PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penduduk Indonesia sebagian besar tinggal di daerah pedesaan dan hingga
saat ini masih menyandarkan mata pencaharian pada sektor pertanian. Hal ini
yang menyebabkan sektor pertanian memiliki peran penting terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor pertanian sendiri memiliki beberapa
subsektor, antara lain subsektor tanaman pangan atau tanaman bahan makanan
(lebih dikenal dengan pertanian rakyat), subsektor perkebunan, subsektor
peternakan, subsektor kehutanan, serta subsektor perikanan.
Dalam subsektor tanaman pangan tercakup komoditi tanaman pangan
seperti padi, palawija. Tanaman pangan penting dalam pembangunan pertanian
karena termasuk dalam kebutuhan dasar manusia yaitu menyangkut ketersediaan
pangan. Subsektor tanaman pangan di Kabupaten Jember memberi sumbangan
terbesar terhadap PDRB sektor pertanian dibanding subsektor pertanian yang lain.
Hal ini juga didukung dengan potensi sumber daya lahan sawah yang luas, yaitu
20.522 Ha.
Kedelai sebagai salah satu tanaman pangan di Indonesia yang banyak
diolah menjadi berbagai produk, baik produk pangan, obat-obatan, industri
maupun pakan. Produk olahan kedelai yang popular di masyarakat dewasa ini
adalah produk fermentasi seperti tahu, tempe, kecap dan produk non fermentasi
seperti tahu, susu, dan daging tiruan (meat analog).
Tempe berasal dari produk fermentasi biji kedelai dengan inokulum
Rhizopus oligosporus yang dilakukan secara tradisional, sudah dikenal bergizi
tinggi dan berkhasiat sebagai obat. Tempe kedelai telah diakui dunia bahwa tempe
kedelai itu merupakan makanan asli Indonesia yang kandungan gizinya sangat
tinggi patut diperhitungkan tingkat kandungan gizi kedelai sebagai bahan baku
tempe. Khasiat dan kandungan gizi menjadi tempe kedelai yang dulu dikonsumsi
masyarakat ekonomi kelas bawah namun sekarang sudah dinikmati oleh semua
lapisan masyarakat, bahkan disajikan dalam bentuk burger yang ditemui
direstoran dan hotel berbintang, hal ini kiranya dapat mendorong dan memacu
1
kesempatan pengusaha tempe kedelai untuk mengembangkan usahanya lebih luas.
Usaha tempe kedelai cukup prospektif dikembangkan di Kabupaten Jember
sebagai salah satu sentra kedelai di Jawa Timur yang menyediakan untuk bahan
baku usaha tempe kedelai.
Tabel 1.1
Produksi Kedelai di Jawa Timur dan Indonesia
Tahun 2011-2015
1400000
1200000
1000000
Produksi (Ton)
800000
Indonesia
600000 Jawa Timur
400000
200000
0
2011 2012 2013 2014 2015
Grafik 1.1.
Produksi Kedelai di Jawa Timur dan Indonesia
Tahun 2011-2015
Produksi kedelai di Jawa Timur dan Indonesia secara statistik bisa dilihat
pada tabel 1.1 dan grafik 1.1 yang menunjukkan bahwa produksinya setiap tahun
adalah fluktuatif dan mengalami peningkatan pada tahun 2013 walaupun tidak
terlalu signifikan, hal ini dapat membuktikan bahwa home industry tempe di
2
Indonesia dan Jawa Timur cukup menjanjikan dilihat dari produksi yang terus
meningkat setiap tahunnya.
