Anda di halaman 1dari 99

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sulawesi Tenggara merupakan salah satu wilayah provinsi di Indonesia

yang memiliki potensi pengembangan kelautan dan perikanan yang sangat

menjanjikan. Data menunjukkan bahwa Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki

luas daratan 153.018,98 Km² dengan panjang garis pantai sekitar 1.740 Km2

dengan luas perairan laut sekitar 114.879 Km². Salah satu daerah potensi

pengembangan kelautan dan perikanan di bidang pertambakan udang vaname

yaitu Kabupaten Kolaka.

Kabupaten Kolaka merupakan salah satu sentra utama pengembangan

pertambakan di Provinsi Sulawesi Tenggara khusunya dalam memproduksi udang

di tambak. Masyarakat di Kabupaten Kolaka baru beberapa tahun terakhir ini

beralih jenis komoditas menjadi petambak udang vaname. Ismayani (2017)

menyatakan bahwa udang vaname merupakan salah satu jenis hasil perikanan

budidaya tambak di Sulawesi Tenggara. Budidaya udang vaname dilakukan

secara tradisional, intensif dan super intensif, secara umum hal-hal yang

diperhatikan dalam budidaya tambak udang vaname secara tradisional, semi

intensif, maupun super intensif adalah penetapan lokasi tambak, kontruksi tambak

dan persiapan tambak.

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas

perikanan budidaya yang secara umum diharapkan mampu menggeser posisi

komoditas udang windu (Penaeus monodon sp.) sebagai primadona ekspor,

karena sistim usaha pembudidayanya tidak berbeda jauh dengan jenis udang
2

windu atau lainnya. Pada dasarnya jenis udang-udangan merupakan komoditi

ekspor andalan pemerintah. Permintaan udang sangat besar baik pasar lokal

maupun internasional, karena memiliki keunggulan nilai gizi yang sangat tinggi

serta memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi menyebabkan pesatnya

perkembangan budidaya udang vaname saat ini, termasuk di Kecamatan Samaturu

Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara.

Udang vaname secara resmi ditetapkan sebagai komoditas unggulan

perikanan budidaya oleh Menteri Kelautan dan Perikanan pada Tahun 2001

dan mengalami perkembangan yang sangat cepat (Wachidatus, 2018). Kehadiran

jenis udang vaname ini diharapkan mampu menopang kebangkitan usaha

pertambakan terutama komoditas udang. Berdasarkan hasil budidaya udang

vaname pada lahan uji coba di sejumlah daerah, menunjukkan tingginya

produktivitas perolehan hasil pertambakan udang, hadirnya jenis udang vaname

yang memiliki sejumlah keunggulan dan prospek keuntungan lebih baik, maka

investasi tambak udang vaname sudah terlihat makin besar pada sejumlah sentra

pertambakan sejumlah daerah. Alasan para petani tambak untuk mengembangkan

udang vaname karena udang vaname termasuk dalam konsumsi rumah tangga

yang memiliki sejumlah keunggulan antara lain, lebih tahan terhadap penyakit,

dapat di tebar dengan kepadatan tinggi, pertumbuhan lebih cepat, tahan terhadap

disemua kondisi lingkungan manapun, waktu pemeliharaan yang lebih pendek

yakni sekisar 60 - 100 hari per siklus dan permintaan pemasaran sangat besar baik

pasar lokal maupun internasional.


3

Pemasaran udang vaname berkembang pesat karena bayaknya jumlah

permintaan dipasaran baik lokal maupun internasional, karena memiliki

keunggulan nilai gizi yang sangat tinggi serta memiliki nilai ekonomis yang

cukup tinggi menyebabkan pesatnya budidaya udang vaname di berbagai daerah

khususnya Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara.

Pemasaran merupakan hal yang paling penting dalam menjalankan sebuah usaha

perikanan karena pemasaran merupakan tindak ekonomi yang berpengaruh

terhadap tinggi rendahnya pendapatan dari usaha perikanan. Produksi yang baik

akan sia-sia karena harga pasar yang rendah sehingga tinggi produksi tidak mutlak

memberikan keuntungan yang tingggi tanpa pemasaran yang lebih baik dan

efisien pemasaran dapat diartikan sebagai segala kegiatan yang dilakukan oleh

berbagai perantara dengan berbagai macam cara menyampaikan hasil produksi

perikanan dari produsen ke konsumen akhir.

Produksi budidaya udang vaname berbeda-beda hal ini disebapkan

produksi yang dihasilkan oleh masing-masing pembudidaya berbeda. Perbedan

tersebut disebapkan oleh perbedaan jumlah pengunaan factor produksi utama dan

budidaya udang vaname adalah benur,pakan dan pupuk. Perbedaan factor

produksi tersebut juga menyebapkan perbedaan biaya produksi. Perbedaan biaya

dalam usaha budidaya udangvaname mnyebapkan pebedaan harga pokok

penjualan. Harga pokok penjualan mengambarkan besar biaya perkilogram udang

vaname.
4

Berdasarkan ulasan di atas, maka penulis perlu untuk melakukan kajian

penelitian terhadap harga pokok penjualan pada komoditi udang vaname

khususnya di Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka sesuai dengan judul

penelitian Analisis Harga Pokok Penjualan Udang Vaname di Kecamatan

Samaturu Kabupaten Kolaka.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil uraian di atas maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :

1. Seberapa besar total biaya yang dikeluarkan pada pembudidaya udang vaname

di Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka ?

2. Seberapa besar produksi yang diperoleh pelaku usaha budidaya udang vaname

di Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka ?

3. Seberapa besar harga pokok penjualan pada pembudidaya udang vaname di

Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka ?

C. Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengkaji besaran biaya produksi pada pembudidaya udang vaname di

Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka.

2. Mengkaji besaran produksi yang diperoleh pelaku usaha budidaya dari hasil

penjualan udang vaname di Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka.

3. Mengkaji besaran harga pokok penjualan pada pembudidaya udang vaname di

Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka.


5

1. Bagi Pemerintah Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka sebagai informasi

bagaimana dalam hal penentuan harga pokok penjualan dan struktur

pemasaran yang baik.

2. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

referensi dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.

3. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan

pengetahuan serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

.4. Bagi petani tambak, sebagai pertimbangan dalam mengembangkan suatu

usaha budidaya udang vaname.


6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)

Budidaya merupakansalah kegiatan alternatif dalam meningkatkan

produksi perikanan (hikmayani,dkk 2012; Karuppasamy, dkk, 2013). Syarat

terlaksananya kegiatan budidaya adalah adanya organisme yang dibudidayakan,

media hidup organisme, dan wadah atau tempat budidaya.

Udang Vaname merupakan salah satu jenis udang yang sering

dibudidayakan. Hal ini disebapkan udang tersebut memiliki prospek dan profit

yang menjanjikan (Babu, dkk.,2014). Kegiatan kultifasi vaname meliputi

kegiatan pembenihan dan pembesaran. Untuk menghasilkan komoditas vaname

yang unggul, maka proses pemeliharaan harus memperhatikan aspek internal

yang meliputi asal dan kualitas benih serta faktor eksternal mencangkup kualitas

air budaya, pemberian pakan, teknologi yang digunakan, serta pengendalian hama

dan penyakit (Haliman dan Adijaya, 2005).

Menurut Kordi (2012), pertumbuhan cukup cepat terlihat pada salinitas

antara 5-10 ppt, namun udang lebih sensitif terhadap penyakit. Pada salinitas air

tambak yang rendah ternyata udang rentang terhadap penyakit. Hal ini

dikarenakan sedikitnya jumlah ion klorida pada perairan tambak tersebut sehingga

tekanan osmotik tidak terkontrol. Teknologi budidaya dengan sistem plankton

dilakukan pada tambak dengan salinitas rendah, dimana pertumbuhan udang

menurun yang akhirnya menurunkan tingkat kehidupan udang. Hal ini


7

menunjukan bahwa pertumbuhan udang berbanding lurus dengan tingkat

kehidupannya.

Udang vaname membutuhkan makannan dengan kandungan protein

sekitar 35% lebih kecil jika dibandingkan dengan udang Asia seperti Panaeus

monodon dan Panaeus japonicas yang membutuhkan pakan dengan kandungan

protein hingga 45% sehingga akan berpengaruh terhadap harga pakan dan biaya

produksi. Masa pemeliharaan udang vaname relatif cepat yaitu 60-100 hari.

Udang vaname dapat dibudidayakan secara intensif dan tradisional (Rusmianti,

2017).

Udang vaname memiliki keunggulan yang tepat untuk kegiatan budidaya

udang dalam tambak antara lain: responsif terhadap pakan/napsu makan yang

tinggi, lebih tahan terhadap serangan penyakit dan kualitas lingkungan yang buruk

pertumbuhan lebih cepat, tingkat kelangsungan hidup tinggi, padat tebar cukup

tinggi dan waktu pemeliharaan yang relatif singkat yakni sekitar 60-100 hari per

siklus (Purnamasari, 2017).

Budidaya udang vaname dengan teknologi intensif mencapai padat tebar

yang tinggi sekitar 100-300 ekor/m2 (Nababan, 2015). Tambak intensif adalah

tambak yang dilengkapi dengan plastik mulsa yang menutupi semua bagian,

pompa air, kincir air, aerator, tingkat penebaran tinggi dan pakan 100% pelet.

Pakan merupakan sumber nutrisi yang terdiri dari protein, lemak, karbohidrat,

vitamin dan mineral yang dibutuhkan udang untuk pertumbuhan dan

perkembangan secara optimal sehingga produktivitasnya dapat ditingkatkan

(Panjaitan dkk., 2014).


8

Padat tebar berperang penting dalam kegiatan budidaya untuk menentukan

jumlah benur yang akan ditebar dan luas tambak yang akan digunakan. Perbedaan

kepadatan yang ditebar pada setiap petak tambak berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang vaname yang dihasilkan. Oleh

karena itu maka perlu dilakukan penelitian tentang pertumbuhan udang vaname

(Litopenaus vannemei) di tambak intensif (Purnamasari dkk., 2017).

Budidaya teknologi intensif udang vaname (Litopenaus vannamei),

dicirikan dengan padat penebaran benih tinggi, mempergunakan pakan tambahan

(pelet) sebagai pakan utama, dan sarana dan prasarana yang lengkap baik

kontruksi maupun manajemen budidaya. Kandungan protein pakan udang buatan

(pellet) cukup tinggi, yaitu sekitar 40% sehingga proses pembusukan

(perombakan) pellet akan menghasilkan senyawa nitrogen anorganik berupa

senyawa NH3- dan NH4+ yang merupakan salah satu senyawa toksik bagi udang

(Boyd, 1990).

2. Morfologi Udang Vaname

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu jenis udang

induksi yang akhir-akhir ini banyak diminati. Banyaknya petambak berminat

untuk membudidayakan udang vaname karena udang vaname memiliki

keunggulan seperti tahan penyakit, pertumbuhan cepat, masa pemeliharaan 60-

100 hari (Jurnal Kelautan dan Perikanan, 2012).


9

Menurut Haliman dan Adijaya (2005) klasifikasi udang vaname sebagai

berikut:

Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Filum : Anthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Crustacea
Subkelas : Eumalacostraca
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachiata
Infraordo : Penaeidea
Superfamili : Penaeioidea
Famili : Panaeidea
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei

Menurut Haliman dan Adijaya (2005) udang vaname memiliki tubuh

berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit luar atau eksoskeleton secara periodik

(moulting). Bagian tubuh digunakan untuk makan, bergerak, membenamkan diri

ke dalam lumpur, menopang insang, dan organ sensor.

Morfologi udang vaname terbagi beberapa bagian salah satunya yaitu

bagian atas kepala udang vaname yang terdiri atas antenula, antena, madibula dan

2 pasang maxillae. Kepala udang vaname juga dilengkapi dengan 3 pasang

maxillied dan 5 pasang kaki berjalan (peripoda) atau kaki sepuluh (decapoda).

Abdomen terdiri dari 6 ruas. Bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki renang dan

sepasang uropods (mirip ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson.

Sifat-sifat penting udang vaname adalah aktif pada kondisi gelap (nokturnal),

dapat hidup kisaran salinitas lebar, suka memangsa sesama jenis, tipe pemakan

lambat, tetapi terus menerus, menyukai hidup didasar tambak, mencari makan
10

lewat organ sensor (Haliman dan Adijaya, 2005). Morfologi tubuh udang vaname

dapat ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Morfologi Udang Vaname (Haliman dan Adijaya, 2005)

3. Habitat dan Siklus Hidup Udang Vaname

Pada umumnya, udang bersifat batik dan hidup pada permukaan dasar laut.

Adapun habitat yang disukai oleh udang adalah dasar laut yang lumer (soft) yang

biasanya campuran lumpur dan pasir. Lebih lanjut dijelaskan bahwa induk udang

vaname di temukan di perairan lepas pantai dengan kedalaman berkisar antara 70-

72 m. Sifat hidup dari udang vaname adalah catadromous atau hidup di dua

lingkungan, dimana udang dewasa akan memijah di laut terbuka. Larva dan

yuwana udang vaname setelah menetas akan bermigrasi kedaerah pesisir pantai

atau daerah mangrove yang bisa disebut daerah nursery ground dan setelah

dewasa akan bermigrasi kembali ke laut untuk melakukan kegiatan pemijahan

seperti pematangan gonad (maturasi) dan perkawinan (Elovaara, 2001).


11

Stadia zoea terjadi pada usia 15- 24 jam atau ukuran 1,05-3,30 mm. Pada

stadia ini udang mengalami tiga kali moulting. Stadia mysis merupakan stadia

benur yang sudah menyerupai udang dengan ciri-ciri munculnya ekor yang seperti

kipas (europada) dan ekor (telson) dewasa (Haliman dan Adijaya, 2005).

Sifat biologis udang vaname, yaitu aktif pada kondisi gelap (nocturnal)

dan dapat hidup pada kisaran sanilitas yang luas (euryhaline) yaitu 2-40 ppt.

Udang vaname akan mati jika terpapar suhu dibawah 15°C atau di atas 33°C

selama 24 jam. Udang vaname bersifat kanibal, mencari makan melalui organ

sensor, dan tipe pemakan lambat (Wyban dan Sweenty, 2000).

4. Budidaya Udang Vaname di Lahan Tambak

Budidaya udang vaname dapat dilakukan secara intensif di air payau

dengan tahap persiapan tambak, penebaran benih, pemeliharaan dan pencegahan

penyakit. Tahap pencegahan penyakit udang merupakan tahap yang butuh

perhatian khusus karena serangan penyakit dapat menyebabkan penurunan

produksi udang yang dapat menimbulkan kerugian besar secara ekonomi.

Beberapa jenis penyakit udang yaitu penyakit bercak putih viral, Infectious

Hematopoietic and Hypodermal Necrotic Virus (IHHNV) yang menyebabkan

udang tumbuh kerdil, Infeksi Monodon Baculo Virus (MBV) yang menyebabkan

udang mati pada umur satu bulan, penyakit bakterial yang menyebabkan udang

rusak diluarnya dan penyakit parasiter menyebabkan udang kotor (Amri dan

Iskandar, 2008).

Morfologi udang vaname terbagi beberapa bagian salah satunya yaitu

bagian atas kepala udang vaname yang terdiri atas antenula, antena, madibula dan
12

2 pasang maxillae. Kepala udang vaname juga dilengkapi dengan 3 pasang

maxillied dan 5 pasang kaki berjalan (peripoda) atau kaki sepuluh (decapoda).

Abdomen terdiri dari 6 ruas. Bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki renang dan

sepasang uropods (mirip ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson.

Sifat-sifat penting udang vaname adalah aktif pada kondisi gelap (nokturnal),

dapat hidup kisaran salinitas lebar, suka memangsa sesama jenis, tipe pemakan

lambat, tetapi terus menerus, menyukai hidup didasar tambak, mencari makan

lewat organ sensor (Haliman dan Adijaya, 2005).

Menurut Erlangga (2012), mengemukakan beberapa kelebihan udang

vaname dibandingkan dengan jenis udang lain adalah kelangsungan hidup yang

lebih baik, produktivitas yang lebih tinggi, dapat dilakukan penebaran yang lebih

tinggi yaitu 100 ekor/m. Lebih tahan terhadap penyakit, memiliki pertumbuhan

yang cepat, lebih responsif terhadap pemberikan pakan dan kualitas proteinnya

sekitar 25-30%, memiliki napsu makan yang tinggi, toleransi terhadap salinitas

yang cukup luas yaitu 4-40ppt dan lebih efisien dalam penggunaan pakan.

Hal yang dibutuhkan pada budidaya tambak udang vaname meliputi

kegiatan persiapan tambak, penebaran benur, manajemen pakan dan kualitas air,

pengendalian hama dan penyakit, pemanenan, dan pemasaran (Ghufron dkk.,

2017).

5. Faktor Produksi

Faktor produksi adalah benda-benda yang disediakan alam atau diciptakan

oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Faktor-

faktor produksi ada kalanya dinyatakan dengan istilah lain, yaitu sumber-sumber
13

daya. Faktor-faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian akan menentukan

sampai dimana suatu negara dapat menghasilkan barang dan jasa, seperti tanah,

tenaga kerja, modal, bibit, pupuk dan keahlian (Sukirno dalam Muin, 2017).

Dalam usaha budidaya tambak udang vaname membutuhkan faktor -faktor

input untuk berproduksi. Input produksi sering disebut sebagai faktor produksi,

yakni berupa benur, pakan, bahan bakar dan lama pemeliharaan udang vaname.

Benur merupakan bibit udang yang akan dibudidayakan. Pakan udang yang

digunakan dalam membudidayakan udang vaname adalah pakan pelet dan pakan

alami seperti siput. Bahan bakar digunakan untuk mesin berupa solar (Kristina,

2014).

Resiko produksi yang terjadi dapat diakibatkan karena serangan hama dan

penyakit baik secara mendadak dan bersifat meluas. Sehingga dapat

mengakibatkan penurunan hasil hingga 65% bahkan dapat menyebabkan gagal

panen (Cahyono, 2014).

Penurunan produksi dan harga udang yang tidak diimbangi dengan

penurunan faktor produksi dapat menyebabkan petani udang vaname mengalami

kerugian. Selain itu, udang merupakan mahkluk hidup yang dapat terserang

penyakit dan gangguan alam lainnya. Seperti yang dialami oleh petani tambak

udang vaname di Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten Tulang Bawang yaitu

udang tiba-tiba mati, mengambang dipermukaan air dan ketika ditelusuri di dasar

tambak juga ternyata banyak udang yang mati tenggelam. Harga faktor produksi

yang tinggi dan harga jual udang vaname yang rendah serta kemungkinan udang

terserang penyakit atau gangguan alam merupakan resiko dalam budidaya udang
14

akan berpengaruh terhadap pendapatan petani dalam budidaya udang vaname

(Renanda, 2018).

