Anda di halaman 1dari 25

Irha Lewenussa

AGROBISNIS PERIKANAN

Rabu, 11 Januari 2012

KONSEP MANAJEMEN

PERANAN KONSEP MANAJEMEN INDUSTRI PADA PT. AKFI

DI DESA LAHA

LAPORAN

PRAKTEK MANAJEMEN INDUSTRI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

Ketua : Iramaya S. Lewenussa (2008-68-021)

Anggota :

1. Sarbia (2008-68-025) 5. Betsy Letwar ( 2009-68-035)

2. La Noho Wandoka (2008-68-020) 6. Rubeca Ch. Pattimuka (2009-68-022)

3. Joan Labetubun (2008-68-001) 7. Maya H. Ambon (2009-68-004)

4. Lolita Tuhumenna (2009-68-033)

PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2011

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktek manajemen industri dengan
judul “Peranan Konsep Manajemen Pada PT. AKFI di Desa Laha“, dapat diselesaikan dengan
baik.

Dengan penuh kerendahan hati yang tulus, perkenankanlah penulis sampaikan rasa terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan
laporan praktek ini.

Demikian juga ucapan yang sama penulis tujukan kepada semua informasi/ responden yang telah
memberikan bantuan sehingga memungkinkan terwujudnya pembuatan laporan praktek ini.

Praktek ini dilakukan pada bulan Juni 2011, bertujuan untuk mengetahui peranan konsep
manajemen industri pada PT. AKFI.

Penulis sadar dalam penyelesaian laporan praktek ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan
penulisan ini ke depan.

Akhir kata semoga Laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Ambon, Juni 2011

Penulis

DAFTAR ISI
LEMBARAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Praktek

1.3 Manfaat Praktek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Perikanan

2.2 Manajemen Usaha

2.2.1 Aspek Produksi

2.2.2 Aspek Pemasaran

2.2.3 Manajemen Operasi

BAB III METODOLOGI PRAKTEK

3.1 Metode Penelitian

3.2 Metode Pengumpulan Data

3.3 Metode Pengambilan Sampel

3.4 Tempat dan Waktu Praktek

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTEK

4.1 Kondisi Geografis

4.2 Keadaan Sosial

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Deskripsi Perusahan AKFI

5.2.Manajemen Organisasi

5.3 Teknik Produksi dan Operasi

5.4 Manajemen Pemasaran

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

6.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Di dalam usaha perikanan dikenal 3 jenis bidang usaha. Bidang usaha perikanan yang dimaksud
yaitu sumber daya air (sumber daya alam), sumber daya ikan, sumber daya manusia sebagai
pelaku usaha perikanan (terdiri dari nelayan, pembudidayan ikan dan pengolah hasil perikanan),
serta sumber daya buatan yang mencakup fasilitas dan teknologi (Effendi dan Oktariza, 2006).

Karakteristik geografis dan kandungan sumber daya kelautan dan perikanan yang dimiliki
Indonesia memberikan pengakuan (justifikasi) bahwa Indonesia merupakan Negara bahari dan
kepulauan terbesar di Dunia dengan keanekaragaman hayati yang tinggi (mega-biodiversity).
Fakta ini menunjukkan bahwa sector kelautan dan perikanan merupakan sector yang memiliki
peluang yang sangat potensial untuk dimanfaatkan dan dikelola guna meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional (Laiweheriwa, 2008)
Maluku merupakan Provinsi kepulauan dengan luas wilayahnya 712.479,69 km2terdiri dari 93,5
% luas perairan (666.139,85 km2) dan 6,5 % luas daratan (46.339,85 km2). Total jumlah pulau
yang ada teridentifikasi di Maluku mencapai 1.340 pulau dengan panjang garis pantai mencapai
10.630,1km (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2007).

Dengan memiliki bentangan laut yang luas, laut di perairan Maluku menyimpan kekayaan laut
yang sangat besar dan potensial, baik berupa sumber daya perikanan maupun pertambangan.
Kekayaan tersebut merupakan modal besar bagi daerah untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Sehingga memposisikan daerah ini pada fokus pengembangan sektor kelautan dan
perikanan. Berbagai cara dilakukan untuk pemanfaatan sumber daya secara optimal, mulai dari
penangkapan, pembudidayaan sampai pada pengolahan hasil perikanan. Dengan tujuan untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat, khususnya nelayan di Maluku.