Tabel 1.2
Luas Panen, Produktivitas dan Produksi
Kedelai di Kabupaten Jember
Tahun 2011-2015
Luas Panen Produktivitas Produksi
Tahun
(Ha) (Kw/ha) (Kw)
2011 15.281 17,29 264.160
2012 14.149 19,87 28,114
2013 9.456 22,58 213.480
2014 11.729 20,35 238.680
2015 11.895 21,17 251.780
Jumlah 62.510 101,26 968.128
Sumber : BPS Kabupaten Jember
Tabel 1.3
Luas Panen, Produktivitas dan Produksi
Kedelai di Kecamatan Sumbersari
Tahun 2011-2015
Luas Panen Produktivitas Produksi
Tahun
(Ha) (Kw/ha) (Kw)
2011 75 14,93 1.120
2012 48 17,50 84
2013 - - -
2014 61 16,39 1000
2015 113 19,91 2.250
Jumlah 297 68,73 4454
Sumber : BPS Kabupaten Jember
3
Tabel 1.3 menunjukkan luas panen, produktivitas dan produksi kedelai di
kecamatan sumbersari. Secara keseluruhan tabel 1.3 menunjukkan bahwa luas
lahan, produktivitas dan produksi setiap tahun adalah fluktuatif dan mengalami
mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2013. Namun untuk
tahun berikutnya terus mengalami peningkatan kembali pada tahun 2014 dan
2015.
Tabel 1.4
Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi
Kedelai Menurut Kelurahan
Di Kecamatan Sumbersari
Tahun 2015
Luas Tanam Luas Panen Produksi
No Kelurahan
(Ha) (Ha) (Ton)
1 Kranjingan 31 31 56,54
2 Wirologi 26 26 45,85
3 Karangrejo 26 26 45,36
4 Kebonsari 12 12 25,69
5 Sumbersari 0 0 0,00
6 Tegal Gede 12 12 25,58
7 Antirogo 12 12 25,98
Jumlah 118 118 225
Sumber : Kec. Sumbersari Dalam Angka
Tabel 1.4 menunjukkan luas tanam, luas panen dan produksi di setiap
kelurahan kecamatan sumbersari. Secara keseluruhan, pada tahun 2015 jumlah
produksi tertinggi adalah kelurahan kranjingan (56,54 Ton), selanjutnya pada
urutan kedua dan ketiga adalah kelurahan wirologi (45,85 Ton) dan kelurahan
karangrejo (45,36 Ton), sedangkan hasil produksi terendah adalah kecamatan
sumbersari yakni (0,00 Ton), hal ini dikarenakan luas tanam di kelurahan
sumbersari ini 0 ha, sehingga produksinya lebih rendah dari kelurahan lainnya.
Berdasarkan uraian tersebut, hal yang menarik untuk dikaji adalah apakah
Home Industry Tempe Kedelai di Kelurahan Antirogo Kabupaten Jember mampu
memberikan benefit yang cukup tinggi dan apakah home industry ini layak untuk
diusahakan.
4
1.2. Rumusan Masalah
1. Berapa besarnya biaya, penerimaan, dan keuntungan Home Industry
Tempe Kedelai Di Kelurahan Antirogo Kabupaten Jember pada satu hari?
2. Bagaimana kelayakan Home Industri Tempe Di Kelurahan Antirogo
Kabupaten Jember dengan melihat R/C Ratio?
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Kedelai
Kedelai (Glysine max (L) Mer.) merupakan salah satu jenis kacang-
kacangan yang mengandung protein nabati yang tinggi, sumber lemak, vitamin,
dan mineral. Apabila cukup tersedia di dalam negeri akan mampu memperbaiki
gizi masyarakat melalui konsumsi kedelai segar maupun melalui konsumsi kedelai
olahan seperti tahu, tempe, tauco, kecap, susu dan lain sebagainya (Kertaatmaja,
2001). Kedudukan tanaman kedelai dalam sistemik tumbuhan (taksonomi)
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Polypotales
Famili : Leguminosae (Papilionaceae)
Sub-famili : Papilionoideae
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max ( L) Merill. sinonim dengan G. Soya ( L.) Sieb dan
Zucc. atau Soya max atau S. hispida.
(Rukmana, 1996).
Kedelai mempunyai kegunaan yang luas dalam tatanan kehidupan
manusia. Penanaman kedelai dapat meningkatkan kesuburan tanah, karena akar-
akarnya dapat mengikat Nitrogen dari udara dengan bantuan bakteri Rhizobium
sp, sehingga unsur nitrogen bagi tanaman tersedia dalam tanah. Limbah tanaman
kedelai berupa brangkasan dapat dijadikan bahan pupuk organik penyubur tanah.
Limbah dari bekas proses pengolahan kedelai, misalnya ampas tempe, ampas
kecap dan lain-lain, dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan tambahan
(konsentrat) pada pakan ternak (Rukmana, 1996).
