Anda di halaman 1dari 100

OUTLOOK

ISSNKOPI
1907-1507 2018

OUTLOOK KOPI

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian
2018

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i


2018 OUTLOOK KOPI

ii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

OUTLOOK KOPI

ISSN : 1907-1507

Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5)


Jumlah Halaman : 96 halaman

Penasehat :
Dr.Ir. Ketut Kaiyasa, MSi., MSi.

Penyunting :
Dr. Anna Astrid Susanti, MSi.
Drh. Akbar, MP.

Naskah :
Ir. Roch Widaningsih, MSi.

Diterbitkan oleh :
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian
2018

Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian iii


2018 OUTLOOK KOPI

iv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penyusunan Buku Outlook Kopi dapat diselesaikan.
Publikasi ini mengulas analisis deskriptif perkembangan komoditas Kopi beserta
analisis proyeksi penawaran dan permintaan komoditas tersebut untuk beberapa
tahun ke depan.

Kegiatan ini dapat terlaksana atas kerjasama beberapa instansi terkait


yaitu Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Perkebunan serta dukungan dan
kerja sama tim teknis lingkup Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Kepada
semua pihak yang telah membantu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai
dengan penyusunan Buku Outlook Kopi ini, kami menyampaikan rasa terima kasih
dan penghargaan setinggi-tingginya.

Publikasi ini disajikan tidak hanya dalam bentuk hard copy namun dapat
dapat juga diakses melalui portal e-Publikasi Kementerian Pertanian di alamat
http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/.

Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat


memperoleh gambaran tentang keragaan dan proyeksi komoditi kopi secara lebih
lengkap dan menyeluruh.

Jakarta, November 2018


Kepala Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian,

Dr. Ir. Ketut Kariyasa, MSi.


NIP.19690419.199803.1.002

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian v


2018 OUTLOOK KOPI

vi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................... v


DAFTAR ISI .................................................................................. vii
DAFTAR TABEL .............................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................xv
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG ............................................................ 1
1.2. TUJUAN ........................................................................ 2
1.3. RUANG LINGKUP .............................................................. 2
BAB II. METODOLOGI ........................................................................ 3
2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI ............................................. 3
2.2. METODE ANALISIS............................................................. 4
2.2.1. Analisis Deskiptif .................................................... 4
2.2.2. Analisis Penawaran.................................................. 4
2.2.3. Analisis Permintaan ................................................. 6
2.2.4. Analisis Kelayakan Model .......................................... 7
BAB III. KERAGAAN KOPI NASIONAL ..................................................... 13
3.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS
KOPI DI INDONESIA ..........................................................13
3.1.1. Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia ..................13
3.1.2. Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia .....................16
3.1.3. Perkembangan Produktivitas Kopi di Indonesia ...............18
3.1.4. Sentra Produksi Kopi di Indonesia ...............................20
3.2. PERKEMBANGAN HARGA KOPI DI INDONESIA ............................24
3.3. PERKEMBANGAN KONSUMSI KOPI DI INDONESIA.........................25
3.4. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KOPI INDONESIA ................26
3.4.1. Perkembangan Volume Ekspor Kopi Indonesia.................26
3.4.2. Perkembangan Volume Impor Kopi Indonesia .................27
3.4.3. Neraca Perdagangan Kopi Indonesia ............................28

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vii


2018 OUTLOOK KOPI

3.4.4. Negara Tujuan Ekspor Kopi Indonesia Tahun 2016 ........... 29


3.4.5. Negara Asal Impor Kopi Indonesia Tahun 2016 ............... 30
BAB IV.KERAGAAN KOPI DUNIA ...........................................................31
4.1. PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN MENGHASILKAN, PRODUKSI DAN
PRODUKTIVITAS KOPI DUNIA .............................................. 31
4.1.1. Perkembangan Luas Areal (Tanaman Menghasilkan) Kopi di
Dunia ................................................................ 31
4.1.2. Perkembangan Produksi Kopi Dunia ............................ 32
4.1.3. Perkembangan Produktivitas Kopi Dunia ...................... 34
4.2. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KOPI DUNIA ..................... 35
BAB V. ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI KOPI .................................... 39
5.1. PROYEKSI PRODUKSI KOPI DI INDONESIA TAHUN 2017-2022 ......... 39
5.2. PROYEKSI KONSUMSI KOPI DI INDONESIA TAHUN 2018-2022 ......... 50
BAB VI. KESIMPULAN ....................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 57
LAMPIRAN ................................................................................... 59

viii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Sumber Data dan Informasi yang Digunakan ............................. 3
Tabel 5.1a. Uji Validitas Model Luas Tanaman Menghasilkan (LTM) Kopi .........40
Tabel 5.1b. Lanjutan Uji Validitas LTM Kopi ..........................................41
Tabel 5.2. Output Anova Model Luas Tanaman Menghasilkan Kopi ...............42
Tabel 5.3. Proyeksi Luas Tanaman Menghasilkan Kopi, 2017-2022 ...............43
Tabel 5.4a. Uji Validitas Model Produktivitas Kopi ...................................45
Tabel 5.4b. Lanjutan Uji Validitas Model Produktivitas Kopi .......................46
Tabel 5.5. Output Anova Model Produktivitas Kopi .................................47
Tabel 5.6. Proyeksi Produktivitas Kopi, Tahun 2017-2022 ........................48
Tabel 5.7. Proyeksi Produksi Kopi, Tahun 2017-2022 ...............................49
Tabel 5.8a. Uji Validitas Model Net Ekspor Impor Kopi ..............................51
Tabel 5.8b. Lanjutan Uji Validitas Model Net Ekspor Impor Kopi ..................52
Tabel 5.8c. Lanjutan Uji Validitas Model Net Ekspor Impor Kopi ..................53
Tabel 5.9. Proyeksi Produksi, Net Ekspor-Impor, dan Konsumsi Kopi,
2017-2022 ....................................................................54

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ix


2018 OUTLOOK KOPI

x Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Uji Heteroskedastisitas Residual Minitab ............................. 10


Gambar 3.1. Perkembangan Luas Areal Kopi Indonesia Menurut Status
Pengusahaan di Indonesia, Tahun 2019-2018......................... 14
Gambar 3.2. Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia Menurut Jenis
Kopi Yang Diusahakan, Tahun 2009-2018 ............................. 16
Gambar 3.3. Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia Menurut Status
Pengusahaan, Tahun 1909-2018 ........................................ 17
Gambar 3.4. Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia Menurut Jenis Kopi
Yang Diusahakan, Tahun 2009-2018 ................................... 18
Gambar 3.5. Perkembangan Produktivitas Kopi di Indonesia Menurut
Status Pengusahaan, Tahun 2009-2018 ................................ 19
Gambar 3.6. Perkembangan Produktivitas Kopi di Indonesia Menurut
Jenis Kopi, Tahun 2009-2018............................................ 19
Gambar 3.7. Provinsi Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat di
Indonesia, Rata-rata Tahun 2014-2018 ................................ 20
Gambar 3.8. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat
di Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2016 ............................ 21
Gambar 3.9. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat
di Provinsi Lampung, Tahun 2016 ...................................... 22
Gambar 3.10. Provinsi Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di
Indonesia, Rata-rata Tahun 2014-2018 ................................ 23
Gambar 3.11. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat
di Provinsi Aceh, Tahun 2016 .......................................... 23
Gambar 3.12. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat
di Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2016 .............................. 24
Gambar 3.13. Perkembangan Harga Produsen Kopi di Indonesia,
Tahun 2008-2016 .......................................................... 25
Gambar 3.14. Perkembangan Konsumsi Kopi Per Kapita Per Tahun,
Tahun 2002-2017 .......................................................... 26

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xi


2018 OUTLOOK KOPI

Gambar 3.15. Perkembangan Volume Ekspor Kopi Indonesia,


Tahun 2008-2017 ..........................................................27
Gambar 3.16. Perkembangan Volume Impor Kopi Indonesia,
Tahun 2008-2017 ..........................................................28
Gambar 3.17. Perkembangan Nilai Ekspor dan Nilai Impor Perdagangan
Kopi Indonesia, Tahun 2008-2017 ......................................29
Gambar 3.18. Negara Tujuan Ekspor Kopi Indonesia Tahun 2017 ..................30
Gambar 3.19. Negara Asal Impor Kopi Indonesia Tahun 2017 .......................30
Gambar 4.1. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi di Dunia,
Tahun 2007-2016 ..........................................................31
Gambar 4.2. Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Dunia, Rata-rata
Tahun 2012-2016 ..........................................................32
Gambar 4.3. Perkembangan Produksi Kopi Dunia, Tahun 2007-2016 .............33
Gambar 4.4. Sentra Produksi Kopi Dunia, Rata-rata Tahun 2012-2016 ...........34

Gambar 4.5. Perkembangan Produktivitas Kopi Dunia, Tahun 2007-2016 .......35


Gambar 4.6. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi Dunia,
Tahun 2007-2016 ..........................................................36
Gambar 4.7. Negara Eksportir Kopi Terbesar Dunia, Rata-rata Tahun 2012-
2016 .........................................................................37
Gambar 4.8. Negara Importir Kopi Terbesar Dunia, Rata-rata
Tahun 2012-2016 ..........................................................38
Gambar 5.1. Plot Nilai Dugaan terhadap Sisaan Model Luas Tanaman
Menghasilkan Kopi .......................................................42
Gambar 5.2. Plot Nilai Dugaan terhadap Sisaan Model Produktivitas Kopi ......47

xii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia Menurut Status


Pengusahaan, Tahun 1980-2018. ..................................... 61
Lampiran 1b. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi di
Indonesia, Tahun 1980-2018. ......................................... 62
Lampiran 2. Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia Menurut
Pengusahaan dan Jenis Kopi Yang Diusahakan,
Tahun 2001-2018 ....................................................... 63
Lampiran 3. Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia Menurut Status
Pengusahaan, Tahun 1980-2018 ...................................... 64
Lampiran 4. Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia Menurut
Pengusahaan dan Jenis Kopi Yang Diusahakan,
Tahun 2001-2018 ....................................................... 65
Lampiran 5. Perkembangan Produktivitas Kopi di Indonesia Menurut Status
Pengusahaan, Tahun 1984-2018 ....................................... 66
Lampiran 6. Perkembangan Produktivitas Kopi di Indonesia Menurut
Pengusahaan dan Jens Kopi Yang Diusahakan, Tahun 2001-
2018 ....................................................................... 67
Lampiran 7. Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Robusta Perkebunan
Rakyat Terbesar di Indonesia, Tahun 2014-2018 .................... 67
Lampiran 8. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat
di Sumatera Selatan Tahun 2016 ........................................ 68
Lampiran 9. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat
di Lampung Tahun 2016 ................................................ 68
Lampiran 10. Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Arabika
Perkebunan Rakyat Terbesar di Indonesia,
Tahun 2014-2018 ....................................................... 69
Lampiran 11. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di
Aceh Tahun 2016 ....................................................... 69

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xiii


2018 OUTLOOK KOPI

Lampiran 12. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat di


Sumatera Utara Tahun 2016 ...........................................70
Lampiran 13. Perkembangan Harga Kopi di Pasar Dalam Negeri,
Tahun 2008-2017 .......................................................71
Lampiran 14. Perkembangan Konsumsi Kopi di Indonesia,
Tahun 2002-2017 .......................................................72
Lampiran 15. Perkembangan Volume, Nilai dan Neraca Ekspor dan Impor
Kopi Indonesia, Tahun 1980-2017 ....................................73
Lampiran 16. Negara Tujuan Ekspor Kopi Indonesia Tahun 2017 ................74
Lampiran 17. Negara Asal Impor Kopi Indonesia Tahun 2017.....................74
Lampiran 18. Perkembangan Luas Areal (Luas Tanaman Menghasilkan),
Produksi dan Produktivitas Kopi Dunia, Tahun 1980-2016 .......75
Lampiran 19. Negara-negara dengan Luas Areal Kopi Terbesar di Dunia,
Tahun 2012-2016 .......................................................76
Lampiran 20. Negara-negara dengan Produksi Kopi Terbesar di Dunia,
Tahun 2012-2016 .......................................................76
Lampiran 21. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi Dunia,
Tahun 1980-2016 .......................................................77
Lampiran 22. Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar di Dunia,
Tahun 2012-2016 .......................................................78
Lampiran 23. Negara-negara Importir Kopi Terbesar di Dunia,
Tahun 2012-2016 .......................................................78
Lampiran 24. Perkembangan Ketersediaan Kopi di Dunia,
Tahun 1980-2016 .......................................................79

xiv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

RINGKASAN EKSEKUTIF

Berdasarkan Angka Sementara Statistik Perkebunan Indonesia bersumber


dari Direktorat Jenderal Perkebunan, produksi kopi Indonesia tahun 2017
mencapai 668,68 ribu ton. Produksi ini berasal dari 1,25 juta hektar luas areal
perkebunan kopi dimana 95,37% diusahakan oleh perkebunan milik rakyat (PR)
sementara sisanya diusahakan oleh perkebunan besar milik swasta (PBS) sebesar
2,48% dan perkebunan besar milik negara (PBN) sebesar 2,25%.

Jika dilihat dari jenis kopi yang diusahakan, kopi robusta mendominasi
produksi kopi Indonesia pada tahun 2017. Dari produksi kopi Indonesia sebesar
668,68 ribu ton, sebanyak 72,35% atau 483,82 ribu ton adalah kopi robusta
sementara sisanya sebanyak 27,65% atau 184,86 ribu ton adalah kopi jenis
arabika. Sentra produksi kopi robusta di Indonesia data rata-rata lima tahun
terakhir adalah Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa Timur, dan
Jawa Tengah. Adapun sentra produksi kopi arabika di tahun yang sama terdapat
di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, dan Jawa
Barat. Harga kopi tahun 2017 di tingkat produsen Indonesia rata-rata adalah
Rp.24.802 per kg, sedangkan tingkat konsumsi kopi per kapita di Indonesia pada
tahun 2017 berdasarkan hasil SUSENAS sebesar 0,798 kg/kapita/tahun.

Indonesia dikenal sebagai produsen dan eksportir kopi di dunia.


Berdasarkan data FAO, rata-rata produksi kopi dari tahun 2012-2016 sebesar
683,64 ribu ton per tahun, terbesar keempat setelah Brazil, Vietnam, dan
Kolombia. Demikian juga ekspor kopi Indonesia, rata-rata dari tahun 2012-2016
sebesar 601,38 ribu ton per tahun, eksportir kopi terbesar keempat di dunia
setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia.

Hasil proyeksi produksi kopi Indonesia hingga tahun 2022 diperkirakan


akan mencapai 740,07 ribu ton kopi berasan. Pertumbuhan produksi kopi dari
tahun 2017-2022 diperkirakan akan terus naik, dengan kenaikan rata-rata 1,72%
per tahun. Net ekspor (ekspor-impor) kopi Indonesia tahun 2017-2022
diproyeksikan juga akan terus naik, dengan kenaikan rata-rata sebesar 3,29% per
tahun.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xv


2018 OUTLOOK KOPI

xvi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sebagai produsen kopi ketiga terbesar di dunia, Indonesia menempatkan


kopi sebagai salah satu komoditas unggulan perkebunan. Tahun 2017, nilai
ekspor kopi menempati urutan ke empat komoditas terbesar di Indonesia
setelah kelapa sawit, karet, dan kelapa. Nilai ekspor kopi mencapai 1,19
Milyard USD.

Peluang industri kopi di Indonesia sangat bagus. Apalagi dengan semakin


dikenalnya kopi Indonesia di Eropa dan Amerika, terutama kopi khusus
(specialty coffee) seperti kopi Gayo, kopi Mandailing, kopi Lampung, kopi
Bajawa dan lainnya. Menteri Pertanian. Andi Amran Sulaiman
mempromosikan komoditas kopi Indonesia kepada dunia melalui forum World
Coffee Producers Forum (WCPF) yang dihelat di Kolombia, Selasa (11/7/2017).

Fokus pemerintah saat ini adalah meningkatkan produksi komoditas kopi


dalam negeri melalui penyediaan bibit berkualitas tinggi, pemupukan tepat
waktu, manajemen air dan program peremajaan untuk mengganti tanaman
kopi yang sudah tua. Pengembangan kopi ke depan juga akan lebih
memperhatikan aspek kearifan lokal, sehingga dapat dihasilkan jenis-jenis
kopi specialty yang bernilai tinggi dari berbagai daerah.

Ditjen Perkebunan dalam renstra menempatkan komoditas kopi menjadi


salah satu komoditas yang menjadi sasaran pokok sub agenda prioritas
peningkatan agroindustri yaitu peningkatan produksi komoditas andalan dan
prospektif ekspor serta mendorong perkembangan agroindustri di pedesaan,
selain komoditas kelapa sawit, kakao, teh dan kelapa (Direktorat Jenderal
Perkebunan, 2015).

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1


2018 OUTLOOK KOPI

Produksi kopi Indonesia hingga tahun 2018 didominasi oleh 81,18% kopi
jenis robusta yang 95,58% diusahakan oleh perkebunan milik rakyat (PR) atau
berkontribusi terhadap rata-rata produksi kopi mencapai 537,57 ribu ton.
Selain kopi robusta, juga dibudidayakan kopi Arabika yang berkontribusi
sebesar 18,82% dari total produksi nasional.

Outlook komoditas kopi, menyajikan analisis keragaan komoditas kopi di


Indonesia meliputi perkembangan produksi, konsumsi, harga dan ekspor impor
baik domestik maupun global. Selain itu ditampilkan juga prediksi produksi
dan konsumsi serta neraca kopi Indonesia pada periode 2019-2022. Diharapkan
hasil analisis komoditas ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan
perencanaan terhadap kebijakan dan program pengembangan kopi.

1.2. TUJUAN

Melakukan analisis komoditas kopi yang berisi keragaan data secara


nasional dan dunia, yang dilengkapi proyeksi penawaran dan permintaan
sebagai bahan dan informasi bagi penyusunan kebijakan dan program
pengembangan komoditas kopi di masa yang akan datang.

1.3. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup yang dicakup dalam Buku Outlook Kopi adalah:


• Analisis pada variabel-variabel penting dari komponen penawaran dan
permintaan komoditas kopi. Variabel-variabel tersebut meliputi: luas
tanaman menghasilkan, produksi, produktivitas, konsumsi, ekspor,
impor, harga, situasi komoditas kopi di dalam dan di luar negeri.
• Keseimbangan penawaran dan permintaan diprediksi sampai tahun
2022, dengan terlebih dahulu memproyeksi variabel-variabel yang
mempengaruhi maupun komponen-komponen yang menyusun
penawaran dan permintaan komoditas kopi.

2 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

BAB II. METODOLOGI

2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI

Outlook Kopi tahun 2018 disusun berdasarkan data dan informasi yang
diperoleh dari data primer yang bersumber dari daerah, instansi terkait di
lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian Pertanian
seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Food and Agriculture Organization (FAO).
Data-data yang digunakan dalam outlook ini dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Sumber Data dan Informasi yang Digunakan

Sumber
No. Variabel Periode Keterangan
Data
• Status angka :
Luas Tanaman
2009-2016 = Angka Tetap,
Menghasilkan,
Ditjen 2017 = Angka Sementara
1. Produktivitas dan 1980-2018
Perkebunan 2018 = Angka Estimasi
Produksi Kopi
• Produksi dalam wujud kopi
Indonesia
berasan
• Status angka :
2014-2016 = Angka Tetap,
Sentra Produksi Kopi
Ditjen 2017 = Angka Sementara
2. Robusta dan Arabika 2014-2018
Perkebunan 2018 = Angka Estimasi
di Indonesia
• Produksi dalam wujud kopi
berasan
Konsumsi Kopi di Berdasarkan Survei Sosial
3. 2002-2017 BPS
Indonesia Ekonomi Nasional (SUSENAS)
Harga Kopi di Pasar
4. 2007-2017 BPS Harga Produsen Kopi
Dalam Negeri
Volume, Nilai dan
5. Neraca Ekspor dan 1980-2017 BPS Kopi Total
Impor Kopi Indonesia
Luas Areal, Produksi,
Produktivitas, - Produksi dalam wujud biji
7. Volume Ekspor dan 1980-2016 FAO kopi mentah
Volume Impor Kopi
Dunia

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3


2018 OUTLOOK KOPI

2.2. METODE ANALISIS

2.2.1. Analisis Deskriptif


Analisis deskriptif atau perkembangan komoditas kopi dilakukan
berdasarkan ketersediaan data series yang yang mencakup indikator luas
areal dan luas tanaman menghasilkan, produktivitas, produksi,
konsumsi, ekspor-impor serta harga domestik (harga produsen) dengan
analisis deskriptif sederhana. Analisis keragaan dilakukan baik untuk
data series nasional maupun dunia.

