Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

AGROINDUSTRI RUMPUT LAUT DI


KABUPATEN MALUKU TENGGARA

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ekonomi Manajerial

Oleh :
Moh Mahfudz
NIM : 1510321063

PRODI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
JEMBER
2017
ABSTRAK

Kabupaten Maluku Tenggara memiliki potensi sumberdaya rumput


laut yang cukup besar. Ketersediaan bahan baku yang berlimpah akan
mendorong pengembangan agroindustri rumput laut. Penelitian bertujuan untuk
menganalisis kelayakan usaha agroindustri rumput laut secara finansial. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode survei, yang dilakukan pada bulan
Maret hingga Oktober 2013 dengan menggunakan data primer dan sekunder.
Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukan bahwa aspek finansial usaha pengolahan rumput laut layak untuk
dijalankan. Pengembangan usaha agroindustri rumput laut perlu dilakukan dengan
cara pengembangan pasar, peningkatan modal dalam usaha, pengembangan
inovasi dan kreativitas usaha, serta peningkatan kualitas dan kuantitas produk.
Selain itu untuk pengembangan usaha agroindustri rumput laut perlu ada
kebijakan dari pemerintah daerah yakni pendampingan yang intensif dari dinas
instansi terkait, regulasi dan campur tangan pemerintah dalam menarik investor.

Kata Kunci: kelayakan usaha, agroindustri, rumput laut


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Rumput laut merupakan salah satu komoditas sektor perikanan dan kelautan
yang akhir-akhir ini semakin gencar dibudidayakan.Potensi budidaya rumput laut
di Indonesia khususnya di Kawasan Timur Indonesia tersedia luas. Provinsi
Maluku dengan luas lautan yang mencapai 92,4% memiliki potensi sumberdaya
perikanan dan kelautan yang besar. Berdasarkan data Badan Koordinasi
Penanaman Modal Daerah, lahan potensial untuk budidaya rumput laut di Maluku
23.613 Hektare. Lahan yang telah dimanfaatkan baru 8.258 hektar. Hal ini
menunjukkan bahwa peluang untuk pengembangan budidaya maupun agroindustri
rumput laut masih sangat terbuka dan potensial.
Kabupaten Maluku Tenggara memiliki luas sebesar 40.213,6 Km², lahan
potensial budidaya sebesar 5.103 Ha, lahan yang sudah di manfaatkan sebesar
2.373,62 Ha (42,39%), yang belum di manfaatkan 2.729,38 Ha atau 57,61%, maka
peluang untuk mengembangkan usaha budidaya termasuk budidaya rumput laut
oleh masyarakat petani budidaya rumput laut masih sangat terbuka. Pertumbuhan
produksi rumput laut kabupaten Maluku Tenggara terus mengalami peningkatan
yakni Total produksi rumput laut kering pada tahun2009 sebesar 3.126 ton,
sedangkan pada tahun2010 meningkat menjadi 7.350 ton.
Dalam pengembangan suatu agroindustri rumput laut tentunya sangat
berkaitan langsung dengan ketersediaan bahan baku, teknologi, permodalan,
kebijakan pemerintah, sarana dan prasarana, serta pemasaran produk. Bahan
baku sebagai salah satu faktor penentu dalam pengembangan agroindustri memiliki
potensi yangcukup melimpah di Kabupaten Maluku Tenggara secara kontinu baik
kuantitas maupun kualitas. Dengan demikian peluang pengembangan usaha
agroindustri rumput laut di Kabupaten Maluku sangat terbuka lebar.
1.2. Tujuan
Berdasarkan potensi dan peluang tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah
menganalisis kelayakan bisnis agroindustry rumput laut sehingga dapat
bermanfaat bagi pebisnis perikanan dalam mengembangkan agroindustri rumput
laut di Kabupaten Maluku Tenggara.

