Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penduduk Indonesia sebagian besar tinggal di daerah pedesaan dan hingga
saat ini masih menyandarkan mata pencaharian pada sektor pertanian. Hal ini
yang menyebabkan sektor pertanian memiliki peran penting terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor pertanian sendiri memiliki beberapa
subsektor, antara lain subsektor tanaman pangan atau tanaman bahan makanan
(lebih dikenal dengan pertanian rakyat), subsektor perkebunan, subsektor
peternakan, subsektor kehutanan, serta subsektor perikanan.
Dalam subsektor tanaman pangan tercakup komoditi tanaman pangan
seperti padi, palawija. Tanaman pangan penting dalam pembangunan pertanian
karena termasuk dalam kebutuhan dasar manusia yaitu menyangkut ketersediaan
pangan. Subsektor tanaman pangan di Kabupaten Jember memberi sumbangan
terbesar terhadap PDRB sektor pertanian dibanding subsektor pertanian yang lain.
Hal ini juga didukung dengan potensi sumber daya lahan sawah yang luas, yaitu
20.522 Ha.
Kedelai sebagai salah satu tanaman pangan di Indonesia yang banyak
diolah menjadi berbagai produk, baik produk pangan, obat-obatan, industri
maupun pakan. Produk olahan kedelai yang popular di masyarakat dewasa ini
adalah produk fermentasi seperti tahu, tempe, kecap dan produk non fermentasi
seperti tahu, susu, dan daging tiruan (meat analog).
Tempe berasal dari produk fermentasi biji kedelai dengan inokulum
Rhizopus oligosporus yang dilakukan secara tradisional, sudah dikenal bergizi
tinggi dan berkhasiat sebagai obat. Tempe kedelai telah diakui dunia bahwa tempe
kedelai itu merupakan makanan asli Indonesia yang kandungan gizinya sangat
tinggi patut diperhitungkan tingkat kandungan gizi kedelai sebagai bahan baku
tempe. Khasiat dan kandungan gizi menjadi tempe kedelai yang dulu dikonsumsi
masyarakat ekonomi kelas bawah namun sekarang sudah dinikmati oleh semua
lapisan masyarakat, bahkan disajikan dalam bentuk burger yang ditemui
direstoran dan hotel berbintang, hal ini kiranya dapat mendorong dan memacu

1
kesempatan pengusaha tempe kedelai untuk mengembangkan usahanya lebih luas.
Usaha tempe kedelai cukup prospektif dikembangkan di Kabupaten Jember
sebagai salah satu sentra kedelai di Jawa Timur yang menyediakan untuk bahan
baku usaha tempe kedelai.
Tabel 1.1
Produksi Kedelai di Jawa Timur dan Indonesia
Tahun 2011-2015

Tahun Jawa Timur Indonesia


2011 366999 851286
2012 361986 843153
2013 329461 779992
2014 355464 954997
2015 344998 963183
Rata-rata 1758908 4392611
Sumber : Badan Pusat Statistik

1400000

1200000

1000000
Produksi (Ton)

800000
Indonesia
600000 Jawa Timur

400000

200000

0
2011 2012 2013 2014 2015

Grafik 1.1.
Produksi Kedelai di Jawa Timur dan Indonesia
Tahun 2011-2015

Produksi kedelai di Jawa Timur dan Indonesia secara statistik bisa dilihat
pada tabel 1.1 dan grafik 1.1 yang menunjukkan bahwa produksinya setiap tahun
adalah fluktuatif dan mengalami peningkatan pada tahun 2013 walaupun tidak
terlalu signifikan, hal ini dapat membuktikan bahwa home industry tempe di

2
Indonesia dan Jawa Timur cukup menjanjikan dilihat dari produksi yang terus
meningkat setiap tahunnya.
Tabel 1.2
Luas Panen, Produktivitas dan Produksi
Kedelai di Kabupaten Jember
Tahun 2011-2015
Luas Panen Produktivitas Produksi
Tahun
(Ha) (Kw/ha) (Kw)
2011 15.281 17,29 264.160
2012 14.149 19,87 28,114
2013 9.456 22,58 213.480
2014 11.729 20,35 238.680
2015 11.895 21,17 251.780
Jumlah 62.510 101,26 968.128
Sumber : BPS Kabupaten Jember

Tabel 1.2 menunjukkan luas panen, produktivitas dan produksi kedelai di


Kabupaten Jember. Secara keseluruhan tabel 1.2 menunjukkan bahwa luas lahan,
produktivitas dan produksi setiap tahun adalah fluktuatif dan mengalami
penurunan yang tidak terlalu signifikan pada tahun 2013. Namun untuk tahun
berikutnya terus mengalami peningkatan kembali pada tahun 2014 dan 2015.

