PROSPEK BISNIS
PETERNAKAN SAPI
&
DAFTAR PERATURAN NYA
PERATURANNYA
DI INDONESIA,2017
Disiapkan oleh :
PT BIRO DATA INDONESIA
Survey & Research Services
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
KATA PENGANTAR
daging sapi 2014. Dalam cetak biru Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) 2014
terungkap bahwa dengan tambahan anggaran Rp10,65 triliun yang bersumber dari
dana APBN dan APBD, bisa meningkatkan populasi sapi pada 2014 sebanyak 14,23
juta ekor dari populasi pada 2009 sebanyak 12,61 juta ekor. Dengan meningkatnya
populasi sapi tersebut, maka diharapkan pada periode itu produksi daging bisa
naik dari 250.800 ton pada 2009 menjadi 420.400 ton pada 2014. Sebagai gambaran
pemerintah menetapkan rencana alokasi impor daging dan jeroan sapi sebanyak
50.000 ton, lebih rendah 70.000 ton dari realisasi pada 2010 sebesar 120.000 ton
sedangkan impor sapi bakalan ditekan menjadi 500.000 ekor. Bila impor sapi
bakalan 500.000 ton dan daging beku 50.000 ton, akan menekan defisit pasokan
menjadi 50.553 ton. Defisit ini setara dengan 361.093 ekor sapi lokal (setara 140 kg
per ekor) atau 280.850 sapi eks impor (setara 180 kg per ekor).
241 Tahun 2010 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Menteri Keuangan No
Tarif Bea Masuk atas Barang Impor, kemudian dirubah lagi dengan PMK No
i
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
dengan industri peternakan. Ke-90 barang impor itu dikenai bea masuk dari 0%
menjadi rata-rata 5%, diantaranya bungkil kedelai, tepung bungkil jagung, tepung
ikan, rape seed meal, premiks, dan tepung gandum atau pollard.
Kebijakan pengenaan bea masuk untuk bahan baku pakan ternak impor
akan berdampak pada penurunan daya beli produk ternak dan terpangkasnya
nasional. Untuk itu, keberadaan informasi Peraturan Ternak dan Pakan Ternak
Business Development
ii
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2. Sumber Data ................................................................................................... 2
iii
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
iv
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
v
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
vi
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
***
DAFTAR TABEL
vii
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
***
viii
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB- I
PENDAHULUAN
krisis ekonomi dan moneter tahun 1997, telah membawa dampak terpuruknya
Dampak krisis secara bertahap telah pulih kembali, mulai 1998-1999 pembangunan
hasil pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan atas dasar harga konstan
2000 adalah sebesar 284,6 Triliun pada 2008 dan 296,4 Ttriliun pada 2009 atau
terhadap PDB Indonesia 2009 tumbuh dari 14,5% menjadi 15,3% sehingga sektor
pertanian berada pada ranking kedua yang memiliki kontribusi terhadap PDB
setelah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 26,4 persen. Eksistensi peternakan
Indonesia dapat kita cermati dari 4 aspek, yaitu sumber daya manusia, sumber
1
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
berpihak pada peternak rakyat. Kebijakan impor yang mengalir deras membuat
peternakan rakyat tidak mampu bersaing dengan produk luar negeri yang lebih
murah. Misalnya, hampir semua daging sapi yang ada dipasaran dalah daging
impor. Daging impor bisa lebih murah karena di negeri asalnya diberi subsidi yang
melakukan hal itu. Alih-alih subsidi, devisa negara saja terus menipis.
Produk peternakan seperti daging sapi masih dipenuhi dari impor (30%).
didukung oleh industri pakan, bibit, sarana kesehatan ternak dan industri
tekad bersama dan menjadi salah satu dari program utama Kementerian Pertanian
yang terkait dengan upaya mewujudkan ketahanan pangan hewani asal ternak
terhadap impor baik sapi bakalan maupun daging semakin menurun dengan
2
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
***
3
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB – II
Tidak ada yang bisa menjamin apakah swasembada daging sapi dapat
dicapai pada tahun 2014 karena adanya berbagai faktor yang menyelimuti usaha
peternakan sapi potong di Indonesia selama ini, seperti data populasi sapi dan
produksi daging yang kurang akurat. Oleh karena itu, tiga skenario yang disusun
Ketiga skenario tersebut adalah (a) pesimistic, dimana Indonesia hanya akan
mampu memenuhi 47.6% dari total kebutuhan sapi dan 52.4% dari total kebutuhan
daging; (b) most likely, dimana Indonesia telah mampu mengurangi impor sapi
dan daging sampai 10% saja; (c) optimistic, dimana Indonesia akan dapat
mengekspor sapi dan daging karena ada kelebihan 10% dari total kebutuhan di
Tabel – 2.1a
3
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
kegiatan dan anggaran untuk melaksanakan program PSDS 2014 harus terjamin
adalah 12.610.100 ekor dan impor sapi bakalan sebanyak 580 ekor serta impor
daging sebanyak 72.800 ton, melalui berbagai kegiatan pokok dalam program
PSDS, maka pada tahun 2014 populasi sapi potong di Indonesia meningkat
menjadi 14.197.700 ekor (skenario pesimistic), 14.231.700 ekor (most likely), atau
14.423.000 ekor (optimistic) sedangkan impor sapi bakalan menjadi 687.460 ekor
(pesimistic), 85.400 ekor (most likely, atau 0 ekor (optimistic). Demikian juga untuk
(optimistic).
4
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
most likely masih harus ada tambahan dari impor sapi bakalan yang setara dengan
15.4 ribu ton daging dan impor daging sebanyak 31,2 ribu ton. Untuk skenario
optimistic, Indonesia mampu mengekspor daging sebanyak 46,76 ribu ton (10%
2009- 2014 dengan tiga skenario berbeda (pesimistic, most likely, dan optimistic)
Produksi domestik Impor
Perkembangan Most Most
Pesimistic Optimistic Pesimistic Optimistic
Likely Likely
Tahun 2009
Populasi (000 ekor) 12.610,10 12.610,10 12,610.10 580,00 580,00 580,00
(…..ribu ton) 72,80 72,80 72,80
Produksi (000 ton) 250,80 250,80 2 50.80 70,00 70,00 70,00
Konsumsi (000 ton) 250,80 250,80 2 50.80 142,80 142,80 142,80
Tahun 2010
Populasi (000 ekor) 12.813,50 12.794,90 12,794.90 565,58 260,00 40,80
(…..ribu ton) 100,25 46,44 7,36
Produksi (000 ton) 209,96 282,90 317,90 92,90 73,76 77,84
Konsumsi (000 ton) 209,96 282,90 317,90 193,15 120,20 85,20
Tahun 2011
Populasi (000 ekor) 13,123,00 13,169.50 593,86 196,90 12,20
(…..ribu ton) 105,19 35,29 2,19
Produksi (000 ton) 215,61 316.10 358,50 100,70 67,21 57,44
Konsumsi (000 ton) 215,61 316.10 358,50 205,89 102,50 59,63
Tahun 2012
Populasi (000 ekor) 13.456,20 13.521,60 13.384,30 623,53 149,00 3,60
(…..ribu ton) 110,45 27,27 0,68
Produksi (000 ton) 215,61 349,70 403,40 108,30 57,43 30,32
Konsumsi (000 ton) 215,61 349,70 403,40 218,75 84,70 31,00
Tahun 2013
Populasi (000 ekor) 13.814,10 13.870,50 13.384,30 654,73 112 1,10
(…..ribu ton) 116,01 20,34 (0,28)
Produksi (000 ton) 218,81 384,20 454,20 115,70 45,96 (3,42)
Konsumsi (000 ton) 218,81 384,20 454,20 231,71 66,30 (3,70)
Tahun 2014
Populasi (000 ekor) 14.197.70 14.231.70 14.423,00 687,46 85,40 -
(…..ribu ton) 121,85 15,38 -
Produksi (000 ton) 222.28 420,40 513,80 122,90 31,22 (46,80)
Konsumsi (000 ton) 222.28 420,40 513,80 244,75 46,60 (46,80)
Keterangan : (....) populasi setara produksi daging
5
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
parameter teknis seperti tingkat kelahiran ternak, tingkat kematian ternak, calving
interval, impor bibit, kelahiran hasil IB, kelahiran hasil InKA, berat karkas sapi
betina produktif, dan penanganan penyakit hewan. Angka atau nilai untuk setiap
Tabel - 2.1.1.
6
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pada skenario pesimistic ini, sebenarnya tidak ada upaya khusus yang
sepenuhnya dari APBN reguler. Oleh karena itu, peningkatan populasi dan
Pada skenario ini, diperlukan upaya khusus yang bersifat terobosan dalam
yang kondusif dan menerapkan sistem perkarantinaan yang kuat. Langkah yang
dilakukan untuk mencapai swasembada daging adalah semua kegiatan pokok dan
kegiatan operasional sebagaimana dijelaskan dalam Kerangka Pikir (Bab III) yang
terdiri atas lima kegiatan pokok dan 13 kegiatan operasional. Melalui 13 (tiga belas)
kegiatan operasional itu diharapkan terjadi peningkatan berat badan hidup sapi
siap potong sampai mencapai 800 kg, peningkatan berat lahir anak sapi baik
melalui IB maupun kawin alam sehingga berat karkasnya mencapai 226 kg, dan
Pada skenario optimistic ini, pada dasarnya strategi yang digunakan adalah
7
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
murah atau subsidi bunga atau berbagai insentif yang membuat usaha peternakan
sapi menjadi semakin kondusif. Secara skematis gambaran dari ketiga skenario
Gambar - 2.1.1.
Keterangan :
E0 = Titik skenario most likely, karena seluruh produksi dalam negeri dipakai untuk
konsumsi dan terjadi impor 10%.
E1 = Titik skenario pesimistic, karena suplay domestik hanya 50% dan impor 50%.
E2 = Titik skenario optimistic, karena suplay domestik melebihi konsumsi dan dapat diekspor
kurang lebih 10%.
8
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Daging
parameter teknis seperti disajikan pada Tabel 2.1.1, maka prediksi peningkatan
populasi dari tahun 2010 sampai dengan 2014 disajikan pada Tabel 2.1.2a
sedangkan prediksi peningkatan produksi daging dari tahun 2010 sampai dengan
akseptor kawin alam; peningkatan kualitas kegiatan Sarjana Masuk Desa (SMD),
jumlah bibit sapi. Selain itu, berbagai kegiatan lain seperti tunda potong,
kesehatan hewan, dan lain lain juga diprediksi memberikan kontribusi yang tidak
Tabel - 2.1.2a
9
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Tabel - 2.1.2.b
10
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
11
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
daging sapi 2014. Dalam cetak biru Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) 2014
terungkap bahwa dengan tambahan anggaran Rp10,65 triliun yang bersumber dari
populasi sapi pada tahun 2014 sebanyak 14,23 juta ekor dari populasi pada tahun
2009 sebanyak 12,61 juta ekor. Dengan meningkatnya populasi sapi, diharapkan
produksi daging bisa naik dari 250.800 ton pada 2009 menjadi 420.400 ton di tahun
2014.
Dalam cetak biru PSDS disebutkan, program pokok yang akan dijalankan
betina produktif, penyediaan bibit sapi lokal, serta pengaturan stok daging sapi
dalam negeri.
swasembaada daging sapi pada tahun 2014. Dalam periode 2010-2014 dibutuhkan
dana sebesar Rp17,4 triliun atau rata-rata Rp3,5 triliun per tahun. Sedangkan
Rp17,4 triliun tersebut untuk meningkatkan populasi sapi, dari saat ini 12,6 juta
ekor menjadi 14,23 juta ekor pada tahun 2014. Sedangkan produksi daging sapi
Tabel – 2.2a
Impor (90%)
Penyediaan daging sapi
Tahun Sapi bakalan
produksi lokal (10%) Daging
setara daging
12
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
masih belum diyakini sebagai suatu acuan yang mantap. Dalam blueprint PSDS,
2010 ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan daging, impor sapi bakalan hidup
direncanakan 290.000 ekor, dan dalam bentuk daging dan jeroan sebanyak 73.000
Pengusaha penggemukkan sapi juga merasa kekurangan stok sapi, sehingga minta
pemerintah supaya jatah impor sapi hidup pada 2011 bisa diimpor pada 2010.
Pasar daging sapi dalam negeri masih terbuka luas. Pengusaha penggemukkan
kebijakan impor sapi. Pada tahun 2008 jumlah impor sapi bakalan hidup sebanyak
650.000 ekor. Kemudian pada tahun 2009 impor sapi bakalan hidup naik mencapai
768.000 ekor.
merupakan langkah yang sudah on the right track dan harus didukung sepenuhnya
Tabel – 2.2b
13
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
2010 410.000
2011 440.000
2012 470.000
2013 500.000
2014 550.000
Sumber : Kementerian Pertanian
1. Meningkatnya populasi sapi potong menjadi 14,2 juta ekor tahun 2014
2. Meningkatnya produksi daging dalam negeri sebesar 420,3 ribu ton pada
daging pada 2014, jika pemerintah ingin mencapai target mengadakan 750.000 ekor
sapi. Dalam perhitungan untuk mencapai berat 330 kg saja membutuhkan dana
14
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
tambahan sebesar Rp6,5 juta per ekor. Butuh waktu selama 28 bulan agar sapi
mencapai berat 330 kg. dengan biaya pakan per hari sekitar Rp20.000.
mengimpor 50.000 ton daging sapi yang setara dengan 250.000 ekor sapi, sehingga
total target swasembada sapi pemerintah pada 2014 adalah 750.000 ekor sapi.
Populasi ternak sapi saat ini sekitar 12,7 juta ekor per tahun, sedangkan kebutuhan
nasional sekitar 13,2 juta ekor, sehingga untuk menutupi kekurangan itu harus
impor.
Feedlot Indonesia (Apfindo) Joni Liano, pembatasan terhadap daging impor perlu
diperketat. Pasalnya, bila daging impor menyerbu pasar dalam negeri, otomatis
Pada 2010 lalu, jumlah impor daging mencapai 120.000 ton melampaui
target yang dipatok pemerintah sebanyak 76.000 ton. Hal ini menurut Joni bisa
menguraikan dari tahun ke tahun jumlah impor daging sapi semakin merosot.
642.000 ekor atau bila didagingkan setara 115.600 ton, sementara jumlah daging
impor mencapai 925.000 ton. Pada tahun 2009 impor sapi mencapai 765.000 ekor
atau setara 137.000 ton daging, sementara impor daging mencapai 119.000 ton. Di
tahun 2010 impor sapi mengalami penurunan menjadi 521.000 ton sementara
15
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
mengelembungnya impor daging. Padahal sapi impor itu memiliki nilai lebih
yang dimiliki seluruh anggota Afpindo sebesar 1,3 juta ekor sapi per tahun.
peternakan mengalokasikan pasokan daging dalam negeri sebesar 316.000 ton dan
impor sebesar 150.000 ton. Afpindo berencana mengimpor sapi tahun ini sebesar
645.000 ton atau setara 116.000 ton daging dan impor daging ditargetkan sebesar
74.000 ton.
impor daging dan jeroan sapi 2011 hanya sebanyak 50.000 ton. Volume daging dan
jeroan impor ini sekitar 70.000 ton lebih rendah dari realisasi pada 2010 sebesar
120.000 ton. Tidak hanya alokasi impor daging dan jeroan yang dipangkas, impor
(Apfindo) Joni Liano, pihaknya menghitung konsumsi per kapita daging sapi 2011
diproyeksikan 2,10 kilogram per tahun. Ada kenaikan 0,01 kilogram dari konsumsi
tahun 2010. Mengacu hal itu, kebutuhan daging dan jeroan sapi 2011 adalah
Swasembada Daging Sapi 2014 hanya 316.100 ton. Dengan impor yang lebih kecil,
tahun ini diperkirakan akan defisit kebutuhan daging dan jeroan 190.553 ton.
16
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
ton dan daging beku 50.000 ton, akan menekan defisit pasokan menjadi 50.553 ton.
Defisit ini setara dengan 361.093 ekor sapi lokal (setara 140 kg per ekor) atau
280.850 sapi eks impor (setara 180 kg per ekor). Kebutuhan daging menutupi
defisit 2011 idealnya 645.833 ekor setara sapi bakalan dan 74.303 ton impor daging.
tentang Pemasukan Sapi Impor 2011. Surat ini untuk 24 perusahaan importir di
tujuh provinsi.
Selain menetapkan rencana alokasi impor sapi bakalan dan daging, surat itu
juga mewajibkan importir membeli sapi lokal sebanyak 10 persen dari total barang
yang diimpor. Perusahaan impor sapi juga wajib melakukan masa karantina 14
memiliki semangat agar memiliki nilai tambah bagi peternak sapi lokal untuk
memelihara sapi.
Tabel - 2.2.3.
(ton)
17
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Dalam Cetak Biru Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) 2014 yang
daging selama 2011 mencapai 67.000 ton. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan
Kesehatan Hewan menetapkan rencana alokasi ternak diimpor sapi 2011 mencapai
500.000 ekor per tahun, sedangkan alokasi daging beku yang diperbolehkan untuk
Jika volume impor daging 2011 sekitar 50.000 ton, tidak mencukupi,
mengusulkan kuota impor daging 2011 mencapai 100.000 ton, tetapi pemerintah
baru menghitung angka 90.000 ton. Angka tersebut berdasarkan fakta di lapangan,
selama 3 tahun, sejak 2008 sampai 2010, angka realisasi impor daging selalu
meningkat. Pada 2008, realisasi impor daging sebesar 90.000 ton, 2009 sebesar
melonjak. Konsumsi terbesar terjadi ditiga provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat,
18
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
dan Banten. Selama ini, pasokan daging untuk tiga wilayah tersebut dipasok dari
Pada periode 1990-2009, impor sapi bakalan hanya 39,8% dari jumlah
akan terus menurunkan sesuai targer-target yang telah ditetapkan dalam blue
print yaitu 90% produksi lokal atau 420.300 ekor dan impor sapi bakalan setara
daging 15.400 ton serta daging atau jeroan 31.200 ton atau 10% pada 2014.
Tabel – 2.2.4.
2010 73.700
2011 67.200
2012 57.900
2013 45.900
2014 31.200
Sumber : Cetak biru Program Swasembada Daging Sapi 2014
mencatat, jumlah sapi bakalan dalam negeri mencapai sekitar 450.000 ekor,
jumlah impor sapi. Hal itu sejalan dengan target pemerintah untuk mencapai
19
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
menentukan angka impor. Sensus ternak akan dilakukan bersama Badan Pusat
Pusat Statistik pada Maret 2011. Juga berniat untuk meningkatkan produksi sapi
dalam negeri dan hewan ternak yang lain guna mencapai swasembada ternak pada
2014. Berdasar ketentuan, swasembada ternak bisa tercapai jika produksi ternak
dan diusahakan oleh para peternak. Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di
Indonesia saat ini adalah sapi asli Indonesia dan sapi yang diimpor. Masing-
masing mempunyai sifat-sifat yang khas, baik ditinjau dari bentuk luarnya (ukuran
Jenis atau rumpun sapi lokal tersebut terdiri dari sapi Bali, Peranakan
Ongole (PO), Sumba Ongole (SO), Madura dan Aceh. Keberadaan sapi potong
lokal tersebar di hampir semua wilayah Indonesia. Wilayah yang memiliki potensi
merupakan suatu wilayah yang memiliki potensi sebagai sumber bibit sapi potong
lokal.
Gambar – 2.3
20
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Sapi Bali adalah sapi hasil domestikasi dari banteng asli Indonesia yang
karkas yang tinggi. Sapi Bali memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh sapi dari
bangsa lainnya dan merupakan sumber daya genetik asli Indonesia. Sapi Bali berat
Ciri yang paling khas dari sapi Bali adalah warna bulunya yang berwarna
merah bata. Pada sapi jantan, warna merah bata akan berubah menjadi kehitaman
seiring dengan bertambahnya umur dan mulai terjadi pada umur 12-18 bulan.
Tetapi perubahan warna ini tidak akan terjadi pada sapi jantan yang dikastrasi.
Ciri lainnya adalah warna putih pada empat kaki bagian bawah, mulai dari
daerah tarsus atau carpus ke bawah. Warna putih juga terdapat pada daerah
21
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
pantat, bibir atas dan bibir bawah. Pada betina, di daerah punggung terdapat garis
belut berwarna hitam. Warna hitam terdapat pula pada bagian ekor dan tanduk,
Tanduk berbentuk runcing dan melengkung ke arah tengah. Sapi Bali dengan
demikian terdapat 11 provinsi yang memiliki potensi sebagai sumber bibit dengan
rata-rata populasi di atas 90.000 ekor dan pertumbuhan populasi sebesar 2,8– 5,9%.
Tabel – 2.3.1
22
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
sebagai sumber bibit dengan populasi 75-778 ribu ekor dengan pertumbuhan
populasi 2,8-6,5% antara lain berurutan dari yang tertinggi yaitu Propinsi Jawa
Tabel – 2.3.2a
Pertumbuhan
No Provinsi Populasi (ekor)
(%)
1 Jawa Timur 778.425 5,5
2 Jawa Tengah 602.418 5,5
3 Lampung 278.683 4,4
4. Sumatera Sealatan 166.861 2,8
5. Sumatera Utara 115.565 2,8
6. Sulawesi Tengah 101.279 5,1
7. Sulawesi Utara 86.516 6,5
8. Jawa Barat 75.410 3,9
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2010
Selain sapi Bali dan PO adalah sapi Aceh, Pesisir, Madura dan Sumba
Ongole (SO) dengan populasi berurutan ; 586.000 ;146.000 ; 437.000 dan 51.000 ekor
Populasi Sapi Aceh, hanya terdapat di Propinsi Aceh, begitu pula populasi
Sapi Madura hanya terdapat pula di Madura. Sapi Pesisir populasinya banyak
Tabel - 2.3.2b
23
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Populasi Pertumbuhan
No Rumpun
(ekor) (%)
1 Sapi Aceh 586.196 4,4
2 Sapi Pesisir 146.018 3,7
3 Sapi Madura 436.757 5,9
4 Sapi SO 50.567 5,2
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
per tahun. Menurut Menteri Pertanian Suswono, rendahnya populasi sapi perah
Jumlah sapi perah yang ada sampai saat ini sekitar 408 ribu ekor.
kebutuhan dalam negeri. Produksi susu nasional hanya 536.900ton per tahun atau
26% dari total kebutuhan susu dalam negeri. Rata-rata kepemilikan sapi perah per
Tingkat konsumsi susu masyarakat mencapai 10,47 liter per kapita per
tahun. Angka ini sangat rendah dibandingkan dengan Malaysia 27 liter per kapita
per tahun, Jepang 37,8 liter per kapita per tahun dan Belanda 122,9 liter per kapita
per tahun.
Upaya peningkatan populasi sapi perah hanya tumbuh 2,5% per tahun.
Dari total populasi sapi perah yang ada, sebanyak 98 persen terkonsentrasi di
24
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pulau Jawa; seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta dan DKI
Jakarta.
Dari sepuluh propinsi, tiga provinsi memiliki populasi sapi perah terbanyak,
di pososi pertama Jawa Timur dengan populasi sapi perah mencapai 141.199 ekor,
di posisi kedua Jawa Tengah 134.060 ekor dan Jawa Barat 117.060 ekor. Sedangkan
populasi sapi perah paling sedikit berada di Provinsi Lampung hanya 246 ekor sapi
perah.
Tabel - 2.3.3a.
Tabel - 2.3.3b.
25
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Standar Mutu Bibit Sapi Potong merupakan bagian dari penyediaan bibit
peningkatan jumlah penduduk sekitar 1,15% per tahun dan perbaikan ekonomi
ketersediaan daging saat ini baru 73,22% dari permintaan atau 281.929 ton (2008),
daging, sangat tergantung pada ketersediaan bibit ternak yang berkualitas. Oleh
26
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
daging sapi 2010 perlu dilakukan tindakan nyata yaitu memperhatikan Standar
Untuk Standar mutu bibit sapi potong mengacu pada Standar Nasional
Indonesia (SNI) yang diberlakukan pada bibit sapi potong yang telah
direkomendasikan oleh Badan Standarisasi Nasional yaitu SNI bibit Sapi Bali (SNI
7355 : 2008) dan SNI bibit Sapi Peranakan Ongole /PO (SNI 7358 : 2008). Standar
mutu bibit ini dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan jaminan mutu
(quality assurance) atas bibit ternak tersebut. Standar mutu bibit ini menetapkan
(Foundation Stock = FS), Bibit Induk (Breeding Stock = BS) dan Bibit Sebar
(Commercial Stock = CS). Standar ini hanya berlaku terbatas untuk bibit sebar.
Bibit sebar yaitu bibit yang diperoleh dari proses pengembangan bibit induk.
(proses pengembangan bibit dasar dan bibit yang mempunyai silsilah untuk
Sapi Bali dan sapi Peranakan Ongole/PO merupakan salah satu bangsa sapi
Sapi Bali merupakan keturunan dari sapi liar atau Banteng (Bos Sondaicus} yang
Demikian dengan Sapi PO yang merupakan hasil persilangan sapi lokal dengan
sapi Onggole dari India juga mempunyai daya produksi yang tinggi.
27
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Bibit Sapi Bali dan Sapi PO merupakan sapi potong bibit yang memenuhi
dibudidayakan untuk bibit dan memiliki daya produksi dan reproduksi yang baik.
dipengaruhi oleh kualitas ternak bibitnya. Oleh sebab itu standar bibit Sapi Bali
dan Sapi PO ditetapkan sebagai acuan bagi para peternak untuk mengembangkan
sapi potong khususnya Sapi Bali dan Sapi PO dalam persyaratan kualitas maupun
(quality assurance).
1. Ruang lingkup
Standar ini menetapkan persyaratan mutu dan cara pengukuran bibit sapi Bali.
b. petugas berwenang
28
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
bibit hasil dari suatu proses pemuliaan dengan spesifikasi bibit yang
mempunyai silsilah dan telah melalui uji performans dan uji zuriat
3. Persyaratan mutu
a. Persyaratan umum
2. Sehat dan bebas dari penyakit hewan menular yang dinyatakan oleh
petugas berwenang.
5. Bebas dari cacat alat kelamin, memiliki libido yang baik, memiliki
b. Persyaratan khusus
1. Persyaratan kualitatif
29
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
2. Persyaratan kuantitatif
Persyaratan kuantitatif bibit sapi Bali dapat dilihat pada Tabel 1 dan
Tabel 2.
Tabel– 2.4.1a
Satuan dalam cm
Umur
No Parameter Kelas I Kelas II Kelas III
(bulan)
1 18 - <24 Lingkar dada minimum 138 130 125
Tinggi pundak minimum 105 99 93
Panjang badan minimum 107 101 95
2 ≥ 24 Lingkar dada minimum 147 135 130
Tinggi pundak minimum 109 103 97
Panjang badan minimum 113 107 101
Tabel– 2.4.1b
Satuan dalam cm
Umur
No Parameter Kelas I Kelas II Kelas III
(bulan)
1 24 - <36 Lingkar dada minimum 176 162 155
Tinggi pundak minimum 119 113 107
Panjang badan minimum 124 117 110
2 ≥ 36 Lingkar dada minimum 189 173 167
Tinggi pundak minimum 127 121 115
Panjang badan minimum 132 125 118
4 Cara pengukuran
a. Umur
30
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Tabel– 2.4.1c
Taksiran umur
No Istilah Gigi seri permanen
(tahun)
1 Po-el 1 1 pasang 1½-2
2 Po-el 2 2 pasang Di atas 2 - 3
3 Po-el 3 3 pasang Di atas 3 - 3 ½
b. Lingkar dada
c. Tinggi pundak
Dilakukan dengan mengukur jarak tegak lurus dari tanah sampai dengan
d. Panjang badan
31
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
2.4.2. Standar Nasional Indonesia Bibit sapi peranakan Ongole (PO) (SNI
7356:2008)
(quality assurance)
1. Ruang lingkup
Standar ini menetapkan persyaratan mutu dan cara pengukuran bibit sapi
peranakan Ongole.
persyaratan mutu bibit yang dibudidayakan untuk bibit dan memiliki daya
bibit hasil dari suatu proses pemuliaan dengan spesifikasi bibit yang
mempunyai silsilah dan telah melalui uji performan dan uji zuriat
3 Persyaratan mutu
32
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
a. Persyaratan umum
2 Sehat dan bebas dari penyakit hewan menular yang dinyatakan oleh
pejabat berwenang.
4. Sapi bibit betina bebas cacat alat reproduksi, tidak memiliki ambing
5. Sapi bibit jantan bebas dari cacat alat kelamin dan memiliki kualitas dan
b. Persyaratan khusus
1 Persyaratan kualitatif
a) warna bulu putih, abu-abu, kipas ekor (bulu cambuk ekor) dan
pendek,
c) tanduk pendek.
2. Persyaratan kuantitatif
Persyaratan kuantitatif sapi bibit PO dapat dilihat pada 2.4.2a dan Tabel
2.4.2b.
Tabel– 2.4.2a
Satuan dalan cm
Umur
No Parameter Kelas I Kelas II Kelas III
(bulan)
1 18 - <24 Lingkar dada minimum 143 137 135
Tinggi pundak minimum 116 113 111
33
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Tabel– 2.4.2b
Satuan dalan cm
Umur
No Parameter Kelas I Kelas II Kelas III
(bulan)
1 24 - <36 Lingkar dada minimum 151 141 138
Tinggi pundak minimum 127 125 124
Panjang badan minimum 139 133 130
2 ≥ 36 Lingkar dada minimum 180 161 154
Tinggi pundak minimum 136 131 130
Panjang badan minimum 145 138 135
4. Cara pengukuran
a. Umur
Tabel - 2.4.2b
Taksiran umur
No Istilah Gigi seri permanen
(tahun)
1 Po-el 1 1 pasang 1½-2
2 Po-el 2 2 pasang Diatas 2 - 3
3 Po-el 3 3 pasang Diatas 3 - 3 ½
34
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
b. Lingkar dada
c. Tinggi pundak
Dilakukan dengan mengukur jarak tegak lurus dari tanah sampai dengan
d. Panjang badan
Kebijakan pengenaan bea masuk untuk bahan baku pakan ternak impor
akan berdampak pada penurunan daya beli produk ternak dan terpangkasnya
tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk
atas Barang Impor dan dirubah lagi dengan PMK No 13/PMK.011/2011 tentang
Tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang Dan Pembebanan Tarif Bea Masuk
35
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
peternakan. Ke-90 barang impor itu dikenai bea masuk dari 0% menjadi rata-rata
5%, diantaranya bungkil kedelai, tepung bungkil jagung, tepung ikan, rape seed
Tabel – 2.5.1
10-15% pada 2011. Kenaikan harga bahan baku pakan didasari dengan
jagung dan kedelai. Selain itu ketersediaan bahan baku pakan dalam negeri pun
manusia.
36
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
komoditas peternakan kualitas rendah seperti chicken leg quarter (CLQ), jeroan dan
tetelan dari luar yang harganya lebih murah. Hal ini akan mematikan sejumlah
barang yang harganya lebih murah walaupun kualitasnya tidak bagus dan
Salah satu bahan baku pakan ternak yang mengalami kenaikan harga
adalah jagung. Kenaikan harga jagung dunia berdampak pada harga produk yang
menggunakan jagung sebagai bahan baku. Salah satunya harga pakan ternak
dalam negeri, sebab Indonesia masih mengimpor jagung untuk kebutuhan bahan
kenaikan harga jagung impor membuat para pengusaha pakan ternak ikut
menaikkan harga jualnya sebesar Rp 500 per kg. Semula harga jual pakan ternak
sebesar Rp 4800 per kg, sekarang menjadi Rp 5300 per kg. Harga normal jagung
impor maupun jagung lokal sekitar Rp 2.500 per kg. Sementara saat ini harga jual
jagung impor maupun jagung lokal mencapai Rp 3.700 per kg. Untuk 2011,
kebutuhan jagung lokal sebesar 5 juta ton. Sebanyak 1,5 juta hingga 2 juta ton
jagung berasal dari impor, sisanya dipenuhi dari pasokan jagung lokal.
37
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pada 2009 impor jagung sebesar 400.000 ton. Sedangkan pada 2010
Indonesia mengimpor jagung sebanyak 1,5 juta ton. Pada 2011 kenaikan konsumsi
jagung lokal diperkirakan sebesar 500.000 ton, maka impor tahun ini sekitar 2 juta
ton.
Tabel - 2.5.2
(Rp/kg)
bahan baku pakan ternak sebesar 5%, diantaranya Bungkil Kedelai (soybean meal),
Corn gluten meal, Biji Kedelai, Tepung ikan, Tepung daging dan tulang (MBM), Rape
dalam Permenkeu 241 tahun 2010. Dalam aturan ini, pemerintah menetapkan bea
masuk impor untuk bahan baku pakan ternak sebesar 5%. Peraturan ini mulai
berlaku efektif sejak tanggal diundangkan yaitu pada 22 Desember 2010 lalu.
38
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Tabel - 2.5.3
(Rp/kg)
Proyeksi kebutuhan dedak dan jagung untuk bahan pakan unggas lokal
pada 2012, di 20 provinsi untuk Dedak mencapai 1,785,400.05 ton untuk ayam
buras, 765,341.79 ton untuk pakan itik. Sedangkan kebutuhan jagung untuk pakan
ayam Buras mencapai 1,614,495.61 ton dan 349,640.67 ton untuk pakan itik.
Tabek – 2.5.4.
39
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(Juta ton/tahun)
No Bahan Baku Pakan 2008 2012
jagung dan dedak untuk unggas ras didasarkan pada populasi ternak unggas ras
nasional tahun 2012. Proporsi dedak untuk ayam ras pedaging sebanyak 5% dan
jagung 52% sedangkan untuk proporsi dedak pada ayam ras petelur adalah 20%
Total kebutuhan dedak untuk ayam ras pedaging dan ayam ras petelur di
20 provinsi sampel sebanyak 1.38 juta ton pada tahun 2012, untuk ayam buras dan
itik sebanyak 2,55 juta ton, sementara kebutuhan jagung untuk ayam ras pada
mencapai 5,04 juta ton, untuk ayam buras dan itik mencapai 1,96 juta ton.
Sedangkan Total ketersediaan dedak untuk ayam buras dan itik sebanyak 3,86 juta
758,66 ribu ton, Jawa Timur 685,34 ribu ton, Jawa Tengah 603,94 ribu ton, dan Jawa
Barat 450,65 ribu ton. Wilayah dengan ketersediaan jagung tinggi untuk kebutuhan
40
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
pakan ayam ras tertinggi secara berturut-turut meliputi Jawa Timur 865,15 ribu ton,
Jawa Tengah 445,15 ribu ton, Lampung 285,91 ribu ton, Gorontalo 175,71 ribu ton,
Kebutuhan pakan unggas lokal tertinggi meliputi Jawa Timur 576,42 ribu
ton, Jawa Tengah 296,77 ribu ton, Lampung 190,61 ribu ton, Gorontalo 157,34 ribu
Tabel - 2.5.5
41
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Standar ini merupakan revisi dari SNI 01-3911-1995 Ransum tambahan anak
babi masa menyusui (pig prestarter), dipersiapkan dan disusun oleh Panitia Teknis
1. Ruang lingkup
pengemasan. Standar ini digunakan untuk pakan anak babi prasapih (pig
prestarter).
2. Acuan normatif
control. ASA & US Grains Council. Klang Nanan Wittaya Co. Ltd. Khong
a. pakan (feed)
42
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap
maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan
yang mengandung zat gizi dan layak dipergunakan sebagai pakan baik
produk ternak/hewan
4. Klasifikasi
Mutu pakan didasarkan atas kandungan nutrisi dan ada tidaknya zat atau
bahan lain yang tidak diinginkan serta digolongkan dalam 1 (satu) tingkatan
mutu.
5. Persyaratan mutu
a. Persyaratan
Persyaratan mutu untuk pakan anak babi prasapih (pig prestarter) sesuai
Tabel 2.6.1..
43
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Tabel - 2.6.1.
Persyaratan mutu
Bahan baku harus bebas dari residu dan zat kimia yang membahayakan
seperti pestisida dan bahan lain yang tidak diinginkan. Bahan baku pakan
hasil peternakan.
Jenis bahan imbuhan dan pelengkap pakan yang dapat digunakan yaitu:
penambah kesehatan.
44
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
karung.
b) Contoh dari setiap karung diambil dari bagian atas, tengah dan
dan lain-lain).
diakreditasi.
c. Analisa
a) Analisis Kadar Air, Abu, Protein, Lemak dan Serat Kasar dilakukan
45
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
atau metoda lainnya yang telah dilakukan validasi dan diakui oleh
contoh tersebut.
a. Penandaan
46
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
r). warna dasar etiket merah muda dengan kode pengenal B1.
b. Pengemasan
Pakan dikemas dalam ukuran yang diterakan antara lain 5 kg, 10 kg, 25
Standar ini merupakan revisi dari SNI 01-3912-1995 Ransum anak babi
sapihan (pig starter), dipersiapkan dan disusun oleh Panitia Teknis Produk Segar
Peternakan.
1. Ruang lingkup
Standar ini meliputi acuan normatif, istilah dan definisi, klasifikasi, persyaratan
Standar ini digunakan untuk pakan anak babi sapihan (pig starter).
2. Acuan normatif
47
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
control. ASA & US Grains Council. Klang Nanan Wittaya Co. Ltd. Khong Kaen,
a. pakan (feed)
campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap
maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan
mengandung zat gizi dan layak dipergunakan sebagai pakan baik yang
dan bukan sebagai sumber zat gizi, yang dapat mempengaruhi karakteristik
ternak/hewan
48
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
4. Klasifikasi
Mutu pakan didasarkan atas kandungan nutrisi dan zat atau bahan lain yang
5. Persyaratan mutu
a. Persyaratan
Persyaratan mutu untuk pakan anak babi sapihan (pig starter) sesuai
dengan Tabel 1.
Tabel - 2.6.2.
Persyaratan mutu
Bahan baku harus bebas dari residu dan zat kimia yang membahayakan
seperti pestisida dan bahan lain yang tidak diinginkan. Bahan baku pakan
49
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
peternakan.
Jenis bahan imbuhan dan pelengkap pakan yang dapat digunakan adalah:
kesehatan.
karung.
b) Contoh dari setiap karung diambil dari bagian atas, tengah dan bawah,
50
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
dan lain-lain).
diakreditasi.
c. Analisa
a) Analisis Kadar Air, Abu, Protein, Lemak dan Serat Kasar dilakukan
atau metoda lainnya yang telah dilakukan validasi dan diakui oleh
tersebut.
a. Penandaan
51
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
r). warna dasar etiket merah muda dengan kode pengenal B2.
b. Pengemasan
Pakan dikemas dalam ukuran yang diterakan 5 kg, 10 kg, 25 kg, 50 kg atau
curah (bulk).
52
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Standar ini merupakan revisi dari SNI 01-3905-1995 Ransum puyuh petelur
pemula (quail starter), dipersiapkan dan disusun oleh Panitia Teknis Produk Segar
Peternakan.
1. Ruang lingkup
Standar ini meliputi acuan normatif, istilah dan definisi, klasifikasi, persyaratan
control. ASA & US Grains Council. Klang Nanan Wittaya Co. Ltd. Khong Kaen,
a. pakan (feed)
campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap
maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan
yang mengandung zat gizi dan layak dipergunakan sebagai pakan baik
53
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
produk ternak/hewan
4. Klasifikasi
Mutu pakan didasarkan atas kandungan nutrisi dan zat atau bahan lain yang
5. Persyaratan mutu
a. Persyaratan
Persyaratan mutu untuk pakan anak puyuh (quail starter) sesuai dengan
Tabel - 2.6.3.
Tabel- 2.6.3.
Persyaratan mutu
54
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Bahan baku harus bebas dari residu dan zat kimia yang membahayakan
seperti pestisida dan bahan lain yang tidak diinginkan. Bahan baku pakan
peternakan.
c. Bahan imbuhan dan pelengkap pakan Jenis bahan imbuhan dan pelengkap
kesehatan.
karung.
b) Contoh dari setiap karung diambil dari bagian atas, tengah dan bawah,
55
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
dan lain-lain).
c. Analisa
a) Analisis Kadar Air, Abu, Protein, Lemak dan Serat Kasar dilakukan
atau metoda lainnya yang telah dilakukan validasi dan diakui oleh
56
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
tersebut.
a. Penandaan
r). warna dasar etiket hijau tua dengan kode pengenal PP1.
57
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
b. Pengemasan
Pakan dikemas dalam ukuran yang diterakan 5 kg, 10 kg, 25 kg, 50 kg atau
curah (bulk).
2.6.4. Pakan ayam ras petelur dara (layer grower) SNI 01-3928-2006
Standar ini merupakan revisi dari SNI 01-3928-1995 Ransum dara ayam ras
petelur (layer grower), dipersiapkan dan disusun oleh Panitia Teknis Produk Segar
Peternakan.
1. Ruang lingkup
pengemasan. Standar ini digunakan untuk pakan ayam ras petelur dara (layer
grower).
US Grains Council. Klang Nanan Wittaya Co. Ltd. Khong Kaen, Thailand. 3rd
Edition.
a. pakan (feed)
campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap
maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan
58
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
yang mengandung zat gizi dan layak dipergunakan sebagai pakan baik
produk ternak/hewan
ayam ras petelur dara mulai umur 6 (enam) minggu sampai dengan 20
4. Klasifikasi
Mutu pakan didasarkan atas kandungan nutrisi dan ada zat atau bahan lain
5. Persyaratan mutu
a. Persyaratan Persyaratan mutu pakan untuk ayam ras petelur dara (layer
Tabel - 2.6.4
Persyaratan mutu
59
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Bahan baku harus bebas dari residu dan zat kimia yang membahayakan
seperti pestisida dan bahan lain yang tidak diinginkan. Bahan baku pakan
hasil peternakan.
Jenis bahan imbuhan dan pelengkap pakan yang dapat digunakan adalah:
penambah kesehatan.
60
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
sebanyak akar.
b) Contoh dari setiap karung diambil dari bagian atas, tengah dan
dan lain-lain).
diakreditasi.
c. Analisa
a) Analisis Kadar Air, Abu, Protein, Lemak dan Serat Kasar dilakukan
61
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
atau metoda lainnya yang telah dilakukan validasi dan diakui oleh
contoh tersebut.
a. Penandaan
e) nomor pendaftaran;
k) persentase abu;
l) kalsium (Ca);
62
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
b. Pengemasan
Untuk produksi pabrik pakan dikemas dalam kemasan 5 kg, 10 kg, 25 kg,
2.6.5. Pakan ayam ras pedaging masa akhir (broiler finisher) SNI 01-3931-2006
Standar ini merupakan revisi dari SNI 01-3931-1995 Ransum ayam ras
pedaging (broiler finisher), dipersiapkan dan disusun oleh Panitia Teknis Produk
Segar Peternakan.
1. Ruang lingkup
pengemasan. Standar ini digunakan untuk pakan ayam ras pedaging masa
2. Acuan normatif
control. ASA & US Grains Council. Klang Nanan Wittaya Co. Ltd. Khong Kaen,
a. Pakan (feed)
63
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap
mengandung zat gizi dan layak dipergunakan sebagai pakan baik yang
produk ternak/hewan
ayam ras pedaging mulai umur 3 (tiga) minggu sampai saat dipanen
4. Klasifikasi
Mutu pakan didasarkan atas kandungan nutrisi dan zat atau bahan lain yang
5. Persyaratan mutu
a. Persyaratan
Persyaratan mutu untuk ayam ras pedaging masa akhir (broiler finisher)
Tabel -2.6.5
Persyaratan mutu
64
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Bahan baku harus bebas dari residu dan zat kimia yang membahayakan
seperti pestisida dan bahan lain yang tidak diinginkan. Bahan baku pakan
hasil peternakan.
Jenis bahan imbuhan dan pelengkap pakan yang dapat digunakan adalah:
kesehatan.
65
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
karung.
b) Contoh dari setiap karung diambil dari bagian atas, tengah dan bawah,
dan lain-lain).
c. Analisa
a) Analisis Kadar Air, Abu, Protein, Lemak dan Serat Kasar dilakukan
66
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
atau metoda lainnya yang telah dilakukan validasi dan diakui oleh
tersebut.
mikroskopi.
a. Penandaan
67
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
b. Pengemasan
Untuk produksi pabrik pakan dikemas dalam kemasan 5 kg, 10 kg, 25 kg, 50
Standar ini merupakan revisi dari SNI 01-3929-1995 Ransum ayam ras
petelur (layer), dipersiapkan dan disusun oleh Panitia Teknis Produk Segar
Peternakan.
1. Ruang lingkup
Standar ini meliputi acuan normatif, istilah dan definisi, klasifikasi, persyaratan
2. Acuan normatif
control. ASA & US Grains Council. Klang Nanan Wittaya Co. Ltd. Khong Kaen,
68
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
a. pakan (feed)
campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap
maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan
yang mengandung zat gizi dan layak dipergunakan sebagai pakan baik
produk ternak/hewan
ayam ras yang sedang bertelur, mulai umur 20 (dua puluh) minggu
4. Klasifikasi
Mutu pakan didasarkan atas kandungan nutrisi dan ada tidaknya zat atau
bahan lain yang tidak diinginkan serta digolongkan dalam 1 (satu) tingkatan
mutu.
5. Persyaratan mutu
a. Persyaratan
Persyaratan mutu pakan untuk ayam ras petelur (layer) sesuai dengan
Tabel 2.6.6.
69
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Tabel – 2.6.6
Persyaratan mutu
Bahan baku harus bebas dari residu dan zat kimia yang membahayakan
seperti pestisida dan bahan lain yang tidak diinginkan. Bahan baku pakan
hasil peternakan.
Jenis bahan imbuhan dan pelengkap pakan yang dapat digunakan adalah:
penambah kesehatan.
70
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
karung.
b) Contoh dari setiap karung diambil dari bagian atas, tengah dan bawah,
dan lain-lain).
diakreditasi.
c. Analisis
a) Analisis Kadar Air, Abu, Protein, Lemak dan Serat Kasar dilakukan
71
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
atau metoda lainnya yang telah dilakukan validasi dan diakui oleh
tersebut.
a. Penandaan
72
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
r). warna dasar etiket kuning muda dengan kode pengenal P3.
b. Pengemasan
Untuk produksi pabrik pakan dikemas dalam ukuran 5 kg, 10 kg, 25 kg, 50
induk babi (sow ration) karena dipandang perlu untuk membedakan pakan babi
bunting dengan babi menyusui, dipersiapkan dan disusun oleh Panitia Teknis
1. Ruang lingkup
pengemasan. Standar ini digunakan untuk pakan babi bunting (pregnant sow
ration).
2. Acuan normatif
73
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
control. ASA & US Grains Council. Klang Nanan Wittaya Co. Ltd. Khong
a. pakan (feed)
campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap
maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan
yang mengandung zat gizi dan layak dipergunakan sebagai pakan baik
produk ternak/hewan
4. Klasifikasi
74
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Mutu pakan didasarkan atas kandungan nutrisi dan zat atau bahan lain yang
5. Persyaratan mutu
a. Persyaratan
Persyaratan mutu untuk pakan induk babi bunting (pregnant sow ration)
Tabel - 2.6.7
Persyaratan mutu
Bahan baku harus bebas dari residu dan zat kimia yang membahayakan
seperti pestisida dan bahan lain yang tidak diinginkan. Bahan baku pakan
75
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
hasil peternakan.
Jenis bahan imbuhan dan pelengkap pakan yang dapat digunakan adalah:
penambah kesehatan.
maksimum 30 karung.
b) Contoh dari setiap karung diambil dari bagian atas, tengah dan
perusahaan.
76
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
dan lain-lain).
diakreditasi.
c. Analisa
a) Analisis Kadar Air, Abu, Protein, Lemak dan Serat Kasar dilakukan
Feed),
atau metoda lainnya yang telah dilakukan validasi dan diakui oleh
contoh tersebut.
a. Penandaan
77
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
e) nomor pendaftaran;
k) persentase abu;
l) kalsium (Ca);
b. Pengemasan
induk babi (sow ration) karena dipandang perlu untuk membedakan pakan babi
78
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
bunting dengan babi menyusui, dipersiapkan dan disusun oleh Panitia Teknis
1. Ruang lingkup
sow ration).
2. Acuan normatif
control. ASA & US Grains Council. Klang Nanan Wittaya Co. Ltd. Khong
a. pakan (feed)
campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap
maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan
yang mengandung zat gizi dan layak dipergunakan sebagai pakan baik
79
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
produk ternak/hewan
4. Klasifikasi
Mutu pakan didasarkan atas kandungan nutrisi dan ada zat atau bahan lain
5. Persyaratan mutu
b. Persyaratan mutu untuk pakan induk babi menyusui (lactating sow ration)
Tabel – 2.6.8
Persyaratan mutu
80
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Bahan baku harus bebas dari residu dan zat kimia yang membahayakan
seperti pestisida dan bahan lain yang tidak diinginkan. Bahan baku pakan
hasil peternakan.
Jenis bahan imbuhan dan pelengkap pakan yang dapat digunakan adalah:
penambah kesehatan.
karung.
b) Contoh dari setiap karung diambil dari bagian atas, tengah dan bawah,
81
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
dan lain-lain).
diakreditasi.
c. Analisa
a. Analisis Kadar Air, Abu, Protein, Lemak dan Serat Kasar dilakukan
atau metoda lainnya yang telah dilakukan validasi dan diakui oleh
82
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
contoh tersebut.
a. Penandaan
d) nomor pendaftaran;
k) persentase abu;
l) kalsium (Ca);
83
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
b. Pengemasan
Pakan dikemas dalam ukuran yang diterakan 5 kg, 10 kg, 25 kg, 50 kg atau
curah (bulk).
Standar ini merupakan revisi dari SNI 01-3916-1995 Ransum babi pejantan
(boar ration), dipersiapkan dan disusun oleh Panitia Teknis Produk Segar
Peternakan.
1. Ruang lingkup
pengemasan. Standar ini digunakan untuk pakan babi pejantan (boar ration).
2. Acuan normatif
control. ASA & US Grains Council. Klang Nanan Wittaya Co. Ltd. Khong
a. pakan (feed)
campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap
maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan
84
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
yang mengandung zat gizi dan layak dipergunakan sebagai pakan baik
produk ternak/hewan
4. Klasifikasi
Mutu pakan didasarkan atas kandungan nutrisi dan ada tidaknya zat atau
bahan lain yang tidak diinginkan serta digolongkan dalam 1 (satu) tingkatan
mutu.
5. Persyaratan mutu
a. Persyaratan
Persyaratan mutu untuk pakan babi pejantan (boar ration) sesuai dengan
Tabel 2.6.9.
Tabel – 2.6.9
Persyaratan mutu
85
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Bahan baku harus bebas dari residu dan zat kimia yang membahayakan
seperti pestisida dan bahan lain yang tidak diinginkan. Bahan baku
Jenis bahan imbuhan dan pelengkap pakan yang dapat digunakan adalah:
penambah kesehatan.
86
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
30 karung.
b) Contoh dari setiap karung diambil dari bagian atas, tengah dan
dan lain-lain).
diakreditasi.
c. Analisa
a) Analisis Kadar Air, Abu, Protein, Lemak dan Serat Kasar dilakukan
Feed),
87
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
atau metoda lainnya yang telah dilakukan validasi dan diakui oleh
contoh tersebut.
a. Penandaan
88
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
r). warna dasar etiket merah muda dengan kode pengenal B6.
b. Pengemasan
pembesaran (pig grower), dipersiapkan dan disusun oleh Panitia Produk Segar
Teknis Peternakan.
1. Ruang lingkup
grower).
2. Acuan normatif
control. ASA & US Grains Council. Klang Nanan Wittaya Co. Ltd. Khong
89
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
a. pakan (feed)
campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap
maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan
yang mengandung zat gizi dan layak dipergunakan sebagai pakan baik
produk ternak/hewan
4. Klasifikasi
Mutu pakan didasarkan atas kandungan nutrisi dan zat atau bahan lain yang
5. Persyaratan mutu
a. Persyaratan
90
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Tabel – 2.6.10.
Persyaratan mutu
Bahan baku harus bebas dari residu dan zat kimia yang membahayakan
seperti pestisida dan bahan lain yang tidak diinginkan. Bahan baku
Jenis bahan imbuhan dan pelengkap pakan yang dapat digunakan adalah:
penambah kesehatan.
91
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
maksimum 30 karung.
b) Contoh dari setiap karung diambil dari bagian atas, tengah dan
perusahaan.
dan lain-lain).
diakreditasi.
c. Analisa
a) Analisis Kadar Air, Abu, Protein, Lemak dan Serat Kasar dilakukan
92
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Feed),
atau metoda lainnya yang telah dilakukan validasi dan diakui oleh
contoh tersebut.
a. Penandaan
e) nomor pendaftaran;
k) persentase abu;
l) kalsium (Ca);
93
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
b. Pengemasan
penggemukan (pig finisher), dipersiapkan dan disusun oleh Panitia Teknis Produk
Segar Peternakan.
1. Ruang lingkup
finisher).
2. Acuan normatif
94
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
control. ASA & US Grains Council. Klang Nanan Wittaya Co. Ltd. Khong
a. pakan (feed)
campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap
maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan
yang mengandung zat gizi dan layak dipergunakan sebagai pakan baik
produk ternak/hewan
4. Klasifikasi
Mutu pakan didasarkan atas kandungan nutrisi dan zat atau bahan lain yang
5. Persyaratan mutu
a. Persyaratan
95
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Tabel 2.6.11.
Tabel – 2.6.11
Persyaratan mutu
Bahan baku harus bebas dari residu dan zat kimia yang membahayakan
seperti pestisida dan bahan lain yang tidak diinginkan. Bahan baku pakan
hasil peternakan.
Jenis bahan imbuhan dan pelengkap pakan yang dapat digunakan adalah:
penambah kesehatan.
96
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
maksimum 30 karung.
b) Contoh dari setiap karung diambil dari bagian atas, tengah dan
perusahaan.
dan lain-lain).
diakreditasi.
c. Analisa
a) Analisis Kadar Air, Abu, Protein, Lemak dan Serat Kasar dilakukan
97
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Feed),
atau metoda lainnya yang telah dilakukan validasi dan diakui oleh
contoh tersebut.
a. Penandaan
e) nomor pendaftaran
98
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
k) persentase abu;
l) kalsium (Ca);
b. Pengemasan
1. Ruang lingkup
pengemasan. Standar ini digunakan untuk pakan itik bertelur (duck layer).
2. Acuan normatif
control. ASA & US Grains Council. Klang Nanan Wittaya Co. Ltd. Khong Kaen,
99
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
a. pakan (feed)
campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap
maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan
yang mengandung zat gizi dan layak dipergunakan sebagai pakan baik
produk ternak/hewan
4. Klasifikasi
Mutu pakan didasarkan atas kandungan nutrisi dan zat atau bahan lain yang
5. Persyaratan mutu
a. Persyaratan
Persyaratan mutu untuk pakan itik bertelur (duck layer) sesuai dengan
Tabel 2.6.12.
100
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Tabel – 2.6.12.
Persyaratan mutu
Bahan baku harus bebas dari residu dan zat kimia yang membahayakan
seperti pestisida dan bahan lain yang tidak diinginkan. Bahan baku
Jenis bahan imbuhan dan pelengkap pakan yang dapat digunakan adalah:
penambah kesehatan.
101
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
30 karung.
b) Contoh dari setiap karung diambil dari bagian atas, tengah dan
perusahaan.
dan lain-lain).
diakreditasi.
c. Analisa
a) Analisis Kadar Air, Abu, Protein, Lemak dan Serat Kasar dilakukan
102
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
atau metoda lainnya yang telah dilakukan validasi dan diakui oleh
contoh tersebut.
a. Penandaan
e) nomor pendaftaran;
k) persentase abu;
103
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
l) kalsium (Ca);
b. Pengemasan
***
104
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB – III
DAFTAR PERATURAN
Menimbang : a. bahwa hewan sebagai karunia dan amanat Tuhan Yang Maha
Esa mempunyai peranan penting dalam penyediaan pangan
asal hewan dan hasil hewan lainnya serta jasa bagi manusia
yang pemanfataannya perlu diarahkan untuk kesejahteraan
masyarakat;
b. bahwa untuk mencapai maksud tersebut perlu
diselenggarakan kesehatan hewan yang melindungi kesehatan
manusia dan hewan beserta ekosistemnya sebagai prasyarat
terselenggaranya peternakan yang maju, berdaya saing, dan
berkelanjutan serta penyediaan pangan yang aman, sehat,
utuh, dan halal sehingga perlu didayagunakan untuk
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat;
c. bahwa dengan perkembangan keadaan tuntutan otonomi
daerah dan globalisasi, peraturan perundang-undangan di
bidang peternakan dan kesehatan hewan yang berlaku saat ini
sudah tidak sesuai lagi sebagai landasan hukum bagi
penyelenggaraan peternakan dan kesehatan hewan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk
Undang-Undang tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan;
Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
98
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PETERNAKAN DAN
KESEHATAN HEWAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik,
benih, bibit dan/atau bakalan, pakan, alat dan mesin peternakan, budi daya
ternak, panen, pascapanen, pengolahan, pemasaran, dan pengusahaannya.
2. Kesehatan hewan adalah segala urusan yang berkaitan dengan perawatan
hewan, pengobatan hewan, pelayanan kesehatan hewan, pengendalian dan
penanggulangan penyakit hewan, penolakan penyakit, medik reproduksi,
medik konservasi, obat hewan dan peralatan kesehatan hewan, serta keamanan
pakan.
3. Hewan adalah binatang atau satwa yang seluruh atau sebagian dari siklus
hidupnya berada di darat, air, dan/atau udara, baik yang dipelihara maupun
yang di habitatnya.
4. Hewan peliharaan adalah hewan yang kehidupannya untuk sebagian atau
seluruhnya bergantung pada manusia untuk maksud tertentu.
5. Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukan sebagai
penghasil pangan, bahan baku industri, jasa, dan/atau hasil ikutannya yang
terkait dengan pertanian.
6. Satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat, air, dan/atau udara
yang masih mempunyai sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang
dipelihara oleh manusia.
7. Sumber daya genetik adalah material tumbuhan, binatang, atau jasad renik
yang mengandung unit-unit yang berfungsi sebagai pembawa sifat keturunan,
baik yang bernilai aktual maupun potensial untuk menciptakan galur, rumpun,
atau spesies baru.
8. Benih hewan yang selanjutnya disebut benih adalah bahan reproduksi hewan
yang dapat berupa semen, sperma, ova, telur tertunas, dan embrio.
99
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
9. Benih jasad renik adalah mikroba yang dapat digunakan untuk kepentingan
industri pakan dan/atau industri biomedik veteriner.
10. Bibit hewan yang selanjutnya disebut bibit adalah hewan yang mempunyai
sifat unggul dan mewariskan serta memenuhi persyaratan tertentu untuk
dikembangbiakkan.
11. Rumpun hewan yang selanjutnya disebut rumpun adalah segolongan hewan
dari suatu spesies yang mempunyai ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat
diwariskan pada keturunannya.
12. Bakalan hewan yang selanjutnya disebut bakalan adalah hewan bukan bibit
yang mempunyai sifat unggul untuk dipelihara guna tujuan produksi.
13. Produk hewan adalah semua bahan yang berasal dari hewan yang masih segar
dan/atau telah diolah atau diproses untuk keperluan konsumsi, farmakoseutika,
pertanian, dan/atau kegunaan lain bagi pemenuhan kebutuhan dan
kemaslahatan manusia.
14. Peternak adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang
melakukan usaha peternakan.
15. Perusahaan peternakan adalah orang perorangan atau korporasi, baik yang
berbentuk badan hukum maupun yang bukan badan hukum, yang didirikan
dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
mengelola usaha peternakan dengan kriteria dan skala tertentu.
16. Usaha di bidang peternakan adalah kegiatan yang menghasilkan produk dan
jasa yang menunjang usaha budi daya ternak.
17. Kastrasi adalah tindakan mencegah berfungsinya testis dengan jalan
menghilangkan atau menghambat fungsinya.
18. Inseminasi buatan adalah teknik memasukkan mani atau semen ke dalam alat
reproduksi ternak betina sehat untuk dapat membuahi sel telur dengan
menggunakan alat inseminasi dengan tujuan agar ternak bunting.
19. Pemuliaan ternak adalah rangkaian kegiatan untuk mengubah komposisi
genetik pada sekelompok ternak dari suatu rumpun atau galur guna mencapai
tujuan tertentu.
