BAB I
PENDAHULUAN
Letak Kota Ambon berada sebagian besar dalam wilayah pulau Ambon dan secara
geografis terletak pada posisi: 30 - 40 Lintang Selatan dan 1280 - 1290 Bujur Timur,
dimana terbagi atas luas daratan 377 km2 dan luas perairan 409.0 km2 dengan luas
perairan yang lebih besar dari pada luas daratan menjadikan Kota Ambon memiliki
potensi sumber daya perikanan yang melimpah. Salah satunya yaitu potensi sumber
daya pelagis besar seperti ikan tuna (Thunnus sp). Jenis ikan ini merupakan salah satu
komoditi yang memiliki nilai gizi tinggi sehingga banyak diminati oleh masyarakat
selain itu juga komoditi ini memiliki peranan penting dalam pembangunan sektor
industri perikanan.
Pada dasarnya sifat komoditi perikanan khususnya ikan sangat cepat mengalami
penurunan mutu. Ketersediaan sumbedaya ikan sangat erat kaitanya dengan hasil
tangkapan nelayan. Jika cuaca mendukung, maka volume hasil tangkapan akan baik
dan tinggi. Namun, jika keadaan cuaca tidak mendukung, bisa tidak mengkibatkan
tidak adanya hasil yang didapat sehingga produksi akan terhambat. Untuk itu masalah
ketersedian produksi ikan yang berfluktutif ini maka diperlukan upaya untuk
mempertahankan ketersediaan, sehingga supplay ikan tetap tersedia dipasar. Upaya
yang dilakukan dengan melakukan penyimpanan di Cold storage. Penyimpanan yang
dilakukan untuk menampung hasil tangkapan sekalisgus juga menjaga ketersediaan
ikan bila mana pada musim-musim tertentu diperoleh agar dapat memenuhi permintaan
konsumen, oleh sebab itu peranana pabrik yang bergerak dibidang penyimpanan ini
menjadi sangat penting, mengingat produk perikanan umumnya bersifat musiman
sehingga tidak dapat diperoleh setiap waktu. Secara langsung, pabrik jenis ini dapat
menstabilkan harga produk perikanan yang fluktuatif sesuai musimnya. (Afrianto dan
Liviawaty, 2005).
PT. Maluku Prima Makmur merupakan sebuah perusahaan perikanan yang terletak
di Negeri Tawiri Kecamatan Teluk Ambon. Perusahaan ini bergerak dibidang
3
penyimpanan dan olahan beku perikanan, produk olahan tersebut diekspor keluar
Negeri yaitu Amerika dan Jepang. PT. Maluku Prima Makmur juga memiliki fasilitas-
fasilitas yang cukup lengkap dalam mendukung kegiatan produksinya.
Suatu usaha perikanan baik berskala kecil, mikro, menengah dan industri tidak
dapat berjalan dengan baik jika pengelolaannya tidak diperhatikan. Dengan demikian,
manajemen yang baik dalam perusahaan sangat diperlukan agar perusahaan dapat
berjalan atau beroperasi dengan baik. Dalam setiap industri perikanan pemanfaatan
juga fasilitas harus dilaksanakan dengan teratur sehingga tercapainya tujuan yang
diharapkan. Sebagai perusahaan dibidang ekspor impor, ikan yang akan dipasarkan
harus berkualitas baik. Kualitas tersebut hanya dapat dijaga apabila memiliki fasilitas
dan peralatan yang baik serta ketepatan dalam memanfaatkan fasilitas. Sedangkan
fasilitas dan peralatan yang ada di cold storage belum diketahui efisiensi
pemanfaatannnya sehingga perlu adanya penelitian mengenai penerapan fungsi-fungsi
manajemen dan efisiensi pemanfaatan fasilitas ini. Berdasarkan uraian yang telah
dikemukakan, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan
untuk :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Industri Perikanan
Sektor perikanan dan kelautan merupakan salah satu sektor ekonomi yang
memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam
penyediaan bahan pangan protein, perolehan devisa dan penyediaan lapangan kerja.
Dalam sektor perikanan sumberdaya manusia, modal, dan teknologi menempati posisi
yang sangat strategis dalam mewujudkan tersedianya barang dan jasa (Mulyadi, 2005).
