Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH TEKNOLIGI PENANGKAPAN IKAN TENTANG

EKOLOGI PERAIRAN PERKEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI


INDONESIA

Oleh:
HILDA
NPM 19542430003

JURUSAN PERIKANAN PRODI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS


PERTANIAN UNIVERSITAS ACHMAD YANI BANJARBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan penyusunan makalah ini guna melaksanakan tugas dasar-dasar

penangkapan ikan dan untuk memperdalam materi yang kami pelajari ini.

Adapun makalah dasar-dasar penangkapan ikan ini membahas mengenai

perkembangan perikanan tangkap di Indonesia mulai dari dulu , sekarang , hingga

yang akan datang. Materi yang kami bahas dilengkapi dengan data-data terbaru

yang kami dapat dari berbagai macam sumber.

Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi untuk

menambah pengetahuan mengenai perkembangan perikanan tangkap di Indonesia.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penyusunan makalah ini.

Oleh karena itu segala bentuk kritik dan saran yang konstruktif akan kami terima

guna menjadi acuan untuk penyusunan makalah selanjutnya.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................1

B. Rumusan Masalah …………………………………………....................2

C. Tujuan Penulisan ………………………………………………………..2

II HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengertian Perikanan Tangkap …………………………................................3

Peran Perikanan Tangkap………………………………………………….....3

Wilayah Perikanan Tangkap di Indonesia ……………………………….......4

Jenis Alat Tangkap di Indonesia …………………………………..................8

Perikanan Tangkap Dalam Angka............................................................. ......13

Perkembangan Perikanan Tangkap di Indonesia..............................................13

III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................15

B. Saran..........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki laut yang

luasnya sekitar 5,8 juta km² dan menurut World Resources Institute tahun 1998

memilki garis pantai sepanjang 91.181 km yang di dalamnya terkandung sumber

daya perikanan dan kelautan yang mempunyai potensi besar untuk dijadikan

tumpuan pembangunan ekonomi berbasis sumber daya alam.

Berdasarkan laporan FAO Year Book 2009, saat ini Indonesia telah

menjadi negara produsen perikanan dunia, di samping China, Peru, USA dan

beberapa negara kelautan lainnya. Produksi perikanan tangkap Indonesia sampai

pada tahun 2007 berada pada peringkat ke-3 dunia, dengan tingkat produksi

perikanan tangkap pada periode 2003-2007 mengalami kenaikan rata-rata

produksi sebesar 1,54%.

Pemanfaatan sumberdaya perikanan dari waktu ke waktu terus mengalami

peningkatan, mengikuti permintaan yang cenderung terus bertambah, baik jumlah

maupun jenisnya. Meningkatnya upaya sumberdaya perikanan mendorong

berkembangnya teknik dan taktik penangkapan (fishing technique and fishing

tactics) untuk dapat memproduksi secara lebih efektif dan efisien (Ayodhyoa,

1983).

Keberadaan alat penangkapan ikan di indonesia ini sudah berkembang

pesat, dengan berbagai macam alat tangkap yang telah dimiliki sudah beredar

diseluruh sektor perikanan indonesia. Diantaranya adalah pancing, payang dan

purse seine. Dari alat-alat tersebut termasuk dalam golongan alat yang ramah

1
2

lingkungan, sehingga alat tersebut digunakan sebagai komoditas utama dan

bernilai ekonomis tinggi.

Pemanfaatan sumberdaya hayati laut tidak lepas dari kegiatan operasi

penangkapan ikan yang melibatkan berbagai unit penangkapan ikan, unit

penangkapan ikan yang berkembang saat ini cukup bervariasi mulai dari yang

berukuran kecil seperti tombak, serok dan pancing sampai alat tangkap yang

berukuran besar seperti trawl, purse seine, rawai tuna serta payang. Payang

merupakan salah satu unit penangkapan ikan yang umum dikenal dan

dioperasikan hampir di seluruh perairan indonesia (Subani, 1978).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut :

1. Dimana saja wilayah perikanan tangkap Indonesia ?

2. Bagaimana perkembangan perikanan tangkap di Indonesia ?

3. Alat tangkap jenis apakah yang beroperasi di perairan Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Penangkapan Ikan

2. Mengetahui wilayah perikanan tangkap di Indonesia

3. Mempelajari Perkembangan perikanan tangkap di Indonesia secara umum

4. Mengetahui jenis alat tangkap yang beroperasi di Indonesia

2
3

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Perikanan Tangkap

Perikanan tangkap secara garis besar adalah cara mendapatkan ikan

(termasuk makanan laut lainnya) dari laut atau perairan (yang bukan perairan

budidaya) dengan menggunakan alat atau cara lainnya. Penangkapan ikan adalah

Kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan

dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang

menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan,

menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya. Berbeda halnya dengan

perikanan bududaya yang merupakan budidaya organisme air, termasuk ikan,

moluska, kurstasea dan tanaman air. Pembudidayaan ini meliputi beberapa bentuk

kegiatan dalam proses pemeliharaan untuk meningkatkan produksi, seperti

penebaran yang teratur, pemberian makanan/pakan, perlidungan dari predator dan

lain-lain.

B. Peran Perikanan Tangkap

Perikanan tangkap sebagai sistem yang memiliki peran penting dalam

penyediaan pangan, kesempatan kerja, perdagangan dan kesejahteraan serta

rekreasi bagi sebagian penduduk Indonesia perlu dikelola yang berorientasi pada

jangka panjang (sustainability management). Tindakan manajemen perikanan

tangkap adalah mekanisme untuk mengatur, mengendalikan dan

mempertahankan kondisi sumber daya ikan pada tingkat tertentu

yang diinginkan. Salah satu kunci manajemen ini adalah status dan tren aspek

3
4

sosial ekonomi dan aspek sumber daya. Data dan informasi status dan tren

tersebut dapat dikumpulkan baik secara rutin (statistik) maupun tidak rutin (riset).

C. Wilayah Perikanan Tangkap di Indonesia

Pembagian Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) di Indonesia saat ini

terdapat 39 unit sumber daya perikanan yang tersebar di seluruh WPP, yaitu

terdiri dari WPP I Selat Malaka, WPP II Laut Cina Selatan, WPP III Laut

Jawa, WPP IV Laut Flores dan Selat Makasar, WPP V Laut Banda, WPP VI Laut

Arafura, WPP VII Teluk Tomini dan Laut Maluku, WPP VIII Samudra Pacifik

dan Laut Sulawesi, WPP IX Samudra Hindia sebelah barat Sumatera serta WPP X

Samudra Hindia sebelah selatan Jawa (Gambar 1). Pada setiap WPP terdapat 4

unit sumber daya ikan, yaitu ikan demersal, udang, ikan pelagis besar, dan ikan

pelagis kecil.

Ikan demersal merupakan jenis ikan yang habitatnya berada di bagian

dasar perairan, dapat dikatakan juga bahwa ikan demersal adalah ikan yang

tertangkap dengan alat tangkap ikan dasar seperti trawl dasar (bottom trawl),

jaring insang dasar (bottom gillnet), rawai dasar (bottom long line), dan bubu.

Beberapa jenis ikan demersal contohnya kerapu (Serranidae Spp.), kakap (Lates

calcarifer), merah (Lutjanidae Spp.), beronang (Siganus Spp.), dan lencam

(Lethrinus Spp.). Ikan yang hidup di lapisan permukaan perairan pantai atau di

perairan pantai dinamakan ikan pelagis. Ikan pelagis ini terbagi menjadi 2, pelagi

besar (tenggiri (Scomberonous commerson), tongkol (Euthynnus Spp.), dan tuna

(Thunnus Spp.)) dan pelagis kecil (teri (Stelephorus Spp.), tembang (Sardinella

fimbriata), kembung (Rastrelliger Spp.), julung-julung (Hemirhamohus Spp.), dan

belanak (Mugil Spp.)

