Anda di halaman 1dari 31

KARYA TULIS ILMIAH

“PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN AYAM


PETELUR DI KECAMATAN TINANGKUNG
KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN
SEBELUM PANDEMI COVID-19 DAN
PADA MASA PANDEMI COVID-19”

Oleh :

FAISAL PRATAMA ALIPOK


N21 022 027

PROGRAM D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2022

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

hidayah-nya sehinnga penulis dapat menyelesaiakan penulisan Karya Tulis Ilmiah

ini dengan judul “Pendapatan Usaha Peternakan Ayam Petelur di Kecamatan

Tinangkung Kabupaten Banggai Kepulauan Sebelum Pandemi Covid-19 dan Pada

Masa Pandemi Covid-19” dengan baik.

Palu, 01 Desember 2022

(FAISAL PRATAMA ALIPOK)


No. Stb : N21 022 027

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
KATA PENGANTAR.................................................................................. vi
DAFTAR ISI................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1


1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian......................................................................... 3
1.3 Manfaat Penelitian....................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4
2.1 Ayam Ras Petelur........................................................................ 4
2.2 Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Petelur..................................... 4
2.2.1 Bibit..................................................................................... 5
2.2.2 Pakan dan Minum............................................................... 5
2.2.3 Sanatasi dan Pencegahan Penyakit..................................... 6
2.2.4 Pemanenan.......................................................................... 7
2.3 Biaya Produksi............................................................................. 7
2.4 Biaya Tetap.................................................................................. 8
2.5 Biaya Variabel............................................................................. 8
2.6 Harga ........................................................................................... 8
BAB 3 METODE PENELITIAN................................................................ 10
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian...................................................... 10
3.2 Desain Penelitian......................................................................... 10
3.2.1 Metode Penelitian............................................................... 10
3.2.2 Populasi dan Sampul........................................................... 11
3.2.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................. 12
3.2.4 Jenis dan Sumber Data........................................................ 12
3.3 Analisis Data................................................................................ 13
3.4 Defesiensi Operasional Variabel.................................................. 15

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 17


4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian............................................... 17
4.1.1 Keadaan Geografis............................................................. 17

iv
4.1.2 Keadaan Demografis.......................................................... 18
4.2 Keadaan Umum Responden........................................................ 18
4.2.1 Umur dan Jenis Kelamin.................................................... 18
4.2.2 Pendidikan.......................................................................... 18
4.3 Pendapatan Usaha Ayam Peternak Sebelum dan Pada
Masa Pandemi Covid -19 di Desa Saiyong dan Kautu................ 19

4.3.1 Analisis Biaya Total .......................................................... 19


4.3.2 Analisis Penerimaan .......................................................... 20
4.3.3 Analisis Pendapatan ........................................................... 22

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 24


5.1 Kesimpulan................................................................................... 24
5.2 Saran............................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 25

v
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Hasil Analisis Biaya Total Peternaka Ayam Petelur di Desa
Saiyong Dan Kautu ............................................................... 19

Tabel 4.2 Hasil Analisis Penerimaan Peternak Ayam Petelur di Desa


Saiyong dan Desa Kautu Sebelum Pandemi Covid-19 ......... 20

Tabel 4.3 Hasil Analisis Penerimaan Peternak Ayam Petelur di Desa


Saiyong dan Desa Kautu Pada Masa Pandemi Covid-19...... 20

Tabel 4.4 Hasil Analisis Pendapatan Peternak Ayam Petelur di Desa


Saiyong dan Desa Kautu Sebelum Pandemi Covid-19.......... 22

Tabel 4.5 Hasil Analisis Pendapatan Peternak Ayam Petelur di Desa


Saiyong dan Desa Kautu Pada Masa Pandemi Covid-19...... 22

vi
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ayam petelur adalah ayam betina dewasa yang dipelihara khusus diambil
telurnya. Ayam petelur sudah lama dikenal dimasyarakat dan diusahakan sebagai
usaha sampingan maupun usaha peternakan. Ayam petelur mempunyai potensi
yang cukup besar untuk dikembangkan karna memiliki kemampuan yang
menguntungkan yaitu mempunyai telur dengan nilai gizi tinggi dan rasa yang
lezat. Saat ini ayam menjadi salah satu komoditi ternak yang cukup banyak
digemari oleh peternak, terutama ayam petelur.
Ayam petelu mengalami tiga tahapan pertumbuhan yaitu periode awal
(starter) mulai DOC sampai umur 6 minggu, periode tumbuh (grower) dari umur 6
minggu sampai 18 minggu dan periode produksi (layer) dari umur 18 minggu
sampai afkir. Ayam petelur fase layer merupakan ayam yang berumur antara 20
sampai dengan 80 minggu (afkir). Ayam pada akhir masa produksi tergolong
dalam fase layer, yakni pada umur 50 minggu keatas. Ayam pada akhir masa
produksi biasa disebut ayam tua (Rahmadi, 2009).
Ayam petelur ras mulai bertelur sesudah memasuki umur dewasa kelamin
yaitu antara umur 17-18 minggu dengan produksi telur 300 butir/ekor/tahun.
Ayam petelur mencapai puncak produksi pada umur 26-35 minggu, kemudian
menurun sejalan dengan bertambahnya umur. Produksi telur ayam umur 80
minggu masih berada di angka 70% dan akan terus menurun dengan cepat.
Peternakakan mengafkir ayam untuk menekan biaya produksi. Beberapa usaha
yang dapat dilakukan untuk mempertahankan produksi telur agar tidak turun
dengan cepat. Salah satu cara mempertahankan produksi telur dengan
memberikan pakan yang berkualitas agar dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok
serta untuk produksi telur.
Telur konsumsi dihasilkan oleh ayam ras petelur yang merupakan salah
satu jenis unggas yang diternakkan di Indonesia. Populasi ayam ras petelur
semakin meningkat dari tahun ketahun dikarenakan semakin meningkatnya