Kegiatan penangkapan di laut merupakan salah satu bentuk kegiatan usaha yang dilakukan oleh
nelayan dengan tujuan untuk memanfaatkan sumber daya hayati laut, khususnya sumber daya
ikan dalam memenuhi kebutuhan protein masyarakat melalui konsumsi pangan hewani sekaligus
juga sebagai upaya peningkatan pendapatan nelayan (Opier, 2009).

Pada dasarnya sifat komoditi perikanan khususnya ikan sangat cepat mengalami penurunan
mutu. Untuk itu dibutuhkan suatu penanganan agar kualitas atau mutu ikan tetap terjaga. Salah
satu penanganan yang dapat di lakukan yaitu dengan menggunakan cold storge. Cold
storge merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri perikanan.

Secara umum usaha perikanan di laut dihadapkan dengan masalah ketidakpastian produksi,
penggunaan investasi dan biaya operasional yang relatif tinggi sehingga dalam pencapaian
keberhasilan secara komprehensif pada usaha yang dijalankan perlu diterapkan manajemen yang
baik, jika keberhasilan dan pengembangan usaha ingin dicapai (Shinta, 2010).

Manajemen produksi dan menajemen operasi merupakan usaha-usaha pengelolaan secara


optimal penggunaaan sumberdaya-sumberdaya (faktor-faktor produksi), tenaga kerja, mesin-
mesin, peralatan, bahan mentah dan sebagainya melalui proses transformasi bahan mentah dan
tenaga kerja menjadi berbagai produk atau jasa. Para manajemen produksi dan operasi
mengarahkan berbagai masukan (input) agar dapat memproduksi berbagai keluaran (output)
dalam jumlah, kualitas, harga, waktu dan tempat tertentu sesuai dengan permintaan konsumen
(Handoko, 1984).

Dalam kaitannya dengan pemaparan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan praktek Mata kuliah Manajemen Industri dengan judul “ Peranan Konsep Manajemen
Industri Pada PT. AKFI, di Desa Laha “.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum manajemen industri, yaitu:

1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang lokasi perusahaan (industri) yang lebih
menguntungkan.

2. Mahasiswa dapat mengetahui tata cara penyusunan mesin-mesin dan peralatan produksi
(layout).

1.3 Manfaat Praktikum

Hasil dari praktek ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai :

1. Bahan informasi dan pertimbangan bagi pemilik (pengolah) usaha perikanan tangkap.

2. Bahan informasi untuk pengembangan ilmu di bidang agrobisnis perikanan dan kelautan.

3. Proses untuk penambahan pengetahuan dan pemahaman tentang peranan konsep


manajemen industri dalam sebuah industri perikanan.

4. Bahan infornasi dan pertimbangan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam penyusunan
kebijakan pembangun ke depan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha perikanan

Usaha perikanan adalah suatu sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya. Komponen-komponen tersebut adalah ikan sebgai sumber
daya hayati, perairan sebagai sumber daya alam, nelayan sebagai produsen, pengolah, lembaga
pemasaran serta masyarakat umum selaku konsumen akhir (Hermanto dan
Bahansyah dikutip oleh Mandak, 2004).

Usaha perikanan mencakup semua kegiatan yang berkaitan dengan upaya memperoleh
keuntungan dan tidak terbatas hanya pada usaha penangkapan ikan tetapi juga menyangkut
waktu yang tersita untuk mencari ikan, berlayar dari bandar ke lumbuk ikan serta pengolahan
ikan di laut.

Menurut Effendi dan Oktariza (2006), jenis usaha perikanan dibedakan menjadi tiga bagian,
yaitu :

1. Perikanan tangkap merupakan kegiatan memproduksi ikan dengan menangkap atau


capture dari perairan darat, seperti sungai, muara sungai, waduk dan rawa serta perairan laut,
seperti perairan pantai atau laut lepas.

2. Perairan akuakultur (perikanan budidaya) merupakan kegiatan memproduksi ikan


dalam suatu wadah terkontrol dan berorientasi kepada keuntungan.

3. Pengolahan perikanan bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produk perikanan


baik yang berasal adri perikanan tangkap maupun akuakultur.

Usaha perikanan diharapkan mampu memasok produknya dalam rangka memenuhi pernintaan
produk perikanan sejalan dengan menigkatnya populasi manusia di dunia. Upaya untuk
menjawab tantangan tersebut tengah dan sudah dilakukan, salah satunya dengan mengenjot
produksi (Effendi dan Oktariza, 2006).