Pengolahan kedelai dapat dikelompokan menjadi dua macam, yaitu
dengan fermentasi dan tanpa fermentasi. Pengolahan melalui fermentasi akan
6
menghasilkan kecap, oncom, tauco dan tempe. Bentuk olahan tanpa melalui
fermentasi adalah yuba, sere, susu kedelai, tahu, tauge dan tepung kedelai
(Kasryno et all, 1985).
2.2. Tempe
Menurut Sarwono (2000) tempe kedelai mengandung protein sekitar
19,5%. Selain itu, tempe kedelai juga mengandung lemak sekitar 4 %, karbohidrat
9,4 %, vitamin B12 antara 3,9-5 mg per 100 g tempe. Adanya kandungan vitamin
B12 pada tempe, dipandang sebagai sesuatu yang unik. Vitamin B12 diduga
berasal dari kapang yang tumbuh dalam tempe, tapi ada pula yang mengatakan
berasal dari unsur lain. Menurut Curtis et all (1997) dalam Sarwono, vitamin B12
pada tempe diproduksi oleh sejenis bakteri yaitu Klabsiella pneumoniae. Bakteri
itu sebetulnya merupakan mikroba kontaminasi. Vitamin B12 sangat berguna
untuk membentuk sel-sel darah merah dalam tubuh sehingga dapat mencegah
terjadinya anemia (kurang darah) dan tempe juga banyak mengandung mineral
dan fosfor.
Bahan baku utama membuat tempe adalah kacang kedelai jenis kuning.
Daya tahan tempe minim sekali, yaitu paling lama hanya dua hari. Setelah itu
membusuk. Namun, tempe yang membusuk masih dapat diolah menjadi sayuran
atau campuran bumbu sayuran. Karena bahan baku tempe adalah kacang kedelai
maka tempe mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi. Tempe yang baik ialah yang
tidak banyak campuran-campurannya, misalkan ampas kedelai, onggok, dan
sebagainya. Selain itu, tempe yang baik dibuat dari kacang kedelai yang tidak
busuk dan tidak banyak batubatu kecilnya, dan dipilah biji kedelai yang tua serta
berkilat dan agak berminyak (Soedjono, 1995).
Komposisi tempe yang baik adalah sebagai berikut :
a. Kadar air : ± 66 %
b. Kadar protein : ± 20 %
c. Abu : ±0,9 %
d. Karbohidrat : ± 3,9 %
e. Lemak : ± 9,7 %
7
f. Warna : putih keabu-abuan
g. Bau dan rasa : normal
h. Bahan tambahan : bahan pengikat ± 1 % zat warna negatif
(Soedjono, 1995).
Tempe memiliki khasiat terhadap kelangsungan kesehatan tubuh yaitu :
a. Tempe memiliki karakteristik sebagai makanan bayi yang baik. Selain
pertumbuhan fisik, tempe juga berkhasiat menghindari diare akibat bakteri
enteropatogenik.
b. Tempe mangandung antibiotik alami yang dapat melindungi usus dan
memperbaiki sistem pencernaan yang menyebabkan diare pada anak balita.
c. Tempe dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan dapat membuat awet muda
karena mengandung senyawa zat isoflavin yang mempunyai daya proteksi
terhadap sel hati dan mencegah penyakit jantung.
d. Tempe dapat melangsingkan tubuh karena dapat menghindari terjadinya
penimbunan lemak dalam rongga perut, ginjal, dan dibawah kulit perut.
e. Tempe merupakan hasil Fermentasi kapang dan mikroorganisme lain yang
tidak bersifat patogen terhadap keselamatan manusia.
(Sarwono, 2000).
8
Secara umum perusahaan dalam skala kecil baik usaha perseorangan
maupun persekutuan memliki daya tarik dan kelebihan antara lain :
a. Pemilik merangkap manajer perusahaan dan merangkap semua fungsi
manajerial, seperti marketing, finance dan administrasi.
b. Resiko usaha menjadi beban pemilik
c. Pertumbuhannya lambat, tidak teratur, tetapi kadang-kadang terlalu
cepat dan bahkan prematur.
d. Bebas menentukan harga produksi atas barang dan jasa.
e. Pemiliknya menerima seluruh laba.
f. Umumnya mampu untuk survive.