20. Ternak lokal adalah ternak hasil persilangan atau introduksi dari luar yang
telah dikembangbiakkan di Indonesia sampai generasi kelima atau lebih yang
teradaptasi pada lingkungan dan/atau manajemen setempat.
21. Usaha di bidang kesehatan hewan adalah kegiatan yang menghasilkan produk
dan jasa yang menunjang upaya dalam mewujudkan kesehatan hewan.
22. Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah
maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan
hidup, berproduksi, dan berkembang biak.
23. Bahan pakan adalah bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan, atau bahan
lainnya yang layak dipergunakan sebagai pakan, baik yang telah diolah
maupun yang belum diolah.
100
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
24. Kawasan penggembalaan umum adalah lahan negara atau yang disediakan
Pemerintah atau yang dihibahkan oleh perseorangan atau perusahaan yang
diperuntukkan bagi penggembalaan ternak masyarakat skala kecil sehingga
ternak dapat leluasa berkembang biak.
25. Setiap orang adalah orang perorangan atau korporasi, baik yang berbadan
hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang melakukan kegiatan di
bidang peternakan dan kesehatan hewan.
26. Veteriner adalah segala urusan yang berkaitan dengan hewan dan penyakit
hewan.
27. Medik veteriner adalah penyelenggaraan kegiatan praktik kedokteran hewan.
28. Otoritas veteriner adalah kelembagaan Pemerintah dan/atau kelembagaan
yang dibentuk Pemerintah dalam pengambilan keputusan tertinggi yang
bersifat teknis kesehatan hewan dengan melibatkan keprofesionalan dokter
hewan dan dengan mengerahkan semua lini kemampuan profesi mulai dari
mengindentifikasikan masalah, menentukan kebijakan, mengoordinasikan
pelaksana kebijakan, sampai dengan mengendalikan teknis operasional di
lapangan.
29. Dokter hewan adalah orang yang memiliki profesi di bidang kedokteran
hewan, sertifikat kompetensi, dan kewenangan medik veteriner dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan hewan.
30. Dokter hewan berwenang adalah dokter hewan yang ditunjuk oleh Menteri,
gubernur, atau bupati atau walikota sesuai dengan kewenangannya
berdasarkan jangkauan tugas pelayanannya dalam rangka penyelenggaraan
kesehatan hewan.
31. Medik reproduksi adalah penerapan medik veteriner dalam penyelenggaraan
kesehatan hewan di bidang reproduksi hewan.
32. Medik konservasi adalah penerapan medik veteriner dalam penyelenggaraan
kesehatan hewan di bidang konservasi satwa liar.
33. Biomedik adalah penyelenggaraan medik veteriner di bidang biologi farmasi,
pengembangan sains kedokteran, atau industri biologi untuk kesehatan dan
kesejahteraan manusia.
34. Penyakit hewan adalah gangguan kesehatan pada hewan yang antara lain,
disebabkan oleh cacat genetik, proses degeneratif, gangguan metabolisme,
trauma, keracunan, infestasi parasit, dan infeksi mikroorganisme patogen
seperti virus, bakteri, cendawan, dan ricketsia.
35. Penyakit hewan menular adalah penyakit yang ditularkan antara hewan dan
hewan; hewan dan manusia; serta hewan dan media pembawa penyakit hewan
lainnya melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan media perantara
mekanis seperti air, udara, tanah, pakan, peralatan, dan manusia; atau dengan
media perantara biologis seperti virus, bakteri, amuba, atau jamur.
101
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
36. Penyakit hewan strategis adalah penyakit hewan yang dapat menimbulkan
kerugian ekonomi, keresahan masyarakat, dan/atau kematian hewan yang
tinggi.
37. Zoonosis adalah penyakit yang dapat menular dari hewan kepada manusia
atau sebaliknya.
38. Kesehatan masyarakat veteriner adalah segala urusan yang berhubungan
dengan hewan dan produk hewan yang secara langsung atau tidak langsung
memengaruhi kesehatan manusia.
39. Obat hewan adalah sediaan yang dapat digunakan untuk mengobati hewan,
membebaskan gejala, atau memodifikasi proses kimia dalam tubuh yang
meliputi sediaan biologik, farmakoseutika, premiks, dan sediaan alami.
40. Alat dan mesin peternakan adalah semua peralatan yang digunakan berkaitan
dengan kegiatan peternakan dan kesehatan hewan, baik yang dioperasikan
dengan motor penggerak maupun tanpa motor penggerak.
41. Alat dan mesin kesehatan hewan adalah peralatan kedokteran hewan yang
disiapkan dan digunakan untuk hewan sebagai alat bantu dalam pelayanan
kesehatan hewan.
42. Kesejahteraan hewan adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan
fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu
diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap
orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia.
43. Tenaga kesehatan hewan adalah orang yang menjalankan aktivitas di bidang
kesehatan hewan berdasarkan kompetensi dan kewenangan medik veteriner
yang hierarkis sesuai dengan pendidikan formal dan/atau pelatihan kesehatan
hewan bersertifikat.
44. Teknologi kesehatan hewan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
pengembangan dan penerapan ilmu, teknik, rekayasa, dan industri di bidang
kesehatan hewan.
45. Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
46. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
peternakan dan kesehatan hewan.
47. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati/walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
48. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
102
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Peternakan dan kesehatan hewan dapat diselenggarakan di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dilaksanakan secara tersendiri
dan/atau melalui integrasi dengan budi daya tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, perikanan, kehutanan, atau bidang lainnya yang terkait.
(2) Penyelenggaraan peternakan dan kesehatan hewan berasaskan kemanfaatan
dan keberlanjutan, keamanan dan kesehatan, kerakyatan dan keadilan,
keterbukaan dan keterpaduan, kemandirian, kemitraan, dan keprofesionalan.
Pasal 3
Pengaturan penyelenggaraan peternakan dan kesehatan hewan bertujuan untuk:
a. mengelola sumber daya hewan secara bermartabat, bertanggung jawab, dan
berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat;
b. mencukupi kebutuhan pangan, barang, dan jasa asal hewan secara mandiri,
berdaya saing, dan berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan peternak dan
masyarakat menuju pencapaian ketahanan pangan nasional;
c. melindungi, mengamankan, dan/atau menjamin wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dari ancaman yang dapat mengganggu kesehatan atau
kehidupan manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan;
d. mengembangkan sumber daya hewan bagi kesejahteraan peternak dan
masyarakat; dan
e. memberi kepastian hukum dan kepastian berusaha dalam bidang peternakan
dan kesehatan hewan.
BAB III
SUMBER DAYA
Bagian Kesatu
Lahan
Pasal 4
103
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 5
(1) Penyediaan lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dimasukkan ke dalam
tata ruang wilayah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(2) Dalam hal terjadi perubahan tata ruang wilayah yang mengakibatkan
perubahan peruntukan lahan peternakan dan kesehatan hewan, lahan
pengganti harus disediakan terlebih dahulu di tempat lain yang sesuai dengan
persyaratan peternakan dan kesehatan hewan dan agroekosistem.
(3) Ketentuan mengenai perubahan tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dikecualikan bagi lahan peternakan dan kesehatan hewan untuk kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan.
Pasal 6
(1) Lahan yang telah ditetapkan sebagai kawasan penggembalaan umum harus
dipertahankan keberadaan dan kemanfaatannya secara berkelanjutan.
(2) Kawasan penggembalaan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berfungsi sebagai:
a. penghasil tumbuhan pakan;
b. tempat perkawinan alami, seleksi, kastrasi, dan pelayanan inseminasi
buatan;
c. tempat pelayanan kesehatan hewan; dan/atau
d. tempat atau objek penelitian dan pengembangan teknologi peternakan dan
kesehatan hewan.
(3) Pemerintah daerah kabupaten/kota yang di daerahnya mempunyai persediaan
lahan yang memungkinkan dan memprioritaskan budi daya ternak skala kecil
diwajibkan menetapkan lahan sebagai kawasan penggembalaan umum.
(4) Pemerintah daerah kabupaten/kota membina bentuk kerja sama antara
pengusahaan peternakan dan pengusahaan tanaman pangan, hortikultura,
perikanan, perkebunan, dan kehutanan serta bidang lainnya dalam
memanfaatkan lahan di kawasan tersebut sebagai sumber pakan ternak murah.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyediaan dan pengelolaan kawasan
penggembalaan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan
dengan peraturan daerah kabupaten/kota.
Bagian Kedua
Air
Pasal 7
104
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(1) Air yang dipergunakan untuk kepentingan peternakan dan kesehatan hewan
harus memenuhi persyaratan baku mutu air sesuai dengan peruntukannya.
(2) Apabila ketersediaan air terbatas pada suatu waktu dan kawasan, kebutuhan
air untuk hewan perlu diprioritaskan setelah kebutuhan masyarakat terpenuhi.
Bagian Ketiga
Sumber Daya Genetik
Pasal 8
(1) Sumber daya genetik merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang dikuasai
oleh negara dan dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(2) Penguasaan negara atas sumber daya genetik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintahan daerah provinsi, atau
pemerintahan daerah kabupaten/kota berdasarkan sebaran asli geografis
sumber daya genetik yang bersangkutan.
(3) Sumber daya genetik dikelola melalui kegiatan pemanfaatan dan pelestarian.
(4) Pemanfaatan sumber daya genetik sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan melalui pembudidayaan dan pemuliaan.
(5) Pelestarian sumber daya genetik sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan melalui konservasi di dalam habitatnya dan/atau di luar habitatnya
serta upaya lainnya.
(6) Pengelolaan sumber daya genetik tumbuhan pakan mengikuti peraturan
perundang-undangan di bidang sistem budi daya tanaman.
Pasal 9
(1) Setiap orang yang melakukan pemanfaatan sumber daya genetik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4) wajib membuat perjanjian dengan pelaksana
penguasaan negara atas sumber daya genetik yang bersangkutan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2).
(2) Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencantumkan, antara lain,
pembagian keuntungan dari hasil pemanfaatan sumber daya genetik yang
bersangkutan dan pemberdayaan masyarakat sekitar dalam pemanfaatannya.
(3) Pemanfaatan sumber daya genetik hewan asal satwa liar mengikuti peraturan
perundangundangan di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.
Pasal 10
(1) Pembudidayaan dan pemuliaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4)
dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah
kabupaten/kota, masyarakat, dan/atau korporasi.
105
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 11
(1) Setiap orang atau lembaga nasional yang melakukan pemasukan dan/atau
pengeluaran sumber daya genetik ke dan dari wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia wajib memperoleh izin dari Menteri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga bagi lembaga
internasional yang melakukan pemasukan dan/atau pengeluaran sumber daya
genetik ke dan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(3) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), lembaga asing yang
akan melakukan pemasukan dan pengeluaran sumber daya genetik, terlebih
dahulu harus memiliki perjanjian dengan Pemerintah di bidang transfer
material genetik sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 12
(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai sumber daya genetik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 sampai dengan Pasal 11 diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemanfaatan dan pelestarian sumber daya
genetik termasuk sumber daya genetik hewan dan rekayasa genetik diatur
dengan undang-undang.
BAB IV
PETERNAKAN
Bagian Kesatu
Benih, Bibit, dan Bakalan
Pasal 13
(1) Penyediaan dan pengembangan benih, bibit, dan/atau bakalan dilakukan
dengan mengutamakan produksi dalam negeri dan kemampuan ekonomi
kerakyatan.
(2) Pemerintah berkewajiban untuk melakukan pengembangan usaha
pembenihan dan/atau pembibitan dengan melibatkan peran serta masyarakat
untuk menjamin ketersediaan benih, bibit, dan/atau bakalan.
106
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(3) Dalam hal usaha pembenihan dan/atau pembibitan oleh masyarakat belum
berkembang, Pemerintah membentuk unit pembenihan dan/atau pembibitan.
(4) Setiap benih atau bibit yang beredar wajib memiliki sertifikat layak benih atau
bibit yang memuat keterangan mengenai silsilah dan ciri-ciri keunggulan
tertentu.
(5) Sertifikat layak benih atau bibit sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi benih atau bibit yang terakreditasi atau
yang ditunjuk oleh Menteri.
Pasal 14
(1) Pemerintah menetapkan kebijakan perbibitan nasional untuk mendorong
ketersediaan benih dan/atau bibit yang bersertifikat dan melakukan
pengawasan dalam pengadaan dan peredarannya secara berkelanjutan.
(2) Pemerintah membina pembentukan wilayah sumber bibit pada wilayah yang
berpotensi menghasilkan suatu rumpun ternak dengan mutu dan keragaman
jenis yang tinggi untuk sifat produksi dan/atau reproduksi.
(3) Wilayah sumber bibit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh
Menteri dengan mempertimbangkan jenis dan rumpun ternak, agroklimat,
kepadatan penduduk, sosial ekonomi, budaya, serta ilmu pengetahuan dan
teknologi.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan perbibitan nasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 15
(1) Dalam keadaan tertentu pemasukan benih dan/atau bibit dari luar negeri
dapat dilakukan untuk:
a. meningkatkan mutu dan keragaman genetik;
b. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi;
c. mengatasi kekurangan benih atau bibit di dalam negeri; dan/atau
d. memenuhi keperluan penelitian dan pengembangan.
(2) Pemasukan benih dan/atau bibit wajib memenuhi persyaratan mutu dan
kesehatan hewan dan peraturan perundang-undangan di bidang karantina
hewan serta memerhatikan kebijakan pewilayahan bibit sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 14.
(3) Setiap orang yang melakukan pemasukan benih dan/atau bibit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memperoleh izin dari menteri yang
menyelenggarakan urusan perdagangan setelah mendapat rekomendasi dari
Menteri.
107
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan mutu dan kesehatan hewan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 16
(1) Pengeluaran benih, bibit, dan/atau bakalan dari wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia ke luar negeri dapat dilakukan apabila kebutuhan dalam
negeri telah terpenuhi dan kelestarian ternak lokal terjamin.
(2) Setiap orang yang melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib memperoleh izin dari menteri yang menyelenggarakan urusan
perdagangan setelah mendapat rekomendasi dari Menteri.
Pasal 17
(1) Perbaikan kualitas benih dan/atau bibit dilakukan dengan pembentukan galur
murni dan/atau pembentukan rumpun baru melalui persilangan dan/atau
aplikasi bioteknologi modern.
(2) Aplikasi bioteknologi modern sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan sepanjang tidak bertentangan dengan kaidah agama dan tidak
merugikan keanekaragaman hayati; kesehatan manusia, lingkungan, dan
masyarakat; serta kesejahteraan hewan.
(3) Aplikasi bioteknologi modern sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
dilakukan khusus untuk menghasilkan ternak hasil rekayasa genetik harus
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan peraturan
perundangundangan di bidang keamanan hayati produk rekayasa genetik.
Pasal 18
(1) Dalam rangka mencukupi ketersediaan bibit, ternak ruminansia betina
produktif diseleksi untuk pemuliaan, sedangkan ternak ruminansia betina
tidak produktif disingkirkan untuk dijadikan ternak potong.
(2) Ternak ruminansia betina produktif dilarang disembelih karena merupakan
penghasil ternak yang baik, kecuali untuk keperluan penelitian, pemuliaan,
atau pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan.
(3) Pemerintah dan pemerintah daerah kabupaten/kota menyediakan dana untuk
menjaring ternak ruminansia betina produktif yang dikeluarkan oleh
masyarakat dan menampung ternak tersebut pada unit pelaksana teknis di
daerah untuk keperluan penangkaran dan penyediaan bibit ternak
ruminansia di daerah tersebut.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyeleksian dan penyingkiran sebagaimana
pada ayat (1) dan penjaringan ternak ruminansia betina produktif
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.
Bagian Kedua
108
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pakan
Pasal 19
(1) Setiap orang yang melakukan budi daya ternak wajib mencukupi kebutuhan
pakan dan kesehatan ternaknya.
(2) Pemerintah dan pemerintah daerah membina pelaku usaha peternakan untuk
mencukupi dan memenuhi kebutuhan pakan yang baik untuk ternaknya.
(3) Untuk memenuhi kebutuhan yang baik sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Pemerintah membina pengembangan industri premiks dalam negeri.
Pasal 20
(1) Pengawasan terhadap pengadaan dan peredaran bahan pakan dan tumbuhan
atau tanaman pakan yang tergolong bahan pangan dilakukan secara
terkoordinasi antarinstansi atau departemen.
(2) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penyediaan lahan
untuk keperluan budi daya tanaman pakan, pengadaan pakan di dalam
negeri, dan pemasukan pakan dari luar negeri.
(3) Pengadaan dan/atau pembudidayaan tanaman pakan dilakukan melalui
sistem pertanaman monokultur dan/atau terpadu dengan jenis tanaman lain
dengan tetap mempertimbangkan ekosistem sesuai dengan peraturan
perundangundangan di bidang sistem budi daya tanaman.
(4) Dalam rangka pengadaan pakan dan/atau bahan pakan yang tergolong bahan
pangan, Pemerintah mengutamakan bahan baku pakan lokal.
(5) Pengadaan dan penggunaan pakan dan/atau bahan pakan yang berasal dari
organisme transgenik harus memenuhi persyaratan keamanan hayati.
Pasal 21
Menteri menetapkan batas tertinggi kandungan bahan pencemar fisik, kimia, dan
biologis pada pakan dan/atau bahan pakan.
Pasal 22
(1) Setiap orang yang memproduksi pakan dan/atau bahan pakan untuk
diedarkan secara komersial wajib memperoleh izin usaha.
(2) Pakan yang dibuat untuk diedarkan secara komersial harus memenuhi
standar atau persyaratan teknis minimal dan keamanan pakan serta
memenuhi ketentuan cara pembuatan pakan yang baik yang ditetapkan
dengan Peraturan Menteri.
(3) Pakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus berlabel sesuai dengan
peraturan perundangundangan.
(4) Setiap orang dilarang:
a. mengedarkan pakan yang tidak layak dikonsumsi;
109
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 23
Setiap pakan dan/atau bahan pakan yang dimasukkan dari luar negeri atau
dikeluarkan dari dalam negeri harus memenuhi ketentuan persyaratan teknis
kesehatan hewan dan peraturan perundang-undangan di bidang karantina.
Bagian Ketiga
Alat dan Mesin Peternakan
Pasal 24
(1) Pemerintah menetapkan jenis dan standar alat dan mesin peternakan yang
peredarannya perlu diawasi.
(2) Alat dan mesin peternakan yang diproduksi dan/atau dimasukkan ke dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia harus mengutamakan
keselamatan dan keamanan pemakainya.
(3) Alat dan mesin peternakan yang diproduksi dan/atau dimasukkan ke dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) yang peredarannya perlu diawasi wajib diuji sebelum diedarkan.
Pasal 25
(1) Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan alat dan mesin
peternakan dari luar negeri untuk diedarkan wajib menyediakan suku cadang.
(2) Pemerintah membina dan memfasilitasi berkembangnya industri alat dan
mesin peternakan dalam negeri.
(3) Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pengadaan dan
peredaran alat dan mesin peternakan.
(4) Alat dan mesin peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diutamakan
mengandung suku cadang lokal dan melibatkan masyarakat dalam alih
teknologi.
Pasal 26
Ketentuan lebih lanjut mengenai alat dan mesin peternakan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 dan Pasal 25 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
110
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Bagian Keempat
Budi Daya
Pasal 27
(1) Budi daya merupakan usaha untuk menghasilkan hewan peliharaan dan
produk hewan.
(2) Pengembangan budi daya dapat dilakukan dalam suatu kawasan budi daya
sesuai dengan ketentuan tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
(3) Penetapan suatu kawasan budi daya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur berdasarkan Peraturan Menteri dengan berpedoman pada peraturan
perundang-undangan di bidang penataan ruang.
(4) Pelaksanaan budi daya dengan memanfaatkan satwa liar dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan di bidang konservasi sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya.
Pasal 28
(1) Pemerintah menetapkan hewan hasil budi daya yang memanfaatkan satwa
liar sebagai ternak sepanjang populasinya telah mengalami kestabilan genetik
tanpa bergantung lagi pada populasi jenis tersebut di habitat alam.
(2) Satwa liar baik dari habitat alam maupun hasil penangkaran dapat
dimanfaatkan di dalam budi daya untuk menghasilkan hewan peliharaan
sepanjang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang
konservasi satwa liar.
(3) Satwa liar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak termasuk
satwa liar yang seluruh dan/atau sebagian daur hidupnya berada di air.
Pasal 29
(1) Budi daya ternak hanya dapat dilakukan oleh peternak, perusahaan
peternakan, serta pihak tertentu untuk kepentingan khusus.
(2) Peternak yang melakukan budi daya ternak dengan jenis dan jumlah ternak di
bawah skala usaha tertentu diberikan tanda daftar usaha peternakan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota.
(3) Perusahaan peternakan yang melakukan budi daya ternak dengan jenis dan
jumlah ternak di atas skala usaha tertentu wajib memiliki izin usaha
peternakan dari pemerintah daerah kabupaten/kota.
(4) Peternak, perusahaan peternakan, dan pihak tertentu yang mengusahakan
ternak dengan skala usaha tertentu wajib mengikuti tata cara budi daya ternak
yang baik dengan tidak mengganggu ketertiban umum sesuai dengan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri.
111
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 30
(1) Budi daya hanya dapat diselenggarakan oleh perorangan warga negara
Indonesia atau korporasi, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak
berbadan hukum Indonesia.
(2) Perorangan warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melakukan kerja sama dengan
pihak asing sesuai dengan peraturan perundangundangan di bidang
penanaman modal dan peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait.
Pasal 31
(1) Peternak dapat melakukan kemitraan usaha di bidang budi daya ternak
berdasarkan perjanjian yang saling memerlukan, memperkuat, dan
menguntungkan serta berkeadilan.
(2) Kemitraan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan:
a. antarpeternak;
b. antara peternak dan perusahaan peternakan;
c. antara peternak dan perusahaan di bidang lain; dan
d. antara perusahaan peternakan dan Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
(3) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan kemitraan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan memerhatikan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang kemitraan usaha.
Pasal 32
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah mengupayakan agar sebanyak mungkin
warga masyarakat menyelenggarakan budi daya ternak.
(2) Pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi dan membina
pengembangan budi daya yang dilakukan oleh peternak dan pihak tertentu
yang mempunyai kepentingan khusus.
(3) Pemerintah dan pemerintah daerah membina dan memberikan fasilitas untuk
pertumbuhan dan perkembangan koperasi dan badan usaha di bidang
peternakan.
Pasal 33
Ketentuan lebih lanjut mengenai budi daya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
sampai dengan Pasal 32 diatur dengan Peraturan Presiden.
112
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Bagian Kelima
Panen, Pascapanen, Pemasaran, dan
Industri Pengolahan Hasil Peternakan
Pasal 34
(1) Peternak dan perusahaan peternakan melakukan tata cara panen yang baik
untuk mendapatkan hasil produksi dengan jumlah dan mutu yang tinggi.
(2) Pelaksanaan panen hasil budi daya harus mengikuti syarat kesehatan hewan,
keamanan hayati, dan kaidah agama, etika, serta estetika.
Pasal 35
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi pengembangan unit
pascapanen produk hewan skala kecil dan menengah.
(2) Pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi berkembangnya unit usaha
pascapanen yang memanfaatkan produk hewan sebagai bahan baku pangan,
pakan, farmasi, dan industri.
Pasal 36
(1) Pemerintah berkewajiban untuk menyelenggarakan dan memfasilitasi
kegiatan pemasaran hewan atau ternak dan produk hewan di dalam negeri
maupun ke luar negeri.
(2) Pemasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diutamakan untuk membina
peningkatan produksi dan konsumsi protein hewani dalam mewujudkan
ketersediaan pangan bergizi seimbang bagi masyarakat dengan tetap
meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha peternakan.
(3) Pengeluaran hewan atau ternak dan produk hewan ke luar negeri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila produksi dan
pasokan di dalam negeri telah mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat.
(4) Pemasukan hewan atau ternak dan produk hewan dari luar negeri dilakukan
apabila produksi dan pasokan hewan atau ternak dan produk hewan di
dalam negeri belum mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat.
(5) Pemerintah berkewajiban untuk menciptakan iklim usaha yang sehat bagi
hewan atau ternak dan produk hewan.
Pasal 37
(1) Pemerintah membina dan memfasilitasi berkembangnya industri pengolahan
produk hewan dengan mengutamakan penggunaan bahan baku dari dalam
negeri.
(2) Pemerintah membina terselenggaranya kemitraan yang sehat antara industri
pengolahan dan peternak dan/atau koperasi yang menghasilkan produk
hewan yang digunakan sebagai bahan baku industri.
113
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(3) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan di bidang industri, kecuali untuk hal-
hal yang diatur dalam Undang-Undang ini.
Pasal 38
Ketentuan lebih lanjut mengenai panen, pascapanen, pemasaran, dan industri
pengolahan hasil peternakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 sampai
dengan Pasal 37, kecuali yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang industri, diatur dengan Peraturan Menteri.
BAB V
KESEHATAN HEWAN
Bagian Kesatu
Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan
Pasal 39
(1) Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan merupakan
penyelenggaraan kesehatan hewan dan kesehatan lingkungan dalam bentuk
pengamatan dan pengidentifikasian, pencegahan, pengamanan,
pemberantasan, dan/atau pengobatan.
(2) Urusan kesehatan hewan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif)
yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.
(3) Dalam rangka mengefektifkan pengendalian dan penanggulangan penyakit
hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), melalui berbagai pendekatan
dalam urusan kesehatan hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Pemerintah mengembangkan kebijakan kesehatan hewan nasional untuk
menjamin keterpaduan dan kesinambungan penyelenggaraan kesehatan
hewan di berbagai lingkungan ekosistem.
Pasal 40
(1) Pengamatan dan pengidentifikasian penyakit hewan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 39 ayat (1) dilakukan melalui kegiatan surveilans dan pemetaan,
penyidikan dan peringatan dini, pemeriksaan dan pengujian, serta pelaporan.
(2) Menteri menetapkan jenis penyakit hewan, peta dan status situasi penyakit
hewan, serta penyakit eksotik yang mengancam kesehatan hewan, manusia,
114
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 41
Pencegahan penyakit hewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dilakukan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang karantina
hewan.
Pasal 42
(1) Pengamanan terhadap penyakit hewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
39 dilaksanakan melalui:
a. penetapan penyakit hewan menular strategis;
b. penetapan kawasan pengamanan penyakit hewan;
c. penerapan prosedur biosafety dan biosecurity;
d. pengebalan hewan;
e. pengawasan lalu lintas hewan, produk hewan, dan media pembawa
penyakit hewan lainnya di luar wilayah kerja karantina;
f. pelaksanaan kesiagaan darurat veteriner; dan/atau
g. penerapan kewaspadaan dini.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengamanan terhadap penyakit hewan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
(3) Dalam rangka pengamanan terhadap penyakit hewan pada sentra-sentra
hewan produktif dan/atau satwa liar, Menteri menetapkan kawasan
pengamanan bebas penyakit hewan.
(4) Pemerintah membangun dan mengelola sistem informasi veteriner dalam
rangka terselenggaranya pengawasan dan tersedianya data dan informasi
penyakit hewan.
(5) Setiap orang yang melakukan pemasukan dan/atau pengeluaran hewan,
produk hewan, dan/atau media pembawa penyakit wajib memenuhi
persyaratan teknis kesehatan hewan.
(6) Menteri menetapkan manajemen kesiagaan darurat veteriner untuk
mengantisipasi terjadinya penyakit hewan menular terutama penyakit eksotik.
Pasal 43
115
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(1) Menteri menetapkan jenis penyakit hewan menular strategis dalam rangka
pengamanan terhadap penyakit hewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
42 ayat (1) huruf a.
(2) Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya
melakukan pengamanan terhadap penyakit hewan menular strategis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Pengamanan terhadap jenis penyakit hewan selain penyakit hewan menular
strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh masyarakat.
(4) Setiap orang yang memelihara dan/atau mengusahakan hewan wajib
melakukan pengamanan terhadap penyakit hewan menular strategis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 44
(1) Pemberantasan penyakit hewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39
meliputi penutupan daerah, pembatasan lalu lintas hewan, pengebalan hewan,
pengisolasian hewan sakit atau terduga sakit, penanganan hewan sakit,
pemusnahan bangkai, pengeradikasian penyakit hewan, dan
pendepopulasian hewan.
(2) Pendepopulasian hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan memerhatikan status konservasi hewan dan/atau status mutu genetik
hewan.
(3) Pemerintah tidak memberikan kompensasi kepada setiap orang atas tindakan
depopulasi terhadap hewannya yang positif terjangkit penyakit hewan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Pemerintah memberikan kompensasi bagi hewan sehat yang berdasarkan
pedoman pemberantasan wabah penyakit hewan harus didepopulasi.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberantasan penyakit hewan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) diatur dengan
Peraturan Menteri.
Pasal 45
(1) Setiap orang, termasuk peternak, pemilik hewan, dan perusahaan peternakan
yang berusaha di bidang peternakan yang mengetahui terjadinya penyakit
hewan menular wajib melaporkan kejadian tersebut kepada Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan/atau dokter hewan berwenang setempat.
(2) Menteri menetapkan status daerah sebagai daerah tertular, daerah terduga,
dan daerah bebas penyakit hewan menular, serta pedoman
pemberantasannya.
(3) Pemerintah daerah provinsi mengawasi penerapan pedoman pemberantasan
penyakit hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
116
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 46
(1) Menteri menyatakan dan mengumumkan kepada masyarakat luas kejadian
wabah penyakit hewan menular di suatu wilayah berdasarkan laporan
gubernur dan/atau bupati/walikota setelah memperoleh hasil investigasi
laboratorium veteriner dari pejabat otoritas veteriner di wilayah setempat.
(2) Dalam hal suatu wilayah dinyatakan sebagai daerah wabah, pemerintah
daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten atau kota wajib menutup
daerah tertular, melakukan pengamanan, pemberantasan, dan pengobatan
hewan, serta pengalokasian dana yang memadai di samping dana Pemerintah.
(3) Dalam hal wabah penyakit hewan menular sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan penyakit hewan menular eksotik, tindakan pemusnahan harus
dilakukan terhadap seluruh hewan yang tertular dengan memerhatikan status
konservasi hewan yang bersangkutan.
(4) Tindakan pemusnahan hewan langka dan/atau yang dilindungi dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
(5) Setiap orang dilarang mengeluarkan dan/atau memasukkan hewan, produk
hewan, dan/atau media yang dimungkinkan membawa penyakit hewan
lainnya dari daerah tertular dan/atau terduga ke daerah bebas.
(6) Ketentuan pemberantasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
pemusnaan hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikecualikan bagi
bibit ternak yang diproduksi oleh perusahaan peternakan di bidang
pembibitan yang dinyatakan bebas oleh otoritas veteriner.
(7) Pernyataan bebas penyakit menular pada perusahaan peternakan di bidang
pembibitan oleh otoritas veteriner sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Pasal 47
(1) Pengobatan hewan menjadi tanggung jawab pemilik hewan, peternak, atau
perusahaan peternakan, baik sendiri maupun dengan bantuan tenaga
kesehatan hewan.
(2) Pengobatan hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang menggunakan
obat keras dan/atau obat yang diberikan secara parenteral harus dilakukan di
bawah pengawasan dokter hewan.
(3) Hewan atau kelompok hewan yang menderita penyakit yang tidak dapat
disembuhkan berdasarkan visum dokter hewan harus dieutanasia dan/atau
dimusnahkan oleh tenaga kesehatan hewan dengan memerhatikan ketentuan
kesejahteraan hewan.
117
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(4) Hewan atau kelompok hewan yang menderita penyakit menular dan tidak
dapat disembuhkan berdasarkan visum dokter hewan berwenang serta
membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan harus dimusnahkan atas
permintaan pemilik hewan, peternak, perusahaan peternakan, Pemerintah,
dan/atau Pemerintah Daerah.
(5) Pemerintah tidak memberikan kompensasi bagi hewan yang berdasarkan
pedoman pemberantasan wabah penyakit hewan harus dimusnahkan.
(6) Pengeutanasiaan atau pemusnahan hewan atau kelompok hewan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dilakukan oleh dokter
hewan dan/atau tenaga kesehatan hewan di bawah pengawasan dokter
hewan dengan memerhatikan ketentuan kesejahteraan hewan.
Pasal 48
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengamatan, pengamanan, pemberantasan
penyakit hewan, pengobatan, maupun persyaratan teknis kesehatan hewan,
termasuk pemberian kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 sampai
dengan Pasal 47 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Kedua
Obat Hewan
Pasal 49
(1) Berdasarkan sediaannya, obat hewan dapat digolongkan ke dalam sediaan
biologik, farmakoseutika, premiks, dan obat alami.
(2) Berdasarkan tingkat bahaya dalam pemakaian dan akibatnya, obat hewan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diklasifikasikan menjadi obat keras,
obat bebas terbatas, dan obat bebas.
(3) Untuk menjamin ketersediaan dan keberlanjutan sediaan biologik, biang
isolat lokal disimpan di laboratorium dan/atau lembaga penelitian dan
pengembangan veteriner.
(4) Untuk menjamin ketersediaan dan keberlanjutan sediaan premiks dalam
pengembangan peternakan skala kecil dan menengah, Pemerintah
memfasilitasi distribusi sediaan premiks dalam negeri.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai distribusi sediaan premiks sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 50
(1) Obat hewan yang dibuat dan disediakan dengan maksud untuk diedarkan
harus memiliki nomor pendaftaran.
118
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(2) Untuk memperoleh nomor pendaftaran, setiap obat hewan harus didaftarkan,
dinilai, diuji, dan diberikan sertifikat mutu setelah lulus penilaian dan
pengujian.
(3) Pembuatan, penyediaan, peredaran, dan pengujian obat hewan harus
dilakukan di bawah pengawasan otoritas veteriner.
(4) Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
melakukan pengawasan atas pembuatan, penyediaan, dan peredaran obat
hewan.
Pasal 51
(1) Obat keras yang digunakan untuk pengamanan penyakit hewan dan/atau
pengobatan hewan sakit hanya dapat diperoleh dengan resep dokter hewan.
(2) Pemakaian obat keras harus dilakukan oleh dokter hewan atau tenaga
kesehatan hewan di bawah pengawasan dokter hewan.
(3) Setiap orang dilarang menggunakan obat hewan tertentu pada ternak yang
produknya untuk konsumsi manusia.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan menggunakan obat hewan tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 52
(1) Setiap orang yang berusaha di bidang pembuatan, penyediaan, dan/atau
peredaran obat hewan wajib memiliki izin usaha sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Setiap orang dilarang membuat, menyediakan, dan/atau mengedarkan obat
hewan yang:
a. berupa sediaan biologik yang penyakitnya tidak ada di Indonesia;
b. tidak memiliki nomor pendaftaran;
c. tidak diberi label dan tanda; dan
d. tidak memenuhi standar mutu.
Pasal 53
(1) Pembuatan sediaan biologik yang penyakitnya tidak ada di Indonesia yang
bertujuan untuk melindungi kepentingan nasional dan membantu
pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan di negara lain wajib
memenuhi persyaratan keamanan hayati yang tinggi.
(2) Pembuatan sediaan biologik yang biang isolatnya tidak ada di Indonesia
yang bertujuan untuk melindungi kepentingan nasional dan membantu
pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan di negara lain wajib
memenuhi persyaratan keamanan hayati yang tinggi.
119
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembuatan sediaan biologik yang penyakit
dan/atau biang isolatnya tidak ada di Indonesia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 54
(1) Penyediaan obat hewan dilakukan dengan mengutamakan produksi dalam
negeri.
(2) Dalam hal obat hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum dapat
diproduksi atau belum mencukupi kebutuhan dalam negeri, penyediaannya
dapat dipenuhi melalui produk luar negeri.
(3) Pemasukan obat hewan untuk diedarkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia harus memenuhi persyaratan peredaran obat hewan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) dan peraturan perundang-
undangan di bidang karantina.
(4) Pengeluaran obat hewan produksi dalam negeri ke luar negeri harus
mengutamakan kepentingan nasional.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemasukan dan pengeluaran dari dan ke
luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) diatur
dengan Peraturan Menteri.
Bagian Ketiga
Alat dan Mesin Kesehatan Hewan
Pasal 55
(1) Pemerintah menetapkan jenis dan standar mutu alat dan mesin kesehatan
hewan yang pengadaan dan peredarannya perlu dilakukan pengawasan.
(2) Alat dan mesin kesehatan hewan yang dibuat atau dimasukkan untuk
diedarkan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib memenuhi
standar mutu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Setiap orang yang membuat, memasukkan, dan mengedarkan alat dan mesin
kesehatan hewan ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib melakukan pelayanan purnajual
dan alih teknologi.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai alat dan mesin kesehatan hewan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
BAB VI
KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN
120
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
KESEJAHTERAAN HEWAN
Bagian kesatu
Kesehatan Masyarakat Veteriner
Pasal 56
Kesehatan masyarakat veteriner merupakan penyelenggaraan kesehatan hewan
dalam bentuk:
a. pengendalian dan penanggulangan zoonosis;
b. penjaminan keamanan, kesehatan, keutuhan, dan kehalalan produk hewan;
c. penjaminan higiene dan sanitasi;
d. pengembangan kedokteran perbandingan; dan
e. penanganan bencana.
Pasal 57
(1) Menteri bersama menteri yang menyelenggarakan urusan kesehatan
menetapkan jenis zoonosis yang memerlukan prioritas pengendalian dan
penanggulangan.
(2) Pengendalian dan penanggulangan zoonosis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan secara mutatis mutandis mengikuti ketentuan dalam
Pasal 40 sampai dengan Pasal 47.
(3) Di samping ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pengendalian
dan penanggulangan zoonosis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilakukan secara terkoordinasi dengan menteri terkait.
Pasal 58
(1) Dalam rangka menjamin produk hewan yang aman, sehat, utuh, dan halal,
Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya melaksanakan
pengawasan, pemeriksaan, pengujian, standardisasi, sertifikasi, dan registrasi
produk hewan.
(2) Pengawasan dan pemeriksaan produk hewan berturut-turut dilakukan di
tempat produksi, pada waktu pemotongan, penampungan, dan pengumpulan,
pada waktu dalam keadaan segar, sebelum pengawetan, dan pada waktu
peredaran setelah pengawetan.
(3) Standardisasi, sertifikasi, dan registrasi produk hewan dilakukan terhadap
produk hewan yang diproduksi di dan/atau dimasukkan ke dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk diedarkan dan/atau dikeluarkan
dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(4) Produk hewan yang diproduksi di dan/atau dimasukkan ke wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia untuk diedarkan wajib disertai sertifikat
veteriner dan sertifikat halal.
121
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(5) Produk hewan yang dikeluarkan dari wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia wajib disertai sertifikat veteriner dan sertifikat halal jika
dipersyaratkan oleh negara pengimpor.
(6) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan
ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.
(7) Untuk pangan olahan asal hewan, selain wajib memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) wajib memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pangan.
Pasal 59
(1) Setiap orang yang akan memasukkan produk hewan ke dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib memperoleh izin pemasukan dari
menteri yang terkait di bidang perdagangan setelah memperoleh
rekomendasi:
a. untuk produk hewan segar dari Menteri; atau
b. untuk produk hewan olahan dari pimpinan instansi yang bertanggung
jawab di bidang pengawasan obat dan makanan dan/atau Menteri.
(2) Produk hewan segar yang dimasukkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a harus
berasal dari unit usaha produk hewan pada suatu negara atau zona dalam
suatu negara yang telah memenuhi persyaratan dan tata cara pemasukan
produk hewan.
(3) Produk hewan olahan yang akan dimasukkan ke dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
yang masih mempunyai risiko penyebaran zoonosis yang dapat mengancam
kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan budi daya, harus mendapatkan
rekomendasi dari Menteri sebelum dikeluarkannya rekomendasi dari
pimpinan instansi yang bertanggung jawab di bidang pengawasan obat dan
makanan.
(4) Persyaratan dan tata cara pemasukan produk hewan dari luar negeri ke
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dan ayat (3) mengacu pada ketentuan atau kaidah internasional
yang berbasis analisis risiko di bidang kesehatan hewan dan kesehatan
masyarakat veteriner serta mengutamakan kepentingan nasional.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pemasukan
produk hewan kedalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) diatur dengan
Peraturan Menteri.
Pasal 60
122
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(1) Setiap orang yang mempunyai unit usaha produk hewan wajib mengajukan
permohonan untuk memperoleh nomor kontrol veteriner kepada pemerintah
daerah provinsi berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan pembinaan unit usaha yang
memproduksi dan/atau mengedarkan produk hewan yang dihasilkan oleh
unit usaha skala rumah tangga yang belum memenuhi persyaratan nomor
kontrol veteriner.
Pasal 61
(1) Pemotongan hewan yang dagingnya diedarkan harus:
a. dilakukan di rumah potong; dan
b. mengikuti cara penyembelihan yang memenuhi kaidah kesehatan
masyarakat veteriner dan kesejahteraan hewan.
(2) Dalam rangka menjamin ketenteraman batin masyarakat, pemotongan hewan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b harus memerhatikan kaidah
agama dan unsur kepercayaan yang dianut masyarakat.
(3) Menteri menetapkan persyaratan rumah potong dan tata cara pemotongan
hewan yang baik.
(4) Ketentuan mengenai pemotongan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a dikecualikan bagi pemotongan untuk kepentingan hari besar keagamaan,
upacara adat, dan pemotongan darurat.
Pasal 62
(1) Pemerintah daerah kabupaten/kota wajib memiliki rumah potong hewan
yang memenuhi persyaratan teknis.
(2) Rumah potong hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diusahakan oleh setiap orang setelah memiliki izin usaha dari bupati/walikota.
(3) Usaha rumah potong hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
dilakukan di bawah pengawasan dokter hewan berwenang di bidang
pengawasan kesehatan masyarakat veteriner.
Pasal 63
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya wajib
menyelenggarakan penjaminan higiene dan sanitasi.
(2) Untuk mewujudkan higiene dan sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan:
a. pengawasan, inspeksi, dan audit terhadap tempat produksi, rumah
pemotongan hewan, tempat pemerahan, tempat penyimpanan, tempat
pengolahan, dan tempat penjualan atau penjajaan serta alat dan mesin
produk hewan;
123
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 64
Pemerintah dan pemerintah daerah mengantisipasi ancaman terhadap kesehatan
masyarakat yang ditimbulkan oleh hewan dan/atau perubahan lingkungan sebagai
dampak bencana alam yang memerlukan kesiagaan dan cara penanggulangan
terhadap zoonosis, masalah higiene, dan sanitasi lingkungan.
Pasal 65
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan, pemeriksaan, pengujian,
standardisasi, dan sertifikasi produk hewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
58 ayat (1), tata cara pemasukan produk hewan olahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 59 ayat (1) huruf b, penetapan negara dan/atau zona, unit usaha
produk hewan, dan tata cara pemasukan produk hewan segar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2), serta kesiagaan dan cara penanggulangan
bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Bagian Kedua
Kesejahteraan Hewan
Pasal 66
(1) Untuk kepentingan kesejahteraan hewan dilakukan tindakan yang berkaitan
dengan penangkapan dan penanganan; penempatan dan pengandangan;
pemeliharaan dan perawatan; pengangkutan; pemotongan dan pembunuhan;
serta perlakuan dan pengayoman yang wajar terhadap hewan.
(2) Ketentuan mengenai kesejahteraan hewan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan secara manusiawi yang meliputi:
a. penangkapan dan penanganan satwa dari habitatnya harus sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan-undangan di bidang konservasi;
b. penempatan dan pengandangan dilakukan dengan sebaik-baiknya
sehingga memungkinkan hewan dapat mengekspresikan perilaku
alaminya;
124
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 67
Penyelenggaraan kesejahteraan hewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat
(1) dan ayat (2) dilaksanakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah bersama
masyarakat.
BAB VII
OTORITAS VETERINER
Pasal 68
(1) Penyelenggaraan kesehatan hewan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia memerlukan otoritas veteriner.
(2) Dalam rangka pelaksanaan otoritas veteriner sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Pemerintah menetapkan Siskeswanas.
(3) Dalam pelaksanaan Siskeswanas sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya menetapkan
dokter hewan berwenang, meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan
penyelenggaraan kesehatan hewan, serta melaksanakan koordinasi dengan
memerhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
pemerintahan daerah.
(4) Dalam ikut berperan serta mewujudkan kesehatan hewan dunia melalui
Siskeswanas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Menteri dapat
melimpahkan kewenangannya kepada otoritas veteriner.
125
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 69
(1) Pelayanan kesehatan hewan meliputi pelayanan jasa laboratorium veteriner,
pelayanan jasa laboratorium pemeriksaan dan pengujian veteriner, pelayanan
jasa medik veteriner, dan/atau pelayanan jasa di pusat kesehatan hewan atau
pos kesehatan hewan.
(2) Setiap orang yang berusaha di bidang pelayanan kesehatan hewan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki izin usaha dari
bupati/walikota.
Pasal 70
(1) Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan hewan, Pemerintah mengatur
penyediaan dan penempatan tenaga kesehatan hewan di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan kebutuhan.
(2) Tenaga kesehatan hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
tenaga medik veteriner, sarjana kedokteran hewan, dan tenaga paramedik
veteriner.
(3) Tenaga medik veteriner sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas
dokter hewan dan dokter hewan spesialis.
(4) Tenaga paramedik veteriner sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memiliki
diploma kesehatan hewan dan/atau ijazah sekolah kejuruan kesehatan hewan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria tenaga kesehatan hewan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 71
(1) Tenaga medik veteriner melaksanakan segala urusan kesehatan hewan
berdasarkan kompetensi medik veteriner yang diperolehnya dalam
pendidikan kedokteran hewan.
126
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 72
(1) Tenaga kesehatan hewan yang melakukan pelayanan kesehatan hewan wajib
memiliki surat izin praktik kesehatan hewan yang dikeluarkan oleh
bupati/walikota.
(2) Untuk mendapatkan surat izin praktik kesehatan hewan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), tenaga kesehatan hewan yang bersangkutan
mengajukan surat permohonan untuk memperoleh surat izin praktik kepada
bupati/walikota disertai dengan sertifikat kompetensi dari organisasi profesi
kedokteran hewan.
(3) Tenaga asing kesehatan hewan dapat melakukan praktik pelayanan kesehatan
hewan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
perjanjian bilateral atau multilateral antara pihak Indonesia dan negara atau
lembaga asing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 73
(1) Pemerintah wajib membina dan memfasilitasi terselenggaranya medik
reproduksi, medik konservasi, dan forensik veteriner.
(2) Medik reproduksi, medik konservasi, dan forensik veteriner sepanjang
berkaitan dengan satwa liar dan/atau hewan yang hidup di air
diselenggarakan secara terkoordinasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 74
(1) Dalam rangka meningkatkan pemanfaatan hewan sebagai hewan
laboratorium dan hewan model penelitian dan/atau pemanfaatan organ
hewan untuk kesejahteraan manusia diterapkan ilmu kedokteran
perbandingan.
(2) Penerapan ilmu kedokteran perbandingan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus dilakukan:
a. di bawah penyeliaan dokter hewan yang kompeten;
b. berdasarkan etika hewan dan etika kedokteran hewan; dan
127
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 75
Ketentuan lebih lanjut mengenai tenaga kesehatan hewan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 70 sampai dengan Pasal 74 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
BAB VIII
PEMBERDAYAAN PETERNAK DAN USAHA
DI BIDANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
Pasal 76
(1) Pemberdayaan peternak, usaha di bidang peternakan, dan usaha di bidang
kesehatan hewan dilakukan dengan memberikan kemudahan bagi kemajuan
usaha di bidang peternakan dan kesehatan hewan serta peningkatan daya
saing.
(2) Kemudahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pengaksesan sumber pembiayaan, permodalan, ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta informasi;
b. pelayanan peternakan, pelayanan kesehatan hewan, dan bantuan teknik;
c. penghindaran pengenaan biaya yang menimbulkan ekonomi biaya tinggi;
d. pembinaan kemitraan dalam meningkatkan sinergi antarpelaku usaha;
e. penciptaan iklim usaha yang kondusif dan/atau meningkatan
kewirausahaan;
f. pengutamaan pemanfaatan sumber daya peternakan dan kesehatan
hewan dalam negeri;
g. pemfasilitasan terbentuknya kawasan pengembangan usaha peternakan;
h. pemfasilitasan pelaksanaan promosi dan pemasaran; dan/atau
i. perlindungan harga dan produk hewan dari luar negeri.
(3) Pemerintah dan pemerintah daerah bersama pemangku kepentingan di
bidang peternakan dan kesehatan hewan melakukan pemberdayaan peternak
guna meningkatkan kesejahteraan peternak.
(4) Pemerintah dan pemerintah daerah mendorong dan memfasilitasi
pengembangan produk hewan yang ditetapkan sebagai bahan pangan pokok
strategis dalam mewujudkan ketahanan pangan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kemudahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Pasal 77
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah melindungi peternak dari perbuatan yang
mengandung unsur pemerasan oleh pihak lain untuk memperoleh
pendapatan yang layak.
128
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB IX
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
Pasal 78
(1) Sumber daya manusia di bidang peternakan dan kesehatan hewan meliputi
aparat Pemerintah, Pemerintah Daerah, pelaku usaha, dan semua pihak yang
terkait dengan bidang peternakan dan kesehatan hewan.
(2) Sumber daya manusia di bidang peternakan dan kesehatan hewan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) perlu ditingkatkan dan dikembangkan
kualitasnya untuk lebih meningkatkan keterampilan, keprofesionalan,
kemandirian, dedikasi, dan akhlak mulia.
(3) Pengembangan kualitas sumber daya manusia di bidang peternakan dan
kesehatan hewan dilaksanakan dengan cara:
a. pendidikan dan pelatihan;
b. penyuluhan; dan/atau
c. pengembangan lainnya dengan memerhatikan kebutuhan kompetensi
kerja, budaya masyarakat, serta sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
(4) Pemerintah dan pemerintah daerah melalui institusi pendidikan dan dunia
usaha memfasilitasi dan mengembangkan pendidikan dan pelatihan serta
penyuluhan yang berkaitan dengan penyediaan sumber daya manusia yang
kompeten di bidang peternakan dan kesehatan hewan.
(5) Pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan penyuluhan
peternakan dan kesehatan hewan serta mendorong dan membina peran serta
masyarakat untuk melaksanakan peternakan dan kesehatan hewan yang baik.
(6) Pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan penyuluhan dan
pendidikan publik di bidang peternakan dan kesehatan hewan melalui upaya
peningkatan kesadaran gizi masyarakat dalam mengonsumsi produk hewan
yang aman, sehat, utuh, dan halal.
(7) Pemerintah mengembangkan dan memfasilitasi berbagai cara pengembangan
sumber daya manusia di bidang peternakan dan kesehatan hewan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
129
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai cara pengembangan kualitas sumber daya
manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c diatur dengan
Peraturan Menteri.
BAB X
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Pasal 79
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyelenggarakan penelitian dan
pengembangan peternakan dan kesehatan hewan.
(2) Penelitian dan pengembangan di bidang peternakan dan kesehatan hewan
dapat dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, institusi pendidikan,
perorangan, lembaga swadaya masyarakat, atau dunia usaha, baik secara
sendiri-sendiri maupun bekerja sama.
(3) Pemerintah dan pemerintah daerah membina dan mengembangkan adanya
kerja sama yang baik antarpenyelenggara penelitian dan pengembangan di
bidang peternakan dan kesehatan hewan, baik di tingkat nasional maupun
internasional.
Pasal 80
(1) Perorangan warga negara asing dan/atau badan hukum asing yang
melakukan penelitian dan pengembangan di bidang peternakan dan
kesehatan hewan wajib mendapatkan izin terlebih dahulu dari instansi
pemerintah yang berwenang di bidang penelitian, pengembangan, dan
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
(2) Perorangan warga negara asing dan/atau badan hukum asing sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dalam melakukan penelitian harus bekerja sama
dengan peneliti atau lembaga penelitian dalam negeri.
Pasal 81
Negara memberikan perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual hasil
aplikasi ilmu pengetahuan dan invensi teknologi di bidang peternakan dan
kesehatan hewan.
Pasal 82
Penelitian dan pengembangan yang berkaitan dengan rekayasa genetik di bidang
peternakan dan kesehatan hewan dapat dilakukan sepanjang tidak bertentangan
130
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 83
Ketentuan mengenai pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta penerapan
ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang peternakan dan kesehatan hewan
mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB XI
PENYIDIKAN
Pasal 84
(1) Selain Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pejabat
Pegawai Negeri Sipil tertentu yang lingkup tugas dan dari tanggung
jawabnya meliputi peternakan dan kesehatan hewan diberi wewenang
khusus sebagai penyidik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berwenang untuk:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang peternakan dan kesehatan
hewan;
b. melakukan pemeriksaan terhadap setiap orang yang diduga melakukan
tindak pidana di bidang peternakan dan kesehatan hewan;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari setiap orang sehubungan
dengan peristiwa tindak pidana di bidang peternakan dan kesehatan
hewan;
d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana di bidang peternakan dan kesehatan
hewan;
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan
bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen lain serta melakukan
penyitaan terhadap hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam
perkara tindak pidana di bidang peternakan dan kesehatan hewan;
dan/atau
f. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang peternakan dan kesehatan hewan.
(3) Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyerahkan hasil
penyidikannya kepada penuntut umum sesuai Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana.
131
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB XII
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 85
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1), Pasal 11 ayat (1), Pasal 13 ayat (4), Pasal 15 ayat (3), Pasal 18 ayat (2),
Pasal 19 ayat (1), Pasal 22 ayat (1) atau ayat (2), Pasal 23, Pasal 24 ayat (2),
Pasal 25 ayat (1), Pasal 29 ayat (3), Pasal 42 ayat (5), Pasal 45 ayat (1), Pasal 47
ayat (2) atau ayat (3), Pasal 50 ayat (3), Pasal 51 ayat (2), Pasal 52 ayat (1), Pasal
54 ayat (3), Pasal 58 ayat (5), Pasal 59 ayat (2), Pasal 61 ayat (1) atau ayat (2),
Pasal 62 ayat (2) atau ayat (3), Pasal 69 ayat (2), dan Pasal 72 ayat (1) dikenai
sanksi administratif.
(2) Sanksi admistratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa :
a. peringatan secara tertulis;
b. penghentian sementara dari kegiatan, produksi, dan/atau peredaran;
c. pencabutan nomor pendaftaran dan penarikan obat hewan, pakan, alat
dan mesin, atau produk hewan dari peredaran;
d. pencabutan izin; atau
e. pengenaan denda.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai dengan huruf d diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
(4) Besarnya denda sebagaimana dimaksud pada huruf e dikenakan kepada
setiap orang yang:
a. menyembelih ternak ruminansia kecil betina produktif paling sedikit
sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan paling banyak sebesar
Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah);
b. menyembelih ternak ruminansia besar betina produktif paling sedikit
Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan paling banyak sebesar
Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah); dan
c. melanggar selain sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b paling
sedikit Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(5) Besarnya denda sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditambah 1/3 (sepertiga)
dari denda tersebut jika pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh pejabat yang berwenang atau korporasi.
132
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB XIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 86
Setiap orang yang menyembelih:
a. ternak ruminansia kecil betina produktif sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling singkat 1 (satu) bulan
dan paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00
(satu juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah); dan
b. ternak ruminansia besar betina produktif sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan dan
paling lama 9 (sembilan) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp5.000.000,00
(lima juta rupiah) dan paling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta
rupiah).
Pasal 87
Setiap orang yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
ayat (4) dipidana dengan pidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling
lama 9 (sembilan) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp75.000.000,00 (tujuh
puluh lima juta rupiah) dan paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima
puluh juta rupiah).
Pasal 88
Setiap orang yang memproduksi dan/atau mengedarkan alat dan mesin tanpa
mengutamakan keselamatan dan keamanan bagi pemakai sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 ayat (2) dan/atau belum diuji berdasarkan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling
singkat 3 (tiga) bulan dan paling lama 11 (sebelas) bulan dan denda paling sedikit
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
Pasal 89
(1) Setiap orang yang melakukan pelanggaran atas tindakan mengeluarkan
dan/atau memasukkan hewan, produk hewan, atau media pembawa penyakit
hewan lainnya dari dan ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (5), Pasal 58 ayat (5), dan Pasal 59
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp150.000.000,00
(seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu
miliar lima ratus juta rupiah).
133
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 90
Setiap orang yang menggunakan obat hewan tertentu pada ternak yang
produknya untuk konsumsi manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat
(3) dipidana dengan pidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling
lama 9 (sembilan) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) dan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Pasal 91
Setiap orang yang membuat, menyediakan, dan/atau mengedarkan obat hewan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan
paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling lama 9 (sembilan) bulan dan/atau denda
paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp1.800.000.000,00 (satu miliar delapan ratus juta rupiah).
Pasal 92
(1) Dalam hal tindak pidana dilakukan oleh korporasi atau pejabat yang
berwenang, pidana yang dijatuhkan adalah pidana denda dengan pemberatan
ditambah 1/3 (sepertiga) dari pidana denda sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 86 sampai dengan Pasal 91.
(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi atau
pejabat yang berwenang dapat dikenai pidana tambahan berupa pencabutan
izin usaha, status badan hukum, atau status kepegawaian dari pejabat yang
berwenang.
Pasal 93
(1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86, Pasal 87, Pasal 88, Pasal
90, dan Pasal 91 merupakan pelanggaran.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 merupakan kejahatan.
134
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 94
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
a. nomor pendaftaran obat hewan, pakan, alat dan mesin peternakan dan
kesehatan hewan, pangan asal hewan, dan usaha pemotongan dinyatakan
tetap berlaku sampai habis masa berlakunya untuk selanjutnya di sesuaikan
dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini dan peraturan pelaksanaannya;
b. permohonan untuk memperoleh nomor pendaftaran sebagaimana dimaksud
pada huruf a yang diajukan dan sedang dalam proses diselesaikan
berdasarkan ketentuan peraturan pelaksanaan di bidang peternakan dan
kesehatan hewan;
c. izin usaha peternakan, izin usaha obat hewan, izin usaha pemotongan hewan,
izin pelayanan kesehatan hewan, dan izin praktik dokter hewan dinyatakan
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum dicabut dengan
Undang-Undang ini; dan/atau
d. permohonan untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada huruf c
yang diajukan dan sedang dalam proses diselesaikan berdasarkan ketentuan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Peternakan dan Kesehatan Hewan dan peraturan pelaksanaannya.
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 95
Semua peraturan pelaksanaan dari peraturan perundangundangan di bidang
peternakan dan kesehatan hewan yang telah ada, sepanjang tidak bertentangan
dengan Undang-Undang ini, tetap berlaku sampai dengan dikeluarkannya
peraturan pelaksanaan yang baru yang ditetapkan berdasarkan Undang-Undang
ini.
Pasal 96
Ketentuan praktik kedokteran hewan dan ketentuan veteriner yang belum cukup
diatur dalam Undang-Undang ini akan diatur tersendiri dengan undangundang.
Pasal 97
Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini:
a. Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden harus telah ditetapkan paling
lama 2 (dua) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan;
135
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
b. Peraturan atau Keputusan Menteri harus telah ditetapkan paling lama 1 (satu)
tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan; dan
c. Peraturan Pemerintah Daerah harus telah ditetapkan paling lama 1 (satu)
tahun sejak peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b
ditetapkan.
Pasal 98
Pada saat mulai berlakunya Undang-Undang ini:
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1967 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 2824);
2. Ketentuan yang mengatur kehewanan yang tercantum dalam:
a. peninjauan kembali ketentuan mengenai pengawasan praktik dokter
hewan dan kebijakan kehewanan (Herziening van de bepalingen omtrent
het Veeartsnijkundige staatstoezicht en de Veeartsnijkundige politie,
Staatsblad Tahun 1912 Nomor 432);
b. desentralisasi dari wewenang pusat sesuai dengan ketentuan dalam
Staatsblad Tahun 1914 Nomor 486, membuka kemungkinan pelimpahan
pelaksanaan kepada tiap-tiap kepala daerah untuk penanggulangan
penyakit hewan menular pada hewan ternak dan gedung yang menjadi
sarang tikus (Decenstralisatie gemeenteraden. Besmettelijke ziekten.