Tabel 1.3
Luas Panen, Produktivitas dan Produksi
Kedelai di Kecamatan Sumbersari
Tahun 2011-2015
Luas Panen Produktivitas Produksi
Tahun
(Ha) (Kw/ha) (Kw)
2011 75 14,93 1.120
2012 48 17,50 84
2013 - - -
2014 61 16,39 1000
2015 113 19,91 2.250
Jumlah 297 68,73 4454
Sumber : BPS Kabupaten Jember

3
Tabel 1.3 menunjukkan luas panen, produktivitas dan produksi kedelai di
kecamatan sumbersari. Secara keseluruhan tabel 1.3 menunjukkan bahwa luas
lahan, produktivitas dan produksi setiap tahun adalah fluktuatif dan mengalami
mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2013. Namun untuk
tahun berikutnya terus mengalami peningkatan kembali pada tahun 2014 dan
2015.
Tabel 1.4
Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi
Kedelai Menurut Kelurahan
Di Kecamatan Sumbersari
Tahun 2015
Luas Tanam Luas Panen Produksi
No Kelurahan
(Ha) (Ha) (Ton)
1 Kranjingan 31 31 56,54
2 Wirologi 26 26 45,85
3 Karangrejo 26 26 45,36
4 Kebonsari 12 12 25,69
5 Sumbersari 0 0 0,00
6 Tegal Gede 12 12 25,58
7 Antirogo 12 12 25,98
Jumlah 118 118 225
Sumber : Kec. Sumbersari Dalam Angka

Tabel 1.4 menunjukkan luas tanam, luas panen dan produksi di setiap
kelurahan kecamatan sumbersari. Secara keseluruhan, pada tahun 2015 jumlah
produksi tertinggi adalah kelurahan kranjingan (56,54 Ton), selanjutnya pada
urutan kedua dan ketiga adalah kelurahan wirologi (45,85 Ton) dan kelurahan
karangrejo (45,36 Ton), sedangkan hasil produksi terendah adalah kecamatan
sumbersari yakni (0,00 Ton), hal ini dikarenakan luas tanam di kelurahan
sumbersari ini 0 ha, sehingga produksinya lebih rendah dari kelurahan lainnya.
Berdasarkan uraian tersebut, hal yang menarik untuk dikaji adalah apakah
Home Industry Tempe Kedelai di Kelurahan Antirogo Kabupaten Jember mampu
memberikan benefit yang cukup tinggi dan apakah home industry ini layak untuk
diusahakan.

4
1.2. Rumusan Masalah
1. Berapa besarnya biaya, penerimaan, dan keuntungan Home Industry
Tempe Kedelai Di Kelurahan Antirogo Kabupaten Jember pada satu hari?
2. Bagaimana kelayakan Home Industri Tempe Di Kelurahan Antirogo
Kabupaten Jember dengan melihat R/C Ratio?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Mengetahui besarnya biaya, penerimaan, dan keuntungan Home Industry
Tempe Kedelai Di Kelurahan Antirogo Kabupaten Jember pada satu hari.
2. Menganalisis kelayakan Home Industry Tempe kedelai Di Kecamatan
Antirogo Kabupaten Jember.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
tentang tempe kedelai.
2. Bagi produsen home industry tempe kedelai, diharapkan dapat digunakan
sebagai masukan dan bahan informasi agar lebih baik lagi dalam
pengembangan dan pengelolaan usahanya.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Kedelai
Kedelai (Glysine max (L) Mer.) merupakan salah satu jenis kacang-
kacangan yang mengandung protein nabati yang tinggi, sumber lemak, vitamin,
dan mineral. Apabila cukup tersedia di dalam negeri akan mampu memperbaiki
gizi masyarakat melalui konsumsi kedelai segar maupun melalui konsumsi kedelai
olahan seperti tahu, tempe, tauco, kecap, susu dan lain sebagainya (Kertaatmaja,
2001). Kedudukan tanaman kedelai dalam sistemik tumbuhan (taksonomi)
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Polypotales
Famili : Leguminosae (Papilionaceae)
Sub-famili : Papilionoideae
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max ( L) Merill. sinonim dengan G. Soya ( L.) Sieb dan
Zucc. atau Soya max atau S. hispida.
(Rukmana, 1996).
Kedelai mempunyai kegunaan yang luas dalam tatanan kehidupan
manusia. Penanaman kedelai dapat meningkatkan kesuburan tanah, karena akar-
akarnya dapat mengikat Nitrogen dari udara dengan bantuan bakteri Rhizobium
sp, sehingga unsur nitrogen bagi tanaman tersedia dalam tanah. Limbah tanaman
kedelai berupa brangkasan dapat dijadikan bahan pupuk organik penyubur tanah.
Limbah dari bekas proses pengolahan kedelai, misalnya ampas tempe, ampas
kecap dan lain-lain, dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan tambahan
(konsentrat) pada pakan ternak (Rukmana, 1996).
Pengolahan kedelai dapat dikelompokan menjadi dua macam, yaitu
dengan fermentasi dan tanpa fermentasi. Pengolahan melalui fermentasi akan

6
menghasilkan kecap, oncom, tauco dan tempe. Bentuk olahan tanpa melalui
fermentasi adalah yuba, sere, susu kedelai, tahu, tauge dan tepung kedelai
(Kasryno et all, 1985).