4
5

Pemerintah telah berusaha untuk memajukan sektor perikanan dengan

membagi wilayah pengelolaan menjadi 10 bagian, dengan harapan di tiap-tiap

wilayah akan terbenuk suatu usaha perikanan yang maju, baik itu dari usaha

penangkapan, budidaya maupun pengolahan. Khusus untuk penangkapan telah

didapatkan data status sumber daya ikan di 10 WPP sebagai berikut

Untuk jenis ikan demersal hanya Teluk Tomini dan Laut Sulawesi yang

masih bisa untuk dikembangkan, sedangkan untuk daerah lain semuanya sudah

dieksplorasi secara maksimal, bahkan untuk Selat Malaka sudah melebihi batas

eksplorasi (kelebihan upaya penangkapan ikan/overfished). Khusus WPP Selat

Malaka hanya ikan pelagis besar yang tidak tersedia data pemanfaatannya,

sedangkan untuk jenis ikan demersal dan udang pemanfaatannya

sudah overfished yang merupakan pertanda bahwa harus segera dilakukan

regulasi pengelolaan pemanfaatan agar tidak terjadi penurunan stok atau sumber

daya. Pasal 7.6.3 CCRF menyebutkan “Bila terjadi penangkapan ikan yang

melebihi kapasitas harus ditetapkan mekanisme untuk mengurangi kapasitas ke

tingkat yang sepadan dengan pemanfaatan lestari sumber daya perikanan,

sedemikian rupa sehingga menjamin bahwa para nelayan beroperasi dalam

kondisi ekonomi yang mendorong perikanan yang

bertanggungjawab. Mekanisme seperti itu harus termasuk kapasitas armada

penangkapan”. Regulasi di bidang penangkapan sudah dilakukan dengan

menghindari penambahan kapal, waktu penangkapan ikan serta peralatan yang

digunakan diatur secara ketat (DKP Propinsi Riau, 2010). Selain untuk

menghindari upaya penangkapan yang berlebihan, dikeluarkan juga aturan

tentang pelarangan penggunaan racun dan bahan peledak untuk menghindari

5
6

kerusakan lingkungan sebagaimana tertulis dalam pasal 8.4.2 CCRF “Negara-

negara harus melarang praktek penangkapan ikan yang menggunakan bahan

peledak dan racun serta praktek penangkapan ikan yang merusak lainnya”.

Untuk jenis udang, pemanfaatan masih bisa dikembangkan untuk WPP

Laut Cina Selatan, tetapi tetap harus melihat batas-batas kelestarian sumber daya

tersebut. Hal ini dijelaskan pada pasal 7.1.8 CCRF yang menyatakan “Negara-

negara, harus mengambil langkah untuk mencegah atau menghapus penangkapan

ikan yang melebihi kapasitas dan harus menjamin bahwa tingkat upaya

penangkapan adalah sepadan dengan pemanfaatan sumber daya ikan yang lestari

sebagai suatu cara menjamin keefektifan langkah konservasi dan pengelolaan”.

Khusus penangkapan udang, pemerintah melalui kebijakan Departemen Kelautan

dan Perikanan dalam rangka mengendalikan penangkapan ikan (dan udang) akan

menggenjot perikanan budidaya, hal ini terungkap dalam Sidang Committee on

Fisheries (COFI) ke-28 di Roma, Italia, pada awal Maret 2009 lalu (DKP Propinsi

Riau, 2010). Masa depan perikanan Indonesia tergantung kepada perikanan

budidaya, mengingat perikanan tangkap produksinya makin menurun, sementara

kebutuhan ikan makin meningkat.

Jenis ikan yang masih bisa untuk dimanfaatkan lebih jauh adalah pelagis

kecil. Dari 10 WPP, masih ada 5 wilayah yang tingkat pemanfaatannya moderate

yaitu Laut Flores dan selat Makasar, Laut Banda, Laut Arafura, Teluk Tomini dan

Laut Sulawesi, serta Samudra Hindia sebelah barat Sumatera. Jenis ikan ini

umumnya ditangkap dengan menggunakan purse seine, rawai, maupun huhate.