Pestgevaarlijke gebouwen. Openstejling van de mogelijkheid om aan de
gemednteraden over te dragen de uitvoering van de bij de ordonnantie in
Staatsblad Tahun 1914 nomor 486 vastgestelde regelen, Staatsblad Tahun
1916 Nomor 656); (cek dg Engelbrecht);
c. perubahan dan tambahan atas tambahan pada Staatsblad Tahun 1912
nomor 432 yang mengatur tentang polisi khusus dinas kedokteran hewan
(Nadere wijziging en aanvulling van het reglementen op het
veeartsnijkundige staatstoezicht en de veeartsnijkundige politie in
Nederlandsch-Indie (staatsblad Tahun 1912 Nomor 432), Staatsblad Tahun
1925 Nomor 163);
d. ketentuan baru mengenai pengenalan dan pemberantasan mewabahnya
rabies (Nieuwe bepalingen tervoorkeming en bestrijding van hondolsheids
(rabies) in Nederlandsch Indie (Hondolsheids Ordonnantie 1926),
Staatsblad Tahun 1926 Nomor 451);
e. pelimpahan sebagian kegiatan pemerintah pusat kepada provinsi
mengenai dinas kehewanan sipil dan polisi khusus kehewanan
(Overdracht van een deel der overheidsbemoeienis met den burgelijke
veeartsnijkundige dienst provincien, Staatsblad Tahun 1926 Nomor 569);
f. tambahan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1926 Nomor
452 mengenai pemberantasan atau pembasmian penyakit anjing gila
136
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 99
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 4 Juni 2009
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 4 Juni 2009
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
137
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
ttd.
ANDI MATTALATTA
138
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG
PEMBINAAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS
Pasal 1
Peternakan ayam Ras adalah usaha budidaya ayam ras petelur dan ayam ras
pedaging, tidak termasuk pembibitan.
Pasal 2
Untuk mewujudkan peternakan ayam ras yang maju, efisien dan tangguh, Menteri
Pertanian melakukan bimbingan sehingga terjamin kesinambungan usaha sarana
Produksi, Budidaya, pengolahan dan pemasaran.
Pasal 3
135
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 4
Perusahaan Peternakan yang melakukan usaha budidaya ayam ras harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Bekerjasama dengan usaha peternakan rakyat sebagaimana dimaksud dalam
pasal 3 ayat (1) selambat-lambatnya 3 (tiga) Tahun untuk ayam ras Pedaging
dan 5 (lima) tahun untuk ayam ras petelur setelah izin usaha peternakan
diterbitkan.
b. Dalam kerjasama tersebut bagian produksi usaha peternakan ayam rakyat lebih
besar dari usaha sendiri selambat-lambatnya dalam waktu 3(tiga) tahun;
c. Menyediakan sarana Produksi serta memasarkan hasil produksi usaha
peternakan rakyat sesuai dengan kesepakatan kerjasama dimaksud dalam
huruf a;
d. Memiliki sarana Pengolahan/pemotongan ayam;
e. Membantu penyediaan modal kerja dan investasi untuk usaha kerjasama;
Pasal 5
Menteri Pertanian mengatur jumlah maksimum usaha budidaya ayam ras
peternakan rakyat dan pelaksanaan kerjasama antara perusahaan peternakan
dengan peternakan rakyat.
Pasal 6
Pelaksanaan usaha budidaya ayam ras oleh peternakan rakyat dan perusahaan
peternakan harus memenuhi ketentuan tentang pengelolaan lingkungan hidup.
Pasal 7
Dengan ditetapkanya Keputusan Presiden ini, Keputusan Presiden Nomor 50
Tahun 1981 tentang Pembinaan Usaha Peternakan Ayam dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 8
Keputusan Presiden ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
136
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Mei 1990
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd.
SOEHARTO
137
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
3.3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 2000 Tentang
Standardisasi Nasional
137
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
138
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG STANDARDISASI NASIONAL.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata
cara dan metode yang disusun berdasarkan konsessus semua pihak yang
terkait dengan memperlihatkan syarat-syarat keselamatan, keamanan,
kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan dating untuk
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.
2. Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan
merevisi standar,yang dilaksanakan secara tertib dan bekerjasama dengan
semua pihak.
3. Standar Nasional Indonesia (SNI), adalah standar yang di tetapkan oleh Badan
Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional.
4. Rancangan Standar Nasional Indaonesia (RSNI),adalah rancangan standar
yang dirumuskan oleh panitia teknis setelah tercapai konsensus dari semua
pihak yang terkait.
5. Perumusan Standar Nasional Indonesia adalah rangkaian kegiatan sejak
pengumpulan dan pengolahan data untuk menyusun Rancangan Standar
Nasional Indonesia sampai tercapainya konsensus dari semua pihak yang
terkait.
6. Penetapan Standar Nasional Indonesia adalah kegiatan menetapkan
Rancangan Standar Nasional Indonesia menjadi standar Indonesia.
139
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
140
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
19. Instansi teknnis adalah kantor Menteri Negara, Departemen atau Lembaga
Pemerintah Non Departemen yang salah satu kegiatannya melakukan kegiatan
standarsasi.
20. Pimpinan instansi teknis adalah Menteri Negara atau Menteri yang memimpin
Departemen atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang
bertanggung jawab atas kegiatan standardisasi dalam lingkup kewenangannya.
BAB II
RUANG LINGKUP
STANDARDISASI NASIONAL
Pasal 2
Ruang lingkup standardisasi nasional mencangkup semua kegiatan yang berkaitan
dengan metrology teknik, standar, pengujian dan mutu.
BAB III
TUJUAN STANDARDISASI NASIONAL
Pasal 3
Standaridisasi Nasional bertujuan untuk :
1. Meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja,
dan masyarakat lainnya baik untuk keselamatan, keamanan, kesehatan
maupan pelestarian fungsi lingkungan hidup;
2. Membantu kelancaran perdagangan;
3. Mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan.
BAB IV
KELEMBAGAAN
Pasal 4
1. Penyelenggaraan pengembangan dan pembinaan di bidang standardisasi
dilakukan oleh Badan Standardisasi Naasional.
2. Pelaksanan tugas dan fungsi Badan Standardisasi Nasional di bidang
akreditasi dilakukan oleh Komite Akreditasi Nasional.
3. Komite Akreditasi Nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
mempunyai tugas menetapkan akreditasi dan memberikan pertimbangan serta
saran kepada Badan Standardisasi Nasional dalam menetapkan system
akreditasi dan sertifikasi.
141
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 5
1. Badan Standardisasi Nasional menyusun dan menetapkan system
Standardisasi Nasional dan Pedoman di bidang standardisasi nasional.
2. Sistem Standardisasi Nasional dan pedoman sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) merupakan dasar dan pedoman pel;aksanaan yang harus diacu untuk
setiap kegiatan standardisasi di Indonesia.
3. Dalam penyusunan Sistem Standardisasi Nasional dan pedoman sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), badan Standardisasi Nasional memperhatikan
masukan dari instansi teknis dan pihak yang terkait dengan standardisasi .
BAB V
PERUMUSAN DAN PENETAPAN SNI
Pasal 6
1. Standar Nsional Indonesia disusun melalui proses perumusan Rancangan
Standar Nasional Indonesia.
2. Perumusan Rancangan Standar Nasional Indonesia dilaksanakan oleh Panitia
Teknis melalui Konsensus dari semua pihak yang terkait
3. Ketentuan tentang Konsensus sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur
lebih lanjut oleh Kepala Badan Stadardisasi Nasionsal.
Pasal 7
1. Rancangan Standar Nasional Indonesia ditetapkan menjadi Standar Nasional
Indonesia oleh Kepala Badan Standardisasi Nasioanal.
2. Standar Nasional Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberi
nomor urut, dan kode bidang standar sesuai pedoman badan standardisasi
nasional.
Pasal 8
142
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Kaji ulang dan revisi Standar nasional Indonesia dilaksanakan oleh Panitia Teknis
melaui consensus dari semua pihak yang terkait.
Pasal 9
1. Panitia Teknis sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (2) Pasal 8
ditetapkan oleh Kepala Badan standarisasi Nasional berdasarkan pedoman
yang disepakati oleh Badan Standarisasi nasional bersama instansi teknis.
2. Dalam pelaksanaan tugasnya Panitia teknis dikoordinasikan oleh instansi
teknis sesuai dengan kewenangannya.
3. Dalam hal instansi teknis belum dapat melakukan koordinasi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2), Badan standarisasi Nasional dapat
mengkoordinasikan Panitia teknis dimaksud.
4. Panitia Teknis dalam melaksanakan tugasnya mengacu pada Pedoman
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
Pasal 10
Dalam rangka perumusan Rancangan Standarisasi nasional Indonesia, kaji ulang
Standar Nasional Indonesia, dan revisi Standar Nasional Indonesia, Badan
Standarisasi Nasional dan instansi teknis dapat melakukan kegiatan Penelitian dan
Pengembangan standarisasi.
Pasal 11
Ketentuan lebih lanjut mengenai Perumusan dan Penetapan Standar Nasional
Indonesia diatur dengan Keputusan Kepala Badan Standarisasi Nasional.
BAB VI
PENERAPAN SNI
Pasal 12
1. Standar Nasional Indonesia berlaku di seluruh wilayah Republik Indonesia.
2. Standar Nasional Indonesia bersifat sukarela untuk diterapkan oleh pelaku
usaha.
3. Dalam hal standar Nasional Indonesia berkaitan dengan kepentingan
keselamatan, keamanan, kesehatan masyarakat atau pelestarian fungsi
lingkungan hidup dan atau pertimbangan ekonomis, instansi teknis dapat
memberlakukan secara wajib sebagian atau keseluruhan spesifikasi teknis dan
atau parameter dalam Standar Nasional Indonesia.
4. Tata cara Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3), diatur lebih lanjut dengan keputusan Pimpinan instansi teknis
sesuai dengan bidang tugasnya.
143
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 13
Penerapan Standar Nasional Indonesia dilakukan melalui kegiatan sertifikasi dan
akreditasi.
Pasal 14
1. Terhadap barang dan jasa, proses, system dan personel telah memenuhi
ketentuan/spesifikasi teknis Standar Nasional Indonesia dapat diberikan
sertifikat dan atau dibubuhi tanda SNI.
2. Sertifikasi dilakukan oleh lembaga sertifikasi, lembaga inspeksi, lembaga
pelatihan, atau laboratorium.
3. Tanda SNI yang berlaku adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran
Peraturan Pemerintah ini.
4. Persyaratan dan tata cara pemberian sertifikasi dan pembubuhan tanda SNI
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh
Ketua Komite Akreditasi Nasional.
Pasal 15
Pelaku usaha yang menerapkan Standar Nasional Indonesia yang diberlakukan
secara wajib, harus memiliki sertifikat dan atau tanda SNI.
Pasal 16
1. Lembaga sertifikasi, lembaga inspeksi, lembaga pelatihan, atau laborotorium
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) di akreditasi oleh Komite
akreditasi Nasional.
2. Unjuk kerja lembaga sertifikasi, lembaga inspeksi, lembaga pelatihan, atau
laboratorium sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diawasi dan dibina oleh
Komite Akrediasi Nasional.
Pasal 17
1. Biaya akreditasi dibebankan kepada lembaga sertifikasi, lembaga inspeksi,
lembaga pelatihan atau laboratorium yang mengajukan permohonan
akreditasi.
2. Besarnya biaya akreditasi diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah
tersendiri.
Pasal 18
1. Pelaku usaha dilarang memproduksi dan atau mengedarkan barang dan atau
jasa, yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia yang telah diberlakukan secara wajib.
144
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
2. Pelaku usaha, yang barang dan atau jasanya lebih memperoleh sertifikat
produk dan atau tanda standar Nasional Indonesia dari lembaga sertifikasi
produk, dilarang memproduksi dan mengedarkan barang dan atau jasa yang
tidak memenuhi Standar nasional Indonesia.
Pasal 19
1. Standar Nasional Indonesia yang diberlakukan secara wajib dikenakan sama,
baik terhadap barang dan atau jasa produksi dalam negeri maupun terhadap
barang dan atau jasa impor.
2. Barang dan jasa impor sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemenuhan
standarnya ditunjukkan dengan sertifikat yang diterbitkan oleh lembaga
sertifikasi atau laboratorium yang telah diakrediatsi Komite Akrediatsi
Nasional atau Lembaga Sertifikasi atau laboratorium Negara pengekspor yang
diakui Komite Akreditasi Nasional.
3. Pengakuan lembaga sertifikasi, lembaga inspeksi, lembaga pelatihan atau
laboratorium Negara pengekspor oleh Komite Akrediatsi Nasional
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) didasarkan pada perjanjian saling
pengakuan baik secara bilateral maupun multilateral.
4. Dalam hal barang dan atau jasa impor sebagaimana dimaksud dlam ayat (1)
tidak dilengkapi sertifikat, pimpinan instansi teknis dapat menunjuk salah satu
lembaga sertifikasi atau laboratorium baik didalam maupun di luar negeri
yang telah diakreditasi dan atau diakui oleh Komite Akreditasi Nasional
umntuk melakukan sertifikasi terhadap barang dan atau jasa impor dimaksud.
Pasal 20
1. Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (3) dinotifikasikan Badan Standardisasi Nasional kepada
Organisasi Perdagangan Dunia setelah memperoleh masukan dari instansi
teknis yang berwenang dan dilaksanakan paling lambat 2 (dua) bulan sebelum
Standar Nasional Indonesia yang diberlakukan secarra wajib berlaku efektif.
2. Badan Standardisasi Nasional menjawab pertanyaan yang dating dari luar
negeri yang berkaitan dengan Pemberlakuan Standar Nasional Indonedia
setelah memperoleh masukan dari instansi teknis yang berwenang.
Pasal 21
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pemberlekuan Standar nasional Indonesia diatur
dengan Keputusan pimpinan instansi teknis yang berwenang.
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
145
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 22
1. Pimpinan instansi teknis dan atau Pemerintah daerah melakukan pembinaan
terhadap pelaku usaha dan masyarakat dalam menerapkan standar.
2. Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi konsultasi,
pendidikan, latihan, dan pemasyarakatan standardisasi.
Pasal 23
1. Pengawasan terhadap pelaku usaha, barag danatau jasa yang telah
memperoleh sertifikat dan atau dibubuhi tanda SNI yang diberlakukan secara
wajib, dilakukan oleh Pimpinan instansi teknos sesuai kewenangannya dan
atau Pemerintah Daerah.
2. Pengawasan terhadap unjuk kerja pelaku uasha yang telah memperoleh
sertifikat produk dan atau tanda SNI dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi
produk yang menerbitkan sertifikat dimaksud.
3. Masyarakat dan Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat
melakukan pengawasan terhadap barang yang beredar dipasaran.
BAB VIII
SANKSI
Pasal 24
1. Pelaku usaha yang melaukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam
pasal 18 ayat (1) dan (2) dapat dikenakan sanski administrative dan atau
sanksi pidana.
2. Sanksi administrative sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa
pencabutan sertifikat produk dan atau pencabutan hak penggunaan tanda SNI,
pencabutan izin usaha, dan atau penarikan barang dari peredaran.
3. Sanksi pencabutan sertifikat produk dan atau hak penggunaan tanda SNI
dilakukan oleh lembaga sertifikasi produk.
4. Sanksi pencabutan izin usaha dan atau penarikan barang dari peredaran
ditetapkan oleh instansi teknis yang berwenang dan atau Pemerintah Daerah.
5. Sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa sanksi pidana
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
146
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 25
1. Pada saat ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini, semua ketentuan
pelaksanaan yang berhubungan dengan standardisasi yang telah ditetapkan
oleh Pimpinan instansi teknis dan atau Dewan Standardiasai Nasional dan
atau Kepala Badan Standardiasai Nasional, dinyatakan tetrap berlaku
sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru
berdasarkan Peraturan pemerintah ini.
2. Khusus untuk ketentuan pelaksanaan yang berhubungan dengan penuandaan
SNI yang telah ditetapkan oleh Mneteri Perindustrian dan Perdagangan wajib
disesuaikan paling lambat 2 (dua) tahun sejak ditetapkannya Peraturan
Pemerintah ini.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 26
Dengan berlakunya Peraturan ini, Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1991
tentang Standar Nasional Indonesia dan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun
1991 tentang Penyusunan Penerapan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 27
Peraturan pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 10 November 2000
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
ABDURRAHMAN WAHID
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 10 November 2000
SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DJOHAN EFFENDI
147
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
151
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERUBAHAN KETIGA ATAS PERUATURAN PEMERINTAH
NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG IMPOR DAN/ATAU
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK TETENTU YANG
BERSIFAT STRATEGIS YANG DIBEBASKAN DARI
PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 tentang
Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tetentu yang Bersifat Strategis
yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4083) yang telah beberapa kali diubah dengan Peraturan
Pemerintah:
1. Nomor 43 Tahun 2002 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4217);
2. Nomor 46 Tahun 2003 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4315), diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan dalam Pasal 1 angka 1 huruf b dan angka 2 diubah, dan angka 3
dihapus, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 1
152
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 2
(1) Atas impor Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis berupa:
a. barang modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 huruf a yang
diperlukan secara langsung dalam proses menghasilkan Barang Kena Pajak,
oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang Kena Pajak tersebut;
b. makanan ternak, unggas, dan ikan dan/atau bahan baku untuk pembuatan
makanan ternak, unggas, dan ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
angka 1 huruf b;
c. bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, penangkaran, atau perikanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 angka 1 huruf d;
d. dihapus;
e. dihapus;
153
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal II
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dan mempunyai
daya laku surut terhitung sejak tanggal 1 Januari 2007.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 8 Januari 2007
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd,-
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 8 Januari 2007
154
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
LAMPIRAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 7 TAHUN 2007
TANGGAL : 8 JANUARI 2007
155
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
156
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
157
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
158
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
159
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
160
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
161
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
162
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
163
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
164
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
165
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
165
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG USAHA
PETERNAKAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang peternakan;
2. Izin Usaha Peternakan adalah izin tertulis yang diberikan oleh Menteri atau
pejabat lain yang diberi wewenang olehnya, yang memberikan hak untuk
melaksanakan perusahaan peternakan;
3. Perusahaan Peternakan adalah suatu usaha yang dijalankan secara teratur dan
terus menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk
tujuan komersiil yang meliputi kegiatan menghasilkan ternak (ternak
bibit/ternak potong), telur dan susu serta usaha menggemukkan suatu jenis
ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkannya, yang
untuk tiap jenis ternak melebihi dari jumlah yang ditetapkan untuk tiap jenis
ternak pada peternakan rakyat.
4. Peternakan Rakyat adalah usaha peternakan yang diselenggarakan sebagai
usaha sampingan yang jumlah maksimum kegiatannya untuk tiap jenis ternak
ditetapkan oleh Menteri.
BAB II
WILAYAH USAHA DAN JENIS PETERNAKAN
Pasal 2
Seluruh wilayah negara Republik Indonesia terbuka untuk semua jenis usaha di
bidang peternakan kecuali apabila Menteri menetapkan lain.
Pasal 3
(1) Jenis peternakan dapat digolongkan menjadi:
a. Peternakan Unggas, yang terdiri dari bidang:
a.1. peternakan ayam telur;
a.2. peternakan ayam daging;
166
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB III
SYARAT-SYARAT PERMOHONAN IZIN USAHA PETERNAKAN DAN
KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN USAHA PETERNAKAN
Pasal 4
Setiap perusahaan peternakan wajib memiliki Izin Usaha Peternakan.
Pasal 5
Izin Usaha Peternakan dapat diberikan kepada:
a. Badan Hukum Indonesia;
b. Perorangan Warga Negara Indonesia.
Pasal 6
(1) Perusahaan peternakan wajib mempunyai tenaga ahli, modal dan peralatan
yang cukup sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan lebih lanjut oleh
Menteri.
(2) Syarat-syarat dan tata cara pengajuan permohonan serta pemberian Izin
Usaha Peternakan ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri.
Pasal 7
Setiap Izin Usaha Peternakan dikenakan Iuran Izin Usaha Peternakan yang
besarnya serta tata cara pemungutan, penyetoran, dan penggunaannya ditetapkan
lebih lanjut oleh Menteri setelah mengadakan konsultasi dan koordinasi dengan
Menteri Keuangan.
Pasal 8
(1) Pemegang Izin Usaha Peternakan wajib dengan nyata-nyata dan
sungguhsungguh mendirikan dan menjalankan perusahaan Peternakan sesuai
dengan rencana yang telah disetujui oleh Menteri.
167
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(2) Izin Usaha Peternakan sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 tidak dapat
dipindahtangankan dengan cara dan atau bentuk apapun.
Pasal 9
Pemegang Izin Usaha Peternakan sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 ayat (1)
wajib memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan di bidang peternakan,
pencegahan, pemberantasan, dan pengobatan penyakit hewan serta ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB IV
JANGKA WAKTU DAN JENIS USAHA
Pasal 10
(1) Izin Usaha Peternakan sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 diberikan
menurut jenis/bidang usaha yang dilakukan, masing-masing untuk jangka
waktu ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri.
(2) Setelah jangka waktu yang ditetapkan habis, maka Izin Usaha Peternakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipertimbangkan untuk
diperpanjang atas permintaan pemegang Izin yang bersangkutan.
Pasal 11
(1) Izin Usaha Peternakan diberikan dan berlaku untuk 1 (satu) jenis atau lebih
dari 1 (satu) bidang usaha peternakan.
(2) Persyaratan dan ketentuan-ketentuan lain dari tiap-tiap jenis atau bidang
usaha peternakan ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri.
BAB V
BIMBINGAN DAN PENGAWASAN
Pasal 12
(1) Menteri atau pejabat yang ditunjuk olehnya melakukan bimbingan dan
pengawasan atas pelaksanaan perusahaan-perusahaan peternakan.
(2) Tata cara dan pelaksanaan bimbingan dan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri.
BAB VI
BERAKHIRNYA IZIN USAHA PETERNAKAN
168
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 13
Izin Usaha Peternakan berakhir karena:
a. Jangka waktu yang diberikan telah berakhir;
b. Diserahkan kembali oleh pemegang izin kepada yang berwenang sebelum
jangka waktu diberikan berakhir;
c. Dicabut oleh yang berwenang memberikan Izin Usaha Peternakan, karena
pemegang izin yang bersangkutan melakukan suatu pelanggaran;
d. Perusahaan yang bersangkutan jatuh pailit;
e. Perusahaan yang bersangkutan menghentikan usahanya.
Pasal 14
Izin Usaha Peternakan dicabut karena:
a. pemegang izin tidak melakukan usahanya secara nyata dalam waktu 3 (tiga)
bulan setelah Izin Usaha Peternakan dikeluarkan;
b. pemegang izin tidak mentaati serta melakukan ketentuan peraturan
perundangundangan yang berlaku.
BAB VII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 15
(1) Barang siapa dengan sengaja melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
ketentuan Pasal-pasal 4, 8, dan 9 diancam dengan pidana penjara selama-
lamanya 2 (dua) tahun.
(2) Barang siapa karena kealpaannya melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan ketentuan pasal-pasal 4, 8, dan 9 diancam dengan pidana kurungan
selama-lamanya 6 (enam) bulan atau pidana denda setinggi-tingginya
Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah).
(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah kejahatan, tindak
pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah pelanggaran.
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 16
(1) Hal-hal yang belum atau belum cukup diatur dalam Peraturan Pemerintah ini
diatur lebih lanjut oleh Menteri.
(2) Selama ketentuan pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini belum ditetapkan,
maka ketentuan yang ada tetap berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan
jiwa Peraturan Pemerintah ini.
169
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(3) Izin Usaha Peternakan yang telah dikeluarkan sebelum Peraturan Pemerintah
ini ditetapkan, disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah ini.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 17
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 16 Maret 1977
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SOEHARTO
170
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
176
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN TENTANG
PENDAFTARAN DAN LABELISASI PAKAN.
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan
1. Pendaftaran Pakan adalah kegiatan untuk memperoleh nomor pendaftaran,
agar pakan yang diproduksi dapat diedarkan.
2. Sertifikat Mutu Pakan adalah surat keterangan yang diberikan oleh Kepala
Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak atau Kepala Lembaga Pengujian Mutu
Pakan yang selanjutnya dalam Keputusan ini disebut Lembaga Pengujian yang
telah diakreditasi atau ditunjuk oleh Menteri yang menyatakan bahwa susunan
pakan yang bersangkutan memenuhi syaratsyarat yang telah ditetapkan.
3. Labelisasi Pakan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka memperoleh
etiket/label pakan.
4. Etiket atau label pakan adalah setiap keterangan mengenai pakan yang
berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang
ditentukan pada pembungkus pakan, dimasukkan kedalam, ditempelkan pada
atau merupakan bagian dari kemasan pakan, yang selanjutnya dalam
keputusan ini disebut label.
5. Pakan adalah campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah
lengkap maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus
untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya.
177
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
6. Konsentrat adalah pakan yang kaya akan sumber protein dan atau sumber
energi, serta dapat mengandung pelengkap pakan dan atau imbuhan pakan.
7. Bahan Baku Pakan adalah bahan-bahan hasil pertanian, perikanan,peternakan
atau bahan lainnya yang layak dipergunakan sebagai pakan, baik yang telah
diolah maupun yang belum diolah.
8. Pengujian Mutu Pakan adalah kegiatan dan tatacara menguji sample pakan
untuk mengetahui mutunya.
9. Laboratorium adalah tempat untuk melakukan pengujian sample pakan sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan dan telah diakreditasi atau ditunjuk
oleh Menteri.
10. Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar yang ditetapkan oleh Badan
Standarisasi Nasional (BSN) dan berlaku secara nasional.
11. Persyaratan Teknis Minimal adalah standar mutu yang ditetapkan oleh Menteri.
12. Pembuatan Pakan adalah kegiatan mencampur dan mengolah berbagai bahan
baku pakan untuk dijadikan pakan.
13. Peredaran Pakan adalah kegiatan yang meliputi pengangkutan, penyerahan,
dan penyimpanan yang memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan.
14. Sampel Pakan adalah sejumlah pakan yang diambil sewaktu-waktu dari lokasi
produsen/pabrik pakan, distributor/agen dan peternak/pengguna untuk tujuan
pengawasan mutu bahan baku pakan dan pakan.
15. Produsen atau Pembuat Pakan adalah perorangan atau badan hukum yang
berusaha dibidang pembuatan dan atau peredaran pakan.
16. Cemaran Pakan adalah bahan/zat asing yang terdapat dalam bahan baku pakan
dan pakan, yang dapat mengakibatkan turunnya mutu dan atau menganggu
kesehatan ternak.
17. Petugas Pengawas Mutu Pakan adalah petugas yang ditunjuk oleh pejabat
yangberwenang setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk
melakukan pengawasan terhadap pembuatan dan peredaran pakan.
18. Kepala Balai adalah Kepala Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak.
19. Menteri adalah Menteri Pertanian.
Pasal 2
Keputusan Menteri Pertanian ini dimasudkan untuk memberikan dasar hukum
bagi pelaksanaan pendaftaran, pengujian dan labelisasi pakan dengan tujuan agar
pakan yang diproduksi dan diedarkan dapat menjamin mutu yang meliputi
kriteria keselamatan, keamanan, kesehatan,dan mendukung kelestarian
lingkungan.
Pasal 3
178
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 4
Setiap orang atau badan hukum yang melakukan kegiatan usaha memproduksi
pakan dengan maksud untuk diedarkan dan atau diperdagangkan, wajib
didaftarkan dan berlabel.
BAB II
PERSYARATAN PENDAFTARAN
Pasal 5
Setap pakan yang dibuat dan diproduksi dengan maksud untuk diedarkan harus
memenuhi standar mutu dan atau persyaratan teknis minimal serta wajib
didaftarkan kepada Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan.
Pasal 6
Permohonan pendaftaran pakan dapat dilakukan oleh perorangan atau Badan
Hukum yang memenuhi persyaratan :
1. Akte Pendirian bagi produsen pakan yang berbadan hukum;
2. Surat Izin Usaha Perdagangan/Tanda Daftar Usaha Perdagangan;
3. Nomor Pokok Wajib Pajak;
4. Surat Keterangan Domisili.
BAB III
TATA CARA PENDAFTARAN
Bagian Kesatu
Permohonan Pendaftaran
Pasal 7
(1) Permohonan pendaftaran pakan diajukan secara tertulis kepada Direktur
Jenderal Bina Produksi Peternakan dengan menggunakan formulir
sebagaimana tercantum pada lampiran 1 Keputusan ini, dan dibubuhi meterai
secukupnya berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.
(2) Permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilengkapi
dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.
179
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 8
(1) Direktur Jenderal Bina Produiksi Peternakan setelah menerima permohonan
pendaftaran secara lengkap, paling lambat dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari
kerja, wajib memberi jawaban secara tertulis mengenai diterima atau
ditolaknya permohonan pendaftaran.
(2) Apabila permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dapat diterima, maka kepada permohonan diwajibkan untuk melakukan
pengujian mutu pakan yang didaftarkan.
(3) Apabila permohonan sebagaimana dimaksud ayat (1) ditolak, maka dalam
penolakan oleh Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan harus disertai
alasan secara tertulis.
(4) Apabila permohonan pendaftaran dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan belum dapat
memberikan jawaban tertulis, maka permohonan pendaftaran dianggap dapat
diterima dan pemohon diwajibkan melakukan pengujian mutu pakan yang
didaftarkan.
Bagian Kedua
Pengujian
Pasal 9
(1) Pengujian mutu pakan dapat dilakukan oleh Balai Pengujian Mutu Pakan
Ternak atau Lembaga Pengujian yang telah diakreditasi sesuai SNI 19-17025-
2000 atau yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian seperti tercantum pada
Lampiran 2a dan 2b Keputusan ini; atau Lembaga Pengujian yang akan
ditunjuk kemudian oleh Menteri Pertanian setelah memenuhi ketentuan yang
telah ditetapkan.
(2) Lembaga Pengujian yang ditunjuk oleh Menteri sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) akan dilakukan evaluasi kembali dalam jangka waktu 2 tahun dan
dapat berubah sesuai perkembangan dan kebutuhan di lapangan.
Pasal 10
Lembaga Pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 harus mempunyai
fasilitas kemampuan untuk melakukan analisa mutu pakan dengan persyaratan
sebagai berikut :
a. memiliki bangunan laboratorium yang memenuhi persyaratan;
b. memiliki peralatan pengujian mutu pakan;
c. memiliki tenaga ahli peternakan dan analisis di bidang pengujian mutu pakan;
180
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 11
(1) Permohonan pengujian mutu pakan diajukan secara tertulis kepada Balai
Pengujian Mutu Pakan Ternak atau Kepala Lembaga Pengujian dengan
tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Peternakan atau Dinas yang
membidangi fungsi peternakan di Kabupaten/Kota.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dilengkapi
persyaratan sebagai berikut :
a. Surat permohonan sertifikat mutu pakan dengan mencantumkan :
1) nama dan alamat produsen atau pembuat pakan;
2) nama dan jenis pakan yang akan dibuatkan sertifikatnya;
3) bahan baku pakan dan imbuhan pakan yang dipergunakan;
4) nama dokter hewan penanggung jawab (bagi pakan yang
mempergunakan bahan baku pakan yang termasuk obat hewan).
b. Melampirkan copy surat izin usaha atau surat pendaftaran usaha dari
instansi yang berwenang.
(3) Disamping persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus
memenuhi pula persyaratan teknis sebagai berikut :
a. Bahan baku pakan yang dipakai untuk menyusun formula pakan tersebut
tidak tercemari oleh zat-zat yang membahayakan bagi kesehatan manusia
dan hewan;
b. Komposisi zat-zat makanan dalam pakan yang telah ditetapkan dalam
Standar Nasional Indonesia (SNI) dan atau Persyaratan Teknis Minimal
yang ditetapkan.
c. Khusus untuk pakan ayam dan babi, tidak diperbolehkan menggunakan
urea atau nitrogen yang bukan protein (non protein nitrogen) sebagai
campuran bahan bakunya.
Pasal 12
(1) Kepala Dinas Peternakan atau Kepala Dinas yang membidangi fungsi
peternakan di Kabupaten/Kota selambatlambatnya dalam 3 (tiga) hari kerja
sejak diterimanya tembusan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 ayat (1) telah menugaskan Petugas Pengawas Mutu Pakan di
Kabupaten/Kota untuk melakukan pengambilan sample pakan.
(2) Petugas Pengawas Mutu Pakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
selambat-lambatnya dalam waktu 2 (dua) hari kerja sejak diterimanya
penugasan sudah melakukan pengambilan sample pakan ditempat
produsen/pembuat pakan sesuai ketentuan yang berlaku di bidang
pengambilan sample pakan.
181
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(3) Sampel pakan yang telah diambil oleh Petugas Pengawas Mutu Pakan disegel
dan dibungkus sedemikian rupa selanjutnya diserahkan kepada
produsen/pembuat pakan untuk disampaikan kepada Kepala Balai atau
Kepala Lembaga Pengujian yang telah diakreditasi atau ditunjuk oleh Menteri
untuk dilakukan pengujian.
Pasal 13
(1) Kepala Balai atau Kepala Lembaga Pengujian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (3) dalam melakukan pengujian menggunakan metode pengujian
mutu pakan sebagaimana tercantum pada Lampiran 3 Keputusan ini.
(2) Penilaian terhadap hasil uji mutu didasarkan pada SNI dan atau Persyaratan
Teknis Minimal sebagaimana tercantum pada Lampiran 4 Keputusan ini.
(3) Persyaratan Teknis Minimal sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat
ditinjau kembali dan disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan industri
pakan dan keamanan lingkungan berdasarkan perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi.
(4) Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak dan Lembaga Pengujian wajib membuat
laporan perkembangan pelaksanaan pengujian kepada Direktur Jenderal Bina
Produksi Peternakan dengan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas
yang membidangi fungsi peternakan di Propinsi dan di Kabupaten/Kota.
Bagian Ketiga
Pemberian Nomor Pendaftaran
Pasal 15
Formula pakan yang telah mendapat sertifikat mutu pakan dari Balai Pengujian
Mutu Pakan atau Lembaga Pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat
(1) sebelum diproduksi dan atau diedarkan harus mendapat nomor pendaftaran
dari Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan.
Pasal 16
(1) Untuk memperoleh nomor pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal
15, pemohon menyampaikan sertifikat mutu pakan, Laporan Hasil Pengujian
dan konsep label pakan kepada Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan.
(2) Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan berdasarkan sertifikat mutu
pakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
sejak diterimanya sertifikat mutu pakan, wajib menerbitkan penetapan nomor
pendaftaran.
182
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 17
(1) Nomor pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) berlaku
untuk jangka waktu 5 (lima) tahun, dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun berikutnya sepanjang masih memenuhi
persyaratan mutu dan atau Persyaratan Teknis Minimal, yang dibuktikan
dengan sertifikat mutu hasil uji dan dilakukan pemantauan setiap tahun atau
sewaktuwaktu apabila ada pengaduan dari konsumen.
(2) Nomor pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila setelah
diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu 5 (lima) tahun berikutnya
berakhir, maka pemegang nomor pendaftaran harus memperbaharui.
(3) Pembaharuan Nomor Pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dilakukan sesuai ketentuan mengenai syarat dan tata cara pendaftaran dan
labelisasi pakan.
Pasal 18
(1) Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak atau Lembaga Pengujian mempunyai
kewajiban menjaga kerahasiaan formula pakan yang telah diuji.
(2) Petugas yang melayani permohonan pendaftaran pakan wajib menjaga
kerahasiaan formula pakan sebelum diterbitkan nomor pendaftaran.
(3) Kepala Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak atau Kepala Lembaga Pengujian
wajib menyampaikan laporan Hasil Pengujian kepada Direktur Jenderal Bina
Peternakan atau Dinas yang membidangi fungsi peternakan di Propinsi dan
Kepala Dinas Peternakan atau Dinas yang membidangi fungsi Peternakan di
Kabupaten/Kota.
Pasal 19
Pemegang nomor pendaftaran wajib menyampaikan laporan produksi dan
penyaluran pakan setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada Direktur Jenderal Bina
Produksi Peternakan dengan menggunakan formulir seperti tercantum dalam
Lampiran -7 Keputusan ini.
BAB IV
LABELISASI
Pasal 20
(1) Produsen Pakan bertanggung jawab atas mutu produknya dan wajib
mencantumkan nomor pendaftaran pada label ditempat yang mudah dilihat
dan dibaca serta tidak mudah terhapus.
183
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(2) Nomor pendaftaran yang dicantumkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
berlaku untuk komoditas yang didaftarkan.
(3) Pemegang Nomor Pendaftaran wajib melaporkan setiap perubahan subyek
pemegang nomor pendaftaran untuk dicatat dalam buku nomor pendaftaran,
dan dilakukan perubahan keputusan pemberian nomor pendaftaran.
Pasal 21
(1) Label sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) berisikan nomor
pendaftaran untuk setiap jenis pakan serta keterangan mengenai pakan yang
bersangkutan.
(2) Keterangan mengenai pakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memuat
sekurang-kurangnya mengenai:
a. nama/merk pakan;
b. alamat perusahaan;
c. nomor izin usaha atau nomor pendafataran;
d. nomor izin produksi;
e. nama dan jenis pakan;
f. berat (kg);
g. kandungan zat-zat makanan;
h. bahan baku pakan yang digunakan;
i. imbuhan pakan (feed additive) yang digunakan;
j. waktu kadaluarsa;
k. cara menggunakan pakan tersebut.
(3) Keterangan pada label, ditulis atau dicetak dengan menggunakan Bahasa
Indonesia, angka arab dan huruf latin.
(4) Untuk memudahkan pengenalan jenisjenis pakan, etiket atau label pakan
tersebut diberi warna dasar dan kode pengenal sebagai berikut :
a. Pakan ayam ras petelur (layer) dengan warna dasar kuning muda, kode
pengenal untuk layer starter (P1), dara atau layer grower (P2), petelur atau
layer (P3), konsentrat layer grower (KP2) dan konsentrat layer (KP3).
b. Pakan ayam ras pedaging dengan warna dasar biru muda, kode pengenal
untuk broiler starter (BR1), broiler finisher (BR2), dan konsentrat broiler
(KBR).
c. Pakan ayam bukan ras (buras) dengan warna dasar kuning tua, kode
pengenal BRS dan konsentrat ayam buras dengan kode KBRS.
d. Pakan itik petelur dengan warna dasar hijau muda, kode pengenal untuk
meri atau itik starter (IP1), itik dara atau grower (IP2) dan itik petelur atau
layer (TP3).
e. Pakan burung puyuh dengan warna dasar hijau tua, kode pengenal untuk
puyuh pemula atau starter (PP1), dara atau grower (PP2) dan petelur atau
layer (PP3).
184
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
f. Pakan burung berkicau dengan warna dasar orange, kode pengenal BK.
g. Pakan babi dengan warna dasar merah muda, kode pengenal untuk anak
babi masa menyusu atau pig prestater (B1), anak Babi sapihan atau pig
starter (B2), pembesaran atau pig grower (B3), penggemukan atau pig
finisher (B4), babi induk (B5), dan babi pejantan (B6), konsentrat babi
grower (KB3), konsentart babi finisher (KB4), dan konsentrat babi induk
(KB5).
h. Pakan sapi perah dengan warna dasar putih, kode pengenal untuk
pengganti air susu (KSP1), konsentrat pemula atau calf starter (KSP2),
konsentrat sapi perah dara (KSP3), konsentrat sapi perah laktasi (KSP4),
konsentrat sapi perah laktasi produksi tinggi (KSP5), konsentrat sapi
perah kering bunting (KSP6) dan konsentrat sapi perah pejantan (KSP7).
i. Pakan sapi potong dengan warna dasar coklat, kode pengenal untuk
konsentrat sapi potong penggemukan (KSPT1) dan konsentrat sapi
potong induk (KSPT2)
BAB V
BIAYA PENDAFTARAN DAN PENGUJIAN
Pasal 22
(1) Biaya Pendaftaran dan Pengujian Mutu Pakan dibebankan pada pemohon
yang merupakan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PBBP) yang harus
disetorkan ke kas negara yang besar dan tatacaranya berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Biaya pengujian mutu pakan yang dilakukan oleh lembaga pengujian swasta,
ditetapkan oleh lembaga pengujian yang bersangkutan.
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 23
Kepala Dinas Peternakan atau Dinas yang membidangi fungsi peternakan di
Kabupaten/Kota melakukan pembinaan terhadap produksi/pembuatan dan atau
peredaran peredaran pakan di wilayahnya.
Pasal 24
Pengawasan terhadap kesesuaian mutu pakan yang beredar dengan yang tertera
pada etiket atau label pakan dilakukan oleh petugas Pengawas mutu pakan sesuai
ketentuan yang berlaku dibidang pengawasan mutu pakan.
Pasal 25
185
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB VII
KETENTUAN SANKSI
Pasal 26
Terhadap Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak dan Lembaga Pengujian yang
terbukti tidak bertanggung jawab atas hasil uji sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14 ayat (2) dilakukan teguran tertulis oleh pejabat yang berwenang dan dilaporkan
kepada petugas yang berwenang untuk dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan yang berlaku.
Pasal 27
Terhadap Petugas pelayanan permohonan yang terbukti tidak menjamin
kerahasiaan formula pakan, sebelum ditetapkan nomor pendaftaran sebagaimana
dimaksud dalam pasal 18 ayat (2) dikenakan sanksi pegawai oleh pejabat yang
berwenang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 28
(1) Terhadap produsen/pembuat pakan yang terbukti tidak mencantumkan
nomor pendaftaran pada label pakan dan tidak menjamin mutu produknya
atau tidak melaporkan adanya perubahan pemegang nomor pendaftaran
sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat (3) dikenakan sanksi pencabutan
nomor pendaftaran oleh Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan dan
diusulkan kepada pejabat yang berwenang agar izin produksinya dicabut dan
pakan yang beredar harus ditarik dari peredaran.
(2) Penarikan kembali pakan yang beredar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan oleh dan atas beban produsen/pembuat pakan.
(3) Terhadap produsen/pembuat pakan yang telah mendapat nomor pendaftaran,
apabila selama 2 (dua) tahun berturutturut tidak melakukan produksinya
serta tidak menyampaikan laporan pengadaan dan penyaluran pakan
dikenakan sanksi pencabutan nomor pendaftaran oleh Direktur jenderal Bina
Produksi Peternakan.
186
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 29
Produsen/pembuat pakan yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 5, Pasal 6, Pasal 8
ayat (2), Pasal 17 dan Pasal 20 disamping dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 keputusan ini, dapat dikenakan sanksi administratif dan sanksi
pidana menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.
BAB VIII
KETENTUAN LAIN
Pasal 30
Produsen/pembuat pakan dapat melayani pakan pesanan dengan formula khusus
dalam bentuk fisik pakan sesuai yang didaftarkan dan dipergunakan langsung
oleh pemesan.
Pasal 31
Pakan dengan formula khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 sebelum
digunakan pemesan harus dilaporkan kepada Direktur Jenderal bina Produksi
Peternakan untuk mendapatkan pemantauan dan pengawasan.
Pasal 32
Pakan dengan formula khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dilarang
untuk diedarkan dan digunakan untuk kepentingan umum.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 33
(1) Pakan yang pada saat Keputusan ini ditetapkan telah terdaftar, nomor
pendaftaran tetap berlaku sampai dengan berakhirnya masa nomor
pendaftaran selanjutnya harus dilakukan pendaftaran kembali sesuai dengan
ketentuan ini.
(2) Pakan yang pada saat Keputusan ini ditetapkan sedang atau sudah dilakukan
pengujian, tetap dilakukan proses pendaftaran sesuai ketentuan yang telah
ditetapkan.
(3) Pakan yang pada saat Keputusan ini ditetapkan sedang dalam proses
pendaftaran tetapi belum dilakukan pengujian, diberlakukan ketentuan dalam
Keputusan ini.
187
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 34
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 April 2003
MENTERI PERTANIAN,
ttd.
PROF.DR.IR. BUNGARAN SARAGIH, M.Ec
188
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MENTERI KEUANGAN,
MEMUTUSKAN :
188
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 2
Tarif Bea Masuk beberapa produk tertentu dalam Pasal 1 dikecualikan dari Pola
Umum program harmonisasi tarif Bea Masuk dan diatur tersendiri (Pola Khusus)
sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan ini.
Pasal 3
Pelaksanaan program harmonisasi tarif Bea Masuk sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 dan Pasal 2 ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan dengan tetap
memperhatikan daya saing barang-barang dimaksud.
Pasal 4
Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Pebruari 2006.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 23 Desember 2005
MENTERI KEUANGAN,
ttd
SRI MULYANI INDRAWATI
189
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 132/PMK.010/2005 TENTANG
PROGRAM HARMONISASI TARIF BEA MASUK 2005 - 2010 TAHAP KEDUA.
190
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
191
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
192
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 23 Desember 2005
MENTERI KEUANGAN,
Ttd
SRI MULYANI INDRAWATI
193
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 132/PMK.010/2005 TENTANG
PROGRAM HARMONISASI TARIF BEA MASUK 2005 - 2010 TAHAP KEDUA
POLA KHUSUS
PROGRAM HARMONISASI TARIF BEA MASUK INDONESIA TAHUN 2005 –
2010 TAHAP KEDUA
194
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
195
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
196
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
197
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 23 Desember 2005
MENTERI KEUANGAN,
Ttd
SRI MULYANI INDRAWATI
198
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
197
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
198
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG SISTEM
PERBIBITAN TERNAK NASIONAL
BAB I
199
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Sistem Perbibitan Ternak Nasional adalah tatanan yang mengatur hubungan
dan saling ketergantungan antara pengelolaan sumberdaya genetik, pemuliaan,
perbanyakan, produksi, peredaran, pemasukan dan pengeluaran benih dan
atau bibit unggul, pengawasan penyakit, pengawasan mutu, pengembangan
usaha dan kelembagaan.
2. Pembibitan adalah kegiatan budidaya menghasilkan bibit ternak untuk
keperluan sendiri atau untuk diperjual belikan.
3. Bibit ternak adalah semua hasil pemuliaan ternak yang memenuhi persyaratan
tertentu untuk dikembangbiakkan.
4. Benih adalah hasil pemuliaan ternak yang berupa mani (semen), sel (oocyt),
telur tetas dan embrio.
5. Mani (semen) adalah spermatozoa dan plasma seminalis yang berasal dari
pejantan yang dapat digunakan untuk proses pembuahan.
6. Embrio adalah hasil pembuahan sperma dan sel telur yang terjadi secara alami
maupun buatan.
7. Premodial Germ Cell adalah sel yang berpotensi menjadi embrio.
8. Ternak adalah hewan piara, yang kehidupannya meliputi tempat
perkembangbiakan serta manfaatnya diatur dan diawasi oleh manusia serta
dipelihara khusus sebagai penghasil bahan dan jasa yang berguna bagi
kepentingan hidup manusia.
9. Spesies adalah sekelompok ternak yang memiliki sifat-sifat genetik sama,
dalam kondisi alami dapat melakukan perkawinan dan menghasilkan
keturunan yang subur.
10. Rumpun adalah sekelompok ternak yang mempunyai ciri dan karakteristik
luar serta sifat keturunan yang sama dari satu spesies.
11. Galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu rumpun yang
dikembangkan untuk tujuan pemuliaan dan/atau karakteristik tertentu.
12. Sumberdaya genetik ternak adalah substansi yang terdapat dalam individu
suatu populasi rumpun ternak yang secara genetik unik yang terbentuk dalam
proses domestikasi dari masing-masing spesies, yang merupakan sumber sifat
keturunan yang mempunyai nilai potensial maupun nyata serta dapat
dimanfaatkan dan dikembangkan atau dirakit untuk menciptakan rumpun
atau galur unggul baru.
13. Ternak asli adalah ternak yang kerabat liarnya berasal dari dan proses
domestikasinya terjadi di Indonesia;
200
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
14. Ternak lokal adalah ternak hasil persilangan atau introduksi dari luar yang
telah dikembang-biakan di Indonesia sampai generasi kelima atau lebih yang
teradaptasi pada lingkungan dan atau manajemen setempat;
15. Pemuliaan ternak adalah rangkaian kegiatan untuk mengubah komposisi
genetik pada sekelompok ternak dari suatu rumpun atau galur guna mencapai
tujuan tertentu.
16. Wilayah sumber bibit ternak adalah suatu agroekosistem yang tidak dibatasi
oleh administrasi pemerintahan dan mempunyai potensi untuk
pengembangan bibit ternak dari spesies atau rumpun tertentu.
17. Pemurnian adalah upaya untuk mempertahankan rumpun dari jenis (spesies)
ternak tertentu.
18. Inbred adalah ternak murni hasil perkawinan silang dalam.
19. Uji Performans adalah metode pengujian untuk memilih ternak bibit
berdasarkan sifat kualitatif dan kuantitatif meliputi pengukuran, penimbangan
dan penilaian.
20. Uji Zuriat adalah metode pengujian untuk mengetahui mutu genetik calon
pejantan berdasarkan produksi anak betinanya.
21. Penetapan galur atau rumpun ternak adalah pengakuan pemerintah terhadap
suatu galur atau rumpun ternak yang telah ada di suatu wilayah sumber bibit
yang secara turun temurun dibudidayakan peternak dan menjadi milik
masyarakat.
22. Pelepasan galur atau rumpun ternak adalah pengakuan pemerintah terhadap
suatu galur atau rumpun ternak hasil pemuliaan di dalam negeri yang dapat
disebarluaskan.
23. Persilangan adalah cara perkawinan, dimana perkembangbiakan ternaknya
dilakukan melalui perkawinan antara hewan-hewan dari satu spesies tetapi
berlainan rumpun.
24. Inseminasi Buatan adalah teknik memasukkan mani/semen ke dalam alat
reproduksi ternak betina sehat untuk dapat membuahi sel telur dengan
menggunakan alat inseminasi dengan tujuan agar ternak bunting.
25. Transfer Embrio adalah kegiatan memasukan embrio ke dalam alat reproduksi
ternak betina sehat dengan teknik tertentu agar ternak bunting.
26. Teknologi Biologi Molekuler adalah teknologi yang memanfaatkan molekul
Deoxyribonucleic Acid (DNA) untuk menghasilkan individu yang membawa
sifat-sifat tertentu.
27. Standarisasi benih dan atau bibit adalah proses spesifikasi teknis benih dan
atau bibit yang dibakukan, disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang
terkait dengan memperhatikan syarat mutu genetik, syarat-syarat kesehatan
hewan dan masyarakat veteriner, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan
datang untuk memberi kepastian manfaat yang akan diperoleh.
201
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
28. Sertifikasi Benih dan atau Bibit adalah proses penerbitan sertifikat benih dan
atau bibit setelah melalui pemeriksaan, pengujian dan pengawasan serta
memenuhi semua persyaratan untuk diedarkan.
29. Pejabat Fungsional Pengawas Bibit Ternak adalah Pegawai Negeri Sipil yang
memenuhi syarat untuk melaksanakan tugas pengawasan bibit dan atau benih
ternak sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Pasal 2
(1) Sistem Perbibitan Ternak Nasional dimaksudkan untuk memberikan jaminan
kepada peternak untuk mendapatkan bibit unggul secara berkelanjutan.
(2) Sistem Perbibitan Ternak Nasional bertujuan untuk mengoptimalkan
keterkaitan dan saling ketergantungan pelaku pembibitan dalam upaya
penyediaan benih dan atau bibit ternak dalam jumlah, jenis dan mutu yang
sesuai dengan kebutuhan.
Pasal 3
Ruang lingkup Sistem Perbibitan Ternak Nasional meliputi
1. Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Ternak;
2. Pemuliaan Ternak;
3. Produksi dan Peredaran Benih dan Bibit Ternak;
4. Wilayah Sumber Bibit;
5. Kelembagaan Perbibitan;
6. Pemasukan dan Pengeluaran Benih dan atau Bibit Ternak;
7. Standarisasi dan Sertifikasi; dan
8. Pengawasan Benih dan atau Bibit Ternak.
BAB II
PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TERNAK
Pasal 4
(1) Pemanfaatan sumber daya genetik ternak untuk menghasilkan benih dan atau
bibit secara lestari dari suatu rumpun dan atau galur dapat dilakukan oleh
pemerintah, badan hukum dan atau perorangan.
(2) Sumber daya genetik ternak sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat berasal dari
sumber daya genetik ternak asli, lokal dan atau introduksi berasal dari luar
wilayah RI.
Pasal 5
Pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetik ternak asli, lokal dan atau
introduksi diatur dalam Peraturan Menteri tentang Pedoman Pelestarian dan
Pemanfaatan Sumberdaya Genetik Ternak.
202
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB III
PEMULIAAN TERNAK
Pasal 6
(1) Untuk menghasilkan benih dan atau bibit unggul dilakukan melalui pemuliaan.
(2) Pemuliaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi penentuan produk
yang diinginkan, penentuan tetua yang diperlukan, penentuan metode
pemuliaan, penetapan rumpun yang sudah ada, pelepasan rumpun/galur baru,
serta penerbitan sertifikat bibit ternak.
(3) Benih dan atau bibit unggul yang dihasilkan melalui pemuliaan dapat berupa
ternak, embrio, telur, semen, oocyt, dan atau premodial germ cell.
Pasal 7
Penentuan produk yang diinginkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)
dijadikan dasar pemilihan rumpun dan atau galur yang memiliki keunggulan
genetik individu terhadap produk tertentu yang diminati pasar serta
memperhatikan kaedah agama, etika dan estetika.
Pasal 8
Penentuan tetua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2), didasarkan pada
silsilah, catatan performans dan penilaian karakteristik (phenotype).
Pasal 9
(1) Metode pemuliaan dilakukan melalui seleksi, persilangan, pemurnian dan
atau kombinasi ketiganya.
(2) Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan melalui seleksi
individu, seleksi keluarga dan atau seleksi massa.
(3) Persilangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan melalui
silang luar dan atau silang antar rumpun dalam satu spesies ternak asli, lokal
dan atau introduksi.
(4) Pemurnian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui
perkawinan secara terus menerus dengan rumpun/galur dalam satu spesies
yang digunakan untuk pemurnian.
Pasal 10
Penetapan dan pelepasan rumpun dan atau galur ternak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (2) ditetapkan oleh Menteri Pertanian setelah mendapat
pertimbangan Komisi Bibit Ternak.
Pasal 11
203
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Sertifikat bibit ternak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) ditetapkan
berdasarkan silsilah, prestasi performans dan eksterior.
Pasal 12
Ternak yang dipergunakan untuk kegiatan pemuliaan dan perkembang-biakan
harus bebas dari penyakit hewan menular, cacat genetik, dan atau mempunyai
kelainan reproduksi.
Pasal 13
Kegiatan pemuliaan dan perkembangbiakan bibit ternak harus mengikuti
pedoman pembibitan ternak yang baik (Good Breeding Practice) yang ditetapkan
oleh Menteri.
BAB IV
PRODUKSI DAN PEREDARAN BENIH DAN BIBIT TERNAK
Pasal 14
(1) Bibit ternak yang diproduksi meliputi bibit dasar, bibit induk, dan bibit sebar.
(2) Bibit dasar (elite/foundation stock) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diperoleh dari proses seleksi rumpun atau galur yang mempunyai nilai
pemuliaan di atas nilai rata-rata.
(3) Bibit induk (breeding stock) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh
dari proses pengembangan bibit dasar.
(4) Bibit sebar (commercial stock) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh
dari proses pengembangan bibit induk.
Pasal 15
(1) Bibit ternak unggas dan babi yang diproduksi meliputi galur murni (Pure
Line), bibit buyut (Great Grand Parent Stock), bibit nenek (Grand Parent
Stock), bibit induk (Parent Stock), dan bibit sebar (Final Stock).
(2) Galur murni sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihasilkan dari seleksi
melalui proses silang dalam (inbreed) Sistem Perbibitan Ternak Nasional 12
(3) Bibit buyut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihasilkan dari seleksi
melalui proses persilangan antar galur murni
(4) Bibit nenek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihasilkan dari seleksi
melalui proses persilangan antar bibit buyut.
(5) Bibit induk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihasilkan dari seleksi
melalui proses persilangan antar bibit nenek.
(6) Bibit sebar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihasilkan melalui proses
persilangan antar bibit induk.
204
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 16
(1) Dalam rangka mempertahankan bibit dasar sebagai rumpun dan atau galur
murni, dilakukan usaha-usaha untuk menjaga kemurnian.
(2) Untuk menjaga kemurnian sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
perkembangbiakan bibit dasar dilakukan dengan mengawinkan di dalam
rumpun dan atau galur dengan menghindari terjadinya kawin antar keluarga.
(3) Pemanfaatan dan pengembangan bibit dasar melalui persilangan atau
teknologi biologi molekuler hanya dapat dilakukan di kawasan atau di lokasi
yang bukan wilayah sumber bibit, sepanjang tidak bertentangan dengan
kaedah-kaedah agama, sosial budaya dan keamanan hayati.
Pasal 17
(1) Pengembangan bibit ternak dapat dilakukan oleh lembaga pemerintah, badan
hukum, kelompok peternak dan atau perorangan.
(2) Pemerintah membina berkembangnya penangkar bibit di wilayah-wilayah
sumber bibit ternak.
(3) Perorangan warga negara asing dan atau badan hukum asing yang
melakukan pengembangan bibit dasar yang berasal dari sumber daya genetik
ternak asli atau lokal untuk tujuan komersial harus memperoleh ijin dari
Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
Pasal 18
(1) Pengembangan dan pemanfaatan ternak yang mengandung materi genetik
hasil pemuliaan ternak asli dan atau lokal dilakukan oleh Menteri, Gubernur
atau Bupati/Walikota.
(2) Pengembangan dan pemanfaatan ternak yang mengandung materi genetik
hasil pemuliaan ternak asli dan atau lokal untuk tujuan komersial dapat
dilakukan oleh badan hukum, asosiasi, koperasi peternak, setelah mendapat
ijin dari Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota.
(3) Badan hukum, asosiasi, koperasi peternak, sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) wajib membantu dalam kegiatan pengelolaan sumberdaya genetik ternak
kepada kelompok peternak yang melestarikannya.
Pasal 19
(1) Proses produksi bibit ternak harus dilakukan dengan memperhatikan aspek
kesehatan hewan, kesejahteraan hewan, kesehatan masyarakat veteriner,
bioetika dan kelestarian lingkungan.
(2) Bibit ternak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. ternak ruminansia besar, seperti sapi potong, sapi perah, dan kerbau;
b. ternak ruminansia kecil, seperti kambing dan domba;
205
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 20
(1) Semen yang diproduksi untuk diedarkan harus berasal dari pejantan dari
kelompok populasi bibit dasar dan atau telah dilakukan uji performans, uji
Sistem Perbibitan Ternak Nasional 14 zuriat dan atau mempunyai informasi
nilai pemuliaan tinggi yang berasal dari tetua dan atau saudara kandung, dan
atau saudara tiri.
(2) Embrio yang diproduksi untuk diedarkan harus berasal dari populasi bibit
dasar yang telah dilakukan uji performans, uji zuriat dan dikaitkan dengan
perbanyakan bibit.
(3) Rumpun atau galur pejantan introduksi yang dipergunakan untuk produksi
semen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan saran
pertimbangan dari Komisi Bibit Ternak Nasional.
BAB V
WILAYAH SUMBER BIBIT
Pasal 21
(1) Wilayah yang diidentifikasi memiliki potensi dan memenuhi kriteria sebagai
sumber bibit ditetapkan sebagai wilayah sumber bibit.
(2) Penetapan wilayah sumber bibit sebagaimana pada ayat (1) dilakukan :
a. Bupati/walikota apabila sebaran wilayahnya hanya terdapat dalam satu
kabupaten/kota.
b. Gubernur apabila sebaran wilayahnya lebih dari satu kabupaten/kota.
c. Menteri apabila sebaran wilayahnya terdapat lebih dari satu propinsi.
(3) Menteri menetapkan pedoman, tatacara, identifikasi potensi dan kriteria
wilayah sumber bibit.
Pasal 22
(1) Peternak, kelompok peternak, asosiasi, dan koperasi peternak yang
melakukan pembibitan di wilayah sumber bibit diberikan perlindungan hak
kekayaan sumberdaya genetik ternak baik yang bersifat individual maupun
komunal.
(2) Peternak, kelompok peternak, asosiasi, dan koperasi peternak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib melestarikan wilayah sumber bibit.
206
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 23
Bupati/Walikota, Gubernur wajib membina dan memfasilitasi peternak, kelompok
peternak, asosiasi, dan koperasi peternak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
ayat (1).
Pasal 24
Menteri memfasilitasi pengembangan wilayah sumber bibit sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) huruf c.
Pasal 25
(1) Di dalam wilayah sumber bibit ternak yang ditetapkan sebagai sumber bibit
ternak asli dan atau lokal dilakukan pemurnian.