Industri perikanan adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah
menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Hasil
industri tidak hanya berupa barang tetapi juga dalam bentuk jasa (Godam, 2006). ada
beberapa faktor penting yang menunjang keberhasilan suatu industri perikanan antara
lain : ketersediaan bahan baku, tenaga kerja dan nilai tambah yang dihasilkan. Nilai
tambah dari sektor perikanan dapat diperoleh dari mengolah hasil tangkapan perikanan
menjadi produk olahan yang siap dipasarkan. Untuk hasil perikanan yang bersifat cepat
rusak, akan menurun kualitasnya selama beberapa jam setelah ditangkap kecuali
disimpan dalam keadaaan dingin sehingga mutunya dapat dipertahankan.
Ikan merupakan salah satu sumberdaya kelautan dan perikanan yang tergolong
dalam sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resources). Berdasarkan
ketersediaan sumberdaya kelautan, maka usaha dan upaya pemanfaatannya dibagi
dalam berbagai spesialisasi industri kelautan, yaitu industri sumberdaya ikan, industri
sumberdaya tak dapat pulih, dan industri jasa lingkungan, (Monintja, D. R. 2001).
Industri Penangkapan Ikan merupakan seluruh mata rantai kegiatan dalam usaha
penangkapan ikan di laut. jenis industri ini disebut juga sebagai industri primer.
Industri Hasil Perikanan merupakan seluruh mata rantai kegiatan dalam usaha
pengolahan hasil laut, seperti pengalengan, pengeringan, pembekuan dan sebagainya.
Jenis industri ini disebut sebagai industri sekunder.
Industri Pemasaran Produk laut merupakan seluruh mata rantai kegiatan dalam usaha
pemasaran hasil laut. Jenis industri ini disebut sebagai industri tertier dalam perikanan.
Industri Budidaya Perairan merupakan seluruh mata rantai kegiatan dalam usaha
budidaya perairan. Jenis industri ini termasuk industri primer dalam perikanan.
Irianto dan Soesilo (2007) menyatakan bahwa ikan termasuk komoditas yang cepat
rusak dan bahkan lebih cepat dibandingkan dengan daging hewan lainnya. Kecepatan
pembusukan ikan dipengaruhi oleh teknik penangkapan dan pemanenan, kondisi
biologis ikan, serta teknik penanganan diatas kapal. Oleh karena itu, diperlukan
pengawetan ikan dengan cara pembekuan. Teknologi pembekuan telah dimanfaatkan
untuk menghasilkan berbagai jenis produk yang dipasarkan dan disimpan dalam
keadaan beku dengan bahan mentah seperti ikan atau udang. Produk ikan dapat
dipasarkan beku dalam bentuk ikan utuh yang telah disiangi, loin, fillet, dan lain-lain.
Cold storage merupakan sebuah ruangan penyimpanan dingin, yang merupakan tahap
pokok dari cara pengawetan dengan cara pembekuan. Suhu di dalam cold storage
7
Cold storage dapat mempertahankan mutu ikan selama 1-9 bulan, tergantung pada
keadaan dan jenis ikan. Cara pembekuan dan cara penyimpanan dengan teknik
penaungan yang ideal, ikan dapat disimpan lebih dari 4 tahun dalam cold storage.
Desain yang benar dan penggunaan yang benar dari cold storage dapat
meminimalisasikan kerusakan selama penyimpanan dan memperpanjang masa simpan
produk. Dalam fasilitas cold storage terdapat fasilitas yang sangat berperan penting
yaitu ruangan berpendingin atau cold room, multiplatefreezer dan air blast freezer.
Namun belum diketahui apakah fasilitas tersebut telah dimanfaatkan sesuai dengan
kapasitasnya dengan baik, begitu pula dengan peralatan yang ada di dalam fasilitas cold
storage seperti hand lift, rak sorong, trays, meja sortir, dan juga peralatan lainnya sudah
tersusun rapi sehingga pemanfaatan ruangannya lebih efisien (Faruza, M.F. 2014).