1
2

permintaan masyarakat akan telur konsumsi. Menurut Direktorat Jendral


peternakan, menjelaskan bahwa berdasarkan hasil kajian Tim Analisa dan
Asistensi Supply-Demand Ditjen PKH tahun 2019 serta data konsumsi telur
sesuai dengan hasil survey Bapok (Bahan Pokok) BPS 2017 sebesar 17,69
kg/kapita/tahun, diperkirakan ketersediaan telur ayam ras di Indonesia sebesar
4.753.382 Ton, dan angka kebutuhan sebessar 4.742.240 Ton. Hal ini berarti
masih ada neraca surplus sebesar 11.143 Ton atau 929 Ton per bulan.
Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2015,
data konsumsi telur ayam ras sebesar 7.388.684,49 kg pertahun. Sementara untuk
Kabupaten Banggai Kepulaua sebesar 74.418,99 kg pertahun.
Saat ini pandemi virus corona atau covid-19 menjadi sesuatu yang paling
ditakuti di dunia. Penyebaran wabah pandemi covid-19 yang sangat cepat bukan
hanya berdampak luas di dunia kesehatan, namun sektor-sektor lain juga
mendapat pengaruh dari adanya virus tersebut. Kondisi ini telah menekan
pertumbuhan ekonomi global dan menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang
semakin meluas, begitu pula dengan usaha peternakan ayam petelur di berbagai
daerah yang ada di Indonesia.
Covid-19 adalah penyakit menular yang di sebabkan oleh corona virus
yang baru di temukan. Awal mulanya penyebaran covid-19 di Wuhan, Tiongkok,
bulan desember 2019 dan sekarang menjadi pandemi di banyak Negara di seluruh
dunia dan termaksud di Indonesia. Mengacu pada latar belakang penelitian, maka
dapat dirumuskan permasalahannya yaitu adanya pandemi covid-19
meningkatkan pendapatan usaha peternakan ayam petelur di Kabupaten Banggai
Kepulauan.

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dampak pandemi covid-19
terhadap pendapatan usaha peternakan ayam petelur di Kecamatan Tinangkung
Kabupaten Banggai Kepulauan.
3

1.3 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi tentang
dampak pandemi covid-19 dalam menjaga kestabilan peternakan ayam petelur
dimasa Pandemi.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ayam Ras Petelur
Ayam ras petelur adalah ayam yang mempunyai kemampuan untuk
memproduksi telur yang baik dan efisien dalam penggunaan ransum. Ciri ayam
ras petelur adalah mempunyai badan yang relative lebih kecil, aktif bergerak,
mudah terkejut, cepat dewasa, sedikit atau hamper tidak ada sifat mengeram,
umumnya mempunyai kaki tidak berbulu dan pada cuping telinga berwarna putih
(Rasyaf, 2001). Menurut Sudaryani dan Santoso (2000), Ayam petelur adalah
ayam yang akan dimanfaatkan telurnya untuk suatu usaha dan memenuhi kriteria
untuk dijadikan alat produksi yang mampu bertelur banyak. Karakteristik ayam
petelur adalah bertingkah laku lincah, cepat dewasa kelamin, mudah terkejut,
badan relative kecil dan langsing. Abidin (2003) menyatakan, beberapa strain
ayam petelur yang pernah berada di Indonesia antara lain Isa Brown, Shaver
Starcross, Cobb, Hysex Brown, Babcock dan Ross Brown.

2.2 Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Petelur


Aspek teknis tatalaksana ayam petelur sangatlah penting sehingga harus
benar-benar diperhatikan, karena sangat menentukan keberhasilan suatu usaha
peternakan. Tatalaksana pemeliharaan ayam petelur pada peternakan ayam petelu
rmeliputi : bibit, pakan dan minum, perkandangan, pencegahan penyakit dan
sanitasi, pengelolaan pascaproduksi (Rasyaf, 2001).

2.2.1 Bibit
DOC merupakan bibit ayam yang dipilih untuk menggantikan ayam yang
telah diafkir, dan bibit yang dipilih yaitu bibit yang sesuai dengan kriteria bibit
yang baik yaitu sehat dan tidak cacat, anak ayam berasal dari induk yang sehat,
anak ayam mempunyai nafsu makan yang baik serta ukuran badan normal dan
ukuran berat badan antara 35-40 gram (Zulfikar, 2009).
Pemeliharaan ayam ras petelur dibagi menjadi tiga tahap yaitu fase starter,
grower, dan layer. Fase starter dimulai sejak hari pertama, fase starter merupakan

4
5

fase yang sangat rentan dalam pemeliharaan ayam ras petelur (Risnajati, 2014).
Ayam pullet adalah ayam yang berada pada fase grower. Ayam petelur
fase grower terbagi dalam kelompok umur 6-10 minggu atau fase awal grower,
sedangkan pada umur 10-18 minggu disebut fase developer (Gustira dkk, 2015).
Fase grower merupakan persiapan awal tubuh untuk menghadapi fase
bertelur. Ayam fase grower membutuhkan kepadatan kandang yang sesuai untuk
menjamin semua ayam mendapat kesempatan sama mendapat ransum, air minum,
dan oksigen sehingga pertumbuhan ayam petelur fase grower seragam (Gustira
dkk, 2015).

