TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Daging dan Ikan
2.1.1 Daging
a. Daging sapi
Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk
hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta
tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya (Soeparno,
1994). Komposisi daging sapi terdiri dari 75% air, 19% protein, 3,5%
substansi non protein yang larut, dan 2,5% lemak (Lawrie, 2003). Daging
dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu daging segar dan daging olahan.
Daging segar ialah daging yang belum mengalami pengolahan dan dapat
dijadikan bahan baku pengolahan pangan. Sedangkan daging olahan adalah
daging yang diperoleh dari hasil pengolahan dengan metode tertentu dengan
atau tanpa bahan tambahan, misalnya sosis, dendeng, daging burger dan
daging olahan dalam kaleng dan sebagainya (Desroiser, 1988).
Banyak hal yang dapat mempengaruhi kualitas daging baik ketika
pemeliharaan ataupun ketika pengolahan. Faktor yang dapat mempengaruhi
penampilan daging selama proses sebelum pemotongan adalah perlakuan
transportasi dan istirahat yang dapat menentukan tingkat cekaman (stress)
pada ternak yang pada akhirnya akan menentukan kualitas daging yang
dihasilkan (T. Suryati, 2006).
Kontaminasi bakteri dapat menyebabkan perubahan warna dan bau.
Selama proses memasak, warna daging dapat mengalami perubahan dan
kurang menarik (Putra, 2008). Warna daging segar adalah warna merah
terang dari oksimioglobin, warna daging yang dimasak adalah warna coklat
dari globin hemikromogen, warna daging yang ditambahkan nitrit adalah
warna merah gelap dari nitrikoksidamioglobin dan bila dimasak (Soeparno,
1994).
b. Daging ayam
Ayam dipelihara terutama untuk digunakan daging dan telurnya
dan merupakan sumber penting protein hewani.Konsumsi daging ayam
mencapai hingga 30% dari konsumsi daging dunia.
Menurut Anggorodi, H. R.(1994)persentase karkas ayam dapat
dipengaruhi oleh jenis strain, umur, jenis kelamin, berat hidup dan
makanan.Persentase karkas ayam jantan lebih besar dibandingkan
persentase karkas ayam betina, karena karkas pada ayam betina lebih
banyak enghasilkan kulit dan lemak abdomen daripada ayam jantan.
Ditinjau dari segi mutu, daging ayam memiliki nilai gizi yang lebih
tinggi dibandingkan hewan ternak lainnya. Daging ayam
mempunyaikandungan protein yang lebih tinggi,komposisi protein
inisangat baik karena mengandung semua asam amino esensial
yangmudah dicerna dan diserap oleh tubuh, akan tetapi daging ayam
juga mempunyai kadar lemak yang cukup tinggi dibandingkan hewan
ternak lainnya (Surisdiarto dan Koentjoko,1990).
c. Daging babi
Semua babi memiliki karakteristik yang sama kedudukannya
dalam sistematika hewan yaitu:
Filum : Chordata
Sub Filum :Vertebrata(bertulang belakang)
Marga : Gnatostomata(mempunyai rahang)
Kelas :Mamalia(menyusui)
Ordo :Artiodactyla(berjari/berkuku genap)
Genus :Sus
Species :Sus scrofa, Sus vittatus/Sus strozzli, Sus
cristatus, Sus leucomystax, Sus celebensis,
Sus verrucosus, Sus barbatus.
(Sihombing, 1997).
Daging babi merupakan hasil ternak yang dikonsumsi masyarakat.
Selain mengandung unsur-unsur gizi seperti karbohidrat, protein,
vitamin, dan mineral, daging babi memiliki kelebihan yakni
mengandung banyak thiamin (vitamin B1) yang diperlukan oleh tubuh
untuk mencerna karbohidrat dan menunjang kerja sistem saraf. Secara
umum komposisi kimia daging menurut Lawrie (2003) terdiri atas
75% air, protein 18%, lemak 3.5%, dan zat-zat non protein yang dapat
larut 3.5%.
d. Daging kambing
Daging kambing tergolong ke dalam daging merah, memiliki kadar
lemak total dan kalori yang rendah (USDA 2001), sehingga ia
dianggap sebagai daging sehat (Anaeto et al. 2010). Daging kambing
telah digunakan sebagai makanan terapi pada pasien hiperlipemik di
rumah sakit Staten Island Medical Center (Addrizo 2000).