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan (planning) dapat didefinisikan sebagai hasil pemikiran yang
mengarah ke masa depan, menyangkut serangkaian tindakan berdasarkan pemahaman
yang mendalam terhadap semua faktor yang terlibat dan yang diarahkan kepada sasaran
khusus (Firdaus, 2010). Dengan kata lain, perencanaan adalah penentuan serangkaian
tindakan berdasarkan pemilihan dari berbagai alternatif data yang ada, dirumuskan
dalam bentuk keputusan yang akan dikerjakan untuk masa yang akan datang
dalam usaha mencapai tujuan yang diinginkan.
Perencanaan adalah pemikiran rasional berdasarkan fakta atau perkiraan yang
mendekat (estimasi) sebagai persiapan (preparasi) untuk keperluan tindakan kemudian
(Bahry, 2000). Di dalam perencanaan ini dituntut adanya kemampuan untuk
meramalkan, mewujudkan, dan melihat ke depan dengan dilandasi tujuan-tujuan
tertentu (Rahardi, 2001).
Menurut Handoko (2012), salah satu aspek penting perencanaan adalah
pembuatan keputusan, proses pengembangan dan penyeleksian sekumpulan kegiatan
untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Keputusan-keputusan harus dibuat pada
berbagai tahap dalam proses perencanaan. Semua kegiatan perencanaan pada dasarnya
melalui empat tahap sebagai berikut :
1. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan.
2. Merumuskan keadaan saat ini.
3. Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan.
4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Organisasi merupakan kelompok orang yang mempunyai kegiatan dan bekerja
bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Organisasi bukanlah suatu tujuan,
9
tetapi sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan (Firdaus, 2010). Pengorganisasian
adalah keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas serta
wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi
yang dapat digerakan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 2002).
Pengorganisasian dilaksanakan supaya jelas tugas dan tanggung jawab masing-
masing orang, alat-alat yang diperlukan, sehingga wewenang, tugas dan tanggung
jawab orang-orang akan menjadi jelas. Pada tahap pengorganisasianini pimpinan perlu
melakukan pendistribusian serta menetapkan tugas-tugas, wewenang, mendelegasikan
kekuasaan serta menetapkan hubungan kerja antara orang yang satu dengan lainnya
atau antara bagian yang satu dengan bagian lainnya.
Pengorganisasian merupakan proses penentuan, pengelompokan, dan dan
pengaturan bermacam-macam aktifitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan,
menetapkan wewenang yang secara relative didelegasikan kepada setiap individu yang
akan melakuakan aktifitas- aktifitas tersebut (Malayu dan Hasibuan, 2006). Dalam
membagi tugas kerja perlu diperhatikan; kemampuan, volume kerja yang harus
dilaksanakan, sehingga pembagian kerja itu praktis, workable dan memudahkan
tercapainya tujuan (Bahry, 2000).
3. Pengarahan (Actuating)
4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan merupakan proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi
guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 2002). Fungsi ini merupakan
tindakan untuk mengawasi aktivitas-aktivitas agar dapat berjalan sesuai dengan
rencana-rencana yang telah ditetapkan (Effendi dan Oktariza, 2006).
Menurut Mockler dikutip oleh Handoko (2012), pengawasan adalah suatu
usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan
perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan
nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan
untuk menjamin bahwa semua sumberdaya perusahaan dipergunakan dengan cara
paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
Pengawasan perlu dilakukan pada setiap tahap dari fungsi manajemen agar mudah
diadakan perbaikan jika terjadi penyimpangan. Untuk melakukan perbaikan,
manajer perlu mempelajari terlebih dahulu rencana-rencana yang lampau agar
diketahui kelemahan-kelemahannya, memastikan apa yang telah terjadi dan mencari
sebab-sebabnya (Firdaus, 2010).
