Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MANAJEMEN RANTAI PASOK PERIKANAN

Nama : Krisantus Konsaga Tae

NIM : 2023813022

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS PERIKANAN

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................................


BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................................................
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................................
1.2 Perumusan Masalah .....................................................................................................................
1.3 Tujuan ............................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................................................
2.1 Potensi Perikanan Indonesia ........................................................................................................
2.2 Rantai Pasok Komoditas Industri Perikanan.............................................................................
2.3 Upaya Perbaikan dengan Sistem Informasi ...............................................................................
BAB III...........................................................................................................................................................
PENUTUP......................................................................................................................................................
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas lautdan
jumlah pulau yang besar. Luas wilayah laut berdasarkan UNCLOS 1982 mencapai
284.210,9 km2 laut teritorial, 2.981.211 km2 ZEEI, dan 279.322 km2 laut 12 mil. Potensi
tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara dengan sumber daya kelautanyang besar
termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non hayati kelautan terbesar (Laporan
Kinerja KKP, 2014). Pembangunan ekonomi yang lebih berorientasi padadaratan
mengakibatkan pengawasan terhadap hasil laut semakin tertinggal. Laut memiliki peran
strategis, yakni selain nilai ekonomis yang menjanjikan sekaligus juga memiliki potensi
menyatukan pulau-pulau yang terpisah di Indonesia.
Hulu–hilir produk perikanan adalah dari nelayan hingga kepada konsumen terakhir.
Berbicara mengenai sistem produksi hulu-hilir sangat erat kaitannya dengan rantai
pasokan, karena rantai pasokan merupakan kegiatan/aktivitas yang menciptakan produk
hingga produk tersebut dihantarkan kepada pengguna terakhirnya dengan melibatkan
beberapa pihak dalam kegiatan/aktivitas tersebut. Ketidaksejahteraan nelayan selama ini
dikaitkan dengan sarana dan prasarana yang tidak menunjang, serta peraturan-peraturan
pemerintah yang terkait, namun sebenarnya hal utama yang harus diperhatikan adalah
menyangkut pengintegrasian siste produksi hulu-hilir dala usaha perikanan. Nelayan
adalah pihak hulu dalam rantai pasokan produk perikanan dan selama ini hanya
memperhatikan sistem produksi hulu dalam menyalurkan produknya, padahal jika
memperhatikan secara luas nelayan bisa mendapatkan hasil yang lebih optimal.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tahun
2016, perikanan tangkap masih memegang peranan strategis dalam sektor perikanan di
Indonesia. Potensi perikanan tangkap laut Indonesia sekitar 6,5 juta ton per tahun.
Sedangkan, potensi perikanan budidaya payau mencapai 2,96 juta hektar dan
potensi budidaya laut mencapau 12,55 juta hektar.
Berdasarkan analisis Supply Chain Indonesia (SCI), sektor perikanan Indonesia
saat ini masih terkendala persoalan-persoalan antara lain, ketersediaan komoditas, fluktuasi
dan disparitas harga, serta mutu komoditas. Persoalan tersebut muncul terutama karena
faktor musim, karakteristik komoditas yang bersifat mudah rusak,serta konektivitas yang
disebabkan oleh faktor keterpencilan dan ketersediaan infrastruktur.

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui berbagai
tantanganyang dihadapi dalam sektor industri perikanan yang berkaitan dengan rantai
pasokhasil perikanan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Potensi Perikanan Indonesia