Usaha perikanan memiliki beberapa keuntungan, diantara lain sebagai berikut :

1. Ikan sebagai makanan sehat untuk konsumsi memiliki permintaan yang cenderung
meningkat.

2. Perikanan terutama akuakultur dan pengolahan perikanan, merupakan sektor yang sedang
berkembang dengan laju relatif cepat.

3. Potensi perikanan Indonesia sangat besar dengan ribuan pulau dan luas lautannya, termasuk
keragaman hayati yang besar sehingga lebih banyak pilihan tipe, komoditas dan lokasi usaha
perikanan.

4. Jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak merupakan pasar potensial yang baru
digali sebagian kecil saja sehingga peluang pengembangan pasar masih sangat diperlukan.

5. Indonesia berada di kawasan tropis dengan sinar matahari tersedia sepanjang tahun
sehingga kegiatan produksi bisa berkembang sepanjang tahun.

6. Agrobisnis perikanan terdiri dari on form dan menghasilakan lebih banyak lagi pelaku off
form. Sehingga banyak pilihan usaha di kedua level agrobisnis perikanan tersebut.

7. Kecenderungan politik nasional yang mulai memperhatikan potensi kelautan, termasuk di


dalamnya kegiatan perikanan.
2.2 Manajemen Usaha

Manajemen usaha adalah proses tertentu yang terdiri dari kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan, menggerakan sumberdaya manusia dan sumberdaya lain untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu usaha ataupun perusahaan (Bahry, 2000).

Dalam menjalankan suatu usaha perikanan membutuhkan membutuhkan kemampuan menajerial


untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dengan baik, sehingga semua orang yang berkerja
serta fasilitas yang tersedia benar-benar dapat digerakan dan diarahkan tujuan yang efisien dan
seekonomis mungkin.

Fungsi-fungsi manajemen itu antara lain :

1. Fungsi perencanaan (planning)

Fungsi perencanaan adalah pemikiran rasional berdasarkan fakta atau perkiraan yang mendekat
sebagai persiapan untuk keperluan tindakan kemudian (Bahry,2000)

2. Fungsi pengorganisasian (Organizing)

Fungsi perorganisasian merupakan tindakan membagi-bagi dan merinci bidang pekerjaan atas
sumberdaya-sumberdaya yang dimiliki demi tercapainya tujuan yang diinginkan. Dalam
membagi tugas kerja perlu diperhatikan jumlah, kemampuan, volume kerja yang harus
dilaksanakan, sehingga pembagian kerja itu praktis, workable dan memudahkan tercapainya
tujuan (Bahry, 2000).

3. Fungsi pengarahan (directing)

Pengarahan merupakan fungsi manajemen yang berkiatan dengan usaha memberikan bimbingan,
binaan, perintah-perintah, atau instruksi-instruksi pada bawahan dalam melaksanakan tugas
masing-masing agar dapat berjalan dengan baik dan tertuju pada tujuan yang telah
ditetapkan (Bahry, 2000)

4. Koordinasian (coordinating)

Fungsi ini berupa usaha-usaha penyatuan langkah dari semua pihak dalam suatu usaha dengan
maksud merangsang anggota-anggota kelompok agar melaksanakan tugas-tugas yang telah
dibebankan dengan baik dan antusias (Bahry, 2000)

5. Fungsi pengawasan (controling)

Fungsi ini merupakan tindakan untuk mengawasi aktivitas-aktivitas agar dapat berjalan sesuai
dengan rencana-rencana yang telah ditetapkan (Effendi dan Oktariza, 2006).
2.2.1 Aspek Produksi

Produksi diarikan sebagai cara, metode, dan teknik untuk menciptakan atau menambahkan
kegunaan sautu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber tenaga kerja, mesin,
bahan-bahan dan dana yang ada (Assauri dikutip Shinta,2002).

Manajemen produksi mencakup perencanaan produksi dan pengendalian proses produksi.


Didalamnya terdapat pula pengambilan keputusan dalam bidang persiapan dan prose produksi
untuk jangka pendek, menengah dan panjang.

2.2.2 Aspek Pemasaran

pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dengan individu dan kelompok memperoleh
apa yang mereka butuhkan dan diinginkan dengan cara menciptakan serta mempertukarkan
produk dengan pihak lain (Kasmir dan Jakfar, 2006).

kegiatan manajemen disini mencakup kegiatan untuk mendistribusikan hasil produksi ke tangan
konsumen. kegiatan tersebut seperti menentukan kelompok masyarakat yang menjadi sasaran
pemasaran yang harus dijalankan (Effendi dan Oktariza, 2006).

