periode
2013-2017. Luas tanaman menghasilkan kelapa sawit Indonesia memiliki
kontribusi sebesar 42,02% dari luas tanaman menghasilkan kelapa sawit
dunia atau mencapai 9,28 juta ha pada tahun 2017 (Gambar 4.2). Luas
tanaman menghasilkan kelapa sawit dunia secara rata-rata tahun 2013-
2017 mencapai 20,13 juta ha. FAO mencatat bahwa hanya Indonesia,
Malaysia dan Nigeria, negara-negara di dunia yang memiliki luas
tanaman menghasilkan kelapa sawit dengan kontribusi lebih dari 5%
dunia. Malaysia dengan luas tanaman menghasilkan kelapa sawit sebesar
5,11 juta ha di tahun 2017, memiliki kontribusi sebesar 24,72% dari
seluruh luas tanaman menghasilkan kelapa sawit di dunia. Nigeria, disisi
lain, memiliki luas tanaman menghasilkan kelapa sawit sebesar 3,04
juta ha dan berkontribusi sebesar 15,09% terhadap luas tanaman
menghasilkan kelapa sawit dunia. Ketiga negara tersebut, secara
bersama-sama, memiliki luas tanaman menghasilkan kelapa sawit
sebesar 81,84% dari seluruh luas tanaman menghasilkan kelapa sawit
dunia. Data luas tanaman menghasilkan kelapa sawit negara-negara di
dunia dapat dilihat pada Lampiran 16.

Gambar 4.2. Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit Dunia,


Rata-rata 2013-2017

28 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

4.1.2. Perkembangan Produksi Kelapa Sawit Dunia


Perkembangan produksi kelapa sawit dunia (wujud produksi
tandan buah sawit) dari tahun 2010 hingga 2017 terlihat terus
mengalami peningkatan pada setiap tahunnya (Gambar 4.3). Pada tahun
2010, produksi kelapa sawit di dunia mencapai 223,77 juta ton dan
meningkat di tahun 2017 menjadi 317,57 juta ton. Rata-rata
pertumbuhan produksi selama periode tersebut adalah sebesar 4,96%.
Menurut data dari FAO, tahun 2017 adalah tahun dimana produksi
kelapa sawit dunia mencapai angka tertinggi, namun mengingat masih
tingginya permintaan dan memperhatikan pertumbuhan luas areal
kelapa sawit, maka ditahun 2018 diperkirakan akan terjadi peningkatan
produksi kelapa sawit. Data perkembangan produksi tandan buah sawit
dunia dapat dilihat pada Lampiran 15.

Gambar 4.3. Perkembangan Produksi Kelapa Sawit Dunia,


2010–2017

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Sama halnya dengan luas tanaman menghasilkan, Indonesia juga


tercatat sebagai negara dengan produksi tandan buah kelapa sawit
terbesar di dunia dengan rata-rata produksi selama periode tahun 2013-
2017 mencapai 144,69 juta ton buah kelapa sawit atau menyumbang
49,34% rata-rata produksi kelapa sawit dunia di periode tahun yang
sama (Gambar 4.4). Negara-negara penghasil kelapa sawit terbesar
selanjutnya adalah Malaysia dengan kontribusi 32,51% atau rata-rata
menghasilkan 95,34 juta ton kelapa sawit selama periode 2013-2017
disusul oleh Thailand dengan rata-rata produksi mencapai 12,53 juta ton
(4,27%) selama periode tahun 2013-2017. Data negara-negara penghasil
kelapa sawit terbesar dunia dapat dilihat pada Lampiran 17.

Gambar 4.4. Sentra Produksi Tandan Buah Kelapa Sawit Dunia,


Rata-rata 2013-2017

30 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

4.1.3. Perkembangan Produktivitas Kelapa Sawit Dunia


Laju pertumbuhan produktivitas kelapa sawit dunia dari tahun
2010 hingga 2017 terus mengalami peningkatan dengan rata-rata
pertumbuhan 1,37% (Gambar 4.5). Menurut data dari FAO, produktivitas
tertinggi kelapa sawit dunia tercapai pada tahun 2017 yaitu sebesar
14,87 ton/ha. Sementara pada tahun 2010, produktivitas kelapa sawit
dunia mencapai 13,20 ton/ha atau lebih rendah 12,17% dibandingkan
tahun 2017. Data perkembangan produktivitas kelapa sawit dunia secara
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 15.

Gambar 4.5. Perkembangan Produktivitas Kelapa Sawit Dunia,


2010-2017

Masih berdasarkan data FAO, Gambar 4.6 menyajikan negara-


negara dengan produktivitas tandan buah sawit terbesar didunia. Dari
gambar tersebut, terlihat bahwa Indonesia bukanlah sebagai negara
dengan produktivitas kelapa sawit terbesar di dunia. Indonesia hanya
tercatat sebagai negara dengan produktivitas kelapa sawit terbesar
urutan kelima dengan produktivitas rata-rata tahun 2013-2017 sebesar
17,10 ton/ha. Produktivitas Indonesia masih kalah dengan Malaysia yang
tercatat secara rata-rata pada periode yang sama memiliki produktivitas
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31
2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

sebesar 20,23 ton/ha. Data perkembangan produktivitas kelapa sawit


dunia secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 18.

Gambar 4.6. Negara-negara dengan Produktivitas Kelapa Sawit Terbesar


Dunia, Rata-rata Tahun 2013-2017

4.2. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KELAPA SAWIT DUNIA


4.2.1. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor CPO Dunia
Perkembangan volume ekspor dan impor minyak sawit mentah
(CPO) dunia sepanjang tahun 2010-2016 terlihat tidak terlalu
berfluktuasi dari tahun ke tahun (Gambar 4.7). Dari Gambar 4.7 terlihat
volume ekspor dan impor CPO dunia memiliki kecenderungan meningkat
setiap tahunnya. Kecenderungan peningkatan volume ekspor dan impor
kelapa sawit dunia ini menunjukkan bahwa kelapa sawit merupakan
komoditi yang relatif aktif diperdagangkan oleh dunia. Lebih jauh,
Lampiran 19 menyajikan data perkembangan volume ekspor dan impor
minyak sawit mentah dunia.

32 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

Gambar 4.7. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Minyak Sawit


Mentah (CPO) Dunia, 2010-2016

Jika dilihat volume ekspor per negara di dunia, secara rata-rata


pada periode tahun 2012-2016, Indonesia tercatat sebagai negara
eksportir CPO terbesar di dunia dengan rata-rata volume ekspor
mencapai 22,31 juta ton pertahun atau 52,25% dari total volume ekspor
CPO dunia (Gambar 4.8). Negara lainnya yang tercatat sebagai negara
eksportir terbesar CPO di dunia adalah Malaysia dengan rata-rata
volume ekspor CPO pada tahun 2012-2016 mencapai 15,05 juta ton per
tahun atau 35,24% dari total volume ekspor CPO dunia. Secara lengkap,
negara-negara dengan volume ekspor CPO terbesar didunia disajikan
pada Lampiran 20.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 33


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Gambar 4.8. Negara-negara Eksportir CPO Terbesar Dunia,


Rata-rata 2012-2016

Adapun negara-negara dengan volume impor CPO terbesar di


dunia pada tahun 2012-2016 disajikan pada Gambar 4.9. Dari Gambar
4.9 terlihat bahwa India adalah negara importir CPO terbesar didunia
dengan rata-rata volume impor CPO sebesar 8,35 juta ton per tahun
atau 19,34% dari total volume impor dunia. Negara lainnya adalah
Tiongkok dengan volume impor CPO sebesar 5,61 juta ton per tahunnya
atau 12,98% dari total volume impor kelapa sawit dunia. Indonesia
sendiri dalam daftar negara-negara dengan volume impor CPO terbesar
dunia menempati posisi 105 dengan volume impor CPO hanya mencapai
15,34 juta ton CPO per tahunnya. Secara lengkap negara-negara dengan
volume impor CPO terbesar di dunia disajikan pada Lampiran 21.

34 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

Gambar 4.9. Negara-negara Importir CPO Terbesar Dunia,


Rata-rata 2012-2017

4.2.2. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor KPO Dunia


Sedikit berbeda dengan perkembangan volume ekspor dan impor
minyak sawit mentah (CPO) dunia, perkembangan volume ekspor dan
impor minyak inti sawit (KPO) dunia pada periode tahun 2010-2016
terlihat mengalami cukup banyak fluktuasi (Gambar 4.10). Lebih jauh,
pada periode tersebut, dapat dikatakan bahwa volume ekspor dan impor
KPO dunia tidak memiliki kecenderungan peningkatan. Pada tahun 2010,
FAO mencatat bahwa volume ekspor KPO dunia berada pada angka 3,06
juta ton sementara pada tahun 2016, angka ini turun menjadi 2,69 juta
ton. Lampiran 22 menyajikan data perkembangan volume ekspor dan
impor minyak inti sawit dunia.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 35


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Gambar 4.10. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Minyak Inti Sawit
(KPO) Dunia, 2010-2016

Untuk volume ekspor KPO di dunia, secara rata-rata pada periode


tahun 2012-2016, Indonesia kembali tercatat sebagai negara eksportir
KPO terbesar di dunia dengan rata-rata volume ekspor mencapai 1,6
juta ton pertahun atau 56,07% dari total volume ekspor KPO dunia
(Gambar 4.11). Malaysia kembali tercatat sebagai negara eksportir KPO
terbesar kedua di dunia dengan rata-rata volume ekspor KPO pada tahun
2012-2016 mencapai 0,74 juta ton per tahun atau 26,12% dari total
volume ekspor KPO dunia. Secara lengkap, negara-negara dengan
volume ekspor KPO terbesar didunia disajikan pada Lampiran 23.

36 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

Gambar 4.11. Negara-negara Eksportir KPO Terbesar Dunia,


Rata-rata 2012-2016

Negara pengimpor minyak inti sawit (KPO) terbesar didunia pada


tahun 2012-2016, berdasarkan data FAO, adalah Tiongkok dengan
volume impor mencapai rata-rata 0,55 juta ton setiap tahunnya atau
18,44% dari total volume impor KPO dunia (Gambar 4.12). Malaysia,
menurut data FAO, adalah pengimpor KPO terbesar ketiga di dunia
dengan rata-rata volume impor KPO Malaysia pada tahun 2012-2016
mencapai 0,30 juta ton. Indonesia sendiri tercatat juga sebagai negara
importir KPO, menurut data FAO. Namun Indonesia tercatat sebagai
negara importir KPO dengan urutan ke-96 dengan volume impor KPO
Indonesia secara rata-rata hanya 199 ton per tahun dari tahun 2012-
2016. Data negara-negara pengimpor KPO dunia tahun 2012-2016
disajikan secara lengkap pada Lampiran 24.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 37


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Gambar 4.12. Negara-negara Importir KPO Terbesar Dunia,


Rata-rata 2012-2017

38 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

BAB V. ANALISIS PRODUKSI DAN KETERSEDIAAN

5.1. PROYEKSI PRODUKSI KELAPA SAWIT INDONESIA


TAHUN 2019-2023

Pemodelan produksi kelapa sawit Indonesia dalam analisis ini dilakukan


dalam wujud produksi minyak sawit (CPO). Data yang digunakan pada proyeksi
ini bersumber dari Direktorat Jenderal Perkebunan (2018) dengan
menggunakan data Angka Tetap tahun 1982-2017. Meskipun analisis akan
menghasilkan proyeksi produksi dari tahun 2018, hasil proyeksi tersebut tidak
akan digunakan dan akan diganti dengan Angka Sementara tahun 2018
sebagaimana terdapat pada Buku Statistik Perkebunan Kelapa Sawit 2017-
2019.
Analisis dilakukan menggunakan model deret waktu (time series
analysis) terhadap peubah produksi. Sebelum diperoleh model deret waktu,
terlebih dahulu dilakukan pengecekan terhadap ada tidaknya faktor musiman
dan apakah data berkarakteristik stasioner atau tidak. Pemodelan kemudian
dilakukan dengan menggunakan perintah ‘auto.arima’ dari Paket Program
‘forecast’ untuk menghasilkan perkiraan model yang tepat. Perintah ini secara
otomatis memilih model deret waktu yang paling sesuai dengan data yang
digunakan. Ordo ( , ) untuk model ARMA yang dapat diketahui dengan
melihat keragaan fungsi autokorelasi utuh (Autocorrelation Function/ACF) dan
fungsi autokorelasi parsial (Partial Autocorrelation Function/PACF) dari deret
waktu produksi dilakukan secara otomatis oleh program pengolahan.
Penentuan ordo differencing juga dilakukan secara otomatis. Perkiraan
produksi hingga tahun 2023 kemudian diperoleh dengan menggunakan model
yang telah dibangun tersebut.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 39


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Dari hasil pemodelan deret waktu, diketahui bahwa model deret waktu
yang sesuai dengan data produksi kelapa sawit adalah model ARIMA(0,2,2).
Hasil estimasi produksi kelapa sawit kemudian disajikan pada Gambar 5.1 dan
Tabel 5.1. Gambar 5.1 menunjukkan plot data tahunan produksi minyak sawit
(garis biru) dan estimasi produksi minyak sawit menggunakan analisis deret
waktu (garis jingga).

