Anda di halaman 1dari 24

PENGENDALIAN MUTU

PT SOLUSI BANGUN INDONESIA Tbk CILACAP PLANT


Mata Kuliah : Pengendalian Proses
Dosen Pengampu : Ichya Muhtafizur Zikri, M.Si.

Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pengendalian Proses di Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri

Disusun Oleh:
Gustin Nur Alimah (202121002)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA AL GHAZALI
CILACAP
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan sekarang ini sangat selektif dalam memilih sumber daya manusia.
Pada dasarnya perkembangan dan pertumbuhan suatu bangsa baik pada saat ini
maupun yang akan datang tidak dapat lepas dari peranan proses industrialisasi.
Sedangkan maju mundurnya suatu industri sangat ditunjang oleh peranan tenaga kerja
yang berada di perusahaan tersebut. Mahasiswa sebagai calon tenaga kerja sudah
cukup mendapatkan bekal dalam bentuk pendidikan formal. Namun, pada
kenyataannya pendidikan formal saja tidak cukup untuk memenuhi tuntutan zaman.
Mahasiswa membutuhkan bekal yang lebih dari pengetahuan yang berupa teori yang
telah diperoleh selama proses perkuliahan, tapi juga membutuhkan bekal dalam
bentuk keterampilan dan pengalaman terjun di dunia kerja atau dalam industri. Karena
sejatinya dalam dunia kerja, kedua hal tersebut harus saling melengkapi sehingga
dapat memudahkan pekerjaan nantinya. Maka dari itu, Kerja Praktik dapat menjadi
wadah mahasiswa untuk mempersiapkan diri dan mengasah kemampuan soft skill
mereka.
Untuk memperoleh sumber daya manusia yang memadai dengan kemampuan
dan keterampilan yang berkualitas tersebut dapat diperoleh dari pendidikan akademis
yang ditempuh pada waktu kuliah serta dengan memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk mengetahui dan mengikuti secara langsung mengenai perkembangan
dan seluk beluk di dalam dunia industri baik yang berkaitan dengan penyiapan bahan
baku, proses pengolahan, proses pemisahan produk atau pemurnian produk, dan
proses produksi.
Kerja praktik merupakan pendidikan bagi mahasiswa untuk berpartisipasi
dengan terjun langsung ke lembaga BUMN, BUMD, Perusahaan swasta, dan Instansi
Pemenrintahan. Kerja Praktik ini merupakan salah satu syarat kelulusan di Program
Studi Teknik Kimia Universitas Nahdlatul Ulama Al-Ghazali Cilacap yang wajib
ditempuh oleh mahasiswa sebagai syarat menyelesaikan studi jenjang S1. Kerja
praktik bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan keilmuan di dunia industri
khususnya dalam industri teknik kimia.
Dengan demikian diharapkan mahasiswa dapat melakukan suatu perbandingan
antara teori yang didapat selama perkuliahan dengan kondisi yang ada di lapangan.
Sehingga pemahaman ilmu-ilmu yang telah dipelajari dapat menambah wawasan yang
mendukung teori tersebut berdasarkan praktik di lapangan. Kerja praktik ini
diharapkan dapat menghubungkan antara dunia perkuliahan dengan dunia industri.
Selain itu, kerja praktik ini diharapkan dapat menghasilkan suatu kritik yang mengacu
pada perkembangan dan kualitas yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan kualitas
dunia industri. Salah satu lembaga BUMN guna melaksanakan Kerja Praktik yaitu PT
Solusi Bangun Indonesia Tbk. Cilacap Plant, Jawa Tengah.
PT Solusi Bangun Indonesia Tbk Cilacap Plant merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang industri semen. Industri semen merupakan industri yang
bersifat energi intensif, karena menyerap energi listrik dan panas yang relatif besar.
Pada Industri semen proses pembuatannya terdiri dari 2 tipe yaitu proses basah dan
proses kering. Proses basah diawali dengan pengecilan ukuran bahan baku (raw
material) menggunakan crusher. Setelah digiling, setiap jenis bahan baku disimpan di
tempat yang terpisah. Sedangkan, proses kering dilakukan pencampuran pada kondisi
kering atau tanpa penambahan air, pada tahap pencampuran inilah yang membedakan
proses kering dengan proses basah (Nur, dkk. 2015). Proses pembuatan semen PT
Solusi Bangun Indonesia Tbk. menggunakan proses kering.
1.2 Rumusan Masalah
Pada laporan ini akan dibahas mengenai pengendalian proses pada sampel
semen di PT Solusi Bangun Indonesia Tbk Cilacap Plant.
1.3 Tujuan
Tujuan dalam pelaksanaan kerja praktik ini terbagi menjadi dua tujuan yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus.
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum, tujuan dilaksanakannya kerja praktik ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menyelesaikan mata kuliah kerja praktik sebagai mata kuliah wajib
dan syarat kelulusan program studi S1 Teknik Kimia, Fakultas Teknologi
Industri, Univeristas Nahdlatul Ulama Al-Ghazali Cilacap.