2.3 Manajemen Operasi

Manajemen industri disebut juga dengan manajemen operasi. Manajemen operasi atau
manajemen industri merupakan usaha-usaha pengelolahan secara optimal penggunaan
sumberdaya-sumberdaya atau faktor-faktor produksi dalam proses transformasi bahan mentah
dan tenaga kerja menjadi berbagai produk dan jasa

2.3.1 Penentuan Lokasi Fasilitas-fasilitas produksi

Perusahaan secara terus-menerus membangun berbagai fasilitas baru dan memperluas yang
sudah ada. Kegiatan-kegiatan ini melibatkan sejumlah investasi dalam konstruksi dan peralatan
atau mesin dengan biaya yang sangat besar. Walaupun penentuan lokasi perusahaan yang tepat
tidak selalu sangat penting. Tetapi, bagaimanapun juga penempatan fasilitas-fasilitas yang baik
akan membantu perusahaan untuk meminimkan biaya-biaya.
Pemilihan lokasi berarti menghindari sebanyak mungkin seluruh segi-segi negatif dan
mendapatkan lokasi dengan paling banyak faktor-faktor positif. Penentuan lokasi yang tepat akan
meminimumkan beban biaya (investasi dan operasional) jangka pendek maupun jangka panjang,
hal ini akan meningkatkan daya saing perusahaan.

Tahapan-tahapan pemilihan lokasi :

· Tahapan Pertama

Melihat kemungkinan daerah yang ditentukan sebagai alternatif dengan melihat ketentuan dari
pemerintah. Pertimbangan pada tahap ini adalah jenis proses produksi, jenis hasil produksi.

· Tahapan Kedua

Melihat pengalaman orang lain atau pengalaman sendiri. Pada bagian ini jenis hasil produksi,
proses pengerjaannya akan menentukan kekhususan pabrik tersebut.

· Tahapan Ketiga

Pada tahap ini, mempertimbangkan sikap masyarakat pada daerah kedua yang dianggap
menguntungkan. Penilaian ini dilakukan dengan approximasi atau pendekatan dan bukan hanya
berdasarkan informasi atau keterangan-keterangan.

2.3.2 Desain Fasilitas dan Layout

Manajemen Produksi dan operasi mencakup penyedian dan pemeliharaan bangunan-bangunan


dan berbagai pelayanan yang dibutuhkan untuk menempatkan, menyimpan, melindungi, dan
melayani orang-orang dan mesin-mesin yang digunakan untuk membuat berbagai produk dan
menyediakan berbagai jasa.

Fasilitas-fasilitas produktif hendaknya fleksibel dan dapat menyesuaikan secara mudah dengan
perusahaan-perusahaan operasi. Layout fasilitas harus dirancang untuk memungkinkan
perpindahan yang ekonomis dari orang-orang dan bahan-bahan dalam berbagai proses dan
operasi perusahaan. Jarak angkut hendaknya sependek mungkin dan pengembalian serta
peletakan produk-produk dan peralatan-peralatan diminimumkan. Hal ini seharusnya
menghasilkan minimisasi biaya penangan dan transportasi, seperti juga penurunan waktu proses
kerja dan mesin menganggur.

Penentuan layout peralatan dan proses produk meliputi pengaturan letak fasilitas-fasilitas operasi
termasuk mesin-mesin, personalia, bahan-bahan, pelengkapan untuk operasi, penangan bahan,
dan semua peralatan serta fasilitas untuk terlaksanakannya proses produksi dengan lancar dan
efisien. Penentuan letak fasilitas-fasilitas produksi dalam erat hubungannya dengan pendirian
bangunan pabrik.
BAB III

METODOLOGI PRAKTEK

3.1 Metode Praktek

Metode yang digunakan praktek ini adalah metode survei. Di mana wawancara dilakukan secara
langsung dengan menggunakan kuisioner kepada pemilik (pengolah) usaha Cold storge.

Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-
gejala yang ada dan mencari keteranagan secara faktual. Metode survei dapat memberikan
manfaat untuk tujuan-tujuan yang bersifat deskriptif, membantu kondisi-kondisi yang telah
ditentukan sebelumnya (Nazir, 2003).

3.2 Metode Pengumpulan

Sumber data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh
melalui wawancara secara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner).

Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait berupa kantor kepala Desa Laha
Kecematan teluk, serta literatur-literatur yang menunjang praktek ini.