Ada tiga alasan utama mengapa manajemen diperlukan, yaitu:
2.4 Efesiensi
Efisiensi merupakan rasio antara input dan output, dan perbandingan antara
masukan dan pengeluaran. Apa saja yang dimaksudkan dengan masukan serta
bagaimana angka perbandingan tersebut diperoleh, akan tergantung dari tujuan
penggunaan tolok ukur tersebut. Selain itu efisiensi merupakan perbandingan antara
masukan dengan pengeluaran. Apa saja yang termasuk ke dalam masukan serta
bagaimana angka perbandingan tersebut diperoleh, tergantung dari tujuan penggunaan
tolok ukur tersebut. Usaha peningkatan efisiensi umumnya dihubungkan dengan biaya
yang lebih kecil untuk memperoleh suatu hasil tertentu, atau dengan biaya tertentu
diperoleh hasil yang lebih banyak. Hal ini berarti menekan pemborosan hingga sekecil
mungkin. Segala hal yang memungkinkan untuk mengurangi biaya tersebut dilakukan
demi efisiensi.
Farrel dalam Soekartawi (2003) mengajukan pengukuran efisiensi yang terdiri dari
dua komponen yaitu efisiensi teknis yang merepresentasikan kemampuan perusahaan
untuk mendapatkan output yang maksimum dari satu set input yang ada dan alokatif
efisiensi yang merefleksikan kemampuan dari perusahaan menggunakan input dalam
12
proporsi yang optimal sesuai dengan harga masing-masing inputnya. Efisiensi dapat
pula didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan
(input), atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari satu input yang dipergunakan.
Efisiensi juga dapat diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-
kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya (Soekartawi, 2003).
dalam Susantun (2000) mendefinisikan efisiensi teknik sebagai ratio input yang benar-
benar digunakan dengan output yang tersedia. Efisiensi alokatif menunjukan hubungan
biaya dan output. Efisiensi alokatif tercapai jika perusahaan tersebut mampu
memaksimumkan keuntungan yaitu menyamakan produk marjinal setiap faktor
produksi dengan harganya. Efisiensi Ekonomi produk dari efisiensi teknik dan efisiensi
harga. Jadi efisiensi ekonomis dapat dicapai jika kedua efisiensi tercapai.
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survey yaitu dengan
mengamati secara langsung fasilitas yang ada di PT. Maluku Prima Makmur dan
mengumpulkan informasi dengan pemanfaatan fasilitas tersebut. Metode survei yaitu
suatu metode penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta dari gejala-gejala
yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara factual (Nazir, 2003). Metode
survei dapat memberikan manfaat untuk tujuan-tujuan yang sifatnya deskriptif,
membantu membandingkan kondisi-kondisi yang ada dengan faktor yang telah
ditentukan sebelumnya.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber
asli atau pihak pertama. Data primer dapat berupa pendapat subjek riset (orang) baik
secara individu maupun kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik),
kejadian, atau kegiatan, dan hasil pengujian. Data primer diperoleh langsung didaerah
penelitian dengan observasi (pengamatn), dan wawancara. Data primer secara khusus
dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan riset atau penelitian dengan
menggunakan kuesioner. Kuesioner atau daftar pertanyaan yang disusun secara
terperinci dan lengkap serta berhubungan dengan masalah yang ingin dipecahkan
14
(Nazir, 2003). Data primer dalam penelitian ini meliputi struktur organisasi,
manajemen usaha bagan dan data fasilitas cold storage.
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari instasi terkait seperti kantor desa
di Tawiri serta literatur – literature atau pustaka – pustaka yang menunjang penelitian
ini.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif
kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis deskriptif digunakan untuk membuat
deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan aktual mengenai fakta-
fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir,2003).
Metode analisis data deskriptif kualitatif adalah penelitian yang menggambarkan dan
melukiskan keadaan obyek penelitian pada saat sekarang sebagaimana adanya fakta-
fakta. Penelitian ini merupakan usaha untuk mengungkapkan masalah atau keadaan
peristiwa sebagaimana adanya sehingga hanya bersifat sebagai pengungkap fakta
15
(Moleong, 2008). Metode analisis data deskriptif kualitatif yaitu penggambaran secara
kualitatif struktur organisasi dan fungsi-fungsi manajemen pada PT. Maluku Prima
Makmur.
Metode analisis data kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau
sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan (Sugiyono, 2005). Metode analisis deskriptif kuantitatif yaitu dengan cara
sebagai berikut :
a. Mengelompokkan fasilitas yang ada berdasarkan pemanfaatannya, yakni
dimanfaatkan atau tidak dimanfaatkannya fasilitas tersebut.
b. Mengelompokkan fasilitas yang dimanfaatkan, yakni sesuai dengan
peruntukan dan tidak sesuai dengan peruntukannya.