2.2. Tempe
Menurut Sarwono (2000) tempe kedelai mengandung protein sekitar
19,5%. Selain itu, tempe kedelai juga mengandung lemak sekitar 4 %, karbohidrat
9,4 %, vitamin B12 antara 3,9-5 mg per 100 g tempe. Adanya kandungan vitamin
B12 pada tempe, dipandang sebagai sesuatu yang unik. Vitamin B12 diduga
berasal dari kapang yang tumbuh dalam tempe, tapi ada pula yang mengatakan
berasal dari unsur lain. Menurut Curtis et all (1997) dalam Sarwono, vitamin B12
pada tempe diproduksi oleh sejenis bakteri yaitu Klabsiella pneumoniae. Bakteri
itu sebetulnya merupakan mikroba kontaminasi. Vitamin B12 sangat berguna
untuk membentuk sel-sel darah merah dalam tubuh sehingga dapat mencegah
terjadinya anemia (kurang darah) dan tempe juga banyak mengandung mineral
dan fosfor.
Bahan baku utama membuat tempe adalah kacang kedelai jenis kuning.
Daya tahan tempe minim sekali, yaitu paling lama hanya dua hari. Setelah itu
membusuk. Namun, tempe yang membusuk masih dapat diolah menjadi sayuran
atau campuran bumbu sayuran. Karena bahan baku tempe adalah kacang kedelai
maka tempe mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi. Tempe yang baik ialah yang
tidak banyak campuran-campurannya, misalkan ampas kedelai, onggok, dan
sebagainya. Selain itu, tempe yang baik dibuat dari kacang kedelai yang tidak
busuk dan tidak banyak batubatu kecilnya, dan dipilah biji kedelai yang tua serta
berkilat dan agak berminyak (Soedjono, 1995).
Komposisi tempe yang baik adalah sebagai berikut :
a. Kadar air : ± 66 %
b. Kadar protein : ± 20 %
c. Abu : ±0,9 %
d. Karbohidrat : ± 3,9 %
e. Lemak : ± 9,7 %

7
f. Warna : putih keabu-abuan
g. Bau dan rasa : normal
h. Bahan tambahan : bahan pengikat ± 1 % zat warna negatif
(Soedjono, 1995).
Tempe memiliki khasiat terhadap kelangsungan kesehatan tubuh yaitu :
a. Tempe memiliki karakteristik sebagai makanan bayi yang baik. Selain
pertumbuhan fisik, tempe juga berkhasiat menghindari diare akibat bakteri
enteropatogenik.
b. Tempe mangandung antibiotik alami yang dapat melindungi usus dan
memperbaiki sistem pencernaan yang menyebabkan diare pada anak balita.
c. Tempe dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan dapat membuat awet muda
karena mengandung senyawa zat isoflavin yang mempunyai daya proteksi
terhadap sel hati dan mencegah penyakit jantung.
d. Tempe dapat melangsingkan tubuh karena dapat menghindari terjadinya
penimbunan lemak dalam rongga perut, ginjal, dan dibawah kulit perut.
e. Tempe merupakan hasil Fermentasi kapang dan mikroorganisme lain yang
tidak bersifat patogen terhadap keselamatan manusia.
(Sarwono, 2000).

2.3. Industri Rumah Tangga (Home Industry)


Manfaat industri kecil antara lain menciptakan peluang berusaha yang luas
dengan pembiayaan yang relatif murah, turut mengambil peranan dalam
peningkatan dan mobilisasi tabungan domestik, industri kecil mempunyai
kedudukan komplementer terhadap industri besar dan sedang karena industri kecil
menghasilkan yang relatif murah dan sederhana (Saleh, 1986).
Kegiatan industri kecil lebih-lebih rumah tangga yang jumlahnya sangat
banyak di Indonesia memiliki kaitan yang dekat dengan mata pencaharian
pertanian di daerah pedesaan serta tersebar diseluruh tanah air. Kegiatan ini
umumnya merupakan pekerjaan sekunder para petani dan penduduk desa yang
memiliki arti sebagai sumber penghasilan tambahan dan musiman
(Rahardjo,1986).

8
Secara umum perusahaan dalam skala kecil baik usaha perseorangan
maupun persekutuan memliki daya tarik dan kelebihan antara lain :
a. Pemilik merangkap manajer perusahaan dan merangkap semua fungsi
manajerial, seperti marketing, finance dan administrasi.
b. Resiko usaha menjadi beban pemilik
c. Pertumbuhannya lambat, tidak teratur, tetapi kadang-kadang terlalu
cepat dan bahkan prematur.
d. Bebas menentukan harga produksi atas barang dan jasa.
e. Pemiliknya menerima seluruh laba.
f. Umumnya mampu untuk survive.
(Tohar, 2000).
Industri tempe adalah suatu kegiatan atau unit usaha yang mengolah
kedelai menjadi tempe. Industri pembuatan tempe biasanya masih tergolong
industri rumah tangga yang mempekerjakan 1-4 orang. Menurut Rahardjo (1986)
dilihat dari segi jumlah satuan-satuan perusahaan, industri dibagi menjadi :
a. Industri rumah tangga mempunyai 1-4 orang tenaga kerja.
b. Industri kecil mempunyai 5-19 orang tenaga kerja.
c. Industri sedang mempunyai 20-99 orang tenaga kerja.
d. Industri besar mempunyai lebih dari 100 orang tenaga kerja.

2.4. Analisis Usaha


Menurut Hernanto (1993) analisis usaha yang dimaksud untuk mengetahui
kekuatan pengelola secara menyeluruh sebagai jaminan atau tabungan bank serta
usahanya. Informasi ini penting bagi pengelola dalam kedudukannya terkait
dengan kredit, pajak-pajak usaha dan pajak kekayaan.