3.3 Metode Pengambilan Sampel

Sampel yang diambil dalam praktek ini adalah pemilik yang masih aktif menjalankan
usaha Cold storge di Desa Laha.

Metode yang digunakan dalam praktek ini adalah metode sampling jenuh atau exhausting
sampling method. Metode sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari
30 orang (Sugiono, 2004).

3.4 Tempat dan Waktu Praktek

Praktek mata kuliah manajemen industri dilakukan di perusahaan AKFI di Desa Laha
pada hari kamis tanggal 23 Juni 2011.
BAB IV
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografis

4.1.1. Letak dan batas wilayah

Desa laha terletak di pulau Ambon, tepatnya terletak diujung teluk Ambon yang dibatasi
oleh tanjung Alang dan tanjung Nusaniwe. sesuai peraturan pemerintah Nomor tahun 1979 luas
wilayah kota ambon seluruhnya 377 km. Desa laha memiliki luas 1,700,00 ha, jarak yang dapat
ditempuh dari pusat kota sejauh 37 km. Desa laha dapat di jangkau dari kota Ambon melalui
transportasi darat dengan mengendarai kendaraan umum. Desa laha secara astronomis berada
pada posisi 03042’15”-03042’20” LS dan 128006’13”-128006’21”BT selain itu, secara geografis
berbatasan dengan wilayah sebagai berikut:

Sebelah utara : Berbatasan dengan Desa Tawiri

Sebelah Selatan : Berbatasn dengan Desa Hatu

Sebelah Timur : Bebtasan dengan Teluk Ambon

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Kaitetu

4.1.2. Topografi

Topografi tidak hanya mengenai bentuk permukaan saja, tetapi juga vegetasi dan pengaruh
manusia terhadap lingkungan, dan bahkan kebudayaan lokal. Wilayah kota Ambon sebagian
besar terdiri dari daerah dataran dengan kemiringan sekitar 10 persen seluas 55 km atau 17
persen dari luas seluruh wilayah daratan. Desa laha terletak di pesisir pantai, posisi laut Desa
laha membentuk teluk. Diman kehidupan masyarakat banyak yang bermata pencaharian sebagai
nelayan, nelayan yang mahir dalam membuat perahu dan cara penangkapan ikan yang masih
bersifat tradisional dan sebagian penduduk masih bercocok tanam.

4.1.3. Iklim

Secara keseluruhan iklim di Kota Ambon adalah iklim laut tropis dan iklim musim,
karena letak pulau Ambon dikelilingi oleh laut. Oleh karena itu iklim disini sangat dipengaruhi
oleh lautan dan berlangsung bersamaan dengan iklim musim, yaitu musim barat atau utara dan
musim Timur atau Tenggara. Pergantian musim selalu diselingi oleh musin pancaroba yang
merupakan transisi dari dua musim tersebut. Musim Barat umumnya berlangsung dari bulan
Desember sampai dengan bulan Maret, sedangkan pada bulan April merupakan masa transisis ke
musim Timur dan musim timur berlangsung dari bulan mei sampai oktober di susul dengan
masa pancaroba pada bulan November yang merupakan transisi ke musim barat.

4.2. Keadaan Sosial

4.2.1 Penduduk

Jumlah penduduk merupakan faktor dominan dalam pembangunan. Jumlah penduduk


Desa Laha pada 2010 tercatat jumlah penduduk sebanyak 3693 jiwa, dan jumlah rumah tangga
sebanyak 129 KK. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Laha

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-laki 1957 52,99

2 Perempuan 1736 47,01

Jumlah 3693 100

Sumber : Kantor Desa, 2010

4.2.2 Pendidikan

Pendidikan merupakan salah pilar penting dalam meningkatkan sumberdaya manusia (Tamarale,
2010). Sebagaimana tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3, pendidikan nasional
berfungsi mengembangan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman. Hal tersebut harus didukung dengan pembangunan berbagai fasilitas pendidikan formal.

Pada tahun 2010 tercatat jumlah sekolah yang gterdapat di Desa Laha sebanyak 15 sekolah,
diantaranya, taman kanak-kanak 3 buah, sekolah dasar sebanyak 3 buah, sekolah menengah
pertama sebanyak 2 buah dan sekolah menengah umum sebanyak 2 buah.