2. Menambah informasi dan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip yang
dianjurkan selama kuliah dengan aplikasinya di dunia Industri.
3. Meningkatkan kemampuan analisa secara teoritis dengan kondisi nyata di
lapangan.
4. Sebagai media untuk memperoleh pengalaman awal, berfikir kritis dan
melatih keterampilan sikap, serta pola tindakan dalam masyarakat industri
yang sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajari.
5. Menambah pengalaman dalam suatu lingkungan kerja di industri dan dapat
menjalankan berbagai aspek industri kimia.
1.3.2 Tujuan Khusus
Secara khusus, tujuan dilaksanakannya kerja praktik ini adalah sebagai berikut:
1. Mengenal secara umum kondisi perusahaan baik sejarah maupun
organisasi di PT. Solusi Bangun Indonesia Tbk Cilacap
2. Mempelajari proses-proses yang ada dalam industri baik proses fisis
maupun proses kimia.
3. Mempelajari dan mengetahui bahan baku produk, sistem utilitas dalam
pabrik, dan sistem pengolahan limbah.
4. Mengetahui pengendalian mutu produksi dan keselamatan kerja di dalam
perusahaan.
5. Menyusun laporan kerja praktek sesuai dengan format yang telah diberikan
sebagai salah satu tugas yang harus di selesaikan.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Mahasiswa
1. Dapat mengetahui proses produksi semen, proses analisis sampel,
sampai dengan proses pemasaran serta manajemen organisasi di PT.
Solusi Bangun Indonesia Tbk Cilacap.
2. Menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman tentang ilmu
Teknik Kimia di Industri Semen.
3. Melatih keterampilan mahasiswa program studi Teknik Kimia sesuai
dengan pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan di
Fakultas Teknologi Industri Universitas Nahdlatul Ulama Al-Ghazali
Cilacap.
4. Mengetahui cara kerja suatu perusahaan atau industi secara umum dan
dapat belajar mengenal dinamika dan kondisi nyata di dunia kerja pada
unit-unit kerja dalam perusahaan.
5. Mengenal cara kerja peralatan yang digunakan dan proses industri serta
menambah pemahaman tentang manajemen industri dan kompetensi
tenaga kerja yang dipersyaratkan oleh suatu perusahaan atau industri.
6. Mendapatkan data-data secara detail yang akan digunakan dalam
penyusunan laporan Kerja Praktik, khususnya pada bidang yang
menjadi pokok permasalahan Kerja Praktik.
1.4.2 Manfaat bagi Perusahaan
1. Menumbuhkan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat
bagi pihak-pihak yang terlibat.
2. Menjalin hubungan yang baik antara perguruan tinggi dan perusahaan,
sehingga tercipta suatu hubungan sinergis yang bermanfaat demi
kemajuan bersama.
3. Sebagai perwujudan pengabdian kepada masyarakat khususnya dalam
dunia pendidikan untuk menciptakan manusia-manusia pembangunan
yang potensial dan berawawasan kebangsaan.
4. Perusahaan akan mendapatkan ide dan masukan dari hasil identifikasi
dan análisis masalah yang dilakukan mahasiswa selama kerja praktik
dengan harapan ide dan masukan tersebut akan berguna bagi
perusahaan dalam membuat kebijakan di masa mendatang
1.4.3 Manfaat bagi Perguruan Tinggi
1. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menguasai materi terkait
program studi yang telah diperoleh selama perkuliahan berlangsung.
2. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya serta
sebagai bahan evaluasi bagi mahasiswa yang bersangkutan.
3. Memberikan gambaran tentang kesiapan mahasiswa dalam menghadapi
dunia kerja secara nyata.
4. Membina kerja sama yang baik antara perguruan tinggi dengan
perusahaan
5. Mendapat tambahan referensi mengenai perkembangan industri di
Indonesia baik proses maupun teknologi yang digunakan yang dapat
berguna untuk terus memperbarui bahan ajar dan menghasilkan lulusan
berkualitas baik sesuai dengan tuntutan kebutuhan dunia industri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Semen
Semen pada awalnya dikenal di Mesir tahun 500 SM pada saat pembuatan
piramida, yaitu sebagai pengisi ruang kosong diantara celah-celah tumpukan batu.
Semen yang dibuat bangsa Mesir merupakan kalsinasi gypsum yang tidak murni,
sedang kalsinasi batu kapur mulai digunakan pada zaman Romawi, kemudian bangsa
Yunani membuat semen dengan cara mengambil tanah vulkanik yang ada di
pegunungan di pulau Santoris kemudian dikenal dengan santoris cement. Bangsa
Romawi menggunakan semen yang diambil dari material vulkanik yang ada di
pegunungan Vesuvius di lembah Napples yang kemudian dikenal dengan Pozzulona
cement, yang diambil dari sebuah nama kota di Italia yaitu Puzzolia (Zed, Mustika.
2001, Indarung. Tonggak Sejarah Industri Semen Indonesia. Jakarta : Sinar Harapan)
Penemuan bangsa Yunani dan Romawi ini mengalami perkembangan lebih
lanjut mengenai komposisi bahan dan cara pencampurannya, sehingga diperoleh