6. Biaya

Menurut Mulyadi (2012), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang

diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk

tujuan tertentu. Biaya produksi mempunyai peranan yang amat penting dalam

penggambilan keputusan tentang kegiatan usaha tani.

Biaya yang dikeluarkan dalam usaha budidaya tambak udang ini ada dua

jenis yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah

totalnya tetap dalam volume kegiatan tertentu dan waktu tertentu, sedangkan

biaya variabel adalah biaya yang dalam biaya totalnya akan berubah

sebanding/proposional dengan perubahan volume kegiatan produksi (Mulyadi,

2007).

Menurut Sabijono (2014), menyatakan biaya (cost) adalah kas atau

setara kas yang dikorbankan (dibayarkan) untuk barang atau jasa yang diharapkan

memberikan manfaat (pendapatan) pada saat ini atau di masa depan bagi

perusahaan. Selain itu, Sabijono (2014), menyatakan biaya atau cost adalah kas

atau ekuivalen yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang

diharapkan akan memberikan manfaat bagi perusahaan saat sekarang atau untuk

periode mendatang. Menurut Sukirno (2008), biaya produksi dapat didefinisikan

sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh

faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk

barang-barang yang akan diproduksikan perusahaan tersebut. Biaya tetap


15

jumlahnya tidak terpengaruh oleh perubahan satuan kegiatan, biaya tetap ini

misalnya, penyusutan alat, bangunan, sewa atau pajak tanah dan sebagainya.

Sedangkan, biaya variabel (variable cost) yaitu biaya yang dipakai untuk

memperoleh input variabel dan sifatnya berubah sesuai dengan besarnya produksi.

Biaya variabel ini jumlahnya berubah-ubah dan perubahannya proporsional

dengan satuan kegiatan. Golongan biaya variabel ini antara lain biaya untuk

membeli sarana produksi seperti bibit, tenaga kerja dan sebagainya.

Kristina (2014) menyatakan bahwa biaya produksi terdiri atas biaya tetap

(fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap merupakan total rupiah

yang harus dikeluarkan perusahaan walaupun tidak berproduksi, biaya tetap tidak

dipengaruhi oleh setiap perubahan kualitas output.

Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang bervariasi sesuai dengan

perubahan tingkat ouput termasuk biaya bahan baku, gaji dana, bahan bakar

termasuk pula semua biaya tidak tetap. Dengan demikian secara konsep, maka

pengertian biaya sebagai berikut:

1. Biaya (cost) tidak sama dengan pengeluaran (expanse)

2. Biaya (cost) harus menggambarkan kegiatan

3. Biaya (cost) harus relevan dengan kegiatan yang dilakukan

Menurut Daljono (2004), biaya adalah suatu pengorbanan sumber

ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk mendapatkan barang atau jasa

yang diharapkan akan memberikan keuntungan atau manfaat pada saat ini atau

masa yang akan datang. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa biaya

merupakan suatau pengobana suberdaya ekonomi untuk mencapai tujuan tertentu


16

yang bermanfaat pada saat ini atau masa yang akan datang. Biaya-biaya dari suatu

pengorbanan dibentuk oleh nilai dari banyaknya kapasitas produksi yang

diperlukan untuk memproduksi barang-barang.

Biaya usaha atau produksi dapat diklasifikasi ke dalam biaya tetap (Fixed

Cost/FC), biaya variabel (Variable Cost/VC), dan biaya total (Total Cost/TC).

Fixed cost adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk faktor-faktor produksi

yang bersifat tetap, misalnya tanah, tambak, dan mesin untuk keperluan usahanya.

Jenis biaya ini tidak berubah walaupun jumlah barang atau jasa yang dihasilkan

berubah-ubah. Berbeda dengan variable cost, besarnya biaya variabel yang

dikeluarkan untuk kegiatan produksi berubah-ubah sesuai dengan perubahan

jumlah barang atau jasa yang dihasilkan. Total cost adalah keseluruhan biaya yang

dikeluarkan untuk kegiatan proses produksi. Total cost adalah hasil penjumlahan

fixed cost dengan variable cost (Siang dan A, 2015).

Total biaya menurut Ibrahim (2003), dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai barikut:

TC = TFC + TVC .................................................................................... (1)

Dimana:

TC = Total biaya
TFC = Total biaya tetap
TVC = Total biaya variabel
17

7. produksi

Menurut setiadi 2008, produksi adalah suatu kegiatan untuk menciptakan

guna baik guna waktu, bentuk maupun tempat dalam rangka memenuhi kebutuhan

hidup manusia. Produksi tersebut dapat berupa barang maupun jasa. Produksi

diartikan juga sebagai suatu kegiatan mengumbah input menjadi ouput.

Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan

memanfaatkan. Beberapa masukan atau input. Kegiatan produksi bertujuan untuk

menambah keguanaan suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila

memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi

produksi adalah kegiatan perusahaan dengan mengkobinasikan berbagai input

untuk menghasilkan ouput dengan biaya yang minimum (Joesran dan Farthorrozi,

2003).

Produksi adalah suatu proses pembuatan barang atau jasa berupa bahan

baku yang memiliki nilai guna yang kecil, menjadi bentuk yang memiliki nilai

guna yang besar dan dapat digunakan untk suatu tujuan yang telah ditargetkan

. Teori produksi merupakan suatu teori yang mengatur dan menjelaskan

suatu proses produksi yang berhubungan dengan faktor perekonomian. Produksi

juga berarti segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan suatu

barang dan jasa. Untuk kebutuhan tersebut dibbutuhkan factor-faktor produksi

yang dalam ilmu ekonomi berupa tanah, modal, dan tenaga kerja (Agus dan

Ahyani, 1997).

Produksi adalah suatu kegiatan untuk menciptakan atau menhasilkan atau

menambah guna terhadap suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan oleh
18

orang atau badan (produsen). Produksi merupakan hal yang paling penting dalam

suatu usaha (Gunawan, 2018). Secara umum produksi merupakan kegiatan yang

diukur sebagai tingkat ouput per periode atau waktu. Dalam proses produksi yang

digunakan dan produksi yang dihasilkan. Gasperz (2005) menyatakan ada dua hal

yang menjadi pertimbangan dalam suatu alternative usaha, yaitu aspek teknik dan

aspek ekonomi. Aspek teknik yang utama adalah proses produksi.produksi

merupakan kegiatanb yang diukur sebagai tingkat output per unit periode dan

waktu.

Menurut effendi dan oktariza (2006) proses produksi perikanan tangkap

mencangkup kegiatan penyiapan kapal dan alat tangkap, opersional penagkapan di

daerah penangkapan ikan (fishing groud),penangkapan ikan hasil tangkapan

hingga pendaratan ikan di pelabuhan perikanan seperti tempat pendaratan ikan.

Secara umum hasil tangapan bagan apung adalah jenis ikan pelagis kecil

yang berfifat fototaksis positif, sepertiikan teri, ikan japuh, ikan peperek,ikan selar

ekor kuning, kerang-kerang, cumi-cumi, dan ikan layur (subani, 1989). Menurut

monintja dan effendi (2002),

8. Harga Pokok Penjualan

Harga pokok produksi menurut Mulyadi (2012), adalah cara

memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam kos produksi. Harga pokok

produksi menurut Hansen dan Monwe (2006), adalah harga pokok produksi

mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama periode berjalan.

Dalam pembuatan produk, biaya digolongkan menjadi dua kelompok biaya :

biaya produksi dan biaya nonproduksi. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang
19

dikeluarkan dengan pengolahan baha baku menjadi produk jadi, seperti bahan

baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, sedangkan biaya

nonproduksi, seperti biaya pemasaran dan administrasi dan umum.

Perhitungan harga pokok produksi terdapat 2 (dua) pendekatan untuk

menentukan unsur-unsur biaya produksi. Pendekatan tersebut adalah metode full

costing dan metode variable coasting. Metode full costing adalah penentuan biaya

produksi yang memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam produksi, yang

terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya

overhead pabrik baik bersifat variabel maupun tetap. Sedangkan metode variable

coasting adalah penentuan biaya produksi yang hanya memperhitungkan biaya

produksi yang berlaku variabel kedalam biaya produksi, yang terdiri dari biaya

bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

variabel. Menganalisis efisiensi perlu dilakukan dengan menghitung harga pokok

penjualan (HPP) yang merupakan hasil pembagian antara biaya pengeluaran

dengan jumlah barang yang dihasilkan atau quantiti dari suatu komoditas (La Ola,

2011). Rumus yang digunakan untuk mengetahui Harga Pokok Penjualan (HPP)

adalah sebagai berikut: (La Ola, 2017)

HPP = TC ..................................................................................................(3)
Q
Dimana :

HPP = Harga Pokok Penjualan (Rp/Kg)


TC = Total Cost atau Total Biaya (Rp)
Q = Quantity atau Jumlah Komoditi (Unit)
20

B. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utomo dkk. (2012) yang

meneliti tentang Analisis Usaha Budidaya Udang Vaname (Litopenaues

vannamei) di Desa Gedangan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui biaya, penerimaan,

pendapatan, keuntungan, kelayakan usaha dan sistem pemasaran udang vaname.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hasil analisis usaha dalam satu kali

periode produksi telah menguntungkan. Total pengeluaran sebesar Rp8.910.476,

total penerimaan sebesar Rp11.901.065. Nilai R/C ratio sebesar 1,3%

menunjukan bahwa usaha tersebut layak dikembangkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sa’adah (2010), dengan judul Analisis

Usaha Budidaya Udang Vanamei (Lithopeneus vannamei) dan Ikan Bandeng

(Chanos chanos) di Desa Sidokumpul Kecamatan Lamongan Kabupaten

Lamongan Jawa Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

kelayakan usaha budidaya udang vaname dan ikan bandeng dan menguntungkan

untuk diusahakan. Penelitian ini menggunakan studi kasus. Data yang langsung

dari sumbernya dengan cara observasi 1 partisipasi aktif dan wawancara dan data

sekunder ialah data yang diperoleh tak langsung misalnya buku literatur,

monografi desa dan lain-lain. Analisa yang digunakan adalah Imbang Penerimaan

atau R/C Ratio, Analisa Titik Impas dan Rentabilitas. Sampel yang diambil 15

orang petani tambak. Ternyata disimpulkan bahwa usaha budidaya udang vaname

dan ikan bandeng layak dan menguntungkan untuk diusahakan dengan hasil
21

sebagai berikut : R/C Ratio = 1,7, Rentabilitas rata-rata 69,96%, dan BEP (Analisa

Titik Impas) = 2,868427.

Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyoningtyas (2017), Pengaruh Alokasi

Dana Desa dan Pendapatan Asli Desa Terhadap Belanja Desa di Kecamatan

Baron. Dalam penelitian ini penulis mengemukakan bahwa pendapatan asli desa

memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap belanja desa, serta

pendapatan asli desa dan alokasi dana desa secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap belanja desa pada Kecamatan Baron periode 2014-2016. Hal

tersebut dibuktikan dari nilai Fhitung sebesar 52,470 dengan signifikansi sebesar

0,000. Terlihat bahwa nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05.

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam

menguraikan secara sistematis pokok permasalahan dalam penelitian. Kerangka

pikir dalam penelitian ini yaitu Analisis Penentuan Harga Pokok Penjualan dan

Margin Komoditi Udang Vaname di Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka.

Menghasilkan 3 faktor yaitu, 1) cost plus pricing penjual atau produsen

menetapkan harga untuk satu unit barang yang besarnya sama dengan jumlah

biaya per unit, ditambah dengan suatu jumlah laba yang diinginkan, 2) Mark up

pricing adalah jumlah kenaikan harga atas biaya unit total dan 3) Penentuan harga

oleh produsen adalah harga yang ditetapkan oleh perusahaan awal dari rangkaian

harga yang ditetapkan oleh perusahaan lain dalam saluran ditribusi.


22

Kerangka pikir dalam Analisis Penentuan Harga Pokok Penjualan dan

Margin Pemasaran Udang Vaname di Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka,

dapat dilihat pada

Gambar 2.

Analisis Penentuan Harga Pokok Penjualan dan Margin


Pemasaran Udang Vaname di Kecamatan Samaturu
Kabupaten Kolaka

Proses
Faktor Produksi Produksi Produksi

Barang Modal Modal Kerja

Biaya Tetap Biaya Variabel


1. Pintu Air 1. Benur
2. Mesin 14 Pk 2. Pakan
3. Kazebo 3. Kapur
4. Mesin Alkon 4. Perangsang
5. Pipa 10 & 8 inci 5. Pestisida
6. Pupuk

Total Biaya (TC)

HPP

Gambar 2. Skema Kerangka Pikir Penelitian


23

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan September sampai Oktober 2020,

bertempat di Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara

(Lampiran 1). Lokasi penelitian ini ditentukan secara purposive atau penunjukan

langsung dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Samaturu merupakan daerah

dimana terdapat nelayan budidaya dan pengumpul udang vaname.

B. Teknik Penarikan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Rianse dan Abdi, 2009).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pembudidaya udang dan pengumpul

yang berada di Kecamatan Samaturu Kabupten Kolaka yang berjumlah 32

nelayan tambak dan 1 pengumpul.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Bila populasi besar, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang

diambil dari populasi itu, untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-

betul representative. Dalam penelitian ini teknik penarikan sampel yang

digunakan yaitu sampling jenuh, dimana menurut Sugiyono (2012), adalah teknik

penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Maka

dari itu, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sama dengan populasi

nelayan yang menggunakan tambak udang vaname yang berjumlah 32 responden

dan 1 pengumpul.
24

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Wawancara, yaitu mengumpulkan data primer dengan cara mengadakan

wawancara langsung pembudidaya udang vaname dan pengumpul udang

vaname dengan menggunakan daftar pertanyaan berupa kuesioner yang telah

disediakan.

2. Dokumentasi, yaitu mendokumentasikan kegiatan penelitian di lapangan

3. Observasi, yaitu melihat langsung kegiatan pembudidaya udang vaname di

tambak.

4. Studi literatur, yaitu memanfaatkan berbagai texsbook, laporan, buku-buku

dan jurnal penunjang yang relevan.

5. Pencatatan, yaitu mencatat data yang telah ada pada pembudidaya serta

literatur-literatur.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.

1. Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari responden,

diperoleh melalui wawancara langsung ke lapang dengan daftar pertanyaan

berupa kuesioner yang sudah dipersiapkan dan observasi terhadap seluruh

kegiatan yang relevan dengan penelitian, serta pencatatan yaitu tentang

harga faktor produksi udang vaname, jumlah produksi, biaya produksi, dan

harga jual udang vaname.

2. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti

secara tidak langsung (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain, instansi lain yang
25

saling berkaitan seperti, perpustakaan, hasil penelitian, jumlah pengumpul,

potensi lahan tambak, produksi udang vaname di Kecamatan Samaturu

Kabupaten Kolaka. Data ini adalah data penunjang yang berkaitan dengan

penelitian yang diperoleh dari berbagai sumber.

D. Konsep Operasional

1. Pembudidaya adalah masyarakat yang melakukan kegiatan budidaya udang

vaname di Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara.

2. Budidaya adalah kegiatan pemeliharaan udang vaname berupa pembesaran

secara produktif.

3. Modal adalah sejumlah uang yang digunakan dalam menjalankan kegiatan

usaha tambak budidaya udang vaname.

4. Pakan adalah makanan yang diberikan kepada udang vaname (Kg).

5. Benur adalah bibit udang vaname yang ditebar pada tambak (ekor/ Ha).

6. Pupuk adalah bahan penyumbuburkan perairan tambak dan penyedia bahan

makanan alami tambak.

7. Solar adalah bahan bakar yang digunakan untuk menyalakan pompa air.

8. Faktor produksi adalah satuan alat dan bahan yang digunakan dalam budidaya

udang vaname.

9. Produksi adalah jumlah udang vaname yang dipanen pembudidaya udang

vaname dalam satu siklus produksi (kg/siklus).

10. Harga adalah nilai jual udang vaname (Rp/Kg).

11. Biaya tetap adalah penyusutan peralatan-peralatan yang digunakan lebih dari

satu kali produksi (Rp/Siklus).


26

12. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan pembudidaya dalam 1 kali

produksi (Rp/Siklus).

13. Total biaya adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh pembudidaya udang

vaname dalam 1 kali produksi (Rp/Siklus).

14. HPP adalah modal udang vaname dalam 1 Kg (Rp/Kg).

E. Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam menjawab tujuan pertama adalah:

1. Total biaya

Total biaya menurut La Ola (2014), dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

TC = TFC + TVC ............................................................................... (6)

Dimana:

TC = Total biaya (Rp)


TFC = Total biaya tetap (Rp)
TVC = Total biaya variabel (Rp)
2. Prodksi

Penerimaan total (TR) menurut Soeharno (2006), dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

TR = P.Q............................................................................................. (7)

Dimana:

TR = Penerimaan (Rp)
Q = Jumlah udang vaname yang dihasilkan (Kg)
P = Harga udang vaname (Rp)
3. Harga Pokok Penjualan

Harga Pokok Penjualan menurut La Ola (2019), dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:


27

HPP = TC……………………………………………………………(8)
Q
Dimana:

HPP = Harga Pokok Penjualan (Rp/Kg)


TC = Total Cost/Total Biaya (Rp)
Q = Quantity atau Jumlah Komoditi (Unit)

Kriteria : jika lebih rendah nilai HPP maka usaha tersebut semakin efisien
28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Umum Lokasi

Kecamatan Samaturu mempunyai luas wilayah 142,55 km2. Secara

administrasi Kecamatan Samaturu pada Tahun 2018 terdiri atas 19 wilayah

kelurahan/desa. Batas-batas wilayah Kabupaten Kolaka dengan wilayah di

sekitarnya adalah sebagai berikut

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Wolo

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Latambaga

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kolaka Timur

 Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan di Teluk

Bone.

1.1 Keadaan Iklim

Iklim suatu daerah dapat mempengaruhi pengembangan suatu usaha

perikanan terutama untuk mengembangkan usaha budidaya udang vaname. Iklim

dapat mempengaruhi kualitas perairan terutama suhu dan salinitas yang secara

langsung akan mempengaruhi pertumbuhan udang vaname. Oleh karena itu, iklim

sangat mempengaruhi produksi udang vaname.

Kecamatan Samaturu seperti halnya dengan daerah lain yang ada di

Indonesia hanya memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.

Umumnya musim hujan terjadi antara Bulan Mei dan Oktober dimana angin

Timur yang bertiup dari Australia tidak banyak mengandung uap air sehingga

mengakibatkan musim kemarau. Sedangkan musim hujan terjadi antara Bulan


29

November dan Maret, dimana angin Barat yang bertiup dari Benua Asia dan

Samudra Pasifik banyak mengandung uap air sehingga terjadi musim hujan.

Khusus pada Bulan April arah angin tidak menentu, demikian pula curah hujan

sehingga pada bulan ini dikenal sebagai musim pancaroba.