Daging kambing adalah karena daging kambingmerupakan daging
yang unik dalam hal bau, palatabilitas dan keempukannya.Daging
kambingkurang berlemak dibandingkan dengan daging lainnya
danbiasanya kurang empuk.Keadaan daging yang kurang berlemak
menyebabkan tingkat preferensi konsumen meningkat karena
permintaan daging saat ini adalah daging yang sedikit mengandung
lemak.
2.1.2 Ikan
Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses
kelangsungan hidup manusia. Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai bahan
pangan sejak beberapa abad yang lalu.Sebagai bahan pangan, ikan mengandung
zat gizi utama berupa protein, lemak, vitamin dan mineral.Protein ikan
menyediakan lebih kurang 2/3 dari kebutuhan protein hewani yang diperlukan
oleh manusia.Kandungan protein ikan relatif besar yaitu antara 15-25%/100 g
daging ikan.Kandungan lemak daging merah ikan lebih tinggi dibandingkan
daging putih ikan.Jumlah mineral pada daging ikan hanya sedikit.Ikan juga
dipandang sebagai sumber kalsium, besi, tembaga, dan yodium (Junianto, 2003).
a. Ikan layang
Ikan layang merupakan salah satu hasil perikanan lepas pantai yang
terdapat di Indonesia.Ikan ini termasuk jenis pemakan zooplankton, hidup
di dekat permukaan laut (pelagis) dan membentuk gerombolan besar.
Klasifikasi ikan layang(Saanin 1984) adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Sub ordo : Percoidea
Famili : Carangidae
Genus :Decapterus
Spesies : Decapterus sp.
Bagian punggung ikan layang berwarna biru kehijauan dan bagian
perutnya berwarna putih perak sedangkan sirip-siripnya berwarna kuning
kemerahan. Bentuk tubuhnya memanjang dan dapat mencapai 30 cm. Pada
umumnya, rata-rata panjang badan ikan layang adalah 20-25 cm. Ikan
layang memiliki dua sirip punggung, dua sirip tambahan di belakang sirip
punggung kedua dan satu sirip tambahan di belakang sirip dubur. Ikan
layang memiliki sirip kecil (finlet)yang merupakan ciri khas dari genus
Decapterus (Saanin 1984).
Komposisi kimia daging ikan sangat bervariasi tergantung spesies,
jenis kelamin, umur, musim dan kondisi lingkungan tempat ikan tersebut
ditangkap. Berdasarkan Chairita (2008)komposisi kimia ikan layang antara
lain:
Parameter Jumlah(%)
Protein 18,13
Lemak 1,90
Abu 1,03
Air 78,58
b. Ikan lele
Ikan Lele adalah salah satu jenis ikan air tawar yang termasuk ke
dalam ordo Siluriformes dan digolongkan ke dalam ikan bertulang
sejati.Lele dicirikan dengan tubuhnya yang licin dan pipih memanjang,
serta adanya sungut yang menyembul dari daerah sekitar mulutnya.
Klasifikasi ikan lele antara lain:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostarophysi
Subordo : Siluroidae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Ikan lele dicirikan dengan tubuhnya yang tidak memiliki sisik,
berbentuk memanjang serta licin.Ikan Lele mempunyai sirip punggung
(dorsal fin) serta sirip anus (anal fin) berukuran panjang, yang hampir
menyatu dengan ekor atau sirip ekor.Ikan lele memiliki kepala dengan
bagian seperti tulang mengeras di bagian atasnya.Mata ikan lele berukuran
kecil dengan mulut di ujung moncong berukuran cukup lebar.Dari daerah
sekitar mulut menyembul empat pasang barbel (sungut peraba) yang
berfungsi sebagai sensor untuk mengenali lingkungan dan mangsa.Lele
memiliki alat pernapasan tambahan yang dinamakan
Arborescent.Arborescent ini merupakan organ pernapasan yang berasal
dari busur insang yang telah termodifikasi.Pada kedua sirip dada lele
terdapat sepasang duri (patil), berupa tulang berbentuk duri yang
tajam.Pada beberapa spesies ikan lele, duri-duri patil ini mengandung
racun ringan.Hampir semua species lele hidup di perairan tawar. Berikut
kisaran parameter kualitas air untuk hidup dan pertumbuhan optimum ikan
lele menurut beberapa penelitian dalam Witjaksono (2009).