Bangsa Indonesia sebagai negara kepulauan, secara geografis memiliki sebaran
pulauyang diperkirakan 13.400 pulau dan panjang garis pantai ±95.181 km. Dua per tiga
darikeseluruhan wilayah Indonesia adalah lautan, yang diperkirakan seluas 5,8 juta km2
(meliputi daratan dan lautan), dimana luas perairan laut sebesar ±3,1 km2 yang terdiri dari
laut teritorial±0,3 juta km2 dan perairan kepulauan ±2,8 juta km2. Fakta ini menunjukkan
bahwa BangsaIndonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan segala
potensi di dalamnya.
Sesuai amanat Undang-Undang Dasar 1945, khususnya Pasal 33 ayat (3) berbunyi:
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Selanjutnya dalam Pasal
3 Undang-Undang 31/2004 dijelaskan bahwa tujuan pengelolaan perikanan adalah (a)
meningkatkan tarafhidup nelayan kecil dan budidaya ikan kecil; (b) meningkatkan
penerimaan dan devisa negara;(c) mendorong perluasan dan kesempatan kerja; (d)
meningkatkan ketersediaan dan konsumsi protein ikan; (e) mengoptimalkan pengelolaan
sumber daya ikan; (f) meningkatkan produk-tivitas, mutu, nilai tambah, dan daya saing;
(g) meningkatkan ketersediaan bahan baku industri pengolahan ikan; (h) mencapai
pemanfaatan sumber daya ikan, lahan pembudidaya ikan, danlingkungan sumberdaya ikan
secara optimal; dan (i) menjamin kelestarian sumber daya ikan, bahan pembudidaya ikan,
dan tata ruang (Muis & Piliana, 2016). Konsep pembangunan perikanan yang berkelanjut
an mengandung aspek: ecological sustainability, socioeconomic sustainability, community
sustainability dan institutional sustainability (Hasrat, 2014).