(Tohar, 2000).
Industri tempe adalah suatu kegiatan atau unit usaha yang mengolah
kedelai menjadi tempe. Industri pembuatan tempe biasanya masih tergolong
industri rumah tangga yang mempekerjakan 1-4 orang. Menurut Rahardjo (1986)
dilihat dari segi jumlah satuan-satuan perusahaan, industri dibagi menjadi :
a. Industri rumah tangga mempunyai 1-4 orang tenaga kerja.
b. Industri kecil mempunyai 5-19 orang tenaga kerja.
c. Industri sedang mempunyai 20-99 orang tenaga kerja.
d. Industri besar mempunyai lebih dari 100 orang tenaga kerja.
2.4.1. Biaya
Biaya adalah nilai dari semua masukan ekonomik yang diperlukan yang
dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk. Analisis
biaya terdiri dari tiga konsep yang berbeda. Pertama, konsep biaya alat luar, yaitu
biaya total luar secara nyata. Kedua, konsep biaya mengusahakan, yaitu biaya alat
9
luar dan tenaga keluarga. Konsep terakhir yaitu konsep biaya menghasilkan, yaitu
biaya mengusahakan ditambah biaya modal sendiri ( Prasetya, 1995).
Biaya adalah sejumlah nilai uang yang dikeluarkan oleh produsen atau
produsen untuk mengongkosi kegiatan produksi. Dalam proses produksi, faktor
faktor produksi dikombinasikan, diproses dan kemudian menghasilkan suatu hasil
akhir yang biasanya disebut produk (Supardi, 1995). Biaya produksi dimaksudkan
sebagai jumlah kompensasi yang diterima oleh pemilik unsur-unsur produksi yang
digunakan dalam prosesproduksi yang bersangkutan (Suprapto, 1995).
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap dalam arti bahwa
produksinya nol, kecil atau besar biayanya tidak berubah. Sedangkan biaya
variabel adalah biaya yang besarnya tergantung volume produksi (Soetrisno,
1983). Menurut Hernanto (1993) ada empat kategori atau pengelompokan biaya,
yaitu :
a. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang penggunaannya tidak habis
dalam satu kali masa produksi.
b. Biaya variabel atau berubah-ubah (variable cost) adalah biaya yang
besar kecilnya sangat tergantung kepada biaya skala produksi
c. Biaya tunai dari biaya tetap dapat berupa air dan pajak tanah. Sedangkan
untuk biaya variabel untuk biaya tenaga kerja luar.
d. Biaya tidak tunai (diperhitungkan) meliputi biaya tetap dan biaya
tenaga keluarga. Selain itu, terdapat pula biaya langsung dan biaya tidak
langsung. Yang dimaksud dengan biaya langsung adalah biaya yang langsung
digunakan dalam proses produksi (actual costs), sedangkan biaya tidak
langsung(imputet costs) adalah biaya penyusutan dan lain sebagainnya.
10
2.4.2. Penerimaan
Penerimaan merupakan manfaat yang dapat dinyatakan dengan uang atau
dalam bentuk uang yang diterima oleh suatu proyek atau suatu usaha
(Soetrisno,1983). Penerimaan adalah sejumlah nilai yang diterima oleh produsen
atau produsen (barang, jasa, dan faktor pruduksi) dari penjualan output
(Supardi,1995 ).
Menurut Soekartawi (1995), penerimaan adalah perkalian antara produksi
yang diperoleh dengan harga jual dan biasanya produksi berhubungan negatif
dengan harga, artinya harga akan turun ketika produksi berlebihan. Secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut:
TR = Q x P...................................................................................................(2.2)
dimana :
TR = Total Revenue
Q = Quantity
P = Price
2.4.3. Keuntungan
Keuntungan atau laba pengusaha adalah penghasilan bersih yang diterima
oleh pengusaha, kemudian dikurangi dengan biaya produksi. Atau dengan kata
lain, laba pengusaha adalah beda antara penghasilan kotor dan biaya-biaya
produksi (Tohir, 1983). Pendapatan bersih (net return) merupakan bagian dari
pendapatan kotor yang dianggap sebagai bunga seluruh modal yang dipergunakan
di dalam usaha tani. Pendapatan bersih dapat diperhitungkan dengan mengurangi
pendapatan kotor dengan biaya mengusahakan (Hadisapoetra, 1973).
