DI AJUKAN KEPADA:
A. MENEJEMEN
Nama Perusahaan
: Clarias Jaya
Bidang Usaha
: Budidaya Perikanan
B. PEMASARAN
Wilayah Pemasaran
: 2.570 Kg / Tahun
: 12.000 / Kg
C. PRODUKSI/ OPERASI
Kapasitas Produksi
: Kolam Terpal
Dampak Lingkungan
D. KEUANGAN
: Rp 8.483.000
Modal Sendiri
: Rp. 2.000.000,-
: Tidak ada
1. Nama
3. Agama
: Islam
4. No. HP
: 082112458507
5. Alamat Rumah
7. Pendidikan Terakhir
9. Keterampilan
1. LATAR BELAKANG
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air Tawar yang sudah di
Budidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau
Jawa. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan :
1) Dapat di Budidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan
padat tebar tinggi,
2) Teknologi Budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat,
3) Pemasarannya relatif mudah dan
4) Modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.
Ikan lele adalah salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai
ekonomis penting. Ikan lele juga adalah salah satu kelompok ikan yang
sangat di minati oleh masyarakat di Indonesia. Di Kota Semarang, Jawa
Tengah sendiri, ikan lele hampir dapat selalu di jumpai di rumah-rumah
makan sederhana.
Membudidayakan ikan lele sendiri tergolong mudah. Ikan lele dapat di
budidayakan di kolam tanah, semen, ataupun kolam terpal. Kolam terpal
adalah salah satu media budidaya yang baru dan diminati oleh para
pembudidaya. Keistimewaan dari kolam terpal sendiri adalah harganya murah
dan mudah untuk di pindah pindah dan di bersihkan.
Sistem boster adalah system budidaya ikan lele dengan cara
memanfaatkan mikroorganisme. Mikroorganisme yang di gunakan dalam
system boster bertujuan untuk meningkatkan jumlah padat terbar dan
mengurangi FCR (Food Convercation Rate) dari ikan lele. Mikroorganisme
boster akan menumbuhkan pakan alami pada air, meningkatkan oksigen
terlarut, dan mengurai hasil sisa dari lele (fases), sehingga mengurangi resiko
stress pada lele saat di lakukan padat tebar yang tinggi.
Dengan melakukan budidaya lele dengan memanfaatkan media kolam
terpal dan system boster, di harapkan produksi lele ini akan hemat biaya,
tempat, dan produksi lele konsumsi yang tinggi. Teknologi ini cenderung
baru bagi masyarakat pembudidaya lele tradisional, sehinggi besar harapan
kami usaha ini juga dapat menjadi inspirasi dan bahan pembelajaran bagi
pembudidaya lele di sekitar lokasi usaha.
2. STRUKTUR KEPEMILIKAN
Budidya lele Clarias Jaya didirikan dan dimiliki oleh 4 orang yang sangat
ahli dalam bidangnya masing-masing
ARI PANGGIH NUGROHO
Sebagai
General Manager
HAFIS FIRMANSYAH
KHAHAP NURFAN
Sebagai
Sebagai
Sebagai
3. MANAGEMEN
Budidaya lele Clarias Jaya memiliki sebuah tim manajemen yang
cukup kuat, dengan Ari Panggih Nugroho sebagai General Manager yang
telah punya banyak pengalaman dalam berbisnis yang bertanggung jawab
pada controlling manager serta pengembagan usaha. Khahap Nurfan Sebagai
Manager Keuangan yang memiliki kemampuan ekonomi dan akuntansi
berbasis syariah yang cukup memadai, dan Teguh Tedi sebagai Manager
Administrasi & HRD yang bertanggung jawab pada kepegawaian, keamanan
kolam dan rencana pengembangan usaha serta yang tidak kalah penting
adalah Hafis Firmansyah sebagai Manager Resource Development yang
bertanggungjawab pada pembesaran lele yang meliputi pembelian benih lele,
proses pembesaran lele, antisipasi & penanggulangan penyakit serta link
penjualan ketika lele sudah besar
Kami berempat adalah mahasiswa dari Program Studi Budidaya
Perairan (Akuakultur) Universitas Diponegoro yang sudah komitmen untuk
menjalankan dan mengembangkan bisnis ini dengan sungguh-sungguh, setiap
dari kami memiliki keunggulan masing-masing dibidangnya sehingga
menjadikan kami tim yang saling melengkapi, solid, amanah dan bertanggung
jawab.
4.1 Visi
Menjadi satu-satunya perusahaan yang bergerak dibidang peternakan lele
dengan media kolam terpal dan system boster yang amanah, sinergi dan
profitable.
4.2 Misi
a. Menjadi salah satu perusahaan yang menyuplai kebutuhan lele di Kota
Semarang
b. Membudidayakan lele yang berkualitas tinggi yaitu sehat dan murah
dengan media kolam terpal dan system boster.
c. Menjadi lahan berbagi ilmu perikanan kepada masyarakat sekitar.
petani
yang
memBudidayakan
lele
di
daerah
8. ANALISIS SWOT
Kelebihan
1. Masih tingginya permintaan pasar terhadap lele terlihat dari mahalnya
harga lele di pasar.
9. ANALISIS KEUANGAN
7.1 Modal
Ada dua jenis pengeluaran dalam bisnis lele, biaya awal dan biaya
operasional. Perincian biaya awal dan biaya operasional antara lain sebagai
berikut:
- Biaya Awal
Biaya awal adalah biaya yang hanya dikeluarkan satu kali, perinciannya
sebahai berikut:
No
Nama
Kolam Terpal
1
(Rangka Besi & Terpal)
ukuran 3x3
Pagar, pipa paralon, selang
2
dan Jembatan
Jaring paranet dan jaring
3
serokan
4
Pompa Sirkulasi
Jumlah
Jumlah
Satuan
Harga satuan
Total
set
Rp 1.200.000,-
Rp 2.200.000,-
set
Rp 300.000,-
Rp 600.000,-
Set
Rp 300.000,-
Rp 600.000,-
Set
Rp 150.000,-
Rp 300.000,Rp 2.700.000,-
- Biaya Operasional
Biaya operasional dibagi menjadi 2 yaitu biaya operasional awal dan biaya
operasional berjalan. Pada masa pembesaran membutuhkan biaya operasional
awal dan biaya operasional berjalan, sedangkan pada masa peternakan hanya
biaya operasional berjalan.
No
Nama
Biaya operasi awal
1 lele pembesaran ukuran
Biaya operasi berjalan
2 kapur
3 garam
4 pupuk
5 Bakteri Boster
5 Pakan (Pelet)
Jumlah
Jumlah satuan
7000 ekor
2
25
64
2
550
sak
kg
kg
Botol
kg
harga satuan
Rp
150,-
Rp 1.000.000,-
Rp
4.000,Rp
1000,Rp 10.000,Rp 150.000,Rp. 7.000,-
Rp
8000,Rp 25.000,Rp 600.000,Rp 300.000,Rp 3.850.000,Rp 5.783.000,-
Total
Dari investasi awal tersebut maka dapat dihitung cash flow (dengan asumsi bahwa
minimal lele panen 3 kali dalam setahun dan jumlah tingkat kehidupan 80%)
Bibit
Tingkat
kehidupan
7000
80%
850
Harga/Kg
Total
Rp 12.000,-
Rp 10.200.000,-
10.551.000,-