2.2.2 Pakan dan Minum


Pakan adalah campuran berbagai macam bahan baik organic maupun
anorganik yang diberikan kepada ternak guna memenuhi kebutuhan zat-zat
makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan serta reproduksi.
Berdasarkan jumlah kebutuhan zat-zat makanan harian dikategorikan menjadi tiga
bagian yaitu kebutuhan untuk produksi telur disebut sebagai kebutuhan
penggunaan tinggi (high demand uses), kebutuhan untuk moulting sebagai
kebutuhan penggunaan rendah (low demand uses), dan pada pertumbuhan dan
penggemukan dikelompokkan sebagai kebutuhan penggunaan intermediet
(Suprijatna, 2005).
Biaya pakan merupakan biaya yang paling besar dalam suatu usaha
peternakan. Untuk menghasilkan keuntungan optimal ada faktor dalam pemberian
pakan yaitu, pengetahuan zat pakan yang tersedia dan besarnya kebutuhan ternak
akan zat pakan. Dua hal ini akan menjamin pemberian pakan yang tepat dan
efisien. Besarnya jumlah pemberian pakan disesuaikan dengan kebutuhan tiap
jenis ayam, umur dan tingkat produksi. Jumlah pakan yang diberikan pada periode
pertumbuhan untuk tipe ringan, medium dan berat sebanyak 7%-8%-9%-10% dan
20% dari besarnya konsumsi secara penuh (Amarullah, 2003)

2.2.3 Sanitasi dan Penanganan Penyakit


6

Dalam pemeliharaan ayam petelur perlu adanya antisipasi dalam


menangani penyakit yang akan menyerang ternak. Pencegahan penyakit dapat
dilakukan dengan sanitasi dan berbagai cara lainnya. Sanitasi adalah berbagai
kegiatan yang meliputi penjagaan dan pemeliharaan kebersihan kandang dan
sekitarnya, peralatan dan perlengkapan kandang, pengelola kandang, serta orang
dan kendaraan yang keluar-masuk kompleks perkandangan (Suprijatna, 2005).
Untuk mencegah berbagai penyakit dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu
dengan sanitasi, vaksinasi serta dapat dilakukan dengan cara mencampurkan obat-
obatan kedalam pakan maupun minum ternak yang berbentuk feed supplement
dan lain sebagainya (Zulfikar, 2009).

2.2.4 Pemanenan
Pemanenan telur dilakukan dengan mengumpulkan telur dari kandang.
Pengumpulan telur dari kandang sebaiknya dilakukan minimal dua kali sehari.
Pengambilan telur yang terlalu lama atau frekuensinya kecil akan berdampak
buruk pada mutu telur. Telur yang dikumpulkan sebaiknya ditempatkan pada rak
berongga sehingga telur dapat disimpan dengan baik dan sirkulasi udara akan ada
di sela-sela telur (Suprijatna, 2005). Pemanenan merupakan alur terakhir yang
menghasilkan produk. Produk yang dihasilkan akan dipasarkan dalam memenuhi
kebutuhan konsumen.

2.6 Biaya Produksi


Biaya produksi atau biaya operasional adalah biaya yang berhubungan
langsung dengan proses kegiatan operasional perusahaan namun tidak berkaitan
langsung dengan produk perusahaan (Jopie, 2008). Rudianto (2009) menyatakan
bahwa biaya operasional adalah biaya yang berkaitan dengan penjualan produk
perusahaan serta pengeluaran dalam menjalankan perusahaan. Biaya operasional
dalam suatu perusahaan sangatlah penting, karena dengan adanya biaya
operasional ini perusahaan dapat menentukan langkah-langkah yang dijalani
sehingga perusahaan mendapatkan laba.
7

2.6 Biaya Tetap


Biaya tetap adalah biaya yang secara total biaya tersebut tidak berubah
jumlahnya meskipun aktivitas (jumlah produksi) berubah, jumlah biaya per unit
akan menurun jika aktivitasnya meningkat (Daljono, 2011). Biaya tetap adalah
biaya yang jumlahnya selalu tetap atau tidak berubah, terlepas dari perubahan
tingkat aktivitas dalam kisaran relevan tertentu (Rosario, 2013). Utomo dan
Christiono (2014) menyatakan bahwa biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya
selalu tetap dan tidak dipengaruhi oleh volume produksi.

2.5 Biaya Variabel


Biaya variabela dalah biaya yang bila dikaitkan dengan volume (pemacu
timbulnya biaya) secara per unit akan selalu tetap (tidak berubah jumlahnya),
meskipun volume produksi berubah-ubah, akan tetapi secara total biaya tersebut
jumlahnya akan berubah sesuai dengan proporsi perubahan aktivitas (volume
produksi (Daljono, 2011). Menurut Rasyaf (2000), biaya variable adalah biaya
yang dikeluarkan untuk barang-barang yang habis dalam suatu masa produksi dan
besar kecilnya tergantung dari jumlah produksi. Utomo dan Christiono (2014)
menyatakan bahwa biaya variable yaitu biaya yang jumlahnya berubah sesuai
dengan besarnya volume produksi.