Π = TR – TC..............................................................................................(2.3)
11
Dimana:
Π = Keuntungan
TR (Total Revenue) = Penerimaan Total
TC (Total Cost) = Biaya Total
Penerimaan
R/C Ratio = …………………….........(2.4)
Total Biaya Produksi
Jika R/C dikatakan layak apabila R/C ratio bernilai lebih besar dari satu
(R/C > 1) yang berarti setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan
menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar dari pada tambahan biaya
yang dikeluarkan, atau secara sederhana kegiatan usaha ini meguntungkan.
Apabila R/C ratio bernilai kurang dari 1 (R/C < 1), artinya setiap
tambahan yang dikeluarkan dalam produksi akan menghasilkan tambahan
penerimaan yang lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan, atau secara sederhana
dapat dikatakan bahwa kegiatan usaha ini mengalami kerugian.
12
industri tempe. Pendapatan merupakan penerimaan yang didapatkan seseorang
atas usaha yang dijalankannya.
Biaya produksi diperoleh dari jumlah antara total biaya tetap dan total
biaya tidak tetap. Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan peralatan, sedangkan
biaya tidak tetap terdiri dari biaya bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja,
kemasan, bahan bakar mesin,bahan bakar memasak, serta biaya transportasi.
Keuntungan produksi diperoleh dari total penerimaan yang didapat dari produksi
dikurangi total biaya produksi yang dikeluarkan selama proses produksi. Analisis
usaha pada home industry tempe ini terdiri atas analisis pendapatan dan
menggunakan indikator R/C rasio. Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka
pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1
13
Analisis Home Industry Tempe
Peralatan Produksi
Alat press
Proses Produksi Output Tempe
plastik
Mesin Giling
Kompor Gas
Rak Bambu
Saringan
Kipas Angin
Tong Besar
Timba Besar
Analisis Usaha :
Analisis Pendapatan
R/C Ratio
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung di lapang yakni
dengan survey dan wawancara sedangkan untuk data sekunder diperoleh dari
buku-buku dan literatur-literatur dari berbagai sumber.
Penerimaan
R/C Ratio =
Total Biaya Produksi
15
Perhitungan pengeluaran sebagai berikut:
TC = TFC + TVC
Dimana:
TC (Total Cost) = Biaya total
TFC (Total Fixed Cost) = Biaya tetap
TVC (Total Variable Cost) = Biaya biaya tidak tetap
16
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Letak Geografis
Secara umum letak geografis Kelurahan Antirogo memiliki luas
pemukiman, luas pekamanan 6.620m2, luas pekarangan, luas perkantoran dan luas
prasaranan umum 782.300m2 dengan jumlah penduduk 9.074 orang. Kelurahan
Antirogo jumlah penduduk 9.074 jiwa dengan tenaga kerja usia 15-60 tahun 4.430
orang, ibu rumah tanngga 2.615 orang dan masih sekolah 2.971 orang.
Tabel 4.1
Luas Wilayah Kelurahan Antirogo
Pemukiman 128.218 m2
pekamanan 6.620 m2
pekarangan 612.052 m2
perkantoran 0.244 m2
prasaranan Umum 782.300 m2
Total 1.529.434 m2
17
batu, 82 orang, tukang kayu 32 orang, montir 05 orang, sopir 17 orang,
pengemudi becak 279 orang, TNI/Polri 6 orang, pengusaha 2 orang dan pensiunan
37 orang.
Adapun mengenai kesejahteraan, jumlah angkatan kerja usia 15-55 tahun
4.735 orang, jumlah penduduk usia 15-55 tahun yang masih sekolah 2.260 orang,
jumlah penduduk usia 15-55 tahun yang menjadi ibu rumah tangga 2.651 orang,
jumlah penduduk usia 15-55 tahun yang masih bekerja penuh 656 orang, jumlah
penduduk usia 15-55 tahun yang bekerja tidak penuh 2.615 orang.