2.2.1 Daging
A. Daging sapi
Persyaratan mutu
No Jenis uji
I II III
Ketebalan
1 <12 mm 13 – 22 mm >22 mm
lemak
Cekung-agak Rata -
2 Konformasi Sangat cembung
cekung cembung
3 Warna Skor 1-3 Skor 4-6 Skor 7-9
Ada satu memar
Ada satu atau freeze burn
memar atau lebih dari 2 cm di
freeze burn bagian selain
Bebas dari dengan daerah prime cut
Perubahan
4 memar dan diameter dan atau ada lebih
warna
freeze burn kurang dari 2 dari satu memar
cm di bagian dengan diameter
selain daerah kurang dari 2 cm
prime cut selain pada prime
cut
B. Daging kambing
Syarat mutu
Jenis uji
Mutu I Mutu II Mutu III
Merah
Merah terang Merah gelap
Warna daging kegelapan skor
skor 1-5 skor 8-9
6-7
Putih
Warna lemak Putih skor 1-3 kekuningan Kuning skor 7-9
skor 4-6
Marbling Skor 9-12 Skor 5-8 Skor 1-4
Tekstur Halus Sedang kasar
Kuman/gram(juta)
0,5 0,5 0,5
maks.
C. Daging ayam
D. Daging babi
2.2.2 Ikan
Salah satu enzim protease tersebut adalah bromelin yang berasal dari buah
nanas, hampir dalam seluruh bagian tanaman terdapat enzim bromelin dengan
jumlah yang berbeda-beda pada setiap bagiannya.Menurut Winarno (1993)
bromelin adalah enzim protease yang dapat menghirolisis protein.Bromelin
memiliki kemampuan untuk memecah struktur molekul protein menjadi bentuk
lebih sederhana (asam amino).
2.1.4 Perbedaan Daging Ayam, Sapi Dan Babi
Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil
pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak
menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya(Soeparno
1998).Daging penting untuk kebutuhan pangan manusia, karena daging
merupakan salah astu sumber protein hewani yang mengandung asam amino
esensial yang cukup lengkap untuk kebutuhan tibuh (Lawrie, 1979).
a. Daging sapi memiliki karakteristik daging yang pertama yaitu daya ikat
air(DIA) atau water holding capacity (WHC) atau water binding capacity
(WBC) adalah kemampuan daging untuk mengikat airnya atau air yang
ditambahkan selama ada pengaruh kekuatan dari luar misalnya pemotongan
daging, pemanasan, penggilingan, dan tekanan (Soeparno, 1994). Faktor-
faktor yang mempengaruhi DIA adalah pH, pelayuan dan pemasakan daging.
Yang kedua yaitukKeempukan (Shear Force), nilai keempukan daging sapi
berkisar antara 1,58 – 2,79 kg/cm2, semakin kecil nilainya menunjukkan
semakin empuk (Brahmantiyo, 2000). Pengujian keempukan daging sapi
dapat juga secara subjektif dengan menggunakan panelis atau panel taste
(Setyaningsih et al.,2010). Yang ketiga yaitu warna daging sapi, ditentukan
melalui kandungan mioglobin 80– 90% dan hemoglobin (Abustam, 2010).
Warna daging yang baik untuk daging sapi adalah jika daging tersebut berasal
dari sapi dewasa, warna daging yang baik adalah merah terang. Sedangkan
untuk daging sapi muda, warna daging yang baik adalah kecokelatan merah
muda.
Kadar air, menurut Onyango et al. (1998), nilai kadar air sapi adalah
77,5±0,4% untuk bangsa sapi Bos indicus, sedangkan untuk sapi bangsa Bos
taurus adalah berkisar antara 72,4–74,8% (Boles dan Shand,2008).