Gambar 5.1. Plot Produksi Kelapa Sawit dan Estimasi Hasil Pemodelan
ARIMA(0,2,2)

Hasil estimasi produksi CPO dengan menggunakan analisis dan


pemodelan deret waktu disajikan pada Tabel 5.1. Dari hasil estimasi tersebut,
diketahui bahwa pada tahun 2019, Indonesia diperkirakan akan mengalami
penurunan produksi CPO. Pada tahun 2019, produksi CPO diperkirakan turun
menjadi 40.093.644 ton atau turun 1,17% dibandingkan dengan produksi pada
Angka Sementara tahun 2018. Tahun 2018, produksi CPO Indonesia sementara
tercatat mencapai 40.567.229 ton.

Penurunan produksi dimungkinkan terjadi pada tahun 2019. Hal ini


dikarenakan terjadinya kendala cuaca pada tahun tersebut dengan musim

40 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

kering yang lebih panjang daripada biasanya. Dampak dari kondisi ini adalah
berkurangnya jumlah buah sawit yang diproduksi dan kandungan minyak sawit
yang dapat diekstraksi (Chow & Christina, 2019). Dengan kondisi pasar global
yang juga tidak terlalu menggembirakan bagi komoditi kelapa sawit, kondisi
cuaca tersebut adalah pukulan yang cukup keras bagi komoditas ini.
Sebagaimana diketahui, fundamental pasar kelapa sawit terdapat di pasar
internasional karena lebih dari setengah produksi kelapa sawit di Indonesia
terserap di pasar global. Kondisi pasar internasional kelapa sawit pada tahun
2018, terlihat masih mengalami tekanan. Harga minyak sawit sebagaimana
terpantau dari data di Bank Dunia, mengalami penurunan cukup tajam dari
tahun sebelumnya. Hal ini diperparah dengan semakin nyatanya perang
dagang antara Amerika Serikat dan China, yang mulai teraktualisasikan pada
akhir tahun 2017. Disisi lain, harga minyak kedelai yang mengalami penurunan
di periode yang sama disinyalir juga menjadi faktor pendukung penurunan
produksi kelapa sawit. Minyak kedelai adalah salah satu komoditas pengganti
minyak kelapa sawit yang kerap digunakan karena merupakan hasil sampingan
dari industri pakan. Saat ini, dengan dampak musim kering dan tanpa insentif
keuntungan dari perdagangan global, petani akan terpaksa mengurangi
pemberian pupuk pada tanaman sawitnya. Hal ini akan berakibat pada
menurunnya produksi kelapa sawit karena kelapa sawit adalah salah satu
tanaman perkebunan yang membutuhkan air dan pemupukan dengan biaya
produksi yang besar.

Upaya pemerintah untuk mengurangi ketergantungan kelapa sawit lokal


pada pasar global mulai dilakukan pada tahun 2019. Pada saat buku ini
disusun, Pemerintah Indonesia melalui Menteri Pertanian Amran Sulaiman
telah mencanangkan penggunaan bahan bakar biodiesel dengan 100% bahan
dasarnya adalah olahan minyak kelapa sawit. Bahan bakar ini, yang dikenal
dengan B100, akan digunakan pada seluruh kendaraan dinas milik Kementerian
Pertanian baik di Kantor Pusat maupun di daerah-daerah seluruh nusantara.
Jika kemudian tidak ditemukan kendala dalam operasionalnya, maka
penggunaannya akan diperluas sehingga seluruh kendaraan dinas pemerintah

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 41


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

menggunakan bahan bakar ini, sebelum akhirnya dipasarkan ke masyarakat.


Apabila hal tersebut dapat terlaksana maka produksi berlebih kelapa sawit
petani lokal dapat terserap di dalam negeri sekaligus menjaga keberimbangan
pasokan dan permintaan kelapa sawit di pasar global. Dengan demikian,
kesejahteraan petani kelapa sawit akan terjaga dan produksi dapat kembali
meningkat.

Tabel 5.1. Hasil Proyeksi Produksi Berdasarkan Pemodelan Deret Waktu


Produksi Ditjen Perkebunan Estimasi Produksi ARIMA(0,2,2)
Tahun
Produksi (Ton) Keterangan Angka Estimasi Produksi (Ton) Keterangan Angka
2017 37.965.224 Angka Tetap
2018 40.567.229 Angka Sementara
2019 42.869.428 Angka Estimasi 40.093.644 Estimasi ARIMA
2020 42.473.030 Estimasi ARIMA
2021 44.852.416 Estimasi ARIMA
2022 47.231.801 Estimasi ARIMA
2023 49.611.187 Estimasi ARIMA
Keterangan:
Wujud Produksi: Minyak Sawit Mentah (CPO)

5.2. PROYEKSI KETERSEDIAAN KELAPA SAWIT INDONESIA


TAHUN 2019-2023

Minyak kelapa sawit Indonesia dominan ditujukan untuk keperluan


ekspor, dan hanya sebagian kecil yang diserap untuk industri dalam negeri.
Pendekatan perhitungan konsumsi minyak sawit Indonesia adalah melalui
konsep Apparent Domestic Consumption (ADC), yakni kuantitas minyak sawit
yang dikonsumsi domestik merupakan sisaan dari angka produksi yang
dikurangi dengan besaran ekspor serta ditambah dari impor. Impor minyak
kelapa sawit Indonesia sangat kecil dibandingkan dengan ekspornya, oleh
karenanya pemodelan dilakukan dengan menggunakan indikator net ekspor
atau volume ekspor dikurangi volume impornya. Besaran sisaan produksi
dikurangi net ekspor diasumsikan sebagai kuantitas yang diserap untuk industri
dalam negeri, yakni industri minyak goreng, margarin, kosmetik, biodiesel,

42 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

dan lain sebagainya. Dalam tulisan ini, sisaan produksi setelah dikurangi net
ekspor kemudian disebut dengan ketersediaan dalam negeri.

Proyeksi ketersediaan atau konsumsi domestik kelapa sawit diperoleh


dengan cara dan prosedur yang sama dengan proyeksi produksi kelapa sawit.
Hasil analisis deret waktu menunjukkan bahwa model yang sesuai dengan
deret data konsumsi domestik kelapa sawit adalah ARIMA(2,3,2). Gambar 5.2
menyajikan keragaan deret data dan estimasi konsumsi domestik kelapa
sawit. Dalam Gambar 5.2, data series konsumsi domestik kelapa sawit
ditunjukkan dengan garis biru sementara hasil estimasi ditunjukkan dengan
garis merah. Angka hasil estimasi konsumsi domestik kelapa sawit beserta
hasil pemodelan deret waktu disajikan pada Tabel 5.2.

Gambar 5.2. Plot Konsumsi Domestik Kelapa Sawit dan Estimasi Hasil
Pemodelan ARIMA(2,3,2)

Sejalan dengan hasil estimasi produksi minyak kelapa sawit (CPO) yang
mengalami penurunan di tahun 2018, penggunaan dalam negeri minyak kelapa
sawit diperkirakan juga akan mengalami penurunan di tahun yang sama. Hasil
estimasi memperkirakan penggunaan dalam negeri minyak kelapa sawit yang

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 43


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

didefinisikan sebagai selisih produksi dengan volume net ekspor-impor hanya


mencapai 8.775.139 ton. Perkiraan ini lebih rendah dari tahun sebelumnya
dimana penggunaan dalam negeri kelapa sawit mencapai 10.614.414 ton. Pada
tahun 2019, penggunaan dalam negeri diperkirakan akan kembali meningkat
hingga mencapai 9.218.423 ton.

Tabel 5.2. Hasil Proyeksi Konsumsi Domestik Berdasarkan Pemodelan


Deret Waktu

Konsumsi Domestik (Ton)


Tahun *)
Konsumsi Domestik Estimasi ARIMA(2,3,2)
2017**) 10.614.404
2018**) 8.775.139
**)
2019 9.218.423
2020**) 11.216.530
**)
2021 11.762.628
2022**) 11.849.937
2023**) 12.926.114
Keterangan:
*) Konsumsi Domestik = Produksi - Volume Ekspor + Volume Impor
**) Dihitung berdasarkan Angka Tetap Produksi Tahun 2017
Wujud Produksi: Minyak Sawit Mentah (CPO)

44 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

BAB VI. KESIMPULAN

Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia, dengan


luas areal sebesar 14,03 juta hektar dan produksi sebesar 37,81 juta ton pada
tahun 2017. Sentra produksi kelapa sawit di Indonesia adalah di Provinsi Riau,
Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan
Jambi. Harga domestik minyak sawit di Indonesia menurut Ditjen Perkebunan
(2018) menunjukkan adanya fluktuasi harga pada periode tahun 2013-2017.
Namun, tahun 2017 ditutup dengan harga yang tidak jauh berbeda dengan
tahun 2013, yaitu Rp. 8.877,- per kilogram. Penggunaan minyak sawit untuk
konsumsi langsung dalam wujud minyak goreng sawit mempunyai pola
meningkat hingga mencapai 3,36 juta ton pada tahun 2018. Seiring
peningkatan produksinya, ekspor minyak sawit Indonesia juga cenderung terus
mengalami peningkatan, yakni dari 14,29 juta ton pada tahun 2008 menjadi
27,35 juta ton pada tahun 2017.

Berdasarkan data FAO, Indonesia menguasai 42,02% luas tanaman


menghasilkan kelapa sawit dunia. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara
produsen tandan buah kelapa sawit terbesar di dunia dengan kontribusi
produksi sebesar 49,34% dari total produksi buah kelapa sawit dunia. Pangsa
pasar minyak sawit mentah dunia juga dikuasai oleh Indonesia dimana lebih
dari setengah ekspor minyak sawit mentah dunia berasal dari Indonesia.
Namun demikian, Indonesia juga tetap tercatat sebagai negara importir
minyak sawit mentah dengan volume impor yang sangat kecil yaitu 2.658 ton
pada tahun 2016.

Proyeksi produksi minyak sawit mentah dengan menggunakan metode


analisis deret waktu menunjukkan bahwa produksi CPO Indonesia akan
meningkat sebesar 30,68% atau menjadi 49,59 juta ton di tahun 2023 jika
dibandingkan dengan kondisi tahun 2017. Disisi lain, dengan terlaksananya
program penggunaan bahan bakar biodiesel kelapa sawit (B100) yang diinisiasi
oleh Menteri Pertanian Amran Sulaiman, penggunaan minyak kelapa sawit di

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 45


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Indonesia juga diproyeksikan akan mengalami peningkatan sebesar 4,02%


menjadi 12,93 juta ton pada tahun 2023 jika dibandingkan dengan tahun 2017.