2.2 Rantai Pasok Komoditas Industri Perikanan


Supply Chain Management (SCM) adalah metode, alat, atau pendekatan
pengelolaannya. Namun perlu ditekankan bahwa SCM menghendaki pendekatan atau
metode yang terintegrasi dengan dasar semangat kolaborasi (Wikipedia, 2012). Lambert
(1998:9), menyatakan bahwa SCM merupakan integrasi atas proses-proses bisnis
dari pengguna akhir melalui pemasok awal yang menyediakan produk, jasa, dan informasi
yangmemberikan nilai tambah bagi pelanggan. Krajewski (2002:18) menyebutkan
bahwamanajemen rantai pasokan adalah proses dimana mengembangkan strategi untuk
mengatur,mengontrol dan memotivasi sumber daya yang terlibat dalam aliran jasa dan
materialdalam rantai pasokan.
Martin Christoper (1998:2) rantai pasok adalah jaringan organisasi yang saling
terhubung dan saling bergantung untuk bekerja sama meningkatkan aliran material dan
informasi dari pemasok ke pengguna akhir. Ernebt L. Nicohlas,JR (1999:2) rantai
pasokmeliputi semua aktivitas yang terkait dengan aliran barang dari tahap awal sampai
tahap akhir.
Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya, mulai dari praproduksi, produksi,
pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem
bisnis perikanan (profil kelautan dan perikanan Sulawesi Utara). Hempel dan Pauly (Fauzi,
2010) perikanan adalah kegiatan eksploitasi sumber daya hayati dari laut. Perikanan yang
diungkapkan oelh Hempel dan Pauly ini membatasi pada perikanan laut, karena
perikananmemang berasal dari kata hunting (berburu) yang harus dibedakan dari
kegiatan farming seperti budi daya (Jansen & Sumarauw, 2016). Pelabuhan perikanan
merupakan salah satu pihak yang berperan dalam aliran rantai pasokan produk perikanan
dilihat dari sudut pandang supply chain. Peran Pelabuhan dalam supply shain dapat diteliti
melalui pengamatan terhadap aktivitas distribusi hasil tangkapan di pelabuhan (Muninggar,
2008).
Berikut ini merupakan berbagai contoh rantai pasok komoditi perikanan sepertiikan
cakalang, rajungan, lobster dan rumput laut:
a) Ikan Cakalang
Ikan laut tangkap segar bersifat rentan mengalami degradasi mutukesegarannya akibat
aktivitas mikrobia sehingga memerlukan penanganan yangmemadai. Mutu ikan segar
akan menentukan harga jual (Suwondo & Guritno,2015). Pihak-pihak yang terlibat
dalam model supply chain Ikan Cakalang PPPTumumpa adalah; Nelayan, yang terdiri
dari pemilik dan penggarap, pemilik yangmemiliki kapal atau usaha penangkapan, dan
penggarap yang melaksanakanaktivitas penangkapan Ikan Cakalang di laut;
pemborong, yang terbagi dua yaitu pedagang besar dan pihak pabrik, pedagang besar
yang membeli ikan cakalang untuk disalurkan/ dijual kembali, dan pabrik yang
membeli Ikan Cakalang untuk diolah dan kemudian menjual dalam bentuk produk
olahan.Pengecer, yang terdiridari pedagang kecil dan pengecer pabrik, yang membeli
Ikan Cakalang dari pemborong dan menjual kembali secara ecer. Konsumen, yaitu
pembeli akhir yangmembeli Ikan Cakalang untuk dikonsumsi (Suratno & Jan, 2016).
b) Rumput Laut
Pengembangan industri rumput laut di Indonesia masih menghadapi berbagai
kendala, baik pada level hulu maupun hilir, diantaranya:
1. Kualitas Rumput Laut
Kualitas rumput laut yang dihasilkan pembudidaya masih rendah yang disebabkan
kualitas bibit yang kurang baik, waktu panen yang tidak tepat, dan
proses penjemuran yang tidak memadai (KKP 2005).
2. Pasokan Bahan Baku
Pasokan bahan baku untuk industri pengolahan yang tepat jumlah, mutu, waktu
danharga tidak terjamin. Harga rumput laut tidak rasional sebagai bahan baku
industri,kuota bahan baku bagi industri tidak terjamin, sehingga tidak jarang
industri pengolahan mengalami kekurangan bahan baku (Zulham 2007; Ma’ruf
2007).
3. Limbah Industri Pengolahan
Industri pengolahan rumput laut menghasilkan limbah sisa olahan yang sangat
besar termasuk limbah cair. Limbah cair ini berpotensi untuk mencemari
lingkungan (Sedayu et al. 2007).
4. Kelembagaan
Hubungan kelembagaan antar pelaku industri umumnya tidak berlanjut kepada
industri pengolahan. Hal ini menyebabkan nilai tambah rumput laut hanya sampai
kepada produk rumput laut kering (BI 2008 dalam Wibowo et al., 2011).
c) Lobster
Berdasarkan hasil penelitian Triyanti dan Yusuf (2011) menunjukkan bahwa rantai
pasok lobster terdiri dari nelayan/ pembudidaya (100%) → supplier (100%)
→eksportir (90%) dan konsumen lokal (10%) → konsumen luar negeri (100%) serta
terdiri dari tujuh pemetaan dalam manajemen rantai pasok. Permasalahan yang terjadi
adalah makin menurunnya volume lobster yang di pasok, adanya monopoli harga oleh
eksportir, aksesilibitas pasar yang terbatas pada produsen, penerapan teknologi
(penyimpanan dan pengiriman) hanya pada eksportir, dan belum adanya kelembagaan
keuangan formal yang menjamin harga lobster lebih tinggi. Manajemen rantai pasok
lobster dapat menjadi bahan kebijakan untuk pemerintah daerah Kabupaten
Simeuluedalam peningkatan pendapatan dan kesejahteraan nelayan maupun
pembudidaya lobster.
d) Rajungan
Rajungan di sisi ekonomi merupakan hasil perikanan dengan nilai jual tinggi
sehingga menjadi komoditas ekspor. Indonesia merupakan negara pengekspor rajungan
ke berbagai negara seperti negara Singapura, Malaysia, China, Jepang, dan beberapa
negara di Eropa khususnya negara Amerika. Setiap tahunnya hampir 90% produksi
daging rajungan Indonesia masuk ke pasaran Amerika.
Berdasarkan hasil penelitian Mudzakir et al., 2014 menyatakan bahwa Pengaruh
pedagang perantar masih dominan dan menguasai mekanisme pasar dalam pemasaran
rajungan di Desa Betahwalang. Permintaan produk rajungan yang tinggi menyebabkan
nelayan melakukan kegiatan penangkapan. Namun demikian, keadaan ini belum
menjadikan nelayan sebagai pelaku pemasaran yang mempunyai marjin keuntungan
terbesar. Hal ini dikarenakan harga jual rajungan dikendalikan oleh
pelaku pemasaran tertentu yaitu mini plant. Hubungan kerjasama berupa peminjaman
modal berlaku pada sistem rantai pemasaran rajungan di Desa Betahwalang.