2.4.1. Biaya
Biaya adalah nilai dari semua masukan ekonomik yang diperlukan yang
dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk. Analisis
biaya terdiri dari tiga konsep yang berbeda. Pertama, konsep biaya alat luar, yaitu
biaya total luar secara nyata. Kedua, konsep biaya mengusahakan, yaitu biaya alat

9
luar dan tenaga keluarga. Konsep terakhir yaitu konsep biaya menghasilkan, yaitu
biaya mengusahakan ditambah biaya modal sendiri ( Prasetya, 1995).
Biaya adalah sejumlah nilai uang yang dikeluarkan oleh produsen atau
produsen untuk mengongkosi kegiatan produksi. Dalam proses produksi, faktor
faktor produksi dikombinasikan, diproses dan kemudian menghasilkan suatu hasil
akhir yang biasanya disebut produk (Supardi, 1995). Biaya produksi dimaksudkan
sebagai jumlah kompensasi yang diterima oleh pemilik unsur-unsur produksi yang
digunakan dalam prosesproduksi yang bersangkutan (Suprapto, 1995).
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap dalam arti bahwa
produksinya nol, kecil atau besar biayanya tidak berubah. Sedangkan biaya
variabel adalah biaya yang besarnya tergantung volume produksi (Soetrisno,
1983). Menurut Hernanto (1993) ada empat kategori atau pengelompokan biaya,
yaitu :
a. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang penggunaannya tidak habis
dalam satu kali masa produksi.
b. Biaya variabel atau berubah-ubah (variable cost) adalah biaya yang
besar kecilnya sangat tergantung kepada biaya skala produksi
c. Biaya tunai dari biaya tetap dapat berupa air dan pajak tanah. Sedangkan
untuk biaya variabel untuk biaya tenaga kerja luar.
d. Biaya tidak tunai (diperhitungkan) meliputi biaya tetap dan biaya
tenaga keluarga. Selain itu, terdapat pula biaya langsung dan biaya tidak
langsung. Yang dimaksud dengan biaya langsung adalah biaya yang langsung
digunakan dalam proses produksi (actual costs), sedangkan biaya tidak
langsung(imputet costs) adalah biaya penyusutan dan lain sebagainnya.

Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:


TC = TFC + TVC ........................................................................................ (2.1)
Dimana:
TC (Total Cost) = Biaya total
TFC (Total Fixed Cost) = Biaya tetap
TVC (Total Variable Cost) = Biaya tidak tetap

10
2.4.2. Penerimaan
Penerimaan merupakan manfaat yang dapat dinyatakan dengan uang atau
dalam bentuk uang yang diterima oleh suatu proyek atau suatu usaha
(Soetrisno,1983). Penerimaan adalah sejumlah nilai yang diterima oleh produsen
atau produsen (barang, jasa, dan faktor pruduksi) dari penjualan output
(Supardi,1995 ).
Menurut Soekartawi (1995), penerimaan adalah perkalian antara produksi
yang diperoleh dengan harga jual dan biasanya produksi berhubungan negatif
dengan harga, artinya harga akan turun ketika produksi berlebihan. Secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut:

TR = Q x P...................................................................................................(2.2)

dimana :
TR = Total Revenue
Q = Quantity
P = Price

Penerimaan (revenue) adalah jumlah pembayaran yang diterima


perusahaan dari penjualan barang atau jasa. Revenue dihitung dengan mangalikan
kuantitas barang yang terjual dengan harga satuannya. (Soeharto, 1999).

2.4.3. Keuntungan
Keuntungan atau laba pengusaha adalah penghasilan bersih yang diterima
oleh pengusaha, kemudian dikurangi dengan biaya produksi. Atau dengan kata
lain, laba pengusaha adalah beda antara penghasilan kotor dan biaya-biaya
produksi (Tohir, 1983). Pendapatan bersih (net return) merupakan bagian dari
pendapatan kotor yang dianggap sebagai bunga seluruh modal yang dipergunakan
di dalam usaha tani. Pendapatan bersih dapat diperhitungkan dengan mengurangi
pendapatan kotor dengan biaya mengusahakan (Hadisapoetra, 1973).

Π = TR – TC..............................................................................................(2.3)

11
Dimana:
Π = Keuntungan
TR (Total Revenue) = Penerimaan Total
TC (Total Cost) = Biaya Total

2.4.4. R/C Ratio


Menurut Harmono dan Andoko (dalam Marissa, 2010), rasio penerimaan
atas biaya (R/C ratio) menunjukkan berapa besar penerimaan yang akan diperoleh
dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam produksi usaha, sehingga dapat
digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan usaha. Dari angka
rasio penerimaan atas biaya tersebut dapat diketahui apakah usaha tersebut
menguntungkan atau tidak. Tingkat pendapatan atas usaha dapat diukur dengan
menggunakan analisis penerimaan atas biaya (R/C ratio analysis) yang
didasarkan pada perhitungan secara finansial.

Penerimaan
R/C Ratio = …………………….........(2.4)
Total Biaya Produksi

Jika R/C dikatakan layak apabila R/C ratio bernilai lebih besar dari satu
(R/C > 1) yang berarti setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan
menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar dari pada tambahan biaya
yang dikeluarkan, atau secara sederhana kegiatan usaha ini meguntungkan.
Apabila R/C ratio bernilai kurang dari 1 (R/C < 1), artinya setiap
tambahan yang dikeluarkan dalam produksi akan menghasilkan tambahan
penerimaan yang lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan, atau secara sederhana
dapat dikatakan bahwa kegiatan usaha ini mengalami kerugian.