2.6 Harga
Harga adalah pengorbanan ekonomis yang dilakukan pelanggan untuk
memperoleh produk atau jasa (Radix dan Sukotjo, 2010). Harga merupakan salah
satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena harga menentukan seberapa
besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari penjualan produknya baik
berupa barang atau jasa. Harga mempunyai hubungan dengan kualitas. Kualitas
produk yang baik akan dijual dengan harga yang tinggi sedangkan produk dengan
kualitas yang kurang baik akan dijual dengan harga yang relatife rendah.
8
BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu


Penelitian Pendapatan Usaha Peternakan Ayam Petelur di Banggai
Kepulauan Sebelum Pandemi Covid-19 dan Pada Masa Pandemi Covid-19 ini
dilakukan di Desa Saiyong dan Desa Kautu Kecamatan Tinangkung Kabupaten
Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini dilaksanakan selama
lima bulan mulai Agustus-Desember 2021.

3.2. Desain Penelitian


3.2.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey sehingga
didapatkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui
pengamatan dan wawancara langsung menggunakan kuesioner kepada pemilik
atau pengelola peternak ayam petelur yang ada di Kabupaten Banggai Kepulauan.
Sedangkan data sekunder diperoleh melalui penelusuran dokumen, literatur
seperti buku, majalah dan jurnal-jurnal ilmiah yang berhubungan dengan masalah
penelitian.
Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah pemilik atau pengelola
peternak ayam petelur yang ada di Kecamatan Tinangkung Kabupaten Banggai
Kepulauan. Pengambilan data meliputi tatalaksana, input per periode, output per
pendapatan per periode dan nilai investasi. Tatalaksana meliputi perkandangan,
perawatan, pakan dan pemasaran. Input per periode meliputi biaya tetap dan
biaya tidak tetap, biaya tetap meliputi biaya pembuatan kandang, biaya tanah,
penyusutan kandang dan penyusutan peralatan serta pajak. Sedangkan biaya
tidak tetap meliputi biaya pakan, ayam DOC, biaya tenaga kerja, biaya obat-
obatan dan biaya listrik serta bahan tambahan. Output perpendapatan per periode
meliputi pendapatan dari penjualan telur, penjualan ayam afkir, penjualan
kotoran ternak dan penjualan sak pakan. Investasi terdiri dari investasi bangunan

10
11

kandang dan peralatan.

3.3 Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau studi sensus (Sabar, 2007).
Populasi dalam penelitian ini adalah peternakan ayam petelur yang ada di
Kabupaten Banggai Kepulauan.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari elemen-elemen populasi yang hendak
diteliti. Adapun ide dasar dari pengambilan sampel adalah bahwa dengan
menyeleksi bagian dari elemen-elemen populasi, kesimpulan tentang keseluruhan
populasi diharapkan dapat diperoleh (Cooper dkk, 2001). Keunggulan ekonomis
pengambilan sampel adalah biayanya lebih murah dan memberikan hasil yang
lebih cepat. Responden penelitian ini terdiri dari usaha peternakan ayam petelur
yang ada di Kabupaten Banggai Kepulauan yaitu sebanyak dua sampel. Metode
sampling menggunakan metode sensus merupakan penelitian yang mengambil
satu kelompok populasi sebagai sampel secara keseluruhan dan menggunakan
kuesioner yang terstruktur sebagai alat pengumpul data yang pokok untuk
mendapatkan informasi yang spesifik (Usman dan Akbar 2008).

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Dalam memperoleh data penelitian, pengumpulan data dapat dilakukan
dengan cara :
1. Observasi
Observasi merupakan kegiatan untuk mengamati. Penulis mengamati
mekanisme dan prosedur yang ada di usaha peternakan ayam petelur di Banggai
Kepulauan. Semua data dicatat secara langsung oleh penulis.
2. Wawancara
12

Wawancara adalah kegiatan melakukan sesi tanya jawab kepada narasumber


secara langsung. Banyak informasi yang didapatkan oleh penulis dari sesi tanya
jawab dengan narasumber.
3. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan teknik untuk mengumpulkan data yang diperoleh
melalui pencarian informasi dari buku-buku, dan informasi yang berada dari
internet yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4.1 Jenis dan Sumber Data


1. Jenis data penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif terdiri dari angka bilangan yang dapat diukur. Data
kuantitatif di penelitian ini berasal dari angka-angka hasil dari proses usaha
peternakan ayam petelur yang ada di Kabupaten Banggai Kepulauan.
b. Data Kualitatif
Data kualitatif tidak terdiri dari satuan yang dapat untuk diukur seperti
bilangan atau angka. Data kualitatif di penelitian ini diperoleh dari hasil
wawancara dengan pemilik usaha peternakan ayam petelur yang ada di Kabupaten
Banggai Kepulauan.
2. Sumber data dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari pihak
narasumber tanpa melalui perantara.
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh setelah proses pengolahan terlebih dahulu oleh pihak
lain.