46 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

DAFTAR PUSTAKA

Asian Agri. (2018). The Benefits of Palm Oil. https://www.asianagri.com/


en/media-en/articles/the-benefits-of-palm-oil. [terhubung berkala]

Badan Pusat Statistik. (2018). Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2045: Hasil


SUPAS 2015 – 2045. Jakarta: BPS. https://www.bps.go.id/
publication/2018/10/19/78d24d9020026ad95c6b5965/proyeksi-
penduduk-indonesia-2015-2045-hasil-supas-2015.html [terhubung ber-
kala]

BP. (2019). BP Statistical Review of World Energy (Ed. 68).


https://www.bp.com/content/dam/bp/business-
sites/en/global/corporate/pdfs/energy-economics/statistical-
review/bp-stats-review-2019-full-report.pdf [terhubung berkala]

Chow, E., & Christina, B. (2019, 20 Agustus). Indonesian planters see drought
hitting palm oil output. Reuters. https://www.reuters.com/article/us-
indonesia-palmoil-drought/indonesian-planters-see-drought-hitting-
palm-oil-output-idUSKCN1VA07Z [terhubung berkala]

Collins, L.R. (2019). Palm Oil is the Most-Used Oil in the World.
https://naturallysavvy.com/eat/palm-oil-is-the-most-used-oil-in-the-
world/ [terhubung berkala]

Deutsche Welle. (2017, Maret 25). Too much milk in Europe (Interview with
Sprayfo) [dokumentasi multimedia]. https://youtu.be/1a2sJz8G3fE
[terhubung berkala]

Direktorat Jenderal Perkebunan. (2018). Statistik Perkebunan Indonesia.


Kelapa Sawit 2017-2019. Jakarta: Kementerian Pertanian

European Palm Oil Alliance. (2019). Facts on Palm Oil: Highest Yield.
https://palmoilalliance.eu/facts-on-palm-oil/ [terhubung berkala]

Food and Agriculture Organization of the United Nation. (n.d.). FAOSTAT.


http://www.fao.org/faostat/en/#data [terhubung berkala]

Hyndman, R., Athanasopoulos, G., Bergmeir, C., Caceres, G., Chhay, L.,
O'Hara-Wild, M., Petropoulos, F., Razbash, S., Wang, E., Yasmeen, F.
(2019). forecast: Forecasting functions for time series and linear
models. R package version 8.9. <URL:
http://pkg.robjhyndman.com/forecast>
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 47
2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Hyndman, R.J., Khandakar, Y. (2008). Automatic time series forecasting: the


forecast package for R. Journal of Statistical Software, *26*(3), 1-22.
<URL: http://www.jstatsoft.org/article/view/v027i03>

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2019). The Handbook of


Energy & Economic Statistics of Indonesia. Jakarta: Kementerian ESDM

Kementerian Pertanian. (n.d.). Basisdata Ekspor-Impor Komoditi Pertanian.


http://database.pertanian.go.id/eksim/index1.asp [terhubung berkala]

Malaysian Palm Oil Council. (2019). FAQs. http://mpoc.org.my/faqs/


[terhubung berkala]

Munadi, E. (2012). Penurunan Pajak Ekspor dan Dampaknya Terhadap Ekspor


Minyak Kelapa Sawit Indonesia ke Cina (Pendekatan Error Correction
Model). Buletin Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Perdagangan (hlm.
48-72). http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/ [terhubung berkala]

Pahan, I. (2006). Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari


Hulu hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya

Pardamean, M. (2008). Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun dan Pabrik


Kelapa Sawit. Jakarta: Agromedia Pustaka.

R Core Team. (2018). R: A language and environment for statistical


computing. Vienna, Austria: R Foundation for Statistical Computing.
https://www.R-project.org/ [terhubung berkala]

Respati, E. (2018). Outlook 2018 Komoditas Pertanian Subsektor Perkebunan:


Kelapa Sawit. Jakarta: Kementerian Pertanian

Sehusman. (2018). Konsumsi dan Neraca Penyediaan – Penggunaan Minyak


Goreng Sawit. Dalam Buletin Konsumsi Pangan (hlm. 34-44). Jakarta:
Kementerian Pertanian

Shumway, R.H., & Stoffer, D.S. (2017). Time Series Analysis and Its
Applications: With R Examples. Springer International Publishing

Trapletti, A., & Hornik, K. (2019). tseries: Time Series Analysis and
Computational Finance. R package version 0.10-47.

The World Bank. (n.d.). Commodity Market. https://www.worldbank.org/


en/research/commodity-markets [terhubung berkala]

Wylde, Bryce. (2019). Why You Should Give Red Palm Oil a Try.
https://www.doctoroz.com/article/why-you-should-give-red-palm-oil-
try [terhubung berkala]

48 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 49


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

50 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

Lampiran 1. Perkembangan Luas Areal Kelapa sawit di Indonesia


Menurut Status Pengusahaan, 1980–2019
Luas Areal (Ha)
Tahun Pertumb. Pertumb. Pertumb. Pertumb.
PR PBN PBS Indonesia
(%) (%) (%) (%)
1980 6.175 199.538 88.847 294.560
1981 5.695 -7,77 213.264 6,88 100.008 12,56 318.967 8,29
1982 8.537 49,90 224.440 5,24 96.924 -3,08 329.901 3,43
1983 37.043 333,91 261.339 16,44 107.264 10,67 405.646 22,96
1984 40.552 9,47 340.511 30,29 130.958 22,09 512.021 26,22
1985 118.564 192,38 335.195 -1,56 143.603 9,66 597.362 16,67
1986 129.904 9,56 332.694 -0,75 144.182 0,40 606.780 1,58
1987 203.047 56,31 365.575 9,88 160.040 11,00 728.662 20,09
1988 196.279 -3,33 373.409 2,14 293.171 83,19 862.859 18,42
1989 223.832 14,04 366.028 -1,98 383.668 30,87 973.528 12,83
1990 291.338 30,16 372.246 1,70 463.093 20,70 1.126.677 15,73
1991 384.594 32,01 395.183 6,16 531.219 14,71 1.310.996 16,36
1992 439.468 14,27 389.761 -1,37 638.241 20,15 1.467.470 11,94
1993 502.332 14,30 380.746 -2,31 730.109 14,39 1.613.187 9,93
1994 572.544 13,98 386.309 1,46 845.296 15,78 1.804.149 11,84
1995 658.536 15,02 404.732 4,77 961.718 13,77 2.024.986 12,24
1996 738.887 12,20 426.804 5,45 1.083.823 12,70 2.249.514 11,09
1997 813.175 10,05 517.064 21,15 1.592.057 46,89 2.922.296 29,91
1998 890.506 9,51 556.640 7,65 2.113.050 32,72 3.560.196 21,83
1999 1.041.046 16,90 576.999 3,66 2.283.757 8,08 3.901.802 9,60
2000 1.166.758 12,08 588.125 1,93 2.403.194 5,23 4.158.077 6,57
2001 1.561.031 33,79 609.947 3,71 2.542.457 5,79 4.713.435 13,36
2002 1.808.424 15,85 631.566 3,54 2.627.068 3,33 5.067.058 7,50
2003 1.854.394 2,54 662.803 4,95 2.766.360 5,30 5.283.557 4,27
2004 2.220.338 19,73 605.865 -8,59 2.458.520 -11,13 5.284.723 0,02
2005 2.356.895 6,15 529.854 -12,55 2.567.068 4,42 5.453.817 3,20
2006 2.549.572 8,18 687.428 29,74 3.357.914 30,81 6.594.914 20,92
2007 2.752.172 7,95 606.248 -11,81 3.408.416 1,50 6.766.836 2,61
2008 2.881.898 4,71 602.963 -0,54 3.878.986 13,81 7.363.847 8,82
2009 3.061.413 6,23 630.512 4,57 4.181.369 7,80 7.873.294 6,92
2010 3.387.257 10,64 631.520 0,16 4.366.617 4,43 8.385.394 6,50
2011 3.752.480 10,78 678.378 7,42 4.561.966 4,47 8.992.824 7,24
2012 4.137.620 10,26 683.227 0,71 4.751.868 4,16 9.572.715 6,45
2013 4.356.087 5,28 727.767 6,52 5.381.166 13,24 10.465.020 9,32
2014 4.422.365 1,52 729.022 0,17 5.603.414 4,13 10.754.801 2,77
2015 4.535.400 2,56 743.894 2,04 5.980.982 6,74 11.260.276 4,70
2016 4.739.318 4,50 707.428 -4,90 5.754.719 -3,78 11.201.465 -0,52
2017 5.697.892 20,23 638.143 -9,79 7.712.687 34,02 14.048.722 25,42
2018*) 5.811.785 2,00 634.690 -0,54 7.880.617 2,18 14.327.092 1,98
2019**) 5.958.502 2,52 633.924 -0,12 8.085.134 2,60 14.677.560 2,45
Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun)
1980-2019**) 25,91 3,37 13,24 10,81
2010-2019**) 7,03 0,17 7,22 6,63
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Estimasi
PR = Perkebunan Rakyat PBN = Perkebunan Besar Negara PBS = Perkebunan Besar Swasta

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 51


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Lampiran 2. Perkembangan Produksi Minyak Sawit Mentah (CPO) di


Indonesia Menurut Status Pengusahaan, 1980–2019
Produksi (Ton)
Tahun Pertumb. Pertumb. Pertumb. Pertumb.
PR PBN PBS Indonesia
(%) (%) (%) (%)
1980 770 498.858 221.544 721.172
1981 1.045 35,71 533.399 6,92 265.616 19,89 800.060 10,94
1982 2.955 182,78 598.653 12,23 285.212 7,38 886.820 10,84
1983 3.454 16,89 710.431 18,67 269.102 -5,65 982.987 10,84
1984 4.031 16,71 814.015 14,58 329.144 22,31 1.147.190 16,70
1985 43.016 967,13 861.173 5,79 339.241 3,07 1.243.430 8,39
1986 53.504 24,38 912.306 5,94 384.919 13,46 1.350.729 8,63
1987 165.162 208,69 988.480 8,35 352.413 -8,44 1.506.055 11,50
1988 156.148 -5,46 1.102.692 11,55 454.495 28,97 1.713.335 13,76
1989 183.689 17,64 1.184.226 7,39 597.039 31,36 1.964.954 14,69
1990 376.950 105,21 1.247.156 5,31 788.506 32,07 2.412.612 22,78
1991 413.319 9,65 1.360.363 9,08 883.918 12,10 2.657.600 10,15
1992 699.605 69,27 1.489.745 9,51 1.076.900 21,83 3.266.250 22,90
1993 582.021 -16,81 1.469.156 -1,38 1.370.272 27,24 3.421.449 4,75
1994 839.334 44,21 1.571.501 6,97 1.597.227 16,56 4.008.062 17,15
1995 1.001.443 19,31 1.613.848 2,69 1.864.379 16,73 4.479.670 11,77
1996 1.133.547 13,19 1.706.852 5,76 2.058.259 10,40 4.898.658 9,35
1997 1.282.823 13,17 1.586.879 -7,03 2.578.806 25,29 5.448.508 11,22
1998 1.344.569 4,81 1.501.747 -5,36 3.084.099 19,59 5.930.415 8,84
1999 1.547.811 15,12 1.468.949 -2,18 3.438.830 11,50 6.455.590 8,86
2000 1.905.653 23,12 1.460.954 -0,54 3.633.901 5,67 7.000.508 8,44
2001 2.798.032 46,83 1.519.289 3,99 4.079.151 12,25 8.396.472 19,94
2002 3.426.740 22,47 1.607.734 5,82 4.587.871 12,47 9.622.345 14,60
2003 3.517.324 2,64 1.750.651 8,89 5.172.859 12,75 10.440.834 8,51
2004 3.847.157 9,38 1.617.706 -7,59 5.365.526 3,72 10.830.389 3,73
2005 4.500.769 16,99 1.449.254 -10,41 5.911.592 10,18 11.861.615 9,52
2006 5.783.088 28,49 2.313.729 59,65 9.254.031 56,54 17.350.848 46,28
2007 6.358.389 9,95 2.117.035 -8,50 9.189.301 -0,70 17.664.725 1,81
2008 6.923.042 8,88 1.938.134 -8,45 8.678.612 -5,56 17.539.788 -0,71
2009 7.517.716 8,59 2.005.880 3,50 9.800.697 12,93 19.324.293 10,17
2010 8.458.709 12,52 1.890.503 -5,75 11.608.907 18,45 21.958.120 13,63
2011 8.797.924 4,01 2.045.562 8,20 12.253.055 5,55 23.096.541 5,18
2012 9.197.728 4,54 2.133.007 4,27 14.684.783 19,85 26.015.518 12,64
2013 10.010.728 8,84 2.144.651 0,55 15.626.625 6,41 27.782.004 6,79
2014 10.205.395 1,94 2.229.336 3,95 16.843.459 7,79 29.278.189 5,39
2015 10.527.791 3,16 2.346.822 5,27 18.195.402 8,03 31.070.015 6,12
2015 11.575.542 9,95 1.887.999 -19,55 18.267.420 0,40 31.730.961 2,13
2017 13.191.189 13,96 1.861.263 -1,42 22.912.772 25,43 37.965.224 19,65
2018*) 13.999.750 6,13 2.077.854 11,64 24.489.625 6,88 40.567.229 6,85
2019**) 14.846.112 6,05 2.095.457 0,85 25.927.859 5,87 42.869.428 5,68
Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun)
1980-2019**) 51,03 4,34 13,60 11,29
2010-2019**) 7,11 0,80 10,47 8,41
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
*)
Keterangan : Angka Sementara **) Angka Estimasi
Keterangan : PR = Perkebunan Rakyat PBN = Perkebunan Besar Negara PBS = Perkebunan Besar Swasta
Keterangan : Wujud Produksi: Minyak Sawit Mentah (Crude Palm Oil / CPO)