2.5. Kerangka Pemikiran


Kerangka pemikiran merupakan alur penelitian yang dipakai oleh seorang
peneliti. Pada kerangka pemikiran ini berisi gambaran mengenai penelitian yang
akan dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pendapatan home

12
industri tempe. Pendapatan merupakan penerimaan yang didapatkan seseorang
atas usaha yang dijalankannya.
Biaya produksi diperoleh dari jumlah antara total biaya tetap dan total
biaya tidak tetap. Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan peralatan, sedangkan
biaya tidak tetap terdiri dari biaya bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja,
kemasan, bahan bakar mesin,bahan bakar memasak, serta biaya transportasi.
Keuntungan produksi diperoleh dari total penerimaan yang didapat dari produksi
dikurangi total biaya produksi yang dikeluarkan selama proses produksi. Analisis
usaha pada home industry tempe ini terdiri atas analisis pendapatan dan
menggunakan indikator R/C rasio. Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka
pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1

13
Analisis Home Industry Tempe

Peralatan Produksi

 Alat press
Proses Produksi Output Tempe
plastik
 Mesin Giling
 Kompor Gas
 Rak Bambu
 Saringan
 Kipas Angin
 Tong Besar
 Timba Besar

Biaya Tetap: Biaya Tidak Tetap:


 Penyusutan Peralatan  Kedelai
 Ragi
 Plastik
 Tabung Gas
 Bahan Bakar Mesin
 Transport
 Tenaga Kerja

Biaya Total Biaya Penerimaan

Analisis Usaha :
 Analisis Pendapatan
 R/C Ratio

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung di lapang yakni
dengan survey dan wawancara sedangkan untuk data sekunder diperoleh dari
buku-buku dan literatur-literatur dari berbagai sumber.

3.2. Metode Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis Pendapatan,
dan Analisis R/C Ratio.

3.2.1. Analisis RC/Ratio


Analisis R/C ratio ini digunakan untuk melihat perbandingan total
penerimaan dengan total pengeluaran atau biaya usaha. Secara matematis, R/C
ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :

Penerimaan
R/C Ratio =
Total Biaya Produksi

3.2.2. Analisis Pendapatan


Analisis pendapatan digunkan untuk mengetahui besarnya penerimaan
yang diperoleh dan besarnya keuntungan yang diperoleh.

Perhitungan penerimaan sebagai berikut:


TR = QxP
Dimana:
TR (Total Revenue) = Penerimaan total
Q (Quantity) = Produk yang dihasilkan
P (Price) = Harga jual produk yang dihasilkan

15
Perhitungan pengeluaran sebagai berikut:

TC = TFC + TVC

Dimana:
TC (Total Cost) = Biaya total
TFC (Total Fixed Cost) = Biaya tetap
TVC (Total Variable Cost) = Biaya biaya tidak tetap

Perhitungan keuntungan adalah sebagai berikut :


Π = TR – TC
Dimana:
Π = Keuntungan
TR (Total Revenue) = Penerimaan Total
TC (Total Cost) = Biaya Total

16
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Letak Geografis
Secara umum letak geografis Kelurahan Antirogo memiliki luas
pemukiman, luas pekamanan 6.620m2, luas pekarangan, luas perkantoran dan luas
prasaranan umum 782.300m2 dengan jumlah penduduk 9.074 orang. Kelurahan
Antirogo jumlah penduduk 9.074 jiwa dengan tenaga kerja usia 15-60 tahun 4.430
orang, ibu rumah tanngga 2.615 orang dan masih sekolah 2.971 orang.
Tabel 4.1
Luas Wilayah Kelurahan Antirogo
Pemukiman 128.218 m2
pekamanan 6.620 m2
pekarangan 612.052 m2
perkantoran 0.244 m2
prasaranan Umum 782.300 m2
Total 1.529.434 m2

Gambar 4.1. Peta Lokasi Kelurahan Antirogo

Secara umum dusun Kelurahan Antirogo meliputi:


1. Dusun Krajan
2. Dusun Pelinggian
3. Dusun Trogo Wetan
4. Dusun Jambuan
Mata pencaharian pokok di kelurahan ini adalah buruh/swasta 1. 032 orang,
PNS 93 orang, pengrajin 58 orang, pedagang 61 orang, penjahit 11 orang, tukang

17
batu, 82 orang, tukang kayu 32 orang, montir 05 orang, sopir 17 orang,
pengemudi becak 279 orang, TNI/Polri 6 orang, pengusaha 2 orang dan pensiunan
37 orang.
Adapun mengenai kesejahteraan, jumlah angkatan kerja usia 15-55 tahun
4.735 orang, jumlah penduduk usia 15-55 tahun yang masih sekolah 2.260 orang,
jumlah penduduk usia 15-55 tahun yang menjadi ibu rumah tangga 2.651 orang,
jumlah penduduk usia 15-55 tahun yang masih bekerja penuh 656 orang, jumlah
penduduk usia 15-55 tahun yang bekerja tidak penuh 2.615 orang.

4.2. Profil Home Industry


Nama Home Industry : Tempe Buk Maryam
Pemilik/Pelaku Usaha : M. Sholehudin
Surat Ijin Produksi : _
Alamat : Jalan Tawang Mangu No. 41
RT/ RW : 001/008
Kode Pos : 68125
Kelurahan : Antirogo
Kota/Kabupaten : Jember
Propinsi : JawaTimur
Telp : 082148660591

4.3. Sejarah Home Industry


Pada 15 April tahun 2017 Bapak Muhammad mulai memberanikan diri
untuk mendirikan home industri usaha tempe setelah berhenti dari pekerjaan
sebelumnya yakni mekanik alat berat. Setiap harinya bapak muhammad
membantu sang ibu untuk berjualan tempe yang produknya diperoleh dari
membeli di orang lain yang kadang pendapatan yang dihasilkan tidak dapat
memenuhi kebutuhan hidup keseharianya, dari kebiasaannya itu bapak
muhammad berfikir untuk menjual produk tempe hasil produksi sendri agar lebih
efektif dan efisien dalam penjualannya, dan pendapatan yang dihasilkan
diharapkan memperoleh laba yang cukup tinggi.