1.2 Keadaan Penduduk

Penduduk adalah orang yang berdasarkan hukum memiliki hak penuh

untuk tinggal atau menepati suatu daerah atau wilayah pada waktu tertentu yang

dapat menjadi gambaran potensi penduduk dalam menjalankan suatu usaha yang

berhubungan dengan kehidupannya. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan

penduduk Kecamatan Samaturu berdasarkan kelompok jenis kelamin dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Penduduk di Kecamatan Samaturu Berdasarkan Jenis Kelamin


No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Laki-Laki 13.187 51,0
2 Perempuan 12.695 49,0
Jumlah 25.882 100
Sumber : BPS, 2018

Berdasarkan Tabel 1, jumlah penduduk Kecamatan Samaturu berdasarkan

jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 13.187 jiwa dengan tingkat persentase

sebesar 51,0% dan untuk perempuan sebanyak 12.695 jiwa dengan tingkat

persentase sebesar 49,0% sehingga jumlah jiwa penduduk Kecamatan Samaturu

sebanyak 225.882 jiwa dengan tingkat persentase sebesar 100%.

2. Karakteristik Responden

2.1 Umur

Umur akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam mengasa pola

pikir untuk menunjang keberhasilan suatu usaha yang dijalankan. Petani tambak
30

yang memiliki usia muda akan lebih memiliki kemampuan baik dalam bekerja

sedangkan petani tambak yang memiliki usianya sudah cukup tua, pada umumnya

akan lebih berhati-hati dalam bekerja.

Pengelompokan umur berdasarkan kelompok produktif dan non produktif

muda berkisar 0-14 tahun, umur produktif berkisar antara 15-54 tahun dan umur

diatas 55 tahun termaksud kategori umur non produktif tua (Sugiyono, 2014).

Dari peryataan tersebut maka umur petani tambak di Kecamatan Samaturu di

kelompokan pada umur 0-14 tahun (non produktif muda), umur 15-54 tahun

(produktif) dan > 55 tahun (non produktif tua). Kategori umur petani tambak

budidaya udang vaname pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kelompok Umur Petani Tambak Usaha Budidaya Udang Vaname di


Kecamatan Samaturu
No Kelompok Umur Jumlah Petani Tambak Persentase
(Tahun) (Jiwa) (%)
1 15-54 31 93,9
2 >55 2 6,1
Jumlah 33 100
Sumber : Data primer setelah diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 2, menunjukan bahwa umur yang dimiliki oleh petani

tambak usaha budidaya udang vaname yang paling banyak berumur 15-54 tahun

berjumlah 31 jiwa dengan persentase sebesar 93,9%. Umur petani tambak usaha

budidaya udang vaname yang sedikit berumur diatas 55 tahun sebanyak 2 jiwa

dengan persentase sebesar 6,1%.

2.2 Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran pengetahuan, kemampuan

serta keterampilan yang dilihat dari kebiasaan setiap orang. Dalam penerapan

teknologi baru, faktor pendidikan sangat berpengaruh dalam menentukan tingkat


31

pengolahan usaha. Dengan adanya pendidikan, maka tingkat keterampilan dan

pengetahuan dapat meningkat kearah yang lebih baik. Menurut Djojohadikusumo

(1994), yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan prasyarat untuk

meningkatkan martabat manusia. Melalui pendidikan masyarakat akan

mendapatkan kesempatan untuk membina kemampuannya dan mengatur

kehidupan secara wajar.

Pendidikan merupakan salah satu syarat untuk mencapai kehidupan yang

lebih baik dan salah satu faktor yang menentukan pola pikir dan tindakan

seseorang. Dalam penerapan teknologi baru, faktor pendidikan sangat

berpengaruh dalam meningkatkan tingkat pengolahan usaha. Dengan adanya

pendidikan, maka tingkat keterampilan dan pengetahuan dapat meningkatkan

kearah yang lebih baik.

Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat

pendidikan formal yang dilalui oleh nelayan budidaya udang vaname yang

dikelompokan dalam tingkat pendididkan Sekolah Dasar (SD), tingkat

pendididkan Sekolah Menengah Pertama (SMP), tingkat pendidikan Sekolah

Menengah Atas (SMA) dan tingkat pendididkan Strata Satu (S1) apabila

seseorang memiliki pendidikan yang memadai, maka seseorang tersebut lebih

mudah berpikir dan bertindak secara rasional dalam mengambil keputusan dengan

mempertimbangan berbagai aspek yang akan terjadi.

Petani tambak usaha budidaya udang vaname yang memiliki pendidikan

yang lebih tinggi, biasanya lebih terbuka terhadap informasi baru sehingga

mereka lebih berani dalam mengambil suatu keputusan tentang melakukan usaha
32

budidaya udang vaname. Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini

yaitu pendidikan formal yang diperoleh dibangku sekolah seperti SD, SMP, SMA,

dan Perguruan Tinggi. Kategori tingkat pendidikan formal petani tambak udang

vaname dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenjang Pendidikan Petani Tambak Usaha Budidaya Udang Vaname di


Kecamatan Samaturu
Jumlah Petani Persentase
No Tingkat Pendidikan
Tambak (Jiwa) (%)
1 SD 10 30
2 SMP 10 30
3 SMA 12 37
4 S1 1 3
Jumlah 33 100
Sumber : Data primer setelah diolah, 2020

Tingkat pendidikan petani pembudidaya udang vaname tertinggi adalah

pembudidaya yang memiliki tingkat pendidikan Strata 1 (S1), dan tingkat

pendidikan pembudidaya terendah adalah pembudidaya yang memiliki tingkat

pendidikan Sekolah Dasar (SD).

2.2 Pengalaman Usaha

Pengalaman merupakan suatu pembelajaran dan pertambahan

perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non

formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada

suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Pengalaman usaha seseorang

menujukkan jenis-jenis usaha yang pernah dilakukan seseorang dan memberikan

peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan usaha yang lebih baik.

Menurut Soeharjo dan Patong mengatakan bahwa dalam mengkategorikan

pengalaman ada tiga golongan atau kriteria pengalaman dalam berusaha, yaitu
33

kurang berpengalaman dibawah 5 tahun, cukup berpengalaman 5 tahun s/d 10

tahun dan berpengalaman diatas 10 tahun. Menurut Sugiyono (2014), menyatakan

bahwa dalam mengkategorikan pengalaman ada tiga golongan atau kriteria

pengalaman dalam berusaha yaitu kurang berpengalaman (<5 tahun), cukup

berpengalaman (5-10 tahun) dan berpengalaman (>10 tahun). Berdasarkan

peryataan tersebut maka tingkat pengalaman petani tambak pada penelitian ini

dikategorikan seperti terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengalaman Petani Tambak Usaha Budidaya Udang Vaname Kecamatan


Samaturu
Pengalaman Usaha Jumlah Persentase
No
(Tahun) Petani Tambak (Jiwa) (%)
1 <5 4 12,1
2 5-10 24 72,7
3 10 5 15,2
Jumlah 33 100
Sumber : Data primer setelah diolah, 2020

Pengalaman usaha pembudidaya udang vaname paling lama adalah 5-10

tahun. Dengan lamanya pengalaman usaha pembudidaya maka semakin banyak

juga pengalaman usaha yang dimiliki oleh pembudidaya dalam proses budidaya

udang vaname.

2.4 Jumlah Tanggungan Keluarga

Anggota keluarga merupakan jumlah orang yang tinggal dan hidup

bersama didalam satu rumah atau yang tidak tinggal serumah namun masih berada

dalam satu lingkup keluarga petani tambak secara langsung yang menjadi

tanggungan kepala keluarga serta akan menentukan besar kecilnya kebutuhan

yang dikeluarkan oleh kepala keluarga. Jumlah tanggungan keluarga petani

tambak usaha budidaya udang vaname dapat dikelompokkan menjadi dua kategori
34

yaitu, kategori dalam tanggungan kecil dan kategori dalam tanggungan besar.

Kategori yang masuk dalam tanggungan kecil adalah keluarga yang memiliki

jumlah tanggungan sebanyak <5 jiwa sedangkan kategori yang masuk dalam

tanggungan besar adalah keluarga yang memiliki jumlah tanggungan >5 jiwa. Hal

ini sesuai dengan pendapat Sitorus (2009), yang mengkategorikan bahwa jumlah

tanggungan keluarga apabila dibawah 5 jiwa disebut sebagai keluarga kecil,

sedangkan jumlah anggota keluarga diatas 5 jiwa dikategorikan keluarga besar.

Lebih jelasnya mengenai jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan

petani tambak dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Tambak Usaha Budidaya Udang


Vaname di Kecamatan Samaturu
Jumlah Tanggungan Jumlah Petani Persentase
No
(Jiwa) Tambak (Jiwa) (%)
1 <5 27 81,8
2 >5 6 18,2
Jumlah 33 100
Sumber : Data primer setelah diolah, 2020

Jumlah tanggungan keluarga pembudidaya udang vaname tertinggi adalah

sebanyak < 5 jiwa, dan jumlah tanggungan keluarga pembudidaya udang vaname

terendah adalah sebanyak > 5 jiwa.

.
35

3. Karakteristik Usaha Budidaya Tambak Udang Vaname

3.1. Luas Tambak

Luas tambak merupakan area/tempat yang digunakan untuk melakukan

usaha budidaya yang diukur dalam satuan hektar. Tambak merupakan salah satu

tempat habitat yang dipergunakan sebagai kegiatan budidaya air payau yang

berlokasi di daerah pesisir. Secara umum tambak biasanya dikaitkan dengan

pemeliharaan udang vaname, walaupun sebenarnya masih banyak spesies atau

organisme yang dapat dibudidayakan di tambak misalnya ikan bandeng, udang

windu dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan peryataan Puspita dkk. (2005) yang

menyatakan bahwa tambak adalah kolam yang dibangun didaerah pasang surut

dan digunakan sebagai tempat untuk membudidayakan udang, ikan dan lain-

lainnya. Lebih jelasnya mengenai luas tambak dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Karakteristik Usaha Budidaya Tambak Udang Vaname di Kecamatan


Samaturu Berdasarkan Luas Lahan
No Uraian Luas Tambak (Ha)
1 Terluas 3
2 Terkecil 0,3
Rata-Rata 1,14
Sumber : Data primer setelah diolah, 2020

Berdasarkan Tabel 6, menunjukkan bahwa petani tambak udang vaname

yang memiliki lahan terluas sebesar 3 Ha. Petani tambak yang memiliki luas lahan

terkecil sebesar 0,3 Ha, dan rata-rata luas lahan petani tambak yang berada di

Kecamatan Samaturu sebesar 1,14 Ha. Luas lahan yang dimiliki oleh petani

tambak budidaya udang vaname sangat menentukan jumlah benur yang ditebar

sehingga akan mempengaruhi jumlah hasil produksi udang vaname.


36

4.2 Benur

Benur adalah bibit udang vaname yang akan dibudidayakan dalam satu

wadah atau tambak, banyaknya benur yang ditebar dapat dihitung dalam satuan

(ekor). Jumlah benur yang ditebar di Kecamatan Samaturu dapat dilihat pada

Tabel 7.

Tabel 7. Karakteristik Usaha Budidaya Tambak Udang Vaname di Kecamatan


Samaturu Berdasarkan Jumlah Benur
No Uraian Benur (Ekor)/Petak
1 Tertinggi 360.000
2 Terendah 2.500
Rata- Rata 68.039
Sumber : Data primer setelah diolah, 2020

Berdasarkan Tabel 7, menunjukkan bahwa petani tambak yang memiliki

benur yang tertinggi sebesar 360.000 ekor. Petani tambak yang memiliki benur

terendah sebesar 25.000 ekor, dan rata-rata benur yang ditebar petani tambak yang

berada di Kecamatan Samaturu sebesar 68.039 ekor. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Astika dkk. (2020), bahwa padat tebar udang vaname per usaha tani

berkisar 50.000 ekor hingga 600.000 ekor.

4.3 Produksi

Produksi adalah suatu kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa,

dimana hasil produksi tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang

beraneka ragam. Hal ini sesuai dengan peryataan Assauri (1999), yang

menyatakan bahwa produksi adalah suatu kegiatan atau proses yang

mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output).


37

Untuk melihat hasil produksi budidaya tambak udang vaname di Kecamatan

Samaturu, dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Produksi yang Dihasilkan dari Usaha Budidaya Tambak Udang
Vaname di Kecamatan Samaturu
No Uraian Hasil Produksi/Petak (Kg/ Siklus)
1 Tertinggi 2.100
2 Terendah 16
Rata-Rata 401,8
Sumber : Data primer setelah diolah, 2021

Berdasarkan Tabel 8, menunjukan bahwa rata-rata tertinggi hasil produksi

usaha budidaya udang vaname yaitu 2.100 kg/siklus dengan rata-rata terendah

yaitu 16 kg/siklus. Jika dibandingkan dengan luas lahan maka rata-rata produksi

udang vaname pembudidaya adalah 401,8 Kg/1,14 Ha = 352,5 Kg/Ha.

5. Biaya

Biaya merupakan salah satu faktor penentu kelancaran dalam menjalankan

suatu usaha. Biaya adalah semua pengeluaran yang dikeluarkan pada saat

melakukan usaha budiddaya tambak udang vaname. Hal ini sesuai dengan

pendapat Ridwan (2014), bahwa biaya adalah semua pengorbanan sumber daya

yang terukur dalam satuan nominal uang (rupiah) yang dikeluarkan dalam

mencapai tujuan usaha. Biaya tersebut meliputi biaya tetap, biaya variabel dan

total biaya.

5.1 Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap adalah suatu biaya yang jumlah totalnya akan tetap kostan,

tidak dipengaruhi oleh perubahan volume suatu kegiatan atau aktivitas sampai

pada tingkatan tertentu. Biaya tetap juga merupakan biaya yang dikeluarkan

namun tidak habis dalam satu kali produksi usaha budidaya udang vaname. Biaya
38

tersebut tetap dikeluarkan meskipun usaha budidaya udang vaname tersebut tidak

berproduksi.

Biaya tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang tidak berubah walaupun

jumlah produksi berubah (selalu sama), atau tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya

produksi. Biaya tetap dalam usaha budidaya tambak udang vaname di Kecamatan

Samaturu dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Biaya Tetap Usaha Budidaya Tambak Udang Vaname di Kecamatan


Samaturu
No Uraian Biaya Tetap (Rp/ Siklus)
1 Tertinggi 220.482.758
2 Terendah 341.243
Rata- Rata 9.746.431
Sumber : Data primer setelah diolah, 2021

Berdasarkan Tabel 9, menunjukkan bahwa biaya tetap tertinggi yang

dikeluarkan untuk usaha budidaya tambak udang vaname tertinggi sebesar

Rp220.482.758/siklus, terendah sebesar Rp341.243/siklus. Dengan rata-rata biaya

tetap sebesar Rp9.746.431/siklus.

5.2 Biaya Variabel (Variable Cost)

Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang penggunaannya habis

dalam satu kali produksi, biaya yang tidak tetap jumlahnya dipengaruhi oleh

seberapa banyak jumlah produksi yang diperoleh dalam melakukan kegiatan

budidaya udang vaname. Biaya variabel dalam usaha budidaya tambak udang

vaname di Kecamatan Samaturu dapat dilihat pada Tabel 10.


39

Tabel 10. Biaya Variabel Usaha Budidaya Tambak Udang Vaname di Kecamatan
Samaturu
No Uraian Biaya Variabel (Rp/Siklus)
1 Tertinggi 138.730.000
2 Terendah 1.870.000
Rata- Rata 15.938.470
Sumber : Data primer setelah diolah, 2021

Berdasarkan Tabel 10, menunjukkan biaya variabel yang dikeluarkan

untuk usaha budidaya tambak udang vaname Kecamatan Samaturu tertinggi

sebesar Rp138.730.000/siklus, terendah sebesar Rp1.870.000/siklus. Dengan rata-

rata biaya variabel sebesar Rp15.938.470/siklus.

5.3 Total Biaya (Total Cost)

Total biaya adalah total keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh pelaku

usaha budidaya udang vaname di Kecamatan Samaturu. Hal ini sesuai dengan

peryataan La Ola (2014), yang menyatakan bahwa total biaya adalah total biaya

tetap yang dijumlahkan dengan total biaya variabel. Total biaya dalam usaha

budidaya tambak udang vaname di Kecamatan Samaturu dapat dilihat pada Tabel

11.

Tabel 11. Total Biaya Usaha Budidaya Tambak Udang Vaname di Kecamatan
Samaturu

No Uraian Total Biaya (Rp/Siklus)


1 Tertinggi 235.587.758
2 Terendah 3.201.243
Rata-Rata 25.616.841
Sumber : Data primer setelah diolah, 2021

Berdasarkan Tabel 11 menujukan bahwa total biaya tertinggi usaha

budidayaudang vaname di Kecamatan Samaturu sebesar Rp235.587.758/siklus

dan total biaya terendah sebesar Rp3.201.243/siklus. Rata-rata total biaya yang
40

dikeluarkan oleh petani tambak usaha budidaya udang vaname di Kecamatan

Samaturu sebesar Rp25.616.841/siklus.

6. Produksi

Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan

memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat

dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input

atau masukan untuk menghasilkan output. Hubungan teknis antara input dan

output tersebut dalam bentuk persamaan yang bisa menunjukan jumlah

maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input tertentu (Joesron

dkk., 2003). .

Produksi usaha budidaya tambak udang vaname di Kecamatan Samaturu

dapat dilihat pada Tabel 12.

No Uraian Produksi (kg/Siklus)


1 Tertinggi 2.100
2 Terendah 16
Rata-Rata 401.8
Sumber : Data primer setelah diolah, 2021

Berdasarkan Tabel 12, menunjukkan bahwa petani tambak yang memiliki

produksi yang tertinggi sebanyak 2.100 kg/siklus. Petani tambak yang memiliki

produksi terendah sebanyak 16 kg/siklus, dengan rata-rata produksi yang didapat

oleh petani tambak yang berada di Kecamatan Samaturu sebanyak 401,8

ekor/siklus.
41

7. HPP

Harga Pokok Penjualan (HPP) merupakan total keseluruhan biaya yang

dikeluarkan secara langsung oleh petani tambak udang vaname. Harga Pokok

Penjualan udang vaname di Kecamatan Samaturu dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Harga Pokok Penjualan Udang Vaname di Kacamatan Samaturu


No Uraian HPP (Rp/ Siklus)
1 Tertinggi 155.178
2 Terendah 28.165
Rata-Rata 91.671,5
Sumber : Data primer setelah diolah, 2021

Pada Tabel 13, dapat dilihat bahwa nilai Harga Pokok Penjualan (HPP)

udang vaname di Kecamatan Samaturu tertinggi sebesar Rp155.178/kg sedangkan

terendah sebesar Rp28.165/kg. Semakin rendah nilai HPP maka usaha tersebut

semakin efisien.

A. Pembahasan

1. Proses Budidaya Udang Vaname

Karakteristik usaha budidaya udang vaname dalam penelitian ini meliputi

sistem budidaya udang vaname dan proses budidaya.