52 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

Lampiran 3. Perkembangan Produksi Minyak Inti Sawit (KPO) di Indonesia


Menurut Status Pengusahaan, 1980–2019
Produksi (Ton)
Tahun Pertumb. Pertumb. Pertumb. Pertumb.
PR PBN PBS Indonesia
(%) (%) (%) (%)
1980 89.731 38.218 127.949
1981 100.020 11,47 40.659 6,39 140.679 9,95
1982 410 109.976 9,95 46.642 14,72 157.028 11,62
1983 539 31,46 96.338 -12,40 67.539 44,80 164.416 4,70
1984 826 53,25 177.477 84,22 69.058 2,25 247.361 50,45
1985 8.816 967,31 178.675 0,68 70.966 2,76 258.457 4,49
1986 11.663 32,29 198.865 11,30 73.000 2,87 283.528 9,70
1987 29.933 156,65 213.050 7,13 76.066 4,20 319.049 12,53
1988 31.230 4,33 220.538 3,51 90.899 19,50 342.667 7,40
1989 36.736 17,63 236.745 7,35 119.408 31,36 392.889 14,66
1990 75.390 105,22 249.431 5,36 178.982 49,89 503.803 28,23
1991 85.443 13,33 285.096 14,30 180.806 1,02 551.345 9,44
1992 99.822 16,83 287.896 0,98 171.556 -5,12 559.274 1,44
1993 104.646 4,83 288.762 0,30 208.821 21,72 602.229 7,68
1994 162.307 55,10 338.741 17,31 295.489 41,50 796.537 32,26
1995 195.533 20,47 384.393 13,48 362.137 22,56 942.063 18,27
1996 233.462 19,40 396.850 3,24 454.364 25,47 1.084.676 15,14
1997 256.565 9,90 322.947 -18,62 515.761 13,51 1.095.273 0,98
1998 268.914 4,81 300.349 -7,00 616.820 19,59 1.186.083 8,29
1999 309.562 15,12 293.790 -2,18 687.766 11,50 1.291.118 8,86
2000 381.131 23,12 292.191 -0,54 726.780 5,67 1.400.102 8,44
2001 557.917 46,38 303.858 3,99 813.901 11,99 1.675.676 19,68
2002 621.346 11,37 313.390 3,14 896.333 10,13 1.831.069 9,27
2003 668.292 7,56 350.130 11,72 1.086.300 21,19 2.104.722 14,94
2004 730.960 9,38 355.895 1,65 1.180.416 8,66 2.267.271 7,72
2005 855.146 16,99 318.836 -10,41 1.300.550 10,18 2.474.532 9,14
2006 1.156.618 35,25 462.746 45,14 1.850.806 42,31 3.470.170 40,24
2007 1.271.678 9,95 423.407 -8,50 1.837.860 -0,70 3.532.945 1,81
2008 1.384.608 8,88 387.627 -8,45 1.735.722 -5,56 3.507.958 -0,71
2009 1.503.543 8,59 401.176 3,50 1.960.139 12,93 3.864.859 10,17
2010 1.691.742 12,52 378.101 -5,75 2.321.781 18,45 4.391.624 13,63
2011 1.759.585 4,01 409.112 8,20 2.450.611 5,55 4.619.308 5,18
2012 1.839.546 4,54 426.601 4,27 2.936.957 19,85 5.203.104 12,64
2013 2.002.146 8,84 428.930 0,55 3.125.325 6,41 5.556.401 6,79
2014 2.041.079 1,94 445.867 3,95 3.368.692 7,79 5.855.638 5,39
2015 2.105.558 3,16 469.364 5,27 3.639.080 8,03 6.214.002 6,12
2016 2.315.108 9,95 377.600 -19,55 3.653.484 0,40 6.346.192 2,13
2017 2.638.238 13,96 372.253 -1,42 4.582.554 25,43 7.593.045 19,65
*)
2018 2.799.950 6,13 415.571 11,64 4.897.925 6,88 8.113.446 6,85
**)
2019 2.969.222 6,05 419.091 0,85 5.185.572 5,87 8.573.886 5,68
Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun)
**)
1980-2019 48,01 5,12 14,15 11,82
**)
2010-2019 7,11 0,80 10,47 8,41
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
*)
Keterangan : Angka Sementara **) Angka Estimasi
Keterangan : PR = Perkebunan Rakyat PBN = Perkebunan Besar Negara PBS = Perkebunan Besar Swasta
Keterangan : Wujud Produksi: Minyak Inti Sawit (Kernel Palm Oil / KPO)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 53


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Lampiran 4. Perkembangan Produktivitas Minyak Kelapa Sawit


(CPO dan KPO) di Indonesia, 1995–2019
Luas TM Kelapa Produksi (Ton) Produktivitas (Kg/Ha) Pertumbuhan (%)
Tahun
Sawit (Ha) CPO KPO CPO KPO CPO KPO
1995 1.238.699 4.479.670 942.063 3.616 761
1996 1.428.350 4.898.658 1.084.676 3.430 759 -5,17 -0,15
1997 1.575.123 5.448.508 1.095.273 3.459 695 0,86 -8,43
1998 1.699.478 5.930.415 1.186.083 3.490 698 0,88 0,37
1999 2.005.415 6.455.590 1.291.118 3.219 644 -7,75 -7,75
2000 2.451.065 7.000.508 1.400.102 2.856 571 -11,28 -11,28
2001 2.956.114 8.396.472 1.675.676 2.840 567 -0,55 -0,77
2002 3.307.419 9.622.345 1.831.069 2.909 554 2,43 -2,33
2003 3.428.580 10.440.834 2.104.722 3.045 614 4,67 10,88
2004 3.823.324 10.830.389 2.267.271 2.833 593 -6,98 -3,40
2005 4.054.683 11.861.615 2.474.532 2.925 610 3,27 2,91
2006 4.960.529 17.350.848 3.470.170 3.498 700 19,57 14,63
2007 4.881.335 17.664.725 3.532.945 3.619 724 3,46 3,46
2008 5.122.275 17.539.788 3.507.958 3.424 685 -5,38 -5,38
2009 5.541.422 19.324.293 3.864.859 3.487 697 1,84 1,84
2010 6.108.275 21.958.120 4.391.624 3.595 719 3,08 3,08
2011 6.550.800 23.096.541 4.619.308 3.526 705 -1,92 -1,92
2012 6.989.653 26.015.518 5.203.104 3.722 744 5,57 5,57
2013 7.856.254 27.782.004 5.556.401 3.536 707 -4,99 -4,99
2014 8.129.570 29.278.189 5.855.638 3.601 720 1,84 1,84
2015 8.571.323 31.070.015 6.214.002 3.625 725 0,65 0,65
2016 8.843.871 31.730.961 6.346.192 3.588 718 -1,02 -1,02
2017 10.448.224 37.965.224 7.593.045 3.634 727 1,28 1,28
2018*) 11.132.101 40.567.230 8.113.446 3.644 729 0,29 0,29
2019**) 11.581.621 42.869.429 8.573.886 3.702 740 1,59 1,57
Rata-rata Pertumbuhan (%/tahun)

1995-2019**) 0,26 0,04

2010-2019**) 0,64 0,64

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin


Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Estimasi
Keterangan : TM = Tanaman Menghasilkan
Keterangan : Wujud Produksi: Minyak Sawit Mentah (Crude Palm Oil / CPO)
Keterangan : Wujud Produksi: Minyak Inti Sawit (Kernel Palm Oil / KPO)

54 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

Lampiran 5. Provinsi Sentra Produksi Minyak Sawit Mentah (CPO)


Terbesar di Indonesia, 2015-2019
Produksi CPO (Ton) Share
No Provinsi Share
2015 2016 2017 2018*) 2019**) Rata-rata Kumulatif

1 Riau 8.059.846 7.668.081 8.113.852 8.586.379 8.864.883 8.258.608 22,42% 22,42%


2 Kalimantan Tengah 3.572.982 4.260.093 5.778.611 6.040.785 6.279.857 5.186.466 14,08% 36,50%
3 Sumatera Utara 5.193.135 3.983.730 5.119.497 5.370.980 5.623.054 5.058.079 13,73% 50,22%
4 Sumatera Selatan 2.821.938 2.929.452 3.199.481 3.417.140 3.767.108 3.227.024 8,76% 58,98%
5 Kalimantan Barat 2.168.136 2.192.591 2.784.180 2.929.360 3.095.601 2.633.974 7,15% 66,13%
6 Kalimantan Timur 1.586.624 2.358.392 2.840.710 2.966.438 3.164.793 2.583.391 7,01% 73,15%
7 Jambi 1.794.874 1.435.141 1.849.969 2.036.799 2.202.546 1.863.866 5,06% 78,21%
8 Kalimantan Selatan 1.049.463 1.750.389 1.933.721 2.156.716 2.371.829 1.852.424 5,03% 83,23%
9 Sumatera Barat 926.618 1.183.058 1.302.952 1.593.643 1.689.656 1.339.185 3,64% 86,87%
10 Lainnya 3.896.397 3.970.034 5.042.251 5.468.989 5.810.102 4.837.555 13,13% 100,00%
Indonesia 31.070.015 31.730.961 37.965.224 40.567.229 42.869.429 36.840.572 100%
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
Keterangan : *) Angka Sementara
Keterangan : **) Angka Estimasi
Keterangan : Wujud Produksi Minyak Sawit Mentah/CPO

Lampiran 6. Kabupaten Sentra Produksi Minyak Sawit Mentah (CPO)


di Riau, 2017

Produksi CPO (Ton) Share


Share
No Kabupaten kumulatif
PR PBN PBS Total (%)
(%)
1 Kab. Rokan Hulu 645.531 81.766 778.481 1.505.778 18,56 18,56
2 Kab. Pelalawan 489.069 826.801 1.315.870 16,22 34,78
3 Kab. Kampar 529.599 99.720 568.962 1.198.281 14,77 49,54
4 Kab. Siak 701.094 15.312 388.495 1.104.901 13,62 63,16
5 Kab. Rokan Hilir 512.061 11.574 293.064 816.699 10,07 73,23
6 Kab. Indragiri Hilir 270.742 476.171 746.913 9,21 82,43
7 Kab. Indragiri Hulu 214.864 21.207 210.946 447.017 5,51 87,94
8 Kab. Kuantan Sengingi 170.517 8.938 264.979 444.434 5,48 93,42
9 Kab. Bengkalis 303.125 119.715 422.840 5,21 98,63
10 Kab. Dumai 78.830 78.830 0,97 99,60
11 Kota Pekanbaru 2.856 29.434 32.290 0,40 100,00
Total 3.918.288 238.517 3.957.048 8.113.853 100,00
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan
Keterangan : Wujud Produksi Minyak Sawit Mentah/CPO

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 55


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Lampiran 7. Kabupaten Sentra Produksi Minyak Sawit Mentah (CPO) di