Perlemakan (marbling), lemak daging yang berasal dari sapi muda akan
berwarna putih kekuningan, sedangkan lemak yang berasal dari sapi tua akan
berwarna kekuningan. Jumlah marbling yang dihasilkan menentukan
kelembutan, intensitas rasa, dan juiciness saat dimasak.Rasa pada daging sapi
yang berkualitas baik yaitu mempunyai rasa yang relatif gurih,enak dan
aroma yang sedap yang dapat pula dijabarkan sebagai tasty. Rasa daging juga
dapat berasal dari juiceness yaitu kandungan air di dalam daging dan lemak
daging.Aroma daging yang dipengaruhi oleh jenis hewan, pakan, umur, jenis
kelamin, lemak, lama waktu, dan kondisi penyimpanan.Bau daging dari
hewan yang tua relatif lebih kuat dibandingkan hewan muda. Ternak terlalu
tua daging akan liat sedangkan yang terlalu muda daging berbau kurang
menarik (berbau amis), yang paling baik tidak terlalu tua dan tidak terlalu
muda, demikian pula daging dari hewan jantan memiliki bau yang lebih kuat
daripada hewan betina. Kadar lemak, kandungan lemak sapi berkisar antara
(0,5 13,0%), yang terdiri dari lemak netral meliputi; fosfolipid, serebrosid dan
kolesterol berkisar antara (0,5 1,5%)(Buckle et al., 2007) dan kadar protein
menyatakan bahwa protein daging sapi berkisar antara 16-22% (Buckle et al.
2007). Nilai pH daging sapi segar mempunyai pH relatif asam, yaitu berkisar
antara 5,5 – 5,8 (Abustam, 2010). Kandungan asam laktat dalam daging sapi
ditentukan oleh kandungan glikogen dan penanganan sebelum
penyembelihan, apabila pH daging sapi mencapai 5,1 – 6,1 maka lebih stabil
terhadap kerusakan oleh mikroba, sedangkan apabila pH aging sapi berada
sekitar 6,2 – 7,2 maka memungkinkan untuk pertumbuhan mikroba menjadi)
lebih baik (Buckle et.al.,1987).
b. Daging ayam pada umumnya memiliki karakteristik yaitu warna daging
ayam segar adalah putih kekuningan. Hal Ini sesuai dengan pernyataan Cross
(1988), bahwa warna daging ayam disebabkan provitamin A yang terdapat
pada lemak daging dan pigmen oksimioglobin. Lawrie (2003) Menyebutkan
bahwa pigmen oksimioglobin adalah pigmen penting pada daging segar,
pigmen ini hanya terdapat di permukaan saja dan menggambarkan warna
daging yang diinginkan konsumen. Warna Pada daging ayam akibat
pengeluaran darah yang tidak sempurna disebabkan oleh pigmen
haemoglobin(Lawrie,2003). Keempukan merupakan salah satu kualitas
daging yang kritis terhadap daya terima konsumen dan biasanya konsumen
menginginkan daging yang empuk. Lyon et al. (2004) melaporkan bahwa
keempukan ayam broiler yaitu berkisar antara 1,82 kg/cm2 sampai 2,19
kg/cm2. Faktor yang mempengaruhi keempukan daging ada hubungannya
dengan komposisi daging itu sendiri, yaitu berupa tenunan pengikat, serabut
daging, sel-sel lemak yang ada diantara serabut daging serta rigor mortis
daging yang terjadi setelah ternak dipotong. Daging ayam yang masih segar
ketika ditekan akan kembali kebentuk semula, karena tingkat elastisnya masih
baik. Keempukan daging dapat di ketahui mengukur daya putusnya, semakin
rendah daya putusnya semakin empuk daging tersebut (Tambunan,
2010).Lemak menyebar rata di bawah kulit yang menutupi seluruh bagian
ayam.Bentuk ayam padat (kompak), paha, betis, sayap, dan dada berdaging
tebal. Besar daging pada dada dapat diketahui dengan cara mengukur panjang
tulang dada, 50% dari daging ayam terdapat pada tulang dada.
