Anda di halaman 1dari 15

 

SISTEM TRANSPORTASI DAN DISTRIBUSI

MODUL 13

LOGISTIK PERIKANAN INDONESIA

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WIDYATAMA
2016
 

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa mampu menjelaskan Rantai Pasok
Perikanan Indonesia (C2)

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Menjelaskan (C2) mengenai Perikanan, Kapal Perikanan, Alat Penangkap Ikan, Jenis Ikan,
Komoditas Perikanan Indonesia, Jenis Komoditas Perikanan yang Berorientasi Ekspor,
Pelelangan Ikan di Indonesia, Kondisi Pasar, Pengelolaan Hasil Laut, Metode Perawatan
dan Penyimpanan di Atas Kapal, Permasalahan Logistik Perikanan Nasional, Pemetaan
Sistem Mobilisasi Produk Perikanan Nasional, Kualitas Produk Perikanan, Kurangnya
Indfrastruktur Pendukung, Jumlah Pelabuhan Perikanan, Jumlah Industri Perikanan, dan
Sistem Logistik Ikan (SLIN)

POKOK BAHASAN

Rantai Pasok Perikanan Indonesia

SUB POKOK BAHASAN

1. Pendahuluan

2. Perikanan

3. Kapal Perikanan

4. Alat Penangkap Ikan

5. Jenis Ikan

6. Komoditas Perikanan Indonesia

7. Jenis Komoditas Perikanan yang Berorientasi Ekspor

8. Pelelangan Ikan di Indonesia

i    
 

9. Kondisi Pasar

10. Pengelolaan Hasil Laut

11. Metode Perawatan dan Penyimpanan di Atas Kapal

12. Permasalahan Logistik Perikanan Nasional

13. Pemetaan Sistem Mobilisasi Produk Perikanan Nasional

14. Kualitas Produk Perikanan

15. Kurangnya Indfrastruktur Pendukung

16. Jumlah Pelabuhan Perikanan

17. Jumlah Industri Perikanan

18. Sistem Logistik Ikan (SLIN)

ii    
 

RANTAI PASOK PERIKANAN INDONESIA

1. Pendahuluan

• Indonesia merupakan salah satu Negara yang diakui sebagai lahan sumber daya alam
yang kaya dan melimpah jumlahnya. Selain sumber daya daratan yang berlimpah,
secara geografis 2/3 luas Indonesia dibenami oleh lautan dengan panjang pantai
81.000 km atau setara dengan 14% garis pantai dunia.

• Menjadi Negara yang memiliki kawasan maritim, sebagian besar lautan di Indonesia
terutama Indonesia kawasan timur menjadi lahan subur investasi hasil laut. Sebagian
sudah tereksploitasi, sebagian masih bersifat potensil untuk dimanfaatkan.

• Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas wilayah laut 5,8 juta km2
termasuk Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia memberikan hasil tangkapan pada tahun
2011 sebesar 5,4 juta ton/tahun (Bappenas 2012).

• Potensi sumber daya perikanan tangkap di laut sebesar 6,5 juta ton per tahun dan yang
sudah dimanfaatkan sebesar 5 juta ton lebih.

• Berdasarkan data FAO, pada tahun 2008, Indonesia dengan total ekspor sebesar 5 juta
ton per tahun merupakan salah satu penyumbang terbesar dalam produksi perikanan
dunia disamping China dan Peru (FAO 2010).

2. Perikanan

Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan


pemanfaatan sumberdaya hayati perairan.

Di Indonesia, menurut UU RI no. 9/1985 dan UU RI no. 31/2004, kegiatan yang termasuk
dalam perikanan dimulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan
pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Dengan demikian,
perikanan dapat dianggap merupakan usaha agribisnis

1    
 

3. Kapal Perikanan

Kapal perikanan merupakan kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan untuk
melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan
ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi
perikanan (UU no.31 Th. 2004).

(Kapal penangkap ikan tradisional milik nelayan di Makassar, Sulawesi Selatan


http://id.wikipedia.org )

Peta Potensi Sumberdaya Perikanan Di Indonesia

4. Alat Penangkap Ikan

Berikut adalah alat penangkap ikan berdasarkan metode pengoprasiannya


(www.kapi.kkp.go.id) :

2    
 

a) Alat penangkapan ikan aktif: adalah jenis alat penangkapan iukan yang digerakan
/dioperasikan langsung dengan kapal (trawl, payang, dogol, dll)

b) Alat penangkapan ikan pasif: adalah jenis alat pennagkapan ikan yang dipasang
(setting) sementara di suatu perairan dan diangkat kembali setelah selang waktu
tertentu (gill net, trammel net, drift net, dll)

c) Alat penangkapan ikan statis: adalah jenis alat penangkapan ikan yang ditempatkan
secara menetap untuk jangka waktu yang lama dan dipanen secara rutin pada waktu
tertentu (bagan tancap, bubu, dll)

5. Jenis Ikan

Keberadaan ikan Tuna di Indonesia hampir menyebar di seluruh perairan Indonesia, mulai
dari sepanjang pantai Utara dan Timur Aceh hingga Selat Maluku.

