Anda di halaman 1dari 27

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Buah kelapa mempunyai nilai dan peran yang sangat penting baik dari segi
ekonomi maupun sosial budaya. Banyak kegunaan dari buah kelapa itu sendiri,
seperti kegunaannya sabut kelapa. Tetapi banyak orang yang belum dapat
memanfaatkannya untuk kegiatan produktif yang dapat meningkatkan nilai
tambah produksinya. Produk hasil olahan dari sabut kelapa yaitu serat sabut
kelapa atau dalam perdagangan dunia dikenal dengan nama cocofiber, cocopeat,
coir fiber, coir yarn, coir mats, dan rugs. Tetapi secara tradisional, serat sabut
kelapa hanya dibuat untuk sapu, keset, tali, dan alat-alat rumah tangga lainnya.
Dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, sifat fisika kimia serat
dan kesadaran konsumen untuk kembali menggunakan bahan alami, maka serat
sabut kelapa dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku industri karpet, jok,
dashboard kendaraan, kasur, bantal, dan hardboard. Sabut kelapa merupakan
bahan berserat dengan ketebalan sekitar 5 cm yang terdiri atas kulit tanduk, serat,
dan gabus/serbuk (dust ) (Suhardiyono, 1989). Serat (fiber) adalah suatu jenis
bahan berupa potongan- potongan komponen yang membentuk jaringan
memanjang yang utuh (Junardi, 2012).
Mutu serat ditentukan oleh warna, persentase kotoran, kadar air, dan
proporsi berat antara serat panjang dan serat pendek (Palungkun, 2001). Mesin
sortasi atau pengayak (refaulting screen) adalah berupa saringan berbentuk cone
yang berputar dengan tenaga penggerak motor. Sortasi atau pengayakan juga
dilakukan pada butiran gabus dengan menggunakan ayakan atau saringan yang
dilakukan secara manual, sehingga dihasilkan butiran-butiran halus dan untuk
memisahkan bagian gabus yang masih menempel pada bagian serat halus yang
telah terpisah dari bagian serat kasar (Bank Indonesia, 2004b).
CV. Sumbersari merupakan pabrik pengolahan limbah sabut kelapa
menjadi produk bernilai tinggi yaitu cocofiber ( serat sabut kelapa ) dan cocopeat (
serbuk sabut kelapa) di Desa Lembengan Kecamatan Ledokombo Kabupaten
Jember. Bahan baku sabut kelapa di peroleh dari daerah Lembengan itu sendiri
dan di sekitarnya dengan radius maksimal 30 km dari pabrik. Jumlah bahan baku
yang berlebihan akan berdampak terhadap meningkatnya biaya penyimpanan dan

1
2

menyebabkan opportunity cost seharusnya dapat diinvestasikan pada sektor lain


yang lebih menguntungkan.
Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian secara keseluruhan telah
mendapatkan pengetahuan tentang manajemen agroindustri. Khususnya pada
Program Studi Teknologi Industri Pertanian telah dibekali dan mendapatkan
pengetahuan tentang manajemen produksi, yang salah satunya membahas tentang
pengendalian persediaan bahan baku sehingga mampu dalam merencakan
persediaan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, menuntut
terhadap metode pengajaran, pendidikan dan materinya juga meningkat. Untuk
itu, Universitas Jember (UNEJ), sebagai lembaga akademis yang berorientasi pada
ilmu pengetahuan dan teknologi, menetapkan kurikulum berbasis Student
Centered Learning (SCL) yang dinamis dengan mengakomodasi perkembangan
yang ada, dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan
kegiatan yang memungkinkan mahasiswa untuk melihat langsung bidang kerja
yang ada yaitu dengan kuliah kerja (KK). Dalam pelaksanaannya mahasiswa akan
terjun langsung ke dunia kerja dengan harapan dapat membandingkan teori kuliah
dengan realita yang ada dengan melakukan praktik kerja lapang di dunia industri.
Kuliah Kerja menjadi salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh oleh
mahasiswa, tujuannya untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
diperoleh selama perkuliahan. Di era globalisasi ini yang menghendaki keahlian
dalam suatu bidang, maka Perguruan Tinggi berusaha mencetak mahasiswa Strata
1 (S1) tidak hanya melakukan kajian teori saja, tetapi memiliki keterampilan yang
nyata di dunia kerja. Dalam pelaksanaannya, mahasiswa akan menerapkan ilmu
yang sudah diperoleh selama perkuliahan di dunia kerja. Dalam Kuliah Kerja
tersebut, mahasiswa dituntut untuk terampil dalam mengaplikasikan dan
menyesuaikan antara teori dengan kondisi nyata di lapangan.
Kegiatan Kuliah Kerja ini dilaksanakan melalui kerja sama dengan instansi
atau perusahaan yang masih berkaitan erat dengan bidang keilmuan mahasiswa
dalam jangka waktu berdasarkan aturan yang telah ditentukan salah satunya yaitu,
CV. Sumbersari. Mahasiswa akan dibimbing dosen pembimbing, agar kegiatan
Kuliah Kerja berjalan dengan lancar. Dalam kegiatannya mahasiswa akan
3

menyusun program kerjanya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan


persetujuan dari instansi atau perusahaan yang ditempati.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pelaksanaan kuliah kerja di CV. Sumbersari ini, adalah
sebagai berikut :
1.2.1 Tujuan Umum
1. Terciptanya hubungan yang sinergis, jelas dan terarah antara dunia
pendidikan dan dunia profesi,
2. Meningkatkan profesionalisme mahasiswa dalam bidang pengetahuan
dan teknologi sesuai dengan disiplin ilmu,
3. Menambah wawasan mahasiswa tentang manfaat ilmu pengetahuan yang
dipelajarinya,
4. Mengembangkan kreatifitas mahasiswa dalam improvisasi keterampilan.