18
Dengan modal selain mencari info di internet cara pembuatan tempe juga
mencari info dari kerabat yang sudah berpengalaman dalam membuat produk
tempe. Pada awal memulai bisnis banyak sekali hambatan yang dialami Bapak
Muhammad mulai dari gagalnya proses pembuatan tempe serta tidak habisnya
tempe yang dijual. Namun dengan sikap optimisnya yang tinggi dan pantang
menyerah, bapak muhammad dapat mengolah produk tempe dengan resepnya
sendiri yang dipakai sampai saat ini, dan bapak muhammad sangat
memperhatikan Kualitas dan kebersihan pada saat produksi dan pemerosesan
permentasi kacang kedelai hingga menjadi tempe, inilah yang membuat konsumen
Bapak Muhammad tetap mengemari tempe buatannya.
Kedelai
19
Direndam
Siap
Diberi
Dibungkus
Ditiriskan
Didiamkan Direbus
Digiling
Direndam
danDijual
1Ragi
selama
Didinginkan
malam
24 jam
Gambar 2.
20
BIAYA TETAP (TFC)
Alat press Umur
1 1 Unit 200.000 555,55
plastik Ekonomis 1 th
Mesin Umur
2 1 Unit 2.700.000 7500
Giling Ekonomis 1 th
Kompor Umur
3 1 Unit 500.000 1.388,88
Gas Ekonomis 1 th
Umur
4 Rak Bambu 3 Unit 20.000 333,33
Ekonomis 1 th
Umur
5 Saringan 12 Unit 7500 250
Ekonomis 1 th
Umur
6 Kipas Angin 1 Unit 100.000 277,77
Ekonomis 1 th
Umur
7 Tong Besar 1 Unit 500.000 1.388,88
Ekonomis 1 th
Umur
8 Timba Besar 8 Unit 50.000 1.111,11
Ekonomis 1 th
Sub Jumlah 12.805,52
BIAYA VARIABEL (TVC)
No Uraian Jumlah Satuan Harga(Rp) Total(Rp) Keterangan
1 Kedelai 40 Kg 6700 268.000
2 Ragi 1 Pack 3000 3.000
3 Plastik 1 Bandel 10.000 10.000
4 Tabung Gas 1 Unit 16.500 16.500
Bahan Bakar
5 1 Liter 8000 8.000
Mesin
6 Transport 1 Liter 10.000 10.000
Tenaga
7 2 Orang 16.000 32.000
Kerja
Sub jumlah 347.500
SUBTOTAL (TC) = TFC + TVC 360.305,52
B. Harga Produk
Tempe Ukuran Kecil = 70 bungkus @Rp. 2000
Tempe Ukuran Besar = 80 bungkus @Rp. 4000
21
C. Penerimaan (TR)
Tempe Ukuran Kecil = Q x P
= 70 x Rp. 2000
= Rp. 140.000
Tempe Ukuran Besar = Q x P
= 80 x Rp. 4000
= Rp. 320.000
TR = Rp. 140.000 + Rp. 320.000
= Rp. 460.000/Hari
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
22
1. Dengan adanya penghitungan analisis biaya didapatkan untuk biaya total
produksi selama 1 hari mencapai Rp. 360.305,52. Home industry tempe ini
bisa mendapatkan omset hingga Rp.460.000 dengan keuntungan
Rp.99.649,48 selama 1 hari.
2. Perhitungan R/C rasio menunjukkan angka hingga mencapai 1,27 yang
artinya setiap satu rupiah uang yang kita belanjakan kita bisa mendapatkan
keuntungan mencapai 1,27 rupiah.
5.2. Saran
1. Sebaiknya Home Industry Tempe Kedelai tersebut membuatkan baju seragam
untuk para pekerjanya yang tujuannya untuk kehigenisan tempe dan
keselarasan home industry tersebut.