Aroma yang dimiliki daging ayam yaitu segar, khas aroma ayam, dan
tidak terlalu amis. Rasa merupakan kualitas sensoris daging yang berkaitan
dengan indera perasa. Faktor yang menentukan rasa pada daging yaitu ketika
dikunyah maka akan akan bereaksi dengan reseptor dalam mulut atau rongga
mulut. Daging yang berkualitas baik mempunyai rasa yang relatif
gurih.Tekstur merupakan sifat sensoris daging yang berkaitan dengan tingkat
kehalusan dari daging.Berkisar antara skor 3,60 sampai 3,87 yaitu berkisar
antara tekstur agak halus sampai halus. Juicinessmerupakan sifat sensoris
berhubungan dengan tingkat kebasahan dari daging.Daging yang berkualitas
baik secara relatif mengandung lebih banyak jus daripada daging yang
berkualitas rendah (Soeparno, 2005).Daya ikat air (DIA) merupakan
parameter kualitas daging yang sangat terkait dengan kemampuan air.Daya
ikat air juga menunjukkan seberapa besar kemampuan daging untuk mengikat
air dalam persen.Daya ikat air mempunyai hubungan positif dengan nilai pH
daging (Allen et al., 1998). Nilai pH yang tinggi dapat memperbaiki daya ikat
air(Buckle et al., 1985).Hal ini disebabkan karena rendahnya nilai pH daging
mengakibatkan struktur daging terbuka sehingga menurunkan daya ikat air,
dan tingginya nilai pH daging mengakibatkan struktur daging tertutup
sehingga daya ikat air tinggi (Bouton et al., 1971; Buckle et al., 1985).Susut
masak merupakan salah satu penentu kualitas daging yang penting, karena
berhubungan dengan banyak sedikitnya air yang hilang serta nutrien yang
larut dalam air akibat pengaruh pemasakan. Susut masak daging ayam broiler
pada umur 6 dan 7 minggu yaitu sekitar 24,89% dan 34,57% (Soeparno,
1992). Nilai pH daging ayam segar yaitu 5,5 sampai 5,6 nilai pH daging tidak
akan pernah mencapai nilai dibawah pH 5,3. Hal ini disebabkan karena pada
nilai pH dibawah 5,3 enzim-enzim yang terlibat dalam glikolisis anerob tidak
dapat bekerja.
c. Ternak babi merupakan penghasil sumber daging dan untuk pemenuhan
gizi yang sangat efisien di antara ternak-ternak yang lain karena babi
memiliki konversi terhadap pakan yang cukup tinggi, semua bahan pakan bisa
diubah menjadi daging dan lemak dengan sangat efisien.Persentase karkas
babi cukup tinggi, bisa mencapai 65-80%, sedangkan persentase karkas
kambing dan domba 45-55%, kerbau 38%, sapi 50-60%. Dan ternak babi juga
sangat efisien dalam mengubah sisa-sisa makanan serta hasil ikutan pertanian
maupun pabrik (Lubis ,1963). Salah satu fisik daging terkait dengan
keberadaan air adalah water holding capacity atau daya ikat air. Daya ikat air
diartikan sebagai kemampuan daging untuk menahan air selama aplikasi
kekuatan eksternal (seperti pemotongan, pemanasan, penggilingan atau
tekanan). Besar kecilnya daya ikat air dapat mempengaruhi warna, tekstur,
kekenyalan dan kesan jus (juiceness) serta keempukan (Nurwantoro dan
Mulyani 2003). FAO (2007) menyatakan bahwa daya ikat air pada daging
sapi dan daging babi tidak berbeda jauh yaitu 75,0 dan 75,1. Komposisi asam
lemak di dalam jaringan adiposa dan otot relatif sama tetapi jaringan adiposa
memiliki kandungan asam lemak yang lebih tinggi daripada otot. Terdapat
perbedaan komposisi pada daging babi dan sapi. Daging babi memiliki lebih
banyak polyunsaturated fatty acid (PUFA) asam linoleat di dalam jaringan
adiposa dan otot dibandingkan dengan sapi (Wood et al. 2001).
Pada babi, asam linoleat yang berasal dari pakan melalui saluran
pencernaan tanpa adanya perubahan dan kemudian diabsorbsi di dalam aliran
darah usus kecil dan disalurkan ke jaringan tubuh.Konsentrasi yang lebih
tinggi dijumpai pada jaringan adiposa daripada di otot. Pada ruminansia,
asam lemak konsentrasi tinggi yang berasal dari pakan di degradasi menjadi
asam lemak monounsaturated dan saturated oleh proses
biohydrogenation mikroba dalam rumen. Pada sapi dan kambing asam lemak
memiliki konsentrasi yang lebih tinggi di otot daripada di jaringan adiposa
(Wood et al . 2001). Daging mentah mengandung banyak protein sekitar 19-
23 % tergantung dari kadar lemaknya. FAO (2007) menyatakan bahwa
protein pada daging sapi dan daging babi tidak berbeda jauh yaitu 22,3 dan
33,8. Karbohidrat dalam daging terdapat dalam jumlah yang sedikit kurang
dari 1% berat daging.Sebagian besar berada dalam bentuk glikogen dan asam
laktat (Nurwantoro dan Mulyani 2003). Daging babi mengandung sejumlah
tinggi tiamin sedangkan daging sapi tinggi akan kandungan vitamin B-6 dan
B-12 (Nurwantoro dan Mulyani 2003). Bau pada daging berasal dari
komponen yang berasal dari jaringan tidak berlemak atau jaringan lemak.