Kalimantan Tengah, 2017

Produksi CPO (Ton) Share


Share
No Kabupaten kumulatif
PR PBN PBS Total (%)
(%)
1 Kab. Kotawaringin Timur 28.106 1.914.600 1.942.706 33,62 33,62
2 Kab. Lamandau 55.922 1.099.254 1.155.176 19,99 53,61
3 Kab. Kotawaringin Barat 72.553 850.517 923.070 15,97 69,58
4 Kab. Seruyan 31.771 699.402 731.173 12,65 82,24
5 Kab. Kapuas 1.181 326.998 328.179 5,68 87,92
6 Kab. Katingan 11.454 202.095 213.549 3,70 91,61
7 Kab. Sukamara 37.186 98.151 135.337 2,34 93,95
8 Kab. Pulang Pisau 4.424 119.640 124.064 2,15 96,10
9 Kab. Gunung Mas 2.791 101.795 104.586 1,81 97,91
10 Kab. Barito Utara 5.971 78.187 84.158 1,46 99,37
11 Kab. Barito Timur 178 20.735 20.913 0,36 99,73
12 Kab. Barito Selatan 11 15.172 15.183 0,26 99,99
13 Kota Palangka Raya 520 520 0,01 100,00
14 Kab. Murung Raya 0 0 0,00 100,00
Total 252.068 0 5.526.546 5.778.614 100,00
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan
Keterangan : Wujud Produksi Minyak Sawit Mentah/CPO

56 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

Lampiran 8. Kabupaten Sentra Produksi Minyak Sawit Mentah (CPO) di


Sumatera Utara, 2017

Produksi CPO (Ton) Share


Share
No Kabupaten kumulatif
PR PBN PBS Total (%)
(%)
1 Kab. Labuhan Batu 164.239 137.211 793.926 1.095.376 21,40 21,40
2 Kab. Asahan 484.383 180.779 199.904 865.066 16,90 38,29
3 Kab. Lab. Batu Selatan 188.138 243.404 232.796 664.338 12,98 51,27
4 Kab. Langkat 204.576 103.755 187.666 495.997 9,69 60,96
5 Kab. Simalungun 166.168 239.140 58.497 463.805 9,06 70,02
6 Kab. Lab. Batu Utara 280.643 9.375 167.123 457.141 8,93 78,95
7 Kab. Serdang Bedagai 51.283 100.842 119.535 271.660 5,31 84,25
8 Kab. Padang Lawas 179.394 8.703 188.097 3,67 87,93
9 Kab. Deli Serdang 54.058 17.501 105.159 176.718 3,45 91,38
10 Kab. Mandailing Natal 88.263 19.241 65.774 173.278 3,38 94,76
11 Kab. Padang Lawas Utara 89.868 89.868 1,76 96,52
12 Kab. Tapanuli Selatan 16.933 4.677 42.032 63.642 1,24 97,76
13 Kab. Tapanuli Tengah 10.809 51.681 62.490 1,22 98,98
14 Kab. Batubara 24.418 10.272 34.690 0,68 99,66
15 Kab. Karo 7.223 2.378 9.601 0,19 99,85
16 Kab. Toba Samosir 3.482 3.482 0,07 99,92
17 Kab. Pak-pak Bharat 1.541 1.541 0,03 99,95
18 Kab. Nias Selatan 1.256 1.256 0,02 99,97
19 Kab. Dairi 832 832 0,02 99,99
20 Kab. Humbang Hasundutan 531 531 0,01 100,00
21 Kab. Tapanuli Utara 52 52 0,00 100,00
22 Kab. Padang Sidempuan 36 36 0,00 100,00
Total 2.018.126 1.074.900 2.026.471 5.119.497 100,00
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan
Keterangan : Wujud Produksi Minyak Sawit Mentah/CPO

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 57


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Lampiran 9. Perkembangan Harga Minyak Sawit Mentah (CPO)


di Pasar Domestik, 2013-2017

Harga Domestik (Rp/Kg)


Bulan
2013 2014 2015 2016 2017 Rata-rata

Januari 7.664 9.739 7.683 6.724 10.366 8.510


Februari 7.921 10.002 7.894 7.547 9.796 8.731
Maret 7.738 10.223 8.276 8.144 9.019 8.862
April 7.588 9.664 8.074 8.676 8.375 8.741
Mei 7.728 9.610 8.197 8.629 8.907 8.656
Juni 7.927 9.454 8.451 8.508 8.471 8.574
Juli 7.802 9.146 8.044 8.003 8.114 8.330
Agustus 8.264 8.126 6.487 8.817 8.347 8.125
September 8.719 10.835 6.454 9.329 8.895 8.791
Oktober 9.005 7.947 6.893 8.691 8.973 8.122
November 9.931 8.027 6.500 9.297 8.848 8.290
Desember 10.203 7.623 6.691 9.910 8.414 8.290
Harga Tahunan 8.374 9.200 7.470 8.523 8.877 8.427

Pertumbuhan -2,25% 9,86% -18,80% 14,09% 4,15% 0,73%


Sumber : Ditjen Perkebunan, diolah Pusdatin

58 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

Lampiran 10. Perkembangan Konsumsi Minyak Goreng Sawit Setara


CPO Indonesia, 2002-2018

Konsumsi Jumlah Total Konsumsi (Ton)


Pertumbuhan
Tahun per Kapita Penduduk
Minyak (%)
(Kg) (000 Jiwa) Setara CPO
Goreng Sawit
2002 4,38 210.501 921.992 1.350.311
2003 4,34 213.237 925.022 1.354.749 0,33
2004 4,67 216.009 1.009.195 1.478.024 9,10
2005 4,80 218.869 1.049.914 1.537.659 4,03
2006 4,80 221.714 1.063.562 1.557.649 1,30
2007 5,92 224.596 1.330.284 1.948.278 25,08
2008 6,38 227.516 1.452.008 2.126.549 9,15
2009 6,55 230.474 1.509.373 2.210.564 3,95
2010 6,42 238.519 1.532.245 2.244.061 1,52
2011 6,59 241.991 1.594.961 2.335.912 4,09
2012 7,47 245.425 1.832.590 2.683.934 14,90
2013 7,13 248.818 1.774.820 2.599.326 -3,15
2014 7,68 252.165 1.937.382 2.837.408 9,16
2015 8,97 255.462 2.291.236 3.355.647 18,26
2016 9,34 258.705 2.417.340 3.540.333 5,50
2017 8,58 261.891 2.245.714 3.288.978 -7,10
2018 8,69 264.162 2.296.093 3.362.760 2,24
Rata-rata pertumbuhan (%) 6,15
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
Keterangan : Asumsi konversi CPO ke minyak goreng adalah 68,28%

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 59


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Lampiran 11. Perkembangan Produksi Biodiesel Indonesia, 2009-2018

Produksi Biodiesel
Setara CPO Pertumbuhan
Tahun
(Ton) (%)
Dalam Kilo
Dalam Ton
Liter

2009 190.000 160.170 144.153


2010 243.000 204.849 184.364 0,28
2011 1.812.000 1.527.516 1.374.764 645,68
2012 2.221.000 1.872.303 1.685.073 22,57
2013 2.805.000 2.364.615 2.128.154 26,29
2014 3.961.000 3.339.123 3.005.211 41,21
2015 1.653.000 1.393.479 1.254.131 -58,27
2016 3.656.000 3.082.008 2.773.807 121,17
2017 3.416.000 2.879.688 2.591.719 -6,56
2018 6.168.000 5.199.624 4.679.662 80,56
Rata-rata pertumbuhan (%) 96,99
Sumber : Kementerian ESDM, diolah Pusdatin
Keterangan: 1 kilo liter biodiesel setara dengan 0.843 ton (Sumber: BP, 2019)
Keterangan: Asumsi konversi Biodiesel ke CPO adalah 90%

60 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

Lampiran 12. Perkembangan Ekspor dan Impor Minyak Sawit


(CPO dan KPO) Indonesia, 1981 – 2017
Ekspor Impor
Neraca
Tahun Volume Pertumb. Nilai Pertumb. Volume Pertumb. Nilai Pertumb. (000 US$)
(Ton) (%) (000 US$) (%) (Ton) (%) (000 US$) (%)
1981 201.251 108.846 33.325 17.496 91.350
1982 262.035 30,20 97.274 -10,63 124 -99,63 62 -99,65 97.212
1983 345.777 31,96 111.462 14,59 121 -2,42 47 -24,19 111.415
1984 142.660 -58,74 63.602 -42,94 60.134 49.597,52 31.966 67.912,77 31.636
1985 616.815 332,37 238.403 274,84 38.181 -36,51 20.761 -35,05 217.642
1986 608.748 -1,31 122.588 -48,58 8.820 -76,90 2.129 -89,75 120.459
1987 638.420 4,87 176.775 44,20 165.991 1.781,98 62.521 2.836,64 114.254
1988 974.566 52,65 392.195 121,86 302.680 82,35 120.669 93,01 271.526
1989 917.291 -5,88 292.728 -25,36 412.453 36,27 224.939 86,41 67.789
1990 1.173.883 27,97 247.689 -15,39 26.713 -93,52 7.966 -96,46 239.723
1991 1.304.011 11,09 408.235 64,82 55.367 107,27 21.694 172,33 386.541
1992 1.252.813 -3,93 466.335 14,23 325.965 488,74 125.608 479,00 340.727
1993 1.907.237 52,24 692.817 48,57 155.266 -52,37 55.615 -55,72 637.202
1994 1.971.707 3,38 895.394 29,24 137.554 -11,41 63.703 14,54 831.691
1995 1.576.423 -20,05 934.681 4,39 54.024 -60,73 51.390 -19,33 883.291
1996 2.013.275 27,71 1.060.583 13,47 110.685 104,88 63.908 24,36 996.675
1997 3.470.568 72,38 1.740.355 64,09 94.839 -14,32 58.467 -8,51 1.681.888
1998 1.826.287 -47,38 940.724 -45,95 18.172 -80,84 8.985 -84,63 931.739
1999 3.896.830 113,37 1.462.217 55,44 2.857 -84,28 1.547 -82,78 1.460.670
2000 4.688.852 20,32 1.326.398 -9,29 7.988 179,59 6.424 315,26 1.319.974
2001 5.485.144 16,98 1.227.165 -7,48 5.115 -35,97 2.524 -60,71 1.224.641
2002 7.072.124 28,93 2.348.638 91,39 11.861 131,89 4.645 84,03 2.343.993
2003 7.046.303 -0,37 2.719.304 15,78 5.606 -52,74 3.267 -29,67 2.716.037
2004 9.565.974 35,76 3.944.457 45,05 7.884 40,64 5.094 55,92 3.939.363
2005 11.418.987 19,37 4.344.303 10,14 14.067 78,42 8.366 64,23 4.335.937
2006 11.745.954 2,86 4.139.286 -4,72 3.031 -78,45 2.494 -70,19 4.136.792
2007 13.210.742 12,47 8.866.445 114,20 4.661 53,78 7.036 182,12 8.859.409
2008 18.141.006 37,32 14.110.229 59,14 10.994 135,87 8.953 27,25 14.101.276
2009 21.151.126 16,59 11.605.431 -17,75 24.484 122,70 16.822 87,89 11.588.609
2010 20.394.174 -3,58 15.413.639 32,81 48.511 98,13 43.435 158,20 15.370.204
2011 20.972.382 2,84 19.753.190 28,15 24.610 -49,27 29.809 -31,37 19.723.381
2012 20.296.759 -3,22 19.097.464 -3,32 1.256 -94,90 2.047 -93,13 19.095.417
2013 22.222.508 9,49 17.140.435 -10,25 65.887 5.145,78 47.475 2.219,25 17.092.960
2014 24.372.011 9,67 19.005.313 10,88 315 -99,52 802 -98,31 19.004.511
2015 28.276.871 16,02 16.943.095 -10,85 7.582 2.306,98 4.654 480,30 16.938.441
2016 24.336.303 -13,94 16.275.696 -3,94 2.676 -64,71 4.144 -10,96 16.271.552
2017 29.135.179 19,72 20.802.709 27,81 5.708 113,30 6.972 68,24 20.795.737
Rata-rata Pertumbuhan (%/tahun)
1981-2017 23,62 25,80 1.653,27 2.065,87
2010-2017 4,63 8,91 919,48 336,53
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 61


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Lampiran 13. Negara-negara Tujuan Ekspor Minyak Sawit (CPO dan KPO)
Indonesia, 2014 – 2018

Negara Tujuan Volume Ekspor CPO dan KPO, Segar dan Olahan (Kg) Share
No Rata-rata Share (%)
Ekspor 2014 2015 2016 2017 2018 Kumulatif (%)