1.1 Sistem Budidaya Udang Vaname

Dalam penelitian ini para pembudidaya di Kecamatan Samaturu

Kabupaten Kolaka menggunakan sistem budidaya tambak yang berbeda-beda

mulai dari sistem tradisional, semi intensif dan sistem intensif. Sistem budidaya

tradisional ditandai dengan padat penebaran yang rendah dengan kisaran 5-10

ekor/m2 dan masih menggunakan pakan alami. Pada sistem semi intensif padat

penebaran udang semakin bertambah berkisar antara 15-25 ekor/m2 dan sudah

menggunakan bantuan kincir sekitar 2-5 buah/petak dan pada sistem intensif padat
42

penebaran semakin besar yaitu >50 ekor/m2, penggunaan kincir sekitar 6-8

buah/petak, menggunakan pakan komersil dan obat-obatan tambahan seperti

probiotik.

Penggunaan sistem budidaya ini sesuai dengan modal yang dimiliki setiap

pembudidaya udang. Untuk pembudidaya sistem tradisional dan sistem semi

intensif penggunaan pupuk rata-rata hampir sama yaitu pupuk Urea, TSP, dan

produk NASA, sedangkan untuk penggunaan pakan cukup bervariasi diantara ada

yang menggunakan pakan Global, Tata, Samsung, CJ, Golpo, dan udang rubi.

Sementara itu untuk pembudidaya intensif penggunaan pakan juga hampir sama

untuk setiap responden yaitu menggunakan pakan buatan tetapi ada juga yang

menambahkan pakan lain seperti pakan SGH, Prima, XL vaname. Selain itu

pembudidaya sistem intensif menggunakan fermentasi dari dedak padi, ragi dan

air tebu (molas) yang dibuat sendiri oleh pembudidaya udang sebagai pengganti

pupuk anorganik.

Umumnya komoditi yang dibudidayakan pada ketiga sistem budidaya ini

sama yaitu udang vaname, namun penggunaan input produksi dari masing-masing

sistem ini berbeda-beda, contohnya jumlah padat tebar benur pada tambak sistem

intensif lebih banyak dibandingkan pada tambak sistem tradisional dan semi

intensif. Hal ini tentu akan mempengaruhi jumlah produksi udang vaname yang

dimana semakin tinggi padat penebaran maka jumlah produksi udang vaname

semakin besar. Sesuai dengan pernyataan Purnamasari dkk. (2017) bahwa

produksi yang tinggi merupakan tujuan dari budidaya udang vaname (L.
43

vannamei) secara intensif untuk memenuhi kebutuhan pasar dan salah satu upaya

untuk meningkatkan produksi.

1.2 Proses Budidaya Udang Vaname

Umumnya kegiatan usaha budidaya udang vaname di Kecamatan

Samaturu dilakukan dengan melalui beberapa tahapan, diantaranya :

1. Persiapan Tambak

Kegiatan persiapan lahan tambak dilakukan dengan beberapa tahapan,

diantaranya : a) Pengeringan lahan, pada tambak tradisional dan semi intensif

dilakukan selama ±15 hari tergantung kondisi cuaca. Sedangkan pada tambak

intensif yang menggunakan terpal yaitu membersihkan terpal dengan cara dilap

menggunakan kain kering yang dilakukan selama 2 hari dengan waktu ±4

jam/hari. b) Pemberian kapur, setelah lahan dikeringkan kemudian petani tambak

memberikan kapur dengan cara dihamburkan pada seluruh permukaan lahan.

Pemberian kapur dilakukan pada tambak tanah yang berfungsi untuk memperbaiki

kualitas tanah, membakar jasad-jasad renik penyebab penyakit dan hama yang

lainnya yang berada di permukaan tanah. Kapur yang diberikan dapat mengikat

fosfat yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan plankton. c) Pemupukan, lahan

diberi pupuk untuk menumbuhkan pakan alami yang dilakukakan satu kali dalam

1 siklus. d) Pemasukkan air kedalam tambak dengan melihat pasang surut air laut

dan menggunakan bantuan pompa diesel untuk mempercepat pemasukkan air

kedalam tambak. e) Penebaran benur dilakukan setelah 7-10 hari air dimasukkan

yang sebelumnya benur diadaptasi diwadah yang lain terlebih dahulu. Hal ini
44

sesuai dengan pernyataan Cahyanto (2016), bahwa penebaran benur udang

vaname dilakukan setelah plankton tumbuh baik (7-10 hari) sesudah pemupukan.

2. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan budidaya udang vaname oleh pembudidaya di

Kecamatan Samaturu meliputi, pengontrolan hama yang dilakukan 1 kali/hari,

pengontrolan air, dan pemberian pakan. Pemberian pakan dilakukan 2-3 kali/hari.

Pada tambak tradisional plus pemberian pakan dilakukan setelah udang berumur

15-20 hari, sedangkan pada tambak semi intensif dan intensif pemberian pakan

dilakukan sejak udang pertama kali ditebar sesuai dengan bukaan mulut udang.

Untuk pengontrolan hama biasanya dengan melihat apakah ada atau tidak hama

(kepiting, ikan mujair, dan burung) disekitar atau didalam tambak, jika ada

biasanya para pembudidaya langsung memberikan racun untuk mematikan hama

tersebut. Sedangkan untuk pengontrolan air dilakukan dengan melihat kondisi air

dalam kolam. Masa pemeliharaan budidaya udang vaname di Kecamatan

Samaturu bervariasi, untuk tambak tradisional sekitar 2-3 bulan bahkan ada juga

yang hanya sampai 50 hari, ini dikarenakan kondisi udang yang sudah mulai

terserang penyakit. Sedangkan pada tambak intensif masa pemeliharaannya

sekitar 4 bulan.

3. Panen

Panen udang biasanya dilakukan setelah udang mencapai size minimal 100

ekor/kg tergantung kondisi udang, tetapi apabila kondisi udang masih dalam

keadaan baik, pembudidaya akan melakukan panen ketika udang mencapai size

50-80 ekor/kg. Proses panen dilakukan dengan cara mengeluarkan air dari dalam
45

tambak terlebih dahulu sehingga udang akan berkumpul pada pintu pembuangan

yang sudah disiapkan dengan jaring, selain itu agar proses panen lebih cepat

dilakukan, sambil menunggu air tambak habis dikeluarkan, para tenaga kerja akan

menjaring udang dengan menggunakan jala lalu dimasukkan ke dalam gabus.

Untuk proses pemanenan bisanya dilakukan oleh 5-8 orang tergantung banyaknya

udang yang akan dipanen dengan waktu sekitar 3-5 jam. Pemasaran udang

dilakukan dilokasi tambak yang dimana para pengumpul langsung datang

membeli udang dilokasi tambak.

1.3 Factor Produksi

Input atau faktor produksi merupakan hal yang mutlak harus ada untuk

menghasilkan suatu produk. Dalam kegiatan budidaya udang vaname, seorang

pembudidaya dituntut mampu menganalisa teknologi tertentu yang dapat

digunakan dan bagaimana mengkombinasikan beberapa input produksi yang ada

sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh hasil produksi yang optimal. Input

produksi yang diteliti dalam kegiatan budidaya tambak udang vaname di

Kecamatan Samaturu terdiri dari luas lahan, jumlah benur, jumlah pakan, jumlah

pupuk dan tenaga kerja.

2. Karakteristik Usaha Budidaya Tambak Udang Vaname

2.1. Luas Tambak

Luas tambak merupakan lahan yang digunakan dalam usaha budidaya

tambak udang vaname dengan bentuk dan konstruksi tertentu, keadaan tambak

berbeda-beda termaksud luas tambak dari masing-masing petani tambak yang

dimiliki. Secara umum tambak biasanya dikaitkan langsung dengan pemeliharaan


46

udang vaname walaupun sebenarnya masih banyak spesies yang dapat

dibudidayakan di tambak misalnya ikan bandeng, udang windu dan sebagainya,

tetapi tambak yang ada di Kecamatan Samaturu lebih dominan digunakan untuk

kegiatan bubidaya udang vaname.

Tambak dapat berfungsi secara ekologis maupun ekonomis, secara

ekologis tambak sebagai habitat berbagai jenis hewan dan tumbuhan air seperti

ikan, udang dan lain-lainnya, sedangkan secara ekonomis tambak sebagai

penghasil berbagai sumber daya alam bernilai ekonomis seperti ikan, udang dan

lain-lainnya. Ini menunjukan bahwa luas tambak sangat mempengaruhi proses

produksi dalam usaha budidaya tambak udang vaname.

Berdasarkan Tabel 6, menunjukkan bahwa petani tambak udang vaname

yang memiliki lahan terluas sebesar 3 Ha. Petani tambak yang memiliki luas lahan

terkecil sebesar 0,3 Ha, dan rata-rata luas lahan petani tambak yang berada di

Kecamatan Samaturu sebesar 1,14 Ha. Luas lahan yang dimiliki oleh petani

tambak budidaya udang vaname sangat menentukan jumlah benur yang ditebar

sehingga akan mempengaruhi jumlah hasil produksi udang vaname. Hal ini

berbeda dengan hasil penelitian Satriana (2016), bahwa diperoleh data luas

tambak petani udang vaname terluas sebesar 1 Ha. Petani tambak dengan luas

terkecil sebesar 0,5 Ha dengan rata-rata luas lahan di Desa Bumi Dipasena

Santosa Kecamatan Rawa Jitu Kabupeten Tulang Jawang sebesar 0,63 Ha. Dalam

hal ini luas tambak udang vaname di Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka

lebih besar dibandingkan luas tambak udang vaname di Kecamatan Rawa Jitu

Timur Kabupaten Tulang Bawang. Hal ini dipertegas dengan pendapat Soekartawi
47

(1990), bahwa semakin luas lahan garapan yang diusahakan petani maka akan

semakin besar produksi yang akan dihasilkan dan pendapatan yang akan

diperoleh, dengan disertai pengolahan yang baik.

2.2 Benur

Benur merupakan sebutan untuk benih udang, baik itu udang vaname

maupun udang windu. Berdasarkan Tabel 7, menunjukkan bahwa petani tambak

yang memiliki benur yang tertinggi sebesar 360.000 ekor. Petani tambak yang

memiliki benur terendah sebesar 25.000 ekor, dan rata-rata benur yang ditebar

petani tambak yang berada di Kecamatan Samaturu sebesar 68.039 ekor. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Astika dkk. (2020), bahwa padat tebar udang vaname

per usaha tani berkisar 50.000 ekor hingga 600.000 ekor.

2.3 Produksi

Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan

memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat

dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau

masukan untuk menghasilkan output. Hubungan teknis antara input dan output

tersebut dalam bentuk persamaan yang bisa menunjukan jumlah maksimum

output yang dihasilkan dengan kombinasi input tertentu (Joesron dkk., 2003).

Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwa petani tambak yang memiliki

produksi yang tertinggi sebanyak 2.100 kg/siklus. Petani tambak yang memiliki

produksi terendah sebanyak 16 kg/siklus, dengan rata-rata produksi yang didapat

oleh petani tambak yang berada di Kecamatan Samaturu sebanyak 401,8

ekor/siklus. Hal ini berrbeda dengan hasil penelitian Lubis (2019), bahwa
48

produksi petani tambak yang memiliki produksi tertinggi sebanyak 12.000

kg/siklus, terendah sebanyak 500 kg/siklus dengan rata-rata biaya produksi petani

tambak di Kecamatan Poleang Timur sebanyak 2.990 ekor/siklus.

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa produksi tertinggi dipengaruhi oleh

luas tambak dan jumlah benur udang vaname yang di tebar per siklus di

Kecamatan Samaturu. Semakin luas lahan tambak maka akan semakin berpotensi

akan tingginya produksi yang dihasilkan oleh petani tambak. Hal ini sesuai

dengan penelitian Lubis (2019), bahwa produksi petani tambak di Desa Tapoe

Kecamatan Poleang Timur disebabkan oleh jumlah benur yang ditebar, luas

tambak, pertumbuhan udang vaname yang berbeda-beda dan keadaan lingkungan

atau kondisi tambak sehingga hasil produksi yang didapat oleh petani tambak di

Desa Tapoe berbeda-beda.

2.4 Biaya

Biaya adalah pengorbanan yang perlu dikeluarkan untuk suatu kegiatan

produksi, hal ini disebabkan oleh besarnya tingkat produktivitas hasil budidaya

udang vaname tergantung pada berapa besar biaya yang dikeluarkan selama

proses budidaya udang vaname berjalan dan besarnya biaya yang dikeluarkan

untuk menjalankan suatu usaha budidaya udang vaname akan menentukan

besarnya harga pokok dari hasil budidaya. Ada beberapa jenis biaya yang

dikeluarkan oleh petani tambak usaha budidaya udang vaname di Kecamatan

Samaturu yaitu: biaya variabel dan biaya tetap, setelah kedua biaya ini dihitung

maka dapat diketahui berapa total biaya yang dikeluarkan dalam melakukan usaha

budidaya tambak udang vaname.


49

a. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah suatu biaya yang jumlah totalnya akan tetap kostan,

tidak dipengaruhi oleh perubahan volume suatu kegiatan atau aktivitas sampai

pada tingkatan tertentu. Biaya tetap juga merupakan biaya yang dikeluarkan

namun tidak habis dalam satu kali produksi usaha budidaya udang vaname. Biaya

tersebut tetap dikeluarkan meskipun usaha budidaya udang vaname tersebut tidak

berproduksi.

Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa biaya tetap yang dikeluarkan

untuk usaha budidaya udang vaname yang tertinggi atas nama pak Irwan sebesar

Rp220.482.758/siklus dan biaya tetap yang dikeluarkan terendah atas nama pak

Firman sebesar Rp341.243/siklus. Hal ini disebabkan karena pak Irwan memiliki

4 petak tambak dengan masing-masing ukuran 1,5 ha, 3 ha, 3 ha, dan 2 ha. Biaya

tetap yang digunakan terdiri dari 1 unit pintu air, 1 unit pompa air/alkon, waring

20 meter dan 1 unit anco sedangkan pak Firman biaya tetap yang dikeluarkan

adalah tambak dengan luas 30 are, pintu air 1 unit, waring 6 meter, parang

sebanyak 1 unit, cangkul 1 unit dan ember 1 unit dan anco 1 unit. Jumlah barang

modal yang dimiliki setiap responden berbeda-beda sehingga biaya tetap yang

dikeluarkan oleh responden berbeda-beda pula. Selain itu juga, biaya tetap

merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap kostan, tidak dipengaruhi oleh

aktivitas sampai tingkatan tertentu. Hal ini dipertegas oleh Kurniawan dkk.

(2017), bahwa rata-rata biaya investasi per siklus pada kegiatan budidaya udang

vaname intensif di Desa Pesantren yaitu sebesar Rp200.298.000. Biaya investasi

tersebut meliputi diesel, kincir, paralol, pompa air, gubuk, mulsa, sarana dan
50

prasarana lainnya. Setiap responden memiliki investasi yang berbeda-beda,

terutama kepemilikan diesel, pompa air, genset dan listrik. Komponen tersebut

menjadi berbeda, dimana semua pembudidaya tidak memilikinya. Biaya tetap

merupakan biaya yang sifatnya tidak habis dalam satu masa produksi.

b. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah suatu biaya yang jumlah totalnya tersebut berubah

sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas. Semakin tinggi

volume kegiatan atau aktivitas, maka semakin tinggi juga total biaya variabel

yang dikeluarkan. Semakin rendah volume kegiatan atau aktivitasnya maka

semakin rendah pula total biaya variabel yang dikeluarkan. Menurut Indriani dan

Suminarsih (2003), biaya variabel yaitu biaya yang dipakai untuk memperoleh

input variabel. Input variabel sifatnya tidak berubah-ubah sesuai dengan besarnya

produksi.

Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa biaya variabel yang

dikeluarkan untuk usaha budidaya tambak udang vaname yang tertinggi sebesar

Rp138.730.000/siklus oleh pak H. Alimudin dan biaya tetap yang dikeluarkan

terendah sebesar Rp1.870.000/siklus oleh pak Albar. Hal ini disebabkan karena

pak H. Alimudin memiliki jumlah benur yang ditebar sebanyak 150.000 ekor,

pakan sebanyak 1 ton, pupuk sebanyak 2 karung, tenaga kerja 2 orang, kapur 11

sak, perangsang 2 bungkus, 22 liter, dan 15,5 kg, sedangkan pak Albar biaya

variabel yang dikeluarkan adalah benur yang ditebar sebanyak 10.000 ekor, pakan

sebanyak 3 karung, pupuk 2 karung, dan perangsang 4 bungkus. Biaya

pengolahan tambak untuk 50 are. Hal ini disebabkan karena jumlah modal kerja
51

yang dimiliki setiap responden berbeda-beda sehingga biaya variabel yang

dikeluarkan oleh setiap responden berbeda-beda pula. Hal ini ditegaskan oleh

Kurniawan dkk. (2017), bahwa biaya operasional pada kegiatan budidaya udang

vaname intensif di Desa Pesantren meliputi: persiapan, benih, pakan, molase,

probiotik, biaya pegawai, biaya transportasi, solar, serta biaya variabel lainnya.

Setiap pembudidaya sendiri memiliki biaya variabel atau produksi yang berbeda-

beda. Rata-rata biaya operasional per tahun pada kegiatan udang vaname intensif

di Desa Pesantren yaitu sebesar Rp382.429.0000. Besaran tersebut dihitung dari

pengeluaran biaya produksi selama satu siklus budidaya.

c. Total Biaya

Total biaya adalah keseluruhan jumlah biaya yang dikeluarkan pada saat

melakukan usaha budidaya udang vaname. Total biaya yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel

. Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa total biaya tertinggi pada

usaha budidaya tambak udang vaname sebesar Rp235.587758/siklus dikeluarkan

oleh pak Irwan dan total biaya terendah sebesar Rp3.201.243/siklus dikeluarkan

oleh pak Firman. Hal ini disebabkan karena pak Irwan mengeluarkan biaya tetap

sebesar Rp220.482.758/siklus dan biaya variabel sebesar Rp15.105.000

sedangkan pak Firman mengeluarkan biaya tetap sebesar Rp341.243/siklus dan

biaya variabel sebesar Rp2.860.000/siklus

. Tinggi rendahnya total biaya yang dikeluarkan tergantung dari seberapa

besar biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh masing-masing petani

tambak udang vaname di Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka dalam proses


52

produksinya. Hal ini dipertegas oleh Indah dkk. (2021), bahwa total biaya usaha

budidaya udang vaname adalah sebesar Rp1.362.489.494.

4. Produksi

Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan

memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat

dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input

atau masukan untuk menghasilkan output. Hubungan teknis antara input dan

output tersebut dalam bentuk persamaan yang bisa menunjukan jumlah

maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input tertentu (Joesron

dkk., 2003).