Adapun jenis-jenis ikan Tuna yang berada di Indonesia bisa dijelaskan pada tabel berikut
ini :

Burhanuddin et al. 1984. Suku Scombriade : Tinjauan Mengenai Ikan Tuna, Cakalang, dan
Tongkol. Jakarta : LIPI.

6. Komoditas Perikanan Indonesia

Untuk pasar ekspor, komoditas perikanan Indonesia dikelompokkan menjadi dua


kelompok, yaitu kelompok ikan dan udang.

A. Kelompok Ikan

3    
 

• Ikan hidup

• Ikan utuh

• Ikan olahan.

B. Kelompok Udang

• Udang

• Lobster karang

• Lobster

• Udang olahan.

7. Jenis Komoditas Perikanan yang Berorientasi Ekspor

 
Sumber  :  Sistem  Informasi  Agroindustri  Berorintasi  Ekspor,  Bank  Indonesia  2011  

4    
 

Barang-barang perikanan mempunyai ciri-ciri yang dapat mempengaruhi atau


menimbulkan masalah dalam pemasaran.

Ciri-ciri yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut (Hanafiah dan A.M Saefuddin
1986):

1. Produksinya musiman, berlangsung dalam ukuran kecil-kecil (small scale) dan


didaerah terpencar-pencar serta spesialisasi. Produksi perikanan umumnya berlangsung
secara musiman dan panennya (penangkapannya) terbatas dalam periode tertentu yang
relatif singkat. Keadaan ini biasanya menimbulkan beban musiman (peak load) dalam
pembiayaan, penyimpanan, pengangkutan dan penjualan;

2. Konsumsi hasil perikanan berupa bahan makanan relatif stabil sepanjang tahun. Sifat
demikian ini dihubungkan dengan sifat produksinya yang musiman dan jumlahnya
tidak berketentuan karena pengaruh cuaca, menimbulkan masalah dalam penyimpanan
danpembiayaan;

3. Barang hasil perikanan berupa bahan makanan mempunyai sifat cepat atau mudah
rusak (perishable). Barang-barang hasil perikanan adalah organisme hidup dan
karenanya mudah atau cepat mengalami kerusakan atau pembusukan akibat dari
kegiatan bakteri, enzimatis dan oksidasi. Masalah ini membutuhkan usaha atau
perawatan khusus dalam proses pemasaran guna mempertahankan mutu;

4. Jumlah atau kualitas hasil perikanan dapat berubah-ubah. Kenyataan menunjukan


bahwa jumlah dan kualitas dari hasil perikanan tidak selalu tetap, tetapi berubah-ubah
dari tahun ke tahun.

8. Pelelangan Ikan di Indonesia

• Tempat Pelelangan Ikan (TPI) adalah pasar yang biasanya terletak di dalam
pelabuhan/pangkalan pendaratan ikan, dan di tempat tersebut terjadi transaksi
penjualan ikan/hasil laut baik secara lelang maupun tidak (tidak termasuk TPI yang
menjual/melelang ikan darat).

www.mediabpr.com

5    
 

• Biasanya TPI ini dikoordinasi oleh Dinas Perikanan, Koperasi, atau Pemerintah
Daerah. TPI tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut: tempat tetap (tidak
berpindah-pindah); mempunyai bangunan tempat transaksi penjualan ikan; ada yang
mengkoordinasi prosedur lelang/penjualan; mendapat izin dari instansi yang
berwenang (Dinas Perikanan/Pemerintah Daerah).

9. Kondisi Pasar

• Pada saat ini Surabaya merupakan pusat logistik ikan laut dengan perkiraan 60% hasil
penangkapan ikan laut didaratkan di sini. Selanjutnya distribusi ikan terbesar dari
Surabaya ke Muara baru Jakarta dilaksanakan melalui jalur darat.

