PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan kuliah kerja di CV. Sumbersari ini, adalah
sebagai berikut :
1.2.1 Tujuan Umum
1. Terciptanya hubungan yang sinergis, jelas dan terarah antara dunia
pendidikan dan dunia profesi,
2. Meningkatkan profesionalisme mahasiswa dalam bidang pengetahuan
dan teknologi sesuai dengan disiplin ilmu,
3. Menambah wawasan mahasiswa tentang manfaat ilmu pengetahuan yang
dipelajarinya,
4. Mengembangkan kreatifitas mahasiswa dalam improvisasi keterampilan.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari pelaksanaan kuliah kerja di CV. Sumbersari ini,
adalah sebagai berikut :
1.3.1 Manfaat bagi Mahasiswa
1. Mampu mengaplikasikan ilmu yang sudah diperoleh selama perkuliahan
ke dalam dunia kerja, menjadi bekal pengalaman bagi mahasiswa untuk
bekerja pada sebuah industri atau perusahaan, melatih kedisiplinan dan
tanggung jawab di dunia kerja dan melatih mahasiswa untuk bersosialisasi
dengan masyarakat.
2. Kegiatan kuliah kerja ini dapat mengembangkan wawasan dalam berpikir,
bernalar, menganalisa, dan mengantisipasi suatu problem dengan mengacu
pada materi teoritis dari disiplin ilmu yang ditempuh dan mengaitkannya
dengan kondisi sesungguhnya, sehingga mahasiswa dapat lebih sigap dan
siap menghadapi berbagai problema di lapangan, serta mempunyai
kemampuan untuk mengembangkan ide-ide kreatif dan inovatif.
1.3.2 Manfaat bagi Perusahaan
4
2.1 Pengendalian
1. Menyediakan bahan baku yang diperlukan dengan cara efisien dan dapat
menghindari terganggunya kegiatan perusahaan akibat keterlambatan
datangnya bahan baku.
2. Menjamin persediaan yang cukup untuk melayani permintaan langganan
yang bersifat mendesak.
3. Menyelenggarakan jumlah persediaan yang agak longgar untuk
menghadapi kelangkaan penawaran bahan baku dipasar dalam jangka
pendek.
4. Mengadakan penyimpanan bahan baku yang dapat menekan biaya dan
waktu pengelolaan bahan baku dan menjaga dari kemungknan kebakaran,
pencurian, penyelewengan dan kerugian lainnya.
5. Menjaga agar persediaan yang rusak, usang dan kelebihan yang tidak
terpakai dapat ditekan serendah mungkin.
6
6. Menentukan investasi dana yang tepat dalam persediaan bahan baku sesuai
dengan kebutuhan operasi dan rencana manajemen persediaan.
Pengendalian persediaan dapat dilakukan dengan berbagai metode
pengendalian antara lain;
1. Safety Stock
Persediaan pengaman menurut Harjanto (2008:258) adalah persediaan
yang berfungsi untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya
kekurangan barang, misalnya karena penggunaan barang yang lebih besar dari
perkiraan semula atau keterlambatan dalam penerimaan barang yang dipesan.
Bagi perusahaan dagang, persediaan pengaman juga dimaksudkan untuk
menjamin pelayanan kepada pelanggan terhadap ketidak pastian dalam pengadaan
barang.
2.2 Persediaan
Persediaan yang diadakan mulai dari yang berbentuk bahan mentah sampai
dengan barang jadi menurut sus, antara lain berguna untuk:
1. Fungsi Decoupling
Fungsi Decoupling adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan
dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier.
Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya
tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas.
3. Fungsi Antisipasi
Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat
diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu
yaitu permintaan musiman dengan mengadakan persediaan musiman (seasional
inventories). Selain itu, perusahaan juga sering menghadapai ketidakpastian
jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang selama periode
tertentu, sehingga perusahaan memerlukan persediaan ekstra yang disebut
persediaan pengaman (safety stock atau inventories).
1. Perkiraan Pemakaian
Perkiraan kebutuhan digunakan dalam proses produksi sebelum
melakukan pembelian bahan baku. Kegiatan ini merupakan perkiraan tentang
berapa besar atau jumlah bahan baku yang akan digunakan oleh perusahaan untuk
keperluan proses produksi pada periode yang akan datang.
3. Biaya-Biaya Persediaan
Biaya-biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku ini sudah
selayaknya diperhitungkan pula di dalam penentuan besarnya persediaan bahan
baku. Di dalam perhitungan biaya persediaan terdapat dua tipe biaya, yaitu biaya
yang semakin besar dengan semakin besarnya rata-rata persediaan, serta biaya
yang justru semakin kecil dengan semakin besarnya rata-rata persediaan.
4. Kebijaksanaan Pembelanjaan
Besar persediaan bahan baku mendapatkan dana dari perusahaan akan
tergantung kepada kebijaksanaan dari dalam perusahaan tersebut.