Ketiga jenis alat tangkap ini sudah sesuai dengan standar penggunaan alat tangkap

yang tertulis pada pasal 8.5.1 CCRF “Negara-negara harus mensyaratkan bahwa

6
7

alat, metode, dan praktek penangkapan ikan, sejauh bisa dilaksanakan, agar cukup

selektif sedemikian rupa sehingga meminimumkan limbah, ikan buangan, hasil

tangkapan spesies bukan target baik spesies ikan maupun spesies bukan ikan serta

dampak terhadap spesies yang terkait atau tergantung dan bahwa maksud dari

peraturan terkait tidak diabaikan oleh peranti teknis. Sehubungan dengan ini, para

nelayan harus bekerjasama dalam pengembangan alat dan metode penangkapan

yang selektif. Negara harus menjamin bahwa informasi tentang perkembangan

dan persyaratan yang terbaru tersedia bagi semua nelayan”.

Untuk jenis ikan peruaya jauh (pelagis besar), pengelolaannya harus

merujuk pada CCRF dimana pada pasal 7.1.3 dituliskan “Bagi stok ikan pelintas

batas, stok ikan straddling, stok ikan peruaya jauh dan stok ikan laut lepas, yang

diusahakan oleh dua Negara atau lebih, maka Negara bersangkutan, termasuk

Negara pantai yang relevan dalam hal stok yang straddling dan ikan peruaya jauh

tersebut, harus bekerjasama untuk menjamin konservasi dan pengelolaan sumber

daya yang efektif. Upaya ini harus dicapai, jika perlu, melalui pembentukan

sebuah organisasi atau tatanan bilateral, subregional atau regional.”. WPP yang

sudah mengupayakan penangkapan ikan pelagis besar secara berlebih adalah

Samudra Pasifik dan Laut Sulawesi. Kelebihan upaya penangkapan ini akan

menyebabkan laju pengambilan ikan melebihi laju penambahan alamiah ikan

yang berdampak pada berkurangnya kemampuan stok ikan untuk memulihkan diri.

Untuk mengatur suatu usaha perikanan serta untuk mencapai tujuan-tujuan

eksploitasi yang telah ditetapkan, semua pihak hanya bisa berperan secara

langsung melalui dua cara yaitu dengan mengatur upaya tangkap total, atau

dengan melakukan perubahan sebaran usaha tangkap menurut klas umur dan

7
8

spesies yang membentuk stok (sediaan alami) ikan. Untuk WPP yang telah

mengalami kelebihan upaya penangkapan, pembatasan penangkapan harus ketat

dilakukan. Jika masih ada WPP yang bisa menampung upaya penangkapan dari

WPP yang overfished, seyogianya segera mengalihkan penangkapan ke WPP

yang masih dalam tingkat moderate.

Jenis alat tangkap di Indonesia

Perkembangan Perikanan tangkap di Indonesia tidak lepas dari jenis alat

tangkap yang digunakan oleh nelayan. Berikut ini adalah jenis alat tangkap yang

digunakan di Indonesia :

1. Pukat Udanng

Pukat udang atau biasa juga disebut pukat harimau adalah jaring yang

berbentuk kantong yang ditarik oleh satu atau dua kapal, bisa melalui samping

atau belakang (Gambar 2). Alat ini merupakan alat yang efektif namun tidak

selektif sehingga dapat merusak semua yang dilewatinya. Oleh karena itu

kecenderungan alat tangkap ini dapat menjurus ke alat tangkap yang destruktif.

Aturan-aturan yang diberlakukan pada pengoperasian alat ini relatif sudah

memadai, namun pada prakteknya sering kali dijumpai penyimpangan-

penyimpangan yang pada akhirnya dapat merugikan semua pihak. Tujuan utama

pukat udang adalah untuk menangkap udang dan juga ikan perairan dasar

(demersal fish)

Alat ini memiliki cirri-ciri sebagai berikut ;

a. Berbentuk kerucut

b. Terdiri atas dua lemnbar sayap (wing) yang dihubungkan dengan tali penarik

atau warp, badan (body), by-catch excluder device (BED) dan kantong

8
9

2. Pukat Kantong

Pukat kantong adalah jenis jaring menangkap ikan berbentuuk kerucut

yang terdiri dari kantong atau bag, badan(body), dua lembar sayap (wing) yang

dipasang pada kedua sisi mulut jaring, dan tali penarik (warp). Alat ini tergolong

tradisional, tidak merusak lingkungan, dan ukurannya mesh sizenya relatif kecil.