1.2. Manfaat
Dapat mengetahui hasil analisis kelayakan bisnis agroindustry rumput laut
sehingga dapat bermanfaat bagi pebisnis perikanan dalam mengembangkan
agroindustri rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rumput Laut
a. Klasifikasi Rumput Laut
Rumput laut merupakan tanaman berderajat rendah, biasanya tumbuh
melekat pada substrat tertentu, tidak mempunyai akar dan batang serta daun sejati,
tapi hanya menyerupai batang yang disebut thallus. Pertumbuhan dan penyebaran
rumput laut sangat dipengaruhi oleh toleransi fisiologi dari biota tersebut untuk
beradaptasi dengan faktor-faktor lingkungan seperti substrak, salinitas,
temperatur, intensitas cahaya, tekanan dan nutrisi. Umunya rumput laut sering
dijumpai tumbuh pada daerah yang memiliki perairan yang dakal dengan kondisi
dasar permukaan air berpasir, sedikit lumpur atau campuran keduanya
(Anggadiredja dkk., 2010).
Klasifikasi rumput laut menurut Soegiarto, et. Al. (1985) adalah sebagai
berikut:
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Bangiales
Famili : Solieriaceae
Genus : Eucheuma
Species :Eucheuma cottonii

b. Budidaya Eucheuma sp.


Menurut Anggadiredja dkk. (2010), syarat-syarat utama dalam
keberhasilan budidaya rumput laut adalah:
1) Pemilihan lokasi
Keberhasilan budidaya rumput laut sangat ditentukan pada pemilihan
lokasi yang tepat. Hal ini dikarenakan produksi dan kualitas rumput laut
dipengaruhi oleh faktor-faktor ekologi meliputi kondisi substrat perairan, kualitas
air, iklim dan geografis dasar perairan. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya
dalam penentuan lokasi yaitu faktor kemudahan (aksesibilitas), risiko (masalah
keamanan), serta konflik kepentingan (pariwisata, perhubungan dan tanaman laut
nasional).
2) Persiapan Penanaman
Persiapan penanaman rumput laut Eucheuma sp. meliputi penyediaan
peralatan budidaya yang sesuai dengan metode yang akan digunakan serta
penyediaan bibit yang baik. Peralatan yang diperlukan harus disesuaikan dengan
metode yang akan digunakan. Secara garis besar, peralatan yang digunakan
antara lain patok kayu, bambu, jangka, tali poietilen (tambang plastik), tali rafia
dan pelampung. Persiapan penanaman yang paling penting yaitu pemilihan dan
penanganan bibit rumput laut Eucheuma sp. sebelum ditanam.
3) Penanaman
Penanaman rumput laut Eucheuma sp. dapat dilakukan menggunakan
beberapa metode. Terdapat tiga metode yang sudah dikenal masyarakat serta
dikembangkan secara luas, yaitu metode lepas dasar (off bottom method),
rakit apung (floating rack method), dan rawai (long line method). Pemilihan
metode ini tergantung pada kondisi geografis lokasi. Saat yang baik untuk
penanaman adalah pada saat cuaca teduh (tidak mendung) dan paling baik adalah
pagi hari atau sore hari menjelang malam.
4) Pemeliharaan
Selama rumput laut berada di wadah budidaya, selama itu pula beberapa
kegiatan terus dilakukan untuk memastikan rumput laut dalam kondisi baik.
Pemeliharaan pertumbuhan rumput laut yang dilakukan secara rutin, yaitu
membersihkan lumpur dan kotoran yang melekat pada rumput laut; menyulam
tanaman yang rusak atau lepas dari ikatan; mengganti tali, patok, bambu, dan
pelampung yang rusak; serta menjaga tanaman dari serangan pedator seperti ikan
dan penyu.

2.2 Konsep Usahatani


Usahatani adalah suatu organisasi produksi di lapangan pertanian dimana
terdapat unsur yang mewakili alam, unsur tenaga kerja yang bertumpu pada
anggota keluarga tani, unsur modal yang beraneka ragam jenisnya, dan unsur
pengolahan dan manajemen yang perannya dibawakan seseorang yang disebut
petani (Haris,2007)

2.3. Konsep Pendapatan Usahatani


Tujuan seorang anggota rumah tangga melakukan suatu jenis pekerjaan
adalah untuk memperoleh tambahan pendapatan dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidup. Pendapatan rumah tanga dapat berasal lebih dari satu macam
sumber pendapatan. Sumber pendapatan yang beragam dapat terjadi karena
anggota rumah tangga mempunyai kegiatan yang berbeda satu dengan yang lain.
Sumber pendapatan dapat digolongkan sebagai sumber pendapatan pokok dan
sumber pendapatan tambahan berdasarkan besarnya pendapatan (Nurmanaf,
1985).

