KODE :
PERKULIAHAN :1
Bangsa Indonesia yang dipandang sebagai negara agamis menghadapi kenyataan yang
terdapat institusi paling korup di Indonesia dengan urutan Partai politik, DPR, Kepolisisan,
Bea Cukai, Pengadilan, Pajak, Birokrasi, dan Media (Melani, 2005). Sampai sekarang,
kenyataan ini menjadi fakta bahwa sedang terjadinya krisis lembaga dan kepemimpinan yang
mencerminkan tidak dijadikannya nilai kejujuran sebagai mahkota dalam kehidupan sehari-
hari. Praktek-praktek ketidakjujuran menjadi hal biasa, melembaga secara terstruktur dalam
birokrasi dan pemerintahan dari atas sampai akar rumput. Seharusnya kejujuran menjadi
Selain itu, bahaya hegemoni budaya Barat melalui saluran globalisasi “kotak segi
empat” yang bernama televisi, muatan yang dibawannya tak diragukan sarat dengan nilai-
nilai tertentu. Melalui program “telenovelisasi” dari Amerika Latin yang sumber kultur
utamanya dari Amerika Serikat, berpengaruh terhadap masyarakat muslim dengan mulai
serba materialistik dan hedonistik, atau kultur kekerasan, yang semuanya tidak cocok dengan
dan teknologi berdampak pada lemah dan bergesernya nilai-nilai etika, moral keagamaan
yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia. Sebagaimana dikatakan Arifin (2003:55)
sebagai berikut;
Bahaya kemajuan iptek yang amat mengandalkan kecerdasan rasio (semata), sampai
Berbagai akibat yang muncul ke permukaan antara lain nilai-nilai kehidupan umat
manusia lebih banyak didasarkan atas nilai kegunaan, kelimpahan hidup materialistis,
Sementara itu, hasil survey di Amerika Serikat pada tahun 1918 tentang bahaya
anak makin tinggi, kecerdasan emosi mereka justru menurun. (Agustian, 2002: xliv).
Dalam hal ini, Mc Luhan dan A.W. Combs meramalkan bahwa kita sedang
sedang bergerak ke arah ekstrem intelektual menafikan pembelajaran nilai, etika moral,
spiritual di dalamnya (Djahiri, 1996:11). Atas dasar itu, Ronald Higins (1978) seorang ahli
ekonomi dalam bukunya “The Seven Enemy” menyimpulkan tujuh ancaman yang
oleh ilmu dan teknologi dan hancurnya moral manusia dengan kadar kesadaran yang rendah.
ditumbuhkan untuk mematahkan pemujaan manusia terhadap ilmu dan teknologi semata
(Langgulung, 1995:266).
Maududi (2000:12) berpendapat “nilai agama memiliki peranan besar dalam
Agama yang diajarkan di kampus dan sekolah-sekolah harus menyentuh bumi (mengatur
kehidupan sehari-hari) sehingga agama dapat menjadi pedoman dalam kehidupan. Secara
detail Leuba (1912) seorang tokoh psikologi agama klasik berpendapat, “agama tidak hanya
berurusan dengan objek-objek yang bernilai paling tinggi, atau paling akhir bagi individu
atau masyarakat tetapi juga dengan pemeliharaan dan pengembangan hidup dalam segala
urusan, besar dan kecil” (Rakhmat, 2003:40). Artinya, agama tidak hanya berkaitan dengan
hal-hal yang ritual kepentingan akhirat saja, tetapi agama juga mengurus hal-hal biasa, sehari-
Atas dasar itu, dapat diambil kesimpulan bahwa rendahnya pelaksanaan nilai-nilai
ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari disinyalir bersumber pada lemahnya pemahaman
nilai-nilai ajaran agama, yang berkaitan erat dengan pembelajaran ilmu pengetahuan umum
dan agama sering tidak memiliki titik temu. Sekulariasi (pemisalah ilmu dan agama) tidak
B. PEMBENTUKAN KARAKTER
Untuk menghadapi krisis sosial yang kita hadapi sekarang, paradigma pendidikan
Umum (MKDU). Pendidikan Pacasila adalah mata kuliah yang diarahkan pada
pengembangan karakter karena termasuk pada kelompok MBB (Mata kuliah Berkehidupan
Bermasyarakat).
Karakter dalam hal ini didefinisikan sebagai prilaku baik yang secara tetap dilakukan
berulang-ulang bukan hanya sebagai kebiasaan tetapi sebuah custom (adat). Karakter
seseorang jika dilihat dari sudut pandang orang lain, akan menjadi ciri khas atau kepribadian
seseorang. Jika seseorang memiliki karakter baik, maka orang tersebut akan dinilai punya
kepribadian baik. Penilaian seseorang terhadap karakter seseorang akan menjadi dasar
keputusan bagi seseorang untuk berinteraksi dan memberikan kepercayaan kepada orang lain.