• Masih kompetitifnya industri perikanan di wilayah barat terutama di pulau Jawa seperti
industri perikanan Jakarta, Surabaya, Banyuwangi, dan Makasar yang dapat bekerja
lebih efisien dapat memberikan penawaran bahan baku terhadap lebih tinggi
dibandingkan dengan sentra industri perikanan wilayah timur.

10. Pengelolaan Hasil Laut

• Proses pengalengan

Pengalengan didefinisikan juga sebagai suatu cara pengawetan bahan pangan yang dipak
secara hermetis (kedap terhadap udara, air, mikroba, dan benda asing lainnya) dalam suatu
wadah, yang kemudian disterilkan secara komersial untuk membunuh semua mikroba
patogen (penyebab penyakit) dan pembusuk. Pengalengan secara hermetis memungkinkan
makanan dapat terhindar dan kebusukan, perubahan kadar air, kerusakan akibat oksidasi,
atau perubahan cita rasa.

• Pengeringan

Mikro organisme menyukai tempat yang lembab atau basah mengandung air. Jadi teknik
pengeringan membuat makanan menjadi kering dengan kadar air serendah mungkin
dengan cara dijemur, dioven, dipanaskan, dan sebagainya.

Semakin banyak kadar air pada makanan, maka akan menjadi mudah proses pembusukan
makanan

6    
 

• Pengasinan

Menggunakan bahan NaCl atau yang kita kenal sebagai garam dapur untuk mengawetkan
makanan. Tehnik ini disebut juga dengan sebutan penggaraman. Garam dapur memiliki
sifat yang menghambat perkembangan dan pertumbuhan mikroorganisme perusak atau
pembusuk makanan.

Contohnya seperti ikan asin yang merupakan paduan antara pengasinan dengan
pengeringan.

11. Metode Perawatan Ikan dan Penyimpanan di Atas Kapal

Perjalanan pengumpulan dan penangkapan tidak terlalu lama. Ember yang mengapung
harus selalu digunakan dalam penangkapan Jika ember dan botol digunakan sebagai
tempat penyimpanan maka harus:

1. Disimpan di dalam laut pada kedalaman 3 meter dengan sirkulasi air yang baik.

2. Direndam di dalam air laut yang baru setelah pengapalan.

3. Segera direndam di dalam air laut yang baru jika ada organisme yang mati di
antaranya.

Jika kantung plastik yang digunakan untuk penyimpanan atau untuk mengirimkan ikan
kembali kepada pembeli maka harus:

1. Memiliki ukuran yang cukup bagi ikan sehingga dapat bergerak bebas.

2. Bersih (bukan plastik bekas), kecuali yang sudah diberi disinfektan secara tepat.

3. Usahakan digunakan hanya untuk menampung satu ikan-dapat mengganti air di


dalamnya untuk menjaga kesehatan optimal ikan.

4. Disimpan maksimum di tempat yang teduh dan sejuk.

5. Tidak boleh digunakan untuk menyimpan ikan lebih dari 24 jam.

7    
 

12. Permasalahan Logistik Perikanan Di Indonesia

• Sistem Distribusi dan Transportasi

Masalah distribusi di Indonesia sudah menjadi problematik klasik.

1. Panjangnya rantai distribusi.

2. Perbedaan harga (disparitas).

3. Kontinyuitas produk yang kurang terjamin.

4. Kelangkaan pada kondisi tertentu.

5. Infrastruktur yang masih sangat terbatas di sektor sektor krusial distribusi.

Biaya transportasi yang mahal

1. Sebagai contoh, biaya angkutan komoditas ikan dari Ambon ke Surabaya rata-rata
mencapai Rp 1.800 per kilogram. Anehnya, biaya angkut komoditas ikan dari
China ke Surabaya rata-rata hanya Rp 700 per kg.(www.kkp.go.id )

2. “Kondisi ini yang bisa membuat para industri pengolahan lebih memilih ikan
impor”, Saut P Hutagalung, Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan
(Dirjen P2HP KKP).

• Kualitas produk perikanan

• Pemetaan sistem mobilisasi produk perikanan nasional

• kurangnya infrastruktur pendukung

13. Pemetaan Sistem Mobilisasi Produk Perikanan Nasional

Pemetaan mengenai rute dan saluran distribusi juga tidak secara sepenuhnya terpetakan,
belum adanya suatu rute terintegrasi dan interkoordinasi menjadi penghambat efisiensi
distribusi hasil laut.