Pada Tabel 12, menunjukkan bahwa petani tambak yang memiliki

produksi yang tertinggi sebanyak 2.100 kg/siklus. Petani tambak yang memiliki

produksi terendah sebanyak 16 kg/siklus, dengan rata-rata produksi yang didapat

oleh petani tambak yang berada di Kecamatan Samaturu sebanyak 401,8

ekor/siklus.

Produksi adalah suatu kegiatan untuk menciptakan atau menhasilkan atau

menambah guna terhadap suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan oleh

orang atau badan (produsen). Produksi merupakan hal yang paling penting dalam

suatu usaha (Gunawan, 2018). Secara umum produksi merupakan kegiatan yang

diukur sebagai tingkat ouput per periode atau waktu. Dalam proses produksi yang

digunakan dan produksi yang dihasilkan. Gasperz (2005) menyatakan ada dua hal

yang menjadi pertimbangan dalam suatu alternative usaha, yaitu aspek teknik dan

aspek ekonomi. Aspek teknik yang utama adalah proses produksi.


53

5. Harga Pokok Penjualan (HPP)

Harga Pokok Penjualan petani tambak usaha budidaya udang vaname di

Kecamatan Samaturu diperoleh dari hasil bagi total biaya dan jumlah komoditi

yang terjual. Menurut La Ola (2014), yang menyatakan Harga Pokok Penjualan

merupakan hasil pembagian antara biaya pengeluaran dengan jumlah barang yang

dihasilkan atau quantity dari suatu komoditas.

Pada Tabel 13, dapat dilihat bahwa nilai Harga Pokok Penjualan (HPP)

udang vaname di Kecamatan Samaturu tertinggi sebesar Rp155.178/kg sedangkan

terendah sebesar Rp28.165/kg. Semakin rendah nilai HPP maka usaha tersebut

semakin efisien.

Perbedaan Harga Pokok Penjualan ini terjadi diakibatkan oleh perbedaan

total biaya yang dikeluarkan dan produksi yang dihasilkan oleh petambak udang

vaname. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan oleh Marfiada (2010), bahwa

besar kecilnya Harga Pokok Penjualan yang akan dibebankan kepada unit produk

sangat tergantung dari besar kecilnya biaya-biaya penyusun harga pokok tersebut.

Padat tebar yang tinggi yaitu 38 ekor/m2 menghasilkan Harga Pokok

Penjualan (HPP) terendah yaitu Rp28.165/kg. Pada tebar terendah akan

menambahkan biaya yang lebih tinggi yaitu Rp147.867.698/siklus. Namun

mampu menghasilkan produksi yang jauh lebih tinggi yaitu sebesar 5.250

kg/siklus. Dibandingkan padat tebar 2-10 ekor/m2 yang menghasikan produksi

berkisar 333,33 kg/siklus. Sampai 2.440,67 kg/siklus dengan biaya

berkisar Rp9.053.750/siklus sampai Rp25.620.000/siklus. Perbedaan padat tebar

pada sistem budidaya intensif, semi intensif dan tradisional menyebabkan


54

perbedaan pendapatan pada pembudidaya. Semakin intensif usaha budidaya

udang vaname maka investasi dalam hal penggunaan teknologi semakin tinggi

dan biaya operasional yang dibutuhkan dalam satuan hektar budidaya udang

vaname semakin besar (Utami, 2013).


55

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Besaran total biaya udang vaname pada pembudidaya di Kecamatan Samaturu

Kabupaten Kolaka sebesar Rp25.616.841/ siklus

2. Besaran produksi yang diperoleh pelaku usaha pembudidaya udang vaname di

Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka sebesar Rp401.8kg/siklus.

3. Besaran Harga Pokok Penjualan udang vaname pada pembudidaya di

Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka sebesar Rp 91.671,5/Kg.

.B. Saran

Berdasarkan data-data yang diperoleh melalui hasil pengamatan yang

kemudian dianalisis dan dibahas, memunculkan asumsi-asumsi dan saran-saran

yang akan diajukan oleh peneliti, diantaranya yaitu:

1. Bagi peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitan ini dengan melihat proses

penampungan, proses pemasarannya dan lain-lainya.

2. Bagi pelaku usaha petambak udang vaname di Kecamatan Samaturu Kabupaten

Kolaka agar usaha tersebut dilanjutkan dengan tetap memperhatikan biaya-

biaya yang dikeluarkan dan jumlah produksi dan penerimaan setiap panen agar

dapat mengukur seberapa besar keuntugan atau kerugian yang diperoleh setiap

panen dan bagi para pelaku usaha petambak udang vaname diharapkan mampu

memahami kondisi wilayah tempat berusaha dan mampu mengelola usahanya

dengan baik sehingga diharapkan dapat menghasilkan tingkat produksi yang


56

optimal dan efisien dalam penggunaan input-input produksi sehingga mampu

meminimkan biaya input produksi yang akan digunakan misalnya biaya pakan

untuk dapat memperoleh keuntungan yang maksimum.

3. Bagi pemerintah diharapkan dapat memberikan informasi dan rekomendasi

yang tepat baik melalui penyuluhan maupun kursus kepada para pembudidaya

udang vaname yang ada di Kecamatan Samataru yang akhirnya mampu

mendukung usaha mereka dan selanjutnya dapat meningkatkan produktivitas

usaha budidaya udang vaname yang mereka kelola.


57

DAFTAR PUSTAKA

Agus dan Ahyani. 1997. Manajemen Produksi. pengendalianProduksi. BPFE.


Yokyakarta
Amri, K. dan Iskandar, K. 2008. Budidaya Udang Vaname Secara Semiltensif,
dan Tradisional. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Amri. 2013. Budidaya Udang Windu Secara Intensif. Penerbit Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Assauri, S. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Revisi. Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Boyd, C.E. 1990. Water Quality in Ponds For Aquakulture. Birmingham
Publishing Co. Alabama.
Cahyono, B. 2014. Budidaya Lele dan Betutu (Ikan Langka Bernilai Tinggi).
Pustaka Mina. Jakarta.
Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Cetakan Pertama. Bumi Aksara.
Jakarta.
Djojohadikusumo. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Indonesia. Pustaka
LP3ES.
Effendi I dan Oktariza , W. 2016. Manajemen Agribisnis Perikanan, Penebar
Swadaya. Jakarta
Elovaara, A.K. 2001. Shimp Farming Manual Pracital Technology For Intensive
Shimp Production. United States of America. USA.
Erlangga, E. 2012. Budidaya Udang Vanname Secara Intensif. Pustaka
Agromandiri. Tanggerang Selatan.
Fathoni. 2018. Metedologi Penelitian dan Teknik Penulisan Skripsi. Jakarta.

Gaspersz, V. 2005. Contoh Soal Dan penyelesaian Ekonomi Manajerial (Paduan


Solusi Masalah Bisnis), Gramedia Pustaka Utama. jakarta

Ghufron M., M. Lamid., P.D.W. Sari, H. Suprapto. 2017. Teknik Pembesaran


Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) pada Tambak Pendampingan PT.
Sentral Proteina Prima Tbk di Desa Randutatah, Kecamatan Paiton,
Probolinggo, Jawa Timur. Jurnal Aquaculture and Fish Health, 7(2).

Gunawan, F. 2018. Pengaruh Pengunaan Faktor Produksi Terhadap Produksi Padi


di Desa Barugae Kabupaten Bone. Jurnal Pertanian. Program Studi
pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Makasar.
58

Haliman, R.W dan Adijaya, D.S. 2005. Udang Vanname. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Hanna, G.C. 2007. Respon Udang Vannamei Terhadap Media Bersalinitas
Rendah. Skripsi MSP. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor.

Ibrahim, 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta.


.
.Indriani, , H. dan Suminarsih, E. 2003. Budidaya Pengolahan dan Pemasaran
Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ismayani, E. 2017. Manajemen Usaha Budidaya Udang Vaname (Litopeneus
vanamei) Studi Kasus: Tambak PT. Beroro Jaya Vanamei Kabupaten
Konawe Selatan. Thesis Mahasiswa Agribisnis. Program Pasca Sarjana.
Universitas Halu Oleo. Kendari.
Joerson, T.S dan Fathorrozi, M. 2003. Teori Ekonomi Mikro Dilengkapi Beberapa
Bentuk Fungsi Produksi. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Jumiati, E., Darwanto, D.H., Hartono, S., dan Masyhuri. 2013. Analisis Saluran
Pemasaran dan Margin Pemasaran Kelapa dalam di Daerah Perbatasan
Kalimantan Timur. Jurnal Agrifor, 12(1).
Karuppasamy, A, dan Mathifanan, V. 2013. Analis Pertumbuhan Koparatif
Litopeneus Vannamei Pada Padat Tebar yang Berbeda di Muara
Kottakudi, Pantai Tengggara India. Jurnal Internasional Studi Perikanan
dan Perairan, (2), 40-44
Kordi, M.G.H.K. 2010. Pengelolaan Perikanan Indonesia, Catatan Menggenai
Potensi, Permasalahan, dan Prospeknya. Pustaka Baru Press. Yogyakarta
.Kristina, Y. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan
Pendapatan Budidaya Tambak Udang Vaname di Kecamatan Pasekan
Kabupaten Indramayu. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
La Ola, L.O. 2014. Efisiensi Biaya Produksi dan Daya Saing Komoditi Perikanan
Laut di Pasar Lokal dan Pasar Ekspor. Jurnal Bisnis Perikanan, 1(1): 39-
50.
Lubis, A. 2019. Perencanaan Koorporasi Peningkatan Ketahanan Pangan di
Provinsi Sumatra Utara. Prosiding Seminar Sehari Penguatan Ketahanan
Pangan.
Muin, M. 2017. Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Hasil Produksi Merica di
Desa Era Baru Kecamatan Telulimpoe Kabupaten Sinjai. Jurnal
Economix, 5(1).
Mulyadi, S. 2007. Ekonomi Kelautan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Mulyadi. 2014. Akuntansi Biaya. Uniersitas Gajah Mada. Yogyakarta.
59

Nababan, E. 2015. Pemeliharaan Udang Vaname (Litopenaeus vanname) dengan


Persentase Pemberian Pakan yang Berbeda. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan, 3(2).
Padangarang, A.M. 2010. Pembiayaan Agribisnis. Universitas Halu Oleo.
Kendari.
Panjaitan, A.S., Hadie, W. dan Harijati, S. 2014. Pemeliharaan Larva Udang
Vaname (Litapenaeus vannamei) dengan Pemberian Jenis Phytoplankton
Yang Berbada. Jurnal Manajemen Perikanan dan Kelautan, 1(1).
Purnamasari, G.H. 2017. Analisis Permintaan Udang Windu di Kecamatan
Pasekan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Jawa Barat.
Puspita, L. Ratnawati, E., Suryadiputra I.N.N., Meutia A.A., 2005. Lahan Basah
Buatan Indonesia, Wetlands International – Indonesia, Programme. Bogor.
Renanda. 2018. Pendapatan dan Resiko Budidaya Udang Vaname di Kecamatan
Rawajitu Timur Kabupaten Tulang Bawang. Jurusan Agribisnis, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung. JIIA, 7(4).
Rianse dan Abdi. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi (Teori dan
Aplikasi). CV. ALFABETA. Bandung.
Ridwan, S. 2014. Analisis Biaya Operasional dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat
Laba Bersih Pada PDAM Kota Bandung. Skripsi. Fakultas Ekonomi
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Sa’adah, W. 2010. Permintaan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di
Kelompok Pembudidaya Udang At-Taqwa Paciran Lamongan. Jurnal
Pemikiran Masyarakat Ilimiah Berwawasan Agribisnis, 5(2): 234-251.
Setiadi, N. J. 2008. Aplikasi Teori Ekonomi dan Pengambilan Keputusan
Manajerial Dalam Dunia Bisnis. Kencana. Jakarta.
Septiyani, D., I. Triarso, F. Kurohman. 2016. Analisis Distribusi dan Margin
Pemasaran Hasil Tangkapan Cumi-Cumi (Loligo sp) di Kabupaten
Kendal. Universitas Diponegoro. Semarang.
Siang, R.D. dan Nurdiana, A. 2015. Struktur Biaya dan Profitabilitas Usaha
Minimplant Rajungan (Portunus pelagicus). Jurnal Binis Perikanan FPIK
UHO, 2(1): 91-100.
Sitorus, M. 2009. Spektoskopi Edisi Elusidasi Struktur Molekul Organik. Graha
Ilmu. Yogyakarta.
Soekartawi. 1990. Pembangunan Pertanian. PT. RajagraFindo. Jakarta.
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. ALFABETA. Bandung.

Sukirno. 2008. Makro Ekonomi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.


60

Sulistiyoningtyas, L. 2017. Pengaruh Alokasi Dana dan Pendapatan Asli Desa


Terhadap Belanja Desa di Kecamtan Baron. Jurnal Simki-Economic, 1(3).
Utami, R. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Tambak
Udang Sistem Ekstensif dan Sistem Intensif. Universitas Sumatra Utara.
Medan.
Utomo, B.N. 2012. Analisis Usaha Budidaya Udang Vannamei (Litopenaus
vannamei) di Desa Gedangan Kecamatan Purwodadi Kabupaten
Purworejo. Jurnal, 1(2).
Wachidatus, S. 2018. Upaya Peningkatan Usaha Benur Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) di PT. Artha Maulana Agung (AMA) Desa
Pecaron, Kecamtan Situbondo, Mimbar Agribisnis Jurnal Pemikiran
Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis, 1(4): 84-97.
Wyban, J.A. dan Sweeney, J.N. 2000. Intensive Shrimp Production Technology.
The Oceanic Institute. Honolulu. Hawai. USA.
Zulkifli. 2007. Manajemen Biaya. Yogyakarta.

Zulkifli. 2007. Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada


Perusahaan Industri Logam dan Sejenisnya Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Akuntansi Politeknik Sekayu, 4(1): 23-31.
61

LAMPIRAN
62
62

Lampiran 1. Lokasi Penelititan


63

Lampiran 2. Karakteristik Responden

Alamat Pengalaman
Sistem Jum. Tang-
No Nama Jenis Kelamin Nomor HP Umur (Tahun) Pend. Terakhir Kerja
budidaya gungan Kel.
Desa Kecamatan (Tahun)

1 Pak Samsul Tradisional Ulaweng Samaturu


L
2 Mustafa L/P 85657133501 Tradisional 49 Meura Samaturu SMA/SMA 17 4
3 Syamsul L/P 85242679113 Tradisional 38 Ulaweng Samaturu SMA/SD 13 4
4 Muhammad Ali L/P Tradisional 59 Meura Samaturu SMA/SMA 20 2
5 Gatot L/P 0823 3711 1669 Tradisional 42 Meura Samaturu SMA/SMA 20 5
6 Hamsir L/P 82348008930 Tradisional 40 Malaha Samaturu SMA/SMA 3 3
7 Sukardi L/P Tradisional 37 Latuo Samaturu SD/SD 20 5
8 Ahmad Yusuf L/P 81341808949 Tradisional 48 Ulaweng Samaturu SMA/SD 40 4
9 Satu Pateno L/P Tradisional 52 Meura/Dusun II Samaturu SMP/SD 30 2
10 Albar L/P 85399416109 Tradisional 38 Meura Samaturu SMP/SMP 3 4
11 Samsul Bahri L/P Tradisional 41 Meura Samaturu SD/SMP 24 4
12 Rahman L/P 82349802291 Tradisional 47 Sani-Sani Samaturu SMA/S.Pd 20 5
13 Amir L 82347626722 Tradisional 29 MANGOLO Samaturu SMA 7 3
14 Asdar L/P 82294201955 Tradisional 29 Latuo Samaturu SMP/SMK 14 4
15 Daeng Manompo/Ratna L/P 82188093829 Tradisional 50 Ulaweng Samaturu SMP/SD 25 4
16 Jusman L Tradisional 40 Meura Samaturu SD/SD 10 3
17 Alimuddin L/P Tradisional 42 Sani-Sani Samaturu SD/SD 6 6
18 Zainal L/P 85247133154 Tradisional 38 Malaha Samaturu SMK/SMA 2 2
19 Suyuti L 82393341419 Tradisional 50 Meura Samaturu SMP/SD 10 3
20 Kisman L/P Tradisional 41 Sani-Sani Samaturu SMP/SD 10 1
21 Syarifudin P/L 85346130896 Tradisional 47 Sani-Sani Samaturu SMP/SD 10 3
22 Saeni L/P 85299322627 Tradisional 45 Sani-Sani Samaturu SD/SD 5 2
23 Irwan L/P 82393436417 Tradisional 28 Meura Samaturu SMA/AMd. Kep. 30 3
24 H. Beddu Rahim L/P 82347474818 Tradisional 72 Sani-Sani Samaturu SD/SD 20 3
25 Bahrul Alam L/P 82347474818 Tradisional 24 Sani-Sani Samaturu S1/S1 7 1
26 Yusuf L/P 82193213333 Tradisional 40 Sani-Sani Samaturu SMA/SMA 15 3
27 Ridwan L/P Tradisional 51 Meura Samaturu SD/SMA 20 2
28 Alwin L/P 82337050509 Tradisional 35 Meura Samaturu SMP/SD 20 3
29 Memnis L/P 81348005976 Tradisional 42 Sani-Sani Samaturu SD/SD 6 3
30 Sofyan L/P 82193908112 Intensif 30 Sani-Sani Samaturu SMA/SMA 4 4
31 Febri L/P Tradisional 35 Sani-Sani Samaturu SMA/SMA 15 4
32 Firman L/P Tradisional 40 Ulaweng Samaturu SMA/SMA 13 8
33 H. Alimuddin L/P 82347342359 Tradisional 49 Meura samaturu SD 15 6
64

Lampiran 3. Biaya Tetap


Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
pacul 2 unit 150,000 300,000 3 1.01 1.0303 309,090 6 51,515
dari 25 meter 75,000 1,875,000 10 1.01 1.10462 2,071,166 20 103,558
patiba 1 unit 150,000 150,000 10 1.01 1.10462 165,693 20 8,285
pipa 10 inci 2 batang 900,000 1,800,000 20 1.01 1.22019 2,196,342 40 54,909
pipa 8 inci 3 batang 750,000 2,250,000 20 1.01 1.22019 2,745,428 40 68,636
Pak Samsul D1 Milik Sendiri skop 1 buah 100,000 100,000 4 1.01 1.0406 104,060 8 13,008
ember besar 1 buah 15,000 15,000 2 1.01 1.0201 15,302 4 3,825
karung 70 Lembar 5,000 350,000 1 1.01 1.01 353,500 2 176,750
jala 2.5 Meter 1,500,000 3,750,000 2 1.01 1.0201 3,825,375 4 956,344
tali 10 Meter 8,000 80,000 2 1.01 1.0201 81,608 4 20,402
parang 2 buah 100,000 200,000 3 1.01 1.0303 206,060 6 34,343
Total (FC) 1,491,574

Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
pintu air 2 unit 5000000 10000000 10 1.01 1.10462 11046221.25 20 552,311
patiba 1 unit 150000 150000 17 1.01 1.1843 177645.6647 34 5,225
dari IJO 5 meter 9000 45000 2 1.01 1.0201 45904.5 4 11,476
dari HITAM 5 meter 8000 40000 2 1.01 1.0201 40804 4 10,201
ember 1 meter 10000 10000 3 1.01 1.0303 10303.01 6 1,717
Mustafa MS Milik Sendiri
mesin 14 PK 1 unit 1000000 1000000 10 1.01 1.10462 1104622.125 20 55,231
gazebo 1 unit 3000000 3000000 11 1.01 1.11567 3347005.04 22 152,137
mesin alkon 1 unit 4500000 4500000 17 1.01 1.1843 5329369.941 34 156,746
pipa 8 inci 1 batang 750000 750000 17 1.01 1.1843 888228.3235 34 26,124
Total (FC) 971,168
65

Lanjutan Lampiran 3
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
pipa 8 inc 1 Unit 750,000 750000 20 1.01 1.22019 915142.53 40 22,879
pipa 10 inc 1 Unit 950,000 950000 20 1.01 1.22019 1159180.538 40 28,980
Syamsul
pintu air 2 Unit 4,000,000 8000000 15 1.01 1.16097 9287751.643 30 309,592
anco 1 Unit 100,000 100000 5 1.01 1.05101 105101.005 10 10,510
Total (FC) 371,960

Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Anco 4 Unit 20,000 80000 5 1.01 1.05101 84080.80401 10 8,408
cangkul 3 Unit 75,000 225000 3 1.01 1.0303 231817.725 6 38,636
Pipa 10 inc 2 Unit 800,000 1600000 40 1.01 1.48886 2382181.974 80 29,777
Pintu air besar 1 Unit 5,000,000 5000000 20 1.01 1.22019 6100950.2 40 152,524
pintu air kecil 1 Unit 2,000,000 2000000 20 1.01 1.22019 2440380.08 40 61,010
ember 3 Unit 15,000 45000 12 1.01 1.12683 50707.12636 24 2,113
Muhamad Ali dari 1 Unit 9000 9000 5 1.01 1.05101 9459.090451 10 946
patiba 2 Unit 300,000 600000 30 1.01 1.34785 808709.3492 60 13,478
skop 2 Unit 75,000 150000 12 1.01 1.12683 169023.7545 24 7,043
argo 1 Unit 500,000 500000 12 1.01 1.12683 563412.5151 24 23,476
rumah jaga 1 Unit 3,000,000 3000000 25 1.01 1.28243 3847295.985 50 76,946
timbangan gantung 1 Unit 5500000 5500000 30 1.01 1.34785 7413169.034 60 123,553
pukat 6 Pis 270,000 1620000 4 1.01 1.0406 1685778.496 8 210,722
Total (FC) 748,631
66

Lanjutan Lampiran 3
Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
pintu air 1 unit 5000000 5000000 8 1.01 1.08286 5414283.528 16 338,393
mesin 24 pk 1 unit 4000000 4000000 10 1.01 1.10462 4418488.502 20 220,924
mesin alkon 1 unit 4500000 4500000 7 1.01 1.07214 4824609.084 14 344,615
argo 2 unit 500000 1000000 5 1.01 1.05101 1051010.05 10 105,101
dari IJO 1 rol 400000 400000 2 1.01 1.0201 408040 4 102,010
dari HITAM 1 rol 700000 700000 2 1.01 1.0201 714070 4 178,518
pipa 8 inci 2 batang 900000 1800000 15 1.01 1.16097 2089744.12 30 69,658
Gator
patiba 1 unit 200000 200000 2 1.01 1.0201 204020 4 51,005
ember kecil 1 buah 15000 15000 2 1.01 1.0201 15301.5 4 3,825
jala 1 pis 1500000 1500000 4 1.01 1.0406 1560906.015 8 195,113
pacul 2 unit 120000 240000 3 1.01 1.0303 247272.24 6 41,212
parang 2 unit 100000 200000 3 1.01 1.0303 206060.2 6 34,343
skopang 1 unit 80000 80000 3 1.01 1.0303 82424.08 6 13,737
Total (FC) 1,698,455

Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
pintu air 1 buah 10000000 10,000,000 3 1.01 1.0303 10,303,010 6 1,717,168
anco 1 buah 100000 100,000 1 1.01 1.01 101,000 2 50,500
argo 1 buah 500000 500,000 3 1.01 1.0303 515,151 6 85,858
pacul 1 buah 50000 50,000 3 1.01 1.0303 51,515 6 8,586
dari ijo 10 meter 50000 500,000 5 1.01 1.05101 525,505 10 52,551
pipa 10 inci 2 batang 1700000 3,400,000 3 1.01 1.0303 3,503,023 6 583,837
pipa 12inci 2 batang 2200000 4,400,000 3 1.01 1.0303 4,533,324 6 755,554
skopang 1 buah 100000 100,000 1 1.01 1.01 101,000 2 50,500
ember 1 buah 20000 20,000 1 1.01 1.01 20,200 2 10,100
jala 1 buah 1500000 1,500,000 3 1.01 1.0303 1,545,452 6 257,575
patiba 1 buah 100000 100,000 3 1.01 1.0303 103,030 6 17,172
karung 20 buah 60000 1,200,000 1 1.01 1.01 1,212,000 2 606,000
tali 10 meter 80000 800,000 1 1.01 1.01 808,000 2 404,000
parang 1 buah 100000 100,000 2 1.01 1.0201 102,010 4 25,503
gabus 5 buah 500000 2,500,000 1 1.01 1.01 2,525,000 2 1,262,500
jaring troll 5 meter 700,000 3,500,000 3 1.01 1.0303 3,606,054 6 601,009
Hamsir Total (FC) 6,488,413
67

Lanjutan Lampiran 3
Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
pintu air 1 Unit 6,200,000 6200000 17 1.01 1.1843 7342687.475 34 215,961
jala 4 meter 600000 2400000 4 1.01 1.0406 2497449.624 8 312,181
patiba 1 Buah 150000 150000 7 1.01 1.07214 160820.3028 14 11,487
Sukardi dari 3 Meter 75000 225000 4 1.01 1.0406 234135.9023 8 29,267
pacul 1 Unit 100000 100000 2 1.01 1.0201 102010 4 25,503
anco 1 Unit 100,000 100000 60 1.01 1.8167 181669.6699 120 1,514
Total (FC) 595,913

Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
anco 2 Unit 100,000 200,000 5 1.01 1.05101 210,202 10 21,020
pipa 8 inc 2 Unit 600,000 1,200,000 20 1.01 1.22019 1,464,228 40 36,606
Ahmad Yusuf pintu air 1 Unit 7,200,000 7,200,000 25 1.01 1.28243 9,233,510 50 184,670
dari/waring 10 m 100,000 1,000,000 4 1.01 1.0406 1,040,604 8 130,076
Total (FC) 372,372

Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
mesin alkon 1 Unit 3,500.00 3,500 15 1.01 1.16097 4,063 30 135
pompa air 1 Unit 700,000 700,000 10 1.01 1.10462 773,235 20 38,662
gazebo 1 Unit 7,000,000 7,000,000 30 1.01 1.34785 9,434,942 60 157,249
ember kecil 10 Unit 20,000 200,000 4 1.01 1.0406 208,121 8 26,015
anco 2 Unit 100,000 200,000 2 1.01 1.0201 204,020 4 51,005
jala 2 Unit 1,500,000 3,000,000 3 1.01 1.0303 3,090,903 6 515,151
Satu Pateno
basket 5 Unit 120,000 600,000 5 1.01 1.05101 630,606 10 63,061
skop 2 Unit 80,000 160,000 5 1.01 1.05101 168,162 10 16,816
cangkul 2 Unit 50,000 100,000 5 1.01 1.05101 105,101 10 10,510
patiba 3 Unit 70,000 210,000 20 1.01 1.22019 256,240 40 6,406
parang 2 Unit 100,000 200,000 10 1.01 1.10462 220,924 20 11,046
Total (FC) 896,056
68

Lanjutan Lampiran 3. 9. Albar


Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
pintu air 1 unit 3000000 3000000 3 1.01 1.0303 3,090,903 6 515,151
pacull 3 unit 1000000 3000000 3 1.01 1.0303 3,090,903 6 515,151
argo 2 unit 500000 1000000 5 1.01 1.05101 1,051,010 10 105,101
dari 50 meter 8000 400000 2 1.01 1.0201 408,040 4 102,010
patiba 1 unit 1500000 1500000 7 1.01 1.07214 1,608,203 14 114,872
Albar
jala 2 unit 1400000 2800000 2 1.01 1.0201 2,856,280 4 714,070
ember 2 unit 15000 30000 3 1.01 1.0303 30,909 6 5,152
gabus 1 unit 100000 100000 1 1.01 1.01 101,000 2 50,500
parang 2 unit 100000 200000 3 1.01 1.0303 206,060 6 34,343
Total (FC) 2,156,349

Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
pipa 12 inc 1 Unit 1,700,000 1,700,000 50 1.01 1.64463 2,795,874 100 27,959
pipa 6 inc 1 Unit 800,000 800,000 40 1.01 1.48886 1,191,091 80 14,889
Pipa 10 inc 1 Unit 1,500,000 1,500,000 50 1.01 1.64463 2,466,948 100 24,669
pipa 8 inc 3 Unit 750,000 2,250,000 40 1.01 1.48886 3,349,943 80 41,874
dari 2 m 20,000 40,000 4 1.01 1.0406 41,624 8 5,203
jala 1 Pis 1,500,000 1,500,000 2 1.01 1.0201 1,530,150 4 382,538
Samsul Bahri timbangan 1 Unit 500,000 500,000 15 1.01 1.16097 580,484 30 19,349
anco 4 Unit 100000 400,000 5 1.01 1.05101 420,404 10 42,040
skop 2 Unit 100,000 200,000 5 1.01 1.05101 210,202 10 21,020
ember kecil 5 Unit 20,000 100,000 5 1.01 1.05101 105,101 10 10,510
cangkul 1 Unit 80,000 80,000 5 1.01 1.05101 84,081 10 8,408
ember besar 2 Unit 30,000 60,000 5 1.01 1.05101 63,061 10 6,306
Total (FC) 604,766
69

Lanjutan Lampiran 3. 11. Rahman


Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
gazebo 2 100,000,000 200000000 15 1.01 1.16097 232193791.1 30 7739793.036
timbangan 1 700,000 700000 5 1.01 1.05101 735707.0351 10 73570.70351
jala 2 1,500,000 3000000 6 1.01 1.06152 3184560.452 12 265380.0377
anco 2 100000 200000 3 1.01 1.0303 206060.2 6 34343.36667
ember 15 20,000 300000 1 1.01 1.01 303000 2 151500
argo 1 500,000 500000 1 1.01 1.01 505000 2 252500
basket 5 120,000 600000 1 1.01 1.01 606000 2 303000
gabus 30 45,000 1350000 4 1.01 1.0406 1404815.414 8 175601.9267
jergen 10 35,000 350000 1 1.01 1.01 353500 2 176750
Rahman
mesin alkon 1 12,000,000 12000000 3 1.01 1.0303 12363612 6 2060602
skop 2 80,000 160000 12 1.01 1.12683 180292.0048 24 7512.166868
cangkul 2 50,000 100000 18 1.01 1.19615 119614.7476 36 3322.631877
patiba 3 70,000 210000 24 1.01 1.26973 266644.2762 48 5555.089087
Pipa 10 inc 15 800000 12000000 3 1.01 1.0303 12363612 6 2060602
pipa 8 inc 3 600000 1800000 36 1.01 1.43077 2575383.81 72 35769.21959
mesin 30 PK 1 10,000,000 10000000 48 1.01 1.61223 16122260.78 96 167940.2164
parang 4 150,000 600000 24 1.01 1.26973 761840.7891 48 15871.68311
Total (FC) 13529614.08
70

Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
mesin honda 15 pk 1 unit 4500000 4500000 7 1.01 1.07214 4824609.084 14 344614.9346
anco 2 unit 50000 100000 1 1.01 1.01 101000 2 50500
mesin alkon 1 unit 4500000 4500000 8 1.01 1.08286 4872855.175 16 304553.4485
pipa 8 inci 2 batang 250000 500000 12 1.01 1.12683 563412.5151 24 23475.52146
pacul 1 unit 130000 130000 2 1.01 1.0201 132613 4 33153.25
ember 2 unit 20000 40000 1 1.01 1.01 40400 2 20200
tali 10 Meter 10000 100000 3 1.01 1.0303 103030.1 6 17171.68333
patiba 1 unit 1500000 1500000 5 1.01 1.05101 1576515.075 10 157651.5075
Amir
pintu air 1 unit 3000000 3000000 5 1.01 1.05101 3153030.15 10 315303.015
dari 55 Meter 10000 550000 1 1.01 1.01 555500 2 277750
gabus 10 unit 45,000 450000 1 1.01 1.01 454500 2 227250
argo 1 unit 500000 500000 5 1.01 1.05101 525505.0251 10 52550.50251
pipa 12 inci 1 batang 1200000 1200000 17 1.01 1.1843 1421165.318 34 41798.97993
karung 10 Lembar 3000 30000 1 1.01 1.01 30300 2 15150
parang 2 unit 100000 200000 3 1.01 1.0303 206060.2 6 34343.36667
Total (FC) 1915466.21
71

Lanjutan lampiran 3. 13. Asdar


Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
pintu air 1 Unit 2000000 2000000 15 1.01 1.16097 2321937.911 30 77,398
anco 2 Unit 100000 200000 2 1.01 1.0201 204020 4 51,005
pacul 1 Unit 100000 100000 2 1.01 1.0201 102010 4 25,503
dari 3 Meter 75000 225000 4 1.01 1.0406 234135.9023 8 29,267
patiba 1 Buah 150000 150000 7 1.01 1.07214 160820.3028 14 11,487
Asdar
ember kecil 11 buah 10,000 110000 2 1.01 1.0201 112211 4 28,053
jala 2.5 meter 600000 1500000 2 1.01 1.0201 1530150 4 382,538
argo 1 Unit 500000 500000 4 1.01 1.0406 520302.005 8 65,038
parang 1 Unit 100000 100000 3 1.01 1.0303 103030.1 6 17,172
Total (FC) 687,459

Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pintu air 1 Unit 6700000 6700000 23 1.01 1.25716 8422992.223 46 183,109
Anco 2 Unit 100000 200000 4 1.01 1.0406 208120.802 8 26,015
Mesin air 4 Unit 5,000,000 20000000 15 1.01 1.16097 23219379.11 30 773,979
Dari 15 m 7000 105000 6 1.01 1.06152 111459.6158 12 9,288
Daeng Manopo cangkul 2 Unit 100,000 200000 12 1.01 1.12683 225365.006 24 9,390
Ember 4 Unit 50000 200000 24 1.01 1.26973 253946.9297 48 5,291
Tali 10 m 25000 250000 4 1.01 1.0406 260151.0025 8 32,519
Besi 2 m 70000 140000 20 1.01 1.22019 170826.6056 40 4,271
Total (FC) 1,043,862

Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
cangkul 1 150,000 150000 60 1.01 60.6 9090000 120 75,750
Anco 3 18,000 54000 36 1.01 36.36 1963440 72 27,270
Mesin air 1 350,000 350000 60 1.01 60.6 21210000 120 176,750
Pintu air 1 5,000,000 5000000 60 1.01 60.6 303000000 120 2,525,000
Dari 20 m 9,000 180000 60 1.01 60.6 10908000 120 90,900
Jusman
Ember 1 30,000 30000 60 1.01 60.6 1818000 120 15,150
rumah 1 3,000,000 3000000 84 1.01 84.84 254520000 168 1,515,000
jala 1 1,000,000 1000000 12 1.01 12.12 12120000 24 505,000
timbangan 1 450,000 450000 60 1.01 60.6 27270000 120 227,250
Total (FC) 5,158,070
72

Lanjutan Lampiran 3 16. Alimudin


Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
anco 2 50,000 100000 30 1.01 1.34785 134784.8915 60 2,246
ember 2 15,000 30000 30 1.01 1.34785 40435.46746 60 674
Pipa 10 inc 1 800,000 800000 5 1.01 1.05101 840808.0401 10 84,081
pipa 6 inc 2 400,000 800000 5 1.01 1.05101 840808.0401 10 84,081
cangkul 1 80,000 80000 15 1.01 1.16097 92877.51643 30 3,096
Alimudin skop 1 90,000 90000 15 1.01 1.16097 104487.206 30 3,483
argo 1 590,000 590000 24 1.01 1.26973 749143.4426 48 15,607
pompa air 1 5,000,000 5000000 30 1.01 1.34785 6739244.577 60 112,321
dari 3 m 10,000 30000 60 1.01 1.8167 54500.90096 120 454
pintu air 1 10,000,000 10000000 60 1.01 1.8167 18166966.99 120 151,391
Total (FC) 457,434

Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
pintu air 1 buah 5000000 5000000 20 1.01 1.22019 6100950.2 40 152523.755
anco 1 buah 110000 110000 2 1.01 1.0201 112211 4 28052.75
gerobak 1 buah 500000 500000 3 1.01 1.0303 515150.5 6 85858.41667
pacul 1 buah 100000 100000 3 1.01 1.0303 103030.1 6 17171.68333
dari ijo 10 meter 7000 70000 5 1.01 1.05101 73570.70351 10 7357.070351
dari htam 10 meter 8000 80000 5 1.01 1.05101 84080.80401 10 8408.080401
skopang 1 buah 100000 100000 5 1.01 1.05101 105101.005 10 10510.1005
ember 1 buah 20000 20000 2 1.01 1.0201 20402 4 5100.5
Zainal
patiba 1 buah 150000 150000 15 1.01 1.16097 174145.3433 30 5804.844777
karung 100 buah 3000 300000 1 1.01 1.01 303000 2 151500
parang 1 buah 150000 150000 3 1.01 1.0303 154545.15 6 25757.525
gabus 5 buah 80000 400000 2 1.01 1.0201 408040 4 102010
mesin 13 pk 1 buah 4500000 4500000 7 1.01 1.07214 4824609.084 14 344614.9346
mesinalkon 10 inci 1 buah 2700000 2700000 10 1.01 1.10462 2982479.739 20 149123.9869
jala 1 buah 1500000 1500000 3 1.01 1.0303 1545451.5 6 257575.25
Total (FC) 1351368.898
73