1 India 4.991.142.874 5.890.434.187 5.468.334.878 7.385.986.217 6.033.551.839 5.953.889.999 19,13 19,13


2 Tiongkok 3.070.858.882 4.493.018.479 3.401.423.634 3.935.531.201 3.904.772.132 3.761.120.865 12,08 31,21
3 Belanda 2.702.307.701 3.167.966.427 2.575.060.813 2.904.595.436 2.859.525.871 2.841.891.250 9,13 40,34
4 Pakistan 1.857.177.486 2.345.358.267 2.139.659.034 2.228.864.746 2.213.619.011 2.156.935.709 6,93 47,27
5 Italia 1.369.052.691 1.206.226.103 1.012.170.261 1.128.561.397 1.129.118.231 1.169.025.737 3,76 51,02
6 Selandia Baru 1.065.589.694 1.169.056.505 963.208.638 1.305.667.224 1.142.618.552 1.129.228.123 3,63 54,65
7 Spanyol 924.201.886 1.014.878.270 1.125.696.552 1.377.498.309 1.121.554.867 1.112.765.977 3,57 58,22
8 Mesir 1.039.847.002 1.156.317.439 999.245.083 1.201.453.673 1.066.777.765 1.092.728.192 3,51 61,74
9 Bangladesh 1.049.904.117 1.142.956.504 933.581.727 1.239.395.479 1.155.013.833 1.104.170.332 3,55 65,28
10 Lainnya 9.947.025.497 10.957.100.136 9.874.688.623 10.811.657.474 12.446.472.355 10.807.388.817 34,72 100,00
Dunia 28.017.107.830 32.543.312.317 28.493.069.243 33.519.211.155 33.073.024.455 31.129.145.000 100,00
Sumber: BPS, diolah Pusdatin
Wujud Produksi: Minyak Sawit Mentah (CPO) dan Minyak Inti Sawit (KPO)

Lampiran 14. Negara-negara Asal Impor Minyak Sawit (CPO dan KPO)
Indonesia, 2014 – 2018

Negara Asal Volume Impor CPO dan KPO, Segar dan Olahan (Kg) Share
No Rata-rata Share (%)
Impor 2014 2015 2016 2017 2018 Kumulatif (%)

1 Malaysia 2.935.745 1.997.611 1.558.472 2.237.406 2.102.624 2.166.372 36,22 36,22


2 India 0 7.505.781 0 15 0 1.501.159 25,10 61,32
3 Singapura 1.822.858 1.570.048 1.127.207 1.052.207 1.236.050 1.361.674 22,77 84,09
4 Filipina 0 0 2.500.000 0 0 500.000 8,36 92,45
5 Tiongkok 0 0 60 2.062.675 89.631 430.473 7,20 99,64
6 Amerika Serikat 181 196 48.324 6.940 36.792 18.487 0,31 99,95
7 Jerman 0 6.900 0 0 70 1.394 0,02 99,98
8 Papua Nugini 890 1.240 2.574 0 0 941 0,02 99,99
9 Australia 558 0 0 0 0 112 0,00 99,99
10 Lainnya 158 240 1.402 27 0 365 0,01 100,00
Dunia 4.760.390 11.082.016 5.238.039 5.359.270 3.465.167 5.980.976 100,00
Sumber: BPS, diolah Pusdatin
Wujud Produksi: Minyak Inti Sawit / Kernel Palm Oil (KPO)

62 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

Lampiran 15. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan, Produksi dan


Produktivitas Tandan Buah Sawit Dunia, 1980 – 2017

Luas TM Produksi Produktivitas


Tahun Pertumb. Pertumb. Pertumb.
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
(%) (%) (%)
1980 4.276.828 29.858.675 6,98
1981 4.077.535 -4,66 31.000.047 3,82 7,60 8,90
1982 4.190.963 2,78 35.756.699 15,34 8,53 12,22
1983 4.225.265 0,82 33.295.322 -6,88 7,88 -7,64
1984 4.668.824 10,50 40.399.328 21,34 8,65 9,81
1985 4.898.899 4,93 43.223.956 6,99 8,82 1,97
1986 5.146.653 5,06 46.917.489 8,55 9,12 3,32
1987 5.301.514 3,01 48.090.189 2,50 9,07 -0,49
1988 5.577.146 5,20 52.956.114 10,12 9,50 4,68
1989 5.857.284 5,02 58.856.609 11,14 10,05 5,83
1990 6.115.211 4,40 60.902.077 3,48 9,96 -0,89
1991 6.804.335 11,27 63.309.789 3,95 9,30 -6,57
1992 7.197.393 5,78 67.369.074 6,41 9,36 0,60
1993 7.533.612 4,67 79.168.254 17,51 10,51 12,27
1994 7.858.343 4,31 81.729.104 3,23 10,40 -1,03
1995 8.358.624 6,37 88.598.733 8,41 10,60 1,92
1996 8.819.358 5,51 93.570.474 5,61 10,61 0,09
1997 9.231.671 4,68 99.429.878 6,26 10,77 1,52
1998 9.637.496 4,40 99.171.563 -0,26 10,29 -4,46
1999 10.004.661 3,81 114.698.037 15,66 11,46 11,41
2000 10.386.924 3,82 120.791.979 5,31 11,63 1,44
2001 10.856.276 4,52 129.263.500 7,01 11,91 2,39
2002 11.679.813 7,59 135.952.564 5,17 11,64 -2,24
2003 12.283.549 5,17 150.756.716 10,89 12,27 5,44
2004 12.798.576 4,19 163.890.670 8,71 12,81 4,34
2005 13.460.999 5,18 182.419.265 11,31 13,55 5,83
2006 13.859.768 2,96 196.425.069 7,68 14,17 4,58
2007 14.566.794 5,10 193.593.906 -1,44 13,29 -6,23
2008 15.368.615 5,50 213.403.474 10,23 13,89 4,48
2009 16.158.445 5,14 216.414.772 1,41 13,39 -3,55
2010 16.878.176 4,45 223.773.974 3,40 13,26 -1,01
2011 17.543.879 3,94 244.387.751 9,21 13,93 5,07
2012 18.266.282 4,12 256.568.919 4,98 14,05 0,83
2013 18.657.777 2,14 265.060.825 3,31 14,21 1,14
2014 19.406.028 4,01 286.692.390 8,16 14,77 3,99
2015 20.263.105 4,42 300.173.246 4,70 14,81 0,27
2016 20.988.580 3,58 296.821.512 -1,12 14,14 -4,53
2017 21.354.320 1,74 317.571.421 6,99 14,87 5,16
Rata-rata pertumbuhan (%)
1980-2017 4,47 6,73 2,18
2010-2017 3,55 4,96 1,37
Sumber: FAO, diolah Pusdatin
Keterangan: Wujud Tandan Buah Segar (TBS)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 63


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Lampiran 16. Negara dengan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit


Terbesar di Dunia, 2013 – 2017

Luas Tanaman Menghasilkan TBS (Ha)


No Negara Kumulatif
2013 2014 2015 2016 2017 Rata-rata Share (%)
(%)
1 Indonesia 7.080.000 8.150.000 8.630.000 9.168.221 9.277.690 8.461.182 42,02 42,02
2 Malaysia 5.229.739 4.689.321 4.859.397 5.001.438 5.110.713 4.978.122 24,72 66,75
3 Nigeria 3.000.000 3.021.311 3.076.881 3.055.248 3.037.291 3.038.146 15,09 81,84
4 Thailand 603.700 643.811 648.198 656.669 756.630 661.802 3,29 85,13
5 Ghana 318.760 349.040 349.040 349.040 364.595 346.095 1,72 86,85
6 Guinea 310.000 311.320 314.534 314.653 315.053 313.112 1,56 88,40
7 Pantai Gading 270.000 270.000 274.000 320.378 354.236 297.723 1,48 89,88
8 Kolombia 252.742 275.055 308.908 275.799 280.344 278.570 1,38 91,26
9 Ekuador 218.833 272.011 290.343 263.839 260.292 261.064 1,30 92,56
10 Lainnya 1.374.003 1.424.158 1.511.805 1.583.297 1.597.477 1.498.148 7,44 100,00
Dunia 18.657.777 19.406.027 20.263.106 20.988.582 21.354.321 20.133.963 100,00
Sumber: FAO, diolah Pusdatin

Lampiran 17. Negara-negara Produsen Kelapa Sawit Terbesar di Dunia,


2013 – 2017
Produksi TBS (Ton)
No Negara Kumulatif
2013 2014 2015 2016 2017 Rata-rata Share (%)
(%)
1 Indonesia 120.000.000 139.454.567 148.775.321 156.876.328 158.343.062 144.689.856 49,34 49,34
2 Malaysia 94.917.736 95.380.438 98.344.073 86.325.309 101.740.900 95.341.691 32,51 81,85
3 Thailand 12.434.520 12.472.505 11.058.720 12.114.287 14.591.343 12.534.275 4,27 86,12
4 Nigeria 8.000.000 7.968.307 7.902.277 7.822.660 7.759.426 7.890.534 2,69 88,81
5 Kolombia 5.053.170 5.531.895 6.249.380 5.612.267 5.738.006 5.636.944 1,92 90,74
6 Ekuador 2.316.838 3.468.510 4.175.659 3.124.069 3.275.993 3.272.214 1,12 91,85
7 Kamerun 2.450.000 2.449.417 2.768.058 2.961.237 3.110.296 2.747.802 0,94 92,79
8 Ghana 2.326.920 2.443.270 2.443.000 2.443.000 2.469.763 2.425.191 0,83 93,61
9 Papua Nugini 2.100.000 2.159.218 2.264.604 2.357.112 2.434.698 2.263.126 0,77 94,39
10 Lainnya 15.461.642 15.364.262 16.192.154 17.185.246 18.107.932 16.462.247 5,61 100,00
Dunia 265.060.826 286.692.389 300.173.246 296.821.515 317.571.419 293.263.879 100,00
Sumber: FAO, diolah Pusdatin

64 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

Lampiran 18. Negara Dengan Produktivitas Minyak Sawit Terbesar di Dunia,


2013 – 2017
Produktivitas TBS (Ton/Ha)
No Negara
2013 2014 2015 2016 2017 Rata-rata
1 Kolombia 19,99 20,11 20,23 20,35 20,47 20,23
2 Malaysia 18,15 20,34 20,24 17,26 19,91 19,18
3 Thailand 20,60 19,37 17,06 18,45 19,28 18,95
4 Kamerun 18,15 18,29 18,72 18,43 18,28 18,37
5 Indonesia 16,95 17,11 17,24 17,11 17,07 17,10
6 Benin 15,56 16,09 17,35 17,36 17,65 16,80
7 Solomon Islands 15,00 14,92 14,72 14,46 14,29 14,68
8 Peru 11,93 16,44 15,86 14,42 14,45 14,62
9 Kosta Rika 17,50 11,38 11,75 15,04 15,04 14,14
10 Lainnya 10,08 9,89 9,81 9,61 9,84 9,85
Dunia 11,52 11,37 11,28 11,12 11,38 11,33
Sumber: FAO, diolah Pusdatin

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 65


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Lampiran 19. Perkembangan Volume Ekspor - Impor Minyak Sawit Mentah