Orang-orang berkarakter baik, dikenal memiliki integritas tinggi. Integritas dalam hal
ini diartikan sebagai keberanian seseorang untuk hidup di jalan baik sesuai dengan keyakinan
terhadap norma-norma yang telah disepakati bersama dalam masyarakat. Dari kampus-
tinggi.
lain:
oleh para ahli bahwa gen-gen cerdas diwariskan secara turun-temurun. Kelompok
masyarakat Yahudi banyak dipercaya orang bahwa mereka memiliki gen cerdas.
Setelah dilakukan penelitian budaya, bahwa gen cerdas tidak semata-mata dimiliki
terjadi pada saat anak-anak dalam kandungan. Budaya masyarakat Yahudi, memiliki
kebiasaan mengajar dan mendidik anak-anaknya sejak dalam kandungan bukan sejak
dilahirkan. Pendidikan anak dalam kandungan menjadi sebab gen-gen cerdas mengalir
2. Lingkungan Keluarga. Kelompok pertama yang ditemua seseoran ketika lahir adalah
keluarga. Minimalnya rata-rata sejak lahir, seseorang akan tinggal dengan keluarganya
kurang lebih sampai usia tingkat sekolah menengah atas. Kurang lebih 16 tahun
mereka berkomunikasi satu sama lain dalam keluarga. Dalam jangka waktu lama.
prilaku orang tua, aturan-aturan dalam keluarga, akan membentuk karakter seseorang.
3. Teman Sebaya. Contoh teman sebaya, adalah teman bermain, teman binis, teman satu
orang yang hobi mambaca, secara perlahan orang tersebut akan terpengaruh untuk
yang menjadi kesepakatan bersama untuk dilakukan. Kebiasaan ini timbul tanpa
paksaan tetapi dengan sendirinya setiap orang akan menyesuikan dengan kebiasaan
kurikulum yang sudah ditetap masyarakat diarahkan dan dibentuk karakternya sesuai
mengampanyekan nilai-nilai sosial dalam berbagai media dan dilekatkan pada setiap
anggota masyarakat.
Indonesia. Kenyataan ini dapat kita lihat pada susunan ideologi negara, disebutkan
bahwa sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” disimpan pada sila pertama. Hal ini
menandakan bahwa bangsa Indonesia didirikan berdasarkan pada bangunan
masyarakat yang bersifat religius. Agama telah menjadi landasan spiritual, moral, dan
etik dalam proses pembentukan jati diri bangsa. (Ludjito, 1996:293). Demikian juga
bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu. cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Jelas bahwa pada masyarakat Indonesia
nilai-nilai religius harus menjadi dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Barbour, (1990), Jones, (1994), dan Rakhmat, (2004:203), berpendapat; dalam era
adalah suatu perubahan dalam memahami agama dari yang ritual kepada sesuatu
etika-etika agama memiliki fungsi dan arah tujuan membentuk suatu masyarakat
bukunya Benturan Peradaban (2002) berpendapat “Pada tataran yang lebih luas
agama besar dunia”. Hal senada dikemukakan oleh Maududi (2000:12) bahwa
kehidupan bangsa dan peradaban dunia”. Max Weber menjelaskan secara eksplisit
berfungsi sebagai motif intrinsik (dalam diri) dan motif ektrinsik (luar diri). Motif
yang didorong keyakinan agama dinilai memiliki kekuatan yang mengagumkan dan
sulit ditandingi oleh keyakinan non agama, baik doktrin maupun ideologi yang
karakter masyarakat.
8. Pola pikir (ideologi). Pengetahuan yang dimiliki seseorang akan diolah oleh otak
menjadi pola pikir atau ideologi seseorang. Rasionalisme, empirisme adalah sumber-
sumber pengetahuan yang lazim memengaruhi ideologi seseorang. Selain itu ada
pengetahuan akan melahirkan pola berpikir seseorang dan berdampak pada kelakukan
mendasar adalah melalui pola berpikir sebab akibat (logika). Dengan berlogika
Perhatikan baik-baik pernyataan di bawah ini, “tidak semua pengetahuan adalah ilmu,
tetapi setiap ilmu adalah pengetahuan”. Antara pengetahuan dan ilmu adalah dua konsep yang
berbeda. Perbedaan itu dapat dipahami kalau konsep pengetahuan didefinisikan. Pengetahuan
adalah segala sesuatu yang di dapat oleh indera manusia. Ilmu adalah pengetahuan yang di
dapat manusia melalui metode penelitian. Hal yang membedakan antara ilmu dan
metode akan melahirkan ilmu. Science atau ilmu diberi definisi oleh Bierstedt (1970: 16)
any content-the only method, some would say, that results in the discovery of
verifiable truth.
terhadap masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat, karena pengetahuan yang didapat
penelitian tersebut sesugguhnya itulah ilmu yang didapatkan mahasiswa. Adapun metode-
metode penelitian yang dapat dilakukan adalam studi litertaur, observasi, percobaan, dan
sebagainya,.