3.5 Analisis Data


Metode analisis data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu analisis
deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk
13

menganalisis data dengan pengamatan langsung terhadap suatu obyek penelitian


guna mengetahui keadaan lokasi usaha dan karakteristik peternakan ayam
petelur. Untuk data kuantitatif digunakan untuk menggambarkan perhitungan
investasi (modal), analisis biaya produksi, penerimaan, dan efisiensi pemasaran.
Data yang diperoleh tersebut disajikan dalam bentuk tabel untuk memudahkan
dalam menganalisis hasil yang diperoleh. Selanjutnya dianalisis untuk
mengetahui investasi (modal), biaya produksi yang meliputi biaya tetap dan
biaya tidak tetap, penyusutan, penerimaan.
1. Analisis Biaya.
Menurut Sukartawi (2006), untuk menghitung besarnya biaya
total (Totalcost) diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya tetap (Fixed
cost/FC) dengan biaya variable (Variable cost/VC) dengan rumus:

TC = FC + VC
Keterangan :
TC = Total cost (Biaya total)
FC = Fixed cost (Biaya tetap)
VC = Variable cost (Biaya variable)
2. Analisis Penerimaan
Menurut Suratiyah (2006), secara umum perhitungan penerimaan total
(Total Revenue/TR) adalah perkalian antara jumlah produksi (Y) dengan harga
jual (Py) dan dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan : TR = Y + Py
TR = Total Revenue (Penerimaan total)
Y = Produksi yang diperoleh
Py = Harga
3. Analisis pendapatan
Menurut Suratiyah (2006), pendapatan adalah selisih antara penerimaan
(TR) dengan biaya total (TC) dan dinyatakan dengan rumus:

Pd = TR - TC
14

Keterangan :
Pd = Pendapatan
TR = Total revenue (Penerimaan total)
TC = Total cost (Biaya Total)

3.6 Defenisi Operasional Variabel


1. Pendapatan adalah keuntungan bersih yang diperoleh dari pengurangan
jumlah keseluruhan pendapatan yang diperoleh dengan keseluruhan biaya
operasional setiap periodenya.
2. Investasi adalah modal yang dikeluarkan saat pertama melakukan usaha.
3. Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi
yang dihasilakan. Seperti sewa tempat, bunga hutang bank, pajak,
penyusutan peralatan (depresiasi).
4. Biaya tidak tetap (biaya variabel) adalah biaya dengan jumlah berubah-
ubah mengikuti intensitas pemakaian sumber biaya. Dengan kata lain,
biaya tidak tetap (biaya variabel) adalah biaya yang besarnya bergantung
pada output. Seperti biaya bahan baku, tenaga kerja, pemenuhan
kebututhan alat produksi hungga biaya komisi yang dihitung setiap
keberhasilan penjualan produk.
5. Penyusutan adalah pengurangan nilai yang disebabkan karena waktu dan
penggunaan dari semua biaya.
6. Penerimaan merupakan keseluruhan pendapatan dari kegiatan produksi
budidaya ayam petelur yang berupa penjualan telur ayam, ayam afkir,
penjualan feses ayam dan sak pakan.
15
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


4.1.1 Keadan Geografis
Kabupaten Banggai Kepulauan yang terletak di perairan sebelah timur
Sulawesi Tengah ini merupakan kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten
Banggai pada tahun 1999 berdasarkan UU No. 51/1999. Selanjutnya pada tahun
2013 di wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan kembali terjadi pemekaran
Daerah Otonomi Baru (DOB) yaitu Kabupaten Banggai Laut sesuai dengan UU
No. 5 Tahun 2013. Kabupaten Banggai Kepulauan memiliki luas wilayah
daratan 2.488,79 km2 dan luas wilayah lautnya ± 6.671,32 km2 dan terdiri atas
235 gugusan pulau-pulau, pulau berpenghuni sebanyak 2 pulau yaitu Pulau
Peling dan Pulau Bakalan, dan tidak berpenghuni 233 pulau. Kabupaten Banggai
Kepulauan terbagi dalam 12 Kecamatan salah satunya Kecamatan Tinangkung,
dengan Ibukota Kabupaten di Kota Salakan, tepatnya di Pulau Peling.
Secara geografis, Kabupaten Banggai Kepulauan terletak diantara antara 1°
06’' 30" Lintang Selatan sampai dengan 1° 35' 58" Lintang Selatan dan 122° 37'
6,3" Bujur Timur sampai dengan 123° 40' 1,9" Bujur Timur di Jazirah Timur Laut
Pulau Sulawesi, dengan batasan sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten
Banggai, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Banggai Laut, sebelah
Timur berbatasan Laut Maluku dan Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Peling.
Dengan melihat letak geografis diatas Kabupaten Banggai kepulauan cocok untuk
usaha peternakan ayam petelur.

4.1.2 Keadaan Demografis


Berdasarkan perkembangan penduduk di Kabupaten Banggai Kepulauan
dari tahun 2011 hingga 2019, jumlah penduduknya mengalami kenaikan. Hal ini
dapat dilihat dari data jumlah penduduk tahun 2011 penduduknya berjumlah
174.800 jiwa dan pada tahun 2019 meningkat hingga berjumlah 176.869 jiwa.
Dengan perkembangan penduduk akan menunjang usaha peternakan ayam petelur

17
18

di Kabupaten Banggai Kepulauan. Jumlah penduduk akan mempengaruhi


permintaan produk telur dan dapat meningkatkan pendapatan peternakan ayam
petelur.

4.2 Keadan Umum Responden


4.2.1 Umur dan Jenis Kelamain
Responden yang digunakan dalam penelitan berjumlah dua orang peternak
ayam petelur yang ada di Desa Saiyong dan Desa Kautu Kecamatan Tinangkung
Kabupaten Banggai Kepulauan. Dengan jenis kelamin laki-laki, serta memliki
umur masing-masing 35 dan 45 tahun. Keadaan ini menunjukkan bahwa
responden dalam kategori umur produktif. Daniel (2004), menyatakan bahwa
kisaran umur produktif adalah 15-56 tahun dan usia lanjut 57 tahun ke atas.