(CPO) Dunia, 1980 – 2016

Ekspor Impor
Tahun
(Ton) Pertumb. (%) (Ton) Pertumb. (%)
1980 3.616.636 3.411.586
1981 3.228.445 -10,73 3.223.574 -5,51
1982 3.776.075 16,96 3.688.055 14,41
1983 4.016.523 6,37 3.918.362 6,24
1984 4.317.579 7,50 3.902.161 -0,41
1985 5.221.475 20,94 4.874.999 24,93
1986 6.242.040 19,55 6.004.806 23,18
1987 5.780.610 -7,39 5.804.379 -3,34
1988 5.989.056 3,61 5.739.452 -1,12
1989 7.048.160 17,68 6.647.650 15,82
1990 8.071.864 14,52 7.847.017 18,04
1991 8.212.863 1,75 7.730.471 -1,49
1992 8.182.294 -0,37 7.722.587 -0,10
1993 9.071.773 10,87 8.338.060 7,97
1994 10.807.265 19,13 9.713.230 16,49
1995 10.216.665 -5,46 9.619.174 -0,97
1996 11.411.185 11,69 9.699.994 0,84
1997 12.373.697 8,43 9.906.528 2,13
1998 10.454.729 -15,51 10.356.906 4,55
1999 13.733.479 31,36 11.935.890 15,25
2000 14.161.933 3,12 13.357.780 11,91
2001 17.063.269 20,49 15.347.143 14,89
2002 18.816.989 10,28 17.432.800 13,59
2003 21.087.519 12,07 20.468.237 17,41
2004 23.559.446 11,72 23.396.365 14,31
2005 26.768.219 13,62 25.203.784 7,73
2006 29.956.190 11,91 28.856.544 14,49
2007 26.210.559 -12,50 27.118.117 -6,02
2008 33.379.262 27,35 32.748.988 20,76
2009 35.175.978 5,38 34.905.595 6,59
2010 35.270.692 0,27 34.391.338 -1,47
2011 37.042.893 5,02 36.599.149 6,42
2012 39.303.581 6,10 40.022.334 9,35
2013 41.654.482 5,98 43.862.830 9,60
2014 43.108.377 3,49 42.918.463 -2,15
2015 47.279.089 9,67 46.984.707 9,47
2016 42.139.776 -10,87 42.184.520 -10,22
Rata-rata pertumbuhan (%)
1980 - 2016 7,61 7,60
Sumber : FAO, diolah Pusdatin

66 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

Lampiran 20. Negara Eksportir Minyak Sawit Mentah (CPO) Terbesar


Dunia, 2012 - 2016

Volume Ekspor CPO (Ton)


No Negara Rata-rata Share (%) Kumulatif
2012 2013 2014 2015 2016 (%)
1 Indonesia 18.845.021 20.577.977 22.892.387 26.467.564 22.759.305 22.308.451 52,25 52,25
2 Malaysia 15.608.661 15.244.722 15.143.166 15.425.393 13.814.190 15.047.226 35,24 87,49
3 Belanda 1.342.220 1.566.968 1.118.545 1.216.331 1.336.277 1.316.068 3,08 90,57
4 Papua Nugini 525.000 564.235 538.864 601.603 575.475 561.035 1,31 91,89
5 Guatemala 268.257 361.912 401.759 470.923 560.729 412.716 0,97 92,85
6 Jerman 250.446 347.101 364.923 443.424 461.660 373.511 0,87 93,73
7 Honduras 267.709 245.875 272.488 267.219 383.064 287.271 0,67 94,40
8 Kolombia 174.376 184.952 245.641 403.798 373.316 276.417 0,65 95,05
9 Ekuador 276.069 213.290 219.899 275.119 312.803 259.436 0,61 95,66
10 Lainnya 1.745.822 2.347.450 1.910.708 1.707.715 1.562.955 1.854.930 4,34 100,00
Dunia 39.303.581 41.654.482 43.108.380 47.279.089 42.139.774 42.697.061 100,00
Sumber: FAO, diolah Pusdatin
Wujud Produksi: Minyak Sawit Mentah / Crude Palm Oil (CPO)

Lampiran 21. Negara Importir Minyak Sawit Mentah (CPO) Terbesar Dunia,
2012 - 2016
Volume Impor CPO (Ton) Share
No Negara Rata-rata Share (%)
2012 2013 2014 2015 2016 Kumulatif (%)

1 India 7.653.356 8.389.672 7.932.540 9.536.216 8.252.606 8.352.878 19,34 19,34


2 Tiongkok 6.340.593 5.978.515 5.323.661 5.908.873 4.478.024 5.605.933 12,98 32,32
3 Belanda 2.603.365 2.932.058 2.439.520 2.304.272 2.267.743 2.509.392 5,81 38,13
4 Pakistan 2.036.041 2.248.607 2.352.732 2.519.305 2.603.211 2.351.979 5,45 43,57
5 Bangladesh 1.012.800 1.026.757 1.321.826 2.816.316 1.366.454 1.508.831 3,49 47,06
6 Italia 1.048.159 1.392.215 1.755.554 1.640.776 1.521.561 1.471.653 3,41 50,47
7 Jerman 1.235.143 1.457.767 1.225.910 1.324.561 1.380.161 1.324.708 3,07 53,54
8 Nigeria 903.300 1.195.300 1.646.500 1.413.000 1.153.000 1.262.220 2,92 56,46
9 Amerika Serikat 991.282 1.373.179 1.187.801 1.178.853 1.291.549 1.204.533 2,79 59,25
… … … … … … … … … …
105 Indonesia 616 65.561 299 7.572 2.658 15.341 0,04 59,28
Lainnya 16.197.679 17.803.199 17.732.120 18.334.964 17.867.554 17.587.103 40,72 100,00
Dunia 40.022.334 43.862.830 42.918.463 46.984.708 42.184.521 43.194.571 100,00
Sumber: FAO, diolah Pusdatin
Wujud Produksi: Minyak Sawit Mentah / Crude Palm Oil (CPO)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 67


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Lampiran 22. Perkembangan Volume Ekspor - Impor Minyak Inti Sawit


(KPO) Dunia, 1980 – 2016

Ekspor Impor
Tahun
(Ton) Pertumb. (%) (Ton) Pertumb. (%)
1980 379.155 398.990
1981 385.818 1,76 384.603 -3,61
1982 455.046 17,94 457.809 19,03
1983 514.126 12,98 556.757 21,61
1984 541.067 5,24 511.852 -8,07
1985 628.602 16,18 592.338 15,72
1986 667.893 6,25 703.694 18,80
1987 681.739 2,07 710.049 0,90
1988 773.898 13,52 783.161 10,30
1989 883.104 14,11 815.741 4,16
1990 917.878 3,94 839.267 2,88
1991 852.824 -7,09 814.337 -2,97
1992 755.888 -11,37 826.856 1,54
1993 921.670 21,93 830.369 0,42
1994 900.863 -2,26 862.642 3,89
1995 833.811 -7,44 762.031 -11,66
1996 995.329 19,37 897.282 17,75
1997 1.030.353 3,52 963.123 7,34
1998 984.526 -4,45 905.988 -5,93
1999 1.570.620 59,53 1.075.873 18,75
2000 1.198.517 -23,69 1.140.755 6,03
2001 1.366.214 13,99 1.365.568 19,71
2002 1.570.895 14,98 1.540.252 12,79
2003 1.650.026 5,04 1.816.770 17,95
2004 2.030.575 23,06 1.981.291 9,06
2005 2.013.758 -0,83 2.050.363 3,49
2006 2.236.664 11,07 2.264.865 10,46
2007 2.699.985 20,71 2.473.028 9,19
2008 2.745.115 1,67 2.544.482 2,89
2009 3.098.469 12,87 2.792.374 9,74
2010 3.060.124 -1,24 2.898.084 3,79
2011 2.977.792 -2,69 2.838.661 -2,05
2012 2.639.374 -11,36 2.830.813 -0,28
2013 3.233.266 22,50 3.162.995 11,73
2014 2.632.346 -18,59 2.893.945 -8,51
2015 3.035.842 15,33 3.176.622 9,77
2016 2.694.211 -11,25 2.924.886 -7,92
Rata-rata pertumbuhan (%)
1980 - 2016 6,59 6,08
Sumber : FAO, diolah Pusdatin

68 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

Lampiran 23. Negara Eksportir Minyak Inti Sawit (KPO) Terbesar


Dunia, 2012 - 2016

Volume Ekspor KPO (Ton)


No Negara Rata-rata Share (%) Kumulatif
2012 2013 2014 2015 2016 (%)
1 Indonesia 1.460.374 1.644.535 1.479.833 1.820.560 1.576.489 1.596.358 56,07 56,07
2 Malaysia 715.499 837.874 754.269 737.897 671.988 743.505 26,12 82,19
3 Thailand 70.996 113.302 93.249 63.084 73.144 82.755 2,91 85,09
4 Belanda 57.577 150.432 42.843 98.229 54.111 80.638 2,83 87,93
5 Ghana 90.484 201.789 534 391 11.594 60.958 2,14 90,07
6 Kolombia 46.726 52.748 59.101 76.242 62.994 59.562 2,09 92,16
7 Papua Nugini 38.300 53.090 53.751 58.191 55.856 51.838 1,82 93,98
8 Guatemala 26.807 30.216 36.044 42.521 49.146 36.947 1,30 95,28
9 Honduras 30.191 27.307 20.700 31.152 29.749 27.820 0,98 96,25
10 Lainnya 102.420 121.973 92.022 107.573 109.139 106.625 3,75 100,00
Dunia 2.639.374 3.233.266 2.632.346 3.035.840 2.694.210 2.847.007 100,00
Sumber: FAO, diolah Pusdatin
Wujud Produksi: Minyak Inti Sawit / Kernel Palm Oil (KPO)

Lampiran 24. Negara Importir Minyak Inti Sawit (KPO) Terbesar Dunia,
2012 - 2016
Volume Impor KPO (Ton) Share
No Negara Rata-rata Share (%)
2012 2013 2014 2015 2016 Kumulatif (%)

1 Tiongkok 485.567 614.136 496.415 616.078 552.546 552.948 18,44 18,44


2 Jerman 339.574 379.608 394.448 436.280 432.813 396.545 13,23 31,67
3 Malaysia 440.512 241.371 249.553 368.706 223.234 304.675 10,16 41,84
4 Amerika Serikat 256.747 292.119 263.333 312.360 347.763 294.464 9,82 51,66
5 Belanda 173.966 267.558 141.045 160.395 192.960 187.185 6,24 57,90
6 India 163.457 308.886 192.271 192.376 68.646 185.127 6,18 64,08
7 Brasil 166.320 180.633 204.719 194.189 177.036 184.579 6,16 70,23
8 Jepang 88.922 94.152 98.537 82.115 78.773 88.500 2,95 73,19
9 Turki 84.225 92.900 95.236 85.056 74.503 86.384 2,88 76,07
… … … … … … … … … …
96 Indonesia 640 327 0 11 18 199 0,01 76,07
Lainnya 630.883 691.305 758.390 729.060 776.596 717.247 23,93 100,00
Dunia 2.830.813 3.162.995 2.893.947 3.176.626 2.924.888 2.997.854 100,00
Sumber: FAO, diolah Pusdatin
Wujud Produksi: Minyak Inti Sawit / Kernel Palm Oil (KPO)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 69


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Lampiran 25. Perkembangan Harga Minyak Sawit Mentah (CPO) Dunia,


2014 – 2019
(USD/Ton)
Harga Minyak Sawit Dunia (CPO)
Bulan
2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-rata
Jan 862,63 719,64 611,63 825,00 703,45 584,58 717,82
Feb 904,34 723,04 679,17 808,61 709,44 602,97 737,93
Mar 953,81 698,86 715,95 778,70 706,19 573,02 737,76
Apr 926,63 682,75 775,00 752,06 701,18 588,45 737,68
May 898,42 697,35 753,42 762,75 687,15 563,20 727,05
Jun 861,88 705,91 718,18 735,14 656,50 552,19 704,97
Jul 853,69 680,00 678,16 720,48 616,14 - 709,69
Aug 778,69 601,38 771,02 717,95 614,75 - 696,76
Sep 760,75 599,50 797,85 755,28 605,15 - 703,71
Oct 764,40 636,67 749,75 746,79 590,32 - 697,59
Nov 764,75 608,21 766,93 728,86 539,10 - 681,57
Dec 719,64 607,38 811,38 679,17 535,02 - 670,52
Harga Tahunan 837,47 663,39 735,70 750,90 638,70 - 725,23

Pertumbuhan -3,82% -20,79% 10,90% 2,07% -14,94% - -5,32%


Sumber : Worldbank, diolah Pusdatin
Keterangan : Pengamatan di spot pelelangan di Eropa, dimana CPO berasal dari Malaysia
(-) Data belum tersedia