2.2.2. Analisis Penawaran

Analisis model penawaran kopi dilakukan berdasarkan analisis


fungsi produksi. Model analisis yang digunakan adalah model Regresi
Berganda (Multivariate Regression).
Secara teoritis bentuk umum dari model ini adalah:

Y  b0  b1 X 1  b2 X 2  ...  bn X n  
n
 b0   b j X j  
j 1

dimana:
Y = peubah respons/tak bebas
Xn = peubah penjelas/bebas
n = 1, 2, …
b0 = nilai konstanta
bn = koefisien arah regresi atau parameter model regresi
untuk peubah xn
 = sisaan

Produksi pada periode ke-t merupakan fungsi dari produksi pada


periode sebelumnya, luas areal periode sebelumnya, dan harga di
tingkat produsen periode sebelumnya.

4 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

Dengan memperhatikan ketersediaan data, analisis penawaran


dilakukan berdasarkan data produksi dalam periode tahunan. Untuk
peubah-peubah bebas yang tidak tersedia datanya dalam periode waktu
yang bersesuaian maka dilakukan proyeksi terlebih dahulu dengan
menggunakan model analisis trend (Trend Analysis) atau model
pemulusan eksponensial berganda (Double Exponential Smoothing).

1) Model Analisis Penawaran Komoditas Kopi dan Hasilnya.


Penawaran kopi terdiri dari produksi kopi dalam negri ditambah
impor. Produksi merupakan perkalian antara luas tanam menghasilkan
dikalikan dengan produktivitas kopi.

a) Model Luas Tanaman Menghasilkan (LTM) Tanaman Kopi


Model pendugaan fungsi luas tanaman menghasilkan diduga
menggunkan model sebagai berikut berikut:

LTM (t) = 177524 + 0,838 LTM (t-1) - 14,2 CH (t)

b) Model Produktivitas Kopi


Variabel kedua dari fungsi penawaran adalah produksi. Hasil
analisis dengan metode regresi berganda menunjukkan bahwa
produktivitas kopi dipengaruhi produktivitas kopi tahun sebelumnya
(Produktivas(t-1)), dan harga riil kopi (HgKopi(t-1. Model pendugaan
fungsi produktivitas kopi adalah sebagai berikut :

prodv (t) = 132 + 0,767 prodv (t-1) + 0,00243 HgKopi (t-1)

c) Model Produksi Kopi

Produksi kopi merupakan hasil perkalian antara luas taman


menghasilkan kopi dengan produktivitas kopi.

Produksi (t) = LTM (t) x Prodv (t)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5


2018 OUTLOOK KOPI

2.2.3. Analisis Permintaan

Analisis permintaan komoditas perkebunan merupakan analisis


permintaan langsung masyarakat terhadap komoditas perkebunan yang
dikonsumsi oleh rumah tangga konsumen dalam bentuk tanpa diolah dan
telah diolah.

Permintaan kopi berasal dari kebutuhan untuk konsumsi kopi


dalam negeri baik konsumsi kopi di tingkat rumah tangga maupun
konsumsi luar rumah tangga serta permintaan kopi dari luar negeri atau
dalam bentuk ekspor kopi.

Dikarenakan konsumsi dalam negeri hanya bisa didapat dalam


bentuk konsumsi kopi di tingkat rumah tangga bersumber dari hasil
Survei Susenas, sementara konsumsi di luar rumah tangga tidak tersedia
datanya, sehingga perhitungan konsumsi kopi secara total Indonesia
didekati dengan perhitungan produksi dikurangi net ekspor-impor
(volume ekspor dikurangi volume impor). Sehingga terlebih dahulu
dilakukan penyusunan model net ekspor-impor kopi.

a) Model Net Ekspor-Impor Kopi

Model prediksi net ekpor-impor (neteksim) kopi menggunakan


model analisis trend kuadratik (Trend Analysis) sebagai berikut :

Yt = (10**7)/(37,2228 – 3,15085*(1,04519**t)

b) Prediksi Konsumsi Kopi

Konsumsi kopi merupakan perhitungan dari produksi kopi dikurangi


dengan net ekspor-impor kopi.

Konsumsi (t) = prod (t) – neteksim (t)

6 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

2.2.4. Analisis Kelayakan Model

a) MAPE
Model time series masih tetap digunakan untk melakukan
peramlan terhadap variabel-variabel bebas yang terdapat dalam model
rgresi berganda. Untuk model time series baik analisis trend maupun
pemulusan eksponensial berganda (double exponential smoothing),
ukuran kelayakan model berdasarkan nilai kesalahan dengan
menggunakan statistik MAPE (mean absolute percentage error) atau
kesalahan persentase absolut rata-rata yang diformulasikan sebagai
berikut:

Dimana : Xt adalah data aktual


Ft adalah nilai ramalan.

Semakin kecil nilai MAPE maka model time series yang diperoleh
semakin baik.
Untuk model regresi berganda kelayakan model diuji dari nilai F
hitung (pada Tabel Anova), nilai koefisien regresi menggunakan Uji – t,
uji kenormalan sisaan, dan plot nilai sisaan terhadap dugaan.

b) Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) diartikan sebagai besarnya keragaman


dari peubah tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh peubah–peubah
tak bebas (X).
R2 merupakan angka yang berkisar antara 0 sampai 1 yang
mengindikasikan besarnya kombinasi variabel independen secara
bersama – sama mempengaruhi nilai variabel dependen. Semakin
mendekati angka satu, model yang dikeluarkan oleh regresi tersebut

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7


2018 OUTLOOK KOPI

akan semakin baik. Secara manual, R2 merupakan rumus pembagian


antara Sum Squared Regression dengan Sum Squared Total.

SSR : Kuadrat dari selisih nilai Y prediksi dengan nilai rata-rata:


Y = ∑ (Ypred – Yrata-rata)2
SST : Kuadrat dari selisih nilai Y aktual dengan nilai rata-rata :
Y = ∑ (Yaktual – Yrata-rata)2

c) R2 Adjusted
Guna melengkapi kelemahan R2 tersebut, kita bisa menggunakan
R2 adjusted. Pada R2 adjusted ini sudah mempertimbangkan jumlah
sample data dan jumlah variabel yang digunakan.

  n  1    p  1  SSE  
2
Radjusted  1  1  R 2      1   
  n  p  1    n  1  SST  
MSE
Ra2djusted  1 
SST  p  1

Keterangan:
n : jumlah observasi
p : jumlah variabel
MSE : Mean Squared Error
SST : Sum Squared Total
SSE : Sum Squared Error

R2 adjusted akan menghitung setiap penambahan variabel dan


mengestimasi nilai R2 dari penambahan variabel tersebut. Apabila
penambahan pola baru tersebut ternyata memperbaiki model hasil
regresi lebih baik dari pada estimasi, maka penambahan variabel
tersebut akan meningkatkan nilai R2 adjusted. Namun, jika pola baru

8 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

dari penambahan varaibel tersebut menunjukkan hasil yang kurang dari


estimasinya, maka R2 adjusted akan berkurang nilainya.
Sehingga nilai R2 adjusted tidak selalu bertambah apabila
dilakukan penambahan variabel. Jika melihat dari rumus diatas, nilai R2
adjusted memungkinkan untuk bernilai negative, jika MSEnya lebih
besar dibandingkan (SST/p-1). Masih jika kita melihat rumus diatas, nilai
R2 adjusted pasti lebih kecil dibandingkan nilai R2.

d). R2 PREDICTED

Salah satu tujuan untuk meregresikan variabel independen dengan


variabel dependen adalah membuat rumus dan menggunakannya untuk
melakukan prediksi dengan nilai nilai tertentu dari variabel
independennya. Jika anda ingin melakukan prediksi nilai Y, maka anda
juga seharusnya melihat nilai dari R2 predicted.
R2 predicted mengindikasikan seberapa baik mdel tersebut untuk
melakukan prediksi dari observasi yang baru.
Rumus Predicted R2

  PRESS  
2
R predicted  1     100
  SST  
Dengan nilai PRESS adalah :
n
PRESS   e2i 
i 1

Nilai e adalah selisih dari Y prediksi dengan Y aktual.

Berdasarkan rumusnya, nilai R2 predicted bisa bernilai negatif dan


nilainya bisa dipastikan lebih rendah dibandingkan R2. Nilai predicted R2
perlu diperhatikan meskipun anda nantinya tidak menggunakan model
hasil dari regresi tersebut. Karena nilai R2 predicted ini untuk
mengidentikasi apakah model atau rumus yang anda hasilkan overfit
atau tidak. Pengertian overfit adalah bahwa model terlalu bagus jika
dilihat dari R2 dan R2 adjusted, namun kebaikan model ini terlalu

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9


2018 OUTLOOK KOPI

berlebihan. Hal ini disebabkan karena banyaknya observasi atau jumlah


data yang ada dalam model tersebut sehingga kemungkinan adanya
gangguan atau “noise”.
Meskipun secara R2 dan R2 adjusted, model tersebut dikatakan
baik, namun jika R2 predicted tidak mencerminkan hal tersebut artinya
model anda mengalami overfit tersebut.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa R2 menunjukkan
hubungan secara bersama sama variabel independen terhadap pola
variabel dependen. Sedangkan R2 adjusted membantu kita untuk
melihat pengaruh jumlah variabel terhadap nilai Y. Dan terakhir, R2
predicted memberi kita informasi tentang kebaikan model tersebut jika
akan menggunakan untuk prediksi observasi baru dan atau memberi
informasi tentang overfit pada model.

e). Uji Heteroskedastisitas

Gejala heteroskedastisitas dapat ditentukan dengan diagram scatter


antara variabel Y prediksi (Fits) dengan variabel residual.

Gambar 2.1. Uji Heteroskedastisitas Residual Minitab

Berdasarkan plot scatter diatas, dapat disimpulkan tidak ada


gejala heteroskedastisitas apabila plot menyebar merata di atas dan di

10 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

bawah sumbu 0 tanpa membentuk sebuah pola tertentu. Diagram di atas


dapat menyimpulkan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.

f). Multikolinearitas Pada Interprestasi Regresi Linear

VIF (variance inflation factor) merupakan salah satu statistik yang


dapat digunakan untuk mendeteksi gejala multikolinear
(multicollinearity, collinearity) pada analisis regresi yang sedang kita
susun. VIF tidak lain adalah mengukur keeratan hubungan antar
variabel bebas X, atau fungsi dari R2 model antar X.

Andaikan kita memiliki tiga buah variabel bebas: X1, X2, dan X3
dan ketiganya mau diregresikan dengan sebuah variabel tak bebas
Y. Nilai VIF kita hitung untuk masing-masing X.

Untuk X1, prosedurnya adalah


– Regresikan X1 terhadap X2 dan X3, atau
modelnya X1=b0 + b1X2 + b2X3 + e
2
– Hitung R dari model tersebut.
– VIF untuk X1 adalah VIF1 = 1 / (1 – R2)

Untuk X2, senada saja dengan prosedur di atas


– regresikan X2 terhadap X1 dan X3, atau
modelnya X2 = b0 + b1X1 + b2X3 + e,
- hitung R2 dari model tersebut
- VIF untuk X2 adalah VIF2 = 1 / (1 – R2)

R2 dalam hitungan di atas adalah ukuran keeratan antar X. Jika R2 = 0, maka


VIF = 1. Kondisi ini adalah kondisi ideal. Jadi idealnya, nilai VIF = 1.
Semakin besar R2, maka VIF semakin tinggi (semakin kuat adanya
collinearity). Misal R2 = 0.8 akan menghasilkan VIF = 5.
Tidak ada batasan baku berapa nilai VIF dikatakan tinggi, nilai VIF di atas 5
sudah membuat kita harus hati-hati.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11


2018 OUTLOOK KOPI

g). Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya


penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara
residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi.
Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model
regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin-
Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hopotesis nol
ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.
2) Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang
berarti tidak ada autokorelasi.
3) Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka
tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

Nilai du dan dl dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson yang
bergantung banyaknya observasi dan banyaknya variabel yang menjelaskan.

12 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

BAB III. KERAGAAN KOPI NASIONAL

3.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI, DAN PRODUKTIVITAS


KOPI DI INDONESIA

3.1.1. Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia

Perkembangan luas areal kopi Indonesia menurut status


pengusahaannya didominasi oleh kopi yang diusahakan oleh rakyat atau
Perkebunan Rakyat (PR) mencapai 95,37%. Sisanya diusahakan oleh
Negara atau Perkebunan Besar Negara (PBN) sebesar 2,25% dan
Perkebunan Besar Swasta (PBS) sebesar 2,48% (Lampiran 1).
Perkembangan luas areal kopi di Indonesia pada periode 1980-
2018 cenderung mengalami peningkatan 1,60% per tahun. Sementara
perkembangan luas areal kopi pada satu dekade terakhir cenderung
mengalami penurunan 0,05% per tahun yaitu sebesar 1,27 juta hektar di
tahun 2009 dan mencapai luas 1,26 juta hektar di tahun 2018 (Gambar
3.1 dan Lampiran 1).
Perkembangan luas areal kopi berdasarkan pengusahaan
mempunyai pola yang sama dengan pola perkembangan kopi nasional
yaitu cenderung mengalami peningkatan periode 1980 hingga tahun
2018 peningkatan luas areal kopi tertinggi terjadi pada perkebunan
rakyat sebesar 1,67% dan terendah pada Perusahaan Besar Negara (PBN)
yang hanya meningkat 0,81% per tahun. Data perkembangan luas areal
kopi di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan Lampiran 1.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13


2018 OUTLOOK KOPI

(Ha)

1.400.000

1.200.000

1.000.000

800.000

600.000

400.000

200.000

-
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

PR PBN PBS INDONESIA

Gambar 3.1. Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia Menurut Status


Pengusahaan, Tahun 2009–2018

Berdasarkan jenis kopi yang diusahakan antara tahun 2001 hingga


2018, mayoritas pekebun kopi di Indonesia menanam kopi jenis robusta
mencapai 81,44% atau mencapai luas rata-rata 1,04 juta hektar,
sementara kopi jenis arabika hanya mencapai luas rata-rata 235,84 ribu
hektar atau share 18,56% dari total luas areal kopi Indonesia.
Berdasarkan jenis pengusahaannya kopi robusta sangat dominan
diusahakan di lahan perkebunan rakyat (PR) mencapai luas rata-rata
994,70 ribu hektar atau share sebesar 96,13%, sementara Perkebunan
Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Swasta (PBS) hanya berkontribusi
relatif kecil yaitu rata-rata 18,12 ribu hektar dan 21,89 ribu hektar atau
share sebesar 1,75% dan 2,12% terhadap total luas areal kopi robusta di
Indonesia.

Perkembangan luas areal kopi robusta antara tahun 2001 hingga


2018 secara total Indonesia cenderung mengalami penurunan luas rata-
rata 1,66% per tahun. Hal ini ditunjukkan oleh penurunan luas areal
kopi jenis robusta di semua jenis pengusahaan. Penurunan terbesar
pada luas areal kopi robusta yang diusahakan oleh Perkebunan Besar
Negara yang mengalami penurunan rata-rata 2,12% per tahun,
sementara terendah pada kopi robusta di lahan Perkebunan Swasta
(PBS) yaitu rata-rata turun 0,22% per tahun.

14 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

Sementara luas areal kopi arabika di Indonesia periode 2001


hingga 2018 mencapai luas rata-rata 235,84 ribu hektar yang 95,48%
merupakan kopi arabica yang diusahakan dilahan perkebunan rakyat
(PR) atau mencapai luas areal rata-rata 225,18 ribu hektar, sementara
luas areal kopi arabika di perkebunan negara (PBN) dan perkebunan
swasta (PBS) kurang dari 3% atau mencapai share 2,56% dan 1,96% atau
mencapai rata-rata luas areal 6,03 ribu hektar dan 4,63 ribu hektar.

Berbeda dengan trend kopi robusta yang cenderung mengalami


trend penurunan luas areal, pertumbuhan luas areal kopi arabika di
Indonesia justru mengalami peningkatan sangat siginfikan yaitu sebesar
11,24% per tahun yaitu sebesar 82,81 ribu hektar di tahun 2001 dan
mencapai luas 339,64 ribu hektar di tahun 2018. Peningkatan luas areal
tersebut didukung oleh peningkatan luas areal perkebunan kopi arabika
disemua jenis pengusahaan tertinggi pada perkebunan kopi arabika yang
diusahakan oleh negara yaitu meningkat rata-rata 1.504,90% per tahun
sebagai akibat peningkatan luas areal yang sangat signifikan di tahun
2004 sebesar 25.561,54% atau meningkat 6,67 ribu hektar dari tahun
sebelumnya hanya seluas 26 hektar, sementara perkebunan kopi arabika
milik rakyat meningkat paling rendah yaitu sebesar 11,71% per tahun.
Data luas areal kopi di Indonesia berdasarkan jenis kopi yang diusahakan
dan status pengusahaan secara rinci disajikan pada Lampiran 2.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15


2018 OUTLOOK KOPI

Gambar 3.2. Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia Menurut Jenis


Kopi Yang Diusahakan, Tahun 2009–2018

3.1.2. Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia

Perkembangan produksi kopi Indonesia periode 1980–2018 juga


mengalami peningkatan, dengan laju pertumbuhan rata-rata 2,39%.
Peningkatan produksi kopi tertinggi pada periode tersebut terjadi pada
tahun 1998 sebesar 20,08%, dimana produksi kopi mencapai 514,45 ribu
ton atau meningkat 86,03 ribu ton dari tahun sebelumnya sebesar
428,42 ribu ton kopi berasan.
Produksi kopi berdasarkan status pengusahaan didominasi oleh
produksi kopi yang diusahakan dilahan perkebunan rakyat (PR) yang
mencapai share 94,61% atau mencapai rata-rata produksi 495,06 ribu
ton. Produksi kopi yang berasal dari kebun milik negara (PBN) dan kebun
milik swasta relatif kecil yaitu berkontribusi kurang dari 5% atau
mencapai share hanya 3,11% dan 2,27% atau produksi kopi berasan rata-
rata 16,30 ribu ton dan 11,90 ribu ton. Secara lengkap, perkembangan
produksi kopi menurut status pengusahaan dapat dilihat pada Lampiran
3.

16 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

800.000

700.000

600.000

500.000

(Ton)
400.000

300.000

200.000

100.000

-
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

PR INDONESIA PBN PBS

Gambar 3.3. Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia Menurut Status


Pengusahaan, Tahun 1909-2018

Produksi kopi periode 2001-2018 menurut jenis kopi yang


diusahakan didominasi oleh kopi jenis robusta yang mencapai produksi
rata-rata 537,57 ribu ton atau share 81,18% dari total rata-rata produksi
kopi Indonesia yang mencapai 662,31 ribu ton kopi beras. Perkembangan
produksi kopi berdasarkan jenis selama periode tersebut menunjukkan
rata-rata pertumbuhan kopi robusta menurun 0,76% per tahun
sedangkan kopi arabika meningkat 14,71% per tahun.

Perkembangan produksi kopi berdasarkan jenis selama dekade


terakhir dapat dilihat pada Gambar 3.4. Pada gambar tersebut
menunjukkan dua trend produksi yang berbeda dimana trend roduksi
kopi robusta meskipun secara realisasi lebih tinggi setiap tahunnya
namun menunjukkan trend laju pertumbuhan produksi yang terus
mengalami penenurunan, sebaliknya trend pertumbuhan produksi kopi
arabika cenderung meningkat. Data produksi kopi di Indonesia
berdasarkan jenis kopi yang diusahakan dan status pengusahaan secara
rinci disajikan pada Lampiran 4.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17


2018 OUTLOOK KOPI

(Ton)

600.000

500.000

400.000

300.000

200.000

100.000

-
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Robusta Arabika

Gambar 3.4. Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia Menurut Jenis


Kopi Yang Diusahakan, Tahun 2009-2018

3.1.3. Perkembangan Produktivitas Kopi di Indonesia

Produktivitas kopi di Indonesia terlihat berfluktuasi pada periode


1984-2018, namun secara rata-rata cenderung mengalami peningkatan,
dengan rata-rata pertumbuhan 1,14% per tahun. (Lampiran 5).
Selama sepuluh tahun terakhir terlihat bahwa berdasarkan status
usaha, produktivitas kopi tertinggi pada usaha perkebunan kopi yang
diusahakan oleh swasta (PBS) dengan rata-rata produktivitas mencapai
800,60 kg per hektar, berikutnya produktivitas kopi yang diusahakan
oleh perkebunan negara (PBS) dengan rata-rata produktivitas sebesar
798,62 kg per hektar, sedangkan terendah pada produktivitas kopi yang
diusahakan oleh rakyat (PR) yaitu sebesar 725,88 kilogram per hektar.
Secara umum peningkatan produktivitas kopi cukup signifikan
pada kopi yang diusahakan oleh perkebunan swasta terutama pada
kondisi 10 tahun terakhir dengan rata-rata pertumbuhan 5,92% per
tahun, sebaliknya trend pertumbuhan produktivitas kopi rakyat hanya
meningkat 0,05% per tahun. Data perkembangan produktivitas kopi di
Indonesia pada tahun 1984-2018 dan 2009-2018 disajikan secara lengkap
pada Gambar 3.5. dan Lampiran 6.