Pukat kantong terdiri atas payang, dogol, dan pukat pantai.

3. Pukat Cincin (purse seine)

Pukat cincin adalah jaringan yang terbentuk empat persegi panjang,

dilengkapi tali kerut yang bercincin yang diikatkan pada bagian bawah jaring

sehingga membentuk kerut dan seperti mangkuk (Gambar 4). Alat penangkap ini

ditunjukan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan (pelagic fish). Alat

tangkap ini tergolong efektif terhadap target spesies dan kecenderungan tidak

destruktif.

4. Jaring Insang

Jaring insang adalah jaring berbentuk empat persegi panjang, mata jaring

berukuran sama dilengkapi dengan pelampung pada bagian atas dan pemberat

pada bagian bawah jarring (Gambar 5). Dioperasikan dengan tujuan menghadang

ruaya gerombolan ikan oleh nelayan secara pasif dengan ukuran mesh size. Alat

penangkap ini terdiri dari tingting (piece) dengan ukuran mata jaring, panjang,

dan lebar yang bervariasi.

Dalam operasi biasanya terdiri dari beberapa tinting jaring yang digabung

menjadi satu unit jaring yang panjang, dioperasikan dengan dihanyutkan,

dipasang secara menetap pada suatu perairan dengan cara dilingkarkan atau

menyapu dasar perairan. Contohnya jaring insang hanyut (drift gillnet), jaring

9
10

insang tetap(set gillnet), jaring insang lingkar (encircling gillnet), jaring insang

klitik (shrimp gillnet), dan trammel net.

5. Jaring Angkat

Jaring angkat adalah suatu alat pengkapan yang cara pengoperasiannya

dilakukan dengan menurunkan dan mengangkatnya secara vertikal. Alat ini

terbuat dari nilon yang menyerupai kelambu, ukuran mata jaringnya relatif kecil

yaitu 0,5 cm. Bentuk alat ini menyerupai kotak (Gambar 6), dalam

pengoperasiannya dapat menggunakan lampu atau umpan sebagai daya tarik ikan.

Jaring ini dioperasikan dari perahu, rakit, bangunan tetap atau dengan tangan

manusia.

Alat tangkap ini memiliki ukuran mesh size yang sangat kecil dan efektif

untuk menangkap jenis ikan pelagis kecil. Kecenderungan jaring angkat bersifat

destruktif dan tidak selektif. Contoh jaring angkat adalah bagan perahu atau rakit

(boat / raft lift net), bagan tancap (bamboo platform lift net), dan serok (scoop net).

6. Pancing

Pancing adalah salah satu alat penangkap yang terdiri dari dua komponen

utama, yaitu : tali (line) dan mata pancing (hook). Jumlah mata pancing berbeda-

beda, yaitu mata pancing tunggal, ganda, bahkan sampai ribuan (Gambar 7).

Prinsip alat tangkap ini merangsang ikan dengan umpan alam atau buatan yang

dikaitkan pada mata pancingnya.

Alat ini pada dasarnya terdiri dari dua komponen utama yaitu tali dan mata

pancing. Namun, sesuai dengan jenisnya dapat dilengkapi pula komponen lain

seperti : tangkai (pole), pemberat (sinker), pelampung (float), dan kili-kili (swivel).

Cara pengoperasiannya bisa di pasang menetap pada suatu perairan, ditarik dari

10
11

belakang perahu/kapal yang sedang dalam keadaan berjalan, dihanyutkan,

maupun langsung diulur dengan tangan. Alat ini cenderung tidak destruktif dan

sangat selektif. Pancing dibedakan atas rawai tuna, rawai hanyut, rawai tetap,

pancing tonda, dan lain-lain.

7. Perangkap

Perangkap adalah salah satu alat penangkap yang bersifat statis, umumnya

berbentuk kurungan, berupa jebakan dimana ikan akan mudah masuk tanpa

adanya paksaan dan sulit keluar karena dihalangi dengan berbagai cara. Bahan

yang digunakan untuk membuat perangkap : bamboo, rotan, kawat, jaring, tanah

liat, plastic, dan sebagainya.

Pengoperasian alat ini dilakukan di dasar perairan, di permukaan perairan,

di sungai daerah arus kuat, dan di daerah pasang surut. Alat ini cenderung selektif

karena ikan terperangkap di dalamnya. Meskipun cenderung tidak destruktif,

namun untuk jermal (stow net) maka pengaturan mesh size jaringannya dan juga

lokasi pemasangannya harus sesuai. Contoh perangkap adalah sero (guiding

barrier), jermal (stow net), bubu (portable trap) dan perangkap lain.

8. Pengumpul Kerang dan Rumput Laut

Alat pengumpul kerang dan rumput laut pada umumnya di desain dengan

pengoperasian yang sederhana dan pengusahaannya dilakukan dengan skala yang

kecil. Alat ini selektif dan tidak destruktif karena ditujukan untuk menangkap

target seperti kerang-kerangan. Contoh pengumpul kerang adalah garuk (rake),

cengkeraman, dan ladung kima. Sedangkan, contoh pengumpul rumput laut

berupa alat sederhana berbentuk galah yang ujungnya bercabang. Akan tetapi, alat

ini merusak habitat lingkungan perairan kalau tidak dilakukan sesuai prosedur.

11
12

9. Pukat Ikan Karang (muro-ami)

Pukat ikan karang (muro-ami) adalah suatu alat penangkapan yang dibuat

dari jaring, yang terdiri dari sayap dan kantong yang dalam pengoperasiannya

dilakukan penggiringan ikan-ikan yang akan ditangkap agar masuk ke bagian

kantong yang telah dipasang terlebih dahulu. Alat ini cenderung tidak destruktif

dan tidak merusak ekosistem, karena metode pengoperasiannya yang tidak sampai

merusak karang. Penggunaan alat ini dilakukan oleh beberapa nelayan dengan

berenang, mengejutkan ikan-ikan karang sambil membawa alat penggiring.

Dinamakan pukat ikan karang karena tujuan utamanya adalah menangkap jenis-

jenis ikan karang.

Alat Penangkap Lainnya

Selain alat-alat penangkap yang telah diuraikan, masih banyak jenis alat

tangkap penting lainnya yang terkelompok sendiri dan perlu diketahui, antara lain :

jala, tombak, senapan, panah, dan harpun tangan.

1. Jala adalah alat penangkap yang berbentuk seperti kerucut dan terdiri dari

badan jaring (kantong), pemberat yang dipasang mengelilingi mulut dan tali yang

diikatkan pada bagian ujung jaring agar tidak terlepas pada waktu dioperasikan.

Tujuan utamanya untuk mengurung ikan dan udang dari atas dngan cara

menebarkan alat tersebut.

2. Tombak adalah alat penangkap yang terdiri dari batang (kayu, bambu) dengan

ujungnya berkait balik (mata tombak) dan tali penarik yang diikatkan pada mata

tombak. Tali penariknya dipegang oleh nelayan kemudian setelah tombak

mengenai sasaran tali tersebut ditarik untuk mengambil hasil tangkapan.

12
13

3. Senapan adalah alat penangkap yang terdiri dari anak panah dan tangkai

senapan. Penangkapan dengan senapan umumnya dilakukan dengan cara

melakukan penyelaman pada perairan karang. Untuk penangkapan dengan panah

biasa, umumnya dilakukan dekat pantai atau perairan dangkal.

4. Harpun Tangan adalah alat penangkap yang terdiri dari tombak dan tali panjang

yang diikatkan pada mata tombak. Harpun tangan ini ditujukan untuk menangkap

paus, dimana tombak langsung dilemparkan dengan tangan kearah sasaran (paus)

dari atas perahu.Kecenderungan alat tangkap yang relatif sederhana ini tidak

destruktif dan sangat selektif karena ditujukan untuk menangkap suatu spesies.

Tetapi alat ini dapat merusak habitat bila disalahgunakan.

Perikanan Tangkap Dalam Angka

Pekembangan perikanan tangkap di Indonesia dapat diketahui dengan

melihat data statistik perikanan tangkap. Data berikut merupakan beberapa

statistik perikanan tangkap di Indonesia seperti produksi, jumlah unit kapal hingga

kelompok usaha bersama perikanan tangkap. Data berikut diambil dari website

statistik Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Perkembangan perikanan tangkap di Indonesia

Fakta menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat yang hidup dan berada

di kawasan pesisir dan laut selalu termarjinalkan dan miskin. Geliat pembangunan

dan usaha untuk memajukan sektor kelautan, ternyata masih dibawah bayangan

semu. Potensi perikanan yang mencapai angka 6,4 juta ton.tahun, potensi garis

pantai yang mencapai 81.000 km, potensi negara kepulauan dengan 17.500 buah

pulau, potensi sumber daya terumbu karang yang mencapai 85.000 km2, potensi

13
14

kawasan budidaya 24.528.178 ha pada kenyataannya belum dapat meningkatkan

ekonomi nelayan (Yonvitner,2007).

Perkembangan perikanan tangkap di 10 WPP belum merata dan masih ada

beberapa WPP yang over fished untuk beberapa jenis ikan, yaitu ikan demersal di

WPP Selat Malaka; udang di WPP Selat Malaka, Laut Flores dan Selat Makasar,

serta Laut Arafura; ikan pelagis kecil di WPP Laut Cina Selatan dan Laut Jawa;

ikan pelagis besar di Samudra Pasifik dan Laut Sulawesi. Untuk WPP yang masih

bisa dikembangkan adalah Teluk tomini dan Laut Maluku untuk ikan demersal;

Laut Cina Selatan untuk Udang; Laut Flores dan Selat Makassar, Laut Banda,

Laut Arafura, Teluk tomini dan Laut Maluku, serta Samudra Hindia sebelah

selatan Jawa untuk ikan pelagis kecil; Laut Banda untuk pelagis besar. Khusus

WPP Samudra Hindia sebelah Selatan Jawa, semua jenis ikan sudah

termanfaatkan dengan sangat optimal (fully exploited).

14
15

III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasrkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Jenis alat

tangkap di Indonesia sangalah beragam, meskipun prinsip kerjanya sama namun

beberapa alat tangkap ikan memiliki nama berbeda. Perkembangan Perikanan

Tangkap di Indonesia masih belum merata meskipun potensinya sangat besar.

B. Saran

Perikanan Tangkap di Indonesia bisa berkembang jika pemerintah

melakukan pemerataan pembangunan khususnya bidang perikanan di wilayah

yang memiliki potensi perikanan tangkap besar namun belum dioptimalkan

15
16

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa,A.U.1983.Metode Penangkapan Ikan. Cetakan pertama. Faperik. IPB.


Bogor.
FAO. 1995. Code of Conduct for Responsible Fisheries. Rome.
http://statistik.kkp.go.id/index.php/arsip/c/65/Kelautan-dan-Perikanan-Dalam-
Angka-2013/
Diunduh pada tanggal 12 April 2015
Sitanggang, E.P. (2008). Landasan Pengembangan Perikanan Tangkap. Pacific
Journal,
Vol. 2 (2):154-163.
Sondita, M.F.A. (2010). Manajemen Sumber Daya Perikanan. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Subani,W. 1978. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia,jilid I. LPPL.
Jakarta.
Yonvitner. (2007). Produkstivitas Nelayan, Kapal dan Alat Tangkap di Wilayah
Pengelolaan
Perikanan Indonesia. Jurnal Perikanan, IX (2):254-266

16

Anda mungkin juga menyukai