Lanjutan Lampiran 3.
Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
pintuair 1 buah 5000000 5000000 5 1.01 1.05101 5,255,050 10 525,505
anco 1 buah 150000 150000 5 1.01 1.05101 157,652 10 15,765
argo 1 buah 150000 150000 2 1.01 1.0201 153,015 4 38,254
pacul 1 buah 100000 100000 1 1.01 1.01 101,000 2 50,500
dari hitam 10 meter 80000 800000 2 1.01 1.0201 816,080 4 204,020
dari ijo 10 meter 70000 700000 2 1.01 1.0201 714,070 4 178,518
ember 1 buah 20000 20000 2 1.01 1.0201 20,402 4 5,101
patiba 1 buah 150000 150000 10 1.01 1.10462 165,693 20 8,285
Suyuti karung 100 buah 300000 30000000 1 1.01 1.01 30,300,000 2 15,150,000
kazebo 1 buah 5000000 5000000 2 1.01 1.0201 5,100,500 4 1,275,125
parang 1 buah 50000 50000 2 1.01 1.0201 51,005 4 12,751
gabus 1 buah 400000 400000 5 1.01 1.05101 420,404 10 42,040
mesin 13 pk 5 buah 4500000 22500000 5 1.01 1.05101 23,647,726 10 2,364,773
mesin alkon 10 inci 5 buah 2700000 13500000 5 1.01 1.05101 14,188,636 10 1,418,864
jala 1 buah 1500000 1500000 5 1.01 1.05101 1,576,515 10 157,652
pipa 10 inci 2 batang 1900000 3800000 5 1.01 1.05101 3,993,838 10 399,384
Total (FC) 21,846,535

Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
anco 1 50,000 50000 60 1.01 1.8167 90834.83493 120 757
ember 1 15,000 15000 1 1.01 1.01 15150 2 7,575
cangkul 1 75,000 75000 8 1.01 1.08286 81214.25292 16 5,076
pipa 8 inc 3 450,000 1350000 120 1.01 3.30039 4455522.308 240 18,565
Kisman patiba 1 50,000 50000 12 1.01 1.12683 56341.25151 24 2,348
trawl 10 m 600,000 6000000 12 1.01 1.12683 6760950.181 24 281,706
pompa air 1 3,700,000 3700000 36 1.01 1.43077 5293844.499 72 73,526
pintu air 1 10,000,000 10000000 60 1.01 1.8167 18166966.99 120 151,391
Total (FC) 540,943
74

Lanjutan Lampiran 3. 20. Syarifuddin


Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
pintu air 1 5000000 5000000 10 1.01 1.10462 5,523,111 20 276,156
anco 2 100000 200000 1 1.01 1.01 202,000 2 101,000
argo 1 500000 500000 3 1.01 1.0303 515,151 6 85,858
pacul 1 90000 90000 2 1.01 1.0201 91,809 4 22,952
dari 14 meter 8000 112000 2 1.01 1.0201 114,251 4 28,563
skopang 1 90000 90000 2 1.01 1.0201 91,809 4 22,952
ember kecil 1 15000 15000 1 1.01 1.01 15,150 2 7,575
Syarifuddin
jala 1 600000 600000 5 1.01 1.05101 630,606 10 63,061
patiba 1 150000 150000 5 1.01 1.05101 157,652 10 15,765
karung 7 4000 28000 1 1.01 1.01 28,280 2 14,140
tali 5 meter 8000 40000 2 1.01 1.0201 40,804 4 10,201
rumah gazebo 1 1500000 1500000 5 1.01 1.05101 1,576,515 10 157,652
parang 2 250000 500000 3 1.01 1.0303 515,151 6 85,858
Total (FC) 891,733

Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
pintu air 1 15000000 15000000 7 1.01 1.072 16,082,030 14 1,148,716
anco 2 150000 300000 1 1.01 1.010 303,000 2 151,500
argo 1 500000 500000 1 1.01 1.010 505,000 2 252,500
pacul 1 100000 100000 1 1.01 1.010 101,000 2 50,500
dari 5 meter 7000 35000 1 1.01 1.010 35,350 2 17,675
pipa 8 inci 3 batang 740000 2220000 7 1.01 1.072 2,380,140 14 170,010
skopang 1 80000 80000 1 1.01 1.010 80,800 2 40,400
ember 1 20000 20000 1 1.01 1.010 20,200 2 10,100
jala 1 1500000 1500000 3 1.01 1.030 1,545,452 6 257,575
Saeni
patiba 1 100000 100000 1 1.01 1.010 101,000 2 50,500
rumah gazebo 1 40000000 40000000 7 1.01 1.072 42,885,414 14 3,063,244
parang 1 100000 100000 2 1.01 1.020 102,010 4 25,503
mesin 20 pk 1 6000000 6000000 7 1.01 1.072 6,432,812 14 459,487
mesin alkon 8 inci 1 4000000 4000000 7 1.01 1.072 4,288,541 14 306,324
timbangan 1 110000 110000 7 1.01 1.072 117,935 14 8,424
kabel 30 meter 8000 240000 2 1.01 1.020 244,824 4 61,206
balon 3 100000 300000 5 1.01 1.051 315,303 10 31,530
Total (FC) 6,105,194
75

Lanjutan Lmpiran 3. 22. Irwan


Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pintu air 1 Unit 8,000,000 8,000,000 30 1 1 2,015,219,475 60 33,586,991
pompa air/Alkon 1 Unit 12,000,000 12,000,000 36 1 1 13,448,428,559 72 186,783,730
Irwan dari/waring 20 m 18,000 360,000 3 1 1 530,474 6 88,412
anco 1 Unit 100,000 100,000 3 1 1 141,744 6 23,624
Total (FC) 220,482,758

23. H.Beddu Rahim


Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
pintu air 1 unit 15000000 15000000 20 1.01 1.22019 18302850.6 40 457,571
anco 1 unit 100000 100000 2 1.01 1.0201 102010 4 25,503
mesin 24 pk 1 unit 7000000 7000000 10 1.01 1.10462 7732354.878 20 386,618
pipa 8 inci 1 unit 800000 800000 20 1.01 1.22019 976152.032 40 24,404
dari IJO 1 gulung 300000 300000 2 1.01 1.0201 306030 4 76,508
H. Beddu Rahim Milik Sendiri
dari HITAM 1 gulung 300000 300000 2 1.01 1.0201 306030 4 76,508
trool 5 Kg 100000 500000 2 1.01 1.0201 510050 4 127,513
mesin alkon 8 iinci 1 unit 4500000 4500000 7 1.01 1.07214 4824609.084 14 344,615
ember besar 3 unit 50000 150000 3 1.01 1.0303 154545.15 6 25,758
Total (FC) 1,544,995
76

Lanjutan Lampiran 3.
Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
pintu air 1 5000000 5000000 5 1.01 1.05101 5255050.251 10 525505.0251
anco 2 100000 200000 6 1.01 1.06152 212304.0301 12 17692.00251
dari 2 meter 8000 16000 3 1.01 1.0303 16484.816 6 2747.469333
pipa 8 inci 2 750000 1500000 2 1.01 1.0201 1530150 4 382537.5
pipa 10 inci 2 900000 1800000 5 1.01 1.05101 1891818.09 10 189181.809
skopang 1 100000 100000 1 1.01 1.01 101000 2 50500
ember 1 15000 15000 1 1.01 1.01 15150 2 7575
Yusuf YS Milik Sendiri jala 1 1500000 1500000 3 1.01 1.0303 1545451.5 6 257575.25
patiba 1 100000 100000 3 1.01 1.0303 103030.1 6 17171.68333
rumah/gazebo 1 15000000 15000000 10 1.01 1.10462 16569331.88 20 828466.5941
gabus 3 50000 150000 6 1.01 1.06152 159228.0226 12 13269.00188
mesin 24 pk 1 7000000 7000000 5 1.01 1.05101 7357070.351 10 735707.0351
mesin alkon 8 iinci 1 4500000 4500000 5 1.01 1.05101 4729545.225 10 472954.5225
parang 3 100000 300000 2 1.01 1.0201 306030 4 76507.5
Total (FC) 3577390.393

Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
mesin air/alkon 3 15,000 45,000 12 1.01 1 50,707 24 2,113
pintu air 2 unit 5,000,000 10,000,000 10 1.01 1 11,046,221 20 552,311
patiba 1 unit 150,000 150,000 15 1.01 1 174,145 30 5,805
dari IJO 5 meter 9,000 45,000 2 1.01 1 45,905 4 11,476
Ridwan G Milik Sendiri dari HITAM 5 meter 8,000 40,000 2 1.01 1 40,804 4 10,201
ember 1 meter 10,000 10,000 3 1.01 1 10,303 6 1,717
mesin 14 PK 1 unit 1,000,000 1,000,000 10 1.01 1 1,104,622 20 55,231
pipa 8 inci 1 batang 750,000 750,000 20 1.01 1 915,143 40 22,879
Total (FC) 661,733
77

Lanjutan Lampiran 3. 27. Alwin


Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
anco 1 unit 150000 150000 1 1.01 1.01 151500 2 75,750
pintu air 2 unit 17000000 34000000 20 1.01 1.22019 41486461.36 40 1,037,162
pacul 1 unit 115000 115000 5 1.01 1.05101 120866.1558 10 12,087
dari 1 rol 110000 110000 3 1.01 1.0303 113333.11 6 18,889
pipa 12 inci 2 batang 1200000 2400000 20 1.01 1.22019 2928456.096 40 73,211
Alwin AL Milik Sendiri
pipa 10 inci 2 batang 900000 1800000 20 1.01 1.22019 2196342.072 40 54,909
pipa 8 inci 2 batang 75000 150000 20 1.01 1.22019 183028.506 40 4,576
ember kecil 2 unit 15000 30000 3 1.01 1.0303 30909.03 6 5,152
ember besar 2 unit 25000 50000 4 1.01 1.0406 52030.2005 8 6,504
Total (FC) 1,288,238

Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
pintu air 1 unit 15000000 15000000 15 1.01 1.16097 17,414,534 30 580,484
anco 1 unit 100000 100000 1 1.01 1.01 101,000 2 50,500
mesin 24 pk 1 unit 7000000 7000000 10 1.01 1.10462 7,732,355 20 386,618
pipa 8 inci 1 unit 800000 800000 12 1.01 1.12683 901,460 24 37,561
dari IJO 1 gulung 300000 300000 4 1.01 1.0406 312,181 8 39,023
dari HITAM 1 gulung 300000 300000 4 1.01 1.0406 312,181 8 39,023
trool 5 Kg 100000 500000 2 1.01 1.0201 510,050 4 127,513
Memnis Milik Sendiri
mesin alkon 8 iinci 1 unit 4500000 4500000 7 1.01 1.07214 4,824,609 14 344,615
ember besar 3 unit 50000 150000 12 1.01 1.12683 169,024 24 7,043
pacul 1 unit 100000 100000 3 1.01 1.0303 103,030 6 17,172
patiba 1 unit 100000 100000 2 1.01 1.0201 102,010 4 25,503
skopang 1 unit 70000 70000 2 1.01 1.0201 71,407 4 17,852
rumah/gazebo 1 unit 5000000 5000000 8 1.01 1.08286 5,414,284 16 338,393
Total (FC) 2,011,297
78

Lanjutan Lampiran 3.
Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
pintu air 1 15000000 15000000 10 1.01 1.10462 16569331.88 20 828,467
anco 4 200000 800000 1 1.01 1.01 808000 2 404,000
dari 20 meter 7000 140000 1 1.01 1.01 141400 2 70,700
pipa 10 inci 3 batang 900000 2700000 10 1.01 1.10462 2982479.739 20 149,124
pipa 8 inci 3 batang 750000 2250000 1 1.01 1.01 2272500 2 1,136,250
jala 1 1,500,000 1500000 2 1.01 1.0201 1530150 4 382,538
Sofyan Sendiri patiba 1 200000 200000 2 1.01 1.0201 204020 4 51,005
rumah gazebo 1 25000000 25000000 10 1.01 1.10462 27615553.14 20 1,380,778
parang 1 400000 400000 2 1.01 1.0201 408040 4 102,010
mesin 22 pk 1 6000000 6000000 10 1.01 1.10462 6627732.752 20 331,387
mesin alkon 10 inci 1 4000000 4000000 10 1.01 1.10462 4418488.502 20 220,924
mesin alkon 8 inci 1 6000000 6000000 10 1.01 1.10462 6627732.752 20 331,387
Total (FC) 5,388,568

Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
pintu air 1 unit 10000000 10000000 17 1.01 1.1843 11,843,044 34 348,325
anco 2 unit 100000 200000 2 1.01 1.0201 204,020 4 51,005
dari 2 Meter 8000 16000 4 1.01 1.0406 16,650 8 2,081
pipa 8 inci 2 batang 75000 150000 12 1.01 1.12683 169,024 24 7,043
pipa 10 inci 2 batang 900000 1800000 12 1.01 1.12683 2,028,285 24 84,512
skopang 1 unit 100000 100000 3 1.01 1.0303 103,030 6 17,172
ember 1 unit 15000 15000 1 1.01 1.01 15,150 2 7,575
Febri Milik Sendiri jala 1 unit 1500000 1500000 3 1.01 1.0303 1,545,452 6 257,575
patiba 1 unit 100000 100000 3 1.01 1.0303 103,030 6 17,172
rumah/gazebo 1 unit 15000000 15000000 10 1.01 1.10462 16,569,332 20 828,467
gabus 3 unit 50000 150000 1 1.01 1.01 151,500 2 75,750
mesin 24 pk 1 unit 7000000 7000000 7 1.01 1.07214 7,504,947 14 536,068
mesin alkon 8 iinci 1 unit 4500000 4500000 8 1.01 1.08286 4,872,855 16 304,553
parang 3 unit 100000 300000 3 1.01 1.0303 309,090 6 51,515
Total (FC) 2,588,812
79

Lanjutan Lampiran 3. 31. Firman


Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Anco 1 Unit 100,000 100000 3 1.01 1.0303 103030.1 6 17171.68333
Ember 1 Buah 15,000 15000 2 1.01 1.0201 15301.5 4 3825.375
Cangkul 1 unit 90,000 90000 5 1.01 1.05101 94590.90451 10 9459.090451
Firman A1 Milik Sendiri Parang 1 unit 100,000 100000 5 1.01 1.05101 105101.005 10 10510.1005
Pintu Air 1 unit 13,000,000 13000000 30 1.01 1.34785 17522035.9 60 292033.9317
Waring 6 Meter 8,000 48000 3 1.01 1.0303 49454.448 6 8242.408
Total (FC) 341242.5889

Faktor Produksi Jumlah Satuan Harga Po Umur Ek. 1+i (1+i)^t PT=Po(1+i)^t Frek/U.Ek Penyusutan
Nama Responden Nama Petak Status Kepemilikan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kincir 2 unit 5500000 11000000 12 1.01 1.12683 12395075.33 24 516461.4721
pompa celup 2 unit 2500000 5000000 5 1.01 1.05101 5255050.251 10 525505.0251
Pipa 10 inc 40 batang 800000 32000000 20 1.01 1.22019 39046081.28 40 976152.032
pipa 6 inc 100 batang 450000 45000000 15 1.01 1.16097 52243602.99 30 1741453.433
pipa 12 inc 8 batang 1,000,000 8000000 20 1.01 1.22019 9761520.32 40 244038.008
anco 2 unit 50,000 100000 12 1.01 1.12683 112682.503 24 4695.104292
cangkul 1 unit 95000 95000 1 1.01 1.01 95950 2 47975
skop 2 Unit 90000 180000 1 1.01 1.01 181800 2 90900
argo 1 buah 550000 550000 3 1.01 1.0303 566665.55 6 94444.25833
H. Alimudin L1 Milik Sendiri
ember 3 Unit 20000 60000 1 1.01 1.01 60600 2 30300
tasi no 1 10 rol 150000 1500000 1 1.01 1.01 1515000 2 757500
tali biru, hitam, hijau 1 gulung 115000 115000 2 1.01 1.0201 117311.5 4 29327.875
dari hitam 2 meter 5500 11000 2 1.01 1.0201 11221.1 4 2805.275
dari hijau 4 meter 5000 20000 1 1.01 1.01 20200 2 10100
lampu 6 Unit 30,000 180000 1 1.01 1.01 181800 2 90900
kabel 1 Roll 2700000 2700000 2 1.01 1.0201 2754270 4 688567.5
genset besar 1 70,000,000 70000000 12 1.01 1.12683 78877752.11 24 3286573.005
Total (FC) 9137697.987
80

Lampiran 4. Biaya Variabel


Luas Petak Tenaga kerja dan Jenis bahan yang
Jumlah
No. Nama Nama petak yang terisi digunakan Satuan harga (Rp) Total Biaya Variabel (Rp)
Satuan/sak/bungkus
jenis Merk
Benur benur kita 20,000 52.0 1,040,000
SGH 20.0 sak 370,000.0 7,400,000
pakan
gold coin 25.0 sak 390,000.0 9,750,000
1 Pak Samsul D1 Perasangsang lodan 25.0 bungkus 60,000.0 1,500,000
bisnoid 6.0 bungkus 60,000.0 360,000
kapur kapur bakar 45.0 kg 45,000.0 2,025,000
Total Biaya Variabel 22,075,000
benur kita 40,000 ekor 55.0 2,200,000
GOLKOIN 4.0 Karung 360,000.0 1,440,000
pakan SGH 4.0 Karung 360,000.0 1,440,000
GLOBAL 2.0 Karung 360,000.0 720,000
2 Mustafa MS pupuk TSP36 1.0 Karung 120,000.0 120,000
UREA 2.0 Karung 100,000.0 200,000
kapur TEMBOK 20.0 Karung 25,000.0 500,000
DOLOMIT 10.0 Karung 60,000.0 600,000
Total Biaya Variabel 7,220,000
Benur benur kita 50,000 ekor 55.0 2,750,000
pakan prapion 20.0 kg 250,000.0 5,000,000
sadak profil 4.0 kg 25,000.0 100,000
penambah stamina
3 Syamsul/Rabhia B1 2.0 ernacol 4.0 kg 25,000.0 100,000
pestisisda saponin 70.0 kg 120,000.0 8,400,000
kapur solit 50.0 kg 135,000.0 6,750,000
Total Biaya Variabel 23,100,000
Benur benur kita 30,000.0 ekor 52.0 1,560,000
SGH 5.0 sak 350,000.0 1,750,000
pakan
gold coin 5.0 sak 50,000.0 250,000
Urea 25.0 kg 105,000.0 2,625,000
pupuk
Muhammad Sp 36 2.0 sak 110,000.0 220,000
4 H1/H2/H3 1.0
Ali/Hasmawati kapur dolomit 2.0 sak 50,000.0 100,000
pestisida krisnoid 5.0 liter 50,000.0 250,000
lodan 5.0 bungkus 15,000.0 75,000
perangsang
ursal 5.0 jergen 35,000.0 175,000
Total Biaya Variabel 7,005,000
81