10
5. Waktu Tunggu
Waktu tunggu (lead time) adalah tenggang waktu yang diperlukan saat
pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku itu sendiri. Waktu tunggu
sangat perlu untuk diperhatikan karena erat hubungannya dengan penentuan saat
pemesanan kembali (reorder point). Dengan diketahuinya waktu tunggu yang
tepat, maka resiko penumpukan persediaan dapat ditekan seminimal mungkin.
Sabut kelapa adalah salah satu biomassa yang mudah didapatkan dan
merupakan hasil samping pertanian. Komposisi sabut dalam buah kelapa sekitar
35% dari berat keseluruhan buah kelapa. Sabut kelapa terdiri dari serat (fiber)dan
gabus (pitch)yang menghubungkan satu serat dengan serat yang lainnya. Sabut
kelapa terdiri dari 75% serat dan 25% gabus. Potensi penggunaan serat sabut
kelapa sebagai biosorben untuk menghilangkan logam berat dari perairan cukup
tinggi karena serat sabut kelapa mengandung lignin (35% – 45%)dan selulosa
(23%–43%)(Carrijo,dkk.2002). Serat sabut kelapa sangat berpotensi sebagai
biosorben karena mengandung selulosa yang di dalam struktur molekulnya
mengandung gugus karboksil serta lignin yang mengandung asam phenolat yang
ikut ambil bagian dalam pengikatan logam. Selulosa dan lignin adalah biopolimer
yang berhubungan dengan proses pemisahan logam-logam berat (Pino,dkk.2005).
12
Serat kelapa (coco fiber) merupakan produk yang berasal dari proses
pemisahan serat dari bagian kulit buah. Bagian kulit buah merupakan bagian
terbesar dari buah kelapa, yaitu sekitar 35 persen dari total bobot. Ekstrak sabut
kelapa ini merupakan hasil samping dari suatu industri pengolahan kelapa. Serat
kelapa ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu serat kelapa putih (white coir
fiber) dan serat kelapa coklat (brown coir fiber) (Pusat Penelitian Perkebunan
Marihat – Bandar Kuala, 1995).
Serat kelapa putih yang sering disebut juga yarn fiber, mat fiber atau retted
fiber merupakan jenis serat berwarna kuning cerah dan diperoleh dengan cara
merendam sabut segar, biasanya dalam air garam selama 6 – 12 bulan. Serat
kelapa putih (white coir fiber) hampir seluruhnya dipintal menjadi yarn fiber yang
selanjutnya digunakan untuk bahan karpet, pelapis dinding, tali dan lain-lain.
Jenis serat ini diperoleh dari ekstraksi sabut kering (brown husk) secara
mekanik, baik secara basah maupun kering. Serat kelapa coklat mempunyai
kegunaan yang lebih luas bila dibandingkan serat kelapa putih (white coir fiber).
Serat kelapa ini dibedakan menjadi dua jenis, yaitu bristle fiber dan mattres fiber.
2.5 Cocopeat
Sabut kelapa atau cocopeat ini menjadi salah satu media tanam
yang popular karena cocopeat mengandung kegunaan yang sangat di
butuhkan dan sangat bermanfaat karena cocopeat ini dapat menyerap air
dan unsur hara lebih banyak sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih baik.
Cocopeat diolah dari sabut kelapa. Sebelum diolah, sabut kelapa direndam selama
beberapa hari minimal 6 hari dengan pengatian air rendaman selama 2 hari
sekali ( lebih lama lebih baik) untuk menghilangkan senyawa - senyawa kimia
yang dapat merugikan tanaman seperti tanin. Senyawa itu dapat menghambat
13
3.1.2 Waktu
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada jam kerja selama 30 hari terhitung
sejak bulan Juli - Agustus tahun 2018.
Sabut
Kelapa
Mesin
Mesin Pengurai A Cocopeat
Press
Sabut Kelapa Kasar
Penjemuran Ayakan A
Cocofiber mengayak
Cocofiber Sampa
h
Proses produksi Sabut Kelapa pada CV. Sumber Sari adalah sebagai
berikut:
a. Penguraian
1 )Penguraian pertama
Penguraian pertama dilakukan saat bahan baku diproses pertama kali atau
masuk mesin A. Pada penguraian Pertama ini produk yang dihasitkan adalah
cocopeat kasar dan cocofiber.
2 )Penguraian kedua
b. Penyaringan
1) Penyaringan pertama
2) Penyaringan kedua
3) Penyaringan ketiga
Proses pengawasan yang dilakukan pada bagian ini adalah terletak pada
saat pengeringan. Pengeringan menjadi hal yang sangat penting dijaga oleh
karyawan. Karyawan selama bekerja dan proses pengenngan harus selalu siap
dilokasi penjemuran dan tidak boleh meninggalkan lokasi. Hal ini dilakukan
untuk mengantisipasi adanya hujan. Ketika serat terkena hujan maka akan
menambah biaya kembali untuk dijemur kembali. Proses penyaringan sepenuhnya
dilakukan oleh mesin sehingga pekerja hanya menunggu hasil dari mesin. Untuk
itu perusahaan menugaskan karyawan (mandor) untuk mengawasi pekerja dalam
proses penjemuran.