Pada daging babi aroma yang dikeluarkan lebih amis dibandingkan dengan
daging sapi. Kontributor penting dalam pemberi bau khas spesies pada daging
adalah jaringan tanpa lemak dalam daging. Pada produk olahan campuran
dari sapi dan babi, bau yang lebih dominan berasal dari jaringan tanpa lemak
salah satu dari kedua spesies tersebut dimana komposisi yang lebih besar
akan memberikan bau yang lebih dominan.Penambahan konsentrasi lemak
babi pada produk olahan akan menambah bau khas babi pada produk tersebut.
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa penambahan lemak pada produk
olahan daging tidak berpengaruh pada bau khas spesies, yang lebih
berpengaruh adalah penambahan jaringan daging tanpa lemak.
Addrizo RJ. 2000.Use of goat milk and goat meat as the therapeutic aid in
cardiovascular disease. Clemson agronomy
Allen, H.D., et al. 1998. Pediatric Therapeutic Cardiac Catheterization: A
Statement for Healthcare Professionals From the Council on
Cardiovascular Disease in the Young. Circulation97: 609-625
Anaeto MJ, Adeyeye A, Chioma GO, Olarinmoye AO, Tayo GO. 2010. Goat
products: meeting the challenges of human health and nutrition. Agric
Biol J N Am. 6:1231-1236.
Anggorodi, H. R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum.PT. Gramedia Pustaka
Utama :Jakarta.
Boles, J.A., and P.J. Shand. 2008. Effect of Muscle Location, Fiber Direction, and
Slice Thickness on the Processing Characteristics and Tenderness of Beef
Stir-Fry Strips From the Round and Chuck. Meat Sci., 78: 369 – 374
Bouton, P.E., P.V. Harris, dan W.R. Shorthose. 1971. Jurnal of Food Science.
Hal.435.
Brahmantiyo, B. 2000. Sifat Fisik Dan Kimia Daging Sapi. Brahman Press
Buckle, K.A et al., 1985.Ilmu Pangan, Penerjemah Hari Purnomo Adiono.UI
Press, Jakarta.
Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H., and Wootton, M. 2007.Ilmu Pangan,
Penerjemah: Hari Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia.Jakarta
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.A. Fleet, dan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan
Terjemahan Hari P. dan Adiono.Universitas Indonesia Press.Jakarta.
Chairita. 2008. Karakteristik bakso ikan dari campuran surimi ikan laying
(Decapterus spp.) dan ikan kakap merah (Lutjanus sp.) pada penyimpanan
suhu dingin [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Cross, H.R, & A.J. Overby.(1988). Meat Science, Milk Science and Technology.
Amsterdam-Oxford-New York-Tokyo: Elsevier Science Publishers B.V.
Desroiser, N W. (1988). Teknologi Pengawetan Pangan, Terjemahan Mucji
Muljohardjo. Universtas Indonesia, Jakarta.
Eakes, B.D and Blumer, T.N., 1975. Effect of Various Levels of Potassium Nitrite
and Sodium Nitrite an Color and Flavor of Cured Loins and Country-style
Hams.J. Food Sci. 40 : 973-976.
Forrest, J.C., E.B. Aberle, H.B. Hedrick, M.D. Judge, dan R.A. Merkel. 1975.
Principles of Meat Science. W.H. Freeman and Co., San Fransisco.
Forrest, J.C., E.B. Aberle, H.B. Hedrick, M.D. Judge, dan R.A. Merkel. 1992.
Principles of Meat Science. W.H. Freeman and Co., San Fransisco.
ipta. Jakarta.
Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Lawrie,R. A. 2003. Ilmu Daging Edisi V, terjemahan Aminuddin
Paraksasi.Universitas Indonesia. Jakarta.
Lawrie, R.A. 1991. Meat Science 4thEdition.Pergamon Press, New York.
Putra, G.M dan Budiana, N.S., 2008.Beef Cet-3. Penebar Swadaya, Jakarta.