benur benur kita 50,000.0 ekor 54.0 2,700,000


pakan SGH 5.0 Karung 400,000.0 2,000,000
pupuk UREA 1.0 Karung 100,000.0 100,000
5 Gatot TSP 36 1.0 Karung 90,000.0 90,000
perangsang GLODAN 1.0 Dos 320,000.0 320,000
URSAL 1.0 Dos 300,000.0 300,000
Total Biaya Variabel 5,510,000
benur kita 50,000.0 kantong 54.0 2,700,000
pakan SGH 15.0 kantong 370,000.0 5,550,000
GRAPION 25.0 kantong 415,000.0 10,375,000
pupuk UREA 2.0 Karung 90,000.0 180,000
6 Hamsir 1.0 TSP36 2.0 Karung 100,000.0 200,000
perangsang URSAL 10.0 botol 35,000.0 350,000
LODANG 10.0 bungkus 15,000.0 150,000
pestisida BISNOIT 10.0 bungkus 55,000.0 550,000
20,055,000
Benur benur kita 42,500.0 ekor 54.0 2,295,000
pakan Ruby Sp 1.0 sak 350,000.0 350,000
7 Sukardi/Suryani C1 1.0
kapur solit 1.0 sak 35,000.0 35,000
Total Biaya Variabel 2,680,000
benur benur kita 40,000.0 ekor 58.0 2,320,000
pakan Ruby Sp 25.0 kg 350,000.0 8,750,000
ernacol 20.0 kg 25,000.0 500,000
penambah stamina
8 Ahmad Yusuf/Astuti D1/D2 1.0 bioboost 10.0 liter 110,000.0 1,100,000
pestisisda saponin 7.0 kg 125,000.0 875,000
kapur 5.0 sak 175,000.0 875,000
Total Biaya Variabel 14,420,000
82

benur benur kita 35,000.0 ekor 52.0 1,820,000


SGH 10.0 sak 365,000.0 3,650,000
pakan kayozi 400.0 kg 15,000.0 6,000,000
brapion 20.0 kg 10,000.0 200,000
Sp 36 1.2 sak 130,000.0 156,000
pupuk
9 Satu/Pateno R1 1.5 urea 1.2 sak 100,000.0 120,000
perangsang lodan 10.0 bungkus 15,000.0 150,000
kapur dolomit 4.0 sak 60,000.0 240,000
listrik 1.0 Bulan 200,000.0 200,000
Tenaga kerja tetap 2.0 orang
Total biaya variabel 12,536,000
benur kita 10,000.0 Ekor 50.0 500,000
pakan SGH 3.0 Karung 360,000.0 1,080,000
pupuk UREA 1.0 Karung 110,000.0 110,000
10 Albar AB
TSP36 1.0 Karung 100,000.0 100,000
peransang LODANG 4.0 Bungkus 20,000.0 80,000
0.5 Total Biaya Variabel 1,870,000
83

benur benur kita 70,000.0 ekor 50.0 3,500,000


SGH 5.0 sak 350,000.0 1,750,000
pakan
japal 1.0 sak 350,000.0 350,000
Samsul ursal 3.0 bungkus 33,000.0 99,000
11 S1 1.5 perangsang/penambah stamina
Bahri/Hernawati lodan 2.0 bungkus 20,000.0 40,000
Urea 4.0 sak 100,000.0 400,000
pupuk
TSP 4.0 sak 150,000.0 600,000
Total Biaya Variabel 6,739,000
benur benur kita 40,000.0 ekor 52.0 2,080,000
kayozi 25.0 sak 15,000.0 375,000
pakan
Barfion 20.0 sak 9,000.0 180,000
Ponsca 3.0 sak 115,000.0 345,000
12 Rahman/H. Mutiara P1/P2/P3/P4 1.0 pupuk TSP 36 3.0 sak 125,000.0 375,000
Urea 3.0 sak 110,000.0 330,000
BBM Solar 20.0 liter 8,000.0 160,000
tenaga kerja 1.0 orang - -
Total Biaya Variabel 3,845,000
benur KITA 120,000.0 ekor 55.0 6,600,000
pakan CARPION 4.0 Karung 230,000.0 920,000
TSP36 2.0 Karung 110,000.0 220,000
13 Amir 1.0 pupuk
UREA 2.0 Karung 110,000.0 220,000
pestisida SAMPONING 1.0 Karung 500,000.0 500,000
Total Biaya Variabel 8,460,000
84

benur benur kita 50,000.0 Ekor 55.0 2,750,000


pakan SGH 10.0 sak 360,000.0 3,600,000
TSP 36 1.0 sak 110,000.0 110,000
14 Asdar/Agus Riani A1 1.0 pupuk
UREA 1.0 sak 100,000.0 100,000
perangsan GLANDONG 6.0 bungkus 15,000.0 90,000
Total Biaya Variabel 6,650,000
Benur benur kita 50,000.0 53.0 2,650,000
SGH 30.0 sak 370,000.0 11,100,000
pakan
gold coin 10.0 sak 390,000.0 3,900,000
Daeng
15 H1/H2/H3 1.0 lodan 20.0 bungkus 60,000.0 1,200,000
Manompo/Ratna pestisisda
bisnoid 8.0 bungkus 60,000.0 480,000
kapur kapur bakar 50.0 sak 45,000.0 2,250,000
Total Biaya Variabel 21,580,000
Benur benur kita 50,000.0 50.0 2,500,000
kapur kapur bakar 50.0 sak 45,000.0 2,250,000
lodan 20.0 bungkus 60,000.0 1,200,000
pestisisda
16 Jusman/Nur Alam I1 1.0 bisnoid 8.0 bungkus 60,000.0 480,000
pakan SGH 30.0 sak 370,000.0 11,100,000
gold coin 10.0 sak 390,000.0 3,900,000
Total Biaya Variabel 21,430,000
85

Benur benur kita 20,000.0 ekor 52.0 1,040,000


pakan gold coin 10.0 sak 335,000.0 3,350,000
17 Alimuddin/Nur Ama N1/N2 0.4 kapur kapur bakar 2.3 sak 40,000.0 92,000
pestisida saponin 1.0 sak 120,000.0 120,000
Total Biaya Variabel 4,602,000
benur kita 50,000.0 ekor 55.0 2,750,000
pakan bravion 5.0 Karung 230,000.0 1,150,000
pupuk urea 3.0 Karung 10,000.0 30,000
TSP36 3.0 Karung 120,000.0 360,000
18 Zainal ZL 1.0
kapur bakar 10.0 Karung 50,000.0 500,000
perangsan ursal 1.0 dos 500,000.0 500,000
LODANG 10.0 bungkus 25,000.0 250,000
Total Biaya Variabel 5,540,000
benur kita 50,000.0 bungkus 55.0 2,750,000
pakan bravion 5.0 Karung 230,000.0 1,150,000
urea 3.0 Karung 100,000.0 300,000
pupuk
TSP36 3.0 Karung 100,000.0 300,000
19 Suyuti SY 1.2 kapur bakar 10.0 Karung 50,000.0 500,000
ursal 1.0 dos 500,000.0 500,000
peransang
lodang 10.0 bungkus 25,000.0 250,000
pestisida samponing 2.0 Karung 150,000.0 300,000
Total Biaya Variabel 6,050,000
86

benur benur kita 40,000.0 ekor 55.0 2,200,000


pakan CJ 15.0 sak 375,000.0 5,625,000
urea 2.0 sak 115,000.0 230,000
pupuk
20 Kisman/Ila M1 0.7 TSP 1.0 sak 125,000.0 125,000
kapur Kapur bakar 6.0 sak 50,000.0 300,000
pestisida saponin 1.0 sak 170,000.0 170,000
Total Biaya Variabel 8,650,000
benur kita 40,000.0 kantong 55.0 2,200,000
pakan global 11.0 Karung 360,000.0 3,960,000
TSP36 1.0 Karung 120,000.0 120,000
pupuk
21 Syarifudin urea 1.0 Karung 100,000.0 100,000
kapur dolomit 5.0 sak 70,000.0 350,000
perangsang LODANG 4.0 bungkus 20,000.0 80,000
Total Biaya Variabel 6,810,000
benur kita 70,000.0 ekor 55.0 3,850,000
pakan sgh 13.0 Karung 360,000.0 4,680,000
pupuk urea 1.0 Karung 110,000.0 110,000
TSP36 1.0 Karung 130,000.0 130,000
22 Saeni
kapur bakar 5.0 sak 50,000.0 250,000
perangsang LODANG 5.0 bungkus 15,000.0 75,000
listrik 3.0 watt 500,000.0 1,500,000
SN 1.0 Total Biaya Variabel 10,595,000
87

Benur benur kita 70,000.0 ekor 58.0 4,060,000


smaut 15.0 Sak 355,000.0 5,325,000
pakan
gold coin 10.0 Sak 360,000.0 3,600,000
Perangsang lodan 15.0 Sak 60,000.0 900,000
23 Irwan/Sri Wahyuni F1 1.0 Kapur polomit 5.0 sak 65,000.0 325,000
Pestisida Saponin 3.0 Sak 110,000.0 330,000
Pupuk Pupuk SP 36 5.0 Sak 105,000.0 525,000
BBM Solar 5.0 liter 8,000.0 40,000
Total biaya variabel 15,105,000
benur KITA 70,000.0 ekor 55.0 3,850,000
pakan CJ/SAMSUNG 30.0 Karung 360,000.0 10,800,000
pupuk UREA 1.0 Karung 100,000.0 100,000
TSP 36 1.0 Karung 150,000.0 150,000
24 H. Beddu Rahim 1.4 kapur BAKAR 5.0 Karung 50,000.0 250,000
DOLOMIT 5.0 Karung 60,000.0 300,000
tenaga kerja orang 3.0 orang -
pestisida BISNOIT 3.0 bungkus 50,000.0 150,000
Total biaya variabel 15,600,000
benur KITA 52,500.0 ekor 55.0 2,887,500
pakan CJ/SAMSUNG 30.0 Karung 360,000.0 10,800,000
pupuk UREA 1.0 Karung 100,000.0 100,000
TSP 36 1.0 Karung 150,000.0 150,000
25 Bahrul alam 0.8
kapur BAKAR 5.0 Karung 50,000.0 250,000
DOLOMIT 5.0 Karung 60,000.0 300,000
pestisida BISNOIT 3.0 bungkus 50,000.0 150,000
Total biaya variabel 14,637,500
88

benur KITA 70,000.0 ekor 55.0 3,850,000


pakan GOLKOIN 40.0 Karung 360,000.0 14,400,000
pupuk UREA 1.0 Karung 100,000.0 100,000
26 Yusuf YS
TSP 36 1.0 Karung 120,000.0 120,000
kapur BAKAR 5.0 Karung 40,000.0 200,000
Total biaya variabel 18,670,000
Benur benur kita 75,000.0 ekor 52.0 3,900,000
Global 5.0 sak 350,000.0 1,750,000
gold coin 5.0 sak 350,000.0 1,750,000
5.0 sak 350,000.0 1,750,000
pakan
27 Ridwan/Indah A1 3.0 5.0 sak 350,000.0 1,750,000
5.0 sak 350,000.0 1,750,000
5.0 sak 350,000.0 1,750,000
solar 100.0 liter 8,000.0 800,000
Total biaya variabel 15,200,000
benur kita 100,000.0 ekor 55.0 5,500,000
pakan GRAPION 20.0 Karung 140,000.0 2,800,000
ORGANIK 10.0 Karung 20,000.0 200,000
UREA 2.0 Karung 100,000.0 200,000
pupuk TSP36 3.0 Karung 110,000.0 330,000
DOLOMIT 18.0 Karung 70,000.0 1,260,000
28 Alwin AL 0,70 VASKA PLUS 1.0 Karung 210,000.0 210,000
peransang LODANG 1.0 Dos 20,000.0 20,000
URSAL 1.0 Dos 320,000.0 320,000
pestisida DRUSBAN 1.0 Botol 85,000.0 85,000
SAMPONI 1.0 Karung 115,000.0 115,000
tenaga kerja 5.0 Orang 5,000,000.0 25,000,000
Total biaya variabel 36,040,000
89

Benur Benur Kita 150,000.0 ekor 50.0 7,500,000


Pakan Irawan 1.0 ton 450,000.0 450,000
Vitamin c 2.0 bungkus 115,000.0 230,000
Omega 5.0 liter 225,000.0 1,125,000
Molase 5.0 liter 200,000.0 1,000,000
Super MB 2.0 liter 125,000.0 250,000
Perangsang
Mikro Mineral 4.0 kg 200,000.0 800,000
Saponin 10.0 kg 11,500,000.0 115,000,000
H. Alimuddin L1 0,4 Kupri Sulfat 1.5 kg 350,000.0 525,000
Super PS 10.0 liter 360,000.0 3,600,000
Kapur Bakar 10.0 sak 125,000.0 1,250,000
Kapur
Dolomit 1.0 sak 110,000.0 110,000
Sp 36 1.0 kg 2,650,000.0 2,650,000
Pupuk
Sea 1.2 kg 200,000.0 240,000
Teknisi 1.0 orang 2,500,000.0 2,500,000
Tenaga Kerja
Pemberi Pakan 1.0 orang 1,500,000.0 1,500,000
Total biaya variabel 138,730,000
90

Lampiran 5 Total Biaya


No. Nama Responden Biaya Tetap Biaya Variabel Total Biaya
1 Pak Samsul 1,491,574 22,075,000 23,566,574
2 Mustafa 959,692 7,220,000 8,179,692
3 Syamsul 371,960 23,100,000 23,471,960
4 Muhammad Ali 748,631 7,005,000 7,753,631
5 Gatot 1,698,455 5,510,000 7,208,455
6 Hamsir 6,488,413 20,055,000 26,543,413
7 Sukardi 595,913 2,680,000 3,275,913
8 Ahmad Yusuf 372,372 14,420,000 14,792,372
9 Satu Pateno 896,056 12,536,000 13,432,056
10 Albar 2,156,349 1,870,000 4,026,349
11 Samsul Bahri 604,766 6,739,000 7,343,766
12 Rahman 13,529,614 3,845,000 17,374,614
13 Amir 1,915,466 8,460,000 10,375,466
14 Asdar 687,459 6,650,000 7,337,459
15 Daeng Manompo/Ratna 1,043,862 21,580,000 22,623,862
16 Jusman 5,158,070 21,430,000 26,588,070
17 Alimuddin 457,434 4,602,000 5,059,434
18 Zainal 1,351,369 5,540,000 6,891,369
19 Suyuti 21,846,535 6,050,000 27,896,535
20 Kisman 540,943 8,650,000 9,190,943
21 Syarifudin 891,733 6,810,000 7,701,733
22 Saeni 6,105,194 10,595,000 16,700,194
23 Irwan 220,482,758 15,105,000 235,587,758
24 H. Beddu Rahim 1,544,995 15,600,000 17,144,995
25 Bahrul Alam 2,440,170 14,637,500 17,077,670
26 Yusuf 3,577,390 18,670,000 22,247,390
27 Ridwan 661,733 15,200,000 15,861,733
28 Alwin 1,288,238 36,040,000 37,328,238
29 Memnis 2,011,297 17,250,000 19,261,297
30 Sofyan 5,388,568 3,800,000 9,188,568
31 Febri 2,588,812 20,655,000 23,243,812
32 Firman 341,243 2,860,000 3,201,243
33 H. Alimuddin 9,137,698 138,730,000 147,867,698
Rata-Rata 9,678,023 15,938,470 25,616,493
91
92

Lampiran 6. HPP
Produksi Harga Jual Total Biaya HPP
No Nama Responden Padat Tebar (Ekor/M2)
(Kg) (Harga/Kg) (Rp)
1 Pak Samsul 2 112 43000 23,566,574 210,416
2 Mustafa 2 275 51000 8,191,168 29,786
3 Syamsul 3 450 45000 23,471,960 52,16
4 Muhammad Ali 3 250 68000 7,753,631 31,015
5 Gatot 3 300 38500 7,208,455 24,028
6 Hamsir 3 130 51000 26,543,413 204,18
7 Sukardi 4 100 45000 3,275,913 32,759
8 Ahmad Yusuf 4 100 30000 14,792,372 147,924
9 Satu Pateno 4 380 55000 13,432,056 35,348
10 Albar 4 45 45000 4,026,349 89,474
11 Samsul Bahri 4 45 43000 7,343,766 163,195
12 Rahman 4 300 50000 17,374,614 57,915
13 Amir 4 1000 55000 10,375,466 10,375
14 Asdar 5 300 42000 7,337,459 24,458
15 Daeng Manompo 5 125 62400 22,623,862 180,991
16 Jusman 5 275 39000 26,588,070 96,684
17 Alimuddin 5 90 45000 5,059,434 56,216
18 Zainal 5 300 50000 6,891,369 22,971
19 Suyuti 5 200 50000 27,896,535 139,483
20 Kisman 6 95 43000 9,190,943 96,747
21 Syarifudin 6 269 48000 7,701,733 28,631
22 Saeni 6 500 55000 16,700,194 33,4
23 Irwan 7 500 45000 235,587,758 471,176
24 H. Beddu Rahim 7 250 58000 17,144,995 68,58
25 Bahrul Alam 7 743 58000 17,077,670 22,985
26 Yusuf 7 500 52000 22,247,390 44,495
27 Ridwan 8 184 31500 15,861,733 86,205
28 Alwin 10 400 51000 37,328,238 93,321
29 Memnis 10 1200 56000 19,261,297 16,051
30 Sofyan 10 16 55000 9,188,568 574,286
31 Febri 10 1200 53000 23,243,812 19,37
32 Firman 10 235 49000 3,201,243 13,622
33 H. Alimuddin 38 2100 69300 147,867,698 70,413
Rata-Rata 7 393 49,445 25,616,841 98,444
93

Lampiran 7.Dokumentasi
94
95

MATRIKS
96

1.Pak budi
- Harga yang diterima petani?
- Harga diterima pengumpul?
- Mengapa marginya negatif?
- Margin biasanya positif?
- Apa manfaat petambak mengetahui harga pokok penjualan?
- Margin tidak sesuai dengan rumus dan hasil marginmu dilihat
kembali?

2. pak laonu

- Apa itu harga pokok penjualan?


- Apa itu margin pemasaran?
- Rumus margin pemasaran?
- Apa itu harga jual?
- Balas jasa pengusaha adalah laba
- Harga jual – harga pokok penjualanya keliru dilihat kembali

3. ibu desy

- Apa yang melatarbelakangi penelitianmu?


- Masalah apa yang dialami petambak disana?
- Berhasil atau gagal petambak disana?
97

- Adaberapa petambak yang berhasil dan berapa orang yang


gagal panen?
- Mengapa ada yang untung ada yang rugi petambak dsana?
- Saran untuk petani petambak supaya bisa berhasil

4. Pak Ahmad

- Ada berapa responden yang menggunakan kincir?


- Ada berapa respon yang menggunakan mesin alkon?
- Klau pake mesin alkon berarti harus ada solar dengan olinx
ditambakan karna sebagai satuan harga pokok pnjualan
- Ada berapa benur yang digunakan tiap responden?
- Ada berapa pakan yg yang digunakan tiap respon?
- Pada usia berapa petambak melakukan pemanenan?
- Pada size berapa petambak melakukan pemanenan?
- Klau pake mesin alkon berarti harus ada solar dengan olinx
ditambakan karna sebagai satuan harga pokok pnjualan

- Karna jumlah benur akan berpengaruh terhadap pakan yang


diproduksi

Anda mungkin juga menyukai