Penentuan tingkat efisiensi ruang cold storage dan mesin pembeku diperlukan data
kondisi seharusnya. Data tersebut dijadikan dasar untuk menghitung tingkat efisiensi
pemanfaatan cold storage seperti yang telah dikemukakan oleh (Ningsih 2011) dengan
formula sebagai berikut:
E = (Q / P) x 100% di mana:
E = tingkat efisiensi (%)
Q = kapasitas terpakai dari fasilitas.
P = kapasitas tersedia dari fasilitas.
WAKTU PELAKSANAAN
(BULAN)
NO KEGIATAN September Oktober November
2018 2018 2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pembuatan Proposal dan
1
Diskusi
2 Pengambilan data Penelitian
3 Pengolahan Data Penelitian
4 Penyusunan Laporan Penelitian
5 Seminar Hasil dan Ujian
Pada dasarnya sifat komoditi perikanan khususnya ikan, sangat cepat mengalami
penurunan mutu. Sebagai perusahaan dibidang ekspor impor, ikan yang akan
dipasarkan harus berkualitas baik. Untuk itu dibutuhkan suatu penanganan agar
kualitas atau mutu ikan tetap terjaga. Salah satu penanganan yang dapat dilakukan yaitu
dengan menggunakan cold storage. Kualitas ikan hanya dapat dijaga apabila memiliki
fasilitas dan peralatan yang baik serta ketepatan dalam memanfaatkan fasilitas.
Sedangkan fasilitas dan peralatan yang ada di cold storage belum diketahui efisiensi
pemanfaatannnya sehingga perlu adanya penelitian mengenai efisiensi pemanfaatan
fasilitas ini. Dalam suatu perusahaan perikanan juga dibutuhkan fungsi-fungsi
manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan. Fungsi-fungsi ini harus memiliki keterkaitan satu sama lain guna
memperoleh tujuan yang diharapkan dari suatu usaha.
18
Industri Perikanan
Cold Storgae
Cold Storage
PT. Maluku Prima Makmur
Pengembangan
Perusahaan Cold
Storage
Defenisi operasional adalah penentuan konstrak atauu sifat yang akan dipelajari
sehingga menjadi variabel yang dapat diukur (Sugiyono, 2014). Defenisi operasional
menjelaskan cara tertentu yang digunakan untuk meneliti dan mengoperasikan
konstrak, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan aplikasi
pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran konstrak
yang baik.
1. Industri perikanan adalah adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan
mentah menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan
keuntungan
2. Ikan merupakan salah satu sumberdaya kelautan dan perikanan yang tergolong
dalam sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resources).
3. Cold Storage merupakan sebuah ruangan penyimpanan dingin, yang
merupakan tahap pokok dari cara pengawetan dengan cara pembekuan. Suhu
di dalam cold storage umumnya -300C hingga -600C, tergantung pada
kebutuhan
4. Manajemen adalah sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian dan pengontrolan sumberdaya untuk mencapai sasaran
secara efektif dan efisien.