moltar yang baik. Pada abad pertengahan, kualitas moltar mengalami penurunan yang
disebabkan oleh pembakaran limestone yang kurang sempurna, dengan tidak adanya
tanah vulkanik.
Pada tahun 1910 industri semen di Indonesia dipelopori dengan mulai
beroperasinya NV Nederlands Indische Portland Cement Maatscapij (NIPCM), yang
saat ini berganti nama menjadi PT. Semen Padang (Persero) yang berlokasi di Kota
Padang, Sumatera Barat. Pada saat NIPCM adalah satu-satunya produsen semen di
Indonesia. Masyarakat Padang lebih mengenal pabrik itu dengan nama Indarung.
Status pendirian NV NIPCM disepakati di Amsterdam pada tanggal 18 Maret
1910 di depan notaris Johannes Pieter Smits (Akte No. 358). Perusahaan yang fisiknya
sudah dibangun di Indarung sejak 1907 itu berbentuk naamlooze venootschap (NV).
Untuk pertama, direksi dipegang oleh Gebroeders Veth, yang dalam waktu 6 bulan
harus menyerahkan laporan tertulis kepada Dewan Komisaris. Penujukan Firma
Gebroeders Veth, yang ternyata bukan pemegang saham mayoritas, menjadi direksi
mungkin dengan pertimbangan bahwa mereka sudah mempunyai banyak pengalaman
berdagang dan bergaul dengan masyarakat Hindia Belanda.
2.2 Pengertian Semen
Semen adalah salah satu bahan bangunan yang bersifat hidrolis, dimana
senyawa-senyawa kimia yang terkandung di dalam semen tersebut dapat bereaksi
dengan air membentuk zat baru yang bersifat perekat terhadap batuan. Semen
mengikat bahan-bahan pada (agregat dari pasir) menjadi satu kesatuan yang kompak
(beton). Saat ini total kapasitas produksi semen nasional mencapai 68,7 juta ton
dengan kemampuan produksi 59,9 juta ton. Pada 2014 jumlah ekspor semen asal
Indonesia hanya 220.000 ton, sementara impor sebanyak 2,4 juta ton. Total kebutuhan
semen nasional diperkirakan mencapai 62,4 juta ton.
Batu kapur atau gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa
kalsium oksida (CaO), sedangkan lempung atau tanah liat adalah bahan alam yang
mengandung senyawa : silica oksida (SiO₂), aluminium oksida (Al₂O₃), besi oksida
(Fe₂O₃), dan magnesium oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku
tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinker, yang kemudian
dihancurkan dan ditambah dengan gypsum dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari
proses produksi dikemas dalam kantong dengan berat rata-rata 40-50kg.
Dalam pengertian umum, semen adalah suatu binder, suatu zat yang dapat
menetapkan dan mengeraskan dengan bebas, dan dapat mengikat material lain. Abu
vulkanik dan batu bata yang dihancurkan yang ditambahkan pada batu kapur dan
selanjutnya disebut sebagai cementum. Semen yang digunakan dalam konstruksi
digolongkan ke dalam semen hidrolik dan semen non-hidrolik.
Semen hidrolik adalah material yang menetap dan mengeras setelah
dikombinasikan dengan air, sebagai hasil dari reaksi kimia dari pencampuran dengan
air, dan setelah pembekuan, mempertahankan kekuatan dan stabilitas bahkan dalam
air. Pedoman yang dibutuhkan dalam hal ini adalah pembentukan hidrat pada reaksi
dengan air segera mungkin. Kebanyakan konstruksi semen saat ini adalah semen
hidrolik dan kebanyakan didasarkan pada semen Portland, yang dibuat dari batu
kapur, mineral tanah liat tertentu, dan gypsum, pada proses dengan temperature yang
tinggi yang kemudian menghasilkan karbon dioksida dan berkombinasi secara kimia
yang menghasilkan bahan utama menjadi senyawa baru.
Semen non-hidrolik meliputi material seperti batu kapur dan gypsum yang
harus tetap kering supaya bertambah kuat dan mempunyai komponen cair, contohnya
adukan semen kapur yang ditetapkan hanya dengan pengeringan, dan bertambah kuat
secara lambat dengan menyerap karbon dioksida dari atmosfer untuk membentuk
kembali kalsium karbonat.
Penguatan dan pengerasan semen hidrolik disebabkan adanya pembentukan air
yang mengandung senyawa-senyawa, pembentukan sebagai hasil reaksi antara
komponen semen dengan air. Reaksi dan hasil reaksi mengarah pada hidrasi dan hidrat
secara berturut-turut. Sebagai hasil dari reaksi awal dengan segera, suatu pengerasan
dapat diamati pada awalnya dengan sangat kecil dan akan bertambah seiring
berjalannya waktu. Setelah mencapai tahap tertentu, titik ini diarahkan pada
permulaan tahap pengerasan. Penggabungan lebih lanjut disebut penguatan setelah
mulai tahap pengerasan.
2.3 Macam-macam Semen
Perbedaan macam semen tergantung pada unsur-unsur penyusunnya dan unsur
tambahan lain yang ditambahkannya. Berbagai jenis semen antara lain :
1. Semen Portland
2. Semen Putih
3. Semen Alumina Tinggi
4. Semen Anti Bakteri
5. Semen Pozzolan
6. Water Proofed Cement
7. Oil Well Cement
BAB III
PENGENDALIAN MUTU PADA SEMEN