4.2.2 Pendidikan Responden


Peternak ayam petelur yang ada di Desa Saiyong dan Desa Kautu
Kecamatan Tinangkung Kabupaten Bangai Kepulauan berjumlah dua orang yaitu
untuk Desa Saiyong Bapak Hasdin pendidikan terakhir SD dengan awal beternak
pada tahun 2015 sedangkan Desa Kautu yaitu Bapak Irfan Pendidikan terakhir
SMP/Sederajat dengan awal beternak pada tahun 2017. Pendidikan formal
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan peternak ayam petelur.

4.3 Pendapatan Usaha Ayam Peternak Sebelum Pandemi Covid-19 dan


Pada Masa Pandemi Covid -19 di Desa Saiyong dan Kautu

4.3.1 Analisis Biaya Total


Berdasarkan hasil analisis biaya total yang digunakan peternak ayam
petelur di Desa Saiyong dan Kautu sebelum dan setelah terjadi pandemi covid -19
mengalami peningkatan yang terlihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Analisis Biaya Total (Per tahun) Peternak Ayam Petelur di Desa
Saiyong dan Desa Kautu.
Desa Sebelum Pandemi Covid- Pada Masa Pandemi
19

19 (Rp) Covid-19 (Rp)


Saiyong 194.660.000 208.440.000
Kautu 173.420.000 184.348.000

Berdasarkan Tabel 4.1 bahwa biaya total yang dikeluarkan peternak ayam
petelur di Desa Saiyong sebelum pandemi covid -19 mengalami peningkatan dari
Rp. 194.660.000, dan pada masa pandemi covid-19 menjadi Rp. 208.440.000.
Begitu juga biaya total yang dikeluarkan peternak ayam petelur di Desa Kautu
sebelum pandemic covid-19 mengalami peningkatan dari Rp. 173.420.000, dan
pada masa pandemi covid-19 menjadi 184.348.000. Dapat dikatakan bahwa pada
masa pandemi covid -19 berpengaruh terhadap pengeluaran biaya total produksi
ayam petelur di Desa Saiyong dan Desa Kautu. Berdasarkan wawancara dari
responden bahwa terdapat beberapa bahan pokok yang biasa digunakan untuk
mendukung usaha peternakan ayam hargannya terus naik pada masa pandemi
covid -19 serta harga DOC ayam petelur juga terus meningkat.
Hasil penelitian Putra (2020) pada masa pandemi covid -19 biaya produksi
yang dijual dipasaran yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan usaha ayam
pedaging maupun ayam petelur harganya terus meningkat. Armelia dkk. (2020)
menyatakan bahwa dampak tidak langsung covid -19 terhadap usah peternakan
ayam petelur diantaranya adalah peternak ayam mengeluarkan biaya tambahan
tentang modal usaha seperti harga DOC ayam petelur yang naik, baiya pakan,
serta biaya yang biasa digunakan dalam meningkatkan produksi ayam petelur
terus mengalami kenaikan harga jual dan kehilangan peluang pasar.
4.3.2 Analisis Penerimaan
Berdasarkan hasil analisis penerimaan total yang didapatkan peternak
ayam petelur di Desa Saiyong dan Desa Kautu sebelum dan pada masa pandemi
covid -19 mengalami penurunan yang terlihat pada Tabel 4.2 dan 4.3.
Tabel 4.2 Hasil Analisis Penerimaan Peternak Ayam Petelur di Desa Saiyong dan
Desa Kautu Sebelum Pandemi Covid -19
Desa Produksi Harga/Rak (Rp) Penerimaan
20

Ayam Afkir Telur Ayam Afkir Total (Rp)


Telur (Rak)
(Ekor) (Rak) (Ekor)
Saiyong 11.160 1000 48.500 55.000 596.260.000
Kautu 9.360 800 48.500 55.000 508.960.000

Tabel 4.3 Hasil Analisis Penerimaan Total Peternak Ayam Petelur di Desa
Saiyong dan Desa Kautu Pada Masa Pandemi Covid -19
Produksi Harga/Rak (Rp)
Penerimaan
Desa Ayam Afkir Telur Ayam Afkir
Telur (Rak) Total (Rp)
(Ekor) (Rak) (Ekor)
Saiyong 11.160 1000 46.500 50.000 568.940.000
Kautu 9.360 800 46.500 50.000 485.240.000
Penerimaan merupakan suatu hasil penjualan dari barang tertentu yang
diterima atas penyerahan sejumlah barang pada pihak lain. Jumlah penerimaan
(Total Revenue) di defenisikan sebagai penerimaan dari penjualan dari barang
tertentu yang diperoleh dari sejumlah satuan barang yang terjual dikalikan harga
penjualan setiap satuan barang. Penerimaan di bidang peternakan adalah produksi
yang dinyatakan dalam bentuk uang tunai sebelum dikurangi dengan biaya
pengeluaran selama kegiatan usaha tersebut (Daniel dalam Alhidayat, 2002 dalam
Pertiwi, 2020).
Berdasarkan Tabel 4.2 dan 4.3 bahwa penerimaan total yang didapatkan
peternak ayam petelur di Desa Saiyong sebelum pandemi covid -19 mengalami
penurunan dari Rp. 596.260.000, dan pada masa pandemi covid-19 menjadi Rp.
568.940.000. Begitu juga penerimaan total yangmengalami penurunan dari Rp.
508.960.000, dan pada masa pandemi covid-19 menjadi Rp. 485.240.000. Dapat
dikatakan bahwa pada masa pandemi covid -19 harga perjualan telur per rak dan
ayam afkir menjadi menurun dan harga DOC ayam petelur dan bahan pokok
untuk kebutuhan peternakan ayam petelur terus naik.
21