2.4. Konsep Strategi Pengembangan


Menurut Tregeo dan Zimmerman (1980) strategi adalah “kerangka yang
membimbing serta mengendalikan pilihan-pilihan yang menetapkan sifat dan arah
dari suatu organisasi”. Pilihan-pilihan tersebut berkaitan dengan ruang lingkup
produk-produk atau jasa-jasa, pasar-pasar, kemampuan-kemampuan inti,
pertumbuhan, laba/untung dan pembagian sumber-sumber dari suatu organisasi.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. data
sekunder diperoleh dari buku-buku dan literatur-literatur dari berbagai sumber
serta dari penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini.

3.2. Metode Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis Pendapatan,
Analisis R/C Ratio, dan Analisis Break Event Point (BEP) dari agroindustri
rumput laut.

3.2.1. Analisis RC/Ratio


Analisis R/C ratio ini digunakan untuk melihat perbandingan total
penerimaan dengan total pengeluaran atau biaya usaha. Secara matematis, R/C
ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛
R/C Ratio = ……………………..………..(3.1)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖

Analisis ini digunakan untuk melihat keuntungan dan kelayakan usahatani.


Usaha tersebut dikatakan menguntungkan apabila nilai R/C ratio lebih besar dari
1 (R/C ratio > 1). Hal ini menunjukkan setiap nilai rupiah yang dikeluarkan dalam
produksi akan memberikan manfaat sejumlah nilai penerimaan yang diperoleh

3.2.2. Analisis Pendapatan


Analisis pendapatan dilakukan terhadap biaya, penerimaan, serta
keuntungan kegiatan produksi dari awal pembuatan hingga pengemasan yang
dilakukan dalam satu tahun (satu musim giling). Analisis pendapatan digunkan
untuk mengetahui besarnya penerimaan yang diperoleh dan besarnya keuntungan
yang diperoleh.
Perhitungan penerimaan sebagai berikut:

TR = Q x P ……………………………………………………………… (3.2)
Dimana:
TR (Total Revenue) = Penerimaan total
Q (Quantity) = Produk yang dihasilkan
P (Price) = Harga jual produk yang dihasilkan

Perhitungan pengeluaran sebagai berikut:

TC = TFC + TVC ………………………………………...…………….. (3.3)


Dimana:
TC (Total Cost) = Biaya total
TFC (Total Fixed Cost) = Biaya tetap
TVC (Total Variable Cost) = Biaya biaya tidak tetap

Perhitungan keuntungan adalah sebagai berikut:

𝜋 = TR – TC ………………………………………..…………...……. (3.4)
Dimana:

π = Keuntungan

TR (Total Revenue) = Penerimaan total


TC (Total Cost) = Biaya total
BAB IV
PEMBAHASAN
4.2. Analisis Kelayakan Usaha Rumput Laut Di Kabupaten Maluku Tenggara pertahun
NO KEBUTUHAN SATUAN JUMLAH HARGA JUMLAH
SATUAN (RP) /PRODUKSI (RP)

A Biaya Tetap (TFC)


1 Bibit Kg 300 5.000 1.500.000

2 Wadah Budidaya
Tali ris no. 6 Kg 94 40.000 3.760.000

Tali jangkar no. 10 Kg 40 40.000 1.600.000

Tali rafia roll 14 20.000 280.000

Pelampung Aqua Buah 800 350 280.000

Pelampung Besar Buah 16 100.000 1.600.000

Perahu jukung Unit 1 500.000 500.000

Karung Buah 20 5.000 100.000

Jangkar Buah 16 22.000 352.000

Pisau Buah 3 10.000 30.000

Terpal 4x6 dan 2x3 Buah 1 165.000 165.000

Bambu Buah 24 5.000 120.000

Total Biaya Tetap (TFC) 10.287.000


B Biaya Variabel (TVC)
1 Biaya Perawatan Minggu 7 292.500 2.047.500

Total Biaya Variabel (TVC) 2.047.500


TOTAL BIAYA PRODUKSI (TC) = TFC +TVC 12.334.500
C
Penerimaan (TR) = P x Q
Hasil Produksi Basah (Kg) 4.920