(2) Pemurnian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh peternak,
kelompok peternak, asosiasi, dan koperasi peternak berdasarkan tatacara
pemurnian yang diatur dalam peraturan ini.
BAB VI
KELEMBAGAAN PERBIBITAN
Pasal 26
(1) Kelembagaan perbibitan meliputi lembaga pembibitan Pemerintah,
Pemerintah Daerah, asosiasi, swasta dan perorangan.
(2) Menteri menetapkan lembaga pembibitan pemerintah dalam bentuk unit
pelaksana teknis lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Pusat Penelitian
yang menjalankan tugas dan fungsi produksi benih dan atau bibit ternak
unggulan.
(3) Gubernur/Bupati/Walikota dapat membentuk lembaga pembibitan dalam
bentuk unit pelaksana teknis daerah berdasarkan sistem perbibitan nasional
yang berlaku.
(4) Asosiasi, swasta dan perorangan dapat membentuk lembaga pembibitan
menurut jenis komoditi ternak berdasarkan kewenangan yang dilimpahkan
oleh Menteri.
Pasal 27
(1) Komisi Bibit sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 merupakan lembaga yang
dibentuk oleh Menteri dengan maksud untuk memberikan saran dan
pertimbangan dalam hal kebijakan pemuliaan ternak dan penentuan rumpun,
bangsa dan atau galur, ras yang akan dikembangkan.
(2) Keanggotaan Komisi Bibit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
sekurang-kurangnya terdiri dari unsur-unsur yang mewakili instansi
207
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 28
(1) Pemerintah memfasilitasi berkembangnya lembaga pembibitan yang
dilakukan oleh asosiasi dan atau swasta dan atau
perorangan/kelompok/koperasi dalam usaha pembibitan di wilayah sumber
bibit.
(2) Fasilitas yang diberikan oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi bimbingan teknis, penerapan sistem pemuliaan ternak yang baik,
manajemen kesehatan hewan dan biosecurity, serta upaya meningkatkan
mutu bibit dengan bantuan sarana dan prasarana yang diperlukan.
(3) Menteri memberikan penghargaan kepada ilmuwan dan atau pegawai negeri
dan atau perorangan dan atau badan hukum yang berjasa dalam
mengembangkan dan atau memberikan bimbingan teknis pengembangan
kelembagaan perbibitan.
Pasal 29
(1) Menteri, Gubernur, dan atau Bupati/Walikota melaksanakan, mendorong dan
memfasilitasi kontes bibit dan pameran ternak.
(2) Kontes dan pameran ternak sebagaimana pada ayat (1) diselenggarakan di
tingkat Kabupaten/kota setiap tahun, di tingkat Propinsi sekurang-kurangnya
setiap dua tahun sekali dan di tingkat Nasional sekurang-kurangnya setiap
empat tahun sekali.
Pasal 30
(1) Menteri dapat menunjuk unit pelaksana teknis pembibitan/pembenihan atau
unit pelaksana teknis pembibitan/pembenihan daerah, asosiasi, swasta,
peternak, kelompok, dan atau koperasi peternak untuk mengeluarkan silsilah
bibit ternak (elite/dasar dan atau bibit induk).
(2) Penerbitan silsilah bibit ternak sebagaimana pada ayat (1) harus dilakukan
berdasarkan pencatatan/rekording yang sekurang-kurangnya memuat
asalusul, tanggal lahir, tanggal perkawinan tetuanya dan sifat-sifat penting
nilai pemuliaan masing-masing jenis ternak.
(3) Pencatatan/rekording sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didasarkan pada
Tatacara Pembibitan Yang Baik (GBP/Good Breeding Practise).
208
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB VII
PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH DAN ATAU BIBIT TERNAK
Pasal 31
(1) Menteri menetapkan jenis ternak dan negara asal dari benih/bibit yang boleh
dimasukan dari luar negeri ke dalam wilayah Indonesia berdasarkan standar
mutu, keamanan hayati, kesehatan hewan atau setelah dilakukan kontrol,
pemeriksaan dan pembuktian (Control Inspection and Approval - CIA) oleh
pejabat fungsional pengawas bibit ternak, tenaga medik veteriner atau pejabat
yang ditunjuk.
(2) Pemasukan benih dan atau bibit harus disertai sertifikat asal usul (pedigree),
sertifikat negara asal (certificate of origin), dan sertifikat kesehatan hewan
(certificate of animal health).
(3) Perorangan dan atau badan hukum yang akan memasukan benih dan atau
bibit wajib memperoleh persetujuan Menteri.
Pasal 32
(1) Menteri menetapkan jenis ternak dan daerah asal dari bibit yang boleh
dikeluarkan dari wilayah Indonesia ke luar negeri berdasarkan rekomendasi
Komisi Bibit Ternak.
(2) Komisi Bibit Ternak dalam memberikan rekomendasi harus memperhatikan :
a. Kebutuhan benih/bibit di wilayah sumber bibit dan atau di dalam negeri;
b. Status populasi ternak yang akan dikeluarkan;
c. Kepentingan nasional.
(3) Persyaratan pedigree, daerah asal, kesehatan hewan dari benih/bibit yang
dimaksud wajib dipenuhi sesuai dengan permintaan negara pengimpor.
(4) Perorangan dan atau badan hukum yang akan melakukan pengeluaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapat persetujuan Menteri.
Pasal 33
209
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Tata cara pemasukan benih/bibit dan atau pengeluaran bibit ternak sebagaimana
dimaksud masing-masing pada Pasal 31 dan Pasal 32 mengikuti ketentuan
peraturan perundang-undangan dibidang Kesehatan Hewan dan Karantina
Hewan.
BAB VIII
STANDARISASI DAN SERTIFIKASI
Pasal 34
(1) Standardisasi benih/bibit ternak dan sertifikasi lembaga perbenihan/perbibitan
dilaksanakan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku di
bidang Standarisasi, Sertifikasi dan Akreditasi Indonesia (SSAI).
(2) Apabila benih/bibit ternak dan atau lembaga perbenihan/perbibitan ternak
belum ditetapkan standar mutu dan atau akreditasinya, Menteri menetapkan
persyaratan teknis minimal benih/bibit dan lembaga pembibitan ternak yang
diakui sebagai produsen/penghasil benih/bibit.
(3) Penetapan persyaratan teknis minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
didasarkan atas rekomendasi Komisi Bibit Ternak.
BAB IX
PENGAWASAN BENIH DAN ATAU BIBIT TERNAK
Pasal 35
(1) Untuk menjamin penyelenggaraan sistem perbibitan ternak nasional
sebagaimana ditetapkan dalam peraturan ini perlu dilakukan pengawasan.
(2) Pengawasan yang dimaksud sebagaimana pada ayat (1) dilakukan mulai dari
pengelolaan sumberdaya genetik, pemuliaan, produksi dan peredaran,
wilayah sumber bibit, dan kelembagaan.
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh pejabat
fungsional pengawas bibit ternak sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(4) Apabila disuatu wilayah belum ada pejabat fungsional pengawas bibit ternak
maka Gubernur atau Bupati/Walikota menunjuk pejabat dilingkungan dinas
yang bertanggung jawab di bidang peternakan sebagai pelaksana
pengawasan bibit ternak.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 36
210
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Ketentuan pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan sistem perbibitan ternak yang
diajukan sebelum ditetapkannya Peraturan ini, tetap diproses sesuai dengan
ketentuan dalam Keputusan Menteri Pertanian Nomor 208/Kpts/OT.210/4/2001.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 37
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam pedoman ini akan ditetapkan sendiri
dalam Petunjuk Teknis Direktur Jenderal Peternakan.
Pasal 38
Dengan di tetapkannya Peraturan ini, maka Keputusan Menteri Pertanian Nomor
208/Kpts/OT.210/4/2001 tentang Pedoman Perbibitan ternak Nasional dinyatakan
tidak berlaku lagi.
Pasal 39
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 31 Agustus 2006
MENTERI PERTANIAN,
Ttd
ANTON APRIYANTONO
211
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
212
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
211
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
212
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 31 Agustus 2006
MENTERI PERTANIAN,
Ttd
ANTON APRIYANTONO
213
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1. Modal dasar bagi pembangunan subsektor peternakan di antaranya
adalah keanekaragaman sumberdaya hayati, khususnya sumberdaya
genetik ternak. Usaha peternakan di Indonesia membutuhkan
sumberdaya genetik ternak, sebagai bahan untuk merakit bibit ternak
unggul agar peternakan mampu berkembang secara maksimal. Oleh
karena itu, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya genetik ternak
tersebut perlu didukung oleh suatu pedoman yang dapat melindungi
potensi genetik ternak asli dan/atau ternak lokal serta kerabat liarnya,
baik ternak yang sudah dikembangkan maupun yang masih dipelihara
secara subsisten.
2. Keanekaragaman sumberdaya genetik ternak perlu dilestarikan, untuk
kemudian ditingkatkan potensinya dan dimanfaatkan secara
berkelanjutan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat,
ketersediaan bahan pangan, terciptanya lapangan kerja, dan
peningkatan devisa negara.
3. Dalam upaya menjamin pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya
genetik ternak secara berkelanjutan, diperlukan suatu kebijakan berupa
Pedoman Pelestarian dan Pemanfaatan Sumberdaya genetik Ternak.
214
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
1. Maksud.
Pedoman Pelestarian dan Pemanfaatan Sumberdaya genetik Ternak ini
dimaksudkan sebagai acuan bagi aparatur dan masyarakat untuk
melestarikan dan memanfaatkan sumberdaya genetik ternak dalam
menunjang pembangunan peternakan nasional.
2. Tujuan.
Pedoman ini bertujuan memberikan arah dalam pelaksanaan
pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya genetik ternak asli dan lokal
dalam rangka pembentukan dan penyediaan bibit ternak bermutu
secara berkelanjutan.
C. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup yang diatur dalam pedoman ini meliputi:
D. Pengertian.
Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan :
1. Sumberdaya genetik ternak adalah substansi yang terdapat dalam
individu suatu populasi rumpun ternak yang secara genetik, unik yang
terbentuk dalam proses domestikasi dari masing-masing spesies, yang
merupakan sumber sifat keturunan yang mempunyai nilai potensial
maupun nyata serta dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau
dirakit untuk menciptakan rumpun atau galur unggul baru.
2. Ternak asli adalah ternak yang kerabat liarnya berasal dari dan proses
domestikasinya terjadi di Indonesia.
3. Ternak lokal adalah ternak hasil persilangan atau introduksi dari luar
yang telah dikembangbiakan di Indonesia sampai generasi kelima atau
lebih yang telah teradaptasi pada lingkungan dan atau manajemen
setempat.
215
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
216
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
217
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
218
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
219
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
2. Pelestarian
a. Status populasi sumberdaya genetik ternak dengan kriteria tidak
aman ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat rekomendasi dari
Komisi Nasional Plasma Nutfah serta masukan secara tertulis dari
Komisi Daerah Plasma Nutfah dan atau dinas yang menangani
fungsi-fungsi teknis peternakan.
b. Pelestarian sumberdaya genetik ternak berstatus populasi
terancam atau populasi kritis dilakukan melalui
pengembangbiakan di lokasi yang sesuai dengan lingkungan
hidupnya atau dihabitatnya.
c. Pemerintah menyediakan anggaran untuk memfasilitasi
pelestarian sumberdaya genetik ternak berstatus populasi kritis
atau populasi terancam. Sedangkan anggaran untuk memfasilitasi
pelestarian sumberdaya genetik ternak berstatus populasi jarang
dan populasi rentan disediakan oleh Pemerintah Daerah.
d. Ketentuan mengenai pelestarian sumberdaya genetik ternak
spesifik-daerah, diatur oleh Gubernur atau Bupati/Walikota
dengan mengikuti pedoman ini.
e. Wilayah pelestarian sumberdaya genetik ternak ditetapkan oleh
Menteri setelah dilakukan pengkajian dan pengusulan oleh
Pejabat Eselon I terkait serta memperoleh rekomendasi dari
Gubernur atas dasar usulan tertulis dari Bupati/Walikota dengan
memperhatikan rekomendasi dari Komisi daerah plasma nutfah
atau dinas yang menangani fungsi-fungsi teknis peternakan.
f. Kajian dan usulan oleh pejabat eselon I sebagaimana dimaksud
pada angka C.2.e perlu memperhatikan rekomendasi dari Komisi
Nasional Plasma Nutfah.
g. Pengalihan penggunaan wilayah pelestarian sumberdaya genetik
ternak yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada angka
220
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
3. Pemanfaatan
a. Sumberdaya genetik ternak dengan status populasi tidak aman,
tidak boleh dimanfaatkan apabila diperkirakan dapat
membahayakan kemurnian dan kelestariannya.
b. Sumberdaya genetik ternak yang diperoleh melalui upaya
pencarian dan pengumpulan di dalam atau di luar habitatnya,
sebagian hasilnya harus diserahkan kepada pejabat yang ditunjuk
Menteri, dan selanjutnya disimpan dalam bank sumberdaya
genetik atau bentuk pelestarian lainnya.
c. Penelitian sumberdaya genetik ternak berstatus populasi kritis
atau populasi terancam dapat dilaksanakan oleh pemerintah atau
221
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
222
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
223
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
B. Pengawasan
224
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
VI. PENUTUP
Pedoman ini merupakan acuan bagi aparatur dan masyarakat yang
melakukan kegiatan di bidang pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya
genetik ternak nasional.
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam pedoman ini akan ditetapkan
tersendiri dalam petunjuk teknis Direktur Jenderal Peternakan.
MENTERI PERTANIAN,
Ttd
ANTON APRIYANTONO
225
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
225
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN;
Menetapkan :
226
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal, 17 Oktober 2006
MENTERI PERTANIAN,
Ttd
ANTON APRIYANTONO
227
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahwa perkembangan pemeliharaan/ budidaya unggas yang dilakukan
oleh perorangan maupun kelompok yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga, hobi, maupun untuk tujuan komersial banyak
dijumpai dipemukiman ditengah-tengah masyarakat dan disuatu lokasi
yang diperuntukkan secara khusus untuk usaha budidaya
unggas.Budidaya unggas ini semakin didorong oleh pemerintah untuk
dapat berkembang lebih baik lagi dengan harapan dapat mencukupi
kebutuhan protein hewani, peningkatan lapangan kerja, pendapatan
peternak dan peningkatan devisa negara.
228
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(AI) yang terdapat pada unggas atau media lainnya disekitar lokasi
pemeliharaan. Oleh karena itu dalam upaya menghindari kemungkinan
terjadinya penyakit Avian Influenza (AI) pada unggas yang dipelihara di
pemukiman, diperlukan pedoman pemeliharaan unggas di pemukiman.
1. Maksud
Maksud ditetapkannya pedoman ini yaitu sebagai acuan bagi perorangan
dalam pemeliharaan unggas di pemukiman dan bagi dinas yang
membidangi fungsi peternakan sebagai pedoman dalam melakukan
pembinaan, bimbingan, dan pengawasan dalam rangka pemeliharaan
unggas di pemukiman.
2. Tujuan
Tujuan ditetapkannya pedoman ini adalah agar dapat dihindari
kemungkinan terjadinya penyakit Avian Influenza pada unggas yang
dipelihara di pemukiman.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang diatur dalam pedoman ini meliputi,
1. Persyaratan Pemeliharaan unggas di pemukiman
2. Tindakan yang harus dilakukan apabila terjadi kasus Avian Influenza
3. Pembinaan dan Pengawasan.
D Pengertian
Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan,
1. Pemukiman adalah lokasi dimana penduduk bertempat tinggal dan
bersosialisasi baik di perkotaan maupun di pedesaan.
2. Biosekuriti adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama
untuk pengendalian wabah dan dilakukan untuk mencegah semua
kemungkinan kontak/penularan dengan peternakan tertular dan
penyebaran penyakit.
3. Desinfektan adalah bahan penghapus hama
4. Disinfeksi adalah tindakan pensucihamaan secara tepat dan cermat
terhadap pakan, tempat pakan/air minum, semua peralatan, pakaian
pekerja kandang, alas kaki, kendaraan dan bahan lain yang tercemar,
bangunan kandang yang bersentuhan dengan unggas, kandang/ tempat
penampungan unggas, permukaan jalan menuju peternakan/
kandang/tempat penampungan unggas.
229
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
230
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
231
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
1. Pembinaan
Pembinaan pemeliharaan unggas di pemukiman ditujukan untuk
meningkatkan, mengarahkan dan mengkoordinasikan pelaksanaan
program pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan menular
Avian Influenza (AI) terutama terhadap pemeliharaan/ budidaya unggas
yang dilakukan oleh perorangan/ kelompok di pemukiman.
3. Pengawasan
Pengawasan dilakukan terhadap teknis pemeliharaan/budidaya,
persyaratan higiene dan sanitasi lingkungan, pelaksanaan tindakan
biosekuriti dan penanganan terhadap kesehatan hewan/kesehatan
masyarakat veteriner.Pada prinsipnya tanggung jawab pengawasan
berada pada aparatur dinas peternakan atau dinas yang menangani fungsi
peternakan dan kesehatan hewan setempat, dengan melibatkan peran
serta dan partisipasi aktif dari masyarakat. Pengawasan dilakukan secara
berkala setiap 3 (tiga) bulan sekali, kecuali apabila ditemukan terjadinya
kasus maka petugas yang bertanggungjawab melakukan pengawasan dan
atau masyarakat yang mengetahui terjadinya kasus tersebut harus segera
melaporkan kepada Kepala Dinas peternakan, petugas Kantor Cabang
Dinas (KCD) Peternakan di Kecamatan, Pos Kesehatan Hewan
232
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
V. PENUTUP
Pedoman ini bersifat dinamis dan akan disesuaikan kembali apabila terjadi
perubahan sesuai dengan perkembangan IPTEK dan kebutuhan masyarakat.
MENTERI PERTANIAN
ttd
ANTON APRIYANTONO
233
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
233
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
234
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KESATU : Pedoman Berlaboratorium Veteriner Yang Baik (Good Veterinary
Laboratory Practice) seperti tercantum pada Lampiran sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
KEDUA : Pedoman Berlaboratorium Veteriner Yang Baik (Good Veteinary
Laboratory Practice) sebagaimana dimaksud pada Diktum
KESATU sebagai acuan bagi Laboratorium Veteriner dalam
melakukan pemeriksaan, penyidikan dan pengujian.
KETIGA : Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 10 Mei 2007
MENTERI PERTANIAN,
ttd.
ANTON APRIYANTONO
235
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahwa tindakan perlindungan terhadap kehidupan dan kesehatan hewan
serta tumbuhan dari ancaman masuk dan menyebarnya penyakit,
kerusakan lingkungan dan kontaminasi/pencemaran mikroba dan bahan
kimia pada produk hewan merupakan tanggung jawab setiap negara. Hal
tersebut telah menjadi isu sentral dalam perdagangan, baik pada negara
maju maupun negara sedang berkembang, karena hanya komoditas produk
hewan yang aman serta tidak memberikan dampak negatif bagi lingkungan
dan berasal dari hewan yang sehat, yang akan mampu bersaing dan
memiliki keunggulan kompetitif di pasar internasional.
Bahwa produk hewan sebagai pangan asal hewan merupakan produk yang
sifatnya mudah rusak (perishable food) dan sangat berpotensi menimbulkan
bahaya (potentially hazardous food) bagi kesehatan konsumen, maka perlu
dilakukan pemeriksaan, penyidikan, dan pengujian laboratorium, untuk
membuktikan bahwa hewan dalam keadaan sehat dan produknya aman,
sehat, utuh dan halal. Kegiatan pemeriksaan, penyidikan dan pengujian di
laboratorium, selain diperlukan untuk menjamin keabsahan hasil uji
diperlukan juga untuk menjamin keselamatan atau keamanan kerja
236
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengaturan pedoman ini meliputi manajemen sistem mutu,
pelporan, pembinaan dan pengawasan.
D. Pengertian
Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan :
1. Laboratorium adalah lembaga yang melaksanakan kegiatan
pemeriksaan, penyidikan, dan pengujian mutu produk hewan.
2. Berlaboratorium adalah rangkaian kegiatan yang menggunakan fasilitas
laboratorium untuk tujuan pemeriksaan, penyidikan, dan pengujian
yang meliputikegiatan penerimaan contoh/sampel, pengiriman
contoh/sampel, penanganan contoh/sampel, pengujian, pengamatan
237
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
238
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
239
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
B. Persyaratan Teknis
Setiap kegiatan berlaboratorium yang melakukan pemeriksaan,
penyidikan, dan pengujian terhadap kesehatan hewan dan produknya
harus memenuhi persyaratan teknis meliputi :
240
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
241
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
3. Peralatan
Peralatan yang dipergunakan dalam pemeriksaan, penyidikan, dan
pengujian harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) disesuaikan dengan ruang lingkup pemeriksaan, penyidikan, dan
pengujian;
b) ketelusuran (traceability), dan dikalibrasi secara berkala;
c) dipelihara dan ditempatkan pada tempat yang sesuai dengan
fungsinya;
d) dilengkapi dengan petunjuk penggunaan alat dan buku catatan
pemakaian;
e) mempunyai penanggungjawab sesuai jenis dan fungsi peralatannya;
f) dioperasionalkan oleh petugas yang memiliki kompentensi sesuai
bidangnya;
g) dibersihkan dan dikembalikan pada tempatnya dan disesuaikan
dengan kondisi semula;
h) prosedur pemeliharaan dan pemakaian harus didokumentasikan;
i) mempunyai rekaman untuk setiap jenis peralatan mencakup
spesifikasi dan informasi dari produsen mengenai, pembuat alat,
nama peralatan, nama pabrik, identitas jenis dan nomor seri,
letaknya pada saat ini kondisi saat diterima, petunjuk penggunaan
manual data perusahaan pembuat alat; dan
j) mencantumkan tanggal hasil kalibrasi, jadual rencana pemeliharaan
yang akan dilakukan serta riwayat terjadinya kerusakan dan atau
perbaikan peralatan yang telah dilakukan.
4. Metoda Pengujian dan Validasi Metoda.
Metoda yang dipergunakan untuk pemeriksaan, penyidikan, dan
pengujian termasuk validasinya harus:
a) disesuaikan dengan ruang lingkup kegiatan pemeriksaan,
penyidikan, dan pengujian, serta tersedia di laboratorium;
b) metoda resmi/standar seperti Standar Nasional Indonesia (SNI) dan
Standar Internasional yang berlaku atau metoda yang sudah
dipublikasikan, dan diverifikasi terlebih dahulu sebelum
diterapkan; dan
c) melakukan validasi terlebih dahulu apabila menggunakan metoda
tidak resmi.
242
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
243
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
C. Mekanisme Kerja
1. Pengambilan Contoh/Sampel
Pengambilan contoh/sampel merupakan proses penetapan bagian atau
unit dari lot produksi hewan, Contoh/sampel harus mewakili
kumpulan produk yang akan diuji. Oleh karena itu, pengambilan
contoh/sampel yang diperlukan untuk pemeriksaan, penyidikan, dan
pengujian harus mempertimbangkan :
a) Perencanaan Pengambilan Contoh/Sampel meliputi :
1) tujuan pengambilan contoh/sampel;
2) tipe/jenis produk;
3) ukuran kelompok, jumlah unit produksi, waktu produksi,
kemasan dan pengiriman;
4) sifat, kondisi dan ketahanan contoh/sampel;
5) tingkat bahaya bagi manusia (kritis, mayor, minor).
b) Petugas Pengambil Contoh (PPC)
Petugas yang melakukan pengambilan contoh harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1) terampil dan perlatih dalam melakukan kegiatan pengambilan
contoh untuk kegiatan pemeriksaan, penyidikan, dan
pengujian; dan
2) memahami prosedur pengambilan, penanganan, dan
pengiriman contoh.
c) Instruksi Kerja Pengambilan Contoh Sebelum pengambilan contoh
dilakukan, maka petugas :
1) mempersiapkan dan memakai perlengkapan pengambilan
contoh;
2) mempersiapkan peralatan pengambilan contoh yang steril; dan
3) menghindari terjadinya pencemaran.
244
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
245
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
3. Pelaporan Hasil
a) setiap hasil pemeriksaan, penyidikan dan pengujian produk hewan
yang dilaksanakan oleh laboratorium harus dilaporkan secara rinci
yang berisi informasi sebagai berikut:
1) judul (misalnya”laporan Hasil Uji”, sertifikat pengujian);
2) nama dan alamat laboratorium;
3) identifikasi khusus dari sertifikat atau laporan (seperti nomor
seri);
4) nama dan alamat pengirim contoh;
5) sifat dan kondisi contoh (identitas sampel/contoh);
6) tanggal penerimaan sampel/contoh, tanggal pelaksanaan uji;
7) acuan prosedur pengambilan contoh;
8) metoda pengujian;
9) interpretasi terhadap hasil uji apabila diperlukan;
10) tanda tangan dari penanggungjawab teknis/penguji atas
sertifikat/laporan hasil uji dan diketahui oleh
Kepala/Penanggung-jawab Laboratorium;
11) pernyataan dari penanggungjawab laboratorium yang
menerangkan bahwa sertifikat atau laporan hasil uji tidak boleh
digandakan tanpa persetujuan tertulis dari penanggungjawab
laboratorium.
b) didokumentasikan, termasuk hasil pemeriksaan, penyidikan, dan
pengujian serta hasil validasinya.
246
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
247
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
248
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
249
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
250
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
251
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
252
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
253
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
b) Toksik
Efek toksik pada tubuh manusia dibagi dua, yakni akut dan
kronis, efek akut adalah pengaruh sejumlah dosis tertentu yang
akibatnya dapat dirasakan dalam waktu yang pendek
(keracunan phenol dapat menyebabkan diare dan keracunan CO
dapat menimbulkan hilang kesadaran atau kematian dalam
waktu pendek yaitu detik, menit, jam). Kronis adalah akibat
keracunan bahanbahan kimia dalam dosis kecil secara terus
menerus dan efeknya baru dapat dirasakan dalam jangka
panjang (minggu, bulan, tahun). Menghirup uap benzena dan
senyawa hidrokarbon terkhlorinasi (khlorofon, karbon tetra
khlorida) dalam kadar rendah tetapi terus menerus akan
menimbulkan penyakit hati (lever, setelah beberapa tahun) serta
uap timbal akan menimbulkan kerusakan dalam darah.
c) Cara penanganan
254
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
255
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
256
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
b) Syarat penyimpanan
1. ruang dingin dan berventilasi;
2. jauhkan/hindari dari sumber api atau panas, terutama
loncatan api listrik dan bara rokok; dan
257
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
258
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Terhadap Air :
1. ruang dingin, kering dan berventilasi;
2. jauhkan dari sumber api atau panas;
3. bangunan kedap air; dan
4. sediakan pemadam kebakaran tanpa air (CO2, Halon, Dry
Powder)
Terhadap Asam;
1. ruang dingin dan berventilasi;
2. jauhkan dari sumber api, panas dan asam;
3. ruangan penyimpanan perlu didesain agar tidak
memungkinkan terbentuknya kantong-kantong hidrogen.
4. sediakan alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan,
pakaian kerja.
259
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
6. Kecelakaan Kerja
Apabila terjadi kecelakaan kerja yang menimpa petugas laboratorium pada
saat melakukan pekerjaan di laboratorium segera lakukan tindakan sebagai
berikut :
260
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
III. PELAPORAN
Pengelola laboratorium veteriner Pemerintah yang berada di kabupaten/kota
harus melakukan pelaporan secara berkala setiap 3 (tiga) bulan sekali
mengenai hasil pemeriksaan, pengamatan, penyidikan, dan pengujian kepada
Bupati/Walikota setempat dengan tembusan kepada Gubernur dan Direktur
Jenderal Peternakan c.q. Direktur Kesehatan Hewan dan Direktur Kesehatan
Masyarakat Veteriner.
Pengelola laboratorium veteriner Pemerintah yang berada di provinsi harus
melakukan pelaporan secara berkala setiap 3 (tiga) bulan sekali mengenai hasil
pemeriksaan, pengamatan, penyidikan, dan pengujian kepada Gubernur
setempat dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Peternakan.
Pelaporan kegiatan penyidikan penyakit hewan, dan pengamatan (surveilans)
dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan atau sewaktuwaktu apabila
diperlukan oleh Direktur Jenderal Peternakan.
261
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
V. PENUTUP
Pedoman ini ditetapkan sebagai acuan dalam Berlaboratorium Yang Baik di
Laboratorium Veteriner bagi petugas laboratorium dalam melakukan
pemeriksaan, penyidikan, dan pengujian di bidang kesehatan hewan dan
kesehatan masyarakat veteriner.
Pedoman ini bersifat dinamis dan akan disesuaikan kembali apabila terjadi
perubahan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
MENTERI PERTANIAN,
ttd.
ANTON APRIYANTONO
262
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
260
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
261
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 September 2007
MENTERI PERTANIAN,
Ttd
ANTON APRIYANTONO
262
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pakan merupakan salah satu faktor penting dan strategis dalam menentukan
tingkat produksi dan produktivitas ternak. Sebagai salah satu faktor penting
dan strategis tersebut pakan harus tetap dijaga dan dijamin mutunya sehingga
mampu mendukung kebijakan pemerintah di bidang peningkatan produksi
dan produktivitas ternak dimaksud.
263
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengaturan ini meliputi: Pengawas Mutu Pakan; Rencana
Pengawasan; Lokasi dan Obyek Pengawasan; Tatacara dan Teknik
Pengambilan Sampel; Tatacara Pengawasan dan Tindak Lanjut Hasil
Pengawasan; serta Pelaporan.
D. Pengertian
Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan:
1. Pakan adalah campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang
sudah lengkap maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara
khusus untuk dapat dipergunakan sebagai pakan sesuai dengan jenis
ternaknya.
2. Bahan baku pakan adalah bahan-bahan hasil pertanian, perikanan,
peternakan atau bahan lainnya yang layak dipergunakan sebagai pakan,
baik yang telah diolah maupun yang belum diolah.
3. Konsentrat adalah pakan yang kaya akan sumber protein dan atau sumber
energi, serta dapat mengandung pelengkap pakan dan atau imbuhan
pakan.
4. Pelengkap pakan (feed supplement) adalah suatu zat yang secara alami
sudah terkandung dalam pakan, tetapi jumlahnya perlu ditingkatkan
dengan menambahkannya dalam pakan.
5. Imbuhan pakan (feed additive) adalah suatu zat yang secara alami tidak
terdapat pada pakan, yang tujuan pemakaiannya terutama sebagai
pemacu produk ternak.
6. Pengawasan mutu pakan adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengawasi pembuatan dan peredaran bahan baku pakan dan pakan
264
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
dengan tujuan agar pakan yang dibuat dan diedarkan memenuhi standar
mutu yang telah ditetapkan.
7. Pengawas mutu pakan adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi
tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat
yang berwenang untuk melakukan kegiatan pengawasan mutu bahan
baku pakan dan pakan.
8. Mutu pakan adalah kesesuaian pakan terhadap dipenuhinya persyaratan
Standar Nasional Indonesia (SNI) atau Persyaratan Teknis Minimal (PTM)
yang ditetapkan.
9. Pembuatan pakan adalah kegiatan mencampur dan mengolah berbagai
bahan baku pakan untuk dijadikan pakan.
10. Penyimpanan pakan adalah kegiatan dan tatacara menyimpan bahan
baku pakan dan atau pakan yang memenuhi persyaratan teknis yang telah
ditetapkan.
11. Peredaran pakan adalah kegiatan yang meliputi pengangkutan,
penyerahan dan penyimpanan bahan baku pakan dan atau pakan untuk
diperjual belikan atau dipergunakan sendiri.
12. Cemaran pakan adalah bahan/zat asing yang terdapat dalam bahan baku
pakan dan atau pakan yang dapat mengakibatkan turunnya mutu dan
atau mengganggu kesehatan ternak.
13. Etiket atau label pakan adalah setiap keterangan mengenai pakan yang
berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang
disertakan pada pakan, dimasukkan kedalam, ditempelkan pada, atau
merupakan bagian dari kemasan.
14. Pemalsuan pakan adalah perbuatan yang dilakukan secara sengaja oleh
perorangan atau badan hukum dengan menambahkan dan atau
mengurangi bahan/zat lain ke dalam pakan dan atau meniru etiket/label
pakan dan atau kemasan sehingga pakan, etiket/label pakan, dan atau
kemasan pakan seolah-olah seperti aslinya.
15. Sampel bahan baku pakan dan pakan adalah sejumlah bahan baku pakan
dan pakan yang diambil sewaktu-waktu dari lokasi produsen, distributor,
agen, pengecer atau peternak untuk dilakukan pengujian dalam rangka
pengawasan mutu bahan baku pakan dan pakan.
BAB II
PENGAWAS MUTU PAKAN
A. Persyaratan Pengawas
1. Pengawasan mutu pakan hanya dapat dilakukan oleh Pejabat Fungsional
Pengawas Mutu Pakan. Apabila di suatu Dinas yang membidangi fungsi
265
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
266
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
267
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
268
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB III
RENCANA PENGAWASAN
Setiap pengawas mutu pakan wajib membuat rencana kerja tahunan pengawasan
yang dirinci dalam kegiatan bulanan, yang mencakup jadual, lokasi, jumlah
produsen, distributor, agen, pengecer, peternak/pengguna yang akan dikunjungi
serta rencana biaya yang diperlukan.
BAB IV
LOKASI DAN OBYEK PENGAWASAN
A. Lokasi Pengawasan
269
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
B. Obyek Pengawasan
Pengawasan dilakukan terhadap mutu pakan dan bahan baku pakan yang
dipergunakan untuk menyusun formula pakan, yang meliputi:
1. Sarana produksi, proses produksi, pengemasan, labelisasi serta tempat
penyimpanan pakan dan bahan baku pakan;
2. Proses produksi dan tempat penyimpanan pakan;
3. Sarana dan tempat penyimpanan pakan dan bahan baku pakan pada
distributor/agen/pengecer, peternak/pengguna, dan alat transportasi
pengangkut pakan;
4. Dokumen perizinan usaha pada produsen, distributor/agen/pengecer;
5. Sarana penyimpanan dan penggunaan pakan dan bahan baku pakan pada
peternak/pengguna.
BAB V
TATA CARA DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
270
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB VI
TATA CARA PENGAWASAN DAN TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN
2. Pengawasan Langsung
Pengawasan langsung dapat dilakukan secara periodik sesuai dengan
rencana kerja yang telah dibuat dan disetujui oleh pejabat yang berwenang
dan/atau sewaktu-waktu apabila ada kasus.
271
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
272
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
273
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB VII
LAIN-LAIN
BAB VIII
PELAPORAN
274
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pengawas mutu pakan wajib membuat laporan hasil pengawasan secara berkala
setiap 3 (tiga) bulan sekali, sesuai obyek yang diawasi dan hasil analisa sampel
yang diambil. Pengawas mutu pakan melaporkan hasil pengawasan tersebut
kepada Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan
hewan di provinsi, dan kabupaten/kota.
BABIX
KETENTUAN PERALIHAN
Pengawas mutu pakan yang pada saat ditetapkannya Pedoman ini masih
melaksanakan tugasnya sebagai pengawas mutu pakan, masih tetap berwenang
melaksanakan pengawasan mutu pakan sampai ditetapkan kembali oleh pejabat
yang berwenang menunjuk/mengangkat dan memberhentikan pengawas mutu
pakan.
BAB X
PENUTUP
Pedoman ini bersifat dinamis dan akan disesuaikan kembali sesuai dengan
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) serta kebutuhan
masyarakat.
MENTERI PERTANIAN,
Ttd
ANTON APRIYANTONO
275
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
275
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
276
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KESATU : Pedoman Penataan Kompartemen dan Penataan Zona Usaha
Perunggasan, seperti tercantum pada Lampiran sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.
KEDUA : Pedoman Penataan Kompartemen dan Penataan Zona Usaha
Perunggasan sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU
merupakan dasar bagi pemberian pelayanan, pelaksanaan,
pembinaan, dan pengembangan usaha perunggasan.
KETIGA : Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
277
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 30 Mei 2008
MENTERI PERTANIAN,
ttd
ANTON APRIYANTONO
278
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri perunggasan saat ini masih mengalami permasalahan yang serius
dengan merebaknya penyakit Avian Influenza (AI) di hampir seluruh wilayah
Indonesia. Avian Influenza (AI) merupakan penyakit unggasyang sangat
menular, mematikan dan bersifat zoonosis. Selain itu penyakit ini dapat
menyebabkan kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh kematian dan
pemusnahan unggas.
279
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Oleh karena itu agar proses penataan kompartemen dan penataan zona usaha
perunggasan dapat dilaksanakan, dipandang perlu menetapkan pedoman
penataan kompartemen dan penataan zona usaha perunggasan.
280
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang diatur dalam Pedoman ini meliputi penataan
kompartemen; penataan zona; pengawasan dan pelaporan, serta
pemberdayaan masyarakat.
D. Pengertian
Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan:
1. Kompartemen adalah suatu peternakan dan lingkungannya yang terdiri
dari satu kelompok unggas atau lebih yang memiliki status kesehatan
hewan.
2. Penataan Kompartemen adalah serangkaian kegiatan untuk
mengkondisikan suatu usaha peternakan unggas agar memiliki status
kesehatan hewan melalui penerapan cara pembibitan ternak yang baik dan
cara budidaya ternak yang baik.
3. Zona adalah suatu kawasan peternakan dalam satu kabupaten/kota atau
meliputi beberapa kabupaten/kota yang memiliki status kesehatan hewan.
4. Penataan zona adalah serangkaian kegiatan untuk mengkondisikan suatu
zona agar memiliki status kesehatan hewan.
5. Penilai adalah petugas yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Peternakan
untuk melakukan kegiatan penilaian termasuk surveilans.
6. Penilaian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh penilai
terhadap dipenuhiny persyaratan penataan kompartemen dan penataan
zona usaha perunggasan.
7. Usaha Perunggasan adalah serangkaian kegiatan usaha yang dijalankan
secara teratur untuk tujuan komersial yang meliputi kegiatan
menghasilkan benih dan bibit unggas, ternak unggas, daging dan telur.
8. Cara Pembibitan Ternak Yang Baik (Good Breeding Practice) yang
selanjutnya disingkat GBP, adalah kegiatan perbibitan yang dilakukan
secara baik sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan untuk
menghasilkan bibit.
281
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB II
PENATAAN KOMPARTEMEN
A. Tahap Persiapan
Tahap persiapan penataan kompartemen harus dipenuhi oleh pelaku usaha
perunggasan. Tahap persiapan ini meliputi: permohonan penilaian, syarat-
syarat permohonan dan tata cara permohonan.
282
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
1. Permohonan Penilaian
Pelaku usaha perunggasan mengajukan permohonan penilaian kepada
Direktur Jenderal Peternakan.
2. Syarat-syarat Permohonan
Pelaku usaha perunggasan yang mengajukan permohonan penilaian harus
memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis.
a) persyaratan administrasi meliputi:
1) surat permohonan;
2) akte pendirian/legalitas hukum perusahaan;
3) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
4) Surat Keputusan Bupati/Walikota/Kepala Dinas tentang Izin Usaha
Peternakan.
b) persyaratan teknis meliputi:
1) bagi usaha pembibitan unggas, telah menerapkan Pedoman Cara
Pembibitan Unggas Yang Baik (Good Breeding Practices) dengan
melampirkan kelengkapan manual panduan mutu, berupa
pedoman baku atau prosedur tetap yang mengatur tatalaksana
produksi dan kesehatan ternak, termasuk pemilihan bibit bibit,
pemberian pakan, biosekkuriti, program vaksinasi, dan lain-lain;
2) bagi usaha peternakan unggas komersial telah menerapkan
Pedoman Budidaya Unggas Yang Baik (Good Farming Practices)
dengan melampirkan kelengkapan manual panduan mutu;
3) bagi usaha pembibita dan usaha peternakan unggas komersial
tersebut, telah memiliki manual pengawasan internal berupa
prosedur tetap pengawasan pada titik kritis, untuk memantau dan
mengetahui bahwa proses manajemen usaha peternakan tersebut
telah berjalan dengan semestinya.
283
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
B. Pelaksanaan
Pemohon yang telah memenuhi persyaratan, selanjutnya dilakukan penilaian
terhadap proses penataan kompartemen oleh Tim Penilai dan penilaian
tersebut dilakukan terhadap :
1. Dipenuhinya persyaratan penerapan Cara Pembibitan Unggas yang Baik
(Good Breeding Practice), dan Cara Budidya Unggas yang Baik (Good
Farming Practices), yang antara lain meliputi aspek manajemen (bibit,
pakan, obat dan teknologi), kesehatan hewan, biosekuriti dan pengendalian
limbah
2. Apabila penerapan Cara Pembibitan Unggas yang Baik (Good Breeding
Practice), dan Cara Budidaya Unggas yang Baik (Good Farming Practice)
telah dilakukan, maka dilanjutkan dengan kegiatan surveilans.
3. Surveilans tersebut diawali dengan pengambilan sampel pada peternakan
unggas sesuai dengan kaidah kesehatan hewan baik yang melakukan
vaksinasi maupun yang tidak melakukan vaksinasi. Sampel yang diambil
berupa darah/serum untuk uji serologik dan preparat usap
kloaka/tenggorakan untuk isolasi virus, dengan tahapansebagai berikut :
a) jumlah sampel darah merujuk pada tabel tingkat kepercayaan yang
tidak melakukan vaksinasi dengan ketentuan :
1) jumlah sampel darah merujuk pada tabel tingkat kepercayaan (TK)
95% dengan asumsi prevalensi 20% (10-20 sampel serum per flok).
2) apabila ada sero positif, maka usap kloaka/tenggorokan harus
diambil dengan ketentuan;
- jumlah sampel dengan TK 95% dengan asumsi prevalensi 2% (100
per flok).
- sampel usap kloaka di kumpulkan (pooled) 5 sampel per botol.
b) pengumpulan data surveilans pada usaha perunggasan yang
melakukan vaksinasi dengan ketentuan :
1) dilakukan pada seluruh flok yang divaksin dengan interval waktu
pengambilan paling lambat 6 bulan.
2) pada flok yang divaksin minimum sampel darah/serum dan usap
kloaka yang harus diambil 14 ekor per flok.
284
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
285
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
2. Surat Keterangan Bebas Kasus Penyakit Avian Influenza (AI Case Free
Certificate) yaitu Surat Keterangan yang diterbitkan untuk kompartemen
yang berdasarkan hasil surveilans bebas kasus AI dan masih melakukan
vaksinasi.
3. Surat Keterangan Bebas AI (AI Free Certificate) yaitu Surat Keterangan yang
diterbitkan untuk kompartemen yang berdasarkan hasil surveilans
dinyatakan negatif AI, yang paling kurang dalam waktu 6 (enam) bulan
terakhir tidak melakukan vaksinasi.
Surat Keterangan Bebas Kasus Penyakit Avian Influenza (AI Case Free
Certificate) dan Surat Keterangan Bebas AI (AI Free Certificate) dapat diperoleh
setelah terlebih dahulu kompartemen memperoleh sertifikat GBP dan/atau GFP.
Sertifikat tersebut berlaku selama 1 (satu) tahun sejak tanggal diterbitkan.
Pemberian Surat Keterangan GBP dan/atau GFP, Surat Keterangan Bebas Kasus
Penyakit Avian Influenza (AI Case Free Certificate) dan Surat Keterangan
Bebas AI (AI Free Certificate) dalam pelaksanaannya didelegasikan kepada
Direktur Jenderal Peternakan.
BAB III
PENATAAN ZONA
Penataan zona dilakukan di setiap kawasan usaha perunggasan agar unggas dan
produk unggas yabg dihasilkan memenuhi persyaratan keamanan dan kualitas
mutu unggas dan produk unggas. Untuk dapat memenuhi persyaratan tersebut
dilakukan melalui penerapan Cara Budidaya Unggas yang Baik (Good Farming
Practice). Penerapan Cara Budidaya Unggas yang Baik tersebut dilakukan pada :
usaha peternakan unggas komesial dan budidaya unggas di masyarakat. Penataan
286
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
A. Tahap Persiapan
Tahap persiapan terdiri dari :
1. Persyaratan Penetapan Zona
Syarat-syarat penetapan zona sebagai berikut:
a) zona berdasarkan unit epidemiologik yang mempunyai batas alam;
b) zona diprioritaskan pada sekitar kompartemen;
c) di dalam zona terdapat peternakan unggas mandiri, plasma ayam ras,
kelompok unggas lokal, pemeliharaan unggas backyard dan/atau
unggas kesayangan.
d) Zona yang akan ditetapkan memiliki data dan informasi yang lengkap
mengenai profil perunggasan.
B. Pelaksanaan
287
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
1. Sosialisasi
Sosialisasi dilakukan oleh Dinas setempat dengan melibatkan seluruh
masyarakat serta instansi terkait. Materi sosialisasi meliputi pelaksanaan
pedoman Cara Budidaya Unggas yang Baik (Good Farming Practice),
pengendalian dan pemberantasan AI, serta peraturan perundang-undangan
terkait.
2. Penataan
a) pada daerah penyangga tidak terdapat peternakan skala
kecil/menengah atau pemeliharaan unggas di pekarangan permukiman
penduduk atau tempat penampungan limbah;
b) Dinas melakukan koordinasi dengan perusahaan peternakan unggas
untuk melakukan pemberdayaan masyarakat di daerah penyangga
melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) atau program
program perusahaan lainnya;
c) Zona diluar daerah penyangga dilakukan pengandangan unggas;
d) Dalam hal zona yang tidak terdapat kompartemen dapat dilakukan
sebagai berikut:
1) pemerintah daerah menyediakan kawasan khusus budidaya
unggas yang terpisah dari permukiman;
2) pengandangan unggas melalui program penataan perunggasan di
permukiman.
e) Dinas melakukan pembinaan teknis kepada peternak unggas melalui
kelompok peternak mengenai Cara Budidaya Ternak yang Baik (Good
Farming Practice/GFP).
3. Surveilans
Surveilans dilakukan mulai pada saat penataan zona dan setelah penataan
zona secara berkala. Surveilans dilakukan berdasarkan sero surveilans.
Unit epidemilogis terkecil di dalam zona harus tetap di monitor secara terus
menerus dan berkesinambungan terhadap kemungkinan adanya virus AI
untuk menghindari terjadinya penyebaran penyakit AI.
288
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
2) Surveilans serologis
Surveilans serologis dilakukan untuk mendekteksi adanya zat kebal
AI pada unggas yang dimungkinkan karena infeksi alami virus AI di
lapangan, vaksinasi, maternal antibodi (induknya di vaksinasi AI)
atau karena tidak adanya spesifity uji yang digunakan.
289
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
3) Surveilans virologis.
Surveilans virologis dilakukan dengan cara pengambilan sampel
usap kloaka pada populasi unggas dan unggas sentinel. Hasil uji
diiterpretasi dengan ketentuan OIE yang tertuang dalam artikel
3.8.9.7. tahun 2006, Suveilans virologis dilakukan sebagai bahan
290
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
4. Biosekuriti
Biosekuriti merupakan upaya untuk melindungi unggas dari
penyakit infeksi dengan menerapkan sanitasi dan usaha pencegahan
lainnya. Tindakan biosekuriti dilakukan untuk mengurangi
terjadinya penyakit AI.
291
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
292
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
293
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
5. Vaksinasi
a) Ketentuan Vaksin dan Vaksinasi
1) Vaksin AI yang digunakan yaitu vaksin inaktif (killed vaccine)
atau jenis vaksin lain yang sudah disetujui oleh Menteri
Pertanian dan strain virusnya homolog dengan sub tipe virus
isolat lokal (strain H5);
2) Vaksin yang digunakan harus sudah mendapatkan nomor
registrasi dari Menteri Pertanian;
3) Vaksinasi dilaksanakan berdasarkan target yang telah
ditentukan (targetted vaccination).
Persetujuan penggunaan vaksin AI dan nomor registrasi vaksin
AI dalam pelaksanaannya didelegasikan kepada Direktur
Jenderal Peternakan.
b) Pelaksanaan Vaksinasi
1) Vaksinasi pada zona yang dilakukan penataan, dilaksanakan
secara massal dan serempak dengan cakupan sampai dengan
100% dari populasi unggas terhadap seluruh populasi unggas
yaitu pada ayam buras, itik, entok, kalkun, angsa, burung
merpati, burung puyuh, ayam ras petelur dan ayam ras
pedaging;
2) Vaksinasi yang dilakukan terhadap unggas yang sehat
mengikuti program vaksinasi seperti dibawah ini:
294
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
295
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
296
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pemberian surat keterangan zona bebas kasus penyakit Avian Influenza (AI
Case Free Certificate) dan surat keterangan zona bebas AI (AI Free Certificate)
dalam pelaksanaannya didelegasikan kepada Direktur Jenderal Peternakan.
BAB IV
PENGAWASAN DAN PELAPORAN
A. Pengawasan
1. Pengasan Kompartemen
Pengawasan kompartemen terdiri dari pengawasan internal dan
pengawasan eksternal.
a) pengawasan internal dilaksanakan oleh pelaku usaha, pada titik kritis
dengan cara memantau proses manajemen usaha peternakan sesuai
dengan GBP dan/atau GFP.
b) Pengawasan eksternal dilaksanakan oleh:
1) Dinas kabupaten/kota setempat secara berkala paling kurang 3 (tiga)
bulan sekali, baik melalui pembinaan langsung maupun
pengawasan terhadap penerapan GBP dan/atau GFP;
2) Dinas provinsi setempat paling kurang 6 (enam) bulan sekali, baik
melalui pembinaan langsung maupun pengawasan terhadap
penerapan GBP dan/atau GFP;
3) Direktorat Jenderal Peternakan paling kurang 1 (satu) tahun sekali
atau sewaktu-waktu apabila diperlukan, baik melalui pembinaan
langsung maupun pengawasan terhadap penerapan GBP dan/atau
GFP.
2. Pengawasan Zona
Pengawasan zona terdiri dari pengawasan internal, pengawasan eksternal
dan pengawasan partisipatif.
a) pengawasan internal dilaksanakan oleh Dinas kabupaten/kota secara
berkala paling kurang 3 (tiga) bulan sekali pada titik kritis dengan cara
memantau perkandangan unggas, biosekuriti dan vaksinasi untuk
dilakukan sebagaimana mestinya.
b) Pengawasan eksternal dilaksanakan oleh Dinas provinsi setempat
secara berkala paling kurang setiap 6 (enam) bulan sekali dan oleh
Direktorat Jenderal Peternakan paling kurang 1 (satu) tahun sekali atau
sewaktu-waktu apabila diperlukan.
297
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
B. Pelaporan
Untuk memudahkan evaluasi penataan kompartemen dan penataan zona
diperlukan data dan informasi yang diperoleh melalui pelaporan, dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Setiap pelaku usaha perunggasan harus membuat laporan tertulis secara
berkala paling kurang 3 (tiga) bulan sekali kepada Kepala Dinas yang
mencakup laporan administratif dan teknis.
2. Selain pelaporan tersebut di atas, setiap pelaku usaha perunggasan harus
melaporkan setiap kejadian penyakit yang diduga AI yang bersifat darurat
kepada Kepala Dinas.
BAB V
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
298
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB VI
PENUTUP
Pedoman ini bersifat dinamis dan akan disesuaikan kembali apabila terjadi
perubahan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
MENTERI PERTANIAN,
ttd
ANTON APRIYANTONO
Format
Model-1
299
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
..............,...........................
Nomor :
Lampiran : 1 (satu) eksemplar
Perihal : Permohonan Penilaian Kompartemen
Kepada Yth. :
Direktur Jenderal Peternakan
di-
Jakarta
.......................................
Tembusan :
1. Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan
provinsi;
2. Kepala Dinas yang membidangi peternakan dan kesehatan hewan
kabupaten/kota.
300
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Format
Model-2
..............,...........................
Nomor :
Lampiran : 1 (satu) eksemplar
Perihal : Permohonan Penilaian Zona
Kepada Yth. :
Direktur Jenderal Peternakan
di-
Jakarta
Tembusan :
1. Gubernur provinsi.................
2. Bupati/Walikota...................
301
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Format
Model-3
..............,...........................
Nomor :
Lampiran : 1 (satu) eksemplar
Perihal : Kelengkapan Persyaratan Penilaian Kompartemen/Zona
Kepada Yth. :
...................................
di-
...................
1. ............................;
2. ............................;
3. ............................;
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, maka permohonan ........ yang saudara
ajukan agar paling lambat dalam jangka waktu 14 hari kerja dapat dilengkapi
kekurangan persyartan tersebut di atas/tidak dapat diberikan persetujuan
penilaian.
302
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
.......................................
NIP.;
Format
Model-4
..............,...........................
Nomor :
Lampiran : 1 (satu) eksemplar
Perihal : Persetujuan Penilaian Kompartemen
Kepada Yth. :
...................................
di-
...................
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka kami tugaskan Tim Penilai (SK
terlampir) untuk segera melaksanakan penilaian teknis terhadap kompartemen
yang Saudara ajukan.
303
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
..........................................
NIP.;
Tembusan :
1. Gubernur provinsi.................
2. Bupati/Walikota...................
3. Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan
provinsi;
4. Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan
kabupaten/kota.
Format
Model-5
..............,...........................
Nomor :
Lampiran : 1 (satu) eksemplar
Perihal : Persetujuan Penilaian Zona
Kepada Yth. :
...................................
di-
...................
304
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
..........................................
NIP.;
Tembusan :
1. Gubernur provinsi.................
2. Bupati/Walikota...................
3. Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan
provinsi;
Format Model-6
305
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Jakarta, ...............................
Direktur Jenderal Peternakan
.........................................
NIP.:
Format Model-7
Nomor SK Ditjennak :
Nama Laboratorium Penguji :
Alamat Laboratorium Penguji :
Nama Perusahaan :
306
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Alamat Perusahaan :
Nomor Izin Usaha Peternakan :
Nomor Pokok Wajib Pajak :
Nomor Akte Pendirian :
Surat Keterangan ini berlaku selama 1 (satu) tahun sejak tanggal diterbitkan dan
tidak berlaku apabila hbis masa berlakunya, terjadi Wabah penyakit AI, dan/atau
tidak lagi menerapkan GBP dan/atau GFP.
Jakarta, ...............................
Direktur Jenderal Peternakan
.........................................
NIP.:
Format Model-8
Berdasarkan hasil penilaian dan pengkajian Tim Penilai, maka disampaikan bahwa
Zona ........................... Bebas Kasus Penyakit Avian Invluenza (AI)/ Bebas Penyakit
Avian Influenza (AI)
307
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Surat Keterangan ini berlaku selama 1 (satu) tahun sejak tanggal diterbitkan dan
tidak berlaku apabila hbis masa berlakunya, terjadi Wabah penyakit AI.
Jakarta, ...............................
Direktur Jenderal Peternakan
.........................................
NIP.:
308
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
3.16. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2008 Tentang
Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Pengolahan Daging
306
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN:
307
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Usaha dan/atau kegiatan pengolahan daging adalah kegiatan pengolahan
daging menjadi produk akhir berupa daging beku, produk olahan setengah
jadi, dan/atau produk olahan siap konsumsi.
2. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan
tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau,
situ, waduk, dan muara.
3. Laut adalah ruang wilayah lautan yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek fungsional.
4. Mutu air limbah adalah kondisi kualitas air limbah yang diukur dan diuji
berdasarkan paramater-parameter tertentu dan metoda tertentu berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
5. Air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair.
6. Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar
dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air
limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha
dan/atau kegiatan.
7. Titik penaatan adalah satu lokasi atau lebih yang dijadikan acuan untuk
pemantauan dalam rangka penaatan baku mutu air limbah.
8. Kejadian tidak normal adalah kondisi dimana peralatan proses produksi
dan/atau instalasi pengolahan air limbah tidak beroperasi sebagaimana
mestinya karena adanya kerusakan dan/atau tidak berfungsinya peralatan
tersebut.
9. Keadaan darurat adalah keadaan tidak berfungsinya peralatan proses
produksi dan/atau instalasi pengolahan air limbah tidak beroperasi
sebagaimana mestinya karena adanya bencana alam, kebakaran, dan/atau
huru-hara.
10. Kadar maksimum adalah ukuran batas tertinggi suatu unsur pencemar dalam
air limbah yang diperbolehkan dibuang ke sumber air.
11. Kuantitas air limbah maksimum adalah volume air limbah terbanyak yang
diperbolehkan dibuang ke sumber air dalam setiap satuan produk.
12. Beban pencemaran maksimum adalah jumlah tertinggi suatu unsur pencemar
yang terkandung dalam air limbah.
13. Usaha dan/atau kegiatan pengolahan daging gabungan adalah usaha dan/atau
kegiatan pengolahan daging yang bahan bakunya lebih dari satu jenis daging.
308
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 2
(1) Jenis usaha dan/atau kegiatan pengolahan daging yang diatur dalam
Peraturan Menteri ini meliputi usaha dan/atau kegiatan pengolahan daging:
a. ayam;
b. sapi;
c. kerbau;
d. kuda;
e. kambing atau domba;
f. babi; dan/atau
g. gabungan.
(2) Jenis usaha dan/atau kegiatan pengolahan daging sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi kegiatan usaha dan/atau pengolahan daging yang
melakukan dan/atau tanpa kegiatan pemotongan hewan.
Pasal 3
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan pengolahan daging sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 wajib memenuhi baku mutu air limbah sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
(2) Baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan pengolahan daging
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan kadar
maksimum, kuantitas air limbah maksimum, dan beban pencemaran
maksimum.
Pasal 4
(1) Pemerintahan daerah provinsi dapat menetapkan baku mutu air limbah bagi
usaha dan/atau kegiatan pengolahan daging dengan ketentuan sama atau
lebih ketat daripada baku mutu sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
Peraturan Menteri ini.
(2) Pemerintahan daerah provinsi dapat menetapkan parameter tambahan di
luar parameter sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri
ini setelah mendapat rekomendasi Menteri.
(3) Baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
ditetapkan dengan peraturan daerah provinsi.
Pasal 5
Dalam hal hasil kajian kelayakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
(AMDAL) atau rekomendasi Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan
309
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 6
(1) Dalam hal hasil kajian mengenai pembuangan air limbah bagi usaha dan/atau
kegiatan pengolahan daging mensyaratkan baku mutu air limbah lebih ketat
daripada baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(1), Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 5, maka dalam persyaratan izin pembuangan air
limbah diberlakukan baku mutu air limbah berdasarkan hasil kajian.
(2) Kajian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat meliputi pemeriksaan
terhadap parameter tambahan diluar parameter sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.
Pasal 7
Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan pengolahan daging wajib:
a. melakukan pengolahan air limbah sehingga mutu air limbah yang dibuang
tidak melampaui baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I Peraturan Menteri ini;
b. menggunakan sistem saluran air limbah kedap air sehingga tidak terjadi
perembesan air limbah ke lingkungan;
c. memasang alat ukur debit atau laju alir limbah;
d. melakukan pencatatan pH air limbah harian dan debit air limbah harian yang
dibuang;
e. tidak melakukan pengenceran air limbah ke dalam aliran buangan air limbah;
f. melakukan pencatatan jumlah produk harian senyatanya;
g. memisahkan saluran pembuangan air limbah dengan saluran air hujan;
h. menetapkan titik penaatan untuk pengambilan contoh uji;
i. memeriksa kadar parameter air limbah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I Peraturan Menteri ini secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) bulan di laboratorium yang terakreditasi atau yang ditunjuk
oleh Gubernur dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Peraturan Menteri ini;
j. menyampaikan laporan debit air limbah harian, pH harian, jumlah produk,
dan kadar parameter air limbah sebagaimana dimaksud dalam huruf d, huruf
f, dan huruf i secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan
kepada Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Gubernur, Menteri, dan
instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan
310
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 8
(1) Pejabat pemberi izin wajib mencantumkan baku mutu air limbah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, atau Pasal 6 dan
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ke dalam persyaratan izin
pembuangan air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan pengolahan daging.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh:
a. Bupati/walikota untuk izin pembuangan air limbah bagi usaha dan/atau
kegiatan pengolahan daging yang membuang air limbahnya ke sumber
air; atau
b. Menteri atau gubernur yang diberikan delegasi oleh Menteri sesuai
dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup yang mengatur
mengenai persyaratan dan tata cara perizinan pembuangan air limbah ke
laut, untuk izin pembuangan air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan
pengolahan daging yang membuang air limbahnya ke laut.