3.1 Laboratorium
Laboratorium merupakan bagian dari Technical Departement yang
bertugas dalam mengendalikan mutu selama proses dan mempertahankan mutu
produksi sesuai standard nasional Indonesia. Adapun tahapan pengendalian mutu
yang dilakukan di PT Solusi Bangun Indonesia Tbk Cilacap, yaitu:
1. Penetapan standar merupakan hal-hal yang berkaitan dengan biaya, cara
maupun bentuk yang dikehendaki dari produk yang akan dihasilkan.
2. Evaluasi, yaitu membandingkan mutu hasil atau produk yang diperoleh dengan
standar yang diperoleh sebelumnya.
3. Koreksi, diperlukan apabila ada penyimpanan mutu produk selama proses
produksi.
4. Perencanaan peningkatan efisiensi dan standar mutu dari produk yang
dihasilkan.

Skema pengendalian mutu yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Bahan
Proses Produk
Baku

PT Solusi Bangun Indonesia Tbk Cilacap membagi laboratorium menurut


fungsinya. Beberapa laboratorium analisis yang ada adalah:
1. Process Quality Control (PQC)
Process Quality Control bertugas untuk menguji kualitas sampel yang diambil
di raw mill (raw meal), blending silo (kiln feed), cooler (clinker), dan finish
mill (cement). Uji kualitasnya dilakukan dengan menggunakan sinar X-ray
sehingga dapat diketahui komposisi penyusun material tersebut serta parameter
kualitas sampel seperti LSF, IM dan SM. Adapun sampel/bahan yang
dianalisa, yaitu:
a. Raw meal
Yaitu tepung baku yang telah mengalami proses pengeringan dan
penggilingan bahan baku dalam roller mill. Pengambilan sampel setiap
jam. Parameter yang harus diperhatikan adalah LSF (Lime Saturated
Factor), SM (Silica Modulus), IM (Iron Modulus), AM (Alumunium
Modulus).
b. Kiln feed
Yaitu tepung setelah mengalami proses homogenasi dalam blending
silo. Pengambilan sampel setiap jam. Parameter yang harus
diperhatikan adlah LSF dan kadar dustnya.
c. Terak atau clinker
Pengambilan sampel setiap jam. Parameter yang harus diperhatikan
antara lain kandungan C₃S, C₂S, C₄AF, C₃A, SM ( Silica Modulus),
IM, LOI, LSF, kandungan free lime.
d. Semen
Pengambilan sampel setiap 2 jam sekali. Parameter yang harus
diperhatikan antara lain Blaine (ukuran kehalusan butiran semen), LOI
(Loss on Ignition), kandungan SO₃, R90 (menyatakan residu 90µ yang
masih terkandung di dalam semen).
2. Laboratorium Kimia
Laboratorium kimia bertugas menganalisis kualitas bahan baku, batu bara, fly
ash, bottom ash, oil sludge, sekam padi, dan material lain yang terkait dalam
proses produksi. Sehingga sebelum material tersebut digunakan, sudah
dipastikan bahwa material tersebut memenuhi syarat mutunya. Kualitas semen
diuji dengan mengambil contoh komposit di Silo setiap satu kali dalam sehari.
Laboratorium kimia melakukan analisa secara kimia dari sampel berupa:
- Raw material, yaitu limestone, clay, silica sand, iron sand, gypsum, bottom
ash, dan fly ash.
- Raw meal, yaitu tepung baku yang telah mengalami proses pengeringan
dan penggilingan bahan baku dalam roller mill.
- Kiln feed, yaitu tepung setelah mengalami proses homogenasi dalam
blending silo.
- Terak atau clinker hasil pembakaran dalam kiln.
- Semen, diambil dari cement silo.
- Batu bara.
Parameter yang diuji berupa: kadar SiO₂, Al₂O₃, Fe₂O₃, kadar CaO, kadar
MgO, hilang pijar (LOI), kadar R₂O₃, dan kadar SO₃.
3. Laboratorium Fisika
Laboratorium fisika bertugas menguji ketahanan fisik dari semen yang
dihasilkan (diambil dari cement silo), yaitu meliputi setting time, shrinkage
(penyusutan), uji kuat tekan, uji kehalusan (blaine), false set (ikatan semen),
soundness, pemuaian dengan autoclave, AJS (air jet sieve) yaitu uji residu.
Laboratorium fisika juga memiliki laboratorium concrete yang berfungsi untuk
menguji kualitas beton yang dibuat dari semen produksi setiap bulannya.

Tabel 3.1 Syarat Mutu Semen Portland

Jenis Semen Portland


Uraian
I II III IV V


SiO2, (%), minimum - 20, - - -

0

Al2O3, (%), maksimum - 6,0 - - -


Fe2O3, (%), maksimum - 6,0 - 6,5 -

• MgO, (%), maksimum 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0


SO3, (%), maksimum
bila C3A < 8,0 % 2,5 3,0 3,5 2,3 2,3


SO3, (%), maksimum
bila C3A > 8,0 % 3,5 - 4,5 - -

• Hilang Pijar,
(%), maksimum 3,0 3,0 3,0 2,5 3,0

• Residu tak larut,


(%), maksimum 0,75 0,7 0,75 0,75 0,75

5

C3S, (%), maksimum - - - 35,0 -


C2S, (%), minimum - - - 40,0 -


C3A, (%), maksimum - 8,0 15,0 7,0 5,0

Syarat mutu untuk semen Portland komposit terdapat pada table 3.2 berikut:

Tabel 3.2 Syarat Mutu Semen tipe PCC

Komponen Komposisi (% berat)


C3S 54-64
C2S 15-23
C3A 8-11
C4AF 9-12
SO3 maksimum 1,6-1,8

3.2 Alat-alat Laboratorium


1. Blainer
Prinsip kerjanya didasarkan pada kecepatan udara dalam volume tertentu
untuk menghembus suatu batch semen. Makin halus semen, maka nilai
baline nya semakin besar.
2. Wagner
Untuk menentukan ukuran distribusi partikel dari semen.
3. Spektrofotometer Sinar X
Untuk menguji kadar SiO₂, Al₂O₃, CaO, Fe₂O₃, MgO, dan menghitung
modulus-modulus semen.
4. Viccat
Untuk menguji pengerasan semen.
5. Gillmore
Untuk menguji pengeringan semen.
3.3 Prosedur Analisis
1. Process Quality Control (PQC)
a) Pengujian dengan X-Ray:
- Timbang 10 gram sampel
- Masukkan sampel ke dalam grinding ball kemudian tambahkan 3
butir grinding pellet (iodium lourge sulfat) yang berfungsi sebagai
bahan pengikat.
- Bahan tersebut digiling dan dihomogenisasi dengan grinding mill,
kemudian dimasukkan ke dalam cetakan pallet.
- Cetakan pallet tersebut ditekan oleh mesin penekan (press pellet)
dengan tekanan tertentu supaya berbentuk pallet dengan diameter 4
cm.
- Pallet tersebut dimasukkan kedalam mesin x-ray yang telah
dilengkapi dengan pemrograman komputer yang canggih.
- Pallet akan ditembak dengan sinar X yang berasal dari gas arogan
dan tenaga listrik bertekanan tinggi.
- Hasil dapat dilihat di komputer.
b) Analisa ayakan tepung baku
Bentuk ayakan standar yang dicapai adalah silinder dengan diameter 10
cm dan tinggi 20cm. Untuk lapangan baku biasanya digunakan angka
ukuran 44µ dan 88µ. Lima puluh gram tepung baku ditimbang,
dimasukkan kedalam ayakan. Ayakan dipegang kemudian didalamnya
disemprotkan air (spray water) yang tekanannya diatur sebesar 0,7
kg/cm³. Selama itu ayakan terus digerakkan memutar dan kadang-
kadnag dinaik turunkan sehingga bagian yang lebih harus dari ayakan
akan lolos. Sedangkan bagian yang kasar tertinggal diatas ayakan
sebagai sisa.
c) Analisa VW Clinker (volume weight)
Analisa VW Clinker dapat dilakukan dengan :
Perhitungan : VW = (a-b) x 0,5