4.2.3 Mata Pencaharian

Sebagian besar masyarakat di Desa Laha bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini,
sesuai dengan luas wilayah yang sebagian besar merupakan daerah pertanian. Selain bertani ada
juga yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.
No Mata Pencaharian Jumlah Persentase

1 Petani 135 26,32

2 Nelayan 128 24,95

3 Pedagang 45 8,77

4 Tukang 85 16,57

5 PNS 91 17,74

6 Pegawai Swasta 18 3,51

7 Pengemudi 11 2,14

Jumlah 513 100

Sumber : kantor Desa, 2010

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Perusahaan AKFI

AKFI atau Arabikatama Khatulistiwa Fishing Industry merupakan salah satu perusahaan
industri yang bergerak di bidang perikanan, yang di dirikan pada tahun 2007 dan masih
beroperasi sampai sekarang. Lokasi PT. AKFI terletak di kompleks AURI, Desa Laha
Kecamatan Teluk Ambon. Modal kerja dan investasi yang digunakan untuk menjalankan usaha
ini adalah milik pribadi, dan tidak pernah tersentuh bantuan oleh pemerintah atau instansi terkait.
Selain itu, perusahaan ini merupakan usaha yang legal secara hukum karena sebelum usaha ini di
jalankan telah memiliki ijin usaha dalam hal ini mengenai izin lokasi dan SITU. Usaha ini
termasuk dalam usaha skala besar karena pemasaran hasil produksinya mampu menjangkau
pasar internasional dan dapat bersaing di dunia industri.
Hal inilah yang membuat PT. AKFI menjadi salah perusahaan yang di andalkan di Kota
Ambon, karena usaha ini terus mengalami perkembangan dan peningkatan produksi dari tahun
ke tahun.

Dengan demikian usaha ini juga turut andil dalam peningkatan pendapatan daerah, perluasan
lapangan kerja serta dapat meningkatkan kesejahteraan dalam hal ini tenaga kerja.

5.2 Manajemen Organisasi

Manajemen adalah kegiatan atau usaha untuk mencapai suatu tujuan dengan mengkoordinir
kegiatan orang lain. Dalam menjalankan suatu usaha perikanan membutuhkan membutuhkan
kemampuan menajerial untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dengan baik, sehingga
semua orang yang berkerja serta fasilitas yang tersedia benar-benar dapat digerakan dan
diarahkan tujuan yang efisien dan seekonomis mungkin. Fungsi-fungsi tersebut yaitu fungsi
perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi pengarahan, fungsi koordinasian, dan fungsi
pengawasan.

Manajemen organisasi merupakan suatu usaha atau kegiatan dalam mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan tindakan membagi-bagi dan merinci bidang pekerjaan atas sumberdaya-
sumberdaya yang dimiliki demi tercapainya tujuan yang diinginkan. Dalam membagi tugas kerja
perlu diperhatikan jumlah, kemampuan, volume kerja yang harus dilaksanakan, sehingga
pembagian kerja itu praktis, workable dan memudahkan tercapainya tujuan.

PT. AKFI merupakan salah satu usaha industri perikanan yang modal investasinya berasal
dari modal sendri (modal pribadi), yang beroperasi sejak tahun 2007 sampai sekarang. Dalam
mengelolah usaha yang dijalankan, PT AKFI lebih banyak menggunakan tenaga kerja dari
daerah di sekitar perusahaan tersebut berada (Desa Laha). Selain itu, PT AKFI sangat selektif
dalam mempekerjakan karyawan sesuai dengan bidang pekerjaan masing-masing.

Jumlah karyawan yang bekerja di PT AKFI ± 300 orang, dengan bagian atau unit yang
mendukung operasi usaha ini terdiri dari 4 devisi yaitu manajemen operasi, manajemen teknik,
manajemen logistik, dan manajemen processing. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
1.
Komisaris (Asman)

Direktur

(Alwi Hadad)

M. Operasi M. Teknik M. Logistik M. Processing

(Muhanan) (Kudibeng) (Joni) (Watan)

- Kabag, - Mesin (Feri) Pabrik Es - Kabag CS

(teguh)

administ. Kapal - Sipil (Joni) (Supri) - Kabag ARF

(Rudi) (Adnan)

- Kabag Dermaga - Listrik (Adios) - Inspektur QC

(Yulan) (Taher)

Gudang (markus)

Karyawan
Administrasi Umum (Personalia) (Nia)

Gambar 1. Bentuk Organisasi PT. AKFI

5.3 Teknik Produksi Atau Operasi

A. Plant Location

Tujuan dari penentuan lokasi atau plant location suatu usaha dengan tepat adalah untuk
membantu perusahaan beroperasi atau berproduksi dengan lancar, efektif dan efisien.