70 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

Lampiran 26. Perkembangan Harga Minyak Inti Sawit (KPO) Dunia,


2014 – 2019
(USD/Ton)
Harga Minyak Inti Sawit Dunia (KPO)
Bulan
2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata-rata
Jan 1.158,64 1.010,48 895,63 1.737,27 1.265,00 765,00 1.138,67
Feb 1.292,00 1.052,37 986,90 1.566,50 1.145,38 694,67 1.122,97
Mar 1.376,90 1.020,80 1.210,60 1.229,57 1.016,19 654,72 1.084,80
Apr 1.291,75 979,75 1.299,05 1.085,56 1.006,71 636,23 1.049,84
May 1.255,25 962,06 1.218,25 1.098,57 935,25 573,36 1.007,12
Jun 1.233,75 914,43 1.337,27 1.030,83 865,71 542,24 987,37
Jul 1.106,30 869,13 1.290,00 1.033,57 877,16 - 1.035,23
Aug 938,81 735,48 1.423,70 1.174,35 900,22 - 1.034,51
Sep 904,55 799,66 1.443,86 1.336,05 865,63 - 1.069,95
Oct 936,09 857,73 1.331,19 1.418,86 795,22 - 1.067,82
Nov 970,00 788,75 1.512,95 1.444,77 707,62 - 1.084,82
Dec 972,26 849,55 1.666,43 1.305,66 738,36 - 1.106,45
Harga Tahunan 1.119,69 903,35 1.301,32 1.288,46 926,54 - 1.107,87

Pertumbuhan 24,84% -19,32% 44,05% -0,99% -28,09% - 4,10%


Sumber : Worldbank, diolah Pusdatin
Keterangan : (-) Data belum tersedia

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 71


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

Lampiran 27. Hasil Analisis Deret Waktu Menggunakan R

TS-analisis.R
rhend

2019-07-26
requiredPackages = c('tseries', 'forecast')

for(p in requiredPackages){
if(!require(p,character.only = TRUE)) install.packages(p)
library(p,character.only = TRUE)
}

## Loading required package: tseries

## Warning: package 'tseries' was built under R version 3.5.3

## Loading required package: forecast

## Warning: package 'forecast' was built under R version


3.5.3

getwd()

## [1] "C:/Users/rhend/Dropbox/Kerja/2019/Outlook/Kelapa
Sawit"

setwd("C:/Users/rhend/Dropbox/Kerja/2019/Outlook/Kelapa
Sawit")
mydata <- read.csv("raw_data.csv", header = TRUE,
stringsAsFactors = FALSE)
str(mydata)

## 'data.frame': 36 obs. of 5 variables:


## $ Tahun : int 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988
1989 1990 1991 ...
## $ Produksi : int 886820 982987 1147190 1243430 1350729
1506055 1713335 1964954 2412612 2657600 ...
## $ Ekspor : num 259476 345777 127938 518760 566885 ...
## $ Impor : num 63 78 57630 37182 8786 ...
## $ Penggunaan: num 627407 637288 1076882 761852 792630
...

72 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

# Time Series Analysis #


# A. Peramalan Produksi Kelapa Sawit
## Prepare data ##
mydata2 <- mydata[,2]
str(mydata2)

## int [1:36] 886820 982987 1147190 1243430 1350729 1506055


1713335 1964954 2412612 2657600 ...

produksi <- ts(mydata2, start=c(1982), end=c(2017),


frequency=1) # Data Tahunan
str(produksi)

## Time-Series [1:36] from 1982 to 2017: 886820 982987


1147190 1243430 1350729 1506055 1713335 1964954 2412612
2657600 ...

## Explore data ##
### Plot data ###
plot.ts(produksi)
abline(reg=lm(produksi~time(produksi)))

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 73


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

# Comment: Tidak terlihat adanya musiman dalam data. Data


tidak stationer dalam rata-rata. Data ber-kovarian identik.

### Stationary test ###


adf.test((produksi)) #Augmented Dickey-Fuller Test, H0: Data
are not stationary

## Warning in adf.test((produksi)): p-value greater than


printed p-value

##
## Augmented Dickey-Fuller Test
##
## data: (produksi)
## Dickey-Fuller = 1.006, Lag order = 3, p-value = 0.99
## alternative hypothesis: stationary

kpss.test((produksi)) #Kwiatkowski-Phillips-Schmidt-Shin
Test, H0: Data are stationary

## Warning in kpss.test((produksi)): p-value smaller than


printed p-value

##
## KPSS Test for Level Stationarity
##
## data: (produksi)
## KPSS Level = 0.92556, Truncation lag parameter = 3, p-
value = 0.01

### Differencing ###


#NOTE: since our data are not stationary (based on both ADF
and KPSS test), then we need to do the differencing
ndiffs(produksi)

## [1] 2

dif_produksi <- diff(produksi, differences = 2)

#re-test dif data


adf.test(dif_produksi) #Augmented Dickey-Fuller Test, H0:
Data are not stationary

## Warning in adf.test(dif_produksi): p-value smaller than


printed p-value

74 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

## Augmented Dickey-Fuller Test


##
## data: dif_produksi
## Dickey-Fuller = -5.446, Lag order = 3, p-value = 0.01
## alternative hypothesis: stationary

kpss.test(dif_produksi) #Kwiatkowski-Phillips-Schmidt-Shin
Test, H0: Data are stationary

## Warning in kpss.test(dif_produksi): p-value greater than


printed p-value

##
## KPSS Test for Level Stationarity
##
## data: dif_produksi
## KPSS Level = 0.20906, Truncation lag parameter = 3, p-
value = 0.1

#ACF#
acf(dif_produksi, type = "correlation", plot = T)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 75


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

#PACF#
acf(dif_produksi, type = "partial", plot = T)

### ARIMA Model (p,d,q) ###


auto.arima(produksi)

## Series: produksi
## ARIMA(0,2,2)
##
## Coefficients:
## ma1 ma2
## -1.5126 0.7234
## s.e. 0.1274 0.1297
##
## sigma^2 estimated as 1.367e+12: log likelihood=-523.73
## AIC=1053.45 AICc=1054.25 BIC=1058.03

### Forecast ###


forecast(auto.arima(produksi))

## Point Forecast Lo 80 Hi 80 Lo 95 Hi 95
## 2018 37714259 36216135 39212382 35423076 40005441
## 2019 40093644 38427066 41760222 37544833 42642455
76 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

## 2020 42473030 40505463 44440597 39463896 45482163


## 2021 44852416 42459666 47245165 41193020 48511811
## 2022 47231801 44309705 50153897 42762841 51700762
## 2023 49611187 46074117 53148257 44201705 55020669
## 2024 51990573 47766679 56214466 45530685 58450460
## 2025 54369958 49397108 59342809 46764640 61975277
## 2026 56749344 50972309 62526379 47914132 65584556
## 2027 59128730 52497342 65760117 48986897 69270562

# B. Peramalan Konsumsi/Penggunaan Kelapa Sawit


## Prepare data ##
mydata3 <- mydata[,5]
str(mydata3)

## num [1:36] 627407 637288 1076882 761852 792630 ...

konsumsi <- ts(mydata3, start=c(1982), end=c(2017),


frequency=1) # Data Tahunan
str(konsumsi)

## Time-Series [1:36] from 1982 to 2017: 627407 637288


1076882 761852 792630 ...

## Explore data ##
### Plot data ###
plot.ts(konsumsi)
abline(reg=lm(konsumsi~time(konsumsi)))

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 77


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

# Comment: Seperti terlihat adanya musiman dalam data. Data


tidak stationer.

### Stationary test ###


adf.test((konsumsi)) #Augmented Dickey-Fuller Test, H0: Data
are not stationary

##
## Augmented Dickey-Fuller Test
##
## data: (konsumsi)
## Dickey-Fuller = -1.8836, Lag order = 3, p-value = 0.6184
## alternative hypothesis: stationary

kpss.test((konsumsi)) #Kwiatkowski-Phillips-Schmidt-Shin
Test, H0: Data are stationary

## Warning in kpss.test((konsumsi)): p-value smaller than


printed p-value

##
## KPSS Test for Level Stationarity
##
78 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

## data: (konsumsi)
## KPSS Level = 0.94507, Truncation lag parameter = 3, p-
value = 0.01

### Differencing ###


#NOTE: since our data are not stationary (based on both ADF
and KPSS test), then we need to do the differencing
dif_konsumsi_3 <- diff(konsumsi, differences = 3)

#re-test dif data


adf.test(dif_konsumsi_3) #Augmented Dickey-Fuller Test, H0:
Data are not stationary

## Warning in adf.test(dif_konsumsi_3): p-value smaller than


printed p-value

##
## Augmented Dickey-Fuller Test
##
## data: dif_konsumsi_3
## Dickey-Fuller = -5.8536, Lag order = 3, p-value = 0.01
## alternative hypothesis: stationary

kpss.test(dif_konsumsi_3) #Kwiatkowski-Phillips-Schmidt-Shin
Test, H0: Data are stationary

## Warning in kpss.test(dif_konsumsi_3): p-value greater than


printed p-value

##
## KPSS Test for Level Stationarity
##
## data: dif_konsumsi_3
## KPSS Level = 0.087872, Truncation lag parameter = 3, p-
value = 0.1

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 79


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

#ACF#
acf(dif_konsumsi_3, type = "correlation", plot = T)

#PACF#
acf(dif_konsumsi_3, type = "partial", plot = T)

80 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KELAPA SAWIT 2019

### ARIMA Model (p,d,q) ###


arima(konsumsi, order = c(2,3,2))

##
## Call:
## arima(x = konsumsi, order = c(2, 3, 2))
##
## Coefficients:
## ar1 ar2 ma1 ma2
## -0.198 -0.5469 -1.9716 1.0000
## s.e. 0.150 0.1583 0.1564 0.1546
##
## sigma^2 estimated as 1.811e+12: log likelihood = -518.59,
aic = 1047.17

### Forecast ###


forecast(arima(konsumsi, order = c(2,3,2)))

## Point Forecast Lo 80 Hi 80 Lo 95 Hi 95
## 2018 8775139 6994595 10555684 6052031 11498247
## 2019 9218423 6834762 11602084 5572928 12863918
## 2020 11216530 8688927 13744132 7350896 15082164
## 2021 11762628 8897032 14628225 7380076 16145180
## 2022 11849937 8382407 15317466 6546807 17153066
## 2023 12926114 8974585 16877644 6882771 18969458
## 2024 14161428 9749502 18573353 7413970 20908886
## 2025 14928485 9897125 19959846 7233683 22623287
## 2026 15805232 10059060 21551404 7017220 24593244
## 2027 17020341 10543838 23496844 7115385 26925297

### Additional info ###


sessionInfo()

## R version 3.5.1 (2018-07-02)


## Platform: x86_64-w64-mingw32/x64 (64-bit)
## Running under: Windows 10 x64 (build 18362)
##
## Matrix products: default
##
## locale:
## [1] LC_COLLATE=English_United States.1252
## [2] LC_CTYPE=English_United States.1252
## [3] LC_MONETARY=English_United States.1252
## [4] LC_NUMERIC=C
## [5] LC_TIME=English_United States.1252
##

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 81


2019 OUTLOOK KELAPA SAWIT

## attached base packages:


## [1] stats graphics grDevices utils datasets
methods base
##
## other attached packages:
## [1] forecast_8.9 tseries_0.10-47
##
## loaded via a namespace (and not attached):
## [1] Rcpp_1.0.2 urca_1.3-0 compiler_3.5.1
## [4] pillar_1.4.2 highr_0.8 xts_0.11-2
## [7] tools_3.5.1 digest_0.6.20 nlme_3.1-137
## [10] evaluate_0.14 tibble_2.1.3 gtable_0.3.0
## [13] lattice_0.20-35 pkgconfig_2.0.2 rlang_0.4.0
## [16] curl_4.0 parallel_3.5.1 xfun_0.9
## [19] stringr_1.4.0 dplyr_0.8.3 knitr_1.24
## [22] nnet_7.3-12 lmtest_0.9-37 tidyselect_0.2.5
## [25] grid_3.5.1 glue_1.3.1 R6_2.4.0
## [28] rmarkdown_1.15 purrr_0.3.2 ggplot2_3.2.1
## [31] TTR_0.23-4 magrittr_1.5 scales_1.0.0
## [34] htmltools_0.3.6 assertthat_0.2.1 quantmod_0.4-15
## [37] timeDate_3043.102 colorspace_1.4-1 fracdiff_1.4-2
## [40] quadprog_1.5-7 stringi_1.4.3 lazyeval_0.2.2
## [43] munsell_0.5.0 crayon_1.3.4 zoo_1.8-6

82 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Anda mungkin juga menyukai