Pasal 9
(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, baku mutu air limbah bagi
usaha dan/atau kegiatan pengolahan daging yang telah ditetapkan lebih
longgar sebelumnya melalui peraturan daerah wajib menyesuaikan dengan
Peraturan Menteri ini paling lama 1 (satu) tahun sejak ditetapkan.
(2) Dalam hal baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan pengolahan
daging yang telah ditetapkan sebelumnya melalui peraturan daerah lebih
ketat daripada baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I Peraturan Menteri ini, baku mutu air limbah sebelumnya
dinyatakan tetap berlaku.
Pasal 10
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal: 20 November 2008
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
Ttd
RACHMAT WITOELAR
311
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Lampiran I
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor : 14 Tahun 2008
Tanggal : 20 November 2008
312
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP,
ttd
RACHMAT WITOELAR.
Lampiran II
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor : 14 Tahun 2008
Tanggal : 20 November 2008
313
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
314
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
314
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG
PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH
DI DAERAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan/atau aspek fungsional.
315
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB II
316
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 2
Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh di daerah diselenggarakan
berdasarkan prinsip :
a. penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan investasi;
b. kepastian hukum tentang jaminan keamanan investasi, kemudahan dan
transparansi pengelolaan perijinan usaha melalui pelayanan satu pintu,
keharmonisan hubungan investor dengan tenaga kerja, dan keadilan di antara
pelaku usaha di hulu dengan di hilir;
c. keterpaduan program dan kegiatan instansi sektoral di pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota, dengan kegiatan pelaku usaha dan masyarakat sesuai dengan
kebutuhan;
d. peningkatan keterkaitan bisnis yang saling menguntungkan antara pelaku
usaha skala besar, dengan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melalui
pemberdayaan masyarakat UMKM;
e. pengutamaan keterkaitan yang saling menguntungkan antarpelaku usaha dan
antarkawasan, seperti mengupayakan keterkaitan pengembangan pusat
pertumbuhan dengan sentra produksi di kawasan sekitarnya;
f. Pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya butan secara optimal dan
berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat; dan
g. pengutamaan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi guna
meningkatkan dayaguna dan hasilguna industri pengolahan di dalam negeri
berbahan baku lokal dengan tujuan ekspor dalam bentuk barang jadi.
Pasal 3
Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh di daerah
provinsi/kabupaten/kota bertujuan :
a. meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk unggulan di kawasan;
b. meningkatkan pertumbuhan ekonomi di pusat pertumbuhan;
c. mendorong peningkatan kerjasama pembangunan antarwilayah secara
fungsional, dan antardaerah yang relatif sudah berkembang dengan daerah
tertinggal di sekitarnya dalam suatu keterpaduan sistem wilayah
pengembangan ekonomi;
d. mengoptimalkan pengelolaan potensi sumberdaya spesifik daerah
provinsi/kabupaten/kota bagi peningkatan perekonomian daerah dan
kesejahteraan masyarakat, yang berwawasan kelestarian lingkungan; dan
e. menciptakan perwujudan keterpaduan, keseimbangan dan keserasian
pertumbuhan antar wilayah.
BAB III
317
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 4
Suatu wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena memiliki pengaruh
sangat penting dalam lingkup provinsi/kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial,
budaya, dan lingkungan, dapat ditetapkan untuk dikembangkan menjadi kawasan
strategis cepat tumbuh daerah.
Pasal 5
Kawasan strategis cepat tumbuh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dapat
dipilih, apabila memenuhi kriteria adanya:
a. komitmen politik kepala daerah dan DPRD provinsi/kabupaten/kota untuk
melaksanakan pengembangan kawasan secara berkelanjutan;
b. potensi yang besar ditinjau dari dukungan ketersediaan sumberdaya alam
yang meliputi sektor dan produk-produk unggulan yang dapat diperbaharui,
kesesuaian lahan, dan ketersedian pencadangan lahan bagi pengembangan
investasi, khususnya dalam mendorong industri pengolahan di dalam negeri
berbahan baku lokal sebagai potensi penggerak pengembangan perekonomian
kawasan secara berkelanjutan;
c. potensi infrastruktur atau prasarana dasar yang relatif memadai seperti jalan,
jembatan, air bersih, listrik, bahan bakar, dan telekomunikasi; serta sarana
penunjang, seperti alat angkutan/transportasi, gudang, pendingin
(coldstorage), peralatan pengolahan dan distribusi, sesuai kebutuhan
pengembangan bisnis sektor dan produk uggulan di kawasan;
d. keterkaitan pengelolaan pembangunan antarpusat pertumbuhan, dan pusat
pertumbuhan dengan daerah tertinggal di sekitarnya dalam suatu
keterpaduan sistem wilayah pengembangan ekonomi;
e. kelembagaan pengelolaan kawasan, serta pengelolaan bisnis sektor dan
produk unggulan kawasan, yang didukung dengan sistem dan mekanisme
pengelolaan pembangunan tahunan secara hirakhis fungsional mulai dari
tingkat pusat, tingkat provinsi, dan kabupaten/kota; dan
f. dukungan tenaga kerja terampil dan terdidik dalam mengelola bisnis sektor
dan produk unggulan kawasan.
Pasal 6
(1) Pemilihan dan penetapan kawasan strategis cepat tumbuh di daerah
berdasarkan pada:
a. urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah
provinsi dan daerah kabupaten/kota;
b. hasii studi kelayakan lokasi; dan
318
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 7
(1) Kawasan Strategis Cepat Tumbuh di daerah ditetapkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(2) Penetapan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh di daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri dengan
tembusan Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen terkait.
BAB IV
PENGEMBANGAN KAWASAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 8
(1) Pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di kecamatan merupakan
bagian dari pengembangan kawasan strategis kabupaten/kota;
(2) Pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di daerah kabupaten/kota
merupakan bagian dari Pengembangan kawasan strategis provinsi;
(3) Pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di daerah provinsi
merupakan bagian dari pengembangan kawasan strategis nasional.
Pasal 9
(1) Pelaku usaha baik skala mikro, kecil, menengah, dan besar merupakan pelaku
utama pengembangan sektor riil di kawasan strategis cepat tumbuh di daerah.
(2) Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota memfasilitasi kegiatan pelaku usaha sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
Pasal 10
(1) Pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh oleh pemerintah daerah
provinsi atau kabupaten/kota diselenggarakan berdasarkan kebijakan
pengembangan kawasan yang meliputi:
a. Rencana Induk;
319
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Bagian Kedua
Rencana Induk
Pasal 11
Dalam penyusunan Rencana Induk pengembangan kawasan strategis cepat
tumbuh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1), pemerintah daerah
berpedoman pada Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah.
Pasal 12
Rencana Induk Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11, paling sedikit memuat:
a. hasil kajian menyeluruh terhadap semua aspek kunci pengembangan
Kawasan Strategis Cepat Tumbuh sebagai data dasar; dan
b. proyeksi arah, skenario, dan tahapan pengembangan kawasan dalam jangka
menengah.
Pasal 13
Kajian menyeluruh terhadap semua aspek kunci pengembangan kawasan sebagai
data dasar, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a, memuat identifikasi :
a. potensi kawasan yang terdiri dari:
1) sumberdaya alam sektor dan produk unggulan yang terfokus sebagai
penggerak perekonomian;
2) sumberdaya manusia dan kelembagaan yang terkait dengan pengelolaan
pengembangan kawasan dan pengelolaan pengembangan bisnis; dan
3) sumberdaya prasarana dan sarana pendukung pengembangan bisnis
sektor dan produk unggulan.
b. kebijakan pembangunan sektoral dan pembangunan wilayah, dalam rangka
sinkronisasi dan keterpaduan kebijakan pengelolaan kawasan;
c. struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah, dalam rangka konsistensi
penerapan rencana tata ruang wilayah;
d. faktor penghambat dan peluang dalam pengembangan sektor dan produk
unggulan; dan
320
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 14
Proyeksi arah, skenario dan tahapan pengembangan kawasan dalam jangka
menengah, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b, paling sedikit memuat:
a. strategi, arah kebijakan, dan pentahapan pengembangan Kawasan Strategis
Cepat Tumbuh dalam jangka lima tahunan, yang dibagi ke dalam pencapaian
sasaran kuantitatif dan kualitatif setiap tahun;
b. setiap sasaran kuantitatif dan kualitatif per lima tahunan, disertai dengan
indikator keberhasilan dan tolok ukur pengembangan sektor dan produk
unggulan secara terfokus, dan pengembangan semua aspek kunci di kawasan;
dan
c. strategi, arah kebijakan, dan pentahapan pengembangan Kawasan Strategis
Cepat Tumbuh dikaitkan dengan upaya mendorong pembangunan daerah
tertinggal di sekitarnya.
Bagian Ketiga
Rencana Pengusahaan dan Rencana Tindak
Pasal 15
(1) Rencana Pengusahaan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh disusun dengan
mengacu pada Rencana Induk.
(2) Penyusunan Rencana Pengusahaan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan setiap 5 (lima) tahun dan
dapat ditinjau kembali setiap tahun.
Pasal 16
(1) Rencana Tindak Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh disusun
dengan mengacu pada :
a. Rencana Induk; dan
b. Rencana Pengusahaan.
(2) Penysunan Rencana Tindak Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan setiap tahun.
(3) Penyusunan Rencana Tindak Pengembangan Kawasan Strategis Cepat
Tumbuh sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan secara terpadu
melalui proses musyawarah perencanaan pembangunan (MUSRENBANG) di
daerah.
Bagian Keempat
Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh
321
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 17
(1) Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Khusus Bidang Ekonomi di
daerah dapat dikembangkan dari sinkronisasi dan optimalisasi berbagai
program sektoral dan program pengembangan kewilayahan yang telah
berkembang di daerah.
(2) Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Khusus Bidang Ekonomi di
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), seperti: Kawasan Agropolitan,
Kawasan Minapolitan, Kawasan Sentra Produksi, Kawasan Usaha Agribisnis
Terpadu, Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (KIMBUN), Kawasan
Usaha Peternakan (KUNAK), Kawasan Industri Peternakan (KINAK),
Kawasan Sentra Tanaman Pangan dan Hortikultura, Kota Transmigrasi
Mandiri (KTM), Kawasan Bahari Terpadu (KBT), Kawasan Sentra Budidaya
Perikanan, Kawasan Pariwisata, Kawasan Industri Kecil dan Menengah, dan
kawasan sejenis lainnya.
BAB V
KERJASAMA PENGEMBANGAN KAWASAN
Pasal 18
(1) Penyusunan Rencana Induk, Rencana Pengusahaan, Rencana Tindak, dan
pengelolaan kawasan Strategis cepat tumbuh di daerah, dapat dilakukan
dengan kerjasama antarpemerintah daerah.
(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sesuai dengan
keterkaitan fungsional kawasan yang akan dikembangkan.
(3) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), melibatkan
unsur perguruan tinggi, pelaku usaha sektor dan produk unggulan, lembaga
swadaya masyarakat, dan lembaga non pemerintah lainnya.
Pasal 19
Kerjasama pengembangan kawasan Strategis cepat tumbuh antarpemerintah
daerah dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VI
PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN
Pasal 20
(1) Bupati/Walikota melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan
pengembangan kawasan di wilayahnya.
322
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 21
(1) Gubernur melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan
pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Daerah Provinsi dan
Daerah Kabupaten/Kota di wilayahnya.
(2) Hasil pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan pengembangan
kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaporkan oleh Gubernur
kepada Menteri Dalam Negeri dengan tembusan Menteri/Pimpinan Lembaga
Pemerintah Non Departemen terkait paling sedikit 2 (dua) kali setiap tahun
secara berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
Pasal 22
Menteri Dalam Negeri bersama Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non
Departemen terkait, melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan
Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh di Daerah.
Pasal 23
Hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, Pasal 21,
dan Pasal 22, menjadi bahan pembinaan dan pengawasan oleh penyelenggara
pemerintahan sesuai dengan kewenangannya.
BAB VII
PEMBINAAN
Pasal 24
Dalam pengembangan kawasan Strategis cepat tumbuh di daerah, pemerintah dan
pemerintah daerah bertanggungjawab terhadap :
a. peningkatan sumberdaya pengelola kawasan, serta pengelola pengusahaan
sektor dan produk unggulan;
b. penetapan kebijakan terkait dengan pemberdayaan masyarakat,
pengembangan akses modal, pasar, teknologi, data dan informasi bisnis, dan
iklim usaha yang kondusif; dan
c. penyediaan infrastruktur kawasan.
Pasal 25
(1) Dalam melaksanakan tanggungjawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24,
Menteri Dalam Negeri bersama Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non
323
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 26
(1) Dalam melaksanakan tanggungjawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24,
Gubernur melakukan pembinaan pengembangan kawasan yang meliputi :
a. penetapan panduan teknis pelaksanaan skala provinsi; dan
b. fasilitasi kegiatan koordinasi, sinkronisasi, konsultasi, serta sinergitas
kebijakan dan program/kegiatan antarsektor, antarkabupaten/kota, dan
antar pelaku usaha skala provinsi.
(2) Fasilitasi kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
diselenggarakan melalui forum temu diskusi dan rapat kerja provinsi.
Pasal 27
(1) Dalam melaksanakan tanggungjawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24,
Bupati/Walikota melakukan pembinaan pengembangan kawasan yang
meliputi :
a. penetapan panduan teknis pelaksanaan skala kabupaten/kota; dan
b. fasilitasi kegiatan koordinasi, sinkronisasi, konsultasi, dan sinergitas
program antarsektor dan antar pelaku usaha skala Kabupaten/Kota.
(2) Fasilitasi kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
diselenggarakan melalui forum temu diskusi dan rapat kerja kabupaten/kota.
BAB VIII
PENDANAAN
Pasal 28
(1) Pendanaan pembinaan pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di
tingkat Pusat bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
(2) Pendanaan pembinaan pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di
tingkat Provinsi bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Provinsi.
(3) Pendanaan pembinaan pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di
tingkat kabupaten/kota bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten/Kota.
324
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 29
Untuk mendorong optimalisasi kegiatan sektor riil pada kawasan strategis cepat
tumbuh di daerah, pendanaan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 28,
dapat berasal dari :
a. sumber lain yang sah dan tidak mengikat; dan
b. investasi pelaku usaha dan masyarakat.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 30
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Juni 2008
MENTERI DALAM NEGERI,
ttd.
H. MARDIYANTO
325
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
325
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PENETAPAN,
DAN PELEPASAN RUMPUN ATAU GALUR TERNAK.
326
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Bibit Ternak adalah semua hasil pemuliaan ternak yang memenuhi
persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
2. Rumpun adalah segolongan hewan dari suatu spesies yang mempunyai
karakteristik luar serta sifat keturunan yang sama.
3. Galur adalah sekelompok individu ternak dalam satu rumpun yang
dikembangkan untuk tujuan pemuliaan dan/atau karakteristik tertentu.
4. Silsilah adalah catatan mengenai asal usul keturunan ternak yang meliputi
nama, nomor dan performa dari ternak dan tetua penurunnya.
5. Pemuliaan Ternak adalah rangkaian kegiatan untuk mengubah frekuensi
gen/genotype pada sekelompok ternak dari suatu rumpun atau galur ternak
guna mencapai tujuan tertentu.
6. Standar Bibit adalah spesifikasi teknis yang disusun berdasarkan konsensus
semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat kesehatan, keamanan
hayati, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
7. Penetapan Rumpun atau Galur Ternak adalah pengakuan pemerintah
terhadap suatu rumpun atau galur ternak yang telah ada di suatu wilayah
sumber bibit yang secara turun temurun dibudidayakan peternak dan menjadi
milik masyarakat.
8. Pengujian adalah proses pemeriksaan terhadap sifat kualitatif dan kuantitatif
rumpun atau galur ternak melalui uji teknis yang dilaksanakan oleh instansi
yang ditunjuk.
9. Pelepasan Rumpun atau Galur Ternak adalah pengakuan pemerintah terhadap
suatu rumpun atau galur ternak unggul hasil pemuliaan atau introduksi yang
dapat disebarluaskan.
10. Uji Performa adalah metode pengujian untuk memilih ternak bibit berdasarkan
sifat kualitatif dan kuantitatif meliputi pengukuran, penimbangan dan
penilaian.
11. Uji Observasi adalah suatu uji penilaian ciri spesifik kualitatif, kuantitatif,
reproduksi dan wilayah sebaran.
12. Wilayah sebaran adalah lokasi ternak yang telah ada secara turun temurun
dibudidayakan oleh peternak.
Pasal 2
(1) Peraturan ini dimaksudkan sebagai dasar pelaksanaan permohonan, pengujian,
penilaian, pemberian nama, penetapan atau pelepasan, dan penarikan kembali
rumpun atau galur ternak.
327
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(2) Peraturan ini bertujuan untuk menjamin tersedianya bibit ternak yang
memenuhi standar atau persyaratan, memberikan perlindungan hukum
terhadap rumpun atau galur ternak yang ditetapkan atau dilepas,
memasyarakatkan, dan mendorong pelaku agribisnis dalam menghasilkan
rumpun atau galur ternak unggul.
Pasal 3
Ruang lingkup pengaturan ini meliputi Permohonan; Pengujian; Penilaian;
Penamaan; dan Penarikan Rumpun atau Galur Ternak.
BAB II
PERMOHONAN
Pasal 4
(1) Rumpun atau galur ternak yang akan ditetapkan atau dilepas diajukan
permohonan kepada Menteri Pertanian melalui Direktur Jenderal Peternakan.
(2) Permohonan penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh:
a. Bupati/Walikota apabila sebaran wilayah kabupaten/kota;
b. Gubernur apabila sebaran wilayahnya lebih dari satu kabupaten/kota;
(3) Permohonan pelepasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh:
a. pemulia;
b. perguruan tinggi;
c. lembaga penelitian dan pengembangan;
d. kelompok peternak, gabungan kelompok peternak, korporasi dan asosiasi;
e. badan hukum;
f. pemerintah/pemerintah daerah.
Pasal 5
Permohonan penetapan atau pelepasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. asal usul/silsilah ternak;
b. metode dan cara mendapatkan rumpun untuk pelepasan;
c. sifat kualitatif dan kuantitatif;
d. wilayah sebaran untuk penetapan.
Pasal 6
Sifat kualitatif dan kuantitatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c, yaitu:
a. sifat kualitatif meliputi ciri khas suatu rumpun atau galur ternak, antara lain
penampilan luar seperti warna, bentuk yang dapat dibedakan dengan rumpun
atau galur ternak lainnya;
b. sifat kuantitatif meliputi sifat produksi dan reproduksi.
328
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 7
Permohonan penetapan atau pelepasan rumpun atau galur ternak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 diajukan secara tertulis dengan menggunakan formulir
model-1 dan -2 seperti tercantum pada Lampiran I sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dengan peraturan ini.
BAB III
PENGUJIAN
Bagian Kesatu
Penetapan
Pasal 8
(1) Setiap permohonan penetapan rumpun atau galur ternak yang telah
memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilakukan pengujian.
(2) Pengujian untuk penetapan sebagaimana pada ayat (1) dilakukan melalui uji
observasi terhadap dipenuhinya persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5.
(3) Rumpun atau galur yang akan ditetapkan paling kurang memiliki nilai
populasi efektif 50.
Pasal 9
(1) Penilaian dan evaluasi dalam rangka penetapan rumpun atau galur ternak
dilakukan oleh Komisi Penilaian, Penetapan dan Pelepasan Rumpun atau
Galur Ternak.
(2) Jangka waktu penyelesaian penetapan rumpun atau galur ternak terhitung
sejak diterimanya surat permohonan ditetapkan untuk ternak unggas,
ruminansia besar, ruminansia kecil dan non ruminansia selama 1 (satu) bulan.
Bagian Kedua
Pelepasan
Pasal 10
(1) Setiap permohonan pelepasan rumpun atau galur ternak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 dilakukan pengujian.
(2) Pengujian untuk pelepasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui uji performa sifat kualitatif dan kuantitatif diberbagai agro ekosistem.
(3) Uji performa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan mengikuti metode
pengujian seperti tercantum pada Lampiran II sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dengan peraturan ini.
329
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 11
(1) Pengujian dilakukan oleh laboratorium yang telah diakreditasi atau lembaga
seperti tercantum pada Lampiran III sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dengan peraturan ini.
(2) Jangka waktu penyelesaian pelepasan rumpun atau galur ternak terhitung
sejak diterimanya surat permohonan ditetapkan untuk ternak unggas selama
6 (enam) bulan, ruminansia besar 1 (satu) tahun, ruminansia kecil 9 (sembilan)
bulan dan non ruminansia selama 9 (sembilan) bulan.
(3) Pelepasan rumpun atau galur ternak dapat dilakukan apabila:
a. produsen memberikan jaminan terjaganya mutu rumpun atau galur
ternak dan kontinuitas ketersediaannya;
b. memberikan perlindungan bahwa rumpun atau galur ternak mempunyai
standar produktivitas yang telah teruji;
c. khusus rekayasa genetik dari impor atau produksi dalam negeri harus
dilengkapi dengan dokumen yang substansinya mempunyai persyaratan
keamanan hayati dan atau keamanan pangan sesuai persyaratan yang
berlaku.
BAB IV
PENILAIAN
Pasal 12
(1) Hasil pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, dinilai dan dievaluasi
oleh Komisi Penilaian, Penetapan, dan Pelepasan Rumpun atau Galur Ternak.
(2) Dalam melakukan penilaian, Komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dapat mengundang narasumber yang memiliki keahlian tertentu sesuai
dengan kebutuhan.
Pasal 13
(1) Pembentukan dan susunan keanggotaan Komisi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) dan Pasal 11 ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan
tersendiri.
(2) Keanggotaan Komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada
kompetensi Tim yang terkait dengan jenis ternak yang akan ditetapkan.
Pasal 14
(1) Penilaian terhadap rumpun atau galur ternak, antara lain meliputi
karakteristik sifat-sifat dan/atau produktivitas, seperti:
a. deskripsi;
b. silsilah/asal usul;
330
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
c. produktivitas;
d. sifat-sifat unggul yang dianggap perlu dan spesifik.
(2) Deskripsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, seperti tercantum
pada Lampiran IV sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan peraturan
ini.
BAB V
PENAMAAN
Pasal 15
(1) Pemohon harus mencantumkan nama rumpun atau galur ternak yang akan
dilepas.
(2) Nama rumpun atau galur ternak yang diusulkan untuk dilepas harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. menggunakan bahasa Indonesia, maksimal 2 (dua) kata;
b. belum pernah ada nama rumpun atau galur ternak yang sama;
c. tidak menggunakan nama alam, orang terkenal, simbol kenegaraan,
pewayangan.
(3) Apabila tidak ada pengusulan nama, Menteri Pertanian berhak memberikan
nama berdasarkan saran Komisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.
BAB VI
PENARIKAN RUMPUN ATAU GALUR TERNAK
Pasal 16
Rumpun atau galur ternak yang telah dilepas dapat ditarik kembali apabila:
a. membahayakan keamanan hayati terkait dengan ketersediaan pangan, pakan
dan kelestarian lingkungan;
b. membahayakan kesehatan manusia;
c. tidak lagi sesuai dengan deskripsi yang telah ditetapkan.
Pasal 17
Direktur Jenderal Peternakan dengan disertai saran dan pertimbangan dari Komisi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, melaporkan kepada Menteri untuk
melakukan penarikan kembali dan pembatalan Keputusan Menteri Pertanian
tentang pelepasan rumpun atau galur ternak yang bersangkutan.
BAB VII
PENUTUP
Pasal 18
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
331
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Pebruari 08
MENTERI PERTANIAN,
Ttd
ANTON APRIYANTONO
332
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MENTERI PERTANIAN,
Ttd
ANTON APRIYANTONO
FORMULIR -1
Nomor :
Lampiran :
Perihal : Permohonan Izin Penetapan
Rumpun dan/atau Galur Ternak.
Kepada Yth. :
Menteri Pertanian
melalui
Direktur Jenderal Peternakan
di -
Jakarta
Dengan hormat,
333
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Mengajukan permohonan izin untuk menetapkan Rumpun dan/atau Galur Ternak ............yang
merupakan hasil pemuliaan/introduksi/rekayasa genetik/karakterisasi ternak yang sudah ada
di wilayah dan dibudidayakan peternak dan menjadi milik masyarakat*).
Untuk kejelasan deskripsi Rumpun dan/atau Galur Ternak saya/kami lampirkan datadata dan
photo warna tentang:
1. Asal usul/silsilah;
2. Metode dan cara mendapatkan rumpun dan/atau galur*) ternak;
3. Sifat-sifat;
4. Ketahanan terhadap penyakit;
5. Mutu hasil;
6. ........................................................ **)
7. ........................................................ **)
8. ........................................................ **)
..........................,........................
Nama dan tanda tangan pemohon
Materai secukupnya.
(Nama lengkap)
Keterangan :
*) Coret yang tidak perlu.
**) tambahkan sesuai spesifikasi ternak.
FORMULIR -2
Nomor :
Lampiran :
Perihal : Permohonan Izin Pelepasan
Rumpun dan/atau Galur Ternak.
Kepada Yth :
Menteri Pertanian
Melalui
334
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Dengan hormat,
Saya/kami yang bertanda tangan di bawah ini:
1. N a m a : .................................................................................
2. A l a m a t : .................................................................................
3. Bentuk Usaha : Perorangan/Badan Hukum/Instansi Pemerintah *)
Mengajukan permohonan izin untuk melepas Rumpun dan/atau Galur Ternak ...... yang
merupakan hasil Pemuliaan/introduksi/rekayasa genetic/karakterisasi ternak yang sudah ada di
wilayah dan dibudidayakan peternak dan menjadi milik masyarakat*). Untuk kejelasan
deskripsi Rumpun dan atau Galur ternak saya/kami lampirkan data-data dan foto warna
tentang:
1. Asal usul/silsilah;
2. Metode dan cara mendapatkan rumpun dan/atau galur*) ternak;
3. Sifat-sifat;
4. Ketahanan terhadap penyakit;
5. Mutu hasil;
6. ........................................................ **)
7. ........................................................ **)
8. ........................................................ **)
...........................,......................
Nama dan tanda tangan pemohon
Materai secukupnya.
(Nama lengkap)
Keterangan :
*) Coret yang tidak perlu.
**) tambahkan sesuai spesifikasi ternak.
335
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Dalam rangka penetapan dan/atau pelepasan rumpun atau galur ternak perlu
dilakukan penetapan metoda uji Performa dengan memenuhi kaidah-kaidah
tertentu.
1. Ruang lingkup:
Uji Performa, Sifat-sifat produksi, adaptasi, prolifikasi, pertumbuhan, efisiensi
pertumbuhan.
2. Tujuan:
Merupakan uji lapang untuk mengetahui atau memperoleh data keunggulan
dan interaksinya terhadap lingkungan dari calon rumpun atau galur yang
akan dilepas.
3. Bahan Pengujian:
Rumpun atau galur ternak yang akan dilepas.
4. Metoda:
a. lokasi merupakan wilayah sentra produksi rumpun atau galur ternak yang
bersangkutan.
b. jumlah ternak uji sekurang-kurangnya satu (1) % dari ternak yang diuji.
MENTERI PERTANIAN,
Ttd
ANTON APRIYANTONO
336
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
337
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MENTERI PERTANIAN,
Ttd
ANTON APRIYANTONO
338
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
A. Penetapan
1. Nama dan alamat pengusul
2. Nama rumpun atau galur ternak
3. Ciri spesifik sifat kualitatif (sapi, domba, kambing, ayam, itik, dsb)
a. warna;
b. bentuk tubuh dan bagian tubuh;
c. suara (ayam).
6. Wilayah sebaran
B. Pelepasan
1. Nama dan alamat pengusul.
2. Nama rumpun atau galur ternak.
3. Ciri spesifik sifat kualitatif (warna, bentuk pada sapi, domba, kambing,
ayam, itik, dsb).
4. Ciri spesifik sifat produksi (bobot badan, tinggi badan, panjang badan,
produksi susu atau telur).
5. Ciri spesifik sifat reproduksi (dewasa kelamin).
6. Metode pemuliaan.
339
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MENTERI PERTANIAN,
Ttd
ANTON APRIYANTONO
340
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
339
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
340
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG SYARAT
DAN TATA CARA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN
BENIH, BIBIT TERNAK DAN TERNAK POTONG.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Pemasukan Benih, Bibit Ternak dan Ternak Potong adalah serangkaian
kegiatan untuk memasukan benih, bibit ternak dan ternak potong dari luar
negeri ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia baik untuk pemenuhan
kebutuhan benih, bibit ternak dan ternak potong dalam negeri.
2. Pengeluaran Benih, Bibit Ternak dan Ternak Potong adalah serangkaian
kegiatan untuk mengeluarkan benih, bibit ternak dan ternak potong dari
wilayah Negara Republik Indonesia ke luar negeri.
3. Benih adalah hasil pemuliaan ternak yang berupa mani (semen), sel (oocyt),
telur tetas dan embrio.
4. Bibit ternak adalah semua hasil pemuliaan ternak yang memenuhi persyaratan
tertentu untuk dikembang biakan.
341
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
5. Ternak potong adalah ternak sapi, kerbau, kambing, domba, babi, kuda,
unggas dan ternak lain yang tujuan pemeliharaannya sebagai penghasil daging.
6. Negara asal pemasukan yang selanjutnya disebut negara asal adalah suatu
negara yang mengeluarkan benih, bibit ternak dan ternak potong ke suatu
tempat pemasukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
7. Negara tujuan adalah suatu negara yang menerima benih, bibit ternak dan
ternak potong dari wilayah negara Republik Indonesia.
8. Tindakan Karantina Hewan yang selanjutnya disebut Tindakan Karantina
adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah hama penyakit hewan
karantina masuk ke, tersebar di, dan atau keluar dari wilayah negara Republik
Indonesia.
9. Surat Persetujuan Pemasukan yang selanjutnya disingkat SPP adalah
keterangan tertulis yang diberikan oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuknya,
kepada perorangan atau badan hukum atau instansi pemerintah untuk dapat
melakukan pemasukan benih, bibit ternak atau ternak potong dari luar negeri
ke dalam wilayah negara Republik Indonesia.
10. Surat Persetujuan Pengeluaran yang selanjutnya disingkat SPP-l adalah
keterangan tertulis yang diberikan oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuknya,
kepada perorangan atau badan hukum atau instansi pemerintah untuk dapat
melakukan pengeluaran benih, bibit ternak atau ternak potong ke luar wilayah
negara Republik Indonesia.
11. Persyaratan Kesehatan Hewan (Health Requirements) adalah persyaratan
dibidang kesehatan hewan yang ditetapkan negara tujuan yang memuat status
kesehatan hewan di negara asal, status kesehatan hewan di peternakan asal,
dan perlakuan kesehatan hewan serta tindakan karantina yang harus dipenuhi
oleh negara asal.
12. Dokumen Kesehatan Hewan adalah surat keterangan yang menyatakan
pemenuhan persyaratan kesehatan hewan sebagaimana ditentukan dalam
Health Requirements yang ditetapkan oleh negara tujuan dan dikeluarkan
secara sah oleh pejabat kesehatan hewan yang berwenang di negara asal atau
surat keterangan asal yang menyatakan pemenuhan persyaratan kesehatan
hewan yang dikeluarkan oleh dokter hewan yang berwenang di
Kabupaten/Kota setempat.
13. Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang berhubungan dengan
keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang
harus diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan
orang atau badan hukum yang tidak layak terhadap hewan, termasuk ternak
yang dimanfaatkan manusia.
14. Hama dan Penyakit Hewan Karantina yang selanjutnya disingkat HPHK
adalah semua hama, hama penyakit dan penyakit hewan yang berdampak
sosio ekonomi nasional dan perdagangan internasional serta menyebabkan
342
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 3
Ruang lingkup peraturan ini meliputi pemasukan dan pengeluaran benih, bibit
ternak dan ternak potong, pengemasan dan pengangkutan, pengawasan, serta
sanksi.
BAB II
PEMASUKAN BENIH, BIBIT TERNAK DAN TERNAK POTONG
343
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 4
(1) Pemasukan benih, bibit ternak dan/atau ternak potong dapat dilakukan oleh
perorangan, badan hukum atau instansi pemerintah.
(2) Pemasukan benih, bibit ternak dan/atau ternak potong sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dilakukan untuk keperluan penelitian, pengembangan
agribisnis peternakan atau pengembangan benih, bibit ternak dan/atau ternak
potong.
(3) Pemasukan benih, bibit ternak dan ternak potong sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan setelah mendapat SPP dari Menteri.
(4) Pelaksanaan pemberian SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilakukan
oleh Direktur Jenderal Peternakan atas nama Menteri Pertanian.
Pasal 5
Perorangan, badan hukum atau instansi pemerintah yang memasukan benih, bibit
ternak dan ternak potong wajib mencegah kemungkinan timbul dan menyebarnya
HPHK dan/atau PHMU atau penyakit hewan eksotik dan bertanggung jawab
terhadap perlindungan sumberdaya genetik ternak, serta menjaga kelangsungan
pengembangan populasi ternak dalam negeri.
Bagian Kedua
Persyaratan Pemasukan Benih Dan/atau Bibit Ternak
Pasal 6
(1) Perorangan atau badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
yang melakukan pemasukan benih dan/atau bibit ternak harus memenuhi
persyaratan administrasi, persyaratan teknis dan persyaratan kesehatan
hewan serta mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang
karantina hewan.
(2) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
bagi Instansi pemerintah yang melakukan pemasukan benih dan/atau bibit
ternak.
Pasal 7
(1) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) yang
berlaku bagi perorangan meliputi :
a. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
b. Kartu Tanda Penduduk/Tanda Pengenal Pimpinan Perusahaan;
c. Rekomendasi teknis dari Dinas Provinsi
344
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(2) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) yang
berlaku bagi badan hukum meliputi:
a. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
c. Surat Tanda Daftar Perdagangan (STDP);
d. Angka Pengenal Impor Umum (APIU);
e. Kartu Tanda Penduduk/Tanda Pengenal Pimpinan Perusahaan dan
f. Akta Pendirian Perusahaan
Pasal 8
(1) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) meliputi
persyaratan kesehatan hewan (certificate of animal health), sertifikat asal usul
benih atau bibit ternak (pedigree) dan persyaratan negara asal (certificate of
origin)
(2) Selain Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk masing-
masing jenis benih atau bibit ternak yang akan dimasukan harus memenuhi
persyaratan teknis minimal seperti tercatum pada lampiran-I sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dengan peraturan ini.
Pasal 9
(1) Suatu negara dapat ditetapkan sebagai negara asal pemasukan benih atau
bibit ternak oleh Menteri, setelah mendapat pertimbangan teknis dari tim
(2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan
tersendiri yang keanggotaannya terdiri dari unsur Direktorat Jenderal
Peternakan dan Badan Karantina Pertanian
(3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam memberikan pertimbangan
teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada penilaian
kesehatan hewan dan penilaian karantina hewan.
(4) Pelaksanaan penetapan negara asal pemasukan benih atau bibit ternak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh Direktur Jenderal
Peternakan atas nama Menteri.
Pasal 10
Penilaian kesehatan hewan dan penilaian karantina hewan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (3), dilakukan dengan menggunakan kriteria penilaian sebagai
berikut:
a. kewenangan, infrastruktur dan struktur organisasi kesehatan hewan dan
karantina hewan
b. pelaksanaan surveilans penyakit/pengamatan hphk dan/atau phmu;
c. sistem informasi dan tata cara pelaporan penyakit hewan;
d. sistem identifikasi peternakan (farm) dan hewan;
345
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Bagian Ketiga
Persyaratan Pemasukan Ternak Potong
Pasal 11
(1) Pemasukan ternak potong hanya dapat dilakukan oleh badan hukum
(2) Badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selain memenuhi
persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), harus
memenuhi persyaratan teknis yang meliputi persyaratan kesehatan hewan
(certificate of animal health), sertifikat asal-usul ternak potong dan
persyaratan negara asal (certificate of origin)
(3) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ternak potong yang
dimasukan harus memenuhi persyaratan teknis minimal seperti tercantum
pada lampiran-I sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan peraturan ini.
Bagian Keempat
Tata Cara Pemasukan
Pasal 12
(1) Perorangan, badan hukum atau instansi pemerintah yang melakukan kegiatan
pemasukan benih, bibit ternak dan/atau ternak potong wajib menyampaikan
permohonan secara tertulis kepada Menteri melalui Kepala Pusat Perizinan
dan Investasi dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan
Kepala Badan Karantina Pertanian, dengan menggunakan formulir model-1
seperti tercantum pada lampiran-III sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dengan peraturan ini.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencantumkan:
a. nama perusahaan;
b. alamat perusahaan;
c. negara asal;
346
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
d. daerah tujuan;
e. tanggal pemasukan;
f. jenis, kuantitas dan peruntukan
g. rekomendasi teknis dari Dinas Provinsi.
h. instalasi karantina hewan untuk tempat tindakan karantina di
pelabuhan/bandara/daerah tujuan/pemasukan;
(3) Kepala Pusat Perizinan dan Investasi setelah menerima permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktu paling lambat 3
(tiga) hari kerja harus segera memberikan jawaban ditunda atau ditolak.
Pasal 13
(1) Permohonan ditunda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3), apabila
masih ada kekurangan persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 yang harus dilengkapi dan diberitahukan kepada pemohon
secara tertulis menggunakan formulir model-2 seperti tercantum pada
lampiran-III sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.
(2) Pemohon dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak
menerima pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sudah
melengkapi kekurangan persyaratan administrasi.
(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pemohon
belum melengkapi kekurangan persyaratan administrasi, permohonan
dianggap ditarik kembali.
Pasal 14
(1) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) ditolak, apabila
persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 tidak benar
(2) Penolakan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan
kepada pemohon secara tertulis yang disertai alasan penolakannya dengan
menggunakan formulir model -3 seperti tercantum pada lampiran-III sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.
Pasal 15
(1) Permohonan yang telah memenuhi persyaratan administrasi, oleh Kepala
Pusat Perizinan dan Investasi disampaikan kepada Direktur Jenderal
Peternakan dan Kepala Badan Karantina Pertanian.
(2) Direktur Jenderal Peternakan setelah menerima permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) melakukan analisa teknis benih, bibit ternak dan/atau
ternak potong terhadap dipenuhinya persyaratan teknis dan persyaratan
kesehatan hewan.
(3) Kepala Badan Karantina Pertanian melakukan analisa teknis di bidang
karantina hewan.
347
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(4) Hasil analisa teknis dari Kepala Badan Karantina sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) disampaikan kepada Kepala Pusat Perizinan dan Investasi untuk
diteruskan kepada Direktur Jenderal Peternakan sebagai bahan pertimbangan
dalam menerbitkan SPP.
Pasal 16
(1) Kepala Pusat Perizinan dan Investasi dalam jangka waktu paling lama 2 (dua)
hari kerja setelah menerima pertimbangan teknis dari Kepala Badan Karantina
Pertanian menyampaikan kepada Direktur Jenderal Peternakan.
(2) Direktur Jenderal Peternakan berdasarkan pertimbangan teknis Kepala Badan
Karantina Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan setelah
dilakukan analisa teknis kesehatan hewan benih, bibit ternak dan/atau ternak
potong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) paling lama dalam
jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sudah harus memberikan jawaban
penolakan atau persetujuan
Pasal 17
Penolakan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) oleh
Direktur Jenderal Peternakan diberikan secara tertulis dengan disertai alasan yang
disampaikan kepada pemohon melalui Kepala Pusat Perizinan dan Investasi
dengan menggunakan formulir model -4 seperti tercantum pada lampiran-III
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.
Pasal 18
(1) Permohonan yang disetujui sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat
(2) diterbitkan SPP oleh Direktur Jenderal Peternakan atas nama Menteri dalam
bentuk Keputusan Menteri dengan mengunakan formulir model -5 seperti
tercantum pada lampiran-III sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan
peraturan ini.
(2) SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada pemohon
melalui Kepala Pusat Perijinan dan Investasi dengan tembusan disampaikan
kepada Kepala Badan Karantina Pertanian, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Departemen Keuangan, Kepala Dinas Provinsi, dan Kepala Balai
Besar/Balai/Stasiun Karantina Hewan tempat pemasukan.
Pasal 19
(1) Perorangan, badan hukum, atau instansi pemerintah yang telah memperoleh
SPP dari Direktur Jenderal Peternakan sebagaimana dimaksud pada Pasal 18
ayat (1) dapat memasukan benih, bibit ternak dan/atau ternak potong.
(2) SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk jangka waktu 90
(sembilan puluh) hari kalender terhitung sejak diterbitkan.
348
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(3) Apabila terjadi wabah penyakit hewan di negara asal, SPP sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dinyatakan tidak berlaku.
(4) Perorangan, badan hukum, atau instansi pemerintah yang melakukan
pemasukan benih, bibit ternak dan/atau ternak potong wajib memberikan
laporan realisasi pemasukan kepada Direktur Jenderal Peternakan dengan
tembusan disampaikan kepada Kepala Badan Karantina Pertanian, Kepala
Pusat Perizinan dan Investasi, dan Kepala Dinas di Provinsi yang menerbitkan
rekomendasi paling lambat 7 (tujuh) hari kalender setelah pemasukan.
BAB III
PENGELUARAN BENIH, BIBIT TERNAK DAN TERNAK POTONG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 20
(1) Pengeluaran benih dan/atau bibit ternak dapat dilakukan oleh perorangan,
badan hukum atau instansi pemerintah.
(2) Pengeluaran benih dan/atau bibit ternak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan untuk keperluan penelitian, memberikan nilai tambah bagi
pemberdayaan peternak, dan peningkatan devisa.
(3) Pengeluaran benih dan/atau bibit ternak sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan setelah mendapat SPP-l Direktur Jenderal Peternakan atas nama
Menteri.
Pasal 21
(1) Perorangan, badan hukum atau instansi pemerintah yang mengeluarkan
benih, bibit ternak dan ternak potong ke luar wilayah negara Republik
Indonesia wajib memenuhi persyaratan dan tata cara yang ditetapkan dalam
peraturan ini.
(2) Jenis dan daerah asal benih dan/atau bibit ternak yang dapat dikeluarkan
ditetapkan oleh Menteri.
(3) Perorangan, badan hukum atau instansi pemerintah yang mengeluarkan
benih, bibit ternak dan ternak potong wajib mempertahankan kelestarian
sumberdaya genetik di dalam negeri.
(4) Selain memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) pengeluaran benih dan/atau bibit ternak dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan populasi ternak untuk kebutuhan dalam negeri
berdasarkan kajian teknis yang dilakukan oleh Direktur Jenderal Peternakan
setelah mendapat saran dan pertimbangan dari Komisi Bibit Ternak Nasional,
dan Komisi Nasional Sumber Daya Genetik.
349
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Bagian Kedua
Persyaratan Pengeluaran Benih Dan/atau Bibit Ternak
Pasal 22
(1) Pengeluaran benih dan/atau bibit ternak dapat dilakukan oleh perorangan,
badan hukum atau instansi pemerintah.
(2) Pengeluaran benih dan/atau bibit ternak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan setelah mendapat SPPl dari Direktur Jenderal Peternakan atas nama
Menteri.
Pasal 23
Perorangan, badan hukum atau instansi pemerintah yang mengeluarkan benih
dan/atau bibit ternak wajib mencegah kemungkinan timbul dan menyebarnya
HPHK/PHMU dan bertanggung jawab terhadap perlindungan sumberdaya
genetik ternak, serta menjaga kelangsungan pengembangan populasi ternak dalam
negeri.
Pasal 24
(1) Perorangan atau badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 yang
melakukan pengeluaran benih dan/atau bibit ternak harus memenuhi
persyaratan administrasi, persyaratan teknis dan persyaratan kesehatan
hewan serta mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang
karantina hewan.
(2) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
bagi Instansi pemerintah yang melakukan pengeluaran benih dan bibit ternak.
Pasal 25
(1) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 yang berlaku
bagi perorangan meliputi :
a. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
b. Kartu Tanda Penduduk/Tanda Pengenal Pimpinan Perusahaan;
c. Rekomendasi teknis dari Dinas Provinsi
(2) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 yang berlaku
bagi badan hukum meliputi :
a. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
c. Surat Tanda Daftar Perdagangan (STDP);
d. Angka Pengenal Ekspor Umum (APEU);
e. Kartu Tanda Penduduk/Tanda Pengenal Pimpinan Perusahaan dan
f. Akta Pendirian Preusan
350
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 26
(1) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) meliputi
persyaratan kesehatan hewan (certificate of animal health), sertifikat asal usul
benih atau bibit ternak pediree dan persyaratan daerah asal (cerificate of
origin).
(2) Selain Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk masing-
masing jenis benih dan/atau bibit ternak yang akan dikeluarkan harus
memenuhi persyaratan teknis minimal seperti tercantum pada lampiran-II
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan peraturan ini
Bagian Ketiga
Persyaratan Pengeluaran Ternak Potong
Pasal 27
(1) Pengeluaran ternak potong hanya dapat dilakukan oleh badan hukum
(2) Badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selain memenuhi
persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2),
harus memenuhi persyaratan teknis yang meliputi persyaratan kesehatan
hewan (certificate of animal health) dan persyaratan daerah asal (cerificate of
origin).
Bagian Keempat
Tata Cara Pengeluaran
Pasal 28
(1) Perorangan, badan hukum atau instansi pemerintah yang melakukan kegiatan
pengeluaran benih, bibit ternak dan/atau ternak potong wajib menyampaikan
permohonan secara tertulis kepada Menteri melalui Kepala Pusat Perizinan
dan Investasi dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan
Kepala Badan Karantina Pertanian seperti tercantum pada lampiran-III
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencantumkan:
a. nama perusahaan;
b. alamat perusahaan;
c. daerah asal;
d. negara tujuan;
e. tanggal pengeluaran;
f. jenis, kuantitas dan peruntukan
g. rekomendasi teknis dari Dinas Provinsi.
351
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 29
(1) Permohonan ditunda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3), apabila
masih ada kekurangan persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 yang harus dilengkapi dan diberitahukan kepada pemohon
secara tertulis dengan menggunakan formulir model-7 seperti tercantum pada
lampiran-III sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.
(2) Pemohon dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak
menerima pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 29 ayat (1)
harus sudah melengkapi kekurangan persyaratan administrasi.
(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pemohon
belum melengkapi kekurangan persyaratan administrasi, permohonan
dianggap ditarik kembali.
Pasal 30
(1) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3) ditolak, apabila
persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 tidak benar.
(2) Penolakan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan
oleh kepala Pusat Perizinan dan Investasi kepada pemohon secara tertulis
yang disertai alasan penolakannya dengan menggunakan formulir model -8
seperti tercantum pada lampiran-III sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dengan Peraturan ini.
Pasal 31
(1) Permohonan yang telah memenuhi persyaratan administrasi, oleh Kepala
Pusat Perizinan dan Investasi disampaikan kepada Direktur Jenderal
Peternakan dan Kepala Badan Karantina Pertanian.
(2) Direktur Jenderal Peternakan setelah menerima permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) melakukan analisa teknis benih, bibit ternak atau
ternak potong terhadap dipenuhinya persyaratan teknis dan persyaratan
kesehatan hewan.
(3) Kepala Badan Karantina Pertanian melakukan analisa teknis di bidang
karantina hewan.
(4) Hasil analisa teknis dari Kepala Badan Karantina Pertanian sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Kepala Pusat Perizinan dan
352
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 32
(1) Kepala Pusat Perizinan dan Investasi dalam jangka waktu paling lama 2 (dua)
hari kerja setelah menerima pertimbangan teknis dari Kepala Badan karantina
Pertanian menyampaikan kepada Direktur Jenderal Peternakan.
(2) Direktur Jenderal Peternakan berdasarkan pertimbangan teknis Kepala Badan
Karantina Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan setelah
dilakukan analisa teknis kesehatan hewan benih, bibit ternak atau ternak
potong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) paling lama dalam
jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sudah harus memberikan jawaban
penolakan atau persetujuan.
Pasal 33
Penolakan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) oleh
Direktur Jenderal Peternakan diberikan secara tertulis dengan disertai alasan
disampaikan kepada pemohon melalui Kepala Pusat Perizinan dan Investasi
dengan menggunakan formulir model-9 seperti tercantum pada lampiran-III
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.
Pasal 34
(1) Permohonan yang disetujui sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2)
diterbitkan SPP-l oleh Direktur Jenderal Peternakan atas nama Menteri dalam
bentuk Keputusan Menteri dengan mengunakan formulir model-10 seperti
tercantum pada lampiran-III sebagai bagian yang tidak terpisahkan Peraturan
ini.
(2) SPP-l sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada pemohon
melalui Kepala Pusat Perizinan dan Investasi dengan tembusan disampaikan
kepada Kepala Badan Karantina Pertanian, Direktur Jenderal Bea dan Cukai
Departemen Keuangan, Kepala Dinas Provinsi, dan Kepala Balai
Besar/Balai/Stasiun Karantina Hewan tempat pengeluaran.
Pasal 35
(1) Perorangan, badan hukum, atau instansi pemerintah yang telah memperoleh
SPP-l dari Direktur Jenderal Peternakan sebagaimana dimaksud pada Pasal 34
dapat mengeluarkan benih, bibit ternak atau ternak potong.
(2) SPP-l sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk jangka waktu
paling lama 90 (sembilan puluh) hari kalender terhitung sejak diterbitkan.
(3) Apabila terjadi wabah penyakit hewan di daerah asal, SPP-l sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dinyatakan tidak berlaku.
353
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB IV
PENGEMASAN DAN PENGANGKUTAN
Pasal 36
Perorangan, badan hukum dan instansi pemerintah yang memasukan dan atau
mengeluarkan benih, bibit ternak dan ternak potong selain harus memenuhi
persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 24 ayat
(1), harus memenuhi persyaratan kaedah kesejahteraan hewan dalam pelaksanaan
pengemasan dan pengangkutan.
Pasal 37
(1) Selain harus memenuhi persyaratan kaedah kesejahteraan hewan pengemasan
dan pengangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, untuk pemasukan
dan/atau pengeluaran benih, dan bibit ternak unggas harus dikemas
sedemikian rupa untuk mempertahankan kestabilan mutu, kesehatan dan
keamanannya.
(2) Kemasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila benih, dan bibit ternak
unggas tersebut berasal dari luar negeri, harus asli dari negara asal, memiliki
label dan disegel, serta harus memenuhi Standar Nasional Indonesia atau
persyaratan teknis minimal yang ditetapkan.
Pasal 38
(1) Untuk mencegah masuknya HPHK dan/atau PHMU dari luar negeri ke dalam
wilayah Negara Republik Indonesia melalui transit alat angkut yang
membawa benih, bibit ternak atau ternak potong, transit hanya dapat
disetujui pada tempat-tempat yang telah ditetapkan serta mengikuti
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang karantina.
(2) Transhipment hanya dapat dilakukan di area karantina ditempat transit yang
telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 39
(1) Alat angkut yang dipergunakan untuk pengangkutan benih, bibit ternak atau
ternak potong harus memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia atau
persyaratan teknis yang ditetapkan dengan Peraturan tersendiri.
354
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(2) Dalam hal pengangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
terhadap bibit ternak atau ternak potong dalam satu pengapalan, maka harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. melaksanakan persyaratan kesehatan hewan;
b. pemuatan terhadap bibit ternak atau ternak potong serta jenis ternak
harus benar-benar terpisah satu sama lain, dengan ketentuan kelompok
bibit ternak ditempatkan pada dek atas kapal yang mengangkutnya;
c. apabila selama dalam perjalanan terjadi kematian atau sakit, maka
terhadap keseluruhan ternak yang diangkut dalam satu kapal dilakukan
tindakanan karantina yang lebih intensif di pelabuhan pemasukan.
BAB V
PENGAWASAN
Pasal 40
Pengawasan terhadap pemasukan benih, bibit ternak atau ternak potong dari luar
negeri yang telah dibebaskan dari tindakan karantina dilakukan oleh pejabat
fungsional atau petugas yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Provinsi dan/atau di
kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 41
Pengawasan terhadap lalu-lintas ternak dalam rangka pengeluaran benih, bibit
ternak atau ternak potong dilakukan oleh Dinas Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota,
terhadap dipenuhinya ketentuan mengenai jenis, daerah asal, populasi dan
kelestarian sumberdaya genetik ternak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.
BAB VI
KETENTUAN SANKSI
Pasal 42
(1) Berdasarkan hasil pengawasan yang dilakukan oleh pejabat fungsional atau
petugas yang ditunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 diketahui
terjadi pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan ini, Direktur Jenderal
Peternakan atas nama Menteri, Gubernur dan Bupati/Walikota dapat
mengambil tindakan administratif.
(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. peringatan secara tertulis;
b. larangan melakukan pemasukan atau pengeluaran benih, bibit ternak atau
ternak potong;
c. larangan peredaran dan atau tindakan pemusnahan;
d. rekomendasi pencabutan izin usaha.
355
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 43
Pada saat mulai berlakunya Peraturan ini:
a. permohonan pemasukan dan pengeluaran benih , bibit ternak atau ternak
potong yang sedang dalam proses, penerbitan SPP dan/atau SPP-l nya
mengikuti ketentuan sebelum peraturan ini.
b. perorangan, badan hukum, atau instansi pemerintah yang telah mendapat
surat persetujuan pemasukan atau surat persetujuan pengeluaran benih, bibit
ternak atau ternak potong dinyatakan masih tetap berlaku, selanjutnya
menyesuaikan dengan Peraturan ini.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 44
Dengan berlakunya peraturan ini, maka Surat Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 750/Kpts/UM/10/1982 tentang Syarat-Syarat Pemasukan Bibit Ternak dari
Luar Negeri, Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 752/Kpts/UM/10/1982
tentang Syarat-syarat Teknis Bibit Sapi Perah Yang Dimasukan Dari Luar Negeri
sepanjang telah diatur dalam peraturan ini dinyatakan dicabut dan tidak berlaku.
Pasal 45
Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 30 Januari 2008
MENTERI PERTANIAN,
356
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Ttd
ANTON APRIYANTONO
A. BENIH
1. Semen Beku Sapi Potong (SNI 01-4869.1-2005)
a. Persyaratan Umum
Semen beku sapi potong harus berasal dari pejantan unggul (Proven
Bull) yang mempunyai surat sertifikat/keterangan yang dikeluarkan
oleh Assosiasi sapi potong.
b. Persyaratan Khusus
1. Jenis : Sapi Potong
2. Kandungan Spermatozoa : - mini straw minimal 25 juta/straw
- medium straw minimal 30 juta/straw
357
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
358
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
a. Persyaratan Umum
Semen beku babi harus berasal dari pejantan unggul yang
mempunyai surat sertifikat/keterangan yang dikeluarkan oleh
Assosiasi Babi.
b. Persyaratan Khusus
1. Jenis : Semen Beku Babi
2. Kemasan Straw : makro straw yang terisi 5 cc
semen beku.
3. Kandungan Spermatozoa: minimal 3.000 juta/straw
4. Mortalitas Spermatozoa : Post Thawing Motality (PTM)
minimal 40 %
5. Gerakan Spermatozoa : Motility progresif (+++) Individu
6. Penyimpanan : Dalam container yang diisi
Liquid Nitrogen (N2) mendekati
penuh.
5. Telur Tetas Unggas
a. Persyaratan mutu
1. Melampirkan surat keterangan yang menjamin kualitas telur
tetas dari pembibit asal.
2. Kondisi telur tetas tidak cacat, warna dan berat seragam
3. Pengiriman telur tetas harus dengan kotak pengemas
berventilasi, telah disanitasi dan memenuhi standar
kesejahteraan hewan (Animal Walfare)
b. Persyaratan Kesehatan Hewan
Harus memenuhi persyaratan kesehatan hewan dan
melampirkan sertifikat kesehatan hewan dari instansi yang
berwenang dari negara asal.
B. BIBIT TERNAK
1. SAPI POTONG
1) Standar Umum :
a. Sapi bibit yang dimasukkan harus mempunyai surat keterangan
pedigree yang dikeluarkan oleh Asosiasi Breeder sejenis atau badan-
badan pemerintah/semi pemerintah/swasta yang berwenang.
b. Sapi bibit harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti: cacat
mata, tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki abnormal (bentuk O
359
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
2) Standar Khusus
1. Sapi Brahman
a. Pejantan Brahman
1) Warna : Memiliki 87,5 % darah brahman; berbuli
tipis, warna putih dan atau kelabu.
2) Tanduk : Tidak bertanduk atau kalau bertanduk
harus yang sudah dipotong (dehorned)
3) Bentuk Badan : Kepala besar dan paha besar; mempunyai
punuk ; mempunyai gelambir mulai dari
rahang bawah sampai ke bagian ujung
tulang dada bagian depan, jangan terlalu
berlipat; kaki panjang dan tubuh kompak.
4) Tinggi Gumba: Minimal 130 cm.
5) Umur : 30–36 bulan (minimal ganti gigi 2 pasang,
maksimal ganti gigi 3 pasang.
6) Berat badan : Minimal 325 kg.
b. Betina Brahman
1) Warna : Memiliki 75 % darah brahman; berbulu
tipis, warna putih dan atau kelabu, ditolerir
warna merah
2) Tanduk : Tidak bertanduk.
3) Bentuk Badan: Kepala besar dan paha besar; mempunyai
punuk; telinga lebar dan tergantung;
berkaki panjang dan tubuhnya tidak begitu
kompak; gelambir kulit mulai dari rahang
bawah sampai ke bagian ujung tulang dada
bagian depan
4) Tinggi Gumba: Minimal 120 cm
5) Berat badan : Minimal 300 kg
2. Sapi Simmental
a. Pejantan Simmental
360
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
b. Betina Simmental
1) Warna : Bervariasi dari merah gelap sampai kuning
kecoklatan.
2) Tanduk : Bertanduk.
3) Bentuk Badan : Tubuh sedang, kompak dan padat
4) Tinggi Gumba: Minimal 120 cm
5) Umur : 18 sampai 30 bulan ( maksimal ganti gigi 2
pasang )
6) Berat badan : Minimal 250 kg
3. Sapi Limousin
a. Pejantan Limousin
1) Warna : Kuning agak kelabu (beige)
2) Tanduk : Tidak bertanduk
3) Bentuk Badan: Ukuran tubuh besar; badan kompak dan
padat
4) Tinggi Gumba: Minimal 130 cm.
5) Umur : 18–36 bulan (minimal ganti gigi 1 pasang,
maksimal ganti gigi 3 pasang)
6) Berat badan : Minimal 450 kg.
b. Betina Limousin
1) Warna : Merah bata
2) Tanduk : Tidak bertanduk
3) Bentuk Badan : Ukuran sedang, kompak dan padat
4) Tinggi Gumba: Minimal 120 cm
5) Umur : 14 – 24 bulan
6) Berat badan : minimal 350 kg
361
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
2. Prosentase hidup sperma dari semen yang dihasilkan lebih dari 70%
dan spermatozoa yang bergerak secara progresif lebih dari 2+
dengan menggunakan electro ejaculator.
3. Ternak bibit pejantan telah diberi nose ring.
2. SAPI PERAH
a. mempunyai silsilah (pedigree) sampai dengan 2 (dua) generasi
diatasnya untuk bibit dasar/elite dan bibit induk;
b. mempunyai silsilah (pedigree) minimal 1 (satu) generasi diatasnya
untuk bibit sebar;
c. berasal dari daerah yang bebas penyakit hewan menular yang
dinyatakan dengan surat keterangan kesehatan hewan oleh pejabat
yang berwenang;
d. memiliki bentuk ideal, alat reproduksi normal serta tidak memiliki cacat
fisik;
e. memiliki ambing simetris, pertautan luas dan kuat, jumlah puting
empat, bentuk dan fungsi puting normal;
f. sudah di-dehorning;
g. bukan dari kelahiran jantan dan betina (free martin);
h. secara khusus memperhatikan umur, tinggi pundak, berat
badan,lingkar dada dan warna bulu sesuai dengan standar kelompok
bibit sapi perah yang telah disepakati sebagai berikut :
- Umur : minimal 15-20 bulan, jantan minimal 18 bulan;
- Tinggi pundak : Betina minimal 115 cm, jantan minimal 134 cm;
- Berat badan : Betina minimal 300 kg, jantan minimal 480 kg;
- Lingkar dada : Betina minimal 155 cm;
- Warna bulu : hitam putih/merah putih sesuai dengan
karakteristik sapi perah FH;
i. berdasarkan kemampuan dan kualitas produksi susu tetuanya, bibit
sapi perah terdiri dari bibit dasar, bibit induk dan bibit sebar dengan
persyaratan teknis seperti tabel berikut :
362
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
j. secara khusus untuk bibit sapi perah pejantan lingkar scrotum minimal
32cm.