18 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

1.100

1.000

900

(Kg/Ha)
800

700

600

500
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

PR PBN PBS INDONESIA

Gambar 3.5. Perkembangan Produktivitas Kopi di Indonesia Menurut


Status Pengusahaan, Tahun 2009-2018

1.200,00

1.000,00

800,00
(Kg/Ha)

600,00

400,00

200,00

-
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Robusta 724,36 741,53 685,33 696,29 725,91 682,51 669,05 680,33 689,44 692,68
Arabika 772,93 959,77 765,40 752,94 782,88 829,40 832,33 814,05 820,17 855,87

Gambar 3.6. Perkembangan Produktivitas Kopi di Indonesia Menurut


Jenis Kopi, Tahun 2009-2018

Perkembangan produktivitas kopi periode 2001-2018 berdasarkan


jenis, menunjukkan meskipun secara luasan kopi arabika hanya
mempunyai share kurang dari 20% tetapi produktivitas kopi jenis arabika
cenderung lebih tinggi dibandingkan produktivitas kopi robusta yaitu
rata-rata sebesar 787,46 kg/ha sementara kopi jenis robusta hanya
sebesar 692,10 kg/ha. Dari sisi pertumbuhannya, produktivitas kopi
arabika mengalami rata-rata peningkatan lebih tinggi yaitu sebsar 3,55%
per tahun sementara produktivitas kopi robusta hanya meningkat rata-
rata 0,57% per tahun. Data secara terinci tersaji pada Gambar 3.6. dan
Lampiran 6.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19


2018 OUTLOOK KOPI

3.1.4. Sentra Produksi Kopi Robusta di Indonesia

Berdasarkan jenis kopi yang dibudidayakan, sentra produksi kopi


robusta perkebunan rakyat di Indonesia pada periode 2014-2018 yang
mencapai 77,40% dari total produksi kopi robusta di Indonesia, terdapat
di lima provinsi sentra dengan total share mencapai 77,40% dari total
produksi kopi robusta di Indonesia. Provinsi Sumatera Selatan
merupakan provinsi dengan kontribusi produksi kopi robusta paling
tinggi yaitu sebesar 26,84% atau produksi kopi robusta rata-rata
mencapai 121,26 ribu ton. Provinsi Lampung dan Bengkulu di urutan
kedua dan ketiga dengan share produksi rata-rata 24,43% dan 12,49%
atau produksi rata-rata 110,37 ribu ton dan 56,43 ribu ton. Produksi
ketiga provinsi tersebut secara total menyumbang 63,76% dari produksi
kopi robusta di Indonesia. Provinsi penghasil kopi robusta terbesar
lainnya adalah Jawa Timur yang berkontribusi sebesar 9,62% dengan
rata-rata produksi 43,44 ribu ton per tahun, dan Provinsi Jawa Tengah
yang berkontribusi sebesar 4,02% dengan rata-rata produksi sebesar
18,18 ribu ton per tahun. Secara terinci data tersaji pada Gambar 3.7.
dan Lampiran 7.

Share (%)
Prov. Lainnya;
Jateng; 4,02 22,60

Jatim; 9,62

Bengkulu;
12,49
Sumsel; 26,84

Lampung;
24,43

Gambar 3.7. Provinsi Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat


di Indonesia, Rata-rata Tahun 2014-2018

20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

Sebagai provinsi dengan kontribusi produksi kopi robusta


perkebunan rakyat tertinggi di Indonesia, produksi kopi robusta Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2016 mencapai 120,90 ribu ton yang tersebar
sangat dominan di 5 kabupaten dengan total produksi sebesar 109,52
ribu ton atau share sebesar 90,59% dari total produksi kopi robusta di
Provinsi Sumatera Selatan. Kelima kabupaten tersebut adalah
Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan dengan kontribusi sangat
signifikan yaitu sebesar 33,03% atau produksi sebesar 39,94 ribu ton,
selanjutnya Kabupaten Muara Enim, Lahat, Ogan Komering Ulu (OKU)
dan Kabupaten Pagar Alam, dengan share masing-masing 20,87%;
17,00%; 13,23% dan 6,46% atau produksi kopi robusta sebesar 25,24 ribu
ton, 20,55 ribu ton, 15,99 ribu ton dan 7,81 ribu ton kopi robusta
berasan. Secara terinci tersaji pada Gambar 3.8 dan Lampiran 8.

Kab. OKU ; 13,23%


Kab. Pagar Alam;
6,46%

Kab. Lahat;
17,00% Lainnya; 9,41%

Kab. Muara Enim;


20,87% Kab. OKU Selatan;
33,03%

Gambar 3.8. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan


Rakyat di Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2016

Berdasarkan data tahun 2016, sentra kabupaten penghasil kopi


robusta di Provinsi Lampung sebagai sentra produksi kopi robusta
perkebunan rakyat terbesar kedua terkonsentrasi di 5 kabupaten dengan
kontribusi mencapai 96,56% dari total produksi kopi robusta Provinsi
Lampung yaitu sebesar 115,48 ribu. Kabupaten Lampung Barat sangat
signifikan menyumbang produksi kopi robusta hingga 57,66 ribu ton atau

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21


2018 OUTLOOK KOPI

share hingga 49,93% dari total produksi kopi robusta di Provinsi


Lampung. Selanjutnya Kabupaten Tanggamus berkontribusi hingga
27,37% atau produksi sebesar 31,61 ribu ton. Selanjutnya Kabupaten
Way Kanan, Kabupaten Lampung Utara, dan Kabupaten Pesisir Barat,
masing-masing berkontribusi sebesar 8,06%; 7,81% dan 3,38% atau
produksi sebesar 9,31 ribu ton, 9,01 ribu ton dan 3,90 ribu ton kopi
robusta berasan Data terinci tersaji pada Gambar 3.9 dan Lampiran 9.

Kab. Way Kanan; Kab. Lampung Kab. Pesisir Barat;


8,06% Utara; 7,81% 3,38%

Lainnya; 3,44%

Kab. Tanggamus;
27,37%

Kab. Lampung
Barat; 49,93%

Gambar 3.9. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan


Rakyat di Provinsi Lampung, Tahun 2016

Produksi kopi arabika di Indonesia mencapai rata-rata 170,36 ribu


ton periode 2014 hingga 2018 atau berkontribusi hanya 18,82% terhadap
total produksi kopi Indonesia yang rata-rata mencapai 622,14 ribu ton
kopi berasan. Sentra produksi kopi arabika Indonesia terdapat di 4
provinsi dengan total share mencapai 81,99% atau produksi rata-rata
sebesar 139,68 ribu ton yaitu sangat dominan di 2 provinsi yaitu Aceh
dan Sumatera Utara dengan share 31,88% dan 30,50% atau produksi
sebesar 54,31 ribu ton dan 51,96 ribu ton kopi arabika berasan. Provinsi
penghasil kopi arabika terbesar lainnya adalah Sulawesi Selatan dan
Sumatera Barat, masing-masing dengan rata-rata produksi sebesar 20,43
ribu ton, 12,97 ribu ton atau share sebesar 12,00% dan 7,62% terhadap
produksi kopi arabika di Indonesia. Sementara provinsi lainnya

22 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

berkontribusi 18,01%. Data secara terinci teraji pada Gambar 3.10. dan
Lampiran 10.

Sulsel; 12,00%
Sumbar; 7,62%

Sumut; 30,50%

Prov. Lainnya;
18,01%

Aceh; 31,88%

Gambar 3.10. Provinsi Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan


Rakyat di Indonesia, Tahun 2014- 2018

Provinsi Aceh sebagai penghasil kopi arabika terbesar di Indonesia


pada tahun 2016 mencapai 59,78 ribu ton yang terdistribusi 96,58%
hanya di 2 kabupaten yaitu yang paling dominan di Kabupaten Aceh
Tengah dengan share 52,49% atau produksi sebesar 31,38 ribu ton,
berikutnya Kabupaten Bener Meriah dengan share sebesar 44,09% atau
produksi sebesar 26,36 ribu ton. Secara terinci data tersaji pada
Gambar 3.11. Lampiran 11.

Gambar 3.11. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan


Rakyat di Provinsi Aceh, Tahun 2016

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23


2018 OUTLOOK KOPI

Pada tahun 2016, Kabupaten Tapanuli Utara tercatat sebagai


kabupaten penghasil kopi arabika terbesar di Provinsi Sumatera Utara
mencapai 13,66 ribu ton atau menyumbang 26,15% dari total produksi
kopi arabika di Provinsi Sumatera Utara. Empat Kabupaten kabupaten
sentra penghasil kopi arabika di Provinsi Sumatera Utara lainnya adalah
Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Hunbang
Hasundutan dan Kabupaten Karo, dengan produksi masing-masing
sebesar 10,25 ribu ton; 8,54 ribu ton; 6,28 ribu ton, dan 4,83 ribu ton
kopi arabika berasan atau berkontribusi masing-masing sebesar 19,63%,
16,34%, 12,03% dan 9,25%. Data terinci tersaji pada Gambar 3.12. dan
Lampiran 12.

Kab. Karo; 9,25%

Lainnya; 16,60%

Kab. Hunbang
Hasundutan; Kab. Tapanuli
12,03% Utara; 26,15%

Kab. Dairi;
16,34%
Kab. Simalungun;
19,63%

Gambar 3.12. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan


Rakyat di Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2016

3.2. PERKEMBANGAN HARGA KOPI DI INDONESIA


Perkembangan harga kopi robusta di tingkat produsen beberapa pasar
dalam negeri di Indonesia berdasarkan data BPS tahun 2008-2017 secara
umum menunjukkan trend meningkat rata-rata 7,06% per tahun yaitu harga
produsen kopi robusta pada tahun 2008 mencapai Rp. 13.722,- per kilogram
dan tahun 2017 sebesar Rp. 24.802,- per kilogram. Peningkatan harga kopi
cukup signifikan pada tahun 2017 yaitu sebesar 25,18%. Data secara lebih
rinci tersaji pada Gambar 3.13 dan Lampiran 13.

24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

26.000

24.802
24.000

22.000

20.000

(Rp/Kg)
19.135 19.813

18.000
16.406
17.510
16.000
14.217
13.722 15.672 15.884

14.000
14.007

12.000
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Harga (Rp/Kg) 13.722 14.007 14.217 15.672 16.406 15.884 17.510 19.135 19.813 24.802

Gambar 3.13. Perkembangan Harga Produsen Kopi di Indonesia,


Tahun 2008-2017

3.3. PERKEMBANGAN KONSUMSI KOPI DI INDONESIA

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) oleh BPS,


konsumsi kopi rumah tangga pada umumnya berupa kopi bubuk/kopi biji.
Periode tahun 2002-2017, konsumsi kopi per kapita cenderung mengalami
penurunan 2,11% per tahun. Pada tahun 2002, konsumsi kopi per kapita
sebesar 1,298 kg/kapita/tahun dan mengalami penurunan hingga 0,798
kg/kapita/tahun. Penurunan konsumsi kopi tertinggi terjadi di tahun 2015
sebesar 33,51%, dari 1,347 kg/kapita/tahun di tahun 2014 menjadi 0,896
kg/kapita/tahun di tahun 2015. Data secara lebih rinci tersaji pada Gambar
3.14. dan Lampiran 14.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25


2018 OUTLOOK KOPI

1,500

1,400

1,300

1,200

(Kg/Kapita/Tahun)
1,100

1,000

0,900

0,800

0,700

0,600
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Gambar 3.14. Perkembangan Konsumsi Kopi Per Kapita Per Tahun,


Tahun 2002–2017

3.4. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KOPI INDONESIA


3.4.1. Perkembangan Volume Ekspor Kopi Indonesia
Perkembangan volume ekspor kopi Indonesia pada tahun 1980–
2017 berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat rata-rata sebesar
3,93% per tahun. Ekspor kopi Indonesia tahun 1980 sebesar 238,68 ribu
ton dengan nilai ekspor sebesar USD 656,01 juta dan meningkat pada
tahun 2017 menjadi 467,80 ribu ton atau senilai USD 1.187,16 juta.
Perkembangan volume dan nilai ekspor kopi kondisi 5 tahun (2012
hingga 2016) secara volume mengalami pertumbuhan yang melambat
yaitu sebesar 1,04% per tahun, sedangkan nilai ekspornya turun sebesar
4,52% per tahun atau nilai ekspor sebesar USD 1.187,16 juta. Penurunan
volume ekspor kopi Indonesia paling tinggi terjadi pada tahun 2014
sebesar 27,94% atau mencapai 384,82 ribu ton, sehingga mengakibatkan
nilai ekspor kopi Indonesia juga mengalami penurunan sebesar 11,47%
atau mencapai nilai ekspor USD 1 .039,34 juta. Penurunan ekspor kopi
pada tahun 2014 tersebut diduga dipicu oleh penurunan produksi kopi
pada tahun yang sama yaitu secara total sebesar 4,74% terutama pada
penurunan produksi kopi di perkebunan rakyat yang mengalami
penurunan hingga 5,03%. Data rinci tersaji pada Gambar 3.15 dan
Lampiran 15.

26 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

600.000

500.000

400.000

(Ton)
300.000

200.000

100.000
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Volume Ekspor (Ton)

Gambar 3.15. Perkembangan Volume Ekspor Kopi di Indonesia,


Tahun 2008-2017

3.4.2. Perkembangan Volume Impor Kopi Indonesia

Keragaan volume impor kopi Indonesia tahun 1980-2017 tersaji


pada Lampiran 15. Dari tabel lampiran tersebut terlihat bahwa impor
kopi Indonesia berfluktuasi cukup tajam dengan kecenderungan
meningkat setelah tahun 1991. Peningkatan yang sangat signifikan
terjadi pada tahun 2007 sebesar 680,67% atau dari 6,40 ribu menjadi
49,99 ribu ton. Pada periode 1980-2017, impor kopi Indonesia meningkat
rata-rata 159,57% per tahun atau rata-rata sebesar 8,55 ribu ton yaitu
sebesar 46 ton pada tahun 1980 menjadi sebesar 14,22 ribu ton di tahun
2017. Secara absolut, volume impor kopi tertinggi Indonesia terjadi
tahun 2012 mencapai 52,65 ribu ton atau senilai USD 117,18 juta. Data
secara rinci tersaji pada Lampiran 15.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27


2018 OUTLOOK KOPI

Gambar 3.16. Perkembangan Volume Impor Kopi di Indonesia,


Tahun 1908–2017

3.4.3. Neraca Perdagangan Kopi Indonesia

Berdasarkan keragaan data ekspor dan impor kopi Indonesia


tahun 1980-2017 meskipun berfluktuasi, tetapi volume ekspor cenderung
lebih tinggi dibandingkan volume impor sehingga nilai ekpor kopi
Indonesia selalu lebih tinggi dari nilai impornya. Dengan demikian
neraca perdagangan kopi Indonesia selalu mengalami surplus. Kondisi
perdagangan kopi yang cenderung surplus ini menjadikan kopi di
Indonesia bisa sebagai penyumbang devisa negara. Neraca perdagangan
kopi Indonesia dari tahun 1980-2017 mengalami peningkatan rata-rata
7,53% per tahun. Surplus perdagangan kopi Indonesia terbesar terjadi
pada tahun 2015 sebesar USD 1.166,24 juta atau meningkat 14,66%
terhadap neraca perdagangan tahun sebelumnya, sedangkan surplus
perdagangan kopi terendah terjadi pada tahun 2001 sebesar USD 183,41
juta atau mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 41,78% terhadap
perdagangan kopi tahun 2000, data secara rinci disajikan pada Lampiran
15.
Necara perdagangan kopi 10 tahun terakhir masih mengalami
surplus dengan nilai rata-rata surplus USD 1.004,90 juta dengan nilai
rata-rata ekspor sebesar USD 1.049,79 juta dan rata-rata nilai impor
hanya USD 44,89 juta (Gambar 3.17).

28 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

Gambar 3.17. Perkembangan Nilai Ekspor dan Nilai Impor Perdagangan


Kopi di Indonesia, Tahun 2008-2017

3.4.4. Negara Tujuan Ekspor Kopi Indonesia Tahun 2017

Negara tujuan ekspor kopi Indonesia dengan bentuk total segar


dan olahan tahun 2017 mencapai 408,84 ribu ton dengan nilai USD
993,37 juta. Dari total ekspor tersebut jika dilihat negara tujuan
tersebar di 10 negara tujuan ekspor dengan total pangsa pasar hingga
74,76% atau volume ekspor sebesar 305,63 ribu ton kopi segar dan kopi
olahan. Pasar ekspor kopi Indonesia terbesar adalah Amerika Serikat
(USA) yang mencapai total ekspot 67,17 ribu ton atau mencapai share
16,43% dengan total nilai ekspor mencapai USD 269,05 juta. Negara
tujuan ekspor berikutnya yang berkontribusi cukup signifikan adalah
Jerman dengan pangsa pasar mencapai 10,19% atau sebesar 41,68 ribu
ton atau mencapai total nilai ekspor USD 88,40 juta. Lima negara pasar
kopi Indonesia dengan share diatas 5% adalah Malaysia, Italia, Jepang,
Fed. Rusia dan Mesir yaitu dengan kisaran share sebesar 5,13% hingga
9,53%. Sedangkan Inggris, Belgia dan India dengan pangsa share
perdagangan kopi Indonesia masing-masing sebesar 4,44%; 2,97% dan
2,79%. Rincian negara tujuan ekspor kopi Indonesia disajikan secara
rinci pada Gambar 3.18 dan Lampiran 16.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29


2018 OUTLOOK KOPI

Gambar 3.18. Negara Tujuan Ekspor Kopi di Indonesia Tahun 2017

3.4.5. Negara Asal Impor Kopi Indonesia Tahun 2017

Kopi impor di Indonesia tahun 2017 mencapai 23,63 ribu ton


dalam bentuk segar dan olahan sangat dominan berasal dari Vietnam
dengan pangsa pasar kopi impor sebesar 80,70% atau volume impor
mencapai 19,07 ribu ton dengan nilai sebesar USD 31,03 juta. Negara
lain yang berkontribusi hampir 15% adalah Brazil sebesar 14,23% atau
volume impor sebesar 3,36 ribu ton. Total share dari 2negara asal kopi
impor tersebut mencapai 96,74% pangsa pasar impor kopi di Indonesia.
Data volume impor kopi Indonesia berdasarkan negara asal tersaji
secara rinci pada Gambar 3.19 dan Lampiran 17.

Gambar 3.19. Negara Asal Impor Kopi di Indonesia Tahun 2017

30 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

BAB IV. KERAGAAN KOPI DUNIA

4.1. PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN MENGHASILKAN, PRODUKSI DAN


PRODUKTIVITAS KOPI DUNIA

4.1.1. Perkembangan Areal (Luas Tanaman Menghasilkan) Kopi Dunia


Perkembangan luas tanaman menghasilkan kopi dunia pada
periode tahun 1980–2017 berfluktuasi setiap tahunnya dengan
peningkatan rata-rata 0,27% per tahun atau luas tanaman menghasilkan
kopi dunia tahun 1980 sebesar 10,07 juta hektar dan sebesar 10,96 juta
hektar di tahun 2016. Sementara perkembangan luas tanaman
menghasilkan kopi dunia periode sepuluh tahun terakhir mengalami
pertumbuhan yang sama yaitu rata-rata sebesar 0,27% per tahun. Data
secara lebih rinci tersaji pada Gambar 4.1 dan Lampiran 18.