8    
 

14. Kualitas Produk Perikanan

Masalah pada mutu produk perikanan sebenarnya tak terlepas dari 2 hal penting:

1. Pengelolaan Hasil Laut

• Pengelolaan hasil laut pada umumnya meliputi efektifitas alat tangkap (jumlah
kapal ikan, jaring, pancing dll) dan penyimpanannya sebelum distribusi.

• Akan tetapi, masyarakat pesisir disebagian kawasan timur Indonesia masih


menggunakan alat tangkap tradisional, ditambah lagi dengan tidak semua deaerah
dikawasan timur sumber daya lautnya telah diindustrialisasikan.

• Hal ini memungkinkan sulitnya untuk teknologi alat pancing untuk digunakan.
Hasilnya efektifitas penangkapan hasil laut belum sepenuhnya optimal.

2. Teknologi Storage

Teknologi cold storage memiliki 2 elemen penting, panel insulation dan Rigid
Polyurethane Foam, kedua elemen ini kemudian berfungsi untuk menjaga suhu udara
dalam mesin, menetralisir kuman dan bakteri yang melekat pada ikan dan hasil laut
lainnya, dan membiarkan hasil laut tersebut tetap awet dan tahan.

• Indonesia kawasan timur belum sepenuhnya memiliki cold storage. Teknologi


lemari pendingin ini belum banyak tersedia di pelabuhan pelabuhan perikanan agar
dapat menampung semua hasil laut. Baik mesin pendingin untuk industri dan es
balok untuk para nelayan tidak sepenuhnya terpenuhi.

9    
 

• Belum optimalnya penyerapan budget daerah dalam rangka menyediakan teknologi


penyimpanan cenderung membuat biaya distribusi semakin mahal, sebab ada biaya
tambahan berupa biaya ganti rugi kerusakan hasil laut, biaya pengiriman, dan lain
lain.

15. Kurangnya Infrastruktur Pendukung

Keterbatasan  infrastruktur  di  Indonesia  dalam  memfasilitasi  distribusi  nasional  umumnya  


dibagi  menjadi  keterbatasan  sebagai  berikut:  

1. Jumlah Pelabuhan Perikanan

2. Fasilitas Sistem Informasi yang Terintegrasi

3. Jumlah Industri Perikanan

4. Jumlah Kapal Ikan, Alat Tangkap, Teknologi Penyimpanan dll.

16. Jumlah Pelabuhan Perikanan

Pembangunan pelabuhan akan memberikan 2 manfaat sebagai multiplier effect nya:

1. Pembangunan PP/PPI di kawasan Timur berpeluang untuk membentuk pusat-pusat


pertumbuhan baru (New Growth Center) yang akan merangsang percepatan
pembangunan di kawasan tersebut.

2. PP/PPI dapat berfungsi sebagai kantong-kantong pengaman wilayah perairan Indonesia


dari upaya-upaya pencurian SDI oleh nelayan-nelayan negara asing yang memang
rentan sebagai underground economy.

Fasilitas Sistem Informasi Yang Terintegrasi

1. Sistem teknologi informasi memungkinkan koordinasi inter-pelabuhan dengan


pemerintah, pemerintah daerah, dan dapat memodernisasikan nelayan nelayan
setempat.

2. Analoginya, sistem teknologi informasi di pelabuhan perikanan diharapkan dapat


dimodelkan seperti koordinasi informasi bandara udara.

1  
0  
 

17. Jumlah Industri Perikanan

• Berdasarkan data Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan


Indonesia (AP5I), pada tahun 2011 setidaknya ada dua perusahaan yang terpaksa
gulung tikar. Pabrik pengolahan ikan yang tutup berlokasi di Makassar dan Jawa
Timur.

• Sebelumnya pada 2010 ada 3 pabrik pengolahan ikan yang juga kolaps yaitu di Medan,
Lampung, dan Jawa Timur.

• Ditambah lebih lanjut, pabrik pengolahan ikan di Indonesia dewasa ini hanya bisa
menghasilkan 4 ton ikan per hari, masih jauh dari ekspektasi idealnya yakni 10 ton per
hari.

18. Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN)

Menurut Direktorat Kelautan dan Perikanan Bappenas, untuk menjembatani akibat faktor
alam yang bersifat musiman dan biaya distribusi yang tinggi pada waktu-waktu tertentu
digagas Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN).

Fungsi SLIN:

• Penyangga dan menjamin ketersediaan bahan baku ikan untuk industri perikanan

• Menjaga stabilitas harga

• Mendukung ketahanan pangan

• Mendorong pertumbuhan industri (pengolahan) perikanan

• Meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat

Sumber: ...

1  
1  
 

1  
2  

Anda mungkin juga menyukai