Manfaat dari penentuan lokasi perusahaan yaitu:

1. Kemampuan melayani konsumen dengan memuaskan.

2. Mendapatkan bahan mentah yang cukup dan kontinu dengan harga yang layak.

3. Mendapatkan tenaga buruh yang cukup.

4. Memungkinkan diadakannya perluasan pabrik dikemudian hari.

Ada 2 faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi PT. AKFI, yaitu:

1. Faktor Primer

Antara lain:

a. Letak dari pasar


PT. AKFI selain memasarkan produknya ke luar daerah, juga menjual produknya kepada ibu
jibu-jibu di sekitar lokasi perusahaan (Desa Laha).

b. Letak dari sumber bahan mentah

Dilihat dari lokasi perusahan PT. AKFI yang berdekatan dengan pantai, ini menunjukan bahwa
perusahan ini dekat dengan bahan mentah.

c. Terdapat fasilitas pengangkutan

Untuk mempermudah pengangkutan bahan mentah masuk perusahan, maka dibutuhkan fasilitas
pengangkutan. Hal ini juga terdapat di PT. AKFI. Fasilitas pengangkutannya berupa, truk,
grobak dan lain-lain.

d. Suplay dari buruh (tenaga kerja)

Suplay tenaga kerja atau buruh yang terdapat di PT. AKFI relatif banyak. Hal ini dilihat dari
jumlah karyawan yang dipekerjakan ± 300 orang.

e. Terdapat pembangkit tenaga listrik.

Untuk memperlancar proses operasi atau produksi, maka pembangkit tenaga listrik merupakan
faktor yang sangat penting untuk menunjang atau memperlancar proses tersebut. Hal yang sama
juga dibutuhkan oleh PT. AKFI, dalam memperlancar proses produksi, seperti PLN.

2. Faktor Sekunder

a. Rencana masa depan

Pada dasar semua pelaku usaha mempunyai rencana masa depan. Rencana yang dimaksud adalah
untuk mengembangakan usaha lebih baik lagi dan dapat memaksimumkan profit usaha. Begitu
juga rencana masa depan yang di inginkan oleh Usaha industri PT. AKFI, di Desa Laha.

b. Persedian Air

Air juga merupakan faktor yang sangat penting untuk usaha PT. AKFI. Persedian air di
perusahan ini cukup memadai.
c. Masyakarat yang ada di daerah perusahan tersebut

Berdasarkan hasil survei terhadap masyarakat di sekitar perusahan tersebut (Desa Laha),
menunjukkan bahwa masyarakat merasa nyaman dengan adanya pendirian perusahan tersebut.
Karena menurut masyarakat, dengan adanya pendirian perusahan tersebut, juga dapat
memberikan dampak positif atau manfaat yang tidak langsung.

d. Iklim

Secara umum usaha perikanan di laut dihadapkan dengan masalah ketidakpastian produksi, salah
satunya iklim. Hal ini sangat mempengaruhi jumlah hasil tangkapan para pelaku perikanan. Pada
musim timur, jumlah hasil tangkapan relatif sedikit dibandingkan pada musim barat. Hasil
tangkapan tersebut juga mempengaruhi produksi PT. AKFI.

B. Produksi

Jenis komoditi perikanan yang diproduksi oleh PT. AKFI yaitu berupa momar, ikan komu, dan
ikan mahi (lamadang). Bobot berat komoditi yang di produksi untuk ikan kecil kurang dari 0,5
Kg, sedangkan untuk jenis komoditi yang besar lebih dari 0,5 Kg. Harga produk ikan per
kilogram untuk lokal sebesar Rp. 12.000, sedangkan untuk luar daerah melalui sistem kerjasama,
kemudian keuntungannya dibagi setelah produk dipasarkan ke luar negeri.

Untuk proses produksinya, setelah melewati proses pemilaan atau pemisahan untuk jenis ikan
yang berukuran besar dan kecil, maka untuk jenis ikan yang berukuran besar di lakukan ABF (air
blest frezer) setelah itu di sortir beku dan di masukan ke dalam karung dengan berat beban 30
Kg, kemudian di berikan es. Sedangkan untuk jenis ikan kecil, setelah dilakukan ABF, kemudian
di lakukan pemapakan ke dalam karton atau master karton.