18
Dengan modal selain mencari info di internet cara pembuatan tempe juga
mencari info dari kerabat yang sudah berpengalaman dalam membuat produk
tempe. Pada awal memulai bisnis banyak sekali hambatan yang dialami Bapak
Muhammad mulai dari gagalnya proses pembuatan tempe serta tidak habisnya
tempe yang dijual. Namun dengan sikap optimisnya yang tinggi dan pantang
menyerah, bapak muhammad dapat mengolah produk tempe dengan resepnya
sendiri yang dipakai sampai saat ini, dan bapak muhammad sangat
memperhatikan Kualitas dan kebersihan pada saat produksi dan pemerosesan
permentasi kacang kedelai hingga menjadi tempe, inilah yang membuat konsumen
Bapak Muhammad tetap mengemari tempe buatannya.

4.4. Proses Produksi


1. Bersihkan 40 kg Kedelai dengan air hingga bersih
2. Rebus kedelai hingga mendidih,
3. Setelah mendidih didiamkan selama 1 jam
4. Giling kedelai dengan menggunakan mesin penggiling hingga kedelai sampai
terpisah dari lendirnya kemudian diayak menggunakan parah-parah
5. Masukkan kedalam timba besar yang telah terisi air bersih
6. Rendam selama 18 jam, Setelah perendaman selesai, rebus kembali kedelai
dengan mengganti air rendaman dngan air bersih, prebusan dilakukan selama
2 – 3 jam atau hingga kedelai lunak.
7. Setelah perebusan selesai, keringkan kedelai hingga benar-benar kering
8. Setelah kering, taburkan 4 sdm ragi secara merata pada kedelai dan aduk
hingga tercampur secara merata.
9. Bungkus Kedelai dengan plastik-plastik yang sebelumnya sudah dilubangi.
10. Setelah pembungkusan selesai, difermentasikan selama 24 jam dengan suhu
24-29° C
11. Setelah 24 jam tempe sudah jadi dan siap untuk dipasarkan
Untuk lebih jelasnya mengenai pembuatan tempe kedelai di Kelurahan
Antirogo, dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut:

Kedelai

19

Direndam
Siap
Diberi
Dibungkus
Ditiriskan
Didiamkan Direbus
Digiling
Direndam
danDijual
1Ragi
selama
Didinginkan
malam
24 jam
Gambar 2.

Gambar 4.1 pembuatan tempe kedelai di Kelurahan Antirogo

4.5. Analisis Biaya


RINCIAN BIAYA
No Uraian Jumlah Satuan Harga (Rp) Total (Rp) Keterangan

20
BIAYA TETAP (TFC)
Alat press Umur
1 1 Unit 200.000 555,55
plastik Ekonomis 1 th
Mesin Umur
2 1 Unit 2.700.000 7500
Giling Ekonomis 1 th
Kompor Umur
3 1 Unit 500.000 1.388,88
Gas Ekonomis 1 th
Umur
4 Rak Bambu 3 Unit 20.000 333,33
Ekonomis 1 th
Umur
5 Saringan 12 Unit 7500 250
Ekonomis 1 th
Umur
6 Kipas Angin 1 Unit 100.000 277,77
Ekonomis 1 th
Umur
7 Tong Besar 1 Unit 500.000 1.388,88
Ekonomis 1 th
Umur
8 Timba Besar 8 Unit 50.000 1.111,11
Ekonomis 1 th
Sub Jumlah 12.805,52
BIAYA VARIABEL (TVC)
No Uraian Jumlah Satuan Harga(Rp) Total(Rp) Keterangan
1 Kedelai 40 Kg 6700 268.000
2 Ragi 1 Pack 3000 3.000
3 Plastik 1 Bandel 10.000 10.000
4 Tabung Gas 1 Unit 16.500 16.500
Bahan Bakar
5 1 Liter 8000 8.000
Mesin
6 Transport 1 Liter 10.000 10.000
Tenaga
7 2 Orang 16.000 32.000
Kerja
Sub jumlah 347.500
SUBTOTAL (TC) = TFC + TVC 360.305,52

4.6. Analisis penerimaan


A. Produksi Tempe/Hari
 Tempe Ukuran Kecil = 70 Bungkus
 Tempe Ukuran Besar = 80 Bungkus +
150 Bungkus/Hari

B. Harga Produk
 Tempe Ukuran Kecil = 70 bungkus @Rp. 2000
 Tempe Ukuran Besar = 80 bungkus @Rp. 4000

21
C. Penerimaan (TR)
 Tempe Ukuran Kecil = Q x P
= 70 x Rp. 2000
= Rp. 140.000
 Tempe Ukuran Besar = Q x P
= 80 x Rp. 4000
= Rp. 320.000
TR = Rp. 140.000 + Rp. 320.000
= Rp. 460.000/Hari

4.7. Analisis keuntungan


π = TR – TC
= Rp. 460.000 – Rp. 360.305,52
= Rp. 99.649,48/Hari

4.8. Analisis R/C Ratio


Penerimaan
R/C Ratio =
Total Biaya Produksi
Rp . 460.000
=
Rp . 360.305.52
= Rp. 1,27
Berdasarkan perhitungan tersebut karena R/C ratio lebih dari 1 (satu),
berarti usaha ini layak untuk dikembangkan.