Menurut Kolter dan Amstrong (2008) mendefinisikan harga adalah


sejumlah uang yang ditagihkan atas suatu produk dan jasa atau jumlah dari nilai
yang ditukar para pelanggan untuk memperoleh mamfaat dari memiliki atau
menggunakan suatu produk atau jasa. Menurut Swastha dan Irawan (2005)
penentuan tingkat harga tidak hanya ditentukan oleh perusahaan tetapi konsumen
pun juga ikut serta dalam penentuan harga jual dengan dipengaruhi beberapa
faktor yang berhubungan dengan keadaan ekonomi di wilayah tersebut,
permintaan, elastisitas permintaan, persaingan dengan perusahaan lain, biaya,
tujuan perusahaan, kebijakan dari pemerintah. Hal ini yang menyebabkan
penerimaan peternak menurun. Ningsih dan Prabowo (2017) dalam Putra (2020),
menyatakan bahwa ketersediaan dan harga day old chick (DOC) mempengaruhi
proses produksi ayam petelur. Ketersediaan jumlah ayam hidup dikandang juga
dipengaruhi oleh kelancaran distribusi day old chick (DOC), pakan dan obat-
obatan yang digunakan dalam mendukung usaha peternakan ayam petelur harga
jualnya terlalu tinggi akan mengurangi pendapatan peternak karena bnyaknya
modal yang harus dikeluarkan. Keterhambatan rantai pasokan dapat menyebabkan
ketimpangan antara suplly dan demand, sehingga terjadi over supply.

4.3.3 Analisis Pendapatan


Berdasarkan hasil analisis pendapatan yang didapat peternak ayam petelur
di Desa Saiyong dan Kautu sebelum dan setelah terjadi pandemi covid -19
mengalami penurunan yang terlihat pada Tabel 4.4 dan 4.5.
Tabel 4.4 Hasil Analisis Pendapatan Peternak Ayam Petelur di Desa Saiyong dan
Desa Kautu Sebelum Pandemi Covid -19
Desa Biaya Total (Rp) Penerimaan Total (Rp) Pendapatan (Rp)
Saiyong 194.660.000 596.260.000 401.600.000
Kautu 173.420.000 508.960.000 335.540.000

Tabel 4.5 Hasil Analisis Pendapatan Peternak Ayam Petelur di Desa Saiyong dan
Desa Kautu Pada Masa Pandemi Covid -19
22

Desa Biaya Total (Rp) Penerimaan Total (Rp) Pendapatan (Rp)


Saiyong 208.440.000 568.940.000 360.500.000
Kautu 184.348.000 485.240.000 300.892.000

Berdasarkan Tabel 4.4 dan 4.5 bahwa pendapatan peternak ayam petelur di
Desa Saiyong sebelum pandemi covid-19 mengalami penurunan dari Rp.
401.600.000, pada masa pandemi covid-19 menjadi Rp. 360.500.000. Begitu juga
pendapatan peternak di Desa Kautu juga mengalami penurunan sebelum pandemi
covid-19 dari Rp. 335.540.000, pada masa pandemi covid-19 menjadi
Rp.300.892.000. Hal ini diakibatkan oleh pandemi covid-19 yang mengurangi
aktivitas kuliner sehingga harga telur ayam menurun.
Menurunnya harga telur menyebabkan banyak peternak yang
mengalami kerugian. Bahkan ada kasus usaha poultry shop (PS) mengalami

collapse. Kerugian usaha tersebut sangat dirasakan oleh peternak. Ilham dan
Haryanto (2020), menyatakan bahwa kondisi pandemi Covid-19 terdapat
pedagang perantara yang melakukan spekulasi. Ada pedagang yang menekan
harga beli telur di kandang peternak dengan alasan permintaan turun karena
banyak anggota masyarakat yang berhenti bekerja. Di sisi lain, saat menjual harga
yang ditawarkan kepada pembeli tetap dengan harga mahal, atau stabil, kecuali
permintaan sudah jenuh, baru harga jual ke konsumen diturunkan.
Armelia, dkk. (2020) bahwa dampak negatif wabah Covid-19
mengakibatkan penurunan produktivitas usaha dan pendapatan peternak. Fitriani,
dkk. (2014), menyatakan bahwa salah satu usaha yang padat modal dan berisiko
tinggi yaitu usaha peternakan ayam broiler, baik risiko lingkungan maupun risiko
ekonomi berupa fluktuasi harga input-output.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pendapatan peternakan ayam petelur di Desa Saiyong dan Desa Kautu Kecamatan
Tinangkung Kabupaten Banggai Kepulauan pada masa pandemi covid -19
mengalami penurunan. Desa Saiyong dari Rp. 401.600.000, menjadi Rp.
360.500.000 dan Desa Kautu dari Rp. 335.540.000, menjadi Rp.300.892.000.