Hasil Produksi Kering (Kg) 4.428

Penerimaan Produksi Basah (Rp. 5000/Kg) 24.600.000

Penerimaan Produksi Kering (Rp.8000/Kg) 35.424.000


D
Pendapatan Usaha/Laba Usaha (𝝅) = TR − TC
Pendapatan Usaha RL Basah (Rp) 5.413.000

Pendapatan Usaha RL Kering (Rp) 16.237.000


E. Analisis R/C Ratio
1. Produksi Basah
𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛
R/C Ratio =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
24.600.000
=
2.334.500

= 10,3
2. Produksi Kering
𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛
R/C Ratio =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
35.424.000
=
2.334.500

= 15,1

Berdasarkan perhitungan tersebut karena R/C ratio lebih dari 1 (satu), berarti
usaha ini layak untuk dikembangkan.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. Dengan adanya penghitungan analisis biaya didapatkan untuk biaya total
produksi selama 1 tahun mencapai Rp. 12.334.500 Usaha tani rumput laut
ini bisa mendapatkan omset untuk produksi basah sebesar Rp.24.600.000
dengan keuntungan Rp. 5.413.000. sedangkan untuk omset untuk produksi
kering sebesar Rp. 35.424.000 dengan keuntungan 16.237.000 selama 1
tahun.
2. Perhitungan R/C rasio menunjukkan angka hingga mencapai 10,3 untuk
produksi basah dan 15,1 untuk produksi kering yang artinya setiap satu
rupiah uang yang kita belanjakan kita bisa mendapatkan keuntungan
mencapai 10,3 rupiah untuk produksi basah dan 15,1 rupiah untuk
produksi kering. Ini menandakan bahwa usaha tersebut layak untuk
dikembangkan karna R/C ratio yang didapat lebih dari 1.
DAFTAR PUSTAKA
o (Anggadiredja dkk., 2010).
 Soegiarto, et. Al. (1985)
o (Haris,2007)
 Tregeo dan Zimmerman (1980)
LAMPIRAN
Lampiran Tabel
NO KEBUTUHAN SATUAN JUMLAH HARGA JUMLAH
SATUAN (RP) /PRODUKSI (RP)

A Biaya Tetap (TFC)


1 Bibit Kg 300 5.000 1.500.000

2 Wadah Budidaya
Tali ris no. 6 Kg 94 40.000 3.760.000

Tali jangkar no. 10 Kg 40 40.000 1.600.000

Tali rafia roll 14 20.000 280.000

Pelampung Aqua Buah 800 350 280.000

Pelampung Besar Buah 16 100.000 1.600.000

Perahu jukung Unit 1 500.000 500.000

Karung Buah 20 5.000 100.000

Jangkar Buah 16 22.000 352.000

Pisau Buah 3 10.000 30.000

Terpal 4x6 dan 2x3 Buah 1 165.000 165.000

Bambu Buah 24 5.000 120.000

Total Biaya Tetap (TFC) 10.287.000


B Biaya Variabel (TVC)
1 Biaya Perawatan Minggu 7 292.500 2.047.500

Total Biaya Variabel (TVC) 2.047.500


TOTAL BIAYA PRODUKSI (TC) = TFC +TVC 12.334.500
C
Penerimaan (TR) = P x Q
Hasil Produksi Basah (Kg) 4.920

Hasil Produksi Kering (Kg) 4.428

Penerimaan Produksi Basah (Rp. 5000/Kg) 24.600.000

Penerimaan Produksi Kering (Rp.8000/Kg) 35.424.000


D
Pendapatan Usaha/Laba Usaha (𝝅) = TR − TC
Pendapatan Usaha RL Basah (Rp) 5.413.000

Pendapatan Usaha RL Kering (Rp) 16.237.000


Lampiran 2
Rumus
𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛
R/C Ratio = ................................................... (3.1)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖

TC = TFC + TVC ...................................................................................... (3.2)


TR = Q x P ................................................................................................. (3.3)
𝜋 = TR – TC ............................................................................................ (3.4)

Anda mungkin juga menyukai