Dimana : a : berat tepung baku dan container


b : berat container
VW : volume weight (kg/liter)
2. Laboratorium Kimia
a) Pengujian kimia batu kapur
Pengujian kimia batu kapur, salah satunya dilakukan dengan
menggunakan alat X-Ray spektofotometer. Pengujian tersebut
dilakukan untuk mengetahui kandungan SiO₂, Al₂O₃, CaO, MgO, dan
Fe₂O₃.
 Hilang Pijar (Loss On Ignation)
a. Ditimbang s gram (± 1,0 gram) sampel dalam cruse platina.
b. Dipijarkan dalam tanur listrik pada suhu (1000±50)°C
c. Lalu didinginkan dalam desikator lalu timbang beratnya
Perhitungan : LOI = (S-W) x 1/S x 100%
S = Sampel
W = Berat SiO₂
b) Pengujian kimia Tanah Liat dan Pasir Silika
Pengujian kimia tanah liat dan pasir silika untuk mengetahui
kandungan SiO₂, CaO, MgO, dan Fe₂O₃ dengan menggunakan X-ray
Spektrofotometer.
 Hilang Pijar (Loss On Ignation)
a. Ditimbang s gram (± 1,0 gram) sampel dalam cruse platina.
b. Dipijarkan dalam tanur listrik pada suhu (1000±50)°C
c. Lalu didinginkan dalam desikator lalu timbang beratnya
Perhitungan : LOI = (S-W) x 1/S x 100%
S = Sampel
W = Berat SiO₂
c) Pengujian pasir besi
Dilakukan pengujian dengan menggunakan X-ray Spektrofotometer
untuk mengetahui kandungan paisrbesi berupa SiO₂, Fe₂O₃, CaO, dan
MgO.
 Hilang Pijar (Loss On Ignation)
a. Ditimbang s gram (± 1,0 gram) sampel dalam cruse platina.
b. Dipijarkan dalam tanur listrik pada suhu (1000±50)°C
c. Lalu didinginkan dalam desikator lalu timbang beratnya
Perhitungan : LOI = (S-W) x 1/S x 100%
S = Sampel
W = Berat SiO₂
d) Pengujian kimia Gypsum
Pengujian dilakukan dengan menggunakan X-ray Spektrofotomete
untuk mengetahui kandungan CaO.
e) Pengujian Terak dan semua Portland
 Hilang Pijar (Loss On Ignation)
d. Ditimbang s gram (± 1,0 gram) sampel dalam cruse platina.
e. Dipijarkan dalam tanur listrik pada suhu (1000±50)°C
f. Lalu didinginkan dalam desikator lalu timbang beratnya
Perhitungan : LOI = (S-W) x 1/S x 100%
S = Sampel
W = Berat SiO₂
3. Laboratorium Fisika
Laboratorium fisika bertugas melakukan pengujian-pengujian fisik dari
semen yang dihasilkan, meliputi:
a) Pengujian Setting Time
Cara pemnbuatan pasta (sampel)
a. Siapkan pengaduk dan mixing bowl. Timbang 650 gram semen.
Siapkan sejumlah air (24±1)% terhadap berat semen.
b. Masukkan air kedalam bowl, kemudian masukkan semen dan
diamkan 30 menit agar air terserap. Mixer dijalankan dengan
kecepatan lambat selama 30 detik. Mixer dihentikan selama 15
detik. Adonan yang menempel dipengaduk dan mangkuk di
kumpulkan.
c. Mixer dijalankan lagi dengan kecepatan medium selama 60 detik.
Cara pengujian Setting Time
a. Ambil pasta dengan menggunakan sarung tangan. Lempar-
lemparkan pasta dari tangan ke tangan dengan jarak ± 15 cm
sebanyak 6 kali.
b. Masukkan pasta ke dalam cincin percobaan sampai kira-kira penuh.
Kurangi dan sambil diratakan dengan tangan, kemudian letakkan
diatas plat kaca/ebonite.
c. Ratakan permukaan dengan alat semacam pisau dengan cra
mengiris-iris tegak permukaan dan jaga jangan sampai menekan
adonan.
d. Tempatkan dulu torak/plunger pada titik nol (selama pengujian,
bebaskan alat dari getaran). Setting time tercapai jika torak dilepas
selama 30 detik, ujung torak masuk (10±1) mm ke dalam pasta.
b) Pengujian False set

Cara Pembuatan Pasta (Sampel)


a. Siapkan pengaduk dan mixing bowl. Timbang 500 gram semen.
Siapkan sejumlah air (26 ± 1 )% terhadap berat semen.

b. Masukkan air kedalam bowl, kemudian masukkan semen dan


diamkan 30 menit agar air terserap. Mixer dijalankan dengan
kecepatan lambat selama 30 detik. Mixer dihentikan selama 15
detik. Adonan yang menempel dipengaduk dan mangkuk
dikumpulkan.

c. Mixer dijalankan lagi dengan kecepatan medium selama 150detik.