2. Seharusnya ada struktur organisasi yang jelas, agar dalam proses produksi
hingga pemasaran dapat berjalan secara efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS). Jumlah Produksi Kedelai di Jawa Timur dan
Indonesia Tahun 2011-2015. Diakses pada tanggal 24 juni 2017
23
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jember. Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Kedelai di Kabupaten Jember Tahun 2011-205. Diakses pada
tanggal 24 juni 2017
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jember. Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Kedelai di Kecamatan Sumbersari Tahun 2011-2015. Diakses
pada tanggal 24 juni 2017
Badan Pusat Statistik (BPS) Kec. Sumbersari Dalam Angka . Luas Tanam, Luas
Panen dan Produksi Kedelai Menurut Kelurahan Di Kecamatan
SumbersariTahun 2015. Diakses pada tanggal 24 juni 2017
Hadisapoetra, S. 1973. Biaya dan Pendapatan dalam Usahatani. Fakultas
Pertanian UGM. Yogyakarta.
Hernanto, F. 1993. Ilmu Usahatani. Penerbit swadaya.
24
Saleh, Irsan Azhari 1986. Industry Kecil : Sebuah Tinjauan dan Perbandingan.
Jakarta : LP3ES
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel
25
Produksi Kedelai di Jawa Timur dan Indonesia
Tahun 2011-2015
26
Luas Tanam, Luas Panen dan Produksi
Kedelai Menurut Kelurahan
Di Kecamatan Sumbersari
Tahun 2015
Luas Tanam Luas Panen Produksi
No Kelurahan
(Ha) (Ha) (Ton)
1 Kranjingan 31 31 56,54
2 Wirologi 26 26 45,85
3 Karangrejo 26 26 45,36
4 Kebonsari 12 12 25,69
5 Sumbersari 0 0 0,00
6 Tegal Gede 12 12 25,58
7 Antirogo 12 12 25,98
Jumlah 118 118 225
Sumber : Kec. Sumbersari Dalam Angka
27
Alat press Umur
1 1 Unit 200.000 555,55
plastik Ekonomis 2 th
Mesin Umur
2 1 Unit 2.700.000 7500
Giling Ekonomis 5 th
Kompor Umur
3 1 Unit 500.000 1.388,88
Gas Ekonomis 5 th
Umur
4 Rak Bambu 3 Unit 20.000 333,33
Ekonomis 1 th
Umur
5 Saringan 12 Unit 7500 250
Ekonomis 1 th
Umur
6 Kipas Angin 1 Unit 100.000 277,77
Ekonomis 1 th
Umur
7 Tong Besar 1 Unit 500.000 1.388,88
Ekonomis 2 th
Umur
8 Timba Besar 8 Unit 50.000 1.111,11
Ekonomis 1 th
Sub Jumlah 12.805,52
BIAYA VARIABEL (TVC)
No Uraian Jumlah Satuan Harga(Rp) Total(Rp) Keterangan
1 Kedelai 40 Kg 6700 268.000
2 Ragi 1 Pack 3000 3.000
3 Plastik 1 Bandel 10.000 10.000
4 Tabung Gas 1 Unit 16.500 16.500
Bahan Bakar
5 1 Liter 8000 8.000
Mesin
6 Transport 1 Liter 10.000 10.000
Tenaga
7 2 Orang 16.000 32.000
Kerja
Sub jumlah 347.500
SUBTOTAL (TC) = TFC + TVC 360.305,52
Lampiran 2. Grafik
28
1400000
1200000
800000
Indonesia
600000 Jawa Timur
400000
200000
0
2011 2012 2013 2014 2015
Lampiran 3. Gambar
29
Gambar Peta Lokasi
Peralatan Produksi
Alat press 30
plastik
Mesin Giling
Kompor Gas
Proses Produksi Output Tempe
Analisis Usaha :
Analisis Pendapatan
R/C Ratio
Kedelai
31
Direndam
DidiamkanSiap
Diberi
Dibungkus
Ditiriskan Digiling
Direndam
danDijual
1Ragi
selama
Didinginkan
malam
24 jam
Gambar Pembuatan Tempe Kedelai Di Kelurahan Antirogo
32
Lanjutan Lampiran 3. Gambar
33
Gambar Proses Pembuatan Tempe
34
Gambar foto dengan pelaku home industry (Bapak Muhammad)
35
Profil Home Industry
36
1. Profil Home Industry :
2. Sejarah Home Industry :
3. Surat Ijin Produksi :
4. Struktur Organisasi :
5. Biaya Produksi :
6. Jml Produksi/Hari :
7. Harga Produk/Unit :
8. Cara Pembuatan :
37