3. KERBAU
a. Kerbau bibit yang dimasukan harus mempunyai surat keterangan
mengenai derajat kemurnian ternak tersebut yang dikeluarkan oleh
Assosiasi Breeder sejenis atau badan-Badan Pemerintah/semi
Pemerintah/ Swasta yang berwenang.
b. Kerbau bibit harus sehat dan harus bebas dari segala cacat fisik seperti :
cacat mata (kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan kuku
abnormal serta tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat
tubuh lainnya
c. Semua kerbau bibit betina harus bebas dari cacat alat reproduksi,
abnormal ambing serta tidak menunjukkan gejala kemandulan.
d. Kerbau bibit jantan harus siap jadi pejantan serta tidak menderita cacat
pada alat kelaminnya.
e. persyaratan teknis yang harus dipenuhi untuk masing-masing rumpun
kerbau yaitu sebagai berikut :
Kualitatif Kuantitatif
- kulit berwarna abu-abu, hitam, bulu Betina :
berwarna abu-abu sampai hitam; Umur 18-36 bulan
- tanduk mengarah ke belakang Tinggi gumba minimal 105 cm
horizontal, bentuk bulan panjang Jantan :
dengan bagian ujung yang Umur 30-40 bulan
meruncing serta membentuk Tinggi gumba minimal 110 cm
setengah lingkaran;
- kondisi badan baik, bagian belakang
penuh dengan otot yang
berkembang;
- leher kompak dan kuat serta
mempunyai proporsi yang
sebanding dengan badan dan
kepala;
- ambing berkembang dan simetris.
2) Kerbau Sungai
Kualitatif Kuantitatif
- kulit umumnya berwarna hitam, Betina:
dengan bulu hitam panjang pada Umur 24-36 bulan
363
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
4. KAMBING
a. Kambing dan domba harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik
seperti cacat mata (kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan
kuku abnormal serta tidak terdapat kelainan tulang punggung atau
cacat tubuh lainnya.
b. Semua kambing dan domba betina harus bebas dari cacat alat
reproduksi, abnormal ambing serta tidak menunjukkan gejala
kemandulan.
c. Kambing dan domba jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak
menderita cacat pada alat kelaminnya.
1) Kambing Boer
Umur : 12 – 18 bulan.
Berat : Jantan minimal 40 kg, betina minimal 25 kg.
Bentuk badan : kokoh, kekar dan telinga panjang terkulai.
2) Kambing Saanen
Warna : belang-belang hitam putih atau merah atau
coklat putih.
Berat : minimal 40 kg.
Bentuk badan : tubuh panjang, dada lebar dan dalam, ambing
dan Puting susu besar dan lunak; tidak
bertanduk/bertanduk kecil.
Umur : betina umur 8 – 12 bulan.
Jantan umur 12 – 18bulan.
5. BABI
Babi GPS
a. Babi bibit yang dimasukkan harus mempunyai surat
keterangan/jaminan tertulis dari perusahaan Babi bibit Pure Line (PL)
nya mengenai warna, bentuk badan kualitasnya sebagai babi bibit.
b. Babi bibit harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik (physical defect)
dan tidak cacat alat reproduksi.
364
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Babi PS
a. Babi bibit yang dimasukkan harus mempunyai surat
keterangan/jaminan tertulis dari perusahaan Babi bibit Grand Parent
Stock-nya mengenai warna, bentuk badan kualitasnya sebagai babi bibit.
b. Babi bibit harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik (physical defect)
dan tidak cacat alat reproduksi.
c. Persyaratan teknis yang harus dipenuhi :
(1) Jenis : Babi bibit PS
(2) Berat badan babi bibit PS : 80 - 90 kg
(3) Berasal dari tetua induk dengan
jumlah anak perkelahiran : 7 – 9 ekor
(4) Pertambahan berat badan harian : 685 – 760 gram
6. KUDA
a. Kuda bibit yang dimasukkan harus mempunyai surat keterangan yang
dikeluarkan oleh Assosiasi Breeder sejenis atau badan-badan
pemerintah/semi pemerintah/swasta yang berwenang.
b. Kuda bibit harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik (physical defect)
dan tidak cacat alat reproduksi.
c. Persyaratan teknis baik kualitatif (warna, bentuk badan, dan
temperamen maupun kuantitaif ( tinggi pundak, berat badan dan umur)
sesuai dengan sifat-sifat kuda menurut jenisnya.
1. Kuda Thorougbred
a). Warna : Bermacam-macam
b). Bentuk badan : langsing
c). Temperamen : sangat aktif
d). Tinggi pundak :
- betina : minimal 155,5 cm
- jantan : minimal 155,5 cm
e). Umur ternak :
365
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
2. Kuda Arab
a) Warna : bermacam-macam
b) Bentuk badan : ramping dan kuat, anggota tubuhnya
langsing, badan secara keseluruhan relatif
pendek dengan punggung yang relatif
pendek
c) Temperamen : lincah.
d) Tinggi pundak :
- betina : minimal 148 cm
- jantan : minimal 148 cm
e) Umur ternak :
- betina : 30 – 36 bulan
- jantan : 36 – 48 bulan
f) Berat badan :
- betina : minimal 400 kg
- jantan : minimal 400 kg
7. ITIK
a. Itik bibit yang dimasukkan harus mempunyai Surat
Keterangan/Sertifikat yang dikeluarkan oleh Breeder/peternak atau
badanbadan pemerintah/swasta yang berwenang yang menjamin
mengenai warna bulu, bentuk kaki, profil tubuh, leher, paruh, tanda
khusus lainnya dan kualitasnya sebagai itik bibit.
b. Harus sehat, tidak cacat, bentuk dan warna bulu seragam.
c. Harus memenuhi persyaratan kesehatan hewan dan melampirkan
sertifikat kesehatan hewan dari instansi yang berwenang dari negara
asal.
d. Persyaratan khusus yang harus dipenuhi :
a). Produksi telur : 275 butir
b). Produksi telur tetas : 215 butir
c). Umur mencapai dewasa : 20 minggu
d). Rata-rata berat telur : 75 gram
8. AYAM RAS
(1) Anak Ayam Bibit Umur Sehari (DOC) GPS Layer dan atau Broiler.
366
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
C. Ternak Potong
1. Sapi
a. berat badan maksimal 350 kg;
b. umur lebih kurang 1,5 tahun.
2. Kambing
a. berat badan minimal 25 kg;
b. umur lebih kurang 1 tahun.
3. Domba
a. berat badan minimal 25 kg;
b. umur lebih kurang 1 tahun.
4. Kerbau
a. berat badan maksimal 400 kg;
b. umur lebih kurang 2 tahun.
5. Babi
a. berat badan : 90 – 110 kg.
b. umur : 6 – 7 bulan
c. bentuk badan : besar, daging banyak.
d. warna bulu : sesuai dengan warna khas ras/bangsa.
e. tebal lemak punggung : 3,50 cm (Grade A); 3,50 cm – 5,00 cm (Grade
B); 5,00 cm (Grade C).
367
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MENTERI PERTANIAN,
Ttd
ANTON APRIYANTONO
A. BENIH
1. Semen Beku Sapi Bali
a. Persyaratan Umum
Semen beku sapi harus berasal dari pejantan unggul yang merupakan
seleksi performans dan bebas penyakit menular khususnya penyakit
reproduksi (mempunyai sertifikat kesehatan hewan)
b. Persyaratan khusus
a). Kemasan straw : mini straw 0,25 cc
b). Kandungan Spermatozoa : + 25 juta / straw
c). Motilitas Progresif Post Thawing : > 50 %
d). Penyimpanan : dalam container yang diisi Liquid Nitrogen (LN2)
merendam straw secara penuh
368
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
B. BIBIT TERNAK
1. SAPI
a. Bibit harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti : cacat mata
(kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal,
serta tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya.
b. Semua bibit betina harus bebas dari cacat alat reproduksi, abnormal
ambing, serta tidak menunjukkan gejala kemandulan
c. Bibit pejantan harus siap sebagai pejantan serta tidak menderita cacat
pada alat kelaminnya.
d. Persyaratan khusus yang harus dipenuhi :
369
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Tanduk : b. Jantan :
Pendek, pada yang betina lebih pendek Kelas I minimal : 127 cm
dari pada yang jantan. Kelas II minimal : 125 cm
Kelas III minimal : 124 cm
Bentuk Badan : Panjang Badan
Badan besar, gelambir longgar
bergantung, punuk besar dan leher a. Betina :
pendek. Kelas I minimal : 124 cm
Kelas II minimal : 117 cm
Kelas III minimal : 115 cm
b. Jantan
Kelas I minimal : 139 cm
Kelas II minimal : 133 cm
Kelas III minimal : 130 cm
Umur :
a. Betina : 18 sampai 24
bulan
b. Jantan : 24 sampai 36
bulan
1c Sapi Madura Tinggi Gumba
Warna : a. Betina :
Merah bata atau merah coklat campur Kelas I minimal : 108 cm
putih dengan batas tidak jelas pada bagian Kelas II minimal : 105 cm
pantat. Kelas III minimal : 102 cm
Tanduk : b. Jantan :
Kecil pendek mengarah ke sebelah luar. Kelas I minimal : 121 cm
Gumba pada betina tidak jelas, pada Kelas II minimal : 110 cm
jantan berkembang baik. Kelas III minimal : 105 cm
Umur :
370
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
a. Betina : 18 sampai 24
bulan
b. Jantan : 24 sampai 36
bulan (minimal ganti
gigi 1 ps, maksimal
ganti gigi 2 ps).
2. KERBAU
a. Kerbau bibit harus sehat dan harus bebas dari segala cacat fisik seperti :
cacat mata (kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan kuku
abnormal serta tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat
tubuh lainnya
b. Semua kerbau bibit betina harus bebas dari cacat alat reproduksi,
abnormal ambing serta tidak menunjukkan gejala kemandulan.
c. Kerbau bibit jantan harus siap jadi pejantan serta tidak menderita cacat
pada alat kelaminnya.
d. persyaratan teknis yang harus dipenuhi untuk masing-masing rumpun
kerbau yaitu sebagai berikut :
Kerbau Lumpur
Kualitatif Kuantitatif
- kulit berwarna abu-abu, hitam, bulu berwarna Betina:
abu-abu sampai hitam; Umur 18-36 bulan
- tanduk mengarah ke belakang horizontal, Tinggi gumba minimal 105 cm
bentuk bulan panjang dengan bagian ujung
yang meruncing serta membentuk setengah Jantan:
lingkaran; Umur 30-40 bulan
- kondisi badan baik, bagian belakang penuh Tinggi gumba minimal 110 cm
dengan otot yang berkembang;
- leher kompak dan kuat serta mempunyai
proporsi yang sebanding dengan badan dan
kepala;
- ambing berkembang dan simetris.
371
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
c. kambing dan domba jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak
menderita cacat pada alat kelaminnya.
d. Persyaratan teknis yang harus dipenuhi untuk masing-masing rumpun
ternak adalah sebagai berikut:
Kualitatif Kuantitatif
Warna bulu belang hitam, putih, merah, Betina umur 8-12 bulan
coklat,dan kadang-kadang putih; Tinggi badan minimal 55 cm
- Tanduk kecil; Berat badan minimal 15 kg
- Muka cembung, daun telinga panjang dan
terkulai ke bawah, bergelambir yang Jantan umur 12-18 bulan
cukup besar; Tinggi badan minimal 65 cm
- Daerah belakang paha, ekor dan dagu Berat badan minimal 20 kg
berbulu panjang.
Kualitatif Kuantitatif
- Warna bulu bervariasi dari putih campur Betina umur 8-12 bulan
hitam, coklat atau hitam sama sekali; Tinggi badan minimal 46 cm
-Tanduk mengarah ke belakang dan
membengkok keluar; Berat badan minimal 12 kg
- Hidung lurus, leher pendek, telinga Jantan umur 12-18 bulan
pendek berdiri tegak ke depan, kepala Tinggi badan minimal 50 cm
kecil dan ringan. Berat badan minimal 15 kg.
Kualitatif Kuantitatif
- Warna belang-belang hitam putih atau Betina umur 8-12 bulan
merah atau cokelat putih; Berat badan minimal 40 kg
- Tidak bertanduk/bertanduk kecil; Jantan umur 12-18 bulan
- Kepala ringan, leher panjang dan halus, Berat badan minimal 40 kg
dahi lebar, teling pendek dan mengarah ke
samping;
- Kuku lurus dan kuat;
- Tubuh panjang, dada lebar dan dalam,
ambing dan puting susu besar dan lunak.
3d. Domba Garut
Kualitatif Kuantitatif
- Warna bulu putih, hitam atau putih dan Betina umur 8-12 bulan
hitam; Tinggi badan minimal 62 cm
372
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Kualitatif Kuantitatif
- Warna bulu putih dan kasar, tidak Betina umur 8-12 bulan
bertanduk; Tinggi badan minimal 52 cm
- Ekor besar lebar dan panjang. Berat badan minimal 25 kg
Jantan umur 12-18 bulan
Tinggi badan minimal 60 cm
Berat badan minimal 60 kg
Kualitatif Kuantitatif
- Warna bulu bermacam-macam; Betina umur 8-12 bulan
- Betina tidak bertanduk, jantan bertaduk Tinggi badan minimal 40 cm
kecil tidak melingkar; Berat badan minimal 10 kg
- Bentuk badan kecil Jantan umur 12-18 bulan
Tinggi badan minimal 45 kg
Berat badan minmal 15 kg
373
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
- Warna bulu seragam sesuai dengan warna galur/strain dan kondisi bulu
kering
- Jaminan kematian kuri maksimal 2 %.
MENTERI PERTANIAN,
TTd
ANTON APRIYANTONO
374
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MENTERI PERTANIAN,
Ttd
ANTON APRIYANTONO
375
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
376
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
377
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
378
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
379
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
380
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Tentang
SURAT PERSETUJUAN PEMASUKAN BENIH / BIBIT TERNAK/
TERNAK POTONG DARI LUAR WILAYAH REPUBLIK INDONESIA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERTANIAN
381
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
382
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN
Menetapkan : Memberikan Persetujuan Pemasukan Benih/Bibit Ternak/Ternak
Potong dari luar wilayah negara Republik Indonesia, kepada :
KESATU
Nama Perusahaan :
Alamat Perusahaan :
Izin Usaha Pembibitan :
No. APIT :
dengan rincian sebagai berikut :
a. Jenis :
b. Galur/Ras/Bangsa :
c. Jumlah :
- Jantan :
- Betina :
d. Negara Asal Ternak :
e. Perusahaan Pembibitan Asal :
f. Provinsi Pemasukan :
g. Lokasi Farm Pembibitan :
h. Pelabuhan Asal Pengeluaran :
i. Pelabuhan Tujuan Pemasukan:
j. Pelaksana Impor :
383
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Ditetapkan : JAKARTA
Pada tanggal :
A.n. MENTERI PERTANIAN
DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN
(…......................................)
NIP.
384
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
385
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
386
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
387
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
388
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
389
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
390
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
391
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
392
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN
Menetapkan : Memberikan Persetujuan Pengeluaran Bibit/Bibit
Ternak/Ternak Potong dari wilayah Republik Indonesia,
kepada :
KESATU
Nama Perusahaan :
Alamat Perusahaan :
Izin Usaha Pembibitan :
No. APIT :
dengan rincian sebagai berikut :
a. Jenis :
b. Galur/Ras/Bangsa :
c. Jumlah :
- Jantan :
- Betina :
d. Negara Asal Ternak :
e. Perusahaan Pembibitan Asal :
f. Provinsi Pemasukan :
g. Lokasi Farm Pembibitan :
h. Pelabuhan Asal Pengeluaran :
i. Pelabuhan Tujuan Pemasukan :
j. Pelaksana Impor :
393
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Ditetapkan : JAKARTA
Pada tanggal :
A.n. MENTERI PERTANIAN
DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN
(…......................................)
NIP.
394
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
391
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG KREDIT
USAHA PEMBIBITAN SAPI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan:
1. Usaha Pembibitan Sapi adalah suatu usaha kegiatan budidaya menghasilkan
bibit ternak sapi.
2. Kredit Usaha Pembibitan Sapi, yang selanjutnya disingkat KUPS, adalah
kredit yang diberikan bank pelaksana kepada Pelaku Usaha Pembibitan Sapi
yang memperoleh subsidi bunga dari Pemerintah.
3. Pelaku Usaha Pembibitan Sapi, yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha, adalah
perusahaan pembibitan, koperasi, kelompok/gabungan kelompok peternak
yang melakukan Usaha Pembibitan Sapi.
4. Calon Peserta adalah Pelaku Usaha yang termasuk dalam daftar yang
diusulkan memperoleh KUPS yang direkomendasi-kan oleh instansi yang
membidangi fungsi peternakan di Kabupaten/Kota atau instansi yang ditunjuk
oleh Bupati/Walikota.
5. Peserta adalah Calon Peserta yang ditetapkan oleh bank pelaksana sebagai
penerima KUPS.
6. Perusahaan Pembibitan adalah perusahaan yang bergerak di bidang
pembibitan sapi dan telah memenuhi ijin usaha pembibitan yang berbadan
hukum dan bergerak di bidang pembibitan.
7. Koperasi adalah koperasi primer sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, yang bergerak di
392
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB II
TUJUAN
Pasal 2
KUPS bertujuan untuk mendukung pendanaan pelaksanaan pengembangan Usaha
Pembibitan Sapi secara berkelanjutan.
BAB III
OBYEK PENDANAAN KUPS
Pasal 3
393
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 4
Kriteria dan persyaratan Pelaku Usaha, pola kemitraan, dan target populasi bibit
sapi dalam rangka Usaha Pembibitan Sapi mengikuti ketentuan yang ditetapkan
oleh Menteri Pertanian.
Pasal 5
KUPS diberikan secara langsung kepada Pelaku Usaha.
BAB IV
JANGKA WAKTU PENDANAAN
Pasal 6
(1) KUPS untuk Pelaku Usaha yang berbentuk Perusahaan Pembibitan diberikan
selama 2 (dua) tahun sejak ditetap kannya Peraturan Menteri Keuangan ini,
dengan subsidi bunga sesuai jangka waktu kredit paling lama 6 (enam) tahun.
(2) KUPS untuk Pelaku Usaha yang berbentuk Koperasi dan
Kelompok/Gabungan Kelompok Peternak diberikan sampai dengan tahun
2014, dengan subsidi bunga berakhir paling lambat tahun 2020.
BAB V
PENYEDIAAN DANA KUPS
Pasal 7
(1) Bank Pelaksana menyediakan dana untuk KUPS.
(2) Bank Pelaksana menyalurkan dan menatausahakan KUPS.
BAB VI
SUBSIDI BUNGA
Pasal 8
Pemerintah memberikan Subsidi Bunga selama jangka waktu kredit.
394
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 9
(1) Menteri Pertanian mengajukan usulan anggaran subsidi bunga KUPS untuk
tahun berikutnya pada bulan Februari tahun berjalan kepada Menteri
Keuangan, dengan tembusan kepada Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/
Ketua Bappenas.
(2) Berdasarkan usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri Keuangan
mengalokasikan Subsidi Bunga dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (RAPBN).
(3) Berdasarkan alokasi Subsidi Bunga yang tersedia dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Menteri Keuangan menerbitkan Surat Penetapan Satuan Anggaran per Satuan
Kerja (SP-SAPSK) dan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Subsidi
Bunga.
Pasal 10
(1) Subsidi Bunga dibayarkan setiap 6 (enam) bulan sekali.
(2) Permintaan pembayaran Subsidi Bunga diajukan oleh Bank Pelaksana kepada
Menteri Keuangan u.p. Direktur Jenderal Perbendaharaan dengan dilampiri:
a. rincian penghitungan tagihan Subsidi Bunga;
b. rincian mutasi rekening pinjaman masingmasing penerima KUPS; dan
c. tanda terima pembayaran Subsidi Bunga yang ditandatangani Direksi
Bank Pelaksana atau pejabat yang dikuasakan.
(3) Pembayaran Subsidi Bunga dilakukan berdasarkan data penyaluran KUPS
yang disampaikan oleh Bank Pelaksana.
(4) Dalam rangka menilai kepatuhan terhadap ketentuan penyaluran KUPS, dan
meneliti kebenaran perhitungan Subsidi Bunga yang telah dibayarkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilakukan verifikasi oleh Departemen
Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan bekerja sama dengan
Departemen Pertanian c.q. Direktorat Jenderal Peternakan, secara periodik
atau sewaktu-waktu.
BAB VII
MEKANISME PENDANAAN
Pasal 11
(1) Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan menetapkan
Bank Pelaksana berdasarkan permohonan bank yang bersangkutan.
(2) Bank Pelaksana paling kurang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. menyampaikan komitmen tertulis penyediaan dana sejumlah tertentu
guna pendanaan KUPS.
395
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 12
Bank Pelaksana menetapkan Peserta berdasarkan penilaian terhadap kelayakan
Calon Peserta sesuai asas-asas perkreditan yang sehat, dengan memperhatikan
ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 13
(1) Bank Pelaksana wajib mengambil tindakantindakan yang diperlukan untuk
menjamin penyediaan dan penyaluran KUPS yang menjadi tanggung
jawabnya secara tepat jumlah dan tepat waktu sesuai program yang ditetapkan
Pemerintah, serta mematuhi semua ketentuan tata cara penatausahaan yang
berlaku.
(2) Kewajiban, hak, tugas, dan tanggung jawab Bank Pelaksana, serta ketentuan-
ketentuan lain terkait dengan pendanaan, penyaluran, penatausahaan,
pelaporan, dan sanksi KUPS oleh Bank Pelaksana, diatur lebih lanjut dalam
Perjanjian Kerjasama Pendanaan.
Pasal 14
Dirjen Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan memberikan persetujuan
plafon KUPS untuk masingmasing Bank Pelaksana, dengan didasarkan pada
pertimbangan:
a. pembiayaan KUPS yang dirinci per tahun yang disampaikan oleh Menteri
Pertanian;
b. kemampuan Pemerintah menyediakan Subsidi Bunga;
c. usul/komitmen penyediaan dana KUPS oleh Bank Pelaksana; dan
d. pendapat Komite Kebijakan.
Pasal 15
(1) Bank Pelaksana menyusun rencana penyaluran KUPS berdasarkan plafon
KUPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dan Satuan Biaya.
(2) Rencana Penyaluran KUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
oleh Bank Pelaksana kepada Menteri Pertanian dan Menteri Keuangan.
Pasal 16
Penyaluran KUPS dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank
pelaksana dan Peraturan Menteri Pertanian yang mengatur tentang KUPS.
396
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB VIII
PERSYARATAN KREDIT
Pasal 17
(1) Tingkat bunga KUPS ditetapkan sebesar tingkat bunga pasar yang berlaku
untuk kredit sejenis, dengan ketentuan paling tinggi sebesar suku bunga
penjaminan simpanan pada Bank Umum yang ditetapkan oleh Lembaga
Penjamin Simpanan ditambah 6% (enam perseratus).
(2) Beban bunga KUPS kepada Pelaku Usaha ditetapkan sebesar 5% (lima
perseratus).
(3) Selisih tingkat bunga KUPS dengan beban bunga pada Pelaku Usaha
merupakan subsidi Pemerintah.
(4) Ketentuan penetapan tingkat bunga KUPS berlaku selama jangka waktu kredit.
(5) Menteri Keuangan dapat melakukan peninjauan atas tingkat bunga KUPS
dengan memperhatikan usulan dari Menteri Pertanian dan/atau pertimbangan
Komite Kebijakan.
Pasal 18
Risiko KUPS ditanggung sepenuhnya oleh Bank Pelaksana.
Pasal 19
Persyaratan serta tata cara pendanaan, penyaluran, penggunaan, penatausahaan,
pelaporan, sanksi, dan pengawasan KUPS diatur lebih lanjut dalam Perjanjian
Kerjasama Pendanaan.
BAB IX
PEMBINAAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI
Pasal 20
(1) Pembinaan dan pengendalian pelaksanaan KUPS dilakukan oleh Menteri
Keuangan, Menteri Pertanian, dan Bupati/Walikota sesuai dengan bidang
tugas dan wewenang masing-masing dengan berpedoman pada Peraturan
Menteri Pertanian.
(2) Atas prakarsa Menteri Keuangan dan/atau Menteri Pertanian atau pejabat
eselon I yang memiliki kewenangan di bidang kebijakan pemberian KUPS,
dapat diselenggarakan Rapat Evaluasi Penyelenggaraan KUPS secara periodik
atau sewaktu-waktu, dengan melibatkan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan/Ketua Bappenas,
dan Direksi Bank Pelaksana.
(3) Rapat Evaluasi Penyelenggaraan KUPS dapat pula dihadiri oleh kuasa para
pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
397
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB X
PEMERIKSAAN
Pasal 21
(1) Menteri Keuangan sewaktu-waktu dapat mengadakan pemeriksaan atas
realisasi penyaluran dan penggunaan pinjaman pendanaan KUPS oleh Peserta
dan Bank Pelaksana.
(2) Dalam melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri
Keuangan dapat meminta bantuan Menteri Pertanian dan/atau aparat
fungsional pemeriksa internal atau eksternal.
(3) Untuk kepentingan pemeriksaan, Bank Pelaksana dan /atau Peserta
berkewajiban:
a. menyampaikan data dan dokumen terkait;
b. memberikan tanggapan atau jawaban terhadap hal-hal yang ditanyakan
atau diperlukan kejelasan; dan
c. bersikap kooperatif dalam kaitannya dengan pelaksanaan pemeriksaan.
BAB XI
PELAPORAN
Pasal 22
(1) Bank Pelaksana wajib menyusun dan menyampaikan Laporan Penyaluran dan
Pengembalian KUPS setiap bulan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur
Jenderal Perbendaharaan dan Menteri Pertanian c.q. Direktur Jenderal
Peternakan dan Kepala Pusat Pembiayaan, paling lambat tanggal 25 bulan
berikutnya.
(2) Bank Pelaksana wajib menyampaikan laporan lain terkait dengan
penyelenggaraan KUPS dalam hal diperlukan dan/atau diminta secara khusus
oleh Menteri Keuangan dan/atau Menteri Pertanian.
BAB XII
SANKSI
Pasal 23
(1) Dalam hal Bank Pelaksana melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan ini, maka Bank
Pelaksana dikenakan sanksi:
a. administratif berupa teguran tertulis;
b. penundaan atau penghentian pembayaran Subsidi Bunga.
398
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi diatur dalam
Perjanjian Kerjasama Pendanaan.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 24
Mekanisme dan tatacara penghitungan, penagihan, pembayaran, penatausahaan,
pelaporan, sanksi, dan rekonsiliasi/verifikasi Subsidi Bunga diatur lebih lanjut
dalam Perjanjian Kerjasama Pendanaan.
Pasal 25
Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Peraturan
Menteri Keuangan ini diatur oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan.
Pasal 26
Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 18 Agustus 2009
MENTERI KEUANGAN
Tt.d
SRI MULYANI INDRAWATI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 18 Agustus 2009.
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,
Tt.d
ANDI MATTALATTA
399
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
399
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG SYARAT
DAN TATA CARA PENDAFTARAN PAKAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
400
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
401
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
18. Dinas adalah Instansi yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan
hewan provinsi dan/atau kabupaten/kota.
Pasal 2
Peraturan ini dimaksudkan sebagai dasar hukum untuk melaksanakan
pendaftaran, pengujian, dan labelisasi pakan, dengan tujuan agar pakan yang
beredar di wilayah Negara Republik Indonesia terjamin keamanannya dan
memenuhi standar mutu pakan atau persyaratan teknis minimal yang ditetapkan.
Pasal 3
Ruang lingkup dalam Peraturan ini meliputi persyaratan pendaftaran, tata cara
pendaftaran, biaya pengujian, pembinaan dan pengawasan, dan ketentuan sanksi.
Pasal 4
Jangkauan pengaturan dalam Peraturan ini meliputi: pakan unggas, pakan
ruminansia, pakan non ruminansia, dan pakan aneka ternak.
Pasal 5
(1) Penyediaan pakan dapat dilakukan melalui produksi dalam negeri dan/atau
pemasukan dari luar negeri.
(2) Pakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebelum diedarkan wajib memiliki
nomor pendaftaran pakan.
Pasal 6
Setiap orang atau badan usaha yang melakukan kegiatan usaha memproduksi,
memasukkan ke, dan/atau mengeluarkan pakan dari wilayah Negara Republik
Indonesia dengan maksud untuk diedarkan wajib mendaftarkan pakannya.
BAB II
PERSYARATAN PENDAFTARAN
Pasal 7
Pakan yang diproduksi, dimasukkan ke, dan/atau dikeluarkan dari wilayah
Negara Republik Indonesia wajib didaftarkan setelah memenuhi standar mutu
pakan atau persyaratan teknis minimal.
Pasal 8
(1) Pendaftaran pakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dapat dilakukan
oleh setiap orang atau badan usaha dengan melengkapi persyaratan
administrasi dan persyaratan teknis.
(2) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
402
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB III
TATA CARA PENDAFTARAN
Bagian Kesatu
Permohonan Pendaftaran
Pasal 9
(1) Untuk mendapatkan nomor pendaftaran pakan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (2), produsen, importir, atau eksportir mengajukan surat
permohonan kepada Menteri melalui Kepala Pusat, dengan dilampiri
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2), dengan
menggunakan formulir model-1.
403
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(2) Kepala Pusat dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja telah selesai
memeriksa kelengkapan persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (2) dan memberikan jawaban menerima, menunda, atau
menolak.
Pasal 10
(1) Permohonan diterima sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) apabila
telah memenuhi persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
8 ayat (2), oleh Kepala Pusat disampaikan kepada Direktur Jenderal
Peternakan secara tertulis dengan menggunakan formulir model -2.
(2) Permohonan ditunda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) apabila
masih ada kekurangan persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (2), Kepala Pusat memberitahukan kepada pemohon
disertai alasan penundaan secara tertulis, dengan menggunakan formulir
model -3
(3) Apabila dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja pemohon tidak
melengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2), maka
permohonan dianggap ditarik kembali.
(4) Permohonan ditolak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) apabila
persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) tidak
benar, Kepala Pusat memberitahukan kepada pemohon disertai alasan
penolakan secara tertulis, dengan menggunakan formulir model -4.
Pasal 11
(1) Permohonan yang telah diterima sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat
(1) disampaikan oleh Kepala Pusat kepada Direktur Jenderal Peternakan untuk
pemenuhan persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3)
dan ayat (4).
(2) Direktur Jenderal Peternakan setelah menerima permohonan pendaftaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan kajian teknis, dan paling
lambat dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja harus memberi jawaban
diterima atau ditolak.
Pasal 12
(1) Apabila permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat
(2) diterima, maka kepada pemohon diwajibkan mengirim contoh pakan yang
akan didaftarkan kepada Lembaga Penguji yang telah diakreditasi.
(2) Apabila permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) ditolak,
maka Direktur Jenderal Peternakan memberitahukan kepada pemohon disertai
alasan penolakan secara tertulis melalui Kepala Pusat.
404
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Bagian Kedua
Pengujian
Pasal 13
Pengujian mutu pakan dapat dilakukan oleh Lembaga Penguji milik Pemerintah
dan Swasta yang telah diakreditasi dengan ruang lingkup akreditasi minimal
untuk pengujian Proksimat, Kalsium (Ca) dan Fhosfor (P).
Pasal 14
Permohonan pengujian mutu pakan diajukan secara tertulis oleh pemohon kepada
Lembaga Penguji dengan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas.
Pasal 15
(1) Kepala Dinas paling lambat dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja sejak
diterimanya tembusan permohonan pengujian mutu pakan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 telah menugaskan Pengawas Mutu Pakan untuk
melakukan pengambilan contoh pakan.
(2) Pengawas Mutu Pakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selambat-
lambatnya dalam jangka waktu 2 (dua) hari kerja sejak diterimanya penugasan
sudah melakukan pengambilan contoh pakan ditempat pemohon sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
(3) Contoh pakan yang telah diambil oleh Petugas Pengawas Mutu Pakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibungkus dengan baik dan disegel,
diserahkan kepada pemohon untuk dikirimkan kepada Lembaga Penguji.
Pasal 16
(1) Lembaga Penguji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dalam melakukan
pengujian dengan menggunakan metode pengujian mutu pakan, sebagaimana
tercantum pada Lampiran – 1.
(2) Penilaian terhadap hasil pengujian didasarkan pada Standar Mutu Pakan atau
Persyaratan Teknis Minimal, sebagaimana tercantum pada Lampiran - 2
405
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(3) Standar Mutu Pakan atau Persyaratan Teknis Minimal sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dapat ditinjau kembali dan disesuaikan dengan kebutuhan
industri pakan berdasarkan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Pasal 17
Pakan yang telah memenuhi persyaratan mutu, dinyatakan lulus uji oleh Lembaga
Penguji dan diberikan Sertifikat Mutu Pakan kepada pemohon dengan tembusan
kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kepala Dinas sebagaimana tercantum
pada Lampiran – 3.
Pasal 18
(1) Lembaga penguji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 wajib menjaga
kerahasiaan dan bertanggung jawab atas hasil pengujian yang dilakukan.
(2) Petugas yang melayani permohonan pendaftaran pakan wajib menjaga
kerahasiaan formula pakan.
Bagian Ketiga
Pemberian Nomor Pendaftaran Pakan
Pasal 19
Nomor pendaftaran diberikan dalam bentuk Keputusan Menteri Pertanian yang
ditandatangani oleh Direktur Jenderal Peternakan atas nama Menteri untuk
diberikan kepada pemohon melalui Kepala Pusat, seperti formulir model-6.
Pasal 20
(1) Nomor pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 berlaku untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun, dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka
waktu 5 (lima) tahun berikutnya.
(2) Perpanjangan Nomor Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan dengan melampirkan sertifikat mutu pakan.
(3) Nomor pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila setelah
diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu 5 (lima) tahun berakhir, maka
nomor pendaftaran harus di perbaharui.
(4) Perpanjangan dan pembaharuan Nomor pendaftaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan
ini.
Pasal 21
406
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(1) Pemegang Nomor Pendaftaran bertanggung jawab atas mutu produknya dan
wajib mencantumkan nomor pendaftaran pada label di tempat yang mudah
dilihat dan dibaca serta tidak mudah terhapus.
(2) Label sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditulis atau dicetak dengan
menggunakan Bahasa Indonesia, angka arab dan huruf latin yang memuat
paling kurang:
a. nama dagang atau merk;
b. nama dan alamat perusahaan/produsen dan/ atau importir;
c. jenis dan kode pakan;
d. kandungan zat gizi;
e. imbuhan pakan yang digunakan;
f. bahan pakan yang digunakan;
g. tanggal dan kode produksi; dan
h. nomor pendaftaran pakan;
(3) Untuk memudahkan pengenalan jenis-jenis pakan, label pakan diberi warna
dasar dan kode pakan sebagaimana tercantum pada Lampiran- 4.
(4) Pemegang Nomor Pendaftaran Pakan wajib melaporkan setiap perubahan
subyek pemegang nomor pendaftaran kepada Direktur Jenderal Peternakan
melalui Kepala Pusat untuk dicatat dalam buku nomor pendaftaran dan
dilakukan perubahan keputusan pemberian nomor pendaftaran.
Pasal 22
Pemegang nomor pendaftaran wajib menyampaikan laporan penyediaan yang
meliputi produksi, impor, dan penyaluran pakan setiap 3 (tiga) bulan sekali
kepada Direktur Jenderal Peternakan melalui Kepala Pusat, dengan menggunakan
formulir model-5.
BAB IV
BIAYA PENGUJIAN
Pasal 23
(1) Biaya Pengujian Mutu Pakan yang dilakukan oleh Lembaga Penguji
Pemerintah dibebankan kepada pemohon yang merupakan Pendapatan
Negara Bukan Pajak (PNBP) yang harus disetorkan ke Kas Negara yang besar
dan tatacaranya ditetapkan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan.
407
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(2) Biaya pengujian mutu pakan yang dilakukan oleh Lembaga Penguji swasta
dibebankan kepada pemohon, yang besar dan tata caranya ditetapkan oleh
Lembaga Penguji yang bersangkutan.
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 24
Kepala Dinas melakukan pembinaan terhadap penyediaan dan peredaran pakan di
wilayahnya.
Pasal 25
(1) Pengawasan penerapan Nomor Pendaftaran Pakan dilakukan oleh Pengawas
Mutu Pakan.
(2) Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.
BAB VI
KETENTUAN SANKSI
Pasal 26
Terhadap Lembaga Penguji yang terbukti tidak bertanggung jawab atas hasil uji
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dilakukan teguran tertulis dan
dilaporkan kepada pejabat yang berwenang untuk dikenakan sanksi sesuai dengan
Peraturan perundang-undangan.
Pasal 27
Terhadap petugas pelayanan permohonan pendaftaran yang terbukti tidak
menjamin kerahasiaan formula pakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat
(2) dikenakan sanksi sesuai Peraturan perundang-undangan.
Pasal 28
(1) Terhadap produsen dan/atau importir yang terbukti tidak mencantumkan
nomor pendaftaran pada label pakan dan tidak menjamin mutu produknya
atau tidak melaporkan adanya perubahan pemegang nomor pendaftaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (4) dikenakan sanksi
pencabutan nomor pendaftaran oleh Direktur Jenderal Peternakan atas nama
Menteri dan diusulkan kepada pejabat yang berwenang agar izin produksinya
atau izin impornya dicabut dan pakan yang beredar harus ditarik dari
peredaran.
408
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(2) Penarikan kembali pakan yang beredar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh dan atas beban biaya produsen dan/atau importir.
(3) Terhadap produsen yang telah mendapat nomor pendaftaran, apabila selama 2
(dua) tahun berturut-turut tidak melakukan produksinya serta tidak
menyampaikan laporan penyediaan dan peredaran pakan, dikenakan sanksi
pencabutan nomor pendaftaran oleh Direktur Jenderal Peternakan atas nama
Menteri, seperti formulir model-7
BAB VII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 29
(1) Produsen dapat melayani pakan pesanan dengan formula khusus dalam
bentuk fisik pakan sesuai yang didaftarkan dan dipergunakan langsung oleh
pemesan.
(2) Pakan dengan formula khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebelum
digunakan oleh pemesan, produsen wajib melaporkan kepada Direktur
Jenderal Peternakan dengan tembusan kepada Kepala Dinas untuk
mendapatkan pembinaan dan pengawasan.
Pasal 30
Pakan dengan formula khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dilarang
untuk diedarkan dan digunakan untuk kepentingan umum.
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 31
(1) Pakan yang telah terdaftar pada saat Peraturan ini ditetapkan, Nomor
Pendaftaran Pakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya masa Nomor
Pendaftaran Pakan.
(2) Pakan yang pada saat Peraturan ini ditetapkan sedang atau sudah dilakukan
pengujian, tetap dilakukan proses pendaftaran sesuai ketentuan yang telah
ada.
(3) Pakan yang pada saat Peraturan ini ditetapkan sedang dalam proses
pendaftaran tetapi belum dilakukan pengujian, diberlakukan ketentuan dalam
Peraturan ini.
409
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB IX
PENUTUP
Pasal 32
Dengan ditetapkannya Peraturan ini, Keputusan Menteri Pertanian Nomor
242/Kpts/OT.210/4/2003 tentang Pendaftaran dan Labelisasi Pakan, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 33
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 8 April 2009
MENTERI PERTANIAN,
Ttd
ANTON APRIYANTONO
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 7 Mei 2009
MENTERI HUKUM DAN HAM
REPUBLIK INDONESIA
Ttd
ANDI MATTALATTA
410
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
411
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
412
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
413
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
414
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
415
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Garuda Biru
MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PERTANIAN,
Menimbang : bahwa pemohonan izin usaha ... telah memenuhi syarat-syarat
yang ditetapkan, oleh karena itu perlu diterbitkan izin usaha ...
obat hewan;
416
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : Memberikan Izin Usaha Produsen/Importir/Eksportir Kepada
Perusahaan:
1. a. Nama Badan Usaha :
b. Jenis Usaha :
c. Alamat Kantor :
d. Alamat Perusahaan :
2. a. Sarana/Peralatan yang dipergunakan :
b. Bentuk sediaan yang diproduksi/diedarkan * ) :
c. Macam Sediaan yang diproduksi/diedarkan * ) :
d. Jumlah Unit Produksi (Khusus untuk Produsen) :
e. Jumlah Alat Produksi/Peredaran *) :
f. Jumlah Pabrik (satu Propinsi) :
3. Jenis Perluasan : Penambahan unit produksi dilahan tapak atau
lokasi/alat produksi jenis obat yang
impor/ekspor/diedarkan * )
KEDUA : Pemegang Izin Usaha Obat Hewan sebagaimana dimaksud pada
diktum KESATU wajib dengan nyata dan sungguh-sungguh
menjalankan usahanya sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan yang berlaku.
KETIGA : Pemegang Izin Usaha yang diberikan kepada perusahaan
sebagaimana dimaksud dalam amar pertama berlaku selama
Perusahaan Obat Hewan yang bersangkutan melaksanakan kegiatan
dan wajib menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan
kesiapan persyaratan teknis kepada Direktur Jenderal Peternakan
setiap 1 (satu ) tahun sekali dengan tembusan Kepala Pusat Perizinan
dan Investasi.
417
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
A.n. MENTERI PERTANIAN
DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN,
( ..........................................)
NIP.:
SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada Yth. :
1. Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian;
2. Direktur Jenderal Pengawas Obat dan Makanan ;
3. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri ;
4. Kepala Dinas Peternakan Propinsi Daerah Tingkat I ....................... ;
5. Kepala Dinas Peternakan Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II .....................
418
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Garuda Biru
MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN
NOMOR
TENTANG
PENCABUTAN PEMBERIAN IZIN USAHA OBAT HEWAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERTANIAN,
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : Pencabutan Keputusan izin usaha obat hewan Kepada Perusahaan:
a. a. Nama Badan Usaha :
b. Jenis Usaha :
c. Alamat Kantor :
d. Alamat Perusahaan :
b. a. Sarana/Peralatan yang dipergunakan :
b. Bentuk sediaan yang diproduksi/diedarkan*) :
c. Macam Sediaan yang diproduksi/diedarkan*) :
d. Jumlah Unit Produksi (Khusus untuk Produsen):
e. Jumlah Alat Produksi/Peredaran *) :
f. Jumlah Pabrik (satu Propinsi) :
Sebagai : Produsen/Importir/Eksportir/Distributor
c. Jenis Perluasan: Penambahan unit produksi dilahan tapak atau
lokasi/alat produksi jenis obat yang
impor/ekspor/diedarkan * )
420
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
A.n. MENTERI PERTANIAN
DIREKTUR JENDRAL PETERNAKAN,
( ..........................................)
NIP.:
SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada Yth. :
421
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
446
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
447
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN
PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI
Pasal 1
Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Pembibitan Sapi seperti tercantum pada
Lampiran sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.
Pasal 2
Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Pembibitan Sapi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1, dimaksudkan sebagai acuan dalam pelaksanaan pemanfaatan
Kredit Usaha Pembibitan Sapi.
Pasal 3
Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Pembibitan Sapi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 bertujuan untuk meningkatkan kelancaran pelaksanaan
pemanfaatan Kredit Usaha Pembibitan Sapi.
Pasal 4
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Pertanian ini, ketentuan Pasal I angka 1
huruf b.II angka 4 Peraturan Menteri Pertanian Nomor
21/Permentan/KU.430/4/2009 sepanjang untuk pembibitan sapi dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 5
Ketentuan yang diperlukan untuk pelaksanaan Peraturan Menteri Pertanian ini
lebih lanjut diatur oleh Direktur Jenderal Peternakan atas nama Menteri Pertanian.
Pasal 6
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
448
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Ditetapkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 8 September 2009
MENTERI PERTANIAN,
Ttd.
ANTON APRIYANTONO
Diundangkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 17 September 2009
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
ANDI MATTALATTA
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kenyataan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa impor sapi, daging dan
susu cukup tinggi, karena pasokan dari dalam negeri masih belum
mencukupi. Pasokan daging sapi dalam negeri untuk kebutuhan konsumsi
baru mencapai sekitar 60 % dan pasokan susu dalam negeri baru mampu
menyediakan 20 %. Hal ini disebabkan oleh kurangnya populasi sapi
potong dan sapi perah yang tersedia sebagai bibit.
449
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
D. Sasaran
Sasaran pelaksanaan usaha pembibitan sapi menggunakan skim Kredit Usaha
Pembibitan Sapi adalah tersedianya 1 juta ekor sapi induk dalam kurun waktu
5 tahun atau setiap tahunnya sebanyak 200.000 ekor, dilakukan oleh pelaku
usaha pembibitan sapi potong dan sapi perah dalam rangka penyediaan bibit
sapi secara berkelanjutan. Sapi tersebut adalah sapi betina bunting/siap
bunting, berasal dari sapi impor, sapi turunan impor dan sapi lokal.
Pengadaan sapi impor dan turunannya untuk menambah populasi sapi,
sedangkan sapi lokal untuk penyelamatan atau mengurangi pemotongan sapi
betina produktif. Penggunaan sapi lokal dalam jumlah terbatas dan hanya
pada wilayah sumber bibit sapi lokal dan diutamakan Sapi Bali.
E. Manfaat
Manfaat pelaksanaan usaha pembibitan sapi menggunakan skim Kredit Usaha
450
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
451
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
11. Kebutuhan indikatif adalah biaya maksimum untuk setiap satuan unit
usaha pembibitan sapi sesuai dengan skala usaha yang didanai KUPS
dalam satu periode yang telah ditetapkan.
12. Kemitraan adalah kerjasama usaha pembibitan sapi antara
perusahaan/koperasi dan kelompok/gabungan kelompok peternak yang
saling menguntungkan.
13. Prosedur baku adalah tata cara pembibitan sapi yang baik sesuai
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 54/Permentan/ OT.140/8/2006 tentang
Pedoman Pembibitan Sapi Potong yang Baik (Good Breeding Practices)
atau Peraturan Menteri Pertanian Nomor 55/Permentan/ OT.140/8/2006
tentang Pedoman Pembibitan Sapi Perah yang Baik (Good Breeding
Practices).
14. Bank Pelaksana adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang
berkewajiban menyediakan, menyalurkan, dan menatausahakan KUPS.
15. Dinas adalah instansi yang membidangi fungsi peternakan dan/atau
kesehatan hewan.
452
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
1) Berbadan hukum.
2) Memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh bank pelaksana.
3) Memiliki izin usaha peternakan yang bergerak dibidang
pembibitan.
4) Memenuhi prosedur baku pelaksanaan produksi bibit.
5) Bermitra dengan kelompok/gabungan kelompok peternak.
6) Memperoleh rekomendasi dari Dinas kabupaten/kota dan
Direktorat Jenderal Peternakan.
b. Kewajiban Perusahaan Pembibitan adalah sebagai berikut:
1) Menyusun dan menandatangani rencana definitif kebutuhan
untuk usaha pembibitan sapi (RDK-UPS).
2) Mengajukan permohonan kredit kepada Bank Pelaksana yang
dilampiri rencana definitif kebutuhan kredit.
3) Menandatangani akad kredit dengan Bank Pelaksana.
4) Melakukan usaha pembibitan sapi sesuai prosedur baku
untuk penyediaan bibit sapi.
5) Membantu kelompok/gabungan kelompok, dalam hal
pembinaan teknis dan manajemen, penyusunan rencana usaha
pembibitan sapi dan pemasaran hasil produksi serta
penyediaan sarana produksi peternakan yang diperlukan
kelompok/gabungan kelompok.
6) Membuat dan menandatangani perjanjian kerjasama dengan
kelompok/gabungan kelompok atas dasar kesepakatan pihak
yang bermitra serta diketahui oleh Dinas kabupaten/kota dan
Direktorat Jenderal Peternakan.
2. Koperasi
a. Persyaratan Koperasi adalah sebagai berikut:
1) Berbadan hukum.
2) Memiliki pengurus yang aktif.
3) Memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh bank pelaksana.
4) Memiliki anggota yang terdiri dari peternak.
5) Memiliki izin usaha peternakan yang bergerak dibidang
pembibitan.
6) Memenuhi prosedur baku pelaksanaan produksi bibit.
7) Bermitra dengan kelompok/gabungan kelompok peternak.
8) Memperoleh rekomendasi dari Dinas kabupaten/kota dan
Direktorat Jenderal Peternakan.
b. Kewajiban Koperasi adalah sebagai berikut:
1) Menyusun dan menandatangani rencana definitif kebutuhan
untuk usaha pembibitan sapi (RDK-UPS).
453
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
454
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
C. Pola Kemitraan
1. Kemitraan antara perusahaan/koperasi dan kelompok/gabungan
kelompok yang keduanya peserta KUPS, dilakukan atas dasar kontrak
kerjasama kemitraan yang diketahui oleh Dinas kabupaten/kota dan
Direktorat Jenderal Peternakan.
2. Kemitraan antara perusahaan/koperasi peserta KUPS yang
memberikan gaduhan ternak sapi kepada kelompok/gabungan
kelompok, dilakukan atas dasar kontrak kerjasama kemitraan yang
diketahui oleh Dinas kabupaten/kota dan Direktorat Jenderal
Peternakan.
3. Kemitraan antara kelompok/gabungan kelompok peserta KUPS
dengan perusahaan/koperasi sebagai penjamin, dilakukan atas dasar
kontrak kerjasama kemitraan yang diketahui oleh Dinas
kabupaten/kota. Dalam hal Perusahaan/Koperasi sebagai penjamin,
maka Perusahaan/Koperasi melakukan pendampingan kepada
kelompok/gabungan kelompok dalam menyusun dan
menandatangani RDK-UPS serta membantu dalam menyediakan bibit
sapi.
455
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
456
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
C. Pengawasan
Di tingkat pusat, Direktorat Jenderal Peternakan melakukan pengawasan
terhadap rekomendasi yang diberikan oleh Dinas kabupaten/kota kepada
calon peserta KUPS.
Di tingkat daerah, Dinas kabupaten/kota melakukan seleksi calon peserta
KUPS, melakukan pengamatan dan pengawasan terhadap penggunaan
nomor identifikasi yang berupa microchips, dan melakukan pengawasan
terhadap anak sapi betina dalam penyediaan bibit.
Dalam hal peserta KUPS tidak melaksanakan pemanfaatan kredit untuk
usaha pembibitan, Direktur Jenderal Peternakan mengusulkan kepada
Bank Pelaksana untuk menerapkan sanksi berupa penerapan bunga
komersial.
VII. PELAPORAN
1. Cabang Bank Pelaksana menyampaikan laporan perkembangan
penyaluran dan pengembalian KUPS yang dikelolanya secara periodik
setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya kepada Dinas
kabupaten/kota.
2. Bank Pelaksana menyampaikan laporan bulanan konsolidasi
perkembangan penyaluran dan pengembalian KUPS yang dikelolanya
paling lambat tanggal 25 bulan berikutnya kepada Menteri Pertanian up.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kepala Pusat Pembiayaan Pertanian.
3. Dinas kabupaten/kota menyampaikan laporan penyaluran dan
pengembalian KUPS setiap bulan paling lambat tanggal 15 bulan
berikutnya kepada Dinas Provinsi.
457
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
IX. PENUTUP
Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi petugas baik di pusat dan daerah
serta pelaku usaha dan pemangku kepentingan lainnya dalam pelaksanaan
pemanfaatan KUPS, agar dana yang disediakan oleh Bank Pelaksana dapat
dimanfaatkan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan sehingga
sasaran program dapat tercapai, penyaluran dan pengembalian KUPS dapat
berjalan lancar dan tepat sasaran.
MENTERI PERTANIAN,
Ttd
ANTON APRIYANTONO
458
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
458
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
459
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG
PERSYARATAN RUMAH POTONG HEWAN RUMINANSIA
DAN UNIT PENANGANAN DAGING (MEAT CUTTING
PLANT)
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Ruminansia besar adalah ternak memamah biak yang terdiri dari ternak
ruminansia besar, seperti sapi dan kerbau, serta ternak ruminansia kecil,
seperti kambing dan domba.
2. Rumah Potong Hewan yang selanjutnya disebut dengan RPH adalah suatu
bangunan atau kompleks bangunan dengan desain dan syarat tertentu yang
digunakan sebagai tempat memotong hewan bagi konsumsi masyarakat
umum.
3. Unit Penanganan Daging (meat cutting plant) yang selanjutnya disebut
dengan UPD adalah suatu bangunan atau kompleks bangunan dengan disain
dan syarat tertentu yang digunakan sebagai tempat untuk melakukan
pembagian karkas, pemisahan daging dari tulang, dan pemotongan daging
sesuai topografi karkas untuk menghasilkan daging untuk konsumsi
masyarakat umum.
4. Hewan adalah binatang atau satwa yang seluruh atau sebagian dari siklus
hidupnya berada di darat, air dan/atau udara, baik yang dipelihara maupun
yang dihabitatnya.
5. Karkas ruminansia adalah bagian dari tubuh ternak ruminansia sehat yang
telah disembelih secara halal, dikuliti, dikeluarkan jeroan, dipisahkan kepala,
kaki mulai dari tarsus/karpus ke bawah, organ reproduksi dan ambing, ekor
serta lemak yang berlebih, dapat berupa karkas segar hangat (hot carcass),
segar dingin (chilled carcass) atau karkas beku (frozen carcass).
460
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
6. Daging adalah bagian dari otot skeletal karkas yang lazim, aman, dan layak
dikonsumsi oleh manusia, terdiri atas potongan daging bertulang dan daging
tanpa tulang, dapat berupa daging segar hangat, segar dingin (chilled) atau
karkas beku (frozen).
7. Karkas atau daging segar dingin (chilled) adalah karkas atau daging yang
mengalami proses pendinginan setelah penyembelihan sehingga temperatur
bagian dalam karkas atau daging antara 0ºC dan 4ºC.
8. Karkas atau daging segar beku (frozen) adalah karkas atau daging yang sudah
mengalami proses pembekuan di dalam blast freezer dengan temperatur
internal karkas atau daging minimum minus18ºC.
9. Jeroan (edible offal) adalah isi rongga perut dan rongga dada dari ternak
ruminansia yang disembelih secara halal dan benar sehingga aman, lazim, dan
layak dikonsumsi oleh manusia dapat berupa jeroan dingin atau beku.
10. Pemeriksaan ante-mortem (ante-mortem inspection) adalah pemeriksaan
kesehatan hewan potong sebelum disembelih yang dilakukan oleh petugas
pemeriksa berwenang.
11. Pemeriksaan post-mortem (post-mortem inspection) adalah pemeriksaan
kesehatan jeroan dan karkas setelah disembelih yang dilakukan oleh petugas
pemeriksa berwenang.
12. Pemotongan hewan adalah kegiatan untuk menghasilkan daging hewan yang
terdiri dari pemeriksaan ante-mortem, penyembelihan, penyelesaian
penyembelihan dan pemeriksaan post-mortem.
13. Penyembelihan hewan adalah kegiatan mematikan hewan hingga tercapai
kematian sempurna dengan cara menyembelih yang mengacu kepada kaidah
kesejahteraan hewan dan syariah agama Islam.
14. Penanganan daging hewan adalah kegiatan yang meliputi pelayuan,
pembagian karkas, pembagian potongan daging, pembekuan, pendinginan,
pengangkutan, penyimpanan dan kegiatan lain untuk penjualan daging.
15. Dokter hewan berwenang adalah dokter hewan pemerintah yang ditunjuk
oleh Gubernur/Bupati/Walikota untuk melakukan pengawasan di bidang
kesehatan masyarakat veteriner di RPH dan/atau UPD.
16. Dokter hewan penanggungjawab teknis adalah dokter hewan yang ditunjuk
oleh Manajemen RPH dan/atau UPD berdasarkan rekomendasi dari
Gubernur/Bupati/ Walikota yang bertanggungjawab dalam pemeriksaan ante-
mortem dan post-mortem serta pengawasan di bidang kesehatan masyarakat
veteriner di RPH dan/atau UPD.
17. Daerah kotor adalah daerah dengan tingkat pencemaran biologik, kimiawi dan
fisik yang tinggi.
18. Daerah bersih adalah daerah dengan tingkat pencemaran biologik, kimiawi
dan fisik yang rendah.
461
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
19. Desinfeksi adalah penerapan bahan kimia dan/atau tindakan fisik untuk
mengurangi/menghilangkan mikroorganisme.
20. Kandang penampung adalah kandang yang digunakan untuk menampung
hewan potong sebelum pemotongan dan tempat dilakukannya pemeriksaan
ante-mortem.
21. Kandang isolasi adalah kandang yang digunakan untuk mengisolasi hewan
potong yang ditunda pemotongannya karena menderita atau dicurigai
menderita penyakit tertentu.
22. Zoonosis adalah suatu penyakit infeksi yang secara alami ditularkan dari
hewan ke manusia atau sebaliknya.
23. Kesehatan Masyarakat Veteriner yang selanjutnya disingkat Kesmavet adalah
segala urusan yang berhubungan dengan hewan dan produk hewan yang
secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kesehatan manusia.
Pasal 2
Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai acuan dan dasar hukum bagi setiap
orang dan pemerintah daerah dalam membangun dan mengembangkan RPH dan
UPD.
Pasal 3
Ruang lingkup peraturan ini meliputi Persyaratan RPH; Persyaratan UPD;
Persyaratan Higiene-sanitasi; Pengawasan Kesehatan Masyarakat Veteriner; Izin
RPH, Izin dan Jenis Usaha Pemotongan Hewan; Sumber Daya Manusia; Ketentuan
Peralihan; dan Ketentuan Penutup.
BAB II
PERSYARATAN RUMAH POTONG HEWAN
Bagian Kesatu
Persyaratan Teknis RPH
Pasal 4
RPH merupakan unit pelayanan masyarakat dalam penyediaan daging yang aman,
sehat, utuh, dan halal, serta berfungsi sebagai sarana untuk melaksanakan:
a. pemotongan hewan secara benar, (sesuai dengan persyaratan kesehatan
masyarakat veteriner, kesejahteraan hewan dan syariah agama);
b. pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dipotong (ante-mortem inspection)
dan pemeriksaan karkas, dan jeroan (post-mortem inspektion) untuk
mencegah penularan penyakit zoonotik ke manusia;
c. pemantauan dan surveilans penyakit hewan dan zoonosis yang ditemukan
pada pemeriksaan antemortem dan pemeriksaan post-mortem guna
462
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 5
(1) Untuk mendirikan rumah potong wajib memenuhi persyaratan administratif
dan persyaratan teknis.
(2) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan
dengan peraturan perundangan.
(3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. lokasi;
b. sarana pendukung;
c. konstruksi dasar dan disain bangunan;
d. peralatan.
Bagian Kedua
Persyaratan Lokasi
Pasal 6
(1) Lokasi RPH harus sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Daerah (RUTRD)
dan Rencana Detil Tata Ruang Daerah (RDTRD) atau daerah yang
diperuntukkan sebagai area agribisnis.
(2) Lokasi RPH harus memenuhi persyaratan paling kurang sebagai berikut:
a. tidak berada di daerah rawan banjir, tercemar asap, bau, debu dan
kontaminan lainnya;
b. tidak menimbulkan gangguan dan pencemaran lingkungan;
c. letaknya lebih rendah dari pemukiman;
d. mempunyai akses air bersih yang cukup untuk pelaksanaan pemotongan
hewan dan kegiatan pembersihan serta desinfeksi;
e. tidak berada dekat industri logam dan kimia;
f. mempunyai lahan yang cukup untuk pengembangan RPH;
g. terpisah secara fisik dari lokasi kompleks RPH Babi atau dibatasi dengan
pagar tembok dengan tinggi minimal 3 (tiga) meter untuk mencegah lalu
lintas orang, alat dan produk antar rumah potong.
Bagian Ketiga
Persyaratan Sarana Pendukung
Pasal 7
RPH harus dilengkapi dengan sarana/prasarana pendukung paling kurang
meliputi:
463
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
a. akses jalan yang baik menuju RPH yang dapat dilalui kendaraan pengangkut
hewan potong dan kendaraan daging;
b. sumber air yang memenuhi persyaratan baku mutu air bersih dalam jumlah
cukup, paling kurang 1.000 liter/ekor/hari;
c. sumber tenaga listrik yang cukup dan tersedia terus menerus;
d. fasilitas penanganan limbah padat dan cair.