11.500

11.000
(000 Ha)

10.500

10.000

9.500
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

LTM (000 Ha)

Gambar 4.1. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi di Dunia,


Tahun 2007–2016

Luas tanaman menghasilkan kopi dunia berdasarkan data FAO


periode 2012-2016 mencapai yang luas rata-rata 10,71 juta hektar.
Dari jumlah tersebut 18,80% disuport oleh Brazil dengan rata-rata luas
tanaman menghasilkan mencapai 2,01 juta hektar. Posisi kedua adalah
Indonesia dengan luas tanaman menghasilkan rata-rata mencapai 1,23

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31


2018 OUTLOOK KOPI

juta hektar atau share sebesar 11,50%. Berikutnya adalah Pantai


Gading/Côte d'Ivoire, Kolombia, dan Meksiko dengan luas rata-rata
sebesar 895,66 ribu hektar, 808,57 ribu hektar dan 677,49 ribu hektar
atau share sebesar 8,36% ; 7,55% dan 6,32%. Sementara Ethiopia dengan
rata-rata luas tanaman menghasilkan 613,65 ribu hektar berada pada
posisi keenam terbesar dunia. Secara kumulatif, kontribusi keenam
negara share terbesar luas tanaman mengasilkan kopi dunia tersebut
mencakup 58,26% dari total luas tanaman menghasilkan kopi dunia. Data
secara lebih rinci tersaji pada Gambar 4.2 dan Lampiran 19.

Brazil ; 18,80%
Lainnya; 25,45%

Peru; 3,56%

Uganda ; 3,59%

India ; 3,63%

Indonesia ; 11,50%
Viet Nam; 5,51%

Ethiopia; 5,73%
Côte d'Ivoire; 8,36%
Mexico; 6,32%
Colombia; 7,55%

Gambar 4.2. Sentra Luas Tanaman Menghasilkan Kopi Dunia, Tahun


2012-2016

4.1.2. Perkembangan Produksi Kopi Dunia


Perkembangan produksi kopi dunia (wujud produksi biji kopi
mentah) periode tahun 1980 hingga 2016 berdasarkan data FAO,
berfluktuasi dengan trend terus mengalami peningkatan rata-rata 2,22%
per tahun, yaitu pada tahun 1980 produksi kopi di dunia mencapai 4,84
juta ton dan meningkat di tahun 2017 menjadi 9,22 juta ton. Sementara
produksi kopi dunia kondisi sepuluh tahun terakhir mengalami
peningkatan rata-rata sebesar 1,50% per tahun atau produksi rata-rata
sebesar 8,59 juta ton. Peningkatan produksi kopi diakibatkan oleh

32 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

peningkatan produktivitas yang meningkat rata-rata 1,25% per tahun


dan peningkatan luas tanaman menghasilkan rata-rata sebesar 0,27% per
tahun. Data secara terinci tersaji pada Gambar 4.3 dan Lampiran 18.

10.000

9.000
(000 Ton)

8.000

7.000

6.000
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Produksi Kopi Dunia (000 Ton)

Gambar 4.3. Perkembangan Produksi Kopi Dunia, Tahun 2007–2016

Produsen kopi terbesar dunia pada periode 2012 hingga 2016


adalah Brazil, dengan share sebesar 33,22% dengan rata-rata produksi
mencapai 3,30 juta ton. Kedua Vietnam, dengan share sebanyak 18,14%
atau produksi rata-rata 1,67 juta ton, disusul Columbia dengan share
8,30% atau rata-rata produksi 765,62 ribu ton. Dengan produksi kopi
rata-rata 683,64 ribu ton per tahun, Indonesia berada di posisi keempat
terbesar produsen kopi dunia dengan kontribusi 7,41% terhadap total
produksi kopi dunia. Total kontribusi empat negara produsen kopi dunia
tersebut berkontribusi 70% produksi kopi dunia atau mencapai produksi
6,42 juta ton. Data secara terinci tersaji pada Gambar 4.4 dan Lampiran
20.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 33


2018 OUTLOOK KOPI

Gambar 4.4. Sentra Produksi Kopi Dunia, Tahun 2012-2016

4.1.3. Perkembangan Produktivitas Kopi Dunia


Laju pertumbuhan produktivitas kopi dunia periode 1980 hingga
2016 secara umum mengalami peningkatan rata-raa 1,88% per tahun
atau produksi kopi per hektar rata-rata sebesar 661 kilogram per hektar
atau produktivitas kopi tahun 1980 sebesar 481 kilogram per hektar,
menjadi 840,2 kilogram per hektar di tahun 2016. Perkembangan
produktivitas kopi periode sepuluh tahun terakhir masih mengalami
peningkatan sebesar 1,25% per tahun atau produktivitas rata-rata
mencapai 815 kilogram per hektar. Produktivitas kopi tertinggi dunia
tercapai pada tahun 2012 yaitu sebesar 851,4 kg/ha. Sementara tahun
2016 produktivitas kopi dunia mencapai 840,2 kg/ha atau lebih tinggi
1,91% dibandingkan tahun sebelumnya. Data secara lebih lengkap tersaji
pada Gambar 4.5 dan Lampiran 18.

34 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

1.000,0

900,0

800,0

(Kg/Ha) 700,0

600,0

500,0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Provitas Kopi (Kg/Ha)

Gambar 4.5. Perkembangan Produktivitas Kopi Dunia, Tahun 2007-2016

4.2. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KOPI DUNIA

Perkembangan volume ekspor kopi dunia tahun 1980-2016


berdasarkan data FAO terlihat tidak terlalu berfluktuasi dari tahun ke
tahun, trend perkembangan volume ekspor dan volume impor kopi
hampir sama pada periode tersebut di atas. mengalami lonjakan cukup
tajam pada tahun 2000. Perkembangan volume ekspor maupun impor
sepuluh tahun terakhir menunjukkan bahwa pertumbuhan rata-rata
volume impor lebih tinggi dari pada volume ekspor meskipun secara
aktual rata-rata volume ekspor lebih tinggi dibanding impor.
Perkembangan volume ekspor maupun impor sepuluh tahun terakhir
tersaji pada Gambar 4.16.
Perkembangan laju pertumbuhan ekspor kopi selama periode
1980-2016 secara umum meningkat rata-rata 1,99% per tahun atau
volume ekspor kopi rata-rata mencapai 5,26 juta ton, dan pertumbuhan
volume impor meningkat sejalan dengan ekspornya sebesar 1,92% atau
volume impor rata-rata mencapai 5,14 juta ton. Sementara
perkembangan laju pertumbuhan volume ekspor impor kopi dunia
kondisi sepuluh tahun terakhir mengalami pertumbuhan 1,72% dan
2,26% atau volume ekspor kopi rata-rata mencapai 6,75 juta ton dan

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 35


2018 OUTLOOK KOPI

volume impor kopi sebesar 6,48 juta ton. Data secara lebih lengkap
tersaji pada Lampiran 21.

(Ton)
8.000

7.500

7.000

6.500

6.000

5.500

5.000
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Volume Ekspor (000 Ton) Volume Impor (000 Ton)

Gambar 4.6. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi Dunia, Tahun
2007-2016

Negara eksportir kopi dunia antara tahun 2012 hingga 2016


berdasarkan data FAO tersaji pada Gambar 4.7. Secara umum, volume
ekspor kopi dunia pada periode tersebut mencapai rata-rata 7,15 juta
ton yang tersebar di 10 negara eksportir kopi terbesar dunia mencapai
total volume ekspor hingga 5,73 juta ton atau share hingga 80,24% total
ekspor kopi dunia. Brazil menjadi negara eksportir kopi terbesar di
dunia dengan rata-rata volume ekspor mencapai 1,8 juta ton per tahun
atau berkontribusi sebear 25,24%. Berikutnya dengan total ekspor rata-
rata 1,41 juta ton atau menguasai pangsa perdagangan kopi hingga
19,70% adalah Vietnam. Indonesia dengan rata-rata ekspor kopi 454,84
ribu ton atau menguasai pasar kopi dunia 6,36% berada diposisi keempat
dibawah Kolombia yang menjadi negara ketiga terbesar eksportir kopi
dunia yaitu menguasai pangsa perdagangan kopi hingga 8,42% atau
volume ekspor hingga 601,38 ribu ton. Data secara lebih rinci tersaji
pada Lampiran 22.

36 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

Share (%)
Indonesia; 6,36
Jerman; 4,71

Colombia; 8,42 Honduras; 3,91

India; 3,08

Peru; 3,08

Vietnam; 19,70
Ethiopia; 2,95

Guatemala;
2,78

Lainnya; 19,76
Brazil; 25,24

Gambar 4.7. Negara Eksportir Kopi Terbesar Dunia, Tahun 2012-2016

Keragaan negara importir kopi dunia berdasarkan data FAO antara


tahun 2012 hingga 2016 pada Gambar 4.18. Total volume impor kopi
dunia periode 2012 hingga 2016 mencapai 6,92 juta ton yang tersebar
hingga 69,01% atau mencapai total volume impor hingga 4,77 juta ton.
Impor kopi Amerika Serikat mencapai tertinggi di dunia yaitu rata-rata
1,45 juta ton atau mencapai share 20,92% dari total volume impor kopi
dunia. Jerman adalah negara importir kopi terbesar kedua di dunia
dengan rata-rata volume impor kopi sebesar 1,12 juta ton per tahun
atau menguasai pangsa impor kopi dunia sebesar 16,21% dari total
volume impor kopi dunia. Italia menempati posisi ketiga dengan rata-
rata volume impor kopi sebesar 530,18 ribu ton per tahun atau
menguasai pangsa impor kopi dunia sebesar 7,67% dari total volume
impor kopi dunia. Negara di Asia dengan pangsa impor kopi terbesar
keempat di dunia adalah Jepang dengan rata-rata volume impor kopi
sebesar 423,37 ribu ton per tahun atau share 6,12% dari impor kopi
dunia. Negara pengimpor kopi terbesar lainnya adalah Belgia, Spanyol,
Perancis, Kanada, Inggris, dan Swiss. Secara lengkap data tersaji pada
Lampiran 23.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 37


2018 OUTLOOK KOPI

Share (%)
Belgium ; 4,08 Spain ; 3,96

Japan ; 6,12
France ; 3,32 Canada ; 2,38

Italy ; 7,67 United Kingdom ;


2,27

Switzerland ;
2,07

Germany; 16,21

Lainnya; 30,99

USA; 20,92

Gambar 4.8. Negara Importir Kopi Terbesar Dunia, Tahun 2012-2016

38 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

BAB V. ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI

5.1. PROYEKSI PRODUKSI KOPI DI INDONESIA TAHUN 2017-2022

Proyeksi produksi kopi di Indonesia tahun 2019 – 2022 didekati dengan


pendekatan prediksi dua variabel pembentuk produksi yaitu luas areal yang
dalam hal ini adalah luas tanaman menghasilkan atau LTM kopi dan produksi
kopi per satuan luas atau produktivitas kopi per hektar.

a) Model Luas Tanaman Menghasilkan (LTM) Tanaman Kopi


Model pendugaan fungsi luas tanaman menghasilkan diduga dengan
menggunkan model sebagai berikut berikut:

LTM Kopi (t) = 177524 + 0,838 LTM (t-1) - 14,2 CH (t)

Hasil analisis dengan metode regresi berganda menunjukkan bahwa luas areal
tanaman menghasilkan (LTM) kopi dipengaruhi luas tanaman menghasilkan
kopi tahun sebelumnya (LTM (t-1)) dan hujan (CH (t)) dengan koefisien
determinasi sebesar 94,5%. Hal ini berarti bahwa 94,5% keragaman dalam luas
areal tanaman menghasilkan kopi dapat dijelaskan oleh sebaran peubah-
peubah bebas yang digunakan dalam model, sementara 5,5% dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak terdapat dalam model.

Uji Validitas Model :


Uji validitas model ditampilkan pada tabel 5.1a dan 5.1b berikut.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 39


2018 OUTLOOK KOPI

Tabel 5.1a. Uji Validitas Model Luas Tanaman Menghasilkan (LTM) Kopi

LTM=217793+0,830 LTM(t-1)-0,1435 LBM (t-1)- LTM=217793+0,827 LTM(t-1)-0,1505 LBM (t-


7908HIcocoa+ 1486HIarbk(t-1)-12,11CH(t) 1)-6178HIcocoa-12,56CH(t)

Absolut Absolut
Tahun Riil Estimasi Beda (%) Riil Estimasi Beda (%)
(%) (%)
1984 594.821 570.784 4,04 4,04 594.821 571.798 3,87 3,87
1985 615.496 634.654 (3,11) 3,11 615.496 635.255 (3,21) 3,21
1986 631.895 651.243 (3,06) 3,06 631.895 651.385 (3,08) 3,08
1987 681.279 672.672 1,26 1,26 681.279 671.067 1,50 1,50
1988 715.242 710.520 0,66 0,66 715.242 711.267 0,56 0,56
1989 724.063 740.011 (2,20) 2,20 724.063 739.029 (2,07) 2,07
1990 746.759 756.094 (1,25) 1,25 746.759 755.739 (1,20) 1,20
1991 792.219 774.232 2,27 2,27 792.219 774.443 2,24 2,24
1992 793.308 811.331 (2,27) 2,27 793.308 811.376 (2,28) 2,28
1993 811.336 806.814 0,56 0,56 811.336 807.126 0,52 0,52
1994 793.656 820.966 (3,44) 3,44 793.656 820.982 (3,44) 3,44
1995 837.643 811.571 3,11 3,11 837.643 809.778 3,33 3,33
1996 836.621 851.276 (1,75) 1,75 836.621 849.507 (1,54) 1,54
1997 865.262 864.092 0,14 0,14 865.262 863.913 0,16 0,16
1998 844.928 891.745 (5,54) 5,54 844.928 889.704 (5,30) 5,30
1999 830.194 870.422 (4,85) 4,85 830.194 870.216 (4,82) 4,82
2000 886.255 863.072 2,62 2,62 886.255 863.080 2,61 2,61
2001 932.189 901.453 3,30 3,30 932.189 900.993 3,35 3,35
2002 970.250 932.446 3,90 3,90 970.250 932.730 3,87 3,87
2003 926.382 953.445 (2,92) 2,92 926.382 954.649 (3,05) 3,05
2004 972.346 921.217 5,26 5,26 972.346 922.627 5,11 5,11
2005 937.404 971.861 (3,68) 3,68 937.404 972.630 (3,76) 3,76
2006 980.322 944.443 3,66 3,66 980.322 944.242 3,68 3,68
2007 969.082 979.684 (1,09) 1,09 969.082 979.480 (1,07) 1,07
2008 957.073 962.904 (0,61) 0,61 957.073 962.820 (0,60) 0,60
2009 929.530 940.520 (1,18) 1,18 929.530 940.688 (1,20) 1,20
2010 881.391 909.461 (3,18) 3,18 881.391 909.894 (3,23) 3,23
2011 909.163 874.348 3,83 3,83 909.163 873.857 3,88 3,88
2012 927.220 903.273 2,58 2,58 927.220 900.049 2,93 2,93
2013 914.406 918.050 (0,40) 0,40 914.406 916.447 (0,22) 0,22
2014 899.205 918.845 (2,18) 2,18 899.205 919.519 (2,26) 2,26
2015 921.957 907.477 1,57 1,57 921.957 907.361 1,58 1,58
2016 929.975 923.852 0,66 0,66 929.975 925.102 0,52 0,52
MAPE 2,49 2,49

40 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

Tabel 5.1b. Lanjutan Uji Validitas Model LTM Kopi

LTM=177524+0,838 LTM(t-1)-14,15CH(t)

Absolut
Tahun Riil Estimasi Beda (%)
(%)
1984 594.821 568.985 4,34 4,34
1985 615.496 640.676 (4,09) 4,09
1986 631.895 657.349 (4,03) 4,03
1987 681.279 674.896 0,94 0,94
1988 715.242 709.423 0,81 0,81
1989 724.063 735.948 (1,64) 1,64
1990 746.759 750.490 (0,50) 0,50
1991 792.219 772.830 2,45 2,45
1992 793.308 808.577 (1,92) 1,92
1993 811.336 807.024 0,53 0,53
1994 793.656 822.074 (3,58) 3,58
1995 837.643 806.308 3,74 3,74
1996 836.621 846.199 (1,14) 1,14
1997 865.262 862.886 0,27 0,27
1998 844.928 887.179 (5,00) 5,00
1999 830.194 868.482 (4,61) 4,61
2000 886.255 857.092 3,29 3,29
2001 932.189 899.907 3,46 3,46
2002 970.250 931.142 4,03 4,03
2003 926.382 957.266 (3,33) 3,33
2004 972.346 920.503 5,33 5,33
2005 937.404 974.480 (3,96) 3,96
2006 980.322 939.518 4,16 4,16
2007 969.082 970.803 (0,18) 0,18
2008 957.073 961.819 (0,50) 0,50
2009 929.530 944.435 (1,60) 1,60
2010 881.391 914.033 (3,70) 3,70
2011 909.163 880.777 3,12 3,12
2012 927.220 906.960 2,18 2,18
2013 914.406 917.884 (0,38) 0,38
2014 899.205 912.244 (1,45) 1,45
2015 921.957 916.647 0,58 0,58
2016 929.975 933.985 (0,43) 0,43
MAPE 2,46

Model yang terpilih adalah :


LTM Kopi (t) = 177524 + 0,838 LTM (t-1) - 14,2 CH (t)
Karena mempunyai MAPE terkecil.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 41


2018 OUTLOOK KOPI

Tabel 5.2. Output Anova Model Luas Tanaman Menghasilkan Kopi

Regression Analysis: ltm versus ltm (t-1); ch (t)


The regression equation is
ltm = 177524 + 0,838 ltm (t-1) - 14,2 ch (t)

Predictor Coef SE Coef T P VIF


Constant 177524 43759 4,06 0,000
ltm (t-1) 0,83805 0,04063 20,63 0,000 1,147
ch (t) -14,151 8,447 -1,68 0,104 1,147

S = 26333,6 R-Sq = 94,5% R-Sq(adj) = 94,2%


PRESS = 25453214367 R-Sq(pred) = 93,32%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 2 3,60490E+11 1,80245E+11 259,92 0,000
Residual Error 30 20803724602 693457487
Total 32 3,81294E+11

Source DF Seq SS
ltm (t-1) 1 3,58544E+11
ch (t) 1 1946198631
Unusual Observations
Obs ltm (t-1) ltm Fit SE Fit Residual St Resid
21 926382 972346 920504 6760 51842 2,04R
R denotes an observation with a large standardized residual.
Durbin-Watson statistic = 2,49985

Versus Fits
(response is ltm)

50000

25000
Residual

-25000

-50000
600000 700000 800000 900000 1000000
Fitted Value

Gambar 5.1. Plot Nilai Dugaan terhadap Sisaan Model Luas Tanaman
Menghasilkan Kopi

42 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

Berdasarkan plot scatter diatas, dapat disimpulkan tidak ada gejala


heteroskedastisitas karena plot menyebar merata di atas dan di bawah sumbu
0 tanpa membentuk sebuah pola tertentu.
Hasil proyeksi dari model regresi berganda menunjukkan bahwa,
diperkirakan luas tanam menghasilkan (LTM) kopi akan terus menurun namun
demikian dengan tingkat penurunan yang makin kecil, karena perilaku data
luas tanam menghasilkan kopi sepuluh tahun terakhir menunjukkan perilaku
menurun, dengan penurunan rata-rata sebesar 0,06% per tahun. Perkiraan
perkembangan LTM kopi dari 2017-2022 mengalami penurunan rata-rata
sebesar 0,36% per tahun. LTM 2017 diperkirakan sebesar 933,31 ribu hektar
dan tahun 2022 menjadi 916,54 ribu hektar (Tabel 5.2). Menurut angka
estimasi Ditjen Perkebunan LTM kopi tahun 2018 sebesar 922,46 ribu hektar.
Hasil proyeksi Pusdatin LTM tahun 2018 sebesar 928,55 ribu hektar. Pada
tahun 2019 dan 2020 akan menurun 0,40% menjadi 924,81 ribu hektar dan
921,10 ribu hektar, tahun 2021 diperkirakan LTM kopi menurun 0,29% menjadi
918,47 juta hektar, dan 2022 menurun 0,21% menjadi 916,54 ribu hektar
(Tabel 5.3.)

Tabel 5.3. Proyeksi Luas Tanaman Menghasilkan (LTM) Kopi, 2017-2022

Luas Tanaman
Menghasilkan (Ha) Pertumb.
Tahun
(%)
Ditjenbun*) Pusdatin**)

2017 927.116 933.313

2018 922.464 928.548 (0,51)

2019 924.808 (0,40)

2020 921.101 (0,40)

2021 918.466 (0,29)

2022 916.544 (0,21)


Pertumb. (%/thn) (0,36)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 43


2018 OUTLOOK KOPI

b) Model Produktivitas Kopi


Variabel kedua dari fungsi penawaran adalah produktivitas. Hasil
analisis dengan metode regresi berganda menunjukkan bahwa produktivitas
kopi dipengaruhi produktivitas kopi tahun sebelumnya (Produktivas(t-1)), dan
harga kopi di tingkat produsen tahun sebelumnya (HgKopi(t-1)) dengan
koefisien determinasi sebesar 81,6%. Hal ini berarti bahwa 81,6% keragaman
dalam produktivitas kopi dapat dijelaskan oleh sebaran peubah-peubah bebas
yang digunakan dalam model, sementara 18,4% dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak terdapat dalam model.
Model pendugaan fungsi produktivitas kopi adalah sebagai berikut :

prodv (t) = 132 + 0,767 prodv (t-1) + 0,00243 HgKopi (t-1)

Koefisien dari variabel penduga produktivitas kopi bertanda positif


menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan satu unit pada setiap variabel
penduga akan berpengaruh secara positif dalam meningkatkan produktivitas
kopi. Produktivitas tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap
produktivitas sebesar 0,767, artinya jika tahun sebelumnya produktivitas kopi
naik 10% maka pada tahun ke-t produktivitas kopi akan meningkat sebesar
7,67%. Sementara harga kopi tahun sebelumnya menunjukkan hasil yang
positif dengan nilai koefisien sebesar 0,00243, artinya peningkatan harga kopi
tahun sebelumnya sebesar 100% berpengaruh meningkatkan produktifitas kopi
sebesar 0,243%.

44 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

Uji Validitas Model :


Uji validitas model ditampilkan pada tabel 5.4a dan 5.4b berikut.

Tabel 5.4a. Uji Validitas Model Produktivitas Kopi

prodv (t) = 136 + 0,784 prodv (t-1) - 0,0054 ch (t) + prodv (t) = 132 + 0,767 prodv (t-1) +
0,00211 Hgkopi(t-1) 0,00243 Hgkopi(t-1)
Absolut Absolut
Tahun Riil Estimasi Beda (%) Riil Estimasi Beda (%)
(%) (%)
1983 558,76 536,17 4,04 4,04 558,76 536,80 3,93 3,93
1984 530,39 559,64 (5,51) 5,51 530,39 564,02 (6,34) 6,34
1985 505,93 538,03 (6,34) 6,34 505,93 542,43 (7,21) 7,21
1986 564,69 518,76 8,13 8,13 564,69 530,17 6,11 6,11
1987 570,50 566,15 0,76 0,76 570,50 571,61 (0,19) 0,19
1988 546,80 568,09 (3,89) 3,89 546,80 576,44 (5,42) 5,42
1989 553,89 548,75 0,93 0,93 553,89 557,03 (0,57) 0,57
1990 552,74 556,99 (0,77) 0,77 552,74 560,93 (1,48) 1,48
1991 540,64 557,34 (3,09) 3,09 540,64 559,65 (3,52) 3,52
1992 551,07 546,97 0,75 0,75 551,07 550,57 0,09 0,09
1993 540,92 554,20 (2,46) 2,46 540,92 558,51 (3,25) 3,25
1994 567,24 546,23 3,70 3,70 567,24 551,88 2,71 2,71
1995 546,53 566,55 (3,66) 3,66 546,53 577,94 (5,75) 5,75
1996 548,88 551,48 (0,47) 0,47 548,88 563,20 (2,61) 2,61
1997 495,13 559,96 (13,09) 13,09 495,13 563,88 (13,89) 13,89
1998 608,87 517,91 14,94 14,94 608,87 523,68 13,99 13,99
1999 632,81 606,48 4,16 4,16 632,81 629,43 0,54 0,54
2000 625,75 625,58 0,03 0,03 625,75 650,53 (3,96) 3,96
2001 610,64 618,43 (1,28) 1,28 610,64 633,81 (3,79) 3,79
2002 702,93 603,80 14,10 14,10 702,93 613,74 12,69 12,69
2003 724,60 673,92 6,99 6,99 724,60 683,65 5,65 5,65
2004 665,80 690,89 (3,77) 3,77 665,80 700,04 (5,14) 5,14
2005 683,13 650,69 4,75 4,75 683,13 656,22 3,94 3,94
2006 695,85 662,11 4,85 4,85 695,85 669,52 3,78 3,78
2007 698,06 670,30 3,98 3,98 698,06 682,75 2,19 2,19
2008 729,32 672,21 7,83 7,83 729,32 692,26 5,08 5,08
2009 734,45 693,94 5,52 5,52 734,45 727,85 0,90 0,90
2010 779,36 695,17 10,80 10,80 779,36 733,18 5,93 5,93
2011 702,45 733,06 (4,36) 4,36 702,45 769,88 (9,60) 9,60
2012 745,42 673,90 9,59 9,59 745,42 708,10 5,01 5,01
2013 739,15 705,97 4,49 4,49 739,15 745,50 (0,86) 0,86
2014 716,03 702,98 1,82 1,82 716,03 738,09 (3,08) 3,08
2015 706,53 691,37 2,15 2,15 706,53 723,61 (2,42) 2,42
2016 713,86 683,28 4,28 4,28 713,86 720,97 (1,00) 1,00
MAPE 4,95 MAPE 4,51

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 45


2018 OUTLOOK KOPI

Tabel 5.4b. Lanjutan Uji Validitas ModelProduktivitas Kopi

prodv (t) = 84,7 + 0,888 prodv (t-1) - 0,0101 ch (t) +


3,97 HIarbk(t-1)
Absolut
Tahun Riil Estimasi Beda (%)
(%)
1984 530,39 565,31 (6,58) 6,58
1985 505,93 542,50 (7,23) 7,23
1986 564,69 518,76 8,13 8,13
1987 570,50 576,03 (0,97) 0,97
1988 546,80 572,32 (4,67) 4,67
1989 553,89 549,22 0,84 0,84
1990 552,74 558,95 (1,12) 1,12
1991 540,64 558,43 (3,29) 3,29
1992 551,07 545,56 1,00 1,00
1993 540,92 552,54 (2,15) 2,15
1994 567,24 544,34 4,04 4,04
1995 546,53 572,84 (4,81) 4,81
1996 548,88 557,23 (1,52) 1,52
1997 495,13 568,05 (14,73) 14,73
1998 608,87 520,24 14,56 14,56
1999 632,81 620,41 1,96 1,96
2000 625,75 641,03 (2,44) 2,44
2001 610,64 629,48 (3,09) 3,09
2002 702,93 609,65 13,27 13,27
2003 724,60 687,69 5,09 5,09
2004 665,80 707,53 (6,27) 6,27
2005 683,13 666,31 2,46 2,46
2006 695,85 678,90 2,44 2,44
2007 698,06 688,34 1,39 1,39
2008 729,32 692,28 5,08 5,08
2009 734,45 716,43 2,45 2,45
2010 779,36 713,05 8,51 8,51
2011 702,45 758,38 (7,96) 7,96
2012 745,42 694,84 6,79 6,79
2013 739,15 729,41 1,32 1,32
2014 716,03 726,74 (1,50) 1,50
2015 706,53 719,05 (1,77) 1,77
2016 713,86 708,28 0,78 0,78
MAPE 4,55

Model yang terpilih adalah :


prodv (t) = 132 + 0,767 prodv (t-1) + 0,00243 HgKopi (t-1)
karena MAPE terkecil.

46 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

Tabel 5.5. Output Anova Model Produktivitas Kopi


Regression Analysis: prodv (t) versus prodv (t-1); Hgkopi(t-1)
The regression equation is
prodv (t) = 132 + 0,767 prodv (t-1) + 0,00243 Hgkopi(t-1)

Predictor Coef SE Coef T P VIF


Constant 132,13 70,59 1,87 0,071
prodv (t-1) 0,7675 0,1289 5,96 0,000 2,678
Hgkopi(t-1) 0,002434 0,001848 1,32 0,198 2,678

S = 37,7129 R-Sq = 81,6% R-Sq(adj) = 80,4%


PRESS = 52560,2 R-Sq(pred) = 77,31%

Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 2 188957 94478 66,43 0,000
Residual Error 30 42668 1422
Total 32 231625

Source DF Seq SS
prodv (t-1) 1 186491
Hgkopi(t-1) 1 2466

Unusual Observations

prodv
Obs (t-1) prodv (t) Fit SE Fit Residual St Resid
15 495 608,87 523,66 14,80 85,21 2,46R
19 611 702,93 613,72 7,11 89,21 2,41R
R denotes an observation with a large standardized residual.
Durbin-Watson statistic = 2,34330

Versus Fits
(response is prodv (t))
100

50
Residual

-50

500 550 600 650 700 750 800


Fitted Value

Gambar 5.2. Plot Nilai Dugaan terhadap Sisaan Model Produktivitas Kopi

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 47


2018 OUTLOOK KOPI

Berdasarkan plot scatter diatas, dapat disimpulkan tidak ada gejala


heteroskedastisitas karena plot menyebar merata di atas dan di bawah sumbu
0 tanpa membentuk sebuah pola tertentu.
Pada tahun 2018 produktivitas kopi Indonesia diperkirakan akan
mengalami peningkatan sebesar 3,18% dibandingkan tahun 2017, perkirakan
mencapai 728,24 kg/ha kopi menjadi 751,42 kg/ha tahun 2018. Tahun 2019
diperkirakan meningkat 1,86% dari 2018, mencapai 807,46 kg/ha menjadi
765,38 kg/ha, hingga tahun 2022 produktivitas masih akan terus meningkat.
Perkembangan produktivitas kopi tahun 2017 sampai 2022 diperkirakan akan
meningkat rata-rata sebesar 2,09% per tahun. Hasil proyeksi produktivitas
kopi tahun 2017 hingga 2022 dan pertumbuhannya dapat dilihat pada Tabel
5.6.

Tabel 5.6. Proyeksi Produktivitas Kopi, Tahun 2017-2022


Produktivitas
(Kg/Ha) Pertumb.
Tahun
(%)
Ditjenbun*) Pusdatin**)

2017 721,24 728,24


2018 740,28 751,42 3,18
2019 765,38 1,86
2020 779,30 1,82
2021 793,30 1,80
2022 807,46 1,78
Pertumb. (%/thn) 2,09

Proyeksi produksi kopi di Indonesia tahun 2017–2022 merupakan


perkalian antara luas tanam menghasilkan dikalikan produktivitasnya.

Produksi Kopi (t) = Luas Tanaman Menghasilkan (t) x Produktivitas (t)

48 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

Pada tahun 2018 produksi kopi Indonesia diperkirakan akan mengalami


peningkatan sebesar 2,66% atau mengalami peningkatan 18,05 ribu ton, dari
perkirakan tahun 2017 akan mencapai 679,68 ribu ton menjadi 697,73 ribu ton
tahun 2018. Tahun 2019 meningkat 1,45% atau 10,09 ribu ton dibanding angka
perkiraan 2018, hingga tahun 2022 produksi masih akan terus meningkat
dikarenakan produktivitas kopi yang diperkirakan terus mengalami
peningkatan. Perkembangan produksi kopi tahun 2017 sampai 2022
diperkirakan akan meningkat rata-rata sebesar 1,72% per tahun, karena
perkembangan produktivitas kopi yang terus meningkat dengan rata-rata
peningkatan 2,09% per tahun, meskipun rata-rata pertumbuhan LTM menurun
0,36% per tahun. Rata-rata pertumbuhan produksi hasil proyeksi produksi kopi
tahun 2017 hingga 2022 dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7. Proyeksi Produksi Kopi di Indonesia, Tahun 2017-2022

Luas Tanaman Pertumb. Produktivitas Pertumb. Produksi Pertumb.


Tahun
Menghasilkan (Ha) (%) (Kg/Ha) (%) (Ton) (%)

2017* 927.116 721,24 668.673

2018* 922.464 (0,50) 740,28 2,64 682.882 2,12


2017** 933.313 728,24 679.676
2018** 928.548 (0,51) 751,42 3,18 697.730 2,66

2019** 924.808 (0,40) 765,38 1,86 707.825 1,45

2020** 921.101 (0,40) 779,30 1,82 717.812 1,41

2021** 918.466 (0,29) 793,30 1,80 728.618 1,51

2022** 916.544 (0,21) 807,46 1,78 740.070 1,57


Rata-rata
2017-2022 923.797 (0,36) 770,85 2,09 711.955 1,72
Keterangan : *) Tahun 2017 Angka Sementara Ditjenbun, tahun 2018 Angka Estimasi Ditjenbun.
**) Angka Proyeksi Pusdatin berdasarkan Model

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 49


2018 OUTLOOK KOPI

5.2. PROYEKSI KONSUMSI KOPI DI INDONESIA TAHUN 2018-2022

Perhitungan konsumsi kopi secara total Indonesia didekati dengan


perhitungan produksi dikurangi net ekspor-impor (volume ekspor dikurangi
volume impor).

Model prediksi net ekpor-impor (neteksim) kopi menggunakan model


analisis trend (Trend Analysis) sebagai berikut :

Yt = (10**7)/(37,2228 – 3,15085*(1,04519**t)

Dimana :

Yt : net ekspor-impor kopi

Konsumsi kopi merupakan perhitungan dari produksi kopi dikurangi dengan net
ekspor-impor kopi.

Konsumsi (t) = prod (t) – neteksim (t)

Uji Validitas Model :


Uji validitas model ditampilkan pada tabel 5.8a, 5.8b dan 5.8c berikut.

50 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

Tabel 5.8a. Uji Validitas Model Net Ekspor Impor

Yt = 270875 + 4411*t Yt = 296805 + 206*t + 117*t**2

Absolut Absolut
Tahun Riil Estimasi Beda (%) Riil Estimasi Beda (%)
(%) (%)
1983 241.202 275.286 (14,13) 14,13 241.202 297.128 (23,19) 23,19
1984 294.452 279.697 5,01 5,01 294.452 297.684 (1,10) 1,10
1985 282.630 284.108 (0,52) 0,52 282.630 298.474 (5,61) 5,61
1986 298.049 288.519 3,20 3,20 298.049 299.498 (0,49) 0,49
1987 286.213 292.930 (2,35) 2,35 286.213 300.756 (5,08) 5,08
1988 298.956 297.341 0,54 0,54 298.956 302.247 (1,10) 1,10
1989 356.996 301.752 15,47 15,47 356.996 303.971 14,85 14,85
1990 421.737 306.163 27,40 27,40 421.737 305.929 27,46 27,46
1991 379.301 310.574 18,12 18,12 379.301 308.121 18,77 18,77
1992 268.144 314.985 (17,47) 17,47 268.144 310.547 (15,81) 15,81
1993 348.253 319.396 8,29 8,29 348.253 313.206 10,06 10,06
1994 288.387 323.807 (12,28) 12,28 288.387 316.098 (9,61) 9,61
1995 229.824 328.218 (42,81) 42,81 229.824 319.224 (38,90) 38,90
1996 366.293 332.629 9,19 9,19 366.293 322.584 11,93 11,93
1997 303.204 337.040 (11,16) 11,16 303.204 326.178 (7,58) 7,58
1998 354.725 341.451 3,74 3,74 354.725 330.005 6,97 6,97
1999 350.050 345.862 1,20 1,20 350.050 334.065 4,57 4,57
2000 327.139 350.273 (7,07) 7,07 327.139 338.359 (3,43) 3,43
2001 242.524 354.684 (46,25) 46,25 242.524 342.887 (41,38) 41,38
2002 317.372 359.095 (13,15) 13,15 317.372 347.649 (9,54) 9,54
2003 319.124 363.506 (13,91) 13,91 319.124 352.643 (10,50) 10,50
2004 338.387 367.917 (8,73) 8,73 338.387 357.872 (5,76) 5,76
2005 442.634 372.328 15,88 15,88 442.634 363.334 17,92 17,92
2006 407.096 376.739 7,46 7,46 407.096 369.030 9,35 9,35
2007 271.410 381.150 (40,43) 40,43 271.410 374.959 (38,15) 38,15
2008 461.167 385.561 16,39 16,39 461.167 381.122 17,36 17,36
2009 413.840 389.972 5,77 5,77 413.840 387.519 6,36 6,36
2010 413.840 394.383 4,70 4,70 413.840 394.149 4,76 4,76
2011 328.385 398.794 (21,44) 21,44 328.385 401.013 (22,12) 22,12
2012 395.946 403.205 (1,83) 1,83 395.946 408.110 (3,07) 3,07
2013 518.223 407.616 21,34 21,34 518.223 415.441 19,83 19,83
2014 365.705 412.027 (12,67) 12,67 365.705 423.006 (15,67) 15,67
2015 489.559 416.438 14,94 14,94 489.559 430.804 12,00 12,00
2016 385.203 420.849 (9,25) 9,25 385.203 438.836 (13,92) 13,92
2017 453.579 425.260 6,24 6,24 453.579 447.101 1,43 1,43
MAPE 13,15 13,02

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 51


2018 OUTLOOK KOPI

Tabel 5.8b. Lanjutan Uji Validitas Model Net Ekspor Impor Kopi

Yt = (10**7) / (37,2228 -
Yt = 274756 * (1,01243**t)
3,15085*(1,04519**t))
Absolut Absolut
Tahun Riil Estimasi Beda (%) Riil Estimasi Beda (%)
(%) (%)
1983 241.202 278.170 (15,33) 15,33 241.202 294.729 (22,19) 22,19
1984 294.452 281.627 4,36 4,36 294.452 296.027 (0,53) 0,53
1985 282.630 285.127 (0,88) 0,88 282.630 297.397 (5,22) 5,22
1986 298.049 288.670 3,15 3,15 298.049 298.842 (0,27) 0,27
1987 286.213 292.257 (2,11) 2,11 286.213 300.367 (4,95) 4,95
1988 298.956 295.889 1,03 1,03 298.956 301.978 (1,01) 1,01
1989 356.996 299.566 16,09 16,09 356.996 303.680 14,93 14,93
1990 421.737 303.289 28,09 28,09 421.737 305.481 27,57 27,57
1991 379.301 307.058 19,05 19,05 379.301 307.385 18,96 18,96
1992 268.144 310.873 (15,94) 15,94 268.144 309.401 (15,39) 15,39
1993 348.253 314.736 9,62 9,62 348.253 311.536 10,54 10,54
1994 288.387 318.648 (10,49) 10,49 288.387 313.800 (8,81) 8,81
1995 229.824 322.607 (40,37) 40,37 229.824 316.201 (37,58) 37,58
1996 366.293 326.616 10,83 10,83 366.293 318.751 12,98 12,98
1997 303.204 330.675 (9,06) 9,06 303.204 321.460 (6,02) 6,02
1998 354.725 334.784 5,62 5,62 354.725 324.341 8,57 8,57
1999 350.050 338.945 3,17 3,17 350.050 327.409 6,47 6,47
2000 327.139 343.157 (4,90) 4,90 327.139 330.677 (1,08) 1,08
2001 242.524 347.421 (43,25) 43,25 242.524 334.164 (37,79) 37,79
2002 317.372 351.738 (10,83) 10,83 317.372 337.887 (6,46) 6,46
2003 319.124 356.109 (11,59) 11,59 319.124 341.869 (7,13) 7,13
2004 338.387 360.535 (6,55) 6,55 338.387 346.132 (2,29) 2,29
2005 442.634 365.015 17,54 17,54 442.634 350.703 20,77 20,77
2006 407.096 369.551 9,22 9,22 407.096 355.611 12,65 12,65
2007 271.410 374.143 (37,85) 37,85 271.410 360.890 (32,97) 32,97
2008 461.167 378.793 17,86 17,86 461.167 366.578 20,51 20,51
2009 413.840 383.500 7,33 7,33 413.840 372.718 9,94 9,94
2010 413.840 388.266 6,18 6,18 413.840 379.359 8,33 8,33
2011 328.385 393.091 (19,70) 19,70 328.385 386.558 (17,71) 17,71
2012 395.946 397.975 (0,51) 0,51 395.946 394.381 0,40 0,40
2013 518.223 402.921 22,25 22,25 518.223 402.902 22,25 22,25
2014 365.705 407.928 (11,55) 11,55 365.705 412.211 (12,72) 12,72
2015 489.559 412.997 15,64 15,64 489.559 422.412 13,72 13,72
2016 385.203 418.130 (8,55) 8,55 385.203 433.628 (12,57) 12,57
2017 453.579 423.326 6,67 6,67 453.579 446.006 1,67 1,67
MAPE 12,95 12,66

52 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

Tabel 5.8c. Lanjutan Uji Validitas Model Net Ekspor Impor Kopi

Double Eksponential Smoothing, Alpha (level)


0,441098; Gamma (trend) 0,096244
Absolut
Tahun Riil Estimasi Beda (%)
(%)
1983 241.202 273.425 (13,36) 13,36
1984 294.452 273.817 7,01 7,01
1985 282.630 285.415 (0,99) 0,99
1986 298.049 293.786 1,43 1,43
1987 286.213 305.447 (6,72) 6,72
1988 298.956 305.927 (2,33) 2,33
1989 356.996 311.520 12,74 12,74
1990 421.737 342.178 18,86 18,86
1991 379.301 391.247 (3,15) 3,15
1992 268.144 399.447 (48,97) 48,97
1993 348.253 349.424 (0,34) 0,34
1994 288.387 356.753 (23,71) 23,71
1995 229.824 331.539 (44,26) 44,26
1996 366.293 287.297 21,57 21,57
1997 303.204 326.120 (7,56) 7,56
1998 354.725 319.017 10,07 10,07
1999 350.050 339.289 3,07 3,07
2000 327.139 349.014 (6,69) 6,69
2001 242.524 343.414 (41,60) 41,60
2002 317.372 298.678 5,89 5,89
2003 319.124 307.484 3,65 3,65
2004 338.387 313.672 7,30 7,30
2005 442.634 326.677 26,20 26,20
2006 407.096 384.852 5,46 5,46
2007 271.410 402.634 (48,35) 48,35
2008 461.167 347.151 24,72 24,72
2009 413.840 404.683 2,21 2,21
2010 413.840 416.351 (0,61) 0,61
2011 328.385 422.765 (28,74) 28,74
2012 395.946 384.650 2,85 2,85
2013 518.223 393.627 24,04 24,04
2014 365.705 457.870 (25,20) 25,20
2015 489.559 422.588 13,68 13,68
2016 385.203 460.344 (19,51) 19,51
2017 453.579 432.224 4,71 4,71
MAPE 14,79

Model yang terpilih adalah :


Yt = (10**7)/(37,2228 – 3,15085*(1,04519**t)

karena MAPE terkecil.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 53


2018 OUTLOOK KOPI

Berdasarkan model pendugaan yang disusun, didapatkan angka prediksi


net ekspor-impor kopi Indonesia tahun 2018 diperkirakan akan mengalami
peningkatan 1,35% atau net ekspor-impor kopi tahun 2018 akan mencapai
459,72 ribu ton dari net ekspor-impor tahun 2017 sebesar 453,58 ribu ton,
kemudian di tahun 2019 meningkat 3,32% menjadi sebesar 474,99 ribu ton
hingga pada tahun 2022 diperkirakan akan meningkat 4,26% dari tahun 2021
atau 511,28 ribu ton menjadi sebesar 533,04 ribu ton. Perkiraan secara rinci
dapat dilihat table 5.9 berikut.

Tabel 5.9. Proyeksi Produksi, Net Ekspor-Impor, dan Konsumsi Kopi, 2017-2022

Produksi Pertumb. Neteksim Pertumb. Konsumsi Pertumb.


Tahun
(Ton) (%) (Ton) (%) (Ton) (%)
2017 679.676 453.579 226.097

2018 697.730 2,66 459.722 1,35 238.008 5,27

2019 707.825 1,45 474.989 3,32 232.836 (2,17)

2020 717.812 1,41 492.069 3,60 225.744 (3,05)

2021 728.618 1,51 511.284 3,91 217.334 (3,73)

2022 740.070 1,57 533.041 4,26 207.029 (4,74)


Rata-rata
2017-2022 711.955 1,72 487.447 3,29 224.508 (1,68)

Perkiraan konsumsi dalam negeri merupakan sisaan dari produksi


dikurangi net ekspor-impor. Konsumsi kopi dalam negeri dari tahun 2017-2022
diperkirakan akan mengalami penurunan rata-rata sebesar 1,68% per tahun.
Perkiraan konsumsi kopi secara rinci disajikan table 5.9.

54 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

BAB VI. KESIMPULAN

Kopi Indonesia 95,37% didominasi oleh kopi yang diusahakan di


perkebunan rakyat. Jenis kopi yang diusahakan 81,44% merupakan kopi jenis
robusta, sisanya sebesar 18,56% merupakan jenis kopi arabika. Sentra produksi
kopi robusta di Indonesia terdapat di lima provinsi sentra dengan total share
mencapai 77,40% yaitu Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa
TImur, dan Jawa Tengah. Adapun sentra produksi kopi arabika terdapat di 4
provinsi dengan total share mencapai 81,99% yaitu Provinsi Aceh, Sumatera
Utara, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Barat. Harga kopi di tingkat produsen
di Indonesia tahun 2017 rata-rata adalah Rp.24.802 per kg. Konsumsi kopi
pada tahun 2017 berdasarkan hasil SUSENAS yang dilakukan oleh BPS mencapai
0,798 kg/kapita. Konsumsi ini lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya
yang mencapai 0,871 kg/kapita.

Brazilia dan Vietnam adalah produsen dan eksportir terbesar kopi di


dunia. Share produksi kopi Brazilia sebesar 35,73% dari total produksi dunia,
dan volume ekspornya 25,24% terhadap total ekspor dunia. Vietnam dengan
share produksi 18,14% dan volumr ekspornya 19,70% terhadap dunia. Indonesia
memiliki posisi terbesar keempat dunia baik sebagai produsen kopi maupun
eksportir kopi, dengan share produksi sebesar 7,41% dan 6,36% terdadap total
dunia.

Proyeksi produksi kopi dari tahun 2018 hingga 2022 meningkat sebesar
rata-rata 1,83% per tahun, sedangkan net ekspor-impor kopi diprediksi akan
meningkat rata-rata 5,70% per tahun.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 55


2018 OUTLOOK KOPI

56 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

DAFTAR PUSTAKA

Wirawan B,. 2017. Kita Harus Bangga Dengan Kopi Negeri Sendiri. Majalan
Pilar Pertanian. Edisi 13 Oktober 2017.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi


2009-2011. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi


2010-2012. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2012. Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi


2011-2013. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi


2012-2014. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi


2013-2015. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015. Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi


2014-2016. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2016. Statistik Perkebunan Indonesia: Kopi


2015-2017. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Ellis, Markman. 2011. The Coffee-House: a Cultural History. Hachette. United


Kingdom.

Food and Agriculture Organization of United Nation (FAO). 2017.


http://faostat.fao.org [terhubung berkala]

United States Department of Agriculture (USDA). 2016. http://fas.usda.gov

Prastowo, Bambang., Elna Karmawati., Rubijo., Siswanto., Chandra


Indrawanto., S. Joni Munarso. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor.

Rencana Stategis Direktorat Jenderal Perkebunan, Tahun 2015-2019 (Edisi


Revisi), Kementerian Pertanian, Jakarta

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2016. Outlook Komoditi Kopi.
Kementerian Pertanian. Jakarta.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 57


2018 OUTLOOK KOPI

58 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

LAMPIRAN

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 59


2018 OUTLOOK KOPI

60 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

Lampiran 1. Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia Menurut Status


Pengusahaan, Tahun 1980–2018

Luas Areal (Ha)


Tahun
Pertumb. Pertumb. Pertumb. Pertumb.
PR PBN PBS INDONESIA
(%) (%) (%) (%)
1980 663.601 - 20.925 - 22.938 - 707.464 -
1981 749.829 12,99 23.016 9,99 24.001 4,63 796.846 12,63
1982 759.182 1,25 23.635 2,69 20.211 -15,79 803.028 0,78
1983 766.134 0,92 24.426 3,35 24.427 20,86 814.987 1,49
1984 837.488 9,31 22.440 -8,13 34.283 40,35 894.211 9,72
1985 874.340 4,40 23.499 4,72 33.290 -2,90 931.129 4,13
1986 888.862 1,66 23.593 0,40 22.744 -31,68 935.199 0,44
1987 908.584 2,22 24.280 2,91 28.776 26,52 961.640 2,83
1988 969.789 6,74 25.484 4,96 30.674 6,60 1.025.947 6,69
1989 984.234 1,49 21.800 -14,46 30.516 -0,52 1.036.550 1,03
1990 1.014.125 3,04 25.834 18,50 29.889 -2,05 1.069.848 3,21
1991 1.063.289 4,85 25.891 0,22 30.674 2,63 1.119.854 4,67
1992 1.076.474 1,24 26.092 0,78 31.332 2,15 1.133.898 1,25
1993 1.090.050 1,26 26.325 0,89 31.192 -0,45 1.147.567 1,21
1994 1.080.532 -0,87 26.593 1,02 33.260 6,63 1.140.385 -0,63
1995 1.109.499 2,68 25.616 -3,67 32.396 -2,60 1.167.511 2,38
1996 1.103.615 -0,53 24.169 -5,65 31.295 -3,40 1.159.079 -0,72
1997 1.105.114 0,14 32.232 33,36 32.682 4,43 1.170.028 0,94
1998 1.068.064 -3,35 39.139 21,43 46.166 41,26 1.153.369 -1,42
1999 1.059.245 -0,83 39.316 0,45 28.716 -37,80 1.127.277 -2,26
2000 1.192.322 12,56 40.645 3,38 27.720 -3,47 1.260.687 11,83
2001 1.258.628 5,56 26.954 -33,68 27.801 0,29 1.313.383 4,18
2002 1.318.020 4,72 26.954 0,00 27.210 -2,13 1.372.184 4,48
2003 1.240.222 -5,90 26.597 -1,32 25.091 -7,79 1.291.910 -5,85
2004 1.251.326 0,90 26.597 0,00 26.020 3,70 1.303.943 0,93
2005 1.202.392 -3,91 26.641 0,17 26.239 0,84 1.255.272 -3,73
2006 1.255.104 4,38 26.644 0,01 26.983 2,84 1.308.731 4,26
2007 1.243.429 -0,93 23.721 -10,97 28.761 6,59 1.295.911 -0,98
2008 1.236.842 -0,53 22.442 -5,39 35.826 24,56 1.295.110 -0,06
2009 1.217.506 -1,56 22.794 1,57 25.935 -27,61 1.266.235 -2,23
2010 1.162.810 -4,49 22.681 -0,50 24.873 -4,09 1.210.364 -4,41
2011 1.184.967 1,91 22.572 -0,48 26.159 5,17 1.233.698 1,93
2012 1.187.669 0,23 22.565 -0,03 25.056 -4,22 1.235.290 0,13
2013 1.194.081 0,54 22.556 -0,04 25.076 0,08 1.241.713 0,52
2014 1.230.495 3,05 22.369 -0,83 24.462 -2,45 1.230.495 -0,90
2015 1.183.244 -3,84 22.366 -0,01 24.391 -0,29 1.230.001 -0,04
2016 1.198.900 1,32 23.367 4,48 24.391 0,00 1.246.657 1,35
2017*) 1.204.882 0,50 23.509 0,61 25.405 4,16 1.253.796 0,57
2018**) 1.210.166 0,44 23.525 0,07 25.445 0,16 1.259.136 0,43
Rata-rata Laju Pertumbuhan (%)
1980-2018**) 1.085.771 1,67 25.636 0,81 28.264 1,45 1.138.470 1,60
2009-2018** 1.197.472 (0,04) 22.830 0,36 25.119 (0,17) 1.240.739 (0,05)
Share (%) 95,37 2,25 2,48 100,00
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
Ket : PR : Perkebunan Rakyat
PBN : Perkebunan Besar Negara
PBS : Perkebunan Besar Swasta
*) : Tahun 2017 Angka Sementara
**) : Tahun 2018 Angka Estimasi

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 61


2018 OUTLOOK KOPI

Lampiran 1b. Perkembangan Luas Tanaman Menghasilkan Kopi di


Indonesia, Tahun 1980–2018

Luas Tanaman Pertumb.


Tahun
Menghasilkan (Ha) (% )

1983 511.217
1984 594.821 16,35
1985 615.496 3,48
1986 631.895 2,66
1987 681.279 7,82
1988 715.242 4,99
1989 724.063 1,23
1990 746.759 3,13
1991 792.219 6,09
1992 793.308 0,14
1993 811.336 2,27
1994 793.656 -2,18
1995 837.643 5,54
1996 836.621 -0,12
1997 865.262 3,42
1998 844.928 -2,35
1999 830.194 -1,74
2000 886.255 6,75
2001 932.189 5,18
2002 970.250 4,08
2003 926.382 -4,52
2004 972.346 4,96
2005 937.404 -3,59
2006 980.322 4,58
2007 969.082 -1,15
2008 957.073 -1,24
2009 929.530 -2,88
2010 881.391 -5,18
2011 909.163 3,15
2012 927.220 1,99
2013 914.406 -1,38
2014 899.205 -1,66
2015 921.957 2,53
2016 929.975 0,87
2017 927.116 -0,31
2018 922.464 -0,50
Pertumbuhan (%/thn)
1983-2018 1,78
2009-2018 -0,06

62 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

Lampiran 2. Perkembangan Luas Areal Kopi di Indonesia Menurut


Pengusahaan dan Jenis Kopi Yang Diusahakan,
Tahun 2001–2018

Luas Areal Kopi Robusta (Ha) Luas Areal Kopi Arabika (Ha)
Tahun Pertumb Pertumb Pertumb Pertumb Pertumb Pertumb Pertumb Pertumb
PR PBN PBS Robusta PR PBN PBS Arabika
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
2001 1.182.693 26.928 22.930 1.232.551 75.935 26 6.846 82.807
2002 1.232.857 4,24 26.928 - 21.106 (7,95) 1.280.891 3,92 85.163 12,15 26 - 6.104 (10,84) 91.293 10,25
2003 1.241.932 0,74 26.928 - 21.106 - 1.289.966 0,71 85.589 0,50 26 - 6.149 0,74 91.764 0,52
2004 1.135.114 (8,60) 19.925 (26,01) 21.705 2,84 1.176.744 (8,78) 116.212 35,78 6.672 25.561,54 4.315 (29,83) 127.199 38,62
2005 1.112.597 (1,98) 19.969 0,22 21.393 (1,44) 1.153.959 (1,94) 89.795 (22,73) 6.672 - 4.846 12,31 101.313 (20,35)
2006 1.089.951 (2,04) 19.972 0,02 21.699 1,43 1.131.622 (1,94) 165.154 83,92 6.672 - 5.284 9,04 177.110 74,81
2007 1.018.573 (6,55) 16.549 (17,14) 23.355 7,63 1.058.477 (6,46) 153.884 (6,82) 6.500 (2,58) 2.457 (53,50) 162.841 (8,06)
2008 970.677 (4,70) 15.270 (7,73) 23.266 (0,38) 1.009.213 (4,65) 266.165 72,96 7.172 10,34 12.560 411,19 285.897 75,57
2009 946.791 (2,46) 15.622 2,31 22.425 (3,61) 984.838 (2,42) 270.715 1,71 7.172 - 3.510 (72,05) 281.397 (1,57)
2010 920.790 (2,75) 15.509 (0,72) 22.483 0,26 958.782 (2,65) 242.021 (10,60) 7.172 - 2.390 (31,91) 251.583 (10,59)
2011 902.341 (2,00) 15.400 (0,70) 22.443 (0,18) 940.184 (1,94) 282.626 16,78 7.172 - 3.716 55,48 293.514 16,67
2012 902.548 0,02 15.404 0,03 22.448 0,02 940.400 0,02 282.691 0,02 7.174 0,03 3.717 0,03 293.582 0,02
2013 879.117 (2,60) 15.384 (0,13) 21.552 (3,99) 916.053 (2,59) 314.963 11,42 7.172 (0,03) 3.524 (5,19) 325.659 10,93
2014 863.731 (1,75) 15.197 (1,22) 20.880 (3,12) 899.808 (1,77) 319.932 1,58 7.172 - 3.583 1,67 330.687 1,54
2015 863.626 (0,01) 15.194 (0,02) 20.808 (0,34) 899.628 (0,02) 319.619 (0,10) 7.172 - 3.583 - 330.374 (0,09)
2016 871.648 0,93 15.195 0,01 20.808 - 907.651 0,89 327.252 2,39 8.172 13,94 3.583 - 339.007 2,61
2017*) 887.330 1,80 15.337 0,93 21.757 4,56 924.424 1,85 327.552 0,09 8.172 - 3.647 1,79 339.371 0,11
2018**) 882.278 (0,57) 15.353 0,10 21.869 0,51 919.501 (0,53) 327.888 0,10 8.172 - 3.576 (1,95) 339.636 0,08
Rata-rata 994.700 (1,66) 18.115 (2,94) 21.891 (0,22) 1.034.705 (1,66) 225.175 11,71 6.027 1.504,90 4.633 16,88 235.835 11,24
Share (%) 96,13 1,75 2,12 100,00 95,48 2,56 1,96 100,00
Share (%) 81,44 Share (%) 18,56

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 63


2018 OUTLOOK KOPI

Lampiran 3. Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia Menurut


Status Pengusahaan, Tahun 1980–2018

Produksi (Ton)
Tahun Pertumb. Pertumb. Pertumb. Pertumb.
PR PBN PBS INDONESIA
(%) (%) (%) (%)
1980 276.295 - 13.212 - 5.466 - 294.973 -
1981 290.401 5,11 16.189 22,53 8.309 52,01 314.899 6,76
1982 262.247 -9,69 13.297 -17,86 5.707 -31,32 281.251 -10,69
1983 287.183 9,51 10.147 -23,69 8.318 45,75 305.648 8,67
1984 291.291 1,43 14.775 45,61 9.423 13,28 315.489 3,22
1985 288.404 -0,99 12.635 -14,48 10.359 9,93 311.398 -1,30
1986 329.605 14,29 17.664 39,80 9.553 -7,78 356.822 14,59
1987 367.835 11,60 13.043 -26,16 7.791 -18,44 388.669 8,93
1988 362.311 -1,50 16.072 23,22 12.712 63,16 391.095 0,62
1989 376.579 3,94 13.466 -16,21 11.003 -13,44 401.048 2,54
1990 384.464 2,09 15.566 15,59 12.737 15,76 412.767 2,92
1991 399.088 3,80 16.755 7,64 12.462 -2,16 428.305 3,76
1992 408.808 2,44 16.890 0,81 11.232 -9,87 436.930 2,01
1993 410.048 0,30 17.266 2,23 11.554 2,87 438.868 0,44
1994 421.682 2,84 17.468 1,17 11.041 -4,44 450.191 2,58
1995 429.569 1,87 16.824 -3,69 11.408 3,32 457.801 1,69
1996 435.757 1,44 13.184 -21,64 10.265 -10,02 459.206 0,31
1997 396.155 -9,09 21.050 59,66 11.213 9,24 428.418 -6,70
1998 469.671 18,56 25.759 22,37 19.021 69,63 514.451 20,08
1999 493.940 5,17 26.208 1,74 11.539 -39,34 531.687 3,35
2000 514.896 4,24 29.754 13,53 9.924 -14,00 554.574 4,30
2001 541.476 5,16 18.111 -39,13 9.647 -2,79 569.234 2,64
2002 654.281 20,83 18.128 0,09 9.610 -0,38 682.019 19,81
2003 644.657 -1,47 17.007 -6,18 9.591 -0,20 671.255 -1,58
2004 618.227 -4,10 17.025 0,11 12.134 26,51 647.386 -3,56
2005 615.556 -0,43 17.034 0,05 7.775 -35,92 640.365 -1,08
2006 653.261 6,13 17.017 -0,10 11.880 52,80 682.158 6,53
2007 652.336 -0,14 13.642 -19,83 10.498 -11,63 676.476 -0,83
2008 669.942 2,70 17.332 27,05 10.742 2,32 698.016 3,18
2009 653.918 -2,39 14.387 -16,99 14.385 33,91 682.690 -2,20
2010 657.909 0,61 14.065 -2,24 14.947 3,91 686.921 0,62
2011 616.429 -6,30 9.099 -35,31 13.118 -12,24 638.646 -7,03
2012 661.827 7,36 13.577 49,21 15.759 20,13 691.163 8,22
2013 645.346 -2,49 13.945 2,71 16.591 5,28 675.882 -2,21
2014 612.877 -5,03 14.293 2,50 16.687 0,58 643.855 -4,74
2015 602.428 -1,70 19.703 37,85 17.281 3,56 639.412 -0,69
2016 632.005 4,91 14.628 -25,76 17.238 -0,25 663.871 3,83
2017 *) 636.705 0,74 14.672 0,30 17.300 0,36 668.677 0,72
2018 **) 642.165 0,86 14.755 0,57 17.715 2,40 674.636 0,89
Rata-rata Laju Pertumbuhan (%)
1980-2018**) 495.066 2,44 16.299 2,82 11.896 5,86 523.260 2,39
2009-2018** 636.161 (0) 14.312 1 16.102 6 666.575 (0)
Share (%) 94,61 3,11 2,27 100,00
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
Ket : PR : Perkebunan Rakyat
PBN : Perkebunan Besar Negara
PBS : Perkebunan Besar Swasta
*) : Tahun 2017 Angka Sementara
**) : Tahun 2018 Angka Estimasi
Wujud Produksi : Kopi berasan

64 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

Lampiran 4. Perkembangan Produksi Kopi di Indonesia Menurut


Pengusahaan dan Jenis Kopi Yang Diusahakan,
Tahun 2001–2018
Produksi Kopi Robusta (Ton) Produksi Kopi Arabika (Ton)
Tahun Pertumb Pertumb Pertumb Pertumb Pertumb Pertumb Pertumb Pertumb
PR PBN PBS Robusta PR PBN PBS Arabika
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
2001 519.262 26.928 22.930 569.120 22.214 - 857 23.071
2002 629.962 21,32 18.128 (32,68) 8.813 (61,57) 656.903 15,42 24.319 9,48 - 797 (7,00) 25.116 8,86
2003 606.386 (3,74) 12.549 (30,78) 8.964 1,71 627.899 (4,42) 38.271 57,37 4.458 627 (21,33) 43.356 72,62
2004 569.104 (6,15) 12.564 0,12 10.492 17,05 592.160 (5,69) 49.123 28,36 4.460 0,04 1.642 161,88 55.225 27,38
2005 560.979 (1,43) 12.574 0,08 6.557 (37,50) 580.110 (2,03) 54.576 11,10 4.460 - 1.218 (25,82) 60.254 9,11
2006 565.234 0,76 12.559 (0,12) 9.592 46,29 587.385 1,25 88.027 61,29 4.458 (0,04) 2.288 87,85 94.773 57,29
2007 532.010 (5,88) 8.974 (28,55) 8.101 (15,54) 549.085 (6,52) 120.326 36,69 4.668 4,71 2.397 4,76 127.391 34,42
2008 529.794 (0,42) 12.617 40,60 8.509 5,04 550.920 0,33 140.148 16,47 4.715 1,01 2.233 (6,84) 147.096 15,47
2009 512.211 (3,32) 9.634 (23,64) 13.116 54,14 534.961 (2,90) 141.707 1,11 4.753 0,81 1.170 (47,60) 147.630 0,36
2010 517.397 1,01 9.262 (3,86) 13.621 3,85 540.280 0,99 140.512 (0,84) 4.803 1,05 1.326 13,33 146.641 (0,67)
2011 472.022 (8,77) 5.741 (38,02) 12.045 (11,57) 489.808 (9,34) 144.407 2,77 3.358 (30,09) 1.073 (19,08) 148.838 1,50
2012 485.689 2,90 5.907 2,89 12.394 2,90 503.990 2,90 148.588 2,90 3.455 2,89 1.104 2,89 153.147 2,90
2013 486.421 0,15 8.796 48,91 14.340 15,70 509.557 1,10 158.925 6,96 5.149 49,03 2.251 103,89 166.325 8,60
2014 450.051 (7,48) 9.069 3,10 14.552 1,48 473.672 (7,04) 162.826 2,45 5.224 1,46 2.135 (5,15) 170.185 2,32
2015 442.038 (1,78) 8.929 (1,54) 15.526 6,69 466.493 (1,52) 160.390 (1,50) 10.774 106,24 1.755 (17,80) 172.919 1,61
2016 449.536 1,70 9.018 1,00 15.483 (0,28) 474.037 1,62 182.469 13,77 5.610 (47,93) 1.755 - 189.834 9,78
2017*) 459.307 2,17 9.062 0,49 15.451 (0,21) 483.820 2,06 177.398 (2,78) 5.610 - 1.849 5,36 184.857 (2,62)
2018**) 462.652 0,73 9.145 0,92 15.807 2,30 487.604 0,78 179.513 1,19 5.610 - 1.908 3,19 187.031 1,18
Rata-rata 513.892 (0,48) 11.192 (3,59) 12.572 1,79 537.656 (0,76) 118.541 14,52 4.531 5,95 1.577 13,68 124.649 14,71
Share (%) 95,58 2,08 2,34 100,00 95,10 3,64 1,27 100,00
Share (%) 81,18 Share (%) 18,82

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 65


2018 OUTLOOK KOPI

Lampiran 5. Perkembangan Produktivitas Kopi di Indonesia Menurut


Status Pengusahaan, Tahun 19684-2018

Produktivitas (Kg/Ha)
Tahun Pertumb. Pertumb. Pertumb. Pertumb.
PR PBN PBS INDONESIA
(%) (%) (%) (%)
1984 521,71 766,02 547,91 530,39
1985 498,37 -4,47 627,42 -18,09 621,60 13,45 505,93 -4,61
1986 554,20 11,20 903,71 44,04 542,51 -12,72 564,69 11,61
1987 571,83 3,18 663,50 -26,58 424,42 -21,77 570,50 1,03
1988 537,04 -6,08 758,76 14,36 654,58 54,23 546,80 -4,15
1989 548,87 2,20 739,32 -2,56 556,94 -14,92 553,89 1,30
1990 546,15 -0,50 687,79 -6,97 631,17 13,33 552,74 -0,21
1991 529,41 -3,07 815,01 18,50 698,86 10,72 540,64 -2,19
1992 542,72 2,51 788,52 -3,25 617,35 -11,66 551,07 1,93
1993 532,23 -1,93 797,80 1,18 600,05 -2,80 540,92 -1,84
1994 558,95 5,02 789,16 -1,08 645,75 7,62 567,24 4,87
1995 539,13 -3,54 801,83 1,61 573,76 -11,15 546,53 -3,65
1996 546,57 1,38 644,51 -19,62 542,78 -5,40 548,88 0,43
1997 485,91 -11,10 717,82 11,37 542,87 0,02 495,13 -9,79
1998 604,71 24,45 707,06 -1,50 597,94 10,14 608,87 22,97
1999 636,85 5,31 560,10 -20,79 648,11 8,39 632,81 3,93
2000 619,75 -2,69 778,23 38,95 576,61 -11,03 625,75 -1,12
2001 607,62 -1,96 742,92 -4,54 578,63 0,35 610,64 -2,41
2002 703,94 15,85 743,01 0,01 586,12 1,29 702,93 15,11
2003 727,88 3,40 696,18 -6,30 588,87 0,47 724,60 3,08
2004 664,31 -8,73 697,03 0,12 701,96 19,20 665,80 -8,11
2005 687,26 3,46 696,80 -0,03 449,50 -35,96 683,13 2,60
2006 696,63 1,36 695,91 -0,13 655,41 45,81 695,85 1,86
2007 702,01 0,77 721,34 3,65 501,50 -23,48 698,06 0,32
2008 729,31 3,89 984,60 36,50 514,51 2,59 729,32 4,48
2009 733,70 0,60 797,24 -19,03 711,11 38,21 734,45 0,70
2010 779,56 6,25 787,34 -1,24 763,34 7,35 779,36 6,12
2011 706,99 -9,31 531,27 -32,52 651,86 -14,60 702,45 -9,87
2012 743,84 5,21 773,62 45,62 791,11 21,36 745,42 6,12
2013 736,23 -1,02 782,59 1,16 828,06 4,67 739,15 -0,84
2014 711,69 -3,33 784,77 0,28 841,33 1,60 716,03 -3,13
2015 695,00 -2,35 1078,20 37,39 867,39 3,10 706,53 -1,33
2016 708,77 1,98 795,99 -26,17 866,14 -0,14 713,86 1,04
2017 *) 716,41 1,08 825,52 3,71 839,89 -3,03 721,24 1,03
2018 **) 726,65 1,43 829,63 0,50 845,75 0,70 731,34 1,40
Rata-rata Laju Pertumbuhan (%)
1984-2018**) 632,92 1,19 757,44 2,02 645,88 2,82 636,66 1,14
2009-2018**) 725,88 0,05 798,62 0,97 800,60 5,92 728,98 0,12
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
Ket : PR : Perkebunan Rakyat
PBN : Perkebunan Besar Negara
PBS : Perkebunan Besar Swasta
*) : Tahun 2017 Angka Sementara
**) : Tahun 2018 Angka Estimasi
Wujud Produksi : Kopi berasan

66 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

Lampiran 6. Perkembangan Produktivitas Kopi di Indonesia Menurut


Pengusahaan dan Jenis Kopi Yang Diusahakan,
Tahun 2001–2018

Produktivitas Kopi Robusta (Kg/ha) Produktivitas Kopi Arabika (Kg/ha) Produktivitas Kopi (Kg/ha)
Tahun
Pertumb. Pertumb. Pertumb.
PR PBN PBS Robusta PR PBN PBS Arabika PR PBN PBS Indonesia
(%) (%) (%)
2001 610,88 1.104,60 1.522,37 639,85 540,22 532,30 539,93 607,62 1.104,60 1.426,76 635,27

2002 707,69 743,01 581,33 706,56 10,43 618,90 644,82 619,69 14,77 703,94 743,01 586,12 702,93 10,65

2003 723,52 671,86 590,83 720,11 1,92 804,60 775,17 562,33 796,53 28,54 727,88 696,18 588,87 724,60 3,08

2004 659,20 672,81 668,54 659,65 (8,40) 729,78 775,52 1.031,41 739,74 (7,13) 664,31 696,99 701,96 665,80 (8,12)

2005 668,86 672,59 423,03 664,58 0,75 958,20 775,52 677,80 934,10 26,27 687,26 696,80 449,50 683,12 2,60

2006 683,93 671,53 610,92 682,33 2,67 790,91 775,17 943,51 793,25 (15,08) 696,63 695,91 655,41 695,85 1,86

2007 686,15 723,01 438,46 681,04 (0,19) 781,93 718,15 975,58 782,30 (1,38) 702,01 721,34 501,50 698,06 0,32

2008 716,38 1.136,36 458,43 716,21 5,16 782,75 725,38 963,75 783,00 0,09 729,31 984,60 514,51 729,32 4,48

2009 722,69 838,91 717,07 724,36 1,14 776,48 724,32 603,72 772,93 (1,29) 733,70 797,24 706,21 734,34 0,69

2010 740,23 820,30 742,41 741,53 2,37 969,18 730,72 1.074,55 959,77 24,17 779,56 787,34 763,34 779,36 6,13

2011 688,28 536,94 661,34 685,33 (7,58) 775,91 521,83 561,49 765,40 (20,25) 706,99 531,27 651,86 702,45 (9,87)

2012 699,72 536,95 662,85 696,29 1,60 759,55 527,56 903,44 752,94 (1,63) 712,87 533,45 677,61 708,72 0,89

2013 723,01 783,96 798,35 725,91 4,25 779,89 780,27 1.085,34 782,88 3,98 736,23 782,59 828,06 739,15 4,29

2014 676,82 782,96 832,64 682,51 (5,98) 829,88 787,93 905,81 829,40 5,94 711,69 784,77 841,33 716,03 (3,13)

2015 661,62 771,40 884,07 669,05 (1,97) 807,23 1.608,30 743,33 832,33 0,35 695,00 1.078,20 867,39 706,53 (1,33)

2016 673,38 773,75 882,67 680,33 1,69 814,18 834,57 743,33 814,05 (2,20) 708,77 795,99 866,14 713,86 1,04

2017*) 683,05 820,02 845,70 689,44 1,34 820,13 834,57 783,14 820,17 0,75 716,41 825,52 838,54 721,22 1,03

2018**) 686,13 826,63 850,52 692,68 0,47 857,09 834,57 808,13 855,87 4,35 726,65 829,63 845,75 731,34 1,40

Rata-rata

2001-2018 689,53 771,53 731,75 692,10 0,57 788,71 795,60 807,99 787,46 3,55 708,16 782,52 739,49 710,44 0,94

Lampiran 7. Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Robusta


Perkebunan Rakyat Terbesar di Indonesia, Tahun 2014-2017

Tahun Share Kumulatif


No. Provinsi
2014 2015 2016 2017 2018 Rata-rata (%) Share (%)

1 Sumsel 135.287 110.351 120.904 120.792 118.947 121.256 26,84 26,84

2 Lampung 91.917 110.122 115.479 116.306 118.038 110.372 24,43 51,27

3 Bengkulu 54.800 54.921 55.333 58.125 58.987 56.433 12,49 63,76

4 Jawa Timur 27.427 28.553 51.959 54.105 55.169 43.443 9,62 73,38

5 Jawa Tengah 21.127 18.505 17.020 17.010 17.244 18.181 4,02 77,40

6 Prov. Lainnya 143.114 144.041 113.342 117.482 119.219 102.097 22,60 100,00

Indonesia 473.672 466.493 474.037 483.820 487.604 451.783 100,00


Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
Wujud Produksi : Kopi berasan

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 67


2018 OUTLOOK KOPI

Lampiran 8. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat


di Sumatera Selatan, Tahun 2016

Produksi Share Share


No. Kab/Kota
(ton) (%) Kumulatif (%)

1 Kab. OKU Selatan 39.935 33,03 33,03


2 Kab. Muara Enim 25.236 20,87 53,90
3 Kab. Lahat 20.551 17,00 70,90
4 Kab. OKU 15.992 13,23 84,13
5 Kab. Pagar Alam 7.807 6,46 90,59
Lainnya 11.383 9,41 100,00
Sumatera Selatan 120.904 100,00
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
Wujud Produksi : Kopi Berasan

Lampiran 9. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Robusta Perkebunan Rakyat


di Lampung, Tahun 2016

Produksi Share Share


No. Kab/Kota
(ton) (%) Kumulatif (%)

1 Kab. Lampung Barat 57.664 49,93 49,93


2 Kab. Tanggamus 31.612 27,37 77,31
3 Kab. Way Kanan 9.312 8,06 85,37
4 Kab. Lampung Utara 9.014 7,81 93,18
5 Kab. Pesisir Barat 3.901 3,38 96,56
Lainnya 3.976 3,44 100,00
Lampung 115.479 100,00
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
Wujud Produksi : Kopi Berasan

68 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

Lampiran 10. Beberapa Provinsi dengan Produksi Kopi Arabika


Perkebunan Rakyat Terbesar di Indonesia, Tahun 2014-2018

Tahun Share Kumulatif


No. Provinsi
2014 2015 2016 2017 2018 Rata-rata (%) Share (%)

1 Aceh 44.423 41.847 59.777 62.778 62.709 54.307 31,88 31,88

2 Sumut 49.143 49.565 53.237 53.790 54.073 51.962 30,50 62,38

3 Sulawesi Selatan 19.534 20.352 22.401 19.788 20.102 20.435 12,00 74,37

4 Sumatera Barat 15.111 15.127 12.484 10.993 11.149 12.973 7,62 81,99

5 Prov. Lainnya 40.014 45.274 52.371 46.655 48.280 30.682 18,01 100,00

Indonesia 168.225 172.165 200.270 194.004 196.313 170.358 100,00

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin


Wujud Produksi : Kopi berasan

Lampiran 11. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat


di Aceh, Tahun 2016

Share
Produksi Share
No Kab/Kota Kumulatif
(ton) (%)
(%)

1 Kab. Aceh Tengah 31.375 52,49 52,49

2 Kab. Bener Meriah 26.357 44,09 96,58

3 Lainnya 2.045 3,42 100,00


Aceh 59.777 100,00

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin


Wujud Produksi : Kopi Berasan

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 69


2018 OUTLOOK KOPI

Lampiran 12. Kabupaten Sentra Produksi Kopi Arabika Perkebunan Rakyat


di Sumatera Utara, Tahun 2016

Share
Produksi Share
No Kab/Kota Kumulatif
(ton) (% )
(% )

1 Kab. Tapanuli Utara 13.661 26,15 26,15

2 Kab. Simalungun 10.254 19,63 45,78

3 Kab. Dairi 8.538 16,34 62,13

4 Kab. Hunbang Hasundutan 6.284 12,03 74,16

5 Kab. Karo 4.831 9,25 83,40


Lainnya 8.669 16,60 100,00

Sumatera Utara 52.237 100,00

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin


Wujud Produksi : Kopi Berasan

70 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

Lampiran 13. Perkembangan Harga Kopi di Pasar Dalam Negeri,


Tahun 2008-2017

Harga Kopi Pertumbuhan


Tahun
(Rp/kg) (% )

2008 13.722 -

2009 14.007 2,08

2010 14.217 1,50

2011 15.672 10,23

2012 16.406 4,68

2013 15.884 -3,18

2014 17.510 10,24

2015 19.135 9,28

2016 19.813 3,55

2017 24.802 25,18

Rata-rata Laju Pertumbuhan (% )

2008-2017 17.117 7,06


Sumber : BPS

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 71


2018 OUTLOOK KOPI

Lampiran 14. Perkembangan Konsumsi Kopi di Indonesia,


Tahun 2002-2017

Konsumsi kopi bubuk Pertumbuhan


Tahun
(ons/kapita/minggu) (kg/kapita/tahun) (%)

2002 0,249 1,298


2003 0,221 1,152 (11,24)
2004 0,233 1,215 5,43
2005 0,246 1,283 5,58
2006 0,220 1,147 (10,57)
2007 0,246 1,283 11,82
2008 0,238 1,241 (3,25)
2009 0,227 1,184 (4,62)
2010 0,247 1,288 8,81
2011 0,262 1,366 6,07
2012 0,204 1,064 (22,14)
2013 0,263 1,371 28,92
2014 0,258 1,347 (1,75)
2015 0,172 0,896 (33,51)
2016 0,167 0,871 (2,80)
2017 0,153 0,798 (8,38)
Rata-rata 0,225 1,175 (2,11)
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), Badan Pusat Statistik

72 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

Lampiran 15. Perkembangan Volume, Nilai dan Neraca Ekspor dan Impor
Kopi Indonesia, Tahun 1980-2017

Ekspor Impor Neraca

Tahun Volume Pertumb. Nilai Pertumb. Volume Pertumb. Nilai Pertumb. Nilai Pertumb.