1.2.2 Tujuan Khusus


Mengetahui sistem pengendalian terhadap bahan baku tebu di CV.
Sumbersari.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari pelaksanaan kuliah kerja di CV. Sumbersari ini,
adalah sebagai berikut :
1.3.1 Manfaat bagi Mahasiswa
1. Mampu mengaplikasikan ilmu yang sudah diperoleh selama perkuliahan
ke dalam dunia kerja, menjadi bekal pengalaman bagi mahasiswa untuk
bekerja pada sebuah industri atau perusahaan, melatih kedisiplinan dan
tanggung jawab di dunia kerja dan melatih mahasiswa untuk bersosialisasi
dengan masyarakat.
2. Kegiatan kuliah kerja ini dapat mengembangkan wawasan dalam berpikir,
bernalar, menganalisa, dan mengantisipasi suatu problem dengan mengacu
pada materi teoritis dari disiplin ilmu yang ditempuh dan mengaitkannya
dengan kondisi sesungguhnya, sehingga mahasiswa dapat lebih sigap dan
siap menghadapi berbagai problema di lapangan, serta mempunyai
kemampuan untuk mengembangkan ide-ide kreatif dan inovatif.
1.3.2 Manfaat bagi Perusahaan
4

1. Memperoleh masukan mengenai kondisi dan permasalahan yang dihadapi


perusahaan dari mahasiswa yang melakukan kuliah kerja,
2. Menambah eksistensi perusahaan di dunia pendidikan.

1.3.3 Manfaat bagi Perguruan Tinggi


Dapat menjalin kerjasama dengan pihak industri yang bersangkutan.
Dalam hal ini Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember dengan CV .
Sumbersari dan meningkatkan profesionalisme mahasiswa.
5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengendalian

Menurut Herjanto (2008:226), pengendalian persediaan adalah suatu


rangkaian kebijakan pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang
harus dijaga, kapan pesanan untuk menambah persediaan dilakukan dan berapa
besar pesanan yang harus diadakan. Sedangkan menurut Assauri (2008:248),
pengendalian persediaan dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan untuk mengontrol
jumlah persediaan bahan baku dan persediaan barang jadi, maka perusahaan dapat
menghindari tergangunya proses produksi dan mengetahui peenjualan dan
pembeliaan yang optimal.

Menurut T. Hani Handoko (2003:333), pengendalian adalah fungsi


manajerial yang sangat penting karena persediaan fisik banyak perusahaan
melibatkan investasi rupiah terbesar dalam persediaan aktiva lancar.

Manfaat dari pengendalian persediaan berguna agar perencanaan yang


telah disusun dapat menjadi efektif dan efisien atau dapat memperkecil hambatan
dan memperkuat kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Menurut
Supriyono (2005:257), perencanaan dan pengendalian biaya serta pembuatan
keputusan mengemukakan tujuan pengendalian persediaan bahan baku sebagai
berikut:

1. Menyediakan bahan baku yang diperlukan dengan cara efisien dan dapat
menghindari terganggunya kegiatan perusahaan akibat keterlambatan
datangnya bahan baku.
2. Menjamin persediaan yang cukup untuk melayani permintaan langganan
yang bersifat mendesak.
3. Menyelenggarakan jumlah persediaan yang agak longgar untuk
menghadapi kelangkaan penawaran bahan baku dipasar dalam jangka
pendek.
4. Mengadakan penyimpanan bahan baku yang dapat menekan biaya dan
waktu pengelolaan bahan baku dan menjaga dari kemungknan kebakaran,
pencurian, penyelewengan dan kerugian lainnya.
5. Menjaga agar persediaan yang rusak, usang dan kelebihan yang tidak
terpakai dapat ditekan serendah mungkin.
6

6. Menentukan investasi dana yang tepat dalam persediaan bahan baku sesuai
dengan kebutuhan operasi dan rencana manajemen persediaan.
Pengendalian persediaan dapat dilakukan dengan berbagai metode
pengendalian antara lain;

1. Safety Stock
Persediaan pengaman menurut Harjanto (2008:258) adalah persediaan
yang berfungsi untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya
kekurangan barang, misalnya karena penggunaan barang yang lebih besar dari
perkiraan semula atau keterlambatan dalam penerimaan barang yang dipesan.
Bagi perusahaan dagang, persediaan pengaman juga dimaksudkan untuk
menjamin pelayanan kepada pelanggan terhadap ketidak pastian dalam pengadaan
barang.

2. Perhitungan Economic Order Quantity (EOQ)


Menurut William (2009, h.314) untuk melakukan pengendalian persediaan
perusahaan bisa juga menggunakan metode kuantitas pemesanan ekonomis
(EOQ), variabel-variabel yang terkandung dalam rumus EOQ.

3. Reorder Point (ROP)


Menurut Suad Husnan (2001:69) mengatakan reoder point adalah saat
yang tepat dimana persediaan dilakukan kembali. Sedangkan menurut Bambang
Riyanto (2004:73) menyatakan bahwa yang dimaksud reorder point adalah saat
atau titik dimana harus diadakan pemesanan serupa, sehingga kedatangan atau
penerimaan material yang dipesan tepat pada waktu dimana persediaan atas safety
stock sama dengan nol.