5.2 Saran
Saran dari penelitian ini, peternak ayam petelur memikirkan strategi dalam
pengembangan usaha seperti meminalisir biaya produksi dan memanfaatkan
pemasaran secara digital dan menjual ayam afkir agar mendapatkan pendapatan
yang terus naik di masa pandemi covid-19.

24
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z, 2003. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Petelur. Agromedia


Pustaka. Jakarta.

Akbar, P.S., & Usman. 2008. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.

Amrullah, I.K. 2003. Nutrisi Broiler. Seri Beternak Mandiri. Lembaga Satu


Gunung Budi: Bogor.

Armelia, V., Arkan, N. D., Ismoyowati, I., dan Setianto, N. A. 2020. Dampak
Sosial Ekonomi Covid-19 Terhadap Usaha Peternakan Broiler
di Indonesia. In prosiding Seminar Teknologi Agribisnis Peternakan
Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman Vol. 7 Hal 161-167.

Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah. 2015. Produksi telur (kg)
menurut jenisnya dan kabupaten kota, 2015.

Daljono. 2011. Akuntansi Biaya Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian. Edisi


ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2017. Statistik peternakan


dan Kesehatan hewan. Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan
Hewan Kementrian Pertanian RI. Jakarta.

Cooper, Donald R dan Pamela S. Schindler. 2001. Business Research Methos. 7


th Edition, New York. Mc Graw Hill.

Fitriani, A., Bakar, A., dan Susanto, H. (2014). Analisis Kelayakan Usaha
Peternakan Ayam Buras di Kota Bandung. Reka Integra: Jurnal Teknik
Industri, 2(2), 133–144.

Gustira, E, Dwi, Riyanti dan T. Kurtini. 2015. Pengaruh Kepadatan Kandang


Terhadap Performa Produksi Ayam Petelur Fase Awal Grower. Jurnal
Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(1) : 87 – 92.

Haryono Dan N, Ilham. 2020. Dampak Pandemi Covid-19 Pada Produksi Dan
Kapasitas Peternak.Penelitian Pengolahan Pemasaran Hasil Peternakan.
Hal 193-214

Hendri Sukotjo dan Sumanto Radix A, 2010, Analisa Marketing Mix-7 P (Produk,


Price, Promotion, Place, Partisipant, Process, dan Physical Evidence)
terhadap Keputusan Pembelian Produk Klinik Kecantikandi
Surabaya, Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol.1, No. 2,
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.

25
26

Ilham N dan Hryanto. 2020. Dampak Pandemi Covid -19 pada Produksi dan
Kapasitas Peternak. Laporan Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian.

Jusuf, Jopie. 2008. Analisis Kredit untuk Account Officer. PT Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta.

Kolter, Philip dan Gary Armostrong. 2008. Prinsip-prinsip pemasaran, Jilid I,


Edisi 12. Jakarta: Erlangga.

Moray dkk. 2014. “Penentuan Harga Jual Dengan Metode Cost Plus Pricing
Menggunakan Pendekatan Full Costing Pada UD. Gladys Bakery”.
Program S1. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas
Sam Ratulangi Manado.

Ningsih, R., dan Prabowo, D. W. (2017). Tingkat Integrasi Pasar Ayam Broiler di
Sentra Produksi Utama:

Pertiwi A. 2020. Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur.


Skripsi Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Makassar.

Putra M. R., C. 2020. Dampak Covid -19 Terhadapa Keuntungan dan Volume
Permintaan Ayam Pedaging (Studi kasus PT. Intertama Trikencana
Bersinara). Thesis Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang

Rahmadi, F.I. 2009. Manajemen Pemeliharaan Ayam Petelur Di Peternakan Dony


Farm Kabupaten Magelang. Laporan Program Diploma III.

Rasyaf, M. 2001. Beternak Itik Komirsial Edisi dua. Yogyakarta :Kanisius.

Risnajati, D. 2014. Pengaruh jumlah ayam per induk buatan terhadap performa
ayam petelur strain isa brown periode starter. J. Sains Peternakan. 12 (1):
10 -14.

Rosario, Reginaldo. 2013. Analisis Biaya Volume Laba Sebagai Upaya


Merencanakan Volume Penjualan Kamar dan Laba Jangka Pendek Pada
Hotel Sintesa Peninsula Manado.

Rudianto 2009. Pengantarakuntansi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Rutoto, Sabar. 2007. Pengantar Metode Penelitian. FKIP Universitas Muria


Kudus.

Sudaryani dan Santoso. 2000. Pemeliharaan Ayam Ras Petelur di Kandang


Baterai. Penerbit PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
27

Soekartawi. 2006.Analisis Usahatani.Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.

Suprijatna, E. U, Atmomarsono. R, Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak


Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suratiyah, K. 2006. Ilmu usaha tani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Swastha, Basu dan Irwan.2005. Manajemen Pemasaran Modern, Edisi Ketiga,


Yogyakarta: Liberty.

Utomo T dan Christiono Utomo 2014. Penetapan Harga Pokok Penjualan


Berdasarkan Alokasi Biaya Terhadap Posisi Rumah Pada Perumahan
Green Park Residence Sampang. Jurnal Teknik ITS Vol 3 No.1 Hal. C76-
C80.

Zulfikar, 2009. Penggunaan dan PelaksanaanVaksin Yang Benar, Makalah


disampaikan pada “Pelatihan Kader Vaksinator Gampong Berdampak
Positif Terhadap Penyakit Unggas” Dinas Pertanian dan Peternakan.
28

Anda mungkin juga menyukai