Pada poses pemapakan untuk produk yang akan di pasarkan diberi perbedaan. Dengan tujuan
untuk mempermudah dan menghindari terjadinya kesalahan dalam proses pengiriman atau
pemasaran nanti. Untuk produk yang akan di ekspor diikat dengan tali yang berwarna hitam,
sedangkan untuk lokal talinya berwarna biru. Gambaran Proses Produksi pada PT. AKFI dapat
dilihat pada gambar 2.
Kapal Jaring

Kapal Penampung

Dermaga

Bongkar

Blog Biru/tong

Meja Sortir 1

Mobil
Ikan Besar

Ikan Kecil

Meja Sortir 2
Gambar 2. Proses PT. AKFI

5.4 Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dengan individu dan kelompok memperoleh
apa yang mereka butuhkan dan diinginkan dengan cara menciptakan serta mempertukarkan
produk dengan pihak lain (Kasmir dan Jakfar, 2006).

Kegiatan manajemen disini mencakup kegiatan untuk mendistribusikan hasil produksi ke tangan
konsumen. kegiatan tersebut seperti menentukan kelompok masyarakat yang menjadi sasaran
pemasaran yang harus dijalankan (Effendi dan Oktariza, 2006).

Tujuan pasar produk dari PT. AKFI, untuk daerah lokal yaitu kota Ambon, sedangkan untuk luar
daerah yaitu Jakarta dan Bali. Produk yang di pasarkan ke Jakarta dan Bali, selanjutnya akan di
ekspor ke luar negeri.

Rantai pemasaran dapat di lihat pada gambar 3.

Cold Storage

Ekspor

Lokal

Pasar

Kapal Kargo
Gambar 3. Rantai Pemasaran PT. AKFI
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktek yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. PT. AKFI merupakan salah satu usaha industri perikanan yang modal investasinya berasal
dari modal sendri (modal pribadi), yang beroperasi sejak tahun 2007 sampai sekarang. Dalam
mengelolah usaha yang dijalankan, PT AKFI lebih banyak menggunakan tenaga kerja dari
daerah di sekitar perusahaan tersebut berada (Desa Laha).

2. Ada 2 faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi PT. AKFI yaitu, faktor primer berupa
letak dari pasar, letak dari bahan mentah, terdapat fasilitas pengangkutan, suplay dari buru atau
tenaga kerja yang tersedia dan terdapat pembangkit tenaga listrik. Sedangkan faktor sekunder
berupa, rencana masa depan, persedian air, masyarakat di sekitar daerah atau lokasi perusahan
serta iklim.

3. Tujuan pasar produk dari PT. AKFI, untuk daerah lokal yaitu kota Ambon, sedangkan
untuk luar daerah yaitu Jakarta dan Bali. Produk yang di pasarkan ke Jakarta dan Bali,
selanjutnya akan di ekspor ke luar negeri.

6.2 Saran

Perlu perhatian yang serius dari pemerintah setempat maupun instansi terkait terhadap
usaha yang dijalankan, dalam hal pemberian bantuan modal serta bentuk-bentuk bantuan lainnya
dalam rangka membantu mengembangkan usaha ini ke depan.

DAFTAR PUSTAKA
Effendi, I dan Oktariza W. 2006. Manajemen Agrobisnis Perikanan. PT Swadaya, Jakarta.

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. PT Ghalia Indonesia, Jakarta.

Dinas Kelautan dan Perikanan 2007. Laporan Tahunan 2007, Ambon.

Shinta, D. 2010. Pengolahan Usaha Perikanan Rurehe ( Pole and Line ) di Negeri Luhu Kab.
Seram Bagian Timur. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Universitas Pattimura.
Ambon.

Mandak, Y. 2004. Tingkat Kesejahteraan Nelayan Hand Line di Desa Faer dan Letman
Kecamatan Pulau-Pulau Kecil. Skripsi Fakultas Periakanan dan Ilmu Kelautan. Universitas
Pattimura. Ambon.

Talakua, W. 2006. Alokasi dan Simulasi Sumber Daya Usaha Perikanan Pukat Cincin di Desa
Waai Kec. Salahutu. Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Perikanan(INSEI).Vol 1. No.
2.

Leiwakabessy, F dan Said, H. 2002. Pengantar Metodologi Penelitian. Universitas Negeri


Malang, Jakarta..

Rahardi, F, Regina kristiawati dan Nazaruddin. 2005. Agrobisnis Perikanan. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Handoko, T. 1984. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi 1. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai