Oleh:
HILDA
NPM 19542430003
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
penangkapan ikan dan untuk memperdalam materi yang kami pelajari ini.
yang akan datang. Materi yang kami bahas dilengkapi dengan data-data terbaru
Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi untuk
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu segala bentuk kritik dan saran yang konstruktif akan kami terima
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................15
B. Saran..........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
luasnya sekitar 5,8 juta km² dan menurut World Resources Institute tahun 1998
daya perikanan dan kelautan yang mempunyai potensi besar untuk dijadikan
Berdasarkan laporan FAO Year Book 2009, saat ini Indonesia telah
menjadi negara produsen perikanan dunia, di samping China, Peru, USA dan
pada tahun 2007 berada pada peringkat ke-3 dunia, dengan tingkat produksi
tactics) untuk dapat memproduksi secara lebih efektif dan efisien (Ayodhyoa,
1983).
pesat, dengan berbagai macam alat tangkap yang telah dimiliki sudah beredar
purse seine. Dari alat-alat tersebut termasuk dalam golongan alat yang ramah
1
2
penangkapan ikan yang berkembang saat ini cukup bervariasi mulai dari yang
berukuran kecil seperti tombak, serok dan pancing sampai alat tangkap yang
berukuran besar seperti trawl, purse seine, rawai tuna serta payang. Payang
merupakan salah satu unit penangkapan ikan yang umum dikenal dan
B. Rumusan Masalah
berikut :
C. Tujuan Penulisan
2
3
(termasuk makanan laut lainnya) dari laut atau perairan (yang bukan perairan
budidaya) dengan menggunakan alat atau cara lainnya. Penangkapan ikan adalah
moluska, kurstasea dan tanaman air. Pembudidayaan ini meliputi beberapa bentuk
lain-lain.
rekreasi bagi sebagian penduduk Indonesia perlu dikelola yang berorientasi pada
yang diinginkan. Salah satu kunci manajemen ini adalah status dan tren aspek
3
4
sosial ekonomi dan aspek sumber daya. Data dan informasi status dan tren
tersebut dapat dikumpulkan baik secara rutin (statistik) maupun tidak rutin (riset).
terdapat 39 unit sumber daya perikanan yang tersebar di seluruh WPP, yaitu
terdiri dari WPP I Selat Malaka, WPP II Laut Cina Selatan, WPP III Laut
Jawa, WPP IV Laut Flores dan Selat Makasar, WPP V Laut Banda, WPP VI Laut
Arafura, WPP VII Teluk Tomini dan Laut Maluku, WPP VIII Samudra Pacifik
dan Laut Sulawesi, WPP IX Samudra Hindia sebelah barat Sumatera serta WPP X
Samudra Hindia sebelah selatan Jawa (Gambar 1). Pada setiap WPP terdapat 4
unit sumber daya ikan, yaitu ikan demersal, udang, ikan pelagis besar, dan ikan
pelagis kecil.
dasar perairan, dapat dikatakan juga bahwa ikan demersal adalah ikan yang
tertangkap dengan alat tangkap ikan dasar seperti trawl dasar (bottom trawl),
jaring insang dasar (bottom gillnet), rawai dasar (bottom long line), dan bubu.
Beberapa jenis ikan demersal contohnya kerapu (Serranidae Spp.), kakap (Lates
(Lethrinus Spp.). Ikan yang hidup di lapisan permukaan perairan pantai atau di
perairan pantai dinamakan ikan pelagis. Ikan pelagis ini terbagi menjadi 2, pelagi
(Thunnus Spp.)) dan pelagis kecil (teri (Stelephorus Spp.), tembang (Sardinella
4
5
wilayah akan terbenuk suatu usaha perikanan yang maju, baik itu dari usaha
Untuk jenis ikan demersal hanya Teluk Tomini dan Laut Sulawesi yang
masih bisa untuk dikembangkan, sedangkan untuk daerah lain semuanya sudah
dieksplorasi secara maksimal, bahkan untuk Selat Malaka sudah melebihi batas
Malaka hanya ikan pelagis besar yang tidak tersedia data pemanfaatannya,
regulasi pengelolaan pemanfaatan agar tidak terjadi penurunan stok atau sumber
daya. Pasal 7.6.3 CCRF menyebutkan “Bila terjadi penangkapan ikan yang
digunakan diatur secara ketat (DKP Propinsi Riau, 2010). Selain untuk
5
6
peledak dan racun serta praktek penangkapan ikan yang merusak lainnya”.
Laut Cina Selatan, tetapi tetap harus melihat batas-batas kelestarian sumber daya
tersebut. Hal ini dijelaskan pada pasal 7.1.8 CCRF yang menyatakan “Negara-
ikan yang melebihi kapasitas dan harus menjamin bahwa tingkat upaya
penangkapan adalah sepadan dengan pemanfaatan sumber daya ikan yang lestari
dan Perikanan dalam rangka mengendalikan penangkapan ikan (dan udang) akan
Fisheries (COFI) ke-28 di Roma, Italia, pada awal Maret 2009 lalu (DKP Propinsi
Jenis ikan yang masih bisa untuk dimanfaatkan lebih jauh adalah pelagis
kecil. Dari 10 WPP, masih ada 5 wilayah yang tingkat pemanfaatannya moderate
yaitu Laut Flores dan selat Makasar, Laut Banda, Laut Arafura, Teluk Tomini dan
Laut Sulawesi, serta Samudra Hindia sebelah barat Sumatera. Jenis ikan ini
Ketiga jenis alat tangkap ini sudah sesuai dengan standar penggunaan alat tangkap
yang tertulis pada pasal 8.5.1 CCRF “Negara-negara harus mensyaratkan bahwa
6
7
alat, metode, dan praktek penangkapan ikan, sejauh bisa dilaksanakan, agar cukup
tangkapan spesies bukan target baik spesies ikan maupun spesies bukan ikan serta
dampak terhadap spesies yang terkait atau tergantung dan bahwa maksud dari
peraturan terkait tidak diabaikan oleh peranti teknis. Sehubungan dengan ini, para
merujuk pada CCRF dimana pada pasal 7.1.3 dituliskan “Bagi stok ikan pelintas
batas, stok ikan straddling, stok ikan peruaya jauh dan stok ikan laut lepas, yang
diusahakan oleh dua Negara atau lebih, maka Negara bersangkutan, termasuk
Negara pantai yang relevan dalam hal stok yang straddling dan ikan peruaya jauh
daya yang efektif. Upaya ini harus dicapai, jika perlu, melalui pembentukan
sebuah organisasi atau tatanan bilateral, subregional atau regional.”. WPP yang
Samudra Pasifik dan Laut Sulawesi. Kelebihan upaya penangkapan ini akan
yang berdampak pada berkurangnya kemampuan stok ikan untuk memulihkan diri.
eksploitasi yang telah ditetapkan, semua pihak hanya bisa berperan secara
langsung melalui dua cara yaitu dengan mengatur upaya tangkap total, atau
dengan melakukan perubahan sebaran usaha tangkap menurut klas umur dan
7
8
spesies yang membentuk stok (sediaan alami) ikan. Untuk WPP yang telah
dilakukan. Jika masih ada WPP yang bisa menampung upaya penangkapan dari
tangkap yang digunakan oleh nelayan. Berikut ini adalah jenis alat tangkap yang
digunakan di Indonesia :
1. Pukat Udanng
Pukat udang atau biasa juga disebut pukat harimau adalah jaring yang
berbentuk kantong yang ditarik oleh satu atau dua kapal, bisa melalui samping
atau belakang (Gambar 2). Alat ini merupakan alat yang efektif namun tidak
selektif sehingga dapat merusak semua yang dilewatinya. Oleh karena itu
kecenderungan alat tangkap ini dapat menjurus ke alat tangkap yang destruktif.
penyimpangan yang pada akhirnya dapat merugikan semua pihak. Tujuan utama
pukat udang adalah untuk menangkap udang dan juga ikan perairan dasar
(demersal fish)
a. Berbentuk kerucut
b. Terdiri atas dua lemnbar sayap (wing) yang dihubungkan dengan tali penarik
atau warp, badan (body), by-catch excluder device (BED) dan kantong
8
9
2. Pukat Kantong
yang terdiri dari kantong atau bag, badan(body), dua lembar sayap (wing) yang
dipasang pada kedua sisi mulut jaring, dan tali penarik (warp). Alat ini tergolong
tradisional, tidak merusak lingkungan, dan ukurannya mesh sizenya relatif kecil.
dilengkapi tali kerut yang bercincin yang diikatkan pada bagian bawah jaring
sehingga membentuk kerut dan seperti mangkuk (Gambar 4). Alat penangkap ini
tangkap ini tergolong efektif terhadap target spesies dan kecenderungan tidak
destruktif.
4. Jaring Insang
Jaring insang adalah jaring berbentuk empat persegi panjang, mata jaring
berukuran sama dilengkapi dengan pelampung pada bagian atas dan pemberat
pada bagian bawah jarring (Gambar 5). Dioperasikan dengan tujuan menghadang
ruaya gerombolan ikan oleh nelayan secara pasif dengan ukuran mesh size. Alat
penangkap ini terdiri dari tingting (piece) dengan ukuran mata jaring, panjang,
Dalam operasi biasanya terdiri dari beberapa tinting jaring yang digabung
dipasang secara menetap pada suatu perairan dengan cara dilingkarkan atau
menyapu dasar perairan. Contohnya jaring insang hanyut (drift gillnet), jaring
9
10
insang tetap(set gillnet), jaring insang lingkar (encircling gillnet), jaring insang
5. Jaring Angkat
terbuat dari nilon yang menyerupai kelambu, ukuran mata jaringnya relatif kecil
yaitu 0,5 cm. Bentuk alat ini menyerupai kotak (Gambar 6), dalam
pengoperasiannya dapat menggunakan lampu atau umpan sebagai daya tarik ikan.
Jaring ini dioperasikan dari perahu, rakit, bangunan tetap atau dengan tangan
manusia.
Alat tangkap ini memiliki ukuran mesh size yang sangat kecil dan efektif
untuk menangkap jenis ikan pelagis kecil. Kecenderungan jaring angkat bersifat
destruktif dan tidak selektif. Contoh jaring angkat adalah bagan perahu atau rakit
(boat / raft lift net), bagan tancap (bamboo platform lift net), dan serok (scoop net).
6. Pancing
Pancing adalah salah satu alat penangkap yang terdiri dari dua komponen
utama, yaitu : tali (line) dan mata pancing (hook). Jumlah mata pancing berbeda-
beda, yaitu mata pancing tunggal, ganda, bahkan sampai ribuan (Gambar 7).
Prinsip alat tangkap ini merangsang ikan dengan umpan alam atau buatan yang
Alat ini pada dasarnya terdiri dari dua komponen utama yaitu tali dan mata
pancing. Namun, sesuai dengan jenisnya dapat dilengkapi pula komponen lain
seperti : tangkai (pole), pemberat (sinker), pelampung (float), dan kili-kili (swivel).
Cara pengoperasiannya bisa di pasang menetap pada suatu perairan, ditarik dari
10
11
maupun langsung diulur dengan tangan. Alat ini cenderung tidak destruktif dan
sangat selektif. Pancing dibedakan atas rawai tuna, rawai hanyut, rawai tetap,
7. Perangkap
Perangkap adalah salah satu alat penangkap yang bersifat statis, umumnya
berbentuk kurungan, berupa jebakan dimana ikan akan mudah masuk tanpa
adanya paksaan dan sulit keluar karena dihalangi dengan berbagai cara. Bahan
yang digunakan untuk membuat perangkap : bamboo, rotan, kawat, jaring, tanah
di sungai daerah arus kuat, dan di daerah pasang surut. Alat ini cenderung selektif
namun untuk jermal (stow net) maka pengaturan mesh size jaringannya dan juga
barrier), jermal (stow net), bubu (portable trap) dan perangkap lain.
Alat pengumpul kerang dan rumput laut pada umumnya di desain dengan
kecil. Alat ini selektif dan tidak destruktif karena ditujukan untuk menangkap
berupa alat sederhana berbentuk galah yang ujungnya bercabang. Akan tetapi, alat
ini merusak habitat lingkungan perairan kalau tidak dilakukan sesuai prosedur.
11
12
Pukat ikan karang (muro-ami) adalah suatu alat penangkapan yang dibuat
dari jaring, yang terdiri dari sayap dan kantong yang dalam pengoperasiannya
kantong yang telah dipasang terlebih dahulu. Alat ini cenderung tidak destruktif
dan tidak merusak ekosistem, karena metode pengoperasiannya yang tidak sampai
merusak karang. Penggunaan alat ini dilakukan oleh beberapa nelayan dengan
Dinamakan pukat ikan karang karena tujuan utamanya adalah menangkap jenis-
Selain alat-alat penangkap yang telah diuraikan, masih banyak jenis alat
tangkap penting lainnya yang terkelompok sendiri dan perlu diketahui, antara lain :
1. Jala adalah alat penangkap yang berbentuk seperti kerucut dan terdiri dari
badan jaring (kantong), pemberat yang dipasang mengelilingi mulut dan tali yang
diikatkan pada bagian ujung jaring agar tidak terlepas pada waktu dioperasikan.
Tujuan utamanya untuk mengurung ikan dan udang dari atas dngan cara
2. Tombak adalah alat penangkap yang terdiri dari batang (kayu, bambu) dengan
ujungnya berkait balik (mata tombak) dan tali penarik yang diikatkan pada mata
12
13
3. Senapan adalah alat penangkap yang terdiri dari anak panah dan tangkai
4. Harpun Tangan adalah alat penangkap yang terdiri dari tombak dan tali panjang
yang diikatkan pada mata tombak. Harpun tangan ini ditujukan untuk menangkap
paus, dimana tombak langsung dilemparkan dengan tangan kearah sasaran (paus)
dari atas perahu.Kecenderungan alat tangkap yang relatif sederhana ini tidak
destruktif dan sangat selektif karena ditujukan untuk menangkap suatu spesies.
statistik perikanan tangkap di Indonesia seperti produksi, jumlah unit kapal hingga
kelompok usaha bersama perikanan tangkap. Data berikut diambil dari website
di kawasan pesisir dan laut selalu termarjinalkan dan miskin. Geliat pembangunan
dan usaha untuk memajukan sektor kelautan, ternyata masih dibawah bayangan
semu. Potensi perikanan yang mencapai angka 6,4 juta ton.tahun, potensi garis
pantai yang mencapai 81.000 km, potensi negara kepulauan dengan 17.500 buah
pulau, potensi sumber daya terumbu karang yang mencapai 85.000 km2, potensi
13
14
beberapa WPP yang over fished untuk beberapa jenis ikan, yaitu ikan demersal di
WPP Selat Malaka; udang di WPP Selat Malaka, Laut Flores dan Selat Makasar,
serta Laut Arafura; ikan pelagis kecil di WPP Laut Cina Selatan dan Laut Jawa;
ikan pelagis besar di Samudra Pasifik dan Laut Sulawesi. Untuk WPP yang masih
bisa dikembangkan adalah Teluk tomini dan Laut Maluku untuk ikan demersal;
Laut Cina Selatan untuk Udang; Laut Flores dan Selat Makassar, Laut Banda,
Laut Arafura, Teluk tomini dan Laut Maluku, serta Samudra Hindia sebelah
selatan Jawa untuk ikan pelagis kecil; Laut Banda untuk pelagis besar. Khusus
WPP Samudra Hindia sebelah Selatan Jawa, semua jenis ikan sudah
14
15
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
15
16
DAFTAR PUSTAKA
16