19
c. Pengepresan
Mesin press sabut kelapa digunakan untuk mengepress bahan baku sabut
kelapa yang sudah diurai dan diayak. Tujuan dari proses pengepresan adalah
memadatkan cocofiber. Hasil keluaran dari pengepresan adalah padatan cocofiber
yang sesuai dengan ukuran press atau kebutuhan perusahaan. CV. Sumbersari
menggunakan mesin press hidrolik. Proses pengawasan pada bagian ini adalah
memastikan pengisian secara sedikit demi sedikit agar kepadatan sesuai dengan
berat baku kewajaran yaitu 90 – 100 kg.
Bahan baku utama dalam pembuatan cocofiber dan cocopeat yaitu sabut
buah kelapa. Sabut kelapa didapatkan dari warga penjual kelapa di daerah
Ledokombo dan penjual kelapa di luar daerah Kabupaten Jember dengan radius
30 km dari pabrik.
4.2.1 Pengadaan Bahan Baku
Bahan baku utama yang digunakan pada CV. Sumbersari Lembengan
adalah sabut kelapa yang berasal dari warga penjual kelapa di daerah Ledokombo
dan penjual kelapa di luar daerah Kabupaten Jember dengan radius 30 km dari
pabrik. Sabut kelapa yang digunakan adalah sabut dari kelapa yang sudah tua, hal
ini dikarenakan serat pada sabut kelapa tua lebih kuat dan mudah di uraikan untuk
dijadikan cocofiber dan cocopeat. Untuk pengambilan bahan baku sebagian besar
menggunakan truk yang dimiliki pabrik. Truk yang digunakan ada dua tipe yaitu
tipe standart dan fuso. Kapasitas bahan baku yang di produksi setiap harinya bisa
mencapai 8-10 truk. Satu truk standart memiliki kapasitas 17 kubik atau sekitar 1
ton sabut kelapa, sedangkan truk fuso memiliki kapasitas 42 kubik atau sekitar 2,5
ton sabut kelapa. Jadi, kapasitas bahan baku dalam satu hari sekitar 10 ton sabut
kelapa. Harga bahan baku di hitung per truk dan harganya Rp100.000.
kelapa yang masih ada batoknya harus dipisahkan atau dibuang, karena apabila
batok tersebut masuk ke dalam mesin akan mengakibatkan gangguan pada mesin
tersebut. Cara memasukkan bahan baku pada mesin harus satu persatu karena
apabila tidak satu persatu mengakibatkan mesin macet. Hal ini sering terjadi
apabila pekerja pada bahan baku kekurangan orang yang di sebabkan sebagian
pekerja ikut untuk mengambil bahan baku. Dalam kegiatan produksi cocofiber
dan cocopeat, permasalahan yang sering dihadapi adalah terjadinya penumpukan
bahan baku hal ini terjadi karena tidak ada penjadwalan bahan baku masuk.
Adanya penumpukan bahan baku tersebut menyebabkan kualitas sabut kelapa
menurun di karenakan bahan baku tersebut mengalami pengeringan, sehingga
hasil produksi mengalami penurunan pada produk cocofiber dan cocopeat akan
mengalami overload. Pengeringan bahan baku ini di akibatkan penyimpanan
bahan baku di sebagian titik terkena sinar matahari langsung.
5.1 Kesimpulan
Pengendalian bahan baku pada CV. Sumbersari dilakuakan dengan cukup
baik yaitu dengan menyortir sabut kelapa yang masih ada batoknya untuk
meminimalisir gangguan pada mesin pengurai. Namun ada beberapa pengendalian
yang belum dilakukan oleh industri ini yaitu menjadwal bahan baku yang masuk
agar tidak terjadi penumpukan bahan baku bahkan kekurangan bahan baku dan
tempat penyimpanan bahan baku yang beberapa titik terbuka sehingga
mengakibatkan sabut kelapa mengalami pengeringan.
5.2 Saran
Ada beberapa saran untuk pengendalian bahan baku pada CV. Sumbersari
yaitu:
1. Penjadwalan bahan baku masuk agar tidak terjadi penumpukan dan
kekurangan bahan baku
2. Perbaikan pada tempat penyimpanan agar tertutup agar tidak terjadi
pengeringan pada bahan baku
24
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofyan. 2008. Produksi dan Manajemen Operasi. Edisi revisi. Jakarta:
Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
Carrijo, O.A., Liz, R.S., Makishima, N., 2002, Fiber of Green Coconut shell as
Agriculture substratum, Brazilian Horticulture, 20, 533-535
Dwi Martani, Sylvia Veronica NPS, Ratna Wardhani, Aria Farahmita, Edward
Tanujaya. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK.
Jakarta: Salemba Empat.
LAMPIRAN GAMBAR