Bagian Keempat
Persyaratan Tata Letak, Disain, dan Konstruksi
Pasal 8
(1) Kompleks RPH harus dipagar, dan harus memiliki pintu yang terpisah untuk
masuknya hewan potong dengan keluarnya karkas, dan daging
(2) Bangunan dan tata letak dalam kompleks RPH paling kurang meliputi:
a. bangunan utama;
b. area penurunan hewan (unloading sapi) dan kandang
penampungan/kandang istirahat hewan;
c. kandang penampungan khusus ternak ruminansia betina produktif;
d. kandang isolasi;
e. ruang pelayuan berpendingin (chilling room);
f. area pemuatan (loading) karkas/daging;
g. kantor administrasi dan kantor Dokter Hewan;
h. kantin dan mushola;
i. ruang istirahat karyawan dan tempat penyimpanan barang pribadi
(locker)/ruang ganti pakaian;
j. kamar mandi dan WC;
k. fasilitas pemusnahan bangkai dan/atau produk yang tidak dapat
dimanfaatkan atau insinerator;
l. sarana penanganan limbah;
m. rumah jaga.
(3) Dalam kompleks RPH yang menghasilkan produk akhir daging segar dingin
(chilled) atau beku (frozen) harus dilengkapi dengan:
a. ruang pelepasan daging (deboning room) dan pemotongan daging
(cutting room);
b. ruang pengemasan daging (wrapping and packing);
c. fasilitas chiller;
d. fasilitas freezer dan blast freezer;
e. gudang dingin (cold storage).
(4) RPH berorientasi ekspor dilengkapi dengan laboratorium sederhana.
Pasal 9
464
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(1) Bangunan utama RPH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf a
harus memiliki daerah kotor yang terpisah secara fisik dari daerah bersih.
(2) Daerah kotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. area pemingsanan atau perebahan hewan, area pemotongan dan area
pengeluaran darah;
b. area penyelesaian proses penyembelihan (pemisahan kepala, keempat
kaki sampai metatarsus dan metakarpus, pengulitan, pengeluaran isi dada
dan isi perut);
c. ruang untuk jeroan hijau;
d. ruang untuk jeroan merah;
e. ruang untuk kepala dan kaki;
f. ruang untuk kulit; dan
g. pengeluaran (loading) jeroan.
(3) Daerah bersih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi area untuk:
a. pemeriksaan post-mortem;
b. penimbangan karkas;
c. pengeluaran (loading) karkas/daging.
Pasal 10
Disain dan konstruksi dasar seluruh bangunan dan peralatan RPH harus dapat
memfasilitasi penerapan cara produksi yang baik dan mencegah terjadinya
kontaminasi.
Pasal 11
Bangunan utama RPH harus memenuhi persyaratan:
a. tata ruang didisain sedemikian rupa agar searah dengan alur proses serta
memiliki ruang yang cukup, sehingga seluruh kegiatan pemotongan hewan
dapat berjalan baik dan higienis, dan besarnya ruangan disesuaikan dengan
kapasitas pemotongan;
b. adanya pemisahan ruangan yang jelas secara fisik antara “daerah bersih” dan
“daerah kotor”;
c. memiliki area dan fasilitas khusus untuk melaksanakan pemeriksaan post-
mortem;
d. lampu penerangan harus mempunyai pelindung, mudah dibersihkan dan
mempunyai intensitas cahaya 540 luks untuk area pemeriksaan postmortem,
dan 220 luks untuk area pengerjaan proses pemotongan;
e. dinding bagian dalam berwarna terang dan paling kurang setinggi 3 meter
terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah korosif, tidak toksik, tahan
terhadap benturan keras, mudah dibersihkan dan didesinfeksi serta tidak
mudah mengelupas;
465
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
f. dinding bagian dalam harus rata dan tidak ada bagian yang memungkinkan
dipakai sebagai tempat untuk meletakkan barang;
g. lantai terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah korosif, tidak licin, tidak
toksik, mudah dibersihkan dan didesinfeksi dan landai ke arah saluran
pembuangan;
h. permukaan lantai harus rata, tidak bergelombang, tidak ada celah atau lubang,
jika lantai terbuat dari ubin, maka jarak antar ubin diatur sedekat mungkin
dan celah antar ubin harus ditutup dengan bahan kedap air;
i. lubang ke arah saluran pembuangan pada permukaan lantai dilengkapi
dengan penyaring;
j. sudut pertemuan antara dinding dan lantai harus berbentuk lengkung dengan
jari-jari sekitar 75 mm;
k. sudut pertemuan antara dinding dan dinding harus berbentuk lengkung
dengan jari-jari sekitar 25 mm;
l. di daerah pemotongan dan pengeluaran darah harus didisain agar darah
dapat tertampung;
m. langit-langit didisain agar tidak terjadi akumulasi kotoran dan kondensasi
dalam ruangan, harus berwarna terang, terbuat dari bahan yang kedap air,
tidak mudah mengelupas, kuat, mudah dibersihkan, tidak ada lubang atau
celah terbuka pada langit-langit;
n. ventilasi pintu dan jendela harus dilengkapi dengan kawat kasa untuk
mencegah masuknya serangga atau dengan menggunakan metode
pencegahan serangga lainnya;
o. konstruksi bangunan harus dirancang sedemikian rupa sehingga mencegah
tikus atau rodensia, serangga dan burung masuk dan bersarang dalam
bangunan;
p. pertukaran udara dalam bangunan harus baik;
q. kusen pintu dan jendela, serta bahan daun pintu dan jendela tidak terbuat dari
kayu, dibuat dari bahan yang tidak mudah korosif, kedap air, tahan benturan
keras, mudah dibersihkan dan didesinfeksi dan bagian bawahnya harus dapat
menahan agar tikus/rodensia tidak dapat masuk;
r. kusen pintu dan jendela bagian dalam harus rata dan tidak ada bagian yang
memungkinkan dipakai sebagai tempat untuk meletakkan barang.
Pasal 12
(1) Area penurunan (unloading) ruminansia harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. dilengkapi dengan fasilitas untuk menurunkan ternak (unloading) dari
atas kendaraan angkut ternak yang didisain sedemikian rupa sehingga
ternak tidak cedera akibat melompat atau tergelincir;
466
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 13
(1) Untuk melindungi populasi ternak ruminansia betina produktif, harus
dilakukan pencegahan pemotongan ternak ruminansia betina produktif di
RPH.
(2) Ternak ruminansia betina yang berdasarkan pemeriksaan ante-mortem
sebagai ternak betina produktif harus ditampung dalam kandang khusus yang
memenuhi persyaratan paling kurang sebagai berikut:
467
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 14
Kandang isolasi harus memenuhi persyaratan paling kurang sebagai berikut:
a. terletak pada jarak terjauh dari kandang penampung dan bangunan utama,
serta dibangun di bagian yang lebih rendah dari bangunan lain;
b. memiliki ventilasi dan penerangan yang baik;
c. dilengkapi dengan tempat air minum yang didisain landai ke arah saluran
pembuangan sehingga mudah dibersihkan;
d. lantai terbuat dari bahan yang kuat (tahan terhadap benturan keras), kedap air,
tidak licin dan landai ke arah saluran pembuangan serta mudah dibersihkan
dan didesinfeksi;
e. saluran pembuangan didisain sehingga aliran pembuangan dapat mengalir
lancar;
f. atap terbuat dari bahan yang kuat, tidak toksik dan dapat melindungi hewan
dengan baik dari panas dan hujan.
Pasal 15
Ruang pendingin/pelayuan (chilling room) harus memenuhi persyaratan paling
kurang sebagai berikut:
a. ruang pendingin/pelayuan terletak di daerah bersih;
b. besarnya ruang disesuaikan dengan jumlah karkas yang dihasilkan dengan
mempertimbangkan jarak antar karkas paling kurang 10 cm, jarak antara
karkas dengan dinding paling kurang 30 cm, jarak antara karkas dengan lantai
paling kurang 50 cm, dan jarak antar baris paling kurang 1 meter;
c. konstruksi bangunan harus memenuhi persyaratan:
1. tinggi dinding pada tempat proses pemotongan dan pengerjaan karkas
minimal 3 meter;
2. dinding bagian dalam berwarna terang, terbuat dari bahan yang kedap air,
memiliki insulasi yang baik, tidak mudah korosif, tidak toksik, tahan
terhadap benturan keras, mudah dibersihkan dan didesinfeksi serta tidak
mudah mengelupas;
468
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
3. lantai terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah korosif, tidak toksik,
tahan terhadap benturan keras, mudah dibersihkan dan didesinfeksi serta
tidak mudah mengelupas;
4. lantai tidak licin dan landai ke arah saluran pembuangan;
5. sudut pertemuan antara dinding dan lantai harus berbentuk lengkung
dengan jari-jari sekitar 75 mm;
6. sudut pertemuan antara dinding dan dinding harus berbentuk lengkung
dengan jari-jari sekitar 25 mm;
7. langit-langit harus berwarna terang, terbuat dari bahan yang kedap air,
memiliki insulasi yang baik, tidak mudah mengelupas, kuat, mudah
dibersihkan;
8. intensitas cahaya dalam ruang 220 luks.
d. bangunan dan tata letak pendingin/pelayuan harus mengikuti persyaratan
seperti bangunan utama;
e. ruang didisain agar tidak ada aliran air atau limbah cair lainnya dari ruang lain
yang masuk ke dalam ruang pendingin/pelayuan;
f. ruang dilengkapi dengan alat penggantung karkas yang didisain agar karkas
tidak menyentuh lantai dan dinding;
g. ruang mempunyai fasilitas pendingin dengan suhu ruang – 4 oC sampai +4 oC,
kelembaban relatif 85-90% dengan kecepatan udara 1 sampai 4 meter per detik;
h. suhu ruang dapat menjamin agar suhu bagian dalam daging maksimum +8 oC;
i. suhu ruang dapat menjamin agar suhu bagian dalam jeroan maksimum +4 oC.
Pasal 16
Area pemuatan (loading) karkas dan/atau daging ke dalam kendaraan angkut
karkas dan/atau daging harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. dapat meminimalisasi terjadinya kontaminasi silang pada karkas dan/atau
daging;
b. ketinggian lantai harus disesuaikan dengan ketinggian kendaraan angkut
karkas dan/atau daging;
c. dilengkapi dengan fasilitas pengendalian serangga, seperti pemasangan lem
serangga;
d. memiliki fasilitas pencucian tangan.
Pasal 17
Kantor administrasi dan kantor Dokter Hewan harus memenuhi persyaratan
paling kurang sebagai berikut:
a. memiliki ventilasi dan penerangan yang baik;
b. luas kantor administrasi disesuaikan dengan jumlah karyawan, didisain untuk
keselamatan dan kenyamanan kerja, serta dilengkapi dengan ruang pertemuan;
c. kantor Dokter Hewan harus terpisah dengan kantor administrasi.
469
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 18
Kantin dan mushola harus memenuhi persyaratan paling kurang sebagai berikut:
a. memiliki ventilasi dan penerangan yang baik;
b. luas ruang disesuaikan dengan jumlah karyawan;
c. kantin didisain agar mudah dibersihkan, dirawat dan memenuhi persyaratan
kesehatan lingkungan.
Pasal 19
Ruang istirahat karyawan dan tempat penyimpanan barang pribadi/ruang ganti
pakaian (locker) harus memenuhi persyaratan:
a. memiliki ventilasi dan penerangan yang baik;
b. terletak di bagian masuk karyawan atau pengunjung;
c. tempat istirahat karyawan harus dilengkapi dengan lemari untuk setiap
karyawan yang dilengkapi kunci untuk menyimpan barang-barang pribadi;
d. locker untuk pekerja ruang kotor harus terpisah dari locker pekerja bersih.
Pasal 20
Kamar mandi dan WC harus memenuhi persyaratan paling kurang sebagai berikut:
a. memiliki ventilasi dan penerangan yang baik;
b. masing-masing daerah kotor dan daerah bersih memiliki paling kurang satu
unit kamar mandi dan WC;
c. saluran pembuangan dari kamar mandi dan WC dibuat khusus ke arah “septic
tank”, terpisah dari saluran pembuangan limbah proses pemotongan;
d. dinding bagian dalam dan lantai harus terbuat dari bahan yang kedap air,
tidak mudah korosif, mudah dirawat serta mudah dibersihkan dan
didesinfeksi;
e. jumlah kamar mandi dan WC disesuaikan dengan jumlah karyawan, minimal
1 unit untuk 25 karyawan.
Pasal 21
Fasilitas pemusnahan bangkai dan/atau produk yang tidak dapat dimanfaatkan
atau insinerator harus memenuhi persyaratan paling kurang sebagai berikut:
a. dibangun dekat dengan kandang isolasi;
b. dapat memusnahkan bangkai dan/atau produk yang tidak dapat dimanfaatkan
secara efektif tanpa menimbulkan pencemaran lingkungan;
c. didisain agar mudah diawasi dan mudah dirawat serta memenuhi persyaratan
kesehatan lingkungan.
Pasal 22
Sarana penanganan limbah harus memenuhi persyaratan:
470
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 23
Rumah jaga harus memenuhi persyaratan paling kurang sebagai berikut:
a. dibangun masing-masing di pintu masuk dan di pintu keluar kompleks RPH;
b. memiliki ventilasi dan penerangan yang baik;
c. atap terbuat dari bahan yang kuat, tidak toksik dan dapat melindungi petugas
dari panas dan hujan;
d. didisain agar memenuhi persyaratan keamanan dan keselamatan kerja, serta
memungkinkan petugas jaga dapat mengawasi dengan leluasa keadaan di
sekitar RPH dari dalam rumah jaga.
Pasal 24
Ruang pelepasan daging (deboning room) dan pembagian/pemotongan daging
(cutting room) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) huruf a, harus
memenuhi persyaratan paling kurang sebagai berikut:
a. disain dan konstruksi dasar ruang pelepasan daging dan ruang pembagian/
pemotongan daging harus dapat memfasilitasi proses pembersihan dan
desinfeksi dengan efektif;
b. memiliki ventilasi dan penerangan yang cukup;
c. didisain untuk dapat mencegah masuk dan bersarangnya serangga, burung,
rodensia, dan binatang pengganggu lainnya di dalam ruang produksi;
d. lantai terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah korosif, tidak toksik,
tahan terhadap benturan keras, tidak berlubang, tidak licin dan landai ke arah
saluran pembuangan, mudah dibersihkan dan didesinfeksi, tidak mudah
mengelupas, serta apabila lantai terbuat dari ubin, maka jarak antar ubin diatur
sedekat mungkin dan celah antar ubin harus ditutup dengan bahan kedap air;
e. dinding terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah korosif, tidak toksik,
memiliki insulasi yang baik, dan berwarna terang, dan dinding bagian dalam
dilapisi bahan kedap air setinggi minimal 3 meter dengan permukaan rata,
tidak ada celah/lubang, mudah dibersihkan dan didesinfeksi serta tidak mudah
mengelupas;
f. dinding bagian dalam harus rata dan tidak ada bagian yang memungkinkan
dipakai sebagai tempat untuk meletakkan barang;
g. sudut pertemuan antara dinding dan lantai harus berbentuk lengkung dengan
jari-jari sekitar 75 mm, dan sudut pertemuan antara dinding dan dinding harus
berbentuk lengkung dengan jari-jari sekitar 25 mm;
471
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 25
Disain dan konstruksi dasar ruang pengemasan daging harus sama dengan
persyaratan disain dan konstruksi dasar ruang pelepasan dan
pembagian/pemotongan daging sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24.
Pasal 26
Disain dan konstruksi dasar ruang pembekuan cepat (blast freezer) harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. kapasitas ruangan disesuaikan dengan jumlah produk yang akan dibekukan;
b. disain dan konstruksi dasar ruang pembekuan cepat harus sama dengan
persyaratan disain dan konstruksi dasar ruang pelepasan dan
pembagian/pemotongan daging sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24;
c. ruang didisain agar tidak ada aliran air atau limbah cair lainnya dari ruang lain
yang masuk ke dalam ruang pembeku;
d. ruang dilengkapi dengan alat pendingin yang memiliki kipas (blast freezer)
yang mampu mencapai dan mempertahankan temperatur ruangan di bawah -
18oC dengan kecepatan udara minimum 2 meter per detik.
Pasal 27
Ruang penyimpanan beku (cold storage) harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. kapasitas ruang disesuaikan dengan jumlah produk beku yang disimpan;
b. disain dan konstruksi dasar ruang penyimpanan beku harus sama dengan
persyaratan disain dan konstruksi dasar ruang pelepasan dan
pembagian/pemotongan daging sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24;
472
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
c. ruang didisain agar tidak ada aliran air atau limbah cair lainnya dari ruang lain
yang masuk ke dalam ruang penyimpanan beku;
d. dilengkapi dengan fasilitas pendingin sebagai berikut:
1. memiliki ruang penyimpanan berpendingin yang mampu mencapai dan
mempertahankan secara konstan temperatur daging pada +4ºC hingga -
4ºC (chilled meat); - 2ºC hingga - 8ºC (frozen meat); atau ≤- 18ºC (deep
frozen), serta kapasitas ruangan harus mempertimbangkan sirkulasi udara
dapat bergerak bebas;
2. ruang penyimpanan berpendingin dilengkapi dengan thermometer atau
display suhu yang diletakkan pada tempat yang mudah dilihat.
Pasal 28
(1) RPH berorientasi ekspor harus mempunyai fasilitas laboratorium sederhana
untuk pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian produk, peralatan, air, petugas
dan lingkungan produksi yang diperlukan dalam rangka monitoring
penerapan praktek higiene di RPH.
(2) RPH berorientasi ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
RPH yang telah memperoleh Sertifikat NKV Level I.
(3) Jenis pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pemeriksaan organoleptik, pengujian kimiawi sederhana, seperti uji
awal pembusukan daging dan uji kesempurnaan pengeluaran darah,
pengujian cemaran mikroba seperti Total Plate Count (TPC), Coliform, E. coli,
Staphylococcus sp., Salmonella sp., serta pengujian parasit.
(4) Laboratorium sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
persyaratan paling kurang sebagai berikut:
a. letak laboratorium berdekatan dengan kantor dokter hewan;
b. tata ruang dan peralatan laboratorium harus mempertimbangkan faktor
keselamatan dan kenyamanan kerja;
c. konstruksi lantai, dinding dan langit-langit harus memenuhi persyaratan
paling kurang tertutup dengan enamel berkualitas baik atau dengan cat
epoksi, ataupun bahan lainnya yang memiliki permukaan yang halus,
kedap air, mudah dibersihkan dan didesinfeksi serta mudah perawatannya;
d. penerangan dalam laboratorium memiliki intensitas cahaya 540 luks dan
dilengkapi dengan lampu berpelindung;
e. ventilasi di dalam ruang harus baik, dilengkapi dengan alat pendingin (air
conditioner) ruangan untuk mengurangi jumlah partikel yang terdapat
dalam udara dan untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya variasi
temperatur;
f. untuk keselamatan kerja petugas, laboratorium dilengkapi dengan alat
pemadam kebakaran, alarm (tanda bahaya) dan sarana P3K;
473
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Bagian Kelima
Persyaratan Peralatan
Pasal 29
(1) Seluruh peralatan pendukung dan penunjang di RPH harus terbuat dari bahan
yang tidak mudah korosif, mudah dibersihkan dan didesinfeksi serta mudah
dirawat.
(2) Seluruh peralatan dan permukaan yang kontak dengan daging dan jeroan
tidak boleh terbuat dari kayu dan bahan-bahan yang bersifat toksik, misalnya
seng, polyvinyl chloride/ PVC tidak mudah korosif, mudah dibersihkan dan
didesinfeksi serta mudah dirawat.
(3) Seluruh peralatan logam yang kontak dengan daging dan jeroan harus terbuat
dari bahan yang tidak mudah berkarat atau korosif (terbuat dari stainless steel
atau logam yang digalvanisasi), kuat, tidak dicat, mudah dibersihkan dan
mudah didesinfeksi serta mudah dirawat.
(4) Pelumas untuk peralatan yang kontak dengan daging dan jeroan harus food
grade (aman untuk pangan).
(5) Sarana pencucian tangan harus didesain sedemikian rupa sehingga tidak
kontak dengan telapak tangan, dilengkapi dengan fasilitas seperti sabun cair
dan pengering, dan apabila menggunakan tissue harus tersedia tempat
sampah.
(6) Peralatan untuk membersihkan dan mendesinfeksi ruang dan peralatan harus
tersedia dalam jumlah cukup sehingga proses pembersihan dan desinfeksi
bangunan dan peralatan dapat dilakukan secara baik dan efektif.
(7) Bangunan utama paling kurang harus dilengkapi dengan:
a. alat untuk memfiksasi hewan (Restraining box);
b. alat untuk menempatkan hewan setelah disembelih (Cradle);
c. alat pengerek karkas (Hoist);
d. rel dan alat penggantung karkas yang didisain agar karkas tidak
menyentuh lantai dan dinding;
e. fasilitas dan peralatan pemeriksaan post-mortem, meliputi:
1. meja pemeriksaan hati, paru, limpa dan jantung;
2. alat penggantung kepala.
f. peralatan untuk kegiatan pembersihan dan desinfeksi;
g. timbangan hewan, karkas dan daging.
(8) Ruang jeroan paling kurang harus dilengkapi dengan fasilitas dan peralatan
untuk:
474
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB III
PERSYARATAN UNIT PENANGANAN DAGING (MEAT CUTTING PLANT)
Bagian Kesatu
Persyaratan Teknis Unit Penanganan Daging
Pasal 30
(1) UPD wajib memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis.
(2) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan
dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi persyaratan:
a. lokasi;
b. sarana pendukung;
475
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Bagian Kedua
Persyaratan Lokasi
Pasal 31
(1) Lokasi UPD harus sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Daerah
(RUTRD) dan Rencana Detil Tata Ruang Daerah (RDTRD) atau lokasi yang
diperuntukkan sebagai area agribisnis.
(2) Lokasi UPD harus memenuhi persyaratan paling kurang sebagai berikut:
a. tidak berada di daerah rawan banjir, tercemar asap, bau, debu, dan
kontaminan lainnya;
b. tidak menimbulkan gangguan dan pencemaran lingkungan;
c. letaknya lebih rendah dari pemukiman;
d. memiliki akses air bersih yang cukup untuk pelaksanaan penanganan
daging dan kegiatan pembersihan serta desinfeksi;
e. tidak berada dekat industri logam dan kimia.
Bagian Ketiga
Persyaratan Sarana Pendukung
Pasal 32
UPD harus dilengkapi dengan sarana pendukung paling kurang meliputi:
a. sarana jalan yang baik menuju UPD yang dapat dilalui kendaraan
pengangkut daging;
b. suplai air yang memenuhi persyaratan baku mutu air bersih dalam jumlah
cukup dan terus menerus;
c. sumber tenaga listrik yang cukup;
d. sarana penanganan limbah dan sistem saluran pembuangan limbah yang
didisain agar aliran limbah mengalir dengan lancar, mudah diawasi dan
mudah dirawat, tidak mencemari tanah, tidak menimbulkan bau dan dijaga
agar tidak menjadi sarang tikus atau rodensia.
Bagian Keempat
Persyaratan Tata Letak, Konstruksi Dasar, dan Disain
Pasal 33
476
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(1) Persyaratan bangunan dan tata letak dalam kompleks UPD paling kurang
meliputi:
a. bangunan utama
1) ruang pelepasan daging (deboning) dan pembagian/pemotongan
daging (meat cutting);
2) ruang pengemasan;
3) ruang pembekuan cepat (blast freezer);
4) ruang penyimpanan dingin (cold storage).
b. area penurunan (loading) karkas dan pemuatan (unloading) daging ke
dalam alat angkut;
c. kantor administrasi dan kantor dokter hewan;
d. kantin dan mushola;
e. ruang istirahat karyawan dan tempat penyimpanan barang pribadi/ruang
ganti pakaian (locker) kamar mandi dan wc;
f. rumah jaga;
g. sarana penanganan limbah.
(2) Kompleks UPD harus dipagar untuk memudahkan penjagaan dan keamanan.
(3) Disain dan konstruksi dasar bangunan utama UPD harus memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, dan
Pasal 27.
(4) Disain dan konstruksi dasar ruang kantor administrasi dan kantor Dokter
Hewan pada UPD harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17.
(5) Disain dan konstruksi dasar kantin dan mushola pada UPD harus memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18.
(6) Disain dan konstruksi dasar ruang penyimpanan barang pribadi
(locker)/ruang ganti pakaian pada UPD harus memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19.
(7) Disain dan konstruksi dasar kamar mandi dan WC pada UPD harus
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20.
Bagian Kelima
Persyaratan Peralatan
Pasal 34
(1) Seluruh peralatan pendukung dan penunjang di UPD harus terbuat dari
bahan yang tidak mudah korosif, mudah dibersihkan dan didesinfeksi serta
mudah dirawat.
(2) Seluruh peralatan dan permukaan yang kontak dengan daging dan jeroan
tidak boleh terbuat dari kayu dan bahan-bahan yang bersifat toksik (misal:
477
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
seng, polyvinyl chloride/ PVC), tidak mudah korosif, mudah dibersihkan dan
didesinfeksi serta mudah dirawat.
(3) Seluruh peralatan logam yang kontak dengan daging dan jeroan harus terbuat
dari bahan yang tidak mudah berkarat atau korosif (terbuat dari stainless steel
atau logam yang digalvanisasi), kuat, tidak dicat, mudah dibersihkan dan
mudah didesinfeksi serta mudah dirawat.
(4) Pelumas untuk peralatan yang kontak dengan daging dan jeroan harus food
grade (aman untuk pangan).
(5) Peralatan untuk membersihkan dan mendesinfeksi ruang dan peralatan harus
tersedia dalam jumlah cukup sehingga proses pembersihan dan desinfeksi
bangunan dan peralatan dapat dilakukan secara baik dan efektif.
(6) Ruang penanganan dan pemotongan karkas dan/atau daging paling kurang
dilengkapi dengan mesin dan peralatan:
a. meja stainless steel;
b. talenan dari bahan polivinyl;
c. mesin gergaji karkas/daging (bone saw electric);
d. mesin pengiris daging (slicer);
e. mesin penggiling daging (mincer/grinder);
f. pisau yang terdiri dari pisau trimming dan pisau cutting;
g. fasilitas untuk mensterilkan pisau yang dilengkapi dengan air panas;
h. metal detector.
(7) Perlengkapan standar untuk pekerja di ruang penanganan dan pemotongan
karkas dan/atau daging meliputi pakaian kerja khusus, apron plastik, penutup
kepala, penutup mulut, sarung tangan, dan sepatu boot yang harus
disediakan paling kurang 2 (dua) set untuk setiap pekerja.
BAB IV
PERSYARATAN HIGIENE DAN SANITASI
Pasal 35
(1) Pada RPH dan UPD harus dilengkapi dengan fasilitas higiene-sanitasi yang
dapat memastikan bahwa cara produksi karkas, daging, dan jeroan dapat
diterapkan dengan baik dan konsisten.
(2) Fasilitas higiene-sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mampu
menjamin bahwa proses pembersihan dan sanitasi bangunan, lingkungan
produksi, peralatan, dan baju kerja karyawan dapat diterapkan secara efektif.
478
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(3) Pada setiap pintu masuk bangunan utama, harus memiliki fasilitas untuk
mencuci sepatu boot yang dilengkapi dengan sikat sepatu, dan fasilitas untuk
mensucihamakan sepatu boot yang dilengkapi desinfektan (foot dipping).
(4) RPH dan/atau UPD harus memiliki fasilitas cuci tangan yang dilengkapi
dengan air hangat, sabun dan desinfektan serta didisain tidak dioperasikan
menggunakan tangan atau tidak kontak langsung dengan telapak tangan.
(5) Fasilitas cuci tangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus dilengkapi
dengan fasilitas pengering tangan, apabila menggunakan tisue maka harus
disediakan tempat sampah bertutup dan tidak dioperasikan dengan tangan.
(6) Untuk mensucihamakan pisau dan peralatan yang digunakan, harus memiliki
air bertemperatur tidak kurang dari 82oC yang memenuhi persyaratan baku
mutu air bersih, atau metoda sterilisasi lain yang efektif.
(7) Tidak menggunakan bahan kimia berbahaya yang tidak diperbolehkan
digunakan untuk pangan.
(8) Setiap kali selesai proses pemotongan dan produksi karkas, daging, dan
jeroan, harus dilakukan proses pembersihan dan desinfeksi secara
menyeluruh.
(9) Kebersihan lingkungan di sekitar bangunan utama dalam area komplek RPH
dan/atau UPD harus dipelihara secara berkala, dengan cara:
a. menjaga kebersihan lingkungan dari sampah, kotoran dan sisa pakan;
b. memelihara rumput atau pepohonan sehingga tetap terawat;
c. menyediakan fasilitas tempat pembuangan sampah sementara di tempat-
tempat tertentu.
Pasal 36
(1) Higiene personal harus diterapkan pada setiap RPH dan/atau UPD.
(2) Seluruh pekerja yang menangani karkas, daging, dan/atau jeroan harus
menerapkan praktek higiene meliputi:
a. pekerja yang menangani daging harus dalam kondisi sehat, terutama dari
penyakit pernafasan dan penyakit menular seperti TBC, hepatitis a, tipus,
dll;
b. harus menggunakan alat pelindung diri (hair net, sepatu bot dan pakaian
kerja);
c. selalu mencuci tangan menggunakan sabun dan/atau sanitaiser sebelum
dan sesudah menangani produk dan setelah keluar dari toilet;
d. tidak melakukan tindakan yang dapat mengkontaminasi produk (bersin,
merokok, meludah, dll) di dalam bangunan utama rumah potong.
BAB V
PENGAWASAN KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER
479
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 37
(1) Dalam rangka menjamin karkas, daging, dan jeroan yang dihasilkan oleh RPH
atau UPD (UPD) memenuhi kriteria aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH)
perlu dilakukan pengawasan kesehatan masyarakat veteriner di RPH dan
UPD oleh Dokter Hewan Berwenang atau Dokter Hewan Penanggung Jawab
Perusahaan yang disupervisi oleh Dokter Hewan Berwenang.
(2) Kegiatan pengawasan kesehatan masyarakat veteriner sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. penerapan kesehatan hewan di RPH;
b. pemeriksaan kesehatan hewan sebelum disembelih (ante-mortem
inspection);
c. pemeriksaan kesempurnaan proses pemingsanan (stunning);
d. pemeriksaan kesehatan jeroan dan/atau karkas (post- mortem inspection);
e. pemeriksaan pemenuhan persyaratan higiene-sanitasi pada proses produksi.
(3) Dokter Hewan Berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki hak
dan akses untuk memasuki ruang produksi, melakukan pengawasan,
pengambilan sampel, penyidikan, pemeriksaan dokumen, memusnahkan
(condemn) hewan/bangkai, karkas, daging, dan jeroan yang tidak memenuhi
syarat dan dianggap membahayakan kesehatan konsumen.
(4) Dokter Hewan Penanggung Jawab Perusahaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) memiliki hak untuk memasuki ruang produksi, melakukan
pengawasan, pengambilan sampel, pemeriksaan dokumen, memusnahkan
(condemn) hewan/bangkai, karkas, daging, dan/atau jeroan yang tidak
memenuhi syarat dan dianggap membahayakan kesehatan konsumen.
(5) Pemeriksaan ante-mortem sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
dilakukan di kandang penampungan sementara atau peristirahatan hewan,
kecuali apabila atas pertimbangan dokter hewan berwenang dan/atau dokter
hewan penanggung jawab perusahaan, pemeriksaan tersebut harus dilakukan
di dalam kandang isolasi, kendaraan pengangkut atau alat pengangkut lain.
(6) Pemeriksaan post-mortem sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d
dilakukan segera setelah penyelesaian penyembelihan, dan pemeriksaan
dilakukan terhadap kepala, karkas dan/atau jeroan.
(7) Pemeriksaan pemenuhan persyaratan higiene-sanitasi pada proses produksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e dilakukan terhadap
pemeliharaan sanitasi bangunan, lingkungan produksi, peralatan, proses
produksi dan higiene personal.
(8) Karkas, daging, dan/atau jeroan yang telah lulus pemeriksaan antemortem
dan post-mortem harus distempel oleh Dokter Hewan Penanggung Jawab
RPH yang berisi informasi tentang “Di Bawah Pengawasan Dokter Hewan”
dan Nomor Kontrol Veteriner (NKV).
480
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB VI
IZIN MENDIRIKAN RUMAH POTONG HEWAN DAN IZIN USAHA
PEMOTONGAN HEWAN
Bagian Kesatu
Izin Mendirikan Rumah Potong Hewan
Pasal 38
(1) Setiap orang atau badan usaha yang akan mendirikan RPH harus memiliki
izin mendirikan RPH.
(2) Izin mendirikan RPH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh
Bupati/Walikota.
(3) Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam memberikan
izin mendirikan RPH harus memperhatikan persyaratan teknis RPH.
(4) Izin mendirikan RPH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat
dipindah tangankan kepada setiap orang atau badan usaha lain tanpa
persetujuan tertulis dari pemberi izin.
Bagian Kedua
Izin Usaha Pemotongan Hewan dan/atau Penanganan Daging
Pasal 39
(1) Setiap orang atau badan usaha yang melakukan usaha pemotongan hewan
dan/atau penanganan daging harus memiliki izin usaha dari Bupati/Walikota
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Bupati/Walikota dalam memberikan izin usaha pemotongan hewan dan/atau
penanganan daging harus memperhatikan persyaratan teknis tata cara
481
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 40
(1) Berdasarkan pola pengelolaannya, usaha pemotongan hewan dan/atau
penanganan daging dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis:
a. Jenis I : RPH dan/atau milik pemerintah daerah yang dikelola oleh
pemerintah daerah dan sebagai jasa pelayanan umum;
b. Jenis II : RPH dan/atau UPD milik swasta yang dikelola sendiri atau
dikerjasamakan dengan swasta lain;
c. Jenis III : RPH dan/atau UPD milik pemerintah daerah yang dikelola
bersama antara pemerintah daerah dan swasta.
(2) RPH dan/atau UPD dengan pola pengelolaan Jenis II dan Jenis III
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c, selain
menyelenggarakan kegiatan pemotongan ternak milik sendiri harus
memberikan jasa pelayanan pemotongan dan/atau penanganan daging bagi
masyarakat yang membutuhkan.
(3) Berdasarkan kelengkapan fasilitas proses pelayuan (aging) karkas, usaha
pemotongan hewan dibedakan menjadi 2 (dua) kategori:
a. Kategori I : usaha pemotongan hewan di RPH tanpa fasilitas pelayuan
karkas, untuk menghasilkan karkas hangat;
b. Kategori II : usaha pemotongan hewan di RPH dengan fasilitas pelayuan
karkas, untuk menghasilkan karkas dingin (chilled) dan/atau beku
(frozen).
(4) Bagi usaha pemotongan kategori II sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf b harus dilengkapi dengan fasilitas rantai dingin hingga ke tingkat
konsumen.
482
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB VII
SUMBER DAYA MANUSIA
Pasal 41
(1) Setiap RPH dan/atau UPD harus dibawah pengawasan dokter hewan
berwenang di bidang kesehatan masyarakat veteriner yang ditunjuk oleh
Bupati/Walikota.
(2) Setiap RPH harus mempekerjakan paling kurang satu orang dokter hewan
sebagai pelaksana dan penanggung jawab teknis pengawasan kesehatan
masyarakat veteriner di RPH.
(3) Dokter hewan penanggung jawab teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
melaksanakan tugas di RPH sesuai dengan kewenangan yang dilimpahkan
oleh dokter hewan berwenang.
(4) Dokter hewan penanggung jawab teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bertanggung jawab terhadap dokter hewan berwenang di bidang kesehatan
masyarakat veteriner.
(5) Setiap RPH selain mempekerjakan dokter hewan penanggung jawab teknis
dapat mempekerjakan paling kurang satu orang tenaga pemeriksa daging
(keurmaster) dibawah pengawasan dokter hewan penanggung jawab teknis
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(6) Setiap RPH wajib mempekerjakan paling kurang satu orang juru sembelih
halal.
(7) UPD wajib mempekerjakan paling kurang:
a. satu orang petugas sebagai penanggung jawab teknis;
b. satu orang tenaga ahli pemotong daging berdasarkan topografi karkas
(butcher).
(8) Dokter hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a harus memenuhi
persyaratan paling kurang:
a. mempunyai keahlian di bidang meat inspector yang diakui oleh
organisasi profesi dokter hewan dan diverifikasi oleh Otoritas Veteriner;
b. mempunyai keahlian di bidang reproduksi yang diakui oleh organisasi
profesi dokter hewan dan diverifikasi oleh Otoritas Veteriner.
(9) Petugas penanggung jawab teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (7)\
huruf a harus memenuhi persyaratan paling kurang mempunyai sertifikat
pelatihan sistem jaminan keamanan pangan.
483
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(10) Tenaga pemeriksa daging sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b harus
memenuhi persyaratan paling kurang mempunyai sertifikat sebagai juru uji
daging yang mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh Otoritas Veteriner.
(11) Juru sembelih halal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c harus
memenuhi persyaratan paling kurang mempunyai sertifikat sebagai juru
sembelih halal yang dikeluarkan oleh lembaga berwenang.
(12) Tenaga ahli pemotong daging paling kurang harus mempunyai sertifikat
sebagai tenaga ahli pemotong daging yang dikeluarkan oleh lembaga
berwenang.
Pasal 42
(1) Pelatihan penyegaran kompetensi bagi seluruh SDM sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 41 dapat diselenggarakan oleh manajemen RPH atau Gubernur
atau Menteri Pertanian.
(2) Penyelenggaraan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu
kepada Pedoman yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Peternakan
bekerjasama dengan Badan Sumberdaya Manusia, Kementerian Pertanian.
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 43
(1) RPH dan/atau UPD yang pada waktu dikeluarkannya Peraturan ini belum
memenuhi persyaratan yang diatur dalam Peraturan ini, harus menyesuaikan
dengan Peraturan ini paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak Peraturan ini
ditetapkan.
(2) Dengan ditetapkannya Peraturan ini, Keputusan Menteri Pertanian Nomor
555/Kpts/TN.240/9/1986 tentang Syarat-syarat Rumah Pemotongan Hewan
dan Usaha Pemotongan Hewan, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 44
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Ditetapkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 22 Januari 2010
484
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Diundangkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 2 Februari 2010
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,
Ttd.
PATRIALIS AKBAR
485
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
483
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
484
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
485
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 2
Pedoman Identifikasi dan Pengawasan Ternak Ruminansia Besar sebagaimana di
maksud pada Pasal 1 merupakan acuan bagi semua pihak yang terlibat dalam
kegiatan identifikasi dan pengawasan ternak ruminansia besar.
Pasal 3
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Ditetapkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 29 Januari 2010
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
SUSWONO
Diundangkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 9 Februari 2010
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,
Ttd.
PATRIALIS AKBAR
486
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ternak merupakan makhluk hidup yang diciptakan untuk dimanfaatkan
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan hidup manusia. Untuk itu maka budidaya
ternak yang tersebar di seluruh Indonesia perlu dioptimalkan produksi dan
produktivitasnya serta terus dikembangkan agar dapat bermanfaat nyata bagi
peternak dan masyarakat.
487
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Untuk menjamin daging yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH), diperlukan
sistem yang memiliki kemampuan telusur terhadap penyakit hewan termasuk
zoonosis dan keamanan pangan mulai dari budidaya ternak hingga rumah
potong hewan.
488
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pedoman ini meliputi metode identifikasi; pelaksanaan
identifikasi; pencatatan pelayanan dan mutasi peternak; tugas dan wewenang;
pengawasan, pelaporan dan pembiayaan.
D. Pengertian
1. Ternak Ruminansia Besar yang selanjutnya disebut ternak adalah ternak
sapi potong, ternak kerbau dan ternak sapi perah baik jantan maupun
betina dari seluruh struktur umur anak, muda dan dewasa.
2. Identifikasi ternak adalah kombinasi antara identitas dan regristrasi ternak
secara individu dengan menggunakan tanda spesifik/khusus.
3. Sistem identifikasi ternak adalah mekanisme hubungan komponen
identitas yang meliputi identifikasi ternak dan identifikasi peternak atau
unit usaha dan mutasi ternak.
4. Mampu telusur ternak adalah kemampuan untuk menelusuri asal usul
ternak atau kelompok ternak sepanjang tahapan, kehidupan ternak
dimulai dari kelahiran, mutasi, perkawinan, kematian, sampai dengan
pemotongan.
5. Office International des Epizooties (OIE) adalah badan kesehatan hewan
dunia yang bertugas memberikan saran ilmiah dan teknis yang berkaitan
dengan persyaratan kesehatan hewan, perdagangan hewan dan produk
hewan kepada negara yang memerlukan.
6. Sanitary and Phytosanitary (SPS) adalah kebijakan yang dilakukan untuk
melindungi kehidupan atau kesehatan manusia, hewan dan tanaman.
7. Mutasi adalah perpindahan, penambahan dan pengurangan hewan/ternak.
8. Pengawasan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengontrol ketertiban mutasi ternak yang berpeluang sebagai penyebar
penyakit hewan menular.
9. Pos Pemeriksaan Ternak (PPT/check point) adalah tempat untuk
melakukan pemeriksaan terhadap ternak dan produk ternak yang
dilalulintaskan antar wilayah.
10. Pengujian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mendiagnosa penyakit hewan secara laboratorik.
11. Zoonosis adalah penyakit yang dapat menular dari hewan kepada
manusia atau sebaliknya.
489
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
12. Penyakit Hewan Menular (PHM) Strategis adalah penyakit hewan yang
dapat menimbulkan kerugian ekonomi, keresahan masyarakat, dan/atau
kematian yang tinggi.
13. Kartu Ternak adalah kartu yang menunjukkan identitas ternak.
14. Kartu Peternak adalah kartu yang menunjukkan identitas peternak dan
kepemilikan ternak.
15. Status reproduksi ternak adalah kondisi kesehatan organ reproduksi
ternak.
16. Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) adalah surat yang
menerangkan tentang kesehatan hewan.
17. Petugas Pelaksana Identifikasi Ternak (PPIT) adalah petugas yang
ditunjuk melakukan pencatatan identitas ternak pada kartu ternak serta
identitas peternak pada kartu peternak serta pencatatan pada buku induk
ternak dan/atau memasukkan database ternak.
18. Unit Pelaksana Identifikasi Ternak (UPIT) adalah unit kerja yang bertugas
melakukan identifikasi ternak dengan wilayah kerja satu kecamatan atau
lebih yang ditetapkan oleh Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan
kesehatan hewan di Kabupaten/Kota.
BAB II
METODE IDENTIFIKASI
490
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
f. tanggal/bulan/tahun lahir;
g. ciri khas (alami, penandaan buatan);
h. pemilik awal ternak.
2. Status kesehatan hewan meliputi:
a. catatan vaksinasi penyakit hewan menular strategis antara lain:
Antraks, Septicamie Epizootica, Brucellosis, Surra;
b. pengujian (Milk Ring Test, Rose Bengal Test, dll);
c. tindakan pengobatan (antibiotika, roborantia, supplement,
anthelmintika, dll).
3. Status reproduksi ternak meliputi:
a. penanganan gangguan reproduksi;
b. tindakan IB atau kawin alam;
c. tindakan pengobatan (hormonal);
d. jumlah kelahiran.
BAB III
PELAKSANAAN IDENTIFIKASI
A. Kartu Ternak dan Kartu Peternak dikeluarkan oleh Dinas Peternakan atau
Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di
Kabupaten/Kota (form kartu ternak dan kartu peternak terlampir).
491
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
B. Kartu Ternak harus disertakan pada kegiatan mutasi ternak baik sebagai
ternak bibit, ternak potong dan/atau ternak bakalan dan diserahkan ke
pemilik baru atau ke rumah potong hewan bila ternak dipotong.
C. Kartu Ternak harus disertakan pada setiap ternak yang akan mendapatkan
pelayanan kesehatan hewan, pelayanan reproduksi/IB.
D. Kartu Ternak harus disertakan pada saat pemeriksaan di pasar hewan, check
point, karantina dan rumah pemotongan hewan.
E. Khusus untuk lalu lintas ternak antar pulau harus menggunakan ear tag.
F. Kartu Ternak dan Kartu Peternak diisi oleh Petugas Pencatat Identifikasi
Ternak (PPIT) pada Unit Pencatat Identitas Ternak (UPIT).
BAB IV
PENCATATAN PELAYANAN DAN MUTASI TERNAK
A. Setiap pelayanan teknis dan mutasi harus dicatat pada kartu ternak dan kartu
peternak oleh petugas yang melaksanakan pelayanan teknis meliputi:
1. Pelayanan Teknis
Data pelayanan teknis yang dicatat meliputi:
a. Pelayanan Kesehatan Hewan;
b. Pelayanan Reproduksi;
c. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Veteriner di RPH.
2. Mutasi Ternak
Data mutasi ternak meliputi:
a. perubahan kepemilikan berupa antara lain jual beli, hibah, warisan,
hadiah;
b. kelahiran;
c. potong paksa;
d. hilang;
e. kematian ternak.
B. Pada kasus kematian dan kehilangan ternak, peternak wajib melaporkan
kepada petugas Puskeswan atau petugas lain yang ditunjuk
selambatlambatnya 12 jam setelah kejadian.
492
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB V
TUGAS DAN WEWENANG
493
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
494
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB VI
PENGAWASAN
A. Pelaksanaan pengawasan identifikasi ternak ruminansia besar pada wilayah
budidaya, pasar hewan dan rumah pemotongan hewan dilakukan oleh Dinas
yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di
Kabupaten/Kota.
B. Pelaksanaan pengawasan lalu lintas ternak ruminansia besar antar kabupaten
dilakukan di pos pemeriksaan ternak atau PPT (check point) oleh Dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di Kabupaten/Kota.
C. Pelaksanaan pengawasan lalu lintas ternak ruminansia besar antar provinsi
dilakukan di PPT oleh Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan
kesehatan hewan di Provinsi.
D. Petugas pengawas pelaksanaan identifikasi ternak ruminansia besar
ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Bupati/Walikota atau pejabat yang
ditunjuk Bupati/Walikota.
BAB VII
PELAPORAN
A. Mekanisme Pelaporan
Laporan identifikasi ternak ruminansia besar (form laporan terlampir)
dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten/kota,
provinsi sampai tingkat Pusat, dengan mekanisme laporan sebagai berikut:
1. Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan
kecamatan (KCD) menyampaikan laporan identifikasi ternak ruminansia
besar secara berkala setiap bulan kepada Dinas Kabupaten/Kota.
2. Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan
Kabupaten/Kota menyampaikan laporan identifikasi ternak ruminansia
besar di wilayahnya kepada Dinas yang membidangi fungsi peternakan
dan kesehatan hewan Provinsi dengan tembusan Bupati/Walikota secara
berkala setiap 3 (tiga) bulan.
3. Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan Provinsi
menyampaikan laporan identifikasi ternak ruminansia besar di
wilayahnya kepada Direktur Jenderal Peternakan setiap 6 (enam) bulan
sekali.
B. Pengelolaan Data
1. Data base tingkat Kabupaten/Kota
Data base tingkat Kabupaten/Kota mencakup data identitas peternak dan
ternak sebagaimana diatur dalam Bab II tentang Identifikasi sesuai dengan
495
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
format dan pengkodean yang telah ditetapkan. Data berasal dari laporan
tingkat kecamatan di wilayah kabupaten/kota.
2. Data base tingkat Provinsi
Data base tingkat Provinsi mencakup data yang telah diolah di tingkat
kabupaten/kota di Wilayah Provinsi yang bersangkutan, meliputi
rekapitulasi data struktur populasi ternak, pemasukan dan pengeluaran
ternak, pemotongan ternak, kehilangan, kelahiran dan kematian ternak.
3. Data base tingkat Pusat
Data base tingkat Pusat mencakup data yang telah diolah di tingkat
Provinsi di seluruh Indonesia meliputi: rekapitulasi data struktur populasi
ternak, pemasukan dan pengeluaran ternak, pemotongan ternak, kelahiran
dan kematian ternak.
BAB VIII
PEMBIAYAAN
A. Untuk peternak kecil biaya pengadaan kartu ternak/ear tag/microchip, kartu
peternak dibebankan kepada pemerintah Kabupaten/Kota.
B. Peternak komersial (di atas 21 ekor) bertanggung jawab untuk menfasilitasi
pengadaan kartu ternak/ear tag/microchip.
C. Biaya yang ditimbulkan untuk supervisi, monitoring kegiatan identifikasi dan
pengawasan ternak ruminansia besar dibebankan kepada anggaran
pemerintah, provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan
masingmasing.
D. Pemerintah Pusat bertanggung jawab untuk menfasilitasi pengadaan
perangkat keras dan lunak untuk mengembangkan jejaring informasi ternak
ruminansia besar skala nasional.
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini bersifat dinamis dan akan disesuaikan kembali sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan masyarakat.
496
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MENTERI PERTANIAN,
Ttd
SUSWONO
497
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
496
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
497
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 5 Pebruari 2010
MENTERI PERTANIAN,
TTD
SUSWONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 9 Pebruari 2010
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,
TTD
PATRIALIS AKBAR
498
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB I
PENDAHULUAN
499
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
print) PSDS 2014. Pedoman umum ini merupakan acuan penting bagi para
pengelola kegiatan baik di tingkat Pusat maupun Provinsi dan Kabupaten/Kota
sehingga diperoleh persamaan persepsi dalam melaksanakan berbagai kebijakan
dan langkah-langkah operasionalnya.
Pedoman umum ini mencakup : (i) maksud dan tujuan; (ii) road map; (iii)
kontribusi masing-masing kegiatan dalam penyediaan daging; (iv) kegiatan
operasional; (v) rencana aksi; (vi) organisasi pelaksanaan; (vii) monitoring, evaluasi
dan pelaporan; serta (viii) pembiayaan.
BAB II
MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN
A. Maksud
Maksud ditetapkannya pedoman ini adalah sebagai dasar dan acuan
pelaksana kebijakan dan kegiatan di tingkat Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota dalam melaksanakan PSDS 2014, yang dikoordinasikan oleh
Departemen Pertanian dengan melibatkan beberapa departemen teknis
lainnya, sehingga diperoleh persamaan persepsi tentang target dan sasaran
yang harus dicapai oleh para pengelola kegiatan di tingkat Pusat, Propinsi,
dan Kabupaten/kota.
B. Tujuan
Tujuan penyusunan Pedoman Umum PSDS 2014 adalah :
1. Mengarahkan pelaksanaan kegiatan operasional yang lebih terfokus dan
terpadu lintas sektoral.
2. Memberikan target dan tahapan pencapaian yang komprehensif sebagai
indikator keberhasilan
3. Memantapkan koordinasi dan sinkronisasi di tingkat pemerintah pusat,
provinsi, dan kabupaten/kota.
C. Sasaran
1. Meningkatnya populasi sapi potong menjadi 14,2 juta ekor tahun 2014
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 12,48%.
2. Meningkatnya produksi daging dalam negeri sebesar 420,3 ribu ton pada
tahun 2014 atau meningkat 10,4% setiap tahunnya.
3. Tercapaianya penurunan impor sapi dan daging sehingga hanya mencapai
10% dari kebutuhan konsumsi masyarakat.
4. Bertambahnya penyerapan tenaga kerja sebagai dampak dari pertambahan
populasi dan produksi ternak sebesar 76 ribu orang/tahun.
500
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB III
RUANG LINGKUP
A. Teknis
Ruang lingkup Program dari aspek teknis mencakup beberapa aspek, yaitu di
bidang perbibitan, pakan, budidaya, kesehatan hewan, dan kesehatan
masyarakat veteriner.
1. Bidang perbibitan
a. Melakukan pemetaan wilayah-wilayah sumber bibit untuk mengetahui
ketersediaan bibit ternak di suatu wilayah dan mengembangkan sistem
perbibitan. Langkah-langkah ini ditujukan untuk meningkatkan mutu
genetik sehingga Average Daily Gain menjadi lebih besar, mempercepat
waktu penggemukan, memperbaiki efisiensi penggunaan pakan, serta
meningkatkan persentase karkas dan kualitas daging
b. Kegiatan di hulu, pembibitan sapi menghasilkan pejantan unggul untuk
IB atau INKA, yang didukung sepenuhnya oleh Pemerintah.
2. Pakan
a. Kegiatan perkembangbiakan atau cow calf operation (CCO) dilakukan
secara ekstensif (grazing) atau secara intensif terintegrasi dengan
agribisnis lainnya (crop livestock system, CLS). Kegiatan ini harus
menerapkan prinsip low external input sustainable agriculture (LEISA),
atau dengan pendekatan zero waste dan bila memungkinkan
mendekati zero cost, sehingga menghasilkan produk 4-F (food, feed,
fertilizer & fuel).
b. Kegiatan penggemukan dilakukan dengan prinsip-prinsip agribisnis,
efisiensi, dengan high or medium external input, serta berbasis pakan
lokal dengan imbangan serat, energi dan protein yang ideal.
3. Bidang Budidaya
a. Melakukan tunda potong sapi lokal atau hasil IB sehingga mencapai
bobot potong maksimal sesuai potensi genetik dan potensi ekonominya,
yang diperkirakan dapat meningkatkan produksi daging sekitar 20-30%.
501
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
B. Ekonomis
1. Pengaturan distribusi dan pemasaran sapi dan daging sapi melalui
pengaturan stock dalam negeri yang dikaitkan dengan kebutuhan dan
tingkat konsumsi masyarakat.
2. Mengkaji supply dan demand ternak dalam negeri dikaitkan dengan impor
ternak sapi dan daging dan menghidupkan kembali alokasi ternak bibit dan
ternak potong dalam negeri setiap tahun.
C. Kelembagaan
1. Kegiatan untuk mewujudkan swasembada daging sapi 2014 harus
didukung dengan kelembagaan yang tepat, yang terdiri dari: (i) ilmuwan,
pakar dan penyuluh, (ii) pelaku usaha, baik yang berskala menengah dan
kecil maupun skala besar, serta (iii) pemerintah di tingkat pusat maupun
daerah yang bertindak sebagai regulator, fasilitator, motivator dan
dinamisator. Keberadaan kelompok peternak atau koperasi menjadi suatu
keharusan, dan kerjasama kemitraan antara pihak-pihak terkait perlu
diperluas.
2. Keberhasilan beberapa kelompok peternak atau koperasi di beberapa
daerah membuktikan bahwa program yang sederhana dan mudah
dipahami pengemban kepentingan atau pelaku usaha menjadi syarat
mutlak. Program yang sederhana tersebut harus disosialisasikan dengan
502
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
D. Kebijakan
Sektor pertanian, termasuk di dalamnya usaha agribisnis peternakan, hanya
akan berkembang dan maju bila didukung dengan kebijakan yang kondusif.
1. Pada kegiatan hulu harus dapat menjamin ketersediaan input produksi
secara mudah, murah dan berkelanjutan. Dukungan Kredit Usaha
Pembibitan Sapi (KUPS) harus benar-benar dioptimalkan dan terus
dikembangkan.
2. Kredit murah untuk kegiatan penggemukan juga sangat diperlukan agar
tunda potong dapat diwujudkan dengan baik.
3. Ekspor bahan pakan, seperti bungkil inti sawit (BIS), tetes, wafer (pucuk
tebu), onggok/gaplek, dlsb., harus dibatasi atau bahkan dilarang bila
keperluan di dalam negeri belum tercukupi.
4. Kebijakan dalam hal budidaya (on farm) yang dapat memberi kepastian
usaha, terkait dengan tata ruang, pola integrasi tanaman-ternak, dlsb.
5. Kebijakan dalam hal harga dan perdagangan harus dapat memberi
kepastian kepada pelaku usaha agar harga daging tetap atraktif namun
masih terjangkau. Praktek monopoli atau kartel, impor produk tidak
berkualitas dengan cara dumping, memasukkan daging illegal, dsb., harus
benar-benar dapat dicegah. Perlindungan bagi peternak kecil dan pelaku
usaha pada umumnya dalam kontek perdagangan internasional dapat
memanfaatkan instrumen tariff maupun non-tariff seperti Kuota, ASUH,
dan SPS.
E. Lokasi
Operasionalisasi kegiatan PSDS 2014 pada dasarnya dilakukan di seluruh
propinsi oleh karena dampak penting dari program swasembada daging sapi
ini akan dinikmati seluruh propinsi, tergantung dari masing-masing kegiatan
pokok dan kegiatan operasional yang akan dilakukan disesuaikan dengan
potensi wilayah yang bersangkutan.
BAB IV
PRINSIP-PRINSIP SWASEMBADA DAGING SAPI 2014
A. Umum
503
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
B. Khusus (keprograman)
1. Kegiatan Operasional ditangani oleh unit fungsional yang memiliki otoritas
dalam implementasi kebijakan dan dikelola oleh Unit Organisasi khusus
yang dibentuk oleh Mentan.
2. Program PSDS dilaksanakan secara terfokus dan sinergis dengan
melibatkan instansi lain.
3. Komitment Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota dan Instansi terkait dalam
pelaksanaan program
4. Adanya dukungan pendanaan yang memadai dalam operasionalisasi
program.
BAB V
ROAD MAP PSDS 2014
504
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
505
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
2. Dari tabel tersebut di atas agar tercapai swasembada daging sapi maka
diperlukan populasi sapi domestik pada tahun 2014 sebesar 14,2 juta ekor,
sehingga akan terdapat tambahan impor sapi bakalan sebanyak 85,40 ekor
setara dengan daging sebesar 15,4 ribu ton dan daging 31,2 ribu ton. Pilihan
skenario ini mensyaratkan adanya peningkatan angka kelahiran ternak,
pemendekan calving interval, impor bibit, IB, INKA, peningkatan berat
506
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
3. Pada skenario ini langkah yang digunakan untuk mencapai sasaran adalah
berbagai langkah strategis yang tercakup dalam kegiatan-kegiatan pokok
swasembada daging sapi. Kegiatan pokok tersebut adalah penyediaan
bakalan/daging sapi lokal; peningkatan produktivitas dan reproduksi ternak
sapi lokal; pencegahan pemotongan betina produktif; penyediaan bibit sapi;
dan pengaturan stock daging sapi dalam negeri beserta 13 langkah
operasionalnya. Melalui 13 (tiga belas) langkah operasional tersebut
diharapkan dapat dicapai peningkatan berat badan hidup sapi siap potong
hingga 800 kg, peningkatan berat lahir anak sapi, baik melalui IB dan kawin
alam sehingga berat karkas mencapai 226 kg (hasil IB) dan 139 kg (hasil KA).
Untuk ini diperlukan intervensi pemerintah dalam bentuk pemberian
insentif khusus kepada para peternak sehingga peternak mampu dan mau
507
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
508
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB VI
KONTRIBUSI KEGIATAN TERHADAP
PENINGKATAN POPULASI DAN PRODUKSI DAGING
509
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
510
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
511
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
512
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB VII
STRATEGI PENCAPAIAN SASARAN
Strategi untuk mencapai sasaran swasembada daging sapi 2014 adalah strategi
yang megutamakan keterpaduan antara pendekatan teknis, ekonomis,
kelembagaan, pembiayaan dan regulasi. Masing-masing pendekatan ini tidak
berdiri sendiri melainkan saling ketergantungan sehingga menimbulkan efek
sinergi.
A. Teknis
Pendekatan teknis adalah strategi yang terkait dengan aspek perbibitan,
budidaya, kesehatan hewan, kesehatan masyarakat veteriner dan pakan.
513
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pendekatan ini akan terkait dengan langkah operasional teknis yang secara
rinci diuraikan ke dalam masing-masing pedoman teknis.
B. Ekonomis
Pendekatan ekonomis adalah strategi yang diarahkan untuk secara umum
mengatur, stock ternak yang ada sehingga stock meningkat mengarah kepada
kemampuan domestik sebesar 90% dari kebutuhan konsumsi daging
masyarakat. Pada pendekatan ini dilakukan pengaturan stock dan impor
melalui instansi yang berwenang sehingga supply tetap terjamin. Melalui
strategi ini akan dapat dihitung juga pengaruhnya terhadap pendapatan
peternak terutama adanya dampak impor terhadap harga dalam negeri.
D. Pembiayaan
Pendekatan pembiayaan ini dipilih karena terdapat tugas-tugas dan
wewenang yang harus dijalankan oleh pemerintah dan oleh masyarakat. Pada
prinsipnya pendanaan pemerintah digunakan sebagai leverage untuk
menumbuhkan pembiayaan yang berasal dari swasta dan masyarakat. Faktor
leverage tersebut terutama untuk perbibitan dan penanganan kesehatan hewan
serta kesehatan masyarakat veteriner. Karena sifat program yang bersifat
mendesak maka kebutuhan pembiayaan sebagian besar akan ditanggung oleh
pemerintah dan pemerintah daerah.