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan

22
1. Dengan adanya penghitungan analisis biaya didapatkan untuk biaya total
produksi selama 1 hari mencapai Rp. 360.305,52. Home industry tempe ini
bisa mendapatkan omset hingga Rp.460.000 dengan keuntungan
Rp.99.649,48 selama 1 hari.
2. Perhitungan R/C rasio menunjukkan angka hingga mencapai 1,27 yang
artinya setiap satu rupiah uang yang kita belanjakan kita bisa mendapatkan
keuntungan mencapai 1,27 rupiah.

5.2. Saran
1. Sebaiknya Home Industry Tempe Kedelai tersebut membuatkan baju seragam
untuk para pekerjanya yang tujuannya untuk kehigenisan tempe dan
keselarasan home industry tersebut.
2. Seharusnya ada struktur organisasi yang jelas, agar dalam proses produksi
hingga pemasaran dapat berjalan secara efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS). Jumlah Produksi Kedelai di Jawa Timur dan
Indonesia Tahun 2011-2015. Diakses pada tanggal 24 juni 2017

23
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jember. Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Kedelai di Kabupaten Jember Tahun 2011-205. Diakses pada
tanggal 24 juni 2017
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jember. Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Kedelai di Kecamatan Sumbersari Tahun 2011-2015. Diakses
pada tanggal 24 juni 2017
Badan Pusat Statistik (BPS) Kec. Sumbersari Dalam Angka . Luas Tanam, Luas
Panen dan Produksi Kedelai Menurut Kelurahan Di Kecamatan
SumbersariTahun 2015. Diakses pada tanggal 24 juni 2017
Hadisapoetra, S. 1973. Biaya dan Pendapatan dalam Usahatani. Fakultas
Pertanian UGM. Yogyakarta.
Hernanto, F. 1993. Ilmu Usahatani. Penerbit swadaya.

Kasryno et. Al. 1985. Pemasaran Kedelai di Indonesi di dalam Soemaatmaja S


et.al., (Ed). Kedelai. Bogor Badan penelitian dan Pengembangan
Pertanianpusat Penelitian dan pengembangan Tanaman Pangan.
Kelurahan. 2014. http://www.authorstream.com/Presentation/pilus-1359124-
kelurahan/. Diakses pada tanggal 6 july 2017
Kertaatmaja, S. 2001.Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Biji Kedelai.
Departemen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah.
Marissa. 2010. Analisis Pendapatan Usahatani dan Optiimalisasi Pola Tanam
Sayuran di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen di
Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor.
Institut Pertanian Bogor)
Prasetya Irawan. 1995. Analisa Kinerja Panduan Praktis untuk Menganalisis
Kinerja Organisasi, Kinerja Proses dan Kinerja Pegawai. Jakarta :
Erlangga.
Rahardjo, 1986. Hukum dan masyarakat.Bandung : Angkasa
Rukmana, R. dan Yuyun Yuniarsih., 1996. Kedelai Budidaya dan pascapanen.
Kanisius, Yogyakarta.

24
Saleh, Irsan Azhari 1986. Industry Kecil : Sebuah Tinjauan dan Perbandingan.
Jakarta : LP3ES

Sarwono, 2000. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Soeharto, Iman. 1999. Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai


Operasional, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Soekartawi. 2001. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta
Soekartawi, 1995, Analisis Usaha Tani, UI-Press, Jakarta.
Sugiarto, H, dan Supardi. 1995. Beberapa Catatan Tentang Bulu Babi
MargaDiadema. Vol XX, No. 4 : 35-41. Oseane. Jakarta (Hadisapoetra,
1973).
Suprapto, H., 1995. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sutrisno. 1983. Peranan Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembinaan Moral
Anak-Anak Tuna Netra Kelompok II Di Sasana Rehabilitasi Penderita
Cacat Netra Surakarta. Yogyakarta. SGPLB Negeri Yogyakarta
Tohar, 2000. Membuka Usaha Kecil. Yogyakarta : Kasinius
Tohir, K.A. 1983. Seuntai Pengetahuan Usaha Tani Indonesia. Jakarta : Bina
Aksara
Warga Komunitas Pesantren Global Di Jember, 2008. Kehidupan pondok
pesantren Nurul Islam. http://pondok-nuris.blogspot.co.id/. Diakses
pada tanggal 6 july 2017.

LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel

25
Produksi Kedelai di Jawa Timur dan Indonesia
Tahun 2011-2015

Tahun Jawa Timur Indonesia


2011 366999 851286
2012 361986 843153
2013 329461 779992
2014 355464 954997
2015 344998 963183
Rata-rata 1758908 4392611
Sumber : Badan Pusat Statistik

Luas Panen, Produktivitas dan Produksi


Kedelai di Kabupaten Jember
Tahun 2011-2015
Luas Panen Produktivitas Produksi
Tahun
(Ha) (Kw/ha) (Kw)
2011 15.281 17,29 264.160
2012 14.149 19,87 28,114
2013 9.456 22,58 213.480
2014 11.729 20,35 238.680
2015 11.895 21,17 251.780
Jumlah 62.510 101,26 968.128
Sumber : BPS Kabupaten Jember

Luas Panen, Produktivitas dan Produksi


Kedelai di Kecamatan Sumbersari
Tahun 2011-2015
Luas Panen Produktivitas Produksi
Tahun
(Ha) (Kw/ha) (Kw)
2011 75 14,93 1.120
2012 48 17,50 84
2013 - - -
2014 61 16,39 1000
2015 113 19,91 2.250
Jumlah 297 68,73 4454
Sumber : BPS Kabupaten Jember

Lanjutan Lampiran 1. Tabel

26
Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi
Kedelai Menurut Kelurahan
Di Kecamatan Sumbersari
Tahun 2015
Luas Tanam Luas Panen Produksi
No Kelurahan
(Ha) (Ha) (Ton)
1 Kranjingan 31 31 56,54
2 Wirologi 26 26 45,85
3 Karangrejo 26 26 45,36
4 Kebonsari 12 12 25,69
5 Sumbersari 0 0 0,00
6 Tegal Gede 12 12 25,58
7 Antirogo 12 12 25,98
Jumlah 118 118 225
Sumber : Kec. Sumbersari Dalam Angka

Luas Wilayah Kelurahan Antirogo


Pemukiman 128.218 m2
pekamanan 6.620 m2
pekarangan 612.052 m2
perkantoran 0.244 m2
prasaranan Umum 782.300 m2
Total 1.529.434 m2

Lanjutan Lampiran 1. Tabel


RINCIAN BIAYA
No Uraian Jumlah Satuan Harga (Rp) Total (Rp) Keterangan
BIAYA TETAP (TFC)

27
Alat press Umur
1 1 Unit 200.000 555,55
plastik Ekonomis 2 th
Mesin Umur
2 1 Unit 2.700.000 7500
Giling Ekonomis 5 th
Kompor Umur
3 1 Unit 500.000 1.388,88
Gas Ekonomis 5 th
Umur
4 Rak Bambu 3 Unit 20.000 333,33
Ekonomis 1 th
Umur
5 Saringan 12 Unit 7500 250
Ekonomis 1 th
Umur
6 Kipas Angin 1 Unit 100.000 277,77
Ekonomis 1 th
Umur
7 Tong Besar 1 Unit 500.000 1.388,88
Ekonomis 2 th
Umur
8 Timba Besar 8 Unit 50.000 1.111,11
Ekonomis 1 th
Sub Jumlah 12.805,52
BIAYA VARIABEL (TVC)
No Uraian Jumlah Satuan Harga(Rp) Total(Rp) Keterangan
1 Kedelai 40 Kg 6700 268.000
2 Ragi 1 Pack 3000 3.000
3 Plastik 1 Bandel 10.000 10.000
4 Tabung Gas 1 Unit 16.500 16.500
Bahan Bakar
5 1 Liter 8000 8.000
Mesin
6 Transport 1 Liter 10.000 10.000
Tenaga
7 2 Orang 16.000 32.000
Kerja
Sub jumlah 347.500
SUBTOTAL (TC) = TFC + TVC 360.305,52

Lampiran 2. Grafik

28
1400000

1200000

Produksi (Ton) 1000000

800000
Indonesia
600000 Jawa Timur

400000

200000

0
2011 2012 2013 2014 2015

Produksi Kedelai di Jawa Timur dan Indonesia


Tahun 2011-2015

Lampiran 3. Gambar

29
Gambar Peta Lokasi

Analisis Home Industry Tempe

Peralatan Produksi

 Alat press 30
plastik
 Mesin Giling
 Kompor Gas
Proses Produksi Output Tempe

Biaya Tetap: Biaya Tidak Tetap:


 Penyusutan Peralatan  Kedelai
 Ragi
 Plastik
 Tabung Gas
 Bahan Bakar Mesin
 Transport
 Tenaga Kerja

Biaya Total Biaya Penerimaan

Analisis Usaha :
 Analisis Pendapatan
 R/C Ratio

Gambar Kerangka Pemikiran

Lanjutan Lampiran 3. Gambar

Kedelai

31
Direndam

DidiamkanSiap
Diberi
Dibungkus
Ditiriskan Digiling
Direndam
danDijual
1Ragi
selama
Didinginkan
malam
24 jam
Gambar Pembuatan Tempe Kedelai Di Kelurahan Antirogo

Lanjutan Lampiran 3. Gambar

32
Lanjutan Lampiran 3. Gambar

33
Gambar Proses Pembuatan Tempe

Lanjutan Lampiran 3. Gambar

34
Gambar foto dengan pelaku home industry (Bapak Muhammad)

Lampiran 4. Profil Home Industry

35
Profil Home Industry

Nama Home Industry : Tempe Buk Maryam


Pemilik/Pelaku Usaha : M. Sholehudin
Alamat : Jalan Tawang Mangu No. 41
RT/ RW : 001/008
Kode Pos : 68125
Kelurahan : Antirogo
Kota/Kabupaten : Jember
Propinsi : JawaTimur
Telp : 082148660591

Lampiran 5. Daftar Pertanyaan Usaha Pembuatan Tempe kedelai

36
1. Profil Home Industry :
2. Sejarah Home Industry :
3. Surat Ijin Produksi :
4. Struktur Organisasi :
5. Biaya Produksi :
6. Jml Produksi/Hari :
7. Harga Produk/Unit :
8. Cara Pembuatan :

37

Anda mungkin juga menyukai