Cara Pengujian False Setting
a. Masukkan pasta ke dalam cincin percobaan sampai kira-kira
penuh. Kurangi dan sambil ratakan dengan tangan, kemudian
letakkan diatas plat kaca/ebonite.

b. Ratakan permukaan dengan alat semacam pisau dengan cara


mengiris- iris tegak permukaan dan jaga jangan sampai menekan
adonan.

c. Tempatkan dulu torak/plunger pada titik nol (selama pengujian,


bebaskan alat dari getaran). Setting time tercapai jika
torakdilepas selama 30 detik, ujung torak masuk (32 ± 4) mm
kedalam pasta.
c) Analisa Blaine
a. Sampel semen ditimbang sebanyak 2,95 gram, dimasukkan
kedalam silinder baja, dimasukkan pada bagian dasar terdapat
penutup yang berongga.
b. 1 helai kertas saring diletakkan diatas sampel, sampel ditekan
secara perlahan hingga termampatkan, kemudian silinder baja
diletakkan pada pipa U yang berisi cairan minyak berwarna
kuning yang dilengkapi dengan bola penghisap.
c. Dilepaskan sampai cairan minyak naik keatas sampai melebihi
tanda batas, stopwatch dihidupkan dan dicatat lama waktu
cairan minyak turun hingga tanda batas bawah.
d) Analisa Kuat Tekan Mortar
Cara pembuatan benda uji

a. Mula-mula mortar disiapkan terlebih dahulu.


b. Perbandingan berat antara semen dan pasir adalah 1: 2,75
c. Perbandingan antara air dan semen untuk semen Portland adalah
0,485 sedangkan untuk air entraining semen Portland adalah0,460
d. Untuk mengecek 6 atau 9 buah benda uji, diperlukan perbandingan
bahan sebagai berikut :

6 buah 9 buah
Semen Portland (gram) 500 740
Pasir Otawa (gram) 1375 2035
Air (CC) 242 354

Setelah mortar siap, mortar dibiarkan dulu di dalam mangkok selama


90 detik atau segera dilakukan “ flow test “ sebagai berikut :
a. Mula-mula flow table dan flowmold dibersihkan dan
dikeringkan terlebih dahulu.
b. Masukkan mortar ke dalam flow mold sampai kira-kira setinggi
2,5 cm dan dikompakkan dengan jalan tamping sebanyak 20
kali supaya mortar dapat mengisi seluruh bagian flow mold
dengan merata.
c. Berikutnya mortar ditambahkan kedalam flow mold lagi dan
dikompakkan dengan cara yang sama. Permukaan mortar
dalam flow mold diratakan dengan alat semacam pisau
dengangerakkan mengiris- iris tegak lurus permukaan.
d. Flow table dibersihkan dan dikeringkan dari air yang berasal
dari mortar.
e. Setelah 60 detik dari saat selesainya mixing, flow mold segera
diangkat dan flow table segera diturun naikkan setinggi 0,5
inch (1,27 cm) sebanyak 25 kali dalam 15 detik. Segera
diujikekuatan tekan aduknya untuk umur 3 hari, 7 hari dan 28
hari.
f. Kemudian sesaat sebelum ditentukan kekuatan aduknya, tiap-
tiap benda uji tersebut diseka terlebih dahulu dengan kain basah
untuk menghilangkan kelebihan air dan kotoran yang melekat,
sehingga seluruh permukaan benda uji dapat langsung
bersinggungan dengan “bearing block” pada “testing machine”.
Beban diberikan kepada permukaan benda uji yang tadinya
langsung berhubungan dengan dinding-dinding cetakan.

e) Pemuaian dengan Autoclave


a. Mula-mula 650 gram semen dengan sejumlah air dibuat adonan
terlebih dahulu.
b. Kemudian adonan dimasukkan kedalam cetakan. Mula-mula
setengah bagian dari cetakan diisi adonan lalu dikompakkan
dengan menekan- nekan, sehingga cetakan dapat terisi adonan
sepenuhnya.
c. ½ bagian yang lain dari cetakan diisi adonan lagi dengan cara
yang sama kemudian kelebihan adonan pada bagian atas cetakan
dikurangi dan permukaan cetakan diratakan dengan alat
semacam pisau dengan gerakan mengiris-iris tegak
luruspermukaan.

d. Selama melakukan persiapan ini sebaiknya menggunakan sarung


tangan dari karet.

e. Setelah selesai mencetak, cetakan lalu disimpan ditempat yang


lembab paling sedikit selama 20 jam. Bila kurang dari 24 jam
benda diuji (specimen) sudah diangkat dari cetakan, maka benda
uji itu harus dibiarkan dulu ditempat yang lembab sampai
saatnya diuji.

f. Setelah 24 jam ± 30 menit dari saat dicetak, benda uji diangkat


dari cetakan dan dikeluarkan dari tempat lembab lalu segera
diukur panjangnya dan dimasukkan ke dalam autoclave pada

suhu kamar, sedemikian rupa seluruh benda uji dapat dengan


suhu 20-28oC yaitu untuk menghasilkan uap air jenuh.

g. Biasanya 7-10% bagian dari volume autoclave harus terisi air.


Untuk mengeluarkan udara dari dalam autoclave, vent valve
dibiarkan terbuka sampai uap air mulai keluar kemudian valve
ditutup dan suhu autoclave dinaikkan sampai tekanan uap air
mencapai 295 psi dalam waktu 45-75 menit dari saat suhu mulai
naik

h. Tekanan 295 ± 10 psi dipertahankan selama 3 jam, pemanasan


dihentikan dan autoclave didinginkan sampai tekanannya dalam
waktu 1,5 jam menjadi 10 psi, kemudian tekanan diturunkan lagi
sampai sama dengan tekanan atmosfer dengan cara membuka
vent valve pelan-pelan.

i. Autoclave dibukadan benda uji diambillalu dimasukkan dalam


air yang suhunya diatas 90oC.

j. Dinginkan dengan menambahkan air dingin sehingga dalam


waktu 15 menit suhunya turun sampai dibawah 23oC.
Pertahankan suhu 23oC tersebutselama 15 menit, kemudian
keringkan permukaan benda uji dan diukur lagi berapa
panjangnya sekarang.

k. Selisih panjang antara benda uji sebelum dan sesudah di


autoclave expantion dan dinyatakan sampai 0,01%. Bila
panjangnya berkurang, maka dinyatakan dengan tanda negative.
f) Pengujian Spesific Gravity (SG) Semen
a. Siapkan botol chapman 250 ml yang sudahkering.
b. Siapkan minyak tanah yang diberi silica gel pada suatutempat.
c. Isi botol chapman dengan minyak tanah sampai tanda tera perama
d. Tempatkan botol chapman pada bak curing beberapa

jam. Catat suhu dan isi botol chapman (V1). Timbang 64 gram
semen. Ambil botol chapman pada bak curing dan keringkan
permukaan luar botol dengan kain.

e. Masukkan semen ke dalam botol chapman, sedikit demi sedikit


dengan menggunakan corong gelas. Setelah semen masuk semua
ke dalam minyak tanah dalam botol chapman, tutup botol tersebut.
f. Hilangkan gelembung-gelembung udara dalam gumpalan semen
dengan cara botol digoyang dan diputar.
g. Tempatkan botol chapman dalam bak curing selama 24 jam. Catat
volume minyak tanah pada suhu yang sama sebagaiV2.
h. Perhitungan : S.G = S/ (V2-V1)

S = berat sampel semen (64 gram)

V1 = volume minyak tanah pada botol chapman V2 =


volume minyak dan semen

g) Pengujian AJS ( Air Jet Sieve)


Penetapan residu 90 µm semen
a. Timbang 10 gram sampel , masukkan ke dalam ayakan 90µm
b. Masukkan ke dalam alat AJS
c. Timbang sisa semen yang tertinggal di ayakan (w1)
d. Hitung dengan rumus : W = w1 X 10gram
BAB IV
PENGOLAHAN LIMBAH

Limbah merupakan suatu masalah yang membutuhkan perhatian yang besar.


Pada pengertiannya, limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan/proses
produksi. Maka diperlukan penanganan khusus dalam pengelolaannya agar tidak
mencemari lingkungan sekitar. PT Solusi Bangun Indonesia Tbk Cilacap dalam
proses utamanya sama sekali tidak menghasilkan limbah cair dan padat. Limbah
cair yang dihasilkan adalah dari proses pendukung (auxiliary process) seperti
aktivitas laboratorium dan maintenance (penggantian oli, dll). Emisi debu, gas,
dan kebisingan merupakan dampaklingkungan yang dipantau secara rutin.
Pada Unit Operasional Pabrik emisi gas yang dihasilkan antara lain gas buang
CO, SO2, NO2, O3, Pb, dan CH. Sedangkan untuk limbah cair, selalu dilakukan
pemantauan rutin setiap bulannya untuk memastikan kualitas air buangan selalu
di bawah baku mutu yang ditetapkan.
4.1 Limbah Cair
Limbah cair PT Solusi Bangun Indonesia Tbk Pabrik Cilacap berasal dari
proses pendukung yaitu aktivitas laboratorium dan maintenance. PT Solusi
Bangun Indonesia Tbk Pabrik Cilacap menggunakan sistem pendinginan
tertutup dengan memanfaatkan kurang lebih 90% air hujan yang ditampung di
dalam settling pond. Pemantauan kualitas air selalu dilakukan secara rutin pada
titik pemantauan saluran CIL2 (trumix beton), saluran CIL2 (desalinisasi),
saluran selatan warehouse dan limbah domestik. Pengujian kualitas air di PT
Solusi Bangun Indonesia Tbk Pabrik Cilacap sendiri bekerja sama dengan
laboratorium pengujian Balai Besar Teknologi dan Pencegahan Pencemaran
Industri Semarang, Jawa Tengah.
4.2 Emisi Gas
Emisi gas yang keluar ke udara melalui cerobong (stack) dan dari kegiatan
produksi menghasilkan gas buang CO, SO2, NO2, O3, Pb dan CH yang
dihasilkan selama proses produksi khusunya pada cerobong kiln dan cooler.
Pemantauan emisi gas dilakukan dengan memasang CEM (Continous
Emission Monitoring System) pada cerobong kiln dan cooler yang memantau
emisi hingga tiap detik.
CEM ini adalah software komputer pada ruangan departemen EQS
(Environmental Quality Service) yang dengan kontinyu dapat memantau
komposisi gas buang yang keluar dari cerobong stack. CEM mampu melihat
hasil pengukuran dari lima alat ukur utama yang masing-masing mengukur
komposisi gas buang yang berbeda.
Untuk melakukan analisa stack gas, digunakan cara isokinetic sampling.
Isokinetic Sampling adalah teknik khusus untuk pengambilan sampel dioksin
dan partikular dari aliran gas, karena kedua unsur ini dikategorikan semi -VOC
dan aerosol berturut-turut. Selain menggunakan CEM sebagai alat pantau
emisi, PT Solusi Bangun Indonesia juga bekerjasama dengan instalasi lain
yang kompeten untuk memantau kualitas udara ambient, emisi cerobong, emisi
alat berat, dll dalam periode 3 bulan dan 1 tahunan.
4.3 Emisi Partikulat (Debu)
Pencemaran udara oleh debu merupakan salah satu karakteristik produksi
semen. Debu atau partikulat merupakan parameter kualitas lingkungan yang
berpotensi melebihi baku mutu lingkungan yang ditetapkan, sehingga
pemantauan secara terus-menerus perlu dilakukan untuk mengetahui
kecenderungan debu atau partikulat yang bersumber dari cerobong utama
pabrik yang mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Di pabrik semen ini debu
secara umum keluar dari cerobong utama pabrik yang mempengaruhi
lingkungan sekitarnya. Di pabrik semen ini debu secara umum keluar dari
cerobong yang terletak di Kiln, Cooler, Coal Mill, dan Finish Mill.
Di pabrik ini alat utama untuk menangkap debu adalah
Electrostatic Precipitator dan bag filter. Electrostatic precipitator
berfungsi untuk memisahkan debu dan gas secara elektrik sebelum dibuang
langsung ke udara. Sedangkan bag filter fungsinya hampir sama yaitu
menyaring debu dan gas.
CEM type OMD 41 yang ditempatkan dicerobong kiln dan cooler untuk
pencegahan setiap saat. Untuk para pekerja yang berada di daerah debu
diharuskan memakai masker sebagai upaya pencegahan terhadap bahaya debu.
Debu yang berterbangan di udara selain dipantau melalui CEM setiap detiknya
juga dilakukan pemantauan setiap tiga bulan. Kemudian harus dianalisa dan
konsentrasi debu rata-rata harus berada dibawah ambang yaitu 80 mg/m3.
(Kep.Men LH Nomor : Kep.13/MENLH/3/1995).
4.4 Kebisingan
Di industri semen, masalah kebisingan kerap menjadi perhatian warga sekitar
mengingat industri tersebut menggunakan alat-alat yang tentunya
menimbulkan kebisingan saat alat-alat tersebut beroperasi. Untuk mengurangi
kebisingan di area pabrik yang beroperasi juga dipasang silincer untuk
mengurangi kebisingannya. Di PT Solusi Bangun Indonesia Indonesia Tbk
Pabrik Cilacap sendiri tingkat kebisingan diukur didalam dan diluar pabrik
dengan menggunakan alat sound level meter. Sound level meter bekerja
dengan diarahkan ke sumber suata, setinggi telinga, agar dapat menangkap
kebisingan yang tercipta. Untuk pengecekkan kebisingan dilakukan di 10 titik
diantaranya di pemukimam warga dan di lingkungan semen tersebut. Baku
mutu kebisingan untuk daerah industri dan trasnportasi ± 70 dBA, sedangkan
untuk lingkungan pemukiman ± 55 dBA.