5. Perencanaan (planning) dapat didefinisikan sebagai hasil pemikiran yang
mengarah ke masa depan, menyangkut serangkaian tindakan berdasarkan
pemahaman yang mendalam terhadap semua faktor yang terlibat dan yang
diarahkan kepada sasaran khusus
6. Organisasi merupakan kelompok orang yang mempunyai kegiatan dan bekerja
bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
7. Pengarahan merupakan fungsi manajemen yang berkaitan dengan usaha
memberikan bimbingan, binaan, perintah-perintah, atau instruksi-instruksi pada
20
contact/multiplatefreezer dan air blast freezer (ABF). Untuk cold room I tingkat
pemanfaatan 75 % dan tingkat efisiensi pemanfaatan fasilitas 90 % dapat disimpulkan
bahwa pada cold room I sudah dimanfaatkan dengan baik juga dengan susunan kotak
kemasan yang rapi sehingga efisien bagi karyawan yang melakukan aktivitas di dalam
ruangan cold room I tidak terhambat. Kemudian pada cold room II, dari hasil analisis
yang dilakukan, tingkat pemanfaatan 101,4 % dan tingkat efisiensi pemanfaatan
fasilitas yang tergolong masih kurang efisien yaitu
75%, hal ini disebabkan karena penyusunan yang tidak rapi dan teratur pada
tempatnya sehingga karyawan dalam melakukan aktivitas menjadi terhambat. Untuk
semi contact / multiplatefreezer tingkat pemanfaatannya 100 % dan tingkat efisiensi
pemanfaatannya juga 100%, sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk penggunaan
semi contact / multiplatefreezer sudah dimanfaatkan dengan baik juga efisien. Tingkat
pemanfaatan air blast freezer (ABF) 39,1% dan tingkat efisiensi pemanfaatan 42,8 %
dapat disimpulkan bahwa dalam penggunannya belum dimanfaatkan dengan baik juga
efisien, namun jika pada saat musim ikan, penggunaan air blast freezer (ABF) dapat
lebih tinggi lagi nilai pemanfaatan dan efisiensi pemanfaatannya. Untuk peralatan yaitu
hand lift, tingkat pemanfaatan 66,6 % dan tingkat efisiensi pemanfaatan 100 %, dalam
hal ini disimpulkan bahwa dengan pemanfaatan yang sedikit namun sudah efisien
dalam penggunaannya untuk sekali pemakaian.
Dari analisis efisiensi pemanfaatan fasilitas cold storage PT. Golden Cup Seafood,
bahwa hampir semua fasilitas sudah dimanfaatan dengan baik dan efisien hanya saja
pada fasilitas cold room memerlukan peningkatan dalam penataan dan penyusunan
yang rapi dan sesuai peruntukannya guna meningkatkan pemanfaatan dan efisiensi
pemanfaatan fasilitas yang ada.
3. Himawan Arif Sutanto. 2013. Tingkat Efisiensi Produksi Dan Pendapatan Pada
Usaha Pengolahan Ikan Asin Skala Kecil : Berdasarkan hasil analisis data yang telah
diperoleh dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan nilai rata-rata Efisiensi teknis
22
pengolah ikan asin skala kecil sebesar 0,73397 yang berarti pelaku usaha pengolahan
ikan asin di kota pekalongan belum seluruhnya melakukan kegiatannya secara efisien
sehingga masih dimungkinkan untuk menambah beberapa variabel inputnya untuk
dapat meningkatkan hasil yang optimal. Variabel bahan baku, peralatan dan luas usaha
berpengaruh signifikan terhadap produksi pengolahan ikan asin di Kota Pekalongan.
Usaha pengolahan ikan asin skala kecil di Kota Pekalongan masih cukup
menguntungkan yang ditunjukan oleh nilai R/C rasio sebesar 1,37 yang menunjukan
bahwa besarnya penerimaan pelaku usaha pengolahan ikan skala kecil masih lebih
besar dibandingkan dengan biaya-biaya yang harus dilakukan dalam menjalan usaha.
Berkaitan dengan efisiensi penggunaan input terutama bahan baku yang sangat penting
bagi keberlanjutan usaha pengolahan ikan asin skala kecil maka diharapkan pemerintah
mengawasi jalannya pelelangan ikan di TPI agar harga ikan tetap terjaga dan stabil
sehingga diharapkan pelaku usaha pengolahan ikan asin dapat terus melakukan
usahanya. Selain itu pemerintah perlu melakukan pengawasan terhadap penggunaan
bahan-bahan tambahan seperti tambahan formalin yang dapat membahayakan
pengkonsumsi ikan asin
23
DAFTAR PUSTAKA
Faruza, M.F. 2014. Aktivitas Cold Storage PT. Golden Cup Seafood di Pelabuhan
Perikanan Samudera Belawan Provinsi Sumatera Utara Laporan Praktek
Magang Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.
Hasibuan, Malayu S.P, 2006, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah,Edisi Revisi,
Bumi Aksara:Jakarta
http://www.doestoc.com/does/19432492/Dukungan-Tek.perikanan Diakses
pada tanggal 5 September 2018