2.2 Persediaan

2.2.1 Pengertian Persediaan

Persediaan merupakan suatu aktivitas yang meliputi barang-barang milik


perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu atau
persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi
ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu
proses produksi. Jadi persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan, bagian-bagian
yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan
untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan
untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau langganan setiap waktu
7

(Rangkuti, 2004). Menurut Siagian (2006:161), persediaan dapat diartikan barang


atau bahan yang disimpan untuk tujuan tertentu antara lain, untuk proses produksi
jika berupa bahan mentah maka akan diproses lebih lanjut, jika berupa komponen
maka akan dijual kembali menjadi barang dagangan.

Persediaan (inventory) adalah barang atau bahan yang merupakan salah


satu kekayaan organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan
permintaan (Handoko, 2011:333). Sedangkan menurut Dwi Martani, dkk.,
(2012:245) persediaan merupakan salah satu asset yang sangat penting bagi suatu
entitas baik bagi perusahaan ritel, manufaktur, jasa, maupun entitas lainnya.

2.2.2 Jenis persediaan

Untuk mengetahui jenis-jenis persediaan yang terdapat dalam perusahaan


dapat dilihat dari fungsinya. tetapi perlu dketahui bahwa persediaan merupakan
fungsi cadangan, oleh sebab itu harus dapat digunakan secara efisien. Jenis-jenis
persediaan menurut Render dan Heizer (2004), dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu:

1. Persediaan bahan mentah, telah dibeli namun belum diproses. Bahan


mentahnya dapat digunakan dari proses produksi untuk pemasok yang
berbeda-beda.
2. Persediaan barang dalam proses adalah barang yang telah mengalami
beberapa perubahan, tetapi belum selesai.
3. Persediaan barang jadi merupakan barang yang sudah selesai diproses dan
menunggu konsumen untuk dikirimkan.
Secara fisik menurut Baroto (2002), item persediaan dapat dikelompokkan
dalam lima ketegori, yaitu sebagai berikut:

1. Bahan mentah (raw material), yaitu barang-barang berwujud seperti baja,


kayu, tanah liat, atau bahan mentah lainnya yang diperoleh dari sumber-
sumber alam, dibeli dari pemasok atau diolah sendiri oleh perusahaan
untuk digunakan perusahaan dalam proses produksinya sendiri.
2. Komponen, yaitu barang-barang yang terdiri atas bagian-bagian (parts)
yang diperoleh dari perusahaan lain atau hasil produksi sendiri untuk
digunakan dalam pembuatan barang jadi atau barang setengah jadi.
3. Barang setengah jadi (work in process), yaitu barang-barang keluaran dari
tiap operasi produksi atau perakitan yang telah memiliki bentuk lebih
8

kompleks daripada komponen, namun masih perlu proses lebih lanjut


untuk menjadi barang jadi.
4. Barang jadi (finished good) adalah barang-barang yang telah selesai
diproses dan siap untuk didistribusikan ke konsumen.
5. Bahan pembantu (supplies material) adalah barang-barang yang
diperlukan dalam proses pembuatan atau perakitan barang namun bukan
merupakan komponen barang jadi. Termasuk barang pembantu adalah
bahan bakar, pelumas, listrik dan lain-lain.
2.2.3 Fungsi Persediaan

Persediaan yang diadakan mulai dari yang berbentuk bahan mentah sampai
dengan barang jadi menurut sus, antara lain berguna untuk:

1. Menghilangkan risiko keterlambatan datangnya barang atau bahan- bahan


yang dibutuhkan perusahaan.
2. Menghilangkan risiko dari materi yang dipesan berkualitas tidak baik
sehingga harus dikembalikan.
3. Untuk mengantisipasi bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman
sehingga dapat digunakan bila bahan-bahan itu tidak ada dalam pasaran.
4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran
arus produksi
5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya dimana
keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi dengan memberikan
jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut.
7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan
atau penjualannya
Menurut Rangkuti (2004), terdapat beberapa alasan diadakannya
persediaan di dalam suatu sistem (fungsi persediaan), yaitu:

1. Fungsi Decoupling
Fungsi Decoupling adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan
dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier.
Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya
tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas.

2. Fungsi Economic Lot Sizing


9

Fungsi Economic Lot Sizing merupakan persediaan yang perlu


mempertimbangkan penghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan
per unit menjadi lebih murah dan sebagainya.

3. Fungsi Antisipasi
Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat
diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu
yaitu permintaan musiman dengan mengadakan persediaan musiman (seasional
inventories). Selain itu, perusahaan juga sering menghadapai ketidakpastian
jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang selama periode
tertentu, sehingga perusahaan memerlukan persediaan ekstra yang disebut
persediaan pengaman (safety stock atau inventories).

2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persediaan

Menurut Ahyari (1999) faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan


bahan baku ada beberapa macam. Faktor-faktor tersebut akan saling berkaitan,
sehingga secara bersama-sama akan mempengaruhi persediaan bahan baku.
Adapun faktor-faktor yang dimaksud adalah:

1. Perkiraan Pemakaian
Perkiraan kebutuhan digunakan dalam proses produksi sebelum
melakukan pembelian bahan baku. Kegiatan ini merupakan perkiraan tentang
berapa besar atau jumlah bahan baku yang akan digunakan oleh perusahaan untuk
keperluan proses produksi pada periode yang akan datang.

2. Harga Dari Bahan


Harga bahan baku merupakan dasar penyusunan perhitungan berapa
besardana yang harus disediakan perusahaan untuk investasi dalam persediaan
bahan baku. harga bahan baku dapat mempengaruhi terhadap jumlah pemesanan.

3. Biaya-Biaya Persediaan
Biaya-biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku ini sudah
selayaknya diperhitungkan pula di dalam penentuan besarnya persediaan bahan
baku. Di dalam perhitungan biaya persediaan terdapat dua tipe biaya, yaitu biaya
yang semakin besar dengan semakin besarnya rata-rata persediaan, serta biaya
yang justru semakin kecil dengan semakin besarnya rata-rata persediaan.

4. Kebijaksanaan Pembelanjaan
Besar persediaan bahan baku mendapatkan dana dari perusahaan akan
tergantung kepada kebijaksanaan dari dalam perusahaan tersebut.
10

5. Waktu Tunggu
Waktu tunggu (lead time) adalah tenggang waktu yang diperlukan saat
pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku itu sendiri. Waktu tunggu
sangat perlu untuk diperhatikan karena erat hubungannya dengan penentuan saat
pemesanan kembali (reorder point). Dengan diketahuinya waktu tunggu yang
tepat, maka resiko penumpukan persediaan dapat ditekan seminimal mungkin.

Menurut Riyanto (2001), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi


terhadap besar kecilnya persediaan bahan mentah yang dimiliki oleh perusahaan
dapat ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan terhadap


gangguan kehabisan persediaan yang akan dapat menghambat atau
mengganggu jalannya proses produksi.
2. Volume produksi yang direncanakan, dimana volume produksi yang
direncanakan itu sendiri sangat tergantung kepada volume sales yang
direncanakan.
3. Besarnya pembelian bahan mentah setiap kali pembelian untuk
mendapatkan biaya pembelian yang minimal.
4. Estimasi tentang fluktuasi harga bahan mentah yang bersangkutan di
waktu yang akan datang.
5. Peraturan-peraturan pemerintah yang menyangkut persediaan material.
6. Harga pembelian bahan mentah.
7. Biaya penyimpanan dan risiko penyimpanan di gudang.
8. Tingkat kecepatan material menjadi rusak atau turun kualitasnya.
2.2.5 Model Persediaan

Baroto (2002), mendefinisikan sistem persediaan sebagai suatu mekanisme


mengenai bagaimana mengelola masukan-masukan yang sehubungan dengan
persediaan menjadi output, dimana untuk keperluan umpan balik agar output
memenuhu standar tertentu.mekanisme sistem ini merupakan pembuatan
serangkaian kebijakan yang memonitori tingkat persediaan yang harus dijaga
sewaktu-waktu untuk keperluan pengisian dan pemesanan yang dilakukan.

Menurut Sumyang (2003), persediaan dibagi menjadi 2 tipe berdasarkan


sifat permintaaannya, yaitu independent demand dan dependent demand.

1. Independent demand (permntaan bebas) adalah tipe persediaan untuk


jenis-jenis produk atau bahan baku yang permintaannya tidak tergantung
kepada produk lain.
11

2. Dependent demand (permintaan terikat) adalah tipe persediaan untuk jenis-


jenis produk atau bahan baku yang permintaannya bergantung kepada
produk lain. Tipe permintaan biasanya digunakan untuk jenis-jenis
persediaan komponen dan barang dalam proses dalam menghasilkan
produk akhir.
Kebutuhan terhadap jenis bahan, komponen atau sub komponen
ditentukan melalui penenruan jumlah keluaran akhir yang dibutuhkan oleh pasar.
Ketertarikan akan bahan, komponen atau sub komponen pada target keluaran
akhir (final product). Tipe pengendalian persediaan ini disebut pengendalian
persediaan terikat (dependent demand control). Model persediaan ini sesuai
dengan jenis usaha pabrikasi dan usaha perakitan. Apabila target keluaran produk
akhir sudah terdifinisikan, maka jumlah item komponen dan sub komponen serta
bahan baku yang dibutuhkan dapat digitung dengan pasti (Murfidin, 2007).

Persediaan dependent sering kali disebut dengan istilah Material


Requirements Planning (MRP). Perencanaan kebutuhan material (MRP) adalah
suatu metode yang dimulai dengan kegiatan peramalan terhadap permintaan
produk jadi yang dependent. Penentuan kebutuhan permintaan terikat (dependent)
melalui MRP berfungsi untuk mengetahui terhadap tiap jenis komponen (material,
pasrts, ingredients), jumlah pasti yang benar-benar diperlukan dan waktu
membuat peramalan untuk memenuhi pesanan guna mencukup suatu rencana
produksi (Murfidin, 2007).

2.3 Sabut Kelapa

Sabut kelapa adalah salah satu biomassa yang mudah didapatkan dan
merupakan hasil samping pertanian. Komposisi sabut dalam buah kelapa sekitar
35% dari berat keseluruhan buah kelapa. Sabut kelapa terdiri dari serat (fiber)dan
gabus (pitch)yang menghubungkan satu serat dengan serat yang lainnya. Sabut
kelapa terdiri dari 75% serat dan 25% gabus. Potensi penggunaan serat sabut
kelapa sebagai biosorben untuk menghilangkan logam berat dari perairan cukup
tinggi karena serat sabut kelapa mengandung lignin (35% – 45%)dan selulosa
(23%–43%)(Carrijo,dkk.2002). Serat sabut kelapa sangat berpotensi sebagai
biosorben karena mengandung selulosa yang di dalam struktur molekulnya
mengandung gugus karboksil serta lignin yang mengandung asam phenolat yang
ikut ambil bagian dalam pengikatan logam. Selulosa dan lignin adalah biopolimer
yang berhubungan dengan proses pemisahan logam-logam berat (Pino,dkk.2005).
12

2.4 Serat Kelapa ( Coco Fiber )

Serat kelapa (coco fiber) merupakan produk yang berasal dari proses
pemisahan serat dari bagian kulit buah. Bagian kulit buah merupakan bagian
terbesar dari buah kelapa, yaitu sekitar 35 persen dari total bobot. Ekstrak sabut
kelapa ini merupakan hasil samping dari suatu industri pengolahan kelapa. Serat
kelapa ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu serat kelapa putih (white coir
fiber) dan serat kelapa coklat (brown coir fiber) (Pusat Penelitian Perkebunan
Marihat – Bandar Kuala, 1995).

a. Serat Kelapa Putih (white coir fiber)

Serat kelapa putih yang sering disebut juga yarn fiber, mat fiber atau retted
fiber merupakan jenis serat berwarna kuning cerah dan diperoleh dengan cara
merendam sabut segar, biasanya dalam air garam selama 6 – 12 bulan. Serat
kelapa putih (white coir fiber) hampir seluruhnya dipintal menjadi yarn fiber yang
selanjutnya digunakan untuk bahan karpet, pelapis dinding, tali dan lain-lain.

b. Serat Kelapa Coklat (brown coir fiber)

Jenis serat ini diperoleh dari ekstraksi sabut kering (brown husk) secara
mekanik, baik secara basah maupun kering. Serat kelapa coklat mempunyai
kegunaan yang lebih luas bila dibandingkan serat kelapa putih (white coir fiber).
Serat kelapa ini dibedakan menjadi dua jenis, yaitu bristle fiber dan mattres fiber.

Bristle fiber secara tradisional banyak digunakan untuk bahan


perlengkapan rumah tangga, seperti sikat, sapu dan lain-lain. Sementara itu matres
fiber secara tradisional sering digunakan untuk keset, matras olahraga, bahan
penyekat dan lain-lain. Bristle fiber dan matres fiber dapat dicampur dengan
lateks dan bahan kimiawi yang lain untuk membuat serat kelapa berkaret
(rubberized coir) yang banyak digunakan untuk perlengkapan rumah tangga,
penyaring, penyekat dan lain-lain.

2.5 Cocopeat

Sabut kelapa atau cocopeat ini menjadi salah satu media tanam
yang popular karena cocopeat mengandung kegunaan yang sangat di
butuhkan dan sangat bermanfaat karena cocopeat ini dapat menyerap air
dan unsur hara lebih banyak sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih baik.
Cocopeat diolah dari sabut kelapa. Sebelum diolah, sabut kelapa direndam selama
beberapa hari minimal 6 hari dengan pengatian air rendaman selama 2 hari
sekali ( lebih lama lebih baik) untuk menghilangkan senyawa - senyawa kimia
yang dapat merugikan tanaman seperti tanin. Senyawa itu dapat menghambat
13

pertumbuhan tanaman. Penggunaan media cocopeat sebaiknya digunakan di


daerah yang bercurah hujan rendah. Air hujan yang berlebihan dapat
menyebabkan media ini menjadi mudah lapuk dan tanaman menjadi cepat
membusuk sehingga menjadi sumber penyakit. (Supriyati, 2009).

Cocopeat adalah serbuk halus sabut kelapa yang dihasilkan dari


proses penghancuran sabut kelapa. Dalam proses penghancuran sabut
dihasilkan serat yang lebih dikenal dengan nama fiber, serta serbuk halus
yang dikenal dengan cocopeat. Serbuk tersebut sangat bagus digunakan
sebagai media tanam karena dapat menyerap air dan menggemburkan tanah
(Supriyati, 2009). Ihsan (2013) menyatakan bahwa kandungan hara yang
terkandung dalam cocopeat yaitu unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan
tanaman diantaranya adalah kalium, fosfor, kalsium, magnesium dan natrium.
Cocopeat dapat menahan kandungan air dan unsur kimia pupuk serta
menetralkan kemasaman tanah. Karena sifat tersebut, sehingga cocopeat dapat
digunakan sebagai media yang baik untuk pertumbuhan tanaman dan media
tanaman rumah kaca (Supriyati, 2009).
14

BAB 3. METODE PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu


3.1.1 Tempat

Kegiatan Kuliah Kerja akan dilaksanakan di CV. Sumbersari Desa


Lembengan Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember.

3.1.2 Waktu

Kegiatan ini akan dilaksanakan pada jam kerja selama 30 hari terhitung
sejak bulan Juli - Agustus tahun 2018.

3.2 Jenis dan Sumber Data


Jenis dan sumber data ini adalah berupa Kuliah Kerja (KK) yang bersifat
kurikuler. Pada pelaksanaannya mahasiswa mempelajari sekaligus mempraktikkan
dengan terjun langsung pada perusahaan atau instansi yang terkait untuk
mengikuti sistem kerja yang ada, dengan menerapkan ilmu pengetahuan yang
telah dimiliki.

3.3 Metode Pelaksanaan


Metode yang digunakan dalam kegiatan Kuliah Kerja antara lain:
1. Kuliah Kerja dilaksanakan mengikuti dan menyesuaikan dengan aktivitas
yang ada dalam perusahaan;
2. Metode observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara pencatatan
langsung di lapangan tentang penerapan pengendalian mutu pengolahan
gula pasir. Berdasarkan metode observasi ini, didapatkan data berupa :
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan
terhadap obyek pengamatan, misalnya wawancara langsung dengan
semua pihak yang terkait dan brainstorming;
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak perusahaan, yang
dapat berupa bukti-bukti dokumentasi (arsip, foto, dan lain-lain),
jurnal-jurnal, atau catatan di perusahan;
3. Melakukan studi pustaka dari berbagai literatur.
15

BAB 4. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Proses Produksi CV. Sumbersari

Proses produksi adalahkegiatan yang rnengkombinasikanfaktor_faktor


produksi (man, money, material, method) yang ada untuk menghasilkan suatu
produk, baik berupa barang atau jasa yang dapat diambil nilai lebihnya atau
manfaatnya oleh konsumen. Sifat proses produksi adalah mengolah. yaitu
mengolah bahan baku dan bahan pembantu secara manual dengan menggunakan
peralatan, sehingga menghasilkan suatu produk yang nilainya lebih dari barang
semula. Produk sabut kelapa atau sering disebut cocotlber atau serat sabut kelapa,
merupakan produk yang dihasilkan dari pemisahan serat sabut kclapa dan
pengikatnya atau cocopeat. Serat sabut kelapa ini merupakan bahan dasar industri
turunan selanjutnya. Produk turunannya antara lain tali sabut kelapa, bahan
kerajinan rumah tangga seperti keset, sapu dan lain-lain. Bagan proses produksi
dijelaskan sebagai berikut :

Sabut
Kelapa

Mesin
Mesin Pengurai A Cocopeat
Press
Sabut Kelapa Kasar

Ayakan C Mesin Pengurai B Ayakan B


mengayak Cocopeat
menghalusakan mengayak
Cocofiber Kasar
hasil dari mesin A Cocopeat

Penjemuran Ayakan A
Cocofiber mengayak
Cocofiber Sampa
h

Gambar 1. Proses Produksi Cocofiber dan Cocopeat


16

Proses produksi Sabut Kelapa pada CV. Sumber Sari adalah sebagai
berikut:

a. Penguraian

Penguraian merupakan tahap awal pada proses produksi. Proses


penguraian sabut kelapa ini bermanfaat untuk memisahkan sabur dengan serbuk.
Proses penguraian pada pengolahan sabut kelapa bertujuan untuk memisahkan
antara sabut kelapa (cocofiber) dengan bagian kulit luar buah kelapa (cocopeat),
dimana masing-masing jenis bahan tersebur memilila fungsi dan nilai jual
tersendiri. Hasil olahan berupa sabut dan kulir luar yang sudah terurai, namun
produk tersebut masih tercampur menjadi satu. Semakin lama bahan dipukul
didalam mesin maka sabut kelapa akan semakin terurai. Yang menyebabkan
banyak serat yang menjadi patah dan pendek. Mengurai sabut kelapa menjadi
produk primer (serat panjang), bristle (serat halus dan pendek), dan debu sabut.
Mesin dioperasikan dengan listrik dengan kapasitas kerja sebesar 1000 kg/jam.
Konstruksi mesin terdiri dari profil besi sebagai rangka dengan pemukul baja.
Konstruksi dinding terbuai dari plat besi tebal. Terdapat dua tahap penguraian
yang dilakukan pada produksi sabut kelapa:

1 )Penguraian pertama

Penguraian pertama dilakukan saat bahan baku diproses pertama kali atau
masuk mesin A. Pada penguraian Pertama ini produk yang dihasitkan adalah
cocopeat kasar dan cocofiber.

2 )Penguraian kedua

Penguraian mesin pengurai B bertujuan untuk menghaluskan sabut


kelapa. Penguraian kedua tidak jauh berbeda dengan penguraian pertama. Produk
yang dihasilkan dari Mesin pengurai B ini adalah cocopeat dan cocofiber.
Selanjutnya cocopeat hasil dari penguraian putama dan kedua diayal, kembali.
Cocopeat yang kasar cenderung dibakar karena tidak laku dijual sementara
cocopeat yang halus diproses kembali untuk dijual.

Pengawasan yang dilakukan pada bagian ini adalah memastikan pengisian


bahan baku agar tidak melebihi kapasitas pengisian. Jika mesin pengurai melebih
kapasitas pcngisian maka akan menghambat proses penguraiannya yaitu akan
semakin lama. Proses pengisian bahan baku pada mesin dilakukan sedikit demi
sedikit agar proses penguraian bisa maksimul. Kualitas bahan baku sangat
berpcngaruh terhadap proses penguraian. Apabila bahan baku memiliki kadar air
terlalu tinggi maka akan menyebabkan proses penguraian semakin lama sehingga
akan menambah biaya atau cost produksi. Penambahan biaya ini akan mengurangi
17

besarnya pendapatan perusahaan. Bapak Kirap Panji Harmoko selaku bagian


direktur operasional melakukan pengawasan dengan menempatkan karyawan
khusus pengisian bahan baku pada mesin. Hal ini bertujuan agar dalam pengisian
bahan baku sesuai dengan pola standart mesin.

Gambar 2. Proses Penguraian

b. Penyaringan

Jenis mesin berikutnya yang kerap digunkan adalah mesin penyaring


cocofiber. Sesuai namanya, mesin ini yang berfungsi untuk mengurangi kadar
serat cocopeat dan sabut kelapa serta membersihkan sabut dari serbuk agar terlihat
bersih sehingga layak diekspor.

Gambar 3. Proses Penyaringan


18

1) Penyaringan pertama

Penyaringan penama dilakukan untuk memisahkan cocopeat dengan


cocofiber. Pengolahan pada bagian ini dilakukan secara manual dan otomatis.
Mesin digerakkann dengan tenaga mesin untuk memisahkan cocopeat dan
cocofiber. Tidak ada batas waktu maksimal diperlukan dalam penguraian ini, hal
ini dikarenakan perbedaan pada tingkat kebasahan pada bahan baku. Semakin
basah bahan baku maka memerlukan waklu yang relatif lama. Produk yang dihasil
dari kegiatan ini adalah cocopeat dan cocofiber. Penyaringan ini difungsikan
untuk memisahkan cocopeat kasar dan cocopeat halus. Cocopeat yang kasar
dimusnahkan dan yang halus siap untuk dilakukan pengepakan pada karung yang
telah disiapkan dan siap untuk dijual.

2) Penyaringan kedua

Penyaringan kedua bertujuan untuk memisahkan cocopeat halus dengan


cocofiber. Produk yang dihasilkan dominan cocofiber (80%) dan cocopeat (20%).
Cocopeat yang halus kemudian digabungkan dengan cocopeat pada penyaringan
pertama. Selanjutnya hasil penyaringan (cocofiber) dijemur untuk dikeringkan.
Tingkat kekeringan serat akan berdampak pada pemisahan cocopeat dengan
cocofiber. Setelah serat dijemur, maka dilakukan penyaringan ketiga.

3) Penyaringan ketiga

Penyaringan ketiga memiliki fungsi yang sama dengan penyaringan


pertama dan kedua, namun hasil proses penyaringan bagian ini siap dicetak atau
dipress. Produk yang dihasilkan pada bagain ini adalah 90% cocofiber dan 10%
cocopeat.

Proses pengawasan yang dilakukan pada bagian ini adalah terletak pada
saat pengeringan. Pengeringan menjadi hal yang sangat penting dijaga oleh
karyawan. Karyawan selama bekerja dan proses pengenngan harus selalu siap
dilokasi penjemuran dan tidak boleh meninggalkan lokasi. Hal ini dilakukan
untuk mengantisipasi adanya hujan. Ketika serat terkena hujan maka akan
menambah biaya kembali untuk dijemur kembali. Proses penyaringan sepenuhnya
dilakukan oleh mesin sehingga pekerja hanya menunggu hasil dari mesin. Untuk
itu perusahaan menugaskan karyawan (mandor) untuk mengawasi pekerja dalam
proses penjemuran.
19

Gambar 4. Proses Pengeringan

c. Pengepresan

Mesin press sabut kelapa digunakan untuk mengepress bahan baku sabut
kelapa yang sudah diurai dan diayak. Tujuan dari proses pengepresan adalah
memadatkan cocofiber. Hasil keluaran dari pengepresan adalah padatan cocofiber
yang sesuai dengan ukuran press atau kebutuhan perusahaan. CV. Sumbersari
menggunakan mesin press hidrolik. Proses pengawasan pada bagian ini adalah
memastikan pengisian secara sedikit demi sedikit agar kepadatan sesuai dengan
berat baku kewajaran yaitu 90 – 100 kg.

Gambar 5. Proses Pengepresan


20

4.2 Pengendalian Bahan Baku

Bahan baku utama dalam pembuatan cocofiber dan cocopeat yaitu sabut
buah kelapa. Sabut kelapa didapatkan dari warga penjual kelapa di daerah
Ledokombo dan penjual kelapa di luar daerah Kabupaten Jember dengan radius
30 km dari pabrik.
4.2.1 Pengadaan Bahan Baku
Bahan baku utama yang digunakan pada CV. Sumbersari Lembengan
adalah sabut kelapa yang berasal dari warga penjual kelapa di daerah Ledokombo
dan penjual kelapa di luar daerah Kabupaten Jember dengan radius 30 km dari
pabrik. Sabut kelapa yang digunakan adalah sabut dari kelapa yang sudah tua, hal
ini dikarenakan serat pada sabut kelapa tua lebih kuat dan mudah di uraikan untuk
dijadikan cocofiber dan cocopeat. Untuk pengambilan bahan baku sebagian besar
menggunakan truk yang dimiliki pabrik. Truk yang digunakan ada dua tipe yaitu
tipe standart dan fuso. Kapasitas bahan baku yang di produksi setiap harinya bisa
mencapai 8-10 truk. Satu truk standart memiliki kapasitas 17 kubik atau sekitar 1
ton sabut kelapa, sedangkan truk fuso memiliki kapasitas 42 kubik atau sekitar 2,5
ton sabut kelapa. Jadi, kapasitas bahan baku dalam satu hari sekitar 10 ton sabut
kelapa. Harga bahan baku di hitung per truk dan harganya Rp100.000.

Gambar 6. Bahan Baku Sabut Kelapa

4.2.2 Penanganan Bahan Baku


Dalam penanganan baku pada CV. Sumbersari tidak terlalu banyak yaitu
mensortasi sabut kelapa pada konveyor sebelum masuk mesin pengurai. Sabut
21

kelapa yang masih ada batoknya harus dipisahkan atau dibuang, karena apabila
batok tersebut masuk ke dalam mesin akan mengakibatkan gangguan pada mesin
tersebut. Cara memasukkan bahan baku pada mesin harus satu persatu karena
apabila tidak satu persatu mengakibatkan mesin macet. Hal ini sering terjadi
apabila pekerja pada bahan baku kekurangan orang yang di sebabkan sebagian
pekerja ikut untuk mengambil bahan baku. Dalam kegiatan produksi cocofiber
dan cocopeat, permasalahan yang sering dihadapi adalah terjadinya penumpukan
bahan baku hal ini terjadi karena tidak ada penjadwalan bahan baku masuk.
Adanya penumpukan bahan baku tersebut menyebabkan kualitas sabut kelapa
menurun di karenakan bahan baku tersebut mengalami pengeringan, sehingga
hasil produksi mengalami penurunan pada produk cocofiber dan cocopeat akan
mengalami overload. Pengeringan bahan baku ini di akibatkan penyimpanan
bahan baku di sebagian titik terkena sinar matahari langsung.

Gambar 7. Sabut Kelapa Masih Ada Batok


22

Gambar 8. Penyortiran Sabut Kelapa


23

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Pengendalian bahan baku pada CV. Sumbersari dilakuakan dengan cukup
baik yaitu dengan menyortir sabut kelapa yang masih ada batoknya untuk
meminimalisir gangguan pada mesin pengurai. Namun ada beberapa pengendalian
yang belum dilakukan oleh industri ini yaitu menjadwal bahan baku yang masuk
agar tidak terjadi penumpukan bahan baku bahkan kekurangan bahan baku dan
tempat penyimpanan bahan baku yang beberapa titik terbuka sehingga
mengakibatkan sabut kelapa mengalami pengeringan.

5.2 Saran
Ada beberapa saran untuk pengendalian bahan baku pada CV. Sumbersari
yaitu:
1. Penjadwalan bahan baku masuk agar tidak terjadi penumpukan dan
kekurangan bahan baku
2. Perbaikan pada tempat penyimpanan agar tertutup agar tidak terjadi
pengeringan pada bahan baku
24

DAFTAR PUSTAKA

Ahyari, A. 1999. Efisiensi Persediaan Bahan. Yogyakarta: BPFE.

Assauri, Sofyan. 2008. Produksi dan Manajemen Operasi. Edisi revisi. Jakarta:
Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

Badan Standarisasi Nasional. 2010. Standar Nasional Indonesia 3140.3:2010


Gula Kristal - Bagian 3 : Putih. Jakarta: BSN

Bambang Riyanto. 2004. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Empat.


Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada.

Baroto, Teguh. 2002. Perencanaan Produksi dan Pengendalian. Jakarta: Ghalia


Indonesia.

BI, 2004b, Statistik Perbankan Indonesia Januari 2004, BI, Jakarta.

Carrijo, O.A., Liz, R.S., Makishima, N., 2002, Fiber of Green Coconut shell as
Agriculture substratum, Brazilian Horticulture, 20, 533-535

Carter, William K. 2009. Akuntansi Biaya, Audit, Akuntansi Pajak. Jakarta:


Salemba Empat.

Dwi Martani, Sylvia Veronica NPS, Ratna Wardhani, Aria Farahmita, Edward
Tanujaya. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK.
Jakarta: Salemba Empat.

Effendi. 2009. Transformasi Manajemen Pemasaran dan Membangun Citra


Negara. Jakarta: CV Sagung Seto.
25

Handoko, T Hani. 2003. Dasar-dasar Manajemen Operasi dan Produksi. Edisi


Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Handoko, T Hani. 2011. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi.


Yogyakarta: BPFE.

Herjanto, Eddy. 2008. Manajeman Operasi. Jakarta: Grasindo.

Junardi. 2012. Strategi Pengembangan Agroindustri Serat Sabut Kelapa Berkaret


(SEBUTRET)(Studi Kasus di Kab. Sambas).[Tesis]. IPB. 151 hal.

Murfidin. 2007. Manajemen Produksi Modern. Jakarta: Bumi Aksara.

Palungkun, R. 2001. Aneka Produk Olahan Kelapa, Cetakan ke Sembilan,


Penebar Swadaya, Jakarta.

Pino P, Vouldoukis I, Dugas N, Hassani-Loppion G, Dugas B, Mazier D. 2003.


Redox-dependent Apoptosis in Human Endothelial Cells After
Adhesion of Plasmodium falciparum-infected Erythrocytes. Ann N Y
Acad Sci.. 1010:582-6.

Rangkuti, Freddy. 2002. Manajeman Persediaan. Jakarta: Rajawali Pers.

Rangkuti, Freddy. 2004. Manajeman Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis.


Jakarta: Erlangga.

Render, Barry dan Jay, Heizer. 2004. Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi.


Diterjemahkan oleh Kresnohadi. Jakarta: Salemba Empat.

Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Masalah 4.


Yogyakarta: BPFE.
26

Rizaldi, Dedy. 2004. Profil Tebu. http://www.kppbumn.depkeu.go.id/. Diakses


pada hari Selasa 17 Oktober 2017.

Siagian, Yolanda M. 2006. Aplikasi Supply Chain Managemant dalam Dunia


Bisnis. Jakarta: PT Grasindo.

Suad Husnan. 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP


YKPN.

Suhardiyono. 1989. Penyuluh Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian. Penerbit


Erlangga. Jakarta

Sumyang, Lalu. 2003. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta:


Salemba Empat.

Supriyati. 2011. Pengaruh Pengetahuan Pajak Dan Persepsi Wajib Pajak


Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. The Indonesian Accounting
Review. Vol 1. No 1. January. Pp 27-36.

Supriyono. 2005. Sistem Pengendalian Manajemen. Yogyakarta: Liberty


Yogykarta.
27

LAMPIRAN GAMBAR

Anda mungkin juga menyukai