2.3 Upaya Perbaikan dengan Sistem Informasi


Upaya perbaikan dlakukan untuk menjaga agar keberlangsungan produksi
tetaplestari. Sistem informasi memiliki tiga elemen utama, yaitu data yang
menyediakaninformasi, prosedur yang memberitahu pengguna bagaimana
mengoperasikan sisteminformasi, dan orang-orang yang membuat produk, menyelesaikan
masalah, membuatkeputusan, dan menggunakan sistem informasi tersebut. Keterpaduan
dari berbagai elemen sistem informasi perikanan secara sinergis akan memberikan atau
menciptakankondisi yang kondusif dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan secara arif
dan bijaksana dengan berpedoman pada aspek konservasi.
Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu SLIN (Sistem Logistik Ikan nasional)
dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas dan stabilitas sistem produksi perikanan
hulu-hilir, mengendalikan disparitas harga, serta untuk memenuhi kebutuhankonsumsi
dalam negeri. Selain itu, SLIN juga menyentuh aspek peningkatan skalausaha nelayan,
petambak garam, pembudidaya ikan, pengolah dan pemasar hasil perikanan
berskala usaha kecil menengah serta terkoordinasi dengan Kementerian ataulembaga
terkait, serta percepatan penerapan sistem jaminan mutu, keamanan
hasil perikanan dan nilai tambah. Dalam implementasi SLIN, KKP telah membangunseju
mlah infrastruktur logistik, seperti Pusat Pemasaran dan Distribusi Ikan (PPDI),Cold
Storage, gedung kering, mesin pembeku (ABF), Ice Flake Machine, serta modatransportasi
berinsulasi (Tangke, 2011).
.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa perbaikan sistem
rantai pasok industri perikanan dapat dilakukan dengan memperhatikan keterpaduan dari
berbagai elemen sistem informasi perikanan secara sinergis akan memberikan atau
menciptakan kondisi yang kondusif dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan secara arif
dan bijaksana dengan berpedoman pada aspek konservasi.
DAFTAR PUSTAKA

Hasrat, 2014. Status Keberlanjutan Pengelolaan Perikanan Budidaya Di Pulau-Pulau Kecil


Makassar. Jurnal Manajemen Perikanan dan Kelautan Vol. 1 No. 1

Jansen, R., Sumarau,S. 2016. Analisis Rantai Pasokan Hasil Tangkapan Ikan di KotaManado Dan
Kota Bitung. Jurnal Emba Vol.4 No.5 September 2016, Hal. 303-408

Mudzakir, A.K., Agustina, E.R., Yulianto, T. 2014. Analisis Distribusi Pemasaran Rajungan
(Portunus Pelagicus) Di Desa Betahwalang Kabupaten Demak.Journal Of Fisheries Resources
Utilization Management And TechnologyVolume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Hlm 190-199
OnlineDi :Http://Www.Ejournal-S1.Undip.Ac.Id/Index.Php/Jfrumt 190

Soeratno, D., Jan, A. 2016. Analisis Model Supply Chain Ikan Cakalang Di Kota Manado (Studi
Kasus Pada Tpi Ppp Tumumpa). Jurnal Emba Vol.4 No.2 Juni 2016, Hal.602-612

Anda mungkin juga menyukai