(Ton) (%) (000 US$) (%) (Ton) (%) (000 US$) (%) (000 US$) (%)

1980 238.677 656.005 46 349 655.656

1981 210.595 -11,77 345.943 -47,27 71 54,35 492 40,97 345.451 -47,31

1982 226.985 7,78 341.701 -1,23 54 -23,94 301 -38,82 341.400 -1,17

1983 241.238 6,28 427.258 25,04 36 -33,33 227 -24,58 427.031 25,08

1984 294.471 22,07 265.261 -37,92 19 -47,22 151 -33,48 265.110 -37,92

1985 282.671 -4,01 556.203 109,68 41 115,79 83 -45,03 556.120 109,77

1986 298.124 5,47 818.387 47,14 75 82,93 259 212,05 818.128 47,11

1987 286.316 -3,96 535.566 -34,56 103 37,33 207 -20,08 535.359 -34,56

1988 298.998 4,43 550.237 2,74 42 -59,22 113 -45,41 550.124 2,76

1989 357.035 19,41 493.549 -10,30 39 -7,14 112 -0,88 493.437 -10,30

1990 421.833 18,15 377.154 -23,58 96 146,15 273 143,75 376.881 -23,62

1991 380.666 -9,76 372.431 -1,25 1.365 1.321,88 820 200,37 371.611 -1,40

1992 269.352 -29,24 236.774 -36,42 1.208 -11,50 1.081 31,83 235.693 -36,58

1993 349.916 29,91 344.208 45,37 1.663 37,67 915 -15,36 343.293 45,65

1994 289.288 -17,33 745.744 116,66 901 -45,82 1.238 35,30 744.506 116,87

1995 230.201 -20,42 606.369 -18,69 377 -58,16 1.299 4,93 605.070 -18,73

1996 366.602 59,25 595.268 -1,83 309 -18,04 573 -55,89 594.695 -1,71

1997 313.430 -14,50 511.284 -14,11 10.226 3.209,39 13.890 2.324,08 497.394 -16,36

1998 357.550 14,08 584.244 14,27 2.825 -72,37 3.962 -71,48 580.282 16,66

1999 352.967 -1,28 467.858 -19,92 2.917 3,26 3.303 -16,63 464.555 -19,94

2000 340.887 -3,42 326.256 -30,27 13.748 371,31 11.227 239,90 315.029 -32,19

2001 250.818 -26,42 188.493 -42,23 8.294 -39,67 5.085 -54,71 183.408 -41,78

2002 325.009 29,58 223.916 18,79 7.637 -7,92 4.413 -13,22 219.503 19,68

2003 323.520 -0,46 258.795 15,58 4.396 -42,44 5.892 33,51 252.903 15,22

2004 344.077 6,35 294.113 13,65 5.690 29,44 6.867 16,55 287.246 13,58

2005 445.829 29,57 503.836 71,31 3.195 -43,85 6.220 -9,42 497.616 73,24

2006 413.500 -7,25 586.877 16,48 6.404 100,44 11.406 83,38 575.471 15,65

2007 321.404 -22,27 636.319 8,42 49.994 680,67 78.314 586,60 558.005 -3,04

2008 468.749 45,84 991.458 55,81 7.582 -84,83 18.442 -76,45 973.016 74,37

2009 433.600 -7,50 814.300 -17,87 19.760 160,62 34.850 88,97 779.450 -19,89

2010 433.595 0,00 814.311 0,00 19.755 -0,03 34.852 0,01 779.459 0,00

2011 346.493 -20,09 1.036.671 27,31 18.108 -8,34 49.119 40,94 987.552 26,70

2012 448.591 29,47 1.249.520 20,53 52.645 190,73 117.175 138,55 1.132.345 14,66

2013 534.023 19,04 1.174.029 -6,04 15.800 -69,99 38.838 -66,85 1.135.191 0,25

2014 384.816 -27,94 1.039.341 -11,47 19.111 20,95 46.768 20,42 992.573 -12,56

2015 502.021 30,46 1.197.735 15,24 12.462 -34,79 31.492 -32,66 1.166.243 17,50

2016 408.838 -18,56 993.369 -17,06 23.634 89,66 43.782 39,03 949.588 -18,58

2017 467.799 14,42 1.187.157 19,51 14.221 -39,83 33.583 -23,29 1.153.574 21,48
Rata-rata

1980-2017 348.960 3,93 614.419 7,34 8.549 159,57 15.999 98,29 598.420 7,53

2008-2017 442.852 2,14 1.049.789 3,35 20.308 34,33 44.890 22,79 1.004.899 3,28

Sumber : Sampai dengan 2015 Direktorat Jenderal Perkebunan, tahun 2016 BPS, diolah Pusdatin
Kode HS : 0901111000; 0901119000; 0901121000; 0901129000; 0901211000;
0901212000; 0901221000; 0901222000; 0901901000; 0901902000

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 73


2018 OUTLOOK KOPI

Lampiran 16. Negara Tujuan Ekspor Kopi Indonesia Tahun 2017

Volume Nilai Ekspor Komulatif


No. Negara Tujuan Share (%)
Ekspor (Ton) (000 US$) Share (%)
1 USA 67.173 269.048 16,43 16,43
2 Jerman 41.681 88.401 10,19 26,63
3 Malaysia 38.972 67.167 9,53 36,16
4 Italia 35.658 66.080 8,72 44,88
5 Jepang 35.352 86.502 8,65 53,53
6 Fed. Rusia 24.116 44.951 5,90 59,43
7 Mesir 20.989 40.873 5,13 64,56
8 Inggris 18.140 40.158 4,44 69,00
9 Belgia 12.153 28.822 2,97 71,97
10 India 11.394 16.765 2,79 74,76
11 Negara Lainnya 103.210 244.602 25,24 100,00

Total Ekspor Indonesia 408.838 993.369 100,00


Sumber : BPS diolah Pusdatin

Lampiran 17. Negara Asal Impor Kopi Indonesia Tahun 2017

Volume Nilai Impor Komulatif


No. Negara Tujuan Share (%)
Impor (Ton) (000 US$) Share (%)

1 Viet Nam 19.072 31.028 80,70 80,70

2 Brazil 3.363 10.047 14,23 94,93

3 Negara Lainnya 1.199 680 5,07 100,00

Total Impor Kopi 23.634 43.782 100,00


Sumber : BPS diolah Pusdatin

74 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

Lampiran 18. Perkembangan Luas Areal (Luas Tanaman Menghasilkan),


Produksi dan Produktivitas Kopi Dunia, Tahun 1980-2016

Luas Areal Pertumb. Produksi Pertumb. Produktivitas Pertumb.


Tahun
(Ha) (% ) (Ton) (% ) (Kg/Ha) (% )
1980 10.070.964 4.839.219 480,51
1981 10.402.252 3,29 6.083.218 25,71 584,80 21,70
1982 9.818.634 -5,61 4.940.877 -18,78 503,21 -13,95
1983 10.142.877 3,30 5.582.080 12,98 550,34 9,37
1984 10.163.535 0,20 5.221.504 -6,46 513,75 -6,65
1985 10.350.551 1,84 5.824.530 11,55 562,73 9,53
1986 10.515.268 1,59 5.237.224 -10,08 498,06 -11,49
1987 10.741.073 2,15 6.385.156 21,92 594,46 19,36
1988 11.037.982 2,76 5.645.491 -11,58 511,46 -13,96
1989 11.131.913 0,85 5.908.041 4,65 530,73 3,77
1990 11.157.067 0,23 6.063.096 2,62 543,43 2,39
1991 10.784.634 -3,34 6.063.320 0,00 562,22 3,46
1992 10.353.282 -4,00 6.086.346 0,38 587,87 4,56
1993 10.126.096 -2,19 5.554.941 -8,73 548,58 -6,68
1994 9.801.911 -3,20 5.722.718 3,02 583,84 6,43
1995 9.693.242 -1,11 5.529.300 -3,38 570,43 -2,30
1996 9.795.428 1,05 6.197.674 12,09 632,71 10,92
1997 9.830.101 0,35 6.073.393 -2,01 617,84 -2,35
1998 10.109.546 2,84 6.632.664 9,21 656,08 6,19
1999 10.264.042 1,53 6.790.996 2,39 661,63 0,85
2000 10.715.068 4,39 7.502.050 10,47 700,14 5,82
2001 10.622.836 -0,86 7.379.798 -1,63 694,71 -0,78
2002 10.423.176 -1,88 7.930.005 7,46 760,81 9,51
2003 10.294.324 -1,24 7.038.780 -11,24 683,75 -10,13
2004 10.846.861 5,37 7.862.148 11,70 724,83 6,01
2005 10.601.974 -2,26 7.390.103 -6,00 697,05 -3,83
2006 10.728.356 1,19 8.147.325 10,25 759,42 8,95
2007 10.745.273 0,16 8.137.938 -0,12 757,35 -0,27
2008 10.584.476 -1,50 8.489.936 4,33 802,11 5,91
2009 10.462.682 -1,15 7.794.226 -8,19 744,95 -7,13
2010 10.532.027 0,66 8.478.007 8,77 804,97 8,06
2011 9.935.004 -5,67 8.387.743 -1,06 844,26 4,88
2012 10.364.007 4,32 8.823.713 5,20 851,38 0,84
2013 10.584.470 2,13 8.893.329 0,79 840,22 -1,31
2014 10.517.717 -0,63 8.787.668 -1,19 835,51 -0,56
2015 10.780.031 2,49 8.887.674 1,14 824,46 -1,32
2016 10.975.184 1,81 9.221.534 3,76 840,22 1,91
Rata-rata
1980-2016 10.432.537 0,27 6.906.318 2,22 661,10 1,88
2012-2016 10.526.920 0,73 8.782.810 2,49 834,43 1,79
Sumber : FAO, diolah Pusdatin

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 75


2018 OUTLOOK KOPI

Lampiran 19. Negara-negara dengan Luas Areal Kopi Terbesar di Dunia,


Tahun 2012-2016

Luas Tanaman Menghasilkan (Ha) Share Kumulatif


No Negara
2012 2013 2014 2015 2016 Rata-rata (%) Share (%)

1 Brazil 2.120.080 2.085.522 1.997.827 1.977.714 1.994.761 2.013.956 18,80 18,80


2 Indonesia 1.233.900 1.241.700 1.230.500 1.230.001 1.228.512 1.232.678 11,50 30,30
3 Côte d'Ivoire 770.337 737.449 836.383 950.726 1.058.084 895.661 8,36 38,66
4 Colombia 696.023 771.725 795.563 801.118 865.889 808.574 7,55 46,21
5 Mexico 695.350 700.117 699.307 664.885 645.638 677.487 6,32 52,53
6 Ethiopia 528.571 538.466 561.762 653.910 700.475 613.653 5,73 58,26
7 Viet Nam 572.600 581.381 589.041 593.800 597.597 590.455 5,51 63,77
8 India 321.559 393.251 396.799 382.079 383.496 388.906 3,63 67,40
9 Uganda 368.687 376.305 381.304 386.000 397.000 385.152 3,59 70,99
10 Peru 370.632 399.523 361.671 379.187 383.973 381.089 3,56 74,55
Lainnya 2.686.269 2.759.031 2.667.556 2.760.615 2.719.763 2.726.741 25,45 100,00
Total 10.364.008 10.584.470 10.517.713 10.780.035 10.975.188 10.714.352 100,00

Sumber : FAO, diolah Pusdatin

Lampiran 20. Negara-negara dengan Produksi Kopi Terbesar di Dunia,


Tahun 2012-2016

Produksi (Ton) Share Kumulatif


No. Negara
2012 2013 2014 2015 2016 Rata-rata (%) Share (%)
1 Brazil 3.456.000 3.432.000 3.258.000 2.964.000 3.366.000 3.295.200 35,73 35,73
2 Vietnam 1.590.000 1.789.980 1.644.000 1.735.800 1.602.000 1.672.356 18,14 53,87
3 Colombia 595.620 724.500 798.000 840.000 870.000 765.624 8,30 62,17
4 Indonesia 714.000 714.000 628.200 726.000 636.000 683.640 7,41 69,59
5 Ethiopia 390.000 380.700 388.500 390.600 391.200 388.200 4,21 73,79
6 India 318.180 304.500 326.400 348.000 310.200 321.456 3,49 77,28
7 Honduras 283.500 264.000 306.000 318.000 378.000 309.900 3,36 80,64
8 Peru 258.000 255.000 174.000 210.000 253.500 230.100 2,50 83,14
9 Uganda 216.000 231.000 213.000 219.000 252.000 226.200 2,45 85,59
10 Mexico 279.000 237.000 190.800 138.000 198.000 208.560 2,26 87,85
Lainnya 723.413 560.649 860.768 998.274 964.634 1.120.298 12,15 100,00
Dunia 8.823.713 8.893.329 8.787.668 8.887.674 9.221.534 9.221.534 4.422 4.422
Sumber : FAO diolah Pusdatin

76 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

Lampiran 21. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kopi Dunia,


Tahun 1980-2016

Ekspor Impor
Tahun Volume Pertumb. Volume Pertumb.
(Ton) (% ) (Ton) (% )
1980 3.677.327 3.712.880
1981 3.665.271 -0,33 3.733.043 0,54
1982 3.885.540 6,01 3.796.135 1,69
1983 3.947.416 1,59 3.892.872 2,55
1984 4.128.038 4,58 3.939.093 1,19
1985 4.301.787 4,21 4.083.036 3,65
1986 3.977.453 -7,54 4.106.012 0,56
1987 4.366.142 9,77 4.426.946 7,82
1988 4.111.915 -5,82 4.119.112 -6,95
1989 4.654.696 13,20 4.533.620 10,06
1990 4.844.245 4,07 4.729.942 4,33
1991 4.642.133 -4,17 4.640.942 -1,88
1992 4.723.159 1,75 4.885.846 5,28
1993 4.689.186 -0,72 4.688.635 -4,04
1994 4.566.236 -2,62 4.549.717 -2,96
1995 4.239.715 -7,15 4.324.888 -4,94
1996 4.831.064 13,95 4.720.428 9,15
1997 4.899.446 1,42 4.861.082 2,98
1998 4.907.825 0,17 4.860.733 -0,01
1999 5.260.286 7,18 5.048.088 3,85
2000 5.498.689 4,53 5.204.204 3,09
2001 5.440.431 -1,06 5.132.796 -1,37
2002 5.492.472 0,96 5.245.649 2,20
2003 5.229.484 -4,79 5.237.577 -0,15
2004 5.615.493 7,38 5.525.119 5,49
2005 5.576.667 -0,69 5.470.103 -1,00
2006 5.921.511 6,18 5.740.133 4,94
2007 6.157.521 3,99 5.894.170 2,68
2008 6.339.195 2,95 6.037.767 2,44
2009 6.304.195 -0,55 6.036.065 -0,03
2010 6.581.894 4,40 6.253.834 3,61
2011 6.727.923 2,22 6.449.285 3,13
2012 7.119.837 5,83 6.602.479 2,38
2013 6.965.989 -2,16 6.671.477 1,05
2014 7.013.621 0,68 6.758.783 1,31
2015 7.112.115 1,40 6.936.962 2,64
2016 7.163.159 0,72 7.203.708 3,85
Rata-rata

1980-2016 5.258.894 1,99 5.136.572 1,92

2007-2016 6.748.545 1,72 6.484.453 2,26

Sumber : FAO, diolah Pusdatin

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 77


2018 OUTLOOK KOPI

Lampiran 22. Negara-negara Eksportir Kopi Terbesar di Dunia,


Tahun 2012-2016

Ekspor (Ton) Share Kumulatif


No. Negara
2012 2013 2014 2015 2016 Rata-rata (%) Share (%)
1 Brazil 1.503.713 1.699.147 1.986.506 2.005.034 1.823.886 1.803.657 25,24 25,24
2 Vietnam 1.705.033 1.306.503 1.400.000 1.228.832 1.400.000 1.408.074 19,70 44,94
3 Colombia 396.365 543.685 619.108 713.060 734.689 601.381 8,42 53,36
4 Indonesia 447.064 532.157 382.774 499.651 412.529 454.835 6,36 59,72
5 Jerman 370.930 341.680 322.911 310.834 335.643 336.400 4,71 64,43
6 Honduras 317.247 254.201 241.943 275.593 309.924 279.782 3,91 68,34
7 India 216.703 227.677 196.013 209.419 250.415 220.045 3,08 71,42
8 Peru 265.468 237.379 181.984 175.201 239.343 219.875 3,08 74,50
9 Ethiopia 203.652 218.937 238.631 234.218 159.712 211.030 2,95 77,45
10 Guatemala 169.038 230.248 211.534 219.336 164.263 198.884 2,78 80,24
Lainnya 1.584.560 1.447.679 1.301.336 1.303.655 1.416.499 1.412.489 19,76 100,00
Total 7.179.773 7.039.293 7.082.740 7.174.833 7.246.903 7.146.451 100,00
Sumber : FAO, diolah Pusdatin

Lampiran 23. Negara-negara Importir Kopi Terbesar di Dunia,


Tahun 2012-2016

Impor (Ton) Share Kumulatif


No Negara
2012 2013 2014 2015 2016 Rata-rata (%) Share (%)
1 USA 1.371.338 1.423.815 1.457.102 1.462.570 1.518.126 1.446.590 20,92 20,92
2 Germany 1.141.145 1.116.376 1.129.648 1.077.757 1.140.989 1.121.183 16,21 37,13
3 Italy 497.261 505.675 534.509 533.179 580.274 530.180 7,67 44,80
4 Japan 379.982 457.087 409.372 435.261 435.140 423.368 6,12 50,92
5 Belgium 292.599 285.794 256.176 287.383 288.740 282.138 4,08 55,00
6 Spain 267.889 264.257 270.779 278.654 287.504 273.817 3,96 58,96
7 France 252.927 238.122 229.523 218.429 209.884 229.777 3,32 62,29
8 Canada 147.472 152.430 168.283 169.498 183.894 164.315 2,38 64,66
9 United Kingdom 137.767 147.642 151.612 171.050 178.347 157.284 2,27 66,94
10 Switzerland 130.942 143.112 142.257 148.404 151.644 143.272 2,07 69,01
Lainnya 2.058.151 2.004.670 2.095.144 2.232.687 2.310.199 2.143.122 30,99 100,00
6.677.473 6.738.980 6.844.405 7.014.872 7.284.741 6.915.046 100,00
Sumber : FAO, diolah Pusdatin

78 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


OUTLOOK KOPI 2018

Lampiran 24. Perkembangan Ketersediaan Kopi di Dunia,


Tahun 1980–2016

Produksi Pertumb. Vol. Ekspor Pertumb. Vol. Impor Pertumb. Ketersediaan Pertumb.
Tahun
(Ton) (%) (Ton) (%) (Ton) (%) (Ton) (%)
1980 4.839.219 3.677.327 3.712.880 4.874.772
1981 6.083.218 25,71 3.665.271 -0,33 3.733.043 0,54 6.150.990 26,18
1982 4.940.877 -18,78 3.885.540 6,01 3.796.135 1,69 4.851.472 -21,13
1983 5.582.080 12,98 3.947.416 1,59 3.892.872 2,55 5.527.536 13,94
1984 5.221.504 -6,46 4.128.038 4,58 3.939.093 1,19 5.032.559 -8,95
1985 5.824.530 11,55 4.301.787 4,21 4.083.036 3,65 5.605.779 11,39
1986 5.237.224 -10,08 3.977.453 -7,54 4.106.012 0,56 5.365.783 -4,28
1987 6.385.156 21,92 4.366.142 9,77 4.426.946 7,82 6.445.960 20,13
1988 5.645.491 -11,58 4.111.915 -5,82 4.119.112 -6,95 5.652.688 -12,31
1989 5.908.041 4,65 4.654.696 13,20 4.533.620 10,06 5.786.965 2,38
1990 5.645.491 -4,44 4.844.245 4,07 4.729.942 4,33 5.531.188 -4,42
1991 5.908.041 4,65 4.642.133 -4,17 4.640.942 -1,88 5.906.850 6,79
1992 6.063.096 2,62 4.723.159 1,75 4.885.846 5,28 6.225.783 5,40
1993 6.063.320 0,00 4.689.186 -0,72 4.688.635 -4,04 6.062.769 -2,62
1994 6.086.346 0,38 4.566.236 -2,62 4.549.717 -2,96 6.069.827 0,12
1995 5.554.941 -8,73 4.239.715 -7,15 4.324.888 -4,94 5.640.114 -7,08
1996 5.722.718 3,02 4.831.064 13,95 4.720.428 9,15 5.612.082 -0,50
1997 5.529.300 -3,38 4.899.446 1,42 4.861.082 2,98 5.490.936 -2,16
1998 6.197.674 12,09 4.907.825 0,17 4.860.733 -0,01 6.150.582 12,01
1999 6.073.393 -2,01 5.260.286 7,18 5.048.088 3,85 5.861.195 -4,71
2000 6.632.664 9,21 5.498.689 4,53 5.204.204 3,09 6.338.179 8,14
2001 6.790.996 2,39 5.440.431 -1,06 5.132.796 -1,37 6.483.361 2,29
2002 7.502.050 10,47 5.492.472 0,96 5.245.649 2,20 7.255.227 11,91
2003 7.379.798 -1,63 5.229.484 -4,79 5.237.577 -0,15 7.387.891 1,83
2004 7.930.005 7,46 5.615.493 7,38 5.525.119 5,49 7.839.631 6,11
2005 7.038.780 -11,24 5.576.667 -0,69 5.470.103 -1,00 6.932.216 -11,57
2006 7.862.148 11,70 5.921.511 6,18 5.740.133 4,94 7.680.770 10,80
2007 7.390.103 -6,00 6.157.521 3,99 5.894.170 2,68 7.126.752 -7,21
2008 8.147.325 10,25 6.339.195 2,95 6.037.767 2,44 7.845.897 10,09
2009 8.137.938 -0,12 6.304.195 -0,55 6.036.065 -0,03 7.869.808 0,30
2010 8.489.936 4,33 6.581.894 4,40 6.253.834 3,61 8.161.876 3,71
2011 7.794.226 -8,19 6.727.923 2,22 6.449.285 3,13 7.515.588 -7,92
2012 8.478.007 8,77 7.119.837 5,83 6.602.479 2,38 7.960.649 5,92
2013 8.387.743 -1,06 6.965.989 -2,16 6.671.477 1,05 8.093.231 1,67
2014 8.823.713 5,20 7.013.621 0,68 6.758.783 1,31 8.568.875 5,88
2015 8.893.329 0,79 7.112.115 1,40 6.936.962 2,64 8.718.176 1,74
2016 8.787.668 -1,19 7.163.159 0,72 7.203.708 3,85 8.828.217 1,26
Rata-rata Pertumbuhan (%)

1980-2016 6.729.138 2,09 5.258.894 1,99 5.136.572 1,92 6.606.816 2,09

2007-2016 8.332.999 2,09 6.748.545 1,72 6.484.453 2,26 8.068.907 2,52


Sumber : FAO, diolah Pusdatin
Wujud Produksi : Biji kopi mentah berbagai bentuk

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 79


2018 OUTLOOK KOPI

80 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Anda mungkin juga menyukai