E. Regulasi
Strategi regulasi ini untuk melengkapi pilihan-pilihan strategi lainnya. Domain
regulasi lebih banyak berada pada pemerintah pusat ataupun daerah. Apabila
diperlukan dapat dilakukan regulasi baru atau deregulasi ataupun
penghapusan regulasi yang berlaku selama ini dalam rangka memenuhi
tuntutan perkembangan keadaan.
BAB VIII
KEGIATAN OPERASIONAL
514
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
515
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
516
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
517
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
518
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
519
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
520
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
521
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB IX
RENCANA AKSI
522
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
525
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
527
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
529
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
juta ton), 2012 (227 juta ton), 2013 (233 juta ton) dan
2014 (240 juta ton), rata-rata 227 juta ton/tahun c.
Feed mill : 200 buah per tahun.
Pelaksana : Ditjenak, Badan Litbang, Dinas terkait peternakan,
gapoknak/poknak, PLA.
Kegiatan operasional ini bertujuan menyelamatkan 200 ribu ekor sapi betina
produktif per tahun yang akan dibawa ke RPH oleh kelompok peternak atau
akan dipotong di RPH
Program aksi: a. Pemeriksaan status reproduksi sapi betina produktif
secara rutin di RPH dan kelompok peternak.
b. Fasilitasi dana talangan untuk menyelamatkan sapi
betina produktif di tingkat RPH dan di kelompok
peternak.
c. Pembinaan kelompok peternak yang sudah
mengembangkan sapi betina produktif dan kelompok
peternak pembibit.
d. Penambahan tenaga dan peningkatan kemampuan
teknis petugas reproduksi dan manajemen
pemeliharaan.
Target : Jumlah sapi betina yang diselamatkan sebanyak 200 ribu
ekor per tahun dan penambahan pedet sebanyak 80 ribu
ekor sapi betina per tahun (80% kelahiran & rasio jenis
kelamin jantan:betina 50:50)
Sasaran : RPH dan kelompok peternak di propinsi sentra produksi
dan/atau sentra konsumsi
Pelaksana : Ditjenak, Dinas Provinsi/Kab/Kota yang membidangi
fungsi peternakan dan kesehatan masyarakat veteriner,
gapoknak/poknak, BPTP
531
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
532
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
534
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
535
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
536
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB X
ORGANISASI PELAKSANA
Untuk itu, organisasi pelaksana PSDS 2014 yang dibentuk saat ini lebih baik
dan berjenjang dari tingkat Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan
sebagaimana dijelaskan pada Bagan 1.
537
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
A. Tingkat Pusat
538
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
539
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
B. Tingkat Provinsi
540
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
541
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
C. Tingkat Kabupaten/Kota
542
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
543
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
D. Tingkat Kecamatan
Bupati/Walikota dalam melaksanakan Unit Manajemen membentuk
Satuan Tugas Teknis di setiap kecamatan wilayah PSDS. Pelaksana PSDS
Tingkat Kecamatan (Satgas) merupakan ujung tombak pelaksanaan PSDS 2014
yang mempunyai tugas untuk melaksanakan pendampingan teknis,
pemberdayaan kelompok, pemantuan dan pelaporan pelaksanaan 13 (tiga
belas) kegiatan operasional PSDS 2014 sesuai kondisi setempat. Dalam
pelaksanaannya Satgas yang dibentuk dikoordinasikan oleh seorang
koordinator.
Sebagai pelaksana tingkat kecamatan (Satgas) disarankan dapat
mendayagunakan para Petugas Teknis Peternakan (Inseminator, PKB, ATR,
KCD, Medis dan Paramedis), Sarjana Membangun Desa (SMD), dan Penyuluh.
Selanjutnya organisasi tingkat kecamatan disajikan pada Bagan 5.
544
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB XI
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
B. Pelaporan
1. Pelaporan dilakukan melalui sistem informasi PSDS yang berbasis web (on
line)
2. Pelaporan dilakukan setiap bulan sehingga di setiap kabupaten/kota perlu
dilengkapi dengan tenaga administrasi dan incoder terlatih.
3. Selain dilaporkan secara on line, pelaporan pelaksanaan kegiatan secara
hirarki dilaporkan setiap bulannya dengan mekanisme sebagai berikut :
a. Hasil rekapitulasi pelaksanaan kegiatan tingkat kecamatan oleh
koordinator satgas secara regular mingguan dilaporkan kepada Unit
Managemen Kabupaten/Kota melalui Kepala Dinas Peternakan.
b. Hasil rekapitulasi pelaksanaan kegiatan di tingkat koordinator satgas,
oleh Kepala Dinas Peternakan Kabupaten/Kota disampaikan ke Unit
Managemen Provinsi melalui Kepala Dinas Peternakan.
545
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
C. Forum Koordinasi
1. Forum koordinasi merupakan salah satu alat monitoring dan evaluasi
untuk melihat berbagai permasalahan yang timbul di lapangan dan
dicarikan solusinya. Forum koordinasi juga dapat memberikan
pertimbanganpertimbangan penting untuk perencanaan untuk tahun
berikutnya, baik yang menyangkut target dan sasaran, ketenagakerjaan,
pembiayaan dan hal-hal lainnya sesuai dengan kebutuhan setempat.
2. Forum koordinasi tersebut di tingkat pusat berbentuk tim teknis yang
beranggotakan unsur-unsur struktural yang diketuai oleh Direktur
Jenderal Peternakan. Sedangkan di tingkat propinsi berupa tim teknis
yang beranggotakan unsur-unsur Dinas propinsi terkait.
3. Forum koordinasi di tingkat kabupaten dapat dibentuk tim teknis yang
diketuai oleh dinas yang menangani fungsi pembangunan peternakan dan
kesehatan hewan.
4. Forum koordinasi ini sesuai dengan tingkatannya dapat memberi arahan
kepada unit managemen masing-masing berdasarkan pertemuan regular
yang diadakan setiap 2 bulan.
5. Secara nasional, Direktur Jenderal Peternakan akan mengundang forum
koordinasi di tingkat propinsi atau kabupaten/kota untuk membahas dan
mengevaluasi pelaksanaan kegiatan swasembada daging sapi secara
umum dan forum koordinasi tersebut memberikan saran-saran dan solusi
permasalahan yang ada.
6. Di tingkat propinsi dan kabupaten dilakukan langkah serupa dengan
tingkat nasional, akan tetapi frekuensi pertemuan tersebut akan diatur
setahun minimal 3 kali di luar pertemuan-pertemuan yang dianggap perlu
oleh masing-masing propinsi kabupaten/kota.
546
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB XII
PEMBIAYAAN
Sumber dana Program Swasembada Daging Sapi Tahun 2014 diharapkan berasal
dari pemerintah (APBN dan APBD), swasta dan masyarakat. Pembiayaan yang
bersumber dari APBN, disajikan pada Tabel 7.
BAB XIII
PENUTUP
Diharapakan pedoman umum ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi para
pelaksana di tingkat pusat, propinsi dan kabupaten/kota dalam rangka
548
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
implementasi PSDS 2014. Selanjutnya pedoman umum ini akan dijabarkan lebih
lanjut ke dalam pedoman teknis. Sedangkan ketentuan-ketentuan yang belum
termuat dalam pedoman umum dan pedoman teknis dapat diatur sesuai dengan
kondisi spesifik wilayah dalam kerangka pencapaian PSDS 2014.
549
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
545
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
546
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG
PEMASUKAN HEWAN BABI DAN PRODUKNYA KE DALAM
WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
Pasal 1
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 30/Permentan/PD.620/5/2009 tentang
Pelarangan Pemasukan Babi dan Produknya ke Dalam Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 2
Kepada petugas Karantina Hewan dan dinas teknis yang membidangi fungsi
peternakan dan kesehatan hewan/kesehatan masyarakat veteriner agar
melaksanakan peningkatan tindakan pengawasan teknis terhadap pemasukan
ternak babi dan produk asal babi yang berasal dari luar negeri atau antar
pulau/antar daerah.
547
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 3
Dalam rangka mencegah terjadinya penularan penyakit influenza A/H1N1 dari
manusia ke ternak babi di Indonesia, tetap diperlukan pengamanan dan
kewaspadaan dini melalui peningkatan pengawasan tindakan biosekuriti terhadap
seluruh peternakan (usaha budidaya ternak babi) dengan melibatkan peran serta
instansi terkait dan masyarakat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Pasal 4
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Ditetapkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 9 Februari 2010
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
SUSWONO
Diundangkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 9 Februari 2010
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,
Ttd.
PATRIALIS AKBAR
548
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
566
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN:
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 5 Mei 2008
KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL,
Ttd
BAMBANG SETIADI
567
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL
NOMOR : 57/KEP/BSN/5/2008
TANGGAL : 5 Mei 2008
568
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
LAMPIRAN II
KEPUTUSAN KEPAIA BADAN STANDARDISASI NASIOIVAL
NOMOR : 57/KEP/BSN/5/2008
TANGGAL : 5 Mei 2008
***
569
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
570
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
420
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
421
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
422
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG
PEMASUKAN DAN PENGAWASAN PEREDARAN KARKAS,
DAGING, DAN/ATAU JEROAN DARI LUAR NEGERI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Karkas ruminansia adalah bagian dari tubuh ternak ruminansia sehat yang
telah disembelih secara halal, dikuliti, dikeluarkan jeroan, dipisahkan kepala,
kaki mulai dari tarsus/karpus ke bawah, organ reproduksi dan ambing, ekor
serta lemak yang berlebih, dapat berupa karkas segar dingin (chilled) atau
karkas beku (frozen).
2. Karkas unggas adalah bagian dari ternak unggas yang diperoleh dengan cara
disembelih secara halal dan benar, dicabuti bulunya, dikeluarkan jeroan dan
abdominalnya, dipotong kepala dan leher serta kedua kakinya sehingga aman,
lazim, dan layak dikonsumsi oleh manusia.
3. Karkas babi adalah bagian dari ternak babi yang diperoleh dengan cara
disembelih setelah dikerok bulunya dan dikeluarkan jeroannya, dapat berupa
karkas segar dingin (chilled) atau karkas beku (frozen).
4. Daging adalah bagian dari otot skeletal karkas yang lazim, aman, dan layak
dikonsumsi oleh manusia, terdiri atas potongan daging bertulang, daging
tanpa tulang, dan daging variasi, dapat berupa daging segar dingin, daging
beku, atau daging olahan.
5. Karkas atau daging dingin (chilled) adalah karkas atau daging yang
mengalami proses pendinginan setelah penyembelihan sehingga temperatur
bagian dalam karkas atau daging antara 0ºC dan 4ºC.
6. Karkas atau daging beku (frozen) adalah karkas atau daging yang sudah
mengalami proses pembekuan di dalam blast freezer dengan temperatur
internal karkas atau daging minimum minus18ºC.
423
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
7. Daging variasi (variety meats, fancy meats, co-products) adalah bagian selain
karkas ternak ruminansia sehat yang telah disembelih secara halal, terdiri atas
lidah, buntut, kaki, dan bibir yang lazim, aman, dan layak dikonsumsi manusia,
dapat berupa daging variasi segar dingin (chilled) atau beku (frozen).
8. Daging olahan adalah daging yang diproses dengan cara atau metoda tertentu
dengan atau tanpa bahan tambahan yang dilakukan secara halal dan benar,
sehingga aman, lazim, dan layak, dikonsumsi manusia.
9. Daging untuk pakan hewan adalah daging yang aman namun tidak layak
dikonsumsi oleh manusia dan hanya diperuntukkan bagi pakan hewan.
10. Jeroan (edible offal) adalah isi rongga perut dan rongga dada dari ternak
ruminansia yang disembelih secara halal dan benar sehingga aman, lazim, dan
layak dikonsumsi oleh manusia dapat berupa jeroan dingin atau beku;
11. Mechanically Deboned Meat selanjutnya disingkat MDM adalah jenis daging
tanpa tulang yang diperoleh dengan cara memisahkan daging ruminansia
besar atau unggas yang tersisa dari tulang setelah pemrosesan daging tanpa
tulang (deboning) melalui metoda pemisahan secara mekanik.
12. Pemasukan adalah kegiatan memasukkan karkas, daging, dan/atau jeroan dari
luar negeri ke dalam wilayah negara Republik Indonesia.
13. Alat angkut adalah alat angkutan dan sarana yang dipergunakan untuk
mengangkut yang langsung berhubungan dengan media pembawa.
14. Tempat pemasukan adalah pelabuhan laut, pelabuhan sungai dan danau,
pelabuhan penyeberangan, bandar udara, kantor pos, pos perbatasan dengan
negara lain, dan tempattempat lain yang ditetapkan sebagai tempat untuk
memasukkan media pembawa hama penyakit hewan.
15. Karantina hewan adalah tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan
tersebarnya hama dan penyakit hewan dari luar negeri dan dari suatu area ke
area lain di dalam negeri, atau ke luarnya dari dalam wilayah negara Republik
Indonesia.
16. Tindakan karantina hewan yang selanjutnya disebut tindakan karantina adalah
kegiatan yang dilakukan untuk mencegah hama penyakit hewan karantina
masuk ke, tersebar di, dan/atau ke luar dari wilayah negara Republik
Indonesia.
17. Instalasi karantina hewan yang selanjutnya disebut instalasi karantina adalah
suatu bangunan berikut peralatan dan lahan serta sarana pendukung yang
diperlukan sebagai tempat untuk melakukan tindakan karantina.
18. Hama dan penyakit hewan karantina yang selanjutnya disingkat HPHK adalah
semua hama, hama penyakit, dan penyakit hewan yang berdampak sosio
ekonomi nasional dan perdagangan internasional serta menyebabkan
gangguan kesehatan masyarakat veteriner yang dapat digolongkan menurut
tingkat risikonya.
424
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
19. HPHK Golongan I adalah hama penyakit hewan karantina yang mempunyai
sifat dan potensi penyebaran penyakit yang serius dan cepat, belum diketahui
cara penanganannya, belum terdapat di suatu area atau wilayah negara
Republik Indonesia.
20. HPHK Golongan II adalah hama penyakit hewan karantina yang potensi
penyebarannya berhubungan erat dengan lalulintas media pembawa, sudah
diketahui cara penanganannya dan telah dinyatakan ada di suatu area atau
wilayah negara Republik Indonesia.
21. Media pembawa hama penyakit hewan karantina yang selanjutnya disebut
media pembawa adalah hewan, bahan asal hewan, hasil bahan asal hewan,
dan/atau benda lain yang dapat membawa hama penyakit hewan karantina.
22. OIE (Office International des Epizooties)/WOAH (World Organization for
Animal Health) yang selanjutnya disingkat OIE/WOAH adalah Badan
Kesehatan Hewan Dunia yang mempunyai otoritas memberikan informasi
kejadian, status, dan situasi penyakit hewan di suatu negara, serta memberikan
rekomendasi teknis dalam tindakan santari di bidang kesehatan hewan dan
kesehatan masyarakat veteriner.
23. Penyakit hewan menular utama yang selanjutnya disingkat PHMU adalah
penyakit yang mempunyai daya penularan cepat dan berdampak sosio
ekonomi dan/atau yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat
yang serius serta merupakan penyakit yang penting di dalam perdagangan
hewan serta produk hewan secara internasional yang disebabkan oleh virus,
parasit, bakteri, jamur, kapang, dan prion yang mengacu pada daftar penyakit
hewan menular OIE/WOAH.
24. Zoonosis adalah suatu penyakit infeksi yang secara alami ditularkan dari
hewan ke manusia atau sebaliknya.
25. Kesehatan masyarakat veteriner yang selanjutnya disingkat Kesmavet adalah
segala urusan yang berhubungan dengan hewan dan produk hewan yang
secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kesehatan manusia.
26. Sistem Pelayanan veteriner (veterinary services) adalah tatalaksana
penyelenggaraan kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner di
suatu negara yang mengacu kepada standar, pedoman, dan rekomendasi
organisasi internasional, antara lain Badan Kesehatan Hewan Dunia (World
Organization for Animal Health/OIE), Codex Alimentarius Commission (CAC),
dan World Health Organization (WHO).
27. Persyaratan karantina hewan (Animal Quarantine Requirements) adalah hal-
hal yang mengatur tentang syarat dan tatacara tindakan karantina terhadap
lalulintas media pembawa masuk dari dan ke luar negeri dan atau antar area
di dalam wilayah negara Republik Indonesia.
425
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 2
426
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 3
Ruang lingkup pengaturan pemasukan karkas, daging, dan/atau jeroan meliputi:
1. Jenis karkas, daging, dan/atau jeroan;
2. Persyaratan pemasukan karkas, daging, dan/atau jeroan dari luar negeri,
meliputi:
a. persyaratan pelaku pemasukan;
b. persyaratan negara asal dan zona asal;
c. persyaratan unit usaha di negara asal;
d. persyaratan kemasan, label, dan pengangkutan.
3. Tata cara pemasukan karkas, daging, dan/atau jeroan;
4. Tindakan karantina hewan;
5. Pengawasan peredaran karkas, daging, dan/atau jeroan; dan
6. Sanksi.
Pasal 4
(1) Pemasukan karkas, daging, dan/atau jeroan dapat dilakukan oleh perorangan
atau badan hukum setelah mendapat Persetujuan Pemasukan dari Menteri.
(2) Menteri dalam memberikan Persetujuan Pemasukan sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Direktur Jenderal Peternakan atas
nama Menteri.
BAB II
JENIS KARKAS, DAGING, DAN/ATAU JEROAN
Pasal 5
(1) Jenis karkas, daging, daging variasi (fancy meat) asal ruminansia besar
dan/atau jeroan sapi dari luar negeri yang dapat dimasukkan ke dalam
427
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 6
Pemasukan karkas, daging, daging variasi, jeroan asal ruminansia besar, daging
ruminansia kecil, daging babi, daging unggas, dan/atau daging olahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dapat disetujui setelah dilakukan kajian
risiko oleh Tim Penilai Analisis Risiko.
BAB III
PERSYARATAN PEMASUKAN KARKAS, DAGING, DAN/ATAU JEROAN DARI
LUAR NEGERI
Bagian Kesatu
Persyaratan Pelaku Pemasukan
Pasal 7
Perorangan atau badan hukum untuk dapat melakukan pemasukan karkas, daging,
dan/atau jeroan dari luar negeri wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
c. Surat Tanda Daftar Perdagangan (STDP);
d. Angka Pengenal Impor Umum (APIU);
e. Kartu Tanda Penduduk/Tanda Pengenal Pimpinan Perusahaan;
f. Akta Pendirian Perusahaan, dan perubahannya;
g. Rekomendasi Dinas Provinsi yang membidangi fungsi peternakan, kesehatan
hewan, dan/atau kesehatan masyarakat veteriner;
h. Memiliki NKV; dan
i. Mempunyai instalasi karantina hewan yang ditetapkan.
428
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 8
Perorangan atau badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 yang
memasukkan karkas, daging, dan/atau jeroan wajib mencegah masuk dan
menyebarnya HPHK dan/atau PHMU serta zoonosis yang dapat ditularkan dan
bertanggung jawab terhadap kesehatan dan ketenteraman bathin masyarakat.
Bagian Kedua
Persyaratan dan Kriteria Negara dan/atau Zona Asal
Pasal 9
(1) Suatu negara dapat ditetapkan sebagai negara asal pemasukan karkas, daging
dan/atau jeroan ke dalam wilayah negara Republik Indonesia oleh Direktur
Jenderal Peternakan setelah mendapat pertimbangan teknis dari Tim Penilai
Negara Asal.
(2) Tim Penilai Negara Asal dalam memberikan pertimbangan teknis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada penilaian sistem pelayanan veteriner.
(3) Penilaian sistem pelayanan veteriner sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan dengan menggunakan kriteria penilaian sebagai berikut:
a. kewenangan, infrastruktur dan struktur organisasi kesehatan hewan, dan
kesehatan masyarakat veteriner;
b. pelaksanaan surveilans penyakit/pengamatan penyakit hewan menular
(PHM);
c. kemampuan laboratorium diagnostik dan laboratorium kesehatan
masyarakat veteriner;
d. sistem informasi dan tata cara pelaporan penyakit hewan;
e. sistem identifikasi peternakan (farm) dan hewan;
f. status penyakit hewan menular utama (PHMU) dan penyakit zoonosis
utama;
g. pelaksanaan pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan;
h. status vaksinasi;
i. status PHMU di wilayah yang berbatasan;
j. tingkat perlindungan hewan;
k. hambatan fisik dan non fisik dengan wilayah yang berbatasan;
l. pelaksanaan pengawasan lalulintas hewan/produk hewan;
m. sistem pengawasan keamanan produk hewan;
n. demografi ternak dan pemasarannya;
o. tata cara penyembelihan dan pemrosesan;
p. monitoring dan surveilans residu; dan
q. kesiagaan darurat PHMU.
429
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 10
(1) Negara asal karkas, daging, dan/atau jeroan ruminansia harus memenuhi syarat
status PHMU yang meliputi sebagai berikut:
a. negara bebas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK);
b. negara bebas penyakit Rinderpest;
c. negara bebas penyakit Rift Valley Fever;
d. negara bebas penyakit Contagious Bovine Pleuro-pneumonia (CBPP); dan
e. negara bebas penyakit Bovine Spongiform Encephalopaty (BSE)
(negligible-BSE risk).
(2) Daging ruminansia besar tanpa tulang (deboned meat), selain daging yang
dipisahkan secara mekanis dari tulang (mechanically separated/deboned meat)
(MSM/MDM), dan daging ruminansia besar olahan dapat dipertimbangkan
pemasukannya dari zona bebas PMK setelah melalui penilaian sistem
pelayanan veteriner dan analisis risiko oleh Tim.
(3) Daging ruminansia besar tanpa tulang (deboned meat) selain daging yang
dipisahkan secara mekanis dari tulang (mechanically separated/deboned meat)
(MSM/MDM) sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat dipertimbangkan
pemasukannya dari zona bebas PMK sepanjang memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. berasal dari ruminansia besar yang dilahirkan dan dipelihara di zona
bebas yang dibatasi secara jelas oleh batas alam (natural barrier) yang
dapat mencegah masuknya ternak ke dalam zona bebas;
b. berasal dari ruminansia besar yang lahir di zona bebas PMK, yang
dipotong di RPH yang telah disetujui dan telah lulus pemeriksaan ante
mortem dan post mortem, khususnya terhadap pemeriksaan PMK;
c. telah dihilangkan kelenjar getah beningnya (de-glanded); dan
d. telah melalui proses pelayuan pada suhu di atas 2oC minimal 24 jam
setelah dipotong sehingga nilai pH kurang dari 6,0.
(4) Daging ruminansia besar olahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
dipertimbangkan pemasukannya dari zona bebas PMK setelah melalui proses
pemanasan hingga suhu internal mencapai paling kurang 700C selama 30
menit.
(5) Daging ruminansia besar tanpa tulang (deboned meat) selain daging yang
dipisahkan secara mekanis dari tulang (mechanically separated/deboned meat)
(MSM/MDM) dapat dipertimbangkan pemasukannya dari negara yang
risikonya terhadap BSE dapat dikendalikan (controlled-BSE risk) sepanjang
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. berasal dari ternak yang lahir dan dibesarkan di negara asal dan tidak
pernah diberikan pakan yang mengandung bahan asal ruminansia;
430
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 11
(1) Pemasukan daging ruminansia kecil selain memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2) juga harus berasal
dari negara bebas penyakit Scrapie dan Peste des Petits Ruminants.
(2) Pemasukan daging ruminansia kecil di samping harus memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga berasal dari peternakan yang
terdaftar dan di bawah pengawasan dokter hewan berwenang serta harus
juga tidak ditemukan penyakit Sheep Pox, Goat Pox, Anthrax, Tubercullosis,
Paratuberculosis, Brucellosis, Bluetongue dan Blackleg pada saat dilakukan
pemeriksaan ante-mortem dan post-mortem oleh pejabat kesehatan hewan
berwenang di Rumah Pemotongan Hewan di negara asal.
431
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 12
(1) Negara asal pemasukan daging babi selain harus bebas dari PMK, Rinderpest,
Rift Valley Fever, juga bebas dari penyakit African Swine Fever, Swine
Vesicular Disease, Nipah Virus, Japanese Encephalitis, Aujesky`s Disease,
Athropic Rhinitis, Teschen Disease, dan wine Pox.
(2) Pemasukan daging babi selain harus memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) juga berasal dari peternakan yang terdaftar dan di
bawah pengawasan dokter hewan yang berwenang serta tidak ditemukan
penyakit Hog Cholera, Transmissible Gastro Enteritis (TGE), Trichinosis dan
Cysticercosis pada saat dilakukan pemeriksaan antemortem dan post-mortem
oleh pejabat kesehatan hewan berwenang di rumah pemotongan hewan di
negara asal.
Pasal 13
(1) Negara asal pemasukan karkas unggas dan Mechanically Deboned Meat
(MDM) unggas harus bebas penyakit Highly Phatogenic Avian Influenza
(HPAI).
(2) Pemasukan karkas unggas dan Mechanically Deboned Meat (MDM)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus berasal dari peternakan yang
terdaftar dan di bawah pengawasan pejabat kesehatan hewan berwenang di
negara asal serta sekurang-kurangnya dalam jangka waktu 90 (sembilan
puluh) hari terakhir dalam radius 50 km sebelum pelaksanaan pengeluaran
dari negara asal telah dinyatakan tidak dalam keadaan wabah penyakit
Newcastle Disease (ND).
(3) Khusus pemasukan karkas itik selain memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus berasal dari peternakan yang terdaftar dan di
bawah pengawasan pejabat kesehatan hewan berwenang di negara asal serta
sekurang-kurangnya dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari terakhir
sebelum pelaksanaan pengeluaran dari negara asal telah dinyatakan bebas
dari penyakit Duck Viral Hepatitis dan Duck Viral Enteritis.
Pasal 14
Persyaratan bebas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, dan
Pasal 13 didasarkan atas evaluasi dari laporan status dan situasi penyakit hewan
menular dari negara bersangkutan dan diakui oleh OIE/WOAH terhadap status
bebas penyakit.
Bagian Ketiga
Persyaratan Unit Usaha di Negara Asal
Pasal 15
432
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(1) Pemasukan karkas, daging, dan/atau jeroan harus berasal dari unit usaha
negara asal yang telah disetujui oleh Direktur Jenderal Peternakan setelah
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. telah diakreditasi oleh pejabat berwenang di negara asal dan paling
kurang setara dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau persyaratan
teknis minimal yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian Republik
Indonesia;
b. tidak menerima hewan dan/atau mengolah produk hewan yang berasal
dari negara yang tertular penyakit hewan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, dan Pasal 13;
c. menerapkan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) yang
mengacu pada Codex Alimentarius Commission atau sistem jaminan
keamanan pangan lain yang diakui secara internasional;
d. memiliki sistem jaminan kehalalan dan petugas yang menjadi pegawai
tetap di unit usaha yang bertanggung jawab serta melakukan pengawasan
terhadap pemotongan, penanganan, dan pemrosesan secara halal;
e. memiliki petugas sebagaimana dimaksud pada huruf d dikontrol dan
disupervisi oleh Lembaga Sertifikasi Halal yang diakui dan bekerjasama
dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat dan Kosmetik (LP-POM) dan
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat;
f. menerapkan praktek kesejahteraan hewan;
g. telah melakukan pemeriksaan ante-mortem dan post-mortem oleh petugas
yang berwenang sebagai tindakan pencegahan terhadap segala
kemungkinan terjadinya penularan penyakit dan kontaminasi selama
produksi (penyembelihan, pemrosesan, pengemasan, penyimpanan dan
pengangkutan), sehingga karkas, daging, dan/atau jeroan tersebut
memenuhi kriteria aman, sehat, utuh dan halal (ASUH) untuk dikonsumsi
oleh manusia; dan
h. telah menerapkan program monitoring cemaran mikroba patogen dan
residu obat hewan, hormon, pestisida, toksin, dan bahan lain yang
membahayakan kesehatan manusia secara konsisten dan terdokumentasi
serta hasil pengujian menunjukkan nilai yang berada di bawah Batas
Minimal Cemaran Mikroba (BMeM) atau Batas Maksimal Residu (BMR)
yang ditetapkan dalam SNI.
(2) Setiap pengiriman karkas, daging, dan/atau jeroan dari negara asal ke dalam
wilayah negara Republik Indonesia harus disertai dengan sertifikat halal yang
dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Halal terdaftar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf e antara lain memuat informasi sebagai berikut:
a. nama dan alamat lembaga sertifikasi halal terdaftar di negara asal yang
telah diakreditasi oleh MUI;
433
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
b. nama dan alamat serta nomor registrasi (NKV) dari pemotongan hewan
atau industri atau produsen daging yang disetujui untuk melakukan
pemasukan;
c. nomor registrasi juru sembelih halal;
d. jenis dan kemasan karkas, daging dan/atau jeroan;
e. kemasan dan berat bersih masing-masing kemasan;
f. penyembelihan, pemrosesan, dan pengemasan; dan
g. nama dan alamat eksportir di negara asal maupun importir di Indonesia.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dan huruf e, dan
ayat (2) tidak berlaku untuk unit usaha penyembelihan, penanganan,
dan/atau pengolahan karkas, daging, dan/atau jeroan babi.
Pasal 16
(1) Penilaian unit usaha di negara asal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
dilakukan secara langsung di negara asal oleh Tim Penilai Unit Usaha.
(2) Hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) direkomendasikan
kepada Direktur Jenderal Peternakan sebagai bahan pertimbangan penetapan
unit usaha.
Pasal 17
Hasil penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 16 dapat
ditindaklanjuti dengan kerjasama bilateral dalam bentuk Protokol Kesehatan
Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner.
Pasal 18
(1) Keanggotaan Tim Analisis Risiko, Tim Penilai Negara Asal, dan Tim Penilai
Unit Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 9, Pasal 10, dan Pasal
16 ditetapkan oleh Direktur Jenderal Peternakan.
(2) Keanggotaan tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari dokter
hewan yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan hewan, dan kesehatan
masyarakat veteriner.
(3) Apabila dipandang perlu, keanggotaan Tim sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat berasal dari disiplin ilmu lain.
Pasal 19
Apabila terjadi perubahan sistim pelayanan veteriner dan status kesehatan hewan,
kesehatan masyarakat veteriner dan karantina hewan di negara asal sebagaimana
dipersyaratkan dalam Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 15
dilakukan penilaian ulang di negara asal dan unit usaha di negara asal.
Pasal 20
434
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 21
(1) MDM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf d dapat dimasukkan
hanya untuk industri pengolahan pangan asal hewan.
(2) MDM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki kandungan protein
tidak kurang dari 12%, Ca tidak lebih dari 0,75%, lemak tidak lebih dari 30%,
dan logam berat di bawah Batas Maksimal Residu (BMR) yang ditetapkan
dalam SNI.
Bagian Keempat
Persyaratan Kemasan, Label, dan Pengangkutan
Pasal 22
(1) Karkas, daging, dan/atau jeroan yang akan dimasukkan ke dalam wilayah
negara Republik Indonesia harus dikemas agar tidak terjadi pencemaran
selama pengangkutan.
(2) Kemasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus:
a. asli dari negara asal, memiliki label dan disegel; dan
b. terbuat dari bahan khusus dan aman untuk pangan (food grade), serta
tidak bersifat toksin.
435
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(3) Pemberian label sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a pada kemasan
menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan mencantumkan:
a. negara tujuan Indonesia;
b. NKV/Establishment Number;
c. tanggal pemotongan dan/atau tanggal produksi;
d. jenis dan kuantitas daging serta peruntukannya; dan
e. tanda halal, kecuali babi.
(4) Penempelan segel sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan
oleh dokter hewan yang berwenang di negara asal dan harus tetap utuh
dan/atau tidak rusak sampai di tempat pemeriksaan di Indonesia.
Pasal 23
(1) Karkas, daging, dan/atau jeroan yang akan dimasukkan ke dalam wilayah
negara Republik Indonesia sebelum dimuat ke dalam alat angkut harus
dilakukan tindakan karantina hewan di negara asal.
(2) Pengangkutan karkas, daging, dan/atau jeroan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus dilakukan secara langsung dari negara asal ke tempat
pemasukan di wilayah negara Republik Indonesia.
(3) Pemasukan karkas, daging, dan/atau jeroan dengan cara transit atau melalui
negara lain dapat dilakukan setelah memenuhi pertimbangan teknis dan
disetujui oleh Direktur Jenderal Peternakan.
(4) Setibanya di tempat pemasukan di wilayah negara Republik Indonesia karkas,
daging, dan/atau jeroan dikenakan tindakan karantina hewan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 24
(1) Karkas, daging, dan/atau jeroan yang diangkut dengan kontainer, disegel oleh
Dokter Hewan yang berwenang di negara asal dan hanya boleh dibuka oleh
Petugas Karantina Hewan di tempat pemasukan.
(2) Karkas, daging, dan/atau jeroan yang mempunyai Sertifikat Halal harus
terpisah dari wadah atau kontainer karkas, daging, dan/atau jeroan yang
tidak mempunyai Sertifikat Halal.
Pasal 25
Pemasukan daging dari luar negeri untuk keperluan pakan hewan harus:
a. diberi zat pewarna;
b. diberi tanda yang berbunyi tidak layak dikonsumsi manusia pada
kemasannya;
c. diangkut dalam wadah yang terpisah dengan daging untuk konsumsi
manusia.
436
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB IV
TATA CARA PEMASUKAN KARKAS, DAGING, DAN/ATAU JEROAN
Pasal 26
(1) Setiap orang atau badan hukum yang akan memasukkan karkas, daging,
dan/atau jeroan ke dalam wilayah negara Republik Indonesia wajib
menyampaikan permohonan secara tertulis kepada Direktur Jenderal
Peternakan melalui Kepala Pusat Perizinan dan Investasi dengan tembusan
kepada Kepala Badan Karantina Pertanian.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disertai persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan mencantumkan:
a. nama Perusahaan;
b. alamat Perusahaan;
c. NKV unit usaha pemohon;
d. Instalasi karantina untuk tempat pemeriksaan di
pelabuhan/bandara/daerah tujuan/pemasukan;
e. negara asal;
f. nomor unit usaha (establishment number) di negara asal;
g. tujuan daerah pemasukan;
h. pelabuhan pemasukan;
i. jenis, kuantitas dan peruntukan;
j. melampirkan data perusahaan dan data teknis yang dipersyaratkan.
(3) Kepala Pusat Perizinan dan Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
setelah menerima permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam
jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja harus sudah selesai memeriksa
kelengkapan dokumen persyaratan dan segera memberikan jawaban ditunda,
ditolak, atau diterima.
Pasal 27
(1) Permohonan ditunda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (3) apabila
masih ada kekurangan kelengkapan dokumen persyaratan akan
diberitahukan kepada pemohon secara tertulis.
(2) Pemohon dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja terhitung sejak menerima
pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sudah
melengkapi kekurangan persyaratan.
(3) Apabila dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) pemohon belum melengkapi kekurangan persyaratan, permohonan
dianggap ditarik kembali.
Pasal 28
437
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(1) Permohonan ditolak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (3) apabila
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) tidak benar.
(2) Penolakan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan
kepada pemohon secara tertulis dengan disertai alasan penolakannya.
Pasal 29
(1) Permohonan diterima sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (3) oleh
Kepala Pusat Perizinan dan Investasi disampaikan kepada Direktur Jenderal
Peternakan untuk dimohonkan Persetujuan Pemasukan.
(2) Direktur Jenderal Peternakan setelah menerima permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) segera memintakan pertimbangan teknis kepada Tim
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 terhadap dipenuhinya persyaratan
kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner di negara asal.
(3) Pertimbangan teknis dari Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
berdasarkan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Pasal 11,
Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 15 dengan disesuaikan menurut perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan situasi penyakit
berdasarkan informasi dari OIE/WOAH pada saat dilaksanakannya penilaian.
(4) Pertimbangan teknis dari Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam
jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja harus sudah
disampaikan kepada Direktur Jenderal Peternakan.
Pasal 30
(1) Tim dalam memberikan pertimbangan teknis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 wajib mempertimbangkan rekomendasi teknis dari Kepala Dinas
yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan provinsi.
(2) Rekomendasi teknis dari Kepala Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak berlaku bagi pemasukan karkas, daging, dan/atau jeroan untuk
keperluan sosial, diplomatik, penelitian atau keperluan sendiri yang tidak
melebihi 10 (sepuluh) kilogram dengan ketentuan tetap memperhatikan
persyaratan negara asal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Pasal 11,
Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 15 yang disertai dengan sertifikat
kesehatan/sanitasi (health/sanitary certificate) dari negara asal.
(3) Rekomendasi teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
dipenuhinya persyaratan sebagai pelaku pemasukan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 dan berdasarkan hasil kajian Dinas provinsi yang membidangi
fungsi peternakan dan kesehatan hewan dalam hal ketersediaan dan
permintaan karkas, daging, dan/atau jeroan di tingkat provinsi.
Pasal 31
438
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 32
(1) Perorangan atau badan hukum yang telah memperoleh Persetujuan
Pemasukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (4) dapat
memasukkan karkas, daging, dan/atau jeroan ke dalam wilayah negara
Republik Indonesia.
(2) Persetujuan Pemasukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk
jangka waktu paling lama 180 (seratus delapan puluh) hari kalender.
(3) Apabila terjadi wabah penyakit hewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10, Pasal 11 Pasal 12, dan Pasal 13 di negara asal, Persetujuan Pemasukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dinyatakan tidak berlaku.
(4) Perorangan atau badan hukum yang melakukan pemasukan karkas, daging,
dan/atau jeroan wajib memberikan laporan realisasi pemasukan kepada
Direktur Jenderal Peternakan dengan tembusan disampaikan Kepala Badan
Karantina Pertanian dan Kepala Pusat Perizinan dan Investasi paling lambat 7
(tujuh) hari kalender setelah habis masa berlaku Persetujuan Pemasukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
BAB V
TINDAKAN KARANTINA HEWAN
Pasal 33
(1) Setiap rencana pemasukan karkas, daging, dan/atau jeroan harus dilaporkan
oleh pemilik atau kuasanya kepada petugas karantina hewan di tempat
pemasukan yang telah ditetapkan dalam Persetujuan Pemasukan dengan cara
439
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 34
(1) Tindakan karantina hewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3)
dapat berupa pemeriksaan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan,
dan/atau pembebasan.
(2) Perlakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk
membebaskan hama penyakit hewan karantina Golongan II.
Pasal 35
(1) Tindakan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1)
meliputi pemeriksaan dokumen persyaratan dan pemeriksaan
kesehatan/sanitasinya oleh dokter hewan karantina di atas alat angkut
sebelum diturunkan atau sebelum melewati tempat pemasukan.
(2) Tindakan pemeriksaan dokumen persyaratan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berupa kelengkapan, keabsahan dokumen, dan kesesuaian/kecocokan
antara dokumen dengan kemasan, label, jumlah, dan jenis.
(3) Tindakan pemeriksaan kesehatan/sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat berupa pemeriksaan kemurnian atau keutuhan secara organoleptik
dan/atau pemeriksaan laboratorium sesuai dengan teknik dan metode
pemeriksaan.
(4) Apabila pemeriksaan kemurnian atau keutuhan secara organoleptik dan/atau
pemeriksaan laboratorium sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dapat
440
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 36
(1) Tindakan pemeriksaan lanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat
(4) berupa pemeriksaan kemurnian atau keutuhan secara organoleptik
dan/atau pemeriksaan laboratorium sesuai dengan teknik dan metode
pemeriksaan.
(2) Pengangkutan karkas, daging, dan/atau jeroan dari tempat pemasukan ke
instalasi karantina hewan harus dalam pengawasan petugas karantina hewan.
(3) Setibanya di instalasi karantina hewan, dilakukan:
a. pembukaan segel;
b. pemeriksaan keutuhan kemasan;
c. pemeriksaan kesesuaian jenis dan jumlah;
d. pemeriksaan organoleptik secara acak (random sampling); dan
e. pengambilan sampel untuk pemeriksaan laboratorium, bila diperlukan.
Pasal 37
(1) Apabila pemasukan karkas, daging, dan/atau jeroan tidak dilengkapi
dokumen persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1)
dilakukan tindakan penahanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat
(1).
(2) Penahanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila:
a. karkas, daging, dan/atau jeroan bukan berasal dari negara yang
pemasukannya dilarang;
b. pada pemeriksaan di atas alat angkut tidak diketemukan adanya gejala
HPHK Golongan I dan risiko penularan HPHK Golongan II;
c. pemilik atau kuasanya menjamin dapat menunjukkan sertifikat
kesehatan/sanitasi dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja, dan
dokumen lain yang dipersyaratkan dalam jangka waktu paling lama 7
(tujuh) hari kerja.
(3) Setelah pemilik atau kuasanya dapat memenuhi kelengkapan persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1), maka dapat dilakukan
pemeriksaan lanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 (4).
Pasal 38
(1) Penolakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 (1), dilakukan apabila:
a. setelah dilakukan pemeriksaan di atas alat angkut atau tempat
pemasukan tertular HPHK, berasal dari negara yang dilarang
pemasukannya, busuk, atau rusak atau tidak layak dikonsumsi;
441
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 39
(1) Pemusnahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1), dilakukan
apabila:
a. setelah karkas, daging, dan/atau jeroan diturunkan dari alat angkut dan
dilakukan pemeriksaan, tertular hama penyakit hewan karantina
golongan I, busuk, rusak, tidak layak dikonsumsi atau berasal dari negara
yang dilarang pemasukannya;
b. karkas, daging, dan/atau jeroan yang ditolak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 34 ayat (1) tidak segera dibawa ke luar dari wilayah negara
Republik Indonesia oleh pemilik atau kuasanya; atau
c. setelah karkas, daging, dan/atau jeroan diturunkan dari alat angkut dan
diberi perlakuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) tidak
dapat disucihamakan dari hama penyakit hewan karantina Golongan II.
(2) Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam tindakan pemusnahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu:
a. menghadirkan saksi dari instansi terkait di tempat pemasukan;
b. mengundang pemilik atau kuasa pemilik kaskas, daging, dan/atau jeroan
yang akan dimusnahkan;
c. mempersiapkan Berita Acara Pemusnahan;
d. mempersiapkan tempat dan peralatan pemusnahan dengan tatacara dan
metode pemusnahan yang telah ditetapkan;
e. pemusnahan dilakukan di bawah pengawasan dokter hewan karantina
dan disaksikan oleh pemilik atau kuasanya, petugas Kepolisian Negara
Republik Indonesia, petugas Bea dan Cukai, kejaksaan dan instansi lain
yang terkait;
f. Berita Acara Pemusnahan sekurang-kurangnya rangkap 3 (tiga), lembar
kesatu untuk pemilik, lembar kedua untuk pejabat yang turut
442
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 40
(1) Pembebasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) dilakukan
apabila:
a. setelah dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35
dan Pasal 36 tidak tertular HPHK, bebas cemaran biologis, kimia, fisik,
tidak rusak, tidak busuk, layak dikonsumsi, dan halal dikonsumsi bagi
yang dipersyaratkan; atau
b. setelah dilakukan penahanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37,
seluruh persyaratan yang diwajibkan telah dapat dipenuhi dan tidak
tertular HPHK, bebas cemaran biologis, kimia, fisik, tidak rusak, tidak
busuk, layak dikonsumsi, dan halal dikonsumsi bagi yang dipersyaratkan.
(2) Pembebasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah pemilik
atau kuasanya menyelesaikan kewajiban menyetor jasa karantina sesuai
dengan peraturan perundangundangan.
BAB VI
PENGAWASAN PEREDARAN
Pasal 41
(1) Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan provinsi
dan kabupaten/kota harus meregistrasi pelaku usaha di bidang pemasukan
(importir), pengedaran (distributor), penjajaan/pengecer karkas, daging,
dan/atau jeroan di satuan administrasi pangkal masingmasing.
(2) Pengawasan terhadap peredaran karkas, daging, dan/atau jeroan asal luar
negeri yang telah dibebaskan dari tindakan karantina dilakukan oleh petugas
Pengawas Kesehatan Masyarakat Veteriner yang ditunjuk oleh Kepala Dinas
yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan provinsi dan
kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan secara berkala
paling kurang 6 (enam) bulan sekali atau sewaktu-waktu apabila diketahui
adanya penyimpangan terhadap dipenuhinya persyaratan teknis kesehatan
hewan dan kesehatan masyarakat veteriner.
(4) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi pemeriksaan fisik
karkas, daging, dan/atau jeroan, tempat penyimpanan, tempat penjajaan, alat
angkut, serta kelengkapan dokumen.
443
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 42
444
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 43
(1) Setiap orang atau badan hukum yang melakukan kegiatan penyimpanan,
pengangkutan, peredaran dan/atau penjajaan karkas, daging, dan/atau jeroan
asal luar negeri baik importir, distributor, maupun pengecer wajib menjaga
tempat usahanya agar tetap dipenuhinya persyaratan higiene sanitasi dan
ketenteraman bathin masyarakat.
(2) Setiap orang atau badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
telah melaporkan fasilitas tempat penyimpanan, dan/atau tempat penjajaan
dan/atau alat angkut yang dipergunakan kepada Kepala Dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di kabupaten/kota
setempat.
(3) Setiap orang atau badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
akan melakukan peredaran antar daerah/wilayah harus telah mendapatkan
rekomendasi dari Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan
hewan di daerah penerima.
Pasal 44
Karkas, daging, dan jeroan yang diedarkan di dalam daerah/wilayah dan/atau
antar daerah/wilayah paling kurang harus disertai dengan kelengkapan dokumen
pendukung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (8)
Pasal 45
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan perlindungan konsumen
dari karkas, daging, dan/atau jeroan yang tidak memenuhi persyaratan higiene-
sanitasi dan ketenteraman bathin masyarakat, maka pengawasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) dapat melibatkan partisipasi lembaga Majelis
Ulama Indonesia (MUI), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Asosiasi,
dan lembaga masyarakat terkait lainnya dengan memperhatikan ketentuan dalam
Peraturan ini.
Pasal 46
445
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Apabila di dalam wilayah kabupaten/kota tidak ada atau belum dibentuk dinas
yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan, maka pelaksanaan
pengawasan peredaran karkas, daging, dan/atau jeroan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 41 ayat (1) dan Pasal 42 ayat (2) dilakukan oleh dinas yang
membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan provinsi.
BAB VII
KETENTUAN SANKSI
Pasal 47
(1) Apabila dari hasil pengawasan yang dilakukan oleh petugas pengawas
kesehatan masyarakat veteriner sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 dan
Pasal 42 terbukti ada pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan ini,
Direktur Jenderal Peternakan, Gubernur, Bupati/Walikota berwenang
mengambil tindakan administratif.
(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. peringatan secara tertulis;
b. larangan melakukan pemasukan dan/atau mengedarkan untuk sementara
waktu dan/atau perintah menarik karkas, daging, dan jeroan dari
peredaran;
c. penghentian peredaran untuk sementara waktu;
d. pemusnahan karkas, daging, dan jeroan apabila terbukti tidak sesuai
dengan persyaratan administrasi dan persyaratan teknis veteriner yang
ditetapkan;
e. rekomendasi pencabutan izin usaha sebagai importir;
f. pencabutan Keputusan persetujuan pemasukan dari Direktur Jenderal
Peternakan atas nama Menteri; atau
g. pencabutan NKV.
(3) Pengenaan tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan berdasarkan tingkat risiko yang diakibatkan oleh pelanggaran
yang dilakukan.
(4) Pelaksanaan tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, b, c dan f dilakukan oleh Direktur Jenderal Peternakan.
(5) Pelaksanaan tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf d dan e, dilakukan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan
kewenangannya.
(6) Pelaksanaan tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf g dilakukan oleh Gubernur.
Pasal 48
446
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
BAB VIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 49
Dengan tidak mengurangi berlakunya ketentuan di bidang Pengawasan Obat dan
Makanan, ketentuan ini berlaku juga untuk daging olahan yang mempunyai risiko
terhadap penyebaran penyakit hewan menular (zoonosis), lingkungan dan sumber
daya hayati lainnya.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 50
Persetujuan Pemasukan karkas, daging, dan/atau jeroan yang sudah diterbitkan
sebelum berlakunya Peraturan ini dinyatakan masih tetap berlaku sampai habis
masa berlakunya selanjutnya menyesuaikan dengan Peraturan ini.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 51
Dengan ditetapkannya Peraturan ini, maka:
1. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 64/Permentan/OT.140/12/2006 tentang
Pemasukan dan Pengawasan Peredaran Karkas, Daging, dan Jeroan Dari Luar
Negeri, Peraturan Menteri Pertanian Nomor 27/Permentan/OT.140/3/2007
tentang Perubahan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
64/Permentan/OT.140/12/2006 dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
61/Permentan/OT.140/8/2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 64/Permentan/OT.140/12/2006 juncto Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 27/Permentan/OT.140/3/2007, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
2. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 482/Kpts/PD.620/8/2006 tentang
Pemasukan Ternak Ruminansia dan Produknya Dari Negara Atau Bagian
447
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 52
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan Penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 8 April 2009
MENTERI PERTANIAN,
Ttd.
ANTON APRIYANTONO
Diundangkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 7 Mei 2009
MENTERI HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
ANDI MATTALATTA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 94
448
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
549
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG
PERUBAHAN KELIMA ATAS PERATURAN MENTERI
KEUANGAN NOMOR 110/PMK.010/2006 TENTANG
PENETAPAN SISTEM KLASIFIKASI BARANG DAN
PEMBEBANAN TARIF BEA MASUK ATAS BARANG IMPOR.
Pasal I
Mengubah Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan Nomor 110/PMK.010/2006
tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang Dan Pembebanan Tarif Bea Masuk
Atas Barang Impor sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 241/PMK.011/2010, yang menetapkan tarif
550
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
bea masuk atas barang impor produk pangan dan bahan pangan, bahan baku
pakan ternak, dan pupuk tertentu, sehingga menjadi sebagaimana ditetapkan
dalam Lampiran I dan Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan ini, yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Keuangan ini.
Pasal II
1. Penetapan tarif bea masuk sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I
Peraturan Menteri Keuangan ini, mulai berlaku pada tanggal Peraturan
Menteri Keuangan ini diundangkan sampai dengan tanggal 31 Desember 2011.
2. Penetapan tarif bea masuk sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II
Peraturan Menteri Keuangan ini, mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2012.
3. Penetapan tarif bea masuk sebagaimana dimaksud pada angka 1 akan
dievaluasi dua bulan sebelum jangka waktu berlakunya berakhir.
Pasal III
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 24 Januari 2011
MENTERI KEUANGAN,
ttd.
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 24 Januari 2011
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,
ttd.
PATRIALIS AKBAR
551
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 13/PMK.011/2011 TENTANG
PERUBAHAN KELIMA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR
110/PMK.010/2006 TENTANG PENETAPAN SISTEM KLASIFIKASI BARANG
DAN PEMBEBANAN TARIF BEA MASUK ATAS BARANG IMPOR.
552
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
553
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
554
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
555
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
556
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
557
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
558
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 13/PMK.011/2011 TENTANG
PERUBAHAN KELIMA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR
110/PMK.010/2006 TENTANG PENETAPAN SISTEM KLASIFIKASI BARANG
DAN PEMBEBANAN TARIF BEA MASUK ATAS BARANG IMPOR.
Pos/Sub Pos
% Bea Masuk/
Heading/ Description
No. Uraian Barang % Import
Sub Of Goods
Duty
Heading
(1) (2) (3) (4) (5)
559
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
560
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
561
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
562
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
oksigen. compounds.
- Amino-alkohol, selain yang - Amino-alcohols, other than
mengandung lebih dari satu those containing more than
jenis fungsi oksigen, eter dan one kind of oxygen function,
esternya; garamnya : their ethers and esters; salts
thereof:
2922.50 - Amino-alkohol-fenol, amino- - Amino-alcohol-phenols,
asam-fenol dan senyawa amino-acid-phenols and
amino lainnya dengan fungsi other amino-compounds
oksigen with oxygen function:
25. 2922.50.10.00 - - Asam p-Aminosalisilat dan - - p.Aminosalicylic acid and 5
garam, ester dan turunan its salts, esters and other
lainnya derivatives
29.23 Garam dan hidroksida Quarternary ammonium salt
amonium kuarterner; lesitin and hydroxides; lecithins and
dan fosfoaminolipid lainnya, other phosphoaminolipid,
mempunyai rumus kimia whether or not chemically
tertentu maupun tidak. defined.
26. 2923.10.00.00 - Kolina dan garamnya - Choline and its salts 5
2923.20 - Lesitin dan fosfoaminolipid - Lecithins and other
lainnya : phosphoaminolipids :
27. 2923.20.10.00 - - Lestin, mempunyai rumus - - Lecithins, whether or not 5
kimia tertentu maupun tidak chemically defined
28. 2923.20.90.00 - - Lain-lain - - Other 5
29.30 Senyawa organo-belerang. Organo-sulphur compounds.
29. 2930.40.00.00 - Metionin - Methionine 5
29.33 Senyawa heterosiklik hanya Heterocyclic compounds
dengan hetero atom nitrogen. with nitrogen hetero-atom (s)
only.
- Senyawa dalam strukturnya - Compound containing in
mengandung sistem-cincin the structure a quinoline or
kinolin atau isokinolin isoquinoline ring-system
(dihidrogenasi maupun (whether or not
tidak), tidak disatukan lebih hydrogenated), not further
lanjut : fused:
2933.41.00.00 - - Levorfanol (INN) dan - - Levorphanol (INN) and its
garamnya salts
30. 2933.49.00.00 - - Lain-lain - - Other 5
31.01 Pupuk hewani atau nabati, Animal or vegetable
dicampur bersama atau fertilisers, whether or not
diolah secara kimia maupun mixed together or chemically
tidak; pupuk yang dihasilkan treated; fertilisers produced
dengan mencampur atau by the mixing or chemical
mengolah secara kimia dari treatment of animal or
563
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
564
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
565
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MENTERI KEUANGAN
ttd.
AGUS D.W. MARTOWARDOJO
566
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG IMPOR DAN ATAU
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK TERTENTU YANG
147
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 1
Dalam peraturan pemerintah ini yang dimaksud dengan :
1. Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis adalah :
a. barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam keadaan
terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang;
b. makanan ternak, unggas, dan ikan, dan atau bahan baku untuk pembuatan
makanan ternak, unggas, dan ikan;
c. barang hasil pertanian;
d. bibit dan atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, penangkaran, atau perikanan;
e. bahan baku perak dalam bentuk butiran (granule) dan atau dalam bentuk
batangan;
f. bahan baku untuk pembuatan uang kertas rupiah dan uang logam rupiah;
g. air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air Minum; dan
h. listrik, kecuali untuk perumahan dengan daya di atas 6600 watt.
2. Barang hasil pertanian adalah barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di
bidang
a. pertanian, perkebunan, dan kehutanan;
b. peternakan, perburuan atau penangkapan, maupun penangkaran; atau
c. perikanan baik dari penangkapan atau budidaya;
3. Petani adalah orang yang melakukan kegiatan usaha di bidang pertanian,
perkebunan, kehutanan, peternakan, perburuan atau penangkapan,
penangkaran, penangkapan atau budidaya perikanan.
Pasal 2
(1) Atas impor Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis berupa:
a. barang modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 huruf a yang
diperlukan secara langsung dalam proses menghasilkan Barang Kena
Pajak, oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang Kena Pajak
tersebut;
b. makanan ternak, unggas, dan ikan, dan atau bahan baku untuk pembuatan
makanan ternak, unggas, dan ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
angka 1 huruf b;
148
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 3
Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak
sehubungan dengan penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat
strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 yang dibebaskan dari
pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, tidak dapat dikreditkan.
Pasal 4
149
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(1) Dalam hal Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 huruf a yang dibebaskan dari pengenaan
Pajak Pertambahan Nilai ternyata digunakan tidak sesuai dengan tujuan
semula atau dipindahtangankan kepada pihak lain baik sebagian atau
seluruhnya dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak saat impor dan atau;
perolehan, maka Pajak Pertambahan Nilai yang dibebaskan wajib dibayar
dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak Barang Kena Pajak tersebut dialihkan
penggunaannya atau di pindah tangankan.
(2) Dalam hal Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 huruf f yang dibebaskan dari pengenaan
Pajak Pertambahan Nilai ternyata tidak digunakan sebagai bahan baku untuk
pembuatan uang kertas rupiah dan uang logam rupiah, maka Pajak
Pertambahan Nilai yang dibebaskan wajib dibayar dalam jangka waktu 1 (satu)
bulan sejak Barang Kena Pajak tersebut dialihkan penggunaannya.
(3) Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dan (2), Pajak Pertambahan Nilai yang dibebaskan tidak dibayar Direktur
Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ditambah
dengan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
(4) Pajak Masukan yang dibayar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat
(2), tidak dapat dikreditkan.
Pasal 5
(1) Pajak Pertambahan Nilai terutang yang telah dipungut atas impor dan atau
penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis yang
dilakukan pada atau setelah tanggal 1 Januari 2001 sampai dengan
ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini, harus disetorkan ke Kas Negara
sesuai ketentuan yang berlaku.
(2) Pajak Pertambahan Nilai terutang yang telah dipungut sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dapat dimintakan pengembalian oleh importir atau
pembeli, sepanjang belum dikreditkan.
Pasal 6
Kepada pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 huruf c, huruf g, dan huruf h dapat diberikan
kemudahan dalam pelaksanaan kewajiban perpajakannya
Pasal 7
Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini
diatur oleh Menteri Keuangan.
Pasal 8
150
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan mempunyai
daya laku surut sejak tanggal 1 Januari 2001.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 22 Maret 2001
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
ABDURRAHMAN WAHID
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 22 Maret 2001
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DJOHAN EFFENDI
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2001 NOMOR 24
151
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
170
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
MEMUTUSKAN :
Pasal I
171
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
1. Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis adalah :
a. barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam keadaan
terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang;
b. makanan ternak, unggas, dan ikan dan/atau bahan baku untuk
pembuatan makanan ternak, unggas, dan ikan;
c. barang hasil pertanian;
d. bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, penangkaran, atau perikanan;
e. dihapus;
f. dihapus;
g. air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air Minum;
h. listrik, kecuali untuk perumahan dengan daya di atas 6.600 (enam ribu
enam ratus) watt; dan
i. Rumah Susun Sederhana Milik (RUSUNAMI).
2. Barang hasil pertanian adalah barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha
di bidang :
a. pertanian, perkebunan, dan kehutanan;
b. peternakan, perburuan atau penangkapan, maupun penangkaran; atau
c. perikanan baik dari penangkapan atau budidaya, yang dipetik
langsung, diambil langsung atau disadap langsung dari sumbernya
termasuk yang diproses awal dengan tujuan untuk memperpanjang
172
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
2. Ketentuan dalam Pasal 2 ayat (2) diubah dengan menambahkan 1 (satu) huruf
yakni huruf i, sehingga keseluruhan Pasal 2 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 2
(1) Atas impor Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis berupa:
a. barang modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 huruf a
yang diperlukan secara langsung dalam proses menghasilkan Barang
Kena Pajak, oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang
Kena Pajak tersebut;
b. makanan ternak, unggas, dan ikan dan/atau bahan baku untuk
pembuatan makanan ternak, unggas, dan ikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 angka 1 huruf b;
c. bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, penangkaran, atau perikanan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 angka 1 huruf d;
d. dihapus;
e. dihapus;
173
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
3. Di antara Pasal 4 dan Pasal 5 disisipkan 1 (satu) pasal baru yakni Pasal 4A,
yang berbunyi sebagai berikut :
Pasal 4A
(1) Dalam hal Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 huruf i yang dibebaskan
dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, ternyata digunakan tidak sesuai
dengan tujuan semula atau dipindahtangankan kepada pihak lain
sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu 5 (lima) tahun atau kurang
sejak perolehannya, atas Pajak Pertambahan Nilai yang telah dibebaskan
wajib dibayar dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak Barang Kena Pajak
Tertentu yang bersifat strategis tersebut dialihkan penggunaannya atau
dipindahtangankan, dengan ditambah sanksi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
174
Prospek Bisnis Peternakan Sapi & Daftar Peraturannya di Indonesia,2017
(2) Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Pajak Pertambahan Nilai yang dibebaskan tidak dibayar,
Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Barang ditambah dengan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), tidak dapat dikreditkan sebagai Pajak Masukan.
4. Pasal 6 dihapus.
Pasal II
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 Mei 2007
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 1 Mei 2007
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA.
Ttd
HAMID AWALUDIN
175