4.5 Limbah B3
Dalam PT Solusi Bangun Indonesia Tbk Pabrik Cilacap menggolongkan
limbah B3 yang mencakup oli bekas, tinta bekas, filter bekas, material
terkontaminasi, lem bekas, botol kimia bekas, limbah laboratorium WWR
sludge, Accu/ batre bekas, lampu bekas, barang- barang elektronik, bahan
peledak, limbah radioaktif (alat X- ray), limbah yang mengandung asbes,
bahan sianida tinggi, asam mineral dan sampah yang tidak disortir. Mengenai
penanganan dan penggunaan limbah B3, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk
Pabrik Cilacap telah mendapatkan pengesahan dari pemerintah melalui tiga
Kepmen LH sebagai berikut :
Kepmen LH No. 697 Tahun 2008 me ngenai Izin Pengoperasian Alat
Pengolah Limbah Berbahaya dan Beracun (Kiln Incinerator).
Sesuai Kepmen LH di atas, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk Pabrik Cilacap
telah mendapatkan izin untuk melakukan pembakaran limbah B3 domestik
(hasil dari PT Solusi Bangun Indonesia Tbk Pabrik Cilacap sendiri) ataupun
limbah B3 dari pihak luar. Fasilitas pembakaran limbah ini terletak di lantai 5
dari preheater, berupa insinerator yang berhubungan dengan kiln.
Limbah B3 yang dapat dibakar di dalam insinerator yaitu:
a) Oli/grease bekas
b) Tinta bekas
c) Filter bekas

d) Material terkontaminasi

e) Lem bekas

f) WWT sludge

Limbah B3 yang tidak diijinkan untuk dibakar di dalam insinerator tetapi


dikirimkan ke tempat pengolahan yang sudah mendapat ijin dari pemerintah
yaitu:
a. Accu/ batrebekas
b. Lampu bekas
c. Barang-barang elektronik
d. Bahan peledak
e. Limbah radioaktif (alat X-ray)
f. Limbah yang mengandung asbes
g. Bahan sianida tinggi
h. Asam mineral
i. Sampah yang tidak disortir.

Kepmen LH No.506 Tahun 2007 mengenai Izin Pemanfaatan Limbah


Berbahaya dan Beracun (Bottom and Fly Ash).
Sesuai dengan Kepmen ini PT Solusi Bangun Indonesia Tbk Cilacap telah
diberikan otoritas untuk menggunakan limbah tertentu (debu pembakaran batu
bara dan limbah industri lain) sebagai bahan tambahan dalam proses
produksinya. Limbah yang telah diberi izin untuk dimanfaatkan oleh PT Solusi
Bangun Indonesia Tbk Cilacap adalah fly ash, wet fly ash, ash valley, bottom
ash, debu EAF (Electrical Arc Furnance), iron scale, iron concebtrate, iron
slag, steel slag, copper slag, oil slop,sludge IPAL (industri kertas dan kawasan
industri terpadu).

Anda mungkin juga menyukai